Efesus 2

PA Efesus 2

Pasal pertama surat Efesus sedang membicarakan pekerjaan Allah dalam spiritual blessings & cosmic drama. Hal ini tidak mungkin terlihat dan dimengerti bagi kita, kecuali Allah mewahyukannya, sehingga kita dapat membacanya dalam Alkitab. Jika Tuhan tidak membukakan rahasia ini dalam Alkitab, kita tidak akan mengetahui pekerjaan Tuhan dalam cosmic drama. Begitu misteri ini dibukakan Tuhan bagi kita, maka semua spiritual blessings itu menjadi batu karang teguh untuk pikiran tindakan, proses, dan seluruh tujuan hidup kita. Segala blessings ini didapat didalam Kristus.

Pasal kedua Efesus (ayat 1-10) menyatakan realita sejarah dari orang-orang yang ditebus. Dalam pasal ini, Paulus menyatakan realita sejarah kepada orang-orang yang disingkapkan cosmic drama itu, yaitu umat Tuhan yang telah ditebus. Realita sejarah yang dibukakan adalah fakta bahwa seluruh manusia sudah mati (ayat 1), namun dalam penebusan Yesus Kristus, umat pilihan telah dihidupkan kembali (ayat 5). Paulus juga menjabarkan kondisi kematian yang dialami manusia (ayat 1-3), yaitu “mengikuti jalan dunia ini” dan “menaati penguasa kerajaan angkasa” (ayat 2). Ini adalah kondisi dari seluruh manusia. Kita dapat melihat perubahan hidup orang yang mendapat anugerah Tuhan. Kita dapat menyaksikan seseorang yang dahulu perbuatannya jahat, kemudian setelah bertobat orang tersebut memiliki hidup yang baik. Namun pekerjaan Allah dalam cosmic drama tidak dapat kita lihat. Pilihan Allah kepada manusia yang dipilihnya terjadi dalam kekekalan, hal inilah yang tidak dapat kita saksikan sendiri tanpa wahyu Tuhan. “Orang-orang durhaka” pada ayat kedua, memiliki terjemahan bahasa Inggris “the sons of disobedience.” Disobedience artinya adalah ketidaktaatan. Jadi, orang-orang durhaka adalah orang-orang yang tidak menaati Allah. Kita dapat menyimpulkan bahwa mereka yang mati rohani adalah mereka yang hatinya tidak mau taat kepada Allah. Pada ayat ketiga, Paulus mengatakan bahwa dirinya pun dahulu mati rohani sama seperti seluruh manusia. Kapankah Paulus mati rohani? Pernahkan dulu ia melacur, memakai jimat, atau mencuri? Tidak! Dia dahulu adalah seorang yang begitu ketat mengerjakan agama Yahudi, dia adalah orang yang tidak hidup sembarangan. Ia begitu rajin untuk beribadah dan menggerakkan orang-orang lain untuk beribadah. Namun, ia menyadari hidupnya dahulu tetaplah mati. Lalu apa bedanya hidup yang mati dan hidup? Bedanya bukan pada melakukan hal-hal ritual agama atau tidak, tetapi pada taat atau tidak taat kepada Tuhan. Orang-orang yang telah dihidupkan dalam Kristus adalah orang-orang yang di dalam hatinya ditanam kerinduan untuk rela taat kepada Tuhan, rela menggenapi rencana Allah, dan selalu berseru “kiranya kehendak-Mu itu jadi ya Tuhan!”

Ayat kesepuluh ditujukan bagi mereka anak-anak yang telah dihidupkan di dalam Kristus, yaitu kepada anak-anak ketaatan. Sekali lagi, perubahan yang sejati tidak terlihat dari fenomena, tetapi dalam diri, yaitu hati yang taat pada Tuhan. Kita dapat memeriksa apakah kita sudah dihidupkan kembali di dalam Kristus dengan menilik apakah kita sudah memiliki kerinduan untuk taat pada Allah? Sesungguhnya mereka yang hatinya masih tidak mau taat kepada Allah sedang menempatkan diri sebagai allah bagi dirinya sendiri. C.S Lewis pernah memaparkan dua macam penggolongan manusia. Golongan pertama yaitu orang-orang yang berseru kepada Tuhan “Thy will be done.” Kelompok yang kedua adalah sekelompok orang yang mendengar Allah berkata kepada mereka “your will be done.” Oswald Chambers menjelaskan bahwa sifat dosa bukanlah semata-mata keadaan tidak bermoral, namun kesadaran diri yang menuntun kita untuk menjadi allah bagi diri sendiri. “Menjadi allah bagi diri sendiri” dapat dilakukan baik dalam sifat moral atau pun tidak bermoral, sehingga dalam sikap bermoral pun kita dapat tetap berdosa. Seperti halnya Paulus, ia dahulu dalam segala kesalehannya, ia tetap menjadi allah bagi dirinya, sehingga ia menyadari bahwa dirinya dulu mati. Pada ayat keempat dan keenam. Paulus menjelasan bahwa orang-orang yang mati adalah orang-orang yang tidak melihat Allah dan tidak mau mengakui adanya Allah yang begitu penuh kasih karunia di dalam Kristus.

Dalam ayat 11 dan ayat 12, ada dua kali pengulangan kata “ingatlah.” Kita sebagai orang-orang yang telah menerima kasih karunia Allah yang begitu besar—seperti yang telah dijelaskan Paulus pada Efesus 1-2:10)—harus memilih dua respon yang benar kepada Tuhan. Respon pertama adalah selalu mengingat pekerjaan Tuhan bagi hidup kita. Ingat bahwa dahulu kita adalah orang kafir yang melawan Allah. Jikalau kita melupakan ini, kita akan menjadi orang yang picik di hadapan Tuhan, sebab kita merasa diri kita baik. Ingatlah terus dulu kita ini apa. Kita hanyalah orang berdosa yang seharusnya dibuang Allah. Ingat bagaimana penyertaan Allah dulu dalam hidup kita. Kita dapat belajar dari Israel dulu. Israel sangat mendukakan hati Allah di tanah Kanaan, sebab salam tawarikh, mereka menyembah ilah-ilah bangsa kafir dan memotong anak mereka untuk dipersembahkan kepada dewa molok. Bagaimana mungkin bangsa israel yang sudah ditolong Tuhan dengan begitu luar biasa dapat serong hatinya dan melawan Tuhan? Mereka menyaksikan laut yang terbelah dua demi mereka dapat melewati laut Teberau untuk meninggalkan Mesir, Tuhan menyediakan tiang awan saat panas dan tiang api saat dingin. Namun akhirnya bangsa Israel tidak ingat apa yang sudah Tuhan kerjakan dan menyembah ilah-ilah. Betapa ironis!

Pada pasal pertama dan kedua, Paulus mengatakan betapa besar kasih karunia dan berkat dalam hidup orang percaya. Paulus menggunakan kalimat dan kosakata yang menggambarkan betapa kaya rahmat, karunia Tuhan yang tidak dapat terhitung besarnya (Ef 1:5-7). Banyak diri kita saat ini hidup dalam dosa, sebab kita tidak ingat betapa banyak kasih karunianya dalam hidup kita. Saat perjamuan terakhir Tuhan Yesus mengatakan “lakukanlah ini untuk mengingat akan Aku.” Sungguh mengherankan! Tuhan Pencipta langit dan bumi, meminta kita untuk mengingat Dia. Tidak ada faedahnya bagi Tuhan kalau kita mengingat-Nya, sebab Ia tidak membutuhkan kita. Ia mengatakannya bukan untuk diri-Nya, namun demi manusia yang Ia kasihi agar tidak binasa karena tidak mengingat Tuhan dan pekerjaan-Nya. Jika kita tidak mengingat apa yang Tuhan di Kalvari, kita akan sangat mudah jatuh dalam dosa. Respon yang kedua yang harus kita miliki dalam merespon keselamatan adalah kita harus hidup dalam persekutuan. Pada ayat 14, Paulus sedang berbicara tentang kesatuan. Kemudian pada ayat 15 menjelaskan bahwa tidak ada pemisahan antara orang Yahudi, maupun orang non Yahudi, yang telah direkonsiliasi di dalam Kristus. Dalam Yesus Kristus, semua orang baik Yahudi ataupun non-Yahudi dapat menjadi satu persekutuan bersama kepada Tuhan. Terjadi rekonsiliasi antara manusia dan Allah, serta antara manusia dan manusia. Pada waktu itu, Efesus merupakan jajahan Roma. Saat itu Roma memiliki filosofi Pax Romana, yaitu kedamaian di tengah-tengah Roma. Namun Paulus mengajukan filosofi lain bagi orang Kristen, yaitu Pax Christi. Kristus yang menjadi pendamai kita. Pada ayat 21, Paulus menekankan agar umat Tuhan satu dengan lain bersekutu dengan damai untuk membangun “bait Allah yang kudus di hadapan Tuhan.” Ada orang-orang dalam gereja, namun tidak mau memperhatikan orang lain dan hanya mau diri yang dipikirkan. Kepada orang-orang ini, Paulus menegur mereka dengan mengingatkan bahwa Kristus ingin agar gereja-Nya bersatu dalam persekutuan dengan-Nya. Dari Kejadian hingga Wahyu, Tuhan membukakan bahwa keluarga dan gereja adalah dua inistitusi yang didirikan oleh Allah sendiri. Keduanya harus kita jaga baik-baik. Kristus membentuk gereja-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri. Saya mendapatkan kesempatan untuk menghadiri konferensi Lausanne di Afrika. Perjalanan begitu panjang, pada awalnya saya agak terpaksa untuk hadir. Isi dari sesi demi sesi berisi kisah orang-orang yang menceritakan kisah orang-orang yang mati martir dimana-mana. Namun, kemudian di akhir, semua orang berlutut menyanyikan Crown Him with Many Crowns. Sungguh pemandangan yang begitu agung! Banyak orang dari berbagai macam ras dan telah mengalami berbagai macam penganiayaan menyembah Kristus bersama-sama. Umat Tuhan disatukan bukan karena kesamaan lahiriah kita, namun karena pekerjaan Allah Tritunggal dalam cosmic drama. Hargailah itu dengan kesatuan gereja. Pada pasal pertama Efesus dan pada pasal kedua, ayat 19-22, Paulus membukakan cosmic drama, kemudian ia mulai masuk ke dokrin Kristologi. Sesungguhnya dia sudah cukup menutup dengan Kristologi, namun dia kemudian menutup dengan doktrin Gereja. Hal ini menunjukkan betapa berharganya Gereja dalam hati Tuhan. Mata Tuhan melihat Gereja-Nya. Hati Tuhan ada pada gereja. Gereja ada pada pusat jantung Allah. Kiranya Tuhan terus memimpin hidup kita untuk melihat bahwa Gereja bukanlah bangunannya, tetapi kesatuan umat Allah di dalam Kristus!

Efesus 1

PA Efesus 1

Kitab Efesus dimulai dengan suatu doxology, suatu pujian syukur kepada Tuhan Allah. Pada ayat yang ke-3, terdapat kata “Terpujilah Allah” , suatu thanks giving kepada Allah. Ini adalah satu kata yang dikeluarkan setelah kata salam daripada Paulus. Tetapi ketika Ia memuji Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, dan kita bertanya kepada Paulus, “Paulus engkau memuji Allah untuk apa?” Jawaban dari pertanyaan inilah kemudian diuraikan semuanya dalam ayat ke-3 s/d 14. Paulus memuji Allah untuk sesuatu cosmic drama yang ia itu mengerti, yang adalah pekerjaan Allah Tritunggal.

Pasal pertama merupakan suatu pewahyuan dari misteri kekekalan. Ini adalah sesuatu cosmic drama dari Allah Tritunggal yang dikerjakan dalam Yesus Kristus yang tidak mungkin kita kenal selain Tuhan mewahyukannya kepada kita. Tetapi begitu dibukakan, ini akan menjadi seluruh identitas kita, ini akan menjadi suatu proses di mana kita akan mengalaminya dan akan menjadi kepenuhan dan tujuan hidup kita. Ayat ke-3 sampai dengan ayat ke-11 adalah wahyu yang diterima oleh Paulus dan hal ini membuat dirinya takjub dan sangat memuji Allah dalam Kristus Yesus. Apa yang dinyatakan kepada Paulus adalah seluruh pekerjaan yang dilakukan oleh Allah. Dan bagi Paulus ini adalah sesuatu yang berlimpah-limpah, yang luar biasa besar.

Dalam ayat ke-18 Paulus menyimpulkan semua cosmic drama. Kita akan menjumpai hal yang serupa di dalam pasal yang ke-2 ayat 4. Kalimat-kalimat seperti ini menggambarkan betapa menakjubkan pewahyuan Allah di mata Paulus. Sehingga kalau kita mengetahuinya itu adalah suatu berkat, suatu anugerah. Paulus mengatakan berkali-kali dengan kalimat-kalimat yang megah akan hal ini. Hal seperti demikian juga kita peroleh sama seperti jemaat Efesus. Cosmic Drama seperti ini adalah suatu spiritual blessing bagi yang memperolehnya. Spiritual blessings are the best blessings.

Sebagai orang Kristen kita harus mencermati akan pengertian blessings. Ada 2 macam blessings: material and spiritual blessing. Celakanya bagi orang Kristen adalah banyak yang menganggap bahwa blessings dari Tuhan bukan spiritual blessing tetapi material blessings. Kita jarang sekali seperti Paulus yang begitu takjub dan merasa tidak layak karena mendapatkan spiritual blessing. Saya sarankan dalam pertumbuhan iman saudara, mintalah hal-hal yang bisa dijawab oleh Allah saja. Jika Saudara perlu pekerjaan atau uang bukankah Saudara bisa meminta seseorang, bahkan kalau sakit pun bisa pergi ke dokter. Banyak hal yang dapat diberikan oleh manusia. Tetapi kita harus memperhatikan baik-baik bahwa Paulus di sini ingin mengarahkan kita kepada spiritual blessings, dan meminta kepada Tuhan untuk hal-hal yang hanya bisa dikerjakan oleh Tuhan saja. Mintalah hati yang takut akan Tuhan, hati yang hormat kepada Dia, hati yang sungguh-sungguh mengasihi Dia. Semua itu adalah spiritual blessings, semua itu adalah karya dalam Allah Tritunggal yang dilakukan dalam Yesus Kristus melalui Roh Kudus. Dan kita akan berbicara, berdoa dan bernyanyi kepada Tuhan dan mengatakan bahwa “Engkau sungguh baik, maka terpujilah Tuhan Bapa kita di dalam Yesus Kristus yang telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam surga.”
Spiritual blessings are the best blessings. Dan ini adalah realita berkat yang sesungguhnya dan hal ini hanya bisa diberikan oleh Allah saja. Dikarenakan hanya bisa diberikan oleh Allah saja, maka Saudara akan tahu bahwa kita tidak bisa mengembalikan spiritual blessing dengan apa saja kecuali dengan pujian dan doxology. Kalau Saudara diberikan uang, maka dapat mengembalikan 10 – 20 % nya sebagai wujud syukur kepada Tuhan. Kalau diberikan kesehatan, maka Saudara dapat memberikan tubuh Saudara sebagai persembahan hidup yang kudus. Tetapi dalam spiritual blessings, Saudara tidak bisa membayarnya, tidak ada balasan apa pun yang dapat mencukupinya dan Saudara harus mengakui bahwa semua itu dalah anugerah Tuhan. Dan kemudian pertanyaannya adalah spiritual blessingnya apa ? Maka disini kita berbicara mengenai 7 hal di sini: (ayat 4) Election, (ayat 5) Predestination, (ayat 6) Adoption. Hal ini seperti seorang fakir miskin yang diadopsi ke dalam suatu keluarga yang berada. (ayat 7) Redemption, (ayat 6) Forgiveness. Kita tidak mungkin mendapatkan pengampunan tanpa penebusan (There is no forgiveness without redemption), (ayat 9) Revelation.

Cosmic drama akan tetap tersimpan jikalau Tuhan tidak menyatakan misteri kehendak-Nya kepada kita. Kalau kita bisa mengenal Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus itu adalah anugerah Tuhan. Jikalau kita bisa mengerti doktrin mengenai apa yang sebenarnya terjadi dalam kekekalan, maka sebenarnya itu adalah anugerah yang besar, karena Allah menyatakan misteri ini. Ini adalah revelation atau apocalyptic. Kita tidak akan mengerti election, predestination, adoption, forgiveness, kita tidak akan mengerti semuanya itu kecuali Allah membukakannya kepada kita. Dan ini merupakan Divine Revelation.

1. (ayat 13) Dimeteraikan dengan Roh Kudus yang dijanjikan.
Hal ini berbicara mengenai kepastian akan masa depan, iman yang akan disempurnakan di masa depan. Semua ini adalah murni pekerjaan Allah Tritunggal. Dalam kedua belas ayat ini, kita akan menemukan bahwa Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus itu muncul. Boleh dikatakan bahwa seluruh Cosmic Drama ini dimulai dari Allah Bapa, dilakukan oleh Allah Anak dan dituntaskan oleh Allah Roh Kudus. Ini adalah pekerjaan Allah Tritunggal semata, tidak ada pekerjaan manusia. Kalau kita boleh selamat, mengenal Yesus Kristus, lahir baru dan mengenal pengudusan, kesempurnaan serta penggenapan dari iman kita, semua ini adalah pekerjaan Allah Tritunggal bukan pekerjaan kita. Dalam pasal 2:8-9, Ini adalah pekerjaan dari Allah Tritunggal yang memulai, menopang dan memberikan jalan-Nya dan juga yang mengakhirinya. Tidak ada satu bagian dari diri manusia yang memiliki andil daripadanya. Ini adalah apa yang Alkitab dengan jelas katakan. Sehingga jikalau kita bertekun dalam iman kita, maka seluruh dari hidup kita pada akhirnya akan berjumpa dengan jutaan, ratusan bahkan milliaran orang akan bertekuk lutut dan berkata bahwa “Engkaulah yang telah menjadikan semua ini ada dan terpujilah nama-Mu saja.” Tidak ada orang yang andil dalam masalah keselamatan. Alkitab dengan menyatakan hal ini. Sehingga seluruh hasilnya akan menuju pada Soli Deo Gloria (Kemuliaan hanya bagi Allah).

Sola Gratia, Sola Fide, Sola Scripture, Soli Deo Gloria, Solus Christos adalah 5 sola daripada Reformasi. Kita harus memperhatikan baik-baik apa yang menjadi penekanannya bukan pada kata Fide, Scriptura, Gratia, Christos, bukan Deo Gloria. Yang merupakan penemuan daripada reformator bukan iman, Kristus, Alkitab, Anugerah melainkan Reformator dengan tepat menekankan mengenai Sola (satu-satunya). Apakah Katolik pada waktu itu tidak memiliki atau mengatakan Alkitab, Kristus, Deo Gloria ? Ada. Tetapi Katolik pada waktu itu tidak mengatakan mengenai Sola atau satu-satunya. Kalau kita tidak memuji Allah sebagai satu-satunya, maka kita memasukkan suatu unsur manusia di dalamnya. Dan secara prinsip kita menentang apa yang dikatakan Efesus 1:1-14. Walaupun kita mendengarkan kotbah dan maju ke depan saat altar calling, memberikan suatu keputusan dalam hidup untuk meninggalkan dosa, dan semua orang bertepuk tangan melihat keteguhan komitmen hati kita, Tetap kita harus mengingat pernyataan Paulus bahwa saat orang berdosa menjadi orang suci semua itu adalah pekerjaan Allah Tritunggal saja.Penekanan mengenai keselamatan hanya pekerjaan Allah Tritunggal saja, menjadi dasar di dalam kita memahami seluruh pasal selanjutnya dalam surat Efesus ini. Bukan hanya itu, hal ini pun adalah dasar di dalam kita bertindak, berdoa, bermotivasi, kesatuan gereja, kehidupan suami-istri, orang tua-anak. Semua hal ini dapat kita lihat dalam Efesus pasal 4-6. Kehidupan orang Kristen/ kehidupan kita yang ada di depan mata, yang kita jalani sehari-hari, merupakan respon kita terhadap Cosmic Drama yang kita ketahui. Kalau hal ini tidak kita nyatakan, maka kita akan memiliki satu kehidupan yang partial, disintegrate, kehidupan yang tidak tersambung. Sebaliknya, seluruh kehidupan, perkataan, pekerjaan yang kita lakukan di dalam konteks obedience merupakan suatu respon terhadap cosmic drama yang dikerjakan dalam Allah Tritunggal ini. Itulah sebabnya pujian hanya diberikan kepada Allah saja, tidak ada andil dari manusia. Maka di dalam area seperti ini, biarlah kita boleh mengerti dimana kita harus melakukan penekanan.

Sekarang kita akan memperhatikan ayat 15-23. Bagian ini merupakan respon terhadap ayat 1-14. Salah satu respon daripada Paulus adalah dia tidak berhenti berdoa untuk meminta Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Kristus. Apa yang Paulus minta adalah untuk menyatakan bahwa kehidupan Kristiani yang bertumbuh itu sebenarnya adalah pada pengenalan akan cosmic drama ini yang dikerjakan oleh Allah dalam Yesus Kristus. Jikalau kita mengenal dan berubah melalui pengenalan tersebut, maka hidup kita akan semakin berubah dan disucikan, makin bersyukur dan memiliki fondasi yang kokoh. Kalau kita memperhatikan kembali ayat 3-14, kita akan menjumpai bahwa kata yang diulang-ulang adalah kata “di dalam Kristus”. Di sini kita harus memperhatikan baik-baik betapa Paulus menekankan Pribadi Yesus Kristus. Paulus peduli dengan jemaat Efesus yang pada waktu itu konteks kehidupan sekitar Efesus penuh dengan kehebatan salah satu dari 7 keajabian dunia kuno, yaitu Dewi Artemis dengan kuilnya. Dewi Artemis adalah satu patung Dewa perempuan dengan ratusan buah dada. Itu menggambarkan mengenai Dewi kesuburan. Kalau seseorang sedang dalam kesulitan keuangan, maka jikalau ia meminta kepada Dewi Artemis maka hidupnya akan berhasil dan berlimpah-limpah. Kalau sedang dalam penyakit, pergi ke Dewi Artemis maka ia akan mendapatkan kesehatan yang berlimpah-limpah. Seluruh orang Efesus bahkan seluruh dunia datang ke kota Efesus karena pada saat itu ini adalah agama yang terkenal. Dan jika Paulus berkata mengenai Kristus di sana, maka resikonya adalah kematian. Paulus perlu untuk menekankan mengenai “di dalam Kristus” karena Paulus harus membereskan seluruh cara pikir jemaat di Efesus. Dia mau mengatakan bahwa tidak ada satupun yang diberikan oleh Allah itu ada di luar Kristus. Seluruh berkat Tuhan berikan dengan berlimpah-limpah di dalam Kristus. Jikalau kita mengerti hal ini, maka kita akan mengetahui bahwa semuanya adalah untuk memuji kemuliaan-Nya.

Bagian berikutnya daripada ayat 15-23 adalah mengenai bagaimana kita harus berespon kepada cosmic drama tersebut. Di sini kita dapat memperhatikan bahwa respon Paulus di sini ada 2, yaitu mengucap syukur atas iman dan karena kasih yang terjadi antara orang kudus. Iman berisi mengenai kebenaran dan kasih keluar daripada apa yang diimani. Iman yang sejati akan menghasilkan kasih yang sejati. Di sini Paulus mengatakan bahwa dirinya tidak berhenti atau tidak putus-putusnya mengucap syukur atau memberikan pujian kepada Allah. Saat kita melihat pekerjaan Tuhan, mengenai bagaimana Ia melahir-barukan kita, apakah Saudara memiliki hati yang tidak putus-putusnya mengucap syukur? Kita sering melakukan ucapan syukur kepada Allah, tetapi yang dilakukan Paulus disini adalah tidak henti-hentinya mengucap syukur, berarti ada suatu kontinuitas dalam pengucapan syukur tersebut. Di sini kita melihat bagaimana Paulus memiliki kerohanian yang stabil dan mahir. Berapa kali Saudara mengucap syukur? Dapatkah Saudara tidak berhenti mengucap syukur? Mengucap syukur tidak henti-hentinya berarti ada suatu freshness. Ini suatu yang tidak mudah. Kalau kita sebagai dokter, saat pertama kali kita menjumpai pasien yang kecelakaan kita akan memiliki compassion untuk segera menanganinya, tetapi setelah 10 tahun compassion seperti itu tidak berhenti-henti berarti dia seorang yang mahir. Begitupun saat kita menjadi guru atau pengkotbah, saat kita memiliki compassion yang tidak redup, kita adalah orang yang mahir. Karena itu mintalah hati yang tidak berhenti-henti mengucap syukur. Kalau kita di dalam Kristus, marilah kita mengingat apa yang terjadi saat kita hidup di dalam kristus. Mungkin sudah bertahun-tahun kita menjadi orang Kristen, kita sudah ditebus dan seluruh hutang kita sudah dibayar lunas oleh Tuhan, bahkan kita memperoleh harta yang kekal, tetapi kenapa kita tidak bisa bersyukur terus menerus? Bukankah seharusnya bukan kita yang menerima berkat tersebut? Semua itu kita terima karena anugerah dari Tuhan. Paulus menyadari hal ini sehingga dia terus menerus mengucap syukur tidak habis-habisnya. Kalau kita mengerti ini maka kita pun seharusnya tidak mudah menghakimi sesama orang Kristen sejati karena kasih yang sejati akan muncul dengan sendirinya dari hati kita, karena pride tidak mungkin muncul jikalau kita mengerti akan cosmic drama tersebut. Kasih yang sejati akan muncul di dalam iman yang sejati, yang mengerti akan cosmic drama tersebut.

Paulus berrespon dengan tidak berhenti berdoa. Ia tidak berhenti berdoa untuk meminta kepada Tuhan berkat bagi jemaat. Maka sekali lagi hal ini adalah hal yang hanya bisa dikerjakan orang Roh Kudus saja untuk mengenal Kristus. Saat kita mengenal Kristus maka kita akan mengenal 3 hal ini: pertama adalah pengharapan panggilan, kedua adalah kekayaan kemuliaan, ketiga adalah kuasa Allah yang besar yang bekerja saat ini. Di dalam pasal 1 ayat 22 dan 23 & Efesus 2: 19-22 adalah suatu ciri daripada kitab Efesus. Ada suatu keunikan ayat-ayat dalam Efesus ini. Ujung akhir dari pasal berbicara mengenai eklesiologi. Pasal yang pertama berbicara mengenai cosmic drama, dalam pasal kedua berbicara mengenai history of reality atau apa yang Tuhan lakukan dalam time and space. Dalam pasal 1 dan 2 kita lihat dimulai dengan berbicara mengenai Christology tetapi uniknya setiap akhir dari pasal selalu diakhiri dengan pembahasan mengenai gereja. Di sini kita dapat mengerti bahwa apa yang Allah kerjakan dalam kekalan akan berujung di dalam Gereja. Gereja adalah sesuatu yang sangat vital di dalam visi Allah. Gereja bukan sekedar institusi, tetapi hasil dari pekerjaan Allah dalam cosmic drama. Karena itu kita harus menghormati Gereja yang sejati. Itulah sebabnya Saulus yang menghancurkan Gereja pada saat itu harus berhadapan langsung dengan Tuhan. Sehingga melalui peristiwa itulah Paulus menjadi tokoh Alkitab satu-satunya yang bisa mengkaitkan Gereja dengan Kristus. Kalau kita benar-benar menghargai Kristus maka kita harus benar-benar menghargai Gereja juga, karena hasil pekerjaan Allah dalam cosmic drama adalah Gereja. Hati-hati dalam kehidupan bergereja kita karena Gereja adalah suatu hal yang menjadi isi hati Tuhan.

Di Atas Satu Alas

“Di Atas Satu Alas”

( The Church’s One Foundation )

Samuel J. Stone, 1866

Samuel J. Stone, dilahirkan di Whitmore, Strattfordshire, tahun1839.

Ia anak dari Pdt. William Stone. Samuel menempuh pendidikan di

Pembroke College, Oxford. Tahun 1874, ia meneruskan pelayanan ayahnya

di Gereja St. Paul’s, Haggerston.

St. Paul’s Haggerston berada di kawasan kumuh di London.

Stone membuka gerejanya pada pukul 6.30 pagi sehingga para pekerja bisa

mampir ke gereja untuk bersekutu, berdoa, membaca dan sebagainya.

Kemudian ia membangun beberapa gereja, ia beranggapan bahwa

masyarakat bawah sekali pun berhak untuk beribadah di gereja yang indah.

Di kemudian hari, ia dijuluki sebagai “pendeta kaum miskin”.

Stone menulis banyak puisi dan hymne. Ia juga adalah anggota dari sebuah

lembaga musik Hymns, Ancient and Modern.

Stone menuliskan hymne ini ketika Gereja berada dalam situasi perpecahan.

Ia kembali merenungkan tentang apa itu Gereja.

Yaitu Kristus lah yang menjadi dasarnya yang kuat.

Gereja adalah umat pilihan dari bangsa-bangsa di seluruh dunia

yang disatukan oleh Allah sendiri. Dan kiranya Gereja terus berdoa.

Gereja Tuhan yang sejati tidak akan pernah binasa.

http://songsandhymns.org/people/detail/samuel-stone

Ku Tahu Siapa Yang Kupercaya

“Ku Tahu Siapa Yang Kupercaya”

( I Know Whom I Have Believed )

El Nathan / Daniel W. Whittle, 1883

Pengarang lagu ini biasanya menggunakan nama samaran El Nathan atau Elias Nathan. Nama sebenarnya ialah Daniel Webster Whittle. Dalam perang sipil, Whittle kehilangan tangan kanannya, lalu harus mendekam di kamp penjara perang. Setelah sembuh dari luka-lukanya, ia mencari-cari sesuatu untuk dibaca kemudian ia temukan Alkitab Perjanjian Baru. Walaupun kata-kata dalam Alkitab itu begitu menggema di hatinya, ia belum siap menerima Kristus. Tidak lama setelah itu, seorang perawat rumah sakit membangunkannya dan berkata bahwa ada seorang tahanan yang sedang sekarat yang meminta seseorang berdoa untuknya. Whittle sebenarnya keberatan mendoakan tahanan itu, tapi perawat itu berkata, “Saya kira Anda seorang Kristen karena saya lihat Anda membaca Alkitab”. Akhirnya, Whittle bersedia mendoakan tahanan itu dan mencatat demikian :

…saya berlutut dan menggenggam tangan anak muda itu. Dengan terbata-bata saya mengakui dosa-dosa saya dan memohon Kristus mengampuni dosa saya. Saya percaya bahwa saat itu juga DIA sudah mengampuni saya. Kemudian dengan sungguh-sungguh saya mendoakan anak muda itu. Anak muda itu menjadi tenang dan memegang tangan saya erat-erat sementara saya mendoakan dia dan mengatakan janji – janji Tuhan kepadanya. Ketika saya berdiri, ia meninggal. Wajahnya yang semula sangat menderita berubah menjadi penuh sukacita dan damai. Saya hampir tidak dapat mempercayai kalau Tuhan sudah memakai anak muda itu untuk membawa saya kepada Juru Selamat, dan memakai saya untuk membawa anak muda itu untuk mempercayakan hidupnya pada darah Kristus yang begitu berharga dan menemukan pengampunan. Saya berharap bertemu lagi dengan anak muda itu di sorga kelak….”

Setelah perang selesai, Whittle bekerja bagi Elgin Watch Company di Chicage, Illionis. Selama kurang dari 10 tahun, ia akhirnya menekuni ladang penginjilan. Selama masa itu, ia bekerja dengan musisi terkenal, Philip Bliss dan James McGranahan. Whittle yang lahir pada tanggal 22 November 1840 di Massachusetts ini dimakamkan juga di tempat kelahirannya pada tanggal 4 Maret 1901. Keputusannya untuk menyerahkan seluruh hidup kepada Injil tersirat dalam pernyataannya: “…dalam keheningan, saya telah serahkan seluruh hidup saya kepada Bapa Sorgawi untuk IA pakai sesuai kehandak-Nya…”

Stephen Tong

Man is not what he thinks, man is not what he eats, man is not what he gains, man is not what he behaves, man is not what he feels, but man is what he reacts before God

Stephen Tong

Ingatlah, ketika Saudara diusir oleh orang pada saat memberitakan Injil, ada pahala untuk anda di sorga. Bagaimanapun kita dianiaya, dipermalukan, diusir, semua itu hanya membuktikan bahwa kita adalah murid Tuhan Yesus. Makin dianiaya, iman menjadi semakin teguh.

Martin Luther

I cannot and will not recant anything, for to go against conscience is neither right nor safe. Here I stand, I can do no other, so help me God. Amen.

Martin Luther

Anyone who is to find Christ must first find the church. How could anyone know where Christ is and what faith is in him unless he knew where his believers are?