Herodes dan Kristus

(Lukas 9:7-17)
Dari setiap Injil itu kita bisa membagi setidaknya ada 2 sudut pandang yang penting dan berbeda mengenai peristiwa memberi makan 5.000 orang. Berbeda bukan berarti bertentangan. Berbeda berarti ada 2 sudut pandang yang memperkaya pengertian kita akan peristiwa itu. Sudut pandang dari Yohanes sedikit beda dari sudut pandang Lukas, Markus atau pun Matius. Di dalam Injil Yohanes peristiwa memberi makan 5.000 orang ini menjadi kesempatan bagi Yohanes untuk menekankan bahwa Yesus Kristus adalah roti yang akan terpecah bagi orang-orang yang menjadi umatNya. Pada waktu itu penulis Kitab Injil yaitu Yohanes berusaha menekankan bahwa Kristus lebih agung dari Musa, Kristus lebih agung dari apa yang Tuhan kerjakan melalui Musa. Pada waktu itu ada perdebatan apakah Yesus lebih baik dari pada Musa? Ada yang mengatakan Yesus membawa hal yang baru, Dialah Sang Mesias, tapi masih ada perdebatan yang tidak percaya Dia. Mereka terus menyerang dan mengatakan Yesus bukan Mesias, karena Dia tidak lebih baik dari pada nabi-nabi yang sudah pernah muncul. Perdebatan ini terus muncul sehingga ketika Yesus memberi makan 5.000 orang lalu orang-orang yang sudah mendapat makan mengatakan “kami harus jadikan orang ini Raja, Dia sudah beri kami makan berarti Dia cocok jadi raja. Kalau Dia menjadi Raja, Dia akan pelihara hidup kami, Dia akan membawa kami ke dalam kesejahteraan, makanan dan keamanan terjamin”, maka mereka mencari Tuhan Yesus. Tapi Injil Yohanes mengatakan Yesus menyendiri, berdoa dan menyuruh murid-muridNya naik ke perahu untuk menyeberang danau. Di dalam malam hari setelah murid-murid menyeberang, barulah Yesus menyusul mereka dengan berjalan di atas air. Ini peristiwa yang dicatat di dalam Injil, baik Matius, Markus, Lukas dan Yohanes. Tetapi yang dilanjutkan oleh Yohanes itu tidak terdapat dalam Injil yang lain, yaitu setelah Yesus pergi menyeberang danau, orang-orang susul mereka dan mereka minta supaya Dia menjadi raja. Mereka cari mau menjadikan Dia raja, lalu Yesus mengatakan “engkau mau menjadikan Aku raja karena sudah makan roti dan kenyang, bukan karena engkau tahu siapa Aku, bukan karena engkau melihat tanda-tanda dan mengakui bahwa Aku adalah Sang Mesias itu.

Injil Sinoptik mempunyai sorotan yang lain, yang menjadi tekanan dari Matius, Markus dan Lukas bukanlah pada tekanan Kristus sebagai Roti hidup, tapi tekanan mereka adalah kepada Kristus sebagai pemimpin yang beda dengan Herodes. Itu sebabnya baik Matius, maupun Markus, Lukas memberikan cerita memberi makan 5.000 orang ini setelah membahas cerita tentang Herodes. Herodes dulu dibahas baru masuk ke dalam peristiwa memberi makan 5.000 orang. Apa kaitannya? Ini yang akan kita bahas pada kali ini, kita akan melakukan perbandingan antara pemimpin dunia yang kejam seperti Herodes dan Raja sejati yang akan datang yaitu Kristus. Di dalam Alkitab baik jabatan sebagai nabi maupun imam maupun raja ini adalah 3 jabatan yang Tuhan berikan kepada manusia. Tapi yang Tuhan katakan akan digenapi oleh Kristus. Jadi 3 jabatan yang ada di dalam Perjanjian Lama ini semua akan bermuara kepada pribadi Kristus, semuanya akan memuncak pada Kristus. Itu sebabnya setelah Tuhan membangkitkan Musa, Musa mengatakan “akan ada nabi dibangkitkan sesudah aku dan akan ada dari mereka satu orang nabi, yang kalau engkau mengabaikan perkataannya, engkau akan mati”. Jadi Musa mengatakan akan banyak nabi, tapi akan ada satu yang jika engkau mengabaikan perkataannya, engkau pasti mati. Jadi Musa mengatakan setelah aku akan ada nabi-nabi lain, setelah nabi-nabi muncul apakah sudah selesai? Tidak, karena setelah nabi yang terakhir, yang dicatat dalam Perjanjian Lama berbicara, yaitu Maleakhi, dia masih mengatakan nabi Perjanjian Lama yang lain, yang masih akan muncul yaitu Yohanes Pembaptis. Yohanes Pembaptis ini unik, meskipun dia adalah nabi Perjanjian Lama tapi ditulis di Perjanjian Baru. Maka Maleakhi mengatakan “akan ada suara berseru-seru” dan itu yang dimaksudkan adalah Yohanes Pembaptis. Maka Yohanes Pembaptis menjadi nabi yang menggenapi apa yang Musa katakan. Tetapi bukan Sang Nabi itu yaitu 1 orang yang akan menggenapi seluruh pekerjaan nabi yang Tuhan sudah nyatakan dalam Perjanjian Lama. Maka ketika orang bertanya kepada Yohanes “engkaukah nabi yang akan datang itu, engkaukah dia?”, Yohanes Pembaptis mengatakan “bukan, aku hanyalah suara”. Yohanes Pembaptis ketika ditanya “engkauhkah nabi itu?”, Yohanes Pembaptis mengatakan “saya hanya suara”. Suara apa? Suara yang menunjuk kepada Sang Nabi itu. Jadi Yohanes Pembaptis mengatakan yang menggenapi jabatan nabi bukan dia, tapi Yesus Kristus. Yesuslah yang akan menggenapi jabatan dan juga otoritas sebagai nabi. Dan dikatakan, yang dengar suaraNya akan hidup dan yang tidak mendengar akan mati. Bahkan lebih ekstrim lagi, di dalam Perjanjian Baru dikatakan “ yang mendengar suaraNya kalau pun dia sudah mati, dia akan hidup. Dan yang tidak dengar suaraNya, meskipun dia hidup, akan mati”, ini ancaman yang mengerikan sekaligus pengharapan yang besar. Sebab dikatakan akan ada saat dimana orang-orang mati akan dengar suara Dia dan akan hidup, dan orang-orang hidup yang mengabaikan suaraNya akan mati. Ini bukan nabi sembarangan, ini bukan Elia, ini bukan Elisa, ini bukan Yesaya, ini bukan Musa, sebab tidak ada satu pun dari mereka perintah orang mati dengan otoritas Ilahi dan orang itu bangkit. Elia dan Elisa membangkitkan orang mati tapi tidak dengan otoritas seperti Allah. Tapi Yesus membangkitkan orang mati dengan otoritas yang luar biasa besar. Dia membangunkan orang mati dengan memegang tangannya saja, Dia membangkitkan Lazarus dengan berseru memerintahkan orang mati itu keluar. Maka dikatakan akan ada saatnya dimana orang-orang mati ini mendengar suaraNya dan mereka akan bangkit dari kubur, dan orang-orang hidup yang menolak Dia akan dikubur dan mati. Maka Yohanes Pembaptis mengatakan “bukan saya nabi itu, tapi yang akan datang”. Setelah Yohanes Pembaptis makin populer dan murid makin banyak, pada waktu itu Yesus hadir dan Yohanes segera mengatakan “inilah Dia yang aku beritakan, inilah Dia Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia”. Maka Kristus diperkenalkan oleh Yohanes sebagai yang menggenapi panggilan sebagai nabi.

Lalu di dalam Surat Ibrani diingatkan Yesus bukan hanya menggenapi sebagai nabi, Yesus juga menggenapi jabatan sebagai imam, sebab dengan menjadi korban di atas kayu salib dan dengan kedudukanNya sekarang yang ditinggikan di sebelah kanan Allah, Dia menjadi pengantara kita sampai selama-lamanya. Banyak orang Kristen yang tidak tahu, tapi Saudara harus tahu bahwa Yesus setelah menjadi manusia, selamanya Dia adalah manusia. Dia adalah Allah sejati dan manusia sejati, 2 natur dalam satu pribadi, dan sampai selamanya 2 natur ini tetap ada. Di dalam Kitab Daniel dikatakan sang raja itu seperti anak manusia akan berdiri menerima tahta dari Allah. Maka bagian ini sedang mempersiapkan pembaca untuk melihat Yesuslah Sang Raja itu. Itu sebabnya di dalam pasal 9, Lukas bersama Matius dan Markus menulis sebentar tentang Herodes. Herodes kaget mengapa ada Yesus yang melakukan ini, apakah ini adalah Yohanes Pembaptis yang bangkit lagi? Herodes sudah penggal kepala Yohanes Pembaptis, tapi ada yang percaya kalau Herodes itu Elia yang akan datang dan dia akan bangkit kembali. Jadi Herodes ketakutan, dia sudah bunuh orang, sudah hancurkan, sekarang bingung kalau ternyata orang itu tidak bisa dihancurkan. Sudah hancurkan Yohanes, tapi kekuatan berita Injil tidak bisa dia bungkam. Pemimpin-pemimpin dunia yang bobrok selalu memberikan dirinya untuk menjadi milik setan dan membuat dirinya menjadi oposisi dari umat Tuhan. Umat Tuhan mau kerjakan apa dihambat oleh pemerintah yang korup, dilarang oleh pemerintah yang korup. Kadang-kadang mereka ingin sogok, mereka ingin suap, mereka ingin hal-hal yang untuk memperkaya diri baru memperbolehkan gereja untuk beribadah. Pemimpin seperti ini akan celaka. Herodes adalah lambang dari pemerintahan dunia yang begitu pengecut tapi ingin kekuatan, yang begitu ketakutan tapi tidak mempunyai iman atau keberanian yang berasal dari Tuhan. Itu sebabnya seluruh kekuatan senjata tidak membuat mereka menjadi orang berani, mereka tetap menjadi orang pengecut. Herodes begitu pengecut karena meskipun dia tahu dia membenci Yohanes Pembaptis, tapi keputusan untuk membunuh Yohanes Pembaptis tidak datang dari dia. Dia tidak berani mengambil keputusan membunuh karena dia memperhitungkan kira-kira kekuatannya di mata orang lain akan seperti apa. Banyak politikus bertindak dengan cara seperti ini, kalau saya melangkah seperti ini kira-kira saya akan populer atau tidak, kalau saya lakukan ini kira-kira saya akan diterima atau tidak. Kalau pemimpin tidak menjadi murid kebenaran bagaimana mungkin yang dipimpin bisa sejahtera. Itu sebabnya Herodes menjadi contoh yang buruk dimana dia bertindak apa pun demi nama dan citranya di depan mata rakyatnya sendiri. Kalau kita orang Kristen masih seperti itu, kita akan menjadi orang yang paling kasihan karena kita masih hidup seperti dunia, padahal kita katanya sudah berada di dalam Tuhan. Saudara kalau ambil keputusan, ambil keputusan karena apa, Saudara kalau bertindak karena apa, Saudara kalau melayani karena apa? Karena mendapat pujian dari manusiakah, karena disetujui oleh manusia atau karena apa? Alkitab mengatakan murid kebenaran akan bertindak karena kebenaran, ini saya kerjakan karena ini benar. Banyak pemimpin jadi hamba atas kekuasaannya sendiri, banyak pemimpin menjadi budak karena dia mau mempertahankan statusnya menjadi pemimpin. Itu sebabnya Herodes menjadi bandingan sebelum masuk ke dalam kisah memberi makan 5.000 orang. Herodes dan Yesus menjadi perbandingan yang luar biasa ekstrim yang dipilih untuk disejajarkan oleh Matius, Markus dan Lukas.

Lalu sekarang kita kembali ke contoh pemimpin yang sejati. Ayat 10 mengatakan sekembalinya rasul-rasul menceritakan kepada Yesus, apa yang Yesus kerjakan? Yesus membawa mereka menyingkir ke daerah pinggiran dari kota bernama Betsaida. Ketika mereka sudah masuk di pinggiran kota, mereka pergi ke tempat yang tidak ada orang, tidak ada komunitas untuk mereka boleh menyendiri. Tetapi ternyata pengikut-pengikut Yesus sudah tahu Dia ada di situ, semua berbondong-bondong datang. Kali ini Dia mau terima mereka dan itu sebabnya Yesus mau langsung dibandingkan dengan Herodes, Yesus tahu bagaimana memimpin orang-orang ini. Waktu orang-orang itu sudah dikumpulkan, 5.000 orang dengar Yesus berkhotbah, ini 5.000 orang laki-laki belum termasuk perempuan dan anak-anak, lalu mereka disembuhkan oleh Yesus, mereka diberikan anugerah berkat limpah sekali karena Yesus mengajar dan menyembuhkan mereka. Tetapi yang menjadi poin adalah ketika sudah malam, murid-muridNya datang dan mengatakan “Tuhan, kalau tidak suruh mereka pulang sekarang, tidak sempat lagi, kalau sudah terlalu malam banyak bahaya”. Abad pertama adalah abad yang berat untuk orang Israel, orang Israel kalau jalan malam bisa diserang oleh perampok. Jadi bayangkan waktu berjalan begitu banyak kejahatan terjadi, maka murid-murid mengatakan “Tuhan, jangan suruh pulang malam, bahaya. Jadi tolong suruh mereka pulang sebelum gelap, supaya mereka dapat berlindung di kota-kota terdekat dan mendapatkan makanan di situ”. Tapi Tuhan mengatakan “engkau harus memberi mereka makan”. Mengapa peristiwa makan ini menjadi sangat penting? Saudara mungkin tidak sadar, tapi Alkitab dari Kejadian sampai Wahyu berkali-kali menekankan makanan sebagai bagian dari pernyataan Tuhan tentang kebenaranNya. Maka pada bagian ini pun sama, Yesus suruh mereka berkelompok-kelompok, bukan dalam kelompok besar, tapi di dalam kelompok-kelompok untuk persekutuan makan bersama. Ini harus kita mengerti di dalam tradisi orang Yahudi, orang Yahudi kalau makan bersama itu punya poin yang ditekankan yaitu yang pertama orang Yahudi makan bersama untuk meyakinkan tidak ada dari komunitasnya yang kelaparan. Ini hal yang penting, kadang kita kurang peka siapa yang sedang kekurangan, tapi dengan makan bersama kita memastikan bahwa tidak ada komunitas kami yang kekurangan sehingga dia kelaparan, mari kita makan sama-sama, ini hal pertama.

Lalu hal kedua, makan bersama memberikan tanda bahwa Tuhan memberkati bukan hanya saya tapi juga orang lain. Sehingga kita makan bersama-sama dalam satu komunitas menikmati fakta bahwa Tuhan memelihara yang lain, sama seperti memelihara saya. Lalu yang ketiga, makan bersama menunjukan penerimaan dan kebiasaan mendahulukan orang lain. Membiasakan perasaan nikmat waktu lihat orang makan bagian lebih baik dari saya. Ini hanya mungkin dalam persekutuan makan. Kita tidak menggunakan makanan untuk memancing orang lain datang, tapi kita tidak melarang adanya persekutuan makan bersama di dalam gereja Tuhan. Jadi Tuhan Yesus sedang menyatakan Dia sebagai pemimpin yang membawa orang ke dalam communion, suatu relasi, bersama dan juga dengan Tuhan. Maka pemimpin yang baik bukan hanya yang mencukupkan perut saja, tapi yang mencukupkan kebutuhan relasi dengan sesama dan relasi dengan Tuhan di dalam kejujuran dan kebenaran. Maka tidak ada raja yang melakukan ini kecuali Kristus, karena raja lain bisa mengumpulkan orang, memberi makan, memberikan kesejahteraan, tapi tidak mungkin menciptakan relasi yang indah dan sempurna baik di antara manusia maupun dengan Allah kecuali Yesus yang datang dengan memecahkan diri untuk membawa orang berelasi dengan Tuhan dan sesama, maka inilah hal yang pertama. Dialah Sang Pemberi supaya kita menikmati bersama-sama anugerah Tuhan. Lalu hal yang kedua, Yesus Kristus memberikan kelimpahan bukan untuk diriNya sendiri tapi untuk rakyat, bukan untuk dinikmati sendiri tapi untuk diberikan kepada orang-orang yang Dia pimpin. Tuhan Yesus mengerjakan semua yang paling baik untuk dinikmati oleh banyak orang. Ini poin kedua yang harus kita bandingkan, pemimpin dunia ini membuat dirinya lebih utama dari pada yang lain, Yesus Kristus membuat persekutuan di dalam Tuhan menjadi yang paling utama. Perhatikan bahwa Yesus tidak mementingkan satu pribadi, tetapi Yesus mementingkan seluruh persekutuan untuk datang kepada Tuhan. Lalu hal yang ketiga, Yesus Kristus di dalam memberi makan 5.000 orang ini, memberikan contoh kepada para murid bahwa harus ada pemimpin yang mewakili Dia untuk melakukan hal ini. Yesus mengatakan kepada para murid “engkau harus memberi mereka makan”, jadi Yesus sedang mengatakan yang Dia lakukan sebagai kepala harus dilakukan oleh wakilNya yaitu orang Kristen di dalam dunia ini.

Saudara mesti belajar tidak menjadi pemimpin yang sama dengan dunia ini. Tapi menjadi pemimpin yang meneladani Yesus Kristus. Apakah sulit meneladani Kristus? Pasti sulit, apakah mungkin? Sangat mungkin, mengapa bisa? Karena Roh Kudus akan memimpin kita. Maka Saudara, entah Saudara menjadi kepala keluarga atau menjadi pemimpin kelompok atau menjadi orang yang memberikan nasihat kepada orang lain, biarlah kita belajar untuk menjadi orang yang memiliki sifat-sifat Kristus di dalam menjadi Sang Raja yang menggenapi panggilan raja yang Tuhan berikan, dengan otoritas dan kasih memberikan fokus kepada kesejahteraan orang-orang yang dipimpin.
Maka dalam pengertian ini kita akan melatih diri setidaknya dalam 3 hal utama, hal pertama adalah kita mengabaikan apa yang orang pikir tentang kita dan mulai memikirkan apa yang Tuhan pikirkan tentang orang lain, ini hal pertama. Saudara mau menjadi pemimpin yang baik, mulai abaikan yang orang pikir tentang Saudara lalu mulai konsentrasi kepada apa yang Tuhan pikir terhadap orang-orang yang Saudara pimpin. Ini bukan hal yang mudah tapi mesti kita kerjakan. Lalu yang kedua, Saudara harus mengusahakan apa yang Kristus usahakan usahakan yaitu membuat orang-orang menjadi satu di dalam Tuhan. Kesehatian adalah hal yang penting, maka Tuhan Yesus memelihara umatNya bukan hanya dengan khotbah dan memberikan mujizat, tapi juga menyuruh mereka berelasi dalam makan bersama. Lalu yang ketiga, sama seperti Kristus mempunyai rekan untuk memastikan dia punya pengaruh yang diterima, demikian kita pun perlu rekan, tidak ada pemimpin bisa kerjakan sendiri. Herodes mau main sendiri, siapa yang kira-kira mirip dia akan dipenggal, siapa yang ambil hati rakyat akan dipenggal, “saya mesti one man show, saya mesti kerjakan semua. Inilah hal ketiga, biarlah kita belajar bekerja dan bersama, mengetahui bahwa saya sendiri tidak mungkin, tapi saya perlu kerja sama dengan sebanyak mungkin orang untuk menyatakan pekerjaan Tuhan boleh jadi. Inilah prinsip yang indah dari perbandingan Herodes dengan Tuhan Yesus sebagai pemimpin. Dan kiranya kita boleh belajar melihat kemana Tuhan memanggil kita, pengaruh apa yang Tuhan percayakan kepada kita, dan belajar dari karakter Kristus yang agung, dan bukan dari karakter dunia yang banyak kebobrokan. Kiranya Tuhan memberkati.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Persiapan dan Pengutusan

(Lukas 9:1-17)
Kita akan fokus pada ayat 1-6, di mana Yesus mengutus ke-12 murid. Tuhan Yesus mengutus mereka, dan di dalam seluruh gambaran besar, ayat 7-9 mengingatkan bahwa para murid ini diutus di tengah-tengha dunia yang masih dikuasai oleh raja yang jahat, masih dikuasai oleh pemimpin politik yang serakah, dikuasai oleh orang yang mengamankan kerajaannya dengan membunuh saingannya. Jadi murid-murid dilepas ditengah-tengah kelompok yang jahat, ditengah-tengah kekuatan dari masyarakat, kekuatan dari politik, kekuatan dari ekonomi yang begitu kejam. Lalu di dalam ayat 10 dan selanjutnya ternyata dikatakan sekalipun murid-murid sudah pergi dan menemukan kuasa yang luar biasa, karena mereka boleh membagikan Firman, menyembuhkan orang, mengusir setan dengan kuasa dari Tuhan dan Tuhan cukupkan dari semua perjalanan mereka, tapi mereka tetap tidak tahu bahwa Tuhan sanggup memelihara 5.000 orang yang bersama. Jadi di sini ada pengingat di dalam seluruh bagian ini bahwa orang yang diutus oleh Tuhan diutus ditengah-tengah masyarakat yang dikuasai oleh pemerintahan yang belum tunduk kepada Tuhan. Lalu mereka mengalami kesulitan, tetap beriman. Kalau mereka sudah beriman dulu, ternyata ujian yang sama mereka hadapi dan mereka tetap kalah. Mereka sudah beriman dulu, dan waktu mereka jalani ujian yang sama di masa depan, ternyata tidak tentu menang. Ini pelajaran penting bagi kita, orang yang sudah melayani, orang yang sudah jadi Kristen, yang merasa terus bertumbuh dan merasa sangat dewasa imannya, harap mengingat bahwa ketika ujian yang sama datang lagi, Saudara mungkin akan jatuh juga. Jadi tidak ada orang yang berada dalam titik aman. Saudara lulus dalam satu periode ujian, Saudara akan menghadapi ujian yang sama yang akan datang, Saudara belum tentu mengalami kemenangan yang sama. Di dalam bagian sebelumnya Lukas mencatat Yesus Kristus yang mengajar, mengasihani orang miskin, orang sakit,memberikan mujizat besar, menyatakan tanda-tanda yang hebat, dan itu semua menjadi pelajaran bagi murid. Murid-murid melihat kehidupan Yesus dan menangkap apa yang Yesus bagikan kepada mereka melalui hidup. Ini memerlukan kepekaan, murid-murid harus belajar peka apa yang harus dipelajari dari Tuhan. Waktu mereka melangkah hari demi hari, mereka tahu Tuhan sedang mengajar mereka. Tadi kita menyanyi lagu supaya Tuhan menyertai kita, melangkah bersama dengan kita. Pada waktu Tuhan berjalan bersama kita, pada waktu itu juga pengajaranNya boleh kita saksikan. Maka seluruh hidup kita ini adalah hidup yang dijalani di dalam jalan seorang murid yang mengikuti sang master. Saudara sedang belajar ikut Tuhan dan berapa sayang kalau sepanjang jalan ikut Tuhan, kita gagal mengikuti Dia. Terkadang kegagalan belajar itu muncul karena kita meminta Tuhan melangkah di dalam kecepatan saya, saya mau Tuhan mengajar waktu saya siap, saya mau Tuhan melakukan dengan cara saya, saya mau Tuhan mengajar saya berdasarkan level yang saya pikir saya berada. Tetapi Alkitab mengatakan banyak orang gagal belajar karena mereka menuntut Tuhan untuk sesuaikan dengan mereka. Tetapi Tuhan menuntut kita untuk menyesuaikan dengan langkah Tuhan.

Tapi tidak banyak orang yang dapat begitu banyak di dalam hidup. Banyak orang mengabaikan cara Tuhan mendidik, banyak orang mengabaikan apa pun langsung lupa apa yang Tuhan mau didik di dalam peristiwa itu. Setiap peristiwa hidup, setiap pertemuan dengan anugerah Tuhan itu adalah hal yang mendidik kita semakin mengenal Tuhan dan semakin dipersiapkan untuk melayani Tuhan. Kita sedang berada di dalam proses Demikian ketika Tuhan mau kita berjalan bersama dengan Dia, Tuhan memimpin kita untuk mengalami langkah-langkah yang penuh dengan pengajaran. Dalam setiap tahap mereka kaitkan, ini adalah cara Tuhan sedang mengajar untuk saya mengenal hal apa. Jadi ini yang menjadi hal yang penting kita pelajari. Para murid langsung dipanggil dalam pasal 9 ini untuk melayani, tapi sebelumnya mereka sudah dididik. Itu sebabnya langkah-langkah hidup yang mereka jalani bersama Tuhan adalah langkah-langkah Tuhan sedang mendidik. Sajauh manakah Saudara sadar Saudara sedang dididik oleh Tuhan? Sampai tahap manakah Saudara menyadari bahwa Tuhan sedang membentuk dan memberikan pendidikan yang sangat penting setiap saat. Karena ternyata kalau kita baca di ayat 10-17, ternyata tidak semua murid menangkap didikan itu. Tuhan mengutus mereka pergi tanpa bekal apa pun dan mereka tidak kekurangan apa pun. Sekarang mereka bertemu dengan 5.000 orang yang harus diberi makan dan mereka sudah bingun. Jadi ada saja yang belum mengerti apa yang Tuhan ajarkan, mari kita menjadi orang yang peka untuk mendengar, dalam peristiwa hidup apa, dalam kejadian apa Tuhan sedang menegur atau melatih atau membentuk saya dalam cara seperti apa, sehingga saya dapat terus melangkah bersama dengan Tuhan dengan penuh kelimpahan. Inilah yang dibagikan dalam ayat yang kedua, “Ia mengutus mereka untuk memberitakan Kerajaan Allah dan untuk menyembuhkan orang”, ayat 1 “Yesus memanggil kedua belas muridNya lalu memberikan tenaga dan kuasa kepada mereka untuk menguasai setan-setan dan menyembuhkan penyakit-penyakit”. Baik menguasai setan-setan maupun menyembuhkan penyakit-penyakit maupun memberitakan Kerajaan Allah dan menyembuhkan orang, ini adalah hal-hal yang para murid saksikan Yesus melakukan. Jadi mereka belajar dengan melihat dan ini merupakan tehnik pengajaran yang sangat limpah.

Di dalam Yohanes 1 dan 2 dikisahkan perjumpaan awal dan peristiwa-peristiwa awal antara Yesus dan para murid. Injil lain tidak tulis ini. Di dalam Injil lain yang ditulis adalah Yesus memanggil murid, tetapi Injil Yohanes menceritakan perjumpaan pertama murid-murid dengan Yesus. Di dalam Injil lain, Yesus memanggil mereka setelah Yesus kenal mereka, bagaimana Yesus mengenal mereka? Tidak dicatat, tapi Yohanes mencatat pada waktu Yohanes Pembaptis berkhotbah, Yesus lewat akan dibaptis, lalu Yohanes langsung mengatakan “inilah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia”, waktu murid-murid lain dengar Yohanes mengatakan “ini Anak Domba Allah”, langsung mereka ganti guru, dari ikut Yohanes Pembaptis sekarang ikut Tuhan Yesus. Mereka mulai mengenal siapa Yesus dan mulai hidup bersama dengan Dia, menyaksikan apa yang Dia ajarkan, apa yang Dia lakukan, bagaimana kasihNya, bagaimana Dia mengajar dan bagaimana kuasa Roh Kudus dengan limpah diberikan kepada Dia. Ini menjadi pelajaran yang penting, pelajaran sehari-hari. Di dalam Kitab Amsal dikatakan hikmat berseru di pinggir jalan sekalipun. Orang yang bijak adalah orang yang mampu belajar dari tempat mana pun.. Kadang-kadang kita merasa sudah tahu banyak, orang kalau dengar khotbah yang berbobot, orang kalau baca buku yang berbobot, orang kalau kerangkanya sudah tahu banyak hal, akhirnya lupa bagaimana hidup itu sendiri memberikan pelajaran yang sangat penting untuk kita mengenal Tuhan. Apa yang kita pelajari dari hidup sangat besar pengaruhnya, karena ini mempunyai pengaruh yang sangat luar biasa, ini membuat seluruh eksistensi saya diuji dalam apa yang sedang terjadi. Maka Saudara berjalan bersama dengan Tuhan, Saudara harus siap melihat apa yang Tuhan mau ajar dalam peristiwa yang sedang saya alami. Harap kita punya kepekaan seperti ini, karena peka atau tidak, pada waktu Saudara harus melayani, Tuhan akan panggil. Siap atau tidak siap, Saudara mesti melayani.

Para murid pun dipanggil oleh Tuhan dan Tuhan mengatakan “Aku akan mengutus engkau dan Aku akan meminta kamu untuk mengerjakan apa yang sudah Aku kerjakan”. Injil Lukas dan Kisah Para Rasul adalah Injil yang sangat berfokus pada karya Roh Kudus tapi sering kali menyembunyikan pribadi Roh Kudus, hanya cerita dampak karyaNya, tapi tidak tunjukan pribadiNya. Maka ketika Lukas mengatakan ada kuasa keluar dari diri Yesus, itu maksudnya Roh Kudus sedang bekerja, kuasa diberikan kepada para murid itu artinya Roh Kudus sedang dicurahkan, kuasa Kuberikan kepadamu itu artinya pekerjaan Roh Kudus dan Roh Kudus itu person bukan semacam energi yang Saudara bisa bagikan kepada yang lain. Banyak orang membaca Alkitab tapi punya pola pikir ilmu silat tenaga dalam, kalau Yesus memberikan murid kuasa berarti murid-murid duduk bersila di depan, buka baju, lalu Yesus taruh tanganNya di punggung mereka, itu bukan Kristen dan itu sama sekali tidak ada kaitannya dengan Tuhan, itu bahkan mungkin berkaitan dengan musuhNya Tuhan. Waktu Yesus memberikan kuasa maksudnya adalah Dia mengaruniakan Roh Kudus kepada para murid. Sebesar apa pun pendidikan yang Saudara dapat percuma kalau bukan karena Roh Kudus yang membimbing dan menguatkan Saudara untuk menjalankan apa yang Saudara sudah tahu. Itu sebabnya para murid tidak pergi sebelum Roh Kudus diberikan pada waktu itu. Roh Kudus diberikan untuk memberikan kuasa, bukan keselamatan. Roh Kudus memberikan keselamatan satu kali, setelah itu selesai. Waktu saya percaya, Roh Kudus memeteraikan saya menjadi milik Kristus, maka Roh Kudus menyelamatkan saya itu cuma kedatangan satu kali. Kedatangan Roh Kudus bukan untuk soteriologi, kedatangan Roh Kudus adalah untuk melanjutkan pekerjaan Kristus dan memberikan kuasa di dalam pelayanan itu. Roh Kudus datang menyatakan kuasa kehadiranNya dan inilah yang bisa dipadamkan. Maka Paulus mengingatkan “jangan padamkan roh”, inilah yang dimaksudkan jangan padamkan roh. Jangan padamkan semangat dan zeal yang Saudara miliki di dalam diri yang adalah dorongan Roh Kudus untuk Saudara melayani Tuhan Yesus. Itu sebabnya meskipun para murid sudah dilatih di dalam pelatihan yang begitu indah, melihat Yesus hidup dan melangkah bersama Dia, tapi mereka tetap harus disertai oleh kuasa Roh Kudus, ini ayat 1 dan 2.

Lalu ayat 3 “kataNya kepada mereka: jangan membawa apa-apa dalam perjalanan, jangan membawa tongkat atau bekal, roti atau uang, atau dua helai baju”. Ayat ketiga mengajarkan kepada kita bahwa Tuhan Yesus mendidik para murid dan sekarang memberikan ujian, apakah mereka lulus atau tidak. Ujiannya adalah dengan diperhadapkan dengan situasi yang membuat mereka harus berserah kepada Tuhan. Mereka tidak boleh bawa apa-apa dalam perjalanan, tidak boleh bawa tongkat, bekal, roti, uang atau baju, sebab Tuhan sudah siapkan. Kalau perlu baju nanti Tuhan siapkan, perlu makan nanti Tuhan siapkan, engkau perlu apa nanti Tuhan akan berikan. Maka dalam bagian ini Tuhan sedang mengajar para murid, setelah mereka menerima kuasa Roh Kudus dan juga semangat pelayanan, mereka juga sudah tahu apa yang Yesus lakukan dengan mengamati, sekarang tiba hal yang ketiga, mereka harus belajar berserah kepada Tuhan di dalam hal pemeliharaan dan bergigih dan bergiat dalam pelayanan. Inilah hal yang sedang diajarkan di dalam ayat ketiga. Ini menjadi pelajaran bagi kita juga, banyak orang Kristen berjuang gigih untuk uang tapi tidak berjuang gigih untuk melayani Tuhan. Harusnya dibalik, gigih untuk melayani Tuhan dan percayakan keuangan kepada Tuhan. Waktu saya bilang melayani Tuhan, saya tidak mau Saudara hanya mempersempit di dalam gereja. Melayani Tuhan berarti Saudara hidup dengan cara yang Tuhan mau, itu melayani Tuhan. Saudara berelasi dengan kelaurga sebagaimana seharusnya dalam kehendak Tuhan, itu melayani Tuhan. Saudara melayani masyarakat Saudara, itu melayani Tuhan. Saudara bekerja dengan jujur dan giat, itu adalah melayani Tuhan. Jadi alasan bekerja adalah karena saya mau senangkan hati Tuhan, waktu saya kerja mati-matian, dengan penuh tanggung jawab mengembangkan apa yang Tuhan percayakan, aku kerjakan untuk menyenangkan Tuhan. Ini bagian dari mandat budaya yang sangat penting. Jadi baik pekerjaan, studi, kuliah, usaha, toko yang Saudara buka, atau usaha yang Saudara rintis, atau apapun yang Saudara kerjakan, Saudara harus kerjakan untuk Tuhan. Bagaimana mengerjakan untuk Tuhan? Hanya kalau mandat budaya Saudara pahami dengan tuntas baru Saudara tahu bagaimana. Sebab di dalam kehendak Tuhan seluruh bumi mesti berkembang di dalam kebudayaan dan Tuhan suruh manusia untuk mengembangkan. Tuhan menciptakan manusia untuk menaklukan bumi dan arti dari menaklukan adalah memahami dengan tuntas. Lalu Tuhan mau manusia mengelola bumi, mengelola taman dan memperbesar taman itu sampai ke seluruh bumi. Jadi Tuhan mau manusia menjadi orang yang mengembangkan apa yang Tuhan sudah ciptakan ini. Apa yang Saudara lakukan berbagian kecil dalam seluruh pekerjaan besar yang Tuhan sedang kerjakan dalam hal budaya. Itu sebabnya jangan berpikir kerja di kantor, kerja di tempat Saudara berusaha adalah hal yang sifatnya sekuler, itu pun hal yang sifatnya rohani, itu pun milik Tuhan.Saudara jualan sambil mengatakan “saya kerjakan ini untuk tolong orang, supaya orang dapatkan dengan harga yang pantas sesuai dengan yang seharusnya dan saya dedikasikan hidup saya untuk ini. Bagaimana keuntungan? Serahkan ke Tuhan, bagaimana harus berbisnis? Harus serius, harus dengan detail, harus dengan strategi yang tepat, harus dengan perhitungan yang matang, tetapi saya tidak peduli kalau keuntungan akan naik atau turun, itu urusan Tuhan. Orang seperti ini jauh lebih tenang, bukan tidak bertanggung jawab, tapi dia kerjakan apa yang menjadi penggilannya lalu serahkan ke Tuhan untuk pemeliharaan. Ini cara Tuhan paltih para murid untuk berikan fokus ke pekerjaan Tuhan. Yang lain, tidak mungkin Tuhan tidak atur.

Mereka sudah saksikan Yesus di pasal 6,7,8. Jadi mereka harusnya sudah mendapatkan kekuatan. Tuhan akan ingat dan Tuhan akan berikan apa yang kita perlukan. Ayat 4 mengajarkan kalau Tuhan mengutus seseorang untuk mengerjakan apa yang Dia mau, Tuhan sudah lebih dulu siapkan di depan, Tuhan yang lebih dulu kerja. Maka murid-murid itu diutus oleh Tuhan dan Tuhan mengatakan “tinggal di tempat yang Aku siapkan, cari di mana”. Dan inilah yang dilakukan para murid di dalam ayat 4. Ayat 5 “kalau ada orang tidak mau menerima kamu, keluarlah dari kota mereka dan kebaskanlah debunya dari kakimu sebagai peringatan terhadap mereka. Jangan lupa bahwa yang akan menolak itu tetap banyak”. Tidak ada pelayanan yang tanpa penolakan, tidak ada pelayanan yang tanpa kesulitan, tidak ada hidup yang mendedikasikan kepada Tuhan tidak ada hambatan. Makin mendedikasikan hidup, makin besar hambatan akan diberikan oleh yang menentang Tuhan. Itu sebabnya Saudara mau melayani Tuhan, Saudara harus tahu tetap ada orang-orang yang akan mengabaikan Saudara dan lebih parah lagi akan ada orang-orang yang mau menghambat. Saudara mau hidup bagi Tuhan, jangan kompromi terhadap siapa pun. Karena ayat 5 mengingatkan bukan kita yang bergantung kepada orang, tapi orang yang memerlukan kita untuk adanya Injil, Firman dan juga keteladanan hidup. Maka kalau orang tolak, kita tidak rugi, karena kita bergantung kepada Tuhan. Dan ini adalah sesuatu yang bisa diaplikasikan waktu kita hidup di dalam dunia yang penuh dengan keadaan yang korup. Alkitab mengatakan di ayat ke-5, kebaskan debu, jangan takut, engkau bergantung pada Tuhan bukan pada orang ini, engkau bergantung kepada Tuhan bukan kepada manusia. Waktu manusia meminta Saudara melakukan hal yang dilarang Tuhan, Saudara harus lebih takut Tuhan dibandingkan takut kepada manusia. Inilah yang Tuhan perintahkan, jangan takut ketika Saudara tidak diterima, Saudara kebaskan debu dengan memberikan pengertian mengancam karena apa yang benar, yang sudah ditolak pasti akan balik untuk menghantam orang yang menolak dengan penghakiman dari Tuhan. Ayat 6 ini saya mau aplikasikan dalam penginjilan seperti yang memang seharusnya diaplikasikan untuk bagian ini. Maka para murid ini adalah misionaris pertama yang Tuhan Yesus sendiri utus untuk memberitakan tentang Dia. Mereka pergi dengan keberanian besar. Mari kita punya keberanian seorang misionaris. Kita tidak semua dipanggil menjadi misionaris, tapi kita semua dipanggil untuk memiliki keberanian yang sama. Kalau Saudara punya panggilan untuk kerjakan apa, Saudara mesti berani melangkah untuk mengerjakan hal yang sebenarnya di luar perkiraan atau di luar pertimbangan Saudara sendiri.

Mari punya jiwa seperti ini, meskipun panggilan kita beda tapi kita punya kegigihan yang sama, punya ketekunan yang sama, punya keberanian yang sama untuk kerjakan apa yang Tuhan mau. Kiranya Saudara peka akan ajaran Tuhan hari demi hari, tiap hari melangkah bersama Tuhan. Kiranya ketika Tuhan memerintahkan Saudara untuk melakukan hal yang Dia inginkan, Saudara dengan berani melangkah. Dan ketika Saudara melangkah, Saudara akan tahu Tuhan sudah siapkan banyak hal dalam pekerjaan ini. Dan jangan takut untuk tantangan, karena tidak ada pekerjaan Tuhan yang tidak mendapatkan tantangan dari dunia ini. Dan pada akhirnya ketika orang dengan setia pergi, dia akan menjadi berkat bagi banyak orang.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Pemulihan dari Tuhan

(Lukas 8: 40-56)
Kitab Imamat tidak sedang memberikan fokus pada keadaan rusak atau keadaan najis. Tapi memberikan fokus bagaimana Tuhan pulihkan seseorang dari keadaan rusak menjadi baik. Lalu siapa yang menjadi contoh untuk orang yang dipulihkan itu? Tuhan pakai contoh laki-laki yang kalau menyentuh mayat 7 hari menjadi najis, perempuan yang sedang datang bulan berapa lama menjadi najis, perempuan yang baru melahirkan di dalam beberapa lama menjadi najis. Penekanan bukan dalam keadaan najis, sebab keadaan najis mereka bukan karena dosa tapi karena keadaan untuk menjadi contoh bagaimana Tuhan pulihkan keadaan seseorang dari keadaan najis menjadi diterima kembali. Ini sudut pandang yang penting. Sudut pandang pertama menekankan najisnya seseorang, sudut pandang kedua dalam membaca Kitab Imamat menekankan pemulihan yang Tuhan buat setelah seseorang berada dalam keadaan najis. Tuhan Yesus melihat dari sudut pandang yang kedua ini. Tuhan Yesus melihat dan mengatakan “engkau yang dulunya begitu bobrok sekarang Tuhan pulihkan, engkau dulunya yang lebih layak dinyatakan najis sekarang Tuhan bereskan, Tuhan kembalikan di dalam relasi yang benar. Inilah poin yang Saudara mesti tangkap dalam Kitab Imamat. Tidak ada bagian di situ yang memberikan penekanan hanya kepada kecemaran yang membuat orang harus dibuang, tetapi juga justru penenkanan diberikan kepada orang yang sudah dibuang tapi ditarik kembali. Tetapi kalau orang salah baca langsung punya mata penghakiman “oh, berarti Tuhan benci orang kusta karena kusta itu najis. Maka kalau ada orang sakit kusta mari hindari. Ternyata Tuhan benci perempuan, karena hal yang normal bagi perempuan ternyata dianggap najis, mari kita benci juga perempuan”. Ini semua adalah pengertian picik dari orang Farisi yang coba dilawan Tuhan Yesus. Maka setiap tindakan Tuhan Yesus bukan dimaksudkan untuk melawan konsep orang Farisi atau melawan Taurat, tetapi membereskan konsep yang salah dari pembacaan Taurat. Maka Dia sering sentuh orang yang dinajiskan untuk menyatakan sekarang proses dia sudah selesai, proses disingkirkan sudah selesai sekarang diterima kembali, maka Tuhan Yesus menyentuh. Dia menyentuh orang kusta dan mengundangnya untuk datang kembali. Ini yang harus kita ketahui sebelum kita lihat apa yang terjadi dalam narasi mujizat dari Tuhan Yesus.

Jadi jangan lupakan hal ini, Kitab Taurat menyatakan tekanan kepada pemulihan seseorang setelah dia berada dalam posisi najis, sekarang diterima kembali. Dari keadaan yang dianggap cemar secara simbol, sekarang boleh dianggap bersih dan diterima kembali, inilah penekanannya.
Dengan pengertian ini mari kita lihat di pasal 8, dikatakan di ayat 40 Yesus kembali dan orang banyak menyambut Dia. Ayat 40 ini menekankan pengertian Yesus sekarang kembali ke jalur menuju Yerusalem, setelah sempat menyimpang sedikit ke tanah orang Gerasa. Tetapi ketika Dia kembali, narasi ini menceritakan pengertian yang luar biasa penuh dengan hikmat, dikatakan setelah Dia kembali, mendarat, orang banyak yang mencari Dia kumpul menyambut Dia. Mereka menyambut kedatanganNya, mereka menjadi penggemar, pengikut Yesus yang ke mana pun Yesus pergi, mereka mau ada di situ. Tetapi satu hal yang kurang dari mereka adalah tidak ada sense of urgency, tidak ada perasaan urgent, tidak ada perasaan darurat untuk mencari Tuhan Yesus. Boleh ada boleh tidak, kalau ada syukur, kita senang, kalau tidak ada juga tidak apa-apa. Ini beda jauh dengan Yairus, dikatakan di tengah-tengah orang banyak itu ada seorang bernama Yairus, dan dia cari Tuhan Yesus bukan karena ikut-ikut orang lain, bukan cari Tuhan Yesus karena orang banyak mau dia ikut-ikut cari trend, dia bukan cari Tuhan Yesus karena mau senang-senang dengan orang lain. Tapi dia tahu “kalau saya tidak bertemu Tuhan Yesus, anak perempuanku akan mati”. Ini menjadikan dia mempunyai sense of urgency, dorongan besar untuk datang kepada Tuhan Yesus. Banyak orang Kristen tidak ada dorongan apa pun untuk datang kepada Tuhan Yesus, yang tahu adalah kalau saya bisa datang, saya datang, kalau saya bisa bertemu Tuhan, saya bertemu, kalau tidak ya tidak apa-apa, masih banyak hal yang menyenangkan hidupku selain Tuhanku. Kalau Saudara tidak punya niat yang kuat untuk mengerjakan sesuatu maka halangan apa pun akan sangat gampang untuk membuat Saudara mundur. Maka Yairus kejar Tuhan Yesus dan ini adalah tindakan yang baik. Injil Lukas menyatakan ini adalah sesuatu yang sangat baik, waktu dia datang dia minta Yesus “bolehkah engkau datang ke rumahku? Aku seorang pemimpin ibadat, seorang yang terpandang di masyarakat, sekarang saya sujud kepadaMu karena saya ingin memohon kepadaMu”. Bayangkan seorang petinggi agama Yahudi sekarang sujud di kaki Tuhan Yesus, maka Tuhan Yesus mengatakan “mari kita pergi ke rumahmu dan sembuhkan anakmu yang berusia 12 tahun itu”.

Maka mereka mengikuti Tuhan Yesus dan waktu mereka mengikuti mereka berdesak dengan Dia dengan sangat, tapi Alkitab mengatakan ada satu orang perempuan ikut kelompok ini dan perempuan ini sakit pendarahan. Di dalam Kitab Suci dikatakan perempuan yang pendarahan mesti dianggap najis sampai 7 hari setelah pendarahannya selesai dia masih dianggap najis, setelah itu baru boleh pulih. Dan setiap orang yang menyentuh dia atau duduk di tempat yang dia duduki akan dianggap najis sama dengan dia. Jadi perempuan ini tidak mau dekat dengan orang banyak, tidak mau sentuh siapa pun karena dia berada dalam keadaan najis. Setelah beberapa lama hidup dengan penyakit ini mungkin masih kuat, tapi sekarang sudah 12 tahun sakit seperti ini. Dan di sini kita lihat paralel antara 2 cerita, kita tidak tahu yang mana cerita utama, cerita utama menyembuhkan anak Yairus kah atau tentang perempuan yang sakit pendarahan ini? Dua cerita berjalin dengan indah. Dan Lukas menggambarkan kesamaan antara mereka, anak Yairus umur 12 tahun, perempuan yang sakit pendarahan sudah 12 tahun sakit pendarahan. Maka dalam keadaan putus asa seperti ini dia nekat terobos kelompok orang-orang itu, nekat dekati Tuhan Yesus, tetapi waktu dia sudah mau datang kepada Tuhan Yesus, dia sadar satu hal “aku perempuan najis dan mungkin aku sudah mencemari orang-orang di sekelilingku dengan aku menyentuh badan mereka, sekarang aku harus menyentuh Yesus lagi, berapa besar dosaku? Aku membuat orang penting ini menjadi najis. Sedangkan pemimpin rumah ibadat pun sembah Dia, masakan aku kotori Dia”, maka dia tidak berani beri tahu “Guru sembuhkan aku”, sebab kalau ditanya “sakitmu apa?”, nanti dibilang “aku sakit pendarahan”, semua orang akan marah “itu sakit pendarahan mengapa sentuh saya, mengapa dekat-dekat saya? Dia hanya mau sentuh sedikit dari jubah Tuhan Yesus, dia hanya mau sentuh sedikit supaya kecemaran dia tidak banyak menulari Tuhan Yesus. Dan waktu dia sentuh, dia sentuh dengan iman dan mengatakan “saya raba sedikit jubahNya, saya pasti sembuh”. Tapi sebelum dia lari keluar, Yesus berhenti, dan ketika Yesus berhenti semua orang ikut berhenti bersama Dia. Lalu Yesus tanya “siapa yang menyentuh Aku?”, dan di sini Petrus dengan mengatakan “Tuhan, kami semua begitu banyak berkerumun dengan Engkau, pasti salah satu dari kami pernah sentuh Engkau”. Perhatikan kalimat ini “ada kuasa keluar dari tubuhKu”, banyak orang menafsirkan ini berarti Tuhan Yesus punya semacam kuasa yang bisa mengalir-alir sedikit kuasanya, tapi ini bukan berbicara tentang kuasa yang abstrak, ini berbicara tentang Roh Kudus. Yesus mengatakan “kuasa Roh Kudus mengalir keluar dari Aku”, di sini ada hal yang indah yang bisa kita pelajari, Tuhan Yesus menyerahkan kuasa untuk melakukan banyak hal kepada Roh Kudus. Dan ini kalau Saudara ketahui dalam konsep Tritunggal, baru Saudara tahu betapa agungnya Kristus. Karena dalam konsep Tritunggal, Bapa adalah yang memerintah Anak, Anak memerintah Roh Kudus, tetapi ketika Yesus menjadi manusia, Dia merendahkan diriNya untuk dinaungi oleh Roh Kudus, diberikan pimpinan oleh Roh Kudus dan diarahkan oleh Roh Kudus. Maka Injil Lukas sangat erat dengan doktrin Roh Kudus, baik Kitab Injil Lukas maupun Kitab Para Rasul sangat menekankan pekerjaan Roh Kudus. Dalam awal pelayanan, Lukas mengatakan Yesus dipenuhi Roh Kudus dan kepenuhan Roh Kudus membuat Dia memulai pelayananNya. Jadi Yesus dengan rela memberikan diriNya menjadi pasif dan dipimpin oleh Roh Kudus dan Roh Kuduslah yang mengijinkan kuasa itu keluar dan sampai pada perempuan ini. Ini konsep yang kita harus jelas dulu, Alkitab sedang tidak membuktikan tentang Allah Tritunggal, Bapa, Anak dan Roh Kudus adalah Allah sejati, bukan. Alkitab sedang memberikan berita dengan asumsi Tritunggal harus sudah kita percaya dulu. Saudara tidak bisa menghargai kerendahan hati Kristus, kecuali Saudara tahu Dia adalah Allah. Itu sebabnya percuma Saudara mau cari kebenaran Kitab Suci kalau konsep tentang Allah tidak Saudara imani. Alkitab menyatakan Yesus adalah Allah, tapi setelah menyatakan Yesus adalah Allah, Kitab Suci membahas bagaimana Kristus merendahkan diri, mengosongkan diri dan mengijinkan diriNya disalah-mengerti oleh orang-orang dengan rela menjalani kehidupan sebagai manusia. Itu sebabnya waktu kita melihat bagian ini, kita melihat dengan terharu menyatakan kekaguman kita kepada Kristus, “Engkau pemilik seluruh kuasa di langit dan di bumi, sekarang mengijinkan kuasa dari Roh Kudus, kuasa dari Allah membimbing Engkau secara kuat dan Engkau merelakannya dengan pasif”. Kristus dengan rela menyatakan biar Roh Kudus yang memimpin, biar Roh Kudus yang menyatakan anugerah. Banyak orang yang mau jadi pemimpin meskipun tidak punya kualitas, Kristus yang punya kualitas rela untuk sementara waktu berada dalam otoritas yang lain.

Perempuan ini sudah bersiap apakah Yesus akan marah, apakah orang akan menajiskan dia, apakah orang akan bersihkan badan dan mengatakan “ini perempuan najis, mengapa dekat-dekat sini?”. Tapi perkataan Yesus menghibur dia, “Aku membersihkan engkau, imanmu sudah menyelamatkan engkau, sekarang pergilah di dalam damai”. Kalimat Yesus ini menguatkan kembali perempuan itu, kalimat Yesus ini memberikan pengharapan baru bagi perempuan ini, kalimat Yesus inilah yang membuat perempuan ini kembali pulih, bukan hanya pulih secara fisik tapi juga pulih di dalam relasi dengan masyarakat. Akhirnya dia boleh mencicipi apa maksudnya Kitab Imamat ketika berbicara tentang pemulihan. Tuhan yang sudah mengampuni dia, dan juga damai dengan keadaan tubuhnya yang sekarang sudah mendapatkan pemulihan. Dan ketika kita pikir ceritanya akan segera berakhir, happy ending, kita diingatkan lagi oleh Lukas bahwa tema utama narasi ini bukan hanya perempuan yang sakit pendarahan, jangan lupa ada anak Yairus. Waktu kita baca bagian ini kita ingat bahwa anak Yairus isu utamanya, sekarang sudah seperti mendapat cerita baru lalu dibimbing ke cerita lain. Waktu cerita itu seperti mendapatkan kesempurnaan baru saya ingat ini bukan cerita utama, jadi ini adalah narasi yang luar biasa indah. Mari baca Alkitab baik-baik dan Saudara akan lihat narasi Kitab Suci itu jauh mengungguli sastra apa pun yang ada di dalam hidup.

Ketika Kitab ini dipikir sudah selesai, kembali kepada kasus awal, waktu perempuan itu sudah dilepas, begitu mereka akan berjalan lagi, datang utusan, waktu utusan ini datang dia mengatakan bahwa Yesus tidak perlu datang ke rumahnya karena anknya sudah mati. Di sini kita mendapatkan narasi yang luar biasa berubah, dari keadaan memuncak yang mendatangkan kebahagiaan bagi perempuan yang sembuh sekarang langsung drop ke kematian anak Yairus. Ketika dengar berita ini Yairus pasti begitu stres, dia sangat ingin Yesus berjalan dengan cepat dan tidak ada halangan, tapi perempuan yang sakit pendarahan itu membuat perjalanan ini sedikit terhambat. Tetapi waktu dia berada dalam keadaan yang down seperti tidak ada harapan, Yesus mengatakan kepada dia “jangan takut, percaya saja”. Kalimat pendek “jangan takut, percaya saja”, tapi kalimat yang sulit kita amini dalam keadaan seperti Yairus ini. Siapa bisa mengatakan “amin” pada kalimat “jangan takut, percaya saja”, ketika Saudara berada dalam keadaan paling menakutkan seperti ini? Dalam keadaan stabil kita mengatakan “janji Tuhan itu pasti”, tapi dalam keadaan kritis Saudara akan mengatakan “janji Tuhan kok seperti tidak pasti”. Kita menjadi takut pada penyertaan Tuhan, kita menjadi begitu ragu apakah Tuhan perlihara atau tidak, kita menjadi ragu apakah yang Tuhan janjikan benar bisa terjadi atau tidak. Tapi yang Tuhan janjikan tidak mungkin tidak terjadi, inilah yang disebut dengan iman. Yohanes Calvin mengatakan di satu sisi iman adalah arah kita untuk taat kepada Tuhan, iman adalah dorongan bagi kita untuk menjalankan perintahNya. Tetapi di sisi yang lain iman adalah kerelaan untuk berserah kepada apa yang Tuhan janjikan. Yang Tuhan janjikan kita terima, ini iman, yang Tuhan perintahkan kita jalankan, ini iman. Maka iman selalu mengandung 2 sisi ini, sisi pertama adalah saya jalankan yang Tuhan perintahkan, sisi kedua adalah saya pegang apa yang Dia sudah janjikan, karena Tuhan tidak mungkin gagal menjalankan apa yang sudah Dia janjikan. Inilah yang membuat kita mempunyai pengertian iman yang sejati. Orang yang cuma tahu separuh itu tidak mungkin konsisten dalam pertumbuhan rohaninya. Kalau yang mengatakan “iman berarti saya yakin apa yang Tuhan janjikan pasti jadi”, tapi tidak pernah melakukan perintah Tuhan dengan keseriusan yang sama, ini orang yang tidak seimbang.

Dan waktu sampai di rumah Yairus, kita melihat orang banyak itu betul-betul orang yang tidak kenal siapa Tuhan, di satu sisi mereka sangat menghormati Tuhan, tunggu Tuhan Yesus waktu datang sambut Dia. Tapi waktu Tuhan Yesus mengatakan “anakmu Yairus, tidak mati, dia hanya tidur”, orang-orang ini malah ketawa. Engkau harusnya tahu anak ini sudah mati, sudah tidak ada harapan, mengapa bilang tidur”, maka mereka tertawakan. Orang Yahudi kalau berduka tidak denagn cara setengah-setengah seperti kita, mereka kalau berduka akan mengeluarkan seluruh dukacita mereka, mereka menangis dengan berteriak keras, mereka kadang taruh abu di kepala lalu robek baju mereka sebagai tanda dukacita, lalu mereka akan menangis dengan sangat heboh, begitu keras suaranya dan begitu tangisan mereka. Jadi bayangkan ketika anak Yairus sudah ditemukan mati, semua orang ini menangis, berteriak, meratap langsung berubah menjadi tertawa hanya dalam beberapa detik. Inilah mereka, dan waktu mereka lakukan itu ini menjadi bukti bahwa mereka tidak pernah punya perasaan hati kepada anak Yairus, cuma tahu kalau ada orang mati harus menangis setelah itu selesai. Maka Yesus usir mereka lalu mengatakan kepada anak perempuan Yairus, kalimat yang simple “hai anak, bangunlah”. Tapi perhatikan, setelah anak itu bangun, Yesus memegang tanganya kemudian membantu dia berdiri, lalu menyerahkan ke orang tuanya dan mengatakan “beri dia makan”. Tuhan Yesus mengingatkan tugas yang harus dikerjakan di dunia ini. Alkitab tidak banyak bicara soal dunia akhirat, Alkitab tidak banyak bicara tentang apa yang terjadi di sorga, Alktiab tidak banyak bicara tentang apa yang dilakukan orang setelah mati. Dan Saudara tidak perlu tahu apa yang Alkitab tidak concern untuk beri tahu. Iman Kristen bukan iman yang lari dari dunia ini, iman Kristen adalam iman yang mewarnai dunia ini dengan iman Kristen. Iman Kristen adalah iman yang mewarnai dunia ini dengan pengenalan akan Tuhan, bukan iman yang membuat orang lari, lari dari kerjaan, lari dari kuliah, lari dari semua hal yang bersifat duniawi karena tunggu ingin masuk sorga. Ini adalah pengertian Injil yang sangat sempit. Maka Yesus membangkitkan anak ini adan menyatakan kehidupan dia di sini itu sangat penting, hargai dan rawat dia. Ketika semua orang begitu kaget dan takjub, Tuhan mengatakan “jangan beri tahukan ini kepada siapa pun”, Tuhan tidak mau kehebohan karena Dia melakukan tindakan ini menjadi lebih utama dari pada siapa Dia. Tapi Kristus yang sejati menyatakan pengenalan yang stabil tentang Dia, siapa Kristus, apa yang Dia kerjakan, seperti apa sifatNya jauh lebih penting dari pada hanya sekedar menekankan Dia sebagai Sang pembuat mujizat. Maka bagian ini menekankan kepada kita bahwa Tuhan memperdulikan orang-orang yang berada dalam kesulitan penyakit dan lain-lain, dan waktu Dia menyembuhkan, Dia menyembuhkan dengan cara yang total sehingga memulihkan kembali keadaan yang tadinya membuat orang itu tersingkir dari umat, sekarang menjadi bagian dari umat Tuhan. Itulah sebabnya kita melihat bagian ini dan mengingat siapa orang yang sedang sakit atau kita sendiri dalam keadaan yang sakit, mari ingat satu hal Yesus Kristus pasti akan pulihkan semuanya. Tetapi Dia pulihkan semua nanti pada pemulihan kerajaanNya, semua hal yang Dia kerjakan untuk menyembuhkan orang, membangkitkan orang mati adalah cicipan dari apa yang akan terjadi nanti. Kiranya ini boleh menguatkan kita untuk mengikut Tuhan dengan iman yang teguh.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Tuhan Yesus mengusir roh jahat dari orang Gerasa

(Lukas 8: 26-39)
Kristus, di dalam motif perjalanan dari Galilea sampai Yerusalem, fokus utama adalah salib. Tapi Dia melakukan seluruh kegiatan yang lain, menyembuhkan orang, memberkati orang miskin, mengkhotbahkan berita kepada orang-orang yang sedang mencari kebenaran, tetapi semua itu akan mengarahkan kepada pengertian salib kepada orang-orang itu. Jadi yang Tuhan Yesus kerjakan bukan reduksi, bukan hanya memfokuskan satu hal, tapi mengaitkan semua hal kepada fokus yang sedang Dia kerjakan yaitu menuju salib untuk menyatakan kemuliaan Bapa untuk mengampuni orang yang mau datang kepada Dia. Inilah hal penting yang bisa kita pelajari dari Injil Lukas. Jadi dari Galilea sampai Yerusalem, ini sebenarnya intinya, tapi Lukas mencatat Dia bertemu dengan orang yang sakit kusta, Dia bertemu dengan orang yang diturunkan dari langit-langit untuk disembuhkan oleh Dia, Dia bertemu dengan orang yang kerasukan setan, dan lain-lain. Semua sampingan ini diceritakan dengan sangat menarik, sehingga meskipun bukan fokus utama, tetap mempunyai nilai yang sangat penting dari buku ini. Ini buku sangat menarik sehingga waktu Saudara baca, Saudara menyadari banyak hal yang sifatnya bukan utama harus ditarik dalam satu jalur waktu mengerjakan hal utama itu. Jangan abaikan yang kecil tapi jangan abaikan fokus utama, jangan lupa kemana kita menuju dalam hidup, tapi jangan lupa mementingkan juga apa hal yang kita temukan dalam hidup. Waktu Yesus di dalam ayat 22 mengatakan “mari bertolak ke seberang danau”, seluruh murid ikut. Tapi mereka belum tahu ini bertolak ke seberang danau, bertolak ke mana. Sampai nanti di ayat 26 baru kita tahu ternyata Yesus bertolak ke arah timur sampai ke daerah orang Gerasa. Kalau dilihat di arkeologi, ini daerah lebih ke tenggara. Waktu Yesus Kristus memanggil para murid “mari kita bertolak”, murid-murid tidak tahu ini akan kemana. Dan di tengah danau, ayat sebelumnya mengatakan mereka ditimpa oleh badai.

Di tengah-tengah badai, Yesus bangkit dan mengatakan “tenanglah dan diamlah”, maka para murid berpikir perjalanan ini pasti penting sekali karena ini adalah perjalanan yang dihantam oleh badai, lalu Kristus menenangkan badai itu dengan kuasaNya. ini perjalanan sial sekali. Kadang-kadang perjalanan yang berat itu perjalanan yang paling diberkati. Maka murid-murid pun merasakan ini perjalanan yang unik, Tuhan mengatakan “mari kita bertolak”, tolak kemana? Bertolak melalui danau, di tengah danau kena ombak, setelah itu Tuhan redakan ombak, para murid mengatakan “ini perjalanan luar biasa penting. Kita korbankan banyak hal, kita detour, dari tour asli ke Yerusalem sekarang kita belok ke arah bangsa lain, ini pasti perjalanan yang sangat penting”. Tetapi ternyata ketika mendarat, mereka sampai di daerah orang kafir, daerah Gerasa, seberang Sungai Yordan, seberang Danau Galilea. Maka kita berpikir di sini, apakah perjalanan penting di sini adalah perjalanan untuk menjangkau orang kafir? Apakah ini perjalanan untuk bangsa non-Yahudi, sepenting itukah bangsa non-Yahudi? Ini menjadi sesuatu yang sangat penting untuk kita pelajari. Tuhan Yesus menyimpang sejenak dari tujuan utama demi bangsa-bangsa kafir, bukan Israel. Lalu setelah sampai, Alkitab mencatat Dia didatangi oleh orang yang kerasukan setan. Di sini kalau dibaca ayat 27 “datang seorang laki-laki”, ayat 28 “laki-laki itu berseru, apa urusanMu denganku?”, ayat 29 “karena Yesus sebelumnya memerintahkan roh jahat itu keluar”. Jadi waktu orang itu lewat, Yesus langsung berseru “keluarlah dari orang ini”, tapi setannya bukan keluar malah menyembah dulu, memohon supaya Tuhan tidak usir dia. Di sini ada hal yang luar biasa terjadi, Tuhan menyatakan kuasaNya atas danau, sekarang Tuhan menyatakan kuasaNya atas roh jahat. Roh jahat pun langsung sujud kemudian memohon kepada Tuhan untuk tidak mengusir dia. Ini adalah orang yang sangat kasihan keadaannya. Alkitab mengatakan orang ini sudah dirasuki oleh setan-setan dan lama tidak berpakaian. Tidak berpakaian menunjukan status atau level manusia yang rendahnya mirip binatang. Di dalam konsep Yahudi, orang yang telanjang menunjukan dirinya serendah binatang, orang tidak pakai baju adalah orang yang tidak layak disebut orang. Maka Saudara jangan terlalu bangga memamerkan badan, orang yang terlalu bangga memamerkan badan sedang memamerkan diri sedikit lebih rendah dari kemanusiaan yang seharusnya. Di dalam konsep Yahudi, pakaian sangat penting. Saudara jangan berpikir pakaian adalah sesuatu yang terjadi karena manusia jatuh dalam dosa, sebab dalam Kitab Kejadian, pakaian menunjukan status. Adam dan Hawa tidak memakai pakaian karena belum melewati ujian, belum tahu pakaian kemenanngankah atau pakaian penebusan yang akan dikenakan. Waktu Adam dan Hawa jatuh, Tuhan pun mengenakan pakaian kulit binatang, ini pakaian penebusan. Mengapa mereka jadi merasa malu, padahal tidak perlu merasa malu? Karena mereka jatuh dalam dosa. Mengapa mereka bisa tidak merasa malu, padahal kalau kita harus merasa malu di dalam masyarakat. Paus Yohanes II mengatakan tentang ini, Adam dan Hawa tidak merasakan malu telanjang bukan karena orang harusnya telanjang, tapi karena Adam dan Hawa adalah suami istri. Suami istri tidak perlu merasa malu satu sama lain, tapi dalam masyarakat manusia harus tutup badannya. Maka tutup badan dengan pakain kemenangan atau pakaian penebusan? Adam dan Hawa yang gagal, ditutup dengan pakaian penebusan yaitu dari kulit binatang. Maka Tuhan menetapkan sejal awal budaya manusia mencakup pakaian. Berarti pakaian menandakan manusia adalah manusia, tapi tidak ada binatang seperti ini. Itu sebabnya ketika orang itu dirasuk oleh setan, setan membuat manusia tidak lagi menjadi manusia, setan akan kerjakan apa pun untuk manusia menjadi tidak seperti manusia. Dia manusia tapi mengapa telanjang? Karena kerasukan setan.

Lalu hal kedua dikatakan dia tidak tinggal dalam rumah tapi dalam pekuburan. Kalau baca ini bacalah dari sudut pandang Yahudi karena ini tulisan dari orang latar belakang Yahudi, jangan baca dari latar belakang Indonesi kontemporer. Sekarang kalau kita dengar kuburan, identik dengan hantu. Tapi orang Yahudi tidak takut hantunya, di dalam konsep Yahudi yang dibentuk oleh Taurat, kuburan itu identik dengan kenajisan. Orang Yahudi kalau sentuh mayat, 7 hari najis, harus upacara dulu pembersihan diri baru boleh masuk. Bangkai binatang mau pun mayat manusia tidak boleh disentuh, begitu disentuh dia najis dulu. Taurat mengatakan hanya orang yang mengalami kematian orang tua yang boleh meratap dengan menyentuh mayatnya, tapi tetap dia dinyatakan najis. Mengapa kematian itu dipisahkan dari orang Yahudi? Karena Tuhan mau mengatakan harusnya tidak mati. Upah dosa adalah maut, maka kematian adalah sesuatu yang dinajiskan, maka orang Yahudi tidak mau dekat kuburan karena kuburan tempat najis. Jadi kalau Saudara jalan sama orang Yahudi lewat kuburan, Saudara takut hantu, dia takut najis, mereka akan mengatakan “kami tidak mau dekat kuburan, ini tempat najis”. Jadi gambaran ini kalau dibaca dari sudut pandang Yahudi berarti orang ini senang tempat yang najis, mengapa senang tempat yang najis? Karena dirasuki setan, setan membuat senang orang mengerjakan apa yang masyarakatnya tidak baik.

Orang ini dipengaruhi, dirasuk oleh setan, dia menjadi telanjang, dia tinggal di pekuburan, dia tidak bisa kuasai dirinya, dia tidak bisa berpikir, seluruh dirinya diambil alih oleh setan. Dalam keadaan kasihan seperti ini, dia sangat menderita karena Alkitab mengatakan roh itu menyeret-nyeret dia mengerjakan apa yang dia tidak mau. Pernahkah merasa diseret oleh Roh Kudus? Maupun Tuhan mengatakan kepada Petrus “engkau akan diikat dan dipaksa untuk pergi ke tempat yang engkau tidak mau”, tapi Petrus melakukan itu dengan kesadaran penuh, dia dengan rela melakukan. Ini paradoks yang unik, Roh Kudus memaksa kita tapi pada waktu itu terjadi kita tidak merasa sedang dipaksa. Tapi roh setan memaksa orang melakukan hal yang dia tidak mau lakukan. Setan merasuk orang memang merusak seperti itu, tapi setiap pekerjaan setan ditujukan untuk membuat efek rusak yang sama, meskipun dia tidak merasuki Saudara, dia membujuk Saudara berbuat dosa, dia membuat Saudara mengabaikan kebenaran, membuat Saudara menjadi egois, menjadi serakah, menjadi penuh hawa nafsu, menjadi melakukan apa pun yang Saudara mau, efeknya akan sama. Setan kerjakan hal untuk membuat kacau, sedangkan setan kerjakan hal-hal yang akan membuat damai sejahtera. Maka orang ini dipaksa ke tempat yang dia tidak mau, diabaikan dari lingkungannya dan yang pasti dijauhi oleh orang. Bayangkan manusia seperti ini tidak punya rumah, tidak punya kenyamanan, tidak punya kuasa atas tubuhnya sendiri, tidak punya masyarakat yang memperdulikan dia. Hidup terisolir, hidup sendiri, hidup dengan cara mirip binatang, hidup tanpa kesadaran bahwa dia adalah manusia, ini orang yang tidak berguna, tidak berharga dan kalau pun dia mati mungkin lebih baik bagi masyarakat. Mungkin banyak orang yang menganggap “sudahlah lebih baik orang ini mati”, mungkin ada saudaranya yang kehilangan harapan, berusaha supaya orang ini sembuh tapi tidak sembuh-sembuh, lalu menganggap lebih baik dia mati supaya tidak mengacaukan kehidupan di sini lagi. Bayangkan ketakutan yang dialami kalau dia datang berteriak-teriak, memukul orang, menyiksa orang, sudah diikat besi pun dia bisa putuskan. Tapi yang Tuhan lihat bukan pengaruh setannya, yang Tuhan lihat adalah manusianya yang jadi korban.

Jadi perhatikan hal ini, Yesus pergi mengarungi danau, melewati ombak gelombang, ini perjalanan sangat sulit tetapi ternyata yang dituju dari perjalanan sulit adalah satu orang yang kerasukan setan ini. Apa pentingnya satu orang ini? Mengapa Yesus harus melakukan perjalanan yang menyimpang dari tujuan asli untuk sementara? Menghadapi bahaya begitu besar hanya untuk satu orang kerasukan, seperti tidak masuk akal. Biaya yang dihabiskan, energi yang dihabiskan, tidak seimbang dengan hasil yang didapat. Tapi justru ini yang Tuhan ajarkan. Injil Lukas sedang mengatakan kepada kita Yesus menyimpang dari tujuan semula untuk memenangkan orang yang bukan siapa-siapa. Inilah suatu hal yang penting dari Lukas, Yesus tidak mau perjalananNya diganggu oleh siapa pun. Tapi Injil Lukas mencatat tidak pernah diabaikan orang yang terpinggirkan. Yesus tidak pernah mengabaikan orang yang kerasukan, orang yang sakit, orang yang miskin. Satu hal yang penting yang diajarkan Injil Lukas adalah fokus yang jelas hanya boleh diganggu justru oleh orang-orang yang kurang penting. Ini unik, kita selama ini terbiasa untuk punya relasi dengan orang penting, punya relasi dengan orang bernilai tinggi, tapi Tuhan Yesus tidak melihat perbedaan itu, Dia peka akan pimpinan Tuhan lalu menyatakan “ini anugerah Tuhan bagi kamu”. Maka Dia arungi danau, lewati ombak dan gelombang hanya untuk menjangkau orang yang kerasukan. Ketika orang yang kerasukan itu diusir setannya, setannya bukan pergi malah nego. Alkitab mengatakan setan itu membawa orang ini sujud di depan Yesus dan memohon belas kasihan “Yesus, Anak Allah yang Maha Tinggi, saya tahu siapa Engkau, mengapa ganggu kami? Kami kan tidak melakukan apa-apa, kami tidak ganggu pelayananMu, kami tidak ganggu murid-muridMu, yang kami ganggu adalah orang kafir”, kira-kira itulah yang dia coba katakan. Dia coba mengatakan kepada Yesus “Yesus, Anak Allah yang serba tinggi, mengapa engkau menyeberangi Danau Galilea, ke tempat orang kafir untuk usir kami. Kalau kami mengganggu Yerusalem, usir kami, kalau kami mengganggu bait Allah, usir, ini kami menganggu orang kafir, mengapa diusir juga?”, seolah-olah inilah yang dia coba katakan, tapi Tuhan Yesus tidak peduli, Yesus mau orang ini dibebaskan.

Maka Tuhan Yesus tanya nama “siapa namamu?”, dan orang itu menjawab “legion”, ternyata dia kerasukan banyak setan. Satu legion Romawi itu minimal 5.000 orang, tapi biasanya 7.000. bahkan biasanya 1 legion Roma di Yerusalem itu biasanya 13.000. Jadi bayangkan berapa banyak setan di orang ini? Orang ini kerasukan setan demikian banyak. Lalu Yesus tanya “siapa namamu?”, artinya waktu Tuhan Yesus bertanya, Yesus mengklaim otoritas yang dinyatakan oleh setan itu. Setan mengatakan “Engkau Anak Allah yang Mahatinggi”, Tuhan Yesus mengatakan “iya”, dan otoritas itu dinyatakan lewat pertanyaan. Bertanya itu adalah lambang otoritas dalam konsep orang Yahudi. Jadi di sini Tuhan menyatakan otoritasNya “siapa namamu?”, legion menjawab “kami legion”, Alkitab menjelaskan karena dia banyak. Lalu setan itu mohon jangan usir, pas waktu itu sekelompok babi lewat, ini karena bangsa kafir pelihara babi. Di daerah Yerusalem tidak mungkin orang pelihara babi, langsung ada huru-hara kalau berani pelihara babi di wilayah Yerusalem. Waktu orang-orang kafir ini berternak babi, mereka tidak diganggu karena ini wilayah bangsa lain. Lalu babi itu lewat, setan itu memohon “bolehkah kami pindah ke babi itu?”, dan mereka mesti tunggu persetujuan Yesus. Setan hanya bisa kerja kalau Tuhan mengijinkan, jadi tetap Tuhan yang berdaulat, sekeras apa pun pekerjaan setan tidak akan lebih dari apa yang Tuhan ijinkan. Itu sebabnya dikatakan “yang kamu alami tidak mungkin lebih besar dari kekuatanmu, Tuhan akan beri jalan keluar. Karena godaan setan sehebat apa pun, tetapi Tuhan batasi. Maka kalau Saudara jatuh karena godaan setan, jangan bilang “Tuhan, setan begitu kuat sehingga saya jatuh”, Tuhan akan mengatakan “kekuatan dia itu dibatasi, Aku membatasinya sampai level engkau bisa menang. Mengapa tidak menang juga?”, ini kira-kira yang mau dinyatakan. Maka setan itu minta ijin “boleh pindah?”, Yesus mengatakan “silahkan”, maka mereka pindah ke babi. Binatang-binatang ini pun terjun dan kita tahu waktu setan datang, setan mengacaukan ciptaan, setan membuat ciptaan tidak bisa cocok untuk dihidupi manusia. Jadi waktu kita jauh dari Tuhan, semua menjadi rusak. Apa yang kita pikir bagus itu sebenarnya satu tipuan yang membuat hidup makin sengsara. Jadi waktu setan masuk dalam babi, babi itu terjun semua dan mereka mati lemas. Arkeolog sudah menemukan daerah di pinggir Danau Galilea dimana ada kota yang menuju ke atas, setelah itu tebing, bawahnya langsung danau, akhirnya tempat ini ketemu dan tempat ini sulit disebutkan di mana. Ini spot yang ditinggali oleh orang Gadara atau Gerasa.

Alkitab mencatat manusia yang tadinya kerasukan setan berubah total, tadinya dia tidak bisa kontrol dirinya, sekarang dengan tenang bisa berbicara dengan Yesus Kristus. Tadinya dia tidak punya rumah, Yesus mengatakan “pulanglah ke rumahmu”. Tadinya dia telanjang, setelah itu dia pakai pakaian, setelah berpakaian dan menjadi waras, dia duduk di dekat kaki Yesus. Tadinya menyembah Yesus minta ampun supaya tidak dihukum, sekarang duduk di kaki Yesus dengan penuh relasi, penuh cinta kasih yang belum pernah dia alami sebelumnya. Jadi orang ini berubah total keadaannya. Di sini kita bisa saksikan kebaikan Tuhan yang besar sekali, Tuhan sengaja menyimpang dari tujuan utama untuk mengambil orang tidak penting ini. Mungkin kita sering merasa “saya bukan siapa-siapa, Tuhan tidak mungkin ingat saya”, tapi cerita ini mengingatkan orang paling hina dalam masyarakat pun kalau Tuhan beranugerah, Dia akan belok lalu Dia akan dapati orang itu. Dan setelah orang ini sembuh, dia mengatakan “bolehkah aku mengikuti Engkau ya Tuhan? Di sini saya sudah tidak ada apa-apa, saya mantan orang kerasukan setan, tidak mungkin diterima bekerja lagi. Orang akan usir saya, orang akan benci saya, orang akan kucilkan saya. Bolehkah saya ikut Engkau”, Yesus menjawab “jangan, engkau kembali dan ceritakan kepada semua orang di sini dan ceritakan apa yang sudah aku perbuat kepadamu”. Jadi Tuhan mengijinkan orang ini jadi misionaris utama. Maka Yesus memberikan pengutusan yang pertama kepada orang yang barus sembuh. Lalu diutus ke mana? Di tempat dia sendiri, tempat dimana mungkin akan ditolak. Bagian ini mengingatkan kepada kita berapa besar anugerah Tuhan dan berapa besar pimpinan Tuhan untuk orang-orang yang dia mau jangkau, yang seringkali di luar pikiran dan perkiraan kita.

Dari narasi ini setidaknya ada 3 hal yang bisa kita renungkan, hal pertama adalah Tuhan Yesus mencintai orang-orang yang mungkin tidak layak untuk dicintai, Dia memberikan perhatian kepada orang-orang yang sepertinya tidak perlu diberikan perhatian, tapi Yesus sengaja berbelok dan menjangkau orang ini. Hal kedua yang kita bisa lihat, Yesus membebaskan orang ini dari keadaan dicengkeram setan menjadi berbalik total, Yesus Kristus memperbaiki kemanusiaan seseorang. Yesus tidak mati hanya untuk membuat kita masuk sorga saja, Yesus mati setelah itu memberikan efek, memperbaiki karakter, memperbaiki moral kita, memperbaiki tingkah laku kita dan membuat kita menjadi orang yag lebih seperti manusia, seperti yang Tuhan mau. Sebelumnya belum ada rumah, Yesus mengatakan “kembali ke masyarakatmu”, sebelumnya tidak bisa kuasai diri setelah itu dia duduk dengan tenang, sebelumnya tidak berpakaian setelah itu berpakaian, sebelumnya gentar penghakiman setelah itu relasi dengan kasih dengan Kristus, maka ini hal kedua yang bisa kita lihat. Tuhan membangkitkan orang ini lalu mengutusnya ke tempat yang tidak disangka sebelumnya, inilah hal yang ketiga. Inilah yang bisa kita lihat dari panggilan Tuhan Yesus kepada orang yang kerasukan ini. Kiranya boleh jadi berkat dan membimbing kita untuk hidup dengan setia kepada Tuhan.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Tuhan Yesus meredakan angin ribut

(Lukas 8: 22-25)
Kalau Saudara melihat kisah yang ditulis, kejadian-kejadian hidup Yesus yang ditulis, semua akan mendapatkan penjelasan yang limpah waktu Saudara paralelkan dengan Perjanjian Lama. Coba lihat hidup Kristus dan Saudara coba paralelkan dengan pengertian Perjanjian Lama, waktu disatukan itu cocok sekali. Saudara tidak akan temukan di pribadi manapun yang bisa cocok dengan apa yang dikatakan di dalam Perjanjian Lama. Maka biarlah kita menguasai apa yang dikatakan Perjanjian Lama berdasarkan level penguasaan yang Tuhan tuntut pada kita masing-masing, yang tentunya beda-beda tiap orang. Lalu melihat Yesus sebagai Penggenap yang ketika disatukan menjadi separuh bagian da separuh bagian yang utuh untuk membuat kita mengenal siapa Dia. Di dalam ayat yang sudah kita baca, ayat 22-25 sangat sarat dengan apa yang diajarkan dalam Perjanjian Lama.

Di ayat 22 dikatakan “pada suatu hari Yesus naik ke dalam perahu bersama-sama murid-muridNya dan Ia berkata kepada mereka: marilah kita bertolak ke seberang danau. Lalu bertolaklah mereka”, ayat 23 “ketika mereka sedang berlayar, Yesus tidur, sekonyong-konyong turunlah taufan ke danau sehingga perahu itu kemasukan air dan mereka berada dalam bahaya”. Dalam bagian ini langsung ingat kisahnya Yunus. Yunus diombang-ambing di kapal dan tidur di kapal, Yesus diombang-ambing di kapal dan Dia tidur di kapal. Tapi perbedaannya itu ada, Yunus diombang-ambingkan oleh gelombang karena dia sedang lari dari panggilan Tuhan. Tuhan suruh dia ke timur, dia pergi ke barat, Tuhan suruh dia ke darat, dia pergi ke laut, Tuhan suruh dia khotbah, tapi dia tidur. Jadi yang dilakukan berlawanan mutlak dengan apa yang Tuhan perintahkan, itu sebabnya dia kena gelombang. Orang yang membaca Kitab Yunus mengatakan “tuh makanya ikut Tuhan, kalau tidak mau ikut Tuhan kena gelombang, kalau tidak mau ikut Tuhan langsung dapat ombak”. Tapi ayat ini sepertinya menghancurkan keyakinan kita yang semula karena para murid mengikut Yesus. Ayat 22 dikatakan Yesus memerintahkan kepada para murid “mari bertolak ke seberang danau”, Dia yang minta. Jadi Yesus mengarahkan murid untuk mentaati Dia dan waktu murid taat kepada Yesus apa yang terjadi? Kena gelombang. Yunus tidak taat kena gelombang, murid-murid taat tetap kena gelombang. Jadi mau taat atau tidak? Taat atau tidak tetap kena gelombang, seperti tidak ada bedanya. Yunus melawan Tuhan lalu Tuhan beri gelombang, makanya dia mendapatkan hukuman sebab dia sedang melawan. Tapi bagaimana dengan para murid? Ini membuat kita yang melihat dari Yunus lalu melihat ini menyadari “yang saya bisa tafsirkan dari Yunus belum lengkap”. Tuhan masih punya pengajaran lain yang Dia mau saya mengerti yaitu gelombang tidak tentu kena ke orang yang hanya jahat saja, gelombang pun bisa kena ke orang-orang yang berusaha mentaati Tuhan. Itu sebabnya ajaran Alkitab seringkali berlawanan dengan teologi sukses. Ketika teologi sukses mengatakan “ikut Yesus tidak ada gelombang hidup, ikut Yesus tidak ada kesulitan”, waktu mereka mengajarkan begitu, mereka kalau baca ayat ini mau langsung loncat ke ayat 24 akhir, ketika angin itu menjadi teduh, tidak mau bahas waktu angin itu datang. Tetapi bagian ini justru membuat kita memikirkan kembali tema teologi Perjanjian Lama, benarkah kalau saya taat pada Tuhan tidak akan ada gelombang? Dalam bagian ini murid Yesus kena gelombang justru karena taat Tuhan. Kalau Tuhan Yesus mengatakan “ikut Aku”, apakah Dia janji tidak ada gelombang? Tidak, Dia justru menjanjikan tetap ada gelombang. Di dalam lagu Kristen yang kita tahu, ikut Yesus ada jalan yang ada bunga tapi ada juga duri, ada jalan lurus tapi juga ada jalan yang belok, ada yang rata tapi juga ada yang kelok-kelok penuh dengan gelombang. Jadi waktu Yesus ajak Saudara untuk ikut Dia, Dia tidak pernah kampanye seperti politikus yang palsu “pokoknya kalau sampai saya jadi pemimpinmu, tidak ada satu pun dari kamu yang lapar, semua kenyang”, kenyang janji. Tapi waktu Tuhan Yesus ajak orang ikut Dia, semua mendapatkan apa yang akan didapatkan sesuai dengan yang Yesus katakan “ikut Aku, pikul salibmu sangkal dirimu”, dari awal Tuhan sudah katakan. Itu sebabnya dalam iman Kristen yang sejati, mengikut Yesus tidak otomatis lepas dari kesulitan, justru Tuhan kadang-kadang pimpin untuk masuk dalam gelombang.

Lalu dalam ayat 23 tertidur”, ini juga dikatakan “ketika mereka sedang berlayar, Yesus tertidur”, ini juga paralel dengan Yunus. Tapi saya mau Saudara memahami arti tertidur di dalam konsep dari para pemazmur. Para pemazmur ketika menulis tentang bahaya hidup yang mereka hadapi, mereka gelisah di tempat tidur mereka, mereka jadikan bantal mereka penuh dengan air mata lalu berseru kepada Tuhan “Tuhan, tolong”. Dan ketika akhirnya Tuhan menjawab memberikan pertolongan, jiwa mereka menjadi tenang. Waktu jiwa mereka sudah tenang, mereka dapat kembali beristirahat, dapat kembali tidur. Jadi tidur di tengah bahaya itu tanda iman yang kuat. Di dalam Kitab Amsal, orang yang tidur pada waktu harusnya menabur, ketika waktunya menuai, dia akan habis. Waktu Kitab Amsal menggambarkan orang yang tidur, bisa 2, yang pertama adalah orang yang tidur pada waktu menabur, dia tidak mungkin menuai. Ketika orang tidur waktu harusnya dia kerja, waktu yang lain bersuka cita memetik hasilnya, orang yang tidur tidak mendapat apa-apa. Jadi tidur pada waktu harusnya kerja itu tidak mendapatkan persetujuan apa pun dari Tuhan. Bahkan Tuhan memberikan peraturan yang sama kepada siapa pun, entah dia cinta Tuhan atau tidak. Orang yang cinta Tuhan tidur pada waktu dia harus kerja, dia tidak akan mendapat apa-apa. Waktu kita membaca kita menyadari “di kapan ini ada orang beriman yaitu Yesus yang meskipun di tengah badai bisa tidur tenang”. Tapi Yunus lain lagi, Yunus ini orang yang luar biasa tegar tengkuk, karena dia sudah lari dari Tuhan, kena gelombang dari Tuhan, tapi Alkitab mengatakan dia turun ke dalam bagian kapal paling bawah dan tertidur dengan nyenyak. Jadi orang yang sudah tahu dari Kitab Mazmur mikir “ini Yunus melambangkan apa?”, dia tidur dengan tenang “Tuhan, aku serahkan diriku kepadaMu, yaitu aku yang sedang berontak”. Tuhan suruh ke mana dia malah pergi ke mana, Tuhan suruh ngapain dia malah melakukan ini, dia sengaja lari dari Tuhan. Dan waktu Tuhan kirim gelombang untuk menghantam dia, dia tidur. Waktu Yunus dilempar kapal menjadi tenang, ini berbanding terbalik dengan Yesus. Di dalam kapal di mana Yesus berada, karena ada Yesus, danau menjadi tenang, sedangkan di dalam kapal di mana Yunus berada, karena ada Yunus laut menjadi bergelombang. Ini perbedaan yang sangat jauh, sehingga waktu Saudara mengetahui kisah Yunus dan membandingkan dengan kisah ini, langsung Saudara mengatakan “Tuhan Yesus melampaui nabi apa pun”, termasuk Yunus, karena Yunus adalah penyebab goncangan laut, sedangkan Kristus adalah penyebab tenangnya laut. Yunus adalah penyebab orang dalam bahaya, sedangkan Kristus adalah penyebab keselamatan di dalam orang-orang di sekitar dia.

Lalu dalam ayat 24 dikatakan “maka datanglah murid-muridNya membangunkan Dia, katanya: Guru, Guru, kita binasa. Ia pun bangun dan menghardik air dan angin yang mengamuk itu. Dan angin dan air itu pun reda, dan danau itu menjadi teduh”. Yesus menghardik badai, ini merupakan bagian yang sangat jelas tercantum di dalam beberapa Mazmur. Di dalam Mazmur digambarkan tentang badai yang adalah simbol dari kuasa jahat, maupun badai yang adalah simbol dari kekuasaan politik, tapi dalam Alkitab dikatakan di dalam Mazmur bahwa Tuhan meredakan semua demi umatNya mendapatkan berkat dari Dia. Salah satu Mazmur yang bisa kita lihat adalah dalam Mazmur 29, ayat yang tadi kita baca. Di Mazmur itu dikatakan Tuhan yang akan meredakan gelombang, Tuhan akan memberikan ketenangan, Tuhan memberikan ketenangan di tengah-tengah air bagi orang yang sedang berlayar atau sedang melakukan pelayaran di tengah-tengah laut. Selain Mazmur 29, ada beberapa Mazmur lain yang memberikan pengertian limpah bagi pembahasan kita saat ini. Di dalam Mazmur 65 misalnya, dikatakan bahwa Tuhan adalah Allah yang akan membuat lautan tenteram demi Israel mendapatkan berkat, tinggal di tanah subur dan mendapatkan kelimpahan di dalam anugerah Tuhan. Di dalam Mazmur ini Daud sedang berkata bahwa seluruh kegoncangan laut itu adalah lambang dari kuasa bangsa-bangsa yang besar. Maka dalam Mazmur 65 digambarkan bagaimana Tuhan melihat umatNya dan melihat seluruh bangsa-bangsa di sekitarnya sebagai bangsa yang akan Dia tenangkan, Dia diamkan dan Dia taklukan. Sehingga gelombang laut itu seringkali menggambarkan kuasa politik yang penuh kegoncangan. Kegoncangan politik itu bukan sesuatu yang baru, sudah terjadi dari zaman dulu. Dalam abad 14 awal, abad 13 akhir, di kota Roma dalam pemerintahan gereja pada waktu itu ada kegoncangan yang luar biasa besar. Mazmur 65 mengatakan Tuhan meredakan gelombang dan mendirikan tempat subur bagi Israel. Ini berarti bangsa-bangsa lain sebesar apa pun mereka, waktu mereka mau hancurkan Israel, tidak mungkin berhasil, Israel akan tetap bertahan. Dan Israel digenapi dalam Kristus dan di dalam Kristus kita semua mendapat bagian yang menerima janji Tuhan bagi Israel. Jadi siapa bisa hancurkan Israel dan gereja Tuhan? Tidak ada. Israel sebagai negara sekarang sudah tersingkirkan, tapi orang Kristen di dalam Kristus menjadi pengikut Abraham beriman pada Tuhan.Tempat di mana gereja paling dilawan, di situ adalah tempat di mana Tuhan akan menaruh hambaNya yang paling berkualitas. Saudara kalau mau tahu zaman ini siapa hamba Tuhan besar.

Selain hamba Tuhan yang berkhotbah dengan kuasa dan juga ketekunan untuk menyampaikan Firman dengan benar, juga ada hamba Tuhan yang layani dengan giat di tempat paling sulit, itu akan membuktikan Tuhan tetap setia kepada umatNya. Di negara Islam yang keras, di situ Kekristenan mulai berkembang, di tempat di mana orang-orang melawan Tuhan, di situ Tuhan taruh hambaNya yang paling kuat untuk berjuang dan menyatakan anugerah Tuhan menopang dan memelihara gerejaNya. Jadi kuasa politik itu dilambangkan dengan ombak gelombang, lalu ayat ini mengatakan Yesus memerintahkan “diamlah, tenanglah”. Maka gereja bisa mengatakan ketika kuasa politik menghancurkan, kita ingat Yesus akan berkata kepada mereka “diamlah dan tenanglah” dan keadaan akan menjadi damai kembali. Jadi gereja Tuhan akan tetap dipelihara. Lalu hal kedua, selain Mazmur 65, bagian ini juga menjelaskan konsep dari Mazmur 107. Dalam Mazmur 107 digambarkan bahwa Tuhan yang mengijinkan gelombang untuk membuat orang-orang di dalam kapal kembali berdoa kepada Tuhan. Dalam Mazmur 107 dikatakan Tuhan meniup lalu terjadi gelombang, kemudian orang-orang di dalam kapal begitu ketakutan, lalu dalam ketakutan itu mereka berdoa, Tuhan dengar dan meredakan kembali gelombang itu. Mirip dengan bagian ini, murid-murid ditimpa gelombang lalu mereka teriak minta tolong Tuhan Yesus, lalu Tuhan Yesus tenangkan gelombangnya. Dari mana gelombangnya? Mazmur 107 mengatakan tiupan Tuhan. Mengapa Tuhan meniup? Mengapa Tuhan membuat hidupku bergelombang? Mengapa Tuhan tidak membuat hidupku tenang, hidupku lurus-lurus saja? Karena ini jalan bebas hambatan dan kita punya kecenderungan kalau tidak hambatan ya tidur saja. Maka Tuhan berikan gelombang, tapi Tuhan meredakannya untuk menyatakan “di dalam Aku kamu aman”. Kamu tidak aman di dalam keuangan karena keuangan sekarang bisa besar bisa hancur besok. Itu sebabnya khotbah-khotbah yang tidak mempersiapkan orang untuk waspada terhadap gelombang hidup adalah khotbah-khotbah yang akan melemahkan jemaat Tuhan. Dan ketika Tuhan kirim ombak, lalu Tuhan berikan ketenangan, orang-orang yang memanjatkan doa kepada Tuhan akan memperoleh ketenangan dari Tuhan. Lalu di dalam bagian lain di dalam Mazmur, Mazmur 74 digambarkan bahwa setiap orang yang mau berserah kepada Tuhan akan mengalami Tuhan menghancurkan kuasa jahat. Ini merupakan gambaran yang luar biasa penting, Tuhan kita adalah Tuhan yang kerjaNya, karyaNya membuat yang kacau menjadi teduh. Tapi di sini ada misteri yang sulit dipecahkan yaitu mengapa sebelum teduh harus kacau dulu? Mengapa sebelum terang harus gelap dulu? Mengapa sebelum badai berlalu harus ada badai yang tiba dulu? Ini pertanyaan yang sulit dijawab tapi kita hanya bisa mengatakan Tuhan pakai cara itu supaya kemenanganNya atas kuasa jahat menjadi nyata. Jadi Tuhan kita bukanlah Tuhan yang menunjukan bahwa Dia bertahta dan berkuasa dalam keadaan stabil terus, tapi Dia menunjukan bahwa dia bertahta dan berkuasa di dalam kemenangan menghancurkan musuh. Ini pertanyaan yang sulit dijawab, tetapi ini fakta yang besar sekali. Mengapa Tuhan mengijinkan diriNya punya musuh? Kita tidak tahu penyebab awalnya atau motivasi awal atau apa yang Tuhan pikirkan di dalam kehendak kekalNya waktu menetapkan ini. Tapi yang kita tahu adalah waktu Tuhan berfirman, Dia menyatakan Dia akan menaklukan kuasa jahat, ini yang menjadi pegangan kita. Tuhan kita adalah Tuhan yang akan menyatakan kemuliaanNya dengan lebih limpah melalui menaklukan kejahatan ketimbang membuat kejahatan itu hilang. Tuhan kita menyatakan kemuliaan lebih besar dengan menghancurkan yang jahat dan membereskan yang kacau dari pada menghilangkan sama sekali kejahatan atau pun kekacauan. Kekristenan yang tidak memberitakan berita yang realistis adalah Kekristenan yang palsu dan bukan dari Kitab Suci. Kekristenan yang palsu membuat tanda-tanda yang aneh sebagai sesuatu yang sifatnya supranatural tetapi kembali untuk memberkati diri dalam hal yang sifatnya natural. Sedangkan orang Kristen sejati justru memperjuangkan hal-hal yang sifatnya natural yang terlihat di sini dengan efek yang sifatnya supranatural nanti. Saudara bekerja dan melayani di sini untuk nanti bukan untuk mendapatkan sesuatu sekarang dengan genap. Itu sebabnya perbedaan Kristen sejati dan palsu dapat dilihat di sini, Kristen palsu mementingkan hidup sekarang, tapi memakai yang supranatural untuk mengerjakan yang sekarang. Sedangkan Kristen sejati mengerjakan sekarang demi efek nanti dalam hal yang sifatnya supranatural. Maka waktu Tuhan menciptakan segala sesuatu, Tuhan menciptakan dengan fakta bahwa ada kejahatan ada di sini dan ajaran Kristen harus mengakomodasi hal ini. Bagaimana orang Kristen hidup di tengah kejahatan, bagaimana orang Kristen hidup di tengah dunia yang sudah rusak dan jatuh, bagaimana pernyataan Alkitab untuk hidup ditengah-tengah seperti ini? Alkitab lebih menggerakan kita untuk lebih melihat ke depan dari pada melihat ke belakang, Alkitab mengajarkan kepada kita untuk tidak otak-atik mengapa ada yang jahat yang Tuhan tidak beri tahu. Yang Tuhan mau beri tahu adalah ke depan Tuhan akan hancurkan leviathan tapi Tuhan ijinkan gelombang ini terjadi untuk membuat mata kita terbuka, kita masih di dunia, kita masih berjuang melawan dosa.

Tetapi yang paling indah adalah dalam Mazmur 69, seluruh berita yang dibagikan itu sangat cocok untuk dikenakan kepada Kristus waktu menderita. Waktu Kristus akan mati di kayu salib, sangat tepat seruanNya “Tuhan, musuhKu mengelilingi Aku, air dan badai menimpa Aku, dan lumpur maut sudah menenggelamkan Aku”, tapi dari situ Tuhan menolong Dia. Maka dari sini kita bisa belajar, Tuhan Yesus adalah penolong dari gelombang hidup sebab segala efek mematikan dari gelombang hidup itu Dia terima di dalam tubuh. Tuhan bukan hanya yang menghancurka kejahatan, mententeramkan hidup, memberikan jalan di tengah-tengah badai, tapi Dia juga yang terima seluruh efek itu. Itu sebabnya Dia mati di kayu salib. Dia menerima efek mematikan dari seluruh gelomang kekacauan yang terjadi di dunia. Tetapi dari situ Dia menjadi pokok keselamatan bagi semua. Biarlah kita mengingat kembali bagian ini dan beryukur kepada Tuhan, Tuhan Yesus menghancurkan kuasa politik yang jahat demi melindungi gerejaNya. Tuhan Yesus mengijinkan gelombang terjadi untuk mendidik gerejaNya. Tuhan Yesus mengijinkan untuk sementara waktu kejahatan menghancurkan gerejaNya, tetapi akan ada waktu Dia menginjak-injak kepala kejahatan. Tuhan Yesus mengijinkan kita berada dalam keadaan sulit, bahaya, lalu Dia bukakan jalan supaya kita ingat anugerahNya. Terakhir, Tuhan Yesus mengijinkan keselamatan dari gelombang laut kita dapatkan karena efek mematikan dari gelombang laut itu Dia terima di dalam tubuhNya di atas kayu salibg. Biarlah kita ikut Dia dan mengatakan “Tuhan, jika Engkau mau pimpin saya di dalam gelombang, silahkan, aku siap. Karena bersama dengan Tuhan di tengah gelombang jauh lebih baik dari pada sendiri di dataran yang aman”. Kiranya Tuhan menguatkan kita semua.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Siapa mempunyai, kepadanya akan diberi. Siapa tidak mempunyai, apa yang ia anggap ada padanya akan diambil

(Lukas 8: 16-21)
Hari ini saya ingin membahas fokus ke dalam ayat 18-21. Di dalam ayat 18 dikatakan “perhatikanlah cara kamu mendengar karena siapa yang mempunyai” maksudnya adalah cara mendengar dengan benar, “..kepadanya akan diberi sesuai dengan apa yang dia dengar. Tapi siapa yang tidak mempunyai..”, yaitu siapa yang tidak mempunyai kemampuan mendengar, “..dari padanya akan diambil juga apa yang dia anggap ada padanya”. Ini yang saya ingin bahas di dalam khotbah hari ini, apakah yang kita bisa dapat dari cara mendengar yang benar dan apakah yang akan kita hilang dari cara mendengar yang tidak benar. Ada 4 hal yang ingin saya bagikan.

Hal pertama, waktu Saudara mendengar dengan benar maka Saudara akan mengenal siapa Allah. Dan bagaimana membedakan mengenal dengan benar dan mengenal yang palsu? Mengenal yang benar, di ayat 21 adalah setelah orang dengar, melakukan. Setelah Saudara mendengar Firman tentang Allah lalu Saudara melakukan pendengaran itu, Saudara akan menjadi orang yang berbahagia. Karena di dalam mengenal Tuhan, Saudara akan mempunyai perlakuan hidup, tingkah laku hidup yang sujud menyembah, inilah kaitan yang erat tentang kaitan mendengar dan tingkah laku. Apa perbuatan yang kita lakukan dalam mengenal Allah? Perbuatan itu adalah sujud dalam perasaan takut akan Tuhan. Waktu Saudara dengar siapa Tuhan lalu dengan sujud dan hormat menyembah Dia, orang ini adalah orang yang mendengar dan mendapatkan kelimpahan. Kelimpahan apa yang didapat dari mengenal Tuhan? Kelimpahan itu adalah kenyamanan jiwa berada bersama dengan Tuhan. Kenyamanan ini adalah kenyamanan yang dicari dunia, tapi dunia tidak dapat. Ini adalah kenyamanan yang orang rindukan, tapi orang tetap tidak bisa dapat. Di dalam perkataan seorang bernama Martin Buber, dia mengatakan ketika kita berelasi dengan sesuatu, tapi di balik sesuatu itu tidak ada pribadi, maka itu akan menjadi relasi I and it, saya dan benda itu. Tapi kalau di balik benda itu ada pribadi, maka relasi saya dengan benda itu akan menjadi cerminan relasi saya dengan pribadi di balik benda itu dan ini menjadi I and thou. Saya berikan contoh untuk pengertian ini, I and it, saya dan benda itu adalah contoh relasi Saudara dengan benda-benda yang ada di sekeliling tetapi dibaliknya tidak ada pribadi apa pun. Misalnya Saudara melihat benda ini, atau Saudara melihat bunga ini, atau Saudara lihat kursi tempat Saudara duduk, Saudara tidak pernah punya encounter dengan benda ini. Tidak ada orang yang setelah kebaktian, merasa kangen dengan kursi, lalu tepuk-tepuk kursi dan mengatakan “minggu depan saya datang lagi, sabar ya”, ini orang gila. Itu sebabnya relasi apa pun yang tidak berkait dengan pribadi di belakangnya itu akan membuat kita kering dan kosong. Mengapa zaman kita kering? Karena zaman kita belajar memperlakukan orang sebagai it, I and it, “kamu adalah rekan bisnisku, kamu adalah orang yang bisa saya manfaatkan, kamu adalah jaringan untuk mendapat apa yang saya mau”, jadi kita tidak pernah menghargai pribadi itu sebagai pribadi. Ada seorang bernama Sherry Turkle, pengajar dari MIT, dia mengajar sosiologi di situ. Dan dia mengatakan di dalam zaman dimana teknologi sangat menolong kita berelasi justru adalah zaman paling banyak kesepian. Dia mengatakan penyakit kita adalah kesepian, kita paling banyak menderita kesepian. Kita menderita kesepian di tengah-tengah dunia yang katanya relasi sudah dipermudah oleh teknologi. Ini terjadi karena tidak terbiasa memperlakukan person sebagai person, terbiasa tidak memperlakukan manusia sebagai manusia. Manusia diperalat dan saya pun diperalat oleh manusia lain, akhirnya relasi memperalat menjadikan manusia hidup di tengah zaman yang penuh konflik, penuh kekosongan, penuh kesepian. Tapi karena memang Tuhan cipta kita perlu berelasi dengan Tuhan. Siapa yang abaikan ini hanya akan temukan kekosongan di dalam diri. Itu sebabnya di dalam bagian pertama sangat penting untuk memiliki cara mendengar, kalau engkau mendengar dan bertindak dan melakukan yang kamu dengar, yaitu mengenal tentang Tuhan dan takut akan Tuhan sebagai respon, maka engkau akan mendapatkan ketenangan jiwa, tapi siapa yang pikir sudah punya akan diambil. Orang yang berpikir sudah tenang akan temukan fakta bahwa ketenangannya itu palsu. Akhirnya orang akan sadar uang tidak bisa bikin tenang, pasangan tidak bisa bikin tenang, kerjaan tidak bisa bikin tenang, tidak ada apa-apa yang bisa bikin tenang. Jadi yang tidak punya cara mendengar, apa yang dia miliki pun akan diambil.

Hal yang kedua, barangsiapa yang mempunyai akan diberi, siapa yang tidak mempunyai akan diambil. Hal apakah yang akan diberi? Hal kedua adalah kalau kita mendengar dengan benar maka kita akan mengenal diri dan setelah kita mendengar dengan benar kita akan bertindak sesuai dengan apa yang kita dengar. Maka sifat-sifat Tuhan akan masuk ke dalam diri kita. Saudara dengar perintah Tuhan “hidup kudus” lalu Saudara jalankan, Saudara akan menikmati fakta bahwa diri Saudara menjadi tenang sebab Tuhan terima dan Tuhan bimbing. Antara penerimaan diri dan juga tuntutan untuk memperbaiki diri, dua-duanya harus ada. Di dalam dunia kita banyak orang menjalani kegelisahan, bukan hanya karena tidak berlabuh di dalam Tuhan jiwanya, tapi juga karena tidak bisa terima diri. Ada orang-orang yang sulit terima diri karena menetapkan standard “saya hanya diterima kalau saya berprestasi, saya hanya diterima kalau saya mempunyai harta, saya hanya diterima kalau saya pintar”. Ini adalah beban hidup dari banyak sekali orang, terutama orang muda, dia berusaha memenuhi ekspektasi kelompoknya untuk menjadi signifikan, untuk menjadi mempunyai makna yang bisa diterima dan menenangkan dirinya. Siapa yang tidak bisa terima? Dirinya, bagaimana supaya bisa diterima? Dia mau orang lain terima dirinya supaya diri terima diri dan menjadi tenang. Tapi ini tidak akan pernah terjadi, karena Saudara tidak hidup untuk memenuhi ekspektasi kelompok. Dan Saudara tidak hidup untuk memenuhi ekspektasi diri. Tidak ada orang yang akan menolak Saudara karena Saudara kurang hebat. Tapi diri Saudara yang menolak, maka diri Saudara ingin diri menjadi hebat dalam standar yang sebenarnya bukan dari Tuhan lalu paksa diri untuk berada di situ, bagaimana ini tidak menjadi tekanan. Maka dikatakan yang tidak mau mendengar akhirnya jatuh dalam ekspektasi yang tidak real dan bukan dari Tuhan, lalu tidak mempunyai penerimaan diri oleh diri sendiri dan apa yang dia pikir ada padanya akhirnya diambil, tidak ada ketenangan. Siapa yang tidak tenang karena dirinya kurang hebat, kurang pintar dan lain-lain? Itu masuk dalam hal yang sama, dia belum bisa menerima diri sebagaimana Tuhan terima dirinya. Kita tidak dipanggil untuk senangkan orang, kita dipanggil untuk menjadi ideal di dalam pandangan Tuhan dan di dalam ketetapan Tuhan untuk saya berdasarkan ukuran saya. Saya tidak harus jadi orang lain, tapi saya harus sadar 2 hal, pertama Tuhan terima saya dan saya sudah aman di dalam Dia, kedua Tuhanlah yang tuntun saya dan saya berjuang mati-matian untuk mengikuti standar Tuhan, bukan untuk diri diterima. Itu sebabnya dalam teologi Reformed, predestinasi menjadi doktrin yang sangat penting. Karena dari predestinasi kita sadar, saya diterima sebelum saya bertobat, maka penerimaan saya itu aman, saya sudah diterima dulu baru saya berjuang untuk hidup lebih baik. Ini beda sekali dengan orang yang berjuang dulu demi mendapatkan penerimaan. Maka ini menjadi 2 yang mengurung manusia, kalau dia tidak munafik, dia akan jadi orang yang pamer dosa. Tapi Alkitab menyatakan hal yang lain, kita bukan pamer dosa tapi kita bukan orang yang munafik, tapi kita juga bukan orang yang bangga sama dosa kita. Itu sebabnya ketika ada acara yang mengharuskan orang datang, akui dosa dengan berani, akhirnya jadi berani karena semua mengaku dosa, ini namanya pameran dosa, bukan pengakuan dosa. Saudara tidak dituntut untuk cerita dosa ke semua orang. Ini gaya postmodern “saya cerita semua, supaya orang tahu saya bobroknya seperti ini”, itu namanya orang yang sudah kebal, mati rasa, tidak malu lagi bahwa dia sudah berdosa. Tapi orang yang sejati bukan munafik, tapi dia tahu dia akan mempermalukan dirinya luar biasa kalau dia menceritakan dosanya, karena dia masih anggap ini dosa. Zaman sekarang banyak orang cerita karena tidak anggap dosa, tapi karena sudah anggap remeh itu. Mengatakan fakta dosa, sama seperti orang sudah mencuri satu buah apel dari tetangganya, seperti hal yang begitu ringan. Tapi orang yang sadar berapa besar dosa, dia harus ngomong, harus mengakui, tapi tidak mungkin mengakuinya dengan umbar dan dengan keberanian seperti itu. Maka zaman kita harus dinetralkan dengan Alkitab, yaitu fakta bahwa saya berdosa, harus saya tangisi. Tapi fakta bahwa Tuhan terima saya, harus saya rayakan. Saya harus bersyukur pada fakta Tuhan terima, tapi di sisi lain saya sangat benci keberadaan saya yang oenuh dengan dosa. Itu sebabnya siapa yang mendengar Firman Tuhan, yang menuntut kita untuk hidup suci, tapi yang juga menyatakan bahwa kita sudah diterima, di situ akan memberikan ketenangan. Tapi apakah mendengar saja cukup? Tidak, selain mendengar harus kerjakan, harus berjuang hidup suci, harus berjuang tinggalkan dosa. Sama dengan hidup suci, Saudara nonton orang hidup suci, dengar apa itu hidup suci, sendiri tidak hidup suci, tidak ada nikmat apa-apa. Waktu Saudara menjalani baru tahu hidup suci nikmatnya seperti ini. Yang tidak hanya bisa menonton dari jauh.

Hal ketiga, di dalam mendengar dengan benar akan membuat kita mengenal lingkungan kita, waktu hidup kita. Dan mengetahui bahwa di dalam waktu hidup kita Tuhan sedang bekerja. Orang yang dengar menyadari Tuhan sedang bekerja. Tapi waktu mendengar hanya jadi penonton tidak ada gunanya. Waktu Saudara mendengar kemudian berbagian, baru disitu ada kelimpahan hidup seperti yang Tuhan janjikan. Itu sebabnya perhatikan cara kita mendengar, perhatikan cara kita melatih kepekaan untuk melihat di mana Tuhan sedang bekerja. Saya percaya gerakan Reformed Injili adalah anugerah besar, tapi anugerah bukan untuk ditonton. Saya tidak bilang semua mesti ikut gereja ini, sama sekali tidak, tapi saya mau tanya yang dikerjakan itu apakah bagian yang Tuhan sedang kerjakan atau tidak? Saudara peka mendengar lalu melakukan sesuatu di dalam hidup, harus dilakukan di dalam koridor Tuhan kerja, baru saya ikut. Waktu Tuhan ijinkan kita lihat Dia bekerja, di situ ada kelimpahan yang besar karena saya mendengar, saya mengetahui Tuhan sedang bekerja, lalu saya berbagian, bukan cuma penonton. Waktu saya berbagian baru saya rasa apa artinya tanganku baru mau kerja, ternyata Tuhan siapkan semua, di situ baru kita mengetahui. Maka Saudara yang selama ini cuma jadi penonton yang lihat “Gerakan Reformed kerjakan ini, kerjakan ini”, kalau Saudara tidak ada beban atau panggilan untuk yang lain atau Saudara bukan gereja yang lain, kalau Saudara di gereja yang lain lalu mengurusi di sana, kemudian datang ke sini dengar Firman, saya tidak mempengaruhi Saudara, Saudara punya panggilan mulia untuk kerjakan itu di gereja Saudara. Tapi kalau Saudara tidak, lalu Saudara hanya jadi penonton untuk Gerakan Reformed Injili, mari coba pikirkan kembali, Saudara menjadi orang yang mendengar tapi tidak melakukan, tidak mendapatkan kenikmatan melihat Tuhan bekerja. Mari berbagian, lalu lihat waktu Tuhan kerja, saya mengikuti, di situ ada kelimpahan besar menikmati Tuhan. Maka saya mengenal lingkungan, mengenal waktu Tuhan bekerja dan berbagian di dalamnya. Siapa mendengar dengan benar akan tahu kapan Tuhan bekerja, di mana Tuhan bekerja, sedang kerjakan apa. Jangan melayani hanya karena interest pribadi, jangan melayani hanya karena merasa diri dapat berkat di satu tempat.

Lalu yang terakhir, Saudara mendengar dengan benar dan bereaksi dengan benar adalah di dalam ayat 19-21. Tuhan Yesus mengatakan di sini sebagai contoh yang indah sekali, waktu ayat 18 mengatakan “perhatikan cara kamu mendengar, yang mendengar dengan benar akan mempunyai, yang tidak mendengar akan diambil”. Hal keempat yang dijanjikan adalah relasi, ini ada di ayat 19-21. Di dalam ayat 19-21 dikatakan ibu dan adik-adik Yesus mau ketemu Tuhan Yesus, tapi di rumah di mana Tuhan Yesus berada, orang banya penuhi tempat itu. Sehingga waktu mereka mau masuk tidak bisa lewat, mereka panggil satu orang murid “tolong bilang ke Rabi, tolong bilang ke Gurumu bahwa ada ibu dan adik-adikNya mau ketemu”, lalu orang itu berusaha masuk, akhirnya sampaikan berita “ada ibuMu dan saudara-saudaraMu di luar mau bertemu dengan Engkau”, reaksi Yesus apa? Yesus langsung mengatakan “siapa ibuKu, siapa saudaraKu, dia yang mendengar dan melakukan, dialah ibuKu dan saudaraKu”, ini seperti menolak keluarga. Orang sering tafsir seperti itu, “Tuhan Yesus saja mengabaikan keluarga, jadi kalau kita mengabaikan keluarga demi Kerajaan Allah, itu suci”. Tidak. Tuhan Yesus mengingatkan di bagian yang lain ketika ada orang tanya “mana lebih penting, rabi, guru agamaku, pendetaku atau orang tuaku? Menurut para rabi, rabi harus nomor satu. Kalau gurumu, atau pendetamu, atau rabimu sakit dan orang tuamu sakit, peliharalah nabi dulu, uang berikan ke dia dulu, baru setelah itu orang tuamu”. Yesus sangat marah waktu dengar ini, maka Dia mengatakan “di dalam Kitab Suci dikatakan hormati orang tuamu. Mengapa kamu langgar perintah itu demi kenikmatan tradisi yang akan menjunjung tinggi engkau”, ini kira-kira tafsiran saya atas bagian ini. Jadi Tuhan Yesus sangat benci kepada orang yang mengabaikan keluarga. Tuhan mengatakan Firman Tuhan tidak boleh diabaikan, yang satu boleh kamu kerjakan, tapi dilakukan tanpa mengabaikan yang lain. Orang tua diberikan tempat penting di dalam agama Kristen, engkau harus hormati mereka. Hormatilah orang tuamu hai anak, hormatilah pemerintahmu hai rakyat, ini Firman Tuhan. Saya tidak tahu seberapa berat kita mau menjalankan ini, tapi harus, karena Tuhan yang perintahkan. Saudara berhutang seluruh hidup kepada Tuhan dan Tuhan memberikan Firman “hormati”. Saya sangat bersyukur ketika mendengar sharing orang-orang yang tidak terlalu dapat anugerah dapat orang tua yang baik. Orang tua yang picik, orang tua yang memberikan keputusan yang salah, orang tua yang hanya akan menghancurkan hidup ketika dia memberikan keputusan, tapi ada anak-anak yang mengatakan “saya tetap berusaha papa saya bilang iya dulu, baru saya kerjakan. Kalau papa saya bilang tidak, saya tidak kerjakan, saya tidak mau berontak dulu karena saya tahu saya mesti taat sama dia”, apakah rela taat? Tidak, karena dia tidak pernah punya kebijakan yang benar, seluruh keputusannya salah, tapi dia mau belajar taat dulu. Ini orang yang baik. Alkitab memerintahkan kita untuk menghormati orang tua, bagaimana mungkin Yesus mengabaikan orang tuaNya sendiri. Tapi ini ada salah satu kebiasaan Tuhan Yesus yaitu sering memakai hal yang tiba-tiba terjadi untuk memberikan contoh bagi Kerajaan Allah. Maka Yesus sedang mengatakan bukan menegasikan ibu dan saudara-saudaraNya, tapi justru melibatkan orang lain di dalam relasi yang sama dengan ibu dan saudara-saudaraNya. Itu sebabnya dari Injil Lukas kita bisa loncat Kisah Para Rasul, dalam Kisah Para Rasul sering kali dicatat ibu Yesus dan murid-murid bersama-sama, mereka menjadi satu keluarga. Jadi Yesus mengatakan “seperti cintaKu kepada ibuKu, demikian cintaKu kepadamu. Seperti cintaKu kepada saudaraKu laki-laki dan perempuan, demikian cintaKu kepadamu”, mu-nya adalah siapa yang mendengar Firman dan melakukannya. Maka Yesus sedang mengatakan kalau orang mendengar Firman dan melakukan, menjadi satu komunitas Kristen atau komunitas yang berkumpul, ini adalah komunitas paling indah di seluruh dunia. Mengapa gereja sekarang tidak bisa mencerminkan hal ini? Karena sedang dapat serangan dari setan, kalau gereja pun tidak bisa jadi contoh untuk relasi, dunia sudah tidak punya contoh. Apa bedanya orang yang mendengarkan Firman dan tidak? Yang mendengar Firman tahu bahwa Tuhan memerintahkan kita untuk mementingkan yang lain. Sedangkan yang mendengar dan melakukan bukan hanya tahu bahwa kita harus mementingkan orang lain, tapi juga hidup untuk mementingkan yang lain. Saya mendengar tentang apa yang Tuhan mau saya lakukan bagi sesama, dan saya menemukan saya di tengah-tengah komunitas yang juga mempunyai jiwa yang sama, sama-sama dengar Firman, sama-sama mau berbagi hidup dengan yang lain. Kiranya Tuhan memberkati dan menjadikan kit aorang yang mendengar dan mendapatkan limpah apa yang Tuhan janjikan bagi kita.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Mengenal siapa Kristus & Relasi yang mempermuliakan-Nya

(Lukas 8: 16-21)
Kita memulai dari ayat 16 untuk kembali membahas apa yang perlu untuk kita mempunyai cara mendengar yang benar lalu kita melanjutkan ayat 19-21. Di dalam ayat 18 dikatakan “perhatikan cara kamu mendengar”, di ayat 21 dikatakan “ibuKu dan saudara-saudaraKu ialah mereka yang mendengarkan Firman Allah dan melakukannya”. Kaitan antara mendengar dan melakukan adalah kaitan yang sangat erat diulang oleh Lukas. Lukas terus mengingatkan pembacanya bahwa orang yang dengar tapi tidak melakukan, itu bukan umat yang sejati. Satu sisi yang pertama, Saudara mesti jalankan apa yang Saudara dengar. Tapi hal lain yang diajarkan juga dalam bagian ini adalah Saudara mesti dengar dengan benar. Mendengar dengan benar memastikan Saudara menjalankan yang tepat. Menjalankan yang tepat membuat Saudara mempunyai perubahan ke dalam. Itu sebabnya bagian ini selain menjelaskan kita mesti kerjakan apa yang kita dengar, juga memberikan pengajaran bagaimana kita mesti mendengar supaya kita mendapatkan pengertian yang benar. Di dalam ayat 16 dikatakan tidak ada orang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan. Ini berbeda dengan apa yang dikatakan Tuhan Yesus dalam Matius 5, di khotbah di bukit. Di khotbah di bukit, Matius 5-7 itu adalah perintah Tuhan kepada orang Kristen untuk menjalankan apa yang Tuhan mau. Maka dikatakan engkau adalah pelita, engkau adalah terang, terang tidak boleh ditaruh di bawah tempat tidur, terang harus ditaruh di kaki dian, di tempatnya, supaya terangnya menyinari seluruh ruangan. Ini bicara tentang orang Kristen, orang Kristen harus jadi terang. Tapi dalam Lukas 8, yang dimaksud dengan pelita adalah Tuhan Yesus. Ini dimaksudkan bahwa Tuhan Yesus akan ditaruh di tempatNya yang mulia dan seluruh dunia akan melihat Dia. Tapi sebelum Dia ditaruh di tempat yang mulia, Dia ditaruh seperti di bawah tempat tidur, seperti di tempat yang tersembunyi, sehingga tidak banyak orang yang mengerti siapa Yesus, tidak banyak orang yang tahu siapa Yesus. Tapi dikatakan “yang mempunyai telinga untuk mendengar biarlah dia mendengar, sebab tidak ada rahasia yang tidak akan dinyatakan, tidak ada kebenaran yang tidak akan dibuka, tidak ada yang tersebunyi yang tidak akan dipamerkan”. Maka di sini sedang memberitahukan pada waktunya nanti Kristus akan dinyatakan ke seluruh dunia. KemuliaanNya akan dinyatakan ke seluruh alam, dan waktu kemuliaan Kristus dinyatakan, berbahagialah engkau yang waktu kemuliaan itu masih tersembunyi sudah percaya, berbahagialah engkau yang waktu kemuliaan itu belum terlihat sudah tahu, sudah mengerti berdasarkan apa yang Tuhan nyatakan. Orang Kristen sudah puluhan tahun menjadi Kristen, tetap tidak mengerti siapa Yesus. Dari kecil sudah menyanyi “How I Love Jesus”, tapi sudah besar tetap tidak mengerti bagaimana hidup dalam iman kepada Kristus. Itu sebabnya hari ini saya membahas 6 poin tentang bagaimana mengenal Kristus dengan benar.

Poin yang pertama, Saudara mesti punya kesadaran dalam hati dan pikiran bahwa Saudara perlu berdamai dengan Allah. Tanpa sadar saya perlu damai dengan Allah, saya apasti salah memahami tentang Yesus. Mengapa orang liberal mengatakan Yesus hanyalah guru moral yang besar? Karena mereka tidak rasa mereka perlu damai dengan Allah. Waktu manusia menyadari perlu damai dengan Allah, dia merasa perlu diperdamaikan, dia akan menyadari dia perlu Juruselamat, dia akan menyadari dia perlu Yesus yang mengklaim diri sebagai satu-satunya yang akan membawa manusia kembali kepada Tuhan. Banyak orang ketika berbicara tentang Tuhan, bicara tanpa rasa takut dan hormat sama sekali. Yohanes Calvin dalam buku Istitutio mengatakan waktu kita berdebat tentang apakah Allah, kita masuk dalam teori kosong yang tidak berguna. Tapi waktu kita berbicara tentang Tuhan dengan perasaan hormat, sopan, takut, gentar, maka kita akan menjadi orang yang memahami siapa Tuhan dengan pengenalan yang benar. Ketika ingin mengenal seseorang, Saudara tidak bisa mengenalnya tanpa memberikan respect yang perlu. Saya yakin kalau kita sudah mengenal Tuhan dengan benar, tidak mungkin mulut kita sembarangan mencela Dia. Banyak orang Kristen terlalu berani mencela Tuhan, “Tuhan, kalau Engkau ada, buktikan Engkau ada”, sembarangan ngomong begini. Kalau Dia ada dan benar-benar ada, engkau hatus tutup mulut. Maka biarlah kita datang kepada Tuhan dengan penghormatan yang seharusnya. Sebab orang menghormati orang yang layak dihormati, Saudara orang terhormat, tapi kalau Saudara memberikan hal yang sepele ke orang yang layak hormati, Saudara menunjukan diri sebagai orang yang karakternya rendah sekali. Itu sebabnya kita hanya mungkin mengenal Yesus, kalau kita mengetahui ada Allah yang berkuasa, yang topang hidup kita, yang memberikan keberadaan kita dengan penciptaanNya dan yang sekarang mau memberikan anugerah keselamatan. Ini membuat kita lebih menghormati. Maka perasaan hormat dan kagum kita berikan kepada Tuhan dan kita sadar yang sedang memberikan marahNya dan permusuhanNya dan hukuman saya adalah Allah yang mencipta dan menopang hidup saya. Ini hal pertama yang harus kita miliki, sadar perlu diperdamaikan dengan Allah. Orang Israel gagal mengenal Yesus karena poin ini tidak ada. Mereka tidak sadar mereka perlu dipertobatkan. Kita punya Kristus, Alkitab mengatakan memandang kepada Kristus, engkau mendapatkan kepenuhan pengampunan, karena waktu kita memandang kepada Kristus, kita memandang dalam satu pribadi, Allah dan manusia bergabung tanpa bisa dipisah, tanpa bercampur dan tanpa berakhir kesatuanNya. Maka sampai selama-lamanya kita berdamai dengan Allah karena sampai selama-lamanya natur manusia dan natur Ilahi menjadi satu di dalam Kristus. Maka kita perlu pengantara dan pengantara satu-satunya yang mungkin adalah Kristus. Kristuslah pengantara yang mungkin, dengan demikian tidak ada kemungkinan kita dapat mengenal Kristus kecuali kita mengetahui “saya perlu damai dengan Allah”, itu hal pertama. Lalu hal kedua “saya perlu pengantara”.

Lalu hal ketiga, Saudara bisa mengenal Kristus dengan tepat kalau Saudara tahu Saudara perlu damai dengan Allah, Saudara perlu pengantara dan yang ketiga Saudara perlu Raja di atas segala raja untuk memerintah. Ini pengharapan ideal dari banyak orang-orang di zaman kuno. Jadi dari dulu orang-orang sudah berpikir kapan ada pemerintahan yang baik, kapan ada raja yang baik. Seorang bernama Plato mengatakan negara kota baru bisa baik kalau ada orang pemikir yang punya hati dan kerelaan untuk menjadi bijak, barulah kalau dia menjadi pemimpin kota itu menjadi baik. Tapi tragisnya yang punya kuasa tidak punya hikmat, yang punya hikmat tidak punya kuasa, maka negara kota selalu menjadi ambruk dan rusak. Jadi dari dulu orang sudah mengharapkan “adakah pemimpin yang baik”. Pemimpin yang baik itu dilihat dari apakah keadilan dan kebenaran dijalankan. Orang yang adil dan benar menjalankan keadilan dan kebenaran itu akan membuat dia menjadi pemimpin yang baik. Saudara jangan lihat pemimpin dari karismanya yang benar. Salah satu orang yang punya karisma besar itu namanya Adolf Hitler, tapi dia sama sekali bukan pemimpin yang baik. Siapa punya keadilan dan kebenaran, itu akan menjadi pemimpin baik. Itu sebabnya waktu kita melihat di dunia ini, kita melihat Tuhan ijinkan ada pemimpin-pemimpin yang baik muncul tapi mereka hanyalah percikan bayangan singkat dari Raja sejati yang akan datang nanti. Maka waktu lihat pemimpin yang baik, Saudara mengatakan “puji Tuhan dapat kesempatan untuk melihat cerminan dari pemimpin sejati yang akan datang nanti yaitu Kristus”. Dalam sejarah Alkitab ada orang namanya Nebukadnezar yang Tuhan contohkan menjadi pemimpin yang baik, meskipun pemimpin kafir, tapi Tuhan ijinkan dia menjadi contoh. Awalnya Nebukadnezar begitu jahat, kejam dan tidak peduli kebenaran. Tapi waktu bertemu Sadrakh, Mesakh, Abednego dan Daniel, pelan-pelan dia berubah. Dan saya yakin orang kalau bertemu dengan orang bisa baca mimpi tidak mungkin tidak berubah. Kalau Nebukadnezar tidak berubah, keterlaluan, maka dia mulai berubah tapi hantaman paling besar adalah ketika dia mulai sombong. Waktu dia berdiri di atas istananya, kemudian dia lihat Babel yang besar, langsung mengatakan “bukankah tanganku yang membuat Babel sebesar ini”. Waktu dia selesai ngomong itu, Tuhan hantam dari atas, langsung jadi gila, mirip sapi, telanjang, pergi makan rumput dan membiarkan embun membasahi tubuhnya. Waktu akhirnya sembuh, dia sadar selama beberapa lama ini dia hidup seperti sapi, dia telanjang, makan rumput, dia biarkan kukunya panjang-panjang, rambutnya panjang, baru dia sadar “saya sudah melawan Tuhan, Tuhan hantam saya”. Akhirnya dia tulis surat yang termasuk dalam Kitab Daniel “terpujilah Tuhannya Daniel sebab Dialah yang akan memimpin dan Dialah yang akan hancurkan pemimpin”. Jadi Nebukadnezar dari raja yang kejam menjadi raja yang baik dan dia menjadi contoh bijaksana. Setelah dia ada orang bernama Koresh menurut Kitab Yesaya, yang Tuhan juga pakai, raja Persia yang punya bijaksana, punya kebajikan yang bisa ditiru. Dalam zaman demi zaman kita bisa lihat pemimpin bagus seperti ini, kita bersyukur kita punya pemimpin yang mempunyai langkah meskipun tidak langsung kelihatan, tapi setidaknya dia mempertahankan apa yang pantas mesti diperjuangkan, apa yang baik mesti jadi. Tapi ini semua adalah cerminan bahwa kita perlu Raja di atas segala raja untuk tangani semua. Kita perlu Yesus untuk datang menyatakan kuasa, kebenaran dan keadilan sehingga masyarakat bisa hidup dalam keadaan yang tenteram. Ini yang harus kita pahami, Yesus adalah raja di atas segala raja. Tetapi sekarang gereja sudah kehilangan hormat kepada Yesus. Kalau Dia mau merendahkan diri, maka itu harusnya membuat kita semakin hormat kepada Dia. Bukan setelah Dia merendahkan diri, dengan sembarangan kita merendahkan Dia.

Lalu hal keempat untuk memahami Kristus dengan benar, kita menyadari kita perlu kuasa dan kasih. Kita perlu kuasa yang membuat apa yang diinginkan oleh pemilik kuasa bisa terjadi. Tapi kita juga perlu kasih dari sang pemilik kuasa itu. Tuhan kalau punya kuasa tapi tidak punya kasih, kita tidak mungkin selamat. Kalau Dia punya kasih tapi tidak punya kuasa, Dia tidak mungkin sanggup menyelamatkan kita. Maka karena Dia adalah kasih dan juga karena Dia berkuasa, maka Dia bisa memberikan keselamatan bagi orang-orang yang sudah memberontak melawan Dia. Ini sangat penting untuk kita ketahui, Kristus datang bukan hanya untuk menjadi teladan, tapi Dia juga datang untuk menjadi yang berkuasa untuk mengubahkan kita. Orang-orang yang berusaha memperbaiki diri tanpa menyadari perlunya datang kepada penebusan Kristus, tidak mungkin hidup suci dari perjuangannya sendiri, dia perlu Kristus. Kalau Yesus hanya teladan, kita mati semua, Dia akan mengatakan “teladani Aku”, “teladani dalam hal apa?”, “dalam hal cinta Tuhan”, “mana bisa, aku orang berdosa yang tidak bisa cinta Tuhan”, tapi Yesus bilang “harus teladani, Aku tidak peduli, Aku sudah berikan contoh, mati di kayu salib sebagai contoh, sekarang kamu ikuti Aku”, kita bilang “tidak mungkin sanggup, mana bisa aku mengikuti Engkau”, kalau Tuhan hanya menjadi teladan, kita mati. Tapi hal kelima, Tuhan bukan hanya jadi teladan, Yesus mengatakan “Aku menyertai engkau”, Dia menjadi sumber kekuatan, Dia menjadi pengudus yang menguduskan kita, Dia yang membasuh dan memberikan hidup yang baru. Maka Dia adalah Juruselamat yang memberikan penebusan dan teladan. Penebusan tanpa teladan tidak cukup, teladan tanpa penebusan tidak mungkin, maka Dia memberikan penebusan dan teladan sekaligus. Sehingga Dia mengatakan “teladanilah Aku”, waktu kita mengatakan tidak sanggup, Dia akan mengatakan “Aku menyertai engkau dan Aku menjadi pokok keselamatan bagimu”. Kita tidak mungkin memahami Yesus dengan cara yang salah. Kita memahami Dia sebagai Sang Juruselamat sekaligus Guru yang sedang membimbing aku untuk mengikuti Dia. Ini hal keempat, memahami kuasa dan kasih yang bergabung. Dan yang kelima menyadari penebusan dan teladan.

Hal keenam untuk kita bisa memahami Kristus dengan benar, kita perlu menyadari perlunya relasi di dalam satu tubuh. Selain kita mengenal Kristus, kita perlu mengenal orang lain yang mengenal Kristus. Dan kedatangan Kristus di dunia adalah kedatangan untuk menyatukan anak-anak Tuhan di dalam diriNya. Itu sebabnya relasi orang Kristen bukan relasi organisasional, relasi orang Kristen adalah relasi organik. Kita adalah satu tubuh, bukan satu organisasi, organisasi boleh banyak, tapi orang Kristen yang sungguh beriman, itu satu tubuh di dalam Dia. Saya bisa tidak cocok dengan beberapa orang, saya bisa mengatakan “pelayananmu salah, pelayanan ini yang benar”, lalu saya tidak bisa kerja sama dengan orang ini, tapi kalau orang ini sungguh-sungguh di dalam Tuhan dan saya berada dalam Tuhan, meskipun ada perbedaan seperti ini, saya anggap ini bagian tubuh Kristus sama seperti saya bagian tubuh Kristus. Ini pengertian yang sulit dipahami kecuali kita pakai contoh satu tubuh. Di dalam keterbatasan kita, kita mungkin sulit menjadikan orang lain sepaham dengan kita atau kita sepaham orang lain, dengan sevisi menjalankan apa yang Tuhan mau. Tetapi di dalam ilustrasi satu tubuh ini ada contoh yang bagus sekali tentang kebersamaan. Saudara tidak menjalin komunitas dengan cara yang kosong, tapi menjalin komunitas seperti satu tubuh. Ini suatu yang dipahami oleh seorang bernama Martin Buber, dia mengatakan bahwa “perjumpaan saya dengan benar, I and it, itu tidak perlu encounter, dan encounter perjumpaan dengan benda itu tidak akan mengubah saya dan tidak mengubah benda itu”. Saudara tidak mungkin duduk lalu merasa ada encounter dengan kursi Saudara, Saudara mengatakan “hai kursi hijau, engkau indah sekali, aku sungguh bergetar melihatmu”, maka orang yang mencintai barang, cinta seperti ini itu perlu bertobat. Relasi I and thouadalah aku dan engkau adalah relasi yang mengubah saya, relasi yang membuat saya mengalami perubahan dahsyat, mempersiapkan saya untuk menerima engkau dan menjadikan engkau bagian dari hidup saya. Relasi yang Tuhan mau, relasi seperti ini, bukan relasi asal kenal saja. Tapi relasi yang begitu mendalam, yang hanya bisa kita alami di dalam Kristus. Dunia kita ini mengalami krisis relasi, demikian dikatakan oleh Sherry Turkle, seorang pengajar dari MIT, dia mengatakan dunia kita alternatif relasinya banyak, tetapi krisis relasi adalah hasilnya. Mengapa krisis relasi bisa muncul? Papa dan mama, orang tua, suami istri relasinya cuma I and it, cuma sekedarnya. Orang tua dan anak cuma ketemu sekedarnya, antara anak satu dengan yang lain tidak ada relasi yang mendalam. Antara orang Kristen satu dan orang Kristen yang lain juga tidak ada relasi yang mendalam. Manusia tidak bisa diciptakan dengan kekosongan seperti ini, tidak bisa menjalani hidup dengan kekosongan seperti ini. Maka kita perlu adanya penyatu, dan Kristuslah yang mungkin mempersatukan seluruh anak Tuhan yang tercerai-berai. Di dalam Injil dikatakan Yesus datang untuk menyatukan anak Tuhan yang tercerai-berai di mana-mana. Dia hancurkan diriNya untuk mengumpulkan kita menjadi satu. Dikatakan Augustinus, Yesus mati untuk membuat kita hidup, Yesus badanNya tercerai-berai supaya umat Tuhan yang tercerai-berai dikumpulkan menjadi satu. Maka di dalam Kristus, Suadara punya bahada Injil yang sama meskipun diekspresikan dengan bahasa negara yang berbeda. Orang Indonesia bertemu dengan orang Afrika, sama-sama mengerti penebusan Kristus, sama-sama mengagumi Kristus, ini menjadi satu. Itu sebabnya ketika kita sadar perlu adanya kesatuan di dalam relasi, kita sadar kita perlu Yesus Kristus.

Dan saya tutup dengan mengingatkan 6 poin tadi adalah 6 poin yang sedang dicari dunia ini. Tadi saya mengatakan “engkau perlu berdamai dengan Allah”, dunia ini sedang mencari perdamaian sejati tapi tidak dapat, karena tidak sadar perlunya damai dengan Allah. Lalu poin kedua, untuk mengenal Kristus kita perlu Sang Pengantara dan dunia ini sedang mencari orang yang menjadi peace maker, menjadi orang yang mendamaikan satu dengan yang lain, orang yang lebih bisa merangkul dari pada orang yang bisa menghantam. Ini tidak mungkin didapatkan kecuali kita sadar Kristuslah satu-satunya yang mungkin merangkul kita dan pihak yang bermusuhan dengan kita yaitu Allah, menjadi satu. Lalu dunia memerlukan pemimpin sejati, dan kita menyadari itu dipenuhi di dalam Kristus. Dunia menyadari perlu adanya otoritas dan kasih, kasih tanpa otoritas adalah liar, otoritas tanpa kasih adalah penderitaan dan penindasan. Otoritas dan kasih hanya mungkin di dalam Kristus. Kita juga tahu kita perlu teladan, tapi kita perlu pengorbanan dari orang yang rela jadi teladan, itu sebabnya Kristus datang menjadi Penebus dan teladan bagi kita. Lalu hal terakhir, dunia sedang mencari komunitas yang relasionalnya baik itu komunitas apa, sedangkan Firman Tuhan mengatakan di dalam Kristus, gereja menjadi contoh untuk suatu komunitas yang baik dan mempermuliakan nama Tuhan. Kiranya Tuhan memberkati dan memampukan Saudara untuk merenungkan tentang Tuhan dengan cara yang bertanggung jawab.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Perhatikan cara kamu mendengar

(Lukas 8: 16-18)
Dalam Lukas 8, pelita yang dimaksud bukan gereja yang harus bersinar menyatakan terang, pelita yang dimaksud di sini adalah Kristus sendiri. Suatu saat nanti Kristus akan dipamerkan oleh Bapa, Kristus akan dinyatakan ke seluruh dunia. Tapi ketika Kristus datang pertama kali, kemuliaanNya yang sempurna belum menjadi nyata. Dia masih sembunyikan kemuliaanNya di dalam kesederhanaan. Itu sebabnya yang menerima Kristus yang datang sebagai yang hina, yang menerima Kristus waktu Dia datang sebagai orang yang rendah, dia akan menikmati ketika pelita itu dinyatakan. Jadi ini sedang berbicara tentang Kristus, Yesus mengatakan “tidak ada orang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan”, Kristus pun suatu saat kemuliaanNya dinyatakan. Itu sebabnya kesimpulan dari ayat 18 sangat menjadi satu kesatuan dengan 2 ayat sebelumnya. Sebab di dalam ayat 18 dikatakan perhatikanlah cara kamu mendengar, kalau cara kita mendengar itu tepat maka kita akan melihat kemuliaan Kristus di balik kehinaanNya, kalau cara mendengar kita tepat maka kita akan melihat keTuhanan Kristus di tengah-tengah dunia yang menganggap Dia hanyalah penyesat atau orang yang harus dibinasakan. Yang Yesus katakan perhatikan cara kamu mendengar, ini harus ditafsirkan berdasarkan kitab Perjanjian Lama.

Dalam Kitab Perjanjian Lama beberapa bagian dalam Mazmur dan beberapa bagian dari Kitab Taurat itu menekankan yang Tuhan tuntut dari orang yang mendengarkan Firman Tuhan. Apa yang harus dimiliki oleh seseorang untuk mendengarkan Firman Tuhan dengan benar? Hal yang pertama adalah Tuhan menuntut yang mendengar Firman Tuhan harus mempunyai kerendahan hati. Kerendahan hati inilah yang membuat manusia sujud dan takut akan Tuhan. Dalam Mazmur 25 yang tadi kita sudah baca, disitu dikatakan bahwa Tuhan menunjukan jalanNya kepada orang yang takut akan Dia. Seringkali kita bertanya kepada Tuhan “Tuhan, kehendakMu dalam hidupku apa? Saya mesti kerja dimana? Saya mesti kuliah di mana? Saya mesti lakukan apa?”. Saudara tidak terlalu tahu yang dilakukan sekarang ini kehendak Tuhan atau bukan, itu masih tidak sefatal kalau Saudara tidak punya hati yang siap. Kalau saya punya hati yang siap, Tuhan tuntun ke mana saja saya siap. Maka ketidak-mengertian saya akan pimpinan Tuhan itu masih bisa ditoleransi. Tidak fatal kalau Saudara belum tahu yang Saudara lakukan ini pimpinan Tuhan atau bukan, tapi yang jadi fatal menurut Alkitab kalau hati yang tidak takut akan Tuhan dan hati yang tidak rendah hati di hadapan Tuhan itu yang bahaya. Sekarang orang lebih takut “mana ya Tuhan, ke kiri atau ke kanan”, terserah yang mana, pertimbangkan dengan akal sehat, gumulkan baik-baik lalu pilih saja. Karena engkau salah pilih masih lebih baik dari pada engkau mempunyai hati yang salah, ini bicara soal setelah lulus mau ke mana, bukan bicara soal pasangan hidup. Inilah hal pertama yang harus dimiliki untuk mendengar dengan benar. Siapa yang mendengar dengan kerendahan hati itu akan mendengar lebih benar dari pada orang yang mendengar dengan keangkuhan hidup yang tinggi. Banyak kali orang datang kepada Tuhan dengan perasaan angkuh luar biasa, merasa kalau Tuhan mengkonfirmasi keinginan saya, itu Tuhan yang oke. Kalau Tuhan beda dengan yang saya mau, ini Tuhan yang kurang oke. Tuhan yang oke itu adalah Tuhan yang gampang setuju, kalau saya mau apa Tuhan itu setuju, kalau saya mau ini Tuhan memberi bahkan memberikan dengan kelimpahan, itu Tuhan yang baik. Jadi syarat Tuhan pun kita yang tentukan, bayangkan betapa mengerikannya orang dengan pemikiran seperti ini. Tapi Alkitab mengingatkan kamu yang ciptaan memandang ke sorga langsung harus tahu Tuhan di sorga, kamu di bumi, bumi dan sorga jauhnya luar biasa. Jadi saya yang di bumi berdoa kepada Tuhan yang di sorga, saya berdoa dengan sangat gentar. Martin Luther pernah mengatakan “mengapa kalau saya berdoa dengan lutut dan tangan gemetar memanjatkan kalimat-kalimat kepada Tuhan”, karena dia tahu Tuhan bisa marah kalau doanya salah, ini awal sebelum dia menerima reformasi. Setelah dia menerima reformasi, setelah dia mengetahui Allah yang beranugerah “saya tetap berdoa dengan gemetar”. Orang tanya “kan kamu sudah tidak takut lagi dihukum Tuhan, mengapa doanya masih gemetar?”, “ini gemetar karena ketakutan sukacita yang Tuhan berikan melampaui yang layak saya terima”. Jadi waktu tahu Tuhan baik, dia justru jauh lebih gentar dari pada dia pikir Tuhan jahat dan siap menghukum. Menyadari bahwa Tuhan jauh lebih besar, jauh lebih agung, jauh lebih benar dari pada saya. Dialah pemilik semua kebenaran, Dia tahu segala sesuatu tentang segala sesuatu, kalau pinjam bahasa Cornelius Van Til. Dia mengetahui semua dengan total, itu sebabnya waktu saya datang kepada Tuhan, saya datang dengan perasaan rendah mengatakan “aku cuma ciptaan yang tidak berarti, bagaimana mungkin aku boleh menjadi orang yang layak menerima kebenaranmu?”. Ini yang heran, orang yang merasa diri tidak layak terima kebenaran, justru dia yang akan mati-matian, karena dia tahu ketika yang tidak layak dapat, itu karena anugerah. Dan anugerah bolah ada boleh juga diambil, anugerah boleh muncul boleh juga tidak.

Lalu hal kedua, orang yang datang dan diberkati adalah orang yang mendengar Firman dengan satu perasaan, kecuali menjalankan Firman tidak ada alternatif lain, ini hal kedua yang harus dimiliki. Orang-orang yang mengatakan “kecuali mentaati Tuhan tidak ada jalan lain”, saya tidak lihat ada laternatif yang lebih baik bagi hidup saya. Tetapi sangat sulit, karena ketika Saudara melihat Kitab Suci, Saudara akan menemukan di dalam keberdosaan kita, yang dikatakan Kitab Suci terlalu ideal, sedangkan hidup perlu sesuatu yang realistis. Jadi apa yang Tuhan nyatakan memang bagus tapi kurang aplikatif, memang bagus tapi kurang menyentuh hidup saya, memang bagus tapi tidak realistis bagaimana ada orang bisa menjalankan seperti ini? Apakah engkau tidak tahu beratnya dunia ini seperti apa. Seringkali orang mengkritik “pendeta tidak tahu beratnya hidup seperti apa, pendeta tidak tahu kesulitan di Indonesia seperti apa. Bagaimana mungkin menjalankan ini dengan sesetia mungkin?”. Tapi ini seperti mengatakan Firman Tuhan kurang aplikatif, akhirnya kita mempunyai kebiasaan untuk memecahkan hidup kita, di satu sisi kita menyembah Tuhan, disisi lain kita menyembah dunia ini, di sisi lain kita pakai sistemnya Tuhan, ibadah dan hal rohani lainnya, di sisi lain kita pakai konsep dunia untuk menjalankan apa yang dilakukan di dunia, ini membuat kit amenjadi tepecah terus. Tapi Alkitab tidak menginginkan kita menjadi terpecah, Alkitab menginginkan kita menjadi orang yang dengan utuh melihat Tuhan baik waktu berdoa dan menghadap langit maupun waktu bekerja dan melihat apa yang ada di bumi ini. Jadi semua milik Tuhan. Alkitab mencatat Tuhan menciptakan langit dan bumi, Alkitab tidak mengatakan Tuhan menciptakan langit dan menyerahkan bumi kepada setan, itu tidak pernah terjadi. Jadi Dia pemilik semua dan karena itu semua aspek hidup adalah milik Tuhan yang harus dipersembahkan kepada Tuhan dengan cara Tuhan. Maka Tuhan kadang-kadang menuntun orang dengan cara membuat mereka tidak bisa melihat lain kecuali menjalankan apa yang Tuhan mau.

Salah satu bentukan yang sangat keras bagi Israel adalah waktu Tuhan paksa mereka untuk melakukan hanya satu yaitu hanya yang Tuhan mau. Tuhan bisa menjawab dengan ramah, Tuhan bisa menyatakan cara membimbing kita untuk mengerti bahwa caraNya jauh lebih baik. Waktu kita datang kepada Tuhan, mari kita menjadi murid yang benar, murid yang mengatakan yang Tuhan bilang itu yang benar, yang Tuhan katakan itu tidak ada alternatif lain, cara saya hidup hanya mungkin kalau saya menjalani di dalam cara Tuhan. Orang yang punya telinga seperti ini akan mendengarkan Tuhan dengan baik. Maka sebelum mendengar, Saudara mesti tahu dulu mengapa harus mendengar, mengapa harus mengerti Firman Tuhan. Ketika Saudara menyadari mengapa kurang saleh, mengapa kurang benar, mengapa kurang bijak, mengapa kurang kebaikan, mengapa kurang menyangkal diri, mengapa kurang jadi berkat, mengapa hidup kita kacau, kita sadar kita perlu Tuhan, kita perlu FirmanNya. Orang seperti ini akan datang dan mengatakan “Tuhan, saya sudah coba, di luar FirmanMu tidak ada jalan lain. Hikmat dunia sudah saya coba, kosong, penuh dengan hal-hal yang membuat saya rusak”. Maka kalau Saudara mau hidup dengan benar, Saudara tahu kecuali saya selidiki Firman Tuhan, kecuali saya pahami dengan konsisten, saya tidak mungkin hidup. Berapa lama sampai akhirnya nanti Tuhan tunjukan semua jalan di luar Firman Tuhan itu buntu, berapa lama sebelum akhirnya kerusakan itu makin hancur, sebelum Saudara mengatakan “saya harus kembali kepada Tuhan”. Berapa lama sebelum Saudara mengatakan “cukup, hidup saya yang rusak ini mesti balik dan saya mesti balik berdasarkan kebenaran Firman Tuhan. Jangan tunggu lama, makin lama makin rusak, makin kacau dan Saudara akan membayar harga yang terlalu mahal. Sekarang banyak orang mengatakan kepada Tuhan “selama pengertianMu sesuai dengan yang saya mau, Engkau cocok bagi saya”, tapi ini adalah tindakan yang meremehkan Tuhan. Kita sering kurung Tuhan di satu bagian yang tidak terlalu banyak menyentuh hidup kita. Maka kita harus berubah cara berpikirnya, kita harus mengatakan “Tuhan, selain caraMu tidak ada cara yang lain. Saya hidup, berkeluarga, bekerja, saya melakukan apa pun kalau tidak berdasarkan yang Tuhan mau, tidak ada cara lain”. Orang sekarang terlalu melihat perbedaan gap yang jauh sekali antara Firman Tuhan dan kehidupan dunia, tapi menolak mengakui “selain menyerahkan kepada Tuhan, tidak ada jalan lain”. Saya sangat bersyukur kalau Tuhan mengijinkan saya menyaksikan kehidupan orang-orang yang diubah total, bagaimana kehidupan orang itu berubah total, salah satunya adalah jalan hidup yang buntu, tidak bisa lagi melihat kemungkinan untuk terus. Waktu dia sadar tidak ada jalan lain, baru dia sadar ternyata hanya yang Tuhan mau yang mungkin dikerjakan, maka dia kembali kepada Tuhan. Dan kalau hidup Saudara begitu rumitnya, mengapa berani mengatakan “saya bisa melangkah tanpa tuntunan Tuhan”. Itu sebabnya mari jadi orang yang siap mendengar dan mengatakan “tanpa tuntunan dari Tuhan, tidak mungkin melangkah, mana bisa melangkah”. Maka mari kita dengar Firman Tuhan dengan seolah-olah kalau kita tidak dengar Firman Tuhan dan saya tidak mengerti, hidup saya akan berakhir, membuat saya menjadi lebih serius mendengarnya.

Hal terakhir, sikap yang Tuhan tuntut yang seperti kita lihat dalam Mazmur 25 adalah mendengar lalu berespon di dalam kasih. Saudara tidak mungkin diperkenan oleh Tuhan kalau cara mendengar Saudara terhadap Firman adalah cara pendengar yang terpaksa harus ditaati. Karena Tuhan jahat maka saya terpaksa taati, karena Tuhan perintahkan maka saya terpaksa taati. Saya kalau ditanya “mengapa hidup suci?”, “terpaksa, kalau tidak akan disindir dari mimbar, mau tidak mau harus suci”, “mengapa kamu lakukan ini?”, “karena kalau saya tidak lakukan ini nanti dimarahi”. Banyak orang takut dihukum maka kerjakan. Tuhan kita bukan Pribadi yang hanya mau menghancurkan tradisi, Dia adalah Pribadi dari kebenaran itu sendiri, Dialah kebenaran. Maka waktu Dia menyatakan ajaranNya hanya kebenaran saja yang akan Dia nyatakan. Saudara kalau mendengar Tuhan pasti mengasihi Tuhan, karena Tuhan tidak pernah mempunyai motivasi yang jelek, Tuhan tidak pernah menginginkan hidup Saudara makin hancur. Tuhan menginginkan Saudara berada dalam damai sejahter yang mau Dia berikan. Maka Dia memberikan Firman dengan motivasi yang sangat besar untuk membuat hidup kita makin baik. Itu sebabnya kalau kita mengerti hal ini, makin dengar Firman makin penuh sukacita, makin mendengarkan Firman makin penuh perasaan kagum kepada Tuhan yang baik. Maka Tuhan menuntun kita dan kita tahu tuntunanNya itu baik.
Maka 3 hal inilah yang kita perlu kita miliki perasaan rendah hati dan takut akan Tuhan, waktu dengar Firman saya tahu saya mesti dengar dengan baik. Yang kedua adalah perasaan kalau bukan Firman Tuhan, hidupku akan hancur, saya harus dengar apa yang Tuhan mau katakan. Lalu yang ketiga, saya tahu waktu saya mendengar Firman Tuhan, itu akan membawa kepada saya ke dalam relasi yang penuh cinta kasih kepada Tuhan, aku akan semakin mengasihi Dia dan akhirnya semakin mampu untuk mengasihi orang lain. Bagaimana caranya mengasihi orang lain? Dengan mengasihi Tuhan, bagaimana mengasihi Tuhan? Dengan dengar FirmanNya, bagaimana saya tahu saya sudah dengar FirmanNya? Dengan menjalankan FirmanNya, apa yang harus dijalankan dari FirmanNya? Untuk mengasihi sesama, bagaimana mengasihi sesama? Dengan dikuatkan karena menyadari kasih Tuhan. Lalu apa tanda saya dikasihi Tuhan? Kamu respon di dalam kasih kepada Tuhan. Jadi kasih kepada Tuhan, mendengar Firman, ketaatan kepada Firman dan kasih kepada sesama, ini menjadi satu paket yang tidak bisa dipisah. Jadi saya mencintai Tuhan karena saya dengar FirmanNya, dan dengar Firman berarti saya jalankan, dan apa yang Tuhan tuntut adalah untuk kita mengasihi. Jadi kasih dan mendengar itu erat sekali relasinya. Orang tidak bisa bilang kasih kalau tidak mendengar. Relasi tidak mungkin tanpa mendengar, maka Saudara mencintai orang, Saudara siap mau mendengar, Saudara mencintai Tuhan, Saudara siap mendengar Dia. Jadi motivasi cinta, motivasi krusial saya tahu tanpa Firman Tuhan tidak mungkin hidup, kemudian motivasi hormat kepada Tuhan itu menjadi motivasi yang membuat kita mendengar Firman dengan baik. Maka di ayat 16 dikatakan “tidak ada orang yang menyalakan pelita kemudian menutupinya dengan tempayan tetapi ia menempatkannya di kaki dian supaya semua orang yang masuk ke dalam rumah dapat melihat cahayanya”, ini berbicara tentang nanti ketika Kristus dinyatakan terangNya, engkau yang selama ini sudah mendengar dengan baik, engkau akan merasakan kenikmatan yang limpah karena engkau dengar itu ternyata benar Kristus dan itu dinyatakan dengan seluruh ketaatanmu mendapatkan faedahnya di dalam kedatangan Kristus yang kedua. Ini menjadi satu cerminan di dalam keadaan orang-orang yang ikut Yesus pada waktu itu, ada orang yang mengatakan “bodoh kamu ikut Dia”, tapi Yesus mengatakan “yang punya telinga untuk mendengar akan mendengarkan suaraKu dan waktu pelita itu dinyatakan orang-orang ini akan Tuhan angkat dan permuliakan”.

Maka biarlah kita mendengar dengan baik karena Sang Pelita itu akan dinyatakan terangNya. Lalu ayat 17 “tidak ada yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, tidak ada rahasia yang tidak akan diumumkan”, ini mengenai Kristus. Tadinya Kristus dinyatakan secara rahasia seolah-olah, hanya kepada saksi lalu kepada orang-orang pilihan. Tapi nanti pada zaman akhir, Dia akan datang lalu semua orang akan mengetahui Dia adalah Raja, Dia adalah Hakim. Yang sudah mengetahui dari awal akan menghakimi dunia bersama dengan Dia, sedangkan yang terus menolak sudah terlambat untuk mengubah posisi pada waktu terang itu dinyatakan. Maka ayat 18 menyimpulkan perhatikan cara kamu mendengar, dengar dengan rendah hati, dengar dengan perasaan krusial bahwa Firman Tuhan harus menjadi satu-satunya untuk hidup dengan benar. Lalu dengar dengan kasih untuk relasi yang indah dengan Tuhan. Lalu dilanjutkan dengan perkataan “karena siapa yang mempunyai kepadanya akan diberi, tapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga yang dia anggap ada padanya”. Tuhan memberikan peringatan bukan untuk membuat kita mengkutubkan diri ke salah satu, tapi siapa punya telinga untuk mendengar.Siapa dengar dengan rendah hati, siapa dengar dengan perasaan krusial bahwa saya harus jalankan Firman Tuhan, siapa dengar dengan perasaan kasih, orang ini akan Tuhan beri sampai kelimpahan. Sedangkan yang tidak punya, Tuhan akan ambil, bahkan apa yang dia pikir ada padanya. Seperti orang Farisi, mereka pikir mereka sudah tahu, tapi Tuhan katakan “itu akan Aku akan ambil”. Ini bukan untuk mengkutubkan kita, tapi untuk membuat kita berpindah dari orang yang salah mendengar menjadi orang yang mau mendengar dengan benar. Mari kita semua melatih cara kita mendengar, mendengar dengan rendah hati, mendengar dengan kesiapan untuk taat, mendengar dengan kesiapan untuk mencintai Tuhan. Dan janji Tuhan menjadi nyata pada waktu Kristus dinyatakan, orang-orang seperti ini akan mendapatkan kelimpahan di dalam kemuliaan Kristus.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!

(Lukas 8: 1-15)

Dan dalam pasal 8: 1-3 adalah narasi yang menutup peristiwa sebelumnya, peristiwa konflik Kristus, narasi-narasi mengenai siapakah Kristus, entah perdebatan dengan orang Farisi atau pun tanya jawab dengan murid-murid Yohanes Pembaptis. Setelah bagian itu selesai, Lukas mencatat bahwa Kristus berkeliling dari desa ke desa, dari kota ke kota untuk memberitakan Injil dengan disertai 12 murid. Lalu selain 12 murid dikatakan juga ada beberapa perempuan yang mengikuti Yesus. Dalam Kisah Para Rasul maupun Lukas, Lukas sering menulis perempuan-perempuan yang ikut. Di dalam Kisah Para Rasul beberapa kali Lukas menulis ada perempuan-perempuan yang bertobat, jadi Lukas menulis selain orang-orang Israel dan bangsa-bangsa lain juga ada perempuan-perempuan yang bertobat. Lukas mempunyai keunikan memberikan sorotan kepada peran perempuan, perempuan-perempuan itu ikut dalam rombongan Tuhan Yesus. Jadi ini salah satu cara Lukas menulis bahwa ini kelompok-kelompok yang diabaikan oleh manusia ternyata diadopsi oleh Kristus. Kristus akrab dengan pendosa, pemungut cukai, orang-orang yang dianggap hina pada zaman itu, ini menunjukan Kristus datang untuk mengambil atau memanggil orang-orang yang bahkan dianggap tidak berarti oleh masyarakat. Ini tema yang sangat penting dalam Kekristenan mula-mula. Kitab Suci tidak mengusir para pendosa, asal mereka bertobat. Tapi Kitab Suci sangat anti kepada orang yang merasa tidak perlu bertobat. Itu sebabnya keakraban Kristus dengan orang-orang yang pernah berdosa, sangat dibenci oleh orang-orang yang merasa diri tidak berdosa. Sehingga waktu Yesus bergaul dan memanggil orang-orang ini, mereka begitu marah. Yang meskipun pernah berdosa tapi mau bertobat, dia akan dipulihkan. Tetapi yang pernah berdosa, belum sadar dia perlu bertobat, ini yang perlu diwaspadai. Jadi orang yang tidak ada harapan datang ke Kristus dan mereka mendapatkan pengharapan baru. Dan orang yang sudah tidak tahu harus melakukan apa, datang kepada Kristus dan Kristus mengampuni dosanya. Setiap orang yang merasa putus asa, mereka datang kepada Kristus dan Kristus memberikan pengharapan baru. Tetapi Injil sangat menentang orang yang mempunyai pembenaran diri, setiap bentuk pembenaran diri selalu ditentang.

Lalu apa yang membedakan kelompok 1 dengan yang lain ini? Mengapa ada kelompok di dalam Kristus dan ada kelompok yang menolak Kristus? Inilah yang diselesaikan di dalam perumpamaan Kristus yang berikut yaitu mengenai seorang penabur. Ternyata yang membedakan kelompok yang 1 dengan yang lain adalah cara mendengar, yang membuat orang sungguh-sungguh Kristen dan yang membuat orang Kristennya palsu adalah cara mendengar. Bukan berapa banyak pengetahuan tapi cara mendengar. Maka di dalam perumpamaan Kristus tentang mendengar Firman, Kristus selalu mengaitkan mendengar dan sesuatu yang lain. Yesus mengatakan “ada seorang penabur pergi menaburkan benih”, orang dulu kalau menabur dia akan mengambil dari kantong yang isinya begitu banyak benih gandum atau yang lain, lalu dia akan menabur sekeliling dia, dia akan usahakan seluruh ladang yang dia sudah siapkan itu penuh dengan benih yang akan dia tabur. Biasanya dalam 1 hari ini harus selesai, dan dia tidak ambil satu-satu taruh di tempat yang tepat, itu tidak akan cukup waktunya. Maka dia ambil banyak, lalu dia sebarkan. Dan yang sudah tersebar, di ladang yang dia sudah siapkan itu banyak, tetapi ada juga yang jatuh di tanah berbatu, ada yang jatuh di pinggir jalan lalu dimakan burung, ada juga yang jatuh di tempat yang beres sehingga akan tumbuh dan memberikan hasil. Bagi petani pada waktu itu kalau dia sudah menaburkan benih, dia berharap benihnya itu akan memberikan hasil sampai 10x lipat, kalau bisa sampai 10x lipat, ini dianggap sukses besar. Tetapi Yesus mengatakan yang jatuh di tanah yang subur, akan menghasilkan 100x lipat, berarti 10 kalinya dari yang diharapkan petani pada waktu itu. Jadi Yesus memberikan perumpamaan yang sangat luar biasa, yaitu ada orang-orang yang akan menghasilkan buah dengan Firman dan buah itu menjadi tanda dia orang Kristen dimana kelimpahan dari hidupnya itu berlimpah bahkan 10 kali lebih banyak dari apa yang diharapkan orang dunia. Maka Yesus menceritakan perumpamaan ini dan setelah itu Dia menutup di ayat 8 dengan mengatakan “siapa mempunyai telinga untuk mendengar hendaklah dia mendengar”, ini kalimat penting sekali, karena Yesus tidak mengatakan “siapa yang mempunyai pengetahuan teologi yang banyak, siapa yang mempunyai kebiasaan dengar apa yang Aku katakan”, dia akan mengerti, tidak. Yesus mengatakan yang bisa dengar akan mendengar, yang tidak itu tidak. Jadi dari awal Tuhan sudah mengatakan pembagian antara yang bisa mengerti dan tidak, bukan pembagian berdasarkan kemampuan manusia untuk memutuskan, tetapi merupakan sesuatu yang Tuhan sendiri sudah tetapkan. Itu sebabnya tidak ada seorang pun yang setelah datang kepada Tuhan bisa membanggakan keputusannya, karena dia tahu seandainya Tuhan tidak interupsi, Tuhan tidak bekerja, tidak mungkin ada orang dengan kerelaan  hati mau datang kepada Tuhan. Maka di dalam cara pembacaan yang benar seharusnya kita mengatakan, orang yang diberi telinga untuk dengar, berjuanglah untuk mendengar. Siapa diberikan iman, berjuanglah untuk beriman. Yesus mulai membagikan arti yang pertama apa, arti yang kedua apa, arti yang ketiga apa, arti yang keempat apa. Dan di dalam pembagian arti ini biasanya kita menempatkan diri kita di salah satu “saya yang mana ya?”. Tapi waktu Yesus membagi 4 perumpamaan ini, Yesus tidak mengatakan bahwa kita cuma salah satu, kita bisa jadi semuanya. Kita bisa jadi orang yang kalau Tuhan tidak berikan anugerah, begitu dengar Firman, iblis akan mengambil Firman itu. Kalau bukan karena anugerah, saya akan menjadi orang yang setelah dengar Firman, langsung kompromikan Firman dengan tawaran hidup. Saya kalau dengar Firman, saya terima dengan baik, tapi begitu ada tawaran dunia, saya lepaskan itu

dan saya ikuti dunia ini. Maka kita tidak harus hanya menjadi salah satu, tapi kita wajib bergerak untuk menjadi contoh ke-4 yaitu yang berbuah, yang menghasilkan 100 kali lipat kelimpahan di dalam  hidupnya. Saudara perlu mengambil keputusan Saudara ada di mana dan bagaimana caranya Saudara bergerak menjadi kelompok yang ke-4. Maka saya bagikan dulu yang pertama, di ayat 12 Yesus mengatakan “yang jatuh di pinggir jalan itu ialah orang yang telah mendengar Firman kemudian datanglah iblis lalu mengambil Firman itu dari dalam hati mereka supaya mereka jangan menjadi percaya dan diselamatkan”. Kelompok pertama adalah kelompok yang setelah mendengar Firman tidak ada respon, tidak ada perubahan, tidak ada iman, tidak ada pertobatan, tidak ada kerinduan untuk datang kepada Tuhan, seluruh apa yang disampaikan oleh Tuhan dianggap lewat begitu saja. Seluruh Firman yang dinyatakan dianggap sepi, boleh ada, boleh tidak. Tapi bukan hanya kelompok ini, ada lagi yang juga masuk dalam kelompok pertama, yaitu orang yang setelah dengar Firman langsung mengambil Firman ini untuk mengkonfirmasi posisinya. Baca apa pun dibaca dan ditafsirkan berdasarkan kerangka lama yang dia punya. Orang seperti ini juga sama, setelah dengar Firman tetap binasa karena tidak sampai kepada kebenaran yang disampaikan. Apa pun yang disampaikan ditafsirkan berdasarkan kerangka lamanya. Susah sekali ngomong sama orang seperti ini. Waktu saya belajar dari Firman, saya hanya ambil apa yang saya sudah saya ketahui untuk konfirmasi kedegilan saya sendiri”, itu sebabnya perumpamaan yang pertama, yaitu tanah yang keras di pinggir jalan, ketika benih itu jatuh, datang burung ambil Firman itu, ini melambangkan setan datang mengambil Firman itu dari kita, sehingga kita tidak sampai kepada iman yang harusnya terjadi ketika mendengarkan Firman.

Yang kedua, yang jatuh di tanah berbatu-batu adalah orang yang setelah mendengar Firman menerima tapi tidak berakar kemudian murtad dalam pencobaan. Kelompok kedua ini adalah orang yang setelah mendengar Firman, mereka begitu  menyenanginya, memeluknya, mengaguminya, menganutnya, sampai pada waktu dimana mereka harus memilih antara Firman dan dunia, sampai mereka harus pilih antara Firman dan keamanan hidup. Banyak sekali kesulitan yang dialami oleh orang Kristen, dan orang Kristen mula-mula termasuk orang yang kehidupannya paling susah. Mereka bukan cuma dihalangi untuk beribadah, tapi mereka juga mengalami harus mati martir karena iman kepada Tuhan. Maka Tuhan sudah ingatkan, siapa yang terima Firman akan masuk dalam ujian. Begitu diuji, tahan uji atau tidak itu menjadi pertanyaan yang penting. Apakah engkau tanah yang berbatu, yang setelah mendengar Firman, hanya menerima Firman itu sebatas itu memberikan keamanan bagi saya, atau ketika penganiayaan datang, menjadi murtad, meninggalkan kepercayaan yang dianut demikian keamanan diri. Banyak orang dulu Kristen tapi setelah itu berubah bukan Kristen lagi, supaya kariernya lebih baik. Maka waktu Firman itu datang, reaksi kita bagaimana, apakah saya ambil lalu saya peluk kemudian saya mengatakan “Kristus saya milikMu selamanya”, apakah saya akan mengalami bahagia bersama Dia, juga sengsara bersama Dia atau tidak. Tapi orang yang hanya berpikir “kalau saya menderita, Tuhan perbaiki, kalau saya sulit, Tuhan bereskan, kalau saya mengalami kemiskinan, Tuhan beri kekayaan, kalau saya sakit, Tuhan sembuhkan”, tapi tidak peduli Tuhan jauh atau dekat, yang penting kalau saya minta apa Tuhan beri, itu yang beres. Orang seperti ini adalah Kristen yang belum benar, karena di dalam bagian yang kita lihat dalam Lukas 8, Tuhan mengatakan ada benih yang jatuh di atas batu, ini tidak akan tahan lama. Dia tumbuh, dia sangat senang Firman, dia sangat terhibur dengan kebenaran yang sudah disampaikan, tetapi begitu matahari bersinar, dia layu dan akhirnya mati. Begitu kesulitan datang, orang ini hancur. Maka yang poin kedua ini sangat penting, maukah kita menjadi orang yang menerima Firman dan berlimpah hidupnya? Kalau mau, ini penghalang yang harus kita singkirkan, kita tidak boleh jadi orang yang hanya menyenangi ketika Firman Tuhan berguna bagi saya, ketika Firman Tuhan membawa kebaikan bagi saya, tapi ketika identitas sebagai umat Tuhan mengganggu saya bahkan membuat saya sengsara, saya akan tinggalkan ini.  Ujian paling pertama yang dihadapkan pada orang percaya adalah kesulitan. Di dalam kesulitan masih bertahan atau tidak, ini adalah dalil dari perumpamaan Kristus yang kedua.

Lalu perumpamaan yang ketiga dikatakan ada benih yang jatuh di semak duri, ini melambangkan Firman yang jatuh pada orang yang bertumbuh di dalam kesenangan akan Firman, tapi setelah itu semak duri tumbuh, menghimpit dia kemudian mati. Ini adalah orang-orang yang menyenangi Firman, mengagumi Firman, tapi tidak melihat realisasinya, tidak melihat sisi aplikatif dari Firman Tuhan. Yang mereka tahu adalah Firman Tuhan meskipun indah tapi tidak real, yang dikhotbahkan pendeta meskipun indah tapi tidak real, pendeta tidak tahu sulitnya saya, cuma tahu khotbah keras-keras, coba kalau dia mengalami yang saya alami, seluruh khotbahnya cuma ide-ide yang tidak real. Orang yang mengatakan begini, dia hanya setuju Firman Tuhan tapi tidak melihat keperluan atau keharusan untuk menggumulkan, memperjuangkan Firman di dalam hidup. Tuhan mengatakan “engkau harus hidup suci”, lalu kita mengatakan “tidak bisa hidup suci, bagaimana caranya? Dunia dan segala kerusakannya membombardir kita dengan segala kecemaran, maka kita tidak mungkin berhasil, jadi Firman Tuhan terlalu idealis, tapi hidup kita itu nyata dan real”. Itu sebabnya tidak ada realita yang mengatakan “orang berdosa setelah terima Kristus langsung sempurna”, tidak, semua orang mengalami perjuangan langkah demi langkah mengatasi dosanya. Ini yang mesti kita pahami baik-baik, bahwa Tuhan menuntut kita mencapai yang ideal itu, meskipun Dia dengan tidak kejam menyuruh kita loncat melampaui kekuatan. Tapi juga jangan percaya kata-kata setan yang mengatakan “tidak mungkin, Tuhan menyatakan Firman terlalu ideal, terlalu berat, terlalu tidak realistis, Tuhan tidak mengerti pergumulanmu, Tuhan tidak mengerti kesulitanmu, Tuhan tidak mengerti yang dihadapi dunia postmodern ini, maka kamu tenang saja, kamu silahkan kompromi, karena Tuhan memang kurang mengerti keadaan kita”, ini perkataan setan. Tuhan menuntut apa yang menjadi kebenaran FirmanNya, itu harus dengan real kita nyatakan. Tapi orang-orang kelompok ketiga ini adalah orang yang setelah mendengar Firman, senang, tapi begitu senang, dunia tawarkan apa langsung belok, begitu mudah meninggalkan iman karena tawaran keindahan dari dunia ini. Dunia dengan segala kegemerlapannya melunturkan idealisme seseorang. Itu sebabnya biarlah kita belajar waktu Firman Tuhan menyatakan kebenaran, kita mau pegang, kita mau dengan integritas penuh mau jalankan. Dan Saudara mesti doa sama Tuhan, karena ketika ujian belum datang, kita mudah saja bilang ‘pokoknya saya mau pegang ini”. Tapi begitu semak duri semakin besar, tumbuh sama-sama kita, mulai kita pikir “nikmat juga, untuk apa saya mesti kesulitan dengan menjadi orang Kristen, mengapa tidak menikmati kelimpahan menjadi orang dunia?”, ini adalah contoh ketiga. Orang yang dengar Firman Tuhan lalu terhimpit oleh kekuatiran, kekayaan, kenikmatan hidup sehingga tidak menghasilkan buah. Dan Saudara jangan pikir kita cuma salah satu, kita mungkin ketiga-tiganya, mungkin kita dulu keras tapi Tuhan memberikan anugerah sehingga kita mau dengar, mungkin dulu kita sangat mudah memkompromikan iman, tapi Tuhan beri kekuatan, mungkin kita dulu begitu silau dengan harta dunia, tapi Tuhan memberikan kekuatan dalam menikmati hidup.

Dan yang keempat adalah yang jatuh di tanah yang baik, ini adalah orang yang berlimpah sampai 100 kali lipat. Saya yakin sekali Alkitab terus memberikan metafora perbandingan yang ekstrim sekali. Tuhan tidak memanggil kita untuk mengalami kelimpahan standar di dalam standar dunia, tapi kelimpahan yang lebih limpah. Maka dikatakan kelompok keempat adalah yang terima Firman, menyimpannya dalam hati yang baik dan ketekunan. Di mana dalam parabel yang Tuhan katakan, buah itu sampai 100 kali lipat. Siapakah kelompok keempat? Yesus mengatakan kelompok keempat adalah yang mendengar dan menyimpan hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan. Saudara yang mendengarkan Firman lalu menganggap dengar Firman adalah sesuatu yang mutlak harus saya perhatikan dengan serius, saya tidak akan biarkan pengertian dari Tuhan lewat dengan cara yang sepele, saya tidak mau apa yang Tuhan ajarkan dibiarkan lewat begitu saja, saya mau tangkap sebaik mungkin, secepat mungkin, dan saya mau dalami sedalam mungkin. Itu sebabnya setelah Saudara dengar Firman, terus pelajari, kita semua, termasuk saya, setiap kali mengerti sesuatu dari Alkitab, mari dalami, mari pelajari Kitab Suci, mari baca buku-buku yang penting untuk menambah kelimpahan kita akan Firman Tuhan. Kita mesti membiasakan kebiasaan selain dengar khotbah di gereja, terus baca Alkitab, terus baca buku yang penting, terus baca

buku yang berguna untuk membuat kita makin mengenal Tuhan. Dari sini kita akan melihat bahwa janji Tuhan yaitu orang yang simpan Firman ini baik-baik dalam hati akan berbuah dalam ketekunan. Lalu hal kedua, Tuhan juga mengatakan “orang yang menyimpan Firman dalam hati yang baik lalu mengeluarkan buah dalam ketekunan”, inilah orang yang masuk dalam kelompok keempat. Mengeluarkan buah dalam ketekunan, harus ada ketekunan. Ini adalah hal penting yang harus kita ketahui, komitmen dan ketekunan adalah hal penting dalam hidup Kristen. Maka komitmen melayani tubuh Kristus, hanya mungkin dengan real menjadi nyata kalau ada komitmen melayani di dalam gereja Tuhan, selebihnya omong kosong. Orang Kristen bukan hanya cari mana orang yang cocok untuk dirinya, orang Kristen juga sedang berusaha untuk membuat diri sendiri cocok untuk orang lain. Sedangkan orang Kristen akan mengatakan “dia orangnya seperti ini, saya bisa tidak dampingi dia. Kita mesti berjuang menjadi orang yang merupakan tanah yang subur, waktu Firman Tuhan itu datang, saya pelihara, saya peluk, saya cintai keindahannya, setelah itu saya belajar di dalam ketekunan hidup kudus, di dalam ketekunan mengabaikan diri, di dalam ketekunan melihat bagaimana fungsiku di dalam masyarakat. Melihat dengan ketekunan apa yang bisa aku kerjakan bagi orang lain, ini justru yang akan membuat hidup berlimpah sampai 100 kali lipat. Saudara kalau tidak mau percaya kalimat Alkitab, saya tidak tahu Saudara mau percaya kalimat apa lagi. Tapi kalau Saudara mau percaya kalimat ini, mari berjuang sama-sama. Kiranya Tuhan menjadikan kita orang-orang yang mendengarkan Firman, menyimpan dalam hati yang baik dan berbuah di dalam ketekunan.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Banyak diampuni, banyak berbuat kasih

(Lukas 7: 36-50)
Siapa orang yang akhirnya ditolak Tuhan? Simon, mengapa Simon akhirnya ditolak Tuhan? Karena dia menolak Tuhan dengan datang kepada Tuhan dengan penuh keangkuhan. Sedangkan perempuan ini menjadi orang yang diterima karena dia datang kepada Tuhan dengan penuh kerendahan hati. Ini merupakan pola yang Lukas tahu orang Yahudi mengerti waktu mereka membaca Perjanjian Lama. Di dalam Perjanjian Lama Tuhan sangat menekankan bagaimana relasi dengan Tuhan merupakan sesuatu yang Tuhan ingin waktu Dia memanggil manusia. Tuhan akan menyatakan DiriNya dan Tuhan akan memberikan bagian kepada manusia sesuai dengan respon manusia itu kepada Tuhan. Bagaimana Allah berelasi dengan Israel, itu adalah sesuatu yang menjadi cara berpikir untuk mereka mengerti siapa Tuhan. Jadi mereka tidak menerima doktrin atau pengertian tentang Tuhan dilepaskan dari pengertian tentang relasional. Ini yang sering kita sebut dengan perjanjian, Tuhan menyatakan perjanjian, maka kita harus lihat Dia dalam sudut pandang perjanjian. Kalau kita pakai bahasa lain, perjanjian itu sangat berkait dengan relasi. Tuhan berkata kepada Israel “kalau engkau setia, Aku akan berkati engkau, kalau engkau tidak setia, Aku akan kutuk, Aku akan buang engkau dari tanah ini. Kita menyembah Tuhan yang menyatakan Diri kepada kita dengan kesungguhan mau berelasi dengan manusia. Itu sebabnya kita tidak kesulitan ketika Tuhan mengatakan “kalau kamu setia Aku akan setia kepadamu, kalau tidak Aku akan buang”, ini pengertian relasional dalam perjanjian seperti yang Tuhan nyatakan pada Israel. Jadi untuk memahami Tuhan kita tidak bisa melihat Dia tanpa memahami Dia sebagai Allah yang mau berelasi dengan kita. Dia mau berelasi dengan kita, panggil kita untuk mengenal Dia, sebab kita sendiri sudah dikenal oleh Dia. Itu sebabnya pengenalan akan Tuhan tidak mungkin tanpa ada relasi, saya mengenal siapa Tuhan dan karena itu ada relasi yang akrab dengan Tuhan.

Itu sebabnya tahu akan Tuhan tidak mungkin sama dengan tahu Tuhan berdasarkan mengetahui Firman, mengetahui hukum dan mengetahui sifat-sifatNya. Dalam Kitab Imamat, relasi semua pihak itu diatur, suami istri yang pantas bagaimana, yang tidak pantas bagaimana, istri kepada suami yang pantas bagaimana yang tidak pantas bagaimana, anak muda ke orang tua yang pantas bagaimana yang tidak pantas bagaimana, orang asli ke orang asing yang pantas bagaimana yang tidak pantas bagaimana, orang yang mempunyai uang kepada orang yang tidak yang pantas bagaimana yang tidak pantas bagaimana, pemimpin kepada bawahan, raja kepada rakyat, semua ditulis. Jadi Kitab Imamat menunjukan bahwa Tuhan peduli kepada relasi, dan Tuhan memberikan pengertian mana pantas mana tidak. Demikian juga waktu Tuhan berelasi dengan manusia, Tuhan menyatakan mana pantas dan mana tidak. Apa yang boleh dilakukan oleh manusia, mana yang tidak. Dan dalam Perjanjian Lama banyak ayat, saya kutip hanya beberapa, misalnya dalam Mazmur 69: 33; 149: 4 dan Mikha 6: 8, syarat yang sering diulangi untuk berelasi dengan Tuhan adalah rendah hati. Tidak ada orang boleh berelasi dengan Tuhan kecuali dia datang dengan kerendahan hati. Tidak ada orang boleh mengklaim boleh kenal Tuhan, kecuali dia mengenal Tuhan dengan kerendahan hati. Yang Tuhan tuntut adalah bagaimana kita hidup mengadopsi sifat Tuhan yaitu keadilan dan belas kasihan, tapi juga memberikan penghormatan kepada Tuhan di dalam kerelaan untuk merendahkan diri. Saya datang ke Tuhan dengan rendah hati, inilah yang menjadi syarat orang diterima oleh Tuhan.

Apa rendah hati itu? Saya membagi setidaknya dalam beberapa poin untuk kita mengerti lebih dalam, rendah hati berarti saya sadar bahwa apa pun yang Tuhan beri, tidak satupun saya layak terima, ini namanya rendah hati. Kalau apa yang saya punya, saya rasa saya berhak dapat, ini berarti saya datang kepada Tuhan dengan keangkuhan. Tapi kalau saya sadar semua yang saya punya itu tidak layak saya dapat, ini namanya rendah hati. Sehingga Saudara datang kepada Tuhan dengan perasaan sangat tidak layak karena meskipun saya penuh kecemaran, Tuhan tetap memberkati dengan limpahnya. Mengapa Tuhan tidak berhenti memberkati? Mengapa Tuhan terus pelihara hari demi hari? Ini terjadi karena Tuhan beranugerah, bukan karena saya layak. Maka orang yang rendah hati akan datang kepada Tuhan dengan mengatakan “Tuhan, semua yang saya terima, besar atau kecil, semua yang saya terima tidak satu pun layak saya terima. Tidak satu pun saya bisa ambil lalu mengatakan memang sepantasnya saya miliki”. Ini hal yang sangat sulit untuk kita jalani meskipun sangat mudah kita terima. Sudahkah kamu datang dengan rendah hati kepada Tuhan? Sudah, bagaimana tahunya? Saya menganggap semua yang saya miliki tidak layak saya terima. Alkitab menggambarkan kerendahan hati dengan kesabaran “saya tidak boleh melihat Tuhan, Dia terlalu mulia, saya tidak boleh datang ke tempat di mana Tuhan dinyatakan, sebab itu sangat tidak pantas untuk saya”. Maka orang yang rendah hati datang kepada Tuhan, dia hati-hati sekali, dia tidak datang kepada Tuhan dengan percaya diri mengatakan “saya bisa datang kapan pun saya mau”, dan dia tidak datang dengan sifat yang sombong. Itu sebabnya Tuhan Yesus beri contoh ada orang Farisi berdoa dengan pemungut cukai berdoa, dan pemungut cukai itu biasanya adalah orang-orang yang disuruh untuk menagih, bukan bos yang mengatur keuangan di antara cukai. Itu sebabnya pemungut cukai yang digambarkan di Alkitab seringkali adalah orang-orang rendahan yang disingkirkan oleh masyarakat. Dan di dalam Alkitab dikatakan juga ada para pelacur yang terkenal, kalau pelacur sudah terkenal di satu kota berarti dia pelacur rendahan, karena pelacur rendahan yang sudah terkenal, tidak ada orang yang akan tidur dengan dia, kecuali orang itu adalah orang rendahan. Dan pada zaman itu kalau orang punya hutang, dia akan jual anaknya kalau tidak sanggup bayar hutang. Kalau anak perempuan itu cantik, dia akan jadikan istri, kalau anak perempuan itu jelek, dia akan jadikan budak saja, kalau anak perempuan itu agak lumayan, tapi tidak cantik-cantik amat, dia mungkin akan dijual menjadi pelacur. Jadi perempuan bisa menjadi pelacur karena wajah tidak terlalu cantik-cantik amat, lalu dibuang juga oleh masyarakat. Ini perempuan yang kita baca dalam Lukas 7 tadi adalah orang yang paling kasihan, sudah dianggap paling hina, tidak punya tempat di masyarakat, dia tidak tahu lagi mau kemana. Di tengah-tengah tidak tahu mau kemana, dia harus datang kepada Tuhan, tapi dia tahu dia tidak layak. Di tengah-tengah pergumulan “saya tidak layak, tapi harus datang”, dia putuskan untuk datang. Perjanjian Lama menyatakan hal yang sama, orang-orang yang sadar dia tidak layak tapi putuskan harus datang, karena kalau tidak bergantung kepada Tuhan, akan mati. Waktu mereka tetap nekat datang, ternyata Tuhan tidak buang. Inilah kerendahan hati yang akhirnya mendapat kelimpahan di dalam penerimaan Tuhan.

Jadi rendah hati berarti saya sadar semua yang saya dapat, saya tidak layak dapat. Itu sebabnya ucapan syukur yang tulus atas apa yang kita dapatkan itu adalah tanda kerendahan hati. Itu sebabnya rendah hatilah datang kepada Tuhan dengan mengatakan “Tuhan, hal yang paling kecil yang sering saya abaikan, sekarang saya tidak mau abaikan lagi, sekarang saya tahu ini pun dari Tuhan, ini pun berkat yang Tuhan berikan, yang tidak layak saya terima”. Lalu yang kedua, datang kepada Tuhan dengan kerendahan hati, berarti saya tahu kalau saya sudah datang, saya tahu Tuhan mau apa, saya siap kerjakan itu dengan sepenuh hati. Seberapa banyak kita membuat cita-cita, tujuan hidup, rencana dan lain-lain tidak ada kaitannya dengan Tuhan, saya putuskan sendiri tanpa peduli Tuhan maunya apa. Ini adalah cara mengatur hidup yang sangat salah. Saudara tidak bisa mengabaikan Dia yang menopang hidup, lalu memakai seluruh topangan yang Dia beri untuk cita-cita yang tidak berkait dengan Dia. Itu sebabnya waktu saya ditopang oleh Tuhan, seluruh masa depan saya mesti menjadi milik Tuhan. Maka orang yang rendah hati mengatakan “Tuhan, ini hidupku, Engkau mau saya lakukan apa?”. Tetapi bahkan di antara orang Kristen pun ini adalah hal yang langka. Apakah kita ingat waktu kita bikin cita-cita, bikin target, bikin kerinduan, Tuhan ada di mana di situ? Seringkali kita taruh Dia di belakang dan kita abaikan, padahal Dia yang topang kita. Lalu ketiga, kita mempunyai kerendahan hati dengan sadar “saya tidak layak datang ke hadapan Tuhan, setiap momen saya boleh mendengar Firman, boleh berdoa kepada Tuhan, boleh mendapatkan ingatan kembali bahwa Tuhan sudah menyelamatkan kita”, itu adalah momen-momen yang sangat berharga yang kita mesti ingat, kita tahu dan kita syukuri.

Di dalam 3 hal inilah orang Israel datang kepada Tuhan. Siapa dibiasakan punya kerendahan hati seperti ini menunjukan bahwa dia adalah benar-benar umat yang sudah Tuhan terima. Tapi siapa yang gagal melakukan ini, tidak peduli mereka sudah menjalankan hukum sebagaimana hebat, tidak peduli seberapa besar pangkat dan kedudukan mereka, tetap mereka bukan orang yang akan diperkenan oleh Tuhan. Herannya dalam Perjanjian Baru, terutama di dalam 4 Kitab Injil, lebih sering lagi dalam Matius, Markus dan Lukas, seluruh penghormatan yang dituntut dalam relasi dengan Tuhan, sekarang dituntut juga di dalam relasi dengan Kristus, ini yang membuat kita terkejut sekali. Jadi apa yang Tuhan tuntut menjadi syarat relasinya dengan Allah di Perjanjian Lama, sekarang Tuhan tuntut menjadi syarat relasi dengan Kristus. Maka siapa datang kepada Allah harus dengan kerendahan hati, siapa yang datang kepada Yesus juga sama, harus dengan kerendahan hati. Itu sebabnya ketika jamuan makan malam ini dicatat oleh Lukas, Lukas membagi 2 ada orang yang bukan milik Tuhan yaitu Simon orang Farisi. Pelacur ini adalah golongan yang akhirnya Tuhan terima. Bagaimana bisa pemimpin agama yang demikian hormat, dibuang, lalu orang pelacur yang begitu hina diterima? Karena waktu Simon undang Yesus datang ke dalam perjamuan makan, Yesus sendiri mengatakan “kamu tidak menyambut Aku dengan ciuman”, padahal dalam tradisi orang Yunani yang diadopsi juga oleh Yahudi, waktu Saudara undang orang datang, kalau orang itu tamu terhormat, Saudara sendiri mesti sambut. Mengapa Simon undang Yesus? Mungkin karena Yesus populer, dia mau numpang popularitas. Tapi supaya Simon tidak dimusuhi orang Farisi, dia tidak tunjukan hormat yang terlalu besar. Jadi untuk orang-orang penggemar Yesus, Simon ikut dihormati, untuk orang-orang yang anti Yesus, dia tetap aman. Inilah posisi politik cari aman, ke A bisa ke B juga bisa. Maka waktu Yesus disambut dengan cara ini, Yesus tetap diam, Dia cuma tahu satu hal bahwa orang ini tidak sungguh-sungguh mengenal siapa Dia. Lalu ketika mereka makan, ternyata ada perempuan ini masuk, perempuan ini sudah sangat-sangat ingin bertemu Yesus, maka dia paksa diri masuk dalam pertemuan ini. Ketika ada jamuan makan seperti ini, hanya tamu yang boleh masuk, kalau orang tidak diundang pasti tidak boleh masuk. Lalu pembantu harus masuk lewat pintu lain. Jadi orang ini pasti menerobos dan pasti jadi perhatian. Dia langsung sujud ke kaki Yesus, kemudian cium, itu sebabnya reclining tabel yang bentuk U sangat cocok di sini. Kalau Yesus makan dengan meja biasa, perempuan ini kesulitan cari kaki Yesus, dia harus masuk ke kolong meja, lalu permisi cari kaki Yesus. Tapi di dalam cara reclining ini, langsung dia datang, di mana Yesus sedang berbaring, wajahNya dekat meja untuk berbicara, kakiNya menjauhi meja. Dia dengan mudah datang ke situ, langsung peluk, langsung cium kaki Yesus. Lalu air matanya tanpa sadar jatuh ke kaki Tuhan Yesus, dan dia jadikan air matanya itu air untuk membersihkan kaki Yesus, bayangkan berapa banyaknya air mata yang turun, air matanya jatuh terus. Dia sadar dia bukan orang yang layak, tapi dia dapat kesempatan untuk minta ampun kepada Tuhan Yesus. Maka ketika dia peluk kaki Yesus, dia cium kaki Yesus, dia ambil rambutnya untuk lap kaki Tuhan Yesus. Rambut yang di dalam budaya Timur Dekat Kuno sering ditutup, ini adalah pernyataan kemuliaan seorang wanita yang hanya boleh dilihat oleh orang yang mempunyai kedudukan spesial bagi dia. Jadi dia tidak sembarangan buka seperti ini, waktu dia buka seperti ini, dia tunjukan mahkota yang mulia dia pakai untuk lap kaki yang paling rendah, itu pun masih tidak layak. Maka dengan perasaan tidak layak, dia pakai rambutnya untuk lap kaki Tuhan Yesus. Dan Tuhan Yesus menerima semua perlakuan ini karena Dia tahu orang ini memperlakukan Dia sebagaimana seharusnya. Yesus memang layak disembah sujud seperti ini. Waktu dia sudah lap pakai rambutnya, dia keluarkan minyak wangi, setelah dia buka, dia curahkan ke kaki Yesus. Ini menunjukan hal yang berbeda dengan yang dicatat di Yohanes sebelum penyaliban Tuhan Yesus. Disitu dikatakan Maria meletakan minyak narwastu itu di kepala Tuhan Yesus, sedangkan perempuan ini di kaki, jadi ini 2 peristiwa yang berbeda.

Mengapa dia taruh di kaki? Padahal pengurapan biasanya di kepala. Karena perempuan ini sadar “saya beli minyak ini dari hasil pekerjaan saya yang adalah sangat berdosa. Saya seorang pelacur, saya dapat uang dari melacur, saya beli minyak dari hasil melacur, mana boleh taruh di kepala Tuhan Yesus”, maka dia hanya taruh di kaki untuk mengatakan “ini yang saya hanya bisa lakukan karena ini tidak layak pergi ke tempat yang lebih tinggi dari pada kaki”. Maka dia taruh lalu dia minyaki, kemudian ketika minyak itu menyebar, Simon mulai berpikir dalam hati, dia melihat dengan Yesus dengan tenang, ini orang-orang stoik jadi perasaan apa pun tidak kelihatan di muka, mukanya tenang terus. Simon seolah-olah menegur Yesus, “Simon, ada yang mau Aku ceritakan”, “katakanlah Rabi”, itu bukan pengucapan hormat. Ini dia minta dihormati “mengapa Engkau memanggil aku Simon? Saya punya title kok”. Tapi Yesus langsung cerita “ada 2 orang, satu hutang 500 yang satu lagi hutang 50, yang 500 diampuni, yang 50 diampuni, mana yang akan lebih bersyukur? Mana yang akan mengasihi tuannya lebih lagi?”, Simon menjawab pakai formal lagi. Tuhan tiap ngomong sama Simon langsung to the point, Simon ngomong sama Tuhan Yesus pakai tata krama yang dibuat-buat. Seolah-olah Tuhan mengatakan “kamu terus pertahankan tata krama yang dibuat-buat, tapi tata krama kepada Tuhanmu, kamu lupa.

Maka Yesus mengatakan “yang datang kepadaKu dengan sadar dosa akan jauh lebih mencintai Aku dari pada mereka yang tidak sadar dosanya”. Yesus mengatakan kalimat yang menjadi inti dari perbuatan kasih orang Kristen, “orang ini yang diampuni banyak, dia akan berbuat kasih banyak. Orang yang diampuni sedikit, juga sedikit berbuat kasih”, yang Tuhan maksudkan adalah ketika orang tahu hidupnya adalah hidup pemberian dari anugerah pengampunan Tuhan, dia pasti akan dedikasikan hidupnya untuk perbuatan kasih. Tapi Tuhan Yesus mengatakan “kasih adalah seorang yang rela menyerahkan nyawa bagi saudara-saudaranya”. Apakah itu berarti kita harus mati bagi sesama? Tapi kesempatan mati martir demi orang lain juga tidak banyak. Yang dimaksudkan adalah bukan hanya keberanian mati demi saudara, tapi keberanian untuk mendedikasikan hidup demi saudara dan ini yang dikerjakan Tuhan Yesus. Tuhan bukan cuma mati demi muridNya, Dia hidup pun untuk melayani murid. Dia bukan hanya mati di kayu salib, meskipun itu tujuan utama, tapi waktu hidup melayani umat Tuhan dengan sepenuh jiwaNya. Itu sebabnya maksud rela menyerahkan nyawa untuk sesama berarti rela menghabiskan hidup untuk sesama. Jangan pikir kita sudah berbuat baik hanya karena kita sudah menolong beberapa orang dengan sedikit uang kita kasi. Tapi hidup kita serahkan kepada siapa, itu yang menjadi intinya. Saya punya cita-cita untuk orang lain atau tidak? Saya punya hidup diserahkan untuk orang lain atau bukan? Saya studi dengan tujuan untuk orang lain atau bukan? Saya belajar untuk memajukan bangsa ini atau bukan? Itulah yang disebut dengan menghabiskan hidup untuk orang lain. Dan inilah tindakan kasih yang Tuhan mau.

Harap ini mendorong kita untuk menjadi orang yang dengan rendah hati datang kepada Tuhan, rendah hati datang menyadari apa yang kita peroleh, terutama keselamatan kita, tidak layak kita dapat. Menyadari bahwa apa yang kita kerjakan untuk Tuhan itulah yang membuat hidup kita bermakna. Dan menyadari bahwa apa pun yang kita dapat dari pernyataan Diri Tuhan, ibadah kepada Dia, doa kepada Dia, dengar Firman, semua tidak layak kita dapat tapi Tuhan berikan kepada kita. Dan harap kesadaran ini boleh mengubah pandangan kita dalam melihat hidup. Saya tidak minta Saudara mengubah cara hidup, saya tidak minta Saudara mengubah profesi, saya tidak minta Saudara mengubah kebiasaan Saudara. Saya cuma minta Saudara mengubah target Saudara melakukan itu, tadinya untuk diri sekarang untuk orang lain. Kiranya kita mendapat pengalaman rohani yang sama, dimana totalitas hidup kita bagi Tuhan membuat kita hidup dengan penuh limpah berkat bagi orang lain.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)