- 10 Hukum Taurat
- 27 Aug 2013
Mengapa Hukum Taurat Penting?
Mengapa Hukum Taurat Penting?
(Keluaran 20: 1-2, Mazmur 119: 9-16)
Dari 2 bagian yang kita baca, kita mendapat pengertian bahwa Tuhan memberikan Firman dan dalam Mazmur 119, pemazmur mengatakan dia sangat mengagumi dan sangat mencintai Firman Tuhan. Sebenarnya ketika kita mengenal konsep Taurat yang dirangkum dalam 10 hukum ini, apa yang masuk dalam pikiran kita? Kita seringkali berpikir Taurat itu Perjanjian Lama, Perjanjian Baru Injil. Taurat menyuruh orang untuk bertindak, kalau setia nanti dia selamat, tetapi Injil mengatakan Kristus sudah membayar semuanya sehingga dengan iman kita mendapatkan keselamatan. Sehingga dalam pikiran kita “saya menaati Taurat baru selamat” itulah Taurat, “saya percaya kepada berita Injil, saya selamat” itulah Injil. Tetapi sebenarnya Taurat tidak hanya bertugas untuk memberikan peraturan untuk kita selamat saja, tetapi Taurat juga mempunyai kandungan perintah dari Tuhan untuk kita boleh hidup yang penuh dengan damai sejahtera. Itu sebabnya kata Taurat, Torah, itu sebenarnya memiliki pengertian instruksi atau pengajaran. Jadi Taurat tidak identik dengan hukum, tetapi Taurat identik dengan instruksi, Tuhan memberikan perintah, Tuhan memberikan pengajaran, Tuhan memberikan hal-hal yang perlu kita mengerti supaya kita bisa hidup demi Tuhan. Itu sebabnya Tuhan memberikan Taurat. Kitab Taurat umumnya dikenal sebagai 5 kitab pertama dari Perjanjian Lama, Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan dan Ulangan. Tapi Taurat bisa diekspan lebih jauh lagi menjadi seluruh bagian Perjanjian Lama, karena setelah Tuhan menyatakan Kitab Taurat, Tuhan mencatat juga sejarah Israel. Setelah mencatat sejarah Israel, Tuhan juga mencatat perkataan para nabi yang memberikan peringatan kepada Israel untuk kembali kepada Taurat. Setelah itu Tuhan juga memberikan nubuat tentang apa yang akan terjadi melalui orang bernama Daniel dan Yeremia. Jadi semua ini akan kembali kepada Taurat.
Taurat menjadi kitab yang paling inti dalam Perjanjian Lama. Ketika kita melihat Kitab Taurat ada kesimpulan di dalam 10 poin yang yang Tuhan berikan di atas gunung, inilah yang disebut dengan dekalog, inilah yang disebut dengan 10 peraturan, 10 hukum. Jadi Taurat tidak hanya identik dengan 10 ini, tapi 10 peraturan ini menjadi rangkuman tentang apa yang Tuhan mau ajarkan kepada Israel. Dan mereka sangat menghargai kitab ini, sehingga mereka dipaksa untuk terus membaca bahkan menghafal seluruh kitab supaya mereka boleh mengerti apa yang Tuhan mau. Maka mereka hafal mati-matian supaya mereka boleh mempunyai Firman di dalam diri mereka. Kalau Tuhan berfirman segala sesuatu bisa terjadi, Firman Tuhan memiliki kuasa yang begitu besar dan sekarang saya bisa ingat itu di dalam diri saya, ini ada perasaan sukacita. Meskipun Tuhan mengatakan cuma ingat belum tentu mendapatkan berkat sepenuhnya, karena bukan mereka yang ingat, bukan mereka yang ngerti secara kognitif, tapi mereka yang menjalankan Firman, inilah orang yang mempunyai fondasi yang stabil, sehingga banjir besar datang rumah yang didirikan di atas Firman ini tetap kokoh. Jadi ingat Firman tidak cukup, harus jalankan. Tetapi kalau mau jalankan tapi tidak ingat, tidak akan bisa. Saudara mau lakukan, tidak pernah mengerti, ini pun tidak mungkin bisa. Jadi tetap kita harus belajar memahami, belajar menghafal dan setelah itu bisa dengan limpah mengerjakan apa yang Tuhan perintahkan kepada kita. Maka orang Israel dilatih untuk membaca, menghafal dan mengerti, dan setelah itu mereka diajarkan untuk menjalankan seakurat mungkin. Ini merupakan suatu keunggulan yang luar biasa dari orang Israel. Banyak orang pikir “mengapa di segala bidang, orang-orang jenius, selalu ada orang Yahudi atau keturunan Yahudi”. Saudara boleh pikir siapa filsuf paling penting? Di abad 20, Saudara telusuri seorang filsuf ternyata masih ada darah Yahudi. Ada seorang bernama Edmud Husserl, masih punya darah Yahudi. Ada seorang bernama Wittgenstein ternyata masih keturunan Yahudi. Saudara lihat konduktor paling terkenal abad 20, ternyata masih ada darah Yahudi. Orang-orang pikir mengapa bisa begitu? Saya percaya salah satunya adalah karena sejak kecil mereka dilatih memakai otak semaksimal mungkin, beda dengan zaman kita sekarang. Zaman kita sekarang, orang tua tidak bisa gerakan anak untuk sungguh baca, sungguh-sungguh pelajari, karena orang tua sendiri tidak punya kebiasaan seperti itu. Segala yang ada di dalam dunia pendidikan selalu bermula dengan contoh, ini tidak bisa tidak. Waktu Musa disuruh Tuhan untuk membuat sesuatu kemah, Tuhan mengatakan “buatlah sesuai dengan contoh yang sudah Aku tunjukan”. Semua ada contoh. Waktu para murid disuruh untuk hidup baik, murid tanya “seperti apa?”, Yesus mengatakan “seperti yang kamu lihat ada padaKu”. Waktu Paulus menulis surat kepada jemaatnya, “lihat apa yang kamu lihat pada saya, ikuti itu karena aku pun melakukannya berdasarkan contoh Kristus”. Jadi selalu ada peneladanan, dan peneladanan inilah yang Tuhan mau dipertahankan dalam tradisi keturunan orang Israel. Orang Israel mempunyai keturunan yang terus mereka pertahankan dan punya tradisi yang mereka terus pertahankan. Sekarang gereja-gereja tradisional tidak berani pertahankan pendirian, sekarang mereka lepas semua yang konsisten dengan kebenaran Firman dan mereka kembali mengikuti arus zaman.
Tetapi Yohanes Calvin pernah mengatakan “kalau kita tidak serius kepada 3 hal, kita akan dibuang oleh Tuhan”. Tiga hal itu adalah yang pertama kebenaran Firman mesti diajarkan. Yang kedua adalah ibadah harus sesuai dengan kebenaran Firman. Yang ketiga adalah perjamuan, sakramen baptis maupun Perjamuan Kudus harus kembali kepada Firman. Maka Calvin sangat memperhatikan Perjamuan Kudus, ibadah yang teratur dan Firman yang diberitakan. Ini 3 hal yang menjadi ciri utama dari gerakan reformasi dari pada Calvin. Calvin menggambarkan ibadah yang tidak sesuai Firman adalah ibadah kepada para dewa, bukan kepada Allah. Karena Allah yang sejati yang mau disembah, Dia sudah punya standar penyembahan itu harus seperti apa. Dan kalau standar itu dikompromikan, kita mengambil cara dunia, kita sedang tidak menyembah Tuhan, kita sedang menyembah berhala. Maka Yohanes Calvin mengatakan “banyak dewa-dewa disembah orang Kristen, tapi dewa-dewa itu disembunyikan di dalam bentuk salib Kristus” ini semua palsu. Maka dia mengatakan “mari kita semua kembali kepada Firman” sehingga kembali kepada Firman menunjukkan adanya kesungguhan boleh sungguh-sungguh mengenal doktrin, yang sungguh-sunggh hidup di dalam cara Tuhan.
Itu sebabnya di dalam tradisi Reformed pun kita harus belajar untuk menjadi orang yang studi baik-baik, mencari baik-baik kebenaran Firman, untuk boleh dilaksanakan di dalam hidup. Dan orang tua yang menjalankan ini dengan baik akan menurunkan kepada anaknya. Orang Yahudi punya keketatan dalam belajar dan keketatan dalam belajar ini membuat mereka sangat terbiasa untuk belajar apa pun. Waktu Tuhan menyampaikan 10 Firman, apakah Tuhan memakai mode tidak serius? Keluaran 18-20, Tuhan katakan “persiapkan dirimu, bersihkan dirimu, lalu datang dengan perasaan gentar dan takut kepada Tuhan”. Tapi Alkitab mengatakan Tuhan mendatangkan guntur yang sangat keras, waktu orang Israel dengar petir dan badai, mereka ketakutan. Waktu mereka dengar itu mereka sangat gentar, lalu Tuhan pakai suara sangkakala yang kerasnya bukan main. Waktu sangkakala itu ditiup, mereka sadar ini adalah satu penyambutan sang raja datang. Waktu raja masuk ke kota, seluruh sangkakala ditiup untuk memberikan penghormatan. Maka waktu sangkakala ditiup ini membuktikan sang raja sedang datang dan semua harus siap sujud waktu dia datang. Dan waktu dia bersuara, dikatakan suaranya begitu keras. Di Alkitab mengatakan suara Tuhan kalau berbicara seperti desau air bah yang sangat memekakan telinga. Dia tidak bicara dengan suara yang tenang, Dia bicara dengan suara yang sangat keras, membuat orang Israel jadi bising telinganya dan mengatakan “saya tidak sanggup dengar lagi, suara Tuhan terlalu menakutkan bagi saya” ini cara Tuhan berbicara. Lalu ini mau diubah menjadi santai mode, mau diubah menjadi “tenang saja, hidup sudah berat jangan dibuat makin berat lagi” tidak bisa. Siapa yang tidak serius menyampaikan Firman, dia tidak sungguh-sungguh bertanggung jawab kepada Tuhan. Hidup di dunia dengan cara Alkitab itu adalah satu-satunya yang mungkin. Hidup di dunia tanpa cara Alkitab, pasti kacau, pasti menuju kepada kesengsaraan. Demikian juga dengan umat Tuhan, waktu mereka diperas untuk mengerjakan sesuatu dengan sangat sulit, mereka mempunyai kekuatan lebih untuk menjalani hidup. Maka Tuhan berfirman dan Tuhan mengatakan “dengarkanlah Firman Tuhan”, Tuhan mulai menyatakan Firman, menyatakan pengajaran, menyatakan instruksi kepada umat Tuhan.
Mengapa perlu ada instruksi? Waktu Martin Luther baca tentang Injil. dia mendapatkan kelegaan, Injil berita sukacita, Injil berita menyelamatkan, Injil membebaskan. Waktu dia baca Perjanjian Lama, dia heran, Taurat sepertinya mematikan. Dalam 2 Korintus, Luther membaca lalu dia menemukan satu kalimat “sebab hukum yang tertulis mematikan tetapi berita Injil menghidupkan, anugerah Tuhan menghidupkan”. Dia kaget, berarti Hukum Taurat mematikan, Injil menghidupkan, kalau begitu Hukum Taurat sudah digantikan oleh Injil kah? Dia pikir dalam hati tidak mungkin, karena Hukum Taurat perlu sampai sekarang. Lalu apa gunanya Hukum Taurat bagi gereja sekarang? Ini menjadi pergumulan Luther yang tidak habis-habis. Maka kalau Saudara baca eksposisi Luther, dia paling banyak berkhotbah dari Perjanjian Lama, bukan Perjanjian Baru. Dia adalah orang yang senang Perjanjian Baru, terutama tema keselamatan karena iman, dari Paulus. Tapi kalau khotbah dia paling banyak pilih dari Perjanjian Lama, karena dia mau memastikan jemaatnya tahu menerima Injil tidak berarti menyingkirkan Perjanjian Lama. Menerima Injil tidak berarti membuang Taurat.
Lalu apa gunanya Taurat bagi kita sekarang? Di dalam kitab-kitab Taurat tertama di Kitab Imamat, banyak peraturan yang kita pikir sudah tidak lagi kita lakukan sekarang. Luther terus berkhotbah dari Perjanjian Lama untuk mengatakan apa yang diperintahkan dalam Perjanjian Lama itu selalu berkait pada berita Injil. Tetapi sayangnya Luther hanya sampai di sini, akhirnya Luther menemukan ada 2 fungsi dari Hukum Taurat. Yang pertama Hukum Taurat membuat kita sadar kita tidak sanggup. Lalu kalau kita sudah sadar tidak sanggup, baru kita sadar kita perlu Kristus untuk menjadi Juru Selamat kita. Waktu baca semua, Saudara kaget “bagaimana saya yang bejat begni bisa selamat, bagaimana saya yang tidak bisa menjalani Tuarat ini bisa masuk sorga Tuhan?”. Maka Luther mengatakan “waktu kita baca Taurat, kita disadarkan bahwa kita tidak mungkin selamat. Waktu kita sadar kita tidak selamat, kita menjadi orang yang gelisah, lalu cari bagaimana kita bisa selamat. Lalu kita sadar Injillah yang menyelamatkan”. Maka Taurat diberikan bukan untuk keselamatan kita, Taurat diberikan untuk mempersiapkan kita melihat berita Injil Tuhan, lalu setelah Injil Tuhan itu kita terima, inilah yang menyelamatkan kita, inilah fungsi pertama. Fungsi yang kedua, yaitu Taurat juga membuat manusia takut berbuat dosa. Kalau dia sudah baca Taurat “yang mencuri harus dihukum” dia takut mencuri. Waktu Taurat mengatakan “yang berzinah dihukum” dia takut berzinah. Waktu Hukum Taurat mengatakan “yang membunuh harus dihukum” dia jadi takut membunuh. Maka Luther menyimpulkan dua ini adalah fungsi Hukum Taurat. Setelah Luther muncul orang bernama Calvin, Calvin sangat halus dalam mengkritik Luther. Calvin tidak takut kepada Luther, dia mau menjadi orang yang dipakai untuk harmonisasi reformasi, bukan untuk menambah pecah. Waktu Saudara baca yang ketiga sebenarnya ini rangkuman dari pendapat Calvin tentang Taurat yang jauh lebih baik. Calvin mengatakan kalau Taurat akan menggerakan kita untuk bertemu dengan Kristus berarti saya waktu membaca Hukum Taurat, saya harus berada di dalam keselamatan dulu. Karena kalau Saudara belum selamat, Saudara baca Taurat, tidak akan tergerak. Begitu juga orang-orang dunia ini, waktu baca Taurat mereka tidak akan tertegur. Pencuri waktu membaca Taurat, mereka akan tetap mencuri, mereka waktu baca Taurat tidak akan “celaka, saya sudah berdosa, saya mau bertobat”. Ini mengkritik 2 poin dari Luther, Luther mengatakan “baca Taurat nanti cari Injil, baca Taurat nanti tidak berani berani bertindak jahat”. Calvin mengatakan “siapa bilang? Pencuri baca Taurat tetap mau mencuri”. Jadi Calvin mengatakan fungsi Taurat adalah untuk orang yang sudah dibebaskan bukan untuk yang belum. Itu sebabnya Tuhan mengatakan di dalam Keluaran 20 “Aku adalah Allah yang sudah mengeluarkan engkau dari perbudakan di Mesir”. Tuhan yang sudah bebaskan berarti ini Firman untuk yang sudah dibebaskan. Calvin mengatakan “sebenarnya Hukum Taurat diberikan untuk orang yang sudah ditebus, bukan yang belum”. Orang yang sudah ditebus baru bisa mengerti Taurat, baru tergerak oleh perintah Taurat, dan baru bisa melihat keindahan Hukum Taurat. Namun demikian Calvin mengatakan “meskipun begitu saya tetap setuju dengan yang dikatakan Luther, tetapi fungsi Taurat dalam pengertian Luther adalah fungsi penghakiman bukan fungsi membimbing”. Maksud fungsi penghakiman adalah ketika orang itu dihakimi oleh Tuhan, Tuhan akan paparkan TauratNya lalu Dia akan bandingkan dengan hidup orang itu. Ini lah cara Tuhan menghakimi. Jadi orang yang mencuri nanti Tuhan akan taruh hukum “jangan mencuri” lalu paparkan dengan hidup orang itu, orang itu sudah salah maka akan dihukum. Jadi ini fungsi Taurat di dalam penghakiman. Tapi Calvin mengatakan di dalam Kristus fungsi Taurat tidak lagi sebagai penghakiman tetapi sebagai pembimbing. Calvin mengatakan dulu ketika orang belum sungguh-sungguh mengerti Kristus, dia tidak mungkin dididik oleh Taurat. Setelah dia hidup dalam Kristus, baru dia bisa dididik oleh Taurat.
Maka Calvin mengutip dari Galatia 3:24 dan Roma 10: 4, Calvin mengatakan dlaam 2 bagian ini Paulus memberikan pengajaran yang sangat penting bagi kita, yaitu kita yang sudah ditebus akhirnya bisa menantikan Kristus karena Taurat, kita yang sudah ditebus akhirnya bisa mengharapkan hidup yang jadi limpah karena sekarang Taurat menuntut kita hidup mirip dengan Kristus hidup. Calvin menyimpulkan dari ajaran Paulus, Taurat adalah penuntun sampai Kristus datang dan Kristus adalah penggenap dari Taurat. Dua hal ini lah yang menjadi inti bagi kita untuk memahami Taurat. Taurat menuntun sampai Kristus datang. Orang Israel dituntun oleh Taurat sampai Kristus datang pertama kali. Orang Kristen dituntun oleh Taurat sampai Kristus datang kedua kali, sama. Lalu Kristus adalah penggenap Taurat, berarti dalam tradisi Israel ada sesuatu yang hanya Kristus bisa kerjakan, bukan mereka. Itu sebabnya sebelum Kristus datang, mereka harus sembelih binatang, mereka harus persembahkan korban karena di dalam bagian ini mengatakan “kami tidak sanggup menaati, ini adalah bagian dimana Kristus yang akan menggenapi”. Maka sebelum Kristus datang, mereka mempersembahkan korban, setelah Kristus datang, Kristus menjadi korban sehingga kita tidak mengerjakan bagian yang hanya bisa digenapi oleh Kristus. Maka ketika Kristus datang, Dia menjalankan semua Taurat, lalu Dia mati dipaku di atas kayu salib sebagai korban bagi kita. Inilah hal yang menyatakan bahwa Kristus menggenapi Taurat. Berarti kalau Kristus sudah menggenapi semuanya, kita sudah mendapatkan satu kepala yang bisa membayar lunas semuanya. Maka baik orang Israel maupun kita, gereja sekarang, kita tidak perlu melihat Taurat sebagai penghakiman bagi kita sebab ada Kristus yang sudah memperbaikinya bagi kita. Selalu ada multi panggilan yang Tuhan nyatakan sebagai panggilan, dan Tuhan berikan peraturan supaya panggilan itu bisa dijalani.
Misalnya Israel itu siapa? Yang pertama Israel adalah umat Tuhan, kedua Israel adalah prototype-nya gereja, ketiga Israel adalah satu bangsa yang Tuhan pilih untuk menurunkan Kristus, yang keempat Israel adalah salah satu bangsa dari semua bangsa di dunia. Dan Tuhan berfirman kepada Israel untuk mengatur keempat panggilan ini. Kalau peraturan itu cocok untuk panggilan Israel sebagai umatNya maka peraturan itu harus cocok bagi kita sebagai umat Tuhan.
Lalu yang kedua, Israel adalah bangsa yang dipilih untuk menurunkan Kristus, berarti ada hal-hal yang Tuhan berikan sebagai persiapan mereka menantikan Sang Mesias. Ini tentu harus ditafsirkan dengan cara yang berbeda untuk gereja Tuhan. Karena kita tidak disiapkan untuk menantikan kedatangan pertama, tapi kita disiapkan untuk menantikan kedatangan kedua. Maka kita lihat bijaksana Tuhan, waktu Israel dipersiapkan untuk menantikan kedatangan pertama, Yesus akan datang ke dunia ini, maka Israel dipersiapkan untuk hidup duniawi yang benar. Itu sebabnya peraturan-peraturan yang ada dalam bangsa Israel sangat bersifat melihat kepada dunia ini. Kamu kalau tanam benih harus begini, kalau makan harus begini, karena itu adalah persiapan Israel menyatakan bahwa imanku ditafsirkan secara hal praktis di dunia karena Kristus akan datang ke dunia. Tapi orang Kristen lain, sekarang kita menantikan Kristus yang sudah datang dan sekarang duduk sebelah kanan Allah. Maka peraturan kita sedikit lebih rohani dari pada peraturan yang diberikan kepada Israel dalam Perjanjian Lama. Sekarang tidak ada lagi peraturan mengenai makanan, sekarang tidak ada lagi peraturan engkau harus pakai baju dengan bahan seperti apa. Itu sebabnya sekarang kita tidak melakukan apa yang dulu dilakukan orang Israel. Peraturan yang memberikan persiapan Israel untuk kedatangan Kristus yang pertama, itu harus ditafsirkan dengan terang yang berbeda di Perjanjian Baru.
Ketiga, Tuhan mau Israel menjadi salah bangsa, sedangkan gereja bukan salah satu bangsa. Gereja adalah umat pilihan yang sifatnya bukan bangsa. Inilah cara melihat, apa yang Tuhan terapkan bagi Israel, kita harus lihat dalam panggilan yang bersifat sangat multiple. Lalu apa yang sesuai dengan panggilan kita sekarang, itu yang harus diparalelkan dengan kita sekarang. Tuhan menyatakan hukum, Tuhan menyatakan perintah, menyatakan pengajaran bagi Israel, supaya Israel bisa menjalankan fungsinya sebagai umat Tuhan. Dan ditengah-tengah sebagai fungsi umat Tuhan banyak hal yang sangat paralel dengan kita sekarang. Israel umat Tuhan, kami pun umat Tuhan. Israel dituntut menjadi contoh, saya juga dituntut sebagai contoh. Tapi kita punya cara yang sedikit berbeda dari Taurat, itu sebabnya waktu Saudara lihat Taurat banyak hal yang sepertinya tidak berlaku lagi. Tapi bukan tidak berlaku lagi, melainkan harus ditafsirkan dengan cara tafsir yang sesuai dengan mereka supaya kita bisa terapkan sekarang. Contoh, misalnya peraturan tentang makanan halal dan haram, itu masih berlaku tidak? Itu sebabnya kita harus mengerti dengan jelas mengapa sekarang boleh makan babi, alasannya yang pertama karena Firman Tuhan Perjanjian Baru mengatakan sudah boleh. Kalau Tuhan Yesus mengatakan sudah boleh, siapa yang boleh melawan. Tuhan bilang “apa yang masuk tidak mengharamkan manusia, apa yang keluar itu yang menajiskan” Orang yang hatinya kotor, terus ngomong pun kotor. Orang yang hatinya penuh dengan kelicikan, terus ngomong pun penuh dengan kelicikan. Kalau sekarang pura-pura tulus, suatu saat akan terbukti apa yang ada di dalam hatimu. Itu sebabnya Saudara mesti perbaiki hati, Saudara yang terus punya pikiran kotor perbaiki pikiranmu supaya mulutmu tidak sekali-kali kelepasan lalu berbicara apa yang benar-benar ada di dalam hatimu. Itu sebabnya apa yang kamu katakan itu menunjukan hatimu dan hati yang kotor itu yang menajiskan orang, ini yang dikatakan Tuhan Yesus. Dengan demikian Tuhan menyatakan semua makanan halal.
Lalu dulu mengapa Tuhan larang? Ada yang mengatakan alasan kesehatan, terbukti bahwa babi adalah hewan yang tidak sehat, lele juga dilarang karena tidak sehat. Jadi mengapa Tuhan melarang dulu? Karena binatang pada Perjanjian Lama adalah binatang yang menurut konsep timur dekat kuno itu adalah binatang yang tidak pernah jelas identitasnya. Babi adalah binatang yang tidak memamah biak, tetapi punya kuku yang mirip binatang memamah biak, jadi dia tidak jelas binatang model apa. Ikan lele, ikan yang berenang tapi tidak punya sisik, ini ikan yang tidak jelas. Kodok tidak boleh dimakan karena tidak jelas binatang darat atau air, kodok bisa hidup di darat dan air. Kelelawar pun tidak boleh dimakan karena mirip burung tapi mukanya mirip tikus. Semua binatang yang tidak jelas ini tidak boleh dimakan, karena ini menjadi simbol ketidak-jelasan identitas Israel. Israel tidak boleh berbaur dengan bangsa lain, maka mereka harus makan untuk menunjukan “kami tidak mau campur, yang campur-campur kami tidak mau makan”. Tapi sekarang Tuhan bekerja tidak hanya lewat Israel, Tuhan bekerja panggil semua bangsa berarti sudah boleh campur. Kalau sudah boleh campur apakah identitas makanan yang menjadi simbol tidak boleh campur, harus dipertahankan? Tidak perlu. Sekarang Saudara boleh makan binatang yang tidak jelas identitasnya. Kita harus mengerti dengan tuntas bahwa Tuhan bekerja dalam satu cara untuk membuat satu panggilan dari Israel menjadi terpenuhi. Cara ini harus kita perhatikan untuk kita tafsirkan dalam konteks gereja pada saat ini. Itu sebabnya mempelajari 10 ini menjadi intisari bagi kita mengerti Hukum Taurat bagi kehidupan orang Kristen. Maka hari ini kita sudah mempelajari tentang pendahuluan, mengapa Hukum Taurat penting? Karena memberikan instruksi bagi kita untuk boleh mengerti bagaimana harus hidup di dalam cara Tuhan. Tapi instruksi yang Tuhan berikan, ini Tuhan berikan dengan ancaman yang berat. Kalau baca Hukum Taurat, ngeri sendiri, yang gagal menjalankan Hukum Sabat, dilempar batu tanpa belas kasihan.
Tetapi hal yang mengherankan mengapa dalam Mazmur 119, pemazmur mengatakan “saya sangat rindu FirmanMu, saya sangat menyenangi apa yang Tuhan nyatakan dalam Firman”. Inilah yang menjadi prinsip yangharus kita ingat pada hari ini, ayat 9-6 dalam Mazmur 119. Ayat 9 mengatakan “dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakukannya bersih? dengan menjaga sesuai Firman”. Jadi Taurat Tuhan diberikan supaya kita tahu bagaimana harus hidup. Apa yang diperintahkan oleh Tuhan adalah instruktif, Tuhan tidak berikan perintah yang lembek, Tuhan berikan perintah yang harus ditaati. Mari kitabelajar taat kepada Tuhan dengan banyak cara. Cara pertama belajar mentaati semua peraturan yang ditujukan kepada kita, taati itu. Yang kedua, belajar otoritas perwakilan Tuhan di dunia, mimbar adalah otoritas Tuhan yang menjadi perwakilan Tuhan di dunia. Tuhan menyatakan “Aku adalah Allah yang akan menghukum tetapi Aku juga adalah Allah yang menyatakan hikmat, kebajikan dan pengampunan bagi kamu semua”. Dua kualitas ini ditunjukan dengan cara Tuhan memberikan peraturan dan cara Tuhan memberikan hukuman bagi yang melanggar peraturan. Jadi ada perintah yang sangat ketat dan ada hukuman kalau Saudara melanggar perintah itu. Tapi kalau Saudara sudah ditebus oleh Tuhan, semua hukuman Tuhan tidak lagi menjadi kutuk bagi Saudara. Tapi semua hukuman Tuhan adalah sebagai pendisiplin bagi Saudara untuk taat kepada Tuhan. Itu sebabnya bagi orang yang sudah ditebus, seluruh Taurat berguna sebagai instruksi, tetapi seluruh hukuman sekarang sudah ditimpakan kepada Kristus. Inilah fungsi dari Taurat sehingga kita boleh bertumbuh di dalam kerohanian melalui instruksi-instruksi dan pengajaran yang Tuhan sampaikan kepada kita.
- Surat Efesus
- 25 May 2013
Efesus 6
Tema Pertama Surat Korintus
Kita sampai kepada akhir dari seluruh kisah yang ditulis oleh Paulus kepada seluruh jemaat di Efesus. Setelah pada bagian-bagian sebelumnya disampaikan apa yang harus Gereja lakukan adalah berjalan, yakni berjalan dalam kesatuan, berjalan dalam kesucian, berjalan dalam kasih, berjalan dalam terang, berjalan dalam hikmat bijaksana, dan berjalan dalam ketaatan Maka hal terakhir yang Paulus sampaikan adalah sekarang berjalanlah dalam kesiapan perang. Ketika Paulus menyatakan ‘berjalan dalam perang’, ia tidak mengggunakan kata-kata ini di pasal-pasal sebelumnya. Terlihat dengan jelas bahwa Paulus ingin membereskan hal-hal internal lebih dahulu di dalam Gereja, di dalam keluarga Kristen, dan di dalam pribadi Kristen. Ia membereskan dulu mengenai kesatuan, kehidupan suci, saling mengasihi, hidup saling terbuka di dalam hikmat dan ketaatan. Itu tidak berarti harus semuanya beres dan sempurna, baru kita boleh berperang. Tidak seperti itu. Tapi Paulus ingin mengatakan bahwa kamu harus sadar bahwa hidupmu ada di medan perang, maka kesadaran itu membuat engkau mau tidak mau harus bertempur, dan membereskan hal-hal internal terlebih dahulu. Jika tidak dibereskan terlebih dahulu, kamu pasti kalah. Banyak orang mau melayani. Itu tidak salah dan itu memang menjadi panggilan kita untuk melayani. Tetapi ketika pelayanan itu ada pada kita, kita harus senantiasa mengukur pelayanan yang kita ambil itu dengan progress internal hidup kita dihadapan Allah dan manusia. Jika tidak seperti itu kita akan mudah dijatuhkan di depan. Ketika Kristus pertama kali memanggil murid-muridnya, Ia tidak mengatakan. “ Ayo, semua murid-murid, engkau akan kujadikan penjala manusia..”, tetapi Ia mengatakan, “ Petrus ikutlah Aku. Aku akan menjadikan engkau penjala manusia.” Ketika berbicara tentang ‘Ikutlah Aku’, itu adalah berbicara tentang pemuridan dan pembentukkan. Kita seringkali hanya ingin melayani, namun kita tidak ingin dibentuk. Kita ingin membereskan yang diluar tapi yang di dalamnya kita rapuh.Kita harus ingat bahwa dari doktrin ortodoksi menjadi ortopraksi. Dari yang internal menjadi sesuatu yg bersifat eksternal keluar. Jikalau ini terbalik maka kita akan mudah dijatuhkan musuh. Selanjutnya, di dalam ayat ke-10 hingga ke-20, ini berbicara mengenai peperangan. Tema ini adalah tema yg besar. Tema ini sendiri adalah tema yg disebutkan oleh Allah sendiri, oleh Bapa, di dalam kejadian pasal yg ke-3, ketika kejatuhan manusia di dalam dosa, kalimat Allah adalah kalimat nubuatan tentang perang. Jangan pernah berpikir ada kedamaian di tengah-tengah dunia. Setelah manusia jatuh ke dalam dosa, maka hal yang langsung mengikutinya adalah perang. “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya..” Ayat itu mau bicara mengenai gereja yang akan mengalami sesuatu yg menyakitkan dari peperangan ini tetapi tidak akan mematikan, sebaliknya gereja dibawah pimpinan Kristus akan menghancurkan iblis beserta seluruh pekerjaannya, tepat diatas kepalanya. Bahkan tema perang ini adalah tema yang mendominasi di dalam Alkitab. Kita harus mengerti bahwa akhir dari seluruh hidup kita akan diakhiri oleh kedatangan Yesus Kristus yang kedua kali bersama dengan puluhan ribu tentaranya, dan akan terjadi perang yang besar sebelum menutup daripada kiamat itu. Dan jika kita lihat ditengah-tengah itu, dari Yesus Kristus, Yohanes pembaptis, hingga seluruh rasul-rasul, mereka semua adalah orang yang berperang. Meskipun berbeda dengan perjanjian lama, karena perang di dalam perjanjian baru adalah perang secara rohani, tetapi tetap implikasinya adalah kematian secara fisik. Fox’s book of Martyrs mengatakan bahwa, “ Faith is life and death issue..” Iman menyangkut issue hidup dan mati. Ada peperangan yang sengit terjadi di dalamnya. Maka Paulus mengatakan bahwa Gereja harus tahu, Gereja harus kuat di dalam kuat kuasa-Nya, karena kita akan berjuang, akan ada peperangan melawan darah dan daging. Untuk apakah perang itu? Mengapa Gereja harus berperang? Kita lihat pada ayat yang ke-19, “juga untuk aku (kerinduan Paulus untuk didoakan), supaya kepadaku, jika aku membuka mulutku, dikaruniakan perkataan yang benar, agar dengan keberanian aku memberitakan rahasia Injil..”. Perang diperlukan untuk menyatakan ‘mystery of the gospel’.
Di dalam Pasal 3 ayat 3, misteri Injil ini diproklamirkan di depan penguasa kerajaan kegelapan. Misteri ini berkenaan tentang The Lordship of Christ. Itu adalah inti daripada Injil. Karena di dalam Kristus, di dalam penguasaan-Nya, kita dikuasai oleh Allah Tritunggal. Allah berkehendak untuk menaklukan kita dan menguasai kita di dalam Kristus. Maka jikalau kita mengerti hal ini, kita pun harus mengerti bahwa di dalam Kristus akan muncul 2 dari sifat injil. Sifat Injil yang pertama adalah Injil selalu bersifat eksklusif. Eksklusif adalah suatu kebenaran pada kelompok ini saja. Ini berarti yang diluar ini adalah sesuatu yg tidak benar. Injil secara proposisi dan definisi harus eksklusif karena Injil adalah kebenaran. Maka ketika berbicara tentang Injil, sampai akhirnya, ini adalah sesuatu yang sifatnya tidak mungkin bisa diduakan dan mau tidak mau hanya satu, ini saja. Sifat yang kedua daripada Injil adalah sifat perang, karena injil menentang kedaulatan manusia. Di dalam seluruh aspek dan kalimatnya, Yesus Kristus dan Firman Tuhan akan berusaha ‘menaklukan’ umat-Nya, karena sebenarnya Gereja adalah sekumpulan orang-orang yang mengikuti Yesus Kristus sebagai kepala, dan sebagai Kepala, Yesus Kristus sudah berkata “jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki..”. Jika itu adalah kalimat daripada pemimpin gereja, kepala, dan tuan kita maka seluruh gereja akan bersuara yang sama. “Thy will be done..” Kita tahu bahwa ini bukanlah hal yang mudah, kadang dengan air mata dan kegalauan, kadang dengan hati yang pedih, namun seseorang yang telah dilahirbarukan akan mengerti bahwa kita memiliki satu nilai tertinggi, yaitu Allah dan kehendak-Nya. Maka ketika seluruh murid Yesus bertanya, “ Apa yang harus kami doakan ? “ Yesus berkata, “ Bapa kami yang ada di surga, dimuliakanlah nama-Mu. Datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu, di atas bumi seperti di dalam surga. “ Datanglah pemerintahan-Mu. Pemerintahan Allah itu datang melalui kehendak Allah yang jadi. Yohanes 14:6 “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” Ini berarti segala sesuatu yg diluar Dia adalah kesesatan, kebohongan, dan kematian. Kita tidak bisa mengatakan, ‘banyak jalan menuju ke Roma’. Kita memilih Kristus atau tidak sama sekali. Sifat ini akan selalu menghasilkan perang. Kita juga harus bisa melihat, bahkan ketika saat teduh, ketika kita mendengarkan kotbah seperti ini atau kotbah hari minggu, jangan pikir itu kotbah biasa. Itu menuntut respon kita. Respon ketertundukan kepada Allah. Injil pada dasaranya, sifatnya adalah perang, tidak bisa tidak.
Pada Efesus 6:10-20, kita akan mendapatkan kunci bagaimana kita bisa menang dalam peperangan rohani ini, baik ketika kita sedang menampilkan diri sebagai orang Kristen atau ketika kita sedang berbicara secara verbal tentang Kristus. Maka kunci kemenangan perang, terdapat dalam tiga bagian besar disini. Pertama, Paulus menyatakan bahwa hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasanya. Setan akan berusaha untuk membuat apa saja agar kita bisa dijatuhkan oleh Dia. Maka hal yang pertama adalah kita harus bersandar sepenuhnya kepada Allah Tritunggal. Ayat-ayat ini, adalah ayat yang luar biasa penting karena Allah Tritunggal muncul bersama-sama, dan itu jarang. Mari lihat Pada ayat ke-10, ‘hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan..’ Itu berbicara mengenai Kristus. Pada ayat ke-11, ‘Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah’. Ini bicara mengenai Allah. Setiap kata ‘Allah’, kita menafsirkannya dengan Bapa. Lalu pada ayat ke-18, ‘dalam segala doa dan permohonan. Berdoalah setiap waktu di dalam Roh”. Roh Kudus muncul. Bapa, Anak, dan Roh Kudus, muncul di dalam satu perikop ini, Ini adalah kunci yang pertama. Bersandar kepada Allah Tirtuggal. Seberapa banyak dari kita yang sadar bahwa kita tidak bisa apa-apa dan kita tidak mampu? Ucapan berbahagia pada Kotbah di bukit dalam kitab Matius, diawali dengan, “ Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan sorga.” Itu bukan hanya kunci keselamatan, tetapi kunci kemenangan peperangan rohani. Seluruh peperangan di dalam Perjanjian Lama, itu adalah peperangannya Tuhan. Peperangan Tuhan itu berarti engkau, setiap nabi, harus bergantung sepenuhnya kepada Tuhan, bersandar kepada Tuhan. Sama halnya dengan disini. Bersandarlah kepada Allah Tirtunggal. Pada saat kita berkata ‘saya mampu’, disitu kejatuhan terjadi. Hal yang paling sederhana yang Tuhan bukakan kepada kita di dalam Yosua, adalah ketika ia menggempur kota Yerikho dan Ai. Yerikho adalah kota yang besar dan dikatakan tidak pernah terkalahkan, merupakan jajaran kota terkuat di Kanaan. Karena Tuhan memimpin dan Yosua mau kait terhadap cara dan rencana Allah, bukan kepada pikirannya sendiri, tetapi sungguh-sungguh sadar bahwa ia tidak mampu dengan kekuatannya sendiri, dan ketika disuru putar-putar ia mau taat, karena ini adalah peperangan Tuhan. Maka seluruh pasukan Israel bisa mengalahkan Yerikho. Namun ketika di Ai, Yosua pikir ia telah memiliki pengalaman, tidak perlu lagi bergantung keada Firman Allah, tidak perlu lagi bertanya dan mencari wajah Allah, untuk menggempur Ai. Ai artinya adalah reruntuhan, dan penduduk disana memiliki rasa minder. Nama kota nya saja sudah ‘reruntuhan’, tapi menghadapi sesuatu yang demikian kecil, tentara Allah tidak pernah menang. Terhadap tantangan dan dosa sekecil apapun, jangan pikir engkau bisa menang kecuali kita sepenuhnya bergantung kepada Allah Tritunggal. Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah dan jadilah kamu di dalam Tuhan, dan berdoalah setiap waktu di dalam Roh. Kunci menang perang, engkau harus bersandar sepenuhnya kepada Allah Tritunggal.
Kunci menang perang yang kedua adalah di dalam area ini secara khusus, dari ayat 11-18, maka Paulus menyatakan perlengkapan senjata Allah. Bukan satu, tetapi seluruh perlengkapan senjata Allah. The whole armor of God. Kita harus melihatnya satu persatu. Ayat 14, “ Jadi berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran dan berbaju zirahkan keadilan,” Berdiri tegap disini berarti memiliki kesiapan berperang. Setiap orang yang mau berperang harus sadar bahwa ini sedang di dalam peperangan. Salah satu masalah di dalam kekristenan adalah kita berpikir sekarang ini kita sedang berada di dalam liburan, sehingga akhirnya setan akan menjatuhkan kita dalam berbagai aspek. Kita itu jatuh dengan kerikil yang tajam, dengan hal-hal kecil yang kita tidak perhatikan, itu yang membuat kita jatuh.
Berikat pinggangkan kebenaran, Belt of truth. Apakah kita hidupnya sudah dibenarkan oleh Kristus? Apakah sungguh-sungguh kita mengalami justification itu? Apakah kebenaran itu ada didalam hidup kita? Kristus membenarkan kita. Apakah kita sungguh-sungguh mengalami apa yang Tuhan perbuat di dalam Kristus bagi kita?
Baju zirah keadilan. Dalam bahasa aslinya ‘Righteousness’, kebenaran. Keadilan dan kebenaran di dalam Alkitab biasanya membicarakan tentang kehidupan moral dan etika. Kita musti ingat bahwa kehidupan kita adalah kehidupan berperang. Setan akan menggunakan apa saja untuk menjatuhkan kita, termasuk dengan hal-hal remeh yang seringkali tidak kita perhatikan. Ketika kita masuk ke dalam Gereja, apakah kita memperhatikan bagaimana kita hidup? Musuh akan mengincar kita, memperhatikan kita diam-diam, membiarkan hal-hal moral etika yang tidak kita perhatikan menumpuk, hingga pada waktunya dimana ketika kita berada di dalam puncak pelayanan, itu akan dimunculkan oleh setan, maka jatuh dan hancurlah seluruh pelayanan kita.
Ayat 15, “kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera” Ini mengenai sepatu yang memiliki kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera. Apakah sungguh-sugguh hidup kita rela dipakai untuk memberitakan Injil? Berdoa kepada Tuhan, di mana Saudara harus tinggal, di mana harus bekerja. Mungkin Tuhan menginginkan Saudara pindah dari kota tempat anda tinggal atau perusahaan. Mengapa kita tidak mau pindah? Karena kita merasa nyaman disini. Kita tidak rela, dan kita tidak mau diutus oleh Tuhan. Banyak dari kita tidak melayani di tempat dimana Tuhan tidak tetapkan. Saudara harus mengambil suatu keputusan, berani berjalan ditempat yang Tuhan tuju. Ketika saya di Cape Town, ada satu kalimat yang begitu menusuk saya. Ada satu penginjil di depan 4200 misionaris lain yang nantinya kan kembali ke negara masing-masing, di situ kami sedang berdoa untuk negara-negara yang sulit dan menganiyaya kekristenan, lalu dia mengucapkan satu hal ini, “ Sebenarnya tidak ada satu tempat pun di dunia ini yang tertutup untuk Injil, yang ada sebenarnya adalah kita tidak rela untuk masuk. “
Itu kalimat yang sangat besar. Hal yang paling sederhana saja, seperti PI ke rumah sakit, itu hanya membutuhkan waktu yang sedikit, kita seringkali tidak rela untuk keluar sebentar dari rumah atau berhenti sebentar dari kesibukkan.
Ayat 16, “dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat. Perisai iman. Ini adalah suatu tameng yang besar dan menjadi perisai untuk mematahkan setiap panah api dari si jahat, segala tuduhan-tuduhan yang akan mematikan kita. Iman itu muncul dari pendengaran akan Firman. Ketika kita mendengarkan Firman, lalu Firman itu kita cerna, maka dengan sendirinya iman kita akan bertambah kuat. Saudara tak mungkin akan membentuk sebuah perisai iman tanpa membaca Firman. Bagaimana dengan pembacaan Firman saudara secara pribadi? Apakah ada pembacaan Firman Tuhan setiap hari yang terstruktur sehingga semakin hari iman Saudara akan semakin kuat? Saudara seringkali bertanya, ‘mengapa ya orang itu kuat? Kok orang itu dipakai Tuhan ya? Kok orang itu cinta Tuhan ya?’ Ketika saudara bertanya demikian, lihatlah apakah yang Saudara kerjakan dirumah setiap hari? Tidak ada anak emas di dalam kerajaan Allah. Yang ada, setiap dari kita diminta untuk bertumbuh. Ketika saudara melihat orang yang seperti itu, ingatlah kuncinya adalah bergumul bersama Allah di dalam Firman setiap hari.
Ayat 17, “dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah” Sekali lagi ini berbicara mengenai keselamatan. Keselamatan yang dari tangan Tuhan. Apa bedanya dengan belt of truth? Di dalam belt of truth, kita itu bertumbuh di dalam kebenaran Kristus, sedangkan ketopong kesalamatan adalah keselamatan yang kita terima di dalam Kristus.
Yang terakhir ada pedang roh, yaitu Firman Tuhan. Yesus pun ketika dicobai oleh setan, maka apa yang dilakukan oleh-Nya adalah Ia menyatakan Firman, Ia mengutip Firman, Ia menyatakan prinsip-prinsip Firman kepada setan. Berikatpinggangkan kebenaran, berbajuzirahkan keadilan, berkasutkan kerelaan, perisai iman, dan ketopong keselamatan. 5 perlengkapan senjata Allah ini adalah sifatnya defensif. Hanya satu perlengkapan yang sifatnya adalah ofensif, yaitu pedang roh, untuk menaklukan musuh, kita memerlukan Firman Allah. Untuk menghancurkan musuh kita perlu mengerti Firman Allah. Maka biarlah kita boleh memperdalam hidup kita dengan mengecap dan mengerti Firman itu. Firman itu menjadi makanan kita setiap hari. Kalau Firman itu tidak kuat, kita hanya bisa bertahan, tapi kita tidak mungkin maju di dalam peperangan rohani.
Kunci yang ketiga untuk menang di dalam peperangan rohani adalah mengenai 2 semangat yang harus kita punya. Kita melihatnya pada ayat 18-19. Semangat pertama yang harus kita punya adalah tekun. Bagaimana kita bisa belajar ketekunan adalah melalui berdoa. Salah satu hal yang kurang dalam generasi sekarang adalah sifat tekun. Seseorang mungkin pintar, tapi tidak tekun. Alkitab mengajarkan bagaimana kita bisa tekun, memiliki jiwa yang tekun, tekun iman, tekun hidup adalah mulai dengan belajar ketekunan di dalam doa. Dan tentu ini tidak berarti kita musti tekun dengan kekuatan sendiri, karena bagimanapun ini adalah pekerjaan Allah Tritunggal di dalam hidup kita, khususnya di dalam doa agar akhirnya kita bisa bertekun. Ketekunan itu penting, Alkitab mengatakan siapa yang bertahan sampai akhirnya, dia yang akan diselamatkan. Berarti yang diselamatkan adalah yg tekun. Apakah ini berarti kita jadi seperti Arminian? Berusaha untuk tekun supaya bisa selamat, berarti kita diselamatkan dengan pekerjaan kita sendiri. Itu adalah pengertian yang salah. Pengertian yang sesungguhnya adalah, jikalau kita adalah orang Kristen yang sejati, maka Roh Kudus akan bekerja dalam diri kita, Dia akan menumbuhkan hal-hal yang ada di dalam Firman Tuhan, dan Ia akan menghantar kita sampai tekun. Tetapi kita harus merespon untuk mau dididik tekun. Di dalam TULIP, T adalah Total Depravity, dan P adalah Perserverance of the saints. Kita lihat disini, berarti mulai dari sinner, hingga menjadi ‘saint‘ yang bertekun. Itu merupakan pekerjaan Allah Tritunggal. Allah Bapa-Unconditional Election, Allah Anak-Limited atonement, dan Allah Roh Kudus-Irresistible grace. Maka, jika kita bisa bertekun itu adalah pekerjaan Allah Tritunggal di dalam hidup kita, namun kita musti melatihnya, dan arena yang Tuhan pakai untuk kita berlatih adalah doa. Maka dari itu doa penting sekali. Calvin menyatakan bahwa doa yang terus menerus adalah latihan tertinggi dari iman. Hal yang kedua, di dalam tekun, ketekunan itu membuat kita menang. Di dalam peperangan ini atau di dalam perlombaan kristiani, prinsipnya adalah bukan siapa tercepat, tetapi siapa yang tekun sampai finish. Charles Spurgeon mengatakan, “ Karena anugerah Allah, maka siput itu sampai ke bahtera Nuh.” Pada ayat ke 19, Paulus pun mengingatkan ‘ jangan lupa berdoa untuk aku”, ini dimaksudkan agar kita juga tidak lupa untuk mendoakan hamba-hamba Tuhan. Paulus pun minta didoakan dengan tekun, karena paulus tahu ini adalah peperangan yang sengit. Semangat yang kedua ketika setiap umat Allah berperang adalah terus maju dan tidak boleh mundur. Ketika Paulus menuliskan ini dia sedang menggambarkan baju perang tentara Romawi. Ada helm, baju sirah, ikat pinggang, kasut, dan pedang. Seluruhnya itu perlengkapan untuk melindungi yang di depan, sedangkan yg di belakangnya dibiarkan kosong. Di belakang tidak ada perlengkapannya. Pemerintah Romawi ingin menekankan satu hal, bahwa ketika berperang engkau harus maju, tidak boleh mundur. Begitu mundur langsung mati. Sekali maju harus selesaikan, tidak boleh mundur. Allah menyatakan pada umatNya ‘engkau maju perang’, satu-satunya yg membuat kalah adalah ketika umatNya tersebut mundur sebelum perang selesai. Kita musti tekun, musti maju, tidak boleh mundur, ketika ini ada, maka Alkitab menyatakan kita lebih dari seorang pemenang. Pada ayat 13, dikatakan ‘Tetap berdiri’, bukan duduk. Ini berarti kita masih punya tenaga sisa. Perang terus-menerus akan membuat kita lelah dan lemas. Tetapi ini tidak, walaupun perang besar, tapi kita harus tetap berdiri, maka dikatakan kita akan lebih dari seorang pemenang.
Paulus mengakhiri kitab ini dengan mengajak kita menyadari bahwa engkau sudah ditebus, mendapatkan cosmic drama, perubahan dalam hidup, masuk dalam Gereja, harus berjalan dalam apa, dan harus sadar ini bukan zaman untuk damai, ini zaman untuk berperang. Bersiap-siaplah sebagai orang-orang yang berperang dihadapan Allah. Bertekunlah, maju terus sampai akhir. Karena kemenangan orang kristiani, bukan siapa tercepat, tetapi bagi siapa yang tekun sampai finish. Kita tidak dipanggil untuk harus menjadi pertama, tapi kita dipangil untuk meyelesaikan seluruh pertandingan kita. Dalam sebuah olimpiade di Barcelona beberapa tahun yang lalu, John Steven Acquary, ia adalah seorang atlet maraton dari Afrika. Di dalam perlombaan maraton itu ia terjatuh dan kakinya terluka dan berdarah, sehingga ia kesakitan dan harus terpincang-pincang. Namun ia tetap berusaha untuk menyelesaikan maraton tersebut hingga selesai. Ketika dia ditanya mengapa ia mau menyelasikan perlombaan tersebut, karena bisa saja dia untuk menyerah. Saat itu John Steven menjawab,“ Negaraku tidak mengirimku jauh-jauh 5000 mil untuk memulai pertandingan, tetapi negaraku mengutus aku untuk menyelasikan pertandingan ini.” Kita adalah orang-orang yang ditetapkan oleh Allah di dalam kekekalan, kita tidak diciptakan dan tidak dikirim jauh-jauh ke dunia ini untuk memulai pertandingan, tetapi kita dipimpin oleh Tuhan untuk menyelesaikannya. Bukan untuk menjadi yang tercepat, tapi yang bertekun hingga selesai. Kita harus sadar bahwa kita harus menggenapkan kehendak Allah sampai akhir, maka rencana keselamatan Allah di dalam kekekalan menjadi sesuatu yang nyata ditengah-tengah dunia, di dalam cosmic drama dan diselesaikan oleh kita di dalam ketekunan. Kiranya namaNya dipermuliakan di dalam hidup kita yang hanya satu kali saja ini.
- Surat Efesus
- 25 May 2013
Efesus 5
PA Efesus 5
Saudara-saudara ini adalah pertemuan yang kelima dan kita akan masuk di dalam Efesus pasal 5. Sebelum itu saya akan memberikan overview sekali lagi daripada Efesus bab yang pertama sampai keempat, sebelum kita masuk ke bab yang kelima. Mari kita lihat bab yang pertama terlebih dahulu pasal yang pertama.
Efesus itu ditulis oleh Paulus kepada jemaat di Efesus yang memiliki struktur penulisan seperti demikian. Paulus mau menyatakan mulai daripada suatu pekerjaan Allah Tritunggal di dalam kekekalan yang nanti dinyatakan di dalam sejarah lalu dibawa oleh gereja dan kemudian masuk di dalam individu. Efesus pasal 1 berbicara mengenai sesuatu pekerjaan Allah Tritunggal di dalam kekekalan, sesuatu sistem yang sifatnya adalah cosmic drama, dan tidak mungkin kita mengerti kalau bukan Tuhan yang menyatakanNya kepada kita dan apa yang Allah Tritunggal kerjakan dalam kekekalan adalah sesuatu yang sifatnya adalah berkat-berkat yang rohani. Di dalam Efesus kita akan mendapatkan penilaian berkat rohani itu adalah far beyond (jauh lebih besar), daripada berkat jasmani. Dan itu dikerjakan oleh Allah di dalam kekekalan bagi kita. Misalnya saja dia sudah menentukan kita dari semula untuk menjadi anak-anakNya, ditebus, diampuni dosanya, dan disatukan di dalam Kristus, dan bahkan dia melakukan kepada kita suatu pengharapan yang tidak mungkin akan mati, memberikan kepada kita sesuatu materai, jaminan bahwa keselamatan yang Dia kerjakan itu bagi kita, pilihannya itu tak mungkin gagal di dalam hidup kita. Semua itu sudah dikerjakan oleh Allah Tritunggal bagi kita di dalam kekekalan yang melampaui understanding. Kalau bukan Tuhan menyatakan rahasia kehendakNya kepada kita tak mungkin kita bisa mengerti apa yang Dia kerjakan di dalam hidup kita. Di dalam bab yang pertama, bicara mengenai comic drama apa yang menjadi pekerjaan daripada Allah Tritunggal kepada kita yang dikerjakan di dalam Kristus. Saudara harus tahu ini adalah satu kalimat yang agung “in Christ, di dalam Kristus”. Di dalam Kristus kita dipilih, ditentukan, dipanggil, dikuduskan, kita dibenarkan, ditebus, diampuni kita disertai sampai kekekalan. Semua berkat Allah yang diberikan di dalam kita adalah in Christ, di dalam Kristus, ini penting sekali, di dalam bahasa teologianya adalah union with Christ (kesatuan di dalam Kristus). Apart from Me you can do nothing. Yesus Kristus pernah mengatakan di luar Aku, engkau tidak dapat melakukan apapun. Di luar Aku engkau tak mungkin bisa berbuah, berubah, dikuduskan, bertahan. Semua kalimat-kalimat Yesus Kristus itu tersimpul daripada satu yaitu apart from me you can do nothing. Kalau Saudara mengerti cara pandang daripada Alkitab maka Saudara akan mengerti ini adalah suatu hal yang paling penting di dalam hidup kita union with Christ (kesatuan di dalam Kristus). Seluruh berkat Allah akan diberikan kepada kita di dalam Kristus. Seluruh pekerjaan-pekerjaan Allah akan terjadi di dalam hidup kita itu adalah di dalam Kristus.
Bab yang kedua, bicara berkenaan dengan realita sejarah yang bisa terlihat, bicara berkenaan dengan sesuatu perubahan di dalam diri seseorang, yang tadinya belum lahir baru sekarang menjadi lahir baru, Alkitab menggunakan kalimat tadinya adalah anak-anak durhaka sekarang adalah penurut, anak-anak terkasih di dalam Kristus. The son of disobidience menjadi the son of obidience. Realita sejarah yang sungguh-sungguh bisa dilihat. Bagaimana orang yang dahulunya itu mati karena mengikuti jalan dunia ini, metaati penguasa kerajaan angkasa dan menjadi orang-orang durhaka, sekarang karena rahmat yang kaya dan karena kasih Allah yang besar itu telah hidup. Kalau Saudara melihat daripada seseorang yang bertobat, ada perubahan. Seseorang Kristen adalah seseorang yang pertamanya ditandai dengan perubahan. Bab yang kedua bicara bagaimana apa yang tadinya itu tersembunyi sekarang dinyatakan di dalam sejarah. Itu adalah sesuatu perubahan karena adanya pilihan di dalam kekekalan. Adanya penentuan di dalam kekekalan. Ada pengudusan yang akan terjadi yang sudah direncanakan di dalam kekekalan. Orang Kristen jangan pernah berpikir secara fenomena, orang Kristen harus berpikir secara hakekat, noumena. Kalau Saudara bisa menjadi Kristen, berubah, sungguh-sungguh, dari dulu yang tidak suka Firman sekarang suka Firman, jangan pernah berpikir itu adalah sesuatu yang Saudara sendiri kerjakan. Kalau tidak ada daripada penentuan daripada Allah di dalam kekekalan, maka semua ini tak mungkin terjadi. Kalau Saudara mengerti ini maka akan mengerti ending daripada seluruh hidup kita itu adalah soli Deo gloria, kemuliaan hanya kepada Allah saja. Karena Allahlah yang merancangkannya bagi kita. Bahkan sebelum kita itu mengertinya.
Bab yang ketiga bicara berkenaan bahwa orang-orang yang berubah itu, itulah Church, itulah gereja Tuhan. Orang-orang yang mendapatkan cosmic drama itulah gereja Tuhan. Itu dikumpulan dan disatukan di dalam sebuah gereja, yang nantinya adalah orang-orang yang proclaim (memberitakan) pekerjaan Allah ini dari cosmic drama sampai sejarah dari penebusan, dari cosmic drama sampai kepada realitas sejarah daripada pekerjaan Allah Tritunggal. Proclaim, to preach. Ada satu bagian di daripada Efesus pasal yang ketiga adalah bicara berkenaan dengan to preach to the gentile, untuk menyatakan, berkhotbah kepada orang-orang Kafir, orang yang tidak mengenal Allah. The unsearchable richess of Christ. Kekayaan Kristus yang tidak terselami yang begitu luar biasa kaya tidak mungkin kita bisa pikirkan. Sebagai orang Kristen biarlah kita boleh bertumbuh. Berapa orang yang sungguh-sungguh bisa mengerti mengenai Injil in, Firman yang kita baca ini menyadarkan kepada kita mengenai pekerjaan Allah Tritunggal yang begitu kaya itu,yang tidak mungkin bisa kita peroleh kecuali Tuhan yang menganugerahkan. Tetapi setelah Dia memberikan anugerah, saya mau tanya, berapa banyak dari kita yang mengerti ini adalah anugerah yang luar biasa besar? Saudara tidak mungkin akan berlutut dan kemudian hati itu hancur berterima kasih kepada Tuhan. Saudara harus minta kepada Tuhan untuk boleh mengerti dan Efesus pasal 3 mengajarkan bahwa kita dapat memahami betapa lebarnya, panjangnya, tingginya, dalamnya kasih Kristus itu. Dapat mengenal kasih itu sekalipun Ia melampaui segala pengetahuan. Tanpa mengerti berkat Tuhan yang besar dalam hidup Saudara, tak mungkin bertumbuh di dalam mengasihi Tuhan. Anugerah Allah Tritunggal diberikan di dalam Kristus Yesus bagi kita. Anugerah yang tak terselami dan Alkitab mengatakan betapa panjangnya, lebarnya, tingginya, dalamnya itu. Berdoalah seperti Paulus berdoa, “Tuhan biarlah aku boleh mengenal daripada kekayaanMu, kasih setiamu, kebaikanmu, yang Kau berikan kepadaku.” Nikmatilah kebaikan Tuhan. Orang yang menerimanya akan dikumpulkan di dalam gereja dan memproklamasikan kepada dunia di hadapan setan mengenai adanya kekayaan yang tidak terjangkau di dalam Kristus Yesus bagi orang-orang kafir. Dan ketika kita berhadapan dengan dunia ini berhadapan dengan kuasa kegelapan mau tidak mau mereka itu akan melawan kita. Nanti Saudara akan lihat ujung daripada Efesus pasal 6 adalah berbicara mengenai peperangan rohani dan untuk itulah Paulus mengkhotbahkan daripada kekayaan Kristus, rahasia kekayaan Kristus kepada gentile kepada kafir itu. Efesus pasal 3 mengatakan Paulus adalah orang yang dipenjarakan karena Kristus untuk kamu orang-orang yang tidak mengenal Allah. Ada satu dignity sesuatu kehormatan bagi kita kita adalah orang-orang yang mendapatkan unsearchable richness of Christ.
Bab yang keempat bicara berkenaan dengan manifestasi daripada Identitas kita sebagai orang yang sudah menerima anugerah Tuhan. Paulus menyatakan suatu panggilan untuk berjalan sesuai dengan identitas. Maka perhatikan baik-baik, di sini pasal yang keempat, pasal pertama, kedua, ketiga, adalah berbicara mengenai orthodoxy. Doxy itu adalah doktrin, ortho itu adalah sesuatu yang ortodoks. Sesuatu yang benar. Pasal pertama, pasal kedua, pasal ketiga, orthodxy. Sekarang pasal keempat, pasal kelima, pasal keenam sekarang orthopraxy. Orthopraxy itu berarti engkau sekarang harus berlaku yang benar. Kalau engkau memiliki satu doktrin yang benar, engkau sekarang memiliki kelakuan yang benar. Orang reformed adalah orang yang menekankan doktrin dan doktrin itu tidak akan menjadi sesuatu yang menyelamatkan kita sebelum doktrin itu menjadi sesuatu yang kita aplikasikan. Sebaliknya kalau berbicara mengenai aku mau yang praktis-praktis saja, itu tidak mungkin. Karena tidak ada aplikasi yang tidak ditarik dari doktrin.
Pasal keempat ayat 1-16 itu adalah walk in unity (berjalanlah di dalam kesatuan gereja). Gereja adalah orang-orang yang mendapatkan kekayaan Kristus yang tidak teraih itu. Berjalanlah di dalam kesatuan. Itu ayat 1-16. Pasal 17-32 adalah berjalanlah di dalam kesucian (holliness). Sekarang pasal 5:1-8A itu adalah berjalanlah di dalam kasih. Ketika berbicara berkenaan dengan kasih, itu adalah sesuatu sifat yang dimunculkan dari kita kepada orang lain. Sehingga Saudara lihat bagaimana ayat 2-7 bicara berkenaan dengan orang lain. Kamu jangan cemar, jangan berbicara kotor, jangan bersundal, jangan berbicara yang hampa karena itu semuanya sama seperti orang lain. Dan ini adalah bicara mengenai etika Kristen tetapi intinya adalah love. Orang yang sudah dilahirbarukan, adalah orang yang di dalam hatinya ada modal dan modal itu adalah Yesus yang telah mengasihi aku, yang telah menyerahkan diriNya untuk kita. Kalau Kristus itu mati bagi kita dan kasihNya itu kita bisa kenal, bukan dimengerti saja, tapi dialami, maka baru kita bisa mengasihi orang lain, baru kita bisa memberikan diri kepada orang lain. Yesus Kristus mengatakan biarlah engkau boleh bertekun, mencari, mengetuk, mintalah Roh Kudus kepada Bapamu dan Bapamu itu akan memberikannya. Apa sih meminta Roh Kudus itu? Bukankah kita semua orang yang sudah memiliki Roh Kudus. Bagaimana mungkin kita perlu meminta Roh Kudus? Dan tak mungkin orang bisa tekun kalau tidak ada Roh Kudus di dalamnya. Bagaimana mungkin orang bisa meminta Roh Kudus kalau tidak ada Roh Kudus di dalamnya? Maka setelah saya coba gumulkan-gumulkan dan saya coba liat commentary, maka orang-orang Puritan itu mengatakan, ketika Yesus bicara minta Roh Kudus adalah mintalah pengenalan, pengalaman-pengalaman hidup, pengalaman dengan Roh Kudus. Orang reformed itu sebenarnya bukan orang yang kering. Orang reformed itu adalah orang yang tenggelam bersama pengalaman-pengalaman dengan Allah. Kita mungkin selama ini mengerti secara subjektif Allah itu baik, Allah itu suci, Allah itu murah hati, Allah itu kasih. Saya mau tanya, apakah Saudara memiliki pengalaman subjektif untuk hal itu? Seluruh kekristenan harus mencangkup dua hal ini, objektif dan subjektif. Jikalau itu objektif maka Saudara akan melihat sesuatu itu ada di luar Saudara. Saudara mengerti tapi tidak pernah mengalami. Tapi kalau seperti orang kharismatik, tidak pedulikan objektif hanya pikirkan subjektif, maka menjadi sesuatu yang self centre tapi Saudara tidak bisa menguji apakah pengalaman itu adalah suatu kebenaran atau kesesatan. Tetapi Alkitab mengajarkan ada hal-hal yang sifatnya subjektif yang harus didukung oleh objektif dan yang objektif itu harus ada pengalamannya. Saudara mintalah itu. Apakah sungguh-sungguh Saudara mengerti dan mengalami kasih Kristus itu? Kapan terakhir Saudara berlutut di hadapan Tuhan sendiri, di kamar Saudara, di tempat yang sendiri itu? Lalu mungkin tertunduk sampai ke tanah tidak ada kata yang bisa diucapkan. Kecuali cuma air mata menikmati Allah yang mengasihi kita. Alkitab menyatakan maka hiduplah di dalam kasih. Bagaimana Tuhan aku bisa mengasihi? Karena Kristus sudah mengasihi engkau. Kalau Saudara tidak bisa mengasihi itu karena bukan hal yang lain tetapi karena kita tidak punya pengenalan dan pengalaman bersama dengan kasih Kristus itu. Salah satu hal yang sulit sebenarnya adalah mengkhotbahkan mengenai cinta kasih. Suatu hari saya itu kesulitan sekali untuk mengerti mendefinisikan mengenai love. Agape love (kasih). Kalau boleh ditanya coba definisikan kasih itu apa? Maka saya tidak mendapatkan definisi apa saja di dalam Alkitab kecuali satu definisi. God is love. Maka ketika saya mau menuliskan mengenai love saya tidak punya kata apapun saja karena begitu panjang begitu besarnya kata ini. Sampai kemudian saya menemukan 1 Korintus 13 mengenai definisi love. Kasih itu sabar, kasih itu murah hati, kasih itu tidak berkesudahan, kasih itu menutupi segala dosa. Saya baru menyadari bahwa itu bukanlah definisi. Itu adalah sebuah penjelasan. Itu adalah detail. Itu penjabaran mengenai kasih dan saya mulai menyadari sangat mungkin Paulus sedang tidak menggambarkan mengenai tulisan akademis, Paulus sedang mengingat-ingat siapa Kristus. Mulai sejak Kristus itu di Betlehem sampai besar, sampai kemudian Dia berjalan sebagai tukang kayu, dan kemudian Dia mengajar, dan kemudian Dia difitnah, disalah mengerti, dipaku di atas kayu salib, dimahkotai duri, mengucapkan kalimat-kalimat yang agung di salib itu, tujuh kalimat di salib itu. Maka Paulus menuliskan dan dengan hati yang remuk dia menuliskan segala sesuatu mengenai kasih itu karena itu adalah Kristus sendiri. Saudara-saudara mintalah anugerah Tuhan untuk menyatakan siapa Kristus itu. Melihat kemuliaan Kristus barulah kita melihat dan mengerti kasih itu apa. Dan ketika kita menemukan kasih, kita akan melihat kalimat yang sama tapi berbeda dengan dunia. Kalau dunia itu bilang aku cinta kamu, itu bahaya sekali. Kalau Kristen bicara aku cinta kamu, itu adalah self sacrifice. Itu adalah selfgiving love, diri yang dikorbankan, direndahkan, diberikan untuk orang agar orang yang diberikan kasih tersebut menjadi sempurna. Kristus ketika bicara berkenaan dengan love, Dia adalah Allah yang mengosongkan diri, memberikan cintanya untuk kita itu bisa disempurnakan, bisa diterima, bisa disucikan. Maka kalau kita mengerti itu gak ada lagi perkataan kotor, yang kosong, yang sembrono, keinginan-keinginan yang tidak beres. Saya akan jelaskan sesuatu berkenaan dengan uncleaness (segala sesuatu yang tidak bersih, tidak beres). Saudara perhatikan kata-kata kotor, kata-kata yang mengejek, kata-kata yang menyudutkan seseorang, gerak tubuh (gestures) yang menghina atau yang kotor itu tak pernah boleh dilakukan oleh orang Kristen yang mendapatkan kekayaan yang tidak terselami di dalam Kristus. Hiduplah sebagai anak-anak terang. Hiduplah sebagai anak-anak yang mengerti identitas. Dari doktrin menjadi sesuatu yang praktikal.
Bagian yang kedua, adalah ayat 8B-14. Ini bicara berkenaan berjalanlah (walk in light) dalam terang. Bagian pertama adalah bicara berkenaan walk in love, yang kedua adalah walk in light. Ini adalah bicara berkenaan dengan terang. Dan penekanan di dalam area ini adalah purity. Hidup Kristiani adalah hidup yang terbuka di hadapan Allah dan di hadapan sesama manusia. Apakah sungguh-sungguh perkataan, pikiran kita, perenungan hati kita, keputusan-keputusan kita, tindakan-tindakan kita, benda-benda yang kita itu koleksi di rumah, adalah segala sesuatu itu berani terbuka di hadapan Allah dan di hadapan manusia? Ada suami-suami yang punya pikiran sendiri dan punya rencana sendiri yang tidak mau diketahui oleh istrinya. Ada istri-istri yang memiliki barang-barang sendiri yang tidak mau diketahui oleh suaminya. Ada suami istri yang memiliki simpanan sendiri yang tidak boleh diketahui anak-anaknya atau orang lain apalagi. Terbukalah di hadapan Allah dan di hadapan manusia. Apakah Saudara punya sms, berani untuk dibaca orang? Saudara dengan alasan privasi Saudara marah sama orang lain padahal Saudara menyembunyikan sesuatu motif tersendiri, rencana tersendiri, relation-relation yang sebenernya mungkin sangat najis. Kalau Saudara sungguh-sungguh lahir baru gak ada yang takut, gak ada yang ditakuti. Jadi orang itu adalah persis seperti gelas. Tembus semuanya. Alkitab mengatakan bahwa telanjangilah segala sesuatu itu dengan terang. Ini kalimat yang vulgar. Kalau Saudara adalah orang Kristen yang sejati, nyatakan itu seturut dengan identitas, calling, panggilan, sudah menerima Allah Tritunggal di dalam pekerjaan Yesus Kristus, Saudara harus berani ditelanjangi, harus berani dibongkar, harus berani tidak ada satu pun yang dipertahankan sebagai sesuatu yang sifatnya privasi. Di hadapan Allah dan di hadapan sesama biarlah kita boleh hidup di dalam terang.
Hal yang lain ayat 15-21, Paulus menegaskan di sini adalah berjalanlah di dalam kebijaksanaan (walk in wise, walk in wisdom). Apa itu bijaksana? Maka di sini dikatakan adalah mengerti kehendak Allah. Saudara-saudara bagaimana Saudara-saudara bisa mengerti kehendak Allah selain daripada FirmanNya? Orang yang mendalami Firman (bukan akademisi Firman) adalah orang yang mau untuk merenungkannya setiap hari, mencintai, seperti yang tadi saya katakan, pasal pertama daripada Mazmur adalah orang yang bijaksana. Orang yang diberikan anugerah oleh Tuhan mengerti pikirannya Tuhan, mengerti cara kerja Tuhan, mengerti isi hati Tuhan, mengerti pribadi Allah, mengalami Allah secara pribadi. Bijaksana lain dengan kepandaian. Kepandaian Saudara bisa cari, tempatnya universitas sampai s2 sampai s3 di Amerika Saudara akan jadi lebih pandai dari orang lain tapi tidak lebih bijaksana. Alkitab mengatakan fear of the Lord is the beginning of knowledge. Fear of the Lord is the beginning of wisdom. Takut akan Allah adalah permulaan daripada bijaksana itu. Orang yang takut akan Allah adalah orang yang merenungkan Firman. Orang yang takut akan Allah adalah orang yang menyadari bahwa hal yang paling hormat dalam hidupnya adalah Allah dan FirmanNya. Calvin menyatakan tidak ada yang lebih tinggi daripada Allah dan FirmanNya. Hiduplah di dalam kebijaksaan dan perhatikan dengan seksama atau dikatakan perhatikan langkahmu. Berjalanlah tidak seperti orang yang tidak bijak tetapi sebagai orang yang bijak. Kemudian dia menggabungkan di sini hal yang sama ada dalam Mazmur pasal 90, dia menggabungkan ayat 16, pergunakan waktu yang ada, making the best use of time. Maka ini digabungkan antara bijaksana dengan waktu. Bijaksana dikaitkan dengan kehendak Allah, bijaksana dikaitkan dengan waktu. Ayat 18 mengatakan janganlah kamu mabuk oleh anggur oleh karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tapi hendaknya kamu penuh dengan Roh bijaksana yang memiliki fear of the Lord. Orang yang menggabungkan antara bijaksana dengan kehendak Allah adalah orang yang berjalan di dalam Roh atau orang yang penuh dengan Roh. Setiap orang Kristen harus minta dipenuhi oleh Roh Kudus. Kita tidak seperti orang kharismatik, orang kharismatik mengatakan you sudah ada Roh Kudus belum? Orang reformed harus mengatakan sudah karena ketika kita terima Yesus Kristus itu kita terima Roh Kudus, tapi dipenuhi oleh Roh itu dua hal yang berbeda dengan menerima Roh. Alkitab di dalam Kisah Para Rasul, kita akan menemukan beberapa kali para Rasul dipenuhi oleh Roh. Inti dari orang yang dipenuhi Roh itu adalah orang ini makin lama menjadi orang yang makin mengerti Firman. Berjalan di dalam Firman, berjalan di dalam Roh itu, adalah orang yang bijaksana. Kebijaksanaan digabungkan dengan kehendak Allah digabungkan dengan Firman dan digabungkan dengan aplikasi di dalam waktu. Making the best use of time.
Dan kemudian kita sekarang lihat bagian terakhir. Bagian terakhir adalah pasal 5:21 sampai pasal 6:9 dan Saudara perhatikan baik-baik di situ maka ada 3 relasi yang merupakan inti daripada semua masyarakat. Dan tiga relasi yang merupakan inti daripada masyarakat adalah yang pertama adalah bicara mengenai suami istri, yang kedua adalah orang tua anak, yang ketiga adalah tuan dan hamba. Berjalanlah di dalam ketertundukan, berjalanlah di dalam ordo. Allah menciptakan manusia di dalam sebuah tatanan ordo. Allah menciptakan manusia dan manusia yang diciptakan itu apakah semuanya sama? Jawabannya adalah ada kesetaraan tetapi ada ordo. Ordo dan kesetaraan in harus dipertahankan. Saudara perhatikan bagaimana Allah Tritunggal bekerja di tengah-tengah dunia. Allah Tritunggal bekerja di tengah-tengah dunia. Apakah Allah Tritunggal itu setara? Jawabannya adalah ya setara. Bapa tidak lebih tinggi daripada Anak tidak lebih tinggi daripada Roh Kudus, tetapi ada ordo. Alkitab menyatakannya di tengah pelayanannya di tengah dunia, Allah Bapa mengutus Allah Anak dan Allah Bapa dan Allah Anak mengutus Allah Roh Kudus. Ini bicara mengenai ordo. Saudara lihat di dalam pelayanaNya di dunia di dalam pasal 14 Yohanes mengatakan bahwa Roh Kudus itu tidak akan memuliakan diriNya sendiri. Roh Kudus akan memuliakan Anak, Roh Kudus akan mengingatkan jemaat mengenai Firman yang sudah dikatakan oleh Kristus. Dia akan mempermuliakan Kristus. Sebaliknya Kristus mengatakan Aku memiliki suatu pekerjaan yaitu menggenapi rencana Allah Bapa supaya Allah Bapa dipermuliakan. Sesuatu yang sungguh indah di dalam kesetaraan ini. Roh Kudus bekerja untuk mempermuliakan Kristus, Kristus bekerja untuk mempermuliakan Allah Bapa. Tapi apakah mereka satu dengan yang lainnya itu adalah tidak setara? Jawabannya tidak. Mereka setara tapi Mereka berada di dalam ordo ketika mereka melayani. Demikian juga Saudara dan saya itu diciptakan di dalam tatanan ini. Ordo dan kesetaraan. Maka dalam Efesus ini Paulus menegaskan karena itu engkau harus pelihara di dalam engkau baik hubungan suami istri, orang tua anak, dan di dalam pekerjaanmu. Kalau itu jebol, itu hancur, you harus ingat tatanan seluruh Gereja itu hancur, tatanan seluruh society akan hancur. Berdasarkan pelayanan konseling yang saya dan istri saya layani, 99% atau boleh dikatakan 95% daripada kasus pernikahan adalah suami tidak mengasihi istri dan atau istri tidak mau taat kepada suami. Dan kalau itu sudah terjadi, akan seperti gulungan salju yang makin lama makin membesar seperti benang ruwet yang makin lama makin menggulung gak ada ujungnya, lalu kemudian hancur. Saudara-saudara biarlah kita tidak menipu diri. Apakah Saudara mau taat Tuhan? Jawabannya adalah ya, pasti dong, siapa berani bilang tidak taat sama Tuhan. Tuhan itu menciptakan dan bekerja melalui dunia ini dan ketaatan kepada Tuhan itu diberikan melalui ketaatan kepada tatanan (ordo). Suami engkau harus taat kepada Kristus, dan sekarang isteri engkau harus taat kepada suamimu, dan anak-anak engkau harus taat kepada orang tua, dan hamba-hamba engkau harus taat kepada tuanmu. Saudara-saudara di tempat yang lain biarlah engkau menghargai daripada orang-orang yang bekerja siang malam mengawasi kawanan daripada jemaat itu, itu berarti hamba Tuhan. Di tempat yang lain biarlah engkau boleh taat kepada pemerintah yang menyandang pedang. Jikalau ordo ini tidak dihormati sebenarnya kita ini sedang tidak menghormati Allah. Sebenarnya Manusia itu tidak ingin saling submissive, saling menghargai, saling tunduk satu dengan yang lain. Saudara, kalau orang tidak diikat di dalam pernikahan yang ada urusannya dengan struktur kemasyarakatan, mungkin dari dulu cerai. Karena apa? Karena sebenernya kita tidak mau untuk taat. Maka sekali lagi ini adalah bicara mengenai ordo. Paulus menyatakan kalau engkau adalah orang-orang yang sudah diberikan anugerah yang tidak terselami di dalam Kristus, engkau harus berjalan di dalam ketaatan ordo.
Efesus 5:31-33. Ada sesuatu yang Paulus itu susupkan di dalamnya dan di dalam pasal yang ke 5 ini Paulus mengulang apa yang ada di pasal 1, pasal 2, dan 3, dan 4 dan itu adalah bicara mengenai Gereja / ecclesiology. Kalau kita perhatikan ayat 32 maka kita akan menjumpai ayat yang aneh. Kenapa ini ayat yang aneh? Karena dari 22-33 semuanya bicara suami istri, tiba-tiba disisipkan oleh Paulus ketika dia bicara mengenai suami istri, tiba-tiba dia menyangkutkannya dengan hubungan Kristus dan jemaat. Teology of marriage dibawa kepada ecclesiology (doktrin gereja). Kalau Saudara mengerti bagaimana relasi suami istri yang baik, Saudara mengerti bagaimana suami mengasihi istri dan istri taat kepada suami? Maka Saudara mengerti melayani di Gereja itu seperti apa. Itulah sebabnya Paulus pernah mengatakan, aku mau orang yang melayani di Gereja dia itu menjadi kepala rumah tangga dari istri dan anak-anaknya, satu orang yang bisa dihormati dalam keluarganya. Kalau orang tidak bisa melayani di dalam keluarganya, dia tidak mengerti relasi suami dan istri, dan orang tua anak yang baik yang sehat, seperti yang Tuhan inginkan, jangan bicara mengenai Gereja. Banyak orang melayani di gereja tetapi keluarganya tidak karu-karuan. Keluarga ada itu adalah untuk pekerjaan Tuhan, bukan untuk keluarga itu sendiri. Maka ini adalah sesuatu yang penting. Ini bicara mengenai relasi ini, berati ada empat relasi. Pertama suami-istri, kedua orang tua-anak, ketiga tuan-hamba, keempat adalah gereja dan Kristus. Gereja harus mengerti Kepala Gereja kita adalah Kristus di mana Dia harus kita taati. Ini sebenernya adalah pasal yang 5:1-6:9 adalah sesuatu yang mudah, Saudara baca saja Saudara mengerti, bisa langsung aplikasikan.Tetapi saya sekali lagi mau mengingatkan berjalan di dalam unity (kesatuan), berjalan di dalam kesucian, berjalan di dalam kasih, berjalan di dalam terang, berjalan di dalam bijaksana, dan berjalan di dalam obidience (ketaatan satu dengan yang lain). Mari kita berdoa.
- Surat Efesus
- 25 May 2013
Efesus 4
PA Efesus 4
Pada pasal 4 Paulus mengarahakan pembahasannya dari Gereja kepada individu. Di sini Saudara harus memperhatikan alur yang Paulus berikan, mulai dari kairos yaitu pekerjaan Allah Tritunggal di dalam kekekalan menjadi sesuatu pekerjaan yang nyata di dalam sejarah yang dinyatakan di dalam Gereja dan sekarang masuk ke dalam setiap individu. Dalam pasal 4 & 5, Saudara akan menyadari bahwa Theology sekarang menjadi aplikasi. Truth menjadi obedience, orthodoxy menjadi orthopraxy. Kenyataan yang kekal menjadi kehidupan sehari-hari dalam jemaat. Tidak ada aktivitas kita di dalam dunia ini yang bukan merupakan respon kepada pekerjaan Allah di dalam kekekalan. Seluruh daripada respon kristiani di dalam kehidupan sehari-hari, semua itu sebenarnya adalah respon kepada pekerjaan Allah Tritunggal di dalam kekekalan. Di dalam ayat pertama dikatakan bahwa Paulus menasehatkan, di dalam bahasa aslinya adalah mendesak. Di sini Paulus ini mendesak agar jemaat Efesus dapat berjalan sesuai dengan identitas dan panggilan. Setiap kita harus berjalan berpadanan dengan panggilan dan identitas kita. Hidup sesuai dengan identitas orang-orang yang di sekitar kita yang sudah mengalami pekerjaan Allah Tritunggal. Maka kita harus mengerti di dalam area ini, bahwa dosa membawa kepada kita suatu efek yaitu disintegrate atau perpecahan. Apa yang kita tampilkan di luar berbeda dengan apa yang ada di dalam. Apa yang kita kerjakan seringkali berbeda dengan tujuan dari diri kita diciptakan. Apa yang menjadi tujuan hidup kita berbeda sekali dengan apa yang menjadi maksud Allah. Dalam Yesaya 6, Saudara akan mendapatkan kisah pemanggilan Yesaya. Di saat Yesaya berjumpa dengan Allah, ia mengatakan bahwa dirinya celaka karena ia najis, padahal kalau kita selidiki Yesaya adalah orang yang paling suci pada zamannya. Begitu juga dengan nabi yang paling tidak taat yaitu Yunus, padahal nama Yunus berarti adalah burung merpati yang merupakan binatang yang sangat taat. Dan ini mau mengatakan bahwa orang yang penurut pun waktu berjumpa dengan kehendak Tuhan akan setengah mati, ia akan lari. Yesaya pun bereaksi serupa di mana ia yang adalah orang paling suci pada zamannya, sewaktu berjumpa Allah berkata “celakalah aku”. Kata celaka disini seperti sebuah gelas yang jatuh dan pecah hingga berkeping-keping ke segala arah atau disintegrate. Paulus ingin menyatakan bahwa kita sudah memiliki Kristus, pekerjaan yang besar yang dilakukan Allah Tritunggal ada di dalam hidup kita. Maka kita harus berjalan berpadanan dengan hal tersebut, jangan lagi hidup terpecah tetapi berjalan sesuai identitas. Identitas kita apa? Identitas kita adalah seorang yang sudah diberi hikmat Allah yang besar itu, yang tersembunyi berabad-abad sebelumnya dan sekarang terjadi di dalam hidup kita. Bukan hanya sekedar kita diberi tetapi pekerjaan Allah Tritunggal ini terus bekerja di dalam hidup kita hingga akhir zaman. Banyak orang Kristen yang gagal dalam area ini. Ini adalah suatu progressive sanctification. Jadi pekerjaan Allah Tritunggal di dalam keselamatan adalah justification. Tetapi respon kita adalah progressive sanctification yaitu hidup dalam ketaatan dan banyak orang Kristen yang gagal dalam area ini karena mereka tidak mau taat. Dan kalau kita tidak taat, maka dunia akan mempermalukan Allah karena mereka melihat kita bobrok. Banyak orang itu tidak berjalan sesuai dengan panggilannya. Banyak orang itu munafik, penipu, bahkan hamba Tuhan pun banyak yang demikian. Kita harus membereskan hal ini. Dalam Efesus pasal 4, Tuhan menghendaki agar kita meminta kepada-Nya, kemauan dan kemampuan untuk menjalan hidup sesuai dengan apa yang kita telah peroleh dari Dia. Banyak orang Kristen itu penipu dan akhirnya menyebabkan orang yang belum percaya sulit untuk bertemu dengan Kristus.
Di dalam pasal 4 ayat pertama sampai pasal 6 ayat 20, maka kita akan menemukan 7 panggilan atau hal yang harus kita jalani dalam panggilan hidup kita ketujuh hal ini adalah:
1. (Efesus 4:1-16) Paulus mengatakan “Berjalanlah di dalam kesatuan”, walk in unity.
2. (Efesus 4:17-32) “Berjalanlah dalam kesucian”, walk in holiness.
3. (Efesus 5: 1-8A) “Berjalanlah dalam kasih”, walk in love.
4. (Efesus 5: 8b-14) “Berjalanlah dalam terang”, walk in light.
5. (Efesus 5: 15-21) “Berjalanlah dalam kebijaksanaan”, walk in wisdom.
6. (Efesus 5: 22 – 6:9) “Berjalanlah dalam ketaatan”, walk in obedience.
7. (Efesus 6: 10-20) “Berjalanlah dalam kesiapan”, walk in readiness.
Itu adalah 7 hal yang Paulus katakan. Untuk saat ini kita akan membahas 2 hal saja di dalam pasal 4. Pasal 4 itu terbagi menjadi 2 yaitu ayat 1-16 dan ayat 17-32 yaitu mengenai hidup di dalam kesatuan dan hidup di dalam kesucian.
Bagian pertama. Di dalam ayat ke-2-17, Paulus menyatakan untuk hiduplah berpadanan dengan panggilanmu. Di sini Paulus berbicara kepada seluruh jemaat Efesus untuk hidup saling mengasihi, hidup dengan lemah lembut, saling membantu. Paulus menggunakan kalimat-kalimat yang bagi kita umum semua tetapi bagi kita ini adalah panggilan pertama untuk kita berjalan sesuai dengan panggilan. Paulus meminta jemaat Efesus untuk memelihara kesatuan jemaat local. Gereja yang mulia itu selalu jatuh dalam 2 kesalahan besar. Pertama adalah tidak berani menyatakan kebenaran, yang penting fellowship. Kedua adalah tidak memelihara kasih dan kesatuan yang ada. Paulus menyatakan dalam point ini mengenai kebenaran dan Paulus mendesak kita untuk bersatu. Kenapa Paulus meminta kita memelihara kesatuan? Di sini ada 2 hal utama. Pertama, karena dengan memelihara kesatuan kita menghormati pekerjaan Allah Tritunggal. Di dalam ayat ke-3, kita diminta bukan untuk membuat persatuan tetapi kita diminta untuk memelihara persatuan yang sudah dibuat oleh Allah. Kesatuan adalah anuegerah dari Allah untuk GerejaNya. Dari ayat 4-6, dituliskan setidaknya adalah 7 kata mengenai one atau kesatuan. Dan 7 melambangkan angka kesempurnaan dan itu artinya Allah Trintunggal sudah mengerja dengan sempurna atau lengkap kesatuan di dalam gereja atau umat-Nya. Sehingga kita harus memeliharanya dengan hati kita yang sungguh-sungguh. Kesatuan gereja adalah sesuatu yang sulit sekali. Kita mudah sekali masuk di dalam perpecahan Gereja bahkan dalam Gereja Reformed sekalipun demi nama kebenaran atau prinsip yang kita pegang, tetapi sebenarnya yang kita pegang itu bukan kebenaran atau prinsipnya tetapi ego atau ambisi kita. Dan sebenarnya itu sangat mendukakan hati Allah. Masalahnya adalah karakter atau ego kita yang ditonjolkan di depan dan atas nama kebenaran kita mendiskreditkan orang lain, dan mempertahankan pendirian kita yang sebenarnya bukan doktrin dasar. Dan itulah yang akan memecah semua gereja perlahan-lahan. Sebaliknya kalau kita melihat ayat ke-3, mengatakan kita harus “making every effort”, berarti kita harus berusaha sebisa kita untuk memelihara kesatuan. Ayat ke-7 berbicara mengenai penjelasan dari Paulus bahwa kita harus memelihara persatuan dengan ikatan damai sejahtera meskipun kita memiliki anugerah, kedudukan dan karunia yang berbeda-beda. Karena semuanya itu disatukan di dalam Kristus. Kristus adalah segala-galanya dari Gereja Tuhan yang berinkarnasi bahkan hingga mati di atas kayu salib. Ini adalah berbicara mengenai penurunan Kristus dan sekarang Ia ditahtakan. Dan ini berkatian dengan persatuan di dalam Roh sehingga kita diajarkan untuk mengenal cara kerja Kristus. Belajar mengenal jalan Kristus. Dan cara kerja ini adalah cara kerja dimana diri dikosongkan hingga seluruh kehendak Allah jadi dan baru setelah itu ditinggikan. Waktu kita berbicara bahwa kita pengikut Kristus, sebenarnya kita berbicara apa sih? Di sini kita harus berhati-hati karen mengikut Kristus berbeda dengan bidaya kristiani seperti memakai kalung salib, dll. Menjadi pengikut Kristus berarti mengikuti jalan Kristus yang adalah sangkal diri, pikul salib dan ikut Kristus yang tidak lain adalah direndahkan, dikosongkan sampai seluruh kehendak Allah jadi. Kita seringkali mau diperintah untuk berbuat apapun saja kecuali diri kita dijadikan tidak berarti. Kita mungkin mau melakukan segala sesuatu yang penuh dengan pengorbanan tetapi ujungnya adalah self-actualization. Suatu keinginan untuk mendapatkan suatu greatness dalam diri, dan orang berlomba-lomba untuk mengejar akan hal ini. Dan dalam hal ini sama sekali tidak ada spirit daripada kerendahan hati ataupun kelembutan, kesabaran, kasih. Tetapi jikalau dikosongkan, atau direndahkan kita sama sekali tidak ada yang mau. Perjamuan Kudus yang dipimpin oleh Yesus sendiri, sebelum penyaliban Yesus, merupakan suatu pernyataan hati yang terdalam daripada Yesus, tetapi pada saat yang sama pada muridpun berbicara mengenai siapa yang lebih besar di antara mereka. Begitu juga pada saat Yesus menyatakan mengenai kematian-Nya, pada murid pun berdebat mengenai siapa yang lebih besar. Setiap salib diberitakan, maka pada saat itu langsung responnya adalah perdebatan mengenai siapa yang lebih besar. Ini hal yang luar biasa menyakitkan hati Tuhan, hal seperti ini jugalah yang ada di dalam diri kita semua. Kalau kita belajar memelihara kesatuan di dalam kebenaran, kita akan belajar mengenai cara kerja Kristus. Kristus datang untuk membawa perdamaian bagi kita, itu berarti Dia menjadi orang tengah antara kita dan Bapa di surga. Menjadi orang tengah itu bukanlah hal yang mudah dan mengenakkan. Apa benefitnya kalau kita memelihara kesatuan ? Ketika kita memelihara kesatuan maka kita akan bertumbuh rohani di dalam satu jemaat dalam Kristus (ayat 15). Paulus meminta kita untuk berpegang dalam kebenaran di dalam kasih bukan hanya kebenaran. Kenapa memunculkan unsur kasih? Karena tidak ada orang bisa bertumbuh seperti yang Tuhan kehendaki di dalam segala hal, kecuali di dalam aspek community. Alkitab berkali-kali menyatakan bahwa umat-Nya dipanggil di dalam community dan harus hidup di dalam community. Kita sering ingin hidup itu bertumbuh di dalam sistem existential, ini adalah tidak mungkin. (ayat 16) Love in community adalah penting sekali untuk kita bertumbuh. Karena itu kita harus selalu berdoa agar Tuhan selalu menyatukan Gereja, kita harus belajar pikul salib lebih banyak. Lebih baik orang menganggap orang lain itu lebih utama daripada dirinya sendiri seperti Kristus yang berinkarnasi secara sukarela. Kalau saudara ingin melihat gereja ini bertumbuh, Saudara harus mengikuti apa yang Firman katakan, yaitu saling memperhatikan dan mengasihi yang lain, dan ini bias dimulai daripada berdoa syafaat untuk orang lain. (ayat 13-14) Dengan memelihara kesatuan kita makin mengenal kebenaran. Seringkali dalam diri kita ada bagian-bagian yang kita tidak mau untuk diproses oleh Allah. Biarlah kita boleh mengerti Allah untuk memproses diri kita dalam community.
Bagian kedua (ayat 17-32) adalah walk in holiness. Berjalan dalam kesucian artinya berjalan dalam umat Allah tidak seperti orang dunia. Orang dunia adalah orang yang tidak mengenal Allah, sedangkan kita adalah orang yang mengenal Kristus dan harus hidup dalam kesucian. Kita bisa hidup dalam kesucian karena kita sudah dibaharui oleh Roh. Salah satu tanda kesejatian adalah hidup dalam kesucian. Alkitab memberikan bermacam-macam tanda kesejatian. Banyak orang dalam gereja yang menganggap diri orang yang sejati dalam iman tetapi sebenarnya bukan orang sejati. Apa yang membedakan sejati dengan yang tidak sejati? Sesuatu yang sifatnya justification tidak bisa terlepas dari sanctification. Apakah kita mencintai kesucian? Apakah kita berlutut untuk meminta kuasa untuk hidup suci? Kesucian itu bukan sesuatu jasa untuk pergi ke surga. Tetapi orang yang sudah menerima Kristus, menerima Roh Kudus yang akan membukakan kepada kita kesadaran akan kesucian Allah Bapa yang membuat diri kita kagum dan takjub. Bahkan Roh Kudus memberikan kepada kita kemampuan untuk hidup suci. Salah satu tanda kesejatian adalah hidup dalam kesucian karena kita sudah diperbaharui oleh Allah.
- Surat Efesus
- 25 May 2013
Efesus 3
PA Efesus 3
Hari ini pembahasan kita adalah Efesus pasal yang ketiga. Metode pembelajaran dalam Bible Study adalah dengan mempelajari Alkitab dalam kerangka besar, tidak masuk ke detail. Karena pada intinya adalah Saudara dapat membaca, melihat dan menganalisa sendiri, sehingga saudara bisa mengerti strukturnya. Jadi bukan seperti khotbah yang dijelaskan ayat demi ayat, tetapi adalah struktur itu yang paling penting sehingga hal-hal yang penting akan dimunculkan untuk membangun daripada cara berpikir saudara di dalam satu perikop itu, atau satu pasal itu. Sebelum kita masuk ke dalam efesus pasal yang ketiga, saya akan memberikan ringkasan sekali lagi mengenai pasal yang pertama dan pasal yang kedua. Pasal yang pertama menyatakan berkenaan dengan misteri kekekalan, sesuatu hal yang dikerjakan Allah Tritunggal di dalam kekekalan yang akan tetap menjadi misteri jikalau itu tidak dinyatakan kepada kita. Hal itu adalah kosmik drama perkerjaan Allah yang tidak terlihat dan itu adalah berkat-berkat rohani, Spiritual Blessings. Banyak orang berpikir bahwa yang paling penting adalah berkat-berkat jasmani. Itu cara berpikir yang salah. Berkat-berkat rohanilah yang membuat hidup diarahkan kepada yang benar, hidup yang memiliki identitas, hidup yang memiliki tujuan. Di dalam pasal yang pertama, Paulus menyatakan kosmik drama itu adalah pekerjaan Allah Tritunggal di mana kita itu dipilih, dipredestinasikan, dan diadopsi. Ada redemption yang terjadi, ada forgiveness yang diberikan kepada kita, dan bahkan ada Roh Kudus yang memimpin kita, menjamin bahwa seluruh iman yang sudah dimulai daripada Allah Tritunggal itu akan diakhiri di dalam kesempurnaan sampai kepada kekekalan. Karena seluruh daripada kosmik drama itu adalah suatu misteri di dalam kekekalan, dikerjakan di dalam Kristus, hanya dikerjakan di dalam Kristus saja, itulah sebabnya di dalam pasal pertama terakhir, maka Paulus menyatakan biarlah kita boleh berdoa, atau dia mendoakan supaya kita boleh semakin mengenal kemuliaan Kristus, pribadi Kristus yang mulia. Karena di dalam Dialah seluruh misteri kekekalan itu, pekerjaan Allah Tritunggal itu dikerjakan bagi kita. Di dalam Kristus, hanya Kristus saja. Setelah pasal yang pertama berbicara mengenai kosmik drama, sesuatu pekerjaan Allah Tritunggal yang bekerja di dalam kekekalan yang kalau itu tidak dinyatakan kepada kita, tak mungkin kita bisa mengertinya. Pasal yang kedua menyatakan realitas sejarah yang terjadi. Realitas sejarah yang terlihat, kalau seseorang mendapatkan anugerah kosmik drama tersebut, di dalam Kristus. Yang tadinya orang itu mati mengikuti jalan pemerintah-pemerintah, penguasa kegelapan angkasa itu, tetapi sekarang hidup, dari desakan of disobedience, menjadi desakan of obedience. Dari anak-anak ketidaktaatan, menjadi anak-anak taat. Di dalam Efesus pasal yang kedua, Saudara akan menemukan apa arti kesejatian bagi orang Kristen. Saudara boleh cek diri masing-masing apakah Saudara orang Kristen yang sejati atau tidak. Seorang yang rajin datang ke gereja setiap minggu belum tentu orang Kristen yang sejati. Kalau Saudara jarang ke gereja dan merasakan kegelisahan, itu pun tidak menandakan kesejatian karena orang agama lain pun dapat mengalami hal yang serupa karena setiap manusia memiliki sense of divinity. Paulus mengatakan “engkau itu dulu mati, engkau adalah anak yang dimurkai, the son of disobedience. Anak anak yang tidak taat, sekarang engkau menjadi the sons of obedience”. Dengan tepat sekali Paulus menyatakan apa itu mati dan hidup, apa arti orang menerima Kristus Yesus. Itu artinya tanda kesejatian adalah engkau rela dan mau taat. Apakah dalam hidup Saudara ada pertumbuhan ketaatan setiap kali? Pertumbuhan rohani itu adalah bukan saja bicara mengenai kognitif, bukan cognitive conversion. Pertumbuhan rohani adalah spiritual conversion, dan spiritual conversion itu adalah pengenalan kepada Allah, dan pengenalan kepada Allah itu akan mendorong kita untuk semakin mengaguminya, semakin terpesona kepada Dia, semakin takut kepada Dia, semakin hormat kepada Dia, dan semakin taat kepada Dia. Dan Paulus menyatakan respon terhadap hal ini, karena engkau sudah mengerti, engkau mati sekarang hidup. Ingat, jangan melupakan itu. Ingatlah selalu, dulu engkau itu seperti apa, ingatlah segala sesuatu yang Tuhan sudah berikan padamu. Pasal pertama sampai dengan ketiga adalah berbicara mengenai ortodoksi atau doktrin yang solid, pasal keempat sampai keenam adalah bicara mengenai praktika atau aplikasi. Dan doktrin yang solid ini dimulai daripada pekerjaan Allah Tritunggal. Ini adalah sesuatu yang disebut sebagai Trinitarian Perspective. Segala sesuatu yang kita lakukan adalah harus bersumber daripada pekerjaan Allah Tritunggal. Tidak pernah ada etika dan keputusan hidup yang benar di dalam kekristenan, yang tidak dimulai dari pekerjaan Allah Tritunggal.
Efesus pasal yang ketiga berbicara mengenai Gospel and Church. Dan saya akan membaginya menjadi tiga hal ini. Yang pertama, pertama adalah Gospel, apa itu injil ? Paulus menyatakan Injil adalah pernyataan rahasia kekayaan hikmat Allah yang tidak terjangkau, yang tersembunyi berabad-abad dari generasi ke generasi. Injil itu apa? Injil itu tentang Kristus itu betul, Injil itu mengenai Kristus pribadinya dan pekerjaannya itu betul. Tapi Paulus menyatakan Injil adalah pernyataan pewahyuan. Pewahyuan itu apa? Pewahyuan adalah membukakan sesuatu, menyatakan sesuatu yang tadinya tertutup. Injil adalah pengwahyuan rahasia kekayaan hikmat Allah yang tidak terjangkau, yang tersembunyi berabad-abad dari keturunan generasi ke generasi. Paulus memunculkan kemuliaan Injil. Injil tidak seperti buku-buku yang lain, Injil itu satu-satunya buku yang mewahyukan, menyatakan rahasia kekayaan hikmat Allah yang tidak terjangkau. Kalau kita memperhatikan ayat ke-8 dan 9 maka kita akan memperoleh definisi Injil daripada Paulus yaitu segala sesuatunya, dan Paulus menyatakan di dalam bagian ini bahwa Injil adalah pewahyuan rahasia kekayaan hikmat Allah yang tidak terjangkau, yang tersembunyi berabad-abad dari generasi ke generasi. Mari kita lihat ayat yang ketiga sampai dengan ayat yang kesepuluh. Di dalam ayat yang ketiga sampai ayat yang kesepuluh, saudara akan menemukan dua kata yang penting sekali di sini. Kata yang pertama adalah mistery of Christ (ayat4) dan kedua (ayat 6) adalah mystery of the member of the Kingdom of God. Di dalam Mystery of Christ, Paulus mau menyatakan bahwa cosmic drama, pekerjaan Allah Tritunggal itu di dalam Kristus, yang tidak terlihat itu, dan juga history of reality itu, seluruhnya itu adalah rencana keselamatan Allah yang tidak terduga dan semua itu hanya ada di dalam Kristus Yesus. Tadi saya sudah bicara, di dalam pasal yang pertama, itu semua ada di dalam Kristus Yesus, yang kalau Saudara tidak membuka Injil, Saudara tidak mungkin menemukan bahwa Kristus Yesus adalah Person in Charge yang melalui-Nya seluruh berkat dari Allha Tritunggal diperoleh . Dan injil membukakan mengenai hal ini, mystery of Christ. Seluruh rencana keselamatan Allah dilakukan itu hanya di dalam Kristus. Dan dijelaskan bahwa semua ini dinyatakan kepada rasul-rasul dan nabi-nabi melalui Roh untuk menyatakan siapa Kristus itu. Inilah miseri yang pertama. Injil itu menyatakan mystery of Christ.
Salah satu bentuk kemunduran rohani adalah dengan menganggap bahwa Injil itu biasa saja, Alkitab itu biasa saja. Menganggap bahwa pertemu dengan Kristus biasa saja. Paulus tidak seperti demikian, Paulus itu terus menerus hidupnya mengagumi Kristus dan tulisan-tulisan Firman Tuhan. Dia menganggap bahwa kalau bisa mengerti akan Firman Tuhan itu adalah suatu hak istimewa di dalam hidupnya. Paulus bukan saja menyatakan tentang anugerah, setiap kali dia berbicara mengenai anugerah, dia berbicara mengenai kekayaan, kelimpahan, kemuliaan. Di sini kita bisa melihat bagaimana Paulus sangat menghargai akan anugerah Tuhan ini. Kita tidak boleh take it for granted daripada seluruh anugerah yang Tuhan berikan kepada kita. John owen menyatakan bahwa hal yang paling membahagiakan hidup, yang memberikan kekuatan, jangkar yang dalam, sebenarnya adalah karena kita itu tahu bahwa kita itu diadopsi menjadi anak-anak Allah. Adakah kita memiliki perasaan seperti John Owen? Atau kita merasa biasa-biasa saja. Tidak seharusnya kita merasa biasa-biasa saja. Karena kita adalah orang-orang yang seharusnya dimurkai, tetapi sekarang mendapatkan anugerah daripada pekerjaan Allah Tritunggal di dalam cosmic drama, sehingga kita bisa memahami Firman Tuhan.
Misteri yang kedua adalah bahwa orang-orang kafir, seperti Saudara dan saya ikut serta dalam mendapat warisan. Engkau dan saya menjadi anggota satu tubuh yang sama, berbagian di dalam janji Kristus Yesus, seturut dengan Injil. Di sini kita dapat memahami bahwa membership of the Kingdom of God, keanggotaan daripada kerajaan Allah, itu sudah dibuka. Ini adalah prinsip yang besar sekali. Di mata orang Yahudi kita adalah kafir, orang tidak mengenal Allah, di mata mereka kita sangat-sangat rendah. Karena kafir itu tidak mungkin masuk surga, mereka bahkan mengatakan bawha orang-orang kafir itu anjing, kita hina, bangsa yang dikutuk oleh Allah, sama seperti Sidon, Tyrus, Babel, Mesir semuanya bangsa-bangsa yang dikutuk oleh Allah. Sama seperti minggu lalu, saya khotbahkan mengenai perempuan Siro Fenesia yang datang kepada Yesus untuk mendapat berkat. Yesus bilang bahwa tidak pantas memberikan roti kepada anjing. Dan sewaktu dikatakan demikian perempuan ini tidak marah. Di sini Yesus sengaja mengutarakannya di depan semua orang Yahudi, yang melihat perempuan itu sebagai anjing, untuk menunjukan bahkan anjing pun punya iman yang sejati di dalam Aku. Bagi orang Yahudi untuk masuk surga haruslah masuk ke dalam Yudaisme dahulu, harus disunat, dan melakukan hal lainnya. Bahkan sampai Yesus bangkit, dan sebelum Roh Kududs turun, orang-orang yang sudah terima Yesus Kristus (Petrus, Andreas,dkk masih berpikir bahwa untuk dapat diselamatkan, mereka harus masuk di dalam Yahudi, tidak bisa dengan cara lain. Sampai suatu hari, Tuhan memberikan pernyataan kepada Petrus untuk pergi ke rumah Kornelius. Tetapi Petrus menolak karena kornelius itu orang kafir. Sampai Petrus diberi penglihatan, maka Petrus akhirnya tahu bahwa dia harus pergi ke rumah Kornelius. Pada waktu dia pergi ke tempat Kornelius, Petrus membicarakan tentang Yesus Kristus, ketika belum selesai Petrus bicara, ia kaget karena Kornelius dan seluruh keluarganya berbahasa roh. Hal ini terjadi sewaktu khotbah, bukan nyanyi.
maka Petrus kaget, kenapa mereka bisa berbahasa roh,sama seperti yang Petrus alami ketika Pentakosta. Di sinilah Petrus tahu, bahwa keselamatan itu hanya di dalam Kristus, karena kafir pun mengalami peristiwa yang sama dengan Pentakosta. Di sini ada suatu hal yang penting adalah bahasa roh. Kalau tidak ada bahasa roh pada waktu itu, maka sampai mati pun Petrus akan berpikir bahwa untuk masuk surga harus Yahudi, dan orang kafir tidak mungkin masuk surga. Di dalam konteks ini bisa ditarik lebih dalam, bahwa bahasa Roh itu membuka membership pada orang non-Yahudi. dan di dalam konteks inilah, maka Paulus menyatakan bahwa Injil adalah pernyataan rahasia kekayaan hikmat Allah yang tidak terjangkau, yang tersembunyi berabad-abad dari keturunan-keturunan, karena di dalamnya ada rahasia tentang Kristus, dan tentang keanggotaan kerajaan Allah.
Sekali lagi, Kita harus mengerti bahwa ini adalah privilege, yang tidak terselami, tidak bisa kita jangkau, terlebih lagi karena kita adalah Gentiles atau kafir. Dan ini adalah hal yang unsearchable, tidak mungkin bisa dijangkau oleh seluruh bangsa. Bahkan bagi orang Yahudi sekalipun, pada waktu itu mereka tidak bisa mengerti bahwa Yesus adalah Tuhan, terlebih bagi kita, yang tidak hanya berbeda tempat, tapi juga berbeda waktu, berbeda budaya. Kalau kita bisa punya satu fokus iman yang sama, yaitu Yesus Kristus, dan di dalam Dia, kita bisa mendapatkan segala berkat yang Tuhan berikan kepada kita, apabila kita bisa mengerti smua ini, ini semua adalah karena anugerah Allah yang berlimpah-limpah.
Hal yang kedua, mengenai Gereja. Gereja adalah institusi yang ditentukan di dalam kekekalan sebagai alat Tuhan satu-satunya, yang berdiri di hadapan manusia dan di hadapan kerajaan setan, untuk menyatakan rahasia kekayaan hikmat Allah yang tidak terjangkau, yang tersembunyi, berabad-abad, yang diturunkan dari generasi ke generasi. Kalau sebelumnya Paulus berbicara mengenai Injil, sekarang Paulus berbicara mengenai inti sebenarnya Gereja itu untuk apa. Gospel itu isinya kekayaan rahasia hikmat Allah, dan gereja bertugas untuk memberitakannya di dalam dunia. Hal yang Penting waktu berbicara mengenai Gereja, kita harus mengerti gereja itu apa? Kita harus menghargai apa yang Tuhan anggap mulia, dan apa yang Tuhan anggap benar. kita harus belajar mensinkronkan konsep kita dengan konsep Tuhan. Mungkin kita menganggap Gereja adalah hal yang biasa-biasa saja, tetapi di sini ditegaskan bahwa Gereja adalah satu-satunya institusi yang ditunjuk dari kekekalan. Sesuai dengan maksud dan rencana kekekalan, untuk menyatakan rahasia ini kepada seluruh manusia, dan kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa di angkasa. Paulus menyatakan bahwa dirinya adalah orang yang dipenjarakan (ayat pertama) karena Paulus melakukan tugasnya, makanya dia ada di dalam penjara. Lalu pada ayat 13, Paulus mengatakan agar jemaat Efesus jangan tawar hati melihat kesesakan Paulus karena kesesakannya itu adalah kemuliaan bagi mereka. Paulus mengabarkan kekayaan hikmat Allah, dan sekarang jemaat-jemaatnya tahu kenapa Paulus bisa ada di penjara, dan agar Jemaat tidak menjadi tawar hati melihat penderitaan Paulus, karena Penderitaan itu adalah konsekuensinya. Paulus mengajarkan kepada jemaat di Efesus untuk melihat penderitaan dari perspektif ini, bahwa penderitaan yang dialami adalah suatu privilege yang Tuhan berikan. Ketika membicarakan Suffering and the Gospel, maka akan ada tiga prinsip yang muncul. Pertama, Suffering adalah konsekuensi dari gereja yang memberitakan Injil, yang menyatakan rahasia kekayaan hikmat Allah yang tidak terjangkau. Kedua, Suffering adalah strategi atau cara yang dipakai oleh Allah untuk menyatakan dan menyebarkan Injil-Nya. Ketiga, Suffering adalah reward atau upah bagi orang atau gereja yang mengabarkan Injil. Penderitaan adalah suatu mahkota mulia. Untuk mengerti penderitaan sebagai reward, rasanya sulit. Semakin sering seseorang menginjili, maka ia akan makin sadar bahwa sebenarnya hal yang terindah di dalam hidup (dalam konteks pelayanan) adalah kita boleh menderita sebagai orang-orang yang memberitakan Injil, bukan menderita karena mencuri, tapi karena menberitakan Injil. Misalnya, orang yang mati martir itu hanya orang-orang khusus, tapi ini adalah suatu hal yang mulia. Penderitaan adalah hal yang mulia bagi orang-orang yang meberitakan Injil. Poin yang kedua, penderitaan sebagi cara atau strategi yang Tuhan pakai (Kolose 1:24-29). Di sini disebutkan bahwa Kristus ada di tengah-tengah kamu, Gentiles. Di sini Paulus tidak sedang berbicara mengenai sesuatu yang sifatnya hakekat/ontologis. Kristus itu cukup untuk keselamatan kita,tidak perlu ditambahkan apapun saja. Di sini yang Paulus maksudkan adalah scope-nya, perluasannya, karena Kristus hanya dikenal di tengah-tengah orang Yahudi pada waktu itu, tetapi ketika Kristus ingin menyelamatkan orang lain, yang Gentiles, orang itu mau menderita bagi Kristus, maka orang yang kafir tadi akan mulai bertanya-tanya, kenapa orang itu mau menderita untuk Kristus, mau menderita untuk orang yang bahkan tidak kami kenal. Di sini orang mulai mengerti apa yang berharga, yang mulia, dan yang terpenting di dalam hidup mereka, dan di sini juga orang akan melihat dan mengerti bahwa Kristus itu tidak seperti yang mereka kira. Ini adalah strategi yang Allah pakai supaya Injil boleh diberitakan di seluruh dunia. Pertama Injil, kedua Gereja yang dipanggil untuk mengabarkan Injil. Poin ketiga, Doa mengenal kasih Kristus adalah kekuatan untuk gereja terus menerus dapat menjalankan tugasnya. (Efesus 3:14-19) Paulus menyadari bahwa ini adalah suatu kemuliaan yang tidak dikenal, dan kemuliaan yang tidak dikenal ini akan mendapatkan tantangan baik bagi orang yang mendengarnya, maupun kerajaan setan. Maka implikasi dari hal ini adalah suatu kehidupan yang tidak normal, kehidupan yang tidak wajar. Hasilnya adalah hidup yang seakan-akan dijatuhi hukuman mati. Jemaat di efesus mendapat penganiayaan dalam berbagai bidang, baik sosial, kepercayaan, perdagangan, dan sebagainya. Efesus adalah tempat pemerintahan, pusat bisnis, pusat penyembahan berhala. Efesus begitu rusak, banyak pelacuran dan penyembahan berhala, dan sangat sedikit jemaat Tuhan yang ada di kota Efesus. Jemaat di Efesus banyak mengalami penderitaan, mereka juga mengalami kesulitan dan kesesakan karena pemimpin mereka juga menderita. Dan mereka juga harus berjuang untuk mengatasi pola pikir mereka yang lama bahwa penderitaan berarti tidak diberkati. Di dalam kesulitan-kesulitan seperti ini, Paulus menyatakan bahwa penderitaan adalah kemuliaan. ini tidak mungkin dilakukan kecuali jemaat Efesus bisa mengerti kasih Kristus yang sesungguhnya dan mengalami kepenuhan Allah. Paulus juga menyadari bahwa tidak mungkin jemaat Efesus bisa mengerti hal ini, kecuali mereka melihat penderitaan dari perspektif kasih Kristus.
Terakhir, (baca di Wahyu 2:1-7) Hanya ketika kita dipenuhi oleh kasih Kristus, maka kita akan bisa mengasihi orang lain. Apakah kita benar-benar mengenal kasih Kristus sampai tingginya, panjangnya, dalamnya? Karena tanpa kasih Kristus yang sesungguhnya, kita akan jatuh seperti jemaat Efesus pada Wahyu pasal 2. Tujuh gereja Asia Minor di kitab Wahyu adalah proyeksi dari setiap Gereja yang pernah berdiri di seluruh dunia, sepanjang waktu. Setiap gereja memiliki karakternya masing-masing, dan ketika kita bisa melihat secara general. GRII ini lebih cocok kepada Efesus dibandingkan Smyrna atau gereja lainnya. Kita berada di kota metropolitan, golongan menengah ke atas, bisa menganalisa sesuatu, memiliki kemampuan untuk membedakan mana yang besar dan mana yang salah. Jemaat di Efesus mau sungguh-sungguh kerja keras, mau menderita, mengerti ajaran yang sehat dan yang tidak sehat. Tetapi di tengah semuanya itu Kristus memberikan suatu peringatan, bukan peringatan mengenai hal-hal yang besar, tetapi justru mengenai hal yang mendasar. Efesus dicela karena kehilangan kasih yang semula. Kalau begitu, apa yang mendasari seluruh kerja keras, penderitaan, dan apapun yang dilakukan Jemaat di Efesus? Kalau bukan Kasih,dasarnya apa? Tanpa Kasih, semua perjuangan yang kita lakukan dalam pelayanan akan menjadi sia-sia. kita tidak sedang melayani Tuhan, Kita melayani diri kita, yang kita anggap kita sudah mendapatkan kebenaran.
- Surat Efesus
- 25 May 2013
Efesus 2
PA Efesus 2
Pasal pertama surat Efesus sedang membicarakan pekerjaan Allah dalam spiritual blessings & cosmic drama. Hal ini tidak mungkin terlihat dan dimengerti bagi kita, kecuali Allah mewahyukannya, sehingga kita dapat membacanya dalam Alkitab. Jika Tuhan tidak membukakan rahasia ini dalam Alkitab, kita tidak akan mengetahui pekerjaan Tuhan dalam cosmic drama. Begitu misteri ini dibukakan Tuhan bagi kita, maka semua spiritual blessings itu menjadi batu karang teguh untuk pikiran tindakan, proses, dan seluruh tujuan hidup kita. Segala blessings ini didapat didalam Kristus.
Pasal kedua Efesus (ayat 1-10) menyatakan realita sejarah dari orang-orang yang ditebus. Dalam pasal ini, Paulus menyatakan realita sejarah kepada orang-orang yang disingkapkan cosmic drama itu, yaitu umat Tuhan yang telah ditebus. Realita sejarah yang dibukakan adalah fakta bahwa seluruh manusia sudah mati (ayat 1), namun dalam penebusan Yesus Kristus, umat pilihan telah dihidupkan kembali (ayat 5). Paulus juga menjabarkan kondisi kematian yang dialami manusia (ayat 1-3), yaitu “mengikuti jalan dunia ini” dan “menaati penguasa kerajaan angkasa” (ayat 2). Ini adalah kondisi dari seluruh manusia. Kita dapat melihat perubahan hidup orang yang mendapat anugerah Tuhan. Kita dapat menyaksikan seseorang yang dahulu perbuatannya jahat, kemudian setelah bertobat orang tersebut memiliki hidup yang baik. Namun pekerjaan Allah dalam cosmic drama tidak dapat kita lihat. Pilihan Allah kepada manusia yang dipilihnya terjadi dalam kekekalan, hal inilah yang tidak dapat kita saksikan sendiri tanpa wahyu Tuhan. “Orang-orang durhaka” pada ayat kedua, memiliki terjemahan bahasa Inggris “the sons of disobedience.” Disobedience artinya adalah ketidaktaatan. Jadi, orang-orang durhaka adalah orang-orang yang tidak menaati Allah. Kita dapat menyimpulkan bahwa mereka yang mati rohani adalah mereka yang hatinya tidak mau taat kepada Allah. Pada ayat ketiga, Paulus mengatakan bahwa dirinya pun dahulu mati rohani sama seperti seluruh manusia. Kapankah Paulus mati rohani? Pernahkan dulu ia melacur, memakai jimat, atau mencuri? Tidak! Dia dahulu adalah seorang yang begitu ketat mengerjakan agama Yahudi, dia adalah orang yang tidak hidup sembarangan. Ia begitu rajin untuk beribadah dan menggerakkan orang-orang lain untuk beribadah. Namun, ia menyadari hidupnya dahulu tetaplah mati. Lalu apa bedanya hidup yang mati dan hidup? Bedanya bukan pada melakukan hal-hal ritual agama atau tidak, tetapi pada taat atau tidak taat kepada Tuhan. Orang-orang yang telah dihidupkan dalam Kristus adalah orang-orang yang di dalam hatinya ditanam kerinduan untuk rela taat kepada Tuhan, rela menggenapi rencana Allah, dan selalu berseru “kiranya kehendak-Mu itu jadi ya Tuhan!”
Ayat kesepuluh ditujukan bagi mereka anak-anak yang telah dihidupkan di dalam Kristus, yaitu kepada anak-anak ketaatan. Sekali lagi, perubahan yang sejati tidak terlihat dari fenomena, tetapi dalam diri, yaitu hati yang taat pada Tuhan. Kita dapat memeriksa apakah kita sudah dihidupkan kembali di dalam Kristus dengan menilik apakah kita sudah memiliki kerinduan untuk taat pada Allah? Sesungguhnya mereka yang hatinya masih tidak mau taat kepada Allah sedang menempatkan diri sebagai allah bagi dirinya sendiri. C.S Lewis pernah memaparkan dua macam penggolongan manusia. Golongan pertama yaitu orang-orang yang berseru kepada Tuhan “Thy will be done.” Kelompok yang kedua adalah sekelompok orang yang mendengar Allah berkata kepada mereka “your will be done.” Oswald Chambers menjelaskan bahwa sifat dosa bukanlah semata-mata keadaan tidak bermoral, namun kesadaran diri yang menuntun kita untuk menjadi allah bagi diri sendiri. “Menjadi allah bagi diri sendiri” dapat dilakukan baik dalam sifat moral atau pun tidak bermoral, sehingga dalam sikap bermoral pun kita dapat tetap berdosa. Seperti halnya Paulus, ia dahulu dalam segala kesalehannya, ia tetap menjadi allah bagi dirinya, sehingga ia menyadari bahwa dirinya dulu mati. Pada ayat keempat dan keenam. Paulus menjelasan bahwa orang-orang yang mati adalah orang-orang yang tidak melihat Allah dan tidak mau mengakui adanya Allah yang begitu penuh kasih karunia di dalam Kristus.
Dalam ayat 11 dan ayat 12, ada dua kali pengulangan kata “ingatlah.” Kita sebagai orang-orang yang telah menerima kasih karunia Allah yang begitu besar—seperti yang telah dijelaskan Paulus pada Efesus 1-2:10)—harus memilih dua respon yang benar kepada Tuhan. Respon pertama adalah selalu mengingat pekerjaan Tuhan bagi hidup kita. Ingat bahwa dahulu kita adalah orang kafir yang melawan Allah. Jikalau kita melupakan ini, kita akan menjadi orang yang picik di hadapan Tuhan, sebab kita merasa diri kita baik. Ingatlah terus dulu kita ini apa. Kita hanyalah orang berdosa yang seharusnya dibuang Allah. Ingat bagaimana penyertaan Allah dulu dalam hidup kita. Kita dapat belajar dari Israel dulu. Israel sangat mendukakan hati Allah di tanah Kanaan, sebab salam tawarikh, mereka menyembah ilah-ilah bangsa kafir dan memotong anak mereka untuk dipersembahkan kepada dewa molok. Bagaimana mungkin bangsa israel yang sudah ditolong Tuhan dengan begitu luar biasa dapat serong hatinya dan melawan Tuhan? Mereka menyaksikan laut yang terbelah dua demi mereka dapat melewati laut Teberau untuk meninggalkan Mesir, Tuhan menyediakan tiang awan saat panas dan tiang api saat dingin. Namun akhirnya bangsa Israel tidak ingat apa yang sudah Tuhan kerjakan dan menyembah ilah-ilah. Betapa ironis!
Pada pasal pertama dan kedua, Paulus mengatakan betapa besar kasih karunia dan berkat dalam hidup orang percaya. Paulus menggunakan kalimat dan kosakata yang menggambarkan betapa kaya rahmat, karunia Tuhan yang tidak dapat terhitung besarnya (Ef 1:5-7). Banyak diri kita saat ini hidup dalam dosa, sebab kita tidak ingat betapa banyak kasih karunianya dalam hidup kita. Saat perjamuan terakhir Tuhan Yesus mengatakan “lakukanlah ini untuk mengingat akan Aku.” Sungguh mengherankan! Tuhan Pencipta langit dan bumi, meminta kita untuk mengingat Dia. Tidak ada faedahnya bagi Tuhan kalau kita mengingat-Nya, sebab Ia tidak membutuhkan kita. Ia mengatakannya bukan untuk diri-Nya, namun demi manusia yang Ia kasihi agar tidak binasa karena tidak mengingat Tuhan dan pekerjaan-Nya. Jika kita tidak mengingat apa yang Tuhan di Kalvari, kita akan sangat mudah jatuh dalam dosa. Respon yang kedua yang harus kita miliki dalam merespon keselamatan adalah kita harus hidup dalam persekutuan. Pada ayat 14, Paulus sedang berbicara tentang kesatuan. Kemudian pada ayat 15 menjelaskan bahwa tidak ada pemisahan antara orang Yahudi, maupun orang non Yahudi, yang telah direkonsiliasi di dalam Kristus. Dalam Yesus Kristus, semua orang baik Yahudi ataupun non-Yahudi dapat menjadi satu persekutuan bersama kepada Tuhan. Terjadi rekonsiliasi antara manusia dan Allah, serta antara manusia dan manusia. Pada waktu itu, Efesus merupakan jajahan Roma. Saat itu Roma memiliki filosofi Pax Romana, yaitu kedamaian di tengah-tengah Roma. Namun Paulus mengajukan filosofi lain bagi orang Kristen, yaitu Pax Christi. Kristus yang menjadi pendamai kita. Pada ayat 21, Paulus menekankan agar umat Tuhan satu dengan lain bersekutu dengan damai untuk membangun “bait Allah yang kudus di hadapan Tuhan.” Ada orang-orang dalam gereja, namun tidak mau memperhatikan orang lain dan hanya mau diri yang dipikirkan. Kepada orang-orang ini, Paulus menegur mereka dengan mengingatkan bahwa Kristus ingin agar gereja-Nya bersatu dalam persekutuan dengan-Nya. Dari Kejadian hingga Wahyu, Tuhan membukakan bahwa keluarga dan gereja adalah dua inistitusi yang didirikan oleh Allah sendiri. Keduanya harus kita jaga baik-baik. Kristus membentuk gereja-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri. Saya mendapatkan kesempatan untuk menghadiri konferensi Lausanne di Afrika. Perjalanan begitu panjang, pada awalnya saya agak terpaksa untuk hadir. Isi dari sesi demi sesi berisi kisah orang-orang yang menceritakan kisah orang-orang yang mati martir dimana-mana. Namun, kemudian di akhir, semua orang berlutut menyanyikan Crown Him with Many Crowns. Sungguh pemandangan yang begitu agung! Banyak orang dari berbagai macam ras dan telah mengalami berbagai macam penganiayaan menyembah Kristus bersama-sama. Umat Tuhan disatukan bukan karena kesamaan lahiriah kita, namun karena pekerjaan Allah Tritunggal dalam cosmic drama. Hargailah itu dengan kesatuan gereja. Pada pasal pertama Efesus dan pada pasal kedua, ayat 19-22, Paulus membukakan cosmic drama, kemudian ia mulai masuk ke dokrin Kristologi. Sesungguhnya dia sudah cukup menutup dengan Kristologi, namun dia kemudian menutup dengan doktrin Gereja. Hal ini menunjukkan betapa berharganya Gereja dalam hati Tuhan. Mata Tuhan melihat Gereja-Nya. Hati Tuhan ada pada gereja. Gereja ada pada pusat jantung Allah. Kiranya Tuhan terus memimpin hidup kita untuk melihat bahwa Gereja bukanlah bangunannya, tetapi kesatuan umat Allah di dalam Kristus!
- Surat Efesus
- 25 May 2013
Efesus 1
PA Efesus 1
Kitab Efesus dimulai dengan suatu doxology, suatu pujian syukur kepada Tuhan Allah. Pada ayat yang ke-3, terdapat kata “Terpujilah Allah” , suatu thanks giving kepada Allah. Ini adalah satu kata yang dikeluarkan setelah kata salam daripada Paulus. Tetapi ketika Ia memuji Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, dan kita bertanya kepada Paulus, “Paulus engkau memuji Allah untuk apa?” Jawaban dari pertanyaan inilah kemudian diuraikan semuanya dalam ayat ke-3 s/d 14. Paulus memuji Allah untuk sesuatu cosmic drama yang ia itu mengerti, yang adalah pekerjaan Allah Tritunggal.
Pasal pertama merupakan suatu pewahyuan dari misteri kekekalan. Ini adalah sesuatu cosmic drama dari Allah Tritunggal yang dikerjakan dalam Yesus Kristus yang tidak mungkin kita kenal selain Tuhan mewahyukannya kepada kita. Tetapi begitu dibukakan, ini akan menjadi seluruh identitas kita, ini akan menjadi suatu proses di mana kita akan mengalaminya dan akan menjadi kepenuhan dan tujuan hidup kita. Ayat ke-3 sampai dengan ayat ke-11 adalah wahyu yang diterima oleh Paulus dan hal ini membuat dirinya takjub dan sangat memuji Allah dalam Kristus Yesus. Apa yang dinyatakan kepada Paulus adalah seluruh pekerjaan yang dilakukan oleh Allah. Dan bagi Paulus ini adalah sesuatu yang berlimpah-limpah, yang luar biasa besar.
Dalam ayat ke-18 Paulus menyimpulkan semua cosmic drama. Kita akan menjumpai hal yang serupa di dalam pasal yang ke-2 ayat 4. Kalimat-kalimat seperti ini menggambarkan betapa menakjubkan pewahyuan Allah di mata Paulus. Sehingga kalau kita mengetahuinya itu adalah suatu berkat, suatu anugerah. Paulus mengatakan berkali-kali dengan kalimat-kalimat yang megah akan hal ini. Hal seperti demikian juga kita peroleh sama seperti jemaat Efesus. Cosmic Drama seperti ini adalah suatu spiritual blessing bagi yang memperolehnya. Spiritual blessings are the best blessings.
Sebagai orang Kristen kita harus mencermati akan pengertian blessings. Ada 2 macam blessings: material and spiritual blessing. Celakanya bagi orang Kristen adalah banyak yang menganggap bahwa blessings dari Tuhan bukan spiritual blessing tetapi material blessings. Kita jarang sekali seperti Paulus yang begitu takjub dan merasa tidak layak karena mendapatkan spiritual blessing. Saya sarankan dalam pertumbuhan iman saudara, mintalah hal-hal yang bisa dijawab oleh Allah saja. Jika Saudara perlu pekerjaan atau uang bukankah Saudara bisa meminta seseorang, bahkan kalau sakit pun bisa pergi ke dokter. Banyak hal yang dapat diberikan oleh manusia. Tetapi kita harus memperhatikan baik-baik bahwa Paulus di sini ingin mengarahkan kita kepada spiritual blessings, dan meminta kepada Tuhan untuk hal-hal yang hanya bisa dikerjakan oleh Tuhan saja. Mintalah hati yang takut akan Tuhan, hati yang hormat kepada Dia, hati yang sungguh-sungguh mengasihi Dia. Semua itu adalah spiritual blessings, semua itu adalah karya dalam Allah Tritunggal yang dilakukan dalam Yesus Kristus melalui Roh Kudus. Dan kita akan berbicara, berdoa dan bernyanyi kepada Tuhan dan mengatakan bahwa “Engkau sungguh baik, maka terpujilah Tuhan Bapa kita di dalam Yesus Kristus yang telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam surga.”
Spiritual blessings are the best blessings. Dan ini adalah realita berkat yang sesungguhnya dan hal ini hanya bisa diberikan oleh Allah saja. Dikarenakan hanya bisa diberikan oleh Allah saja, maka Saudara akan tahu bahwa kita tidak bisa mengembalikan spiritual blessing dengan apa saja kecuali dengan pujian dan doxology. Kalau Saudara diberikan uang, maka dapat mengembalikan 10 – 20 % nya sebagai wujud syukur kepada Tuhan. Kalau diberikan kesehatan, maka Saudara dapat memberikan tubuh Saudara sebagai persembahan hidup yang kudus. Tetapi dalam spiritual blessings, Saudara tidak bisa membayarnya, tidak ada balasan apa pun yang dapat mencukupinya dan Saudara harus mengakui bahwa semua itu dalah anugerah Tuhan. Dan kemudian pertanyaannya adalah spiritual blessingnya apa ? Maka disini kita berbicara mengenai 7 hal di sini: (ayat 4) Election, (ayat 5) Predestination, (ayat 6) Adoption. Hal ini seperti seorang fakir miskin yang diadopsi ke dalam suatu keluarga yang berada. (ayat 7) Redemption, (ayat 6) Forgiveness. Kita tidak mungkin mendapatkan pengampunan tanpa penebusan (There is no forgiveness without redemption), (ayat 9) Revelation.
Cosmic drama akan tetap tersimpan jikalau Tuhan tidak menyatakan misteri kehendak-Nya kepada kita. Kalau kita bisa mengenal Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus itu adalah anugerah Tuhan. Jikalau kita bisa mengerti doktrin mengenai apa yang sebenarnya terjadi dalam kekekalan, maka sebenarnya itu adalah anugerah yang besar, karena Allah menyatakan misteri ini. Ini adalah revelation atau apocalyptic. Kita tidak akan mengerti election, predestination, adoption, forgiveness, kita tidak akan mengerti semuanya itu kecuali Allah membukakannya kepada kita. Dan ini merupakan Divine Revelation.
1. (ayat 13) Dimeteraikan dengan Roh Kudus yang dijanjikan.
Hal ini berbicara mengenai kepastian akan masa depan, iman yang akan disempurnakan di masa depan. Semua ini adalah murni pekerjaan Allah Tritunggal. Dalam kedua belas ayat ini, kita akan menemukan bahwa Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus itu muncul. Boleh dikatakan bahwa seluruh Cosmic Drama ini dimulai dari Allah Bapa, dilakukan oleh Allah Anak dan dituntaskan oleh Allah Roh Kudus. Ini adalah pekerjaan Allah Tritunggal semata, tidak ada pekerjaan manusia. Kalau kita boleh selamat, mengenal Yesus Kristus, lahir baru dan mengenal pengudusan, kesempurnaan serta penggenapan dari iman kita, semua ini adalah pekerjaan Allah Tritunggal bukan pekerjaan kita. Dalam pasal 2:8-9, Ini adalah pekerjaan dari Allah Tritunggal yang memulai, menopang dan memberikan jalan-Nya dan juga yang mengakhirinya. Tidak ada satu bagian dari diri manusia yang memiliki andil daripadanya. Ini adalah apa yang Alkitab dengan jelas katakan. Sehingga jikalau kita bertekun dalam iman kita, maka seluruh dari hidup kita pada akhirnya akan berjumpa dengan jutaan, ratusan bahkan milliaran orang akan bertekuk lutut dan berkata bahwa “Engkaulah yang telah menjadikan semua ini ada dan terpujilah nama-Mu saja.” Tidak ada orang yang andil dalam masalah keselamatan. Alkitab dengan menyatakan hal ini. Sehingga seluruh hasilnya akan menuju pada Soli Deo Gloria (Kemuliaan hanya bagi Allah).
Sola Gratia, Sola Fide, Sola Scripture, Soli Deo Gloria, Solus Christos adalah 5 sola daripada Reformasi. Kita harus memperhatikan baik-baik apa yang menjadi penekanannya bukan pada kata Fide, Scriptura, Gratia, Christos, bukan Deo Gloria. Yang merupakan penemuan daripada reformator bukan iman, Kristus, Alkitab, Anugerah melainkan Reformator dengan tepat menekankan mengenai Sola (satu-satunya). Apakah Katolik pada waktu itu tidak memiliki atau mengatakan Alkitab, Kristus, Deo Gloria ? Ada. Tetapi Katolik pada waktu itu tidak mengatakan mengenai Sola atau satu-satunya. Kalau kita tidak memuji Allah sebagai satu-satunya, maka kita memasukkan suatu unsur manusia di dalamnya. Dan secara prinsip kita menentang apa yang dikatakan Efesus 1:1-14. Walaupun kita mendengarkan kotbah dan maju ke depan saat altar calling, memberikan suatu keputusan dalam hidup untuk meninggalkan dosa, dan semua orang bertepuk tangan melihat keteguhan komitmen hati kita, Tetap kita harus mengingat pernyataan Paulus bahwa saat orang berdosa menjadi orang suci semua itu adalah pekerjaan Allah Tritunggal saja.Penekanan mengenai keselamatan hanya pekerjaan Allah Tritunggal saja, menjadi dasar di dalam kita memahami seluruh pasal selanjutnya dalam surat Efesus ini. Bukan hanya itu, hal ini pun adalah dasar di dalam kita bertindak, berdoa, bermotivasi, kesatuan gereja, kehidupan suami-istri, orang tua-anak. Semua hal ini dapat kita lihat dalam Efesus pasal 4-6. Kehidupan orang Kristen/ kehidupan kita yang ada di depan mata, yang kita jalani sehari-hari, merupakan respon kita terhadap Cosmic Drama yang kita ketahui. Kalau hal ini tidak kita nyatakan, maka kita akan memiliki satu kehidupan yang partial, disintegrate, kehidupan yang tidak tersambung. Sebaliknya, seluruh kehidupan, perkataan, pekerjaan yang kita lakukan di dalam konteks obedience merupakan suatu respon terhadap cosmic drama yang dikerjakan dalam Allah Tritunggal ini. Itulah sebabnya pujian hanya diberikan kepada Allah saja, tidak ada andil dari manusia. Maka di dalam area seperti ini, biarlah kita boleh mengerti dimana kita harus melakukan penekanan.
Sekarang kita akan memperhatikan ayat 15-23. Bagian ini merupakan respon terhadap ayat 1-14. Salah satu respon daripada Paulus adalah dia tidak berhenti berdoa untuk meminta Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Kristus. Apa yang Paulus minta adalah untuk menyatakan bahwa kehidupan Kristiani yang bertumbuh itu sebenarnya adalah pada pengenalan akan cosmic drama ini yang dikerjakan oleh Allah dalam Yesus Kristus. Jikalau kita mengenal dan berubah melalui pengenalan tersebut, maka hidup kita akan semakin berubah dan disucikan, makin bersyukur dan memiliki fondasi yang kokoh. Kalau kita memperhatikan kembali ayat 3-14, kita akan menjumpai bahwa kata yang diulang-ulang adalah kata “di dalam Kristus”. Di sini kita harus memperhatikan baik-baik betapa Paulus menekankan Pribadi Yesus Kristus. Paulus peduli dengan jemaat Efesus yang pada waktu itu konteks kehidupan sekitar Efesus penuh dengan kehebatan salah satu dari 7 keajabian dunia kuno, yaitu Dewi Artemis dengan kuilnya. Dewi Artemis adalah satu patung Dewa perempuan dengan ratusan buah dada. Itu menggambarkan mengenai Dewi kesuburan. Kalau seseorang sedang dalam kesulitan keuangan, maka jikalau ia meminta kepada Dewi Artemis maka hidupnya akan berhasil dan berlimpah-limpah. Kalau sedang dalam penyakit, pergi ke Dewi Artemis maka ia akan mendapatkan kesehatan yang berlimpah-limpah. Seluruh orang Efesus bahkan seluruh dunia datang ke kota Efesus karena pada saat itu ini adalah agama yang terkenal. Dan jika Paulus berkata mengenai Kristus di sana, maka resikonya adalah kematian. Paulus perlu untuk menekankan mengenai “di dalam Kristus” karena Paulus harus membereskan seluruh cara pikir jemaat di Efesus. Dia mau mengatakan bahwa tidak ada satupun yang diberikan oleh Allah itu ada di luar Kristus. Seluruh berkat Tuhan berikan dengan berlimpah-limpah di dalam Kristus. Jikalau kita mengerti hal ini, maka kita akan mengetahui bahwa semuanya adalah untuk memuji kemuliaan-Nya.
Bagian berikutnya daripada ayat 15-23 adalah mengenai bagaimana kita harus berespon kepada cosmic drama tersebut. Di sini kita dapat memperhatikan bahwa respon Paulus di sini ada 2, yaitu mengucap syukur atas iman dan karena kasih yang terjadi antara orang kudus. Iman berisi mengenai kebenaran dan kasih keluar daripada apa yang diimani. Iman yang sejati akan menghasilkan kasih yang sejati. Di sini Paulus mengatakan bahwa dirinya tidak berhenti atau tidak putus-putusnya mengucap syukur atau memberikan pujian kepada Allah. Saat kita melihat pekerjaan Tuhan, mengenai bagaimana Ia melahir-barukan kita, apakah Saudara memiliki hati yang tidak putus-putusnya mengucap syukur? Kita sering melakukan ucapan syukur kepada Allah, tetapi yang dilakukan Paulus disini adalah tidak henti-hentinya mengucap syukur, berarti ada suatu kontinuitas dalam pengucapan syukur tersebut. Di sini kita melihat bagaimana Paulus memiliki kerohanian yang stabil dan mahir. Berapa kali Saudara mengucap syukur? Dapatkah Saudara tidak berhenti mengucap syukur? Mengucap syukur tidak henti-hentinya berarti ada suatu freshness. Ini suatu yang tidak mudah. Kalau kita sebagai dokter, saat pertama kali kita menjumpai pasien yang kecelakaan kita akan memiliki compassion untuk segera menanganinya, tetapi setelah 10 tahun compassion seperti itu tidak berhenti-henti berarti dia seorang yang mahir. Begitupun saat kita menjadi guru atau pengkotbah, saat kita memiliki compassion yang tidak redup, kita adalah orang yang mahir. Karena itu mintalah hati yang tidak berhenti-henti mengucap syukur. Kalau kita di dalam Kristus, marilah kita mengingat apa yang terjadi saat kita hidup di dalam kristus. Mungkin sudah bertahun-tahun kita menjadi orang Kristen, kita sudah ditebus dan seluruh hutang kita sudah dibayar lunas oleh Tuhan, bahkan kita memperoleh harta yang kekal, tetapi kenapa kita tidak bisa bersyukur terus menerus? Bukankah seharusnya bukan kita yang menerima berkat tersebut? Semua itu kita terima karena anugerah dari Tuhan. Paulus menyadari hal ini sehingga dia terus menerus mengucap syukur tidak habis-habisnya. Kalau kita mengerti ini maka kita pun seharusnya tidak mudah menghakimi sesama orang Kristen sejati karena kasih yang sejati akan muncul dengan sendirinya dari hati kita, karena pride tidak mungkin muncul jikalau kita mengerti akan cosmic drama tersebut. Kasih yang sejati akan muncul di dalam iman yang sejati, yang mengerti akan cosmic drama tersebut.
Paulus berrespon dengan tidak berhenti berdoa. Ia tidak berhenti berdoa untuk meminta kepada Tuhan berkat bagi jemaat. Maka sekali lagi hal ini adalah hal yang hanya bisa dikerjakan orang Roh Kudus saja untuk mengenal Kristus. Saat kita mengenal Kristus maka kita akan mengenal 3 hal ini: pertama adalah pengharapan panggilan, kedua adalah kekayaan kemuliaan, ketiga adalah kuasa Allah yang besar yang bekerja saat ini. Di dalam pasal 1 ayat 22 dan 23 & Efesus 2: 19-22 adalah suatu ciri daripada kitab Efesus. Ada suatu keunikan ayat-ayat dalam Efesus ini. Ujung akhir dari pasal berbicara mengenai eklesiologi. Pasal yang pertama berbicara mengenai cosmic drama, dalam pasal kedua berbicara mengenai history of reality atau apa yang Tuhan lakukan dalam time and space. Dalam pasal 1 dan 2 kita lihat dimulai dengan berbicara mengenai Christology tetapi uniknya setiap akhir dari pasal selalu diakhiri dengan pembahasan mengenai gereja. Di sini kita dapat mengerti bahwa apa yang Allah kerjakan dalam kekalan akan berujung di dalam Gereja. Gereja adalah sesuatu yang sangat vital di dalam visi Allah. Gereja bukan sekedar institusi, tetapi hasil dari pekerjaan Allah dalam cosmic drama. Karena itu kita harus menghormati Gereja yang sejati. Itulah sebabnya Saulus yang menghancurkan Gereja pada saat itu harus berhadapan langsung dengan Tuhan. Sehingga melalui peristiwa itulah Paulus menjadi tokoh Alkitab satu-satunya yang bisa mengkaitkan Gereja dengan Kristus. Kalau kita benar-benar menghargai Kristus maka kita harus benar-benar menghargai Gereja juga, karena hasil pekerjaan Allah dalam cosmic drama adalah Gereja. Hati-hati dalam kehidupan bergereja kita karena Gereja adalah suatu hal yang menjadi isi hati Tuhan.
- Latar Belakang Lagu
- 2 Apr 2013
Di Atas Satu Alas
“Di Atas Satu Alas”
( The Church’s One Foundation )
Samuel J. Stone, 1866
Samuel J. Stone, dilahirkan di Whitmore, Strattfordshire, tahun1839.
Ia anak dari Pdt. William Stone. Samuel menempuh pendidikan di
Pembroke College, Oxford. Tahun 1874, ia meneruskan pelayanan ayahnya
di Gereja St. Paul’s, Haggerston.
St. Paul’s Haggerston berada di kawasan kumuh di London.
Stone membuka gerejanya pada pukul 6.30 pagi sehingga para pekerja bisa
mampir ke gereja untuk bersekutu, berdoa, membaca dan sebagainya.
Kemudian ia membangun beberapa gereja, ia beranggapan bahwa
masyarakat bawah sekali pun berhak untuk beribadah di gereja yang indah.
Di kemudian hari, ia dijuluki sebagai “pendeta kaum miskin”.
Stone menulis banyak puisi dan hymne. Ia juga adalah anggota dari sebuah
lembaga musik Hymns, Ancient and Modern.
Stone menuliskan hymne ini ketika Gereja berada dalam situasi perpecahan.
Ia kembali merenungkan tentang apa itu Gereja.
Yaitu Kristus lah yang menjadi dasarnya yang kuat.
Gereja adalah umat pilihan dari bangsa-bangsa di seluruh dunia
yang disatukan oleh Allah sendiri. Dan kiranya Gereja terus berdoa.
Gereja Tuhan yang sejati tidak akan pernah binasa.
http://songsandhymns.org/people/detail/samuel-stone
- Latar Belakang Lagu
- 2 Apr 2013
Ku Tahu Siapa Yang Kupercaya
“Ku Tahu Siapa Yang Kupercaya”
( I Know Whom I Have Believed )
El Nathan / Daniel W. Whittle, 1883
Pengarang lagu ini biasanya menggunakan nama samaran El Nathan atau Elias Nathan. Nama sebenarnya ialah Daniel Webster Whittle. Dalam perang sipil, Whittle kehilangan tangan kanannya, lalu harus mendekam di kamp penjara perang. Setelah sembuh dari luka-lukanya, ia mencari-cari sesuatu untuk dibaca kemudian ia temukan Alkitab Perjanjian Baru. Walaupun kata-kata dalam Alkitab itu begitu menggema di hatinya, ia belum siap menerima Kristus. Tidak lama setelah itu, seorang perawat rumah sakit membangunkannya dan berkata bahwa ada seorang tahanan yang sedang sekarat yang meminta seseorang berdoa untuknya. Whittle sebenarnya keberatan mendoakan tahanan itu, tapi perawat itu berkata, “Saya kira Anda seorang Kristen karena saya lihat Anda membaca Alkitab”. Akhirnya, Whittle bersedia mendoakan tahanan itu dan mencatat demikian :
”…saya berlutut dan menggenggam tangan anak muda itu. Dengan terbata-bata saya mengakui dosa-dosa saya dan memohon Kristus mengampuni dosa saya. Saya percaya bahwa saat itu juga DIA sudah mengampuni saya. Kemudian dengan sungguh-sungguh saya mendoakan anak muda itu. Anak muda itu menjadi tenang dan memegang tangan saya erat-erat sementara saya mendoakan dia dan mengatakan janji – janji Tuhan kepadanya. Ketika saya berdiri, ia meninggal. Wajahnya yang semula sangat menderita berubah menjadi penuh sukacita dan damai. Saya hampir tidak dapat mempercayai kalau Tuhan sudah memakai anak muda itu untuk membawa saya kepada Juru Selamat, dan memakai saya untuk membawa anak muda itu untuk mempercayakan hidupnya pada darah Kristus yang begitu berharga dan menemukan pengampunan. Saya berharap bertemu lagi dengan anak muda itu di sorga kelak….”
Setelah perang selesai, Whittle bekerja bagi Elgin Watch Company di Chicage, Illionis. Selama kurang dari 10 tahun, ia akhirnya menekuni ladang penginjilan. Selama masa itu, ia bekerja dengan musisi terkenal, Philip Bliss dan James McGranahan. Whittle yang lahir pada tanggal 22 November 1840 di Massachusetts ini dimakamkan juga di tempat kelahirannya pada tanggal 4 Maret 1901. Keputusannya untuk menyerahkan seluruh hidup kepada Injil tersirat dalam pernyataannya: “…dalam keheningan, saya telah serahkan seluruh hidup saya kepada Bapa Sorgawi untuk IA pakai sesuai kehandak-Nya…”
- Quotes
- 20 Feb 2013
Stephen Tong
Man is not what he thinks, man is not what he eats, man is not what he gains, man is not what he behaves, man is not what he feels, but man is what he reacts before God