- Injil Lukas
- 15 May 2015
Berbahagialah kamu jika karena Anak Manusia, orang membenci kamu
(Lukas 6: 22-23, 26)
Kita sudah membahas mengenai ucapan bahagia di dalam Lukas 6 ini, dan ucapan bahagia ini adalah sesuatu yang mirip dengan apa yang Musa nyatakan dalam Kitab Ulangan. Musa menyatakan ada berkat lalu mengatakan juga ada kutuk. Tetapi keunikan dari Lukas 6 adalah berkat yang ditekankan oleh Musa, justru di sini diingatkan sebagai sesuatu yang potensi menjadi kutuk. Apa yang dikatakan oleh Musa akibat kutuk dari Tuhan yaitu kesulitan, penderitaan dan kelaparan, ternyata justru di bagian ini ditekankan tentang sisi penyertaan Tuhan yang bisa membuat kita bahagia. Maka apa yang Yesus ucapkan ini sangat kontroversial, tapi justru menyimbangkan orang-orang yang salah berpikir tentang apa itu berkat dan apa itu kutuk. Dan dalam Kitab Ulangan juga Musa membagikan tentang nabi. Di dalam Ulangan 13, Musa mengatakan bahwa nabi harus memberitakan kepada jemaat Tuhan untuk menyembah Tuhan yang sejati. Nabi yang menceritakan tentang berhala yang mengajarkan tentang allah palsu, kalau pun dia mengerjakan mujizat dan mujizat itu terjadi, kalau pun dia bernubuat dan nubuat itu terjadi, engkau harus tetap menolak dia dan membuang dia, ini di Ulangan 13. Jadi Saudara tidak perlu kagum dengan mujizat, karena dikatakan di Kitab Ulangan, “kalau dia tidak mengajar nabi yang sejati, engkau tidak perlu dengar dia, sebab dia adalah nabi yang palsu”. Jadi nabi yang sejati memberitakan yang sejati. Dalam Ulangan 18, Musa juga mengatakan “hati-hati, kalau nabi yang sejati, kamu harus tunduk kepada dia. Kamu harus taati dia, karena kalau perkataannya tidak kamu dengar, kamu akan terbuang dari bangsa ini”. Lalu dalam bagian yang lain Musa juga mengingatkan ada nabi-nabi yang palsu, mereka berbicara sesuatu yang tidak terjadi, mereka menyatakan sesuatu yang tidak benar, dan mereka mengajak kamu untuk menyembah Tuhan yang palsu, kamu harus singkirkan mereka dari tengah-tengah bangsa ini. Jadi ada nabi sejati dan nabi palsu, dan Musa memberikan peringatan yang keras “jangan dengar suara dari nabi palsu, usir dia, tapi peluklah kata-kata yang dikatakan oleh nabi yang sejati”. Apa yang diajarkan sepenuhnya harus masuk dalam hatimu, sepenuhnya harus kamu bicarakan terus dan kamu renungkan dan kamu jalankan. Siapa yang melakukan perkataan nabi sejati, biarlah damai sejahtera turun atas dia.
Jadi Musa mengajarkan ada berkat, kutuk, ada peringatan terhadap nabi palsu. Dan di sini pun Yesus Kristus mengadopsi cara yang mirip karena selain menyatakan ada berkat dan celaka, dan dia juga menyatakan ada berkat bagi nabi sejati, ada kutuk bagi nabi palsu, ada berkat bagi orang yang mengikuti caranya nabi sejati, tapi akan ada kutuk bagi orang yang mengikuti nabi palsu. Apa itu nabi palsu? Mengapa dia bisa begitu populer? Karena nabi palsu tidak pernah berbicara tentang pengenalan akan Allah yang benar, nabi palsu tidak memperkenalkan Tuhan, karena Tuhan memang tidak pernah pilih dia. Tuhan tidak pernah angkat dia jadi nabi dan karena itu Tuhan tidak pernah menaruh perkataan dalam mulutnya. Mengapa orang lebih senang dengar nabi palsu? Saudara perhatikan urutan yang akan saya bagikan, mengapa orang senang nabi palsu. Mengapa orang senang dengar berita dari nabi palsu? Karena konsep dia tentang kebenaran sudah rusak. Mengapa konsep dia tentang kebenaran sudah rusak? Karena konsepnya banyak diatur oleh pengalaman hidup dan bukan oleh Firman Tuhan. Pengalaman hidup dijadikan prinsip, akhirnya apa yang ada dipikiran kita semuanya rusak dan diganti oleh prinsip yang kita jalani di dalam hidup. Kita terus belajar tentang siapa Tuhan, itu bagus, tapi kalau terus belajar tentang siapa Tuhan, itu belum cukup. Belum cukup berarti tidak salah, orang belajar doktrin harus tapi belum cukup. Dan kalau Saudara ketemu orang reformed atau orang yang belajar teologia reformed, dia banyak belajar Firman Tuhan, tapi hidupnya begitu rusak, jangan salahkan belajar doktrinnya, ini cara berpikir yang salah. Maka saya harus ingatkan kepada Saudara, kalau ada orang terus minum air, dia tidak makan, kira-kira dia bisa bertahan hidup tidak? Tidak bisa, dia akan mati kurang gizi. Kalau dia mati kurang gizi, Saudara tidak bisa bilang “jangan minum air, karena minum air bisa mati seperti orang itu”. Orang itu mati bukan karena minum air, orang itu mati karena tidak makan.
Demikian juga orang Kita sudah membahas mengenai ucapan bahagia di dalam Lukas 6 ini, dan ucapan bahagia ini adalah sesuatu yang mirip dengan apa yang Musa nyatakan dalam Kitab Ulangan. Musa menyatakan ada berkat lalu mengatakan juga ada kutuk. Tetapi keunikan dari Lukas 6 adalah berkat yang ditekankan oleh Musa, justru di sini diingatkan sebagai sesuatu yang potensi menjadi kutuk. Apa yang dikatakan oleh Musa akibat kutuk dari Tuhan yaitu kesulitan, penderitaan dan kelaparan, ternyata justru di bagian ini ditekankan tentang sisi penyertaan Tuhan yang bisa membuat kita bahagia. Maka apa yang Yesus ucapkan ini sangat kontroversial, tapi justru menyimbangkan orang-orang yang salah berpikir tentang apa itu berkat dan apa itu kutuk. Dan dalam Kitab Ulangan juga Musa membagikan tentang nabi. Di dalam Ulangan 13, Musa mengatakan bahwa nabi harus memberitakan kepada jemaat Tuhan untuk menyembah Tuhan yang sejati. Nabi yang menceritakan tentang berhala yang mengajarkan tentang allah palsu, kalau pun dia mengerjakan mujizat dan mujizat itu terjadi, kalau pun dia bernubuat dan nubuat itu terjadi, engkau harus tetap menolak dia dan membuang dia, ini di Ulangan 13. Jadi Saudara tidak perlu kagum dengan mujizat, karena dikatakan di Kitab Ulangan, “kalau dia tidak mengajar nabi yang sejati, engkau tidak perlu dengar dia, sebab dia adalah nabi yang palsu”. Jadi nabi yang sejati memberitakan yang sejati. Dalam Ulangan 18, Musa juga mengatakan “hati-hati, kalau nabi yang sejati, kamu harus tunduk kepada dia. Kamu harus taati dia, karena kalau perkataannya tidak kamu dengar, kamu akan terbuang dari bangsa ini”. Lalu dalam bagian yang lain Musa juga mengingatkan ada nabi-nabi yang palsu, mereka berbicara sesuatu yang tidak terjadi, mereka menyatakan sesuatu yang tidak benar, dan mereka mengajak kamu untuk menyembah Tuhan yang palsu, kamu harus singkirkan mereka dari tengah-tengah bangsa ini. Jadi ada nabi sejati dan nabi palsu, dan Musa memberikan peringatan yang keras “jangan dengar suara dari nabi palsu, usir dia, tapi peluklah kata-kata yang dikatakan oleh nabi yang sejati”. Apa yang diajarkan sepenuhnya
belajar doktrin, hidupnya begitu rusak bukan karena dia belajar doktrin, tapi karena tidak punya hidup yang selaras dengan apa yang dia pelajari. Maka manusia belajar taruh di sini, mengerti kebenaran, lalu dia berusaha pahami dengan pemikiran dia yang begitu hebat, tapi dia tidak jadikan itu prinsip hidupnya, dia tidak hidupi apa yang dia pelajari. Maka pelan-pelan, apa yang dia alami dalam hidup secara real itu yang akan menguasai idenya yang tidak real. Idenya tentang Tuhan tidak pernah mewujud dalam hidup, maka ide tetap menjadi ide, sedangkan hidupnya adalah sesuatu yang dengan real bisa dia hadapi. Ini selalu terjadi, orang belajar-belajar, tapi tidak aplikasikan, akhirnya apa yang dia ketahui langsung dihancurkan dan dikorup oleh apa yang dialami dalam hidup. Kalau Saudara belajar, lalu Saudara kerjakan bidang lain, pelan-pelan apa yang Saudara ketahui akan rusak dan berubah semua. Hidup manusia adalah hidup yang real dalam dunia ini, hidup yang kita jalani hari demi hari. Maka apa yang kita ketahui secara konsep musti dijalankan dalam hidup. Tapi kalau kita memilih mengabaikan konsep itu, lalu jalan dengan cara yang kita mau tanpa peduli Tuhan, lama-lama konsep kita yang sudah kita pelajari akan dikorup pelan-pelan. Itu sebabnya banyak orang sulit mengenal Tuhan dengan benar, karena pengenalan dia stay di pikiran, tinggal di pikiran, lalu pengalaman hidupnya mulai menunjukan perlawanan dengan apa yang dia percaya. Dan pelan-pelan dia mulai melihat teori-teori yang dia ketahui tidak cocok dengan hidup, lalu dia putuskan bukan ubah hidup sesuai dengan teori doktrin yang benar, tapi dia mulai ubah pengertian tentang Tuhan sesuai dengan aplikasi yang dia jalankan. Akhirnya apa yang dijalankan dalam hidup akan punya kekuatan lebih untuk mempengaruhi pikiran manusia. Cara berpikir langsung dirombak karena Saudara mengalami banyak hal yang lain di dalam hidup. Banyak orang yang kecewa sama Tuhan karena menghadapi hidup yang tidak sesuai dengan apa yang dia mau. Banyak orang pola pikir diubah karena menjalani hidup dengan cara yang tidak sama dengan yang dia ketahui. Akhirnya orang mempunyai konsep yang pelan-pelan diubah dari apa yang dia hidupi. Lalu pengertian kita tentang Tuhan pun jadi berubah, karena apa yang kita kenal dari Tuhan sekarang beda, sekarang tidak lagi menjadi bagian dari apa yang kita hidupi, tapi apa yang kita hidupi itu masuk dalam pikiran kita. Ketika orang mempunyai konsep yang berubah, tuhannya dia adalah tuhan yang sesuai dengan apa yang dia temukan dalam
hidup, lama-lama pengertian tentang Tuhan pun tidak lagi seutuh apa yang dikatakan oleh Alkitab. Ketika dia mempunyai konsep atau pengenalan tentang Tuhan yang makin terkorup, maka semua perkataan yang mengkonfirmasi sikap korupnya akan makin dia sukai. Sehingga ketika orang berkhotbah bukan menyatakan Tuhan yang sejati, dia mulai pikir “orang ini lebih benar, lebih bagus, karena memberikan kenyamanan kepada saya”. Salah satu hal yang iblis tawarkan untuk manusia jauh dari kebenaran adalah kenyamanan, “kamu sudah nyaman dalam hidup, kamu tidak perlu apa-apa lagi. Selama kamu sudah nyaman, kamu tidak perlu kebenaran”. Banyak orang ikut dalam pelayanan karena merasa nyaman, “mengapa kamu ada dalam pelayanan ini?”, “saya nyaman di sini”, “mengapa nyaman di sini?”, “banyak orang perhatikan saya, banyak orang support saya, banyak orang dorong saya, banyak orang topang saya supaya tidak jatuh”, tetapi tidak memberitakan kebenaran. Ini akan menjadi kenyamanan palsu yang akan menyelewengkan kita makin lama makin jauh dari kebenaran. Jangan mau dibuai kenyamanan hidup kalau tidak sesuai kebenaran, karena semua hal yang palsu tentang Tuhan sangat potensi menyeret kita makin jauh dari mengenal Tuhan yang sejati, sehingga kita tidak lagi menyembah Allah yang sejati. Dan inilah yang sedang dikerjakan oleh dunia ini untuk menggerogoti iman kita, sehingga kita tidak lagi mempunyai iman yang sejati kepada Tuhan, karena pengenalan Tuhan yang benar sudah tidak ada lagi dalam diri kita. Banyak orang sudah nyaman dalam pelayanan, sudah nyaman dilayani dengan cara ini dan tidak peduli lagi doktrin, tidak peduli lagi kebenaran, “fakta dan kebenaran tidak penting, kenyamanan yang saya alami itu yang penting”. Kenyamanan karena diperhatikan, ada yang berelasi dengan kita, ada yang perhatikan hidup kita, ada yang support kita, tapi dia tidak punya kebenaran.
Sedangkan di dalam Injil Yohanes sangat menekankan relasi, sangat menekankan kenyamanan dalam komunitas. Tapi injil yang menekankan kebenaran juga Injil Yohanes. Injil Yohanes mengatakan “FirmanMu adalah kebenaran”, Injil Yohanes mengatakan “Yesus adalah jalan dan kebenaran”, Injil Yohanes juga mengatakan “supaya engkau mengenal Allah, satu-satunya Allah yang benar”. Jadi Injil Yohanes sangat menekankan kebenaran di dalam komunitas. Banyak pelayanan menawarkan komunitas tapi tidak menawarkan kebenaran, ini pasti akan dipakai setan untuk menjauhkan dari iman yang sejati. Maka komunitas dan kebenaran menjadi dua hal yang disatukan, tidak boleh pisah. Kebenaran tanpa komunitas bukan cara Tuhan, itu akan menjadi cara akademik yang tidak berkait dengan hidup. Komunitas tanpa kebenaran akan menyeret kita jauh dari Tuhan. Maka setelah konsep kita dirusak oleh kenyamanan hidup dan pencarian kenikmatan yang kita lakukan, nabi palsu bicara, langsung kita rasa klop. Banyak orang tidak bisa bedakan mana suara Tuhan sejati dan mana yang palsu. Karena yang palsu terlihat dan terdengar begitu baik, sedangkan yang asli terlalu banyak mengkoreksi dan menyakiti hati, sehingga banyak orang yang sakit hati kepada nabi yang sejati.
Maka Tuhan Yesus mengingatkan, kalau kamu hidup dengan cara mau menjalani kompromi terlalu banyak, mau diterima dunia terlalu banyak, maka celakalah kamu. Tapi kalau kamu hidup mempertahankan kebenaran, lalu orang mulai kritik kamu, orang mulai fitnah kamu, orang mulai menganggap kamu adalah orang yang jahat, orang mulai mengucilkan kamu dan dianggap sebagai sesuatu yang harus ditolak, sebagai yang jahat, maka pada waktu itu kamu bersukacita, berbahagialah kamu. Ini peringatan dari Tuhan Yesus bagi kita semua. Saudara hidup dalam cara apa? Apakah Saudara hidup dalam mempertahankan kebenaran? Menyatakan “saya orang Kristen, saya harus bertindak seperti ini”, atau Saudara terlalu banyak kompromi. Coba renungkan lingkungan di sekitar Saudara, begitu banyak dosa di sekeliling Saudara, apakah Saudara kompromi dengan dosa-dosa itu? Apakah Saudara mengatakan “ya semua orang juga begitu, saya mesti ikut”? Apakah Saudara mau kompromikan semua hal yang berkait dengan iman kepada Kristus demi penerimaan dunia? Kalau Saudara lakukan itu, Saudara mirip nabi palsu dan celakalah Saudara. Tapi kalau Saudara mengikuti, mempertahankan kebenaran, mempunyai integritas sejati dan mengikuti apa yang dilakukan oleh nabi sejati, maka berbahagialah Saudara. Kalimat ini mempunyai 2 kutub yang sangat besar, satu bahagia, satu celaka, satu dicari memperkenan Tuhan, satu dicari memperkenan dunia, satu mencari mendapatkan hormat dari Tuhan, satu mencari mendapatkan hormat dari dunia. Siapa yang menjadi tuan kita? Kepada siapa kita mendedikasikan diri, itu harus putuskan sekarang. Saudara putuskan mau ikut Tuhan atau ikut dunia, nabi palsu ikut cara dunia, khotbahkan cara dunia, lalu semua orang senang sama dia. Sekarang banyak orang khotbah dengan cara menyanjung-nyanjung orang lain, lalu dia menjadi begitu sukses. Kita sering lupa siapa tuan kita, yang kita tahu adalah tuan yang di kantor, tuan yang kelihatan, tuan yang bisa mengubah cara hidup kita dengan memotong gaji kita atau memecat kita, tapi kita lupa ada Tuan yang Sejati di atas. Sekarang saya mau tanya Tuhan kita itu siapa, lalu kepada siapa kita dedikasikan hidup. Waktu Saudara pilih untuk dedikasikan hidup untuk Tuhan pasti ada bentur. Dan bentur ini harus terjadi, waktu bentur ini terjadi, Saudara pilih ikut caranya siapa? Cara keuntungan lebih enak, dompet lebih tebal, bukankah ini bagus? Nanti janji iman juga lebih besar, jadi tidak apa-apa korupsi sedikit, nanti persembahan untuk Tuhan. Saya katakan kepada Saudara, kalau saya tahu ada Saudara yang korup dan uangnya tidak beres, pasti uangnya ditolak karena tidak mungkin gereja Tuhan berdiri di atas uang yang sangat haram. Itu sebabnya ketika orang mengatakan “yang penting uang saya bagus, isi kantong saya besar”, berarti dia mempunyai sembahan yang bukan Tuhan, lalu dia mengikuti cara dari tuannya itu. Dan inilah yang dilakukan nabi palsu, mengkonfirmasi bahwa tuan kita itu benar-benar tuan. Nabi palsu tidak mencegah kita menyembah yang palsu, nabi palsu membiarkan kita menyembah yang palsu. Tapi nabi yang sejati akan teriak dan mengatakan “kamu mesti kembali, kamu tidak boleh mengikuti cara itu, kamu harus bertobat dan kembali kepada Tuhan yang sejati. Engkau tidak boleh menyembah yang lain atau engkau akan binasa”, inilah suara dari nabi sejati dan tidak banyak orang mau dikoreksi seperti ini. Maka ketika orang yang dikoreksi marah, dia akan tindas nabi yang sejati dan mungkin bunuh nabi itu. Demikian juga hidup Saudara, Saudara hidupi hidup nabi sejati, Saudara akan alami kesulitan, dan kesulitan ini akan membuat Saudara merasa sangat susah. Tetapi ketika Saudara menjalani kesusahan, Saudara ingat apa yang dikatakan Tuhan Yesus, Tuhan Yesus mengatakan, berbahagialah kamu kalau kamu dianiaya karena kamu orang Kristen, kalau karier kamu dihambat karena kamu mengaku pengikut Kristus, kalau kamu tidak mendapatkan keuntungan yang baik karena kamu mempunyai cara secara hati nuranimu dianggap baik sesuai prinsip Firman Tuhan, kamu tidak mungkin Tuhan lupakan. Mari kita percaya dengan apa yang Tuhan katakan, Tuhan tidak mungkin buang anakNya. Tapi iblis selalu beri tawaran palsu sampai kita merasa nyaman, sampai akhirnya kita dibuang oleh Tuhan.
Seorang nabi yang sejati akan berseru dengan keras supaya orang tidak binasa. Nabi yang sejati teriak supaya Saudara balik, bukan untuk dapat kenikmatan, uang, penghargaan dari Saudara. Nabi yang sejati sering diabaikan karena dia mengasihi orang yang mengabaikan. Nabi yang palsu sering dikasihi karena dia menjerumuskan orang yang mengasihi dia. Nabi sejati akan khotbah meskipun dirinya dikorbankan untuk orang yang dikhotbahi. Tapi nabi palsu selalu minta uang, selalu minta sesuatu untuk dirinya sendiri. Tapi nabi yang palsu akan cari keuntungan. Itu sebabnya saya lihat ketidakadilan dalam dunia ini, nabi palsu disanjung-sanjung lalu diberikan uang demikian banyak, nabi yang sejati dimaki-maki dan diabaikan terus. Tetapi Alkitab sudah memberikan prinsipnya, Tuhan selalu ingat apa yang dilupakan oleh dunia, Tuhan menghargai orang yang tidak dihargai oleh dunia ini, Tuhan ingat menghukum orang yang lupa dihukum oleh dunia ini, Tuhan ingat memberikan kemuliaan bagi orang yang lupa diberikan kemuliaan oleh dunia ini. Maka biarlah kita hidup dengan mengharapkan apa yang Tuhan janjikan ini. Hidup dengan cara yang benar, nyatakan Kristus sebagai Tuhan Saudara, nyatakan identitas Kristen Saudara, nyatakan moralitas dan etika yang benar dan Saudara akan menjalani hidup yang diberkati oleh Tuhan. Biarlah kita belajar semua aspek hidup ditundukan kepada Tuhan. Saya bersyukur di dalam gerakan ini Tuhan mengajarkan kita semua untuk tunduk kepada Tuhan dalam segala hal, dalam teologi, dalam doktrin, dalam iman, dalam cara berjuang, dalam mengandalkan Tuhan, dalam segala hal saya diajar banyak sekali oleh gerakan ini untuk tunduk kepada Tuhan. Maka semangat juang maupun etika yang benar maupun cara hidup yang sejati, semua harus menjadi keutuhan yang ditundukan kepada Tuhan, dan ini sangat tidak gampang. Maka saya minta kita semua belajar untuk hidup sebagai orang Kristen, untuk hidup membuat orang lain tahu inilah Kristen yang sejati, dan untuk hidup tetap mempertahankan Kekristenan meskipun ada kesulitan menghadang. Saya ketika pelayanan di kepolisian, persekutuan di sana, ada satu orang perkenalkan pengurus mereka, ada yang bilang “pak, ini polisi hebat sekali, tapi pangkatnya rendah sekali”, “kenapa?”, “karena dia integritasnya bagus, dia orang Kristen dan dia pertahankan Kekristenannya. Dia sudah ditawarkan pindah agama sudah 4 kali dan semua dia tolak, akhirnya dia begini-begini saja”, “memang berat pak ya”, kalimat saya itu membuat saya malu, polisi itu mengatakan “tidak pak, apanya yang berat?”, “tidak berat ya pak?”, “iya”, “tapi katanya bapak ditindas, kariernya dihambat”, “iya, tapi biasa-biasa saja”, “mengapa tidak berat?”, “yang lebih berat lagi adalah kalau saya kompromi, saya punya kedudukan begitu tinggi, tapi saya sudah hancurkan iman Kristen saya. Saya punya kesempatan besar untuk jadi orang besar, tapi saya hancurkan identitas saya sebagai orang Kristen, saya tidak mau seperti itu”, orang seperti ini langka. Dan saya berharap semua orang di ruangan ini menjadi makhluk langka itu. Saya rindu orang mengatakan “pengurus atau aktivis di GRII Bandung hidupnya susah sekali karena dia tidak mau kerjakan apa yang berlawanan dengan apa yang Kristus nyatakan. Dia tidak mau identitas Kristennya terganggu”, orang seperti ini tidak mungkin Tuhan tidak berkati. Saudara bisa perhatikan di dalam Alkitab, di dalam Mazmur dan di dalam perkataan-perkataan para nabi, dikatakan “kapankah Tuhan lupa menjalankan janjiNya bagi anak-anakNya?”. Mungkin ada orang yang menganggap ini kelalaian, tapi bukan kelalaian, kadang Tuhan menguji kita untuk tetap beriman kepada Dia. Tapi pada waktunya Dia akan mengatakan “Aku adalah Allah yang tahu bagaimana menghargai orang yang setia kepadaKu”, Tuhan kita adalah seperti itu. Maka biarlah kita belajar dari nabi yang sejati, mau tunduk kepada Tuhan dan mendapat aniaya pun kita tetap tunduk kepada Tuhan. Dan di dalam aniaya, kita baca kembali Lukas 6 dan kita bersyukur karena ayat 22 mengatakan “berbahagialah kamu jika karena anak manusia orang membenci kamu, jika mereka kucilkan kamu, jika mereka cela kamu, dan jika mereka tolak kamu sebagai orang jahat. Bersukacitalah pada waktu itu dan bergembiralah sebab sesungguhnya upahmu besar di sorga, karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan para nabi”. Kiranya Tuhan menguatkan kita untuk menjadikan kita orang Kristen yang menunjukan identitas Kristen di dalam seluruh hidup
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)
- Injil Lukas
- 15 May 2015
Berbahagialah hai kamu yang sekarang ini lapar
(Lukas 6: 20-26)
Bagian ini sama sekali tidak mengatakan orang kaya pasti masuk neraka atau orang miskin pasti masuk sorga, tapi orang kaya punya godaan sangat besar untuk menjauh dari Tuhan. Orang kaya punya godaan besar untuk bergantung pada kekuatan diri, orang kaya punya godaan sangat besar untuk membanggakan diri, orang kaya punya godaan besar untuk menikmati hidup dan bukan menikmati apa yang Tuhan nyatakan sebagai penyertaanNya. Itu sebabnya dikatakan “celakalah kalau dalam kekayaanmu kamu mendapat penghiburanmu. Dan berbahagialah yang miskin kalau kamu mengetahui ada harta yang indah di dalam Kristus dan engkau tetap bergantung kepada Dia di dalam keadaanmu”. Jadi ini sama sekali tidak memberikan kotak-kotak orang kaya dan orang miskin, orang kaya pasti hancur, orang miskin pasti bahagia, bukan seperti itu. Demikian juga dalam bagian selanjutnya yaitu dalam ayat 21 dan 25. Ayat 21 “Berbahagialah hai kamu yang sekarang ini lapar karena kamu akan dipuaskan. Berbahagialah hai kamu yang sekarang ini menangis karena kamu akan tertawa”. Ayat 25 “Celakalah kamu yang sekarang ini kenyang karena kamu akan lapar, celakalah kamu yang sekarang ini tertawa karena kamu akan berdukacita dan menangis”. Ada ucapan berkat, ada ucapan bahagia dan ucapan celaka yaitu kutuk bagi orang-orang yang disebutkan tadi. Ini mengingatkan orang akan berkat dan kutuk yang Musa khotbahkan di dalam Ulangan 28. Dalam Ulangan 28 Musa mengkhotbahkan tentang berkat yang diperoleh oleh orang-orang yang mentaati Firman Tuhan. Musa juga menyatakan ada kutuk bagi mereka yang menolak Firman Tuhan. Berkatnya apa dan kutuknya apa? Saya merangkumkan beberapa poin dari pasal 28. Di dalam pasal 28 Musa mengatakan “jika engkau setia kepada Tuhan, engkau takut akan Tuhan, engkau setia menjalankan semua yang difirmankan kepadamu pada hari ini, maka tanah akan memberikan hasil yang berlimpah-limpah. Ini hal pertama yang Tuhan nyatakan, engkau akan mempunyai berkat sangat limpah sehingga makananmu selalu melampaui tempat penampungannya.
Bayangkan berapa limpahnya hidup seperti ini, Saudara punya bakul untuk beras, selalu berasnya tumpah keluar. Saudara punya tempat untuk menyimpan makanan, makanannya selalu melimpah keluar. Musa mengatakan kalau engkau setia, engkau akan mendapatkan berkat seperti ini. Lalu selain hasil tanah yang melimpah, dikatakan engkau akan memiliki hasil ternak yang banyak sekali, kambingmu akan memiliki anak begitu banyak, sehingga kelompok kambing besar yang akan jadi milikmu, bagi gembala ini berita sukacita yang besar sekali. Masih diteruskan dengan mengatakan “Tuhan akan menjaga keluar dan masukmu”, Tuhan yang akan topang, Tuhan yang akan pimpin, Tuhan yang akan menjauhkan dari segala bentuk ketidak-amanan. Maka Saudara bisa mengalami ketenangan di segala jurusan, Tuhan akan menyertai kalau engkau keluar atau engkau masuk, Tuhan menyertai engkau mau pergi kemana, Tuhan menyertai setiap pojok dari bangsamu di tanah itu. Jadi Tuhan sertai Israel tidak akan digentarkan oleh apa pun. Lalu masih dikatakan “engkau akan mempunyai banyak anak-anak”. Dikatakan orang akan mempunyai banyak anak dan dengan demikian Israel menjadi bangsa yang penduduknya besar, dan kalau penduduk besar, tentara bisa begitu banyak. Tuhan menjanjikan lagi, mereka akan diberikan alam yang subur, mereka akan melihat ladang yang hijau, bukit yang penuh dengan tanaman-tanaman yang begitu indah, sehingga mereka akan mempunyai tanah yang begitu indah dan subur. Tuhan juga menjanjikan kenyamanan, dan Tuhan juga menjanjikan mereka akan menjadi kepala, maksudnya adalah mereka akan taklukan semua musuh mereka, dan musuh mereka akan menjadi ekor. Ini ucapan berkat yang paling kita senang waktu baca. Tetapi di pasal 28 juga dikatakan ada kutuk, kalau engkau tidak setia engkau akan mengalami kekurangan makanan. Kalau yang setia mendapatkan makanan dengan limpah, yang tidak setia waktu lihat tempat makan, rogoh sampai ke dalam, ketemu dasar bukan ketemu makanan. Itu namanya kutuk di pasal 28.
Lalu dikatakan, engkau akan mengalami kegentaran dari berbagai jurusan, engkau akan takut, musuhmu kelilingi kamu dan kamu tidak akan pernah merasa tenteram di dalam hidup karena kamu begitu banyak konflik, begitu banyak musuh, begitu banyak orang yang akan mengganggu keamananmu. Disebutkan berikutnya, engkau tidak akan mengalami kenyamanan apa pun, engkau tidak bisa tidur dengan tenang karena selalu ada gangguan yang membuat engkau tidak tidur. Lalu dikatakan, engkau akan mengalami penyakit demi penyakit, engkau akan mengalami tanah itu tidak lagi menjadi subur, tanah itu mulai mengering, dan banyak daerahmu mulai menjadi padang gurun yang kosong. Dikatakan berikutnya, engkau akan mengalami wabah penyakit yang parah sekali, yang menjangkiti begitu banyak orang, engkau akan ditaklukan musuhmu, engkau akan kehilangan orang yang dikasihi karena diangkat ke pembuangan atau dibunuh oleh musuh, dan engkau akan menjadi ekor, lalu musuh-musuhnya menjadi kepala. Ini berkat dan kutuk yang diucapkan di dalam Ulangan 28, mempersiapkan Israel masuk dalam Tanah Kanaan. Maka ada bagian yang menyatakan berkat secara dunia, secara fisik yang Tuhan janjikan kepada Israel. Di sini kita akhirnya kita biasa menerima pelajaran “kalau kamu baik-baik, Tuhan pasti berkati dengan makanan, kemenangan, alam yang subur, keamanan, kenyamanan, kekuasaan sebab engkau adalah orang yang setia. Kalau engkau setia kepada Tuhan, mana mungkin Tuhan tidak memberkati engkau. Kalau engkau setia kepada Tuhan, mana mungkin Tuhan tidak memberikan kelimpahan kepadamu, engkau pasti dapat kelimpahan. Lalu kita mulai memandang orang yang kurang, kita mulai memandang orang yang mengalami kelaparan, yang mengalami kesusahan karena diganggu oleh banyak musuh, yang mengalami gangguan-gangguan dalam hal penyakit atau mendapatkan kedukaan karena kehilangan orang yang dikasihi. Lalu kita mulai mengingat bukankah di dalam berkat dan kutuk, apa yang dialami orang-orang ini adalah bagian kutuk. Maka manusia kalau membaca Alkitab hanya ambil dari satu bagian kecil lalu menjadikan ini prinsip umum di sepanjang hidup, ini yang mambuat iman manusia tetap tidak pernah benar karena gagal melihat pesan dari Alkitab. Saudara kalau mau lihat pesannya Musa jangan hanya lihat pasal 28 Kitab Ulangan di bagian khusus berkat, Saudara mesti mundur lebih jauh lalu ambil bacaan di Kitab Imamat mengenai Hari Raya, dan disitu Saudara akan menemukan ada Hari Raya yang sangat penting yang dilakukan di bulan yang ke-7.
Angka 7 adalah angka sempurna bagi orang Israel, maka masuk bulan ke-7 mereka punya perayaan yang sangat penting, perayaan pertama adalah Hari Penebusan, dimana mereka memberikan korban sebagai tanda bahwa mereka menantikan penebusan dari Tuhan untuk mengampuni dosa mereka. Mereka akan membawa penebusan ini dan menyatakan “kami hidup dalam cara yang cemar dan kami hanya mungkin diterima oleh Tuhan kalau korban sudah dicurahkan darahnya untuk menebus dosa kami”. Lalu ada hari perayaan yang kedua di bulan ketujuh, perayaan ini adalah di mana Saudara membuat pondok dari ranting, dari daun dan Saudara buat pondok ini di luar rumah, ini lucu, orang bisa mempunyai rumah gedung tapi pergi ke tingkat atas, di atap, membuat pondok di atas lalu tinggal di dalam, seperti anak-anak main camping. Orang dewasa masuk ke dalam rumah-rumah seperti ini. Dan dikatakan di dalam Alkitab, di dalam perayaan ini engkau mesti mengambil hasil tanah yang paling bagus, lalu engkau nikmati. Jadi suruh petik buah-buahan, suruh petik yang paling limpah dari hasil tanah. Tetapi dibawa ke pondok daun, dibawa ke kemah dari ranting-ranting yang mereka buat. Lalu mereka makan sambil melihat ada kemah dari ranting dan bukan rumah. Di sini ada pengertian yang indah sekali bahwa Tuhan memberikan berkat, tapi berkat itu diberikan di dalam rangka memelihara kita masuk dalam tanah perjanjian yang Dia janjikan. Kalau kita disuruh jalan di padang gurun sampai nanti masuk dalam tanah perjanjian, wajar saja kalau kita membuat kemah dari ranting, kemah sementara, ini membuktikan bahwa dimana kita berada itu belum final, kita masih dalam perjalanan, kita masih musafir, kita belum sampai garis final yang Tuhan mau. Tetapi diperintahkan oleh Tuhan justru setelah mereka masuk Tanah Kanaan. Mengapa setelah masuk Tanah Kanaan mereka membuat kemah-kemah seperti ini, seolah-olah mereka belum masuk Tanah Kanaan? Di dalam Surat Ibrani dikatakan memang belum, tapi ini sudah di Tanah Perjanjian? Belum, kapan tanah perjanjian sejati? Tanah perjanjian sejati adalah tanah di mana kita boleh berdiam di dalamnya dimana Tuhan hadir di tengah-tengah dengan sempurna. Kehadiran Tuhan di tengah-tengah manusia membuat manusia boleh menikmati kelimpahan hidup yang luar biasa, membuat seluruh ciptaanNya diperbaharui sehingga menjadi sempurna seperti apa yang Tuhan mau.
Lalu apakah setiap orang yang sengsara dan menderita itu karena dipukul Tuhan? Jawabannya tidak. Apakah orang yang limpah makanan dan limpah dalam begitu banyak usaha yang maju, hasil tanda diberkati Tuhan? Jawabannya tidak. Maka yang Yesus di sini ada pembalikan dari apa yang dinyatakan dalam Ulangan 28, bukan menentang Musa. Yesus dan Musa tidak berkonflik, tapi Yesus mengingatkan yang dikatakan Musa dalam Ulangan 28 hanya 1 aspek dari pernyataan berkat dan kutuk Tuhan. Banyak aspek lain yang Tuhan nyatakan sebagai bentuk berkat dan bentuk kutuk bagi kita semua. Jangan pikir kalau diberkati secara fisik itu tandanya Tuhan sedang memperkenan kita. Bukankah Ulangan 28 mengatakan “kalau engkau setia Israel, engkau akan diberkati”? Mungkin itu benar dalam kasus Saudara, mungkin Saudara diberkati karena Saudara dicintai Tuhan dan Saudara mencintai Tuhan, lalu Saudara mendapatkan berkat. Tetapi tidak tentu ini menjadi patokan yang berlaku pada setiap orang. Adakah orang yang begitu jahat melawan Tuhan, licik, tetapi usahanya diberkati dengan begitu limpah? Ada, adakah orang kaya yang tidak jujur? Banyak. Maka kalau kita melihat kembali di dalam Ulangan 28, Musa mengatakan berkat dan kutuk. Berkat dan kutuk ini bisa disimpulkan dalam 2 dan semua poin-poin tadi kita bisa simpulkan dalam 2, entah itu alam yang limpah, makanan yang limpah, keamanan, kenyamanan, kekuasaan, dirangkum hanya di dalam 2 kalimat ini. Pertama, engkau akan kenyang. Kedua, engkau akan tertawa. Inilah sukacita yang didapatkan dalam berkat di Ulangan 28, dan Tuhan Yesus merangkum ini dengan baik sekali. Berbahagilah kamu yang sekarang lapar dan menangis karena kamu akan dikenyangkan dan kamu akan tertawa. Sebaliknya, celakalah kamu yang sekarang kenyang dan tertawa karena kamu akan lapar dan menangis. Itu adalah pembalikan dari berkat dan kutuk dalam Ulangan 28 supaya kita dengan seimbang melihat hidup, seimbang melihat apa yang Tuhan mau percayakan kepada kita, dan bagaimana kita harus melihat berkat yang akan kita terima mau pun kesulitan hidup yang akan kita terima. Bisakah kesulitan hidup terjadi karena kita berdosa? Bisa. Jadi Tuhan bisa menimpakan penyakit dalam bentuk penghukuman, tetapi tidak berarti setiap penyakit sama penghukuman dari Tuhan. Ini sebabnya kita mesti mempertahankan cara menafsirkan yang benar, jangan hanya ekstrim satu sisi atau sisi lain. Ekstrim satu sisi “karena Tuhan tidak mungkin menyatakan berkatNya di dalam bentuk kesembuhan, maka tidak mungkin ada kesembuhan”, ekstrim yang lain “Tuhan pasti menyembuhkan, kalau tidak sembuh berarti tidak beriman”, itu ekstrim yang terlalu besar untuk menafsirkan Alkitab dengan seimbang.
Lalu ada orang mengatakan “pokoknya kalau kamu sakit, pasti hukuman dari Tuhan”, satu ekstrim, ekstrim lain “pokoknya kalau sakit tandanya kamu tidak mungkin dihukum Tuhan, Tuhan tidak pernah pakai penyakit untuk menghukum siapa pun”. Tetapi kita dengan seimbang mengatakan Tuhan bisa pakai penyakit, Tuhan bisa pakai hukuman dengan cara yang bijak yang Dia sendiri tentukan. Tapi tidak berarti setiap yang kena itu adalah dihukum oleh Tuhan. Tuhan mengatakan kepada Israel “saya akan buang kamu sebagai tanda penghukuman”. Tetapi waktu dibuang, orang seperti Daniel, Yehezkiel ikut terbuang, apakah mereka sama berdosanya dengan yang lain? Mereka tidak pernah menolak bahwa mereka berdosa, tapi Tuhan sendiri menyatakan mereka dibuang bukan karena dosa mereka. Daniel dibuang bukan karena dosanya, demikian Yehezkiel hidup di dalam pembuangan di Babel bukan karena dia menyembah berhala sama seperti orang-orang Yehuda yang lain. Maka Tuhan bisa pakai pembuangan untuk penghukuman, tetapi di saat yang sama pembuangan juga Tuhan pakai sebagai bentuk pendewasaan iman bagi Daniel maupun Yehezkiel. Ini yang Tuhan Yesus mau luruskan dengan mengucapkan ucapan bahagia yang sangat kontroversial. Berbahagialah kamu kalau kamu adalah orang yang sekarang sedang menangis, berbahagialah kamu kalau kamu sekarang sedang lapar, lalu orang bertanya “bukankah ini tanda kutuk?”, Tuhan Yesus menyatakan tidak, ini adalah tanda yang lain yaitu tanda Tuhan sedang membimbing kamu untuk mempunyai iman yang makin dewasa. Mengapa makin dewasa? Karena keadaan yang kamu alami membuat kamu belajar untuk melihat kepada Tuhan. Ini berkat yang bisa kita dapat dari 3 buku Institutio dari Yohanes Calvin. Yohanes Calvin mengatakan di dalam buku 3, Tuhan mengijinkan banyak hal indah dinikmati oleh manusia dalam hidup karena keindahan itu akan digenapi nanti. Tapi keindahan itu tidak boleh dianggap sebagai suatu keindahan yang sudah final diberikan saat ini dan sekarang. Saudara kalau menganggap keindahan, kenikmatan yang Tuhan berikan, diberikan total saat ini, Saudara akan banyak mengalami kekecewaan karena pada faktanya yang kita jalani dalam hidup jauh dari sempurna. Itu sebabnya orang Kristen yang diracuni konsep-konsep yang salah dari teologi sukses akhirnya kecewa dengan hidup karena merasa dia mendapatkan hal yang seharusnya dia tidak dapatkan. Itu sebabnya ajaran yang realistis akan membuat Saudara melihat hidup dengan cara realitis tapi tetap mempunyai pengharapan di dalam hidup yang kekal. Orang ideal yang tidak mau terima realita adalah orang yang mimpi di siang bolong. Tetapi orang yang melihat realita, tidak melihat pengharapan di hidup yang kekal, dia adalah orang yang pesimis, sangat mudah putus asa dan sangat gampang kecewa dan merasa pahit di dalam hidup. Calvin mengatakan orang yang diijinkan masuk dalam keadaan sulit, padahal dia setia dan beriman kepada Tuhan, justru dilatih oleh Tuhan untuk tidak mengandalkan hidup di dalam dunia ini. Hanya orang yang tidak tahu berterima kasih yang mengatakan bahwa hidup penuh penderitaan tanpa ada kebaikan, banyak hal baik, banyak hal indah di dunia ini. Dan waktu Saudara menikmati hal yang indah itu, Saudara mesti cari siapa yang beri dan mengucap syukur kepada Dia, dan datang kepada Dia. Maka kalau kita menikmati berkat seperti yang tadi dikatakan makanan berlimpah, kemenangan, alam yang subur, keamanan, kenyamanan, apakah ini tandanya kita berdosa? Tidak. Tapi kalau ini kita nikmati tanpa mencari siapa pemberinya, maka kita akan mendapatkan kalimat Yesus yaitu “celakalah kamu kalau kamu tertawa, kamu sudah mendapatkan penghiburanmu, dan kamu nanti akan menangis”. Tapi kalau kita menikmati apa yang Tuhan berikan lalu menyatakan ucapan syukur kita dengan kembali kepada Tuhan, maka iman kita akan dipertumbuhkan kepada Tuhan yang adalah sumber dari segala berkat.
Demikian juga ketika kita mengalami kesulitan, Tuhan sedang melatih kita untuk melihat kepada Dia dan melihat kepada janji yang akan Dia berikan nanti, yang belum genap sekarang. Maka dengan real kita melihat hidup, dengan real kita melihat kesulitannya, dengan real kita melihat berkat-berkatNya. Dan dengan hati yang penuh pengharapan melihat kepada Tuhan Sang Pemberi berkat, dan juga Sang Pemberi kesulitan yang sedang melatih kita untuk melihat kepada Dia. Tapi Calvin mengingatkan dalam keadaan seperti ini Saudara akan mengatakan “tidak ada tempat bagi saya di sini”. Waktu Saudara percaya kepada Kristus, Saudara mengatakan “tidak ada tempat bagi saya di sini”, Kristus mengatakan “Aku sedang menyediakan tempat bagimu, sabar sedikit”. Maka berbahagialah orang yang datang kepada Kristus, karena Saudara datang kepada Kristus tanpa mempunyai apa pun, Tuhan tetap mampu mengucapkan ucapan bahagia kepada Saudara. Tetapi kalau Saudara meremehkan Kristus, meskipun Saudara punya semua yang di dunia ini yang bisa membuat Saudara tertawa, Saudara akan tetap menangis karena pada akhirnya ketika hal-hal yang Saudara andalkan tidak bisa memberikan bahagia lagi kepada Saudara, tidak ada Kristus yang mengatakan “mari bersamaKu, Aku menyediakan tempat bagimu”. Maka Saudara memilih datang kepada Kristus meskipun dalam keadaan apa pun, Saudara akan menjadi orang yang bahagia. Karena Kristus mengatakan “mari ke tempatKu, Aku menyediakan tempat bagimu”. Mengapa di dunia Tuhan mengijinkan orang-orang yang dicintai mengalami kesulitan? Supaya orang-orang di dunia yang mengalami kesulitan belajar melihat Kristus, belajar mengagumi dan menghargai uluran tanganNya yang menawarkan berkat bagi kita. Lalu mengapa Tuhan mengijinkan anak-anaknNya tetap menikmati bagian dalam dunia ini? Ada orang begitu bisa menikmati banyak hal, supaya mereka dilatih oleh Tuhan untuk tidak mengandalkan kenikmatan dunia ini, tapi mencari Tuhan dengan penuh ucapan syukur untuk bersyukur kepada Dia. Jadi Saudara mengalami kelaparan, Saudara mengatakan Tuhan akan memberikan pesta besar dimana jamuan makan bersama orang-orang penting dari Alkitab dan dari oprang-orang penting sepanjang sejarah gereja, ada berbagian di dalamnya. Saudara mengalami tangis, Kristus mengatakan “Aku akan menghapus air mata dari matamu”. Saudara menikmati kenikmatan hidup, Saudara harus mengatakan “ini kenikmatan adalah contoh bagi saya untuk cari kenikmatan yang sejati yaitu mengenal Tuhan”. Kiranya Tuhan mendidik kita sehingga apa yang kita pelajari dari Kitab Suci bisa kita jadikan pedoman untuk memiliki hidup yang penuh bahagia di dalam Tuhan.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)
- Injil Lukas
- 15 May 2015
Berbahagialah, hai kamu yang miskin
(Lukas 6: 17-26)
Kita sudah membahas pemanggilan 12 rasul, dan sekarang Tuhan Yesus dengan para rasul itu turun kembali dan di situ sudah ada murid-murid yang begitu banyak. Murid-murid dari seluruh tempat di Israel berkumpul untuk mencari Tuhan Yesus, Lukas menggambarkan bahwa banyak kali ketika Tuhan Yesus pergi ke kota-kota, semua orang di kota itu mau lihat Dia, mau dengar Dia dan mau ikut Dia. Bahkan orang-orang yang datang ingin lihat apa yang Kristus ucapkan atau lakukan untuk melakukan mujizat. Ada orang yang datang untuk ingin menyentuh Dia, menyentuh jubahNya, supaya dengan menyentuh mereka mempunyai kuasa penyembuhan yang dimiliki Tuhan Yesus. Jadi ini adalah orang yang begitu populer, yang pergi ke mana pun semua orang datang dan mau cari mau jadi pengikutNya. Maka kumpulan yang ada untuk mendengar Tuhan Yesus, itu selalu adalah kumpulan yang sifatnya kacau balau, meskipun mereka ditenangkan oleh kuasa Yesus dan menjadi diam untuk mendengarkan Yesus berkhotbah, tapi tetap ini adalah kelompok yang begitu banyak, yang tidak teratur. Orang-orang dari berbagai golongan datang untuk melihat Tuhan Yesus, ada orang yang bijak, ada orang-orang Ahli Taurat datang untuk kritik apakah ini pemimpin sejati atau palsu. Ada orang-orang yang mempunyai keperluan sangat besar karena mungkin mereka sakit dan mereka ingin disembuhkan oleh Tuhan Yesus. Di sini ada kelompok yang beragam, tetapi kebanyakan dari orang yang datang untuk mengikuti Tuhan Yesus dengan sangat gigih adalah orang-orang yang kecil, orang-orang miskin, orang-orang yang sakit, orang-orang yang terpinggirkan dan terutama orang-orang yang sangat perlu kesembuhan segera. Mereka mencari Tuhan Yesus dan mereka berharap Tuhan tumpangkan tangan atas mereka, supaya mereka bisa sembuh. Semua orang mengikuti Dia dengan berbagai latar belakang, tapi kebanyakan adalah orang-orang yang sangat ingin mendapatkan sentuhan mujizat Tuhan Yesus.
Jadi apakah salah orang-orang ini? Waktu mereka datang mencari kepuasan di dalam Yesus, waktu mereka mencari Kristus, mengharapkan mendapatkan kesembuhan dari Kristus. Kristus tidak pernah tegur mereka yang mencari kesembuhan. Kristus marah kepada pemimpin agama yang palsu, tetapi Kristus penuh belas kasihan kepada orang yang mencari kesembuhan kepada Dia. Maka Dia mengijinkan orang-orang itu datang, Dia menyembuhkan mereka, Dia mendoakan mereka, dan Dia memberikan begitu banyak anugerah untuk orang-orang seperti ini. Itu sebabnya kita yang melihat fenomena kesembuhan ilahi, kita mesti tahu siapa yang harus kita lawan. Kita sedang tidak melawan orang sakit yang putus asa memperoleh pertolongan, tapi kita harus kritik keras orang-orang yang memberikan harapan palsu dengan tawaran-tawaran yang bukan ada di Injil Tuhan. Kita tidak boleh benci orang yang sedang putus asa, kita harus benci semua tawaran palsu untuk mengobati keputus-asaan itu. Tuhan Yesus mengucapkan ucapan bahagia termasuk peringatan supaya murid-muridnya tidak mudah menghakimi orang lain.
Di dalam ucapan bahagia di Lukas ditulis dengan cara yang berbeda dengan di Matius, kita tidak tahu apakah ini khotbah yang beda dan karena itu dicatat dengan cara yang berbeda, atau itu khotbah yang sama yang dicatat dengan cara yang berbeda. Kalau ini adalah khotbah yang sama maka cara matius dan Lukas mencatat itu beda, sebab Matius meletakan ucapan bahagia denagn jumlah yang lebih besar dan banyak, memisahkan ucapan bahagia dengan celakanya di tempat yang lain dan merumuskan ucapan bahagia ini sebagai satu dorongan kepada para murid untuk hidup menjadi berkat di tengah-tengah dunia yang sudah rusak. Maka di Matius 5 diucapkan ucapan bahagia setelah itu dilanjutkan dengan perintah “kamu harus menjadi garam dan terang di tengah-tengah dunia ini”, ini perintah yang diberikan setelah sebelumnya Tuhan menjanjikan ucapan bahagia. Tuhan beri kekuatan dulu setelah itu Tuhan minta semua orang Kristen atau semua murid-muridNya berjuang menyatakan kebenaran Tuhan di tengah-tengah dunia. Ini adalah panggilan yang sangat sulit, itu sebabnya Tuhan sudah lebih dulu beri kekuatan di depan. Inilah perspektif Maitus waktu menulis. Bagaimana dengan Lukas? Di bagian ini Lukas memberikan sudut pandang yang lain, ucapan bahagia ini ditujukan untuk 2 hal. Pertama, untuk memberi konfirmasi bahwa Dia memperkenan orang-orang yang datang kepada Dia meskipun orang-orang dunia menghina orang-orang ini. Kedua, ucapan ini diberikan untuk menegur setiap orang yang merasa diri lebih baik lalu menghina orang yang lebih jelek. Maka ketika orang miskin datang kepada Tuhan Yesus, orang kaya mungkin mencibir, tapi Kristus mengatakan “berbahagialah kamu yang miskin, berbahagialah kamu yang lapar, berbahagialah kamu yang sekarang menangis, berbahagialah kamu yang ditolak, dikucilkan dan dicela sebagai sesuatu yang jahat. Jadi Kristus menyatakan penerimaanNya kepada orang-orang seperti ini. Mari kita juga belajar menerima keadaan dari orang-orang yang mencari Tuhan dengan cara seperti ini.
Lalu siapa yang berbahagia? Yang berbahagia adalah orang-orang yang sedang dalam kesulitan. Apakah semua orang sulit bahagia? Tidak, karena Tuhan Yesus sedang berbicara kepada orang-orang yang mau datang kepada Dia. Ketika orang-orang ini mau datang kepada Dia, Yesus mengatakan “berbahagialah kamu yang sudah datang kepadaKu, tapi keadaan miskin. Tapi celakalah kamu yang datang kepadaKu, tapi kamu mempunyai begitu banyak kekayaan”. Maka kita akan bahas dalam beberapa kali, hari ini kita akan fokus kepada peringatan Tuhan Yesus mengenai kekayaan dan ucapan bahagia bagi orang miskin. Mengapa orang kaya ditegur dengan keras? Mengapa orang miskin diberikan ucapab bahagia begitu besar? Apakah semua orang miskin otomatis berbahagia? Tidak. Apakah orang miskin, karena dia miskin maka Tuhan pasti terima Dia? Tidak. Ada orang yang menjadi miskin mungkin karena dia tidak mau kerjakan apa-apa, ada orang menjadi miskin mungkin dia terlalu malas untuk bertindak, ada orang yang miskin meskipun dia gigih bekerja, ada orang yang miskin karena ditipu orang lain, ada orang yang miskin karena keadaan lingkungan membuat dia tidak mempunyai pilihan kecuali menjadi orang miskin. Maka menjadi orang miskin tidak otomatis diterima oleh Tuhan, tapi Tuhan Yesus sedang memberikan peringatan kepada orang kaya untuk menghargai setiap orang yang Tuhan terima karena mereka mempunyai bahagianya sendiri. Lalu kalau orang rela mau datang kepada Tuhan Yesus, mau datang sepenuh hati dan dia miskin, apa bahagia yang dimiliki? Di sini orang miskin dikatakan “berbahagialah kamu”, mengapa berbahagia? Karena di dalam kemiskinan dia tidak punya hambatan-hambatan yang banyak untuk datang kepada Tuhan Yesus. Sedangkan orang kaya untuk datang kepada Tuhan Yesus mempunyai terlalu hambatan yang membuat dia tidak secepat orang miskin yang mau datang kepada Tuhan Yesus. Apa hambatan-hambatan yang dimiliki oleh orang kaya? Banyak, dan kita akan membahas beberapa pada hari ini. Orang kaya terhambat untuk datang kepada Tuhan Yesus karena dia lebih cinta harta dari pada cinta Tuhan Yesus, ini adalah problem pertama. Orang miskin tidak punya harta, mau cinta apa? Orang miskin uangnya begitu sedikit, apa yang mau dicintai dari uang yang sedikit? Tapi orang kaya yang uangnya banyak, lebih mencintai uang dari pada Tuhan, maka mereka sulit datang kepada Tuhan dengan murni. Saya tidak mengatakan Saudara yang kaya harus menjadi miskin, saya tidak mengatakan Tuhan membenci orang kaya, saya hanya mengatakan Tuhan memperingatkan orang kaya bahwa dia punya hambatan banyak yang harus diawasi, yang orang miskin tidak miliki. Itu sebabnya ketika cinta Saudara kepada Tuhan didasari oleh banyaknya harta yang Saudara dapat, Saudara bukan orang yang sungguh-sungguh datang kepada Tuhan, inilah halangan. Apakah kita sungguh-sungguh datang kepada Tuhan? Ini jadi penguji, kalau ternyata harta kita berkurang drastis ketika kita makin setia kepada Tuhan, mau makin setia? Tetapi kalau orang berjuang lalu dia menjadi kaya, itu tidak salah, tetapi Tuhan hanya memperingatkan “kamu berjuang mati-matian, lalu kamu jadi kaya”, hartamu akan menghalangi kamu datang kepada Tuhan. Kalau orang sudah kaya, mampu mengatasi halangan ini, dia juga menjadi bahagia. Tapi tidak banyak yang mampu lakukan, ini peringatan yang saya bagikan kepada Saudara. Tidak banyak orang mampu mengalahkan halangan-halangan dari kekayaan. Itu sebabnya kerelaan kita ikut Tuhan dengan tulus dan sempurna, itu akan dihalangi oleh harta. Maka saya tekankan kembali orang kaya tidak otomatis berdosa, kekayaan tidak harus berarti berdosa kecuali kalau Saudara ambil dengan cara yang ilegal. Tapi kalau Saudara bekerja dengan segiat mungkin, sekeras mungkin, sebijak mungkin, lalu Saudara diberkati dengan demikian limpah, mari belajar dengan mengucapkan begini “Tuhan, hatiku tidak mau berpaut kepada kekayaan, hidupku tidak mau berpaut kepada kekayaan, hidupku tidak bergantung pada apa yang aku miliki sekarang”.
Lalu hal yang kedua, kekayaan itu membuat kita cenderung menikmati dunia dari pada menikmati Tuhan. Orang kalau sudah punya kekayaan lalu menikmati fasilitas-fasilitas dari kekayaan akhirnya ketika fasilitas itu dicabut, dia tidak mampu lagi hidup dengan cara yang seperti biasa. Saya pernah diskusi dengan beberapa pengurus, kita bingung kalau kita harus cari tempat lalu tempat itu tidak punya tempat parkir yang cukup, bagaimana ya? Saya merenungkan dalam hati, kalau tidak cukup tempat parkir apakah jemaat akan turun jumlahnya? Bayangkan mobil sebanyak ini butuh tempat parkir sebesar apa? Kalau tidak muat tempat parkirnya jadi jangan bawa mobil supaya tidak parkir, kalau tidak bawa mobil berarti naik angkot, ”naik angkot? Itu barang haram bagi saya”, ini bahayanya orang kaya. Akhirnya tidak ke gereja karena tidak bisa datang dengan mobil dengan nyaman seperti biasa, ini yang membuat saya heran. Mengapa berkat Tuhan menghalangi kita datang kepada Tuhan? Saudara diberikan mobil bukan berarti Saudara bergantung sama mobil kan? Saya ingat dulu kalau pergi ke gereja atau ke seminar Pak Stephen Tong, saya selalu naik bus. Hal ini membuat saya menyadari satu hal, saya biasa naik begini maka saya tidak keberatan naik bus untuk datang kebaktian. Tapi kalau saya sudah biasa dengan mobil, apakah mungkin saya lakukan ini lagi? Ini satu hal yang mesti kita renungkan baik-baik, kita datang kepada Tuhan dihalangi oleh kenyamanan atau tidak. Kalau kita terbiasa dengan kenyamanan, lalu kenyamanan itu diambil dan kita marah, di sini kita tahu bahwa kenyamanan itu sudah menjadi dewa kita. Jadi sekali lagi Tuhan tidak melarang orang jadi kaya, menikmati hal-hal yang mewah, tapi kalau kita mulai terhambat datang kepada Tuhan karena kemewahan ini, mungkin waktunya kita mengatakan “saya harus melatih diri untuk tidak terjerat dengan kenikmatan seperti ini”. Tapi ini tidak dimiliki oleh orang miskin, maka dikatakan orang miskin berbahagia bukan karena mereka miskin, tapi karena mereka tidak punya pilihan. Waktu mereka datang kepada Tuhan, mereka mengharap sesuatu kepada Tuhan, mengharap Tuhan memberikan berkat, mengharap Tuhan memberikan anugerah. Karena kalau Tuhan tidak berikan, tidak ada lagi yang sanggup berikan kepada kita. Inilah hal-hal yang bisa kita lihat di dalam Firman Tuhan ini yaitu orang-orang miskin berbahagia karena dia tidak mempunyai kelebihan apa-apa yang bisa dia nikmati dan dia serahkan semua kepada Tuhan. Mari yang miskin menanggap sesuatu yang benar-benar diamini. Saudara jangan hidup dengan cara picik, jangan hidup dengan terus merasa diri kurang berkat, jangan hidup dengan cara terus iri kepada orang yang sukses. Tapi hidup dengan cara menikmati apa yang Tuhan mau nyatakan sebagai berkat dari Dia lalu menikmati Tuhan dalam hidup. Dan bagi yang kaya jangan menggantungkan hidup dalam kekayaan, Saudara harus berani mengatakan “di dalam kemewahan saya bisa menikmati Tuhan, di dalam ketiadaan kemewahan saya tetap bisa menikmati Tuhan. Saya boleh hidup menikmati ini, dan kalau Tuhan ambil semua ini saya juga tetap bisa hidup karena Tuhanlah yang menopang hidup saya, bukan harta ini”. Ini kalau bisa kita ucapkan, kita menjadi orang yang lulus dalam ujian yang sedang dinyatakan.
Ketiga, orang yang punya kekayaan cenderung mendapatkan penghormatan dari dunia ini, orang miskin tidak. Maka orang miskin tidak punya kesombongan apa-apa, dia datang dengan kerendahan hati. Dunia ini begitu rusak, memberikan penghargaan kepada harta jauh melampaui memberikan penghargaan kepada yang lain. Orang kaya dihargai sampai lepas topi, ada orang berjasa bagi kemanusiaan belum tentu diberikan penghargaan seperti ini. Ini adalah penghargaan dunia bukan penghargaan Kristen. Orang Kristen menghargai orang yang cinta Tuhan, orang Kristen menghargai orang yang rela berkorban bagi orang lain, orang Kristen menghargai bijaksana, kebajikan dan kesucian hidup, ini yang dihargai. Maka kalau Saudara datang ke gereja ini hanya untuk memberikan daftar mana orang kaya yang saya bisa jalin relasi, Saudara sudah sangat berdosa kepada Tuhan. Mengapa orang yang kaya dikatakan celaka? Karena di tengah kekayaannya dia mendapatkan penghormatan palsu dari manusia. Dan dengan demikian dia biasa ditinggikan dan karena itu dia memiliki keangkuhan hidup yang lebih dari yang lain. Saya tidak mengatakan semua orang kaya seperti ini, ada orang kaya yang rendah hati tapi itu tidak banyak, dan harusnya itu banyak terdapat di tengah-tengah orang Kristen. Maka orang kaya mesti ingat kalau ada orang baik kepada Saudara, dia hanya menghargai harta Saudara, kalau bisnis Saudara hancur, dia tidak mungkin lagi mau berteman dengan Saudara. Orang mendapatkan uang itu bukan suatu kualitas yang hebat, orang mendapatkan kebajikan ini kualitas yang paling hebat. Orang mendapatkan kerelaan berkorban bagi orang lain, ini kualitas yang hebat. Maka ketika orang menghargai bijaksana, kerelaan berkorban, orang ini adalah orang bijak. Tetapi kalau orang miskin adakah yang sombong? Sudah miskin sombong, itu keterlaluan. Umumnya orang miskin punya kerendahan hati natural, merasa dirinya tidak layak di mana-mana. Waktu masuk di tempat belanjaan pun dia celingak-celinguk. Jadi ini perasaan rendah hati orang miskin yang alami. Orang kaya rendah hati seperti ini susah, bukannya tidak ada tapi sulit sekali. Orang punya banyak harta, di mana pun dia dihargai, dia pergi ke kantornya satpam menghormati, dia pergi kemana ada pembantu yang siap melayani, apakah dia bisa mempunyai kerendahan hati? Harus bisa, memang sulit tapi itu bukan alasan. Ketika kita membiasakan diri untuk menghargai orang lain dalam level yang sama dengan kita meskipun dia tidak punya, itulah kemenangan dari orang yang punya harta lebih. “Meskipun saya kaya, saya tidak anggap kekayaan saya membuat saya lebih penting dari orang lain. Meskipun kamu miskin, saya hargai kamu sebagai orang yang mempunyai nilai sama dengan saya”. Kita yang mempunyai kesempatan oleh Tuhan mendapatkan harta dan kehidupan yang dihormati oleh orang lain, mesti mencegah diri dari godaan menganggap diri lebih hebat dari yang lain. Maka berbahagialah orang yang miskin karena dengan rendah hati datang kepada Tuhan, karena dia tidak punya penghiburan di tempat lain kecuali Tuhan, karena hanya di dalam Tuhan dia mendapatkan satu kepuasan dalam hidup, karena dengan rendah hati menjalani hidup, tidak memandang rendah orang lain dan rendah hati mau datang kepada Tuhan. Tetapi celakalah orang-orang kaya kalau ternyata hartanya menghalangi dia datang kepada Tuhan, kalau ternyata hartanya membuat dia mencari penghiburan duniawi lebih limpah dibandingkan datang kepada Tuhan, kalau motivasinya datang kepada Tuhan adalah untuk kekayaannya, kalau karena kekayaannya dia memandang rendah orang lain. Tapi orang kaya yang belajar melewati kesulitan ini lalu datang kepada Tuhan dengan murni hatinya, menghargai orang lain dengan sepenuh-penuhnya, mencari kenikmatan dan kebergantungan hanya kepada Tuhan dan bukan harta, dia pun mengalami bahagia yang sama. Inilah yang mau diucapkan pada ucapan bahagia hari ini. Biarlah kita belajar merendahkan diri kita di hadapan Tuhan, menganggap pemeliharaan Tuhan itu yang akan menopang dan menguatkan kita, bukan hal-hal lain. Itu sebabnya dalam ayat 21 dikatakan “berbahagia kamu yang lapar, berbahagia kamu yang menangis, kamu akan dipuaskan, kamu akan tertawa”. Ada orang-orang yang ketika tidak punya pilihan datang kepada Tuhan dan dia mendapatkan kepuasannya. Biarlah kekayaan yang Tuhan tambahkan di dalam hidup kita tidak membuat kita berpaling dari niat hati seperti ini. Tuhan tidak peduli Saudara kaya atau miskin, Tuhan lihat hati Saudara tulus atau tidak. Tuhan tidak peduli berapa sukses atau gagal Saudara, tapi Tuhan melihat berap rela Saudara menjadi berkat bagi orang lain. Kekayaan yang Tuhan berikan itu untuk sesuatu yang sangat penting. Tuhan memberikan kekayaan supaya menjadi berkat dengan limpah, karena ada kemungkinan banyak hal demi menolong manusia. Orang yang mempunyai banyak orang bisa mendirikan banyak hal untuk menolong begitu banyak orang. Itu sebabnya Tuhan mempercayakan harta supaya bisa bertanggung jawab pada Tuhan. Tapi iblis juga pakai harta untuk menjadi sesuatu yang gampang menyeret kita jauh dari Tuhan. Maka mari kita belajar untuk mendeteksi kira-kira saya ada di bagian mana, apakah saya kekurangan lalu mengutuk Tuhan karena kekurangan saya, mengutuk lingkungan saya karena kekurangan saya, jika seperti itu maka saya harus bertobat dan kembali kepada Tuhan. Apakah saya orang yang terjerat dengan kekayaan saya, maka saya pun harus kembali kepada Tuhan. Di dalam ayat yang ke-24 “celakalah kamu yang kaya, karena di dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburanmu”. Biarlah kekayaan kita tidak membuat kita mendapatkan kepuasan, tapi membuat kita mencari Tuhan yang menopang dan sumber sejati di dalam kehidupan kita.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)
- Injil Lukas
- 15 May 2015
Tuhan Yesus Berdoa Semalam-malaman
(Lukas 6 : 12 – 16)
Di dalam ayat 12 dikatakan “pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Dia berdoa kepada Allah”. Di sini kita tidak mengerti apa yang Yesus doakan, kita tidak tahu alasan Dia berdoa, kecuali kalau kita melihat paralel dari peristiwa ini di dalam Perjanjian Lama. Banyak sekali hal dalam Perjanjian Baru menjadi jelas kalau kita balik ke Perjanjian Lama. Perjanjian Baru menggenapi Perjanjian Lama, Perjanjian Baru membahas tema-tema yang sama dengan Perjanjian Lama. Di dalam Perjanjian Lama sering kali digunakan kalimat “pergi ke gunung lalu berdoa di atas gunung” itu sebagai bentuk intercessory prayer, ini berarti sebentuk doa yang ditujukan untuk memohon pengampunan bagi umat. Apa pun gambaran dalam Perjanjian Lama, seringkali memakai cara menulis ada orang naik ke gunung lalu dia memohon pengampunan, ada orang naik ke gunung dia berdoa menyatakan pelanggaran umat. Musa ada di gunung lalu dia berdoa “Tuhan, ampuni umatMu yang sudah begitu rusak, yang sudah lupa Tuhan dan mereka membuat anak lembu emas”. Mungkin Saudara mengatakan “Musa naik ke gunung bukan dalam rangka doa, Musa naik ke atas gunung dalam rangka Tuhan yang suruh lalu dia dengarkan Firman. Setelah itu dia turun”, maka waktu dia naik itu bukan dalam rangka doa. Tapi kalau Saudara baca baik-baik, Saudara akan melihat dia naik ke gunung, menerima Firman dari Tuhan lalu Tuhan mengatakan “lihat umatmu di bawah mereka sudah begitu rusak tingkahnya”, maka dia turun. Waktu turun dan dia lihat benar-benar rusak, dia marah, dia naik lagi, lalu dikatakan dia naik dan semalam-malaman dia memohon kepada Tuhan supaya Tuhan mengampuni umatNya. Jadi dia terus memohon di gunung itu supaya Tuhan mengampuni, dia meratap dan dia memohon supaya Allahnya di sorga mau mengampuni umatNya. Inilah bentuk doa syafaat, doa untuk memohon pengampunan bagi yang lain, dan ini dilakukan oleh Musa. Doa yang paling agung salah satunya adalah doa Musa. Orang cuma tahu doa Musa yang di Mazmur “ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian supaya peroleh hati yang bijaksana”. Tapi bagi saya doa Musa yang paling indah adalah doa yang kalimatnya seperti kedengaran mengerikan tapi begitu indah, dia mengatakan “Tuhan, cabut nyawa saya kalau Engkau tidak mau mengampuni umatMu”, ini doa agung luar biasa. Bayangkan betapa indahnya doa ini, apalagi kalau kita yang mau dihukum, tiba-tiba ada orang yang mengentarai kita dan kita mendengar dia berdoa “ampuni dia Tuhan, dia sudah bersalah, kalau Tuhan tidak mau ampuni maka matikan saya”, ini doa benar-benar berani, ini doa adalah pengorbanan diri yang sangat besar. Maka Musa pergi ke atas gunung, memohon terus kepada Tuhan dan mengatakan “hapus nama saya dari kitab kehidupan kalau Tuhan mau menghapus umatMu”, ini pernyataan yang begitu agung. John Knox pernah berdoa yang mirip, dalam tradisi orang mengatakan John Knox berlutut dan berdoa “Tuhan, berikan saya Skotlandia, kalau Tuhan tidak mau berikan, matikan saya”, seperti mengancam, tapi ini adalah permohonan yang sangat agung supaya umat Tuhan diampuni “Tuhan, jangan marah tapi ampuni umatMu”.
Saya melihat ini paralel sekali dengan apa yang dilakukan Yesus. Yesus Kristus melihat umat Tuhan begitu rusak, maka Dia pergi ke atas gunung dan berdoa. Tahu dari mana umat begitu rusak? Dari pembacaan sebelumnya. Saudara melihat dari pasal 4-6, sebelum perikop kita, seluruh perikop cuma satu yang tidak berbicara konflik antara orang Farisi dan Tuhan Yesus. Semua berbicara Yesus ditolak, Yesus dibenci, Yesus mau dibunuh, semua bicara mereka berencana untuk mematikan Yesus. Semua bicara konflik, pemimpin agama melihat Yesus kerjakan mujizat, mereka mau bunuh Yesus, pemimpin agama lihat Yesus tolong orang, mereka mau bunuh Yesus, pemimpin agama melihat Yesus mau sembuhkan orang di Hari Sabat, mereka mau bunuh Tuhan Yesus. Maka ini adalah konflik yang sangat besar, mereka lihat mujizat Tuhan Yesus tapi mereka benci orang ini dan mereka mau bunuh Dia. Di dalam kebencian mereka terdapat tantangan yang besar terhadap Tuhan Yesus, maka Tuhan naik ke atas gunung. Dan saya percaya ini adalah intercessory prayer, jarang orang bergumul semalam-malaman kecuali ini adalah pergumulan paling besar di dalam hidupnya. Dan saya percaya kalau Tuhan Yesus bergumul semalam-malaman, pergumulan terbesar Dia bukan tentang diri, tapi tentang umat Tuhan. Ini satu bentuk keagungan di dalam diri manusia. Kita mau mengukur tingkat kerohanian kita, coba tulis doa Saudara lalu lihat apa yang paling banyak didoakan seumur hidup? Apa yang paling menuntut kita untuk benar-benar sujud dan benar-benar memohon kepada Tuhan? Kalau semua permohonan kita yang paling besar sifatnya hanya melihat diri dan pergumulan diri maka ini adalah tanda kerohanian kita belum juga lewat masuk ke dalam kerohanian yang lebih baik. Karena orang yang lebih baik secara rohani, mulai melihat kesulitan umat Tuhan, mulai melihat pemberontakan umat Tuhan, mulai teteskan air mata karena pemberontakan umat Tuhan.
Alkitab mengajarkan Roh Kudus berdoa bagi kita di dalam hati lalu kita berdoa bersama-sama Roh Kudus memanjatkan permohonan kita kepada Bapa. Kedua, Kristus ada di sebelah kanan Allah, Dia pun berdoa syafaat sebagai Imam Besar bagi kita. Jadi Kristus dan Roh Kudus berda bagi kita, mana mungkin kita tidak mau berdoa kepada Bapa. Bayangkan betapa keterlaluannya kalau Kristus mendoakan kita di sebelah kanan Allah, lalu Roh Kudus mendoakan kita di dalam hati, tapi kita sendiri tidak. Berdoa kepada Bapa dalam nama Tuhan Yesus karena Tuhan Yesus sendiri berdoa kepada Bapa di sebelah kanan Allah untuk kita. Jadi Kristus dan Roh Kudus berdoa bagi kita, betapa besar anugerah ini. Kalau saya merenungkan ini, saya sangat terharu, karena seringkali kita terharu kalau ada orang lain mau doakan kita. Yesus berdoa di sebelah kanan Bapa, Roh Kudus berdoa dari hati kita, memanjatkan permohonan yang kita pun tidak bisa omongkan kepada Tuhan. Itu sebabnya ketika Dia naik ke atas gunung, ke bukit yang tinggi lalu berdoa semalam-malaman, saya percaya ini adalah respon Kristus dari penolakan umat Tuhan. Umat Tuhan menolak, Dia lalu berdoa memanjatkan intercessory prayer, Dia memanjatkan syafaat supaya umat Tuhan tidak terus berontak kepada Tuhan, dan supaya Tuhan terus berkenan memberikan kesempatan kepada umat Tuhan kembali kepada Dia. Maka selesai berdoa, di dalam ayat 13 dikatakan “ketika hari siang Ia memanggil murid-muridNya kepadaNya lalu memilih dari antara mereka 12 orang yang disebutNya rasul”, kata rasul memberikan banyak sekali pengertian kepada kita. Rasul berarti dia yang diutus, orang yang diutus tapi dengan otoritas yang sama dengan orang yang mengutus. Maka rasul itu bukan sembarangan utusan, tapi rasul adalah orang-orang yang diutus atas nama yang mengutus dengan otoritas yang sama. Kalau ada perwakilan, kalau ada utusan yang diutus itu berarti yang mengutus tidak hadir tapi utusannya yang hadir. Bukankah Yesus berjanji akan bersama murid-muridNya sampai kesudahan waktu? Ternyata yang dimaksudkan adalah Kristus akan mati, Dia akan bangkit, lalu Dia akan naik ke sorga. Dari sorga Dia akan mengirim Roh Kudus, Penolong yang sama dengan Dia, yang setara dengan Dia, tapi yang adalah Pribadi lain. Roh Kudus inilah yang akan memenuhi para rasul dan para rasul inilah yang akan menjadi utusan Kristus. Jadi Kristus ada di sorga dan utusanNya yang ada di bumi yaitu para rasul. Dan Kristus sudah memanggil mereka sejak sekarang dan di dalam cara Lukas menulis, pemanggilan para murid sekarang menunjukan bahwa tema utama dari Injil Lukas adalah perjalanan Yesus ke salib sampai Dia mati lalu Dia naik ke sorga, dilanjutkan dengan Kitab Para Rasul, Injil itu akan dibawa ke seluruh dunia. Ini namanya traveling motive, motif perjalanan sudah dinyatakan dalam pilar-pilar utama, dan salah satu pilar adalah pemanggilan murid. Jadi pemanggilan murid untuk berjalan bersama Yesus sampai kayu salib setelah itu mereka akan melanjutkan menyaksikan tentang Kristus mengerjakan apa yang Kristus kerjakan sebagai rasulNya. Berarti Tuhan Yesus sudah menyiapkan penggantiNya atau orang-orang yang meneruskan pekerjaan yang dipercayakan Bapa kepadaNya. Dan para rasul ini dipanggil sebagai pemimpin gereja. Ini berarti ada satu berita menakutkan bagi kita, Yesus bertengkar dan ditolak oleh pemimpin-pemimpin Yahudi. Tetapi setelah berdoa, Dia turun memanggil pemimpin-pemimpin gereja. Jadi pemimpin Yahudi akan disingkirkan Tuhan dan pemimpin gereja yang akan bangkit menggantikan mereka, ini mengerikan sekali. Ketika mereka memutuskan untuk tolak Tuhan Yesus, Tuhan Yesus memanggil pemimpin-pemimpin yang lain. Jangan pikir kalau kita sudah ahli melayani Tuhan maka mau tidak mau Tuhan pasti pakai kita, sama sekali tidak. Jangan pikir ketika kita mempunyai kemungkinan untuk menyatakan bakat yang besar, lalu kita menjadi orang penting dalam pelayanan, Tuhan pasti tidak punya pilihan untuk pakai kita, sama sekali tidak. Tuhan bisa singkirkan kita lalu bangkitkan orang lain untuk menjadi pengganti yang mungkin pelayanannya akan jauh lebih baik. Ini merupakan bagian yang harus kita pahami dengan sungguh-sungguh, Tuhan meningkirkan para pemimpin Yahudi dan sekarang membangkitkan pemimpin gereja.
Setelah Yesus turun dari doa, Dia melakukan tindakan yang luar biasa, yaitu Dia memilih pemimpin-pemimpin baru karena pemimpin lama sudah dianggap tidak layak. Siapa yang tolak Yesus? Pemimpin, bagaimana dengan rakyat? Rakyat senang, pokoknya Yesus bisa sembuhkan orang sakit, mereka senang. Yesus berkhotbah dengan kuasa, mereka pasti senang. Ini membuat Dia sangat populer di kalangan orang banyak. Tetapi para pemimpin agama mulai marah. Yesus jauh lebih mampu untuk galang orang-orang mengikuti Dia, Yesus jauh lebih mampu membuat orang-orang setia sampai mati mengikuti Dia. Maka rakyat tidak tolah Yesus, tapi para pemimpin tolak Yesus. Kalau Saudara tekun membaca dari Lukas sampai Kisah Para Rasul, di dalam Kitab Para Rasul Saudara akan temukan seluruh rasul dikuasai oleh Roh Kudus, seluruh pemimpin Israel tidak. Seluruh rasul khotbah, seluruh pemimpin Yahudi tidak mampu lawan khotbah mereka. Tetapi permulaan mereka begitu sederhana.
Maka dikatakan di sini “Tuhan Yesus memilih 12 orang yang disebut rasul”, ayat 14 -16 mendaftarkan nama-nama mereka. Yang pertama ada Simon yang diberi nama Petrus, kalau kita baca sekarang, kita sudah baca Lukas sampai selesai, kita sudah tahu Kisah Para Rasul, kita tahu Surat Petrus, kita hidup di zaman sekarang. Kita tahu Petrus ini pemimpin besar sekali, tapi kalau kita masuk di dalam peristiwa ini, kita masuk dalam keadaan pada waktu itu, kita akan geleng-geleng kepala “untuk apa pilih Simon Petrus?”. Karena Simon Petrus kalau dibaca di dalam beberapa perikop sebelumnya hanyalah seorang nelayan gagal. Orang kedua, dikatakan Andreas saudara Simon. Ini adalah seorang rasul yang juga luar biasa, dia saudara Simon tapi yang pada waktu ini adalah bukan siapa-siapa. Siapa Andreas? Saudara Petrus, Petrus lebih terkenal sehingga orang kenalnya Andreas sebagai saudaranya Petrus. Tetapi Andreas merupakan murid Yohanes Pembaptis sejak awal. Dia dengar kalimat dari Yohanes Pembaptis, ketika Yohanes Pembaptis mengatakan “inilah yang aku maksud waktu aku berkata akan datang Dia yang lebih besar dari aku”, maka Andreas langsung tinggalkan Yohanes Pembaptis lalu ikut Yesus. Setelah Andreas meninggalkan Yohanes Pembaptis untuk ikut Yesus, Yohanes Pembaptis tidak marah. Bahkan Yohanes Pembaptis mengatakan kepada murid-murid yang lain “engkau juga ikut Orang itu. Dia adalah Juru Selamat, saya bukan. Dia harus lebih besar, aku harus makin kecil”, inilah hamba Tuhan yang sejati. Hamba Tuhan yang sejati tidak merasa punya kerajaan, hamba Tuhan sejati tidak merasa punya klaim terhadap domba-domba Kristus, ini semua milik Kristus. Maka Andreas pergi meninggalkan Yohanes Pembaptis dan ikut Yesus. Lalu dia ajak saudaranya juga, maka Simon adalah hasil penginjilan Andreas. Kemudian selain Andreas, ada Yakobus dan Yohanes, ini adalah 2 orang muda yang ambisinya kebesaran dan emosinya terlalu meluap-luap. Satu kali waktu mereka berjalan di daerah Samaria, orang Samaria mengatakan “kamu orang Yahudi, tidak boleh lewat daerah kami”, lalu Yakobus dan Yohanes mengatakan “tenang Tuhan Yesus, kami akan berdoa minta api turun”, ini ngeri sekali, terlalu percaya diri. Di Perjanjian Lama belum pernah ada yang minta api turun untuk membakar kota. Satu-satunya kota yang hancur karena api belerang, itu adalah Sodom dan Gomora, dan yang minta api turun saat itu adalah Tuhan. Jadi para murid ini terlalu berani, Yakobus dan Yohanes minta api turun untuk hancurkan Samaria. Lalu Tuhan Yesus dengan tegas menegur mereka, lalu mereka jalan lagi. Ini anak muda yang emosional. Anak muda yang emosional dilibatkan dalam pelayanan, bisa merusak pelayanan, bukan apa-apa mereka sudah ribut dengan orang. Itu sebabnya Yakobus dan Yohanes mendapat satu catatan jelek yaitu terlalu ambisius dan tidak mengerti posisi diri. Ini murid dua sangat emosional, sangat ambisi, terlalu percaya diri, sangat keterlaluan, tapi tetap dipilih. Lalu berikutnya seorang bernama Filipus, kelemahan Filipus adalah paling lambat mengerti khotbah. Maka di dalam bagian akhir ketika Tuhan Yesus berkhotbah “Aku pergi kepada Bapa, Aku akan datang kepada Dia”, lalu Filipus tanya “tunjukkanlah Bapa itu kepadaku”, Yesus mengatakan “setelah sekian lama engkau bersamaKu, masih engkau tidak mengerti?”, berarti kita tahu yang lambat mengerti itu Filipus, tahunya dari Injil Yohanes. Filipus ini punya keunggulan, meskipun dia agak lambat mengerti, tapi dia cepat mengajak orang. Filipus ini hebat sekali, waktu tahu ada Yesus, cepat-cepat dia ajak temannya yang bernama Natanael, di bagian ini disebut Bartolomeus. Orang-orang zaman Perjanjian Baru punya banyak alias, Bartolomeus nama lainnya adalah Natanael. Filipus mengatakan kepada Natanael “kami sudah bertemu Mesias yaitu Yesus daru Nazaret”, begitu dengar kata Nazaret, Bartolomeus langsung sombong “apa itu Nazaret, Nazaret itu tempatnya penjahat, Nazaret itu tempatnya orang yang tidak mengerti teologi. Apakah ada yang baik datang dari Nazaret?”, dengan sabar, dengan tidak berdebat, Filipus mengatakan “come and see, datang dan lihat”, maka Filipus ajak Natanael atau Bartolomeus. Lalu ada orang bernama Matius, ini problem, dia adalah pemungut cukai. Kalau pemungut cukai dilibatkan dalama pelayanan lebih baik taruh di belakang, nanti orang lihat murid utama ada Matius nanti akhirnya pelayananNya jadi batu sandungan. Mengapa pakai orang begini di pelayanan utama? Mau libatkan Matius silahkan, tapi tolong taruh di pelayanan belakang saja, pelayanan belakang layar. Tapi mengapa Tuhan Yesus pilih dia di tempat utama? Tuhan Yesus meresikokan nama baikNya, meresikokan penerimaan masyarakat terhadap Dia dengan memilih orang-orang seperti ini. Setelah Matius dipilih, ada lagi orang namanya Thomas, ini orang peragu luar biasa, “Yesus sudah bangkit”, “tidak percaya”, “saya lihat sendiri”, “matamu salah, pokoknya sampai aku lihat sendiri, taruh jariku di lobang pakunya, baru aku mau percaya”.
Lalu berikut ada Yakobus anak Alfeus, sering disebut sebagai Yakobus si kecil atau yang pendek, ini adalah orang yang sama sekali tidak pernah dicatat tindakannya. Tapi yang dicatat ketika dia bertindak bersama rasul yang lain, orang yang tidak terlalu dikenal tapi melakukan yang apa rasul-rasul kerjakan, meninggalkan rumah, meninggalkan pekerjaan dan ikut Yesus menjadi salah satu pemimpin dalam Kisah Para Rasul. Lalu yang berikutnya Simon orang Zelot, ini juga problem, karena orang Zelot adalah pemeberontak. Kemudian yang berikut dikatakan ada Yudas anak Yakobus, ini adalah seorang yang bertanya kepada Yesus “mengapa Engkau menyatakan diri kepada kami? Mengapa tidak kepada dunia?”, Yesus menjawab “kepada siapa yang aku mau menyatakan relasi, kepada dia Aku berharap dia menaati FirmanKu dan Aku akan bertermu, akan datang kepada Dia, dan BapaKu pun akan datang bersama-sama”, inilah Yudas. Selain itu dia tidak pernah dicatat lagi. Dan dia bukanlah penulis Surat Yudas. Sebelum Wahyu ada Surat Yudas, ini surat yang ditulis Yudas saudara Yesus, bukan Rasul Yudas. Jadi Rasul Yudas anak Yakobus, Rasul Simon orang Zelot, itu tidak banyak dicatat melakukan apa. Yang terakhir Yudas Iskariot yang kemudian menjadi pengkhianat. Inilah kelompok orang yang Yesus kumpulkan menjadi calon-calon pemimpin, pemimpin lama berlalu, pemimpin baru diangkat. Orang langsung mencibir “inikah calon pemimpin yang akan menghancurkan seluruh tradisi Yahudi yang demikian besar? Di Kitab Injil terus ditulis kelemahan mereka, kegagalan mereka, sifat takut mereka, bahkan ketika Tuhan Yesus akan disalib, seluruhnya melarikan diri, hanya Yohanes yang kembali lihat dari jauh lalu mengikuti Yesus sampai ke bawah salib, sedangkan semua rasul lari tidak seorang pun bersama dengan Dia. Tapi setelah Tuhan pergi ke sorga duduk di sebelah kanan Allah Bapa, lalu Dia kirimkan Roh KudusNya, langsung dalam Kisah Para Rasul 2 dan seterusnya, kita lihat pilihan Tuhan disempurnakan oleh Roh Kudus, kita melihat mereka menjadi pemimpin yang benar-benar menjungkir-balikan konsep Yahudi pada saat itu. Seluruh Yerusalem melihat mereka sebagai pemimpin, waktu mereka khotbah, seluruh Yerusalem dengar, waktu pemimpin berkhotbah seluruh Yerusalem mencibir. Sekarang kita tahu yang dipanggil Yesus menjadi rasul akhirnya benar-benar jadi pemimpin yang sangat hebat. Maka gereja sekarang melanjutkan tradisi dari gereja yang pernah mempunyai pemimpin seperti mereka. Sampai sekarang kita mengenang 11 rasul ini sebagai pemimpin besar dan mungkin terbesar yang dimiliki gereja selain Kristus, dan kita tahu bahwa 11 ini plus Paulus adalah pemimpin yang harus ada dan tidak boleh tidak ada di dalam sejarah gereja.
Apapun panggilan Saudara di dalam Tuhan, biarlah kita kerjakan dengan prinsip ini bahwa saya tidak sanggup kerjakan apa yang Tuhan mau saya kerjakan, entah di dalam pekerjaan Saudara, entah di dalam pelayanan Saudara, tapi ingat para rasul pun tidak sanggup, tidak ada yang layak, tapi dengan bergantung kepada Tuhan, mereka kerjakan yang Tuhan minta yaitu mereka menjadi para rasul. Dan hal kedua yang harus kita pelajari, kita tidak boleh merasa aman dengan keahlian kita melayani Tuhan. Tapi ketika kita tahu kelemahan kita, biarlah kita tahu, seluruh murid 11 ini tidak termasuk Yudas Iskariot, karena kita tahu dia bukan murid sejati. Sebelas orang ini penuh kelemahan tapi Tuhan sempurnakan. Kiranya Tuhan menguatkan kita semua.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)
- Injil Lukas
- 6 Feb 2015
Mana yang boleh di Hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat?
(Lukas 6 : 6-11)
Dalam pembahasan terakhir Injil Lukas kita sudah melihat apa yang menjadi pengertian tentang Sabat di Perjanjian Lama. Sabat di bahas di Perjanjian Lama dengan cara yang sangat luas, Sabat adalah hari perhentian yang Tuhan sudah janjikan kepada manusia sejak penciptaan pertama. Sebab dikatakan di dalam Kitab Kejadian 1, Tuhan menciptakan dalam 6 hari lalu di hari ke-7 Dia beristirahat. Di dalam Kejadian 2 Tuhan menyatakan bahwa manusia yang dicipta adalah manusia yang akan hidup di bumi, mengelola bumi, menaklukan bumi dan mempersembahkan bumi itu sebagai tempat yang akan ditinggali baik oleh manusia dan Tuhan sendiri. Maka Tuhan menjanjikan suatu Sabat, hari perhentian akhir di mana manusia diundang masuk di dalam relasi dengan Allah yang sempurna, relasi yang begitu indah, relasi yang begitu intim, relasi yang begitu agung. Tetapi untuk dapat masuk di dalam Sabat ini manusia harus diuji. Gregory Beale menulis dalam buku tentang Perjanjian Baru bahwa manusia diciptakan untuk menikmati bersekutu dengan Tuhan, dan ketika manusia diijinkan masuk dalam persekutuan yang agung ini, harus ada pengujian dulu. Maka Adam diuji, tapi bukan hanya Adam, Kristus pun, Anak Allah yang menjadi manusia tetap harus mengalami ujian sama seperti Adam mengalami ujian. Tetapi ujian bukan tanpa pengharapan, kesulitan tanpa ada resolusi final yang Tuhan janjikan. Itu sebabnya dalam ujian kesulitan yang Tuhan berikan kepada Adam, tetap menanti janji yang sangat agung yaitu Tuhan mau berdiam bersama umatNya, inilah Sabat. Maka Sabat itu adalah satu hari yang menjadi hari utama yang kita nantikan bersama-sama. Ini bukan hari dalam waktu yang kita kenal sekarang yaitu 1×24 jam, bukan. Ini adalah satu masa kekal dimana Allah berdiam bersama dengan manusia. Satu hari final yang kita semua mau tuju bersama-sama. Maka Israel dilatih Tuhan untuk mengharapkan Sabat ini dengan Tuhan memberikan beberapa pengertian tentang Sabat di Kitab Imamat. Tuhan menyatakan bahwa di dalam setiap minggu, 6 hari bekerja hari ke-7 adalah hari perhentian khusus. Ini adalah hari Sabat.
Orang Farisi dan Ahli Taurat mempunyai pergumulan apa yang boleh dan tidak di hari Sabat. Tetapi sebenarnya Sabat diberikan untuk menjadi suatu pengharapan bukan suatu beban di dalam hidup manusia. Kalau kita tidak mengharapkan adanya kesempatan di dalam satu minggu untuk beribadah kepada Tuhan, maka kita akan menjadi orang-orang yang terus berada di dalam keadaan kasihan karena tidak mengerti berkat limpah yang Tuhan tawarkan. Tuhan menawarkan ini supaya kita menjadi orang-orang yang mengalami kepuasan di dalam Dia. Tuhan menawarkan ini sebagai satu janji akhir yang di dalam setiap minggu Tuhan ijinkan kita cicipi sedikit. Orang sudah tidak lagi menghargai hari Minggu, lalu Sabtu mempersiapkan diri untuk masuk dalam ibadah. Sekarang hari Sabtu, malam minggu itu jadi malam hura-hura. Orang pergi sampai tengah malam, justru pada malam minggu. Mengapa melakukan ini? Mengapa istilah malam minggu itu malam yang panjang, Saudara bisa bersenang-senang sampai begitu lama lalu bisa pulang? Karena besok hari Sabat. Maka Sabat melatih kita untuk melihat kepada Tuhan dan menikmati relasi dengan Tuhan. Inilah hal yang dengan jelas kita bisa pahami, tapi ternyata itu baru separuh pemahaman tentang Sabat. Lalu orang-orang yang memberikan sisi “relasiku dengan Tuhan saja”, dia lupa bahwa dalam Imamat Tuhan juga mengatakan Sabat bukan hanya hari kita melatih relasi kita dengan Tuhan, tetapi Sabat juga adalah hari dimana kita melatih belas kasihan kita. Maka Tuhan mengatakan “hari Sabat kamu beribadah, tapi selain hari Sabat ada tahun Sabat dimana setelah orang bekerja kepadamu sebagai budak selama 6 tahun, tahun ke-7 dia boleh bebas”. Maka Saudara harus tanya kepada budak itu “masih senang kerja di sini?”, budak itu menjawab “tidak, saya bosan melihat kamu sebagai pemimpin”, Saudara mengatakan “baik, sekarang tahun ke-7 dan kamu boleh pergi”. Jadi budak itu boleh bebas. Dan di dalam Taurat bahkan dikatakan engkau mesti memperhatikan dia supaya setelah dia keluar, dia bisa hidup, beri apa yang perlu untuk penghidupan dia”, Taurat memikirkan semuanya. Setelah itu ada tahun Sabat dikali 7, setelah orang yang tidak punya uang menjual tanahnya, lalu orang bayarkan tanah, maka tanah ini dibayar hanya dalam bentuk sewa, dalam pengertian kita sekarang. Setelah tanah itu dijual, lalu dibeli orang lain, pada tahun pembebasan yaitu tahun ke-7 kali 7, tanah itu harus kembali ke pemilik asal. Itu sebabnya tidak ada orang Israel yang akan kehilangan tanah leluhur yang diwariskan kepada mereka. Jadi hari Sabat adalah hari belas kasihan, Saudara menyadari ada orang-orang yang kesulitan hidup, lalu Saudara kasihan kepada mereka. Ada orang-orang yang mengalami pergumulan yang dia tidak bisa pikul sendiri lalu Saudara yang merasa bisa membantu, Saudara digerakan oleh belas kasihan, inipun dilatih oleh Tuhan dalam pengertian Sabat.
Jadi pengertian Sabat selalu mengikat antara relasiku dengan Tuhan dan relasiku dengan sesama. Itu sebabnya doktrin mengenai Sabat sangat perlu diluruskan oleh Tuhan Yesus, karena orang Farisi dan Ahli Taurat gagal memahaminya. Orang Farisi tadinya adalah kelompok yang begitu baik, kelompok yang begitu cinta Tuhan, kelompok yang mau memurnikan kehidupan Israel, tapi mereka mulai mempunyai tuntutan yang berlebihan. Mereka minta yang dituntut Tuhan dari imam, dijalani oleh orang biasa. Kemudian mereka mulai begitu populer, karena orang biasa begitu kagum dengan pemimpin Farisi. Tradisi penghormatan kepada rabi tidak ada di Taurat. Tapi ajaran menghormati orang tua ada di dalam Taurat”. Itu sebabnya dikatakan Tuhan Yesus “kamu mengabaikan Taurat demi tradisimu, dengan memerintahkan orang untuk taat kepadamu dan mengabaikan ibu mereka sendiri”. Ini satu pengertian yang sangat menusuk orang-orang Farisi, Yesus-lah yang membongkar kepada mereka bahwa mereka bukan perwakilan yang sejati tentang Taurat. Karena apa yang dikerjakan oleh orang yang taat Taurat adalah mereka akan makin mengerti siapa Tuhan dan makin mencerminkan sifat-sifat Tuhan. Maka siapa yang makin mengerti sifat Tuhan, makin berusaha mencerminkan sifat Tuhan akan melihat dalam diri Kristus ada representasi Allah yang sempurna. Jadi siapa yang memahami Taurat akan mencintai Kristus, sebabnya mereka tidak mencintai Kristus adalah sebenarnya mereka tidak pernah menjalankan Taurat. Maka mereka mempunyai konsep yang terpisah dari tradisi dengan Taurat yang sejati. Lalu mereka mulai populer, orang-orang mulai mengagumi mereka, dan kalau mereka berjalan di pasar mereka akan mendapatkan penghormatan. Menurut tradisi kalau seorang rabi sedang berjalan di pasar, maka orang tidak boleh berdiri muka dengan muka dengan dia, orang harus beri jalan, menyingkir dan beri salam dengan sedikit bungkuk, lalu rabi itu akan lewat. Maka orang dalam partai politik orang Yahudi pada zaman Hasmonean, ada 2 yang paling kuat. Yang pertama Saduki, mereka kuat karena relasi dengan pemimpin politik demikian hebat. Yang kedua adalah Farisi, mereka kuat karena mereka begitu dekat rakyat biasa. Akhirnya terbukti yang bisa jangkau rakyat itu yang akan lebih kuat. Farisi selalu lebih kuat dari Saduki. Maka Saduki marah kepada Farisi tapi tidak bisa tunjukan apa-apa, maka mereka terus berdebat dan bermusuhan. Satu-satunya kemungkinan mereka damai adalah ketika mereka punya musuh bersama. Dan waktu Kristus datang, mereka punya musuh bersama, waktu itu mereka damai. Mereka adalah partai politik yang sangat berkuasa, itu sebabnya mereka sekarang sudah tidak lagi berpikir dalam cara iman Yahudi.
Orang Farisi tidak lagi berpikir dalam cara iman Yahudi yang sejati karena cara mereka berpikir sekarang sudah dikuasai oleh perpolitikan, mereka main politik, mereka pakai strategi politik, mereka pakai segala kelicikan yang perlu untuk membuat kehendak mereka jadi di dalam dunia politik. Maka dalam bagian ini pun mereka mempermainkan satu strategi untuk menjatuhkan Yesus. Dikatakan pada ayat 6 “pada suatu hari Sabat lain Yesus masuk ke rumah ibadat lalu mengajar. Di situ ada seorang yang mati tangan kanannya”, ayat 7 “Ahli Taurat dan orang Farisi mengamat-amati Yesus”, mengamat-amati bisa juga diterjemahkan melihat dan berharap sesuatu yang negatif. Jadi orang-orang ini mengamati Tuhan Yesus dengan berharap Dia sembuhkan orang ini supaya bisa disalahkan. Maka beberapa komentator sepakat mengatakan bahwa kemungkinan besar orang yang mati sebelah tangan itu sengaja ditaruh oleh orang Farisi. Bayangkan berapa jahatnya mereka, mereka cari pengemis yang tangan kanannya mati, yang sudah setengah busuk, yang sudah tidak berfungsi, yang punya cacat begitu menjijikan, ajak ke rumah ibadat lalu tunggu Yesus pasti sembuhkan. Jadi mereka mau pancing belas kasihan Yesus supaya karena belas kasihanNya, Dia bisa ditangkap. Ini jahatnya luar biasa. Orang yang memanfaatkan belas kasihan orang lain itu jahatnya luar biasa. Saudara harus sebisa mungkin mempunyai kemungkinan hidup menjadi berkat bukan menjadi peminta berkat. Makanya kita harus mempunyai bijaksana, Tuhan Yesus mengatakan harus punya ketulusan tapi mesti tetap punya bijaksana, jangan mudah termakan dari orang-orang yang jahat. Kadang orang jahat itu bisa manipulasi psikologis, ini yang hebat. Kalau pakai psikologi, membuat kita kasihan kepada dia, akhirnya kita termakan jebakan orang jahat. Maka Yesus mengingatkan cerdik seperti ular. Waktu orang cerdik seperti ular dia tahu strategi orang jahat, dia tahu tapi tidak jalankan. Bayangkan jahatnya orang Fairsi ini pakai orang cacat memanipulasi dia, menaruh dia ditengah-tengah sinagoge, lalu berharap Yesus kasihan sama dia. Dan dari belas kasihan Yesus sembuhkan, dari kegiatan menyembuhkan, Dia sudah melanggar Sabat. Ini merupakan permainan politik yang sangat jahat, tetapi Tuhan Yesus sangat cerdik. Saya percaya Yesus adalah manusia yang sangat cerdik, paling cerdik. Maka Kristus sudah tahu jebakan apa yang dibuat, trik apa yang sedang dikerjakan orang Farisi, Dia tahu semua. Maka Yesus mengajarkan kepada kita, punya ketulusan tapi jangan kehilangan kecerdikan, punya kecerdikan jangan kehilangan ketulusan. Kadang-kadang kecerdikan tidak lagi membuat kita tulus, kadang-kadang ketulusan tidak lagi membuat kita punya kecerdikan. Tapi Kristus menuntut kita melatih keduanya. Maka waktu Kristus melihat orang yang sakit tangannya ini, orang yang lumpuh ini, Ahli-ahli Taurat sudah siap-siap lihat, tapi Kristus mengetahui pikiran mereka. Di ayat 8 dikatakan Dia tahu apa yang dirancangkan oleh orang Yahudi itu, oleh Ahli-ahli Taurat, maka Yesus minta orang yang sakit itu berdiri di tengah. Ini adalah satu pameran yang luar biasa dari kepandaian Kristus yang lebih pandai dari orang Farisi. Orang Farisi pikir mereka bisa atur strategi untuk memanipulasi Kristus, tapi Kristus yang balikan manipulasi itu kembali kepada mereka.
Saudara tidak bisa menebak Tuhan, tidak bisa pancing Dia untuk lakukan apa dengan Saudara memberikan reaksi apa, itu tidak mungkin terjadi. Maka di sini Kristus menunjukan Dia lebih jauh berbijaksana dari pada orang-orang jahat yang mau menipu Dia, Dia suruh orang yang sakit tangannya itu berdiri di depan. Sekarang Kristus mau berbagi belas kasihanNya kepada banyak orang, Dia mau membuat musuhNya menjadi minoritas, ini jenius. Pertanyaan Dia memancing satu pertanyaan yang final, Yesus bertanya di ayat 9 “Aku bertanya kepadamu, mana yang boleh di Hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat?”, kalau opsinya begini, masakan mau jawab berbuat jahat? Pasti jawabannya berbuat baik. Pertanyaan kedua “mana yang boleh di Hari Sabat, menyelamatkan nyawa atau membinasakan?”, orang akan bilang “menyelamatkan”. Sekarang ada satu orang yang tangannya seperti ini, yang lebih baik dia disembuhkan atau tidak? Orang pasti setuju untuk sembuhkan. Maka sekarang mayoritas ikut Kristus, Kristus sembuhkan orang ini dan orang Farisi tidak bisa menangkap Dia. Maka ayat 11 mengatakan “meluaplah amarah mereka”. Orang marah karena rencananya stuck, dia punya strategi apa tapi gagal, pasti marah. Orang-orang ini marah karena mereka gagal menangkap Yesus, sekarang Yesus sudah mendapatkan dukungan massa. Sekarang Dia balikan kepada semua yang hadir “Sabat itu bagaimana cara kita melihat. Apakah Sabat dilihat hanya dengan mana boleh mana tidak?”, orang Yahudi senangnya mana boleh mana tidak. Jadi orang beri opsi kepada Tuhan, Tuhan balik beri opsi ini boleh atau tidak. Tuhan Yesus mengajarkan apa yang boleh di hari Sabat itu apa, tindakan yang berguna bagi orang lain atau tindakan yang menghancurkan orang lain? Langsung dikatakan berbuat baik atau berbuat jahat? Langsung ekstrim, melakukan sesuatu yang berguna atau melakukan sesuatu yang menghancurkan, melakukan sesuatu yang membuat orang selamat atau melakukan sesuatu yang membuat orang binasa? Tuhan tidak mengatakan “di dalam hari Sabat bolehkan berbuat baik atau non berbuat baik?”, Dia langsung antikan dengan mengatakan “baik atau jahat, menyelamatkan nyawa atau membunuh orang, mana yang boleh?”. Maka Yesus sedang mengatakan apa yang berguna itu adalah lawan dari apa yang dilarang. Ini satu pengertian jenius tentang menafsirkan Taurat, Taurat banyak memakai kata “jangan”. Bagaimana menafsirkan adalah harus dianti-tesiskan dengan tindakan yang aktif. Sehingga perkataan “jangan membunuh” ini tidak cukup dengan Saudara tidak membunuh. Karena anti-tesis dari “jangan membunuh” adalah Saudara harus mengasihi sesama manusia. Itu sebabnya Tuhan mengatakan berbuat baik lawannya adalah berbuat jahat, tidak ada netral. Menyelamatkan nyawa lawannya adalah membunuh, entah engkau memilih membunuh atau menyelamatkan. Maka Kekristenan adalah tentang tindakan aktif yang mendatangkan guna, bukan suatu tindakan yang membuat kita merasa boleh kerjakan atau tidak.
Maka Paulus merangkum ini dengan sangat bagus, dia mengatakan “semua boleh, tetapi tidak semua berguna”. Tuhan tidak mengatakan “jangan lebih banyak”, Tuhan mengatakan “perbuatlah jauh lebih banyak”. Tuhan mengatakan kepada Musa “katakanlah kepada Israel, engkau harus lakukan ini, engkau harus begini” semua adalah perintah untuk aktif. Maka biarlah kita bertanya bukan “mana boleh, mana tidak”, tapi tanya “mana berguna mana tidak, mana yang Tuhan mau dan mana yang bisa berguna bagi orang lain”, ini pertanyaan yang benar. Sehingga dengan aman orang menjawab “apa pun kamu boleh kerjakan, sekarang kamu pikir mana yang berguna dan tidak”. Inilah yang Tuhan Yesus sedang mau tekankan, maka Dia bertanya “mana yang boleh di hari Sabat? Berbuat baik atau berbuat jahat? Kalau kamu menolak berbuat baik berarti kamu berbuat jahat. Menyelamatkan nyawa, kamu menolak menyelamatkan nyawa berarti kamu membunuh nyawa. Yang mana yang perlu?”, orang langsung mengatakan “berbuat baik, menyelamatkan nyawa”. Maka Kristus sembuhkan tangan orang ini dan orang Farisi begitu marah, lalu mereka berunding “mau diapakan orang ini”.
Kristus membagikan satu keseimbangan, Dia mengerti doktrin tentang Tuhan dengan begitu baik, tetapi Dia juga memiliki belas kasihan kepada masyarakat sekitar dengan begitu luar biasa. Inilah pelajaran tentang Sabat yang sangat penting. Sabat menekankan dengan ekstrim bagaimana saya mengharapkan Tuhan, mengenal Tuhan, merindukan Tuhan dan datang mendengar FirmanNya, dibimbing untuk mengenal Dia, mempunyai relasi yang secara vertikal sangat ditekankan. Tapi di saat yang sama, Sabat juga menekankan relasiku dengan orang lain bagaimana. Maka Sabat adalah tentang cinta kepada Tuhan dan sesama, Sabat adalah tentang hormat kepada Tuhan dan menghargai sesama. Inilah sebabnya Sabat menjadi kunci bagi kita untuk memahami bahwa apa yang kita pelajari secara doktrinal, secara vertikal dan relasi pribadi kita dengan Tuhan mutlak harus ada dan di sisi lain cara kita berempati dengan orang lain, punya belas kasihan dan mau menjangkau orang lain, juga mutlak harus ada, dan ini perlu latihan. Terkadang kita terlalu condong pada yang satu, mengabaikan yang lain. Orang yang mengatakan “sudahlah kita tolong orang lain, lihat siapa yang perlu, tidak perlu terlalu banyak belajar doktrin. Belajar semua bikin sombong tidak ada tindakan” akhirnya orang cenderung bertindak tidak mau belajar. Lalu orang cenderung belajar dan memuaskan diri dengan apa yang dia tahu tanpa mempunyai belas kasihan, dua-duanya Tuhan Yesus tegur. Maka Tuhan Yesus ketika menyembuhkan orang sakit kusta, Dia mengatakan “sekarang pergi kepada imam, lalu lakukan apa yang Taurat perintahkan. Kamu mesti ikuti upacara yang sudah disahkan oleh Tuhan”. Latihan dekat kepada Tuhan latihan dekat kepada sesama, latihan menghormati Tuhan latihan menghargai sesama. Bukan menjadi eksklusif lalu menganggap “diriku punya kelompok sendiri, kelompok orang yang mau ke sorga”. Biar kita belajar, bukan karena kita mau jalin dengan luas, bukan mau punya kenalan banyak, bukan mau punya kebanggaan. Kita bukan mau menjadi orang yang banyak channel, tapi kita mau secara natural menjadi berkat bagi orang lain. Ciri orang Kristen dan bukan adalah orang yang bukan Kristen bisa menjalin pertemanan bahkan bisa tulus. Maka di sini Kristus menjadi contoh bagaimana Dia penuh dengan pengertian yang dalam dan akurat tentang Taurat, tentang Bapa dan ibadah, dan Dia juga punya hati yang penuh belas kasihan untuk orang-orang yang ada di sekeliling. Kita jangan menjadi dualistik, jangan menjadi orang yang hanya pentingkan satu sisi mengabaikan yang lain. Biarlah kita menjadi orang yang mengikat kedua-duanya di dalam satu usaha pertumbuhan iman kita sebagai orang Kristen. Biarlah tahun ini kita belajar makin giat, cari pengertian paling dalam, beribadah dengan sungguh-sungguh, sekaligus makin mempunyai kemampuan untuk membaur dengan masyarakat sekitar kita, mengenal mereka, berbelas kasihan kepada kita dan menolong mereka yang berada dalam keadaan yang sangat jauh dari kita. Banyak orang mau binasa, kita punya kerinduan untuk jangkau mereka. Orang Farisi picik, berpikir relasiku dengan Tuhan cukup. Tapi Yesus Kristus menyeimbangkan “relasimu dengan sesama belum beres”. Relasi dengan sesama beres, jangan lupa relasi dengan Tuhan harus beres. Biarlah kita belajar keseimbangan 2 hal ini. Saya mau kita semua belajar teologi lebih dalam, doktrin lebih dalam, lebih akurat, benar-benar dalami pengertian dari sejarah gereja reformed yang ortodoks, kemudian melatih diri kita menjadi berkat bagi orang lain.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)
- Khotbah Tematik
- 6 Feb 2015
Kristus Menggenapi Taurat
(Galatia 4: 1-5; 3:24-25)
Di dalam Kitab Galatia ada satu perdebatan yang sangat penting. Orang kalau mau selamat harus jadi anggota dari Israel dulu atau tidak. Karena ada orang-orang yang mengatakan setelah Paulus keliling dari perjalanan misi pertama, dari Yerusalem dia melayani, kemudian dia harus diusir. Paulus harus terusir dari Yerusalem karena orang-orang Yahudi mau membunuh dia. Saudara kalau melihat perjalanan Paulus itu sangat mengerikan, dia baru bertobat, dia mulai menginjili, langsung mau dibunuh di Damaskus. Lalu dia pergi ke Yerusalem, tidak lama di sana langsung mau dibunuh oleh orang Yahudi. Orang Kristen di Yerusalem, sebelum Paulus datang, hidup dengan tenang, hidup dengan damai, hidup tanpa banyak diganggu. Di Anthiokia, di tempat lain lagi, ada seorang Kristen bernama Barnabas, dia ingin melayani Tuhan, dia ingin pergi memberitakan Injil, lalu dia mengatakan “aku mau bawa temanku Saulus, yang aku kenal waktu di Yerusalem”, lalu dia pergi ke Tarsus dan mengatakan kepada Paulus “mari melayani bersama-sama dengan saya”. Mereka melayani di Anthiokia, dan sampai di Anthiokia, Tuhan berfirman “kuduskan 2 orang ini. Aku mau pakai mereka untuk memberitakan InjilKu di tempat-tempat lain”. Maka mereka mulai pergi dari Anthiokia di daerah Siria, lalu mereka pergi ke pulau Siprus, kemudian mereka pergi pelayanan, mereka keliling ke semua tempat yang Tuhan ijinkan didatangi oleh mereka. Sampai mereka kembali ke Anthiokia, orang tanya “kamu sudah pergi pelayanan? Sudah beritakan Firman? Sudah menyatakan Sang Mesias?”, “sudah”, “apakah orang-orang itu sudah bertobat?”, mereka mengatakan “banyak yang bertobat, banyak yang mau jadi Kristen”. “Kalau mereka mau jadi Kristen, sudah disunat atau belum, sudah jadi Yahudi atau belum? Sebab Mesias diberikan untuk orang Yahudi, bukan untuk orang kafir. Kamu penginjilan kepada orang kafir, setelah kamu penginjilan kepada orang kafir, kamu harus jadikan mereka Yahudi, baru Kristus bisa menjadi Raja mereka”. Tapi Paulus mengatakan dengan keras “tidak, mereka tidak perlu jadi Yahudi karena ini Injil untuk semua orang”, lalu yang lain tetap berkeras “ini Injil untuk Israel dan orang lain mau dapat bagian harus berbagian di dalam Israel”, sebab Tuhan berikan janji kepada Abraham tidak kepada semua orang. Setelah Abraham, Tuhan berikan janji kepada Ishak bukan Ismael. Setelah Ishak, Tuhan berikan janji kepada Yakub bukan Esau. Setelah Yakub, Tuhan berikan janji kepada bangsa yang adalah keturunan Yakub bukan kepada bangsa lain. Jadi bangsa ini yang mendapat berkat bukan bangsa lain. Lalu di dalam pekerjaan Tuhan di tengah-tengah Israel, Tuhan menjanjikan Raja, Tuhan menjanjikan Sang Mesias, berarti Sang Mesias itu milik Israel. “Sekarang kamu pergi ke orang Yunani, pergi ke orang kafir, pergi ke orang yang bukan Yahudi, lalu memberitakan Mesiasnya orang Yahudi, itu tidak tepat”.
Di dalam perdebatan seperti ini, kalau kita tidak mengerti doktrin keselamatan Kristen, kita tidak tahu mau menjawab apa. Banyak orang menjadi Kristen, tapi tidak mengerti apa yang diajarkan oleh Alkitab, apa yang menjadi inti dari pengajaran doktrin-doktrin yang benar. Kalau kita tidak tahu doktrin yang benar, bagaimana kita mempertanggung-jawabkan iman kita? Seberapa kokoh Saudara di dalam inti-inti ajaran Alkitab, tapi saya ingin beri tahu kalau Saudara belum kuasai doktrin-doktrin yang dasar, ada something wrong dengan Kekristenan Saudara. Dan Saudara tidak boleh tenang di dalam hidup kalau Saudara tidak tangkap ajaran dasar dari Kekristenan. “Kalau aku tidak baca buku baik-baik, kalau aku tidak belajar baik-baik, bagaimana aku bisa pertanggung-jawabkan imanku? Aku mengatakan aku mau Kristen, aku mau Alkitab, aku mau ikut Yesus”, waktu ditanya “apa itu mengikut Yesus? Mengapa ikut Yesus? Bagaimana tahu Yesus yang benar? Mengapa Yesus harus mati di kayu salib untuk menebus dosa? Dari mana kamu tahu Alkitab itu benar?”, ini semua pertanyaan-pertanyaan yang setiap orang Kristen hadapi dengan pergumulan berat dan mesti dapatkan jawaban yang firm. Itu sebabnya doktrin yang benar sangat penting, engkau mesti tahu mengapa beriman kepada Kristus, engkau mesti tahu mengapa Dia dipaku di kayu salib, engkau mesti tahu mengapa iman kepada Kristus cukup untuk memberikan keselamatan. Maka Paulus mengatakan dengan ketat “di dalam iman kepada Kristus cukup, bukan Taurat, bukan menjadi Israel, tapi iman kepada Kristus”. Lalu mereka protes “tidak, harus jadi Yahudi, harus ikut Israel, harus ikut tata cara tradisi, sunat dan lain-lain, baru boleh terima Kristus”. Paulus terus bela. Paulus adalah orang Yahudi, dia tahu berapa sombongnya orang Yahudi, dia tahu berapa besar kesombongan orang Yahudi, waktu memandang orang lain, langsung pandang dengan rendah. Maka Paulus ingin memperbaiki ini semua “kamu tidak boleh memandang bangsa kafir dengan rendah, kamu harus tahu kamu sama dengan mereka. Dan Injil diberikan kepada kamu dan mereka sama besar, sehingga engkau tidak boleh menghina bangsa-bangsa kafir. Mereka tidak boleh disuruh jadi Yahudi dulu baru percaya Yesus”. Ketika mereka terus berdebat, akhirnya pengaruh dari orang-orang ini masuk ekdaerah Turki yang besar, termasuk daerah yang luas, Galatia. Galati adalah daerah yang sangat luas, kita tidak tahu jemaat Galatia persisnya ada di mana, tapi rupanya mereka sudah dipengaruhi dengan konsep ini. Maka Paulus menulis Surat Galatia dengan mengingatkan “engkau diselamatkan karena iman kepada Kristus, bukan karena mengikuti tradisi Israel. Sebab tradisi Israel beru diberikan kepada Musa. Sedangkan janji keselamatan sudah diberikan kepada Abraham, 400 tahun lebih sebelum Musa terima Taurat. Jadi sebelum Musa dipanggil, Tuhan sudah beri janji kepada Abraham. Janji mendahului Taurat, Taurat itu ditambahkan. Maka mulai ada lagi pergumulan di antara orang Kristen, “kalau begitu Taurat cuma ditambahkan, penting atau tidak?”, Paulus mencoba menyeimbangkan “Taurat penting, tapi bukan untuk mengarahkan manusia kepada keselamatan, Taurat penting tetapi bukan untuk membawa manusia kepada iman yang sejati yang menyelamatkan”. Kalau iman yang sejati yang menyelamatkan objeknya adalah Taurat, tidak mungkin manusia selamat. Tapi kalau iman yang sejati yang menyelamatkan diberikan oleh Kristus, baru ada pengertian yang kokoh mengapa kita bisa selamat, karena Kristus mengambil dosa kita, menebusnya dan mati di kayu salib. Itu sebabnya Paulus mengatakan Taurat bukan jalan keselamatan, tapi Taurat juga bukan tidak berguna. Maka dia menuliskan Taurat dengan cara yang sangat luar biasa.
Minggu lalu kita sudah membahas bahwa Taurat diberikan oleh Tuhan untuk mempersiapkan satu umat menyambut datangnya janji. Sehingga waktu Kristus datang sudah ada umat yang baik, yang punya hati nurani, punya moralitas yang baik karena didorong oleh Taurat. Di dalam Roma 2, Paulus mengatakan Taurat itu sebenarnya adalah suatu pernyataan dari Tuhan yang bisa dimiliki oleh orang yang hati nurani murni. Engkau selidiki hatimu yang paling dalam, engkau tahu mencuri itu salah, menipu itu salah, jahat kepada orang lain itu salah. Lalu Saudara tahu hati susah ditebak, hati susah dieprcaya, bahkan Amsal mengatakan “jangankan orang lain percaya hatimu, engkau sendiri pun belum tentu percaya hatimu”. Kita mengatakan kita punya integritas, kita punya kekuatan untuk kerjakan yang baik, bagitu masuk krisis, baru kita tahu kita kompromi dalam banyak hal. Itu sebabnya hati nurani manusia tidak bisa dipercaya dan Tuhan perlu berikan Hukum Taurat. Hukum Taurat mutlak harus ada, karena manusia tidak bisa mengandalkan hati sendiri. Andaikan orang Israel mau taat Taurat, mereka akan menjadi bangsa yang paling agung, paling besar. Saya terkadang baca karya agung dari para pemikir baik di timur maupun di barat, saya kaget dengan integritas hati dan juga kerinduan mereka untuk membuat masyarakat yang baik.
Seorang bernama Plato pernah bilang mengapa orang jujur tidak dapat kuasa? Mengapa orang berkuasa tidak ada yang jujur? Mengapa yang jujur tidak jadi pemimpin? Mengapa pemimpin tidak yang jujur? Akhirnya masyarakat tetap tidak jadi baik. Lalu dia katakan lagi, mengapa pemikir tidak punya wewenang untuk mengatur? Mengapa yang punya wewenang untuk mengatur tapi tidak pernah mikir? Para filsuf tidak punya kedudukan, yang punya kedudukan tidak mau mikir, akhirnya masyarakat terus hancur. Saya percaya filsafat yang dikeluarkan di dalam pergumulan sosial yang berat, itu filsafat yang mutunya luar biasa. Tapi filsafat yang dikeluarkan karena perdebatan akademis di dalam meja perpustakaan yang tidak peduli keadaan sosial masyarakat, itu filsafat yang paling remeh. Maka ketika filsafat dikeluarkan di dalam pergumulan berat antar hidup manusia, lalu mengatakan “ini yang harusnya kita lakukan”, ini menjadi filsafat yang paling bernilai. Itu sebabnya banyak orang-orang menulis “harusnya filsafat seperti ini, harusnya pemimpin tipenya seperti ini, harusnya engkau hidup satu sama lain harus seperti ini”, dari filsafat inilah muncul pengertian untuk mengatur orang di dalam hukum yang lebih teliti. Itu sebabnya dalam zaman pencerahan muncul satu orang bernama Immanuel Kant, dia mengatakan peraturan-peraturan yang paling penting adalah peraturan yang dibuat supaya orang mengetahui kebaikan tertinggi. Kebaikan tertinggi adalah kebaikan yang dikerjakan demi kebaikan itu sendiri, bukan untuk profit diri. Ini adalah teori-teori yang begitu banyak dikemukakan, tapi sejak tahun 1500an SM, Tuhan sudah memberikan pendidikan ini melalui Musa “dengarlah hai Israel, setia kepada Tuhan. Dengarlah hai Israel, anak taat orang tua, orang tua kasihi anak, tetangga kasihi tetangga, orang kaya kasihi orang miskin, orang miskin jangan minta-minta, jangan mengasihani diri, hakim jangan disogok oleh orang kaya, hakim jangan lihat pura-puranya orang yang mengaku miskin. Tapi Taurat sudah mengatur semua supaya hidup dalam damai. Maka orang yang melihat Taurat sebagai satu keanggunan bangsa “aku lebih baik dari yang lain” tapi tidak menjalankan, itu percuma. Sama seperti Saudara bangga punya 10 hukum, tapi Saudara tidak jalankan, itu pun percuma. Paulus mengatakan “sebenarnya Taurat itu untuk menuntun kamu, supaya kamu hidup baik dan benar”. Dan ketika masyarakat mengatakan yang baik dan benar, damai itu sudah jadi, nanti Kristus akan datang menjadi raja di situ. Tetapi yang terjadi mereka makin rusak, makin kacau, makin menyembah berhala, membuang Taurat, membuang para nabi, dan membuan Tuhan. Tetapi di dalam keadaan mereka terbuang, keadaan mereka melupakan Tuhan, Paulus mengatakan “justru di sinilah waktunya kegenapan waktu dimana Kristus datang”. Ini semua diluar pikiran kita, mengapa Kristus datang justru di saat Israel sedang kacau? Tapi Paulus mengatakan “inilah waktunya”.
Maka setiap kali kita mengingat Natal, kita mengingat inilah waktu kegenapan. Waktu kegenapan dari janji Tuhan, Tuhan memberikan Taurat, menuntun Israel menyambut Sang Raja, dan sekarang Sang Raja datang. Adakah yang menyambut Sang Raja? Tidak. Gembala menyambut setelah diberi tahu malaikat. Adakah orang penting atau pemimpin yang menyambut? Tidak, justru orang kafir dan gembala yang menyambut. Maka Kristus datang tidak ada yang sambut. Itu sebabnya waktu kita merayakan Natal, lagu-lagu Natal yang paling agung adalah lagu-lagu yang mencerminkan keceriaan pengharapan yang genap, sekaligus mencerminkan kesederhanaan, dukacita dan rasa haru yang dalam. Lagu Natal itu lagu yang luar biasa. Lagu Dengarlah Malak Menyanyi menggambarkan perasaan yang digenapi, perasaan ketika janji itu sudah nyata, ini satu sukacita yang luar biasa, tapi ada juga perasaan tenang, perasan haru, perasaan kagum, semua bercampur menjadi satu. Itu sebabnya saya sering mengatakan banyak gereja yang menyanyikan lagu yang remeh bukan main, lagu yang mencerminkan perasaan yang terlalu dangkal. tapi musik-musik yang agung justru mencerminkan perasaan yang paling dalam, menunjukan kedalaman pengenalan kita akan Tuhan itu begitu kompleks dan dalam sehingga yang menyanyikan pun mencerminkan kedalaman yang sama. Musik Natal mencerminkan janji Tuhan sudah jadi, janji Tuhan sudah nyata. Tapi nyata dalam keadaan yang sederhana, beda dengan apa yang kita pikirkan. Waktu Raja itu lahir tidak ada yang sambut, tidak ada malaikat mengumumkan kepada seluruh Betlehem atau seluruh dunia, malaikat hanya umumkan kepada sekelompok kecil gembala. Setelah itu Dia lahir di tempat yang sangat tidak layak, Maria dan Yusuf pergi dari satu rumah ke rumah yang lain. Pada zaman itu rumah di Betlehem biasanya sangat dekat satu dengan yang lain. Saudara ketok satu rumah, mungkin rumah sebelahnya sudah dengar ketokan Saudara. Dan di dalam penemuan arkeologi yang dilakukan, rumah-rumah itu ada 2 tingkat, tingkat yang pertama tingkat yang sama datarnya dengan jalanan di luar, tingkat kedua adalah tingkat yang digali kebawah, kedalam, menjadi seperti basement di bawah. Basement di bawah ini biasanya adalah ruangan untuk orang masuk kemudian naik ke tempat utama. Dan di sebelah biasanya diberikan satu gudang, nanti di situ orang akan simpan beberapa barang dan simpan beberapa ternak, mungkin 2 atau 3 ekor domba taruh di situ dan beri palungan di situ. Ketika Dia lahir tidak ada yang tahu, inilah Sang Raja yang dijanjikan itu sekarang sudah datang.
Maka kalau begitu apa gunanya Taurat? Paulus mengatakan Taurat untuk menuntun kita sampai Kristus datang. Lalu orang tanya “sekarang Kristus sudah datang, masih perlukah Taurat?”, Paulus menjawab “perlu. Perlu bukan untuk mengurung kamu tapi untuk menuntun kamu. Kalau dulu sebelum Kristus datang, kamu ditekan, dipaksa dan juga diancam oleh Taurat. Karena kamu dulu belum akil balik, belum dewasa”, ini satu penggambaran dari Paulus yang luar biasa. Sejarah Israel diparalelkan dengan sejarah anak-anak di Israel. Di Israel anak-anak dididik dengan ketat, sampai mereka umumr 12, sudah umur 12, mereka menjadi bar mitzvah, setelah itu mereka boleh pilih untuk dididik dengan lebih ketat di bawah bimbingan rabi-rabi yang mereka bisa lihat, yang mereka bisa pilih. Sebelum seorang anak akil balik, dia diperlukan tindakan seperti seorang anak, orang yang sudah dewasa diperlakukan seperti orang yang sudah dewasa. Kepada anak kita memberikan peraturan yang ketat, yang tegas, yang menghargai posisi dia sebagai orang yang masih muda dan tidak mengerti banyak hal. Tapi peraturan yang sama tidak mungkin ditetapkan dengan cara yang sama kepada orang-orang yang sudah dewasa. Tidak ada tokoh-tokoh dalam Perjanjian Lama yang sempurna. Kalau begitu Israel tidak akan naik kelas terus, kapan naik kelas? Kapan lulus? Ternyata lulusnya adalah ketika Tuhan tiba, ada seorang di Israel yang menebus seluruh Israel supaya Israel menjadi dewasa, dia adalah Kristus. Itu sebabnya hanya Kristus yang sejak pertama kali Dia ada di dunia, sejak Dia dilahirkan oleh ibuNya sampai Dia mati di kayu salib, tidak satu kali pun Dia langgar Taurat. Jadi Yesus tidak pernah melanggar hukum Taurat. Inilah satu-satunya Manusia hidup tanpa cacat, inilah satu-satunya Manusia yang kita bisa lihat dan pandang lalu jadikan panutan yang sempurna. Saudara mau jadikan orang lain panutan, tetap Saudara akan lihat cacatnya, kalau cuma kenal dari jauh kelihatan begitu sempurna, begitu dekat baru mulai kelihatan cacatnya. Kita ini penuh dengan kecemaran, tetapi Kristus tidak. Kristus tidak pernah memiliki cacat sedikit pun, Kristus melewati tuntutan Taurat dengan sempurna. Sehingga dari Adam sampai zaman Musa, tidak ada orang mengikuti hati nurani yang bersih, dari zaman Musa sampai zaman Yohanes Pembaptis, tidak ada satu orang menaati Taurat dengan sempurna. Sampai Yohanes Pembaptis menunjuk “inilah Anak Domba Allah”. Yesus-lah satu-satunya yang sanggup. Maka di ayat yang kita baca, ketika Kristus menebus orang Israel, ini dilakukan supaya berkat Tuhan sampai kepada orang-orang kafir. Maka Kristus menebus Israel dengan cara menggenapi tuntutan Taurat yang Tuhan berikan kepada Israel. Dia yang pikul, Dia yang taati semua, Dia hanya menyembah 1 Allah Bapa saja, Dialah yang sanggup untuk menghormati hari Sabat, Dialah yang menghormati orang tuaNya. Tidak ada orang yang bisa menghormati orang tuanya sebesar Kristus, karena meskipun Dia punya kedudukan yang melampaui siapa pun, Dia tetap berada dalam bimbingan orang tuaNya dengan setia. Kristus yang membayar, Kristus yang memenuhi tuntutan Tuhan yang berikan kepada Israel, sehingga setelah Dia memenuhi Taurat di situ ada kemungkinan melalui Pribadi Kristus, Israel bisa menjadi berkat bagi semua bangsa. Israel tidak boleh menjadi berkat bagi semua bangsa kalau mereka masih kanak-kanak, kalau mereka masih belum bisa menaati Taurat. Maka seperti yang dikatakan seorang yang bernama N.T. Wright “Israel sejati itu Kristus”. Israel sejati digenapi di dalam Kristus. Pembuangan paling total itu bukan Israel dibuang di Babel, pembuangan palin total adalah ketika Yesus dipaku di kayu salib, inilah pembuangan Israel yang palin total. Lalu waktu Dia bangkit, inilah kemenangan dan pemulihan Israel. Itu sebabnya dikatakan di dalam Yesaya, Tuhan akan hancurkan semua lalu dari tunas akan tumbuh satu tunas dari tempat yang sudah habis ditebang, inilah yang dimaksudkan oleh Yesaya. Ketika orang di dalam Kristus, dia sudah menggenapi Taurat di dalam Kristus. Tapi Taurat tetap berfungsi sebagai penuntun yang penuh lemah lembut.
Seorang tokoh gereja bernama Irenius mengatakan Kristus harus lewati setiap tahap hidup manusia mulai bayi, anak kecil, bertumbuh remaja, dewasa, mati. Maka Kristus menjalani semua proses sebagai manusia supaya ketika kita ditebus, kita ditebus oleh Orang yang sudah lewati semua kesulitan dan menang mengikuti Taurat. Kristus mengalami kesulitan sebagai bayi, Saudara masih ingat waktu bayi sulitnya apa? Sulitnya mau ngomong, haus saja susah, akhirnya semua nangis, mama yang harus selidiki ini artinya apa. Lalu makin bertumbuh lagi, makin bertumbuh lagi, makin dewasa mempunyai kesulitan sendiri. Setiap orang mengklaim masa usianya paling berat, anak-anak, remaja, orang dewasa, kemudian Kristus mengatakan “pikul salib itu paling berat, mati bagi dosa dunia itu paling berat” disitu kita baru diam “iya, yang paling berat Kristus”. Dan Kristus yang paling berat terima porsi paling berat di dalam hidup Dia jalani dengan setia supaya kita boleh menjadi dewasa. Jadi apa itu Natal? Natal adalam momen pembebasan kita dari anak-anak menjadi dewasa dimulai dengan kehadiran Kristus.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)
- Khotbah Tematik
- 6 Feb 2015
Ketika Genap Waktunya Tuhan Yesus Datang
(Galatia 4: 1-11)
Di dalam Kitab Kejadian Tuhan memberikan pengertian kepada kita bahwa Dia menciptakan manusia berdasarkan gambar dan rupa Allah. Manusia diciptakan dengan keunikan yaitu mencerminkan sifat Tuhan, manusia diciptakan dengan keagungan yaitu boleh menaklukan seluruh ciptaan. Manusia diciptakan dengan anugerah besar yaitu boleh berkomunikasi dan berelasi dengan Tuhan. Dan manusia diijinkan Tuhan untuk mendiami bumi yang Tuhan ciptakan. Mereka boleh bertambah banyak, penuhi bumi dan menjadi cermin Tuhan, menyatakan kemuliaan Tuhan di seluruh bumi. Tapi ketika manusia jatuh di dalam dosa, Tuhan tetap tidak membatalkan apa yang Dia sudah berikan. Tuhan memberikan apa, Tuhan tetap membiarkan itu menjadi milik manusia. Tetapi Tuhan tahu ketika manusia dibiarkan dengan segala potensi dan kemampuanNya lalu dibiarkan untuk hidup sembarangan, tidak tunduk kepada Tuhan, di situ kecelakaan bagi manusia sangat besar. Maka Alkitab mengajarkan sesuatu yang dengan teliti ditemukan oleh Yohanes Calvin. Di dalam buku Institutio dengan tajam Yohanes Calvin melihat bahwa Tuhan bukan saja menciptakan manusia dengan gambar dan rupa Allah, dengan memberikan kemampuan berkomunikasi dengan Tuhan, bukan saja manusia diberik keagungan dengan menjadi wakil Tuhan, bukan juga hanya dengan memberikan manusia sifat-sifat Tuhan yang terpancar, tetapi manusia juga diberikan oleh Tuhan di dalam hatinya satu sifat agama, membuat dia mau mencari Tuhan, mau sembah Tuhan dan mau takut Tuhan. Tetapi sifat ini tidak bisa membawa manusia kepada Tuhan yang sejati, karena kerusakan dosa terlalu dosa. Itu sebabnya kita percaya total depravity, kita percaya bahwa seluruh aspek manusia sudah jatuh ketika Adam sudah jatuh. Di dalam Alkitab diajarkan bahwa Adam yang menjadi wakil dari seluruh umat manusia, gagal di dalam ujian yang Tuhan berikan, karena sang kepala ini sudah gagal, seluruh manusia jatuh. Dan ketika manusia jatuh, manusia tidak dikurangi kemampuannya oleh Tuhan. Jangan pikir kita ini lebih bodoh dari seharusnya, kita tetap sepintar yang seharusnya. Tuhan memberikan kepada kita IQ begitu hebat, entah kita mau tunduk kepada Tuhan atau tidak. Tuhan memberikan kepada kita untuk menaklukan alam, entah kita mau taat kepada Dia atau tidak. Itu sebabnya ketika manusia membangun menara Babel, Tuhan sendiri berfirman kepada diriNya sendiri, Allah berbicara antar Pribadi Tritunggal, lalu mengatakan “manusia ini sudah menjadi sama dengan salah satu dari Kita, maka dari sekarang sampai selanjutnya apa pun yang mereka rencanakan tidak pernah gagal”, Tuhan tidak kurangi kemampuan manusia. Maka waktu manusia jatuh dalam dosa, dia pakai seluruh potensi dan kemampuannya untuk melawan Tuhan, ini yang celaka. Maka dengan segala potensi yang manusia miliki, manusia melawan Tuhan, tetapi Tuhan tidak pernah berhentipanggil. Salah satu prinsip teologia reformed yang sangat penting adalah Tuhan adalah Tuhan yang panggil. Maka orang yang beragama di dalam hati mencari Tuhan. Tapi karena kerusakan dia, dia tidak mau Tuhan yang asli, dia mau Tuhan yang palsu. Itu sebabnya seluruh kemampuan dia untuk beragama, untuk menyembah Tuhan, untuk setia, untuk komitmen semua diberikan kepada yang salah. Maka manusia tidak setia lagi sama Tuhan, tapi berani setia sama uang. Manusia tidak setia lagi sama Tuhan, tapi berani setia sama berhala.
Jadi manusia di dalam hati tahu ada prinsip yang mengatur. Tapi prinsip yang mengatur ini dari mana? Dari dunia atau dari Tuhan atau tidak ada? Kalau tidak ada, kita rusak, kalau ada maka kita ada harapan. Ini yang Paulus katakan tentang konsep agama. Paulus mengambarkan Taurat di dalam pengertian yang indah seperti ini. Mengapa Taurat diberikan? Mengapa engkau tidak boleh ini dan itu? Apakah supaya untuk selamat? Tidak, tetapi supaya ada umat yang terjaga hidupnya sampai nanti janji itu digenapi yaitu pada waktu kegenapan Tuhan, maka Sang Anak Allah menjadi manusia, dilahirkan oleh seorang anak dara, ini yang dikatakan di dalam Galatia 4. Paulus memakai kata perempuan muda untuk Bahasa Yunani perempuan, tetapi kata perempuan muda ini juga diasumsikan sebagai perawan. Itu sebabnya kita percaya dari seluruh tulisan Perjanjian Baru yang paling pertama menjelaskan Yesus dari anak dara itu Paulus. Kitab Galatia lebih dulu dari Matius, lebih dulu dari Markus, dari Lukas dan pasti lebih dulu dari Yohanes. Sehingga gereja mula-mula punya tulisan yang mengatakan “Yesus lahir dari anak perawan, dari anak dara”, orang pertama yang menulis adalah Paulus di dalam Galatia 4. Maka Paulus mengatakan pada waktu genap waktunya, Anak Allah lahir. Sebelum genap waktunya ada Taurat, ada peraturan. Karena tanpa peraturan, umat Tuhan tidak mungkin bisa bertahan. Maka Paulus sekarang sedang mengatakan “peraturan seperti apakah yang mengatur hidupku? Peraturan seperti apa yang membuat engkau berjalan di dalam hidup?”. Peraturan model pertama adalah peraturan dunia yang tidak jelas akarnya ada pada siapa. Dunia memberikan peraturan “jangan begini begitu”, tapi kalau kita tanya lagi peraturan final dari siapa? Karena peraturan bisa dibatalkan oleh orang yang dianggap tinggi. Seorang raja bisa batalkan peraturan, maka kita tanya “raja dapat peraturan dari mana?”, ini tidak ada jawaban. Lalu kalau dikatakan ”peraturan tidak perlu, tapi apa yang kita perlukan boleh terjadi”, maka negara itu pasti akan kacau. Paulus mengingatkan “engkau sedang hidup dalam dosa, sebenarnya engkau hidup dalam pengaruh-pengaruh”, pengaruhnya itu dari mana? Pengaruh dunia yang mendapatkan kamu, dan mengatur seluruh cara berpikirmu, itu dari mana? Kita harus jawab dengan tuntas. Pengaruh paling besar dalam hidupmu itu dari siapa? Siapa paling mempengaruhi engkau? Peraturan mana yang paling mengikat engkau? Undang-undang mana yang terhadapnya engkau tidak berani melanggar sama sekali? Ada orang taat pada satu peraturan, tapi dia akan abaikan peraturan lain, tapi tidak ada satu pun yang tidak tunduk pada peraturan mana pun. Orang yang paling memberontak pun pada akhirnya ketika ditelusuri punya dedikasi dan kebertundukan kepada sesuatu. Ketika Saudara tidak menghambakan diri kepada peraturan umum dari Tuhan, Saudara akan memperhambakan diri kepada sesuatu yang akan merusak kemanusiaan. Peraturan Tuhan ada di dalam hati manusia, dikatakan Paulus di dalam Roma 2.
Peraturan umum Tuhan ada di dalam hati Konfusius, ada di dalam hati Sokrates, ada di dalam hati para filsuf dan etikawan. Peraturan umum Tuhan belum tentu ada di dalam umat Tuhan. Banyak orang sudah ikut Tuhan, ikut Yesus, etika paling standar pun tidak tahu. Banyak orang sudah ikut Tuhan, merasa menjadi umat Tuhan, merasa paling mengerti cara hidup, tapi hal paling basic pun semua failed, sehingga orang luar melihat orang Kristen langsung geleng kepala “kalau begini hidup orang Kristen, mana mau saya jadi orang Kristen”. Itu sebabnya Saudara mesti pikir baik-baik, banyak norma-norma umum yang berlaku, itu sebenarnya keluar dari hati nurani manusia yang di dalamnya ada benih agama yang mencari Tuhan. Seorang bernama Thomas Aquinas, seorang yang sangat pintar, dia meninggal umur 40 akhir, sangat muda matinya, dia adalah seorang yang begitu besar badannya, sehingga ketika dia duduk menulis, mejanya harus digergaji dalam bentuk perutnya supaya perutnya bisa ditaruh dan dia bisa menulis. Dan dia adalah orang yang sangat ketat di dalam disiplin rohani. Dia juga begitu ketat di dalam teologi, dia mengatakan di dalam hidup banyak prinsip, prinsip paling rendah adalah prinsip yang mengatur benda tidak berpribadi. Prinsip gravitasi itu paling rendah, Saudara ambil sedotan lalu lempar, jatuhnya ke bawah. Saudara ambil diri lalu loncat, pasti jatuhnya ke bawah. Jadi ini prinsip yang mengatur benda mati, kalau Saudara hanya taat prinsip ini, Saudara bukan orang hebat, semua barang juga bisa taat. Saudara tidak bisa mengatakan “aku taat peraturan, buktinya aku tetap taati gravitasi”, itu karena kamu tidak ada pilihan.
Peraturan kedua namanya insting, binatang bertindak berdasarkan dorongan tubuh. Dia mau kawin, maka dia bikin bunyi-bunyian tarik pasangan. Binatang lapar cari makanan, binatang haus cari minuman, binatang mau kawin cari pasangan, setelah itu selesai. Tidak ada binatang setelah itu mau cari karier yang lebih tinggi, tidak ada binatang cari membuat masyarakat binatang lebih bagus, tidak ada seekor anjing yang mau membela hak asasi anjing-anjing di Bali. Jadi waktu binatang turut kepada hukum, hukumnya masih rendah. Tapi manusia punya hukum yang lebih tinggi, yaitu hukum etika, hukum moral, hukum yang benar-benar dari Tuhan dan diberikan kepada setiap individu yang secara personal bisa berinteraksi dan bisa bertanggung jawab kepada Tuhan. Maka hukum inilah yang ada dalam setiap hati manusia dan yang menuntut setiap manusia untuk hidup di dalam cara yang teratur. Hukum ini prinsipnya harus dari Tuhan. Maka Thomas Aquinas mengingatkan ada jalurnya yang benar dari Tuhan, tetapi di jalan sudah diselewengkan oleh kepalsuan iblis. Ada yang jalurnya memang bukan dari Tuhan, tapi seolah-olah dari Tuhan. Ini yang harus kita selidiki, ketika ada bentur konflik, ketika ada bentur dalam hukum, Saudara taat hukum yang mana? Petrus berani mengatakan kepada pemimpin agama “aku tahu engkau adalah pemimpinku, aku tahu engkau dipercaya Tuhan untuk mengatur, tetapi Kristus menyuruh saya untuk memberitakan Injil. Kamu menyuruh saya untuk diam, mohon maaf, saya harus lebih taat kepada Kristus”. Petrus mempunyai jiwa bukan pemberontak tapi mau taat, dia tidak mau lawan pemerintah, tapi dia mau lebih taat kepada Tuhan. Waktu orang lihat “prinsip umum ini secara umum baik, tapi melawan perintah Tuhan, maka aku harus mengabaikan yang ini lalu tunduk kepada prinsip yang Tuhan berikan”. Itu sebabnya Paulus mengatakan “tanpa Kristus pun sudah ada peraturan-peraturan, prinsip-prinsip dunia yang kepadanya engkau tunduk”. Tetapi heran Paulus mengatakan prinsip yang paling baik sekalipun tidak bisa membawa orang kepada keselamatan, ini berita yang paling mengejutkan bagi orang-orang cendekiawan dan orang-orang moralis yang begitu agung hidupnya. Tidak membawa kepada keselamatan, karena apa yang diberikan ini hanya untuk membuat hidupmu baik, supaya bisa menunggu kedatangan Kristus. Ini satu doktrin dari Paulus yang sangat membingungkan dan mengejutkan banyak orang.
Saudara jangan salah dalam mengerti doktrin keselamatan Kristen. Saudara kalau melihat tetangga Saudara begitu baik, begitu saleh hidupnya, begitu cinta orang tapi tidak percaya Yesus, jangan tanya lagi dia akan ke mana. Tuhan begitu cinta Kristus, sehingga Dia mau ketika Kristus datang ada masyarakat yang baik, yang moralnya baik. Itu sebabnya segala kebaikan moral itu sebenarnya tuntutan dari Tuhan, supaya kita menghormati Kristus. Sehingga ketika perbuatan moral kita tidak dibuat untuk menantikan Kristus, itu semua menjadi omong kosong. Tuhan tidak menghargai siapa pun yang tidak menghargai AnakNya. Karena Alkitab menyatakan Bapa meninggikan Anak lebih dari siapa pun dan kalau Anak tidak ditinggikan, Bapa tidak mungkin berkenan kepada orang itu. Seorang ayah mencintai anaknya, lalu anak Saudara dipukul oleh orang yang mengaku sayang kepada Saudara, Saudara akan mengatakan “saya tidak peduli kamu sayang saya, kamu telah memukul anak saya”, ini yang dilakukan Allah Bapa, memberikan satu sifat penantian kepada kita, mau hidup baik, mau hidup suci karena Sang Raja nanti akan datang, kita harus siap-siap. Maka Tuhan memberikan hukum moral dalam manusia. Tapi ternyata hukum moral tidak bisa menolong karena kejahatan dan kebobrokan manusia tetap lebih besar dari hukum moral itu. Maka Tuhan menginterfensi dengan memberikan Taurat yang baru diberikan 430 tahun setelah Tuhan memberikan janji. Ini harus membuat kita bertanya “mengapa Tuhan berikan janji dulu, lalu 400 tahun kemudian baru berikan Taurat?”, berarti Taurat diberikan supaya janji itu mendapatkan akomodasi waktu Dia datang, ini pengertian yang luar biasa dari Paulus. Mengapa engkau berbuat baik? Supaya waktu Kristus datang, ada sekelompok orang yang hidupnya baik terima Dia. Mengapa engkau punya Taurat? Supaya Israel punya hidup yang baik, sehingga ketika Kristus datang, siap untuk menampung, siap untuk meninggikan, siap untuk merajakan Dia. Tetapi ketika orang tidak mau dengar prinsip moral, tidak mau dengar prinsip Taurat, pasti Kristus akan ditolak. Ini prinsip yang luar biasa indah. Tuhan memberikan Taurat, siapa yang taat Taurat akan terima Kristus. Yesus Kristus mengatakan “Musa bicara tentang Aku, engkau mengaku pengikut Musa, engkau pasti terima Aku. Engkau menolak Aku, itu buktinya engkau bukanpengikut Musa. Karena Musa berbicara tentang Aku”, jadi Taurat diberikan supaya orang siap menerima Kristus. Jadi siapa pun yang menaati Taurat ketika Kristus datang, langsung mengatakan “ini adalah yang saya nantikan itu. Inilah yang sedang aku nantikan, maka aku selalu senantiasa menaati prinsip-prinsip dari Taurat”.
Pencerahan yang indah mengenai posisi Taurat dan hati nurani dari Paulus membuat kita makin kagum kepada Kristus. Bukan perbuatan baik yang membawa kita ke sorga, tetapi Kristus. Perbuatan baik kita adalah supaya Kristus datang dan disambut oleh orang-orang yang mau taat. Itu sebabnya kembali saya mengutip Cornelius Van Til, Van Til mengatakan ketika orang berbuat baik secara abstrak, dia sebenarnya sedang melakukan tindakan kosong. Saudara kalau suka memberi, itu perbuatan baik atau tidak? Harus tanya dulu, memberi kepada siapa. Saudara tidak bisa menjadi orang baik, tanpa mengaitkannya kepada person. Demikian juga dengan semua kesalehan moral. Kesalehan moral ditujukan kepada person dan di back up oleh sifat-sifat personal. Sehingga peraturan-peraturan yang tidak punya ciri personal itu semua peraturan abstrak, peraturan yang paling rendah itu biasanya peraturan abstrak. Dan biasanya orang paling senang peraturan abstrak. Contohnya, saya dapat contoh ini dari Pdt. Ivan, Saudara kalau lihat simbol dilarang merokok, pernah tidak marah kepada simbol itu? “Sembarangan kamu ya, ini merokok hak saya” itu orang gila. Tapi orang melarang itu bisa dimarahi, misalnya orang sedang merokok, lalu ada yang bilang “pak, tolong matikan rokoknya”, “jangan larang-larang, ini hal saya, kalau saya mau kanker paru-paru, memang kenapa?”, jadi marah karena diserang orang. Tapi tidak pernah ada orang marah sama lambang. Maka kita begitu sensitif kepada person, karena kita tahu ada person yang agung yang ada di semua peraturan yang baik, yaitu Tuhan. Jadi tanpa sadar kta melawan person sebagai bentuk perlawanan kita kepada Pribadi Allah yang membuat semua peraturan yang paling penting. Maka kita melawan Dia, kita tidak mau Dia, dan akhirnya kita tidak bisa terima Dia yang datang, yang diutus oleh Tuhan. Tapi Alkitab mengatakan di dalam Surat Paulus, tidak masalah, Tuhan tetap tidak gagal dalam rencananya. Taurat diberikan, manusia tetap melanggar. Peraturan-peraturan moral dan hati nurani manusia tetap langgar, tapi Tuhan tetap kirim Kristus. Tetapi kalau Kristus dikirim, manusia tidak taat Taurat, efeknya adalah manusia akan bunuh Orang ini. Karena Kristus adalah penggenap Taurat, dan manusia yang benci dengan Tuhan, menemukan di dalam diri Yesus pernyataan Tuhan yang sempurna, dia akan bunuh Orang ini.
Itu sebabnya jika Israel tidak tunduk kepada Taurat, Anak Manusia pasti dibunuh. Itu sebabnya ketika Israel tidak tunduk kepada peraturan Musa, Yesus pasti disalib. Tapi Allah Bapa tidak tunggu mereka taat dulu, “AnakKu kalau dikirim dalam situasi seperti ini, pasti di salib, lebih baik Aku tunggu sampai mereka baik, bisa taat Taurat. Sehingga waktu Anak Allah datang, bisa mereka sambut”, tapi Tuhan tidak lakukan itu. Justru ketika waktunya tiba, ketika Israel melawan, memberontak, pada waktu itu Kristus datang. Dan inilah pesan Natal yang sejati, Tuhan Yesus datang di tengah-tengah serigala yang siap merobek-robek Dia. Meskipun ada gembala yang memberikan persembahan, ada orang Majus, tapi mayoritas orang Israel sudah siap untuk menyalibkan Dia. Pengikut Dia hanya minoritas, mayoritas membenci Dia. Satu orang pendeta mengatakan “saya mau khotbah di tempat yang sudah siap terima saya. Kalau namaku dibenci di situ, saya tidak mau datang”. Kalau Yesus seperti ini, Dia tidak akan datang-datang “Aku tidak mau datang waktu Israel masih benci Taurat”, sampai kiamat mereka benci Taurat terus. Berarti kapan kita bisa selamat? Itu sebabnya ketika genap waktunya, ketika Natal tiba, ini adalah waktu ketika Anak Allah meresikokan diriNya, datang di tengah-tengah pemebrontak dari Taurat dan siap dibunuh oleh para pemberontak itu. Maka hari Natal sebenarnya identik dengan lagu-lagu yang begitu menunjukkan kekaguman kita akan salib Kristus. Itu sebabnya jangan pisahkan Natal dengan salib. Bolehkah menyanyikan lagu “SalibNya, SalibNya, di Natal?”, “tidak boleh, Natal itu harus ceria”. Tapi Natal harus identik dengan kesederhanaan salib, karena Yesus datang di tengah-tengah orang yang memberontak kepada Taurat. Dan orang memberontak Taurat, meskipun kelihatannya taat kepada Taurat, tapi hatinya membenci Taurat, dia pasti benci Yesus. Maka waktu Sang Bayi ini lahir, Dia sudah siap dibenci, Dia sudah siap ditangkap, Dia sudah siap difitnah, Dia sudah siap dipaku dan di bunuh di kayu salibg. Maka ketika Saudara merayakan Natal, Saudara sambil mengingat ini adalah momen genap waktunya Allah menunjukkan kasihnya, sehingga Dia datang dalam keadaan resiko besar untuk Dia, tapi Dia tetap datang. Sang Bayi itu lahir di tengah-tengah bangsa yang akan membenci Dia, di tengah-tengah umat yang akan menolak Dia. Maka Tuhan Yesus siap untuk dibunuh, maka itu waktunya genap dia datang ke dalam dunia. Biarlah kita mengenang Natal dengan cara seperti ini. Ini adalah momen ketika kita merenung, ketika genap waktunya Tuhan Yesus datang, ternyata keadaannya sangat menunjang untuk membunuh Dia. Supaya kematian Kristus di kayu salib justru bisa menebus kita dari kutuk Hukum Taurat. Ini semua rencana Tuhan yang agungnya luar biasa, sehingga kita makin mendalami, kita semakin kagum kepada Tuhan, “Tuhan bagaimana mungkin aku mengerti, kecuali Engkau memberikan pencerahan, Engkau membuat Israel siap menolak Kristus dengan menolak Taurat”, Kristus datang, Dia ditolak dan di paku. Tapi justru matiNya Dia menebus orang yang benci Taurat, benci Kristus supaya bisa menjadi anak-anak Tuhan. Inilah Natal. Biarlah kita terus merenung kisah Natal.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)
- Injil Lukas
- 6 Feb 2015
Mengenal Sabat yang Sejati
(Lukas 6: 1-5)
Di dalam perikop yang kita baca ini Tuhan Yesus kembali diserang oleh orang-orang Farisi yang mengikuti Dia, orang-orang Farisi yang punya hobi setia ikut Yesus tapi setia ikut untuk catat kesalahan. Maka ketika mereka melihat pengikut-pengikut Tuhan Yesus di hari Sabat petik bulir gandum lalu makan, mereka langsung dapat satu kesempatan untuk menuduh Yesus “Engkau tidak menghargai hari Sabat, murid-muridMu tidak hargai hari Sabat”. Padahal di Taurat hari Sabat adalah hari yang sangat khusus dan di hari Sabat diberikan tekanan yang jelas sekali “engkau tidak boleh pekerjakan pekerjaan apa pun”. Itu sebabnya orang-orang Ahli Taurat termasuk orang Farisi, semua membuat daftar untuk tulis mana perbuatan yang dilarang. Tapi sebenarnya hari Sabat mempunyai makna yang jauh lebih luas dibanding hanya sekedar melakukan pekerjaan. Karena di dalam Kitab Kejadian, Tuhan setelah menciptakan segala sesuatu selama 6 hari, hari ke-7 menjadi hari perhentianNya. Dia beristirahat pada hari ke-7 dan dalam hari ke-7 itulah Dia berhenti dari pekerjaanNya mencipta. Kalau Saudara lihat hari pertama diberikan batasa waktu “jadilah petang, jadilah pagi”. Hari kedua diberikan batasan waktu juga “jadilah petang, jadilah pagi”. Hari ketiga begitu, ke-4, ke-5 sampai ke-6 juga demikian. Tapi hari ke-7 tidak ada. Hari ke-7 adalah ari khusus, tidak sama dengan hari pertama sampai keenam, tetapi hari ke-7 adalah hari tujuan Allah mencipta segala sesuatu. Allah cipta segala sesuatu dan setelah itu Dia menciptakan manusia.
Dia memberikan tugas kepada manusia untuk bekerja menyempurnakan ciptaanNya yang secara potensi sudah sempurna. Tuhan menciptakan segala sesuatu sudah baik adanya, tapi Tuhan mempercayakan berkembangnya budaya kepada manusia. Tuhan tidak ciptakan tv, tidak ciptakan gedung tinggi, tidak ciptakan internet, tidak ciptakan jam tangan. Tuhan memakai seluruh potensi yang ada di dalam alam untuk digali oleh pikiran dan kemampuan manusia supaya menjadi budaya yang akhirnya dipakai oleh manusia. Jadi Tuhan menciptakan manusia untuk menggali semua potensi yang ada pada alam, memanfaatkan semua yang ada di alam untuk kebaikan manusia sendiri. Maka setelah nanti seluruh kebudayaan menjadi final di dalam penaklukan oleh manusia, saat itu akan ada Sabat yang sejati, dimana Tuhan mengatakan “masuklah pada hari peristirahatanKu”. Jadi Sabat adalah hari dimana Tuhan mengundang manusia masuk di dalam hari peristirahatanNya. Ini adalah hari yang final, ini adalah hari dimana kita boleh berelasi dengan Tuhan di mana satu rest, satu istirahat dan satu ibadah kepada Tuhan. Sabat adalah hari Tuhan memberikan anugerah manusia boleh mengalami rest, boleh mengalami ibadah kepada Tuhan. Manusia hidup di dalam bumi terus bekerja sambil menantikan kapan rest itu ada, maka Tuhan menciptakan manusia dan menjanjikan hari peristirahatan final.
Tetapi setelah manusia jatuh di dalam dosa, hari peristirahatan ini menjadi jauh, sepertinya menjadi jauh dan tidak lagi di depan mata. Seorang bernama Gregory Beale dari Westminster Theological Seminary mengatakan bahwa ketika manusia menang atas ujian, inilah kesempatan ketika rest itu boleh datang. Tapi karena manusia gagal melewati ujian, maka manusia harus tunggu sampai penebusan datang, sampai kemenangan atas kuasa maut menjadi final, barulah datang hari peristirahatan itu. Taurat yang sejati itu seperti koridor yang membatasi Saudara supaya Saudara mengarahkan ke tujuan yang Tuhan mau. Israel perlu dikurung dalam satu koridor supaya mereka tahu tujuan yang mereka mau capai ada di mana, dan inilah koridor hukum Taurat. Maka Hukum Taurat diberikan dengan ketat “ini boleh ini tidak” sebagai pembatas supaya Israel berjalan kepada tujuan. Saudara kalau di jalan tol tahu ada 2 garis yang tidak boleh dilewati, garis kanan garis kuning, garis kiri garis putih. Garis putih kalau dilewati berarti Saudara melanggar kesucian, Saudara akan ditilang. Garis kuning kalau dilewati, Saudara melanggar hidup sendiri, pasti mati karena melewai jalur yang berlawanan. Lalu kalau ada orang masuk ke jalan tol, berhenti di tengah tol lalu dia merasa senang karena tidak melanggar garis putih dan garis kuning. Lalu orang klakson dari belakang, dia marah “hei, jangan klakson”, yang klakson turun lalu tanya “mengapa engkau berhenti di garis tol?”, lalu orang itu menjawab “aku tidak melanggar garis putih dan garis kuning, aku tidak bersalah”, “kamu memang tidak melanggar, tapi kamu tidak pergi kemana-mana”, “yang penting aku tidak melanggar garis putih dan garis kuning”. Inilah orang-orang Kristen saat ini pun begitu “aku tidak berdosa, tidak melanggar perintah Tuhan yang putih maupun yang kuning”. Saudara tidak melanggar bukan berarti taat Tuhan, tidak melanggar bukan berarti sudah kerjakan bagian yang harusnya Saudara kerjakan. Maka di jalan tol Saudara jalan cepat, lalu di sebelah kiri ada pembatas putih, sebelah kanan ada batas kuning, sambil jalan cepat sambil Saudara ingat jangan langgar yang 2 ini, langgar yang 2 ini bisa mati. Waktu Saudara terus jalan, Saudara akan terus ikuti waktu jalur itu belok, Saudara ikut belok, waktu jalur itu lurus, Saudara ikut lurus. Sampai Saudara sampai tujuan. Demikian juga Taurat, memastikan Israel terus jalan lurus tidak belok kira dan belok kanan sampai tiba di tujuan. Tapi kalau tujuan tidak tercapai, meskipun tidak melanggar, itu tidak ada gunanya. Itu sebabnya waktu peraturan Sabat diberikan, orang Farisi merasa “saya tidak pernah melanggar, Semua perbuatan-perbuatan ini saya tidak pernah kerjakan. Hari Sabat saya tidak kerja, saya tidak memetik gandum” murid Yesus memetik, “kami jauh lebih baik dari mereka”. Tetapi Tuhan Yesus mengingatkan apa yang Tuhan mau ajar di hari Sabat, mereka tidak mengerti sama sekali. Tuhan mau mengajarkan relasi dengan Tuhan, mereka tidak mengerti. Tuhan mau memberikan pendidikan untuk mereka bergantung kepada Tuhan, mereka tidak mengerti. Tuhan mau memberikan pendidikan untuk mereka punya belas kasihan kepada orang lain, mereka tidak mengerti. Mereka cuma tahu yang dilarang tidak mereka kerjakan, itu sudah cukup. Tetapi sebenarnya Sabat mempunyai pengertian sangat dalam, bagaimana manusia harus menghargai relasi dengan Tuhan, menikmati istirahat bersama Tuhan sebagai tujuan final. Tujuan final inilah yang dicapai orang yang hidup mengenal Tuhan dengan setia. Jadi rest adalah beristirahat dari jerih lelah tapi yang terutama adalah beristirahat karena ada Pribadi Tuhan yang sekarang mengundang kita masuk ke dalam istirahat kekal Dia. Alkitab mengatakan berbahagia kalau kamu terus ingat Tuhan, berbahagia kalau kamu terus layani Tuhan, waktu masuk dalam rest kamu akan mendapat istirahat yang sejati. Tapi kasihan kalau engkau terus perhatikan diri, terus perhatikan apa yang saya mau, terus mengabaikan Tuhan, maka engkau tidak mungkin menikmati apa yang dinanti-nantikan orang yang giat bagi Tuhan. Inilah sebenarnya mengapa Sabat terus dilatih, supaya orang Israel terus menantikan. Mereka belajar dekat dengan Tuhan, lalu mereka belajar berserah kepada Tuhan. Kalau aku aku harus berkonsentrasi untuk terus sujud kepadaMu di dalam Sabat, maka aku percaya Engkau yang akan topang saya, engkau yang akan pelihara saya.
Lalu hal berikut yang Tuhan ajarkan punya belas kasihan kepada orang lain. Di hari Sabat, ketika engkau melihat budakmu, engkau harus tahu pada tahun ketujuh dia adalah orang bebas, pada tahun ketujuh dia adalah teman sewargamu. Selain hari Sabat dan tahun Sabat, Tuhan berikan lagi perintah tahun Sabat kali 7, angka 7 menjadi penting sekali. Tahun Sabat kali tujuh berarti tahun ke-49, masuk tahun 50 inilah tahun Yobel. Alkitab mengatakan tahun Yobel adalah tahun dimana manusia yang merelakan tanahnya untuk dijual karena kekurangan uang sekarang boleh mendapatkan kembali tanahnya. Jadi uang yang didapat karena jual tanah, dipakai karena miskin dan tidak bisa bertahan hidup. Tapi warisan dari nenek moyang berupa tanah, sekarang akan dikembalikan lagi pada tahun Yobel. Ini berarti Tuhan tidak hanya memperhatikan para budak, tapi Tuhan juga memperhatikan orang yang sudah terjepit di dalam keadan ekonomi, lalu mereka mesti jual tanah mereka. Setelah mereka jual tanah, mereka merasa bersalah karena mereka kehilangan tanah warisan. Tapi Tuhan mengatakan “jangan takut, pada tahun Yobel tanah itu akan kembali”. Berarti Tuhan mengajarkan juga di dalam Sabat bagaimana orang memperhatikan orang lain yang sedang ada di dalam kebutuhan yang terdesak, inilah pengertian Sabat yang terus dibagikan. Tapi orang Farisi tidak lihat itu, yang orang Farisi lihat adalah “kamu petik gandum pada hari Sabat, kamu makan gandum, ini berarti engkau bersalah kepada Tuhan. Karena Tuhan mengatakan tidak boleh makan hasil tanaman di hari Sabat”. Ini bukan peraturan Taurat, Taurat mengatakan “engkau tidak boleh memakan hasil tanah pada tahun Sabat”, bukan pada hari Sabat. Tapi orang Farisi mengetatkan hukum Tuhan, seolah-olah hukum Tuhan kurang ketat, mereka ketatkan. Tuhan mengatakan puasa 2 kali dalam setahun, mereka mengatakan puasa 2 kali dalam seminggu. Tuhan mengatakan jangan makan hasil tanah pada tahun ketujuh, mereka mengatakan jangan makan hasil tanah setiap hari ketujuh. Maka mereka membuat keketatan seperti ini dan mereka mulai menghakimi murid-murid Yesus melanggar Taurat, celakalah kamu, kamu pelanggar Taurat harus dihukum. Tetapi Yesus balik tanya “pernah baca kisah Daud?”, Saudara waktu membaca ini mungkin sedikit heran mengapa Tuhan membenarkan murid-muridNya dengan menunjukan kesalahan orang lain? Sepertinya begitu. Tetapi Tuhan Yesus tidak memaksudkan begitu. Tuhan Yesus mengingatkan mereka tentang Daud, Daud yang terpaksa makan roti para imam karena mereka sedang lari dari kejaran Saul. Waktu Daud lari dari kejaran Saul, lalu dia terpaksa harus makan roti dari roti imam, dia bukan pendosa, dia adalah korban. Tapi Daud sudah terlanjur difitnah, dia harus lari, dan waktu dia lari kemungkinan dia hanya bawa 2 atau 3 orang bersama dengan dia, dan bukan orang penting. Dia harus lari, tidak tahu mau pergi kemana, dia tidak ambil jenderalnya yang setia lalu mengatakan “kumpulkan pasukan, kita serang Saul, Saul sudah fitnah saya”, dia tidak pernah lakukan itu meskipun fitnah datang dia tidak balas dengan fitnah. Meskipun dengan keras dia dituduh, dia tidak balas dengan kekerasan. Tapi Daud meskipun dikejar-kejar, banyak fitnah ditimpakan kepada dia, mengapa dia masih tenang? Karena dia bermazmur, dia datang kepada Tuhan dan berdoa “Tuhan, inilah dukacitaku”. Tuhan kalau baca Mazmur, disitulah curhatnya Daud. Daud sharing semua kepada Tuhan “aku difitnah, bagaimana ini Tuhan? Aku dipersalahkan padahal aku tidak lakukan, Engkaulah perlindunganku yang teguh”.
Sekarang banyak orang mudah curhat ke orang lain. Tapi kalau Saudara sulit, Saudara share ke Tuhan, di sini ada kekuatan yang lebih kuat dari apa pun. Jadi mengapa Daud tetap kuat? Karena dia terus bilang “Tuhan, aku bahaya, aku dalam keadaan gawat, tolong aku Tuhan”. Tapi di depan manusia dia mengatakan “ikut saya, saya pemimpinmu, mari kita tegar berserah kepada Tuhan”, ini baru pemimpin. Maka Daud punya kekuatan seperti ini dan dia lari dari kejaran Saul, dia cuma serahkan kepada Tuhan, “saya tidak mau balas kepada Saul, biar Tuhan yang balas kepada dia. Tuhan mau matikan silahkan, Tuhan tetap mau dia hidup silahkan, Tuhan mau turunkan dia silahkan, Tuhan mau tetap kokohkan kerajaannya silahkan, aku akan tetap dukung” ini jiwa yang besar sekali. Daud punya banyak kelemahan, tapi salah satu kelebihan dia adalah dia punya jiwa sangat besar untuk ampuni orang, untuk memaklumi orang, untuk menganggap orang lain punya posisi dari Tuhan, dia tidak akan ganggu sama sekali. Karena Saul adalah raja yang diangkat oleh Tuhan, Daud tidak mau sentuh dia. Maka di dalam keadaan cuma ditemani 2 orang dari pasukan begitu besar, dia mengatakan “pasukan begitu besar tidak perlu bela saya, saya lari jadi orang tersendiri”. Kemudian datang ke tengah-tengah imam, dia sudah sangat lapar, dia tanya ‘bolehkah aku makan”. Lalu dia terpaksa harus bohong “aku ada dinas dari raja, adakah roti?’, lalu Imam Abiatar mengatakan “saya akan ambilkan roti sajian”. Roti sajian ditaruh di tengah kemah suci, menjadi simbol bahwa Tuhan terus pelihara Israel dengan roti, dan roti ini harus dimakan imam sebagai simbol bahwa Tuhan memelihara hidup Israel. lalu roti itu diambil dan diberikan kepada Daud, harusnya Daud tidak boleh makan, tapi Yesus mengatakan “salahkah Daud?” Daud di dalam Kitab Samuel sedang dicatat sebagai korban, bukan sebagai pendosa. Demikian murid-murid Yesus tidak boleh dianggap sebagai pendosa, mereka harus dianggap sebagai orang yang harus dapat belas kasihan boleh mendapatkan gandum. Maka Tuhan mengatakan kepada orang Farisi di dalam bagian ini “tidakkah engkau melihat Daud? Bukankah Daud melanggar Taurat yang jelas-jelas ditulis tidak boleh orang biasa memakan roti sajian” Daud bukan imam, tapi mengapa dia boleh makan roti sajian? Mengapa dia boleh lakukan ini? Karena Kitab Samuel sedang mencatat dia adalah orang yang menjadi korban. Maka Yesus mengatakan “kamu harus punya belas kasihan, engkau gagal melihat Daud sebagai korban, engkau tidak punya belas kasihan.
Engkau gagal melihat orang yang seperti berdosa sebagai korban, engkau tidak punya belas kasihan”. Di sini hikmat kekristenan sangat diperlukan, engkau lihat seseorang langsung cap sebagai korbankah? Langsung cap sebagai pendosakah? Atau Saudara tahu ini sebagai korban? Yesus mengajak kita untuk melihat dari sudut pandang yang lebih bijak, apakah engkau sedang menyalahkan korban ataukah memang engkau sedang menyalahkan sang pendosa. Orang Farisi menuduh salah murid-murid Tuhan Yesus, salah apa mereka? Karena mereka melanggar Sabat? Sabat itu apa? Poin pertama, orang Farisi tidak mengerti Sabat. Poin kedua, mereka tidak mengerti bedakan mana korban dan mana pendosa. Orang Farisi dengan berani menangkap seorang perempuan, menyuruh orang untuk melepari dia dengan batu sampai mati karena dia berzinah. Tapi kalau ditanya, berzinah itu satu atau dua orang? Pasti dua, mana laki-lakinya? Mereka mengatakan “perempuanlah sumber’. Tuhan mengatakan “tidak, ini korban”. Maka Tuhan Yesus mengatakan “yang lebih benar dari perempuan ini, silahkan lempar batu”, tidak ada yang berani. Lalu Tuhan Yesus mendekati perempuan itu dan bertanya “adakah yang menghukum kamu?” perempuan itu dengan menangis “tidak ada”. Maka Tuhan Yesus mengatakan “Aku pun tidak, pergilah dan jangan berbuat dosa lagi”. Tuhan memberikan belas kasihan kepada siapa Dia mau berikan. Saya tidak mengatakan kita tidak boleh menghakimi orang lain, tapi di dalam Yohanes 7 dikatakan hakimi dengan kebenaran, dan kebenaran itu berarti sejajar dengan cara Tuhan memandang. Siapa yang Tuhan pandang sebagai korban, kita berikan belas kasihan. Siapa yang Tuhan pandang sebagai dosa, dia juga yang kita berikan teguran dengan sangat keras. Dan waktu Tuhan Yesus melihat, Dia tidak melihat murid-murid sebagai pendosa, yang Dia lihat adalah orang Farisi yang punya cara pandang begitu salah di dalam menilai. Lalu di bagian akhir Dia mengatakan “Anak Manusia adalah Tuhan atas Hari Sabat”, ini merupakan bagian kesimpulan yang luar biasa. Tuhan Yesus mengingatkan kepada orang Farisi makna hari Sabat. Dia mengatakan kepada orang Farisi untuk punya kepekaan siapa salah, siapa korban.
Lalu ketiga, Tuhan mengatakan lihat otoritas, Sabat penting karena ini adalah hari penantian sampai Sang Mesias datang, ini berdasarkan Daniel 7. Dalam Daniel 7 dikatakan hari perhentian itu adalah ketika Anak Manusia duduk di tahtaNya dan yang lanjut usianya menyerahkan seluruh bangsa untuk sudut kepada Anak Manusia. Siapa Anak Manusia? Sang Mesias. Maka pad abagian ini Tuhan Yesus mengingatkan “kamu pasti baca Daniel kan, di dalam Daniel dikatakan Anak Manusia adalah penguasa hari Sabat, Dialah yang dinyatakan di hari Sabat, Dialah yang ditinggikan di hari Sabat, Dialah alasan orang bisa bersabat”. Bisakah masuk ke dalam hari Sabat? Tidak, kecuali Yesus Kristus menebus engkau dari dosamu. Maka ketika Kristus menebus dosa, baru kita bisa masuk di dalam Sabat sejati. Dan Sabat sejati berarti ketika Kristus datang mengklaim kerajaanNya, memulihkan kuasaNya atas bumi, itulah Sabat yang sejati. Maka Yesus sedang mengingatkan Anak Manusia itu Tuhan atas hari Sabat, dan Dia sudah datang maka Dialah yang menentukan mana makna Sabat sejati dan kapan Sabat itu akan dinyatakan. Maka pada bagian ini kita semua diingatkan tentang apa yang Tuhan Yesus mau ingatkan kepada orang Farisi. Mengingat makna Sabat, istirahat di dalam Tuhan, bergantung kepada Tuhan dan belas kasihan kepada orang lain. Mengingat dengan mata yang penuh dengan bijaksana, melihat mana korban, mana pelanggar. Lalu yang ketiga, mengingat bahwa Kristuslah yang jadi Tuhan hari Sabat, Dialah yang menyebabkan kita boleh masuk dalam rest yang sejati itu. Bahagia orang Kristen bukan karena Kristus ada untuk memberikan apa yang kita perlu saja, tapi Kristus ada untuk menjanjikan rest yang sejati, sehingga inilah tujuan final yang kita bisa dapatkan di dalam Dia. Kiranya Tuhan memberkati dan menguatkan kita semua.
(Ringkasan ini bleum diperiksa oleh pengkhotbah)
- Injil Lukas
- 26 Nov 2014
Mendengar dengan Hati yang Murni
(Lukas 5: 33-39)
Dalam bagian ini kembali ada konflik antara orang Farisi dan Tuhan Yesus. Dan sama seperti bagian sebelumnya ada dialog antara mereka dengan Tuhan Yesus. Tapi bedanya pada bagian ini Tuhan Yesus bukan saja memberikan penjelasan tentang apa yang Dia lakukan, Tuhan Yesus juga memberikan satu teguran mengenai kesalahan orang Farisi. Dalam bagian pertama dikatakan orang Farisi melihat murid Yesus, lalu mereka mulai membandingkan antara murid Yohanes, murid mereka sendiri dan murid Tuhan Yesus. Langsung mereka lihat ada yang salah, “mengapa murid-muridMu hidup dengan cara yang tidak saleh sama sekali?”. Di dalam latar belakang terjadinya kelompok Farisi adalah satu dorongan dari mereka supaya tuntutan Tuhan kepada imam dijalankan oleh rakyat biasa. Mereka mau seluruh orang Israel dituntut sama besarnya dengan imam, imam menjalankan apa pun harus ada pembasuhan. Imam datang memberikan korban, ada pembasuhan, maka mereka mau ketika orang biasa menghadap makanan mereka harus ada ritual pembasuhan. Mereka mau apa yang dituntut Tuhan dari para imam itu dijalankan dengan ketat oleh seluruh bangsa bahkan dengan keketatan yang lebih besar dari apa yang Tuhan tuntut dalam Taurat. Mengapa mereka ingin tuntutan sebesar itu? Karena mereka rindu Israel diperbaiki oleh Tuhan. Mereka tunggu saatnya, “kapan ya Tuhan waktunya? Kapan Mesias datang? Kapan Tuhan akan usir penjajah? Kapan Tuhan akan berikan Anak Daud untuk bertahta di sini?”. Dan ketika itu belum terjadi, mereka benar-benar giat dalam berseru kepada Tuhan, dan di dalam berdoa, di dalam berpuasa, dan di dalam permohonan yang tidak habis-habis, mereka terus panjatkan kepada Tuhan. Maka mereka terus berdoa dan memohon kapan Tuhan memulihkan dan mereka tuntut seluruh rakyat kerjakan hal yang sama. Karena kalau rakyat tetap hidup dengan cara kafir, maka Tuhan tetap tidak akan memperbaiki Israel. Maka mereka dengan ketat mendorong semua orang mesti ikut cara mereka, mesti ikut dan mesti kerjakan dengan luar biasa.
Tetapi semangat dan kerinduan yang murni sulit sekali diturunkan, yang paling mudah diturunkan adalah tindakan luar. Sehingga orang mengadopsi tindakan luar tetapi tidak mengikuti semangat yang ada di dalamnya. Terkadang pemimpin yang punya begitu banyak pengaruh itu bisa memberikan pengaruh, dan yang paling mudah ditiru adalah kebiasaan yang terlihat di luar. Maka orang mulai membiasakan kebiasaan-kebiasaan di luar, tapi mereka tidak mengadopsi filosofi atau kerinduan yang ada di dalam hati orang yang mengerjakan itu mula-mula. Banyak orang menangkap visi mula-mula lalu meneruskan, tapi akan menemukan bahwa visi mula-mula satu beban yang dikerjakan oleh orang-orang dahulu sulit untuk turun, sulit untuk bisa menyebar terus dari generasi ke generasi. Itu sebabnya golongan-golongan pemurni yang tadinya melawan pengaruh Helenis masuk ke dalam Israel akhirnya berkembang menjadi golongan Farisi. Mereka berkembang menjadi golongan orang yang lakukan semua tindakan lahiriah, seluruh praktek-praktek permohonan kepada Tuhan dengan cara yang kreatif tetapi tidak menerima beban yang sesungguhnya dari orang-orang yang menangis dalam Perjanjian Lama, orang-orang yang menangis supaya Tuhan pulihkan bangsa. Sekarang mereka lakukan hanya sebagai satu tindakan luar. Jadi mengikuti yang kelihatan dan mengikuti tindakan itu mudah, menghakimi tindakan juga mudah. Paling mudah menghakimi tindakan, itu sebanya orang Farisi mulai melihat murid Yohanes berpuasa, murid mereka berpuasa, murid Tuhan Yesus liar seperti orang kafir. Maka kalau Saudara ada di zaman itu, mungkin kita pun akan memandang dengan mata penghakiman kepada murid-murid Yesus. Karena mereka adalah kelompok yang tidak terdidik, kelompok nelayan yang punya kebiasaan kasar, yang waktu berbicara terbiasa bercanda dengan cara kasar. Lalu bandingkan dengan murid orang Farisi yang setiap langkah pun begitu teratur, saya tidak tahu apakah langkah orang suci agak berbeda dengan langkah orang kafir atau tidak. Jadi cara berjalan mereka, cara mereka berpakaian langsung ketahuan ini orang-orang yang terdidik, orang yang mengerti beban agama dari para nabi di zaman dulu. Tapi ketika mereka melihat murid-murid Tuhan Yesus, ini kelompok yang tidak mengerti apa-apa, kelompok orang yang tidak punya pendidikan, dan kelompok orang yang hidupnya begitu mirip dengan orang-orang kampung yang tidak terdidik. Maka mungkin kita pun akan salah dan mengatakan “Yesus, Engkau punya pengikut dari keompok-kelompok yang tidak cocok masuk di dalam pemimpin agama, sedangkan mereka ini adalah kelompok yang sangat cocok, karena mereka mengerti bagaimana hidup di dalam beban rohani yang sejati”.
Apakah berpuasa menandakan beban rohani yang sejati? Di dalam hati orang yang mau berpuasa apakah benar-benar menandakan beban yang sejati lalu mereka mengekspresikannya di dalam puasa atau tidak. Ini cara orang Farisi memandang, kalau ada tindakan berpuasa berarti ini orang baik, kalau ada tindakan melakukan yang Tuhan tuntut bagi imam, ini kelompok baik. Meskipun awalnya mereka tidak setuju dengan kelompok Yohanes Pembaptis, tetapi sekarang mereka angkat kelompok Yohanes Pembaptis sebagai kelompok yang beda dengan kelompok Yesus. “Kelompok Yohanes Pembaptis berpuasa, kelompokku berpuasa, kelompokMu makan melulu, kelompok rakus yang tidak tahu bagaimana menyangkal diri, yang tidak tahu bagaimana mempunyai pengharapan di dalam dukacita yang besar. Maka mereka memandang dengan kebiasaan tradisi mereka. Dan kebiasaan tradisi Farisi itu luar biasa, mereka mempunyai kreatifitas di dalam menafsirkan Taurat dan mempunyai banyak peraturan-peraturan yang belum ada sebelumnya. Mereka menetapkan peraturan gaya hidup paling keras dan paling ketat untuk dijalankan di hadapan Tuhan. Tapi mengapa di Kitab Injil mereka selalu menjadi musuh Tuhan Yesus? Mengapa mereka selalu berlawanan dengan Kristus?
Ternyata kita lihat di dalam Injil dibongkar segala kerusakan mereka. Mereka adalah orang-orang yang meskipun mengikuti segala tata cara agama, tetapi mereka kekurangan iman dan telinga untuk mendengar. Itu sebabnya di dalam Perjanjian Lama, Tuhan terus melatih Israel untuk mendengar “dengarlah Firman Tuhan, dengarlah hai Israel, dengarlah ketika Aku sedang berbicara kepadamu, ketika Aku sedang memanggil engkau. Dengarlah untuk menjalankan apa yang Aku tetapkan di dalam Taurat”. Tuhan terus melatih Israel untuk melatih pendengaran, mendengar Firman, mendengar apa yang Tuhan mau. Dan di Dikatakan mereka yang mendengar adalah mereka yang murni hatinya, mereka mempunyai kemurnian hati sama seperti Tuhan itu murni, mereka murni hatinya mau mendengar Firman maka mereka akan mendengar Firman. Bagaimana hati mereka menjadi murni? Karena Firman Tuhan, lalu bagaimana mereka bisa dengar? Karena hati mereka murni. Jadi karena hati mereka murni sehingga mereka bisa mendengar Firman atau Firman Tuhan membuat hati mereka murni? Alkitab tidak beri tahu mana yang duluan mana yang belakangan, Alkitab memberitahukan bahwa efek dengar Firman adalah hati seseorang dimurnikan. Efek dari hati yang murni adalah dia akan dengar dengan limpah lagi. Itu sebabnya Tuhan Yesus mengatakan “siapa yang punya akan diberikan terus sampai limpah, siapa yang tidak punya, apa yang dia pikir ada pun akan diambil”. Jadi berbahagialah orang yang mendengar, karena engkau mendengarkan apa yang Tuhan nyatakan dan engkau mau mendengarnya karena Tuhan sudah menyatakan Firman itu, dan karena engkau mau mendengarkan maka engkau akan menjadi makin limpah. Siapa mempunyai diberikan sehingga berkelimpahan. Jadi Alkitab mengajarkan untuk orang belajar mendengar, belajar mendengar itu sangat sulit. Saudara bisa belajar mendengar dan mengerti, tapi tidak ada perubahan hidup, itu bukan mendengar. Saudara bisa mendengar dan menangkap konsep yang masuk ke dalam kepala, tetapi ketika hidup tidak cukup untuk menjadi pendengar yang sedemikian. Banyak orang yang mempunyai pikiran yang begitu dalam tetapi punya tindakan yang begitu dangkal. Banyak orang yang punya konsep begitu canggih dan hebat, tetapi ketika dihadapkan dengan realita hidup, seluruh konsep hancur, seluruh konsep dibuang dan hanya menjalani insting dosa yang memang sudah dimiliki dari dulu. Begitu banyak orang seperti ini, begitu masuk dalam kehidupan realita baru tahu segala idealisme yang dipunya ternyata tidak bisa dijalani. Itu sebabnya banyak orang perlu berlutut di hadapan Tuhan dan mengatakan “ampuni aku Tuhan, aku bukan pendengar Firman karena setiap konsep aku pahami, setiap pengertian membangun kerangka yang luar biasa canggih dalam pikiran saya, tapi hidupku nol. Aku tidak bisa jalankan hidup sebagaimana yang Tuhan perintahkan kepadamu”.
Banyak orang menjadi batu sandungan sebab begitu punya konsep yang kaya dan limpah tapi ternyata tidak sanggup menjalani hidup berdasarkan konsep itu. Banyak orang seperti ini, maka mereka perlu belajar mendengar. Lalu banyak orang setelah mendengar langsung membuat satu penyaringan “apa yang saya perlu untuk menjalankan cita-citaku sendiri, aku ambil dari Tuhan. Apa yang aku rasakan tidak perlu, aku tolak dari Tuhan. Aku hanya terima sebagian karena sebagian ini sangat perlu untuk aku menjalankan apa yang aku mau”. Kelompok ini akan sulit mendengarkan Firman karena hati mereka tidak murni. Hati tidak murni karena mereka sudah punya tujuan, sudah punya cita-cita, sudah punya kehendak yang tidak mau ditundukan kepada Tuhan. Jadi siapa yang murni hati, dia akan berlimpah di dalam pengertian Firman, sebab Tuhan tidak mengijinkan manusia boleh menjalani hidup dalam prinsip standar awal yang berlaku di dalam setiap saat, selalua da dinamika dalam pimpinan Tuhan. Dan siapa peka mendengar Firman Tuhan, dialah yang akan berjalan di dalam langkah yang Tuhan mau. Berapa banyak Firman sudah kita dapatkan? Berapa banyak kalimat dari Tuhan kita dengar? Dan itu membuat kita berubah. Berapa banyak kalimat ajaran dari Tuhan yang sudah meruntuhkan seluruh kedagingan kita yang sudah kita terima. Kalau kita hanya menjadi pendengar, tapi tetap tidak ada perubahan, maka kita perlu belajar lagi untuk mempunyai seni mendengar lebih baik. Dikatakan ketika engkau membaca Alkitab tidak cukup engkau hanya mengerti makna mula-mula saja, tidak cukup engkau mengerti teologi apa yang sedang disampaikan, tetapi harus ada perjumpaan dengan Pribadi Allah yang menyatakan diri dan ini membuat kita gentar. Membuat kita gentar karena kita tahu Tuhan sedang berbicara dan aku sedang diberikan karunia untuk menyadarinya. Tuhan sedang berbicara dan aku diberikan karunia untuk benar-benar tersentuh oleh Firman itu. Lalu ketika Tuhan berfirman dan kita dengar, apakah yang terjadi? Salah satu hal yang terjadi adalah perasaan kita menjadi sinkron dengan perasaan Tuhan.
Satu hal yang menunjukan seberapa besar rohanimu bertumbuh adalah seberapa besar hatimu sinkron dengan hati Tuhan. Apa yang Tuhan senang, itu pun membuat sukacita di dalam hati. Apa yang Tuhan marah itu pun membuat kita marah. Apa yang membuat Tuhan sedih dan berduka, itu pun membuat kita sedih dan berduka. Itu sebabnya Alkitab sangat menekankan kepekaan mendengar jauh lebih penting dari pada kebiasaan, kepekaan mendengar lebih penting dari pada apa pun yang dibakukan, kepekaan mendengar jauh lebih penting dari kebiasaan apa pun yang pernah dilakukan karena kebiasaan apapun harus disesuaikan dengan kepekaan mengikuti Tuhan. Maka Tuhan melatih, memberikan pelatihan besar kepada murid, yaitu kepekaan untuk mendengar Firman, kepekaan untuk berespon dengan benar kepada Firman Tuhan. Maka ketika orang Farisi mengatakan “murid Yohanes berpuasa, salah atau benar?”, ini salah satu argumen mereka yang kuat, kalau Yesus bilang “tidak perlu berpuasa”, murid Yohanes berpuasa berarti Dia menyerang Yohanes. Tapi Tuhan Yesus mengatakan “murid Yohanes berpuasa karena Pengantin Pria belum datang. Pengantin Pria sudah datang, tidak perlu berpuasa. Pengantin Pria diambil lagi baru berpuasa”. Orang Farisi berpuasa karena sudah terbiasa melakukan begini, melakukan begini karena menunggu Sang Mesias. Mesias sudah datang, tapi mereka tetap disuruh menunggu dan mereka ketat menunggu, mereka tidak peduli siapa yang datang. Jadi orang Farisi seperti itu, “kami berpuasa, kapan Engkau datang Anak Daud”, “sudah datang’, “tidak peduli. Kami berpuasa, kapan Engkau datang Anak Daud?”, mereka menegur murid Tuhan Yesus “mengapa kamu tidak berpuasa”. Maka Tuhan Yesus balik menegur mereka dan mengatakan “tidak seorang pun tempel kain baru ke kain yang sudah lapuk. Tidak seorang pun yang taruh anggur baru ke kantong yang sudah lapuk”, ini peribahasa yang diambil dari tulisan para rabi. Kalau kita baca, kita kurang mengerti maksudnya apa, tapi kalau kita punya pengetahuan dari latar belakang orang Yahudi di abad pertama, ini kalimat merupakan sindiran Yesus terhadap kalimat pepatah mereka sendiri. Di dalam pepatah Yahudi ada pepatah seperti ini, engkau pakai tinta baru jangan tulis di kertas, di papyrus atau di media yang sudah lapuk, begitu tinta baru dituliskan engkau hanya akan menyaksikan kertas yang hancur. Engkau punya anggur, engkau harus taruh di dalam kantong sampai keduanya menjadi tua, barulah engkau meminum anggurnya. Ini dua pepatah yang berbeda, pepatah pertama mengatakan kalau ada yang indah jangan ditaruh di tempat yang bobrok, kalau engkau taruh di tempat yang bobrok, tempat itu akan hancur. Lalu yang kedua, anggur kalau diminum makin tua itu makin bagus, anggur lama itu yang baik, anggur lama itu yang bagus. Dan orang Farisi itu atau para rabi mempunyai pepatah Taurat ketika engkau masukan dalam diri itu seperti orang menaruh anggur dalam botol. Jadi kita adalah botolnya, anggur itu Taurat. Anggur dimasukan dalam botol, tunggu sampai lama, makin lama makin enak, Taurat dimasukan ke dalam badanmu, tunggu sampai lama, makin lama makin sedap. Ini artinya orang yang mengaplikasikan Taurat makin lama dia taati, makin kelihatan indahnya. Makin lama engkau menaati Firman, makin limpahnya. Engkau mengerti Firman Tuhan setelah bergumul berapa lama lalu menjalankannya dengan setia, baru kelihatan indahnya setelah puluhan tahun menjalankan Firman itu. Ini kailmat yang bagus sekali. Tapi Tuhan Yesus pakai ini untuk menyindir mereka kembali. Mereka seolah mengatakan “anggur yang baru itu jelek, anggur lama itu bagus. Siapa yang sudah minum anggur lama tidak mungkin diajar oleh anggur baru”, ini juga satu pepatah Yahudi. Sehingga orang Yahudi akan mengatakan “saya sudah lebih pengalaman dari Engkau, siapa Engkau sehingga mengajar saya? Engkau anggur baru”, maka Yesus mengatakan “itulah kamu, kamu anggur lama maka engkau menolak anggur baru. Tapi jangan lupa anggur baru ini memang tidak cocok untuk tempat yang lama. Penafsiran yang sejati yang Aku beritakan itu tidak cocok untuk kekakuanmu”.
Jadi pada bagian ini Yesus sedang menyindir kekakuan mereka, mereka begitu kaku sehingga ketika Tuhan menyampaikan Firman, mereka abaikan demi kantong anggur mereka, demi kebiasaan mereka, demi anggur tua yang mereka pikir adalah yang terbaik. Kapan kita mau meruntuhkan konsep kita dan mau mendengarkan Firman Tuhan yang sejati? Hanya ketika kita punya kemurnian hati mengatakan “aku mau mengikuti jalanMu”. Pada zaman begitu banyak orang Kristen pintar dengar tapi tidak pintar mengubah hidup, pintar dengar tapi tidak pintar mengubah konsep, pintar mendengar tapi tidak pintar mencari cara untuk boleh hidup yang diperkenan Tuhan. Terkadang kita pun demikian, mengerti kalimat-kalimat bagus tetapi tidak pernah menjalani dengan setia apa yang kita percaya. Murid-murid Tuhan Yesus mungkin tidak mengerti apa itu perdebatan para rabi, mungkin dia tidak mengerti kalimat-kalimat yang Tuhan Yesus gunakan untuk serang orang Farisi, mereka seperti orang bodoh yang melihat Guru mereka berdebat dengan orang Farisi. Lalu orang Farisi bungkam, tapi mereka sendiri tidak mengerti mengapa orang Farisi bungkam. Mereka juga tidak mengerti kalimat yang Yesus pakai itu sebenarnya sindiran dari ajaran rabi mereka sendiri. Mereka terlalu bodoh untuk mengerti banyak hal. Tapi mengapa Tuhan pakai orang-orang bodoh ini utnuk menjadi rasul? Mengapa Tuhan memakai mereka menjadi pengabar Injil yang pertama? Jawabannya cuma satu, karena Tuhan melatih mereka untuk mendengar. Mungkin mereka bodoh, tapi mereka mau belajar dari Tuhan bagaimana mendengar Firman. Mungkin mereka tidak berpengetahuan, tapi mereka belajar bagaimana Firman Tuhan harus diresponi dengan keseluruhan pikiran, perasaan, hati dan seluruh hidup yang dicerminkan dari hidup yang berbuah. Maka Tuhan Yesus mengatakan kepada mereka “engkau tidak akan pernah mendengarkan Firman”, karena di ayat 39 dikatakan “yang sudah minum anggur tua tidak inggin minum anggur baru”. Yang sudah dibentuk satu konsep tidak mudah runtuhkan konsep, yang sudah punya kekerasan untuk pegang sesuatu tidak mudah untuk lepas.
Saya tidak minta Saudara untuk melepas apa yang Saudara pegang dengan teguh. Saya ingin Saudara tahu apa yang Saudara sedang pegang dengan teguh. Apakah yang engkau pegang dengan teguh menjadi halangan untuk Firman Tuhan datang? Apakah yang engkau pegang teguh itu menjadi halangan bagi Firman Tuhan untuk mengubah hatimu? Apakah engkau membuat suatu barrier bagi dirimu sendiri sehingga Firman Tuhan tidak bisa menyentuh hatimu dan mengubah engkau? Ini adalah pertanyaan yang harus kita jawab. Tapi apa yang kita pegang kalau itu memang kebenaran yang Tuhan mau kerjakan saat ini, maka itu pasti tercermin di dalam hati dan perasaan yang mengadopsi hati dan perasaan Tuhan. Maka para murid sedang dilatih untuk memiliki itu. Mereka bersukacita karena Sang Mesias ada bersama dengan mereka. Tapi mereka nanti akan dilatih berpuasa, bukan dilatih berpuasa dengan cara tidak makan, tapi mempunyai perasaan yang sangat duka, maka mereka benar-benar tidak mau makan, inilah puasa yang sejati. Maka Kristus naik ke kayu salib dan mati, para murid akan kehilangan Sang Pengantin itu. Pada waktu itu mereka akan berduka, pada waktu itu mereka akan berpuasa. Biarlah kita belajar dari Firman Tuhan bagaimana mendengar, bagaimana mempunyai hati yang murni, bagaimana mempunyai kepekaan terhadap perasaan, isi hati dan rancangan Tuhan di dalam sejarah untuk bisa mengambil seluruh kebenaran Firman Tuhan, menikmatinya di dalam hidup dan membuat itu menjadi kekuatan yang tidak habis-habis untuk memimpin kita berjalan di dalam hidup ini.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)
- Injil Lukas
- 5 Nov 2014
Menjangkau Dunia Tapi Tidak Sama Dengan Dunia
(Lukas 5: 27-32)
Di dalam bagian ini Lukas menuliskan pertentangan dengan orang Farisi yang makin lama makin besar. Lukas coba bagikan di dalam tulisannya bagaimana Kristus menolong orang, mengasihi orang, membagikan berkat begitu limpah dan orang Farisi selalu kritik hanya karena hal-hal remeh yang mereka anggap sebagai hal yang besar. Ini semua adalah satu pengajaran yang perlu kita pikirkan sekarang. Saudara mempunyai pengertian mengenai mana yang esensial dan mana yang tidak, ini akan membuat Saudara bijaksana. Orang yang tahu mana yang utama dan tidak, itu adalah orang bijaksana. Orang yang tidak bijak akan membuat yang kurang utama menjadi paling penting, yang paling penting jadi dilupakan. Orang Farisi sebenarnya adalah orang-orang yang begitu gigih di dalam mempertahankan kesucian. Waktu pemimpin-pemimpin dari dinasti Hasmonean, keturunan Yudas Makabeus, mereka mulai kompromi, mulai ikat janji politik dengan orang Makedonia, mulai terima relasi kerja sama dengan orang Roma, ini membuat orang Farisi marah. Mereka mengatakan “mari kembali ke ajaran Alkitab, kita mesti berdiri sendiri tidak kerja sama dengan bangsa mana pun”. Maka mereka memisahkan diri, lalu mereka menjadi gerakan yang memurnikan, menguduskan kembali umat Tuhan. Tapi ada satu masa di mana mereka menjadi parta politik, ini partai politik punya pengaruh besar kepada masyarakat. Lalu ada partai lain yaitu Saduki, karena Saduki punya pengaruh begitu besar kepada golongan elit. Yang satu masyarakat awam, satunya golongan elit. Jadi orang Farisi grass root, orang Saduki orang-orang intelektual, orang penting.
Ketika mereka menjadi partai, mereka anti satu sama lain, mereka berantem, mereka berkelahi, setiap pertemuan pasti berdebat antara Farisi dan Saduki. Kita harus mengerti mengapa, kalau tidak kita akan menjadi orang yang melakukan tanpa tahu mengapa, lalu membakukan. Setelah dibuat menjadi baku, kita mulai menghakimi siapa yang tidak ikut cara ini adalah bidat, inilah orang Farisi. Maka mereka menjadi ketat di dalam tindakan luar, di dalam kebiasaan beribadah dan mereka menghakimi orang berdasarkan kebiasaan mereka. Maka waktu Tuhan Yesus lihat orang pemungut cukai ini, lalu Dia selamatkan, Dia mengatakan “ikutlah Aku”, pemimpin kelompok Farisi begitu marah, lalu dia tolak, dia protes “ini seharusnya tidak terjadi, karena orang suci seperti kita tidak boleh bergaul dengan orang berdosa seperti mereka”. Ini yang menjadi keberatan mereka dan mereka selalu memakai standar yang begitu sempit untuk menghakimi orang lain. Hati-hati, kita tidak mau menjadi orang seperti itu, ketika Kekristenan kita hanya tindakan luar yang kosong, tindakan luar yang kita bakukan, ini menjadi Kekristenan yang sangat bahaya. Itu semuanya ditolak oleh Tuhan Yesus, maka ada hal-hal yang Kristus kerjakan sengaja untuk memprovokasi mereka. Ini satu tafsiran yang menarik dari Herman Ridderbos, dia membahas Yohanes dan mengatakan beberapa hal Kristus kerjakan untuk provokasi mereka, sengaja. Misalnya orang lumpuh disembuhkan, Yesus mengatakan “ambil tempat tidurmu dan berjalan”, di hari Sabat. Maka pada bagian ini pun orang Farisi menjadi objek sindiran dari Lukas dengan menggambarkan peristiwa ini dengan jelas. Di dalam ayat 27 dikatakan “Yesus pergi keluar, Ia melihat seorang pemungut cukai yang bernama Lewi sedang duduk di rumah cukai. Yesus berkata kepadanya ikutlah Aku”. Salah satu ciri dari Lukas adalah menggambarkan Yesus waktu mengajak murid memakai momen kejutan luar biasa. Lukas langsung sorot momen mengejutkan di mana Yesus tiba-tiba datang dan mengatakan “ikutlah Aku”, tidak ada perkataan pendahuluan. Dan sekarang Yesus lakukan hal yang sama, sedang berjalan di depan rumah, ada seorang pemungut cukai sedang hitung uang di tempatnya dia, Yesus berpaling tanpa basa-basi langsung mengatakan “ikutlah Aku”. Ini menunjukan otoritas Yesus.
Bisakah manusia biasa mengatakan ini? Itu sebabnya Saudara harus hati-hati dengan orang yang mempunyai kemampuan untuk memberikan pengaruh, punya kemampuan untuk menjadi pemimpin, punya kemampuan untuk mengatakan “ikut saya” tapi tidak pernah punya concern kepada orang yang disuruh ikut, ini adalah pemimpin yang bahaya. Tuhan Yesus mengatakan kepada Lewi “ikutlah Aku”, kalau kita tanya “apa hakMu ya Tuhan suruh Lewi mengikuti Engkau?”, Tuhan mengatakan “karena Aku akan mati di kayu salib untuk dia”. Sekarang orang mengatakan “ikutlah aku”, orang tanya “apa hakmu menyuruh aku ikut kamu?”, apakah orang itu berani mengatakan “karena aku akan korbankan nyawaku sekalipun untuk memberkati kamu”, karena itu baru pemimpin sejati. Itu sebabnya jangan sembarang bilang “ayo ikut, aku adalah pemimpinmu, saya adalah yang akan memberikan pengaruh” tapi makin dipengaruhi makin membuat hidup orang rusak. Terlalu banyak orang yang punya kemampuan seperti itu tapi tidak punya pengertian yang dalam tentang apa itu hidup yang limpah di dalam Tuhan. Maka Yesus di sini memberikan peringatan “ikutlah Aku” sambil mengatakan “selain Aku jangan ikut, hanya Aku yang berhak mengatakan ikutlah Aku”. Kristus mengatakan itu dengan otoritas besar karena selain mengatakan “ikutlah Aku”, Dia juga mengatakan “Aku akan mati di kayu salib bagimu. Aku rela memberkati hidupmu sedemikian sampai rela hidupKu hancur demi memberkati hidupmu. Aku mengatakan ikutlah Aku, tapi ketika Aku mengatakan tinggalkan semua, Aku lebih dulu sudah meninggalkan kemuliaan Sorga. Ketika Aku mengatakan ikut Aku di jalan yang sulit, Aku terlebih dahulu sudah berjalan ke Kalvari ke Bukit Golgota dan ke kayu salib dan mati di sana”. Inilah teladan ideal bagi semua orang. Tidak ada nabi bisa mengatakan seperti ini, tidak ada pemimpin agama bisa mengatakan seperti ini, tidak ada orang-orang besar sepanjang sejarah boleh mengatakan “ikutlah aku” seketat Yesus.
Waktu Yesus mengatakan “ikutlah Aku”, ayat 28 mengatakan “berdirilah Lewi, meninggalkan segala sesuatu lalu mengikut Dia”. Ini respon yang indah sekali, satu respon yang mengatakan “kalau Tuhan menyatakan ikut, saya harus ikut. Kalau Tuhan mengatakan apa, saya harus lakukan itu”. Dan inilah iman yang Tuhan tuntut. Orang Farisi mengikuti tradisi tapi tidak peka waktu mendengarkan suara Tuhan. Orang Lewi peka dengar suara Tuhan, langsung dia bertindak berdasarkan apa yang Tuhan katakan kepada dia. Inilah contoh bagi kita. Tuhan mengatakan di Perjanjian Lama “Aku tidak menghendaki korban bakaranmu lebih dari pada engkau mendengarkan suaraKu. Aku ingin engkau dengar suaraKu lalu engkau kerjakan semua karena dengar suaraKu”. Mengapa berikan korban? Karena Tuhan berfirman untuk berikan korban. Mengapa hidup kudus? Karena Tuhan berfirman hiduplah kudus. Mengapa engkau kerjakan apa yang engkau kerjakan dalam hidup? Karena Tuhan mengatakan kerjakan ini. Inilah kerohanian sejati. Kerohanian sejati tidak terdiri dari kegiatan mengekang diri dari hal jahat saja. Saudara tidak bisa menjadi kudus dengan tidak berdosa lagi. Kudus tidak sama dengan tidak berdosa saja, kudus berarti tundukan diri kepada otoritas yang sejati. Di dalam Roma 6 dikatakan “engkau sudah dimerdekakan dari dosa supaya engkau sekarang tunduk kepada Yesus Kristus, tunduk kepada Allah”. Jadi kemerdekaan itu bukan tanpa pemimpin di atas, kemerdekaan berarti “saya tahu otoritas sejati dan saya tunduk kepada otoritas itu”. Yesus mengatakan “jangan mau diperhamba dosa, kalau Anak datang, Anak akan bebaskan engkau, tapi bebaskan engkau supaya engkau tunduk kepada Anak”. Demikian juga dalam Roma 6, Tuhan bebaskan engkau dari dosa supaya engkau tunduk kepada Tuhan. Dan waktu engkau sudah tunduk kepada Tuhan, di sinilah kebebasan yang sejati. Itu juga yang dibagikan dalam Lukas 5 ini, dikatakan bahwa engkau harus tunduk, tinggalkan semua lalu ikut. Maka orang Lewi ini menjadi orang yang dikuduskan, bukan karena dia tinggalkan dosa saja, tapi sekarang dia tahu kepada siapa dia harus tunduk. Ini menjadi pertanyaan untuk kita semua, kita tahu tidak kepada siapa harus tunduk? Apakah kita tahu harus hormati siapa? Apakah kita tahu otoritas mana yang harus kita taati? Selama tidak ada otoritas kita maunya diri yang menjadi penguasa, kekacauan akan terus terjadi di dalam hidup, Maka Yesus mengatakan “ikutlah Aku”, Lewi tinggalkan segala sesuatu lalu dia ikut Yesus. Mengapa dia berani ikut Yesus? Karena Yesus adalah Pemimpin yang rela korbankan nyawa demi kebahagiaan orang yang mengikuti Dia. Yesus adalah Pemimpin yang rela meninggalkan kemuliaan sorgawi demi pengikutNya dimuliakan. Yesus adalah Pemimpin yang rela mematikan diriNya supaya orang mati bisa dihidupkan. Maka kalau mengikuti Yesus jauh lebih indah dari apa pun.
Saudara jangan salah konsep, orang berpikir Kekristenan itu berarti membosankan, menakutkan, dingin, kosong, tidak ada happy sama sekali. Jadi orang Kristen terus berpikir “saya tidak boleh senang-senang, saya tidak boleh menikmati”, bukan tidak boleh menikmati, tapi salah menikmati. Maka Tuhan sedang mengajak mari ada dalam kenikmatan yang sejati, yaitu ada di dalam ketaatan kepada Tuhan. Hidup di dalam Tuhan itu limpahnya bukan main, sebab di dalam Alkitab pun Tuhan sudah menciptakan segala sesuatu untuk ditundukan kepada manusia. Kalau semua diciptakan untuk ditundukan kepada manusia, bukankah ini berarti manusia boleh menikmati semuanya? Di dalam Taman Eden Tuhan mengatakan “semua pohon di dalam taman ini boleh kamu makan buahnya, cuma satu yang tidak boleh”, apakah ini kekangan yang terlalu berat? Tuhan tidak bilang “semua pohon di taman ini dilarang, cuma satu yang boleh”. Tapi Tuhan mengatakan “semua yang limpah boleh kamu nikmati”, Tuhan mau kita hidup di dalam hal yang limpah, kenikmatan yang sejati. Tapi bodohnya kita lebih pilih semua tindakan yang kosong, yang palsu, yang akhirnya membuat hidup makin lama makin kering. Mengapa banyak orang hidup depresi? Karena tidak bertemu kenikmatan sejati. Pak Stephen Tong pernah mengatakan “mengapa engkau berdosa, mengapa engkau melakukan semua jenis kecemaran yang begitu besar, mengapa engkau bergaul secara seks bebas, mengapa engkau bergaul dengan homoseks, mengapa engkau menjadi pendosa yang besar? Karena tidak bisa lihat bahwa Tuhan sebenarnya menawarkan sesuatu yang jauh lebih limpah”, ini yang ditawarkan. Yesus mengatakan “ikutlah Aku”, Lewi tinggalkan semua. Mari kita belajar dari Lewi, sebab ketika kita mengikut Tuhan, Tuhan tidak akan membiarkan kita hidup di dalam cara yang sempit, depresi, kosong, sama seperti yang kita kerjakan kalau kita berada di dalam dunia.
Itu sebabnya ketika Kristus didatangi seorang anak muda, lalu anak muda ini mengatakan “apa yang harus aku perbuat untuk beroleh hidup yang kekal?”, Yesus mengatakan “kamu sudah tahu di dalam Alkitab bilang apa, lakukanlah”, anak muda ini mengatakan “dari aku kecil aku sudah lakukan”, ini orang hebat, dari kecil sudah taat Firman. Lalu Tuhan mengatakan “satu lagi kekuranganmu, jual semua harta milikmu berikan kepada orang miskin, dan ikutlah Aku”. Saudara kalau dengar rangkaian kalimat ini, tema utamanya di mana? “ikutlah Aku”, tapi orang yang banyak uang ingatnya “jual harta”, itu yang diingat. “Ikutlah Aku” itu tema utamanya, “kamu ikut Aku, dari pada kamu tidak tahu hikmat bijaksana hidup kekal, ikut Aku dan kamu akan lihat” come and see. Belajar dari Guru yang paling agung, belajar dari kebenaran itu sendiri. Tapi ada syarat, tinggalkan semuanya dan ikut Aku. Dia lupa tema utamanya, yang dia ingat hanya hal yang berat. Sama dengan banyak orang Kristen “ayo tinggalkan dosa”, “tinggalkan dosa? Berat sekali, jadi tidak bisa having fun lagi”. Engkau selama ini sedang tidak having fun, engkau sedang membodohi diri dengan tindakan yang engkau pikir adalah kesenangan. Orang Lewi ini punya kerohanian begitu bagus, karena ketika Tuhan mengatakan “ikut Aku”, dia mengatakan “sekarang aku akan mengikut Engkau”. Ini semua adalah pelajaran untuk kita renungkan baik-baik, saya rohanikah? Saya rohani bukan karena saya punya tindakan mirip orang rohani, tapi ketika Tuhan berfirman saya berani mengatakan “iya”. Maka ketika orang muda ini Tuhan katakan “tinggalkan hartamu dan ikutlah Aku”, dia sedih karena hartanya banyak, lalu dia pergi. Setelah lihat orang itu pergi, Petrus langsung tanya “Guru, tadi Engkau bilang orang itu harus tinggalkan semua, dia tidak mau. Tapi saya mau, saya sudah tinggalkan semua, tinggalkan ladang, tinggalkan pekerjaan, apa yang aku dapat?”. Saudara menduga mungkin Tuhan Yesus akan marah kalau ditanya seperti ini, tapi tidak, Yesus menjawab “engkau akan dapat”. Yesus sedang mengatakan kenikmatan yang akan engkau dapat, kelimpahan hidup waktu mengikut Tuhan itu berkali-kali lipat dari apa yang engkau tinggalkan. Tuhan kita tidak pernah kejam, Tuhan kita tidak pernah mau hidup kita lebih sengsara, lebih menderita kalau ikut Dia. Mungkin kelihatan menderita oleh dunia, tapi kenikmatan rohani yang Tuhan berikan begitu luar biasa, sehingga ketika Saudara memutuskan “ya Tuhan, aku ikut Engkau”, seumur hidup Saudara tidak mungkin menyesal. Banyak orang menyesal karena tunda-tunda ikut Tuhan, tapi orang yang melangkah dengan Tuhan tahu bahwa Sang Pemelihara yang sekarang diikuti jauh lebih berharga dari apa pun yang ditinggalkan di belakang. Yang ditinggalkan di belakang sekarang sudah lewat, sedangkan yang berada di depan jauh lebih berharga dari itu. Tuhan terus pelihara hidup, Tuhan beri kelimpahan dengan cara yang sangat luar biasa, sehingga kita bisa mengatakan “memang benar Tuhan berikan kelimpahan begitu banyak, lebih dari apa yang saya kejar waktu saya mengejar sesuatu di luar Tuhan”. Maka Lewi sudah mengerti hal ini, “untuk apa saya berkutat dengan uang-uang ini, ini tidak penting. Aku mau ikut Tuhan menikmati pimpinan Tuhan dan ini tidak bisa diperoleh siapa pun”.
Inilah yang harus kita pelajari ketika mengatakan “iya”, Tuhan tidak meminta kita menjadi orang yang susah, menderita, hancur dan kosong hidupnya. Harta bisa membuat orang hidup kosong, kemewahan bisa membuat orang hancur hidup. Tapi mengikuti Tuhan tidak mungkin mendapatkan hal-hal seperti itu. Itu sebabnya siapa mengikuti Tuhan, lebih stabil dari siapa pun. Demikian juga ketika Saudara mempertimbangkan mau ikut Yesus atau cara yang lama? Kalau Saudara berpikir agak mirip-mirip, Saudara pasti kecewa. Tapi kalau Saudara tahu ikut Yesus jauh lebih baik, jauh lebih penting dari sebelumnya, Saudara akan ikut dengan kemantapan hati. Orang Lewi ini ikut dengan kemantapan hati “saya ikut dengan iman, karena saya tahu Kristus akan memimpin jalan, membentuk aku menjadi manusia yang jauh lebih baik dari pada apa yang bisa aku alami di dalam kehidupan yang lama”. Setelah dia mengikut Yesus, langsung dia membuat perayaan, di ayat 29 dikatakan Lewi mengadakan suatu perjamuan besar untuk Dia di rumahnya, dan tidak semua diundang, hanya Yesus, murid-murid dan teman-teman pemungut cukai. Ketika mereka berkumpul, Yesus tetap mau bergaul dan makan bersama. Bagi orang Yahudi makan bersama itu sakral, Saudara hanya boleh makan di dalam level yang sama. Dan juga di dalam budaya Yunani, mereka punya meja yang bentuknya seperti U dan cara duduk pun menentukan cara mereka menghargai makanan, tidak sembarangan. Maka ada bagian khusus untuk tuan rumah, tuan rumah, orang penting mesti duduk paling ujung di dekat garis, yang kurang penting di belakang, di sisinya adalah tamu biasa. Maka Saudara makan dengan siapa itu penting sekali. Orang penting jangan makan dengan orang tidak penting, dan yang paling penting orang suci tidak boleh gabung makan dengan orang hina. Yang lebih luar biasa penting orang Yahudi tidak boleh makan dengan orang kafir. Inilah yang orang-orang Farisi kira-kira katakan “mengapa Gurumu makan dengan pemungut cukai, orang berdosa ini. Mengapa Yesus makan dengan orang-orang seperti ini? Ini tidak benar”. Tetapi Yesus menjawab “bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. Bukan orang benar yang perlu Aku, tetapi orang berdosa. Supaya mereka bertobat’. Maka Yesus sengaja turun ke dunia untuk ambil dunia naikan ke sorga. Tuhan turun ke dalam dunia untuk ambil orang berdosa supaya suci. Jadi inilah yang Kristus lakukan, Dia turun, Dia bergabung tetapi tidak terkontaminasi. Dia menarik bukan tertarik, konsep ini tidak dimengerti oleh orang Farisi. Orang Farisi cuma tahu “aku suci, ini dosa. Yang suci mesti menghindar yang berdosa mesti dijauhi, tidak ada kaitan. Karena kalau aku sentuh orang berdosa, aku terkontaminasi. Kalau aku dekat-dekat orang berdosa, aku tercemar. Ini semua mental bukan Kristen, ini mental Farisi. Kalau Saudara menghindarkan diri dari dunia, itu mental Farisi bukan mental Kristen. Kristen dengan berani mengatakan “saya beriman kepada Tuhan, saya mau menjangkau dunia, saya mau berinteraksi dengan dunia”. tapi jangan lupa Kristus berinteraksi dengan dunia, setelah itu Dia tarik dunia, bukan Dia yang ditarik oleh dunia. Jadi kalau Saudara tidak menawarkan alternatif hidup yang radikal berubah, berbeda, tidak mungkin menjadi berkat. Tuhan bergaul dengan pemungut cukai, Dia tidak jadi pemungut cukai, Dia tidak kemudian mendirikan rumah cukai di sebelahnya rumah Matius. Jadi Dia tidak takut bersentuhan dengan orang berdosa karena Dia tahu Dia akan tarik mereka keluar. Dan orang yang dipenuhi Roh Kudus, dipimpin Tuhan Yesus harus belajar punya kemampuan ini. Dekat dengan orang bukan untuk mengikut orang itu, tapi untuk mengatakan ‘ikutlah aku”. Yesus tidak pernah mengatakan “Lewi mau kemana? Ikut dong”, Dia mengatakan “ikutlah Aku, kamu yang ikut Aku”. Maka gereja harus punya identitas, karena tidak ada orang yang menghargai orang dengan identitas tidak jelas.
Biarlah kita belajar seperti Kristus yang turun ke dalam dunia, tapi kemudian tarik orang naik ke atas. Turun ke dalam ke dunia kemudian memberikan pengaruh yang menarik orang, lain dengan Farisi. Farisi takut bersentuhan dengan orang berdosa, akhirnya mereka tidak pernah menjadi berkat. Ini namanya spiritual elitis, orang spiritual elitis selalu merasa “kami lebih hebat, jangan dekat-dekat kami. Ini kelompok suci, itu kelompok hina”, itu gaya Farisi. Dan gaya Farisi tidak pernah menjadi berkat bagi siapa pun. Dan Saudara pun tidak boleh mengikuti gaya hidup Farisi dalam hidup Kristen. Biarlah kita meneladani orang Lewi dan juga meneladani Kristus. Meneladani Lewi di dalam berespon kepada Kristus dengan segera mengatakan ‘iya Tuhan, saya mau ikut”. Dan meneladani Kristus di dalam menjangkau orang lain yang belum mengenal kebenaran Tuhan. Kiranya Tuhan memimpin dan memberkati kita untuk punya hidup yang limpah di dalam Tuhan Yesus.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)