Sabat dan Permulaan Kerajaan Allah

Lukas 13: 10-21
Saya akan mulai dari pertama yaitu mengenai pengertian Sabat yang menjadi kontroversi di dalam percakapan Yesus dengan pemimpin rumah ibadat. Di katakan di sini Yesus sedang mengajar di rumah ibadat pada hari Sabat, Dia berkotbah di situ menyampaikan firman. Lalu ada seorang perempuan yang kerasukan roh. Ini pun tema lain lagi, Yesus mengalahkan roh jahat, ini pun bisa menjadi bagian yang kita bahas. Setan mengganggu dan memberikan dampak yang menyengsarakan orang. Salah satunya adalah perempuan ini sampai begitu bungkuk dengan keadaan yang melampaui keadaan normal. Dikatakan bungkuknya itu seperti kerta yang ditekuk, demikian kalau kita baca di dalam pengertian yang disampaikan oleh Lukas. Dan Yesus melihat perempuan ini begitu menderita, Dia langsung tegakan, dan sambil lakukan itu rohnya langsung pergi. Ini menunjukan kemenangan yang luar biasa. Cinta kasih Yesus kepada perempuan tua ini yang sudah 18 tahun diganggu oleh roh membuat Dia tergerak untuk membebaskan perempuan ini dari kuasa setan. Tapi mulailah pemimpin rumah ibadat marah, “ini apa, mengapa sembuhkan orang pada hari Sabat?”. Dia sebenarnya mau sindir Yesus, kalau dilihat dia marah karena Yesus sembuhkan perempuan tua ini, tapi dia tidak berani tegur Yesus, dia pakai sindiran. Dia bicara ke orang banyak, tapi tujuannya ke Yesus. Dia mengatakan “hai orang-orang, ada 6 hari untuk disembuhkan, datanglah pada hari itu, jangan datang pada hari ke-7”. Ini lagi-lagi masalah Sabat yang diungkit, dan Yesus berkali-kali konflik karena problem Sabat. Bagi orang Israel Sabat adalah hari di mana kita tidak boleh bekerja. Dan mereka sangat ketat dalam melakukan ini, karena mereka tahu di dalam kitab nabi-nabi dikatakan “Aku membuang engkau hai Israel, karena engkau mengabaikan Sabat bagi tanah ini, maka Aku buang kamu”. Maka orang Israel bereaksi dengan mengatakan “sekarang Sabat harus kita jalankan. Kita kompak, kita satu identitas orang Israel, sama-sama menghormati Sabat, sama-sama menghormati perintah Tuhan, tidak boleh kerja di hari Sabat”. Akhirnya mereka mereka membuat peraturan yang banyak diantaranya sengaja dipermainkan oleh Tuhan Yesus. Tuhan tidak peduli tradisi mereka yang membuat Sabat menjadi sesuatu yang ringan, yang sepele, yang ditaati dengan buta tanpa mengerti konsep total dari Sabat. Ini yang mereka lakukan, mereka melakukan pemisahan antara apa yang disebut kerja dan bukan, apa yang boleh di hari Sabat dan tidak. Mereka membuat peraturan ini dan ini bukan Taurat. Taurat tidak mengajarkan dengan cara yang sempit dan kosong mengenai apa yang boleh dan tidak, Taurat memberikan yang lebih dalam lagi yaitu mengenai pengharapan hari ketujuh, tentang pengharapan pemulihan segala sesuatu, tentang damai Allah bersama manusia, dan banyak hal lain yang ditekankan dalam tema Sabat. Dan ini diabaikan manusia demi menekankan mana boleh mana tidak, Yesus sengaja melawan ini. Ketika dikatakan di hari Sabat tidak boleh melawan istirahat, maka mengangkat tempat tidur itu dianggap sebagai pemberontakan. Dan ketika Yesus menyembuhkan seorang yang lumpuh di pinggir kolam, Yesus mengatakan “angkat tilammu dan berjalanlah”. Mengapa disuruh mengangkat tilam, mengapa Yesus tidak mengatakan “berjalanlah dan tinggalkan tilammu”, mengapa suruh angkat? Karena ini justru akan membuat konflik dengan orang-orang Yahudi dan Yesus sengaja bangkitkan ini supaya mengoreksi konsep mereka tentang Sabat. Lalu Dia juga menyembuhkan mata orang buta, lagi-lagi di hari Sabat. Yesus ingin menekankan apa itu pengertian Sabat, dan Yesus menghantam pengertian dari orang-orang yang sempit yang membenarkan diri dan tidak menganggap perlunya melihat posisi yang lain, melihat kemungkinan untuk belajar, melihat ada kemungkinan saya salah menganggap tentang teori Sabat ini dan belajar dari yang lain. Inilah yang Yesus tegur.

Yesus sama sekali sedang tidak menegakan satu kubu yang sangat egois, sangat merasa benar sendiri, tidak. Alkitab sangat menekankan oikumene yang sejati. Dan oikumene yang sejati tidak seperti yang kita pikirkan, tidak seperti yang banyak orang gembar-gemborkan sekarang. Sekarang orang mengatakan oikumene, berarti saya tutup mata, tidak perlu melihat perbedaan, semua sama, tidak ada doktrin, tidak ada denominasi, semua sama. Itu bukan oikumene. Paulus mengatakan ada di antara kamu yang menganggap satu hari penting lebih penting dari yang lain, kamu lakukan itu untuk Tuhan, itu baik. Ada yang lain, menganggap semua hari sama, jika engkau lakukan itu untuk Tuhan, itu juga baik. Kita tetap menghormati orang lain yang melakukan cara berbeda demi motivasi mencintai Tuhan. Alkitab itu sangat indah, Alkitab itu memberikan ruang bagi perbedaan. Itu sebabnya tidak ada kelompok denominasi yang boleh mengklaim bahwa dia atau dirinya adalah kelompok yang mutlak benar dan semua kelompok yang lain harus belajar lewat dia. Reformed tidak begitu. Teologi Reformed dimulai dengan pernyataan sederhana, mari kembali ke Alkitab karena selama ini kita sudah salah mengerti Alkitab. Berarti sambil mengatakan “mari kita kembali ke Alkitab”, sambil mengatakan “kita perlu belajar banyak hal”, karena banyak hal kita ketahui dengan cara yang salah, lalu kembali ke Alkitab. Demikian juga tentang Sabat, Yesus sedang tidak menghina orang yang menghormati Sabat, Yesus sedang tidak menghina orang yang tidak mau kerja di hari Sabat. Tetapi Yesus menolak menghormati orang yang tidak mau menghormati orang lain. Maka di dalam pengertian Tuhan Yesus, hari Sabat itu dilakukan untuk beberapa hal. Yang pertama, hari Sabat adalah hari perhentian untuk ibadah, maka Yesus berkotbah di sinagoge. Hari Sabat adalah hari perhentian untuk ibadah. Saudara mesti memiliki hari dimana Saudara beribadah kepada Tuhan, mendengarkan firmanNya, berdoa padaNya, memuji Dia dengan segenap hati, harus ada. Dan itu adalah hari Sabat yang kita terapkan di dalam hari pertama yaitu hari Minggu. Kemudian yang kedua, Sabat melatih orang untuk tidak serakah. Yang Yesus tegur dari orang Yahudi bukan kegagalan mereka untuk ambil posisi, tapi kebiasaan mereka untuk menghina dan meniadakan posisi yang lain. Ini yang Yesus tegur dengan keras, karena posisi yang mereka tiadakan termasuk posisiNya Kristus yang menekankan tujuan Sabat untuk hari perhentian bagi beribadah, yang kedua melatih diri untuk tidak serakah, yang ketiga hari untuk menikmati Tuhan dengan limpah, yang keempat hari besar itu dimana setan dikalahkan. Ini yang Yesus kerjakan, hari Sabat menaklukan setan, itu cocok sekali. Maka seharusnya pemimpin rumah ibadat itu mengatakan “ada hari sabat untuk menyembuhkan diri dari setan, mari datang hai semua yang kerasukan untuk disembuhkan Yesus di hari Sabat”, karena itulah yang Dia lakukan. Dia mengalahkan setan maka Sabat bebas dari setan. Demikian juga pengertian terakhir, Sabat itu adalah hari perhentian untuk ibadah, hari untuk melatih diri tidak serakah dan bergantung kepada Tuhan, hari untuk menikmati Tuhan, keempat hari untuk menikmati kebebasan dari kejahatan, dan yang kelima hari yang dinikmati setelah pekerjaan selesai. Jadi Yesus punya pengertian Sabat yang dalam. Dan waktu pengertian ini ditolak karena kesempitan orang Yahudi, pada waktu itu Yesus menegur mereka. Poin pertama mengenai Sabat sudah dibahas dengan sangat limpah di bagian ini. Tapi poin ini adalah narasi untuk memuncak ke dalam kalimat yang selanjutnya dari Yesus. Yesus mengatakan “hai orang munafik, bukankah setiap orang diantaramu melepaskan lembunya di hari Sabat, bukankah perempuan ini yang sudah 18 tahun diikat oleh iblis, harus dilepaskan dari ikatannya itu karena ia adalah keturunan Abraham”, bagian inilah yang jadi kontroversi yang sangat besar karena Yesus mengatakan ada perempuan yang adalah keturunan Abraham. Perempuan ini adalah satu dari anak perempuan Abraham. Istilah ini belum pernah terdapat di kitab suci. Yesus menyatakan hal yang sangat kontroversial. Dan Injil sinoptik, Matius, Markus dan Lukas sangat senang mencatat bagian ini terutama Lukas. Lukas sangat senang mencatat ketika Yesus menjadi seorang kontroversialis, ketika Dia menantang tradisi yang tidak memanusiakan manusia. Maka kita ikut Yesus dengan mengatakan tradisi harusnya mencerminkan kelimpahan dari pekerjaan Tuhan membangkitkan manusia. Waktu tradisi itu menghina kemanusiaan, tradisi itu harus kita potong, tradisi itu harus kita lawan.

Kita menghargai tradisi sebagai cara Tuhan untuk menyatakan pekerjaanNya secara umum di tengah bangsa-bangsa. Tapi setiap tradisi ada hal yang rusak, yang membuat manusia tidak dimanusiakan, dan itu yang akan kita lawan. Ketika perempuan dianggap hina, ketika orang dianggap hina, ketika manusia dianggap hina, waktu itu tradisi harus pergi. Karena tradisi lebih rendah dari pada kemanusiaan. Kemanusiaan adalah sesuatu yang harus disupport oleh tradisi. Ini yang Yesus ajarkan, perempuan ini adalah perempuan anak Abraham, son bukan daughter, ini kontroversi. Tapi Yesus sudah penuh kontroversi sejak hari pertama Dia lahir di dunia ini. Dia kontroversi sekali, lahir dari seorang perempuan yang belum menikah. Yesus lakukan ini, cara Dia datang dengan cara seperti ini. Dan Injil Lukas adalah Injil yang paling suka menekankan hal yang kontroversi itu. Maka kalau Saudara suka memberontak harusnya suka Injil Lukas. Tapi yang suka memberontak, memberontaknya pada yang perlu diberontak, jangan berontak pada hal yang tidak perlu diberontak. Jangan berontak sama orang tua, jangan berontak pada tatanan yang baik. Berontak pada prinsip yang salah, tapi jangan berontak pada hal yang benar. Maka ada dobrakan dari Injil Lukas yang menegaskan bahwa tradisi Yahudi jangan diikuti denga buta, tradisi Yahudi harus diikuti dengan pengertian dan pengertian ini akan memuncak di dalam Kristus. Kristus tidak meniadakan tradisi Yahudi, Kristus mengoreksi tradisi yang sudah menyimpang dari tradisi Yahudi yang sejati. Dan tradisi Yahudi salah satunya adalah penghormatan kepada perempuan. Adam dan Hawa diciptakan sebagai gambar Allah, dua-duanya setara. Jadi Injil Lukas adalah Injil yang mendobrak kebiasaan zaman itu yang menekankan ada kelompok yang penting, yang kelompok yang kurang penting. Yesus justru mengatakan “benar ada kelompok penting dan kelompok kurang penting”, Yesus datang bukan untuk meniadakan ini. Tapi Yesus mengatakan “Aku mau pilih dari kelompok yang kurang penting ini”. Lalu yang penting kaget “kami bagaimana?”, Yesus mengatakan “Aku lewati kamu, Aku ambil perempuan, Aku ambil seorang nelayan biasa, Aku ambil seorang mantan pelacur, Aku ambil orang-orang yang kamu singkirkan dari tempat utama, justru Aku ambil mereka menjadi orang yang duduk di tempat utama di dalam kerajaanKu”. Ini yang Dia lakukan. Maka Dia melihat perempuan ini dan mengatakan hal yang kontroversi lagi, yaitu perempuan ini adalah daughter’s of Abraham, dia adalah anak perempuan Abraham. Isitlah baru, bukan son’s of Abraham tapi daughter’s of Abraham, anak perempuan. Dan ini membuat orang-orang yang mengerti Yesus, mempunyai hati melihat orang-orang yang terpinggirkan itu dipanggil. Mereka yang senang melihat apa yang Yesus lakukan, semua bersukacita, sedangkan semua pemimpin menjadi malu. Yesus melanjutkan cerita dengan mengatakan bahwa Kerajaan Alalh dimulai dengan humble beginning seperti ini. Dari perempuan seperti ini yang tadinya dirasuk setan sampai bungkuk lalu Tuhan tegakkan, dari dia Kerajaan Allah akan mulai. Dari perempuan yang tua, yang sudah pendarahan berapa lama, yang tidak berani bicara di depan umum, dari dialah kerajaan itu akan dimulai. Dari nelayan yang tidak dikenal, yang tidak punya kedudukan dan pendidikan, dari sinilah kerajaan itu akan dimulai. Bahkan di dalam Kekristenan mula-mula yang paling banyak percaya berita Injil adalah para budak. Karena orang terdidik mengatakan berita Injil itu adalah kebodohan. Lalu orang yang beragama mengatakan berita Injil adalah batu sandungan. Tapi bagi para budak, ini berita pengharapan. Yesus mengatakan “Aku membebaskan engkau”, dan yang paling rindu dibebaskan adalah para budak. Raja-raja mana mau dibebaskan, mereka senang dengan posisi mereka. Tapi para budak mengatakan “kami perlu berita ini”. Akhirnya orang-orang kecil itu datang dan menjadi anggota kerajaan dan Yesus mengatakan “inilah ragi yang akan mewarnai seluruh bumi, memenuhinya dengan Kerajaan Allah. Inilah biji sesawi yang akan tumbuh menjadi pohon besar”. Dimulai dari perempuan yang dihina, yang Yesus angkat dengan mengatakan “ini pun keturunan Abraham”. Inilah indahnya kerajaan itu. Dan saya sangat senang ketika mendapat kesempatan melihat biji sesawi. Di Malang ada Pdt. Cornelius Kuswanto, ahli PL, dia mendapat gelar doktor di bidang Perjanjian Lama dan dia adalah profesor Perjanjian Lama yang mengajar di SAAT. Waktu satu kali kunjungan, Pdt. Kornelius tunjukan di satu plastik biji sesawi dan itu luar biasa kecil, seperti lobang kertas yang ditusuk jarum kecil, kira-kira sebesar itu biji sesawi, luar biasa kecil. Kalau ini ditaruh di meja, ditiup angin, tidak ada yang peduli. Tapi begitu di tanah, ditanam, dia akan tumbuh jadi tanaman yang bisa dihinggapi burung. Ini benar-benar humble beginning, awal yang tidak bisa dideteksi karena terlalu kecilnya.

Dan ini yang Yesus katakan “Aku memulai KerajaanKu di bumi dengan menyerahkan diri mati di atas kayu salib”. Siapa yang mau raja yang mati di atas kayu salib? Bagi orang Romawi mati di kayu salib tanda pemberontak gagal. Bagi orang Yahudi, mati di kayu salib berarti dikutuk oleh sorga dan ditolak oleh bumi. Apakah ada pemimpin yang mati di kayu salib yang mau disembah? Itu benar-benar tidak masuk akal. Dan Yesus mengatakan “yang Aku panggil adalah orang-orang kecil”, perempuan ini, orang-orang lemah, orang-orang yang tidak dipandang oleh dunia ini, untuk memulai kerajaan yang akan mengambil alih seluruh bumi yang seperti belum pernah terjadi sebelumnya. Tidak ada pengaruh yang bisa mempengaruhi seluruh bumi lebih besar dari pada Kekristenan dan Kekristenan dimulai dari orang-orang yang paling tidak dianggap, para budak, perempuan, orang-orang kecil dan lain-lain. Dan di bagian selanjutnya Yesus mengatakan “seperti ragi yang ditaruh di adonan, akan membuat seluruh adonan dipengaruhi”. Saya sangat senang dengan perkataan Pak Billy, ragi itu tidak perlu ditaruh dengan tepat, taruh sembarangan saja, nanti akan menyebar. Jadi Saudara tidak perlu taruh merata supaya menyebar. Taruh di satu titik nanti semua akan kena, itulah Kekristenan. Dimulai dari satu titik yang kecil tapi akan mempengaruhi semuanya. Inilah yang Yesus sedang katakan. Saudara dan saya sedang berbagian di dalam kerajaan yang menghargai orang yang tidak dihargai oleh dunia, yang menghargai orang yang dipandang sebelah mata oleh dunia. Dan dari situ kerajaan ini berkembang. Saya sangat sedih dengan perkembangan gereja yang terlalu mementingkan orang penting di dalam gereja. Orang penting itu menjadi penting kalau dia rela sujud kepada Tuhan. Tapi Alkitab punya cara lain, perempuan yang untuk ibadah pun diusir, perempuan kalau mau duduk pun orang lain bilang “jauh-jauh, kamu kan kerasukan setan”, itu yang Yesus panggil, taruh di tengah dan mengatakan “ini keturunan Abraham”, dan semua orang menjadi malu. Saya pikir ini satu hal yang perlu kita ingat dan Injil Lukas sangat tepat untuk kita pelajari, untuk mengingatkan kita terhadap humble beginning of The Kingdom. Permulaan yang begitu rendah, begitu remeh, tapi yang mempengaruhi seluruh dunia. Yesus memperhatikan apa yang orang lain atau dunia ini tidak perhatikan. Yesus melihat apa yang dunia ini tidak mau lihat, dan Yesus bahkan dengan berani mengatakan “kerajaanKu akan terdiri dari orang-orang ini dan akan menggoncang dunia”.

Maka biarlah kita sadar diri kita yang rendah supaya kita dipakai Tuhan. Kita sadar kelemahan kita supaya kita tahu di dalam kerendahan kita, Tuhan akan menunjukan kuasaNya. Dan kita tidak boleh remehkan siapa pun karena kita tahu di dalam diri orang yang kita pandang sebelah mata, melalui orang itu Kerajaan Tuhan akan dibangkitkan dan dinyatakan. Kiranya Tuhan memberkati dan memampukan kita untuk melihat apa yang Kristus lihat.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkotbah)

Sudahkah kita Berbuah?

Lukas 13: 1-9
Salah satu menafsirkan yang benar atau kunci untuk menafsirkan yang benar, Saudara dan saya harus tahu bahwa Injil adalah kelanjutan dari kisah yang Tuhan sudah kerjakan di dalam Israel. Injil adalah narasi puncak dari apa yang Tuhan kerjakan di dalam Israel. Jadi Perjanjian Lama dan Israel jadi narasi panjang yang makin lama makin memuncak dan hidup Kristus di bumi adalah puncaknya. Kita tidak bisa memahami keadaan puncak ini tanpa melihat bagaimana Tuhan memberikan pimpinan, penyertaan dan narasi yang makin lama makin naik, makin memuncak. Kristus adalah Sang Israel yang sejati, Kristus adalah Israel yang berhasil sedangkan bangsa Israel adalah umat yang gagal. Waktu Tuhan menyatakan Injil, Tuhan juga akan mengaitkannya dengan peristiwa kehidupan Kristus dengan peristiwa Israel. Misalnya Matius, memulai dengan membahas tentang silsilah, ini adalah apa yang sudah diingat dari Abraham, kemudian Daud, kemudian pembuangan dan pemulihan, sekarang genap di dalam Kristus. Ini bukan cerita yang berdiri sendiri. Saudara tidak bisa nonton film sekuel tanpa lihat bagian sebelumnya. Kita tidak bisa memahami narasi tentang hidup Kristus tanpa dulu memahami apa yang Allah sudah kerjakan di dalam Israel. Sering kali kita salah memahami Kitab Suci karena poin ini, yaitu bahwa kita melakukan pemisahan yang ketat antara Israel dan gereja, pemisahan yang ketat antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, padahal ini adalah kisah yang bersambung, saling berjalin, dan membentuk benang merah yang dimulai dari Kitab Kejadian dan digenapi di dalam Kitab Wahyu. Oleh sebab itu sangat aneh kalau kita memahami kehidupan Kristus tanpa melihatnya sebagai kelanjutan dari kisah Tuhan dan Israel. Tapi kita seringkali bukan hanya melepaskan kehidupanNya dari Perjanjian Lama, kita bahkan kadang-kadang tidak terlalu peduli dengan kehidupan Yesus. Jadi Kristus memperbaiki apa yang rusak dari relasi Tuhan dengan Israel. Di dalam Yeremia 31 dikatakan Tuhan akan memberikan perjanjian yang baru.

Pasal 13:1-9 sedang berbicara tentang ancaman pembuangan yang Yesus katakan kepada orang Israel. Jadi Tuhan mengatakan akan ada ancaman pembuangan, siapa yang diancam dibuang? Di dalam keadaan Israel pada waktu Yesus melayani, banyak sekali sekte-sekte di dalamnya, banyak kelompok. Satu kelompok selalu menganggap diri mereka lebih baik dari kelompok lain, sehingga mereka selalu berseru “Tuhan pasti akan pelihara kami dan akan binasakan kelompok yang lain. Kami pasti kelompok remnant itu, yang Tuhan pelihara sehingga keadaan yang baru itu akan Tuhan pulihkan. Tapi yang lain, semua gagal, semua rusak, semua kacau, hanya kami yang baik”. Ketika ada peristiwa orang disembelih oleh Pilatus, dia sedang mempersembahkan korban, Pilatus tangkap, mungkin mereka melakukan pelanggaran yang bagi Roma pantas dijatuhi hukuman mati, mereka berani lakukan, akhirnya mereka ditangkap dan dibunuh. Lalu darahnya dicampurkan dengan darah persembahan. Mengapa Tuhan tidak bertindak hantam Pilatus? Mungkin karena orang-orang itu memang berdosa, Tuhan memang akan buang kelompok ini. Jadi kelompok yang satu mengatakan “kelompok yang lain akan dibuang oleh Tuhan”. Tapi Tuhan Yesus mengatakan “jangan pikir hanya mereka yang berdosa, sebab kamu pun akan dibuang jika kamu tidak bertobat dari dosa-dosamu”, ini berbicara dalam konteks Israel dan ancaman pembuangan. Apakah kecelakaan itu akibat dosa? Tidak tentu, tapi Yesus sedang berbicara di pasal 13, kecelakaan akibat dosa. Tuhan menghukum karena mereka berdosa. Lalu orang lain mengatakan “mereka dihukum karena mereka berdosa”, tapi Tuhan peringatkan “kamu pun ada di dalam dosa yang sama dan kamu pun diancam dalam ancaman yang sama jika kamu tidak bertobat”. Jadi kita mesti lihat dulu apa yang Tuhan ancamkan kepada Israel, apa yang Tuhan nyatakan harus dikerjakan Israel tapi Israel gagal lakukan? Kita harus telusuri ini jauh ke belakang dan kita kembali di peristiwa Taman Eden. Ada seorang apologetika terkenal namanya Cornelius Van Til, dia di kelas kalau ditanya apa pun selalu akan kembali ke Taman Eden. Kejadian 1 dan 2 menceritakan tentang tugas yang Tuhan percayakan kepada manusia. Tuhan tidak menciptakan manusia hanya untuk menikmati berkat saja, tapi Tuhan menciptakan manusia untuk menjadi berkat. Jadi Tuhan menciptakan manusia untuk menghasilkan buah dan buah ini adalah gambaran atau kata yang sering muncul. Alkitab itu sering memunculkan kata-kata yang seperti sederhana, sehari-hari, tanpa makna yang penting, tetapi sebenarnya memiliki makna eskatologis yang bTuhan tetap pakai manusia untuk menjalankan kehendakNya di bumi. Jadi Tuhan punya kehendak di bumi. Dan apakah kehendakNya? Banyak gereja Injili sulit menafsirkan ini, apa kehendak Tuhan di bumi? Susah ditafsirkan karena tidak mengerti bahwa Tuhan begitu cinta bumi ini dan ingin mengerjakan sesuatu yang akan digenapi di dalam zaman akhir nanti. Jadi Tuhan ingin kita di bumi mengerjakan apa yang Tuhan mau karena Dia mencintai bumi ini, Dia menyukai bumi ini dan Dia ingin bumi ini menjadi seharusnya di dalam rancangan Dia. Tuhan ciptakan bumi untuk apa? Kalau Saudara anggap bumi ini tempat ujian untuk nanti kita ke sorga, “bumi ini tempat sementara”, itu bukan teori Alkitab, itu ajaran Islam, itu ajaran dari banyak agama atau banyak sistem agama. Tuhan ciptakan bumi karena senang bumi. Dan karena begitu senangnya, Dia mempercayakannya kepada manusia, gambarNya. Mengapa Tuhan percaya kepada manusia? Supaya manusia bisa menikmati dan bisa membuat bumi jadi tempat yang dinikmati gambar Allah yang lain. Karena saya mengenal Tuhan baru saya bisa menentukan bisa memilih mana baik mana jahat. Tapi ketika pengenalan akan Tuhan dicopot, diabaikan, lalu saya memilih mana baik mana jahat tanpa peduli Tuhan, saya akan jatuh di dalam dosa yang sudah dilakukan oleh Adam juga. Jadi Saudara dan saya tidak bisa mempunyai pengertian dengan tepat dan benar sesuai dengan rencana Tuhan di bumi milik Tuhan ini, tanpa kita kembali kepada pengenalan akan Tuhan.

Jadi Adam dan Hawa mementingkan pengenalan akan baik dan jahat dengan korban, dengan biaya mengorbankan pengenalan akan Tuhan. Ini yang sering kita lakukan, mengambil sesuatu dengan mengorbankan mengenal Tuhan. Tuhan membangkitkan Israel dengan tujuan yang sama, jadi berkat, penuhi bumi dan nyatakan berkat bagi bumi. Maka Israel harusnya kerjakan ini tapi mereka gagal, mereka gagal melakukan apa yang Tuhan percayakan. Dan Tuhan minta mereka mengerjakan beberapa hal, yang pertama, mereka menyembah Tuhan dan menyatakan kepada dunia ada Tuhan yang menciptkan bumi ini, ada Tuhan yang adalah Raja bumi ini, Dialah Pemilik seluruh bumi ini dan Israel harus menyatakan ini. Kedua, Israel harus menjadi berkat bagi bangsa-bangsa, Israel harus menjadi tempat dimana bangsa-bangsa didoakan dan menjadi berkat dan akhirnya boleh dibawa kepada Tuhan. Ini yang Tuhan mau Israel lakukan, tapi apakah Israel lakukan itu? Tidak, Saudara bisa lihat momen-momen ketika Israel sudah akan lakukan, selalu disusul dengan kegagalan. Kapan momen pertama? Pada waktu pimpinan Yosua, pada waktu mereka sudah mulai kuasai tanah itu, mereka sudah akan memulai proyek ini yaitu menyatakan kepada bangsa-bangsa bahwa ada Tuhan yang mencipta, ada Tuhan yang adalah Raja atas bumi. Lalu mereka akan memulai proyek menjadi berkat atas bangsa-bangsa dan itu mereka gagal lakukan. Karena mereka jatuh dalam penyembahan berhala, Saudara baca Kitab Hakim-hakim dan Saudara tahu yang Tuhan harap mereka lakukan, gagal. Bayangkan, Tuhan sangat mengasihi bumi ini, sangat mencintai dunia ini, dan dunia tetap dikuasai oleh setan, kira-kira ini akan menyenangkan hatiNya atau mendukakan Dia? Yohanes 3:16 mengatakan “karena begitu besar kasih Tuhan akan dunia ini, maka Dia mengirimkan AnakNya yang tunggal supaya setiap orang yang percaya (jadi umat) tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal”, itu bahasa Yohanes jadi umat yang akan tangani tugas Tuhan di dunia ini. Tuhan mencintai dunia ini dan Tuhan ingin Israel melakukan sesuatu. Mengapa dunia dikuasai kejahatan? Mengapa dunia dikuasai oleh koruptor, mengapa dunia dikuasai oleh penjahat? dimana Israel? Mereka menjadi salah satu dari penjahat.

Banyak orang Kristen bukan menjadi berkat, justru jadi salah satu orang jahat, tambah orang jahat, tapi bedanya sekarang orang jahat yang pakai kalung salib, bedanya ini orang jahat yang masih menyanyikan lagu Haleluya Puji Tuhan di gereja. Dan herannya lambang berkat yang Tuhan sering pakai adalah pohon dan buah. Ada 3 yang paling utama yaitu pohon ara dan buahnya, pohon zaitun dan pohon anggur. Israel adalah kebun anggur, Israel akan diam di bawah pohon ara dan lain-lain. Maka waktu Tuhan mengeluarkan Israel dari Mesir, Tuhan menjanjikan “engkau akan duduk di bawah pohon aramu dan menikmati buahnya dengan tenteram. Engkau akan mempunyai kebun anggur yang engkau tidak tanam, yang hasilnya boleh engkau nikmati sepanjang tahun. Engkau akan menikmati buah zaitun yang begitu limpah di tanah itu”. Jadi Tuhan menjanjikan kelimpahan tanah, hasil buah untuk dinikmati oleh Israel. Itu sebabnya pohon ara mempunyai makna berkat, lambang berkat Tuhan bagi Israel. Tapi Tuhan juga mengatakan kalau Israel diberikan berkat buah ara atau buah anggur atau zaitun, mereka harus menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lain. Lalu masuklah dalam kisah ayat 6-9 yaitu mengenai pohon ara di tengah-tengah kebun anggur. Ini aneh, ada pohon ara di tengah kebun anggur, apa maksudnya? Pohon ara adalah lambang berkat Tuhan bagi Israel, sedangkan kebun anggur adalah simbol dari Israel. Jadi di tengah-tengah Israel ada pohon ara. Dan orang Israel selalu menafsirkan pohon ara sebagai bukti berkat Tuhan atau tanda berkat Tuhan. Tapi di bagian ini Tuhan tanya “pohon aramu sudah berbuah atau belum?”. Israel bisa saja tanya “Tuhan, kan Engkau yang janjikan akan beri, mengapa sekarang tuntut kami untuk berbuah?”, justru ini poin yang Yesus mau tekankan, apa yang menjadi simbol berkat juga akan menjadi simbol tanggung jawab. Saudara dapat anugerah dalam hal apa, Saudara akan dituntut tanggung jawab dalam hal itu. Apa berkat yang Tuhan berikan? Keselamatan di dalam Kristus. Kalau begitu apa tanggung jawab yang Tuhan berikan? Kerjakanlah keselamatanmu dengan takut dan gentar. Apa berkat yang Tuhan berikan? Pengenalan akan Allah. Kalau begitu apa tanggung jawab yang Tuhan berikan? Berusahalah kenal Dia. Apakah yang Tuhan berikan? Kekudusan. Apakah yang harus kita lakukan? Hidup kudus.

Jadi antara simbol anugerah dan tanggung jawab ini menjadi satu. Sudahkah engkau berbuah? Pohon ara yang Aku tempatkan sudahkah menghasilkan buahnya? Buahnya apa? Buahnya adalah membuat orang mengenal Tuhan, membuat orang tahu bumi ini milik Tuhan dan membuat orang tahu menjalani apa pun di bumi harus dilakukan dengan cara Tuhan, ini yang Tuhan mau kita kerjakan. Menunjukan ke dunia bahwa dunia ini milik Tuhan. Apa yang ada di bumi? Manusia, apa yang dilakukan manusia di bumi? Berdagang, berpolitik, berelasi, bersosial, masuk dalam dunia pendidikan, menyelidiki alam, dan lain-lain, semua ini adalah hal yang Tuhan senangi. Semua ini mau Tuhan nyatakan sebagai milikNya. Semua ini adalah hal-hal yang Kristus berhak menyatakan diriNya sebagai Raja. Inilah tugas kita, memenuhi bumi dengan prinsip-prinsip tadi, dengan pengenalan akan Allah, dengan cara menjalankan segala sesuatu yang baru. Saya tahu ini tidak mudah, kita berjuang di tengah dunia ini, dan sangat sulit kita berjuang, tapi Tuhan tidak tuntut kesempurnaan dari kita, Tuhan tuntut pertumbuhan. Saudara mungkin tidak sempurna ikut Tuhan, tidak apa-apa, tapi Tuhan tuntut ada perubahan, hari ini Saudara harus bertumbuh sehingga lebih baik dari kemarin. Maka Pak Tong beri definisi kebangunan rohani, kebangunan rohani berarti saya kejar kecepatan Roh Kudus yang selama ini saya lalai ikuti. Selama ini saya jalan dengan kecepatan sendiri, saat ini saya sadar Roh Kudus sudah jalan cepat sekali, sekarang saya kejar, dan kemampuan saya mengejar itulah kebangunan rohani.

Maka marilah kita bertobat dan kembali ke Tuhan, dan mengatakan “Tuhan, ketika Engkau datang dan mengatakan pohon ara ini harus berbuah, tolong saya, saya akan berjuang tapi berikan anugerah supaya pohon ara ini benar-benar berbuah”. Di dalam hal menyatakan kemuliaan Tuhan, menyatakan bahwa Tuhan adalah Raja, ini berarti penginjilan. Menyatakan bahwa ada cara yang Raja ini mau untuk hidup itu dijalani, ini namanya mandat budaya. Inilah yang harus kita kerjakan. Tapi adakah pengharapan selain dengan perintah Tuhan harus berbuah? Ternyata ada, karena di dalam Yohanes 15, Tuhan Yesus mengatakan “Akulah pokok anggur dan kalau kamu ditanamkan ke Aku, kamu akan berbuah lebat”. Jadi Saudara tidak diberikan perintah saja oleh Tuhan Yesus, Tuhan Yesus memberi diriNya supaya Saudara dicangkokan ke Dia dan mengalami buah yang limpah di dalam Dia. Israel gagal karena mereka menolak Yesus. Saudara dan saya akan berhasil kalau kita beriman kepada Yesus. Di dalam Kristus berarti mengutamakan Dia lebih dari apa pun, seperti dikatakan oleh Lukas. Di dalam Kristus berarti Saudara mengasihi Dia, seperti yang dikatakan oleh Yohanes. Di dalam Kristus berarti Saudara dikasihi oleh Dia. Di dalam Kristus berarti Saudara meneladani Dia. Ini semua pengertian berkait dengan iman. Karena di dalam konteks hidupNya di dunia ini, Yesus menjalaninya dengan memberikan contoh, memanggil murid-murid dan mengatakan “seperti yang engkau lihat ada padaKu, kamu harus kerjakan itu juga”. Jadi Tuhan Yesus meminta iman ada di dalam banyak aspek, iman berarti percaya Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang datang ke dunia. Kepercayaan saya bahwa Dia Mesias harus sama dengan kepercayaan yang dimiliki Israel, yaitu bahwa Mesias ini Raja yang akan memimpin kita hidup di dalam cara yang baru. Selama ini dunia ini menutupi kita, menangkap kita, tapi Mesias akan membebaskan kita dan kerajaanNya akan dinyatakan, itulah iman kepada Mesias. Keluar dari sini, Saudara berjuang kembali, “saya milik Tuhan selama-lamanya. Dunia boleh hancurkan, saya akan tetap berjuang dan menang di dalam Tuhan”, nyatakan cara hidup yang lain, nyatakan cara hidup yang sesuai dengan Kerajaan Tuhan, nyatakan cara hidup yang meneladani Kristus di dalam setiap aspek. Inilah yang harus dikerjakan. Maka pikirkan, gereja punya tugas yang banyak, politik yang rusak, ekonomi yang rusak, lingkungan yang rusak. Dan mari kita pikir baik-baik dimanakah kita harus mengambil bagian sebagai bagian dari gerejaNya. Apakah saya harus berdiri di mimbar ini, memperkuat di dalam supaya orang pergi keluar dengan kekuatan dan pengertian yang limpah, ataukah saya menjadi orang yang diutus keluar, itu harus Saudara gumulkan. Saya harus kerjakan apa? Harus digumulkan. Tapi apa pun yang Saudara mau gumulkan nanti, yang paling penting adalah saat ini Saudara dipercayakan apa, itu yang Saudara harus kerjakan. Mari berbuah bagi Tuhan. Doakan juga diri dan orang-orang Kristen supaya tahu bahwa ketika kita terjun kembali ke dalam kehidupan kita, kita bawa tugaa. Kita adalah image of God, gambar Allah yang harus memancarkan kemuliaan Allah di dalam bidang yang kita kerjakan. Maka saya berharap kita mulai melihat pekerjaan Saudara, keluarga Saudara, relasi Saudara, tempat Saudara tinggal, lingkungan Saudara, apa pun yang Saudara alami, konteks hidup Saudara harus dilihat sebagai tempat diman Tuhan mau kemuliaanNya dinyatakan melalui Saudara. Pemikiran ini harus ada pada kita. Mengapa engkau kerja? Bukan hanya untuk uang, tapi untuk menyatakan kemuliaan Allah akan bersinar di sini. Mengapa kita membina keluarga? Bukan hanya untuk diri atau desakan orang tua, tapi karena mengatakan kemuliaan Allah harus bersinar di sini. Mengapa membuat sekolah, membuat lembaga ini, lembaga itu? Karena menyatakan kemuliaan Allah mesti bersinar di sini. Harap ini menjadi beban kita bersama, kita rindu bumi milik Tuhan makin terang bersinar di dalam Injil Kristus. Sekarang Tuhan lakukan di Indonesia, negara dengan jutaan rasa korupsi, kekacauan, kejahatan dan lain-lain. Dan Saudara mengatakan kalau gereja Tuhan melakukan sesuatu, engkau akan lihat buah ara itu dinyatakan di sini dan Kerajaan Tuhan dinyatakan. Tapi jangan cuma mimpi, mulai kerja dari sekarang, melangkah dari sekarang. Kiranya Tuhan memberkati kita.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkotbah)

Kristus Menang dengan Menjadi Korban

Lukas 12: 49-59
Kita sudah membahas beberapa bagian sebelumnya dan ini memberikan kaitan yang indah sekali, kaitan tentang apa yang Tuhan mau kerjakan di bumi ini. Di bagian sebelumnya kita sudah membahas Allah yang menopang kita semua, Allah memberikan pemeliharaanNya, Allah yang menyertai, Allah yang memberikan belas kasihan, dan Allah yang memberikan semua yang diperlukan untuk hidup. Lalu di bagian selanjutnya kita sudah membahas Allah yang menuntut semua orang yang mengenal Dia untuk mengerjakan semua yang Dia mau. Kita adalah hamba dan Tuan itu yang adalah Allah akan datang untuk meminta pertanggungan jawab dari apa yang Dia percayakan kepada kita. Lalu secara otomatis kita mengatakan “Tuhan yang memelihara dan saya punya tanggung jawab kepada Tuhan. Kalau Tuhan sudah pelihara saya dan saya bertanggung jawab kepada Tuhan, maka Dia akan datang lagi dan Dia mengkonfirmasi kesalehan saya, Dia akan datang untuk mengangkat saya”. Tapi bagian selanjutnya justru adalah bagian yang mengagetkan karena Yesus bicara tentang perang, tentang pedang, tentang konflik. Dia mengatakan Dia datang untuk melemparkan api ke bumi dan Dia mengharapkan betapa api itu menyala. Lalu Dia mengatakan “Aku harus menerima baptisan dan betapa susahNya hatiKu sebelum hal itu berlangsung”. Ini adalah sesuatu yang sulit untuk kita terima kalau kita mengerti apa yang menjadi pengharapan orang Israel. Apa yang diharapkan orang Israel, seperti yang dicatat di dalam Perjanjian Lama, itu yang harus kita pahami untuk bisa mengerti pesan Yesus di bagian ini. Maka di dalam pengertian Israel, Tuhan mengijinkan bumi penuh dengan kekacauan, tapi Dia akan datang kembali. Bumi tadinya penuh dengan kemuliaan Tuhan atau bumi akan menjadi tempat yang penuh dengan kemuliaan Tuhan, tapi Tuhan masih menarik kemuliaanNya, belum dinyatakan dengan penuh. Karena manusia jatuh dalam dosa.

Mengapa Tuhan menarik kemuliaanNya? Karena kemuliaan Tuhan otomatis akan menyingkirkan dosa. Jadi kalau Tuhan sudah menyatakan kemuliaanNya dengan sempurna, tidak ada lagi orang berdosa, tidak ada lagi orang fasik, tidak ada lagi orang jahat di bumi ini. Jadi ketika Tuhan akan datang kembali membawa kerajaanNya, kerajaanNya itu akan menyapu bersih semua yang kacau, semua yang kotor, semua yang fasik, semua yang kejam, semua yang jahat. Inilah pengharapan Israel. Maka Israel berdoa “Tuhan, datanglah kerajaanMu”, mereka berdoa ini karena mereka percaya bahwa kedatangan Tuhan melalui Israel. Tuhan adalah Raja dan Dia akan nyatakan kerajaanNya melalui raja yang diangkat di Israel. Ini keunikan yang agung sekali. Tuhan bertahta di langit dan di bumi, tapi tahta Tuhan di bumi diberikan kepada manusia, itu sebabnya manusia menjadi gambar dan rupa Allah. Dan mereka tunggu-tunggu, kapan Mesias datang, karena kalau Mesias ini datang, Kerajaan Allah akan masuk ke bumi, akan menghantam bumi dan membereskan semua. Tuhan akan klaim kembali tanah seluruh bumi menjadi milik Dia. Jadi di dalam pikiran orang Israel akan ada perang besar yaitu pasukan Tuhan akan datang dan seluruh bumi akan hancur. Siapa pasukan Tuhan? Israel percaya bahwa merekalah pasukan Tuhan. Jadi mereka sedang tunggu kapan Tuhan akan datang dan Tuhan akan habisi musuh. Mereka ingat peristiwa Yosua, Yosua dengan sekelompok orang yang mantan anak budak, lalu mereka masuk mengalahkan Yerikho, cuma keliling tembok, tembok bisa runtuh. Maka mereka pikir, “Roma bisa apa sama kami? Nanti kami kelilingi Kota Roma akan runtuh sendiri. Pokoknya nanti kalau Tuhan sudah bebaskan kami, semua penjajah, semua pengacau, semua yang merusak dunia akan dihantam oleh Kerajaan Tuhan”, ini yang mereka harapkan. Jadi Saudara mesti tangkap pola ini, saya tidak mau kita jadi orang Kristen yang mengabaikan apa yang Tuhan kerjakan di dalam Israel, karena itu akan membuat kita tidak mengerti Kitab Suci. Kalau kita tidak mengerti Kitab Suci, kita tidak akan mengerti hidup, dan kalau kita tidak mengerti hidup, apa bedanya kita dengan orang yang bukan Kristen? Harap kita serius dengan pemahaman Kitab Suci. Maka Tuhan sudah menjanjikan nanti ketika Mesias datang semua akan dibereskan, semua akan dihancurkan, Tuhan akan perang dan Kerajaan Tuhan akan menyapu bersih seluruh kerajaan fasik, dan Tuhan akan bertahta di bumi sekali lagi. Jadi konsep Israel adalah Allah itu Raja. Yang menjadi masalah adalah kapan Tuhan membereskan semua kerajaan fasik dan menyatakan KerajaanNya di bumi ini, kapan Tuhan akan bereskan semuanya? Inilah yang menjadi pertanyaan mereka. Dan waktu Yesus menjadi orang yang dicurigai sebagai Mesias oleh orang-orang Israel, “benarkah Dia Mesias? Sepertinya iya”, sebagian bilang begitu, sebagian lagi mengatakan “sepertinya bukan”. Jadi mereka terus berdebat, tapi Yesus terus menunjukan tanda-tanda bahwa Dia adalah Mesias. Jadi masuk Kerajaan Allah itu bukan masuk sorga, ini pengertian harus dirombak, kita semua terlalu platonis. Kerajaan Allah datang bukan masuk sorga, tapi sorga masuk sini. Alkitab tidak bicara kita masuk sorga, tapi sorga masuk sini. Memang kita akan masuk sorga, tapi sorga itu sementara, karena sorga akan datang ke sini, tahu dari Kitab Wahyu. Bukti ayatnya banyaknya bukan main. Bahkan saya akan tantang Saudara untuk balikan bukti, benarkah sorga pengharapan kekal kita? Alkitab mengatakan bukan, karena langit dan bumi yang baru bersatu itulah pengharapan manusia. Itu sebabnya waktu Tuhan suruh Israel membuat kemah suci, kemah suci itu melambangkan bumi. Waktu Tuhan penuhi Bezaliel dengan Roh Allah untuk membuat Kemah Suci, itu adalah perkataan kedua yang memakai Roh Allah bekerja. Perkataan pertama di Kejadian 1 “Roh Allah melayang-layang di atas permukaan bumi”, ini dalam konteks penciptaan. Lalu tidak muncul lagi perkataan Roh Allah mengerjakan apa, ada perkataan muncul “Roh Allah akan ditarik oleh Allah”, sebelum air bah, tapi itu pasti bukan hal yang sama dengan Kejadian 1. Lalu di dalam Kitab Keluaran dikatakan bahwa Roh Allah memenuhi Bezaliel. Kalau Saudara baca dengan teliti, Saudara akan ingat ini kali kedua Alkitab menulis tentang Roh Allah bekerja. Dan kali pertama penciptaan, kali kedua membuat kemah. Mengapa cuma membuat kemah perlu Roh Allah? Mengapa Bezaliel bisa dipenuhi Roh Kudus? Karena dia sedang membuat simbol penciptaan. Lalu membuat kemah suci di tengahnya ada ruang kotak, yang disebut ruangan maha suci, tidak boleh masuk sembarangan, kalau berani masuk akan mati. Mengapa mati? Karena ini lambang tahta Tuhan. Jadi ruang maha suci adalah penantian sorga turun. Dan nanti sorga akan turun, kemah itu jadi simbol yang lengkap. Sekarang tidak ada kemah suci lagi, tidak ada Bait Suci lagi karena kita adalah bait suci. Bait suci itu simbol kehadiran Tuhan, dan itu digenapi oleh Kristus dan kita. Tapi ada yang kedua, bait suci itu adalah tema kosmos, alam semesta ciptaan Tuhan dan itu digenapi oleh langit dan bumi. Kita di bumi, kita adalah imam, dan imam besar masuk ke tempat maha suci, di sorga, Ibrani mengatakan begitu. Dimana Juruselamatmu, dimana Imam Besar itu? Imam Besar itu sudah lewati langit untuk masuk ke ruang maha suci di sorga. Jadi sorga itu ruang maha sucinya, ini pelataran dan isi bait Allah, inilah yang disimbolkan oleh Bait Allah, langit dan bumi.

Maka Kitab Wahyu mengatakan langit dan bumi bersatu, tiap kali Israel lihat bait suci atau kemah suci, mereka mengharapkan langit dan bumi bersatu. Tapi kalau langit datang menghantam bumi, bayangkan sorga menghantam bumi, tidak mungkin orang fasik bisa bertahan, ini lebih mengerikan dari pada air bah, ini lebih mengerikan dari pada penghukuman yang terjadi didalam Kitab Suci. “Ketika sorga turun, tidak bahagia jiwaku”, ini lain dengan nyanyian “sorga turun, bahagia jiwaku”. Karena waktu sorga turun, orang fasik akan hancur. Bagaimana sorga turun? Melalui Sang Raja. Jadi jangan pikir sorga turun itu dengan bentuk bangunan tiba-tiba turun, memang Wahyu berikan gambaran itu, bangunan yang turun, tapi gambaran lain dari Wahyu tentang sorga turun yaitu Mesias datang dengan pasukan malaikatNya yang siap berperang. Bayangkan betapa mengerikannya kita suruh lawan pasukan ini. Waktu bumi dihantam oleh sorga yang turun, maka orang fasik akan hancur dan itulah sebabnya Tuhan mengatakan kepada Nikodemus “engkau tidak akan melihat ini terjadi karena kamu akan ikut hancur”. Yesus kok mengatakan seperti ini? Waktu Kerajaan Allah datang, kamu tidak akan bisa lihat dan tidak akan bisa masuk. Artinya Nikodemus termasuk yang akan disapu keluar. Dan bayangkan betapa terkejutnya orang lihat orang senior, pemimpin agama, seorang sanhedrin, seorang Farisi yang terpandang, datang dengan rendah hati kepada Yesus, mengakui Anak Muda ini sebagai gurunya dan Anak Muda itu bilang “engkau tidak akan ikut lihat waktu Kerajaan Allah datang, engkau akan ikut dibuang bersama orang fasik”. Bayangkan berapa rendah hatinya Nikodemus. Kalau Saudara jadi Nikodemus, Saudara bisa marah-marah. Seluruh dari bagian itu sedang bicara Kerajaan Allah datang kamu akan disingkirkan kecuali kamu berpegang pada Kristus, melihat Dia yang dipaku di atas kayu salib, sama seperti orang Israel melihat ular yang ditinggikan oleh Musa di padang gurun. Mereka sudah digigit ular, tapi mereka melihat ular tembaga dan mereka hidup. Demikian kamu sudah digigit ular, ketika kerajaan datang, kamu akan diusir bersama ular itu, kecuali kamu memandang kepada Dia yang menanggung semua kecemaran dari dosa di atas kayu salib. Jadi Kristus datang untuk menyatakan kerajaan itu, tapi engkau harus percaya kepada penebusan Kristus. Inilah cara Yohanes merombak cara pikir orang Israel, yaitu waktu kerajaan itu datang, kerajaan itu tidak datang dengan perang seperti yang engkau pikir, kerajaan itu akan datang dengan Sang Raja mati di kayu salib. Itu cara Yohanes membahasakannya. Dan Lukas membahasakannya di dalam perikop yang baru kita baca. Kerajaan Allah akan datang dan Yesus mengatakan “Akulah yang akan bawa”. Maka dikatakan di ayat 49 “Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapakah Aku harapkan api itu telah menyala”. Yesus mengatakan “Akulah yang bawa kerajaan itu dan Aku berharap ini segera terjadi”. Tapi ayat selanjutnya mengagetkan karena dikatakan “Aku harus menerima baptisan”. Apa baptisan ini? Kalau kita tidak mengerti baptisan ini, maka kita harus kaitkan itu dengan panggilan Tuhan. Baptisan adalah pengkhususan untuk kerjakan panggilan dan panggilan untuk Kristus berakhir di kayu salib. Jadi Yesus sedang berbicara soal kematian Dia, baptisan adalah kematian Kristus dan ini mengagetkan, Kerajaan Allah datang, Rajanya datang, Anak Daud itu datang, Dia mewakili Allah menjadi Raja di bumi dan Dia akan klaim tahtaNya dengan cara mati. Ini mengagetkan sekali, Yesus mengatakan “inilah yang akan terjadi, kamu mengetahui bahwa Tuhan pelihara kamu, kamu mengetahui bahwa Tuhan adalah Tuan yang kepadaNya kamu harus bertanggung jawab. Dan kamu mengetahui Tuan itu akan segera datang, amatilah Tuanmu itu. Karena Tuanmu akan berperang dengan cara yang berbeda dengan dunia. Berperang dengan mengijinkan DiriNya menjadi posisi korban”, ini luar biasa sekali. Maka Yesus mengatakan “Aku harus menerima baptisan dan betapa susahnya hatiKu sebelum hal itu berlangsung”. Ayat 51 “kamu menyangka bahwa Aku membawa damai. Tidak, bukan damai tapi perang”, ini orang Israel sudah tahu. Karena kalau Kerajaan Allah datang pasti konflik dengan kerajaan dunia ini, tidak ada yang sama. Yesus sedang menyatakan itu. Ketika Kerajaan Sorga datang, langsung konflik dengan dunia ini. Tapi yang mengherankan adalah Kristus ambol posisi baptisan, posisi korban.

Ini yang diteliti dengan sangat baik oleh seorang teolog bernama Jurgen Moltmann. Jurgen Moltmann adalah seorang teolog yang sangat besar. Tapi heran, Allah ambil posisi korban, ini teologi dari Jurgen Moltmann yang sangat penting, Allah sebagai korban. Kristus datang ke dalam dunia ini dan Dia ambil posisi korban, konflik membuat Dia menjadi korban, bukan membuat Dia jadi pemenang. Tetapi uniknya dengan menjadi korban justru Dia jadi pemenang. Inilah pola pikir yang kita tidak bisa mengerti. Dan ini yang Yesus sedang katakan “Aku menerima baptisan dan Aku membawa konflik kepadamu”. Tuhan mengatakan “kalau engkau mengikut Aku berarti engkau bagian dari Kerajaan Allah yang sedang perang dengan dunia ini. Dan peperangan ini harus diperangi dengan engkau mengambil posisi korban”. Papa menyerang anak karena anak ikut Yesus, anak menyerang papa karena papanya ikut Yesus. Keluarga jadi pecah dan orang yang ikut Yesus akan konflik dengan keluarga tapi Yesus mengingatkan “Aku sudah terima baptisan, Aku ambil posisi korban”, maka Tuhan mengatakan kepada pengikutNya “engkau pun harus ambil posisi korban”. Ini adalah berita yang sangat mengejutkan, begitu merombak pemikiran dari orang Israel menafsirkan Perjanjian Lama. Itu sebabnya kalau kita tidak mengerti bahwa kedatangan pertama Kristus bukan untuk menghantam dunia ini dengan kekerasan tapi untuk menjadikan diriNya korban. Maka kita tidak akan mengerti apa maksudnya membawa sorga ke bumi, sorga dibawa ke bumi dengan meneladani apa yang Kristus bawa ke dalam bumi ini dan Dia bawa prinsip pengampunan sorgawi, Dia bawa prinsip kerelaan menjadi korban dari sorga, Dia membawa prinsip rela menyerahkan diri mengganti orang lain dari sorga ke bumi, ini yang Yesus bawa. Yesus tidak bawa emas sorga, tidak bawa malaikat sorga. Waktu Dia datang, Dia datang menjadi bayi kecil yang sangat rentan untuk mati, Dia tidak pernah undang malaikat untuk jaga Dia. Ini berita yang benar-benar sulit dimengerti, mengapa Dia yang paling berkuasa mengambil posisi korban? Ini di luar pikiran kita. Dan ini harus kita mengerti di dalam kerangka pikirnya orang Yahudi, Kerajaan Allah datang, bumi akan dihantam pakai posisi korban. Jadi korban mana bisa menang? Ini yang terus kita kemukakan, kalau kita korban mana bisa menang, harus hantam orang dulu baru bisa menang. Makanya kita lakukan apa yang perlu untuk punya kekuatan. Saudara dan saya masih terlibat dalam pola pikir yang lama yaitu pakai kekuatan untuk bisa berhasil. Bagaimana berhasil? Pakai kekuatan. Supaya tidak dipukul? Pukul duluan. Supaya tidak dihantam? Hantam duluan.

Ini teologi yang sangat penting karena Jurgen Moltmann melihat apa jadinya bumi kalau kita terapkan prinsip ini. Orang Kristen mengikuti Kristus menjalani cara ini menjadi korban dari hari pertama Kekristenan berdiri sampai sekarang dan tidak pernah gagal menyebarkan pengaruhnya.
Dan di dalam ayat 54 dan selanjutnya, Yesus memberikan peringatan, peringatan ini bukan untuk murid tapi untuk orang yang menindas para murid. Yesus mengatakan “apabila kamu melihat awan naik di sebelah barat, kamu berkata akan datang hujan dan itu terjadi. Kalau kamu lihat angin selatan bertiup, kamu berkata hari panas terik dan hal itu memang terjadi”, ini adalah orang yang biasa membaca cuaca. Tuhan Yesus mengatakan “Kerajaan Allah juga datang dengan tanda dari korban ini”, ketika umat Tuhan terus kamu tindas, harap kamu ketahui itu adalah tandanya Kerajaan Allah sedang dinyatakan. Ini peringatan bagi orang yang menindas. Orang yang menindas diperingatkan dengan cara mengatakan bahwa bukti kekalahan dari korban ini adalah bukti bahwa Kerajaan Allah akan menang. Ini mengagetkan sekali. Tapi itu yang Yesus lakukan. Yesus mengatakan inilah tandanya kalau kamu hai orang munafik tahu lihat tanda langit, mengapa tidak bisa menilai zaman ini? Maksud Yesus adalah waktu Dia dipaku di kayu salib, waktu Dia jadi korban, kamu harus tahu bahwa Kerajaan Allah sudah datang. Dan ini tidak lepas dari kebudayaan Yahudi pada waktu itu, karena mereka percaya mereka akan jadi korban dulu baru Kerajaan Allah datang. Maka Mesias yang menderita itu sudah datang dan Dia akan menghantam bumi dengan kerelaanNya menjadi korban. Lalu Dia panggil kita, Dia panggil kita untuk menjalankan prinsip sorga di bumi. Dan prinsip sorga itu adalah “Aku akan hantam bumi dengan menginjinkan diriKu dihantam. Aku akan hancurkan kerajaan bumi dengan mengijinkan diriKu menjadi korban”, inilah cara salib, dan inilah cara yang Tuhan ajak kita untuk kita lakukan. Saudara dan saya reaksi pertama akan mengatakan “mustahil, mana bisa seperti itu”, tapi Kristus membuktikan bukan hanya ini berhasil tapi sudah dijalankan selama ribuan tahun. Selama 2.000 tahun Kristen mengambil posisi korban dan selalu berhasil menancapkan pengaruhnya. Maka biarlah kita belajar hal ini, Saudara dan saya dipanggil untuk menjalankan keindahan hidup bersama dengan Kristus yang sedang menyatakan Kerajaan Allah. Mari jadi anak-anak Kerajaan ini. Sampai suatu saat Dia datang memulihkan seluruh KerajaanNya dan kita masuk di dalamnya. Kiranya Tuhan memberkati kita dengan prinsip yang begitu indah, agung, tapi juga menakutkan ini.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkotbah)

Pengertian Tanggung Jawab

(Lukas 12: 41-48)
Pasal 12 adalah pasal yang sangat indah karena di bagian tengah sampai bagian yang kita baca membahas tentang dua hal yang perlu diseimbangkan di dalam mengenal Tuhan. Hal pertama, Injil Lukas 12 bagian tengah ini mengingatkan kita kepada pemeliharaan Tuhan, ini sudah kita bahas dalam beberapa pertemuan yang lalu. Tuhan memelihara umatNya, memelihara kita, mengetahui kebutuhan kita dan mencukupkan segala yang kita perlu. Jadi kita dengan aman melihat kepada Tuhan dan mengatakan “Dialah sumber dari semua yang saya perlukan. Dialah sumber dari segala kebaikan. Dialah sumber dari segala yang saya perlu untuk hidup. Di dalam Dia saya tidak perlu apa pun yang lain, Dia akan memberi kepada saya apa yang saya perlukan untuk menjalankan hidup yang Dia inginkan”. Jadi bagian pertama ini sangat indah, karena menekankan kepada kita tentang pengharapan kepada firman dan juga kepercayaan kepada janji Tuhan. Di dalam Kitab Suci, Tuhan menyatakan janjiNya di dalam konteks yang luar biasa sulit. Waktu Tuhan menyatakan janji, janji itu justru diberikan di dalam keadaan orang-orang tidak mendapatkan kemungkinan melihat pengharapan. Pada waktu tidak ada pengharapan, justru pada waktu itu pengharapan Tuhan dinyatakan. Ada seorang bernama Gerhard Sauter, dia menulis satu artikel yang berjudul tentang pengharapan Kristen yang benar. Apa yang disebut dengan pengharapan, mengapa pengharapan Kristen itu disebut pengharapan, apakah sama dengan pengharapan dunia atau tidak. Di dalam bagian di awal artikel, dia membahas tentang keunikan Tuhan memberikan janji. Tuhan memberikan janji di dalam wadah yang unik, yaitu wadah di dalam ketiadaan pengharapan. Tuhan akan selalu temukan cara, akan create cara untuk pelihara Saudara dan saya di segala keadaan. Ini yang bisa kita pelajari, Tuhan adalah Tuhan yang sudah berjanji dan menunaikan tanggung jawabNya didalam menjalankan janjiNya. Dia bukan bertanggung jawab kepada kita, tapi pada janjiNya sendiri. Dia mengikat diriNya dengan janjiNya dan Dia setia mengerjakannya. Tapi ini adalah bagian pertama mengenal Tuhan sebagaimana dinyatakan Lukas 12.

Bagian selanjutnya, Lukas 12 menyatakan tentang tanggung jawab, bagian yang tadi kita baca. Engkau mengandalkan Allah sebagai yang menopang hidup, engkau harus tahu bahwa Dia yang menopang hidup adalah yang berhak menuntut pertanggung-jawaban dari hidup kita. Dia yang setia pada perjanjianNya, Dia juga yang menuntut kita untuk setia kepada perjanjian yang kita ikat kepada Dia. Jadi Tuhan bukan hanya sekedar yang memelihara, Dia juga Hakim yang menuntut kita untuk bertanggung jawab. Maka kita sampai pada bagian yang sebenarnya sangat indah tapi mungkin kurang disukai banyak orang yaitu bagian tentang tanggung jawab. Tuhan mengatakan “Aku yang sudah pelihara engkau, juga adalah yang akan menuntut tanggung jawab dari engkau. Bagaimana pekerjaan yang Aku percayakan, sudah diselesaikan atau belum? Sudahkah engkau menjalankan kewajibanmu? Sudahkah engkau mengerjakan yang Aku percayakan untuk engkau kerjakan?”, Tuhan akan tuntut. Jangan pikir hidup kita adalah hidup yang cuma terima berkat, pemeliharan dan topangan setiap hari. Selalu ada sense tanggung jawab yang Tuhan terapkan dalam diri Tuhan, masukan di dalam hati yang harus kita jalankan. Kita bertanggung jawab kepada Tuhan. Yohanes Calvin mengatakan seluruh makhluk sebenarnya bertanggung jawab kepada Tuhan, sebagai ciptaan. Tuhan adalah yang berhak atas kita, karena Dia pencipta kita. Atas dasar itu saja pun Tuhan berhak menuntut seluruh tanggung jawab yang Dia mau tuntut dari kita, tanpa kita bisa tuntut balik, tanpa kita bisa lari dari Dia. Jadi Tuhan berhak menuntut tanggung jawab dan Dia akan lakukan itu. Maka Tuhan Yesus mengingatkan meskipun kamu nyaman di dalam pemeliharaan Tuhan, jangan terbuai lalu merasa kedekatan dengan Tuhan itu sebagai kedekatan yang intim, yang baik, yang penuh kasih, itu benar, tapi di sisi lain juga penuh dengan pertanggung-jawaban. Saya harus bertanggung jawab kepada Tuhan, saya tidak boleh lalai, saya harus bertanggung jawab di dalam hidup. Tema tanggung jawab ini secara unik dibahas oleh seorang bernama Nicholas Wolterstorff, ia menulis tentang kasih, justice dan lain-lain. Di dalam tema keadilan yang dia tulis, dia mengatakan bahwa orang sering menuntut hak, diperlakukan tidak adil karena haknya dicabut. Tetapi sebenarnya ada satu yang harus dituntut yaitu ketika kita dicabut dari kewajiban, kalau saya tidak dibiarkan mengerjakan kewajiban saya, saya pun sedang dilanggar kemanusiaannya. Ini tema yang jarang kita protes, “saya protes, mengapa saya tidak diberi kewajiban, mengapa saya tidak dituntut bertanggung jawab, mengapa saya tidak dihakimi, mengapa tidak ada yang tuntut saya untuk mempertanggung-jawabkan perbuatan saya? Saya marah karena saya sedang tidak dihakimi”, jarang yang seperti itu. Ini yang Wolterstorff bilang kekurangan di dalam dunia kita, kita pengejar hak, kita pengejar kenikmatan, kita pengejar jalan pintas, kita pengejar kesenangan. Dan Tuhan melatih umatNya untuk bertanggung jawab kepada Dia, melalui orang-orang yang Dia tunjuk sebagai wakil Dia. Siapa wakilNya? Hamba Tuhan contohnya, ini Alkitab yang mengatakan. Jadi hamba Tuhan menjadi wakil dari Tuhan untuk menuntut jemaat atau orang bertanggung jawab kepada Tuhan. Lalu siapa lagi? Pemerintah, guru, dosen, orang-orang yang menjadi kelapa Saudara, itu yang Tuhan pakai untuk melatih Saudara bertanggung jawab kepada Tuhan. Jadi bagaimana cara bertanggung jawab kepada Tuhan? Salah satunya adalah dengan saya bertanggung jawab kepada lembaga atau orang yang Tuhan percayakan mewakili Dia untuk menuntut pertanggung- jawaban kita. Jadi ada dua sisi, Tuhan adalah Tuhan yang pelihara sekaligus yang berhak menuntut tanggung jawab kita, apakah engkau sudah kerjakan yang baik? Apakah engkau sudah jalani hidup dengan benar? Apakah engkau sudah kerjakan tugas yang Tuhan percayakan? Apakah engkau sudah melihat Tuhan sebagai hakim yang berhak dan akan menuntut pertanggung-jawaban dari hidup kita secara detail dan ketat? Ini harus kita pahami. Tuhan kita bukan Tuhan yang longgar, yang waktu kita datang dan mengatakan “maaf Tuhan, agak pegal sedikit, jadi mohon maklum”. Tuhan tidak akan mengijinkan kita mengalami keadaan longgar seperti itu karena Dia sedang latih kita untuk bertanggung jawab. Itu sebabnya dua sisi ini perlu kita kenal dari Tuhan, dua sisi yang sangat indah sebenarnya, yaitu Tuhan menjadikan kita manusia sejati dan manusia sejati itu menjadi manusia waktu dia kerjakan tanggung jawabnya sebaik mungkin. Mari kita latih diri, apa yang Tuhan yang percayakan kita kerjakan dengan sungguh, dengan tepat, dengan akurat, demi Tuhan bukan demi manusia.

Maka Tuhan menyatakan diri sebagai yang akan minta pertanggungan jawab dan yang akan mempercayakan kita lebih lagi kalau kita bertanggung jawab. Di dalam ayat 43 dikatakan “berbahagialah hamba yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu ketika tuannya itu datang. Aku berkata kepadamu sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia sebagai pengawas segala miliknya. Siapa yang bertanggung jawab akan terus ditambahkan kepercayaan oleh Tuhan”. Ini dianggap sebagai hak istimewa, bukan beban ayau pemanfaatan orang. Seringkali di dalam gereja Tuhan orang yang dipercaya itu pasti diminta untuk mengerjakan banyak hal. Kalau Saudara tidak percaya, coba kerjakan pelayanan dengan bertanggung jawab, tidak pernah terlambat, selalu baik, selalu beres, pasti akan ditambah. Jika tujuan akhirnya mau senang-senang, ini yang membuat tanggung jawab tidak relevan di dalam pencapaian hidup atau pun di dalam menjalankan hidup sehari-hari. Proses itu menyebalkan, proses itu menyusahkan, makin pendek proses makin baik keadaannya. Jadi saya tidak perlu kerja, tidak perlu bertanggung jawab, yang penting hasil akhir, ini yang sedang dilatih oleh dunia kita. Maka kita menjadi orang gampangan, orang yang senang hal instan, serba cepat, yang segera, demi nama efisiensi. Tapi kalau efisiensi awalnya digembar-gemborkan supaya produktifitas bertambah, sekarang kita hidup di dalam efisiensi sebagai esensi, “apa nilai hidupmu?”, “efisiensi adalah nilai hidup saya. Efisien untuk efisien”, ini yang merusak di dalam dunia sekarang. Makanya sekarang kita lihat segala sesuatu yang sifatnya instan sudah mematikan ketekunan kita untuk berproses. Di sini siapa yang mengatakan “saya lebih senang mendengarkan kotbah kalau langsung to the point saja, tidak putar-putar kemana dulu, demi efisien”, apa yang bisa dikotbahkan dalam 15 menit, mengapa mesti 1 jam? Tapi saya melatih Saudara untuk membangun argumen, membangun pengertian dulu untuk mendapatkan pengertian puncaknya, tidak langsung main potong. Tapi zaman ini menawarkan segala sesuatu yang efisien, supaya kita tidak perlu berproses, tidak terbiasa memikul tanggung jawab, tidak terbiasa memikul hal yang sulit, yang kita tidak mau tapi harus kita pikul. Maka segala sesuatu yang efisien menjadi dewa kita, kita lakukan apa pun dengan seefisien mungkin. Makan kalau bisa efisien, apa pun efisien, apa pun kalau bisa lakukan dengan segampang mungkin.ini sangat tidak tepat.

Lalu dalam ayat 45 dikatakan “akan tetapi jikalau hamba itu jahat dan berkata di dalam hatinya: tuanku tidak datang-datang. Lalu dia mulai memukul hamba laki-laki dan hamba-hamba perempuan, dan makan minum dan mabok, maka tuan hamba itu akan datang pada hari yang tidak disangkakannya”. Waktu baca ini saya sedikit aneh, sedikit tidak mengerti karena yang pertama Tuhan membahas tentang bertanggung jawab kepada Tuhan, mengapa swing-nya, antitesisnya adalah orang yang merampok, memukul dan mabok, ini agak aneh. Ini tidak adil, orang bertanggung jawab lawannya adalah orang yang lalai, tapi mengapa di sini dikatakan orang yang bertanggung jawab lawannya adalah orang jahat? Ini cara Alkitab membahas tentang bedanya orang kudus dan tidak. Tidak ada titik tengah, tidak ada netral, yang ada adalah orang yang positif baik atau negatif jahat. Maka Alkitab mengatakan di sini orang yang tidak suka bertanggung jawab adalah seperti orang yang suka pukul orang lain, menindas orang lain dan suka mabok. Ini sebenarnya gambaran untuk hidup sembarangan, hidup untuk diri, dan punya kekuatan untuk menjalankan hidup untuk diri. Jadi orang bertanggung jawab di dalam pengertian yang Yesus bagikan adalah orang yang mengerti bagaimana hidup di dalam komunitas. Mengapa dia kerjakan tanggung jawab? Karena dia tahu dia tidak hidup sendiri, dia tahu ada komunitas, dia tahu ada orang lain yang akan bertanggung pada tugas dia. Kalau dia tidak beres, dia akan pengaruhi orang lain juga, maka dia kerjakan pekerjaannya karena dia sadar dia hidup di dalam komunitas. Orang yang tidak sadar dia hidup di dalam komunitas adalah orang jahat.

Lalu di dalam bagian akhir Tuhan Yesus mengatakan ada hamba yang tahu dan tidak. Yang tahu dan tidak kerjakan, dihukum lebih besar, yang tidak tahu dan tidak kerjakan, hukumannya lebih kecil. Ini artinya apa? Ada seorang bernama Joel Green, seorang ahli Perjanjian Baru memberikan pengertian yang bagi saya indah sekali, dia mengatakan di dalam konteks ayat 47-48, Tuhan Yesus sedang berbicara tentang pemimpin dan bukan pemimpin. Siapakah yang tahu dan melanggar? Itu pemimpin yang melanggar. Siapa yang tidak tahu dan melanggar? Itu bawahan yang melanggar. Jadi di sini sedang ada pembedaan antara hamba Tuhan atau pemimpin dengan orang yang dipimpin. Pemimpin adalah orang yang tahu, waktu dia melanggar akan dipukul keras. Yang bawahan adalah orang yang tidak tahu, waktu melanggar pukulannya lebih ringan. Jadi bagian ini sedang mengajarkan siapa dipercayakan jadi pemimpin tanggung jawab harus dikerjakan dengan lebih keras. Karena sebagai pemimpin, engkau lalai, engkau akan dipukul lebih keras dari pada jemaat yang lalai. Inilah yang Tuhan Yesus ajarkan. Di sini ada keindahan mengenal Tuhan, Tuhan adalah yang akan topang hidup Saudara, tapi juga yang akan berhak menuntut tanggung jawab. Kalau saat ini Tuhan panggil kita, atau nanti malam atau besok Tuhan panggil kita, lalu Tuhan tanya “sudahkah engkau bertanggung jawab di dalam hidupmu?”, beranikah kita bilang “iya, saya sudah bertanggung jawab”. Biarlah ini kita pikirkan baik-baik. Dan saya akan tutup dengan 3 poin singkat mengenai bagaimana bertanggung jawab di hadapan Tuhan, bagaimana saya bisa dianggap sebagai orang yang bertanggung jawab di hadapan Tuhan? Pertama, kalau saya punya sense waktu itu singkat, waktu pendek, saya mesti kerjakan sebaik mungkin, karena kesempatan untuk kerjakan ini mungkin tidak ada lagi besok. Sense seperti ini harus kita miliki. Perasaan bahwa mungkin ini yang terakhir saya mendedikasikan untuk Tuhan. Saya kerjakan sebaik mungkin”. Inilah sense waktu yang kita perlukan untuk bertanggung jawab kepada Tuhan, ini kesempatan saya untuk mendedikasikan hidup bagi Tuhan, mendedikasikan pekerjaan bagi Tuhan, saya harus kerjakan sebaik mungkin. Lalu hal kedua, Saudara harus punya perasaan tanggung jawab untuk apa yang ada di depan. Kerjakan apa yang ada di depan. Kadang-kadang banyak mahasiswa punya idealisme tinggi, “apa cita-citamu?”, “membebaskan Indonesia dari kemiskinan, membebaskan Indonesia dari politik yang korup, membebaskan Indonesia dari keadaan kesenjangan yang besar”, lalu ditanya “papermu sudah dikumpulkan?”, “belum”, “mengapa belum selesai papernya?”, “karena tugas saya adalah membebaskan Indonesia dari kemiskinan, membebaskan Indonesia dari kesenjangan”, itu omong kosong. Orang yang tidak kerjakan PR-nya hari ini, tidak perlu bicara soal mau kerjakan apa 5 tahun lagi, karena yang satu bulan saja tidak beres apa lagi yang lima tahun. Jadi poin kedua di dalam bertanggung jawab kepada Tuhan adalah kerjakan yang Tuhan percayakan sekarang. Jangan demi ide-ide masa depan, kita mengabaikan apa yang harus kita kerjakan sekarang. Lalu hal ketiga, tanggung jawab dihadapan Tuhan berarti mempersiapkan hal yang Tuhan mau percayakan nanti, saya sudah persiapkan sekarang. Saudara diberi uang, Saudara harus pikirkan ketiga hal ini, yaitu saya harus kerjakan apa dengan uang ini, apa yang harus saya pertanggung-jawabkan pada saat ini, kemudian yang ketiga masa depan itu saya siapkan dengan cara apa dengan uang ini, dengan menabungkah, dengan invest kemanakah? Jadi unsur ini harus ada. Saudara mungkin punya panggilan ke depan “saya mau kerjakan ini, saya mau melakukan ini”, persiapannya harus dilakukan dari sekarang. Orang-orang yang menyerahkan diri jadi hamba Tuhan, dari sekarang sudah mulai cicil baca buku teologi dan lain-lain. Ketiga hal ini bisa membuat kita bertanggung jawab dengan baik di hadapan Tuhan. Kerjakan dengan waktu yang ada, dengan mengatakan “ini waktu terakhir, saya harus kerjakan sebaik mungkin”. Yang kedua selesaikan tanggung jawab yang dipercayakan sekarang. Lalu yang ketiga mempersiapkan ke depan suatu cita-cita atau ide yang dari sekarang mulai dirintis. Kalau dari sekarang kita tidak rintis apa pun, berhenti bercita-cita, berhenti mimpi. Karena mimpi itu akan terjadi ketika Saudara sudah tentukan strategi melangkahnya itu ke mana. Saudara jangan mimpi ke depan kalau tidak ada persiapan sekarang, apa yang kita inginkan ke depan harus dipersiapkan sekarang. Orang yang mimpi omong kosong adalah orang yang punya impian tapi tidak mau kerja untuk mencapai itu. Kalau kita mau kerja, kita terus realistis, kita targetkan sedikit-sedikit tapi makin lama makin bertambah. Ketiga hal ini menjadi suatu hal yang bisa kita kejar, yaitu menyadari waktu sempit, bertanggung jawab untuk apa yang dipercayakan saat ini dan mempersiapkan tanggung jawab di dalam rencana besar di masa depan. Kiranya Tuhan memimpin untuk kita menyadari bahwa ada Allah yang menuntut pertanggung-jawaban kita yang berhak untuk menjadi hakim dan meminta kita untuk mengerjakan apa yang Dia perintahkan. Kiranya Tuhan memberkati kita semua.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkotbah)

Hamba yang berjaga-jaga

(Lukas 12: 35-48)
Bagian ini sulit kita pahami kalau kita tidak tuntas memahami bagian sebelumnya mengenai kekhawatiran. Di dalam ayat 33 dikatakan “jualah segala milikmu dan berikanlah sedekah. Buatlah bagimu pundi-pundi yang tidak menjadi tua, suatu harta di sorga yang tidak akan habis, yang tidak didekati pencuri dan tidak dirusakan ngengat. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada”. Bagian ini kita sudah bahas di dalam pertemuan 2 minggu yang lalu. Bagian ini tidak mengatakan bahwa Saudara dan saya tidak boleh punya uang, tidak boleh punya tabungan dan lain-lain. Tapi bagian ini mengingatkan tujuan kita mengumpulkan harta itu adalah tempat di mana hati kita berada. Harta untuk apa, di situ hati kita ada. Kemana Saudara dedikasikan harta, disitulah hati kita. Maka kalau harta kita kumpulkan untuk kesenangan, di situlah hati kita. Kalau kita kumpulkan dan akhir yang kita mau capai adalah untuk kejayaan, kekayaan atau kebahagiaan, disitulah hati kita. Jadi Tuhan Yesus hanya memberikan 2 alternatif di sini, hati untuk dunia atau hati untuk Kerajaan Allah. Jika kita memberikan hati kita untuk Kerajaan Allah, maka apa yang kita miliki akan kita dedikasikan untuk itu, termasuk harta. Ini penting untuk kita pahami. Orang bodoh adalah orang yang mengorbankan persahabatan demi uang, supaya dia dapat uang, dia bayar pakai friendship, tipu teman, tipu orang, tipu sana-sini, akhirnya dia mengkompromikan atau mengorbankan yang lebih mahal demi dapat yang lebih murah. Uang itu lebih murah dari pada persahabatan. Kamu hargai uang, kamu akan korbankan yang lain untuk itu. Jadi salah satu indikator kerohanian yang baik adalah Saudara harus tahu uang itu untuk apa, di situ akan ada bukti hatimu ada di situ. Jadi Tuhan Yesus memberikan pengajaran yang penting sekali di sini, bahwa apa yang kita kerjakan untuk mencari uang dan bagaimana kita menghabiskan uang itu adalah pertanda hati kita ada di mana. Ini penyakit yang menjangkiti semua manusia, “saya punya uang, saya pakai untuk apa”, itu akan membuktikan saya orang seperti apa. Jadi sebelum kita membuktikan kerohanian lewat berapa banyak ayat yang kita hafal atau berapa saleh kita, atau berapa rajin kita ke gereja, ada indikator yang seringkali dilupakan yaitu uang. Bagaimana engkau bersikap terhadap uang ini akan menentukan kerohanianmu bagaimana. Uangnya untuk apa, bagaimana cara dapat, kemana akan disalurkan, lalu hatimu menginginkan apa dari uang itu, ini semua indikator penting. Jadi kalau begitu saya kerja untuk apa? Yesus menawarkan alternatif, kerja untuk Kerajaan Allah. Kerja untuk Kerajaan Allah tidak berarti kontra “kalau begitu saya tidak perlu pelihara anak saya, karena kerja untuk Kerajaan Allah. Uang bukan untuk beli susu tapi dipakai untuk janji iman KKR, jadi kalau kamu nangis, nangislah sampai mati karena tidak ada gunanya”, bukan seperti itu. Yang dimaksudkan adalah “saya pelihara anak dengan tujuan Kerajaan Allah. Saya bekerja dengan tujuan Kerajaan Allah. Saya hidup dengan tujuan Kerajaan Allah”. Kerajaan Allah yang menjadi fokus, itu yang dimaksud dengan kumpulkan harta di sorga. Alkitab memberikan konsep sorga yang beda dengan yang kita pikir. Kita kalau dengar sorga langsung pikir “bumi di bawah, sorga di atas. Jadi saya kerja di bumi, rekeningnya di sorga. Itu konsep yang salah, bukan itu yang Yesus bilang. “Kumpulkan harta di roga” maksudnya adalah invest untuk Kerajaan Allah yang mau dinyatakan di sini. Jadi kalau Saudara pikir invest di Kerajaan Allah itu “nanti kalau saya mati, masuk sorga, Tuhan bilang: sungguh amat baik pekerjaanmu, ini ada mahkota”, bukan itu. Yang Yesus maksudkan adalah “kalau engkau bekerja untuk Kerajaan Allah dinyatakan di bumi, itu tidak mungkin gagal”. Jadi saya pakai waktu, uang, tenaga, kekuatan untuk melakukan apa yang perlu untuk Kerajaan Allah dinyatakan di bumi, itu yang namanya kumpulkan harta di sorga. Mengapa buka bisnis? Untuk memajukan Kerajaan Allah di bumi. Mengapa sekolah? Untuk mempersiapkan diri memajukan Kerajaan Allah di bumi. Apa yang dimaksudkan dengan memajukan Kerajaan Allah di bumi? Maksudnya adalah pengaruh sorga makin besar di bumi oleh karena apa yang kita kerjakan, itu namanya kumpulkan harta di sorga. Di sini kita akan bahagia karena kita tidak pernah dituntut oleh Tuhan untuk mengerjakan Kerajaan Allah itu sendiri. Tuhan Rajanya dan kita anggota Kerajaan, ada banyak orang akan memperjuangkan Kerajaan ini berdasarkan bagian masing-masing. Maka kita berperan berdasarkan bidang kita masing-masing. Inilah yang menyenangkan, Tuhan akan cukupkan kita dan Dia akan suruh kita kerjakan berdasarkan yang Dia sudah cukupkan itu. Itu sebabnya identitas kita justru aman di dalam konsep kerajaan ini. Saya adalah saya yang melayani Tuhan di dalam bidang yang Tuhan percayakan kepada saya dengan hal-hal yang Tuhan cukupkan bagi saya untuk saya mentutaskan bagian saya di dalam Kerajaan Allah dan Tuhan akan perhitungkan itu sebagai mengumpulkan harta di sorga. Jadi kita tidak perlu lihat orang lain dan mengatakan “kok dia kerja itu, tapi saya tidak? Saya juga ingin kerjakan itu”, Saudara makin berkaca kepada orang lain, makin stress, makin ingin mirip orang lain akan membuat Saudara makin tertekan.

Kita hidup di dalam dunia yang sudah mengacaukan panggilan ini, kita diberikan 4 dusta oleh dunia, yang membuat kita tidak mau melakukan panggilan. Dusta pertama adalah delusi atau dusta yang namanya independensi, “saya independen, saya tidak perlu bergantung, saya bisa menghasilkan semua sendiri, tanganku yang kerja keras untuk mencukupkan apa yang aku perlukan”. Van Til pernah mengatakan orang yang mengatakan tidak ada Tuhan itu sedang pakai udara dari Tuhan, kekuatan dari Tuhan, energi dari Tuhan untuk bilang tidak ada Tuhan, ini lucu. Hirup udara dari Tuhan, pakai paru-paru dari Tuhan, pakai rongga dada dari Tuhan, pakai otot dada untuk dia mengembang diafragma dan lain-lain, juga dari Tuhan. Setelah itu hembuskan nafas, pakai pita suara dari Tuhan, lidah yang lincah dari Tuhan, untuk mengatakan kalimat yang bukan dari Tuhan “tidak ada Tuhan”, itu menggelikan sekali. Kalau benar-benar percaya tidak ada Tuhan, jangan pakai apa pun dari Dia, dan karena itu tidak mungkin ada orang mengatakan “tidak ada Tuhan”, tanpa pakai anugerah dari Tuhan. Jadi inilah yang tidak mungkin dalam delusi independensi, itu penipuan diri yang paling besar.

Penipuan kedua dari setan adalah “saya berhak tentukan tujuan sendiri”, ini yang juga kacau. “Saya berhak tentukan tujuan sendiri”, benarkah? Tidak benar, karena saya dirancang dan dianugerahkan oleh Tuhan untuk menjalankan apa yang Tuhan mau saya jalankan. Maka hal yang kedua, ada godaan dari dunia untuk mengatakan “tentukan sendiri tujuan, kamu hidup untuk apa, bebas. Apa yang kamu lihat di televisi, kamu mau seperti itu, silahkan. Kamu sudah nonton dan kamu ingin jadi seperti itu, boleh, kejarlah apa yang kamu inginkan. Kejar cita-citamu”, ini pembicaraan umum yang Saudara bisa temukan dimana-mana “you are free as a bird”, tapi saya mau tanya bisakah burung pipit yang biasa kita lihat tiap pagi, dia melihat seekor elang terbang, kagum “aku ingin seperti itu”. Tidak bisa. Karena Saudara mempunyai tujuan yang harus kembali kepada Tuhan. Dan apa pun yang dikerjakan di dalam tujuan yang benar, itulah yang akan memajukan pengaruh dari Kerajaan Allah di bumi ini, itu yang kita mau kejar, itu yang namanya kumpulkan harta di sorga. Maka saya diperlengkapi oleh Tuhan, saya dicukupkan oleh Tuhan, saya bergantung kepada Tuhan. Yang kedua, saya kalau bergantung kepada Tuhan, saya mesti kerjakan apa yang Tuhan mau.

Lalu ketiga, saya akan mendapatkan kesenangan yang Tuhan berikan. Kesenangan yang Tuhan berikan, bukan kesenangan yang saya kejar. Apa bedanya kesenangan dari dunia dengan kesenangan dari Tuhan? Kesenangan dari dunia ini menjadi candu, karena Saudara butuh dosis lebih untuk menikmati kesenangan yang sama, itu candu. Sedangkan kesenangan dari Tuhan, dengan dosis yang sama, Saudara mendapatkan kenikmatan yang berlimpah, itu dari Tuhan. Kitab Suci kita segini terus, tidak pernah ditambah, tapi saya menikmati membacanya dengan level yang lebih saat ini dibandingkan dengan 10 tahun yang lalu. Sepuluh tahun yang lalu saya baca Alkitab, senang, sekarang saya baca, lebih senang lagi. Apakah karena dosisnya ditambah? Tidak, mengapa lebih senang? Itulah sukacita dari Tuhan. Sukacita dari Tuhan itu memakai dosis yang sama untuk kesenangan lebih. Kesenangan dari dunia itu candu, karena pakai dosis yang lebih untuk kesenangan yang sama.

Yang keempat adalah jangan tertipu, harus dedikasi ke Tuhan. Jangan berikan dedikasimu ke yang lain, hanya Tuhan. Inilah yang membuat kita mampu hidup dengan mengumpulkan harta di sorga. Apa mengumpulkan harta di sorga? Empat hal ini, bergantung kepada Tuhan, mengerjakan yang Tuhan mau, menikmati sukacita dari Tuhan dan yang keempat menyembah Tuhan.

Itulah yang dibahas di ayat 35-46, dan Tuhan Yesus memberikan ilustrasi seperti hamba yang menjaga rumah, demikian kita di bumi ini. ini bumi milik Tuhan dan Tuhan mau kita menjaganya. Maka kita tinggal di bumi ini sebagai hamba. Sebagai hamba saya harus kerjakan yang Tuanku mau, sebagai hamba saya terima dari Tuanku apa yang menjadi bagianku, sebagai hamba saya berdedikasi hanya kepada Tuan. Inilah yang Yesus katakan, maka di dalam ayat 35 “hendaklah pinggangmu tetap berikat”, ini gambaran orang Israel kelaur dari Mesir, ikat pinggangmu seperti orang yang berperang. Jadi Tuhan mengatakan siap sedialah setiap saat, kerjakan hal-hal yang tadi kita bahas, 4 poin tadi, kerjakan dengan sungguh-sungguh, jangan sampai jatuh, jangan kumpulkan harta di bumi, jangan selewengkan hatimu, sehingga engkau hanya mencari apa yang ada di bumi ini. Tetapi kerjakan Kerajaan Tuhan dengan semangat yang sungguh, dengan penuh dan dengan serius, maka engkau akan mendapat sukacita dari Tuhan. Di ayat 37 dikatakan “berbahagialah”, kalau tuan itu sudah pulang, tuan itu akan menjamu engkau. Sekarang kita bayangkan ada sebuah rumah, ada hamba-hamba melayani, waktu tuannya datang, tiba-tiba tuannya mengatakan “semua budak kumpul, duduk di meja makan”, lalu semua budak mulai duduk di meja makan, tuannya mulai potong-potong daging, masak, kemudian sajikan ke budak-budaknya. Setelah itu tuannya sapu-sapu, beres-beres, cuci piring, kira-kira pemandangan seperti ini bisa ditemukan dimana? Kalau menurut Tuhan Yesus, di kerajaan akhir nanti. Ayat 37 “berbahagialah hamba-hamba yang didapati tuannya berjaga-jaga ketika ia datang. Aku berkata kepadamu, sesungguhnya ia akan mengikat pinggangnya”, ia adalah tuannya. Tuannya akan mengikat pinggangnya dan mempersilahkan mereka, mereka adalah budak, duduk makan dan ia (tuan) akan datang melayani mereka (budak). Mengapa budak dilayani? Inilah janji Tuhan. Tuhan bahkan mengatakan “kalau engkau melayani Kerajaan Allah, Aku pun akan menyediakan sukacita bagimu”. Bukan berarti Tuhan menjadi pelayan dan kita menjadi tuan, kita tetap budak, Dia tetap Tuan. Tapi Dia Tuan yang rela melayani kita yang budak. Ini sukacita menggabungkan beberapa hal, yang pertama menggabungkan relasi. Ada tuan yang begitu memperhatikan kita sehingga rela merendahkan diri untuk memberikan bahagia ke kita. Lalu yang kedua, di sini juga ada relasi yang setara, meskipun Dia juga Pemimpin dan Kepala, Dia rela sama dengan kita. Lalu yang ketiga, di sini ada bahagia, kita diberikan makanan. Makan itu simbol bahagia, itu sebabnya makan berkait dengan bahagia dan saat tenang. Saudara kalau istirahat makan siang, tidak mungkin makan sambil kerja, kalau makan sambil kerja berarti deadline sudah dekat dan Saudara kurang bertanggung jawab di dalam waktu. Orang kalau makan sambil kerja itu bukan berarti overload, tapi karena salah manajemen waktu. Maka makan adalah keadaan tenang, apalagi kalau perang, tidak mungkin perang sambil makan. Jadi keadaan makan ini penggambaran keadaan sukacita, keadaan akhir yang Tuhan janjikan. Dan ini bahagia yang Tuhan akan berikan kepada kita. Maka inilah yang dikatakan oleh Tuhan Yesus “kamu harus siap sedia”. Tapi jangan takut, keadaan siap sedia ini akan memberikan berkat besar, pada waktu Tuhan datang, Dia akan jalin relasi dengan engkau, memberikan apa yang engkau perlu, bahkan melayani engkau demi sukacitamu.

Tapi yang harus dilakukan adalah jagalah pekerjaan ini, berhati-hatilah. Sama seperti engkau menjaga harta di dunia, demikian engkau harus menjaga panggilan di dalam Kerajaan Sorga. Tuhan Yesus memberi contoh, kalau engkau tahu pencuri datang kapan, engkau tidak perlu jaga-jaga setiap saat. Tapi Tuhan akan minta pertanggungan jawab itu di saat yang kita tidak tahu kapan. Maka kita harus senantiasa menjaga hidup dan panggilan di dalam Kerajaan Tuhan karena kita tidak tahu kapan Tuhan akan datang. Sama seperti orang dunia tidak tahu kapan pencuri akan datang. Maka di sini ada perbadingan yang indah antara bagian ini dengan sebelumnya. Saudara kalau punya harta, pasti dijaga baik-baik. Orang kalau sering lupa mengunci rumah, itu tandanya di dalam rumahnya tidak ada apa-apa, kecuali dia secara psikologis rumit, dia sengaja buka pintu untuk membuat pencuri pikir di dalam tidak ada apa-apa, padahal di dalam justru ada apa-apa. Maka kalau Saudara punya harta, akan kunci baik-baik. Kita amankan harta kita karena kita tahu harus kita jaga dan kita tidak tahu kapan pencuri akan datang. Tidak ada pencuri yang kasi pengumuman. Maka Tuhan Yesus mengatakan kalau untuk harta dunia kamu jaga begitu hebat, sekarang untuk harta sorgawi apakah kamu akan kerjakan dengan longgar? Harusnya tidak longgar, engkau akan dengan penuh waspada jaga, karena tahu kalau Tuan datang, Dia akan minta pertanggung-jawaban. Dan saya tidak tahu kapan Dia akan datang, saya harus bersiap sedia kapan pun”. Kalau Tuhan Yesus datang sore ini, bisakah kita mengatakan “Tuhan, datang saja. Saya sudah siapkan, saya sudah kerja apa yang saya bisa”. Mengerikan sekali kalau kita belum kerja apa-apa, lalu kita undang Dia datang. Perkataan Paulus “oh Tuhan, datanglah segera”, apakah kita berani bilang seperti itu? Maka dikatakan di sini hidup sebagaimana seharusnya, sehingga kapan pun Tuhanmu datang, engkau sudah siap. Kiranya ini menjadi berkat untuk kita mempertanggung-jawabkan panggilan Tuhan di bumi ini, mengerjakan panggilan sorga sesuai kehendak Tuhan dan mengetahui Dia menyediakan semuanya, Dia mencukupkan semuanya dan Dia memimpin di depan.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkotbah)

Tanggung Jawab dan Tugas Iman

(Kejadian 12: 1-9)
Kadang orang merasa sudah tahu tentang iman. Iman itu kan percaya, iman itu kan percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan satusatunya Juruselamat, iman itu kan anugerah Tuhan, kita tidak bisa usahakan apa pun juga. Kadang-kadang kalau kita tidak ditanya lebih lanjut, kita merasa kita sudah tahu apa itu iman. Kita pikir kita tahu, kita pikir kita merasa semudah itu bisa beriman, kita pikir kita tahu lumayan komplit, iman itu percaya kepada Yesus yang sudah bangkit, menebus dosa kita, menggantikan kita. Mudah menjawabnya, kalau ujian agama mungkin nilainya bisa A, kalau ujian tertentu seperti katekisasi bisa dapat 100. Tapi iman tidak sama dengan nilai pelajaran agama. Iman adalah sesuatu yang hidup, yang tidak hanya cukup dijawab oleh pengertian-pengertian kita saja yang sangat terbatas, dan kita tidak pernah kaitkan di dalam seluruh pengertiannya. Karena kalau kita ditanya hal-hal sederhana seperti ini, seringkali kalau kita dikejar dengan pertanyaan yang lebih mendasar, mungkin saya juga tidak tahu, Saudara juga tidak tahu. Kita rasa, asumsi, itu namanya bukan tahu, itu pra-pengetahuan, artinya kita berasumsi kita sudah tahu, dan mungkin selama ini kita seperti itu. Karena hidup Kristen kita bisa berjalan dengan pengertian iman yang ala kadarnya. Ala kadarnya itu kita percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Juruselamat, kita bisa hidup hari demi hari, kita masih bisa berdoa, kita masih bisa saat teduh, tapi ternyata iman seperti itu adalah iman yang ala kadarnya, yang sampai akhir membuat kita menjadi orang Kristen yang macet. Berapa banyak Saudara dan saya, mungkin sudah ada yang mengalami atau belum, merasa hidup Kristen begitu-begitu saja, macet. Memang tiap minggu ke gereja, mana berani tidak ke gereja. Karena iman rasanya cukup bergulir satu hari demi satu hari, iman itu “yang penting saya sudah baca Alkitab, sebelum makan berdoa, sebelum tidur berdoa, dan kemudian ke gereja setiap minggu”. Tapi itu adalah iman standar yang cukup saya dan Saudara bergulir sampai mati dan KTP kita tetap Kristen. Tapi kalau Saudara mau punya iman yang hidup, Saudara mesti pikir tiap hari seperti ini, pekerjaan Tuhan, beban yang Tuhan percayakan, ada di atas. Kalau iman kita di bawahnya, kita punya iman yang mekanis, bisa bergulir sampai kita mati, dan kita tetap Kristen, tapi kita sampai mati tidak pernah lihat apa-apa yang Tuhan kerjakan, sampai mati tidak pernah lihat kemuliaan yang Tuhan nyatakan, sampai mati kita tidak mempunyai kelimpahan hidup orang beriman yang katanya Kristen. Bukankah Kitab Ibrani mengatakan “iman adalah melihat hal yang tidak kelihatan”. Kalau saya tidak punya iman yang cukup untuk melihat, saya tidak akan melihat. Seperti Saudara ke Bromo, kalau Saudara naik sampai ke kawah, Saudara akan lihat sunrise yang bagus. Tapi kalau tidak naik ke atas, tidak akan bisa melihat indahnya sinar matahari, karena tidak sampai ke atas, tidak cukup levelnya untuk lihat. Ini yang sebenarnya Saudara dan saya harus kejar, minta kepada Tuhan “Tuhan, tolong beri saya iman yang cukup untuk sampai ke sini, supaya saya bisa lihat setiap sunrise itu luar biasa, setiap sunrise itu begitu indah, setiap sunrise itu Tuhan begitu ajaib”. Kalau setiap hari kita seperti itu maka hidup kita sangat hidup sebagai orang Kristen. Dan inilah yang kita sama-sama pikirkan, untuk jadi seperti itu apa yang harus kita lakukan. Kalau iman cuma diberi, apakah kita tinggal bengong saja, apakah kita tinggal tunggu, berdoa setiap hari, dan akhirnya iman itu akan bertumbuh? Kejadian memberikan kita satu bunga rampai, “hendaklah imanmu yang diberikan oleh Tuhan berjalan bersama Tuhan dan berakhir di dalam satu kemenangan di dalam Tuhan”.

Hari ini akan memikirkan 2 poin itu, what is your responbility of faith, apa kewajiban iman Saudara? Karena seringkali karena kita merasa karena iman itu anugerah, maka seolah-olah “kan bukan saya yang minta, Tuhan yang beri, jadi Tuhan yang tanggung jawab”, itu kesalahan besar. Iman memang diberi, tapi setelah itu kita diberi untuk bertanggung jawab. Bukankah Allah menciptakan manusia untuk hidup dan bertanggung jawab. Karena kalau bukan begitu, kita bukan manusia. Kita diciptakan untuk bertanggung jawab, maka di dalam hal iman pun kita punya satu responbility untuk beriman dengan tepat kepada Tuhan. Mari kita baca Kejadian 12:1-9, tanggung jawab pertama kita adalah faith is a matter of total and radical step, iman itu bukan hanya sekedar “saya setuju, saya mempercayakan hidup saya”, tapi harus ada tugas yaitu seberapa radikal Saudara beriman kepada Tuhan. Apa maksudnya radikal? Kita kadang-kadang sudah rancu, radikal adalah sama dengan ISIS, kelompok radikal, kita yang salah mengerti. Radikal, kata artinya adalah akar, seberapa berakarkah Saudara dan saya beriman kepada Tuhan? Seberapa besar perubahan secara akar kita beriman kepada Tuhan? Ini panggilan ketika Abraham disuruh pergi dari tanah, pergi dari sanak saudara, pergi dari bapa, seperti seolah-olah dia dicabut dari akarnya, dipindahkan dari Ur, dari nenek moyangnya, ke suatu tempat yang baru yang akan diberitahukan oleh Tuhan. Tanah di zaman itu bukan hanya sekedar pindah rumah, di dalam Alkitab setiap kali disebut tanah sama dengan apa atau cara hidup apa di atasnya. Jadi kalau pindah dari Ur pergi ke tanah yang lain, berarti cara hidup Ur dibuang semua, ditinggal. Karena cara hidup Ur di atas tanah Ur, kalau dia pindah ke tanah perjanjian, cara hidup di atasnya harus sesuai dengan perjanjian Tuhan. Maka perjanjian tanah ini merupakan perpindahan perncabutan seakar-akarnya yang cukup besar. Maka sama, Saudara dan saya ketika berpindah dari orang tidak percaya menjadi percaya, dari orang Kristen KTP menjadi orang Kristen sesungguhnya, maka sudahkah Saudara dan saya seakar-akarnya tercabut dan kemudian masuk ke dalam medium yang baru ini, tempat yang baru untuk hidup? Cara kita berpikir, cara kita kuliah, cara kita bisnis, cara kita mengerti mana yang baik dan tidak, mana yang berharga mana tidak, mana yang penting mana tidak, mana yang mahal mana murah, mana yang asyik mana tidak, mana yang keren mana tidak, semuanya tidak ada yang berubah. Ini sangat bahaya kalau Saudara dan saya tidak pernah berakar. jangan-jangan setiap hari kita Kristen KTP. Karena secara akar kita tidak pernah berubah tempat, mediumnya tidak pernah berubah, tidak ada perpindahan. Tapi tidak ada perpindahan secara pola pikir, itu sangat bahaya. Ini harus kita pikirkan, kita selama ini sekolah, kuliah, pilih apa pun, pertimbangannya apa? Terkadang kita tidak Kristen pertimbangannya. Saudara akan sulit sekali bertumbuh imannya. Karena iman kita tidak pada level yang sama dengan pekerjaan yang dipercayakan oleh Tuhan kepada kita. Sampai mati Kristen, masuk sorga karena Alkitab yang mengatakan diberi imannya. Tapi begitu saja hidupnya, sama sekali tidak bisa melihat apa-apa, tidak bisa dipakai Tuhan. Saudara yang jadi orang tua, Saudara sekolahkan anak di sini atau di situ, pilihannya apa, mengapa sekolah di situ? Supaya anaknya dapat les Bahasa Inggris, Bahasa Mandarin, Bahasa Korea, 10 bahasa dicekokin ke anaknya, supaya apa? Tidak ada yang salah dengan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, tapi Saudara dan saya tidak cukup radikal beriman kepada Tuhan, dalam arti “Tuhan, iman saya diberi oleh Tuhan, saya harus kerjakan itu untuk Tuhan”. Dalam hal apa pun juga, Saudara pakai kartu kredit, diskon makanan, Saudara makan tidak? Boleh makan, tapi mengapa makan, pertimbangannya apa? Itu yang kadang membuat kita berpikir “ya sudahlah, saya Minggu ke gereja, saya beri perpuluhan, saya pelayanan, saya datang PA. Tapi saya mau pakai kartu kredit, atau apalah, selama saya tidak mencuri uang orang, tidak masalah kan?”, salah. Saudara tidak cukup radikal untuk berpikir secara Kristen. Dan memang itu ternyata membuat hidup kita lebih sulit. Ini yang sebenarnya di dalam kisah Abraham, Abraham dicopot dari seluruh akar-akarnya, masukan dalam medium yang baru supaya dia bertumbuh menjadi punya pemikiran yang baru.

Di dalam hal ini Tuhan memberi ruang pergumulan, Abraham pun ada yang namanya delay, pergumulan, dan itulah iman yang hidup. Saudara untuk taat Tuhan, kalau Saudara otomatis bisa taat, saya tanda tanya. Tapi kalau kita ada pergumulan, justru itulah mungkin iman Saudara sedang bertumbuh. Di sini kalau kita baca bagian atasnya, Saudara akan menemukan daftar keturunan Terah, kemudian dia mengajak Abraham pergi, sebenarnya bukan Abraham sendiri, tetapi Terah. Ayat 31 dikatakan “lalu Terah membawa Abram, anaknya, serta cucunya, Lot, yaitu anak Haran, dan Sarai, menantunya, isteri Abram, anaknya; ia berangkat bersama-sama dengan mereka dari Ur-Kasdim untuk pergi ke tanah Kanaan, lalu sampailah mereka ke Haran, dan menetap di sana”. Maka kita seolah-olah dapat gambaran ternyata bukan Abraham yang inisiatif pergi. Tapi ini dijelaskan di dalam Kisah Para Rasul waktu kotbah Stefanus bahwa sebenarnya Abraham dipanggil Tuhan sejak dari Ur-Kasdim, dia somehow pergi bersama Terah ke Haran dan terjadi delay di Haran sekian tahun. Sampai akhirnya pasal 12 ketika Abraham dipanggil kembali oleh Tuhan dan setelah Terah mati, dia baru pergi ke Tanah Perjanjian. Maka terkadang di dalam pergumulan mengikuti Tuhan di dalam pergumulan beresponsible terhadap iman kita, kita bisa menemukan ada delay tertentu, atau ada pergumulan, atau hambatan tertentu dan itu adalah suatu hal yang real. Maka ada delay, kesulitan tentang keluarga, ada kesulitan yang namanya uang, ada kesulitan yang namanya social value yang ada di sekitar kita. Ketika Abraham menunggu janjiNya Tuhan, bukankah dia akhirnya menuruti suggestion-nya Sarah “tidak apa-apa ambil budak, nanti anaknya legal menjadi anakmu”, pada zaman itu hal seperti itu tidak masalah, itu bukan suatu perselingkuhan, kita tidak bisa melihat zaman sekarang. Zaman itu adalah tawaran yang sangat win-win solution. Sarah dan Abraham sepakat untuk Abraham menghampiri budak Sarah, karena anak dari budak ini nanti akan menjadi anak Abraham dan Sarah juga, itu tidak apa-apa. Saudara akan mendapati tawaran itu, win-win solution. Bukankah dunia ini selalu mengajari kita win-win solution? Saudara pasti akan mendapati itu ketika keluar dari gereja, dan saya juga, tawaran yang sama-sama untung. Tapi masalahnya, pertanyaan yang dilupakan adalah “is that radical?”. Saya kalau ambil tawaran itu, iman saya sudah radikal, berakar pada Tuhan tidak? Ternyata kadang-kadang kontra, win-win solution kadang berlawanan dengan iman kita yang radikal.

Kemudian hal kedua dalam responbility iman adalah faith is a matter of journey. Iman adalah perjalanan. Saudara kalau beriman Kristen berharap mendapat ketenangan batin yang tidak akan berubah, Saudara salah masuk ruang ibadah. Karena iman adalah perjalanan. Kita tidak diajar untuk mempunyai iman yang statis, yang tidak pernah bergerak, yang tidak pernah dikejutkan, yang tidak pernah dilatih oleh Tuhan, itu adalah iman yang pasti bukan dari Alkitab. Pertama Abraham, kalau Saudara lihat Abraham itu terus bergerak. Di Sikhem, Betel, Hebron. Dalam Bilangan 9, ketika orang Israel pergi dari Mesir, bukankah mereka dipimpin oleh tiang awan dan tiang api juga? Journey, tiang awan dan api berhenti pagi, berangkat sore, berangkatlah mereka. Berhenti satu hari, berhentilah mereka. Berhenti dua bulan, berhentilah mereka. Berhenti lebih dari dua bulan, disitulah mereka. Tapi ketika sesaat harus jalan, jalanlah mereka. Karena iman adalah perjalanan. Iman kita dilatih untuk iman yang berjalan. Mengapa berjalan? Karena Saudara dan saya punya duty of faith, tugas iman. Bukankah Efesus 10:2 mengatakan kita diberikan iman untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan baik yang telah Allah percayakan sebelumnya. Apa itu pekerjaan baik? Tolong orang dengan memberi makan? Bukan. Penginjilan? Iya betul, tapi bukan hanya itu. Di sini kita lihat di dalam perjalanan Abraham, kita menemukan 2 pekerjaan baik yang harus dilakukan. Secara sederhana Teologi Reformed mengelompokan menjadi mandat budaya dan mandat Injil. Tapi di dalam bagian bacaan kita, kita bisa melihat kita diberikan iman untuk bisa melakukan tugas, tugasnya adalah reclaiming, isu reclaiming, mengambil kembali, ini adalah isu peperangan. Saudara kalau dijajah, Saudara ambil kembali, ini namanya perang. Isu reclaiming ini seperti Saudara masuk ke tempat musuh, mengibarkan bendera Saudara dan kemudian musuh akan segera menyerang Saudara. Isu reclaiming itu harus ada di dalam pikiran kita semua ketika kita beriman kepada Tuhan Yesus. Tuhan Yesus mau kita menjadi orang-orang yang me-reclaim kembali. Di dalam Abraham, Saudara coba perhatikan, dimana Abraham datang, apa yang dia buat di situ? Mezbah, sebelahan dengan pohon Terbantin di More, dan nanti ada dimana lagi. Berarti dia masuk dalam satu kawasan yang peribadatannya tidak mengenal Allah yang sejati, begitu dia masuk, dia seperti berjalan, me-reclaim kembali. Dan itu tugas Saudara dan saya, dimana pun Saudara pergi, Saudara seperti masuk ke satu tempat, apakah di situ Saudara sudah me-reclaim true worship kepada Tuhan? Karena kalau tidak demikian kita tidak melakukan pekerjaan iman, pekerjaan yang baik yang sudah Allah siapkan sebelumnya tidak kita lakukan. Karena Saudara dan saya diberi tugas untuk me-reclaim kembali milikNya Tuhan. Semua peribadatan, semua iman, semua orang harusnya menjadi milik Tuhan, karena Dia yang memberi dari awal. Tapi karena manusia jatuh dalam dosa maka terpencar-pencar.

Maka Saudara dan saya disuruh me-reclaim kembali semua iman ini layaknya didedikasikan kepada siapa. Dan kalau Saudara perhatikan, Sikhem menjadi tempat pertama Abraham diberi janji, nanti keturunannya akan banyak, pasal 12. Lalu ini terwujud berapa ratus kemudian, Saudara menemukan kota Sikhem lagi di dalam Alkitab? Lebih dari 500 tahun kemudian ketika Yosua selesai menaklukan seluruh Kanaan dan menantang seluruh Israel “hai Israel, hari ini pilih, mau beribadah kepada Allah, beribadah kepada allah nenek moyangmu di seberang Sungai Efrat, atau beribadah kepada allah orang Amori yang sekarang kamu duduki?”. Dan 3 pilihan ini selalu Saudara dan saya hadapi di dalam me-reclaim peribadatan yang benar, me-reclaim iman yang benar. Saudara akan berhadapan dengan ini, Allah sejati, allah nenek moyang Saudara, termasuk agama lain atau termasuk cara pengertian Kekristenan yang salah sama sekali, yang turun-temurun tapi Saudara tidak tahu isinya apa, atau allah orang Amori yang tanahnya mereka duduki, berarti allah kontemporer, versi Kristen yang macam-macam dengan pengajaran yang macam-macam, yang sekarang sedang trend. Tugas kita kedua di dalam iman adalah reclaim the land, me-reclaim kembali tanah. Karena setelah itu, Abraham berjalan dari Sikhem, Betel, Hebron. Dari Ur-Kasdim masuk ke Haran dari atas, dia melalui seluruh tanah itu seperti menginjak kembali step “ini punya Tuhan, ini punya Tuhan, ini punya Tuhan”. Kita sendiri punya field masing-masing, yang berkeluarga, keluarga ini miliknya Tuhan, yang bekerja, kerja ini milik Tuhan, yang dibisnis “bisnis saya ini millik Tuhan, yang di sosial media “sosial media ini punya Tuhan”. Bagaimana cara Saudara me-reclaim kembali dimana Saudara berjalan? Ini adalah tugas kita semua, karena iman itu tidak diam, iman itu bukan hanya untuk dimasukan di kulkas, kita keluarkan setiap hari Minggu, kita masukan ke microwave, jadi aman. Masukan ke kulkas lagi, hari Minggu masukan microwave lagi, ke gereja, jadi hangat, setelah itu masukan kulkas lagi, jadi aman. Tapi kita harus punya iman yang sifatnya punya semangat untuk me-reclaim kembali, untuk mengambil kembali. Saya tahu saya punya tugas yaitu saya harus tahu kepada siapa saya beribadah, saya harus tahu saya sudah ditebus oleh Tuhan Yesus karena itu impact-nya apa, di dalam society seperti apa, di dalam pekerjaan seperti apa. Dan harap ini menjadi pekerjaan kita semua, supaya kita membaca Abraham, kita tidak membaca “wah, sempurna sekali imannya”, tapi kita membaca ini sebagai kisah iman yang disempurnakan oleh Allah. Karena setiap orang imannya akan disempurnakan oleh Tuhan. Ibrani 12 mengatakan bahwa marilah kita memandang kepada Kristus yang akan menyempurnakan kita. Hanya dua pilihan, Saudara mereclaim atau Saudara yang di-reclaim oleh dunia.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkotbah)

Sikap Terhadap Harta

(Lukas 12: 22-34)
Di dalam bagian ini kita melanjutkan pembahasan mengenai sikap terhadap harta. Pada bagian ini Yesus memberikan peringatan untuk tidak khawatir, tidak menjadikan khawatir sebagai motivasi untuk bekerja, motivasi untuk mencari uang, motivasi untuk menjalankan tugas, panggilan dan lain-lain. Kekhawatiran tidak perlu kita pikul, kekhawatiran tidak perlu menjadi bagian dari hidup kita, karena kekhawatiran identik dengan ketidakpercayaan akan siapa Tuhan. Secara pengetahuan kita mengenal siapa Tuhan, tapi yang jadi ujian adalah ketika kita masuk dalam tahap hidup yang menguji pengertian kita tentang Tuhan, akankah kita tetap pegang pengertian itu atau kita bertindak berdasarkan konsep ilah yang palsu? Ini menjadi pertanyaan serius yang harus kita jawab. Dan salah satu yang harus kita jawab adalah mengapa kita harus bekerja, mengapa kita mencari uang, mengapa kita menimbun harta? Tuhan tidak pernah salahkan orang untuk menimbun harta, yang Tuhan salahkan adalah motivasi mengapa engkau kumpulkan harta, mengapa engkau bekerja. Dan di sini pada bacaan kita hari ini akan dibahas tentang mana motivasi yang benar dan mana motivasi yang palsu, mana yang jadi prinsip sejati dalam bekerja dan mencari uang, mana yang merupakan motivasi duniawi yang salah di dalam bekerja dan mencari uang. Ini menjadi prinsip yang penting dalam hidup dan semua itu akan mempunyai dasar kepada pengenalan Allah yang benar. Saya bisa mengambil keputusan yang benar kalau saya mengenal siapa Tuhan dan saya siap menjalankan pengenalan saya akan Tuhan itu. Maka kita akan memulai pembahasan dengan menggali kembali pengenalan akan siapa Tuhan. Yesus mengatakan pada bacaan kita “jangan khawatir, karena engkau punya Bapa di sorga. Jangan khawatir karena khawatir itu miliknya bangsa-bangsa kafir. Mereka mencari harta, mereka mencari penghidupan mereka, karena mereka tidak percaya ada Allah yang pelihara. Sedangkan kamu tidak demikian, kamu percaya ada Allah yang pelihara”. Tapi Saudara tahu dari mana kalau Allah itu Allah yang memelihara? Di dalam Alkitab hanya Allah yang dinyatakan oleh Kitab Suci adalah Allah yang bisa diandalkan untuk pemeliharaan. Di dalam dunia banyak sekali agama, ada juga orang yang tidak punya agama, ini namanya agama tanpa agama. Akhirnya manusia tersesat di dalam menciptakan allah yang salah, lalu menyembah dia dengan cara yang kita sendiri karang, ini aneh sekali. Saya pernah baca di dalam artikel koran beberapa waktu lalu, ada seorang menikah dengan boneka. Ketika ditanya “mengapa engkau menikah dengan boneka?”, dia mengatakan “karena sama saja kok, malah lebih bagus boneka, tidak pernah menyakiti hati saya”. Manusia menikah dengan boneka, ini aneh, karena boneka bukan manusia, mana mungkin engkau jalin relasi pernikahan dengan yang tidak pernah ada. Tapi dunia masuk ke dalam keadaan yang sangat tidak normal karena katanya hak orang ini pun harus dihargai, maka harus dinikahkan. Manusia menikah dengan boneka, ini aneh. Tapi yang lebih aneh lagi, manusia menyembah allah yang tidak ada. Karena kita berpikir “penyembahan itu terserah saya, yang penting saya cinta, hormat. Saya bisa bikin sistem agama mana pun, saya bisa ikuti agama mana pun”. Tapi Saudara mengatakan “semua agama itu baik, siapa menganut agama apa, yang penting saling menjalankan masing-masing, itu baik”, Alkitab mengatakan “tidak”. Sama seperti boneka tadi “saya mau menikah dengan boneka, yang penting dia baik, yang penting saya jaga dia baik”.

Allah menjadi manusia? Sulit dimengerti, tapi ini Allah lakukan untuk membuktikan Dia memperhatikan, mengasihi dan memimpin manusia untuk hidup. Maka tanpa mengenal Tuhan, mustahil Saudara mengatakan “jangan khawatir”. Susah ya kita bilang “jangan khawatir” ke tengah-tengah orang tanpa ada jaminan yang kuat bahwa dia tidak perlu khawatir. Kalau saya bilang ke Saudara “Saudara tidak perlu khawatir”, lalu Saudara bilang “yakin pak tidak perlu khawatir?”, “apa sih yang bisa membuatmu khawatir?”, “salah satunya ada anggota keluarga di rumah sakit, dirawat dengan biaya puluhan juta, sedangkan gaji saya cuma 3 juta perbulan, perlu khawatir atau tidak?”. Lalu bagaimana bisa bilang tidak khawatir? Saya sedang dalam keadaan yang akan dipecat, dan saya tidak tahu setelah ini akan kerja apa, jangan bilang jangan khawatir”. Mana ada bukti yang mengatakan “engkau tidak perlu khawatir, dimana ada kekuatan untuk mengatakan jangan khawatir? Saya tidak punya kekuatan itu, tapi Kristus punya. Itu sebabnya Dialah yang perkataanNya bisa diandalkan “jangan khawatir”. Dia berhak mengatakan demikian karena Dia tahu yang kita alami dan Dia sudah menang atas apa pun yang kita alami. Saudara digoda apa pun oleh setan, Yesus sudah menyatakan Dia menang. Jadi Tuhan yang pelihara. Tuhan sudah buktikan di Kitab Suci, yang jadi concern kamu bukan apa yang harus kamu makan, karena itu adalah concern-Nya Tuhan. Kalau ini concern-Nya Tuhan maka kita tidak bisa punya ketenangan kecuali kita tahu siapa Tuhan. Siapakah Tuhan? Tuhan adalah Allah yang tidak pernah tutup telingaNya dari orang yang berseru kepada Dia. Di mana cerita di Alkitab, ada orang berseru dan Tuhan tidak mau dengar? Tuhan kita adalah Tuhan yang memperhatikan. Kalau Dia benar memperhatikan, mengapa cara Dia memperhatikan beda dengan cara kita? Kita punya tuntutan kalau perhatian harusnya seperti ini. Saudara mungkin mau tulis surat sama Tuhan? “Kalau memang memperhatikan, minimal saya dapat pendapatan 50 juta per minggu. Tidak pernah sakit, kalau sakit, minum teh langsung sembuh,itu baru perhatian”, apakah seperti itu? Tidak. Tuhan memberikan penyertaanNya justru teruji di tengah kesulitan. Ini hal yang sulit kita pahami, kecuali kita sudah lewati. Alkitab menggambarkan penyertaan Tuhan justru di tengah kesulitan, ini cara Tuhan yang unik. Dia tidak menyatakan kelimpahan penyertaanNya di dalam kenyamanan, ketentraman, keadaan yang damai terus. Justru di dalam keadaan yang sulit, di dalam susah, di dalam berat, di dalam keadaan tidak mungkin beriman kepada Tuhan, Tuhan buktikan ada orang tetap beriman dan Tuhan tetap pelihara. Ini jadi kekuatan yang besar sekali. Maka Kitab Suci penuh dengan orang-orang yang akhirnya membuktikan Tuhan itu setia, Tuhan itu benar Tuhan yang mengasihi manusia, yang memelihara manusia.

Maka hal pertama yang harus kita kenal dari Tuhan adalah Tuhan itu adalah Tuhan yang melihat kehidupan manusia, memperdulikan kehidupan manusia, memperhatikan dan merawat. Allah adalah Allah yang merawat ciptaanNya, pasti Allah akan merawat manusia yang Dia ciptakan. Bahkan di dalam Alkitab menggambarkan Allah itu bukan hanya memelihara umat, Dia juga memelihara bangsa-bangsa lain, Dia memelihara binatang di padang, Dia memelihara rumput dan lain-lain. Semua itu ada di dalam pemeliharaan Tuhan. Dan mereka hidup di dalam waktu yang Tuhan tetapkan mereka hidup. Maka Yesus pakai dua contoh, yang pertama adalah burung gagak, yang kedua adalah bunga rumput di padang. Burung gagak adalah jenis burung di Alkitab Perjanjian Lama sampai Perjanjian Baru punya nama jelek sekali. Burung gagak adalah jenis burung di dalam sejarah Alkitab yang namanya jelek. Yang pertama, dia adalah binatang yang diharamkan, tidak boleh dimakan. Yang kedua, dia adalah binatang yang suka mencuri daging. Tapi saya yakin bukan hanya di dalam sejarah Alkitab, sampai sekarang pun gagak itu punya nama buruk. Saudara kalau nonton film, di depannya ada suara burung gagak, lalu ada burung gagak, Saudara langsung tahu ini film horor, tidak mungkin ini film romantis. Bukan hanya mengingatkan tentang film horor, tapi juga mengingatkan Elia dipelihara leawt burung gagak. Lalu dalam bagian ini jadi contoh yang bagus lagi karena ilustrasi dari Tuhan Yesus, perhatikan burung gagak. Begitu lihat, Saudara langsung tahu, burung yang menakutkan ini pun ternyata Tuhan pelihara. Tuhan yang beri mereka makan, dan mereka tidak punya tabungan. Tuhan mengatakan demikian. Adakah burung gagak yang buka tabungan? Tidak ada, mereka tidak pernah pikir besok mau makan apa, tapi Tuhan terus kasi. Ini ekstrim yang luar biasa, seolah Tuhan mengatakan “kamu tidak perlu pikir besok mau makan apa, pasti ada”. Ini bukan berarti Saudara tidak bertanggung jawab, kalau ada uang sekarang dihabiskan saja, pesta pora, traktir orang, dihabiskan, besok bagaimana? Besok dapat lagi. Bukan seperti itu, nanti kita akan bahas. Tapi sekarang saya mau tekankan betapa ekstrimnya nasihat Tuhan. Lihat dari binatang-binatang ini, tidak satu pun dari mereka khawatir besok mau makan apa. Saya yakin kalau Saudara bisa wawancara binatang, tidak ada yang khawatir tentang itu. Jadi ini satu cara yang sangat ekstrim Tuhan ajarkan, lihat burung gagak tidak pernah minta apa pun, besok tetap dapat. Tiap hari Tuhan pelihara sampai hari Tuhan mengatakan “cukup, tugasmu di bumi sudah selesai”, lalu mereka mati. Hidup kita tidak akan bertambah panjang hanya karena kita khawatir. Saudara dan saya sedang diajarkan demikian oleh Tuhan Yesus, jangan khawatir karena Tuhan yang pelihara.

Lalu yang kedua, yang kita khawatirkan apa selain makanan, pakaian? Tuhan secara spesifik menekankan kekhawatiran yang beralasan, Dia tidak mau bahas kehawatiran yang tidak beralasan. Tuhan bahas kekhawatiran yang masuk akal yaitu besok mau makan apa, besok mau pakai baju apa. dan untuk orang ini Tuhan mengatakan “jangan khawatir”. Tuhan mengatakan “lihat bunga di padang”. Tanaman itu indah sekali. Saya dulu pernah tanya ke mama saya “mengapa bunga bisa bagus?”, mama saya kasi jawaban bagus “karena Tuhan suka yang bagus maka Tuhan bikin bunga bagus.” Manusia tidak bisa lihat, mengapa Tuhan ciptakan? Jawabannya adalah karena Tuhan yang lihat. Jangan berpikir semua diciptakan untuk manusia, “Aku ciptakan semua bintang di alam semesta untuk manusia”, yang manusia tidak bisa lihat, tetap Tuhan lihat. Jadi ciptaan ini menyenangkan hati Tuhan. Maka Tuhan membuat ciptaan begitu indah karena Dia ingin menyatakan kemulianNya, Dia ingin menikmati ciptaan ini lalu Dia panggil manusia untuk menikmatinya bersama dengan Dia. Tuhan pun akan memelihara kita sesuatu dengan cara Dia, sesuai dengan apa yang Dia mau, karena Dia menikmati keberadaan manusia. Ini hal kedua, jadi bukan hanya mengenai makanan, tapi juga pakaian. Tuhan mengatakan “jangan takut, Tuhan akan mendadani kamu sesuai dengan yang Dia percayakan kepadamu”. Jadi jangan khawatir akan apa yang dimakan, jangan khawatir akan apa yang dipakai, Tuhan sudah siapkan semua itu. Tuhan Yesus pakai contoh yang esktrim sekali, bandingkan bunga rumput dengan Salomo. Tuhan Yesus mengatakan “Salomo pakai baju seindah apa pun, tidak seindah bunga di padang ini. Mengapa memakai istilah Salomo? Seorang bernama Joel Green, seorang ahli Perjanjian Baru, dia mengatakan salah satu Tuhan Yesus memakai perbandingan Salomo adalah keindahan Salomo itu keindahan yang berhikmat, dia mengerti apa yang indah. Jadi Tuhan mendadani semua dengan hikmat. Hikmat yang menggabungkan keindahan dan fungsi. Hikmat yang menggabungkan tujuan Tuhan mencipta dengan keindahan kita menjalani ciptaan. Itu indah sekali. Berarti Saudara diberikan kesempatan oleh Tuhan bukan hanya untuk dipelihara, tapi juga menikmati pemeliharaan Tuhan. Tuhan memelihara bukan hanya sekedar fungsi, tapi juga keindahan. Saudara dipelihara dalam hidup bukan hanya untuk memenuhi standar yang paling rendah. Hierarkinya Maslow, kebutuhan dasarnya apa, yang lain-lain yang kurang dasar, bagi saya itu merusak konsep kita. Akhirnya kita punya pengertian kalau berkait dengan kebutuhan paling dasar, itu penting. Kalau berkait dengan seni dan lain-lain itu kurang penting, akhirnya kita mengabaikan hal-hal itu. Tapi Tuhan tidak, Tuhan pelihara dan mengijinkan kita menikmati pemeliharaan Tuhan, ini pun bagian dari hikmat Tuhan.

Bagian selanjutnya, Yesus mengatakan di dalam ayat 30, “semua itu dicari bangsa-bangsa di dunia yang tidak mengenal Allah”. Mengapa mereka cari? Karena tidak ada allah yang bisa mereka andalkan untuk pelihara. Allah mereka allah palsu, allah yang tidak nyata, allah yang tidak peduli, allah yang tidak pernah menyertai umat, allah yang tidak pernah concern dengan kehidupan manusia. Bangsa-bangsa lain tidak punya Allah seperti ini maka mereka khawatir. Saudara punya Allah seperti ini, mengapa ikut-ikut khawatir? Bangsa-bangsa kafir mencari hal-hal seperti ini, tapi orang milik Tuhan, tidak. Kalau begitu kita cari apa? Apakah kita tidak perlu bertanggung jawab? Kalau begitu untuk apa bekerja? Membuktikan saya tidak khawatir, saya tidak kerja”, itu celaka. Karena ayat selanjutnya, ayat 31 mengatakan “carilah kerajaanNya”. Saudara dan saya harus concern untuk hal yang Tuhan mau kita concern. Saudara harus perhatikan hal yang Tuhan mau kita perhatikan. Dan dengan tenang beriman untuk hal yang Tuhan akan kerjakan. Untuk hal yang Tuhan akan kerjakan, Saudara tidak perlu pikul di bahu, tapi ini tidak berarti Saudara jangan pikul apa pun. Saudara harus tetap bekerja, Saudara tetap harus mempunyai kekuatan atau bijaksana untuk mengumpulkan uang. Mengapa harus kerja? Itu tuntutan Tuhan. Tuhan mau kita mementingkan Kerajaan Allah. Dan apa yang dimaksud dengan mementingkan Kerajaan Allah? Banyak orang salah menganggap Kerajaan Allah, “Kerajaan Allah itu apa?”, “hal rohani”, jadi utamakan Kerajaan Allah dulu baru hal jasmani. Bukan itu yang Tuhan Yesus maksud. Karena Kerajaan Allah cangkupannya adalah seluruh bumi ini. Jangan pikir bisnis Saudara itu bukan bagian Kerajaan Allah, jangan pikir politik itu bukan bagian Kerajaan Allah, jangan pikir ilmu pengetahuan, sains dan lain-lain itu bukan bagian dari Kerajaan Allah. Jangan sempitkan Kerajaan Allah. Seluruh bumi tunduk pada Tuhan, karena seluruh bumi harusnya bagian dari Kerajaan Allah. Maka yang Yesus sedang katakan adalah berjuang Kerajaan Allah jadi di bumi, itu maksudnya pikirkan Kerajaan Allah. Yang Yesus maksudkan adalah engkau harus hidup dengan satu pandangan yang jelas, harus hidup dengan perjuangkan sesuatu yang jelas. Tuhan tidak pernah memanggil orang Kristen yang tidak tahu tujuan hidup, tidak tahu arah, yang hanya melewati hidup hari demi hari tanpa tahu harus perjuangkan apa. Saudara dan saya dipanggil untuk memperjuangkan Kerajaan Allah ini. Dan untuk itulah kita bekerja, untuk itulah kita berjuang. Dan Saudara harus tahu Tuhan yang sudah panggil kita tidak mungkin tidak cukupkan kebutuhan kita. Tuhan akan siapkan itu. Maka jangan khawatir, kerjalah baik-baik karena sekarang saya punya Tuan di sorga yang memperhatikan pekerjaanku baik atau tidak. Ini maksudnya perhatikan Kerajaan Allah. Saudara kerja dengan motivasi apa? Dengan motivasi menyenangkan Tuhan di sorga, bukan motivasi uang. Orang yang sukses dalam keuangan umumnya adalah orang yang tidak terlalu concern keuangan. Dia lebih concern bagaimana memperbesar pengaruh perusahaannya. Dia lebih concern bagaimana dia menjadi pemimpin dari market atau apa. Concern yang kalau orang cuma concern uang, itu orang kerdil, tidak pernah jadi besar. Ini baru duniawi, belum Kerajaan Allah. Orang yang mementingkan uang adalah orang yang remeh, orang yang mementingkan hal lain lalu memanfaatkan uang demi itu, itu orang yang lebih punya perjuangan untuk sesuatu. Uang itu jadi hamba.

Maka yang Tuhan Yesus mau tanya adalah engkau punya visi untuk pekerjaan Allah atau tidak, kalau iya, kerjakan itu apa yang Tuhan percayakan dengan segiat mungkin. Maka saya percaya bagian ini membuat kita bekerja dengan kesadaran ada Tuhan di sorga yang menuntut saya untuk kerja baik. Tuhan di sorga yang melihat saya, bukan bos di dunia ini. Maka ayat 34, Yesus mengatakan “dimana hartamu berada, disitu juga hatimu berada”. Maka yang harus kita renungkan adalah harta Saudara dimana. Saudara kerja, punya uang, unganya untuk apa? Kalau uangnya untuk masa depan, berarti Saudara masih khawatir. Saya tidak bilang Saudara tidak boleh punya tabungan, Saudara boleh punya tabungan. Tapi pertanyaannya adalah tabunganmu untuk apa? Tabunganmu untuk menjaga hidup supaya nanti ada masa depan yang baik? Kalau begitu berarti masih khawatir. Lalu untuk apa tabungan? Untuk anak, kalau begitu masih khawatir juga. Kita tidak kumpulkan harta warisan sampai 7 keturunan ke bawah, warisan itu selalu setelah Saudara mati, membuat perang. Saudara kumpulkan uang lalu mengatakan “ini untuk membeli mobil baru”, berarti hati Saudara ada di mobil. Jadi hati Saudara ada dimana Saudara mau arahkan uang. Tuhan Yesus mengatakan kalau hatimu di Kerajaan Allah, uangmu juga di situ. Maka baik dalam kelimpahan maupun kekurangan, kita sehati mengatakan “Tuhan, kami tahu Engkau tidak pernah meninggalkan kami, kami tahu Engkau senantiasa mencukupkan kami, hanya tolong kami mengetahui kemana hati kami harusnya berada, sehingga uang kami pun ada di situ”.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkotbah)

Apakah kita orang bodoh itu?

(Lukas 12: 13-21)
Bagian ini Yesus menunjukan DiriNya sebagai Sang Guru Hikmat, Sang Pengajar, atau bisa kita katakan Dia menjalankan fungsi nabi di dalam bagian ini. Sehingga ketika ada orang mengatakan “Guru, saudaraku curang, licik, ambil warisan yang harusnya dibagi ke saya juga”, pada waktu itu Yesus mengatakan “Aku bukan hakimmu, Aku tidak harus putuskan untuk kamu, Aku tidak dipanggil untuk itu”. Yesus adalah hakim seluruh dunia, tapi itu terjadi pada kedatanganNya yang kedua. Pada waktu kedatanganNya yang pertama, Dia datang sebagai seorang Guru, seorang Nabi dan seorang Imam. Nabi yang mengajarkan hikmat, Imam yang akan membawa persembahan yaitu tubuhNya sendiri kepada Tuhan. Jadi Dia datang sebagai Nabi dan mengajar umat, dan nabi mengajar dua hal. Yang pertama, mereka mengajar nubuat, nubuat tidak berarti harus menceritakan apa yang akan terjadi 10 atau 20 tahun dari sekarang, meskipun itu bagian dari nubuat, menceritakan bahwa suatu saat Israel akan dibuang, 100 tahun lagi akan muncul raja, membebaskan dan lain-lain, itu masuk dalam nubuat. Tapi teguran, suara yang menegur dosa itu juga fungsi dari nabi. Sehingga seorang nabi mempunyai tugas utama untuk menegur kebobrokan, Dia akan berteriak dengan keras dan menyatakan kesalahan dari umat. Jadi ini tugas pertama, dia akan bernubuat, dia akan berseru kalau ada yang salah, dan itu yang Yesus lakukan di bagian sebelumnya. Dia mengatakan di pasal 11 “celakalah kamu hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi”, ini fungsi nabi. Pada bagian ini Dia melakukan hal yang kedua yaitu mengajar hikmat. Seorang nabi selain bernubuat juga mengajar hikmat, seorang nabi selain menegur dosa juga memberitahukan apa yang harus dikerjakan oleh umat Tuhan. Maka pada bagian ini Yesus menjadi seorang Guru yang mengajarkan kepada umat Tuhan bagaimana harus hidup. Dan sebagaimana umumnya kitab hikmat di dalam Perjanjian Lama, Yesus menegur keserakahan dan kecintaan akan harta.

Keserakahan dan kecintaan akan harta ini penyakit yang ada pada manusia, bukan hanya pada orang kaya, tapi juga pada orang miskin. Orang ketika merasa kurang, lalu menghina atau menghujat Tuhan karena keadaan yang kurang atau mengasihani diri karena keadaan yang kurang atau merasa boleh korupsi atau mencuri karena kurang, itu orang yang cinta harta. Orang yang sudah punya banyak, ingin lebih lagi, itu juga orang yang cinta harta. Itu sebabnya Alkitab memberikan peringatan yang keras, waspadalah terhadap segala mamon, waspadalah terhadap segala ketamakan, jangan serakah, jangan menginginkan harta dengan cara berdosa. Ini yang Yesus ajarkan pada bagian ini setelah ada kasus seseorang mengatakan “saya mendapat bagian yang tidak semestinya, tolong bela saya, tolong bilang ke saudara saya bahwa dia tidak adil. Saya rugi, saya perlu uang dari bagian yang dia sudah ambil”. Tapi Yesus tegur orang yang dirugikan ini, orang ini pasti merasa tidak enak “saya datang sebagai korban, mengapa Engkau tegur saya, mengapa Engkau tidak tegur saudaraku? Bukankah saudaraku yang lebih perlu, bukankah dia lebih perlu teguran jangan serakah. Dia ambil bagian saya dan dia tidak pikirkan saya”. Kemungkinan besar orang ini adalah bungsu, dimana di dalam peraturan Yahudi di dalam Taurat, harta dua bagian lebih banyak akan diberikan kepada yang sulung. Lalu yang bungsu merasa dirinya kurang, kemudian coba tanya kepada kakaknya, “mengapa engkau tidak mau berbagi?”, kakakknya mengatakan “saya anak sulung, ini bagian saya, saya dapat dua kali lebih banyak dari kamu. Kamu bungsu, cukupkan dirimu dengan apa yang ada”. Ini menjadi satu ketidakadilan, lalu dia tanya ke Tuhan Yesus “bagaimana, masa peraturan Taurat membuat saya kurang?”. Banyak sekali orang punya mental victim “saya korban pemerintahan yang korup, saya korban dari orang tua yang tidak beres, saya korban dari kakak yang serakah, saya korban dari lingkungan yang jahat”, tapi tidak ada seorang pun, kecuali dia dikoreksi oleh Roh Kudus, merasa dirinya adalah penyakit bagi orang lain. Kita tidak sadar kalau kita orang berdosa, kita tidak sadar kalau kita pun ada problem yang perlu diperbaiki. Kita terlalu peka lihat problem orang lain, kita tidak bisa lihat problem yang ada pada diri sendiri. Ini sebabnya Yesus menegur dia lalu mengatakan “hati-hati terhadap keserakahan”, orang itu kaget “saya kok dibilang serakah, bukankah kakakku yang serakah, mengapa saya yang kena?”, karena kamu ingin bagian orang lain karena engkau rasa kurang. Mengapa kita rasa kurang? Apakah benar kita kurang? Di dalam bagian selanjutnya Yesus mengatakan “burung dan juga bunga di padang, Tuhan pelihara. Tidak ada satu pun dari mereka punya simpanan”. Jadi hal pertama yang Tuhan Yesus tegur adalah yang umumnya ditegur oleh kitab hikmat yaitu keserakahan terhadap harta. Yang kedua, yang Tuhan Yesus tegur adalah kesalahan memahami waktu, ini pun bagian hikmat dari orang Yahudi. Salah memahami waktu, seolah-olah waktu ada di tangan kita. Yang ada di tangan Saudara itu jam tangan bukan waktu, Saudara bisa mundurkan jam tangan satu jam, waktu tetap tidak mundur satu jam, dan saya tidak percaya ada orang punya alat seperti itu yang jamnya dimundurkan dan waktu benar-benar mundur, tidak ada. Lalu ketiga adalah merasa hidup itu milik sendiri. Ini pun kesalahan orang berdosa, orang bodoh kalau menurut kitab hikmat. Tuhan Yesus menegur dengan lebih tajam, Dia memberikan suatu contoh, di dalam ayat 16 dikatakan ada seorang kaya yang tanahnya berlimpah-limpah hasilnya, begitu berlimpah sampai dia tidak siapkan lumbung untuk hartanya. Berarti dalam perhitungan dia dan berdasarkan pengalamannya, harta yang akan dia dapat hanya cukup untuk lumbung yang dia sediakan. Tapi ternyata panennya luar biasa, melebihi harapannya “ternyata panenku banyak sekali, terlalu banyaknya sampai lumbungku tidak cukup”, lalu mesti bagaimana? Dia buat banyak penyimpanan baru lalu stok lumbung itu dengan gandum yang banyak sekali, yang melebihi harapan dia. Biasanya untung 5 ton, sekarang 15 ton “saya mesti bikin 3 tempat baru untuk simpan gandum ini, puji Tuhan”. Sudah bilang puji Tuhan lalu berpikir “untuk apa ya harta ini? Mengapa mendadak Tuhan ijinkan saya dapat banyak?”, dia mulai berpikir “ini untuk menenangkan saya, ini untuk membuat saya bisa tepuk dada dan mengatakan: hai jiwaku, hai aku, ada banyak harta untuk engkau, tenang, berbaring, istirahat, tahun-tahun depan santai, tahun-tahun depan penuh kesenangan. Karena harta yang banyak untuk tahun-tahun ke depan sudah diberikan”. Jadi orang ini mengasumsikan hidupnya milik dia, dia bisa hidup berapa puluh tahun itu milik dia, ini bodoh sekali. Maka cerita ini menjadi cerita contoh orang bodoh. Dan Yesus mengatakan “inilah orang bodoh, yaitu dia yang merasa jiwa milik dia, harta milik dia, yang merasa waktu milik dia”.

Mengklaim dengan mulut itu mudah, tinggal bilang apa susahnya “oh Tuhan, hidupku milikMu. Segala yang saya miliki adalah milikMu”. Tapi begitu Tuhan berikan ujian, baru tahu mulut itu tidak sama dengan hati dan kerelaan. Petrus dengan mudah mengatakan “saya rela mati bagiMu. Yang lain lari, saya tidak. Yang lain lari, saya akan bertarung sampai mati. Tuhan Yesus mengatakan “sebelum ayam berkokok 3 kali, kamu sudah sangkal Aku 3 kali. Sebelum ayam berkokok, kamu sudah jatuh. Sebelum hari berganti, ucapanmu sudah runtuh”, ini benar-benar mengejutkan. Ini gambaran untuk kita semua. Kita kalau baca Petrus langsung geleng-geleng “Petrus, Petrus, saya kira kamu hebat, ternyata kamu cuma segini saja”, karena kita terbiasa membaca sebagai penonton. Alkitab tidak mau kita jadi penonton, Alkitab mau kita jadi pelaku. Alkitab tidak mau kita jadi penghakim yang lihat dari luar, Alkitab mau ini jadi cermin. Kita melihat diri kita di dalam Petrus, kita tahu kita ada di situ, kita sama bobroknya dengan dia. Maka waspada terhadap kelemahan yang kita miliki, mari jaga diri baik-baik. Karena iblis kalau mau menyerang itu halusnya luar biasa, Saudara tidak mungkin bisa lihat dia datang kecuali punya kepekaan sorgawi. Saudara tidak mungkin lihat tipu dayanya, kecuali Saudara sudah diperlengkapi dengan firman dan hikmat Tuhan, tipu dayanya halusnya bukan main. Dan salah satu cara Saudara bisa waspada adalah baca Alkitab, lihat kelemahan orang di dalam Alkitab dan tahu “itu saya. Kalau saya tidak waspada, saya akan jadi seperti itu”. Banyak kali kita mengklaim sesuatu yang indah, begitu muluk, begitu berani, padahal pada faktanya kita begitu lemah dan gampang jatuh. Maka hal pertama yang harus diwaspadai adalah “apakah saya siap kalau hidup saya jadi milik Tuhan”. Banyak orang tidak siap, banyak orang mengatakan “hidup saya milik Tuhan”, hanya di mulut. Ketika Tuhan memimpin, saya mungkin tidak setuju terhadap pimpinanNya. Waktu Tuhan tunjukan jalan, mungkin saya akan tutup jalan itu lalu buka fatamorgana untuk jalani sendiri. Saya tidak mau jalan Tuhan karena itu tidak menyenangkan saya. Ini pengertian Alkitab yang seringkali terjadi berulang-ulang, “cara Tuhan bukan cara saya. “Tuhan, berikan saya hidup kekal. Terima kasih”, sudah hanya sampai di situ, selesai. “Saya sudah punya kepastian hidup kekal dan saya berterima kasih”, setelah itu selesai. “Relasi kita berhenti sampai nanti saya bertemu dengan Engkau di sorga”. Ini adalah pemberontakan yang kita tidak sadari ada di dalam diri kita. “Saya mau sebagian dari Tuhan, tapi saya tidak mau seluruh Tuhan. Saya mau sebagian kecil dari hidup saya menjadi milik Dia, tapi saya tidak seluruh bagian hidup saya menjadi milik Dia”. Inilah yang sering kita lakukan. Di hadapan Tuhan kita sering melakukan “Tuhan, jadilah penyelamatku tapi tidak perlu jadi Tuhanku”. Tapi di dalam Kitab Suci jelas sekali dikatakan Dia bukan hanya Soter, Dia bukan hanya Juruselamat, Dia juga adalah Kirios, Dia adalah Tuhan yang berhak menentukan apa pun dalam hidup. Alkitab mencatat dengan sangat ekstrim, Tuhan bukan cuma memiliki hidup, Tuhan juga yang menentukan mati setiap orang. Jadi mari kita rendah hati. Jangan bilang “saya mau dapat bukti yang tuntas tentang Allah, baru saya mau percaya kepad Allah”. Kalau Saudara dapat bukti tuntas tentang sesuatu, sesuatu itu tidak mungkin Tuhan, karena Tuhan melampaui sesuatu, melampaui kriteria, melampaui kemampuan kita berpikir. Maka Jean Luc Marion melihat Keluaran 3 dan dia senang sekali, waktu Musa bertanya “siapa namaMu?”, “Ehyeh asher Ehyeh”, Aku adalah Aku, I am who I am, I am what I am, I shall be what I shall be. Maka banyak orang salah mengatakan Yahweh itu nama personalnya Tuhan, yang beri nama siapa? Nama personal Tuhan itu tidak ada, seluruh nama Tuhan menjelaskan sebagian karakter Tuhan tapi tidak seluruhnya, karena itu Dia punya banyak nama. Sebabnya itu Jean Luc Marion menyelidiki dan mengatakan “benar, Tuhan bukan ada, Tuhan penyebab ada. Tuhan tidak bisa dikurung di dalam ada, kalau kita kurung Dia di dalam ada, maka kita sedang menyembah berhala”. Penciptaan itu adalah cara Tuhan menularkan kemuliaanNya di dalam level ciptaan. Dan karena kemuliaanNya tidak terbatas, maka ciptaan pun harus seperti tidak terbatas. Jadi ciptaan adalah pernyataan kemuliaan Tuhan dan Tuhan begitu mulia sehingga space begitu luas, galaksi tidak terhitung, jumlah bintang yang besar begitu banyak dan matahari begitu kerdil, bumi begitu nothing sehingga kita tahu Allah yang mulia melampaui apa pun. Tuhan ciptakan space sebesar ini? karena Dia besar. Mengapa ciptakan space semulia ini? Karena Tuham mulia dan tidak mungkin cuma tata surya mengadopsi kemuliaan Dia. Kemuliaan Tuhan tidak terbatas, hanya mungkin diadopsi oleh space yang sepertinya juga tidak terbatas. Maka Tuhan yang menciptakan segala sesuatu mengklaim tidak ada satu inchi pun yang bukan milik Tuhan. Ini klaim besar sekali. Maka Yesus yang sama, yang mengklaim seluruh alam semesta milik Dia, sekarang menyatakan kepada kita lalu mengatakan “Aku rela mati untuk menebus hidupmu”, ini kalimat luar biasa besar. Mengapa Tuhan Yesus memiliki hidup Saudara? By right of creation, Dia memiliki hak penuh. Dengan hak sebagai Pencipta, Dia memiliki hak penuh atas hidup Saudara, setiap inti, setiap detik adalah milik Dia. Yesus tidak ambil hidup Saudara by authority sebagai Pencipta, Yesus ambil hidup Saudara by love. Dia mengatakan “Aku mati bagimu dan sekarang Aku boleh bertahta atas hidupmu”.

Dalam bacaan kita, orang kaya itu mengatakan “saya akanmenikmati harta saya”, Tuhan mengatakan “sampai kapan?”, “sampai bertahun-tahun hai jiwaku, generasi demi generasi akan menikmati harta ini”, lalu Tuhan bilang “salah, malam ini engkau mati, untuk siapa harta itu?”. Maka kita masuk yang kedua, waktu itu bukan milik kita. Hidup bukan milikmu, kedua waktu pun bukan milikmu, ini hikmat dari orang Ibrani. Orang Ibrani selalu diingatkan bahwa hidup itu pendek, hidup itu seperti uap. Kalau hidup pendek dan hanya seperti uap, pilih apa yang paling berguna untuk kemuliaan Kerajaan Allah. Ini mesti kita pikirkan baik-baik, apa yang saya lakukan dalam hidup harus dilakukan kejar-mengejar dengan waktu. Mari berlomba dengan waktu. Waktu hidup kita, kita tidak tahu, jangan sampai seperti orang kaya ini, sudah rencanakan tahun-tahun ke depan, tapi malamnya Tuhan sudah panggil, dan hidupnya habis begitu saja. Bayangkan jawaban apa yang akan kita ucapkan di hadapan Tuhan, ketika Tuhan bertanya “what have you done with your live? Apa yang sudah kamu buat dengan hidup yang Aku inveskan kepadamu, yang Aku berikan kepadamu untuk kamu pertanggung-jawabkan kepadaKu”. Hidup bukan milik kita, dari Tuhan. Hidup bukan milik kita, ditebus oleh Kristus. Hidup bukan milik kita, diminta dengan lemah lembut oleh Kristus untuk menjadi milik Dia. Dan ketika kita sampai dalam tahap pengadilan Tuhan, Tuhan akan memulai pengadilan dari umatNya. Ini dikatakan oleh Paulus, penghakiman dimulai dari rumah Tuhan dan Tuhan akan tanya “apa yang kamu sudah lakukan dengan hidup yang Aku berikan kepadamu?”. Jangan sampai Saudara tidak punya bahan untuk ngomong waktu itu, karena waktu itu ngecap tidak ada gunanya. Tuhan tidak tanya Saudara sudah hasilkan apa, berapa produktif, yang Tuhan tanya adalah motivasi waktu kerjakan itu, itu untuk siapa. Apa pun yang Saudara kerjakan bukan untuk Tuhan, Tuhan tidak akan perhitungkan, meskipun itu untuk dipakai Tuhan. Saudara kotbah, penginjilan pun kalau tidak dikerjakan dengan motivasi untuk Tuhan, tidak akan diperhitungkan. Bermanfaat, tapi nothing bagi kita di hadapan tahta pengadilan Tuhan. Maka ini hal kedua yang harus kita pikir, hidup yang pendek.

Hal ketiga yang harus kita pikir adalah harta bukan milik kita. Harta adalah kepercayaan Tuhan untuk kita kelola. Itu sebabnya Saudara harus tahu satu hal tentang ilmu ekonomi. Saya yakin sekali ilmu ekonomi itu ilmu yang sangat suci tapi sudah banyak dihancurkan oleh manusia. Ekonomi adalah cara mempertanggung-jawabkan sesuatu yang bukan milik kita. Ilmu ekonomi berkembang ketika orang-orang zaman modern mulai meninggalkan cara lama yaitu merkantilisme. Orang dulu mengatakan “kalau saya punya harta, saya harus perbesar dengan kemungkinan caplok harta orang lain. Saya jajah banyak sekali negara untuk menambah pundi-pundi persediaan emas dari negara saya”, ini cara dulu. Tapi Adam Smith mengatakan “tidak, harta ini milik kita semua dan harus dimaksimalkan untuk kita semua”. Jadi negara harus bisa berdagang dengan negara lain, dengan cara yang saling menguntungkan. Perdagangan harus saling menguntungkan, kalau tidak itu menyalahi prinsip keadilan. Maka dari situ mulai muncul semua jenis teori yang membuat aset dan juga harta yang tetap itu bisa dimaksimalkan untuk kepentingan banyak orang, ini ilmu ekonomi yang sejati, yaitu bagaimana memperlakukan harta bukan sebagai milik saya, tapi milik bersama. Jadi nilai uang Saudara pun tidak ditentukan oleh Saudara, ditentukan oleh komunal. Ini menunjukan apa yang dikatakan Alkitab di awal itu benar, semua itu milik Tuhan dan kita dipercayakan untuk kelola. Saudara sekarang punya uang, Tuhan mau Saudara kelola. Bagian selanjutnya menyatakan pengelolaan harus berguna bagi komunal. Hidup kita milik Tuhan, waktu kita milik Tuhan, harta kita milik Tuhan. Ketiga hal ini harus dipertanggung-jawabkan kepada Tuhan. Kiranya Tuhan memberkati dan menolong kita menjalankan firmanNya.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkotbah)

Jangan takut, sahabat-sahabatKU

(Lukas 12: 1-12)
Di dalam ayat 1, Yesus berkotbah kepada para murid, ribuan dari mereka sudah berkumpul, berdesak-desakan untuk menerima pengajaran dari Tuhan Yesus. Lalu Yesus langsung memisahkan murid-muridNya dengan orang-orang Farisi. Dia mengatakan “waspadalah terhadap ragi” yaitu kemunafikan orang Farisi. Kalau di dalam pasal 11, Yesus menegur orang Farisi dan Ahli Taurat dengan teguran celaka. Di dalam Kitab Bilangan dan Ulangan, Tuhan menyatakan ada dua pesan bagi orang Israel. Dia akan menyatakan berkat jika Israel taat, dan kutuk jika Israel memberontak. Berkat dan kutuk ini Tuhan janjikan kepada umat Tuhan. Maka antara kasih yang penuh dengan kehangatan, kasih yang penuh dengan keakraban, kasih yang penuh dengan relasi yang indah dan cinta, Tuhan nyatakan di satu sisi. Tapi di sisi lain Tuhan akan buang jika Israel memberontak. Mengapa tema ini diulang terus? Di dalam Ulangan, Imamat, Bilangan dinyatakan, lalu di dalam kitab nabi-nabi berkali-kali Tuhan menyatakan bahwa Tuhan buang mereka, yaitu Israel ke pembuangan karena apa yang Tuhan sudah nyatakan di awal, yaitu jika mereka memberontak, Tuhan pasti akan buang. Di sini kita belajar hal yang penting dari Tuhan, bahwa Tuhan kita mempunyai sifat yang sepertinya begitu bertolak belakang, sulit kita pahami ini dalam diri satu Allah yang Esa. Alkitab menyatakan bahwa takut akan Tuhan itu permulaan dari hikmat, siapa mau punya hikmat, siapa mau mengerti bagaimana hidup di dunia ini, siapa mau mengerti bagaimana menjalani hidup yang penuh dengan berkat, harus kenal Tuhan, harus terima Tuhan sebagaimana Dia menyatakan diri. Jadi orang Kristen pasti tidak mudah, Saudara harus belajar tentang Tuhan, mesti bergumul, menerima firmanNya, menggumulkan firmanNya. Orang Farisi punya tradisi yang sangat dihormati, mereka adalah yang memperjuangkan dengan giat apa yang Tuhan nyatakan bagi Israel. Jadi mereka mau hidup kudus dan mereka mau seluruh Israel hidup kudus. Mereka membuat peraturan yang berat sekali yaitu seluruh Israel mesti jalankan tugas dan kewajiban para imam. Jadi syarat imam bagi mereka adalah syarat semua orang, harus ketat, harus suci, harus setia. Dan mereka sendiri jalankan apa yang mereka nyatakan. Orang Farisi itu bukan orang yang ajar tapi tidak lakukan, berikan standar tapi sendiri tidak lakukan, tidak seperti itu. Mereka sangat ketat.

Maka yang dimaksudkan munafik bukan antara ajaran dan tindakan lain. Karena orang Farisi akan berani menantang kita mengatakan “buktikan kepada saya mana poin dari Kitab Taurat yang saya gagal jalankan, silahkan beri tahu. Kamu akan tahu saya jalankan semua”. Tapi apakah yang salah dari orang Farisi? Yesus mengatakan “kamu munafik”, munafik di dalam pengertian Taurat, di dalam pengertian Perjanjian Lama berarti memberikan standar yang jauh lebih rendah dari standar Tuhan. “Kamu orang munafik”, karena membuat standar sendiri lalu jalankan kemudian berbangga hati “saya sudah kerjakan”. Ini namanya kerohanian palsu, bikin standar rohani yang dia sendiri bisa lalui lalu nyatakan ini sebagai standar umum. Itu sebabnya Yesus mengatakan di ayat 2, hati-hati terhadap kemunafikan, tidak ada sesuatu pun yang tertutup yang tidak dibuka, dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui. Tuhan sedang mengatakan percuma bertindak palsu, percuma berakting rohani karena Tuhan mengetahui hati. Kita ini punya kecenderungan untuk mengkonfirmasi diri kita di dalam penerimaan kelompok. Kita ini terbiasa menerima diri kita sesuai dengan penerimaan kelompok terhadap diri kita. Dan Saudara jangan pikir ini bisa kita tolak, Saudara dan saya tidak bisa tolak ini, Saudara dan saya tidak bisa hidup di luar komunitas. Dan karena itu Saudara dan saya perlu penerimaan dari komunitas. Itu sebabnya tanpa komunitas gereja yang baik, tidak mungkin ada orang yang bertumbuh dengan baik. Ada orang-orang cinta Tuhan tapi tidak pamer, cinta Tuhan tapi diam-diam. Tuhan sudah bilang suatu saat akan Tuhan bongkar. Siapa yang murni cinta Tuhan, Tuhan akan nyatakan. Siapa yang diam-diam tapi terus giat bagi Tuhan, Tuhan akan nyatakan. Siapa yang pamer tapi kosong, itu juga Tuhan akan nyatakan. Maka di sini Yesus memanggil murid-muridNya dan menyatakan “jangan ikut ragi orang Farisi, jangan ikut kemunafikan mereka. Kerja apa pun dengan setia, suatu saat Tuhan akan nyatakan”. Tuhan akan buktikan siapa umatNya siapa bukan, siapa sejati siapa palsu, siapa beriman siapa tidak, Tuhan akan bongkar itu semua. Maka dikatakan di ayat 4 “Aku berkata kepadamu hai sahabat-sahabatKu, janganlah kamu takut terhadap mereka yang dapat membunuh tubuh dan kemudian tidak dapat berbuat apa-apa lagi”. Yesus mengatakan kepada kelompok ini “kamu adalah sahabatKu, engkau adalah sahabatKu” dan ini kandungannya begitu indah sekali.

Orang Yunani dan Yahudi mempunyai konsep persahabatan yang sangat baik sekali. Aristotle memulai pembahasan ini ketika dia mengajarkan etika. Ada satu bagian yang berbicara tentang pertemanan, jadi filsafat juga membahas tentang teman. Orang-orang zaman dulu suka mengeksplore tema-tema yang sangat aplikatif dan detail. Apa itu pertemanan, apa itu kepahlawanan, apa itu menjadi teman bagi yang lain, apa itu komunitas yang baik. Aristotle menulis di dalam bukunya, dia mengatakan seorang teman mempunyai visi yang sama, cinta dan kebajikan diikat bersama-sama. Mempunyai dasar dari pandangan hidup yang sama, diikat oleh hal yang dalam, bukan hal yang dangkal, diikat oleh sesuatu yang fodasional, yang dalam, bukan yang dangkal. Maka kalau Saudara berkumpul sebagai kelompok dan ditanya “apa yang menyatukan kamu?”. dan kita mengatakan “yang menyatukan adalah kita sama-sama penggemar ikan cupang”, ini kumpulan yang jelek. Kalau orang berkumpul dan ditanya “apa yang membuat kamu berkumpul?”, “sedang berburu pokemon”, ini kelompok lebih jelek lagi. “Apa yang membuat kamu berkumpul?”, “semangat kebangsaan yang sama”, agak dalam. “Apa yang membuat kamu berkumpul?”, “jiwa kepahlawanan yang sama”, lebih dalam lagi. “Apa yang membuat kamu berkumpul?”, “darah Kristus”, ini sudah paling dalam. Yang membuat orang Kristen menjadi satu jauh lebih dalam dari apa pun yang membuat dunia ini bisa bersatu. Itu sebabnya saya sangat rindu membahas lebih dalam tentang fellowship, ini berkait dengan begitu banyak hal. Dan kadang-kadang gereja hanya memahami cuma di kulit apa itu fellowship, sedangkan Alkitab membahas sangat dalam. Jika relasi pertemanan itu diisi oleh orang-orang yang berfokus ke diri pasti rusak. Kalau diri menjadi fokus, tidak ada harapan persekutuan itu bisa bertahan. Yesus menyebut kita sahabat-sahabatNya dan di dalam Injil Yohanes dikatakan “Aku menyerahkan nyawaku bagi sahabat-sahabatKu”. Dia menganggap kita sahabat dan Dia hidup untuk kita, Dia menyerahkan diriNya untuk kita. Inilah berita yang indah sekali dari Kekristenan. Itu sebabnya saya ingin tahu versi Kristen tentang persekutuan itu apa, fellowship itu apa. apakah kita sekedar kumpul-kumpul, sharing, mengaku dosa, pulang, cuma itukah? Adakah hal yang lebih dalam dibahas di dalam persekutuan orang Kristen? Ternyata ada dan itu jauh lebih dalam dari Aristotle, jauh lebih dalam dari Epictetus. Saya tahu di dalam buku Filipi. Maka Yesus mengatakan “Aku menyerahkan nyawaKu bagi sahabat-sahabatKu”. Lalu Dia ucapkan kalimat yang orang Yunani sudah pegang yaitu tidak ada hal yang lebih indah dari pada seorang sahabat yang menyerahkan nyawa untuk yang lain. Ini untuk orang-orang yang mengerti bahwa dia lebih tidak penting dari pada komunitas, “saya adalah orang yang unik, saya adalah orang yang tidak ada yang bisa samai, tetapi saya harus melebur diri demi komunitas. Komunitas ditunjang oleh saya, saya berkorban demi komunitas, saya hidup demi komunitas, bahkan kalau perlu saya mati demi komunitas”, inilah yang membuat manusia mempunyai kelompok yang membuat hidup mereka makin limpah. Mengapa kita begitu kosong dan kering? Karena kita mencari penghiburan untuk kita sendiri, “saya tidak menemukan kenyamanan di dalam komunitas yang baik. Saya menemukan kenyamanan di dalam saya”. Kalau saya berfokus ke saya, maka apa yang harusnya memberikan kenikmatan tetap memberikan kekosongan kepada saya. Yang perlu diubah itu fokus, kalau saya terus ke diri dan orang lain juga terus ke dirinya sendiri, akhirnya komunitas itu menjadi komunitas yang saling memanfaatkan. Orang Puritan juga punya prinsip yang sama “hidup dengan benar supaya bisa mati dengan mulia”. Jadi saya memperhatikan hidup saya dan mati saya. Sehingga ketika Yesus mengatakan “sehingga kamu harus rela mati bagi sahabatmu”, di dalam pengertian rela mati juga ada pengertian hidup benar, karena orang Kristen tidak hanya mencari finish, lihat semua, lihat bagaimana saya jalani hidup sekarang. Maka rela mati itu berarti rela menghabiskan hidup demi komunitas. Lukas adalah orang Yunani dan dia menulis kitab yang sangat berbau Yahudi. Lukas orang yang luar biasa, Saudara kalau baca Injil Lukas, sangat berbau Yahudi, dia sangat mengerti konsep, kebiasaan orang Yahudi. Tapi dia juga orang Yunani, maka dia mengerti konsep persahabatan.

Dan di dalam konsep orang Yunani, persahabatan itu kurang klop kalau tidak punya musuh yang sama. Yesus mengatakan “sahabat-sahabatKu, jangan takut terhadap mereka” mereka itu adalah orang Farisi, mengapa orang Farisi menjadi musuh? Karena Yesus baru tegur mereka di pasal 11. Jadi Yesus tegur mereka dan mereka marah. Jangan pikir orang Farisi itu hanya ahli teolog, ahli-ahli agama yang kerjaannya duduk di perpustakaan baca buku, mereka adalah pejuang kemerdekaan yang sangat mampu membunuh orang. Sudah banyak dari sejarah Yahudi, dimana orang dihakimi oleh orang Farisi, dijatuhi hukuman mati dan dilempar batu sampai mati. Memang benar di zaman ini, zaman ketika Tuhan Yesus melayani, Roma tidak mengijinkan mereka membunuh orang, tapi mereka punya trik untuk mengatasi hukum ini. Mereka punya trik yaitu kalau ada orang dijatuhi hukuman mati, mereka akan membuat eksekusinya itu seperti ada kerusuhan, lalu orang yang mati ini dianggap korban kerusuhan. Waktu orang Roma marah “mengapa kamu hukum mati orang?”, “tidak, kami tidak hukum mati”, “mengapa orang itu mati”, “dia itu korban kerusuhan”. Jadi cara yang sangat kejam ini melindungi mereka dari hukuman Roma. Dan banyak orang sudah mati di tangan mereka. Jadi Tuhan Yesus tidak pilih lawan yang gampang Dia permainkan. Yesus menegur Farisi meskipun mereka sangat bahaya, meskipun mereka mempunyai kekuatan untuk membunuh Yesus. Orang Farisi itu sangat benci Yesus, karena mereka menganggap diri mereka sebagai sekte, kelompok yang paling diberkati Tuhan, karena muridnya paling banyak. Tapi Tuhan mengatakan “jangan takut, mereka cuma bisa bunuh tubuh” tapi ada yang berotoritas lebih dari itu yaitu setelah membunuh sanggup membuang jiwa ke dalam neraka yaitu Tuhan. Maka Yesus mengatakan “takutlah akan Tuhan dan kamu harus bersyukur karena Tuhan yang ditakuti ternyata tidak membenci kamu”. Tuhan sanggup membuang jiwa kita ke neraka, tapi Tuhan memutuskan untuk simpan jiwa kita bagi kemuliaanNya. Tuhan sanggup lempar kita ke neraka tapi Tuhan memutuskan untuk menghukum Anak TunggalNya demi kita menjadi anakNya. Jadi yang paling ditakuti sekarang sudah menjadi sahabat, yang paling ditakuti sekarang mengasihi kita. Sekarang kita tidak takut apa pun. Kita mau takut dunia ini? Dunia ini kalah sama Tuhan. Takut setan? Setan akan diinjak oleh Tuhan. Lalu ayat selanjutnya mengatakan “bukankah burung pipit dijual 5 ekor 2 duit? Sungguh pun demikian tidak seekor pun dari padanya akan dilupakan Allah”, ini bukan burung haram tapi halal. Jadi Yesus sedang mengatakan ada burung-burung yang ditangkap untuk dimakan, untuk dipersembahkan, harganya murah sekali. Tapi mereka pun Tuhan pelihara, Tuhan tentukan hidup mereka, Tuhan tentukan kapan mereka mati. Menikmati Tuhan bukan menikmati sehat, kadang-kadang sehat membuat kita menikmati Tuhan, kadang-kadang tidak. Menikmati Tuhan, bukan menikmati kaya. Kadang-kadang kaya membawa kita ke dalam kesalehan kalau kita tahu bagaimana menggunakan uang, kadang-kadang kaya membawa kita ke dalam dosa. Menikmati Tuhan di dalam segala keadaan, itulah yang Tuhan mau ajarkan.

Lalu ayat 8 mengingatkan “setiap orang yang mengakui Aku, Anak Manusia akan mengakui dia. Jika engkau sahabatKu, jangan takut sama orang Farisi. Proklamirkan namaKu, jangan tolak fakta bahwa kamu adalah umatKu. Jangan menyangkal Tuhan”. Dikatakan “jika engkau tidak menyangkal, Aku juga akan mengakui kamu di depan malaikat-malaikat Allah”. Tapi ayat 9 “barangsiapa menyangkal, dia akan disangkal di depan malaikat-malaikat Allah”, maksudnya ini semua sekali lagi berkait dengan tema friendship, dengan tema fellowship, persekutuan itu harus dengan komitmen dan dedikasi yang sama. Sebesar dedikasi saya kepada kamu, demikian besarnya dedikasi kamu kepada saya. Sebesr dedikasi saya kepada komunitas ini, demikian dedikasi dari semua orang di komunitas ini. Adalah hal yang sangat indah kalau gereja dipenuhi dengan orang yang dedikasinya sama, sama-sama rela berkorban, sama-sama rela berjuang, sama-sama habis demi menyatakan kemuliaan Tuhan, sama-sama mengerjakan apa yang Tuhan mau, ini jadi persekutuan yang luar biasa. Saya terus mendoakan gereja Tuhan menjadi seperti ini. Maka Yesus mengatakan “sama seperti Aku mendedikasikan diriKu kepadamu, demikian engkau mendedikasikan dirimu kepadaKu”. Yesus berdedikasi dalam hal disamakan dengan komunitas ini. Ini komunitas yang dipilih Tuhan,tapi komunitas pemberontak, komunitas orang berdosa dan cemar. Yesus datang di tengah mereka, lalu mengatakan “Aku ambil hukumanmu, Aku tidak malu dianggap sebagai pemberontak, meskipun Aku tidak pernah memberontak”. Yesus tidak pernah berdosa, tapi dihitung di antara orang berdosa. Ayat 10 “siapa orang mengatakan sesuatu melawan Anak Manusia, dia akan diampuni. Tapi barangsiapa menghujat Roh Kudus, dia tidak akan diampuni”, ini kalimat muncul di Matius, apa kaitan ini dengan bagianbagian lain. Bagian ini sedang mengatakan bahwa ketika orang mengakui Yesus dengan berani, di dalam keadaan dia harus kehilangan nyawa, jangan lupa di sini ada pekerjaan Roh Kudus yang besar, sehingga siapa yang tolak kesaksian seperti ini, tidak ada pengampunan. Ini bukan berbicara kalau orang menyangkal berarti dia menghujat Roh Kudus, ini bicara ketika orang tidak menyangkal dan menyatakan kesaksian di ayat 12, dia sedang memberikan satu pernyataan yang besar sekali bahwa Roh Kudus sedang bekerja. Dan orang yang menyangkal kesaksian ini akan dihakimi selama-lamanya. Ketika orang menjadi martir, menyatakan Injil lalu dia mati, pada waktu itu dia sedang memberikan pesan “setiap orang yang lihat dan mendengar pesan ini, lalu menolak, dia sedang menghujat Roh Kudus”. Jadi siapa bisa menghujat Roh Kudus? Yang menghujat Roh Kudus adalah yang melihat utusan Tuhan dibunuh demi Injil, tapi tetap hatinya tidak tergerak untuk berita Injil. Lebih celaka lagi kalau orang dengan tangan sendiri memegang pedang untuk penggal orang Kristen yang menyaksikan Kristus, yang memberikan berita tentang Kristus dan dia tidak tergerak untuk percaya Kristus, orang ini sudah menghujat Roh Kudus. Jadi apa menghujat Roh Kudus? Di dalam pengertian di Matius, menghujat Roh Kudus berarti sudah lihat Yesus melayani, Yesus adalah penggenapan janji Tuhan dan tetap ditolak, dan itu menghujat Roh Kudus. Kedua, di dalam Lukas, menghujat Roh Kudus berarti ada saksi yang rela mati demi berita itu, menyatakannya dengan kematian, dengan kesaksian yang besar, dan orang tetap tolak, orang itu sedang menghujat Roh Kudus. Maka di dalam ayat 12 dikatakan “jangan takut Roh Kudus akan mengajarkan apa yang akan kamu katakan dan kamu akan menjadi saksi yang begitu penting, sehingga orang menolak kesaksianmu, dia menghujat Roh Kudus”. Bagaimana mungkin kita menyaksikan Kristus di tengah-tengah kesulitan? Apakah mungkin kita menyaksikan tentang Kristus kalau kita diancam mati. Dalam keadaan damai seperti ini, kita mungkin tidak berani bilang “iya”. Tapi begitu bahaya mengancam, baru tahu yang mana yang benar-benar punya kekuatan. Tapi mari kita dengan rendah hati dan gentar mengatakan “Tuhan ketika waktunya tiba, saya tidak akan kuat. Tolong saya untuk kuat, tolong saya untuk berani menyatakan namaMu, tidak menyangkal namaMu”.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkotbah)

Masihkah kita bisa dikoreksi oleh Tuhan?

(Lukas 11: 45-54)
Di dalam Perjanjian Lama, seluruh upacara dari agama Yahudi berfokus kepada bait, Bait Suci adalah tempat di mana korban diberikan, firman dinyatakan, dosa diakui, dan Tuhan menyatakan perkenananNya di tengah-tengah umat. Jadi Bait Suci adalah simbol ini, seluruh ibadah Israel berpusat di Bait Suci. Jadi Bait Suci adalah tempat yang sangat penting. Tapi dalam Perjanjian Baru, Tuhan Yesus mengalihkan apa yang tadinya berpusat ke Bait Suci menjadi berpusat ke Dia. ini peralihan yang sangat sulit diterima orang Israel, sebenarnya ini adalah sesuatu yang Tuhan sudah nubuatkan sejak dulu. Ketika Bait Suci pertama kali berdiri sudah jadi, lalu Salomo menginagurasikannya, dia mengatakan kalimat penting “mungkinkah Tuhan berdiam di rumah yang kami buat ini? bukankah seluruh langit adalah tahta Tuhan, dan bukankah adalah tumpuan kakiNya, bagaimana mungkin Tuhan berdiam di rumah yang dibangun oleh tangan manusia?”. Jadi dari kalimat ini kita sudah tahu Tuhan mempunyai rencana yang lebih besar dari sekedar bangunan fisik dari Bait Suci. Sebelum Tuhan membuang Israel, Nabi Yehezkiel mendapatkan penglihatan, dia melihat kemuliaan Tuhan pergi, menjauh dari tempat utama di tengah pelataran menuju ke pelataran Bait Suci, lalu meninggalkan Bait Suci dan akhirnya meninggalkan Yerusalem sama sekali. Ini berarti bukan Bait Suci bangunannya yang penting, tapi penyertaan Tuhan itulah yang penting, dan Bait Suci menyimbolkan hal ini. Maka dari awal Tuhan sudah memberikan pengertian bahwa Dia mempunyai rencana yang jauh lebih agung dan Bait Suci termasuk di dalamnya, tapi Bait Suci akan digenapi. Itu sebabnya ketika Daniel mendapatkan penglihatan, Tuhan juga menyatakan bahwa bait itu akan memenuhi seluruh bumi. Ini tidak mungkin bait secara fisik memenuhi bumi, apakah ini berarti Bait Suci harus dibangun di Yerusalem, lalu di Mesir, di Roma, kemudian di Makedonia, dan seluruh bagian bumi yang lain harus dibangun?

Tentu tidak. Kalau begitu yang dimaksud dengan seluruh bumi penuh dengan bait itu apa? Di dalam Injil Yohanes, Yesus Kristus mengucapkan kalimat yang menyimpulkan pengharapan ini bahwa Dialah Bait Suci itu. “Rombak Bait Suci ini dan Aku akan dirikan kembali dalam 3 hari”, dan Petrus mengatakan “Engkau turut menjadi batu yang dipakai untuk membangun Bait Suci”. Ini indah luar biasa, Bait Suci secara bangunan memberikan simbol yang penting, bahwa Tuhan yang hadir di tengah umatNya itulah pengharapan umat Tuhan. Maka umat Tuhan pergi di tempat di mana Tuhan rela hadir. Kalau Tuhan menyatakan kehadiranNya dengan menjadi manusia, maka kehadiran Allah yang menjadi manusia inilah yang menjadi sentral dari seluruh peribadatan. Inilah yang Yesus sedang ajarkan kepada umatNya, jangan lihat Bait Suci lagi tapi pelan-pelan mulai arahkan pandanganmu kepada Kristus. Dan peralihan seperti ini sangat sulit, karena orang Israel sudah terbiasa memegang tradisi itu, menjadi agama yang mati, bukan menjadi iman yang penuh dengan pengharapan. Yohanes Calvin menulis buku yang penting sekali bagi orang Kristen yaitu Institutio, Institute of Christian Religion, ini bukan buku bagi kaum akademik meskipun kaum akademik pun akan temukan banyak hal penting di dalamnya. Ini buku bukan untuk sarjana teologi, meskipun sarjana teologi pun bisa menggali dan mendapatkan pengajaran darinya. Tapi Calvin rindu buku ini menjadi panduan bagi umat Tuhan untuk bertumbuh di dalam iman. Maka dia mengatakan “inilah pengajaran sejati bagi agama Kristen”. Agama sejati harus berpusat pada Tuhah, agama sejati harus membuat kita melihat kepada Tuhan, menyadari cinta kasih Tuhan dan menyadari cinta kasih yang harus kita berikan kepada Tuhan adalah mutlak harus kita berikan. Inilah agama sejati. Tapi manusia sejak dulu membangun sistem agama mereka demi diri, demi keterpaksaan karena takut bencana.

Dua hal ini membuat manusia membangun agama dengan cara yang salah, yang pertama “saya beragama supaya Tuhan baik sama saya. Konsep agama yang salah akan memberikan mereka identitas yang lepas dari relasi, kasih dan penghormatan. Itu sebabnya Calvin mengatakan Allah yang sejati akan membuat kita menyembah Allah. Dan penyembahan ini di dalam kesalehan. Apa yang dimaksud dengan menyembah Allah di dalam kesalehan? Saya menyembah Dia dengan perasaan reverence, saya mempunyai perasaan hormat kepada Dia. saya begitu menghormati Dia, takut akan Dia, tapi juga sangat mengasihi Dia. Waktu kasih dan hormat dipadukan dengan sempurna, pada waktu itulah agama sejati mulai terbentuk di dalam diri kita. Mengapa engkau beragama? “Karena saya mengasihi Dia yang saya sembah. Dan Dia yang saya sembah mengasihi saya. Dan kita hidup di dalam relasi yang tidak terputus”. Itu sebabnya ketika Israel membentuk agamanya sendiri, Tuhan mengatakan “yang membuat engkau berbeda ada 4 hal. Hal pertama, Aku memberikan firman kepadamu sebagai tanda Aku mengasihi engkau”. Yang kedua, Tuhan memberikan komunitas antar umat “hendaklah kamu saling mengasihi, hendaklah kamu memperhatikan orang asing di tengah kamu, hendaklah kamu perhatikan budak, jangan sampai engkau menindas mereka, karena dulu pun engkau budak dan Tuhan sudah bebaskan engkau”. Lalu yang ketiga orang Israel mempunyai pengertian akan kekudusan Tuhan. Ini di agama mana pun tidak ada, pengertian tentang kekudusan beda dengan pengertian akan ancaman. Hal yang keempat, Tuhan menyatakan “engkau Israel punya agama yang berbeda”, karena Allahnya memperhatikan mereka, rela hidup bersama mereka, menuntun mereka dari Mesir, dan akan berdiam bersama mereka sampai selama-lamanya. Janji Tuhan akan berdiam bersama mereka sampai selama-lamanya inilah yang Tuhan nyatakan dengan bait. Tapi Israel mulai berubah dengan mendoakan “demi kami ya Tuhan”, Israel juga perlu identitas “kami perlu mandiri, kami perlu bebas, kami perlu mempunyai kekhususan seperti dulu kami miliki”. Maka agama membuat mereka menjadi sombong, membuat mereka merasa punya identitas lebih dari bangsa lain, “kami adalah umat milik Tuhan, pilihan dari Tuhan, kami lebih spesial dari yang lain”. Akhirnya agama hanya memberikan makan kesombongan mereka, seluruh ibadah dan tata cara mereka adalah ajaran manusia yang diajarkan berulang-ulang, demikian Tuhan berfirman juga di dalam Kitab Yesaya. Tuhan mengatakan bahwa mereka hanya mengajarkan ajaran manusia, tapi bukankah mereka juga mengajarkan Taurat? Iya, tapi dengan motivasi membesarkan manusia. Bukankah mereka mengajarkan firman, mereka menghafal begitu banyak ayat? Iya, tapi demi kemegahan diri. Mereka mau menunjukan diri mereka lebih saleh dari yang lain, lebih mengerti dari yang lain, lebih punya kerangka agama yang agung dibanding yang lain. Maka mereka dengan angkuh memisahkan diri dari bangsa lain, tapi Tuhan sudah menyiapkan Israel menjadi bangsa yang akan memberkati bangsa lain. Dan untuk menjadi berkat bagi bangsa lain, Tuhan mensyaratkan pengorbanan. Tuhan berjanji kepada Abraham, “keturunanmu akan menjadi berkat bagi bangsa-bangsa”, dan yang Tuhan katakan “Abraham, bawa keturunanmu itu, anakmu yang kau kasihi, anakmu satu-satunya, persembahkan dia di atas gunung”. Dua janji ini berkait, Tuhan mengatakan “anakmu akan menjadi berkat, maka anakmu harus menjadi korban. Anakmu akan memberkati bangsa-bangsa lain, maka anakmu mesti dipersembahkan jadi korban”. Ini konsep yang Tuhan sudah tekankan kepada bapanya Israel. Tapi Israel tidak mengerti ini, mereka hanya mengerti mereka lebih unggul dari bangsa lain. Itu sebabnya ibadah mereka bangun demi keagungan mereka sendiri. Maka Tuhan sudah muak, Tuhan pelan-pelan menyingkirkan peribadatan yang salah ini, dan Tuhan pelan-pelan menetapkan ada satu orang yang akan menyingkirkan sampai selamanya peribadatan yang salah dan memberikan iman yang benar melalui orang ini yaitu Kristus.

Maka kedatangan Kristus penuh dengan kontroversi. Dari awal Dia sudah menyingkirkan pandangan orang-orang kepada bait dan mulai mengarahkan pandangan kepada Dia. Dari awal Dia sudah mulai mengajarkan bahwa Sabat berfokus kepada Dia, Bait Suci berfokus kepada Dia, ibadah pembasuhan berfokus kepada Dia. Dan ini sangat offensive, pemimpin-pemimpin agama paling memusuhi Yesus karena mereka tahu Dia mengoreksi, mengubah tata agama yang mereka tahu menjadi sesuatu yang sama sekali baru, dimana mungkin mereka tidak ada bagian di dalamnya, mereka mulai sadar hal ini. Banyak orang awam tidak sadar tapi pemimpin agama sadar, orang awam tidak tahu, orang awam cuma tahu “oh, saya sakit, Tuhan Yesus sembuhkan. Anakku sakit, Tuhan Yesus sembuhkan. Anakku mati, Yesus bangkitkan. Ini Juruselamat, ini Mesias”, tapi mereka tidak sadar apa yang Yesus sedang kerjakan”. Itu sebabnya Yesus mengatakan bahwa waktu Dia di bumi, tidak ada yang mengerti Dia, murid-murid pun tidak, pemimpin agama pun tidak, orang banyak pun tidak. Orang banyak hanya mau sistem agama yang menguntungkan mereka, kalau sistem agama beri aku roti, aku akan sembah siapa pun yang harus disembah oleh sistem ini. Kalau ada allah yang menyembuhkan anakku, aku akan menyembah allah ini. Kalau ada allah yang berani memberikan aku kesulitan, aku akan tinggalkan. Ini orang awam, jemaat awam yang Tuhan sebenarnya muak melihat cara beribadah mereka, hanya cari kepentingan diri, hanya cari untuk kesenangan sendiri. Bait Suci pelan-pelan disingkirkan, dan kehadiran Yesus yang dicari umat. Ini benar-benar bikin para pemimpin sangat marah “Kamu akan hancurkan kami, wibawa kami, pangkat kami, kenikmatan kami, nama kami”, dan Yesus terus lakukan ini. Sampai pada satu titik konflik itu terjadi. Lukas mencatat di dalam Lukas 11 “mulailah Yesus dengan terus terang: celakalah kamu, kamu adalah perwakilan dari sistem agama yang korup, celakalah kamu”. Ini teguran Yesus, bukan hanya untuk Bait Suci atau pun pemimpin-pemimpin Israel yang melayani di Bait Suci, ini teguran terus berkumandang sampai sekarang. Gereja Tuhan saat ini pun jatuh ke dalam kecelakaan yang sama, membangun sistem agama yang menjauhkan jemaat dari Tuhan. Jemaat tidak diperkenalkan kepada Tuhan, jemaat diperkenalkan kepada tradisi. Jemaat tidak diperkenalkan kepada firman, jemaat diperkenalkan kepada berkat. Jemaat tidak diperkenalkan kepada Allah yang mengasihi mereka, jemaat diperkenalkan kepada tata cara yang tidak mengaitkan mereka kepada Allah. Lama-lama sistem ini jadi besar dan penyakit yang lama berulang kembali. Mengapa celaka? Karena kamu jauhkan orang dari Tuhan demi keagungan diri, demi sistem agama yang besar, tapi tidak ada Tuhan di dalamnya. Saudara coba periksa diri, kita ini menganut sistem agama yang benar atau salah. Yang salah membuat kita tahu sistem, tahu aturan, tahu tata cara, tahu upacara tapi tidak kenal Tuhan. Saudara sudah dibaptis, ikut katekisasi bertahun-tahun, sudah lakukan berbagai upacara, kalau ada Perjamuan Kudus pasti langsung datang, tidak mungkin bolos, lakukan semua tata cara yang memang penting untuk dilakukan, tapi tidak pernah bertemu dengan Tuhan, tidak pernah bertemu dengan relasi yang mencintai dan dicintai. Saudara tidak tahu betapa kosongnya hidup tanpa tahu intisari dari agama yang sejati. Maka Yesus mengatakan “celakalah kamu karena kamu melakukan berbagai upacara pembasuhan, tapi kamu fatal, salah mengerti 4 poin penting tadi. Engkau salah mengerti kemuliaan Tuhan, engaku salah mengerti firman, engkau salah mengerti perintah belas kasihan, dan engkau salah mengerti makna kehadiran Tuhan. Semua kamu gagal mengerti, kamu membangun keangkuhan dan menyatakan puas dengan keangkuhan ini”. Maka Tuhan sangat marah dan menyatakan “celakalah kamu”.

Di dalam ayat 45, seorang Ahli Taurat menjawab ini, ini sangat mungkin sekali orang Saduki yang tidak merasa perlu mendukung Yesus tapi malah mendukung Farisi, musuhnya, “Guru, dengan berkata demikian Engkau menghina kami juga”, sopan sekali. Yesus jawab “kamu pun celaka”, “mengapa Engkau marah?”, “karena kamu pun celaka karena kamu punya tugas memberitakan firman, tapi kamu gagal menyatakan firman itu. Engkau membuat firman itu menjadi suatu penghalang orang datang kepada Tuhan. Karena waktu firman diberitakan, orang tidak mengenal Tuhan, tidak mempunyai relasi dengan Tuhan, tapi firman itu dijadikan satu sistem agama dimana identitas saya bisa menjadi nyata di situ”. Orang-orang Ahli Taurat mengajarkan Taurat tapi bukan mengajarkan hal yang paling essensial, mereka mengajarkan tata cara, mereka mengajarkan semua hal yang sifatnya rutinitas, yang sebenarnya sangat berarti kalau ini dikaitkan dengan penyembahan kepada Allah. Tapi mereka memutuskan hubungan antara umat dan Tuhan, cukup antara kamu dan agama, cukup antara kamu dan upacara, cukup antara kamu dan saya, tidak perlu Tuhan. Ini sistem agama yang korup luar biasa. Tidak ada cara yang paling efektif, yang dilakukan oleh setan untuk menjauhkan kita dari Tuhan, selain membentuk agama. Dan agama yang paling efektif dipakai oleh setan adalah Agama Kristen yang menyeleweng, itu yang paling efektif. Orang Kristen yang menyeleweng merasa diri sudah aman, agama lain memang sangat sesat di dalam menyembah Allah yang benar. Tapi orang Kristen merasa sudah sampai di jalan yang benar, sebenarnya sedang ditutup dan tidak pernah bertemu Tuhan dengan sistem agamanya. Itu sebabnya hati-hati dengan sistem agama kita. Harap kita mengerti betapa bangkrutnya iman kita kalau kita tidak mengenal Tuhan. Dan pengenalan akan Tuhan tidak mungkin menggerakan. Jangan salah, waktu Saudara mengenal Tuhan tapi hati tidak tergerak, itu belum mengenal Tuhan. Waktu Saudara sudah tahu tentang preposisi tentang Tuhan, doktrin tentang Tuhan, kalimat tentang Tuhan, tapi tidak ada gairah dan kasih yang malampaui apa pun yang Saudara pernah rasakan, itu belum mengenal Tuhan. Dosa orang Israel pada waktu itu lebih besar dari siapa pun, karena ini ada yang lebih besar dari nabi dan mereka bunuh. Mereka ingin cari kesalahan Yesus karena kalimat yang begitu keras ini. Yesus mengatakan “sistem agamamu salah dan engkau akan membunuh Aku karena mengoreksi engkau”. Mengapa sistem agama begitu besar dan fanatik dan akhirnya membuat diri sulit menerima firman Tuhan? Karena makin besar sistem agama itu, makin ego orang-orang yang ada di dalamnya. Makin dia merasa identitasnya signifikan, makin dia merasa penting dan setiap kali ada firman yang mengoreksi langsung dianggap sebagai penghinaan. Maka Tuhan pun tidak boleh koreksi mereka, Tuhan pun tidak boleh berbicara apa pun. Apakah kita pikir Tuhan biarkan dosa-dosa itu? Apakah kta pikir kita bisa selamanya sembunyi dari Tuhan? Sembunyikan hati yang kejam, hati yang jahat, hati yang penuh fitnah, hati yang penuh kecemaran, hati yang penuh kebusukan, kita pikir Tuhan tidak tahu. Tidak, Tuhan tahu betapa bobroknya kita, betapa busuknya kita, betapa kerasnya hati kita, betapa gelapnya kita di dalam. Maka itu seruan para nabi mengatakan “mari kembali ke terang itu. Akui dosamu, tinggalkan dan kembalilah kepada Tuhan”. Tapi apakah semua orang senang ini? Tidak, ada yang bertobat dan hancur hatinya, ada yang menganggap ini kalimat lalu, ini cuma angin sepoi-sepoi biasa yang boleh ada dan boleh tidak. Ada orang tetap keras, ada orang melawan, ada orang terima. Saya tidak tahu kita yang mana, waktu kita dengar suara kenabian, apakah kita menjadi orang yang benci nabi lalu mau bunuh dia atau kita menjadi orang yang “tiap minggu kotbahnya juga begini”. Tapi ada kelompok yang mengatakan “ini orang makin berani bicara, saya akan bunuh dia”, mungkin tidak bilang bunuh, tapi mungkin bilang “saya akan pakai pengaruh saya di gereja untuk hantam kariernya.

Maka Yesus mengatakan “kamu akan bunuh saya hai Ahli Taurat, kamu akan membuat semacam persepakatan, kamu akan membuat skema, kamu akan membuat gerakan di Yerusalem untuk membunuh Anak Allah yang menjadi manusia. Tapi Ahli Taurat sudah dengar kalimat keras ini, mereka mengatakan “mari kita membuat kesepakatan untuk mencari kesalahan orang ini supaya waktu pengadilan muncul, kita bisa bunuh Dia”, mereka tetap keras hati. Kiranya Tuhan memberkati kita dengan pengertian yang membuat kita gentar, Allah kita mau mengoreksi kita. Kiranya kita menjadi orang yang rela dikoreksi, rela dibimbing oleh Tuhan dengan kalimat keras sekalipun untuk kembali kepada Tuhan. Dan kiranya Tuhan bangkitkan suara kenabian terus tidak pernah mati menyatakan kebenaran Tuhan sepanjang zaman.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkotbah)