Menang atas Pencobaan

(Lukas 4: 1-15)
Di dalam bagian ini kita melihat tentang Yesus Kristus yang diuji, dicobai. Dan ini adalah perkataan di dalam kalimat Kristus yang pertama setelah Dia dibaptis, seperti yang dicatat Injil Lukas. Jadi setelah Kristus di baptis, kalimat pertama yang keluar dari mulut Kristus adalah untuk melawan pencobaan dari iblis. Mengapa Yesus harus dicobai? Karena setiap manusia harus dicobai, karena Kristus akan menjadi Juru selamat bagi manusia yang sudah gagal di dalam pencobaan. Adam dicobai dan dia jatuh, Kristus dicobai dan Dia menang. Israel dicobai dan mereka gagal, maka Kristus menjadi penggenap bagi kebenaran dan kemenangan manusia untuk menjalankan apa yang Tuhan mau. Manusia perlu diuji karena manusia perlu mendapatkan konfirmasi secara langsung di dalam hidupnya untuk masuk di dalam Kerajaan Allah. Tuhan mengundang manusia untuk tinggal bersama Dia, Tuhan mengundang manusia untuk berdiam denganTuhan, Tuhan ada di tengah-tengah mereka. Untuk mendapatkan penyertaan Tuhan, untuk mendapatkan anugerah yang limpah ini, manusia harus menang atas ujian. Jangan kira hidup kita adalah hidup yang santai, hidup yang tenang, hidup yang enak di sini, karena hidup kita seluruhnya adalah serangkaian ujian yang Tuhan berikan untuk mendewasakan iman kita.

Apa tujuan hidup? Apa hal yang paling indah, paling nikmat, paling besar yang Tuhan tawarkan untuk kita boleh dapatkan? Yang paling besar adalah DiriNya sendiri. Tuhan menawarkan DiriNya untuk hidup bersama dengan kita menjadi tujuan paling indah, mutlak, paling sempurna yang Tuhan mau berikan kepada manusia. Tuhan tidak membiarkan manusia hidup tanpa arah yang jelas, tanpa sasaran yang jelas, tanpa bentuk eskatologi dan pengharapan yang pasti dari Tuhan. Dan di dalam Yohanes 17, Tuhan Yesus mendoakan bahwa kehendak Tuhan dalam kekekalan bagi manusia itu adalah pengenalan sejati akan Tuhan. Tuhan yang mencintai kita tinggal bersama kita dan kita dilatih untuk mencintai Tuhan dan berdiam bersama kita. Inilah pengharapan dari seluruh umat yang Tuhan sudah tebus dengan darah Kristus. Tuhan memberikan yang kelihatan indah dan sedap, tapi Tuhan mengatakan “makan? pasti mati”. Lalu ular mengatakan “makan, dan jadi seperti Allah”. Mengapa harus ada ujian seperti ini? mengapa harus digoda dulu? Tetapi Alkitab mengatakan ini adalah satu kewajiban yang memang manusia harus alami, karena Tuhan mengundang manusia hidup bersama dengan Dia dan tidak mungkin semua orang yang tidak setia kepada kebenaran dan tidak mau jalankan yang Tuhan mau boleh berdiam bersama dengan Tuhan. Itu sebabnya hidup adalah serangkaian ujian. Satu kali Ibu Teresa mengatakan “hidup itu adalah serangkaian ujian, mari jalani, alami kemenangan, di situ kamu akan bahagia”. Waktu ujian sulit, Saudara berhasil, Saudara senang sekali. Buku yang berjudul Ujian, Pencobaan dan Kemenangan, ini ditulis oleh Pdt. Stephen Tong. Ada satu lagi buku yang berjudul Iman, Hak Asasi Manusia dan Penderitaan, ini 2 buku yang wajib baca. Buku ini membuat Saudara mengerti konsep penderitaan dari sudut pandang yang berbeda, mengapa harus ada penderitaan di dunia ini? Karena harus ada ujian. Mengapa harus ada ujian? Supaya ada kemenangan. Bagaimana ada kemenangan tanpa ujian? Adam menghadapi ujian yang mengharuskan dia, pertama, setia kepada otoritas Tuhan. Tuhan mengatakan “jangan makan”, ular datang mengatakan “makanlah”. Tuhan mengatakan “pasti mati”, ular mengatakan “tidak mati, jadi seperti Allah”. Jadi ular waktu datang, dia memberikan firman yang benar-benar beda, tapi cara dia bicara halus sekali. Maka berhati-hati dengan orang yang bersuara halus, karena kadang membuat kita lupa kontennya itu apa. Ular mengatakan dengan yakin, dengan halus, seolah-olah dia gembala yang baik, ular datang dengan memberikan dorongan untuk berdosa, akhirnya membuat mati.

Jadi harua ada ujian karena yang pertama, harus diuji apakah engkau tetap setia kepada otoritas Tuhan? Otoritas Tuhan atau otoritas lain yang kamu mau ikuti? Lalu hal kedua yang mau diuji, apakah engkau mau menaklukan kejahatan, engkau menaklukan semua ciptaan lain di bawah kakimu. Karena Tuhan menciptakan manusia untuk menaklukan semua di bawah kaki kita, kecuali Tuhan. Manusia jatuh dalam dosa dan gagal dengan menghadapi ujian karena dia gagal mengutamakan otoritas Tuhan, lalu yang kedua dia gagal meletakan semua yang lain di dalam kuasa dia. Lalu hal ketiga, manusia juga gagal di dalam menghadapi situasi yang mengharuskan dia melakukan sesuatu yang salah. Situasi seperti itu muncul ketika ular datang dan menggoda, mengatakan “kalau engkau makan, engkau akan ada kebutuhan menjadi allah, engkau akan ada kebutuhan untuk mengambil buah itu, tapi firman Tuhan membatasi hidupmu. Tuhan mengucapkan kalimat-kalimat yang membuat engkau tidak bebas. Sekarang saya katakan bebas saja, ambil buah ini lalu makan, dan engkau akan menjadi allah bagi dirimu sendiri. Matamu akan terbuka dan engkau akan menjadi seperti Allah”, maka manusia jatuh dalam pencobaan ini karena dia tidak berserah kepada Tuhan di dalam situasi yang Tuhan ijinkan dia alami. Jadi ada 3 hal yang menjadi prinsip di dalam ujian, ujian di berikan dengan maksud Saudara tetap tunduk pada otoritas Firman Tuhan. Kedua, ujian diberikan dengan maksud Saudara meletakan seluruh otoritas yang lain di bawah Saudara, kecuali otoritas Tuhan. Otoritas dunia, otoritas hawa nafsu, otoritas dosa semua harus Saudara taklukan. Jadi manusia diciptakan untuk menaklukan dosa, menaklukan kejahatan. Manusia dicipta di antara kuasa baik dari Tuhan dan kuasa jahat dari setan yaitu malaikat yang sudah jatuh. Kita dicipta di tengah-tengah untuk menaklukan kejahatan. Jadi Saudara diciptakan supaya Saudara menang, tidak menjalankan apa yang kejahatan mau, tidak menjalankan apa yang dosa harapkan, tapi melakukan apa yang Tuhan inginkan. Maka kita dicipta untuk kemenangan ini. Kalau kita gagal, berarti kita kalah. Itulah makna ujian kedua, untuk menunjukkan jati diri kita sebagai pemenang atas kuasa jahat. Ketiga, ujian Tuhan ijinkan ada supaya kita tetap menjalani yang Tuhan mau, dan setelah situasi yang mendesak itu lewat kita bisa lewati dengan mengatakan “saya sudah menang berkat kuasa Tuhan”. Selalu ada situasi yang memojokan Saudara, membuat Saudara mau tidak mau mesti melanggar Firman Tuhan, tapi ini adalah ujian yang Tuhan ijinkan ada. Maka kemenangan adalah tujuan dari ujian. Saudara menang, maka Saudara menjalankan ujian itu dan lulus. Lalu hal ketiga tadi, ujian adalah supaya kita tetap berpegang kepada Tuhan di dalam FirmanNya dan meninggikan Firman Dia lebih dari pada pengertian kita sendiri. Di dalam Amsal dikatakan jangan bersandar kepada pengertian sendiri, tetapi dunia ini akan menguji kita membuat kita mengikuti apa yang kita tahu dari dunia, apa yang kita tahu dari pengalaman, tapi bukan dari Tuhan. Inilah ujian-ujian yang Tuhan ijinkan dialami manusia.

Itu sebabnya waktu Anak Allah datang ke dalam dunia, Allah Bapa mengatakan “perlakukan sama. Semua manusia diuji, AnakKu diuji, setan boleh ganggu orang lain, setan silahkan ganggu AnakKu juga”. Maka Tuhan menjadi teladan di dalam seluruh tindakan moral yang paling sempurna, karena Dia sendiri jalankan. Waktu Anak Allah datang ke dalam dunia, Dia harus diuji. Dan waktu diuji, Dia diberikan kesulitan lebih besar dari siapa pun. Alkitab mengatakan “Tuhan menuntun Dia ke padang gurun”, Israel di padang gurun, Tuhan menuntun Yesus Kristus di padang gurun, sama. Israel di padang gurun, Yesus Kristus di padang gurun. Bedanya adalah Israel di padang gurun selalu mendapat makanan pada waktunya, Yesus Kristus di padang gurun 40 hari berpuasa, pada waktu Dia sudah boleh berhenti berpuasa, tidak ada makanan. Apa perasaan Saudara kalau mengetahui Bapa di Sorga pelihara, tapi setelah lapar 40 hari tidak ada makanan, waktunya buka puasa tidak ada makanan. Anggaplah ada orang berpuasa, sudah waktunya berbuka puasa, tapi di rumah tidak ada makanan sama sekali, lalu dia mulai marah-marah “mengapa waktunya buka puasa, di rumah tidak ada makanan?”, “kamu sudah puasa berapa lama?”, “seharian penuh”, “Yesus, 40 hari, buka puasa tidak ada makanan, Dia tidak komplain”, ini sulitnya luar biasa. Di saat begitu lapar, sepertinya Bapa lupa pelihara. Mungkin kalau kita berada dalam posisi Kristus kita akan buka-buka Alkitab “Tuhan, Israel di padang gurun, Tuhan beri roti, mana roti untuk aku”, jadi tidak ada roti di situ. Dan ketika Dia dalam keadaan sedih, tidak ada yang menghibur, yang datang adalah setan. Saat lapar, kesulitan, yang datang justru si seteru itu. Jadi iblis yang datang duluan memperhatikan Yesus. Allah Bapa belum kirim Gabriel, belum kirim malaikat, Yesus dibiarkan lapar di padang gurun, seperti tidak ada yang memperhatikan.

Lalu iblis datang dan mengatakan “kalau Engkau Anak Allah, ubah batu menjadi roti”. Perhatikan kalimat ini, kalimat ini seperti tidak ada salah sama sekali, tapi sebenarnya salah sama sekali. Inilah cara iblis, memberikan pengajaran yang sepertinya tidak salah padahal salah. Kalau pendeta yang salah, tapi halus dan pintar sekali membuat kesalahan tidak kelihatan, ini pendeta mirip iblis. Iblis itu pintar sekali, mengeluarkan kalimat seperti tidak ada salah, yang pertama dia katakan “jikalau Engkau Anak Allah, buktikan diriMu. Perintahkanlah batu menjadi roti”, dia tidak mengatakan “ubahlah batu menjadi roti”, tapi dia katakan “perintahkan, Kamu punya otoritas, bisa memerintah apa pun termasuk bati menjadi roti”. Apakah bisa Yesus mengubah batu menjadi roti dengan perintah? Alkitab mengatakan segala sesuatu dijadikan oleh Dia, Yohanes 1. Jadi Dia berfirman segala sesuatu jadi, Tuhan berfirman “jadilah terang”, jadilah terang, terang itu ada. Jadi Tuhan berkuasa bukan hanya ubah batu jadi roti, Tuhan bahkan berkuasa ubah iblis jadi roti. Tuhan berkuasa melakukan apa pun, tetapi Dia tidak lakukan. Salahnya iblis, yang pertama dia meragukan Kristus, lalu meminta Kristus melakukan sesuatu demi pembuktian kepada dia. Itu sebabnya Yesus tahu dan Yesus sudah menangkap setiap kalimat yang perintahkan kita mengerjakan sesuatu, demi membuktikan siapa kita, itu kalimat pasti palsu. Tuhan tidak perlu kita membuktikan diri dengan cara di luar Dia. Tuhan hanya mau kita menaati Dia dan itulah yang menjadikan kita manusia yang sejati. Iblis datang dengan peraturan-peraturannya dengan dorongan secara psikologis, begitu jenius, tapi kalau diperhatikan selalu penuh dengan tipu daya. Lalu dia mengatakan “suruhlah batu menjadi roti”, kalau mengubah batu menjadi roti, salah tidak? tidak. Kalau membuat batu menjadi roti lalu saya makan, tidak slaah. Dan iblis seolah-olah menawarkan solusi. Jadi iblis menawarkan solusi, “engkau lapar? Allah lupa memperhatikan kamu, malaikat lupa bawa makanan kepada kamu. Kamu disuruh jalan, tinggalkan padang gurun, kamu tidak ada energi kalau seperti ini. Lalu kamu bengong di padang gurun, panas begini, kesulitan begini. Kamu sedang dalam bahaya, saya usul ubah batu menjadi roti, bukan saya yang bawa”. Kalau iblis yang tawarkan roti, Yesus pasti tidak mau ambil, iblis mengatakan “tidak perlu dari tanganku, kamu punya kekuatan untuk mengubah batu jadi roti, silahkan”. Tapi Yesus menjawab dengan sangat tepat, Dia mengatakan “manusia tidak hidup hanya dari roti saja”. Lukas tidak melanjutkan, tapi bagian lain mengatakan “tetapi dari setiap firman yang kelaur dari mulut Allah”. Manusia tidak hidup hanya dari roti saja, tetapi dari setiap perkataan yang keluar dari mulut Allah. Berarti Yesus Kristus mengatakan otoritas dari Bapa di Sorga lebih besar dari otoritasNya. Iblis mengatakan “Engkau berfirman, batu akan taat. Engkau berkata batu ubah dirimu jadi roti, batu akan taat dan mengubah dirinya menjadi roti”. Tapi Yesus mengatakan “kalimat Bapa di sorga lebih penting. Dan manusia hidup bukan hanya dari roti, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah”. Tapi pada bagian ini, Lukas sengaja memberikan tekanan kepada manusia, hidup bukan dari roti saja, mengapa begitu? Mengapa Lukas tidak mengutip seluruh kalimat, tetapi memberikan penekanan pada bagian ini? Karena Lukas ingin membagikan kepada kita cara Kristus menang di saat krisis dan di saat keadaan sangat sulit. Di saat sangat lapar Dia mengatakan “manusia tidak hidup dari roti”.

satu kemenangan yang sesungguhnya. Kalau Saudara kenyang karena makan begitu banyak, lalu mengatakan “manusia tidak hidup dari roti” itu kurang signifikan. Tapi ketika sedang lapar, sedang perlu makan, lalu ada orang mengatakan “ini makanan”, apakah Saudara berani mengatakan “manusia tidak hidup dari roti”? Inilah satu pengertian, satu kemenangan dari situasi yang terjepit. Saudara kalau ditengah-tengah bergelimpangan uang lalu mengatakan “uang bukan segalanya”, itu terbukti atau tidak? Tapi kalau orang sudah kurang, sudah miskin, sudah perlu uang, terus terdesak keuangan, lalu ada orang datang mengatakan “ini ada uang untuk kamu”, lalu dia berani mengatakan “uang itu bukan segalanya”, ini baru benar. Kristus mengatakan “kita tidak bisa mengatakan bahwa hal yang kita perlu waktu mendesak adalah segalanya”, inilah hal bijaksana yang luar biasa, yang Yesus sedang ajarkan. Saudara sedang terdesak apa? Yang membuat Saudara terdesak itu bukan segala-galanya. Di dalam keadaan darurat, siapa masih bisa tenang berfikir? Siapa masih bisa tenang mengambil keputusan? Siapa masih punya keberanian untuk menunjukan diri sebagai orang yang rela berkorban? Itu baru pemimpin yang sejati. Kalau negara kita negara miskin, tidak ada apa-apa, kalau yang jadi presiden akan dibunuh, mungkin tidak ada yang mau jadi presiden. Andaikan Presiden Indonesia selalu dalam bahaya, beberapa kali terakhir selalu presiden hanya bertahan 2 tahun karena dibunuh. Dalam pemilihan presiden berikutnya kira-kira ada calon atau tidak? Tidak ada yang mau, karena kalau jadi presiden beberapa lama lagi akan dibunuh. Jadi di dalam keadaan kritis baru ketahuan siapa yang tulus, di dalam keadaan kritis baru tahu apa kebutuhan kita yang paling kita butuhkan saat ini. Itu sebabnya di dalam kondisi kritis yang paling cepat muncul adalah si setan. Waktu Saudara sedang dalam kondisi kritis, hati-hati, dia cepat sekali muncul mengatakan “mengapa tidak lakukan ini?”. Waktu Yesus sedang lapar, dia langsung muncul “ubahlah batu menjadi roti” simple kok. Lalu ini jadi ujian yang tidak bermakna kalau Kristus sedang kenyang, kalau Dia sedang penuh perutNya. Saudara kalau sudah kenyang, ditawari makan pun Saudara tidak akan mau. Tapi dalam keadaan terdesak, ini yang bahaya. Maka kita cari tahu, kita sedang terdesak dalam hal apa? Dalam hal keuangankah, dalam hal integritaskah, dalam keadaan diri yang tidak lagi melihat kebenaran sebagai patokan hidupkan? Di dalam kondisi kristis, apapun seluruh solusi yang diberikan itu bukan yang utama. Maka Yesus di tengah-tengah kelaparan mengatakan “roti bukan yang utama. Sehingga engkau tawarkan itu, engkau bodoh, prioritasmu salah susun, di saat seperti ini yang paling utama adalah menguatkan kepercayaan kepada Tuhan”, ini kalimat yang sangat penting. Daud ketika ada di gua, lari dari kejaran Saul, Yonathan bisa temui dia. Lalu ketika bertemu, Alkitab mengatakan Yonathan memperkuat kepercayaan Daud kepada Tuhan. Kalau sedang krisis apa pun, krisis ekonomi, krisis makanan, krisis apa pun yang Saudara alami, yang paling penting bukan jalan keluar dari krisis itu, tetapi yang paling penting adalah menguatkan kembali kepercayaan Saudara kepada Tuhan. “Saat aku sakit, kena penyaki yang membuat aku mati, yang perlu paling utama bukan obat yang menyembuhkan penyakit itu. Yang perlu paling utama adalah kepercayaanku kepada Tuhan”. Waktu mama saya didiagnosa cancer sudah stadium 4, sudah menyebar ke hati dan kemana-mana, waktu kami bicara, mama saya cuma mengatakan “sudahlah, saya sudah percaya Tuhan, dapat apa pun boleh, hanya jangan terlalumenyusahkan orang saja”. Akhirnya kita doakan dia, ikut kemo dan lain-lain, sekarang kembali sehat. Bulan depan harus cek lagi, dan dia mengatakan “Tuhan sudah ijinkan saya alami hal yang sangat sulit dan saya bisa menang”. Dia menang karena sembuh? Bukan, dia bilang “menang bukan karena sembuh, tapi menang karena imanku kepada Tuhan diteguhkan kembali. Jadi Saudara dalam krisis, itu bukan alasan untuk tinggalkan Tuhan, bukan alasan untuk kecewa sama Tuhan, dalam krisis bukan kesempatan untuk mengatakan “Tuhan, mengapa tidak ada solusi?”, karena si pemberi solusi itu setan, tapi si penguat iman kepada Tuhan, itulah utusan Tuhan yang sejati. Maka Kristus mengatakan “ada tertulis manusia hidup bukan dari roti saja”, di saat Dia lapar, Dia mengambil kesimpulan ini karena yang paling penting adalah menguatkan kepercayaan kembali kepada Tuhan.

Kiranya Tuhan menyertai kita di dalam krisis yang sudah harus kita alami, Saudara tidak buka telinga untuk mendengar saran dari si setan, Saudara tidak ambil jalur potong untuk mengabaikan Tuhan, tapi Saudara kembali dikuatkan di dalam iman kepada Tuhan. Sehingga ujian bisa kita lewati dengan kemenangan. Kemenangan karena, yang pertama tetap pentingkan otoritas Tuhan bukan kemauan diri. Yang kedua kemenangan karena berhasil melewati segala krisis dengan mempertahankan integritas dan iman kepada Tuhan. Lalu yang ketiga kemenangan karena mengalahkan kuasa iblis, seluruh godaan dari dia bisa dipatahkan dengan iman kepada Tuhan. Dan di dalam ayat 1, satu-satunya kekuatan yang dibagikan untuk kita lalui di dalam ujian adalah kepenuhan Roh Kudus. Ayat ini mengatakan “Roh Kudus memenuhi Kristus dan menuntun Dia masuk ke dalam ujian itu”. Kiranya Roh Kudus memenuhi kita semua dan kita boleh menang atas apa pun yang Tuhan ijinkan menguji hidup kita.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Anak Adam, Anak Allah

(Lukas 3: 23-38)
Di dalam tradisi reformasi salah satu yang dipopulerkan adalah khotbah ekspositori. Seorang bernama Ulrich Zwingli dan beberapa tokoh seperti Beza, Calvin sangat menekankan khotbah di dalam bentuk eskpositori. Tidak ada bagian yang tidak berguna, karena itu semua khotbah ekspositori bertujuan untuk menyatakan ini. Sekarang kita sampai pada silsilah, lalu Saudara pikir “apa yang mau disampaikan di dalam silsilah?”. Kita hanya diberikan serangkaian nama-nama yang tidak ada kaitan dengan hidup kita. Lalu bagaimana nama-nama ini bisa berkaitan dengan hidup? Matius menulis nama-nama yang dimulai dari Daud kemudian kepada Salomo, terus ke bawah sampai Zerubabel. Lukas menulis dari Daud sampai kepada Natan, bukan Salomo, terus ke bawah sampai Zerubabel. Lalu dari Zerubabel sampai Yesus, catatan Matius dan Lukas berbeda sama sekali. Itu sebabnya kita sangat terkejut mengapa 2 kitab ini menulis silsilah Kristus dengan cara yang sangat berbeda. Saudara membaca Lukas, Saudara tidak akan menemukan nama Salomo di situ. Dan Saudara kaget, Daud punya anak namanya Salomo, lalu dari Salomo lahirlah Yesus, mengapa di sini ditulis dari Daud ke Natan? Di sini banyak sekali perbedaan, tetapi saya percaya salah satu teori atau pendapat perbedaan ini, yang salah satunya dipopulerkan dari kuno, dari bapa-bapa gereja sampai kepada seorang yang bernama Adolf Deissmann, seorang teolog Perjanjian Baru dari Jerman, dia menulis buku tentang cahaya yang muncul dari Asia, yaitu tentang kehidupan Yesus. Dan dia memberikan pendapat bahwa Lukas adalah kitab yang menulis silsilah ini dengan cara yang terbalik dari kebiasaan. Caranya, yang pertama dia membalikan dari Yesus sampai ke atas, bukan dari atas sampai Yesus. Kalau bagian lain menulis silsilah, mereka akan menulis dari A mempunyai anak B, B mempunyai anak C, terus sampai kepada kita. Tapi kalau Lukas, dimulai dari kita kemudian ditelusuri ke atas, ini unik.

Mengapa Lukas memakai cara ini? Di dalam ayat 23 dikatakan ketika Yesus memulai pekerjaanNya, dia berumur kira-kira 30 tahun dan menurut anggapan orang atau catatan yang diakui secara tradisi, Dia adalah anak Yusuf, anak Eli, anak Matat. Dari Yusus ke atas, bukan dari Abraham ke bawah. Kalau Matius menulis: inilah silsilah Yesus Kristus. Abraham memperanakan Ishak, Ishak memperanakan Yakub, Yakub memperanakan 12 suku. Lalu dari situ diambil Yehuda, Yehuda memperanakan anak-anaknya terus sampai ke bawah, ini merupakan cara penulisan dari atas ke bawah. Tapi mengapa Lukas memulai dari bawah ke atas? Argumen dari Deissmann adalah karena dia mau menelusuri satu silsilah dari seorang yang bernama Eli. Siapa Eli? Ini adalah orang yang sama sekali kita tidak kenal. Di dalam Matius dikatakan bahwa Yusuf mempunyai ayah bernama Yakub bukan Eli, tetapi di dalam Kitab Lukas dikatakan Dia adalah anak Yusuf, lalu Yusuf adalah anak Eli. Mengapa Yusuf bisa menjadi anaknya Eli? Sedangkan di Matius Yusuf mempunyai ayah namanya Yakub, apakah ini Yakub alias Eli? Kalau benar Yakub alias Eli, mengapa ayah selanjutnya itu tetap berbeda? Apakah ini sengaja catatan yang ditulis oleh Lukas untuk mendobrak tradisi Matius? Ini membuat kita semua bingung sekali. Saudara kalau membaca Alkitab tidak pernah bingung, kita tidak akan bertumbuh, karena kita tidak sungguh-sungguh mau menggali artinya. Orang yang teliti waktu baca Matius “kok bisa 14”, waktu baca Lukas “kok bisa lebih banyak orang”, waktu ditelusuri namanya begitu banyak beda, bagaimana menyamakan? Ini membuat orang bepikir. Maka kalau Saudara membaca Alkitab dengan berpikir yang sungguh-sungguh, Saudara akan menemukan keganjilan, dan keganjilan ini membuat Saudara ingin tahu. Tapi ada yang setelah menemukan keganjilan, kehilangan iman, sayang sekali. Ada yang setelah menemukan keganjilan, ternyata tahu bahwa Alkitab mau menyampaikan sesuatu yang benar-benar di luar apa yang dipikirkan selama ini. Salah satu keahlian Alkitab adalah merombak pola pikir kita yang lama.

Di sini kita temukan ada 2 silsilah yang berbeda sekali. Lalu kita mau cari tahu mengapa bisa berbeda. Adolf Deissmann memberikan pengertian ini karena Lukas mau mencatat silsilah Eli. Eli, dia tafsirkan sebagai ayahnya Maria, ini merupakan tradisi yang kuno dan banyak ditentang sekarang. Banyak orang reformed juga tidak setuju ini. Saudara juga silahkan pilih mau setuju ini atau teori yang lain. Teori yang lain mengatakan nama-nama ini beda karena mungkin ada cara pernikahan yang unik dari orang Yahudi yang diterapkan di sini. Orang Yahudi kalau ada 2 orang menikah, kemudian suaminya mati sebelum istrinya punya anak, istrinya harus menikah dengan adik suaminya yang sudah mati, supaya nanti orang yang mati itu punya keturunan. Jadi kalau sang istri menikah dengan adiknya suami yang sudah mati, kemudian istrinya punya anak, anak pertama dianggap sebagai anak dari suaminya yang sudah mati. Ini keunikan hanya di Yahudi. Maka silsilah mereka pun sebenarnya beragam, ada orang yang telusuri silsilah secara tubuh yaitu ambil nama papa yang asli, yang secara biologis menjadi papamu. Ada silsilah yang lebih bersifat royal, yaitu siapa papa secara sah di dalam pengakuan, yaitu yang sudah mati. Jadi kalau dilihat mungkin kita bisa mempunyai papa di satu silsilah ditulis A, di silsilah yang lain mencatat B, karena secara daging kita anak B tapi secara status kita anak A. Ini terjadi, dan itu pun bisa menjelaskan beberapa hal dari silsilah. Lalu hal kedua yang harus kita tahu dari silsilah, silsilah royal selalu melewatkan orang yang kurang penting. Itu sebabnya Matius dengan aman menulis 14 keturunan dari Abraham sampai kepada Daud, 14 keturunan dari Daud sampai pembuangan, 14 keturunan dari pembuangan sampai Yesus, dengan sengaja mengeliminasi beberapa nama yang kurang penting. Ini cara menulis silsilah, Saudara tidak boleh protes. Maka Saudara baca Alkitab, harus terima dulu budaya mereka seperti apa. Kalau Saudara tidak mau terima budayanya, Saudara pakai budaya sendiri untuk tafsirkan, banyak hal akan luput. Lukas dan Matius berbeda, ada yang mengatakan mungkin karena perbedaan pernikahan, tetapi saya tetap terima teori dari Deissmann bahwa ini adalah silsilah dari Eli, dan Eli kemungkinan besar adalah ayah dari Maria. Tetapi Maria kan perempuan, tidak ada orang memberikan silsilahnya yang daimbil dari perempuan. Memang tidak ada, tapi Lukas adalah seorang penulis Injil yang unik, Lukas beda dengan kebiasaan umum di zamannya.

Lukas mempunyai keunikan yang luar biasa. Penulis lain menekankan murid-murid Yesus yang utama, Lukas menekankan pemungut cukai, mantan pelacur dan perempuan-perempuan. Jadi Lukas sengaja menulis dari hal-hal yang orang lain tidak biasa tulis. Itu sebabnya Injil Lukas memberikan penekanan apa yang dipinggirkan orang, dia kembali taruh di tengah. Apa yang orang pinggirkan, dia jadikan pemberitaan inti. Sedangkan apa yang orang nyatakan sebagai pemberitaan inti, justru di situ dia bahas dengan porsi yang biasa, tidak terlalu besar. Itu sebabnya dengan sangat berani Lukas ambil silsilah Eli yang merupakan ayah Maria, ini aneh sekali. Tapi justru di sini keunikan Lukas. Karena dia mau ambil silsilah dari Maria, maka dia harus tulis terbalik, tidak bisa tulis jalur umum. Kalau tulis jalur umum, nanti akan tertulis “Matat memperanakan Eli, Eli mempernakan Yusuf”, ini salah. Eli tidak pernah memperanakan Yusuf, tapi memperanakan Maria. Tapi kalau dibalik “Yusuf anak Eli”, ini benar karena dia sudah menikah dengan Maria. Maka seperti saya mengatakan saya ini anak dari papa mama istri saya. Tapi kalau dikatakan papa mama istri saya memperanakan saya, ini salah, karena berarti saya dan istri saya adalah saudara. Jadi waktu saya menikah dengan istri saya, orang tua istri saya juga orang tua saya. Itu sebabnya Lukas tulis dari bawah ke atas bukan dari atas ke bawah. Dia tidak katakan “Eli memperanakan Yusuf” tapi dia mengatakan “Yusuf anak Eli, Eli anak Matat, Matat anak Lewi…”. Di sini dia dengan berani mengambil pola yang tidak dilakukan secara umum. Salah satu yang Lukas lihat adalah bahwa silsilah Yesus bisa ditelusuri lewat jalur biasa. Maka dia memulai dalam ayat 24-27, ini adalah bagian yang mencatat nama-nama setelah orang Israel kembali dari pembuangan. Matius mencatat nama-nama ini, Lukas juga mencatat nama-nama ini. Matius lewat Yakub, ayah dari Yusuf, Lukas dari Eli ayah dari Maria. Lalu perbedaan dari Matius dan Lukas, setelah periode pembuangan itu ada nama Zerubabel, di dalam Lukas juga ada nama Zerubabel. Ternyata silsilah dari Yusuf dan Maria itu berpisah, tetapi kemudian ternyata satu di dalam Zerubabel, mereka berdua sama-sama keturunan dari Zerubabel. Mengapa mereka berdua harus keturunan dari Zerubabel? Karena di dalam kitab nabi, Tuhan mengatakan “hai Zerubabel, Aku memeteraikan engkau seperti cincin dan Aku akan membangkitkan engkau dan akan memimpin engkau selama-lamanya”, ini berarti keturunan Zerubabel lah Mesias. Maka Tuhan berjanji keturunan Daud itulah Mesias. Tuhan ulangi janjiNya dengan mengatakan “keturunan Zerubabel ini akan menjadi Mesias”. Maka baik Daud maupun Zerubabel harus masuk dalam silsilah ini untuk silsilah itu bisa disebut silsilah Sang Mesias. Lukas dengan teliti melihat ternyata dari keturunan Eli pun nyambungnya ke Zerubabel. Baik Yusuf dan Maria adalah keturunan Zerubabel.

Setelah itu Matius melanjutkan dari Zerubabel ke garis raja-raja, dari Zerubabel kemudian ke Sealtiel, dari Sealtiel ke Yekonya, lalu terus ke raja-raja sampai Salomo kemudian Daud. Tetapi Lukas pilih yang lain, ini beda lagi, mengapa dari Zerubabel lain? Ternyata Lukas lebih memilih Zerubabel sebagai keturunan Sealtiel, dan Sealtiel sebagai anak Neri. Di sini Sealtiel anak Neri, di dalam Matius Sealtiel anak Yekonya. Mengapa bisa berbeda? Saya percaya salah satu jawabannya adalah karena pernikahan tradisi yang tadi, mungkin salah satu meninggal dan belum punya anak, kemudian istri ini menikah dengan sang adik, lalu lahirlah Sealtiel. Waktu ditanya Sealtiel anak siapa? “secara garis royal saya keturunan Yekonya, secara fisik saya keturunan Neri”, mau pilih yang mana? Kalau Saudara secara royal keturunan raja, secara fisik keturunan orang biasa, Saudara pilih yang mana? Matius tekankan darah biru, tekankan dari Daud, Salomo, Rehabeam, terus raja-raja sampai kepada Sealtiel garis ini tidak putus secara silsilah royal. Tetapi Lukas menemukan dalam tradisi lain ada silsilah secara fisik yang ternyata mengaitkan Yesus dengan orang-orang biasa. Zerubabel ternyata keturunan orang biasa, tidak semua raja. Maka kalau kita telusuri dari Zerubabel kemudian ada Neri, ada Malki, ada Adi, Kosam, Elmadam, Er, Yesua, Eliezer, Yorim, Mata, Lewi, Simeon, Yehuda, Yusuf, Yonam, Elyakim, Melea, Mina, Matata, Natan, dan Daud. Daud punya anak banyak, salah satunya Natan, kakak Salomo. Tetapi Daud juga punya anak namanya Salomo. Waktu telusuri jalur Natan sampai kepada Neri, waktu telusuri jalur Salomo sampai kepada seorang bernama Yekonya. Lalu dari Yekonya dan Neri ternyata bisa ditarik garis ke Zerubabel. Lukas sengaja pilih jalur biasa.

Di sini kita bisa belajar satu hal bahwa Kristus mempunyai tradisi yang tidak selalu harus dikaitkan dengan keagungan. Bahkan waktu Matius catat tradisi agung ini pun, Matius masukkan nama-nama seperti Rahab, Rut yang adalah perempuan kafir dan Rahab yang tadinya pelacur. Dimasukan nama-nama yang menunjukan bahwa semua tradisi di mana Kristus ada itu bukan tradisi sempurna. Ini tradisi cacat yang kemudian disempurnakan oleh Kristus. Maka kita bisa pelajari dari bagian kedua dari silsilah ini, Lukas menggabungkan silsilah orang biasa di dalam silsilah kerajaan Kristus. Dia tidak lihat bahwa Kristus hanya bisa diagungkan oleh orang-orang mulia. Kristus tidak hanya diagungkan oleh raja-raja penting saja, Kristus pun mau berbagian di dalam diri orang-orang biasa. Ini menjadi pelajaran bagi kita di dalam kehidupan bergereja, dalam kehidupan bergereja jangan pikir orang yang penting, spesial, banyak uang berikan tempat khusus, banyak bakat diberikan tempat khusus, yang lain orang-orang tidak penting, orang pinggiran, tidak perlu ada di gereja, mereka ada syukur untuk menambah jumlah, tapi kalau mereka tidak ada pun tidak apa-apa. Ini pemikiran yang sangat jahat. Saudara lihat orang karena apa? Karena kemampuan, prestasi, sumbangsih yang diberikan? Kalau ini tidak ada tidak dianggap manusia, ini jahat sekali. Maka Lukas mengingatkan Yesus tetap mau diidentikan dengan orang-orang yang tercatat. Waktu Saudara baca Alkitab, Saudara tidak tahu ini orang dari mana, mereka bukan siapa-siapa. Mengapa yang bukan siapa-siapa boleh masuk di sini? Karena memang faktanya Tuhan pilih yang bukan siapa-siapa. Waktu Tuhan Yesus pilih murid apakah pilih kualifikasi yang agung saja? Saya tidak bilang Saudara boleh melayani tanpa studi, tapi ini tidak berarti Saudara tidak boleh tidak berbagian di dalam persekutuan di dalam Tuhan. Di dalam keadaan awal, Tuhan memilih murid-murid yang bukan siapa-siapa, tetapi mereka yang cinta Tuhan rela bergerak demi Tuhan, demi kemuliaan Tuhan, dan akhirnya gereja menjadi besar dan berkembang kemana-mana. Maka Saudara pun harus belajar 2 hal dari poin pertama, saya yang bukan siapa-siapa ini diterima Tuhan, tidak perlu merasa diri begitu kecil, begitu hancur, begitu tidak berharga hanya karena dianggap begitu kecil oleh dunia. Itu sebabnya Alkitab mengatakan Lukas memilih nama-nama biasa untuk berbagian di dalam silsilah Yesus Kristus, inilah keunikan yang berani dia lakukan.

Lalu hal kedua yang kita lihat dari zaman Natan, yaitu dari Daud, Isai, Obed, Boas, Salmon, Nahason, Aminadab, Admin, Arni, Hezron, Peres dan Yehuda, kita masuk di dalam periode ketiga. Periode pertama periode pasca pembuangan, periode kedua periode biasa dari garis raja-raja Maitus, periode ketiga adalah periode dari Daud sampai kepada Yehuda, ini merupakan periode penantian raja. Jadi Saudara mempunyai pengharapan akan janji Tuhan, ternyata baru genap generasi sesudah Saudara mati, ini yang terjadi. Tuhan menjanjikan kepada Yehuda tongkat kerajaan tidak akan beralih dari engkau, tetapi nanti setelah lama baru Daud muncul dan dia menjadi raja. Dan waktu garis keturunan dari Yehuda sampai Daud itu tidak banyak orang yang memperhatikan garis ini. Sampai Daud muncul pun tidak banyak orang memperhatikan dia, tapi Tuhan tetap bekerja meskipun dunia tidak sadar, Tuhan tetap bekerja menjalankan jalur ini. Banyak sekali hal di dalam hidup kita yang Tuhan terus kerjakan tapi kita tidak sadar. Badan kita bekerja banyak kali kita tidak sadar. Pengharapan bahwa suatu saat Tuhan akan mendatangkan raja, entah kapan, tapi Tuhan tetap pelihara. Jadi kita sudah sampai kepada poin yang berikut yaitu silsilah ini mengajarkan kepada kita bahwa Tuhan terus bekerja. Kalau sebelumnya silsilah ini mengajarkan kepada kita, Tuhan libatkan orang-orang biasa dalam turunnya Yesus ke dunia. Maka poin kedua kita pelajari, Tuhan pelihara jalur raja ini.

Kemudian peristiwa yang keempat, silsilah keempat, kita bisa belajar satu hal, di dalam bagian ini ada Yehuda, Yakub, Ishak, Abaraham, Terah, Nahor, terus sampai kepada Adam, di sini Lukas pasti ambil dari Perjanjian Lama. Dan dalam Perjanjian Lama dicatat mulai dari Yehuda terus sampai Adam, ini merupakan garis orang-orang yang mempertahankan iman. Inilah garis orang-orang yang mempertahankan bahwa “saya harus tetap percaya kepada Tuhan”. Matius memulai silsilahnya dengan Abraham, Lukas memulai dari manusia pertama, bahkan dari Allah dalam ayat 38. Jadi dari manusia pertama, Adam, mempunyai banyak anak, hanya 1 yaitu Set yang tetap setia. Set dikatakan punya banyak anak, hanya satu yaitu Enos yang tetap setia. Enos punya banyak anak, hanya satu yaitu Kenan yang tetap setia. Kenan banyak anak, hanya satu yaitu Mahaliel yang tetap setia. Jadi kita lihat dalam bagian terakhir ini Tuhan memelihara tradisi dari silsilah ini tetap ada meskipun hanya satu orang yang melanjutkan iman. Kita hidup di dalam zaman yang begitu rusak, tapi ktia masih bisa menikmati banyak orang bisa bersekutu di dalam Kristus lebih dari pada zaman itu. Bayangkan berapa kesepiannya waktu itu, misalnya Henokh sendiri, saudara-saudaranya sudah lupa Tuhan. Lalu dia punya anak, dari semua anak hanya Metusalah yang cinta Tuhan, yang lainnya tidak. Bayangkan berapa kesepiannya orang dulu. Orang dalam zaman dari Adam sampai Abraham tidak punya persekutuan karena mereka hanya sendiri, dan ini merupakan sesuatu yang sangat menakutkan. Orang-orang beriman harus ingat, persekutuan antar orang beriman itu harta besar yang Tuhan percayakan. Jadi Tuhan mempertahankan iman dari Adam sampai Abraham, Tuhan mempertahankan janji raja dari Abraham sampai kepada Yehuda, Tuhan mempertahankan garis keturunan raja ini dari orang-orang biasa, mulai
dari Natan sampai kepada Zerubabel. Dan Tuhan mempertahakan pengharapan orang-orang biasa ini dari Zerubabel sampai Yusuf. Dan Tuhan menggenapi dari anak Maria, istri Yusuf, yaitu Yesus. Silsilah ini diakhiri Lukas dengan mengatakan “anak Enos, anak Set, anak Adam, anak Allah”. Allah memanggil umatNya di dunia dengan mengatakan “engkau anakKu”. Bagaimana orang di dunia bisa menjadi anak Allah? Dengan Allah mengatakan “berbagian di dalam Anak TunggalKu yaitu Kristus, maka engkau akan menjadi anak-anak Tuhan”. Di sinilah silsilah yang sangat indah disusun oleh Lukas, dimulai dari Yusuf kemudian Eli, Matat dan seterusnya menggambarkan cara terbalik untuk menelusuri dari manakah Kristus. Dan dia memulai dari orang-orang biasa, kemudian dia melanjutkan dengan pengharapan akan raja, dia melanjutkan dengan pengharapan dari orang-orang beriman, sampai akhirnya memulai dari asal segala sesuatu, yaitu Allah yang mencipta segala sesuatu.

Maka dari silsilah ini kita belajar Tuhan pakai orang-orang biasa. Engkau dan saya orang biasa, kita tidak spesial, kita tidak mengandalkan bakat, kita tidak tahu apa yang menjadi keunikan kita, tapi kita tahu Tuhan tetap mau terima kita dan Tuhan libatkan kita di dalam pelayanan. Kedua, kita bisa belajar bahwa Tuhan mempertahankan janjiNya meskipun kita tidak sadar. Saudara ingat baik-baik, ini yang Tuhan kerjakan, Tuhan akan bangkitkan lagi hambaNya yang besar, entah kapan. Bagian berikutnya lagi mengajarkan kepada kita, Tuhan memelihara janjiNya, Tuhan perlihara siapa yang akan Tuhan bangkitkan nanti. Lalu yang terakhir, kita bisa melihat bagaimana iman da persekutuan antara orang beriman merupakan anugerah yang besar, Tuhan mempertahankan iman turun-temurun tidak pernah lepas dari Adam sampai kita. Dan Tuhan mengijinkan pada zaman kita sekarang ada saudara-saudara seiman yang boleh bersekutu dengan kita. Hargai mereka, jangan gampang bertengkar dengan mereka, jangan gampang kecewa dengan mereka, jangan buang mereka, jangan gampang singkirkan mereka, karena Saudara jauh lebih baik ada mereka dari pada Saudara sendirian beriman tanpa ada yang menguatkan, tanpa ada yang mendampingi. Terakhir, Allah yang mengerjakan segala sesuatu, Allah yang sedang memanggil keturunan Adam yang akan Dia jadikan umatNya dengan panggilan “anakKu”. Karena kita berada di dalam Kristus yang adalah Anak Tunggal Allah. Kiranya Tuhan memberkati dan memimpin kita di dalam seluruh bagian kitab suci untuk makin bertumbuh di dalam Tuhan.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Kasih dalam Allah Tritunggal

(Lukas 3: 21-22)
Dalam ayat ke-21 digambarkan tentang Yesus yang dibaptis bersama-sama orang yang perlu pertobatan. Dan di dalam ayat ke-22, ditulis pengertian tentang Tritunggal. Ini adalah 2 pengertian yang sulit, mengapa Yesus yang sempurna dan yang kudus memerlukan pembaptisan dengan orang-orang yang perlu dipertobatkan. Lalu mengapa dalam ayat ke-22 gambaran tentang Tritunggal disampaikan Lukas dengan cara yang berbeda dengan Matius dan Markus. Di dalam ayat ke-21 dikatakan Yesus dibaptis bersama-sama dengan orang lain yang juga memerlukan pembaptisan bagi mereka. Yohanes Pembaptis berkhotbah dan orang yang mendengarkan khotbah Yohanes, mereka memberikan diri untuk dibaptis. Ketika Yohanes memperoleh murid, dibaptis oleh Yohanes, dan ketika murid-murid banyak yang dibaptis, orang-orang Farisi datang, lalu mereka bertanya “mengapa engkau membaptis?”. Pertanyaan orang Farisi bukanlah pertanyaan “mengapa engkau melakukan tindakan ini?”. Mereka sudah tahu apa itu baptisan, mereka sudah sangat familiar, mereka sudah biasa dengan praktek baptisan. Maka praktek baptisan yang dilakukan oleh Yohanes Pembaptis bukan hal yang baru. Ini bukanlah suatu temuan dari Yohanes Pembaptis. Dia membaptis dengan air, dan orang Farisi tahu ada baptisan dengan air. Maka yang mereka tanya adalah “apa makna baptisanmu? Mengapa engkau membaptis? Apakah engkau berhak melakukan ini? Apakah engkau punya otoritas yang diberikan oleh pemimpin agama untuk lakukan ini? Atau engkau melakukan ini seenaknya sendiri dan tidak pada jalur yang seharusnya?”. Jadi mereka mempertanyakan motivasi dan otoritas yang dimiliki oleh Yohanes Pembaptis di dalam melakukan pembaptisan. Dalam Perjanjian Lama baptisan dilakukan sebagai simbol pembersihan, jadi di dalam Alkitab digambarkan ketika para imam akan memulai pelayanan, mereka akan dibasuh. Pembasuhan inilah yang menggambarkan keadaan Israel yang tidak layak. Jadi jangankan rakyat biasa, pemimpin agama pun tidak boleh mendekat ke tempat yang suci, pemimpin agama pun tidak layak berada di kemah pertemuan, tidak layak di mezbah Tuhan.

Jadi siapa yang dipanggil untuk melayani Tuhan di tempat yang suci mesti dibasuh. Selain dengan air, di dalam Alkitab dikatakan pembersihan dengan pembasuhan pun dilakukan dengan darah, dicipratkan atau disiramkan darah. Ini untuk semua peralatan mau pun untuk rakyat diberikan percikan darah untuk tanda penebusan dosa. Ini merupakan praktek yang dilakukan sejak Taurat untuk menunjukan bahwa orang Israel tidak layak untuk datang ke hadapan Tuhan, para imam terlalu kotor untuk bisa menghadap Tuhan. Maka Kitab Taurat sudah sangat jelas menunjukan posisi manusia yang sudah jatuh terlalu jauh dari Tuhan, Tuhan itu terlalu suci, Tuhan terlalu mulia, Tuhan terlalu agung sehingga kita tidak mungkin dekat dengan Dia. Maka Yohanes berkata “saya membaptis dengan air, saya pakai ini untuk pertobatan. Tapi nanti akan datang yang lebih berkuasa dari saya, Dia akan datang membaptis dengan Roh Kudus dan api”. Demikian baptisan mengalami beberapa perubahan. Di dalam Perjanjian Lama baptisan adalah tanda disucikannya seseorang untuk jabatan imam, menandakan dia yang tidak layak sekarang boleh dilayakan. Yohanes Pembaptis memberikan makna baru yaitu baptis bukan hanya untuk imam, tapi untuk semua orang Israel yang mau dimurnikan imannya dengan pertobatan sejati. Lalu orang-orang banyak datang, di tengah-tengah mereka ada Yesus. Yesus tidak peduli kalau diriNya dianggap sama berdosa dengan orang berdosa lainnya. Dia tidak peduli image-Nya, Dia tidak peduli bagaimana tanggapan orang tentang Dia selama orang-orang mau kembali kepada Tuhan. Inilah kebesaran Kristus, Dia yang tinggi rela direndahkan. Sedangkan manusia berdosa yang rendah maunya ditinggikan. Iblis yang sudah punya kemuliaan sebagai malaikat, tetap merasa kemuliaannya kurang, tetap mau besar lagi. Iblis mau lebih tinggi dari yang seharusnya, orang berdosa sama mau lebih dari yang seharusnya. Tetapi Kristus, Dia lebih dari yang kita kenal, tapi Dia rela dianggap rendah. Maka Alkitab mengatakan Kristus yang tinggi merendahkan diri, manusia yang rendah maunya meninggikan diri. Kita ini hidup dalam masyarakat yang penuh dengan keinginan menonjolkan diri “aku mau tonjolkan kepintaranku, kehebatanku, kekayaanku” pokoknya semua ditunjukkan, bahkan ditunjukkan lebih dari aslinya. Ini penyakit dalam zaman sekarang ini, semua pamer sesuatu membuat orang salah mengerti, dikira ini orang pintar tapi dia sibuk menuturkan kepintaran, aslinya tidak sepintar itu. Kristus yang penuh rela dianggap kosong. Kita yang aslinya kosong, maunya dianggap penuh.

waktu Yohanes panggil “mari, siapa yang mau bertobat, silahkan datang”, ditengah-tengah mereka Yesus pun datang. Ketika Yohanes baptis satu-satu, Yesus pun antri untuk dibaptis oleh Yohanes. Dan ketika Yohanes sampai kepada Yesus, dia kaget “bukankah Engkau yang dijanjikan itu? Bukankah Engkau Sang Mesias itu? Bukankah Engkau yang ditunjuk oleh Allah Bapa menjadi Raja untuk memperbaiki bangsa ini?”. Maka di dalam bagian lain Injil, saya gabungkan dari Matius, Markus, Lukas dan Yohanes kisah ini, bagian lain mengatakan Yohanes langsung berkata “aku yang harusnya dibaptis oleh Engkau. Maka sekarang tolong, Aku akan tundukkan diri, Engkau yang tumpangkan tangan dan baptis aku”, tapi Yesus mengatakan “jangan. Biarlah apa yang Allah mau kita kerjakan, boleh digenapi pada saat ini”. Yesus mau dibaptis karena Dia mau mengidentikan diri sebagai Imam yang memulai pekerjaan dan menjadi sama dengan orang-orang yang akan Dia tebus. Inilah kasih yang sejati, kasih yang rela merendahkan diri, kasih yang rela mengosongkan diri, kasih yang rela diri menjadi tidak ada demi diri orang lain menjadi ada. Yesus dengan aktif merendahkan diri, demikian dikotbahkan Pdt. Stephen Tong, Yesus yang dengan aktif merendahkan diri, akhirnya Allah aktif meninggikan Dia. Manusia yang aktif meninggikan, akhirnya Allah aktif merendahkan orang itu. Inilah prinsip yang harus kita pelajari, Yesus datang menyamakan diri dengan semua orang berdoa, Dia mengidentikan diriNya dengan orang berdosa, meskipun diriNya tidak mempunyai dosa sama sekali. Maka Dia datang kepada Yohanes Pembaptis dan dibaptis oleh Yohanes Pembaptis. Waktu Yohanes mau membaptis, dia gemetar, dia ambil air lalu mulai gemetar “Engkau kan Sang Mesias, aku hidup hanya untuk mengumumkan kedatanganMu. Dan sekarang Engkau sekarang sudah datang, mana boleh aku membaptis Engkau?”, tapi Yesus mengatakan “lakukan supaya kita menggenapi apa yang Allah mau”, akhirnya Yesus pun dibaptis. Sekarang pertanyaanya, kalau Yohanes yang membaptis dan Yesus yang dibaptis, kira-kira orang-orang akan melihat siapa lebih mulia? Orang akan melihat orang yang membaptis itu lebih mulia, yang dibaptis itu lebih rendah kedudukannya. Tetapi Allah tidak ingin Yesus disalahmengerti, itu sebabnya di ayat 22, Allah menyatakan di dalam beberapa cara untuk meninggikan Kristus. Cara pertama, dalam Injil Yohanes, dikatakan Yohanes Pembaptis langsung umumkan “inilah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia”, Yohanes langsung menyatakan. Dia tidak mau orang salah mengerti, dia tidak mau orang merendahkan Kristus dan meninggikan dia . Dia langsung mengatakan “ini yang aku khotbahkan, ini yang aku maksudkan waktu aku berbicara kepadamu, inilah Dia Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia”. Dia langsung mengumukan supaya orang melihat kepada Yesus bukan kepada dia. Lalu cara kedua, Allah sendiri berbicara dari sorga lalu menyatakan dengan sangat jelas, “ini Anak yang Aku kasihi, kepadaNyalah Aku berkenan”. Ketiga, Allah mengijinkan Roh Kudus turun atas Kristus, ini menunjukan bahwa pengurapan air tidak pantas untuk Yesus Kristus. Bahkan pengurapan minyak dari imam kepada raja pun tidak layak, terlalu hina untuk dikenakan kepada kepala Kristus. Maka Roh Kudus lah yang turun, dan pengurapan Roh Kudus pada diriNya sendiri ada pada Kristus. Inilah pengurapan satu-satunya yang boleh hinggap di kepala Kristus.

Jadi Allah meninggikan Dia dengan sangat meskipun Kristus tidak menyatakan diri harus ditonjolkan. Ayat 22, Roh Kudus turun dalam bentuk burung merpati, Roh Kudus turun dalam rupa binatang yang dianggap sebagai simbol ketulusan. Di dalam dunia Perjanjian Lama ada 2 binatang, yang pertama merpati dinyatakan sebagai simbol ketulusan, yang kedua adalah ular, itu dinyatakan sebagai perwujudan dari kejahatan. Jadi ada ular di satu sisi dan merpati di sisi lain. Orang-orang zaman dulu percaya kalau ada air yang besar, entah itu danau besar, raksasa, atau pun laut itu di dalamnya ada ular besar yang merupakan perwujudan dari si jahat itu sendiri. Jadi kuasa-kuasa jahat menunjukkan diri sebagai ular besar. Dan di dalam Alkitab, di Kejadian, iblis diidentikan dengan ular, dan di dalam Wahyu dia diindentikan dengan ular tua. Berarti ada binatang yang dipakai sebagai perwujudan menyatakan kelicikan dan kejahatan, ada binatang yang dipakai sebagai simbol ketulusan. Dan merpati adalah simbol ketulusan, simbol kepolosan, simbol jujur, simbol tidak ada maksud tersembunyi. Sedangkan ular adalah sebaliknya, simbol dari segala macam dusta. Roh Kudus turun dalam bentuk merpati, tapi Roh Kudus tidak selalu turun dalam bentuk merpati. Roh Kudus turun bisa dalam bentuk lidah api dan Roh Kudus bisa turun dengan suara yang menggelegar yang menyatakan Firman. Pada bagian ini kita melihat Roh Kudus turun, suara Allah Bapa terdengar, dan Yesus Kristus ada di situ, inilah gambaran Tritunggal yang indah sekali, yang digambarkan Injil Lukas. Dan gambaran ini langsung menghantam banyak ajaran bidat. Salah satunya adalah modalisme, ajaran yang mempercayai Allah itu satu tapi mempunyai 3 perwujudan, 3 mode, ini bukan ajaran Alkitab. Saudara mungkin sering dengar contoh ini, ada pendeta menjelaskan Tritunggal “Tritunggal itu berarti seperti saya, saya kalau di dalam rumah, saya kepala keluarga. Waktu saya setir mobil, saya sopir. Waktu saya di kantor, saya adalah direktur. Maka saya adalah kepala keluarga, saya juga sopir, saya juga direktur. Jadi saya 3 tapi juga 1, ini tritunggal. Satu saya, tapi saya juga adalah kepala keluarga, sopir dan direktur” ini adalah bidat. Banyak pendeta tidak mau baca sejarah gereja, akhirnya khotbah tidak punya pengetahuan apa-apa, malahan jemaat yang mengetahui banyak hal langsung tahu “pendetaku ini ngawur”. Di dalam sejarah gereja ada yang namanya modalisme, ada orang namanya Praxeas yang diserang Tertulian sebagai ajaran bidat. Dia percaya satu Allah itu yang menyatakan diri dalam 3 mode, dan ini bukan ajaran Alkitab. Kalau Allah menyatakan diri dalam 3 mode, bagaimana mungkin dalam gambaran Lukas ini, ketiganya berada sekaligus, ada Allah Bapa yang bersuara dari atas, ada Yesus Kristus yang sedang dibaptis dan ada Roh Kudus yang turun. Ini ketiganya dinyatakan dalam waktu bersamaan. Pada bagian ini ayat 22, Allah Roh Kudus datang mendampingi Kristus, memberikan satu kekuatan pengurapan dan penyertaan di dalam karya keselamatan yang Kristus akan kerjakan.

Jadi baptisan air memulai pekerjaan Imam Kristus, dan turunnya Roh Kudus memberikan pendampingan, kekuatan dan penyertaan kepada Yesus Kristus. Jadi Roh Kudus datang untuk menyertai Kristus, menguatkan Dia, memberikan kuasa, memberikan firman, memberikan pernyataan, meskipun Kristus sendiri yang berkuasa, yang berkuasa, yang berfirman dan mempunyai kekuasaan ilahi., tetapi tetap Allah Roh Kudus datang menyertai Dia di dalam pelayananNya. Di bagian selanjutnya Allah Bapa mengatakan “Engkau AnakKu yang Kukasihi”, ini merupakan satu dorongan Bapa kepada Anak. Allah Bapa mengatakan kepada Anak “Engkau yang Kukasihi, Engkau yang Aku perkenan, kepadaMu jiwaKu berkenan”, ini merupakan satu dorongan yang diberikan kepada Bapa ketika AnakNya akan memulai pelayanan yang sangat berat. AnakNya akan menjadi Domba di tengah serigala dan akan dicabik-cabik oleh serigala, dan Allah Bapa sudah mengatakan “Aku berkenan kepadaMu, Engkau yang Aku kasihi”. Ketika Allah menyatakan kasih, ini justru satu kalimat penguat untuk AnakNya siap menuju salib. Kita maunya cinta kasih Tuhan, tapi kita tidak siap berjalan menuju salib, itu bukan meneladani Kristus. Kristus mendapat dorongan dari Allah yang menyatakan “Engkau Anak yang Aku kasih”. Inilah relasi yang kita bisa pelajari, kita bisa belajar bahwa di dalam relasi kasih ada pernyataan kasih yang konsisten. Kasih yang sejati selalu disertai dengan pernyataan kasih yang konsisten, ini hal pertama yang kita pelajari dari ayat 22. Saudara mengasihi orang harus selalu ada pernyataan kasih yang konsisten, Saudara otomatis bertindak karena didorong oleh kasih. Saudara melakukan apa pun karena otomatis didorong oleh kasih bukan karena kewajiban, inilah relasi kasih yang sejat. Saudara kalau menikah, lalu pasangan Saudara demam, Saudara enggan menolong, tapi Saudara terpaksa menolong karena ada undang-undang yang mengharuskan, ini bukan kasih. Kalau kita punya relasi kasih, tidak ada pernyataan kasih yang konstan terus-menerus, kita gagal meneladani Tritunggal.

Allah Bapa menyatakan kepada Allah Anak “Engkaulah AnakKu yang Kukasihi, Aku punya delight, Aku punya kesenangan, gairah kasih yang menggebu-gebu, Aku berikan kepadaMu, AnakKu”. Apakah Allah Anak belum tahu waktu Allah Bapa mengatakan “Engkaulah Anak yang Aku kasihi”? Yesus tahu Allah Bapa mengasihi Dia, tapi ini tidak mencegah Allah Bapa menyatakannya. Relasi yang hangat dan dipelihara itu harus ada. Banyak kali kalau orang sudah lama menikah kehilangan hal seperti ini, yang ada hanya keketusan, makin ketus satu sama lain. Saudara makin ketus satu sama lain, Saudara makin jauh dari Tuhan. Allah menciptakan dunia untuk menyatakan kasih dan kemuliaanNya kepada ciptaan. Allah mengirimkan AnakNya yang Tunggal untuk menyatakan kasihNya kepada kita. Allah memelihara hidup kita, memberikan firman, menyatakan Roh Kudus. Memberikan anugerah tiap hari untuk menyatakan bahwa Dia hari demi hari terus menyertai kita. Jadi pernyataan kasih yang terus secara konstan diberikan inilah ciri dari Tritunggal. Maka Allah Bapa menyatakan

“Engkau AnakKu yang Kukasihi”. Kapan terakhir Saudara bilang mengasihi kepada Tuhan? Kalau berdoa biasanya minta kan? Kapan mendoakan orang yang Saudara kasihi, kapan doa hanya untuk menyatakan Saudara mengasihi Tuhan, pernah lakukan ini? Sambil berlutut mengatakan “ya Bapa, aku bersyukur untuk kasihMu, aku mau mengasihiMu, aku sudah mengasihiMu dan aku mau belajar lebih mengasihiMu lagi”, doa ini jarang diucapkan. Maka Allah menyatakan ini dan ini yang bisa kita pelajari, pernyataan yang konstan akan kasih itu terus dibagikan kepada orang yang kita kasihi.

Lalu hal kedua yang bisa kita pelajari Allah Tritunggal mengerjakan keselamatan dengan bekerja bersama-sama. Siapa yang antar Pribadi Tritunggal tidak sempurna? Allah Bapa sempurna, Allah Anak sempurna, Allah Roh Kudus sempurna, tidak ada satu pun dari Pribadi Allah yang perlu yang lain di luar diriNya, semua cukup di dalam diriNya sendiri. Tetapi Allah yang cukup pada diriNya sendiri tetap bekerja bersama-sama, saling support, saling mendorong, saling menguatkan, saling bekerja untuk menyatakan keselamatan bagi manusia. Maka pada bagian ini Allah Anak menjadi manusia, Dia dibaptis oleh Yohanes Pembaptis untuk mengidentikan Dia dengans eluruh Israel dan menjadikan Dia Mesias Juru Selamat mereka. Lalu ketika Dia mulai pelayanan ini, Allah Roh Kudus turun menyatakan penyertaan, memberikan kekuatan, memberikan dorongan kepada Kristus. Kristus yang sempurna tetap ada Allah Roh Kudus yang mendorong, memberikan kekuatan kepada Dia. Lalu Allah Bapa memberikan kalimat-kalimat dorongan yang penuh dengan kasih untuk menguatkan Sang Anak. Allah Bapa mengatakan “Engkau AnakKu, Aku sangat mengasihi Engkau. KepadaMu seluruh hatiKu, seluruh delight-Ku tertuju”, ini perkataan yang akan menguatkan Sang Anak. Itu sebabnya Alkitab mengatakan biasakan mengatakan kalimat yang bisa menjadi berkat bagi orang. Jangan apa-apa mengeluarkan kalimat untuk menghakimi orang, menyindir orang tanpa poin apa pun untuk membangun dia, itu tidak benar. Maka Alkitab mengatakan Allah Tritunggal tetap mengerjakan keselamatan bersama-sama. Allah Anak yang mati di kayu salib, tapi Allah Roh Kudus terus mendampingi memberikan kekuatan, Allah Bapa membuktikan dengan kalimat yang penuh dorongan, yang penuh kasih supaya Allah Anak untuk mengerjakan tugasNya ini. Maka kalau Allah Tritunggal bekerja bersama-sama, manusia harus belajar bekerja bersama-sama. Saudara tidak bisa menjadi orang yang melakukan semua sendiri tanpa orang lain, Saudara perlu orang lain, Saudara perlu persekutuan, Saudara perlu melayani bersama-sama, Saudara perlu tahu bagaimana rasanya ditolong orang dalam melayani Tuhan dan menolong orang lain melayani Tuhan. Ini kalimat hanya bisa dirasakan oleh orang yang sudah kerjakan. Waktu bersama-sama mengerjakan pekerjaan Tuhan, baru tahu perasaan limpahnya seperti apa. Orang datang ke gereja bukan hanya untuk belajar. Saudara kalau ke gereja hanya untuk belajar, ini namanya tempat les. Dan banyak tempat les terkadang lebih hangat dari gereja. Saudara harus belajar bekerja bersama-sama anggota tubuh Kristus, di sini ada keindahan luar biasa. Maka saya minta Saudara boleh inisiatif, tanya ke Sekolah Minggu perlu apa, di sini bisa bantu apa, bisa berbagian apa, supaya kita pun boleh melayani bersama-sama. Jadikan ini persekutuan yang menyatakan relasi Tritunggal di dalam dunia. Allah Bapa, Allah Anak, Allah Roh Kudus menyatakan karya bersama-sama saling mendampingi, saling memberikan kekuatan, saling memberikan dorongan. Allah Tritunggal yang tidak memerlukan itu pun karena kesempurnaanNya, tetap mengerjakan segala sesuatu bersama-sama. Mari kita menjadi manusia yang terus dibimbing Tuhan dalam rohani sejati, makin kenal siapa Allah, makin meneladani Allah di dalam hidup.

Hari ini kita belajar beberapa poin, pertama kita belajar dari Kristus yang rela mengosongkan diri, dianggap sama dengan orang berdosa demi memenangkan orang berdosa, meskipun Dia sendiri tidak berdosa. Hal kedua, kita melihat bagaimana Allah Bapa meninggikan Kristus, menyatakan “ini yang Kukasihi”, menyatakan Roh Kudus sebagai pengurapan sejati dan bukan dari air Yohanes Pembaptis, menyatakan yang rela merendahkan diri, ini yang akan ditinggikan. Yang ketiga kita belajar bahwa Allah itu punya kasih yang senantiasa dinyatakan. Kasih yang senantiasa dinyatakan di dalam ciptaan, di dalam penebusan, dan di dalam setiap kalimat yang diberikan. Maka Bapa mengatakan “Engkau ya AnakKu, Engkau Kukasihi, kepadaMu Aku berkenan”. Lalu hal terakhir bahwa Allah Tritunggal di dalam kesempurnaan kekuatanNya, tetap mengerjakan hal bersama-sama, bekerja bersama-sama demi kemuliaanNya dinyatakan.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Kata Yohanes Pembaptis: Aku bukan Mesias itu

(Lukas 3: 10-20)
Yohanes Pembaptis adalah seorang dengan kuasa yang besar, seorang dengan dedikasi yang total kepada Tuhan. Dia adalah seorang yang mempersembahkan seluruh hidup untuk boleh makin habis demi meninggikan Tuhan, makin hancur demi nama Tuhan dipermuliakan, makin tidak didengar, makin tidak diikuti, makin tidak lagi dianggap, selama Kristus ditinggikan dia akan kerjakan itu. Maka Yohanes Pembaptis mempunyai pikiran, hati, mulut yang dikuduskan hanya bagi Kristus. Apa yang ada padanya lalu dicurahkan melalui pengertian-pengertian khotbah dan Firman dan kata-kata yang penuh kuasa, semua hanya untuk meninggikan Kristus. Inilah cara hidup yang Tuhan nyatakan kepada orang Kristen bahwa cara hidup sejati adalah cara yang menonjolkan Kristus. , yang menyatakan “Dialah hidup saya, Dialah yang memiliki saya, Dialah yang harus saya tinggikan”. Yohaneslah nabi terakhir yang lihat, nabi terakhir Perjanjian Lama yang berkhotbah lalu Tuhan ijinkan Sang Kristus yang dia khotbahkan datang, dan dialah yang menjadi tanda pindahnya pekerjaan Tuhan di dalam Perjanjian Lama yang menubuatkan Kristus kepada Perjanjian Baru yang menggenapi tentang Kristus. Dunia ini selalu salah melihat kualitas, yang jelek ditinggikan yang bagus dibuang, yang jelek dipuji-puji yang bagus ditinggalkan. Yohanes Pembaptis melayani, kemudian dia kumpulkan banyak pengikut, kalimat dia adalah “saya mau tunjukkan kepadamu ada orang lain yang lebih penting dari saya, Dialah yang harus ditinggikan”, ini Yohanes katakan setelah pengikutnya begitu banyak mengikuti dia. Mengapa pengikut Yohanes begitu banyak? Karena khotbahnya yang penuh kuasa. Lalu ketika orang sudah mendengar khotbahnya, khotbah yang sangat benar dan keras, di dalam khotbahnya Yohanes Pembaptis mengatakan “Tuhan sudah mau datang, sudah mau memberikan penghakiman terakhir, dan Dia akan pisahkan mana milikNya dan mana yang bukan”. Waktu orang dengar ini, mereka kagum, ini orang mempunyai khotbah yang begitu menggerakan. Dan heran, waktu orang Farisi dan para Imam datang, Yohanes Pembaptis langsung mengatakan “celaka kamu, hai ular beludak”, ini pemimpin-pemimpin agama datang langsung dibilang ular beludak. Mereka biasanya kalau datang, langsung dipersilahan duduk paling depan, tempat paling terhormat, tapi kali ini mereka datang, sudah datang di padang gurun, masih dibilang “hai ular beludak”. Maka dia mengatakan “kamu ular beludak, kamu pikir kamu bisa selamat, kamu pikir kamu aman karena kamu punya posisi sebagai pemimpin, sebagai hamba Tuhan, sebagai orang yang ditinggikan oleh masyarakat, tidak! Tanpa ada buah pertobatan, kamu binasa sama seperti yang lain”, ini khotbah yang keras sekali. Mana ada orang-orang pemimpin, orang Farisi yang senang dibilang ular beludak. Setelah dikatakan itu, yang gentar justru orang lain, pemungut cukai. Dia sindir yang satu, yang ketakutan adalah orang yang memang akan bertobat. Yang disindir malah marah, yang disindir mengatakan “siapa kamu? Memangnya kamu berhak apa atas kami”. Maka yang disindir tetap galak, tetep mau hidup di dalam cara yang lama. Tapi orang-orang yang mau bertobat, rasanya tertusuk, sakit sekali “waktu Yohanes berkhotbah, itu saya. Waktu Yohanes berkhotbah dia sedang bicara tentang saya. Akulah yang dituduh oleh dia”. Maka beberapa orang menjadi ketakutan, lalu mereka datang kepada Yohanes “apa yang harus kami lakukan?”, di sini ada orang-orang yang mau bertobat, ada pemungut cukai, ada tentara bodyguard para pemungut cukai ini, mereka datang mau bertobat. Jawaban Yohanes adalah jawaban yang menjadi problem utama orang Israel dalam Perjanjian Lama, selain penyembahan berhala, mereka punya 3 problem ini.

Problem pertama, mereka tidak punya belas kasihan, mereka hidup demi keuntungan diri, demi kenyamana diri, tanpa pikir orang lain hidup seperti apa. Kalau kita hidup seperti cara ini, kita benar-benar tidak mencerminkan sifat Tuhan, karena Tuhan pun dalam keberadaanNya yang Tritunggal memberikan fokus kepada Pribadi yang lain. Kristus waktu datang ke dunia, memberikan fokus bagi orang lain, tetapi dalam hidup orang Israel mereka pentingkan diri “kalau aku dapat, yang lain terserah. Kalau aku sudah senang, yang lain terserah. Aku tenang, yang lain tidak kupedulikan”. Maka Yohanes mengatakan “yang harus kamu lakukan kalau kamu punya 2 helai baju, beri 1 kepada yang tidak punya. Kamu punya makanan lebih, beri kepada yang tidak punya. Engkau punya apa yang orang lain perlu dan engkau berlebihan, silahkan bagikan kepada yang lain”, ini adalah pengajaran tentang belas kasihan. Maka Yohanes mengatakan “buah pertobatan yang pertama, belas kasihanmu di mana?”, setelah mendengar ini, pemungut cukai juga datang, mereka mengatakan “lalu kami bagaimana? Bukankah kami sampah? Karena di masyarakat kami ini orang hina. Kalau orang lain bertobat, mungkin diterima, tapi kalau kami bertobat, apakah engkau akan terima? Jadi kami mesti melakukan apa?”. Yohanes mengatakan “hendaklah kamu pungut pajak dengan jumlah yang tepat”, ini nasihat sederhana sekali. Pungut pajak dengan jumlah yang tepat, apakah ini cara keselamatan? Orang itu mengatakan “bagaimana supaya kami selamat?”, “tunjukkanlah buah pertobatan”, “apa itu buah pertobatan?”, “jangan pungut pajak lebih dari yang ditentukan”. Apakah pungut pajak dengan jumlah yang pas itu jalan keselamatan? Bagaimana manusia selamat? Apakah kita selamat karena kerja jujur? Tidak. Tapi Yohanes Pembaptis mengatakan “kerja jujur, jangan pungut pajak lebih dari yang seharusnya” menurut Saudara bagaimana? Yohanes Pembaptis mengatakan “engkau bertobat, itu tanda keselamatan”. Tetapi tanda keselamatan mesti terlihat. Maka apa buah keselamatan itu? Apa buah pertobatan? Yohanes mengatakan bagi pemungut cukai jangan pungut lebih dari seharusnya.

Pengertian yang kedua, yaitu di dalam Perjanjian Lama yang punya otoritas memonopoli otoritas demi keuntungan.

Lalu problem yang ketiga, ketika pemungut cukai mendapat nasihat, langsung tentara-tentara penjaga pemungut cukai bingung, mereka mengatakan “lalu kami apa yang harus kami lakukan?”, lalu Yohanes mengatakan “cukupkan dirimu dengan gajimu”. Perhatikan, Yohanes tidak mengatakan “berhenti jadi tentara, kamu ini pekerjaannya pukul-pukul orang, berhenti. Jadilah perawat”, tidak. Yohanes mengatakan “kamu punya tugas sebagai tentara, jadilah tentara”. Tentara zaman dulu bawa tombak untuk tikam orang jahat, maka mereka menjadi alat kekerasan negara demi terciptanya keadilan. Itu sebabnya Yohanes Pembaptis tidak mengatakan “berhenti jadi tentara” tapi yang dia katakan adalah “cukupkanlah dirimu dengan gajimu”. Jangan rasa kurang, karena perasaan kurang ini lah yang mendorong orang korupsi, perasaan kurang inilah yang mendorong memeras orang lain. Tentara yang merasa “gajiku kurang”, langsung dia peras orang lain, ambil uang orang lain dengan paksa lalu dia memperkaya diri. Itu sebabnya problem ketiga dari Israel sampai sekarang di dunia adalah orang-orang tidak pernah berpuas diri. Manusia kalau tidak berpuas diri, tidak akan ada solusi. Engkau tidak merasa cukup, engkau rasa pendapatanmu tidak cukup, tidak mungkin hidupmu menjadi hidup yang diperkenan Tuhan, selalu ada perasaan kurang. Bagaimana cara lebih? Akhirnya cari lebih dengan cara merampok, menipu, kemudian korupsi, ambil uang lalu masukan ke kantong sendiri. Inti dari korupsi adalah sifat serakah. Yohanes Pembaptis memberikan nasihat yang baik “engkau jangan merasa tidak cukup, cukupkan diri dengan gajimu”. Dunia terus mengatakan “kamu kurang”, yang kurang cantik dibilang “kamu kurang cantik, mesti pakai lipstik ini, pakai bedak ini”, yang kulitnya kurang putih dibilang “kurang putih, ayo pakai pemutih ini”, yang hitam dibilang “kurang hitam, harus lebih hitam lagi”. Bahkan orang yang sudah tinggi pun bisa merasa minder karena iklan-iklan di tv.

Setelah mendengar nasihat-nasihat ini, semua orang-orang yang dengar Yohanes Pembaptis jadi begitu kagum, “ini adalah orang yang sangat luar biasa, dia berkhotbah dengan penuh kuasa, dia berkhotbah dengan penuh kemampuan untuk menggerakkan hati kami”. Maka mereka mulai berpikir “apakah in Sang Mesias? Bukankah ini yang dijanjikan oleh Tuhan? Kalau Sang Mesias datang, mungkinkah Dia lebih berkuasa dalam berkhotbah lebih dari orang ini?. Mulai ada suara yang mengatakan “Yohanes, kamu inilah Sang Mesias”, tapi sebenarnya adalah satu godaan dari setan untuk membuat Yohanes jatuh. Satu godaan untuk membuat Yohanes merasa “memang sebenarnya saya layak untuk menjadi orang yang disebut dengan Mesias”. Kesombongan adalah dosa sulung, demikian yang diajarkan oleh tradisi gereja. Dikatakan ini dosa sulung karena inilah dosa pertama yang dikeluarkan, yang dilakukan para malaikat jatuh. Malaikat jatuh, sang malaikat yang disebut penghulu, lalu dia yang diberikan kedudukan begitu tinggi, dia tidak puas dengan kedudukannya, dia merasa kedudukannya tidak layak untuk dia. Maka dia lihat yang lebih tinggi, dia lihat posisi Allah. Waktu lihat posisi Allah, dia mengatakan “saya mau di posisi itu”. Tapi karena dia mengatakan “aku hendak lebih tinggi, aku hendak mendapatkan posisi tinggi”, maka Tuhan mengatakan “direndahkanlah engkau, lebih rendah dari dunia orang mati. Engkau ingin tempat termulia, Aku beri engkau tempat terhina. Engkau ingin tempat terhormat, Aku beri kamu tempat paling dihina orang”. Itu sebabnya di Kejadian dikatakan “engkau akan seperti ular, menjalar dengan perut, lalu memakan debu tanah”, ini adalah tanda penghinaan. Di dalam perang dulu antara satu bangsa dengan bangsa lain, siapa bangsa kalah akan dipaksa untuk sujud di tanah, tiarap dan ini penghinaan dengan mengatakan “kamu kalah, kamu merayap dengan perut dan engkau makan debu” ini adalah pernyataan kekalahan. Maka di dalam Kejadian Tuhan mengatakan “dengan perut engkau akan menjalar dan debu akan engkau makan” ini adalah seruan kemenangan yang diberikan kepada orang yang kalah, biar makan debu, biar dengan perut akan berjalan. Maka Tuhan Yesus memberikan satu prinsip yang dari dulu sampai sekarang tidak berubah, siapa cari ditinggikan akan direndahkan, siapa rela direndahkan akan ditinggikan. Kristus di tempat tinggi, Dia rela turun. Kristus yang seharusnya disembah sujud, Dia rela dihina. Kristus yang harusnya mulia, Dia rela diperlakukan dengan cara yang sangat hina, lalu dipaku dan bahkan mati di kayu salib. Ini menandakan bahwa yang rela direndahkan, justru Tuhan tinggikan. Bahkan di Filipi dikatakan “itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia”. Mengapa Allah sangat meninggikan Dia? Karena tidak ada yang rela serendah Kristus. Makin rela merendah, makin Tuhan angkat kemudian ditinggikan. Saudara lihat dalam kehidupan sehari-hari, orang-orang yang terus cari tempat hebat, selalu akhirnya hancur. Tapi siapa yang tidak peduli “Saya tidak peduli diriku, saya tidak peduli statusku, saya tidak peduli saya seperti apa”, ini pelan-pelan akan Tuhan tinggikan.

Maka biasanya kalau orang yang punya nama dan punya kerohanian yang baik, sangat tidak senang kalau dipuji, sangat tidak senang tempat kehormatan. Yesus mengatakan banyak orang yang berebut duduk di tempat kehormatan. Orang yang rebutan duduk di tempat kehormatan, itu karena dia tidak punya kehormatan secara intrinsik. Tidak punya kehormatan dalam dirinya, maka mesti cari di luar. Siapa sibuk meninggikan diri akan direndahkan. Iblis sibuk meninggikan diri maka Allah sibuk merendahkan dia. Kristus terus sibuk merendahkan diri, maka Allah aktif meninggikan Dia. Itu sebabnya Yohanes Pembaptis ketika melayani mengatakan “saya bukan Mesias”. Lalu orang coba tinggikan dia, coba jatuhkan dia di dalam kesombongan, iblis mau pakai seru-seruan dari orang-orang ini “Yohanes, kamu hebat, kamu khotbahnya mirip Elia. Yohanes sedang diuji “engkaulah Sang Mesias itu, engkaulah yang kami nantikan, mari kita tepuk tangan untuk Sang Mesias”. Orang kalau tidak tahan pujian dapat pujian ini jauh lebih celaka dari pada kalau dia diabaikan. Maka hati-hati kalau puji orang, ada orang kalau dipuji itu terbang terus lupa mendarat, akhirnya sudah tidak ada oksigen, mati dia di atas. Orang yang tidak tahan dipuji tidak perlu dipuji. Yohanes lulus ujian karena dia mengatakan “aku buka tali dari sepatuNya Mesias pun tidak boleh. Saya sangat hina, sehingga kalau pun Sang Mesias itu tempatkan sepatuNya sejajar dengan wajahku, wajahku harus direndahkan lebih lagi”. Ini perendahan diri yang luar biasa, dia mengatakan “tutup mulut kalian, aku bukan Mesias. Tunggu Mesias datang, sembah Dia, puji Dia, jangan sembah saya”. Maka Yohanes Pembaptis pun mengatakan kalimat yang sama “tidak boleh sebut saya Mesias. Stop, jangan sebut saya kalimat itu. Yesus Mesias, Dia yang akan datang Dialah yang harus engkau puja, yang harus engkau sembah, yang harus engkau sujud”. Yohanes juga mengatakan “saya ini siapa, saya membaptis orang dengan air, Dia membaptis dengan Roh Kudus dan api. Saya menyatakan pernghakiman lewat peringatan, Dia memberikan penghakiman sebagai Sang Hakim seluruh dunia”. Yohanes mengatakan di dalam ayat 17 “alat penampi sudah di tangan Kristus untuk membersihkan tempat pengirikannya dan untuk mengumpulkan gandumnya di dalam lumbungnya”. Ini merupakan kutipan dari Yesaya 41 dan Yeremia 15. Di dalam Yeremia 15: 7 dan Yesaya 41: 15, dikatakan oleh para nabi ini “Tuhan sudah akan datang dan Tuhan akan mengambil dari tempat gandumNya lalu akan melempar ke atas, kemudian debu dan rumput akan disingkirkan oleh angin”. Ini adalah cara orang membersihkan gandum, gandum yang sudah ditumbuk sehingga kulitnya terkelupas dan terpisah dari gandumnya, itu akan diambil dengan sekop. Lalu dengan sekop orang akan lempar ke atas, waktu lempar ke atas, semua debu, kotoran dan jerami tertiup angin, lalu gandum yang sudah bersih jatuh ke bawah. Mereka ambil lagi, lempar ke atas, gandum jatuh, semua debu dan jerami tertiup. Ambil lagi, lempar ke atas, gandumnya jatuh, yang lain kotorannya tertiup. Seluruh debu dan rumput kering yang sampah, itu semua dibakar. Setelah semua dibakar, gandum yang asli, yang sisa ini akan dibawa ke lumbung. Ini merupakan peringatan dari Yesaya dan Yeremia, dia mengatakan “hai Israel, jangan pikir karena engkau warga Israel, engkau pasti selamat. Di tengah-tengah kamu ada gandum ada lalang, di tengah-tengah kamu ada kambing, tidak semua domba” ini yang berlaku dari dulu sampai sekarang. Orang Israel terdiri dari orang yang benar-benar beriman, tetapi ada juga orang-orang yang palsu imannya. Yang hanya kelihatan bertobat, hanya kelihatan beriman tetapi hidupnya jauh sekali dari apa yang Tuhan mau. Demikian juga dengan gereja, gereja terdiri dari orang percaya yang mengaku percaya dan benar-benar percaya, dan orang-orang yang mengaku percaya tetapi hatinya tidak sungguh-sungguh beriman. Saudara hati-hati, tidak semua orang Kristen, tidak semua orang yang aktif, tidak semua orang yang rajin adalah orang-orang yang sungguh-sungguh di dalam Tuhan. Itu sebabnya peringatan dari Yohanes Pembaptis adalah “kamu akan dipisah, mana yang benar sejati, mana yang palsu. Engkau akan dipisahkan dan Allah akan membedakan mana yang sejati dan yang tidak”.

Di dalam Injil Lukas, Yohanes mengatakan “bukan Allah Bapa, tapi Allah Anak. Yesuslah yang akan pisahkan mana gandum, mana kotoran, kotoran akan dibakar dan gandum akan di simpan di lumbung, tempat yang begitu spesial dan istimewa. Ini membuat kita menjadi makin waspada. Kalimat keras dari Yohanes Pembaptis ini dikeluarkan dari cinta kasih yang begitu dalam supaya seluruh orang Israel mau kembali kepada Tuhan. Ketika Kristus datang lalu menghakimi, tidak mungkin lagi ada kesempatan. Di dalam Alktiab dikatakan bahwa Dialah dalam zaman akhir akan memberikan penghakimanNya secara total. Kristuslah yang akan menyelesaikan seluruh keadilan, kebenaran dan kesucian, yang benar akan menjadi nyata, yang palsu akan dinyatakan, yang tulus akan diangkat, yang pura-pura akan dibuang, ini akan terjadi dalam penghakiman akhir. Allah yang sudah menetapkan masa demi masa akan terus berjalan, zaman demi zaman akan terus berjalan, pada akhirnya pada akhir zaman Tuhan akan memberikan penghakiman. Mengapa cara Tuhan begini? Mengapa Tuhan ijinkan ada hidup dulu setelah itu ada penghakiman? Karena Dia adalah Allah yang adil. Tapi Alkitab mengatakan Dia yang akan datang menghakimi dengan penghakiman terakhir. Dialah yang paling adil, Dialah yang paling suci, Dialah yang paling tepat dalam menerapkan konsep keadilan. Itu sebabnya waktu Kristus datang, orang benar akan dinyatakan, orang tulus akan dinyatakan, orang beriman akan dinyatakan. Sebaliknya mereka yang kotor, mereka yang pura-pura, mereka yang palsu semuanya akan disingkirkan. Itu sebabnya Yohanes Pembaptis memeperingatkan “sebelum Dia datang, tolong perbaiki dirimu, tolong hidup dengan cara yang benar, tolong singkirkan semua kehidupan lamamu, lalu hidup dalam buah pertobatan yang sejati”. Inilah seruan yang penting untuk kita ketahui. Sebelum Kristus datang kedua kali nanti, tolong hidup dengan cara yang baik. Tunjukkan buah pertobatan itu dengan cara hidup yang benar-benar mempermuliakan nama Tuhan. Saya berdoa, saya harap, saya akan berkhotbah, saya akan mendorong semua Saudara benar-benar menjadi Kristen sejati di hadapan Tuhan. Yohanes Pembaptis mengatakan “siapa mau menjadi orang Kristen sejati, hari ini bertobat, hari ini tinggalkan dosa, hari ini berjanji mau tunjukan hidup yang penuh dengan buah pertobatan”. Saya mau menjadi Kristen sejati, saya tidak mau pura-pura, saya tidak mau menjadi orang dunia yang memakai topeng Kristen. Belajar punya belas kasihan, belajar memanfaatkan seluruh kemampuan Saudara untuk menjadi berkat, dan belajar mencukupkan rasa diri cukup diberkati oleh Tuhan dan tidak menjadi orang yang serakah”.

Setiap orang yang kembali kepada Tuhan, Tuhan tidak mungkin buang. Saudara orang berdosa model apa? Saudara sembunyikan dosa seperti apa? Sekarang keluarkan di hadapan Tuhan dan katakan “ini saya Tuhan, saya mau kembali kepadaMu. Saya tinggalkan semua dan aku ingin hidup di dalam buah pertobatan yang sejati”. Tuhan tidak akan buang Saudara, Tuhan tidak akan tendang Saudara keluar. Manusia boleh lakukan itu, tapi Dia tidak. Manusia boleh hina Saudara, Tuhan tidak pernah hina hati yang hancur yang mau kembali kepada Tuhan. Mari kita semua datang dan kita nantikan Kristus datang, bukan sebagai Hakim tapi sebagai Gembala yang mengumpulkan domba-dombaNya. Kristus datang tidak akan menghakimi, tapi Dia akan mengatakan “mari masuk domba-dombaKu”, dan Dia akan memanggil kita dengan nama untuk masuk dalam sukacita bersama dengan Dia. Kiranya Tuhan memberikan kita iman yang sejati di dalam Kristus.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Mana Buah Pertobatanmu?

(Lukas 3: 1-20)
Sebelum Lukas mulai membahas tentang Yesus Kristus, Lukas membahas dulu tentang pendahulu dari Sang Mesias yaitu Yohanes Pembaptis. Yohanes Pembaptis digambarkan dalam Injil Lukas sebagai yang mempersiapkan jalan bagi kedatangan Sang Raja. Dia mempersiapkan jalan sebagaimana yang telah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Dalam Perjanjian Lama, seorang nabi yaitu Yesaya berkohtbah, bernubuat, dia mengatakan bahwa Tuhan akan segera datang dan suara yang menyerukan kedatangan itu ada dalam padang gurun. Dalam ayat ke-4 juga dikatakan “ada suara berseru-seru di padang gurun “persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagiNya”. Mengapa suara ini muncul di padang gurun? Karena yang melayani di Bait Suci sudah korup. Mereka yang mengkhotbahkan Firman dari Yerusalem sudah tidak lagi diperkenan Tuhan. Konteks inilah yang dibahas oleh Yesaya, Yesaya memberikan nubuat tentang kehancuran umat Tuhan karena mereka mengandalkan bangunan bernama Bait Suci dan kota suci Yerusalem. Mereka pikir dengan simbol agama ini, “Tuhan tidak mungkin membuang kami, kami mempunyai keamanan karena Tuhan menyatakan ini umat Tuhan”. Maka Israel sulit bertobat karena merasa “kami sudah umat Tuhan. Kami sudah umat, kami sudah milik Tuhan. Tuhan tidak mungkin buang milikNya, Tuhan tidak mungkin menyingkirkan kami apa pun yang kami lakukan”. Ini terjadi karena mereka tidak buka telinga untuk teguran keras, tetapi mengarahkan telinga untuk semua nubuat palsu yang menyenangkan hati manusia. Para nabi sulit didengar karena di sekeliling mereka terlalu banyak nabi palsu, lalu semua sepakat mengucapkan kalimat-kalimat yang enak. Sedangkan nabi yang sejati terus pertahankan “ini yang benar”. Kalau ada satu nabi sejati mengatakan “ini yang benar”, lalu semua nabi mayoritas mengatakan “itu terlalu picik”, maka semua orang akan pilih “lebih baik aku mengarahkan telingaku kepada nabi-nabi yang menyenangkan”. Jadi Israel menjadi rusak karena terlalu banyak nabi palsu. Dan nabi palsu itu tidak pernah menyatakan hal yang selaras dengan apa yang mereka katakan. Mereka khotbah tetapi hal yang dikhotbahkan hanyalah hal yang senang di dengarkan oleh manusia. Situasi zaman dulu juga tidak berubah sampai sekarang, sekarang pembicara yang paling laku adalah pembicara-pembicara kalau bicara bisa menyenangkan hati pendengarnya. Sekarang orang-orang senang pengkhotbah yang seperti pelawak dari pada orang yang menyatakan kebenaran Firman Tuhan. Itu sebabnya Yesaya mengatakan suara yang mempersiapkan jalan bagi Tuhan tidak muncul di Yerusalem, suara yang mempersiapkan jalan bagi Tuhan tidak dikumandangkan dari Bait Suci, tapi suara ini justru akan terdengar di padang gurun. Bagi kita ini mungkin tidak punya pengertian yang begitu dalam, tapi bagi orang-orang pembaca mula-mula dalam Perjanjian Baru, mereka tahu satu hal yaitu bahwa Tuhan sedang berkata tempat yang identik dengan tempat jahat sekarang dinyatakan lewat Firman. Padang gurun bagi kita mungkin merupakan tempat yang kering, sulit untuk hidup, tapi bagi orang waktu Injil ini ditulis, padang gurun adalah simbol Tuhan sudah tinggalkan.

Di dalam pengertian Injil Lukas, Yohanes Pembaptis datang, membuat orang tidak lagi menghargai Bait Suci tapi menghargai suara Tuhan di padang gurun. Tapi Yesus Kristus datang kemudian berkhotbah di Bait Suci, menyatakan bahwa Tuhan tetap mempunyai kesabaran memberikan kesempatan sekali lagi kepada Bait ini untuk menyatakan Firman bagi umat Tuhan. Jadi kita mesti benar-benar peka, Tuhan sedang menghargai apa, Tuhan sedang melakukan pekerjaan seperti apa, itu yang harus kita ikuti di dalam kita membaca Kitab Suci. Pada ayat ke-4 Lukas mengutip nubuat Yesaya. Dan dilanjutkan pada ayat ke-5, dia mengatakan “setiap lembah akan ditimbun, setiap gunung dan bukit akan menjadi rata. Yang belok-belok akan diluruskan”. Ini berarti Tuhan mempersiapkan jalan untuk Sang Raja. Sang Raja itu sudah akan datang, kemudian seluruh jalan dipersiapkan. Sang Raja itu tidak perlu lewat jalan kelok-kelok, Raja itu tidak perlu lihat kelok-kelok atau lubang. Raja itu tidak perlu belokkan jalurnya karena lewat gurung yang terlalu besar. Dikatakan gunung yang tinggi akan dipotong, lobang yang dalam akan ditimbun supaya ada jalan lalu Sang Raja itu bisa lewat. Bagian ini sering disalah-tafsirkan, maka ada lagu populer yang salah mengerti bagian ini, mengatakan “ratakan tanah bergelombang, timbunlah tanah yang berlobang” lalu dilanjutkan dengan “menjadi siap di bangun”, kok menjadi siap dibangun? Lalu di atas dasar iman. Ini jalan sudah diratakan lalu dibangun lagi, bagaimana Rajanya bisa lewat kalau sudah dibangun lagi? Ini pengertian dari orang yang senang lihat ruko dibangun, tanah diratakan, yang berlobang ditimbun kemudian dibangun di atasnya. Tapi kalau dibangun bagaimana raja itu lewat? Ini pengertiannya adalah semua penghalang diratakan supaya ada jalan tol, Raja itu lewat tanpa hambatan apa pun lalu Dia tiba untuk memerintah di Yerusalem. Inilah penantian dari Sang Raja. Lalu dikatakan akan disiapkan jalan. Mengapa Sang Raja ini dinanti? Lukas memberikan satu petunjuk dengan pendahuluannya yang indah, dia mengatakan pada zaman Tiberius, pada zaman Filipus, Herodes, Pontius Pilatus, Hanas dan Kayafas seolah-olah Lukas sedang pamer keahlian dia mengetahui sejarah. Lukas bukan sedang pamer, Lukas sedang menulis tokoh-tokoh penting yang memimpin pada waktu itu. Tetapi Lukas melanjutkan dengan mengatakan “Sang Raja sejati akan datang, pemimpin-pemimpin ini akan disingkirkan dan Raja ini akan bertahta”. Inilah yang sama-sama kita doakan waktu kita melihat dunia ini. Dunia ini sekarang sama korupnya dengan waktu Injil ini ditulis. Maka Lukas mencatat, lihat ini politik Israel, ini kepemimpinan di Israel, ini pemimpin agamamu, ini pemimpin politikmu, semua busuk. Alkitab mencatat ini faktanya, kamu mau lari kemana? Mau cari pemimpin bagus mana? Pilatus? Herodes? Atau kamu pilih Hanas dan Kayafas? Semua sudah korup. Di tengah-tengah keadaan korup seperti inilah Tuhan mengatakan “Aku tidak mau lagi pakai Yerusalem”. Mari kita doakan baik-baik bangsa ini karena kalau terus-terusan korup, lama-lama Tuhan tinggalkan kita. Tuhan lihat manusia begitu rusak, Tuhan mengatakan “Aku akan menarik anugerah Ku dari tempat itu”. Jadi jangan cuma pikirkan diri, mari kita doakan pemerintahan kita, nanti pemerintahan kita yang berikut, lalu yang berikutnya lagi. Tetapi Alkitab mengatakan selama masih ada orang yang setia, Tuhan tetap memberikan anugerah, Tuhan tetap memberikan nabi-nabi memanggil, Tuhan tetap memberikan seruan pertobatan kepada tempat itu supaya ada pengharapan di masa yang akan datang.

Jadi waktu Yohanes Pembaptis berkhotbah, raja ditegur, rakyat biasa ditegur, pemimpin agama ditegur dan dengan seruan yang keras sekali “bertobatlah supaya kamu mendapatkan pengampunan dari Tuhan, berbaliklah dari dosa-dosamu”. Dan ketika orang-orang Farisi datang lalu mereka memberi diri dibaptis, Yohanes Pembaptis tidak langsung senang. Waktu orang-orang ini datang “baptiskanlah kami”, mungkin kalau orang lain “wah, orang Farisi, orang-oranghebat ini mau dibaptis oleh aku? Orang-orang hebat ini mau jadi muridku”, tapi Yohanes Pembaptis mengatakan “siapa bilang kamu bebas dari murka Allah? Kamu bangga karena kamu keturunan Abraham? Aku berkata kepadamu Allah dapat membangkitkan keturunan bagi Abraham dari batu-batu ini”. Ini khotbah yang benar-benar tidak pandang bulu “kamu pendosa, apa pun posisi kamu, bertobatlah kamu. Kamu salah hidupnya, siapa pun engkau harus bertobat. Engkau rakyat kecil harus bertobat, engkau presiden sekalipun, berbaliklah dari dosamu”. Nabi-nabi yang sejati itu tidak pernah tahu apa yang akan terjadi pada dirinya akibat seruannya. Ada yang khotbah terlalu keras, kepala dipenggal Ada yang berkhotbah terlalu berani, digergaji. Ada yang berkhotbah terlalu berani, dikurung di dalam sumur yang telah dikeringkan. Dan mereka tidak tahu setelah berkhotbah ini mereka akan jadi apa. Inilah seru-seruan dari banyak hamba Tuhan yang harus berkhotbah di tempat yang sangat sulit, tempat di mana mereka akan dibunuh kalau berani singgung orang lain. Ketika mau berkhotbah mereka mengatakan “saya serahkan kepada Tuhan hasil dari khotbahku. Apakah aku tetap hidup atau akan mati, aku tidak tahu”. Maka dia nyatakan dengan berani “bertobat kamu”. Bertobat supaya ada jalan yang siap. Jalan apa yang harus disiapkan? Ini jalannya, jalan supaya ada yang menyambut Kristus waktu datang. Bagaimana siapkan jalan itu? Dengan membuat umat Tuhan hidup dalam kesucian dan kesucian ini menjadi satu bentuk penantian kedatangan Raja. Kita pun menantikan kedatangan Sang Raja untuk kedua kalinya nanti. Kita yang menantikan Yesus datang pun, harus hidup dalam buah pertobatan sejati. Yohanes Pembaptis mengatakan “siapa bilang kamu selamat? Mana buah pertobatannya? Tidak perlu beri tahu keturunan siapa, mana buah pertobatannya?”,”kami imam”, “saya tidak tahu jabatanmu apa, yang saya mau tahu mana buah pertobatanmu?”, “tetapi kamu orang Farisi yang mengerti banyak hal”, “aku tidak peduli pengertianmu berapa besar, yang aku mau lihat mana buah pertobatannya?”. Jadi Yohanes Pembaptis terus tanya mana buah pertobatan. “Orang Kristen, kamu sudah bertobat, mana buah pertobatanmu, ada atau tidak?”. Ini yang harus kita miliki sebagai bentuk penantian kedatangan Kristus. Kedatangan Kristus seringkali diumpamakan sebagai kedatangan Sang Pengantin Pria yang terus dinanti-nanti oleh sang pengantin wanita. Sang pengantin wanita waktu dia akan masuk dalam pernikahan, tidak mungkin jaga diri baik-baik. Inilah ilustrasi yang bagus menggambarkan kita yang menantikan kedatangan Kristus pun harus punya buah pertobatan yang menunjukan “aku merindukan Kristus datang”. Pertobatan dan tindakan pertobatan itu bukan jalan untuk selamat. Saudara tidak akan selamat karena punya buah pertobatan. Tapi Saudara akan mempunyai buah pertobatan kalau Saudara sudah ada dalam keselamatan, yang menyelamatkan imanku kepada Kristus. Setelah aku beriman kepada Kristus tanda sejati bahwa imanku itu adalah iman yang benar adalah adanya buah pertobatan. Maka Yohanes bertanya “di mana buah pertobatanmu, hai ular beludak? Kalau benar sudah bertobat maka engkau harus menunjukan tanda pertobatan itu”. Yohanes kalau berkhotbah itu keras, ular beludak keluar, lalu dikatakan kapak sudah tersedia Tuhan akan hantam pohon dan akan memasukan pohon itu ke dalam api.

Ketika mendengar khotbah ini ternyata beberapa orang mulai bertobat, mereka menangis-menangis dan mengatakan “iya saya mau bertobat”. Dan mereka bertanya “Yohanes, aku mau kembali kepadamu, apa yang harus kami perbuat”. Di ayat 10 dikatakan “jika demikian kami harus lakukan apa, supaya kami luput dari murka Tuhan, apa yang harus kami lakukan?”, ayat 11 Yohanes mengatakan “barang siapa punya 2 buah baju, bagi dengan yang tidak punya. Barang siapa punya kelebihan makanan, bagi dengan yang tidak punya”, penerapannya simple. Kita dipamerkan dengan kerusakan dunia yang besar, lalu kita pikir “aduh, dunia sudah begini rusak, mau ngapain lagi?”. Bayangkan kalau kita baca Lukas, Herodes sudah korup, pemimpin agama sudah korup, semua sudah korup, mau lakukan apa? Lalu kita teriak “Tuhan, apa yang harus aku lakukan?”, ternyata Tuhan menjawab “kalau punya kelebihan, ingat yang kurang”, simple tapi sangat esensial, simple tapi sangat perlu. Yohanes sedang mengatakan “engkau tidak boleh berpusat pada diri, engkau tidak boleh menjadi orang yang serakah, engkau tidak boleh menikmati semua keuntungan yang sudah engkau miliki hanya untuk diri, tanpa yang lain”. Jadi Tuhan melalui Yohanes Pembaptis mengingatkan siapa yang punya kelebihan ingat ada yang kurang, bagi dengan yang kurang. Inilah satu prinsip di mana orang dibiasakan untuk hidup tidak terus berada di dalam perasaan serakah, mau lebih, mau dapat, mau kaya, mau limpah, tanpa peduli dunia ini sedang apa. Kita tidak perlu memerhatikan orang yang malasnya luar biasa, tidak mau kerja apa-apa. Paulus mengatakan “siapa malas, tidak perlu makan”, orang seperti ini tidak layak dibantu. Saudara hanya menghabiskan uang Saudara untuk memberi makan kemalasan dia. Tapi ada orang mati-matian kerja, tapi mendapat hasil begitu kurang, mengapa kurang? Sistem yang rusak membuat pekerjaan dia yang begitu bagus tetap kurang. Saya kalau ditanya kira-kira adakah orang yang giat bekerja dari jam 4 pagi sampai jam 4 sore, lebih berat dari orang yang kerja kantoran, tapi masih kurang kerjaannya? Ada. Lalu Saudara yang tahu “saya kelebihan”, melihat orang seperti ini, Saudara mulai mengatakan “orang ini layak dibantu” ini yang dimaksud. Maka kita mempunyai kepekaan untuk melihat siapa yang layak dibantu, siapa yang benar-benar kerja mati-matian tapi tetap tidak cukup, ini yang mesti kita perhatikan. Maka kalau engkau punya 2 baju, beri 1 kepada yang lain. Ini tidak berarti Tuhan menuntut kita buka baju lalu beri ke yang lain. Tuhan tidak menuntut kita jatuh miskin demi tolong orang. Tidak. Tuhan mengatakan “engkau sudah limpah, sekarang bagikan kelimpahanmu itu untuk orang lain” ini melatih kita untuk tidak punya jiwa serakah. Dan jiwa serakah inilah yang merusak bangsa ini. Kalau kita melihat pemimpin yang tidak tahu mau, sudah tertangkap polisi pun masih senyum-senyum di kamera. Kalau ditanya “kamu sudah lakukan ini, mengapa kamu tega lakukan ini?”, dia mengatakan “saya korupsi kecil, yang besar-besar itu tidak ditangkap” sudah salah pun masih merasa benar. Ini terjadi karena dia merasa berhak serakah, maka dia serap semua dari orang lain, dan akhirnya orang lain hancur, yang penting dia jadi, inilah gaya hidup parasit yang kita tidak sadar. Parasit kalau menumpang ke induknya, induknya selalu mati, dianya sehat. Tapi dia lupa, kalau induknya kering, dianya habis. Banyak orang menyerap harta dari negara kita, mereka lupa kalau negara ini colaps mereka juga akan colaps, kecuali kalau mereka juga bergantung ke negara lain. Orang-orang serakah selalu membuat masyarakat hancur.

Maka Yohanes Pembaptis mengatakan buah pertobatan sejati adalah tidak menjadi serakah seperti dunia ini. Kemudian bagian berikut ternyata ada pemungut cukai datang mau bertobat juga, pemungut cukai itu dianggap sebagai pendosa besar. Ada seorang rabi menulis “penyakit kusta di kulit dan pemungut cukai di hati, sama kotornya”. Jadi kulit penyakit kusta danhati pemungut cukai itu sama jijiknya. Zaman dulu kalau orang bertemu dengan orang sakit kusta, langsung lari jauh-jauh, lalu orang yang sakit kusta mesti teriak “najis, najis”, maksudnya aku najis jangan dekat-dekat. Lalu rabi itu mengatakan pemungut cukai sama menjijikan karena mereka suka peras, suka tindas orang dengan pungut pajak yang lebih dari yang seharusnya, kemudian mereka pakai itu untuk sogok pemerintahan Roma supaya posisi mereka tetap kuat. Ini membuat orang sangat marah dengan pemungut cukai. Tapi pada bagian ini Yohanes Pembaptis tetap mengijinkan pemungut cukai datang dan bertobat. Pemungut cukai itu mengatakan “aku ingin dibaptis juga, apakah aku masih punya kesempatan untuk bertobat?”, “masih, asalkan setelah ini engkau menghasilkan buah pertobatan”, “lalu buah pertobatan apa yang mesti aku hasilkan?”, Yohanes Pembaptis mengatakan “jangan pungut lebih dari yang seharusnya”, ini nasihat yang sangat praktis. Yohanes Pembaptis mengatakan “engkau punya tugas apa, jangan ambil lebih”, dan ini nasihat yang mirip dikatakan selanjutnya kepada para prajurit. Setelah pemungut cukai datang, para tentara juga datang, mereka mengatakan “apa yang harus kami lakukan?”, mereka pun mau bertobat. Maka Yohanes Pembaptis mengatakan “cukupkan dirimu dengan gajimu, jangan memeras”, lagi-lagi nasihat simple. Kamu punya tugas apa, cukupkanlah dirimu dengan tugasmu itu. Kamu dapat apa, nikmatilah apa yang Tuhan percayakan, jangan mau lebih dengan cara yang tidak benar. Pemungut cukai boleh mengerjakan pekerjaannya, asalkan pajak yang dipungut sesuai dengan kebijakan pemerintah. Tentara harus mengerjakan tugasnya dan tidak boleh mengambil lebih dari tugasnya. Yohanes Pembaptis mengatakan “cukupkan dengan gajimu”. Ternyata dari zaman dahulu sampai sekarang tentara atau pun polisi punya hobi mencukupkan diri dengan limpah dengan sesuatu yang di luar gaji. Hal ini terjadi karena dia punya kekuatan senjata, lalu karena punya kekuatan senjata peras orang lain. Yohanes mengatakan “kau harus bertobat, cukupkan dirimu dengan gaji yang engkau punya”. Apa yang membuat kita benar-benar hidup dengan baik hanya satu yaitu kalau saya merasa apa yang Tuhan berikan itu cukup, aku mendapatkannya dengan jalur yang baik, aku tidak merugikan siapa pun, aku ambil ini tanpa peras siapa pun, nikmati. Tapi kalau Saudara mendapatkan dengan merugikan orang lain, peras orang lain, Saudara berada dalam bahaya besar karena Tuhan akan mengancam dan memusuhi Saudara. Ini yang Yohanes Pembaptis peringatkan kepada para tentara. Maka inilah yang dikerjakan oleh orang-orang yang mau jujur, Tuhan akan pelihara. Yohanes Pembaptis mengatakan “ini tanda pertobatan, hidup jujur, jangan rugikan orang lain”. Kita hidup di tengah-tengah sistem yang sudah sangat rusak. Terkadang kita mesti dengan cerdik hidup untuk bisa beradaptasi dengan sistem, tetapi jangan kerjakan apa pun yang harus membuat orang lain rugi. Ini menjadi prinsip yang dikatakan Yohanes Pembaptis “aku tidak tahu rusaknya sistem seperti apa, tapi aku minta cukupkan dirimu dengan gajimu, jangan rugikan orang lain”. Yohanes Pembaptis mengatakan cukup, tidak perlu macam-macam. Kalau tidak cukup nanti jadi macam-macam, justru tidak cukup di hadapan Tuhan. Lebih baik cukupkan diri dengan apa yang engkau dapat dengan sah supaya engkau boleh berbahagia dengan yang sedikit tapi penuh dengan berkat.

Jadi siapa yang berlimpah uang, Yohanes Pembaptis mengingatkan jangan serakah. Siapa yang kurang, Yohanes Pembaptis mengingatkan jangan merasa kurang karena ini adalah dorongan untuk memeras orang lain, menipu orang lain demi kepentingan diri. Jadi inilah satu nasihat simple dari Yohanes Pembaptis untuk menantikan Kristus. Kristus sudah mau datang, hidup dengan baik. Bagaimana hidup dengan baik? Tunjukkan buah pertobatan. Bagaimana buah pertobatan? Kalau lebih ingat orang lain yang kurang, kalau rasa diri kurang jangan mau ditipu, jangan peras orang orang. Dan Tuhan nanti akan memberkati dan memimpin kita. Harap kita selalu diingatkan untuk terus setia kepada cara hidup yang berkenan menghasilkan buah yang diperkenan Tuhan dan memberkati banyak orang.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Keindahan Bertumbuh dalam Proses

(Lukas 2: 40-52)
Di bagian ini ada bagian yang sangat unik, tidak tercatat di bagian Injil yang lain, yaitu mengenai Kristus waktu Dia berusia 12 tahun. Dan bagian ini mencatat satu hal yang sangat penting yaitu bagaimana Sang Anak Allah ketika Dia menjadi anak manusia, Dia mengikuti seluruh proses yang manusia harus jalani. Yesus Kristus hidup dengan cara yang sama ketika kita hidup. Tetapi perbedaan yang paling mendasar, yang sangat penting, harus kita ketahui adalah Dia tidak pernah berdosa. Tetapi di dalam proses hidup, di dalam pengertian, di dalam mempelajari Firman, di dalam ketaatan kepada Tuhan, Dia pun mengalami pertumbuhan. Itu sebabnya kalau kita memahami Kristus yang ada di bumi, Anak Allah yang menjadi manusia, pemahaman ini jauh lebih sulit dari pemahaman yang lain. Dokrin yang rumit dalam Kekristenan bukanlah Tritunggal, tapi yang lebih rumit lagi adalah mengenai Allah yang menjadi manusia. Bagaimana Allah yang menopang segala sesuatu, sekarang harus menjadi seorang bayi yang kecil, yang ditopang oleh ibunya. Bagaimana Yesus Kristus yang dikatakan dengan FirmanNya yang berkuasa menopang seluruh keberadaan, sekarang harus bergantung kepada orang tuanya. Ini adalah paradoks yang sangat rumit untuk kita bisa pahami dengan tuntas. Di dalam Kitab Kejadian Tuhan rancangkan dengan potensi yang sempurna, di dalam Kitab Wahyu ciptaan itu menjadi sempurna di dalam kemuliaan, di dalam kekudusan, di dalam kebenaran yang Tuhan nyatakan. Jadi sekarang pun ciptaan sedang mengalami proses. Tuhan menetapkan segala sesuatu terjadi di dalam cara yang harus berproses. Tuhan tidak pernah tarik keharusan untuk berproses dari segala yang ada di dalam ciptaan, termasuk manusia. Kita sangat senang kalau segala proses itu dipendekkan saja. Pokoknya saya dengar sambil melakukan aktivitas yang lain, tidak ada lagi kesempatan untuk menunggu, tidak ada lagi mengatakan “momen ini harus saya pakai sebaik mungkin, karena setelah ini tidak ada lagi kesempatan saya bisa nikmati lagi”. Proses instan ternyata membunuh banyak hal yang begitu agung tetapi yang terjadi karena adanya proses yang panjang. Manusia perlu proses, Saudara tidak bisa instan, Saudara tidak bisa matang dengan proses instan. Tidak ada orang bisa memiliki kematangan hidup tanpa melewati proses hidup yang Tuhan tetapkan harus dialami oleh manusia. Tidak ada manusia menjadi dewasa tanpa ada pergumulan dengan lingkungan, dengan orang-orang sekitar dan dengan keadaan dunia seperti ini. Saudara mau menarik diri dari dunia, mau langsung masuk sorga, Saudara tidak akan bisa matang. Jangan sembarangan bicara kepada Tuhan kalau Saudara kecewa, karena Saudara jangan sampai ditipu iblis yang menganggap diri terlalu banyak kena hal berat, tidak lebih baik hidupnya dariorang lain. Tapi kalau Saudara memperluas pandangan Saudara, melihat orang lain yang ternyata Tuhan ijinkan mengalami pergumulan lebih berat, Saudara akan bertanya “Tuhan, mengapa saya diluputkan dari pergumulan seperti ini?”. Kita mau belajar bagaimana kita bersyukur dalam segala keadaan sebagai satu bentukan proses yang Tuhan tetapkan di diri kita untuk kita jalani. Proses orang lain lebih berat, itu adalah kepercayaan Tuhan yang berikan kepada mereka. Proses yang aku alami adalah proses yang tidak boleh minta lepas dari Tuhan, aku harus jalani, aku harus alami karena Kristus pun tidak diluputkan dari proses.

Ini sebabnya waktu Kristus menjadi manusia, Dia menjadi bayi yang kecil, bergantung kepada lingkungan, bergantung kepada orang tua, bergantung kepada seluruh pemeliharaan yang diberikan. Ketika Dia mulai bertumbuh, Tuhan tidak mengijinkan Dia langsung mendapatkan posisi sebagai Mesias, sebagai Sang Juru Selamat. Tapi Dia pun harus belajar dalam pertumbuhan hidupnya, ada proses. Hal yang memotong proses itu tidak tentu baik. Itu sebabnya kita kembali belajar kepada Kristus bagaimana hidup dalam proses yang Tuhan percayakan, itu adalah hidup yang paling baik. Dan ketika Tuhan menciptakan manusia dengan proses, Tuhan menghargai semua yang Tuhan tetapkan harus dijalani oleh manusia. Sebab Tuhan sendiri waktu menjadi manusia juga lakukan yang ditetapkan pada manusia lain. Tuhan mengatakan manusia harus bertumbuh, waktu Dia menjadi manusia, Dia pun bertumbuh. Tuhan mengatakan manusia mesti mengalami proses pembentukan yang Tuhan percayakan dalam lingkungannya, waktu Yesus menjadi manusia Dia pun mengalami proses pembentukan yang Tuhan percayakan di dalam lingkunganNya. Jadi semua yang Tuhan nyatakan harus dikerjakan oleh manusia, ini hal yang sangat penting. Maka mari kita belajar waktu Tuhan percayakan proses apa pun, kita menjalaninya dengan mengatakan “ini keharusan, aku tidak boleh mau loncat, mau langsung selesai, mau langsung beres”. Sekarang kita lebih suka langsung instan, kalau perlu tidak melihat prosesnya. Saudara mau baca novel detektif pun langsung baca bab di mana penjahatnya ketemu, karena tidak mau tahu proses. Tidak ada orang boleh loncat langsung dapat tempat yang memuluskan kita tanpa harus melalui proses apa pun. Maka Kristus melakukan hal yang sama. Dalam ayat 40 “Anak itu menjadi besar dan kuat, penuh hikmat dan kasih karunia Allah ada kepadaNya”. Lalu ayat 41 dan seterusnya dikatakan bahwa Yesus berproses dan bertumbuh di dalam lingkungan yang takut akan Tuhan. Inilah poin yang harus kita pelajari selanjutnya, selain Kristus harus mengalami proses, ayat 41 menjelaskan lingkungan tempat dia berproses adalah lingkungan yang takut akan Tuhan. Tiap tahun orang tua Yesus pergi ke Bait Suci, tiap tahun mereka mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Taurat. Tiap hari mereka menjalankan apa yang Tuhan tuntut. Waktu Yesus lahir, pada hari ke delapan diserahkan untuk disunat. Ketika Maria sudah bersih dari semua hal yang membuat dia cemar karena melahirkan, Maria membawa Yesus kemudian membawa korban untuk penebusan anak sulung. Ini adalah orang tua yang tahu bagaimana menciptakan lingkungan yang takut akan Tuhan di dalam keluarga ini. Tuhan Yesus tidak ditempatkan di keluarga yang kaya, tidak ditempatkan di keluarga yang pintar, tidak ditempatkan di keluarga yang punya kedudukan tinggi di masyarakat, tapi Dia ditempatkan di tengah-tengah keluarga yang takut akan Tuhan.

Itu sebabnya punya keluarga yang takut akan Tuhan jauh lebih penting dari pada keluarga yang punya banyak uang. Punya keluarga yang takut akan Tuhan jauh lebih besar berkatnya dari pada keluarga yang punya nama besar di masyarakat. Yesus tidak ditaruh di dalam kelaurga imam besar, tidak ditaruh di dalam keluarga kerajaan Herodes, tidak ditaruh di dalam keluarga kerajaan Daud yang sudah dipulihkan, tetapi diletakan di dalam keluarga yang takut akan Tuhan. Keluarga ini senantiasa datang, keluarga ini tidak hanya takut akan Tuhan, keluarga ini menikmati relasi dengan umat Tuhan lainnya. Karena waktu mereka ada di Betlehem maupun di Nazaret, setiap pergi ke Bait Suci di Yerusalem mereka melakukannya di dalam kelompok yang besar, di mana mereka berpergian bersama-sama. Ini kita ketahui dalam ayat yang kita baca, dalam ayat 44 dikatakan mereka pergi dengan orang-orang seperjalanan yang banyak. Dan ini adalah orang-orang yang sudah sangat akrab dan karena itulah waktu Yesus tidak ada, Maria dan Yusuf tidak sadar Yesus hilang. Maria dan Yusuf tidak tahu Yesus masih di Bait Suci karena mereka pikir pasti Yesus sedang bermain atau berada di keluarga lain yang bersama-sama dengan mereka. Ini adalah keluarga yang menikmati relasi dalam umat Tuhan. Relasi yang paling indah, paling bagus adalah relasi antara umat Tuhan. Jangan pikir bisa akrab dengan orang lain yang tidak cinta Tuhan. Hanya ketika kita berada di tengah-tengah kelompok yang mengasihi Tuhan, di situlah kelimpahan relasi yang sempurna. Itu sebabnya saya berharap ketika Saudara bergereja di tempat ini, jangan hanya dengar khotbah langsung pulang, tidak mau dikenal siapa pun. Saudara mesti belajar berelasi dengan sesama umat Tuhan. Mesti punya persekutuan, mesti mengenal satu dengan yang lain. Relasi dengan keluarga baik, relasi dengan teman kantor baik, tapi relasi dengan sesama orang yang mengasihi Tuhan harus lebih baik lagi. Karena ini adalah inti dari relasi yang sesungguhnya.

Tuhan memanggil umatNya untuk menyatakan “inilah relasi yang sebenarnya, lihat dunia inilah relasi yang baik”, harus belajar dari umat Tuhan. Karena umat Tuhan mengenal Allah, mengetahui bagaimana relasi yang kudus, mengetahui kebenaran dari Firman, dan mengetahui bahwa semua orang yang menjadi umat adalah yang diberikan belas kasihan meskipun tidak layak. Ini adalah perasaan yang kita merasa waktu bertemu dengan orang Kristen ada keakraban yang sulit dijelaskan. Keinginan boleh bersama Tuhan itu kerinduan penting. Saudara pun mesti rindu bertemu dengan saudara-saudara beriman yang lain. Saudara rindu bertemu dengan mereka karena mereka sesama yang telah ditebus di dalam Kristus. Orang tua Yesus berada dalam kelompok yang mau bersama-sama beribadah, mereka tidak berangkat sendiri. Mereka mau berelasi, mereka mau kumpul sama-sama, lalu mereka datang beribadah sama-sama, pulang pun sama-sama. Waktu mereka pulang sama-sama, Yesus tetap tinggal di Bait Allah, tidak ada orang yang tahu. Maria dan Yusuf berpikir Dia ada bersama-sama dengan Elizabeth atau tetangga yang lainnya, pasti ada. Ternyata Yesus tidak ada di setiap rombongan. Orang tua yang kehilangan anak, perasaannya gelisah bukan main. Alkitab mengatakan Maria dan Yusuf sudah satu hari perjalanan, Yesus tidak ada. Tiga hari cari tapi tidak ketemu. Mereka terus tinggal di Yerusalem, cari satu per satu tapi tidak ketemu. Bayangkan dipercaya anak yang dinubuatkan oleh malaikat sekarang hilang”, mereka sangat menderita, mereka begitu susah. Lalu setelah lewat 3 hari, mereka pergi ke Bait Suci dan mereka lihat anak mereka sedang mengikuti pelajaran di sana. Di sini kita bisa mempelajari banyak hal yang limpah. Yesus umur 12 tahun ikut dalam kelas yang dipimpin para rabi. Di dalam kelas itu biasanya para rabi akan duduk dan semua yang mau belajar duduk mau dengar. Mereka mendengar pelajaran dari Taurat dan tafsiran-tafsiran dari Taurat untuk membuat mereka mengerti bagaimana harus hidup sebagai umat Tuhan, dan Yesus ada di situ sebagai salah satu peserta. Tuhan Yesus bukan sebagai pengajar, Dia duduk mendengar. Dia yang adalah sumber hikmat, waktu menjadi manusia, dia berproses di dalam mencari tahu kebenaran.

Itu sebabnya kita harus belajar dari Yesus, kita pasti malu. Karena banyak orang bodoh yang merasa dirinya pintar, banyak orang pintar yang merasa dirinya bodoh. Inilah paradoks dari ilmu pengetahuan. Yang banyak isi merasa kurang, yang tidak banyak isi merasa penuh. Kalau Orang yang merasa penuh biasanya kosong, orang yang merasa kososng sebenarnya penuh. Yesus Kristus, Allah menjadi manusia, sumber segala hikmat. Di dalam Amsal dikatakan “engkau tidak mau belajar dari padaKu, engkau orang bodoh” Dialah sumber. Tetapi sewaktu Dia menjadi manusia, Dia tetap tidak dikecualikan dari proses dan harus belajar. Di sini pikiran kita sulit untuk mengerti dengan tuntas, Dia yang tahu segala sesuatu sekaligus yang perlu belajar untuk tahu. Dia yang Maha tahu sekaligus juga adalah yang perlu belajar untuk bisa tahu. Yesus duduk, baru 12 tahun, belum 13, belum dilantik menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab karena Dia masih 12 tahun. Dia 12 tahun menjadi murid, lalu mendengar para rabi mengajar, papa mamaNya melihat, mereka kaget, dan makin kaget karena dari semua pertanyaan peserta, pertanyaan Yesus yang paling penting, paling bagus, paling sulit dijawab. Dikatakan di Alkitab para tua-tua, para imam, para rabi heran dengan pertanyaan yang Dia berikan. Yesus bertanya apakah mau menguji? Yesus bertanya dengan pertanyaan yang tulus, yang tajam dan yang menggugah mereka. Waktu Yesus tanya baru mereka sadar “kami pun belum tahu ini, kami pun belum sedalam Anak ini”. Maka Yesus menyatakan diriNya sebagai sumber hikmat sekaligus sebagai manusia yang sedang belajar tentang hikmat. Ini paradoks-paradoks dalam Kristus yang harus kita terima. Yesus menyatakan pertanyaan yang para pemimpin dan tua-tua pun tidak sadar mereka tahu. Ini yang disebut pertanyaan bagus. Kadang-kadang pertanyaan diberikan lalu sang pemberi bahan pun sadar “ini pertanyaan belum saya gumulkan. Dan karena ditanya, sekarang saya akan belajar bergumul bersama-sama dengan yang tanya”. Waktu bertanya, baik si pemberi bahan maupun si penanya sama-sama bergumul untuk jawaban yang lebih dalam lagi. Yesus menanyakan pertanyaan pada umur 12 tahun, punya kedalam yang begitu dalam, lalu tan ya. Kemudian ketika rabi yang mengajar membalikkan pertanyaan “menurutMu bagaimana?” Alkitab mengatakan jawaban Yesus membuat semua kagum. Semua kagum tapi orang tuanya tidak sadar kualitas yang dimiliki Anaknya.

Yang orang tua tahu adalah Anak ini membuat susah, mereka sudah keliling ke mana-mana, mengapa Dia menyusahkan mereka. Waktu orang tuaNya waktu datang tidak mengatakan “Engkau bisa berdiskusi begini hebat?”, orang tuaNya mengatakan “mengapa Kamu lakukan ini kepada kami? Tidak tahukah selama 4 hari ini kami bingung, keliling-keliling di kota ini, kami tidak temukan Engkau. Engkau membuat kami khawatir. Orang tua wajar merasa seperti ini, tapi jawaban Tuhan Yesus tidak wajar sebagai seorang anak. Yesus, menjawab bukan posisi sebagai anak, tapi sebagai Tuhan yang berkuasa atas umatNya, termasuk atas Yusuf dan Maria. Jawaban Yesus adalah mencerminkan Dia itu sebagai Pribadi kedua dari Tritunggal yang mau berelasi dengan Bapa dengan intim. Maka Yesus mengatakan “tidak tahukah kamu… Yesus tidak pernah minta maaf karena Dia tidak berdosa. Kalau kita tidak pernah minta maaf karena kita sombong. Yesus tidak perlu minta maaf karena Dia tidak berdosa. Maka Yesus mengatakan “masakan kamu tidak tahu, Aku harus di sini lebih dari pada Aku bersama kamu”. Anak 12 tahun mengatakan seperti ini, mana mungkin orang tua tidak hancur hatinya. Yesus sedang mengajarkan bahwa Dia yang berkuasa atas umat Tuhan dan Dia yang berelasi begitu dekat dengan Bapa. Tetapi setelah menyatakan otoritasNya sebagai Sang Mesias, dalam ayat 51 melanjutkan keharusan Yesus berada dalam proses. Yesus tetap bersama dengan keluargaNya, tunduk kepada asuhan orang tauNya, dan makin betumbuh dalam kasih dari Allah maupun dari manusia. Yesus kembali menjadi seorang anak yang dibimbing oleh orang tuaNya. Inilah paradoks yang unik yang kita bisa pelajari. Kita bisa belajar bahwa proses adalah hal yang indah bagi Tuhan. Begitu indahnya proses sehingga ketika Anak Allah datang ke dunia, Dia pun menjalani proses yang sama. Saudara jangan anggap hina, jangan anggap kesusahan. Banyak orang yang mengandaikan proses yang berat itu dengan dosa “andaikan Adam dan Hawa tidak jatuh dalam dosa, apsti aku tidak harus sulit seperti ini hidupnya”. Tapi Tuhan mengijinkan keberadaan manusia yang jatuh itu dilewati dengan kemenangan karena ada proses. Ini hal pertama, Yesus menyatakan hidup yang berproses dan dengan demikian mengajarkan kepada kita bahwa di dalam pandangan Allah proses pembentukan manusia adalah sesuatu yang wajib, yang tidak bisa digantikan dengan apa pun. Saudara belajar itu gampang, belajar menghidup itu yang lebih sulit, karena ditempa oleh hidup, inilah yang sempurna. Maka proses adalah sesuatu yang indah.

Lalu hal yang kedua, Tuhan menempatkan kita lingkungan di mana kita bisa berproses di mana lingkungan yang paling baik adalah lingkungan yang takut akan Tuhan. Saudara bisa berada dalam lingkungan apa pun, tapi kalau tidak ada dalam lingkungan yang takut akan Tuhan, prosesmu akan tetap menjadi proses yang menghancurkan. Saya tetap tidak terbentuk menjadi orang yang takut akan Tuhan, mungkin saya terbentuk menjadi orang yang tangguh, mungkin terbentuk menjadi orang yang sangat ahli dalam kerja, tetapi tetap tidak menjadi orang yang takut akan Tuhan. Itu sebabnya memiliki lingkungan yang takut akan Tuhan itu sangat penting. Apakah kita sudah punya lingkungan ini? Apakah anak kita sudah punya lingkungan ini? Apakah kita sudah menciptakan lingkungan yang sedemikian untuk anak-anak kita? Kalau dia menghina Tuhan, Saudara mesti disiplin dengan sangat keras. Saudara mesti katakan “engkau berani menghina Tuhan, engkau mendapat bahaya dari saya”. Jadi anak tahu “jadi aku harus takut kepada Tuhan lebih dari pada hanya sekedar melakukan hal-hal yang mengganggu mama papa saja. Karena ternyata dosa menghina Tuhan lebih besar dari pada menghina yang lain”. Inilah lingkungan yang takut akan Tuhan, mari belajar ciptakan lingkungan ini untuk kita maupun untuk anak-anak kita. Belajar takut kepada mata yang tidak kelihatan dari pada mata yang kelihatan. Kita selama ini belajar Adam Smith dan invisible hand, tapi sekarang kita mau belajar mata yang tidak kelihatan sedang melihat dan kita bertanggung jawab kepadaNya.

Lalu hal ketiga dalam bagian ini, bahwa di dalam segala kesempurnaannya Kristus tetap rindu mengenal Allah dengan cara belajar Firman. Kalau Kristus yang sempurna belajar mengenal Allah dengan diskusikan Firman, maka tidak ada jalan lain bagi kita untuk makin kenal Allah, makin cinta Allah, makin rindu Allah, kecuali dengan membahas, membaca, mempelajari, mendiskusikan FirmanNya. Tidak ada jalan lain engkau makin mengasihi Tuhan selain engkau interaksi dengan FirmanNya. Saudara bisa mengalami mujizat dalam hidup, Saudara bisa mengalami perubahan hidup yang dahsyat, Saudara bisa mengalami berbagai-bagai tanda ajaib, tetap tidak ada yang bisa menyamai kedekatan dengan Tuhan tanpa mengerti FirmanNya. Karena tahu Firman orang dekat dengan Tuhan, karena rindu Firman orang mau mencari Tuhan, karena mengenal Taurat maka orang mau berdiam di dalam rumah Tuhan lebih dari di tempat lain. Inilah yang harus kita pelajari sama-sama, bisakah kita mempunyai kerinduan yang besar kepada Tuhan? Bisa. Caranya adalah berinteraksi dengan FirmanNya, masukkan FirmanNya di dalam hati, gumulkan apa yang dikatakannya, pikirkan tentang Firman, lalu pikirkan bagaimana hidup kita bisa sesuai dengan yang tertulis di dalam Kitab Suci. Ini membawa kita pelan-pelan dekat dengan Tuhan. Ini hal ketiga yang kita bisa pelajari. Dan pengenalan kita akan Kristus pun makib bertambah, Dia adalah Allah yang sejati yang menjadi manusia yang rela mengalami proses seperti orang lain. Rela bergantung dulu, rela harus menerima pertumbuhan dari interaksi dengan orang lain. Kiranya Tuhan memberi kita kehidupan relasi yang baik dan juga kehidupan merindukan Tuhan yang makin bertumbuh.

(Ringkasan inibelum diperiksa oleh pengkhotbah)

Doa adalah Pelayanan yang Penting

(Lukas 2: 34-39)
Kita akan melihat 2 orang yang sangat penting di dalam Injil Lukas. Karena Injil Lukas sebelum membahas tentang pelayanan Yesus. membahas saksi-saksi yang mengerti bahwa Yesus adalah Mesias. Para saksi itu adalah Yusuf dan Maria yang mendengarkan kesaksian sebelum Yesus lahir. Lalu saksi berikutnya adalah para gembala. Selanjutnya Lukas berbicara tentang Simeon dan Hana, 2 orang nabi yang menantikan pelepasan bagi Israel. Kita akan melihat apa yang menjadi teladan, yang kita bisa pelajari dari mereka. Minggu lalu kita sudah membahas tentang pengharapan, manusia bukan hanya perlu kesalehan hidup, manusia bukan hanya perlu kebenaran, manusia juga perlu pengharapan yang tepat. Dan inilah yang diajarkan Simeon kepada kita, dia mempunyai kebenaran, dia mempunyai kekudusan dan iman yang sejati, dan dia juga mempunyai pengharapan. Orang kalau berharap pada sesuatu yang Tuhan tidak pernah janjikan, akan seterusnya dalam hidup mengalami kekecewaan demi kekecewaan. Apa yang kita jadikan pengharapan itu yang akan mendrive kita, dan sudah berapa banyak orang yang kehilangan dorongan untuk hidup karena dia sudah tidak menemukan kembali dorongan sejati di dalam pengharapan yang dia cari. Dalam ayat 29 Simeon mengatakan “Tuhan, sekarang aku boleh tinggalkan dunia ini”. Dia sudah mengalami apa yang dia harapkan terjadi. Maka dia sudah puas hidup, dia berkata “Tuhan, sekarang saya boleh pulang, Tuhan boleh panggil saya. Apa yang saya mau dari hidup, sudah saya dapatkan”. Ini adalah perkataan penuh kemenangan, bukan perkataan seperti orang yang sudah lelah dalam hidup. Saudara berada di dalam sejarah keselamatan, Tuhan sedang menyatakan sesuatu. Dan sesuatu itu sedang berpusat kepada satu Pribadi yaitu Yesus. Siapa yang menjadikan Yesus sentral di dalam hidupnya, dia melakukan hal yang sama dengan Tuhan. Karena Tuhan pun menjadikan Kristus sentral dari seluruh sejarah keselamatan. Kalau Kristus adalah sentral dari sejarah keselamatan, maka hidup kita harus menjadikan Kristus sentral, baru hidup kita berkait dengan apa yang Kristus sedang kerjakan. Kalau ini tidak terjadi dalam hidup, Saudara salah berharap, Saudara pasti buntu, Saudara pasti menemukan kekecewaan karena yang Saudara harapkan tidak terjadi. Tapi kalau semua yang Saudara harapkan terjadi, mana lagi ada alasan kecewa. Dan apa yang diharapkan Simeon bukan berguna untuk dirinya, dia sudah tua, waktu dia lihat Yesus Sang Raja masih bayi, dia mesti tunggu berapa lama lagi baru Yesus menjadi Raja. Dia tidak akan menikmati periode Kristus menjadi Raja di bumi ini. Maka Simeon mempunyai beban yang berat, cita-cita yang agung dan juga tujuan pengharapan yang menuju kepada kesejahteraan umat Tuhan dan pada kemuliaan nama Tuhan. Dia bukan orang yang sempit yang hanya melihat diri dan kebahagiaan diri, tapi dia melihat kepada seluruh karya yang Tuhan mau kerjakan di dalam umat Tuhan. Pengharapanku tidak boleh sama dengan hawa nafsuku. Di dalam Yakobus, Yakobus menulis suratnya dan mengatakan siapa yang berdoa secara benar itu mempunyai kuasa yang besar. Tetapi mengapa doamu tidak juga didengar? Karena engkau salah berdoa, engkau berdoa dengan meminta sesuatu yang akan dihabiskan untuk memuaskan dirimu sendiri.

Di dalam ayat 34, Simeon mengatakan kepada Maria “sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan menjadi suatu tanda untuk menimbulkan perbantahan”. Di sini dia menjadi seorang nabi yang menasihati Maria. Dia tidak menasihati Maria dan Yusuf, mungkin karena dia memiliki kepekaan untuk melihat Maria melahirkan Yesus waktu Maria masih perawan, atau mungkin karena dia punya pengetahuan ke depan, Yusuf tidak lama lagi akan meninggal. Ada kemungkinan Yusuf sudah meninggal sebelum Yesus memulai pelayananNya, karena Yusuf tidak lagi dicatat kecuali di dalam bagian awal Injil Lukas dan di dalam bagian Injil yang lain. Maka dia mengatakan kepada Maria “Anakmu ini akan membuat orang bangkit, tetapi akan membuat orang banyak jatuh. Anakmu ini akan jadi sumber pertentangan dan sumber perbantahan”. Saudara kalau dengar orang-orang peka hal-hal rohani sedang bicara, dengar dulu baik-baik. Ada orang-orang punya kepekaan tinggi, ada orang-orang cuma beri nasihat yang umum-umum. Tetapi ada orang yang peka, tahu apa yang sedang terjadi. Kepekaan ini adalah kepekaan yang hanya bisa dilatih di dalam ketulusan berjalan bersama dengan Tuhan. Yang tidak tulus relasi dengan Tuhan tidak mungkin peka, yang punya ketulusan dibimbing oleh Tuhan, makin mengerti apa yang sedang terjadi, makin tahu apa yang harus dikatakan, makin memiliki kepekaan untuk dipimpin oleh Roh Kudus. Pdt. Billy pernah mengatakan Roh Kudus itu paling sensitif terhadap konteks, paling tahu apa yang diperlukan dan Dia itu bekerja dengan cara yang sangat dinamis. Orang yang penuh dengan Roh Kudus adalah orang yang peka bicara hal yang Tuhan mau dia bicara dengan tidak takut, dengan berani dan tulus. Inilah yang dilakukan Simeon, maka Simeon tidak mau membesar-besarkan Maria “kamu ibu yang baik, nanti bayimu pasti bagus. Nanti Dia akan membuat damai di bumi, damai di hati. Sudah diberi nama Yesus, bagus, itu mirip dengan Yosua yang memberikan ketenangan. Pokoknya ibu tenang saja”. Simeon tidak lakukan itu. Simeon mengatakan “aku memberkati engkau dengan berkat ini, sesungguhnya Anak ini akan menjadi sumber perkelahian, sumber perbantahan, sumber permusuhan”. Mengapa Yesus menjadi sumber permusuhan? Karena sebelum kefasikan disingkirkan ke bumi, kefasikan akan selalu menjadi musuh Kekristenan, tidak mungkin tidak. Orang Kristen tidak mungkin tidak punya musuh. Ada seorang penginjil yang berkhotbah di Institute, dan saya ingat terus khotbahnya karena kalimat-kalimat dia yang aneh tapi unik. Dia mengatakan “Saudara sekalian, Tuhan berkata kasihilah musuhmu. Ini berarti kita akan selalu punya musuh”. Saya pikir kalau orang berkhotbah “kasihilah musuhmu” berarti kita harus belajar mengasihi orang. Tapi dia dengan berani berkata “ini berarti kita selalu akan punya musuh, maka Yesus berkata “kasihilah musuhmu”. Berarti ini kita akan selalu punya musuh. Tetapi dia melanjutkan “tapi Tuhan Yesus tidak mengatakan “buatlah musuh untuk bisa dikasihi. Tuhan tidak pernah mengatakan “ayo cari musuh, supaya ada yang bisa engkau kasihi”, tidak seperti itu. Tuhan hanya mengatakan “kasihilah musuhmu”, berarti musuh akan selalu ada. Lalu hantaman yang paling berat adalah ketika Anaknya ini harus dipaku di kayu salib. Mana ada ibu yang masih bisa bertahan melihat anaknya diperlakukan seperti itu. Ini adalah penderitaan yang sangat besar bagi Maria dan dia alami itu tanpa tahu apa yang akan terjadi. Meskipun dia mungkin punya iman tentang kebangkitan, tapi dia tidak punya pikiran tentang bagaimana kebangkitan itu akan terjadi. Yang dia lihat hanyalah Anaknya terpaku di kayu salib, menanti kematian dan dia harus tunggu di bawah sambil cucurkan air mata melihat penderitaan yang dialami Anaknya. Inilah pedang yang menghantam Maria. Berita Injil adalah berita sukacita bagi orang yang mau menerima. Tapi berita penuh penderitaan bagi sumber berita dan bagi pembawa berita. Ini konsep yang harus kita pahami sama-sama, berita sukacita Injil adalah bagi pendengar, tapi bukan bagi yang membawa karena sering kali yang bawa berita Injil, dia bawa berita Injil sambil pikul salib. Orang yang menginjili Tanah Batak, berapa banyak yang sudah mati kemudian dimakan oleh suku di sana. Dan ketika masih ada orang yang datang untuk memberitakan kabar baik, ini kabar baik bagi yang mendengar. Tapi bagi si pembawa, Paulus sendiri mengatakan “kami selalu dihadapkan dengan kematian, kami selalu dihadapkan dengan penderitaan untuk berita Injil”. Inilah yang Simeon katakan “Anakmu akan menjadi sukacita bagi seluruh bangsa, tapi akan menjadi pedang yang menembus jiwamu sendiri”. Maka Kristus menjadi Juru Selamat, dan Maria harus memikul bagian dia untuk Sang Juru Selamat itu menjadi milik seluruh Israel. Inilah berita yang bisa kita lihat dari Simeon, seorang yang peka, seorang nabi yang bersuara dengan luar biasa. Dia tahu apa yang terjadi kemudian, sekalipun dia hanya melihat seorang bayi yang kecil”. Inilah nabi yang sejati, dengan akurat menyampaikan pesan yang tepat untuk orang mengharapkan Tuhan dan pekerjaan Tuhan akan dikerjakan.

Setelah kita lihat Simeon, Lukas membahas tentang Hana. Di dalam Injil Lukas, Lukas sering sekali membuat paralel antara 2 orang saksi. Dan kalau dia lakukan itu biasanya saksi yang terakhir, itulah saksi yang terbesar. Jadi mengapa dia paparkan Simeon setelah itu Hana, berarti Hana lebih penting dari pada Simeon. Dan kalau Saudara baca, Saudara akan heran, Simeon kalimatnya dicatat, Hana tidak dicatat bicara apa, Simeon punya puisi puji-pujian dan nubuat yang akurat, Hana tidak punya kalimat apa pun. Tapi mengapa Hana lebih baik? Ini bisa kita dalam ayat 36, dia mengatakan ada seorang bernama Hana, dia hidup sudah sangat tua, dia sempat kawin selama 7 tahun. Ayat 37 “dan ia sudah menjanda selama 84 tahun” Bahasa Indonesia tidak terlalu akurat karena yang dimaksudkan 84 adalah tahun janda bukan usia dia. Jadi ayat 37 seharusnya diterjemahkan “dan sekarang ia menjanda selama 84 tahun”. 84 Tahun menjanda, tambah 7 tahun menikah, tambah umur waktu dia menikah, orang ini pasti usianya 100 tahun lebih. Dia tinggal di Bait Suci selama 84 tahun, pekerjaannya selama 84 tahun adalah berpuasa dan berdoa. Waktu suaminya meninggal, mungkin masih 20an, karena orang Israel menikah umumnya pada usia 14-17 tahun. Andaikan dia menikah pada usia 17 tahun, 7 tahun kemudian suaminya meninggal, berarti dia menjadi janda pada usia 24 tahun. Kalau dia menikah pada usia 14 tahun maka dia berusia 21 tahun ketika suaminya meninggal. Perempuan semuda ini bukankah mudah cari laki-laki lain? Tapi dia mengatakan “tidak, saya punya panggilan untuk sujud di Bait Suci berdoa, berdoa supaya Tuhan kirim Sang Mesias, berdoa supaya Tuhan pulihkan bangsa Israel, berdoa supaya Tuhan kirim Raja yang Tuhan sudah janjikan”. Inilah orang yang luar biasa agung. Seringkali kita melihat keagungan orang karena hasil besar, karena prestasi, karena mindset kita terlalu duniawi. Kita lihat segala sesuatu sesuai dengan prestasi yang dikenal dunia, tetapi kita tidak tahu prestasi yang Tuhan tuntut kepada kita. “Jemaatmu berapa banyak? Sudah berapa banyak orang yang dengar khotbah kamu? Sudah berapa banyak orang bertobat dlaam kebaktianmu? Sudah berapa banyak orang jadi hamba Tuhan karena pelayananmu?”, tapi kalau cuma orang-orang seperti ini yang sudah kerja hebat, maka pendoa-pendoa seperti Hana ini adalah nothing. Tapi dia nothing di dalam pandangan kita, bukan di dalam pandangan Tuhan. Bayangkan orang yang tinggal di Bait Suci dengan dedikasi “aku sekarang hanya mau kerjakan satu panggilan, berdoa dan berpuasa”. Kalau dengar dia berbicara mungkin tidak sedalam Simeon, tidak sefasih Simeon. Saudara melihat pelayanannya di usia yang lanjut, mungkin Saudara mengatakan “ini orang sudah terlalu tua, tidak mungkin kerjakan apa pun”, tetapi Hana mengerjakan apa yang menjadi panggilan dia. 84 Tahun berdoa, siang malam berpuasa, dan berharap supaya Tuhan kirimkan Mesias. Ini berarti kita bisa pelajari beberapa hal, yang pertama kita bisa lihat ada seorang perempuan yang punya beban begitu besar untuk seluruh bangsa. Dia tidak datang ke Bait Suci lalu mulai berdoa “Tuhan, suamiku sudah mati, kirimkanlah laki-laki lain menggantikan dia, kalau bisa lebih ganteng, aku ini apa, aku hanya berserah kepadamu”. Dia juga tidak berdoa “Tuhan, nanti kalau saya sudah tua siapa yang pelihara saya? anak tidak ada, keluarga tidak ada, bagaimana Tuhan? Bagaimana masa tuaku?”. Tapi yang menjadi beban Hana, yang keluar terus dalam doanya adalah “Tuhan kapan Mesias datang? Kapan Israel pulih? Kapan bangsa kasihan ini boleh mendapatkan anugerah Tuhan? Kapan keadilan, kesucian dan kemuliaanMu dinyatakan melalui kedatangan Sang Mesias?”, ini yang terus didoakan selama 84 tahun.

Apakah kita punya ketekunan berdoa? Hana menjadi simbol ketekunan berdoa dengan 84 tahun doa setiap hari untuk kedatangan Sang Mesias. Mengapa Mesias akhirnya datang? Salah satu pekerjaan paling penting sebelum Dia datang adalah doa Hana. Tuhan tidak mungkin mengabaikan doa yang dipanjatkan dengan tulus dan dengan sungguh-sungguh oleh seorang perempuan yang selama 84 tahun mendoakan hal ini terus. Mari kita berdoa untuk hal yang penting. Saya tidak mengatakan Saudara tidak boleh berdoa untuk diri, di dalam Doa Bapa Kami Tuhan mengatakan “doakanlah, jadikan kehendakMu” setelah itu “berikanlah kepada kami makanan kami”, Tuhan tidak larang Saudara berdoa untuk diri. Yang tidak boleh adalah menolak untuk meletakkan beban yang lebih luas untuk umat Tuhan. Hana melakukan ini, dia berdoa terus dan berharap “Tuhan, segera pulihkan umatMu, segera berikan Raja yang diharap-harapkan” dan dia lakukan ini dengan ketekunan yang besar. Doa tidak pernah “cuma”. Saudara orang penting yang orang lain tidak tahu. Saya tidak tahu setiap kali Saudara sujud di rumah, yang Saudara doakan apa, itu adalah relasi Saudara dengan Tuhan, Tuhan yang tahu. Tapi kalau Saudara tiap kali sujud lalu berdoa, minta kebangunan, minta bangsa ini diubahkan, minta kebenaran Tuhan dinyatakan, Saudara orang penting. Tidak ada orang yang tahu, tapi Tuhan tahu. Kalau ini terus menjadi seruan Saudara tiap hari, tiap malam, Saudara berbagian di dalam pekerjaan yang sangat besar. Dan Tuhan akan kerjakan hal besar kalau sudah ada orang-orang tekun yang terus berdoa. Mengapa Haa terus berdoa? Karena pada tahun ke-84 Yesus akan datang. Maka dia dipanggil Tuhan untuk mendoakan ini dengan tekun, menjadi pendoa syafaat yang tidak lelah menjalankan panggilannya untuk berdoa. Mari kita ubah mindset kita dengan melihat siapa yang punya hati Tuhan dan dengan mati-matian mendoakan tema-tema penting untuk Kerajaan Allah, inilah orang-orang penting dalam KerajaanNya. Mari kita ubah cara kita berdoa. Martin Luther mengatakan doa adalah hal yang sangat berat, hal pertama yang akan dicabut oleh Tuhan di dalam kehidupan orang Kristen untuk melumpuhkan kerohanian seseorang. Saudara mau rohani Saudara lumpuh? Iblis tidak cabut pengetahuan teologi Saudara dulu, iblis tidak membuat niat belajar Saudara habis dulu, yang iblis kerjakan pertama adalah membuat niat Saudara berdoa tidak ada. Waktu niat berdoa makin surut, Saudara makin digenggam oleh iblis. Dan yang makin parah adalah kalau doa tidak ada, tapi kegiatan luar begitu banyak. Akhirnya orang merasa lumayan dipakai Tuhan, banyak kegiatan, tapi tidak berdoa. Kalau tidak ada doa, Saudara sedang dicengkram iblis, lalu Saudara merasa aman tanpa tahu bahaya yang sedang mengintai Saudara. Ini menjadi salah satu berometer kita untuk cari tahu apakah saya sedang dalam bahaya atau tidak? Bagaimana kehidupan doaku, apa isi doaku? Apa yang paling aku harapkan terjadi dalam doaku? Belajar dari Hana, kita mau belajar doa yang sungguh, menyatakan permohonan yang besar, menyatakan permohonan yang tidak berpusat pada diri, menyatakan permohonan yang menyatakan kemuliaan nama Tuhan. Maka Luther mengatakan hal pertama yang iblis serang adalah kehidupan doa. Dan itu dia rasakan berkali-kali, dia mengatakan “ketika keinginan doa itu dicabut, sepertinya hilang, saya kerja keras untuk mengembalikannya”. Dia mengatakan “kadang-kadang waktu keinginan berdoa tidak ada, saya harus berdiam dulu, lalu saya berharap sambil menyanyikan pujian atau mengulang ayat-ayat Alkitab atau mengulangi pengakuan iman berharap ada satu kerinduan berdoa yang muncul dalam hatiku”. Dan dia mengatakan terkadang perlu tempat yang khusus, kadang dia datang ke gereja dan berdoa di situ sambil mempersiapkan diri untuk siap dalam doa. Luther mengatakan hal paling lama dalam doanya adalah persiapan untuk berdoa. Dia tidak sembarangan tutup mata lalu otomatis berdoa. Kalau kita terkadang terlalu meremehkan doa, apalagi doa makan, pokoknya doa makan 3 poin, pertama terima kasih untuk makanan, kedua berkati pembicaraan di meja makan, ketiga tolong orang-orang yang tidak makan. Sebagus apa pun kalimat doa, kalau tidak keluar dari hati, susah, tidak mungkin jadi doa yang diberkati oleh Tuhan. Maka kalau kita berdoa biarlah ucapan kita pun kita ucapkan dengan persiapan yang sungguh. Persiapan hati, ketenangan hati untuk berdoa.

Luther mengatakan kalau hati tidak tenang, saya akan nyanyi, karena saya tahu ketidak-tenangan hati untuk berdoa adalah cara iblis untuk mengatakan “tidak perlu berdoa, sudah tidak ada waktu lagi, ini sudah waktunya untuk pelayanan yang padat, untuk apa berdoa sekarang? Karena Tuhan tahu semuanya yang tidak kita doakan pun Dia sudah tahu”, Luther sudah tahu ini si iblis, dan dia akan mengatakan “hai iblis, enyahlah karena Tuhan sudah berfirman engkau harus berdoa kepadaKu senantiasa”, ini yang Luther katakan. Maka Luther mengatakan “waktu godaan ini hati menjadi kering, tidak rindu berdoa muncul, saya kerja keras untuk mengembalikannya”. Luther mengatakan “kalau engkau berdoa seperti engkau ngobrol dengan orang, perlu ada komitmen, sungguh-sungguh, serius”. Saya kalau berbicara dengan Saudara, mata saya memandang kemana-mana, itu tidak sopan. Ada relasi yang berkomit, saya tidak boleh bicara dengan orang lain lalu pergi kemana-mana. Tapi seringnya kita lakukan ini kepada Tuhan, kita doakan semuanya, tidak peduli hatiku sedang dimana, sedang pikirin apa, sedang terbeban apa, pokoknya saya lempar semua kalimat itu, Tuhan cerna sendiri. Ini tidak benar. Luther mengatakan perlu waktu untuk membuat hatinya kembali di-set untuk berdoa kepada Tuhan. Dia perlu waktu merenungkan Firman untuk hatinya siap berdoa. Setelah kita tahu kehidupan doa kita dengan hati yang sungguh-sungguh di set untuk Tuhan, apakah beban kita pun tulus? Kalau hati kita di-set untuk Tuhan berapa banyak porsi doa kita nyatakan untuk pekerjaan Tuhan boleh dinyatakan. Mari belajar punya kehidupan doa yang baik. Saudara tidak mungkin rugi belajar ini, Saudara tidak mungkin tidak diberkati Tuhan kalau kehidupan doa kita baik dan mendoakan hal-hal yang menyatakan Kerajaan Allah, kebenaran dan kemuliaan Tuhan dinyatakan. belajar dari Hana. Hari ini kita lihat 2 orang yang sangat luar biasa besar, tapi saya percaya dari cara Lukas menulis, Lukas memberikan penghargaan lebih besar kepada perempuan tua yang sepertinya tidak punya keahlian apa-apa, yang kata-katanya pun tidak dicatat, tetapi yang punya bagian paling penting sebelum Kristus datang yaitu mendoakan kedatangan Sang Juru Selamat selama 84 tahun. Kiranya ini menjadi kekuatan bagi kita untuk mempunyai pengharapan yang sejati di dalam Tuhan dan mempunyai doa yang sungguh-sungguh diperkenan oleh Tuhan.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Hidup dalam Pengharapan yang Benar

(Lukas 2: 21-32)
Ketika Yesus genap 8 hari, Dia disunat. Dan dikatakan ketika ibunya sudah menjalani waktu cemar, maka Yesus diserahkan kemudian mereka mempersembahkan burung merpati dan burung tekukur. Semua prinsip-prinsip ini adalah yang Tuhan nyatakan dengan ketat di dalam Perjanjian Lama. Tuhan mau Israel ikut dalam kebiasaan yang mengarahkan mereka untuk mempunyai 2 hal. Pertama, mereka harus punya identitas sebagai anak Tuhan. Identitas ini akan muncul di dalam ibadah kepada Tuhan dan tindakan-tindakan upacara keimaman mereka. Lalu hal kedua yang Tuhan juga nyatakan adalah bahwa kehidupan yang kudus dan taat kepada Tuhan menjadi tanda ketaatan kepada Tuhan. Ini merupakan sesuatu yang Tuhan tuntut dulu dan Tuhan tuntut juga sekarang. Tuhan tidak pernah ubah tuntutuanNya dalam hal ini. Kita mesti punya tanda sebagai orang Kristen sejati. Kita mesti punya ciri yang Tuhan mau ada. Maka Tuhan melatih orang Israel untuk mempunyai cara-cara ibadah yang spesifik dan penuh dengan makna. Mengapa begitu banyak tindakan-tindakan yang sulit dimengerti tapi mereka praktekan? Karena mereka sedang hidup di masa penantian, mereka menanti kapan Yesus datang, kapan Sang Mesias itu datang, kapan Kerajaan Allah datang. Inilah hal yang membuat orang dapat waktu mereka membaca Perjanjian Lama, Tuhan memanggil umatNya untuk mendirikan baginya suatu Kerjaan yang Kekal. Tuhan memanggil Anak Daud untuk menjadi Raja atas Kerajaan in. Tuhan mempersiapkan satu umat untuk masuk boleh menjadi bagian dari Kerajaan yang Tuhan sedang nyatakan ini. Maka orang Israel mesti dilatih, mereka mesti dibimbing dan mereka mesti dituntun untuk menjalani setiap hal yang mempunyai makna penebusan bagi mereka. Maka Tuhan meminta kepada Abraham dan keturunannya “engkau mesti mempunyai tanda ini, yaitu hendaklah setiap laki-laki di rumahmu disunat dan setiap anak yang akan lahir nanti disunat pada hari ke-8”. Kita tidak mengerti makna sunat kalau kita tidak melihat penggenapannya di dalam surat Paulus dalam Galatia. Di dalam Surat Galatia, Paulus mengatakan bahwa kita sudah masuk dalam umat yang bersunat karena tubuh kita yang lama sudah dilepas, sudah dibuang, sudah disingkirkan dan sekarang kita mempunyai tubuh yang baru. Berarti makna sunat adalah dilepasnya tubuh yang lama lalu mengenakan tubuh yang baru, ini baru genap setelah kita berada di dalam Kristus. Maka selama penantian sebelum Kristus datang, umat Tuhan dituntun dengan ketat, dengan penuh kasih dan dengan berbagai tata cara yang penuh makna. Makna itu hanya bisa kita mengerti kalau dikaitkan dengan Kristus. Ini sesuatu yang harus lihat, Perjanjian Lama kalau tidak kita kaitkan dengan Kristus, semuanya penuh dengan kisah kegagalan, semuanya penuh dengan kisah pemberontakan, semuanya penuh dengan pernyataan kalah, gagal, rusak, memberontak dan akhirnya dibuang oleh Tuhan. Kitab yang diawali dengan kalimat bagus sekali, kata-kata indah dari Tuhan “sungguh amat baik” ternyata harus diakhiri dengan Israel dibuang. Yehuda dibuang, Samaria hancur, Yerusalem sudah tidak lagi menjadi sebuah kota. Jadi umat Tuhan dipanggil dengan pengharapan besar, tetapi kemudian mengalami kehancuran. Tetapi dalam Maleakhi dikatakan “Aku akan perbaiki, Aku akan mengirim seorang utusan, Aku akan mempersiapkan jalan bagi kedatangan Sang Raja. Jadi Perjanjian Lama ditutup dengan pengharapan adanya Sang Raja yang akan datang. Jadi pengharapan untuk kerjaan dipulihkan tetap ada, pengharapan supaya ada seorang raja itu datang dan mendirikan kerajaannya, itu tetap ada. Maka Israel dibimbing sebagai sebuah bangsa untuk menyatakan pengharapan ini sekaligus sebagai pernyataan “kamu yang gagal tidak mungkin berhasil menjalani fungsi sebagai umat Tuhan kalau Sang Raja itu belum datang”. Perjanjian Lama menunjukkan kegagalan dan pengharapan. Perjanjian Baru menunjukan kegenapan di dalam pengharapan. Tapi inilah keanehan orang Yahudi, “kami lakukan ini”, tapi Kristus sudah datang, “pokoknya kami lakukan ini karena disuruh”. Inilah satu sifat ketaatan yang luar biasa, tapi sayang lupa otoritas. Nurut, tapi ketika yang lebih berotoritas datang tidak mau nurut, memberontak kepada yang seharusnya tidak boleh diberontak dan taat kepada yang seharusnya tidak perlu ditaati. Saudara hati-hati dalam melihat otoritas dan hati-hati waktu Saudara menjadi otoritas.

Maka waktu Yesus datang ke dalam dunia, Yesus mengetahui Dia mempunyai tradisi yang harus Dia ikuti, tetapi Dia datang bukan hanya untuk ikut tradisi melainkan juga untuk menggenapi dan memberikan pengharapan yang baru kepada umat Israel. Kristus datang dan ketika Kristus datang, Dia dituntut oleh Tuhan untuk mengikuti semua prisnisp, tetapi perbedaannya dengan orang lain adalah Dia harus memberikan kegenapan di dalam apa yang Dia sedang lakukan. Maka Dia lahir ditengah-tengah papa dan mama, kedua orang tua yang meskipun papanya bukan secara biologis, tetpai Tuhan di dalam kedaulatanNya memakai Maria dan Yusuf untuk menjadi orang tua yang saleh, mendidik anakny abaik-baik, lalu menyerahakan Anaknya kepada Tuhan. Orang tuaNya langsung memberikan Anaknya kepada Tuhan dengan semua prinsip yang dituntut oleh Tuhan kepada seluruh orang Israel. Tuhan kalau menuntut satu umat, Tuhan mau seluruh umat mengerti apa yang sedang Dia tuntut. Saudara kalau menjadi orang tua, Saudara tidak mengerti tuntutan Tuhan kepada Saudara sebagai orang tua, Saudara celaka besar. Orang yang tidak tahu apa yang harus dikerjakan dalam cara Tuhan, orang itu sedang tersesat dalam hidup. Maka Tuhan memberikan kepada Yusuf dan Maria langsung mereka tahu hari kedelapan harus sunat. Mengapa sunat? anakku adalah bagian dari umat Tuhan, meskipun Dia menjadi bagian untuk menggenapi seluruh apa yang Tuhannyatakan di dalam Perjanjian Lama, tetapi Dia adalah bagian dari umat Tuhan. Inilah keunikan dari Kristus, Dia mempunyai kedaulatan mutlak tetapi Dia juga mempunyai kebergantungan mutlak kepada Bapa di sorga. Dia mempunyai segala kuasa, tetapi rela menyerahkan Dirinya di tangan manusia fana. Waktu mamaNya gendong, seperti seorang ibu sedang menggendong bayi kecil yang tidak punya kekuatan apa-apa. Yesus memberikan diriNya untuk bergantung kepada yang lain, meskipun DiriNya sendiri adalah Sang Allah, Pribadi Kedua, yang dikatakan Kolose, yang memegang segala ada yang ada dengan Firman yang penuh dengan kekuasaan. Kristus menopang semua dengan Firman yang penuh kekuasaan, tetapi Dia sendiri rela menjadi bayi yang kecil yang ditopang oleh orang lain. Inilah yangoleh Jonathan Edwards disebut sebagai conjuction of diverse excellencies, maksudnya adalah Kristus mempunyai satu perbedaan yang sangat bersifat paradoks. Di satu sisi Dia yang paling mulia, di sisi lain Dialah yang paling rela dihina. Di satu sisi Dia menopang segala keberadaan dengan Firman, di sisi lain Dia rela ditopang oelh kedua orang tua dunia. Maka orang tua ini mengetahui tuntutan Tuhan, umat perjanjian mesti sunat, “anaku adalah juga umat perjanjian, aku serahkan untuk disunat”.

Kemudian yang berikut orang tuanya juga tahu bahwa anak sulung mesti ditebus. Karena dulu waktu Israel keluar dari Mesir, Tuhan mengatakan “sekarang Aku minta anak sulungmu. Karena anak sulungmu tidak mati waktu seharusnya anak-anak sulung mati”. Di sini kita baru mengerti di dalam Kitab Keluaran, Tuhan membunuh anak sulung orang Mesir, tapi Tuhan menuntut anak sulung orang Israel yang tidak Dia bunuh sekarang menjadi milikNya. Ini konsep penebusan yang sangat limpah dari Alkitab. Karena itu waktu di dalam Kitab Keluaran dikatakan orang Mesir anak-anak sulungnya semua mati, orang Israel anak sulungnya tidak mati. Apakah ini berarti orang Israel mendapatkan hal yang sewajarnya mereka dapatkan? “anak sulungku memang seharusnya tidak mati, orang Mesir itu yang sedang dihukum”. Tuhan memberikan pengertian langsung dibalik, Tuhan mengatakan “harusnya semuanya dihukum”, Israel bingung “anak sulung kami salah apa?”, “engkau menyembah berhala, orang Mesir menyembah berhala, orang Mesir berdosa, engkaujuga berdosa. Orang Mesir rusak, engkau juga rusak”. Jangan pikir kita lebih baik dari dunia, dunia rusak Saudara juga bisa ikut rusak. Anak sulung Israel juga harus mati, tapi Israel boleh punya anak sulungnya tetap hidup di hadapan Tuhan. Lalu Tuhan mengatakan “karena mereka tetap hidup, mereka milikKu dan harus ditebus”. Lalu kita berpikir “kapan ya dari anak sulung beralih ke Lewi?”, ternyata ini terjadi waktu orang Israel ada di gunung, waktu mereka di kaki gunung, lalu Musa naik ke atas untuk mendapatkan 10 Hukum Taurat. Waktu Musa naik ke atas, di atas dia mendapatkan ajaran dari Tuhan, dia mendapatkan 10 Hukum, tapi dia puluhan hari di atas, tidak turun-turun, yang di bawah mulai gelisah. Lalu Harun mengatakan “jangan takut sebab ada Tuhan yang memimpin kita. Sekarang semua lepas anting, lepas semua perhiasaan emas”. Dikumpulkan semuanya lalu dibuat patung anak lembu emas dan Harun mengatakan “jangan takut, Musa kalau tidak kembali, sudah ada tuhan yang yang membimbing kita, yang menuntun kita keluar dari Tanah Mesir dan menuntun kita ke tanah perjanjian. Maka mereka semua bersorak, merkea melakukan upacara penyembahan kepada Tuhan dengan cara yang sangat memalukan. Alkitab mencatat waktu bangsa lain melihat cara orang Israel menyembah Tuhan mereka, bangsa lain langsung geleng-geleng kepada betapa rusaknya ini. Dia ambil 2 loh batu, dia lemparkan sampai hancur, waktu baca bagian ini saya heran mengapa Tuhan tidak marah kepada Musa? Karena waktu Musa marah, Tuhan juga sedang marah. Tuhan tidak larang Saudara untuk marah, yang menjadi pertanyaan waktu engkau marah, Tuhan sedang marah tidak? Kalau engkau sedang marah untuk sesuatu yang kecil, Tuhan marah sama kamu. Tapi kalau engkau marah dan memang Tuhan sedang marah, itu Tuhan hargai. Siapa yang perasaannya selaras dengan Tuhan, itu bahagia sekali. Waktu itu seluruh suku berdiri di sisi yang menyembah, hanya orang Lewi yang tetap setia menyembah Tuhan. Maka Tuhan ubah, tidak lagi anak sulung yang melayani, orang Lewi saja. Jadi Saudara jangan pikir Tuhan harus pakai kita, Saudara merasa orang penting, Saudara mengatakan “Tuhan pasti pakai saya”, Tuhan mengatakan “anak sulung Aku singkirkan dan Aku ganti dengan orang Lewi” Tuhan akan bangkitkan orang yang lebih sanggup dan lebih dipakai oleh Tuhan, dari pada orang-orang sombong yang merasa dirinya paling penting di dalam pelayanan. Maka waktu Tuhan melihat orang Lewi tetap setia, pada waktu itu Tuhan mengatakan “orang Lewi akan selamanya melayani Tuhan, di kemah suci, di tempat pertemuan, di tempat ibadah dan di dalam korban pagi, korban petang dan korban-korban salah”. Jadi sekarang orang Lewi diangkat. Kalau begitu anak sulung adalah pilihan yang gagal? Tidak, karena Kristus menggenapi kepada yang sulung, anak sulung akhirnya menjadi imam sejati, tapi bukan semua anak sulung, melainkan Kristus sebagai buah sulung dan kita semua sebagai umat yang sulung, demikian dikatakan Paulus. Maka Paulus mengatakan anak sulung siapa? Kristus, kita siapa? buah sulung penebusan Kristus. Lalu apa yang kita lakukan? menjadi imam seperti panggilan mula-mula dari Tuhan kepada anak sulung yang luput dari maut. Ini kaitan benang merah dari Alkitab yang begitu indah, maka Saudara melihat ini sebagai bukti Allah adalah Allah yang berfirman dari Kejadian sampai Wahyu. Maka waktu Tuhan memanggil anak sulung dan gagal, Kristus menggenapi. Itu sebabnya pada waktu Kristus dibawa ke Bait Suci dan ibuNya mempersembahkan merpati dan tekukur, ini adalah momen dimana Tuhan mengatakan “sekarang Anak Sulung kembali melayani”. Itu sebabnya di dalam Alkitab, Imamat Lewi bukanlah imamat kekal. Waktu Tuhan mengatakan “kekal imamatmu” itu tidak dimaksudkan orang Lewi, tetapi orang-orang yang akan menggantikan orang Lewi yaitu kaum tebusan yang sulung, yaitu gereja. Inilah yang Tuhan inginkan, maka Kristus menjadi yang Sulung untuk menjadi Imam kembali. Maka Maria membawa persembahan burung tekukur dan burung merpati. Apakah anak sulung harus ditebus dengan persembahan ini? tidak, persembahan anak sulung harusnya adalah sapi, kambing, domba, tetapi bagi yang tidak mampu silahkan persembahkan burung merpati dan tekukur. Berarti Yusuf dan Maria golongan miskin karena mereka miskin mereka tidak sanggup untuk beli yang lebih mahal, maka mereka persembahkan seekor burung dan burung tekukur untuk menjadi tebusan bagi Kristus. Apakah ini berarti Kristus berdosa dan perlu ditebus? Tidak, Kristus menebus kembali penggilan terhadap umat sulung untuk menjadi imam di hadapan Allah.

Ini peristiwa yang sangat penting, waktu orang tua Kristus memberikan korban bagi Dia sebagai persembahan anak sulung, yang sadar ini peristiwa penting hanya 1, seorang bernama Simeon. Di dalam ayat 25 dikatakan “adalah seorang di Yerusalem bernama Simeon, ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel, Roh Kudus ada di atasnya”. Dikatakan Roh Kudus ada di atasnya, Roh Kudus memenuhi dia. Apa tanda orang dipenuhi Roh Kudus? Ayat ini mengatakan orang yang dipenuhi Roh Kudus itu peka lihat Kristus ada di mana. Kristus ada di Bait Suci, dia datang. Kristus, FirmanNya diberitakan di gereja mana, orang yang dipenuhi Roh Kudus akan peka. Waktu Kristus datang dibawa oleh orang tuaNya, orang tuaNya mempersembahkan korban, semua berpikir “ini keluarga miskin yang tidak penting” tapi ada satu dipimpin Roh Kudus, seorang bernama Simeon. Lalu Simoen yang dipimpin oleh Roh Kudus itu mengatakan “sekarang saya melihat Dia yang diurapi oleh Tuhan”, lalu dia minta ijin apakah dia boleh menggendong anak itu. Ini peristiwa yang luar biasa, waktu Simeon menggendong anak itu di tangannya, Simeon mengatakan “Tuhan, sekarang aku sudah boleh mati”. Pada bagian ini kita diingatkan oleh Simeon bahwa hidup manusia itu harus ada 3 aspek paling penting. Aspek yang pertama adalah aspek moral yang benar. Tanpa moral yang benar Saudara tidak mungkin menjadi manusia yang sejati. Aspek yang kedua dikatakan di dalam ayat yang ke-25 “adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon, dia adalah seorang yang benar secara moral dan saleh” ini berarti dia hidup di dalam keadaan cinta Tuhan dan rindu menyembah Tuhan. Ini pengertian yang dalam yang harus kita tahu. Kebenaran dan kesalehan dijadikan satu, dikombinasikan indah dalam kehidupan spiritual seseorang, ini sangat indah luar biasa. Apakah kita orang benar? Punya moral yang baik? Punya tuntutan hidup yang baik di hadapan Tuhan? Punya satu tuntutan yang peka akan standar itu? Kalau aku melewati ini, aku tidak boleh, aku bertahan dalam cara hidup yang benar. Orang yang baik, orang yang benar di hadapan Tuhan adalah orang yang punya standar moral yang peka terhadap tuntutan kebenaran Tuhan. Tapi bukan hanya itu, selain punya tuntutan yang sangat tinggi dan tepat mengenai kehidupan moral, dia juga punya satu semangat menyala-nyala untuk menyembah Tuhan dan membela kekudusan Tuhan, inilah yang disebut dengan kesalehan. Orang saleh adalah orang yang benar-benar mau menyatakan kemuliaan nama Tuhan. membela kekudusan nama Tuhan dan mencintai setiap momen di mana dia boleh hidup bersama dengan Tuhan. Di dalam bagian ini dikatakan Simeon seorang yang benar dan saleh. Benar dan saleh harusnya cukup, oran gyang moralnya baik, dorongan untuk menyembah Tuhan baik, sudah cukup, perlu tambah apa lagi? Tapi bagian ini menambahkan Simeon juga orang yang menantikan penghiburan bagi Israel. Ada hal ketiga, yaitu pengharapan. Kekudusan kita tidak akan bertumbuh makin suci kalau kita tidak punya pengharapan. Ternyata pada bagian ini Simeon mengingatkan kita harus ada yang ketiga, menantikan penghiburan. Manusia kalau tidak punya pengharapan itu manusia yang kasihan sekali. Ada seorang teolog dari Inggris yang bernama Lesslie Newbigin, dia mengatakan manusia tanpa pengharapan adalah manusia yang paling kasihan, karena meskipun dia memiliki segala sesuatu tapi dia tidak memiliki pengharapan, dia adalah manusia ciptaan yang punya potensi sangat besar tetapi yang menikmati segala potensi itu dengan kekosongan. Saudara kalau tidak punya pengharapan tidak akan punya semangat hidup. Saudara punya pengharapan baru Saudara akan melangkah untuk mengharapkan sesuatu. Kalau Saudara keluar dari rumah, Saudara berharap akan tiba di tempat yang lain, kalau tidak Saudara akan berkeliling jalan-jalan seperti orang yang tidak punya tujuan. Orang yang keluar rumah tanpa tahu kemana akan aneh sekali tingkahnya. Maka saya mau tanya apa pengharapan Saudara? Jangan-jangan Saudara kerjakan hari demi hari dengan pengharapan nol, karena Saudara tidak tahu mau mencapai apa di dalam hidup.

Maka Newbigin mengatakan manusia yang kasihan adalah manusia yang tanpa pengharapan. Tapi juga sama kasihannya adalah manusia yang pikir dia punya pengharapan tetapi dia tidak tahu bahwa pengharapan itu bukan pengharapan dari Tuhan. Kalau pengharapan itu bukan dari Tuhan bagaimana dia tahu bisa mendapatkan, karena Tuhanlah yang sanggup untuk memberikan janji lalu menggenapi janji itu. Tapi saya tambahkan sedikit, orang juga kasihan kalau berharap pada Tuhan tetapi berharap untuk sesuatu yang Tuhan tidak pernah janjikan. Saudara bisa salah, bisa sangat kecewa sama Tuhan karena pertama Saudara tidak tahu Tuhan sanggup menjalankan janjiNya, Tuhan sudah berjanji, Saudara baca janji Tuhan, Saudara biasa-biasa saja. Betapa penuhnya hati orang yang tahu Tuhan sanggup menjalankan janjiNya. Ketika dia sedang berada di dalam kekurangan lalu Tuhan mengatakan “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau”, ini limpah sekali. Tetapi kalimat ini menjadi nothing kalau Saudara tidak percaya kalimat itu. Saudara tidak percaya Tuhan mau dan sanggup lakukan, Saudara tidak tahu Tuhan sanggup, Saudara tidak percaya Dia mau, maka janji Tuhan cuma lewat begitu saja. kadang-kadang kita baca Alkitab dengan janji yang begitu besar, tapi kita lewati dengan begitu saja, ini kasihan. Saudara tidak bisa minta Tuhan laksanakan janji yang Dia tidak pernah dalam kedaulatanNya ucapkan. Maka hal kedua, saya mengharapkan janji Tuhan pasti kecewa, karena saya minta apa yang tidak pernah Dia janjikan. Hal ketiga yang membuat kecewa terhadap janji Tuhan adalah karena kita berpikir waktu Tuhan menyatakan janjiNya, kita dengan segera akan mendapatkan kegenapanNya. Jadi saya tahu Tuhan berkuasa, saya tahu Tuhan janjiNya seperti apa, persis saya tahu, tapi hal ketiga saya tidak punya kesabaran untuk lihat janji itu jadi. Janji Tuhan yang besar akan dinyatakan dan kita boleh berharap pada janji itu, tetapi Tuhan melatih orang-orang di Perjanjian Lama untuk beriman sekaligus sabar. Berarti beriman itu identik dengan sabar. Di dalam Ibrani 11 bicara tentang pahlawan iman, apa karakteristik dari para pahlawan iman? Karakteristiknya adalah mereka sabar menantikan janji Tuhan dengan kesabaran yang luar biasa. Abraham dapat janji Tuhan pada umut 75, kapan digenapi? Digenapi ketika Kristus mati di kayu salib. Tahu dari mana? Dari Yohanes 8 yang mengatakan “Bapamu di sorga, bapamu Abraham di sorga bersukacita melihat hariKu”. Hari Yesus adalah hari yang Tuhan sudah janjikan, hari waktu Dia dipaku di kayu salib menebus umat manusia. Inilah hari dimana janji anugerah Tuhan akan disebarkan di seluruh dunia akan mulai terjadi. Jadi kalau Kristus tidak mati di kayu salib, janji kepada Abraham tidak akan tersebar ke seluruh dunia. Tapi sekarang Kristus mati di kayu salib, janji kepada Abraham tersebar ke seluruh dunia. Kapan waktunya? waktu Tuhan, bukan waktu Abraham, bukan waktu Musa, buakn waktu Elia, bukan waktu Maleakhi. Maka ketika Tuhan genapi, semua yang pernah mengharapkan janji itu akhirnya bersuka cita, sekarang Tuhan sudah genapi. Kita akan kecewa dengan janji Tuhan kalau kita pikir Tuhan akan kerjakan di dalam waktu kita, padahal belum tentu.

Inilah mengenai pengharapan, Saudara harus punya pengharapan untuk mempunyai kerohanian yang makin bertumbuh, berharap kepada Tuhan yang benar, berharap pada janji yang benar, dan berharap pada waktu sesuai dengan kedaulatan Tuhan. Ketika kita mempunyai pengharapan seperti ini, barulah kita tahu bahwa Allah yang memberikan pengharapan itu mau kita bergantung kepada Dia, mau mengikuti Dia, mau supaya kita benar-benar berpaut kepada Dia di dalam kita menantikan janji Tuhan. Ini yang dilakukan Simeon. Maka setelah Simeon melihat “sekarang ya Tuhan, janjiMu yang aku harapkan itu sudah terjadi, sekarang aku boleh meninggalkan dunia ini”. Menurut dia pengharapan itu adalah yang paling besar yang diharapkannya. Sekarang pertanyaannya adalah apa yang Saudara benar-benar ingin capai? Waktu Saudara sudah capai, Saudara mengatakan “sekarang ya Tuhan, aku boleh meninggalkan dunia ini”. Kalau apa yang Saudara ingin capai itu selaras dengan yang secara besar Tuhan mau kerjakan, maka Saudara akan bahagia. Tuhan mau kerjakan KerajaanNya dinyatakan di dunia, lalu Saudara berbagian dalam bagian Saudara, Saudara akan bahagia. Kalau apa yang kita kerjakan selaras dengan apa yang Tuhan sedang kerjakan di dalam sejarah, tidak mungkin kita tidak mendapatkan bahagia yang Tuhan sedang nyatakan itu. Maka biarlah kita belajar menjalankan apa yang Tuhan mau, dan kita tidak mau atur Tuhan untuk menjalankan apa yang kita mau. Kalau Saudara mau ikut Tuhan, berarti kita ikut Dia, Dia pergi kemana, kita ikut. Kalau Saudara ikut orang, Saudara tidak bisa sembarangan perintah orang. Maka waktu Saudara mengikuti rencana Tuhan, Saudara seperti menumpang apa yang Tuhan sedang kerjakan. Kita tidak bisa atur Dia. Biarlah kita melihat bagian hidup kita sebagai bagian kecil yang akan menjalankan seluruh rencana Tuhan yang besar. Apa bagian Simeon? Bagian Simeon sepele, cuma berdoa, berharap Mesias datang. Dan ketika Mesias datang, Simeon mengatakan “sekarang ya Tuhan, yang saya harapkan sudah terjadi, panggilah saya pulang”. Itu sebabnya banyak pekerjaan-pekerjaan kecil yang tidak berarti, nanti di sorga dapat pujian jauh lebih besar dari pada orang-orang yang kerjakan yang besar. Simeon sepertinya memiliki pekerjaan yang kecil, dia berdoa bagi Israel, dia memohon supaya Sang Mesias datang, dia tekun lakukan itu. Waktu Sang Mesias datang, dia mengatakan “tugasku selesai, sekarang aku boleh pulang kembali ke tempat Allahku di sorga”. Harap waktu kita sampai pada saat yang akhir, kita pun mengatakan hal yang sama. Saudara tidak mau saat akhir Saudara mengatakan kalimat-kalimat yang menyedihkan hati “aku belum mau pergi, masih banyak yang belum selesai kukerjakan. Aku menyesal sekali, mengapa aku mencari hal-hal yang kosong dan tidak berarti”, Saudara kalau cari uang lalu tumpuk sebanyak mungkin, nanti akhirnya Saudara akan mengatakan “mengapa hanya uang saja”. Saudara kalau kerjakan banyak hal yang tidak sesuai dengan apa yang Tuhan mau, nanti pada akhirnya Saudara akan mengatakan “waktu sudah terbuang, aku tidak bisa kembali”. Mari kita hidup dengan cara seperti yang diajarkan Simeon, jalani apa yang Tuhan mau dalam target besar pengharapan yang Tuhan berikan, baru kita bisa mengatakan “Tuhan, aku mau berharap ketika Tuhan menyatakan pekerjaan Tuhan, Tuhan menyatakan kegenapan Tuhan, aku akan bersuka cita di situ”. Mari ktia punya pengharapan, pengharapan sama pentingnya dengan kebenaran, sama pentingnya dengan hidup suci. Karena orang yang tanpa pengharapan akan menjalani hidup kering, begitu mudah patah, begitu mudah kehilangan semangat. Mari hidup dengan penuh kelimpahan, mari kita katakan “Tuhan, aku harapkan ini terjadi, dan aku akan kejar. Aku akan belajar bertekun menantikannya terjadi, tapi sambil menanti aku akan kejar apa yang aku boleh berbagian di dalamnya”. Ini membuat gereja Tuhan boleh terus dibawa kepada Tuhan dan gereja Tuhan boleh terus belajar untuk menikmati relasi dengan Tuhan. Maka biarlah kita memiliki pengharapan seperti Simeon dan kita boleh menikmati apa yang Tuhan janjikan dalam hidup kita.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Let All Things Now Living

Hymn “Let All Things Now Living” diciptakan oleh Katherine Davis pada abad ke-19. Katherine K. Davis adalah seorang pianis, organis, dan komponis yang mempelajari piano sejak dini dan mulai membuat lagu-lagu sejak umur 15 tahun. Ia memenangkan Billings Prize untuk komposisi lagunya setelah ia lulus dari SMA St. Joseph. Ia melanjutkan studi musiknya di New England Conservatory of Music, dan kemudian melanjutkan studinya pula di Paris dengan seorang ahli musik terkenal Nadia Boulanger, yang adalah guru dari banyak komposer di abad ke-20.
Melihat latar belakang Katherine Davis yang begitu hebat dalam dunia musik, kita pasti membayangkan lagu yang ia ciptakan adalah lagu yang sulit, rumit, dan megah. Namun ketika kita mendengarkan hymne “Let All Things Now Living”, hymne ini memiliki tempo yang sedang, nada yang tidak sulit dinyanyikan (1 oktaf lebih 1 nada), chord progression yang tidak banyak, dan pola yang sederhana (A – B – A’). Justru dalam kesederhanaan bentuk lagu ini Katherine K. Davis dapat membawa kita mengucap syukur dengan riang!
Lagu sederhana ini dibuat oleh komposer yang mendalami dunia musik, dan memiliki kelimpahan dalam kesederhanaannya.

Kelimpahan tersebut bisa kita lihat dari kata-katanya. Hymne ini mengajak kita untuk mengucap syukur pada Tuhan yang adalah Allah kita, pencipta kita, yang berdiam bersama-sama kita, yang menyertai kita hingga akhir hari-hari kita, dan yang melindungi kita. Lalu setelah menjabarkan siapa Allah kita, pada bagian refrain lagu ini memberitau kita betapa bahagia memiliki Allah yang berada di pihak kita, menerangi jalan kita, bahkan di malam hari.
Bait pertama ditutup dengan nada yang sama dengan nada sebelum refrain, menggambarkan konklusi dari kalimat yang semula kita nyanyikan, “sampai bayang-bayang sudah berlalu, ketakutan hilang, kita berjalan dari terang ke terang”. Bait kedua menggambarkan kebesaran Allah dalam ciptaan-Nya di bumi. Dalam bintang, matahari, bukit dan gunung-gunung, sungai dan air terjun, dan dalamnya lautan, semua itu memproklamasikan kebesaran Tuhan.

Lalu pada bagian refrain-nya mengajak kita untuk menyanyikan lagu memuji kebesaran-Nya, dengan hati penuh sukacita. Kembali ke nada awal, konlusi bait kedua adalah “mari semua yang hidup, bersatu bersyukur bersama. Kepada Tuhan di tempat tinggi, Hosanna dan pujian”.

 

 

 

 

Like a River Glorious

Di tengah-tengah kehidupan kita, terkadang kita merasakan gelisah dan
merasa bingung dalam menjalani kehidupan ini. Sebagai natur alami dari
manusia, manusia pasti mencari kedamaian bagi dirinya. Damai di sini dapat
berupa bebas dari segala sesuatu yang meresahkan seperti peperangan,
perselisihan, ataupun damai yang diinginkan adalah kedamaian secara pikiran
(psychology).

Kemanakah kita mencari “kedamaian” yang kita inginkan
tersebut???

Saat ini kita hidup ditengah dunia yang telah jatuh dalam dosa dan
tidak memiliki pengharapan. Kedatangan Kristus ke dalam dunia untuk menebus
dosa-dosa kita di atas kayu Salib memberikan pengharapan dan pendamaian
hubungan kepada orang percaya dengan sang Bapa. Ini merupakan salah satu
kedamaian yang dimiliki orang percaya, yang diperoleh melalui Kristus.

Lagu baru yang kita nyanyikan pada hari ini, “Like a River Glorious”,
diciptakan oleh Frances R. Havergal (1836-1879), yang merupakan komposer
hymn, poetess (penulis puisi), dan seorang penulis renungan. Frances R.
Havergal hidup sezaman dengan Fanny J. Crosby, yang juga komposer hymn
yang telah menulis lebih dari 8500 hymn, namun mereka sama sekali tidak
pernah bertemu dan berkomunikasi melalui surat. Beliau merupakan anak dari
seorang minister di gereja Inggris. Sejak umur 4, Frances R. Havergal sudah
membaca dan menghafal ayat Alkitab. Tahun 1876, Frances R. Havergal terkena
penyakit yang hampir merenggut nyawanya. Namun ditengah keadaan tersebut,
dia masih dapat berkata, “If I am really going, it is good to be true”. Dia tetap
dapat tenang meskipun dalam kondisi seperti itu. Setelah sembuh dari
penyakitnya dia menulis hymn “Like a River Glorious”, terngiang akan janji
Tuhan yang diberikan kepada kita dalam kitab Yesaya pasal 48:18 (ESV: “Oh that
you had paid attention to my commandments! Then your peace would have
been like a river, and your righteousness like the waves of the sea”), dia juga
menggabungkannya dengan pasal 26:3 (ESV: “You will keep him in perfect peace,
whose mind is stayed on You, because he trust in You”). Lagu “Like a River
Glorious” menggambarkan damai yang diberikan tersebut.

Melodi dalam lagu tersebut menggambarkan suatu melodi layaknya seperti sungai yang alirannya stabil, tenang, dan peacefully. Sewaktu kita menyanyikan lagu ini kita dapat merasakan alunan melodi yang tenang dan tidak memiliki kontras yang terlalu tajam pada setiap perpindahan notnya. Perhatikan not-not yang ada pada masing-masing baris, perpindahan rata-rata antar not satu ke not lainnya (dalam 1 baris tersebut) berkisar 1 dan 2 (Do ke Mi berjarak 2, Do ke Re berjarak 1).
Sebagai contoh, mari kita perhatikan not pada baris pertama:
1 1 2 2 | 3 . 5 . | 4 4 2 2 | 3 . . .
Dimulai dengan Do, kemudian perlahan naik perlahan sampai ke Sol (5) dan turun kembali secara perlahan sampai ke 3. Jika kita perhatikan masing-masing not per-baris (sesuai warta), alunan not tersebut menggambarkan suatu aliran yang stabil dan tidak berubah drastis (misalkan dari Do oktaf bawah ke Do oktaf tinggi, berbeda 1 oktaf). Pada lagu ini masing-masing perpindahannya stabil dan tenang. Secara keseluruhan kita dapat melihat bahwa note painting pada lagu ini ingin menggambarkan suatu aliran sungai yang tenang dan damai!
Marilah kita menyanyikan lagu ini dengan hati yang penuh dengan damai yang telah Kristus berikan kepada kita orang percaya melalui kematian-Nya di atas kayu Salib. Ditengah kehidupan yang kita jalani dan mengalami banyak masalah, kita harus selalu ingat bahwa hanya Kristus yang memberikan kedamaian bagi kita, seperti halnya Frances R. Havergal, ditengah penyakit yang dideritanya, dia masih bisa merasakan damai sejahtera dari Kristus dalam hidupnya!