Hukum Keempat : Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat

(Keluaran 20 : 8-11; 31: 12-17)

Perintah keempat adalah perintah yang sangat keras, karena Tuhan mengatakan “Hormati Hari Sabat, ingat dan kuduskan Hari Sabat”. Lalu dalam pasal 31 dikatakan “siapa yang melanggar harus dihukum mati. Dia harus dilenyapkan dari bangsanya dan dia harus dihukum mati” 3 kali diulangi. Jadi Saudara bisa tahu berapa beratnya penekanan Tuhan bagi peraturan yang keempat ini. Hormati Hari Sabat, jangan melakukan pekerjaan apa pun pada Hari Sabat, siapa yang melakukan pekerjaan pada Hari Sabat harus dihukum mati, dia harus dimusnahkan, dilenyapkan dari bangsanya. Lalu diulangi sekali lagi, harus dihukum mati. Mengapa Tuhan ancam dengan 3 kali peringatan keras ini? Mengapa melanggar Hari Sabat jadi begitu menyakiti hati Tuhan, sehingga siapa yang melanggar harus dilenyapkan dari bangsanya. Sebelum menjawab ini kita harus tahu dulu apa yang dimaksud dengan Sabat, mengapa harus ada Sabat? Dan di pasal 20:10 dikatakan bahwa hari ke-7 adalah Hari Sabat Tuhan. Kita harus mengerti mengapa Tuhan sangat keras dalam peraturan ini. Karena Hari Sabat adalah hari dimana Tuhan berhenti dari segala pekerjaanNya. Dalam Kitab Kejadian 1 di katakan Tuhan menciptakan segala sesuatu , dari hari pertama sampai hari keenam, Tuhan terus bekerja. Dan di dalam hari-hari itu Tuhan menciptakan seluruh ciptaan, dan di dalam hari-hari itu dikatakan “jadilah petang, jadilah pagi”. Jadilah petang, jadilah pagi itu hari pertama, jadilah petang jadilah pagi itulah hari kedua, dan seterusnya sampai hari ke-6. Tapi sampai hari ke-7 tidak ada lagi perkataan “jadilah petang dan jadilah pagi”, dan waktu masuk hari ke-7 Tuhan tidak melakukan pekerjaan penciptaan apa pun, tetapi memberkati ciptaan lalu mengatakan bahwa ini adalah hari di mana Dia beristirahat dari pekerjaanNya. Berarti Sabat itu adalah di mana Tuhan mengalami rest, beristirahat. Maksudnya ini adalah satu hari di mana Tuhan menikmati apa yang sudah Dia ciptakan. Ini adalah hari di mana Dia mengalami istirahat dan hari ini bukan hari yang sama dengan hari yang kita lalui sekarang. Hari pertama dan keenam dinyatakan dengan jelas “ini hari pertama, ini hari kedua, jadilah petang jadilah pagi”, hari ketujuh tidak ada penunjuk waktu seperti itu. Hari ketujuh bukan hari yang sama seperti ini, hari ketujuh Tuhan bukan hari yang sudah terjadi ribuan tahun yang lalu dan berhenti pada saat itu. Hari ketujuh adalah hari kekal di mana Tuhan beristirahat dari pekerjaanNya. Dan hari ketujuh adalah hari di mana Tuhan mengatakan bahwa manusia boleh masuk dalam istirahat yang sama. Berarti hari ketujuh adalah hari undangan dari Tuhan. Tuhan mengatakan kepada manusia setelah Dia menciptakan seluruh ciptaan dan memberkatinya, seolah-olah Dia mengatakan “mari hai manusia, mari berdiam bersama dengan Aku mengalami istirahat yang kekal, mari berdiam bersama Aku menikmati berkat yang kekal dan sempurna” inilah undangan Tuhan.

Tuhan menjadikan segala sesuatu lalu menciptakan manusia sebagai mahkota ciptaan, sebagai gambarNya yang akan menguasai seluruh ciptaan. Setelah itu Tuhan menyatakan Hari Sabat, ini merupakan suatu undangan dari Tuhan “mari hai manusia, masuklah di dalam istirahat ini, masuklah di dalam perhentian yang kekal bersama dengan Aku”. Berarti ini adalah hari di mana kita menikmati relasi dengan Tuhan yang sempurna, ini adalah hari di mana kita boleh bersama dengan Tuhan, memandang kemuliaanNya dan berhenti dari segala jerih lelah kita. Dalam Kitab Wahyu dikatakan bahwa bahagia adalah bagi orang yang mati. Orang yang mati di dalam Tuhan mulai saat ini, karena mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka. Maka Sabat identik dengan hari di mana kita boleh bersama dengan Tuhan dengan sempurna. Manusia tidak boleh sembarangan masuk Sabat, manusia harus diuji terlebih dahulu. Itu sebabnya setelah manusia dijadikan, Tuhan tidak langsung berkata “Adam, Hawa mari masuk di dalam Sabat”, mereka harus diuji dulu. Karena tidak ada seorang pun yang tidak suci boleh masuk di dalam Sabat Tuhan. Tidak seorang pun yang tidak beristirahat, tidak dalam keadaan yang benar, tidak dalam keadaan yang suci dan tidak dalam keadaan yang benar boleh masuk ke dalam Sabat Tuhan. Itu sebabnya Adam harus diuji, itu sebabnya ada pohon pengetahuan yang baik dan jahat.

Di dalam PA saya sudah membahas bahwa pengertian yang baik dan jahat bukanlah mengerti mana yang baik dan jahat, bukanlah mampu membedakan ini baik dan ini jahat, tetapi pengetahuan yang baik dan jahat adalah otoritas menentukan mana yang baik dan jahat. Pengetahuan ini bukan sembarangan pengetahuan, ini bukan sekedar tahu saja, tapi ini adalah otoritas sehingga orang yang mengetahui yang baik dan jahat boleh menentukan mana yang benar dan salah, siapa yang harus dihukum siapa harus diberikan anugerah, siapa yang boleh luput dari penghakiman dan siapa yang tidak. Ini adalah otoritas hakim dan otoritas raja. Jadi Tuhan meletakkan pohon yang baik dan jahat, menyatakan bahwa ini adalah ujian bagi manusia. Maukah engkau terus tunduk kepada otoritas Tuhan? Atau memilih untuk memiliki otoritas sendiri? Maukah engkau mengatakan yang Tuhan anggap baik, itu saya anggap baik, yang Tuhan anggap jahat itu saya anggap jahat, saya tidak mampu tentukan, saya tidak punya otoritas tentukan. Maka pohon ini menjadi ujian dan kalau Adam dan Hawa melewati ujian, baru mereka boleh masuk dalam Sabat Tuhan. Kalau manusia melewati ujian, barulah mereka boleh masuk dalam Sabat Tuhan. Tetapi Kitab Suci mengatakan Adam gagal, manusia jatuh dalam dosa, manusia memakan buah pengetahuan yang baik dan jahat. Dan karena itu Tuhan usir mereka dari Taman Eden, mereka dijauhkan dari pohon kehidupan dan istirahat bersama Tuhan, belum terjadi pada waktu itu. Karena itu sejarah manusia terus berlanjut sampai Kristus datang memulihkan segala sesuatu.

Itu sebabnya hanya di dalam Kristus manusia boleh mengalami istirahat ini. Dalam Wahyu 13 dikatakan “bahagia bagi orang yang mati kalau dia mati di dalam Tuhan, karena dia boleh berjerih lelah dari pekerjaannya”. Maka hari dimana kita mati atau hari dimana Tuhan datang kembali adalah hari murka bagi orang tidak percaya, tapi itu adalah hari bahagia bagi orang yang percaya. Itu adalah the day of wrath bagi orang-orang yang tidak percaya, tetapi itu adalah the day of rest bagi orang-orang percaya, ini perbedaan yang sangat kontras. Adam gagal tapi Kristus berhasil. Adam gagal dalam ujian, Kristus membawa manusia lulus dari ujian ini, Kristus dengan sempurna menjalani hidup dan Dia mati di kayu salib menebus yang lain yang tidak sempurna, sehingga semua boleh disempurnakan dan boleh masuk di dalam Sabat Tuhan. Di dalam Kekristenan mula-mula mereka beribadah pada hari yang sama dengan orang Yahudi, dan mereka juga beribadah di Sinagoge, tempat yang sama dengan orang Yahudi. Lalu mereka memeritakan Mesias yang sudah datang, sedangkan orang Yahudi yang lain memberitakan Mesias yang akan datang. Maka terjadi konflik “mengapa kamu memberitakan Kristus yang sudah datang?”, lalu orang-orang Yahudi mengatakan “kami mempercayai bahwa Kristus masih akan datang, Dia belum datang”. Orang Kristen mengatakan “Dia sudah datang dan Dia sudah dipaku di kayu salib dan Dia bangkit”. Orang Yahudi marah “masakan Mesias kita mati di kayu salib. Mesias tidak menderita, Mesias tidak mungkin sengsara, Mesias tidak mungkin mengalami mati dengan cara terkutuk seperti itu. Tetapi orang Kristen membuktikan dari Kitab Suci, bahwa Kitab Suci Perjanjian Lama sudah berbicara bahwa Sang Mesias harus menderita. Tetapi perdebatan ini makin keras, dan posisi Yahudi yang lebih kuat dari pada orang Kristen mula-mula, mereka mengatakan “pisahkan dirimu dari kami, jangan beribadah di tempat kami karena kamu bidat, kamu sesat. Jangan beribadah di hari yang sama dengan kami, karena engkau menjalani ibadah dengan konsep yang berbeda dari kami. Akhirnya orang Kristen menyingkir dari sinagoge, dan mereka beribadah di rumah-rumah, mereka memilih hari Minggu untuk beribadah, tidak lagi hari Sabtu. Karena hari Minggu adalah hari dimana Kristus sudah bangkit. Yohanes Calvin dalam Institutio mengatakan orang Yahudi masuk dalam Hari Sabat terus menantikan hari yang akan datang itu, hari yang Tuhan janjikan dimana Dia akan mengirimkan Sang Mesias. Tapi orang Kristen, hari Minggu beribadah memperingati Kristus yang sudah datang dan sudah bangkit.

Maka Calvin dalam buku itu membuat sindiran, dia mengatakan “orang Yahudi beribadah dalam mimpi yang tidak akan terjadi. Orang Kristen beribadah di dalam memori atas apa yang sudah terjadi”. Minggu bukan Sabat, Minggu adalah hari di mana kita memperingati SabatNya Tuhan. SabatNya Tuhan adalah undangan dari Tuhan kepada manusia untuk masuk dalam istirahat yang abadi. Mitologi kuno mengatakan allah atau dewa-dewa menciptakan manusia rendahan untuk menjadi budak, atau yang kebetulan muncul dari bangkainya dewa, tapi Alkitab mengatakan Allah menciptakan manusia untuk mewakili Dia di bumi. Jadi manusia hanya bisa benar-benar bernilai kalau seluruh konsep Alkitab dipakai untuk memberikan pemahaman terhadap nilai manusia. Siapa manusia? gambar Allah, apa istimewanya manusia? wakil Allah, apa yang menjadi harapan manusia? boleh mengerjakan tugas, setelah tugas selesai boleh beristirahat di dalam Allah, ini menjadi harapan kita. Jadi kalau melihat seluruh gambaran besar desain Allah mengapa manusia diciptakan, Saudara harus mengerti hal ini. Kita diciptakan untuk bekerja, sama seperti Tuhan sudah bekerja. Manusia kerja sampai dia dipnggil Tuhan, dia boleh beristirahat dari jerih lelahnya. Manusia terbagi dalam 2 golongan, pertama adalah orang berdosa kalau sampai periode akhir dia mengalami the wrath of God, murka Allah. Tapi sebagian lain yang percaya pada periode akhir, dia mengalami the rest with God, beristirahat bersama dengan Allah. Ini perbedaan yang sangat beda, sangat bertolak belakang. Yang satu menghadapi hari ini dengan kengerian besar, yang satu lagi menantikan hari ini untuk bisa beristirahat dari jerih lelah. Maka yang menjadi pertanyaan adalah Saudara menantikan hari ini atau tidak? Saudara bekerja untuk mengharapkan suatu saat saya masuk hari ini atau tidak?

Dalam buku ketiga Institutio, Yohanes Calvin mengatakan setiap orang harus memeditasi kehidupan yang akan datang, harus merenungkan apa yang akan menjadi bagiannya dalam kehidupan yang akan datang. Saudara merenungkan ini sambil mengharapkan bahwa nanti bisa beristirahat dari jerih lelah. Tapi kalau selama hidup tidak pernah berjerih lelah, mau mengharapkan istirahat seperti apa? Itu sebabnya dikatakan “mari berjerih lelah” setelah berjerih lelah, Saudara boleh beristirahat. Manusia bergiat untuk mengharapkan Sabat, inilah pola yang Tuhan mau latih kepada Israel, karena itu Dia berikan hukum yang keras ini. Latihan pun hukumnya sangat keras, karena Sabat ini tidak boleh dimasuki oleh orang fasik, tidak boleh dimasuki oleh orang yang tidak mengerti, tidak boleh dimasuki oleh orang yang tidak beriman. Maka Tuhan mengatakan “yang tidak menghargai Sabat, singkirkan dari Israel, karena Israel menjadi gambaran dari orang yang akan mengalami istirahat dengan Allah”. Itu sebabnya ketika Saudara melihat Taurat, Saudara harus tahu Taurat menjadi suatu cerminan betapa Tuhan membenci dosa-dosa tertentu. Tetapi hukuman yang diterapkan dalam Taurat, tidak boleh lagi diterapkan dalam gereja. Peraturan Israel adalah peraturan hukum bangsa, sama seperti Undang-Undang Negara Indonesia, bolehkah negara kita menetapkan hukuman mati? Maka kalau negara menetapkan hukuman mati, boleh, tapi bolehkah gereja menetapkan hukuman mati? Sama sekali tidak boleh. Bolehkah organisasi massa menetapkan hukuman mati? Sama sekali tidak boleh. Sebelum dunia Perjanjian Baru, otoritas itu diberikan di dalam Israel, maka Israel boleh menetapkan hukuman mati karena mereka memiliki otoritas itu. Itu sebabnya cara kita memandang Alkitab harus hati-hati dalam menerapkannya. Dalam pengertian yang salah, kita akan menciptakan masyarakat yang akhirnya menghina kekristenan.

Tuhan mengatakan siapa yang tidak menghargai Sabat akan disingkirkan, ini menjadi simbol bahwa yang masuk dalam Sabat Tuhan tidak satu pun yang tidak percaya kepada Tuhan, tidak satu yang tidak sungguh-sungguh beriman. Dalam kehidupan kita bergereja ada yang sungguh-sungguh beriman ada yang tidak, ada yang sungguh-sungguh mengenal Tuhan ada yang tidak. Saya berharap, saya berdoa kepada Tuhan, seluruh Saudara yang hadir sudah sungguh-sungguh beriman kepada Dia, tapi saya tidak bisa menjamin itu. Maka saya mohon Saudara benar-benar belajar mengenal siapa Kristus, benar-benar beriman kepada Dia, karena saya sangat berharap saya bisa menikmati istirahat nanti bersama dengan Tuhan, bersama dengan seluruh Saudara sekalian. Tetapi di Alkitab dikatakan yang tidak beriman tidak bisa masuk, yang tidak beriman tidak menantikan the day of rest, tetapi menantikan the day of wrath, murka Tuhan. Maka di dalam Sabat sudah ada cerminan ini, yang tidak menghormati akan disingkirkan, yang tidak menghargai akan disingkirkan. Maka di dalam Kitab Taurat dikisahkan satu kali ada satu orang kumpulkan kayu bakar pada Hari Sabat, lalu ketahuan, maka dia dikurung di satu tempat. Lalu Musa bertanya kepada Tuhan “apa yang harus dilakukan kepada orang ini? Memang di dalam Taurat, Engkau mengatakan harus dimatikan, tetapi saya takut salah tafsir. Saya ingin memastikan apa yang harus dilakukan kepada dia”, lalu Tuhan berfirman “matikan dia, jangan kasihan kepada dia, singkirkan yang jahat dari tengah-tengahKu”. Maka orang itu dimatikan. Ini adalah satu contoh, di dalam Sabat Tuhan tidak ada orang fasik, di dalam Sabat Tuhan tidak ada orang tidak percaya. Tuhan mengatakan “hormati Hari Sabat, karena Hari Sabat adalah hari yang melatih spiritual kita untuk menantikan Hari Sabat yang sejati. Sabat menyatakan bahwa engkau akan berhenti dari semua jerih lelahmu. Ini yang menguatkan kita untuk melayani, ini yang menguatkan kita dalam hidup. Apa yang Saudara alami dalam hidup? Saudara mengalami sakit hati, kalau Saudara tidak mempunyai pengharapan Sabat, sakit hati Saudara akan mematikan Saudara. Saudara mengalami dikecewakan orang, kalau Saudara tidak mempunyai pengharapan Sabat, kecewa itu akan mematikan Saudara. Kalau Saudara dendam kepada orang, Saudara tidak mempunyai pengharapan Sabat, dendam itu akan mematikan Saudara. Semuahal yang sulit di dunia akan membuat Saudara masuk ke kubur dengan kesulitan. Tapi kalau Saudara menantikan Sabat, kesulitan apa pun memang sudah, tetapi Saudara mengatakan “suatu saat nanti saya akan berhenti mengalami kesulitan seperti ini, suatu saat nanti saya akan menikmati segala jerih lelah yang saya kerjakan”. Satu kali Petrus bertanya kepada Tuhan Yesus “Tuhan, kami sudah tinggalkan semua untuk mengikuti Engkau, apa yang akan kami dapatkan?”. Saya pikir kalau Petrus menanyakan hal itu, Tuhan akan marah, “apa yang akan kami dapat?”, “kamu mau dapat apa? memang kamu yang lebih keras kerjaNya dari saya” saya pikir Tuhan Yesus akan menjawab seperti itu. Ternyata Tuhan mengatakan “engkau akan diberikan berkali lipat dari bumi ini dan nanti akan mendapatkan kemuliaan upah di sorga. Waktu dikatakan “upahmu besar di sorga” inilah rest yang dimaksudkan. Makin kerja keras makin merindukan saat di mana bersama-sama dengan Tuhan. Saudara mengatakan “ketika saya harus beristirahat, inilah hari yang saya nantikan”. Ini bukan orang cinta mati, ini adalah orang yang giat bekerja. Calvin mengatakan dalam buku 3 Institutio, orang yang merindukan kehidupan yang akan datang bukan orang yang bosan dunia, bukan orang yang punya dead wish, bukan orang yang bunuh diri, tetapi ini adalah orang yang sudah sangat giat dan rindu menikmati hasil giatnya itu. Maka orang yang sudah melayani dengan giat, dia akan mempunyai pengharapan nanti bersama dengan Tuhan akan menikmati istirahat dari pekerjaannya, dari jerih lelahnya. Tetapi orang yang tidak kerjakan apa-apa pasti takut pergi ke sana, tidak mau pergi ke sana, karena masih menikmati apa yang diberikan dunia ini dan tidak pernah ber-labor dengan keras di sini. Mari kita belajar menghargai Sabat dengan harapan suatu saat nanti akan bersama dengan Tuhan.

Dan bagaimana pelatihan yang baik untuk mengharapkan Sabat yang sejati? Alkitab mengatakan “dengan menghormati Hari Sabat” inilah pelatihannya. Maka mari kita baca Keluaran 20:8 “ingatlah dan kuduskan Hari Sabat. Enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu. Tetapi hari ketujuh adalah Hari Sabat Tuhan Allahmu”. Maka untuk melatih kita menantikan Sabat yang sejati nanti, kita diijinkan Tuhan untuk masuk Sabat demi Sabat setiap minggu, di mana kita bekerja dari hari pertama sampai keenam, kemudian kita menikmati relasi dengan Tuhan. Siapa yang tidak menikmati Hari Minggu sebagai relasi dengan Tuhan, akan sulit mengatakan “saya rindu bersama dengan Tuhan dalam Sabat yang kekal nanti”. Siapa yang hari demi hari terus kerja, ketika Hari Minggu mengatakan “saya mau bebas di Hari Minggu” tidak mungkin mempunyai pengharapan akan Sabat yang sejati. Maka ayat ini berguna bagi kita bukan supaya kita tidak dihukum, tapi sebagai pelatihan spiritual bagi kita. Kita menantikan Sabat yang sejati, mari kita nantikan dengan berlatih menantikan saat di mana kita boleh menikmati Tuhan. Inilah mengapa Hari Minggu kita beribadah kepada Tuhan. Saya bukan orang yang ketat, yang seperti orang-orang Farisi harus membuat daftar list kegiatan apa yang boleh dan tidak boleh di Hari Minggu. Ada orang Kristen yang mirip orang Yahudi, membuat daftar apa yang boleh dan apa yang tidak. Orang Yahudi kalau membuat daftar, panjangnya bukan main. Kalau Saudara baca sejarah Yahudi, orang-orang Yahudi waktu merumuskan peraturan, Saudara akan heran, mereka kumpul dan bisa berdebat mana yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan dalam Sabat. Bayangkan kalau hal ini diteruskan sekarang, “Hari Minggu boleh ngapain? Ke mall?”. Jadi Saudara tidak masuk dalam perdebatan seperti ini, tidak ada gunanya legalisme mana boleh dan mana yang tidak boleh, kalau hati Saudara tidak benar-benar lakukan. Orang yang menaati setiap poin dari Taurat tanpa hati melakukan, percuma, tidak ada faedahnya. Tetapi orang yang dengan hati mengatakan “ini aku rela lakukan untuk Tuhan” itulah orang yang akan bertumbuh di dalam iman yang sejati. Jadi pada Hari Minggu kita tidak membuat list. Tidak ada gunanya legalitas seperti ini kalau hati tidak benar-benar mau ikut. Tapi kalau Saudara merasa tidak sejahtera waktu melakukan ini Hari Sabat, silahkan berpegang pada keyakinan Saudara di hadapan Tuhan tanpa menghakimi orang lain yang melakukan sesuatu yang berbeda. Karena kita tidak tahu motivasi orang itu apa, ada yang setia menjalankan Sabat sepanjang hari tidak melakukan apa pun hanya dengan berserah kepada Tuhan, dia memiliki faedah yang sejati. Ada yang sepanjang hari tidak melakukan apa pun kecuali hal rohani tetapi hatinya tetap tidak tergerak dekat kepada Tuhan, ini pun percuma. Maka hal yang mau ditekankan pada peringatan hukum ke-4 adalah selalu ingat mengapa Saudara masuk dalam Hari Sabat yang sementara ini.

Biarlah kita ingat hari-hari yang lalu kita sudah bekerja, hari ini kita mau menikmati Tuhan. Dan Tuhan Yesus mengatakan di dalam Kitab Injil, Sabat diberikan untuk manusia. Karena Tuhan yang mempunyai Sabat, Tuhan mengatakan “mari manusia, tinggal bersama Aku di dalam Sabat”. Jadi Tuhan mau berikan ini sebagai hadiah. Lalu mengapa hukumnya begitu keras? karena Tuhan berikan ini hanya kepada orang yang sungguh-sungguh percaya, maka ini menjadi suatu kekuatan bagi kita yang sungguh-sungguh percaya. Mari kita belajar waktu mau masuk Hari Minggu, waktu mau beribadah kepada Tuhan, kita minta kepada Tuhan “Tuhan, berikan saya hati yang menantikan FirmanMu. Berikan saya hati yang menantikan bersekutu bersama saudara seiman, berikan saya hati yang menantikan saat boleh berdoa kepada Tuhan bersama-sama umat Tuhan”. Kalau Saudara tidak bisa menikmati kebaktian Hari Minggu sebagaimana seharusnya, Saudara minta kekuatan dari Tuhan. Orang yang tidak bisa menikmati ibadah, tidak terlatih untuk menantikan Sabat. Dan kalau tidak terlatih menantikan Sabat yang sejati, Saudara tidak terlatih untuk punya kekuatan dalam hidup. Saudara yang sudah alami mungkin mengerti apa yang saya maksud, kalau belum saya beri tahu dalam hidup akan banyak hal yang membuat Saudara mau hancur, banyak hal yang membuat Saudara seperti tidak bisa bertahan lagi, ada banyak hal yang membuat Saudara berkata kepada Tuhan “Tuhan, saya tidak punya kekuatan cukup untuk menghadapi apa yang Tuhan ijinkan saya hadapi”, tetapi orang yang mengerti Sabat akan mengatakan “meskipun saya tidak sanggup, meskipun sepanjang hidup saya hanya penuh dukacita dan segala sengsara, tapi saya tahu akhirnya nanti saya akan masuk dalam Sabat Tuhan”, ini hanya bisa diikuti ketika Saudara melatih diri di dalam Sabat sementara di dunia ini, Saudara menikmati segala yang ditawarkan di dalam ibadah. Mari berdoa supaya Saudara pun boleh menikmati semua hari-hari Minggu dimana kita boleh bertemu dengan Tuhan, sehingga kita menantikan kapan Sabat sejati boleh kita masuki.

Hukum Ketiga: Jangan Menyebut Nama Tuhanmu dengan Sembarangan – bag. 2

(Keluaran 20:7, Keluaran 34: 4-7, 11-14)

Hukum ketiga mengatakan jangan menyebut nama Tuhan Allahmu dengan sembarangan. Kita sudah membahas dalam minggu lalu kalau menyebut nama Tuhan dalam berkat tanpa benar-benar ingin orang yang mendengar dapat berkat, ini menyebut nama Tuhan dengan sembarangan. Lalu kalau kita bersumpah demi nama Tuhan untuk hal-hal yang remeh, ini pun menyebut nama Tuhan dengan sembarangan. Atau kita menyebut tentang Tuhan, tetapi kita tidak mengenal Dia, ini pun menyebut nama Tuhan dengan sembarangan.

Kita akan melanjutkan dengan 2 hal lagi mengapa orang bisa disebut salah, menyalahi peraturan menyebut nama Tuhan dengan sembarangan. Kita menyebut nama Tuhan dengan sembarangan kalau kita menyebutkan nama Tuhan tanpa mengerti karakter yang dimiliki Tuhan. Kita menyebut nama Tuhan tanpa hati yang mengenal seperti apa Tuhan. Orang yang kenal siapa Tuhan, dia tidak akan sembarangan menyebut nama ini. Karena dia tahu dibalik nama ini ada pengertian yang sangat dalam, yang menuntut segenap hormat untuk boleh disebutkan. Karena itu kita harus mengerti dulu waktu Alkitab menyatakan nama Tuhan, ini adalah nama yang Tuhan pakai untuk memperkenalkan diriNya sendiri. Tuhan memilih kata ini untuk menyatakan diriNya kepada manusia. Kata-kata apa yang dipakai dalam Alkitab?

Yang pertama ketika Tuhan menyatakan diriNya, Dia menyebut diriNya dengan Allah atau Elohim. Orang sering kali menyatakan kalau kita menyembah Allah yang ada di dalam Alkitab, kita harusnya tidak boleh memakai kata Allah, karena ini adalah kata yang dipakai oleh budaya lain, ini adalah kata yang dipakai oleh agama lain. Kalau kita mau kembali ke Alkitab, kita harus memakai kata Elohim. Tetapi yang tidak dimengerti oleh orang-orang ini adalah kata Elohim pun tadinya dipakai untuk allah yang bukan Allah yang sejati. Kata Elohim pun secara umum dinyatakan untuk menyebut kekuatan atau kuasa yang melampaui segala sesuatu. Lalu mengapa Tuhan pilih kata ini untuk menyatakan diriNya? Ketika Tuhan memilih kata untuk menyatakan diriNya, kata ini ditebus dari pengertian sebelumnya. Jangan terjebak dengan pengertian kata tanpa mengerti makna di baliknya. Orang mengatakan jangan sebut Allah, sebut Elohim, karena Elohim itulah Tuhan menyatakan diri, itu memakai Bahasa Ibrani. Tetapi di dalam Bahasa Yunani, Tuhan tidak paksa penulis-penulis Perjanjian Baru untuk pakai kata Elohim, mereka memakai Theos. Kata yang dipakai orang Yunani untuk menyebut dewa-dewa mereka. Lalu ada yang mengatakan “jangan pakai Allah, itu adalah nama dewa-dewa lalu dipakai untuk Allah kita”. Tuhan sengaja memakai kata yang sudah dipahami terlebih dahulu, lalu dikuduskan dan mengatakan “kata ini Aku untuk menyatakan namaKu” ini kata yang pertama, Elohim. Mengapa Tuhan memakai kata ini? karena kata ini mengandung pengertian pribadi yang paling tinggi, kekuataan yang paling dahsyat dan kuasa yang paling besar dari segala yang ada. Maka ketika Allah menyatakan diri, Dia mengatakan “Akulah Allah ini”.

Lalu di dalam Alkitab kata Elohim juga dipakai untuk memperkenalkan Allah dengan cara yang unik karena nama ini digabung dengan pengertian-pengertian yang lain. Salah satu yang sering kita dengar adalah “Allah yang Maha Kuasa”. Kata “Allah yang Maha Kuasa” atau Elshadai, ini sangat unik. Karena di dalam Alkitab ketika Tuhan mengatakan “Akulah Allah yang Maha Kuasa” selalu diikuti dengan janji yang memberikan berkat. Allah yang Maha Kuasa, lalu Dia adalah Allah yang akan memberikan berkat. Ketika Tuhan menyatakan diri kepada Abraham, Dia mengatakan “Akulah Allah yang Maha Kuasa, berdirilah dihadapanku dengan tidak bercacat dan Aku akan memberkati engkau dengan memberikan keturunan, memberikan tanah ini dan memberikan namamu menjadi besar”. Jadi Allah menyatakan diri sebagai Allah yang Maha Kuasa, lalu dikaitkan dengan memberi berkat. Kata Elshadai sangat banyak di Kitab Ayub, karena Ayub sedang bergumul apa yang Allah inginkan di dalam dirinya, apa yang Allah mau di dalam hidupnya, apa yang Allah mau di dalam penderitaannya. Lalu ketika dia menyebut Allah Maha Kuasa, dia tahu bahwa kata ini sering diparalelkan dengan Allah yang siap memberikan berkat. Ini hal yang unik, Allah yang Maha Kuasa menyatakan diriNya kepada manusia sebagai Allah yang senantiasa memberikan berkat. Jadi nama Tuhan adalah yang berkuasa, yang berotoritas dan yang senang memberikan berkat. Ketika kita mengatakan “oh, Allahku” kita mempunyai konsep ini, Dialah yang paling agung, Dialah yang paling berkuasa, tetapi Dia juga yang senantiasa memberikan kelimpahan berkat supaya manusia boleh menikmati apa yang Dia berikan kepada kita. Alkitab tidak menyatakan Allah sebagai Pribadi yang menyatakan kuasa, menyatakan kekuatan hanya di dalam penghakiman saja. Tuhan adalah Allah yang berkuasa menyatakan berkat kepada umatNya. Maka inilah cara Allah menyatakan diri, di dalam Kitab Kejadian Tuhan menyatakan DiriNya dengan Elshadai, lalu Abraham mengerti “Engkau adalah Allah yang akan memelihara hidupku, Engkau adalah Allah yang akan menggenapi janjiMu”. Apa yang Allah sudah janjikan pasti terjadi dalam kehidupan Abraham. Apa yang Allah nyatakan pasti akan menjadi genap karena Dia adalah Allah yang berkuasa. Kalau seseorang menjanjikan sesuatu, tapi dia tidak mempunyai kuasa untuk menjalankan, janji itu menjadi kosong. Atau kalau orang punya kuasa yang besar, tapi tidak berniat untuk memberikan sesuatu, maka tidak mungkin orang lain mendapatkan sesuatu. Kalau Allah adalah yang berkuasa tetapi Dia tidak suka menyatakan berkatNya maka kita akan hidup dengan cara yang sangat kasihan. Kalau Allah yang senang memberikan berkat, tapi Dia tidak punya kuasa, maka kita mengharapkan berkat tapi Allah tidak sanggup memberikan. Tetapi Alkitab mengatakan Allah adalah Allah yang Maha Kuasa, Allah yang kekuatanNya sangat dahsyat, dan karena itu Dia menyatakan pemeliharaanNya bagi banyak orang. Itu sebabnya banyak orang ketika menyelidiki kata Elshadai, apa maksudnya? Shadai dalam Ibrani artinya maha kuasa, kekuatan yang sangat besar yang siap menghakimi. Tetapi ketika mereka selidiki, Shadai juga berarti gunung, bisa juga berarti ibu yang memlihara anaknya dengan memberikan susu. Maka mereka melihat keseluruhan konsep Allah yang Maha Kuasa, ini sangat dalam maknanya. Ketika kita mengatakan “aku menyembah Tuhan” benarkah kita menyembah Tuhan dengan mengenal siapa Dia. Kalau Saudara mau kenal siapa Dia, nama Tuhan pun menyatakan kepada kita kelimpahan pengertian tentang siapa Dia. Kalau kita sembarang sebut “oh Tuhan, oh Allah” tapi kita tidak tahu apa yang dimaksudkan kata yang dalam yang dipakai Tuhan untuk menyatakan diriNya, maka kita sedang menyebut namaNya dengan sia-sia. Alkitab memperingatkan orang-orang “jangan mengatasnamakan Tuhan sembarangan bicara tentang Tuhan, jangan sembarangan ketika engkau berbicara kepada Allah”, mari kita belajar gentar kepada Allah. Kita sudah sering berdoa sehingga ketika berdoa tidak ada lagi perasaan gentar waktu berbicara dengan Tuhan. Tapi kita harus tahu Tuhan menyatakan diri sebagai Allah yang punya kuasa menghakimi, punya kuasa memberikan penghakiman kepada segala sesuatu, Dia adalah Allah yang harus disembah. Tetapi Alllah yang berkuasa ini adalah Allah yang menyatakan berkat dengan limpah. Dia menyatakan janjiNya, dan Dia menyatakan DiriNya sebagai yang berkuasa memelihara janji. Maka ketika Dia memanggil Abraham, Dia menyatakan kepada Abraham “ini Aku”, “siapakah Engkau?”, Elshadai, Allah yang berkuasa, Allah yang menghakimi, Allah yang bisa menghancurkan segala sesuatu tetapi juga adalah Allah yang kekuatanNya dipakai untuk menjalankan janjiNya memberikan berkat. Orang kalau mau menyatakan diri sebagai yang suka memberikan berkat akan memilih nama-nama yang enak, seperti “yang penuh kasih, yang penuh perhatian, sang maha pengasih, sang maha pembelai” misalnya, bukankah ini lebih cocok? Aku akan memberkati engkau maka Aku adalah yang sangat lembut, Aku Allah yang benar-benar lembut”, tetapi Allah menyatakan “Aku sanggup menghakimi, Aku yang punya segala kuasa, Aku yang tak tertandingi oleh siapa pun, dan Aku adalah yang ingin memberikan berkat” di sini kekuatan kita. Jangan terhibur oleh kalimat-kalimat kosong, jangan terhibur oleh konsep-konsep yang tidak ada artinya. Banyak kali orang Kristen terlalu senang dengan kalimat-kaimat yang enak di telinga, tapi kalau diselidiki tidak punya makna sama sekali. Kalau kita menjadi orang Kristen, biar kita menjadi orang Kristen yang punya pemikiran paling serius waktu mau kenal Tuhan. Waktu mau mengenal kebenaran pakai konsentrasi paling penuh untuk memahami Dia dengan segenap hati, dengan segenap pikiran dan dengan segenap kekuatan. Maka waktu kita merenungkan tentang Tuhan, “Tuhan, siapakah Engkau? mengapa Engkau menyatakan DiriMu sebagai Allah yang Maha Kuasa? Alkitab menyatakan apa yang harus kita pahami dengan nama ini adalah bahwa Dia sumber berkat, tetapi Dia yang berkuasa punya otoritas untuk menyatakan “Akulah yang Maha Kuasa, Akulah yang kuat, Akulah yang menghakimi”. Saudara kalau tidak punya kekuatan, Saudara mau membagi-bagikan berkat, Saudara bisa tahu bahwa Saudara akan diremehkan, Saudara akan dianggap sebagai sumber yang bisa diperas habis-habisan. Ini bukan Allah yang memberikan berkatNya secara murah, secara gampangan, tetapi ketika Saudara mendapatkan, Saudara harus tahu ini sesuatu yang Tuhan berikan tidak harus Tuhan berikan ke semua orang, dan tidak harus Tuhan berikan kepada Saudara sekalian.

Lalu nama Tuhan yang kedua, saya akan ambil beberapa nama yang Tuhan pakai untuk diriNya, yang populer, lebih banyak dipakai. Nama yang kedua adalah nama yang paling sering dianggap sebagai nama pribadi dari Allah sendiri yaitu TUHAN. Di dalam Alkitab pakai huruf besar semua TUHAN, di dalam bahasa asli itu adalah YAHWEH atau YEHOVA. Di dalam Bahasa Yunani memakai 4 huruf konsonan, maka sering diterjemahkan dalam huruf latin sebagai YHWH. Waktu ditulis di dalam konsonan, karena di dalam Alkitab Bahasa Ibrani, semua ditulis di dalam konsonan, tidak ada vokal, vokal ditambahkan belakangan. Maka waktu ditulis dalam YHWH, ini disebut sebagai kata yang menyatakan Allah sebagai Kepala Perjanjian. Ini menyatakan bahwa Allah adalah Yehova, Allah adalah YHWH, Allah adalah yang menyatakan diri sebagai penyebab dari segala yang ada. Waktu orang-orang sarjana Perjanjian Lama mencari tahu apa sebenarnya arti YHWH, apakah ada kata yang menjelaskan? Lalu mereka coba cari akar katanya, mereka coba cari padanannya, apa pengertiannya, maka mereka hanya bisa mendapatkan kata yang paling dekat yang mungkin menggambarkan pengertian tentang nama Tuhan, itu adalah Haya yang artinya menjadi. Ini artinya apa? Aku adalah yang akan menjadi atau apa? Maka kebanyakan ahli Perjanjian Lama menafsirkan nama Tuhan yaitu Yehova atau Yahweh itu mempunyai arti Aku adalah yang menjadikan segala sesuatu. Dia adalah yang membuat tidak ada menjadi ada, yang lain semua di luar Dia menjadi ada karena Dia. Dia adalah sumber keberadaan yang lain. Inilah yang dipahami ketika orang Yunani, ketika orang Israel berbahasa Yunani, di dalam zaman kira-kira abad ke-2 SM mau menerjemahkan Perjanjian Lama, waktu mereka mau menerjemahkan Perjanjian Lama, mereka bingung untuk menerjemahkan nama Tuhan ini harus pakai apa. Ketika Tuhan menyatakan diri sebagai yang memperkenalkan diriNya kepada Musa, Allah mengatakan “Aku adalah Aku” ini harus diterjemahkan apa? Lalu ketika mereka bergumul, mereka memutuskan untuk Tuhan, Yahweh harus pakai kata Kurios, menyatakan bahwa ini adalah Tuan yang berkuasa atas segala sesuatu, ini adalah Tuan yang paling tinggi otoritasNya dibandingkan segala sesuatu. Dan dalam Perjanjian Baru kata kurios juga dipakai untuk menyebut Yesus, Yesus Tuhan. Kalau kita mengerti hal ini, dalam budaya Israel kalau mereka berani pakai kata YHWH diterjemahkan sebagai Tuhan, lalu Yesus pun diberikan julukan sebagai Tuhan, kita mengerti bahwa mereka menyetarakan Yesus dengan Tuhan. Di dalam bahasa Yunani kata kurios bisa dipakai untuk menyebut raja, kaisar, tuan tanah. Tetapi kita tidak menganggap penulis Perjanjian Baru memakai kata Tuhan untuk menggambarkan tuan, tuan tanah, raja, kaisar, karena pada faktanya kata kurios itu dipakai untuk menerjemahkan Yahweh. Dan ini adalah nama yang dianggap sangat kudus, nama yang menjadi nama pribadi Allah. Kalau pakai kata Elohim bisa menjelaskan pribadi yang kuat, besar dan ini bisa dipakai orang-orang kafir untuk menamakan dewa-dewa mereka sendiri, untuk memanggil dewa-dewa mereka. Tetapi ketika orang Israel mengatakan Yahweh, maka ini adalah nama satu-satunya yang dianggap sebagai nama pribadi Allah, yang Dia nyatakan kepada bangsa Israel.

Lalu hal ketiga, nama Tuhan yang Tuhan nyatakan, Dia menyatakan diriNya sebagai Tuhan semesta alam, di dalam Bahasa Indonesia. Ini adalah terjemahan dari pengertian bahwa Allah adalah yang menguasai sekumpulan besar. Kata ini pun susah diterjemahkan, apa maksudnya Tuhan yang menguasai sekumpulan besar? Yahweh yang adalah Penguasa dari segala sesuatu, Sabaoth, Penguasa dari sekelompok besar. Lalu orang mulai menerjemahkan, mungkin sekelompok besar itu adalah ciptaan yang begitu banyak ini dikuasai oleh Dia. Tetapi kalau kita melihat Alkitab, kata Yahweh, Sabaoth, atau Tuhan semesta alam itu selalu dikenakan dengan sekumpulan orang Israel atau sekumpulan malaikat. Maka kata ini mempunyai pengertian bahwa Tuhan adalah pemimpin dari sekelompok pasukan yang sangat besar sehingga jumlahnya tidak bisa dihitung. Tuhan adalah Pemimpin dari pasukan besar bala tentara di sorga. Ini hal yang ketiga, Tuhan memperkenalkan diri sebagai Panglima dari bala tentara yang besar, Tuhan memperkenalkan diri sebagai yang mempunyai komando atas sepasukan yang tidak lagi bisa dihitung. Tuhan adalah Panglima dari sejumlah besar malaikat. Kalau Tuhan adalah Panglima bala tentara yang besar, siapa kita boleh sebut namaNya sembarangan?

Maka mari kita sebut nama Tuhan dengan perasaan hormat, kita menyatakan bahwa kita adalah orang yang mengenal sifat-sifat Tuhan yang dinyatakan dalam namaNya, dan kita berhati-hati ketika menggunakan nama ini. Berbicara kepada Tuhan atau berbicara atas nama Tuhan selalu harus dengan hati-hati diucapkan. Alkitab mengatakan “biarlah perkataanmu sedikit dari pada banyak kata-kata, lalu menunjukkan banyak ketidakhormatan kepada Tuhan”, inilah yang harus kita ingat.

Lalu nama terakhir yang saya mau ambil adalah nama yang sangat unik, nama yang ada dalam Perjanjian Baru dengan limpah, yaitu nama Allah sebagai Bapa. Allah disebut Bapa. Dia adalah Penguasa segala malaikat, Dia adalah Pencipta segala sesuatu, Dia punya kuasa yang lebih besar dari siapa pun, sekarang boleh kita sebut Bapa. Siapa Bapa kita? kita mengatakan “Bapaku ada di sorga”. Mengapa Dia boleh menjadi Bapa kita? Yesus Kristus mengatakan “karena kita di dalam Dia, maka kita pun boleh menyebut Dia sebagai Bapa. Dia adalah BapaKu dan Dia juga adalah Bapamu, Dia adalah AllahKu dan Dia juga adalah Allahmu. Aku akan pergi kepada Dia, AllahKu dan Allahmu, BapaKu dan Bapamu”. Yang boleh menyebut Dia Bapa hanya Yesus, karena Anak Allah hanya satu yaitu Yesus Kristus, tidak ada anak yang lain. Ketika Tuhan mengatakan “Israel adalah anak sulungKu” ini adalah kalimat nubuat bahwa karena Anak Allah yaitu Kristus, maka Israel boleh menjadi anak. Jadi mengapa kita boleh sebut Dia Bapa? Karena Kristus telah menebus kita, karena Kristus mengatakan “sekarang statusKu menjadi milikmu juga, statusKu sebagai Anak sekarang menjadi milikmu, statusKu menyebut Dia Bapa sekarang juga menjadi milikmu”. Maka kita menjadi anak karena adopsi, kita boleh menyebut Dia Bapa karena adopsi, karena kita diangkat. Kalau tidak diangkat, tidak punya hak untuk menyebut Dia Bapa. Maka sekarang kita punya Bapa di sorga. Waktu kita punya Bapa di sorga, Dia menjadi Bapa yang ideal, seluruh Bapa yang ada di bumi harus menyontoh kepada Dia. Maka jangan berpikir terbalik, kalau papa Saudara di dunia terlalu rusak hidupnya, jangan anggap Bapa di sorga sama dengan papa di dunia. Papa di dunia harus tunduk pada Bapa yang sejati di sorga. Sifat-sifat yang mulia, yang penuh hormat dan penuh kasih yang ada pada Bapa, itulah yang harus diadopsi oleh ayah di dunia. Maka konsep berpikir harus dibalik, Dia yang ideal kemudian kita menjadi turunanNya, kita mencontoh kepada Dia, jangan terapkan apa yang ada di dunia kepada Allah. Bapa di sorga adalah model sejati, karena itu kita harus tunduk kepada Dia. Kalau Saudara mengenal Bapa yang sejati di sorga, Saudara bisa punya kesempatan untuk menjadi bapa yanag belajar taat kepada Bapa yang sejati ini. Maka kita boleh menyebut Allah sebagai Bapa. Ini kalimat yang intim, anak menyebut papanya, bapa, itu ada perasaan intim yang dekat sekali. Demikian juga dengan kita, sekarang kita mempunyai relasi yang dekat dengan Allah, kita boleh menyebut Dia Bapa yang di sorga. Di dalam Doa Bapa Kami, Tuhan Yesus berkata “kalau engkau berdoa, katakanlah begini Bapa kami yang di sorga”. Sambil mengatakan Bapa, sambil ingat Dia ada di sorga, belum bersama dengan kita sekarang. Dia ada di sorga, kita di bumi, Dia tinggi, kita rendah, Dia mulia, kita hina, maka meskipun kita memanggilNya Bapa, perasaan hormat tetap ada. Tetapi Allah kita bukan Allah yang jauh, bukan Allah yang tidak mau berkait apa pun dengan kita, tetapi Dia adalah Bapa yang mengasihi anak-anakNya. Di dalam Alkitab menyatakan Allah mengatakan bahwa sampai putih rambutmu Aku tetaplah Dia yang akan menggendong engkau. Mengapa Allah mengatakan begini? Karena kalau orang lain punya berhala, waktu mereka akan lari karena diserang bangsa lain, mereka akan gendong patung berhala mereka. Tapi Tuhan mengatakan “Aku tidak perlu engkau pikul, Aku yang akan pikul engkau, Aku yang akan jadi Bapamu, Aku yang akan membuat engkau aman di dalam perlindunganKu”. Kalimat manis seperti ini mana mungkin tidak membuat kita merindukan Tuhan, mana mungkin tidak membuat kita makin kagum kepada Dia. Sekarang engkau boleh menyebut Dia Bapa dengan keintiman yang sangat dekat. Maka biarlah kita belajar menghormati Dia dalam segala hal, menghormati Dia dalam sikap kita, kata-kata kita, hidup kita yang tunduk kepada Tuhan, ini semua akan membuat kita orang Kristen yang sejati.

Allah menyatakan diri sebagai Pencipta, Allah menyatakan diri sebagai Penguasa dari malaikat yang begitu banyak. Allah menyatakan diri sebagai yang membuat engkau menjadi umatNya dan mengikat perjanjian dengan engkau. Allah menyatakan diri sebagai Bapa, sama seperti bapa yang memperhatikan anak, sama seperti bapa yang menganggap anaknya penting dan harus menjadi curahan cinta kasihnya, demikian Allah sekarang menganggap kita sebagai anak yang penting dan menjadi curahan cinta kasih Dia. Ini yang pertama, jadi waktu kita belajar hormat kepada Tuhan, mengerti kandungan nama di baliknya.

Lalu hal kedua, bagaimana kita bisa mengucap dengan hormat nama Tuhan? Kita harus ingat bahwa kita sedang memperkenalkan nama Tuhan dengan seluruh keberadaan kita. Saya memperkenalkan nama Tuhan bukan hanya dengan mulut, tapi juga dengan hidup. Saya memperkenalkan nama Tuhan bukan cuma menyebut Tuhan kepada Dia, tetapi hidupku jauh dari Dia. Manusia akan melihat Saudara antara kata-kata, hati dan perbuatan sinkron atau tidak. Cara kita menghormati Tuhan adalah dengan melekatkan nama Tuhan sebagai kata-kata yang keluar dari mulut dan dilekatkan di dalam hidup yang sungguh-sungguh mencerminkan orang yang mau taat kepada Tuhan. Saya tidak mengatakan kita semua harus sempurna, saya mengatakan kita semua harus mengejar untuk menjadi sempurna. Yohanes Calvin pernah mengatakan bahwa panggilan kita bukan untuk menjadi sempurna, tapi justru itulah mengapa kita harus berjuang karena sekarang kita belum sempurna, besok belum sempurna, nanti kalau Tuhan datang kedua kali, baru sempurna. Berarti sebelum Tuhan datang kita masih harus koreksi diri, masih harus perbaiki diri. Niat hidup seperti inilah yang membuat kita mengatakan “aku adalah umat Tuhan” dan nama Tuhan tidak sembarangan diucapkan. Nama Tuhan tidak dipermalukan, nama Tuhan tidak dibusukan oleh kehidupan kita yang busuk. Maka kita mengatakan kepada Tuhan “saya mau hari demi hari menjadi orang yang lebih baik”. Jonathan Edwards pernah berkhotbah di dalam bagian yang akan masuk dalam religious affections, Jonathan Edwards mengatakan “lihat Paulus, lihat orang-orang kudus dalam Perjanjian Baru, mereka lebih sibuk berusaha mentaati Tuhan dari pada sibuk mencari tahu mereka selamat atau tidak”. Ini dikatakan Jonathan Edwards setelah ada orang yang bertanya terus “saya ini sudah selamat belum? status saya bagaimana?”, Jonathan Edwards mengatakan “mengapa kamu tidak mencari tahu saya masih berdosa di mana, lalu coba perbaiki itu”. Status kita sebagai anak Allah sudah pasti ketika kita beriman kepada Tuhan, tetapi status itu menjadi awal kita bergumul tentang hal yang lebih penting lagi. Keselamatan Saudara tidak penting sepenting Saudara berusaha hidup suci. Keselamatan Saudara adalah modal awal untuk Saudara hidup suci. Keselamatan Saudara bukan tujuan akhir Tuhan memanggil Saudara. Keselamatan Saudara adalah starting point untuk Saudara boleh hidup bagi Tuhan. Dan keselamatan adalah kesempatan untuk memakai hidup kita sebagai hidup yang nama Tuhan boleh dilekatkan di dalamnya. Tuhan mengatakan “Aku memanggil Israel supaya namaKu boleh dilekatkan di umat ini. Aku memanggil engkau sebagai bangsa supaya namaKu boleh dinyatakan melalui umat ini”. Maka inilah yang membuat kita tidak menyebut nama Tuhan dengan sembarangan. Orang yang sembarangan berdosa, sebut nama Tuhan, dia melanggar hukum ketiga. Orang yang menyebut nama Tuhan tanpa mengerti betapa dalamnya pengertian nama Tuhan, dia melanggar hukum ketiga. Orang yang mengatakan berkat atas nama Tuhan, tapi tidak sungguh-sungguh orang itu mau diberkati, dia melanggar hukum ketiga.

Inilah mengenai hukum ketiga, kita sudah belajar mengenai 5 hal yang bisa dikaitkan dengan membusukkan nama Tuhan. Hal pertama, Saudara mengucapkan berkat tanpa berniat orang itu diberkati atas nama Tuhan, Saudara berdosa. Yang kedua, Saudara bersumpah atas nama Tuhan untuk hal-hal remeh, Saudara berdosa kepada Tuhan, apalagi bersumpah untuk hal bohong. Ketiga, Saudara berbicara tentang Tuhan tapi konsep tentang Tuhan salah semua, Saudara sedang berdosa kepada Tuhan. Yang keempat, Saudara menyebut nama Tuhan tanpa mengingat keagungan nama Dia, tanpa mengingat besarnya Dia, Saudara berdosa kepada Tuhan. Jangan tiru orang-orang agama lain, orang agama lain kaget pun sebut nama Tuhan. Jangan biasakan nama Tuhan keluar dari mulut dengan sembarangan seperti ini. Hal kelima, Saudara tidak menjalankan hidup yang sembarangan. Karena dengan menjalankan hidup yang sembarangan, Saudara mengidentikan diri Saudara dengan Kristus, lalu orang melihat Saudara akan menghina nama Tuhan dan nama Tuhan dibusukkan. Kiranya ini menjadi peringatan kembali supaya kita hidup makin setia kepada Tuhan

Pandanglah Pada Yesus (Turn Your Eyes Upon Jesus)

by Hellen Lemmel

Hellen Lemmel adalah putri seorang hamba Tuhan gereja Methodis dari Inggris yang menetap ke daratan Amerika. Sejak kecil Hellen dididik untuk menjadi anak yang takut akan Tuhan dan menjadi anak seorang penginjil. Ia banyak mencontoh teladan orang tuanya di ladang misi di amerika.
Beranjak dewasa Hellen mengembangkan talentanya dalam bidang musik dengan melanjutkan studi di Jerman, hal ini ia lakukan untuk memperlengkapi pelayanannya di Amerika. Setelah pulang dari Jerman Hellen melakukan konser-konser di gereja terasing dan mengajar latih vocal di Moody Institute.
Ketika Hellen berusia paruh baya, ia diceraikan oleh suaminya karena matanya menjadi buta, namun di dalam kesulitan yang begitu besar, pergumulan-pergumulan ini tidak mengurungkan niatnya untuk terus melayani Tuhan. Walaupun dengan hati yang hancur dan mata yang buta, Hellen terus melanjutkan pelayanan musiknya dan menciptakan banyak himne.
Pada waktu Hellen berusia 54 tahun, ia menerima traktat yang berjudul “Which passion will prevail?” yang ditulis oleh Lilias Trotter, seorang misionaris untuk daerah muslim di Algeria. Di dalam traktatnya tercatat, ”… sehingga palingkanlah matamu kepada Dia, pandanglah penuh wajah-Nya, dan anda akan menemukan bahwa segala hal duniawi akan menjadi meredup dengan ajaib”.
Setelah membaca traktat itu, Hellen tersadar bahwa hal ini adalah jawaban doanya. Menjadi seorang yang buta dan hancur hatinya, ia sadar bagaimana seharusnya ia menambatkan mata dan hatinya kepada Tuhan.
Hellen terus menghidupi kata-kata dari himne yang ia ciptakan, ketika ia berumur 98 tahun dan terbaring sakit, di pinggir ranjangnya ada pianika kecil yang menemaninya memuji Tuhan, sembari berkata, ”Satu hari Tuhan akan mengaruniaiku piano surgawi!”. Katanya, ”Saya tak sabar menunggunya Tuhan!”. Ia meninggal pada tahun 1961, di mana penantiannya dengan matanya yang buta itu, dapat bertemu Kristus muka dengan muka.

 

Datang Bersykurlah ( Now Thank We All Our God)

– | Nun Danket Alle Gott –
Saat Luther memakukan 95 thesis ke papan gereja Wittenburg, saat itu pula para reformator memakukan perubahan dan reformasi di jantung kehidupan rakyat Eropa. Perubahan ini bukan saja secara theologis, reformasi pun mendorong perubahan dari aspek politik. Pada saat itu Eropa dikuasai oleh persekongkolan besar antara kerajaan-kerajaan dan Gereja yang korup, mereka sengaja menjadikan rakyat kecil tetap bodoh sehingga dapat diperas untuk membuat Kerajaan-kerajaan dan gereja kaya raya.
Dalam semangat reformasi inilah sistem demokrasi modern terbentuk, menghancurkan kekuasaan monarki dan gereja yang bertendensi korup. Seiring intelektualitas masyarakat yang terbangun, demokrasi berkembang, dan banyak negara mulai meninggalkan sistem kerajaan. Namun segala sesuatu yang mulia terkadang menimbulkan korban, gereja dan kerajaan mulai kehilangan kekuasaan mereka di Eropa, mereka mendeklarasikan perang kepada negara-negara protestan. Lalu pecahlah perang saudara di Eropa antara kubu Protestan dan Katolik, perang ini terjadi selama puluhan tahun dan menelan begitu banyak korban.
Salah satu negara yang terlibat di dalamnya adalah sebuah Negara Protestan kecil bernama Saxony, merekapun tidak luput dari kengerian perang. Termasuk sebuah kota berbenteng bernama Eilenburg, keadaan begitu mencekam dan tidak menentu, karena banyaknya pengungsi, terjadi kelaparan dan wabah, lalu kota ini diserbu beberapa kali hingga berkali-kali jatuh kepada pihak Katolik.
Banyak korban yang jatuh,termasuk dari pihak gereja protestan di Eilenburg, sehingga di dalam seluruh kota tersebut hanya tersisa seorang pendeta saja yang dapat melayani, ia bernama Martin Rinkart. Menjadi seorang pendeta, ia membuka rumahnya untuk dipakai melayani semua pengungsi dan orang yang membutuhkan. Hingga pada saat puncak peperangan di 1637, begitu banyak korban yang jatuh tetapi Martin RInkart dengan setia melayani dan memimpin kebaktian-kebaktian penghiburan, tercatat bahwa dalam setahun ia melakukan kebaktian penghiburan sebanyak 4000 kali, dan salah satu yang ia layani adalah istrinya sendiri.
Di masa sulit itulah Martin Rinkart menulis buku-buku himne memuji Tuhan. Di dalamnya terdapat sebuah himne “Datang Bersyukurlah” yang mengajak kita untuk bersyukur atas Allah penebus kita. Begitu besar kasih Allah yang ia pahami dan rasakan sehingga ketika mata Martin Rinkart melihat kematian di sekelilingnya, Ia justru melihat pemeliharaan Allah kepada umatNya.

Yesus Pengasih Jiwaku ( Jesus, Lover of My Soul)

Charles Wesley adalah seorang penulis himne yang besar, selama hidupnya ia menulis lebih dari 6000 himne,selain menulis himne ia pun mendukung pelayanan kakaknya, John Wesley untuk memberitakan Firman Tuhan kepada orang banyak di Inggris Raya dua ratus tahun yang lalu.

Pemberitaan Firman yang dilakukan dengan masal atau KKR ini banyak ditentang gereja lokal dan masyarakat pada umumnya, karena dianggap “meresahkan” dan “menggiring domba keluar dari gereja”. Namun pemberitaan Firman lewat KKR ini terus berjalan dari Inggris Raya hingga ke koloni-koloni Amerika, dipimpin oleh figur John Wesley dan George Whitefield.

Pada tahun 1740, Charles Wesley sedang melakukan perjalanan misi ke Irlandia, saat itu masyarakat Irlandia kebanyakan adalah penganut Katolik dan tak diayal banyak orang yang tidak setuju dengan pengajaran Charles Wesley. Di tengah-tengah perjalanan misinya, banyak orang yang mencoba untuk mengejar dan menangkap Charles Wesley.

Pada satu ketika di tengah pengejaran, Charles Wesley memacu kudanya dan berhenti di sebuah perternakan untuk bersembunyi, para pengejarnya mengikutinya di belakang. Dengan terburu-buru ia mengetok pintu peternakan itu, tak disangka, pemilik peternakan itu mengenal Charles Wesley dan segera memberi Charles tempat bersembunyi di dekat pepohonan di pintu belakang peternakan tersebut. Lalu ketika para pengejarnya tiba, sang pemilik peternakan mengalihkan perhatian mereka dengan memberikan makanan dan minuman. Charles tidak dapat bergerak dari persembunyiannya, dan ia menunggu.

Ketika menunggu, Charles yang menunggu di luar rumah dapat mendengar musuh-musuhnya merencanakan rencana jahat bagi Charles, suasana begitu mencekam karena jika ia bergerak atau pindah maka ia akan tertangkap dengan mudah. Namun Charles berdiam dan menunggu hingga bahaya lewat, Charles merasakan perlindungan dari Tuhan, dan sebagai respon ia merenungkan dan menciptakan himne ini. Bahaya dan kesulitan merupakan ujian iman, Charles Wesley tidak gentar, ia menaruh kepercayaan seutuhnya kepada Tuhan, himne ini membuktikan hubungan yang begitu intim antara jiwa kita kepada Tuhan.

Alur musik himne ini memperlihatkan perjalanan iman, dimulai dari kunci minor di bagian awal, memperlihatkan kesulitan di dunia ini, namun di tengah lagu kunci ini berubah menjadi mayor, menandakan Tuhan tetap menjaga dan memberi harapan, namun di bagian akhir kembali menjadi minor, memperlihatkan bahwa kesulitan itu tetap ada, namun kita jalani bersama Tuhan. Kiranya ini menjadi doa kita, walaupun di ombak menderu dan badai menerpa kita memiliki iman yang menyatakan Allah sebagai tempat perlindungan kita.

Tuhanku Yesus (Fairest Lord Jesus)

Musik himne ini begitu indah didalam kesederhanaannya, lagu ini

tidak sulit untuk dinyanyikan, namun begitu indah ketika kita

menyanyikannya. Kesederhanaan himne ini mengajak kita untuk bernyanyi

dengan kerendahan hati dan sadar akan posisi kita terhadap Allah. Musik

ini dipadu dengan lirik yang kompleks, hanya dari ayat pertama saja kita

bisa melihat adanya perpaduan tema kekaguman akan Kristus yang indah

dengan Kristus sebagai Allah Pencipta (Raja Alam Raya, King of Creation).

Baris berikutnya mengingatkan kita bahwa Tuhan Yesus yang

menjadi pemelihara seluruh ciptaan itu memiliki sifat Dwinatur, Ia adalah

100% Allah dan 100% manusia. Lalu pada akhir lagu menutup dengan

ajakan untuk mengasihi Kristus, karena Ia yang pencipta begitu mengasihi

kita, hingga rela mengosongkan diri-Nya dan sudah sepatutnya kita

memberikan hati kita kepada-Nya.

Tuhanku Yesus adalah himne yang diciptakan di Silesia, kira-kira

bagian tenggara Jerman modern. Melodi kuno ini konon diwariskan dari

para prajurit yang berperang di dalam perang salib pada abad ke-12 dan

diwariskan turun temurun oleh orang-orang di sebuah desa kecil di Silesia.

Lalu baru pada tahun 1662 lagu ini dibukukan dalam buku nyanyian Katolik

Münster Gesangbuch dan tetap dinyanyikan hingga sekarang.

Uniknya lagu yang indah ini tidak pernah dikenal penciptanya,

namun dikenal hingga kini dengan cara dinyanyikan terus di dalam gereja.

Sejarah membuktikan bahwa kerap kali manusia melupakan tradisi yang

baik, namun meratap ketika tradisi itu telah lenyap. Musik yang baik, indah,

dan berisi kebenaran patut terus kita nyanyikan secara benar, karena umat

Kristen di generasi selanjutnya, anak cucu kita layak untuk mewarisinya.

Fairest Lord Jesus, Ruler of all nation Indahlah Yesus, Raja alam raya,

Son of God and Son of Man Anak Allah dan Anak Manusia

Thee will I cherish, Thee will I honor Kau kukasihi, kau junjunganku

Thou my soul’s glory, joy and crown Kaulah sukacita dan mahkota

(1 Timotius 1:17; 1 Timotius 6:16)

Suci, Suci, Suci (Holy, Holy, Holy)

Hidup di zaman kita sekarang, seringkali kita mendengar lagu-lagu

zaman sekarang yang setelah beberapa lama akan ditelan oleh waktu dan

hilang tidak terdengar lagi. Tetapi musik yang baik, yang walaupun terlupakan

dalam waktunya, memiliki unsur kekekalan yang tidak akan tertelan oleh

zaman, malahan menjadi harta karun bagi orang yang menemukannya kembali.

Butuh seorang Felix Mendelssohn untuk membuka musik Johann Sebastian Bach

kepada dunia setelah musik Bach terkubur selama seratus tahun lebih, dan

lanskap musik dunia berubah sejak itu.

Lagu “Suci, Suci, Suci” pun mengalami peristiwa yang sama. Reginald

Heber (1783-1826) adalah seorang pendeta di gereja Anglikan Inggris, sejak

kecil Heber dikenal sebagai orang yang takut akan Tuhan, jujur, dan murah

hati. Ia pun tekun dalam belajar, tercatat bahwa ketika ia berumur tujuh

tahun, Heber sudah sanggup menerjemahkan filsafat Yunani ke bahasa Inggris.

Serta ia sanggup menebak banyak pasal dan ayat Alkitab ketika banyak orang

mengutipnya.

Ketika Heber beranjak dewasa, ia mengikuti jejak ayahnya untuk

menjadi hamba Tuhan di gereja Anglikan. Gereja Anglikan pada akhir abad 18

masih memiliki liturgis yang hampir serupa dengan gereja katolik Roma, yaitu

dengan menyanyi dengan Mazmur dan tata ibadah yang kaku. TIdak banyak

gereja yang menyanyikan lagu di luar Mazmur, melihat hal ini Heber

menciptakan satu buku yang berisi 70 kidung pujian yang didalamnya terdapat

himne “Suci, Suci, Suci”, dengan harapan dapat meningkatkan kualitas puji-
pujian dan mendidik jemaatnya.

Namun sayangnya, uskup gerejanya kurang setuju dengan masukan

dari Heber, dan menganggapnya bahwa jemaat gereja mereka pada saat itu

belum siap untuk menyanyikan himne di luar “tradisi” mereka. Berbeda dengan

banyak pemusik gereja zaman sekarang yang memaksakan lagu “nge-trend”

mereka kepada jemaat, Heber tanpa banyak bicara mengurungkan niatnya,

mengesampingkan musiknya dan meneruskan tugasnya sebagai seorang

Pendeta di desa yang kecil itu.

Lalu, tak lama sejak Heber meninggal di India pada tahun 1826, Buku

himne ciptaanya itu ditemukan kembali. Namun karena kualitas musik dan isi

yang sangat baik, gereja Anglikan baru sadar dan akhirnya mengadopsi banyak

himne ke dalam kalender liturgi mereka. Salah satunya adalah himne “Suci,

Suci, Suci”.

Kita bersyukur kepada Tuhan bahwa Tuhan memberikan musik yang tidak

terbatas banyaknya kepada gereja-Nya, supaya kita dapat mengemba- likan

kemuliaan kepada Dia. Dan mari kita belajar dan menggali himne-himne

berkualitas warisan, kita tidak pernah tahu mungkin ada karya seorang

Reginald Heber lainnya yang masih Tuhan simpan bagi kita semua.

Hukum Ketiga: Jangan Menyebut Nama Tuhanmu dengan Sembarangan – bag. 1

(Keluaran 20 : 7, Bilangan 6 : 22-27 )
Kita sampai pada hukum ketiga yang mengatakan “jangan menyebut nama Tuhanmu dengan sembarangan”. Ini hal yang sering kali kita lupakan karena nama Tuhan yang kudus tidak boleh disebut dengan sembarangan tanpa maksud apa pun. Ini adalah hukum ketiga yang berkait dengan sebelumnya, dimana sebelumnya dikatakan “jangan menyembah Allah lain. Jangan ada patung, jangan membuat gambar apa pun yang menyerupai apa pun, lalu engkau mengatakan bahwa ini adalah Tuhan”. Karena image yang sejati dari Tuhan adalah Kristus, dan kehadiran Kristus di dunia itulah yang menyatakan kemuliaan nama Tuhan dengan sempurna. Jadi kemuliaan Tuhan dan nama Tuhan sangat dekat, maka tidak ada allah lain karena kita tahu hanya Allah satu-satunya yang mempunyai kemuliaan sejati, hanya Allah satu-satunya yang mencipta segala sesuatu, yang memelihara segala sesuatu dan yang menebus kita yang berdosa. Jangan membuat gambar apa pun, jangan membuat patung apa pun, karena tidak ada gambar atau patung apa pun yang dengan sempurna menyatakan kemuliaan nama Tuhan. Lalu yang ketiga, jangan menyebut nama Tuhan dengan sembarangan, karena nama Tuhan itu identik dengan sifat dan kemuliaan Tuhan. Mari kita lihat Keluaran 20: 7, Bilangan 6: 22-27, Ulangan 6: 13, Ulangan 18: 18-20. Peraturan yang ketiga mengatakan “jangan menyebut nama Tuhan Allahmu dengan sembarangan”. Dalam Kitab Keluaran ketika Musa bertemu dengan Tuhan dalam semak yang terbakar, Musa tanya kepada Tuhan “tetapi kalau mereka tanya kepadaku, Allah itu namanya siapa? jawaban apa yang harus keberikan kepada mereka? siapakah namaMu?” Musa bertanya kepada Tuhan siapa nama Tuhan. Dalam tradisi Timur Dekat Kuno yaitu kebudayaan waktu Kitab Perjanjian Lama ini ditulis, mengenal nama atau memberi nama adalah tanda menguasai. Karena kalau seseorang memberi nama berarti orang itu berotoritas terhadap siapa yang yang diberikan nama. Kalau dia bisa mengenal satu nama maka dia diberi satu kesempatan untuk boleh mempunyai relasi yang sejajar dengan nama itu. Karena nama adalah sesuatu yang menandakan diri dari si pemilik nama. Waktu Tuhan ditanya “namaMu siapa?”, Tuhan menjawab “Aku adalah Aku”, ini artinya adalah Aku sebagaimana Aku ada. Dalam Kitab Septuaginta yang diterjemahkan pada akhir abad 2 SM, terjemahan dari Kitab Ibrani kedalam Bahasa Yunani, waktu penerjemah mau menerjemahkan nama Tuhan dalam Bahasa Yunani, mereka bingung. Karena Tuhan menyatakan “Aku adalah Aku, inilah namaKu turun-temurun”. Waktu orang Israel sadar Tuhan sedang memberikan namaNya bagi Bangsa Israel, mereka perlakukan nama ini dengan gentar. Mereka sangat hormat dan mereka tahu kalau Tuhan mengijinkan namaNya dikenal, mereka tidak boleh sembarangan dengan nama ini. Maka kalau mereka mau menulis nama Tuhan, mereka ambil baju yang mereka pakai untuk tulis terjemahan, mereka ganti baju mereka kemudian mereka pakai baju yang khusus untuk menulis Nama Tuhan. Mereka pakai tinta khusus, mereka basuh tangan mereka, lalu tulis Nama Allah mereka, satu kata saja. Setelah itu mereka taruh alat tulisnya, mereka ganti dengan yang biasa, mereka ganti jubah mereka dengan yang biasa, lalu mereka lanjutkan menulis. Begitu bertemu nama Tuhan lagi, mereka lakukan ritual yang sama, mereka sangat hormat terhadap Nama ini. Maka waktu ahli-ahli mau menerjemahkan Nama ini, mereka bingung, apa padanan kata Bahasa Yunani yang bisa menggambarkan kemuliaan Nama Tuhan, mereka tidak mengerti. Maka mereka selidiki dari budaya Yunani, dari bahasa-bahasa yang dipakai, mereka tahu bahwa waktu orang Yunani berbicara tentang keberadaan, orang Yunani selalu mencari yang ada ini sumbernya dari mana. Yang ada ini, yang kita lihat ini, siapa yang topang? Orang Yunani sudah memiliki konsep seperti ini, yang topang itu harus yang stabil, yang topang itu adalah yang keberadaan tidak dicipta oleh keberadaan yang lain, keberadaan yang sudah ada. Lalu keberadaan yang sudah ada menopang keberadaan yang ada ini, keberadaan yang sudah ada harus lebih stabil dari pada yang ditopang. Yang ditopang berubah tapi yang menopang tidak berubah, yang ditopang berada dalam proses tetapi yang menopang kekal, yang ditopang sedang menuju ke sempurnaan tetapi yang menopang itu adalah yang sempurna. Maka Yunani mempunyai konsep bahwa harus ada keberadaan yang memang sudah ada sejak dahulu kala. Kalau mereka lihat nama Tuhan harus diterjemahkan seperti ini, maka mereka terjemahan dengan eigo-eimi-ho-on, kata ho on ini memaksudkan bahwa keberadaan Allah itulah yang dicari-cari oleh Orang Yunani selama ini. Keberadaan Allah inilah yang terus dipikir oleh Plato, Socrates, oleh orang-orang ahli Yunani, lalu mereka mencari tahu apa natur dari keberadaan ini semua. Lalu mereka mengatakan “kita harus tahu bahwa ini adalah sesuatu yang tetap”. Maka setelah diterjemahkan, orang-orang Yunani yang menerjemahkan itu mengatakan “kita harus menambahkan ho-on ini sebab keberadaan Allah adalah keberadaan yang menopang keberadaan yang lain. Waktu Orang Ibrani membaca, mereka tahu arti nama Allah adalah Dia yang tidak berubah, Dia yang adalah Pribadi yang menopang semua keberadaan yang lain. Maka Budaya Yunani yang dipakai dengan latar belakang yang jelas membuat Orang Israel yang mengerti Bahasa Yunani, waktu mereka melihat Nama Tuhan, mereka mengerti bahwa Nama Tuhan adalah fondasi paling utama dari segala sesuatu. Tapi kalau Orang Israel ditanya arti Nama Tuhan itu apa? Tuhan mengatakan “Aku adalah Aku”, ini menyatakan bahwa Dia adalah satu-satunya Pribadi yang ada, yang bertindak, yang bersikap seperti Dia bersikap. Dia adalah yang utama, Dia yang menentukan seperti apa Dia, Dia adalah Pribadi yang menjadi topangan bagi seluruh Israel. Maka waktu Tuhan menyatakan “ini NamaKu”, Musa mengingat Nama Tuhan, Musa mempunyai kekuatan dari Nama Tuhan, sebab Nama Tuhan yang agung yang Tuhan nyatakan menandakan bahwa Dialah pemelihara Israel, Dia adalah yang mempunyai sifat-sifat yang mulia, yang kudus, yang menopang seluruh Israel. Dialah yang tidak berubah di tengah-tengah Bangsa Israel yang terus mencari “ke mana kami harus memberikan diri untuk berserah”. Maka waktu Tuhan memanggil Israel, lalu Tuhan menyatakan NamaNya, Tuhan sudah mengingatkan Israel “NamaKu yang kudus sekarang akan dilekatkan kepada kamu”. Nama Tuhan yang menandakan seperti apa sifat Tuhan, sekarang diberikan kepada Israel yang hanyalah bangsa budak, yang hanyalan manusia biasa, yang ada di dalam sejarah yang begitu bergolak, yang boleh ada boleh tidak. Tuhan yang ada sekarang meletakkan NamaNya di bangsa yang kecil ini. Ini adalah hal yang sangat mulia, Tuhan mengijinkan NamaNya boleh identik dengan Bangsa Israel, Tuhan mengijinkan NamaNya boleh identik dengan orang-orang Israel yang menyembah Tuhan. Maka Tuhan tidak mau NamaNya yang kudus dipermainkan, Tuhan tidak mau orang sembarangan mengucapkan NamaNya, Tuhan tidak mau ketika orang menyebut Nama Tuhan tanpa mengingat kedalaman kekudusan Tuhan, kedalam penghormatan kepada Tuhan yang harus diberikan kepada Tuhan. Maka Hukum ketiga adalah hukum yang sangat penting, setelah kita punya satu Allah, setelah mengakui Allah satu-satunya. Lalu mengakui tidak ada jalan lain menyembah Allah, tidak ada bentuk apa pun yang dapat mewakili Allah, aku harus menyembah Allah yang tidak aku lihat dan kesitulah imanku berada, menyembah apa yang tidak aku lihat. Maka hal ketiga yang Tuhan tekankan, nama dari Allah yang kamu sembah jangan kamu permainkan. Mari kita baca lagi Keluaran 20: 7 “jangan menyebut nama Tuhanmu dengan sembarangan, sebab Tuhan akan memandang bersalah orang yang menyebut namaNya dengan sembarangan”. Ketika membaca bagian ini kita mendapatkan pesan bahwa setiap orang yang menyebut Nama Tuhan dengan sembarangan, Tuhan akan menjatuhkan hukuman salah kepada dia. Tuhan akan menyatakan “engkau bersalah”, ini menjadi seperti suatu pengadilan dimana Allah adalah Hakim, lalu Allah melihat orang yang menyebut NamaNya dengan sembarangan, lalu memutuskan “engkau adalah orang yang bersalah”. Kita tidak mengerti mengapa Nama Tuhan kalau disebut sembarangan itu membuat kita bersalah, apa yang disebut dengan sembarangan?

Bagian pertama kita sudah lihat dari Kitab Bilangan, dimana para imam harus memberkati Israel dengan Nama Tuhan. Berarti hal pertama yang Saudara boleh pakai, Saudara boleh sebut Nama Tuhan adalah ketika Saudara memberkati orang lain, ketika imam mewakili Tuhan menyatakan berkatNya kepada umat. Ketika Saudara berbicara dengan orang lain, jangan pakai Nama kudus ini kalau Saudara tidak ada itensi untuk membuat orang ini mengenal Tuhan atau mengagumi Tuhan, atau mendapatkan kelimpahan berkat dari Tuhan. Maka hal pertama yang menjadi standar, yang menjadi ukuran bahwa Nama Tuhan boleh disebut adalah kalau Saudara waktu menyebutkan Nama ini pada orang lain, membuat orang lain menghargai Allah sebagai sumber berkat, sebagai Pribadi yang harus disembah. Kita tidak memakai Nama Tuhan untuk lelucon, kita tidak memakai Nama Tuhan untuk sesuatu yang kering dan sia-sia. Tapi waktu Saudara menyebut Nama Tuhan dan mengatakan ini kepada orang lain, Saudara harus punya intensi orang lain harus mengenal Tuhan. Penginjilan membuat kita menyebut Nama Tuhan, penginjilan membuat kita memperkenalkan Nama Tuhan kepada orang lain, tetapi penginjilan harus dilakukan dengan hormat. Saya harap kita semua boleh mengerti hal ini, sehingga kita boleh mengagumi Tuhan dan waktu kita berbicara bisa membuat orang pun mengagumi Tuhan dengan cara yang sama kita mengagumi Tuhan. Maka ini adalah hal pertama yang menjadi ukuran bahwa engkau tidak boleh menyebut Nama Tuhan dengan sembarangan, karena ketika engkau berbicara kepada orang lain, engkau sedang mewakili Tuhan ketika engkau memakai Nama Tuhan sebutkan itu kepada orang lain. Oleh sebab itu bagian pertama dikatakan “imam, kalau engkau memberkati rakyat Israel, katakanlah begini..” mari kita lihat yang Tuhan nyatakan di dalam Kitab Bilangan 6. Orang Israel diberkati dengan Nama Tuhan, dan Tuhan menyatakan berkatNya, melindungi orang Israel, memberikan persetujuanNya, memberikan wajahNya, menghadapkan wajah dan memberikan damai sejahtera. Ini semua adalah harapan dari orang Israel, mereka berharap ketika mengerjakan sesuatu Tuhan berkenan atas apa yang mereka kerjakan, Tuhan menyetujui apa yang mereka lakukan, lalu Tuhan memberikan damai sejahtera karena apa yang mereka lakukan. Mereka rindu damai dari Tuhan mereka dapatkan, mereka rindu boleh dipenuhi oleh berkat Tuhan. Maka mereka rindu ketika para imam mewakili Tuhan berbicara kepada mereka, para imam itu mengucapkan berkat demi Nama Tuhan. Kalau ada berkat pasti ada kutuk. Nama Tuhan kalau dikenakan kepada yang tidak layak, itu akan mendapatkan kutuk. Nama Tuhan kalau diberikan kepada yang layak, akan memberikan berkat. Maka orang Israel memohon kelayakan, para imam memohon kelayakan, umat Tuhan memohon kelayakan, sehingga ketika Nama Tuhan boleh identik dengan kami, kami tidak mendapatkan penghukuman kutuk dari Tuhan. Orang yang hidupnya sembarangan, tidak mungkin boleh mendapatkan berkat seperti ini. Waktu orang Israel dipanggil kemudian mereka berkumpul di hadapan Tuhan, imam harus meminta kepada Tuhan supaya mereka boleh diberkati. Imam harus memberikan korban kepada Tuhan untuk mengatakan “Tuhan damaikanlah DiriMu dengan umat ini, sehingga ketika umat ini datang kepadaMu, mereka tidak mendapatkan kutuk atas Nama Tuhan, tidak mendapatkan hal yang justru membuat kami makin jauh dari Tuhan”. Maka mereka memohon kepada Tuhan “nyatakanlah berkatMu kepada kami”. Di sini dikatakan dalam ayat 27 “demikianlah mereka harus meletakan NamaKu atas orang Israel, maka Aku akan memberkati mereka”. Nama Tuhan menjadi identik dengan Israel, makan Tuhan akan memberkati. Hal pertama yang menjadi ukuran kita tidak menyebut Nama Tuhan dengan sia-sia adalah kita mengharapkan orang yang mendengarkan ucapan kita mewakili Tuhan itu boleh dilayakkan oleh Tuhan. Mari kita pikirkan berapa dalamnya ini, orang Israel diidentikan dengan Nama Tuhan, mereka akan mendapatkan berkat karena hidup yang berlimpah yang mereka lakukan itu mempermuliakan Nama Tuhan. Tetapi kalau mereka melanggar, mereka mendapat kutuk. Mengapa mereka mendapat kutuk? karena Nama Tuhan identik dengan mereka. Dalam Kitab Perjanjian Lama, sebelum Tuhan membuang Israel, Tuhan mengatakan “NamaKu sudah kamu busukan sehingga engkau harus Aku buang” ini hal yang pertama. Hal kedua, Tuhan buang mereka karena tindakan moral mereka yang begitu rusak. Jadi Tuhan menyatakan kepada Israel “engkau harus dihukum”, yang pertama adalah karena mereka sudah membusukan Nama Tuhan dan yang kedua adalah karena tindakan moral mereka yang begitu rusak. Waktu Tuhan mengidentikan NamaNya dengan Israel, Israel punya tanggung jawab yang sangat besar, karena apa yang mereka lakukan, Nama Tuhan yang akan kena. Waktu mereka mempermuliakan Nama Tuhan dengan hidup yang baik, maka orang akan memuji Tuhan karena hidup mereka. Waktu mereka begitu rusak, maka orang akan menghina Nama Tuhan, juga karena mereka. Orang Israel identik dengan Nama Tuhan, orang Kristen pun identik dengan Nama Kristus. Orang Israel identik dengan Nama Tuhan yang muliam, orang Kristen pun identik dengan Nama Tuhan yang mulia. Waktu umat Tuhan boleh hidup di tengah dunia ini, umat Tuhan diizinkan oleh Tuhan untuk mempunyai Nama Tuhan, diidentikan dengan mereka. Di dalam hidup sehari-hari, mari kita ingat hal ini. Saudara tinggal di rumah, bergaul dengan orang-orang di sekitar Saudara, Saudara bekerja di kantor, Saudara ingat bahwa Saudara menyatakan Nama Kristus. Saudara tidak sama dengan dunia, dunia tidak punya Kristus, dunia tidak peduli dengan Kristus, dunia hidup seenaknya, tapi Saudara tidak begitu. Orang Kristen jangan terbiasa becanda memakai nama Tuhan.

Lalu hal kedua di dalam Kitab Ulangan 6: 13 “engkau harus takut kepada Tuhan Allahmu, kepada Dia haruslah engkau beribadah dan demi namaNya haruslah engkau bersumpah”. Pelanggaran terhadap hukum ketiga yang kedua adalah ketika Saudara bersumpah palsu. Dalam khotbah di bukit Tuhan Yesus mengatakan “jangan bersumpah demi apa pun, jangan bersumpah demi sorga, jangan bersumpah demi bumi, jangan bersumpah demi apa pun” jangan bersumpah. Lalu di dalam Kitab Ulangan dikatakan “engkau harus bersumpah demi namaNya”, bagaimana mengsinkronkan kedua hal ini? Tuhan Yesus sedang berbicara kepada orang-orang yang mulai menganggap enteng nama Tuhan untuk dipakai sebagai sumpah. Mereka mengatakan “kalau saya memakai nama Tuhan, itu akan menyelesaikan perkara karena orang pasti akan percaya”. Waktu orang mengatakan “demi Tuhan saya mengerjakan ini” maka orang itu pasti dipercaya karena nama Tuhan sudah dipakai. Tapi akhirnya orang memakai ini tanpa adanya suatu perasaan gentar lagi, mereka memakai nama Tuhan supaya dipercaya, mereka memakai nama Tuhan supaya orang berhenti berargumen kemudian menerima kata-kata dia sebagai kata-kata yang benar. Tetapi Tuhan Yesus mengatakan “orang seperti ini tidak boleh bersumpah demi nama Tuhan”. Karena sumpahnya adalah sumpah yang membuat orang percaya karena nama Tuhan, tapi dia sendiri tidak punya kualifikasi untuk dipercaya oleh orang. Kalau biasa bohong, mana mungkin orang mau percaya lagi. Biasa bicara hal yang tidak terjadi, biasa janjikan sesuatu yang tidak menjadi nyata, maka waktu Saudara mau orang percaya terpaksa seret nama Tuhan supaya orang lain percaya, ini yang Tuhan Yesus tidak mau. Maka Tuhan mengatakan “kalau iya katakan iya, kalau tidak katakan tidak, yang lebih dari itu berasal dari setan”. Kalau Saudara dipercaya sebagai orang yang kata-katanya dapat dipegang, Saudara tanpa mengucapkan nama Tuhan pun orang lain sudah tahu kalau Saudara sungguh-sungguh.

Hal yang ketiga kita lihat Ulangan 18: 17-20, pelanggaran hukum yang ketiga adalah ketika seorang berbicara atas nama Tuhan, tetapi dia bicara sesuatu yang Tuhan tidak firmankan, inilah menyebut nama Tuhan dengan sembarangan. Karena Saudara sedang berbicara tentang Tuhan, tapi Saudara sendiri tidak tahu apa yang Tuhan nyatakan tentang diriNya sendiri. Ini diskusi antar pribadi pun bisa melanggar hukum yang ketiga. Kita bisa berbicara satu dengan yang lain dan tanpa sadar mengatakan “ah, kalau Tuhan pasti begini, Tuhan akan menolong” tapi tanya dulu benar tidak Tuhan begitu? Kita sering kali berbicara atas nama Tuhan, waktu kita bicara atas nama Tuhan benarkah Tuhan seperti itu? Kadang-kadang kita menjadi ahlinya Tuhan, berbicara seolah-olah Tuhan pasti seperti ini. Hal yang sama terjadi ketika nabi, hamba Tuhan atau kita semua mengatakan “Tuhan itu begini” yakinkah Tuhan seperti ini? Kalau Saudara mengucapkan kalimat “Tuhan itu begini, Tuhan pasti akan tolong kamu”, lalu Tuhan mengatakan “siapa yang bilang akan tolong, Aku tidak akan menolong”. Maka Saudara sedang bersalah, memanfaatkan nama Tuhan, sedang berbicara dengan mengatasnamakan Tuhan tentang siapa Tuhan, tapi yang Saudara katakan itu palsu. Di sini hukumannya berat, kalau nabi mengucapkan Firman, kalimatnya ternyata bukan dari hukum Tuhan, dia harus dihukum mati. Kalau hamba Tuhan tidak menggali Alkitab, tidak berelasi dengan Tuhan, mengucapkan Firman demi nama Tuhan, dia bersalah. Saya ingat ada kalimat yang bagus, saya lupa persisnya dari siapa, seorang teolog dari abad pertengahan atau salah satu bapa gereja, dia mengatakan “sangat tidak aman kalau kamu berbicara tentang Tuhan tanpa pernah berbicara kepada Tuhan”. Hamba Tuhan yang tidak berdoa, tidak menyelidiki Alkitab, lalu berkoar-koar “Tuhan begini..begini…”, “kamu tahu dari mana Tuhan begitu?”, “karena begini..begini…”, “kamu tidak tahu dari Tuhan, tidak tahu FirmanNya, tidak tahu dari relasimu dengan Dia, bagaimana engkau boleh mengucapkan nama Tuhan dengan mengatakan Tuhan adalah seperti ini”. Maka di sini hal ketiga yang harus kita ingat, jangan mengucapkan kalimat-kalimat tentang Tuhan kalau Saudara tidak yakin Tuhan seperti itu. Biarlah pengenalan akan Tuhan kita bagikan dengan berani, tetapi apa yang kita tidak tahu dari Tuhan jangan kita ucapkan seolah-olah Tuhan seperti ini. Maka biarlah kita tahu penafsiran kita yang sangat terbatas dan sangat parsial, ini boleh terus diarahkan dengan keutuhan Firman Tuhan. Biarlah kita membiasakan diri kalau Saudara berbicara seolah-olah mengerti sekali tentang Tuhan, Saudara tahan kata-kata Saudara hanya untuk mengatakan apa yang memang benar Saudara pahami itu sebagai sesuatu yang ada di dalam Alkitab. Ini adalah hal yang ketiga, biarlah kita mengucapkan nama Tuhan, mewakili Tuhan dengan bertanggung jawab.

Ada 3 hal yang menjadi pelanggaran utama dari hukum yang ketiga, jangan mengucapkan nama Tuhan dengan sembarangan, yang pertama kalau Saudara mengatakan nama Tuhan membuat orang lain mendapatkan pengertian tentang Tuhan, biarlah intensi dan kalimat mulut Saudara sama. Kalau Saudara mengatakan “diberkatilah engkau oleh Tuhan” biarlah hati Saudara benar-benar orang ini ingin diberkati, benar-benar orang ini mempunyai kerinduan dia datang kepada Tuhan, kalau tidak, Saudara sedang menyebutkan nama Tuhan dengan sembarangan. Yang kedua, ketika Saudara menyatakan janji, sumpah, kebenaran, biarlah Saudara nyatakan itu dengan hidup yang benar-benar mencontohkan konsistensi antara perkataan dan tindakan. Biar kita berjuang untuk hal ini, sehingga kita tidak perlu seret nama Tuhan agar orang lain yakin atas apa yang kita katakan. Hal ketiga, ketika kita berbicara atas nama Tuhan, biarlah Tuhan sendiri yang benar, yang sungguh-sungguh menyatakan FirmanNya boleh kita pahami dulu. boleh kita kenal dulu untuk kita ucapkan Firman demi namaNya. Ini menjadi satu dorongan bagi kita untuk menghormati nama Tuhan. Dan ini menjadi suatu berkat bagi kita untuk boleh hidup di dalam nama Tuhan yang mulia.

Jangan ada patung atau apa pun yang menggantikan kehadiran Tuhan

(Keluaran 20: 4-6, 33: 4-17)
Dalam perintah kedua ini Tuhan menyatakan tidak boleh ada patung dan Tuhan menyatakan begitu panjang hal yang harus Tuhan sampaikan dalam hukum kedua ini. Tuhan mengatakan “jangan sujud menyembah kepada apa yang sudah engkau buat sebab Aku adalah Allah yang cemburu”. Sama seperti seorang istri yang sudah menerima semua kebaikan dan kesetiaan dari suaminya lalu kemudian pergi dengan orang lain. Ini merupakan contoh yang Tuhan nyatakan dalam Kitab Yeremia. Mengapa Tuhan begitu marah dengan Israel? Mungkin Israel mengatakan “Tuhan, bukankah kami masih menyembah Engkau? Bukankah ada Bait Suci di tengah-tengah Yerusalem, bukankah di waktu-waktu tertentu kami datang menyembah Tuhan? Kami tidak pernah tidak menyembah Tuhan. Tapi memang betul kami tambah dewa-dewa lain, masakan tidak boleh? Apa salahnya? Kami tidak kurangi persembahan kami kepada Tuhan, tetapi kami juga berikan persembahan kepada yang lain, mengapa tidak boleh? Kami berikan korban padaMu, tapi kami juga berikan korban kepada yang lain, mengapa Tuhan marah?”. Mereka tidak mengerti, orang yang di dalam dosa tidak sadar mengapa dia harus dihukum, orang yang belum bertobat tidak pernah merasa dirinya perlu diperlakukan dengan hukuman. Maka ketika orang Israel berseru seperti ini ketika orang Yehuda bertanya “mengapa kami harus dibuang? mengapa Babel harus datang dan menaklukan kami?”, maka Yeremia mengatakan “kalau kamu bertemu satu perempuan, lalu perempuan itu hina, miskin, tidak ada yang mau, lalu kamu katakan saya akan tolong kamu, bukan hanya tolong, saya akan pakaikan pakaian ke pada tubuhmu yang begitu jelek, begitu kotor dan tidak punya pakaian, saya akan angkat kamu, saya bersihkan kamu lebih dari itu, saya jadikan kamu istri, lalu saya berikan seluruh harta untuk kita nikmati bersama. Tetapi kemudian istri itu lihat banyak orang asing lewat depan rumah ini, lalu dia mulai suka tiap orang, lalu dia mulai pergi dengan mereka, tidur dengan mereka”, Yeremia tanya balik “apakah kamu mengijinkan istrimu mengatakan jangan begitu suamiku, saya tetap mengasihi kamu, saya hanya tambah orang lain, saya tetap akan bersama dengan kamu dan saya juga tetap bersama dengan orang lain, mengapa itu membuat kamu marah?”. Waktu orang Yehuda baca ini baru mereka mengerti, ternyata Allah adalah Allah yang pencemburu, karena Allah mau adanya satu dedikasi total umat Tuhan hanya kepada Tuhan. Kita sering kali tidak sadar hal ini, kita sering kali merasa satu kali dalam seminggu datang ke gereja itu sudah cukup, baca Alkitab dan mengerti doktrin itu cukup, kadang-kadang berdoa tiap pagi itu cukup. “Saya sudah berikan semua untuk Tuhan, mau janji iman, perpuluhan, persembahan saya beri, Tuhan mau apa lagi? sudah cukup”. Tapi saya beri tahu itu semua tidak cukup kalau hati Saudara tidak terpaut kepada Tuhan lebih dari pada terpaut dengan yang lain, Allah kita adalah Allah yang cemburu. Lalu Saudara mengatakan “mengapa Allah cemburu? Tuhan akan mengatakan “bukankah Tuhan yang mempertahankan hidupmu, bukankah Tuhan yang memberikan segala yang perlu supaya engkau bisa hidup”. Bukankah Tuhan yang memberikan semua anugerah sehingga kita bisa menikmati apa pun mulai dari kesehatan, hidup, makanan dan semua hal. Lalu Tuhan mengatakan hal yang lebih lagi “diantara seluruh bangsa di bumi, Aku memilih engkau dan bukan yang lain”.

Tuhan akan marah, Tuhan akan menyatakan “mengapa kamu tidak menyatakan keutuhan hati untuk berelasi dengan Tuhan?”. Ini yang Tuhan nyatakan dalam hukum ke-2. Maka Tuhan mengatakan “jangan membuat patung”. Lalu Saudara mulai pikir “membuat patung dengan menyembah Allah lain bukankah itu sama? Bukankah hukum yang pertama sudah menyatakan jangan ada padamu allah lain, tapi mengapa dalam hukum yang kedua Tuhan menyatakan “Aku adalah Allah yang cemburu”, bukankah lebih baik kalau Allah menyatakan “Aku adalah Allah yang cemburu maka jangan ada padamu allah lain dihadapanKu”. Tetapi justru Allah menempatkan “Aku adalah Allah yang pencemburu yang akan membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, tetapi akan memberkati ribuan generasi untuk mengenal Aku”. Waktu melihat Alkitab, Saudara akan tahu Alkitab dengan sengaja meletakan poin-poin yang penting dalam cara yang unik, supaya waktu kita baca sambil kita teliti, sambil kita selidiki mengapa Tuhan menyatakannya dengan cara ini. Banyak orang kalau baca sulit sedikit langsung tinggalkan. Banyak orang ketika lihat Alkitab harus pakai usaha untuk dimengerti, langsung menyerah. Tetapi siapa yang tekun mencari kebenaran, siapa yang tekun mencari kebenaran hidup, dia akan diberkati oleh Tuhan. Tuhan Yesus mengucapkan dalam ucapan bahagia “siapa yang lapar dan haus akan kebenaran, dia akan dipuaskan”.

Apa itu kebenaran? kebenaran dipakai itu bukan alethea, dalam Bahasa Yunani, yang artinya itu kebenaran truth, kebenaran proposisi, kebenaran pengertian, tetapi yang dimaksudkan adalah kebenaran righteousness, dikaiosune, yang artinya suatu kebenaran hidup yang berkenan kepada Tuhan. Siapa yang haus hidup benar, dia akan dipuaskan oleh Tuhan, bukan yang haus pengetahuan. Banyak orang Kristen yang haus pengetahuan, Allah “Tritunggal artinya apa? Paulus bicara ini artinya apa?”, tapi tidak ada keinginan untuk hidup sesuai apa yang Tuhan mau, Tuhan tidak akan memberkati orang seperti itu. Orang semakin ingin tahu, ingin belajar, tapi tidak ingin hidup benar, dia akan menjadi orang-orang Farisi berikutnya. Lalu Tuhan Yesus akan mengatakan “celakalah kamu”. Mengapa orang Farisi celaka? mengapa Ahli Taurat celakaAhli Taurat belajar Alkitab begitu luar biasa, tapi mereka perlakukan orang lain seperti anjing, seperti golongan yang lebih rendah. Orang yang punya pengetahuan makin sombong, ini orang Farisi. Orang yang makin punya pengetahuan makin memandang rendah orang lain, ini adalah orang yang tidak menjalankan, demikian yang dikatakan oleh Tuhan Yesus. Berarti ada orang-orang yang lain yang sangat rindu hidup untuk diperkenan oleh Tuhan, mereka memiliki hati yang peka sekali. Apakah yang saya hidupi sudah disetujui oleh Tuhan? Tuhan sudah berjanji, siapa yang mencari tidak akan dikecewakan, siapa yang haus kebenaran, Tuhan tidak mungkin tutup mataNya lalu meninggalkan orang ini.

Masuk dalam hukum kedua, Tuhan mengatakan jangan membuat patung, jangan membuat bentuk apa pun yang mirip dengan benda-benda di langit, atau di bumi, atau di bawah bumi, jangan bikin patung malaikat, jangan bikin patung hewan, jangan bikin patung ikan, jangan bikin patung apa pun lalu engkau sujud menyembahnya. Bagian ini bukan anti seni, ada yang mengatakan “Tuhan bilang tidak boleh bikin patung, kalau begitu kita tidak boleh membuat patung, kalau begitu kita harus buang patung-patung di rumah kita”. Banyak orang salah menafsirkan kitab suci padahal yang dimaksudkan oleh Tuhan adalah jangan membuat patung, lalu kita menganggap inilah allah, ini adalah pelanggaran yang dilakukan Harun dalam Keluaran 32. Harun mengatakan “inilah Tuhan yang menuntuk kamu keluar dari Mesir” lalu dia meletakkan anak lembu emas dan mengatakan “inilah Tuhan”. Tuhan melarang membuat patung yang menyimbolkan dia, Tuhan tidak mau kita membuat patung lalu mengatakan “inilah tuhanku”. Ketika orang tanya “Tuhanmu mana?” kita tidak bisa tunjuk Dia ada di mana. Maka Tuhan menyatakan diri kepada manusia, dan Dia tidak mau disamakan dengan ciptaan, itulah sebabnya Tuhan memberikan hukum yang sangat ketat. Tiap kali Tuhan memberikan hukum yang sangat ketat, selalu Tuhan memberikan sentuhan personal didalamnya. Saudara kalau berbuat dosa, Saudara bukan hanya melanggar hukum yang Tuhan sudah berikan, tetapi Saudara membuat dukacitanya Tuhan. Ini bedanya Saudara ditilang polisi dengan berdosa kepada Tuhan. Kalau ditilang polisi, apakah polisi datang kepada Saudara lalu air mukanya mulai sedih, air matanya mulai turun, “saya kecewa sama bapak, bapak tahu lampu merah, mengapa bapak langgar? Selama ini saya didik bapak, mengapa bapak tidak mau taat, maka saya sangat sedih bapak melakukan ini” tidak ada polisi seperti itu. Tapi ketika Saudara berdosa, Saudara menyakiti hati Tuhan. Tuhan selalu menyatakan peraturanNya secara personal, Tuhan selalu mengatakan hukum-hukumNya berkait dengan siapa diriNya. Maka kalau Saudara sudah melanggar satu pun dari peraturan itu, Saudara sudah melanggar Tuhan dan kemarahan Tuhan membuktikan kepedulian kita untuk hidup suci. Kadang-kadang kita merasa tenteram padahal tidak ada alasan untuk merasa tenteram. Ada orang beriman, beriman, beriman, mengapa beriman? “karena diriku bilang harus percaya”. Jadi hati-hati terhadap diri sendiri karena ternyata diri sendiri tukang tipu kepada diri sendiri”. Waktu orang membuat patung, mengatakan “damailah hatiku, Tuhan dekat dengan hati kami, Tuhan ada di samping kami” tahu dari mana? “ini ada patung anak lembu emas, berarti Tuhan dekat dengan kami”. “Di dalam gereja kami merasa tenteram karena ada patung Tuhan Yesus yang dapat kami pandang”. Satu kali ada orang yang menulis di dalam bukunya, dia mengatakan “saya bertobat ketika melihat patung Tuhan Yesus di gereja menitikkan air mata”. Kalau kita tidak perhatikan hukum kedua, kita akan mengatakan “ini indah, ini bagus, Tuhan terasa begitu dekat karena patungNya ada di sini”. Tapi Tuhan mengatakan karena patung anak lembu, Tuhan membunuh begitu banyak orang Israel, karena patung anak lembu, Tuhan mengatakan anak sulung tidak lagi menjadi imam. Tapi siapa yang tidak ikut-ikut, dia menjadi imam, maka orang Lewi menjadi imam. Karena orang-orang Israel sudah jatuh dalam dosa penyembahan berhala. Mereka mengatakan “Tuhan kami tidak sembah berhala, kami membuat patungMu”, Tuhan akan mengatakan “itu bukan Aku, engkau sedang menyembah yang lain”. “Tuhan akan balaskan sampai generasi ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Tuhan”. Bayangkan menyembah berhala disamakan dengan membenci Tuhan, karena Saudara sedang memberontak kepada Tuhan dan mengabaikan Dia. Ayat ini mengatakan “Aku akan balaskan kesalahanmu kepada anakmu, cucumu dan anaknya cucumu”. Mengapa Tuhan membalaskan generasi demi generasi? Alkitab mengatakan karena ketika Tuhan murka kepada satu orang atau satu bangsa, Tuhan akan singkirkan dia dan akan memberikan hukuman yang lebih lama dari pada masa hidup orang itu, maka pasti generasi selanjutnya juga kena. Tetapi ketika generasi berikutnya kena, mereka mengatakan “kami dihukum karena papa kami berdosa”, Tuhan akan mengatakan “cek dirimu sendiri, kamu ada dosa atau tidak”. Kalau kamu tangannya bersih, kalau kamu suci, kalau kamu benar-benar setia kepada Tuhan, Tuhan pasti akan putuskan segala bentuk hukuman yang Tuhan sudah putuskan kepada orang tua. Karena dalam ayat ini pun dikatakan, dalam ayat 6 “Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu generasi”, kata orang bisa juga diterjemahkan generasi yaitu mereka yang mengasihi Aku dan berpegang pada perintahKu. Jadi Tuhan menghukum satu orang, keturunannya kena. Tetapi ketika Tuhan memberkati seseorang, Tuhan tidak lihat dia anaknya siapa. Kalau orang tuanya jahat, lalu Tuhan mengatakan “kamu jahat, Aku hukum kamu dan keturunanmu” lalu semua keturunannya dihukum, tapi di antara keturunannya ada yang mau kembali kepada Tuhan, “Tuhan, saya mau bertobat kembali kepadaMu”, Tuhan tidak bilang “tidak bisa, karena kamu anaknya si ini maka kamu harus tanggung hukuman ini sampai generasi keempat”. Tidak, Tuhan akan putuskan semua rencana hukumanNya kalau ada satu yang sungguh-sungguh mau kembali kepada Dia. Inilah pengertian yang harus kita pahami baik-baik, kalau Saudara bersalah, anak cucu dan anaknya cucu akan kena, tapi di antara keturunan Saudara mau kembali kepada Dia, Tuhan tidak akan ingat kesalahan Saudara. Maka sebelum Saudara jatuh dalam dosa, sebelum Saudara mau menghindarkan diri dari Tuhan, ingat baik-baik bukan cuma engkau yang akan tanggung, tapi keturunan akan kena, orang lingkungan akan kena.

Maka orang Kristen pun melanggar hukum yang kedua kalau menggantikan relasi kita dengan Tuhan, perasaan nyaman dengan Tuhan kalau kita gantikan hal itu dengan yang lain kita sudah menyalahi hukum kedua. Ada orang yang merasa nyaman kalau “Tuhan bicara langsung kepada saya, saya bisa nyaman kalau Tuhan bicara kepada saya dengan mimpi seperti para nabi mendapat mimpi. Saya akan merasa nyaman kalau Tuhan berbicara kepada saya dengan cara yang saya mengerti dan saya mau, baru saya bisa merasa nyaman”. Ada yang pernah tanya kepada saya “mengapa Tuhan tidak datang kepada kita dalam wujud yang kita bisa lihat?” seperti Abraham yang mendapat anugerah itu. Kalau Saudara mau mendapatkan kedekatan seperti ini sebelum waktu Tuhan dan diluar cara Tuhan, Saudara sudah melanggar hukum ini. Banyak gereja melakukan ini, banyak gereja mengatakan “Tuhan berbicara kepada saya” dia melanggar hukum kedua. Mengapa? Karena dia membuat patung, patung suara, dia mengatakan “saya dengar suara Tuhan” padahal Tuhan tidak berbicara kepada dia. Saudara menggantikan kehadiran Tuhan dengan lambang yang lain, Saudara melanggar hukum kedua. Mari kita peka dalam hidup, mari kita ingat baik-baik Tuhan menyatakan diri sekaligus menyatakan jarak, supaya kita sadar bahwa belum waktunya kita memandang wajah Tuhan, belum waktunya kita berbicara dengan Tuhan wajah dengan wajah. Inilah yang Tuhan nyatakan dalam Keluaran 33. Keluaran 33 menjadi satu kekuatan bagi kita untuk terus ingat supaya kita tidak melanggar hukum yang kedua. Ketika orang Israel jatuh dalam dosa, Musa mengatakan kepada Tuhan “Tuhan, jangan musnahkan mereka”. Pasal 32, Tuhan dengan sangat marah mengatakan kepada Musa “Musa, minggir, Aku akan musnahkan mereka semua” kalimat itu bisa diterjemahkan seperti ini. Jadi Tuhan berbicara kepada Musa dalam pasal 32, lalu tiba-tiba Tuhan berkata dalam ayat 7, “berfirmanlah Tuhan kepada Musa: Pergilah, turunlah sebab bangsamu yang engkau pimpin telah rusak lakunya”. Tuhan sudah mengatakan “minggir, Aku akan menjadikanmu bangsa yang besar, tapi bangsa ini akan Aku musnahkan semua”. Tapi Musa mengatakan “tidak Tuhan, saya tidak akan menyingkir, saya akan tetap berdiri antara Tuhan dan Israel”. Kalau Saudara tahu betapa menakutkannya pemandangan di gunung, Saudara baru tahu berapa beraninya Musa. Bayangkan Musa menghadapi pemandangan yang begitu menakutkan, ada gunung yang memancarkan api begitu banyak, lalu suaranya mirip ribuan sangkakala yang membuat jutaan orang merasa tuli. Jutaan orang mengatakan terlalu keras suaranya. Lalu Tuhan dengan suara sekeras itu mengatakan kepada Musa “menyingkir, Aku akan musnahkan Israel” tapi Musa langsung berdiri dan mengatakan “lewati saya dulu” berani sekali. Inilah jiwa yang dimiliki Musa, mencerminkan jiwa dari Sang Penebus. Yesus Kristus mengatakan “Aku mati supaya Engkau tidak murka kepada umatMu” inilah yang Kristus lakukan. Kalau Saudara mengatakan “kok Tuhan jahat, kan orang Israel tidak mengerti kehadiran Tuhan tidak boleh dilambangkan seperti ini, mengapa Tuhan musnahkan mereka?” tetapi Alkitab menyatakan Tuhan selalu adil. Orang Israel membuat anak lembu sesuai Mesir membuat berhala, setelah itu orang Israel bersukacita untuk menyembah anak lembu sama seperti orang kafir bersukacita, bahkan lebih parah. Alkitab mengatakan “sehingga mereka dipermalukan, bangsa-bangsa lain mencemooh mereka”. Bayangkan orang-orang kafir mencemooh mereka berarti tingkah laku mereka rusaknya luar biasa. Saya yakin kalau Saudara ada di tengah-tengah mereka, Saudara tidak akan berani komplain kepada Tuhan. Seringkali kita mengeluh kepada Tuhan “Tuhan, mengapa Engkau jahat sama bangsa ini? mengapa Tuhan hancurkan orang-orang di Kanaan?” padahal kalau Saudara sendiri hidup di tengah orang Kanaan waktu orang Israel masuk, mungkin Saudara berdoa “Tuhan, habiskan mereka semua, mereka terlalu jahat”. Kalau Saudara membaca Sodom dan Gomora dibakar, kalau cuma baca dan mengatakan “Tuhan jahat, bakar-bakar kota”. Tapi kalau Saudara di tengah-tengah mereka, mungkin Saudara yang duluan bakar. Jadi kita sering kali tidak mengerti, tapi Alkitab menyatakan Allah itu adil maka apa yang Allah lakukan tidak mungkin tidak adil, apa yang Allah nyatakan tidak mungkin salah.

Tuhan tidak menyertai keluarga kita, apa bedanya keluarga kita dengan keluarga lain. Kalau Tuhan tidak menyertai hidup kita, apa bedanya hidup kita dengan orang kafir? Itu sebabnya Musa mengatakan “Tuhan, sertai bangsaMu ini, sertai umatMu ini”, Tuhan mengatakan “tidak, Aku kirimkan malaikat saja, karena kalau Aku yang menyertai, Aku lihat mereka, tidak tahan amarahKu nanti Aku musnahkan mereka”. Tapi Musa mengatakan “jangan Tuhan, jangan tidak sertai”, Tuhan mengatakan “tidak apa-apa, kan Aku kirim malaikat”. Musa tetap ngotot bilang “saya tidak mau malaikat, maunya Tuhan” ini namanya doa yang ngotot. Saudara jangan pikir orang Reformed kalau doa “yang penting berdoa, kan kedaulatan Tuhan”. Musa juga mengerti kalau Tuhan berdaulat, tapi dia terus minta “Tuhan, saya minta yang seperti ini”. Lalu Musa memohon dengan begitu berat, “kalau Engkau putuskan tidak mau sertai, jangan suruh saya jadi pemimpin. Sebab saya tidak sanggup jadi pemimpin kalau bukan Tuhan yang sertai. Maka Tuhan mengatakan “baiklah, Aku akan sertai”, Musa sudah puas belum? Belum. Musa mengatakan “dari mana saya tahu? Tandanya apa? saya akan minta tandanya kepada Tuhan yaitu Tuhan tunjukkan kemuliaan, kalau Tuhan rela tunjukkan kemuliaan, baru saya percaya Tuhan sertai bangsa ini. Tuhan menghargainya, maka waktu dia mengatakan “saya minta penyertaan Tuhan” Tuhan kabulkan, lalu “saya minta boleh memandang kemuliaan Tuhan” Tuhan juga kabulkan. Di sini kita harus tafsirkan dengan sangat hati-hati, karena sebelumnya dikatakan kalau Musa berbicara dengan Tuhan, Musa berbicara seperti teman dengan teman, muka ke muka, tetapi sekarang Tuhan mengatakan “Aku akan sembunyikan wajahKu dan Aku akan tunjukkan belakangKu saja”. Martin Luther menafsirkan ini dengan sangat indah, Luther mengatakan ketika Tuhan menyatakan diri kepada manusia, Dia membatasi diriNya sedemikian supaya kita boleh mengerti siapa Dia, supaya kita tahu bahwa ada yang lebih dari Dia yang belum Dia nyatakan. Calvin berbeda dengan Luther, Calvin sangat strict, apa yang Alkitab bilang, itu yang dia nyatakan, maka Calvin mengatakan Tuhan menyatakan diri kepada Musa “Aku sembunyikan wajahKu dn Aku tunjukkan belakangKu” maksudnya adalah Tuhan tidak pernah mengijinkan Musa memandang Dia dengan kesempurnaan kemuliaanNya. Bukankah Musa dan Tuhan berbicara wajah dengan wajah, Calvin mengatakan ketika Tuhan menyatakan diriNya kepada Musa wajah dengan wajah, ini adalah Tuhan yang sedang membatasi diri sehingga seperti seorang ibu bicara bahasa bayi kepada anaknya, demikian Tuhan berbicara kepada Musa di dalam bentuk yang Musa bisa kenali. Tetapi ini bukan kemuliaan Tuhan yang penuh. Saudara kalau berbicara dengan bayi tidak akan memakai kalimat-kalimat orang dewasa. Tuhan juga mirip, Tuhan menurunkan diriNya, membatasi diriNya, menyembunyikan kemuliaanNya supaya bisa berbicara dengan manusia. Karena Calvin mengatakan “kalau Tuhan tidak sembunyikan kemuliaanNya, kita akan hancur memandang kemuliaanNya yang terlalu besar untuk kita bisa tangani. Tapi kalau Luther unik, Luther mengatakan kalau Tuhan menyatakan diri dengan keterbatasan, dengan membatasi diri, ini berarti Tuhan mau manusia tahu bahwa ini belum seluruhnya. Sehingga ketika manusia melihat Tuhan, manusia tahu “saya tidak bisa tahu Tuhan dengan sempurna sebab Tuhan sedang menutup begitu banyak hal supaya saya tidak tahu, karena saya memang tidak mungkin tahu”. Itu sebabnya ketika Tuhan menyatakan diri, gunung penuh dengan awan yang gelap supaya manusia mengatakan “pengenalanku akan Tuhan itu penuh dengan misteri dan kegelapan”. Maka ketika Musa berbicara dengan Tuhan wajah dengan wajah, Musa mengetahui Tuhan yang menyatakan diri di depannya adalah Tuhan yang belum menyatakan semua kemuliaanNya karena dia tidak sanggup. Maka Musa mengatakan “Tuhan, tunjukkan semua kemuliaanMu”. Mengapa Musa meminta ini? Karena kalau Tuhan menyatakan kemuliaanNya dengan sempurna, pasti Musa mati. Sehingga Musa mengatakan “kalau Tuhan tidak mau sertai, saya lebih baik mati”. Ini dia lanjutkan dengan permintaan ketiga “tunjukkan kemuliaanMu, kalau saya hidup berarti saya boleh melanjutkan pekerjaan saya membimbing bangsa ini. Kalau Engkau tunjukkan kemulian kemudian saya mati, ya sudah, lebih baik saya mati kalau Engkau tidak mau sertai”, maka dia minta “nyatakan kemuliaanMu”. Ini permintaan yang akan menghanguskan Musa, dan Musa tahu itu. Kita sering kali ikut-ikut doa Musa tanpa mengerti “oh Tuhan, nyatakan kemuliaanMu, nyatakan kemuliaanMu di gereja ini, nyatakan kemuliaanMu bagi Indonesia” kita kurang belajar teologi PL. Saudara kalau mengerti teologi PL, tidak akan berani ngomong sembarangan seperti itu. Tapi Tuhan beranugerah kepada Musa, Tuhan mengatakan “baik” waktu Tuhan menjawab seperti itu, saya tidak tahu perasaan Musa bagaimana, apakah Musa akan mati? Tapi Tuhan mengatakan “Aku akan melindungimu, waktu Aku menyatakan kemuliaanKu, engkau tidak lihat sehingga engkau tidak mati.

Yang kita bisa pelajari dari bagian ini adalah jangan gantikan pernyataan kehadiran Tuhan sebelum waktu Tuhan, lalu kapan kita bisa melihat pernyataan Tuhan ada di tengah-tengah kita dengan sempurna? Alkitab menyatakan 2 hal yang pertama adalah melalui Kristus. Tetapi ketika Kristus datang ke dunia ini, Dia adalah Allah yang menjelma jadi manusia, kita tetap belum memandang kemuliaan Kristus dengan sempurna. Orang yang memandang kemuliaan Kristus dengan sempurna, dicatat di dalam Alkitab, salah satunya adalah Yohanes. Dan ketika Yohanes melihat Tuhan Yesus menyatakan diri, dia silau dan dia sujud, kemudia dia sangat gentar dan ketakutan. Jadi Tuhan belum menyatakan dengan sempurna, karena itu Tuhan mengatakan “jangan bikin apa pun yang menggantikan pengharapan kedekatan dengan Tuhan, dengan kedekatan yang bisa dirasakan sekarang”. Saudara belum bisa memandang wajah Tuhan, Saudara belum punya keakraban bicara seperti Saudara bicara dengan orang tua. Tapi sekarang pendeta-pendeta berkata “tadi pagi Tuhan berfirman” ini namanya bikin boneka, lalu mengatakan ini Tuhan. Tuhan mengatakan “Aku ada di sorga, Aku belum datang lagi”, Yesus mengatakan “tunggu Aku datang, nantikan Aku datang, jangan bikin apa pun yang seolah-olah sudah menggantikan kedatangan Tuhan, lalu kita mengatakan “sekarang saya sudah tenang”. Kita sedang menantikan kapan Yesus datang ke sini. Sekarang Yesus belum ada maka kita terus mengharapkan, kalau Dia sudah sepertinya ada, maka kita tidak lagi mengharapkan Dia. Kalau Dia digantikan dengan patung, iamge, gambar, lukisan atau apa pun lalu kita mengatakan “Yesus, sudah ada ditengah-tengah kami” maka kita menggantikan kenikmatan dan perasaan sukacita yang belum Tuhan mau berikan dengan satu perasaan yang palsu. Mari kita nantikan Dia, mari kita tunggu kapan Dia menyatakan Diri. Mari kita lakukan penantian ini dengan setia dan kita tidak jatuh dalam pengharapan palsu yang diberikan oleh image, gambar, patung atau apa pun yang menggantikan kehadiran Tuhan. Biarlah kita puas dengan Firman yang sempurna dan indah ini dan dengan doa kita kepada Tuhan.

Walau Seribu Lidahku

– O for a Thousand Tongue to Sing – 

Pada tahun 1735 Charles dan John Wesley melakukan perjalanan misi ke Georgia, Amerika untuk membawa berita Injil kepada orang Indian Amerika. Mereka berangkat dari Inggris dengan semangat dan bersukacita. Namun misi tersebut tidak berhasil karena banyak orang Indian menolak Injil, dan sayangnya pemerintah Georgia tidak medukung mereka di dalam pelayanan. Sepulangnya dari Amerika, timbul keraguan dalam hati mereka, “Mengapa banyak yang menolak kasih Tuhan?”. Dan bertanya, “Apakah mereka sendiri pernah merasakan kasih Tuhan itu?”. Lalu mereka berkesimpulan dengan pahit bahwa, ”Kami pergi ke Amerika untuk mempertobatkan orang Indian, tetapi siapakah yang akan mempertobatkan kami?”

Tetapi Tuhan memelihara Charles dan John Wesley karena ketika mereka tiba di Inggris, mereka dijangkau oleh anggota gereja Moravian. Jemaat gereja itu mendorong kedua bersaudara ini untuk ikut dalam kebaktian dan persekutuan di dalam gereja. Pada abad ke-18, gereja Moravian adalah gereja Protestan pertama yang melakukan penginjilan secara masal dan melakukan pengutusan ke banyak tempat. Gereja ini begitu giat memberitakan injil dengan kasih dan dengan secara ketat mempelajari Firman Tuhan.

Peter Bohler, seorang Jerman, adalah pemimpin gereja Moravian dimana kedua bersaudara itu berbakti, ia melihat pergumulan iman Charles dan John Wesley. Lalu di sela-sela pelayanannya Peter Bohler mengundang Charles untuk mengajarkan kepadanya bahasa Inggris. Lalu lewat interaksi yang intensif inilah sedikit demi sedikit Charles dan John mendapatkan pengajaran Firman dan bimbingan dari Peter Bohler.

Pada tahun 1738, Charles Wesley menderita sakit paru-paru yang akut, ia hanya dapat terbaring di atas tempat tidur dan beristirahat. Namun jemaat gereja terus melawat Charles, membacakan Firman Tuhan dan menyanyi bersama. Lewat kehangatan kasih itulah Charles sadar akan kasih Tuhan yang tidak layak ia terima, tetapi tidak bisa ia tolak. Fakta ini menjawab pergumulan pribadinya tentang kegagalan misinya. Lalu beberapa hari kemudian, pada tanggal 21 Mei 1738, ketika ia pulih dari sakit penyakitnya, Charles bertobat dan kembali kepada Tuhan.

Himne “Walau Seribu Lidahku” ini adalah himne yang selalu ada dengan nomor urut pertama dalam setiap buku himne metodis, padahal Charles sendiri menciptakan lebih daru 6000 himne. Himne ini diciptakan satu tahun setelah pertobatannya, di dalamnya ia mengutip kata-kata Peter Bohler, ”Jika aku memiliki ribuan lidah, aku akan memuji-Nya dengan setiap lidahku”, Kita tidak layak, namun kasih Tuhan melayakan kita. Karena itu mari kita gunakan setiap bagian dari kehidupan kita untuk memuji dan memuliakan Tuhan.