AKU memberikan hidup yang kekal kepada mereka, dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya

(Yohanes 10: 27-33)
Pada hari ini kita mempersiapkan untuk merenungkan tentang Paskah di hari Minggu nanti, dan saya ingin kita semua mengingatkan kembali apa yang Tuhan Yesus sudah ajarkan dalam Yohanes 10 ini. Dalam ayat 27 Tuhan Yesus mengatakan “domba-dombaKu mendengarkan suaraKu dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku”, Tuhan Yesus memakai perumpamaan relasi antara Dia dengan umat tebusanNya itu seperti seorang gembala dengan domba. Ini merupakan relasi yang sangat-sangat indah, begitu dekat, begitu intim antara Gembala sejati dengan dombaNya. Demikian pada zaman Tuhan Yesus, ada gembala yang mendaftar menjadi gembala, lalu ingin pekerjaan ini supaya dapat bayaran sementara sampai dia mendapat keuntungan lebih baik dari pekerjaan yang lain, dia akan tinggalkan domba-dombanya. Inilah keadaan yang harus kita lihat dalam contoh Tuhan Yesus mengenai sang gembala. Maka Yesus mengatakan “Aku Gembala, beda dengan orang yang menjadi gembala karena profesi. Sebab Aku adalah Gembala yang baik, yang rela kehilangan nyawaKu demi domba-dombaKu. Aku korbankan nyawaKu demi domba-dombaKu”. Pengorbanan yang Kristus berikan adalah pengorbanan satu-satunya yang mungkin membawa domba-dombaNya masuk dalam hidup yang kekal, tidak ada cara lain, tidak ada jalan lain, tidak ada kemungkinan lain manusia selamat kecuali melalui pengorbanan Kristus. Maka Kristus yang tahu kebutuhan domba-dombaNya, Dia mengatakan “Akulah Gembala yang sejati”. Dalam ayat 27 dikatakan “domba-dombaKu mendengarkan suaraKu”. Tuhan Yesus mengatakan ini untuk memberikan penjelasan mengapa ada orang-orang Yahudi yang menolak Dia, jawabannya adalah “karena mereka tidak termasuk kelompok domba-dombaKu”. Siapa masuk domba Tuhan dan yang tidak? Yang termasuk domba Tuhan akan mengakui siapa Tuhan Yesus, akan mencintai Dia dan akan bertumbuh dalam iman yang benar untuk mengikuti Tuhan Yesus, inilah domba. Domba yang sejati ikut ke mana gembala pergi, domba yang sejati melihat dan mencintai gembalanya karena menyadari cinta kasih yang diberikan sang gembala kepada domba-dombanya. Maka Yesus mengatakan “domba-dombaKu mendengarkan Aku”, Tuhan Yesus tidak harus merasa tersinggung, atau merasa rendah diri, atau merasa kurang signifikan karena ada orang-orang Yahudi yang menentang dan melawan khotbah-khotbah Dia. Waktu Dia memanggil orang, Dia memanggil dengan penuh ketulusan bahwa “Aku rela mengorbankan nyawaKu bagimu”, tetapi ketika orang-orang itu tidak datang, Tuhan Yesus tidak perlu merasa “mengapa pelayananKu kurang berhasil? Mengapa mereka tidak datang?”.

Tuhan Yesus dengan terus terang mengatakan “kalian tidak termasuk domba, maka kalian terus mendengar, sambil mendengar bereaksi melawan, setelah reaksi melawan, mau bunuh Sang Gembala, inilah yang mau kamu kerjakan”. Maka Tuhan Yesus menyatakan bahwa ada kelompok yang akan dengarkan Dia karena domba-domba ini adalah kelompoknya. Dan Tuhan mengatakan dalam ayat 27 “domba-dombaKu mendengar suaraKu dan Aku mengenal mereka”. Kalimat ini sangat indah, Tuhan Yesus mengenal siapa yang akan menerima karunia penebusanNya. Penebusan Tuhan Yesus bukan suatu penebusan yang inpersonal, yang tidak bersifat pribadi. Dia mati di kayu salib, lalu ditawarkan “ayo, siapa yang mati mau diselamatkan? Saya tidak kenal kamu, tapi silahkan datang untuk mendapat berkat”. Ini tidak seperti orang-orang yang bagi uang dari atas mobil, tidak seperti orang-orang yang lempar uang dari atas helikopter, lalu orang-orang sama rebutan tanpa dia tahu siapa saya yang ambil uang itu. Tuhan Yesus tidak bagi berkatNya tanpa adanya relasi. Tuhan Yesus mengatakan “Aku mengasihi domba-dombaKu”, maka Dia mati untuk siapa, Dia sudah tahu. Dia kenal siapa yang untuknya Dia rela mati. Itu sebabnya dalam ayat yang ke-11 dikatakan “Aku Gembala yang baik, Gembala yang baik memberikan nyawaNya bagi domba-dombaNya”, Dia kenal siapa domba-dombaNya. Saudara renungkan hal ini dengan sangat-sangat dalam, Tuhan Yesus adalah Allah yang menjadi manusia, waktu akan dipaku di kayu salib, Dia tahu persis untuk siapa Dia mati, Dia punya kasih dan pengenalan terhadap siapa yang akan menerima penebusanNya. Dia mati 2000 tahun yang lalu, tapi kita tahu di dalam kematianNya itu “saya dikasihiNya maka saya ditebus oleh Dia”, Saudara dikasihiNya, maka Saudara ditebus olehNya. Kristus mati dengan pengenalan siapa yang akan mendapatkan penebusanNya, ini hal yang indah sekali.

Selain pasal 10, juga di pasal 17, Tuhan Yesus mengatakan “untuk domba-domba yang lain, untuk orang-orang yang akan percaya melalui pemberitaan mereka, untuk mereka juga Aku berdoa”. Tuhan Yesus mempunyai doa yang sangat personal, untuk orang-orang percaya pada waktu itu dan untuk orang-orang percaya pada waktu yang akan datang. Inilah besarnya cinta kasih Tuhan. Saudara tidak akan menemukan cinta kasih seperti ini di mana pun, karena hanya Dia yang bisa memberikan nyawaNya untuk memberikan hidup bagi kita. Lalu dalam ayat 28 dikatakan “dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka, dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya”. Bagaimana Yesus memberikan hidup kekal? Ayat 11 mengatakan dengan menyerahkan nyawaNya, ini tema dasar Kekristenan yang kita harus tahu. Saudara harus bertumbuh dengan pengertian Kristen, bermula tentang penebusan. Karena Kekristenan tanpa pemahaman akan penebusan Kristus adalah Kristen palsu, Kekristenan yang hanya menekankan ajaran etika adalah Kekristenan yang palsu. Kekristenan yang mengajarkan kekuatan saya untuk memperoleh dan merebut hidup kekal adalah Kekristenan yang palsu. Kekristenan yang mengajarkan kasih, relasi antar manusia, membangun keluarga yang baik, membangun politik yang baik, membangun ekonomi yang baik, tapi tidak mengajarkan penebusan Kristus sebagai yang utama adalah Kekristenan yang kacau. Itu sebabnya kalau kita kembali ke Alkitab, hal utama yang Tuhan Yesus tekankan adalah “Aku memberi hidup kekal kepadamu dengan Aku memberikan nyawaKu kepadamu”. Ini merupakan hal yang dari Perjanjian Lama terus-menerus dinubuatkan. Perjanjian Lama dengan ketat mengatakan upah dosa adalah maut, dari Kejadian kita sudah tahu efek dari dosa adalah maut. Di dalam Kejadian 3, Adam dan Hawa makan buah pengetahuan yang baik dan jahat, karena itu mereka mati. Di dalam pasal yang ke-5 dinyatakan efek kematian yang sampai pada semua keturunan manusia, termasuk keturunan Seth yang mencintai Tuhan. Orang cinta Tuhan tetap mengalami kematian, orang saleh tetap harus mati, orang yang besar tetap harus mati, orang bawahan tetap harus mati, orang kaya, orang miskin, orang sukses, orang gagal, semua tetap harus mati. Itu sebabnya kelahiran dan kematian menjadi titik yang membuat sama semua orang di dunia ini. Iman melihat Tuhan yang tidak kelihatan, iman mempercayai pengorbanan Kristus yang sudah berlalu dan kita tidak saksikan sendiri. Iman mengajarkan kepada kita untuk menerima setiap perkataan pengajaran Tuhan untuk kita amini dengan sesungguh-sungguhnya. Jadi apa yang Tuhan nyatakan di dalam Kitab Suci, kita terima dengan iman. Dan iman bukan hanya penerimaan terhadap fakta, iman juga adalah keberserahan total terhadap fakta yang sudah kita terima. Itu sebabnya pengertian teologis tidak menjamin kita menjalani hidup yang beres, sudah terlalu banyak orang mengaku mempunyai teologi yang benar, dengar khotbah yang benar setiap minggu, mendapatkan pengertian kerangka worldview reformed yang baik, tapi begitu masuk ujian, baru tahap pertama langsung hancur, karena tidak sadar bahwa iman adalah pengetahuan yang dia miliki lalu yang kepada pengetahuan tentang Allah itu dia harus merebahkan diri. Keberserahan kepada Pribadi Allah yang Agung ini namanya trust, iman mengandung unsur trust, mempercayakan. Apa yang saya alami saya percayakan kepada Tuhan, apa yang harus saya jalani saya pertanggung jawabkan kepada Tuhan. Titik ini membuat kita melihat ada sesuatu yang melampaui dunia ini, sebab Tuhan tidak bisa dinilai dan dilihat berdasarkan cara saya menilai dunia ini. Waktu Tuhan menciptakan dunia ini, Dia tidak termasuk bagian dalam dunia ini, meskipun Dia menyatakan kemuliaanNya, menyatakan pemeliharaanNya, menyatakan pernyataan tentang keagunganNya dalam ciptaan, tapi Dia tidak termasuk yang ada di dalam ciptaan. Lalu kalau saya bisa percaya walaupun tidak melihat, dari mana saya percaya? Dari kesaksian para saksi. Kesaksian para saksi ditemukan lewat Kitab Suci dan hanya lewat Kitab Suci. Itu sebabnya Tuhan tidak ijinkan Yesus Kristus dikenal lewat bumbu. Tuhan tidak ijinkan Yesus Kristus dikenal lewat sumber selain saksi. Maka dari mana saya bisa tahu Yesus hanya lewat saksi? Tapi semua saksi sudah mati. Saksi sudah mati, tapi tulisannya masih ada. Ini adalah kesaksian para saksi yang menyaksikan apa yang dilakukan Yesus, yang hidup waktu Tuhan Yesus hidup, yang memberitakan apa yang Yesus lakukan dan mereka saksikan. Maka Yohanes di dalam suratnya mengatakan “apa yang kami saksikan dengan mata, yang kami raba dengan tangan tentang Firman yang hidup, itulah yang kami beritakan kepadamu”. Jadi kita mempunyai kesaksian dari orang-orang yang mendengar apa yang Yesus katakan, yang menyimpan ajaranNya, yang mencatat lalu dikumpulkan menjadi kisah yang utuh tentang kehidupan Kristus, itulah yang kita dapatkan. Maka siapa yang menjadi domba Tuhan, dia akan tahu ada Allah yang menyatakan panggilanNya bagi domba-dombaNya, ada Allah yang mengutus Kristus untuk hadir di tengah dunia ini, untuk memanggil domba-dombaNya, untuk mengumpulkan semuanya menjadi satu kelompok, satu kawanan di dalam pimpinan seorang Gembala yang rela menyerahkan nyawa. Kristus rela menyerahkan nyawa bagi kita, karena Dia tahu ini yang kita perlukan, kita sudah hidup di dalam dosa, kita sudah jatuh dalam kesalahan, kita sudah dibuang oleh Tuhan.

Maka kalau Tuhan Yesus tidak peduli kita, apakah kita bisa selamat? Ini mesti kita renungkan baik-baik, kalau Tuhan Yesus tidak mau menjadikan diriNya Gembala atas domba-domba yang tanpa alasan bisa Dia kasihi, bisakah kita selamat? Kita selalu take it for granted bahwa Tuhan Yesus wajib tebus saya, Tuhan Yesus wajib pilih saya, Tuhan Yesus wajib mati di kayu salib untuk tebus saya. Apa kewajiban Tuhan untuk lakukan itu? Tidak ada. Apa hak kita terima penebusan Kristus? Tidak ada. Kalau Yesus putuskan “Aku tidak mau peduli kalian, biar kalian binasa, Aku tidak hutang apa pun. Kalau engkau dihakimi, engkau dihakimi berdasarkan jahatmu, engkau akan dihakimi berdasarkan apa yang memang pantas engkau dapatkan, Aku tidak salah kalau menghakimi engkau, dan Aku tidak punya kewajiban untuk tolong kamu”. Kita terlalu anggap remeh anugerah. Orang yang menganggap remeh anugerah, tidak menghargai anugerah, selalu buang anugerah, selalu hina setiap kesempatan yang datang, dan selalu anggap apa yang saya dapat layak untuk saya dapat. Maka waktu sesuatu itu diambil dari saya, saya marah. Tapi fakta di Alkitab mengatakan Yesus tidak harus menjadikan kita dombaNya. Di dalam Alkitab banyak sekali contoh orang-orang yang Yesus kesampingkan, Dia mengatakan “kamu tidak mau dengar Aku karena kamu bukan dombaKu”. Tuhan Yesus mengatakan “karena Bapa tidak tarik kamu kepadaKu maka kamu tidak termasuk domba-dombaKu”. Dan kalau itu dijatuhkan, orang tidak punya kemungkinan untuk selamat.

Orang akan dihakimi berdasarkan semua kejahatan yang sudah dia kerjakan dan tidak ada yang bisa menolong. Tapi Tuhan Yesus mengatakan dalam ayat 28 “Aku mengasihi domba-dombaKu dan Aku berikan hidup yang kekal”, Tuhan Yesus tidak harus tapi Dia pilih untuk lakukan itu. Maka Yesus mengatakan “Aku Gembalamu, Aku kenal siapa engkau dan Aku menyerahkan nyawaKu bagimu”, ini ayat yang indahnya luar biasa. Ayat 28 “Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka”. Cara satu-satunya Tuhan Yesus menolong adalah Dia mengambil nasib yang harus kita miliki, Dia menjadi manusia, menjadi wakil kedua membawa manusia yang percaya kepadaNya ke dalam keselamatan. Tapi untuk melakukan itu Dia harus dihancurkan di dalam keadilan dan murka Tuhan. Inilah pengertian yang harus kita pahami, Tuhan dengan karakter yang agung di dalam kasih, adil dan suci, Dia menghancurkan Kristus di atas kayu salib supaya kita boleh kembali kepada Dia. Maka setelah wakil pertama gagal, wakil kedua dengan taat maju ke kayu salib, setia menanggung hukuman yang diberikan kepada Dia dan dengan demikian membuat murka Tuhan dihabiskan kepada kita melalui diberikan kepada Kristus. Dengan demikian kita sudah tidak lagi dihukum. Di dalam Surat Roma, Paulus mengatakan tidak ada penghukuman bagi orang-orang yang di dalam Kristus, siapa yang dihukum lagi? Apakah Bapa yang menghukum? Bapa sudah menghukum di dalam Kristus. Murka sudah dicurahkan habis, mana lagi murkaNya?, cawan Tuhan mau ditimpakan kepada kita, sudah habis. Kapan ditumpahkannya? Kepada Kristus. Maka setiap orang yang sudah berada di dalam Kristus tidak lagi berbagian di dalam murka Tuhan, karena sudah Dia curahkan kepada Kristus. Inilah pengertian dari Kekristenan yang sejati, Kristus menanggung seluruh murka yang Tuhan mau berikan kepada domba-dombaNya, seolah-olah mau mengatakan “Aku mengasihi domba-domba itu, Aku tidak mau mereka berjalan ke pembantaian”. Tapi yang Kristus kasihi adalah domba-domba yang jahat. Kalau kita pakai istilah domba, terkadang kita ge-er, domba itu kan makhluk yang lucu, tidak bersalah, yang datang kemudian dibelai-belai. Jangan lupa, kita dianggap domba tapi kita bukan domba, kita punya mulut seperti ular kalau kata Alkitab, kita punya lidah mendayu-dayu seperti setan, kata Alkitab, kita punya sikap jahat seperti serigala, yang mengatakan adalah sastrawan Romawi “manusia adalah serigala bagi manusia lain”. Jadi Saudara domba? Domba apa yang seperti ini? Domba yang bisa gigit satu sama lain, domba yang bisa makan daging domba yang lain, domba yang tarik seluruh harta domba yang lain demi memperkaya diri, domba yang kalau sudah duduk yang dipikirkan adalah bagaimana tarik uang rakyat, “domba” seperti ini dibilang domba? Dan Saudara kalau mengingat hidup Saudara yang dulu atau mungkin sekarang masih dijalani, Saudara tahu dengan persis :”saya tidak cocok disebut domba, masakan domba seperti ini?”, saya yakin domba binatang yang tidak cocok untuk menggambarkan sifat dosa yang ada di dalam diri Saudara. Tapi ini keunikan Kristus, Dia melihat kita dalam status setelah Dia sempurnakan.

Ayat 29 Yesus menyatakan bahwa Bapa yang akan menarik domba-dombaNya kepada Dia lebih besar dari siapa pun dan seorang pun tidak ada yang bisa merebut mereka dari tangan Bapa. Yesus waktu mengambil kita dari penghakiman Allah, sedang tidak bertengkar dengan Bapa. Jadi bukan berarti Bapa ingin menghakimi kita lalu Yesus mengatakan “jangan”, lalu Bapa mengatakan “harus”, Anak mengatakan “tidak, Aku akan rebut dari Kamu, Kita berkelahi kalau perlu”, bukan. Tapi Yesus mengatakan “yang menghantar domba-domba ini ke pelukanku itu Bapa sendiri. Waktu Tuhan Yesus mengatakan “BapaKu menarik mereka kepadaKu, BapaKu memberikan mereka kepadaKu”, lalu ayat 30 “Aku dan Bapa adalah satu”. Orang Yahudi langsung ambil batu mau lempar Tuhan Yesus, karena ini perkataan sedang menyakan Yesus dengan Allah. Orang yang membaca Alkitab lalu mengatakan “mana? Yesus tidak pernah mengklaim diri sebagai Allah, itu teologi Kristen bukan ajaran Alkitab, itu ajaran gereja bukan ajaran Alkitab” yang bicara ini adalah orang yang tidak mengerti bagaimana menafsirkan tulisan. Maka waktu Yesus mengatakan “Aku dan Bapa adalah satu”, mereka ambil batu tapi gentar. Tidak ada seorang pun yang melempar Yesus karena waktunya memang belum tiba. Lalu Yesus membela diriNya, Yesus msaih beri kesempatan untuk mereka percaya, Yesus mengatakan “kamu lempar Aku alasannya apa?”, saya tidak pernah habis pikir mengapa orang bisa benci Yesus. Karena kita percaya di dalam Perjanjian Lama dikatakan kebangkitan mulia itu milik orang-orang benar, dan kalau dia menghujat Tuhan, ini dosa nomor satu besarnya, Dia tidak mungkin bangkit dalam kemuliaan. Maka klaim Dia bahwa Dia adalah Allah adalah benar dan Dia tantang kepada orang Yahudi “buktikan klaimKU salah, apakah Aku menyatakan siapa diriKu, tapi tidak menghidupi statusKu? Kalau begitu silahkan marah. Tapi kalau Aku menyatakan siapa diriKu dan Aku menjalankan dengan bukti, klaim tentang siapa Aku, engkau tidak punya alasan untuk menolak”.

Ayat 33 kita menemukan fakta otang yang menolak akan tetap menolak, bukti apa pun yang diberikan. Sedangkan para domba yang sejati akan menerima Dia karena Tuhan beranugerah kepada kita. Dan Saudara ingat baik-baik, siapa yang menjadi dombaNya itu akan menjadi satu kawanan yang dikasihi Kristus. Tuhan Yesus mengasihi Saudara dan saya waktu Dia mati di kayu salib. Tuhan Yesus mengasihi Saudara dan saya, dan itu menjadi motivasi Dia untuk turun ke dalam dunia. Tuhan Yesus mencintai Saudara dan saya, dan ini menjadi pendorong bagi Dia untuk tetap bertahan ketika Dia disiksa dan dipaku. Jaminan keselamatan Yesus katakan dalam ayat 27, 28, pasti tidak akan binasa karena Kristus yang berdoa kepada Bapa dan Kristus selalu didengar. Bayangkan Yesus selalu didengar oleh Allah, kira-kira kalau Yesus di sebelah kanan Allah, pokok doanya apa? Apa yang Dia doakan? Alkitab mengatakan yang Dia doakan adalah kita domba-dombaNya. Kristus menjadi Pengantara sampai saat ini. Saudara menjadi orang Kristen tapi tidak menghargai berkat ini, sayang sekali. Kalau kita merenungkan kematian Kristus, kita sadar Dia yang memanggil kita menjadi dombaNya dan Dia yang sudah berkorban bagi kita, tidak ada hal apa pun yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

AKUlah Gembala yang baik dan AKU memberikan nyawaKU bagi domba-dombaKU

(Yohanes 10: 11-18)
Di dalam pasal 10 Dia masih berbicara kepada banyak orang dan Dia sudah membicarakan tentang DiriNya yang akan menjadi Gembala yang baik. Di bagian ini Kristus mengatakan bahwa Dialah Gembala yang baik karena Dia memberikan nyawaNya bagi domba-dombaNya. Ini merupakan satu pernyataan dari Kitab Suci mengenai mengapa Kristus boleh menjadi Pemimpin, mengapa Dia boleh menjadi Raja atas seluruh umat Tuhan bahkan atas seluruh bangsa. Tuhan memberikan Dia tempat yang paling tinggi justru karena Dia rela datang ke tempat yang sangat rendah. Tuhan memberikan kepada Dia kemuliaan yang besar justru karena Dia rela diperlakukan sangat hina oleh orang-orang di dunia ini. Maka kemuliaan yang dimiliki oleh Kristus adalah kemuliaan yang Dia nyatakan dan Dia konfirmasi melalui jalan salib, melalui kehinaan. Tuhan Yesus memberikan ajaran yang jauh lebih dalam dari hanya sekedar membawa orang ke tempat yang lebih baik saja, tetapi Yesus mengajarkan bahwa untuk membawa orang ke tempat yang lebih baik, Dia sendiri harus berkorban. Ini satu paradox lagi yaitu siapa yang melepas apa yang dia miliki akan menerimanya, siapa yang mempertahankan yang dia punya akan kehilangan apa pun. Maka Yesus mengatakan “Aku akan memimpin para domba itu dari tempat di mana mereka akan binasa menjadi ke tempat di mana mereka memperoleh hidup kekal”.

Lalu bagaimana cara Yesus memimpin domba-domba ini ke hidup yang kekal? Di dalam ayat 11 Tuhan mengatakan “Aku Gembala yang baik dan Aku memberikan nyawaKu bagi domba-dombaKu”, inilah satu hal yang harus kita renungkan tentang pengorbanan Kristus yaitu Dia menjalani pengorbananNya demi membawa kita yang yang berada dalam keadaan yang rusak dan hancur untuk masuk ke dalam satu keadaan yang penuh dengan damai sejahtera. Jadi Kristus mengorbankan diriNya supaya orang-orang yang berada dalam kekacauan boleh diangkat lalu mendapatkan kehidupan. Dalam Inijl Yohanes ada 3 hal yang seringkali diulang, hal pertama yang sering diulang adalah pernyataan tentang Allah, Kristus, Roh Kudus adalah kebenaran. Allah, FirmanNya adalah kebenaran, Kristus adalah kebenaran, Roh Kudus adalah Roh kebenarana. Lalu hal kedua, di dalam Injil Yohanes sangat menekankan hidup yang kekal. Mengapa Yesus datang? Supaya kita bisa mempunyai hidup yang kekal. Lalu yang ketiga yang ditekankan dalam Injil Yohanes adalah “kamu satu di dalam Bapa sama seperti Aku di dalam Bapa dan kamu di dalam Aku”, adanya satu keintiman kasih. Bukan hanya hidup yang sementara setelah itu mati, tetapi mempunyai kehidupan bersama dengan Bapa di dalam kekekalan. Maka Kristus menyatakan DiriNya menjadi berkat bagi semua orang yang sedang hidup di dalam dunia ini di dalam ketersesatan, kemudian Tuhan panggil menjadi domba-domba yang dituntutn masuk dalam hidup yang kekal. Maka waktu Kristus menyatakan kasihNya, Dia tahu apa yang kita perlukan, Dia datang ke dalam dunia dan jalani seluruh hidupNya untuk memberikan apa yang paling kita perlukan. Hidup kita dalam dunia ini memerlukan banyak hal, tapi ada satu yang paling essensial yaitu apa yang harus saya kerjakan di dalam hidup supaya hidup saya mempunyai makna lebih dari sekedar hidup, saya mempunyai hidup yang mempunyai makna yang kekal, saya ingin hidup yang kekal, bagaimana saya jalani hidup supaya saya mempunyai hidup yang kekal? Ini salah satu pertanyaan yang dibahas juga dalam Injil Sinoptik, “saya sudah hidup tetapi saya tahu hidup saya akan berakhir. Setelah saya hidup di dunia ini selesai, apakah yang akan terjadi nanti?”. Maka manusia menggumulkan hal ini sebagai sesuatu yang sangat penting untuk dapat jawaban.

Orang-orang terus bicara tentang kehidupan lalu memperlakukan kematian sebagai sesuatu yang otomatis menyusul secara natural. Inilah kesalahan pertama di dalam memandang tentang kematian. Kalau orang yang ditanya tentang kematian, dia jawab “mati itu proses wajar, kita hidup, kita lahir, bertumbuh, dewasa, menjadi tua, lalu mati, ini adalah proses wajar, semua mengalami proses ini”. Kematian itu tidak natural. Ada lagi yang mengatakan kematian itu bagian dari siklus hidup yang berputar terus, reinkarnasi, jadi sekarang kamu hidup nanti mati, nanti hidup kemudian mati lagi, kehidupan terus berputar dan berputar. Tapi kita punya satu kerinduan akan ada kekekalan, setelah mati tidak berakhir. Lalu mengapa kita begitu takut mati kalau ternyata mati bukan akhir dari semua? Di dalam satu bukunya Sickness unto Death, Kierkegaard mengatakan problem manusia takut mati itu bukan karena kematian itu jadi akhir atau kematian itu jadi loncatan gelap yang saya tidak tahu mau ke mana, melainkan itu menjadi satu langkah masuk dalam tahta pengadilan Tuhan dan Tuhan akan bongkar dosa dan memberikan penghakiman kepada kita. Ini yang secara bawah sadar kita takut, menurut Kierkegaard. Maka kita terus hidup dalam kegeliasahan karena kita akan menghadapi kematian, lalu kematian itu adalah sesuatu yang tidak natural, tidak diharuskan untuk kita, tetapi mengapa harus kita alami. Maka semua ini dijelaskan oleh Alkitab dengan sangat tuntas.

Hanya Kitab Suci kita yang menjelaskan bahwa upah dosa adalah maut, hanya Kitab Suci yang memberi pengertian bahwa tidak ada hal yang pantas diberikan sebagai hukuman kepada orang berdosa selain maut, tidak ada yang lain. Maka mengapa kita harus mati? Karena kita sudah berdosa. Apa itu kematian? Terpisah dari Tuhan, menerima murkaNya, dibuang oleh Tuhan, inilah yang menjadi ketakutan bagi manusia. Maka kita hidup terus takut mengenai kematian, terus berpikir “saya mau mengalahkan kematian, bagaimana saya melewati kematian, bagaimana saya hidup dengan tidak takut pada kematian”. Kematian menjadi sesuatu yang sangat menakutkan. Dan Saudara tidak ada orang senang hidup menuju kematian seperti ini, maka banyak orang ketika usia makin tua hidupnya makin tertekan. Jadi ada kecenderungan kita menghindarkan diri dari yang sementara ini, manusia mau apa yang dikerjakan dalam hidup setidaknya bertahan dalam generasi yang panjang. Maka keinginan yang kekal mempunyai tanda yang berlangsung terus melampaui zaman. Ini jadi kerinduan dan pengejaran banyak orang, sebagai tanda bahwa kita tidak mau masuk dalam kematian. Manusia yang hanya hidup satu kali ini tetap harus menghadapi kematian apa pun yang dia pilih untuk tempuh dalam hidupnya. Tetapi di dalam kematian yang paling mencelakakan manusia bukan berakhirnya nafas, bukan berhentinya detak jantung, melainkan apakah setelah mati saya diterima oleh Allah yang abadi atau tidak. Sebab jika dunia ini pun sudah membuang saya dan saya tidak lagi hidup di dalamnya, lalu Tuhan pun membuang saya, kemana saya harus pergi? Ini satu pertanyaan yang membingungkan, “kalau dunia bukan tempatku, lalu dimana tempatku? Kalau di sini bukan kemahku yang abadi, lalu dimana kemahku yang abadi?”. Hal yang sangat menakutkan bagi manusia adalah kemah yang sementara ini tidak diganti oleh kemah yang kekal. Jadi apa yang saya jalani dalam hidup nanti akan berkahir, hidup saya nanti juga akan berakhir tanpa ada pengharapan apa pun. Hal yang menakutkan ini adalah fakta bahwa kematian itu adalah sesuatu yang menakutkan, yang tidak memberikan pengharapan apa pun. Tetapi Kristus melihat domba-dombaNya memiliki kesulitan ini, Kristus mengetahui bahwa domba-dombaNya berada dalam kehidupan yang menuju kematian tanpa pengharapan. Maka sebagai Gembala yang baik Dia datang dan Dia tolong domba-dombaNya ini dengan memberikan nyawaNya. Kristus yang tidak harus mati memberikan nyawaNya supaya dombaNya yang harusnya mati boleh memperoleh hidup yang kekal. Inilah sebabnya dalam pasal 10 Yesus mempersiapkan pengertian para murid untuk peristiwa salib. “Sekarang kita akan masuk dalam peristiwa salib dan engkau harus mengerti mengapa Aku harus disalib”, ini merupakan salah satu khotbah yang paling penting, Yesus mengatakan “Aku rela menyerahkan nyawaku bagi domba-dombaKu, Aku tidak lari kalau domba-dombaKu dalam bahaya, Aku tidak meninggalkan kamu, Aku akan memberikan kepadamu hidupKu supaya engkau bisa hidup”. Jadi Kristus mengorbankan nyawa karena Dia tahu inilah yang diperlukan oleh domba-dombaNya. Kita sebagai domba-dombaNya mendengar kalimat ini bagaimana mungkin tidak terharu. Maka domba-domba yang sedang tersesat dan tidak tahu arah ini, kembali mempunyai Gembala yang siap memberikan nyawa bagi mereka. Kristus datang dari sorga ke dalam dunia, Dia datang dari tempat yang begitu mulia ke tempat kita yang hina ini, supaya kita yang di tempat yang hina ini boleh mendapatkan anugerah yang kekal. Kristus mengatakan “Aku menyerahkan nyawaKu untuk memberikan hidup yang kekal kepadamu”. Maka dengan pengorbananNya di kayu salib, Dia memberikan satu hal yang paling penting boleh kita nikmati yaitu keselamatan dan hidup yang kekal di dalam Tuhan. Keselamatan dan hidup yang kekal yang terlalu sering diabaikan, terlalu sering tidak lagi kita syukuri tetapi Tuhan mengatakan di dalam bagian ini “Akulah yang memberikan kepadamu”. Saya minta kita renungkan sama-sama bagian ini sambil merenungkan mengapa Kristus harus mati di kayu salib? Karena itulah satu-satunya cara Saudara dan saya berhenti masuk dalam kehidupan yang penuh dengan ketidak-pastian. Mengapa Kristus mati di kayu salib? Supaya Saudara dan saya tidak harus mati. Kita harus membayangkan diri kita sebagai sekelompok orang yang sedang berjalan menuju ke tempat kita akan dimatikan, tapi kemudian Kristus yang datang menggantikan posisi kita yang harusnya mati supaya kita tidak lagi harus masuk ke dalam kematian yang mengerikan itu. Inilah janji yang Tuhan berikan dalam kematian Kristus. Maka ini yang harus kita renungkan terus, “saya yang hidup dalam dunia ini, saya mendapatkan pengertian dan anugerah dari kebenaran Tuhan bahwa Kristus yang mengasihi saya sekarang mengorbankan nyawaNya supaya saya boleh datang kepada Allah, supaya saya boleh diselamatkan mempunyai kehidupan yang kekal”. Maka Yesus mengatakan “Aku Gembala yang baik, apa yang Aku lakukan Aku memberikan nyawaKu, apa yang ada padaKu Aku berikan supaya kamu boleh mendapatkan keselamatan itu”, kalau ini adalah hal yang penting mengapa kita abaikan ini? Mengapa kita tidak pernah merasakan kelimpahan hidup akibat berkat yang Tuhan sudah berikan ini.

Kristus menyatakan kematianNya Dia alami supaya kita boleh memperoleh hidup yang kekal. Kalimat yang sederhana tapi mengandung makna yang penting dalam hidup kita. Saudara mau cari apa dalam hidup? Mau cari kemegahan, kemewahan seperti apa pun tetap tidak membuat Saudara masuk dalam hidup yang kekal. Tetapi ketika Saudara melihat kepada Kristus yang sudah datang lalu memberikan nyawaNya kepada kita semua, pada waktu itu Saudara tahu Dia sedang mengorbankan hal yang paling penting untuk hal yang paling kita perlukan. Karena kita sudah meneladani Kristus seperti ini, kita boleh menjadi orang yang mempunyai hidup yang limpah di dalam Dia. Kita boleh menjadi orang yang mengikuti Dia, meneladani Dia langkah demi langkah untuk melakukan apa yang Dia juga lakukan. Kristus mengasihi kita sehingga Dia mempersembahkan seluruh hidupNya supaya kita memperoleh hidup yang kekal. Dan Kristus yang telah mempersembahkan diriNya inilah yang menjadi teladan untuk kita tahu bagaimana harus hidup. Bagaimana kita harus hidup? Seperti yang sudah kita bahas tadi, Kristus yang hidup di dalam dunia menjalani hidup yang sepertinya berlawanan dengan apa yang sekarang kita sedang kerjakan. Inilah sifat paradox dari Kristus yang sedang kerjakan, Dia kehilangan nyawaNya untuk memperolehNya kembali, dia mengorbankan nyawaNya untuk orang lain mendapatkan kehidupan yang kekal itu, Dia meninggalkan sorga supaya kita boleh kembali pada Bapa di sorga. Jadi semua ini Dia kerjakan dengan cara yang sangat agung, dengan cara mengabaikan diri, mengosongkan diri dan membuat diriNya menjadi korban sepenuh-penuhnya untuk membuat kita hidup dalam kelimpahan Tuhan. Maka kita yang sudah mengenal Kristus, kita mesti mempunyai hidup yang mencari damai, mencari perkenanan Tuhan dan mencari bahagia bagi orang lain di sekitar kita dengan cara yang sama. Sama seperti Kristus mengosongkan diri, demikian Tuhan menuntut kita untuk mengosongkan diri, memberikan seluruh hidup hari demi hari sepenuh-penuhnya untuk Tuhan, sepenuh-penuhnya untuk kebahagiaan orang lain. Ini yang Tuhan sendiri sudah nyatakan dalam hidupnya. Mengapa kita susah punya hidup bahagia? Karena kita terus cari bahagia buat diri. Mengapa kita susah cari damai? Karena kita terus cari damai buat diri. Mengapa Kristus ditinggikan oleh Allah? Karena Dia rela merendahkan diri. Mengapa Kristus dipermuliakan oleh Bapa? Karena Dia rela dihina.

Maka pernyataan Kristus kepada muridNya sekarang juga dinyatakan kepada kita, “kamu mau jadi yang paling penting, mau jadi yang paling benar, mau jadi yang mempunyai kedudukan mulia, kamu mesti siap menjadi yang paling rendah”. Maka sama seperti Kristus yang mengosongkan diri, demikian Tuhan menyatakan kepada kita “di dalam kerelaanmu mengosongkan diri di situ ada kepenuhanmu”. Bagaimana saya harus hidup? Dengan meneladani Kristus. Bagaimana meneladani Kristus? Kristus mengatakan Aku menyerahkan nyawaKu bagi domba-dombaKu. Saudara juga mesti mengatakan hal yang sama “aku pun menyerahkan nyawaku untuk orang-orang lain yang ada di dalam dunia”. Bagaimana menyerahkan nyawa? Kita hanya mengerti konsep menyerahkan nyawa hanya dalam pengorbanan seperti martir. Ini pengorbanan yang sangat agung dan besar, tapi bukan hanya ini saja satu-satunya cara untuk Saudara berkorban bagi orang lain. Saudara bisa menyatakan cinta kasih Saudara dan juga pengorbanan Saudara dengan menjadi orang yang mati demi orang lain, itu benar, itu sangat baik dan itu sangat mulia. Tapi ada hal lain yang Tuhan tuntut, meskipun Saudara tidak mendapatkan kesempatan untuk mengorbankan nyawa demi yang lain, tetapi Saudara juga diberikan kesempatan untuk menghabiskan hidup demi yang lain. Jadi bukan mati bagi orang lain tapi hidup demi orang lain. Dan ini satu prinsip yang sangat penting. Kita mesti koreksi banyak hal, koreksi alasan kita kerja, alasan kita menikah, alasan kita berusaha, alasan kita studi, alasan kita jalani hidup, seluruhnya mesti dirombak sesuai kebenaran Alkitab. Saya tidak katakan hal-hal yang terlalu jauh atau terlalu besar atau terlalu tinggi tuntutannya, sehingga seolah-olah yang di sini terlalu berat untuk dijalani, bukan. Yang saya nyatakan adalah jalan untuk Saudara mempunyai kehidupan yang penuh damai di dalam Tuhan, jalan yang melepas bukannya mengambil. Karena Tuhan sendiri mengatakan siapa yang melepas justru mendapat, siapa pertahankan justru akan kehilangan. Engkau rela lepaskan nyawamu, engkau peroleh nyawamu. Engkau terus mati-matian pertahankan nyawamu, engkau akan kehilangan. Dan Kristus sekali lagi menjadi contoh.

Maka pertanyaan ini mesti dijawab, mengapa saya mesti studi, mengapa saya mesti kerja, mengapa saya mesti perbesar usaha saya, mengapa saya mesti menjalankan hidup di tengah-tengah masyarakat dan keluarga, mengapa saya mesti jalani hidup hari demi hari dengan cara yang saya jalani sekarang? Jawabannya hanya satu, demi kemuliaan Tuhan dan demi jadi berkat bagi orang lain. Setiap ambisi yang berpusat pada diri tidak akan pernah membawa bahagia. Maka Tuhan beri peringatan untuk kita semua, berhenti kerjakan apa pun untuk diri, jangan kerjakan apa pun untuk ambisi diri. Maka saya mau belajar menyerahkan apa pun untuk pelayanan hanya untuk Dia. Mari kita sama-sama berdoa “Tuhan, kalau saya kerja, saya kerja ini untuk orang lain dan untuk kemuliaan Tuhan bukan untuk diri. Kalau saya mau membina keluarga, keluarga saya ini untuk jadi berkat bagi orang lain, kemuliaan Tuhan bukan untuk diri. Kalau saya mau sekolah, saya sekolah untuk mempersiapkan diri menjadi berkat bagi orang lain dan untuk kemuliaan nama Tuhan. Kalau saya membangun usaha, saya dedikasikan usaha ini untuk membangun orang dan untuk kemuliaan nama Tuhan”. Dan dari situ Saudara tidak akan pernah dikecewakan oleh Tuhan. Orang Kristen harus berhenti bertindak egois, orang Kristen harus berhenti mengajarkan ajaran-ajaran egois, dan sekali lagi orang Kristen mesti berhenti senang ajaran-ajaran egois. Alkitab terus menyatakan mulutmu adalah kuburan, tenggorokanmu adalah dunia orang mati, yang kamu katakan itu dosa semata-mata. Itu yang Alkitab bilang tentang kita”. Tapi Tuhan mengatakan “meskipun mulutmu kuburan, Aku mati bagimu. Dan setelah Aku mati bagimu, berhenti menjadi mulut yang seperti kuburan”. Kita tidak ada spesialnya, kita menjadi spesial karena Tuhan mencintai kita. Itu sebabnya biarlah kita membiasakan diri dengar khotbah yang berpusat pada Tuhan bukan pada diri. Dan waktu kita terbiasa untuk mendengarkan khotbah yang berpusat kepada Tuhan, Saudara mesti melatih diri untuk mempunyai hidup yang berpusat kepada Tuhan. Apa yang saya kerjakan biarlah itu dihabiskan untuk sesamaku dan untuk kemuliaan nama Tuhan. Mengapa kita rela mengerjakan itu? Karena Sang Gembalaku, Gembala yang baik 2000 tahun yang lalu sudah mati di kayu salib, sudah teteskan darahNya supaya aku boleh beroleh hidup yang kekal”. Saudara mungkin mengatakan “kalau saya kerja mengapa harus memikirkan orang lain? Ini pekerjaanku, ini usahaku, ini hasil keringatku”, tapi Saudara harus ingat darah itu adalah darah Yesus, tubuhNya adalah tubuh Yesus, kemuliaanNya adalah kemuliaan Kristus. Tapi Dia yang memiliki kemuliaan, memiliki darah dalam tubuhNya, Dia berikan itu untuk kita. Maka kita mempunyai pengertian setelah saya terima dari Tuhan, saya juga mau mempersembahkan hidup saya kembali untuk Tuhan saja dan kembali untuk Tuhan. Tidak mungkin kita bisa pertanggung-jawabkan kecuali orang lain menikmati atau mendapatkan berkat dari apa yang kita kerjakan. Kiranya darah Kristus, pengorbananNya dan kerelaanNya untuk mati bagi kita, membuat kita juga rela berkorban, rela menyerahkan hidup bahkan mati bagi orang-orang yang memerlukan Tuhan. Biarlah kita menjadi pengikut-pengikut Kristus yang setia. Dan janji Tuhan tetap nyata, siapa mengikuti Kristus, dia sedang mengikuti damai sejahtera.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka

(Lukas 6 : 31-36)
Bagian ini menekankan kepada kita mengenai etika Kristen yang jauh lebih dalam konsep etika mana pun. Karena di dalam Kekristenan kita dituntut tidak hanya memberikan perbuatan baik kepada orang yang baik, kita tidak dituntut hanya dalam batas mengasihi orang yang sefaham dengan kita. Tapi Alkitab memberikan pengertian kepada kita jauh lebih sulit, jauh lebih dalam dan jauh lebih besar tuntutan yaitu supaya kita mengasihi musuh, supaya kita tidak menganggap dendam, benci dan juga ketidakpedulian sebagai sesuatu yang boleh kita alami. Orang Kristen tidak boleh mendendam, tapi bukan hanya itu orang Kristen tidak boleh menyimpan benci, bahkan tidak boleh merasakan netral, tidak suka juga tidak benci, tidak peduli terhadap orang lain. Maka Tuhan menyatakan diriNya sebagai teladan mengenai bagaimana kita memperlakukan musuh. Itu sebabnya etika Kristen menjadi etika yang sangat dalam dan tidak disamai oleh ajaran apa pun sebab etika Kristen diajarkan berdasarkan sifatNya Tuhan. Ini bukan semacam pengajaran yang tidak real, ini bukan semacam pengajaran yang ideal tapi tidak ditemukan dalam sejarah. Sebab Allah sendirilah yang menjadi contoh dan Kristus yang membawa contoh itu ketika Dia ada di dunia. Dan ketika Dia menjalankannya, Dia menjalankan dengan persis sehingga apa yang Dia kerjakan sebagai manusia yang tinggal di bumi sudah memberikan contoh yang ideal mengenai sifat-sifat Bapa. Ini pengertian yang sangat dalam, Saudara kalau jadi Kristen lalu merasa sudah tahu yang penting jangan tipu orang, jangan jahat, itu sudah cukup. Maka saya mengatakan itu tidak cukup, karena Kekristenan jauh lebih dalam dibandingkan hanya sekedar menjalani hidup yang tidak berdosa. Kekristenan penuh dengan kelimpahan, penuh dengan pengertian yang mengaitkan seluruh aspek hidup kembali kepada Tuhan. Sehingga kalau kita mengatakan perintah yang mengatakan “kasihilah musuhmu”, ini perintah ideal yang tidak real, saya akan mengatakan ini perintah ideal tetapi Allah sudah membawanya ke dalam sejarah sehingga ini menjadi sesuatu yang real, sesuatu yang nyata. Di dalam Alkitab setidaknya ada 4 hal yang menyatakan bahwa Allah adalah Allah yang mengasihi musuh-musuhNya.

Hal pertama yang kita lihat adalah bahwa Allah selain mencipta segala sesuatu, Dia juga mengatur, mempertahankan dan terlibat langsung di dalam segala hal yang terjadi di alam. Jadi Allah menopang alam semesta dengan FirmanNya yang berkuasa. Ini berbeda dengan konsep deis, Saudara tidak boleh percaya kaum deis meskipun sepertinya ini sangat cocok dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Orang-orang deis mengatakan Allah mencipta tapi setelah itu Allah tidak ikut campur, seluruh sistem, peraturan, hukum dan segala hal yang ada di dalam alam sudah Allah tetapkan, sudah Allah berikan dan Dia tidak ikut campur. Di dalam Kisah Para Rasul 17, kita tahu jawabannya, Paulus mengatakan “Allah telah menetapkan bagimu batas-batas, Allah telah memelihara seluruh manusia dari satu orang saja lalu Allah turunkan seluruh manusia yang memenuhi bumi sekarang. Allah juga yang terus memberikan hujan, memberikan hasil tanah, memberikan segala kebaikan supaya mudah-mudahan kamu menemukan Dia”, ini kalimat yang sangat indah dari Paulus. Mengapa Tuhan begitu baik? Karena Tuhan mau panggil manusia kembali ke pada Dia. Dan Tuhan mengijinkan kebaikan ini diterima oleh semua, yang percaya Tuhan dapat kebaikan ini, yang tidak percaya Tuhan pun diijinkan dapat kebaikan ini.

Lalu hal kedua yang bisa kita tahu dari kebaikan Allah adalah bahwa Allah menyatakan diriNya sebagai Allah yang jauh lebih unggul, jauh lebih baik dan jauh lebih berkuasa dari agama manapun dan dari ilah manapun ciptaan manusia. Banyak kali dalam Perjanjian Lama, Allah menyatakan diri sebagai Allah yang jauh lebih unggul, lebih tepat, lebih benar, lebih limpah dari pada dewa-dewa palsu. Contoh paling jelas adalah dalam Kitab Keluaran, dalam Kitab Keluaran, Tuhan menyatakan 10 tulah, banyak dari tulah itu Tuhan nyatakan untuk menyatakan “tanpa Aku maka kamu pasti binasa kalau kamu memutuskan untuk menyembah berhala-berhalamu”. Tulah pertama adalah air diubah menjadi darah, air Sungai Nil. Dalam konsep orang Mesir, Sungai Nil adalah darah dewa. Ada Dewa Osiris yang dibantai, badannya dipotong pakai pedang, lalu darahnya tertumpah. Darah Osiris tertumpah, lalu mengalir, kemudian menjadi Sungai Nil. Jadi kalau ditanya “Sungai Nil dari mana?”, “dari darah Osiris”, “kok tidak habis-habis?”, “karena dia dewa”, jadi terus mengalir. Tuhan seolah-olah menyindir “kalau benar sungaimu darah, mari kita ubah jadi darah beneran. Kira-kira kalau sungaimu darah beneran, kamu bisa hidup tidak?”, tidak, begitu diubah jadi darah, ikan-ikan mati semua. Jadi mereka harus mengakui kalau mereka terima mitologi mereka, hidup mereka tidak mungkin bisa baik. Semua konsep ilah palsu tidak applicable, hanya pengertian Allah sejati yang kalau terapkan membuat hidup kita lebih baik.

Hal ketiga yang Tuhan nyatakan adalah Dia memberikan hati nurani di dalam hati manusia. Sehingga manusia bisa tahu mana yang cocok, yang benar, yang pantas dan mana yang tidak. Hati nurani Tuhan berikan sehingga orang yang dibimbing oleh hati nuraninya akan mengetahui apa yang pantas dan yang tidak. Saudara tahu dari mana ini baik dan ini salah? Intuisi. Maka dari Thomas Reid ada satu harapan kembali untuk orang melihat dalam diri dan tahu di dalam diri ada prinsip-prinsip moral yang Tuhan sudah tetapkan yang kalau ini diselidiki baik-baik akan membuat kita tahu apakah perbuatan kita itu pantas atau tidak. Saya pernah beri contoh orang yang hobinya nyopet, tukang copet, dia tahu menyopet itu jahat, kalau tidak percaya coba tanya apakah ada tukang copet yang suka dicopet? Tidak ada. Tukang copet kalau kecopetan akan marah-marah. Jadi mencopet itu baik atau tidak? Dia akan bilang “tidak baik”. Kalau tidak baik mengapa lakukan? Karena terpaksa, tuntutan ekonomi. Jadi Saudara sudah tahu mana yang boleh mana yang tidak. Saudara punya intuisi di dalam diri. Siapa yang menaruh intuisi ini? Tuhan. Tuhan menaruh intuisi ini supaya hidup manusia tidak kacau total, tanpa ada intuisi seperti ini manusia akan saling merampok, menghancurkan, tidak ada peraturan, yang muncul adalah hukum rimba, dan manusia tidak mungkin sejahtera di sini. Maka Tuhan tetap beranugerah memberikan ini dan manusia tetap mempunyai intuisi di dalam dirinya, mana yang benar mana yang salah, mana yang pantas mana yang tidak. Dan setelah orang mengembangkan intuisi ini, membuat masyarakat yang baik, membuat peraturan-peraturan yang mengadopsi atau mengakomodasi suara hati nurani ini, masyarakat pasti maju.

Hal keempat yang menunjukan kebaikan Tuhan adalah Tuhan menawarkan keselamatannya secara umum, ini pun anugerah umum.

Jadi anugerah umum kita sudah lihat dalam 4 poin tadi, hal pertama Tuhan menyatakan kebaikanNya, memelihara alam untuk memelihara kita. Yang kedua Tuhan menyatakan diriNya lebih unggul dari ilah mana pun, konsep FirmanNya lebih unggul dari konsep ajaran mana pun. Yang ketiga, Allah menyatakan hati nurani sehingga manusia bisa beradab, berbudaya dan maju berkembang. Lalu keempat, Tuhan menawarkan keselamatanNya kepada siapa pun yang dapat kesempatan dengar, ini masuk dalam anugerah umum. Tetapi siapa yang berespon, Alkitab mengatakan bahwa tidak seorang pun mau dengar suara Tuhan, tidak seorang pun mau tunduk kepada Tuhan, tidak seorang pun mau menerima tawaran keselamatanNya, di sinilah doktrin predestinasi menjadi sangat penting. Saudara mesti mengerti ini dengan tuntas, saya bisa selamat, saya bisa menerima Injil, berespon kepada Tuhan Yesus dan percaya kepada Dia, itu karena Tuhan pilih saya. Karena Tuhan pilih, berikan anugerah, berikan kemampuan kepada saya maka saya bisa berespon dengan benar. Sedangkan orang lain, Tuhan berikan penawaran “maukah engkau kembali?”, mereka semua tidak mau kembali karena Tuhan tidak beranugerah kepada mereka. Jadi seandainya Tuhan tidak beranugerah khusus, maka tidak ada seorang pun yang akan selamat berdasarkan anugerah umum Tuhan. Maka kita mengerti anugerah khusus itu diberikan bukan karena kita mempunyai kelebihan, tapi karena kita tidak punya kelebihan apa pun dari orang lain. Dan kalau kita tidak diberikan anugerah khusus, kita tidak mungkin bertobat, tidak mungkin kembali kepada Tuhan, tidak mungkin menjadi orang percaya dan diselamatkan. Itulah sebabnya, di dalam Efesus 1 dikatakan “Tuhan sudah pilih kamu dan berikan kamu anugerah, seandainya tidak, kamu tidak lebih baik dari orang lain”. Maka sebenarnya orang yang tahu predestinasi, orang yang tahu konsep Reformed itu harus jadi orang yang sangat rendah hati, karena dia tahu “saya tidak lebih dari orang lain”. Ada orang lain dengar khotbah tapi tetap jahat, “saya tidak lebih baik dari dia”. Ada orang dengar Injil tetap tidak mau percaya, “aku tidak lebih baik dari dia”. Maka Tuhan menyatakan panggilanNya secara umum, dan kalau kita renungkan 4 hal ini, ternyata semua manusia tetap menolak Dia. Bayangkan berapa besar kesabaran Tuhan tetap menjalankan kebaikan ini sampai sekarang. Orang menolak Dia, apakah Dia menghentikan pemeliharaan alam ini? Tidak, alam ini tetap terpelihara, musim-musim tetap berjalan sebagaimana mestinya, siang dan malam terus beralih dengan cara teratur. Lalu kedua, Tuhan menyatakan diriNya lebih berhikmat, lebih mulia dan lebih agung dari ilah-ilah lain, apakah manusia berhenti menyembah ilah lalu kembali kepada Tuhan? Tidak. Apakah Tuhan tetap menyatakannya? Iya, berarti Tuhan tetap beranugerah. Lalu hal ketiga, Tuhan juga adalah Allah yang terus memberikan hati nurani, terus memberikan perkembangan kebudayaan yang makin lama makin maju meskipun manusia tetap menolak Dia. Lalu yang keempat, Tuhan tetap menawarkan keselamatan melalui hamba-hambaNya terus berkhotbah menyatakan Injil, memanggil orang untuk percaya kepada Tuhan, meskipun orang-orang tetap menolak. Jadi siapa yang lebih sabar dari Tuhan. Siapa yang sanggup menerima segala pengkhianatan, segala kebencian dan segala penolakan yang diberikan oleh makhluk-makhluk yang ditopang oleh tangannya sendiri. Saudara kalau mau contoh tentang kebaikan, tentang pengampunan, tidak mungkin dapat dari siapa pun, kecuali dari Tuhan. Hanya Tuhan yang mungkin untuk jadi kekuatan bagi kita untuk mempunyai perasaan kasih dan pengampunan.

Itu sebabnya Allah menyatakan siapakah yang seperti Allah? Tidak ada. Apa yang Allah kerjakan? Allah adalah Allah yang baik kepada mereka yang baik, juga baik kepada mereka yang jahat. Allah adalah Allah yang memberikan anugerahNya kepada seluruh manusia, baik atau pun jahat, anugerahNya secara umum dan limpah. Ini yang membuat peraturan dan perintah Tuhan menjadi sangat layak untuk Dia perintahkan kepada kita. Waktu kita tanya “Engkau beri perintah, Engkau sendiri lakukan kah?”, maka Yesus mengatakan “Akulah sumbernya”. Tuhan lebih dulu menyatakan pengampunan, belas kasihan, pemeliharaan kepada orang yang membenci Dia. Maka Dia memerintahkan kepada kita “kamu pun harus mengasihi musuhmu”. Bagaimana mengasihi musuh? Dengan mengikuti apa yang Tuhan kerjakan, tetap berbuat baik, tetap mengharapkan pertobatan, tetap mendoakan dan tetap tulus kepada mereka yang berbuat jahat kepadamu. Ini ajaran susah sekali, bagaimana kita bisa jalankan ini? Ajaran ini sangat sulit. Prinsip ini juga sama, kedengaran mudah “ampunilah orang yang berbuat jahat kepadamu, berbuatlah baik kepada mereka yang memusuhi kamu”, orang yang tidak punya dendam menganggap ini perintah yang mudah, tapi orang yang pernah disakiti, pernah dendam sama orang lain, tahu bahwa perintah ini sangat sulit. Dan yang gawatnya adalah banyak yang menganggap perintah ini mudah karena merekalah yang sedang bersalah kepada orang lain. “Ampunilah musuhmu”, “tuh dengar, jadi kalau saya ada salah sama kamu, kamu mesti ampuni saya”, ini cara dengar khotbah yang salah. Saudara setiap dengar khotbah mesti peka apa yang Tuhan mau kita koreksi, jangan terus cari apa yang Tuhan mau konfirmasi dari kita. Saudara kalau mau terus cari konfirmasi tidak mungkin ada pertobatan. Waktu Yohanes Pembaptis mengatakan “celakalah kamu ular beludak”, lalu orang yang dengar “puji Tuhan saya bukan ular beludak, hei ular-ular ayo dengar” akhirnya dia terus menjadi ular, karena dia tidak sadar dia ular. Tetapi berbahagialah ular yang sadar dirinya ular, karena waktu Yohanes Pembaptis mengatakan “celaka kamu ular beludak”, yang sadar dirinya ular jadi kaget “aku ular, bagaimana caranya aku bertobat”. Maka ada orang datang kepada Yohanes Pembaptis dan bertanya “apa yang harus aku lakukan supaya selamat?”, Yohanes mengatakan “cukupkan dirimu dengan gajimu, jangan korupsi, jangan tindas orang, jangan peras orang dan kamu berbuat baik”. Tuhan memberikan perintah, perintahNya tidak sulit, tapi kita mesti sangkal diri, pikul salib dan kerjakan. Bagaimana cara saya mengampuni? Bagaimana caranya berbuat baik kepada orang yang jahat kepada saya? Bagaimana saya bisa mendoakan orang yang begitu tidak adil kepada saya? Inilah pergumulan yang sedang dibagikan. Tapi pergumulan ini bukan dibagikan kepada orang yang sedang melanggar orang lain. Jadi waktu Saudara sedang bersalah lalu dengar khotbah ini, harus mengampuni musuh, Saudara jangan pakai ini untuk tuntut orang yang Saudara langgar untuk mengampuni Saudara, itu tidak baik sama sekali. Orang kalau minta ampun lalu tidak diampuni itu harus rela tidak diampuni. Kalau Saudara bersalah sama orang lalu bilang “ampuni saya”, “tidak”, Saudara jangan hakimi dia, Saudara layak tidak diampuni? Tapi bagi orang yang sedang disakiti, bagi orang yang sedang dilanggar, bagi orang yang dilukai, dirugikan, kalimat ini penting bagi Saudara, ampunilah mereka. Karena dengan mengampuni orang, Saudara akan sadar sumber sukacita Saudara bukan dari orang lain, ini hal pertama yang harus Saudara tahu. Sumber sukacita dan pengampunan itu dari Tuhan. Maka Tuhan mengatakan “karena kamu sudah diampuni, maka kamu sekarang ampunilah orang lain. Karena kamu sudah dipertobatkan, sudah dibereskan dosanya, bahkan sudah dihapus, sekarang kamu hapuslah dosa orang lain”. Inilah yang sedang dibicarakan, siapa sedang sakit hati, siapa sedang dilanggar, siapa sedang dirugikan, saya minta Saudara renungkan bagian ini “Tuhan yang mengampuni saya, maka saya dapat penghiburan dari Tuhan”. Maka kita harus memaklumi, orang berdosa memang akan berdosa, saya disakiti oleh orang berdosa, memang dia orang berdosa. Jadi kita akan mengubah dendam menjadi belas kasihan, mengubah dendam menjadi perasaan kasihan. Kamu hidup di dalam keadaan seperti ini, hidupmu akan terus sengsara, mendingan kamu cepat-cepat kembali kepada Tuhan. Inilah jiwa yang sedang Tuhan ingin latih dari kita, sehingga kita tidak mendapatkan apa yang perlu dalam jiwa kita dari orang lain, tapi dari Tuhan.
Ayat 36 mengatakan “hendaklah kamu murah hati sama seperti Bapamu adalah murah hati”. Tuhan tidak pernah menyuruh kita untuk mengampuni dengan kekuatan sendiri. Karena kalau dengan kekuatan sendiri, kita tidak mungkin bisa bertahan. Saudara kalau sekarang menggumulkan, membenci orang, dendam sama orang, lalu dengar khotbah, mengatakan “jujur, khotbah ini sulit sekali, nanti pulang mungkin saya tetap benci orang ini, mungkin sampai beberapa lama saya tetap benci. Tapi saya mau belajar bagaimana caranya mengandalkan kekuatan dari Tuhan dan perenungan tentang kebaikan Tuhan untuk saya boleh mengampuni orang lain”.

Ini membuat bagian-bagian yang kita baca menjadi sangat relevan. Dalam ayat 32 dikatakan “kalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, jasamu itu apa?”, karena berarti kita mendapatkan kepenuhan dari orang itu, jiwaku tenteram karena dia dan sekarang saya membagi itu kepada orang lain. Tapi orang yang sukacitanya pada orang lain, tidak mungkin tenang hidupnya. Maka kalau kita melihat kepada Tuhan, tidak mungkin kecewa. Saudara kalau kecewa sama Tuhan, berarti Saudara salah mengerti Tuhan. Tapi kalau Saudara tidak kecewa sama orang lain, mungkin Saudara salah mengerti orang lain. Jadi waktu Saudara mengatakan “aku kecewa sama Tuhan”, mengapa kecewa? Karena engkau tidak mengenal siapa Dia. Saudara merenungkan 4 poin yang saya bagikan pun, Saudara tidak ada alasan untuk kecewa. Mengapa kecewa? Tuhan tidak berikan ini, engkau terus lihat apa yang Tuhan tidak beri tapi lupa apa yang Tuhan sudah beri. Ini terkadang perlu teguran yang sangat keras, ada orang-orang yang mendapatkan kelimpahan, lalu kurang dapat 1 hal lalu merasa sudah sangat menderita, tapi lupa lihat berkat yang limpah yang Tuhan sudah berikan. Maka Tuhan memberikan kelimpahan, maka kita boleh mempunyai kekuatan untuk menjalankan hidup. Tuhan yang memberikan segala hal yang kita perlukan untuk kepuasan jiwa kita, maka kita boleh mempunyai kekuatan untuk mengampuni orang lain. Bagaimana kekuatan mengampuni itu? Saya sarankan kita boleh sama-sama melatih diri. Tapi untuk memulai mengasihi mari kita coba dulu dengan memadamkan dendam yang ada sekarang. Kadang-kadang Saudara membenci orang yang dekat bukan yang jauh. Coba kita belajar dulu untuk memaklumi orang, memberikan tuntutan kepada dia seperti Tuhan menuntut dan meminta dia untuk berespon kepada Tuhan bukan kepada kita. Sehingga kita tidak mudah kecewa sama orang. Kalau orang mengecewakan Saudara, berarti Saudara beranggapan dia mesti menjadi pelayanmu dan dia gagal. Tapi kalau Saudara merasa dia harus menjadi pelayan Tuhan, kegagalan dia membuat Saudara berdoa kepada Tuhan “Tuhan, sabar sama dia ya, sama seperti Engkau sabar sama saya. Tolong jangan buang dia, sama seperti Tuhan tidak buang saya”, ini yang harus kita miliki. Memang kesulitan untuk menjalankan ini sangat besar, tetapi saya minta kita melangkah satu langkah demi satu langkah, pelan-pelan mulai belajar mendoakan, pelan-pelan belajar maklum, pelan-pelan mulai belajar untuk Tuhan mengampuni orang ini, dan pelan-pelan belajar untuk meminta Tuhan membuat saya mampu mengasihi orang ini. Saya ingin orang lain bertobat, mulailah dengan menunjukan kasih yang tidak layak dia dapat.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Kepada kamu yang mendengarkan Aku, Aku berkata kasihilah musuhmu

(Lukas 6: 27-31)
Pembahasan hari ini adalah pembahasan yang sangat penting, yang membuat Kekristenan menjadi sesuatu yang unik. Kekristenan unik karena ada etika mengenai kasihilah musuhmu. Tuhan meletakan pohon pengetahuan tentang yang baik dan jahat di tengah-tengah Taman Eden lalu Tuhan memberikan larangan manusia tidak boleh makan, karena Tuhan tidak ingin manusia menjadi penentu mana baik mana jahat. Pohon berkali-kali menjadi simbol penghakiman dalam Perjanjian Lama, seorang menghakimi di bawah sebuah pohon, seorang menjadi raja dengan simbol sebuah pohon sehingga pohon menjadi lambang penghakiman. Sehingga pohon pengetahuan yang baik dan jahat menjadi simbol penentu mana baik, mana jahat yang tidak boleh diambil oleh manusia karena itu adalah bagian Tuhan. Tuhan menentukan mana baik mana jahat, bukan selera kita. Tuhan tentukan mana baik mana jahat, bukan kebiasaan kita. Maka ketika Tuhan mengarahkan kita kembali, kita mesti belajar meletakan semua penghakiman yang salah, tunduk kepada prinsip yang benar dari Tuhan. Mengapa Alkitab adalah standar yang paling tinggi? Karena Alkitab tidak berisi hanya perintah yang sifatnya abstrak, Alkitab tidak berisi perintah-perintah yang kosong. Etika tertinggi adalah etika yang dinyatakan untuk dijalani karena Sang Pemberi prinsip mana baik mana jahat, Dia sendiri mempunyai sifat-sifat itu. Karena Tuhan mempunyai sifat baik, maka Dia yang berhak menentukan mana baik mana jahat. Orang kalau tidak baik lalu tentukan sendiri mana baik mana jahat, ini akan menjadi suatu prinsip yang terpecah dengan dia. Kita sering hidup dalam cara yang terpecah seperti ini, apa yang saya tahu tidak menjadi prinsip utama yang saya jalani. Allah menjadi Penentu mana baik mana jahat, karena Dia sendiri adalah kebenaran. Maka karena Allah adalah Allah yang benar, Dia berhak menentukan mana baik mana jahat. Allah bukan saja DiriNya adalah Allah yang baik, bukan hanya karena Dia hanya memiliki kebaikan dan kebenaran, tetapi juga Dia adalah Allah yang mempunyai hikmat, Dia adalah Allah yang bijaksana.

Ketika kita mengatakan “Tuhan, apakah yang menjadi prinsip etika yang Tuhan sendiri inginkan? Apa sih yang menjadi ciri dari Kekristenan yang Tuhan mau kami jalankan?”, ternyata Tuhan menyatakan dengan cara yang sangat sulit, karena dikatakan “kasihilah musuhmu, berbuat baiklah kepada orang yang membenci kamu”. Ini yang menjadi keunikan prinsip etika Kristen yang tidak mungkin ada pada agama mana pun. Dan ini tidak mungkin ada pada agama mana pun, karena ini bukan hanya ditulis menjadi peraturan. Kalau hanya ditulis menjadi peraturan, agama mana pun bisa, begitu baca ayat Lukas 6: 27 “kasihilah musuhmu, berbuat baik kepada orang yang membenci kamu”, “ini etika yang terbaik?”, “iya”, “ya sudah, saya tambahkan pada penjelasan kitab suci agama saya, bahwa agama saya pun sebenarnya mengajarkan ini”. Kasihi musuhmu, menjadi satu pernyataan paling tinggi yang tidak mungkin dimiliki oleh agama lain, dan pernyataan ini bukan hanya sekedar tulisan, karena ini merupakan pernyataan sifat Tuhan sendiri. Saya bacakan ayat 36 “hendaklah kamu murah hati sama seperti Bapamu adalah murah hati”, di dalam versi lain dari Matius 5, dikatakan “hendaklah kamu sempurna sama seperti Bapamu di surga adalah sempurna”. Jadi kalau Saudara ingat ayat itu “hendaklah kamu sempurna seperti Bapamu di surga sempurna”, ini sedang bicara tentang kebaikan, bukan bicara tentang mahakuasa, bukan bicara tentang mahatahu, bukan sedang bicara kita harus sempurna sama seperti Tuhan sempurna. Tapi sedang bicara bahwa kalau Tuhan baik kepada orang baik dan jahat, maka kita pun harus baik kepada orang baik dan jahat, ini kira-kira pengertian yang bisa kita dapat. Hendaklah kamu sempurna sama seperti Bapamu adalah sempurna, ini menunjukan bahwa prinsip Kristen yang dibagikan bukan hanya tulisan, bukan hanya satu karangan, bukan hanya tuntutan yang tidak mungkin dijalankan oleh siapa pun. Ini adalah satu tuntutan yang Allah nyatakan sebagai sifatNya Dia, karena Allah Maha mengampuni maka Dia menuntut kita untuk maha mengampuni, karena Dia adalah Allah yang penuh belas kasihan maka Dia menuntut kita untuk mempunyai belas kasihan, karena Allah seperti itu maka Dia menyatakan FirmanNya sama dengan siapa DiriNya. Ini yang membuatk Kekristenan menjadi unik. Kekristenan bukan hanya tulisan-tulisan peraturan, lalu kita mengatakan “lakukan ini”, tanpa ada padanan dengan sifat dari seseorang yang mempunyai ciri-ciri yang diajarkan itu. Tapi Kekristenan mengajarkan Tuhan Yesus yang baik penuh belas kasihan, penuh kerelaan mengampuni, Dialah yang memberikan perintah hendaklah kamus aling mengampuni, hendaklah kamu mengasihi musuhmu. Karena Kristus mempunyai kasih seperti ini, maka Dia tuntut pengikutNya untuk mempunyai cintakasih seperti itu.

Dalam ayat 27 Tuhan mengatakan “kepada kamu yang mendengarkan Aku, Aku berkata kasihilah musuhmu”, mau jadi murid Kristen, mau jadi pengikut Kristus, mau menjalankan etika Kristen yang sejati, Saudara mesti menaati Kristus yang mengatakan “kasihilah musuhmu”. Maka ayat 27 menjadi prinsip etika yang sangat sulit untuk dijalani tapi yang menjadi ciri Kekristenan, karena Allah sendiri, baik Bapa yang di sorga maupun Kristus yang datang menjadi manusia, sudah menjadi teladan dalam hal ini. Maka kita lihat ayat 27 etika Kristen sejati mengatakan “kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu”. Di sini dikatakan “berbuat baik kepada orang yang membenci kamu”, Saudara berbuat baik lalu ada orang yang membenci Saudara, Saudara dituntut oleh Tuhan untuk berbuat baik kepada orang itu. Kita dituntut berbuat baik kepada orang yang membenci kita. Tapi jangan berpikir bahwa ini adalah suatu perintah kepada orang yang hidupnya rusak, “karena hidupnya rusak maka dia banyak musuh”, tidak. Justru ketika Saudara hidup dengan baik, benar, tulus dan sejati, lalu Saudara dimusuhi orang, maka orang itu sedang memusuhi Saudara tanpa alasan, Saudara tidak memberikan alasan apa pun untuk dibenci tapi tetap dibenci. Tuhan Yesus pernah mengatakan “apakah Aku mengatakan sesuatu yang salah? Buktikan kalau ajaranKu salah, kalau engkau tidak sanggup membuktikan ajaranKu salah, mengapa engkau mau membunuh Aku, mengapa engkau tetap benci Aku?”, ini kalimat yang Tuhan Yesus nyatakan sebagai contoh untuk kita semua. Orang Kristen harus menjalani hidup dengan cara sebaik mungkin, jangan gampang cari musuh, kita harus melatih diri untuk tidak mudah bermusuhan dengan siapa pun. Ketika ada orang membenci, Saudara dituntut oleh Tuhan bukan hanya berespon untuk tidak membenci kembali, Tuhan menuntut Saudara untuk mengasihi orang yang membenci itu. Ini sulitnya luar biasa. Maka konsep pengampunan Kristen di dalam bagian ini diajarkan dengan cara yang sangat dalam. Tuhan mengatakan “kalau ada yang benci kamu jangan berespon dengan membenci, melainkan berespon kembali dengan kasih”. Saudara kalau dibenci orang lalu Saudara benci balik, itu paling mudah, “orang benci saya, saya balas dengan benci. Orang menyanyangi saya, saya balas dengan sayang. Barang siapa mengasihi aku 7 kali, aku mengasihi dia 14 kali, barangsiapa membenci aku 7 kali, aku membenci dia 70×7 kali. Jadi siapa yang menyakiti saya, saya akan balas”, ini etika balas dendam. Dan itu bukan suatu yang diajarkan Tuhan Yesus. Maka kita hidup dalam satu tuntutan yang sulit, yang berat sekali dari Tuhan, tapi yang akan penuh bahagia kalau kita jalankan. Saudara kalau terus simpan benci, Saudara simpan dendam, lama-lama Saudara sendiri yang rugi. Tuhan mengatakan “ada yang benci kamu, kasihi dia, jangan respon kembali dengan benci”. Lalu bagaimana bisa melakukan ini? Satu-satunya kemungkinan Saudara bisa lakukan ini adalah ketika Saudara tidak menganggap diri Saudara sebagai seorang yang penting. Kristus sendiri tidak menganggap diriNya penting, padahal diriNyalah yang paling penting dari semua. Kristus sendiri tidak menganggap diriNya mesti diperlakukan tinggi, meskipun Dia adalah yang paling tinggi dari semua. Maka kalau kita tidak menempatkan diri kita terlalu penting, kita akan menjadi orang yang luput dari berbagai kebencian yang tidak perlu. Kristen bukan etika pasif. Dulu ada seorang namanya Rabi Hilel, dia ditanya “tolong rangkum seluruh perintah yang Tuhan berikan di dalam Taurat yang begitu banyak. Rangkum dalam satu kalimat untuk kami jalankan”. Dia ini merangkum 2 yang satu adalah “kasihilah Tuhan dan kasihi sesama”, ini mungkin mengejutkan tapi ini adalah seuatu yang sudah dikemukakan sejak zaman para rabi sebelum Kristus. Jadi prinsip yang mengaitkan antara kasihi Tuhan dan kasihi sesama, ini bukan original dari Kristus yang di bumi. Kristus adalah kebenaran, pasti original dari Dia semua, tapi bukan keluar dari mulut Yesus waktu Dia melayani di bumi. Sebab waktu Dia melayani di bumi, Dia mengatakan “kasihilah Tuhan, kasihilah sesamamu”, ini adalah kutipan dari rabi, yang sudah ada. Jadi Tuhan menyindir mereka dengan mengatakan “kamu masih tanya lagi? Sebenarnya problemnya kamu tahu atau tidak, kamu sudah tahu, tapi kamu tidak mau jalankan. Mana hukum terpenting? Kamu sudah tahu, kasihi Tuhan, kasihi sesama, mengapa belum jalankan? Hanya ingin cari tahu, kamu sudah tahu tapi belum jalankan”. Kristus mengutip apa yang sudah mereka tahu untuk menegur mereka kembali.

Dalam ayat 31, Tuhan Yesus mengubahnya dengan mengatakan “sebagaimana kamu kehendaki orang lain perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka”. Maka tuntutan Tuhan tidak hanya membenci balik orang yang membenci kita, jauh lebih dalam lagi Tuhan minta kita mengasihi orang yang membenci kita. Ini susahnya bukan main. Kalau kita tidak membenci saja sudah setengah mati, kalau kita dibenci, kita tidak benci balik, itu butuh kekuatan ekstra. Sekarang Tuhan mengatakan bukan saja tidak benci balik, tapi harus mengasihi. Dan kalau lihat ayat-ayat ini makin lama makin sulit. Di ayat 27 dikatakan “kasihilah musuhmu”, tapi setelah itu Tuhan mau ada tindakan nyata “berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu”, ini lebih susah lagi. Kalau cuma bicara kasih saja kan mudah, “apakah engkau mengasihi musuhmu?”, “iya”, sudah melakukan apa untuk musuh?”, “tidak melakukan apa-apa”, “tapi kasih?”, “iya”. Maka setelah mengatakan “kasihilah musuhmu”, Tuhan mengatakan “berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu”. Bukan hanya mengasihi, tapi berbuat baik. Bagaimana berbuat baik? Ayat 28 mengatakan beberepa contohnya, minta berkat bagi orang yang mengutuk kamu. Orang sudah mengutuk saya, saya berkati? Ini adalah satu pembalikan yang sangat sulit. Dan mengutuk dalam konsep Yahudi adalah suatu yang berat sekali. Ini bukan hanya mengeluarkan kalimat makian, tapi ini adalah satu pengharapan persis dengan apa yang saya katakan. Itu sebabnya berkat dan kutuk dalam tradisi Yahudi adalah suatu yang sangat serius. Saudara tidak bisa mengucapkan berkat tanpa intensi dan Saudara tidak bisa mengucapkan kutuk tanpa intensi Tuhan mau melakukan itu kepada orang yang sudah ucapkan berkat atau kutuk. Ayat 28 bagian berikutnya mengatakan “berdoalah bagi orang yang mencaci kamu”. Lagi-lagi dalam konsep Yahudi, caci-maki adalah hal yang sangat berat, bukan saja ini menunjukan benci tapi juga ini menunjukan perbedaan level sosial yang jauh sekali. Kalau saya menghina Saudara berarti saya menganggap Saudara rendahnya bukan main. Ini adalah suatu pengertian yang ada pada budaya zaman itu, ketika Saudara mencaci seseorang, Saudara menganggap orang itu jauh lebih rendah dari Saudara. Tapi di sini dikatakan “berdoalah bagi orang yang mencaci kamu”, jadi bukan saja saya tidak balas mencaci tapi saya mulai berdoa bagi dia, berdoa supaya dia boleh mendapatkan berkat dari Tuhan. Ayat 29 “barangsiapa menampar pipimu yang satu, berikanlah juga kepadanya pipimu yang lain”, ini makin parah lagi. Jadi penghinaan makin tinggi levelnya dalam contoh yang Tuhan Yesus katakan. Orang benci, mungkin masih bisa kita tahan, tapi orang mulai mengutuk, bisa marah luar biasa, orang mencaci bukan hanya mengutuk tapi menganggap saya rendah, lalu orang menampar pipi saya, ini sudah penghinaan yang besar. Bagi orang Yahudi, ditampar pipinya itu menunjukan suatu tindakan mempermalukan di depan umum yang luar biasa parah. Ketika Saudara ditampar, Saudara akan mempunyai perasaan mau balas dendam, mungkin mau bunuh orang yang tampar Saudara. Apalagi kalau menampar pakai punggung tangan, ini penghinaan yang luar biasa besar. Tapi di sini dikatakan “barangsiapa tampar pipimu yang satu, berikanlah kepadanya pipimu yang lain. Barangsiapa mengambil jubahmu, biarkan juga ia mengambil bajumu”. Jadi ini menunjukan kerelaan berkorban yang besar sekali. Nanti saya akan jelaskan lebih detail mengenai bagaimana secara praktis kita menjalankan ini, karena Saudara sendiri mungkin pernah protes “Tuhan Yesus waktu ditampar mengapa tidak berikan pipi yang lain? Paulus waktu ditampar mengapa tidak berikan pipi yang lain?”. Waktu Tuhan Yesus ditampar, Tuhan Yesus mengatakan “apa yang saya katakan yang salah? Kalau Aku tidak berkata yang salah mengapa engkau menampar Aku?”. Waktu Paulus ditampar, Paulus mengatakan “Allah akan menampar kamu balik, hai tembok yang dikapur putih-putih”. Jadi bagaimana kita menerapkan ini? Nanti kita akan lihat, tapi saya mau sisir terus ayat 29 ini untuk menunjukan bahwa ini adalah derajat yang makin lama makin berat untuk dijalankan.

Ayat 36 mengatakan “sama seperti Allah sudah lakukan ini”, maka yang kita mau telusuri adalah apa yang Allah sudah kerjakan dan bagaimana kita meneladani? Allah mengasihi musuh, benarkah? Iya. Siapa musuh yang Allah kasihi? Jawabannya adalah kita sendiri. Kita sendiri dulu memusuhi Allah, dan kita sendiri kurang merenungkan hal ini karena kita berpikir Allah tidak mungkin disakiti oleh kita. Kita terus berpikir tentang Allah yang statis, yang indifferent, yang tidak dipengaruhi oleh apa pun yang kita kerjakan, yang pada diriNya sendiri tidak mempunyai perubahan emosi apa pun. Karena kita percaya kepada Allah dalam konteks logika Aristotle, bukan dalam konsep Alkitab. Aristotle pernah mengatakan kalau benar ada kebaikan tertinggi maka ini haruslah suatu pikiran yang hanya memikirkan diri dan tidak terpengaruh dengan dunia luar. Karena dia sudah sempurna dalam dirinya sendiri, dia tidak perlu dunia luar. Karena dia sudah memikirkan diri sendir sebagai yang agung, dia tidak mungkin diganggu oleh yang lain. Ini konsep Aristotle, dan terkadang masuk dalam kita menjalani hidup. Dan konsep dari orang-orang Stoik yang mengatakan “saya tidak dipengaruhi apa pun dari lingkungan, saya adalah saya, dan saya tidak merespon balik”, ini bukan ajaran Kristen. Orang Kristen bukanlah orang-orang yang dituntut untuk mematikan emosi orang Kristen adalah orang yang dituntut untuk meng-overcome emosi, meskipun kamu punya emosi begitu besar mendendam kepada seseorang, kamu bisa taklukan itu. Bayangkan perasaan Tuhan yang harusnya tidak boleh dikhianati oleh orang seperti kita, ternyata kita lawan, kita berontak, kita pilih yang lain, bagaimana Dia tidak murka dan sakit hati?”. Terkadang kita perlu belajar momen seperti ini, jadi orang yang pernah sakit hati bersyukurlah dan langsung ingat dulu Saudara yang menyakiti hati Tuhan, atau sekarang bahkan kalau Saudara belum bertobat. Saudara terus menyakiti hati Tuhan, Dia memberikan semua yang Saudara perlukan untuk hidup dan Saudara balik dengan menghina Dia, meninggalkan Dia, mengabaikan Dia, tidak peduli Dia, tidak mempedulikan FirmanNya. Pokoknya melakukan apa yang kita mau dan mengabaikan Dia. Tapi Dia tidak membalas dendam meskipun Dia sanggup, sanggup dari siapa pun. Dia tidak menuntut pembayaran dari kita meskipun Dia berhak, Dia tidak mengakhiri hidup kita meskipun Dia bisa melakukan itu dengan sangat mudah, Dia tidak melemparkan kita ke neraka meskipun Dia punya segala hak dan keadilan untuk melakukan itu. Tapi Dia memutuskan untuk mengampuni dan menebus kita. Maka kita tidak punya alasan untuk mengatakan “Tuhan, aku tidak bisa mengampuni orang, aku tidak bisa mengasihi orang yang membenci aku”, Tuhan akan mengatakan “Aku sudah kerjakan untukmu, sekarang kamu harus kerjakan untuk orang lain”. Allah yang adalah murah hati, Dialah yang menjadi contoh bagi kita. Kristus yang menjadi contoh dan kemurahan Kristus atas kita itu yang menjadikan kekuatan bagi kita untuk kita mengasihi musuh.
Maka bagaimana kita bisa menjalankan ini dengan kekuatan dan teladan dari Tuhan Yesus? Yang pertama, di dalam ayat 28, Tuhan mau kita meminta berkat bagi orang yang membenci kita, meminta berkat berarti kita menginginkan kesejahteraannya bukan kebinasaannya. Ayat 30 dikatakan “berilah kepada setiap orang yang meminta, jangan meminta kembali kepada orang yang mengambil kepunyaanmu”, di sini berarti apa yang saya miliki, yang diberikan Tuhan kepada saya, harus siap saya pikir sebagai milik bersama, saya miliki lalu saya bagikan kepada orang lain. Ini beda jauh dengan pengertian dari komunis, karena dari komunis tidak ada hak pribadi, semua dikumpulkan bersama, tidak ada kerelaan untuk menolong secara personal. Tapi di sini dikatakan “apa yang kamu sudah miliki, harus siap dibagikan kepada orang lain yang meminta”. Tentu ini bukan bicara tentang bagi-bagi sembako atau bagi-bagi uang di pinggir jalan, lempar-lempar apa yang Saudara punya, tapi satu hidup bijaksan yang mengakui bahwa apa yang saya miliki adalah sesuatu yang juga Tuhan inginkan untuk dinikmati oleh orang lain boleh mengenal Tuhan, boleh bertumbuh dalam hidup yang berkenan kepada Tuhan. Ayat 31 “sebagaimana orang kehendaki kamu perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka”, di sini di bagian terakhir Tuhan meminta kita bukan hanya menginginkan kebaikan orang lain yang membenci kita, bukan hanya berkorban demi orang lain itu menjadi lebih baik meskipun orang lain itu membenci kita, tapi yang lain bahkan menginginkan apa yang kita cita-citakan untuk diri.

Maka biarlah kita belajar mencintai musuh dengan cara menginginkan kebaikan dia, dengan cara rela kalau Tuhan mau kita pun mau berkorban untuk kebaikan dia. Kalau kita mau dia bertobat, kita rela bayar harga seperti apa. Kalau kita mau dia menjadi lebih baik, kita siap untuk membayar harga bahkan untuk orang kita tidak punya alasan untuk suka. Kiranya ini dipimpin oleh Tuhan sehingga langkah demi langkah kita mengadopsi sifat Tuhan yang agung ini. Etika Kristen yang terindah dan terpenting adalah pengampunan Tuhan yang kita jalankan dalam mengampuni orang yang membenci kita. Kiranya Tuhan menolong kita.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Berbahagialah kamu jika karena Anak Manusia, orang membenci kamu

(Lukas 6: 22-23, 26)
Kita sudah membahas mengenai ucapan bahagia di dalam Lukas 6 ini, dan ucapan bahagia ini adalah sesuatu yang mirip dengan apa yang Musa nyatakan dalam Kitab Ulangan. Musa menyatakan ada berkat lalu mengatakan juga ada kutuk. Tetapi keunikan dari Lukas 6 adalah berkat yang ditekankan oleh Musa, justru di sini diingatkan sebagai sesuatu yang potensi menjadi kutuk. Apa yang dikatakan oleh Musa akibat kutuk dari Tuhan yaitu kesulitan, penderitaan dan kelaparan, ternyata justru di bagian ini ditekankan tentang sisi penyertaan Tuhan yang bisa membuat kita bahagia. Maka apa yang Yesus ucapkan ini sangat kontroversial, tapi justru menyimbangkan orang-orang yang salah berpikir tentang apa itu berkat dan apa itu kutuk. Dan dalam Kitab Ulangan juga Musa membagikan tentang nabi. Di dalam Ulangan 13, Musa mengatakan bahwa nabi harus memberitakan kepada jemaat Tuhan untuk menyembah Tuhan yang sejati. Nabi yang menceritakan tentang berhala yang mengajarkan tentang allah palsu, kalau pun dia mengerjakan mujizat dan mujizat itu terjadi, kalau pun dia bernubuat dan nubuat itu terjadi, engkau harus tetap menolak dia dan membuang dia, ini di Ulangan 13. Jadi Saudara tidak perlu kagum dengan mujizat, karena dikatakan di Kitab Ulangan, “kalau dia tidak mengajar nabi yang sejati, engkau tidak perlu dengar dia, sebab dia adalah nabi yang palsu”. Jadi nabi yang sejati memberitakan yang sejati. Dalam Ulangan 18, Musa juga mengatakan “hati-hati, kalau nabi yang sejati, kamu harus tunduk kepada dia. Kamu harus taati dia, karena kalau perkataannya tidak kamu dengar, kamu akan terbuang dari bangsa ini”. Lalu dalam bagian yang lain Musa juga mengingatkan ada nabi-nabi yang palsu, mereka berbicara sesuatu yang tidak terjadi, mereka menyatakan sesuatu yang tidak benar, dan mereka mengajak kamu untuk menyembah Tuhan yang palsu, kamu harus singkirkan mereka dari tengah-tengah bangsa ini. Jadi ada nabi sejati dan nabi palsu, dan Musa memberikan peringatan yang keras “jangan dengar suara dari nabi palsu, usir dia, tapi peluklah kata-kata yang dikatakan oleh nabi yang sejati”. Apa yang diajarkan sepenuhnya harus masuk dalam hatimu, sepenuhnya harus kamu bicarakan terus dan kamu renungkan dan kamu jalankan. Siapa yang melakukan perkataan nabi sejati, biarlah damai sejahtera turun atas dia.

Jadi Musa mengajarkan ada berkat, kutuk, ada peringatan terhadap nabi palsu. Dan di sini pun Yesus Kristus mengadopsi cara yang mirip karena selain menyatakan ada berkat dan celaka, dan dia juga menyatakan ada berkat bagi nabi sejati, ada kutuk bagi nabi palsu, ada berkat bagi orang yang mengikuti caranya nabi sejati, tapi akan ada kutuk bagi orang yang mengikuti nabi palsu. Apa itu nabi palsu? Mengapa dia bisa begitu populer? Karena nabi palsu tidak pernah berbicara tentang pengenalan akan Allah yang benar, nabi palsu tidak memperkenalkan Tuhan, karena Tuhan memang tidak pernah pilih dia. Tuhan tidak pernah angkat dia jadi nabi dan karena itu Tuhan tidak pernah menaruh perkataan dalam mulutnya. Mengapa orang lebih senang dengar nabi palsu? Saudara perhatikan urutan yang akan saya bagikan, mengapa orang senang nabi palsu. Mengapa orang senang dengar berita dari nabi palsu? Karena konsep dia tentang kebenaran sudah rusak. Mengapa konsep dia tentang kebenaran sudah rusak? Karena konsepnya banyak diatur oleh pengalaman hidup dan bukan oleh Firman Tuhan. Pengalaman hidup dijadikan prinsip, akhirnya apa yang ada dipikiran kita semuanya rusak dan diganti oleh prinsip yang kita jalani di dalam hidup. Kita terus belajar tentang siapa Tuhan, itu bagus, tapi kalau terus belajar tentang siapa Tuhan, itu belum cukup. Belum cukup berarti tidak salah, orang belajar doktrin harus tapi belum cukup. Dan kalau Saudara ketemu orang reformed atau orang yang belajar teologia reformed, dia banyak belajar Firman Tuhan, tapi hidupnya begitu rusak, jangan salahkan belajar doktrinnya, ini cara berpikir yang salah. Maka saya harus ingatkan kepada Saudara, kalau ada orang terus minum air, dia tidak makan, kira-kira dia bisa bertahan hidup tidak? Tidak bisa, dia akan mati kurang gizi. Kalau dia mati kurang gizi, Saudara tidak bisa bilang “jangan minum air, karena minum air bisa mati seperti orang itu”. Orang itu mati bukan karena minum air, orang itu mati karena tidak makan.

Demikian juga orang Kita sudah membahas mengenai ucapan bahagia di dalam Lukas 6 ini, dan ucapan bahagia ini adalah sesuatu yang mirip dengan apa yang Musa nyatakan dalam Kitab Ulangan. Musa menyatakan ada berkat lalu mengatakan juga ada kutuk. Tetapi keunikan dari Lukas 6 adalah berkat yang ditekankan oleh Musa, justru di sini diingatkan sebagai sesuatu yang potensi menjadi kutuk. Apa yang dikatakan oleh Musa akibat kutuk dari Tuhan yaitu kesulitan, penderitaan dan kelaparan, ternyata justru di bagian ini ditekankan tentang sisi penyertaan Tuhan yang bisa membuat kita bahagia. Maka apa yang Yesus ucapkan ini sangat kontroversial, tapi justru menyimbangkan orang-orang yang salah berpikir tentang apa itu berkat dan apa itu kutuk. Dan dalam Kitab Ulangan juga Musa membagikan tentang nabi. Di dalam Ulangan 13, Musa mengatakan bahwa nabi harus memberitakan kepada jemaat Tuhan untuk menyembah Tuhan yang sejati. Nabi yang menceritakan tentang berhala yang mengajarkan tentang allah palsu, kalau pun dia mengerjakan mujizat dan mujizat itu terjadi, kalau pun dia bernubuat dan nubuat itu terjadi, engkau harus tetap menolak dia dan membuang dia, ini di Ulangan 13. Jadi Saudara tidak perlu kagum dengan mujizat, karena dikatakan di Kitab Ulangan, “kalau dia tidak mengajar nabi yang sejati, engkau tidak perlu dengar dia, sebab dia adalah nabi yang palsu”. Jadi nabi yang sejati memberitakan yang sejati. Dalam Ulangan 18, Musa juga mengatakan “hati-hati, kalau nabi yang sejati, kamu harus tunduk kepada dia. Kamu harus taati dia, karena kalau perkataannya tidak kamu dengar, kamu akan terbuang dari bangsa ini”. Lalu dalam bagian yang lain Musa juga mengingatkan ada nabi-nabi yang palsu, mereka berbicara sesuatu yang tidak terjadi, mereka menyatakan sesuatu yang tidak benar, dan mereka mengajak kamu untuk menyembah Tuhan yang palsu, kamu harus singkirkan mereka dari tengah-tengah bangsa ini. Jadi ada nabi sejati dan nabi palsu, dan Musa memberikan peringatan yang keras “jangan dengar suara dari nabi palsu, usir dia, tapi peluklah kata-kata yang dikatakan oleh nabi yang sejati”. Apa yang diajarkan sepenuhnya
belajar doktrin, hidupnya begitu rusak bukan karena dia belajar doktrin, tapi karena tidak punya hidup yang selaras dengan apa yang dia pelajari. Maka manusia belajar taruh di sini, mengerti kebenaran, lalu dia berusaha pahami dengan pemikiran dia yang begitu hebat, tapi dia tidak jadikan itu prinsip hidupnya, dia tidak hidupi apa yang dia pelajari. Maka pelan-pelan, apa yang dia alami dalam hidup secara real itu yang akan menguasai idenya yang tidak real. Idenya tentang Tuhan tidak pernah mewujud dalam hidup, maka ide tetap menjadi ide, sedangkan hidupnya adalah sesuatu yang dengan real bisa dia hadapi. Ini selalu terjadi, orang belajar-belajar, tapi tidak aplikasikan, akhirnya apa yang dia ketahui langsung dihancurkan dan dikorup oleh apa yang dialami dalam hidup. Kalau Saudara belajar, lalu Saudara kerjakan bidang lain, pelan-pelan apa yang Saudara ketahui akan rusak dan berubah semua. Hidup manusia adalah hidup yang real dalam dunia ini, hidup yang kita jalani hari demi hari. Maka apa yang kita ketahui secara konsep musti dijalankan dalam hidup. Tapi kalau kita memilih mengabaikan konsep itu, lalu jalan dengan cara yang kita mau tanpa peduli Tuhan, lama-lama konsep kita yang sudah kita pelajari akan dikorup pelan-pelan. Itu sebabnya banyak orang sulit mengenal Tuhan dengan benar, karena pengenalan dia stay di pikiran, tinggal di pikiran, lalu pengalaman hidupnya mulai menunjukan perlawanan dengan apa yang dia percaya. Dan pelan-pelan dia mulai melihat teori-teori yang dia ketahui tidak cocok dengan hidup, lalu dia putuskan bukan ubah hidup sesuai dengan teori doktrin yang benar, tapi dia mulai ubah pengertian tentang Tuhan sesuai dengan aplikasi yang dia jalankan. Akhirnya apa yang dijalankan dalam hidup akan punya kekuatan lebih untuk mempengaruhi pikiran manusia. Cara berpikir langsung dirombak karena Saudara mengalami banyak hal yang lain di dalam hidup. Banyak orang yang kecewa sama Tuhan karena menghadapi hidup yang tidak sesuai dengan apa yang dia mau. Banyak orang pola pikir diubah karena menjalani hidup dengan cara yang tidak sama dengan yang dia ketahui. Akhirnya orang mempunyai konsep yang pelan-pelan diubah dari apa yang dia hidupi. Lalu pengertian kita tentang Tuhan pun jadi berubah, karena apa yang kita kenal dari Tuhan sekarang beda, sekarang tidak lagi menjadi bagian dari apa yang kita hidupi, tapi apa yang kita hidupi itu masuk dalam pikiran kita. Ketika orang mempunyai konsep yang berubah, tuhannya dia adalah tuhan yang sesuai dengan apa yang dia temukan dalam
hidup, lama-lama pengertian tentang Tuhan pun tidak lagi seutuh apa yang dikatakan oleh Alkitab. Ketika dia mempunyai konsep atau pengenalan tentang Tuhan yang makin terkorup, maka semua perkataan yang mengkonfirmasi sikap korupnya akan makin dia sukai. Sehingga ketika orang berkhotbah bukan menyatakan Tuhan yang sejati, dia mulai pikir “orang ini lebih benar, lebih bagus, karena memberikan kenyamanan kepada saya”. Salah satu hal yang iblis tawarkan untuk manusia jauh dari kebenaran adalah kenyamanan, “kamu sudah nyaman dalam hidup, kamu tidak perlu apa-apa lagi. Selama kamu sudah nyaman, kamu tidak perlu kebenaran”. Banyak orang ikut dalam pelayanan karena merasa nyaman, “mengapa kamu ada dalam pelayanan ini?”, “saya nyaman di sini”, “mengapa nyaman di sini?”, “banyak orang perhatikan saya, banyak orang support saya, banyak orang dorong saya, banyak orang topang saya supaya tidak jatuh”, tetapi tidak memberitakan kebenaran. Ini akan menjadi kenyamanan palsu yang akan menyelewengkan kita makin lama makin jauh dari kebenaran. Jangan mau dibuai kenyamanan hidup kalau tidak sesuai kebenaran, karena semua hal yang palsu tentang Tuhan sangat potensi menyeret kita makin jauh dari mengenal Tuhan yang sejati, sehingga kita tidak lagi menyembah Allah yang sejati. Dan inilah yang sedang dikerjakan oleh dunia ini untuk menggerogoti iman kita, sehingga kita tidak lagi mempunyai iman yang sejati kepada Tuhan, karena pengenalan Tuhan yang benar sudah tidak ada lagi dalam diri kita. Banyak orang sudah nyaman dalam pelayanan, sudah nyaman dilayani dengan cara ini dan tidak peduli lagi doktrin, tidak peduli lagi kebenaran, “fakta dan kebenaran tidak penting, kenyamanan yang saya alami itu yang penting”. Kenyamanan karena diperhatikan, ada yang berelasi dengan kita, ada yang perhatikan hidup kita, ada yang support kita, tapi dia tidak punya kebenaran.

Sedangkan di dalam Injil Yohanes sangat menekankan relasi, sangat menekankan kenyamanan dalam komunitas. Tapi injil yang menekankan kebenaran juga Injil Yohanes. Injil Yohanes mengatakan “FirmanMu adalah kebenaran”, Injil Yohanes mengatakan “Yesus adalah jalan dan kebenaran”, Injil Yohanes juga mengatakan “supaya engkau mengenal Allah, satu-satunya Allah yang benar”. Jadi Injil Yohanes sangat menekankan kebenaran di dalam komunitas. Banyak pelayanan menawarkan komunitas tapi tidak menawarkan kebenaran, ini pasti akan dipakai setan untuk menjauhkan dari iman yang sejati. Maka komunitas dan kebenaran menjadi dua hal yang disatukan, tidak boleh pisah. Kebenaran tanpa komunitas bukan cara Tuhan, itu akan menjadi cara akademik yang tidak berkait dengan hidup. Komunitas tanpa kebenaran akan menyeret kita jauh dari Tuhan. Maka setelah konsep kita dirusak oleh kenyamanan hidup dan pencarian kenikmatan yang kita lakukan, nabi palsu bicara, langsung kita rasa klop. Banyak orang tidak bisa bedakan mana suara Tuhan sejati dan mana yang palsu. Karena yang palsu terlihat dan terdengar begitu baik, sedangkan yang asli terlalu banyak mengkoreksi dan menyakiti hati, sehingga banyak orang yang sakit hati kepada nabi yang sejati.

Maka Tuhan Yesus mengingatkan, kalau kamu hidup dengan cara mau menjalani kompromi terlalu banyak, mau diterima dunia terlalu banyak, maka celakalah kamu. Tapi kalau kamu hidup mempertahankan kebenaran, lalu orang mulai kritik kamu, orang mulai fitnah kamu, orang mulai menganggap kamu adalah orang yang jahat, orang mulai mengucilkan kamu dan dianggap sebagai sesuatu yang harus ditolak, sebagai yang jahat, maka pada waktu itu kamu bersukacita, berbahagialah kamu. Ini peringatan dari Tuhan Yesus bagi kita semua. Saudara hidup dalam cara apa? Apakah Saudara hidup dalam mempertahankan kebenaran? Menyatakan “saya orang Kristen, saya harus bertindak seperti ini”, atau Saudara terlalu banyak kompromi. Coba renungkan lingkungan di sekitar Saudara, begitu banyak dosa di sekeliling Saudara, apakah Saudara kompromi dengan dosa-dosa itu? Apakah Saudara mengatakan “ya semua orang juga begitu, saya mesti ikut”? Apakah Saudara mau kompromikan semua hal yang berkait dengan iman kepada Kristus demi penerimaan dunia? Kalau Saudara lakukan itu, Saudara mirip nabi palsu dan celakalah Saudara. Tapi kalau Saudara mengikuti, mempertahankan kebenaran, mempunyai integritas sejati dan mengikuti apa yang dilakukan oleh nabi sejati, maka berbahagialah Saudara. Kalimat ini mempunyai 2 kutub yang sangat besar, satu bahagia, satu celaka, satu dicari memperkenan Tuhan, satu dicari memperkenan dunia, satu mencari mendapatkan hormat dari Tuhan, satu mencari mendapatkan hormat dari dunia. Siapa yang menjadi tuan kita? Kepada siapa kita mendedikasikan diri, itu harus putuskan sekarang. Saudara putuskan mau ikut Tuhan atau ikut dunia, nabi palsu ikut cara dunia, khotbahkan cara dunia, lalu semua orang senang sama dia. Sekarang banyak orang khotbah dengan cara menyanjung-nyanjung orang lain, lalu dia menjadi begitu sukses. Kita sering lupa siapa tuan kita, yang kita tahu adalah tuan yang di kantor, tuan yang kelihatan, tuan yang bisa mengubah cara hidup kita dengan memotong gaji kita atau memecat kita, tapi kita lupa ada Tuan yang Sejati di atas. Sekarang saya mau tanya Tuhan kita itu siapa, lalu kepada siapa kita dedikasikan hidup. Waktu Saudara pilih untuk dedikasikan hidup untuk Tuhan pasti ada bentur. Dan bentur ini harus terjadi, waktu bentur ini terjadi, Saudara pilih ikut caranya siapa? Cara keuntungan lebih enak, dompet lebih tebal, bukankah ini bagus? Nanti janji iman juga lebih besar, jadi tidak apa-apa korupsi sedikit, nanti persembahan untuk Tuhan. Saya katakan kepada Saudara, kalau saya tahu ada Saudara yang korup dan uangnya tidak beres, pasti uangnya ditolak karena tidak mungkin gereja Tuhan berdiri di atas uang yang sangat haram. Itu sebabnya ketika orang mengatakan “yang penting uang saya bagus, isi kantong saya besar”, berarti dia mempunyai sembahan yang bukan Tuhan, lalu dia mengikuti cara dari tuannya itu. Dan inilah yang dilakukan nabi palsu, mengkonfirmasi bahwa tuan kita itu benar-benar tuan. Nabi palsu tidak mencegah kita menyembah yang palsu, nabi palsu membiarkan kita menyembah yang palsu. Tapi nabi yang sejati akan teriak dan mengatakan “kamu mesti kembali, kamu tidak boleh mengikuti cara itu, kamu harus bertobat dan kembali kepada Tuhan yang sejati. Engkau tidak boleh menyembah yang lain atau engkau akan binasa”, inilah suara dari nabi sejati dan tidak banyak orang mau dikoreksi seperti ini. Maka ketika orang yang dikoreksi marah, dia akan tindas nabi yang sejati dan mungkin bunuh nabi itu. Demikian juga hidup Saudara, Saudara hidupi hidup nabi sejati, Saudara akan alami kesulitan, dan kesulitan ini akan membuat Saudara merasa sangat susah. Tetapi ketika Saudara menjalani kesusahan, Saudara ingat apa yang dikatakan Tuhan Yesus, Tuhan Yesus mengatakan, berbahagialah kamu kalau kamu dianiaya karena kamu orang Kristen, kalau karier kamu dihambat karena kamu mengaku pengikut Kristus, kalau kamu tidak mendapatkan keuntungan yang baik karena kamu mempunyai cara secara hati nuranimu dianggap baik sesuai prinsip Firman Tuhan, kamu tidak mungkin Tuhan lupakan. Mari kita percaya dengan apa yang Tuhan katakan, Tuhan tidak mungkin buang anakNya. Tapi iblis selalu beri tawaran palsu sampai kita merasa nyaman, sampai akhirnya kita dibuang oleh Tuhan.

Seorang nabi yang sejati akan berseru dengan keras supaya orang tidak binasa. Nabi yang sejati teriak supaya Saudara balik, bukan untuk dapat kenikmatan, uang, penghargaan dari Saudara. Nabi yang sejati sering diabaikan karena dia mengasihi orang yang mengabaikan. Nabi yang palsu sering dikasihi karena dia menjerumuskan orang yang mengasihi dia. Nabi sejati akan khotbah meskipun dirinya dikorbankan untuk orang yang dikhotbahi. Tapi nabi palsu selalu minta uang, selalu minta sesuatu untuk dirinya sendiri. Tapi nabi yang palsu akan cari keuntungan. Itu sebabnya saya lihat ketidakadilan dalam dunia ini, nabi palsu disanjung-sanjung lalu diberikan uang demikian banyak, nabi yang sejati dimaki-maki dan diabaikan terus. Tetapi Alkitab sudah memberikan prinsipnya, Tuhan selalu ingat apa yang dilupakan oleh dunia, Tuhan menghargai orang yang tidak dihargai oleh dunia ini, Tuhan ingat menghukum orang yang lupa dihukum oleh dunia ini, Tuhan ingat memberikan kemuliaan bagi orang yang lupa diberikan kemuliaan oleh dunia ini. Maka biarlah kita hidup dengan mengharapkan apa yang Tuhan janjikan ini. Hidup dengan cara yang benar, nyatakan Kristus sebagai Tuhan Saudara, nyatakan identitas Kristen Saudara, nyatakan moralitas dan etika yang benar dan Saudara akan menjalani hidup yang diberkati oleh Tuhan. Biarlah kita belajar semua aspek hidup ditundukan kepada Tuhan. Saya bersyukur di dalam gerakan ini Tuhan mengajarkan kita semua untuk tunduk kepada Tuhan dalam segala hal, dalam teologi, dalam doktrin, dalam iman, dalam cara berjuang, dalam mengandalkan Tuhan, dalam segala hal saya diajar banyak sekali oleh gerakan ini untuk tunduk kepada Tuhan. Maka semangat juang maupun etika yang benar maupun cara hidup yang sejati, semua harus menjadi keutuhan yang ditundukan kepada Tuhan, dan ini sangat tidak gampang. Maka saya minta kita semua belajar untuk hidup sebagai orang Kristen, untuk hidup membuat orang lain tahu inilah Kristen yang sejati, dan untuk hidup tetap mempertahankan Kekristenan meskipun ada kesulitan menghadang. Saya ketika pelayanan di kepolisian, persekutuan di sana, ada satu orang perkenalkan pengurus mereka, ada yang bilang “pak, ini polisi hebat sekali, tapi pangkatnya rendah sekali”, “kenapa?”, “karena dia integritasnya bagus, dia orang Kristen dan dia pertahankan Kekristenannya. Dia sudah ditawarkan pindah agama sudah 4 kali dan semua dia tolak, akhirnya dia begini-begini saja”, “memang berat pak ya”, kalimat saya itu membuat saya malu, polisi itu mengatakan “tidak pak, apanya yang berat?”, “tidak berat ya pak?”, “iya”, “tapi katanya bapak ditindas, kariernya dihambat”, “iya, tapi biasa-biasa saja”, “mengapa tidak berat?”, “yang lebih berat lagi adalah kalau saya kompromi, saya punya kedudukan begitu tinggi, tapi saya sudah hancurkan iman Kristen saya. Saya punya kesempatan besar untuk jadi orang besar, tapi saya hancurkan identitas saya sebagai orang Kristen, saya tidak mau seperti itu”, orang seperti ini langka. Dan saya berharap semua orang di ruangan ini menjadi makhluk langka itu. Saya rindu orang mengatakan “pengurus atau aktivis di GRII Bandung hidupnya susah sekali karena dia tidak mau kerjakan apa yang berlawanan dengan apa yang Kristus nyatakan. Dia tidak mau identitas Kristennya terganggu”, orang seperti ini tidak mungkin Tuhan tidak berkati. Saudara bisa perhatikan di dalam Alkitab, di dalam Mazmur dan di dalam perkataan-perkataan para nabi, dikatakan “kapankah Tuhan lupa menjalankan janjiNya bagi anak-anakNya?”. Mungkin ada orang yang menganggap ini kelalaian, tapi bukan kelalaian, kadang Tuhan menguji kita untuk tetap beriman kepada Dia. Tapi pada waktunya Dia akan mengatakan “Aku adalah Allah yang tahu bagaimana menghargai orang yang setia kepadaKu”, Tuhan kita adalah seperti itu. Maka biarlah kita belajar dari nabi yang sejati, mau tunduk kepada Tuhan dan mendapat aniaya pun kita tetap tunduk kepada Tuhan. Dan di dalam aniaya, kita baca kembali Lukas 6 dan kita bersyukur karena ayat 22 mengatakan “berbahagialah kamu jika karena anak manusia orang membenci kamu, jika mereka kucilkan kamu, jika mereka cela kamu, dan jika mereka tolak kamu sebagai orang jahat. Bersukacitalah pada waktu itu dan bergembiralah sebab sesungguhnya upahmu besar di sorga, karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan para nabi”. Kiranya Tuhan menguatkan kita untuk menjadikan kita orang Kristen yang menunjukan identitas Kristen di dalam seluruh hidup

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Berbahagialah hai kamu yang sekarang ini lapar

(Lukas 6: 20-26)
Bagian ini sama sekali tidak mengatakan orang kaya pasti masuk neraka atau orang miskin pasti masuk sorga, tapi orang kaya punya godaan sangat besar untuk menjauh dari Tuhan. Orang kaya punya godaan besar untuk bergantung pada kekuatan diri, orang kaya punya godaan sangat besar untuk membanggakan diri, orang kaya punya godaan besar untuk menikmati hidup dan bukan menikmati apa yang Tuhan nyatakan sebagai penyertaanNya. Itu sebabnya dikatakan “celakalah kalau dalam kekayaanmu kamu mendapat penghiburanmu. Dan berbahagialah yang miskin kalau kamu mengetahui ada harta yang indah di dalam Kristus dan engkau tetap bergantung kepada Dia di dalam keadaanmu”. Jadi ini sama sekali tidak memberikan kotak-kotak orang kaya dan orang miskin, orang kaya pasti hancur, orang miskin pasti bahagia, bukan seperti itu. Demikian juga dalam bagian selanjutnya yaitu dalam ayat 21 dan 25. Ayat 21 “Berbahagialah hai kamu yang sekarang ini lapar karena kamu akan dipuaskan. Berbahagialah hai kamu yang sekarang ini menangis karena kamu akan tertawa”. Ayat 25 “Celakalah kamu yang sekarang ini kenyang karena kamu akan lapar, celakalah kamu yang sekarang ini tertawa karena kamu akan berdukacita dan menangis”. Ada ucapan berkat, ada ucapan bahagia dan ucapan celaka yaitu kutuk bagi orang-orang yang disebutkan tadi. Ini mengingatkan orang akan berkat dan kutuk yang Musa khotbahkan di dalam Ulangan 28. Dalam Ulangan 28 Musa mengkhotbahkan tentang berkat yang diperoleh oleh orang-orang yang mentaati Firman Tuhan. Musa juga menyatakan ada kutuk bagi mereka yang menolak Firman Tuhan. Berkatnya apa dan kutuknya apa? Saya merangkumkan beberapa poin dari pasal 28. Di dalam pasal 28 Musa mengatakan “jika engkau setia kepada Tuhan, engkau takut akan Tuhan, engkau setia menjalankan semua yang difirmankan kepadamu pada hari ini, maka tanah akan memberikan hasil yang berlimpah-limpah. Ini hal pertama yang Tuhan nyatakan, engkau akan mempunyai berkat sangat limpah sehingga makananmu selalu melampaui tempat penampungannya.

Bayangkan berapa limpahnya hidup seperti ini, Saudara punya bakul untuk beras, selalu berasnya tumpah keluar. Saudara punya tempat untuk menyimpan makanan, makanannya selalu melimpah keluar. Musa mengatakan kalau engkau setia, engkau akan mendapatkan berkat seperti ini. Lalu selain hasil tanah yang melimpah, dikatakan engkau akan memiliki hasil ternak yang banyak sekali, kambingmu akan memiliki anak begitu banyak, sehingga kelompok kambing besar yang akan jadi milikmu, bagi gembala ini berita sukacita yang besar sekali. Masih diteruskan dengan mengatakan “Tuhan akan menjaga keluar dan masukmu”, Tuhan yang akan topang, Tuhan yang akan pimpin, Tuhan yang akan menjauhkan dari segala bentuk ketidak-amanan. Maka Saudara bisa mengalami ketenangan di segala jurusan, Tuhan akan menyertai kalau engkau keluar atau engkau masuk, Tuhan menyertai engkau mau pergi kemana, Tuhan menyertai setiap pojok dari bangsamu di tanah itu. Jadi Tuhan sertai Israel tidak akan digentarkan oleh apa pun. Lalu masih dikatakan “engkau akan mempunyai banyak anak-anak”. Dikatakan orang akan mempunyai banyak anak dan dengan demikian Israel menjadi bangsa yang penduduknya besar, dan kalau penduduk besar, tentara bisa begitu banyak. Tuhan menjanjikan lagi, mereka akan diberikan alam yang subur, mereka akan melihat ladang yang hijau, bukit yang penuh dengan tanaman-tanaman yang begitu indah, sehingga mereka akan mempunyai tanah yang begitu indah dan subur. Tuhan juga menjanjikan kenyamanan, dan Tuhan juga menjanjikan mereka akan menjadi kepala, maksudnya adalah mereka akan taklukan semua musuh mereka, dan musuh mereka akan menjadi ekor. Ini ucapan berkat yang paling kita senang waktu baca. Tetapi di pasal 28 juga dikatakan ada kutuk, kalau engkau tidak setia engkau akan mengalami kekurangan makanan. Kalau yang setia mendapatkan makanan dengan limpah, yang tidak setia waktu lihat tempat makan, rogoh sampai ke dalam, ketemu dasar bukan ketemu makanan. Itu namanya kutuk di pasal 28.

Lalu dikatakan, engkau akan mengalami kegentaran dari berbagai jurusan, engkau akan takut, musuhmu kelilingi kamu dan kamu tidak akan pernah merasa tenteram di dalam hidup karena kamu begitu banyak konflik, begitu banyak musuh, begitu banyak orang yang akan mengganggu keamananmu. Disebutkan berikutnya, engkau tidak akan mengalami kenyamanan apa pun, engkau tidak bisa tidur dengan tenang karena selalu ada gangguan yang membuat engkau tidak tidur. Lalu dikatakan, engkau akan mengalami penyakit demi penyakit, engkau akan mengalami tanah itu tidak lagi menjadi subur, tanah itu mulai mengering, dan banyak daerahmu mulai menjadi padang gurun yang kosong. Dikatakan berikutnya, engkau akan mengalami wabah penyakit yang parah sekali, yang menjangkiti begitu banyak orang, engkau akan ditaklukan musuhmu, engkau akan kehilangan orang yang dikasihi karena diangkat ke pembuangan atau dibunuh oleh musuh, dan engkau akan menjadi ekor, lalu musuh-musuhnya menjadi kepala. Ini berkat dan kutuk yang diucapkan di dalam Ulangan 28, mempersiapkan Israel masuk dalam Tanah Kanaan. Maka ada bagian yang menyatakan berkat secara dunia, secara fisik yang Tuhan janjikan kepada Israel. Di sini kita akhirnya kita biasa menerima pelajaran “kalau kamu baik-baik, Tuhan pasti berkati dengan makanan, kemenangan, alam yang subur, keamanan, kenyamanan, kekuasaan sebab engkau adalah orang yang setia. Kalau engkau setia kepada Tuhan, mana mungkin Tuhan tidak memberkati engkau. Kalau engkau setia kepada Tuhan, mana mungkin Tuhan tidak memberikan kelimpahan kepadamu, engkau pasti dapat kelimpahan. Lalu kita mulai memandang orang yang kurang, kita mulai memandang orang yang mengalami kelaparan, yang mengalami kesusahan karena diganggu oleh banyak musuh, yang mengalami gangguan-gangguan dalam hal penyakit atau mendapatkan kedukaan karena kehilangan orang yang dikasihi. Lalu kita mulai mengingat bukankah di dalam berkat dan kutuk, apa yang dialami orang-orang ini adalah bagian kutuk. Maka manusia kalau membaca Alkitab hanya ambil dari satu bagian kecil lalu menjadikan ini prinsip umum di sepanjang hidup, ini yang mambuat iman manusia tetap tidak pernah benar karena gagal melihat pesan dari Alkitab. Saudara kalau mau lihat pesannya Musa jangan hanya lihat pasal 28 Kitab Ulangan di bagian khusus berkat, Saudara mesti mundur lebih jauh lalu ambil bacaan di Kitab Imamat mengenai Hari Raya, dan disitu Saudara akan menemukan ada Hari Raya yang sangat penting yang dilakukan di bulan yang ke-7.

Angka 7 adalah angka sempurna bagi orang Israel, maka masuk bulan ke-7 mereka punya perayaan yang sangat penting, perayaan pertama adalah Hari Penebusan, dimana mereka memberikan korban sebagai tanda bahwa mereka menantikan penebusan dari Tuhan untuk mengampuni dosa mereka. Mereka akan membawa penebusan ini dan menyatakan “kami hidup dalam cara yang cemar dan kami hanya mungkin diterima oleh Tuhan kalau korban sudah dicurahkan darahnya untuk menebus dosa kami”. Lalu ada hari perayaan yang kedua di bulan ketujuh, perayaan ini adalah di mana Saudara membuat pondok dari ranting, dari daun dan Saudara buat pondok ini di luar rumah, ini lucu, orang bisa mempunyai rumah gedung tapi pergi ke tingkat atas, di atap, membuat pondok di atas lalu tinggal di dalam, seperti anak-anak main camping. Orang dewasa masuk ke dalam rumah-rumah seperti ini. Dan dikatakan di dalam Alkitab, di dalam perayaan ini engkau mesti mengambil hasil tanah yang paling bagus, lalu engkau nikmati. Jadi suruh petik buah-buahan, suruh petik yang paling limpah dari hasil tanah. Tetapi dibawa ke pondok daun, dibawa ke kemah dari ranting-ranting yang mereka buat. Lalu mereka makan sambil melihat ada kemah dari ranting dan bukan rumah. Di sini ada pengertian yang indah sekali bahwa Tuhan memberikan berkat, tapi berkat itu diberikan di dalam rangka memelihara kita masuk dalam tanah perjanjian yang Dia janjikan. Kalau kita disuruh jalan di padang gurun sampai nanti masuk dalam tanah perjanjian, wajar saja kalau kita membuat kemah dari ranting, kemah sementara, ini membuktikan bahwa dimana kita berada itu belum final, kita masih dalam perjalanan, kita masih musafir, kita belum sampai garis final yang Tuhan mau. Tetapi diperintahkan oleh Tuhan justru setelah mereka masuk Tanah Kanaan. Mengapa setelah masuk Tanah Kanaan mereka membuat kemah-kemah seperti ini, seolah-olah mereka belum masuk Tanah Kanaan? Di dalam Surat Ibrani dikatakan memang belum, tapi ini sudah di Tanah Perjanjian? Belum, kapan tanah perjanjian sejati? Tanah perjanjian sejati adalah tanah di mana kita boleh berdiam di dalamnya dimana Tuhan hadir di tengah-tengah dengan sempurna. Kehadiran Tuhan di tengah-tengah manusia membuat manusia boleh menikmati kelimpahan hidup yang luar biasa, membuat seluruh ciptaanNya diperbaharui sehingga menjadi sempurna seperti apa yang Tuhan mau.

Lalu apakah setiap orang yang sengsara dan menderita itu karena dipukul Tuhan? Jawabannya tidak. Apakah orang yang limpah makanan dan limpah dalam begitu banyak usaha yang maju, hasil tanda diberkati Tuhan? Jawabannya tidak. Maka yang Yesus di sini ada pembalikan dari apa yang dinyatakan dalam Ulangan 28, bukan menentang Musa. Yesus dan Musa tidak berkonflik, tapi Yesus mengingatkan yang dikatakan Musa dalam Ulangan 28 hanya 1 aspek dari pernyataan berkat dan kutuk Tuhan. Banyak aspek lain yang Tuhan nyatakan sebagai bentuk berkat dan bentuk kutuk bagi kita semua. Jangan pikir kalau diberkati secara fisik itu tandanya Tuhan sedang memperkenan kita. Bukankah Ulangan 28 mengatakan “kalau engkau setia Israel, engkau akan diberkati”? Mungkin itu benar dalam kasus Saudara, mungkin Saudara diberkati karena Saudara dicintai Tuhan dan Saudara mencintai Tuhan, lalu Saudara mendapatkan berkat. Tetapi tidak tentu ini menjadi patokan yang berlaku pada setiap orang. Adakah orang yang begitu jahat melawan Tuhan, licik, tetapi usahanya diberkati dengan begitu limpah? Ada, adakah orang kaya yang tidak jujur? Banyak. Maka kalau kita melihat kembali di dalam Ulangan 28, Musa mengatakan berkat dan kutuk. Berkat dan kutuk ini bisa disimpulkan dalam 2 dan semua poin-poin tadi kita bisa simpulkan dalam 2, entah itu alam yang limpah, makanan yang limpah, keamanan, kenyamanan, kekuasaan, dirangkum hanya di dalam 2 kalimat ini. Pertama, engkau akan kenyang. Kedua, engkau akan tertawa. Inilah sukacita yang didapatkan dalam berkat di Ulangan 28, dan Tuhan Yesus merangkum ini dengan baik sekali. Berbahagilah kamu yang sekarang lapar dan menangis karena kamu akan dikenyangkan dan kamu akan tertawa. Sebaliknya, celakalah kamu yang sekarang kenyang dan tertawa karena kamu akan lapar dan menangis. Itu adalah pembalikan dari berkat dan kutuk dalam Ulangan 28 supaya kita dengan seimbang melihat hidup, seimbang melihat apa yang Tuhan mau percayakan kepada kita, dan bagaimana kita harus melihat berkat yang akan kita terima mau pun kesulitan hidup yang akan kita terima. Bisakah kesulitan hidup terjadi karena kita berdosa? Bisa. Jadi Tuhan bisa menimpakan penyakit dalam bentuk penghukuman, tetapi tidak berarti setiap penyakit sama penghukuman dari Tuhan. Ini sebabnya kita mesti mempertahankan cara menafsirkan yang benar, jangan hanya ekstrim satu sisi atau sisi lain. Ekstrim satu sisi “karena Tuhan tidak mungkin menyatakan berkatNya di dalam bentuk kesembuhan, maka tidak mungkin ada kesembuhan”, ekstrim yang lain “Tuhan pasti menyembuhkan, kalau tidak sembuh berarti tidak beriman”, itu ekstrim yang terlalu besar untuk menafsirkan Alkitab dengan seimbang.

Lalu ada orang mengatakan “pokoknya kalau kamu sakit, pasti hukuman dari Tuhan”, satu ekstrim, ekstrim lain “pokoknya kalau sakit tandanya kamu tidak mungkin dihukum Tuhan, Tuhan tidak pernah pakai penyakit untuk menghukum siapa pun”. Tetapi kita dengan seimbang mengatakan Tuhan bisa pakai penyakit, Tuhan bisa pakai hukuman dengan cara yang bijak yang Dia sendiri tentukan. Tapi tidak berarti setiap yang kena itu adalah dihukum oleh Tuhan. Tuhan mengatakan kepada Israel “saya akan buang kamu sebagai tanda penghukuman”. Tetapi waktu dibuang, orang seperti Daniel, Yehezkiel ikut terbuang, apakah mereka sama berdosanya dengan yang lain? Mereka tidak pernah menolak bahwa mereka berdosa, tapi Tuhan sendiri menyatakan mereka dibuang bukan karena dosa mereka. Daniel dibuang bukan karena dosanya, demikian Yehezkiel hidup di dalam pembuangan di Babel bukan karena dia menyembah berhala sama seperti orang-orang Yehuda yang lain. Maka Tuhan bisa pakai pembuangan untuk penghukuman, tetapi di saat yang sama pembuangan juga Tuhan pakai sebagai bentuk pendewasaan iman bagi Daniel maupun Yehezkiel. Ini yang Tuhan Yesus mau luruskan dengan mengucapkan ucapan bahagia yang sangat kontroversial. Berbahagialah kamu kalau kamu adalah orang yang sekarang sedang menangis, berbahagialah kamu kalau kamu sekarang sedang lapar, lalu orang bertanya “bukankah ini tanda kutuk?”, Tuhan Yesus menyatakan tidak, ini adalah tanda yang lain yaitu tanda Tuhan sedang membimbing kamu untuk mempunyai iman yang makin dewasa. Mengapa makin dewasa? Karena keadaan yang kamu alami membuat kamu belajar untuk melihat kepada Tuhan. Ini berkat yang bisa kita dapat dari 3 buku Institutio dari Yohanes Calvin. Yohanes Calvin mengatakan di dalam buku 3, Tuhan mengijinkan banyak hal indah dinikmati oleh manusia dalam hidup karena keindahan itu akan digenapi nanti. Tapi keindahan itu tidak boleh dianggap sebagai suatu keindahan yang sudah final diberikan saat ini dan sekarang. Saudara kalau menganggap keindahan, kenikmatan yang Tuhan berikan, diberikan total saat ini, Saudara akan banyak mengalami kekecewaan karena pada faktanya yang kita jalani dalam hidup jauh dari sempurna. Itu sebabnya orang Kristen yang diracuni konsep-konsep yang salah dari teologi sukses akhirnya kecewa dengan hidup karena merasa dia mendapatkan hal yang seharusnya dia tidak dapatkan. Itu sebabnya ajaran yang realistis akan membuat Saudara melihat hidup dengan cara realitis tapi tetap mempunyai pengharapan di dalam hidup yang kekal. Orang ideal yang tidak mau terima realita adalah orang yang mimpi di siang bolong. Tetapi orang yang melihat realita, tidak melihat pengharapan di hidup yang kekal, dia adalah orang yang pesimis, sangat mudah putus asa dan sangat gampang kecewa dan merasa pahit di dalam hidup. Calvin mengatakan orang yang diijinkan masuk dalam keadaan sulit, padahal dia setia dan beriman kepada Tuhan, justru dilatih oleh Tuhan untuk tidak mengandalkan hidup di dalam dunia ini. Hanya orang yang tidak tahu berterima kasih yang mengatakan bahwa hidup penuh penderitaan tanpa ada kebaikan, banyak hal baik, banyak hal indah di dunia ini. Dan waktu Saudara menikmati hal yang indah itu, Saudara mesti cari siapa yang beri dan mengucap syukur kepada Dia, dan datang kepada Dia. Maka kalau kita menikmati berkat seperti yang tadi dikatakan makanan berlimpah, kemenangan, alam yang subur, keamanan, kenyamanan, apakah ini tandanya kita berdosa? Tidak. Tapi kalau ini kita nikmati tanpa mencari siapa pemberinya, maka kita akan mendapatkan kalimat Yesus yaitu “celakalah kamu kalau kamu tertawa, kamu sudah mendapatkan penghiburanmu, dan kamu nanti akan menangis”. Tapi kalau kita menikmati apa yang Tuhan berikan lalu menyatakan ucapan syukur kita dengan kembali kepada Tuhan, maka iman kita akan dipertumbuhkan kepada Tuhan yang adalah sumber dari segala berkat.

Demikian juga ketika kita mengalami kesulitan, Tuhan sedang melatih kita untuk melihat kepada Dia dan melihat kepada janji yang akan Dia berikan nanti, yang belum genap sekarang. Maka dengan real kita melihat hidup, dengan real kita melihat kesulitannya, dengan real kita melihat berkat-berkatNya. Dan dengan hati yang penuh pengharapan melihat kepada Tuhan Sang Pemberi berkat, dan juga Sang Pemberi kesulitan yang sedang melatih kita untuk melihat kepada Dia. Tapi Calvin mengingatkan dalam keadaan seperti ini Saudara akan mengatakan “tidak ada tempat bagi saya di sini”. Waktu Saudara percaya kepada Kristus, Saudara mengatakan “tidak ada tempat bagi saya di sini”, Kristus mengatakan “Aku sedang menyediakan tempat bagimu, sabar sedikit”. Maka berbahagialah orang yang datang kepada Kristus, karena Saudara datang kepada Kristus tanpa mempunyai apa pun, Tuhan tetap mampu mengucapkan ucapan bahagia kepada Saudara. Tetapi kalau Saudara meremehkan Kristus, meskipun Saudara punya semua yang di dunia ini yang bisa membuat Saudara tertawa, Saudara akan tetap menangis karena pada akhirnya ketika hal-hal yang Saudara andalkan tidak bisa memberikan bahagia lagi kepada Saudara, tidak ada Kristus yang mengatakan “mari bersamaKu, Aku menyediakan tempat bagimu”. Maka Saudara memilih datang kepada Kristus meskipun dalam keadaan apa pun, Saudara akan menjadi orang yang bahagia. Karena Kristus mengatakan “mari ke tempatKu, Aku menyediakan tempat bagimu”. Mengapa di dunia Tuhan mengijinkan orang-orang yang dicintai mengalami kesulitan? Supaya orang-orang di dunia yang mengalami kesulitan belajar melihat Kristus, belajar mengagumi dan menghargai uluran tanganNya yang menawarkan berkat bagi kita. Lalu mengapa Tuhan mengijinkan anak-anaknNya tetap menikmati bagian dalam dunia ini? Ada orang begitu bisa menikmati banyak hal, supaya mereka dilatih oleh Tuhan untuk tidak mengandalkan kenikmatan dunia ini, tapi mencari Tuhan dengan penuh ucapan syukur untuk bersyukur kepada Dia. Jadi Saudara mengalami kelaparan, Saudara mengatakan Tuhan akan memberikan pesta besar dimana jamuan makan bersama orang-orang penting dari Alkitab dan dari oprang-orang penting sepanjang sejarah gereja, ada berbagian di dalamnya. Saudara mengalami tangis, Kristus mengatakan “Aku akan menghapus air mata dari matamu”. Saudara menikmati kenikmatan hidup, Saudara harus mengatakan “ini kenikmatan adalah contoh bagi saya untuk cari kenikmatan yang sejati yaitu mengenal Tuhan”. Kiranya Tuhan mendidik kita sehingga apa yang kita pelajari dari Kitab Suci bisa kita jadikan pedoman untuk memiliki hidup yang penuh bahagia di dalam Tuhan.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Berbahagialah, hai kamu yang miskin

(Lukas 6: 17-26)
Kita sudah membahas pemanggilan 12 rasul, dan sekarang Tuhan Yesus dengan para rasul itu turun kembali dan di situ sudah ada murid-murid yang begitu banyak. Murid-murid dari seluruh tempat di Israel berkumpul untuk mencari Tuhan Yesus, Lukas menggambarkan bahwa banyak kali ketika Tuhan Yesus pergi ke kota-kota, semua orang di kota itu mau lihat Dia, mau dengar Dia dan mau ikut Dia. Bahkan orang-orang yang datang ingin lihat apa yang Kristus ucapkan atau lakukan untuk melakukan mujizat. Ada orang yang datang untuk ingin menyentuh Dia, menyentuh jubahNya, supaya dengan menyentuh mereka mempunyai kuasa penyembuhan yang dimiliki Tuhan Yesus. Jadi ini adalah orang yang begitu populer, yang pergi ke mana pun semua orang datang dan mau cari mau jadi pengikutNya. Maka kumpulan yang ada untuk mendengar Tuhan Yesus, itu selalu adalah kumpulan yang sifatnya kacau balau, meskipun mereka ditenangkan oleh kuasa Yesus dan menjadi diam untuk mendengarkan Yesus berkhotbah, tapi tetap ini adalah kelompok yang begitu banyak, yang tidak teratur. Orang-orang dari berbagai golongan datang untuk melihat Tuhan Yesus, ada orang yang bijak, ada orang-orang Ahli Taurat datang untuk kritik apakah ini pemimpin sejati atau palsu. Ada orang-orang yang mempunyai keperluan sangat besar karena mungkin mereka sakit dan mereka ingin disembuhkan oleh Tuhan Yesus. Di sini ada kelompok yang beragam, tetapi kebanyakan dari orang yang datang untuk mengikuti Tuhan Yesus dengan sangat gigih adalah orang-orang yang kecil, orang-orang miskin, orang-orang yang sakit, orang-orang yang terpinggirkan dan terutama orang-orang yang sangat perlu kesembuhan segera. Mereka mencari Tuhan Yesus dan mereka berharap Tuhan tumpangkan tangan atas mereka, supaya mereka bisa sembuh. Semua orang mengikuti Dia dengan berbagai latar belakang, tapi kebanyakan adalah orang-orang yang sangat ingin mendapatkan sentuhan mujizat Tuhan Yesus.

Jadi apakah salah orang-orang ini? Waktu mereka datang mencari kepuasan di dalam Yesus, waktu mereka mencari Kristus, mengharapkan mendapatkan kesembuhan dari Kristus. Kristus tidak pernah tegur mereka yang mencari kesembuhan. Kristus marah kepada pemimpin agama yang palsu, tetapi Kristus penuh belas kasihan kepada orang yang mencari kesembuhan kepada Dia. Maka Dia mengijinkan orang-orang itu datang, Dia menyembuhkan mereka, Dia mendoakan mereka, dan Dia memberikan begitu banyak anugerah untuk orang-orang seperti ini. Itu sebabnya kita yang melihat fenomena kesembuhan ilahi, kita mesti tahu siapa yang harus kita lawan. Kita sedang tidak melawan orang sakit yang putus asa memperoleh pertolongan, tapi kita harus kritik keras orang-orang yang memberikan harapan palsu dengan tawaran-tawaran yang bukan ada di Injil Tuhan. Kita tidak boleh benci orang yang sedang putus asa, kita harus benci semua tawaran palsu untuk mengobati keputus-asaan itu. Tuhan Yesus mengucapkan ucapan bahagia termasuk peringatan supaya murid-muridnya tidak mudah menghakimi orang lain.

Di dalam ucapan bahagia di Lukas ditulis dengan cara yang berbeda dengan di Matius, kita tidak tahu apakah ini khotbah yang beda dan karena itu dicatat dengan cara yang berbeda, atau itu khotbah yang sama yang dicatat dengan cara yang berbeda. Kalau ini adalah khotbah yang sama maka cara matius dan Lukas mencatat itu beda, sebab Matius meletakan ucapan bahagia denagn jumlah yang lebih besar dan banyak, memisahkan ucapan bahagia dengan celakanya di tempat yang lain dan merumuskan ucapan bahagia ini sebagai satu dorongan kepada para murid untuk hidup menjadi berkat di tengah-tengah dunia yang sudah rusak. Maka di Matius 5 diucapkan ucapan bahagia setelah itu dilanjutkan dengan perintah “kamu harus menjadi garam dan terang di tengah-tengah dunia ini”, ini perintah yang diberikan setelah sebelumnya Tuhan menjanjikan ucapan bahagia. Tuhan beri kekuatan dulu setelah itu Tuhan minta semua orang Kristen atau semua murid-muridNya berjuang menyatakan kebenaran Tuhan di tengah-tengah dunia. Ini adalah panggilan yang sangat sulit, itu sebabnya Tuhan sudah lebih dulu beri kekuatan di depan. Inilah perspektif Maitus waktu menulis. Bagaimana dengan Lukas? Di bagian ini Lukas memberikan sudut pandang yang lain, ucapan bahagia ini ditujukan untuk 2 hal. Pertama, untuk memberi konfirmasi bahwa Dia memperkenan orang-orang yang datang kepada Dia meskipun orang-orang dunia menghina orang-orang ini. Kedua, ucapan ini diberikan untuk menegur setiap orang yang merasa diri lebih baik lalu menghina orang yang lebih jelek. Maka ketika orang miskin datang kepada Tuhan Yesus, orang kaya mungkin mencibir, tapi Kristus mengatakan “berbahagialah kamu yang miskin, berbahagialah kamu yang lapar, berbahagialah kamu yang sekarang menangis, berbahagialah kamu yang ditolak, dikucilkan dan dicela sebagai sesuatu yang jahat. Jadi Kristus menyatakan penerimaanNya kepada orang-orang seperti ini. Mari kita juga belajar menerima keadaan dari orang-orang yang mencari Tuhan dengan cara seperti ini.

Lalu siapa yang berbahagia? Yang berbahagia adalah orang-orang yang sedang dalam kesulitan. Apakah semua orang sulit bahagia? Tidak, karena Tuhan Yesus sedang berbicara kepada orang-orang yang mau datang kepada Dia. Ketika orang-orang ini mau datang kepada Dia, Yesus mengatakan “berbahagialah kamu yang sudah datang kepadaKu, tapi keadaan miskin. Tapi celakalah kamu yang datang kepadaKu, tapi kamu mempunyai begitu banyak kekayaan”. Maka kita akan bahas dalam beberapa kali, hari ini kita akan fokus kepada peringatan Tuhan Yesus mengenai kekayaan dan ucapan bahagia bagi orang miskin. Mengapa orang kaya ditegur dengan keras? Mengapa orang miskin diberikan ucapab bahagia begitu besar? Apakah semua orang miskin otomatis berbahagia? Tidak. Apakah orang miskin, karena dia miskin maka Tuhan pasti terima Dia? Tidak. Ada orang yang menjadi miskin mungkin karena dia tidak mau kerjakan apa-apa, ada orang menjadi miskin mungkin dia terlalu malas untuk bertindak, ada orang yang miskin meskipun dia gigih bekerja, ada orang yang miskin karena ditipu orang lain, ada orang yang miskin karena keadaan lingkungan membuat dia tidak mempunyai pilihan kecuali menjadi orang miskin. Maka menjadi orang miskin tidak otomatis diterima oleh Tuhan, tapi Tuhan Yesus sedang memberikan peringatan kepada orang kaya untuk menghargai setiap orang yang Tuhan terima karena mereka mempunyai bahagianya sendiri. Lalu kalau orang rela mau datang kepada Tuhan Yesus, mau datang sepenuh hati dan dia miskin, apa bahagia yang dimiliki? Di sini orang miskin dikatakan “berbahagialah kamu”, mengapa berbahagia? Karena di dalam kemiskinan dia tidak punya hambatan-hambatan yang banyak untuk datang kepada Tuhan Yesus. Sedangkan orang kaya untuk datang kepada Tuhan Yesus mempunyai terlalu hambatan yang membuat dia tidak secepat orang miskin yang mau datang kepada Tuhan Yesus. Apa hambatan-hambatan yang dimiliki oleh orang kaya? Banyak, dan kita akan membahas beberapa pada hari ini. Orang kaya terhambat untuk datang kepada Tuhan Yesus karena dia lebih cinta harta dari pada cinta Tuhan Yesus, ini adalah problem pertama. Orang miskin tidak punya harta, mau cinta apa? Orang miskin uangnya begitu sedikit, apa yang mau dicintai dari uang yang sedikit? Tapi orang kaya yang uangnya banyak, lebih mencintai uang dari pada Tuhan, maka mereka sulit datang kepada Tuhan dengan murni. Saya tidak mengatakan Saudara yang kaya harus menjadi miskin, saya tidak mengatakan Tuhan membenci orang kaya, saya hanya mengatakan Tuhan memperingatkan orang kaya bahwa dia punya hambatan banyak yang harus diawasi, yang orang miskin tidak miliki. Itu sebabnya ketika cinta Saudara kepada Tuhan didasari oleh banyaknya harta yang Saudara dapat, Saudara bukan orang yang sungguh-sungguh datang kepada Tuhan, inilah halangan. Apakah kita sungguh-sungguh datang kepada Tuhan? Ini jadi penguji, kalau ternyata harta kita berkurang drastis ketika kita makin setia kepada Tuhan, mau makin setia? Tetapi kalau orang berjuang lalu dia menjadi kaya, itu tidak salah, tetapi Tuhan hanya memperingatkan “kamu berjuang mati-matian, lalu kamu jadi kaya”, hartamu akan menghalangi kamu datang kepada Tuhan. Kalau orang sudah kaya, mampu mengatasi halangan ini, dia juga menjadi bahagia. Tapi tidak banyak yang mampu lakukan, ini peringatan yang saya bagikan kepada Saudara. Tidak banyak orang mampu mengalahkan halangan-halangan dari kekayaan. Itu sebabnya kerelaan kita ikut Tuhan dengan tulus dan sempurna, itu akan dihalangi oleh harta. Maka saya tekankan kembali orang kaya tidak otomatis berdosa, kekayaan tidak harus berarti berdosa kecuali kalau Saudara ambil dengan cara yang ilegal. Tapi kalau Saudara bekerja dengan segiat mungkin, sekeras mungkin, sebijak mungkin, lalu Saudara diberkati dengan demikian limpah, mari belajar dengan mengucapkan begini “Tuhan, hatiku tidak mau berpaut kepada kekayaan, hidupku tidak mau berpaut kepada kekayaan, hidupku tidak bergantung pada apa yang aku miliki sekarang”.

Lalu hal yang kedua, kekayaan itu membuat kita cenderung menikmati dunia dari pada menikmati Tuhan. Orang kalau sudah punya kekayaan lalu menikmati fasilitas-fasilitas dari kekayaan akhirnya ketika fasilitas itu dicabut, dia tidak mampu lagi hidup dengan cara yang seperti biasa. Saya pernah diskusi dengan beberapa pengurus, kita bingung kalau kita harus cari tempat lalu tempat itu tidak punya tempat parkir yang cukup, bagaimana ya? Saya merenungkan dalam hati, kalau tidak cukup tempat parkir apakah jemaat akan turun jumlahnya? Bayangkan mobil sebanyak ini butuh tempat parkir sebesar apa? Kalau tidak muat tempat parkirnya jadi jangan bawa mobil supaya tidak parkir, kalau tidak bawa mobil berarti naik angkot, ”naik angkot? Itu barang haram bagi saya”, ini bahayanya orang kaya. Akhirnya tidak ke gereja karena tidak bisa datang dengan mobil dengan nyaman seperti biasa, ini yang membuat saya heran. Mengapa berkat Tuhan menghalangi kita datang kepada Tuhan? Saudara diberikan mobil bukan berarti Saudara bergantung sama mobil kan? Saya ingat dulu kalau pergi ke gereja atau ke seminar Pak Stephen Tong, saya selalu naik bus. Hal ini membuat saya menyadari satu hal, saya biasa naik begini maka saya tidak keberatan naik bus untuk datang kebaktian. Tapi kalau saya sudah biasa dengan mobil, apakah mungkin saya lakukan ini lagi? Ini satu hal yang mesti kita renungkan baik-baik, kita datang kepada Tuhan dihalangi oleh kenyamanan atau tidak. Kalau kita terbiasa dengan kenyamanan, lalu kenyamanan itu diambil dan kita marah, di sini kita tahu bahwa kenyamanan itu sudah menjadi dewa kita. Jadi sekali lagi Tuhan tidak melarang orang jadi kaya, menikmati hal-hal yang mewah, tapi kalau kita mulai terhambat datang kepada Tuhan karena kemewahan ini, mungkin waktunya kita mengatakan “saya harus melatih diri untuk tidak terjerat dengan kenikmatan seperti ini”. Tapi ini tidak dimiliki oleh orang miskin, maka dikatakan orang miskin berbahagia bukan karena mereka miskin, tapi karena mereka tidak punya pilihan. Waktu mereka datang kepada Tuhan, mereka mengharap sesuatu kepada Tuhan, mengharap Tuhan memberikan berkat, mengharap Tuhan memberikan anugerah. Karena kalau Tuhan tidak berikan, tidak ada lagi yang sanggup berikan kepada kita. Inilah hal-hal yang bisa kita lihat di dalam Firman Tuhan ini yaitu orang-orang miskin berbahagia karena dia tidak mempunyai kelebihan apa-apa yang bisa dia nikmati dan dia serahkan semua kepada Tuhan. Mari yang miskin menanggap sesuatu yang benar-benar diamini. Saudara jangan hidup dengan cara picik, jangan hidup dengan terus merasa diri kurang berkat, jangan hidup dengan cara terus iri kepada orang yang sukses. Tapi hidup dengan cara menikmati apa yang Tuhan mau nyatakan sebagai berkat dari Dia lalu menikmati Tuhan dalam hidup. Dan bagi yang kaya jangan menggantungkan hidup dalam kekayaan, Saudara harus berani mengatakan “di dalam kemewahan saya bisa menikmati Tuhan, di dalam ketiadaan kemewahan saya tetap bisa menikmati Tuhan. Saya boleh hidup menikmati ini, dan kalau Tuhan ambil semua ini saya juga tetap bisa hidup karena Tuhanlah yang menopang hidup saya, bukan harta ini”. Ini kalau bisa kita ucapkan, kita menjadi orang yang lulus dalam ujian yang sedang dinyatakan.

Ketiga, orang yang punya kekayaan cenderung mendapatkan penghormatan dari dunia ini, orang miskin tidak. Maka orang miskin tidak punya kesombongan apa-apa, dia datang dengan kerendahan hati. Dunia ini begitu rusak, memberikan penghargaan kepada harta jauh melampaui memberikan penghargaan kepada yang lain. Orang kaya dihargai sampai lepas topi, ada orang berjasa bagi kemanusiaan belum tentu diberikan penghargaan seperti ini. Ini adalah penghargaan dunia bukan penghargaan Kristen. Orang Kristen menghargai orang yang cinta Tuhan, orang Kristen menghargai orang yang rela berkorban bagi orang lain, orang Kristen menghargai bijaksana, kebajikan dan kesucian hidup, ini yang dihargai. Maka kalau Saudara datang ke gereja ini hanya untuk memberikan daftar mana orang kaya yang saya bisa jalin relasi, Saudara sudah sangat berdosa kepada Tuhan. Mengapa orang yang kaya dikatakan celaka? Karena di tengah kekayaannya dia mendapatkan penghormatan palsu dari manusia. Dan dengan demikian dia biasa ditinggikan dan karena itu dia memiliki keangkuhan hidup yang lebih dari yang lain. Saya tidak mengatakan semua orang kaya seperti ini, ada orang kaya yang rendah hati tapi itu tidak banyak, dan harusnya itu banyak terdapat di tengah-tengah orang Kristen. Maka orang kaya mesti ingat kalau ada orang baik kepada Saudara, dia hanya menghargai harta Saudara, kalau bisnis Saudara hancur, dia tidak mungkin lagi mau berteman dengan Saudara. Orang mendapatkan uang itu bukan suatu kualitas yang hebat, orang mendapatkan kebajikan ini kualitas yang paling hebat. Orang mendapatkan kerelaan berkorban bagi orang lain, ini kualitas yang hebat. Maka ketika orang menghargai bijaksana, kerelaan berkorban, orang ini adalah orang bijak. Tetapi kalau orang miskin adakah yang sombong? Sudah miskin sombong, itu keterlaluan. Umumnya orang miskin punya kerendahan hati natural, merasa dirinya tidak layak di mana-mana. Waktu masuk di tempat belanjaan pun dia celingak-celinguk. Jadi ini perasaan rendah hati orang miskin yang alami. Orang kaya rendah hati seperti ini susah, bukannya tidak ada tapi sulit sekali. Orang punya banyak harta, di mana pun dia dihargai, dia pergi ke kantornya satpam menghormati, dia pergi kemana ada pembantu yang siap melayani, apakah dia bisa mempunyai kerendahan hati? Harus bisa, memang sulit tapi itu bukan alasan. Ketika kita membiasakan diri untuk menghargai orang lain dalam level yang sama dengan kita meskipun dia tidak punya, itulah kemenangan dari orang yang punya harta lebih. “Meskipun saya kaya, saya tidak anggap kekayaan saya membuat saya lebih penting dari orang lain. Meskipun kamu miskin, saya hargai kamu sebagai orang yang mempunyai nilai sama dengan saya”. Kita yang mempunyai kesempatan oleh Tuhan mendapatkan harta dan kehidupan yang dihormati oleh orang lain, mesti mencegah diri dari godaan menganggap diri lebih hebat dari yang lain. Maka berbahagialah orang yang miskin karena dengan rendah hati datang kepada Tuhan, karena dia tidak punya penghiburan di tempat lain kecuali Tuhan, karena hanya di dalam Tuhan dia mendapatkan satu kepuasan dalam hidup, karena dengan rendah hati menjalani hidup, tidak memandang rendah orang lain dan rendah hati mau datang kepada Tuhan. Tetapi celakalah orang-orang kaya kalau ternyata hartanya menghalangi dia datang kepada Tuhan, kalau ternyata hartanya membuat dia mencari penghiburan duniawi lebih limpah dibandingkan datang kepada Tuhan, kalau motivasinya datang kepada Tuhan adalah untuk kekayaannya, kalau karena kekayaannya dia memandang rendah orang lain. Tapi orang kaya yang belajar melewati kesulitan ini lalu datang kepada Tuhan dengan murni hatinya, menghargai orang lain dengan sepenuh-penuhnya, mencari kenikmatan dan kebergantungan hanya kepada Tuhan dan bukan harta, dia pun mengalami bahagia yang sama. Inilah yang mau diucapkan pada ucapan bahagia hari ini. Biarlah kita belajar merendahkan diri kita di hadapan Tuhan, menganggap pemeliharaan Tuhan itu yang akan menopang dan menguatkan kita, bukan hal-hal lain. Itu sebabnya dalam ayat 21 dikatakan “berbahagia kamu yang lapar, berbahagia kamu yang menangis, kamu akan dipuaskan, kamu akan tertawa”. Ada orang-orang yang ketika tidak punya pilihan datang kepada Tuhan dan dia mendapatkan kepuasannya. Biarlah kekayaan yang Tuhan tambahkan di dalam hidup kita tidak membuat kita berpaling dari niat hati seperti ini. Tuhan tidak peduli Saudara kaya atau miskin, Tuhan lihat hati Saudara tulus atau tidak. Tuhan tidak peduli berapa sukses atau gagal Saudara, tapi Tuhan melihat berap rela Saudara menjadi berkat bagi orang lain. Kekayaan yang Tuhan berikan itu untuk sesuatu yang sangat penting. Tuhan memberikan kekayaan supaya menjadi berkat dengan limpah, karena ada kemungkinan banyak hal demi menolong manusia. Orang yang mempunyai banyak orang bisa mendirikan banyak hal untuk menolong begitu banyak orang. Itu sebabnya Tuhan mempercayakan harta supaya bisa bertanggung jawab pada Tuhan. Tapi iblis juga pakai harta untuk menjadi sesuatu yang gampang menyeret kita jauh dari Tuhan. Maka mari kita belajar untuk mendeteksi kira-kira saya ada di bagian mana, apakah saya kekurangan lalu mengutuk Tuhan karena kekurangan saya, mengutuk lingkungan saya karena kekurangan saya, jika seperti itu maka saya harus bertobat dan kembali kepada Tuhan. Apakah saya orang yang terjerat dengan kekayaan saya, maka saya pun harus kembali kepada Tuhan. Di dalam ayat yang ke-24 “celakalah kamu yang kaya, karena di dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburanmu”. Biarlah kekayaan kita tidak membuat kita mendapatkan kepuasan, tapi membuat kita mencari Tuhan yang menopang dan sumber sejati di dalam kehidupan kita.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Tuhan Yesus Berdoa Semalam-malaman

(Lukas 6 : 12 – 16)
Di dalam ayat 12 dikatakan “pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Dia berdoa kepada Allah”. Di sini kita tidak mengerti apa yang Yesus doakan, kita tidak tahu alasan Dia berdoa, kecuali kalau kita melihat paralel dari peristiwa ini di dalam Perjanjian Lama. Banyak sekali hal dalam Perjanjian Baru menjadi jelas kalau kita balik ke Perjanjian Lama. Perjanjian Baru menggenapi Perjanjian Lama, Perjanjian Baru membahas tema-tema yang sama dengan Perjanjian Lama. Di dalam Perjanjian Lama sering kali digunakan kalimat “pergi ke gunung lalu berdoa di atas gunung” itu sebagai bentuk intercessory prayer, ini berarti sebentuk doa yang ditujukan untuk memohon pengampunan bagi umat. Apa pun gambaran dalam Perjanjian Lama, seringkali memakai cara menulis ada orang naik ke gunung lalu dia memohon pengampunan, ada orang naik ke gunung dia berdoa menyatakan pelanggaran umat. Musa ada di gunung lalu dia berdoa “Tuhan, ampuni umatMu yang sudah begitu rusak, yang sudah lupa Tuhan dan mereka membuat anak lembu emas”. Mungkin Saudara mengatakan “Musa naik ke gunung bukan dalam rangka doa, Musa naik ke atas gunung dalam rangka Tuhan yang suruh lalu dia dengarkan Firman. Setelah itu dia turun”, maka waktu dia naik itu bukan dalam rangka doa. Tapi kalau Saudara baca baik-baik, Saudara akan melihat dia naik ke gunung, menerima Firman dari Tuhan lalu Tuhan mengatakan “lihat umatmu di bawah mereka sudah begitu rusak tingkahnya”, maka dia turun. Waktu turun dan dia lihat benar-benar rusak, dia marah, dia naik lagi, lalu dikatakan dia naik dan semalam-malaman dia memohon kepada Tuhan supaya Tuhan mengampuni umatNya. Jadi dia terus memohon di gunung itu supaya Tuhan mengampuni, dia meratap dan dia memohon supaya Allahnya di sorga mau mengampuni umatNya. Inilah bentuk doa syafaat, doa untuk memohon pengampunan bagi yang lain, dan ini dilakukan oleh Musa. Doa yang paling agung salah satunya adalah doa Musa. Orang cuma tahu doa Musa yang di Mazmur “ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian supaya peroleh hati yang bijaksana”. Tapi bagi saya doa Musa yang paling indah adalah doa yang kalimatnya seperti kedengaran mengerikan tapi begitu indah, dia mengatakan “Tuhan, cabut nyawa saya kalau Engkau tidak mau mengampuni umatMu”, ini doa agung luar biasa. Bayangkan betapa indahnya doa ini, apalagi kalau kita yang mau dihukum, tiba-tiba ada orang yang mengentarai kita dan kita mendengar dia berdoa “ampuni dia Tuhan, dia sudah bersalah, kalau Tuhan tidak mau ampuni maka matikan saya”, ini doa benar-benar berani, ini doa adalah pengorbanan diri yang sangat besar. Maka Musa pergi ke atas gunung, memohon terus kepada Tuhan dan mengatakan “hapus nama saya dari kitab kehidupan kalau Tuhan mau menghapus umatMu”, ini pernyataan yang begitu agung. John Knox pernah berdoa yang mirip, dalam tradisi orang mengatakan John Knox berlutut dan berdoa “Tuhan, berikan saya Skotlandia, kalau Tuhan tidak mau berikan, matikan saya”, seperti mengancam, tapi ini adalah permohonan yang sangat agung supaya umat Tuhan diampuni “Tuhan, jangan marah tapi ampuni umatMu”.

Saya melihat ini paralel sekali dengan apa yang dilakukan Yesus. Yesus Kristus melihat umat Tuhan begitu rusak, maka Dia pergi ke atas gunung dan berdoa. Tahu dari mana umat begitu rusak? Dari pembacaan sebelumnya. Saudara melihat dari pasal 4-6, sebelum perikop kita, seluruh perikop cuma satu yang tidak berbicara konflik antara orang Farisi dan Tuhan Yesus. Semua berbicara Yesus ditolak, Yesus dibenci, Yesus mau dibunuh, semua bicara mereka berencana untuk mematikan Yesus. Semua bicara konflik, pemimpin agama melihat Yesus kerjakan mujizat, mereka mau bunuh Yesus, pemimpin agama lihat Yesus tolong orang, mereka mau bunuh Yesus, pemimpin agama melihat Yesus mau sembuhkan orang di Hari Sabat, mereka mau bunuh Tuhan Yesus. Maka ini adalah konflik yang sangat besar, mereka lihat mujizat Tuhan Yesus tapi mereka benci orang ini dan mereka mau bunuh Dia. Di dalam kebencian mereka terdapat tantangan yang besar terhadap Tuhan Yesus, maka Tuhan naik ke atas gunung. Dan saya percaya ini adalah intercessory prayer, jarang orang bergumul semalam-malaman kecuali ini adalah pergumulan paling besar di dalam hidupnya. Dan saya percaya kalau Tuhan Yesus bergumul semalam-malaman, pergumulan terbesar Dia bukan tentang diri, tapi tentang umat Tuhan. Ini satu bentuk keagungan di dalam diri manusia. Kita mau mengukur tingkat kerohanian kita, coba tulis doa Saudara lalu lihat apa yang paling banyak didoakan seumur hidup? Apa yang paling menuntut kita untuk benar-benar sujud dan benar-benar memohon kepada Tuhan? Kalau semua permohonan kita yang paling besar sifatnya hanya melihat diri dan pergumulan diri maka ini adalah tanda kerohanian kita belum juga lewat masuk ke dalam kerohanian yang lebih baik. Karena orang yang lebih baik secara rohani, mulai melihat kesulitan umat Tuhan, mulai melihat pemberontakan umat Tuhan, mulai teteskan air mata karena pemberontakan umat Tuhan.

Alkitab mengajarkan Roh Kudus berdoa bagi kita di dalam hati lalu kita berdoa bersama-sama Roh Kudus memanjatkan permohonan kita kepada Bapa. Kedua, Kristus ada di sebelah kanan Allah, Dia pun berdoa syafaat sebagai Imam Besar bagi kita. Jadi Kristus dan Roh Kudus berda bagi kita, mana mungkin kita tidak mau berdoa kepada Bapa. Bayangkan betapa keterlaluannya kalau Kristus mendoakan kita di sebelah kanan Allah, lalu Roh Kudus mendoakan kita di dalam hati, tapi kita sendiri tidak. Berdoa kepada Bapa dalam nama Tuhan Yesus karena Tuhan Yesus sendiri berdoa kepada Bapa di sebelah kanan Allah untuk kita. Jadi Kristus dan Roh Kudus berdoa bagi kita, betapa besar anugerah ini. Kalau saya merenungkan ini, saya sangat terharu, karena seringkali kita terharu kalau ada orang lain mau doakan kita. Yesus berdoa di sebelah kanan Bapa, Roh Kudus berdoa dari hati kita, memanjatkan permohonan yang kita pun tidak bisa omongkan kepada Tuhan. Itu sebabnya ketika Dia naik ke atas gunung, ke bukit yang tinggi lalu berdoa semalam-malaman, saya percaya ini adalah respon Kristus dari penolakan umat Tuhan. Umat Tuhan menolak, Dia lalu berdoa memanjatkan intercessory prayer, Dia memanjatkan syafaat supaya umat Tuhan tidak terus berontak kepada Tuhan, dan supaya Tuhan terus berkenan memberikan kesempatan kepada umat Tuhan kembali kepada Dia. Maka selesai berdoa, di dalam ayat 13 dikatakan “ketika hari siang Ia memanggil murid-muridNya kepadaNya lalu memilih dari antara mereka 12 orang yang disebutNya rasul”, kata rasul memberikan banyak sekali pengertian kepada kita. Rasul berarti dia yang diutus, orang yang diutus tapi dengan otoritas yang sama dengan orang yang mengutus. Maka rasul itu bukan sembarangan utusan, tapi rasul adalah orang-orang yang diutus atas nama yang mengutus dengan otoritas yang sama. Kalau ada perwakilan, kalau ada utusan yang diutus itu berarti yang mengutus tidak hadir tapi utusannya yang hadir. Bukankah Yesus berjanji akan bersama murid-muridNya sampai kesudahan waktu? Ternyata yang dimaksudkan adalah Kristus akan mati, Dia akan bangkit, lalu Dia akan naik ke sorga. Dari sorga Dia akan mengirim Roh Kudus, Penolong yang sama dengan Dia, yang setara dengan Dia, tapi yang adalah Pribadi lain. Roh Kudus inilah yang akan memenuhi para rasul dan para rasul inilah yang akan menjadi utusan Kristus. Jadi Kristus ada di sorga dan utusanNya yang ada di bumi yaitu para rasul. Dan Kristus sudah memanggil mereka sejak sekarang dan di dalam cara Lukas menulis, pemanggilan para murid sekarang menunjukan bahwa tema utama dari Injil Lukas adalah perjalanan Yesus ke salib sampai Dia mati lalu Dia naik ke sorga, dilanjutkan dengan Kitab Para Rasul, Injil itu akan dibawa ke seluruh dunia. Ini namanya traveling motive, motif perjalanan sudah dinyatakan dalam pilar-pilar utama, dan salah satu pilar adalah pemanggilan murid. Jadi pemanggilan murid untuk berjalan bersama Yesus sampai kayu salib setelah itu mereka akan melanjutkan menyaksikan tentang Kristus mengerjakan apa yang Kristus kerjakan sebagai rasulNya. Berarti Tuhan Yesus sudah menyiapkan penggantiNya atau orang-orang yang meneruskan pekerjaan yang dipercayakan Bapa kepadaNya. Dan para rasul ini dipanggil sebagai pemimpin gereja. Ini berarti ada satu berita menakutkan bagi kita, Yesus bertengkar dan ditolak oleh pemimpin-pemimpin Yahudi. Tetapi setelah berdoa, Dia turun memanggil pemimpin-pemimpin gereja. Jadi pemimpin Yahudi akan disingkirkan Tuhan dan pemimpin gereja yang akan bangkit menggantikan mereka, ini mengerikan sekali. Ketika mereka memutuskan untuk tolak Tuhan Yesus, Tuhan Yesus memanggil pemimpin-pemimpin yang lain. Jangan pikir kalau kita sudah ahli melayani Tuhan maka mau tidak mau Tuhan pasti pakai kita, sama sekali tidak. Jangan pikir ketika kita mempunyai kemungkinan untuk menyatakan bakat yang besar, lalu kita menjadi orang penting dalam pelayanan, Tuhan pasti tidak punya pilihan untuk pakai kita, sama sekali tidak. Tuhan bisa singkirkan kita lalu bangkitkan orang lain untuk menjadi pengganti yang mungkin pelayanannya akan jauh lebih baik. Ini merupakan bagian yang harus kita pahami dengan sungguh-sungguh, Tuhan meningkirkan para pemimpin Yahudi dan sekarang membangkitkan pemimpin gereja.

Setelah Yesus turun dari doa, Dia melakukan tindakan yang luar biasa, yaitu Dia memilih pemimpin-pemimpin baru karena pemimpin lama sudah dianggap tidak layak. Siapa yang tolak Yesus? Pemimpin, bagaimana dengan rakyat? Rakyat senang, pokoknya Yesus bisa sembuhkan orang sakit, mereka senang. Yesus berkhotbah dengan kuasa, mereka pasti senang. Ini membuat Dia sangat populer di kalangan orang banyak. Tetapi para pemimpin agama mulai marah. Yesus jauh lebih mampu untuk galang orang-orang mengikuti Dia, Yesus jauh lebih mampu membuat orang-orang setia sampai mati mengikuti Dia. Maka rakyat tidak tolah Yesus, tapi para pemimpin tolak Yesus. Kalau Saudara tekun membaca dari Lukas sampai Kisah Para Rasul, di dalam Kitab Para Rasul Saudara akan temukan seluruh rasul dikuasai oleh Roh Kudus, seluruh pemimpin Israel tidak. Seluruh rasul khotbah, seluruh pemimpin Yahudi tidak mampu lawan khotbah mereka. Tetapi permulaan mereka begitu sederhana.

Maka dikatakan di sini “Tuhan Yesus memilih 12 orang yang disebut rasul”, ayat 14 -16 mendaftarkan nama-nama mereka. Yang pertama ada Simon yang diberi nama Petrus, kalau kita baca sekarang, kita sudah baca Lukas sampai selesai, kita sudah tahu Kisah Para Rasul, kita tahu Surat Petrus, kita hidup di zaman sekarang. Kita tahu Petrus ini pemimpin besar sekali, tapi kalau kita masuk di dalam peristiwa ini, kita masuk dalam keadaan pada waktu itu, kita akan geleng-geleng kepala “untuk apa pilih Simon Petrus?”. Karena Simon Petrus kalau dibaca di dalam beberapa perikop sebelumnya hanyalah seorang nelayan gagal. Orang kedua, dikatakan Andreas saudara Simon. Ini adalah seorang rasul yang juga luar biasa, dia saudara Simon tapi yang pada waktu ini adalah bukan siapa-siapa. Siapa Andreas? Saudara Petrus, Petrus lebih terkenal sehingga orang kenalnya Andreas sebagai saudaranya Petrus. Tetapi Andreas merupakan murid Yohanes Pembaptis sejak awal. Dia dengar kalimat dari Yohanes Pembaptis, ketika Yohanes Pembaptis mengatakan “inilah yang aku maksud waktu aku berkata akan datang Dia yang lebih besar dari aku”, maka Andreas langsung tinggalkan Yohanes Pembaptis lalu ikut Yesus. Setelah Andreas meninggalkan Yohanes Pembaptis untuk ikut Yesus, Yohanes Pembaptis tidak marah. Bahkan Yohanes Pembaptis mengatakan kepada murid-murid yang lain “engkau juga ikut Orang itu. Dia adalah Juru Selamat, saya bukan. Dia harus lebih besar, aku harus makin kecil”, inilah hamba Tuhan yang sejati. Hamba Tuhan yang sejati tidak merasa punya kerajaan, hamba Tuhan sejati tidak merasa punya klaim terhadap domba-domba Kristus, ini semua milik Kristus. Maka Andreas pergi meninggalkan Yohanes Pembaptis dan ikut Yesus. Lalu dia ajak saudaranya juga, maka Simon adalah hasil penginjilan Andreas. Kemudian selain Andreas, ada Yakobus dan Yohanes, ini adalah 2 orang muda yang ambisinya kebesaran dan emosinya terlalu meluap-luap. Satu kali waktu mereka berjalan di daerah Samaria, orang Samaria mengatakan “kamu orang Yahudi, tidak boleh lewat daerah kami”, lalu Yakobus dan Yohanes mengatakan “tenang Tuhan Yesus, kami akan berdoa minta api turun”, ini ngeri sekali, terlalu percaya diri. Di Perjanjian Lama belum pernah ada yang minta api turun untuk membakar kota. Satu-satunya kota yang hancur karena api belerang, itu adalah Sodom dan Gomora, dan yang minta api turun saat itu adalah Tuhan. Jadi para murid ini terlalu berani, Yakobus dan Yohanes minta api turun untuk hancurkan Samaria. Lalu Tuhan Yesus dengan tegas menegur mereka, lalu mereka jalan lagi. Ini anak muda yang emosional. Anak muda yang emosional dilibatkan dalam pelayanan, bisa merusak pelayanan, bukan apa-apa mereka sudah ribut dengan orang. Itu sebabnya Yakobus dan Yohanes mendapat satu catatan jelek yaitu terlalu ambisius dan tidak mengerti posisi diri. Ini murid dua sangat emosional, sangat ambisi, terlalu percaya diri, sangat keterlaluan, tapi tetap dipilih. Lalu berikutnya seorang bernama Filipus, kelemahan Filipus adalah paling lambat mengerti khotbah. Maka di dalam bagian akhir ketika Tuhan Yesus berkhotbah “Aku pergi kepada Bapa, Aku akan datang kepada Dia”, lalu Filipus tanya “tunjukkanlah Bapa itu kepadaku”, Yesus mengatakan “setelah sekian lama engkau bersamaKu, masih engkau tidak mengerti?”, berarti kita tahu yang lambat mengerti itu Filipus, tahunya dari Injil Yohanes. Filipus ini punya keunggulan, meskipun dia agak lambat mengerti, tapi dia cepat mengajak orang. Filipus ini hebat sekali, waktu tahu ada Yesus, cepat-cepat dia ajak temannya yang bernama Natanael, di bagian ini disebut Bartolomeus. Orang-orang zaman Perjanjian Baru punya banyak alias, Bartolomeus nama lainnya adalah Natanael. Filipus mengatakan kepada Natanael “kami sudah bertemu Mesias yaitu Yesus daru Nazaret”, begitu dengar kata Nazaret, Bartolomeus langsung sombong “apa itu Nazaret, Nazaret itu tempatnya penjahat, Nazaret itu tempatnya orang yang tidak mengerti teologi. Apakah ada yang baik datang dari Nazaret?”, dengan sabar, dengan tidak berdebat, Filipus mengatakan “come and see, datang dan lihat”, maka Filipus ajak Natanael atau Bartolomeus. Lalu ada orang bernama Matius, ini problem, dia adalah pemungut cukai. Kalau pemungut cukai dilibatkan dalama pelayanan lebih baik taruh di belakang, nanti orang lihat murid utama ada Matius nanti akhirnya pelayananNya jadi batu sandungan. Mengapa pakai orang begini di pelayanan utama? Mau libatkan Matius silahkan, tapi tolong taruh di pelayanan belakang saja, pelayanan belakang layar. Tapi mengapa Tuhan Yesus pilih dia di tempat utama? Tuhan Yesus meresikokan nama baikNya, meresikokan penerimaan masyarakat terhadap Dia dengan memilih orang-orang seperti ini. Setelah Matius dipilih, ada lagi orang namanya Thomas, ini orang peragu luar biasa, “Yesus sudah bangkit”, “tidak percaya”, “saya lihat sendiri”, “matamu salah, pokoknya sampai aku lihat sendiri, taruh jariku di lobang pakunya, baru aku mau percaya”.

Lalu berikut ada Yakobus anak Alfeus, sering disebut sebagai Yakobus si kecil atau yang pendek, ini adalah orang yang sama sekali tidak pernah dicatat tindakannya. Tapi yang dicatat ketika dia bertindak bersama rasul yang lain, orang yang tidak terlalu dikenal tapi melakukan yang apa rasul-rasul kerjakan, meninggalkan rumah, meninggalkan pekerjaan dan ikut Yesus menjadi salah satu pemimpin dalam Kisah Para Rasul. Lalu yang berikutnya Simon orang Zelot, ini juga problem, karena orang Zelot adalah pemeberontak. Kemudian yang berikut dikatakan ada Yudas anak Yakobus, ini adalah seorang yang bertanya kepada Yesus “mengapa Engkau menyatakan diri kepada kami? Mengapa tidak kepada dunia?”, Yesus menjawab “kepada siapa yang aku mau menyatakan relasi, kepada dia Aku berharap dia menaati FirmanKu dan Aku akan bertermu, akan datang kepada Dia, dan BapaKu pun akan datang bersama-sama”, inilah Yudas. Selain itu dia tidak pernah dicatat lagi. Dan dia bukanlah penulis Surat Yudas. Sebelum Wahyu ada Surat Yudas, ini surat yang ditulis Yudas saudara Yesus, bukan Rasul Yudas. Jadi Rasul Yudas anak Yakobus, Rasul Simon orang Zelot, itu tidak banyak dicatat melakukan apa. Yang terakhir Yudas Iskariot yang kemudian menjadi pengkhianat. Inilah kelompok orang yang Yesus kumpulkan menjadi calon-calon pemimpin, pemimpin lama berlalu, pemimpin baru diangkat. Orang langsung mencibir “inikah calon pemimpin yang akan menghancurkan seluruh tradisi Yahudi yang demikian besar? Di Kitab Injil terus ditulis kelemahan mereka, kegagalan mereka, sifat takut mereka, bahkan ketika Tuhan Yesus akan disalib, seluruhnya melarikan diri, hanya Yohanes yang kembali lihat dari jauh lalu mengikuti Yesus sampai ke bawah salib, sedangkan semua rasul lari tidak seorang pun bersama dengan Dia. Tapi setelah Tuhan pergi ke sorga duduk di sebelah kanan Allah Bapa, lalu Dia kirimkan Roh KudusNya, langsung dalam Kisah Para Rasul 2 dan seterusnya, kita lihat pilihan Tuhan disempurnakan oleh Roh Kudus, kita melihat mereka menjadi pemimpin yang benar-benar menjungkir-balikan konsep Yahudi pada saat itu. Seluruh Yerusalem melihat mereka sebagai pemimpin, waktu mereka khotbah, seluruh Yerusalem dengar, waktu pemimpin berkhotbah seluruh Yerusalem mencibir. Sekarang kita tahu yang dipanggil Yesus menjadi rasul akhirnya benar-benar jadi pemimpin yang sangat hebat. Maka gereja sekarang melanjutkan tradisi dari gereja yang pernah mempunyai pemimpin seperti mereka. Sampai sekarang kita mengenang 11 rasul ini sebagai pemimpin besar dan mungkin terbesar yang dimiliki gereja selain Kristus, dan kita tahu bahwa 11 ini plus Paulus adalah pemimpin yang harus ada dan tidak boleh tidak ada di dalam sejarah gereja.

Apapun panggilan Saudara di dalam Tuhan, biarlah kita kerjakan dengan prinsip ini bahwa saya tidak sanggup kerjakan apa yang Tuhan mau saya kerjakan, entah di dalam pekerjaan Saudara, entah di dalam pelayanan Saudara, tapi ingat para rasul pun tidak sanggup, tidak ada yang layak, tapi dengan bergantung kepada Tuhan, mereka kerjakan yang Tuhan minta yaitu mereka menjadi para rasul. Dan hal kedua yang harus kita pelajari, kita tidak boleh merasa aman dengan keahlian kita melayani Tuhan. Tapi ketika kita tahu kelemahan kita, biarlah kita tahu, seluruh murid 11 ini tidak termasuk Yudas Iskariot, karena kita tahu dia bukan murid sejati. Sebelas orang ini penuh kelemahan tapi Tuhan sempurnakan. Kiranya Tuhan menguatkan kita semua.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Mana yang boleh di Hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat?

(Lukas 6 : 6-11)
Dalam pembahasan terakhir Injil Lukas kita sudah melihat apa yang menjadi pengertian tentang Sabat di Perjanjian Lama. Sabat di bahas di Perjanjian Lama dengan cara yang sangat luas, Sabat adalah hari perhentian yang Tuhan sudah janjikan kepada manusia sejak penciptaan pertama. Sebab dikatakan di dalam Kitab Kejadian 1, Tuhan menciptakan dalam 6 hari lalu di hari ke-7 Dia beristirahat. Di dalam Kejadian 2 Tuhan menyatakan bahwa manusia yang dicipta adalah manusia yang akan hidup di bumi, mengelola bumi, menaklukan bumi dan mempersembahkan bumi itu sebagai tempat yang akan ditinggali baik oleh manusia dan Tuhan sendiri. Maka Tuhan menjanjikan suatu Sabat, hari perhentian akhir di mana manusia diundang masuk di dalam relasi dengan Allah yang sempurna, relasi yang begitu indah, relasi yang begitu intim, relasi yang begitu agung. Tetapi untuk dapat masuk di dalam Sabat ini manusia harus diuji. Gregory Beale menulis dalam buku tentang Perjanjian Baru bahwa manusia diciptakan untuk menikmati bersekutu dengan Tuhan, dan ketika manusia diijinkan masuk dalam persekutuan yang agung ini, harus ada pengujian dulu. Maka Adam diuji, tapi bukan hanya Adam, Kristus pun, Anak Allah yang menjadi manusia tetap harus mengalami ujian sama seperti Adam mengalami ujian. Tetapi ujian bukan tanpa pengharapan, kesulitan tanpa ada resolusi final yang Tuhan janjikan. Itu sebabnya dalam ujian kesulitan yang Tuhan berikan kepada Adam, tetap menanti janji yang sangat agung yaitu Tuhan mau berdiam bersama umatNya, inilah Sabat. Maka Sabat itu adalah satu hari yang menjadi hari utama yang kita nantikan bersama-sama. Ini bukan hari dalam waktu yang kita kenal sekarang yaitu 1×24 jam, bukan. Ini adalah satu masa kekal dimana Allah berdiam bersama dengan manusia. Satu hari final yang kita semua mau tuju bersama-sama. Maka Israel dilatih Tuhan untuk mengharapkan Sabat ini dengan Tuhan memberikan beberapa pengertian tentang Sabat di Kitab Imamat. Tuhan menyatakan bahwa di dalam setiap minggu, 6 hari bekerja hari ke-7 adalah hari perhentian khusus. Ini adalah hari Sabat.

Orang Farisi dan Ahli Taurat mempunyai pergumulan apa yang boleh dan tidak di hari Sabat. Tetapi sebenarnya Sabat diberikan untuk menjadi suatu pengharapan bukan suatu beban di dalam hidup manusia. Kalau kita tidak mengharapkan adanya kesempatan di dalam satu minggu untuk beribadah kepada Tuhan, maka kita akan menjadi orang-orang yang terus berada di dalam keadaan kasihan karena tidak mengerti berkat limpah yang Tuhan tawarkan. Tuhan menawarkan ini supaya kita menjadi orang-orang yang mengalami kepuasan di dalam Dia. Tuhan menawarkan ini sebagai satu janji akhir yang di dalam setiap minggu Tuhan ijinkan kita cicipi sedikit. Orang sudah tidak lagi menghargai hari Minggu, lalu Sabtu mempersiapkan diri untuk masuk dalam ibadah. Sekarang hari Sabtu, malam minggu itu jadi malam hura-hura. Orang pergi sampai tengah malam, justru pada malam minggu. Mengapa melakukan ini? Mengapa istilah malam minggu itu malam yang panjang, Saudara bisa bersenang-senang sampai begitu lama lalu bisa pulang? Karena besok hari Sabat. Maka Sabat melatih kita untuk melihat kepada Tuhan dan menikmati relasi dengan Tuhan. Inilah hal yang dengan jelas kita bisa pahami, tapi ternyata itu baru separuh pemahaman tentang Sabat. Lalu orang-orang yang memberikan sisi “relasiku dengan Tuhan saja”, dia lupa bahwa dalam Imamat Tuhan juga mengatakan Sabat bukan hanya hari kita melatih relasi kita dengan Tuhan, tetapi Sabat juga adalah hari dimana kita melatih belas kasihan kita. Maka Tuhan mengatakan “hari Sabat kamu beribadah, tapi selain hari Sabat ada tahun Sabat dimana setelah orang bekerja kepadamu sebagai budak selama 6 tahun, tahun ke-7 dia boleh bebas”. Maka Saudara harus tanya kepada budak itu “masih senang kerja di sini?”, budak itu menjawab “tidak, saya bosan melihat kamu sebagai pemimpin”, Saudara mengatakan “baik, sekarang tahun ke-7 dan kamu boleh pergi”. Jadi budak itu boleh bebas. Dan di dalam Taurat bahkan dikatakan engkau mesti memperhatikan dia supaya setelah dia keluar, dia bisa hidup, beri apa yang perlu untuk penghidupan dia”, Taurat memikirkan semuanya. Setelah itu ada tahun Sabat dikali 7, setelah orang yang tidak punya uang menjual tanahnya, lalu orang bayarkan tanah, maka tanah ini dibayar hanya dalam bentuk sewa, dalam pengertian kita sekarang. Setelah tanah itu dijual, lalu dibeli orang lain, pada tahun pembebasan yaitu tahun ke-7 kali 7, tanah itu harus kembali ke pemilik asal. Itu sebabnya tidak ada orang Israel yang akan kehilangan tanah leluhur yang diwariskan kepada mereka. Jadi hari Sabat adalah hari belas kasihan, Saudara menyadari ada orang-orang yang kesulitan hidup, lalu Saudara kasihan kepada mereka. Ada orang-orang yang mengalami pergumulan yang dia tidak bisa pikul sendiri lalu Saudara yang merasa bisa membantu, Saudara digerakan oleh belas kasihan, inipun dilatih oleh Tuhan dalam pengertian Sabat.

Jadi pengertian Sabat selalu mengikat antara relasiku dengan Tuhan dan relasiku dengan sesama. Itu sebabnya doktrin mengenai Sabat sangat perlu diluruskan oleh Tuhan Yesus, karena orang Farisi dan Ahli Taurat gagal memahaminya. Orang Farisi tadinya adalah kelompok yang begitu baik, kelompok yang begitu cinta Tuhan, kelompok yang mau memurnikan kehidupan Israel, tapi mereka mulai mempunyai tuntutan yang berlebihan. Mereka minta yang dituntut Tuhan dari imam, dijalani oleh orang biasa. Kemudian mereka mulai begitu populer, karena orang biasa begitu kagum dengan pemimpin Farisi. Tradisi penghormatan kepada rabi tidak ada di Taurat. Tapi ajaran menghormati orang tua ada di dalam Taurat”. Itu sebabnya dikatakan Tuhan Yesus “kamu mengabaikan Taurat demi tradisimu, dengan memerintahkan orang untuk taat kepadamu dan mengabaikan ibu mereka sendiri”. Ini satu pengertian yang sangat menusuk orang-orang Farisi, Yesus-lah yang membongkar kepada mereka bahwa mereka bukan perwakilan yang sejati tentang Taurat. Karena apa yang dikerjakan oleh orang yang taat Taurat adalah mereka akan makin mengerti siapa Tuhan dan makin mencerminkan sifat-sifat Tuhan. Maka siapa yang makin mengerti sifat Tuhan, makin berusaha mencerminkan sifat Tuhan akan melihat dalam diri Kristus ada representasi Allah yang sempurna. Jadi siapa yang memahami Taurat akan mencintai Kristus, sebabnya mereka tidak mencintai Kristus adalah sebenarnya mereka tidak pernah menjalankan Taurat. Maka mereka mempunyai konsep yang terpisah dari tradisi dengan Taurat yang sejati. Lalu mereka mulai populer, orang-orang mulai mengagumi mereka, dan kalau mereka berjalan di pasar mereka akan mendapatkan penghormatan. Menurut tradisi kalau seorang rabi sedang berjalan di pasar, maka orang tidak boleh berdiri muka dengan muka dengan dia, orang harus beri jalan, menyingkir dan beri salam dengan sedikit bungkuk, lalu rabi itu akan lewat. Maka orang dalam partai politik orang Yahudi pada zaman Hasmonean, ada 2 yang paling kuat. Yang pertama Saduki, mereka kuat karena relasi dengan pemimpin politik demikian hebat. Yang kedua adalah Farisi, mereka kuat karena mereka begitu dekat rakyat biasa. Akhirnya terbukti yang bisa jangkau rakyat itu yang akan lebih kuat. Farisi selalu lebih kuat dari Saduki. Maka Saduki marah kepada Farisi tapi tidak bisa tunjukan apa-apa, maka mereka terus berdebat dan bermusuhan. Satu-satunya kemungkinan mereka damai adalah ketika mereka punya musuh bersama. Dan waktu Kristus datang, mereka punya musuh bersama, waktu itu mereka damai. Mereka adalah partai politik yang sangat berkuasa, itu sebabnya mereka sekarang sudah tidak lagi berpikir dalam cara iman Yahudi.

Orang Farisi tidak lagi berpikir dalam cara iman Yahudi yang sejati karena cara mereka berpikir sekarang sudah dikuasai oleh perpolitikan, mereka main politik, mereka pakai strategi politik, mereka pakai segala kelicikan yang perlu untuk membuat kehendak mereka jadi di dalam dunia politik. Maka dalam bagian ini pun mereka mempermainkan satu strategi untuk menjatuhkan Yesus. Dikatakan pada ayat 6 “pada suatu hari Sabat lain Yesus masuk ke rumah ibadat lalu mengajar. Di situ ada seorang yang mati tangan kanannya”, ayat 7 “Ahli Taurat dan orang Farisi mengamat-amati Yesus”, mengamat-amati bisa juga diterjemahkan melihat dan berharap sesuatu yang negatif. Jadi orang-orang ini mengamati Tuhan Yesus dengan berharap Dia sembuhkan orang ini supaya bisa disalahkan. Maka beberapa komentator sepakat mengatakan bahwa kemungkinan besar orang yang mati sebelah tangan itu sengaja ditaruh oleh orang Farisi. Bayangkan berapa jahatnya mereka, mereka cari pengemis yang tangan kanannya mati, yang sudah setengah busuk, yang sudah tidak berfungsi, yang punya cacat begitu menjijikan, ajak ke rumah ibadat lalu tunggu Yesus pasti sembuhkan. Jadi mereka mau pancing belas kasihan Yesus supaya karena belas kasihanNya, Dia bisa ditangkap. Ini jahatnya luar biasa. Orang yang memanfaatkan belas kasihan orang lain itu jahatnya luar biasa. Saudara harus sebisa mungkin mempunyai kemungkinan hidup menjadi berkat bukan menjadi peminta berkat. Makanya kita harus mempunyai bijaksana, Tuhan Yesus mengatakan harus punya ketulusan tapi mesti tetap punya bijaksana, jangan mudah termakan dari orang-orang yang jahat. Kadang orang jahat itu bisa manipulasi psikologis, ini yang hebat. Kalau pakai psikologi, membuat kita kasihan kepada dia, akhirnya kita termakan jebakan orang jahat. Maka Yesus mengingatkan cerdik seperti ular. Waktu orang cerdik seperti ular dia tahu strategi orang jahat, dia tahu tapi tidak jalankan. Bayangkan jahatnya orang Fairsi ini pakai orang cacat memanipulasi dia, menaruh dia ditengah-tengah sinagoge, lalu berharap Yesus kasihan sama dia. Dan dari belas kasihan Yesus sembuhkan, dari kegiatan menyembuhkan, Dia sudah melanggar Sabat. Ini merupakan permainan politik yang sangat jahat, tetapi Tuhan Yesus sangat cerdik. Saya percaya Yesus adalah manusia yang sangat cerdik, paling cerdik. Maka Kristus sudah tahu jebakan apa yang dibuat, trik apa yang sedang dikerjakan orang Farisi, Dia tahu semua. Maka Yesus mengajarkan kepada kita, punya ketulusan tapi jangan kehilangan kecerdikan, punya kecerdikan jangan kehilangan ketulusan. Kadang-kadang kecerdikan tidak lagi membuat kita tulus, kadang-kadang ketulusan tidak lagi membuat kita punya kecerdikan. Tapi Kristus menuntut kita melatih keduanya. Maka waktu Kristus melihat orang yang sakit tangannya ini, orang yang lumpuh ini, Ahli-ahli Taurat sudah siap-siap lihat, tapi Kristus mengetahui pikiran mereka. Di ayat 8 dikatakan Dia tahu apa yang dirancangkan oleh orang Yahudi itu, oleh Ahli-ahli Taurat, maka Yesus minta orang yang sakit itu berdiri di tengah. Ini adalah satu pameran yang luar biasa dari kepandaian Kristus yang lebih pandai dari orang Farisi. Orang Farisi pikir mereka bisa atur strategi untuk memanipulasi Kristus, tapi Kristus yang balikan manipulasi itu kembali kepada mereka.

Saudara tidak bisa menebak Tuhan, tidak bisa pancing Dia untuk lakukan apa dengan Saudara memberikan reaksi apa, itu tidak mungkin terjadi. Maka di sini Kristus menunjukan Dia lebih jauh berbijaksana dari pada orang-orang jahat yang mau menipu Dia, Dia suruh orang yang sakit tangannya itu berdiri di depan. Sekarang Kristus mau berbagi belas kasihanNya kepada banyak orang, Dia mau membuat musuhNya menjadi minoritas, ini jenius. Pertanyaan Dia memancing satu pertanyaan yang final, Yesus bertanya di ayat 9 “Aku bertanya kepadamu, mana yang boleh di Hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat?”, kalau opsinya begini, masakan mau jawab berbuat jahat? Pasti jawabannya berbuat baik. Pertanyaan kedua “mana yang boleh di Hari Sabat, menyelamatkan nyawa atau membinasakan?”, orang akan bilang “menyelamatkan”. Sekarang ada satu orang yang tangannya seperti ini, yang lebih baik dia disembuhkan atau tidak? Orang pasti setuju untuk sembuhkan. Maka sekarang mayoritas ikut Kristus, Kristus sembuhkan orang ini dan orang Farisi tidak bisa menangkap Dia. Maka ayat 11 mengatakan “meluaplah amarah mereka”. Orang marah karena rencananya stuck, dia punya strategi apa tapi gagal, pasti marah. Orang-orang ini marah karena mereka gagal menangkap Yesus, sekarang Yesus sudah mendapatkan dukungan massa. Sekarang Dia balikan kepada semua yang hadir “Sabat itu bagaimana cara kita melihat. Apakah Sabat dilihat hanya dengan mana boleh mana tidak?”, orang Yahudi senangnya mana boleh mana tidak. Jadi orang beri opsi kepada Tuhan, Tuhan balik beri opsi ini boleh atau tidak. Tuhan Yesus mengajarkan apa yang boleh di hari Sabat itu apa, tindakan yang berguna bagi orang lain atau tindakan yang menghancurkan orang lain? Langsung dikatakan berbuat baik atau berbuat jahat? Langsung ekstrim, melakukan sesuatu yang berguna atau melakukan sesuatu yang menghancurkan, melakukan sesuatu yang membuat orang selamat atau melakukan sesuatu yang membuat orang binasa? Tuhan tidak mengatakan “di dalam hari Sabat bolehkan berbuat baik atau non berbuat baik?”, Dia langsung antikan dengan mengatakan “baik atau jahat, menyelamatkan nyawa atau membunuh orang, mana yang boleh?”. Maka Yesus sedang mengatakan apa yang berguna itu adalah lawan dari apa yang dilarang. Ini satu pengertian jenius tentang menafsirkan Taurat, Taurat banyak memakai kata “jangan”. Bagaimana menafsirkan adalah harus dianti-tesiskan dengan tindakan yang aktif. Sehingga perkataan “jangan membunuh” ini tidak cukup dengan Saudara tidak membunuh. Karena anti-tesis dari “jangan membunuh” adalah Saudara harus mengasihi sesama manusia. Itu sebabnya Tuhan mengatakan berbuat baik lawannya adalah berbuat jahat, tidak ada netral. Menyelamatkan nyawa lawannya adalah membunuh, entah engkau memilih membunuh atau menyelamatkan. Maka Kekristenan adalah tentang tindakan aktif yang mendatangkan guna, bukan suatu tindakan yang membuat kita merasa boleh kerjakan atau tidak.

Maka Paulus merangkum ini dengan sangat bagus, dia mengatakan “semua boleh, tetapi tidak semua berguna”. Tuhan tidak mengatakan “jangan lebih banyak”, Tuhan mengatakan “perbuatlah jauh lebih banyak”. Tuhan mengatakan kepada Musa “katakanlah kepada Israel, engkau harus lakukan ini, engkau harus begini” semua adalah perintah untuk aktif. Maka biarlah kita bertanya bukan “mana boleh, mana tidak”, tapi tanya “mana berguna mana tidak, mana yang Tuhan mau dan mana yang bisa berguna bagi orang lain”, ini pertanyaan yang benar. Sehingga dengan aman orang menjawab “apa pun kamu boleh kerjakan, sekarang kamu pikir mana yang berguna dan tidak”. Inilah yang Tuhan Yesus sedang mau tekankan, maka Dia bertanya “mana yang boleh di hari Sabat? Berbuat baik atau berbuat jahat? Kalau kamu menolak berbuat baik berarti kamu berbuat jahat. Menyelamatkan nyawa, kamu menolak menyelamatkan nyawa berarti kamu membunuh nyawa. Yang mana yang perlu?”, orang langsung mengatakan “berbuat baik, menyelamatkan nyawa”. Maka Kristus sembuhkan tangan orang ini dan orang Farisi begitu marah, lalu mereka berunding “mau diapakan orang ini”.

Kristus membagikan satu keseimbangan, Dia mengerti doktrin tentang Tuhan dengan begitu baik, tetapi Dia juga memiliki belas kasihan kepada masyarakat sekitar dengan begitu luar biasa. Inilah pelajaran tentang Sabat yang sangat penting. Sabat menekankan dengan ekstrim bagaimana saya mengharapkan Tuhan, mengenal Tuhan, merindukan Tuhan dan datang mendengar FirmanNya, dibimbing untuk mengenal Dia, mempunyai relasi yang secara vertikal sangat ditekankan. Tapi di saat yang sama, Sabat juga menekankan relasiku dengan orang lain bagaimana. Maka Sabat adalah tentang cinta kepada Tuhan dan sesama, Sabat adalah tentang hormat kepada Tuhan dan menghargai sesama. Inilah sebabnya Sabat menjadi kunci bagi kita untuk memahami bahwa apa yang kita pelajari secara doktrinal, secara vertikal dan relasi pribadi kita dengan Tuhan mutlak harus ada dan di sisi lain cara kita berempati dengan orang lain, punya belas kasihan dan mau menjangkau orang lain, juga mutlak harus ada, dan ini perlu latihan. Terkadang kita terlalu condong pada yang satu, mengabaikan yang lain. Orang yang mengatakan “sudahlah kita tolong orang lain, lihat siapa yang perlu, tidak perlu terlalu banyak belajar doktrin. Belajar semua bikin sombong tidak ada tindakan” akhirnya orang cenderung bertindak tidak mau belajar. Lalu orang cenderung belajar dan memuaskan diri dengan apa yang dia tahu tanpa mempunyai belas kasihan, dua-duanya Tuhan Yesus tegur. Maka Tuhan Yesus ketika menyembuhkan orang sakit kusta, Dia mengatakan “sekarang pergi kepada imam, lalu lakukan apa yang Taurat perintahkan. Kamu mesti ikuti upacara yang sudah disahkan oleh Tuhan”. Latihan dekat kepada Tuhan latihan dekat kepada sesama, latihan menghormati Tuhan latihan menghargai sesama. Bukan menjadi eksklusif lalu menganggap “diriku punya kelompok sendiri, kelompok orang yang mau ke sorga”. Biar kita belajar, bukan karena kita mau jalin dengan luas, bukan mau punya kenalan banyak, bukan mau punya kebanggaan. Kita bukan mau menjadi orang yang banyak channel, tapi kita mau secara natural menjadi berkat bagi orang lain. Ciri orang Kristen dan bukan adalah orang yang bukan Kristen bisa menjalin pertemanan bahkan bisa tulus. Maka di sini Kristus menjadi contoh bagaimana Dia penuh dengan pengertian yang dalam dan akurat tentang Taurat, tentang Bapa dan ibadah, dan Dia juga punya hati yang penuh belas kasihan untuk orang-orang yang ada di sekeliling. Kita jangan menjadi dualistik, jangan menjadi orang yang hanya pentingkan satu sisi mengabaikan yang lain. Biarlah kita menjadi orang yang mengikat kedua-duanya di dalam satu usaha pertumbuhan iman kita sebagai orang Kristen. Biarlah tahun ini kita belajar makin giat, cari pengertian paling dalam, beribadah dengan sungguh-sungguh, sekaligus makin mempunyai kemampuan untuk membaur dengan masyarakat sekitar kita, mengenal mereka, berbelas kasihan kepada kita dan menolong mereka yang berada dalam keadaan yang sangat jauh dari kita. Banyak orang mau binasa, kita punya kerinduan untuk jangkau mereka. Orang Farisi picik, berpikir relasiku dengan Tuhan cukup. Tapi Yesus Kristus menyeimbangkan “relasimu dengan sesama belum beres”. Relasi dengan sesama beres, jangan lupa relasi dengan Tuhan harus beres. Biarlah kita belajar keseimbangan 2 hal ini. Saya mau kita semua belajar teologi lebih dalam, doktrin lebih dalam, lebih akurat, benar-benar dalami pengertian dari sejarah gereja reformed yang ortodoks, kemudian melatih diri kita menjadi berkat bagi orang lain.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Kristus Menggenapi Taurat

(Galatia 4: 1-5; 3:24-25)
Di dalam Kitab Galatia ada satu perdebatan yang sangat penting. Orang kalau mau selamat harus jadi anggota dari Israel dulu atau tidak. Karena ada orang-orang yang mengatakan setelah Paulus keliling dari perjalanan misi pertama, dari Yerusalem dia melayani, kemudian dia harus diusir. Paulus harus terusir dari Yerusalem karena orang-orang Yahudi mau membunuh dia. Saudara kalau melihat perjalanan Paulus itu sangat mengerikan, dia baru bertobat, dia mulai menginjili, langsung mau dibunuh di Damaskus. Lalu dia pergi ke Yerusalem, tidak lama di sana langsung mau dibunuh oleh orang Yahudi. Orang Kristen di Yerusalem, sebelum Paulus datang, hidup dengan tenang, hidup dengan damai, hidup tanpa banyak diganggu. Di Anthiokia, di tempat lain lagi, ada seorang Kristen bernama Barnabas, dia ingin melayani Tuhan, dia ingin pergi memberitakan Injil, lalu dia mengatakan “aku mau bawa temanku Saulus, yang aku kenal waktu di Yerusalem”, lalu dia pergi ke Tarsus dan mengatakan kepada Paulus “mari melayani bersama-sama dengan saya”. Mereka melayani di Anthiokia, dan sampai di Anthiokia, Tuhan berfirman “kuduskan 2 orang ini. Aku mau pakai mereka untuk memberitakan InjilKu di tempat-tempat lain”. Maka mereka mulai pergi dari Anthiokia di daerah Siria, lalu mereka pergi ke pulau Siprus, kemudian mereka pergi pelayanan, mereka keliling ke semua tempat yang Tuhan ijinkan didatangi oleh mereka. Sampai mereka kembali ke Anthiokia, orang tanya “kamu sudah pergi pelayanan? Sudah beritakan Firman? Sudah menyatakan Sang Mesias?”, “sudah”, “apakah orang-orang itu sudah bertobat?”, mereka mengatakan “banyak yang bertobat, banyak yang mau jadi Kristen”. “Kalau mereka mau jadi Kristen, sudah disunat atau belum, sudah jadi Yahudi atau belum? Sebab Mesias diberikan untuk orang Yahudi, bukan untuk orang kafir. Kamu penginjilan kepada orang kafir, setelah kamu penginjilan kepada orang kafir, kamu harus jadikan mereka Yahudi, baru Kristus bisa menjadi Raja mereka”. Tapi Paulus mengatakan dengan keras “tidak, mereka tidak perlu jadi Yahudi karena ini Injil untuk semua orang”, lalu yang lain tetap berkeras “ini Injil untuk Israel dan orang lain mau dapat bagian harus berbagian di dalam Israel”, sebab Tuhan berikan janji kepada Abraham tidak kepada semua orang. Setelah Abraham, Tuhan berikan janji kepada Ishak bukan Ismael. Setelah Ishak, Tuhan berikan janji kepada Yakub bukan Esau. Setelah Yakub, Tuhan berikan janji kepada bangsa yang adalah keturunan Yakub bukan kepada bangsa lain. Jadi bangsa ini yang mendapat berkat bukan bangsa lain. Lalu di dalam pekerjaan Tuhan di tengah-tengah Israel, Tuhan menjanjikan Raja, Tuhan menjanjikan Sang Mesias, berarti Sang Mesias itu milik Israel. “Sekarang kamu pergi ke orang Yunani, pergi ke orang kafir, pergi ke orang yang bukan Yahudi, lalu memberitakan Mesiasnya orang Yahudi, itu tidak tepat”.

Di dalam perdebatan seperti ini, kalau kita tidak mengerti doktrin keselamatan Kristen, kita tidak tahu mau menjawab apa. Banyak orang menjadi Kristen, tapi tidak mengerti apa yang diajarkan oleh Alkitab, apa yang menjadi inti dari pengajaran doktrin-doktrin yang benar. Kalau kita tidak tahu doktrin yang benar, bagaimana kita mempertanggung-jawabkan iman kita? Seberapa kokoh Saudara di dalam inti-inti ajaran Alkitab, tapi saya ingin beri tahu kalau Saudara belum kuasai doktrin-doktrin yang dasar, ada something wrong dengan Kekristenan Saudara. Dan Saudara tidak boleh tenang di dalam hidup kalau Saudara tidak tangkap ajaran dasar dari Kekristenan. “Kalau aku tidak baca buku baik-baik, kalau aku tidak belajar baik-baik, bagaimana aku bisa pertanggung-jawabkan imanku? Aku mengatakan aku mau Kristen, aku mau Alkitab, aku mau ikut Yesus”, waktu ditanya “apa itu mengikut Yesus? Mengapa ikut Yesus? Bagaimana tahu Yesus yang benar? Mengapa Yesus harus mati di kayu salib untuk menebus dosa? Dari mana kamu tahu Alkitab itu benar?”, ini semua pertanyaan-pertanyaan yang setiap orang Kristen hadapi dengan pergumulan berat dan mesti dapatkan jawaban yang firm. Itu sebabnya doktrin yang benar sangat penting, engkau mesti tahu mengapa beriman kepada Kristus, engkau mesti tahu mengapa Dia dipaku di kayu salib, engkau mesti tahu mengapa iman kepada Kristus cukup untuk memberikan keselamatan. Maka Paulus mengatakan dengan ketat “di dalam iman kepada Kristus cukup, bukan Taurat, bukan menjadi Israel, tapi iman kepada Kristus”. Lalu mereka protes “tidak, harus jadi Yahudi, harus ikut Israel, harus ikut tata cara tradisi, sunat dan lain-lain, baru boleh terima Kristus”. Paulus terus bela. Paulus adalah orang Yahudi, dia tahu berapa sombongnya orang Yahudi, dia tahu berapa besar kesombongan orang Yahudi, waktu memandang orang lain, langsung pandang dengan rendah. Maka Paulus ingin memperbaiki ini semua “kamu tidak boleh memandang bangsa kafir dengan rendah, kamu harus tahu kamu sama dengan mereka. Dan Injil diberikan kepada kamu dan mereka sama besar, sehingga engkau tidak boleh menghina bangsa-bangsa kafir. Mereka tidak boleh disuruh jadi Yahudi dulu baru percaya Yesus”. Ketika mereka terus berdebat, akhirnya pengaruh dari orang-orang ini masuk ekdaerah Turki yang besar, termasuk daerah yang luas, Galatia. Galati adalah daerah yang sangat luas, kita tidak tahu jemaat Galatia persisnya ada di mana, tapi rupanya mereka sudah dipengaruhi dengan konsep ini. Maka Paulus menulis Surat Galatia dengan mengingatkan “engkau diselamatkan karena iman kepada Kristus, bukan karena mengikuti tradisi Israel. Sebab tradisi Israel beru diberikan kepada Musa. Sedangkan janji keselamatan sudah diberikan kepada Abraham, 400 tahun lebih sebelum Musa terima Taurat. Jadi sebelum Musa dipanggil, Tuhan sudah beri janji kepada Abraham. Janji mendahului Taurat, Taurat itu ditambahkan. Maka mulai ada lagi pergumulan di antara orang Kristen, “kalau begitu Taurat cuma ditambahkan, penting atau tidak?”, Paulus mencoba menyeimbangkan “Taurat penting, tapi bukan untuk mengarahkan manusia kepada keselamatan, Taurat penting tetapi bukan untuk membawa manusia kepada iman yang sejati yang menyelamatkan”. Kalau iman yang sejati yang menyelamatkan objeknya adalah Taurat, tidak mungkin manusia selamat. Tapi kalau iman yang sejati yang menyelamatkan diberikan oleh Kristus, baru ada pengertian yang kokoh mengapa kita bisa selamat, karena Kristus mengambil dosa kita, menebusnya dan mati di kayu salib. Itu sebabnya Paulus mengatakan Taurat bukan jalan keselamatan, tapi Taurat juga bukan tidak berguna. Maka dia menuliskan Taurat dengan cara yang sangat luar biasa.

Minggu lalu kita sudah membahas bahwa Taurat diberikan oleh Tuhan untuk mempersiapkan satu umat menyambut datangnya janji. Sehingga waktu Kristus datang sudah ada umat yang baik, yang punya hati nurani, punya moralitas yang baik karena didorong oleh Taurat. Di dalam Roma 2, Paulus mengatakan Taurat itu sebenarnya adalah suatu pernyataan dari Tuhan yang bisa dimiliki oleh orang yang hati nurani murni. Engkau selidiki hatimu yang paling dalam, engkau tahu mencuri itu salah, menipu itu salah, jahat kepada orang lain itu salah. Lalu Saudara tahu hati susah ditebak, hati susah dieprcaya, bahkan Amsal mengatakan “jangankan orang lain percaya hatimu, engkau sendiri pun belum tentu percaya hatimu”. Kita mengatakan kita punya integritas, kita punya kekuatan untuk kerjakan yang baik, bagitu masuk krisis, baru kita tahu kita kompromi dalam banyak hal. Itu sebabnya hati nurani manusia tidak bisa dipercaya dan Tuhan perlu berikan Hukum Taurat. Hukum Taurat mutlak harus ada, karena manusia tidak bisa mengandalkan hati sendiri. Andaikan orang Israel mau taat Taurat, mereka akan menjadi bangsa yang paling agung, paling besar. Saya terkadang baca karya agung dari para pemikir baik di timur maupun di barat, saya kaget dengan integritas hati dan juga kerinduan mereka untuk membuat masyarakat yang baik.

Seorang bernama Plato pernah bilang mengapa orang jujur tidak dapat kuasa? Mengapa orang berkuasa tidak ada yang jujur? Mengapa yang jujur tidak jadi pemimpin? Mengapa pemimpin tidak yang jujur? Akhirnya masyarakat tetap tidak jadi baik. Lalu dia katakan lagi, mengapa pemikir tidak punya wewenang untuk mengatur? Mengapa yang punya wewenang untuk mengatur tapi tidak pernah mikir? Para filsuf tidak punya kedudukan, yang punya kedudukan tidak mau mikir, akhirnya masyarakat terus hancur. Saya percaya filsafat yang dikeluarkan di dalam pergumulan sosial yang berat, itu filsafat yang mutunya luar biasa. Tapi filsafat yang dikeluarkan karena perdebatan akademis di dalam meja perpustakaan yang tidak peduli keadaan sosial masyarakat, itu filsafat yang paling remeh. Maka ketika filsafat dikeluarkan di dalam pergumulan berat antar hidup manusia, lalu mengatakan “ini yang harusnya kita lakukan”, ini menjadi filsafat yang paling bernilai. Itu sebabnya banyak orang-orang menulis “harusnya filsafat seperti ini, harusnya pemimpin tipenya seperti ini, harusnya engkau hidup satu sama lain harus seperti ini”, dari filsafat inilah muncul pengertian untuk mengatur orang di dalam hukum yang lebih teliti. Itu sebabnya dalam zaman pencerahan muncul satu orang bernama Immanuel Kant, dia mengatakan peraturan-peraturan yang paling penting adalah peraturan yang dibuat supaya orang mengetahui kebaikan tertinggi. Kebaikan tertinggi adalah kebaikan yang dikerjakan demi kebaikan itu sendiri, bukan untuk profit diri. Ini adalah teori-teori yang begitu banyak dikemukakan, tapi sejak tahun 1500an SM, Tuhan sudah memberikan pendidikan ini melalui Musa “dengarlah hai Israel, setia kepada Tuhan. Dengarlah hai Israel, anak taat orang tua, orang tua kasihi anak, tetangga kasihi tetangga, orang kaya kasihi orang miskin, orang miskin jangan minta-minta, jangan mengasihani diri, hakim jangan disogok oleh orang kaya, hakim jangan lihat pura-puranya orang yang mengaku miskin. Tapi Taurat sudah mengatur semua supaya hidup dalam damai. Maka orang yang melihat Taurat sebagai satu keanggunan bangsa “aku lebih baik dari yang lain” tapi tidak menjalankan, itu percuma. Sama seperti Saudara bangga punya 10 hukum, tapi Saudara tidak jalankan, itu pun percuma. Paulus mengatakan “sebenarnya Taurat itu untuk menuntun kamu, supaya kamu hidup baik dan benar”. Dan ketika masyarakat mengatakan yang baik dan benar, damai itu sudah jadi, nanti Kristus akan datang menjadi raja di situ. Tetapi yang terjadi mereka makin rusak, makin kacau, makin menyembah berhala, membuang Taurat, membuang para nabi, dan membuan Tuhan. Tetapi di dalam keadaan mereka terbuang, keadaan mereka melupakan Tuhan, Paulus mengatakan “justru di sinilah waktunya kegenapan waktu dimana Kristus datang”. Ini semua diluar pikiran kita, mengapa Kristus datang justru di saat Israel sedang kacau? Tapi Paulus mengatakan “inilah waktunya”.

Maka setiap kali kita mengingat Natal, kita mengingat inilah waktu kegenapan. Waktu kegenapan dari janji Tuhan, Tuhan memberikan Taurat, menuntun Israel menyambut Sang Raja, dan sekarang Sang Raja datang. Adakah yang menyambut Sang Raja? Tidak. Gembala menyambut setelah diberi tahu malaikat. Adakah orang penting atau pemimpin yang menyambut? Tidak, justru orang kafir dan gembala yang menyambut. Maka Kristus datang tidak ada yang sambut. Itu sebabnya waktu kita merayakan Natal, lagu-lagu Natal yang paling agung adalah lagu-lagu yang mencerminkan keceriaan pengharapan yang genap, sekaligus mencerminkan kesederhanaan, dukacita dan rasa haru yang dalam. Lagu Natal itu lagu yang luar biasa. Lagu Dengarlah Malak Menyanyi menggambarkan perasaan yang digenapi, perasaan ketika janji itu sudah nyata, ini satu sukacita yang luar biasa, tapi ada juga perasaan tenang, perasan haru, perasaan kagum, semua bercampur menjadi satu. Itu sebabnya saya sering mengatakan banyak gereja yang menyanyikan lagu yang remeh bukan main, lagu yang mencerminkan perasaan yang terlalu dangkal. tapi musik-musik yang agung justru mencerminkan perasaan yang paling dalam, menunjukan kedalaman pengenalan kita akan Tuhan itu begitu kompleks dan dalam sehingga yang menyanyikan pun mencerminkan kedalaman yang sama. Musik Natal mencerminkan janji Tuhan sudah jadi, janji Tuhan sudah nyata. Tapi nyata dalam keadaan yang sederhana, beda dengan apa yang kita pikirkan. Waktu Raja itu lahir tidak ada yang sambut, tidak ada malaikat mengumumkan kepada seluruh Betlehem atau seluruh dunia, malaikat hanya umumkan kepada sekelompok kecil gembala. Setelah itu Dia lahir di tempat yang sangat tidak layak, Maria dan Yusuf pergi dari satu rumah ke rumah yang lain. Pada zaman itu rumah di Betlehem biasanya sangat dekat satu dengan yang lain. Saudara ketok satu rumah, mungkin rumah sebelahnya sudah dengar ketokan Saudara. Dan di dalam penemuan arkeologi yang dilakukan, rumah-rumah itu ada 2 tingkat, tingkat yang pertama tingkat yang sama datarnya dengan jalanan di luar, tingkat kedua adalah tingkat yang digali kebawah, kedalam, menjadi seperti basement di bawah. Basement di bawah ini biasanya adalah ruangan untuk orang masuk kemudian naik ke tempat utama. Dan di sebelah biasanya diberikan satu gudang, nanti di situ orang akan simpan beberapa barang dan simpan beberapa ternak, mungkin 2 atau 3 ekor domba taruh di situ dan beri palungan di situ. Ketika Dia lahir tidak ada yang tahu, inilah Sang Raja yang dijanjikan itu sekarang sudah datang.

Maka kalau begitu apa gunanya Taurat? Paulus mengatakan Taurat untuk menuntun kita sampai Kristus datang. Lalu orang tanya “sekarang Kristus sudah datang, masih perlukah Taurat?”, Paulus menjawab “perlu. Perlu bukan untuk mengurung kamu tapi untuk menuntun kamu. Kalau dulu sebelum Kristus datang, kamu ditekan, dipaksa dan juga diancam oleh Taurat. Karena kamu dulu belum akil balik, belum dewasa”, ini satu penggambaran dari Paulus yang luar biasa. Sejarah Israel diparalelkan dengan sejarah anak-anak di Israel. Di Israel anak-anak dididik dengan ketat, sampai mereka umumr 12, sudah umur 12, mereka menjadi bar mitzvah, setelah itu mereka boleh pilih untuk dididik dengan lebih ketat di bawah bimbingan rabi-rabi yang mereka bisa lihat, yang mereka bisa pilih. Sebelum seorang anak akil balik, dia diperlukan tindakan seperti seorang anak, orang yang sudah dewasa diperlakukan seperti orang yang sudah dewasa. Kepada anak kita memberikan peraturan yang ketat, yang tegas, yang menghargai posisi dia sebagai orang yang masih muda dan tidak mengerti banyak hal. Tapi peraturan yang sama tidak mungkin ditetapkan dengan cara yang sama kepada orang-orang yang sudah dewasa. Tidak ada tokoh-tokoh dalam Perjanjian Lama yang sempurna. Kalau begitu Israel tidak akan naik kelas terus, kapan naik kelas? Kapan lulus? Ternyata lulusnya adalah ketika Tuhan tiba, ada seorang di Israel yang menebus seluruh Israel supaya Israel menjadi dewasa, dia adalah Kristus. Itu sebabnya hanya Kristus yang sejak pertama kali Dia ada di dunia, sejak Dia dilahirkan oleh ibuNya sampai Dia mati di kayu salib, tidak satu kali pun Dia langgar Taurat. Jadi Yesus tidak pernah melanggar hukum Taurat. Inilah satu-satunya Manusia hidup tanpa cacat, inilah satu-satunya Manusia yang kita bisa lihat dan pandang lalu jadikan panutan yang sempurna. Saudara mau jadikan orang lain panutan, tetap Saudara akan lihat cacatnya, kalau cuma kenal dari jauh kelihatan begitu sempurna, begitu dekat baru mulai kelihatan cacatnya. Kita ini penuh dengan kecemaran, tetapi Kristus tidak. Kristus tidak pernah memiliki cacat sedikit pun, Kristus melewati tuntutan Taurat dengan sempurna. Sehingga dari Adam sampai zaman Musa, tidak ada orang mengikuti hati nurani yang bersih, dari zaman Musa sampai zaman Yohanes Pembaptis, tidak ada satu orang menaati Taurat dengan sempurna. Sampai Yohanes Pembaptis menunjuk “inilah Anak Domba Allah”. Yesus-lah satu-satunya yang sanggup. Maka di ayat yang kita baca, ketika Kristus menebus orang Israel, ini dilakukan supaya berkat Tuhan sampai kepada orang-orang kafir. Maka Kristus menebus Israel dengan cara menggenapi tuntutan Taurat yang Tuhan berikan kepada Israel. Dia yang pikul, Dia yang taati semua, Dia hanya menyembah 1 Allah Bapa saja, Dialah yang sanggup untuk menghormati hari Sabat, Dialah yang menghormati orang tuaNya. Tidak ada orang yang bisa menghormati orang tuanya sebesar Kristus, karena meskipun Dia punya kedudukan yang melampaui siapa pun, Dia tetap berada dalam bimbingan orang tuaNya dengan setia. Kristus yang membayar, Kristus yang memenuhi tuntutan Tuhan yang berikan kepada Israel, sehingga setelah Dia memenuhi Taurat di situ ada kemungkinan melalui Pribadi Kristus, Israel bisa menjadi berkat bagi semua bangsa. Israel tidak boleh menjadi berkat bagi semua bangsa kalau mereka masih kanak-kanak, kalau mereka masih belum bisa menaati Taurat. Maka seperti yang dikatakan seorang yang bernama N.T. Wright “Israel sejati itu Kristus”. Israel sejati digenapi di dalam Kristus. Pembuangan paling total itu bukan Israel dibuang di Babel, pembuangan palin total adalah ketika Yesus dipaku di kayu salib, inilah pembuangan Israel yang palin total. Lalu waktu Dia bangkit, inilah kemenangan dan pemulihan Israel. Itu sebabnya dikatakan di dalam Yesaya, Tuhan akan hancurkan semua lalu dari tunas akan tumbuh satu tunas dari tempat yang sudah habis ditebang, inilah yang dimaksudkan oleh Yesaya. Ketika orang di dalam Kristus, dia sudah menggenapi Taurat di dalam Kristus. Tapi Taurat tetap berfungsi sebagai penuntun yang penuh lemah lembut.

Seorang tokoh gereja bernama Irenius mengatakan Kristus harus lewati setiap tahap hidup manusia mulai bayi, anak kecil, bertumbuh remaja, dewasa, mati. Maka Kristus menjalani semua proses sebagai manusia supaya ketika kita ditebus, kita ditebus oleh Orang yang sudah lewati semua kesulitan dan menang mengikuti Taurat. Kristus mengalami kesulitan sebagai bayi, Saudara masih ingat waktu bayi sulitnya apa? Sulitnya mau ngomong, haus saja susah, akhirnya semua nangis, mama yang harus selidiki ini artinya apa. Lalu makin bertumbuh lagi, makin bertumbuh lagi, makin dewasa mempunyai kesulitan sendiri. Setiap orang mengklaim masa usianya paling berat, anak-anak, remaja, orang dewasa, kemudian Kristus mengatakan “pikul salib itu paling berat, mati bagi dosa dunia itu paling berat” disitu kita baru diam “iya, yang paling berat Kristus”. Dan Kristus yang paling berat terima porsi paling berat di dalam hidup Dia jalani dengan setia supaya kita boleh menjadi dewasa. Jadi apa itu Natal? Natal adalam momen pembebasan kita dari anak-anak menjadi dewasa dimulai dengan kehadiran Kristus.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)