- Latar Belakang Lagu
- 6 Apr 2014
Great Jehovah Mighty Lord
Himne baru yang kita nyanyikan di minggu ini berjudul “Great Jehovah Mighty Lord”. Himne ini diciptakan oleh Fanny Crosby dan Ira D. Sankey dan sarat akan berita penginjilan kepada seluruh dunia. Nama tune lagu ini disebut “Missionary Hymn” dan sering dinyanyikan pada KKR D. L. Moody.
Great Jehovah, mighty Lord, Vast and boundless is Thy Word;
King of kings, from shore to shore Thou shalt reign forevermore.
Bagian pertama lagu ini menyatakan Allah pencipta yang begitu berkuasa, yang Firman-Nya luas dan tidak terbatas, dan dari ujung bumi sampai ujung bumi. (Filipi 2:9-11; Roma 10:12)
Jew and Gentile, bond and free, All shall yet be one in Thee;
All confess Messiah’s Name, All His wondrous love proclaim.
Kristus yang telah mati di atas kayu salib menjadi korban penggantian kita, yang kemudian kita, umat manusia yang telah berdosa dan terpisah dengan Tuhan Allah dapat dipersatukan kembali. Orang Yahudi maupun bukan Yahudi, budak dan orang merdeka menjadi satu di dalam kesulungan Yesus Kristus.
From her night shall China wake, Afric’s sons their chains shall break; Egypt, where Thy people trod, Shall adore and praise our God.
India’s groves of palms so fair, Shall resound with praise and prayer; Ceylon’s isle with joy shall sing,Glory be to Christ our King.
Dua bagian ini memperlihatkan kekuatan Firman yang menembus banyak batas seperti negara, warna kulit, dan bahasa. Tersebutlah Cina yang pada abad 19 yang masih tertidur di dalam keterbelakangan dan keterpurukan supaya Firman Tuhan membangunkannya, tersebutlah Afrika yang lewat FirmanNya dapat bebas belenggu di dalam perbudakan, serta India dan Sri Lanka (Ceylon) terdengar suara pujian kepada Tuhan.
Bukan saja lagu ini diciptakan pada tahun 1800-an di mana terjadi kebangunan besar di Inggris dan Amerika, dan memulai perjalanan misi ke seluruh pelosok dunia. Kita jarang melihat himne seperti ini, yang bukan saja memuji nama Tuhan tetapi sekaligus juga menjadi doa penginjilan kepada negara-negara tersebut.
North and South shall own Thy sway; East and West Thy voice obey;
Crowns and thrones before Thee fall, King of kings and Lord of all.
Akhir lagu ini menggunakan ayat yang digunakan dalam oratorio “Messiah” oleh Handel yaitu Wahyu 19:16 “Raja segala raja dan Tuan di atas segala tuan.” yang menjadi pernyataan terakhir dalam konsumasi bahwa seluruh dunia akan tunduk (Wahyu 15:4) dan semua lidah mengaku Yesus menjadi Raja segala Raja dan Tuhan di atas segala Tuhan.
Lirik lagu dalam Bahasa Indonesia (terjemahan bebas)
Great Jehovah, Might Lord
Fanny Crosby 4/4
Ira D. Sankey Do = Bes
Tu- han Al – lah a – gung per – ka sa Fir- man- Mu tak ter- ben-dung;
U – mat da – ri s’ga – la bangsa, ja – di sa – tu da- lam – Mu
Se-mua be-nua, se – mua pu- lau, ha – rus de-ngar In – jil – Mu
U – ta – ra ke Se – la – tan, pe- nuh de-ngan pu- jian – Mu
Kris- tus kan se – g’ra kem – ba – li, me- mu- lih – kan se – mu – a
Ra – ja da – ri s’ga – la ra – ja, Kau ber-takh-ta s’la- ma- nya
S’mua menga- ku Kris-tus- lah Tu-han, dan me- mu- ji ka – sih – Nya
S’ga – la su – ku, s’ga – la bangsa, me – ni- nggikan Sa – lib – Mu
Da – ri Ba- rat sam – pai ke Ti- mur, ber – ge- ma mu- lia – kan- Mu
De – ngan gentar semua ber – su- jud, pa – da Tu-han se – mes- ta
- 10 Hukum Taurat
- 25 Mar 2014
Jangan Mengucapkan Saksi Dusta dan Jangan Mengingini
(Keluaran 20: 16-17, Keluaran 23: 1-3, Imamat 5: 1, 19: 14-18)
Di dalam hukum yang ke-9 diucapkan “jangan mengucapkan saksi dusta”, ini merupakan perintah yang harus kita lihat lebih dalam dari hanya sekedar tidak berbohong. Tuhan tidak senang orang yang tidak jujur dan Tuhan tidak senang kepada orang yang tidak punya maksud yang murni. Maka untuk melihat perintah ini, ada 2 hal yang harus kita selidiki. Yang pertama, perintah jangan mengucapkan saksi dusta menuntut seseorang untuk mempunyai kemurnian hati. Hati yang murni, yang bersih, hati yang tanpa motivasi untuk merugikan orang lain, inilah yang Tuhan suka. Tuhan tidak senang kepada orang yang belat-belit, demikian kata Alkitab. Orang yang belat-belit, Tuhan juga akan bertindak belat-belit kepadanya. Tuhan tidak pernah palsu, tapi Tuhan tahu bagaimana bertindak menghadapi orang palsu. Kekristenan bukan hanya mengurus orang percaya masuk sorga, Kekristenan mengurusi keadilan, Kekristenan harus menyatakan keadilan di tengah dunia. Tuhan sangat benci kepada ketidak-adilan, itu sebabnya di dalam Injil, Tuhan membongkar pemerintahan yang korup itu seperti apa, pemimpin agama yang tidak tulus itu seperti apa. Semua bentuk kerusakan terjadi karena manusia tidak tulus, manusia tidak murni hatinya. Waktu Tuhan menyatakan berkat dalam Matius 5, Dia mengatakan “berbahagialan orang yang suci hatinya” itu juga bisa diterjemahkan “berbahagialah orang yang murni hatinya”. Itu berarti apa yang di dalam sama dengan apa yang ditunjukkan di luar. Apa yang di dalam benar-benar nyata dan persis dengan apa yang dia tunjukkan di luar. Kita sulit melakukan hal itu, kadang-kadang manusia penuh dengan kepalsuan, kadang-kadang kita mau bermain politik, kadang-kadang kita mau menjaga relasi yang baik sehingga kita mengabaikan kebenaran. Dalam Keluaran 23 maupun Imamat 19, dikatakan “jangan mengucapkan berita bohong tentang orang lain sesamamu” ini adalah pencegahan terhadap gosip. Tuhan benci gosip. Tuhan benci berita-berita yang menyebar, tetapi tidak ada fakta di dalamnya. Bahasa Yunani, ketika mereka mengatakan kebenaran, mereka memakai kata alethea, artinya tidak ada tutup, tidak ada kabut, tidak ada bayang-bayang, sehingga saya bisa melihat objek itu dengan jelas. Waktu saya melihat objek itu dengan jelas, saya tahu dengan fakta bahwa inilah keadaan objek itu semurni-murninya. Karl Popper dari abad 20, mengatakan bahwa Eropa menjadi maju karena sifat mentalitas seperti ini. Mentalitas berani tukar pikiran, berani bicara, berani berdialog, bukan hanya pegangan kebenaran sendiri “kebenaranku kebenaranku, kebenaranmu kebenaranmu, jangan saling sentuh”, sifat ini tidak bisa membuat maju. Yang bisa membuat maju adalah saling interaksi, saling mangasah, saling mengoreksi kalau pendapat orang lain salah, dan saling rela dikoreksi kalau pendapat sendiri salah. Standar dari Tuhan, ini yang ingin kita cari tahu, tafsiranku terhadap standar itu dan tafsiranmu terhadap standar itu harus didiskusikan supaya kita tahu mana yang lebih benar, mana yang lebih dekat dengan kebenaran yang Tuhan mau nyatakan. Itu sebabnya dalam hukum ke-9 mengatakan “jangan bersaksi dusta” berarti Saudara mesti belajar tahu apa yang benar. Saya cuma tahu apa yang benar sebagian, saya pikir ini benar, saya dengan tulus mengatakan ini benar tapi ternyata masih salah. Bagaimana saya tahu harus berani bicara? Karena takut salah lebih baik saya tidak bicara, dari pada saya salah berbicara tentang orang lain lebih baik saya diam. Tapi dalam Imamat 5 mengatakan “kalau kamu tahu ada yang salah, kamu tidak bicara, kamu pun salah”. Kalau engkau tahu kebenaran, tapi tidak bicara, itu salah. Kalau bicara salah, itu juga salah. Jadi lebih baik apa? Diam salah, bicara juga salah, bicara separuh artinya separuh salah, tidak bicara salah, terus bagaimana? Alkitab mengatakan yang pertama adalah engkau harus tahu engkau tulus atau tidak. Kalau Saudara tulus, Saudara mengatakan “ini kebenaran yang saya tahu, kalau saya salah tolong dikoreksi” inilah langkah pertama yang Tuhan mau untuk manusia boleh menyaksikan kebenaran dengan akurat. Itu sebabnya Saudara tidak perlu takut kalau pengetahuan Saudara kurang komprehensif, kurang menyeluruh dan bahkan mungkin bisa salah. Saudara mengatakan “berdasarkan pengetahuan saya, dengan hati nurani yang tulus, saya menyatakan inilah yang saya tahu”. Saudara kalau tahu ada kebenaran, silahkan ungkapkan, tidak perlu takut. Tapi Saudara juga jangan marah kalau dikoreksi. Inilah yang diterapkan oleh Tuhan, kemurnian hati kita diterapkan dalam cara berbicara kita tentang orang lain. Alkitab mengatakan tahu ada yang salah, mesti ngomong. Kalau Saudara tahu ada yang salah, Saudara bicara kepada orang yang bisa memberikan masukan kepada orang itu. Bukan asal bicara, tahu-tahu orang sudah tahu kejelekan orang lain, ini tidak menolong sama sekali. Tuhan tidak suka hal seperti ini. Saudara jangan sebarkan berita jelek tentang orang kalau tidak ada gunanya Saudara sebarkan. Kalau Saudara sebarkan dan bisa menolong dia, silahkan, kalau tidak apa gunanya. Mengapa satu orang dijelekkan ke semua orang, tetapi fakta kebenaran dan pertolongan untuk orang itu tidak ada. Lebih baik, Saudara kalau benci satu orang, Saudara doakan dia, Saudara lihat kejelekkannya, doakan lalu sharingkan ke orang yang bisa perbaiki kejelekkan itu. Lebih baik gosipnya dihancurkan, lalu Saudara mulai masukan Firman Tuhan, merenungkan Firman Tuhan siang dan malam, yang kesukaannya adalah Taurat Tuhan.
Lalu hal kedua, perintah ini adalah juga karena Tuhan mencintai keadilan. Tuhan kita adalah Tuhan yang adil. Tuhan kita mau setiap kesaksian diberikan untuk pengadilan memberikan keputusan yang tepat untuk orang yang bersalah. Itu sebabnya saksi adalah posisi yang sangat penting. Saksi harus memberitakan apa yang dia lihat, apa yang dia tahu, supaya pengadilan memutuskan dengan tepat. Di dalam Alkitab banyak contoh tentang saksi dusta, waktu Raja Ahab mau kebun anggurnya Nabot, Raja Ahab mengatakan “saya beli kebun anggurmu”, Nabot mengatakan “ini warisan, perintah Tuhan. Warisan tidak boleh diperjualbelikan”. Akhirnya Ahab marah, dia pulang ke rumah, masuk ke kamar, kunci diri tidak mau makan. Melihat itu semua Izabel mau menanganinya, maka dia mengumpulkan orang-orang jahat dan mengatakan “kalian ajak Nabot makan, setelah itu kalian bertiga langsung bersaksi bahwa orang ini menghujat raja dan menghujat Tuhan, lempar batu sampai mati. Dan ini yang terjadi, kesaksian palsu dari orang yang dibayar Izabel. Setelah bersaksi bahwa Nabot menghujat Tuhan, Nabot dilempar sampai mati, maka Ahab langsung adopsi tanahnya menjadi milik dia. Tuhan marah sekali, Tuhan kirim Nabi Elia, Elia berkata “engkau akan mati karena dosamu”. Lalu Ahab menangis dan bertobat, “Tuhan ampuni saya”, Tuhan mengatakan “karena kamu minta ampun, Aku tunda kematianmu beberapa tahun”. Tuhan berikan kelonggaran penghukuman sedikit. Ini adalah kasus pertama. Kasus kedua tentang Tuhan Yesus, Tuhan Yesus ketika diadili, tidak ada orang bisa menemukan dosaNya apa. Bayangkan betapa bencinya orang Farisi, di dalam Injil dicatat ada orang Farisi yang ikut Tuhan Yesus ke mana pun Dia pergi, lebih setia dari murid, tapi mereka ikut hanya untuk catat kesalahan. Lalu mereka terus mau catat, tapi tidak ketemu satu pun. Maka sepanjang karir Tuhan Yesus melayani, tidak ada satu pun kesalahan, mereka harus berbohong. Maka saksi dusta mulai dibangkitkan, tapi Alkitab mencatat kesaksian mereka bertolak belakang satu sama lain. Mungkin yang satu mengatakan “saya mendengar orang ini berkhotbah di Yerusalem, kira-kira 1 bulan yang lalu, Dia mengatakan hancurkan Bait Allah, ini provokator, saya berani bersaksi bahwa kesaksianku benar”. Orang kedua mengatakan “bulan lalu saya juga mendengar orang ini khotbah di Nazaret mengatakan Bait Allah hancur”, yang sebelumnya mengatakan di Yerusalem, tapi orang ini mengatakan di Nazaret, mana mungkin Dia berada di 2 tempat sekaligus, kesaksiannya rusak semua. Tapi kemudian satu orang berkata “Orang ini mengatakan hancurkan Bait Allah”, apakah Tuhan Yesus pernah mengatakan itu? pernah. Tuhan Yesus mengatakan “hancurkanlah Bait Allah ini” maksudNya adalah tubuhNya, kata “ini”-nya dihapus. Ini kesaksian jahat. “Orang ini provokator, dia mengatakan Bait Allah harus dihancurkan, Dia harus dibunuh”. Banyak orang kutip orang lain tidak tepat. Saudara kalau mau kutip kalimat orang lain bisa hancurkan orang itu dengan gampang. Banyak orang kritik Pdt. Stephen Tong dari khotbahnya, ambil kalimatnya tapi tidak lengkap. Kalimat orang bisa diputar, diselewengkan dan tujuannya adalah untuk menghancurkan orang itu. Inilah yang dimaksudkan dengan saksi dusta dan Tuhan sangat membenci itu. Itu sebabnya dikatakan yang berdusta berharap orang lain dapat hukuman apa, dia harus dikenakan hukuman yang sama. Kalau Saudara bersaksi dusta dengan mengatakan “orang ini bunuh orang lain” kalau benar dia bunuh, hukumannya harus mati. Tapi kalau ternyata saksi itu bohong, maka saksi itu yang harus dihukum mati. Seperti hukuman yang didapatkan oleh orang tertuduh, demikian hukuman akan diterapkan kepada yang memberikan saksi. Ini berarti Tuhan sangat ingin keadilan terjadi, yang salah dihukum, yang benar dibenarkan. Yang salah mendapatkan upah, yang benar harus mendapatkan pembebasan. Itu sebabnya kesalahan besar dihukum besar, kesalahan kecil dihukum kecil. Kerusakan dunia harus diperbaiki oleh prinsip keadilan dari Tuhan. Kalau dunia kita sudah begitu rusak, dunia kita tidak lagi mengenal keadilan yang sejati, maka orang Kristen harus belajar Alkitab, cari tahu dari Alkitab apa yang sebenarnya harus ada di dalam keadilan yang sejati. Orang Kristen harus memberikan dampak sosial, ini yang dikatakan oleh Abraham Kuyper. Kuyper mengatakan orang Kristen yang tidak memberikan dampak sosial adalah orang Kristen yang mati. Semua dunia akan menghina orang Kristen kalau kita tidak mempunya kontribusi apa-apa. Saudara kalau tinggal dalam suatu lingkungan yang ada satu kelompok atau satu keluarga yang tidak pernah berinteraksi dengan yang lain, Saudara akan anggap mereka tidak layak berada di tengah-tengah ini. Maka waktu orang Kristen mengatakan “kami ada di dunia, tapi kami orang-orang sorga” tidak pernah ada usaha untuk melakukan apa pun untuk kebaikan lingkungan, ini orang Kristen yang tidak benar-benar mengerti Kekristenan. Orang Kristen mengerti Kekristenan akan tahu Tuhan membenci ketidak-adilan, maka kita pun membenci ketidak-adilan. Tuhan membenci neraca yang serong, Tuhan benci pedagang yang menipu, Tuhan benci hakim yang tidak beres, Tuhan benci pengacara yang cuma cari uang, Tuhan benci polisi yang suka memeras, Tuhan benci orang Kristen yang menindas orang yang lebih lemah. Karena itu Tuhan sistem keadilan harus dirombak oleh Tuhan, Tuhan mengatakan sistem keadilan harus ada 2 hal, yang pertama adalah adanya 2 atau 3 orang saksi. Saksi tidak boleh tunggal, Alkitab tidak pernah mengijinkan saksi tunggal. Bahkan untuk kehidupan Kristus pun yang menyaksikan kehidupanNya secara utuh itu ada 4 orang penulis. jadi saksi harus lebih dari 1. Inilah yang dimaksudkan dengan hukum ke-9, biarlah kita punya motivasi hati yang murni dan mencintai keadilan. Setelah hukum yang ke-9, Tuhan menutup semuanya dengan hukum ke-10.
Dan hukum ke-10 ini adalah hukum yang merangkum seluruh hukum yang lain. Inilah hukum yang memberikan penjelasan kepada kita bahwa setiap ketaatan terhadap Hukum Taurat itu harus bersifat dari dalam. Tidak cukup kalau kita mentaati Taurat secara lahiriah, harus dari dalam. Maka Alkitab mengatakan dalam hukum ke-10 “jangan mengingini”. Saya tidak mencuri tapi mengingini, dosa. Saya tidak berzinah tapi mengingini, berdosa. Saya tidak membunuh tapi mengingini untuk membunuh dia, ini berdosa. Jadi kalau dari 1-9 menghakimi tindakan, hukum ke-10 tiba-tiba merombak semuanya dengan menghakimi motivasi. Siapa bisa menghakimi motovasi orang? Tidak ada yang bisa. Itu sebabnya kita harus periksa dari dalam diri kita sendiri apakah saya jujur dan tulus, apakah saya punya keinginan yang sungguh atau tidak di hadapan Tuhan. Saudara kalau tanya kepada saya “pak, motivasi saya tulus atau tidak?”, saya akan jawab “saya tidak tahu”. Maka hukum ke-10 memberikan suatu pengertian dasar bahwa meskipun saya sanggup mengerjakan seluruh hukum dengan baik, kalau motivasiku salah, kalau keinginanku tidak tepat, semua yang lain tidak ada gunanya. Tidak ada gunanya Saudara mempertahankan hidup yang bersih hanya untuk dilihat orang, tapi keinginan hati Saudara tetap untuk hal yang cemar. Saya bisa menahan diri tapi keinginanku tetap menyala-nyala, suatu saat saya akan jatuh. Sigmun Freud pernah mengatakan kalau orang menekan semua keinginannya, suatu saat keinginannya akan bocor. Kalau Saudara berada dalam masyarakat yang membenci apa yang Saudara suka, maka Saudara akan tekan yang Saudara suka. Kalau makin ditekan akhirnya dia akan bocor. Bocornya itu membuat psikologi Saudara terganggu, inilah kegilaan. Maka dia menulis tentang kebudayaan kegilaan dari abad ini dan segala ketidak-puasan yang dihasilkannya. Makin maju bangsa, makin maju zaman, makin banyak ketidak-puasan yang dimiliki manusia. Lalu ketidak-puasan itu kita harus tekan karena tidak sesuai dengan masyarakat, yang kita ingin tidak boleh dilakukan, yang kita tidak ingin terpaksa kita lakukan. Ini semua membuat tekanan yang berat dan akhirnya bocor keluar berupa gangguan psikologis. Ini teori dari Freud dan kita tidak terima sepenuhnya, tapi kita tahu apa yang dia katakan tetap ada sisi benarnya. Yaitu Saudara menekan keinginan untuk berdosa, suatu saat akan keluar lagi. Maka kalau kita bertindak seolah-olah murni tapi keinginan kita belum diperbaiki, tinggal tunggu waktu kita akan jatuh lagi. Orang yang tidak pernah berzinah, tapi keinginan berzinah muncul terus, suatu saat akan jatuh. Orang tidak pernah mencuri, tapi terus ingin, terus mau, lama-lama dia akan jatuh. Orang yang tidak pernah membunuh tapi benci orang tanpa bisa dikekang, lama-lama dia akan jatuh. Tidak ada orang bunuh orang lain, orang curi barang orang lain karena itu memang adalah cita-cita ideal dia, tidak ada. Tidak ada anak SD ketika ditanya “nanti kamu mau jadi apa?”, “maling”, tidak ada. Anak-anak akan mengatakan “aku ingin jadi dokter, aku ingin jadi misionaris, aku ingin jadi pelaut” Semuanya yang bagus-bagus. Bahkan yang sekarang jadi maling besar pun, dulunya ingin menjadi guru mungkin, tapi lama-lama dia dipengaruhi oleh tekanan, lalu dipengaruhi oleh keinginannya, dipengaruhi oleh kesempatan yang ada, akhirnya dia jatuh di dalam dosa. Maka hukum ke-10 mengingatkan kita semua, keinginanmu itu ada di mana. Dalam hukum ke-10 dikatakan “jangan mengingini” ada beberapa hal. Yang pertama jangan mengingini harta yang dimiliki orang lain, jangan mengingini istri orang lain. Waktu kaum feminis baca ini, mereka prostes mengapa sitri disamakan dengan kambing, sapi, rumah dan lain-lain, “jangan mengingini rumah, jangan mengingini sapi, jangan mengingini kambing, jangan mengingini domba, jangan mengingini istri” maka mereka ngotot harus tambahkan suami juga “jangan mengingini suami”, maksudnya tetap sama. Alkitab ketika memberikan contoh beberapa sedang bicara tentang totalitas. Dalam ilmu bahasa ada yang membahas ini, bicara beberapa bicara tentang totalitas, pars pro toto, saya bicara bagian tapi yang saya maksud adalah seluruhnya. Maka Alkitab mengatakan “jangan mengingini” bagian-bagian ditulis, tapi yang dimaksudkan adalah Saudara jangan mengingini secara total.
Yang dimaksudkan dalam hukum ke-10, Saudara jangan ingin apa pun yang membuat Saudara tidak merasa diberkati Tuhan, itu yang pertama. Saudara ingin karena merasa tidak diberkati Tuhan, Saudara pasti jatuh. Lalu yang kedua, keinginan Saudara di dalam Tuhan itu yang harus menjadi yang utama. Saudara menginginkan Tuhan, Saudara menginginkan hidup suci, Saudara menginginkan hidup di dlam kebenaranNya, Saudara menginginkan hidup dalam ketaatan kepada Tuhan, ini yang harus ada. Maka kalau saya gagal terus hidup dalam kesucian, saya doa terus kepada Tuhan “Tuhan, biarlah saya mengingini yang suci”. Tidak ada orang bisa sempurna, langsung berubah, dari bertobat tiba-tiba langsung suci, masih banyak keinginan cemar di dalam dirinya. Dan keinginan cemar itu muncul kemudian menguasai orang ini, waktu keinginan cemar menguasai orang ini, dia akan mengatakan “saya benci keinginan saya, saya ingin melakukan yang Tuhan mau, tapi saya tidak sanggup. Yang saya lakukan adalah hal yang saya benci” inilah pergumulan yang Paulus tulis dalam Roma 7. Paulus sedang bergumul tentang siapakah? ini sulit dicari tahu, tapi Paulus sedang membagikan pergumulan yang dimiliki oleh semua orang. “Tuhan, saya ingin tinggalkan dosa, tapi mengapa tidak bisa? Tuhan saya ingin setia kepada Tuhan, tapi mengapa sulit? Bagaimana jalan keluar supaya saya boleh hidup seperti yang Tuhan mau”. Alkitab mengatakan ini yang harus kita perjuangkan. Maka kalau Saudara tahu diri Saudara punya keinginan yang tidak beres, yang terlalu banyak, Saudara mesti bergumul, Saudara isi dengan kebenaran Firman, lalu banyak doa minta Tuhan bebaskan. Tuhan menyatakan di dalam Alkitab bahwa kuasa dari doa itu sangat besar. Tapi gereja-gereja yang tidak bertanggung jawab ajarkan hal ini untuk kita minta hal-hal yang sangat kita inginkan secara kedagingan. “Mintalah, maka akan diberikan” ini janji yang sungguh, dikatakan kalau kamu orang benar, kamu berdoa, doamu besar kuasanya. Maka gereja masuk dalam pendulum, satu sisi “doa orang benar besar kuasanya, ya Tuhan berikan aku kekayaan”, sisi lain “sudahlah, yang penting Tuhan sudah punya kehendak, kita tidak minta lagi”. Akhirnya yang satu meyakini kuasa doa dengan cara yang salah, yang satu lagi adalah yang tidak pernah yakin akan kuasa dosa. Saudara kalau yakin akan kuasa doa, Saudara berdoa akan memohon kepada Tuhan, “Tuhan, saya tahu engkau mendengarkan doa saya, saya mohon Tuhan perbaiki keinginan saya. Mengapa saya terus ingin hal yang cemar, mengapa saya terus ingin berdosa? Tuhan perbaiki di dalam diri saya”. Saya percaya ini adalah pergumulan tulus yang harus kita miliki. Lalu Saudara memohon sambil mengingat janji Tuhan dan pimpinan Tuhan, pelan-pelan keinginan Saudara akan berubah. Dulu ingin hal yang cemar, lama-lama ingin Tuhan. Tetapi mengapa kita sekarang ingin menjadi kaya, ingin menjadi sukses, ingin jadi populer, ingin mendapatkan pengakuan, semua keinginan yang kosong dan tidak berguna. Tetapi kalau kita mengubah dengan mengatakan “Tuhan, aku menginginkan engkau, aku menginginkan hidup yang suci, aku menginginkan Kristus dan tidak lagi yang lain” inilah kalimat yang agung, yang akan Tuhan berikan kepada kita. Itu sebabnya saya percaya dalam hukum ke-10 ada penggenapannya di dalam nubuat Yeremia. Nabi Yeremia mengatakan “aku akan mengadakan perjanjian baru denganmu, dimana aku akan mengubah hatimu, akan memberikan Hukum Taurat tertulis di dalam hatimu. Enkau tidak perlu lagi mengajar sesamamu kenallah Tuhan, karena hukum itu sudah tertulis di dalam hati”. Hati yang diubah, sekarang keinginanku adalah untuk Tuhan, kepuasanku adalah berada dalam Tuhan. Saya kalau baca Confession dari Agustinus, saya sangat terharu, mengapa ada orang yang bisa mengatakan “Tuhan nyatakanlah wajahMu kepada saya. Kalau saya harus mati memandang wajah Tuhan, biarlah saya mati dalam kepuasan memandang wajah Tuhan. Tuhan adalah bagian saya, saya tidak ingin, saya tidak akan kurang”. Mazmur 23 begitu indah “Tuhan adalah Gembalaku, aku tidak kurang, aku tidak ingin yang lain, ada Dia sudah cukup”. Inilah keinginan yang suci, yang murni yang Tuhan ingin kita miliki. Saudara tidak dipanggil Tuhan untuk mematikan keinginan, Saudara dipanggil Tuhan untuk mengarahkan keinginan kepada hal yang benar. Bisakah kita sampai pada hal ini? harus bisa. Biarlah kita belajar untuk mulai menginginkan hal yang tulus, yang lebih suci. Kalau ada orang bertanya kepada saya “kamu sendiri khotbah ingin Tuhan-ingin Tuhan, kamu ingin uang atau tidak? Uang itu perlu, kamu kalau mau beli apa-apa perlu uang”, saya akan mengatakan “uang ada saya bersyukur, uang tidak ada saya juga bersyukur”. Saudara beri uang banyak kepada saya, saya pikirkan ini untuk pekerjaan Tuhan bukan untuk saya. Pdt. Sutjipto mengatakan bahwa begitu banyak yang sudah dia tinggalkan untuk melayani Tuhan, lalu banyak tawaran dari orang-orang datang untuk memberikan sesuatu kepada dia, lalu ketika dia mau terima, dia mengatakan kepada orang itu “saya mau terima, asal kamu harus rela saya pakai semua ini untuk pekerjaan Tuhan”. Maka makin diberi, makin diserahkan untuk pekerjaan Tuhan. Paulus dengan berani mengatakan “asal ada makanan, ada pakaian, cukup”, maka keinginan Saudara “asal ada Tuhan cukup” ini harus menjadi keinginan setiap orang Kristen. Saudara kalau belum sampai sini, Saudara rugi banyak, Saudara tidak tahu. Tapi kalau Saudara sudah sampai level ini, Saudara mengatakan “Tuhan, Engkau bagianku cukup, kalau ada Tuhan, pemeliharaan Tuhan tidak pernah kurang”. Saya tidak mengatakan Saudara tidak boleh menjadi kaya. Tuhan Yesus mengatakan kepada orang kaya “jual semua hartamu, ikut Aku” ini merupakan ujian yang bisa muncul, bisa juga tidak. Kalau Tuhan gerakan Saudara jual semua harta, ikut Tuhan, silahkan lakukan. Kalau tidak, silahkan Saudara ambil apa yang menjadi bagian Saudara. Dalam Pengkhotbah dikatakan “kalau engkau jujur bekerja, dapat hasil dari Tuhan, nikmati” tidak perlu takut menikmati. Saudara mendapatkan kekayaan, silahkan menikmati, karena Tuhan yang memberikan. Tetapi kalau pun suatu saat kekayaan itu tidak ada, Saudara siap. Kita hidup di dalam zaman dimana perekonomian begitu luar biasa dinamis, hari ini orang paling kaya besok orang paling banyak hutang, hari ini paling hebat besok jadi pengemis. Dan kita semua mesti siap, semua harta kita suatu saat mungkin habis, tapi kita berani mengatakan “kalau Tuhan adalah bagianku, apalagi yang saya inginkan”. Maka keinginan membuat semua tingkah laku kita menjadi terarah hanya kepada Tuhan. Inilah cara kita memenuhi hukum ke-10. Maka saya percaya hukum ke-10 mengarahkan kita kepada perjanjian yang baru, di mana Kristus akan memperbarui hati kita.
Maka mempelajari hukum tidak akan selesai, kecuali Saudara kembali kepada Kristus yang mengubahkan kita sehingga semua poin dalam Taurat bisa kerjakan di dalam anugerah Tuhan. Tuhan Yesus yang berfokus kepada Tuhan Allah di sorga akan memberikan kita kekuatan untuk berfokus kepada Allah Bapa di sorga, menginginkan tidak ada yang lain kecuali Tuhan saja. Kiranya Tuhan menguatkan kita, memampukan kita untuk menantikan Kristus, hidup dengan benar, hidup dengan kemurnian yang Tuhan inginkan.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)
- 10 Hukum Taurat
- 25 Mar 2014
Jangan Mencuri
(Imamat 19: 9-18)
Kita akan melihat apa yang dimaksudkan dengan jangan mencuri, tapi tiap kali kita menyelidiki Hukum Taurat, apalagi menyelidiki 10 poin dalam Keluaran 20 maka kita harus mengerti seluruh Hukum Taurat diberikan untuk menjadi prinsip utama di dalam kehidupan manusia. Tuhan memanggil manusia untuk menjadi umatNya yang kudus, Tuhan memanggil orang-orang untuk ditebus menjadi kumpulan umat yang bukan lagi milik dunia ini, yang bukan lagi menjadi pola pikir dunia, tapi menjadi milik Tuhan. Kalau umat ini sudah menjadi milik Tuhan, lalu dia hidup di dunia bagi Tuhan, maka keselamatan yang dia peroleh adalah satu titik awal untuk seluruh kehidupan yang dipersembahkan kepada Tuhan. Kalau kita memandang dengan salah, melihat keselamatan sebagai tujuan akhir yang kita mau capai, lalu inilah satu-satunya yang penting dalam hidup, maka Saudara salah menilai konsep keselamatan. Manusia tidak dipanggil untuk diselamatkan. Manusia diselamatkan untuk mengerjakan sesuatu bagi Tuhan. Karena itu pertanyaan paling dasar bukan “saya sudah selamat atau belum?”, tapi pertanyaan yang justru lebih utama “saya sudah hidup bagi Tuhan atau belum?”. Bagaimana mungkin hidup bagi Tuhan kalau belum selamat, maka Tuhan menyelamatkan, Tuhan memberikan penebusan, setelah itu Tuhan menuntut kita untuk hidup bagi Dia. Tuhan tidak menciptakan manusia hanya supaya drama keselamatan dilaksanakan, Tuhan tidak menciptakan manusia hanya untuk membuat mereka dibiarkan jatuh dalam dosa setelah itu ditebus, setelah itu selesai. Tuhan menciptakan manusia untuk menyatakan kemuliaan Tuhan di dunia ini. Itu sebabnya kehidupan manusia yang ada di dunia seharusnya mencerminkan semua sifat Tuhan. Kalau keberadaan kita di dunia tidak memancarkan kemuliaan Tuhan, Tuhan di dalam anugerahNya berkenan untuk terus mengoreksi. Tuhan memberikan Firman, Tuhan menuntut, Tuhan menuntun, Tuhan memberikan kebenaran, Tuhan memberikan pelatihan sehingga semua kebenaran yang kita ketahui boleh kita terapkan dalam hidup. Maka orang Kristen yang tidak pernah menanyakan apa yang harus saya lakukan itu adalah orang yang tidak pernah mengerti apa makna Firman Tuhan bagi kita. Banyak orang Kristen mengatakan “kadang-kadang Firman Tuhan kurang relevan dengan hidup saya” tapi ini terjadi karena dia menolak mengubah cara berpikir dalam hidup. Dia terus berfokus pada diri lalu minta Tuhan untuk sesuaikan dengan program saya, Tuhan sesuaikan dengan apa yang menjadi cita-cita saya. Waktu yang Tuhan nyatakan berbeda dengan apa yang saya cita-citakan dan yang saya tuju, saya mengatakan “apa yang Tuhan nyatakan tidak sesuai dengan apa yang menjadi pergumulan hidup”. Maka pergumulan hidup Saudara yang harus diubah, bergumul untuk cari tahu kehendak Tuhan, bergumul untuk berdoa dan minta Tuhan perbaiki hidup kita yang rusak. Inilah pergumulan yang sejati. Dan setiap orang yang dengan tulus mencari kehendak Tuhan dengan cara ini akan menemukan Firman Tuhan di setiap bagian sangat relevan, sangat penting dan sangat limpah di dalam hidup. Orang yang merasa sudah rohani justru orang yang tidak rohani, orang yang merasa diri masih sangat jelek ini justru orang yang mempunyai kerohanian lebih dewasa. Orang yang merasa perlu dibimbing, orang yang merasa perlu diubah, waktu baca Alkitab terus koreksi diri bukan koreksi orang. Orang yang mendapat anugerah dari Firman Tuhan, merasa Firman Tuhan menegur saya. Saudara merasa Firman bagus karena menegur orang lain, itu bukan orang yang benar. Saudara harus merasa Firman itu menegur saya, baru Firman ini bagus.
Taurat sangat diperlukan oleh manusia, kita harus terus belajar “Tuhan bagian apa dalam hidup saya yang masih harus terus dikoreksi, Tuhan bagian apa yang saya sudah nyaman tapi ternyata perlu diubah oleh Tuhan? Kadang-kadang orang Kristen, apalagi dalam gerakan Reformed Injili sangat berpusat pada angka, prestasi diidentikan dengan angka. “Kamu sudah jangkau berapa orang? Kamu sudah bawa berapa orang? Kamu sudah menginjili berapa orang?”. Tapi pertanyaan berikut adalah “rohanimu bagaimana? Apakah engkau punya kerohanian yang sungguh-sungguh ditundukan kepada Tuhan? Usahamu bagaimana? Pelayananmu bagaimana? Sikapmu kepada orang bagaimana? Maka Firman Tuhan berbicara dengan sangat ketat dan kehidupan kita yang dipimpin oleh Roh Kudus adalah kehidupan yang Tuhan pakai untuk membentuk kita perlahan-lahan menjadi makin lama makin terkonfirmasi bahwa kita adalah orang yang sudah diselamatkan oleh Tuhan. Maka Tuhan memberikan FirmanNya, Tuhan memberikan 10 peraturan yang dieksposisi dengan cara sangat luar biasa dalam 5 kitab pertama. Tuhan merangkumnya dalam 10 peraturan dalam Keluaran 20. Dikatakan oleh Paulus, ketika peraturan ini diberikan banyak orang mati lalu ketakutan menimpa semua orang. Tapi ketika berita Injil diberikan, sukacita dibagikan kepada semua orang. Maka sepertinya ada kesan Hukum Taurat ketika diberikan menjatuhkan kutuk kepada manusia, tetapi ketika berita Injil dibagikan memberikan kebebasan kepada manusia. Ini sense yang kita bisa tangkap. Tuhan memberikan peraturan sangat ketat dan di dalam berita Injil memberikan pembebasan. Tapi Yohanes Calvin dengan sangat cerdas menggabungkan keduanya, dia mengatakan “pembebasan yang dikerjakan oleh Injil membuat saya bisa menaati Taurat dengan kerelaan hati. Pembebasan yang dikerjakan oleh Injil membuat saya mengerjakan Taurat tanpa ancaman hukuman”. Maka yang didorong oleh pengertian yang sejati dari Injil adalah setelah saya dipertobatkan sekarang saya mengerti dan rela untuk mengerjakan apa yang Tuhan perintahkan. Dan Saudara kalau sudah kerjakan apa yang Tuhan perintahkan, rela menjalani apa yang Tuhan mau, Saudara akan temukan damai sejahtera itu perlahan-lahan Tuhan bagikan. Ada orang-orang yang sepertinya harus rugi waktu menaati perintah Tuhan, tetapi dia sadar kerugian secara uang tetapi keuntungan secara rohani itu jauh lebih penting. Itu sebabnya dalam bagian-bagian Hukum Taurat perlu penjelasan untuk membuat kita mengerti bahwa kita perlu standar ini supaya hidup kita beres. Bahkan seorang bernama Thomas Aquinas waktu dia membahas tentang Taurat, dia mengatakan bahwa seluruh hukum di dunia harus tunduk kepada Taurat. Karena Taurat adalah pernyataan dari sifat Tuhan. Tuhan menyatakan sifatNya, keadilanNya, kesucianNya dan itu dirumuskan dalam Taurat dan seluruh peraturan harus tunduk kepada Taurat ini. Peraturan dari negara mana pun, entah negara itu takut Tuhan atau tidak, semua peraturan yang baik itu akan menemukan tempatnya dalam Taurat. Maka pada Taurat ada keseimbangan antara kasih Allah dan keadilan Allah. Peraturan mana pun yang dinyatakan dengan tegas, itu harus mempunyai kekuatan untuk menghakimi pelanggarnya. Inilah perjanjian yang Tuhan katakan di dalam Taurat “Aku menyatakan peraturanKu dan Aku mempunyai kekuatan untuk memastikan peraturan ini jalan”. Maka selain Dia memberikan peraturan, Dia memastikan orang akan tunduk. Itu sebabnya peraturan datang dengan ancaman bagi siapa yang melanggar. Tapi kita perlu tahu setiap ancaman yang Tuhan berikan itu adalah ancaman karena belas kasihan, Tuhan tidak pernah mengancam hanya untuk kesewenang-wenangan Dia untuk merasakan senang karena orang merasa terancam. Tuhan memberikan ancaman karena kalau kita melanggar apa yang kita dapatkan dalam hidup jauh lebih parah dari pada apa yang Dia nyatakan sebagai ancaman dari pelanggaran itu. Dari Martin Luther lalu Yohanes Calvin, ketika membaca Hukum Taurat ini, mereka mengatakan membaca Taurat harus melihat pembahasan positif jangan hanya lihat aturan perintah negatif. Perintah larangan mengatakan “jangan”, tapi eksposisinya adalah dorongan untuk melakukan sesuatu. Maka kalau Saudara mentaati Taurat dengan tidak melakukan sesuatu, Saudara belum mentaatinya kalau Saudara belum melakukan apa yang eksposisinya. Kalau Tuhan perintahkan “jangan membunuh”, maka sebenarnya yang Tuhan tuntun bukan hanya “jangan membunuh”, maka kita tidak membunuh. Tapi kita menghargai nyawa orang lain, lalu mempunyai penghormatan dan kasih. Demikian juga dengan “jangan mencuri”. Di dalam perintah jangan mencuri terkandung penjelasan yang sangat limpah tentang beberapa hal.
Yang pertama adalah tentang harta. Dalam ayat 10 dikatakan “juga sisa-sisa buah anggurmu jangalah kau petik untuk kedua kalinya. Dan buah yangberjatuhan di kebun anggurmu janganlah kau pungut. Tapi semuanya itu harus kau tinggalkan bagi orang miskin dan orang asing. Akulah Tuhan Allahmu”. Tuhan menyatakan setiap orang yang punya kebun jangan lupa bagian itu adalah pemberian Tuhan kepadamu dan dalam pemberian Tuhan itu ada bagian milik orang lain yang dititipkan kepada kita. Ini merupakan cara penjelasan yangs angat indah. Tuhan mau setiap hasil ladang yang tersisa, jangan diambil. Kalau Saudara petik anggur dari satu pokok lalu pindah ke pokok yang lain, maka yang tersisa dari pokok yang pertama, Saudara tidak boleh balik lalu ambil. Kalau anggur yang Saudara petik jatuh, Saudara tidak boleh pungut. Yang jatuh jadi haknya orang miskin, yang tertinggal di pohon menjadi haknya orang miskin dan orang asing. Maka orang yang punya ladang akan terus petik dan membiarkan yang sisa menjadi milik orang lain. Ini merupakan cara Tuhan menyatakan bahwa semua harta yang dimiliki oleh manusia itu diberikan oleh Tuhan. Tuhan yang memberikan kepada kita, Tuhan yang memberikan di dalam posesi kita. Uang Saudara, rumah Saudara, harta apa pun yang Saudara miliki, semua pemberian Tuhan langsung kita terima. Bukan karena kita telah melakukan sesuatu. Kalau orang menanam anggur, dia mungkin bisa dengan bangga mengatakan “saya kerja keras untuk anggur ini. Maka dikatakan Paulus “memang benar kamu yang menanam, kamu yang menyiram, tetapi yang penting bukan yang menanam, bukan yang menyiram tetapi Tuhan yang memberikan pertumbuhan”. Kalau punya pohon mangga, apakah Saudara berdaulat penuh atas pohon itu? tidak. Apakah Saudara bisa tumbuhkan buahnya? Kalau belum musimnya, Saudara bisa bentak-bentak pohonnya? tidak bisa. Buah itu keluar semua anugerah Tuhan, kita tidak mengerti mengapa dari air dan pupuk yang kita taruh bisa keluar buah. Maka apa pun yang Saudara kerjakan yang menghasilkan uang, menghasilkan kelimpahan harta yang Saudara miliki, jangan lupa itu dari Tuhan, Tuhan yang berikan. Dan waktu Tuhan berikan, Tuhan berikan di dalam anugerahNya untuk menjadi milik dari setiap individu. Orang yang mendapat anugerah dari Tuhan, dia harus ingat Tuhan memberikan dan boleh dapat karena Tuhan yang beri. Prinsip yang kedua, saya dapat dari Tuhan, berarti saya harus pertanggung-jawabkan kepada Tuhan. Saya dapat dari Tuhan, saya ingat Tuhan yang beri dan saya ingat setiap hal yang Tuhan berikan Tuhan tuntut tanggung jawab. Yang diberi banyak akan dituntut banyak, yang diberi sedikit akan dituntut sedikit. Yang dapat banyak kelimpahan, Tuhan akan tuntut tanggung jawab sangat banyak. Lalu bagian selanjutnya mengatakan yang banyak dipercayakan akan banyak lagi dituntut. Tuhan mempercayakan apa kepada kita? Tuhan akan tuntut pertanggung-jawaban. Seberapa besar engkau mempertanggung-jawabkan semua yang Tuhan sudah berikan. Kadang-kadang manusia di dalam dunia lihat orang lain punya harta lebih banyak, langsung iri. Lihat orang lain punya kedudukan, punya pangkat, punya kenikmatan lebih tinggi, kita langsung iri kepada orang itu. Lalu langsung kita merasa “dia tidak berhak dapat, saya yang berhak dapat. Dia tidak berhak menikmati cara hidupnya sekarang, dia tidak berhak menikmati harta sebanyak ini, harusnya saya yang dapat”. Pengertian inilah yang akhirnya membuat orang mencuri, orang merasa Allah bertindak tidak adil. “Mengapa Engkau memberikan limpah kepada yang satu dan memberikan yang kurang kepada yang lain?”. Konsep keadilan dari Alkitab bukan konsep sama rata, sama rasa, semua dapat sama, semua dapat baju sama, warna sama, kualitas sama, ini sistem dari komunis yang sudah terbukti gagal. Keadilan Alkitab mengijinkan keragaman berkat boleh kita terima. Berkat Tuhan itu bukan hanya harta, Tuhan kadang memberikan berkat dalam kelimpahan yang bentuknya beda dari harta. Berkat Tuhan tidak bisa dikecilkan hanya dengan uang”. Saudara diberkati dengan uang banyak, puji Tuhan. Saudara diberkati dengan uang sedikit, tetap puji Tuhan. Karena setiap pemberian besar atau kecil, Tuhan akan tuntut, inilah konsep keadilan Tuhan. Bukan sama rata, sama rasa, tapi yang diberi banyak dituntut banyak, yang diberi sedikit akan dituntut sedikit. Yang punya uang milyaran, Tuhan akan tanya “uang milyaranmu dipakai untuk apa”, yang punya uang ratusan ribu, Tuhan tetap akan tanya “uang ratusan ribumu dipakai untuk apa?”. Kalau saya dapat berkat dari Tuhan, saya harus ingat berkat sekaligus pujian sekaligus tanggung jawab. Pdt. Dr. Stephen Tong mengatakan salah satu bentuk ujian yang Tuhan sering pakai itu uang. Waktu Saudara kurang, Saudara bersikap apa kepada Tuhan? Waktu Saudara lebih, Saudara bersikap apa kepada Tuhan? Ini akan menentukan seberapa besar rohani Saudara bertumbuh di hadapan Tuhan. Yang tidak tanggung jawab, tidak peduli tentang uang, dia adalah orang yang rohaninya sangat rusak. Alkitab sudah mengatakan bahwa pencuri adalah satu pekerjaan yang Tuhan sangat hina. Dalam Taurat dikatakan “jangan mencuri”, di dalam Amsal dikatakan orang yang tidak menghargai waktu dan usaha dan tidak mengumpulkan pada waktunya, maka dia akan menjadi orang yang membebani orang lain dan dia disamakan dengan pencuri. Gaya hidup mewah itu sama sekali tidak Alkitabiah. Orang puritan dari Inggris yang pindah ke Amerika, salah satu yang mereka tekankan sebagai standar hidup adalah kesederhanaan, mereka merasa berdosa kalau habiskan uang lebih banyak dari seharusnya hanya karena sesuatu yang bersifat mewah. Kalau kemewahan harus dibayar dengan harga yang begitu besar, itu adalah dosa. Orang Kristen sejati akan membuat satu bangsa kaya, karena mereka akan melakukan tindakan ekonomi yang perlu. Salah satu dusta teori ekonomi yang banyak dipercaya adalah konsumerisme akan meningkatkan pendapatan, meningkatkan ekonomi, membuat perputaran ekonomi cepat. Tetapi faktanya adalah konsumerisme tidak membuat perputaran ekonomi cepat, membuat hutang naiknya cepat. Negara yang membuat hutang dari credit card sekarang adalah Amerika. Bahkan ada satu ekonom mengatakan Amerika akan masuk dalam krisis yang berikut, yang namanya krisis credit card. Yang dulu krisis perumahan, yaitu surat rumah dijual-belikan dengan harga yang melambung luar biasa, padahal harga rumahnya tidak segitu. Akhirnya mereka langsung collapse, sebentar lagi mereka akan collapse karena credit card dipakai gampang sekali. Saya heran, dunia sekarang sangat menghargai tukang hutang, yang bayar cash mesti bayar full, yang hutang boleh separuh harga, inilah generalisasi dari zaman sekarang. Tapi sebenarnya credit card akan menumpuk hutang, akan menumpuk perputaran ekonomi yang terlalu cepat dan tidak perlu. Waktu perputaran ekonomi terlalu cepat dan tidak perlu, negara ini dalam pertumbuhan ekonomi yang semu. Dan setiap hal yang semu akan kembali kepada yang asli, dia akan collapse. Sifat mencuri sudah mulai ada, dan lingkungan kita yang sangat mengidolakan kekayaan mendorong kita untuk berada dalam posisi terjepit. Kalau tidak punya barang ini, termasuk golongan masyarakat rendah. Kalau tidak bisa punya mobil merk ini, termasuk golongan masyarakat rendah. Ini mendorong orang untuk terus bergerak, akhirnya mulai merasa uang tidak cukup, karena ingin semua barang, ingin semua barang karena semua orang punya, ini prinsip yang aneh. Tapi Alkitab sudah mengatakan Tuhan tahu keperluanmu, Tuhan tahu engkau perlu, Tuhan tahu masa hidupmu akan berapa lama dan selama masa hidup itu Saudara jalani, Tuhan tidak akan meninggalkan Saudara. Kalau ini menjadi janji kita, biar kita tenang di hadapan Tuhan. Apa gunanya mencuri kalau Tuhan sudah janji untuk cukupkan. Saya pernah dengar hamba Tuhan berkhotbah mengatakan orang Kristen kalau mencuri, itu benar-benar mempermalukan nama Tuhan, seolah-olah Tuhan tidak sanggup pelihara anak-anakNya. Maka jangan sampai kita jatuh dengan mempermalukan Tuhan seperti ini. Yang kita miliki cukup. Dan kalau yang kita miliki sepertinya kurang, nanti Tuhan akan cukupkan. Ini iman yang sangat kita perlu untuk berjalan di zaman kita sekarang, dimana semua dinilai dengan uang dan uang seberapa banyak pun tidak pernah cukup untuk kehidupan standar yang kita boleh jalani. Tapi Alkitab mengatakan hargai yang Tuhan berikan dan setelah itu boleh menikmati dengan baik apa yang sudah dimiliki. Semua bentuk keserakahan yang menuju kepada dosa yang lebih besar, ini akan mendorong orang untuk masuk dalam cobaan, untuk akhirnya mencuri. Di dalam pelajaran ekonomi dikatakan ilmu ekonomi adalah dengan modal sekecil-kecilnya mencari keuntungan sebesar-besarnya. Saya tidak tahu ini kalimat dari siapa dan ilmu ekonomi tidak pernah mengajarkan seperti ini. Dosen ekonomi saya mengatakan “kalau ada diantara orang yang punya gelar ekonomi lalu mengatakan ilmu ekonomi dengan modal sekecil-kecilnya ambil keuntungan sebesar-besarnya, saya akan copot gelar ekonomimya. Tapi ternyata di buku sekolah ada, di buku ekonomi “dengan modal sekecil-kecilnya mencari keuntungan sebesar-besarnya” ini tidak ada. Tidak ada tokoh yang mengatakan seperti ini. Ilmu ekonomi itu belajar mendistribusi dengan tepat dan belajar mengefisiensikan pengeluaran. Jadi kalau Saudara belajar ilmu ekonomi, Saudara belajar mendistribusikan dengan tepat semua harta yang Saudara miliki. Itu sebabnya dalam pengertian yang sehat seluruh ilmu di dunia itu punya unsur benar yang sebenarnya berasal dari Alkitab. Tugas orang Kristen adalah menggali, bagian kita yang masih benar itu apa, lalu tonjolkan itu. Ilmu ekonomi mengatakan “distribusikan dengan adil”, berarti kalau Saudara dapat uang dan merasa ini adalah berkat Tuhan bagi saya, lalu setiap berkat yang Tuhan berikan bagi Saudara itu selalu harus ingat bahwa dari setiap berkat itu Tuhan minta ada 3 hal. Pertama, Tuhan berikan uang atau harta di dalam genggaman Saudara untuk dinikmati, jangan merasa bersalah kalau menikmati uang Saudara. Saudara punya uang lebih bisa liburan ke Swiss, ya silahkan, asal benar bisa punya uang itu. Kalau liburan Saudara hanya punya kapasitas pergi ke Lembang, ya jangan paksakan ke Swiss, apalagi sampai hutang. Setelah Saudara sadar uang yang dimiliki boleh dinikmati, jangan lupa tidak semua boleh, hanya sebagian. Sebagian lagi harus berikan untuk Tuhan. Mengapa berikan untuk Tuhan? Karena Tuhan yang berikan untuk Saudara, seluruh harta itu sebenarnya milik Tuhan. Semua yang Saudara punya itu milik Tuhan, kalau Tuhan mau minta semua, Saudara harus rela. Kalau ada satu momen Tuhan mengatakan “semua milikmu berikan kepadaKu” harus rela. Karena Tuhanlah yang memiliki semua hidup Saudara dan semua properti yang Saudara miliki. Ketika ada anak muda yang datang kepada Tuhan Yesus, Tuhan mengatakan “Aku minta satu syarat lagi, jual semua hartamu berikan kepada orang miskin, ikut Aku”. Mengapa Tuhan berhak menjual seluruh harta? Karena Dia pemilik sejatinya. Kalau Dia adalah pemilik sejatinya, apakah boleh memindahkan? pasti boleh. Kalau Saudara punya aquarium 2, Saudara mau pindahkan satu batu dari satu aquarium ke aquarium yang lain, bolehkah ikan dari aquarium ini protes? Ikan itu tidak bisa melakukan apa-apa, karena memang dia tidak berhak, Saudara yang berhak. Maka kalau Tuhan mau ambil semua harta Saudara pun, Dia berhak. Tapi kalau Dia masih memberikan kesempatan Saudara boleh menikmati, nikmatilah dengan bijaksana. Jangan jadikan uang kesempatan untuk jatuh dalam dosa.
Jadi punya banyak uang punya potensi berdosa. Tapi punya banyak uang juga punya banyak tanggung jawab besar untuk Saudara distribusikan untuk Tuhan. Maka semua yang Tuhan berikan boleh dinikmati, tapi ingat ada beberapa bagian untuk Tuhan. Bagian untuk Tuhan hakNya Tuhan, bagian untuk Tuhan tidak diminta dengan memohon-mohon, tapi diminta dengan otoritas berikan persembahan. Itu sebabnya dalam kebaktian harusnya gereja berani mengatakan “berikan persembahan dengan sukarela dan sukacita”. Gereja berhak dengan otoritas ini karena otoritas dari Tuhan yang diberikan kepada gereja, asal gereja ini distribusikan keuangan dengan benar, itu adalah otoritas yang harus didengar. Dan yang ketiga, ada bagian untuk memajukan lingkungan, memajukan orang lain. Saudara punya uang, Saudara harus ingat bagian ini harus diberikan kepada orang lain, dan jangan buang uang ini kepada orang yang dengan mudah cuma minta-minta. Saya tidak mengatakan Saudara tidak boleh memiliki kemurahan hati, tapi saya minta Saudara punya hikmat. Kadang orang merasa kalau sudah memberi uang kepada yang mengemis, semua tanggung jawab moral selesai. Lalu pengemis itu dapat 500, 1.000, semua dikumpulkan, ternyata pengemis itu lebih kaya dari Saudara, mungkin. Uang bagian yang diberikan Tuhan kepada kita, ada bagian orang lain untuk memajukan mereka, bukan untuk meruntuhkan mereka. Kalau Saudara memberi pada 1 orang, orang itu menjadi malas, orang itu tidak kerjakan apa-apa, Saudara menjerumuskan dia. Orang malas perlu didorong untuk kerja. Itu sebabnya bagi sayahal yang paling mungkin untuk Saudara menolong orang lain selalu berkait dengan dunia pendidikan. Tolong orang pintar yang tidak mampu untuk studi, ini sangat baik. Tolong orang yang tidak sanggup tuntut ilmu pengetahuan karena begitu mahalnya pendidikan, Saudara bisa tolong dia. Saudara tidak bisa mengharapkan biaya sekolah, biaya universitas yang mahal bisa turun. Setiap universitas akan memberikan pendapatan yang layak untuk dosen-dosennya, tapi pendapatan yang layak berarti harus ada pemasukan, pemasukan dari orang yang mau kuliah. Orang yang mau kuliah mesti bayar mahal, bagaimana dengan yang tidak mampu? Untuk orang tersebut ada jalur khusus dan Saudara bisa berbagian di dalam memperbaiki masyarakat dan memperbaiki kualitas hidup manusia. Itu sebabnya dalam Alkitab dikatakan ada bagian untuk orang lain, ada bagian untuk menolong yang lapar, untuk menolong yang tidak mampu, untuk menolong yang sudah kerja keras tapi tetap kurang. Biarlah kita punya kepekaan untuk hal ini. Setiap Saudara dapat uang, dapat harta, doa sama Tuhan “mana yang boleh aku pakai ya Tuhan? Mana yang untuk Engkau? Mana yang untuk tolong orang lain. Dan yang untukorang lain, saya ingin tahu siapa yang boleh saya tolong”. Kalau Saudara terus bergumul seperti ini, tidak mungkin tiba-tiba keinginan untuk mencuri. Saudara sibuk untuk memikirkan apa yang harus dilakukan dengan yang ada. Saudara tidak harus menjadi milyarder dulu untuk melakukan hal ini, gaji Saudara begitu terbatas, tetap bisa melakukan ini. Dengan keuangan terbatas tetap bisa tolong orang lain. Jadi kalau Saudara terus pikir “saya kurang, saya miskin” lama-lama Saudara jadi pencuri. Tapi kalau Saudara mengatakan “saya limpah, saya harus berbagi” tidak mungkin godaan untuk mencuri itu datang. Biarlah kita menaati Firman Tuhan dengan pengertian yang utuh sehingga kita boleh makin limpah mengerti kebenaran yang Tuhan bagikan.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)
- 10 Hukum Taurat
- 25 Mar 2014
Jangan Berzinah – bagian 2
Dalam Hukum Taurat ada pengertian yang sangat indah yang mengaitkan antara iman dan kehidupan sehari-hari, antara ibadah dengan semua peraturan moral, antara semua tata cara dan ceremony-ceremony ibadah dengan semua kondisi hati dan tingkah laku yang sesuai di masyarakat. Jadi ada kaitan antara relasi aku dengan Tuhan dan dengan cara aku beribadah, begitu juga dengan cara saya berelasi dengan orang lain. Ini merupakan sesuatu yang di dalam zaman modern sudah sulit untuk ditemukan. Karena kita hidup dalam cara yang terpecah, kita hidup dalam cara yang tidak lagi harus mengaitkan antara apa yang saya kerjakan di dalam keseharian saya dengan Tuhan. Apa kaitan pergaulanku dengan Tuhan? Apa kaitan antara apa yang aku makan dengan Tuhan? Apa kaitan antara apa yang aku kerjakan dengan Tuhan? Kita sudah kehilangan keterkaitan ini dan karena itu ketika kita melihat Kitab Suci pun yang kita cari hanyalah “apa yang dilarang, saya tidak lakukan. Apa yang Alkitab tidak larang, saya kerjakan”. Ini adalah prinsip yang tidak bertanggung jawab. Taurat artinya instruksi, pengajaran, dorongan bagi Saudara untuk melakukan sesuatu dalam hidup. Berarti konsep yang benar adalah “yang harus saya lakukan itu apa?” ini pertanyaan yang benar. Yang kita tanya kepada Tuhan bukan “ini boleh atau tidak?”, tapi yang kita tanya adalah “apa yang harus saya lakukan. Hukum Taurat sudah mengaitkan antara hidupku, antara apa yang aku makan, antara apa yang aku ekrjakan dengan iman kepada Tuhan. Dan di dalam zaman Timur Dekat Kuno waktu Kitab Imamat ditulis, kitab ini ditulis di tengah-tengah budaya yang juga menyatakan hal yang sama, kitab ini ditulis di tengah-tengah budaya yang mengatikan antara hidup dengan penyembahan. Zaman dulu ketika orang mau beribadah kepada Tuhan, mereka mau beribadah kepada dewa-dewa palsu mereka, maka mereka akan lakukan itu dengan cara-cara yang secara moral sangat rusak. Mereka akan tidur dengan pelacur-pelacur yang ada di kuil untuk menyatakan inilah cara kami untuk menyembah dewa kesuburan. Dewa kesuburan harus disembah dengan hubungan seks karena ini adalah cara menyatakan bahwa kami merindukan kesuburan. Kalau mereka menyembah dewa lain, mereka akan melihat bahwa kaitan antara dewa dan manusia itu dinyatakan dengan hubungan seks di dalam kuil. Jadi kerusakan moral yang begitu rusak mewarnai cara ibadah dan moral kehidupan mereka. Waktu Tuhan menyatakan “Israel, kamu jangan seperti mereka” Tuhan memberikan prisnsip yang baru yang mengaitkan antara penyembahan kepada Tuhan dengan moralitas yang tidak bercacat, semuanya menjadi satu. Maka Saudara beribadah kepada Tuhan di gereja, Saudara beribadah dengan cara Saudara makan, dengan cara Saudara menjalani hidup, pekerjaan dan pernikahan Saudara.
Inilah yang Tuhan mau nyatakan, maka Dia katakan “jangan berzinah, jangan tiru kebiasaan bangsa-bangsa lain”. Mengapa tidak boleh berzinah? Alkitab menyatakan karena Tuhan Allahmu menyatakan diri dalam perjanjian dengan umatNya, dan perjanjian antara Tuhan dan umatNya ini adalah perjanjian yang sakral, yang harus dihargai dan yang harus dicerminkan oleh pernikahan. Ketika menikah, 2 orang mengikat janji, dan janji ini adalah janji untuk menyatakan kesetiaan sampai maut memisahkan. Itu sebabnya pernikahan bukan hanya sekedar satu aspek hukum, sesuatu yang akan mengatur secara hukum relasi antara 2 orang, relasi natar keluarga, relasi antar anak-anaknya dan nanti pembagian warisan dan lain-lain, bukan. Relasi yang sebenarnya dari pernikahan itu diatur dalam perjanjian yang adalah gambaran dari perjanjian antara Allah dengan manusia. Waktu Allah menyatakan perjanjian dengan manusia, di dalam Yeremia 33 Tuhan mengatakan “Aku mengikat perjanjian dengan Daud dan itu tidak akan batal, Daud akan terus punya keturunan dan akan ada orang yang Aku angkat menjadi Raja Israel karena janjiKu itu”. Dan Tuhan mengatakan “janjiKu dengan Daud batal, kalau janjiKu dengan matahari, bulan dan bintang batal”, maksudnya adalah kalau siang dan malam tidak lagi datang, janjiKu dengan Daud batal. Siang sampai sekarang tetap datang, tepat waktu lagi tidak pernah terlambat. Kalau kondisi alam berjalan sesuai dengan yang Dia atur dan rencanakan maka janji Dia dengan Daud tidak akan pernah batal. Ini adalah konsep penting yang harus kita pelajari. Di dalam pernikahan mencerminkan kerelaan Saudara untuk kita taat kepada Tuhan. Kasih kita kepada Allah dicerminkan dengan ketaatan pada perjanjian yang Tuhan nyatakan. Maka kalau Saudara mau menyatakan “aku setia kepada Tuhan dalam perjanjian” Saudara akan membuktikan didalam kesetiaan perjanjian nikah yang Saudara sudah jalankan. Ini adalah poin pertama yang dinyatakan dalam perintah “jangan berzinah” yaitu engkau harus hidup dengan setia, karena Tuhan Allahmu adalah Allah yang setia dengan perjanjian dan Dia menuntut engkau setia dengan perjanjian yang engkau sendiri ikat dengan pasangan. Waktu Saudara mengucapkan janji di hadapan Allah Tritunggal dan jemaatNya, ini sudah menjadi janji yang mengikat suatu perjanjian yang tidak bisa dibatalkan oleh apa pun. Maka orang yang menghina perjanjian nikah adalah orang yang gampang menghina Tuhan. Dengan sepele mengatakan “saya janji sama Tuhan, saya batalkan”. Kalau mau menilai orang bisa dinilai dari berapa sering dia batalkan janji. Jadi orang yang mudah mundur dari janji, ini orang yang tidak benar. Apalagi orang berani mundur dari janji yang dia ucapkan di hadapan Tuhan, ini sangat tidak benar.
Itu sebabnya Alkitab mengaitkan antara kesetiaanku dengan Tuhan, dengan komitmen dan kesetiaanku menjalani hidup, ini semua menjadi satu. Orang beriman tingkah lakunya benar, orang beriman akan mencerminkan imannya di dalam kehidupan yang saleh dan yang diperkenan oleh Tuhan. Itu sebabnya pernikahan menjadi ukuran benarkah engkau setia kepada Tuhan, benarkah engkau taat kepada Tuhan, benarkah engkau mengasihi Tuhan dan mau hidup setia kepada Dia.Tapi kita hidup di zaman di mana pernikahan itu diremehkan “sudahlah, kalau memang tidak cocok, bubar saja, kamu bisa cari orang lain, pernikahan itu kan masih bisa diatur, semua masih bisa diatur”. Tapi kalau kita mengatakan “tidak, hidup harus setia, satu pasangan saja, tidak boleh cari yang lai, seumur hidup sampai mati memisahkan”. Kalau kita bilang begitu sering dibilang “itu kan orang Kristen fundamentalis kuno”. Satu tulisan dari seorang bernama Wendy Plum di New York Times, dia mengatakan “saya merasa hidup waktu saya dekat dengan selingkuhan saya” dia mengaku tentang perselingkuhannya, pernikahannya rusak lalu dia menulis “saya merasa hidup waktu saya dekat dengan selingkuhan saya. Dalam perselingkuhan itu ada satu gairah baru yang sudah padam, yang saya tidak miliki lagi dengan pasangan. Dalam relasi dengan selingkuhan saya menemukan satu semangant baru yang dulu saya miliki, tapi sekarang sudah padam. Saya merasa hidup sampai saya sadar saya sudah rusak. Saya merasa hidup sampai saya sadar saya tidak setia dengan komitmen saya” ini bukan orang Kristen yang bicara. Wendy Plum bukan orang Kristen dan dia mengatakan “saya merasa saya tidak setia kepada perjanjian, saya merasakan satu hal bahwa kenikmatan yang saya dapat untuk sementara menunjukkan saya hanyalah seekor binatang. Saya binatang karena saya selingkuh” kita binatang kalau kita selingkuh. Karena hanya binatang yang tidak menghormati perjanjian. Dan kalau Saudara selidiki, tetap ada binatang yang hormati, katanya paus biru akan setia dengan pasangannya. Wendy Plum mengatakan “saya merasa hidup saya rusak, saya mirip binatang yang tidak setia dengan perjanjian”. Saudara kalau lihat anjing, mana ada anjing yang setia dalam pernikahan, musim kawin kesatu dengan A, musim kawin berikut sudah dengan B, musim kawin berikut lagi dengan C, bahkan dalam satu musim kawin bisa dengan beberapa anjing jantan. Lalu ketika mempunyai anak, tidak diketahui siapa papanya, dan dia tidak mencarinya. Binatang tidak pernah tuntut tanggung jawab, binatang tidak mengerti apa itu relasi pernikahan, binatang tidak pernah mengerti kalau berelasi harus setia, tidak perlu, binatang tidak tahu itu. Maka Wendy Plum mengatakan “setelah saya menyadari rusaknya saya, saya baru sadar saya bukan manusia”. Waktu dia mau bongkar kepada suaminya, ternyata suaminya pun selingkuh. Lalu Wendy Plum mengatakan “perasaanku teriris-iris, baru sadara lagi ternyata saya binatang yang egois. Saya selingkuh saya tidak peduli perasaan pasangan saya, pasangan saya selingkuh saya marah sama dia”. Ini yang terjadi, ini fakta, maka Edward Welch mengutip dan mengatakan ini sebenarnya konsep yang bisa diperbaiki kalau kita mau tunduk kepada Alkitab. Alkitab sudah mengatakan “kasihi istri, tunduk kepada suami”. Tuhan sudah mengatur bagaimana relasi di dalam pernikahan ini boleh menjadi baik. Tetapi manusia yang mengabaikna, karena manusia mengabaikan maka manusia terjerumus dalam segala bentuk dosa yang akhirnya menjauhkan kita dari Tuhan, menjauhkan kita dari hidup yang damai, menjauhkan kita masuk ke dalam sengsara yang tidak habis-habis. Inilah keadaan yang harus diperbaiki dengan Kitab Suci dengan prinsip yang benar. Maka kalau kita mau kembali kepada Tuhan, kita harus mengatakan “Tuhan, aku mau setia kepada pasangan, aku mau belajar untuk memelihara kesetiaan itu”. Dan memelihara kesetiaan bukan hanya di dalam tampilan luar. Kalau tampilan luar itu gampang, Saudara bisa saja kelihatan begitu bagus, di rumah perang dunia, atau di rumah bagus di sini perang dunia, atau lebih konsisten di sini dan di rumah perang dunia terus. Tapi kalau Saudara mengatakan “saya relasinya bagus”, bagus karena apa? Bagus karena terpaksa atau memang dari dalam hati, ini yang unik dari perjanjian Tuhan. Tuhanketika membuang Israel, membuang mereka ke Babel, di dalam Kitab Yeremia setelah waktunya genap, Tuhan mengatakan “Aku merayu kamu kembali” ini bagi saya perkataan yang sangat manis. Saya belum menemukan ada kalimat rayuan yang lebih maut dari pada yang ditulis di Kitab Yeremia. Bayangkan kita anggap Tuhan adalah Sang Suami, Israel adalah istriNya, lalu istriNya ini sudah begitu tidak setia, sudah selingkuh begitu banyak, Tuhan mengatakan “sekarang cukup, Aku buang kamu”. Tapi setelah dalam pembuangan, dekat lagi, Tuhan bicara dengan kata-kata yang manis dan merayu dia untuk dia mau kembali, ini semua ditulis di Yeremia. Saudara kalau baca Yeremia, Saudara tidak bisa tidak menangis, kalau Saudara benar-benar meresapi apa yang tertulis, Saudara tahu kesedihanNya Dia, Saudara tahu betapa sakit hatinya Dia untuk mengatakan “celaka kamu” kepada orang yang sangat Saudara kasihi. Salah satu pengkhotbah yang besar, George Whitefield, tiap khotbah pasti mencucurkan air mata, menangis, waktu ditanya mengapa menangis, dia mengatakan “Saya tidak tahan harus mengucapkan ucapan-ucapan kutuk, ucapan peringatan kepada orang yang sangat saya kasihi. Kita sering kali tegur orang karena memang tidak suka orangnya, karena kita benci dia, karena kita tidak cocok. Tapi kalau Saudara sungguh-sungguh mencintai, Saudara berhak tegur. Saudara tidak peduli orang itu tutup mulut jangan tegur, mengapa? bukankah kita harus saling mengur? Alkitab mengatakan “kalau engkau menegur jangan berbuat dosa” Imamat 19. Kalau kamu mau menyatakan kesalahan orang, jangan berbuat dosa. Berbuat dosa itu apa? kalau engkau tidak mengasihi dia, tidak perlu tegur. Maka kalau Saudara dikasihi, Saudara akan ditegur. Orang peduli kepada Saudara, orang akan koreksi Saudara. Tapi kalau orang jiwanya cuma benci, tunjukkan kesalahan orang, bangga karena diri lebih baik dari orang lain, orang ini tidak perlu menegur siapa pun. Tapi kalau teguran itu masih dapat dari orang yang penuh belas kasihan, maka teguran ini dikatakan dengan hati yang tersayat.
Yeremia sambil menangis sambil mengatakan “kamu akan dibuang” tapi setelah itu kalimat berikut dari Yeremia sangat indah “Tuhan merayu kembali Israel. Aku mau kamu kembali, Aku mengampuni kamu, Aku mau relasi antara Aku dan kamu pulih”, lalu Tuhan mengatakan “Aku akan memberikan hati yang baru, perjanjian yang baru, engkau akan dekat, akan mengasihi Tuhan, tidak perlu diajar, hatimu akan terpaut kepada Tuhan”. Inilah perjanjian yang sejati. Perjanjian bukan dipertahankan dengan satu tampilan sepertinya baik, kalau Saudara baik kepada pasangan karena terpaksa, itu bukan baik, itu bukan yang diharapkan. Tapi kalau Saudara baik memang dari hati Saudara mengasihi, inilah yang namanya menjalin relasi. Menjaga relasi dalam perjanjian pernikahan ini sangat penting. Banyak orang mengatakan kepada saya kalau pernikahan di awal-awal selalu indah, di belakang baru mulai bahaya. Pernikahan saya baru 3 tahun, dan saya tidak tahu apa yang akan terjadi, tetapi saya ingat nasihat Pdt. Stephen Tong “jangan pikir apa yang terjadi pada orang lain tidak mungkin terjadi kepadamu”. Hamba Tuhan sering kali mengatakan “ini terjadi begini” setelah itu keluarganya kena. Maka kita harus jaga-jaga, jangan pikir kita kebal dari semua peringatan-peringatan yang Alkitab nyatakan. Ada orang yang mengatakan kepada saya “tahun-tahun pertama itu sorga, tahun-tahun berikutnya Taman Eden, tahun berikutnya lagi ular masuk, tahun-tahun berikutnya lagi tahun pengusiran”, lalu saya tanya “berapa periode tahun baru kemudian berubah?”, “tidak tentu, pokoknya kamu lihat saja, pernikahan makin panjang makin susah, makin berat, makin konflik makin susah diperbaiki”. Tetapi ini teori pertama, ada orang dengan teori kedua “pernikahan di awal itu berat, tapi setelah lewat beberapa tahun menjadi Taman Eden” saya bingung yang mana dulu. Tapi saya bersyukur pertama kali pelayanan di Bintaro, kali pertama saya khotbah di situ saya diantar pulang oleh sepasang orang tua yang sudah senior, mungkin sudah 60 lebih, saya diantar pulang. Di perjalanan itu mereka romantis sekali, begitu akrab satu sama lain. Mempertahankan perjanjian bukan hanya sekedar tidak bercerai, karena kalau hanya mempertahankan tidak bercerai, ini nanti akan ada bom waktu yang akan meledak. Meledak kalau tidak diperbaiki. Bagaimana memperbaikinya? Alkitab mengatakan perbaikinya itu simple, simple tapi susah. Istri tunduk kepada suami, suami kasihilah istri. Dua perintah simple yang sering kali sulit kita jalankan. Ada satu orang datang kepada saya “saya akan tunduk kepada suami saya kalau dia mengasihi saya dulu”, lalu suaminya mengatakan “saya juga akan mengasihi dia kalau dia mau tunduk”. Saudara kalau mau melihat perintah Tuhan, Saudara mengharapkan orang lain dulu jalankan, tidak akan jadi! Mari kita jalankan bagian kita demi Tuhan. Saudara jalankan bagian Saudara karena Tuhan tuntut kerjakan itu. Yang suami kasihi istri, Saudara tidak bisa bilang “saya dulu mengasihi dia karena dulu dia gampang dikasihi, sekarang susah dikasihi. Ketika Saudara mendapatkan perintah dari Tuhan “hormati suami” tidak ada syarat tambahan “hormati suami yang layak dihormati” tidak,belajar hormat dulu, belajar tunduk kepada dia selama dia tidak memerintahkan Saudara hal yang berdosa yang melanggar perintah Tuhan. Maka kalau Saudara belajar menjalankan bagian Saudara di dalam perintah Tuhan, Saudara akan temukan setidaknya masalah keluarga Saudara selesai sebagian. Kalau Saudara tunggu dia dulu baru saya, masalah tidak akan selesai-selesai. Itu sebabnya Alkitab mengatakan jadikanlah hidup yang setia kepada pasangan, ini adalah hal pertama yang dibagikan dalam perintah jangan berzinah. Mari kita belajar, setiap orang dengan pasangannya boleh menjadikan pasangannya itu teman yang paling baik, orang yang paling dikasihi, teman yang paling akrab, teman yang paling dekat dan pelihara kedekatan ini dengan relasi yang baik. Seringkali kita gagal karena kita tidak mau memikul salib untuk memperbaiki relasi. Relasi yang rusak didiamkan, makin lama makin keruh, tapi kalau mau bayar harga, mari mulai perbaiki, mari kembali pada kehangatan yang mula-mula, inilah yang benar. Maka relasi pernikahan adalah perjanjian, tapi Tuhan sendiri sudah menyatakan perjanjian tidak pernah dijalani dengan dingin, selalu ada kehangatan yang terpelihara dari pihak Tuhan setelah itu dari pihak manusia kepada Tuhan. Ini yang pertama, belajar hidup dalam kesetiaan.
Kemudian hal kedua, perintah jangan berzinah juga memerintahkan kita untuk hidup dalam kesopanan. Perintah ini juga bukan hanya untuk orang menikah, “pokoknya kamu berelasi baik dengan pasangan, kamu menikmati hubungan seks dengan pasangan” inilah koridor yang Tuhan tempatkan. Tetapi selain itu, perintah ini juga memberikan satu koridor kepada yang belum menikah dan yang sudah menikah untuk tidak menciptakan budaya yang membuat seksualitas menjadi sesuatu yang diobral kemana-mana. Pernikahan memberikan pagar yang mulia kepada relasi seksual, menjadikan relasi itu yang indah, yang intim, yang agung, yang penuh pernyataan cinta kasih. Tetapi lingkungan akan membuat itu menjadi hina, membuat itu penuh dengan jiwa hawa nafsu dari binatang. Itu sebabnya ketika Saudara melihat perintah jangan berzinah, Saudara belum menikah, Saudara harus ingat perintah ini memerintahkan Saudara untuk tidak sembarangan memperlakukan orang lain, tidak mengumbar hawa nafsu dengan sembarangan dan tidak hidup dalam budaya yang sama dengan dunia. Tadi saya sudah katakan orang Muslim kemana-mana dengan pakaian mereka, mereka bangga sekali, mereka tidak tergoyahkan meskipun sekeliling mereka memakai baju yang sudah tidak bisa tutupi perut, tidak bisa tutupi paha, tidak bisa tutupi apa-apa. Orang Kristen bagaimana? Saya tidak mengerti orang Kristen yang pamer badan dengan pakaiannya, apa yang mau dibanggakan? Saudara pamer badan, yang Saudara undang bukan laki-laki yang mengagumi Saudara, tapi binatang-binatang yang mengagumi Saudara. Orang yang lihat orang lain dengan hawa nafsu, memanfaatkan orang lain, ini bukan manusia, ini binatang. Lalu Saudara undang binatang untuk kagumi Saudara, ini luar biasa menjelekkan martabat Saudara sendiri. Ada orang yang pakai baju mini supaya di suitin sama orang. Kalau Saudara mau mempunyai hidup yang anggun yang penuh dengan kesopanan, Saudara harus mengundang orang yang sopan juga menghargai Saudara. Jangan senang dikagumi, mengapa badan Saudara pamerkan kepada orang yang bukan suami Saudara? Mengapa badan Saudara pamerkan, dilihat banyak orang, kemudian Saudara dikagumi begitu banyak orang? Saya tidak minta Saudara pakai kerudung, pakai rok sampai mata kaki, tapi Saudara tahu sendiri rambu-rambu yang benar itu bagaimana. Saya sendiri kalau ditanya orang “pakaian yang benar bagaimana?”, saya tidak terlalu pikirkan, saya tidak sibukkan diri dengan lihat-lihat pakaian orang lalu menilai orang, tapi saya minta Saudara punya kesadaran sendiri. Karena waktu Saudara pakai baju yang mengundang, yang memperhatikan bukan orang yang benar, yang akan perhatikan adalah orang yang tidak benar. Biarlah cara berpakaian kita mengundang kesopanan, biarlah cara berbicara kita mengundang kesopanan, biarlah cara hidup kita membuat orang ragu untuk memandang remeh kepada kita. Kekristenan identik dengan kesopanan, Saudara baca sejarah, zaman mana pun tidak pernah orang Kristen menyatakan identitasnya dengan cara hidup sembrono, dengan bicara sembrono, pergaulan sembrono dan cara berpakaian sembrono, tidak pernah. Itu sebabnya cara hidup yang modest adalah salah satu cara untuk menjalani perintah jangan berzinah. Tuhan mau jangan berzinah berarti Saudara tidak membuat suasana dimana perzinahan menjadi suatu yang umum dan biasa. Jangan biasakan ketika berbicara Saudara berbicara terus dengan kalimat-kalimat vulgar, orang yang pikirannya kotor pasti mulutnya pun kotor, ini kalimat dari Tuhan Yesus. Maka kalau saya bercanda dengan orang lalu orang itu terus bercanda hal-hal yang jorok, hal-hal yang berbau seksual, saya sudah tahu di dalamnya penuh dengan kekotoran seperti apa. Maka hindari pergaulan seperti itu, hindari mulut yang begitu kotor, hindari pakaian yang tidak sopan, hindari orang-orang yang menganggap remeh semua norma kesopanan ini. Ini poin kedua.
Poin ketiga, mentaati perintah jangan berzinah berarti menghidupi kehidupan yang penuh dengan temperance. Temperance berarti kemampuan untuk menahan diri, menahan hawa nafsu, bukan mengumbarnya. Dalam budaya Yunani, mereka percaya ada 4 cardinal vertue, 4 kebajikan utama. Ada 2 yang penting yang ingin saya soroti, yaitu yang pertama kebaijkan yang namanya keberanian. Saudara punya keberanian artinya Saudara takut tapi Saudara mengatasi rasa takut, ini baru berani. Ini adalah mental yang sangat dikagumi orang Yunani. Orang pemberani bukan orang yang tidak mengenal takut. Kalau Saudara mendengar perkataan “ini orang yang hebat, dia tidak mengenal takut sedikit pun”, dia bukan orang yang berani bagi orang Yunani. Bagi orang Yunani, orang yang berani adalah orang yang pernah takut tapi mengatasi rasa takutnya. Jadi Saudara-saudara buat list apa yang Saudara takuti, lalu belajar menghadapinya. Saudara terus lari, akan takut terus. Saudara belajar menghadapi, akhirnya Saudara menjadi orang yang berani. Orang Yunani mengatakan berani berarti Saudara takut kemudian hadapi menjadi berani. Setelah itu ada yang namanya temperance, temperance ini bukan orang yang tidak punya hawa nafsu, tapi orang yang punya hawa nafsu tapi sanggup mengekang. Kalau kita mengatakan “ya Tuhan, saya takut berdosa, cabutlah keinginanku untuk hal-hal seksual”, ini salah, ini namanya melarikan diri dengan cara kebiri. Di dalam biara supaya orang-orang tidak jatuh dalam dosa seksual, dipotong alat kelaminnya, setelah dipotong tidak sanggup berdosa, mau berdosa apa daya tidak sanggup. Tetapi yang diajarkan oleh Yunani adalah waktu Saudara punya hawa nafsu, Saudara bisa kekang, ini yang benar. Maka temperance ini sangat penting untuk kita pelajari. Saudara diciptakan Tuhan bukan tanpa hawa nafsu, Saudara bisa mengalami dorongan, mengalami gairah, mengalam rangsangan yang bisa membuat Saudara jatuh dalam dosa, tapi temperance mengatakan “cegah semua itu, belajar untuk menahan diri, belajar untuk mempunyai kekuatan untuk menang atas dosa”, ini yang ketiga. Orang yang kuat sejati adalah orang yang sadar lemah, “jangan masukan saya dalam pencobaan”, ini yang akan berhasil. Temperance ini sangat perlu, bagaimana saya melawan godaan hawa nafsu, bagi yang belum menikah bisa mempertahankan hidup dengan menjadi contoh bagi orang lain, hidup dalam ketenteraman, hidup dalam ketenangan dengan kemenangan semuabentuk hawa nafsu yang tidak sesuai. Dan Tuhan mengarahkan kita di dalam koridor ini, tujuannya cuma satu, supaya Saudara menikmati relasi dengan pasangan, menikmati kedekatan dengan dia, menikmati cinta kasih danrelasi yang bagus dengan pasangan. Karena ketika Saudara melakukan hal ini dan hidup di dalam ketenteraman dengan pasangan Saudara, Saudara akan menikmati berkat Tuhan dengan limpah. Masing-masing pasangan tidak mungkin tidak ada kesulitan, semua punya buku sulitnya sekali. Tapi yang Tuhan mau adalah di dalam segala kesulitan kita boleh belajar mentaati perintah Tuhan. Jangan berzinah dengan tetap setia, tetap hidup sopan dan tetap belajar mengekang segala hawa nafsu yang sepantasnya tidak muncul. Kiranya Tuhan memberkati dan menguatkan kita mentaati segala perintah Tuhan.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)
- 10 Hukum Taurat
- 25 Mar 2014
Jangan Berzinah
(Keluaran 20: 14, Imamat 20:10-24)
Perintah yang singkat “jangan berzinah” ternyata mempunyai penerapan yang begitu dalam, yang mengaitkan begitu banyak sisi dari peraturan Tuhan. Ketika Tuhan memerintahkan “engkau jangan mengikuti kebiasaan bangsa-bangsa yang Aku lenyapkan dari tengah-tengah kamu”, dan waktu Tuhan membagikan apa-apa saja yang mereka sudah kerjakan, kita mungkin sangat kaget, kita heran mengapa ada manusia bisa melakukan itu. Dan kecemaran mereka begitu luar biasa, sehingga setiap larangan Tuhan adalah cerminan dari betapa rusaknya manusia. Hukum Taurat tidak diberikan untuk mencegah dosa yang akan datang, Hukum Taurat diberikan untuk menggambarkan apa yang sudah terjadi. Ini seperti alat rontgen, ini seperti satu diagnosa yang melihat kerusakan manusia. Kalau manusia tidak mengenal Tuhan, maka manusia makin lama makin dibiarkan Tuhan untuk terus berada dalam kecemaran. Di dalam Roma 1 dikatakan setelah manusia meninggalkan Tuhan, menolak menyembah Tuhan, Tuhan menyerahkan mereka ke dalam kecemaran mereka sendiri. Tuhan biarkan mereka, Tuhan ijinkan mereka terus berada dalam dosa, dan dosa itu membuat mereka makin lama makin rusak. Ketika Tuhan membiarkan manusia, manusia tidak tetap berada dalam keadaan netral, mereka terus jatuh, mereka terus menjadi hina. Di dalam Alkitab dinyatakan bahwa manusia adalah gambar Allah. Tetapi setelah manusia jatuh dalam dosa, iblis berusaha merusak gambar Allah ini, sehingga bumi bukan penuh dengan kemuliaan Allah tapi penuh dengan pribadi-pribadi yang najis sama seperti setan sendiri adalah najis. Tuhan mengatakan bahwa gereja adalah umat yang dipanggil keluar, dipanggil dari kecemaran dunia. Ini tidak berarti nahwa kita harus menghindarkan diri dari dunia, Paulus mengatakan itu tidak mungkin “kalau saya harus berhenti berinteraksi dengan dunia berarti saya harus dipanggil Tuhan lalu saya mati, baru saya bisa berhenti”. Saya tidak mungkin tidak berkontak dengan dunia, saya tidak mungkin tidak punya relasi dengan orang-orang di dunia, tetapi panggilan Tuhan bagi umatNya adalah supaya ada sekelompok orang yang terus dimurnikan oleh Firman. Tuhan sudah menyatakan kalau Dia sudah berfirman, lalu FirmanNya diabaikan, maka ganti Dia yang akan mengabaikan dan membiarkan kita hidup makin lama makin cemar. Ini peringatan dari Roma 1. Seringkali kita pikir kita yang menentukan kapan Tuhan boleh bicara, kapan tidak. Ketika Dia mengatakan “Aku mau berbicara” tapi Saudara tulikan telinga dari Firman, Tuhan akan mengatakan “baik, kalau begitu Aku biarkan engkau makin lama makin cemar”, inilah yang terjadi di dalam Roma 1. Maka Paulus menyatakan Tuhan sudah menyatakan diri dan manusia tahu, tapi mereka mengabaikan apa yang Tuhan sudah nyatakan, maka Tuhan membiarkan mereka. Karena mereka mengabaikan Tuhan, Tuhan pun ganti mengabaikan mereka. Ketika reaksi kita adalah mengabaikan maka ganti Dia akan mengabaikan kita dan membiarkan kita makin lama makin cemar. Ini peringatan supaya kita menghargai setiap seruan supaya kita kembali kepada Tuhan. Dan Roma 1 mengatakan tanda kecemaran manusia adalah kehidupan seksual yang tidak bisa dikekang lagi. Tanda kecemaran bukan hanya kekerasan, tanda kecemaran juga adalah penyimpangan seksual. Tanda kecemaran adalah pencarian kenikmatan melalui seks dengan cara yang tidak diperkenan Tuhan. Tanda kehancuran manusia adalah ketika hawa nafsu ganti menguasai manusia, bukan manusia menguasai hawa nafsu.
Pada awal abad 20 ada pemikir Prancis yang bernama Michel Foucault yang menulis pada pertengahan abad 20, dia menyelidiki tentang abad 18 dan 19, dan biasanya orang mengatakan pada abad ke-18 dan 19 Eropa itu sangat sopan, sangat penuh dengan dignitas, sangat penuh dengan cara hidup yang agung dan menghindarkan diri dari semua hal yang remeh dan yang cemar. Tapi Foucault mengatakan itu bukan fakta, faktanya adalah di dalam sejarah orang pada abad 18 dan 19 di Eropa sangat menekankan seksualitas. Mereka sangat menekankan pemuasan birahi mereka. Dan dalam penyelidikan Foucault dikatakan setidaknya ada 3 cara orang mengekspresikan seksualitas mereka. Yang pertama adalah dari bisang agama sendiri, orang terus digali kecemaran seksualitasnya lalu dibagikan kepada orang lain, tanpa sadar ini mengangkat tema seks menjadi satu tema yang begitu sering dibicarakan di dalam gereja Tuhan tanpa ada solusi yang benar. Lalu golongan kedua menurut Foucault adalah orang-orang yang membahas seksual dengan cara akademis tapi sambil membahas akademis sebenarnya sedang memuaskan hawa nafsu mereka sendiri dengan memakai kedok pembahasan akademis. Lalu golongan ketiga menurut Foucault adalah kelompok orang-orang yang hidup di Eropa yang mengaitkan antara romantisisme dengan erotisme, mereka adalah orang-orang yang meninggikan cinta tapi akhirnya jatuh dalam hawa nafsu. Penyelidikan Foucault banyak yang kritik, tapi bagi saya setidaknya poin ketiga ini sangat benar. Masuk abad 19, Eropa dilanda oleh wabah bernama romantisisme. Dan dalam romantisisme orang mengagungkan cinta, mengagungkan perasaan satu kepada yang lain, dan mengabaikan segala kekakuan norma-norma Kristen seperti pernikahan. Maka Saudara bisa lihat pemusik-pemusik agung seperti Chopan, tidak pernah menikah dengan seorang maka perempuan lalu tinggal bersama. Lalu seorang bernama Franz Liszt, sudah 3 kali mencuri istri orang lalu tinggal dengan dia. Franz Liszt ini orang yang betul-betul tampan dan mempunyai kemampuan bermusik yang luar biasa. Dikatakan kalau dia main, orang bisa histeris mendengarnya, jadi ini adalah boyband korea sebelum boyband korea ada. Dia kalau main piano, semua kagum bahkan perempuan-perempuan akan duduk di depan dan semua histeris. Ada orang yang mengatakan engkau mendengar permainan musiknya 5 menit, engkau sudah jatuh cinta kepada dia. Maka dia coba dekati istri bangsawan, dan hanya bicara 1 menit, istri bangsawan sudah jatuh cinta sama dia, kemudian dia tanya “minggu depan kita lari bersama mau tidak?”, “mau”, lalu larinya mereka bersama ini dianggap sebagai hal yang romantis. Ini bukan romantis ini sesat, ini bukan romantis tapi ini menjijikan bagi Tuhan! Ini yang terjadi pada abad 19, konsep romantisisme, konsep aku jatuh cinta kepada orang ini adalah cinta yang harus kita agungkan dan tinggikan. Tapi Alkitab tidak mengatakan itulah sesuatu yang diperkenan oleh Tuhan. Maka dunia memberi tawaran, ini menyenangkan, ini seperti hidup dalam dunia impian. Tapi Alkitab mengatakan “tidak, orang yang mengabaikan lembaga yang Tuhan sudah tetapkan adalah orang yang akan makin terjerumus di dalam dosa dan kecemaran. Pada waktu itu ketika orang lari dengan istri orang lain, kemudian tinggal bersama, boleh menikmati hidup dan kehidupan seks yang menyenangkan, ini dianggap sebagai suatu kebebasan.Tidak ada lagi masyarakat yang akan menghakimi, tidak ada gereja yang akan mengutuk, tidak ada lagi pemerintah yang akan memenjarakan, semua dibebaskan. Kebebasan seperti ini dianggap sesuai dengan motto modernisme yaitu hidup kebebasan dan juga kelepasan dari keterikatan tradisi. Tapi ini sebenarnya tanda kecemaran manusia, akhirnya manusia makin jatuh dalam relasi yang memanfaatkan satu dengan lain, makin mengutamakan kesenangan dan hawa nafsu, makin meninggikan semua yang bisa diterima dari orang lain untuk kesenangan pribadi. Maka Alkitab sangat mencela setiap tindakan penyelewengan dari seksual manusia. Maka Tuhan mengingatkan penyelewengan seksual dan penyimpangan yang berat ini, semuanya bermula karena perintah “jangan berzinah” ini sudah diabaikan oleh manusia. Manusia bertanya “apa itu berzinah? Kalau saya sudah cocok dengan orang lain mengapa tidak boleh? Kalau saya sudah bosan dengan pasangan saya, mengapa tidak boleh bubar?”. Tetapi orang yang mengatakan ini adalah orang yang tidak mengerti konsep pernikahan yang sejati. Alkitab mengatakan bahwa konsep pernikahan harus mencerminkan konsep perjanjian antara Tuhan dengan manusia. Tuhan mengikat DiriNya dengan manusia dalam perjanjian, bahkan Tuhan pun tidak bebas secara mutlak. Tuhan yang bebas mengikat kebebasanNya dalam kalimatNya sendiri, maka Tuhan menyatakan “Aku bersumpah demi diriKu sendiri, Aku akan memberkati keturunanmu” ini diucapkan kepada Abraham. Di dalam Surat Ibrani dikatakan Tuhan bersumpah demi diriNya sendiri karena tidak ada yang lebih besar dari Dia. Orang bersumpah atas otoritas yang lebih tinggi, Tuhan bersumpah atas diriNya sendiri. Dan Allah yang setia mengatur relasinya dengan manusia dalam konsep perjanjian.
Dalam konsep perjanjian ini Tuhan menggabungkan 2 hal yang sangat dianggap kontradiksi. Yang pertama Tuhan menggabungkan kewajiban. Dan yang kedua, Tuhan menggabungkan juga kerelaan. Karena ada perjanjian, Tuhan wajib menjalankan. Tetapi karena ada belas kasihanNya, Dia rela menjalankan. Waktu Tuhan mengatakan kepada Israel “Aku akan membebaskan engkau keluar dari Mesir” dia melakukan ini karena dikatakan “Aku kasihan melihat engkau, hatiKu tergerak oleh belas kasihan karena engkau ditindas oleh orang Mesir”. Tapi Tuhan juga sudah mengatakan kepada Abraham “400 tahun dari sekarang Aku akan bebaskan umatKu dan mereka akan datang ke Tanah Kanaan ini”. Berarti Tuhan sudah berjanji, waktu Tuhan sudah berjanji Dia genapi janjiNya karena kewajiban atau kerelaan? Karena kewajiban dan kerelaan, 2 ini disatukan. Ini sebabnya konsep perjanjian begitu penting karena mengaitkan antara kewajiban dengan kerelaan. Biasanya kita akan minta salah satu saja, kalau wajib berarti saya tidak rela melakukan, kalau rela tidak perlu diwajibkan. Tetapi dalam konsep perjanjian Tuhan mengatakan “Aku wajib dan rela, engkau pun harus melakukan hal yang sama, engkau wajib tapi juga engkau harus belajar menaati perjanjian”. Tetapi hanya Tuhan waktu memberikan peraturan menuntut bukan hanya ketaatan secara lahiriah, tapi Tuhan menuntut ketaatan dari hati sekalipun. Itu sebabnya di Imamat 19 dikatakan “kasihi sesamamu manusia”, dalam Ulangan 6 dikatakan “engkau harus berpaut hanya kepada Tuhan, kemudian engkau harus mengasihi Tuhan”. Ini perintah yang memerintahkan kepada kita untuk perasaan kita pun diatur sebagaimana yang Tuhan mau. Inilah cara Tuhan memberikan peraturan, peraturanNya bukan bersifat lahiriah, Dia memerintahakan kepada kita bahkan untuk mengasihi. Itu sebabnya manusia ingin tahu tentang pernikahan, tentang konsep janji, harus kembali kepada Tuhan. Tuhan menyatakan bahwa janji yang Tuhan nyatakan, Tuhan berikan adalah sesuatu yang harus dengan wajib kita kerjakan tapi juga dengan rela dan sukacita kita kerjakan. Itu sebabnya dalam perjanjianNya, Tuhan menuntut hati. Tuhan mengatakan “kasihilah. Engkau harus punya kasih”. Dan kasih yang dimaksudkan adalah kasih yang ada di dalam diri kita karena Tuhan terlebih dahulu mengasihi kita. Lalu kita bagikan kepada pribadi yang tepat yaitu Tuhan sendiri. Maka dikatakan “kasihi Tuhan Allahmu dengan sepenuh hati, sepenuh kekuatan, sepenuh jiwa” setelah itu “kasihi sesamamu seperti dirimu sendiri”. Habis itu perintahnya selesai. Jadi apakah kita tidak perlu mengasihi ciptaan yang lain? Saudara perlu memelihara ciptaan, Saudara perlu membuat mereka tetap ada dan tetap baik, tetapi Saudara tidak mungkin mengasihi mereka. Karena kasih sejati adalah kasih antar relasi yang merupakan gambar Allah, yang merupakan pribadi yang Tuhan ciptakan. Maka kita bisa mengasihi dengan cara yang sempurna seperti Tuhan mengasihi karena kita adalah gambar Allah. Itu sebabnya Tuhan memerintahkan “kasihi sesamamu manusia, kasihi Tuhan Allahmu”, Tuhan tidak perintahkan “tunggu sampai engkau jatuh cinta, baru engkau mencintai”. Berarti kasih, Saudara bisa berikan dengan rela, tapi juga wajib Saudara berikan ketika Tuhan memerintahkan. Dan perintah “jangan berzinah” punya konsep positif atau perintah yang memerintahkan kita dengan positif yaitu hormati lembaga pernikahan, hormati apa yang sudah Tuhan nyatakan sebagai perjanjian. Israel tidak menaati perjanjian, Tuhan membuang mereka. Orang tidak menaati lembaga pernikahan, Tuhan akan biarkan mereka makin lama makin cemar. Karena itu kita sampai terkejut membaca bacaan kita, kenapa ada perintah laki-laki jangan bersetubuh dengan perempuan yang bukan istri, perempuan jangan bersetubuh dengan laki-laki yang bukan suaminya. Dosa bermula karena kita mengabaikan satu aspek perintah kemudian kita hidup dengan bangga karena sudah melawan aspek itu. Orang yang menghina pernikahan, bangga mengatakan “kami tidak tunduk lagi kepada lembaga pernikahan” akhirnya kehidupan makin rusak dan makin kacau. Saya pernah membaca artikel pendek tentang pornografi internet, dikatakan bahwa di dalam surveinya pornografi dari internet meskipun beda orang, meskipun beda yang membuat, semua punya tujuan yang mirip, membuat orang tidak puas ketika sampai pada level pornografi tertentu. Hargai pernikahan! Hargai relasi seks yang benar! Waktu ini dicemarkan, waktu ini dianggap hina, Saudara akan makin terjerumus dan makin mengabaikan apa yang menjadi prinsip dan keindahan yang Tuhan sudah tetapkan. Di Amerika, ada orang mengatakan “perlukah penekanan Paulus satu laki-laki satu perempuan atau penekanan Kejadian satu laki-laki satu perempuan, itu ditekankan terus?”. Karena sekarang bukan hanya satu laki-laki dan satu perempuan, satu laki-laki dengan satu laki-laki juga ada, mereka mengatakan Alkitab terlalu kaku karena tidak mengikuti perkembangan zaman, padahal homoseksual sudah ada sejak dulu, ini perkembangan zaman yang diulang-ulang. Jadi kalau Alkitab tidak sesuai dengan kaum gay, Alkitab harus diganti. Kalau Alkitab menyinggung kelompok minoritas tertentu, Alkitab mesti diganti. Saya akan beri tahu, Alkitab tidak pernah peduli siapa yang dia singgung, karena yang dia singgung adalah dosa dan orang cemar supaya orang itu bertobat dan kembali dari kecemarannya.
Jangan berzinah artinya hargai relasi pernikahan, hargai perjanjian nikah antara satu laki-laki dengan satu perempuan di hadapan Tuhan. Dan inilah yang Tuhan tuntut dalam perkataan jangan berzinah. Gregory Beale seorang ahli Perjanjian Baru pernah mengatakan dalam konsep perjanjian berkali-kali dalam Alkitab ditekankan, dalam perjanjian ada Tuhan berbicara dan umat berdoa. Selalu ada relasi dan komunikasi yang wajib dipelihara. Ini yang menjadi dasar juga. Saudara menjalani perjanjian, Saudara perlu mengingat ada kewajiban untuk komunikasi, ada kewajiban untuk cinta, ada kewajiban untuk mengasihi, ada kewajiban untuk menjadi akrab dan dekat, dan ada kewajiban untuk menyalurkan cinta kasih dan komunikasi itu dalam level yang paling dalam yaitu relasi seksual. Ini semua berkaitan, hubungan seks bukan untuk saya lega dan saya senang. Di dalam Alkitab, di Kitab Korintus, kita sering salah mengartikan, Paulus mengatakan “lebih baik menikah dari pada hangus karena hawa nafsu” benarkah ini perkataan Paulus? Saudara kalau membaca Kitab Korintus, mesti ingat bahwa Paulus sedang merespon kalimat dari orang Korintus. Maka ada yang menafsirkan sebenarnya kalimat “lebih baik menikah dari pada hangus karena hawa nafsu” adalah kalimat yang dikatakan oleh orang Korintus, benar tidak kalimat ini? Paulus membahas dengan cara yang unik, dia mengatakan “kalau engkau tidak sanggup kekang hawa nafsu, pernikahanmu pun akan menjadi pernikahan yang rusak. Kalau engkau tidak sanggup menghargai sesamamu manusia, pernikahanmu pasti menjadi pernikahan yang rusak”. Maka tidak ada pernyataan “kalau kamu punya hawa nafsu terlalu besar, maka pernikahan menjadi solusi” bukan itu. Paulus mengatakan “kalau begini caranya, engkau harus belajar berdiam dan hidup dengan tenang seperti aku” atau mungkin sebaiknya tidak perlu menikah. Karena kalau pernikahanmu untuk memanipulasi orang lain, apa gunanya. Karena itu di bagian itu dikatakan suami istri harus dekat, harus saling cinta, harus tidak menjauhkan diri satu dengan yang lain, supaya tidak ada godaan yang masuk. Kemudian setelah itu haruslah punya waktu untuk berpisah untuk berdoa kepada Tuhan. Maka yang bisa mengintervensi kedekatan suami istri hanya Tuhan. Alkitab membagikan ini dengan bijaksana yang dalam. Kita terus pelajari lebih dalam lagi. Relasi pernikahan relasi yang unik, relasi suami istri adalah relasi yang agung, relasi yang Tuhan ijinkan ada komunikasi sampai level paling dalam karena ini mencerminkan komunikasi kita dengan Tuhan. Tuhan berfirman, kita berdoa. Suami istri tidak lagi dua tapi menjadi satu. Dan menjadi satu di dalam keintiman yang hanya Tuhan ijinkan sebagai bentuk komunikasi cinta kasih dan relasi komitmen paling dalam di dalam konsep pernikahan. Saudara kalau cabut ini dari keseluruhan kerangkanya, Saudara akan menjadi manusia yang makin hancur dan rusak. Relasi seksual tidak bisa lepas dari kasih, komitmen, pernikahan, perjanjian, dan keintiman komunikasi antara suami istri. Itu sebabnya konsep pernikahan harus menjadi inti yang dihargai dan relasi seksual menjadi pernyataan relasi kasih, keintiman, kedekatan , dan juga keterbukaan antara suami dan istri. Ketika kita melihat lakimat ini “jangan berzinah”, “asal saya tidak tidur dengan perempuan lain. Tapi apakah engkau memelihara pernikahanmu sebagaimana yang seharusnya? Apakah ada keterbukaan, keintiman dan relasi yang dekat? Kalau tidak ada, Saudara sedang melanggar perintah ini. Kalau Saudara sedang mengidamkan orang lain lebih dari pasangan Saudara sendiri, Saudara melanggar perintah ini! Saudara lebih akrab berbicara dengan orang lain dari pada pasangan sendiri, Saudara akan mengatakan “tapi kan karena pasanganku sulit untuk diakrabi, karena orangnya seperti ini” Tapi Alkitab mengatakan kalau Tuhan memberitakan sedemikian maka harus ada usaha dari kita untuk kerjakan. Usaha untuk melakukan apa yang Tuhan sudah perintahkan. Ada satu pengkhotbah yang tulisan khotbahnya sangat bagus sekali, dia mengatakan bahwa ketika pasangan mulai membandingkan pasangannya dengan orang lain, biasanya dia akan membandingkan sifat bagus dari orang lain lalu bandingkan dengan sifat jelek pasangannya. Misalnya seorang perempuan, “suami saya itu tidak sabaran orangnya, tapi di kantor saya ada teman saya yang sabar sekali” ini berarti membandingkan kesabaran satu orang dengan ketidaksabaran suaminya, membandingkan kebagusan atau keunggulan orang lain, diadu dengan kejelekan suaminya. Kalau Saudara mengatakan itu, Saudara sedang membandingkan kejelekan orang ini dengan keunggulan orang lain, ini tidak fair. Mestinya Saudara balikkan, bandingkan kejelekan orang lain dengan kebagusan pasangan, Saudara mengatakan “di kantor orangnya itu tidak sabaran semua, suamiku sabar”, jangan bandingkan sebaliknya. Jika tidak demikian, Saudara sedang masuk dalam pencobaan yang besar, saudara sedang masuk dalam ujian. Saudara berdoa “jauhkan kami dari pencobaan”, nanti ada suara dari sorga yang menjawab “kamu sendiri yang terus lari ke pencobaan. Kamu doa minta dijauhkan, kamu sendiri terus mengarah ke situ”. Maka ketidakadaan keterbukaan dan keintiman di dalam pernikahan ini melanggar hukum itu. Tuhan tidak mengatakan “jangan berzinah” hanya supaya orang tidak melanggar secara seksual saja, tetapi supaya orang menghargai yang Tuhan tempatkan menjadi pasanganku dialah pribadi yang Tuhan sudah percayakan untuk menjadi pendampingku dan aku menjadi pendamping dia. Inilah relasi pernikahan yang Tuhan mau. Kedekatan Tuhan dengan umatNya harus dicerminkan dengan kedekatan antara suami dan istri. Maka ketika Saudara mempunyai pasangan, Saudara jangan terus lihat kejelekan dia lalu mulai kritik kejelekan dia, lalu mulai merasa “saya lebih gampang kalau bicara dengan orang lain”. Ada orang nyaman sekali bicara dengan orang lain, akhirnya masuk di dalam perzinahan karena sibuk dengar pembicaraan dengan orang lain lalu merasa nyaman dengan pembicaraan itu. Bahkan orang yang sangat saleh pun bisa jatuh dalam hal ini. Tuhan mengingatkan perjanjian berarti wajib dan rela, bukan cuma salah satu. Saudara harus lakukan kewajiban dan harus pada poin tertentu akhirnya merasa rela. Saya wajib mengasihi sampai akhirnya saya rela untuk mengasihi. Maka relasi pernikahan menuntut kerelaan, tapi jangan lupa untuk menjadi rela harus wajib dulu. Saudara kalau mengabaikan kewajiban, Saudara akan hidup di dalam zaman yang sesukanya sendiri, begitu banyak peraturan yang dihantam, begitu banyak hal yang penting diabaikan karena atas nama kerelaan. Kalau tunggu sampai orang rela, sampai sekarang tidak ada orang yang jadi Kristen. Orang jadi Kristen karena rela, tapi waktu dia rela dia harus dibentuk dengan kewajiban pikul salib. Melakukan hal yang dia tidak suka dulu, meninggalkan hal yang dia suka. Waktu dia lakukan rasanya berat, tapi makin lama akan menjadi makin mampu. Itu sebabnya Taurat lalu setelah itu Injil, martin Luther tafsirkan wajib setelah itu kerelaan lakukan. Waktu belum ada wajib, kita tidak tahu apa yang sudah kita rela lakukan.
Waktu ada kewajiban awalnya kita terpaksa, lama-lama rela lakukan, ini baru namanya perjalanan iman yang makin lama makin dewasa. Saudara kalau pergi ke gereja merasa diwajibkan atau sukacita? Orang dewasa bilang “sukacita”, anak-anak bilang “wajib”. Orang tidak rela datang kepada Tuhan maka harus ada wajib dulu. Tapi kalau wajib terus sampai mati, Saudara tidak akan menikmati perintah Tuhan. Ada saat dimana Saudara mengatakan “saya rela lakukan, saya bukan wajib lagi melakukan”. Maka antara suami istri pun Tuhan tuntut hal yang sama, kalau engkau belum sanggup dengan kerelaan membatasi matamu untuk hanya fokus kepada pasangan, kamu harus wajibkan dirimu untuk lakukan. Kalau engkau belum sangggup dengan keterbukaan dan kenyamanan pasangan, engkau harus wajib lakukan. Karena ketika engkau tidak lakukan, maka peluang dosa perzinahan mulai muncul, dan dia jauh lebih kuat dari pada Saudara. Jangan merasa diri kuat. Maka Tuhan mengatakan “relasi pernikahan harus dijaga dengan komunikasi, cinta kasih, keterbukaan yang total”. Jangan simpan apa pun dari pasangan. Maka kalau Saudara menikah, saya sarankan salah satu hal yang secara praktis, Saudara bisa lakukan untuk keterbukaan adalah beri semua password jejaring sosial yang Saudara miliki. Pasanganmu harus bisa akses mail, facebook dan lain-lain, supaya ada keterbukaan. Saudara harus dengan rela mengatakan “engkau pasanganku, saya harus merelakan diri, engkau mau tahu apa, silahkan akses apa pun bisa”. Sebab Alkitab mengatakan “laki-laki dan perempuan itu telanjang, tapi mereka tidak merasa malu”, ketika laki-laki dan perempuan bersatu, mereka merasa “kami jadi satu, bukan lagi dua”. Kalau Saudara mengatakan “kan hal-hal ini private, pribadi”, saya akan katakan “Saudara memang pribadi, dua jadi satu pribadi”, maka Saudara tidak lagi punya privelege untuk simpan sesuatu. Kalau dari awal terus hidup sendiri, maunya sendiri, tertutup, tidak mau bagi apa pun dengan orang lain, ya jangan menikah. Alkitab bahkan mengatakan cuma satu yang kita boleh simpan sendiri, tidak perlu bagikan dengan pasangan, yaitu relasi doa kita dengan Tuhan. Dikatakan “harus ada waktu engkau harus saling berjauh untuk mendekat kepada Tuhan dalam doa” ini yang Tuhan nyatakan. Dosa perzinahan adalah dosa yang paling banyak menerjang siapa pun. Orang yang jadi hamba Tuhan pun bisa jatuh di sini, orang yang melayani puluhan tahun pun ternyata jatuhnya di sini. Mengapa bisa jatuh? Karena bibit-bibit awal perzinahan yang muncul tidak dia cegah. Bibit-bibit saling tertutup, bibit-bibit dekat dengan orang lain, bibit-bibit mulai mengijinkan orang lain masuk dalam hidup, ini tidak diawasi sama sekali. Maka Firman Tuhan mengatakan jaga ini baik-baik, menjauhkan diri dari perzinahan kemudian Saudara akan dijaga oleh Tuhan. Kiranya ini membuat kita semakin setia kepada Tuhan dan boleh membuat kita makin bijak dalam cara hidup kita bagi Tuhan.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)
- 10 Hukum Taurat
- 25 Mar 2014
Jangan Membunuh
(Keluaran 20: 13, Imamat 19: 17-18)
Kita melanjutkan pembahasan dari Hukum ke-6 “Jangan membunuh”. Hukum ini diberikan bukan cuma hanya supaya manusia menghindarkan diri dari larangan Tuhan. Ketika Tuhan memberikan Taurat, Taurat tidak pernah dimaksudkan untuk manusia hanya menjadi pasif, menghindarkan diri dari yang Tuhan larang lalu berpuas dengan keberadaan diri kita yang tidak mengerjakan apa pun. Waktu dikatakan “jangan mencuri”, “puji Tuhan, saya tidak pernah mencuri, saya tidak pernah ambil barang orang berarti saya tidak melanggar hukum ini”. Hukum ini mengatakan “jangan membunuh”, “saya belum pernah bunuh orang lain, maka saya tidak melanggar hukum ini”. Maka setiap perintah Tuhan yang menyatakan kata tidak/ jangan, setiap bentuk negasi, setiap bentuk larangan yang mengatakan “jangan” ini selalu ada aspek positifnya. Bagian lain dari Taurat menjelaskan bahwa tidak membunuh saja tidak cukup karena Tuhan tidak mau kita hanya menghindarkan diri dari apa yang Dia larang. Tetapi Tuhan menginginkan kita mengerjakan sesuatu secara aktif. Jadi peraturan yang mengatakan “jangan membunuh” itu diparalelkan di dalam Imamat 19 ini dengan mengatakan “kasihilah sesamamu manusia”. Orang yang melihat paralel yang begitu jelas dari larangan Taurat dengan perintah kasihilah adalah Tuhan Yesus. Tuhan Yesus dalam Matius 5 dan 6 bahwa Hukum Taurat diberikan kepada manusia dan tidak dibatalkan oleh kedatangan Tuhan Yesus. Tuhan Yesus datang bukan untuk membatalkan tetapi untuk menggenapinya. Dan ketika hukum itu digenapi maka perintah yang sebenarnya harus dijalankan oleh manusia sekarang dijalankan oleh cara yang bebas. Jadi Tuhan tidak pernah membatalkan Taurat, Tuhan tidak pernah mengatakan “tidak perlu lakukan lagi”, yang Tuhan nyatakan adalah mengerjakan dengan pengertian yang benar. Sehingga Tuhan Yesus mengatakan “siapa di antara kamu yang melihat saudaramu, membenci dia dalam hatimu lalu memaki-maki dia, engkau sudah membunuh dia. Siapa yang melihat perempuan lain lalu menginginkan dia dalam hatimu meskipun tindakanmu tidak mengerjakan apa-apa, secara tindakan kamu pasif, kamu sudah melanggar hukum ini”. Maka Tuhan menginginkan adanya pengertian yang lebih limpah waktu kita mengerjakan hukum Tuhan, tidak sekedar larangan, bukan sekedar ini yang boleh ini yang tidak, “saya tidak lakukan yang tidak boleh, saya sudah aman”, tidak begitu. Setiap tindakan kita akan dinilai oleh Tuhan secara benar atau secara salah. Jadi kalau kita mengerjakan sesuatu, kita akan jatuh dalam kesalahan dan mengakibatkan tindakan ini menjadi dosa, atau kita melakukan yang benar dan apa yang kita kerjakan memuliakan nama Tuhan, selalu 2 aspek ini. Mengapa banyak orang meremehkan agama? Karena agama salah dalam mengajar dengan mengatakan “kamu hindari apa yang Tuhan larang, kamu sudah beres”. Tetapi pengertian Alkitab jauh melebihi agama apa pun karena Alkitab mengatakan “tidak cukup kamu hindari, kamu harus kerjakan sesuatu untuk Tuhan”. Itu sebabnya di dalam Korintus, Paulus mengatakan “makan dan minum pun kamu kerjakan demi kemuliaan nama Tuhan”. Maka apa yang kita kerjakan itu hanya membuat kita salah lalu jatuh dalam dosa atau membuat kita mengerjakan dengan benar dan mempermuliakan Nama Tuhan. Tidak ada posisi netral. Tidak ada posisi di mana Saudara mengatakan “saya tidak membangkitkan murka Tuhan, tetapi saya juga kurang menyenangkan hati Tuhan, hidup saya netral. Alkitab mengatakan tidak ada posisi netral, tidak ada nol. Negara Barat jadi sekuler karena salah memahami ini, “kami bukan orang jahat, kami tidak pernah membunuh, kami tidak pernah merugikan orang lain. Itu sudah cukup, asal saya menjaga diri tidak terlalu menyinggung orang lain, saya sudah kerjakan hidup dengan cara benar. Saya sudah jalani bagian saya dengan taat”. Tapi Alkitab mengatakan “engkau tidak taat, engkau tidak mempermuliakan nama Tuhan, engkau sedang mempermalukan Dia”. Maka kitab suci memberikan sisi yang jauh lebih dalam lagi tentang bagaimana menaati Firman yang Tuhan sudah nyatakan. Ada bagian dalam Kitab Ayub yang mengatakan “apa untungnya kalau kita benar? Apa untungnya Tuhan kalau kita saleh?”. Tuhan tidak untung kalau kita saleh. Lalu mengapa Tuhan memerintahkan kita lakukan ini? Karena kalau kita kerjakan dengan benar, Tuhan yang mengasihi kita bersukacita karena kebenaran kita.
Hari ini kita fokus pada perintah ke-6 “jangan membunuh”, lalu di dalam Imamat 19 dikatakan “jangan membenci saudaramu tapi kasihilah dia”. Ada kaitan yang sangat erat antara membenci dengan membunuh. Saudara membunuh orang motivasi utamanya pasti karena benci. Di dalam Alkitab dikatakan kalau ada 1 orang sedang menebang pohon, kapaknya dipukulkan ke pohon dengan sangat keras, kapak itu lepas kemudian terbang kena kepala orang lain dan orang ini mati. Orang yang menebang pohon tidak ada niat membunuh, tidak boleh dibunuh. Jadi Alkitab mengerti bahwa pembunuhan tidak selalu didorong oleh kebencian, tetapi itu jarang. Mengapa manusia membunuh manusia lain? Karena benci, karena sudah tidak tahan. Mengapa orang membunuh orang lain? Karena menguntungkan kalau dia mati, karena kalau dia sudah tidak ada saya lebih gampang melewati jalan. Karena itu Tuhan memerintahkan jangan membunuh dan Tuhan mengingatkan membenci adalah membunuh. Saudara mungkin mengatakan keras sekali begini, kalau membenci adalah membunuh berarti kita semua sudah pernah membunuh. Alkitab mengatakan memang kita semua pendosa, memang kita melanggar setiap poin dari Hukum Taurat, setiap bagian dari 10 Hukum yang Tuhan nyatakan, tapi pelanggaran yang tidak disadari adalah pelanggaran yang tidak diakui. Dan pelanggaran yang tidak diakui adalah pelanggaran yang tidak mungkin bisa di rekonsiliasi kepada Tuhan. Itu sebabnya Tuhan mengatakan “jangan membenci” sebagainya penjelasan dari Firman “jangan membunuh”. Mengapa jangan membunuh? Dalam Kitab Kejadian dikatakan jangan membunuh karena Tuhan menciptakan manusia semua setara. Tuhan menciptakan manusia dengan nilai dan keagungan yang sama. Saya dan orang lain sama, sama-sama penting di mata Tuhan. Maka Alkitab mengatakan “Tuhan menciptakan manusia berdasarkan gambar dan rupa Allah”. Ini kalimat yang sangat agung, kita adalah gambar dan rupa Allah, ciptaan lain tidak. Apa pengertian gambar dan rupa Allah? Dalam teologi Reformed, gambar dan rupa Allah bisa dilihat dalam 3 sudut pandang.
Sudut pandang pertama, manusia sebagai gambar dan rupa Allah berarti manusia diciptakan untuk mencerminkan kembali sifat-sifat Tuhan. Kita ini seperti cerminan yang menyatakan inilah sifat Tuhan, Allah yang kasih, Allah yang baik, Allah yang adil, Allah yang benar, Allah yang bijak, semua sifat itu dicerminkan kembali oleh manusia. Kalau Saudara bercermin, Saudara berharap cermin itu memantulkan wajah Saudara apa adanya, ini cermin yang bagus. Waktu cermin gagal mencerminkan yang asli, cerminnya salah. Maka waktu manusia gagal mencerminkan sifat Tuhan yang asli, manusia sudah salah. Itu sebabnya Alkitab menyatakan bahwa ketika manusia jatuh dalam dosa, bukan sifat Tuhan yang dinyatakan tetapi justru kejahatan semata-mata. Surat Roma 3 menyatakan manusia itu perkataannya jahat, rencananya jahat, tingkah lakunya jahat, apa yang keluar dari mulut semua jahat, karena memang kita jahat. Berarti kita gagal mencerminkan sifat Tuhan, kita malah mencerminkan sifat setan, padahal kita adalah gambar Allah. Sisi pertama dari manusia adalah gambar Allah, manusia mencerminkan sifat-sifat Tuhan yang mulia, penuh kasih, adil dan benar.
Kedua, menjadi gambar dan rupa Allah bisa dilihat dari sisi perwakilan, manusia mempunyai fungsi sebagai wakil Tuhan untuk menguasai seluruh ciptaan. Inilah sebabnya kita diciptakan oleh Tuhan. Tuhan tempatkan kita di bumi supaya kita menguasai bumi. Tuhan menempatkan di antara ciptaan yang lain supaya kita menguasai ciptaan lain. Kita diciptakan Tuhan untuk menaklukan seluruh ciptaan karena kita mewakili Tuhan menaklukan ciptaan. Manusia lebih kuat dari siapa pun karena manusia adalah gambar Allah.
Lalu hal ketiga, manusia sebagai gambar dan rupa Allah dilihat dari sisi relasi adalah manusia bisa menjalin relasi dengan Tuhan, bisa mendengar Firman, bisa berdoa kepada Dia. Ada komunikasi, ada relasi, ada cinta kasih yang dibagikan oleh Tuhan dan dikembalikan oleh kita kepada Tuhan. Jadi kita boleh sebagai gambar Allah bisa berelasi dengan Tuhan, kita bisa mencerminkan sifat Tuhan, kita lebih unggul dari ciptaan mana pun. Meskipun setelah kita jatuh dalam dosa, kita malas berelasi dengan Tuhan, kita mencerminkan sifatnya setan dan bukan sifat Tuhan, kita gagal menguasai ciptaan, kita justru dikuasai ciptaan. Setelah manusia jatuh dalam dosa, manusia dikuasai dosa, manusia dikuasai ciptaan. Kecanduan berarti saya sudah ditaklukan oleh ciptaan, tidak menaklukan ciptaan. Saya bukan mencerminkan sifat Tuhan tapi mencerminkan sifat setan, saya bukan menaklukan dunia tapi ditaklukan oleh ciptaan, saya bukan jalin relasi dengan Tuhan tapi saya lari dari Tuhan. Tapi meskipun manusia sudah jatuh, sudah gagal melakukan 3 hal tadi, Tuhan tetap melihat manusia tetap memiliki 3 hal ini. Ini yang membuat Tuhan tetap hargai manusia dan mau panggil manusia kembali. Manusia tetap gambar Allah, manusia tetap mewakili Allah mengawasi cipataan. Manusia tetap memiliki sisi sifat-sifat Tuhan meskipun sudah rusak, tetap ada sisa dari gambar Allah yang terpancar. Berarti manusia tetap spesial di mata Tuhan. Kalau Tuhan melihat manusia dengan pandangan yang penting dan spesial seperti ini, maka Tuhan menuntut waktu kita melihat sesama, juga melihat dengan pandangan yang sama. Saudara tidak boleh remehkan orang lain. Dan inilah yang kemudian ketika abad 17 dan 18, dilihat oleh para pemikir-pemikir terutama dari Inggris, John Locke ketika menulis teorinya tentang manusia, dia mengatakan manusia adalah makhluk yang bebas, manusia adalah makhluk yang berhak untuk hidup, manusia adalah makhluk yang boleh menentukan sendiri apa yang akan dia kerjakan. Manusia adalah makhluk yang setara dengan manusia yang lain. Ini adalah pemikiran yang diterobos oleh dunia modern, tidak ada lagi orang yang lebih spesial dari orang lain, semua sama. Semua punya hak yang sama, semua punya nilai yang sama. Cara Tuhan melihat manusia itu unik, Tuhan melihat menembus semua atribut-atribut yang kita kenakan di luar dan Tuhan melihat nilai sejati kita di dalam. Tetapi manusia melihat manusia lain cuma atribut yang dipasang di luar, kita terus melabelkan orang, ini orang kaya, orang penting, orang berpendidikan, yang kurang kita hina, yang lebih kita puji, Tuhan tidak begitu. Jadi Tuhan melihat manusia sama. John Locke mengatakan itu, dan pengikut dari John Locke begitu banyak, pengaruh dia sampai masuk ketika Amerika membuat deklarasi kemerdekaan. Di dalam deklarasi kemerdekaan Amerika dikatakan siapa yang mau tinggal di tanah ini harus menyadari hal-hal berikut, bahwa kita semua sama, kita semua bersaudara, bahwa hak untuk hidup diberikan dari Tuhan dan harus dihargai oleh semua orang. Saya hidup, hidupku harus engkau hargai. Saya hidup dan hidupku harus engkau berikan nilai yang sejati. Zaman sekarang orang menganggap bahwa hidup adalah sesuatu yang ada pada diri saya sendiri, dan karena ada pada diri saya sendiri kalau saya mengandung, maka kandungan itu bisa saya gugurkan karena itu adalah hidup yang muncul dari saya, terserah saya. Tapi kalau kita kembali kepada Tuhan, Alkitab mengatakan hidup yang Tuhan berikan adalah hak istimewa yang tidak dicabut oleh manusia, Tuhan yang beri, Tuhan yang boleh ambil. Tuhan yang memberikan nyawa kepada setiap yang bernyawa, hanya Dia yang boleh tarik lagi. Tapi ketika manusia mau menjadi Tuhan, mau mengatakan “hidupmu berakhir di tangan saya”, dia sudah mengambil fungsinya Tuhan dan dia sudah gagal melihat sesama manusia sebagai makhluk yang bernilai, yang Allah sendiri hargai nilainya. Kalau Tuhan melihat kita lalu Tuhan memberikan penghargaan, maka tidak ada alasan bagi kita untuk tidak memberikan penghargaan yang sama kepada orang yang Tuhan sudah ciptakan. Kita melihat manusia punya potensi, manusia punya sesuatu yang lebih ada pada dirinya, ini yang bisa kita belajar hargai. Tuhan tidak pernah ciptakan manusia lalu menempatkan mereka di bumi tanpa menghargai setiap individu. Kalau Tuhan pun hargai setiap individu, mengapa kita benci? Itu sebabnya di dalam Alkitab dikatakan kalau engkau mau mentaati jangan membunuh, Imamat 19 mengatakan “jangan membenci saudaramu di dalam hatimu”. Saudara tidak boleh simpan dendam, Saudara tidak boleh mengatakan orang lain lebih baik tidak ada. Kalau Saudara marah kepada orang lain, maka biarlah kemarahan Saudara adalah kemarahan yang kudus, tapi kebanyakan kita marah sama orang lain karena orang lain sakiti kita. “Orang sakiti saya, saya benci kamu, kamu bersalah sama saya, saya dendam sama kamu dan saya tidak bisa lupakan dendam ini sampai selama-lamanya”. Kita kebanyakan benci orang karena orang sudah melakukan yang jahat kepada kita. Tapi bisa tidak kita memperluas scope kita, kemudian kita membenci orang karena apa yang sudah dia lakukan merusak pekerjaan Tuhan. Siapa yang baik sama saya, saya cinta selama-lamanya”. Padahal kita ini siapa sehingga kita menjadi standard? Saudara kalau mau benci orang yang menyakiti Saudara dan mau baik sama orang yang mencintai Saudara, saya beri tahu Saudara pasti akan mencintai setan. Karena setan tidak pernah menyakiti hati manusia, setan itu sangat halus. Ketika dia bicara dengan Hawa, Hawa sakit hati tidak? tidak. Kita sebagai orang Kristen kadang ngomong terlalu kasar lalu orang sakit hati kepada kita. Kita kalau jadi setan bicara sama Hawa, mungkin Hawa sudah tersinggung, “hei Hawa, kamu kurang pintar, masakan kamu tidak makan buah itu?”, Hawa marah karena dibilang kurang pintar, akhirnya relasi rusak. Tapi setan waktu datang, mulus sekali “Tuhan berfirman seperti ini kan, itu salah, makanlah” akhirnya dimakan. Jadi setan ini humas yang hebat, dia bicara dengan siapa pun, orang langsung akrab dengan dia. Maka waktu setan baik sama Saudara, Saudara menganggap “ini temanku”, Saudara terbiasa membenci yang seharusnya Saudara tidak benci dan mencintai yang Saudara seharusnya tidak cintai. Banyak orang Saudara benci karena apa? karena tipu Saudara? karena pernah melakukan apa pada Saudara? Tapi Alkitab sendiri mengatakan kalau benar orang itu berdosa maka tugasmu adalah koreksi kalau kamu bisa, tapi bukan untuk benci dia. Makin saya benci orang, makin kehidupan rohani saya digerogoti, makin saya benci orang makin niat untuk orang itu menghilang makin terpelihara. Pelihara benci sama dengan pelihara bunuh, lama-lama muncul keinginan membunuh. Tidak ada pembunuh yang membunuh karena suatu dorongan yang simple, itu adalah sesuatu yang dipendam begitu lama.
Tuhan mengatakan kepada kita hal yang benar supaya kita tetap di jalur yang benar. Dan Tuhan mau kita tetap mempelajari hal yang paling esensial yaitu Tuhan memberikan kepada manusia penghargaan yang sama yang Tuhan mau kita berikan kepada manusia. Penghargaan yang sama yang Tuhan mau kita nyatakan bahwa manusia adalah gambar dan rupa Allah. Dan untuk melakukan itu tahap pertama, saya tidak boleh benci, saya harus belajar kebenciansaya boleh ditekan kemudian saya boleh dengan cara yang benar memandang dia dengan seimbang. Saya pernah nonton film The God’s Father, saya lupa yang keberapa, di film itu ada nasehat dari seorang pemimpin mafia, dia panggil anak muda yang mau jadi pemimpin mafia berikutnya dan mengatakan “jangan benci musuhmu karena itu akan mempengaruhi penilaianmu”. Jadi setan pun tidak benci musuh, dia rasional dalam berpikir. Kalau kebencian sudah menguasai Saudara, Saudara sudah tidak bisa pikir baik lagi tentang orang itu. Maka Tuhan menyatakan “kalau engkau tidak ingin membenci orang, engkau harus melihat dirimu dan dirinya berada dalam satu level yang sama, sebagai gambar Allah yang mulia, tapi juga yang sudah jatuh dalam dosa”. Saudara mesti melihat keunggulan dari orang yang Saudara tidak suka. Saudara boleh tidak suka, tapi Saudara harus sadari dia orang yang berharga di mata Tuhan. Itu sebabnya kitab ini mengatakan jangan membenci Saudaramu di dalam hatimu, lalu diteruskan dengan kalimat “tetapi engkau harus berterus terang menegur orang sesamamu dan jangan mendatangkan dosa pada dirimu karena dia”. Kalau Saudara benci orang lain karena dia pantas dibenci, Alkitab sudah mengingatkan jangan tetap benci tapi beri masukan, kalau dia tidak mau dengar nasehatmu ya sudah, tapi jangan benci dia. Kebencian adalah penyakit yang makin ditanam makin dipertahankan, makin merusak. Makin merusak cara pandang Saudara memandang orang lain dan makin merusak cara Saudara memandang anugerah Tuhan. Penelitian dari badan konseling dan pusat konseling di Westminster Theological Seminary, saya membaca artikel dari mereka yang mengatakan bahwa dia pernah survei banyak orang mengalami gangguan jiwa salah satu penyebab utama adalah kebencian yang tidak bisa dilepas.
Ayat 18 “jangan menuntut balas, jangan menaruh dendam melainkan kasihialh sesamamu manusia seperti dirimu sendiri, Akulah Tuhan”. Saudara dituntut oleh Tuhan untuk melihat orang lain sama seperti melihat diri di dalam pandanganNya Tuhan. Saya melihat diri saya sebagai gambar dan rupa Tuhan, orang lain pun sama. Maka waktu saya punya keseimbangan dalam melihat orang lain, saya secara natural tahu saya tidak punya hak apa pun terhadap orang lain. Orang lain kalau rusak Tuhan akan hakimi, tapi kita bukan hakim orang itu. Kita sering kali tidak bisa tahan melihat orang yang salah-salah terus. Tapi kita kadang lupa bukan bagian kita untuk menghakimi. Paulus mengatakan satu kali bahwa ketika seseorang bersalah tapi kesalahannya itu bukan suatu yang jelas, kamu tidak perlu cari tahu, tidak perlu gali-gali, tidak perlu tuduh dan lain-lain, serahkan kepada Tuhan, Tuhan akan menopang hambaNya, Tuhan akan menghakimi hambaNya, biar Tuhan yang urus. Kita senang sekali kalau dengar berita yang serong tentang orang lain dengan dalih mau mendoakan. Sebab itu Alkitab mengatakan biar kita belajar menghargai manusia, bukan menjadikan mereka objek kalau terjadi sesuatu kita bisa senang, bukan menjadikan mereka suatu sorotan untuk membuat kita sendiri merasakan suatu sensasi karena saya lebih baik dari dia yang sekarang sudah jatuh. Maka Alkitab mengatakan “jangan menuntut balas, jangan menaruh dendam, melainkan kasihi seperti diri sendiri”. Standarnya bukan diri, standarnya Tuhan. Waktu Tuhan mengatakan “engkau adalah gambar Allah”, kita mengatakan “amin, aku adalah gambar Allah” tapi Tuhan mau kita tahu orang lain pun sama. Orang lain pun adalah orang yang Tuhan hargai. Ada seorang pemikir yang mengatakan waktu engkau melihar orang lain jangan lupa orang lain itu sedang melihat engkau, sama seperti engkau menilai orang lain, orang lain pun sedang menilai engkau. Kita kadang-kadang lupa bahwa kita bukan di posisi yang lebih baik dari orang lain. Kalau kita mengalami kesulitan, orang lain pun ada kesulitan. Kalau kita mengalami bahagia, orang lain pun bisa mengalami kebahagiaan yang sama-sama kita bisa berbagi. Kalau kita bisa sakit hati, maka orang lain pun bisa sakit hati. Maka pengertian seperti ini membuat kita peka dalam berelasi dengan manusia lain. Kepekaan seperti ini adalah kepekaan yang secara umum ada pada manusia, tapi yang secara unik Tuhan berikan melalui Firman. Dan Firman ini lebih unik dari semua pemikiran manusia biasa karena dikatakan “jangan membenci, kasihi manusia seperti dirimu sendiri, Akulah Tuhan”. Ini menjadi peraturan utama dari Taurat. Dan ketika murid-murid tanya kepada Tuhan Yesus “apa peraturan utama dari Taurat?” Tuhan Yesus tanya kembali kepada muris itu “apa menurutmu yang paling penting?”, murid itu mengatakan “kasihi Tuhan Allahmu, kasihi sesamamu manusia”, Tuhan mengatakan “jawabanmu benar”. Tapi orang ini tanya lagi “siapakah sesamaku manusia?”, orang ini ingin tahu “saya ini manusia, saya ingin mengasihi orang lain, tolong beri orang untuk saya kasihi, saya rindu mengasihi orang lain, siapa yang layang dianggap sesama manusia untuk saya kasihi?”. Tuhan Yesus memberikan perumpamaan, ada satu orang turun dari Yerusalem ke Yerikho, kemudian dirampok habis-habisa, kemudian ada imam lewat, tidak tolong, orang Lewi lewat, tidak tolong, lalu orang Samaria yang dibenci oleh orang Israel lewat, dia yang rela menolong. Kemudian Tuhan Yesus tanya “siapa sesama manusia dari korban itu?”, di sini ada pembalikan konsep, orang yang bertanya “saya manusia, saya mau kasihi siapa yang layak disebut manusia untuk saya tolong”, Tuhan balikkan “salah, yang benar adalah ada korban, sekarang siapa yang layak tolong. Siapa yang layak disebut sesamaku manusia”. Di sini Tuhan mengangkat derajat si korban menjadi yang utama. Kalau kita melihat korban, kita yang utama lalu kita menolong si korban. Tapi Tuhan Yesus melihat yang lain “ini korban aku kasihi, siapa yang mau mengasihi orang ini, dia Aku anggap sesamaku manusia, dia Aku anggap manusia yang sejati”. Jadi kalau kita mau tolong orang “saya mau tolong kamu, saya kasihan sama kamu”, Tuhan mengatakan “tidak, Aku kasihan sama kamu maka Aku ijinkan kamu tolong orang yang sangat Aku kasihi ini”. Maka waktu kita lihat orang, kita harus ingat Tuhan mengasihi orang itu karena dia gambar Allah. Sebelum Saudara benci orang, Saudara ingat dulu kalau Tuhan mengasihi dia. Dan kalau Tuhan mengasihi dia, apa hak Saudara membenci dia. Kalau Saudara mengatakan “dia berdosa”, ayat 17 sudah mengatakan tegur dia, jangan biarkan benci terus ada dalam hati. Jadi perintah jangan membunuh itu identik dengan jangan simpan benci. Dan bagaimana tidak simpan benci? Alkitab mengatakan nyatakan kasih kepada sesama manusia. Ini bukan hal yang mudah, karena konsep kasih adalah konsep yang sangat sulit untuk diterapkan. Alkitab mengatakan kalau engkau mengasihi sesama manusia, yang pertama dimiliki adalah perasaan yang menganggap saya adalah alat untuk membuat manusia itu menjadi dapat berkat. Ini konsep yang sangat sulit, Yesus turun ke dalam dunia. Tuhan Yesus tidak mengatakan “Aku ini yang harus dilayani, Aku ini yang harus dipentingkan”, tapi Dia memikirkan “bagaimana Aku melayani supaya seluruh jemaat dapat berkat. Kalau caranya jemaat mendapat berkat, Aku berbicara keras, Aku akan bicara keras. Kalau caranya jemaat dapat berkat, Aku dipaku di kayu salib, maka Aku akan dipaku di kayu salib”. Yesus memperhamba diri untuk menjadikan semua orang yang mau Dia tolong itu jadi fokus, jadi pusatnya. Kalau cara pikir dunia “saya fokusnya, saya pusatnya, orang lain ada, bagaimana caranya bisa terima orang lain?”. Tapi kalau Kristus “Aku datang jadi berkat bagi orang, bagaimana caranya kedatanganKu bisa memberikan berkat bagi orang lain” dimana saya berada saya bisa menjadi berkat, dimana saya melayani saya bisa menjadi berkat. Kalau perlu saya semakin lama semakin leleh, orang lain makin bertumbun, itu yang saya mau. Ini konsep kasih, saya hidup untuk menjadi berkat bagi orang lain. Nanti ketika Tuhan memberikan anugerahNya, Dia akan membuat saya boleh menikmati apa yang saya sudah kerjakan. Maka inilah cara untuk melihat orang lain, bukan saya yang penting, lalu saya ingin tahu siapa yang boleh saya kasihi. Tetapi Alkitab membalikkan, engkau harus belajar mementingkan orang lain dan boleh menganggap mereka layak mendapatkan segala berkat yang engkau miliki. Ini bukan hal yang mudah, tapi ini juga hal yang dituntut Tuhan, mari kita belajar hal ini. Kalau kita masih simpan dendam dan tidak bisa lupakan itu, berapa jauhnya kita dari apa yang seharusnya kita kerjakan untuk Tuhan. Maka Firman “jangan membunuh berarti saya tidak boleh membenci dan saya harus belajar kasih menyatakan hidupku akan dipakai Tuhan untuk memberkati banyak orang. Makin banyak berkat meskipun saya makin leleh, biarlah itu terjadi demi kemuliaan Tuhan.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)
- Latar Belakang Lagu
- 3 Feb 2014
Ke Mana Saja
Lagu “Ke Mana Saja” ini adalah lagu ciptaan Pdt. Stephen Tong yang lahir dari pengalamannya dipimpin oleh Tuhan untuk mengabarkan Injil di tempat-tempat yang terpencil di Serawak. Lagu rohani memiliki nilai yang begitu tinggi, bukan hanya karena kualitas musikalnya yang tinggi, tetapi yang lebih esensial adalah karena ada realitas relasi yang nyata antara penggubah lagu dengan Tuhan.
Sekalipun dibesarkan dalam keluarga yang sederhana, Pdt. Stephen Tong bergumul secara intelektual dengan pemikiran-pemikiran modern, khususnya dialektika-materialisme dari Marx dan evolusionisme. Setelah ia bertobat dan menyerahkan diri menjadi pekabar Injil, ia banyak menggeluti dunia filsafat demi meyakinkan banyak orang akan superioritas Kristus dan kebenaran Injil-Nya. Keluasan dan kedalam pikiran Pdt. Stephen Tong sulit ada orang yang dapat menyaingi.
Namun Pdt. Stephen Tong berkata dalam lagu ini bahwa ia siap untuk dipakai Tuhan untuk mengabarkan Injil bahkan sampai ke dalam rimba. Tidaklah mudah untuk menjelaskan konsep-konsep yang penting kepada orang-orang yang tidak berkesempatan memperoleh pendidikan yang cukup. Pdt. Amin Tjung pernah mengatakan, “Great minds simplify, small minds amplify,” maksudnya bahwa orang yang pandai dapat menyederhanakan yang hal-hal yang rumit, sedangkan orang yang bodoh merumitkan hal-hal yang sebenarnya sederhana.
Selain masalah penyederhanaan, hal yang jauh lebih sulit adalah pergumulan hati untuk mengikut jejak Tuhan Yesus Kristus yang rela turun, melayani, menderita, bahkan mati di atas kayu salib. Dipandang secara duniawi, apa signifikansinya pelayanan di tempat-tempat yang terpencil? Namun seringkali apa yang dipandang rendah oleh dunia, dipandang berharga oleh TUHAN Allah. Pdt. Stephen Tong rela untuk dipimpin dan dibentuk oleh visi kerajaan Allah, bukan visi dunia. Seperti Kristus, ia rela melayani yang kecil, yang miskin, yang terbuang oleh masyarakat. Menurutnya, filsafat hidupnya adalah “squeeze-ism”, bagaimana dia memeras seluruh hidupnya, bekerja sekeras-kerasnya, untuk menggenapi rencana Tuhan bagi zamannya.
Dari pergumulan hatinya tersebut, terciptalah lagu “Ke Mana Saja”. Melalui pergumulan yang nyata antara Pdt. Stephen Tong dengan Allah, terciptalah lagu yang mendorong banyak orang untuk mengikut jejak Kristus yang merendahkan diri, melayani, dan mengabarkan Injil. Apakah kita memiliki relasi yang nyata dengan Allah di dalam keseharian hidup kita? Apakah visi hidup kita dipimpin oleh visi kerajaan Allah? Relakah kita mengikuti jejak Kristus, yang merendahkan diri, melayani, menderita, dan bahkan mati untuk menjadi berkat bagi banyak orang? Relakah kita memeras hidup kita untuk bekerja keras bagi penggenapan rencana Allah? Kiranya Roh Kudus boleh menyapa hati kita melalui lagu ini dan memam-pukan kita untuk berespon dengan tepat kepada Pencipta dan Penebus kita.
- Latar Belakang Lagu
- 3 Feb 2014
Tema Lagu Februari 2014 – Revival
Tema umum dari lagu-lagu yang kita pujikan di kebaktian umum bulan Februari adalah revival. Revival berakar dari bahasa Latin yang terdiri dari imbuhan depan re- yang artinya kembali, dan vivere yang artinya hidup. Maka, arti harfiah dari kata revival adalah hidup kembali. Cotton Mather, seorang tokoh pendeta Puritan di New England (Amerika Serikat), tercatat pertama kalinya menggunakan kata revival dengan arti “kebangunan rohani secara umum di dalam satu komunitas,” pada tahun 1702. i
TUHAN Allah selalu bekerja untuk manusia secara komunitas. Ketika TUHAN Allah menciptakan Adam, Ia berkata, “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja” (Kejadian 2:18). Manusia diciptakan untuk hidup dalam komunitas. Ketika manusia jatuh ke dalam dosa, manusia juga jatuh secara komunitas: “… oleh ketidaktaatan satu orang, semua orang telah menjadi orang berdosa…” (Roma 5:19). Demikian pula TUHAN Allah mengaplikasikan karya keselamatan Kristus melalui Roh Kudus yang bekerja di dalam komunitas umat Allah yang disebut Gereja.
Gereja, sebagai komunitas, memerlukan struktur institusional agar dapat berjalan dengan teratur. Paulus sendiri berkata bahwa Allah tidak menghendaki kekacauan, tetapi keteraturan (1 Korintus 14:33). Sayangnya, struktur institusi di dalam satu komunitas seringkali disalahmengerti sebagai Gereja. Struktur institusi Gereja, tanpa jemaat yang mendapatkan hidup yang baru dari Allah, haruslah jelas dibedakan Gereja itu sendiri. Banyak ‘gereja’ sekarang hanyalah institusi yang mati, karena Roh Allah tidak tinggal di dalamnya. Di dalam ‘gereja-gereja’ tersebut, tidak ada relasi yang nyata dan hidup antara Allah dengan umat-Nya. Ketika kaki dian itu dicabut akibat ketidaksetiaan umat Allah, yang tersisa hanyalah tulang-belulang: tidak ada hidup.
Namun Allah seringkali bekerja secara mendadak, mengherankan, dan tiba-tiba, menghembuskan kembali kehidupan rohani ke dalam suatu komunitas yang sudah mati secara rohani. Inilah yang disebut revival. Di da-lam komunitas tersebut, Allah menganugerahkan adanya Firman Tuhan yang murni yang kembali diberitakan, adanya perasaan gentar kepada Allah yang muncul di dalam hati banyak pribadi, adanya kesadaran yang sungguh-sungguh akan dosa, dan adanya keyakinan keselamatan di dalam Kristus Yesus. Revival bukanlah hasil rencana dan kerja keras manusia, tetapi sepenuhnya karya anugerah Allah. Namun ini bukan berarti manusia tidak berbagian.
Ketika TUHAN Allah memberikan revival, ada orang-orang yang terpanggil untuk berdoa dengan sungguh-sungguh dan memberitakan Injil. Melalui orang-orang tersebut, kebangunan rohani mulai muncul di dalam komunitas tersebut.
Revival terjadi secara mengherankan di berbagai periode sejarah Gereja. Di saat-saat suatu komunitas hidup dalam kegelapan dan dosa, tiba-tiba muncul orang-orang yang dipakai oleh Allah untuk menjadi alat-Nya dalam menghidupkan kembali komunitas tersebut. Namun apa yang kita lihat terjadi secara tiba-tiba di dalam sejarah, TUHAN Allah sebenarnya telah terlebih dahulu mempersiapkan orang-orang tersebut sejak lama dengan tersembunyi. Siapakah Martin Luther? Pada waktu ia muda, ia hanyalah imam di satu gereja kecil di Wittenberg. Siapakah Yohanes Calvin? Ia bukanlah seorang yang signifikan di dalam Gereja Roma Katolik. Begitu juga halnya dengan George Whitefield, John Wesley, Jonathan Edwards, dan lain-lain. Mereka dipersiapkan TUHAN Allah secara sembunyi-sembunyi untuk mengerjakan pekerjaan-Nya yang besar. Seringkali TUHAN Allah tidak memakai mereka yang dianggap penting dan berpengaruh oleh manusia. Tetapi mereka yang dianggap lemah, bodoh, dan tidak penting oleh manusia, mereka seringkali dipakai oleh TUHAN Allah untuk meninggikan Nama-Nya. Maka, tidak ada manusia yang bisa bermegah; hanya TUHAN sajalah yang ditinggikan di da-lam pekerjaan-Nya.
Revival sedang terjadi di Indonesia melalui gerakan Reformed Injili. Gerakan ini merupakan gerakan yang sangat unik di dalam sejarah Gereja. Melalui Pdt. Stephen Tong, kita mewarisi semangat pendobrakan dari Luther, teologi yang komprehensif dari Calvin, keluasan cakupan mandat budaya dari Kuyper, dan api pekabaran Injil dari para tokoh kebangunan rohani China abad ke-20. Marilah kita melihat betapa ajaib TUHAN bekerja bagi umat Allah di Indonesia melalui gerakan ini. Terlalu banyak hal ajaib yang sudah terjadi, dan bahkan sedang terjadi! Tetapi api revival di dalam umat ini akan padam jika kita tidak setia mengerjakan apa yang menjadi bagian kita. Ketika kaki dian itu diangkat oleh TUHAN, ketika Roh Kehidupan itu didukakan dan meninggalkan di dalam suatu komunitas, maka yang tersisa hanyalah tinggal tulang-belulang. Apakah saudara setia mengerjakan panggilan TUHAN bagi saudara?
Bulan ini kita bersyukur bahwa Kebaktian Pembaruan Iman Nasional (KPIN) boleh diadakan di kota Bandung. Kita mengharapkan TUHAN mem-berikan revival melalui KPIN. Setiap minggunya, kita juga memasukkan lagu-lagu ciptaan Pdt. Dr. Stephen Tong yang berkaitan dengan revival dan pekabaran Injil. Kiranya lagu-lagu yang kita nyanyikan di dalam kebaktian umum bulan ini membuat hati kita gentar karena kesadaran akan tanggung jawab yang TUHAN berikan kepada kita dan menggugah kita untuk setia menjalankan panggilan-Nya, sampai seluruh rencana keselamatan-Nya bagi umat-Nya genap.
i http://www.etymonline.com/
- Latar Belakang Lagu
- 27 Jan 2014
Layakkah-ku Pergi Tangan Hampa ~ Must I go, and empty-handed ~
Charles Caroll Luther (1847-1924) adalah seorang pendeta gereja Baptis pada tahun 1886, sebelum menjadi pendeta ia adalah seorang wartawan dan penginjil awam. Di sela-sela melayani Tuhan, Charles Luther gemar mengkomposisikan himne, dan selama hidupnya ia menciptakan lebih dari 25 himne yang dipublikasikan dalam buku “Temple Chimes” pada tahun 1877.
Pada suatu hari di tahun 1877, ia mendengar seorang pendeta bernama A.G Upham bercerita tentang kesaksian jemaat-jemaatnya, dan salah satu ceritanya menceritakan seorang anak muda yang hampir sampai di ajalnya, sayangnya anak muda ini baru menjadi Kristen selama satu bulan. Walaupun ia bersyukur atas keselamatan yang diberikan Tuhan di ujung hidupnya, ia menyesali tidak memiliki kesempatan untuk melayani TUhan dan belum sempat menginjili orang lain. Lalu di ranjangnya di akhir hidupnya anak muda ini dengan menyesal ia berkata, “Saya tidak takut mati. Tuhan Yesus telah menyelamatkanku. Tapi haruskah saya pulang dengan tangan hampa?”. Mendengar ini Charles Luther mengutip cerita A.G Upham dan menuliskan himne ini.
Kita bersyukur kepada Tuhan bahwa Tuhan memanggil kita untuk melayani di ladangnya di pagi hari, sehingga kita memiliki seluruh hidup kita untuk melayaniNya, Sayangnya banyak dari kita tidak menyadari hal ini dan seringkali mencintai mamon lebih daripada mencintai Tuhan, sehingga Tuhan mendapatkan prioritas waktu yang paling akhir.
Menyanyikan lagu ini harusnya membuat kita bertanya, jika kita hari ini kita dipanggil Tuhan saat ini, apakah yang kita bawa di hadapan Tuhan yang telah menyelamatkan kita? Mari kita tidak membuang waktu yang sudah Tuhan berikan kepada kita dengan menebus waktu kita, menginjili orang lain, dan hidup yang berbuah.
- Latar Belakang Lagu
- 27 Jan 2014
KAU YANG LAMA DINANTIKAN ~ Come, Thou Long-Expected Jesus ~
Tidakkah kita getir melihat dunia merayakan Natal di zaman ini? Sejak akhir November dunia menunggu dan mempersiapkan diri untuk Natal. Di tengah-tengah alunan lagu Sinterklas dan Rudolph, sang rusa kutub, semarak di telinga kita, lalu mal besar meluncurkan acara dengan tema-tema klise tentang Natal sembari berbelanja dengan diskon besar yang menggoda kita untuk hidup di dalam kubang hedonisme? Inikah yang dunia nantikan tentang Natal?
Terpecah, terberai, hancur lebur, dan hampir punah, sebuah bangsa yang begitu dicintai Allah sedang mengalami masa pembuangan. Di manakah bangsa Israel itu? Kota Yerusalem dengan bentengnya yang megah itu telah menjadi puing dan bersisakan batu-batu saja. Bait suci yang mempertemukan Allah dengan jemaat-Nya telah hancur dan ternoda. Penghuninya tua renta, sakit penyakit memusnahkan mereka satu demi satu. Teruna-teruna terbaiknya membangun tahta penjajahnya, sisanya diperbudak kerja paksa hingga tetes darah terakhir. Gadis-gadisnya dijadikan objek penghibur para penjajah, dan bayi yang dikandungnya harus terlahir tanpa mengenal Allah, sisanya diperkosa dan dibiarkan menderita. Dengan asimilasi dan akulturasi, bangsa Israel sedang berjalan menuju kepunahan.
Lalu terdengarlah suara-suara yang datang dari Allah lewat perantaraan nabi-nabi-Nya, memberikan pengharapan, kelepasan, kemerdekaan, dan kemenangan, Allah berkata, “Bangsa yang berjalan dalam kegelapan telah melihat terang yang besar”, “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; …”, ”… namanya disebutkan orang Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai”,dan namanya Immanuel, artinya Allah beserta kita.
Oh, alangkah indahnya janji yang Tuhan berikan kepada bangsa Israel di tengah penderitaan mereka! Mereka merindukan hari kelahiran Messias yang dijanjikan dan berharap kedatangan-Nya segera! Mereka merindukan hari keda-tangan Messias yaitu hari NATAL.
Ya, Kristus telah datang ke dunia, dan lagu ciptaan Charles Wesley berjudul “Come, Thou Long-Expected Jesus” mengingatkan kita mengenai satu kerinduan kepada Juruslamat yang bukan menyelamatkan orang Israel saja dari perbudakan fisik, namun menyelamatkan dunia ini dari perbudakan dosa.
Dunia memang mengharapkan Natal, tetapi mereka tidak mengharapkan berita Natal yang sejati, mereka lebih suka hidup dalam kenikmatan dosa, sehingga dunia sedang berjalan menuju pemusnahan yang kekal. Bagaimanakah dengan kita? Maukah kita memberitakan kabar pengharapan ini kepada dunia? Pakailah kesempatan Natal untuk mengabarkan Injil supaya mereka bertobat dan menerima Natal, yaitu kedatangan Kristus, di dalam kehidupan mereka.