Melihat nabi?… bahkan lebih besar dari pada nabi

(Lukas 7: 24-35)
Setelah orang suruhan Yohanes pergi, Tuhan Yesus bertanya kepada orang-orang yang berkumpul, Dia tanya “mengapa kamu pergi ke padang gurun?”. Padang gurun bukan hanya tempat orang tidak bisa tinggal karena tidak ada air, tidak ada tanaman dan lain-lain, tapi padang gurun adalah setiap tempat yang tidak ada kebudayaan di daerah situ. Jadi padang gurun menjadi simbol untuk gagalnya kebudayaan berkembang. Ketika disebut padang gurun, tidak berarti tempat itu harus tempat yang kering, lalu tidak ada air sama sekali, lalu ada ular beludak, bukan seperti itu. Karena Yohanes Pembaptis pergi ke padang gurun, tetapi tidak jauh dari Sungai Yordan. Dia membaptis orang di Sungai Yordan, kalau masih ada air berarti ini bukan padang gurun, ini tetap padang gurun karena ada tempat di mana Israel tidak menyatakan tempat menjadi milik Tuhan dan kebudayaan yang berkembang di tengah-tengah Israel, ini tempat di luar itu. Jadi tempat kebudayaan tidak berkembang disebut padang gurun. Maka Tuhan Yesus tanya “mengapa pergi ke padang gurun? Kamu ke padang gurun bukan lihat orang yang baju bagus, orang yang baju bagus ada di istana. Ketika Yohanes Pembaptis mempertanyakan Tuhan Yesus, Tuhan Yesus tetap pada fakta bahwa dia adalah nabi Perjanjian Baru yang paling besar, Dia tidak merendahkan orang itu. Tuhan Yesus mengkonfirmasi bahwa Yohanes adalah nabi, bahkan nabi yang terbesar. Mengapa Tuhan harus menekankan bahwa Yohanes adalah nabi? Karena pada waktu itu ada pertentangan besar, benarkah Yohanes nabi? Kalau betul Yohanes nabi, mengapa dia tidak pernah pergi ke Yerusalem, mengapa tidak melakukan ibadah di Bait Suci sebagaimana yang Tuhan perintahkan. Ini sering menjadi titik lemah yang diserang oleh orang Farisi, Yohanes Pembaptis adalah nabi yang tidak lazim, tidak umum, dia mengikuti kebiasaan orang Qumran. Yohanes Pembaptis sering menyerukan pertobatan lalu berkumpul di Goa Qumran, di dekat Laut Mati. Dan di situ dijadikan tempat di mana mereka berkumpul menjauh dari kebudayaan Israel, tinggal di situ, mempelajari Kitab Suci, menyalin Kitab Suci dan hidup dengan cara yang diperkenan Tuhan. Mereka memakai tempat itu untuk menunjukan “kami rasa Israel masih ada dalam pembuangan”, ini satu motivasi dari orang Qumran membentuk komunitas mereka.

Ketika orang Israel kembali dari pembuangan, terjadi hal yang begitu menakutkan, yang menunjukan secara politik orang Israel tetap kacau imannya, bukan sungguh-sungguh bertobat. Mereka sudah kembali ke Tanah Perjanjian, sudah kembali ke Kota Yerusalem dengan tembok yang lengkap dan di tengah-tengahnya ada Bait Suci yang megah, tetapi mereka tetap hidup seperti dalam pembuangan. Orang-orang Qumran sudah melihat sejak dulu, orang yang jadi pemimpin, imam, mau jadi pembimbing orang lain, tetapi mereka penuh dengan kepalsuan. Orang-orang Farisi terkenal sebagai orang yang akan mempunyai murid, punya pengaruh luar biasa keras kepada murid, murid itu seolah tidak bisa bertindak apa pun tanpa ada nasihat dari dia. Dan ini merupakan kebahayaan yang besar sekali. Seorang bernama Carl Trueman tulis artikel tentang hal ini, dia mengatakan semakin orang punya pengaruh sendiri, semakin dia paling bahaya untuk merusakan kerohanian orang. Paulus pernah mengatakan di Korintus “ada banyak pengajar di tengah-tengah kamu”. Ada Paulus yang menanam, ada Apolos yang menyiram, tapi yang penting adalah Tuhan yang memberikan pertumbuhan. Paulus mengatakan “kamu punya banyak pengajar, tapi kamu punya satu bapa yaitu saya”. Tapi setelah 3 tahun pelayanan, dia tinggalkan Korintus, dia serahkan Korintus kepada tua-tua, dia kunjungi kembali sebelum perjalanan ke Yerusalem untuk memperkuat iman mereka. Jadi dia membiarkan orang lain punya pengaruh lebih besar di tengah-tengah Korintus, inilah bapa rohani yang sejati. Sedangkan bapa rohani yang palsu hanya ingin dia yang masuk, tidak ingin ada orang lain yang pengaruhi. Maka orang Qumran melihat orang-orang Farisi yang memuridkan orang ternyata rusak seperti ini, orang imam keturunan Lewi yang mau jadi pemimpin ternyata rusak karena menjadi penjilat orang Makedonia. Maka mereka lari dari Yerusalem, mereka pindah di tempat yang tidak ada orang mau tinggal yaitu di goa, persis di daerah Laut Mati, dekat seberang Sungai Yordan, di daerah bangsa-bangsa lain, di daerah padang gurun, menurut istilah Alkitab. Jadi mereka tinggal di padang gurun, menunjukan kepada Israel “hei Israel, kamu sudah punya daerah, kamu sudah punya tempat Yerusalem yang dikurung oleh tembok yang bagus dan punya Bait Suci, tapi sebenarnya kamu masih dalam pembuangan, kamu masih dibuang, sadarkah kamu?”. Akhirnya mereka menyingkir sambil terus teriak “engkau masih dibuang”. Inilah orang Qumran, tapi pertanyaannya mengapa Yohanes Pembaptis mirip orang Qumran? Dia bukan orang Qumran, Alkitab mencatat dia anak Zakaria, seorang imam, harusnya dia melayani dekat Yerusalem, harusnya dia melayani di dalam Bait Suci, di dalam lingkup Bait Suci, mengapa dia pergi ke daerah seberang Sungai Yordan lalu teriak-teriak pertobatan? Kita tidak dapat penjelasan dari Alkitab. Tapi F.F. Bruce, seorang teolog dari Inggris, mengatakan bahwa Yohanes Pembaptis kemungkinan diadopsi oleh orang Qumran. Mengapa begitu? Karena Alkitab mencatat Yohanes Pembaptis lahir ketika Zakaria dan Elizabet, papa mamanya sudah tua. Kalau papa mamanya sudah tua, tidak lama lagi dipanggil Tuhan. Jadi waktu Yohanes Pembaptis masih bayi, papa mamanya sudah tua. Maka tidak lama kemudian kedua orang tuanya mati dan Yohanes Pembaptis menjadi yatim piatu. Salah satu kebiasaan orang Qumran adalah selain mereka menyalin Kitab Suci dan mempelajari, mereka juga mengadopsi orang untuk menjadi orang tua angkat bagi anak-anak terlantar ini. Maka waktu Yohanes melayani dengan cara orang Qumran, langsung orang Farisi dan imam mengatakan “ini pasti nabi palsu”.

Adalah fakta bahwa Yohanes Pembaptis menggenapi yang dikatakan oleh Maleakhi, yaitu dikatakan akan ada orang datang untuk mempersiapkan jalan bagi Tuhan. Lalu di dalam Kitab Nabi juga dikatakn bahwa yang akan datang ini adalah Elia, ini bikin orang makin mengerti siapa Yohanes Pembaptis. Dia melanjutkan pelayanan Elia dan Elia melayani di Utara bukan Selatan, Elia melayani bukan di Yerusalem dan bukan Bait Suci. Dia melayani di Utara dan dianggap sudah buangan oleh orang Selatan. Maka para pengikut Yohanes Pembaptis mengatakan “ini ada bukti bahwa Yohanes Pembaptis adalah nabi yang asli, karena dia mengadopsi pelayanan Elia”. Yohanes Pembaptis melakukan pelayanan seperti ini karena pengaruh Qumran, mengapa pengaruh pelayanan Qumran seperti ini? Karena mereka percaya Israel masih dalam pembuangan. Mereka menyingkir lalu menganggap Israel masih dalam pembuangan, mesti bertobat dulu baru tempat ibadah di Bait Suci boleh dipulihkan kembali. Itu sebabnya mereka menyingkir. Dan kalau kita mempelajari sejarah zaman itu, kita tahu umat Tuhan begitu rusaknya. Saya membaca dalam kisah catatan F.F. Bruce tentang sejarah Israel sejak kembali dari pembuangan, saya sangat kasihan kepada orang Israel, mereka begitu penuh dengan kebingungan karena tidak ada satu pun pemimpin yang beres. Alkitab seolah-olah mencatat sebelum Mesias datang, tidak ada yang beres, ada pemimpin yang kuat dari sisi politik tapi sangat palsu dalam kerohanian, ada pemimpin yang merasa rohaninya baik tapi ternyata motivasi di baliknya terlalu penuh dengan cara yang merugikan orang Israel. Yohanes Pembaptis memulai pelayanan dan dia mulai teriak untuk mempertobatkan orang “bertobatlah kamu”, mengapa teriak bertobat? “Karena kamu belum balik, kamu belum sungguh-sungguh bertobat, kamu belum hidup sungguh-sungguh bagi Tuhan. Kamu punya tampilan rohani, tapi di dalam tidak ada kerohanian yang baik. Kamu punya banyak kegiatan rohani, tapi di dalam tidak ada kerohanian yang baik. Kamu punya kalimat rohani, tapi di dalam tidak punya kerohanian yang baik”. Mari lihat ke dalam diri lalu selidiki “saya ini yang mana, apakah saya orang buangan atau umat Tuhan yang sudah dipulihkan? Apakah saya ini umat sisa yang akhirnya Tuhan pulihkan atau saya adalah kebanyakan orang yang harus dibuang karena saya banyak menunjukan kepalsuan?”. Saya tidak tanya seberapa saleh kita di luar atau berapa banyak pelayanan yang sudah kita kerjakan atau berapa banyak pengaruh yang kita sudah berikan atau berapa banyak pengetahuan yang sudah kita tahu. Saya mau kita jujur lihat ke hati lalu cari tahu “saya dimana, saya kaum sisa yang Tuhan pulihkan atau saya umat Tuhan yang terbuang di dalam tempat ibadah”. Mungkin kita tiap hari ke tempat ibadah, tapi kita orang buangan. Kita tiap hari belajar Kitab Suci tapi ternyata kita hidup sebagai orang buangan, mari selidiki hati dan koreksi diri.

Inilah penggilan Yohanes Pembaptis, terus membuat umat Tuhan hidup gelisah, tidak pernah nyaman, tidak pernah tenang karena terus dikorek lagi dosanya. Dan dia adalah orang yang sangat berani, siapa pun yang datang, kalau dia rasa tidak beres, dia akan tegur, siapa yang hadir kalau dia rasa tidak beres, akan dia tegur lagi. Yohanes Pembaptis menjadi sangat penting, karena pelayanannya langsung menyatakan orang Israel masih berdosa. Sedangkan orang Farisi punya cara pelayanan untuk merebut sebanyak mungkin orang menjadi pengikut mereka. Ini cara pelayanan yang sangat berbeda. Yohanes Pembaptis punya pengaruh hanya 2 yang secara pengaruh melanjutkan gereja Tuhan. Yang pertama adalah pengaruh dia kepada beberapa murid Yesus, dia punya murid banyak sekali, tapi hanya beberapa yang ikut Yesus dan dipakai Yesus. Simon Petrus salah satunya, Yakobus dan Yohanes, mereka adalah orang-orang yang tadinya adalah murid-murid Yohanes Pembaptis, lalu ada Andreas. Lalu orang-orang yang ada 12, yang menjadi murid Yohanes Pembaptis, harus lari ke Efesus, waktu Paulus ke Efesus dia bertemu dengan mereka, dan mereka menjadi orang Kristen, salah satu kelompok pertama yang menjadi Kristen di Efesus. Jadi inilah jalan yang disiapkan Yohanes Pembaptis, kelihatan begitu kecil, tapi begitu signifikan. Jadi dia menyiapkan orang untuk kembali kepada Tuhan, dia tidak peduli, dia disukai atau tidak, dia tidak peduli dia menjadi populer atau tidak, dia tidak peduli orang mengaku sebagai pengikutnya atau bukan. Waktu Yesus Kristus menyerukan “bertobat, Kerajaan Allah sudah dekat”, orang pikir ini kelanjutan dari Yohanes Pembaptis. Tapi Yohanes sendiri mengatakan “ini bukan kelanjutan dari pelayananku, ini adalah penggenap dari pelayananku. Apa yang aku kerjakan adalah untuk Dia. Kamu ikut saya supaya nanti ikut Dia, kamu mendengar saya supaya nanti kamu menyambut Dia. Dia harus menjadi besar dan saya harus jadi makin kecil. Terpujilah namaNya. Saya buka tali sepatuNya pun saya tidak layak, untuk merendahkan diri, untuk mencuci kakiNya, saya tidak boleh, sebab saya terlalu hina”.

Jadi Yesus ditinggikan begitu besar oleh Yohanes Pembaptis dan pada periode ini Yesus mengatakan “Yohanes adalah nabi sejati”. Jadi Yesus langsung membuat kontroversi itu berakhir “kamu pengikutKu, harus tahu Yohanes itu nabi sejati”. Dia bukan palsu seperti orang Farisi bilang, dia bukan orang yang tidak mengerti bahwa pelayanan harus dilakukan di Bait Suci. Dia sengaja menjauhi Bait Suci untuk mengatakan waktu pemulihan belum tiba, Israel masih dalam pembuangan. Tapi ketika Kristus datang, Kristus menyatakan hal yang lain, yaitu Israel tidak lagi dalam pembuangan karena Dia sudah datang. Maka kalau Yohanes melayani pakai kulit unta, Yesus melayani pakai baju biasa, Yohanes melayani di padang gurun, Yesus pergi ke Bait Suci, Yohanes melayani dengan cara Qumran, Yesus tidak ikuti cara Qumran. Di sini Yesus mengingatkan kepada kita tidak ada cara pelayanan yang mutlak. Cara pelayanan begitu banyak, begitu ragam, gaya pelayanan begitu limpah, tetapi tujuan tetap satu, “bagaimana aku semakin kecil dan Kristus semakin besar”. Orang Farisi seperti orang-orang di pasar, Yesus mengucapkan kalimat “kami meniup seruling bagimu, kamu tidak menari. Kami menyanyikan kidung duka, tapi kamu tidak menangis”. Zaman dulu ada permainan anak berupa pantun berbalasan dinyanyikan, biasanya ada sindiran seperti ini, saya tidak tahu, kita tidak tahu, tapi orang-orang yang selidiki mengatakan mungkin ada pantun seperti ini yang ditujukan kepada orang yang tidak suka main. Anak-anak yang kalau temannya kumpul, dia menyendiri, anak-anak yang kalau main, dia bengong sendiri. Mengapa bengong sendiri? Bisa 2 alasan, yang pertama karena tidak bisa bergaul dengan baik, ini mesti dikasihani, diajak. Tapi ada kelompok kedua yang merasa lebih pintar, lebih hebat, lebih rohani dari yang lain, tidak mau gabung. Ketika dia memilih untuk tidak mau gabung, ini seperti orang Farisi. Maka Yesus mengatakan “yang kamu kerjakan adalah menangis waktu orang harusnya tertawa dan tertawa waktu orang harusnya menangis”. Kamu merasa di pembuangan waktu Kristus datang, tapi kamu merasa sudah dipulihkan waktu Yohanes mengatakan “kita masih dalam pembuangan”, ini aneh sekali. Yohanes mengatakan “kamu masih dibuang”, mereka hidup seolah-olah sudah pulih. Yesus mengatakan “Aku membawa pemulihan”, mereka hidup seolah-olah ada dalam pembuangan. Ini maunya apa? Ini seperti orang menangis waktu ada pesta penikahan dan ketawa waktu ada kedukaan. Waktu di kedukaan, berdukalah dengan orang berduka, demikian dikatakan Alkitab, tertawalah dengan orang yang tertawa. Zaman Yohanes adalah zaman berduka karena belum ada pemulihan, jadi jangan ketawa waktu zaman Yohanes. Zaman Yesus adalah zaman penawaran pemulihan itu, jadi tidak perlu nangis waktu ada Yesus. Bayangkan orang Yahudi itu selalu salah, doa “Tuhan pulihkan”, sampai meratap di tembok ratapan, Yesus sudah datang, oleh mereka malah disalib. Lalu doa lagi “Tuhan pulihkan”, Tuhan kalau marah bisa mengatakan seperti ini “sudah Aku beri, kamu salib, sekarang sudah Aku ambil, kamu minta lagi, sekarang maunya apa?”. Ini yang Yesus katakan “mengapa waktu ada orang mengajak berduka, kamu tidak menangis. Waktu ada orang ajak kamu tertawa, mengapa kamu tidak tertawa. Mengapa kamu mempunyai permainan kamu sendiri yang tidak selasar dengan apa yang Tuhan kerjakan di dalam sejarah?”.

Inilah keunikan dari bagian ini, Yesus membela Yohanes Pembaptis sambil mengingatkan Dia adalah penggenap dari Yohanes Pembaptis. Tugas nabi adalah mengumumkan akan ada Mesias, Pribadi Agung yang akan datang, akan ada Sang Mesias. Mesias adalah dalam Bahasa Ibrani, Kristus adalah dalam Bahasa Yunani, dan Almasih dalam Bahasa Arab. Inilah yang dinantikan para nabi. Tidak ada nabi yang boleh disebut nabi kalau dia tidak mengumumkan kedatangan Sang Mesias. Tugas nabi adalah menunjuk nanti Dia akan datang, tugas nabi adalah mengatakan “ini orang yang akan datang itu”. Maka Yohanes Pembaptis lebih besar dari nabi-nabi yang lain karena dia menunjuk kepada yang Diurapi, Sang Mesias, dengan cara membuka gerbang menyambut Sang Mesias itu datang, ini nabi paling besar, Yesus katakan. Mengapa ini nabi yang paling besar? Karena dialah yang menginagurasi, membuka gerbang untuk Sang Mesias masuk. Ini seperti satu kota benteng kerajaan, dimana orang yang paling senang adalah orang yang paling pertama mendengar berita kemenangan sang raja. Siapa orang itu? Orang itu adalah orang yang akan menyambut di depan pintu. Jadi Yesus mengingatkan kepada semua pengikutNya bahwa Yohanes adalah nabi sejati, dia nabi yang paling besar, tapi yang paling kecil dari kamu tetap lebih besar dari dia. Ini janji Dia untuk kita. Saudara lihat besarnya nabi seperti Yohanes Pembaptis, nabi seperti Elia, Elisa, Yesaya, Musa, nabi-nabi agung yang pernah bangkit, Yesus mengatakan “kamu yang di dalam Aku lebih besar dari mereka”. Mengapa lebih besar? Karena lebih hebat? Tidak. Karena lebih besar dari mereka? Tidak. Tapi karena kita memberikan seluruh iman untuk mengikuti Krsitus dan menjadikan Dia Juruselamat kita. Inilah yang Yesus katakan. Dan Yesus mengatakan “orang Farisi sulit mengikuti karena mereka mempunyai standar sendiri, dimana standar anak manusia pun dianggap terlalu rendah oleh mereka”. Tapi di ayat 35 dikatakan “tapi siapa jadi anak hikmat, dia akan mengerti keagungan hikmat dari yang dikatakan oleh Kristus”. Kiranya kita menjadi orang yang boleh dibimbing untuk menyambut Sang Kristus datang. Tidak menjadi orang yang dalam pembuangan tapi menjadi orang yang menyambut Sang Mesias datang. Mari selidiki hati, mari selidiki diri, apakah saya kaum buangan yang hidup di tengah Bait Suci ataukah saya adalah orang yang menyambut Kristus, meskipun di padang gurun, tunggu Dia datang, setelah Dia datang, ikut Dia dengan sepenuh hati. Kiranya kita menjadi orang yang ikut Kristus dan berada dalam keadaan sebagai orang-orang sisa tapi yang diselamatkan oleh Tuhan.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Kasih setia Tuhan memulihkan ciptaanNya

(Kejadian 8:18-20; 9:1-20)
Kali ini kita akan bicara tentang Adam yang baru, yaitu mengenai Nuh. Mengapa kita bisa mengatakan Nuh adalah Adam yang baru? Karena waktu kita melihat Kejadian 9 dan kita bandingkan Kejadian 1 dan 2, kita melihat ada paralel. Jadi penulis Kitab Kejadian menampilkan sosok Nuh sebagai sosok Adam yang baru, dan perjanjian Allah dan Nuh adalah perjanjian antara Allah dengan ciptaan yang diperbarui. Jadi kita bisa melihat bagaimana Allah berkata kepada Adam agar beranakcucu, bertambah banyak, memenuhi bumi, menaklukan bumi dan janji ini diulangi kepada Nuh. Nuh juga disuruh bertambah banyak dan menaklukan bumi. Lalu sebagaimana kepada Adam diserahkan seluruh isi bumi ini untuk Adam kelola, untuk Adam hidup dari padanya, demikian juga seluruh isi bumi diserahkan kepada Nuh untuk Nuh boleh memakainya demi kehidupan dan boleh mengembangkannya. Tetapi kemudian kisah atau perjanjian Allah dengan Nuh ini kita lihat sudah berbeda dengan perjanjian semula Allah dengan Adam. Karena perjanjian Allah dengan Nuh sudah mengandung satu akomodasi dari apa yang pernah terjadi sebelumnya. Jadi hidup sudah tidak sama lagi, karena kita lihat di sini ada ingatan akan nyawa manusia yang dirampas oleh sesamanya. Ingatan akan kematian, ingatan akan pembunuhan, Tuhan tidak menghapus sejarah, Tuhan meneruskan sejarah. Tuhan tidak membuat seolah-olah “oke kita hapus ini dari 0 kita mulai, dari kertas putih lagi, kita mulai sejarah yang baru”, tidak seperti itu. Dalam Kejadian 6 ada perkawinan campur antara anak-anak manusia yaitu keturunan Kain dengan anak-anak Allah yaitu keturunan Adam melalui Set. Lalu itu menghasilkan kejahatan di bumi, itu puncaknya, lalu Tuhan menghapuskan kehidupan di bumi, Tuhan menyelamatkan sebagian.

Mari kita bandingkan sebelum dan sesudah air bah. Cerita sebelum air bah, dari Adam sampai air bah adalah cerita dari kebaikan sampai kehancuran. Dan kita lihat cerita ini berkisah dari manusia hanya sepasang diakhiri dengan manusia ada banyak. Diawali dengan manusia hidup sederhana dan tidak mengembangkan dunia, dunia ini belum terlalu berkembang, belum ada misalnya orang yang berkemah, belum ada peternakan, belum ada musik, belum ada kota, belum ada teknologi tembaga, besi dan seterusnya, itu semua belum ada. Tetapi kemudian diakhiri dengan sudah berkembang kebudayaan itu, sudah berkembang peradaban itu di dalam zaman Nuh sebelum ada air bah. Tetapi peradaban itu penuh mengisi bumi dengan kekerasan, memanifestasikan kejahatan yang bersumber dari hati manusia. Jadi kebudayaan, peradaban yang kita jumpai dalam cerita Kejadian 6 adalah peradaban yang mewujudkan isi hati manusia yang jahat, mengisi dunia ini penuh-penuh kejahatan. Jadi dari sepasang menjadi banyak, tetapi dari permulaan yang sederhana yang kejahatannya juga sederhana, memakan buah itu, membunuh adik, menyembunyikan kesalahan kepada peperangan, kepada suatu kejahatan yang jauh lebih kompleks, yang jauh lebih global. Lalu kalau kita bangkitkan dengan episode Nuh adalah dimulai dari sekelompok kecil manusia, dari satu keluarga, beberapa orang keluar dari bahtera. Jadi dari sedikit menjadi banyak, lalu yang banyak dihapuskan dan Tuhan mulai dari yang sedikit lagi. Dengan kata lain kita bisa belajar sesuatu di sini, Tuhan tidak hanya menghendaki perkembangan dan suatu kemajuan, the idea of progress, yang berkesinambungan. Tetapi kadang-kadang Tuhan mengizinkan kemunduran juga, kadang-kadang mengijinkan kemandegan juga. Itu biasanya dikaitkan dengan penghakiman. Itu yang terjadi pada zaman Nuh, ada kemunduran. Sejarah peradaban menjadi lebih sederhana lagi, tidak tentu yang sederhana itu baik tapi juga sekaligus tidak tentu yang kompleks itu, yang besar itu baik.

Lalu yang berikutnya kita juga bisa belajar mengenai selalu ada pengharapan juga di dalam kegelapan. Di dalam zaman Nuh kejahatan memenuhi bumi sehingga sepertinya tidak ada tempat untuk kebaikan. Ketika kejahatan menjadi suatu yang normal, kebaikan menjadi suatu yang abnormal. Kebaikan menjadi sesuatu yang tidak mempunyai tempat di bumi ini, tapi dalam hal itu pun Tuhan masih bisa bekerja, ini yang dapat kita pelajari dari cerita Nuh. Tuhan pada akhirnya lewat segala hal yang tidak disukai manusia, mengerjakan pekerjaan penyelamatanNya. Lalu yang ketiga, kita lihat dari pengulangan janji Tuhan ini, Allah yang membalikan arah kemajuan menjadi suatu kemunduran dalam penghakimanNya, ternyata juga Allah pada dasarnya menghendaki manusia berkembang, Allah menghendaki kita untuk bertambah banyak, Allah menghendaki kita untuk mengolah bumi ini, Allah menghendaki peradaban. Tuhan tidak menghendaki manusia hidup dalam peradaban primitif selama-lamanya. Karena Allah yang menghancurkan bumi yang penuh dengan kejahatan itu, kemudian tidak menghendaki bumi itu selama-lamanya dalam kondisi primitif, tidak seperti itu. Sekali lagi Tuhan menghendaki, Tuhan tetap punya kepercayaan terhadap projek yang namanya memajukan bumi ini. Terbukti pada zmaan Adam bumi ini maju secara negatif, maju dalam artian busuk, lebih canggih dalam kejahatan. Tetapi itu tidak membuat Tuhan putus asa, lalu Dia mengabaikan project itu, lalu sekarang mulai zaman Nuh, dimulai lagi, tapi Allah tidak ingin bumi diisi oleh manusia, Allah tidak ingin manusia bertambah banyak, Allah tidak ingin manusia mengembangkan peradaban, Allah tidak seperti itu. Kegagalan pertama tidak membuat Tuhan membuang itu semua. Kita melihat contohnya di dalam perbandingan Kejadian 4: 2 dengan Kejadian 9:20. Dalam Kejadian 4: 2, kita mengetahui profesi Kain adalah petani dan dalam perbandingan yang kita lihat antara Kain yang petani dengan Habel yang peternak, Kain yang mempersembahkan hasil bumi dengan Habel yang mempersembahkan ternak, dibandingkan dengan beberapa orang mengatakan bahwa “lihat, Tuhan lebih menyukai kaum gembala karena persembahan dari gembala lebih disukai Tuhan dari pada hasil bumi”. Saya kira ini satu tafsiran yang keliru karena tidak mempertimbangkan bahwa orang-orang Israel juga Tuhan ajarkan mempersembahkan hasil bumi. Kita lihat dalam Torah Musa misalnya, Saudara melihat ada aturan mengenai mempersembahkan hasil bumi yang sulung. Jadi ada hasil bumi, buah-buahan, gandum dan segala macam tanaman dipersembahkan di hadapan Tuhan, selain dari pada ternak. Tapi yang saya baca dalam narasi ini justru Kain yang adalah petani yang kemudian mengisi bumi dengan kejahatan, mencemari tanah pertanian dengan darah adiknya, saya pakai istilah manusia itu sekarang tidak lagi menjadi sesama, manusia bukan lagi menjadi penolong, manusia bukan lagi menjadi gembala bagi sesamanya, tapi manusia menjadi musuh bagi sesamanya. Orang lain tidak lagi menjadi penghiburan bagi kita, tapi orang lain menjadi ancaman bagi kita. Dan Tuhan justru ingin menebus dunia ini dari posisi itu, Tuhan ingin menebus manusia dari keadaan seperti itu. Tuhan ingin tarik kita dari keadaan seperti itu.

Manusia itu soalnya bukan ancaman bagi kita, manusia adalah penolong, manusia adalah gembala bagi kita, manusia itu seharusnya adalah sesama bagi sesamanya, ini yang mau ditebus. Dan saya kira ini juga yang bisa kita baca dalam cerita Kain, dan kalau kita bandingkan Kain dengan Nuh, di sini menariknya. Dan di dalam cerita itu, apakah Tuhan give up dalam posisi atau panggilan atau pekerjaan petani? Tidak ada pekerjaan petani lagi karena diwakili oleh Kain. Tidak ada lagi mengembangkan kota karena diwakili oleh Henokh, anaknya Kain. Jangan dikembangkan lagi kebudayaan itu, tidak ada lagi itu metalurgi, bapak segala tembaga dan tukang besi, tidak ada lagi peternakan dan sebagainya. Kita hidup primitif saja, mengumpulkan buah-buahan seperti Adam, tidak. Tuhan menebus hal itu. Jadi kita perhatikan Kejadian 9: 20, diceritakan tidak kebetulan Nuh itu adalah petani, dia yang pertama-tama membuat kebun anggur. Itu yang Tuhan inginkan mengembalikan kita kepada kemuliaan semula. Dan dalam hal itu, kehidupan sebagai petani yang sulit, Adam petani, Kain petani, banyak berpeluh, sia-sia, bahakn berdarah-darah, Tuhan tidak give up itu. Nuh menjadi petani juga. Dan indahnya di sini Nuh adalah yang pertama kali membuat kebun anggur. Orang tidak minum anggur, tidak akan mati. Nuh bukan orang yang pertama membuat sawah. Jadi kita bicara bukan lagi necessity, work as necessity, tapi kita bicara sebagai delight, work as delight.

Jadi kerja untuk sesuap nasi? Itulah cerita Adam, itulah cerita Kain. Kerja untuk sesuap nasi supaya bisa hidup, tapi saya percaya orang di ruangan ini kan kebanyakan kerja sebagai orang modern, punya esensi, perkembangan teknologi, kebanyakan dari kerja bukan untuk sesuap nasi kan? Poin saya adalah Kain sebagai petani yang gagal mengikuti Adam sebagai petani yang gagal. Tapi Nuh, digambarkan oleh penulis Kitab Kejadian sebagai petani yang menyimpan pengharapan, seperti Adam sebelum jatuh seolah-olah. Tapi realitasnya adalah dia hidup dalam dunia yang sudah jatuh. Diceritakan kemudian Nuh ini tetapi sama seperti Adam, berakhir mengecewakan, karena anggur yang dia hasilkan, yang semestinya membawa kegembiraan dalam hati anak-anak manusia seperti yang digambarkan dalam Kitab Pengkhotbah. Jadi anggur itu sesuatu kebutuhan yang sekunder atau bahkan tersier, itu Tuhan berikan sebagai sukacita, tapi justru Nuh slaah memakai itu sehingga dia menjadi mabuk. Efek dari kejatuhan Adam adalah Adam merasa malu. Efek dari Nuh setelah minum anggur, dia malu. Adam efeknya setelah dosa adalah dia sadar dia telanjang, Nuh setelah dia minum anggurnya secara tidak sadar dia telanjang. Jadi efeknya sama, kehilangan kehormatan. Dan bicara tentang malu, ini memang melekat dengan analisa kita mengenai dosa. Dosa itu pertama-tama bukan dikaitkan dengan suatu rasa bersalah pada mulanya, karena ini baru nanti pada abad ke-16 berkembang atau abad pertengahan, tetapi dosa sebagai suatu keterasingan, dosa itu mengasingkan kita dari relasi. Gambarannya adalah kita merasa malu. Fitur dari orang yang merasa malu adalah mengurung diri, dia tidak mau bertemu dengan orang lain, ada gambaran, ada ungkapan mengenai orang yang malu “saya tidak punya muka lagi”. Dosa sekali lagi dalam Kitab Kejadian dikaitkan dengan rasa malu, dan itu menandai bahwa dosa adalah pertama-tama dipahami dalam Kitah Kejadian ini sebagai distruktur dalam relasi, relasi dengan Allah mau pun relasi dengan sesamanya. Dan dalam narasi yang kita lihat dalam cerita Nuh ini, distruktur relasinya seolah-olah dipulihkan karena Nuh ditempatkan sebagai petani, tapi sekali lagi dia jatuh.

Lagi-lagi Nuh kehilangan kehormatan, kehilangan mukanya, dia telanjang di dalam kemahnya dan relasinya dengan anak-anaknya menjadi tidak baik. Salah satu dari anak-anaknya menjadi terkutuk yaitu Ham. Nuh diberikan pengharapan yang baru tapi dia mengkhianati pengharapan itu, dia tidak setia kepada apa yang Tuhan sudah percayakan kepadaNya, dan Dia menanggung akibatnya, seolah-olah Tuhan mau memberikan kesempatan kedua dalam sejarah, tapi sejak semula pun Nuh bertingkah laku kira-kira kurang lebih sama dengan Adam. Tapi Allah panjang sabar, Allah tetap menyertai Nuh, bahkan Allah tidak menimpakan hukuman yang sudah Dia tetapkan akan jadi dalam Kejadian 6:3, tidak terjadi pada Nuh. Kejadian 6: 3, kejahatan mengisi penuh-penuh bumi ini, Tuhan mengatakan “RohKu tidak akan selama-lamanya tinggak di dalam manusia, karena manusia itu hanyalah daging, umurnya akan hanya 120 tahun saja”. Apakah benar de facto-nya setelah Tuhan menjatuhkan vonis ini, langsung umur manusia menjadi pendek? Nuh masih sampai 950, Tuhan panjang sabar. Tuhan itu Allahnya Israel yang tidak memberikan kesan kepada bangsa Israel sebagai sekedar Allah yang Mahakuasa, bukan itu yang paling mengesankan, meskipun Allah memang Mahakuasa. Yang paling mengesankan adalah Allah itu panjang sabar dan berlimpah kasih setia, itu yang paling mengesankan bagi Israel, itu yang dicatat, diserukan sewaktu Yahweh lewat di depan Musa. Allah itu berlimpah kasih setia dan Dia panjang sabar.

Lalu poin berikutnya, dari Nuh lahir seluruh keturunan di bumi, ada keturunan dari Sem, Ham, Yafet. Keturunan dari Sem kita tahu kemudian dalam pasal 10:22, 11:26, ada lahir Abraham dan keturunan dari Ham kita tahu pasal 10: 14-19 lahirlah bangsa-bangsa musuh Israel yaitu Filistin, Sidon, Het, Yebusi, Amori, Gergasi, Sodom, Gomora, Niniwe, semua dibangun oleh keturunan Ham. Jadi sekali lagi permusuhan yang lama berlanjut, permusuhan antara anak-anak manusia atau keturunan ular dengan anak-anak Allah atau keturunan Set. Dan ironisnya ini berlanjut dalam keturunan Set, karena Nuh keturunan Set juga. Tapi sekali lagi kita pikirkan apakah betul Nuh itu keturunan Set? Bukankah pada waktu itu sudah terjadi kawin campur. Jadi intinya kasih karunia Allah berlanjut ketika dosa berlanjut. Cerita dalam Kitab Kejadian, kalau Saudara baca Alkitab jangan salah, Saudara baca Alkitab bukan cari cerita. Model, atau teladan, karena kita tidak bisa teladani siapa-siapa kecuali Yesus. Cerita-cerita Alkitab memberikan kepada kita, terutama apa? Saya kira bukan peragaan “ini manusia hebat, ikuti dia”, tapi peragaan melalui baik kehebatan, ketidak-hebatan, kesetiaan, ketidak-setiaan, ketaatan maupun pelanggaran manusia, melalui itu semua kita lebih kenal Tuhan itu seperti apa, kita lebih kenal Tuhan itu siapa, dan kita tahu apa harapan kita hidup di dunia ini. Ini sesuatu yang saya kira ingin disampaikan oleh para penulis Alkitab melalui kisah-kisah ini. Tuhan dengan penuh kesabaran, mengembalikan kemuliaan itu. Sekarang saya sampai pada poin yang unik, yang hanya ada dalam cerita Nuh ini dan mungkin tidak kita lihat dapam periode Adam sampai air bah, yaitu Tuhan berkomitmen untuk tidak lagi menghapuskan kehidupan dari atas muka bumi Ini dengan sengaja diulangi oleh penulis Kitab Kejadian untuk menegaskan bahwa walaupun manusia sama saja seperti dulu, Tuhan tidak akan sama saja seperti dulu, Tuhan tidak akan menghukum manusia seperti pada zaman dahulu walaupun manusia sama saja. Manusia itu kapan sih tidak sama saja seperti dulu? Kita in sampai hari ini masih sama saja seperti zaman Adam.

Tapi sekarang Tuhan berjanji, Dia bersumpah, Dia melakukan itu dengan pelangi di situ, busurnya di situ dan mengarah ke atas. Pelangi dipakai oleh penulis Kitab Kejadian sebagai suatu gambaran busurNya Tuhan itu mengarah ke mana? Ke atas, busurnya digantung di langit, menjadi peringatan bagi Tuhan ada panah akan melayang, menembus jantung Tuhan kalau Dia melanggar janjiNya. Tuhan bersumpah selama ada pelangi itu “Aku tidak akan melenyapkan kehidupan dari bumi, akan terus ada, musim menabur, menuai, dingin dan panas, kemarau dan hujan, siang dan malam, kehidupan akan berjalan terus. Aku tidak akan menghentikan itu seperti zaman Nuh, walaupun manusia sama saja”. Itu artinya Tuhan berkomitmen untuk tidak buang manusia yang sudah rusak dalam dosa. Ketika dunia ini jatuh dan Tuhan coba betulin dengan cara yang primitif dan bodoh itu, masih salah, Tuhan coba betulin lagi, lalu masih salah, Nuh masih sama seperti Adam, Tuhan coba betulin lagi. Dan Dia menegaskan komitmenNya, Dia tidak akan buang! Tuhan bisa tidak buang ciptaan ini dan bikin yang lain? Sebisa-bisanya, seperti Tuhan juga bisa tidak membuat ciptaan ini, tapi Dia bikin. Waktu Dia bikin, Dia tahu tidak akan jadi seperti apa? Dia tahu, tetap Dia bikin. Sudah Dia bikin, memang benar kejadian seperti yang Dia sudah tahu dan Dia tetapkan. Tapi kemudian Dia menyerah tidak? Tidak menyerah, Dia dengan teliti benerin satu per satu generasi demi generasi, individu demi individu, komponen demi komponen, tidak Dia buang ciptaanNya. Dia betulin satu per satu melalui anda dan saya, melalui gereja Tuhan. Tapi Tuhan pakai cara itu, Tuhan memberikan Firman kepada kita, Tuhan memberikan Yesus kepada kita, Tuhan menyertai umatNya. Mengapa Dia tetap pilih Israel? Mengapa Dia tetap memanggil gereja? Memangnya Dia tidak tahu akan terjadi apa 2.000 tahun setelahnya, dengan gereja, dengan umat Tuhan? Tapi Dia sudah berkomitmen agar selama bumi ini masih ada, tidak henti-hentinya musim menabur dan menuai, dingin dan panas, kemarau dan hujan, siang dan malam, Tuhan tidak akan memusnahkan, membinasakan segala yang hidup seperti yang Tuhan pernah lakukan, itu komitmen Tuhan. Dan komitmen itu ditunjukan lewat panjang sabarNya dan kasih setiaNya yang berlimpah buat kita. Dan terutama dengan terang kita lihat di dalam Yesus kita melihat kesabaran Tuhan yang panjang, kasih setia Tuhan yang begitu besar, lewat kejahatan kita, meremukan Dia, Tuhan memulihkan ciptaanNya. Tuhan memulai pemulihan segenap keberadaan lewat kekerasan hati kita yang menyalibkan Anak Allah, lewat dosa kita yang paling besar itu Tuhan menyelamatkan kita dari dosa.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Kebaikan Tuhan bagi umatNya

(Lukas 7: 18-23)
Setelah ada 2 mujizat yang begitu besar, Alkitab mengatakan bahwa Yesus Kristus makin dikenal oleh banyak orang. Banyak orang memberitakan Dia, banyak orang mengenal Dia, banyak orang mendiskusikan Dia, banyak orang mulai bertanya “siapa Dia ini sebenarnya, mengapa Dia bisa mengerjakan semua hal yang luar biasa ini?”. Maka di antara mereka, dikatakan dalam ayat 17 dan 18, ternyata ada murid-murid Yohanes. Jadi murid-murid Yohanes sudah menyaksikan perkara-perkara yang sangat besar, Tuhan Yesus membangkitkan orang mati dan ini membuat mereka begitu kagum sehingga mereka kembali dan beritakan kepada Yohanes Pembaptis. Mereka menceritakan “Orang itu luar biasa, Dia membangkitkan orang mati dan namaNya tersebar kemana-mana”. Tetapi ternyata Yohanes Pembaptis berada dalam keadaan yang sedang dalam keadaan penuh pergumulan. Yohanes di dalam penjara sedang menantikan kemungkinan kematian, dan ini adalah hal yang sangat menakutkan. Ini membuat dia ragu, membuat dia bertanya “kalau Mesias ini benar, mengapa tidak jalankan apa yang Tuhan nubuatkan?”, dan salah satu yang Tuhan nubuatkan adalah Mesias akan membebaskan orang dari tahanan. Ini semua adalan nubuatan Mesias yang sangat penting, di dalam Yesaya 35, 61: 1 dan Mazmur 16: 10. Dalam Yesaya 35:5-6, 61: 1 dan Mazmur 16: 10 disitu dikatakan bahwa Tuhan mengirimkan Mesias untuk mengerjakan 4 tanda besar.

Tanda pertama adalah Dia akan mengambil semua kelemahan Israel yaitu tidak lagi buta, tidak lagi tuli, tidak lagi lumpuh dan tidak lagi berada dalam penjara, ini hal pertama yang sangat penting. Orang Israel di dalam pembuangan digambarkan sebagai bangsa yang buta, karena buta maka dibuang, karena tidak melihat anugerah Tuhan maka dibuang. Mereka juga disebut sebagai bangsa yang tuli, karena Tuhan berfirman tapi mereka tidak dengar, akhirnya Tuhan buang. Mereka juga disebut sebagai bangsa yang lumpuh karena di dalam pembuangan mereka sudah kehilangan kekuatan mereka. Mereka juga disebut sebagai bangsa dalam tahanan, karena mereka tidak lagi menjadi bebas di dalam tahanan di Babel. Itu sebabnya hal pertama yang dijanjikan adalah Mesias akan datang dan mengambil semua kelemahan Israel. Kedua yang dijanjikan, Mesias akan menaklukan seluruh bangsa kafir yang sekarang masih menaklukan Israel. Israel bisa lepas kalau Mesias datang dan menghancurkan bangsa kafir. Kemudian yang ketiga, dikatakan dalam janji paling besar, Mesias akan membungkam semua musuhNya dengan menyatakan kuasaNya yang besar yang hampir sama seperti Allah. Kita tahu dalam penggenapannya bukan hanya hampir seperti Allah, tetapi Kristus menjalankan kuasa Allah sendiri. Mesias datang akan membungkam semua musuh dan mengalahkan semua musuhNya dengan kuasa yang mirip kuasa ilahi. Lalu keempat, dikatakan Mesias akan memulai pemerintahan mulai dari Yerusalem. Dia akan memulai kembali seluruh dunia melalui mengembalikan Israel kepada Tuhan melalui mendirikan tahta di Yerusalem. Inilah yang mereka percaya, maka hal pertama yang mereka nanti-nantikan adalah mana tanda itu.

Termasuk Yohanes Pembaptis waktu dia menunjuk Yesus adalah Sang Mesias, dia mengalami peristiwa yang sangat besar, dia harus ditangkap oleh Herodes dan di situ dia kembali memerintahkan murid-muridnya untuk bertemu Yesus. Kali ini dia memerintahkan murid-muridnya untuk bertemu Yesus bukan untuk ikut Yesus tapi untuk konfirmasi lagi “benarkah Engkau Mesias? Karena kalau Engkau Mesias, Engkau akan kerjakan tanda pertama, membuat mata orang buta melihat, membuat mulut orang bisu berkata-kata, membuat telinga orang tuli mendengar, dan membuat orang dalam tahanan bisa bebas”. Siapa orang tahanan? Dalam contoh Israel, orang dalam tahanan adalah orang-orang benar di tengah-tengah Israel lalu ditangkap oleh Babel dan dibawa ke pembuangan. Ini orang-orang yang tidak punya salah, mereka sembah Tuhan dengan setia, mereka ikuti Firman Tuhan, tapi mengapa ikut dibuang? Tuhan menjanjikan kepada mereka, “Tuhan akan bebaskan kamu yang tidak bersalah dari penjara”, inilah yang Yohanes Pembaptis tuntut. Mata orang buta dicelikan, bagus, telinga orang tuli dibuat mendengar, bagus sekali, orang lumpuh bisa berjalan, sangat bagus, tapi kapan orang tahanan ini bisa dibebaskan dari penjara? Ini yang dinantikan dan dia mendesak Yesus “kalau Engkau Mesias, cepat bebaskan”, dengan mengutus 2 orang murid. Ada juga penafsir yang mengatakan Yohanes tidak ragu tapi murid yang ragu, tapi teks ini mengatakan murid justru tidak mungkin ragu karena mereka baru pulang dari menyaksikan Yesus membangkitkan orang mati. Ini berita yang menghebohkan yang mereka bawa, tapi Yohanes minta konfirmasi lagi “kalau Engkau sudah kerjakan tanda-tanda sedemikian banyak, mengapa membebaskan orang yang dipenjara ini, orang benar yang tidak salah ini, mengapa belum juga dilakukan?”.

Yohanes Pembaptis berada di dalam penjara karena satu pekerjaan yang dia harus kerjakan yaitu dia harus berkhotbah untuk menegur kejahatan dan kejahatan yang ditegur adalah kejahatan dari seorang pemimpin bernama Herodes. Herodes adalah anak dari Herodes Agung, di mana Herodes Agung adalah anak dari seorang bernama Antipater. Antipater adalah seorang yang sangat berbakat memimpin dari daerha Edom. Edom tidak termasuk daerah Israel sebelum zaman Alexander Janeus. Alexander Janeus adalah seorang pemimpin dari dinasti Hasmonean, dinasti ini adalah dinasti pertama sejak Israel dibuang, yang bisa memerintah Israel dan mereka adalah orang Israel. Setelah mereka menjadi dinasti penguasa, muncul penguasa bernama Alexander Janeus. Alexander Janeus bukan Alexander agung, ini 2 orang yang berbeda. Alexander Janeus menjadi penguasa di Israel, lalu dia luaskan daerah Israel, dia taklukan Edom lalu dia paksa seluruh laki-laki di Edom mesti sunat. Seluruh Edom dijadikan wilayah Israel. Sejak Alexander Janeus, orang Edom disebut orang Israel, meskipun bukan asli, mereka dianggap budak dan orang taklukan dari Israel. Tapi kemudian muncul pada abad 1 sebelum Masehi seorang ebrnama Antipater, orang jenius luar biasa dan dia sangat pintar jalin relasi termasuk dengan Roma. Lalu sampai ketika dia harus diusir karena serangan perang yang besar dari orang-orang Dinasti Hasmonean dengan orang-orang dari Mesopotamia, akhirnya keluarga Antipater pergi ke Roma dan waktu itu kekuasaan dari Hasmonean habis. Ketika kekuasaan Hasmonean habis, Antipater juga sudah mati, Roma ingat anak dari Antipater bernama Herodes Agung. Maka Herodes Agung diangkat menjadi penguasa besar, menjadi orang yang bertahta di situ. Inilah kerajaan Herodes, kerajaan yang rusak, banyak kekacauan dan kegilaan terjadi. Seolah-olah Tuhan tunjukan ini yang terjadi ketika kerajaan itu muncul dengan kelicikan, kefasikan dan penentangan kepada Tuhan dengan sangat. Setelah Herodes Agung mati, 3 anaknya bagi wilayah Israel, tapi yang paling brilian, paling licik dan yang paling pintar dari semua adalah Antipas. Maka Antipas pergi menghadap Roma, lalu mengatakan “saya menjadi raja, 2 orang saudara saya menjadi seperti caretaker dan saya pastikan loyalitas Israel untuk Roma”, maka dia diberikan kuasa sebagai raja sedangkan kedua saudaranya tidak. Maka kuasa dia lebih besar dari pada kuasa saudara yang lain. Dan waktu dia hidup, dia hidup sezaman dengan Yohanes Pembaptis ketika sedang melayani.

Yohanes Pembaptis kalau khotbah berani sekali, siapa pun yang datang akan dia tegur. Orang Farisi datang, dia mengatakan “celakalah kamu ular beludak”. Waktu orang Farisi datang ditegur, waktu pemungut cukai datang ditegur, waktu seorang tentara datang ditegur, waktu Herodes datang, orang mau tahu apakah Yohanes Pembaptis akan tegur atau tidak, ini adalah raja yang kejam sekali, yang tidak ragu-ragu bunuh siapa pun dan raja ini jatuh cinta kepada seorang bernama Herodias, tapi sayangnya Herodias menikah dengan Filipus. Maka karena begitu cinta Herodias, dia ceraikan istrinya, mungkin istrinya begitu sakit hati. Dan Herodias adalah perempuan yang jahatnya bukan main, mulutnya begitu penuh kelicikan, tapi parasnya begitu cantik. Waktu Yohanes Pembaptis tahu Herodes Antipas ambil istri adiknya, dia sudah siapkan kalau ada kesempatan ngomong di depan raja ini, dia akan tegur dia. Tapi kesempatan itu tidak mungkin datang karena Yohanes yang sengaja kejar, Yohanes tidak ada urusan cari rumah Antipas. Tugas utama dia tidak menjadi kakak pembimbing Herodes, jadi Herodes bukan target utama. Tujuan dia adalah khotbah sama Israel, siapkan jalan bagi Mesias. Tetapi mengapa Herodes bisa mendengar khotbah Yohanes Pembaptis? Kemungkinan besar Herodes ingin. Ini sesuatu yang Alkitab nyatakan meskipun tidak terlalu eksplisit, Herodes senang dengar Yohanes, meskipun senang tapi tidak bertobat, ini beda. Maka Herodes memenjarakan Yohanes, dan Yohanes berada dalam penjara menantikan kapan Israel dipulihkan, kok tidak pulih-pulih, malah dia dipenjara dan sebentar lagi mau dibunuh, kalau begitu bagaimana caranya dia bisa melihat Tuhan memulihkan Israel? Dia mulai mengalami keraguan, mulai mengalami kekacauan, dia mulai mengalami pergumulan di dalam dirinya. Saya percaya ini tafsiran paling tepat, kalau ada orang mengatakan murid-muridnya yang ragu-ragu, Lukas tidak mencatat demikian karena murid-muridnya baru melihat karya besar yang Yesus kerjakan membangkitkan orang mati. Maka Yohanes dalam penjara dan dia ragu. Apakah boleh ragu? Boleh, Tuhan kadang ijinkan. Kalau Saudara lihat dalam jawaban Tuhan Yesus, Tuhan tidak sekalipun memberikan teguran terlalu keras kepada Yohanes. Bahkan ketika kepada orang banyak, Tuhan Yesus mengatakan “tidak ada nabi, tidak ada orang yang dilahirkan dari perempuan, lebih besar dari Yohanes Pembaptis. Kecuali Dia yang datang menggenapi, maka Dia akan membuat yang lain, yang paling kecil, yang paling besar sekali pun, tetap lebih besar dari Yohanes”, ini perkataan penuh misteri tapi belum kita bahas hari ini.

Jadi Tuhan Yesus mengerti keadaan Yohanes, itu sebabnya Dia memberikan pesan kepada muridnya “kamu pulang, katakan kepada Yohanes berbahagialah orang yang tidak menjadi menolak di tengah-tengah kekecewaannya. Jangan kecewa, berbahagialah kalau kamu tidak kecewa dan menolak”, ini yang Tuhan Yesus bagikan. Yohanes Pembaptis mesti kembali menyatakan iman yang kuat untuk mempercayai Tuhan Yesus. Mengapa Tuhan Yesus mau kembali mengangkat Yohanes Pembaptis? Karena Yohanes Pembaptis adalah nabi terakhir yang Tuhan bimbing, Tuhan berikan anugerah untuk berkhotbah mempersiapkan Kristus datang, dan dia sendiri bertemu dengan Kristus. Itu sebabnya orang ini tidak mungkin Tuhan buang, tidak mungkin Tuhan biarkan di dalam keraguan. Paakah keraguan baik? Tidak tentu, keraguan seperti apa yang baik? Jawaban yangdiberikan mesti gabungan antara teguran dan penghiburan. Bagaimana cara Tuhan menegur dan menghibur Yohanes Pembaptis? Jawaban Tuhan Yesus yang mengutip Yesaya 35, 61 dan Mazmur 16 ini luar biasa, ketika murid-murid Yohanes tanya “benarkah Engkau itu?”, Tuhan katakan “bilang pada Yohanes, orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberikan kabar baik”. Saudara bisa baca dai Yesaya 35, 61 dan Mazmur 16 semua yang Yesus lakukan dicatat di situ, kecuali satu, Yesus melakukan membangkitkan orang mati dan itu tidak tercatat di Yesaya 35, 61 atau pun Mazmur 16. Tetapi di dalam Yesaya mau pun selain hal-hal yang dilakukan Tuhan Yesus, juga ada tambahan satu, yaitu Tuhan akan emmbebaskan orang tahanan dari penjara. Jadi ini poin yang dituntut Yohanes “bukankah Mesias membebaskan orang dari penjara, mengapa aku masih dipenjara, mengapa Herodes belum dihakimi, mengapa orang benar dikurung, sedangkan raja fasik bertahta?”, ini menjadi pertanyaan terus dari zaman dulu sampai sekarang.

Ini yang disebut dalam teologi sebagai teodisi yaitu memberikan penjelasan mengapa Tuhan yang begitu baik dan berkuasa mengijinkan orang jahat bertahan, sedangkan orang baik ditindas. Ini pertanyaan teodisi Yohanes Pembaptis “benarkah Engkau Mesias? Hancurkan kejahatan. Benarkah Engkau Mesias? Lepaskan aku dari penjara. Benarkah Engkau Mesias? Hancurkan raja fasik seperti Herodes Antipas”, tapi mengapa belum juga dilakukan? Jadi Yohanes Pembaptis mempertanyakan ini. Lalu Tuhan Yesus mengganti yang membebaskan orang tahanan dengan membangkitkan orang mati. Membebaskan orang tahanan dengan membangkitkan orang mati, lebih mudah mana? Membebaskan orang dari tahanan. Di dalam keadaan Yohanes yang begitu sengsara, begitu penuh dengan ketakutan, penuh kegelisahan dan kegentaran, dia bertanya kepada Tuhan Yesus “benar Engkau yang akan datang itu, benarkah Engkau yang akan menghancurkan kejahatan, benarkah Engkau akan membebaskan orang-orang dari dalam tahanan?”, tapi Tuhan Yesus mengatakan “Aku tidak bebaskan kamu”, seolah-olah begitu. Ini sesuatu yang sangat-sangat kejam kedengarannya, tapi Tuhan menggantinya dengan mengatakan “Aku tidak bebaskan kamu dari penjara, tapi Aku bangkitkan umatKu yang mati, memberikan kepada mereka kehidupan”. Ini menjadi sesuatu yang menghibur Yohanes Pembaptis. Mengapa kita tahu Yohanes Pembaptis terhibur? Karena Kristus yang Mahatahu mengatakan “tidak ada orang yang lebih agung dari Yohanes Pembaptis”. Jadi murid-murid bawa berita ini lalu mengatakan “Tuhan tidak mau bebaskan kamu, tapi Tuhan bengkitkan orang mati”, sehingga Yohanes tahu tanda ini lebih besar, dan tanda ini lebih berguna bagi umat Tuhan dari pada dia lepas dari penjara. Maka dia kembali konsisten dengan apa yang dia nyatakan dulu “biarlah Kristus makin besar, aku semakin kecil”. Kristus makin besar pelayananNya dan dia harus dipenggal, masuk dalam penjara kemudian dipenggal. Maka waktu Tuhan Yesus menghiburkan dia, dia mendapatkan kalimat yang luar biasa, Tuhan Yesus mengatakan “berbahagialah kamu kalau kamu tidak kecewa”. Yohanes Pembaptis tidak perlu kecewa karena berkat besar dan tanda mujizat yang paling agung yang Tuhan Yesus kerjakan bukan untuk Yohanes, tetapi untuk umat Tuhan. Yesus mengatakan “Aku tidak keluarkan kamu dari penjara, tapi Aku bebaskan umat Tuhan dari maut”.

Di sini Yohanes Pembaptis belajar bahwa tanda bahwa Allah berkuasa, tidak harus kita alami pribadi, tapi dialami seluruh umat Tuhan, itu jauh lebih besar dari apa yang kita alami secara pribadi. Saudara mengalami anugerah Tuhan bagi diri, tetap kalah besar dibandingkan mengalami anugerah Tuhan bagi umatNya. Mari kita tidak punya pikiran yang egois, jangan berpusat kepada diri terus. Allah kita bukan Allah yang self-centered, Allah Tritunggal tidak pernah berfokus ke diri. Allah Bapa mengutamakan Allah Anak dan meninggikan Dia, Allah Anak meninggikan Allah Bapa, dan Allah Bapa maupun Allah Anak meninggikan Allah Roh Kudus dengan cara memberikan pekerjaan menaklukan seluruh bumi kepada Kristus, kepada Allah Roh Kudus. Jangan jadi sesuatu yang bukan dari Allah. Sebab Tuhan berkuasa dan itu menjadi tanda yang Dia nyatakan bukan kepadamu tetapi kepada umat Tuhan. Maka ketika kita sadari Tuhan baik bagi umatNya, di situ baru kita sadar Tuhan juga baik untuk kita. Tapi kalau kita hanya tahu Tuhan baik untuk saya, ada saat kita kecewa dan kita tidak bisa melihat Tuhan baik dalam hal apa. Mengapa banyak orang gagal melihat kebaikan Tuhan? Karena terus melihat kebaikan Tuhan “bagi saya, bagi saya”. Setiap orang melihat diri, makin melihat diri makin buta, makin lihat umat Tuhan, makin celik. Dan waktu kita menyadari berkat Tuhan yang paling besar baru kita sadar berapa besar Tuhan sudah memberkati kita. Banyak orang tidak sadar berkat Tuhan karena terus melihat diri. Mari belajar lihat orang lain, mari belajar lihat penyertaan Tuhan bagi gerejaNya, mari lihat cinta Tuhan rela mati bagi gerejaNya. Waktu kita sudah lepas dari fokus ke diri, lalu melihat pekerjaan Tuhan bagi umatNya, pada waktu itu kita akan berhenti mengasihani diri, pada waktu itu kita akan berhenti gagal melihat berkat Tuhan bagi kita, dan makin limpah melihat Tuhan baik bagi saya. Mengapa ada orang mengatakan “Tuhan baik bagi saya, karena matanya sudah melihat kebaikan Tuhan kepada orang lain”. Ini salah satu prinsip yang diambil dan kita mesti pelajari. Yohanes Pembaptis lihat Yesus Kristus baik, karena bangkitkan orang meskipun ini bukan efek langsung, tapi besar cinta kasih Tuhan. Maka mari kita koreksi diri, mengapa saya gagal melihat Tuhan baik? Mungkin karena saya berusaha keras lihat kebaikan saya terus, tapi gagal melihat kebaikanNya kepada umatNya, secara keseluruhan. Kiranya Tuhan memimpin dan memberkati kita .

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Di dalam Kristus, kematian bukan pemisah final

(Lukas 7: 11-17)
Bagian ini melanjutkan bagian yang penting tentang Kristus yang melayani dengan cara yang mirip dengan cara Elisa melayani. Maka yang dikerjakan Yesus di pasal 7 sangat mencerminkan yang dikerjakan oleh Elisa. Dan itu sebabnya tanpa melihat apa yang penting dalam pelayanan Elisa bagi Israel, kita akan sulit memahami apa yang dimaksudkan Lukas dalam pasal 7: 1-17. Jadi kita harus melihat kembali apa yang Tuhan kerjakan bagi Israel melalui Elisa. Kita sudah bahas dalam 2 minggu lalu Elisa melanjutkan pelayanan Elia tapi dalam cara yang lebih kecil, Elia menyatakan tanda bagi seluruh bangsa, sedangkan Elisa mengerjakan mujizat dengan penuh belas kasihan bagi kaum yang terpinggirkan. Elia kerja dengan memberikan peringatan kepada banyak orang sekaligus raja Israel pada waktu itu, Elisa memberikan tanda tidak lagi secara besar kepada seluruh orang dan tidak lagi secara besar kepada raja di hadapan seluruh bangsa, tetapi melakukannya dengan cara tersembunyi bagi kaum pilihan Tuhan yang minoritas. Itu sebabnya Tuhan mengatakan kepada Elia “meskipun seluruh bangsa ini mau membunuh kamu, raja dan istrinya tidak mau sembah Tuhan, tapi Aku masih sisakan 7.000 orang yang mulutnya tidak pernah sembah baal. 7.000 Orang dibandingkan seluruh rakyat di Israel Utara, itu adalah perbedaan yang terlalu jauh, 7.000 terlalu kecil jika dibandingkan dengan seluruh bangsa, tapi Tuhan mengatakan “7.000 akan Aku sisakan”, inilah 7.000 yang akhirnya mendapatkan kesempatan terus dipelihara oleh Tuhan imannya, dan sebagian dari mereka adalah orang-orang yang dilayani langsung oleh Elisa. Jadi Elisa mempunyai mujizat yang 2x lipat Elia, tapi mempunyai pengaruh yang tidak lagi besar seperti Elia di dalam pameran mujizatnya, tapi yang hanya menyentuh orang pinggiran, orang-orang kecil, orang-orang yang disebut sebagai kaum remnant atau sisa ini. Lalu Elia dan Elisa juga mengerjakan hal yang sangat luar biasa, baik Elia maupun Elisa membangkitkan orang mati. Dan yang dikerjakan Yesus di sini mesti kita lihat dalam pengertian yang bisa kita lihat waktu Elia dan Elisa membangkitkan orang mati. Elia dan Elisa mengerjakan sesuatu yang belum terjadi sebelumnya, orang mati dibangkitkan oleh doa dan pelayanan seorang nabi, itu adalah sesuatu yang baru.

Dalam pelayanannya, Elia ditolong oleh seorang janda, dia bisa tinggal di sini, diselamatkan oleh Tuhan dari murka orang Israel dan dia tetap terpelihara dari kekeringan. Lalu setelah itu anak janda itu mati, Elia begitu sedih karena janda ini sudah menolong dia. Kemudian dia berdoa “Tuhan, masakan Engkau mau timpakan kesulitan ini kepada janda ini? Tolong bangkitkan anak ini”, dengan permohonan yang begitu sangat akhirnya Tuhan dengarkan, dan anak itu bangun kembali. Alkitab mengatakan dia memakai tanda-tanda seperti bersin, setelah bersin anak ini bangkit kembali. Dan pekerjaan ini dilakukan kembali oleh Elisa. Itu sebabnya pelayanan Elia diadopsi oleh Elisa. Dan yang dikerjakan oleh Elisa tidak kalah dari yang dikerjakan oleh Elia. Elia membangkitkan anak seorang janda, Elisa pun bangkitkan anak dari pasangan suami istri yang belum punya anak. Pasangan suami istri ini sering ajak Elisa menumpang di rumah mereka, akhirnya istrinya usul untuk membuat ruangan khusus bagi Elisa, jadi mereka tidak perlu ajak-ajak lagi, pokoknya kapan pun dia datang, sudah ada tempat khusus untuk dia. Maka mereka membuatkan tempat dan Elisa tinggal di situ. Lalu Elisa bertanya “ibu, kamu baik sekali, mau minta apa?”, ibu itu mengatakan “saya belum punya anak, apakah mungkin kalau saya mempunyai seorang anak?”, Elisa mengatakan “tahun depan engkau akan menggendong seorang anak”. Nabi ini beriman sekali, dia tidak mengatakan “tunggu ya saya mau berdoa dulu”, tapi langsung mengatakan “tahun depan, Tuhan sudah ijinkan kamu mempunyai seorang anak”. Akhirnya ibu itu mempunyai seorang anak, tetapi ketika bertahun-tahun anak itu bertumbuh, mendadak sakit kepala lalu mati. Ibu ini sedih sekali, dan Elisa kaget mendengar berita ini. Ibu itu datang kepada Elisa dan mengatakan “tuan, mengapa beri sesuatu lalu ambil lagi? Mengapa berikan pengharapan lalu diambil kembali?”, di sini ada tangisan yang begitu sedih baik dalam pelayanan Elisa maupun Elia dari seorang ibu yang kehilangan anaknya. Saya membaca buku dari Nicholas Wolterstroff, waktu anaknya meninggal, dia menulis dengan sangat-sangat penuh kesedihan. Dia mengatakan tidak ada orang tua yang harus mengubur anaknya, seharusnya anaknya yang mengubur orang tua. “Harusnya anakku yang tutup mataku dan tutup petiku, bukan aku yang tutup mata anakku dan tutup petinya”, anaknya baru berumur 20an tahun dan meninggal karena kecelakaan ketika hiking. Ini membuat dia sedih dan mengatakan “saya mendapatkan 2 hal, yang pertama saya tidak tahu kalau saya bisa merasakan sedih dan goncang seperti ini. Saya tahu kalau kehilangan anak saya, saya pasti hancur, tapi baru tahu kalau kehancuran yang akan saya alami sekuat ini”, lalu dia mengatakan hal yang kedua “tapi saya baru tahu kalau ternyata Tuhan bisa memberikan penghiburan dan topangan dalam cara yang saya tidak mengerti. Dua hal ini saya tidak mengerti kecuali saya alami sendiri”.

Kematian merupakan sesuatu yang sangat menyedihkan, dan ini merupakan efek dosa. Jangan pikir kematian sebagai sesuatu yang menakutkan karena kita sendiri hadapi, itu memang menakutkan. Tapi hal yang lebih merusak dari kematian adalah kematian memastikan relasi yang tadinya harus begitu baik menjadi begitu rusak. Waktu manusia jatuh dalam dosa, relasi dengan Tuhan langsung rusak. Tuhan mengatakan “pada hari kamu memakan buah pengetahuan yang baik dan jahat, pastilah kamu mati”. Jadi kata ini menggambarkan bahwa kematian akan menjadi jembatan yang tidak bisa diseberangi untuk mengganggu relasi antara Tuhan dan manusia. Setelah manusia jatuh dalam dosa, relasi Tuhan dengan manusia menjadi rusak, dan kematian menjadi puncaknya. Relasi antara manusia rusak, dan kematian menjadi pemisah kekal di dalam keadaan tidak ada keselamatan. Itu sebabnya kematian menjadi suatu yang sangat mengerikan karena ini adalah antitesis dari relasi yang harusnya terjalin dengan begitu baik. Tuhan mau ada relasi antara manusia dan Tuhan, tapi dirusak oleh kematian. Tuhan mau ada relasi antar manusia, juga dirusak oleh kematian. Ini cara kedua untuk melihat kematian. Jadi hari ini kita belajar menyoroti kematian dari sisi orang yang ditinggalkan bukan dari sisi orang yang mati, baik janda yang ditolong oleh Elia maupun ibu dan suaminya yang ditolong oleh Elisa, dua-duanya mendapatkan pertolongan anaknya bangkit bukan demi anak tapi demi mereka yang kehilangan. Maka ini perspektif yang harus kita tarik mundur waktu kita kembali membahas Taman Eden. Tuhan mengatakan “pasti mati”, ini bukan berarti Tuhan membenci Adam lalu hajar Adam sampai dia mati karena bencinya. Tapi Tuhan memberikan peringatan, ketika engkau melanggar, Tuhan tidak mungkin mempertahankan relasi dekat yang awal, tapi Tuhan akan menjauh. Dan ini akan membuat kematian menjadi pemisah kekal antara Tuhan dan Adam selama Adam masih hidup di dunia ini. Dan kalau dia tidak diperdamaikan dengan Tuhan, kematiannya akan menjadi seruan pernyataan final bahwa dia dan Tuhan terpisah selamanya. Relasi kita dengan Tuhan akan hancur selamanya kalau selama hidup kita tidak kembali kepada Tuhan, sampai kita mati setelah itu selesai. Tidak ada kesempatan karena kematian memberikan satu materai, satu segel tentang keadaan kita di dalam kekekalan. Apakah kembali relasi dengan Tuhan atau akhirnya menjadi jauh, jatuh dan selama-lamanya terhilang dari Tuhan? Inilah hal yang harus kita ingat, ada kematian yang menjadi seruan final tentang dimana status kita di hadapan Tuhan. Itu sebabnya jangan main-main dengan hidup, harus pikir dengan baik-baik “apa yang mau saya imani di sini, apa yang mau saya yakini disini, harus punya satu keteguhan untuk memastikan relasiku dengan Tuhan berjalan dengan sangat baik”. Bagaimana relasi dengan Tuhan bisa dipelihara? Alkitab mengatakan kalau kita di dalam Kristus. Mengapa di dalam Kristus? Karena hanya Dialah yang dikasihi oleh Bapa. Saudara mau dikasihi oleh Bapa, Alkitab mengatakan Kristuslah yang paling dikasihi. Tuhan mengatakan “engkau menjadi satu dengan AnakKu, supaya kasih yang Aku berikan kepada AnakKu itu juga kasih yang akan Aku berikan kepada engkau”. Jadi kematian akan memastikan relasi kita dengan Tuhan apakah kekal terpisah selamanya atau berada dalam Dia dan kasihNya sampai selama-lamanya. Maka inilah yang harus kita takuti dari kematian. Kematian yang menjadi tanda rusaknya relasi, tanda terputusnya relasi sampai seterusnya dengan Tuhan.

Kita tidak kasihan kepada yang mati, apalagi kalau dia mati di dalam Tuhan. Dia mati di luar Tuhan, kita mengatakan “apa boleh buat, sudah lewat, mau gimana? Waktu masih hidup tidak mau dengar, sekarang sudah mati tidak ada kesempatan”. Tapi orang yang masih hidup, inilah yang perlu belas kasihan kita, perlu support, maka kita datang, kita tidak berdiri di depan peti lalu mendoakan “Tuhan, lapangkanlah jalan arwah ini ke sorga karena jalan ke sorga itu penuh dengan liku-liku, ada terowongan yang diujungnya ada cahaya dan seringkali cahaya itu membuat silau, jadi tolong Tuhan berikan kaca mata kepada rohnya sehingga waktu dia jalan cari sorga, dia tidak disilaukan oleh cahaya sorgawi tapi bisa masuk dengan tepat”, tidak perlu doakan dia, dia sudah lewat kesempatannya. Kalau dia sudah di dalam Kristus, berbahagialah, kalau tidak, apa boleh buat. Tapi yang masih hidup, ini yang menjadi concern.

Kembali dalam bacaan kita, biasanya akan ada peratap lalu mereka akan menangis, sehingga rombongan ini menjadi rombongan yang riuh dengan tangisan, sehingga ketika anak muda yang mati ini dibawa, ributnya pasti bukan main. Jadi 2 kelompok, kelompok yang ribut karena tangisan bertemu dengan kelompok yang penuh dengan sorak-sorai karena ada Kristus. Waktu 2 kelompok ini bertemu, Tuhan Yesus tergerak dengan tangisan si janda, Dia tidak tergerak dengan tangisan orang lain yang pura-pura, meskipun tangisan mereka lebih keras. Biasanya orang yang pura-pura nangisnya luar biasa, tapi Tuhan tidak peduli tangisan itu, yang Dia lihat adalah si janda yang mungkin dengan kekuatan yang sudah habis terus teteskan air mata. Yesus dekati janda itu kemudian katakan “jangan menangis”. Ini kita liht begitu miripnya dengan yang dikerjakan Elia dan Elisa, kasihan kepada janda, bukan kasihan kepada anak. Dia tidak datang ke anak itu dan mengatakan “masih muda, kasihan kamu ya”, tidak perlu seperti itu, orang yang sudah mati tidak perlu dikasihani lagi karena final, waktunya sudah habis. Maka Tuhan mendekati ibunya, bukan mendekati anaknya untuk menghibur. Kita datang ke kedukaan untuk menghibur orang-orang yang kehilangan. Ini perspektif hari ini. Tuhan menghibur ibu dari anak ini lalu mendekati usungan, kemudian sentuh. Tindakan ini benar-benar melawan Taurat, karena di dalam Taurat dikatakan “jangan sentuh apa yang pernah kena mayat dan jangan sentuh mayat. Waktu kamu menyentuh mayat, kamu najis sampai matahari terbenam. Dan setelah itu kamu mencuci dirimu, baru besoknya kamu dinyatakan tahir lagi”. Maka dikatakan dalam Taurat “jangan sentuh mayat, kalau kamu sentuh mayat kamu akan najis”. Itu sebabnya orang Farisi kalau lihat iring-iringan seperti ini mereka akan menjauh, mereka berasumsi semua orang yang sedang berduka mungkin sudah sentuh mayat, kalau dia sudah sentuh mayat berarti dia cemar, dan kalau dia cemar dan orang Farisi sentuh dia, orang Farisi ikutan cemar, dan kalau mereka cemar, mereka masuk sorga, sorga jadi cemar, itu sebabnya mereka berpikiran tidak mungkin masuk sorga karena itu mereka tidak mau sentuh orang mati. Jadi mereka semua minggir, kalau mereka tidak ada kaitan apa-apa, tidak ikut dukacita, mereka minggir, tapi Yesus sengaja mendekat.

Mereka menjauhi, Yesus sengaja sentuh. Apa ini maksudnya? Apakah Tuhan Yesus sengaja memprovokasi, sudah tidak sabar untuk disalib maka Dia lawan semua supaya orang salibkan Dia? Bukan, Dia sedang mengatakan Dialah yang mengatasi segala kutuk yang mengakibatkan maut. Dia mengatasi segala kutuk, Dia sentuh, bukan Dia yang cemar, tapi yang disentuh oleh Dia yang menjadi suci. Lain dengan kita, kita menyentuh, mungkin kita yang terpengaruh, Kristus menyentuh, kesucianNya akan ditularkan kepada yang cemar. Maka apa yang disentuh oleh Kristus itu yang akan menjadi baik dan Tuhan mengatakan kepada anak muda ini “hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah”, ini memerintahkan orang mati untuk hidup kembali, apakah mudah? Tapi Tuhan Yesus mengatakan “hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah”. Maka anak muda ini bangkit dan Yesus mengembalikan anak muda ini kepada ibunya. Concern Tuhan Yesus sekali lagi bukan kepada yang mati ini tapi sang ibu. Maka yang Dia kerjakanlah adalah waktu Dia mati, Dia membuat kematian kita tidak menjadi halangan bagi kita untuk berelasi dengan Tuhan. Relasi kita dengan Tuhan dipulihkan sama seperti relasi ibu ini dengan anaknya. Itu sebabnya Kristus datang ke dalam dunia supaya relasi menjadi pulih, supaya kita tidak perlu melihat kematian sebagai pemisah final antara aku dan sesamaku dan antara aku dengan Tuhanku. Jangan pikir kalau di neraka ada relasi, relasi itu hak istimewa sorga. Sorga, relasi, kasih, Allah, kekudusan dan cinta semua bergabung dalam satu sisi. Sedangkan di neraka tidak ada kenikmatan relasi seperti ini. Itu sebabnya kematian memastikan saya tidak mungkin berelasi dengan mereka yang belum berada di dalam Kristus, dan mereka yang di dalam Kristus tidak mungkin berelasi dengan mereka yang di luar, dan mereka yang di luar Kristus tidak mungkin berelasi dengan Allah Bapa di sorga. Itu sebabnya Kristus harus datang, itu sebabnya Dia harus mati. Kalau tidak perlu mati maka mengapa Dia mesti mati? Tapi karena ini satu-satunya cara maka cara ini yang Dia tempuh untuk membuat kematian tidak lagi menjadi pengganggu final untuk relasi manusia. Maka Kristus membangkitkan anak muda sebagai satu tanda bahwa Dia akan mengerjakan yang lebih genap di dalam kematianNya di atas kayu salib. Dan kematian di atas kayu salib inilah yang membuat manusia tidak lagi perlu mencari di mana ada pengharpaan saya dipulihkan dengan Tuhan?”. Kematian Kristus akan membuat semuanya beres. Itu sebabnya ketika kita kehilangan orang yang kita kasihi di dalam Tuhan, kita mengatakan “kematian Kristus sudah memastikan kematian ini tidak akan memisahkan saya”. Paulus mengatakan di dalam Tesalonika “hiburkanlah satu dengan yang lain”, dengan kalimat seperti ini “engkau harus menghibur saudaramu yang sedang berduka karena kehilangan orang yang juga sudah percaya Kristus, dengan mengatakan “relasimu dengan Dia tidak akan habis oleh karena kematianNya. Sebab kematian Kristus sudah memastikan kematian ini akan membuat relasimu akan menjadi habis. Maka kita bisa bersuka cita, Saudara mengenal saya, saya mengenal Saudara, Saudara mengasihi saya, relasi kasih ini tidak akan habis kalau salah satu dari kita meninggal duluan. Kematian Kristus memastikan relasi kita tidak berhenti sampai kematian. Itu sebabnya meskipun pernikahan mengatakan “sampai kematian memisahkan”, tetapi perjamuan Anak Domba mengatakan “kematian memisahkan tetapi pernikahan sejati tetap akan terjadi di dalam relasi dengan Kristus dalam cinta kasih dari Allah Bapa”. Jadi sukacita yang lebih kecil diganti dengan sukacita yang lebih besar, inilah yang kita harapkan. Bagaimana ini terjadi? Hanya ketika Kristus datang dan menyerahkan diriNya. Inilah perspektif yang indah, Tuhan menebus kita bukan karena kasihan kitanya akan mati, tapi karena kasihan kitanya tidak punya relasi dengan Tuhan, kita tidak punya relasi satu dengan yang lain. Satu hal yang dunia ini sadari, manusia perlu relasi. Manusia perlu ada orang yang dia kasihi dan mengasihi dia. Tanpa ini dia mengatakan “lebih baik saya mati dari hidup”. Jadi kematian bukan dari dalam kematian itu sendiri yang membuat sengsara, kematian membuat sengsara, menurut orang abad pertengahan karena kematian membuat kita menghadap murka dan penghakiman Tuhan. Dan pada hari ini kita mengingat kematian membuat relasi yang harusnya terbina di dalam kasih menjadi hancur dan tidak bisa dilanjutkan karena terputus oleh kematian. Tapi Kristus datang membuat keindahakn relasi kasih bertahan sampai selama-lamanya, baik dari Tuhan kepada manusia, maupun dari satu orang percaya kepada orang lain. Kiranya ini boleh menguatkan kita untuk makin mengenal siapa Kristus, makin mengasihi Dia dan makin mengagumi karya penebusanNya yang memastikan bahwa kasih, relasi dan belas kasihan terus dipertahankan dan relasi kita dengan Tuhan terjamin oleh darahNya.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

DIA yang lebih besar dari Elisa

(Lukas 7: 1-10)
Mujizat dalam bagian ini baik yang dikerjakan oleh Kristus maupun yang dikerjakan oleh para murid adalah bagian dari tanda kuasa Tuhan. Lukas menulis tanda di dalam perbuatan dan juga perkataan. Perkataan para murid begitu berkuasa, demikian juga ajaran dari Tuhan Yesus. Kuasa menjadi pernyataan dari tanda hidup yang dipimpin oleh Roh Kudus Tuhan. Di dalam Surat Ibrani dikatakan mereka diberi hak untuk mempunyai kuasa sedemikian karena mereka adalah para saksi, dan Tuhan menopang kesaksian mereka dengan tanda-tanda ajaib. Inilah yang harus kita pahami tentang mujizat. Tuhan mengijinkan para saksi mempunyai hidup dan juga kemampuan mengerjakan mujizat. Tapi ini tidak bisa dibalik, Saudara tidak bisa mengatakan bahwa setiap orang yang kerjakan mujizat pasti orangnya adalah saksi Tuhan. Sebab sekarang adalah zaman dimana penipuan itu banyak. Saudara kalau mengatakan pekerjaan supranatural itu pasti dari Tuhan, maka Alkitab mengatakan “tidak, pengikut Firaun, penyihir-penyihir pegawai dari Firaun yang adalah pegawainya juga bisa melakukan tanda muijzat”. Musa membuat air menjadi darah, mereka juga bisa. Musa mendatangkan kodok, mereka bilang “kami juga bisa” dan mereka lakukan. Jadi yang melakukan tanda-tanda supranatrual tidak pasti, tidak harus ini orang datang dari Tuhan. Tetapi dalam periode para rasul mengapa mereka diberi kesempatan melakukan mujizat begitu besar? Karena mereka adalah para saksi. Mengapa mereka begitu perlu menyatakan mujizat ini? Karena setiap perbuatan yang mereka kerjakan akan menjadi fondasi dalam Kekristenan sepanjang zaman.. Itu sebabnya yang mereka nyatakan dalam Kitab Suci akan menjadi kesaksian yang tertulis, dan kesaksian inilah menjadi tempat iman kita berdiri. Kristus mengerjakan mujizat sebagai tanda bahwa kuasa ilahi yang Dia jalankan di dalam dunia adalah kuasa yang secara natural milik dia. Dia berkuasa atas alam, sama seperti Allah berkuasa atas alam, sama seperti yang di Perjanjian Lama. Maka mujizat Kristus adalah mujizat ilahi menyatakan Dia adalah Penguasa, dan mujizat para murid adalah mujizat para saksi yang menyatakan bahwa mereka melihat sendiri apa yang dikerjakan Kristus dan mereka adalah saksi dari kebangkitan Kristus. Kita harus tahu tentang mujizat supaya Saudara tidak mudah diombang-ambingkan oleh apa pun.

Sekarang kita masuk di dalam pasal 7, dalam pasal 7 ini Tuhan mengajarkan melalui Injil Lukas bahwa sekarang di bagian di mana Kristus menyatakan mujizat sekali lagi. Dan mujizat dalam bagian ini begitu penting karena dalam bagian ini Kristus menyembuhkan seorang perwira Romawi dan orang ini mempunyai pengertian tentang kebiasaan orang Yahudi yang sangat dalam. Dia tahu bahwa orang Yahudi begitu menajiskan relasi dengan umat bangsa lain, orang Yahudi begitu anti dengan dekat bangsa lain. Perwira Romawi ini tahu sekali kebiasaan orang Yahudi, maka dia tulis, minta Tuhan Yesus datang karena hambanya yang sangat dia cintai sedang sakit. Ketika Tuhan Yesus sudah dekat rumahnya, dia utus orang lagi mengatakan “jangan masuk rumah saya, katakan sepatah kata dari luar, dan kuasaMu akan menjadi begitu besar sehingga pengikutku, hambaku ini akan menjadi sembuh dari apa yang Engkau katakan, dari luar hambaku akan sembuh”, ini iman yang dikatakan begitu besar dimiliki oleh perwira Romawi ini. Waktu kita melihat bagian ini, ini bagian yang begitu paralel dengan apa yang dikerjakan oleh nabi Elisa. Lukas adalah salah satu penulis Perjanjian Baru yang mempunyai ciri begitu luar biasa. Dia sangat peka melihat kehidupan Kristus, lalu bandingkan kehidupan itu dengan peristiwa yang terjadi di Perjanjian Lama. Jadi apa yang terjadi di Perjanjian Lama dia peka sekali lihat ada paralelnya di dalam Kristus. Ada seorang ahli Perjanjian Baru bernama Joel Green dan dia tafsirkan bagian ini dan dia lihat kesamaan dengan peristiwa Elisa. Dia katakan paralel peristiwa ini dengan peristiwa Naaman, itu banyak sekali. Paralelnya misalnya yang pertama sama-sama ada perwira tinggi bangsa kafir yang adalah musuh Israel. Maka hal pertama yang paralel adalah dua-duanya sama pemimpin bangsa kafir. Hal kedua yang paralel adalah baik Yesus maupun Elisa tidak bertemu dengan orang itu, kalau Elisa tidak bertemu karena tidak mau keluar, kalau Yesus tidak bertemu karena orang itu yang tidak ingin Yesus dipermasalahkan karena Yesus masuk orang kafir. Jadi Saudara bisa lihat betapa baik hatinya perwira di Kapernaum ini. Lalu hal ketiga, mereka sama-sama dibantu oleh perantara yang adalah orang Yahudi. Demikian juga di dalam pasal 7 ini, ketika pemimpin perwira di Kapernaum ini ingin hambanya sembuh, maka tua-tua Yahudi yang datang ke Yesus. Tua-tua Yahudi yang datang karena perwira ini merasa dirinya tidak layak bertemu Yesus langsung. Dia menganggap Yesus adalah Nabi besar, dan Nabi besar ini terlalu besar untuk bertemu seorang militer hina, seperti dia. Ini hal-hal yang kita lihat secara paralel.

Maka untuk bisa menafsirkan pasal 7, Saudara mesti tahu dulu apa peran Elisa di dalam pekerjaan yang Tuhan sedang kerjakan dalam peralihan 1 Raja-Raja ke 2 Raja-Raja. Ini teologi yang penting untuk kita ketahui supaya kita mengerti dengan baik. Apa peran Elisa? Di dalam pemanggilan Elia, Tuhan memberikan pekerjaan yang luar biasa. Elia bertarung dengan nabi-nabi baal dan dia menang. Elia menghancurkan nabi-nabi baal, tapi tidak ada perubahan signifikan terjadi, semua orang mengatakan “Tuhan, Dialah Allah”, tapi tetap tidak ada perubahan secara nasional. Sampai di Gunung Horeb, Elia mengadu “Tuhan, nabi-nabimu sudah dibunuh Israel. Mezbah-mezbahMu sudah dihancurkan dan semua orang yang masih hidup dan mengajarkan kesetiaan kepada Tuhan, mereka mau dibunuh, termasuk saya. Inilah yang terjadi di Israel, inilah fakta”. Lalu Tuhan mengatakan “lakukanlah beberapa hal ini, yang pertama angkatlah penerus dari Kerajaan Aram untuk menggantikan raja yang sekarang ada. Yang kedua, angkatlah Elisa sebagai penggantimu, setelah itu angkat raja di Israel yaitu Raja Yehu untuk menggantikan Yoram”. Jadi ini adalah raja-raja dan nabi-nabi yang Tuhan tuntut Elia untuk cepat-cepat bangkitkan. Tapi yang Elia lakukan pertama kali adalah dia langsung datangi Elisa. Dia langsung pergi ke Elisa, kemudian dia langsung mengajak Elisa menjadi pengikutnya. Waktu ikut Elia, Kitab Suci menggambarkan mereka pergi ke tempat-tempat yang sepertinya tidak ada kaitan satu dengan lainnya, mereka pergi ke sini, ke sini, sampai pada bagian akhir kita tahu kaitannya apa. Bagian akhir mereka pergi ke Yerikho, setelah itu mereka pergi ke Sungai Yordan. Saudara ingat Yerikho dan Sungai Yordan kalau dipasangkan menjadi pembahasan dari Kitab Yosua. Waktu Yosua masuk menyeberangi Sungai Yordan, langsung pertama yang mereka serang adalah Yerikho. Jadi yang dilakukan oleh Elia adalah putar balik tempat-tempat yang didatangi Yosua waktu datang. Ini seperti rewind, dimundurkan, bukan gerak maju tapi gerak mundur, bukan gerak melanjutkan tapi gerak balik. Sekarang bukan masuk Tanah Kanaan, sekarang keluar Tanah Kanaan.

Mengapa keluar? Ternyata Elia sudah mau dipanggil oleh Tuhan dan Tuhan sudah mau pergi memimpin Elia untuk pergi ke sorga. Ini mengerikan sekali. Jadi kemuliaan Tuhan pelan-pelan meninggalkan Israel lewat Elia. Itu sebabnya waktu Elia menyeberangi Sungai Yordan, Sungai Yordan terbelah. Sungai itu sedang beri jalan pada kemuliaan Tuhan, bukan Israel. Kalau Tuhan yang diberi kemuliaan, sungai itu hanya bisa memberi hormat kepada Tuhan, bukan manusia. Demikian juga Laut Merah, Laut Merah terbelah bukan supaya Israel selamat saja, tapi karena Tuhan berjalan di tengah mereka. Kalau Tuhan mau lewat, laut pun menyingkir, kalau manusia mau lewat, beli tiket kapal. Jadi bukan karena Israel lewat lalu Laut Merah terbelah, tapi karena Tuhan menyertai Israel, maka Israel mendapat privilege ini. Demikian juga Sungai Yordan “Tuhanku mau lewat, minggir”. Lalu Tuhan melalui simbol kehadiranNya di dalam Tabut Perjanjian lalu waktu lewat, sungai minggir. Demikian juga waktu Elia, Elia bisa seberangi Sungai Yordan, lalu Sungai Yordan terbelah. Ini menjadi simbol bahwa kalau dulu zaman Yosua, Tuhan masuk, sekarang zaman Elia, Tuhan pergi keluar. Mengapa Tuhan tinggalkan umatNya? Karena yang dikatakan Elia itu benar, orang Israel seperti melupakan perjanjian, maka Tuhan sekarang mau pergi. Ini yang membuat Elisa berbeban berat, tiap kali pergi ke kota apa, semua orang mengatakan “tahukah kamu, tuanmu sudah mau dipanggil oleh Tuhan?”, Elisa dengan emosi mengatakan “sudah tahu, diam kamu”. Jadi dia marah bukan karena Elia akan dipanggil saja, tapi juga karena Tuhan akan tinggalkan Israel. Ini sesuatu yang dia miliki, nabi-nabi itu biasanya peka. Elisa punya kepekaan tinggi sekali, Tuhan sudah mau tinggalkan Israel dan dia tidak mau Tuhan tinggalkan Israel. Itu sebabnya ketika Elia bertanya “apa yang kamu minta?”, Elisa mengatakan “saya minta 2 bagian rohmu”. Minta 2 bagian roh artinya roh yang bekerja pada Elia mesti diwariskan, dan yang diwariskan itu dia minta jadi anak sulung. Jadi harta kepada anak sulung sering dianggap sebagai porsi 2 bagian, double portion. Elisa mengatakan “Elia, kamu tidak boleh pergi tanpa meninggalkan penerus, mesti ada penerus, dan saya mohon jadi penerus sulungmu, berikan 2 porsi”. Ini adalah bahasa simbolik, tapi dalam kasusnya Elisa, Tuhan ijinkan dia jalani secara literal, dia kerjakan mujizat 2 kali lipat lebih banyak dari Elia, dia kerjakan banyak hal. Dia membangkitkan 2 orang mati, sedangkan Elia 1, dia seolah-olah mengerjakan 2 kali lipat. Tetapi arti sebenarnya adalah dia mau jadi yang sulung di dalam melengkapi pekerjaan Elia. “Engkau sudah mau pergi? Angkat saya supaya menjadi penerus engkau”. “Biar bagian rohmu ada di dalam saya”, “yang kamu minta itu sulit”. Akhirnya ada kereta berapi jemput Elia, setelah itu Elia pergi. Sekali lagi kereta berapi ini bukan kendaraannya Elia, kereta berapi adalah kendaraanNya Tuhan. Alkitab menggambarkan Tuhan kendaraanNya beberapa, yang pertama adalah awan badai “Tuhan mengendarai awan badai, yang kedua adalah para malaikatNya “Tuhan mengendarai kerubNya”, yang ketiga adalah “Tuhan mengendarai badai api”, jadi kereta berapi ini adalah simbol bahwa Tuhan sedang naik di situ, lalu Elia diajak sama-sama. Jadi ini bukan kendaraan Elia, ini simbol Tuhan mau tinggalkan Israel, dan Tuhan ajak hambaNya yang setia untuk ikut.

Jadi waktu mereka pergi, Elisa langsung menangis mengatakan “bapaku, bapaku, kereta berkuda Israel dan penunggang-penunggangnya”, ini maksudnya meratapi orang hebat pergi, ini kalimat yang biasa digunakan untuk meratap kalau orang hebat pergi. Dia menangis dan setelah itu dia melihat ada jubah Elia di situ. Akhirnya waktu Elisa melihat jubah Elia, lalu dia ambil, dia tanya pertanyaan kedua, kalau pertanyaan pertama dia meratapi kepergian Elia, yang kedua dia meratapi kepergian Tuhan. Maka dia ambil jubah Elia lalu tanya “dimana Tuhan Allah Israel? Sudah pergi dengan Elia, dimana Dia?”, waktu dia pukulkan, Sungai Yordan terbelah, dia tahu Tuhan kembali lewat dia. Jadi Tuhan ijinkan, masuk kembali. Apakah Tuhan plin plan? Pergi dulu, lalu ditengah jalan kembali lagi? Bukan. Tapi Tuhan ingin memberi pengertian ada saat di mana Tuhan sudah begitu marah, sehingga kembalinya Tuhan untuk melayani Israel itu benar-benar anugerah yang sangat-sangat seharusnya mereka tidak peroleh. Terkadang Tuhan ijinkan ini terjadi, Tuhan mau tunjukan sebenarnya kalau mau memakai kesabaran dan keadilan Tuhan, harusnya Israel sudah dibuang. Tapi Tuhan masih ijinkan diriNya kembali melalui pelayanan Elisa. Maka Elisa masuk dan Sungai Yordan terbelah kembali. Jadi waktu itu adalah pernyataan Tuhan, Tuhan mau balik kembali lalu menyatakan pelayananNya. Dan di dalam pelayanan Elisa ada perubahan, Tuhan sudah hampir meninggalkan sebagai peringatan, waktu Tuhan kembali, Tuhan nyatakan ada perubahan yaitu pelayanan Elisa meskipun mujizat begitu besar, sekarang diberikan ke orang-orang yang rendah. Kalau dulu mujizat dipamerkan ke semua, sekarang mujizat hanya untuk kelompok kecil sederhana sekolah nabi. Jadi Elisa melayani secara pinggiran, meskipun pinggiran, dia tetap menyatakan kuasa Tuhan dengan sangat besar. Mengapa periode Elisa itu bisa diparalelkan oleh Lukas dengan peristiwan ini? Karena Lukas lihat Kristus adalah penggenap Elisa. Apa samanya Yesus dan Elisa? Samanya adalah baik Yesus maupun Elisa melayani di dalam periode ketika Tuhan sudah menyatakan betapa muaknya Dia dan sudah meninggalkan bahkan. Sekarang Elia sudah pergi, Tuhan beri kesempatakan terakhir “oke, masih ada Elisa. Sekarang Aku berikan kesempatan berikut”. Tapi yang hebat adalah kesempatan yang diberikan berikut justru kesempatan paling puncak yaitu Sang Mesias diutus. Jadi Kristus melampaui Elisa, Elisa memberikan kesempatan pertobatan, sedangkan Kristus di tengah-tengah pembuangan menyatakan anugerah Tuhan yang besar dengan kedatanganNya sebagai Mesias, tapi gaya pelayanan mirip. Sama seperti Elisa, Kristus pun melayani orang-orang pinggiran, yang Dia layani bukan orang Farisi, tetapi murid-murid yang kecil. Yang Dia layani bukan pemimpin-pemimpin, bukan imam-imam di Yerusalem, tapi kelompok-kelompok yang tadinya pemungut cukai, mantan pelacur, mantan penjahat, mantan pemberontak, semua dikumpulkan menjadi muridNya. Maka Dia adalah seorang yang melayani kaum pinggiran tapi menyatakan betapa istimewa dan mewahnya kesempatan melayani kaum pinggiran ini. Ini sesuatu yang penting untuk kita pelajari bersama. Maka dengan konsep seperti ini baru kita bisa memahami dengan tuntas apa yang diajarkan di dalam Lukas 7. Lukas 7 menggambarkan Kristus sebagai Elisa yang menggenapi pekerjaan Elisa lebih tuntas. Dia melayani seorang hamba yang adalah hamba dari seorang perwira kafir, ini lebih parah lagi dari Naaman, yang disembuhkan bukan perwiranya tapi hambanya. Hamba dari orang kafir disembuhkan oleh Kristus. Ini menjadikan pelayanan Kristus menjadi pelayanan kaum pinggiran tetapi tetap mempertahankan nilai-nilai yang agung.

Maka kita akan pelajari 3 bagian, 3 hal ini dari bagian ini yang harap kita bisa ingat terus. Hal pertama adalah Kristus dalam Injil Lukas melayani dengan fokus Injil dan kemuliaan Allah dipenuhi melalui kematian dan kebangkitanNya, mati di kayu salib dan bangkit. Ini tujuan utama Kristus. Tetapi ketika Dia menjalankan tujuan utama ini, ketika Dia pergi dengan sasaran masuk ke pekerjaan utamaNya, Dia tidak pernah remehkan hal-hal pinggiran yang Dia temui di samping. Ini hal pertama yang mesti kita pelajari sebagai gereja Tuhan, gereja Tuhan mesti punya fokus yang jelas kepada Injil dan kemuliaan Tuhan yang dinyatakan secara besar. Tapi sambil jalan melakukan hal itu, sambil matanya peka melihat hal-hal kecil apa yang Tuhan ijinkan untuk kita tangani berdasarkan belas kasihan. Ini yang diajarkan juga pada bagian ini, Kristus tidak pernah kehilangan fokus mesti ke Yerusalem. Dan ada masa dimana Dia mengatakan “cukup, orang-orang datang, Aku tidak bisa melayani, Aku akan pergi. Kota-kota lain juga perlu”, maka Dia pergi. Jadi ini 2 keseimbangan yang indah antara fokus ke salib dengan melayani di dalam jalan menuju kepada salib itu.

Kedua, bagian ini juga mengajarkan kepada kita bagaimana pelayanan kepada orang pinggiran itu berefek begitu besar kalau dipadukan dengan perasaan hormat kepada Tuhan. Melayani orang pinggiran dan hormat kepada Tuhan, ini ciri dari Elia dan Elisa. Elia melayani, menolong janda yang miskin, Elia menolong orang-orang yang tidak berarti. Elisa pun melakukan hal yang sama. Tapi begitu bertemu raja, dengan berani mereka mengatakan “engkau dosanya ada di sini”. Ini Kekristenan yang agung, lihat orang kecil, penuh belas kasihan, lihat orang besar, penuh dengan keberanian menegur, jangan dibalik, lihat orang besar, penuh belas kasihan, lihat orang kecil, berani menegur kalau perlu menghantam. Maka yang kedua adalah mari kita mempunyai pengertian tentang kemuliaan Tuhan yang jauh melampaui pangeran, raja, presiden atau siapa pun, tetapi juga punya hati yang cukup rendah mau melihat pentingnya pekerjaan Tuhan di tengah-tengah kelompok yang sepertinya kurang layak diperhatikan. Ini jadi tema yang akan berulang terus di dalam Injil Lukas untuk mengingatkan kepada kita apa yang harus dikerjakan oleh gereja. Dan ini yang Yesus Kristus mau ajarkan bagaimana memberikan perhatian kepada kelompok yang tidak penting ternyata membawa keutuhan di dalam pemulihan umat Tuhan.

Dan poin terakhir yang bisa kita pelajari adalah Tuhan tidak pernah mau menjangkau atau pun menolong orang-orang yang tinggi hati. Tuhan tidak melihat kaya dan miskin, Tuhan tidak lihat ilmu atau tidak ilmu, Tuhan tidak lihat pintar atau bodoh, Tuhan tidak lihat penguasa atau orang rendahan, yang Tuhan lihat adalah rendah hati atau tidak. Dan pemimpin ini rendah hati luar biasa. Dia dengan rendah hati mengatakan “Tuan, jangan masuk rumahku, saya tidak layak bertemu Engkau, bicara saja dari jauh”, dan di sini Tuhan Yesus bahkan tidak bicara. Tuhan cuma mengatakan “sesungguhnya iman sebesar ini Aku belum pernah lihat, bahkan di tengah-tengah orang Israel”, lalu Dia pergi. Bayangkan orang-orang yang diutus perwira ini, “Tuan, katanya ucapkan sepatah kata maka hambanya tuanku itu akan sembuh”, Yesus kemudian mengatakan “Aku belum pernah melihat iman sebesar ini, bahkan di tengah orang Israel”, kemudian Dia pergi. Tapi waktu utusan ini pulang, mereka temukan hamba itu sudah sembuh. Tuhan menghargai kerendahan hati orang ini, dia punya kedudukan tinggi sebagai panglima Itali, tapi dia dengan rendah hati mengatakan “saya bawahanMu, Tuan. Saya punya bawahan tapi saya tahu siapa yang jadi bawahanku, dan Engkau bukan, Engkau harus menjadi atasanku”, ini pengertian yang penting sekali, dengan rendah hati dia datang. Tapi orang ini bukan hanya rendah hati, dia datang dengan rendah hati tapi juga sadar kalau bukan Tuhan, tidak ada yang bisa tolong. Maka ini jadi pengertian yang indah, Tuhan Yesus mengabulkan permintaan dari orang-orang yang sadar kerendahannya dan sadar kebergantungannya kepada Tuhan: “saya bukan siapa-siapa dan saya tidak ada pilihan lain, kecuali cari Tuan supaya sembuhkan hamba saya, sebab saya sangat mengasihi dia”. Tuhan memperhatikan kerendahan hati seseorang tetapi juga memperhatikan perasaan bergantung yang besar sebagai suatu kualitas iman yang besar. Kiranya Tuhan menolong membuat kita menjadi orang-orang yang secara Kristen bertanggung jawab dalam apa yang harus kita kerjakan bagi Tuhan

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Mengenal Roh Kudus

(Efesus 4: 1-16)
Peristiwa turunnya Roh Kudus harus dipahami dengan tepat. Turunnya Roh Kudus bukan berarti baru saat itu Roh Kudus bekerja. Roh Kudus sudah bekerja dari Kitab Kejadian 1 di dalam ayat awal, ayat 1-3 menjelaskan tentang karya Tuhan untuk menciptakan langit dan bumi. Dan di situ dikatakan Roh Kudus, Firman dan Allah sendiri itu yang mengerjakan penciptaan ini. Berarti dalam Kitab Kejadian pun sudah dinyatakan bahwa Roh Kudus bekerja di dalam penciptaan, Roh Kudus juga bekerja dalam memelihara seluruh ciptaan, sebab Roh Kudus adalah Roh keteraturan dan Roh yang membagikan kelimpahan bagi ciptaan ini. Jadi hal-hal yang sifatnya kreatif dan teratur itu adalah hal-hal yang sebenarnya mencerminkan natur dari pekerjaan Roh Kudus. Maka Roh Kudus sudah bekerja sejak di dalam Perjanjian Lama, Roh Kudus juga bekerja mempertobatkan orang sejak dari zaman awal manusia dipanggil oleh Tuhan. Lalu apa maksudnya Roh Kudus turun, Roh Kudus hadir? Di dalam Kitab Kisah Para Rasul datangnya Roh Kudus tidak berkait dengan keselamatan, sebab Roh Kudus memberikan keselamatan kepada setiap orang percaya dari saat sebelum Dia turun pada hari Pentakosta sampai nanti ketika Kristus datang kembali. Saudara percaya kepada Kristus itu adalah pekerjaan Roh Kudus, Roh Kudus melahirbarukan kembali Saudara, dan ini membuat Saudara berbagian di dalam Kristus.

Jadi bukan peristiwa datangnya Roh Kudus di dalam Pentakosta yang membuat kita menjadi selamat, kalau begitu para murid belum selamat sebelum Roh Kudus turun. Jadi Roh Kudus sudah mengerjakan pekerjaanNya sejak awal, lalu apa makna Pentakosta? Apa maknanya Roh Kudus yang datang pada waktu Kitab Para Rasul 2 memberitakan tentang Roh Kudus? Maknanya adalah pada waktu Pentakosta, Roh Kudus memulai dan menggenapi pekerjaan memanggil gereja Tuhan untuk mempercayai Kristus yang mati dan bangkit dan menjadi umat yang baru. Jadi ini adalah peristiwa awal Roh Kudus memulai memanggil gereja yang terdiri dari seluruh bangsa, memulai dari Yerusalem kemudian terus menyebar sampai Samaria, lalu terus masuk ke utara ke daerah Kaisarea ketika Cornelius dibaptis, dan akhirnya sampai ke seluruh bangsa-bangsa lain. Sampai pada waktu Efesus dinyatakan Roh Kudus turun pada orang-orang yang ada di daerah Efesus. Jadi inilah pekerjaan Roh Kudus memanggil gerejanya. Jadi hal pertama yang harus kita ketahui Pentakosta adalam momen di mana Tuhan memanggil gerejaNya dengan limpah dari berbagai bangsa dengan banyak sekali orang yang akhirnya bergabung menjadi umat Tuhan. Roh Kudus juga bekerja di dalam Pentakosta, kita bisa ketahui di dalam cara berpikir dari orang Perjanjian Lama.

Hari Raya Pentakosta adalah Hari Raya Persembahan Sulung kedua di dalam kebiasaan orang Israel. Mereka persembahkan persembahan sulung pertama yaitu pada Sabat pertama waktu mereka masuk ke dalam Tanah Kanaan, dan mereka menghitung itu terjadi pada bulan ke-7. Jadi pada bulan ke-7 mereka mempersiapkan mempersembahkan hasil pertama sebagai bentuk persembahan kepada Tuhan, dan ini dilakukan sejak Yosua masuk ke dalam tanah perjanjian itu, itu adalah Paskah. Lalu mereka akan hitung dari Paskah yang pertama, mereka akan hitung 50 hari kemudian, mereka akan adakan persembahan yang kedua, persembahan sulung. Persembahan sulung kedua ini juga bertepatan dengan hari yang menurut tradisi Yahudi adalah hari yang sama dengan turunnya 10 Hukum. Jadi maknanya begitu limpah, 10 Hukum diberi, ada persembahan sulung. Demikian juga di dalam Hari Pentakosta ada persembahan sulung, ada orang-orang pertama yang dipersembahkan untuk Kristus dan gerejaNya, dan inilah yang terjadi pada hari Pentakosta. Jadi Pentakosta adalah hari dimana Roh Kudus melanjutkan pekerjaan Kristus memanggil gerejaNya yang terdiri dari bangsa-bangsa di sepanjang seluruh dunia. Jadi ini yang harus kita ketahui, pekerjaan Roh Kudus harus terus terjadi, tapi pekerjaan spesifik memanggil gerejaNya itu terjadi pada waktu Pentakosta. Dalam Surat Roma kita ketahui bahwa di dalam kasihNya kepada Israel, Allah mengirimkan AnakNya yang Tunggal. Waktu Israel menolak, kasih yang sama besarnya ini Dia berikan kepada yang lain. Pertanyaannya kalau Israel tidak menolak, bagaimana? Tidak bisa jawab, tapi faktanya Israel sudah menolak, maka sekarang kasih Tuhan sampai kepada bangsa yang lain termasuk Saudara dan saya. Maka kita bisa berbagian di dalam gereja Tuhan, dan Tuhan terus pelihara gerejaNya, Tuhan kirimkan Roh Kudus. Sudah kirimkan Anak TunggalNya untuk menebus, sekarang Tuhan kirimkan Roh Kudus, Pribadi ke-3 dari Tritunggal. Bayangkan berapa besar kasih Tuhan, Dia tidak kirimkan yang kurang dari DiriNya sendiri. Dia kirimkan AnakNya yang Tunggal yang sama dengan Dia, Dia kirimkan Roh Kudus yang setara dengan Dia. Maka kita mendapatkan Kristus dan setelah itu Roh Kudus yang memimpin kita. Harap di Hari Pentakosta ini kita ingat bahwa Roh Kuduslah yang membuat kita bangkit, membuat kita menjadi satu umat dan bisa percaya kepada Kristus.

Di pasal 4, Roh Kudus itu juga yang memberikan pemberian untuk mempertahankan hidup gerejaNya. Roh Kudus memberikan pemberian supaya gereja Tuhan tidak mati, tapi terus berkembang sampai penuhi bumi. Saudara masih ingat Kejadian 1, Tuhan mengatakan “penuhi bumi dan taklukanlah itu”. Siapa yang menggenapi tindakan itu? Apakah manusia menggenapi perintah Tuhan, penuhi bumi dan taklukan? Saya akan mengatakan tidak sepenuhnya. Mengapa tidak sepenuhnya? Karena meskipun manusia penuhi bumi dan taklukan, tetap manusia tidak taklukan diri kepada Tuhan. Maka penaklukan manusia kepada bumi itu bukan penaklukan dari gambar Allah, itu penaklukan dari gambar Allah yang sudah berontak. Sedangkan yang benar-benar taklukan bumi dan tunduk sebagai gambar Allah itu adalah orang Kristen. Maka setiap kali sadar Kekristenan berkembang di daerah mana pun, Saudara mesti ucap syukur sama tuhan dengan hati yang penuh pujian kepada Tuhan. Saya paling senang dengar berita negara yang dulu sangat ketat di dalam agama lain, sekarang Kekristenan mulai bangkit. Banyak orang menjadi Kristen karena lihat orang Kristen tahan dianiaya, rela memberkati dan bukan mengutuk, mempunyai cinta kasih dan bertahan di dalam penderitaan luar biasa besar, maka mereka rindu menjadi Kristen. Tuhan melatih orang-orang Kristen di zaman awal, di zaman Kisah Para Rasul untuk terbuka hati melihat Tuhan bangkitkan banyak daerah. Maka gereja Tuhan harus bertumbuh dan cara gereja Tuhan bertumbuh di dalam pasal 4 dengan pemberian Roh Kudus yang memberikan pengajaran, ini hal yang paling penting. Lalu yang kedua adalah memberikan seluruh orang Kristen kemungkinan untuk jadi berkat. Maka di dalam hari Pentakosta kita mengingat bukan hanya Kristus yang sudah memberikan Roh Kudus, tapi juga pemberian itu sekarang kita terima dan harus kita jalankan di dalam gereja Tuhan. Di pasal 4 dikatakan, ayat 7 “Tuhan memberikan pemberian yang beragam kepada kita masing-masing menurut ukuran pemberian Kristus”. Saya minta kita sama-sama gumulkan apa yang Tuhan ajarkan kepada saya, apakah yang Tuhan berikan kepada saya, dan kita harus perkembangkan ini. Dan di dalam pengertian tentang Roh Kudus kita harus tahu ada 4 hal prinsip, 4 hal utama untuk mengenal siapa itu Roh Kudus.

Hal pertama untuk mengenal Roh Kudus adalah Saudara harus tahu Roh Kudus adalah Roh Penakluk kekacau-balauan, ini ditulis sejak Kitab Kejadian 1. Roh Kudus adalah Roh yang menghancurkan kekacau-balauan dan memberikan keteraturan, ini hal pertama yang harus kita ingat terus. Roh Kudus bukan roh kacau, Roh Kudus tidak suka kekacauan. Roh Kudus adalah Roh yang membuat teratur samudera dan membuat teratur seluruh air di dalam ciptaan. Ini hal unik yang dibagikan secara luar biasa di Kejadian 1, dikatakan Tuhan memisahkan air dari air, Tuhan memisahkan air berkumpul di satu tempat hingga muncul daratan. Tuhan pisahkan air di atas dan di bawah, air di atas maksudnya adalah asan dan air di bawah maksudnya lautan. Tuhan juga memisahkan air yang ada di darat dan yang ada di laut. Ini merupakan pembagian yang menunjukan keteraturan. Dan orang dunia kuno sudah tahu kalau air melampaui batas, itu tandanya tidak teratur. Orang Perjanjian Lama mengatakan “banjir adalah ketika air memberontak kepada batas yang diberikan”, ini namanya banjir menurut pengertian mereka. Jadi air bah pemberontakan besar dari air, bukannya tinggal di laut, sekarang di puncak gunung pun ada. Jadi air sudah melanggar batasan, tapi ini dalam perintah Tuhan untuk menghukum manusia. Tapi waktu batasan itu dibuat jelas, ini adalah ciri pekerjaan Roh Kudus. Jadi Roh Kudus adalah Roh keteraturan, bukan roh kacau balau. Sekarang kalau Saudara pergi ke gereja yang menekankan kuasa Roh Kudus lalu semua kacau, kita bisa katakan ini penghinaan bagi Roh Kudus. Roh Kudus bukan roh kacau. Kalau gereja mengklaim kekacauan dalam gerejanya adalah tanda Roh Kudus, itu orang harus bertobat minta ampun kepada Tuhan karena dia memfitnah Roh Kudus mengerjakan sesuatu yang bukan naturNya. Roh setan bikin kacau, Roh Kudus bikin teratur, roh setan bikin berantakan, Roh Kudus bikin semua rapih. Jadi kalau ada orang mengatakan dia gerak-gerak tidak teratur, ngomong tidak teratur, lalu mengatakan “ini Roh Kudus”, berapa besar dosa orang itu. Ada orang mengatakan “jangan hina pekerjaan Roh Kudus, kamu yang bilang pekerjaan Roh Kudus adalah pekerjaan setan, kamu menghujat Roh Kudus”, saya akan katakan “yang bilang pekerjaan setan adalah pekerjaan Roh Kudus juga menghujat Roh Kudus. Jadi sekarang kita lomba saja, kita adu argumen dari Alkitab, benarkah kekacauan itu pekerjaan Roh Kudus atau tidak. Di bagian mana dijelaskan ketika orang dipenuhi Roh Kudus, dia jadi kacau?”, orang akan buka Kitab Samuel, lalu mengatakan “Saul kepenuhan Roh, lalu dia telanjang berbaring. Bukankah itu tanda Roh Kudus?”. Saya akan mengatakan “coba kamu dipenuhi Roh Kudus dengan gaya seperti itu mau tidak?”, coba baca baik-baik, di situ Saul sedang dipuji atau dihina? Dihina, jadi itu Roh Kudus atau roh setan? Roh setan, mengapa roh setan membuat dia gerak-gerak seperti itu? Karena Tuhan sedang menyatakan di sudah ditolak dan Tuhan permalukan dia. Roh Kudus tidak pernah untuk permalukan anak-anak Tuhan dengan gaya yang gila seperti itu. Jadi berharap gereja bisa kembali ke ajaran yang benar.

Lalu yang kedua, Roh Kudus itu mendatangkan kelimpahan dan kekreatifan tinggi, ini konsisten dalam Perjanjian Lama, orang yang dipenuhi Roh Kudus mampu mengerjakan hal-hal yang sifatnya seni dan indah. Jadi Roh Kudus adalah roh yang akan membangkitkan keindahan. Ketika orang main musik atau menciptakan musik dengan baik itu sering diidentikan dengan inspirasi yang dia dapat sebagai sesuatu yang didapatkan dari Roh Kudus. John Frederick Handel ketika menuliskan Messiah, dia mengatakan “seperti ada kuasa dari sorga yang membisikan kepada saya not-not yang harus saya tulis”, ia tahu ini inspirasi dari sorga. Tapi inspirasi dari Tuhan selalu yang paling agung, paling mulia, paling indah, dan paling memuliakan nama Tuhan dan ini adalah sesuatu yang Roh Kudus nyatakan dalam kehidupan kita. Itu sebabnya Jonathan Edwards mengatakan Roh Kudus adalah The Spirit of delight, kesenangan Saudara akan muncul waktu Saudara menyaksikan pekerjaan Roh Kudus. Kesenangan yang indah, kesenangan yang teratur, kesenangan yang kudus, kesenangan yang limpah bagi kemuliaan nama Tuhan, in pasti dari Roh Kudus. Saya sangat berharap kita semua bisa latih baik mata, hati, maupun telinga kita untuk mengagumi karya Roh Kudus. Karena setan begitu pintar memanipulasi karya Roh Kudus yang indah, bikin versi jeleknya lalu kita sudah senang. Semua yang indah itu pasti dibajak, ini perkataan dari komik yang saya pernah baca waktu SMA. Di dalam komik itu dikatakan semua yang indah pasti dibajak. Tuhan kerjakan karya indah, dibajak, Tuhan membuat mujizat, dibajak, sekarang mujizat yang ada adalah bajakan, yang asli-asli yang dulu itu. Gereja tidak bisa bedakan mana karya Roh Kudus mana bukan, setan sudah sukses. Lalu gereja terus mengatakan “sudahlah lagu apa saja, yang penting anak muda senang, sudah cukup, tidak ada bedanya kok”. “Tidak ada bedanya” berarti setan sudah sukses memberikan kepalsuan sehingga kita sulit membedakan mana karya indah dari Roh Kudus dan mana yang bukan. Dan ini perlu dilatih untuk ditebus. Mari tebus selera supaya Saudara mengalami The Spirit of delight, Roh kesenangan, kesenangan di dalam karya Roh Kudus, bukan kesenangan di dalam karya copy palsu dari setan. Ini poin kedua yang harus kita harus tahu, Roh Kudus memberikan kelimpahan di dalam keindahan. Saudara jadi orang Kristen tidak punya delight, tidak punya kesenangan, merenungkan Kristus tidak punya kesenangan, baca Alkitab tidak punya kesenangan, berarti gap tuntunan Roh Kudus terlalu besar, mari kejar. Minta Roh Kudus kuatkan supaya gap itu makin kecil dan apa yang Dia berikan di dalam delight dan kesenangan, Saudara bisa dapatkan. Betapa indahnya hidup Kristen itu, berdoa itu menyenangkan, baca Alkitab menyenangkan, hidup kudus menyenangkan, dengar musik agung menyenangkan, dengar khotbah yang baik menyenangkan, baca Alkitab dan mengerti konsep-konsep penting, semua menyenangkan. Tuhan tidak pernah panggil kita untuk hidup di dalam sengsara, tapi kesengsaraan yang kita pikir sengsara itu terkadang ujungnya menyenangkan. Jadi mari kita doa sama Tuhan supaya Tuhan gerakan kita dipenuhi oleh Roh Kudus dan menikmati The Spirit of delight, ini hal kedua.

Lalu hal ketiga, Alkitab juga mengajarkan Roh Kudus adalah Roh Kebenaran, The Spirit of The Truth, atau di dalam bahasa Yunani, Aletheia. Roh Kudus memberikan anugerah mengenal aletheia, aletheia berarti tidak ada beda antara realita dan pikiran. Saudara lihat realita lalu bikin bayangan tentang realita dalam pikiran, itu bisa ada gap. Waktu fakta diselubungi oleh awan, waktu fakta diselubungi oleh tipu daya, Roh Kudus adalah Roh Kebenaran berarti fakta dan yang kita pikir di dalam sama persis, ini yang Dia lakukan. Saudara mengenal Allah sama persis dengan Allah sejati yang kita bayangkan, kalau itu adalah pekerjaan Roh Kudus. Saudara mengenal dunia ini sama persis faktanya dengan apa yang Saudara tahu kalau itu pekerjaan Roh Kudus. Saudara mengenal diri, sama persis antara diri secara aktual dengan yang ada di sini, kalau itu pekerjaan Roh Kudus. Tapi kalau setan itu adalah roh dusta, dia paling senang membohongi orang, itu sebabnya yang suka bohong disebut anaknya setan. Pekerjaan setan adalah mendistorsi kebenaran, bikin kebenaran yang mirip tapi menyimpang sedikit-sedikit, pokoknya diarahakan supaya orang dapat kekaburan. Maka yang senang hal-hal yang kabur, ini bukan karya Roh Kudus. Saudara berusaha memasukan dalam pikiran orang sesuatu yang tidak sama dengan aslinya, itu bukan Roh Kudus. Roh Kudus adalah kebenaran, maka apa yang kita dapat dari Alkitab adalah fakta tentang siapa kita, fakta tentang dunia, dan fakta apa yang Tuhan sedang kerjakan, semua begitu teratur, ini hal yang ketiga.

Lalu hal keempat, Roh Kudus adalah Roh yang mengarahkan seluruh fokus kepada Kristus. Dia datang untuk mempermuliakan Kristus, bukan yang lain. Jadi apa pun yang dilakukan Roh Kudus adalah menenggelamkan diri demi memunculkan Kristus. Dia sembunyikan diri demi Kristus yang menonjol. Orang kalau berkhotbah atau mengajar terus tentang diri dan Kristusnya dilupakan, ini pasti bukan dari Roh Kudus. Roh Kudus akan tinggikan Kristus dan tidak mungkin tinggikan yang lain. Itu sebabnya ketika Kristus ditinggikan, diajarkan, dibahas, dikabarkan dengan sepenuh hati dan dengan kejujuran, itu pasti dari Roh Kudus. Inilah keempat sifat dari Roh Kudus. Dan di dalam Efesus 4 dikatakan gereja harus bertumbuh di dalam menikmati keempat hal ini. Gereja harus bertumbuh di dalam menikmati delight di dalam Roh Kudus, gereja harus menikmati keteraturan di dalam Roh Kudus, gereja harus menikmati seluruh hal yang membuat kita makin mengerti fakta di dalam Roh Kudus, dan gereja harus makin mengenal, makin mengagumi dan makin mencintai Kristus. Bagaimana caranya gereja bisa bertumbuh dalam 4 hal ini? Caranya adalah Tuhan kirimkan orang-orang yang tugasnya beda-beda. Setiap orang punya fungsi masing-masing. Ada yang menumbuhkan delight dalam kesenangan bermusik, ada yang menumbuhkan delight dalam mencari kebenaran, ada yang menumbuhkan semangat di dalam menyebarkan siapa Kristus.

Ini semua pekerjaan yang dikerjakan Roh Kudus dalam gereja Tuhan. Dan tidak dikatakan di sini ada anugerah diberikan sebagian orang dan sebagian lagi untuk menikmati, itu tidak pernah terjadi. Maka di Hari Pentakosta ini saya minta semua Saudara cari tahu apa yang Roh Kudus gerakan pada saya untuk saya kerjakan dalam pembangunan gereja Tuhan, jangan jadi orang Kristen tidak berfungsi, karena sebenarnya Tuhan sudah beri kemampuan di dalam Roh Kudus. Setiap orang Kristen mempunyai Roh Kudus di dalam dirinya, tapi mengapa padamkan semua gairah dan kesenangan yang benar yang Tuhan munculkan di dalam diri kita melalui Roh Kudus? Jangan padamkan Roh, demikian dikatakan Alkitab. Padamkan Roh berarti Saudara memadamkan spirit yang menyala-nyala untuk membangun tubuh Kristus. Mari selidiki Saudara ada di mana dan kembangkan itu. Alkitab mengajarkan semua orang diberikan dengan limpah hal-hal berdasarkan kedaulatan Kristus, ini berarti yang Saudara nikmati, yang Saudara bagikan kepada orang lain dan yang Saudara lihat ada pada orang lain itu ada pada level yang sama mulianya. Saya tidak bisa katakan kepada orang lain, “kamu mengerjakan ini di dalam gereja, saya berkhotbah, saya lebih penting dari kamu”, itu tidak mungkin boleh dikatakan di dalam gereja. Yang berkhotbah, yang mempersiapkan, yang menginjili, yang mangajarkan tentang alam, yang mengajarkan tentang Firman, yang mengajarkan tentang dunia bisnis, dunia sosial, dunia politik, lalu kaitkan itu di dalam takut akan Tuhan ini pun bagian yang dikerjakan Roh Kudus untuk menumbuhkan gereja Tuhan. Harap kita temukan bagian kita, harap kita temukan apa yang Roh Kudus gerakan kita untuk kita kerjakan dan kita dengan setia kerjakan itu.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Mendengar dan Melakukan Firman

(Lukas 6: 46-49)
Baik di dalam Injil Lukas maupun di dalam Matius, kalimat ini menjadi kalimat penutup dari ajaran etika Kristus. Di dalam Matius ajaran etika Kristus itu dikhotbahkan di dalam bagian yang disebut Khotbah di Bukit dan ini adalah khotbah yang begitu dalam secara etika, yang begitu unggul di dalam etika dibandingkan apa pun. Mengapa begitu unggul? Karena memberikan keseimbangan dalam beberapa hal, keseimbangan melihat sesama manusia dan Tuhan, itu hal pertama. Lalu adanya keseimbangan antara kasih dan keadilan, itu hal kedua. Lalu yang ketiga adanya keseimbangan antara keharusan dan kerelaan, adanya keseimbangan antara kewajiban menjalankan dengan perasaan sukacita waktu menjalankan. Jadi dari prinsip etika yang Kristus bagikan dari Taurat, kita bisa melihat keutuhan hidup yang Tuhan mau menjadi cermin dari ajaran ini. Ajaran ini tidak dimaksud hanya untuk mengisi pikiran, ajaran ini tidak dimaksud hanya untuk membuat kita tahu, ajaran ini tidak dimaksud untuk memberikan kita satu pandangan hidup yang baru untuk kita jalani. Ajaran ini diberikan untuk perubahan secara total. Tuhan memberikan FirmanNya supaya ada perubahan total, Tuhan memberikan ajaran etikaNya supaya ada pembaruan yang sejati, ada pernyataan kebenaran yang membuat hidup seseorang tidak sama lagi karena baik di dalam dirinya mau pun tindakan luar itu menjadi sama. Kalimat pengajaran saja belum cukup, kalimat itu harus keluar dari hati seseorang yang benar-benar mencerminkan apa yang dia katakan. Itu sebabnya di dalam Lukas dalam ayat-ayat sebelumnya pasal 6: 43 Tuhan Yesus mengingatkan “apa yang kamu keluarkan dari mulut itu sama dengan yang di hati, itu baru baik”.

Maka di dalam bagian ini dikatakan “apa yang kamu lakukan sama dengan pengertian, itu baru baik”. Jadi baik pengertian maupun tingkah laku, baik hati dan mulut, itu menjadi satu kesatuan. Tuhan tidak mengajarkan etika supaya kita tahu, Tuhan tidak mengajarkan etika supaya kita mempunyai ajaran yang baik, Tuhan tidak mengajarkan etika supaya kita mengetahui pengetahuan bagaimana hidup, tetapi tidak terikat secara intergratif antara semuanya. Tuhan menginginkan manusia mempunyai perubahan yang total di dalam dan di luar, perkataan dan pikiran, tindakan dan pengertian, ini menjadi satu yang mengikat keseluruhan hidup manusia. Kita mesti belajar mempunyai hidup yang menganut sesuatu, bukan ajaran yang keluar dari mulut, bukan pengertian atau pun tingkah bahkan yang tidak lahir dari hati yang murni. Maka Tuhan memberikan perubahan di dalam yang kelihatan keluar, kita tidak bisa melihat hati orang tapi bisa melihat tindakan. Tapi melihat tindakan belum tentu sesuai atau sinkron dengan isi hati seseorang. Itu sebabnya Alkitab mengajarkan untuk kita renungkan “sejauh mana saya memahami Firman, sejauh manakah saya mendengar ajaran Yesus, sejauh mana diri saya berubah. Apakah saya mempunyai perubahan yang total, apakah saya mempunyai perubahan di dalam keseluruhan aspek atau tidak”. Itu sebabnya Alkitab memberikan pengajaran yang beda dari etika mana pun karena Alkitab menawarkan keutuhan di dalam menjadi seorang manusia. Keutuhan di dalam menjadi manusia itu tidak mungkin dilakukan tanpa 2 hal utama.

Hal pertama, manusia menjadi utuh di dalam relasi dengan Tuhan, lalu yang kedua manusia menjadi utuh di dalam relasi dengan sesama. Manusia tidak mungkin menjadi seperti apa dia tanpa ada 2 hal ini, sebab inilah tujuan, inilah sasaran yang Tuhan berikan ada pada manusia pada waktu manusia diciptakan. Manusia dicipta untuk nanti mempunyai relasi dengan Tuhan dan manusia dicipta untuk mempunyai relasi yang bisa dia nikmati dengan sesama. Inilah pengertian yang kita harus pahami dan mesti kita benturkan dengan konsep yang diajarkan di dunia ini. Di dalam dunia ini pun ada ajaran yang menekankan bagaimana teori harus dipraktekan, bagaimana yang kamu tahu dinilai kebenarannya berdasarkan aplikasinya bagaimana. Ini adalah aliran yang namanya pragmatisme dari Amerika sejak abad 19. Orang-orang di dalam pragmatisme mengatakan “saya capek mendengarkan orang berteori-berteori memperdebatkan teori tetapi tidak mau susah payah mengaitkan kebenaran teori itu dengan kemungkinan teori itu diaplikasikan”, maka mereka ambil jalur yang beda, mereka mengatakan “teori itu benar karena waktu saya jalankan teori itu saya mencapai sasaran yang saya mau. Jadi apa yang saya belajar itu membuat saya lebih mungkin mencapai sasaran, itulah teori yang benar”. Sejauh ini kita lihat dua-duanya mirip, Alkitab mengajarkan Tuhan memberikan Firman supaya kita menjadi manusia yang seharusnya, pragmatis mengatakan teori yang kita anut harus membuat kita menjadi orang yang mencapai sasaran. Tapi ini beda, bedanya adalah orang di dalam aliran pragmatis tidak tahu menjadi sasaran manusia itu ada di mana, “saya menjadi manusia untuk menjadi seperti apa, apa yang saya mau tuju” itu tidak pernah menjadi jelas. Maka untuk mencapai tujuan, mereka mesti pinjam pemikiran dari orang Yunani Kuno, salah satunya adalah filsafat yang bersifat hedonis dari kaum Yunani. Orang Yunani mengajarkan bahwa hal paling penting dari manusia adalah menjadi bahagia, kalau jiwamu bahagia, kalau dirimu bahagia, itulah yang menjadi tujuan hidup. Jadi saya hidup supaya saya mendapatkan bahagia, saya hidup supaya memaksimalkan kenikmatan dan meminimalkan penderitaan.

Apakah saya mencari bahagia sebagai tujuan akhir? Kalau benar saya mencari bahagia, bahagia model apa? Kalau ada bahagia, seperti apa saya harus mencapai itu? Apakah dengan hidup beretika saya bisa mencapai itu, atau jangan-jangan hidup beretika hanya bisa membuat saya hidup dengan cara yang baik, tetapi tidak pernah mencapai yang saya kehendaki. Jadi apa itu bahagia? Bagaimana bisa mengerti bahagia? Ini seperti mengemudikan mobil untuk mencapai garis finish, tetapi kita tidak tahu garis finish ada di mana, kita cuma pikir di situ ada garis finish, begitu kita sudah dekat, mobil sudah makin rusak dan garis itu ternyata tidak ada. Ini sepertinya yang menjadi harapan dalam pragmatisme, kamu kerjakan apa yang kamu pikir yang aplikatif yang bisa kamu mendapatkan kebahagiaan secepat mungkin, kamu dan masyarakatmu, itulah kebenaran. Tetapi fakta tidak seindah dengan yang di dalam teori, sehingga teori pragmatis sendiri waktu mau diterapkan ternyata kurang pragmatis, sebab apa yang menjadi sasaran tidak sama dengan kenyataan. Alkitab menyatakan bahwa kesenangan, bahagia dan kesenangan hidup ini pun ditawarkan oleh Tuhan. Tuhan menciptakan manusia bukan untuk kebinasaan, Tuhan tidak menciptakan manusia untuk terus pikul salib tanpa arah dan terus dikutuk dengan salib yang ada di pundak. Bahkan Kristus pun setelah menanggung kutuk di kayu salib, Dia tidak lagi datang kedua kali untuk dihukum, Dia tidak lagi datang kedua kali untuk menderita, kedua kali Dia datang mendapatkan kemuliaan. Demikian juga Tuhan merancangkan kehidupan manusia yang penuh dengan bahagia, penuh dengan kelimpahan sukacita, tapi sukacita yang Tuhan tawarkan beda dengan dunia, karena sukacita yang Tuhan tawarkan adalah sukacita di dalam relasi, bukan sukacita dalam materi. Sukacita yang diberikan dalam relasi jauh lebih besar dari pada sukacita yang diberikan materi. Kalau Saudara ketemu dengan orang yang Saudara cintai, lalu orang itu memberikan hadiah, hadiah itu menjadi berharga bagi Saudara karena ada kenikmatan relasi ini. Itu sebabnya ketika kita mendapatkan hadiah dari orang yang dikasihi, langsung pajang. Saudara menikmati pemberian Tuhan bukan karena pemberian itu dinilai terlepas dari Tuhan tapi karena Saudara sedang menerima sesuatu dari Pribadi yang Saudara kasihi. Keindahan menikmati relasi jauh lebih besar dari kenikmatan menikmati materi. Memang benar materi bisa memberi senang sedikit, tapi relasi memberikan kedalaman sukacita yang tidak pernah bisa digantikan oleh materi. Itu sebabnya yang Yesus tawarkan dalam Yohanes 17 adalah “kamu mengenal Aku dan mengenal Allah. Engkau mengenal satu-satunya Allah yang benar dan Yesus Kristus yang diutus, engkau mengenal dengan berada di dalam sama seperti Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa, demikian kita menjadi satu”, demikian orang-orang yang percaya kepada Yesus menjadi satu. Inilah relasi yang nikmat, yang Tuhan mau berikan, sehingga ketika kita mengenal Dia, mencintai Dia dan dicintai oleh Dia itu ada kenikmatan mendalam yang melampaui apa pun. Bahkan pemberian yang kita terima dari Dia pun kita nikmati karena kita mencintai Dia, dan pemberian kita kepada Dia pun kita berikan dengan penuh dorongan karena kita mencintai Dia.

Dorongan apa yang paling besar? Ada yang mengatakan “dorongan paling besar di dunia ini adalah cinta”, setelah orang mencintai dia kerja mati-matian untuk memberikan sesuatu kepada yang dicintai. Demikian juga dengan relasi kita dengan Tuhan. Tuhan menyatakan bahagia paling besar adalah ketika manusia menikmati relasi dengan Tuhan. Tetapi bagaimana relasi dengan Tuhan itu bisa dicapai dengan kenikmatan penuh? Satu-satunya yang mungkin adalah di dalam Kristus, sebab tidak mungkin kita dicintai dan mencintai Tuhan kecuali kita berada di dalam Sang Anak. Jadi di dalam Kristus kita menjadi pribadi yang mencintai Tuhan dan dicintai Tuhan. Itu sebabnya prinsip-prinsip etika Tuhan Yesus semuanya mengarahkan kita kepada satu tujuan yaitu menyerupai Kristus, dan setelah kita menyerupai Kristus, kita mengambil posisi sebagai anak yang sedang bertumbuh makin menyerupai Kristus dan dengan demikian relasi kita dengan Bapa menjadi semakin limpah. Bagaimana supaya relasi kita dengan Tuhan semakin limpah, semakin besar dan semakin mendalam? Satu-satunya kemungkinan adalah karena Roh Kudus mengubahkan kita lalu membimbing kita mempunyai karakter jiwa, sifat, pribadi yang makin mencerminkan Kristus sendiri, ini yang Tuhan mau. Maka setiap Firman yang Tuhan berikan itu bukan Firman yang hanya membuat kita hidup dan punya keteraturan di dalam etika, tapi lebih dari itu, mempunyai perubahan yang membuat kita secara karakter, secara utuh, perkataan, perasaanm, hati dan semua menjadi semakin mirip Kristus. Dan menjadi semakin mirip Kristus membuat kita berada di dalam Kristus dan membuat kita berada dalam Allah Bapa. Maka ketika Allah mengatakan “Aku mengasihi Sang Anak”, ini juga akan diterapkan kepada kita yang ada di dalam Sang Anak. Di dalam Teologi Reformed kita percaya bahwa ketika Roh Kudus memberikan keselamatan, Dia memberikan kepada kita status yang sama dengan Yesus Kristus yaitu sebagai anak-anak Allah. Yesus Kristus adalah Sang Anak dan kita di dalam Dia menjadi anak-anak Allah. Setelah kita secara status menjadi milik Kristus, menjadi anak-anak Allah, pada waktu itu juga pengudusan kita terus berproses dan berproses di dalam bimbingan Firman, itu sebabnya etika yang diajarkan Kristus beda dengan etika dunia ini, karena etika dunia ini mengarahkan kepada hal yang sifatnya hanya parsial.

Kristen justru membahas apa yang menjadi tujuan harus jelas, etikamu berdasarkan peraturan, peraturan apa harus jelas, karaktermu karakter baik mengapa disebut baik ini pun harus jelas. Maka Kristen menawarkan ada tokoh yang kepada Dialah tujuan dari seluruh kekudusan dan perjuangan kita untuk hidup secara etis. Maka Yesus Kristus mengajarkan seluruh ajaran, kemudian Dia mengatakan “berbahagialah kalau kamu bukan hanya pendengar, tapi juga melakukan”, jadi kita belajar untuk melakukan, karena di dalam melakukan kita akan makin dibentuk oleh Tuhan untuk memiliki sifat-sifat Kristus. Terkadang kita tidak tahu apa yang akan terjadi, tapi yang kita tahu adalah kita berada di dalam tangan Tuhan yang penuh kasih. Abraham adalah contoh orang yang sangat taat, dia punya ketaatan yang sangat besar dan karena itu dia disebut bapa orang beriman. Di dalam Kitab Kejadian, ketaatan dan iman tidak dibenturkan, tidak dipisahkan, orang iman adalah orang taat, orang beriman adalah orang yang mempunyai ketaatan, ini tidak bisa dipisah. Maka Abraham taat meskipun dia belum mengertia, bayangkan dia disuruh pindah dari daerah Mesopotamia suruh jalan ke Kanaan, ke tempat yang berlimpah susu dan madunya. Saudara kalau diperintahkan Tuhan seperti ini, kemungkinan besar akan minta sample, “pindahlah kamu”, “pindah kemana, Tuhan?”, “pindah ke tanah yang berlimpah susu dan madunya”, “tanah yang mana ya? Coba ambil sample susu dan madunya, kita cicip dulu. Kalau masih enak di Mesopotamia, untuk apa pindah? Tapi kalau lebih enak di sana, baru kita pindah”, minta sample. Kita masih sample minded, kalau mau taat. “Taatilah Tuhan”, “samplenya mana, Tuhan? Beri sample baru nanti kami pertimbangkan, kami bergumul dulu”. Saudara datang ke supermarket, minta sample, jadi kita teologi supermarket. Tapi ketika Tuhan memanggil Abraham, tidak ada seperti itu. Tuhan cuma mengatakan “pindah”, lalu dia pindah. Sampai Kanaan, hal yang dia temukan adalah kekeringan dan kelaparan, ini sample-nya. Bayangkan baru pertama kali datang sudah kena kelaparan, apakah tidak stress. Kadang-kadang kita baca kisah hidup orang-orang di dalam Perjanjian Lama, apalagi Kitab Kejadian, diberi overview cepat sekali, tapi kalau kita berhenti sebentar lalu renungkan kalau kita jadi dia, kira-kira bagaimana perasaannya. Bahkan ada beberapa bagian yang ditafsirkan oleh seorang penafsir, ketika Abraham sampai, dia akan pilih tempat yang ada pohon cukup banyak, seolah-olah mau menenangkan orang-orang yang ikut dengan mengatakan “lihat, ini tanah yang subur”, maka dia cari tempat yang subur. Tapi ada waktu dimana dia tidak bisa lakukan itu, tidak bertemu pohon, ketika tidak bertemu pohon, apa yang dilakukan? Ada bagian dikatakan Abraham menanam pohon. Luar biasa sekali, Tuhan bilang “Aku akan memberikan tempat yang subur”, waktu datang kurang subur, tanam pohon supaya kelihatan subur. Jadi dia mau beriman kepada Tuhan meskipun dia belum lihat. Nanti ketika Israel masuk baru lihat tanah itu luar biasa limpahnya. Tuhan bisa berikan perubahan yang luar biasa.

Richard Pratt mengatakan mengapa Abraham datang, belum banyak tempat sebaik waktu orang Israel datang? Karena Tuhan belum siapkan untuk satu bangsa, waktu Abraham datang, Tuhan baru siapkan untuk memenuhi Abraham dan orang-orang di sekelilingnya. Maka Tuhan ijinkan masih banyak tempat sepertinya banyak kelaparan. Tapi waktu Israel masuk, tanah itu tetap subur. Jadi Abraham tetap beriman “sudah, kita tetap di sini saja”, “tapi mana buktinya?”, “tidak perlu lihat bukti, tapi Firman Tuhan, kalimat Tuhan itu sudah cukup untuk bukti”, ini ketaatan luar biasa. Tapi ini bukan ketaatan buta. Apa bedanya taat buta dengan taat Abraham? Taat Abraham adalah taat yang jelas apa yang Tuhan perintahkan, taat buta adalah Tuhan tidak perintahkan tapi kita tetap nekat, itu taat buta. Pokoknya taat, tapi esensi dari Tuhan, pengertian dari Alkitab tidak kita pahami sama sekali, ini namanya ketaatan buta. Tetapi hal-hal yang sudah jelas Tuhan perintahkan mungkin kita tidak lihat faedahnya, kita tidak tahu mengapa menjalankan ini bisa menjadi baik. Tapi Tuhan berikan perintah, berikan etika, berikan ajaran supaya hidup kita masuk di dalam kelimpahan yang Tuhan tetapkan sebelumnya yaitu kelimpahan dalam relasi dengan Tuhan. Maka saya senang dengan contoh yang diberikan Penginjil Edward, kita ini sering menuju ke tempat yang Tuhan mau tapi pakai jalan mundur. Karena mau menuju yang Tuhan perintahkan tapi tidak mau berpaling. Lalu kita mau menerapkan Firman Tuhan dengan cara seperti ini, pasti berat. “Berjalanlah ke sini”, “oke”, tapi jalannya mundur, tidak mau berpaling, tidak mau ada pertobatan yang total. Kita tidak bisa jalan mundur, dan Saudara mau praktekan Firman Tuhan, kita mau praktekan Firman Tuhan sambil tidak mau berpaling, maka jadi berat. Yang berat bukan Firmannya, tapi arah hidup kita tidak mau kembali kepada Tuhan. Kita mau arah ke sana, tapi jalan ke Tuhan. Maka kita stress karena terus jalan mundur.

Tapi Tuhan Yesus mengingatkan di sini, “kalau kamu datang kepadaKu berseru “Tuhan”, dengan fondasi yang tepat yaitu menikmati tujuan bahagia sejati dalam relasi dengan Tuhan”, ini akan membuat seluruh ajaran Kristus menjadi sangat-sangat sinkron dengan apa yang kita kerjakan. Seluruh yang diajarkan Kristus adalah untuk membuat karakter kita mirip dia. Dan waktu kita mirip Dia, justru relasi dengan Bapa menjadi begitu kental dan indah, dan sangat penuh dengan bahagia. Maka mari melangkah, Tuhan mau perintahkan apa, kita taat dulu meskipun sepertinya sulit kita jalankan dulu, meskipun sepertinya secara finansial, keuntungan, kenikmatan atau secara kesenangan apa pun yang sifatnya materi dan sementara itu sangat rugi, tetapi Tuhan tidak pernah bermotivasi jelak. Tuhan kita tidak pernah punya motivasi jelek, Tuhan tidak pernah duduk di sorga sambil ketawa-ketawa lihat kita dipermainkan, tidak mungkin. Bahkan Allah rela datang menjadi manusia, Allah Bapa kirimkan AnakNya dan Allah Anak rela menjadi manusia, mati di kayu salib, menunjukan betapa berharganya kita. Kalau Tuhan menunjukan kita begitu berharga, apakah mungkin Dia menjerumuskan kita? Tidak. Maka biarlah kita belajar untuk menjalankan apa yang dikatakan Kristus, menjalankan etika yang diajarkan Kristus, menjalankan perintah yang diberikan Tuhan dengan sekuat-kuatnya sambil bergantung kepada Tuhan, nanti kekuatan Tuhan yang akan topang dan Saudara akan menyadari hidup Saudara makin berlimpah, makin dekat kepada sukacita dalam Kristus seiring dengan langkah yang Saudara ambil mengikuti Tuhan. Kiranya ini boleh menjadi kekuatan yang mendorong kita untuk terus beriman kepada Firman Tuhan. Biarlah tidak ada kalimat yang Tuhan ajarkan, yang kita terima dengan motivasi yang jelek atau pun dengan keraguan untuk jalankan. Tidak mungkin Tuhan perintahkan hal yang kita tidak sanggup lakukan. Karena Tuhan sudah berikan Roh Kudus yang akan tolong kita untuk membuat kita sanggup. Maka tidak ada hal yang Tuhan perintahkan terlalu jauh. Paulus mengutip Perjanjian Lama yang mengatakan yang Tuhan perintahkan kepadamu, Taurat ini, itu bukan di langit sehingga kamu harus kejar ke atas untuk ambil. Juga bukan di dunia orang mati, sehingga engkau harus turun. Tapi faktanya memang benar ini dari langit, lalu kita ada di dunia orang mati. Bagaimana cara bawa Taurat dari langit ke dunia orang mati? Caranya, Paulus menafsirkan ada Kristus yang datang dari tempat di mana Taurat itu diberikan yang sudah turun ke dunia orang mati. Firman Tuhan tidak berat karena kita berada di dalam Kristus.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Dari semak duri, orang tidak memetik buah ara

(Lukas 6: 42-45)
Lukas 6 yang menyatakan jangan menghakimi, ini tidak dimaksudkan untuk menyingkirkan keadilan Tuhan, tetapi dimaksudkan untuk menyingkirkan perasaan dendam dan tidak mau mengerti yang ada di dalam hati kita ketika kita dirugikan. Kita sudah membahas di dalam pembahasan yang lalu bagaimana Tuhan menuntut kita untuk belajar beberapa hal yaitu jangan memberikan belas kasihan kepada diri lebih besar dari pada kepada orang lain. Kalau kita ada dalam keadaan salah, kita pasti ingin orang yang sudah kita langgar mengampuni kita “berikan saya kesempatan lagi, berikan saya pengampunan”. Tetapi ketika orang lain bersalah kepada kita, kita tidak perlakukan dia dengan sama. Itu sebabnya dalam ayat-ayat sebelumnya melatih hati kita penuh dengan belas kasihan, gampang digerakan belas kasihan, gampang digerakan hati yang mau mengampuni, sehingga kalau pun kita menjalankan keadilan, kita jalankan demi kecintaan sifat bijaksana dan kebenaran Tuhan, bukan karena perasaan mau balas dendam. Kalau Saudara masih punya perasaan dendam, Saudara mengatas-namakan keadilan, kebanyakan itu bohong. Itu sebabnya problem yang mau ditangani dalam mengampuni adalah hati yang mau mengampuni itu yang Tuhan mau ajarkan. Hati yang bersih dan murni dibentuk oleh Tuhan dan disingkirkan dari segala macam kejahatan dan juga kepicikan, kepahitan, itu yang Tuhan mau. Orang Kristen tidak boleh mempunyai hati yang kepahitan, orang Kristen tidak boleh mempunyai hati yang terus-menerus jadi tempat sampah untuk segala kecemaran, harus perbaiki hati dan cara pertama adalah belajar punya kemurahan hati, belajar mengampuni, belajar ketika menghakimi, menghakimi dengan perasaan kasih, menghakimi dengan perasaan mau mengerti dahulu posisi orang lain. Sebab ketika kita yang berada dalam posisi dia, mungkin kita pun akan minta belas kasihan. Maka penghakiman yang tidak berdasarkan belas kasihan Tuhan akan timpakan kepada setiap orang yang tidak punya belas kasihan.

Maka bagian selanjutnya, di 3 ayat yang baru kita baca, Lukas masih membahas ajaran Yesus mengenai hati manusia. Kalau sebelumnya mengenai hati yang harus melatih kemurahan, maka dalam ayat 43-45 Tuhan Yesus mengajarkan bahwa apa yang ada dalam hati kita, ini juga yang akan keluar dari mulut. Orang bisa palsu antara hati dan mulut tetapi tidak mungkin kerjakan ini di dalam sepanjang hidupnya. Orang yang hatinya busuk kalimatnya juga busuk, orang yang hatinya bersih kalimatnya juga bersih. Apa yang ditanam di hati itu akan keluar di dalam ucapan mulutnya, maka kita mesti pikir baik-baik bagaimana menjadi berkat dalam mulut, yaitu dengan mempunyai hati yang bersih. Itu sebabnya di dalam Amsal dikatakan jagalah hatimu dengan segenap kewaspadaan, hati-hati gunakan hati. Hati-hati dengan hatimu. Dikatakan engkau harus menjaga dengan baik hatimu, sebab kehidupanmu akan terpancar dari situ. Hati yang bobrok akhirnya memunculkan kalimat yang bobrok karena hidup yang bobrok. Hati yang murni akhirnya akan mengeluarkan kalimat yang murni melalui kehidupan yang juga murni. Lalu di dalam Yakobus juga dikatakan apa yang yang kita katakan mesti kita pertimbangkan dengan baik-baik, jangan terlalu cepat bicara apalagi kalau sedang emosi. Waktu sedang emosi, tahan dulu, karena waktu emosi kita akan keluarkan kalimat yang mungkin kita sangat sesali tapi mau ambil lagi sudah tidak mungkin. Itu sebabnya di dalam Yakobus dikatakan hati-hati lidah itu adalah benda yang kecil tetapi sama seperti kemudi kapal itu kecil, bisa kemudikan kapal begitu besar, demikian juga lidahmu harus engkau bisa kemudikan karena itu menjadi bagian yang menunjukan siapa kamu. Maka di dalam Yakobus dikatakan kamu dengan mulut memuji Tuhan, dengan mulut yang sama memaki-maki orang, itu tidak boleh terjadi. Dari sumber air satu tidak boleh keluar jenis air yang berbeda. Satu sumber air, satu jenis air, satu mulut satu ucapan, kalau saya memuji Tuhan dengan mulut saya mesti melatih diri untuk mengucapkan kalimat yang juga memberkati orang lain. Itu sebabnya di dalam ayat ini digabungkan pengertian dari Yakobus maupun Amsal tadi, ini menjadi satu kesatuan yang indah sekali yaitu perkataan dijaga dengan cara menjaga hati kita. Saudara harus menjaga hati sehingga hati Saudara tidak menjadi cemar kemudian meluap perkataan yang akhirnya akan mempermalukan Tuhan. Bagaimana supaya hati kita bisa baik? Apa bedanya hati yang baik dan rusak? Di sini Tuhan Yesus mengatakan pohon baik menghasilkan buah yang baik, pohon yang baik maksudnya adalah hati, buah yang baik maksudnya adalah perkataan yang keluar dari mulut. Maka Tuhan Yesus mengatakan pohon baik buahnya baik, semak duri tidak akan hasilkan buah ara, pohon ara hasilkan buah ara. Pohon ara itu benar-benar indah, unik sekali, tumbuh dalam jangkauan yang bisa kita petik dan kita bisa nikmati dengan limpah, ini buah yang menjadi berkat. Lalu kalau Saudara lihat pohon jenis lain yang mirip pohon ara, orang kadang-kadang bisa salah mengerti, dikira ini pohon ara, mirip, tapi begitu coba singkirkan daunnya, baru sadar ini tipe lain yang ada durinya dan itu bukan pohon ara. Waktu dia coba singkirkan, tertusuk, ternyata ini bukan pohon ara. Maka makin ketahuan ketika kita lihat dari dekat, makin kelihatan ini pohon apa. Maka Tuhan katakan dari pohon yang berduri ini tidak mungkin keluar buah ara dan dari pohon ara pasti menghasilkan buah ara. Hati baik hasilkan kalimat baik, hati rusak menghasilkan perkataan-perkataan yang penuh dengan kerusakan. Itu sebabnya hati yang baik mesti kita miliki. Dan Alkitab mengatakan beberapa hal tentang hati yang baik.

Hal yang pertama adalah Alkitab mengajarkan kepada kita hati yang baik hanya mungkin terjadi kalau kita arahkan kepada tempat kudusnya Tuhan. Di dalam Mazmur 15 yang kita baca dikatakan “siapa yang boleh naik ke gunung di mana Tuhan bertahta? Orang yang murni hatinya”. Murni hati berarti dia tidak ada niat palsu di hadapan Tuhan. Dia datang pada Tuhan dengan ketulusan mau datang kepada Tuhan, mau mengenal Tuhan, mau mengasihi Tuhan, dia datang tanpa kepalsuan apa pun. Datang ke gunung di mana Tuhan bertahta, dengan hati yang murni, tidak ada niat manipulasi, tidak ada niat cari keuntungan dari Tuhan, tidak ada niat “kalau saya dekat sama Tuhan, saya bisa dapatkan apa”. Ini niat yang disingkirkan dari hati yang murni. Itu sebabnya hal pertama yang harus kita lakukan untuk mempunya hati yang baik adalah melatih alasan kita datang kepada Tuhan. Apa motivasi paling besar Saudara datang kepada Tuhan? Kalau motivasi Saudara paling besar adalah karena Saudara mau menikmati cinta kasih Tuhan, mau menikmati keselamatan yang Dia berikan dan mau menjadi anakNya yang hidup dalam ketulusan, kekudusan dan kebenaran demi menyenangkan hati Tuhan, inilah motivasi yang baik dan ini mesti dilatih. Alkitab tidak pernah mengajarkan hal-hal yang kita tidak mungkin lakukan, Alkitab mengajarkan hal-hal yang Tuhan tuntut karena kita sanggup kerjakan langkah demi langkah dalam pimpinan Roh Kudus. Maka Tuhan mengajarkan kepada kita untuk membiasakan diri mempunyai hati yang murni.

Hal kedua, Alkitab mengajarkan kepada kita bahwa hati yang murni bukan hanya di hadapan Allah, tetapi juga dihadapan sesama. Saudara punya ketulusan ketika berelasi dengan seseorang, ini adalah hati yang baik. Orang baik ketika berelasi dengan orang tidak punya motivasi untuk rugikan orang lain. Tidak pernah punya motivasi untuk ambil keuntungan dari orang lain dengan cara merugikan orang lain. Tidak pernah punya motivasi jahat, tidak pernah punya motivasi bikin rugi siapa pun, ini harus yang kita miliki. Karena orang yang hatinya baik dia akan mempunyai kemurnian ketika berelasi dengan orang dan dengan demikian hatinya terpelihara menjadi hati yang diperkenan Tuhan dan perkataan yang muncul dari mulutnya pun akan muncul perkataan yang tulus seperti ini. Kita harus benar-benar peka melihat sekeliling kita, mana orang-orang yang mempunyai hati seperti ini. Ada orang yang begitu polos, begitu tulus mengerjakan apa pun untuk boleh menjadi berkat bagi orang lain, dan ini adalah orang yang baik. Kita terkadang rugikan orang dan kita terkadang menjadi orang yang menghalangi orang mendapatkan berkat, tetapi kalau itu kita lakukan karena ketidak-mengertian, karena keterbatasan kita, itu tidak apa-apa. Kita akan koreksi diri lagi kemudian kerjakan hal yang lebih baik. Tetapi kalau kita rugikan orang karena dari awal niat kita adalah jahat, di situ kita membuktikan diri bahwa kita mempunyai hati yang sangat jahat. Ada orang yang belum rugikan orang sudah merasa rugikan orang. Ada orang yang sudah tipu banyak orang, tidak rasa dia rugikan orang, ini yang paling celaka. Maka biarlah kita mempunyai hati yang tidak punya niat jahat kepada siapa pun.

Lalu hal yang ketiga, di dalam kitab suci diajarkan bahwa kita harus pelihara hati kita dengan terbiasa melihat berkat Tuhan. Banyak sekali orang kecewa kepada Tuhan karena orang gagal melihat berkat Tuhan. Yang dia lihat adalah keadaan hidup yang sulit, keadaan hidup yang penuh dengan penderitaan, keadaan hidup yang membuat dia tidak bisa bersyukur, akhirnya hatinya mulai simpan kepahitan. Dan yang lebih celaka lagi adalah ini kepahitan bukan dari sesama manusia tapi dari Tuhan. Mulai rasa pahit “mengapa Tuhan ijinkan saya mengalami ini, mengapa Tuhan biarkan saya begini”, mungkin orang itu sakit, mungkin orang itu menghadapi hidup yang penuh goncangan dan lain-lain, lalu dia mulai melatih hati melihat kesulitan dan penderitaan yang Tuhan biarkan dia jalani. Orang-orang seperti ini akhirnya menyimpan kepahitan di dalam hidup. Hatinya penuh kepahitan lalu keluarkan kalimat-kalimat yang menyakiti orang lain. Waktu diselidiki mengapa kalimatnya begitu jahat, ternyata yang membuat kalimatnya begitu jahat adalah hati yang begitu pahit. Ketika diselidiki mengapa hati begitu pahit? Karena kecewa sama Tuhan. Orang yang sedang mengalami kepahitan kepada Tuhan karena kecewa sama Tuhan, kita mesti ngomong apa? Di dalam Alkitab diajarkan oleh Tuhan kita tidak perlu memberikan penjelasan mengenai mengapa orang harus menderita. Tuhan tidak tertarik untuk menjelaskan. Waktu Ayub sengsara, Ayub tanya kepada Tuhan “Tuhan, mengapa saya sulit? Saya tidak salah kan”, teman-temannya mengatakan “tidak mungkin, kamu pasti berdosa, orang yang hidupnya seperti ini pasti berdosa. Apakah Ayub kurang saleh sehingga Tuhan harus bentuk lagi dia supaya lebih saleh? Tidak, apakah Ayub kurang di dalam mengasihi atau menaati Tuhan sehingga Tuhan perlu bentuk lagi? Tidak. Lalu mengapa Tuhan timpakan penderitaan kepada Ayub? Tidak ada jawaban, bahkan sampai akhir kitab, Tuhan tidak bicara memberikan penjelasan, Tuhan hanya bicara, lihatlah bintang-bintang, setelah itu lihatlah binatang-binatang. Makin simpan kepahitan, makin dalam kondisi hati yang buruk. Makin simpan ucapan syukur makin dalam keadaan hati yang baik. Inilah hal ketiga. Hal pertama pelihara hati dengan mengarahkan diri rindu datang kepada Tuhan dengan hati murni. Yang kedua, pelihara hati dengan punya motivasi yang murni waktu berelasi dengan orang lain. Lalu yang ketiga memelihara hati dengan menarik keluar semua kepahitan palsu dan mengisi dalam ucapan syukur yang sejati.

Hal yang keempat, kita bisa pelajari dari Magnificat, Maria. Maria mengatakan “jiwaku mengagungkan Tuhan, jiwaku memuliakan Tuhan, hatiku bersorak kepada Tuhan”, dia meninggikan Tuhan karena dia sadar Tuhan memperhatikan dia yang rendah. Ini hal keempat, hal keempat berarti melihat keagungan Tuhan sambil menyadari berapa rendahnya kita. Mulut kita mesti gampang terpukau dengan Tuhan. Kita sekarang hidup dalam zaman dimana orang sangat sulit terpukau, kecuali untuk hal yang baru. Tapi kalau orang cuma datang ketika ada tema setan, mujizat, sihir, dan lain-lain, orang itu akan terus dihibur oleh tindakan-tindakan yang sifatnya fenomenal, spektakuler dan lain-lain. Penginjil Yadi mengatakan kadang-kadang hamba Tuhan pun dituntut main sulap, kalau kali ini keluarkan ilustrasi, minggu depan mesti lain, minggu depan kalau bisa khotbah sambil main sepeda, minggu depannya lagi khotbah sambil akrobat atau apa pun, supaya orang terus tertarik untuk datang. Tapi orang yang terus tertarik untuk datang dengan hiburan palsu adalah orang-orang yang hidupnya sedang kosong, lalu dengan kekosongan dia mencari akhirnya menemukan hal-hal yang sifatnya begitu penuh dengan kepalsuan dan hanya menekankan image saja. Kita hidup dalam zaman seperti ini, tetapi kita mau kembali kepada apa yang Alkitab nyatakan sebagai iman yang stabil, yaitu iman yang senantiasa terpukau oleh hal-hal sehari-hari yang Tuhan nyatakan. Waktu Saudara baca ucapan bahagia Maria, Maria mengatakan “terpujulah Tuhan yang agung, Dia menyatakan perbuatan yang baik seperti yang sudah Dia lakukan kepada Abraham, Ishak, Yakub dab Israel”. Ini bukan pekerjaan baru, Tuhan sudah kerjakan dulu dan Maria bersyukur untuk apa yang Tuhan sudah pernah kerjakan dulu. Mari belajar menjadi orang yang gampang bersyukur, gampang kagum sama Tuhan. Pernahkan waktu makan makanan yang lumayan enak, lalu Saudara menjadi kagum sama Tuhan? Sudah jarang, kapan terakhir kali makan dan merasa kagum sama Tuhan? Kalau sudah lama, perbaiki. Saudara tidak akan mempunyai hati yang baik kecuali terbiasa meninggikan Tuhan. Dan sambil meninggikan Tuhan sambil kita juga menganggap diri kita rendah yang memang sudah rendah ini.

Poin kelima, hati yang baik adalah hati yang gampang lihat kebaikan orang lain. Gampang lihat kebaikan orang lain ini tandanya Saudara mempunyai hati yang baik. Kalau Saudara terbiasa lihat jeleknya orang, terbiasa lihat bobroknya orang, lama-lama jeleknya orang itu Saudara masukan ke hati, lama-lama hati Saudara menjadi tempat sampah. Tapi kalau Saudara lihat berliannya orang, lihat mutiaranya orang itu, lihat yang baik dari orang itu, lalu Saudara ambil semua, Saudara masukan dalam hati Saudara, hati Saudara akan menjadi toko perhiasan yang indah. Jadi Saudara mau hati Saudara jadi tempat sampah atau jadi tempat yang simpan perhiasan, terserah Saudara. Tapi setiap kali kita latih diri kita, ambil yang jelek dari orang dan masukan ke hati kita, hati kita akan menjadi kotoran dan itu sebabnya waktu bicara semua yang kotor yang keluar. Maka mari kita belajar punya mata yang peka lihat kebaikan orang lain. Saudara tidak rugi, malah penuh dengan bahagia, penuh dengan sukacita kalau orang disekeliling Saudara bisa tangkap kebaikannya, jangan tangkap jeleknya. Ini merupkan hal kelima.

Hal keenam adalah kebalikannya, hati yang baik mendoakan kejelekan orang lain. Kalau Saudara simpan kejelekan orang lain, hati Saudara menjadi tempat yang kotor. Kalau Saudara simpan kejelekan orang lain untuk didoakan, hati Saudara menjadi penampung anugerah Tuhan, makin doakan orang yang jelek, yang jahat, makin Saudara sadar Tuhan itu beranugerah dan makin hati Saudara mendapatkan berkat. Coba kalau Saudara bertemu dengan orang dan melihat jeleknya terus, kasihan sekali orang ini. Belajar mendoakan orang yang berdosa, orang yang punya kejelekan, kebobrokan apa, dia akan mulai menyadari anugerah Tuhan. Sebab saya berdoa kepada Tuhan yang mampu mengampuni orang itu. Berarti Tuhan itu baik sekali. Maka kita tidak dilatih menjadi orang yang polos, yang hanya melihat kebaikan orang tanpa tahu orang itu ada sisi jeleknya. Kita mesti menjadi orang yang cerdik, yang tahu apa kerusakan yang terjadi pada diri orang lain, tapi yang membawa itu untuk didoakan di hadapan Tuhan. Jangan jadi orang yang terus ceritakan kejelekan orang lain. Saudara kalau datang ke saya sebagai hamba Tuhan dan mengatakan “saya menceritakan kejelekan orang ini karena saya berharap engkau yang tolong dia, dan saya tidak tahu lagi bagaimana caranya, maka saya harus cerita”, itu tidak termasuk kejahatan. Itu hati yang baik, cerita ke saya demi kebaikan orang itu. Tapi kalau Saudara cerita demi kesenangan bercerita, entah mengapa ada orang yang menemukan dirinya senang waktu menceritakan kejelekan orang lain. Waktu sudah cerita, rasanya puas hatinya, ini orang jahat. Orang yang baik hatinya, simpan banyak dosa. Dalam 1 Korintus 13 dikatakan “kasih menutupi banyak pelanggaran”, “saya tahu kamu banyak salah, tapi sudah saya tutup dulu, semoga ada belas kasihan Tuhan dan anugerah supaya kamu bisa bertobat”. Ketika orang itu bertobat, kita tidak harus menjadi orang yang berbagian di dalam kesalahan membongkar kejelekan orang dan akhirnya membuat pekerjaan Tuhan yang dilakukan lewat orang itu menjadi ikut tercemar karena kejelekan yang kita bagikan. Maka kesenangan menceritakan kejelekan orang lain merupakan bentuk pernyataan dari hati yang picik, hati yang bersukacita ketika ada orang lain mendapatkan sengsara. Tapi ketika kita belajar untuk simpan kejelekan orang lain, belajar untuk tidak sebarkan, berhenti di saya. Maka Saudara akan belajar menjadi orang yang hatinya penuh dengan kemurahan dan membawa kepada Tuhan setiap permasalahan dari saudara-saudara seiman. Ada satu majelis kita di pusat, satu kali ada seorang pengurus yang masih muda datang dan mengatakan “hamba Tuhan saya ada satu kejelekannya yang perlu kamu tahu, mau dengar tidak?”, majelis itu dengan tenang mengatakan “jangan ngomong ke saya, ngomong ke Tuhan, dia hamba Tuhan bukan hamba saya. Kalau kamu temukan kejelekan hamba saya, beri tahu saya, kalau kamu temukan kejelekan hamba Tuhan, beri tahu Tuhan”. Jangan jadi orang yang membuat kalimat-kalimat merugikan orang, jangan jadi orang yang mengeluarkan kalimat-kalimat hanya untuk membuat hati lega, lalu keluarkan kalimat marah, kalimat maki orang, kalimat kasar, supaya hati menjadi lega. Jangan keluarkan kalimat picik yang terus mengeluarkan kalimat-kalimat yang tidak sepantasnya dikeluarkan, yang tidak sepantasnya untuk dijadikan alasan untuk dirinya merasa begitu rendah dan begitu penuh penderitaan. Biasakan punya kalimat yang baik yang keluar dari hati yang baik. Kita melatih diri kita sebab Tuhan Yesus mengingatkan pohon yang baik, yang sudah ada di dalam Kristus, mesti dikenal orang lewat buahnya. Kiranya Tuhan menolong kita, memampukan kita untuk melayani dengan cara yang tepat di dalam perkataan dan perbuatan kita.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Memahami tentang Jangan Menghakimi

(Lukas 6: 37-42)
Dalam konsep pengampunan yang Tuhan bagikan, hari ini kita akan diingatkan kembali tentang sudut pandang yang sangat banyak tentang apa itu pengampunan. Kita akan melihat ayat per ayat, dalam ayat 37 dikatakan “janganlah kamu menghakimi maka kamu pun tidak akan dihakimi, dan janganlah kamu menghukum maka kamu pun tidak akan dihukum. Ampunilah dan kamu akan diampuni”. Ini merupakan bagian ayat yang harus kita selidiki dan pahami dengan utuh. Kita tidak bisa mempunyai pengertian yang cuma satu bagian tanpa melihat keseluruhan dari Kitab Suci. Memahami hal ini mesti melihat kerangka yang utuh bahwa keadilan, penghakiman dan kekudusan Tuhan tidak boleh diabaikan. Maka Saudara tidak bisa menganggap penghakiman sebagai sesuatu yang tidak boleh dilakukan karena ini adalah perintah dari ayat 37. Saudara mesti melihat ayat 37 dengan kesatuan bagian yang lain dan tidak ada bagian dalam kitab suci yang mengijinkan kita meremehkan keadilan Tuhan dan penghakiman Tuhan. Itu sebabnya menghakimi itu wajib dikerjakan, memberikan penghakiman itu harus. Tetapi Tuhan Yesus mengingatkan penghakiman mesti dikerjakan dengan 2 hal. Yang pertama dengan pola atau prinsip yang mutlak dan benar. Kalau saya tidak punya prinsip yang mutlak dan benar, saya tidak boleh menjadi hakim. Kalau saya tidak tahu batasan mana benar, mana salah, saya tidak boleh memutuskan perkara seseorang itu benar atau salah. Kalau saya sendiri sangat kabur tentang mana kehendak Tuhan dan mana yang Tuhan benci, maka saya tidak boleh menjadi hakim dalam perkara siapa pun. Inilah hal pertama, Tuhan Yesus mengingatkan untuk memiliki penghakiman yang benar, jangan berdasarkan apa yang kelihatan oleh matamu sendiri, ini dikatakan di dalam Injil Yohanes. Yang kedua, selain kita memiliki prinsip atau konsep tentang mana yang benar dan mana yang salah, mana yang tepat mana yang tidak, kita harus mengetahui yang kedua, yaitu penghakiman diberikan setelah sebelumnya sudah ada peringatan dan belas kasihan. Tuhan menghakimi pada zaman akhir nanti, setelah sebelumnya Dia memberikan peringatan dan belas kasihan.

Waktu peringatan dan belas kasihanNya ditolak, maka manusia harus masuk dalam penghakiman. Tuhan tidak membiarkan manusia tanpa pilihan dan tanpa kesempatan. Tuhan tidak pernah biarkan manusia tanpa ada kemungkinan untuk keluar dari keberdosaannya. Setelah kemungkinan ini pun manusia tolak, maka penghakiman harus datang, setelah seruan pertobatan pun ditolak maka penghakiman pun harus datang. Jadi penghakiman mutlak harus ada. Dan kita pun harus menghakimi dengan standar yang benar dan dengan keseimbangan kasih, anugerah dan peringatan. Tetapi yang dimaksudkan di dalam ayat 37 adalah penghakiman itu harus dilihat dari sisi yang lain lagi. Maka sekarang kita masuk dalam ayat 37, penghakiman dikerjakan bukan dengan “saya menjadikan diri saya standar”, tapi “saya menjadikan Firman Tuhan sebagai standar”. Tapi itu belum cukup karena ayat 37 mengatakan “jangan menghakimi, jangan menghukum, ampunilah”, ini berarti Tuhan menuntut kita tidak selalu menempatkan diri kita sebagai orang yang menghakimi atau orang yang sedang kena kesulitan karena kejahatan orang lain. Kita mesti memikirkan sudut pandang yang lain yaitu kita pun bisa dalam keadaan perlu anugerah, perlu pengampunan. Ini hal pertama yang Tuhan ajarkan, kekuatan mengampuni itu datang dari pengertian bhawa kita bisa dalam posisi perlu anugerah. Waktu orang datang kepada kita dan mengatakan “ampuni saya”, Saudara ingat kali ini dia yang datang kepada Saudara, tapi nanti ada waktu di mana Saudara yang perlu mengemis-ngemis minta ampun kepada orang lain. Ini hal pertama yang Tuhan ajarkan dalam ayat 37. Dan ini hanya mungkin kalau kita mempunyai kejelasan tentang kesalahan orang “saya tahu orang itu bersalah dan saya tahu saya sudah dirugikan. Tapi sebelum saya memberikan penghakiman apa pun saya mesti pikir pernahkah saya pun dalam keadaan perlu belas kasihan. Itu sebabnya Tuhan Yesus pernah memberikan contoh tentang satu orang yang pernah pinjam uang sama raja. Dia tidak ingat waktu keadaan dia sedang mengemis-ngemis memohon untuk mendapatkan pengampunan. Maka Tuhan mengingatkan kepada kita dalam usaha mengampuni bagaimana kita mempunyai kekuatan mengampuni adalah merenungkan hal ini “saya berada dalam posisi perlu belas kasihan”. Apakah ada orang di sini yang belum mengerti ada dalam posisi minta belas kasihan? Karena tidak mungkin kita tidak pernah mengalami ini, kita pasti pernah mengalaminya waktu datang kepada Tuhan. Waktu datang kepada Tuhan dengan penuh dosa, kita mengatakan “Tuhan, ampuni dosa saya”. Di dalam Mazmur dikatakan “jika Engkau mengingat-ingat dosaku ya Tuhan, aku pasti binasa. Jika Tuhan timpakan kepadaku apa yang layak karena dosa saya, saya pasti binasa”. Jadi ini adalah permohonan belas kasihan, Saudara datang kepada Tuhan dengan mengemis, dengan minta mohon Tuhan ampuni. Orang kalau sudah berdosa kemudian datang, tidak mungkin berani mengucapkan kalimat-kalimat terlalu tinggi kepada Tuhan, dia akan rendahkan diri kemudian mengatakan “Tuhan, ampuni saya orang berdosa ini”.

Maka hal pertama yang Tuhan bagikan untuk kita mempunyai kemampuan untuk mengampuni adalah kita mengambil posisi orang yang bersalah, bukan ambil posisi orang yang sedang berhak memberikan penghakiman apa pun. Ini pengertian yang di kandung di dalam kalimat “jangan menghakimi”. Maksud menghakimi adalah jangan terus pikir menentukan nasib orang, sekali-kali pikir bahwa dirimu pun bisa dalam posisi mendapatkan atau memohonkan belas kasihan dari orang lain. Ini hal pertama yang mesti kita renungkan baik-baik. Saudara dalam keadaan yang dirugikan, Saudara mesti ingat ada seorang bernama Miroslav Volf, seorang teolog Kroasia yang sekarang sedang mengajar di Yale, dia menulis buku “The End of Memory” ini buku yang sangat baik dan Saudara bisa lihat ini, bisa pinjam di perpustakaan. Volf mengatakan pengampunan itu seringkali disalah-mengerti, salah mengerti yang pertama adalah kita merasa pengampunan itu bisa diberikan tanpa kita punya sense of right and wrong, itu salah. Saudara tidak bisa mengampuni sebelum Saudara punya sense mana benar dan mana salah. Saudara mesti punya ketegasan, mesti punya pengertian dulu membedakan mana yang boleh mana yang tidak. Sehingga Saudara tahu persis kalau orang bersalah kepada kita, dia sudah melanggar. Dan Volf mengatakan setiap pelanggaran mesti disuarakan. Tetapi ini disuarakan dalam pengertian yang benar, mengampuni tidak berarti tidak menyuarakan, tetapi Volf mengatakan “pengampunan berarti dengan mulut saya complain, dengan tindakan saya tidak menghukum. Saya menyatakan keberatan saya dengan mulut saya, tapi saya tidak menyatakan keberatan apa pun untuk menghukum dia secara tindakan”. Ini adalah salah satu tindakan luas hati yang luar biasa besar. Maka pengampunan berarti mengingat tapi tidak menimpakan apa yang harusnya ditimpakan kepada orang yang melakukan kesalahan. Ini merupakan satu bijaksana, satu skill hidup yang luar biasa berat, dalam dan sangat indah untuk kita jalankan. Bagaimana menjalakan konsep keadilan tetapi mempraktekan pengampunan lebih besar dari pada pernyatakan keadilan. Maka waktu kita bertindak, kita bertindak dengan prinsip kasih dan pengampunan. Tetapi ketika kita merenungkan, berpikir, kita sudah tahu kita disalahi atau dilanggar dalam hal apa. Jadi jangan menjadi tulus dalam segala hal tanpa diimbangi dengan kecerdikan. Biarlah kita tahu kejahatan dunia seperti apa, kebobrokan orang di sekitar kita yang merugikan kita seperti apa, tapi kita memutuskan untuk tidak membalas apa pun. Maka bagaimana supaya tidak membalas? Ayat 37 mengingatkan kita kadang-kadang harus merenungkan waktu posisi kita menjadi korban. Di dalam merenungkan posisi menjadi korban maka kita akan memikirkan tentang pengampunan yang kita minta untuk terima sekarang harus kita berikan untuk orang lain. Dalam Doa Bapa Kami, Tuhan Yesus banyak sekali mengajarkan poin penting, kita hafal Doa Bapa Kami. Tapi kalau Saudara baca dalam Injil Matius, kesimpulan Tuhan Yesus bukan poin itu, setelah ajarkan Doa Bapa Kami lalu ambil kesimpulan, kesimpulannya adalah “maka jika kamu mengampuni orang lain, Tuhan pun akan mengampuni kamu. Jika kamu tidak mengampuni orang lain, kamu juga tidak akan diampuni”, saya kaget waktu pertama baca, mengapa kesimpulannya justru di poin pengampunan? Mengapa di poin-poin Doa Bapa Kami, yang Tuhan highlight setelah mengajarkan doa ini adalah pengampunan? Dalam Doa Bapa Kami, yang paling penting bukan poin-poin dalam doa itu tapi fakta bahwa doa kita sudah diterima oleh Tuhan. Apa gunanya Saudara punya doa yang begitu indah tapi tidak ada yang dengar. Maka ini yang harus kita pertimbangkan, doa menjadi bernilai karena Tuhan mau dengar. Sehingga waktu saya panjatkan doa itu Tuhan mau dengar. Mengapa Tuhan bisa dengar? Karena Tuhan sudah ampuni kita dan mau dengar doa kita. Jadi konsep pengampunan menjadi sangat penting karena tanpa pengampunan doa sebagus apa pun Tuhan tidak dengar.

Poin kedua dalam ayat 38 “berilah dan kamu akan diberi suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah keluar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur akan diukurkan kepadamu”. Ini sedang berbicara tentang kebiasaan memberi kepada pengemis. Di dalam budaya Israel tidak ada orang senang jadi pengemis, yang jadi pengemis pasti miskin. Tidak seperti budaya kita sekarang, pengemis tapi bisa beli macam-macam. Di dalam kebudayaan Israel tidak ada yang seperti itu, mereka sangat malu kalau harus mengemis, mereka lebih baik hidup miskin dari pada mengemis. Tapi kalau mati bagaimana? Maka mereka terpaksa minta, tidak ada orang rela minta apalagi memanipulasi permintaan untuk memperkaya diri, sehingga orang-orang yang minta-minta itu benar-benar kesulitan. Maka Tuhan membiasakan dalam Taurat untuk punya belas kasihan kepada orang yang perlu. Tuhan mengatakan dalam hukum Taurat “kalau engkau ambil gandum ikat di karung, lalu masukan karungnya ke gudangmu. Kalau ingat ada karung yang ketinggalan, itu tidak boleh diambil, itu jadi hak orang miskin”. Maka kalau orang pelit mau angkut karung, hitung detail “awas jangan ada ketinggalan satu pun, karena kalau satu ketinggalan itu untuk orang miskin, awas”, jadi dia akan teliti sekali jangan sampai ketinggalan. Lalu kedua, kalau petik anggur, waktu jatuh ke bawah tidak boleh pungut, karena yang jatuh ke bawah itu milik orang miskin, mereka pun sekali-kali bolehlah cicip anggur. Maka waktu orang pelit petik anggur, hati-hatinya luar biasa, ini yang pelit. Tapi yang murah hati sengaja tinggalkan, sudah ikat berkas-berkas gandum. Demikian juga ketika orang miskin ketok pintu rumah memohon gandum atau jagung biasanya, “mohon, saya dan anak saya lapar, bolehkah beri makanan?”, biasanya mereka tidak bawa apa-apa kecuali baju dan baju itu ditadahkan untuk dicurahkan. Setiap orang di rumah itu punya gelas ukur, mereka akan ambil gandum kemudian mereka akan curahkan ke baju yang ditadahkan, karena kalau cuma pakai tangan muatnya sedikit, tapi kalau pakai baju lumayan, makanya bajunya orang saat itu longgar-longgar. Mereka curahkan, taruh di baju, dan orang-orang yang pelit itu biasanya akan ambil sekenanya, karena peraturan mengatakan gelas ukur tidak boleh tangan, karena kalau pakai tangan dianggap menghina orang miskin, dan dapatnya sedikit, jadi mesti pakai gelas ukur. Tapi orang yang baik, dia akan ambil dan lihat kalau masih bisa dipadatkan, dia akan ambil pemadat, tumpuk sampai padat, isi lagi, dia bilang “masih dipadatkan lagi”, maka dia padatkan lagi, masih ada ruangan terus diisi sampai penuh seperti es krim. Sehingga waktu jalan dia akan hati-hati supaya tidak tumpah lalu ditaruh di tempat, diribaan orang itu limpahnya bukan main, melebihi gelas ukur. Inilah yang dimaksudkan dalam ayat ini, engkau kalau memberi kepada orang memberi seperti apa, kalau engkau memberi dengan dipadatkan, dengan tercurah limpah tidak hitung-hitungan, maka kamu pun akan dapat belas kasihan yang sama. Dan sekarang kita tafsirkan ini atau terapkan ini dalam pengampunan. Maka hal kedua yang Tuhan Yesus ajarkan adalah untuk punya hati yang bisa mengampuni, kita mesti membiasakan diri punya belas kasihan. Gampang kasihan sama orang akan mempermudah kita mengampuni. Tapi kalau kita tidak pernah melatih diri kita dengan memberikan belas kasihan kepada orang lain, kita akan sulit mengampuni, tidak terbiasa, jadi perlu ada latihan spiritual untuk mampu mengampuni yaitu membiasakan melihat orang lain lalu merasa kasihan. Ada orang kalau lihat orang lain jahat langsung tuduh, langsung tangannya tunjuk dan mengatakan “hukum”. Tapi ada orang yang lihat langsung pikir “mungkin keluarganya perlu, mungkin dia kepepet, mungkin”, ini serangkaian mungkin yang muncul di dalam hati orang yang belas kasihan. Dan Tuhan mau kita menjadi orang yang seperti itu. Sehingga ketika kita menghukum, kita menghukum dengan tidak tega, ketika terpaksa menjatuhi hukuman kita tahu ini demi keadilan bukan demi memuaskan hawa nafsu.

Ini bedanya keadilan dengan balas dendam. Keadilan itu bukan supaya aku puas, tapi supaya ada kestabilan di dalam prinsip keadilan Allah. Tapi balas dendam berarti “saya hantam kamu, yang penting saya lega”, ini adalah sesuatu yang jahat. Tuhan mau membiasakan kita untuk tidak punya kebiasaan hawa nafsu untuk melampiaskan amarah dan dendam. Maka Tuhan memerintahkan kita untuk mengubah itu dengan cara bertindak belas kasihan. Ini prinsip Alkitab yang sangat penting, baik di dalam berita Injil maupun di dalam surat-surat Paulus, setiap usaha meninggalkan dosa tidak bisa dilakukan dengan nol, tidak bisa dilakukan dengan menahan diri tidak berdosa, tetapi harus diisi dengan tindakan yang berlawanan dengan dosa itu. Paulus mengajarkan “yang dulunya suka mencuri, engkau tidak boleh mencuri lagi, tapi harus belajar memberi”, supaya Saudara benar-benar lepas dari dosa mencuri, Saudara mesti melawannya dengan memberi, bukan melawannya dengan tidak mencuri. Jadi agama Kristen itu bukan agama negasi. Berhenti berdosa dan melakukan hal yang berlawanan dengan apa yang biasa kita lakukan. Maka siapa yang kikir mesti bertobat dari kikir dengan cara menjadi orang yang penuh dengan kemurahan. Orang yang sulit mengampuni mesti bertobat dari sulit mengampuni dengan menjadi orang yang murah hati, bukan menjadi orang yang netral. Maka poin kedua untuk mengampuni adalah membiasakan diri untuk punya belas kasihan, membiasakan diri untuk coba memaklumi orang, lalu merasa hati kita perasaan marah digantikan dengan perasaan kasihan. Ini kemenangan, waktu Saudara terus marah-marah, benci, dendam ke orang itu berarti Saudara yang kalah. Tapi ketika Saudara mampu mengganti perasaan ini dengan perasaan kasihan sama orang, Saudara mengalami kemenangan.

Lalu ayat 39 mengatakan “Yesus berkata pula suatu perumpamaan kepada mereka: dapatkah orang buta menuntun orang buta? Bukankah keduanya akan jatuh ke dalam lobang”. Maksudnya adalah Tuhan Yesus mau menekankan yang Dia ajarkan mengenai pengampunan bukan cuma ajaran tetapi ajakan, ajakan berarti Dia sendiri sudah kerjakan. Jadi Tuhan Yesus bukan pengajar pengampunan tetapi Dia pemberi pengampunan yang mengajak kita juga untuk mengampuni. Sebab Tuhan Yesus di atas kayu salib Dia mengampuni, di atas kayu salib Dia berdoa kepada Tuhan “ampunilah mereka”. Jadi Kristus mengatakan “kalau Aku tidak lakukan, Aku cuma orang buta dan orang buta tuntun orang buta pasti jatuh ke dalam lobang”. Siapa yang bisa menuntun kita lebih baik dari pada Kristus mengenai pengampunan? Maka Tuhan Yesus adalah contoh yang sempurna untuk pengampunan. Itu sebabnya Tuhan Yesus mengatakan “kalau cuma orang buta yang tuntun kamu mengampuni, dua-duanya akan jatuh ke dalam lobang”, tapi Tuhan Yesus bukan orang buta, karena Dia adalah yang memberi teladan.

Dalam ayat 40 dikatakan “seorang murid tidak lebih dari gurunya, tapi barangsiapa telah tamat akan sama dengan gurunya”. Tuhan tidak minta kita mengampuni dengan cara yang lebih besar dari Dia, tapi Tuhan juga tidak minta kurang. Tuhan mau kita mengampuni sama seperti Dia sudah mengampuni. Maka Tuhan Yesus yang sudah menjadi contoh mengatakan “Aku Gurumu dan kamu lebih rendah dari Aku. Tapi Aku sedang bimbing kamu supaya kamu sama dengan Aku. Dan Aku tidak akan pernah tuntut kamu lebih dari Aku”, ini guru yang baik. Guru yang baik tidak suruh sesuatu yang dia sendiri tidak kerjakan. Tapi guru yang baik akan tuntut supaya orang yang dibimbing sama dengan dia.
Poin terakhir, ayat 41 dan 42, Tuhan Yesus mengatakan “mengapa melihat selumbar di mata saudaramu sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui”. Tuhan Yesus seringkali memakai istilah yang murid-murid kenal dan kali ini Tuhan Yesus pakai istilah dalam dunia pertukangan kayu. Orang yang sedang gergaji kayu, seringkali kesulitan ada serbuk-serbuk kayu yang terbang masuk mata. Maka Tuhan Yesus memakai contoh, ada orang bekerja di tempat pemotongan kayu, tukang kayu, lalu ada serbuk masuk ke matanya, tiba-tiba datang satu orang yang dimatanya bukan hanya serbuk tapi ada balok kayu masuk ke mata. Kita ahli kalau disuruh bikin daftar kesalahan orang. Setiap detail kesalahan orang kita tahu. Tapi coba tulis kesalahan sendiri? Pasti bingung, ini namanya balok tidak kelihatan tapi debu kelihatan. Maka Tuhan Yesus mengingatkan mempunyai kemampuan mengampuni, harus lihat kejahatan, kekurangan dan kelemahan diri lebih besar dari usaha melihat kelemahan orang. Mari kita coba lakukan ini. Di dalam keluarga itu selalu ada kesulitan, tapi satu-satunya kemungkinan kesulitan itu berhenti adalah kalau saya dulu berubah. Saudara minta orang lain berubah, sampai Tuhan Yesus datang kedua kali, dia tidak berubah-ubah bagaimana? Tapi Saudara bisa mengubah diri. Maka sebelum orang lain berubah, diri kita sendiri dulu berubah. Setidaknya ada 50% masalah selesai. Itu sebabnya Tuhan Yesus mengingatkan jangan lihat debu di mata orang padahal di mata kamu sendiri ada potongan kayu. Coba keluarkan potongan kayu, baru kemudian bisa lihat debu kayu yang ada di mata orang lain.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Sengat Maut ialah Dosa

(1 Korintus 15: 56)
1 Korintus 15: 56 “sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat”, kita tahu apa itu dosa. Tapi dalam 1 Korintus 15 ada pembahasan yang baru yang tidak mungkin kita ketahui kecuali kita mengenal bahwa Yesus Kristus sudah mati dan bangkit. Ayat 56 mengatakan dosa adalah sengat dari maut. Maut menjadi menyakitkan karena ada dosa, maut menjadi sesuatu yang berbahaya karena ada dosa, maut menjadi sesuatu yang ditakuti karena ada dosa. Mati adalah sesuatu yang dialami oleh semua manusia, mati adalah sesuatu yang benar-benar mau dihindari oleh manusia. Kematian tidak bisa disogok, kalau dia sudah mau datang, Saudara tidak bisa tolak dia, kalau dia sudah dekat Saudara tidak bisa lari dari dia. Waktu akan terus berlalu dan ini akan semakin membuktikan keterbatasan kita dan saat nanti menghadapi kematian. Saudara sekarang mungkin masih muda atau yang sudah lebih tua, Saudara mesti ingat satu hal umur tidak akan pernah tetap. Kita terus jalani hidup dan kematian akan terus semakin mendekat. Waktu engkau sampai dengan kematian, engkau akan mengatakan “saya sudah kerjakan apa yang harus saya kerjakan”, ini persis dengan apa yang dikatakan Paulus “saya sudah berlomba dan sekarang sudah sampai garis finish”. Apa yang Tuhan percayakan tidak ada yang saya buang, apa yang Tuhan ingin saya kerjakan sudah saya kerjakan, dan saya kerjakan dengan tanggung jawab sehingga saya berani melihat wajah Allah, ini ucapan yang luar biasa. Bagaimana saya perlakukan hidup di dalam Tuhan akan menunjukan bagaimana saya akan menghadapi kematian. Maka Saudara harus pilih mau menghadapi kematian dengan satu perasaan lega karena sudah beres atau menghadapi kematian dengan perasaan terlalu banyak kekacauan. Ini membuat orang makin sadar akan nilai hidup dan makin sadar bahwa selama saya hidup saya sudah lewatkan banyak waktu dan sekarang saya sudah mendekat kepada kematian.

Lalu saya mulai tanya mengapa kematian begitu menakutkan? Apakah kalau jantung saya berhenti berdetak, lalu saya berhenti bernafas, apakah ini berarti sesuatu yang sangat mengerikan, berhentinya tubuh berfungsi apakah itu terlalu menakutkan? Beberapa orang mengatakan iya, tapi ada orang lain mengatakan “tidak tentu ini yang membuat itu menakutkan”. Itu sebabnya seperti yang saya khotbahkan beberapa waktu yang lalu, orang bernama Franz Lists, dia selidiki tentang kematian. Banyak artis-artis yang penting merenungkan tentang kematian lalu membahas apa itu kematian, salah satunya Franz Lists. Franz Lists menyelidiki tentang apa itu kematian dan dia sangat tergugah dengan lagu Dies Irae, lagu pernyataan penghakiman Tuhan dan ini yang membuat manusia begitu gentar. Setelah dia selidiki, dia ingin membuat satu orkestra dan karya piano yang membuat orang yang mendengar ketakutan dan yang main juga ketakutan. Kalau kematian sudah mendekat, bagaimana reaksinya? Kematian begitu menakutkan, tapi yang membuat takut itu apa? Ini yang Paulus coba ajarkan, apa sengat dari maut? Mengapa maut begitu menakutkan. Dan kalau Saudara mengatakan “saya tidak takut mati, saya sudah siap mati”, yang bilang sudah siap mati nanti yang lebih dulu mati. Tapi tidak bisa seperti itu “saya sudah siap mati, saya sudah percaya Kristus, tapi saya tetap punya keraguan, tetap mempunyai perasaan gentar kalau menghadapi kematian. Mengapa kematian mempunyai satu jerat, satu kekuatan yang membuat saya ketakutan, yang membuat saya tidak tenang, apakah itu?”. Paulus menjawab dengan simple, yang membuat kematian begitu menakutkan adalah dosa. Apakah tidak terbalik? Mungkin Paulus hendak menjelaskan sengat dari dosa adalah maut, dosa berakibat kematian. Tapi Paulus tidak bilang seperti itu. Dalam ayat 56 Paulus mengatakan “yang paling kita takuti dari maut adalah dosa”. Saudara bisa terima argumen ini? Ini pasti benar karena yang menulis adalah Paulus. Tetapi meskipun setuju, tetap akan bertanya mengapa sengat maut itu dosa? Mengapa hal yang menakutkan dari maut adalah dosa? Karena selama ini yang saya pikir dosa itu yang menakutkan adalah maut, membuat kita menuju kepada kematian. Tapi Paulus mengingatkan dosa itulah yang membuat kita gentar kepada kematian, dosalah yang membuat maut menjadi sesuatu yang sangat berat untuk kita hadapi. Dan dalam pengertian Paulus kematian adalah sesuatu yang harus terjadi tetapi juga sedang terjadi di dalam kehidupan orang tidak percaya. Ini hal pertama yang saya mau kita ingat baik-baik, kematian bukan hanya akan terjadi, tetapi sedang terjadi di dalam kehidupan orang yang tidak percaya Tuhan Yesus. Engkau tidak percaya Kristus, engkau sedang menjalani kematian di dalam hidup. Efesus 2 mengatakan demikian, Paulus mengatakan engkau adalah orang yang mati, engkau hidup di dalam kematianmu ketika engkau terus berbuat dosa. Berarti ada orang yang hidup tetapi mati, karena dia sedang digenggam oleh dosa. Dosa membuat dia menjalani hidup yang sebenarnya mati, pernahkah sadar akan hal ini?

Saudara mungkin hidup menikmati atau terlalu banyak gangguan dalam hidup sehingga Saudara gagal melihat permasalahan yang paling utama. Alkitab memberikan pelajaran kepada kita bahwa setan adalah ahli dari penipuan, dia bisa mengarahkan pandangan kita ke tempat lain sehingga kita tidak sadar bahwa masalah sebenarnya ada di sebelah lain yang kita tidak lihat. Hati-hati dengan jerat setan, setan akan membuat Saudara melihat hal yang sebenarnya bukan inti permasalahan hidup Saudara. Kalau ada kesempatan silahkan di rumah ambil kertas, lalu Saudara tulis apa problem Saudara yang paling besar, saya hampir berani jamin bahwa semua akan tulis poin yang salah dalam poin kesatu. Saudara akan tulis “apa problemku yang paling besar? Salah satu yang paling besar adalah kurang uang”, atau mungkin ada juga yang menulis “masalahku yang paling besar adalah istriku yang galak”, mungkin juga suami-suami menulis “masalahku yang paling besar adalah istriku kalau sudah bicara tidak bisa dihentikan”, lalu istri-istri menulis “masalahku paling besar adalah suamiku karena suamiku menganggap aku masalahnya yang paling besar, jadi suamiku adalah masalah besar bagiku”. Jadi orang tulis masalah paling besar yang sebenarnya adalah pengalihan dari setan untuk Saudara menyadari masalah yang paling utama dalam hidup. Jangan termakan tipu daya dia. Masalah paling besar di dalam Alkitab adalah karena kita sudah diikat oleh dosa. Ini masalah paling utama. Dan waktu kita tanya “apakah dosa itu?”, Paulus memberikan dengan sangat jelas hal pertama mengenai dosa adalah kita mengabaikan Tuhan. “Saya tidak peduli Tuhan” itu problem utama dari seorang manusia. Itu sebabnya keadaan kita menjadi keadaan yang kasihan karena kita tidak ingat bahwa Allah itu ada. Dan yang kita tahu adalah Tuhan ada tapi Dia tidak berpengaruh apa-apa di dalam kehidupan. Ini problem nomor 1, inilah masalah paling utama di dalam hidup manusia “saya tidak peduli, kalaupun Dia ada ya silahkan berada, Tuhan mau ada ya puji Tuhan, kalau tidak ya terserah, pokoknya saya jalani hidup seperti yang saya jalani di dalam keinginan saya. Engkau ada atau pun tidak itu bukan urusanku lagi”. Itu sebabnya orang yang mengaku Tuhan ada pun belum tentu menjalani hidup seperti pengakuan dia bahwa Tuhan ada. Banyak orang mengaku agama Kristen, ditanya “percaya Tuhan?”, “percaya”, “percaya Tuhan Yesus?”, “percaya”, “percaya Roh Kudus?”, “percaya”, “percaya Alkitab adalah Firman Tuhan?”, “percaya”, “pernah baca Alkitab?”, “pernah”, “kapan terakhir baca Alkitab?”, “3,5 tahun yang lalu”, “mengapa baca Alkitab 3,5 tahun yang lalu?”, “karena saya baca beberapa kali sampai saya tidak mengerti, saya tutup, saya taruh begitu saja”. Orang mengaku Kristen, mengaku Alkitab adalah Firman Tuhan tapi tidak pernah membaca Alkitab. Jangan terbiasa mempunyai hidup dan pikiran yang terpisah, itu tidak baik. Kalau kita terus terbiasa terpecah seperti itu, kita tidak akan menjadi manusia yang utuh. Problem yang sangat besar adalah saya tidak mempedulikan Tuhan, saya mengabaikan otoritas Dia, saya mengabaikan seluruh kuasa dan pengaturan Dia di dalam hidup saya, itulah problem paling utama. Problem paling utama saya tidak mau sembah Tuhan meskipun saya tahu Tuhan ada. Begitu banyak orang puas dengan hidup sekular yang mereka jalani, hidup begitu nyaman tapi tidak perlu tarik Tuhan masuk di dalam hidup kita sebagai Penguasa segala sesuatu, “saya lebih senang pegang tangan nasib saya dari pada harus saya lepaskan ke dalam tangan Tuhan”. Itu sebabnya manusia hidup dalam kerusakan yang begitu parah. Maka inilah problem paling utama, apa sih dosa itu? Apa sih problem paling utama dalam hidup saya? Apa yang membuat saya menjalani hidup seperti orang mati dengan hidup seperti ini?

Hal pertama adalah saya tidak mau menerima semua fakta yang saya tahu bahwa Tuhan ada. Tuhan ada, saya tidak mau sembah Dia. Tuhan berfirman, saya tidak mau dengar. Tuhan mempunyai kehendak, saya tidak mau taati. Tuhan mempunyai perintah, saya abaikan. Inilah problem paling utama. Dan iblis akan membuat kita melihat hal yang lain, “kamu punya problem apa bukan itu, kamu percaya Tuhan atau tidak percaya Tuhan itu bukan hal yang penting, yang penting itu lihat bagaimana pekerjaanmu itu sukses atau tidak, lihat uangmu itu bertambah atau tidak, lihat kenikmatan yang kamu alami, lihat bagaimana kamu bisa mengeruk kenikmatan lebih besar lagi”, ini yang membuat kita terus cari-cari bahagia tapi meninggalkan sumber bahagia.

Hal kedua, dosa adalah mengabaikan seluruh prinsip dari Taurat Tuhan. Dalam ayat 56 dikatakan kuasa dosa adalah hukum Taurat. Apa maksudnya? Apakah hukum Taurat itu jahat? Tidak. Apakah hukum Taurat itu sesuatu yang evil? Tidak. Adakah hukum Taurat diberikan untuk membuat manusia mati? Tidak. Kalau hukum Taurat itu baik mengapa membuat aku mati? Karena hukum Taurat memberikan satu prinsip bahwa pelanggar dari prinsip Tuhan adalah seteru Tuhan. Saya mengabaikan Tuhan, otomatis masuk dalam hal kedua, Tuhan akan nyatakan saya sebagai seteruNya. Kita mungkin mengatakan “mengapa kalau saya berbuat dosa, saya menjadi seteru Allah?”, karena Allah adalah Allah yang menyatakan diri sebagai Pencipta dan Penopang hidup kita dan kita mengabaikan kehendakNya dalam hidup kita. C.S. Lewis menulis hal yang baik sekali dalam buku Mere Christianity, dalam buku ini dia mengatakan dosa adalah pelanggaran terhadap pribadi, bukan pelanggaran peraturan saja. Waktu Saudara berdosa, Saudara melanggar Pribadi Tuhan. Ini yang membuat Tuhan maeah dan Dia berhak untuk marah. Kita terus membuat Tuhan sesuai dengan selera kita “pokoknya kalau saya menjadi tuhan, saya tidak akan marah-marah, maka Tuhan pun tidak boleh marah”. Tuhan menyatakan kita telah berdosa dan dengan TauratNya menyatakan “engkau adalah pelanggar-pelanggar yang membuat Tuhan melihat engkau sebagai seteru”. Ini adalah hal kedua yang menjadi problem besar. Hal pertama, hidup saya jalani tanpa peduli Tuhan, hidup saya jalani tanpa sadar saya harus menyembah Tuhan. Ada problem kedua yang besar, hidup saya jalani sebagai orang yang sedang memancing-mancing permusuhan dengan Tuhan. Banyak dari kita setiap hari melewati lembar-lembar baru hari hidup dan terus isi dengan kebobrokan. Sampai kapan lembar hidup Saudara isi dengan kebobrokan, diisi dengan kekerasan hati, diisi dengan niat yang tidak mau berubah, tidak pernah mau bertobat di hadapan Tuhan, terus jalani hidup dengan mengisi lembar-lembar yang akhirnya menjadi kotor dalam hidup kita. Saudara ketika akan meninggalkan dunia ini, bagaimana bertanggung jawab atas hidup ini? Itu sebabnya kalau kita hidup di dalam dosa, dosa itu menjadi sengat yang membuktikan kita berada dalam kuasa maut. Itu sebabnya dalam ayat 56 dikatakan “sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah maut”. Lalu di dalam keadaan yang kacau seperti ini manusia mau cari jalan keluar, dia mau lepas dari kehidupan seperti ini tapi tidak tahu harus bagaimana. Waktu manusia mau cari jalan keluar, iblis akan datang menawarkan jalan keluar palsu yang akan memperburuk. Apakah jalan keluar palsu itu? Jalan keluar yang paling parah adalah memberikan kepada kita agama-agama palsu yang tidak mengarahkan kita kepada Allah yang sejati.

Lalu hal ketiga, setan akan menawarkan jalan keluar kepada kita yang bersifat buntu, sehingga kita mengatakan “saya putus asa, saya tidak temukan jalan keluar. Maka saya dalam keadaan hidup yang begitu frustasi, saya tidak tahu lagi mau lakukan apa, hidup saya sudah terlalu kompleks dan tidak sanggup jalani lagi”, ini adalah jalan palsu yang ketiga. Maka Alkitab mengatakan satu-satunya kemungkinan kita lepas adalah kalau kuasa dosa dipatahkan dan kalau kutuk hukum Taurat dibalik menjadi berkat, inilah pengertian Injil yang harus kita tahu. Agama Kristen bukan agama yang mengajarkan bagaimana keluar dari dosa dengan kekuatan sendiri. Agama Kristen adalah agama yang mengajarkan bagaimana dengan kekuatan Kristus kita bisa dibebaskan dari segala kuasa dosa. Bagaimana lepas dari kuasa dosa? Yang pertama dosa harus dihancurkan. Yang kedua, Taurat mesti diubah dari kutuk menjadi berkat, bagaimana ubah ini? Satu-satunya kemungkinan ubah adalah kalau Tuhan cukup berbaik hati memperkenalkan atau menerapkan kebaikan dari satu orang untuk berlaku kepada semua orang, ini satu-satunya kemungkinan. Saudara mengharapkan saya baik sendiri, tidak bisa. Tapi kalau Tuhan murah hati, Tuhan ijinkan seluruh manusia dinilai keadaannya melalui perwakilan. Adakah orang yang tidak pernah melakukan kejahatan, adakah orang yang tidak pernah menyalahi aturan dari Taurat? Taurat mengatakan sembahlah hanya Allah, adakah orang seperti ini, setia seumur hidup, sangat sulit, maka kita tidak mungkin mempunyai pengharapan. Tapi Tuhan mengatakan Kristuslah pengharapan itu, karena Dialah yang dijanjikan Allah menjadi Wakil yang kedua. Maka Alkitab mencatat Tuhan Yesuslah satu-satunya yang mungkin jadi Juru Selamat, karena Dialah satu-satunya Orang yang diberikan ke dalam dunia ini untuk menjadi Wakil dari seluruh manusia. Adam adalah wakil dari seluruh manusia, wakil berikut bukan para nabi, wakil berikut bukan Musa, wakil berikut bukan Daud, wakil beriku bukan pemimpin-pemimpin agama, wakil berikut bukan orang-orang besar dalam agama apa pun, wakil yang berikut adalah Kristus Anak Daud. Tahu dari mana Dia adalah yang berikut? Karena Alkitab mencatat kelahiranNya penuh mujizat, kemudian pelayananNya terus dikonfirmasi Tuhan sebagai Sang Wakil itu, lalu kematianNya adalah kematian yang menanggung dosa seluruh umat, kebangkitanNya menjadi contoh kebangkitan umat yang percaya. Hanya Kristus, bukan yang lain. Saudara mau bandingkan Kristus dengan siapa? Dia adalah Wakil kedua dari umat manusia. Kalau wakil kedua berarti kegagalanNya menjadi kegagalan seluruh umat manusia, keberhasilanNya berarti keberhasilan seluruh orang yang beriman kepada Dia. Itu sebabnya serangan iblis kepada Yesus Kristus jauh lebih berat dari pada serangan iblis kepada kita semua. Yesus menjalani hidup penuh dengan kesetiaan, menjalani hidup dengan penuh kesetiaan dan kebaikan. Kristulah satu-satunya yang dapat memberikan kita pengharapan sejati, keluar dari problem dosa dan problem menjadi musuh Tuhan, dengan cara Dia mewakili kita hidup bagi Tuhan. Lalu ketika Dia mewakili hidup bagi Tuhan dengan baik, Dia harus mewakili kita di dalam menanggung hukuman karena kita sudah dimurkai oleh Tuhan. Maka Dia menyerahkan Diri menjadi korban di atas kayu salib. Dia mati, setelah 3 hari Dia bangkit. Waktu kita mati, kita mati dan setelah itu kedatangan Dia ke-2, kita akan bangkit. Inilah pengertian iman yang kita ketahui.

Maka Yesus Kristus menjalani diriNya menjadi murka, menjadi apa yang menanggung murka Tuhan, menjadi seorang yang mewakili kita mendapatkan seluruh murka Allah waktu Dia mati di kayu salib. Setiap Jumat Agung inilah yang kita ingat, Dialah Raja yang dijanjikan, tapi Dia lepas mahkotaNya diganti mahkota duri, Dia lepas segala kemewahan hidup menjadi Anak Allah, lalu Dia menjadi korban bagi manusia. Ini berita yang tidak mungkin dikarang, tidak mungkin dapat masuk ke dalam pikiran manusia bagaimana ada Allah yang menjemput umatNya penuh dengan cinta kasih dan penuh dengan pengorbanan seperti ini. Maka Saudara renungkan ini waktu Kristus dipaku di kayu salib, Dia mengingat dosa kita yang harus ditanggung dan Dia lakukan itu dengan rela. Waktu darahNya tercurah, Dia kerjakan itu supaya kita lepas dari seluruh kehidupan yang rusak ini. Itu sebabnya Kristus yang mati dan bangkit menyatakan kebangkitanNya, Paulus mengatakan maut telah ditelan dalam kemenangan. Hai maut di mana kemenanganmu? Hai maut di mana sengatmu? Apakah sengat maut? Dosa. Dimana dosa? Dosa sudah ditaklukan. Bagaimana dosa ditaklukan? Dengan Kristus yang datang kemudian mengambil seluruh tugas tanggung jawab yang Tuhan berikan kepada kita untuk hidup dengan setia, lalu mengambil seluruh murka yang harusnya ditimpakan kepada kita. Setelah Kristus yang bangkit ini menyatakan diri, maka kita pun menjadi satu dengan Dia dalam berjuang untuk mengatasi dosa. Sekarang dosa bukanlagi menjadi sengat yang mematikan kita, tetapi menjadi sisa yang harus kita buang dari hidup kita. Maka sekarang saya minta semua orang yang sudah ikut Kristus ingat semua hal ini, makin kita membiarkan hidup dikuasai dosa makin kita hidup dengan cara yang sangat bodoh, karena setelah kita lepas dari dosa, kita pilih untuk jalani hidup dengan yang dulu, itu bodoh sekali. Kapan Saudara berjuang untuk tinggalkan seluruh kecemaran dan hidup di cara yang baru di dalam Tuhan. Tinggalkan kecemaran dan mulai hidup penuh denagn kekudusan, tinggalkan amarah dan mulai hidup dengan penuh cinta kasih, tinggalkan tipu daya dan mulai hidup dengan ketulusan, tinggalkan kebencian dan mulai hidup dengan penuh kasih dan pengampunan, tinggalkan seluruh keserakahan dan mulai hidup dengan kerinduan menolong orang lain, tinggalkan motifasi yang penuh dengan kesombongan dan mulai hidup dengan kerendahan hati untuk memuliakan nama Tuhan. Saudara mesti mulai dalam hidup ini, Saudara tunda lagi, waktu terus lewat. Biarlah Paskah ini menjadi momen kita memperbarui hidup, memperbarui diri. Yang belum percaya kepada Kristus, cepat percaya kepada Dia. Yang sudah percaya di dalam Kristus, cepat bersihkan sisa dosa yang masih menempel dalam hidupmu. Tuhan tidak membiarkan waktu tetap diam tunggu Saudara, waktu akan terus lewat.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)