Mendengar dengan Hati yang Murni

(Lukas 5: 33-39)
Dalam bagian ini kembali ada konflik antara orang Farisi dan Tuhan Yesus. Dan sama seperti bagian sebelumnya ada dialog antara mereka dengan Tuhan Yesus. Tapi bedanya pada bagian ini Tuhan Yesus bukan saja memberikan penjelasan tentang apa yang Dia lakukan, Tuhan Yesus juga memberikan satu teguran mengenai kesalahan orang Farisi. Dalam bagian pertama dikatakan orang Farisi melihat murid Yesus, lalu mereka mulai membandingkan antara murid Yohanes, murid mereka sendiri dan murid Tuhan Yesus. Langsung mereka lihat ada yang salah, “mengapa murid-muridMu hidup dengan cara yang tidak saleh sama sekali?”. Di dalam latar belakang terjadinya kelompok Farisi adalah satu dorongan dari mereka supaya tuntutan Tuhan kepada imam dijalankan oleh rakyat biasa. Mereka mau seluruh orang Israel dituntut sama besarnya dengan imam, imam menjalankan apa pun harus ada pembasuhan. Imam datang memberikan korban, ada pembasuhan, maka mereka mau ketika orang biasa menghadap makanan mereka harus ada ritual pembasuhan. Mereka mau apa yang dituntut Tuhan dari para imam itu dijalankan dengan ketat oleh seluruh bangsa bahkan dengan keketatan yang lebih besar dari apa yang Tuhan tuntut dalam Taurat. Mengapa mereka ingin tuntutan sebesar itu? Karena mereka rindu Israel diperbaiki oleh Tuhan. Mereka tunggu saatnya, “kapan ya Tuhan waktunya? Kapan Mesias datang? Kapan Tuhan akan usir penjajah? Kapan Tuhan akan berikan Anak Daud untuk bertahta di sini?”. Dan ketika itu belum terjadi, mereka benar-benar giat dalam berseru kepada Tuhan, dan di dalam berdoa, di dalam berpuasa, dan di dalam permohonan yang tidak habis-habis, mereka terus panjatkan kepada Tuhan. Maka mereka terus berdoa dan memohon kapan Tuhan memulihkan dan mereka tuntut seluruh rakyat kerjakan hal yang sama. Karena kalau rakyat tetap hidup dengan cara kafir, maka Tuhan tetap tidak akan memperbaiki Israel. Maka mereka dengan ketat mendorong semua orang mesti ikut cara mereka, mesti ikut dan mesti kerjakan dengan luar biasa.

Tetapi semangat dan kerinduan yang murni sulit sekali diturunkan, yang paling mudah diturunkan adalah tindakan luar. Sehingga orang mengadopsi tindakan luar tetapi tidak mengikuti semangat yang ada di dalamnya. Terkadang pemimpin yang punya begitu banyak pengaruh itu bisa memberikan pengaruh, dan yang paling mudah ditiru adalah kebiasaan yang terlihat di luar. Maka orang mulai membiasakan kebiasaan-kebiasaan di luar, tapi mereka tidak mengadopsi filosofi atau kerinduan yang ada di dalam hati orang yang mengerjakan itu mula-mula. Banyak orang menangkap visi mula-mula lalu meneruskan, tapi akan menemukan bahwa visi mula-mula satu beban yang dikerjakan oleh orang-orang dahulu sulit untuk turun, sulit untuk bisa menyebar terus dari generasi ke generasi. Itu sebabnya golongan-golongan pemurni yang tadinya melawan pengaruh Helenis masuk ke dalam Israel akhirnya berkembang menjadi golongan Farisi. Mereka berkembang menjadi golongan orang yang lakukan semua tindakan lahiriah, seluruh praktek-praktek permohonan kepada Tuhan dengan cara yang kreatif tetapi tidak menerima beban yang sesungguhnya dari orang-orang yang menangis dalam Perjanjian Lama, orang-orang yang menangis supaya Tuhan pulihkan bangsa. Sekarang mereka lakukan hanya sebagai satu tindakan luar. Jadi mengikuti yang kelihatan dan mengikuti tindakan itu mudah, menghakimi tindakan juga mudah. Paling mudah menghakimi tindakan, itu sebanya orang Farisi mulai melihat murid Yohanes berpuasa, murid mereka berpuasa, murid Tuhan Yesus liar seperti orang kafir. Maka kalau Saudara ada di zaman itu, mungkin kita pun akan memandang dengan mata penghakiman kepada murid-murid Yesus. Karena mereka adalah kelompok yang tidak terdidik, kelompok nelayan yang punya kebiasaan kasar, yang waktu berbicara terbiasa bercanda dengan cara kasar. Lalu bandingkan dengan murid orang Farisi yang setiap langkah pun begitu teratur, saya tidak tahu apakah langkah orang suci agak berbeda dengan langkah orang kafir atau tidak. Jadi cara berjalan mereka, cara mereka berpakaian langsung ketahuan ini orang-orang yang terdidik, orang yang mengerti beban agama dari para nabi di zaman dulu. Tapi ketika mereka melihat murid-murid Tuhan Yesus, ini kelompok yang tidak mengerti apa-apa, kelompok orang yang tidak punya pendidikan, dan kelompok orang yang hidupnya begitu mirip dengan orang-orang kampung yang tidak terdidik. Maka mungkin kita pun akan salah dan mengatakan “Yesus, Engkau punya pengikut dari keompok-kelompok yang tidak cocok masuk di dalam pemimpin agama, sedangkan mereka ini adalah kelompok yang sangat cocok, karena mereka mengerti bagaimana hidup di dalam beban rohani yang sejati”.

Apakah berpuasa menandakan beban rohani yang sejati? Di dalam hati orang yang mau berpuasa apakah benar-benar menandakan beban yang sejati lalu mereka mengekspresikannya di dalam puasa atau tidak. Ini cara orang Farisi memandang, kalau ada tindakan berpuasa berarti ini orang baik, kalau ada tindakan melakukan yang Tuhan tuntut bagi imam, ini kelompok baik. Meskipun awalnya mereka tidak setuju dengan kelompok Yohanes Pembaptis, tetapi sekarang mereka angkat kelompok Yohanes Pembaptis sebagai kelompok yang beda dengan kelompok Yesus. “Kelompok Yohanes Pembaptis berpuasa, kelompokku berpuasa, kelompokMu makan melulu, kelompok rakus yang tidak tahu bagaimana menyangkal diri, yang tidak tahu bagaimana mempunyai pengharapan di dalam dukacita yang besar. Maka mereka memandang dengan kebiasaan tradisi mereka. Dan kebiasaan tradisi Farisi itu luar biasa, mereka mempunyai kreatifitas di dalam menafsirkan Taurat dan mempunyai banyak peraturan-peraturan yang belum ada sebelumnya. Mereka menetapkan peraturan gaya hidup paling keras dan paling ketat untuk dijalankan di hadapan Tuhan. Tapi mengapa di Kitab Injil mereka selalu menjadi musuh Tuhan Yesus? Mengapa mereka selalu berlawanan dengan Kristus?

Ternyata kita lihat di dalam Injil dibongkar segala kerusakan mereka. Mereka adalah orang-orang yang meskipun mengikuti segala tata cara agama, tetapi mereka kekurangan iman dan telinga untuk mendengar. Itu sebabnya di dalam Perjanjian Lama, Tuhan terus melatih Israel untuk mendengar “dengarlah Firman Tuhan, dengarlah hai Israel, dengarlah ketika Aku sedang berbicara kepadamu, ketika Aku sedang memanggil engkau. Dengarlah untuk menjalankan apa yang Aku tetapkan di dalam Taurat”. Tuhan terus melatih Israel untuk melatih pendengaran, mendengar Firman, mendengar apa yang Tuhan mau. Dan di Dikatakan mereka yang mendengar adalah mereka yang murni hatinya, mereka mempunyai kemurnian hati sama seperti Tuhan itu murni, mereka murni hatinya mau mendengar Firman maka mereka akan mendengar Firman. Bagaimana hati mereka menjadi murni? Karena Firman Tuhan, lalu bagaimana mereka bisa dengar? Karena hati mereka murni. Jadi karena hati mereka murni sehingga mereka bisa mendengar Firman atau Firman Tuhan membuat hati mereka murni? Alkitab tidak beri tahu mana yang duluan mana yang belakangan, Alkitab memberitahukan bahwa efek dengar Firman adalah hati seseorang dimurnikan. Efek dari hati yang murni adalah dia akan dengar dengan limpah lagi. Itu sebabnya Tuhan Yesus mengatakan “siapa yang punya akan diberikan terus sampai limpah, siapa yang tidak punya, apa yang dia pikir ada pun akan diambil”. Jadi berbahagialah orang yang mendengar, karena engkau mendengarkan apa yang Tuhan nyatakan dan engkau mau mendengarnya karena Tuhan sudah menyatakan Firman itu, dan karena engkau mau mendengarkan maka engkau akan menjadi makin limpah. Siapa mempunyai diberikan sehingga berkelimpahan. Jadi Alkitab mengajarkan untuk orang belajar mendengar, belajar mendengar itu sangat sulit. Saudara bisa belajar mendengar dan mengerti, tapi tidak ada perubahan hidup, itu bukan mendengar. Saudara bisa mendengar dan menangkap konsep yang masuk ke dalam kepala, tetapi ketika hidup tidak cukup untuk menjadi pendengar yang sedemikian. Banyak orang yang mempunyai pikiran yang begitu dalam tetapi punya tindakan yang begitu dangkal. Banyak orang yang punya konsep begitu canggih dan hebat, tetapi ketika dihadapkan dengan realita hidup, seluruh konsep hancur, seluruh konsep dibuang dan hanya menjalani insting dosa yang memang sudah dimiliki dari dulu. Begitu banyak orang seperti ini, begitu masuk dalam kehidupan realita baru tahu segala idealisme yang dipunya ternyata tidak bisa dijalani. Itu sebabnya banyak orang perlu berlutut di hadapan Tuhan dan mengatakan “ampuni aku Tuhan, aku bukan pendengar Firman karena setiap konsep aku pahami, setiap pengertian membangun kerangka yang luar biasa canggih dalam pikiran saya, tapi hidupku nol. Aku tidak bisa jalankan hidup sebagaimana yang Tuhan perintahkan kepadamu”.

Banyak orang menjadi batu sandungan sebab begitu punya konsep yang kaya dan limpah tapi ternyata tidak sanggup menjalani hidup berdasarkan konsep itu. Banyak orang seperti ini, maka mereka perlu belajar mendengar. Lalu banyak orang setelah mendengar langsung membuat satu penyaringan “apa yang saya perlu untuk menjalankan cita-citaku sendiri, aku ambil dari Tuhan. Apa yang aku rasakan tidak perlu, aku tolak dari Tuhan. Aku hanya terima sebagian karena sebagian ini sangat perlu untuk aku menjalankan apa yang aku mau”. Kelompok ini akan sulit mendengarkan Firman karena hati mereka tidak murni. Hati tidak murni karena mereka sudah punya tujuan, sudah punya cita-cita, sudah punya kehendak yang tidak mau ditundukan kepada Tuhan. Jadi siapa yang murni hati, dia akan berlimpah di dalam pengertian Firman, sebab Tuhan tidak mengijinkan manusia boleh menjalani hidup dalam prinsip standar awal yang berlaku di dalam setiap saat, selalua da dinamika dalam pimpinan Tuhan. Dan siapa peka mendengar Firman Tuhan, dialah yang akan berjalan di dalam langkah yang Tuhan mau. Berapa banyak Firman sudah kita dapatkan? Berapa banyak kalimat dari Tuhan kita dengar? Dan itu membuat kita berubah. Berapa banyak kalimat ajaran dari Tuhan yang sudah meruntuhkan seluruh kedagingan kita yang sudah kita terima. Kalau kita hanya menjadi pendengar, tapi tetap tidak ada perubahan, maka kita perlu belajar lagi untuk mempunyai seni mendengar lebih baik. Dikatakan ketika engkau membaca Alkitab tidak cukup engkau hanya mengerti makna mula-mula saja, tidak cukup engkau mengerti teologi apa yang sedang disampaikan, tetapi harus ada perjumpaan dengan Pribadi Allah yang menyatakan diri dan ini membuat kita gentar. Membuat kita gentar karena kita tahu Tuhan sedang berbicara dan aku sedang diberikan karunia untuk menyadarinya. Tuhan sedang berbicara dan aku diberikan karunia untuk benar-benar tersentuh oleh Firman itu. Lalu ketika Tuhan berfirman dan kita dengar, apakah yang terjadi? Salah satu hal yang terjadi adalah perasaan kita menjadi sinkron dengan perasaan Tuhan.

Satu hal yang menunjukan seberapa besar rohanimu bertumbuh adalah seberapa besar hatimu sinkron dengan hati Tuhan. Apa yang Tuhan senang, itu pun membuat sukacita di dalam hati. Apa yang Tuhan marah itu pun membuat kita marah. Apa yang membuat Tuhan sedih dan berduka, itu pun membuat kita sedih dan berduka. Itu sebabnya Alkitab sangat menekankan kepekaan mendengar jauh lebih penting dari pada kebiasaan, kepekaan mendengar lebih penting dari pada apa pun yang dibakukan, kepekaan mendengar jauh lebih penting dari kebiasaan apa pun yang pernah dilakukan karena kebiasaan apapun harus disesuaikan dengan kepekaan mengikuti Tuhan. Maka Tuhan melatih, memberikan pelatihan besar kepada murid, yaitu kepekaan untuk mendengar Firman, kepekaan untuk berespon dengan benar kepada Firman Tuhan. Maka ketika orang Farisi mengatakan “murid Yohanes berpuasa, salah atau benar?”, ini salah satu argumen mereka yang kuat, kalau Yesus bilang “tidak perlu berpuasa”, murid Yohanes berpuasa berarti Dia menyerang Yohanes. Tapi Tuhan Yesus mengatakan “murid Yohanes berpuasa karena Pengantin Pria belum datang. Pengantin Pria sudah datang, tidak perlu berpuasa. Pengantin Pria diambil lagi baru berpuasa”. Orang Farisi berpuasa karena sudah terbiasa melakukan begini, melakukan begini karena menunggu Sang Mesias. Mesias sudah datang, tapi mereka tetap disuruh menunggu dan mereka ketat menunggu, mereka tidak peduli siapa yang datang. Jadi orang Farisi seperti itu, “kami berpuasa, kapan Engkau datang Anak Daud”, “sudah datang’, “tidak peduli. Kami berpuasa, kapan Engkau datang Anak Daud?”, mereka menegur murid Tuhan Yesus “mengapa kamu tidak berpuasa”. Maka Tuhan Yesus balik menegur mereka dan mengatakan “tidak seorang pun tempel kain baru ke kain yang sudah lapuk. Tidak seorang pun yang taruh anggur baru ke kantong yang sudah lapuk”, ini peribahasa yang diambil dari tulisan para rabi. Kalau kita baca, kita kurang mengerti maksudnya apa, tapi kalau kita punya pengetahuan dari latar belakang orang Yahudi di abad pertama, ini kalimat merupakan sindiran Yesus terhadap kalimat pepatah mereka sendiri. Di dalam pepatah Yahudi ada pepatah seperti ini, engkau pakai tinta baru jangan tulis di kertas, di papyrus atau di media yang sudah lapuk, begitu tinta baru dituliskan engkau hanya akan menyaksikan kertas yang hancur. Engkau punya anggur, engkau harus taruh di dalam kantong sampai keduanya menjadi tua, barulah engkau meminum anggurnya. Ini dua pepatah yang berbeda, pepatah pertama mengatakan kalau ada yang indah jangan ditaruh di tempat yang bobrok, kalau engkau taruh di tempat yang bobrok, tempat itu akan hancur. Lalu yang kedua, anggur kalau diminum makin tua itu makin bagus, anggur lama itu yang baik, anggur lama itu yang bagus. Dan orang Farisi itu atau para rabi mempunyai pepatah Taurat ketika engkau masukan dalam diri itu seperti orang menaruh anggur dalam botol. Jadi kita adalah botolnya, anggur itu Taurat. Anggur dimasukan dalam botol, tunggu sampai lama, makin lama makin enak, Taurat dimasukan ke dalam badanmu, tunggu sampai lama, makin lama makin sedap. Ini artinya orang yang mengaplikasikan Taurat makin lama dia taati, makin kelihatan indahnya. Makin lama engkau menaati Firman, makin limpahnya. Engkau mengerti Firman Tuhan setelah bergumul berapa lama lalu menjalankannya dengan setia, baru kelihatan indahnya setelah puluhan tahun menjalankan Firman itu. Ini kailmat yang bagus sekali. Tapi Tuhan Yesus pakai ini untuk menyindir mereka kembali. Mereka seolah mengatakan “anggur yang baru itu jelek, anggur lama itu bagus. Siapa yang sudah minum anggur lama tidak mungkin diajar oleh anggur baru”, ini juga satu pepatah Yahudi. Sehingga orang Yahudi akan mengatakan “saya sudah lebih pengalaman dari Engkau, siapa Engkau sehingga mengajar saya? Engkau anggur baru”, maka Yesus mengatakan “itulah kamu, kamu anggur lama maka engkau menolak anggur baru. Tapi jangan lupa anggur baru ini memang tidak cocok untuk tempat yang lama. Penafsiran yang sejati yang Aku beritakan itu tidak cocok untuk kekakuanmu”.

Jadi pada bagian ini Yesus sedang menyindir kekakuan mereka, mereka begitu kaku sehingga ketika Tuhan menyampaikan Firman, mereka abaikan demi kantong anggur mereka, demi kebiasaan mereka, demi anggur tua yang mereka pikir adalah yang terbaik. Kapan kita mau meruntuhkan konsep kita dan mau mendengarkan Firman Tuhan yang sejati? Hanya ketika kita punya kemurnian hati mengatakan “aku mau mengikuti jalanMu”. Pada zaman begitu banyak orang Kristen pintar dengar tapi tidak pintar mengubah hidup, pintar dengar tapi tidak pintar mengubah konsep, pintar mendengar tapi tidak pintar mencari cara untuk boleh hidup yang diperkenan Tuhan. Terkadang kita pun demikian, mengerti kalimat-kalimat bagus tetapi tidak pernah menjalani dengan setia apa yang kita percaya. Murid-murid Tuhan Yesus mungkin tidak mengerti apa itu perdebatan para rabi, mungkin dia tidak mengerti kalimat-kalimat yang Tuhan Yesus gunakan untuk serang orang Farisi, mereka seperti orang bodoh yang melihat Guru mereka berdebat dengan orang Farisi. Lalu orang Farisi bungkam, tapi mereka sendiri tidak mengerti mengapa orang Farisi bungkam. Mereka juga tidak mengerti kalimat yang Yesus pakai itu sebenarnya sindiran dari ajaran rabi mereka sendiri. Mereka terlalu bodoh untuk mengerti banyak hal. Tapi mengapa Tuhan pakai orang-orang bodoh ini utnuk menjadi rasul? Mengapa Tuhan memakai mereka menjadi pengabar Injil yang pertama? Jawabannya cuma satu, karena Tuhan melatih mereka untuk mendengar. Mungkin mereka bodoh, tapi mereka mau belajar dari Tuhan bagaimana mendengar Firman. Mungkin mereka tidak berpengetahuan, tapi mereka belajar bagaimana Firman Tuhan harus diresponi dengan keseluruhan pikiran, perasaan, hati dan seluruh hidup yang dicerminkan dari hidup yang berbuah. Maka Tuhan Yesus mengatakan kepada mereka “engkau tidak akan pernah mendengarkan Firman”, karena di ayat 39 dikatakan “yang sudah minum anggur tua tidak inggin minum anggur baru”. Yang sudah dibentuk satu konsep tidak mudah runtuhkan konsep, yang sudah punya kekerasan untuk pegang sesuatu tidak mudah untuk lepas.

Saya tidak minta Saudara untuk melepas apa yang Saudara pegang dengan teguh. Saya ingin Saudara tahu apa yang Saudara sedang pegang dengan teguh. Apakah yang engkau pegang dengan teguh menjadi halangan untuk Firman Tuhan datang? Apakah yang engkau pegang teguh itu menjadi halangan bagi Firman Tuhan untuk mengubah hatimu? Apakah engkau membuat suatu barrier bagi dirimu sendiri sehingga Firman Tuhan tidak bisa menyentuh hatimu dan mengubah engkau? Ini adalah pertanyaan yang harus kita jawab. Tapi apa yang kita pegang kalau itu memang kebenaran yang Tuhan mau kerjakan saat ini, maka itu pasti tercermin di dalam hati dan perasaan yang mengadopsi hati dan perasaan Tuhan. Maka para murid sedang dilatih untuk memiliki itu. Mereka bersukacita karena Sang Mesias ada bersama dengan mereka. Tapi mereka nanti akan dilatih berpuasa, bukan dilatih berpuasa dengan cara tidak makan, tapi mempunyai perasaan yang sangat duka, maka mereka benar-benar tidak mau makan, inilah puasa yang sejati. Maka Kristus naik ke kayu salib dan mati, para murid akan kehilangan Sang Pengantin itu. Pada waktu itu mereka akan berduka, pada waktu itu mereka akan berpuasa. Biarlah kita belajar dari Firman Tuhan bagaimana mendengar, bagaimana mempunyai hati yang murni, bagaimana mempunyai kepekaan terhadap perasaan, isi hati dan rancangan Tuhan di dalam sejarah untuk bisa mengambil seluruh kebenaran Firman Tuhan, menikmatinya di dalam hidup dan membuat itu menjadi kekuatan yang tidak habis-habis untuk memimpin kita berjalan di dalam hidup ini.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Menjangkau Dunia Tapi Tidak Sama Dengan Dunia

(Lukas 5: 27-32)
Di dalam bagian ini Lukas menuliskan pertentangan dengan orang Farisi yang makin lama makin besar. Lukas coba bagikan di dalam tulisannya bagaimana Kristus menolong orang, mengasihi orang, membagikan berkat begitu limpah dan orang Farisi selalu kritik hanya karena hal-hal remeh yang mereka anggap sebagai hal yang besar. Ini semua adalah satu pengajaran yang perlu kita pikirkan sekarang. Saudara mempunyai pengertian mengenai mana yang esensial dan mana yang tidak, ini akan membuat Saudara bijaksana. Orang yang tahu mana yang utama dan tidak, itu adalah orang bijaksana. Orang yang tidak bijak akan membuat yang kurang utama menjadi paling penting, yang paling penting jadi dilupakan. Orang Farisi sebenarnya adalah orang-orang yang begitu gigih di dalam mempertahankan kesucian. Waktu pemimpin-pemimpin dari dinasti Hasmonean, keturunan Yudas Makabeus, mereka mulai kompromi, mulai ikat janji politik dengan orang Makedonia, mulai terima relasi kerja sama dengan orang Roma, ini membuat orang Farisi marah. Mereka mengatakan “mari kembali ke ajaran Alkitab, kita mesti berdiri sendiri tidak kerja sama dengan bangsa mana pun”. Maka mereka memisahkan diri, lalu mereka menjadi gerakan yang memurnikan, menguduskan kembali umat Tuhan. Tapi ada satu masa di mana mereka menjadi parta politik, ini partai politik punya pengaruh besar kepada masyarakat. Lalu ada partai lain yaitu Saduki, karena Saduki punya pengaruh begitu besar kepada golongan elit. Yang satu masyarakat awam, satunya golongan elit. Jadi orang Farisi grass root, orang Saduki orang-orang intelektual, orang penting.

Ketika mereka menjadi partai, mereka anti satu sama lain, mereka berantem, mereka berkelahi, setiap pertemuan pasti berdebat antara Farisi dan Saduki. Kita harus mengerti mengapa, kalau tidak kita akan menjadi orang yang melakukan tanpa tahu mengapa, lalu membakukan. Setelah dibuat menjadi baku, kita mulai menghakimi siapa yang tidak ikut cara ini adalah bidat, inilah orang Farisi. Maka mereka menjadi ketat di dalam tindakan luar, di dalam kebiasaan beribadah dan mereka menghakimi orang berdasarkan kebiasaan mereka. Maka waktu Tuhan Yesus lihat orang pemungut cukai ini, lalu Dia selamatkan, Dia mengatakan “ikutlah Aku”, pemimpin kelompok Farisi begitu marah, lalu dia tolak, dia protes “ini seharusnya tidak terjadi, karena orang suci seperti kita tidak boleh bergaul dengan orang berdosa seperti mereka”. Ini yang menjadi keberatan mereka dan mereka selalu memakai standar yang begitu sempit untuk menghakimi orang lain. Hati-hati, kita tidak mau menjadi orang seperti itu, ketika Kekristenan kita hanya tindakan luar yang kosong, tindakan luar yang kita bakukan, ini menjadi Kekristenan yang sangat bahaya. Itu semuanya ditolak oleh Tuhan Yesus, maka ada hal-hal yang Kristus kerjakan sengaja untuk memprovokasi mereka. Ini satu tafsiran yang menarik dari Herman Ridderbos, dia membahas Yohanes dan mengatakan beberapa hal Kristus kerjakan untuk provokasi mereka, sengaja. Misalnya orang lumpuh disembuhkan, Yesus mengatakan “ambil tempat tidurmu dan berjalan”, di hari Sabat. Maka pada bagian ini pun orang Farisi menjadi objek sindiran dari Lukas dengan menggambarkan peristiwa ini dengan jelas. Di dalam ayat 27 dikatakan “Yesus pergi keluar, Ia melihat seorang pemungut cukai yang bernama Lewi sedang duduk di rumah cukai. Yesus berkata kepadanya ikutlah Aku”. Salah satu ciri dari Lukas adalah menggambarkan Yesus waktu mengajak murid memakai momen kejutan luar biasa. Lukas langsung sorot momen mengejutkan di mana Yesus tiba-tiba datang dan mengatakan “ikutlah Aku”, tidak ada perkataan pendahuluan. Dan sekarang Yesus lakukan hal yang sama, sedang berjalan di depan rumah, ada seorang pemungut cukai sedang hitung uang di tempatnya dia, Yesus berpaling tanpa basa-basi langsung mengatakan “ikutlah Aku”. Ini menunjukan otoritas Yesus.

Bisakah manusia biasa mengatakan ini? Itu sebabnya Saudara harus hati-hati dengan orang yang mempunyai kemampuan untuk memberikan pengaruh, punya kemampuan untuk menjadi pemimpin, punya kemampuan untuk mengatakan “ikut saya” tapi tidak pernah punya concern kepada orang yang disuruh ikut, ini adalah pemimpin yang bahaya. Tuhan Yesus mengatakan kepada Lewi “ikutlah Aku”, kalau kita tanya “apa hakMu ya Tuhan suruh Lewi mengikuti Engkau?”, Tuhan mengatakan “karena Aku akan mati di kayu salib untuk dia”. Sekarang orang mengatakan “ikutlah aku”, orang tanya “apa hakmu menyuruh aku ikut kamu?”, apakah orang itu berani mengatakan “karena aku akan korbankan nyawaku sekalipun untuk memberkati kamu”, karena itu baru pemimpin sejati. Itu sebabnya jangan sembarang bilang “ayo ikut, aku adalah pemimpinmu, saya adalah yang akan memberikan pengaruh” tapi makin dipengaruhi makin membuat hidup orang rusak. Terlalu banyak orang yang punya kemampuan seperti itu tapi tidak punya pengertian yang dalam tentang apa itu hidup yang limpah di dalam Tuhan. Maka Yesus di sini memberikan peringatan “ikutlah Aku” sambil mengatakan “selain Aku jangan ikut, hanya Aku yang berhak mengatakan ikutlah Aku”. Kristus mengatakan itu dengan otoritas besar karena selain mengatakan “ikutlah Aku”, Dia juga mengatakan “Aku akan mati di kayu salib bagimu. Aku rela memberkati hidupmu sedemikian sampai rela hidupKu hancur demi memberkati hidupmu. Aku mengatakan ikutlah Aku, tapi ketika Aku mengatakan tinggalkan semua, Aku lebih dulu sudah meninggalkan kemuliaan Sorga. Ketika Aku mengatakan ikut Aku di jalan yang sulit, Aku terlebih dahulu sudah berjalan ke Kalvari ke Bukit Golgota dan ke kayu salib dan mati di sana”. Inilah teladan ideal bagi semua orang. Tidak ada nabi bisa mengatakan seperti ini, tidak ada pemimpin agama bisa mengatakan seperti ini, tidak ada orang-orang besar sepanjang sejarah boleh mengatakan “ikutlah aku” seketat Yesus.

Waktu Yesus mengatakan “ikutlah Aku”, ayat 28 mengatakan “berdirilah Lewi, meninggalkan segala sesuatu lalu mengikut Dia”. Ini respon yang indah sekali, satu respon yang mengatakan “kalau Tuhan menyatakan ikut, saya harus ikut. Kalau Tuhan mengatakan apa, saya harus lakukan itu”. Dan inilah iman yang Tuhan tuntut. Orang Farisi mengikuti tradisi tapi tidak peka waktu mendengarkan suara Tuhan. Orang Lewi peka dengar suara Tuhan, langsung dia bertindak berdasarkan apa yang Tuhan katakan kepada dia. Inilah contoh bagi kita. Tuhan mengatakan di Perjanjian Lama “Aku tidak menghendaki korban bakaranmu lebih dari pada engkau mendengarkan suaraKu. Aku ingin engkau dengar suaraKu lalu engkau kerjakan semua karena dengar suaraKu”. Mengapa berikan korban? Karena Tuhan berfirman untuk berikan korban. Mengapa hidup kudus? Karena Tuhan berfirman hiduplah kudus. Mengapa engkau kerjakan apa yang engkau kerjakan dalam hidup? Karena Tuhan mengatakan kerjakan ini. Inilah kerohanian sejati. Kerohanian sejati tidak terdiri dari kegiatan mengekang diri dari hal jahat saja. Saudara tidak bisa menjadi kudus dengan tidak berdosa lagi. Kudus tidak sama dengan tidak berdosa saja, kudus berarti tundukan diri kepada otoritas yang sejati. Di dalam Roma 6 dikatakan “engkau sudah dimerdekakan dari dosa supaya engkau sekarang tunduk kepada Yesus Kristus, tunduk kepada Allah”. Jadi kemerdekaan itu bukan tanpa pemimpin di atas, kemerdekaan berarti “saya tahu otoritas sejati dan saya tunduk kepada otoritas itu”. Yesus mengatakan “jangan mau diperhamba dosa, kalau Anak datang, Anak akan bebaskan engkau, tapi bebaskan engkau supaya engkau tunduk kepada Anak”. Demikian juga dalam Roma 6, Tuhan bebaskan engkau dari dosa supaya engkau tunduk kepada Tuhan. Dan waktu engkau sudah tunduk kepada Tuhan, di sinilah kebebasan yang sejati. Itu juga yang dibagikan dalam Lukas 5 ini, dikatakan bahwa engkau harus tunduk, tinggalkan semua lalu ikut. Maka orang Lewi ini menjadi orang yang dikuduskan, bukan karena dia tinggalkan dosa saja, tapi sekarang dia tahu kepada siapa dia harus tunduk. Ini menjadi pertanyaan untuk kita semua, kita tahu tidak kepada siapa harus tunduk? Apakah kita tahu harus hormati siapa? Apakah kita tahu otoritas mana yang harus kita taati? Selama tidak ada otoritas kita maunya diri yang menjadi penguasa, kekacauan akan terus terjadi di dalam hidup, Maka Yesus mengatakan “ikutlah Aku”, Lewi tinggalkan segala sesuatu lalu dia ikut Yesus. Mengapa dia berani ikut Yesus? Karena Yesus adalah Pemimpin yang rela korbankan nyawa demi kebahagiaan orang yang mengikuti Dia. Yesus adalah Pemimpin yang rela meninggalkan kemuliaan sorgawi demi pengikutNya dimuliakan. Yesus adalah Pemimpin yang rela mematikan diriNya supaya orang mati bisa dihidupkan. Maka kalau mengikuti Yesus jauh lebih indah dari apa pun.

Saudara jangan salah konsep, orang berpikir Kekristenan itu berarti membosankan, menakutkan, dingin, kosong, tidak ada happy sama sekali. Jadi orang Kristen terus berpikir “saya tidak boleh senang-senang, saya tidak boleh menikmati”, bukan tidak boleh menikmati, tapi salah menikmati. Maka Tuhan sedang mengajak mari ada dalam kenikmatan yang sejati, yaitu ada di dalam ketaatan kepada Tuhan. Hidup di dalam Tuhan itu limpahnya bukan main, sebab di dalam Alkitab pun Tuhan sudah menciptakan segala sesuatu untuk ditundukan kepada manusia. Kalau semua diciptakan untuk ditundukan kepada manusia, bukankah ini berarti manusia boleh menikmati semuanya? Di dalam Taman Eden Tuhan mengatakan “semua pohon di dalam taman ini boleh kamu makan buahnya, cuma satu yang tidak boleh”, apakah ini kekangan yang terlalu berat? Tuhan tidak bilang “semua pohon di taman ini dilarang, cuma satu yang boleh”. Tapi Tuhan mengatakan “semua yang limpah boleh kamu nikmati”, Tuhan mau kita hidup di dalam hal yang limpah, kenikmatan yang sejati. Tapi bodohnya kita lebih pilih semua tindakan yang kosong, yang palsu, yang akhirnya membuat hidup makin lama makin kering. Mengapa banyak orang hidup depresi? Karena tidak bertemu kenikmatan sejati. Pak Stephen Tong pernah mengatakan “mengapa engkau berdosa, mengapa engkau melakukan semua jenis kecemaran yang begitu besar, mengapa engkau bergaul secara seks bebas, mengapa engkau bergaul dengan homoseks, mengapa engkau menjadi pendosa yang besar? Karena tidak bisa lihat bahwa Tuhan sebenarnya menawarkan sesuatu yang jauh lebih limpah”, ini yang ditawarkan. Yesus mengatakan “ikutlah Aku”, Lewi tinggalkan semua. Mari kita belajar dari Lewi, sebab ketika kita mengikut Tuhan, Tuhan tidak akan membiarkan kita hidup di dalam cara yang sempit, depresi, kosong, sama seperti yang kita kerjakan kalau kita berada di dalam dunia.

Itu sebabnya ketika Kristus didatangi seorang anak muda, lalu anak muda ini mengatakan “apa yang harus aku perbuat untuk beroleh hidup yang kekal?”, Yesus mengatakan “kamu sudah tahu di dalam Alkitab bilang apa, lakukanlah”, anak muda ini mengatakan “dari aku kecil aku sudah lakukan”, ini orang hebat, dari kecil sudah taat Firman. Lalu Tuhan mengatakan “satu lagi kekuranganmu, jual semua harta milikmu berikan kepada orang miskin, dan ikutlah Aku”. Saudara kalau dengar rangkaian kalimat ini, tema utamanya di mana? “ikutlah Aku”, tapi orang yang banyak uang ingatnya “jual harta”, itu yang diingat. “Ikutlah Aku” itu tema utamanya, “kamu ikut Aku, dari pada kamu tidak tahu hikmat bijaksana hidup kekal, ikut Aku dan kamu akan lihat” come and see. Belajar dari Guru yang paling agung, belajar dari kebenaran itu sendiri. Tapi ada syarat, tinggalkan semuanya dan ikut Aku. Dia lupa tema utamanya, yang dia ingat hanya hal yang berat. Sama dengan banyak orang Kristen “ayo tinggalkan dosa”, “tinggalkan dosa? Berat sekali, jadi tidak bisa having fun lagi”. Engkau selama ini sedang tidak having fun, engkau sedang membodohi diri dengan tindakan yang engkau pikir adalah kesenangan. Orang Lewi ini punya kerohanian begitu bagus, karena ketika Tuhan mengatakan “ikut Aku”, dia mengatakan “sekarang aku akan mengikut Engkau”. Ini semua adalah pelajaran untuk kita renungkan baik-baik, saya rohanikah? Saya rohani bukan karena saya punya tindakan mirip orang rohani, tapi ketika Tuhan berfirman saya berani mengatakan “iya”. Maka ketika orang muda ini Tuhan katakan “tinggalkan hartamu dan ikutlah Aku”, dia sedih karena hartanya banyak, lalu dia pergi. Setelah lihat orang itu pergi, Petrus langsung tanya “Guru, tadi Engkau bilang orang itu harus tinggalkan semua, dia tidak mau. Tapi saya mau, saya sudah tinggalkan semua, tinggalkan ladang, tinggalkan pekerjaan, apa yang aku dapat?”. Saudara menduga mungkin Tuhan Yesus akan marah kalau ditanya seperti ini, tapi tidak, Yesus menjawab “engkau akan dapat”. Yesus sedang mengatakan kenikmatan yang akan engkau dapat, kelimpahan hidup waktu mengikut Tuhan itu berkali-kali lipat dari apa yang engkau tinggalkan. Tuhan kita tidak pernah kejam, Tuhan kita tidak pernah mau hidup kita lebih sengsara, lebih menderita kalau ikut Dia. Mungkin kelihatan menderita oleh dunia, tapi kenikmatan rohani yang Tuhan berikan begitu luar biasa, sehingga ketika Saudara memutuskan “ya Tuhan, aku ikut Engkau”, seumur hidup Saudara tidak mungkin menyesal. Banyak orang menyesal karena tunda-tunda ikut Tuhan, tapi orang yang melangkah dengan Tuhan tahu bahwa Sang Pemelihara yang sekarang diikuti jauh lebih berharga dari apa pun yang ditinggalkan di belakang. Yang ditinggalkan di belakang sekarang sudah lewat, sedangkan yang berada di depan jauh lebih berharga dari itu. Tuhan terus pelihara hidup, Tuhan beri kelimpahan dengan cara yang sangat luar biasa, sehingga kita bisa mengatakan “memang benar Tuhan berikan kelimpahan begitu banyak, lebih dari apa yang saya kejar waktu saya mengejar sesuatu di luar Tuhan”. Maka Lewi sudah mengerti hal ini, “untuk apa saya berkutat dengan uang-uang ini, ini tidak penting. Aku mau ikut Tuhan menikmati pimpinan Tuhan dan ini tidak bisa diperoleh siapa pun”.

Inilah yang harus kita pelajari ketika mengatakan “iya”, Tuhan tidak meminta kita menjadi orang yang susah, menderita, hancur dan kosong hidupnya. Harta bisa membuat orang hidup kosong, kemewahan bisa membuat orang hancur hidup. Tapi mengikuti Tuhan tidak mungkin mendapatkan hal-hal seperti itu. Itu sebabnya siapa mengikuti Tuhan, lebih stabil dari siapa pun. Demikian juga ketika Saudara mempertimbangkan mau ikut Yesus atau cara yang lama? Kalau Saudara berpikir agak mirip-mirip, Saudara pasti kecewa. Tapi kalau Saudara tahu ikut Yesus jauh lebih baik, jauh lebih penting dari sebelumnya, Saudara akan ikut dengan kemantapan hati. Orang Lewi ini ikut dengan kemantapan hati “saya ikut dengan iman, karena saya tahu Kristus akan memimpin jalan, membentuk aku menjadi manusia yang jauh lebih baik dari pada apa yang bisa aku alami di dalam kehidupan yang lama”. Setelah dia mengikut Yesus, langsung dia membuat perayaan, di ayat 29 dikatakan Lewi mengadakan suatu perjamuan besar untuk Dia di rumahnya, dan tidak semua diundang, hanya Yesus, murid-murid dan teman-teman pemungut cukai. Ketika mereka berkumpul, Yesus tetap mau bergaul dan makan bersama. Bagi orang Yahudi makan bersama itu sakral, Saudara hanya boleh makan di dalam level yang sama. Dan juga di dalam budaya Yunani, mereka punya meja yang bentuknya seperti U dan cara duduk pun menentukan cara mereka menghargai makanan, tidak sembarangan. Maka ada bagian khusus untuk tuan rumah, tuan rumah, orang penting mesti duduk paling ujung di dekat garis, yang kurang penting di belakang, di sisinya adalah tamu biasa. Maka Saudara makan dengan siapa itu penting sekali. Orang penting jangan makan dengan orang tidak penting, dan yang paling penting orang suci tidak boleh gabung makan dengan orang hina. Yang lebih luar biasa penting orang Yahudi tidak boleh makan dengan orang kafir. Inilah yang orang-orang Farisi kira-kira katakan “mengapa Gurumu makan dengan pemungut cukai, orang berdosa ini. Mengapa Yesus makan dengan orang-orang seperti ini? Ini tidak benar”. Tetapi Yesus menjawab “bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. Bukan orang benar yang perlu Aku, tetapi orang berdosa. Supaya mereka bertobat’. Maka Yesus sengaja turun ke dunia untuk ambil dunia naikan ke sorga. Tuhan turun ke dalam dunia untuk ambil orang berdosa supaya suci. Jadi inilah yang Kristus lakukan, Dia turun, Dia bergabung tetapi tidak terkontaminasi. Dia menarik bukan tertarik, konsep ini tidak dimengerti oleh orang Farisi. Orang Farisi cuma tahu “aku suci, ini dosa. Yang suci mesti menghindar yang berdosa mesti dijauhi, tidak ada kaitan. Karena kalau aku sentuh orang berdosa, aku terkontaminasi. Kalau aku dekat-dekat orang berdosa, aku tercemar. Ini semua mental bukan Kristen, ini mental Farisi. Kalau Saudara menghindarkan diri dari dunia, itu mental Farisi bukan mental Kristen. Kristen dengan berani mengatakan “saya beriman kepada Tuhan, saya mau menjangkau dunia, saya mau berinteraksi dengan dunia”. tapi jangan lupa Kristus berinteraksi dengan dunia, setelah itu Dia tarik dunia, bukan Dia yang ditarik oleh dunia. Jadi kalau Saudara tidak menawarkan alternatif hidup yang radikal berubah, berbeda, tidak mungkin menjadi berkat. Tuhan bergaul dengan pemungut cukai, Dia tidak jadi pemungut cukai, Dia tidak kemudian mendirikan rumah cukai di sebelahnya rumah Matius. Jadi Dia tidak takut bersentuhan dengan orang berdosa karena Dia tahu Dia akan tarik mereka keluar. Dan orang yang dipenuhi Roh Kudus, dipimpin Tuhan Yesus harus belajar punya kemampuan ini. Dekat dengan orang bukan untuk mengikut orang itu, tapi untuk mengatakan ‘ikutlah aku”. Yesus tidak pernah mengatakan “Lewi mau kemana? Ikut dong”, Dia mengatakan “ikutlah Aku, kamu yang ikut Aku”. Maka gereja harus punya identitas, karena tidak ada orang yang menghargai orang dengan identitas tidak jelas.

Biarlah kita belajar seperti Kristus yang turun ke dalam dunia, tapi kemudian tarik orang naik ke atas. Turun ke dalam ke dunia kemudian memberikan pengaruh yang menarik orang, lain dengan Farisi. Farisi takut bersentuhan dengan orang berdosa, akhirnya mereka tidak pernah menjadi berkat. Ini namanya spiritual elitis, orang spiritual elitis selalu merasa “kami lebih hebat, jangan dekat-dekat kami. Ini kelompok suci, itu kelompok hina”, itu gaya Farisi. Dan gaya Farisi tidak pernah menjadi berkat bagi siapa pun. Dan Saudara pun tidak boleh mengikuti gaya hidup Farisi dalam hidup Kristen. Biarlah kita meneladani orang Lewi dan juga meneladani Kristus. Meneladani Lewi di dalam berespon kepada Kristus dengan segera mengatakan ‘iya Tuhan, saya mau ikut”. Dan meneladani Kristus di dalam menjangkau orang lain yang belum mengenal kebenaran Tuhan. Kiranya Tuhan memimpin dan memberkati kita untuk punya hidup yang limpah di dalam Tuhan Yesus.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Sudahkah Engkau Mencari DIA?

(Lukas 5: 17-26)
Saya membacakan ayat di dalam beberapa alternatif terjemahan yang lebih akurat, ayat 17 dikatakan “pada suatu hari ketika Tuhan Yesus mengajar ada beberapa orang Farisi dan Ahli Taurat duduk mendengarkannya. Lalu ayat 21 “Tetapi Ahili-ahli Taurat dan orang-orang Farisi berpikir dan berkata”, bukan “di dalam hati” tapi “berpikir dan berkata siapakah orang yang menghujat Allah ini, siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri. Akan tetapi ketika Yesus mendengar ini berkatalah Ia kepada mereka: apakah yang kamu pikirkan? Manakah yang lebih mudah mengatakan dosamu sudah diampuni atau mengatakan bangunlah dan berjalanlah”. Jadi tidak “di dalam hati” tapi “diucapkan”, ini adalah satu bagian yang Saudara bisa lihat ketika Lukas membahas orang Farisi yang berdoa, dia tidak berdoa dalam hati tapi dia berpikir dan berkata. Ini bandingannya terbalik ketika Maria berpikir dan diam, berpikir dan tidak mengatakan. Ini kira-kira beberapa hal lebih akurat di dalam terjemahan. Ini merupakan satu perikop yang sangat penting mengingatkan akan iman kita. Kita sering mengatakan beriman kepada Tuhan tapi kita tidak melakukan sesuai dengan takaran iman yang kita percaya ada pada seharusnya Tuhan dipercaya. Kita percaya Tuhan tapi kita tidak menjalankan apa yang sebenarnya harusnya dijalankan oleh orang yang beriman. Kiranya perikop ini boleh menjadi dorongan bagi kita, teguran bagi kita dan peringatan untuk kita boleh menjalankan iman yang sejati, menjalankan dengan cara yang akurat dan dengan cara yang setia di hadapan Tuhan.

Di dalam bagian-bagian perikop Injil Lukas, Lukas sering sekali membagikan Yesus dikelilingi banyak orang, orang-orang datang bertemu Dia, mau mengikut Dia, mau mendengar Dia dan juga mau disembuhkan oleh Dia, orang yang datang begitu banyak. Sehingga Yesus pergi ke mana, seluruh daerah mau ikut. Di dalam bagian ini dibuka dengan mengatakan “orang-orang dari Galilea, Yudea, bahkan dari Yerusalem berkumpul” ini berarti dari utara, selatan dan juga di pusat, smeua mau dengar Yesus, semua mau kumpul dan semua begitu haus untuk menjadi pengikut Yesus. Ini terjadi memang Tuhan mengarahkan sejarah untuk kehausan adanya Sang Mesias. Di dalam sejarah Israel begitu memasuki periode Injil yaitu ketika Kristus datang ke dalam dunia, Israel sedang mengalami kekosongan besar. Karena sebelum Kristus datang, mereka dijajah oleh banyak negara. Mereka dijajah oleh Babel, Babel lah yang pertama menghancurkan mereka. Lalu mereka dijajah oleh Persia, Persia suruh mereka pulang, boleh dirikan Bait Suci, boleh dirikan tembok Yerusalem, tapi tetap tidak boleh angkat raja. Mereka tetap diperintah di bawah gubernur yang diutus oleh Persia. Setelah Persia hancur, maka daerah Israel menjadi rebutan antara dinasti yang disebut Ptolemi yaitu keturunan dari Jenderal dari Alexander Agung dan Seleukit yang juga adalah jenderal dari Alexander Agung. Dua dinasti ini berperang merebut Yerusalem sampai akhirnya muncul seorang bernama Yudas Makabeus, ini seorang yang sangat terkenal di dalam tradisi Yahudi karena sempat dipikir dia adalah Mesias. Maka orang mengharapkan Mesias datang tapi ternyata Roma yang datang. Sudah Roma yang datang, dinasti Hasmonean hancur, tidak ada orang Israel yang berpengaruh, ditaruh satu gubernur yang adalah orang Edom yang dulu jajahan Israel. Jadi Israel berada dalam keadaan kasihan sekali, dipimpin oleh orang yang dulu dijajah, lalu Roma datang menancapkan kekuasan di sini, mereka tidak punya apa-apa. Lalu mereka sadar mungkin ini terjadi karena dukung pemimpin yang bukan keturunan Daud. Sekarang mesti cari keturunan Daud sejati, mesti cari mana Mesias yang akan datang. Akhirnya setiap klaim Mesias pada zaman itu, langsung orang ramai ikut karena orang ingin tahu mana Mesias yang berikut. Itu sebanya Yesus Kristus, yang mulai orang anggap Mesias, langsung punya pengikut banyaknya luar biasa. Ini terjadi karena mereka mengatakan Yesus Kristus selain kemungkinan Dia adalah Mesias dia juga memberikan tanda, bukan hanya karena orang lain mengatakan Dia adalah Mesias. Dia banyak sekali mengerjakan tanda-tanda, Dia menyembuhkan orang sakit, Dia bangkitkan orang mati, Dia usir setan, Orang ini sudah mengerjakan tanda demikian banyak. Kalau Dia bukan Mesias, apakah mungkin ada orang mengerjakan tanda yang lebih banyak dari Dia? Maka pengikutNya menjadi banyak luar biasa. Dikatakan pada bagian sebelumnya, Yesus mau khotbah pun tidak bisa pilih tempat khotbah, mesti berdiri di atas perahu.

Maka ketika Yesus berada di rumah, lalu dia mulai melayani, menyembuhkan orang sakit dengan kuasa Tuhan, yang datang berbondong-bondong banyak sekali. Lalu ditengah-tengah orang yang datang ada 1 orang yang lumpuh. Orang lumpuh ini berbaring di tempat tidur dan teman-temannya mau angkat. Mereka mau masuk, tapi karena banyak orang, mereka tidak bisa masuk. Karena mereka lihat kanan-kiri dan depan tidak bisa, akhirnya mereka mulai melihat ke atas. Di atas mereka lihat ada atap, “mengapa tidak pakai atap?”. Lalu mereka mulai berusaha naik ke atap, bongkar atap lalu turunkan orang lumpuh ini persis di depan Yesus. Ini harus kita pelajari dari orang-orang yang mengusung orang lumpuh ini dan juga dari orang lumpuh ini, mereka begitu ngotot bertemu dengan Tuhan Yesus dan mereka berharap apa yang tidak bisa dicapai pasti bisa dicapai karena ada Tuhan Yesus. Jadi ini merupakan jaminan iman yang perlu mereka miliki, perlu mereka teladani pengharapan imam seperti ini. Karena sering kali kita hidup dalam cara yang beriman kepada Tuhan tetapi yang tidak sungguh-sungguh menjalankan apa yang kita imani. Kita tahu Tuhan Mahakuasa, tapi kita tidak lihat Mahakuasa itu ada di depan pengalaman hidup kita. Kita tahu Allah itu menguasai segala sesuatu, tapi kita belum pernah menyaksikan dengan iman kita berserah, lalu Tuhan menangani segala sesuatu. Pengalaman iman kita menjadi begitu miskin karena kita tidak melihat kuasa Allah ada di dalam hidup.

Orang sulit mengikuti Tuhan dengan sepenuh-penuhnya biasanya karena 3 halangan. Halangan pertama itu karena keserakahan. Motivasi serakah yang mencegah orang datang kepada Tuhan. Sekarang kalau saya tanya, seorang hamba Tuhan begitu di sini, lalu kalau jemaat mengerjakan pekerjaan mereka di luar, apakah mereka diwajibkan untuk ikut cara yang sama juga? Harusnya iya. Jadi kalau pendeta mengatakan “saya fokus mengerjakan pekerjaan Tuhan, yang lain biar Tuhan yang cukupkan”, bukankah kita di dalam pekerjaan juga harusnya begitu? Kalau saya hamba Tuhan, Saudara hamba Tuhan juga kan. Saudara mungkin tidak full melayani di gereja, Saudara mungkin bukan pendeta, bukan penginjil, bukan full di dalam memebritakan Firman, tapi kita semua hamba Tuhan. Karena kalau engkau bukan hamba Tuhan, engkau hamba siapa? Hamba setan?. Kalau Saudara tidak mau jadi hamba setan berarti Saudara hamba Tuhan. Maka prinsip yang dijalani di gereja harusnya sama dengan prinsip yang dijalani hamba Tuhan di dalam bisnis, pekerjaan di bank, di kantor, di sekolah, universitas, di mana pun “kerjaanku adalah ini, yang lain biar Tuhan yang urus”. Tapi nanti kalau kalau saya hanya pikirkan pekerjaan, Tuhan tidak urus yang lain itu bagaimana? Ini namanya kurang iman. Hal kedua adalah karena kita tidak terlalu beriman kepada Tuhan, orang lumpuh ini datang kepada Tuhan, dia tahu persis Tuhan sanggup koreksi, Tuhan sanggup perbaiki, Tuhan sanggup berikan apa yang Dia janjikan. Maka dia pergi dan cari Tuhan. Kalau kita tahu Tuhan itu begitu agung, begitu besar, berapa besar keinginan kita untuk berjumpa dengan Dia? Berapa besar keinginan kita untuk membiarkan Dia mengambil alih seluruh hidup dan menjalani segala ketidakmungkinan yang kita pikir ada. Mari kita belajar ini. Saudara perjuangkan nama Tuhan, tidak mungkin ada halangan yang terlalu besar untuk Tuhan. Saudara perjuangkan cara hidup yang benar, tidak mungkin ada halangan yang Tuhan tidak sanggup tangani. Saudara mau jujur di hadapan Tuhan, tidak mungkin halangan di depan terlalu besar, sehingga Saudara harus kompromi, tidak bisa. Maka kita belajar percaya kepada Tuhan. Di dalam Kitab Ibrani 11 memberikan satu contoh tentang iman-iman yang mengalahkan dunia, yang mengalahkan semua karena berserah kepada Tuhan, ini yang harus kita adopsi. Maka orang lumpuh ini dihargai Tuhan Yesus karena kegigihan mereka, itu berkait dengan iman mereka bahwa Yesus adalah Mesias. Kalau Yesus Mesias, Dia sanggup sembuhkan saya, Dia sanggup pulihkan kuasa politik, Dia sanggup sembuhkan segala pemerintah, segala pemberontakan dari setan yang sekarang sedang mencengkeram manusia. Jadi orang-orang pada waktu itu berharap Mesias datang semua pulih, semua beres, dengan konsep ini mereka datang kepada Yesus bukan hanya sebagai penyembuh saja tetapi sebagai Mesias. Ini yang membedakan Kristus dan orang-orang yang datang kepada Kristus dengan orang-orang zaman kita sekarang. Orang-orang zmaan kita sekarang membuat kesembuhan ilahi, orang-orang datang karena mau sembuh, tidak peduli siapa yang mau sembuhkan, yang penting bisa sembuh. Ini bukan sifat orang Yahudi yang datang minta kesembuhan. Orang Yahudi datang karena tahu siapa Dia “ini Mesias, Mesias akan tangani politik, akan bereskan ekonomi, akan bereskan kesehatanku”, maka mereka datang karena mereka tahu Yesus adalah Mesias. Karena itu Yesus menghargai iman mereka. Dan ketika mereka turunkan orang lumpuh ini, Yesus langsung mengatakan “hai kawanKu, dosamu sudah diampuni”. Lalu yang terjadi berikutnya, kalimat Yesus di ayat 20 “hai saudaraKu, dosamu sudah diampuni”, ini pun memberi satu pengertian lagi kepada kita. Bagian ini memberikan pengertian bahwa ketika kita datang kepada Yesus, kita datang dengan satu motivasi ada beban berat, ini beban sangat berat saya mau bawa kepada Tuhan. Dan penghargaan kadang Tuhan berikan kepada orang demikian. Alkitab mengatakan siapa yang cari Tuhan tidak mungkin Tuhan hina. Hal ketiga, orang yang mencari Tuhan harus tahu dimana Tuhan menuntun. Bukan kita berjalan lalu Dia ikut, tapi Tuhan yang berjalan menyatakan “Aku di sini”, lalu kita datang. Itu sebabnya orang lumpuh ini harus ke rumah Tuhan Yesus, karena dia mau cari dimana Tuhan berada di situ aku berada. Maka Saudara menyadari Tuhan mempunyai kuasa yang begitu besar, maka Saudara juga harus menyadari satu hal ini bahwa Tuhan yang akan menuntun hidup kita. Bukan kita yang menentukan lalu Tuhan mengikuti apa yang kita mau. “Tuhan saya perlu ini”, lalu Tuhan tinggal mengatakan “baik, jadilah seperti imanmu”, tidak seperti itu. Maka waktu orang ini datang, Yesus langsung mengatakan kepada dia “dosamu sudah diampuni, engkau lebih perlu pengampunan dosa dari pada yang lain”. Seringkali kita tidak pernah menyadari betapa perlunya kita diampuni oleh Tuhan karena kita terlalu disibukan dengan semua hal lain yang kita anggap lebih besar.

Lalu ketika Tuhan Yesus mengatakan “dosamu sudah diampuni”. Lalu ayat selanjutnya mengatakan “Orang Farisi berpikir dan berkata “siapa orang ini?”, mereka mungkin tidak langsung berkata kepada Tuhan Yesus, tapi mereka nyeletuk “siapa orang ini? Memangnya ada orang boleh mengampuni selain Allah? Orang ini kuran gmengerti teologi, harusnya kalau sudah belajar teologi pasti tahu bahwa kalau yang mengampuni dosa itu cuma Tuhan bukan manusia”. Tetapi ternyata kalimat ini bisa juga dipakai Tuhan untuk menyadarkan orang lain yang ada di dalam ruangan. Bayangkan orang-orang yang ada di dalam ruangan itu sedang mendengarkan Tuhan Yesus, sedang antri untuk disembuhkan, lalu Yesus mengatakan “dosamu sudah diampuni”, mungkin ini tidak terlalu mereka pikirkan sampai ada perkataan orang Farisi “bukankah yang bisa mengampuni dosa hanya Tuhan?”. Maka orang lain mulai pikir kalau hanya Tuhan yang mengampuni dosa, lalu Yesus mengklaim “dosamu sudah diampuni”, ini berarti Yesus adalah Tuhan, berarti Dia dan Allah paralel. Orang Farisi membuat orang lain jadi mikir, ini salah satu fungsi orang Farasi di dalam narasi ini. Jadi orang Farisi tidak hanya untuk dihina kemunafikannya tapi Allah juga bisa pakai mereka untuk membuat orang-orang berpikir “iya ya, mengapa Dia berani mengklaim seperti ini?”. Yesus mengetahui apa yang mereka perbincangkan, maka Yesus mengatakan “apa yang kamu pikirkan itu? Mana yang lebih mudah mengatakan dosamu sudah dimapuni atau mengatakan bangunlah dan berjalanlah”, kalau Saudara yang ditanya, mana yang lebih mudah? Saudara mungkin berpikir “sepertinya lebih mudah bilang bangunlah dan berjalanlah, karena menyembuhkan orang sakit lumpuh lebih mungkin, tapi mengampuni dosa itu susah”. Tapi yang Tuhan maksudkan adalah ketika Tuhan Yesus mengatakan “dosamu sudah diampuni” orang tidak lihat efek langsungnya. Waktu Tuhan Yesus mengatakan kepada orang lumpuh itu “dosamu sudah diampuni” ada tanda tidak kalau orang bertobat dari dosa? Tidak. Jadi orang tidak melihat efek dari perkataan Yesus itu apa. Engkau mengatakan “dosamu diampuni”, tahu dari mana dosanya diampuni? Katanya kalau satu orang berdosa bertobat seluruh malaikat bersorak, tapi kita tidak mendengar apa-apa. Jadi ini tidak ada dampak sepertinya secara pandangan mata mereka. Maka Yesus mengatakan “kalau ini sulit masuk di dalam imanmu bahwa Aku sanggup mengampuni dosa” maka perhatikan kalimat berikut “Aku mengatakan kepada orang ini bangunlah dan berjalanlah dan orang itu ternyata bangun dan berjalan”, ini namanya Tuhan Yesus menyatakan “kalau di dalam kalimat kedua kata-kataKu berkuasa, maka kamu harus tahu di dalam kalimat pertama tadi pun kuasanya sama”. Jadi orang tadi sudah diampuni dosanya sekarang Tuhan nyatakan kembali kuasaNya di dalam menyembuhkan orang ini. Jadi orang berdosa yang sudah bersih ini sekarang menyatakan kuasa Tuhan dengan sakit lumpuhnya diperbaiki.

Waktu dia sudah sembuh dari lumpuh, Alkitab mencatat dia langsung loncat, langsung ambil tempat tidurnya langsung pergi keluar lalu memberitakan Kristus. Ini menjadi satu pernyataan bagi orang-orang yang hadir pada saat itu bahwa Yesus mempunyai kuasa yang sanggup memberikan kesembuhan pada orang lumpuh ini, Yesus juga mempunyai kuasa yang sanggup untuk mengampuni dosa seprti yang tadi sudah Dia sampaikan. Di sini orang-orang sadar ternyata Kristus itulah Sang Mesias, sebab Dia datang dengan kuasa yang begitu besar, Dia datang dengan pernyataan yang begitu besar mengenai otoritas Dia di dunia ini. Otoritas Kristus di dunia ini begitu luar biasa, sehingga ketika Injil mencatat kita tidak bisa gagal melihat paralel antara karya Kristus dengan karya Allah di Perjanjian Lama, Kristus menggenapi semua. Allah Bapa mencipta, Yesus memperbaiki kembali ciptaan menjadi harmonis, Allah Bapa mengusir kejahatan, Yesus Kristus mengusir setan, Allah Bapa mengampuni umatNya yang datang kepada Dia, Yesus Kristus memberikan penebusan dan kebebasan akan dosa bagi orang-orang yang datang kepada Dia. Ini semua paralel indah yang bisa kita lihat. Itu sebabnya sekarang mesti kita renungkan waktu kita datang kepada Yesus, alasan apa yang mendorong kita? Kita ikut Yesus karena apa? Saudara mencari Yesus seberapa giat? Saudara mencari wajahNya dan perkenanNya sampai berapa sungguh? Karena kadang-kadang orang Kristen menjadi Kristen yang begitu standar rendah. Kalau kita tahu dengan benar siapa Dia, kita tidak mungkin main-main dalam mencari Dia, kita tidak mungkin main-main di dalam mau bertemu Dia. Orang lumpuh ini tahu siapa Yesus, maka ketika mereka tahu halangan orang banyak datang, mereka mengatakan “halangan tidak akan membuat saya pulang, halangan tidak akan membuat saya batal mengikut Yesus, halangan tidak akan membuat komitmen saya bertemu dengan Yesus menjadi hilang”. Karena bertemu Yesus adalah hal yang paling besar, yang menjadi kebutuhan paling dasar dari orang ini. Kadang-kadang kita perlu diberikan satu keadaan sangat mendesak, baru kita menyadari “saya sangat rindu mencari Yesus”, sampai kesungguhan hati untuk mendapatkan Dia. Tapi di dalam keadaan normal, keadaan biasa, kita sering mempermainkan anugerah yang Tuhan berikan dengan mengabaikan kerinduan dekat dengan Dia. Kita mengatakan “sudahlah, selama aku menjalankan cara ibadah dan juga kerohanian yang lumayan standar tidak terlalu rendah dan tidak terlalu tinggi, sudah cukup. Kan saya bukan hamba Tuhan, saya bukan orang yang berbagian di dalam pemimpin-pemimpin gereja, jadi mencari Tuhan dengan standar biasa sudah cukup”. Tapi bukan itu yang diajarkan dalam Alkitab, Alkitab mengatakan Tuhan selalu ingat siapa yang mencari Dia dengan tekun, siapa yang rindu untuk menemukan dia akan temukan. Siapa yang rindu menembus segala halangan demi boleh bertemu dengan Tuhan, dia akan mendapatkan. Waktu Saudara mencari Tuhan, Saudara mesti siap bertemu Tuhan langsung mendapatkan koreksian yang sangat dasar. Begitu bertemu Tuhan, mungkin Tuhan mengatakan “selama ini engkau jalani hidup salah, cepat putar balik. Selama ini engkau menjalani hidup dengan cara yang rusak, cepat kembali ke cara yang benar. Selama ini engkau berpikir bahwa kerusakanmu, problemmu adalah yang di atas, tetapi yang paling mendasar yang perlu diperbaiki, kamu belum tahu. Maka sekarang Aku beri tahu kepadamu”. Jadi waktu Saudara menemukan Tuhan, Saudara akan menemukan kuasa otoritas dan kesucian, kebenaran dan kebajikan Tuhan akan mengubah cara hidup Saudara. Dan inilah berkat yang Tuhan mau berikan kepada anak-anakNya. Siapa yang mencari Tuhan akan bertemu Dia. Siapa yang rindu menemukan wajahNya, akan menemukan bahwa wajahNya diperkenan untuk ditemui orang-orang yang murni hatinya. Siapa yang murni hati? Orang muri hati adalah yang tulus, tidak main-main, tidak punya kemampuan dan kemauan untuk apa pun yang palsu dan licik. Benar-benar mau datang kepada Tuhan dengan tulus. Lalu bagian ini juga mengajarkan kepada kita ketika seseorang mencari Tuhan dengan kesungguhan, dengan iman, dengan kerelaan diubah, dia akan melihat ternyata Tuhan menyatakan kuasaNya. Waktu Tuhan menyatakan kuasaNya di dalam hidup, ini kuasa yang akan membuat kita makin mengenal Dia sebagai Allah yang berkuasa atas seluruh hidup manusia. Saudara adalah hamba Tuhan sama seperti saya adalah hamba Tuhan, biarlah pencarian kita akan Tuhan digiatkan menjadi begitu besar supaya Tuhan pun berkenan pakai kita menjadi kemuliaan bagi namaNya.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Pemulihan Relasi dengan Allah dan Sesama

(Lukas 5: 12-16)
Injil Lukas sangat jelas dibagikan tentang motif perjalanan. Jadi Yesus sedang berjalan dari satu tempat ke tempat yang lain, Dia sedang tidak berdiam di satu kota, Dia tidak menjadikan satu kota itu rumah, tetapi kota itu adalah tempat Dia lalu. Jadi di dalam Injil Lukas tekanan yang utama adalah tujuan akhir Kristus yaitu datang ke Yerusalem. Di Yerusalem Dia akan dihakimi, diberikan hukuman dan mati di kayu salib, inilah tujuan yang paling akhir. Tetapi untuk sampai pada tujuan itu, Lukas membagikan Yesus melakukannya dengan perjalanan dan sambil berjalan sambil mengajar, sambil berjalan sambil menyembuhkan, sambil berjalan sambil mengerjakan hal-hal yang sifatnya mujizat. Maka Injil Lukas secara utuh membagikan kepada kita bijaksana bagaimana mengerti ada satu poin utama dari dalam hidup, tetapi tidak menjadi reduktif dengan mengecilkan seluruh hidup hanya kepada tujuan itu saja tanpa mempedulikan yang lain. Dia tidak mengabaikan orang sakit kusta dengan mengatakan “tolong jauhi Aku, Aku punya target dan harus mencapai itu”, Tuhan tidak lakukan itu. Maka meskipun pekerjaan utamaNya adalah untuk menjadi korban, mati di kayu salib. Tetapi Lukas membagikan seluruh perjalanan Kristus untuk Dia sampai ke kayu salib, itu adalah perjalanan yang penuh berkat dan penuh dengan bahagia bagi setiap orang yang bertemu dengan Dia. Termasuk dalam bagian ini, Yesus sedang berada dalam satu kota, kota apa bahkan tidak dianggap penting oleh Lukas, tapi intinya kota ini adalah kota Yesus singgah untuk nanti Dia berjalan ke kota lain. Tetapi di kota ini Dia bertemu dengan orang yang sakit kusta. Waktu kita mau menafsirkan kusta itu seperti apa, banyak hal yang sulit untuk kita pahami, tapi kalau kita baca dari Imamat 14 dan 15, Saudara akan menemukan bahwa kusta adalah penyakit yang sangat ditakuti, sangat menular, dan sangat mungkin untuk menjadi wabah di dalam satu komunitas. Kusta ini menjadi simbol untuk kecemaran dan pengasingan. Maka siapa yang kena penyakit kusta mesti disingkirkan, dan waktu disingkirkan dia menjadi simbol pengasingan. Dan simbol pengasingan ini tidak selamanya, ketika dia sembuh, imam mengatakan dia sembuh maka dia boleh kembali setelah melewati ritual yang ada di Kitab Imamat. Jadi ada penerimaan kembali setelah sebelumnya ada pengasingan. Seluruh dunia membahas keterasingan di mana aku menjadi korban dan hal di luar aku menyebabkan aku terasing. Tetapi Alkitab membahas secara lain. Alkitab tidak mengatakan “kamu terasing karena orang lain mengasingkan kamu”, Alkitab tidak mengatakan seperti Karl Marx “kamu terasing karena orang-orang penting mengasingkan kamu keluar dari sini”. Alkitab mengatakan keterasingan kita itu terjadi karena kita pilih untuk mengasingkan diri. Kita terasing dari Tuhan karena kita pilih menjauhi Tuhan, kita terasing dari sesama karena kita pilih untuk menjauhkan diri sehingga kita mengasingkan diri dari sesama. Mengapa orang konflik dengan orang lain? Sartre kemukakan teori yang sangat menyindir kita semua, dia mengatakan “konflik kita terjadi karena menganggap diri kita pusat dan semua orang lain ada untuk diperalat oleh kita. Waktu alat itu tidak berfungsi sebagai mana mestinya, aku marah. Dan karena aku marah, akhirnya aku menjadi konflik dengan dia”. Dan gawatnya orang lain pun berpikir sama, orang lain merasa diri merekalah pusat, lalu kita hanya alat. Jadi kita mengatakan “kita pusat, orang lain alat”, orang lain juga mengatakan dirinya pusat, kita dan yang lainnya hanya alat. Semua sama-sama mengklaim sentralitas dan menganggap orang lain alat. Karena saling mengklaim diri sentralitas dan menganggap orang lain alat, akhirnya orang marah satu dengan yang lain. Marah, karena “aku marah karena kamu tidak berfungsi seperti semestinya”. Orang lain juga kecewa “mengapa engkau tidak berfungsi sebagaimana mestinya?”. Akhirnya semua minta dirinya yang diberikan fokus, itu sebabnya konflik tidak berhenti. Maka manusia berada dalam keterasingan.

Dan di dalam Kitab Imamat ada simbol yang sangat baik untuk menggambarkan keterasingan yaitu simbol penyakit kusta. Kusta adalah penyakit yang sangat berbahaya. Maka Tuhan memakai ini pun menjadi simbol keterasingan. Setiap orang yang terkena kusta mesti keluar dari komunitas dan setelah itu mereka berada dalam komunitas sendiri yang diusir dari tempat asal mereka. Mengapa mereka harus diusir? Yang pertama karena takut menularkan penyakit, tapi yang kedua yang paling penting adalah karena penyakit ini menjadi simbol keterasingan dosa. Tuhan mau ketika orang melihat orang kusta yang diasingkan, orang langsung menidentikan dirinya seperti orang kusta itu. Dalam penjelasan para rabi, dikatakan bahwa kusta itu ada 2, kusta secara fisik yang kelihatan secara kulit dan kusta rohani. Dan dalam penjelasan Kitab Imamat dikatakan kusta fisik waktu dilihat gunanya adalah menyadarkan orang Israel bahwa ada kusta rohani yang membuat kita dijauhkan dari Tuhan. Kita menjadi terasing karena kita sendiri punya penyakit kusta di dalam diri kita. Maka orang kusta ini menjadi simbol, mereka dikeluarkan dari komunitas dan mereka hidup terasing, mereka hidup kesepian, mereka hidup tanpa ada lagi interaksi antar manusia. Orang kalau sudah kena kusta, kalau dia dekat dia harus mengatakan “najis”, lalu orang yang mendekat akhirnya menjauh kembali. Mereka berada dalam keadaan dimana mereka dulu tidak seperti itu. Dulu mereka bisa berelasi dengan baik, sekarang setelah itu hilang, mereka baru sadar apa yang mereka anggap biasa ternyata itu anugerah besar sekali. Kita sering mengabaikan relasi antar pribadi karena menganggap ini biasa. Kita sering mengabaikan jabat tangan karena kita pikir jabat tangan itu biasa. Ini sesuatu yang biasa, tidak ada orang yang menganggap jabat tangan itu spesial. Tetapi kalau Saudara sudah dikeluarkan dari kesempatakan menjabat tangan orang, baru Saudara tahu jabat tangan dengan orang itu sangat berharga. Maka mereka menjadi simbol “inilah pengasingan yang terjadi ketika orang sudah jatuh dalam dosa”.

Maka meskipun mereka berpenyakit seperti simbol dosa, mereka tidak tentu harus disamakan dengan orang berdosa. Mereka dipakai Tuhan untuk menjadi simbol itu saja. Tapi kusta itu sendiri bukan dosa, maka meskipun kusta harus disingkirkan, ini adalah orang-orang yang menjadi contoh untuk kecemaran dari dosa. Maka waktu orang mendekati orang sakit kusta, ini tidak menjadi dosa. Ini yang disalah mengerti oleh orang Israel, tetapi Yesus tidak salah mengerti. Di ayat 13 Yesus mau mentahirkan orang itu lalu menyentuh dia. Orang itu waktu melihat Yesus langsung tersungkur di tanah, harusnya dia berteriak “najis”, lalu orang yang mendengar ini akan menjauh. Tapi dia tidak sanggup kehilangan Yesus juga. Maka dia tidak berteriak “najis”, suruh Yesus menjauh, tapi dia langsung sujud tersungkur di tanah, dia mau mohon Yesus untuk sembuhkan, tapi dia sadar dia tidak berhak mendapatkan kesembuhan ini. Setelah dia tersungkur dia berteriak “Tuhan, kalau Engkau mau sembuhkan aku, tolong sembuhkan. Tuhan Yesus menyembuhkan dengan banyak sekali cara, dan setiap cara yang Dia pilih punya makna dalam luar biasa. Maka pada bagian ini Yesus menyentuh orang itu, padahal bagi pandangan orang Israel menyentuh orang kusta berarti menularkan dosa, bukan cuma penyakit. “Karena orang kusta najis, kalau dekat-dekat maka akan najis juga. Maka kalau ada orang sakit kusta mendingan jauh-jauh, mereka sentuh apa, kita haramkan barang itu, mereka ada di mana kita najiskan daerah tempat mereka berada”. Tetapi Tuhan Yesus tidak demikian, Yesus menyentuh orang itu untuk sembuhkan. Waktu orang itu disentuh, saya tidak tahu perasaannya secara spesifik, tapi dia pasti akan merasa begitu berharga pada saat itu. Karena setelah sekian lama ada orang yang rela sentuh dia kembali. Maka Yesus menyentuh dia, mungkin untuk membangunkan dia dan mengatakan “kamu sudah sembuh”. Satu sentuhan yang bukan hanya menyembuhkan kulit dari orang itu, tapi juga menyembuhkan kejiwaan dari orang itu. Orang itu mengatakan “akhirnya ada 1 orang yang menerima saya”. Akhirnya ada 1 orang yang mengatakan “mari kamu dan Saya ada dalam satu relasi yang baik, mari Saya mau sembuhkan engkau”, dan itu dilakukan dengan sentuhan. Bisakah Tuhan Yesus dari jarak jauh mengatakan “sembuh kamu, tolong jangan dekat-dekat”? Bisa. Tapi mengapa Tuhan Yesus harus menyentuh orang itu? Karena Tuhan Yesus mau menyatakan Dia mau menerima orang itu bukan hanya menerima dia meskipun cacat di kulit tapi mau menerima dia, meskipun dia sudah dianggap cacat di seluruh mata Israel.

Maka orang Israel ketika melihat orang kusta itu sering membuat kotak-kotak untuk membuat mereka berada di dalam level yang jauh, mereka membuat kotak-kotak secara rohani, “kalau engkau kusta, jauhi saya. Kalau sudah sembuh maka engkau dekat”. Kita sendiri sering membuat kotak-kotak di dalam hidup, kita sering mengkategorikan manusia dengan kategori yang remehnya bukan main, Saudara mungkin tanpa sadar juga lakukan ini, membuat kotak, kira-kira orang ini levelnya di mana. Dan kadang-kadang kotak yang kita buat itu namanya kotak ekonomi, maksudnya kita mau lihat orang ini pantas diletakan di mana, ekonomi sehat, ekonomi setengah sakit, ekonomi sakit, ekonomi setengah mati, atau ekonomi mati. Maka kita tidak boleh mengkategorikan orang dengan prinsip-prinsip yang tidak esensial. Saya tidak bilang Saudara tidak boleh menghargai orang berdasarkan prestasi, say ahanya mengatakan biarlah prestasi yang kita hargai itu benar-benar prestasi yang berkualitas dari seseorang. Orang kalau punya bijaksana, keadilan, punya prinsip berbelas kasihan, mau dia kaya atau miskin, dia adalah orang hebat. Orang kaya yang penuh belas kasihan adalah orang hebat, orang miskin penuh belas kasihan juga orang hebat. Orang kaya yang jahat ini orang jelek, orang miskin jahat juga sama jeleknya. Maka pengkategorian kita harus kita ubah. Tapi pengkategorian yang paling bahaya itu bukan berdasarkan ekonomi, suku, pengkategorian yang paling bahaya adalah berdasarkan rohani. Kita mulai membuat kotak mana rohani dan mana tidak. Lalu orang yang masuk kotak ini adalah orang hebat, orang yang tidak lakukan ini adalah orang yang jelek. Tetapi celakanya kotak yang kita buat pun terlalu sepele. Saudara hati-hati, Jonathan Edwards menulis sampai 4 buku untuk menunjukan bahwa kita tidak bisa sembarangan menila rohani orang. Membuat kotak-kotak berdasarkan prinsip-prinsip yang salah dan ini membuat orang menghakimi dengan cara sangat kejam. Kitab Imamat tidak pernah bilang orang kusta itu karena berdosa, kitab Imamat hanya mengatakan kusta menjadi simbol penolakan Tuhan, bukan berarti orang kusta ditolak Tuhan. Itu sebabnya ketika orang kusta dinilai dengan penghakiman yang salah, ini kejam sekali bagi mereka. Mereka diusir, mereka sudah mendapat luka di kulit, lalu orang mengatakan “kamu sedang dikutuk oleh Tuhan”. Perkataan yang gampang menghakimi orang lain ini sangat dibenci Tuhan. Maka Tuhan Yesus memulihkan bukan hanya menyembuhkan di dalam kulit, tetapi juga menyembuhkan kerinduan orang itu untuk diterima kembali. Yesus menerima orang berdosa. Sedangkan orang berdosa belum tentu menerima orang berdosa lain. Saya tidak mengatakan ini untuk membuat Saudara tidak lagi mengawasi satu sama lain, kita mesti tetap awasi satu sama lain. Saudara mesti lihat siapa di antara kita yang sedang berada di dalam keadaan bahaya untuk jatuh ke dalam dosa. Lalu Saudara mesti bertindak dengan tegas mengatakan “kamu sedang dalam bahaya”. Ini sama sekali tidak termasuk dalam pengkategorian yang saya katakan. Saudara lihat orang berdosa lalu Saudara tegur sebagai orang yang juga sama-sama berdosa yang peduli kepada orang itu lalu memberikan teguran, ini baik. Tapi kalau Saudara menyingkirkan orang karena merasa “saya suci, dia kotor”, itu yang tidak baik. Dan ini sangat banyak berkembang di dalam kerohanian yang sempit.

Zaman dulu dari Perjanjian Baru sampai sekarang, salah satu kebahayaan gerakan spiritual adalah seringkali ada kecondongan ekstrim. Farisi begitu baik di awalnya, mau menekankan kehidupan spiritual yang baik, kesucian hidup. Tapi setelah mereka menjalankan kesucian, mereka mulai singkirkan orang-orang yang dianggap gagal. Mereka mulai membentuk komunitas eksklusif yang menyatakan “kami orang baik, yang lain minggir, karena kalian semua orang jahat”. Ini bahaya yang terus mengancam sampai sekarang. Marilah kita tidak menjadi orang elit dalam spiritual. Orang yang membedakan kesukuan, menganggap dirinya elit karena suku. Orang yang membedakan ekonomi, menganggap dirinya elit karena punya ekonomi tinggi. Orang yang menganggap rohaninya baik, menganggap diri elit secara spiritual lalu yang lain itu adalah kelompok rendahan. Termasuk kelompok seni, orang yang suka musik agung, terkadang membuat spiritual elitis “kami ini orang-orang elit yang mengerti musik agung, yang lain cuma dangdutan, maka orang lain rendah”, ini pun mental yang tidak baik. Saya sering mengkritik musik jelek, bukan karena merasa diri lebih baik, tapi karena saya merasa kamu yang menikmati musik jelek bisa juga menikmati musik bagus, mengapa terus jelek? Kalau orang terus makan makanan junk food, lalu Saudara mengatakan “ini ada makanan sehat, ayo pindah ke sini”. Tapi spiritual elitis mengatakan “kamu makan junk food ya, ya sudah ini ada tembok pemisah antara aku dan engkau, dan kita tidak mungkin bersatu lagi”. Ini namanya spiritual elitis. Dan orang-orang kusta di luar tembok elit ini dan mereka tidak mungkin kembali. Tapi Tuhan Yesus justru terima kembali. Maka Injil Lukas ini menjadi hantaman bagi orang-orang yang merasa diri benar. Ketika merasa diri benar, Tuhan mereka mau jangkau orang-orang itu. Lalu Tuhan memanggil mereka kembali, menyentuh mereka lalu mengundang mereka kembali kepada Dia. Maka kita serongkali punya konsep yang begitu dangkal, menghakimi orang lain dengan cara yang tidak sesuai dengan Tuhan, lalu merasa sedang mewakili Tuhan. “Tuhan benci kamu maka aku pun benci kamu”, tapi Tuhan mengatakan “Aku tidak becni dia, justru Aku akan tegur kamu karena kamu benci dia”. Ini sebabnya di dalam bagian ini Tuhan Yesus bukan hanya memulihkan tapi juga menyentuh dengan cara menyentuh itulah Dia menyembuhkan orang ini, setelah ini orang itu sembuh. Setelah orang itu sembuh, Tuhan mengatakan “jangan lapor kepada orang lain”, ayat 14. Di bagian ini Tuhan Yesus mengatakan “kamu sekarang sudah sembuh, tapi jangan lupa ajaran Taurat. Penyakitmu bukan hanya penyakit kulit, tetapi simbol untuk penolakan. Kamu sudah mendapat anugerah menjadi simbol penolakan, kamu harus menyelesaikannya dengan datang kepada imam”.

Maka orang yang sudah sembuh dari kusta ini datang kepada imam dan menurut aturan Imamat dia harus membawa 2 ekor burung. Yang pertama akan disembelih oleh imam dan darahnya akan dimasukan dalam satu tempat tanah liat, lalu darah yang ada di dalam tempat tanah liat ini akan menjadi satu wadah, akan menjadi satu sarana untuk membaptis burung yang lain. Maka burung yang lain akan dicelupkan ke dalam darah. Lalu dengan keadaan berdarah, burung itu akan dilepaskan, terbang tinggi. Ini merupakan simbol dipulihkannya kembali orang Israel kepada Tuhan. Dan yang menjadi simbol itu adalah orang kusta, “setelah engkau memberikan persembahan ini, imam akan mendeklarasikan engkau bersih dan engkau sudah boleh kembali kepada komunitasmu yang sejati”. Maka ini adalah simbol yang sangat indah. Tuhan mengingatkan kepada orang kusta ini “kamu bukan hanya punya masalah penyakit, tapi kamu punya kerohanian yang harus dipulihkan, menjadi simbol untuk semua orang”. Maka siapa yang melihat orang kusta harusnya memberikan kepada dirinya satu refleksi “aku pun sedang berada di dalam pengasingan”. Maka ketika kita dipulihkan, kita ingat “sekarang saya tidak lagi diasingkan. Aku tidak lagi diasingkan dari Tuhan dan sesama”. Demikian juga kita tidak bisa mengatakan “aku dan Tuhan sudah pulih” tapi relasi kita di dalam komunitas belum. Ini yang dicontohkan dari orang kusta, setelah mereka tahir, mereka harus tunggu dulu sampai 7 hari tetap masih dalam pengasingan meskipun sudah boleh masuk kota. Setelah itu bawa lembu, bawa domba untuk menjadi korban yang boleh dimakan oleh imam. Setelah mereka persembahkan korban ini, maka mereka harus gunduli kepala mereka. Setelah itu memakai baju yang benar, bukan lagi baju compang-camping sebagai tanda kusta, dan mereka boleh kembali kepada masyarakat. Inilah pemulihan yang indah. Jangan lagi mengatakan “engkau adalah alat yang mau saya manfaatkan, berfungsilah sebagaimana harusnya”. Saudara kalau masih pakai pandangan ini sampai kapan pun tidak punya relasi yang benar. Tapi ketika Saudara mau belajar mengatakan “apa yang bisa aku perbuat bagimu?”, di sini ada pemulihan di dalam relasi. Saudara tidak lagi terasing dalam relasi. Mari kita belajar mempunyai keluasan hati untuk tidak lagi terasing, tetapi sungguh-sungguh hidup dalam cara yang Tuhan mau.

Ayat 15 mengatakan “kabar tentang Yesus makin jauh tersiar dan orang berbondong-bondong datang kepadaNya”,waktu orang dengar tentang kesembuhan langsung berbondong-bondong datang. Yang dimaksudkan dengan kesembuhan bukan hanya kesembuhan soal fisik, tetapi Tuhan Yesus sedang memberikan sesuatu yang jauh lebih dalam yaitu apa yang bisa memulihkan seseorang dalam relasi dengan sesama umat Tuhan. Kalau kita belajar seperti ini, kita akan mempunyai kelimpahan hidup yang Tuhan tawarkan. Hidup dalam komunitas di mana kita tidak lagi terasing, hidup dalam komunitas dimana kita mempunyai satu kelompok yang benar-benar cinta Tuhan dan dicintai Tuhan dan benar-benar kembali kepada Tuhan. Inilah yang Tuhan mau nyatakan dalam kisah penyembuhan orang sakit kusta. Mari kita mengingat diri kita sebagai orang-orang kasihan yang terus berada dalam pengasingan karena kebodohan kita. Kita bodoh lari dari Tuhan, kita bodoh mementingkan diri sendiri dalam relasi, akhirnya ini yang terjadi terus. Kiranya Tuhan menguatkan kita, memberikan kepada kita segala pengertian yang kita perlu untuk hidup damai dengan Tuhan dan sesama.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

The Church’s One Foundation

Lagu The Church’s One Foundation adalah sebuah lagu hymn yang diciptakan karena adanya desakan dari pengajaran sesat yang berkembang pada zaman itu. Pada tahun 1980, muncul sebuah karya yang sangat kontroversial karena mem-pertanyakan keakuratan sejarah Alkitab. Karya ini memicu seorang uskup Afrika Selatan yang bernama John William Colenso menuliskan sebuah buku yang isinya menolak bahwa Musa adalah penulis the Pentateuch, mengatakan bahwa tokoh Joshua hanyalah sebuah mitos, mengatakan bahwa Kitab Tawarikh hanyalah se-buah karya fiksi dan juga Ia meragukan akurasi akan kalimat Yesus mengenai Musa. Tulisan daripada Colenso sendiri akhirnya menuai pertentangan dari uskup yang lain yang bangkit untuk melawan dan menyatakan bahwa Colenso adalah bidat. Pertentangan ini menimbulkan perpecahan di dalam gereja di Afrika selatan hingga akhir hidup daripada Colenso. Di tengah pertikaian ini, seorang Uskup bernama Samuel John Stone memperhatikan suatu kondisi dimana jemaat mengucapkan pengakuan iman rasuli dengan sikap yang acuh tak acuh, mereka mengucapkan pengakuan ini tanpa pengertian yang jelas akan apa yang mereka ucapkan. Karena hal ini Stone membuat 12 hymn yang menjelaskan setiap bagian dari pada pengakuan Iman rasuli, dan salah satu dari kedua belas hymn tersebut ada lah lagu “The Church’s One Foundation” atau “Di Atas Satu Alas”. Di dalam konteks seperti ini, maka memahami bahwa lagu tersebut memiliki kedalaman theologis didalam teks lagu di setiap baitnya. Hymn ini terdiri dari 5 bait, di mana setiap baitnya mem-iliki prinsip-prinsip doktrin gereja yang kental.
Di bait pertama dijelaskan bahwa dasar daripada gereja adalah Yesus Kristus yang turun dari Surga lalu menebus akan gereja-Nya dengan mengorbankan diri-Nya, sehingga gereja adalah ciptaan yang baru melalui Firman dan air baptisan. Di bait ini kita dapat belajar bahwa dasar gereja bukanlah otoritas dari petinggi, bukan juga orang kaya, tetapi dasar gereja adalah Kristus yang sudah menebus kita. Ge-reja berdiri di tengah dunia dengan Kristus yang menjadi pusatnya. Gereja berada untuk menjalankan akan kehendak Allah bukan ambisi pribadi orang-orang terten-tu. Gereja berdiri untuk memberitakan Kristus bukan ajaran yang menyenangkan hati manusia. Oleh karena itu gereja hadir dengan satu tuntutan untuk memiliki kesetiaan kepada Kristus dan kebenaran.
Di dalam bait yang kedua, dijelaskan bagaimana gereja yang terdiri dari berbagai bangsa tetapi satu di dalam Kristus. Di dalam pengakuan iman rasuli kita mengucapkan “Gereja yang Kudus dan Am”. Kata ‘Am’ yang berarti gereja yang satu. Di dalam teologi reformed, kita mempelajari perbedaan antara gereja yang kelihatan dan yang tidak kelihatan. Gereja yang kelihatan adalah gereja lokal atau denominasi yang banyak tersebar di seluruh dunia. Tetapi gereja yang tidak kelihatan adalah gereja yang satu yaitu tubuh Kristus. Di dalam konteks gereja yang tidak kelihatan inilah kita memahami bait ke dua ini. Tuhan memiliki anggota gereja dari berbagai bangsa bahkan dari berbagai zaman. Tetapi perbedaan tempat dan waktu ini tidak menjadikan gereja terpecah atau terpisah, tetapi semuanya dipersatukan di dalam satu tubuh dengan Kristus sebagai kepala gereja. Di sini kita dapat belajar untuk melihat bahwa gereja berdiri bukan untuk gereja itu sendiri (sebagai salah satu denominasi) tetapi gereja berdiri untuk meninggikan Kristus sebagai kepala gereja dan menjalankan apa yang menjadi kehendak Allah demi Kemuliaan Allah.
Pada bait ketiga dan keempat digambarkan bagaimana di dalam perjalanan gereja di tengah-tengah dunia ini diwarnai dengan berbagai tantangan baik dari luar oleh pihak yang tidak menyukai gereja dengan segala bentuk penganiayaan terhadap gereja, maupun dari dalam gereja sendiri yaitu dari pihak-pihak yang ada-lah murid Kristus yang palsu atau pengkhianat dengan menyesatkan dan meme-cahkan gereja. Kondisi inilah yang seringkali kita jumpai di sejarah gereja maupun juga kisah-kisah yang terjadi pada zaman ini. Tantangan seperti ini akan menjadi kesulitan yang menjadi kesusahan bagi gereja yang sejati, tetapi dikatakan bahwa malam yang penuh dengan kesedihan akan diganti dengan Fajar yang penuh dengan pujian. Inilah penghiburan bagi gereja, Tuhan berjanji akan selalu menyer-tai dan memberikan kekuatan serta penghiburan. Di dalam waktu-Nya Tuhan akan menyatakan kuasanya dan gereja akan menang karena Allah penguasa seluruh alam semesta menyertai akan gereja-Nya dan pada akhirnya di dalam konsumasi, Gereja Tuhan akan bersukacita dan tenang dalam kedamaian bersama dengan Tu-han.
Pada bait kelima, dijelaskan bahwa gereja yang disatukan bersekutu dengan Allah Tritunggal dan juga seluruh jemmaat Tuhan yang telah menang dan diakhiri dengan satu harapan agar Tuhan membangkitkan dan menyatukan kita juga di dalam terang. Bait ini merupakan cicipan penggambaran daripada titik konsumasi, di mana dari seluruh perjalan-an gereja Tuhan yang penuh dengan dinamika dan tantangan, semuanya akan diakhiri dengan persatuan dalam Allah Tritunggal beserta dengan seluruh jemaat Tuhan yang juga sudah menang. Dari penggambaran ini ktia semua mendapatkan suatu pengharapan akan titik akhir dari segala perjuangan kita dalam kehidupan bergereja. Mungkin seringkali, kita menjumpai akan permasalahan-permasalahan yang sangat mennyedihkan hati dan membebani kehidupan kita dan membuat kita pernah berpikir untuk menyerah dan meninggalkan akan gereja Tuhan. Di dalam kondisi seperti ini, biarlah kita mengingat bahwa kita dipanggil Tuhan untuk bergereja bukan dengan bersandar kepada kekuatan kita sendiri tetapi bersandar kepada Kristus. Ingatlah juga bahwa segala perjuangan kita, jikalau kita perjuangkan dengan penuh ketaatan, kesetiaan dan kemurnian hati kita dihapan Tuhan, bukan suatu perjuangan yang tidak ber-pengharapan tetapi suatu perjuangan yang mengarah kepada satu titik konsumasi yang Tuhan sudah berikan.
Zaman dimana kita hidup saat ini adalah zaman dimana peranan gereja di tengah-tengah dunia ini sedang berada di ujung tanduk. Di satu sisi kita melihat bahwa secara tampak luar gereja berkembang, bahkan pergerakan lembaga-lembaga pelayanan non gereja pun berkembang, tetapi waktu kita menyelidiki dengan seksama mengenai fungsi daripada gereja maupun lembaga non-gereja ini maka kebanyakan yang akan kita jumpai adalah kondisi yang sangat menyedihkan. Prinsip-prinsip mengenai dasar maupun panggilan daripada gereja satu persatu mulai memudar bahkan banyak gereja maupun lembaga pelayanan yang sudah tidak lagi mencerminkan akan tugas dan panggilan gereja. Gereja kehilangan akan identitasnya dan menjadi serupa dengan lembaga sosial atau kemanusiaan yang didirikan oleh dunia, ajaran yang diberikan bukan lagi Firman Tuhan tetapi ajaran yang ‘ inspiratif ’ dan tidak jauh berbeda dengan ajaran para motivator. Tetapi di sisi lain kita melihat bahwa kehadiran gereja di tengah dunia ini semakin crucial, karena zaman ini adalah zaman yang semakin tersesat di dalam ajaran-ajaran yang kosong, banyak orang yang mencari akan makna hidup yang sejati yang dapat membawa mereka kepada kehidupan yang berarti dan sejati. Kehadiran gereja yang sejati seharusnya dapat membawa zaman ini untuk kembali kepada Allah, gereja menjadi pusat dimana kehendak Allah dinyatakan dan menjadi wadah di-mana kebenaran Allah berada. Maka melalui lagu hymn ini kita kembali diingatkan dan diajarkan akan tugas dan panggilan gereja. Biarlah lagu hymn ini menyadarkan dan kembali menggugah hati kita untuk menjadi umat Allah yang berkumpul di dalam gereja dan mengerjakan kembali tugas gereja yang sejati demi kemuliaan Allah dan memperluas kerajaan Allah.

Mengikuti Panggilan Tuhan

(Lukas 5:1-11)
Ini adalah bagian yang menceritakan pemanggilan Kristus atas murid-muridNya dengan cara yang cukup panjang. Dan di dalam Keempat Injil, kita lihat Injil Yohanes dan Injil Lukas yang memberikan latar belakang tentang pemanggilan para murid. Injil Yohanes memberikan pengertian ketika Yesus memanggil murid-murid, Yesus memanggil mereka untuk hidup bersama dengan Dia, untuk melayani dan juga untuk tinggal bersama-sama dengan Dia. Murid bukan hanya sekedar datang, terima pemikiran, terima ajaran, terima kebenaran dari guru setelah itu pulang bawa pengertian itu. Itu bukan pengertian murid pada waktu itu. Pada waktu sekarang murid datang untuk belajar saja. Tapi pada waktu dulu, murid datang kepada satu guru untuk menjadi satu kelompok dengan ciri khas tertentu. Jadi murid-murid akan kumpul untuk menjadi komunitas yang mempunyai ciri, ciri yang unik, ciri yang tidak dimiliki kelompok lain. Itu sebabnya guru di dalam zaman Yunani kuno dan zaman Ibrani dalam tradisi Israel, seorang guru akan mempunyai satu komunitas, akan mempunyai bukan hanya school of thought, bukan hanya aliran, tetapi komunitas yang mempunyai gaya hidup dengan ciri tertentu. Di dalam Alkitab, Tuhan Yesus mengatakan ciri khas dari pengikut-pengikutNya paling tidak ada 2 yang utama. Yang pertama, dalam Yohanes 8, murid-murid Yesus tetap di dalam Firman. Ini adalah orang-orang yang tetap dalam Firman, tetap hidup dipimpin oleh Firman Tuhan dan tetap menyatakan Firman di dalam kehidupan sehari-hari. Bukan orang yang hanya menyatakan “percaya”, tetapi setelah itu hidup tidak dengan cara yang Tuhan sudah perintahkan dalam Firman.

Lalu ciri kedua, dikatakan pengikut Yesus adalah yang saling mengasihi. “Inilah tandanya bahwa kamu adalah murid-muridKu, yaitu engkau saling mengasihi. Sama seperti Aku sudah mengasihi engkau, demikian engkau harus saling mengasihi”. Seorang sahabat mencintai sahabatnya dan rela menyerahkan nyawanya kepada sahabatnya itu. Yesus mengatakan “Aku menganggap kamu sahabatKu, maka Aku memberikan nyawaKu kepadamu. Dan dengan demikian kamu pun harus saling mengasihi satu sama lain, bahkan berani mengorbankan nyawa demi yang dikasihi”. Ini perintah yang sangat dalam. Tetapi ini menjadi syarat bagi komunitas yang mengaku pengikut Kristus untuk ditunjukan kepada dunia.
Kristus mulai memanggil para murid, dan pada Lukas 5 kita bisa melihat ada 3 poin penting yang bisa kita pelajari dari pemanggilan para murid. Hal pertama, bisa kita lihat di ayat 2-7, dalam catatan Lukas ini, Lukas memberikan penekanan Yesus memilih murid, memanggil orang untuk bersama dengan Dia melayani, bukan karena Yesus memerlukan siapa pun. Yesus tidak memerlukan bantuan dari Petrus. Saudara kalau membaca alur dari Injil Lukas, sejak pertama kali melayani sampai pasal ke-5 ini Yesus Kristus terus mendapatkan nama, makin populer, makin dikenal, lalu orang berbondong-bondong ikut Dia. Maka Dia tidak perlu undang orang, panggil murid untuk membesarkan namaNya. Tuhan Yesus tidak perlu Petrus untuk menolong Dia mengumpulkan orang. Tuhan Yesus tidak panggil Simon Petrus supaya ada orang yang dengar, tanpa Petrus pun seluruh orang dari seluruh desa datang mengikut Yesus. Sejak pertama kali pelayanan sampai di bagian kali ini, Yesus Kristus selalu diikuti orang banyak. Bahkan di sini dikatakan orang banyak itu mengerumuni Tuhan Yesus yang sedang ada di pinggir danau, dan karena terlalu banyak orang yang mendengar Dia, Dia terdesak sampai ke pantai di danau. Maka Dia pinjam perahu dari Simon, Dia naik ke perahu itu kemudian Dia bertolak sedikit ke tengah, lalu mulai berkhotbah dari situ. Ketika Dia mulai berkhotbah, seluruh orang di pinggir danau mendengar Dia dengan jumlah yang begitu banyak.

Jadi apakah Tuhan Yesus masih memerlukan Petrus? Tidak. Tanpa Petrus, Kristus sudah dikenal, Kristus sudah kumpulkan massa begitu banyak. Bahkan orang-orang ke sana untuk melihat Kristus bukan Petrus. Tuhan Yesus memilih murid karena Dia tahu kasihNya yang besar akan semakin dirasa ketika murid itu dipaggil oleh Dia untuk bekerja bagi Dia. Salah satu pernyataan cinta Tuhan adalah kalau Tuhan mau pakai Saudara. Jangan pernah merasa nyaman dan tenang kalau Saudara tidak merasa hidup Saudara sedang dipakai Tuhan. Kalau engkau melakukan pekerjaan yang tidak berkait untuk kemuliaan Tuhan, kalau apa yang engkau kerjakan tiap hari tidak ada kaitannya dengan menyenangkan hati Tuhan, maka engkau harus merenung dan meratap “Tuhan, mengapa aku tidak Engkau pakai?”. Sebab ketika Tuhan memakai, Tuhan menyatakan anugerah begitu besar. Maka ini pengertian sangat penting, Lukas sedang menyatakan Yesus sedang dicari semua orang dan Dia mau penggil murid bukan untuk tambah namaNya lebih bagus, tapi untuk menyatakan “Aku mengizinkan engkau berbagian di dalam pekerjaan yang Aku sedang kerjakan dan sampai saat ini menghasilkan buah begitu limpah”, ini yang mesti kita lihat. Lalu setelah itu Lukas juga menceritakan, setelah Yesus selesai khotbah, Dia memerintahkan Simon “Simon, tolak perahu ini lebih jauh ke tengah”, meskipun Simon bingung, dia tetap melakukan apa yang diperintahkan. Setelah bertolak, Yesus berkata “lempar jala, tangkap ikan”, “sudah kami lakukan sepanjang malam kami lempar jala tapi ikannya tidak ada. Tapi karena Engkau memerintahkan maka akan aku lakukan juga”. Di sini Petrus belajar untuk percaya kepada Kristus, dia tidak menjadi lebih sombong dari pada Tuhan Yesus. Lalu Petrus sebarkan jalanya, waktu mau ditarik, dikatakan di dalam Alkitab bahwa ikan yang dikumpulkan begitu banyak, sehingga perahu hampir tenggelam, jaring hampir lepas. Di sini ada dilema, kalau dipaksa ditarik bisa mengakibatkan kapal tenggelam, kalau tidak ditarik, sayang ikan sebanyak itu. Maka solusinya adalah panggil teman, lalu mereka semua datang menolong Petrus, angkat ikan-ikan itu dengan 2 perahu dan 2 perahu itu pun hampir tenggelam mengangkut ikan begitu banyak. Di sini Tuhan Yesus sedang menyatakan “Aku tidak memerlukan popularitas dari murid dan Aku pun tidak support makanan dari murid”. Yesus tidak ambil Petrus yang seorang nelayan supaya pelayananNya ke depan bisa banyak ikan. Tuhan tidak perlu itu, maka Tuhan tunjukan “Aku tidak mau kamu dan keahlian nelayanmu, Aku lebih ahli tangkap ikan dari pada kamu”. Maka Tuhan Yesus tunjukan Dia lebih ahli tangkap ikan sedemikian banyak ketika hasil Petrus nol. Petrus nol, dan Tuhan Yesus mengatakan “sekarang Aku mau pakai kamu”. Ketika Tuhan memakai kita, Dia akan pamerkan kepada kita bahwa Dia tidak perlu kita. Dia tidak perlu support uang kita, Dia tidak perlu keahlian otak kita, Dia tidak perlu kesalehan kita, Dia tidak perlu kemampuan kita untuk menyebarkan NamaNya kepada banyak orang. Dia cukup pada diriNya sendiri. Tapi kalau Dia masih mau pakai kita, ini adalah kita masih diberi anugerah, bukan karena yang lain. Tuhan tidak perlu, tapi Dia mau mengajak kita. Itu sebabnya Pak Tong selalu menekan “no one comes to help, no one comes to contribute”, tidak ada yang datang untuk menolong, tidak ada yang datang untuk berkontribusi, semua datang untuk melayani, semua datang untuk menyaksikan Tuhan bekerja, semua datang untuk bersyukur karena diajak berbagian. Jadi Tuhan tidak perlu kontribusi kita, tapi Tuhan mengatakan “maukah sekarang engkau memberi? Maukah sekarang engkau menyerahkan diri? Maukah sekarang engkau melayani Aku?”. Pengertian seperti ini akan membuat kita cara memandang segala sesuatu berbeda.

Poin yang kedua, ayat 8, yang mau dibagikan Lukas adalah Yesus tidak pernah panggil orang karena dia saleh. Yesus tidak pernah panggil orang karena punya kualitas rohani yang membanggakan. Yang Dia panggil justru orang-orang berdosa yang akhirnya menyadari dia berdosa. Jadi poin pertama, Tuhan tidak panggil orang dengan keahliannya, Tuhan sudah bisa kerjakan semua, tapi Dia masih ijinkan orang berbagian. Yang kedua, Dia tidak panggil orang berdasarkan kesalehan. Saudara tidak dipilih Tuhan karena meteran saleh Saudara tinggi. Banyak kali kita mengukur kesalehan orang yang semu, yang palsu. Kalau ada orang yang kelihatan bagus, kalau ngomong senyum terus, apa-apa pakai kalimat “dalam kehendak Tuhan”, kita merasa malu karena kita terlalu sekuler. Kita tidak bisa menilai kerohanian seseorang hanya dari ini, kita tidak bisa menilai kerohanian mereka dengan hanya keaktifan melakukan sesuatu di dalam gereja Tuhan. Banyak orang kelihatan begitu saleh, begitu baik, tapi ini tidak berarti mereka mempunyai kesalehan yang akhirnya dia dipilih oleh Tuhan. Kadang-kadang Alkitab menunjukan kepada kita orang yang harusnya dipakai tidak dipakai, orang yang tidak punya kualitas untuk dipakai, justru ini yang dipakai Tuhan. Saya bertemu dengan orang-orang yang waktu mereka sharing kehidupan lama mereka, mereka sharing dengan hanya tunduk-tunduk mengatakan “saya tidak tahu mengapa Tuhan memakai saya, mengapa saya boleh jadi pengurus, mengapa saya boleh menjadi aktivis yang penting. Padahal hidup saya seperti ini. Saya kenal orang di gereja saya yang lebih baik dari saya. Inilah yang dibagikan di bagian kedua, waktu Petrus sadar adanya Tuhan di perahunya, langsung dia sujud dan mengatakan “pergi dari saya, Tuhan. Saya orang berdosa yang tidak layak, jangan dekat-dekat saya”, ini merupakan satu kalimat yang kalau kita lihat dalam kerangka Perjanjian Baru, ini sangat rendah hati. Saudara kalau menolak kehadiran Tuhan, ini tandanya rendah hati. Sedangkan kalau Saudara minta kehadiran Tuhan, ini tandanya sombong. Jadi jangan samakan dengan sekarang, kalau sekarang kita mohon kehadiran Tuhan “Tuhan, hadirlah di sini karena kami memerlukan Engkau”. Kalau kita minta kehadiran Tuhan, ini juga tanda kerendahan hati, karena kita tahu kalau Tuhan tidak hadir, tidak ada gunanya, kalau Tuhan tidak pimpin, tidak mungkin, kalau Tuhan tidak hadir di tempat ini, percuma kita hadir di sini, ini juga tanda kerendahan hati. Tapi di sisi lain waktu mengatakan “Tuhan jangan di sini, pergi saja”, ini merupakan tanda kerendahan hati juga. Karena pola pikir orang Yahudi dalam Perjanjian Baru, kemuliaan Tuhan harus teril dari pendosa, tidak boleh ada pendosa dalam lingkaran ini. Jadi begitu ada pendosa di sini, mati dia. Sehingga waktu Yesus di perahu Petrus, Petrus menganggap seluruh lingkaran ini adalah tempat tidak boleh ada orang berdosa. Dan kalau di sini tidak boleh ada orang berdosa, Petrus tidak boleh di sini. Maka dia memutuskan “Tuhan, jangan ke sini, Engkau pergi dari sini. Mungkin teman-temanku saja yang Engkau pakai, jangan saya, sebab saya adalah orang yang tidak layak”. Saya yakin setiap kita memiliki momen seperti ini kalau kita sudah bertobat. Ada momen di mana kita mengatakan “mengapa orang tidak layak seperti ini Tuhan mau selamatkan? Mengapa orang penuh dosa seperti ini Tuhan mau panggil? Apakah Tuhan tidak tahu berapa rusaknya saya? Kalau Tuhan tahu, mengapa masih mau panggil?”. Saya akan memberikan kalimat yang bisa membuat Saudara kaget, Tuhan bukan cuma tahu berapa jeleknya Saudara dulu, Tuhan juga tahu berapa jeleknya Saudara akan menjadi di masa depan. Tuhan tahu berapa rusaknya engkau menjadi nanti, dan Tuhan tetap mau terima. Ini bukan alasan untuk Saudara mengatakan “puji Tuhan, Engkau terima aku apa adanya. Jadi kalau besok aku rusak pun, Engkau tetap mau terima”, ini adalah orang kurang ajar. Tapi orang yang benar seperti Petrus “mengapa Engkau mau terima saya? Saya tidak layak, harusnya saya tidak boleh, biar Tuhan pergi saja, jangan dekat-dekat saya, sebab saya tidak layak berada di dekatMu”. Maka siapa yang lemah, Tuhan pakai untuk menunjukan kuasa Tuhan, siapa yang punya masa lalu begitu cemar dan kotor, justru Tuhan pakai untuk menyatakan kuasa perubahan yang Tuhan bisa kerjakan. Itu sebabnya Tuhan pilih orang-orang yang lemah. Di dalam Kitab Hakim-hakim, Tuhan pilih orang yang punya banyak cacat. Dan kalau Saudara baca seluruh Kitab Hakim-hakim, pameran cacat yang banyak variasi itu ada di situ. Ada orang yang lemah di dalam hal seksual, ada yang lemah di dalam keminderan, ada orang yang lemah karena sok jagoan jadi preman. Semua ini Tuhan satukan dalam pekerjaan menjadi hakim. Dan Tuhan terus panggil orang tidak layak, asalkan orang itu sadar dia tidak layak, asalkan dia sadar perlu kembali kepada Tuhan, asalkan orang itu seumur hidup tidak pernah menjadi sombong dan terus sadar ketidak-layakan dia, maka dia akan dipakai Tuhan. Tetapi jangan sampai ketika kita sudah dipakai Tuhan, kita lupa masa lalu kita, lalu kita angkat kepala kita dengan angkuh mengatakan “aku lebih baik dari pada yang lain”. Begitu kita sampai pada titik ini, kita akan dibuang oleh Tuhan. Pdt. Agus sering berdoa dalam persekutuan doa waktu beliau masih pimpin di sini, dia terus berdoa “Tuhan, jangan tinggalkan kami”, setiap pimpin doa pasti ada kalimat ini. Selesai persekutuan saya tanya ke Pak Agus, “Pak Agus sadar tidak setiap pimpin doa selalu ada kalimat jangan buang”, Pak Agus menjawab “sadar”, “kalau bapak sadar, mengapa kalimat itu keluar terus?”, dia bilang “karena potensi ada pada siapa pun termasuk saya. Begitu saya merasa baik, saya merasa layak, saya merasa hebat di situ, Tuhan langsung buang. Maka saya minta supaya Tuhan tidak buang, supaya saya selalu diingat sebagai orang yang lemah, yang hina, yang hanya boleh melayani Tuhan karena anugerah Tuhan. Mari kita belajar poin ini juga, biarlah kita tersungkur di hadpaan Kristus lalu mengatakan “Tuhan, jauhlah dari saya, sebab saya orang berdosa. Dan kalau Tuhan masih mau pakai saya, bairlah saya terus mengingat siapa saya, sehingga saya tidak menjadi angkuh lalu dibuang oleh Tuhan.

Poin ketiga, waktu Tuhan memanggil Petrus dan kawan-kawan, Tuhan memberikan ujian yang besar sekali. Tuhan tidak panggil mereka waktu mereka masih kosong jalanya. Sebelum Tuhan memanggil Petrus, Tuhan ijinkan dia mengalami pergumulan dulu, lepas jala, tarik, banyak sekali isinya. Bayangkan waktu sudah banyak seperti ini, Tuhan bilang “ikut Aku”, “lalu ini semua bagaimana Tuhan? Bukankah Engkau yang beri, masakan harus saya tinggalkan? Ijinkan aku 2 tahun menikmati hasil ini”. Atau ada orang yang lebih tidak sopan lagi “Tuhan Yesus, karena Engkau di perahuku maka banyak ikan, mohon tiap hari mampir”. Banyak orang Kristen model seperti ini, “begitu aku setia sama Tuhan, kok usaha lancar? Waktu aku giat ikut KKR Regional kok tiba-tiba omzet usaha naik terus? Jangan-jangan ada korelasi yang sejajar antara melayani di KKR Regional dan bertambahnya usaha”, akhirnya aktif KKR Regional. Kalau ada KKR Regional selalu ikut sambil hitung-hitungan sama Tuhan. Orang seperti ini adalah orang yang tidak mengerti cara Tuhan memanggil. Tuhan memberi ikan yang banyak kepada Petrus, setelah itu Tuhan tidak panggil, Tuhan hanya mengatakan “Aku akan menjadikan engkau penjala manusia”, lalu Petrus langsung tinggalkan semua. Waktu dia tinggalkan, dia tidak tinggalkan jala yang kosong, dia tinggalkan jala yang penuh ikan. Dengan demikian dia ingat bahwa yang memberikan ikan ini adalah Tuhan, “yang memberikan segala kelimpahan ini adalah Tuhan. Tuhan panggil aku kerjakan apa, aku akan kerjakan”. Jangan tarik Tuhan demi keuntungan pribadi Saudara, jangan kerjakan hal apa pun yang tidak berkait dengan kemuliaan Tuhan. Dan jangan jadi orang serakah, yang menganggap kedekatan dengan Tuhan akan memberkati secara materi. Banyak orang seperti ini, pikir kalau dekat dengan Tuhan, nanti isi kantongnya bertambah. Tapi Tuhan tidak pernah mau orang seperti itu. Tuhan akan uji orang, makin banyak Tuhan berkati lalu Tuhan tanya “sekarang Aku minta kamu tinggalkan berkat, mau tidak? Tinggalkan itu lalu ikut Aku”, Petrus dan teman-teman langsung tinggalkan dan ikut Tuhan. Inilah sikap ketiga yang bisa kita pelajari. Kristus memanggil Petrus dengan memberikan begitu banyak ikan di dalam wadah yang mereka sudah siapkan, lalu Tuhan mengatakan “sekarang maukah engkau ikut Aku?”. Banyak orang tinggalkan begitu banyak hal demi Tuhan. Petrus tinggalkan ikan begitu banyak, dia akan bilang “ikan itu apa? Kalau tidak dimasak juga akan mati. Tapi kalau ikut Yesus itu jauh lebih penting”. Kristus akan pelihara hidup kita pakai ikan atau pakai uang atau pakai udang atau pakai emas atau pakai apa pun yang Dia rasa perlu. Tapi kita tidak mungkin mengandalkan emas untuk dapat Tuhan. Kita bisa mengandalkan Tuhan untuk mendapatkan pemeliharaan, tapi kita tidak bisa mengandalkan materi pemelihara untuk mendapatkan Tuhan. Maka Petrus memilih yang paling bijak “kalau Tuhan mau itu saya tinggalkan, akan saya tinggalkan. Saya akan ikut Tuhan, kemudian saya mengatakan ini saya, dan kemudian saya tinggalkan semua di belakang, karena Engkau mau saya tinggalkan”. Oleh sebab itu banyak orang mengikut Tuhan punya kesungguhan mengikut Tuhan sehingga apa pun yang ada di dalam hidup tidak bisa mencegah dia untuk ikut Tuhan. Karena apa yang Tuhan mau kerjakan itu yang paling penting”. Maka ketika Petrus sudah begitu banyak mendapat ikan, sudah dapat rahasia dalam menangkap ikan yaitu dekat dengan Yesus saja, tapi Yesus mengatakan “tinggalkan semua, lalu ikut Aku. Sebab Aku menjadikan engkau menjadi penjala manusia”. Inilah prinsip ketiga, yaitu orang yang dipakai Tuhan rela meninggalkan apa pun demi mengerjakan apa yang Tuhan mau kerjakan.

Mari kita siap seperti ini. Saya tidak mengatakan Saudara semua akan dipanggil menjadi pendeta, tapi apa pun yang Tuhan mau Saudara kerjakan, entah Saudara harus mengubah bisnis Saudara, entah Saudara harus pindah kerja, entah Saudara harus mengalami satu tahap hidup baru yang membuat Saudara melupakan mimpi demi kehendak Tuhan, ini harus berani Saudara jalankan. Ada momen Saudara di persimpangan dan di persimpangan ini engkau harus putuskan untuk katakan ya kepada Tuhan. Jangan katakan ya kepada diri, kepada hawa nafsu, kepada cita-cita kosong, kepada kebanggaan diri dan lain-lain, hanya bilang ya kepada Tuhan. Dan inilah yang dikerjakan Petrus dan rekan-rekannya, mereka menghela perahu dan mereka ke darat, lalu semua ditinggalkan untuk diurus orang lain. Lalu mereka pergi mengikut Yesus. Kiranya kita dikuatkan dengan 3 poin yang diajarkan Lukas pada hari ini, biarlah kita tahu Tuhan tidak perlu kita, tapi Tuhan rela memakai kita. Biarlah kita tahu, kita tidak layak, tapi Tuhan rela memakai kita. Biarlah kita tahu kualitas yang sejati yaitu hidup taat kepada Tuhan dan rela tinggalkan apa yang perlu ditinggalkan untuk setia kepada Tuhan.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Injil Kerajaan Allah

(Lukas 4: 38-44)
Di ayat 43, Yesus mengatakan “juga di kota-kota lain Aku harus memberitakan Injili Kerajaan Allah”, ini adalah pertama kalinya Yesus Kristus menjelaskan tentang misiNya di kaitkan dengan Kerajaan Allah. Dari pasal pertama kali mencatat pelayanan Kristus dari pasal yang ke-3 sampai bagian pasal yang ke-4 ini, Yesus menyatakan bahwa apa yang sudah Dia kerjakan di kota-kota Nazaret maupun di Galilea adalah memberitakan Kerajaan Allah. Apa yang dicatat Lukas sedikit berbeda dengan Matius karena Matius memberikan penekanan ini di awal. Yesus ketika mengawali pelayanan langsung menyerukan “bertobatlah sebab Kerajaan Allah sudah dekat” demikian juga di Injil Markus. Tetapi di dalam Lukas, Lukas sudah memberikan satu kisah pelayanan dulu, dalam tahap pertama pelayanan Kristus di Galilea dan pada bagian akhir baru Lukas mengutip penjelasan Tuhan Yesus bahwa yang Dia kerjakan adalah memberitakan Injil Kerajaan Allah. Maka dari pasal 4:14-44, ini membentuk satu rangkaian cerita, yang di dalam Injil Lukas merupakan rangkaian pelayanan sebelum lanjut lagi di tempat lain. Ini seringkali di lakukan Lukas, baik di dalam Injilnya maupun di Kisah Para Rasul, menceritakan apa yang terjadi di satu tempat kemudian melanjutkan perjalanan ke tempat lain. Tempat ini bukan tujuan utama, tempat ini adalah persinggahan untuk jalan ke tempat lain. Lalu dalam motif perjalanan ini, pindah dari satu tempat ke tempat lain, Lukas mencatat Kristus kadang-kadang bertemu dengan orang-orang yang sedang lemah, orang-orang sakit, orang-orang kerasukan lalu menyembuhkan mereka di tengah perjalanan. Jadi kesembuhan kepada orang-orang ini bukan tujuan utama, tujuan utama Dia tetap memberitakan Injil Kerajaan Allah. Tujuan utama Dia tetap menyatakan Kerajaan Allah sudah datang, InjilNya sudah dinyatakan dan kamu harus kembali kepada Tuhan.

Maka bagian pertama ini menceritakan tentang pelayanan Kristus tahap yang pertama sebelum Dia melanjutkan tahap berikutnya. Di mana pelayanan ini dibuka dengan kalimat yang luar biasa oleh Lukas di dalam ayat 14 dan 15 yaitu dengan kuasa Roh Kudus, Yesus melakukan pelayananNya dan semua orang memuji Dia. Lalu bagian selanjutnya menceritakan pelayanan di Nazaret dan Dia ditolak. Selanjutnya menceritakan pelayanan di Kapernaum, di mana semua orang mengagumi. Lalu selesai pelayanan Kapernaum, seharusnya Kristus melanjutkan perjalananNya ke tempat lain, tetapi waktu Dia akan berjalan, Dia bertemu dengan orang yang mengatakan “tolong, ada ibu mertua dari Simon Petrus yang sakit keras, singgah sebentar untuk sembuhkan”, maka Yesus singgah sebentar dan sembuhkan ibu ini. Setelah ibu ini sembuh, dikatakan banyak orang bawa orang sakit. Oranglihat ada tabib ajaib isa sembuhkan orang sakit, semua yang berpengharapan mau sembuh tapi tidak bisa sembuh, segera datang. Mereka langsung membawa orang sakit dan Yesus sembuhkan mereka. Di tengah-tengah mereka ada juga orang kerasukan yang Yesus sembuhkan, karena setan pun diusir oleh Dia. Setelah itu mereka mengatakan “Engkau sungguh luar biasa, tinggalah di sini supaya kami boleh punya tabib seperti Engkau, tinggal di sini supaya setan takut”, tapi Yesus mengatakan “Aku harus lanjutkan perjalanan untuk mengabarkan Injil Kerajaan Allah. Jadi perkenalan tentang Injil Kerajaan Allah yang sedang dinyatakan oleh Kristus dilakukan pada bagian akhir dari catatan pelayanan bagian pertama setelah Kristus melakukan banyak sekali kesembuhan. Jadi pelayanan kesembuhan yang Yesus kerjakan merupakan satu bagian yang bukan bagian utama di dalam pelayanan yang dicatat dalam Lukas. Lukas akan mencatat Yesus menjangkau satu tempat lalu pergi ke tempat lain mengajar, pergi ke tempat lain lagi mengajar, menyatakan kuasaNya sampai akhirnya di Yerusalem lalu Dia dihakimi, dijatuhi hukuman mati, kemudian di salib. Jadi ini merupakan motif perjalanan dari Injil Lukas, dari satu tempat ke tempat lain. Tapi di tengah-tengah Kristus tetap berhenti karena belas kasihan kepada orang lain. Proyek yang besar tidak membuat Dia melupakan belas kasihan kepada orang lain. Gereja Reformed Injili dipercayakan banyak sekali pelayanan yang besar, tetapi orang harus tetap perhatikan siapa yang perlu, siapa yang sedang kesulitan, siapa yang sedang dalam keadaan perlu ditolong. Dan orang seperti ini mungkin tidak teriak minta tolong “saya perlu pertolongan”, tetapi di saat kita peka melihat orang-orang seperti ini, Tuhan akan berkati. Tetapi ketika kita peka melihat orang-orang seperti ini, lalu melupakan pekerjaan besar yang sedang terjadi, kita bersalah kepada Tuhan. Maka untuk menyeimbangkan ini sangat sulit. Tetapi Kristus menunjukan bahwa Dia bisa mengerjakan semuanya. Mengapa Dia bisa memperhatikan orang-orang yang susah ini? Karena Dia punya belas kasihan. Mengapa Dia tidak lupa proyek yang besar? Kerajaan Allah yang harus diberitakan? Karena Dia mengatakan “inilah tujuan utama”. Maka kalau Saudara diminta pilih mana yang lebih penting, memberitakan Injil atau memperhatikan orang sakit? Jawaban harus tetap memberitakan Injil. Tapi kalau Saudara mau memberitakan Injil, mengabaikan yang sakit, Saudara bersalah kepada Tuhan. Kalau kita mau memberitakan Injil, kita abaikan belas kasihan, kita bersalah kepada Tuhan. Tetapi celakalah kita mengabaikan memberitakan Injil demi memperhatikan orang satu demi satu, memperhatikan mereka semua sampai lupa tujuan utama. Karena untuk itulah gereja dipanggil, terus menyebarkan pengenalan Kristus sampai ke ujung dunia, untuk itulah Kristus diutus.

Prinsip pertama, pemberitaan Injil yang menjadi utama. Prinsip kedua, belas kasihan tidak boleh dilupakan. Prinsip ketiga, baik dalam pemberitaan Injil maupun dalam belas kasihan, tetap nama Tuhan yang ditinggikan. Saudara jangan tarik orang datang dengan pertolongan. Jadi pengertian belas kasihan sejati digambarkan Kristus pada bagian ini, bukan satu visi utama, tetapi harus dikerjakan. Bukan satu pekerjaan untuk dipamer, tapi satu pekerjaan untuk menyatakan “aku mengasihi kamu dengan keadaanmu, lalu aku menolong”. Beda dengan Kristus, kita tidak mungkin menolong orang dengan kekuatan supranatural seperti Dia, mungkin kita tidak bisa tumpang tangan kemudian demam bisa pergi. Tapi kita bisa kerjakan banyak hal meneladani Kristus dalam hal ini. Ketika Yesus Kristus datang, Dia memulai lagi bagian yang baru di dalam pelayanan, yaitu Dia mengatakan “bukan bait yang kamu lihat sebagai bangunan yang menjadi simbol kehadiran dan penyertaan Tuhan. Bukan bait ini, melainkan tubuhKu”. Maka sekarang simbol kehadiran Tuhan tidak pada bait, tapi pada tubuh Kristus. Dan siapa tubuh Kristus di dunia? Tubuh Kristus adalah orang Kristen, kita ini. Maka kita inilah tubuh Kristus yang terus menyatakan kehadiran Tuhan di tengah dunia. Lalu mana kerajaan yang harus disebarkan? Kristus menyatakan “Dialah Sang Raja yang akan menyatakan kerajaanNya di bumi, dan kerajaan ini harus terus meluas sampai keujung bumi. Inilah yang harus dilakukan orang-orang Kristen. Jadi mulai dari satu tempat kemudian meluas. Dan Injil Lukas mencatat, mulai dari pelayanan Yesus di Galilea, Dia akan terus menyebar sampai ke ujung dunia. Tapi Lukas mencatat ini dalam 2 bagian, bagian pertama adalah Kristus yang datang kemudian mati di kayu salib, pengaruhnya hanya di tengah-tengah Palestina. Tapi setelah itu Lukas memulai jilid 2 yaitu Kisah Para Rasul, Kristus naik Roh Kudus turun menyatakan penyertaanNya, lalu kerajaan ini mulai menyebar di dalam penyebaran gereja. Maka sekarang gerejalah yang melakukan penyebaran dari satu titik ke seluruh dunia. Tiap kali saya renungkan ini, saya sangat tergerak ternyata Tuhan memakai kita untuk terus menyebarkan pengertian tentang Injil ke seluruh dunia. Banyak kehidupan orang Kristen yang dingin, yang tidak ada kehangatan apa pun, yang tidak ada gairah untuk memperbanyak pengikut Kristus terus memperbanyak sampai ke ujung dunia. Mengapa tidak ada? Karena sudah menjadi orang Kristen yang lupa visi seperti ini. Kalau kita menjadi Kristen seperti ini, kasihan sekali. Dan akhirnya orang yang menyebar yang mengaku Kristen tapi tidak punya ajaran yang dalam, ini kasihan sekali. Padahal Tuhan sedang kerjakan dari awal penciptaan sampai nanti penciptaan kembali, menyebarkan kerajaan ini di seluruh dunia. Inilah yang kita doakan dalam Doa Bapa Kami, “biarlah KerajaanMu menjadi nyata, KerajaanMu datang”, kita hanya doa di mulut tapi tidak punya kerinduan untuk lakukan. Kalau mendoakan apa yang menjadi beban, tidak mungkin hanya doa saja. Apa yang bisa Saudara lakukan pasti lakukan. Maka Kristus menekankan kembali “Aku ada untuk menyatakan Kerajaan Allah”. Dan Kerajaan Allah ini dinyatakan Kristus pada waktu dia hidup, setelah Dia naik ke sorga dan hidupNya sekarang dinyatakan dari sorga, orang Kristen melanjutkan pekerjaan itu di bumi. Maka kalau kita tidak keluarkan kalimat sama dengan Kristus, kita belum Kristen sejati. Kalau kita tidak mengeluarkan kalimat “aku pun ada supaya Kerajaan Allah terus dinyatakan di dalam hidup, di dalam pekerjaanku Kerajaan Allah dinyatakan, di dalam panggilanku Kerajaan Allah dinyatakan, di dalam kuliahku pekerjaan Allah dinyatakan. Di dalam pekerjaan dan karir depan, biar Kerajaan Allah yang dinyatakan”. Saudara harus tekankan ini dengan sangat tegas. Banyak hal yang menggoda kita, sehingga itu menjadi yang sekunder. Injil Tuhan, KerajaanNya, kemulianNya menjadi terpinggirkan karena kita sudah punya banyak hal yang menjadi fokus mata, terlalu detail, terlalu besar sehingga Tuhan dikesampingkan. Jangan alihkan pandangan tugas tubuh Kristus kepada yang lain. Apakah kita akan mabil tubuh Kristus lalu pakai tubuh ini untuk kerjakan visi yang lain sama sekali dari Sang Kepala? Tidak mungkin. Kalau kepala punya satu kerjaan, tangan tidak mungkin kerjakan yang lain. Maka Yesus menyatakan “Aku harus pergi ke kota-kota lain sebab untuk memberitakan Injil Kerajaan Allah inilah Aku diutus”. Lalu apa tanda penyebaran Kerajaan itu? Apa tanda kuasa Tuhan dan pengaruhNya menyebar? Apa tandanya Adam mengerjakan tugas lalu taman itu bisa menyebar?

Tanda pertama adalah kebenaran Tuhan akan menyebar juga. Kekristenan jadi hancur karena banyak orang mau menjadi Kristen tanpa mengerti kebenaran Kristen, tanpa punya keteguhan hati mengatakan “aku menjadi Kristen karena inilah kebenaran”. Bukan “karena aku menjadi Kristen, maka Kristen menjadi benar”, tetapi karena “saya yakin ini kebenaran, maka saya anut ini”. Maka penyebaran Kekristenan tidak boleh terjadi hanya di kulit, harus masuk ke dalam kebenarana yang sejati, ini prinsip utama. Aku harus menyebarkan Injil Kerajaan Allah, maksudnya adalah aku harus menyatakan kebenaran sampai masuk ke tulang sumsum paling dalam, itu harus dianut oleh banyak orang. Jadi waktu kita menyebarkan agama tidak hanya supaya orang pindah agama, ganti catatan dari non-Kristen menjadi Kristen saja, tapi benar-benar mengamini kebenaran yang dibagikan, benar-benar mengamini apa yang dibagikan sebagai inti dari iman Kristen. Ini prinsip pertama, penyebaran kebenaran.

Tanda kedua adalah penyebaran kebertundukan kepada Tuhan. Kebenaran sudah tersebar, sekarang kebertundukan kepada Tuhan juga harus ditekankan. Hanya tunduk kepada Tuhan. Siapa yang punya otoritas paling tinggi? Hanya Tuhan. Maka perlu reformasi untuk kembali ke tatanan gereja yang sejati dimana Kristus adalah Kepala dan kita semua adalah anggota. Tidak ada pendeta, tidak ada Paus, tidak adapastur, tidak ada kardinal, tidak ada orang boleh mengklaim otoritas bagi gereja, hanya Tuhan. Pendeta bisa salah, pemimpin gereja bisa salah, dan semua harus mau dikoreksi berdasarkan kebenaran Firman Tuhan. Kita sebagai satu tubuh mau tunduk kepada Kepala, dan kita mau kerjakan apa yang Kepala itu mau kerjakan. Maka kita kembali kepada sumber persujudan yang sejati, komitmen yangs ejati hanya menyembah Kristus, ini lah syarat yang berikut. Selain menyebarkan kebenaran, yang kedua adalah menyatakan ada Tuhan.

Kemudian tanda ketiga yang harus terjadi di dalam penyebaran Kerajaan adalah menundukan segala sesuatu di dalam ordoNya Tuhan. Menundukan segala sesuatu di dalam keteraturan yang Tuhan rancang. Balik kepada original design, balik kepada apa yang Tuhan mau sebelum kejatuhan, sebelum dirusak oleh dosa. Itu sebabnya ketika Kerajaan Allah menyebar, Kerajaan Allah tidak mungkin menyebar tanpa ada mandat budaya di dalamnya. Mengapa orang mau jadi dokter? Karena mau mengembalikan apa yang seharusnya terjadi di dalam tubuh manusia. Kalau ada orang yang seharusnya sehat, dokter akan berusaha mengembalikan kesehatan kepadanya. Mengapa boleh ada ahli ekonomi? Karena dia mau menyatakan kehidupan sosial di dalam mengorganisir seluruh harta dan sumber yang Tuhan berikan dengan cara adil. Itu sebabnya waktu saya pernah bagikan terhadap bacaan buku Adam Smith, Saudara memabca ini karya ekonomi atau keadilan, karena di situ dia sangat menekankan ekonomi berarti keadilan. Keadilan dalam distribusi, siapa yang layak dapat harta, dia harus dapat, tapi siapa yang tidak layak tidak boleh dapat. Jadi siapa berhak dapat, silahkan menikmati, siapa yang tidak berhak dapat dilarang menikmati. Saudara menjual barang, Saudara kerjakan itu, Saudara berhak menikmati hasilnya. Tetapi kalau Saudara melakukan dengan cara yang salah, Saudara tidak berhak nikmati. Jadi tatanan ekonomi, politik, dunia kesehatan, dunia ilmu alam semua mengerjakan sebisa mungkin untuk mengembalikan ordo ke dalam apa yang Tuhan mau, yaitu manusia menguasai, manusia tunduk kepada Tuhan, manusia hidup dalam damai. Dan kita terus mengerjakan itu. Itu sebabnya manusia menyebar di bumi ini, budaya pun harus menyebar, inilah tanda ketiga.

Jadi tanda pertama, kebenaran harus menyebar. Tanda kedua, tunduk kepada Kristus harus menyebar. Tanda ketiga, seluruh tatanan alam yang tunduk pada rencana Tuhan dan karya design Tuhan harus menyebar di seluruh bumi ini. Kita terus memperjuangkan ini, sambil mengingat ini kita terus perjuangkan demi memperluas Kerajaan Allah. Maka 3 hal ini juga yang Lukas bagikan dalam bagian ini. Pertama, Yesus Kristus datang, Dia menyatakan yang pertama kebenaran. Dia menyatakan dalam khotbahNya di Nazaret, Yesaya berkata “Roh Tuhan ada padaku”, lalu Yesus mengatakan “Aku hadir menggenapi ini”, ini kebenaran. Lalu ketika Dia berkhotbah kembali di Kapernaum, ada orang kerasukan setan teriak-teriak, Yesus mengatakan “pergi dari dia”, setan lari. Otoritas ada pada Kristus, ini tanda kedua. Lalu tanda ketiga, Kristus kerjakan mujizat supaya seluruhnya kembali pada tatanan sejati. Ada orang sakit, Dia sembuhkan, ada orang kerasukan, Dia usir setannya, sehingga tatanan yang sejati dari masyarakat dan yang seharusnya akan Tuhan pulihkan nanti di dalam KerajaanNya yang disempurnakan, sudah mulai Kristus kerjakan.

Mari kita menjadi orang Kristen yang sejati. Orang Kristen itu adalah Kristus kecil, pengikut Kristus. Kristus kerjakan apa, kita ikut, Kristus seperti apa, kita juga mau ikut. Maka biarlah kita kerjakan ini. Di mana kita hidup kita menyebarkan kebenaran Firman Tuhan, kita mau orang banyak tunduk kepada kebenaran Firman Tuhan. Mengapa kita capek-capek kerjakan begitu banyak hal. Mengapa mau capek-capek seperti ini? Mau menyebarkan kebenaran. Lalu kedua, mengapa kita memberitakan Injil? Supaya orang tunduk kepada Kristus. Orang berdosa karena tidak punya kebertundukan yang sejati, tapi malah tunduk kepada hawa nafsu, tunduk kepada tatanan dunia, tunduk kepada sistem dunia, ini mesti diubah. Maka kita bagikan Injil supaya orang kemabli tunduk kepada Kristus, jangan tunduk sama yang lain, jangan tunduk sama diri, jangan tunduk sama hawa nafsu, jangan tunduk sama keinginan diri, tunduk kepada Kristus. Lalu yang ketiga, kita mengerjakan pekerjaan kita untuk memperbaiki tatanan yang rusak menjadi yang seharusnya. Saudara menyelidiki bidang-bidang ilmu apa pun ini adalah untuk mengembalikan tatanan yang sejati. Saudara belajar studi alam untuk apa? Supaya tatanan yang sejati muncul yaitu “aku menguasai alam, memanfaatkan alam, menggali alam, memahami alam. Mengapa mengatur hubungan antar manusia? Supaya keteraturan relasi satu manusia dengan yang lain terjadi sesuai dengan yang Tuhan mau. Mengapa mesti ada politik? Karena Tuhan memakai politik sebagai alat balas dendam. Saudara kalau baca Roma 12 bagian akhir, bicara jangan balas dendam, pasal 13 bicara tentang pemerintah yang akan balaskan dendam. Jadi kalau Saudara mau balas dendam pakai jalur pemerintah. Mengapa ini harus diperjuangkan? Karena inilah yang harmonis di dalam pandangan dan rencana Tuhan. Meskipun kita tidak bisa sentuh orang langsung sembuh, tapi Saudara bisa studi medis. Jadi yang sangat senang mujizat Yesus, “Yesus hebat ya, Dia sentuh tangannya mertuanya Petrus, langsung sembuh. Saya sentuh tangan orang demam, saya ketularan. Mengapa beda ya? Kristus punya kuasa, saya tidak”. Engkau pun punya tapi caranya beda. Kalau Kristus menyatakan kuasa sebagai Raja, Saudara menyatakan kuasa sebagai raja kecil yang prosesnya agak lebih panjang. Agak lebih panjang karena Saudara masuk kedokteran dulu 4 tahun, setelah itu praktek 2 tahun, setelah itu lulus, setelah itu pergi ke pedalaman Kalimantan, bertemu dengan ular piton dan lain-lain. Setelah itu Saudara menjadi dokter yang sangat dipakai Tuhan, orang datang kepada Saudara, Saudara tinggal beri obat, besoknya dia sudah sembuh. Lalu dia mengatakan “bapak sudah mengerjakan mujizat”, Saudara menjawab “bukan saya, tapi Tuhan”. Ini namanya memperbaiki tatanan di dalam rencana Tuhan. Biarlah kita ingat supaya Kerajaan Allah menyebar. Dan Kerajaan Allah menyebar di dalam 3 hal ini dan 3 hal ini juga yang kita perjuangkan. Kapan berhenti punya mimpi palsu? Pak Tong punya lagu mengatakan “tidak lagi duduk dan bersenang, buangkan segala impian kosong”. Impian kosong dibuang, kemalasan dibuang. Begitu visi Tuhan datang, tidak ada tempat untuk malas, tidak ada tempat untuk impian kosong, semua diarahkan untuk mengerjakan apa yang Sang Kepala sudah rencanakan dan sudah lebih dahulu kerjakan. Biarlah Tuhan gerakan kita menyebarkan terus kuasa dan Injil Kerajaan Allah.

Pembebasan yang Sejati dari Allah

(Lukas 4: 31-37)
Lukas menggambarkan Yesus sebagai yang Besar, Berkuasa dan menggambarkan orang-orang Israel sebagai orang yang penuh kelemahan, penuh dengan belenggu dan hidup dalam keadaan yang sangat kasihan. Itu sebabnya ketika Kristus memulai pelayananNya, Dia menyatakan kuasaNya di dalam khotbah dan di dalam mengusir setan. Di dalam bagian-bagian ini Lukas menggambarkan bagaimana Kristus masuk tempat ibadah kemudian Dia menyatakan kuasa yang sangat besar di dalam pengajaran. Dia menyatakan pesan pertamaNya yang dikutip oleh Lukas, bahwa Dialah Sang Pembebas. Ini merupakan tema yang sudah dinanti-nantikan orang Israel, “kapan Tuhan datang menyatakan kuasa ini, kapan Tuhan datang menyatakan ada Sang Mesias yang membebaskan kami”. Tetapi yang tidak Israel sadari adalah belenggu mereka banyak sekali, mereka hanya pikir “ belenggu kami adalah keadaan politik yang rusak”, mereka hanya sadar “belenggu kami adalah keadaan para pemimpin agama yang rusak”, mereka cuma pikir “belum ada anak Daud yang bertahta”, nanti kalau Kerajaan Israel sudah pulih, tembok Yerusalem sudah diperbaiki dengan kekuatan politik Israel sendiri, dan seluruh imam sudah tunduk kepada Tuhan, di situlah kebebasan terjadi. Tetapi Injil Lukas terus membongkar belenggu yang ada pada Israel bukan hanya ini. Mereka sedang dibelenggu oleh banyak kekuatan dan Kristus datang justru untuk melepaskan mereka dari belenggu-belenggu yang mereka tidak sadari ini.
Pada bagian yang lalu kita sudah melihat bagaimana penduduk Nazaret tidak sadar ada belenggu yang pertama, yaitu telinga yang sudah terlalu tidak terlatih untuk dengar Firman. Telinga yang tidak terlatih untuk dengar apa yang Tuhan mau, telinga yang sudah tidak terlatih untuk lihat, dengar dan memahami siapa orang yang Tuhan utus. Jadi mereka memandang tetapi tidak mengerti, mereka mendengar tetapi tetap tidak menganggap. Mereka simpan seluruh perkataan Tuhan dalam hati, tetapi mereka tetap tidak mengerti apa yang Tuhan sedang kerjakan dalam sejarah. Jadi telinga yang tidak mendengar, ini belenggu yang pertama, belenggu yang tidak disadari.

Waktu utusan Tuhan paling agung yaitu Kristus datang, waktu Anak Allah sendiri berbicara kepada mereka, mereka mengatakan “siapa orang ini? Inikan anak tukang kayu? Bukankah Dia bertumbuh bersama dengan kita, masa kecilNya kita tahu, Dia tidak mungkin Mesias itu. Lalu Dia mengklaim kuasaNya besar, mari kita usir Dia”, ini belenggu pertama yang Kristus patahkan. Itu sebabnya di dalam Lukas 16-20, di situ Yesus Kristus digambarkan sebagai penggenap apa yang dijanjikan oleh Yesaya. Di dalam Kitab Yesaya yang dikutip, dari Yesaya 61, Yesus mengutip 2 bagian yang penting yaitu Roh Tuhan ada pada Sang Mesias ini dan bahwa tugas Sang Mesias adalah memberikan pembebasan. Kristus sengaja berhenti di sini, Dia sengaja tidak melanjutkan bahwa tugas Sang Mesias adalah memberikan penghakiman. Dia tidak mengutip bagian di Yesaya yang sebenarnya menyatakan ada penghakiman. Yesaya 61:1-2 “Roh Tuhan Allah ada padaKu oleh karena Tuhan telah mengurapi Aku. Dia telah mengutus Aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara dan merawat orang-orang yang remuk hati untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan. Dan kepada orang-orang terkurung kelepasan dari penjara. Untuk memberi tahu tahun rahmat Tuhan dan hari pembalasan Allah kita”. Di Lukas 4:18, Yesus Kristus tidak membahas mengenai hari pembalasan yang merupakan hari penghakiman. Mengapa Kristus tidak lakukan di sini? Karena Dia menyatakan pada hari ini Dia datang untuk menyatakan rahmat dulu, setelah itu Dia menyatakan penghakiman di dalam kedatanganNya yang kedua. Tetapi ada aspek lain yang Dia mau nyatakan, yaitu pada hari ini pun Dia sedang menyatakan siapa yang akan dihakimi nanti dan siapa yang tidak. “Siapa yang tidak dengar perkataanKu akan dihakimi nanti. Siapa yang dengar perkataanKu, dia akan bebas dari penghakiman”. Maka waktu Tuhan menyatakan FirmanNya, biarlah kita melatih diri kita untuk mendengar. Kita semua terbiasa hidup di dalam zaman yang sangat mementingkan ilmu pengetahuan, sangat mementingkan sains, sangat mementingkan “saya dari tidak tahu menjadi tahu”, sehingga waktu kita mendengar pun kita mendengar informasi, waktu kita mendengar kalimat pun kita dengar kalimat untuk tambah pengetahuan kita. Tetapi Tuhan tidak hanya melakukan hal seperti itu saja, Tuhan menyatakan FirmanNya supaya orang yang sudah tahu sekalipun sekali lagi mempunyai kebebasan di dalam belenggu tidak peka terhadap Firman Tuhan. Maka ketika mendengar Firman Tuhan, belenggu itu lepas, kita sadar kita orang berdosa, kita datang kepada Tuhan. Maka belenggu pertama adalah manusia tidak peka terhadap Firman, manusia menolak Tuhan, manusia terlatih untuk menolak Tuhan. Kita mendengar Firman, kita tidak melihat Pribadi di balik yang memberikan Firman kepada kita. Itu sebabnya apa yang kita terima dari Tuhan seolah-olah hanya informasi yang menambah pengetahuan, yang terus menambahkan pengertian kita yang tidak membebaskan kita. Tetapi Kristus datang sebagai Pembebas, Dia datang memberikan kebebasan itu kepada kita. Maka pertanyaan kita “saya sudah mendapatkan kebebasan itu belum? Saya sudah dibebaskan dari hati yang keras sama Tuhan atau belum? Saya sudah dibebaskan dari hati yang sama dengan orang-orang yang tidak mau Tuhan? Jangan-jangan saya hidup dengan cara yang sama. Meskipun saya sudah mendengar Firman, saya tetap hidup dengan cara yang sama”, kita terus koreksi diri waktu membaca Firman.

Lalu dalam khotbahNya yang kedua, Lukas memamerkan sesuatu yang lain lagi, menyatakan bahwa Kristus adalah Sang Pembebas, dengan FirmanNya yang berkuasa, Dia membebaskan orang dari kuasa roh jahat. Kalau Saudara membaca Lukas dan Kisah Para Rasul, sangat penuh dengan tanda-tanda pemeran kuasa Kristus. Waktu Saudara melihat bagian Lukas dan Kisah Para Rasul, Saudara akan melihat pekerjaan Tuhan yang sangat limpah. Dia bekerja dengan sangat luar biasa besar, Dia bekerja menaklukan seluruh kuasa, Dia bekerja menaklukan segala sesuatu kembali kepada aturan yang benar. Di dalam Kitab Suci mujizat itu selalu diidentikan dengan kuasa dan otoritas tinggi dari Tuhan kepada wakilNya yang menyatakan Firman yang berkuasa. Jadi para nabi melakukan mujizat, para rasul melakukan mujizat, para penginjil di abad pertama pada zaman rasul juga melakukan mujizat. Mereka terus mengerjakan tanda-tanda kemana-mana. Tapi tanda-tanda makin lama makin surut meskipun pekerjaan Tuhan secara supranatural tetap terjadi, tetapi orang yang punya kuasa dan otoritas untuk menyatakan “aku hamba Tuhan, aku rasul, aku nabi yang diutus Tuhan”, lalu menyatakan itu dengan mujizat, itu tidak lagi Tuhan pakai cara seperti itu. Karena di dalam Kitab Suci berkali-kali dikatakan tanda-tanda palsu akan dikerjakan oleh orang-orang yang tidak berasal dari Tuhan. Bahkan Yesus sendiri mengatakan nanti akan ada orang datang kepada Tuhan, lalu mereka mengatakan aku mengerjakan mujizat demi namaMu. Mengapa orang pembuat mujizat bisa diusir? Karena mujizat tidak lagi menjadi tanda otoritas yang Tuhan mau nyatakan di dalam pekerjaan para hambaNya. Tetapi waktu Kitab Suci belum selesai ditulis, para rasul dengan tanda-tanda dari Tuhan, para pemberita Injil, baik Filipus, Stefanus dan lain-lain waktu mereka memberitakan Firman, Tuhan menyertai mereka dengan otoritas demikian supaya mereka tahu ini dari Tuhan. Dengan demikian Tuhan menyatakan mujizat sebagai suatu tanda, bukan hanya pekerjaan supranatural tetapi suatu tanda bahwa orang bicara atas nama Tuhan, kamu harus dengar dia. Seluruh mujizat dari Lukas dan Kisah Para Rasul mengarahkan bahwa sang pemberita sedang mengarahkan kepada Kristus. Maka seluruh usaha dan tindakan kita seharusnya mengarahkan orang kepada Kristus, bukan kepada tanda-tanda mengalami sebagai suatu keyakinan, apalagi mengalami tanda-tanda untuk menyatakan kebesaran dari satu pelayanan. Maka apa pun hal yang membuat Saudara makin sadar Roh Kudus sedang bekerja meninggikan Kristus, menyatakan kebenaranNya, menyatakan kuasa Allah di dalam sejarah, Saudara mesti maju, makin gentar kepada Tuhan dan makin rindu melayani Tuhan dengan limpah. Tapi kalau kita sudah tahu apa yang paling penting, apa yang paling utama, apa yang paling agung yang Tuhan sedang kerjakan, maka itulah yang kita minta Tuhan juga kerjakan sekarang. Saudara kalau lihat sejarah, Saudara lihat pekerjaan Tuhan yang agung dan besar, mari kita doa dan kerjakan supaya pekerjaan itu boleh terjadi lagi.

Waktu Saudara lihat pekerjaan reformasi menyebar dari Jerman ke Prancis, kemudian ke Swiss, lalu seluruh Eropa, ke Inggris dan ke mana-mana, Saudara sekarang berdoa lagi “Tuhan, bolehkah kebangunan rohani besar seperti itu boleh terjadi lagi sekarang?”. Kita tahunya kebangunan rohani waktu George Whitefield khotbah, orang-orang nangis, pelacuran sepi. Waktu John Sung khotbah, orang-orang nangis kemudian tempat-tempat minum sepi. Tapi setelah orang-orang nangis, tempat minum sepi, orang nangis, tempat pelacuran sepi, apa yang terjadi pada budaya di tempat itu? Itu harus dipikirkan juga. Maka gerakan Reformasi sudah menancapkan satu kebiasaan baru, baik ibadah mau pun politik, atau pun teologi, kehidupan bergereja, seni, seluruh bidang, mari kita garap kembali demi kemuliaan Tuhan, ini namanya kebangunan rohani yang menyeluruh. Dan ini yang kita sedang kerjakan dalam gerakan Reformed Injili. Kita sedang memberitakan Injil, kita kerjakan beri suara kepada pemerintah, kita kerjakan kumpulkan mahasiswa untuk tau kebenaran Firman Tuhan dan tahu panggilan Tuhan, itu semua kita kerjakan. Maka kita kerjakan kebangunan rohani yang tuntutannya sangat besar tetapi hasilnya belum terlalu kelihatan. Kita belum lihat yang Tuhan kerjakan sudah menyatakan buah yang limpah seperti yang Tuhan kerjakan dulu. Kita masih punya banyak PR, masih perlu banyak doa, masih perlu banyak berjuang, masih perlu banyak bergiat demi kemuliaan nama Tuhan. Jangan jadi orang Kristen malas, cuma tahu datang ibadah hari Minggu, lalu setelah itu setiap hari tidak pernah pikir Tuhan, saat teduh seadanya, berdoa seadanya, tapi tidak pernah digairahkan ataupun digerakkan oleh pekerjaan Tuhan yang besar. Saya minta kita kembali ke api yang mula-mula, ada pekerjaan Tuhan yang besar, itu dorong kita mati-matian untuk kita kerjakan apa pun. Kalau ini ada dalam hidup maka kita sedang mewarisi tradisi yang tidak pernah putus, dari zaman Alkitab sampai zaman ini bahwa Allah kita tetap bekerja melalui RohNya yang Kudus.

Waktu masuk di Galilea, Tuhan Yesus berkhotbah dengan luar biasa, sehingga orang yang mendengar takjub, lalu mereka mengatakan “ini adalah khotbah yang begitu menenangkan hati, menggairahkan kerohanian kita”, tapi di tengah-tengah ada yang teriak mengatakan “apa urusanMu dengan kami, Engkau Yesus orang Nazaret”. Ternyata di ayat 34 ada orang kerasukan setan di tengah-tengah jemaat. Orang yang kerasukan setan ini naik, berdiri, lalu teriak “apa yang Kamu mau dengan kami, hai Yesus dari Nazaret?”. Sekarang Lukas sedang bagikan bahwa sekarang ada kelompok orang kedua yang sedang dibelenggu, yaitu orang yang dibelenggu oleh kuasa setan. Kuasa setan membelenggu dia, lalu dia teriak menantang Tuhan Yesus. Yesus mengatakan dalam bagian ini “diam, keluarlah dari orang ini”. Yesus mengusir setan tanpa pernah janjikan Dia tidak akan datang untuk binasakan. Maka secara tersirat di dalam Kitab Injil sedang ditekankan yang akan menghancurkan setan itu adalah Kristus. Dia menghancurkan kerjaan setan, Dia menghancurkan pengaruh dari setan dan Dia menghancurkan pribadi setan dalam dunia ini. Kita bisa terikat oleh setan karena setan itu kerjakan banyak sekali hal yang membuat kita terus tertipu oleh dia. Waktu Tuhan menyatakan kebenaran, kebenarannya muncul langsung tiruannya datang. Ini yang membuat kita harus hati-hati. Meskipun dia tahu dia tidak bisa, dia tetap berusaha semaksimal mungkin sampai pada titik di mana Tuhan dipermalukan, gambarNya mencerminkan kehinaan bukan lagi kemuliaan. Ketika gambarNya hidup dengan cara yang sangat najis, disitu dia berhasil mulai rusakan seluruh ciptaan ini dari pernyataan kemuliaan Tuhan. Tuhan menciptakan segala sesuatu itu mencerminkan kemuliaan Dia, dan Dia mengatakan manusia bukan hanya mencerminkan kemuliaan Tuhan, melainkan manusia menjadi gambar dan rupa Allah sendiri. Maka iblis akan hantam gambar dan rupa Allah ini, iblis akan rusak sehingga tidak ada lagi yang tersisa dari gambar Allah yang masih bisa dibanggakan dalam diri manusia. Ini yang sedang iblis kerjakan satu per satu. Maka kalau Saudara punya satu kemampuan kesadaran diri untuk mengenal Allah yang sejati lalu hidup dalam cara yang benar, cara yang sadar atau di dalam istilah Paulus, dia memakai bahasa cara yang kembali dari kemabukan, cara yang sehat, cara yang normal, cara yang sejati untuk hidup di dalam Tuhan, ini sedang iblis hancurkan. Tuhan mau ada cara sejati di dalam hidup, segala aspek. Saudara berpolitik, Tuhan sudah tetapkan ini harusnya cara sejati berpolitik. Saudara berdagang, Tuhan sudah tetapkan prinsip harusnya ini yang ada padamu waktu berdagang. Waktu kita semua melakukan hal apa pun, Tuhan sudah menyatakan “kalau engkau manusia sejati, yang dicipta berdasarkan gambar Allah, ada cara yang Allah perkenan untuk mengerjakan segala sesuatu”. Waktu iblis mencemarkan manusia, dia akan membuat manusia tidak sadar lagi, dia akan mengikat manusia dengan tawaran-tawaran palsu kebahagiaan. Tuhan mengatakan “inilah cara bahagia”, iblis menawarkan “ini ada cara yang lebih baik”. Tuhan mengatakan “ini damai sejahtera”, iblis menawarkan “ini damai sejahtera yang aku tawarkan aku kepadamu”. Kristus menawarkan damai sejahtera, iblis juga melakukan itu. Tetapi ketika kita melakukan dengan cara setan, dia akan membelenggu kita lalu dia akan hantam, bahkan dia akan membuat kita hidup dengan cara yang terus dipermainkan. Iblis senang mempermainkan manusia, karena mempermainkan manusia adalah cara dia untuk menghancurkan kemuliaan nama Tuhan boleh dinyatakan di sini.

Banyak pendeta membuat pameran bisa usir kuasa jahat, bisa usir roh-roh, bisa usir penyakit, tapi tetap korupsi uang gereja. Jadi tawaran iblis diambil, iblis senang. Iblis akan pura-pura lari ketika Saudara usir dia, selama Saudara terima tawarannya. Di dalam Perjanjian Baru dikatakan “lawanlah iblis maka dia akan lari dari padamu”, tapi sebelum kalimat ini dikatakan “tunduklah kepada Allah”. Tunduk dulu kepada Tuhan, maka Saudara mempunyai kekuatan untuk melawan setan. Setan menawarkan banyak untuk membuat kita tertarik sama dia. Tapi setelah kita tertarik dia akan balik kuasai jiwa kita sampai sedalam-dalamnya. Karena itu ketika setan tundukan manusia, dia akan pamer terus kemenangannya, dia akan banggakan “orang ini sudah aku taklukan dan aku tundukan”. Dan ketika dalam zaman Tuhan Yesus melayani, banyak orang Israel dikuasai oleh kuasa-kuasa seperti ini. Pada zaman sekarang juga banyak sekali terjadi orang cari hal-hal yang sifatnya “kuasa” yang bukan dari Tuhan, ini celaka sekali. Orang cari nujum, orang cari petunjuk, orang cari nasihat, tapi bukan dari Tuhan. Ada orang mengatakan dulu Yesus marah kepada orang Farisi, karena orang Farisi menyamakan pekerjaan setan dengan pekerjaan Roh Kudus. Zaman sekarang Dia akan kembali marah, karena orang menyamakan pekerjaan setan sebagai pekerjaan Roh Kudus. Orang Farisi menganggap pekerjaan Roh Kudus, tapi sebenarnya itu pekerjaan setan. Sekarang pekerjaan setan dianggap pekerjaan Roh Kudus, itulah celakanya gereja sekarang. Maka waktu Kristus datang, Kristus mau membebaskan, “kamu tahu tidak, belenggu setan amat keras di dalam kamu. Kamu tahu tidak bangsa ini bukan bangsa bebas. Bangsa ini sedang banyak dibelenggu oleh kuasa jahat”. Dan waktu Kristus datang, Dia dengan kuasa besar mengatakan “diam, keluar”, lalu setan itu pun langsung pergi. Ini merupakan kuasa yang paling besar yang pernah kita lihat ada di dalam diri seorang manusia untuk mengusir setan. Mengapa kuasa paling besar? Karena hal pertama, setan minta ampun dulu sama Dia sebelum diusir. Tidak ada peristiwa dimana pun, dimana setan minta ampun dulu sebelum diusir. Ini menunjukan Kristus jauh lebih besar dari kuasa mana pun. Banyak orang dibelenggu oleh kuasa jahat yang menyamar diri menjadi kuasa yang putih. Menyamar diri menjadi suatu kuasa yang bisa memberikan sukses dalam bisnis, bisa memberikan sukses dalam pekerjaan, bisa memberikan kekuatan tambahan, lalu kita ambil, betapa bodohnya kita. Maka kita terus dipermainkan oleh kuasa jahat. Banyak daerah yang orang-orangnya meskipun sudah Kristen masih mau hal lain dan mereka rasa Tuhan tidak bisa berikan. Tuhan sudah menciptakan dan mendesign kita begitu agung, dan Tuhan ingin pulihkan segala sesuatu yang Tuhan rencanakan dalam hidup kita. Tapi kalau kita terus tertipu oleh setan, terus pikir cara dia lebih baik dari cara Tuhan, maka kita sudah masuk dalam jeratnya. Maka Yesus mengatakan “kamu kalau mau dibebaskan dari kukmu yang lama, datang kepadaKu. Dan kalau kamu datang kepadaKu, Aku akan berikan kuk yang lain”. Tuhan tidak bilang kita akan bebas dari kuk, Tuhan akan berikan beban lain. Tapi beban ini adalah beban yang menyenangkan, tidak seperti yang ditawarkan setan. Mari punya bijaksana untuk melawan setan. Jangan hidup kalah dalam efek-efek karya setan, jangan terus kalah di dalam dosa, jangan terus kalah dalam cara melakukan hidup yang tidak lagi tunduk kepada Tuhan. Mari kita kembali, tinggalkan apa yang setan tawarkan dan kembali kepada Tuhan. Pada bagian ini Kristus mempunyai kuasa yang besar, sebab iblis pun ketika diusir, dia sambil mengakui sambil pergi, sambil mentaati Firman Tuhan, sambil mengakui “Engkaulah yang Kudus dari Allah”. Maka ini adalah khotbah yang paling berkuasa di Galilea. Karena di dalam Kristus, setan-setan pun tahu siapa Dia, dan mereka pun lari dari Dia. Maka hari ini saya minta kita sama-sama pikir bagaimana hidup penuh dengan kemenangan? Bagaimana hidup bebas dari setan? Bagaimana hidup bebas dari cara-caranya setan? Bagaimana aku bisa datang kepada Tuhan yang sudah memiliki kuasa demikian besar, yang sudah menaklukan setan dan mengembalikan manusia kepada Tuhan. Kiranya kita menjadi orang Kristen yang terus mengalami pembebasan yang Tuhan mau berikan.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Pada Hari Ini Genaplah Nas Ini

(Lukas 4: 16-30)
Di dalam bagian ini kita sudah mempelajari bahwa Yesus Kristus mengutip ayat 18 dan 10 dari Yesaya 61. Dalam Yesaya 61 ada satu ucapan bahagia, satu ucapan yang penuh dengan sukacita untuk orang yang terpinggirkan, untuk orang buta, untuk orang terpenjara, dan juga untuk orang-orang yang berada dalam keadaan kasihan. Orang lumpuh diberikan kekuatan untuk boleh bersorak, loncat dan berdiri di kakinya sendiri. Orang buta diberi kesempatan untuk melihat, orang tuli mendengarkan kabar baik, dan orang-orang tahanan boleh mendapatkan pembebasan dari Tuhan. Tapi kalau kita lihat dari Yesaya 61, di situ kita lihat Tuhan Yesus sengaja menghilangkan satu bagian. Yaitu bagian yang mengatakan hari pembalasan Allah kita, itu tidak dikutip. Yesus mengutip semua berita baik, tapi hari pembalasan Tuhan, Dia tidak sebutkan dulu. Di sini ada satu pengertian yang sangat penting untuk kita ingat, Yesus Kristus datang pertama kali tidak untuk menghakimi. Pertama kali Dia datang untuk menanggung penghukuman itu di dalam diriNya sendiri. Dia menanggung itu di kayu salib, Dia menanggung itu sehingga Dia mati di atas kayu salib. Dia tidak datang menghakimi siapa pun, Dia membiarkan penghakiman itu datang kepada Dia, supaya orang lain tidak dihakimi, inilah tujuan kedatanganNya yang pertama. Tetapi Kitab Suci juga mengatakan bahwa pada waktu kedatangan keduaNya nanti, Dia akan membereskan semuanya, semua yang tidak adil akan Dia bereskan, semua yang kejam, yang jahat, yang sangat penuh dengan kebrobokan akan diperbaiki. Inilah yang disebut dengan hari pemablasan Tuhan kita. Jadi Yesaya merangkumkan berita sukacita bagi orang benar dan berita pembalasan Tuhan bagi orang fasik. Waktu Dia datang pertama kali, Dia memberitakan kabar baik. Tapi pada waktu kedatangan keduanya yang masih belum terjadi sekarang, tetapi akan terjadi dalam waktu yang kita tidak tahu, di situlah akan dinyatakan hari murka, hari penghakiman dari Tuhan. Orang-orang di abad pertengahan sering merenungkan tema tentang hari murka Tuhan dan mereka pikir tentang murka Tuhan itu nanti seperti apa.

Tuhan Yesus waktu masuk rumah ibadat, Dia memberikan kotbah sebagai orang yang ahli dan menguasai kitab suci. Dan biasanya di dalam sinagoge ada orang akan menyerahkan satu gulungan kitab, dan gulungan kitab itu tidak diminta oleh pengajar, melainkan diberikan oelhpetugas rumah ibadat. Jadi dia bisa memberikan kitab mana, kita tidak bisa pilih. Pengajar itu akan memilih bagian dari dalam gulungan itu, maka Yesus menerima gulungan Yesaya, yang diserahkan oleh pengurus tempat ibadah. Lalu Dia buka, Dia pilih Yesaya 61, dan Dia sengaja berhenti apda bagian sebelum murka Tuhan ditulis. Dia mengatakan “inilah yang Aku beritakan, Roh Tuhan ada padaKu, sebab Dia mengurapi Aku untuk menyampaikan kabar baik. Kabar baik untuk siapa? Untuk yang miskin, untuk yang buta, untuk tawanan, untuk orang tertindas, Aku memberitakan tahun rahmat Tuhan sudah datang. Tahun ketika Tuhan memberikan dengan limpah ini sekarang sudah datang, Akulah yang menggenapi kebaikan Tuhan itu, Akulah tanda bahwa Tuhan penuh dengan belas kasihan kepada umatNya”. Ini diberitakan oleh Kristus Tuhan kita di dalam Kota Nazaret, tempat di mana Dia dibesarkan, tempat di mana ayahNya tinggal. Ketika orang Nazaret dengar Yesus berkhotbah, Yesus membagikan Firman, mereka sangat terharu, mereka sangat kagum karena Yesus Kristus membagikan kebenaran, membagikan Firman dengan cara yang berbeda dari siapa pun. Yesus membagikan Firman, mereka sangat kagum “Ini siapa bisa khotbahkan seperti ini?”. Lalu mereka mulai rendahkan Dia, mengapa rendahkan Dia? Karena di sini mereka mulai pikir “bukankah Dia ini anak tukang kayu, bukankah kita kenal ayahNya, bukankah orang tuanya adalah teman-teman kita dulu, bukankah Dia tidak pernah dididik dalam pendidikan mana pun. Dia ini siapa?”. Maka mereka mulai curiga dalam hati “Perlukah saya kagum pada khotbah ini?” . Akhirnya mereka terus dengar, terus terpukau, tapi mereka gengsi tidak mau mengaku. Yesus mengatakan “sesungguhnya nabi tidak dihargai di tempatnya sendiri”, Dia sudah membaca pikiran dari orang-orang yang datang “engkau tidak menghargai Aku? Tapi itu wajar, sebab Tuhan tidak pernah berpikir untuk memberikan penghargaan kepadamu secara berlebihan”.

Maka Yesus mengutip 2 nabi penting dari Perjanjian Lama, Elia dan Elisa. Keduanya adalah nabi yang Tuhan pakai untuk memberikan Firman dan juga tanda mujizat demi mengakhiri pekerjaan Tuhan bagi Israel, ini adalah sesuatu yang harus kita tahu. Elia adalah seorang nabi yang Tuhan panggil mengerjakan banyak tanda untuk mengakhiri karya Tuhan bagi Israel. Pada zaman Elia, Tuhan mengatakan “cukup, Aku tidak mau lagi terus bekerja di dalam Israel, Aku akan sudah buang mereka”. Mengapa Tuhan buang? Karena meskipun Tuhan sudah berikan tanda yang paling besar, api turun dari langit, Alkitab mencatat Ratu Izebel dan pengikut-pengikutnya tetap tidak mau kembali kepada Allah, meskipun rakyat mengatakan “Tuhan Dialah Allah.” Alkitab mencatat Elia berjalan 40 hari tidak berhenti-henti sampai ke Gunung Horeb, Gunung Sinai. Mengapa pergi ke Gunung Sinai? Dia mau adukan bangsanya “Tuhan, saya benar-benar marah sama Israel, mereka sudah melihat tanda-tanda begitu besar tapi tidak mau bertobat. Bahkan mereka membunuh nabi-nabiMu dari antara mereka tinggal saya yang tersisa, dan mereka pun mau membunuh saya. Bagaimana tanggapanMu, Tuhan?”, maka Tuhan mengatakan “tetap di sini, Aku akan menyatakan diri kepadamu”. Dan di dalam 3 tanda besar, Tuhan tetap tidak menyatakan kehadiranNya di situ. Tuhan mengatakan “ada angin besar Aku tidak ada di situ, ada gempa bumi, Aku tidak ada di situ, ada api membakar seluruh puncak gunung, Aku tidak ada di situ. Aku ada di dalam angin sepoi-sepoi basah ini”, Elia langsung menutup wajahnya. Lalu Tuhan mengatakan “apa kerjamu di sini, Elia?”, “aku kerja mati-matian demi Allahku, Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, sebab mereka sudah menghancurkan mezbahMu, membunuh nabi-nabiMu, dan di antara mereka tinggal aku yang hidup dan sekarang mereka mau membunuh aku”. Tuhan mengatakan “kembalilah, urapilah beberapa orang. Maka Tuhan dengar perkataan Elia “kamu lelah bekerja bagi Tuhan, Aku akan lanjutkan pekerjaan itu dengan menghakimi Israel. Tetapi Aku sudah bekerja”. Elia mengatakan “Tuhan, saya bekerja sangat lelah”, Tuhan berkata “bukan kamu, Aku yang kerja. Aku yang bekerja mempartahankan 7.000 orang yang mulutnya tidak pernah mencium Baal, yang tidak pernah menyembah berhala. 7.000 Orang inilah tanda bahwa Aku masih akan pertahankan Israel”. Maka setelah itu Elia pergi,dia tidak mengurapi Hazael, dia tidak mengurapi Yehu, yang dia urapi adalah Elisa dulu. Dia bertemu dengan Elisa, saat itu Elisa sedang membajak, pakai 12 lembu, ini menandakan dia adalah orang kaya, punya lembu banyak sekali. Lalu setelah melihat Elisa, Elia langsung melemparkan jubah dan mengatakan “ikut saya”, Elisa mengatakan “baik, saya akan pamitan kepada keluarga”, ini panggilan yang cepat sekali. Elisa belum pergumul, Elia mengatakan “ayo sekarang”. Maka Elisa pamit, setelah itu dia membuat perayaan singkat, keretanya dihancurkan untuk jadi kayu bakar, lalu lembunya dipotong untuk dipersembahkan sebagai korban. Perayaan karena bersyukur Tuhan panggil. Maka Elisa terus ikut Elia, menjadi hambanya. Dan Alktiab mencatat Elia pergi ke tempat-tempat yang terbalik dari tempat-tempat Yosua. Yosua masuk dari luar seberang Sungai Yordan, lalu Sungai Yordan terbelah, Yosua masuk, hantam Yerikho, kemudian ke Ai dan beberapa tempat. Waktu Elia keluar, Alkitab mencatat Elia pergi ke tempat-tempat yang pernah dijalani oleh Yosua, tapi dengan urutan yang terbalik. Di sini ada satu gambaran, kalau Tuhan masuk bersama Yosua, memimpin Yosua ke dalam, sekarang Tuhan mau keluar meninggalkan Israel dengan memimpin Elia keluar. Jadi Tuhan seolah-olah mengatakan “Aku sudah mau meninggalkan umatKu, mereka keras kepala sudah keterlaluan, Aku lelah menasihati mereka dan sekarang Aku pergi”. Maka Elisa mengatakan “bolehkah aku minta 2 bagian dari Roh?”. Lalu setelah minta Roh, mengapa 2 bagian? Karena dalam pikiran Elisa, kalau 1 bagian yang bekerja di dalam Elia tidak mampu mempertobatkan Israel, mungkinkah kalau dia dua kali lipat kuasanya, bisa pertobatkan Israel, ini semua yang dia pergumulkan. Maka dia meminta “bolehkah aku minta 2 bagian Rohmu? Karena aku mau Israel kembali dilayani oleh nabi yang sejati”. Israel kembali dengar Firman Tuhan yang benar, Firman yang sejati untuk mengubah mereka. Kerinduan besar Elisa bagi Israel membuat dia berdoa “bolehkah aku minta 2 bagian Rohmu?”, lalu jawaban Elia “kalau kamu lihat saya naik, kamu akan dapat, tapi ini permintaan sulit sekali karena Tuhan mungkin tidak mau kembali ke Israel”. Tapi akhirnya Elisa masuk dengan kuasa 2 kali lipat Elia. Tetapi herannya, Elisa sudah punya kuasa 2 kali lipat dari Elia, tetap dia tidak melayani seluruh Israel, tetap dia tidak melayani seluruh bangsa, dia hanya melayani kelompok yang disebut sekolah nabi. Inilah yang dimaksud Tuhan, 7.000 orang yang tidak pernah mencium berhala. Banyak mujizat-mujizat kecil tetapi punya makna besar, dikerjakan di tengah-tengah mereka. Waktu mujizat ini menjadi eksklusif hanya milik kelompok ini, ternyata Tuhan ijinkan orang kafir, namanya Naaman, seorang raja dari Utara Israel yaitu Siria. Raja yang sedang menyerang Israel, sekarang punya seorang anak buah, seorang pemimpin perang, panglima yang hebat sekali bernama Naaman. Lalu Naaman disembuhkan, mengapa Israel tidak ada yang disembuhkan, tapi musuh malah disembuhkan. Ini merupakan pergumulan mereka waktu baca teks Kitab Suci “mengapa Tuhan memilih bangsa kafir, mengapa bukan kami? Mengapa Tuhan berbelaskasihan kepada yang lain, bukan kepada kami?”. Akhirnya mereka bingung menafsirkan ini, dan Yesus dalam khotbah di Nazaret justru pakai kalimat ini untuk menghantam mereka. Yesus mengatakan “ingat Elia, dia pergi kepada janda di Sarfat”, padahal banyak janda di Israel yang perlu pertolongan dia, tapi Tuhan tidak kirim dia kepada Israel. Pada zaman Elisa berapa banyak orang kena kusta, satu pun tidak ada yang disembuhkan. Tetapi Naaman orang kafir itu disembuhkan. Yesus mengatakan “Aku pun akan bertindak sama, Aku tidak akan kerjakan apa-apa di sini, Aku akan kerjakan di tempat lain”, mendengar ini mereka marah sekali. Alkitab mengatakan mereka halau Tuhan Yesus sampai ke bukit untuk menjatuhkan Dia. Tapi ketika mereka sampai pada puncak kemarahan mereka, Tuhan Yesus dengan santai jalan di tengah-tengah mereka kemudian pergi. Orang-orang berteriak “lempar Dia, lempar Dia”, Yesus berjalan dengan tenang. Tuhan Yesus berjalan dengan tenang karena waktunya Dia mati belum tiba. Pada bagian ini Yesus lewat di tengah-tengah mereka, dan mereka tidak berani melakukan apa-apa, lalu Yesus pergi. Mulai saat itu sampai seterusnya Yesus datang ke Nazaret, tidak lagi memberitakan Firman kepada Nazaret. Nazaret sudah disingkirkan oleh Tuhan dan Tuhan Yesus tidak pernah datang memberitakan khotbah di situ, karena orang Nazaret terlalu tuli untuk mendengarkan Firman. Mengapa di dalam Kitab Suci, Tuhan sering menyingkirkan orang Israel dan memanggil orang-orang lain? Karena orang Israel sudah terlalu tuli untuk dengar suara Tuhan. Dan inilah yang terjadi juga pada Nazaret. Mengapa mereka bisa tuli?

Yang pertama, karena mereka tidak melihat Tuhan, melainkan melihat pengantara yang Tuhan pilih. Mengapa mereka tidak mau dengar Yesus? Karena mereka cuma tahu Dia adalah anak tukang kayu, seorang tanpa gelar, seorang yang tidak punya pendidikan apa pun, mengapa harus dengarkan Dia. Terkadang Tuhan melatih umatNya untuk melihat Tuhan dibalik orang-orang yang sangat terbatas, inipun latihan bagi gereja Tuhan. Saudara kalau ikut kebaktian seperti ini lalu lihat orang berdiri di atas mimbar, apakah Saudara lihat orang ini sebagai wakil Tuhan atau “inikan teman saya dulu”. Paling susah jadi jemaat kalau hamba Tuhannya dulu adalah teman baiknya, ada perasaan “ini kan teman saya, untuk apa hormat sama dia”. Tetapi Yohanes Calvin mengatakan “Tuhan berbicara memakai manusia untuk membuat seluruh jemaat belajar rendah hati, belajar menangkap dari sumber yang Tuhan percayakan meskipun sumber itu belum tentu lebih pintar dari orang yang dengar, belum tentu lebih bijak, bahkan belum tentu lebih saleh dari orang-orang yang mendengar. Inilah cara Tuhan melatih kerendahan hati umatNya. Mereka melihat Yesus hanyalah anak seorang tukang kayu, yang hanya seorang anak kecil yang bertumbuh dewasa bersama-sama mereka, mereka kehilangan respect dan akhirnya mereka kehilangan Firman. Inilah kesalahan mereka yang pertama, mereka tidak lihat Tuhan dibalik setiap pesan yang ditangkap. Mari kita belajar melihat pesan yang Tuhan mau sampaikan kepada kita, Tuhan mau bicara apa kita mau tangkap.

Yang kedua, baik orang Israel maupun orang Nazaret tidak sadar kapan Tuhan sedang membukan anugerah dengan sangat besar. Mereka tidak sadar kalau Tuhan mengirimkan nabi itu berarti Tuhan masih sayang, Tuhan masih kasihan. Tetapi akan ada saat di mana seluruh anugerah ini tidak mereka dapatkan. Ketika anugerah itu sedang didapat, maka seharusnya orang-orang berespon dengan sangat cepat “aku terima, aku ambil seluruh Firman yang disampaikan sebab ini adalah anugerah bagiku. Tuhan Yesus melayani 3,5 tahun, untuk keliling Israel pun waktunya mungkin terlalu singkat. Untuk bisa jangkau kota-kota dengan sangat baik, itu waktunya sangat singkat. Maka Kristus kalau pilih satu kota, Dia datang ke satu kota itu mungkin ada tempat lain yang harus dikorbankan untuk kota ini dijangkau. Maka ketika Kristus ke Nazaret dan Dia berkhotbah di situ, ini adalah anugerah besar bagi Nazaret. Tidak tentu semua kota di Israel dikunjungi, tidak tentu ada kota mendapatkan berkat seperti ini. Orang ini berdiri di sinagoge, kemudian baca Yesaya, Dia duduk kemudian mengajar, ini peristiwa langka. Orang Israel sering dibuang oleh Tuhan karena mereka tidak peka waktu Tuhan sedang berbicara. Mari kita tidak menjadi orang yang seperti ini, waktu Tuhan bicara, dengarkan. Waktu Tuhan sedang bicara, terima, tangkap, kemudian anggap ini sebagai suatu nasihat yang sangat penuh kewaspadaan untuk hidup kita, “saya perlu nasihat ini, saya perlu ambil ini untuk menjadi bijaksana dalam hidup”, di sinilah perlu kepekaan untuk terima Firman Tuhan. Waktu pertama kali jadi Kristen mungkin dengar dengan menyala-nyala, hatinya terbakar dengan Firman Tuhan, tetapi ketika sudah begitu lama, mengatakan “tiap hari juga dengar lagi, akhirnya momen itu lewat. Orang-orang Nazaret kelika melihat Yesus berdiri, mereka mengatakan “ini cuma orang satu lagi berdiri, siapa dia?”, “anak tukang kayu”, “anak tukang kayu mau khotbah? “. Waktu Yesus berkhotbah, mereka hanya diamkan, waktu kata-kataNya menusuk, mereka tidak terima dan marah. Waktu dengar Firman, mengaku salah, bayar kesalahan, itulah respon pertobatan sejati. Itulah yang tidak dimiliki orang Nazaret. Mari belajar menjadi orang rendah hati, waktu Tuhan bongkar dosa kita, jangan marah. Waktu Tuhan sindir kita, waktu Tuhan serang kita yang salah, biarlah kita berbalik dan bertobat. Punya kerendahan hati untuk diubah, punya kerendahan hati untuk dikoreksi karena ketika Tuhan masih koreksi berarti masih ada kesempatan kita kembali kepada Dia.

Yang ketiga, mereka gagal karena mereka tidak terima respon, tidak terima teguran, tidak terima koreksi yang sedang Tuhan berikan dalam hidup. Inilah 3 hal yang kita juga harus hati-hati di dalam hidup kita. Yesus Kristus memberikan satu pengajaran penting, Dia sengaja menyindir orang-orang Nazaret, supaya orang-orang Nazaret bereaksi dengan cara yang membuat kita bisa belajar bagaimana harus bereaksi supaya tidak sama dengan reaksi mereka. Ketika kita dengar Firman, kita sadarkah ini Firman? Ketika Tuhan sedang koreksi kita, apakah kita sadar Tuhan sedang koreksi? Karena kalau tidak, kita mengulangi kembali kesalahan orang-orang di Lukas 4 ini. Biarlah kita menjadi orang yang diubahkan oleh Tuhan. Tidak ada orang disepanjang sejarah yang bisa menjadi umat Tuhan yang sejati tanpa ada respon seperti ini.
Tapi orang yang paling sombong adalah orang yang paling merasa dekat dengan Firman, paling merasa mengerti banyak hal, sehingga dia tidak lagi memperlakukan lagi Firman yang datang kepada dia dengan cara yang sama dengan orang-orang yang baru pertama kali mendengar, menerima dan menyimpannya dengan sukacita. Saya sangat senang dengan apa yang dikatakan Karl Barth, kita tidak terima teologi Karl Barth semuanya, terutama ketika dia bilang “semua orang diselamatkan Yesus”, kita tidak terima. Tapi Karl Barth mengatakan “pengkhotbah mesti mengerti satu hal bahwa waktu dia sedang berkhotbah, dia menjadi satu sarana Tuhan berjumpa dengan jemaatNya”, sambil dengar kalimat ini sambil saya renungkan. Berarti waktu khotbah disampaikan,jemaat harus meminta kemungkinan untuk dirinya sadar pada saat ini Tuhan sedang meng-encounter saya, pada saat ini Tuhan sedang menepuk saya dan mengatakan “ini yang Aku mau engkau kerjakan untuk seterusnya, ini yang Aku mau kamu koreksi, ini yang Aku mau kamu dengar, ini yang Aku mau kamu terima”, ini bukan ajaran dari manusia tapi dari Tuhan. Tuhan yang masih mau berbicara dengan kita, Tuhan yang masih mau panggil kita kembali dan mengatakan “Aku mengasihimu, Aku menasihatimu, kamu ikut caraKu”. Kalau Saudara bisa mendapatkan ini, bahagianya bukan main. Maka setiap kali Firman diberitakan, Saudara ingat “Tuhan sedang berbicara kepadaku, memanggil aku dan mengangkatku untuk boleh berelasi dengan Dia”. Kalau Tuhan panggil engkau untuk berubah, mari berubah untuk punya cara hidup yang beda, yang mau dikembalikan kepada Kristus. Mari belajar ubah, mari punya pertobatan sejati dan dengan demikian kita terhindar dari kesalahan yang ketiga yaitu mengabaikan teguran atau berespon dengan marah terhadap teguran. Inilah 3 poin yang harus kita renungkan baik-baik dari bagian ini. Jangan jadi orang yang mengabaikan Firman, jangan jadi orang yang mengabaikan waktu Tuhan berbicara, jangan jadi orang yang mengabaikan teguran Tuhan di dalam hidup kita. Kiranya Tuhan menguatkan kita

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Roh Tuhan Ada padaKU

(Lukas 4: 14-21)
Hari ini kita akan melihat di ayat 14, kuasa Roh Kudus ada pada Kristus dan Dia memulai pelayananNya. Dalam Kitab Lukas maupun Kisah Para Rasul dikatakan bahwa Roh Kudus memenuhi Kristus. Dan Roh Kudus memenuhi para murid, maka mereka melayani Tuhan dengan kuasa yang besar, baik murid mau pun Kristus mendapatkan Roh Kudus, pimpinan Roh, kepenuhan Roh, dan mereka melayani Tuhan dengan sangat berapi-api dan sangat berkuasa. Kalau kita lihat dalam Kisah Para Rasul, murid-murid dipenuhi Roh Kudus, kita mengerti. Kalau kita lihat di Kisah Para Rasul banyak orang yang berserah kepada Tuhan, mengatakan “Tuhan, tuntun kami, berikan RohMu yang kudus”, lalu Tuhan berikan dan mereka melayani dengan semangat dan kuat, kita maklum. Tetapi mengatakan Yesus dipenuhi Roh Kudus dulu, kemudian Dia melayani, ini membuat kita punya pertanyaan “apakah Yesus tidak punya kuasa yang maha besar? Apakah Yesus tidak sanggup mengerjakan ini tanpa kuasa Roh Kudus? Apakah Yesus tidak punya kuasa dalam diriNya yang setara dengan kuasa Allah untuk menolong, memimpin dan menguatkan Dia dalam pelayanan?” Mengapa setelah dipenuhi Roh, Yesus masuk ke dalam pencobaanNya? Setelah dipenuhi Roh, Yesus masuk ke dapam pelayananNya, mengapa harus dipenuhi dengan Roh? Di dalam hidup kita, kita tahunya kalau kita perlu orang lain adalah karena kita tidak sanggup, maka kita mau ditemani, maka kita mau ada orang lain, maka kita bekerja sama dengan orang lain. Kalau kita sanggup, kita tidak perlu orang lain. Jadi kemampuan kita itu akan menentukan apakah kita akan berelasi dengan orang lain atau tidak. Kalau kita perlu mari kita berelasi, kalau tidak ya tidak perlu. Inilah konsep manusia. Tapi ini tidak bisa diterapkan ke Tuhan. Karena Allah yang sempurna adalah Allah yang berelasi satu sama lain. Seorang bernama Ireneus pada abad ke-3 mengatakan “dunia diciptakan oleh Allah Bapa yang merancang, Allah Anak yang menggenapi dan Allah Roh Kudus yang memberikan kelimpahan dan keteraturan”. Allah berelasi antar pribadiNya. Siapa menjalin relasi meskipun dia tidak memerlukan, inilah relasi yang mencerminkan relasi Tritunggal. Maka bisakah Kristus menjalankan pelayananNya tanpa ada Roh Kudus? Bisa, dalam pengertian Dia punya kuasa yang diperlukan, tapi tidak bisa dalam pengertian Pribadi Tritunggal tidak mungkin kerja sendiri, selalu bersama-sama. Maka Yesus ada di dalam dunia, Roh Kudus menyertai dan memberikan kepenuhan. Yesus ada di dalam dunia, Roh Kudus tuntun masuk ke dalam pencobaan, masuk di dalam pelayanan selalu dalam pimpinan Roh Kudus. Inilah jawaban yang pertama, Kristus dituntun Roh Kudus karena Pribadi Tritunggal yang ke-2 dan ke-3, Allah Anak dan Roh Kudus bekerja bersama-sama menggenapi rancangan Allah Bapa. Lalu alasan kedua, karena ketika Yesus menjadi manusia, Dia menjadi teladan bagi semua manusia, yaitu tidak ada satu manusia bisa menjalani hidup dengan menggenapi kehendak Bapa tanpa pimpinan dan kepenuhan Roh Kudus. Roh Kudus harus memenuhi kita, Roh Kudus harus memberikan kelimpahan itu, baru kita bisa hidup di dalam Tuhan. Itu sebabnya di dalam Injil Lukas dan Kisah Para Rasul, Lukas sangat menekankan Roh Kudus yang datang, yang memenuhi, yang pimpin inilah yang membuat orang sanggup menjalani apa yang Allah mau. Ini yang sering kali kita lupa. Gereja-gereja tradisional, gereja-gereja yang sudah besar, gereja-gereja yang berasal terus turun-temurun kadang-kadang lupa akar. Kita lupa bagaimana gereja harusnya punya keinginan untuk dipimpin dan dipenuhi Roh Kudus. Paulus di dalam suratnya pun mengatakan “hendaklah kamu senantiasa penuh dengan Roh”. Di dalam Injil Lukas dikatakan Yesus yang penuh dengan Roh menjalani pelayananNya.

Sekarang kalau ditanya penuh dengan Roh itu apa? Doktrin Roh Kudus menjadi doktrin yang jarang disentuh, jarang diekspose, jarang dibahas dan gereja paling banyak bahas justru banyak gereja yang tidak tahu bagaimana harus membahas doktrin Roh Kudus. Saya banyak baca dari karya-karya orang Pentakosta, seperti Gordon Fee dan orang-orang lain yang ahli Perjanjian Baru menulis perlunya dipenuhi Roh Kudus dengan cara yang sangat baik. Mereka dengan konsisten melihat ajaran Alkitab dan mereka mengajarkan. Mengapa Alkitab satu tapi tafsiran banyak? Karena terlalu banyak yang senang mimpi, senang hura-hura, senang tafsiran yang cuma setia kepada diri lalu menolak semua penyelidikan yang wajar dan menurut akal sehat tentang Alkitab, akhirnya cabang dari penafsiran begitu banyak. Mengapa satu ayat bisa tafsir begitu banyak? Karena begitu banyak yang dengan sembarangan menafsir. Kita mau kembali dengan cara yang benar, maka kita pun harus mengerti Roh Kudus itu siapa, apa yang Alkitab katakan tentang Roh Kudus, bisakah kita dengan sembarangan menyebut Roh Kudus lalu menjelaskan tentang Dia dengan cara yang jauh dari Alkitab? Pasti tidak boleh. Sekarang orang menafsirkan Roh Kudus kalau datang selalu pakai tanda-tanda yang besar, mau tanda-tanda yang aneh, mau tanda-tanda yang tidak seperti ada di dalam saya. Ada orang yang mengatakan “kalau Roh Kudus datang itu saya seperti merasa tersengat, saya seperti kehilangan kesadaran, kemudian selama setengah jam, saya merasa begitu luar biasa ada kuasa besar, saya tidak jelas bicara apa”. Apa bedanya dipenuhi Roh Kudus dengan dipenuhi setan? Kuasa jahat dan kuasa Roh Kudus bedanya apa? Kejadian 1 sudah menjelaskan.

Di dalam Kejadian 1 dikatakan bahwa ketika Allah mencipta, Allah menjadikan langit dan bumi, dikatakan bumi belum terbentuk, bumi kosong, gelap gulita menutupi samudera raya. Jadi ada kacau balau, ada kosong, ada gelap gulita, kemudian ada samudera. Keempat ini dalam tradisi timur dekat kuno semua identik dengan kekacauan dan kuasa yang tidak jelas. Jadi kegelapan identik dengan kuasa yang jelek, kekosongan identik dengan kuasa yang jelek, samudera dianggap sebagai pusat kekuatan yang sangat berbahaya bagi manusia. Lalu ketika itu dikatakan “Roh Kudus menaungi, Roh Kudus menutup, Roh Kudus membuat samudera itu menjadi tempat yang bisa ditinggali manusia” ini unik sekali. Jadi dari yang kacau balau menjadi yang baik, dari yang kacau balau menjadi teratur untuk dipakai manusia. Maka gambaran di dalam kitab Kejadian 1 sangat identik dengan perkembangan budaya. Di dalam perkembangan budaya menurut konsep orang timur dekat kuno, orang Perjanjian Lama, itu ada beberapa tahap. Tahap pertama adalah tahap kacau balau, kosong, gelap, yaitu yang belum disentuh kebudayaan. Saudara kalau dipenuhi dengan kuasa jahat, apakah Saudara tetap sadar diri? Apakah Saudara akan dibangkitkan kesadarannya, ditambahkan pengertiannya, lalu menjadi orang yang lebih baik? Tidak mungkin. Saya punya saran kalau Saudara ketemu orang yang katanya kerasukan, minta kesempatan sama Tuhan agar tenang supaya Saudara bisa memberitakan Injil. Fokus sama orangnya bukan setan, setan urusan Tuhan, orangnya yang urusan Tuhan juga tapi melalui kita. Kita tidak pernah dipanggil oleh Tuhan untuk beri tanda ke setan supaya setan lari. Ada orang yang sudah tidak tertolong lagi, sudah jauh di dalam dosa, kita mau ulurkan tangan pun sudah tidak bisa. Karena itu jangan main-main dengan hidup rohani, jangan main-main dengan firman, jangan main-main dengan mentaati Tuhan.

Orang sekarang kalau kepenuhan roh, jatuh, tidak sadar, saya tanda tanya, ini kuasa samudera atau kuasa Roh Allah yang melayang-layang? Kuasa Allah yang menaungi samudera tidak membuat orang tidak sadar, kuasa jahat membuat orang tidak sadar. Itu sebabnya pengalaman rohani tidak perlu dicari-cari dengan cara yang aneh-aneh seperti ini. Ada orang sengaja mengosongkan diri dengan cara menyanyikan lagu berulang-ulang supaya pikirannya kosong, nanti tidak tahu apa yang masuk, seolah-olah nanti dia bisa bahasa roh, ini ajaran semua bukan dari Alktiab. Gereja terlalu bodoh untuk jadi dewasa membedakan mana baik dan mana yang salah, kita terlalu polos, kita cuma tahu kalau ada pendeta bicara pasti benar. Tapi ini adalah satu tipuan dari setan yang mau menyeret kita dari pengertian yang sejati tentang Roh Kudus. Penipu yang paling hebat tidak pernah mengaku kalau dia penipu. Kalau penipu sudah ketahuan tukang tipu, tidak mungkin jadi penipu yang baik. Itu sebabnya yang paling bisa dipercaya, mungkin ini setan, yang paling bisa dipercaya karena godaan, rayuan mulutnya yang luar biasa, ini mungkin palsu. Ini sebabnya Alkitab mengatakan setan datang menyamar menjadi malaikat terang. Maka waktu kita dipenuhi Roh Kudus tidak mungkin dianggap sama dengan kepenuhan setan. Satu kali Raja Saul pergi ke tempat yang tinggi dimana Samuel ada untuk cari keledainya ada di mana. Ini orang nekat, Saul benar-benra orang yang tidak mengerti politik, tidak mengerti berita apa-apa, ini adalah anak kampung yang kurang pergaulan. Dia tidak kenal Samuel, padahal Samuel bukan cuma nabi, Samuel adalah hakim yang sedang memerintah seluruh Israel. Tapi dia datang ke Samuel untuk bertanya keledainya ada di mana. Ini orang keledainya hilang tapi dia mendatangi orang yang memimpin seluruh Israel, tapi dia tidak kenal, dia cuma tahunya ini nabi bisa ditanya keledainya ada di mana. Samuel mengatakan “Saul, mari makan sama-sama”, lalu ketika dia lihat meja makan, seluruh tua-tua Israel ada di situ, ada satu tempat utama kosong, tapi Samuel mengatakan “duduklah di tempat itu”, Saul kaget, itu tempat terhormat. Lalu mereka makan. Saul kaget, sekarang dia dibukakan panggilan yang baru, bukan lagi keledai. Dia begitu kaget “saya jadi raja? Tidak mungkin, saya tidak mengerti apa-apa”, tapi Samuel mengatakan “engkaulah yang sudah dipilih oleh Tuhan, maka engkau akan menjadi raja”. Waktu dia turun, dia bertemu dengan rombongan nabi. Di katakan di Alkitab rombongan nabi ini sedang kepenuhan, mereka sedang berseru menubuatkan nubuat dari Tuhan. Jadi kelompok nabi ini sedang berjalan dan mereka bernubuat dengan keras “Tuhan berfirman hati-hati jangan memberontak, kembali kepada Tuhan”, ini yang diserukan oleh para nabi. Lalu Saul turun, ikut kelompok ini, langsung ikut menyerukan nubuat yang sama. Saul pun berseru dengan berani sampai orang heran “benarkah Saul anak orang kampung biasa, jika dia bisa ngomong seperti ini, pasti dia nabi”, ini namanya pujian. Ini waktu Saul masih setia. Tapi ketika Saul sudah tidak setia, dia benci Daud, dia mau bunuh Daud, dia tanya kepada Samuel dimana Daud bersembunyi. Waktu dia mau tanya Samuel, dia bertemu lagi dengan kelompok nabi, dia langsung kepenuhan roh, tidak dibilang roh apa. Setelah itu dia rebah, dia telanjang semalaman, pertanyaannya, apakah ini roh yang sama? tidak. Maka setelah itu orang tanya “benarkah Saul golongan nabi?”, maksudnya adalah dulu kamu bilang dia adalah golongan nabi karena punya kuasa bernubuat, tapi sekarang telanjang seperti itu, apakah itu kelompok nabi juga? Maka Saul dihina sejak saat itu. Dulu ucapan “benarkah Saul kelompok nabi” itu pujian, setelah dia alami ini “benarkah Saul kelompok nabi”, itu menjadi hinaan bagi Saul. Jadi Saul baring, telanjang sehari-harian seperti orang gila, apakah itu Rih Kudus? Bukan, itu roh jahat. Itu sebabnya Saudara harus tahu hari ini tidak ada karya Roh Kudus yang mungkin di salah mengerti dengan karya setan. Tidak mungkin manifestasi dari kepenuhan Roh Kudus adalah orang bertindak seperti orang gila. Maka kalau Saudara dipenuhi Roh Kudus, Saudara akan menjadi seperti, yang pertama Saudara makin sadar dosa.

Jadi Roh Kudus menyadarkan kita akan fakta. Waktu Roh Kudus memenuhi diri kita, kita sadar kita penuh dengan dosa. Waktu Roh Kudus penuhi Kristus, Kristus sadar fakta Dia adalah Anak Allah, ini bedanya. Jadi waktu Roh Kudus memenuhi Kristus, Kristus mengatakan “Akulah Anak dari BapaKU yang di sorga. BapaKU berkenan kepadaKu karena Aku senantiasa mengerjakan apa yang Dia inginkan”. Itu sebabnya Kristus dipenuhi Roh Kudus, Allah Bapa berseru “inilah AnakKu yang Kukasihi”. Jadi identitas kita menjadi jelas karena Roh Kudus penuhi. Lalu hal kedua, dipenuhi Roh Kudus berarti ada satu semangat yang menyala-nyala untuk mereka yang tidak mendapatkan hak, tidak mendapatkan keadilan, tidak mendapatkan apa yang harusnya mereka dapatkan di dalam masyarakat yang benar. Itu sebabnya dipenuhi Roh selalu ada aspek sosialnya. Maka Roh Kudus waktu memenuhi Tuhan dikatakan Kristus digerakkan untuk memberikan berita kepada orang-orang yang dipinggirkan. Saya percaya hal kedua dari kepenuhan Roh Kudus adalah kita begitu peka melihat kesulitan orang lain, begitu peka dan tergerak untuk berbagian pada kesulitan orang lain, begitu peka dan tergerak untuk boleh meredakan kesulitan orang lain semampu kita. Ada orang kalau lihat orang lain bisa gampang belas-kasihan, orang yang dipenuhi Roh Kudus tidak mungkin ada aspek ini. Jadi Saudara gampang berbelas-kasihan itu adalah satu bagian dari tanda bahawa Saudara dipenuhi Roh Kudus.
Hal ketiga dikatakan pada ayat 18 “Roh Tuhan ada padaKu, sebab Ia telah mengurapi Aku menjadikan Aku Sang Mesias untuk menyampaikan kabar baik”. Jadi saya menyampaikan kabar baik, saya menyampaikan Yesus yang adalah Juruselamatmu, harus kamu percaya. Orang Kristen yang sudah merasakan relasi dengan Tuhan, dia tidak mungkin tidak rindu membagikan itu kepada orang lain. Ketika kita menikmati Tuhan kita, ketika kita menikmati dikasihi, diampuni dan dibimbing oleh Tuhan, kita rindu orang lain juga punya kerinduan yang sama. Apa yang membuat orang memberitakan Injil? Cuma satu, kerinduan supaya orang lain menikmati apa yang sudah aku nikmati. Tapi kalau “aku tidak tahu apa yang sedang aku nikmati” bagaimana bisa mengabarkan ke orang lain?. Kalau Saudara mengatakan “ayo datang kepada Tuhan”, “mengapa mesti datang?”, “saya juga tidak tahu, tapi biasanya orang datang kepada Tuhan. Dan kalau tidak datang kepada Tuhan, neraka lho”, ini namanya tawaran Injil dengan ancaman. Kalau seperti itu akhirnya orang mau percaya Kristus tapi bukan menikmati apa yang Kristus mau bagikan, tetapi mau lari dari ancaman. Saya rasa ini cara penginjilan yang tidak boleh dikerjakan terus-menerus, saya bukan bilang tidak boleh.

Jonathan Edwards pernah kotbah ini, dan tempat di mana dia berkotbah langsung dibuat prasasti “di sinilah Jonathan Edwards berdiri mengkotbahkan Sinner in The Hand of Angry God”. Dan waktu Edwards khotbah, dia hanya kotbah selama 45 menit, hanya deskripsikan neraka bagi orang-orang yang sebentar lagi akan masuk neraka. Waktu dia berkotbah, ada satu ibu-ibu yang sampai merasa neraka sudah ada di bawah dia. Edwards meminta semua jemaat tenang dulu karena kotbah belum selesai, tapi jemaat tidak bisa tenang, semuanya menangis ketakutan. Dan Jonathan Edwards berkotbah neraka cuma beberapa kali, waktu dia berkotbah tentang indahnya pengorbanan Kristus bagi kita, itu sering sekali. Dia pernah berkotbah dengan judul yang sangat menggerakkan, dia mengatakan “betapa manis dan menyegarkannya mengenal Kristus itu”. Dia pernah kotbahkan lagi tentang kemuliaan Kristus di dalam 7 aspek. Dia pernah kotbahkan indahnya menjadi Kristen dibimbing oleh Kristus. Semua yang indah tentang Kristus dibagikan, cuma sekali tentang neraka. Kalau kita terbalik, semua yang tentang neraka dibagikan, cuma sekali yang tentang Yesus. Jadi kita bagikan hal yang membuat orang takut, tetapi tidak membagikan hal untuk membuat orang mengagumi Tuhan dan makin dekat. Jadi sekali lagi, waktu Kristus datang, Dia menyampaikan kabar baik, Roh Kudus menggerakkan Dia untuk menyatakan kabar baik. Roh Kudus menggerakkan Dia untuk menyatakan “hai orang Israel bertobat, kembali karena Tuhan mau umatNya menerima begitu banyak kelimpahan anugerah yang Tuhan mau berikan”. Apa bedanya tawaran ini dengan tawaran dari gereja-gereja yang terlalu ekstrim dalam berkat Tuhan? Kalau kita menawarkan berkat tetapi terlalu menekankan berkat, maka kita sudah bersalah keapda Tuhan. Kalau kita mengatakan “datang kepada Tuhan, Tuhan itu penuh cinta kasih, Tuhan baik, Dia sangat mengasihi kamu”, “tapi saya orang berdosa”, “tidak apa-apa, Tuhan mencintai kamu” terus tekankan itu. Akhirnya cinta Tuhan diberitakan tanpa adanya keseimbangan. Waktu kita memberitakan cinta Tuhan harus ada keseimbangan bahwa kita ini adalah orang yang tidak layak dicintai. Jonathan Edwards ketika menegur jemaatnya mengatakan “Tuhan tidak berkenan dengan iman yang tidak beda jauh dengan iman orang mati”. Iman kita dengan iman orang mati bedanya apa? Kita lesu mereka juga lesu, kita malas mereka juga malas, kita terlalu banyak dihibur oleh hal-hal di luar Tuhan, dan mereka pun sama dihibur hal-hal di luar Tuhan, jadi tidak ada beda. Maka gerakan Pentakosta mengatakan “kami ingin kuasa dan manifestasi Roh Kudus. Sayangnya mereka ambil manifestasi Roh Kudus dengan cara yang salah. Manifes Roh Kudus apa? Pokoknya tanda-tanda supranatural. Kalau tanda supranatural itu dalam dorongan dan gairah untuk melayani Tuhan, itu baik. Tapi kalau dorongan itu adalah adalah dorongan tanda-tanda yang aneh dan liar, maka saya percaya gerakan ini sudah dimasuki oleh pengertian yang salah dari setan. Saya tidak bilang semua gerakan, saya bilang ada susupan yang membuat orang mencari manifestasi dari kuasa Roh Kudus dengan cara yang salah. Tapi kalau manifestasi Roh Kudus itu dialami dengan cara yang benar, boleh tidak? Harus. Itu sebabnya Lukas menulis sebelum Kristus memulai pelayanan Dia penuh dengan Roh, sebelum para rasul menyebarkan Injil, mereka penuh dengan Roh. Saudara mau melayani penuh dengan Roh, baca kembali baik-baik apa yang Allah sudah kerjakan melalui mereka dengan dipenuhi Roh Kudus.

Kita harus belajar, gereja kita mesti be;ajar, doa kepada Tuhan, minta Roh Kudus berikan kuasa, berikan pimpinan, berikan gairah, berikan api yang membakar kita untuk kita tidak merasa nyaman kalau kita sedang malas. Kristus pun dipenuhi Roh Kudus, baru Dia memulai pelayanan. Kita seolah lebih hebat dari Kristus, kita yang tidak punya apa-apa nekat melangkah meskipun kita tidak tahu kekuatan kita bersumber dari mana. Maka hari ini saya minta kita sama-sama mendedikasikan diri di dalam doa dan di dalam kerinduan yang besar supaya Tuhan penuhi kita dengan RohNya yang kudus.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)