Tuhan Yesus meredakan angin ribut

(Lukas 8: 22-25)
Kalau Saudara melihat kisah yang ditulis, kejadian-kejadian hidup Yesus yang ditulis, semua akan mendapatkan penjelasan yang limpah waktu Saudara paralelkan dengan Perjanjian Lama. Coba lihat hidup Kristus dan Saudara coba paralelkan dengan pengertian Perjanjian Lama, waktu disatukan itu cocok sekali. Saudara tidak akan temukan di pribadi manapun yang bisa cocok dengan apa yang dikatakan di dalam Perjanjian Lama. Maka biarlah kita menguasai apa yang dikatakan Perjanjian Lama berdasarkan level penguasaan yang Tuhan tuntut pada kita masing-masing, yang tentunya beda-beda tiap orang. Lalu melihat Yesus sebagai Penggenap yang ketika disatukan menjadi separuh bagian da separuh bagian yang utuh untuk membuat kita mengenal siapa Dia. Di dalam ayat yang sudah kita baca, ayat 22-25 sangat sarat dengan apa yang diajarkan dalam Perjanjian Lama.

Di ayat 22 dikatakan “pada suatu hari Yesus naik ke dalam perahu bersama-sama murid-muridNya dan Ia berkata kepada mereka: marilah kita bertolak ke seberang danau. Lalu bertolaklah mereka”, ayat 23 “ketika mereka sedang berlayar, Yesus tidur, sekonyong-konyong turunlah taufan ke danau sehingga perahu itu kemasukan air dan mereka berada dalam bahaya”. Dalam bagian ini langsung ingat kisahnya Yunus. Yunus diombang-ambing di kapal dan tidur di kapal, Yesus diombang-ambing di kapal dan Dia tidur di kapal. Tapi perbedaannya itu ada, Yunus diombang-ambingkan oleh gelombang karena dia sedang lari dari panggilan Tuhan. Tuhan suruh dia ke timur, dia pergi ke barat, Tuhan suruh dia ke darat, dia pergi ke laut, Tuhan suruh dia khotbah, tapi dia tidur. Jadi yang dilakukan berlawanan mutlak dengan apa yang Tuhan perintahkan, itu sebabnya dia kena gelombang. Orang yang membaca Kitab Yunus mengatakan “tuh makanya ikut Tuhan, kalau tidak mau ikut Tuhan kena gelombang, kalau tidak mau ikut Tuhan langsung dapat ombak”. Tapi ayat ini sepertinya menghancurkan keyakinan kita yang semula karena para murid mengikut Yesus. Ayat 22 dikatakan Yesus memerintahkan kepada para murid “mari bertolak ke seberang danau”, Dia yang minta. Jadi Yesus mengarahkan murid untuk mentaati Dia dan waktu murid taat kepada Yesus apa yang terjadi? Kena gelombang. Yunus tidak taat kena gelombang, murid-murid taat tetap kena gelombang. Jadi mau taat atau tidak? Taat atau tidak tetap kena gelombang, seperti tidak ada bedanya. Yunus melawan Tuhan lalu Tuhan beri gelombang, makanya dia mendapatkan hukuman sebab dia sedang melawan. Tapi bagaimana dengan para murid? Ini membuat kita yang melihat dari Yunus lalu melihat ini menyadari “yang saya bisa tafsirkan dari Yunus belum lengkap”. Tuhan masih punya pengajaran lain yang Dia mau saya mengerti yaitu gelombang tidak tentu kena ke orang yang hanya jahat saja, gelombang pun bisa kena ke orang-orang yang berusaha mentaati Tuhan. Itu sebabnya ajaran Alkitab seringkali berlawanan dengan teologi sukses. Ketika teologi sukses mengatakan “ikut Yesus tidak ada gelombang hidup, ikut Yesus tidak ada kesulitan”, waktu mereka mengajarkan begitu, mereka kalau baca ayat ini mau langsung loncat ke ayat 24 akhir, ketika angin itu menjadi teduh, tidak mau bahas waktu angin itu datang. Tetapi bagian ini justru membuat kita memikirkan kembali tema teologi Perjanjian Lama, benarkah kalau saya taat pada Tuhan tidak akan ada gelombang? Dalam bagian ini murid Yesus kena gelombang justru karena taat Tuhan. Kalau Tuhan Yesus mengatakan “ikut Aku”, apakah Dia janji tidak ada gelombang? Tidak, Dia justru menjanjikan tetap ada gelombang. Di dalam lagu Kristen yang kita tahu, ikut Yesus ada jalan yang ada bunga tapi ada juga duri, ada jalan lurus tapi juga ada jalan yang belok, ada yang rata tapi juga ada yang kelok-kelok penuh dengan gelombang. Jadi waktu Yesus ajak Saudara untuk ikut Dia, Dia tidak pernah kampanye seperti politikus yang palsu “pokoknya kalau sampai saya jadi pemimpinmu, tidak ada satu pun dari kamu yang lapar, semua kenyang”, kenyang janji. Tapi waktu Tuhan Yesus ajak orang ikut Dia, semua mendapatkan apa yang akan didapatkan sesuai dengan yang Yesus katakan “ikut Aku, pikul salibmu sangkal dirimu”, dari awal Tuhan sudah katakan. Itu sebabnya dalam iman Kristen yang sejati, mengikut Yesus tidak otomatis lepas dari kesulitan, justru Tuhan kadang-kadang pimpin untuk masuk dalam gelombang.

Lalu dalam ayat 23 tertidur”, ini juga dikatakan “ketika mereka sedang berlayar, Yesus tertidur”, ini juga paralel dengan Yunus. Tapi saya mau Saudara memahami arti tertidur di dalam konsep dari para pemazmur. Para pemazmur ketika menulis tentang bahaya hidup yang mereka hadapi, mereka gelisah di tempat tidur mereka, mereka jadikan bantal mereka penuh dengan air mata lalu berseru kepada Tuhan “Tuhan, tolong”. Dan ketika akhirnya Tuhan menjawab memberikan pertolongan, jiwa mereka menjadi tenang. Waktu jiwa mereka sudah tenang, mereka dapat kembali beristirahat, dapat kembali tidur. Jadi tidur di tengah bahaya itu tanda iman yang kuat. Di dalam Kitab Amsal, orang yang tidur pada waktu harusnya menabur, ketika waktunya menuai, dia akan habis. Waktu Kitab Amsal menggambarkan orang yang tidur, bisa 2, yang pertama adalah orang yang tidur pada waktu menabur, dia tidak mungkin menuai. Ketika orang tidur waktu harusnya dia kerja, waktu yang lain bersuka cita memetik hasilnya, orang yang tidur tidak mendapat apa-apa. Jadi tidur pada waktu harusnya kerja itu tidak mendapatkan persetujuan apa pun dari Tuhan. Bahkan Tuhan memberikan peraturan yang sama kepada siapa pun, entah dia cinta Tuhan atau tidak. Orang yang cinta Tuhan tidur pada waktu dia harus kerja, dia tidak akan mendapat apa-apa. Waktu kita membaca kita menyadari “di kapan ini ada orang beriman yaitu Yesus yang meskipun di tengah badai bisa tidur tenang”. Tapi Yunus lain lagi, Yunus ini orang yang luar biasa tegar tengkuk, karena dia sudah lari dari Tuhan, kena gelombang dari Tuhan, tapi Alkitab mengatakan dia turun ke dalam bagian kapal paling bawah dan tertidur dengan nyenyak. Jadi orang yang sudah tahu dari Kitab Mazmur mikir “ini Yunus melambangkan apa?”, dia tidur dengan tenang “Tuhan, aku serahkan diriku kepadaMu, yaitu aku yang sedang berontak”. Tuhan suruh ke mana dia malah pergi ke mana, Tuhan suruh ngapain dia malah melakukan ini, dia sengaja lari dari Tuhan. Dan waktu Tuhan kirim gelombang untuk menghantam dia, dia tidur. Waktu Yunus dilempar kapal menjadi tenang, ini berbanding terbalik dengan Yesus. Di dalam kapal di mana Yesus berada, karena ada Yesus, danau menjadi tenang, sedangkan di dalam kapal di mana Yunus berada, karena ada Yunus laut menjadi bergelombang. Ini perbedaan yang sangat jauh, sehingga waktu Saudara mengetahui kisah Yunus dan membandingkan dengan kisah ini, langsung Saudara mengatakan “Tuhan Yesus melampaui nabi apa pun”, termasuk Yunus, karena Yunus adalah penyebab goncangan laut, sedangkan Kristus adalah penyebab tenangnya laut. Yunus adalah penyebab orang dalam bahaya, sedangkan Kristus adalah penyebab keselamatan di dalam orang-orang di sekitar dia.

Lalu dalam ayat 24 dikatakan “maka datanglah murid-muridNya membangunkan Dia, katanya: Guru, Guru, kita binasa. Ia pun bangun dan menghardik air dan angin yang mengamuk itu. Dan angin dan air itu pun reda, dan danau itu menjadi teduh”. Yesus menghardik badai, ini merupakan bagian yang sangat jelas tercantum di dalam beberapa Mazmur. Di dalam Mazmur digambarkan tentang badai yang adalah simbol dari kuasa jahat, maupun badai yang adalah simbol dari kekuasaan politik, tapi dalam Alkitab dikatakan di dalam Mazmur bahwa Tuhan meredakan semua demi umatNya mendapatkan berkat dari Dia. Salah satu Mazmur yang bisa kita lihat adalah dalam Mazmur 29, ayat yang tadi kita baca. Di Mazmur itu dikatakan Tuhan yang akan meredakan gelombang, Tuhan akan memberikan ketenangan, Tuhan memberikan ketenangan di tengah-tengah air bagi orang yang sedang berlayar atau sedang melakukan pelayaran di tengah-tengah laut. Selain Mazmur 29, ada beberapa Mazmur lain yang memberikan pengertian limpah bagi pembahasan kita saat ini. Di dalam Mazmur 65 misalnya, dikatakan bahwa Tuhan adalah Allah yang akan membuat lautan tenteram demi Israel mendapatkan berkat, tinggal di tanah subur dan mendapatkan kelimpahan di dalam anugerah Tuhan. Di dalam Mazmur ini Daud sedang berkata bahwa seluruh kegoncangan laut itu adalah lambang dari kuasa bangsa-bangsa yang besar. Maka dalam Mazmur 65 digambarkan bagaimana Tuhan melihat umatNya dan melihat seluruh bangsa-bangsa di sekitarnya sebagai bangsa yang akan Dia tenangkan, Dia diamkan dan Dia taklukan. Sehingga gelombang laut itu seringkali menggambarkan kuasa politik yang penuh kegoncangan. Kegoncangan politik itu bukan sesuatu yang baru, sudah terjadi dari zaman dulu. Dalam abad 14 awal, abad 13 akhir, di kota Roma dalam pemerintahan gereja pada waktu itu ada kegoncangan yang luar biasa besar. Mazmur 65 mengatakan Tuhan meredakan gelombang dan mendirikan tempat subur bagi Israel. Ini berarti bangsa-bangsa lain sebesar apa pun mereka, waktu mereka mau hancurkan Israel, tidak mungkin berhasil, Israel akan tetap bertahan. Dan Israel digenapi dalam Kristus dan di dalam Kristus kita semua mendapat bagian yang menerima janji Tuhan bagi Israel. Jadi siapa bisa hancurkan Israel dan gereja Tuhan? Tidak ada. Israel sebagai negara sekarang sudah tersingkirkan, tapi orang Kristen di dalam Kristus menjadi pengikut Abraham beriman pada Tuhan.Tempat di mana gereja paling dilawan, di situ adalah tempat di mana Tuhan akan menaruh hambaNya yang paling berkualitas. Saudara kalau mau tahu zaman ini siapa hamba Tuhan besar.

Selain hamba Tuhan yang berkhotbah dengan kuasa dan juga ketekunan untuk menyampaikan Firman dengan benar, juga ada hamba Tuhan yang layani dengan giat di tempat paling sulit, itu akan membuktikan Tuhan tetap setia kepada umatNya. Di negara Islam yang keras, di situ Kekristenan mulai berkembang, di tempat di mana orang-orang melawan Tuhan, di situ Tuhan taruh hambaNya yang paling kuat untuk berjuang dan menyatakan anugerah Tuhan menopang dan memelihara gerejaNya. Jadi kuasa politik itu dilambangkan dengan ombak gelombang, lalu ayat ini mengatakan Yesus memerintahkan “diamlah, tenanglah”. Maka gereja bisa mengatakan ketika kuasa politik menghancurkan, kita ingat Yesus akan berkata kepada mereka “diamlah dan tenanglah” dan keadaan akan menjadi damai kembali. Jadi gereja Tuhan akan tetap dipelihara. Lalu hal kedua, selain Mazmur 65, bagian ini juga menjelaskan konsep dari Mazmur 107. Dalam Mazmur 107 digambarkan bahwa Tuhan yang mengijinkan gelombang untuk membuat orang-orang di dalam kapal kembali berdoa kepada Tuhan. Dalam Mazmur 107 dikatakan Tuhan meniup lalu terjadi gelombang, kemudian orang-orang di dalam kapal begitu ketakutan, lalu dalam ketakutan itu mereka berdoa, Tuhan dengar dan meredakan kembali gelombang itu. Mirip dengan bagian ini, murid-murid ditimpa gelombang lalu mereka teriak minta tolong Tuhan Yesus, lalu Tuhan Yesus tenangkan gelombangnya. Dari mana gelombangnya? Mazmur 107 mengatakan tiupan Tuhan. Mengapa Tuhan meniup? Mengapa Tuhan membuat hidupku bergelombang? Mengapa Tuhan tidak membuat hidupku tenang, hidupku lurus-lurus saja? Karena ini jalan bebas hambatan dan kita punya kecenderungan kalau tidak hambatan ya tidur saja. Maka Tuhan berikan gelombang, tapi Tuhan meredakannya untuk menyatakan “di dalam Aku kamu aman”. Kamu tidak aman di dalam keuangan karena keuangan sekarang bisa besar bisa hancur besok. Itu sebabnya khotbah-khotbah yang tidak mempersiapkan orang untuk waspada terhadap gelombang hidup adalah khotbah-khotbah yang akan melemahkan jemaat Tuhan. Dan ketika Tuhan kirim ombak, lalu Tuhan berikan ketenangan, orang-orang yang memanjatkan doa kepada Tuhan akan memperoleh ketenangan dari Tuhan. Lalu di dalam bagian lain di dalam Mazmur, Mazmur 74 digambarkan bahwa setiap orang yang mau berserah kepada Tuhan akan mengalami Tuhan menghancurkan kuasa jahat. Ini merupakan gambaran yang luar biasa penting, Tuhan kita adalah Tuhan yang kerjaNya, karyaNya membuat yang kacau menjadi teduh. Tapi di sini ada misteri yang sulit dipecahkan yaitu mengapa sebelum teduh harus kacau dulu? Mengapa sebelum terang harus gelap dulu? Mengapa sebelum badai berlalu harus ada badai yang tiba dulu? Ini pertanyaan yang sulit dijawab tapi kita hanya bisa mengatakan Tuhan pakai cara itu supaya kemenanganNya atas kuasa jahat menjadi nyata. Jadi Tuhan kita bukanlah Tuhan yang menunjukan bahwa Dia bertahta dan berkuasa dalam keadaan stabil terus, tapi Dia menunjukan bahwa dia bertahta dan berkuasa di dalam kemenangan menghancurkan musuh. Ini pertanyaan yang sulit dijawab, tetapi ini fakta yang besar sekali. Mengapa Tuhan mengijinkan diriNya punya musuh? Kita tidak tahu penyebab awalnya atau motivasi awal atau apa yang Tuhan pikirkan di dalam kehendak kekalNya waktu menetapkan ini. Tapi yang kita tahu adalah waktu Tuhan berfirman, Dia menyatakan Dia akan menaklukan kuasa jahat, ini yang menjadi pegangan kita. Tuhan kita adalah Tuhan yang akan menyatakan kemuliaanNya dengan lebih limpah melalui menaklukan kejahatan ketimbang membuat kejahatan itu hilang. Tuhan kita menyatakan kemuliaan lebih besar dengan menghancurkan yang jahat dan membereskan yang kacau dari pada menghilangkan sama sekali kejahatan atau pun kekacauan. Kekristenan yang tidak memberitakan berita yang realistis adalah Kekristenan yang palsu dan bukan dari Kitab Suci. Kekristenan yang palsu membuat tanda-tanda yang aneh sebagai sesuatu yang sifatnya supranatural tetapi kembali untuk memberkati diri dalam hal yang sifatnya natural. Sedangkan orang Kristen sejati justru memperjuangkan hal-hal yang sifatnya natural yang terlihat di sini dengan efek yang sifatnya supranatural nanti. Saudara bekerja dan melayani di sini untuk nanti bukan untuk mendapatkan sesuatu sekarang dengan genap. Itu sebabnya perbedaan Kristen sejati dan palsu dapat dilihat di sini, Kristen palsu mementingkan hidup sekarang, tapi memakai yang supranatural untuk mengerjakan yang sekarang. Sedangkan Kristen sejati mengerjakan sekarang demi efek nanti dalam hal yang sifatnya supranatural. Maka waktu Tuhan menciptakan segala sesuatu, Tuhan menciptakan dengan fakta bahwa ada kejahatan ada di sini dan ajaran Kristen harus mengakomodasi hal ini. Bagaimana orang Kristen hidup di tengah kejahatan, bagaimana orang Kristen hidup di tengah dunia yang sudah rusak dan jatuh, bagaimana pernyataan Alkitab untuk hidup ditengah-tengah seperti ini? Alkitab lebih menggerakan kita untuk lebih melihat ke depan dari pada melihat ke belakang, Alkitab mengajarkan kepada kita untuk tidak otak-atik mengapa ada yang jahat yang Tuhan tidak beri tahu. Yang Tuhan mau beri tahu adalah ke depan Tuhan akan hancurkan leviathan tapi Tuhan ijinkan gelombang ini terjadi untuk membuat mata kita terbuka, kita masih di dunia, kita masih berjuang melawan dosa.

Tetapi yang paling indah adalah dalam Mazmur 69, seluruh berita yang dibagikan itu sangat cocok untuk dikenakan kepada Kristus waktu menderita. Waktu Kristus akan mati di kayu salib, sangat tepat seruanNya “Tuhan, musuhKu mengelilingi Aku, air dan badai menimpa Aku, dan lumpur maut sudah menenggelamkan Aku”, tapi dari situ Tuhan menolong Dia. Maka dari sini kita bisa belajar, Tuhan Yesus adalah penolong dari gelombang hidup sebab segala efek mematikan dari gelombang hidup itu Dia terima di dalam tubuh. Tuhan bukan hanya yang menghancurka kejahatan, mententeramkan hidup, memberikan jalan di tengah-tengah badai, tapi Dia juga yang terima seluruh efek itu. Itu sebabnya Dia mati di kayu salib. Dia menerima efek mematikan dari seluruh gelomang kekacauan yang terjadi di dunia. Tetapi dari situ Dia menjadi pokok keselamatan bagi semua. Biarlah kita mengingat kembali bagian ini dan beryukur kepada Tuhan, Tuhan Yesus menghancurkan kuasa politik yang jahat demi melindungi gerejaNya. Tuhan Yesus mengijinkan gelombang terjadi untuk mendidik gerejaNya. Tuhan Yesus mengijinkan untuk sementara waktu kejahatan menghancurkan gerejaNya, tetapi akan ada waktu Dia menginjak-injak kepala kejahatan. Tuhan Yesus mengijinkan kita berada dalam keadaan sulit, bahaya, lalu Dia bukakan jalan supaya kita ingat anugerahNya. Terakhir, Tuhan Yesus mengijinkan keselamatan dari gelombang laut kita dapatkan karena efek mematikan dari gelombang laut itu Dia terima di dalam tubuhNya di atas kayu salibg. Biarlah kita ikut Dia dan mengatakan “Tuhan, jika Engkau mau pimpin saya di dalam gelombang, silahkan, aku siap. Karena bersama dengan Tuhan di tengah gelombang jauh lebih baik dari pada sendiri di dataran yang aman”. Kiranya Tuhan menguatkan kita semua.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Siapa mempunyai, kepadanya akan diberi. Siapa tidak mempunyai, apa yang ia anggap ada padanya akan diambil

(Lukas 8: 16-21)
Hari ini saya ingin membahas fokus ke dalam ayat 18-21. Di dalam ayat 18 dikatakan “perhatikanlah cara kamu mendengar karena siapa yang mempunyai” maksudnya adalah cara mendengar dengan benar, “..kepadanya akan diberi sesuai dengan apa yang dia dengar. Tapi siapa yang tidak mempunyai..”, yaitu siapa yang tidak mempunyai kemampuan mendengar, “..dari padanya akan diambil juga apa yang dia anggap ada padanya”. Ini yang saya ingin bahas di dalam khotbah hari ini, apakah yang kita bisa dapat dari cara mendengar yang benar dan apakah yang akan kita hilang dari cara mendengar yang tidak benar. Ada 4 hal yang ingin saya bagikan.

Hal pertama, waktu Saudara mendengar dengan benar maka Saudara akan mengenal siapa Allah. Dan bagaimana membedakan mengenal dengan benar dan mengenal yang palsu? Mengenal yang benar, di ayat 21 adalah setelah orang dengar, melakukan. Setelah Saudara mendengar Firman tentang Allah lalu Saudara melakukan pendengaran itu, Saudara akan menjadi orang yang berbahagia. Karena di dalam mengenal Tuhan, Saudara akan mempunyai perlakuan hidup, tingkah laku hidup yang sujud menyembah, inilah kaitan yang erat tentang kaitan mendengar dan tingkah laku. Apa perbuatan yang kita lakukan dalam mengenal Allah? Perbuatan itu adalah sujud dalam perasaan takut akan Tuhan. Waktu Saudara dengar siapa Tuhan lalu dengan sujud dan hormat menyembah Dia, orang ini adalah orang yang mendengar dan mendapatkan kelimpahan. Kelimpahan apa yang didapat dari mengenal Tuhan? Kelimpahan itu adalah kenyamanan jiwa berada bersama dengan Tuhan. Kenyamanan ini adalah kenyamanan yang dicari dunia, tapi dunia tidak dapat. Ini adalah kenyamanan yang orang rindukan, tapi orang tetap tidak bisa dapat. Di dalam perkataan seorang bernama Martin Buber, dia mengatakan ketika kita berelasi dengan sesuatu, tapi di balik sesuatu itu tidak ada pribadi, maka itu akan menjadi relasi I and it, saya dan benda itu. Tapi kalau di balik benda itu ada pribadi, maka relasi saya dengan benda itu akan menjadi cerminan relasi saya dengan pribadi di balik benda itu dan ini menjadi I and thou. Saya berikan contoh untuk pengertian ini, I and it, saya dan benda itu adalah contoh relasi Saudara dengan benda-benda yang ada di sekeliling tetapi dibaliknya tidak ada pribadi apa pun. Misalnya Saudara melihat benda ini, atau Saudara melihat bunga ini, atau Saudara lihat kursi tempat Saudara duduk, Saudara tidak pernah punya encounter dengan benda ini. Tidak ada orang yang setelah kebaktian, merasa kangen dengan kursi, lalu tepuk-tepuk kursi dan mengatakan “minggu depan saya datang lagi, sabar ya”, ini orang gila. Itu sebabnya relasi apa pun yang tidak berkait dengan pribadi di belakangnya itu akan membuat kita kering dan kosong. Mengapa zaman kita kering? Karena zaman kita belajar memperlakukan orang sebagai it, I and it, “kamu adalah rekan bisnisku, kamu adalah orang yang bisa saya manfaatkan, kamu adalah jaringan untuk mendapat apa yang saya mau”, jadi kita tidak pernah menghargai pribadi itu sebagai pribadi. Ada seorang bernama Sherry Turkle, pengajar dari MIT, dia mengajar sosiologi di situ. Dan dia mengatakan di dalam zaman dimana teknologi sangat menolong kita berelasi justru adalah zaman paling banyak kesepian. Dia mengatakan penyakit kita adalah kesepian, kita paling banyak menderita kesepian. Kita menderita kesepian di tengah-tengah dunia yang katanya relasi sudah dipermudah oleh teknologi. Ini terjadi karena tidak terbiasa memperlakukan person sebagai person, terbiasa tidak memperlakukan manusia sebagai manusia. Manusia diperalat dan saya pun diperalat oleh manusia lain, akhirnya relasi memperalat menjadikan manusia hidup di tengah zaman yang penuh konflik, penuh kekosongan, penuh kesepian. Tapi karena memang Tuhan cipta kita perlu berelasi dengan Tuhan. Siapa yang abaikan ini hanya akan temukan kekosongan di dalam diri. Itu sebabnya di dalam bagian pertama sangat penting untuk memiliki cara mendengar, kalau engkau mendengar dan bertindak dan melakukan yang kamu dengar, yaitu mengenal tentang Tuhan dan takut akan Tuhan sebagai respon, maka engkau akan mendapatkan ketenangan jiwa, tapi siapa yang pikir sudah punya akan diambil. Orang yang berpikir sudah tenang akan temukan fakta bahwa ketenangannya itu palsu. Akhirnya orang akan sadar uang tidak bisa bikin tenang, pasangan tidak bisa bikin tenang, kerjaan tidak bisa bikin tenang, tidak ada apa-apa yang bisa bikin tenang. Jadi yang tidak punya cara mendengar, apa yang dia miliki pun akan diambil.

Hal yang kedua, barangsiapa yang mempunyai akan diberi, siapa yang tidak mempunyai akan diambil. Hal apakah yang akan diberi? Hal kedua adalah kalau kita mendengar dengan benar maka kita akan mengenal diri dan setelah kita mendengar dengan benar kita akan bertindak sesuai dengan apa yang kita dengar. Maka sifat-sifat Tuhan akan masuk ke dalam diri kita. Saudara dengar perintah Tuhan “hidup kudus” lalu Saudara jalankan, Saudara akan menikmati fakta bahwa diri Saudara menjadi tenang sebab Tuhan terima dan Tuhan bimbing. Antara penerimaan diri dan juga tuntutan untuk memperbaiki diri, dua-duanya harus ada. Di dalam dunia kita banyak orang menjalani kegelisahan, bukan hanya karena tidak berlabuh di dalam Tuhan jiwanya, tapi juga karena tidak bisa terima diri. Ada orang-orang yang sulit terima diri karena menetapkan standard “saya hanya diterima kalau saya berprestasi, saya hanya diterima kalau saya mempunyai harta, saya hanya diterima kalau saya pintar”. Ini adalah beban hidup dari banyak sekali orang, terutama orang muda, dia berusaha memenuhi ekspektasi kelompoknya untuk menjadi signifikan, untuk menjadi mempunyai makna yang bisa diterima dan menenangkan dirinya. Siapa yang tidak bisa terima? Dirinya, bagaimana supaya bisa diterima? Dia mau orang lain terima dirinya supaya diri terima diri dan menjadi tenang. Tapi ini tidak akan pernah terjadi, karena Saudara tidak hidup untuk memenuhi ekspektasi kelompok. Dan Saudara tidak hidup untuk memenuhi ekspektasi diri. Tidak ada orang yang akan menolak Saudara karena Saudara kurang hebat. Tapi diri Saudara yang menolak, maka diri Saudara ingin diri menjadi hebat dalam standar yang sebenarnya bukan dari Tuhan lalu paksa diri untuk berada di situ, bagaimana ini tidak menjadi tekanan. Maka dikatakan yang tidak mau mendengar akhirnya jatuh dalam ekspektasi yang tidak real dan bukan dari Tuhan, lalu tidak mempunyai penerimaan diri oleh diri sendiri dan apa yang dia pikir ada padanya akhirnya diambil, tidak ada ketenangan. Siapa yang tidak tenang karena dirinya kurang hebat, kurang pintar dan lain-lain? Itu masuk dalam hal yang sama, dia belum bisa menerima diri sebagaimana Tuhan terima dirinya. Kita tidak dipanggil untuk senangkan orang, kita dipanggil untuk menjadi ideal di dalam pandangan Tuhan dan di dalam ketetapan Tuhan untuk saya berdasarkan ukuran saya. Saya tidak harus jadi orang lain, tapi saya harus sadar 2 hal, pertama Tuhan terima saya dan saya sudah aman di dalam Dia, kedua Tuhanlah yang tuntun saya dan saya berjuang mati-matian untuk mengikuti standar Tuhan, bukan untuk diri diterima. Itu sebabnya dalam teologi Reformed, predestinasi menjadi doktrin yang sangat penting. Karena dari predestinasi kita sadar, saya diterima sebelum saya bertobat, maka penerimaan saya itu aman, saya sudah diterima dulu baru saya berjuang untuk hidup lebih baik. Ini beda sekali dengan orang yang berjuang dulu demi mendapatkan penerimaan. Maka ini menjadi 2 yang mengurung manusia, kalau dia tidak munafik, dia akan jadi orang yang pamer dosa. Tapi Alkitab menyatakan hal yang lain, kita bukan pamer dosa tapi kita bukan orang yang munafik, tapi kita juga bukan orang yang bangga sama dosa kita. Itu sebabnya ketika ada acara yang mengharuskan orang datang, akui dosa dengan berani, akhirnya jadi berani karena semua mengaku dosa, ini namanya pameran dosa, bukan pengakuan dosa. Saudara tidak dituntut untuk cerita dosa ke semua orang. Ini gaya postmodern “saya cerita semua, supaya orang tahu saya bobroknya seperti ini”, itu namanya orang yang sudah kebal, mati rasa, tidak malu lagi bahwa dia sudah berdosa. Tapi orang yang sejati bukan munafik, tapi dia tahu dia akan mempermalukan dirinya luar biasa kalau dia menceritakan dosanya, karena dia masih anggap ini dosa. Zaman sekarang banyak orang cerita karena tidak anggap dosa, tapi karena sudah anggap remeh itu. Mengatakan fakta dosa, sama seperti orang sudah mencuri satu buah apel dari tetangganya, seperti hal yang begitu ringan. Tapi orang yang sadar berapa besar dosa, dia harus ngomong, harus mengakui, tapi tidak mungkin mengakuinya dengan umbar dan dengan keberanian seperti itu. Maka zaman kita harus dinetralkan dengan Alkitab, yaitu fakta bahwa saya berdosa, harus saya tangisi. Tapi fakta bahwa Tuhan terima saya, harus saya rayakan. Saya harus bersyukur pada fakta Tuhan terima, tapi di sisi lain saya sangat benci keberadaan saya yang oenuh dengan dosa. Itu sebabnya siapa yang mendengar Firman Tuhan, yang menuntut kita untuk hidup suci, tapi yang juga menyatakan bahwa kita sudah diterima, di situ akan memberikan ketenangan. Tapi apakah mendengar saja cukup? Tidak, selain mendengar harus kerjakan, harus berjuang hidup suci, harus berjuang tinggalkan dosa. Sama dengan hidup suci, Saudara nonton orang hidup suci, dengar apa itu hidup suci, sendiri tidak hidup suci, tidak ada nikmat apa-apa. Waktu Saudara menjalani baru tahu hidup suci nikmatnya seperti ini. Yang tidak hanya bisa menonton dari jauh.

Hal ketiga, di dalam mendengar dengan benar akan membuat kita mengenal lingkungan kita, waktu hidup kita. Dan mengetahui bahwa di dalam waktu hidup kita Tuhan sedang bekerja. Orang yang dengar menyadari Tuhan sedang bekerja. Tapi waktu mendengar hanya jadi penonton tidak ada gunanya. Waktu Saudara mendengar kemudian berbagian, baru disitu ada kelimpahan hidup seperti yang Tuhan janjikan. Itu sebabnya perhatikan cara kita mendengar, perhatikan cara kita melatih kepekaan untuk melihat di mana Tuhan sedang bekerja. Saya percaya gerakan Reformed Injili adalah anugerah besar, tapi anugerah bukan untuk ditonton. Saya tidak bilang semua mesti ikut gereja ini, sama sekali tidak, tapi saya mau tanya yang dikerjakan itu apakah bagian yang Tuhan sedang kerjakan atau tidak? Saudara peka mendengar lalu melakukan sesuatu di dalam hidup, harus dilakukan di dalam koridor Tuhan kerja, baru saya ikut. Waktu Tuhan ijinkan kita lihat Dia bekerja, di situ ada kelimpahan yang besar karena saya mendengar, saya mengetahui Tuhan sedang bekerja, lalu saya berbagian, bukan cuma penonton. Waktu saya berbagian baru saya rasa apa artinya tanganku baru mau kerja, ternyata Tuhan siapkan semua, di situ baru kita mengetahui. Maka Saudara yang selama ini cuma jadi penonton yang lihat “Gerakan Reformed kerjakan ini, kerjakan ini”, kalau Saudara tidak ada beban atau panggilan untuk yang lain atau Saudara bukan gereja yang lain, kalau Saudara di gereja yang lain lalu mengurusi di sana, kemudian datang ke sini dengar Firman, saya tidak mempengaruhi Saudara, Saudara punya panggilan mulia untuk kerjakan itu di gereja Saudara. Tapi kalau Saudara tidak, lalu Saudara hanya jadi penonton untuk Gerakan Reformed Injili, mari coba pikirkan kembali, Saudara menjadi orang yang mendengar tapi tidak melakukan, tidak mendapatkan kenikmatan melihat Tuhan bekerja. Mari berbagian, lalu lihat waktu Tuhan kerja, saya mengikuti, di situ ada kelimpahan besar menikmati Tuhan. Maka saya mengenal lingkungan, mengenal waktu Tuhan bekerja dan berbagian di dalamnya. Siapa mendengar dengan benar akan tahu kapan Tuhan bekerja, di mana Tuhan bekerja, sedang kerjakan apa. Jangan melayani hanya karena interest pribadi, jangan melayani hanya karena merasa diri dapat berkat di satu tempat.

Lalu yang terakhir, Saudara mendengar dengan benar dan bereaksi dengan benar adalah di dalam ayat 19-21. Tuhan Yesus mengatakan di sini sebagai contoh yang indah sekali, waktu ayat 18 mengatakan “perhatikan cara kamu mendengar, yang mendengar dengan benar akan mempunyai, yang tidak mendengar akan diambil”. Hal keempat yang dijanjikan adalah relasi, ini ada di ayat 19-21. Di dalam ayat 19-21 dikatakan ibu dan adik-adik Yesus mau ketemu Tuhan Yesus, tapi di rumah di mana Tuhan Yesus berada, orang banya penuhi tempat itu. Sehingga waktu mereka mau masuk tidak bisa lewat, mereka panggil satu orang murid “tolong bilang ke Rabi, tolong bilang ke Gurumu bahwa ada ibu dan adik-adikNya mau ketemu”, lalu orang itu berusaha masuk, akhirnya sampaikan berita “ada ibuMu dan saudara-saudaraMu di luar mau bertemu dengan Engkau”, reaksi Yesus apa? Yesus langsung mengatakan “siapa ibuKu, siapa saudaraKu, dia yang mendengar dan melakukan, dialah ibuKu dan saudaraKu”, ini seperti menolak keluarga. Orang sering tafsir seperti itu, “Tuhan Yesus saja mengabaikan keluarga, jadi kalau kita mengabaikan keluarga demi Kerajaan Allah, itu suci”. Tidak. Tuhan Yesus mengingatkan di bagian yang lain ketika ada orang tanya “mana lebih penting, rabi, guru agamaku, pendetaku atau orang tuaku? Menurut para rabi, rabi harus nomor satu. Kalau gurumu, atau pendetamu, atau rabimu sakit dan orang tuamu sakit, peliharalah nabi dulu, uang berikan ke dia dulu, baru setelah itu orang tuamu”. Yesus sangat marah waktu dengar ini, maka Dia mengatakan “di dalam Kitab Suci dikatakan hormati orang tuamu. Mengapa kamu langgar perintah itu demi kenikmatan tradisi yang akan menjunjung tinggi engkau”, ini kira-kira tafsiran saya atas bagian ini. Jadi Tuhan Yesus sangat benci kepada orang yang mengabaikan keluarga. Tuhan mengatakan Firman Tuhan tidak boleh diabaikan, yang satu boleh kamu kerjakan, tapi dilakukan tanpa mengabaikan yang lain. Orang tua diberikan tempat penting di dalam agama Kristen, engkau harus hormati mereka. Hormatilah orang tuamu hai anak, hormatilah pemerintahmu hai rakyat, ini Firman Tuhan. Saya tidak tahu seberapa berat kita mau menjalankan ini, tapi harus, karena Tuhan yang perintahkan. Saudara berhutang seluruh hidup kepada Tuhan dan Tuhan memberikan Firman “hormati”. Saya sangat bersyukur ketika mendengar sharing orang-orang yang tidak terlalu dapat anugerah dapat orang tua yang baik. Orang tua yang picik, orang tua yang memberikan keputusan yang salah, orang tua yang hanya akan menghancurkan hidup ketika dia memberikan keputusan, tapi ada anak-anak yang mengatakan “saya tetap berusaha papa saya bilang iya dulu, baru saya kerjakan. Kalau papa saya bilang tidak, saya tidak kerjakan, saya tidak mau berontak dulu karena saya tahu saya mesti taat sama dia”, apakah rela taat? Tidak, karena dia tidak pernah punya kebijakan yang benar, seluruh keputusannya salah, tapi dia mau belajar taat dulu. Ini orang yang baik. Alkitab memerintahkan kita untuk menghormati orang tua, bagaimana mungkin Yesus mengabaikan orang tuaNya sendiri. Tapi ini ada salah satu kebiasaan Tuhan Yesus yaitu sering memakai hal yang tiba-tiba terjadi untuk memberikan contoh bagi Kerajaan Allah. Maka Yesus sedang mengatakan bukan menegasikan ibu dan saudara-saudaraNya, tapi justru melibatkan orang lain di dalam relasi yang sama dengan ibu dan saudara-saudaraNya. Itu sebabnya dari Injil Lukas kita bisa loncat Kisah Para Rasul, dalam Kisah Para Rasul sering kali dicatat ibu Yesus dan murid-murid bersama-sama, mereka menjadi satu keluarga. Jadi Yesus mengatakan “seperti cintaKu kepada ibuKu, demikian cintaKu kepadamu. Seperti cintaKu kepada saudaraKu laki-laki dan perempuan, demikian cintaKu kepadamu”, mu-nya adalah siapa yang mendengar Firman dan melakukannya. Maka Yesus sedang mengatakan kalau orang mendengar Firman dan melakukan, menjadi satu komunitas Kristen atau komunitas yang berkumpul, ini adalah komunitas paling indah di seluruh dunia. Mengapa gereja sekarang tidak bisa mencerminkan hal ini? Karena sedang dapat serangan dari setan, kalau gereja pun tidak bisa jadi contoh untuk relasi, dunia sudah tidak punya contoh. Apa bedanya orang yang mendengarkan Firman dan tidak? Yang mendengar Firman tahu bahwa Tuhan memerintahkan kita untuk mementingkan yang lain. Sedangkan yang mendengar dan melakukan bukan hanya tahu bahwa kita harus mementingkan orang lain, tapi juga hidup untuk mementingkan yang lain. Saya mendengar tentang apa yang Tuhan mau saya lakukan bagi sesama, dan saya menemukan saya di tengah-tengah komunitas yang juga mempunyai jiwa yang sama, sama-sama dengar Firman, sama-sama mau berbagi hidup dengan yang lain. Kiranya Tuhan memberkati dan menjadikan kit aorang yang mendengar dan mendapatkan limpah apa yang Tuhan janjikan bagi kita.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Mengenal siapa Kristus & Relasi yang mempermuliakan-Nya

(Lukas 8: 16-21)
Kita memulai dari ayat 16 untuk kembali membahas apa yang perlu untuk kita mempunyai cara mendengar yang benar lalu kita melanjutkan ayat 19-21. Di dalam ayat 18 dikatakan “perhatikan cara kamu mendengar”, di ayat 21 dikatakan “ibuKu dan saudara-saudaraKu ialah mereka yang mendengarkan Firman Allah dan melakukannya”. Kaitan antara mendengar dan melakukan adalah kaitan yang sangat erat diulang oleh Lukas. Lukas terus mengingatkan pembacanya bahwa orang yang dengar tapi tidak melakukan, itu bukan umat yang sejati. Satu sisi yang pertama, Saudara mesti jalankan apa yang Saudara dengar. Tapi hal lain yang diajarkan juga dalam bagian ini adalah Saudara mesti dengar dengan benar. Mendengar dengan benar memastikan Saudara menjalankan yang tepat. Menjalankan yang tepat membuat Saudara mempunyai perubahan ke dalam. Itu sebabnya bagian ini selain menjelaskan kita mesti kerjakan apa yang kita dengar, juga memberikan pengajaran bagaimana kita mesti mendengar supaya kita mendapatkan pengertian yang benar. Di dalam ayat 16 dikatakan tidak ada orang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan. Ini berbeda dengan apa yang dikatakan Tuhan Yesus dalam Matius 5, di khotbah di bukit. Di khotbah di bukit, Matius 5-7 itu adalah perintah Tuhan kepada orang Kristen untuk menjalankan apa yang Tuhan mau. Maka dikatakan engkau adalah pelita, engkau adalah terang, terang tidak boleh ditaruh di bawah tempat tidur, terang harus ditaruh di kaki dian, di tempatnya, supaya terangnya menyinari seluruh ruangan. Ini bicara tentang orang Kristen, orang Kristen harus jadi terang. Tapi dalam Lukas 8, yang dimaksud dengan pelita adalah Tuhan Yesus. Ini dimaksudkan bahwa Tuhan Yesus akan ditaruh di tempatNya yang mulia dan seluruh dunia akan melihat Dia. Tapi sebelum Dia ditaruh di tempat yang mulia, Dia ditaruh seperti di bawah tempat tidur, seperti di tempat yang tersembunyi, sehingga tidak banyak orang yang mengerti siapa Yesus, tidak banyak orang yang tahu siapa Yesus. Tapi dikatakan “yang mempunyai telinga untuk mendengar biarlah dia mendengar, sebab tidak ada rahasia yang tidak akan dinyatakan, tidak ada kebenaran yang tidak akan dibuka, tidak ada yang tersebunyi yang tidak akan dipamerkan”. Maka di sini sedang memberitahukan pada waktunya nanti Kristus akan dinyatakan ke seluruh dunia. KemuliaanNya akan dinyatakan ke seluruh alam, dan waktu kemuliaan Kristus dinyatakan, berbahagialah engkau yang waktu kemuliaan itu masih tersembunyi sudah percaya, berbahagialah engkau yang waktu kemuliaan itu belum terlihat sudah tahu, sudah mengerti berdasarkan apa yang Tuhan nyatakan. Orang Kristen sudah puluhan tahun menjadi Kristen, tetap tidak mengerti siapa Yesus. Dari kecil sudah menyanyi “How I Love Jesus”, tapi sudah besar tetap tidak mengerti bagaimana hidup dalam iman kepada Kristus. Itu sebabnya hari ini saya membahas 6 poin tentang bagaimana mengenal Kristus dengan benar.

Poin yang pertama, Saudara mesti punya kesadaran dalam hati dan pikiran bahwa Saudara perlu berdamai dengan Allah. Tanpa sadar saya perlu damai dengan Allah, saya apasti salah memahami tentang Yesus. Mengapa orang liberal mengatakan Yesus hanyalah guru moral yang besar? Karena mereka tidak rasa mereka perlu damai dengan Allah. Waktu manusia menyadari perlu damai dengan Allah, dia merasa perlu diperdamaikan, dia akan menyadari dia perlu Juruselamat, dia akan menyadari dia perlu Yesus yang mengklaim diri sebagai satu-satunya yang akan membawa manusia kembali kepada Tuhan. Banyak orang ketika berbicara tentang Tuhan, bicara tanpa rasa takut dan hormat sama sekali. Yohanes Calvin dalam buku Istitutio mengatakan waktu kita berdebat tentang apakah Allah, kita masuk dalam teori kosong yang tidak berguna. Tapi waktu kita berbicara tentang Tuhan dengan perasaan hormat, sopan, takut, gentar, maka kita akan menjadi orang yang memahami siapa Tuhan dengan pengenalan yang benar. Ketika ingin mengenal seseorang, Saudara tidak bisa mengenalnya tanpa memberikan respect yang perlu. Saya yakin kalau kita sudah mengenal Tuhan dengan benar, tidak mungkin mulut kita sembarangan mencela Dia. Banyak orang Kristen terlalu berani mencela Tuhan, “Tuhan, kalau Engkau ada, buktikan Engkau ada”, sembarangan ngomong begini. Kalau Dia ada dan benar-benar ada, engkau hatus tutup mulut. Maka biarlah kita datang kepada Tuhan dengan penghormatan yang seharusnya. Sebab orang menghormati orang yang layak dihormati, Saudara orang terhormat, tapi kalau Saudara memberikan hal yang sepele ke orang yang layak hormati, Saudara menunjukan diri sebagai orang yang karakternya rendah sekali. Itu sebabnya kita hanya mungkin mengenal Yesus, kalau kita mengetahui ada Allah yang berkuasa, yang topang hidup kita, yang memberikan keberadaan kita dengan penciptaanNya dan yang sekarang mau memberikan anugerah keselamatan. Ini membuat kita lebih menghormati. Maka perasaan hormat dan kagum kita berikan kepada Tuhan dan kita sadar yang sedang memberikan marahNya dan permusuhanNya dan hukuman saya adalah Allah yang mencipta dan menopang hidup saya. Ini hal pertama yang harus kita miliki, sadar perlu diperdamaikan dengan Allah. Orang Israel gagal mengenal Yesus karena poin ini tidak ada. Mereka tidak sadar mereka perlu dipertobatkan. Kita punya Kristus, Alkitab mengatakan memandang kepada Kristus, engkau mendapatkan kepenuhan pengampunan, karena waktu kita memandang kepada Kristus, kita memandang dalam satu pribadi, Allah dan manusia bergabung tanpa bisa dipisah, tanpa bercampur dan tanpa berakhir kesatuanNya. Maka sampai selama-lamanya kita berdamai dengan Allah karena sampai selama-lamanya natur manusia dan natur Ilahi menjadi satu di dalam Kristus. Maka kita perlu pengantara dan pengantara satu-satunya yang mungkin adalah Kristus. Kristuslah pengantara yang mungkin, dengan demikian tidak ada kemungkinan kita dapat mengenal Kristus kecuali kita mengetahui “saya perlu damai dengan Allah”, itu hal pertama. Lalu hal kedua “saya perlu pengantara”.

Lalu hal ketiga, Saudara bisa mengenal Kristus dengan tepat kalau Saudara tahu Saudara perlu damai dengan Allah, Saudara perlu pengantara dan yang ketiga Saudara perlu Raja di atas segala raja untuk memerintah. Ini pengharapan ideal dari banyak orang-orang di zaman kuno. Jadi dari dulu orang-orang sudah berpikir kapan ada pemerintahan yang baik, kapan ada raja yang baik. Seorang bernama Plato mengatakan negara kota baru bisa baik kalau ada orang pemikir yang punya hati dan kerelaan untuk menjadi bijak, barulah kalau dia menjadi pemimpin kota itu menjadi baik. Tapi tragisnya yang punya kuasa tidak punya hikmat, yang punya hikmat tidak punya kuasa, maka negara kota selalu menjadi ambruk dan rusak. Jadi dari dulu orang sudah mengharapkan “adakah pemimpin yang baik”. Pemimpin yang baik itu dilihat dari apakah keadilan dan kebenaran dijalankan. Orang yang adil dan benar menjalankan keadilan dan kebenaran itu akan membuat dia menjadi pemimpin yang baik. Saudara jangan lihat pemimpin dari karismanya yang benar. Salah satu orang yang punya karisma besar itu namanya Adolf Hitler, tapi dia sama sekali bukan pemimpin yang baik. Siapa punya keadilan dan kebenaran, itu akan menjadi pemimpin baik. Itu sebabnya waktu kita melihat di dunia ini, kita melihat Tuhan ijinkan ada pemimpin-pemimpin yang baik muncul tapi mereka hanyalah percikan bayangan singkat dari Raja sejati yang akan datang nanti. Maka waktu lihat pemimpin yang baik, Saudara mengatakan “puji Tuhan dapat kesempatan untuk melihat cerminan dari pemimpin sejati yang akan datang nanti yaitu Kristus”. Dalam sejarah Alkitab ada orang namanya Nebukadnezar yang Tuhan contohkan menjadi pemimpin yang baik, meskipun pemimpin kafir, tapi Tuhan ijinkan dia menjadi contoh. Awalnya Nebukadnezar begitu jahat, kejam dan tidak peduli kebenaran. Tapi waktu bertemu Sadrakh, Mesakh, Abednego dan Daniel, pelan-pelan dia berubah. Dan saya yakin orang kalau bertemu dengan orang bisa baca mimpi tidak mungkin tidak berubah. Kalau Nebukadnezar tidak berubah, keterlaluan, maka dia mulai berubah tapi hantaman paling besar adalah ketika dia mulai sombong. Waktu dia berdiri di atas istananya, kemudian dia lihat Babel yang besar, langsung mengatakan “bukankah tanganku yang membuat Babel sebesar ini”. Waktu dia selesai ngomong itu, Tuhan hantam dari atas, langsung jadi gila, mirip sapi, telanjang, pergi makan rumput dan membiarkan embun membasahi tubuhnya. Waktu akhirnya sembuh, dia sadar selama beberapa lama ini dia hidup seperti sapi, dia telanjang, makan rumput, dia biarkan kukunya panjang-panjang, rambutnya panjang, baru dia sadar “saya sudah melawan Tuhan, Tuhan hantam saya”. Akhirnya dia tulis surat yang termasuk dalam Kitab Daniel “terpujilah Tuhannya Daniel sebab Dialah yang akan memimpin dan Dialah yang akan hancurkan pemimpin”. Jadi Nebukadnezar dari raja yang kejam menjadi raja yang baik dan dia menjadi contoh bijaksana. Setelah dia ada orang bernama Koresh menurut Kitab Yesaya, yang Tuhan juga pakai, raja Persia yang punya bijaksana, punya kebajikan yang bisa ditiru. Dalam zaman demi zaman kita bisa lihat pemimpin bagus seperti ini, kita bersyukur kita punya pemimpin yang mempunyai langkah meskipun tidak langsung kelihatan, tapi setidaknya dia mempertahankan apa yang pantas mesti diperjuangkan, apa yang baik mesti jadi. Tapi ini semua adalah cerminan bahwa kita perlu Raja di atas segala raja untuk tangani semua. Kita perlu Yesus untuk datang menyatakan kuasa, kebenaran dan keadilan sehingga masyarakat bisa hidup dalam keadaan yang tenteram. Ini yang harus kita pahami, Yesus adalah raja di atas segala raja. Tetapi sekarang gereja sudah kehilangan hormat kepada Yesus. Kalau Dia mau merendahkan diri, maka itu harusnya membuat kita semakin hormat kepada Dia. Bukan setelah Dia merendahkan diri, dengan sembarangan kita merendahkan Dia.

Lalu hal keempat untuk memahami Kristus dengan benar, kita menyadari kita perlu kuasa dan kasih. Kita perlu kuasa yang membuat apa yang diinginkan oleh pemilik kuasa bisa terjadi. Tapi kita juga perlu kasih dari sang pemilik kuasa itu. Tuhan kalau punya kuasa tapi tidak punya kasih, kita tidak mungkin selamat. Kalau Dia punya kasih tapi tidak punya kuasa, Dia tidak mungkin sanggup menyelamatkan kita. Maka karena Dia adalah kasih dan juga karena Dia berkuasa, maka Dia bisa memberikan keselamatan bagi orang-orang yang sudah memberontak melawan Dia. Ini sangat penting untuk kita ketahui, Kristus datang bukan hanya untuk menjadi teladan, tapi Dia juga datang untuk menjadi yang berkuasa untuk mengubahkan kita. Orang-orang yang berusaha memperbaiki diri tanpa menyadari perlunya datang kepada penebusan Kristus, tidak mungkin hidup suci dari perjuangannya sendiri, dia perlu Kristus. Kalau Yesus hanya teladan, kita mati semua, Dia akan mengatakan “teladani Aku”, “teladani dalam hal apa?”, “dalam hal cinta Tuhan”, “mana bisa, aku orang berdosa yang tidak bisa cinta Tuhan”, tapi Yesus bilang “harus teladani, Aku tidak peduli, Aku sudah berikan contoh, mati di kayu salib sebagai contoh, sekarang kamu ikuti Aku”, kita bilang “tidak mungkin sanggup, mana bisa aku mengikuti Engkau”, kalau Tuhan hanya menjadi teladan, kita mati. Tapi hal kelima, Tuhan bukan hanya jadi teladan, Yesus mengatakan “Aku menyertai engkau”, Dia menjadi sumber kekuatan, Dia menjadi pengudus yang menguduskan kita, Dia yang membasuh dan memberikan hidup yang baru. Maka Dia adalah Juruselamat yang memberikan penebusan dan teladan. Penebusan tanpa teladan tidak cukup, teladan tanpa penebusan tidak mungkin, maka Dia memberikan penebusan dan teladan sekaligus. Sehingga Dia mengatakan “teladanilah Aku”, waktu kita mengatakan tidak sanggup, Dia akan mengatakan “Aku menyertai engkau dan Aku menjadi pokok keselamatan bagimu”. Kita tidak mungkin memahami Yesus dengan cara yang salah. Kita memahami Dia sebagai Sang Juruselamat sekaligus Guru yang sedang membimbing aku untuk mengikuti Dia. Ini hal keempat, memahami kuasa dan kasih yang bergabung. Dan yang kelima menyadari penebusan dan teladan.

Hal keenam untuk kita bisa memahami Kristus dengan benar, kita perlu menyadari perlunya relasi di dalam satu tubuh. Selain kita mengenal Kristus, kita perlu mengenal orang lain yang mengenal Kristus. Dan kedatangan Kristus di dunia adalah kedatangan untuk menyatukan anak-anak Tuhan di dalam diriNya. Itu sebabnya relasi orang Kristen bukan relasi organisasional, relasi orang Kristen adalah relasi organik. Kita adalah satu tubuh, bukan satu organisasi, organisasi boleh banyak, tapi orang Kristen yang sungguh beriman, itu satu tubuh di dalam Dia. Saya bisa tidak cocok dengan beberapa orang, saya bisa mengatakan “pelayananmu salah, pelayanan ini yang benar”, lalu saya tidak bisa kerja sama dengan orang ini, tapi kalau orang ini sungguh-sungguh di dalam Tuhan dan saya berada dalam Tuhan, meskipun ada perbedaan seperti ini, saya anggap ini bagian tubuh Kristus sama seperti saya bagian tubuh Kristus. Ini pengertian yang sulit dipahami kecuali kita pakai contoh satu tubuh. Di dalam keterbatasan kita, kita mungkin sulit menjadikan orang lain sepaham dengan kita atau kita sepaham orang lain, dengan sevisi menjalankan apa yang Tuhan mau. Tetapi di dalam ilustrasi satu tubuh ini ada contoh yang bagus sekali tentang kebersamaan. Saudara tidak menjalin komunitas dengan cara yang kosong, tapi menjalin komunitas seperti satu tubuh. Ini suatu yang dipahami oleh seorang bernama Martin Buber, dia mengatakan bahwa “perjumpaan saya dengan benar, I and it, itu tidak perlu encounter, dan encounter perjumpaan dengan benda itu tidak akan mengubah saya dan tidak mengubah benda itu”. Saudara tidak mungkin duduk lalu merasa ada encounter dengan kursi Saudara, Saudara mengatakan “hai kursi hijau, engkau indah sekali, aku sungguh bergetar melihatmu”, maka orang yang mencintai barang, cinta seperti ini itu perlu bertobat. Relasi I and thouadalah aku dan engkau adalah relasi yang mengubah saya, relasi yang membuat saya mengalami perubahan dahsyat, mempersiapkan saya untuk menerima engkau dan menjadikan engkau bagian dari hidup saya. Relasi yang Tuhan mau, relasi seperti ini, bukan relasi asal kenal saja. Tapi relasi yang begitu mendalam, yang hanya bisa kita alami di dalam Kristus. Dunia kita ini mengalami krisis relasi, demikian dikatakan oleh Sherry Turkle, seorang pengajar dari MIT, dia mengatakan dunia kita alternatif relasinya banyak, tetapi krisis relasi adalah hasilnya. Mengapa krisis relasi bisa muncul? Papa dan mama, orang tua, suami istri relasinya cuma I and it, cuma sekedarnya. Orang tua dan anak cuma ketemu sekedarnya, antara anak satu dengan yang lain tidak ada relasi yang mendalam. Antara orang Kristen satu dan orang Kristen yang lain juga tidak ada relasi yang mendalam. Manusia tidak bisa diciptakan dengan kekosongan seperti ini, tidak bisa menjalani hidup dengan kekosongan seperti ini. Maka kita perlu adanya penyatu, dan Kristuslah yang mungkin mempersatukan seluruh anak Tuhan yang tercerai-berai. Di dalam Injil dikatakan Yesus datang untuk menyatukan anak Tuhan yang tercerai-berai di mana-mana. Dia hancurkan diriNya untuk mengumpulkan kita menjadi satu. Dikatakan Augustinus, Yesus mati untuk membuat kita hidup, Yesus badanNya tercerai-berai supaya umat Tuhan yang tercerai-berai dikumpulkan menjadi satu. Maka di dalam Kristus, Suadara punya bahada Injil yang sama meskipun diekspresikan dengan bahasa negara yang berbeda. Orang Indonesia bertemu dengan orang Afrika, sama-sama mengerti penebusan Kristus, sama-sama mengagumi Kristus, ini menjadi satu. Itu sebabnya ketika kita sadar perlu adanya kesatuan di dalam relasi, kita sadar kita perlu Yesus Kristus.

Dan saya tutup dengan mengingatkan 6 poin tadi adalah 6 poin yang sedang dicari dunia ini. Tadi saya mengatakan “engkau perlu berdamai dengan Allah”, dunia ini sedang mencari perdamaian sejati tapi tidak dapat, karena tidak sadar perlunya damai dengan Allah. Lalu poin kedua, untuk mengenal Kristus kita perlu Sang Pengantara dan dunia ini sedang mencari orang yang menjadi peace maker, menjadi orang yang mendamaikan satu dengan yang lain, orang yang lebih bisa merangkul dari pada orang yang bisa menghantam. Ini tidak mungkin didapatkan kecuali kita sadar Kristuslah satu-satunya yang mungkin merangkul kita dan pihak yang bermusuhan dengan kita yaitu Allah, menjadi satu. Lalu dunia memerlukan pemimpin sejati, dan kita menyadari itu dipenuhi di dalam Kristus. Dunia menyadari perlu adanya otoritas dan kasih, kasih tanpa otoritas adalah liar, otoritas tanpa kasih adalah penderitaan dan penindasan. Otoritas dan kasih hanya mungkin di dalam Kristus. Kita juga tahu kita perlu teladan, tapi kita perlu pengorbanan dari orang yang rela jadi teladan, itu sebabnya Kristus datang menjadi Penebus dan teladan bagi kita. Lalu hal terakhir, dunia sedang mencari komunitas yang relasionalnya baik itu komunitas apa, sedangkan Firman Tuhan mengatakan di dalam Kristus, gereja menjadi contoh untuk suatu komunitas yang baik dan mempermuliakan nama Tuhan. Kiranya Tuhan memberkati dan memampukan Saudara untuk merenungkan tentang Tuhan dengan cara yang bertanggung jawab.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Perhatikan cara kamu mendengar

(Lukas 8: 16-18)
Dalam Lukas 8, pelita yang dimaksud bukan gereja yang harus bersinar menyatakan terang, pelita yang dimaksud di sini adalah Kristus sendiri. Suatu saat nanti Kristus akan dipamerkan oleh Bapa, Kristus akan dinyatakan ke seluruh dunia. Tapi ketika Kristus datang pertama kali, kemuliaanNya yang sempurna belum menjadi nyata. Dia masih sembunyikan kemuliaanNya di dalam kesederhanaan. Itu sebabnya yang menerima Kristus yang datang sebagai yang hina, yang menerima Kristus waktu Dia datang sebagai orang yang rendah, dia akan menikmati ketika pelita itu dinyatakan. Jadi ini sedang berbicara tentang Kristus, Yesus mengatakan “tidak ada orang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan”, Kristus pun suatu saat kemuliaanNya dinyatakan. Itu sebabnya kesimpulan dari ayat 18 sangat menjadi satu kesatuan dengan 2 ayat sebelumnya. Sebab di dalam ayat 18 dikatakan perhatikanlah cara kamu mendengar, kalau cara kita mendengar itu tepat maka kita akan melihat kemuliaan Kristus di balik kehinaanNya, kalau cara mendengar kita tepat maka kita akan melihat keTuhanan Kristus di tengah-tengah dunia yang menganggap Dia hanyalah penyesat atau orang yang harus dibinasakan. Yang Yesus katakan perhatikan cara kamu mendengar, ini harus ditafsirkan berdasarkan kitab Perjanjian Lama.

Dalam Kitab Perjanjian Lama beberapa bagian dalam Mazmur dan beberapa bagian dari Kitab Taurat itu menekankan yang Tuhan tuntut dari orang yang mendengarkan Firman Tuhan. Apa yang harus dimiliki oleh seseorang untuk mendengarkan Firman Tuhan dengan benar? Hal yang pertama adalah Tuhan menuntut yang mendengar Firman Tuhan harus mempunyai kerendahan hati. Kerendahan hati inilah yang membuat manusia sujud dan takut akan Tuhan. Dalam Mazmur 25 yang tadi kita sudah baca, disitu dikatakan bahwa Tuhan menunjukan jalanNya kepada orang yang takut akan Dia. Seringkali kita bertanya kepada Tuhan “Tuhan, kehendakMu dalam hidupku apa? Saya mesti kerja dimana? Saya mesti kuliah di mana? Saya mesti lakukan apa?”. Saudara tidak terlalu tahu yang dilakukan sekarang ini kehendak Tuhan atau bukan, itu masih tidak sefatal kalau Saudara tidak punya hati yang siap. Kalau saya punya hati yang siap, Tuhan tuntun ke mana saja saya siap. Maka ketidak-mengertian saya akan pimpinan Tuhan itu masih bisa ditoleransi. Tidak fatal kalau Saudara belum tahu yang Saudara lakukan ini pimpinan Tuhan atau bukan, tapi yang jadi fatal menurut Alkitab kalau hati yang tidak takut akan Tuhan dan hati yang tidak rendah hati di hadapan Tuhan itu yang bahaya. Sekarang orang lebih takut “mana ya Tuhan, ke kiri atau ke kanan”, terserah yang mana, pertimbangkan dengan akal sehat, gumulkan baik-baik lalu pilih saja. Karena engkau salah pilih masih lebih baik dari pada engkau mempunyai hati yang salah, ini bicara soal setelah lulus mau ke mana, bukan bicara soal pasangan hidup. Inilah hal pertama yang harus dimiliki untuk mendengar dengan benar. Siapa yang mendengar dengan kerendahan hati itu akan mendengar lebih benar dari pada orang yang mendengar dengan keangkuhan hidup yang tinggi. Banyak kali orang datang kepada Tuhan dengan perasaan angkuh luar biasa, merasa kalau Tuhan mengkonfirmasi keinginan saya, itu Tuhan yang oke. Kalau Tuhan beda dengan yang saya mau, ini Tuhan yang kurang oke. Tuhan yang oke itu adalah Tuhan yang gampang setuju, kalau saya mau apa Tuhan itu setuju, kalau saya mau ini Tuhan memberi bahkan memberikan dengan kelimpahan, itu Tuhan yang baik. Jadi syarat Tuhan pun kita yang tentukan, bayangkan betapa mengerikannya orang dengan pemikiran seperti ini. Tapi Alkitab mengingatkan kamu yang ciptaan memandang ke sorga langsung harus tahu Tuhan di sorga, kamu di bumi, bumi dan sorga jauhnya luar biasa. Jadi saya yang di bumi berdoa kepada Tuhan yang di sorga, saya berdoa dengan sangat gentar. Martin Luther pernah mengatakan “mengapa kalau saya berdoa dengan lutut dan tangan gemetar memanjatkan kalimat-kalimat kepada Tuhan”, karena dia tahu Tuhan bisa marah kalau doanya salah, ini awal sebelum dia menerima reformasi. Setelah dia menerima reformasi, setelah dia mengetahui Allah yang beranugerah “saya tetap berdoa dengan gemetar”. Orang tanya “kan kamu sudah tidak takut lagi dihukum Tuhan, mengapa doanya masih gemetar?”, “ini gemetar karena ketakutan sukacita yang Tuhan berikan melampaui yang layak saya terima”. Jadi waktu tahu Tuhan baik, dia justru jauh lebih gentar dari pada dia pikir Tuhan jahat dan siap menghukum. Menyadari bahwa Tuhan jauh lebih besar, jauh lebih agung, jauh lebih benar dari pada saya. Dialah pemilik semua kebenaran, Dia tahu segala sesuatu tentang segala sesuatu, kalau pinjam bahasa Cornelius Van Til. Dia mengetahui semua dengan total, itu sebabnya waktu saya datang kepada Tuhan, saya datang dengan perasaan rendah mengatakan “aku cuma ciptaan yang tidak berarti, bagaimana mungkin aku boleh menjadi orang yang layak menerima kebenaranmu?”. Ini yang heran, orang yang merasa diri tidak layak terima kebenaran, justru dia yang akan mati-matian, karena dia tahu ketika yang tidak layak dapat, itu karena anugerah. Dan anugerah bolah ada boleh juga diambil, anugerah boleh muncul boleh juga tidak.

Lalu hal kedua, orang yang datang dan diberkati adalah orang yang mendengar Firman dengan satu perasaan, kecuali menjalankan Firman tidak ada alternatif lain, ini hal kedua yang harus dimiliki. Orang-orang yang mengatakan “kecuali mentaati Tuhan tidak ada jalan lain”, saya tidak lihat ada laternatif yang lebih baik bagi hidup saya. Tetapi sangat sulit, karena ketika Saudara melihat Kitab Suci, Saudara akan menemukan di dalam keberdosaan kita, yang dikatakan Kitab Suci terlalu ideal, sedangkan hidup perlu sesuatu yang realistis. Jadi apa yang Tuhan nyatakan memang bagus tapi kurang aplikatif, memang bagus tapi kurang menyentuh hidup saya, memang bagus tapi tidak realistis bagaimana ada orang bisa menjalankan seperti ini? Apakah engkau tidak tahu beratnya dunia ini seperti apa. Seringkali orang mengkritik “pendeta tidak tahu beratnya hidup seperti apa, pendeta tidak tahu kesulitan di Indonesia seperti apa. Bagaimana mungkin menjalankan ini dengan sesetia mungkin?”. Tapi ini seperti mengatakan Firman Tuhan kurang aplikatif, akhirnya kita mempunyai kebiasaan untuk memecahkan hidup kita, di satu sisi kita menyembah Tuhan, disisi lain kita menyembah dunia ini, di sisi lain kita pakai sistemnya Tuhan, ibadah dan hal rohani lainnya, di sisi lain kita pakai konsep dunia untuk menjalankan apa yang dilakukan di dunia, ini membuat kit amenjadi tepecah terus. Tapi Alkitab tidak menginginkan kita menjadi terpecah, Alkitab menginginkan kita menjadi orang yang dengan utuh melihat Tuhan baik waktu berdoa dan menghadap langit maupun waktu bekerja dan melihat apa yang ada di bumi ini. Jadi semua milik Tuhan. Alkitab mencatat Tuhan menciptakan langit dan bumi, Alkitab tidak mengatakan Tuhan menciptakan langit dan menyerahkan bumi kepada setan, itu tidak pernah terjadi. Jadi Dia pemilik semua dan karena itu semua aspek hidup adalah milik Tuhan yang harus dipersembahkan kepada Tuhan dengan cara Tuhan. Maka Tuhan kadang-kadang menuntun orang dengan cara membuat mereka tidak bisa melihat lain kecuali menjalankan apa yang Tuhan mau.

Salah satu bentukan yang sangat keras bagi Israel adalah waktu Tuhan paksa mereka untuk melakukan hanya satu yaitu hanya yang Tuhan mau. Tuhan bisa menjawab dengan ramah, Tuhan bisa menyatakan cara membimbing kita untuk mengerti bahwa caraNya jauh lebih baik. Waktu kita datang kepada Tuhan, mari kita menjadi murid yang benar, murid yang mengatakan yang Tuhan bilang itu yang benar, yang Tuhan katakan itu tidak ada alternatif lain, cara saya hidup hanya mungkin kalau saya menjalani di dalam cara Tuhan. Orang yang punya telinga seperti ini akan mendengarkan Tuhan dengan baik. Maka sebelum mendengar, Saudara mesti tahu dulu mengapa harus mendengar, mengapa harus mengerti Firman Tuhan. Ketika Saudara menyadari mengapa kurang saleh, mengapa kurang benar, mengapa kurang bijak, mengapa kurang kebaikan, mengapa kurang menyangkal diri, mengapa kurang jadi berkat, mengapa hidup kita kacau, kita sadar kita perlu Tuhan, kita perlu FirmanNya. Orang seperti ini akan datang dan mengatakan “Tuhan, saya sudah coba, di luar FirmanMu tidak ada jalan lain. Hikmat dunia sudah saya coba, kosong, penuh dengan hal-hal yang membuat saya rusak”. Maka kalau Saudara mau hidup dengan benar, Saudara tahu kecuali saya selidiki Firman Tuhan, kecuali saya pahami dengan konsisten, saya tidak mungkin hidup. Berapa lama sampai akhirnya nanti Tuhan tunjukan semua jalan di luar Firman Tuhan itu buntu, berapa lama sebelum akhirnya kerusakan itu makin hancur, sebelum Saudara mengatakan “saya harus kembali kepada Tuhan”. Berapa lama sebelum Saudara mengatakan “cukup, hidup saya yang rusak ini mesti balik dan saya mesti balik berdasarkan kebenaran Firman Tuhan. Jangan tunggu lama, makin lama makin rusak, makin kacau dan Saudara akan membayar harga yang terlalu mahal. Sekarang banyak orang mengatakan kepada Tuhan “selama pengertianMu sesuai dengan yang saya mau, Engkau cocok bagi saya”, tapi ini adalah tindakan yang meremehkan Tuhan. Kita sering kurung Tuhan di satu bagian yang tidak terlalu banyak menyentuh hidup kita. Maka kita harus berubah cara berpikirnya, kita harus mengatakan “Tuhan, selain caraMu tidak ada cara yang lain. Saya hidup, berkeluarga, bekerja, saya melakukan apa pun kalau tidak berdasarkan yang Tuhan mau, tidak ada cara lain”. Orang sekarang terlalu melihat perbedaan gap yang jauh sekali antara Firman Tuhan dan kehidupan dunia, tapi menolak mengakui “selain menyerahkan kepada Tuhan, tidak ada jalan lain”. Saya sangat bersyukur kalau Tuhan mengijinkan saya menyaksikan kehidupan orang-orang yang diubah total, bagaimana kehidupan orang itu berubah total, salah satunya adalah jalan hidup yang buntu, tidak bisa lagi melihat kemungkinan untuk terus. Waktu dia sadar tidak ada jalan lain, baru dia sadar ternyata hanya yang Tuhan mau yang mungkin dikerjakan, maka dia kembali kepada Tuhan. Dan kalau hidup Saudara begitu rumitnya, mengapa berani mengatakan “saya bisa melangkah tanpa tuntunan Tuhan”. Itu sebabnya mari jadi orang yang siap mendengar dan mengatakan “tanpa tuntunan dari Tuhan, tidak mungkin melangkah, mana bisa melangkah”. Maka mari kita dengar Firman Tuhan dengan seolah-olah kalau kita tidak dengar Firman Tuhan dan saya tidak mengerti, hidup saya akan berakhir, membuat saya menjadi lebih serius mendengarnya.

Hal terakhir, sikap yang Tuhan tuntut yang seperti kita lihat dalam Mazmur 25 adalah mendengar lalu berespon di dalam kasih. Saudara tidak mungkin diperkenan oleh Tuhan kalau cara mendengar Saudara terhadap Firman adalah cara pendengar yang terpaksa harus ditaati. Karena Tuhan jahat maka saya terpaksa taati, karena Tuhan perintahkan maka saya terpaksa taati. Saya kalau ditanya “mengapa hidup suci?”, “terpaksa, kalau tidak akan disindir dari mimbar, mau tidak mau harus suci”, “mengapa kamu lakukan ini?”, “karena kalau saya tidak lakukan ini nanti dimarahi”. Banyak orang takut dihukum maka kerjakan. Tuhan kita bukan Pribadi yang hanya mau menghancurkan tradisi, Dia adalah Pribadi dari kebenaran itu sendiri, Dialah kebenaran. Maka waktu Dia menyatakan ajaranNya hanya kebenaran saja yang akan Dia nyatakan. Saudara kalau mendengar Tuhan pasti mengasihi Tuhan, karena Tuhan tidak pernah mempunyai motivasi yang jelek, Tuhan tidak pernah menginginkan hidup Saudara makin hancur. Tuhan menginginkan Saudara berada dalam damai sejahter yang mau Dia berikan. Maka Dia memberikan Firman dengan motivasi yang sangat besar untuk membuat hidup kita makin baik. Itu sebabnya kalau kita mengerti hal ini, makin dengar Firman makin penuh sukacita, makin mendengarkan Firman makin penuh perasaan kagum kepada Tuhan yang baik. Maka Tuhan menuntun kita dan kita tahu tuntunanNya itu baik.
Maka 3 hal inilah yang kita perlu kita miliki perasaan rendah hati dan takut akan Tuhan, waktu dengar Firman saya tahu saya mesti dengar dengan baik. Yang kedua adalah perasaan kalau bukan Firman Tuhan, hidupku akan hancur, saya harus dengar apa yang Tuhan mau katakan. Lalu yang ketiga, saya tahu waktu saya mendengar Firman Tuhan, itu akan membawa kepada saya ke dalam relasi yang penuh cinta kasih kepada Tuhan, aku akan semakin mengasihi Dia dan akhirnya semakin mampu untuk mengasihi orang lain. Bagaimana caranya mengasihi orang lain? Dengan mengasihi Tuhan, bagaimana mengasihi Tuhan? Dengan dengar FirmanNya, bagaimana saya tahu saya sudah dengar FirmanNya? Dengan menjalankan FirmanNya, apa yang harus dijalankan dari FirmanNya? Untuk mengasihi sesama, bagaimana mengasihi sesama? Dengan dikuatkan karena menyadari kasih Tuhan. Lalu apa tanda saya dikasihi Tuhan? Kamu respon di dalam kasih kepada Tuhan. Jadi kasih kepada Tuhan, mendengar Firman, ketaatan kepada Firman dan kasih kepada sesama, ini menjadi satu paket yang tidak bisa dipisah. Jadi saya mencintai Tuhan karena saya dengar FirmanNya, dan dengar Firman berarti saya jalankan, dan apa yang Tuhan tuntut adalah untuk kita mengasihi. Jadi kasih dan mendengar itu erat sekali relasinya. Orang tidak bisa bilang kasih kalau tidak mendengar. Relasi tidak mungkin tanpa mendengar, maka Saudara mencintai orang, Saudara siap mau mendengar, Saudara mencintai Tuhan, Saudara siap mendengar Dia. Jadi motivasi cinta, motivasi krusial saya tahu tanpa Firman Tuhan tidak mungkin hidup, kemudian motivasi hormat kepada Tuhan itu menjadi motivasi yang membuat kita mendengar Firman dengan baik. Maka di ayat 16 dikatakan “tidak ada orang yang menyalakan pelita kemudian menutupinya dengan tempayan tetapi ia menempatkannya di kaki dian supaya semua orang yang masuk ke dalam rumah dapat melihat cahayanya”, ini berbicara tentang nanti ketika Kristus dinyatakan terangNya, engkau yang selama ini sudah mendengar dengan baik, engkau akan merasakan kenikmatan yang limpah karena engkau dengar itu ternyata benar Kristus dan itu dinyatakan dengan seluruh ketaatanmu mendapatkan faedahnya di dalam kedatangan Kristus yang kedua. Ini menjadi satu cerminan di dalam keadaan orang-orang yang ikut Yesus pada waktu itu, ada orang yang mengatakan “bodoh kamu ikut Dia”, tapi Yesus mengatakan “yang punya telinga untuk mendengar akan mendengarkan suaraKu dan waktu pelita itu dinyatakan orang-orang ini akan Tuhan angkat dan permuliakan”.

Maka biarlah kita mendengar dengan baik karena Sang Pelita itu akan dinyatakan terangNya. Lalu ayat 17 “tidak ada yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, tidak ada rahasia yang tidak akan diumumkan”, ini mengenai Kristus. Tadinya Kristus dinyatakan secara rahasia seolah-olah, hanya kepada saksi lalu kepada orang-orang pilihan. Tapi nanti pada zaman akhir, Dia akan datang lalu semua orang akan mengetahui Dia adalah Raja, Dia adalah Hakim. Yang sudah mengetahui dari awal akan menghakimi dunia bersama dengan Dia, sedangkan yang terus menolak sudah terlambat untuk mengubah posisi pada waktu terang itu dinyatakan. Maka ayat 18 menyimpulkan perhatikan cara kamu mendengar, dengar dengan rendah hati, dengar dengan perasaan krusial bahwa Firman Tuhan harus menjadi satu-satunya untuk hidup dengan benar. Lalu dengar dengan kasih untuk relasi yang indah dengan Tuhan. Lalu dilanjutkan dengan perkataan “karena siapa yang mempunyai kepadanya akan diberi, tapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga yang dia anggap ada padanya”. Tuhan memberikan peringatan bukan untuk membuat kita mengkutubkan diri ke salah satu, tapi siapa punya telinga untuk mendengar.Siapa dengar dengan rendah hati, siapa dengar dengan perasaan krusial bahwa saya harus jalankan Firman Tuhan, siapa dengar dengan perasaan kasih, orang ini akan Tuhan beri sampai kelimpahan. Sedangkan yang tidak punya, Tuhan akan ambil, bahkan apa yang dia pikir ada padanya. Seperti orang Farisi, mereka pikir mereka sudah tahu, tapi Tuhan katakan “itu akan Aku akan ambil”. Ini bukan untuk mengkutubkan kita, tapi untuk membuat kita berpindah dari orang yang salah mendengar menjadi orang yang mau mendengar dengan benar. Mari kita semua melatih cara kita mendengar, mendengar dengan rendah hati, mendengar dengan kesiapan untuk taat, mendengar dengan kesiapan untuk mencintai Tuhan. Dan janji Tuhan menjadi nyata pada waktu Kristus dinyatakan, orang-orang seperti ini akan mendapatkan kelimpahan di dalam kemuliaan Kristus.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!

(Lukas 8: 1-15)

Dan dalam pasal 8: 1-3 adalah narasi yang menutup peristiwa sebelumnya, peristiwa konflik Kristus, narasi-narasi mengenai siapakah Kristus, entah perdebatan dengan orang Farisi atau pun tanya jawab dengan murid-murid Yohanes Pembaptis. Setelah bagian itu selesai, Lukas mencatat bahwa Kristus berkeliling dari desa ke desa, dari kota ke kota untuk memberitakan Injil dengan disertai 12 murid. Lalu selain 12 murid dikatakan juga ada beberapa perempuan yang mengikuti Yesus. Dalam Kisah Para Rasul maupun Lukas, Lukas sering menulis perempuan-perempuan yang ikut. Di dalam Kisah Para Rasul beberapa kali Lukas menulis ada perempuan-perempuan yang bertobat, jadi Lukas menulis selain orang-orang Israel dan bangsa-bangsa lain juga ada perempuan-perempuan yang bertobat. Lukas mempunyai keunikan memberikan sorotan kepada peran perempuan, perempuan-perempuan itu ikut dalam rombongan Tuhan Yesus. Jadi ini salah satu cara Lukas menulis bahwa ini kelompok-kelompok yang diabaikan oleh manusia ternyata diadopsi oleh Kristus. Kristus akrab dengan pendosa, pemungut cukai, orang-orang yang dianggap hina pada zaman itu, ini menunjukan Kristus datang untuk mengambil atau memanggil orang-orang yang bahkan dianggap tidak berarti oleh masyarakat. Ini tema yang sangat penting dalam Kekristenan mula-mula. Kitab Suci tidak mengusir para pendosa, asal mereka bertobat. Tapi Kitab Suci sangat anti kepada orang yang merasa tidak perlu bertobat. Itu sebabnya keakraban Kristus dengan orang-orang yang pernah berdosa, sangat dibenci oleh orang-orang yang merasa diri tidak berdosa. Sehingga waktu Yesus bergaul dan memanggil orang-orang ini, mereka begitu marah. Yang meskipun pernah berdosa tapi mau bertobat, dia akan dipulihkan. Tetapi yang pernah berdosa, belum sadar dia perlu bertobat, ini yang perlu diwaspadai. Jadi orang yang tidak ada harapan datang ke Kristus dan mereka mendapatkan pengharapan baru. Dan orang yang sudah tidak tahu harus melakukan apa, datang kepada Kristus dan Kristus mengampuni dosanya. Setiap orang yang merasa putus asa, mereka datang kepada Kristus dan Kristus memberikan pengharapan baru. Tetapi Injil sangat menentang orang yang mempunyai pembenaran diri, setiap bentuk pembenaran diri selalu ditentang.

Lalu apa yang membedakan kelompok 1 dengan yang lain ini? Mengapa ada kelompok di dalam Kristus dan ada kelompok yang menolak Kristus? Inilah yang diselesaikan di dalam perumpamaan Kristus yang berikut yaitu mengenai seorang penabur. Ternyata yang membedakan kelompok yang 1 dengan yang lain adalah cara mendengar, yang membuat orang sungguh-sungguh Kristen dan yang membuat orang Kristennya palsu adalah cara mendengar. Bukan berapa banyak pengetahuan tapi cara mendengar. Maka di dalam perumpamaan Kristus tentang mendengar Firman, Kristus selalu mengaitkan mendengar dan sesuatu yang lain. Yesus mengatakan “ada seorang penabur pergi menaburkan benih”, orang dulu kalau menabur dia akan mengambil dari kantong yang isinya begitu banyak benih gandum atau yang lain, lalu dia akan menabur sekeliling dia, dia akan usahakan seluruh ladang yang dia sudah siapkan itu penuh dengan benih yang akan dia tabur. Biasanya dalam 1 hari ini harus selesai, dan dia tidak ambil satu-satu taruh di tempat yang tepat, itu tidak akan cukup waktunya. Maka dia ambil banyak, lalu dia sebarkan. Dan yang sudah tersebar, di ladang yang dia sudah siapkan itu banyak, tetapi ada juga yang jatuh di tanah berbatu, ada yang jatuh di pinggir jalan lalu dimakan burung, ada juga yang jatuh di tempat yang beres sehingga akan tumbuh dan memberikan hasil. Bagi petani pada waktu itu kalau dia sudah menaburkan benih, dia berharap benihnya itu akan memberikan hasil sampai 10x lipat, kalau bisa sampai 10x lipat, ini dianggap sukses besar. Tetapi Yesus mengatakan yang jatuh di tanah yang subur, akan menghasilkan 100x lipat, berarti 10 kalinya dari yang diharapkan petani pada waktu itu. Jadi Yesus memberikan perumpamaan yang sangat luar biasa, yaitu ada orang-orang yang akan menghasilkan buah dengan Firman dan buah itu menjadi tanda dia orang Kristen dimana kelimpahan dari hidupnya itu berlimpah bahkan 10 kali lebih banyak dari apa yang diharapkan orang dunia. Maka Yesus menceritakan perumpamaan ini dan setelah itu Dia menutup di ayat 8 dengan mengatakan “siapa mempunyai telinga untuk mendengar hendaklah dia mendengar”, ini kalimat penting sekali, karena Yesus tidak mengatakan “siapa yang mempunyai pengetahuan teologi yang banyak, siapa yang mempunyai kebiasaan dengar apa yang Aku katakan”, dia akan mengerti, tidak. Yesus mengatakan yang bisa dengar akan mendengar, yang tidak itu tidak. Jadi dari awal Tuhan sudah mengatakan pembagian antara yang bisa mengerti dan tidak, bukan pembagian berdasarkan kemampuan manusia untuk memutuskan, tetapi merupakan sesuatu yang Tuhan sendiri sudah tetapkan. Itu sebabnya tidak ada seorang pun yang setelah datang kepada Tuhan bisa membanggakan keputusannya, karena dia tahu seandainya Tuhan tidak interupsi, Tuhan tidak bekerja, tidak mungkin ada orang dengan kerelaan  hati mau datang kepada Tuhan. Maka di dalam cara pembacaan yang benar seharusnya kita mengatakan, orang yang diberi telinga untuk dengar, berjuanglah untuk mendengar. Siapa diberikan iman, berjuanglah untuk beriman. Yesus mulai membagikan arti yang pertama apa, arti yang kedua apa, arti yang ketiga apa, arti yang keempat apa. Dan di dalam pembagian arti ini biasanya kita menempatkan diri kita di salah satu “saya yang mana ya?”. Tapi waktu Yesus membagi 4 perumpamaan ini, Yesus tidak mengatakan bahwa kita cuma salah satu, kita bisa jadi semuanya. Kita bisa jadi orang yang kalau Tuhan tidak berikan anugerah, begitu dengar Firman, iblis akan mengambil Firman itu. Kalau bukan karena anugerah, saya akan menjadi orang yang setelah dengar Firman, langsung kompromikan Firman dengan tawaran hidup. Saya kalau dengar Firman, saya terima dengan baik, tapi begitu ada tawaran dunia, saya lepaskan itu

dan saya ikuti dunia ini. Maka kita tidak harus hanya menjadi salah satu, tapi kita wajib bergerak untuk menjadi contoh ke-4 yaitu yang berbuah, yang menghasilkan 100 kali lipat kelimpahan di dalam  hidupnya. Saudara perlu mengambil keputusan Saudara ada di mana dan bagaimana caranya Saudara bergerak menjadi kelompok yang ke-4. Maka saya bagikan dulu yang pertama, di ayat 12 Yesus mengatakan “yang jatuh di pinggir jalan itu ialah orang yang telah mendengar Firman kemudian datanglah iblis lalu mengambil Firman itu dari dalam hati mereka supaya mereka jangan menjadi percaya dan diselamatkan”. Kelompok pertama adalah kelompok yang setelah mendengar Firman tidak ada respon, tidak ada perubahan, tidak ada iman, tidak ada pertobatan, tidak ada kerinduan untuk datang kepada Tuhan, seluruh apa yang disampaikan oleh Tuhan dianggap lewat begitu saja. Seluruh Firman yang dinyatakan dianggap sepi, boleh ada, boleh tidak. Tapi bukan hanya kelompok ini, ada lagi yang juga masuk dalam kelompok pertama, yaitu orang yang setelah dengar Firman langsung mengambil Firman ini untuk mengkonfirmasi posisinya. Baca apa pun dibaca dan ditafsirkan berdasarkan kerangka lama yang dia punya. Orang seperti ini juga sama, setelah dengar Firman tetap binasa karena tidak sampai kepada kebenaran yang disampaikan. Apa pun yang disampaikan ditafsirkan berdasarkan kerangka lamanya. Susah sekali ngomong sama orang seperti ini. Waktu saya belajar dari Firman, saya hanya ambil apa yang saya sudah saya ketahui untuk konfirmasi kedegilan saya sendiri”, itu sebabnya perumpamaan yang pertama, yaitu tanah yang keras di pinggir jalan, ketika benih itu jatuh, datang burung ambil Firman itu, ini melambangkan setan datang mengambil Firman itu dari kita, sehingga kita tidak sampai kepada iman yang harusnya terjadi ketika mendengarkan Firman.

Yang kedua, yang jatuh di tanah berbatu-batu adalah orang yang setelah mendengar Firman menerima tapi tidak berakar kemudian murtad dalam pencobaan. Kelompok kedua ini adalah orang yang setelah mendengar Firman, mereka begitu  menyenanginya, memeluknya, mengaguminya, menganutnya, sampai pada waktu dimana mereka harus memilih antara Firman dan dunia, sampai mereka harus pilih antara Firman dan keamanan hidup. Banyak sekali kesulitan yang dialami oleh orang Kristen, dan orang Kristen mula-mula termasuk orang yang kehidupannya paling susah. Mereka bukan cuma dihalangi untuk beribadah, tapi mereka juga mengalami harus mati martir karena iman kepada Tuhan. Maka Tuhan sudah ingatkan, siapa yang terima Firman akan masuk dalam ujian. Begitu diuji, tahan uji atau tidak itu menjadi pertanyaan yang penting. Apakah engkau tanah yang berbatu, yang setelah mendengar Firman, hanya menerima Firman itu sebatas itu memberikan keamanan bagi saya, atau ketika penganiayaan datang, menjadi murtad, meninggalkan kepercayaan yang dianut demikian keamanan diri. Banyak orang dulu Kristen tapi setelah itu berubah bukan Kristen lagi, supaya kariernya lebih baik. Maka waktu Firman itu datang, reaksi kita bagaimana, apakah saya ambil lalu saya peluk kemudian saya mengatakan “Kristus saya milikMu selamanya”, apakah saya akan mengalami bahagia bersama Dia, juga sengsara bersama Dia atau tidak. Tapi orang yang hanya berpikir “kalau saya menderita, Tuhan perbaiki, kalau saya sulit, Tuhan bereskan, kalau saya mengalami kemiskinan, Tuhan beri kekayaan, kalau saya sakit, Tuhan sembuhkan”, tapi tidak peduli Tuhan jauh atau dekat, yang penting kalau saya minta apa Tuhan beri, itu yang beres. Orang seperti ini adalah Kristen yang belum benar, karena di dalam bagian yang kita lihat dalam Lukas 8, Tuhan mengatakan ada benih yang jatuh di atas batu, ini tidak akan tahan lama. Dia tumbuh, dia sangat senang Firman, dia sangat terhibur dengan kebenaran yang sudah disampaikan, tetapi begitu matahari bersinar, dia layu dan akhirnya mati. Begitu kesulitan datang, orang ini hancur. Maka yang poin kedua ini sangat penting, maukah kita menjadi orang yang menerima Firman dan berlimpah hidupnya? Kalau mau, ini penghalang yang harus kita singkirkan, kita tidak boleh jadi orang yang hanya menyenangi ketika Firman Tuhan berguna bagi saya, ketika Firman Tuhan membawa kebaikan bagi saya, tapi ketika identitas sebagai umat Tuhan mengganggu saya bahkan membuat saya sengsara, saya akan tinggalkan ini.  Ujian paling pertama yang dihadapkan pada orang percaya adalah kesulitan. Di dalam kesulitan masih bertahan atau tidak, ini adalah dalil dari perumpamaan Kristus yang kedua.

Lalu perumpamaan yang ketiga dikatakan ada benih yang jatuh di semak duri, ini melambangkan Firman yang jatuh pada orang yang bertumbuh di dalam kesenangan akan Firman, tapi setelah itu semak duri tumbuh, menghimpit dia kemudian mati. Ini adalah orang-orang yang menyenangi Firman, mengagumi Firman, tapi tidak melihat realisasinya, tidak melihat sisi aplikatif dari Firman Tuhan. Yang mereka tahu adalah Firman Tuhan meskipun indah tapi tidak real, yang dikhotbahkan pendeta meskipun indah tapi tidak real, pendeta tidak tahu sulitnya saya, cuma tahu khotbah keras-keras, coba kalau dia mengalami yang saya alami, seluruh khotbahnya cuma ide-ide yang tidak real. Orang yang mengatakan begini, dia hanya setuju Firman Tuhan tapi tidak melihat keperluan atau keharusan untuk menggumulkan, memperjuangkan Firman di dalam hidup. Tuhan mengatakan “engkau harus hidup suci”, lalu kita mengatakan “tidak bisa hidup suci, bagaimana caranya? Dunia dan segala kerusakannya membombardir kita dengan segala kecemaran, maka kita tidak mungkin berhasil, jadi Firman Tuhan terlalu idealis, tapi hidup kita itu nyata dan real”. Itu sebabnya tidak ada realita yang mengatakan “orang berdosa setelah terima Kristus langsung sempurna”, tidak, semua orang mengalami perjuangan langkah demi langkah mengatasi dosanya. Ini yang mesti kita pahami baik-baik, bahwa Tuhan menuntut kita mencapai yang ideal itu, meskipun Dia dengan tidak kejam menyuruh kita loncat melampaui kekuatan. Tapi juga jangan percaya kata-kata setan yang mengatakan “tidak mungkin, Tuhan menyatakan Firman terlalu ideal, terlalu berat, terlalu tidak realistis, Tuhan tidak mengerti pergumulanmu, Tuhan tidak mengerti kesulitanmu, Tuhan tidak mengerti yang dihadapi dunia postmodern ini, maka kamu tenang saja, kamu silahkan kompromi, karena Tuhan memang kurang mengerti keadaan kita”, ini perkataan setan. Tuhan menuntut apa yang menjadi kebenaran FirmanNya, itu harus dengan real kita nyatakan. Tapi orang-orang kelompok ketiga ini adalah orang yang setelah mendengar Firman, senang, tapi begitu senang, dunia tawarkan apa langsung belok, begitu mudah meninggalkan iman karena tawaran keindahan dari dunia ini. Dunia dengan segala kegemerlapannya melunturkan idealisme seseorang. Itu sebabnya biarlah kita belajar waktu Firman Tuhan menyatakan kebenaran, kita mau pegang, kita mau dengan integritas penuh mau jalankan. Dan Saudara mesti doa sama Tuhan, karena ketika ujian belum datang, kita mudah saja bilang ‘pokoknya saya mau pegang ini”. Tapi begitu semak duri semakin besar, tumbuh sama-sama kita, mulai kita pikir “nikmat juga, untuk apa saya mesti kesulitan dengan menjadi orang Kristen, mengapa tidak menikmati kelimpahan menjadi orang dunia?”, ini adalah contoh ketiga. Orang yang dengar Firman Tuhan lalu terhimpit oleh kekuatiran, kekayaan, kenikmatan hidup sehingga tidak menghasilkan buah. Dan Saudara jangan pikir kita cuma salah satu, kita mungkin ketiga-tiganya, mungkin kita dulu keras tapi Tuhan memberikan anugerah sehingga kita mau dengar, mungkin dulu kita sangat mudah memkompromikan iman, tapi Tuhan beri kekuatan, mungkin kita dulu begitu silau dengan harta dunia, tapi Tuhan memberikan kekuatan dalam menikmati hidup.

Dan yang keempat adalah yang jatuh di tanah yang baik, ini adalah orang yang berlimpah sampai 100 kali lipat. Saya yakin sekali Alkitab terus memberikan metafora perbandingan yang ekstrim sekali. Tuhan tidak memanggil kita untuk mengalami kelimpahan standar di dalam standar dunia, tapi kelimpahan yang lebih limpah. Maka dikatakan kelompok keempat adalah yang terima Firman, menyimpannya dalam hati yang baik dan ketekunan. Di mana dalam parabel yang Tuhan katakan, buah itu sampai 100 kali lipat. Siapakah kelompok keempat? Yesus mengatakan kelompok keempat adalah yang mendengar dan menyimpan hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan. Saudara yang mendengarkan Firman lalu menganggap dengar Firman adalah sesuatu yang mutlak harus saya perhatikan dengan serius, saya tidak akan biarkan pengertian dari Tuhan lewat dengan cara yang sepele, saya tidak mau apa yang Tuhan ajarkan dibiarkan lewat begitu saja, saya mau tangkap sebaik mungkin, secepat mungkin, dan saya mau dalami sedalam mungkin. Itu sebabnya setelah Saudara dengar Firman, terus pelajari, kita semua, termasuk saya, setiap kali mengerti sesuatu dari Alkitab, mari dalami, mari pelajari Kitab Suci, mari baca buku-buku yang penting untuk menambah kelimpahan kita akan Firman Tuhan. Kita mesti membiasakan kebiasaan selain dengar khotbah di gereja, terus baca Alkitab, terus baca buku yang penting, terus baca

buku yang berguna untuk membuat kita makin mengenal Tuhan. Dari sini kita akan melihat bahwa janji Tuhan yaitu orang yang simpan Firman ini baik-baik dalam hati akan berbuah dalam ketekunan. Lalu hal kedua, Tuhan juga mengatakan “orang yang menyimpan Firman dalam hati yang baik lalu mengeluarkan buah dalam ketekunan”, inilah orang yang masuk dalam kelompok keempat. Mengeluarkan buah dalam ketekunan, harus ada ketekunan. Ini adalah hal penting yang harus kita ketahui, komitmen dan ketekunan adalah hal penting dalam hidup Kristen. Maka komitmen melayani tubuh Kristus, hanya mungkin dengan real menjadi nyata kalau ada komitmen melayani di dalam gereja Tuhan, selebihnya omong kosong. Orang Kristen bukan hanya cari mana orang yang cocok untuk dirinya, orang Kristen juga sedang berusaha untuk membuat diri sendiri cocok untuk orang lain. Sedangkan orang Kristen akan mengatakan “dia orangnya seperti ini, saya bisa tidak dampingi dia. Kita mesti berjuang menjadi orang yang merupakan tanah yang subur, waktu Firman Tuhan itu datang, saya pelihara, saya peluk, saya cintai keindahannya, setelah itu saya belajar di dalam ketekunan hidup kudus, di dalam ketekunan mengabaikan diri, di dalam ketekunan melihat bagaimana fungsiku di dalam masyarakat. Melihat dengan ketekunan apa yang bisa aku kerjakan bagi orang lain, ini justru yang akan membuat hidup berlimpah sampai 100 kali lipat. Saudara kalau tidak mau percaya kalimat Alkitab, saya tidak tahu Saudara mau percaya kalimat apa lagi. Tapi kalau Saudara mau percaya kalimat ini, mari berjuang sama-sama. Kiranya Tuhan menjadikan kita orang-orang yang mendengarkan Firman, menyimpan dalam hati yang baik dan berbuah di dalam ketekunan.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Banyak diampuni, banyak berbuat kasih

(Lukas 7: 36-50)
Siapa orang yang akhirnya ditolak Tuhan? Simon, mengapa Simon akhirnya ditolak Tuhan? Karena dia menolak Tuhan dengan datang kepada Tuhan dengan penuh keangkuhan. Sedangkan perempuan ini menjadi orang yang diterima karena dia datang kepada Tuhan dengan penuh kerendahan hati. Ini merupakan pola yang Lukas tahu orang Yahudi mengerti waktu mereka membaca Perjanjian Lama. Di dalam Perjanjian Lama Tuhan sangat menekankan bagaimana relasi dengan Tuhan merupakan sesuatu yang Tuhan ingin waktu Dia memanggil manusia. Tuhan akan menyatakan DiriNya dan Tuhan akan memberikan bagian kepada manusia sesuai dengan respon manusia itu kepada Tuhan. Bagaimana Allah berelasi dengan Israel, itu adalah sesuatu yang menjadi cara berpikir untuk mereka mengerti siapa Tuhan. Jadi mereka tidak menerima doktrin atau pengertian tentang Tuhan dilepaskan dari pengertian tentang relasional. Ini yang sering kita sebut dengan perjanjian, Tuhan menyatakan perjanjian, maka kita harus lihat Dia dalam sudut pandang perjanjian. Kalau kita pakai bahasa lain, perjanjian itu sangat berkait dengan relasi. Tuhan berkata kepada Israel “kalau engkau setia, Aku akan berkati engkau, kalau engkau tidak setia, Aku akan kutuk, Aku akan buang engkau dari tanah ini. Kita menyembah Tuhan yang menyatakan Diri kepada kita dengan kesungguhan mau berelasi dengan manusia. Itu sebabnya kita tidak kesulitan ketika Tuhan mengatakan “kalau kamu setia Aku akan setia kepadamu, kalau tidak Aku akan buang”, ini pengertian relasional dalam perjanjian seperti yang Tuhan nyatakan pada Israel. Jadi untuk memahami Tuhan kita tidak bisa melihat Dia tanpa memahami Dia sebagai Allah yang mau berelasi dengan kita. Dia mau berelasi dengan kita, panggil kita untuk mengenal Dia, sebab kita sendiri sudah dikenal oleh Dia. Itu sebabnya pengenalan akan Tuhan tidak mungkin tanpa ada relasi, saya mengenal siapa Tuhan dan karena itu ada relasi yang akrab dengan Tuhan.

Itu sebabnya tahu akan Tuhan tidak mungkin sama dengan tahu Tuhan berdasarkan mengetahui Firman, mengetahui hukum dan mengetahui sifat-sifatNya. Dalam Kitab Imamat, relasi semua pihak itu diatur, suami istri yang pantas bagaimana, yang tidak pantas bagaimana, istri kepada suami yang pantas bagaimana yang tidak pantas bagaimana, anak muda ke orang tua yang pantas bagaimana yang tidak pantas bagaimana, orang asli ke orang asing yang pantas bagaimana yang tidak pantas bagaimana, orang yang mempunyai uang kepada orang yang tidak yang pantas bagaimana yang tidak pantas bagaimana, pemimpin kepada bawahan, raja kepada rakyat, semua ditulis. Jadi Kitab Imamat menunjukan bahwa Tuhan peduli kepada relasi, dan Tuhan memberikan pengertian mana pantas mana tidak. Demikian juga waktu Tuhan berelasi dengan manusia, Tuhan menyatakan mana pantas dan mana tidak. Apa yang boleh dilakukan oleh manusia, mana yang tidak. Dan dalam Perjanjian Lama banyak ayat, saya kutip hanya beberapa, misalnya dalam Mazmur 69: 33; 149: 4 dan Mikha 6: 8, syarat yang sering diulangi untuk berelasi dengan Tuhan adalah rendah hati. Tidak ada orang boleh berelasi dengan Tuhan kecuali dia datang dengan kerendahan hati. Tidak ada orang boleh mengklaim boleh kenal Tuhan, kecuali dia mengenal Tuhan dengan kerendahan hati. Yang Tuhan tuntut adalah bagaimana kita hidup mengadopsi sifat Tuhan yaitu keadilan dan belas kasihan, tapi juga memberikan penghormatan kepada Tuhan di dalam kerelaan untuk merendahkan diri. Saya datang ke Tuhan dengan rendah hati, inilah yang menjadi syarat orang diterima oleh Tuhan.

Apa rendah hati itu? Saya membagi setidaknya dalam beberapa poin untuk kita mengerti lebih dalam, rendah hati berarti saya sadar bahwa apa pun yang Tuhan beri, tidak satupun saya layak terima, ini namanya rendah hati. Kalau apa yang saya punya, saya rasa saya berhak dapat, ini berarti saya datang kepada Tuhan dengan keangkuhan. Tapi kalau saya sadar semua yang saya punya itu tidak layak saya dapat, ini namanya rendah hati. Sehingga Saudara datang kepada Tuhan dengan perasaan sangat tidak layak karena meskipun saya penuh kecemaran, Tuhan tetap memberkati dengan limpahnya. Mengapa Tuhan tidak berhenti memberkati? Mengapa Tuhan terus pelihara hari demi hari? Ini terjadi karena Tuhan beranugerah, bukan karena saya layak. Maka orang yang rendah hati akan datang kepada Tuhan dengan mengatakan “Tuhan, semua yang saya terima, besar atau kecil, semua yang saya terima tidak satu pun layak saya terima. Tidak satu pun saya bisa ambil lalu mengatakan memang sepantasnya saya miliki”. Ini hal yang sangat sulit untuk kita jalani meskipun sangat mudah kita terima. Sudahkah kamu datang dengan rendah hati kepada Tuhan? Sudah, bagaimana tahunya? Saya menganggap semua yang saya miliki tidak layak saya terima. Alkitab menggambarkan kerendahan hati dengan kesabaran “saya tidak boleh melihat Tuhan, Dia terlalu mulia, saya tidak boleh datang ke tempat di mana Tuhan dinyatakan, sebab itu sangat tidak pantas untuk saya”. Maka orang yang rendah hati datang kepada Tuhan, dia hati-hati sekali, dia tidak datang kepada Tuhan dengan percaya diri mengatakan “saya bisa datang kapan pun saya mau”, dan dia tidak datang dengan sifat yang sombong. Itu sebabnya Tuhan Yesus beri contoh ada orang Farisi berdoa dengan pemungut cukai berdoa, dan pemungut cukai itu biasanya adalah orang-orang yang disuruh untuk menagih, bukan bos yang mengatur keuangan di antara cukai. Itu sebabnya pemungut cukai yang digambarkan di Alkitab seringkali adalah orang-orang rendahan yang disingkirkan oleh masyarakat. Dan di dalam Alkitab dikatakan juga ada para pelacur yang terkenal, kalau pelacur sudah terkenal di satu kota berarti dia pelacur rendahan, karena pelacur rendahan yang sudah terkenal, tidak ada orang yang akan tidur dengan dia, kecuali orang itu adalah orang rendahan. Dan pada zaman itu kalau orang punya hutang, dia akan jual anaknya kalau tidak sanggup bayar hutang. Kalau anak perempuan itu cantik, dia akan jadikan istri, kalau anak perempuan itu jelek, dia akan jadikan budak saja, kalau anak perempuan itu agak lumayan, tapi tidak cantik-cantik amat, dia mungkin akan dijual menjadi pelacur. Jadi perempuan bisa menjadi pelacur karena wajah tidak terlalu cantik-cantik amat, lalu dibuang juga oleh masyarakat. Ini perempuan yang kita baca dalam Lukas 7 tadi adalah orang yang paling kasihan, sudah dianggap paling hina, tidak punya tempat di masyarakat, dia tidak tahu lagi mau kemana. Di tengah-tengah tidak tahu mau kemana, dia harus datang kepada Tuhan, tapi dia tahu dia tidak layak. Di tengah-tengah pergumulan “saya tidak layak, tapi harus datang”, dia putuskan untuk datang. Perjanjian Lama menyatakan hal yang sama, orang-orang yang sadar dia tidak layak tapi putuskan harus datang, karena kalau tidak bergantung kepada Tuhan, akan mati. Waktu mereka tetap nekat datang, ternyata Tuhan tidak buang. Inilah kerendahan hati yang akhirnya mendapat kelimpahan di dalam penerimaan Tuhan.

Jadi rendah hati berarti saya sadar semua yang saya dapat, saya tidak layak dapat. Itu sebabnya ucapan syukur yang tulus atas apa yang kita dapatkan itu adalah tanda kerendahan hati. Itu sebabnya rendah hatilah datang kepada Tuhan dengan mengatakan “Tuhan, hal yang paling kecil yang sering saya abaikan, sekarang saya tidak mau abaikan lagi, sekarang saya tahu ini pun dari Tuhan, ini pun berkat yang Tuhan berikan, yang tidak layak saya terima”. Lalu yang kedua, datang kepada Tuhan dengan kerendahan hati, berarti saya tahu kalau saya sudah datang, saya tahu Tuhan mau apa, saya siap kerjakan itu dengan sepenuh hati. Seberapa banyak kita membuat cita-cita, tujuan hidup, rencana dan lain-lain tidak ada kaitannya dengan Tuhan, saya putuskan sendiri tanpa peduli Tuhan maunya apa. Ini adalah cara mengatur hidup yang sangat salah. Saudara tidak bisa mengabaikan Dia yang menopang hidup, lalu memakai seluruh topangan yang Dia beri untuk cita-cita yang tidak berkait dengan Dia. Itu sebabnya waktu saya ditopang oleh Tuhan, seluruh masa depan saya mesti menjadi milik Tuhan. Maka orang yang rendah hati mengatakan “Tuhan, ini hidupku, Engkau mau saya lakukan apa?”. Tetapi bahkan di antara orang Kristen pun ini adalah hal yang langka. Apakah kita ingat waktu kita bikin cita-cita, bikin target, bikin kerinduan, Tuhan ada di mana di situ? Seringkali kita taruh Dia di belakang dan kita abaikan, padahal Dia yang topang kita. Lalu ketiga, kita mempunyai kerendahan hati dengan sadar “saya tidak layak datang ke hadapan Tuhan, setiap momen saya boleh mendengar Firman, boleh berdoa kepada Tuhan, boleh mendapatkan ingatan kembali bahwa Tuhan sudah menyelamatkan kita”, itu adalah momen-momen yang sangat berharga yang kita mesti ingat, kita tahu dan kita syukuri.

Di dalam 3 hal inilah orang Israel datang kepada Tuhan. Siapa dibiasakan punya kerendahan hati seperti ini menunjukan bahwa dia adalah benar-benar umat yang sudah Tuhan terima. Tapi siapa yang gagal melakukan ini, tidak peduli mereka sudah menjalankan hukum sebagaimana hebat, tidak peduli seberapa besar pangkat dan kedudukan mereka, tetap mereka bukan orang yang akan diperkenan oleh Tuhan. Herannya dalam Perjanjian Baru, terutama di dalam 4 Kitab Injil, lebih sering lagi dalam Matius, Markus dan Lukas, seluruh penghormatan yang dituntut dalam relasi dengan Tuhan, sekarang dituntut juga di dalam relasi dengan Kristus, ini yang membuat kita terkejut sekali. Jadi apa yang Tuhan tuntut menjadi syarat relasinya dengan Allah di Perjanjian Lama, sekarang Tuhan tuntut menjadi syarat relasi dengan Kristus. Maka siapa datang kepada Allah harus dengan kerendahan hati, siapa yang datang kepada Yesus juga sama, harus dengan kerendahan hati. Itu sebabnya ketika jamuan makan malam ini dicatat oleh Lukas, Lukas membagi 2 ada orang yang bukan milik Tuhan yaitu Simon orang Farisi. Pelacur ini adalah golongan yang akhirnya Tuhan terima. Bagaimana bisa pemimpin agama yang demikian hormat, dibuang, lalu orang pelacur yang begitu hina diterima? Karena waktu Simon undang Yesus datang ke dalam perjamuan makan, Yesus sendiri mengatakan “kamu tidak menyambut Aku dengan ciuman”, padahal dalam tradisi orang Yunani yang diadopsi juga oleh Yahudi, waktu Saudara undang orang datang, kalau orang itu tamu terhormat, Saudara sendiri mesti sambut. Mengapa Simon undang Yesus? Mungkin karena Yesus populer, dia mau numpang popularitas. Tapi supaya Simon tidak dimusuhi orang Farisi, dia tidak tunjukan hormat yang terlalu besar. Jadi untuk orang-orang penggemar Yesus, Simon ikut dihormati, untuk orang-orang yang anti Yesus, dia tetap aman. Inilah posisi politik cari aman, ke A bisa ke B juga bisa. Maka waktu Yesus disambut dengan cara ini, Yesus tetap diam, Dia cuma tahu satu hal bahwa orang ini tidak sungguh-sungguh mengenal siapa Dia. Lalu ketika mereka makan, ternyata ada perempuan ini masuk, perempuan ini sudah sangat-sangat ingin bertemu Yesus, maka dia paksa diri masuk dalam pertemuan ini. Ketika ada jamuan makan seperti ini, hanya tamu yang boleh masuk, kalau orang tidak diundang pasti tidak boleh masuk. Lalu pembantu harus masuk lewat pintu lain. Jadi orang ini pasti menerobos dan pasti jadi perhatian. Dia langsung sujud ke kaki Yesus, kemudian cium, itu sebabnya reclining tabel yang bentuk U sangat cocok di sini. Kalau Yesus makan dengan meja biasa, perempuan ini kesulitan cari kaki Yesus, dia harus masuk ke kolong meja, lalu permisi cari kaki Yesus. Tapi di dalam cara reclining ini, langsung dia datang, di mana Yesus sedang berbaring, wajahNya dekat meja untuk berbicara, kakiNya menjauhi meja. Dia dengan mudah datang ke situ, langsung peluk, langsung cium kaki Yesus. Lalu air matanya tanpa sadar jatuh ke kaki Tuhan Yesus, dan dia jadikan air matanya itu air untuk membersihkan kaki Yesus, bayangkan berapa banyaknya air mata yang turun, air matanya jatuh terus. Dia sadar dia bukan orang yang layak, tapi dia dapat kesempatan untuk minta ampun kepada Tuhan Yesus. Maka ketika dia peluk kaki Yesus, dia cium kaki Yesus, dia ambil rambutnya untuk lap kaki Tuhan Yesus. Rambut yang di dalam budaya Timur Dekat Kuno sering ditutup, ini adalah pernyataan kemuliaan seorang wanita yang hanya boleh dilihat oleh orang yang mempunyai kedudukan spesial bagi dia. Jadi dia tidak sembarangan buka seperti ini, waktu dia buka seperti ini, dia tunjukan mahkota yang mulia dia pakai untuk lap kaki yang paling rendah, itu pun masih tidak layak. Maka dengan perasaan tidak layak, dia pakai rambutnya untuk lap kaki Tuhan Yesus. Dan Tuhan Yesus menerima semua perlakuan ini karena Dia tahu orang ini memperlakukan Dia sebagaimana seharusnya. Yesus memang layak disembah sujud seperti ini. Waktu dia sudah lap pakai rambutnya, dia keluarkan minyak wangi, setelah dia buka, dia curahkan ke kaki Yesus. Ini menunjukan hal yang berbeda dengan yang dicatat di Yohanes sebelum penyaliban Tuhan Yesus. Disitu dikatakan Maria meletakan minyak narwastu itu di kepala Tuhan Yesus, sedangkan perempuan ini di kaki, jadi ini 2 peristiwa yang berbeda.

Mengapa dia taruh di kaki? Padahal pengurapan biasanya di kepala. Karena perempuan ini sadar “saya beli minyak ini dari hasil pekerjaan saya yang adalah sangat berdosa. Saya seorang pelacur, saya dapat uang dari melacur, saya beli minyak dari hasil melacur, mana boleh taruh di kepala Tuhan Yesus”, maka dia hanya taruh di kaki untuk mengatakan “ini yang saya hanya bisa lakukan karena ini tidak layak pergi ke tempat yang lebih tinggi dari pada kaki”. Maka dia taruh lalu dia minyaki, kemudian ketika minyak itu menyebar, Simon mulai berpikir dalam hati, dia melihat dengan Yesus dengan tenang, ini orang-orang stoik jadi perasaan apa pun tidak kelihatan di muka, mukanya tenang terus. Simon seolah-olah menegur Yesus, “Simon, ada yang mau Aku ceritakan”, “katakanlah Rabi”, itu bukan pengucapan hormat. Ini dia minta dihormati “mengapa Engkau memanggil aku Simon? Saya punya title kok”. Tapi Yesus langsung cerita “ada 2 orang, satu hutang 500 yang satu lagi hutang 50, yang 500 diampuni, yang 50 diampuni, mana yang akan lebih bersyukur? Mana yang akan mengasihi tuannya lebih lagi?”, Simon menjawab pakai formal lagi. Tuhan tiap ngomong sama Simon langsung to the point, Simon ngomong sama Tuhan Yesus pakai tata krama yang dibuat-buat. Seolah-olah Tuhan mengatakan “kamu terus pertahankan tata krama yang dibuat-buat, tapi tata krama kepada Tuhanmu, kamu lupa.

Maka Yesus mengatakan “yang datang kepadaKu dengan sadar dosa akan jauh lebih mencintai Aku dari pada mereka yang tidak sadar dosanya”. Yesus mengatakan kalimat yang menjadi inti dari perbuatan kasih orang Kristen, “orang ini yang diampuni banyak, dia akan berbuat kasih banyak. Orang yang diampuni sedikit, juga sedikit berbuat kasih”, yang Tuhan maksudkan adalah ketika orang tahu hidupnya adalah hidup pemberian dari anugerah pengampunan Tuhan, dia pasti akan dedikasikan hidupnya untuk perbuatan kasih. Tapi Tuhan Yesus mengatakan “kasih adalah seorang yang rela menyerahkan nyawa bagi saudara-saudaranya”. Apakah itu berarti kita harus mati bagi sesama? Tapi kesempatan mati martir demi orang lain juga tidak banyak. Yang dimaksudkan adalah bukan hanya keberanian mati demi saudara, tapi keberanian untuk mendedikasikan hidup demi saudara dan ini yang dikerjakan Tuhan Yesus. Tuhan bukan cuma mati demi muridNya, Dia hidup pun untuk melayani murid. Dia bukan hanya mati di kayu salib, meskipun itu tujuan utama, tapi waktu hidup melayani umat Tuhan dengan sepenuh jiwaNya. Itu sebabnya maksud rela menyerahkan nyawa untuk sesama berarti rela menghabiskan hidup untuk sesama. Jangan pikir kita sudah berbuat baik hanya karena kita sudah menolong beberapa orang dengan sedikit uang kita kasi. Tapi hidup kita serahkan kepada siapa, itu yang menjadi intinya. Saya punya cita-cita untuk orang lain atau tidak? Saya punya hidup diserahkan untuk orang lain atau bukan? Saya studi dengan tujuan untuk orang lain atau bukan? Saya belajar untuk memajukan bangsa ini atau bukan? Itulah yang disebut dengan menghabiskan hidup untuk orang lain. Dan inilah tindakan kasih yang Tuhan mau.

Harap ini mendorong kita untuk menjadi orang yang dengan rendah hati datang kepada Tuhan, rendah hati datang menyadari apa yang kita peroleh, terutama keselamatan kita, tidak layak kita dapat. Menyadari bahwa apa yang kita kerjakan untuk Tuhan itulah yang membuat hidup kita bermakna. Dan menyadari bahwa apa pun yang kita dapat dari pernyataan Diri Tuhan, ibadah kepada Dia, doa kepada Dia, dengar Firman, semua tidak layak kita dapat tapi Tuhan berikan kepada kita. Dan harap kesadaran ini boleh mengubah pandangan kita dalam melihat hidup. Saya tidak minta Saudara mengubah cara hidup, saya tidak minta Saudara mengubah profesi, saya tidak minta Saudara mengubah kebiasaan Saudara. Saya cuma minta Saudara mengubah target Saudara melakukan itu, tadinya untuk diri sekarang untuk orang lain. Kiranya kita mendapat pengalaman rohani yang sama, dimana totalitas hidup kita bagi Tuhan membuat kita hidup dengan penuh limpah berkat bagi orang lain.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Melihat nabi?… bahkan lebih besar dari pada nabi

(Lukas 7: 24-35)
Setelah orang suruhan Yohanes pergi, Tuhan Yesus bertanya kepada orang-orang yang berkumpul, Dia tanya “mengapa kamu pergi ke padang gurun?”. Padang gurun bukan hanya tempat orang tidak bisa tinggal karena tidak ada air, tidak ada tanaman dan lain-lain, tapi padang gurun adalah setiap tempat yang tidak ada kebudayaan di daerah situ. Jadi padang gurun menjadi simbol untuk gagalnya kebudayaan berkembang. Ketika disebut padang gurun, tidak berarti tempat itu harus tempat yang kering, lalu tidak ada air sama sekali, lalu ada ular beludak, bukan seperti itu. Karena Yohanes Pembaptis pergi ke padang gurun, tetapi tidak jauh dari Sungai Yordan. Dia membaptis orang di Sungai Yordan, kalau masih ada air berarti ini bukan padang gurun, ini tetap padang gurun karena ada tempat di mana Israel tidak menyatakan tempat menjadi milik Tuhan dan kebudayaan yang berkembang di tengah-tengah Israel, ini tempat di luar itu. Jadi tempat kebudayaan tidak berkembang disebut padang gurun. Maka Tuhan Yesus tanya “mengapa pergi ke padang gurun? Kamu ke padang gurun bukan lihat orang yang baju bagus, orang yang baju bagus ada di istana. Ketika Yohanes Pembaptis mempertanyakan Tuhan Yesus, Tuhan Yesus tetap pada fakta bahwa dia adalah nabi Perjanjian Baru yang paling besar, Dia tidak merendahkan orang itu. Tuhan Yesus mengkonfirmasi bahwa Yohanes adalah nabi, bahkan nabi yang terbesar. Mengapa Tuhan harus menekankan bahwa Yohanes adalah nabi? Karena pada waktu itu ada pertentangan besar, benarkah Yohanes nabi? Kalau betul Yohanes nabi, mengapa dia tidak pernah pergi ke Yerusalem, mengapa tidak melakukan ibadah di Bait Suci sebagaimana yang Tuhan perintahkan. Ini sering menjadi titik lemah yang diserang oleh orang Farisi, Yohanes Pembaptis adalah nabi yang tidak lazim, tidak umum, dia mengikuti kebiasaan orang Qumran. Yohanes Pembaptis sering menyerukan pertobatan lalu berkumpul di Goa Qumran, di dekat Laut Mati. Dan di situ dijadikan tempat di mana mereka berkumpul menjauh dari kebudayaan Israel, tinggal di situ, mempelajari Kitab Suci, menyalin Kitab Suci dan hidup dengan cara yang diperkenan Tuhan. Mereka memakai tempat itu untuk menunjukan “kami rasa Israel masih ada dalam pembuangan”, ini satu motivasi dari orang Qumran membentuk komunitas mereka.

Ketika orang Israel kembali dari pembuangan, terjadi hal yang begitu menakutkan, yang menunjukan secara politik orang Israel tetap kacau imannya, bukan sungguh-sungguh bertobat. Mereka sudah kembali ke Tanah Perjanjian, sudah kembali ke Kota Yerusalem dengan tembok yang lengkap dan di tengah-tengahnya ada Bait Suci yang megah, tetapi mereka tetap hidup seperti dalam pembuangan. Orang-orang Qumran sudah melihat sejak dulu, orang yang jadi pemimpin, imam, mau jadi pembimbing orang lain, tetapi mereka penuh dengan kepalsuan. Orang-orang Farisi terkenal sebagai orang yang akan mempunyai murid, punya pengaruh luar biasa keras kepada murid, murid itu seolah tidak bisa bertindak apa pun tanpa ada nasihat dari dia. Dan ini merupakan kebahayaan yang besar sekali. Seorang bernama Carl Trueman tulis artikel tentang hal ini, dia mengatakan semakin orang punya pengaruh sendiri, semakin dia paling bahaya untuk merusakan kerohanian orang. Paulus pernah mengatakan di Korintus “ada banyak pengajar di tengah-tengah kamu”. Ada Paulus yang menanam, ada Apolos yang menyiram, tapi yang penting adalah Tuhan yang memberikan pertumbuhan. Paulus mengatakan “kamu punya banyak pengajar, tapi kamu punya satu bapa yaitu saya”. Tapi setelah 3 tahun pelayanan, dia tinggalkan Korintus, dia serahkan Korintus kepada tua-tua, dia kunjungi kembali sebelum perjalanan ke Yerusalem untuk memperkuat iman mereka. Jadi dia membiarkan orang lain punya pengaruh lebih besar di tengah-tengah Korintus, inilah bapa rohani yang sejati. Sedangkan bapa rohani yang palsu hanya ingin dia yang masuk, tidak ingin ada orang lain yang pengaruhi. Maka orang Qumran melihat orang-orang Farisi yang memuridkan orang ternyata rusak seperti ini, orang imam keturunan Lewi yang mau jadi pemimpin ternyata rusak karena menjadi penjilat orang Makedonia. Maka mereka lari dari Yerusalem, mereka pindah di tempat yang tidak ada orang mau tinggal yaitu di goa, persis di daerah Laut Mati, dekat seberang Sungai Yordan, di daerah bangsa-bangsa lain, di daerah padang gurun, menurut istilah Alkitab. Jadi mereka tinggal di padang gurun, menunjukan kepada Israel “hei Israel, kamu sudah punya daerah, kamu sudah punya tempat Yerusalem yang dikurung oleh tembok yang bagus dan punya Bait Suci, tapi sebenarnya kamu masih dalam pembuangan, kamu masih dibuang, sadarkah kamu?”. Akhirnya mereka menyingkir sambil terus teriak “engkau masih dibuang”. Inilah orang Qumran, tapi pertanyaannya mengapa Yohanes Pembaptis mirip orang Qumran? Dia bukan orang Qumran, Alkitab mencatat dia anak Zakaria, seorang imam, harusnya dia melayani dekat Yerusalem, harusnya dia melayani di dalam Bait Suci, di dalam lingkup Bait Suci, mengapa dia pergi ke daerah seberang Sungai Yordan lalu teriak-teriak pertobatan? Kita tidak dapat penjelasan dari Alkitab. Tapi F.F. Bruce, seorang teolog dari Inggris, mengatakan bahwa Yohanes Pembaptis kemungkinan diadopsi oleh orang Qumran. Mengapa begitu? Karena Alkitab mencatat Yohanes Pembaptis lahir ketika Zakaria dan Elizabet, papa mamanya sudah tua. Kalau papa mamanya sudah tua, tidak lama lagi dipanggil Tuhan. Jadi waktu Yohanes Pembaptis masih bayi, papa mamanya sudah tua. Maka tidak lama kemudian kedua orang tuanya mati dan Yohanes Pembaptis menjadi yatim piatu. Salah satu kebiasaan orang Qumran adalah selain mereka menyalin Kitab Suci dan mempelajari, mereka juga mengadopsi orang untuk menjadi orang tua angkat bagi anak-anak terlantar ini. Maka waktu Yohanes melayani dengan cara orang Qumran, langsung orang Farisi dan imam mengatakan “ini pasti nabi palsu”.

Adalah fakta bahwa Yohanes Pembaptis menggenapi yang dikatakan oleh Maleakhi, yaitu dikatakan akan ada orang datang untuk mempersiapkan jalan bagi Tuhan. Lalu di dalam Kitab Nabi juga dikatakn bahwa yang akan datang ini adalah Elia, ini bikin orang makin mengerti siapa Yohanes Pembaptis. Dia melanjutkan pelayanan Elia dan Elia melayani di Utara bukan Selatan, Elia melayani bukan di Yerusalem dan bukan Bait Suci. Dia melayani di Utara dan dianggap sudah buangan oleh orang Selatan. Maka para pengikut Yohanes Pembaptis mengatakan “ini ada bukti bahwa Yohanes Pembaptis adalah nabi yang asli, karena dia mengadopsi pelayanan Elia”. Yohanes Pembaptis melakukan pelayanan seperti ini karena pengaruh Qumran, mengapa pengaruh pelayanan Qumran seperti ini? Karena mereka percaya Israel masih dalam pembuangan. Mereka menyingkir lalu menganggap Israel masih dalam pembuangan, mesti bertobat dulu baru tempat ibadah di Bait Suci boleh dipulihkan kembali. Itu sebabnya mereka menyingkir. Dan kalau kita mempelajari sejarah zaman itu, kita tahu umat Tuhan begitu rusaknya. Saya membaca dalam kisah catatan F.F. Bruce tentang sejarah Israel sejak kembali dari pembuangan, saya sangat kasihan kepada orang Israel, mereka begitu penuh dengan kebingungan karena tidak ada satu pun pemimpin yang beres. Alkitab seolah-olah mencatat sebelum Mesias datang, tidak ada yang beres, ada pemimpin yang kuat dari sisi politik tapi sangat palsu dalam kerohanian, ada pemimpin yang merasa rohaninya baik tapi ternyata motivasi di baliknya terlalu penuh dengan cara yang merugikan orang Israel. Yohanes Pembaptis memulai pelayanan dan dia mulai teriak untuk mempertobatkan orang “bertobatlah kamu”, mengapa teriak bertobat? “Karena kamu belum balik, kamu belum sungguh-sungguh bertobat, kamu belum hidup sungguh-sungguh bagi Tuhan. Kamu punya tampilan rohani, tapi di dalam tidak ada kerohanian yang baik. Kamu punya banyak kegiatan rohani, tapi di dalam tidak ada kerohanian yang baik. Kamu punya kalimat rohani, tapi di dalam tidak punya kerohanian yang baik”. Mari lihat ke dalam diri lalu selidiki “saya ini yang mana, apakah saya orang buangan atau umat Tuhan yang sudah dipulihkan? Apakah saya ini umat sisa yang akhirnya Tuhan pulihkan atau saya adalah kebanyakan orang yang harus dibuang karena saya banyak menunjukan kepalsuan?”. Saya tidak tanya seberapa saleh kita di luar atau berapa banyak pelayanan yang sudah kita kerjakan atau berapa banyak pengaruh yang kita sudah berikan atau berapa banyak pengetahuan yang sudah kita tahu. Saya mau kita jujur lihat ke hati lalu cari tahu “saya dimana, saya kaum sisa yang Tuhan pulihkan atau saya umat Tuhan yang terbuang di dalam tempat ibadah”. Mungkin kita tiap hari ke tempat ibadah, tapi kita orang buangan. Kita tiap hari belajar Kitab Suci tapi ternyata kita hidup sebagai orang buangan, mari selidiki hati dan koreksi diri.

Inilah penggilan Yohanes Pembaptis, terus membuat umat Tuhan hidup gelisah, tidak pernah nyaman, tidak pernah tenang karena terus dikorek lagi dosanya. Dan dia adalah orang yang sangat berani, siapa pun yang datang, kalau dia rasa tidak beres, dia akan tegur, siapa yang hadir kalau dia rasa tidak beres, akan dia tegur lagi. Yohanes Pembaptis menjadi sangat penting, karena pelayanannya langsung menyatakan orang Israel masih berdosa. Sedangkan orang Farisi punya cara pelayanan untuk merebut sebanyak mungkin orang menjadi pengikut mereka. Ini cara pelayanan yang sangat berbeda. Yohanes Pembaptis punya pengaruh hanya 2 yang secara pengaruh melanjutkan gereja Tuhan. Yang pertama adalah pengaruh dia kepada beberapa murid Yesus, dia punya murid banyak sekali, tapi hanya beberapa yang ikut Yesus dan dipakai Yesus. Simon Petrus salah satunya, Yakobus dan Yohanes, mereka adalah orang-orang yang tadinya adalah murid-murid Yohanes Pembaptis, lalu ada Andreas. Lalu orang-orang yang ada 12, yang menjadi murid Yohanes Pembaptis, harus lari ke Efesus, waktu Paulus ke Efesus dia bertemu dengan mereka, dan mereka menjadi orang Kristen, salah satu kelompok pertama yang menjadi Kristen di Efesus. Jadi inilah jalan yang disiapkan Yohanes Pembaptis, kelihatan begitu kecil, tapi begitu signifikan. Jadi dia menyiapkan orang untuk kembali kepada Tuhan, dia tidak peduli, dia disukai atau tidak, dia tidak peduli dia menjadi populer atau tidak, dia tidak peduli orang mengaku sebagai pengikutnya atau bukan. Waktu Yesus Kristus menyerukan “bertobat, Kerajaan Allah sudah dekat”, orang pikir ini kelanjutan dari Yohanes Pembaptis. Tapi Yohanes sendiri mengatakan “ini bukan kelanjutan dari pelayananku, ini adalah penggenap dari pelayananku. Apa yang aku kerjakan adalah untuk Dia. Kamu ikut saya supaya nanti ikut Dia, kamu mendengar saya supaya nanti kamu menyambut Dia. Dia harus menjadi besar dan saya harus jadi makin kecil. Terpujilah namaNya. Saya buka tali sepatuNya pun saya tidak layak, untuk merendahkan diri, untuk mencuci kakiNya, saya tidak boleh, sebab saya terlalu hina”.

Jadi Yesus ditinggikan begitu besar oleh Yohanes Pembaptis dan pada periode ini Yesus mengatakan “Yohanes adalah nabi sejati”. Jadi Yesus langsung membuat kontroversi itu berakhir “kamu pengikutKu, harus tahu Yohanes itu nabi sejati”. Dia bukan palsu seperti orang Farisi bilang, dia bukan orang yang tidak mengerti bahwa pelayanan harus dilakukan di Bait Suci. Dia sengaja menjauhi Bait Suci untuk mengatakan waktu pemulihan belum tiba, Israel masih dalam pembuangan. Tapi ketika Kristus datang, Kristus menyatakan hal yang lain, yaitu Israel tidak lagi dalam pembuangan karena Dia sudah datang. Maka kalau Yohanes melayani pakai kulit unta, Yesus melayani pakai baju biasa, Yohanes melayani di padang gurun, Yesus pergi ke Bait Suci, Yohanes melayani dengan cara Qumran, Yesus tidak ikuti cara Qumran. Di sini Yesus mengingatkan kepada kita tidak ada cara pelayanan yang mutlak. Cara pelayanan begitu banyak, begitu ragam, gaya pelayanan begitu limpah, tetapi tujuan tetap satu, “bagaimana aku semakin kecil dan Kristus semakin besar”. Orang Farisi seperti orang-orang di pasar, Yesus mengucapkan kalimat “kami meniup seruling bagimu, kamu tidak menari. Kami menyanyikan kidung duka, tapi kamu tidak menangis”. Zaman dulu ada permainan anak berupa pantun berbalasan dinyanyikan, biasanya ada sindiran seperti ini, saya tidak tahu, kita tidak tahu, tapi orang-orang yang selidiki mengatakan mungkin ada pantun seperti ini yang ditujukan kepada orang yang tidak suka main. Anak-anak yang kalau temannya kumpul, dia menyendiri, anak-anak yang kalau main, dia bengong sendiri. Mengapa bengong sendiri? Bisa 2 alasan, yang pertama karena tidak bisa bergaul dengan baik, ini mesti dikasihani, diajak. Tapi ada kelompok kedua yang merasa lebih pintar, lebih hebat, lebih rohani dari yang lain, tidak mau gabung. Ketika dia memilih untuk tidak mau gabung, ini seperti orang Farisi. Maka Yesus mengatakan “yang kamu kerjakan adalah menangis waktu orang harusnya tertawa dan tertawa waktu orang harusnya menangis”. Kamu merasa di pembuangan waktu Kristus datang, tapi kamu merasa sudah dipulihkan waktu Yohanes mengatakan “kita masih dalam pembuangan”, ini aneh sekali. Yohanes mengatakan “kamu masih dibuang”, mereka hidup seolah-olah sudah pulih. Yesus mengatakan “Aku membawa pemulihan”, mereka hidup seolah-olah ada dalam pembuangan. Ini maunya apa? Ini seperti orang menangis waktu ada pesta penikahan dan ketawa waktu ada kedukaan. Waktu di kedukaan, berdukalah dengan orang berduka, demikian dikatakan Alkitab, tertawalah dengan orang yang tertawa. Zaman Yohanes adalah zaman berduka karena belum ada pemulihan, jadi jangan ketawa waktu zaman Yohanes. Zaman Yesus adalah zaman penawaran pemulihan itu, jadi tidak perlu nangis waktu ada Yesus. Bayangkan orang Yahudi itu selalu salah, doa “Tuhan pulihkan”, sampai meratap di tembok ratapan, Yesus sudah datang, oleh mereka malah disalib. Lalu doa lagi “Tuhan pulihkan”, Tuhan kalau marah bisa mengatakan seperti ini “sudah Aku beri, kamu salib, sekarang sudah Aku ambil, kamu minta lagi, sekarang maunya apa?”. Ini yang Yesus katakan “mengapa waktu ada orang mengajak berduka, kamu tidak menangis. Waktu ada orang ajak kamu tertawa, mengapa kamu tidak tertawa. Mengapa kamu mempunyai permainan kamu sendiri yang tidak selasar dengan apa yang Tuhan kerjakan di dalam sejarah?”.

Inilah keunikan dari bagian ini, Yesus membela Yohanes Pembaptis sambil mengingatkan Dia adalah penggenap dari Yohanes Pembaptis. Tugas nabi adalah mengumumkan akan ada Mesias, Pribadi Agung yang akan datang, akan ada Sang Mesias. Mesias adalah dalam Bahasa Ibrani, Kristus adalah dalam Bahasa Yunani, dan Almasih dalam Bahasa Arab. Inilah yang dinantikan para nabi. Tidak ada nabi yang boleh disebut nabi kalau dia tidak mengumumkan kedatangan Sang Mesias. Tugas nabi adalah menunjuk nanti Dia akan datang, tugas nabi adalah mengatakan “ini orang yang akan datang itu”. Maka Yohanes Pembaptis lebih besar dari nabi-nabi yang lain karena dia menunjuk kepada yang Diurapi, Sang Mesias, dengan cara membuka gerbang menyambut Sang Mesias itu datang, ini nabi paling besar, Yesus katakan. Mengapa ini nabi yang paling besar? Karena dialah yang menginagurasi, membuka gerbang untuk Sang Mesias masuk. Ini seperti satu kota benteng kerajaan, dimana orang yang paling senang adalah orang yang paling pertama mendengar berita kemenangan sang raja. Siapa orang itu? Orang itu adalah orang yang akan menyambut di depan pintu. Jadi Yesus mengingatkan kepada semua pengikutNya bahwa Yohanes adalah nabi sejati, dia nabi yang paling besar, tapi yang paling kecil dari kamu tetap lebih besar dari dia. Ini janji Dia untuk kita. Saudara lihat besarnya nabi seperti Yohanes Pembaptis, nabi seperti Elia, Elisa, Yesaya, Musa, nabi-nabi agung yang pernah bangkit, Yesus mengatakan “kamu yang di dalam Aku lebih besar dari mereka”. Mengapa lebih besar? Karena lebih hebat? Tidak. Karena lebih besar dari mereka? Tidak. Tapi karena kita memberikan seluruh iman untuk mengikuti Krsitus dan menjadikan Dia Juruselamat kita. Inilah yang Yesus katakan. Dan Yesus mengatakan “orang Farisi sulit mengikuti karena mereka mempunyai standar sendiri, dimana standar anak manusia pun dianggap terlalu rendah oleh mereka”. Tapi di ayat 35 dikatakan “tapi siapa jadi anak hikmat, dia akan mengerti keagungan hikmat dari yang dikatakan oleh Kristus”. Kiranya kita menjadi orang yang boleh dibimbing untuk menyambut Sang Kristus datang. Tidak menjadi orang yang dalam pembuangan tapi menjadi orang yang menyambut Sang Mesias datang. Mari selidiki hati, mari selidiki diri, apakah saya kaum buangan yang hidup di tengah Bait Suci ataukah saya adalah orang yang menyambut Kristus, meskipun di padang gurun, tunggu Dia datang, setelah Dia datang, ikut Dia dengan sepenuh hati. Kiranya kita menjadi orang yang ikut Kristus dan berada dalam keadaan sebagai orang-orang sisa tapi yang diselamatkan oleh Tuhan.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Kasih setia Tuhan memulihkan ciptaanNya

(Kejadian 8:18-20; 9:1-20)
Kali ini kita akan bicara tentang Adam yang baru, yaitu mengenai Nuh. Mengapa kita bisa mengatakan Nuh adalah Adam yang baru? Karena waktu kita melihat Kejadian 9 dan kita bandingkan Kejadian 1 dan 2, kita melihat ada paralel. Jadi penulis Kitab Kejadian menampilkan sosok Nuh sebagai sosok Adam yang baru, dan perjanjian Allah dan Nuh adalah perjanjian antara Allah dengan ciptaan yang diperbarui. Jadi kita bisa melihat bagaimana Allah berkata kepada Adam agar beranakcucu, bertambah banyak, memenuhi bumi, menaklukan bumi dan janji ini diulangi kepada Nuh. Nuh juga disuruh bertambah banyak dan menaklukan bumi. Lalu sebagaimana kepada Adam diserahkan seluruh isi bumi ini untuk Adam kelola, untuk Adam hidup dari padanya, demikian juga seluruh isi bumi diserahkan kepada Nuh untuk Nuh boleh memakainya demi kehidupan dan boleh mengembangkannya. Tetapi kemudian kisah atau perjanjian Allah dengan Nuh ini kita lihat sudah berbeda dengan perjanjian semula Allah dengan Adam. Karena perjanjian Allah dengan Nuh sudah mengandung satu akomodasi dari apa yang pernah terjadi sebelumnya. Jadi hidup sudah tidak sama lagi, karena kita lihat di sini ada ingatan akan nyawa manusia yang dirampas oleh sesamanya. Ingatan akan kematian, ingatan akan pembunuhan, Tuhan tidak menghapus sejarah, Tuhan meneruskan sejarah. Tuhan tidak membuat seolah-olah “oke kita hapus ini dari 0 kita mulai, dari kertas putih lagi, kita mulai sejarah yang baru”, tidak seperti itu. Dalam Kejadian 6 ada perkawinan campur antara anak-anak manusia yaitu keturunan Kain dengan anak-anak Allah yaitu keturunan Adam melalui Set. Lalu itu menghasilkan kejahatan di bumi, itu puncaknya, lalu Tuhan menghapuskan kehidupan di bumi, Tuhan menyelamatkan sebagian.

Mari kita bandingkan sebelum dan sesudah air bah. Cerita sebelum air bah, dari Adam sampai air bah adalah cerita dari kebaikan sampai kehancuran. Dan kita lihat cerita ini berkisah dari manusia hanya sepasang diakhiri dengan manusia ada banyak. Diawali dengan manusia hidup sederhana dan tidak mengembangkan dunia, dunia ini belum terlalu berkembang, belum ada misalnya orang yang berkemah, belum ada peternakan, belum ada musik, belum ada kota, belum ada teknologi tembaga, besi dan seterusnya, itu semua belum ada. Tetapi kemudian diakhiri dengan sudah berkembang kebudayaan itu, sudah berkembang peradaban itu di dalam zaman Nuh sebelum ada air bah. Tetapi peradaban itu penuh mengisi bumi dengan kekerasan, memanifestasikan kejahatan yang bersumber dari hati manusia. Jadi kebudayaan, peradaban yang kita jumpai dalam cerita Kejadian 6 adalah peradaban yang mewujudkan isi hati manusia yang jahat, mengisi dunia ini penuh-penuh kejahatan. Jadi dari sepasang menjadi banyak, tetapi dari permulaan yang sederhana yang kejahatannya juga sederhana, memakan buah itu, membunuh adik, menyembunyikan kesalahan kepada peperangan, kepada suatu kejahatan yang jauh lebih kompleks, yang jauh lebih global. Lalu kalau kita bangkitkan dengan episode Nuh adalah dimulai dari sekelompok kecil manusia, dari satu keluarga, beberapa orang keluar dari bahtera. Jadi dari sedikit menjadi banyak, lalu yang banyak dihapuskan dan Tuhan mulai dari yang sedikit lagi. Dengan kata lain kita bisa belajar sesuatu di sini, Tuhan tidak hanya menghendaki perkembangan dan suatu kemajuan, the idea of progress, yang berkesinambungan. Tetapi kadang-kadang Tuhan mengizinkan kemunduran juga, kadang-kadang mengijinkan kemandegan juga. Itu biasanya dikaitkan dengan penghakiman. Itu yang terjadi pada zaman Nuh, ada kemunduran. Sejarah peradaban menjadi lebih sederhana lagi, tidak tentu yang sederhana itu baik tapi juga sekaligus tidak tentu yang kompleks itu, yang besar itu baik.

Lalu yang berikutnya kita juga bisa belajar mengenai selalu ada pengharapan juga di dalam kegelapan. Di dalam zaman Nuh kejahatan memenuhi bumi sehingga sepertinya tidak ada tempat untuk kebaikan. Ketika kejahatan menjadi suatu yang normal, kebaikan menjadi suatu yang abnormal. Kebaikan menjadi sesuatu yang tidak mempunyai tempat di bumi ini, tapi dalam hal itu pun Tuhan masih bisa bekerja, ini yang dapat kita pelajari dari cerita Nuh. Tuhan pada akhirnya lewat segala hal yang tidak disukai manusia, mengerjakan pekerjaan penyelamatanNya. Lalu yang ketiga, kita lihat dari pengulangan janji Tuhan ini, Allah yang membalikan arah kemajuan menjadi suatu kemunduran dalam penghakimanNya, ternyata juga Allah pada dasarnya menghendaki manusia berkembang, Allah menghendaki kita untuk bertambah banyak, Allah menghendaki kita untuk mengolah bumi ini, Allah menghendaki peradaban. Tuhan tidak menghendaki manusia hidup dalam peradaban primitif selama-lamanya. Karena Allah yang menghancurkan bumi yang penuh dengan kejahatan itu, kemudian tidak menghendaki bumi itu selama-lamanya dalam kondisi primitif, tidak seperti itu. Sekali lagi Tuhan menghendaki, Tuhan tetap punya kepercayaan terhadap projek yang namanya memajukan bumi ini. Terbukti pada zmaan Adam bumi ini maju secara negatif, maju dalam artian busuk, lebih canggih dalam kejahatan. Tetapi itu tidak membuat Tuhan putus asa, lalu Dia mengabaikan project itu, lalu sekarang mulai zaman Nuh, dimulai lagi, tapi Allah tidak ingin bumi diisi oleh manusia, Allah tidak ingin manusia bertambah banyak, Allah tidak ingin manusia mengembangkan peradaban, Allah tidak seperti itu. Kegagalan pertama tidak membuat Tuhan membuang itu semua. Kita melihat contohnya di dalam perbandingan Kejadian 4: 2 dengan Kejadian 9:20. Dalam Kejadian 4: 2, kita mengetahui profesi Kain adalah petani dan dalam perbandingan yang kita lihat antara Kain yang petani dengan Habel yang peternak, Kain yang mempersembahkan hasil bumi dengan Habel yang mempersembahkan ternak, dibandingkan dengan beberapa orang mengatakan bahwa “lihat, Tuhan lebih menyukai kaum gembala karena persembahan dari gembala lebih disukai Tuhan dari pada hasil bumi”. Saya kira ini satu tafsiran yang keliru karena tidak mempertimbangkan bahwa orang-orang Israel juga Tuhan ajarkan mempersembahkan hasil bumi. Kita lihat dalam Torah Musa misalnya, Saudara melihat ada aturan mengenai mempersembahkan hasil bumi yang sulung. Jadi ada hasil bumi, buah-buahan, gandum dan segala macam tanaman dipersembahkan di hadapan Tuhan, selain dari pada ternak. Tapi yang saya baca dalam narasi ini justru Kain yang adalah petani yang kemudian mengisi bumi dengan kejahatan, mencemari tanah pertanian dengan darah adiknya, saya pakai istilah manusia itu sekarang tidak lagi menjadi sesama, manusia bukan lagi menjadi penolong, manusia bukan lagi menjadi gembala bagi sesamanya, tapi manusia menjadi musuh bagi sesamanya. Orang lain tidak lagi menjadi penghiburan bagi kita, tapi orang lain menjadi ancaman bagi kita. Dan Tuhan justru ingin menebus dunia ini dari posisi itu, Tuhan ingin menebus manusia dari keadaan seperti itu. Tuhan ingin tarik kita dari keadaan seperti itu.

Manusia itu soalnya bukan ancaman bagi kita, manusia adalah penolong, manusia adalah gembala bagi kita, manusia itu seharusnya adalah sesama bagi sesamanya, ini yang mau ditebus. Dan saya kira ini juga yang bisa kita baca dalam cerita Kain, dan kalau kita bandingkan Kain dengan Nuh, di sini menariknya. Dan di dalam cerita itu, apakah Tuhan give up dalam posisi atau panggilan atau pekerjaan petani? Tidak ada pekerjaan petani lagi karena diwakili oleh Kain. Tidak ada lagi mengembangkan kota karena diwakili oleh Henokh, anaknya Kain. Jangan dikembangkan lagi kebudayaan itu, tidak ada lagi itu metalurgi, bapak segala tembaga dan tukang besi, tidak ada lagi peternakan dan sebagainya. Kita hidup primitif saja, mengumpulkan buah-buahan seperti Adam, tidak. Tuhan menebus hal itu. Jadi kita perhatikan Kejadian 9: 20, diceritakan tidak kebetulan Nuh itu adalah petani, dia yang pertama-tama membuat kebun anggur. Itu yang Tuhan inginkan mengembalikan kita kepada kemuliaan semula. Dan dalam hal itu, kehidupan sebagai petani yang sulit, Adam petani, Kain petani, banyak berpeluh, sia-sia, bahakn berdarah-darah, Tuhan tidak give up itu. Nuh menjadi petani juga. Dan indahnya di sini Nuh adalah yang pertama kali membuat kebun anggur. Orang tidak minum anggur, tidak akan mati. Nuh bukan orang yang pertama membuat sawah. Jadi kita bicara bukan lagi necessity, work as necessity, tapi kita bicara sebagai delight, work as delight.

Jadi kerja untuk sesuap nasi? Itulah cerita Adam, itulah cerita Kain. Kerja untuk sesuap nasi supaya bisa hidup, tapi saya percaya orang di ruangan ini kan kebanyakan kerja sebagai orang modern, punya esensi, perkembangan teknologi, kebanyakan dari kerja bukan untuk sesuap nasi kan? Poin saya adalah Kain sebagai petani yang gagal mengikuti Adam sebagai petani yang gagal. Tapi Nuh, digambarkan oleh penulis Kitab Kejadian sebagai petani yang menyimpan pengharapan, seperti Adam sebelum jatuh seolah-olah. Tapi realitasnya adalah dia hidup dalam dunia yang sudah jatuh. Diceritakan kemudian Nuh ini tetapi sama seperti Adam, berakhir mengecewakan, karena anggur yang dia hasilkan, yang semestinya membawa kegembiraan dalam hati anak-anak manusia seperti yang digambarkan dalam Kitab Pengkhotbah. Jadi anggur itu sesuatu kebutuhan yang sekunder atau bahkan tersier, itu Tuhan berikan sebagai sukacita, tapi justru Nuh slaah memakai itu sehingga dia menjadi mabuk. Efek dari kejatuhan Adam adalah Adam merasa malu. Efek dari Nuh setelah minum anggur, dia malu. Adam efeknya setelah dosa adalah dia sadar dia telanjang, Nuh setelah dia minum anggurnya secara tidak sadar dia telanjang. Jadi efeknya sama, kehilangan kehormatan. Dan bicara tentang malu, ini memang melekat dengan analisa kita mengenai dosa. Dosa itu pertama-tama bukan dikaitkan dengan suatu rasa bersalah pada mulanya, karena ini baru nanti pada abad ke-16 berkembang atau abad pertengahan, tetapi dosa sebagai suatu keterasingan, dosa itu mengasingkan kita dari relasi. Gambarannya adalah kita merasa malu. Fitur dari orang yang merasa malu adalah mengurung diri, dia tidak mau bertemu dengan orang lain, ada gambaran, ada ungkapan mengenai orang yang malu “saya tidak punya muka lagi”. Dosa sekali lagi dalam Kitab Kejadian dikaitkan dengan rasa malu, dan itu menandai bahwa dosa adalah pertama-tama dipahami dalam Kitah Kejadian ini sebagai distruktur dalam relasi, relasi dengan Allah mau pun relasi dengan sesamanya. Dan dalam narasi yang kita lihat dalam cerita Nuh ini, distruktur relasinya seolah-olah dipulihkan karena Nuh ditempatkan sebagai petani, tapi sekali lagi dia jatuh.

Lagi-lagi Nuh kehilangan kehormatan, kehilangan mukanya, dia telanjang di dalam kemahnya dan relasinya dengan anak-anaknya menjadi tidak baik. Salah satu dari anak-anaknya menjadi terkutuk yaitu Ham. Nuh diberikan pengharapan yang baru tapi dia mengkhianati pengharapan itu, dia tidak setia kepada apa yang Tuhan sudah percayakan kepadaNya, dan Dia menanggung akibatnya, seolah-olah Tuhan mau memberikan kesempatan kedua dalam sejarah, tapi sejak semula pun Nuh bertingkah laku kira-kira kurang lebih sama dengan Adam. Tapi Allah panjang sabar, Allah tetap menyertai Nuh, bahkan Allah tidak menimpakan hukuman yang sudah Dia tetapkan akan jadi dalam Kejadian 6:3, tidak terjadi pada Nuh. Kejadian 6: 3, kejahatan mengisi penuh-penuh bumi ini, Tuhan mengatakan “RohKu tidak akan selama-lamanya tinggak di dalam manusia, karena manusia itu hanyalah daging, umurnya akan hanya 120 tahun saja”. Apakah benar de facto-nya setelah Tuhan menjatuhkan vonis ini, langsung umur manusia menjadi pendek? Nuh masih sampai 950, Tuhan panjang sabar. Tuhan itu Allahnya Israel yang tidak memberikan kesan kepada bangsa Israel sebagai sekedar Allah yang Mahakuasa, bukan itu yang paling mengesankan, meskipun Allah memang Mahakuasa. Yang paling mengesankan adalah Allah itu panjang sabar dan berlimpah kasih setia, itu yang paling mengesankan bagi Israel, itu yang dicatat, diserukan sewaktu Yahweh lewat di depan Musa. Allah itu berlimpah kasih setia dan Dia panjang sabar.

Lalu poin berikutnya, dari Nuh lahir seluruh keturunan di bumi, ada keturunan dari Sem, Ham, Yafet. Keturunan dari Sem kita tahu kemudian dalam pasal 10:22, 11:26, ada lahir Abraham dan keturunan dari Ham kita tahu pasal 10: 14-19 lahirlah bangsa-bangsa musuh Israel yaitu Filistin, Sidon, Het, Yebusi, Amori, Gergasi, Sodom, Gomora, Niniwe, semua dibangun oleh keturunan Ham. Jadi sekali lagi permusuhan yang lama berlanjut, permusuhan antara anak-anak manusia atau keturunan ular dengan anak-anak Allah atau keturunan Set. Dan ironisnya ini berlanjut dalam keturunan Set, karena Nuh keturunan Set juga. Tapi sekali lagi kita pikirkan apakah betul Nuh itu keturunan Set? Bukankah pada waktu itu sudah terjadi kawin campur. Jadi intinya kasih karunia Allah berlanjut ketika dosa berlanjut. Cerita dalam Kitab Kejadian, kalau Saudara baca Alkitab jangan salah, Saudara baca Alkitab bukan cari cerita. Model, atau teladan, karena kita tidak bisa teladani siapa-siapa kecuali Yesus. Cerita-cerita Alkitab memberikan kepada kita, terutama apa? Saya kira bukan peragaan “ini manusia hebat, ikuti dia”, tapi peragaan melalui baik kehebatan, ketidak-hebatan, kesetiaan, ketidak-setiaan, ketaatan maupun pelanggaran manusia, melalui itu semua kita lebih kenal Tuhan itu seperti apa, kita lebih kenal Tuhan itu siapa, dan kita tahu apa harapan kita hidup di dunia ini. Ini sesuatu yang saya kira ingin disampaikan oleh para penulis Alkitab melalui kisah-kisah ini. Tuhan dengan penuh kesabaran, mengembalikan kemuliaan itu. Sekarang saya sampai pada poin yang unik, yang hanya ada dalam cerita Nuh ini dan mungkin tidak kita lihat dapam periode Adam sampai air bah, yaitu Tuhan berkomitmen untuk tidak lagi menghapuskan kehidupan dari atas muka bumi Ini dengan sengaja diulangi oleh penulis Kitab Kejadian untuk menegaskan bahwa walaupun manusia sama saja seperti dulu, Tuhan tidak akan sama saja seperti dulu, Tuhan tidak akan menghukum manusia seperti pada zaman dahulu walaupun manusia sama saja. Manusia itu kapan sih tidak sama saja seperti dulu? Kita in sampai hari ini masih sama saja seperti zaman Adam.

Tapi sekarang Tuhan berjanji, Dia bersumpah, Dia melakukan itu dengan pelangi di situ, busurnya di situ dan mengarah ke atas. Pelangi dipakai oleh penulis Kitab Kejadian sebagai suatu gambaran busurNya Tuhan itu mengarah ke mana? Ke atas, busurnya digantung di langit, menjadi peringatan bagi Tuhan ada panah akan melayang, menembus jantung Tuhan kalau Dia melanggar janjiNya. Tuhan bersumpah selama ada pelangi itu “Aku tidak akan melenyapkan kehidupan dari bumi, akan terus ada, musim menabur, menuai, dingin dan panas, kemarau dan hujan, siang dan malam, kehidupan akan berjalan terus. Aku tidak akan menghentikan itu seperti zaman Nuh, walaupun manusia sama saja”. Itu artinya Tuhan berkomitmen untuk tidak buang manusia yang sudah rusak dalam dosa. Ketika dunia ini jatuh dan Tuhan coba betulin dengan cara yang primitif dan bodoh itu, masih salah, Tuhan coba betulin lagi, lalu masih salah, Nuh masih sama seperti Adam, Tuhan coba betulin lagi. Dan Dia menegaskan komitmenNya, Dia tidak akan buang! Tuhan bisa tidak buang ciptaan ini dan bikin yang lain? Sebisa-bisanya, seperti Tuhan juga bisa tidak membuat ciptaan ini, tapi Dia bikin. Waktu Dia bikin, Dia tahu tidak akan jadi seperti apa? Dia tahu, tetap Dia bikin. Sudah Dia bikin, memang benar kejadian seperti yang Dia sudah tahu dan Dia tetapkan. Tapi kemudian Dia menyerah tidak? Tidak menyerah, Dia dengan teliti benerin satu per satu generasi demi generasi, individu demi individu, komponen demi komponen, tidak Dia buang ciptaanNya. Dia betulin satu per satu melalui anda dan saya, melalui gereja Tuhan. Tapi Tuhan pakai cara itu, Tuhan memberikan Firman kepada kita, Tuhan memberikan Yesus kepada kita, Tuhan menyertai umatNya. Mengapa Dia tetap pilih Israel? Mengapa Dia tetap memanggil gereja? Memangnya Dia tidak tahu akan terjadi apa 2.000 tahun setelahnya, dengan gereja, dengan umat Tuhan? Tapi Dia sudah berkomitmen agar selama bumi ini masih ada, tidak henti-hentinya musim menabur dan menuai, dingin dan panas, kemarau dan hujan, siang dan malam, Tuhan tidak akan memusnahkan, membinasakan segala yang hidup seperti yang Tuhan pernah lakukan, itu komitmen Tuhan. Dan komitmen itu ditunjukan lewat panjang sabarNya dan kasih setiaNya yang berlimpah buat kita. Dan terutama dengan terang kita lihat di dalam Yesus kita melihat kesabaran Tuhan yang panjang, kasih setia Tuhan yang begitu besar, lewat kejahatan kita, meremukan Dia, Tuhan memulihkan ciptaanNya. Tuhan memulai pemulihan segenap keberadaan lewat kekerasan hati kita yang menyalibkan Anak Allah, lewat dosa kita yang paling besar itu Tuhan menyelamatkan kita dari dosa.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Kebaikan Tuhan bagi umatNya

(Lukas 7: 18-23)
Setelah ada 2 mujizat yang begitu besar, Alkitab mengatakan bahwa Yesus Kristus makin dikenal oleh banyak orang. Banyak orang memberitakan Dia, banyak orang mengenal Dia, banyak orang mendiskusikan Dia, banyak orang mulai bertanya “siapa Dia ini sebenarnya, mengapa Dia bisa mengerjakan semua hal yang luar biasa ini?”. Maka di antara mereka, dikatakan dalam ayat 17 dan 18, ternyata ada murid-murid Yohanes. Jadi murid-murid Yohanes sudah menyaksikan perkara-perkara yang sangat besar, Tuhan Yesus membangkitkan orang mati dan ini membuat mereka begitu kagum sehingga mereka kembali dan beritakan kepada Yohanes Pembaptis. Mereka menceritakan “Orang itu luar biasa, Dia membangkitkan orang mati dan namaNya tersebar kemana-mana”. Tetapi ternyata Yohanes Pembaptis berada dalam keadaan yang sedang dalam keadaan penuh pergumulan. Yohanes di dalam penjara sedang menantikan kemungkinan kematian, dan ini adalah hal yang sangat menakutkan. Ini membuat dia ragu, membuat dia bertanya “kalau Mesias ini benar, mengapa tidak jalankan apa yang Tuhan nubuatkan?”, dan salah satu yang Tuhan nubuatkan adalah Mesias akan membebaskan orang dari tahanan. Ini semua adalan nubuatan Mesias yang sangat penting, di dalam Yesaya 35, 61: 1 dan Mazmur 16: 10. Dalam Yesaya 35:5-6, 61: 1 dan Mazmur 16: 10 disitu dikatakan bahwa Tuhan mengirimkan Mesias untuk mengerjakan 4 tanda besar.

Tanda pertama adalah Dia akan mengambil semua kelemahan Israel yaitu tidak lagi buta, tidak lagi tuli, tidak lagi lumpuh dan tidak lagi berada dalam penjara, ini hal pertama yang sangat penting. Orang Israel di dalam pembuangan digambarkan sebagai bangsa yang buta, karena buta maka dibuang, karena tidak melihat anugerah Tuhan maka dibuang. Mereka juga disebut sebagai bangsa yang tuli, karena Tuhan berfirman tapi mereka tidak dengar, akhirnya Tuhan buang. Mereka juga disebut sebagai bangsa yang lumpuh karena di dalam pembuangan mereka sudah kehilangan kekuatan mereka. Mereka juga disebut sebagai bangsa dalam tahanan, karena mereka tidak lagi menjadi bebas di dalam tahanan di Babel. Itu sebabnya hal pertama yang dijanjikan adalah Mesias akan datang dan mengambil semua kelemahan Israel. Kedua yang dijanjikan, Mesias akan menaklukan seluruh bangsa kafir yang sekarang masih menaklukan Israel. Israel bisa lepas kalau Mesias datang dan menghancurkan bangsa kafir. Kemudian yang ketiga, dikatakan dalam janji paling besar, Mesias akan membungkam semua musuhNya dengan menyatakan kuasaNya yang besar yang hampir sama seperti Allah. Kita tahu dalam penggenapannya bukan hanya hampir seperti Allah, tetapi Kristus menjalankan kuasa Allah sendiri. Mesias datang akan membungkam semua musuh dan mengalahkan semua musuhNya dengan kuasa yang mirip kuasa ilahi. Lalu keempat, dikatakan Mesias akan memulai pemerintahan mulai dari Yerusalem. Dia akan memulai kembali seluruh dunia melalui mengembalikan Israel kepada Tuhan melalui mendirikan tahta di Yerusalem. Inilah yang mereka percaya, maka hal pertama yang mereka nanti-nantikan adalah mana tanda itu.

Termasuk Yohanes Pembaptis waktu dia menunjuk Yesus adalah Sang Mesias, dia mengalami peristiwa yang sangat besar, dia harus ditangkap oleh Herodes dan di situ dia kembali memerintahkan murid-muridnya untuk bertemu Yesus. Kali ini dia memerintahkan murid-muridnya untuk bertemu Yesus bukan untuk ikut Yesus tapi untuk konfirmasi lagi “benarkah Engkau Mesias? Karena kalau Engkau Mesias, Engkau akan kerjakan tanda pertama, membuat mata orang buta melihat, membuat mulut orang bisu berkata-kata, membuat telinga orang tuli mendengar, dan membuat orang dalam tahanan bisa bebas”. Siapa orang tahanan? Dalam contoh Israel, orang dalam tahanan adalah orang-orang benar di tengah-tengah Israel lalu ditangkap oleh Babel dan dibawa ke pembuangan. Ini orang-orang yang tidak punya salah, mereka sembah Tuhan dengan setia, mereka ikuti Firman Tuhan, tapi mengapa ikut dibuang? Tuhan menjanjikan kepada mereka, “Tuhan akan bebaskan kamu yang tidak bersalah dari penjara”, inilah yang Yohanes Pembaptis tuntut. Mata orang buta dicelikan, bagus, telinga orang tuli dibuat mendengar, bagus sekali, orang lumpuh bisa berjalan, sangat bagus, tapi kapan orang tahanan ini bisa dibebaskan dari penjara? Ini yang dinantikan dan dia mendesak Yesus “kalau Engkau Mesias, cepat bebaskan”, dengan mengutus 2 orang murid. Ada juga penafsir yang mengatakan Yohanes tidak ragu tapi murid yang ragu, tapi teks ini mengatakan murid justru tidak mungkin ragu karena mereka baru pulang dari menyaksikan Yesus membangkitkan orang mati. Ini berita yang menghebohkan yang mereka bawa, tapi Yohanes minta konfirmasi lagi “kalau Engkau sudah kerjakan tanda-tanda sedemikian banyak, mengapa membebaskan orang yang dipenjara ini, orang benar yang tidak salah ini, mengapa belum juga dilakukan?”.

Yohanes Pembaptis berada di dalam penjara karena satu pekerjaan yang dia harus kerjakan yaitu dia harus berkhotbah untuk menegur kejahatan dan kejahatan yang ditegur adalah kejahatan dari seorang pemimpin bernama Herodes. Herodes adalah anak dari Herodes Agung, di mana Herodes Agung adalah anak dari seorang bernama Antipater. Antipater adalah seorang yang sangat berbakat memimpin dari daerha Edom. Edom tidak termasuk daerah Israel sebelum zaman Alexander Janeus. Alexander Janeus adalah seorang pemimpin dari dinasti Hasmonean, dinasti ini adalah dinasti pertama sejak Israel dibuang, yang bisa memerintah Israel dan mereka adalah orang Israel. Setelah mereka menjadi dinasti penguasa, muncul penguasa bernama Alexander Janeus. Alexander Janeus bukan Alexander agung, ini 2 orang yang berbeda. Alexander Janeus menjadi penguasa di Israel, lalu dia luaskan daerah Israel, dia taklukan Edom lalu dia paksa seluruh laki-laki di Edom mesti sunat. Seluruh Edom dijadikan wilayah Israel. Sejak Alexander Janeus, orang Edom disebut orang Israel, meskipun bukan asli, mereka dianggap budak dan orang taklukan dari Israel. Tapi kemudian muncul pada abad 1 sebelum Masehi seorang ebrnama Antipater, orang jenius luar biasa dan dia sangat pintar jalin relasi termasuk dengan Roma. Lalu sampai ketika dia harus diusir karena serangan perang yang besar dari orang-orang Dinasti Hasmonean dengan orang-orang dari Mesopotamia, akhirnya keluarga Antipater pergi ke Roma dan waktu itu kekuasaan dari Hasmonean habis. Ketika kekuasaan Hasmonean habis, Antipater juga sudah mati, Roma ingat anak dari Antipater bernama Herodes Agung. Maka Herodes Agung diangkat menjadi penguasa besar, menjadi orang yang bertahta di situ. Inilah kerajaan Herodes, kerajaan yang rusak, banyak kekacauan dan kegilaan terjadi. Seolah-olah Tuhan tunjukan ini yang terjadi ketika kerajaan itu muncul dengan kelicikan, kefasikan dan penentangan kepada Tuhan dengan sangat. Setelah Herodes Agung mati, 3 anaknya bagi wilayah Israel, tapi yang paling brilian, paling licik dan yang paling pintar dari semua adalah Antipas. Maka Antipas pergi menghadap Roma, lalu mengatakan “saya menjadi raja, 2 orang saudara saya menjadi seperti caretaker dan saya pastikan loyalitas Israel untuk Roma”, maka dia diberikan kuasa sebagai raja sedangkan kedua saudaranya tidak. Maka kuasa dia lebih besar dari pada kuasa saudara yang lain. Dan waktu dia hidup, dia hidup sezaman dengan Yohanes Pembaptis ketika sedang melayani.

Yohanes Pembaptis kalau khotbah berani sekali, siapa pun yang datang akan dia tegur. Orang Farisi datang, dia mengatakan “celakalah kamu ular beludak”. Waktu orang Farisi datang ditegur, waktu pemungut cukai datang ditegur, waktu seorang tentara datang ditegur, waktu Herodes datang, orang mau tahu apakah Yohanes Pembaptis akan tegur atau tidak, ini adalah raja yang kejam sekali, yang tidak ragu-ragu bunuh siapa pun dan raja ini jatuh cinta kepada seorang bernama Herodias, tapi sayangnya Herodias menikah dengan Filipus. Maka karena begitu cinta Herodias, dia ceraikan istrinya, mungkin istrinya begitu sakit hati. Dan Herodias adalah perempuan yang jahatnya bukan main, mulutnya begitu penuh kelicikan, tapi parasnya begitu cantik. Waktu Yohanes Pembaptis tahu Herodes Antipas ambil istri adiknya, dia sudah siapkan kalau ada kesempatan ngomong di depan raja ini, dia akan tegur dia. Tapi kesempatan itu tidak mungkin datang karena Yohanes yang sengaja kejar, Yohanes tidak ada urusan cari rumah Antipas. Tugas utama dia tidak menjadi kakak pembimbing Herodes, jadi Herodes bukan target utama. Tujuan dia adalah khotbah sama Israel, siapkan jalan bagi Mesias. Tetapi mengapa Herodes bisa mendengar khotbah Yohanes Pembaptis? Kemungkinan besar Herodes ingin. Ini sesuatu yang Alkitab nyatakan meskipun tidak terlalu eksplisit, Herodes senang dengar Yohanes, meskipun senang tapi tidak bertobat, ini beda. Maka Herodes memenjarakan Yohanes, dan Yohanes berada dalam penjara menantikan kapan Israel dipulihkan, kok tidak pulih-pulih, malah dia dipenjara dan sebentar lagi mau dibunuh, kalau begitu bagaimana caranya dia bisa melihat Tuhan memulihkan Israel? Dia mulai mengalami keraguan, mulai mengalami kekacauan, dia mulai mengalami pergumulan di dalam dirinya. Saya percaya ini tafsiran paling tepat, kalau ada orang mengatakan murid-muridnya yang ragu-ragu, Lukas tidak mencatat demikian karena murid-muridnya baru melihat karya besar yang Yesus kerjakan membangkitkan orang mati. Maka Yohanes dalam penjara dan dia ragu. Apakah boleh ragu? Boleh, Tuhan kadang ijinkan. Kalau Saudara lihat dalam jawaban Tuhan Yesus, Tuhan tidak sekalipun memberikan teguran terlalu keras kepada Yohanes. Bahkan ketika kepada orang banyak, Tuhan Yesus mengatakan “tidak ada nabi, tidak ada orang yang dilahirkan dari perempuan, lebih besar dari Yohanes Pembaptis. Kecuali Dia yang datang menggenapi, maka Dia akan membuat yang lain, yang paling kecil, yang paling besar sekali pun, tetap lebih besar dari Yohanes”, ini perkataan penuh misteri tapi belum kita bahas hari ini.

Jadi Tuhan Yesus mengerti keadaan Yohanes, itu sebabnya Dia memberikan pesan kepada muridnya “kamu pulang, katakan kepada Yohanes berbahagialah orang yang tidak menjadi menolak di tengah-tengah kekecewaannya. Jangan kecewa, berbahagialah kalau kamu tidak kecewa dan menolak”, ini yang Tuhan Yesus bagikan. Yohanes Pembaptis mesti kembali menyatakan iman yang kuat untuk mempercayai Tuhan Yesus. Mengapa Tuhan Yesus mau kembali mengangkat Yohanes Pembaptis? Karena Yohanes Pembaptis adalah nabi terakhir yang Tuhan bimbing, Tuhan berikan anugerah untuk berkhotbah mempersiapkan Kristus datang, dan dia sendiri bertemu dengan Kristus. Itu sebabnya orang ini tidak mungkin Tuhan buang, tidak mungkin Tuhan biarkan di dalam keraguan. Paakah keraguan baik? Tidak tentu, keraguan seperti apa yang baik? Jawaban yangdiberikan mesti gabungan antara teguran dan penghiburan. Bagaimana cara Tuhan menegur dan menghibur Yohanes Pembaptis? Jawaban Tuhan Yesus yang mengutip Yesaya 35, 61 dan Mazmur 16 ini luar biasa, ketika murid-murid Yohanes tanya “benarkah Engkau itu?”, Tuhan katakan “bilang pada Yohanes, orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberikan kabar baik”. Saudara bisa baca dai Yesaya 35, 61 dan Mazmur 16 semua yang Yesus lakukan dicatat di situ, kecuali satu, Yesus melakukan membangkitkan orang mati dan itu tidak tercatat di Yesaya 35, 61 atau pun Mazmur 16. Tetapi di dalam Yesaya mau pun selain hal-hal yang dilakukan Tuhan Yesus, juga ada tambahan satu, yaitu Tuhan akan emmbebaskan orang tahanan dari penjara. Jadi ini poin yang dituntut Yohanes “bukankah Mesias membebaskan orang dari penjara, mengapa aku masih dipenjara, mengapa Herodes belum dihakimi, mengapa orang benar dikurung, sedangkan raja fasik bertahta?”, ini menjadi pertanyaan terus dari zaman dulu sampai sekarang.

Ini yang disebut dalam teologi sebagai teodisi yaitu memberikan penjelasan mengapa Tuhan yang begitu baik dan berkuasa mengijinkan orang jahat bertahan, sedangkan orang baik ditindas. Ini pertanyaan teodisi Yohanes Pembaptis “benarkah Engkau Mesias? Hancurkan kejahatan. Benarkah Engkau Mesias? Lepaskan aku dari penjara. Benarkah Engkau Mesias? Hancurkan raja fasik seperti Herodes Antipas”, tapi mengapa belum juga dilakukan? Jadi Yohanes Pembaptis mempertanyakan ini. Lalu Tuhan Yesus mengganti yang membebaskan orang tahanan dengan membangkitkan orang mati. Membebaskan orang tahanan dengan membangkitkan orang mati, lebih mudah mana? Membebaskan orang dari tahanan. Di dalam keadaan Yohanes yang begitu sengsara, begitu penuh dengan ketakutan, penuh kegelisahan dan kegentaran, dia bertanya kepada Tuhan Yesus “benar Engkau yang akan datang itu, benarkah Engkau yang akan menghancurkan kejahatan, benarkah Engkau akan membebaskan orang-orang dari dalam tahanan?”, tapi Tuhan Yesus mengatakan “Aku tidak bebaskan kamu”, seolah-olah begitu. Ini sesuatu yang sangat-sangat kejam kedengarannya, tapi Tuhan menggantinya dengan mengatakan “Aku tidak bebaskan kamu dari penjara, tapi Aku bangkitkan umatKu yang mati, memberikan kepada mereka kehidupan”. Ini menjadi sesuatu yang menghibur Yohanes Pembaptis. Mengapa kita tahu Yohanes Pembaptis terhibur? Karena Kristus yang Mahatahu mengatakan “tidak ada orang yang lebih agung dari Yohanes Pembaptis”. Jadi murid-murid bawa berita ini lalu mengatakan “Tuhan tidak mau bebaskan kamu, tapi Tuhan bengkitkan orang mati”, sehingga Yohanes tahu tanda ini lebih besar, dan tanda ini lebih berguna bagi umat Tuhan dari pada dia lepas dari penjara. Maka dia kembali konsisten dengan apa yang dia nyatakan dulu “biarlah Kristus makin besar, aku semakin kecil”. Kristus makin besar pelayananNya dan dia harus dipenggal, masuk dalam penjara kemudian dipenggal. Maka waktu Tuhan Yesus menghiburkan dia, dia mendapatkan kalimat yang luar biasa, Tuhan Yesus mengatakan “berbahagialah kamu kalau kamu tidak kecewa”. Yohanes Pembaptis tidak perlu kecewa karena berkat besar dan tanda mujizat yang paling agung yang Tuhan Yesus kerjakan bukan untuk Yohanes, tetapi untuk umat Tuhan. Yesus mengatakan “Aku tidak keluarkan kamu dari penjara, tapi Aku bebaskan umat Tuhan dari maut”.

Di sini Yohanes Pembaptis belajar bahwa tanda bahwa Allah berkuasa, tidak harus kita alami pribadi, tapi dialami seluruh umat Tuhan, itu jauh lebih besar dari apa yang kita alami secara pribadi. Saudara mengalami anugerah Tuhan bagi diri, tetap kalah besar dibandingkan mengalami anugerah Tuhan bagi umatNya. Mari kita tidak punya pikiran yang egois, jangan berpusat kepada diri terus. Allah kita bukan Allah yang self-centered, Allah Tritunggal tidak pernah berfokus ke diri. Allah Bapa mengutamakan Allah Anak dan meninggikan Dia, Allah Anak meninggikan Allah Bapa, dan Allah Bapa maupun Allah Anak meninggikan Allah Roh Kudus dengan cara memberikan pekerjaan menaklukan seluruh bumi kepada Kristus, kepada Allah Roh Kudus. Jangan jadi sesuatu yang bukan dari Allah. Sebab Tuhan berkuasa dan itu menjadi tanda yang Dia nyatakan bukan kepadamu tetapi kepada umat Tuhan. Maka ketika kita sadari Tuhan baik bagi umatNya, di situ baru kita sadar Tuhan juga baik untuk kita. Tapi kalau kita hanya tahu Tuhan baik untuk saya, ada saat kita kecewa dan kita tidak bisa melihat Tuhan baik dalam hal apa. Mengapa banyak orang gagal melihat kebaikan Tuhan? Karena terus melihat kebaikan Tuhan “bagi saya, bagi saya”. Setiap orang melihat diri, makin melihat diri makin buta, makin lihat umat Tuhan, makin celik. Dan waktu kita menyadari berkat Tuhan yang paling besar baru kita sadar berapa besar Tuhan sudah memberkati kita. Banyak orang tidak sadar berkat Tuhan karena terus melihat diri. Mari belajar lihat orang lain, mari belajar lihat penyertaan Tuhan bagi gerejaNya, mari lihat cinta Tuhan rela mati bagi gerejaNya. Waktu kita sudah lepas dari fokus ke diri, lalu melihat pekerjaan Tuhan bagi umatNya, pada waktu itu kita akan berhenti mengasihani diri, pada waktu itu kita akan berhenti gagal melihat berkat Tuhan bagi kita, dan makin limpah melihat Tuhan baik bagi saya. Mengapa ada orang mengatakan “Tuhan baik bagi saya, karena matanya sudah melihat kebaikan Tuhan kepada orang lain”. Ini salah satu prinsip yang diambil dan kita mesti pelajari. Yohanes Pembaptis lihat Yesus Kristus baik, karena bangkitkan orang meskipun ini bukan efek langsung, tapi besar cinta kasih Tuhan. Maka mari kita koreksi diri, mengapa saya gagal melihat Tuhan baik? Mungkin karena saya berusaha keras lihat kebaikan saya terus, tapi gagal melihat kebaikanNya kepada umatNya, secara keseluruhan. Kiranya Tuhan memimpin dan memberkati kita .

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Di dalam Kristus, kematian bukan pemisah final

(Lukas 7: 11-17)
Bagian ini melanjutkan bagian yang penting tentang Kristus yang melayani dengan cara yang mirip dengan cara Elisa melayani. Maka yang dikerjakan Yesus di pasal 7 sangat mencerminkan yang dikerjakan oleh Elisa. Dan itu sebabnya tanpa melihat apa yang penting dalam pelayanan Elisa bagi Israel, kita akan sulit memahami apa yang dimaksudkan Lukas dalam pasal 7: 1-17. Jadi kita harus melihat kembali apa yang Tuhan kerjakan bagi Israel melalui Elisa. Kita sudah bahas dalam 2 minggu lalu Elisa melanjutkan pelayanan Elia tapi dalam cara yang lebih kecil, Elia menyatakan tanda bagi seluruh bangsa, sedangkan Elisa mengerjakan mujizat dengan penuh belas kasihan bagi kaum yang terpinggirkan. Elia kerja dengan memberikan peringatan kepada banyak orang sekaligus raja Israel pada waktu itu, Elisa memberikan tanda tidak lagi secara besar kepada seluruh orang dan tidak lagi secara besar kepada raja di hadapan seluruh bangsa, tetapi melakukannya dengan cara tersembunyi bagi kaum pilihan Tuhan yang minoritas. Itu sebabnya Tuhan mengatakan kepada Elia “meskipun seluruh bangsa ini mau membunuh kamu, raja dan istrinya tidak mau sembah Tuhan, tapi Aku masih sisakan 7.000 orang yang mulutnya tidak pernah sembah baal. 7.000 Orang dibandingkan seluruh rakyat di Israel Utara, itu adalah perbedaan yang terlalu jauh, 7.000 terlalu kecil jika dibandingkan dengan seluruh bangsa, tapi Tuhan mengatakan “7.000 akan Aku sisakan”, inilah 7.000 yang akhirnya mendapatkan kesempatan terus dipelihara oleh Tuhan imannya, dan sebagian dari mereka adalah orang-orang yang dilayani langsung oleh Elisa. Jadi Elisa mempunyai mujizat yang 2x lipat Elia, tapi mempunyai pengaruh yang tidak lagi besar seperti Elia di dalam pameran mujizatnya, tapi yang hanya menyentuh orang pinggiran, orang-orang kecil, orang-orang yang disebut sebagai kaum remnant atau sisa ini. Lalu Elia dan Elisa juga mengerjakan hal yang sangat luar biasa, baik Elia maupun Elisa membangkitkan orang mati. Dan yang dikerjakan Yesus di sini mesti kita lihat dalam pengertian yang bisa kita lihat waktu Elia dan Elisa membangkitkan orang mati. Elia dan Elisa mengerjakan sesuatu yang belum terjadi sebelumnya, orang mati dibangkitkan oleh doa dan pelayanan seorang nabi, itu adalah sesuatu yang baru.

Dalam pelayanannya, Elia ditolong oleh seorang janda, dia bisa tinggal di sini, diselamatkan oleh Tuhan dari murka orang Israel dan dia tetap terpelihara dari kekeringan. Lalu setelah itu anak janda itu mati, Elia begitu sedih karena janda ini sudah menolong dia. Kemudian dia berdoa “Tuhan, masakan Engkau mau timpakan kesulitan ini kepada janda ini? Tolong bangkitkan anak ini”, dengan permohonan yang begitu sangat akhirnya Tuhan dengarkan, dan anak itu bangun kembali. Alkitab mengatakan dia memakai tanda-tanda seperti bersin, setelah bersin anak ini bangkit kembali. Dan pekerjaan ini dilakukan kembali oleh Elisa. Itu sebabnya pelayanan Elia diadopsi oleh Elisa. Dan yang dikerjakan oleh Elisa tidak kalah dari yang dikerjakan oleh Elia. Elia membangkitkan anak seorang janda, Elisa pun bangkitkan anak dari pasangan suami istri yang belum punya anak. Pasangan suami istri ini sering ajak Elisa menumpang di rumah mereka, akhirnya istrinya usul untuk membuat ruangan khusus bagi Elisa, jadi mereka tidak perlu ajak-ajak lagi, pokoknya kapan pun dia datang, sudah ada tempat khusus untuk dia. Maka mereka membuatkan tempat dan Elisa tinggal di situ. Lalu Elisa bertanya “ibu, kamu baik sekali, mau minta apa?”, ibu itu mengatakan “saya belum punya anak, apakah mungkin kalau saya mempunyai seorang anak?”, Elisa mengatakan “tahun depan engkau akan menggendong seorang anak”. Nabi ini beriman sekali, dia tidak mengatakan “tunggu ya saya mau berdoa dulu”, tapi langsung mengatakan “tahun depan, Tuhan sudah ijinkan kamu mempunyai seorang anak”. Akhirnya ibu itu mempunyai seorang anak, tetapi ketika bertahun-tahun anak itu bertumbuh, mendadak sakit kepala lalu mati. Ibu ini sedih sekali, dan Elisa kaget mendengar berita ini. Ibu itu datang kepada Elisa dan mengatakan “tuan, mengapa beri sesuatu lalu ambil lagi? Mengapa berikan pengharapan lalu diambil kembali?”, di sini ada tangisan yang begitu sedih baik dalam pelayanan Elisa maupun Elia dari seorang ibu yang kehilangan anaknya. Saya membaca buku dari Nicholas Wolterstroff, waktu anaknya meninggal, dia menulis dengan sangat-sangat penuh kesedihan. Dia mengatakan tidak ada orang tua yang harus mengubur anaknya, seharusnya anaknya yang mengubur orang tua. “Harusnya anakku yang tutup mataku dan tutup petiku, bukan aku yang tutup mata anakku dan tutup petinya”, anaknya baru berumur 20an tahun dan meninggal karena kecelakaan ketika hiking. Ini membuat dia sedih dan mengatakan “saya mendapatkan 2 hal, yang pertama saya tidak tahu kalau saya bisa merasakan sedih dan goncang seperti ini. Saya tahu kalau kehilangan anak saya, saya pasti hancur, tapi baru tahu kalau kehancuran yang akan saya alami sekuat ini”, lalu dia mengatakan hal yang kedua “tapi saya baru tahu kalau ternyata Tuhan bisa memberikan penghiburan dan topangan dalam cara yang saya tidak mengerti. Dua hal ini saya tidak mengerti kecuali saya alami sendiri”.

Kematian merupakan sesuatu yang sangat menyedihkan, dan ini merupakan efek dosa. Jangan pikir kematian sebagai sesuatu yang menakutkan karena kita sendiri hadapi, itu memang menakutkan. Tapi hal yang lebih merusak dari kematian adalah kematian memastikan relasi yang tadinya harus begitu baik menjadi begitu rusak. Waktu manusia jatuh dalam dosa, relasi dengan Tuhan langsung rusak. Tuhan mengatakan “pada hari kamu memakan buah pengetahuan yang baik dan jahat, pastilah kamu mati”. Jadi kata ini menggambarkan bahwa kematian akan menjadi jembatan yang tidak bisa diseberangi untuk mengganggu relasi antara Tuhan dan manusia. Setelah manusia jatuh dalam dosa, relasi Tuhan dengan manusia menjadi rusak, dan kematian menjadi puncaknya. Relasi antara manusia rusak, dan kematian menjadi pemisah kekal di dalam keadaan tidak ada keselamatan. Itu sebabnya kematian menjadi suatu yang sangat mengerikan karena ini adalah antitesis dari relasi yang harusnya terjalin dengan begitu baik. Tuhan mau ada relasi antara manusia dan Tuhan, tapi dirusak oleh kematian. Tuhan mau ada relasi antar manusia, juga dirusak oleh kematian. Ini cara kedua untuk melihat kematian. Jadi hari ini kita belajar menyoroti kematian dari sisi orang yang ditinggalkan bukan dari sisi orang yang mati, baik janda yang ditolong oleh Elia maupun ibu dan suaminya yang ditolong oleh Elisa, dua-duanya mendapatkan pertolongan anaknya bangkit bukan demi anak tapi demi mereka yang kehilangan. Maka ini perspektif yang harus kita tarik mundur waktu kita kembali membahas Taman Eden. Tuhan mengatakan “pasti mati”, ini bukan berarti Tuhan membenci Adam lalu hajar Adam sampai dia mati karena bencinya. Tapi Tuhan memberikan peringatan, ketika engkau melanggar, Tuhan tidak mungkin mempertahankan relasi dekat yang awal, tapi Tuhan akan menjauh. Dan ini akan membuat kematian menjadi pemisah kekal antara Tuhan dan Adam selama Adam masih hidup di dunia ini. Dan kalau dia tidak diperdamaikan dengan Tuhan, kematiannya akan menjadi seruan pernyataan final bahwa dia dan Tuhan terpisah selamanya. Relasi kita dengan Tuhan akan hancur selamanya kalau selama hidup kita tidak kembali kepada Tuhan, sampai kita mati setelah itu selesai. Tidak ada kesempatan karena kematian memberikan satu materai, satu segel tentang keadaan kita di dalam kekekalan. Apakah kembali relasi dengan Tuhan atau akhirnya menjadi jauh, jatuh dan selama-lamanya terhilang dari Tuhan? Inilah hal yang harus kita ingat, ada kematian yang menjadi seruan final tentang dimana status kita di hadapan Tuhan. Itu sebabnya jangan main-main dengan hidup, harus pikir dengan baik-baik “apa yang mau saya imani di sini, apa yang mau saya yakini disini, harus punya satu keteguhan untuk memastikan relasiku dengan Tuhan berjalan dengan sangat baik”. Bagaimana relasi dengan Tuhan bisa dipelihara? Alkitab mengatakan kalau kita di dalam Kristus. Mengapa di dalam Kristus? Karena hanya Dialah yang dikasihi oleh Bapa. Saudara mau dikasihi oleh Bapa, Alkitab mengatakan Kristuslah yang paling dikasihi. Tuhan mengatakan “engkau menjadi satu dengan AnakKu, supaya kasih yang Aku berikan kepada AnakKu itu juga kasih yang akan Aku berikan kepada engkau”. Jadi kematian akan memastikan relasi kita dengan Tuhan apakah kekal terpisah selamanya atau berada dalam Dia dan kasihNya sampai selama-lamanya. Maka inilah yang harus kita takuti dari kematian. Kematian yang menjadi tanda rusaknya relasi, tanda terputusnya relasi sampai seterusnya dengan Tuhan.

Kita tidak kasihan kepada yang mati, apalagi kalau dia mati di dalam Tuhan. Dia mati di luar Tuhan, kita mengatakan “apa boleh buat, sudah lewat, mau gimana? Waktu masih hidup tidak mau dengar, sekarang sudah mati tidak ada kesempatan”. Tapi orang yang masih hidup, inilah yang perlu belas kasihan kita, perlu support, maka kita datang, kita tidak berdiri di depan peti lalu mendoakan “Tuhan, lapangkanlah jalan arwah ini ke sorga karena jalan ke sorga itu penuh dengan liku-liku, ada terowongan yang diujungnya ada cahaya dan seringkali cahaya itu membuat silau, jadi tolong Tuhan berikan kaca mata kepada rohnya sehingga waktu dia jalan cari sorga, dia tidak disilaukan oleh cahaya sorgawi tapi bisa masuk dengan tepat”, tidak perlu doakan dia, dia sudah lewat kesempatannya. Kalau dia sudah di dalam Kristus, berbahagialah, kalau tidak, apa boleh buat. Tapi yang masih hidup, ini yang menjadi concern.

Kembali dalam bacaan kita, biasanya akan ada peratap lalu mereka akan menangis, sehingga rombongan ini menjadi rombongan yang riuh dengan tangisan, sehingga ketika anak muda yang mati ini dibawa, ributnya pasti bukan main. Jadi 2 kelompok, kelompok yang ribut karena tangisan bertemu dengan kelompok yang penuh dengan sorak-sorai karena ada Kristus. Waktu 2 kelompok ini bertemu, Tuhan Yesus tergerak dengan tangisan si janda, Dia tidak tergerak dengan tangisan orang lain yang pura-pura, meskipun tangisan mereka lebih keras. Biasanya orang yang pura-pura nangisnya luar biasa, tapi Tuhan tidak peduli tangisan itu, yang Dia lihat adalah si janda yang mungkin dengan kekuatan yang sudah habis terus teteskan air mata. Yesus dekati janda itu kemudian katakan “jangan menangis”. Ini kita liht begitu miripnya dengan yang dikerjakan Elia dan Elisa, kasihan kepada janda, bukan kasihan kepada anak. Dia tidak datang ke anak itu dan mengatakan “masih muda, kasihan kamu ya”, tidak perlu seperti itu, orang yang sudah mati tidak perlu dikasihani lagi karena final, waktunya sudah habis. Maka Tuhan mendekati ibunya, bukan mendekati anaknya untuk menghibur. Kita datang ke kedukaan untuk menghibur orang-orang yang kehilangan. Ini perspektif hari ini. Tuhan menghibur ibu dari anak ini lalu mendekati usungan, kemudian sentuh. Tindakan ini benar-benar melawan Taurat, karena di dalam Taurat dikatakan “jangan sentuh apa yang pernah kena mayat dan jangan sentuh mayat. Waktu kamu menyentuh mayat, kamu najis sampai matahari terbenam. Dan setelah itu kamu mencuci dirimu, baru besoknya kamu dinyatakan tahir lagi”. Maka dikatakan dalam Taurat “jangan sentuh mayat, kalau kamu sentuh mayat kamu akan najis”. Itu sebabnya orang Farisi kalau lihat iring-iringan seperti ini mereka akan menjauh, mereka berasumsi semua orang yang sedang berduka mungkin sudah sentuh mayat, kalau dia sudah sentuh mayat berarti dia cemar, dan kalau dia cemar dan orang Farisi sentuh dia, orang Farisi ikutan cemar, dan kalau mereka cemar, mereka masuk sorga, sorga jadi cemar, itu sebabnya mereka berpikiran tidak mungkin masuk sorga karena itu mereka tidak mau sentuh orang mati. Jadi mereka semua minggir, kalau mereka tidak ada kaitan apa-apa, tidak ikut dukacita, mereka minggir, tapi Yesus sengaja mendekat.

Mereka menjauhi, Yesus sengaja sentuh. Apa ini maksudnya? Apakah Tuhan Yesus sengaja memprovokasi, sudah tidak sabar untuk disalib maka Dia lawan semua supaya orang salibkan Dia? Bukan, Dia sedang mengatakan Dialah yang mengatasi segala kutuk yang mengakibatkan maut. Dia mengatasi segala kutuk, Dia sentuh, bukan Dia yang cemar, tapi yang disentuh oleh Dia yang menjadi suci. Lain dengan kita, kita menyentuh, mungkin kita yang terpengaruh, Kristus menyentuh, kesucianNya akan ditularkan kepada yang cemar. Maka apa yang disentuh oleh Kristus itu yang akan menjadi baik dan Tuhan mengatakan kepada anak muda ini “hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah”, ini memerintahkan orang mati untuk hidup kembali, apakah mudah? Tapi Tuhan Yesus mengatakan “hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah”. Maka anak muda ini bangkit dan Yesus mengembalikan anak muda ini kepada ibunya. Concern Tuhan Yesus sekali lagi bukan kepada yang mati ini tapi sang ibu. Maka yang Dia kerjakanlah adalah waktu Dia mati, Dia membuat kematian kita tidak menjadi halangan bagi kita untuk berelasi dengan Tuhan. Relasi kita dengan Tuhan dipulihkan sama seperti relasi ibu ini dengan anaknya. Itu sebabnya Kristus datang ke dalam dunia supaya relasi menjadi pulih, supaya kita tidak perlu melihat kematian sebagai pemisah final antara aku dan sesamaku dan antara aku dengan Tuhanku. Jangan pikir kalau di neraka ada relasi, relasi itu hak istimewa sorga. Sorga, relasi, kasih, Allah, kekudusan dan cinta semua bergabung dalam satu sisi. Sedangkan di neraka tidak ada kenikmatan relasi seperti ini. Itu sebabnya kematian memastikan saya tidak mungkin berelasi dengan mereka yang belum berada di dalam Kristus, dan mereka yang di dalam Kristus tidak mungkin berelasi dengan mereka yang di luar, dan mereka yang di luar Kristus tidak mungkin berelasi dengan Allah Bapa di sorga. Itu sebabnya Kristus harus datang, itu sebabnya Dia harus mati. Kalau tidak perlu mati maka mengapa Dia mesti mati? Tapi karena ini satu-satunya cara maka cara ini yang Dia tempuh untuk membuat kematian tidak lagi menjadi pengganggu final untuk relasi manusia. Maka Kristus membangkitkan anak muda sebagai satu tanda bahwa Dia akan mengerjakan yang lebih genap di dalam kematianNya di atas kayu salib. Dan kematian di atas kayu salib inilah yang membuat manusia tidak lagi perlu mencari di mana ada pengharpaan saya dipulihkan dengan Tuhan?”. Kematian Kristus akan membuat semuanya beres. Itu sebabnya ketika kita kehilangan orang yang kita kasihi di dalam Tuhan, kita mengatakan “kematian Kristus sudah memastikan kematian ini tidak akan memisahkan saya”. Paulus mengatakan di dalam Tesalonika “hiburkanlah satu dengan yang lain”, dengan kalimat seperti ini “engkau harus menghibur saudaramu yang sedang berduka karena kehilangan orang yang juga sudah percaya Kristus, dengan mengatakan “relasimu dengan Dia tidak akan habis oleh karena kematianNya. Sebab kematian Kristus sudah memastikan kematian ini akan membuat relasimu akan menjadi habis. Maka kita bisa bersuka cita, Saudara mengenal saya, saya mengenal Saudara, Saudara mengasihi saya, relasi kasih ini tidak akan habis kalau salah satu dari kita meninggal duluan. Kematian Kristus memastikan relasi kita tidak berhenti sampai kematian. Itu sebabnya meskipun pernikahan mengatakan “sampai kematian memisahkan”, tetapi perjamuan Anak Domba mengatakan “kematian memisahkan tetapi pernikahan sejati tetap akan terjadi di dalam relasi dengan Kristus dalam cinta kasih dari Allah Bapa”. Jadi sukacita yang lebih kecil diganti dengan sukacita yang lebih besar, inilah yang kita harapkan. Bagaimana ini terjadi? Hanya ketika Kristus datang dan menyerahkan diriNya. Inilah perspektif yang indah, Tuhan menebus kita bukan karena kasihan kitanya akan mati, tapi karena kasihan kitanya tidak punya relasi dengan Tuhan, kita tidak punya relasi satu dengan yang lain. Satu hal yang dunia ini sadari, manusia perlu relasi. Manusia perlu ada orang yang dia kasihi dan mengasihi dia. Tanpa ini dia mengatakan “lebih baik saya mati dari hidup”. Jadi kematian bukan dari dalam kematian itu sendiri yang membuat sengsara, kematian membuat sengsara, menurut orang abad pertengahan karena kematian membuat kita menghadap murka dan penghakiman Tuhan. Dan pada hari ini kita mengingat kematian membuat relasi yang harusnya terbina di dalam kasih menjadi hancur dan tidak bisa dilanjutkan karena terputus oleh kematian. Tapi Kristus datang membuat keindahakn relasi kasih bertahan sampai selama-lamanya, baik dari Tuhan kepada manusia, maupun dari satu orang percaya kepada orang lain. Kiranya ini boleh menguatkan kita untuk makin mengenal siapa Kristus, makin mengasihi Dia dan makin mengagumi karya penebusanNya yang memastikan bahwa kasih, relasi dan belas kasihan terus dipertahankan dan relasi kita dengan Tuhan terjamin oleh darahNya.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)