Sudahkah saya menjadi sesama manusia

(Lukas 10: 25-37)
Seorang imam datang kepada Yesus, karena di dalam contoh atau di dalam cerita yang Yesus bagikan, Dia membandingkan antara orang Samaria dengan seorang imam, keturunan Lewi. Ini untuk menyindir orang yang bertanya, jadi dalam ayat 25 dikatakan “suatu kali berdirilah seorang Ahli Taurat”. Ahli Taurat adalah kelompok yang selidiki Taurat dengan setia dan banyak dari mereka adalah imam, untuk mencobai Yesus. Di dalam Lukas, orang mencobai Yesus untuk 2 hal, pertama mereka ingin Yesus menjawab lalu Yesus diserang karena jawaban itu, inilah mencobai. Jadi mereka sengaja pancing dengan pertanyaan yang menjebak. Tapi ada yang kedua, mereka bertanya untuk membenarkan diri. Jadi mereka bertanya untuk menunjukan “saya benar”, mereka bertanya supaya Yesus mengkonfirmasi yang dia katakan. Saya percaya orang ini adalah kelompok kedua, dia ingin Yesus mengkomfirmasi apa yang dia sudah ketahui. Maka dia datang lalu bertanya “Guru, apa yang harus aku perbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?”. Kita seringkali membaca Kitab Suci hanya dalam kerangka satu model doktrin, pokoknya baca Alkitab selalu dengan kerangka doktrin keselamatan saja, sehingga kita membaca bagian-bagian yang akan mengganggu pengertian kita, sebab kita pikir ini bentur. Tetapi konteks yang dimaksudkan dalam Lukas 10 ini sedikit berbeda, sorotannya itu agak beda. Kalau orang Yahudi mengatakan “hidup kekal itu apa?”, Saudara jangan samakan hidup kekal dengan cara kita berpikir sekarang. Kita sayangnya sangat dipengaruhi oleh pemikiran Yunani, Plato mengatakan “hidup di bumi ini adalah hidup yang jelek, yang sempit, yang terbatas, tapi nanti kita akan mati, roh kita pergi ke atas lalu berdiam di dalam dunia ideal yang sempurna”. Kristen tidak mengenal ini, sama seperti Yahudi tidak mengenal ini.

Alkitab mengajarkan dalam Kitab Kejadian, Tuhan menciptakan tubuh, Tuhan menciptakan bumi, dan Tuhan akan pulihkan ini. Maka Tuhan menjanjikan Dia akan hadir memulihkan segala sesuatu dan memberikan umatNya tempat utama di bumi ini. Apakah buminya sama persis? Kita tidak tahu, tunggu nanti. Tapi di dalam bumi yang baru pasti kemuliaan Tuhan menjadi sempurna, tidak ada lagi penderitaan, tidak ada lagi kejahatan, tidak ada lagi air mata. Kita akan hidup sebagaimana orang harusnya hidup di dalam kerangkan penciptaan yang Tuhan rencanakan. Inilah yang menjadi pengharapan orang Israel, kapan Tuhan akan pulihkan segala sesuatu. Tapi ternyata bukannya bumi pulih, Israel malah hancur. Setelah mereka dibuang, mereka sedih, sangat sakit, mereka memohon “Tuhan pulihkanlah kami kembali, berikanlah keselamatan yang Tuhan rencanakan”. Apakah keselamatan yang Tuhan rencanakan? Pemulihan segala sesuatu, inilah keselamatan yang Tuhan rencanakan. Jadi mereka rindu Tuhan memulihkan segala sesuatu supaya mereka pun dipulihkan sebagai umat Tuhan yang menikmati Tuhan dengan sempurna, tapi mereka malah dibuang. Itu sebabnya dalam pembuangan mereka rindu dipulihkan kembali, boleh dikembalikan. Daniel sudah meninggal hanya satu dua tahun Israel sudah pulih, Daniel tidak sempat lihat. Maka di dalam pasal 12 Tuhan mengatakan kalimat penting ini “Daniel, Aku akan pulihkan Israel tapi engkau akan tertidur”, maksudnya tertidur itu adalah mati. Tuhan mengatakan “engkau akan dikumpulkan bersama leluhurmu, engkau akan mati”. Maka bagi Israel, keselamatan mempunyai poin yang penting dalam ayat ini, yaitu orang yang menantikan Israel pulih akan mati kalau belum waktunya pulih, tapi jiwanya akan dipelihara Tuhan sehingga dia seperti hanya tidur. Inilah konsep yang dimiliki Paulus, Paulus mengatakan “saudara kita yang tertidur”, itu diambil dari sini. Berarti bagi orang Kristen sama, mati itu adalah tidur. Tidur sementara lalu bangun lagi, seluruhnya sudah pulih, ini luar biasa indah. Saudara bayangkan, kalau Saudara mau mati “Tuhan, sebentar lagi saya akan tertidur, tapi nanti Engkau akan membangunkan saya dan menunjukan pekerjaanMu sudah genap”. Ada seorang teolog menulis begitu “nanti pada saat aku akan meninggal, aku akan berkata kepada Tuhan: Tuhan, saya akan tertidur, begitu nanti saya bangun, saya akan melihat apa yang saya perjuangkan sudah Tuhan selesaikan”. Saudara yang sekarang berjuang dalam mandat Injil, mandat budaya, kemudian mati, setelah itu bangkit, lihat semuanya sudah beres. Tapi ketika kita mati, sebelum bangkit, apakah jiwa kita tertidur, tidak sadar? Tidak. Yohanes Calvin menulis buku untuk menentang ajaran yang kalau kita mati itu kita sedang tidur, jadi begitu mati langsung tidur, tidak sadar, waktu berlalu cepat, tiba-tiba kerajaan yang baru itu sudah datang. Tapi Calvin bilang itu bukan ajaran Alkitab, Alkitab tidak mengajarkan kalau kita mati, jiwa kita tidur. Alkitab mengajarkan kalau kita mati, jiwa kita dikumpulkan oleh Tuhan bersama dengan Tuhan. Lalu jiwa kita dikumpulkan melakukan apa? Jiwa kita di sorga melakukan apa? Mengapa Alkitab bahas bumi terus, jarang bahas sorga? Karena memang tujuan kita di bumi. Lalu kita di sorga melakukan apa?

Di dalam Kitab Wahyu ada bagian yang sangat menarik. Maka Herman Bavinck menulis dalam bukunya Reformed Dogmatic yang judulnya The Last Things. Dalam The Last Things, Bavinck mengatakan di sorga roh kita berdoa kepada Tuhan. Pokok doanya adalah “berapa lama lagi sebelum Engkau pulihkan segala sesuatu?”. Jadi jangan salah, yang doa syafaat adalah kita di bumi dan mereka yang di sorga. Mengapa di sorga masih berdoa? Bukankah di sorga sudah final? Belum. Jadi kita harapkan kebangkitkan tubuh, bukan hidup di sorga. Wahyu mengatakan Tuhan turun ke bumi. Jadi waktu Tuhan Yesus turun ke bumi, kita diangkat ke atas, sudah sepi di atas. Harapan yang dicatat dalam Alkitab itu konsisten, Tuhan memulai di bumi dan mengakhiri dengan bumi yang baru. Tuhan bekerja dari sorga ke bumi dan diakhiri dengan Tuhan turun dari sorga ke bumi. Coba lihat penciptaan, hari pertama atas, Tuhan menciptakan terang, hari kedua menengah, cakrawal, hari ketiga bawah, hari keempat Tuhan penuhi dengan bintang-bintang, atas, setelah itu Tuhan membuat benda-benda yang terbang, binatang yang terbang, menengah, cakrawala, setelah itu Tuhan buat manusia dan hewan, bawah. Jadi dari atas menuju bawah, ini yang dipahami Yohanes 1. Maka Yohanes mengatakan terang itu turun dan di dalam Wahyu penggenapannya, Yesus Kristus turun. Tuhan menyatakan dalam Daniel 12, hidup kekal adalah “Aku akan pulihkan Israel tapi kamu akan tidur. Jiwamu akan dikumpulkan bersama dengan nenek moyangmu”, Tuhan mau Daniel tunggu dulu di situ. Maka dalam konsep Israel, hidup yang kekal adalah milik orang-orang yang baik, yang benar, yang oleh mereka Tuhan akan pulihkan bumi, seperti Daniel. Siapa yang dapat hidup kekal? Daniel, karena Daniel adalah orang yang benar sehingga Tuhan mau pulihkan Israel. Israel banyak orang yang jahat, banyak penyembah berhala maka Tuhan buang mereka.

Tetapi Tuhan juga pertahankan masih ada orang yang tetap setia kepada Tuhan. Jadi Tuhan masih pelihara kaum remnant atau kaum sisa. Nama ini kurang bagus, kaum sisa, tapi maksud nama ini adalah kelompok kecil dari mayoritas yang sudah serong. Mayoritas sudah serong, tapi kelompok kecil ini membuat Tuhan masih ingat akan janjiNya kepada Israel. Tuhan mau buang Israel, tapi begitu lihat kelompok ini Tuhan mengatakan “Aku akan pulihkan engkau”, maka di Babel, Tuhan lihat Daniel, Sadrakh, Mesakh dan Abednego dan seluruh orang yang masih beribadah kepada Tuhan. Dan Tuhan mengingat janjiNya. Inilah orang-orang yang mendapatkan hidup kekal itu, yaitu orang-orang yang mempertahankan hidup yang bersih sehingga Tuhan janjikan akan pulihkan Israel. Waktu Israel akhirnya pulih, dalam abad ke-1, mereka tetap hidup dengan sulit karena meskipun sudah kembali hidup di Kanaan, masih ditaklukan oleh kerajaan lain. Maka mereka tunggu “Tuhan, kapan kerajaan ini akan dipulihkan?”. Dan banyak orang baik yang rasa diri baik, banyak orang sombong yang rasa diri baik, itu mereka merasa adalah kaum remnant. Jadi di dalam Israel banyak kelompok-kelompok kecil yang merasa “kamilah orang remnant itu, kamilah yang berjasa sehingga Tuhan akan pulihkan kerajaan ini”. Inilah kelompok yang merasa dirinya adalah kaum remnant. Lalu apa yang boleh diperoleh kaum remnant ini, kaum sisa? Kaum remnant ini boleh memperoleh hidup kekal, menantikan Tuhan memulihkan Israel. Waktu mereka dibangkitkan, Israel sudah pulih.

Sekarang banyak perdebatan dalam abad itu, siapakah kaum remnant? Orang Farisi mengatakan “kamilah kaum remnant”, orang Saduki mengatakan “kami”, tapi orang Farisi mengatakan “bukan kamu, kamu sudah kompromi sama yang lain”. Tapi dalam Farisi sendiri banyak perpecahan, maka orang-orang selalu mengklaim “kelompok kamilah kaum remnant, kamu bukan”. Semua kelompok pro pada kelompok sendiri dan hina kelompok lain, “tahu tidak, Tuhan akan pulihkan Israel karena kelompok kami, bukan kelompok kamu. Kelompok kami yang setia”, maka mereka berdebat siapa yang lebih setia, inilah yang dibawa orang ini kepada Yesus untuk mencobai Dia. Kelompok mana yang Tuhan akan pertahankan untuk menjadi kelompok yang akan memulihkan Israel. Jadi apakah kami atau mereka, kelompok mana yang Tuhan sayang sehingga Tuhan akan pulihkan Israel? Ini yang kira-kira dia pertanyakan, bagaimana memperoleh hidup yang kekal, apa yang harus diperbuat? Ini bukan pertanyaan yang tulus karena ini mencobai Yesus, ingin mengkonfirm bahwa yang sudah dia ketahui itu yang benar. Maka Tuhan sudah tahu niat ini, balik tanya ke dia “menurutmu bagaimana?”. Orang yang mau membenarkan diri paling senang kalau ditanya “menurutmu bagaimana?”. Yesus bertanya “apa yang tertulis di dalam Taurat”, jawab orang itu “kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap kekuatan dan segenap akal budi, kasihilah sesamamu manusia seperti diri sendiri”. Ada aliran-aliran dalam Yahudi untuk merumuskan Taurat itu yang penting yang mana, yang paling populer yang merumuskan 10 Hukum. Taurat yang paling utama adalah 10 Hukum, tapi ada seorang rabi yang penting sekali di dalam abad ke-2 sebelum Masehi. Dia mengeluarkan ajaran begini yaitu hukum paling utama ada di Imamat 19 dan Ulangan 6. Lalu Yesus mengatakan “benar”, jadi Yesus tidak kutip, tidak menjadi murid rabi ini, tapi membenarkan ini ajaran yang benar. Maka Yesus tanya “menurutmu bagaimana?”, “yang penting itu kasihi Tuhan, kasihi sesama, dalam 2 hukum ini terkandung seluruh Hukum Taurat dan kitab para nabi, inilah yang paling penting”, Yesus menjawab “benar katamu”, ini konfirmasi Yesus kepada orang ini. Yesus tidak ingin terlalu banyak diskusi dengan dia, pokoknya dia sudah dapat, sudah mengerti, dan tinggal jalankan. Tapi orang ini ingin sindir, sekarang dia ingin serang Yesus, orang itu mengatakan “Engkau sudah mengkonfirmasi yang saya katakan adalah benar, sekarang saya ingin tanya, sesamaku itu siapa? Karena kami ini orang remnant, kelompok sisa, kami hanya boleh mengasihi yang sesama setia kan? Kami memarahi orang yang tidak setia, kami usir orang yang tidak setia, karena gara-gara mereka Israel dihancurkan. Sekarang karena kami ada maka Israel akan dipulihkan, maka kami harus mengasihi sesama kami”. Maka Dia mau tegaskan sesama itu bukan pemungut cukai, sesama itu bukan pelacur, sesama itu bukan yang Yesus sering diundang makan dan Yesus mau. Maka dia balik serang Yesus dan bertanya “siapa sesama? Boleh Engkau jelaskan siapa sesama?”. Maka karena serangan ini Yesus balik memberikan cerita yang kembali menyerang orang itu.

Kemungkinan orang ini adalah seorang imam, maka Yesus pun cerita yang memberikan sisi negatif tentang imam. Mari kita lihat ayat 30, Yesus menjawab dengan cerita, orang ini tanya “siapa sesamaku manusia?”, jawab Yesus “ada seorang turun dari Yerusalem ke Yerikho”. Yesus memulai ceritanya dengan satu tokoh yang tidak penting, karena orang ini tidak penting, identitasnya pun tidak diceritakan. Salah satu petunjuk orang itu penting atau tidak, identitasnya diceritakan atau tidak. Yang unik dalam Injil Lukas adalah Yesus diceritakan identitasnya sebagai yang kurang penting. Lalu dikatakan ia jatuh ke tangan perampok yang menyamun, memukul dan meninggalkan dia setengah mati. Kasihan orang ini, tapi ayat selanjutnya mengatakan ada imam turun melalui jalan itu. Ini kemungkinan adalah satu setting dimana orang baru selesai ibadah di Yerusalem lalu ingin pulang. Jadi selesai ibadah di Yerusalem sekarang perjalanan pulang, makanya ada imam yang lewat jalan yang sama. Tetapi herannya adalah orang yang pertama ini dirampok. Mengapa orang ini dirampok? Karena dia sambil pergi ibadah sambil jualan. Hanya pedagang yang dirampok. Langsung tahu tersiratnya di sini. Maka kalau kita tidak tahu latar belakang, kita lewatkan, cuma baca ini begitu saja, kita tidak tahu bahwa dia adalah orang yang beribadah sambil dagang. Terus sudah dapat untung, kemudian dirampok. Maka kalau orang Farisi dan imam baca ini “puji Tuhan, keadilan Tuhan dinyatakan”, lalu jadi bahan kotbah minggu depan.

Lalu ini sangat provokatif, datanglah orang Samaria. Siapa orang Samaria? Saudara kalau berpikir Israel dibuang karena menyembah berhala dan ini gara-gara Samaria. Kalau Tuhan pulihkan Israel gara-gara orang remnant, maka Samaria itu antitesisnya remnant. “Saya remnant, gara-gara saya Tuhan masih kasihan sama Israel. Karena ada orang yang seperti aku, mirip Daniel, Sadrakh, Mesakh, Abednego, maka Tuhan masih kasihani. Tapi gara-gara Samaria, kita dibuang ke babel. Jadi jangan bilang nama itu di depan saya”. Lalu orang Samaria itu lihat orang ini sudah luka, langsung dia tolong, kasi obat, dan dia kasi anggur. Beri minyak adalah standar paling kecil untuk menyembuhkan orang, tidak perlu tambahan anggur. Tapi orang ini beri paling baik, kasi minyak, kasi anggur untuk sembuhkan orang ini supaya tidak infeksi dan lain-lain. Lalu baik-baik balut dia, taruh di atas keledai, dia bawa ke tempat di mana orang ini bisa istirahat. Sudah sampai di situ, dia bayar jumlahnya, lalu bilang “kalau kurang, saya ganti”. Orang ini baik sekali, dia tidak tanya orang ini siapa, dia tidak tanya mengapa dia dirampok, hatinya tergerak oleh belas kasihan, langsung tolong. Maka Tuhan Yesus tanya di ayat 36, pertanyaan ini akan mengubah kita tentang paradigma kasih. Ayat 36 Yesus mengatakan “siapakah diantara ketiga orang ini menurut pendapatmu adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?”, di sini Yesus membalikan konsep berpikir. Di dalam pertanyaan awal, imam itu bertanya “siapa sesamaku manusia?”, dia langsung asumsikan dirinya adalah orang yang baik, dirinya adalah manusia, dan dia mesti lihat siapa, “siapa yang layak aku sebut sesamaku manusia?

Pertanyaan Yesus adalah “dari 3 ini, yang mana yang sesama manusia bagi si korban”, cara berpikirnya dibalik. Ini namanya revolusi, revolusi itu ketika cara berpikir dibalik, bukan metode diubah. Mau metode diubah tapi cara berpikirnya tetap sama itu tidak ada gunanya. Orang Samaria itu melihat orang yang luka dan mengatakan “orang ini penting, saya tidak tahu siapa dia, tapi saya tahu dia lebih penting dari saya karena itu saya tolong dia”. Karena Yesus pun melihat kita dan mengatakan “engkau adalah kelompok orang yang penting. Aku rela kosongkan diriKu supaya engkau selamat. Aku tolong engkau karena engkau penting, berharga”, tapi yang bilang ini adalah Yesus, yang kauh lebih penting dari kita. Maka kita tidak punya alasan untuk tidak melakukan apa yang Dia mau. Setelah kita mengerti ini, baru kita bisa menangkap apa yang Yesus mau ajarkan secara total. Jadi imam ini mengatakan “kami kelompok eksklusif itu, kami yang sudah selamat”. Yesus bilang “kalau benar engkau yang sudah selamat, ciri orang atau kelompok yang sudah selamat adalah selalu pikirkan kelompok yang lain lebih penting dari kelompok sendiri”. Jadi kamu mau tahu siapa sesamamu manusia, kalau engkau mau tahu siapa sesamamu manusia, mungkin engkau bukan kelompok yang sudah selamat itu. Tapi kalau engkau terlalu concern untuk melihat bagaimana aku menjadi sesama manusia bagi yang lain, barulah engkau bisa disebut sebagai kaum remnant yang memberkati orang lain. Kaum remnant adalah kelompok yang ikut dibuang meskipun mereka tidak salah. Kaum remnant adalah orang yang beroda bagi orang lain, meskipun mereka tidak terlibat dengan dosa orang lain. Kaum remnant itu adalah orang yang tidak lelah mengajak orang lain bertobat meskipun orang lain sudah menghina Tuhan dan mengkhianati. Kaum remnant bukan kelompok eksklusif yang memisahkan diri dari dunia. Kaum remnant adalah yang terjun ke dalam dunia dan mengatakan “dunia penting bagi saya, engkau penting maka harus selamat”. Saudara mengapa menginjili? Karena orang lain penting. Maka kiranya Saudara belajar mengasihi dengan benar, dengan cara memberikan shift dari pusat ke diri menjadi pusat ke orang lain. Kiranya Tuhan memberkati dan memampukan kita.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkotbah)

Pekerjaan Roh Kudus

(Lukas 10: 17-24)
Apakah yang dimaksud dengan diurapi oleh Roh Kudus? Diurapi Roh Kudus adalah sesuatu yang tadinya ada pada Kristus tapi yang diberikan kepada umat Tuhan karena semua umat yang percaya kepada Kristus ada di dalam Kristus. Jadi siapakah dia yang berhak dipimpin, dipenuhi oleh Roh Kudus? Kristus. Lalu mengapa kita berhak juga? Karena Kristus yang memberikan kepada kita. Seorang bapa gereja bernama Ireneus, dia mengatakan bahwa Kristus menerima Roh Kudus, lalu Kristus membagikan Roh Kudus itu kepada umatNya. Maka relasi Tritunggal adalah relasi yang menerima, kemudian memberikan. Dan karena kita berbagian di dalam Kristus maka kita pun boleh berbagian di dalam proses menerima dan membagikan ini. Ini keindahan yang luar biasa, Bapa memberikan Roh Kudus kepada Anak, lalu Anak memberikan Roh Kudus kepada orang percaya. Itu sebabnya dipimpin dan dipenuhi oleh Roh Kudus di dalam kehidupan di dunia ini adalah sesuatu yang ada pada Kristus dan yang menjadi milik orang Kristen, karena kita ada di dalam Kristus. Sebab itulah Paulus terus mengingatkan orang Kristen harus senantiasa dipenuhi Roh Kudus.

Mengapa dipenuhi Roh Kudus? Karena Kristus dipenuhi oleh Roh Kudus, dan orang percaya harus meneladani cara hidup yang dimiliki oleh Kristus. Itu sebabnya kita harus senantiasa hidup dipenuhi Roh Kudus. Banyak orang Kristen mengawasi diri supaya tidak jatuh dalam dosa-dosa yang jelas merupakan dosa. Tapi tidak banyak yang peka untuk hal-hal yang tidak terlalu jelas sebagai hal yang membahayakan. Salah satu yang diabaikan adalah penuh dengan Roh Kudus, orang Kristen sering mengabaikan perintah harus dipenuhi oleh Roh Kudus. Sehingga banyak orang sudah menjalani hidup, asalkan tidak melanggar secara etika, asalkan tidak salah secara dosa, “saya sudah baik”. Tapi pertanyaannya “adakah kamu dipenuhi Roh Kudus?”, “apa itu dipenuhi Roh Kudus? Saya bahkan tidak tahu ada Roh Kudus yang memenuhi”, kalau kita tidak tahu, kita mesti cari tahu apa maksudnya ini karena Alkitab sangat menekankan kehidupan orang percaya, harus dipenuhi Roh Kudus. Banyak orang merasa sudah dipenuhi Roh Kudus, tapi konsep penuh Roh Kudus-nya rusak luar biasa. Di dalam Kitab Suci tidak menjelaskan kalau orang penuh dengan Roh Kudus itu hanya dimanifestasikan di dalam hal-hal yang sifatnya fisik. Tidak pernah dikatakan di dalam Alkitab bahwa orang yang yang dipenuhi Roh Kudus adalah orang yang bertingkah aneh, yang tidak terkontrol, dan yang tidak bisa diterima oleh pendapat umum. Ini tidak benar. Roh Kudus adalah Roh dari Allah yang agung dan pekerjaanNya adalah pekerjaan yang agung. Setiap kali pekerjaanNya dinyatakan dengan cara yang membuat orang menghina, itu adalah penghujatan. Itu sebabnya waktu Alkitab mengatakan “hendaklah kamu dipenuhi oleh Roh Kudus”, mari kita berpikir, mari kita cari, mari kita selidiki, mari kita pahami dengan hati apa yang Alkitab sedang katakan tentang kepenuhan Roh Kudus.

Penuh dengan Roh Kudus adalah penuh dengan perasaan yang penuh kekaguman kepada Tuhan, perasaan yang gampang digerakan oleh Tuhan, perasaan yang penuh dengan kerinduan dan kekaguman kepada Tuhan. Apa pun tentang Tuhan yang Tuhan nyatakan itu akan menggerakan gairah dan cinta kasih kepada Tuhan, inilah hal yang penting dari kepenuhan Roh Kudus. Dan pada bagian ini di dalam Injil Lukas, Lukas mencatat Yesus Kristus dipenuhi Roh Kudus dan Dia mengucap syukur kepada Tuhan. Dalam bagian sebelumnya, Lukas mencatat Maria dipenuhi Roh Kudus dan dia mengucapkan magnificat. Bagian lain dari Kitab Suci, orang dipenuhi Roh Kudus dan dia mulai berpuisi lalu mengucapkan sajak, mengucapkan perkataan yang meninggikan nama Tuhan. Alkitab mencatat setiap orang yang dipenuhi Roh Kudus akan menyaksikan perbuatan Tuhan, membuat orang mengenal siapa Tuhan dengan pengertian. Itu sebabnya pada bagian ini pun Lukas mencatat Yesus dipenuhi Roh Kudus dan Dia berdoa dengan menyatakan kalimat yang sangat mengagungkan pengucapan syukur kepada Tuhan. Hari ini kita akan lihat apakah yang dimaksudkan dengan dipenuhi Roh Kudus yang menyebabkan Tuhan Yesus bergembira dan mengucap syukur kepada Allah. Di dalam ayat 21 dikatakan “pada waktu itu juga bergembiralah Tuhan Yesus dalam Roh Kudus dan berkata Aku beryukur kepadaMu Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil”.

Hal pertama yang diajarkan pada bagian ini adalah orang yang dipenuhi Roh Kudus adalah orang yang bersukacita melihat pekerjaan Tuhan, meskipun pekerjaan itu dinyatakan kepada orang lain. Pada bagian ini Yesus Kristus mengirim murid-murid, lalu mereka kembali. Waktu mereka kembali, mereka bagikan cerita sukses pelayanan yang begitu besar “kami menjangkau kota ini dan kami diterima. Tuhan, setan pun lari karena namaMu. Semua orang percaya, banyak orang terima Engkau. Pelayanan kami sangat diberkati”. Tapi pada ayat 13-16, Yesus mengatakan “celakalah Khorazim, celakalah Betsaida dan lain-lain”, ini menunjukan waktu Yesus melayani di kota-kota ini banyak pemimpin dan juga orang-orang yang mengaku diri beragama, menolak Yesus. Pelayanan Yesus ditolak, tapi murid-murid menyebar ke puluhan kota dan mereka diterima. Lalu mereka kembali dan mengatakan “Tuhan, bahkan setan pun takut akan namaMu”, jadi mereka mengerjakan apa yang Bapa nyatakan kepada mereka untuk mereka kerjakan. Tapi Yesus mengingatkan mereka “jangan senang karena prestasi rohanimu, jangan senang karena apa yang sudah kamu capai, jangan senang karena seberapa besar pekerjaan yang sudah dilakukan, berapa banyak jiwa sudah dibawa, berapa banyak prestasi sudah dibuat”. Inilah hal yang membuat kita mengerti apa itu dipenuhi Roh Kudus. Dipenuhi Roh Kudus berarti bisa menikmati dengan limpah dan bersyukur dengan besar waktu Tuhan menyatakan pekerjaanNya bagi orang lain. Di sini Yesus tidak menjadi tokoh utama dalam pelayanan karena Dia tunggu murid-murid datang, murid-murid berikan laporan “kami sudah kerjakan ini”, sehingga yang jadi sorotan adalah pekerjaan para murid. Dan Yesus bersukacita meskipun dalam bagian ini Dia bukanlah yang menajdi sorotan. Ini konsep penting yang harus kita pahami, kalau Saudara dipenuhi Roh Kudus, Saudara begitu senang pekerjaan Tuhan meskipun itu tidak berkait langsung dengan diri Saudara. Banyak orang senang kalau dirinya terlibat, banyak orang senang kalau dirinya jadi sorotan, banyak orang senang kalau dirinya jadi spotlight. Tapi heran, pada bagian ini yang jadi spotlight adalah para murid dan Bapa. Yesus mengatakan “Aku bersyukur kepadaMu Bapa karena Engkau mengasihi mereka. Aku yang melihat kasihMu kepada mereka”, ini pengertian yang indah sekali. Seorang bernama Richard dari Saint Victor di abad ke-13 akhir mengatakan bahwa Allah Tritunggal menjadi prinsip dasar untuk relasi. Karena di dalam Tritunggal orang bisa menikmati kasih, pribadi bisa menikmati kasih dari pribadi satu ke pribadi dua. Jadi pribadi Bapa bisa menikmati kasih antara Anak dan Roh Kudus, pribadi Anak bisa menikmati kasih antara Bapa dan Roh Kudus, dan pribadi Roh Kudus bisa menikmati kasih antara Bapa dan Anak. Maka menikmati apa yang Tuhan kerjakan tidak harus diri kita ada di spotlight. Zaman ini adalah zaman dimana orang dituntut terus untuk jadi yang paling penting, paling hebat, paling inti, paling jadi spotlight. Kalau kita gagal jadi pusat, maka kita gagal jadi orang. Tapi prinsip Alkitab tidak begitu, prinsip Alkitab mengatakan kalau pun kita ada di pinggir, kita bisa bersukacita melihat apa yang Tuhan kerjakan kepada orang yang jadi sorotan. Kalau kita mau jadi sorotan terus, berarti kita punya kerohanian yang masih kerdil. Dan pada bagian ini pun Yesus rela jadi penonton, Dia menonton Allah Bapa mengasihi murid, lalu Dia bersyukur karena Dia bisa melihat hal ini. Ini luar biasa agung. Mari kita belajar kerohanian yang agung ini, mari kita lihat Tuhan memberkati orang lain dan kita bersyukur. Tuhan memberkati orang lain dan kita senang sebagai orang yang menonton, senang melihat Tuhan memakai orang lain. Tidak perlu harus di dalam spotlight dulu baru menikmati anugerah Tuhan. Maka orang dipenuhi Roh Kudus, dia bisa bersyukur untuk pekerjaan Tuhan bagi orang lain. Yesus mengajarkan bahwa penuh dengan Roh Kudus berarti bersukacita melihat Tuhan bekerja meskipun memakai orang lain dan tidak berkait dengan saya. Dan ini yang Yesus kerjakan “Aku bersukacita kepadaMu ya Bapa, karena Engkau menyatakan kepada orang-orang ini meskipun mereka kecil”. Ini hal pertama.

Hal kedua, Yesus Kristus dipenuhi Roh Kudus, Dia berdoa kepada Bapa dan mengatakan “Tuhan langit dan bumi, Aku bersyukur kepadaMu karena semua Engkau nyatakan kepada orang kecil, ya Bapa itulah yang berkenan kepadaMu”. Yang menjadi pertanyaan apakah Tuhan tidak tahu bahwa Bapa akan panggil orang kecil ini? Yesus bukan saja tahu, tapi Dia dipakai Bapa untuk menjalankan ini, memanggil orang-orang kecil ini. Jadi Yesus bersukacita untuk hal yang Dia sudah tahu. Tapi meskipun Dia sudah tahu, Dia mengalami sukacita yang besar waktu Dia menyaksikan itu lagi. Maka ketika seseorang dipenuhi Roh Kudus, dia akan bersukacita untuk apa yang Tuhan nyatakan meskipun dia sudah tahu. Banyak orang datang ke gereja, terutama orang Reformed, mau dengar kotbah yang baru, yang heboh, ada sesuatu pengetahuan yang baru ditambahkan. Kalau Saudara dengar kotbah dan mengatakan “Saya sudah tahu semua”, akhirnya ditanya “kotbahnya bagus tidak?”, “pengulangan, saya sudah tahu”. Kita maunya sesuatu yang baru. Saya mau tanya, bisakah kita menikmati sesuatu yang sudah kita tahu? Bukan hanya bisa, tapi sering. Ini juga yang sering dialami kalau Saudara pandang wajah suami atau istri. Saudara pandang wajah kekasih atau suami atau istri, lalu Saudara tidak mengharapkan yang baru kan? Saudara sudah tahu wajahnya seperti apa, tapi Saudara tetap punya kesenangan untuk melihat. Waktu melihat wajahnya, wajah yang sama, yang sudah puluhan tahun Saudara lihat, Saudara hafal. Saudara tidak mungkin lihat lalu mengatakan “wah, kali ini ada hidung ya, kemarin belum ada, seru lihat wajahmu”, tidak. Saudara mengharapkan melihat wajah yang sama, tapi ada perasaan sukacita yang muncul. Hal yang sama ketika melihat pekerjaan Tuhan. Yesus sudah tahu orang-orang ini akan dipanggil Bapa, Yesus sudah tahu orang-orang ini yang akan mendapatkan kasih Bapa. Tapi ketika itu dinyatakan hatiNya penuh dengan ucapan syukur dan gembira. Mari kita belajar menikmati meskipun kita sudah tahu, tapi kita tahu ini mengaitkan kita kepada Tuhan, ini merupakan sesuatu yang saya senangi lagi. Baca Alkitab, tidak mungkin ada bagian yang berubah, Lukas 9 akan selalu begini, Lukas 10 akan selalu begini, tidak akan berubah. Tapi waktu kita baca selalu ada kesenangan yang baru, hal yang sama diterima dengan kesenangan yang baru, itulah yang baik. Maka Roh Kudus kalau memenuhi seseorang, hal yang lama pun selalu terasa fresh, kalimat yang sama selalu terasa segar, berita Injil yang sama selalu terasa segar di hati. Mengapa terasa segar di hati? Karena ada kuasa Roh Kudus yang memberikan kelimpahan waktu roh itu memenuhi kita. Itu sebabnya Paulus mengatakan “hendaklah kamu terus dipenuhi roh”. Saudara menyanyikan lagu yang sama tapi terus ada perasaan limpah yang sama. Perasaan limpah yang sama dialami ketika awal menjadi Kristen. Banyak orang Kristen di awal begitu semangat, tapi di pertengahan dan akhir menjadi begitu lesu. Di awal menggebu-gebu melayani tapi di akhir makin surut dan akhirnya tidak ada gairah melayani Tuhan. Waktu kita dipenuhi Roh Kudus hal-hal seperti itu tidak akan ada. Itu sebabnya mari kita minta kepada Tuhan “Tuhan, penuhi kami dengan RohMu yang kudus supaya ketika saya melihat FirmanMu saya tidak bosan, waktu saya mendengar seruan yang menyatakan suara Kristus, saya penuh kelimpahan di dalam hati”.

Hal ketiga, waktu Roh Kudus memenuhi Kristus, Roh Kudus mengingatkan murid-murid melalui Kristus bahwa anugerah Injil yang mereka terima adalah anugerah yang begitu besar dan tidak layak mereka dapatkan. Dipenuhi Roh Kudus justru membuat kita sadar besarnya Tuhan dan kecilnya saya. Yohanes Calvin mengatakan mengenal diri itu baru benar kalau kita juga mengenal Tuhan. Dan waktu kita mengenal Tuhan dengan kebenaran dan kekudusanNya, baru kita sadar berapa kecil dan cacatnya kita. Itu sebabnya ketika Roh Kudus penuhi seseorang,. Roh Kudus akan buka mata orang itu untuk melihat kekudusan Tuhan dan menyadari jeleknya dan kotornya diri. Roh Kudus itu bukan roh motivational speaker, orang yang bicara motivasi selalu menekankan kehebatan diri, “kamu sebenarnya bisa, di dalam dirimu ada yang belum digali, kamu harus percaya dirimu, kamu harus yakin”. Ini yang jadi kunci. Saudara jangan pikir diri hebat, diri besar, Roh Kudus penuhi Saudara, langsung Saudara sadar “saya ini nothing”. Roh Kudus penuhi Saudara, langsung sadar saya bukan siapa-siapa, saya tidak layk. Maka waktu Roh Kudus penuhi Kristus, langsung Kristus katakan kepada para murid “kamu orang kecil, kamu bukan raja, kamu bukan nabi. Tapi Allah menyatakan Aku kepadamu”, inilah pesan Roh Kudus melalui Kristus. Roh Kudus tidak membuat Kristus merasa kecil. Tapi Roh Kudus memenuhi Kristus, langsung berpesan kepada muridNya adalah sadari siapa dirimu, engkau orang yang tidak layak tapi mendapatkan berita besar dari raja-raja dan nabi. Di dalam Perjanjian Lama, nubuat tentang Yesus diberikan Tuhan kepada nabi dan raja. Nabi dan raja, dua golongan ini adalah golongan peling terhormat di Perjanjian Lama. Tuhan tidak berikan berita nubuat Injil kepada orang biasa. Di dalam Perjanjian Lama hampir semua tokoh adalah orang penting, hanya sedikit yang adalah orang biasa. Sebaliknya dalam Perjanjian Baru, semua tokoh adalah orang biasa, hanya sedikit yang orang penting. Ini pembalikan yang luar biasa. Di dalam Perjanjian Lama, Tuhan panggil Daud, Musa, Abraham, semua orang-orang yang jadi besar. Dan mereka mewarisi nubuat bahwa Yesus akan datang. Tetapi ketika Yesus datang, Tuhan sampaikan ke gembala, Tuhan sampaikan ke seorang muda namanya Maria, Tuhan sampaikan kepada orang-orang kafir, yaitu orang-orang di daerh Persia, oarng-orang Majus. Jadi ada pembalikan yang luar biasa di sini. Pesan yang dinubuatkan kepada raja dan nabi sekarang setelah genap, justru diberikan kepada orang-orang yang tidak layak. Maka Roh Kudus kalau memenuhi kita, kita akan tahu “ini siapa? Mengapa pesan yang Tuhan yang dinubuatkan lewat Daud digenapi dan saya bisa tahu”. Berita yang hanya diberikan kepada orang besar, waktu sudah genap sekarang diberikan kepada orang kecil. Bagian ini Yesus mengatakan “berbahagialah kamu, kamu lihat Kristus, yang kamu lihat adalah hal yang nabi dan raja ingin lihat”. Ini juga kalimat penting sekali. Banyak nabi dan raja ingin melihat Yesus. Mengapa ingin melihat Yesus? Apakah karena ingin selamat? Saya beri tahu, Abraham sudah selamat, Daud sudah selamat, kalau mereka ingin melihat Yesus demi keselamatan, mereka tidak rindu, mereka sudah selamat. “Abraham bapamu di sorga bersukacita kaerna hariKu”, itu dikatakan Yesus, jadi Abraham sudah di sorga. Tapi mengapa dia bersukacita? Karena seluruh kepenuhan Allah, kepenuhan rencanaNya, kepenuhan kemuliaanNya ada di dalam Yesus. Itu sebabnya waktu Dia datang, raja-raja dan nabi yang sudah dengar mau lihat lagi, bukan mau lihat untuk selamat, tapi mau melihat inilah pandangan kemuliaan yang paling sempurna.

Maka biarlah kita memandang kepada Yesus dan menyadari di dalam pribadi ini bukan hanya keselamatanku yang menjadi nyata, tapi juga seluruh keagungan ilahi dinyatakan dengan sempurna di bumi ini. Itu sebabnya waktu Saudara menyadari Injil yang sudah diterima, Saudara langsung sadar saya kecil, saya hina, saya bukan siapa-siapa, tapi saya diijinkan Tuhan untuk kenal berita yang agung ini. Maka inilah 3 hal yang bisa kita lihat dari kepenuhan Roh Kudus. Roh Kudus memenuhi kita, maka kita mengagumi pekerjaan Tuhan di dalam diri orang di luar kita. Roh Kudus memenuhi kita, maka kita menyadari dengan limpah hal-hal yang Tuhan nyatakan untuk membuat kita ingat kepada Dia meskipun itu adalah pengulangan, tapi pengulangan yang penuh dengan gairah dan sukacita dan kita terima dengan ucapan syukur. Lalu yang ketiga, penuh dengan Roh Kudus berarti kita disadari mengenai berapa agungnya Kristus dan berapa kecil dan hinanya kita. Inilah 3 hal yang hari ini dibahas mengenai kepenuhan Roh Kudus. Kiranya 3 hal ini boleh kita ingat dan boleh menjadi hikmat hidup bagi kita untuk hidup bagi Tuhan.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Bersukacitalah karena namamu tercatat di sorga

(Lukas 10: 13-24)
Di ayat 13-16, Yesus mengecam kota-kota yaitu Khorazim, Betsaida dan Kapernaum. Lalu Yesus memparalelkan kota-kota ini dengan Tirus dan Sidon, dan menyindir mereka, “kalau Tirus dan Sidon sudah mengenal Aku, mereka pasti tidak binasa. Tapi kamu menolak Aku, hukumanmu akan lebih besar dari Tirus dan Sidon”. Ketika orang melihat Lukas, seringkali Lukas membahas sesuatu yang ada di dalam nabi, baik Yesaya mau pun Yehezkiel. Sehingga ketika orang membaca tulisan-tulisan dari Lukas, langsung mengingat ada bayang-bayang dari Yesaya atau pun Yehezkiel yang muncul. Maka waktu Lukas mengutip dari Yesus Kristus “celakalah Khorazim, celakalah Betsaida, karena kalau di Tirus dan Sidon terjadi mujizat di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat”, orang langsung ingat kalimat “celakalah kota ini, celakalah negara ini”, itu sering diucapkan para nabi. Nabi-nabi berkotbah bukan hanya menyampaikan Firman kepada Israel saja. Mereka bertugas untuk memperingatkan bangsa-bangsa lain juga. Tuhan adalah Allah atas Israel, tapi Dia juga adalah Allah atas bangsa lain. Inilah tema utama mengapa nabi-nabi sering mengucapkan ucapan penghakiman bagi bangsa-bangsa lain. Mengapa bangsa lain harus dihakimi? Karena bangsa lain pun adalah bangsanya Tuhan. Tuhan adalah Raja atas seluruh bangsa, bukan hanya Israel. Sedangkan dulu dalam dunia Perjanjian Lama, orang punya konsep setiap raja punya dewanya sendiri, setiap kerajaan punya berhalanya sendiri. Dan biasanya kerajaan apa pun akan pertahankan berhala mereka. Maka di sini kita lihat ada ingatan terhadap Tirus lalu ada ingatan terhadap kehancuran Raja Babel, yang keduanya menggambarkan pemberontakan setan. Lukas dengan sangat brilian langsung ingatkan kita bahwa Yesus pun bicara tentang setan setelahnya. Waktu murid-murid pulang mengatakan “Tuhan, roh-roh jahat pun takluk kepada kami”, lalu Yesus mengatakan “Aku melihat setan turun dari langit seperti kilat”, ini maksudnya iblis dilempar cepat sekali seperti kecepatan kilat. Banyak orang yang mengaku mau ikut-ikutan setan, itu ambil simbol ini, simbol petir, katanya ini simbol setan. Bagi saya orang yang mengatakan ini simbol setan adalah orang yang kurang belajar. Karena ini adalah simbol kejatuhan setan, bukan kemenangan. Mau jadi pengikut setan yang diingat kok kekalahannya, itu aneh.

Karena Yesus mengatakan iblis dihancurkan dengan cara dilempar, begitu cepatnya dilempar, kecepatannya seperti petir. Jadi ini lambang kekalahan. Yesus mengatakan setan dilempar seperti halilintar, dilempar jatuh, ini adalah kekalahan yang Yesus lihat sedang terjadi dan Dia nubuatkan akan terjadi. Kapan genapnya? Kitab Wahyu mengatakan waktu Yesus diangkat ke sorga, setan dilempar ke bumi. Waktu Yesus kembali ke bumi, setan dilemparkan ke lautan api. Jadi dimana pun ada Yesus, setan tidak berhak ada. Maka waktu Tuhan usir, Tuhan pun usir pakai periode yang khusus. Setan masih boleh datang ke sorga, msaih boleh datang ke hadirat Tuhan. Ingat di dalam Kitab Ayub, para malaikat datang di tengah-tengahnya ada iblis, lalu iblis diskusi dengan Tuhan, “saya baru keliling dunia”, Tuhan mengatakan “kamu lihat Ayub, hambaKu, setianya luar biasa”, setan mengatakan “karena Engkau baik maka dia setia, coba kalau dia miskin, masih setia tidak. Orang kalau kaya gampang setia, kalau miskin bagaimana?”, maka Tuhan mengatakan “silahkan ambil hartanya”. Setelah harta diambil, anak-anak pun mati, tetap setia. Tuhan bilang “lihat, hambaKu tetap setia”, iblis mengatakan “karena tubuhnya sehat, orang kalau sakit, mana bisa setia”, Tuhan bilang “silahkan, tapi jangan sentuh nyawanya”. Jadi iblis bisa bicara dengan Tuhan, kapan dia dilempar? Waktu Yesus genap penebusanNya, naik ke sorga, dalam Kitab Wahyu dikatakan pada waktu itu setan dilempar ke bumi. Dan waktu dia dilempar ke bumi, dia bangun, dia sadar sudah dikalahkan, waktu dia tinggal sedikit sebelum dia dilempar ke lautan api, maka dia dengan giat menjangkau seluruh penduduk bumi untuk menyesatkan, karena dia tahu waktunya sudah dekat. Pak Stephen Tong pernah mengatakan setan saja punya teology of time, orang Kristen “masih lamalah, umur masih 58, masih lama”, “jadi kapan penginjilan?”, “nanti kalau sudah 82, sekarang masih 58”, kita terlalu santai, masih lama. Mengapa lama? Karena tidak sadar krusialnya waktu, tidak sadar bahwa waktu itu begitu singka. Jadi Saudara mesti punya kepekaan akan waktu, waktunya tidak sampai lama. Waktu setan dilempar ke bumi, dia sadar waktunya tidak lama, maka dia giat menyesatkan seluruh bangsa.

Orang Kristen harus punya niat “kalau setan giat sesatkan seluruh bangsa, saya mesti giat tarik bangsa-bangsa untuk kembali kepada Tuhan”, ini harusnya sikap yang dimiliki orang Kristen. Maka Yesus sudah menubuatkan setan akan dihancurkan, dilempar dengan sangat keras seperti petir dari langit ke bumi. Ini nubuat tentang kekalahan setan dan Yesus mengatakan “sesungguhnya Aku memberikan kuasa kepadamu menginjak ular, menginjak kalajengking”. Tuhan mempunyai kuasa begitu besar, sehingga Dia tidak mengijinkan murid-muridNya mengalami keadaan dimana mereka harus takut kepada roh jahat. Banyak sekali orang Kristen terlalu lupa bahwa Allah kita adalah Allah yang menakutkan. Kita lebih takut setan dari pada takut Tuhan. Padahal Alkitab mengatakan “takutlah kepada Tuhan”. Kalau Dia marah, Dia bisa melemparkan tubuhmu dan jiwamu ke dalam kebinasaan kekal. Siapa bisa lakukan ini selain Tuhan. Maka Alkitab terus mengajak manusia untuk gentar di hadapan Tuhan. Tapi kita masuk dalam b udaya dimana setan itu merajalela, dia justru yang ditakuti. Saudara kalau lihat tempat yang mengerikan, langsung bilang “roh jahat, setan”, yang lebih mengerikanlagi kalau dengar karya besar di orgen besar, waktu lihat gedung gereja begitu besar dengan misteri gelap di atas, kemudian warna-warna jendela yang berwarna-warni, Saudara bingung di dalam dan mengatakan “ngeri ya, seperti rumah drakula”, drakula yang ditakuti. Mengapa takut drakula? Drakula bukan tuan, dia bukan tuan atas segala t uan. Yang harus ditakuti adalah Tuan atas segala tuan. Dimana-mana cerita setan itu ada. Kita terus dibiasakan untuk takut setan. Tapi Tuhan mengatakan “kamu akan injak setan”, engkau akan injak setan kalau punya persekutuan dengan Kristus. Yang injak memang bukan kita, yang injak Tuhan, tapi Tuhan bagikan kemenangan ini kepada kita. Dia mengatakan “Aku menang dan kamu pun akan berbagian di dalam kemenanganKu”. Jadi kalau kita gentar kepada Kristus, takut menyakiti hati Allah, tahu bahwa Allah ada Penguasa di langit dan di bumi, dan Dia memberikannya kepada Kristus, tidak ada tempat di hati kita untuk takut kepada roh jahat. Hal yang paling menakutkan dari hantu adalah tipuannya. Kalau setan sudah tipu Saudara, itu yang bahaya.

Kalau setan sudah bikin Saudara merasa sedang ikut Tuhan padahal sedang ikut setan, itu yang paling bahaya. Maka yang dia lakukan adalah dia bikin tiruan dari Kekristenan yang mirip sekali, dia bikin tiruan pendeta palsu tapi asli. Kitamesti belajar bagaimana membedakan yang asli dari Tuhan dan yang palsu. Ini hal yang sangat penting untuk kita ketahui. Demikian juga dengan setan, mereka akan tiru mirip sekali. Ini membuat kita ketakutan “Tuhan, bagaimana supaya saya tahu yang benar? Tolong supaya gerejaMu dipelihara karena tipuan setan mirip sekali. Dan kami yang bodoh tidak bisa membedakan. Berikan hikmat untuk kami membedakan mana dari Tuhan mana bukan. Ijinkan kami menjadi domba yang bisa membedakan suara gembalanya dengan yang bukan”. Ini doa harus kita panjatkan dan kita harus belajar terus untuk tahu mana dari Tuhan dan mana yang tidak. Inilah aspek mengerikan dari setan, dia akan tipu kita dan membuat kita jauh dari Tuhan. Saudara jangan takut aspek lain karena aspek ini yang paling mengerikan dari dia. Tapi mengenai rasa takut dan hormat, mari berikan hanya kepada Allah dan bukan kepada yang lain. Maka Yesus mengatakan “kamu telah Aku berikan kuasa untuk menginjak roh jahat, untuk menginjak ular, untuk menginjak kalajengking”. Tetapi ayat 20, Yesus memberikan hal kedua yang Dia nyatakan. Hal pertama tadi, setan pun akan takluk dan kamu berbagian di dalam kemenanganNya. Tapi bagian kedua Yesus mengatakan “jangan bersukacita karena kamu menang atas roh jahat. Lebih baik bersukacita karena Tuhan kenal engkau”. Di sini dikatakan “bersukacitalah karena namamu terdaftar di sorga”. Apa maksudnya nama terdaftar di sorga? Maksudnya adalah nama kita ada terukir di dalam hatiNya Tuhan. Di sorga tidak ada list daftar masuk seperti kalau kita datang seminar, jangan pikir seperti itu “namaku terdaftar di sorga ya, kalau begitu apakah saya boleh titip absen boleh?”, bukan itu. Yang dimaksudkan terdaftar di sorga adalah Tuhan kenal Saudara, Tuhan tahu Saudara, Tuhan mengasihi Saudara, Tuhan mengenal dan menempatkan tempat dekat dengan Dia bagi Saudara. Inilah sukacita terbesar. Maka Yesus mengingatkan murid-murid meskipun mereka sudah taklukan roh jahat, mereka sudah menangkan banyak kota, jangan lupa Tuhan berbelaskasihan sama mereka dan mengasihi mereka bukan karena mereka sudah memenangkan banyak orang. Kita harus belajar untuk tidak melihat relasi kita dengan Tuhan sebagai relasi prestasi dan penghargaan. Ini hal kedua yang harus kita ingat, hari ini kita belajar 2 poin saja dan nanti ayat 21 dan selanjutnya kita akan bahas dalam pertemuan berikut.

Dua poin ini harus kita ingat sepulang dari sini. Poin pertama Tuhan berikan kuasa kemenangan mengatasi apa pun, mengatasi setan, mengatasi kejahatan, mengatasi dosa sekalipun. Maka marilah hidup di dalam kemenangan itu. Tapi ada hal kedua, Tuhan tidak mengasihi kita karena kita menang, Tuhan mengasihi kita maka Dia ingin kita menang, Tuhan mengasihi kita maka Dia menuntut dan menuntun kita untuk mengalami kemenangan itu. Tapi kemenangan itu bukan alasan Tuhan mengasihi. Kalau Tuhan mengasihi dengan cara seperti ini maka kita akan memberikan sesuatu untuk mendapatkan kasih Tuhan lalu membeli kasihNya dengan prestasi yang kita buat. Tapi bukan ini yang dikatakan Yesus. Tuhan mengenal engkau, bersukacitalah karena itu, bukan karena apa yang telah engkau kerjakan. Saudara jangan pikir ketika kita datang ke sorga nanti level rohani kita dilihat oleh Tuhan, lalu yang rohani paling besar itu yang akan paling Dia sayangi dan dekat dengan Dia. Kita selalu memakai pola penghargaan, apa yang aku kerjakan dan apa upah dari Tuhan. Jadi kita mau membeli kasih sayang Tuhan dengan prestasi. Maka murid-murid pun ada kesalahan seperti ini yang Yesus peringatkan. Mereka sudah pergi kunjungi kota-kota yang Tuhan perintahkan lalu pulang dengan mengatakan “kabar baik Tuhan, saya sudah kerjakan”. Akhirnya prestasi menjadi suatu yang diperlombakan. Banyak kali ini pun terjadi di gereja, “kamu sudah Injili berapa banyak orang minggu lalu?”, “sudah 3”, “kamu berapa?”, “baru 2”, “hmm…dia menang. Tolong teladani dia, dia sudah 3, mengapa kamu baru 2, ayo semangat”. Lalu kita semangat lagi, harus injili 3 orang, kemudian lapor “saya sudah Injili 3 orang”. Saya pikir ada bahaya seperti ini ketika kita pamerkan ada berapa banyak yang sudah kita layani, “saya sudah lakukan ini, menginjili di sini, kotbah di sini, berapa orang sudah dengar. Saya prestasinya tinggi, Tuhan pasti berkenan”. Orang yang tidak mengenal kasih Tuhan tidak mungkin melayani dengan tepat. Kalau pelayanan kita kerjakan demi menerima belas kasihan Tuhan, pelayanan kita sudah salah orientasi. Saudara tidak mungkin digerakan hal seperti itu untuk melakukan pelayanan yang stabil. Kita jadi seperti orang-orang yang ketika kuliah berusaha memenangkan hati dosen dengan prestasi. Di rumah berusaha memenangkan hati papa dan mama dengan prestasi juga. Di masyarakat berusaha memenangkan penghargaan masyarakat juga dengan prestasi. Kita ingin membeli prestasi dengan cara kita hidup untuk dihargai orang. Lalu dengan Tuhan pun kita rasa sama “saya harus berprestasi supaya Tuhan mengasihi saya. Saya harus persembahkan jiwa supaya nanti Tuhan senang sama saya”. Tapi Yesus mengatakan “namamu sudah tercatat sebelum Aku mengutus engkau”. Tuhan sudah mengasihi engkau sebelum Tuhan utus engkau melayani. Tuhan sudah mengasihi engkau sepenuhnya sebelum Dia perintahkan engkau untuk pergi memberitakan Injil. Maka biarlah mindset kita diingatkan kembali, diubah kalau perlu, bahwa Tuhan menerima saya dan itulah alasan saya tergerak melayani Dia. Tuhan mau kerja apa, saya mau, karena Tuhan lebih dulu terima saya. Jangan pikir Saudara bisa beli atau bayar penerimaan Tuhan, itu tidak mungkin. Maka Yesus mengatakan “jangan bersukacita karena kemenanganmu, jangan bersukacita karena berapa banyaknya setan sudah takluk dalam pelayananmu, jangan bersukacita karena berapa banyak jiwa sudah dibebaskan dari kuasa setan, tapi bersukacitalah karena Tuhan mengasihi engkau”.

Hari ini kita akan merenungkan sampai minggu-minggu masuk dalam Paskah. Saya berharap di bulan Maret akhir, kita boleh merayakan Paskah, mengingat, mengenang kembali Kristus dengan cara yang sama seriusnya dengan kita mengenang hari lahirNya. Kita akan adakan kebaktian dari hari Rabu sampai Minggu, dan harap ini boleh menggerakan kita terus untuk mengingat kasih Dia. Ada orang-orang tertentu dalam 40 hari sebelum Paskah sudah bersiap dalam perenungan untuk merenungkan siapa Dia. Saya pikir perenungan tentang salib tidak hanya 40 hari sebelum Paskah, harusnya ada momen-momen terus dalam hidup kita merenungkan hal itu. Tapi hal utama yang kita dapat waktu merenungkan salib adalah cinta kasih Tuhan terhadap saya begitu besar, sehingga Dia menerima saya. Bukan hanya menerima saya, tapi juga menebusa saya. Bukan hanya menebus saya, tapi juga berkorban dan mati bagi saya, bukan karena saya sudah persembahkan sesuatu. Maka kita bisa datang kepada Tuhan dengan mengatakan “inilah saya ya Tuhan”. Billy Graham dalam kebaktian selalu memakai lagu Just As I Am untuk calling. Inilah saya, saya datang apa adanya, saya datang bukan dengan prestasi bahkan dengan kebobrokan. Saya datang bukan dengan kesucian, malah dengan segala dosa yang saya perbuat. Aku ingin bertobat, saya ingin kembali sebab Tuhan sudah panggil saya, dan saya mau kembali kepada Tuhan. Dan penerimaan Tuhan kita terima dengan sempurna.

Penerimaan Tuhan kalau sudah ditemukan dengan sempurna, Saudara tidak perlu tambahkan apa lagi di luar untuk mendongkrak diri Saudara. Banyak orang terjerat dalam cara dunia ini untuk minta penghargaan, untuk minta penghormatan, minta pengakuan, akhirnya seumur hidup selalu kosong. Tapi ada orang yang nyaman dengan penerimaan Tuhan, dengan fakta bahwa “dalam keadaan aku pun Tuhan mau menerimaku, maka kasih itu yang akan menggerakan orang”. Kesucian bukan sesuatu yang bisa diperjuangkan dengan kekuatan sendiri. Seringkali anak muda tanya saya “pak, bagaimana tinggalkan dosa? Bagaimana berjuang meninggalkan dosa?’, saya bilang “kamu selalu akan kalah karena matamu lihat dosa lalu kamu hajar dia”, sama seperti murid lihat roh jahat lalu mau hajar, kamu terus mau hajar dosa. Tapi yang kamu harus lakukan adalah lihat penerimaan Tuhan, Tuhan sudah terima engkau, mkaa pelan-pelan seluruh sifat dalam dirimu yang salah akan kamu tinggalkan dengan kekuatan itu, dengan kekuatan penerimaan Tuhan. Maka mari kita lihat seberapa besar Tuhan sudah mengasihi kita, seberapa besar Dia sudah korbankan diriNya untuk menerima kita. Dan itu menjadi kekuatan bagi kita untuk mengatakan “Tuhan, di dalam penerimaanMu yang tulus, yang penuh kasih dan sempurna terhadap saya yang cacat ini, saya menemukan nilai yang sejati dalam hidup”, maka ini jadi perenungan yang Tuhan ijinkan kita pelajari hari ini. Biarlah kita ingat kuasa Tuhan begitu besar, mari layani Dia. Tetapi jangan lupa cintaNya lebih besar lagi, sehingga kita tidak digerakan oleh satu usaha untuk memenangkan hatiNya, sebab kita sudah mendapatkan cinta kasih Tuhan. Kiranya Tuhan memberkati, memimpin kita untuk hidup bagi Dia di dalam ketulusan kasih kepada Tuhan.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Jangan Sembarang Menolak Berita Injil

(Lukas 10: 1-16)
Di dalam Injil Lukas ada berita tentang suksesnya pelayanan Yesus di awal. Dan di awal pelayanan Kristus mengundang begitu banyak orang. Kemanapun Dia pergi, orang banyak ikut, orang banyak menyertai Dia. Tapi sejak awal, kitab ini sudah memberikan pemisahan, ada orang-orang yang dengar lalu protes, sudah dengar lalu menentang Dia. Mengapa ditentang? Karena Kristus menyatakan satu tema yang sebenarnya sangat-sangat besar dan sangat-sangat agung bagi orang Israel yaitu kedatanganNya menggenapi janji Tuhan untuk Kerajaan Allah. “Kerajaan Allah sudah datang, Kerajaan Allah sudah tiba,bertobatlah kamu”. Ini berita yang membuat orang kagum sekaligus benci. Banyak orang mengangkat diri menjadi pemimpin dan mengklaim “kami adalah kelompok Mesias, aku adalah sang mesias itu”. Banyak orang muncul dari tahun 100 sebelum masehi sampai 200 tahun sesudah Kristus. Terakhir adalah seorang bernama Bar Kokhba, dia menjadi pemimpin terakhir yang mengaku dirinya adalah mesias dan akhirnya ditumpas. Waktu zaman Yesus lahir, banyak sekali orang mengklaim diri sebagai Mesias karena keadaan ini. Ini kalau kita tidak sadar, kita tidak bisa mengerti penolakan dari pemimpin-pemimpin agama. Pemimpin agama sudah muak, tiap orang muncul mengaku Mesias langsung terjadi 3 hal otomatis. Yang pertama pengumpulan massa, yang kedua provokasi, yang ketiga pemberontakan, lalu ditutup dengan kematian pemimpinnya dan orangnya bubar. Ini terus terjadi dan mereka sudah muak. Tiap kali ada orang mengklaim diri Mesias, mereka dengan gencar menentang. Tapi waktu Kristus datang, mereka tidak punya alasan untuk menentang, mereka mengatakan “kamu kumpulkan orang, kamu pasti provokasi untuk melawan Kerajaan Roma”. Tapi Yesus tidak pernah lakukan itu. Dia tidak pernah kumpulkan tentara, Dia kumpulkan orang, Dia ajar mereka, Dia sembuhkan mereka dan Dia beritakan Injil kepada mereka. Ini sebabnya rakyat sangat senang karena Mesias yang ini beda dengan yang lain. Yang lain minta kita korbankan diri, orang ini mengorbankan diriNya untuk kita, rela hidup bersama dengan kita. Mesias yang lain menyuruh kita mengorbankan tubuh dan nyawa, tapi orang ini justru menyembuhkan tubuh dan membangkitkan orang. Siapa yang bisa melakukan tanda-tanda seperti ini? Mesias yang dulu menyuruh kita perang, Mesias yang ini meminta kita untuk mengampuni. Maka Kristus diikuti oleh banyak orang.

Banyak orang ikut Dia waktu perjalanan pertama di tengah-tengah Galilea. Dan di tengah-tengah daerah yang disebutkan di ayat-ayat tadi, baik Khorazim, Betsaida, maupun Kapernaum, banyak orang mengikut Dia. Jadi Tuhan sudah mengumpulkan banyak orang, tapi Injil Lukas mengatakan orang-orang itu mulai tersaring. Saringan pertama adalah yang menyingkirkan orang-orang Farisi, yaitu saringan yang namanya saringan teologi tradisi. Teologi tradisi yang tidak kembali pada Alkitab, teologi tradisi yang menolak meletakan tradisinya di atas bangunan Firman. Pada waktu itu orang Israel, terutama pemimpin-pemimpin agama lebih senang pemimpin atau Mesias yang secara politis bisa berkait dengan kemajuan bangsa ini, bisa memimpin bangsa ini untuk menaklukan penjajahan. Israel mencari damai sejahtera dari Tuhan dan mereka tahu damai itu hanya mungkin kalau Raja Anak Daud itu datang. Maka mereka tunggu “mana Anak Daud?”, dan mereka melihat Yesus lain dari yang lain. Dia dianggap sebagai Anak Daud oleh pengikutNya, tapi banyak orang mengatakan “tidak, Dia datang dari Nazaret, Nazaret bukan asal Daud. Jadi kalau Dia berasal dari Nazaret, Dia tidak mungkin Anak Daud”. Tapi orang-orang yang mengikuti Yesus tahu, Yesus lahir di Betlehem sebelum Dia pindah ke Nazaret, berarti Dia adalah keturunan Daud yang lahir di tempat yang sama dengan Daud lahir. Ini membuat mereka berharap kepada Sang Mesias ini. Tapi setelah pelayanan pertama yang begitu sukses, Alkitab mencatat ada pemisahan, ada yang menentang yaitu orang Farisi yang sudah punya konsep teologi yang terlalu berkait dengan hidup, tapi tidak berkait dengan rencana keselamatan Tuhan. Yang mereka tanya adalah “apa yang Engkau lakukan untuk perbaiki Israel? Apa yang Engkau akan lakukan untuk perbaiki kami?”. Yesus tidak melakukan apa pun dalam hal ini, membuat mereka tidak mau mengikuti Yesus. Maka mereka menjadi orang yang anti dan apa pun yang Yesus kerjakan, mereka selalu serang. Saudara kalau melihat dari Kitab Injil, 4 Injil kita, serangan dari orang Yahudi itu gencarnya bukan main, sepertinya Yesus sulit bergerak tanpa dikomentari oleh mereka. Setelah Dia benar-benar menarik diri, mereka mengatakan “Engkau melakukan ini”, Yesus tidak menggubris lagi, tidak jawab lagi. Ini yang Dia lakukan, sehingga pemisahan pertama dari kelompok yang banyak ini adalah orang Farisi. Meskipun tidak semua orang Farisi menolak Dia, tetap ada yang ikut tapi sebagian besar menolak dan sebagian besar yang menolak adalah pemimpin di kota-kota yang Yesus katakan “celakalah”. Maka mereka tidak ikut, tapi orang banyak masih ikut. Ini bagian pertama dari Injil Lukas, perpisahan dengan orang-orang Farisi yang menyerang Dia.

Masuk dalam pasal 9, mulai ada pemisahan yang kedua, yaitu antara orang-orang yang mengharapkan Mesias dan mau Yesus menjadi Mesias dengan orang-orang yang menerima berita salib. Masuk dalam pasal 9, Yesus mulai mengajarkan salib. Waktu Dia mengajarkan Sabat, semua orang senang, waktu Dia mengajarkan tentang Dia yang adalah Mesias, semua dengar. Tapi waktu Dia mulai bicara tentang salib, orang mulai kecewa. Bahkan Petrus pun tidak mau terima itu. Petrus waktu dengar Kristus bicara tentang kematian, dia tolak.Yesus terus menubuatkan tentang kematianNya dan orang-orang yang mengikut mulai terpecah. Inilah saat Yesus mulai mengajarkan tentang bedanya orang yang akan selamat dan tidak, “tidak semuanya kamu yang ikut Aku akan selamat, tidak semua yang ikut Aku akan masuk ke Kerajaan itu”. Yesus mengatakan “pintunya kecil, yang menuju kepada keselamatan, pintunya kecil”. Kata yang dipakai untuk kecil, bukan hanya kecil dalam space, tapi juga hina dalam bentuk. Di satu kota ada gerbang utama dan gerbang untuk barang, yang Yesus maksudkan adalah “kamu harus rebutan lewat gerbang untuk barang itu”. Waktu Yesus mengatakan “jalanlah ke jalan yang sempit itu, lewatlah ke jalan yang sempit itu”. Maukah kamu lewati jalan yang hina? Mau, mengapa mau? Karena Yesus mengkotbahkan salib yang hina, salib yang membuat mereka tidak mengerti kalau pengharapan mereka adalah Mesias yang tersalib. Itu sebabnya masuk pasal 9 dan seterusnya, Yesus sering berbicara tentang pemisahan di dalam muridNya sendiri, “sebagian dari kamu akan menolak Aku, meskipun sebagian akan ikut. Sebagian akan menjadi kecewa dan pergi”. Yang manakah kamu, domba yang sejati atau orang yang menjadi kecewa karena berita salib? Kalau Saudara mengatakan “Tuhan mengasihimu, Tuhan mencintaimu”, tidak ada yang akan tolak. Tapi Saudara mengatakan “salib, Yesus mati dan engkau ikut menderita bersama dengan Dia”, tidak banyak orang yang senang.

Itu sebabnya berita salib adalah berita inti Kristen dan sampai pada titik ini orang yang ikut makin lama makin sedikit, makin lama makin kurang. Yang ikut karena tema kasih, banyak, yang ikut karena tema damai sejahtera, banyak, yang ikut karena tema sehat, lebih banyak lagi, yang ikut karena tema kaya, jauh lebih banyak lagi. Tapi yang ikut karena salib, luar biasa sedikit. Itu sebabnya Yesus mengatakan di dalam pasal 9 “Aku akan dimatikan”, ini untuk memisahkan orang-orang yang hanya ikut karena tema-tema besar tadi, tapi tidak mau ikut karena tema yang lebih sempit ini. Itu sebabnya Injil akan memisahkan mana domba dan mana serigala palsu atau pun kambing yang bukan umat. Maka ketika ada pemisahan seperti ini, Yesus mengingatkan kepada para murid “meskipun banyak orang akan tinggalkan Aku, tapi banyak kota lain akan menerima”. Maka Dia kumpulkan murid-murid, ada 70 murid, menurut versi 1, ada versi lain mengatakan 72 murid. Jadi 72 murid dikumpulkan oleh Yesus, dan Dia menyuruh mereka pergi berdua-dua ke kota-kota lain. Di sini Yesus mengatakan “meskipun kota-kota yang sebelumnya sudah menolak, jangan terlalu pusing orang yang sudah tolak, karena masih banyak yang lain yang harus dijangkau”. Dia melatih mereka dengan beberapa pelatihan. Hal yang paling penting adalah di dalam pasal 9:57-62, ini ajaran yang penting sekali menjadi murid. Yesus mengatakan “banyak orang ikut Aku, tapi maukah engkau ikut terus kalau Aku tidak punya tempat meletakan kepalaKu? Banyak orang ikut Aku, tapi maukah kamu ikut Aku dengan komitmen lebih besar dari pada komitmen kepada bapamu sendiri. Banyak orang mau ikut Aku, tapi tidak banyak orang mau berkomitmen lebih besar dari pada rumahnya atau tempatnya sendiri. Siapkah kamu tinggalkan semua lalu ikut Aku?”. Orang-orang yang bilang “siap, kami mau ikut”, orang-orang itulah yang diutus dalam pasal 10 ini.

Maka mereka diutus untuk pergi ke kota-kota yang akan Yesus datangi. Mereka datang untuk memberitakan kabar baik. Dan kabar baik ini bukan kabar di dalam pengertian yang dipahami oleh banyak orang. Kabar baik di sini adalah kabar kemenangan Sang Raja. Pada zaman dulu kalau raja-raja berperang, dia akan pergi dan menyerang kerajaan lawan. Waktu dia pergi, orang yang tinggal di kerajaan itu tidak tahu nasib rajanya seperti apa, dia tidak tahu jalannya perang seperti apa. Zaman dulu tidak, kalau raja sudah pergi jauh, mereka tinggal tunggu mana pembawa kabar itu. Dan mereka yang bawa kabar itu biasanya orang yang jago maraton. Saudara kalau tahu olah raga maraton sekarang, ini kelanjutan dari orang dulu yang membawa kabar dengan berlari. Mereka lari puluhan kilo dari tempat perang ke kerajaan raja itu berasal, setelah sampai mereka akan beri tahu apakah raja sudah menang atau kalah. Biasanya orang yang menunggu akan melihat kalau orang itu muncul di horizon, dia lari, orang akan menduga itu cara larinya adalah berita bagua atau berita buruk, kalau orang itu lari-lari dengan terengah-engah, miring kiri, miring kanan, mereka kuatir, sepertinya berita buruk. Tapi kalau larinya lurus, mungkin orang ini membawa berita kemenangan. Biasanya orang kalau bawa berita buruk, dia akan robek bajunya, lalu taruh abu di kepalanya. Maka ketika dia semakin dekat, kelihatan, orang akan lihat di kepalanya ada abu atau tidak, bajunya robek atau tidak. Kalau bajunya robek, kepala ada abu, sebelum dia sampai pun orang sudah tahu “ini kalah, kita sudah kalah”. Tapi kalau dilihat bajunya masih bagus, rambutnya juga bagus, orang bisa bilang “ini menang atau kalah?”, “harusnya menang, karena dia tidak robek bajunya. Tapi bisa jadi kekalahannya dahsyat, dia belum sempat robek, terus lari”. Jadi tunggu dulu sampai dia datang, baru dengan terengah-engah dia akan mengatakan “biarlah seperti musuh ini, seluruh musuh kerajaan kita, terpujilah dewa kita”, itu kebiasaan mereka, ini namanya berita baik.

Itulah berita Injil, kabar baik, evangelion, orang yang lari menyerukan raja kita sudah menang, itu kabar baik. Banyak orang pikir “kabar baiknya itu untuk aku”, kabar baik apa? “Kabar baik bahwa saya dapat berkat dari Tuhan”. Ini bukan tentang kita, ini tentang Tuhan, kabar baik itu adalah kabar yang menyatakan Yesus menang. Kabar baik ini adalah kabar baik bagi umat tapi kabar buruk bagi lawan. Ini berita baik bagi orang yang percaya, tapi berita buruk bagi orang yang tetap menjadi lawannya Tuhan. Ayat 3 mengatakan “pergilah, Aku mengutus kamu”. Dan di dalam bagian selanjutnya dikatakan “Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala”. Karena meskipun kamu adalah orang yang akan melihat Tuhan membuka jalan, kamu juga akan melihat setan akan menutup, setan akan menghancurkan dan membuat pelayanan begitu mengerikan, menakutkan dan terhambat. Serigala kalau berburu, mereka akan berburu di dalam kelompok. Serigala kalau sekawanan berburu, dia akan hantam mangsanya dari segala sisi, dia akan robek-robek mangsanya dan mulai makan emskipun mangsanya belum mati. Ini yang sangat menakutkan, Saudara akan lihat korban dari serigala itu benar-benar penuh dengan penderitaan, berdarah-darah kemana-mana. Meskipun Tuhan akan buka jalan tapi serangan akan besar, serangan akan koyak-koyak orang yang bawa berita Injil. Tapi ini yang terjadi di sepanjang sejarah. Akhirnya banyak orang yang menerima berita dari mereka tapi banyak yang mengkoyakan orang-orang yang membawa berita Injil. Yesus mengatakan untuk para murid, tapi ini menjadi genap di dalam sejarah gereja. Siapa bawa Injil harus siap kehilangan nyawa, siapa bawa berita Inijl harus siap mendapat penganiayaan, berani bawa berita Injil “saya akan hantam kamus upaya kamu tidak berani lagi berbicara”. Maka banyak orang sudah mengalami aniaya, ancaman, tapi kita lihat berita Injil tidak pernah gagal untuk menyebar. Di mana tempat paling menentang, justru di situ paling banyak bombardir berita Injil. Tapi Tuhan mengingatkan di dalam ayat 4 dan selanjutnya, Tuhan akan tetap pelihara. Jangan bawa pundi-pundi, jangan bawa bekal, jangan bawa apa pun. Ini punya pengertian yang kita tidak tafsirkan secara literal tapi secara refleksi. Yang terjadi pada waktu itu kita refleksikan dalam hidup kita sekarang. Yang kita bisa dapat adalah Tuhan menjanjikan, Tuhan pasti pelihara.

Meskipun di tengah serigala tapi Tuhan pelihara, itu jauh lebih baik dari pada di tengah sorga yang enak tapi tidak ada Tuhan. Lalu dalam bagian selanjutnya, ayat 6 dikatakan “jangan beri salam kepada orang yang tidak layak”, maksudnya adalah dalam pelayanan penginjilan Saudara akan bertemu dengan orang yang layak dapat dalam anugerah Tuhan, tapi ada juga orang yang terus menghina berita Injil, orang seperti ini tidak layak dapat. Saudara bawa berita Injil, mereka hanya bisa mencemooh, Saudara bawa berita tentang Kristus yang agung, mereka membalas dengan cemoohan mereka yang kurang ajar. Orang seperti ini tidak layak mendapatkan investasi waktu kita yang terlalu banyak. Banyak orang yang menjawab dengan perkataan yang santun. Tapi ada orang yang dari awal sudah menghina, dari awal sudah tidak mau mendengar. Saya bergumul bersama Tuhan, apakah saya harus kunjungi lagi. Adakah orang yang awalnya menghina tapi kemudian terima? Ada, tapi dia mengatakan “di dalam penilaian saya yang terbatas, saya harus pilih untuk pergi tinggalkan dan pergi Injili orang lain lagi. Karena mungkin ada 20 atau 30 yang menunggu berita Injil terhambat karena saya terlalu lama dengan 1 orang itu”. Jadi ini juga ada peringatan, tidak semua orang akan terima berita Injil, ada yang belum terima, ada yang terus menghina. Yesus mengatakan kepada para murid “kamu tiba di satu kota, kamu ditolak, pergi tinggalkan kota itu, karena kota itu tidak layak mendapat damai sejahteramu”. Bahkan Yesus memakai kalimat yang sangat indah bagi kita tapi menakutkan bagi orang lain, Yesus mengatakan “kalau orang itu berhak menerima damaimu, damaimu akan turun kepada dia. Kalau tidak, damaimu akan kembali kepadamu”. Maksud dari kembali kepada kita adalah ada orang lain lagi yang pasti dapat. Jadi satu orang menolak, kita tahu damai sejahtera ini akan diterima oleh orang lain. Jadi seolah-olah Yesus mengatakan “satu tolak, kamu simpan, nanti kasi ke orang lain”, kira-kira seperti itu. Maka bagian selanjutnya mengatakan “jika kamu masuk dan ditolak, serukanlah juga debu kota yang melekat pada kaki akan dikebaskan. Tapi ketahuilah pada hari penghakiman, Sodom akan lebih ringan dari kota itu”. Saudara tahu apa yang menimpa Sodom, ada belerang dan api turun dari langit menghancurkan kota itu. Dan Tuhan mengatakan yang tolak berita Injil keadaannya akan lebih parah dari kota itu. Ini membuat kita sangat gentar waktu memberitakan dan sangat berharap orang mau terima, karena kalau tidak terima akan mendapatkan nasib jauh lebih parah dari pada Sodom. Lalu ayat 13-16 Yesus menutup dengan kata-kata celaka bagi kota-kota yang sudah ditinggalkan dan menolak Dia. Yesus mengatakan “celakalah kamu”, tapi lihat yang Yesus tinggalkan tidak berperan lagi dalam pelayanan Yesus selanjutnya. Sebaliknya, kota-kota depan yang Tuhan bukakan inilah yang menjadi buah sesungguhnya dari pelayanan Kristus. Lalu dikatakan Kota Tirus dan Sidon akan lebih ringan tanggungannya.

Maka kalau Saudara belum pernah memberitakan Injil, coba lakukan, Saudara akan melihat Tuhan tidak pernah tinggalkan. Saudara berdoa minta kekuatan dari Tuhan dan mulai berbicara tentang Krsitus, Saudara sekali lakukan setelah itu Saudara akan lakukan lagi, lakukan lagi, terus lakukan. Karena Saudara tahu waktu berbicara tentang Injil, Tuhan tidak tinggalkan. Menikmati disertai Tuhan itu adalah poin yang sangat indah waktu kita mau mengabarkan Injil Tuhan. Dan inilah yang diajarkan Tuhan Yesus meskipun Betsaida. Khorazim dan Kapernaum sudah tinggalkan Dia, ternyata ada 36 kota lain yang Tuhan bukakan untuk InjilNya. Kiranya Tuhan menggerakan kita juga memberitakan Injil Tuhan.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Langkah Iman dan Meninggalkan Dosa

(Ibrani 12:1-2; 11:1-3,6,10,13-14,16,39-40)
Di dalam pasal 11 ada contoh yang banyak sekali dari orang-orang yang mempunyai iman yang benar. Dan hari ini kita mau belajar apa iman yang benar itu? Setelah itu kita kaitkan dengan pasal 12 yaitu setelah kita mempunyai saksi iman marilah kita bertekun di dalam perlombaan yang diwajibkan kepada kita. Apa itu beriman? Mengapa orang boleh menyebut diri mereka beriman? Mengapa ada yang mengklaim iman tapi ternyata palsu dan kosong dan sebagian ada yang mengklaim beriman lalu mendapatkan kesaksian dari rekan-rekan yang hidup bersama dengan dia mau pun generasi selanjutnya bahwa ini adalah orang yang sungguh beriman. Mengapa ada orang yang dijuluki inilah orang yang sungguh-sungguh saleh, tetapi ada juga orang yang meskipun mengklaim beriman tapi tetap menjadi batu sandungan seumur hidup di dalam pandangan orang lain. Apa iman sejati itu? Mengapa ada orang beriman dan menjalankan kehidupan penuh dengan kelimpahan? Sebaliknya ada orang yang mengaku beriman tapi terus berada dalam keadaan yang lama. Pasal 11 sangat penting untuk memberikan kepada kita pengertian apa itu beriman. Pada ayat pertama dalam pasal 11 dikatakan bahwa iman adalah dasar dari pengharapan dan bukti dari yang tidak kita lihat. Kita kalau baca Kitab Suci jangan sembarangan tafsirkan apa yang dimaksudkan di sini. Karena kadang-kadang kalau kita membaca ayat sesudahnya ternyata penjelasannya ada. Dalam ayat 3 dikatakan karena iman kita mengerti bahwa alam semesta telah dijadikan oleh Firman Allah, sehingga apa yang kita lihat itu terjadi dari apa yang kita tidak bisa lihat. Saudara lihat ciptaan ini, Saudara harus tahu bahwa semua yang terjadi, semua yang bisa kita lihat, semua yang bisa kita jalani, raba, alami, saksikan, semua terjadi dari hal yang tidak kelihatan. Ini merupakan pernyataan iman yang sangat penting karena orang yang percaya Allah mencipta adalah percaya juga Allah itu mencipta dengan tujuan. Allah tidak pernah mencipta dengan cara random dan tidak utuh.

Waktu Tuhan mencipta, kita tidak boleh berpikir Dia hanya pencipta dunia natural yang bekerja dan berlangsung sesuai dengan hukum yang sudah Dia terapkan. Tapi Dia mencipta dunia untuk dikuasai, ditaklukan, ditundukan oleh Tuhan sendiri, dinikmati oleh Tuhan dan oleh ciptaanNya. Maka di dalam ciptaan yang Dia rancang, ada kehendak ciptaan ini mau dijadikan apa, ada proses yang nanti makin membukakan kita Tuhan mau lakukan apa. Inilah yang orang beriman lihat, saya percaya Tuhan saya adalah Tuhan yang mencipta, tapi bukan hanya itu Dia juga adalah Allah yang mempertahankan yang terus bekerja sampai sekarang, yang terus pimpin ciptaan ini ke arah mana. Dalam Institutio, dalam buku mengenai predestinasi, mengenai kedaulatan Tuhan, Calvin mencatat orang Kristen itu bukan orang yang percaya Tuhan mencipta lalu selesai, orang Kristen itu adalah orang yang percaya Tuhan sampai sekarang masih bekerja dalam ciptaanNya karena Dia punya kehendak. Dan apa yang Dia mau belum genap sekarang karena masih dalam proses menuju penggenapan. Sehingga orang yang beriman tahu ini duniaNya Tuhan, ini semua milik Tuhan dan Tuhan sedang kerjakan semua ini untuk dibawa ke dalam satu tahap yang lebih baik nanti menuju kepada tahap yang sempurna dalam waktuNya Dia. Aku hanyalah penonton yang melihat Tuhan mau kerjakan apa, aku tidak tahu nanti akan jadi apa, tapi aku tahu kalau Tuhan kerjakan pasti akan makin baik, menuju kepada kesempurnaan yang sudah Dia buat. Inilah yang dimiliki orang beriman. Sehingga waktu orang melihat Tuhan dan dunia ini, dia langsung kaitkan bahwa Tuhan yang aku sembah adalah Tuhan yang bukan hanya mencipta tapi juga mempertahankan ciptaan ini, mempunyai kehendak untuk dinyatakan dan akan digenapi di dalam ciptaan. Maka orang-orang yang kenal Tuhan dengan cara yang salah, selalu melihat Dia sebagai jalan keluar dari kehidupan yang dia rancang sendiri. Saya mau rancang sendiri kehidupan, tapi begitu masuk dalam tahap “saya tidak tahu mau kemana”, baru saya panggil Tuhan. Jadi selama saya belum panggil Tuhan, mohon Tuhan tetap tenang tinggal di sorga, tidak ganggu hidup saya dulu, tidak perlu campur dulu, nanti kalau saya perlu, saya telefon, kalau saya perlu saya akan doa, kalau saya perlu saya akan rajin ke gereja sedikit. Maka ada kalimat ini dalam Institutio, dikatakan bahwa orang-orang kafir, orang-orang yang tidak percaya itu bukan saja orang yang mengklaim diri atheis “saya atheis, saya tidak percaya Tuhan”, lalu Saudara bilang “puji Tuhan saya bukan atheis, saya percaya Tuhan ada. Saya tahu Tuhan ada”. Tapi Calvin bilang “engkau tahu Tuhan ada, tapi engkau kurung Dia di sorga. Sama saja dengan menganggap Tuhan tidak ada”. Itu sebabnya orang yang sungguh beriman akan mengatakan “Tuhan, ini duniaMu, saya tidak melihat Engkau, tapi saya melihat dunia yang Engkau ciptakan. Dan saya tahu Engkau ciptakan dunia, Engkau tidak hanya mencipta, Engkau punya kehendak. Engkau ingin kerjakan sesuatu, saya ingin tahu apakah itu yang Engkau mau kerjakan? Saya ingin tahu setelah Engkau kerjakan, setelah Engkau nyatakan kepadaku, bolehkah saya berbagian juga? Kalau Tuhan mempunyai karya yang Tuhan mau nyatakan, bolehkah saya mengetahui itu dan bolehkah saya berbagian di dalamnya?”.

Itu sebabnya ketika Tuhan menyatakan diriNya kepada Abraham, Tuhan panggil Abraham keluar dari tempat orang tuanya ke tempat yang akan dituju, Abraham taat. Iman berarti saya lihat apa yang orang lain belum lihat. Iman berarti Tuhan berfirman dan Tuhan berfirman selalu memberikan perintah dan janji. Pak Tong mengatakan Tuhan tidak pernah perintah tanpa janji dan Tuhan tidak pernah janji tanpa perintah, selalu dua ini berkait. Tuhan memberikan perintah tapi selalu ada janji dibaliknya. Tuhan memberikan janji, tapi ada juga perintah yang harus kita jalankan. Tuhan tidak pernah tuntun Israel keluar dari Mesir, suruh mereka lintasi padang guurn dan tidak memberikan pengharapan apa-apa di depan. Dia mengatakan “keluar dari Mesir dan engkau akan pergi ke tanah yang berlimpah susu dan madunya”, Tuhan selalu berikan janji. Tapi jangan lupa ada perintah juga. Orang-orang yang mau ikut Tuhan dengan ketat akhirnya hancur adalah orang yang cuma lihat perintah tapi gagal lihat janji. Ada lagi orang yang rasanya lihat janji tapi tidak peduli perintah. Tapi Abraham melihat kedua-duanya, dia tahu Tuhan perintah dan dia tahu Tuhan janjikan sesuatu, Tuhan janji keturunannya akan menjadi banyak. Keturunannya akan mewarisi tanah yang Tuhan janjikan dan melalui keturunannya seluruh bangsa di bumi akan dapat berkat. Dia lihat ini, dia beriman pada Firman Tuhan dan dia jalani. Dia lihat jelas sekali, dia lihat Tuhan akan dirikan kota, akan menyatakan berkat, akan menyatakan janjiNya, dan dia percaya itu. Mengapa dia bisa percaya? Karena dia melihat hal yang mata fisik tidak lihat, tetapi yang mata iman bisa lihat. Begitu banyak kali kita menjadi orang Kristen hanya lihat apa yang mata fisik bisa lihat, kita hanya lihat apa yang sesuai pengalaman biasanya terjadi, kita hanya lihat apa yang di depan yang berdasarkan pandangan mata kita nyata, itu yang kita anggap nyata.

Satu kali seorang bernama Thomas Aquinas dari abad 13 tulis buku tentang membuktikan Tuhan lewat 5 jalan. Jalan pertama adalah jalan sebab, kamu lihat semua ada penyebab, penyebab pertama yang tidak disebabkan oleh yang lain itu harus kamu pertimbangkan ada. Dan kalau kamu sudah setuju dia ada, saya beri tahu itu hanya mungkin Tuhan saya. Lalu hal yang kedua, kamu melihat semua bergerak pasti ada yang gerakan, semua akibat terjadi karena sebab. Tapi sebab yang ini pun disebabkan oleh yang lain. Tetapi ada penyebab yang tidak disebabkan oleh yang lain. Lalu ada penggerak yang tidak digerakan oleh yang lain, ini Tuhan saya. Dia lanjutkan lagi argumen, segala sesuatu yang di dunia ini pernah tidak ada, kalau semua pernah tidak ada pasti ada titik, ada saat dimana tidak ada apa-apa. Dan dari tidak ada tidak mungkin jadi ada, itu sebabnya dia mengatakan yang bisa tida ada tidak mungkin jadi satu-satunya keberadaan, harus ada tidak mungkin yang tidak ada, baru yang mungkin tidak ada menjadi ada. Harus baca baik-baik, argumen dia ternyata kuat. Lalu ada keindahan di dunia ini, kamu tahu ada yang indah dan kurang indah, ada yang cantik dan kurang cantik, ada yang cantik dan cantik sekali, ada yang cantik sekali dan cantik saja. Lalu Saudara mulai pikir mengapa ada standar cantik, kurang cantik, indah, kurang indah? Karena ada keindahan sempurna, baru saya bisa menentukan yang lebih dekat keindahan sempurna itu lebih baik dari yang lebih jauh. Itu sebabnya yang indah sempurna harus ada, dant itulah Tuhan saya. Hal yang terakhir, engkau tahu segala sesuatu di dalam dunia ini seperti ada tujuan dan itu memang ada. Siapa yang design tujuan? Sang designer, siapakah sang designer yang merancang semua ini? Itulah Tuhanku. “Jadi kamu membuktikan Tuhanmu lewat 5 jalan ini?”, Thomas Aquinas dengan unik mengatakan “belum lengkap”. “Belum lengkap? Lalu setelah kamu beri 5 argumen, mau apa lagi kamu?”, “saya membuktikan hal terakhir yaitu bahwa Tuhanku tidak bisa diselidiki keberadaanNya sama seperti keberadaan yang lain”. Kamu tidak bisa mengukur adanya Tuhan sama seperti mengukur adanya yang kelihatan. Jadi Tuhan beda dengan yang kelihatan. Yang kelihatan bisa dilihat, Tuhan penyebab yang bisa kamu lihat. Yang kelihatan bisa kamu raba, Tuhanlah penyebab yang bisa kamu raba. Dia tidak bisa kamu raba. Ini argumen yang sangat kuat dari Thomas Aquinas, membuktikan bahwa apa yang kamu lihat belum semua.

Tuhan tidak bisa kita ketahui kecuali mengetahui Dia dengan Firman. Sebab Tuhan berkata-kata, maka kita bisa mengenal. Dan karena Firman kita mengetahui Tuhan menjadikan yang kelihatan melalui FirmanNya yang belum kita lihat. Jadi waktu kita kenal Tuhan langsung ada arah, Tuhan menciptakan segala sesuatu, untuk apa Dia ciptakan? Demi kemuliaan Dia, demi kebahagiaan ciptaan, demi kesejahteraan, demi kedamaian, demi menikmati Dia di dalam seluruh ciptaan. Ketika seluruh tujuan kita pahami maka tinggal sekarang kita menggumulkan “aku ada di dalam bagian apa di dalam keseluruhan ciptaan”. Saudara kalau tidak tahu keseluruhan, bagaimana mungkin kita bisa mengerti ada di mana dan melakukan apa. Waktu Tuhan menyatakan diri, kita mungkin tidak tahu dengan tuntas, dengan detail, tapi gambaran besar kita tahu. Gambaran besarnya adalah Dialah yang mencipta dan Dia akan sempurnakan ciptaan ini. Ini gambaran besar yang simple, ini gambaran besar yang tidak perlu pemikiran terlalu canggih, terlalu rumit. Itu sebabnya orang-orang yang beriman, yang punya pemikiran sederhana pun tahu kalau Tuhan yang punya seluruh ciptaan ini maka apa pun yang Dia perintahkan, saya mesti jalan. Inilah iman yang mengerti secara total bahwa Tuhan pencipta, Dia menciptakan dari yang saya tidak lihat, yang kelihatan bukan semuanya, ada yang tidak kelihatan yang menopang yang kelihatan ini. Dan yang tidak kelihatan itu mencipta, Dia pasti punya kehendak, Dia punya keinginan, Dia ingin menjalankan apa yang sudah Dia ciptakan berdasarkan kehendakNya. Maka dengan pengertian ini kita mulai merombak beberapa hal, hal pertama saya mulai merombak menyusun hidup tanpa melibatkan Dia. Dalam khotbah relay kemarin Pdt. Stephen Tong mengatakan siapa yang mau hidup dengan cara sendiri, dengan kekuatan sendiri, sedang meresikokan penyertaan Tuhan. Saudara mau meresikokan penyertaan Tuhan? Mau jalani hidup dengan resiko Tuhan tidak sertai? Silahkan. Tapi kalau Saudara mau Tuhan sertai, tidak mungkin bisa dilakukan tanpa Saudara menyerahkan semua kepada Tuhan.

Kita terlalu banyak informasi masuk akhirnya kita remehkan. Pokoknya Tuhan berfirman, nanti saja saya berespon. Tidak bisa begitu. Abraham dengar, langsung berespon. Saudara dengar, langsung belajar berespon. Firman Tuhan harus menjadi nyata, Firman Tuhan benar-benar nyata, karena Tuhan berfirman dan semua jadi. Maka Firman Tuhan jauh lebih nyata dari yang ada, karena yang ada pun ditopang oleh FirmanNya. Itu sebabnya ketika Tuhan berjanji, harus lihat janji ini benar-benar nyata, benar-benar terpampang di depan, lalu Saudara mengatakan “kalau ini yang Tuhan janjikan, aku mau jalan ke situ, seberat apa pun, sesulit apa pun, ini mau aku tuju”. Tuhan mau mendirikan kotaNya yang agung, mau memberikan damai sejahtera di bumi bagi orang yang mau datang kepada Dia, maka aku akan bekerja sekeras mungkin, segiat mungkin untuk menjadikan pekerjaan Tuhan jadi. Ini yang kita bisa pelajari dari Abraham. Maka pasal 12 mengatakan jangan dirintangi oleh dosa. Hidup kita akan selalu ada beban di pundak, entah itu beban yang Tuhan bebankan karena kita melihat visi dan janji Tuhan, atau itu adalah beban dosa dengan tawaran dan janji yang penuh kemunafikan dan kepalsuan. Saudara pilih yang mana? Banyak orang Kristen tetap pilih pikul dosa. “Saya pikul dosa saja, saya menikmati dosa ini, saya taruh di pundak saya dan saya jalan dengan beban ini meskipun berat meskipun senang”, tapi justru ini yang menghancurkan hidup manusia. Seorang teolog mengatakan bahwa janji Tuhan memberikan kelegaan, sedangkan kenikmatan dunia memberikan satu perbudakan kepada kesenangan palsu, kecanduan. Saudara ikut kenikmatan dari dunia yang palsu, Saudara akan terikat untuk memuaskan diri tanpa pernah merasa puas. Orang kalau sudah pakai obat bius, begitu jauh dari obat, badannya akan sakit, menggigil, lalu dia hanya mungkin ditenangkan kalau dia makan obat lagi. Tetapi orang yang mengikuti Tuhan mempunyai kesempurnaan yang limpah, yang memberikan kelegaan dan damai yang sejati. Maka itu ketika Tuhan menjanjikan siapa mengikut Tuhan, Tuhan akan mengijinkan dia berbagian di dalam kota yang indah, dalam masyarakat yang indah dalam pembaruan yang Tuhan akan kerjakan, mari itu yang kita lihat. Seperti Abraham melihat ini jelas, mari kita lihat ini dengan jelas, mari kita rela jalan bukan dengan dosa. Tanggalkan dosa lalu siap pikul beban apa yang Tuhan mau bebankan. “Tuhan, untuk pekerjaanMu jadi, aku harus kerja apa? Lalu beban itu harus aku pikul seberat apa, silahkan. Tapi tolong bebaskan aku dari dosa, biar aku copot beban dosa, biar aku lepas beban dosa ini dan aku mau pikul apa pun salib yang Tuhan mau berikan”. Maka ayat 2 mengatakan mari belajar kepada Yesus yang memimpin kita di dalam iman. Yang lain saksi iman, Yesus pemimpin iman. Yang lain bisa Saudara contoh, Yesus harus Saudara pegang, harus ikuti dan harus menjadi penyelamat yang di dalamnya Saudara bisa mendapat anugerah. Itu sebabnya Alkitab di dalam Ibrani 12:2 mengatakan mari melakukannya dengan mata yang melihat kepada Yesus. Yesus mengabaikan kenikmatan sorga untuk membawa di dalam dunia apa yang menjadi kehendak Tuhan.

Maka bagaimana beriman? Hal pertama, saya tahu Tuhan pencipta semua, Tuhan pemilik semua, Tuhan menginginkan kehendakNya nyata di dalam ciptaan ini. Kedua, kalau Tuhan ingin kehendakNya nyata, saya juga tahu kehendak Tuhan itu pun baik bagi saya, yang Tuhan mau tidak mungkin buruk bagi saya, Tuhan tidak pernah berikan karya besarNya untuk menghancurkan manusia, jadi apa yang Dia rancangkan bagi saya pasti baik untuk saya. Apa yang Dia mau tuju, apa yang Dia mau kerjakan, pasti baik, dan ini janji yang saya pegang. Lalu hal ketiga, berapa pun sulit, berapa pun tidak masuk akal, berapa pun tidak bisa kita lihat, tapi dengan mata iman kita tahu “kalau saya mati-matian berjuang untuk menyatakan kehendak Tuhan, saya akan mendapatkan janji kota suci yang Tuhan akan nyatakan itu. Janji Tuhan yang Tuhan genapi dalam damai sejahtera dan sukacita akan menjadi milikku. Mari kita lakukan dengan hati yang mau ikut Tuhan dan pundak yang bebas dari belenggu dosa. Kiranya Tuhan menguatkan kita, saya sungguh berharap di tahun 2016 kita boleh melangkah bebas dari dosa dan mengikuti Tuhan. Semangat yang limpah untuk melihat kehendak Tuhan jadi, baik di tahun ini, tahun akan datang dan tahun-tahun seterusnya selama kita masih hidup dalam dunia ini.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Kristus Mengasihi Dunia Ini

(Yohanes 1: 14-18, Yohanes 3: 16-17)
Agama yang menekankan kehidupan di luar dunia ini, agama yang menekankan hal-hal yang sifatnya melampuai dunia atau other worldly, sesuatu yang sifatnya mistik. Mistik yang dimaksud bukan terkait dengan semua dongeng tentang hantu, tetapi mistik yang dimaksud adalah yang melampaui dunia ini, melampaui yang kelihatan, melampaui apa yang kita saksikan sehari-hari. Penekanan kepada yang tidak kelihatan, ini sangat jelas baik di dalam Yohanes mau pun Kolose, Efesus. Di dalam surat Paulus yang lain, Paulus mengatakan Kristus adalah Mesias, Anak Daud, Anak Abraham, Dia adalah yang menggenapi yang Tuhan nyatakan dalam Perjanjian Lama. Tetapi di dalam Kolose maupun Efesus, Paulus membahas Kristus adalah yang melampaui semua ciptaan ini, melalui Dia ciptaan dijadikan. Dia adalah yang lebih besar dan mencakup seluruh dari ciptaan ini, Dia tidak sama dengan ciptaan tapi Dia menjadi yang sulung, yang pertama yang dibangkitkan dari antara orang mati. Ketika Yohanes menulis, kemungkinan besar salah satu target orang pembaca mula-mula adalah jemaat di Efesus. Kelompok orang Efesus percaya ajaran yang nanti akan berkembang jadi gnostik. Ajaran gnostik adalah mengajarkan bahwa kita mempunyai pengetahuan baru kita mempunya kesempurnaan dalam pengertian, baru kita juga mempunyai tahap kehidupan yang lebih tinggi. Kalau kita sadar materi itu jelek, kalau kita sadar bahwa dunia ini adalah dunia yang bobrok dan tidak ada hal yang baik, maka kita mulai mencari pengetahuan yang lebih tinggi bahwa ada hal yang sifatnya non materi dan itu lebih baik. Maka ini merupakan satu pengaruh yang terus-menerus berkembang dari ajaran Yunani, hal yang sifatnya materi tidak penting, hal yang sifatnya duniawi itu rusak, hal yang sifatnya rohani, non-material, hal yang sifatnya ide, sorga itu yang jauh lebih penting. Maka yang penting itulah yang harus kita capai. Kalau kita masih ditipu oleh sense, oleh indera, oleh pengalaman, kita orang remeh. Tapi kalau kita mencari itu dengan melepaskan keterkaitan yang sifatnya duniawi, kita akan mendapatkan pengetahuan dan kesempurnaan. Inilah ajaran yang coba dilawan sebelum nanti berkembang menjadi ajaran yang masuk dan mempengaruhi gereja.

Maka surat-surat Paulus bagian Kolose dan Efesus menekankan hal yang membahas dunia yang lain, tetapi mengaitkannya ke dunia sekarang, membahas hal yang sifatnya ideal dan sorgawi tetapi mengaitkannya dengan sangat kepada apa yang terjadi di sini. Maka secara unik kalau Saudara membaca Yohanes, Saudara akan menemukan sungguh kitab ini di luar dunia sekaligus ada di dalam dunia. Kitab Yohanes mengakhiri kitabnya dimana? Yohanes waktu menulis tidak mengakhiri dengan Kristus pergi ke sorga, Yohanes mengakhiri dengan percakapan Kristus dengan Petrus. Mengapa ditutup di sini, mengapa tidak ditutup waktu Yesus pergi ke sorga? Karena kitab ini secara pradoks, secara unik membahas keadaan di luar dunia ini sejaligus membahas keadaan di sini. Maka apa yang Kristus bahas adalah menekankan sifat dunia lain. Kitab-kitab ini menekankan yang di dunia sana, tapi juga dengan sangat ketat membahas di dunia ini. Yang di dunia sana tidak pernah dibahas tanpa mengaitkan yang di dunia ini. Maka Yohanes mengatakan “pada mulanya adalah Firman. Firman itu bersama-sama dengan Allah, Firman itu adalah Allah”, Dia ada bersama Allah, tapi langsung dikatakan juga Firman itu telah menjadi manusia dan berdiam di tengah-tengah kita, membuat tendaNya di tengah-tengah kita semua. Dan kitab ini terus membahas Yesus yang mengatakan “Aku datang dari atas”, dan Dia mengatakan “setiap orang yang adalah milikKu juga datang dari atas. Aku dari atas dan engkau semua juga dari atas”. Pdt. Billy menafsirkan ini dengan sangat baik, dia mengatakan karena Yesus dari atas maka Dia bisa turun, manusia di bumi dari bawah cuma bisa naik, cuma mau naik, karena kita dari bawah kita ingin menjadi lebih tinggi, karena kita di bawah kita ingin kemuliaan yang lebih. Tapi karena Kristus dari atas, Dia tidak perlu cari kemuliaan, tapi Dia rela turun, rela merendahkan diri. Saudara hobi meninggikan diri ini adalah tanda bahwa Saudara adalah orang yang rendah, tetapi Kristus yang tinggi rela merendahkan diri. Dan Yesus mengatakan di dalam Injil Yohanes “kamu pun bukan dari dunia ini, kamu pun dari sorga”. Karena kita ada di dalam Kristus, kita pun ada di dalam Dia, kita pun dari atas. Sama seperti Dia dari atas, demikian kita dari atas. Sama seperti Dia yang dari atas bisa ke bawah, demikian juga kita yang dari atas bisa ke bawah. Sama seperti Dia yang dari sorga, boleh, rela datang ke dalam dunia, demikian juga kita yang adalah milik sorga, bisa dan rela datang ke dalam dunia, ini semua konsep yang luar biasa indah. Maka baik Yohanes mau pun Surat Kolose, mau pun Surat Efesus dengan luar biasa mulai pembahasan other worldly, dunia yang lain, tapi dengan sangat ketat membahas dari dunia lain itu sekarang ada di sini.

Yang dari sorga sekarang ada di sini, Dia ada di tengah-tengah kita. Ini merupakan cara yang digunakan Yohanes dan Paulus untuk melawan ajaran yang nanti berkembang menjadi gnostik, ajaran yang terus mengajarkan fisik itu memenjarakan jiwa, hal yang sifatnya materi membuat rohani sangat terkurung. Bagaimaan lepas dari hal yang bersifat mengurung ini? Abaikan, kamu abaikan hal yang duniawi kamu akan lebih sorgawi, kamu abaikan hal yang sifatnya tubuh, kamu akan jadi orang yang lebih sorgawi. Maka ini tanpa sadar juga masuk dalam ajaran Kristen, orang Kristen mulai berpikir dunia ini terlalu rusak, dunia ini terlalu jelek, dunia ini terlalu bobrok, jadi bagaimana caranya hidup dengan baik? Ya sudah tinggalkan dunia ini, bagaimana tinggalkan? Menyendiri. Itu sebabnya sejak dulu orang-orang yang mau rohani lebih baik, merasa satu-satunya kemungkinan rohani lebih baik, ya tinggalkan dunia ini. Terus tinggal di mana? Tinggal di padang gurung, di hutan, di padang belantara, tidak tinggal sama manusia. Maka ini menjadi suatu perputaran yang terus terjadi, lalu kita mengatakan “ya tidak apa-apa, yang kita lakukan ini kerja, tidur, kerja, tidur, kerja, dapat uang, liburan sekali-kali, nanti juga kan ke sorga, bukankah tujuan iman kita adalah ke sorga? Bukankah waktu kita percaya Yesus, kita ingin sampai ke sorga dan duni ini hanya halangan?”. Inilah tema yang coba dilawan oleh Surat Kolose, Efesus dan Injil Yohanes, dunia ini bukan cuma pengantaraan, cuma satu jalur transit untuk sampai di sorga.

Saudara pikir baik-baik, kalau dunia ini cuma menjadi jalur transit, mengapa Yesus menjadi manusia? Mengapa Yohanes 3: 16 mengatakan “karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini”. Dulu orang-orang Calvinisme mengatakan dunia itu artinya sekelompok orang pilihan. Jadi Yohanes 3:16 mengatakan “karena begitu besar kasih Allah kepada orang pilihan…bukan dunia”, jadi dunia itu artinya orang pilihan. Tapi saya bingung juga benarkah orang pilihan atau Tuhan mencintai dunia? Saya mencoba mencari commentary Calvin, ternyata dia bicara hal yang beda, dia mengatakan Tuhan mencintai dunia berarti dunia, karena Kitab Injil Yohanes berusaha memparalelkan kedatangan Kristus dengan Kitab Kejadian 1. Kejadian 1 mengatakan Tuhan menciptakan langit dan bumi, dan Yohanes mengatakan Yesus dari langit ke bumi. Maka waktu dikatakan Dia mencintai duni ini, yang dimaksud adalah Dia mencintai apa yang sudah Dia ciptakan. Allah begitu besar mencintai ciptaanNya, secara keseluruhan, secara total, maka Dia mengirimkan Anak TunggalNya untuk hidup di tengah-tengah dunia. Kalau dunia cuma tempat transit, mengapa Dia perhatikan dunia begitu besar? Kalau dunia cuma tempat transit, mengapa Dia menjanjikan langit juga bumi? Kalau ini sesuatu yang kita tidak mengerti, kita akan jadi orang yang mirip dengan gnostik, cuma memikirkan bagaimana nanti di sorga, bagaimana aku lepas dari dunia ini dan ke sorga, di dunia banyak penderitaan, banyak kesulitan, banyak penganiayaan, biarkan saja, memang dunia, kita kan sorga bukan dunia. Tapi kita lupa bahwa Tuhan menginginkan sorga dinyatakan di tengah-tengah dunia ini. Kadang-kadang orang Kristen tidak sadar punya pola pikir seperti ini sehingga sulit untuk mengalami kasih maupun kerinduan untuk adanya perbaikan. Karena orang Kristen dengan gampangnya mengatakan “sudahlah kalau dunia kacau biarkan saja, biarkan karena aku akan lari”, ini namanya konsep biara. “Masyarakat kacau, kita ngumpul sendiri”, “tapi kamu perlu berdagang sama mereka”, “apa boleh buat, kita berdagang setelah itu ngumpul lagi”. Terpisah dari dunia, ada yang rusak, lari, ada yang kacau, pergi, ada yang tidak beres, pergi keluar, dunia tidak beres, mari ke sorga. Ini namanya cara melarikan diri, orang Kristen tidak dipanggil untuk melarikan diri, ada kesulitan, lari, ada problem lari, ada apa-apa, lari, nanti kebanyakan lari terus sampai garis akhir Saudara akan menemukan hidup Saudara adalah pelarian dari hal-hal yang Saudara tidak sanggup hadapi. Orang Kristen tidak dilahirkan dari atas untuk pergi langsung ke atas. Orang Kristen dilahirkan dari atas, demikian kata Kristus, untuk menyatakan damai sejahtera, untuk menyatakan anugerah yang penuh dan kebenaran. Sama seperti yang dikatakan para murid “kami sudah melihat Dia, Yesus Kristus, penuh kasih karunia dan kebenaran”. Penuh kasih karunia dan kebenaran itu dilihat di sini, maka Tuhan tidak melihat bumi lalu menjadi muak karena itu. Tuhan melihat bumi, Dia muak karena dosa tapi mencintai bumi. Dia muak karena sistem rusak, tapi Dia mencintai orang-orang yang berada di dalam sistem itu. Dia muak karena kebobrokan, tapi Dia mencintai manusia yang sementara dikalahkan oleh kebobrokan. Itu sebabnya Yesus datang ke dalam dunia. Kalau tempat kita “pokoknya kamu percaya Yesus, lupakan bumi, yang penting nanti di sorga”, mengapa kita masih harus studi, mengapa kita harus bekerja, mengapa kita masih harus pikirkan dengan serius hidup di sini? Maka waktu Yesus datang pun, Dia datang dengan cara natural, meskipun tetap berbau cara supranatural. Dia hadir di bumi ini melalu iseorang perempuan, natural. Tetapi Dia hadir bukan karena perkawinan antara laki-laki dan perempuan, bukan karena pembuahan secara natural, ini sifatnya supranatural. Tapi yang supranatrual itu dinyatakan dengan cara yang natural. Tuhan menghargai semua proses yang terjadi karena Dia sendiri yang atur. Seorang manusia lahir ke dunia dengan cara dilahirkan seorang perempuan, Yesus pun melakukan hal yang sama, Dia datang ke dalam dunia dengan cara dilahirkan oleh seorang perempuan. Maka seorang perempuan melahirkan anak, ini bukan hal yang remeh, bukan hal yang jelek, bukan hal yang cemar, bukan hal yang Tuhan hina. Tuhan sangat meninggikan hal ini, sehingga waktu AnakNya datang pun, Dia datang dengan cara yang natural. Dan Dia menjadi bayi. Tuhan tidak pernah hina, Yesus pun pernah menjadi bayi. Maka waktu kita gendong seorang bayi, kita tahu begitu banyak berkat, anugerah dan kemuliaan Tuhan dinyatakan.

Di dalam Mazmur dikatakan “dari mulut seorang bayi, Engkau sudah menyatakan kekuatan untuk membungkam lawanmu”, itu juga bisa ditafsirkan bayi pun bisa berapologetika mengalahkan orang tidak percaya. Maka seorang bayi ketika dilihat begitu lucu, anggun, begitu indah sekali, dan kalau mamanya sendiri melihat bayinya pasti kelihatan bagus. Maka Tuhan menghargai proses seperti ini, Tuhan menghargai hidup, Tuhan menghargai segala pergumulan yang kita hadapi di dalam hidup, Tuhan menghargai bagaimana kita menjalani hidup. Itu sebabnya Kristus menjadi manusia, selain untuk menebus, Dia juga mau menyatakan bahwa kehidupan kita adalah kehidupan yang Tuhan mau hargai. Tuhan menjanjikan mau memberikan damai sejahtera bukan hanya nanti di sorga, tapi mulai dengan cara hidup yang penuh dengan anugerah dan kebenaran, di situ kita mulai menikmati damai sejahtera. Yesus mengatakan “Aku pun tinggal di bumi”, berarti bumi itu tidak seburuk yang kamu pikir. Benar bumi itu jatuh dalam dosa, tapi orang Kristen lihat ada penebusan, bukan meninggalkan. Maka makna Natal adalah momen dimana kita merenungkan hidup itu indah, hidup itu anugerah Tuhan, hidup itu dijalani dengan penuh bahagia karena Tuhan memang menginginkan ada bahagia dinyatakan dalam hidup. Begitu besar Dia mengasihi hidup di sini, sehingga Dia pun mau hidup di sini. Lalu bagaimana Dia hidup di sini? Apakah ada fasilitas khusus? Tidak, Dia menghargai kehidupan di tengah-tengah orang Kristen, Dia menjadi anak dari keluarga miskin. Maka Tuhan mengatakan menjadi miskin itu bukan sesuatu yang sangat buruk. Kecuali kalau Saudara miskin karena malas, itu lain hal. Tapi kalau Saudara diberikan anugerah menjalani hidup yang betul-betul pas, meskipun kerja begitu keras, ini pun anugerah. Karena Yesus tidak hina keluarga miskin, Dia adalah salah satu anak dari keluarga miskin. Yesus tidak hina kerja keras dari kelompok bawah, karena Dia adalah orang yang hadir di tengah keluarga kelas bawah yang kerja keras. Jadi Yesus sedang menyatakan di hari Natal, yang kamu kerjakan itu bukan hal yang buruk. Dosa memang buruk, tapi pekerjaan yang engkau kerjakan, hidup yang engkau jalani itu bukan hal buruk, Yesus pun datang ke sini.

Itu sebabnya Yohanes mengatakan waktu Yesus Kristus ada di dunia, Dia memberi terang. Salah satu terang yang Dia bagikan adalah terang mengenai bagaimana Tuhan memandang hidup manusia. Mari kita belajar untuk mempunyai bijaksana bagaimana memandang hidup kita, bagaimana memandang dunia, inilah hal pertama yang kita renungkan dalam Natal. Natal berarti Tuhan menyatakan bahwa Dia mencintai kehidupan di dunia ini, bahwa Dia mengirimkan Anak TunggalNya untuk hadir di sini. Kalau Dia tidak mencintai dunia ini, mengapa Anak TunggalNya hidup di dunia ini. Kalau Dia tidak menghargai proses kelahiran, pertumbuhan, kedewasaan dan akhirnya kesetiaan sampai mati, mengapa AnakNya dilahirkan bertumbuh dari bayi sampai dewasa lalu terus setia sampai mati. Kalau Dia tidak menghargai perjuangan menyatakan kebenaran, mengapa AnakNya hidup sebagai manusia yang menyatakan perjuangan kebenaran. Kalau Dia tidak menghargai usaha manusia bertahan hidup, mengapa AnakNya ada di dalam dunia dan bertahan hidup, sama seperti orang lain? Ini semua misteri yang besar sekali dan Natal adalah momen di mana kita merenungkan Tuhan mencintai hidup. Dan kalau Saudara mencintai hidup, Saudara baru bisa mencintai orang, karena orang yang Saudara cintai adalah orang yang hidup di sini. Kalau kita tidak punya jiwa seperti ini, Saudara pun akan sulit mengasihi. Maka waktu Saudara lihat orang lapar, Saudara mengatakan “saya mau beri kamu makan karena aku mencintai hidup di sini”. Waktu lihat orang sakit, Saudara mengatakan “saya ingin ada terobosan di dunia medis, karena saya mencintai hidup di sini”. Waktu ditanya “mengapa kamu mencintai hidup di sini?”, Saudara jawab “karena Anak Allah pun cinta hidup di sini. Yesusku hidup di sini, Yesusku jadi manusia, Yesusku jalani kesulitan, Yesusku jalani keharusan menjadi manusia dalam ketaatan kepada Tuhan”. Maka orang Kristen yang mengerti semangat Natal, makna Natal, dia akan berjuang dalam hidup, dia bukan lari dari dunia ini.

Hal kedua, Yesus Kristus datang ke dunia untuk menunjukkan Dia mencintai hidup di dunia ini dan Dia juga melihat keperluan akan penebusan. Yesus melihat kekacauan, apakah Dia sadar? Sadar, apa yang Dia lakukan? Menebus. Orang-orang pendiri biara melihat kekacauan, mereka sadar? Sadar, apa yang mereka lakukan? Mereka lari. Kita mau yang mana, lari atau melakukan sesuatu untuk adanya penebusan? Saudara bilang “politik itu rusak, mari ramai-ramai jauhi politik”, akhirnya kita menjadi rakyat jelata dan yang menjadi politikus selalu tikus karena yang kucing tidak mau, yang singa juga tidak mau. Saudara tidak bisa lari. Saudara tunggu mati baru nanti ada kesempatan meninggalkan dunia ini, untuk nanti kembali bersama dengan Kristus. Maka mari kita pikirkan Natal adalah momen dimana Sang Raja rela menjadi manusia, momen di mana Sang Allah rela menjadi manusia dan menjalani hidup sebagai manusia. Kalau begitu mengapa di Hari Natal kita malah ingin lari? Biarlah di Hari Natal kita dikuatkan untuk berjuang di tengah dunia ini, dunia bobrok perlu penebusan, dunia bobrok perlu ada anugerah. Tapi dunia ini tidak 100% borbok, Tuhan mencintai manusia yang ada di dalamnya dan Tuhan mencintai semua manusia yang Dia berikan anugerah untuk kemudian bisa datang dan hidup dengan benar. Maka biarlah kita memperjuangkan hidup yang benar karena damai sejahtera Tuhan akan memerintah di sini ketika Saudara menjalani prinsip yang benar dari Tuhan. Kiranya Tuhan memberikan kita kekuatan untuk hidup meneladani Kristus dan di dalam memperingati hari Natal kita mengingat ada satu semangat yang indah dari orang-orang Kristen untuk meneladani Tuhannya, yaitu Anak Allah yang rela jadi manusia pada Hari Natal.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Raja yang rela menderita

(Mazmur 2: 1-12; 22: 15-22)
Kita membaca 2 bagian dari Mazmur yang keduanya adalah nubuat tentang seorang yang di dalam Mazmur 2 adalah anak Daud yang akan berkuasa. Tapi di Mazmur 22 ada seorang yang menjadi korban di dalam kemalangannya karena ditindas dan juga disakiti oleh orang-orang sekelilingnya. Ini adalah 2 bagian yang sangat unik, yang satu seolah-olah menggambarkan pengharapan Israel tentang raja yang akan datang, sedangkan yang satu lagi adalah pengharapan orang Israel untuk mempunyai pengharapan di dalam keadilan Tuhan, mempunyai harapan di dalam perubahan dari keadaan yang ditindas menjadi keadaan yang bebas juga dilakukan oleh Tuhan. Ini merupakan bagian yang menggambarkan pengharpaan di masa depan. Mazmur 2 adalah pengharapan eskatologis, di sini dikatakan, ayat 7 “Ia berkata kepadaku: AnakKu engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini”, “pada hari ini” maksudnya apa? Sangat penting untuk memahami hari ini di dalam Mazmur 2:7, Tuhan berkata “AnakKu engkau! Engkau telah kupernakkan pada hari ini”, ini bukan berita kelahiran seorang anak, ini bukan berita proses kelahiran anak dari orang tuanya, tapi ini adalah proses pengangkatan sebagai raja. Istilah Anak Allah atau pun Anak Manusia di dalam Kitab Daniel, dan Anak Allah di dalam beberapa bagian Kitab Suci Perjanjian Lama itu berbicara tetntang raja. Waktu dinyatakan “Anak Allah Engkau”, ini berarti adalah Sang Raja. Maka dengan unik Alkitab mengajarkan kepada kita bahwa Kristus adalah Sang Anak Allah di dalam pengertian yang literal, Dia adalah Sang Anak dari Bapa. Tetapi juga dalam pengertian yang simbolik yaitu Dia adalah Sang Raja yang akan bertahta sampai selama-lamanya. Jadi ketika dikatakan “AnakKu Engkau”, ini adalah satu pernyataan bahwa Sang Anak itu akan dinobatkan menjadi Raja.

Kapan itu akan dilakukan? Dikatakan “hari ini”, “hari ini” itu kapan? Di dalam Alkitab perkataan “hari ini” selalu konsisten, ini merujuk pada zaman eskatologis nanti, pada hari murka Tuhan dinyatakan, pada hari penghakiman Tuhan dinyatakan, ini selalu bicara untuk keadaan masa depan. Maka ini adalah pengharapan masa depan. Daud mengatakan suatu saat akan ada anakku yang Tuhan juga nyatakan sebagai Anak Allah dan Dia akan bertahta di bumi. Ini bicara tentang kuasa Kristus yang tidak bisa dibandingkan dengan kuasa siapa pun. Bagian ini mengatakan pada waktu Dia dinobatkan menjadi raja di bumi ini, tidak akan ada raja-raja bisa bertahan melawan Dia, tidak akan ada orang-orang yang memberontak melawan Tuhan yang tidak akan ditaklukan di bawah kakiNya. Maka dikatakan di sini “hai raja-raja mulai sekarang sujudlah kepada Tuhan. Karena kalau engkau tidak memutuskn sujud sekarang, suatu saat engkau tetap akan dipaksa sujud”, maka kalau kita sujud dengan rela dan dengan perasaan kagum kepada Sang Raja, kita akan terus menjadi milikNya sampai selama-lamanya. Tapi kalau kita terus menolak Dia, melawan Dia dan memberontak kepada Dia, itu adalah hal yang percuma, suatu saat Saudara tetap dipaksa sujud di dalam kekerasan karena kita memberontak, tapi Dialah yang akan bertahta. Maka di sini ada penggambaran tentang kemuliaan kasih dan penerimaan dari Tuhan bagi orang-orang yang sudah sujud kepada Dia. Tapi juga akan ada murka dan pernyataan kemarahan bagi orang-orang yang memberontak terhadap otoritasNya.

Lalu apakah ini berkaitan dengan kekejaman konsep kuno tentang raja? Raja-raja jahat, galak, memaksa siapa pun yang tidak taat untuk tunduk? Sama sekali tidak, karena di sini dikatakan raja-raja yang tidak mau tunduk itu adalah raja-raja yang tidak bertindak bijaksana, tidak bertindak adil, yang tidak mau sujud untuk tunduk kepada Tuhan. Di ayat 3 dikatakan “mari kita putuskan belenggu, mari buang tali-tali mereka dari pada kita”, manusia di bumi yang menolak Tuhan adalah manusia di bumi yang juga menolak bertindak adil. Di dalam bagian lain di Mazmur dikatakan Tuhan berfirman di dalam sidang Allah, ini berarti sidang para raja, dan Dia mengatakan berlaku adil, bertindak sesuai kebajikan dan belalah hak orang miskin. Jadi Tuhan Yesus tidak akan menghancurkan orang yang tidak layak dihancurkan. Allah Bapa tidak akan menundukan orang dengan paksa untuk hancur di bawah kaki Kristus kalau orang itu tidak menjalani hidup yang bobrok, yang memberontak kepada Tuhan dan yang merugikan sesamanya. Orang yang setia kepada Tuhan dan menantikan Tuhan, pada suatu waktu Kristus datang, akan menjadi sekutunya yang ditinggikan oleh Dia. Ini merupakan gambaran yang unik yang terus dinyatakan dalam Kitab Perjanjian Lama. Sehingga orang Israel melihat pengharapan di dalam Tuhan adalah pengharapan karena Sang Raja yang baik ini akan dinyatakan. Inilah yang mereka nanti-nantikan, mereka senantiasa mengamati siapa raja kita sekarang, siapa pemimpin politik yang akan naik sekarang. Kalau kita melihat dalam Kitab Suci, pengharapan tentang politik, tentang raja-raja, tentang pemerintah, tentang pengaturan kota atau pun masyarakat jauh lebih banyak porsinya dari pada hal lain. Maka kalau kita tidak menikmati kebenaran ini kita akan sulit untuk melihat apa yang Tuhan lihat pada zaman ini. Waktu saya merenungkan bagian ini, saya bingung, maksudnya apa, akhirnya saya menemukan satu penerapan yang unik dalam pengalaman saya sendiri, yaitu ketika saya membaca Alkitab untuk kaitkan dengan hidup, saya sulit untuk mendapatkan kelimpahan yang dimaksud. Tapi waktu saya berubah, saya mempelajari Kitab Suci mau tahu kisahnya demi kisah itu sendiri, pada waktu itu dengan cara yang unik saya justru mendapatkan bijaksana banyak untuk diterapkan dalam hidup. Ketika Robert Morrison ada di Tiongkok, ketika dia sewa rumah, sangat miskin karena uangnya harus dia hemat, dia temukan fakta yang menyedihkan, tembok, atapnya bocor, lalu tetesan air hujan jatuh di atas Alkitabnya. Waktu dia lihat Alkitabnya sudah rusak, dia langsung sujud, berdoa sambil menangis, dia mengatakan “Tuhan, ambil uang atau harta yang lain, tapi jangan Alkitab, mengapa Tuhan ijinkan Alkitab saya basah dan rusak? Tidak ada kesenangan bagiku jika tidak ada Alkitab”, ini yang justru membuat orang menjadi menikmati Firman. Itu sebabnya waktu kita belajar menikmati, kita akan akrab dengan sejarah Israel, makin akrab mengapa Tuhan angkat raja ini, makin akrab dengan sifat Tuhan, makin akrab dengan cara Tuhan menangani sejarah dan kita akan temukan pada waktunya akan ada buah, pada waktunya kita akan bijak, pada waktu kita menghadapi satu situasi dalam hidup tiba-tiba kita ingat bukankah ini mirip dengan peristiwa di dalam Kitab Suci pada waktu itu?

Itu sebabnya waktu kita membaca Alkitab mari kita lihat dalam sejarah Tuhan mengerjakan apa, dalam Kitab SuciNya Tuhan melakukan apa, dan Israel yangs edang bergumul adanya perbaikan, mereka mengharapkan akan ada raja didudukan dan raja ini harus menjadi raja yang menguasai seluruh dunia. Raja ini tidak boleh menjadi cuma salah satu raja, seluruh raja lain akan sujud dan Dialah yang akan memerintah sampai selama-lamanya. Tapi dimana raja ini? Mereka terus bergumul mengharapkan adanya kebaikan Tuhan, mengharapkan adanya perbaikan di dalam keadaan masyarakat, mengharapkan Israel segera menjadi penakluk seluruh dunia melalui raja ini. Jadi mereka sangat mementingkan raja yang datang, raja yang memerintah dan yang menangani seluruh urusan yang rusak, yang kacau diperbaiki dan seluruh bangsa lain boleh ditaklukan. Ini merupakan kerinduan yang mereka panjatkan kepada Tuhan. Maka salah satu yang menjadi tema utama dalam pergumulan Alkitab adalah politik, mana raja yang baik, mana raja yang jahat, bagaimana bersikap di tengah kerajaan yang jahat, bagaimana bersikap di tengah kerajaan yang baik, bagaimana Tuhan memperlakukan raja yang jahat, bagaimana Tuhan memperlakukan raja yang baik. Alkitab mencatat banyak sekali bijaksana, ada seorang raja yang jahatnya bukan main, tapi ada satu peristiwa pertobatan pendek dan Tuhan ampuni dia. Ada seorang raja yang bernama Manasye yang bakar anaknya untuk jadi korban dipersembahkan kepada dewa-dewa kafir, Tuhan begitu marah dan Tuhan katakan “sejak saat ini Aku bersumpah hancurkan Israel”. Setelah Tuhan nyatakan ini. Manasye ditangkap, dibawa ke pembuangan dengan kait dimasukan ke dalam hidungnya. Dia sangat menderita, bayangkan dia dipaksa berjalan jauh dengan kait dimasukan ke hidung, dipenjara dengan hidung penuh darah, dengan luka yang mungkin akan membuat infeksi dan bisa menyebabkan kematian, dia berdoa “oh, Tuhan saya sudah menjadi tahanan, saya sudah tidak punya prajurit yang akan melindungi, saya tadinya raja sekarang tahanan yang tunggu membusuk dan mati. Tapi Tuhan tolong dan ampuni saya”, Tuhan mendengar doanya, maka Tuhan pulihkan dia, dia boleh kembali, kemudian mati. Setelah dia mati, Tuhan tetap jalankan akan membuang Israel. Jadi Tuhan mempunyai cara memperlakukan orang begitu unik, tidak sama, bijaksana Dia yang agung itu bisa kita lihat. Dan karena Tuhan menyatakan bijaksana yang agung ini paling banyak dalam porsi politik maka tidak heran kalau orang Kristen sebenarnya dituntut Tuhan untuk bergumul dan berjuang di bidang politik. Semua orang Kristen dipanggil Tuhan untuk dengan serius mendoakan dan berbagian di dalam perbaikan sosial. Inilah panggilan orang Kristen. Maka waktu kita berjuang, kita bertanya “siapakah teladannya?”, Alkitab mengatakan teladan satu-satunya adalah raja.

Dalam Perjanjian Lama, kita bertanya “raja yang mana?”, maka orang layangkan pandangannya kepada Daud, Daudkah? Tapi Daud juga punya kelemahan, maka Daud mengatakan “saya menyatakan penglihatan”, ayat 6 “Akulah yang melantik rajaku di Sion yang kudus, AnakKu engkau! Engkau telah kuperanakan pada hari ini”. Daud pun mengatakan bahwa ia yang telah menjadi contoh untuk raja yang agung “bukan aku melainkan AnakKu”, Sang Anak Allah yang akan ditinggikan inilah yang akan menjadi contoh mengenai bagaimana seseorang harusnya memerintah dan menyatakan keadilan Tuhan di dunia ini. Jadi mereka berharap setelah Daud, mana keturunan Daud itu? Bisakah itu Salomo? Ternyata tidak. Rehabeam? Ternyata tidak. Yosiakah? Ternyata tidak. Nanti sampai di pembuangan baru mereka sadar “kami sudah kekurangan kemungkinan lagi untuk mempunyai kerajaan yang mandiri. Sekarang kami jadi jajahan dan kami tidak lihat mana raja yang dijanjikan Tuhan yang menyatakan berkat, keadilan dan kebenaran”, ini menjadi pergumulan orang Israel terus. Mereka terus tanya, mereka terus cari, mereka terus berharap. Tapi ayat ini menjadi ayat yang menguatkan mereka untuk mempunyai bijaksana. Mereka waktu baca bagian ini mereka mengingat “oh, Tuhan sudah menjanjikan raja itu datang. Tuhan sudah janji, pasti dia datang”. Maka di sini orang Israel mulai membuat perbedaan, ada raja yang dijanjikan dan ada raja-raja lain. Dan yang ada dalam pikiran mereka berdasarkan Mazmur 2 adalah raja pilihan Tuhan akan hantam raja lain. Inilah yang mereka harapkan, tapi sayangnya mereka lupa mengkombinasikan ini dengan Mazmur 22. Waktu mereka baca Mazmur 22 ada orang yang menderita, ada orang yang diserang oleh musuhnya, orang yang merasa begitu sulit hidupnya, orang yang tenggelam di dalam ketidakadilan, orang yang terus diserang oleh orang-orang dekatnya, ini siapa ya? Ini sedang berbicara tentang raja atau nabi atau penderitaan orang Israel atau siapa? Mereka tidak sadar bahwa Mazmur 22 dan 2 berbicara tentang 1 orang. Kalau hanya bicara Mazmur 2, orang ini adalah orang yang sangat perkasa, kalau hanya bicara Mazmur 22 maka ini adalah orang lemah yang hanya jadi korban keadaan. Jadi mana mungkin Mazmur 2 dan 22 bersatu? Mana mungkin berita tentang raja yang agung dengan orang yang menjadi korban keadaan adalah bicara tentang 1 orang? Orang Israel tidak mengerti hal ini. Itu sebabnya murid-murid Yesus pun tidak mengerti, Yesus mengatakan “Aku harus pergi ke Yerusalem, menderita di situ”, Petrus bilang “tidak mungkin, Tuhan tidak mungkin melakukan itu kepadaMu”. Kristus menyatakan ajaran yang benar, tapi Petrus masih punya teologi sukses. Tapi ternyata Mazmur 2 perlu diseimbangkan dengan Mazmur 22. Di dalam Mazmur 22 justru dinyatakan raja itu baru menghancurkan ketika kesempatan bertobat ditolak, ini yang menarik. Jadi bagaimana Kristus bertahta?

Kristus bertahta tidak dengan menghancurkan lawan, Dia bertahta dengan cara memanggil lawanNya untuk menjadi bagian dari Dia, Dia bertahta dengan menebus. Raja dunia bertahta dengan menghancurkan, mengekspansi, menaklukan, Kristus bertahta dengan menebus. Dunia ini adalah dunia yang sudah jatuh menjadi milik setan karena kita sudah tunduk kepada dia. Tapi Kristus tidak datang untuk habisi semua lalu bawa umatNya untuk mewarisi, tidak. Dia datang pertama justru untuk menawarkan penebusan, inilah konsep Kristen, memerintah dengan menebus, menjadi penguasa dengan menebus, menjadi kepala dengan menebus. Alkitab mengatakan laki-laki cintai istrimu seperti Kristus mencintai jemaat dan menebusnya dengan menyerahkan nyawaNya. Kalau kita mau mengerti konsep kepemimpinan seperti ini, maka kita tahu tugas kita adalah menebus “aku berkorban, aku rela melakukan apa pun supaya orang yang aku mau menjadi tunduk kepadaku itu boleh menghargai aku sebagai pemimpin”. Maka Alkitab menggambarkan hal yang sangat unik, pemimpin tidak menjadi pemimpin karena paksaan, pemimpin tidak menjadi pemimpin karena punya kunci, punya kartu as yang kalau dibuka bisa menghancurkan yang lain, dia punya sesuatu yang bisa membuat orang terpaksa taat, itu bukan pemimpin gaya Yesus Kristus. Yesus Kristus tidak memimpin dengan cara kuasa, tidak memimpin dengan cara ancama, tidak memimpin dengan cara intimidasi, Dia memimpin dengan cara menebus orang-orang yang akan menjadi bawahanNya. Sehingga Mazmur 2 kalau tidak dicampur dengan Mazmur 22 membuat orang Israel pasti tolak Yesus. Yesus datang, lalu orang tanya “mana tentaraMu?”, Yesus mengataka n”aku mempunyai orang-orang yang memberitakan Injil”, mana kuasaMu?”, “kuasaKu tidak diberikan dari dunia tapi dari sorga”, “mana kerajaanMu?”, “kerajaanKu dari sorga, bukan dari dunia ini”, “kapan Engkau mengalahkan dunia ini?”, “ketika Aku mati di kayu salib”. Ketika Yesus berkorban di kayu salib, inilah momen penebusan yang membuat Dia berhak menjadi Raja. Dia menyebarkan kuasaNya dengan menyatakan “engkau termasuk umat tebusan, mari berbagian”. Inilah cara Kristus menyebarkan kerajaanNya. Di seluruh dunia Kekristenan merebut kembali Kerajaan Roma, Kerajaan Yunani, kerajaan-kerajaan yang besar pada waktu itu dan ditaklukan kepada Kekristenan. Bagaimana menaklukan? Dengan memberitakan Injil, dengan mengatakan “Kristus merebutmu dari murka Tuhan, mari percaya kepada Dia”. Sehingga ketika Kekristenan menyebar, kita lihat ada berita kasih dan ada berita pengampunan yang sama dinyatakan dalam Mazmur 22. Ada orang yang rela menjadi korban, rela menempatkan diri untuk ditindas, dihancurkan dan menjadi korban kerajaan yang rusak, untuk setelah itu menebus kerajaan yang rusak itu. Kristus menebus kerajaan apa? Yang pertama Israel, yang kedua Romawi, yang ketiga seluruh dunia. Israel adalah yang fitnah Dia supaya Dia mati, Romawi adalah alat yang dipakai Israel untuk membuat Dia mati di kayu salib. Tapi justru untuk dua bangsa inilah Dia mati, bahkan untuk bangsa-bangsa lain melalui 2 bangsa ini. Jadi siapakah Kristus? Raja, bagaimana Dia menjadi Raja? Dengan cara menjadi Penebus. Itu sebabnya kalau Saudara memahami hal ini, Saudara tahu Kekristenan menyebarkan pengaruhnya dengan pengaruh Injil, membuat daerah taklukan bukan dengan senjata atau mengusir orang, tapi dengan mengakomodasi mereka masuk ke dalam Injil. Kristus mati bagi lawanNya, supaya Dia dapat jarahan yaitu pertobatan lawanNya.

Mari kita hidupi cara Kristen seperti ini. Saudara mengatakan “sulit”, tapi saya akan mengatakan “bukan sulit, karena kita yang tidak mau melangkah. Bukan sulit, karena kita yang tidak mau bayar harganya”. Tapi bagi yang tidak mau bayar harga harap ketahui, waktu kita memutuskan mengikuti cara dunia ini, Saudara akan bayar harga jauh lebih mahal. Hidup suci tidak sulit, jauh lebih sulit hidup berdosa, jauh lebih sulit hidup dikukung oleh keinginan-keinginan yang tidak bisa lepas, jauh lebih sulit untuk mau lepas tapi tidak bisa, jauh lebih sulit hidup dalam masyarakat yang penuh dengan kekacauan karena orang terus berdosa, jauh lebih sulit untuk hidup dalam relasi yang rusak karena semua orang simpan dendam, itu sangat sulit. Keristenan menyatakan “kalau engkau ikut caraku, cara Kristus Tuhanku, engkau akan hidup dengan penuh bahagia”. Kiranya ini menjadi dorongan bagi kita untuk mendoakan dan menyadarakan kita betapa pentingnya ada kebangunan rohani.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Iman yang Memindahkan Gunung

(Lukas 9: 37-43a, Matius 17: 14-21)
Kita hidup dengan satu tujuan utama, gereja melayani dengan satu tujuan utama. Tapi waktu menjalani tujuan utama itu tetap ada hal-hal yang terjadi yang memerlukan perhatian dan terkadang kita mesti menyimpang dari jalur utama sebelum kembali menjalankan yang utama itu. Tapi hal-hal yang menyimpangkan kita tidak boleh membuat kita menjadi belok dari jalur yang utama itu. Kristus harus pergi ke Yerusalem dan Dia tidak pernah membatalkan rencana ini. Terkadang Dia harus pergi untuk bertemu dengan satu orang yang perlu, terkadang Dia harus menyembuhkan satu orang, kadang Dia harus menangani hal yang tidak sepenting tugas utamaNya. Tetapi hal-hal itu tetap mendapatkan perhatian Dia, namun hal-hal itu tidak membuat Dia beralih. Bagian ini adalah salah satu contoh yang indah di dalam berita di dalam pengobanan dan penderitaan Kristus, Lukas memasukan satu peristiwa pengusiran setan, pengusiran roh jahat yang membuat seorang mempunyai gejala sakit seperti sakit epilepsi, tetapi ternyata lebih dari itu, penyakit itu dengan sangat-sangat kuat menyeret anak ini dan membuat dia sangat sengsara. Di dalam kehidupan Kristus begitu banyak orang yang perlu Dia. Inilah hal yang kita bisa pelajari. Yesus mempunyai satu tujuan utama, tapi Dia mengijinkan ada satu belokan sebentar untuk menangani hal-hal di sekitar Dia. Demikian juga gereja Tuhan, punya satu tujuan utama tapi harus menangani hal-hal yang terjadi di tengah-tengahnya. Kristus Yesus tidak membuang orang-orang yang perlu, yang teriak mengatakan “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku”, membuat Dia berhenti dulu dari berjalan kemudian menangani apa yang diperlukan orang ini. Gereja tidak boleh menjadi tersesat hanya menangani hal-hal yang sifatnya insidental atau hal-hal yang sifatnya darurat tanpa melihat tujuan utama. Tapi waktu melihat tujuan utama, gereja tidak boleh buta terhadap hal-hal yang insidental yang tiba-tiba muncul, ini merupakan bijaksana dalan Injil Lukas yang sangat-sangat kental. Yesus Kristus tahu tujuan utamaNya tapi Dia juga menangani orang-orang yang ada di samping, yang meskipun tidak berkait dengan tujuan utamaNya atau mempunyai kepentingan lebih rendah dari tujuan utamaNya, Dia tetap memberikan anugerahNya. Yesus Kristus yang adalah Sang Juruselamat sejati, satu-satunya yang sanggup untuk memberkati seluruh dunia, waktu hidup di bumi ini pun hanya menolong orang yang bertemu dengan Dia dalam perjalananNya. Dia punya perjalanan yang jelas, dan siapa pun yang Dia temui dalam jalan itu, itulah yang menjadi orang yang Dia tolong. Maka ini yang disebut anugerah Tuhan dan respon yang Tuhan tuntut dari umatNya di dalam kehidupan dan lingkungan sekitarnya. Tuhan Yesus memberikan contoh ini, Dia menyembuhkan orang sakit yang mana? Yang Dia temui dalam perjalananNya, Dia tolong orang buta yang mana? Yang Dia temui dalam perjalananNya. Dia tolong anak yang sakit, yang mati dibangkitkan, karena apa? Karena ada orang yang bertemu dengan Dia di perjalananNya lalu minta Dia untuk tolong anaknya yang sedang sakit dan hampir mati. Maka ini menjadi prinsip kedua yang kita pelajari. Prinsip pertama, saya mempunyai tujuan dan saya tidak mengabaikan hal-hal yang terjadi di sekeliling.

Alkitab jarang membahas penyebab awal mengapa orang kerasukan. Alkitab hanya menyatakan ada orang kerasukan dan Yesus Kristus menyembuhkan. Ini merupakan hal yang indah sekali, yang Alkitab nyatakan, seolah-olah Alkitab menyatakan “saya tidak peduli apa awalnya, saya tidak peduli mengapa dari awalnya engkau melakukan ini, engkau terlibat ini, engkau mendapatkan ini, tapi yang dituntut adalah dari awal ke depan kira-kira apa yang harus engkau lakukan, apa yang Alkitab mau beritakan dari titik ini ke depan”. Maka Alkitab mencatat ada orang kerasukan dan Yesus Kristus menyembuhkan. Alkitab tidak catat dulunya dia main-main kuasa gelap atau dulunya dia melakukan ini, dulunya dia menyembah berhala dan lain-lain. Seolah-olah Alkitab mau menyatakan apa pun keadaan kita sekarang, datang kepada Tuhan dan kalau Tuhan berikan kesempatan untuk bertobat, jangan permainkan kesempatan itu. Itu sebabnya inilah bijaksana yang Alkitab coba ajarkan kepada kita. Kalau ada orang berdosa mau datang bertobat, Saudara tidak datang dengan penghakiman besar dulu, orang berdosa datang mau bertobat, kita akan katakan “apa pun masalah lalumu, Tuhan mau perbaiki. Tapi adakah kesungguhan untuk bertobat?”, kalau kesungguhan bertobat itu ada, Tuhan akan pimpin, tapi kalau kesempatan bertobat dipermainkan, saya tidak tahu apakah Tuhan akan tambahkan hukuman atau bagaimana. Tetapi pada bagian ini Yesus Kristus langsung mengusir setan itu dan orang itu bebas. Tetapi siapa orang ini? Tidak diberi tahu, berapa pentingnya dia? Sama sekali tidak diberi tahu. Dia hanyalah satu orang yang kurang berarti dari kumpulan kelompok orang yang begitu banyak. Inilah keindahan dari penyimpangan yang penuh anugerah yang Yesus kerjakan, Dia mau berjalan ke satu tujuan, tapi dia tolong orang-orang yang tidak penting yang ada di pinggiran itu. Ini sebabnya Injil Lukas menekankan tentang keagungan Kristus mencapai tujuan penebusan dan keagunganNya menjangkau orang-orang yang sama sekali tidak punya apa pun untuk dibanggakan waktu mereka datang kepada Tuhan. Maka Tuhan menangani, menolong dan memberi belas kasihan kepada orang yang sama sekali tidak layak mendapat belas kasihan, sangat tidak layak untuk disandingkan dengan tugas utama Kristus yang mulia.

Hari ini setelah kita membahas ini, saya ingin membandingkannya dengan Matius, karena Lukas mengajarkan kepada kita sifat Kristus yang punya tujuan utama yang jelas, tapi rela membagi hidupNya di dalam perjalanan menyelesaikan tujuan utamaNya dengan memberkati orang lain di sekitar. Hal kedua yang bisa kita pelajari, kita lihat dari Matius, dalam Matius 17: 14-21 ada ajaran yang baik, bukan hanya mengenai siapa Kristus tapi juga mengenai iman kepada Kristus. Siapakah Kristus? Dia adalah Juruselamat dunia yang punya belas kasihan kepada orang lain dan ini yang harus kita contoh. Kadang-kadang kita punya tujuan yang jelas, tapi kita kurang peka terhadap apa yang orang lain perlukan di sekitar kita. Bahkan orang-orang di sekitar kita menjadi gangguan bagi kita. Orang hidup di dalam dunia harus mempunyai relasi dan relasi yang dijalankan selalu harus beresiko disakiti. Kalau Allah tidak mau disakiti, Dia tinggal menikmati relasi antar Tritunggal, tidak akan mungkin sakit. Tapi waktu Dia membuka diriNya berelasi dengan manusia, itu akan membuat Dia meresikokan hatiNya untuk kemudian disakiti oleh kita. Kalau manusia tidak mau disakiti hatinya, tidak perlu berelasi, tapi tidak mungkin. Manusia tidak mungkin hidup tanpa relasi. Karena itu relasi yang dijalani manusia adalah satu keharusan. Tapi relasi di tengah dunia yang telah jatuh ini adalah relasi yang sangat resiko untuk disakiti. Saudara kalau tidak mau sakit hati ya tidak perlu berelasi, tapi ini tidak mungkin. Saudara kalau tidak mau disakiti tidak perlu berelasi, berarti tidak perlu ada relasi antara laki-laki dan perempuan, tidak perlu relasi suami istri, tidak perlu relasi orang tua anak, mari semua orang hidup masing-masing dan hidup masing-masing tanpa berinteraksi dengan orang lain, inilah yang memberikan bebas sakit hati. Bebas sakit hati tapi juga kosong. Tidak mau kosong, harus berelasi. Tapi berelasi meresikokan diri disakiti, memang begitu. Ini pelajaran yang akan kita alami dan akan mendewasakan kita sampai kita sadar relasi itu menyakitkan, kita belum juga menjadi dewasa. Sampai kita sadar, relasi bisa meresikokan hatiku dihancurkan, baru kita bisa menjadi orang yang dewasa.

Kita jarang memikirkan tema ini, bagaimana Kristus dengan rela datang ke dalam dunia bukan hanya untuk disakiti secara fisik, tetapi untuk berkali-kali mengalami sakit di dalam hati dan tidak banyak orang yang tahu. Apakah mudah bagi seseorang untuk difitnah, untuk dikatakan hal yang jelek padahal dia tidak melakukan itu? Itu adalah hal yang sangat sulit dan Kristus menanggung ini semua. Maka Dia mengatakan “berapa lama lagi Aku harus sabar kepada kamu. Aku sudah menyatakan siapa Aku, kamu terus tolak. Berapa lama Aku harus sabar terhadap penolakanmu? Aku sudah menyatakan siapa Aku, engkau masih belum mengerti. Berapa lama sampai engkau mengerti siapa Aku. Aku sudah menyatakan diriKu kepadamu, tetapi engkau tidak pernah beriman dan menyerahkan hidup kepada Tuhan. Berapa lama Aku harus bersabar kepadamu?”, ini seruan bukan hanya untuk murid, ini adalah seruan untuk kita. Setiap saya membaca ini, saya membayangkan Kristus sendiri sedang mengatakan kepada saya “hai Jimmy, berapa lama lagi Aku harus sabar kepadamu? Berapa lama Aku harus menunggu sampai engkau menjadi dewasa, menjadi orang yang beriman dengan sungguh”. Mari kita jadikan ini kalimat yang dinyatakan kepada kita, “sampai berapa lama?”. Kristus rela menanggung segala hal yang sulit di dalam hati karena berelasi dengan orang-orang yang tegar tengkuk seperti yang kita saksikan di dalam Alkitab. Lalu murid-murid setelah melihat Yesus menyembuhkan orang yang sakit kerasukan roh ini, datang kepada Yesus dan bertanya “Guru, mengapa kami tidak bisa sembuhkan?”, lalu Yesus menjawab “kalau kamu punya iman, tidak mungkin kamu tidak sembuhkan. Karena engkau tidak punya iman, maka engkau gagal untuk menyembuhkan”. Tetapi dalam Markus yang dikutip juga oleh Matius, dikatakan “jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa dan berpuasa”. Inilah kalimat yang sering banyak dimengerti oleh orang Kristen. Di dalam ayat ke-20 “sebab Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada gunung ini pindah dari tempat ini ke sana, maka gunung ini akan pindah, dan tidak ada yang mustahil bagimu”. Apa maksudnya iman yang memindahkan gunung? Sayangnya kita hidup bukan di tradisi Yahudi, tapi kalau kita rajin baca Mazmur, Saudara akan tahu bahwa salah satu bentuk penghakiman itu adalah Tuhan mencampakan gunung ke laut. Waktu Tuhan datang menghakimi, gunung-gunung gemetar, waktu Tuhan datang menghakimi, tiang-tiang yang menopang langit gemetar, waktu Tuhan datang menghakimi, langit dan bumi bergoncang. Yang membuat langit dan bumi goncang adalah Tuhan datang menghakimi. Jadi ciri-ciri penghakiman adalah langit dan bumi bergoncang, tiang penopang langit bergoncang, gunung tercampakan ke laut, gunung-gunung bergetar dan berpindah dari tempatnya. Ini adalah bayangan penghakiman yang sangat besar. Maka Kristus sedang mengatakan “siapa yang beriman seperti biji sesawi yang kecil, dia sanggup memindahkan gunung”, maksudnya adalah siapa yang beriman dia akan tahu penghakiman Tuhan itu akan datang. Dan kalau penghakiman Tuhan akan datang, dia akan tahu kuasa apa pun yang melawan Tuhan pasti akan hancur. Inilah pengertian yang Yesus coba bagikan “jika engkau tahu siapa Aku, engkau akan tahu Akulah yang akan menghakimi. Jika engkau tahu Aku yang akan menghakimi maka engkau tahu tidak ada kuasa yang lebih besar dari kuasaKu” ini yang Yesus sedang ajarkan.

Ini maksudnya adalah kalau Saudara punya iman, Saudara tahu siapa yang akan menghakimi. Kalau Saudara tidak punya iman, Saudara tidak tahu penghakiman ini di tangan siapa. Yesus mengatakan “penghakiman ada di tanganKu, engkau tahu kuasaKu lebih besar dari setan. KuasaKu lebih besar dari setan, bukan kuasamu”, maka kegagalan para murid adalah memakai kuasa sendiri untuk mengusir setan. Justru Yesus sedang mengatakan siapa beriman tidak akan andalkan kuasa sendiri tapi akan kembali kepada Yesus. Mengapa murid-murid andalkan kuasa sendiri? Di dalam pembahasan Lukas bisa kita lihat dengan jelas, Lukas 9 memulai dengan Yesus memberi kuasa untuk mengusir setan, tapi dalam bacaan kita hari ini dikatakan murid gagal mengusir setan. Mengapa mereka yang sudah diberi kuasa mengusir setan gagal mengusir setan? Karena mereka gagal mengaitkan kuasa dengan pribadi. Kuasa tidak bisa lepas dari pribadi. Saudara ingin punya kuasa, tapi Saudara ingin melepaskan kuasa dari pribadi. Berapa banyak orang seperti ini “aku mau punya kuasa penyembuhan”, lalu punya kuasa menyembuhkan. Setelah punya kuasa menyembuhkan, katanya punya kuasa menyembuhkan, orang tanya “kamu kenapa tidak terlalu kuat dalam pengenalan Alkitab?”, “aku tidak perlu mengenal Alkitab, doktrin-doktrin tidak penting, yang penting aku punya kuasa”, “berarti kuasamu terlepas dari Pribadi Kristus?”, “iya”, jadi itu kuasa apa. Para murid mengapa gagal usir setan? Karena mereka sudah diberi kuasa tapi mereka lupa kuasa itu berkait dengan Kristus. Itu sebabnya ketika mereka mengusir setan, Tuhan mengajar mereka “kalau engkau mengandalkan diri, engkau tidak mungkin menjadi orang yang sanggup melakukan apa pun”. Itu sebabnya dikatakan Tuhan Yesus “kalau engkau mempunyai iman sedikit, engkau dapat mengatakan kepada gunung ini pindah”, lalu ditutup dengan ayat 21 “jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa dan berpuasa”. Apa maksudnya berdoa dan berpuasa?Maksudnya adalah dengan penuh permohonan memohon kepada Tuhan untuk memberikan apa yang diinginkan, dan dengan kelemahan mengharapkan Tuhan yang kerjakan. Ini adalah ciri orang yang berdoa dan berpuasa, adalah ciri dari orang yang benar-benar sudah kehilangan harapan untuk mengandalkan diri sendiri, sudah tidak lagi bisa mengandalkan bijaksana, sudah tidak lagi bisa mengandalkan pengalaman, tidak lagi bisa mengandalkan kemampuan sendiri, semua sudah salah. Lalu mengatakan “Tuhan, di segala ketidakmampuan aku mau bersandar kepadamu, tolonglah” itulah pengertian berdoa dan berpuasa. Ini merupakan satu hal yang penting, Saudara tidak mengusir setan karena Saudara punya kekuatan di dalam diri, tetapi karena Saudara diijinkan Tuhan untuk menjadi alat dimana Dia bekerja. Maka murid-murid tanya “mengapa kami tidak bisa usir?”, “kamu tidak punya iman”, “kami punya, saya yakin saya bisa”, salah, itu bukan iman, iman itu berarti “Akulah yang akan menghakimi, Akulah yang akan membuat gunung tercampak”. Kalau engkau tahu itu Yesus, maka dengan berserah kepada Yesus, baru engkau lakukan ini. Itu sebabnya dalam Matius dikatakan “engkau punya iman seperti ini, engkau akan berdoa dan berpuasa”, maksudnya engkau akan memohon dengan sungguh Tuhan akan kerjakan semua. Ini penting bukan hanya dalam usir setan, tapi juga dalam seluruh aspek hidup. Jadi iman tidak ada kaitan dengan “saya yakin ini berubah”, itu omong kosong. Tapi kalau saya mengatakan “saya yakin akan kuasa Tuhan”, itu baru iman. Tapi kalau Saudara yakin kuasa Tuhan, Saudara tahu Tuhan punya cara dan kehendak yang dia mau tentukan, Saudara mesti belajar iman dan keberserahan dan kerelaan Tuhan untuk menyatakan jalanNya Dia itu selalu searah, tidak pernah bertentangan. Maka ayat ini mengajarkan dengan sangat penting, beriman kepada Tuhan berarti menyerahkan seluruh kekuatan diri untuk dihapuskan, tidak diandalkan, tapi mengandalkan semua kekuatan dari Tuhan. Kalau kita pikir kita sudah ahli melakukan apa yang bisa kita lakukan karena keahlian sendiri, di situ kita akan jatuh. Murid-murid mengusir setan di awal pasal 9, tapi ketika Yesus mengajar mereka untuk rendah hati, mereka sadar tanpa bergantung kepada Tuhan tidak mungkin Saudara bisa mempunyai kekuatan untuk lewati apa pun. Itu sebabnya bagian ini mengajarkan kita untuk belajar bergantung kepada Tuhan.

Mari kita melatih diri untuk bergantung kepada Tuhan, jangan bergantung kepada Tuhan ketika situasi sudah hancur dengan keadaan yang kacau, tapi begitu keadaan baik, Saudara lupakan Dia. Harus ada satu kebiasaan untuk bergantung kepada Dia dalam setiap saat. Paulus mengatakan “berdoalah senantiasa”, itu artinya berdoa tanpa berhenti. Mengapa berdoa tanpa berhenti? Karena setiap saat saya perlu Tuhanku. Mengapa perlu Tuhan, keadaan sedang baik? Keadaan mau baik, kacau, saya terus perlu Tuhan. Orang seperti ini tidak mungkin tidak diberkati. Tapi Saudara tunggu kacau, lalu datang kepada Tuhan, Saudara tidak mendapatkan berkat yang limpah. Mari belajar andalkan Dia, mari belajar bergantung kepada Dia, mari belajar tahu berapa rapuhnya kita dan tahu berapa kuatnya Tuhan. Maka tiap hari adalah hari yang hanya bisa dilewati kalau Tuhan mau pimpin. Kiranya Tuhan menguatkan kita untuk melakukan apa yang Tuhan mau berdasarkan ajaran yang Tuhan bagikan di dalam Kitab Suci.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Melihat Kemuliaan Kristus

(Lukas 9: 28-36)
Ayat 28 dikatakan ketika 8 hari setelah segala ajaran yang Yesus nyatakan yaitu di dalam ayat-ayat sebelumnya mengenai siapa Dia dan bagaimana Dia akan mati itu sudah dibahas di ayat sebelumnya. 8 Hari setelahnya, Yesus ke atas gunung untuk berdoa. Sekarang kita mau lihat hal yang lebih penting dari pada sekedar di gunung mana mereka berada, yaitu mengapa Tuhan mengajak mereka dan apa makna tranfigurasi, pernyataan kemuliaan untuk sementara di atas gunung ini. Di ayat 28 dikatakan mereka pergi ke atas gunung untuk berdoa, ini merupakan kebiasaan yang Kristus lakukan dan satu kebiasaan yang Tuhan mau diikuti juga oleh para murid. Ini merupakan salah satu yang Tuhan Yesus ajarkan dengan tindakan, contoh dan juga ajaran. Dia sering mengasingkan diri dari dunia, mengasingkan diri dari masyarakat untuk boleh berdoa kepada Tuhan. Tidak ada orang yang memandang relasi dengan Allah sebagai hal yang sangat penting lebih dari pada Kristus. Itu sebabnya ketika dia merangkum apa itu hidup kekal di dalam Yohanes 17, dia juga mengatakan hidup kekal adalah mengenal Tuhan dan mengenal Kristus Sang Juru Selamat. Maka pengenalan siapa Tuhan itulah yang mendorong orang mau terus berelasi dengan Tuhan, mau terus mempunyai kerinduan doa kepada Tuhan. Dia mengajak murid-murid pergi ke atas gunung dan berdoa, dan disitu ketika terjadi pemandangan yang menakjubkan, di situ dicatat murid-murid sedang tertidur. Mereka tidur karena mereka hanya melihat rutinitas, mereka tidak melihat makna di balik hal yang sepertinya rutin itu. Ini yang membuat kita sulit untuk konsentrasi, sulit untuk menghargai kebaktian, sulit untuk menghargai Firman, sulit untuk menghargai khotbah karena kita cuma lihat rutinitas yang berputar, tapi kita tidak lihat rutinitas ini seperti roda yang berputar dan roda ini membawa kendaraan sedang menuju satu tempat yang baru. Maka ini yang Tuhan mau ajarkan pada para murid, hal yang kau saksikan yang sepertinya hanya pengulangan, tetap merupakan pengulangan yang mengarahkan iman kita pada satu titik yang baru. Di tempat ini, Yesus mau menyatakan kemuliaanNya dan mereka juga tertidur. Tetapi Tuhan mengijinkan mereka terbangun dengan pemandangan yang sangat luar biasa, disitu digambarkan Kristus mulia menyatakan terang yang jauh lebih terang dari apa pun yang ada di dunia ini. Bukan hanya itu, Dia ditemani oleh Elia dan Musa.

Hal pertama yang kita bisa pelajari adalah Kristus mau menunjukan kepada kita bahwa karena Dia berbagian di dalam natur manusia, maka manusia boleh berbagian di dalam natur kemuliaan ilahi yang Dia mau bagikan kepada kita semua. Tidak ada hal yang Kristus sudah terima, yang Dia tahan dan tidak dibagikan kepada kita. Ini pertama kali disadari oleh seorang teolog bernama Gregory dari Nisa, ia menulis tentang Kristus, dia mengatakan salah satu sifat dari Kristus adalah apa pun yang Dia terima, Dia berikan kepada kita. Allah Bapa memberikan Dia status sebagai Anak yang dikasihi, Dia memberikan status itu kepada kita supaya kita pun boleh menjadi anak yang dikasihi Bapa. Bapa memberikan Roh Kudus kepada Dia, dan Kristus mengatakan “Aku memberikan Roh Kudus kepadamu”. Bapa memberikan kasih kepada Dia, dan Kristus mengatakan “Aku memberikan kasih Bapa ini kepadamu”. Bapa memberikan kuasa atas maut kepada Dia, sehingga kematian tidak bisa menahan Dia dan Dia bangkit pada hari ke-3. Pada 1 Korintus 15 dikatakan Kristus pun memberikan kuasa kemenangan ini kepada kita, tidak ada hal apa pun yang Bapa berikan kepada Kristus, yang Kristus tidak berikan kepada kita. Ini merupakan doktrin Tritunggal yang bagi saya sangat indah, setiap pribadi Tritunggal menerima dari Pribadi yang lain setelah itu meneruskan pada Pribadi yang lain. Tetapi keagungan dari Kristus adalah Dia tidak hanya menerima untuk membagikan kepada Pribadi Tritunggal yang lain, Dia juga menerima untuk membagikannya kepada kita. Beri tahu satu hal, apa yang Yesus dapat yang Dia tidak bagikan kepada kita? Karena Dia berbagian dalam natur manusia, maka manusia boleh berbagian di dalam kemuliaan Tuhan. Ini adalah tema utama bagi orang yang cinta Tuhan di dalam Perjanjian Lama. Musa ketika menyadari Tuhan begitu marah, akan tinggalkan Israel, akan Tuhan biarkan, Musa memohon “Tuhan, sertai kami. Tuhan berjalanlah bersama kami, pimpin kami berjalan di padang gurun ini”. Pertanyaannya adalah mengapa Musa minta Tuhan menyertai? Apakah supaya nanti ada makanan yang cukup bagi Israel? Apakah melulu hanya karena keamanan dan kenyamanan Israel maka Musa mohon Tuhan menyertai? Jawabannya tidak, karena di dalam pernyataan terakhir kita mengetahui motivasi Musa minta penyertaan Tuhan. Musa mengatakan “kalau malaikat yang menyertai, kami tidak mau, aku lebih baik mati saja”, ini pendoa syafaat yang teguh, berdoa minta sesuatu yang dia rela bayar dengan nyawa. Di dalam doanya yang ketiga dia mengatakan “ya Tuhan, mohon perlihatkan kemuliaanMu”, rupanya ini Musa begitu rindu untuk berbagian di dalam kemuliaan Tuhan. Saudara jangan jadikan ini tema asing dalam hidup rohani Saudara, jangan jadikan ini hal yang tidak ada kaitan dengan kerinduan dan permohonan Saudara. Biarlah kita belajar merindukan dan menginginkan melihat kemuliaan Tuhan, biarlah kita belajar mau menikmati berapa mulianya Tuhan, berapa agungnya Dia waktu menyatakan Diri. Padahal di dalam konsep Perjanjian Lama mereka tahu kalau mereka boleh memandang kemuliaan Tuhan, mereka pasti mati. Jadi Musa siap membayar nyawa untuk permintaannya ini “Tuhan, ijinkan aku melihat kemuliaanMu”. Tuhan mengajarkan para murid “mari baik ke atas gunung”, dan Tuhan mengijinkan mereka melihat sedikit apa yang Musa dan para nabi ingin lihat dengan tuntas. Ketika Musa minta “perlihatkan kemuliaanMu”, Tuhan mengatakan “engkau tidak akan melihat wajahKu, engkau akan hanya melihat belakangKu”. Mengapa belum boleh melihat wajah Tuhan? Karena kesempurnaan penebusan baru akan terjadi ketika Kristus datang. Maka kalimat Kristus menjadi sangat agung waktu Dia mengatakan “engkau sudah melihat Aku (wajah masksudnya), engkau sudah melihat Bapa (wajah Bapa maksudnya)”. Jadi apa yang Musa tidak bisa lihat, engkau bisa lihat dengan melihat Kristus. Maka Dia mengijinkan para murid untuk menyadari bahwa Dia rela berbagian di dalam natur manusia, supaya manusia boleh berbagian di dalam kemuliaan Ilahi. Kita semua yang beriman kepada Kristus, akan berbagian dalam kemuliaan ini. Saudara akan menjadi orang-orang yang suatu saat nanti memandang kemuliaan dengan penuh dan limpah. Dan inilah yang Tuhan janjikan kepada kita semua bahwa suatu saat nanti kita semua akan memandang wajahNya tanpa penghalang apa pun.

Lalu hal kedua, bagian ini juga menunjukan kepada kita kemuliaan Kristus yang tak tertandingi melampuai Musa dan Elia. Di dalam ayat 30-31 “dan tampaklah dua orang berbicara dengan Dia yaitu Musa dan Elia. Keduanya menampakan diri dalam kemuliaan dan berbicara tentang tujuan kepergianNya yang akan digenapiNya di Yerusalem”, kata yang dipakai untuk kepergian adalah exodos yang dalam Bahasa Inggris diterjemahkan dengan exodus atau keluaran. Jadi di sini Musa dan Elia menampakan diri dan mereka bercakap-cakap dengan Kristus. Apa yang dipercakapkan? Ternyata mereka mempercakapkan exodus-Nya Kristus. Apak maksudnya exodus-Nya Kristus? Kita bisa memahami ini kalau kita mengetahui apa yang terjadi pada Musa dan Elia. Apa uniknya Musa dan Elia? Dua orang ini mempunyai cara mati yang tidak tertandingi. Di dalam Perjanjian Lama, siapa yang matinya lebih agung dari Elia? Elia waktu harus meninggalkan dunia ini, dijemput dengan kereta berapi. Ini orang matinya luar biasa indah. Bayangkan ada kereta berapi dari sorga datang, ini kerajaan Allah sendiri, lalu Elia boleh naik kendaraan ini kemudian diangkat ke sorga dengan pemandangan yang luar biasa menakutkan sekaligus penuh kemuliaan ini. Adakah orang di dalam Perjanjian Lama yang kematiannya lebih mulia dari Elia? Ada, yaitu Musa, Musa kematiannya lebih agung dari pada Elia. Kalau Elia pakai kereta berapi, Musa pakai apa? Baca Kitab Ulangan, di situ dikatakan ketika Musa waktunya meninggal, tubuhnya masih kuat tidak ada kekurangan di dalam tenaganya, bahkan dikatakan tenaganya makin lama makin besar makin kuat. Musa punya kekuatan luar biasa besar, sampai saat mau mati dia tetap seperti orang belum mau mati. Dengan tubuh yang masih kuat, Tuhan menghantar dia ke tempat dia harus dikubur. Ini kemuliaan lebih besar dari Elia, Tuhan pegang tangan dia lalu Tuhan sendiri yang kuburkan dia. Di dalam Alkitab tidak dicatat bagaimana Musa dikubur dan dikuburkan dimana tidak ada yang tahu. Tapi ada legenda orang Yahudi yang dikutip juga dalam Perjanjian Baru bahwa kuburan Musa itu bukan di bawah tapi diangkat ke atas. Jadi dia mati lalu mayatnya diangkat ke atas. Tapi tidak satu pun dari mereka berani bicarakan kemuliaan exodus mereka dan waktu mereka hadir, yang mereka punya kerinduan hanya bicara tentang exodusnya Kristus. Mengapa exodusNya Kristus yang menjadi tema pembicaraan? Karena kemuliaan meninggalkan dunia ini, Musa, Elia dan Kristus jauh lebih mulia Kristus. Dibandingkan dengan Musa dan Elia, Kristus jauh lebih agung. Maka dua orang ini meskipun mempunyai exodus yang demikian agung, waktu bertemu dengan Kristus, mereka membicarakan exodusnya Kristus. Mengapa kepergian Kristus lebih mulia? Bukankah kita tahu perginya dengan cara dihina, diludahi, dipaku di kayu salib, mati seperti seorang penjahat, apa mulianya itu? Martin Luther ketika membicarakan kematian Kristus, dia mengatakan ini adalah hal yang orang dunia tidak mungkin mengerti. Bagaimana mungkin engkau bisa kagum akan salib Kristus? Kalau saya khotbah tentang salib Kristus siapa di sini yang akan senang dengar? Saudara akan mengatakan “sudah sering dengar, ini hal yang membosankan, mengapa khotbah panjang-panjang? Saya sudah mau pulang, saya tidak mau disiksa dengar khotbah seperti ini”, kita akan berespon seperti ini karena kita tidak peduli Tuhan. Di dalam jiwa kita cuma ada pemberontakan, di dalam jiwa kita hanya ada kemarahan, kebencian dan mau lari dari Tuhan. Itu sebabnya kita tidak mungkin menyukai berita salib, tidak mungkin menyukai berita Firman, tapi kalau Tuhan mengubah kita apa yang dulu kelihatan hina sekarang mulai kelihatan mulia, apa yang dulu kelihatan sebagai sesuatu yang membosankan sekarang mulai kelihatan sebagai sesuatu yang menggairahkan, apa yang dulu kelihatan sebagai kesan yang biasa sekarang menjadi pesan yang sangat luar biasa. Itu sebabnya ketika orang mulai memahami natur dari kelahiran kembali dan perubahan dia makin menjadi nyata, dia akan melihat kemuliaan salib Kristus lebih dari semuanya. Kemuliaan salib lebih besar dari pada kereta berapi, kemuliaan salib lebih besar dari mayat yang diangkat oleh Tuhan sendiri ke sorga. Kemuliaan salib adalah kemuliaan yang membuat banyak orang berbagian di dalam kemuliaan itu. Ini hal kedua yang ditunjukan dalam bagian ini bahwa exodusnya Kristus dari bumi ke sorga mempunyai kemuliaan tak tertandingi.

Lalu hal ketiga, ayat 33 “ketika ketiga orang itu hendak meninggalkan Yesus, Petrus yang sangat gugup mengatakan “Guru, betapa bahagianya kami berada di tempat ini, baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia”. Petrus dalam kebingungannya tetap jiwanya spontan, langsung bilang “kami dirikan tenda untuk Engkau”. Tenda ini diperintahkan dalam Kitab Imamat, sebagai cara mengingatkan perjalanan di padang gurun. Ini hari raya yang diperingati sebagai hari raya pondok daun. Dan pondok daun mempunyai makna nanti setelah Israel sampai ke Kanaan, tetap harus ada festival pondok daun, bikin pondok dan tinggal di situ. Kalau sudah punya rumah, untuk apa bikin pondok lagi? Karena Tuhan mau mengingatkan yang sekarang ini bukan rumah kekal, sekarang pun masih dalam padang gurun. Nanti sabat yang sejati adalah ketika Tuhan hadir dan memperbaharui dunia ini. Jadi diperingatkan engkau masih di padang gurun, engkau masih tinggal di dalam kemah, engkau belum ada di dalam kemah yang abadi. Maka kebiasaan mereka adalah di dalam perayaan pondok daun, mereka akan membuat kemah lalu tinggal di situ. Sampai sekarang orang Yahudi masih lakukan itu, menunjukan mereka belum rest, belum sabat. Kapan sabatnya? Nanti ketika Mesias datang. Setelah Israel ada di pembuangan di Babel, lalu kembali ke Kanaan, mereka menafsirkan hari raya pondok daun sebagai hari raya Mesiasnic rest atau hari raya Sang Mesias, karena Mesias datang itulah pengharapan yang mereka harapkan. Mereka tinggal di tenda sampai saatnya Mesias datang. Sehingga waktu Petrus melihat kemuliaan Yesus, langsung dia tahu ini bukti Mesias yang benar, “dan kalau benar ini Mesias aku ingin menghargaiNya dengan menyatakan pengharapan kemah sekarang sudah digenapi oleh Engkau”. Maka waktu dia bilang “bolehkah mendirikan kemah disini?”, ini adalah cetusan yang dikuasai oleh teologi yang benar. Maka jangan remehkan pengajaran teologi orang Yahudi, mereka terus didik anaknya dengan konsep teologi yang terus dipaksakan masuk. Suatu saat ketika mereka harus dengan spontan bereaksi, konsep teologi itu akan memberikan kepada mereka dorongan untuk bertindak, maka jangan remehkan teologi. Saudara ajarkan konsep yang salah sama anak, suatu saat dia akan bertindak dan berteologi didorong oleh konsep yang kacau itu. Petrus dari dulu mendapatkan pendidikan yang baik, mengharapkan ada Mesias, ada Mesiasnic rest, ada sabat, ketika Mesias datang dan itu dinanti-nantikan dengan kemah. Maka yang kurang dari Petrus pada bagian sebelumnya adalah dia tidak mengerti Mesias itu harus dikaitkan dengan salib, yang dia lihat Mesias itu mulia. Jadi kalau Mesias menyatakan kemuliaan, inilah saatnya, waktu Mesias menyatakan keagungan, inilah saatnya. Tapi Yesus mengajarkan “belum, tunggu dulu Aku mati di kayu salib, baru saatnya akan tiba”. Tapi ternyata Tuhan meneruskan pernyataanNya, Tuhan kirimkan awan yang menutupi seluruh gunung. Dan ini terus membawa kita balik ke dalam Kitab Keluaran. Waktu Musa naik ke atas gunung, di situ Tuhan penuhi gunung dengan awan dan api. Atau dalam terjemahan Alkitab Bahasa Indonesia, seringkali awan diterjemahkan dengan asap, jadi antara asap dan awan menjadi mirip.

Tapi Saudara yang hidup dalam konteks sekarang, jangan pikir itu adalah asap hasil pembakaran hutan. Asap atau awan ini adalah pernyataan kemuliaan Tuhan, bukan asap seperti hasil pembakaran. Maka ketika seluruh gunung penuh dengan awan, orang langsung ingat “bukankah dulu waktu Musa naik ke atas Gunung Sinai, Tuhan juga penuhi dengan awan?”. Dan Saudara bisa bandingkan setelah Tuhan penuhi dengan awan, yang terjadi adalah Tuhan berfirman “demikianlah Firman Tuhan: janganlah ada allah lain selain Aku, jangan sujud menyembah kepada allah lain, jangan membuat gambar tentang apa pun di langit dan di bumi dan sujud menyembahnya, jangan sembarangan mengucapkan nama Tuhan, kuduskanlah hari sabat..”, terus sampai 10 peraturan diberitakan di dalam awan. Maka di dalam awan ini Tuhan memberitakan kepada Musa, intisari dari seluruh hukum yang Dia mau berikan di dalam Taurat. Tetapi di dalam peristiwa ini setelah semua penuh dengan awan, Firman Tuhan tidak mengatakan “inilah 10 hukum”, tapi Firman Tuhan mengatakan “inilah AnakKu yang Kupilih, dengarkanlah Dia”, bagian ini menunjukan bahwa apa yang Tuhan khotbahkan di Gunung Sinai, di Perjanjian Lama, sekarang genap di dalam Kristus. Kalau dulu Tuhan memberitakan “ini ajaranKu”, sekarang Tuhan mengatakan “ini AnakKu, dengarkanlah Dia”. Maka di dalam awan Tuhan tidak berkhotbah menyatakan Firman, di dalam awan Tuhan menyatakan “ini AnakKu dengarkanlah Dia”. Maka setelah awan itu hilang, pesan Tuhan selesai. Itu sebabnya di dalam ayat 36 dikatakan murid-murid masih rahasiakan dulu, mereka tidak mau gegabah, nanti mereka sebarkan dengan terlalu berani, ternyata saatnya belum tiba. Maka mereka tunggu dulu sampai saat exodus, sampai saat kematian Kristus dinyatakan dengan agung, dibangkitkan dan Dia naik ke sorga. Setelah itu barulah para murid memberitakan semua yang mereka saksikan tentang Kristus. Ini bagian yang sangat indah yang menyatakan kemuliaan Tuhan. Kalau Saudara tanya “apa aplikasinya dalam hidup?”, aplikasinya hanya satu pesan ini harus kita terima dan membuat hati kita makin kagum kepada Kristus, inilah PR kita setelah dengar Firman ini. Biarlah kita belajar makin mengagumi Kristus, makin meninggikan Dia, makin mengagumi Dia sebagai yang menggenapkan rencana Tuhan. Saya rindu kita terus bertumbuh di dalam pengertian akan siapa Kristus dengan cara yang benar, sehingga keindahan Dia yang dibagikan oleh Kitab Suci boleh kita tangkap dengan sepenuhnya. Kiranya Tuhan memberkati.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Mesias dan Salib

(Lukas 9:18-27)
Teologi Salib dan mengapa kita tidak dapat memahaminya
1. Pengakuan kita hanyalah sampai pada batas dimana Kristus adalah Mesias yang agung saja. Tetapi Alkitab mengajarkan bahwa Mesias dan penderitaan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan di dalam ajaran para nabi. Bagaimanakah mungkin orang Yahudi melewatkan Yesaya 53:3-5? Bagaimana bisa meresapi Mazmur 22 tanpa melihat penderitaan yang digenapi oleh Kristus? Apakah yang membuat mereka sulit menerima Kristus? Karena salib. Kristus sulit diterima bukan karena Dia mengerjakan mujizat! Setiap orang dapat mengimani Kristus yang mengerjakan mujizat. Setiap orang dapat menerima Kristus yang memberikan tanda-tanda yang hebat. Tetapi siapakah yang akan percaya Kristus yang menderita? Ini kebodohan, dan begitu banyak orang lebih suka memelihara dusta dunia dan kebahagiaan palsu yang semu ketimbang menerima apa yang Allah nyatakan di dalam firman-Nya. Demikian juga di dalam zaman ini. Apakah kita pikir orang dunia sulit menerima Yesus karena mereka menolak memercayai mujizat? Tidak semua. Kebanyakan sulit menerima kalau Yesus yang diberitakan adalah Yesus yang tersalib. Mengapa sulit mengumpulkan orang untuk mendengarkan khotbah Kristen? Karena Kristus yang tersalib adalah inti dari pesan khotbah Kristen. Tetapi kalau salib diambil, tidak ada lagi batu sandungan bagi dunia ini. Ambilah salib! Gantilah dengan kemewahan, kemuliaan, kesenangan, hura-hura, pesta pora dan Kristus tidak lagi menjadi batu sandungan. Tetapi jika salib diambil, apakah makna Injil Kristus? Kosong! Benar. Tanpa salib makna berita Injil menjadi kosong. Inilah inti pemberitaan para rasul karena inilah inti dari karya penebusan Kristus. Tanpa salib tidak ada penebusan. Tanpa salib tidak ada ketaatan yang menjadi teladan. Tanpa salib tidak ada kasih yang mengalami hidup dan mati bersama-sama dengan yang dikasihi. Tanpa salib tidak ada karya Kristus. Dan tidakkah saudara tahu tanpa karya Kristus tidak akan ada orang Kristen? Tanpa orang Kristen tidak ada keselamatan. Tanpa keselamatan segala sesuatu menjadi sia-sia. Mengapa ambil hal yang paling penting dan menggantikannya dengan kesenangan kalau ternyata harga yang harus dibayar adalah kehidupan? Apakah gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya?

Di dalam ayat 20 Petrus menjawab pertanyaan Yesus dengan sangat berani. “Engkau adalah Mesias dari Allah.” Mesias yang seperti apakah? Apakah Petrus tahu apa yang dia katakana? Atau sama seperti yang lain, diapun menantikan Kristus yang membawa senjata dan memberikan kemenangan. Bukankah Tuhan Yesus sendiri memuji pengakuan ini (Matius 16:17)? Benar. Tetapi yang Tuhan Yesus puji bukanlah pengertian Petrus, tetapi tepatnya perkataan yang dia nyatakan. Tuhan Yesus juga menyatakan bahwa pengakuan iman Petrus ini datangnya dari Bapa. Petrus sendiri berbahagia karena dari mulutnyalah pengakuan iman ini dinyatakan. Tetapi dia sendiri gagal mengerti ketika dia menganggap mustahil seorang Mesias harus menderita (Matius 16:22-23). Mesias tanpa salib. Inilah yang Petrus pahami.

Sayangnya, hingga hari ini mesias tanpa salib diberitakan juga oleh banyak pengkhotbah-pengkhotbah palsu, yang menganggap bahwa hal yang menarik dari kehidupan Tuhan Yesus adalah kehidupan tanpa kesulitan. Perkenalkanlah teologi salib dan mereka akan enggan menyentuh iman Kristen dengan tangan mereka lagi. Inilah gambaran gereja saat ini. Mau ibadah? Oh, tunggu dulu… bukankah ibadah model “lama” itu bikin mengantuk? Ya… tentu saja ibadah tanpa musik hingar binger akan bikin telinga orang-orang tuli itu sulit menangkap vibrasi apapun. Orang tuli menyalahkan sang pemain terompet, inilah yang terjadi pada gereja saat ini. Mari bikin gereja senikmat mungkin bagi syaraf-syarafku yang penuh dengan kebiasaan setan! Kebusukanku tidak akan bisa diekspresikan oleh lagu-lagu agung itu, jadi marilah rubah lagu-lagu itu. Tetapi bukan hanya itu. Gerja juga sudah melupakan salibnya. Bukankah gereja telah menjadi tempat mewah untuk para selebriti dan orang-orang kaya berkumpul? Leonard Ravenhill pernah mengatakan bahwa dahulu gereja adalah sekoci penyelamat untuk menolong mereka yang tenggelam, tetapi sekarang gereja telah menjadi kapal pesiar untuk mengangkut mereka yang kaya dan potensial. Potensial untuk apa? Untuk membuat kas gereja tambah banyak? Inilah gereja tanpa salib! Gereja tanpa pengorbanan! Gereja tanpa pelatihan bagi orang-orang Kristen untuk bertekun memikul salib! Kita berpikir jika di tembok gereja sudah ada sebuah salib besar, berarti cukup. Tidak perlu lagi ada satu di dalam kehidupan saya. Gereja tanpa salib. Bayangkan itu. Richard Niebuhr pernah mengeritik gereja liberal (yang juga cocok untuk mengeritik gereja aliran apapun saat ini!), yaitu bahwa mereka mengajarkan tentang Allah yang tidak mungkin murka membawa manusia yang tidak ada dosanya ke dalam kerajaan yang tidak ada penghakiman melalui pelayanan Kristus yang tidak ada salib. Kristus yang tidak disalib! Inilah kegemaran gereja saat ini. Kita akan memperingati reformasi akhir bulan ini, dan tahukah Saudara kalau tokoh reformator, Martin Luther, memberikan definisi teologinya sebagai teologia salib? Di dalam Heidelberg Disputations Luther membedakan teologianya dengan teologia Katolik dengan menyebut teologianya “teologia salib,” bukan “teologia kemuliaan.” Sudahkah kita memikul salib kita? Kristus sudah. Sudahkah engkau?

2. Kita tidak dapat memahami teologia salib karena teologia ini mengajarkan tentang Allah yang dipermuliakan melalui perendahan diri para pengikut-Nya. Ini bukanlah suatu tindakan simbolik untuk memberikan penghargaan kepada Kristus saja, tetapi juga untuk menyatakan kemuliaan nama Tuhan. Sekarang buanglah jauh-jauh pemikiran bahwa kemuliaanku akan membawa kemuliaan Tuhan juga. Itu bukan hasil perenungan dari hati yang telah ditebus oleh Kristus. Tidak mungkin kemuliaan diri akan membawa kepada kemuliaan Allah. Jangan mimpi. Setiap usaha memperilah diri tidak mungkin sekaligus akan memper-Allah Tuhan. Mari turun dari tempat utama dan ambil tempat di pinggiran saja. Biarlah Kristus mendapatkan tempat yang paling utama. Dengan memberi tempat di pinggir bagi diri dan menyediakan tempat utama bagi Kristuslah Dia akan dipermuliakan. Tidak mungkin Dia dipermuliakan sebagai hasil sampingan dari usaha utama untuk menonjolkan diri. Biarlah diri kita sendiri yang menjawab pertanyaan-pertanyaan ini. Apakah yang saya kerjakan secara konsisten telah meninggikan Allah dan melatih perendahan diri saya? Begitu sering kita menonjolkan keberadaan kita dan terlalu sering kita mengabaikan kemuliaan Tuhan. Apakah mungkin ada teladan dalam mengikuti Allah? Tidak ada. Hanya Kristus. Mengapa hanya Dia? Karena hanya Dia yang dengan taat memikul salib-Nya. Saudara ingin menaati Yesus? Di mana salibmu? Apakah saya setia meneladani Kristus? Di manakah salib saya? Apakah saya siap dianggap hina karena rela menyatakan perkataan Kristus? Apakah saya siap untuk turun dari ambisi memuliakan diri dan rela membayar harga, termasuk menjadi terhina, demi Dia dipermuliakan? Tidak ada yang lebih menggelikan daripada orang-orang Kristen yang ingin memakai mahkota bersama-sama dengan Tuhan. Tidak tahukan Saudara kalau mahkota itu hanya akan muat di satu kepala saja? Buang kepalamu dari mahkota Kristus!

Penyakit meninggikan diri sudah setua menara babel. Manusia membangun terus keangkuhan yang hanya akan meninggalkan keruntuhan bagi kemanusiaan. Ambisi pribadi seseorang selalu diraih dengan harga yang dibayar oleh banyak orang. Tidak demikian dengan Kristus. Kemuliaan Allah yang dinikmati banyak orang dibayar oleh satu Orang. Satu berkorban bagi yang banyak. Inilah Mesias yang rela memikul salib. Satu dipermuliakan oleh pengorbanan banyak orang, inilah mesias palsu! Jika satu orang membangun kemuliaan bagi isterinya sendiri melalui karier musik yang dibiayai dari hasil jerih lelah puluhan ribu orang jemaatnya yang memberi persembahan, maka orang ini adalah nabi palsu. Pada abad ke-15, Paus Alexander V (salah satu dari tiga Paus yang sedang berebut kekuasaan saat itu) dilukis atas perintah Jan Hus di tembok gerejanya dengan keagungan yang luar biasa. Kemegahan perhiasan dan pakaian kebesarannya membuat lukisan itu begitu terlihat mewah. Tetapi pada tembok seberangnya Hus menyuruh dibuat lukisan Kristus yang sedang menderita penuh luka dengan memikul salib. Pada waktu berkhotbah Hus menantang para jemaatnya, “Mana yang ingin Engkau ikuti? Orang ini, yang membuat Engkau miskin demi memperkaya dirinya (dan dia menunjuk kepada lukisan Paus Alexander V)? Ataukah Orang ini, yang dengan penderitaan dan kemiskinan-Nya telah memperkaya imanmu (dan dia menunjuk lukisan Kristus yang memikul salib)?” Yang manakah yang mau Saudara ikuti? Kristus? Mengapa? Karena Dia rela memikul salib bagimu? Tetapi bagaimanakah reaksimu jika Dia meminta Engkau meneladani Dia? Siapkah memikul salib? Sang Mesias telah meletakkan teladan teragung. Salib demi keselamatan dunia. Biarlah kita mengikuti teladan itu. Salib demi kemuliaan Kristus, Juruselamat dunia.

Teologia Salib dan Bagaimana Menjalaninya
Ayat-ayat bacaan kita hari ini bukan hanya memperkenalkan kepada kita Mesias yang memikul salib, tetapi juga mengajarkan kepada kita bagaimana memikul salib meneladani Dia. MEmikul salib bukanlah menanggung hukuman akibat dosa. Orang yang terus menerus merokok, lalu terkena kanker yang mengambil kemampuan paru-parunya menyerap oksigen, tidak boleh berkata bahwa sakit kanker ini adalah salib yang harus dia tanggung. Tuhan Yesus tidak menanggung salib karena dosa-Nya sendiri. Dia menanggung beban salib karena dosa kita. Demikian juga kita semua menanggung beban salib bukan karena dosa kita. Jika kita berbuat dosa dan terkena kesulitan, itu adalah sesuatu yang sewajarnya kita terima. Tetapi jika kita taat dan setia, lalu mendapatkan kesulitan karenanya, itulah salib. Beban salib harus kita tanggung karena kita mau mengikut Kristus dengan setia. Mengikut Kristus di dalam hal apakah? Mengikut Kristus di dalam hidup bagi Dia dan meneladani hidup-Nya, dan juga mengikut Kristus di dalam menyatakan siapa Dia dan firman-Nya.

1. Memikul salib berarti menjalani hidup bagi Kristus. Ayat 24 mengatakan setiap orang yang rela kehilangan nyawa demi Kristus akan memperoleh nyawanya. Ini bukan hanya berarti orang-orang yang rela mati bagi Kristus. Pengertian dari ayat ini lebih luas daripada hanya bagi orang-orang yang kehilangan nyawa, tetapi pengertian ini juga mencakup orang-orang yang menghabiskan hidupnya demi Kristus. Suka atau tidak usia hidup kita akan terus berkurang. Tidak ada orang yang semakin lama hidup semakin jauh dari kubur. Sebaliknya, setiap kali usia bertambah satu tahun, berarti satu tahun mendekat kepada kematian. Tidak ada pilihan bagi kita selain menghabiskan usia hidup. Waktu hidup terus berjalan meskipun kita mengabaikannya. Maka yang menjadi pertanyaan adalah, apakah kita menghabiskan hidup itu untuk Kristus? Jika ya, berarti kita sedang kehilangan nyawa bagi Kristus. Tetapi setiap orang yang menolak untuk kehilangan nyawa bagi Kristus sebenarnya tetap sedang kehilangan nyawa. Hanya saja dia kehilangan nyawa untuk sesuatu yang tidak bisa memberikan hidup! Bodohlah orang yang kehilangan hidupnya untuk sesuatu yang tidak bisa menolong dia tetap hidup. Sedangkan orang yang kehilangan nyawanya untuk Kristus yang sudah bangkit dari kematian, dia adalah orang bijak, karena dia kehilangan nyawa untuk Kristus yang sanggup memberikan nyawa kepada yang sudah mati sekalipun. Tetapi ketika kita hidup bagi Kristus, menghabiskan waktu hidup kita untuk Dia, ini akan membuat banyak kesulitan. Hidup meneladani Kristus akan menimbulkan kebencian bagi orang-orang dunia ini. Apakah semua orang pasti akan membenci pengikut Kristus? Tentu tidak. Masih ada orang-orang yang mempunyai akal sehat yang menghargai pengikut Kristus. Bahkan banyak diantara orang-orang yang tidak percaya Kristus tetap menghargai bijaksana dari orang-orang yang menaati firman Tuhan. Tetapi orang-orang yang diancam oleh kebenaran, yaitu orang-orang fasik, licik, penipu, dan orang-orang yang menjadi budak hawa nafsu, mereka inilah yang akan menghina, bahkan menentang dengan kekerasan orang-orang yang mengikut Kristus (Lihat Yohanes 3:19 dan 20).

Saudara hidup bagi Kristus, berarti Saudara bukan lagi orang-orang serakah yang hanya mementingkan diri sendiri. Saudara hidup bagi Kristus, berarti Saudara bukan lagi orang-orang cinta uang yang mengejar uang lebih daripada apapun. Saudara hidup bagi Kristus, berarti Saudara bukan lagi orang-orang yang diperbudak oleh hawa nafsu yang membinasakan. Saudara hidup bagi Kristus, berarti Saudara bukan orang-orang yang korup dan menipu orang lain demi keuntungan diri. Saudara hidup bagi Kristus, berarti Saudara membenci semua praktek-praktek jahat dari dunia ini dan sebagai akibatnya orang-orang yang melakukan hal-hal itu membenci Saudara. Orang-orang yang dibenci, dihambat kariernya, ditahan haknya karena dia setia mengikut Kristus, orang-orang inilah yang sedang memikul salib. Demi mengikut Yesus dan setia kepada-Nya mereka rela kehilangan apapun.

Membagi hidup bukanlah hal yang biasa dilakukan oleh orang-orang dunia ini. Masing-masing jalani hidup bagi diri dan dengan kesenangan diri sebagai tujuan. Kalaupun ada yang membagi hidup, tetap menghabiskan hidup untuk orang yang salah. Hidup dimonopoli oleh diri meskipun hidup itu sendiri bukanlah bersumber dari diri. Hidup dipakai seenaknya oleh diri meskipun hidup itu dimiliki oleh Tuhan yang menciptakannya. Tuhan memerintahkan kita untuk menyerahkan hidup bagi Kristus. Apapun kesulitan yang muncul ketika mencoba menjalani ini, itulah salib yang harus ditempuh dengan taat dan setia.

2. Memikul salib berarti menanggung apa yang ditujukan kepada Kristus. Kristus telah menanggung apa yang seharusnya kita alami, yaitu murka Allah, dan kita semua dapat menerima keselamatan karena kebenaran Kristus menjadi milik kita. Ini semua terjadi karena Roh Kudus menyatukan kita dengan Kristus. Tetapi jikalau kita menjadi satu di dalam Kristus, berarti kebencian dunia ini kepada Kristus juga sangat mungkin ditujukan kepada kita. Dunia ini membenci Kristus terlebih dahulu, barulah membenci pengikut-pengikut-Nya (Yohanes 15:18-20). Kebencian yang tidak beralasan, tetapi sangat menyala-nyala. Sebagian dari orang Kristen hidup di dalam keadaan yang tenang, aman, penuh perdamaian. Tetapi jangan lupa kalau ini tidak terjadi pada banyak orang Kristen yang lain. Banyak orang yang harus diancam, disiksa, bahkan dibunuh karena menjadi pengikut Kristus. Di dalam Wahyu 16, ketika jiwa orang-orang yang dipenggal karena Kristus menjadi suatu persembahan di mezbah di surga, orang-orang itu bertanya, “Ya Hakim seluruh bumi, kapankah Engkau akan membalaskan kejahatan mereka terhadap kami?” Perhatikanlah jawaban Tuhan. “Sampai genap jumlahnya orang-orang yang akan dibunuh sama seperti kamu.” Orang-orang yang disiksa dan dianiaya, bahkan mati karena menjadi pengikut Kristus begitu banyak. Bagaimana jika penganiayaan ini juga tiba kepada kita? Bagaimana kita akan bereaksi? Jika kita dianiaya oleh karena kita pengikut Kristus, biarlah kita menyadari bahwa hanya tinggal sedikit waktu lagi Tuhan akan menyatakan keadilan-Nya dan mempermuliakan mereka yang berada di dalam Dia. Jangan lupa bahwa Tuhan Yesus telah berkata bahwa kemuliaan di hadapan Bapa dan para malaikat-Nya akan membuat seluruh penderitaan itu tidak berarti lagi. Kemuliaan ini akan segera dinyatakan. Bahkan di dalam ayat terakhir bacaan kita hari ini dikatakan bahwa ada orang-orang yang akan menyaksikan kemuliaan itu terjadi. Ini menunjuk kepada perikop selanjutnya, yaitu peristiwa Kristus dipermuliakan, sekaligus menyatakan bahwa kedatangan Tuhan akan segera terjadi. Kedatangan yang akan membawa kemuliaan bagi barangsiapa setia menyangkal dirinya dan memikul salib mengikuti Kristus, tetapi juga membawa kengerian penghakiman bagi mereka yang menyiksa pengikut Kristus. Siapa yang malu karena Kristus akan kehilangan kemuliaan yang sangat besar, yang telah disediakan Tuhan bagi setiap orang yang mau mengikut Kristus dengan setia.

Begitu banyak orang-orang Kristen yang mengalami kesukaran dan sengsara besar karena Kristus. Ada yang rumahnya dibakar, keluarganya dibunuh, ada yang disiksa, ada yang ditangkap, ada yang rumahnya dibakar, ada yang difitnah dengan keji… begitu banyak yang harus ditanggung oleh mereka demi nama Kristus! Tetapi sudahkah kita memahami bahwa di dalam segala kesulitan dan penderitaan itulah kemuliaan Kristus dinyatakan? Kristus telah terlebih dulu menderita dan dianiaya, bahkan mati disalib inilah yang memerintahkan kita untuk mengikuti Dia. Dia tidak memerintahkan kita untuk mengikuti Dia ketika Dia akan pergi ke surga. Kita memang akan berdiam dengan Dia bersama-sama di dalam kemuliaan-Nya selama-lamanya. Tetapi ketika Yesus Kristus memerintahkan kita mengikuti Dia di dalam Lukas 9, konteks pada saat itu bukanlah saat Kristus akan terangkat ke surga. Sebaliknya konteks pada waktu Yesus Kristus mengajar ini adalah ketika Dia menubuatkan bahwa sebentar lagi Dia akan ditangkap, dianiaya, difitnah, dan dibunuh di atas kayu salib. Kristus mengatakan: “ikutlah Aku” setelah Dia mengatakan: “Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan, dibunuh, dan dibangkitkan pada hari yang ketiga.”

Biarlah kita dengan penuh ketaatan hidup dengan mengikuti Kristus. Kesulitan apapun yang diperoleh karena kita mau berusaha taat kepada-Nya merupakan kesulitan yang telah dijanjikan kemenangan oleh Tuhan Yesus. Marilah kita memohon hati yang penuh keberanian setia kepada Kristus. Di saat penderitaan dan aniaya keberanian dan kesetiaan kita akan diberikan kelegaan oleh Kristus. Biarlah kemuliaan yang sekarang diperoleh Kristus, yaitu kemuliaan yang juga akan menjadi milik setiap orang yang setia kepada-Nya, menjadi kekuatan kita untuk bertahan dan menang. (Jimmy Pardede)