- Injil Lukas
- 4 Apr 2017
Jangan Tinggalkan Tuhan Demi Uang
(Lukas 16: 10-18)
Alkitab menggambarkan keadaan yang sebaliknya, orang-orang Kristen sangat memperhatikan keadaan di bumi. Itu keberadaan Kristen mula-mula. Mereka bisa populer karena mereka memperhatikan orang yang perlu, mereka punya belas kasihan yang besar sekali. Itu sebabnya waktu Saudara baca Alkitab, banyak konsep kita yang perlu dirombak, mungkin termasuk konsep kita di GRII. Dan kita tidak mau terima itu? Kita sibuk rombak Karismatik, Katolik, Pentakosta, dan lain-lain, itu bukan isunya. Orang Farisi juga tidak akan keberatan kalau Yesus rombak orang Romawi. Orang Saduki tidak akan keberatan kalau Yesus rombak Agama Hindu. Tapi waktu Yesus mengatakan “hai Farisi, celakalah kamu”, mereka marah. Kalau ada pengkotbah bilang “Karismatik celaka”, Saudara tepuk tangan. Kalau ada orang kotbah “Reformed celaka”, bagaimana sikap Saudara? Maka waktu Marx kritik kamu suka status quo demi keuntunganmu. Tapi yang lebih jahat lagi, kamu pakai agamamu untuk membenarkan keadaanmu. “Tuhan hanya peduli sorga, kalau di bumi serakah sedikit, itu bukan masalah”. Ini caranya pembenaran, hati tetap tenang. Kamu tidak merasa salah telah melakukan korupsi? Kamu tidak merasa bersalah karena telah merugikan orang? “Tidak. Karena Alkitab mengajarkan 5 sola itu yang penting, sola scriptura, sola fide, sola gratia, solus Christus, soli Deo gloria itu yang penting. Jadi kalau saya mengutamakan Tuhan, mengutamakan anugerahNya, mengutamakan iman, mengutamakan Alkitab, meskipun bisnis kacau, tidak apa-apa”. Tidak seperti itu. Maka bagian ini adalah bagian yang sangat menyindir kita semua. Termasuk saya, kalau saya terlalu cinta uang. Yesus mengatakan seorang hamba tidak bisa mengabdi pada dua tuan, tidak bisa mengabdi pada Tuhan dan kepada mamon. Kalimat berikutnya akan lebih menusuk. Maka ingat baik-baik yang Freud katakan “kamu memakai agamamu untuk menenangkan hatimu, padahal kamu sudah kacau sekali secara sosial dan secara dosa”. Tapi Yesus mengatakan di dalam Alkitab, yang diajarkan Yesus adalah waktu Saudara salah, Saudara punya hati yang terganggu, datang kepada Tuhan, berubah, bertobat, tinggalkan dosa baru ada damai.
Maka Yesus membongkar hal yang sangat sering ada pada hati kita yaitu penyembahan kepada uang. Ayat 13 mengatakan “seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon”. Yesus mengatakan jika kamu melayani salah satu, kamu akan membenci yang lain. Di dalam Alkitab, membenci adalah perbandingan antara suka dan netral. Bukan antara suka dan benci. Dalam Bahasa Yahudi, meskipun Perjanjian Baru ditulis dalam Bahasa Yunani, tapi dalam Bahasa Ibrani yang menjadi pola untuk Perjanjian Baru, itu tidak mengenal kata sayang dan netral. “Aku mengasihi istriku dan saya netral terhadap yang lain”, itu yang bisa kita lakukan. Tapi di dalam Bahasa Ibrani tidak begitu, yang bisa dilakukan adalah “saya mencintai istriku dan membenci yang lain”. Tapi benci itu bukan benci, itu adalah bentuk pernyataan bahwa saya sukanya yang ini. Bahasa Perjanjian Baru adalah Bahasa Yunani, tapi terkadang penulis memakai kebiasaan dari Bahasa Ibrani. Itu sebabnya ungkapan-ungkapan seperti ini adalah ungkapan dari Perjanjian Lama. Misalnya Tuhan mengatakan “Aku mengasihi Yakub dan membenci Esau”, ini tidak berarti Tuhan cinta Yakub lalu memukul Esau. Ini berarti Tuhan mencintai Yakub dan mengabaikan yang lain. Cuma ini yang menjadi fokus perhatiannya. Ketika Tuhan mengingatkan kita “jika engkau mencintai mamon, engkau akan benci Tuhan”, mamon itu dewa kekayaan. Saudara mengatakan “puji Tuhan, saya tidak berdosa, saya tidak pernah membenci Tuhan, saya tidak pernah berdoa dan mengatakan: Tuhan saya benci Engkau. Saya tidak pernah seperti itu. Puji Tuhan, saya selamat”. Tidak seperti itu, bagian ini mengatakan engkau yang mencintai uang akan mengabaikan Tuhan. Waktu kita tidak peduli Tuhan, lebih peduli uang, kita sudah berdosa. Saudara dedikasikan persentase hidupmu kepada non-Tuhan lebih besar dari pada yang Saudara dedikasikan untuk Tuhan, itukah Kristen? Tidak. Itu sebabnya tidak ada duniawi dan rohani, semua milik Tuhan. Pekerjaan, harta, gaji, kesehatan, mobil, rumah milik Tuhan. Tapi saya mau tanya satu hal, dari memperoleh semua ini, pernahkan engkau mempertimbangkan Tuhan? Tidak, “karena dewaku bukan Tuhan, dewaku uang”. Semua pertimbangan memakai uang, untung-rugi, untung-rugi, untung ambil, rugi tinggalkan. Dan kita masih mengaku orang Kristen? Tuhan akan hajar keras sekali disini, “kamu sembah mamon”, sembah mamon berarti sembah berhala. Di dalam Perjanjian Lama, dosa paling besar adalah dosa penyembahan berhala. Orang menyembah berhala mengerjakan berbagai macam kekotoran, seks bebas, segala kekacauan, menyembah berhala, maka orang bilang penyembahan berhala adalah dosa paling besar. Tapi pada bagian ini Tuhan mengatakan “kamu kerjakan dosa paling besar kalau kamu adalah hamba uang”. Ini kotbah yang tidak menyenangkan, orang pasti benci kotbah seperti ini, tapi apa boleh buat, Alkitab katakan ini, saya harus katakan. Dalam bagian ini Tuhan Yesus mengingatkan jika engkau mulai mengabaikan Tuhan itu tandanya kamu ada dewa lain, jika kamu mulai abaikan Tuhan disebagian besar hidupmu, kamu bukan milik Tuhan. Ini ayat ke-13
Ayat ke-14, semua ini didengar oleh orang-orang Farisi, hamba-hamba uang itu dan mereka mencemoohkan Dia. Ini dijadikan ukuran rohani, cara kamu dapat uang dengan cara apa, cara kamu mendistribusikan uang dengan cara apa. Uang menjadi penghargaan untuk usaha orang, uang menjadi kestabilan keadilan sosial, uang menjadi cara untuk keadilan Tuhan dinyatakan lewat kita memberikan penghargaan. Jangan over memberikan penghargaan uang kepada yang tidak layak. Jangan tidak memberikan penghargaan uang kepada yang layak. Semua itu sudah kita bahas. Bukan berarti uang tidak penting. Tetapi menyembah uang, mengabaikan Tuhan, itu penyakit yang bahaya. Dan saya tidak bicara sebagai Allah yang menghakimi umat, saya berbicara sebagai orang yang juga dihakimi oleh Allah dalam hal ini. Maka kita sama-sama bergumul, sama-sama dihajar, sama-sama diperingatkan, sama-sama ditegur oleh ayat-ayat yang barusan saya kotbahkan. Maka di dalam ayat 14, orang Farisi yang suka uang mulai mengkritik, mulai mencemoohkan Tuhan. Tetapi Yesus menjawab “kamu membenarkan diri, namun Allah mengetahui hatimu”. Apa pun argumen yang kamu pakai untuk membenarkan dirimu, Tuhan tahu isi hatimu. Jadi jangan pikir kita bisa melarikan diri. Seringkali orang yang berkotbah merasa dirinya diluar dari yang dikotbahkan. Saya selalu doa sama Tuhan supaya saya tidak jatuh dalam dosa seperti itu. Saya bukan satu arah menghakimi Saudara, kita semua sedang dihakimi oleh Tuhan. Pendeta bisa menjadi orang yang paling mudah memanipulasi uang. Karena dia bisa pakai otoritas rohani untuk membenarkan kemungkinan dia mendapatkan uang. Mencintai Tuhan dan mengabaikan uang bukan berarti Saudara tidak bertanggung jawab kerja, bukan berarti Saudara tidak bertanggung jawab untuk menghidupi keluarga, bukan berarti Saudara tidak bertanggung jawab mengelola uang. Kita semua harus bertanggung jawab dalam hal itu. Tapi kita tidak boleh memberikan dedikasi yang harusnya diberikan kepada Tuhan dalam hal ini. Maka mereka membenarkan diri, tapi Tuhan mengatakan “yang dikagumi manusia, dibenci Allah”. Jangan pikir kita bisa lari dengan segala argumen untuk menutup dosa kita, Tuahn tahu dosa kita, Tuhan tahu meskipun kita melarikan diri. Kalimat “sebab yang dikagumi manusia, dibenci Allah”, ini harus kita lihat di dalam konteks, konteksnya sedang berbicara mamon atau Tuhan. Maka kalau engkau terlalu mencintai mamon, Tuhan mengatakan yang kamu kagumi itu dibenci oleh Allah. Saya pernah bagikan beberapa waktu yang lalu, banyak orang ingin punya uang untuk diakui kekayaannya. Beli barang semahal mungkin supaya orang kagum. Tapi heran, apa nikmatnya dikagumi orang? Apakah Saudara pernah dikagumi orang, lalu Saudara mendapat apa dari kekaguman mereka? Waktu ada orang mengatakan “orang itu keren”, Saudara tidak akan bertambah pintar juga, kesehatan tidak tambah, kira-kira dapat apa? Itu bukan hal yang membanggakan. Maka Allah mengatakan yang kamu kagumi, Tuhan benci, maksudnya yang kamu kagumi itu Tuhan tidak peduli. Tuhan tidak peduli yang kamu kejar, itu tidak penting. Itu sebabnya Yesus mengingatkan orang-orang Farisi, ini orang-orang Farisi hamba Tuhan, mereka menjadi hamba uang dan mencemoohkan Tuhan. Mereka memakai agama untuk mengeruk keuntungan, mereka memakai kewajiban membayar biaya yang harus dipakai untuk mereka. Maka Tuhan tegur mereka dan mengatakan “yang kamu kagumi, yang kamu cari, itu dibenci oleh Tuhan”.
Ayat 16 dan seterusnya mengatakan Hukum Taurat dan kitab para nabi berlaku sampai pada zaman Yohanes. Dan sejak waktu itu Kerajaan Allah diberitakan dan setiap orang menggagahinya berebut memasukinya. Maksudnya adalah penafsiran terhadap Taurat sengaja dipakai untuk melindungi kemungkinan memperoleh uang. Yesus mengatakan semua penafsiran yang salah itu sudah terjadi, sedang terjadi, dan akan berhenti sampai zaman Yohanes. Mengapa berhenti sampai zaman Yohanes? Karena setelah itu Dia akan datang dan merombak semuanya. Yohanes dulu datang, kemudian Yesus datang merombak semuanya. Banyak kali orang memanipulasi firman Tuhan, memanipulasi teologi membenarkan (seperti kritiknya Freud) apa yang dia jalankan. Jangan lakukan itu. Waktu memanipulasi Tuhan, Tuhan akan mengoreksi kita. Tuhan Yesus mengingatkan orang-orang Farisi ini sudah punya konsep yang sangat salah untuk membenarkan diri mereka, lalu memakai itu penafsiran mereka untuk membenarkan keadaan mereka yang bisa mendapatkan uang. Maka Yesus memakai bahasa yang kasar sekali, waktu itu Kerajaan Allah diberitakan dan semua orang menggagahi merebut, berusaha untuk memperkosa kebenaran Kerajaan Allah demi kepentingan mereka sendiri. Tapi Tuhan mengatakan “tidak mungkin Taurat akan gagal karena lebih mudah langit dan bumi lenyap dari pada satu titik Hukum Taurat batal”. Setelah itu baru Dia membahas tentang pernikahan. Ini semua ada kaitannya, setelah Yesus mengatakan “lebih mudah langit dan bumi lenyap dari pada satu titik Hukum Taurat batal”, dan Dia melanjutkan dengan mengatakan “setiap orang menceraikan istrinya lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah. Dan barangsiapa kawin dengan perempuan yang diceraikan suaminya, ia berbuat zinah”. Apa kaitannya? Lukas sedang menggambarkan argumen Tuhan Yesus yang menyatu. Yesus mengatakan kamu harus mengerti Taurat dan Taurat itu tidak bisa diubah, tidak ada yang akan diubah apalagi ajaran yang paling penting. Dan di dalam Taurat ajaran paling penting itu apa? Tidak ada Allah selain Yehova. Maka di dalam pengertian Taurat tidak ada Allah selain Yehova, kamu tidak boleh punya allah lain, itulah inti dari Taurat sebenarnya. Maka Yesus mengatakan kalau kamu percaya satu titik dari Taurat pun tidak boleh diubah, mengapa kamu ubah yang paling penting? Yaitu penyembahan kepada Tuhan, mengapa dedikasi kepada Tuhan diabaikan? “Siapa yang abaikan, kami tidak mengabaikan?”, waktu engkau mencintai uang, engkau mengabaikan itu, engkau sedang mempunyai berhala lain. Maka Yesus memakai ilustrasi perzinahan karena di dalam Alkitab ketidaksetiaan kepada Tuhan yang satu sering dikaitkan dengan dosa perzinahan. Di dalam aturan Perjanjian Lama dikatakan kalau ada seorang menceraikan istrinya dia harus kasi surat cerai dan dia tidak boleh menikah lagi dengan istri yang sudah diceraikan. Ini cara Tuhan untuk membimbing orang-orang menghargai pernikahan pada zaman itu. Kita percaya Tuhan menyatakan pekerjaanNya secara progress. Zaman dulu adalah zaman yang begitu kacau sehingga Tuhan memberikan peraturan supaya pernikahan tidak menjadi rusak. Tapi ketentuan awal sudah Tuhan nyatakan di dalam Kitab Kejadian, satu laki-laki satu perempuan menjadi satu, tidak ada cerai. Yang disatukan Tuhan tidak boleh diceraikan manusia. Jadi ini pengertian awalnya. Lalu Tuhan mengijinkan ada konteks yang terpaksa membuat peraturan cerai itu harus ada. Maka di dalam Taurat dikatakan jika kamu menceraikan istrimu, berikan surat cerai dan kamu tidak boleh menikah dengan dia lagi, maksudnya untuk memperbaiki kondisi zaman pada saat itu. Saat itu perempuan sangat tidak dihargai. Saudara mau melaksanakan pernikahan dengan orang penting, maka Saudara akan melangsungkan pernikahan yang baik. Saudara cinta dengan perempuan dari golongan yang lebih rendah, tidak perlu menikah, jadikan saja gundik. Lalu ketika orang menikah dengan perempuan penting, biasanya harus ada budak perempuan yang menjadi tambahan selain perempuan ini. Perempuan menjadi properti yang murah. Maka untuk mencegah perempuan dihargai dengan remeh seperti ini, Tuhan mengatakan “kalau kamu menceraikan seorang perempuan, hormati dia, berikan surat cerai, tandanya adalah kamu menghargai dia. Dan kamu tidak akan menikahi dia lagi”, maksudnya waktu kamu sudah membuat dia pergi dari kamu, kamu harus ambil keputusan yang bulat. Dan setelah itu ada larangan ambil kembali dia. Karena seringkali orang ceraikan seorang perempuan, agak lama baru sadar ada sisi yang baik dari dia, ambil lagi. Tuhan akan bilang “tidak boleh, kamu sudah buang dia, konsisten”. Jadi Tuhan sedang melatih konsistensi dalam pernikahan. Tetapi Yesus membawa pengertian yang lebih limpah lagi, bukan berarti pengertian Taurat kurang limpah, tapi kurang digali oleh orang-orang Ahli Taurat. Maka ketika Yesus menafsirkan bagian ini, Dia mengatakan kalau orang sudah cerai dengan seorang perempuan, dia kawin lagi dengan perempuan lain, dia berbuat zinah. Pengertian ini harus dibahas dengan teliti, tapi tidak mungkin dibahas sekarang. Tapi yang dimaksudkan adalah kalau ada satu perempuan dan satu laki-laki menikah, lalu yang laki-laki bilang “saya ceraikan kamu”. Mengapa ceraikan perempuan ini? Ternyata ada perempuan lain, maka setelah cerai dengan perempuan ini lalu kawin dengan perempuan lain, bagi Tuhan itu dosa perzinahan. Pernikahannya tidak sah, karena pernikahan yang pertama bubar karena ada yang lain. Jadi ini sedang berbicara tentang komitmen kepada satu yang tidak boleh diganggu oleh komitmen kepada yang lain. Jadi sebenarnya Alkitab sangat ketat juga adil dan penuh dengan belas kasihan. Orang yang jadi korban di dalam pernikahan harus dilindungi, jangan paksa mereka memikul salib yang Tuhan pun tidak mau mereka pikul. Itu sebabnya Tuhan mengatakan kalau kamu sudah bercerai lalu kawin berarti kamu bercerai karena ada alasan orang lain, kamu tidak boleh menikah dengan dia dan kamu tidak boleh kembali dengan istrimu, itu peraturan Taurat. Jadi setelah cerai? Masuk biara, karena tidak boleh menikah dengan perempuan lain atau laki-laki lain. Kalau ada perempuan atau laki-laki lain lalu kamu ceraikan istri atau suamimu dan menikah dengan yang lain, itu tidak boleh. Dan tidak boleh kembali ke istri atau suami yang dulu. Maka ini diterapkan dalam hal menyembah mamon atau menyembah Tuhan. Kamu sudah meninggalkan Tuhan, sah kamu cerai dengan Tuhan, kamu nikah sama mamon. Waktu kamu sadar mamon tidak bisa menolong, tidak bisa jadi pasangan, jangan kembali ke Tuhan. Yang sudah cerai tidak boleh kembali, yang cerai karena yang lain, dia sedang hidup dalam perzinahan. Maka Tuhan mengatakan orang yang menyembah mamon sedang hidup dalam perzinahan dan dia tidak boleh kembali kepada Tuhan. Ini bukan berarti orang itu tidak boleh bertobat, tapi kalau orang tidak bertobat, dia sedang dalam keadaan seperti ini. Sehingga seolah Tuhan mengatakan “kalau kamu memang dedikasikan hidup untuk uang, ya sudah nanti kalau kamu mengalami kekosongan dalam hati, doa sama uang. Kalau kamu sudah dekat dengan kematian lalu minta tolong, doa sama uang. Kalau kamu mengalami kehidupan yang sangat kering, sangat kacau, penuh dengan goncangan, penuh gangguan batin, doalah sama uang”. Kira-kira bisa tidak? “hidupku tidak berharga, banyak tekanan dari mana-mana, saya sangat merindukan ini itu”, nanti Tuhan mengatakan “tuhanmu kan uang, doa sama dia”. Tidak bisa, tapi mau kembali kepada Tuhan juga tidak bisa. Ini yang Tuhan mau peringatkan, siapa yang menceraikan istrinya dan menikah dengan yang lain, dia berzinah. Dan Taurat mengingatkan yang sudah lakukan ini tidak boleh kembali ke perempuan yang semula. Kiranya Tuhan menolong kita mengerti dan menjalankan kehendak Tuhan.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkotbah)
- Injil Lukas
- 4 Apr 2017
Apakah kita penyembah dewa uang?
(Lukas 16:10-13)
Mamon yang tidak jujur adalah ungkapan tentang harta. Mamon adalah nama dewa yang dipercaya bisa memberikan prosperity, tetapi di dalam Alkitab menjadi sindiran untuk uang. Jadi uang disebut mamon dan Yesus berbicara tentang keuangan atau harta, bagaimaan orang bersikap terhadap harta. Di dalam ayat 10 Yesus mengatakan “barangsiapa setia di dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Yang tidak benar dalam perkara-perkara kecil, tidak benar juga dalam perkara besar”, ini masih bicara tentang uang. Yang setia dalam uang, dia akan setia dalam hal yang lebih besar di dalam Kerajaan Allah. Yang tidak setia di dalam uang, juga tidak mungkin dipercayakan hal besar di dalam Kerajaan Allah. Di dalam pengharapannya Israel, kalau mereka setia di dalam menjalankan kesalehan hidup, maka nanti kalau kerajaan itu datang mereka akan mendapat pangkat yang tinggi dan kepercayaan yang besar. Tapi Tuhan Yesus mengajarkan dengan cara pandang yang lain, yaitu engkau dalam hidupmu sekarang akan menikmati hal-hal besar kalau engkau bertanggung jawab dalam hal-hal kecil. Apa hal-hal kecil itu? Keuangan atau harta. Jadi bagaimana kita bersikap harta itulah tanggung jawab kecil yang menentukan kita dipercaya hal besar atau tidak. Jadi jangan salah, uang bukan hal yang tidak penting, tapi uang adalah hal kecil, menurut Alkitab, yang Tuhan pakai untuk menilai apakah kita sanggup dipercayakan hal besar atau tidak. Banyak orang meremehkan uang, kalau itu bukan uang sendiri. Kalau uang orang tidak masalah, kalau pun hilang kan yang rugi orang lain, jadi tidak apa-apa. Banyak orang memanfaatkan relasi demi uang. Saudara yang tahu ada orang yang memanfaatkan kehadiran Saudara demi uang, Saudara langsung anggap hina orang itu. Jika kamu tidak setia di dalam uang orang, bagaimana orang akan memberikan kepadamu bagianmu sendiri? Jadi kalau kita tidak setia di dalam apa yang Tuhan percayakan kepada kita, maka kita sulit dianggap layak untuk menerima bagian di dalam mengembangkan pekerjaan Kerajaan Allah. Ini yang Tuhan nyatakan.
Maka di bagian selanjutnya dikatakan, “jika kamu tidak setia dalam hal mamon yang tidak jujur, siapa akan percayakan kepadamu hartamu yang sesungguhnya?”. Harta sesungguhnya bukan mamon itu, bukan uang yang Tuhan percayakan kepada kita. Ini adalah harta yang Tuhan ijinkan menjadi pengukur bagi kita untuk kita mendapatkan harta yang lebih baik lagi, yaitu ketika Tuhan menginjikan kita berbagian di dalam pekerjaanNya. Lalu bagian selanjutnya di dalam ayat 12 “jika kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapa yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu?”. Yang Saudara dan saya miliki sekarang itu milik Tuhan. Dan Tuhan percayakan kepada kita supaya nanti kita mendapatkan warisan kerajaan yang menjadi bagian kita. Di dalam konsep orang Yahudi, warisan kerajaan adalah ketika kerajaan itu datang, kita berbagian di dalam bagian yang penting. Nanti ketika Kerajaan Tuhan datang menjadikan langit dan bumi yang baru, Saudara dan saya ada bagian yang menjadi tanggung jawab kita. Yesus mengatakan di dalam perumpamaan yang lain, jika ada orang yang setia, dia akan dipercayakan 10 kota, yang lebih setia lagi dipercayakan lebih banyak. Yang tidak setia tidak dipercayakan apa-apa, dapat tempat di luar tempat penting. Jadi Saudara dan saya akan dipercaya oleh Tuhan kalau Saudara bisa menunjukan tanggung jawab yang baik untuk apa yang bukan milik kita, yaitu harta kita. Seluruh yang kita miliki dari Tuhan. Saudara jangan bilang “saya punya harta lebih banyak karena saya lebih pintar dari yang lain”. banyak orang pintar yang tidak terlalu kaya. Kalau Saudara mengatakan “saya orang yang kerja keras, makanya saya dapat uang”, saya mau tanya “apakah orang yang mengayuh becak tidak bekerja keras? Mengapa dia mendapat bagian segitu dan Saudara mendapat bagian segini?”, karena masing-masing Tuhan percayakan dengan cara yang berbeda. Dan jangan pikir uang adalah satu-satunya cara Tuhan memberkati. Kalau Saudara berpikir uang adalah satu-satunya cara Tuhan memberkati, Saudara akan melihat orang yang lebih kaya dan berpikir “mengapa Tuhan tidak adil? Mengapa Tuhan memberi lebih banyak ke dia, mengapa Tuhan memberikan kurang ke saya?”. Harta itu adalah cara Tuhan memberkati, tapi bukan satu-satunya, bahkan bukan yang paling penting. Itu sebabnya Saudara dan saya harus menganggap semua harta yang diberikan bukan karena kemampuan, “saya harus bertanggung jawab, saya harus bekerja semaksimal mungkin, tapi saya tahu bagian yang Tuhan berikan kepada saya itu dari Tuhan. Bukan karena saya lebih dari orang lain maka saya dapat lebih”. Itu sebabnya harta yang kita miliki bukan milik kita, tapi itu akan menentukan kita layak dipercayakan oleh Tuhan hal yang penting atau tidak.
Bagian terakhir ini yang akan saya bahas dalam beberapa poin, yaitu ayat 13, “seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian dia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain. Atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada mamon”. Di sini ada penjelasan tentang betapa pentingnya sikap kepada uang. Sikap kepada uang bukan hanya menjadi bahan ujian, tapi sikap kepada uang ternyata dapat mengarah pada penyembahan berhala. Pada zaman Yesus melayani di bumi, orang Israel yang sudah pulih dari Babel, mereka berjanji bahwa mereka tidak akan menyembah berhala lagi. Dulu mereka dibuang Tuhan karena menyembah berhala. Seolah Tuhan mengatakan “tanah perjanjian ini Aku berikan kepada umatKu. Jika engkau menolak menjadi umatKu dan menyembah berhala maka engkau tidak boleh tinggal di sini”, Tuhan singkirkan mereka. Di dalam pembuangan mereka berpikir “mengapa kita diperlakukan kejam seperti ini? Karena kita sudah salah, kita menyembah berhala maka Tuhan mengatakan: kamu ditaklukan bangsa lain, supaya kamu tahurasanya ditaklukan, bukan menjadi tuan”. Tuhan mau umat manusia memenuhi bumi dan menaklukan. Mereka korbankan nyawa demi bunuh orang-orang yang taruh berhala di tengah-tengah Bait Suci. Jadi mereka sudah berkomitmen, “kami tidak akan ijinkan ada berhala lagi. Kamu menyembah berhala, akan saya bunuh. Kamu melakukan sihir di tengah-tengah Israel, saya akan bunuh kamu. Kamu berani mengkhianati Tuhan, saya bunuh kamu. Ini bukan masalah hukum, ini masalah kematian, siapa membuat orang menyembah berhala, dia harus mati”, itu jadi prinsip yang sangat tegas dan prinsip yang terus mereka jalankan. Sebenarnya ada begitu banyak orang yang dieksekusi dari sejarah panjang mulai mereka kembali dari pembuangan sampai zaman Yesus. Banyak sekali orang dieksekusi karena dianggap membawa berhala dari luar untuk disembah di tengah Israel. Tapi orang Roma tidak mengijinkan mereka mengeksekusi orang sampai mati, lalu bagaimana caranya? Mereka membuat seperti sebuah kerusuhan, ada massa yang menghakimi, lempar batu sampai mati lalu cepat-cepat mereka bubar. Tidak ada berhala, tapi komitmen hati orang Israel kepada yang bukan Tuhan, itulah inti dari dosa penyembahan berhala. Maka di dalam Mazmur 115, diulangi di dalam Mazmur 135, Tuhan mengatakan bahwa ketika orang membentuk berhala yang ada mata tapi tidak bisa melihat, yang ada telinga tapi tidak bisa mendengar, seperti itulah orang yang membentuknya dan seperti itulah orang yang menyembahnya. Berhala punya kekuatan sangat besar karena waktu komitmen hati kita berikan kepada berhala, kita akan dibentuk oleh siapa yang kita sembah. Saudara sembah siapa, Saudara akan dibentuk oleh siapa pun. Saudara sembah apa, Saudara akan disembah oleh apa pun itu. Apakah berhala itu nyata? Tidak, tapi komitmen hati kita kepada yang tidak nyata itu menjadi sesuatu yang menipu kita sehingga kita dibentuk oleh sesuatu yang tidak nyata. Ini kacau sekali. Maka Tuhan sudah mengatakan di dalam Mazmur 115, “kamu kalau menyembah berhala akan seperti berhalamu, punya telinga tapi tidak bisa mendengar, punya mata tapi tidak bisa melihat”. Jadi berhala bukanlah bendanya, bukanlah patung-patung yang didirikan di atas tugu, tapi berhala adalah arah hati kita ada di mana. Maka Tuhan Yesus mengingatkan orang Israel, meskipun di seluruh tanahmu tidak ada patung, meskipun tidak ada kuil berhala, tapi penyembahan berhala masih terjadi di sini. Penyembahan berhala yang layak membuat engkau dibuang, maka Tuhan Yesus mengatakan “ada dewa namanya mamon masih berdiri kuilnya di sini. Kuilnya itu berupa kota kecil dari kulit yang di dalamnya tempat dia tinggal, yaitu harta, uang, dan dompet jadi kuil dewa yang namanya mamon. Mengapa ini jadi dewa? Karena kalau engkau menyembah uang, engkau akan dibentuk oleh uang. Maka ada 2 allah, yang satu palsu, yang satu asli. Kita tidak mungkin punya berhala yang bentuknya patung. Saudara sudah jadi Kristen, tidak punya lagi yang seperti itu. Dan Saudara jangan pikir benda-benda itu punya kekuatan, tidak. Setan punya kekuatan lebih dahsyat di dalam hati bukan di dalam hal-hal mistik yang berkait dengan patung. Jadi berhala bukan tempatnya, bukan klentengnya, bukan tempat sujudnya, dan lain-lain, di situ tidak ada apa-apa. Itu hanya kayu dan batu yang mati, yang bisa habis, yang bisa dijadikan barang seni, yang bisa dibuang begitu saja, karena itu tidak ada apa-apa. Tapi yang menjadi penting adalah ketika seseorang memberikan komitmen kepada sesuatu yang kosong. Sesuatu yang kosong itu akan mengubah dia. Maka saya akan membagikan ada beberapa poin tentang penyembahan berhala.
Yang pertama, siapa yang kita sembah akan membentuk komunitas penyembah. Kalau kita mendewakan sesuatu tapi tidak ada kelompok yang terbentuk, yang sama-sama menyembah itu, itu bukan berhala, berhala punya kekuatan mengarahkan orang untuk menyembah bersama-sama. Jadi ada kelompok yang membentuk kita untuk mendewakan sesuatu. Kelompok ini adalah tanda bahwa sesuatu itu adalah berhala. Bayangkan Saudara kalau kumpul-kumpul sama orang lalu nyaman ketika hanya bicara soal uang saja, peluang bisnis, kesempatan dapat untung, kesempatan ini dan itu. Saya tidak bilang itu salah, tapi kalau hanya itu yang Saudara anggap penting, Saudara adalah kelompok penyembah mamon. “Untungnya apa kalau cinta Tuhan? Dompet nambah tidak? Itu yang saya mau tahu”, segalanya diukur dengan uang. Ini berarti uang sudah menguasai semua. Cara Saudara berelasi dan berkumpul di dalam komunitas dikuasai oleh dewa yang namanya mamon. Inilah yang Yesus katakan sebagai penyembah berhala. Kita sedang worship, sedang menyembah dewa mamon ini karena ada komunitas yang dipengaruhi, itu yang pertama. Jadi berahala atau Tuhan yang sejati akan mempunyai komunitas yang sepakat untuk sama-sama mendedikasikan diri kepada sesuatu, kalau itu berhala palsu, atau kepada Allah kalau itu adalah penyembahan yang asli. Saudara dan saya membentuk komunitas menyembah Tuhan, ini adalah tanda bahwa Allah yang kita sembah. Orang-orang membentuk komunitas untuk menyembah sesuatu tanpa mereka sadar, ini tandanya bahwa sesuatu itu adalah berhala.
Kedua, yang kita sembah bukan hanya membentuk komunitas di sekeliling kita, yang kita sembah juga akan menentukan pola pikir kita. Cara kita berpikir ditentukan oleh yang kita sembah. Jangan pikir cara kita berpikir ditentukan oleh ilmu. Orang selalu dipengaruhi cara berpikir yang menentukan dia mengambil kesimpulan tentang sesuatu yang dia lihat. Cara berpikir ini sangat ditentukan oleh apa atau siapa yang kita sembah. Waktu kita menyembah mamon, cara berpikir kita melulu hanya mamon. Kalau orang menyembah uang, berarti dia pikir Tuhan untuk uang. Kalau orang menyembah Tuhan, dia akan pikir uang juga, tapi untuk Tuhan. Ini yang harus kita benar-benar pahami. Berhala, dewa, atau Tuhan yang sejati membuat cara kita berpikir mempunyai tujuan yang utama kepada siapa atau apa yang kita sembah itu. Kalau engkau menyembah uang, apa pun yang dipikirkan, tujuan utamanya adalah uang. Kalau menyembah Tuhan, apa pun yang dipikirkan, tujuan utamanya adalah Tuhan. Bukan berarti kita tidak memikirkan yang lain. Jadi kalau Saudara pikir “mau ikut Tuhan buang uang”, itu salah. Sembah Tuhan dan manfaatkan uang, pertanggung-jawabkan uang. Minggu lalu kita sudah bahas apa saja yang menjadi bagian pertanggung-jawaban. Bukan berarti tidak boleh pakai, tapi bukan berarti segalanya hanya untuk diri. Jadi Tuhan mengajarkan kepada kita untuk memanfaatkan uang demi yang disembah, karena kalau tidak engkau akan memanfaatkan Allah demi yang engkau sembah yaitu uang. Maka uang membuat kita mempunyai pola pikir yang dikuasai oleh uang. Tapi kalau Saudara menyembah Tuhan, Saudara akan punya pola pikir yang dilatih oleh Tuhan untuk menyembah Tuhan dan dikuasai oleh Tuhan. Ada orang yang pikir apa pun langsung ingat Kerajaan Allah. Ada orang yang pikir apa pun cuma ingat untung. Itu menunjukan perbedaan siapa sebenarnya yang kita sembah.
Hal ketiga, apa atau siapa yang kita sembah akan membentuk habit kita. Tidak ada penyembahan pada apa pun, asli atau palsu, yang tidak menuntut komitmen dan dedikasi. Saudara menyembah uang harus punya komitmen dan dedikasi untuk uang. Ada orang-orang yang harus bangun dari jam 5 pagi, nanti jam 10 malam baru tidur. Kerja keras tidak henti-henti karena mau dapat uang. Saya tidak bilang ini salah, tapi kalau uang menjadi berhala kita akan paksa diri karena kita menyembah berhala ini. Sebaliknya kalau kita menyembah Tuhan, ada paksaan yang sama ketatnya untuk kita mendedikasikan diri kepada Tuhan. Dedikasi, paksa diri ada di dalam penyembahan siapa pun yang Saudara sembah. Orang menyembah baal, ada dedikasi. Orang menyembah Tuhan, ada dedikasi. Orang punya agama apa, ada dedikasi. Maka dedikasi akan membentuk habit, kebiasaan. Kebiasaan akan membentuk cara kita bereaksi di dalam segala hal yang kita alami di dalam hidup. Maka kalau kita menyembah Tuhan, dedikasi kita untuk Tuhan, reaksi dalam hidup kita pun adalah reaksi demi Tuhan. Sedangkan kalau kita menyembah uang, apa yang kita bentuk dan biasakan adalah demi uang, dan reaksi kita pun hanya sebatas uang saja. Itu sebabnya Saudara menyembah apa akan menentukan Saudara berespon apa, Saudara punya kebiasaan apa, Saudara memilih apa. Pilihan ditentukan oleh kebiasaan dan kebiasaan ditentukan oleh dedikasi kita dimana. Itulah hal yang berikut, yang membuat kita tahu kita sedang menyembah apa atau siapa.
Keempat, siapa yang kita sembah akan memberikan pengharapan dan sukacita kenikmatan di dalam dia. Saya sembah Tuhan, pengharapan saya di dalam Tuhan, kenikmatan saya di dalam Tuhan. Saya sembah mamon, pengharapan saya di dalam mamon, kenikmatan saya juga di dalam mamon. Siapa yang rasa senang kalau dia lebih suci dari pada kemarin, dia merasa lebih cinta Tuhan hari ini dari pada kemarin, lalu dia rasa ini sukacita besar, itu orang baik. Tapi kalau dia merasa “keuntungan turun, sedih, keuntungan naik, senang”, itu orang kerdil. Siapa menyembah mamon akan khawatir kalau mamon akan pergi menjauh dari dia, akan merasa nyaman kalau mamon ada. Bagaimana dengan Kristen, boleh tidak orang Kristen yang kerja jujur tiba-tiba punya 2 triliun di account-nya? Kalau Tuhan mengijinkan, mungkin juga, tapi tidak berarti Saudara harus mencari sampai 2 triliun. Begitu ada tabungan 2 triliun, orang Kristen akan mengatakan “tabungan itu besok bisa jadi kertas biasa. Keadaan ekonomi bisa goncang dan saya bisa kehilangan segalanya. Saya tidak memberikan kekuatan jangkar saya pada uang, tapi saya melabuhkannya kepada kekuatan Tuhanku. Sukacitaku adalah Tuhan dan pengharapanku adalah Tuhan, bukan harta”, ini namanya menyembah Tuhan. Maka Tuhan Yesus mengatakan hal yang serius untuk kita. Siapa sebenarnya yang kita sembah? Jangan-jangan kita menipu diri, meskipun kita tidak pernah masuk rumah berhala, kita tidak pernah ambil apa pun yang berkait dengan penyembahan agama lain, kita tidak pernah berkait dengan apa pun yang membuat kita menjadi penyembah berhala. Tapi Yesus pada bagian ini mengingatkan “siapakah yang membentuk pola pikirmu, kebiasaan dan dedikasimu ada pada siapa, pengharapan dan sukacitamu ada pada siapa, cara kamu bereaksi ada pada siapa, komunitas tempat kamu nyaman di dalamnya itu komunitas yang mengarahkan dedikasi kepada siapa? Kalau itu jawabannya adalah Tuhan, kamu adalah penyembah Tuhan. Kamu akan manfaatkan semua yang lain demi Tuhan”.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkotbah)
- Injil Lukas
- 28 Feb 2017
Keuangan dan Kerohanian
(Lukas 16:1-9)
Kekristenan menempatkan uang di tempat yang sangat tinggi karena uang adalah cara yang Tuhan pakai untuk menguji dan menghakimi kita. Tuhan menghakimi kita berdasarkan cara kita mendapatkan uang. Tuhan juga menghakimi kita di dalam cara kita memperlakukan uang, cara kita menghabiskan uang, cara kita mempergunakan uang. Ini adalah cara untuk mengetahui apakah kita sudah setia atau tidak. Orang yang setia akan teruji di dalam banyak hal. Tapi seringkali kita menyempitkan kesetiaan dan kesucian hanya di dalam moral yang berkait dengan pantas dan tidak pantas. Di dalam beberapa bagian, orang Farisi dianggap sebagai orang yang suka uang, hamba uang, mementingkan uang di segala hal, dan ini sangat menggelikan. Mereka yang sangat cinta uang, mereka menganggap diri mereka lebih baik dari yang lain karena mereka sudah memberikan perpuluhan atau mereka sudah mendedikasikan semua yang mereka harus dedikasikan kepada Tuhan. Jadi yang dipersembahkan kepada Tuhan dianggap sebagai sesuatu yang akan membuat sah hati yang terlalu cinta uang. Ini jadi peringatan termasuk bagi orang-orang Kristen pada zaman ini. Saudara menjadi orang Kristen keaktifan Saudara, dedikasi Saudara, maupun persembahan yang Saudara berikan tidak memberikan Saudara hak untuk melakukan dosa. Itu yang dilakukan orang Farisi, mereka pikir karena mereka menjalankan ibadah mereka dengan ketat maka mereka diijinkan untuk mengerjakan banyak hal yang memberikan fokus pada uang lebih dari pada yang lain. Maka di dalam Injil, disebutkan di dalam narasi, bahwa orang-orang Farisi benci kepada Tuhan Yesus, salah satunya karena Tuhan menegur orang yang cinta uang, sedangkan orang-orang Farisi termasuk orang yang tamak, yang sangat menginginkan uang lebih dari yang lain.
Di dalam Kitab Suci, orang Farisi melakukan dosa yang sama, mereka ingin uang dan mereka memanfaatkan kedok agama. Maka Tuhan Yesus menegur mereka dengan memberikan ilustrasi tentang seseorang bendahara. Bendahara pada zaman itu lain dengan bendahara sekarang. Pada zaman itu orang kaya akan mempunyai banyak budak. Dan budak yang pintas akan kelola uang, dia akan dipercayakan sejumlah uang. Lalu budak itu akan disuruh oleh pemilik modal ini, oleh tuannya, “ini ada uang untuk kamu. Kamu pintar putar uang, silahkan putar. Saya tuntut 10% dari perputaran uang ini”. Misalnya “saya beri kamu 100 juta, saya minta kembali ke saya sudah tambah keuntungan. Jadi silahkan putarkan uang ini, kemudian kasi tambahan 10 juta ke saya”, atau tambah kejam lagi, “saya beri kamu 100 juta, kamu harus kembalikan ke saya 150 juta. Entah caranya bagaimana, kamu yang pikirkan”. Lalu dia akan putarkan uang itu, menjadi seorang yang meminjamkan uang kepada orang-orang yang benar-benar perlu, lalu mencekik orang-orang itu dengan bunga yang sangat tinggi. Maka dia akan pinjamkan 100 juta, orang akan kembalikan 200 juta, nanti dia kembalikan 150 juta kepada tuannya, dan dia simpan sendiri 50 juta. Dan tuannya mengijinkan hal itu terjadi. Ini praktek yang umum terjadi pada waktu itu. Jadi orang yang punya uang, yang punya modal akan pinjamkan dengan bendahara untuk atur dan tuan pemilik modal itu tutup mata, “saya tidak peduli uang saya diapakan, saya tidak peduli kamu melakukan apa dengan uang ini. Yang saya mau tahu di meja saya pada akhir tempo harus ada 150 juta”, ini yang akhirnya bendahara yang pintar itu akan putar. Dan kebanyakan mereka sangat kejam. Mereka mempunyai tukang pukul, orang-orang kasar yang siap menghantam orang-orang yang gagal membayar. Dan mereka bisa kenakan bunga 2 kali lipat bahkan lebih. Tuhan tidak suka praktek seperti ini. Dan ini sudah Tuhan nyatakan di dalam Taurat, bahwa memberikan beban bunga adalah sesuatu yang Tuhan larang. Tapi Saudara dan saya harus memahami Alkitab dengan benar, hermeunetika sangat penting, bagaimana menafsirkan Kitab Suci di dalam latar budaya Kitab Suci lalu menjadikan ini sebagai analogi atau contoh bagi kehidupan kita sekarang, ini yang harus kita ketahui dengan tepat. Karena kalau tidak, kita akan melakukan berbagai macam kebodohan penafsiran dan menjalani hidup yang sangat bodoh di dunia ini. Kalau Alkitab menentang bunga itu bukan berarti Saudara dan saya tidak boleh hidup di tengah-tengah budaya yang ada bunga. Karena pengertian bunga sekarang dengan pengertian bunga Kitab Suci beda. Saudara tidak bisa ke bank lalu mengatakan, “saya mau pinjam uang”, dari bank mengatakan, “kami kenakan suku bunga sekian persen”, Saudara mengatakan “itu dosa, Alkitab mengatakan tidak boleh ada bunga, jadi kalau saya pinjam dari kamu, saya mengembalikannya sama”, itu salah. Karena di dalam konsep ekonomi sekarang, Saudara dan saya diajar atau melihat sistem yang sangat unik, yang berusaha memberikan keadilan tentang harta. Maka suku bunga di dalam zaman kita lain penerapan dengan zaman dulu. Pada zaman dulu keadaannya sangat kejam. Siapa yang punya uang akan didatangi orang yang perlu. Maka dia mau tidak mau karena keadaan sangat terjepit, diikat oleh keharusan membayar 2 kali lipat lebih apa yang dia sudah pinjam. Ini praktek yang terjadi pada zaman Perjanjian Lama. Maka Tuhan larang, “kamu jangan menekan orang. orang yang perlu jangan dijepit dan orang yang tidak mengerti jangan dimanfaatkan”. Di dalam Taurat dikatakan “jangan taruh batu di depan orang buta yang sedang jalan”, ini berarti kalau ada orang yang tidak mengerti, jangan manfaatkan ketidak-mengertian dia. Orang tidak mengerti harga, jangan dibohongi. Saudara sering pergi ke pasar lalu tawar-menawar dan ternyata harga yang didapat kecil sekali, harga tawaran awal besar sekali.
Yesus sedang tidak mengajarkan ini, Yesus mengatakan ini fakta, realita yang terjadi di sekeliling. Ada seorang bendahara, seperti yang saya katakan tadi, bendahara adalah seorang budak yang pintar, yang bisa kelola uang. Dan Alkitab mengatakan ternyata bendahara itu merugikan tuannya. Merugikan tuan bukan berarti dia mencuri dari tuannya, karena kalau benar dia mencuri, dia sudah ditangkap dan dipenjara. Berarti dia melakukan kejahatan yang tidak terlalu besar untuk dipenjara, tapi cukup besar untuk membuat dia dipecat. Ini kesalahan yang smooth, orang pintar kesalahannya itu selalu licin sekali. Banyak orang, termasuk orang Kristen, yang suka memanfaatkan orang kecil seperti ini, bukan kriminal tapi merugikan yang lain. Dan kalau Saudara bekerja di tempat di mana Saudara tidak mau dedikasikan total pekerjaan Saudara, Saudara tidak akan menjadi pekerja yang efisien. Dan Saudara tidak mungkin maju, karena Saudara hanya memanfaatkan kesempatan untuk mendapat uang. Bagaimana cara mendapat uang? Kerja, “saya kerja untuk mendapat uang, tapi saya tidak suka bekerja di sini, saya tidak peduli tempat ini maju atau bangkrut”. Banyak orang mempunyai sikap remeh seperti ini. Saudara tidak bisa lakukan itu. Saudara dan saya sebagai orang Kristen harus tahu bahwa kita bekerja untuk Tuhan dan Tuhan sekarang percayakan tempat saya bekerja sebagai tempat saya melayani Tuhan melalui melayani tempat ini.
Di dalam cerita ini, bendahara itu bisa lakukan 2 hal, pertama “saya sudah akan dipecat, berarti kesempatan saya mencari untung di sini sudah tinggal sedikit. Tapi yang dia lakukan lain, di dalam jangka waktu yang ada dia panggil semua orang yang berhutang pada tuannya lalu dia potong hutangnya. Ini bukan berarti dia potong uang tuannya, dia tidak merugikan tuannya lagi, kalau dia merugikan tuannya lagi dia akan dipenjara. Mengapa baik sekali orang ini? Karena dia tahu setelah dia dipecat, dia butuh relasi, bukan uang. Dia korbankan kemungkinan mendapat untung, bahkan sampai 0, supaya nanti setelah dia dipecat ada orang yang mau tampung dia. Akhirnya dia punya banyak teman. Punya teman karena menolak dapat untung dari teman. Jadi bisa dilihat ini ada sistem nilai yang menyindir, kalau orang licik seperti begini saja mementingkan relasi dari pada uang, orang Kristen harusnya bagaimana? Itu yang Tuhan Yesus mau sindir. Ini bukan berarti kita harus tiru orang ini, “kalau begitu kita harus jalin relasi, kamu mau jalan-jalan kemana, saya kasi modalnya”, bukan seperti itu. Ini sedang bercerita ada orang yang menganggap uang tidak lebih penting dari pada persahabatan. Banyak orang menganggap uang lebih penting dari persahabatan, tipu orang lain, lalu tidak merasa rugi kalau orang tidak lagi percaya dia. Ini perbandingan, Yesus tidak mengatakan kita harus seperti bendahara ini. Karena di bagian akhir Dia mengatakan “ikatlah persahabatan dengan mamon yang tidak jujur. Supaya jika mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi”, ini bicara kemah. Yesus tidak bicara tentang rumah tempat orang ini ditampung, Yesus bicara soal kemah abadi. Kemah abadi itu apa? Prinsip ekonomi dan peraturan di dalam masyarakat itu adalah sesuatu yang Tuhan nyatakan di dalam Taurat. Dan di dalam Taurat, terutama Kitab Imamat, seluruh peraturan peradilan ini adalah peraturan yang Tuhan berikan setelah Tuhan memberikan Kemah Suci di tengah Israel. Setelah Kemah Suci jadi, Tuhan beri tahu apa yang Israel mesti lakukan karena mereka hidup mengelilingi kemah ini. “Karena Kemah Tuhan ada di tengah kamu, maka kamu harus menaati Taurat”. Jadi Yesus sedang mengatakan Kemah Abadi itu ada di tengah-tengah kita. Dan engkau harus menjalankan apa yang Tuhan katakan dulu di Taurat tentang uang. Dan Yesus mengatakan di sini “ikatlah persahabatan dengan menggunakan mamon yang tidak jujur”. Mamon yang tidak jujur artinya uang, karena mamon adalah dewa sumber kekayaan, menjadi sindiran bagi orang Israel. Jadi mamon adalah uang atau kekayaan. Gunakan kekayaan untuk sesuatu yang lebih penting yaitu persahabatan. Persahabatan demi Kemah Abadi dihargai. Ini pengertian yang harus kita pahami dengan tepat. Dan saya ingin membagikan ada 5 hal yang harus kita tahu di dalam ayat 9 ini. Apa yang dimaksud dengan ikat persahabatan dengan mamon yang tidak jujur, demi kita diterima di Kemah Abadi?
Yang pertama adalah kita memperlakukan uang dengan keadilan. Itu prinsip utama. Uang menjadi cara untuk ada keadilan. Harta menjadi cara untuk keadilan bisa dilakukan. Jadi orang tidak boleh ambil keuntungan yang tidak layak diambil, tidak boleh rugikan orang, dan harus membuat keuangan menjadi satu pengukur untuk tindakan adil. Apakah di masyarakat terjadi keadilan? Bagaimana mengukur di masyarakat terjadi keadilan? Ukurannya adalah harta orang yang ada di dalamnya dihargai dan keuntungan yang dia peroleh, diperoleh dengan tidak merugikan yang lain. Maka uang dan keadilan itu sangat berkait erat. Maka uang digunakan, dikatakan dalam ayat 9, harus ikat persahabatan dengan mamon, mamonnya harus dipakai. Saudara ada uang harus dipakai, yang pertama untuk keadilan, yang kedua dipakai untuk hidup sehari-hari, ini penting sekali.
Di dalam Alkitab dikatakan siapa yang mau bertahan hidup mesti kerja. Kerja untuk dapat uang. Orang yang tidak mau kerja, tidak berhak dapat uang. Orang yang sudah kerja tapi masih kurang, berhak dapat belas kasihan. Tapi orang yang tidak bekerja, tidak berhak mendapat belas kasihan. Itu sebabnya di dalam Alkitab tidak ada orang miskin yang tidak dipelihara dan tidak ada orang yang memanfaatkan kemiskinan untuk mendapatkan keuangan yang dia tidak layak dapat. Keadilan di dalam masyarakat yang mau tunduk kepada firman itu luar biasa. Maka Alkitab menyatakan dengan tegas, ketekunan untuk bekerja akan menghasilkan keuangan. Siapa yang rajin, Tuhan tidak akan lupakan. Dan kalau pun sudah kerja sekuat mungkin, sebijak mungkin, sehikmat mungkin, seefisien mungkin, tapi tetap kurang, Tuhan memakai belas kasihan dari umatNya untuk mencukupkan. Di sini kita tahu satu hal, Tuhan menghargai kerja keras, dan Tuhan tidak ijinkan orang kerja keras mengalami kekurangan. Tapi Tuhan tidak menjanjikan hal yang sama untuk orang yang tidak suka kerja. Alkitab menggambarkan pengangguran di dalam level yang lebih limpah dari pada kita. Pengangguran itu berarti orang yang bisa mencukupkan diri dengan kerja yang minim, itu juga termasuk pengangguran. Kalau orang bisa putar uangnya, lalu dia cuma duduk-duduk, tidak melakukan apa-apa, itu pun termasuk pengangguran. Maka di dalam waktu yang Tuhan percayakan, orang dituntut kerjakan apa yang perlu demi kebaikan bersama dan kemuliaan Tuhan. Tidak ada orang boleh punya waktu luang terlalu banyak. Dan di dalam hidup masyarakat sekarang, orang yang punya uang cukup bahkan limpah, lalu punya waktu luang banyak, itu yang paling mungkin jatuh dalam dosa. Maka Tuhan menghargai orang yang rajin. Dan Saudara harus tahu di dalam Kitab Suci dikatakan Tuhan kita adalah Tuhan yang tidak pernah lalai menghargai orang yang Dia mau hargai dan tidak pernah lalai menghukum orang yang mau Dia hukum. Kalau yang lain banting tulang, apakah hak saya boleh sembarangan menjalani hidup? Ada orang yang cuma putar uang sedikit, bisa kaya lalu tidak perlu keraja apa-apa lagi, itu salah. Dia harus isi hidupnya dengan kerja yang lain, yang Tuhan mau percayakan kepada dia. Maka Alkitab mengajarkan keuangan berkait dengan kehidupan sehari-hari. Saudara kerja, dapat uang, dipakai untuk kehidupan sehari-hari, membiayai diri maupun membiayai keluarga. Seorang kepala kelaurga di dalam Kitab Suci mempunyai tanggung jawab untuk melakukan ini, penghidupan sehari-hari.
Lalu hal yang ketiga, uang juga menjadi satu bentuk pemeliharaan Tuhan di waktu yang akan datang. Maka Saudara tidak bisa menganggap uang yang diperoleh sekarang murni hanya untuk hari ini. Karena Tuhan memberikan penghargaan untuk nanti, kadang-kadang dia berikan saat ini. Maka menabung atau bahkan mengamankan diri dengan asuransi, itu tidak ada kaitan dengan tidak beriman. Tuhan katakan “Aku percayakan uang kepadamu, jangan habis, simpan baik-baik, tabung. Siapkan untuk masa depan, pikirkan masa depan mau apa”, jangan lemparkan tanggung jawab ke Tuhan, karena Tuhan minta kita bertanggung jawab untuk menangani bumi. Manusia ditempatkan di bumi untuk menaklukan bumi. Maka Tuhan menyiapkan bijaksana yang cukup untuk kita menjalani hidup menaklukan bumi dan menjalankan yang Tuhan mau. Kalau Saudara dipercayakan keuangan, ingat hari depan. Yang malas nabung dan rajin belanja, itu bahaya. Lalu yang keempat, memanfaatkan mamon untuk tujuan yang lain adalah salah satunya menikmati Tuhan melalui berkatNya dalam ciptaan. Kadang Tuhan memberikan kita kesempatan untuk menikmati dengan biaya lebih besar, itu tidak apa-apa. Ada yang diberi kelimpahan dalam uang ada yang tidak, tidak apa-apa, karena berkat Tuhan banyak. Orang yang kaya tidak diberikan kesempatan bergantung lebih besar dari pada orang yang kurang. Jadi banyak sisi Tuhan mendidik kita dan itu yang lebih penting. Lalu hal yang kelima, di dalam uang Tuhan menginginkan kita mempunyai tanda relasi di dalam kasih. Ini yang dimaksudkan dalam ayat 9 juga, yaitu ikatlah persahabatan dengan menggunakan mamon yang tidak jujur. Saudara mengasihi orang, berapa banyak uang Saudara pakai untuk dia. Tuhan memakai uang sebagai salah satu bentuk pengukuran. Tentu uang bukan satu-satunya, Saudara menghabiskan waktu berapa banyak, Saudara mengasihi orang itu dengan memberikan pengajaran berapa banyak, memberikan berkat berapa banyak. Tapi uang tidak dikecualikan. Jangan bilang “saya sudah habiskan waktu, segala macam, tapi bukan uang”, itu bohong. Ada orang menghabiskan waktu untuk pelayanan tapi tidak pernah memberikan uang, itu bohong. Karena uang menjadi salah satu pengukur. Maka pertanyaan yang sama, yang pernah muncul akan muncul lagi. Sudahkah engkau setia memberikan perpuluhan? Kalau belum, jangan mengaku cinta Tuhan. Kalau Saudara tidak memberi perpuluhan, oke saja, tapi jangan pernah bilang “saya mencintai Tuhan”. Karena salah satu syarat Saudara menghargai berkat Tuhan adalah Saudara mengerti bagaimana memberi untuk menyatakan kasih. Kasih berarti ada satu respon yang saya berikan dimana keuangan adalah salah satu aspeknya.
Maka Tuhan Yesus mengingatkan ikat persahabatan dengan menggunakan mamon yang tidak jujur, supaya jika mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam Kemah Abadi. Ini paralel dengan kasus bendahara itu. Uang yang sudah kamu habiskan itu tidak sia-sia, karena kemah yang ada di tengah-tengah umat Tuhan itu adalah kemah yang akan memulihkan Kerajaan Allah. Saudara dan saya berbagian di dalam pekerjaan Tuhan, di dalam setiap aspek, dan termasuk aspek keuangan. Harap kita menjadi orang yang teliti dan bertanggung jawab di dalam aspek keuangan kita. Dengan seimbang menjalankan hal-hal tadi dan dengans eimbang mengetahui satu hal Tuhan akan melihat kerohanian kita dan menilai kita dari cara kita memakai uang. Kiranya Tuhan memberkati, menolong kita menjalankan kehendakNya.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkotbah)
- Injil Lukas
- 28 Feb 2017
Sukacita karena ada orang bertobat
(Lukas 15: 11-32 )
TuhanYesus ingin memberikan jawaban dari keberatan orang-orang Farisi dan jawabannya simple. Mereka keberatan, “mengapa Engkau makan bersama orang berdosa?”, jawabannya simple, “karena Tuhan mau panggil mereka kembali”, selesai. Tapi kalau Tuhan Yesus hanya menjawab ini “Tuhan mau panggil mereka kembali”, kekuatan yang didapat ketika ada 3 perumpamaan ini menjadi hilang. Maka orang-orang Farisi itu perlu dijawab bukan dengan cara menjelaskan, tapi dengan memberikan gambaran, sehingga baik pengertian maupun emosi mereka semua ditangkap oleh jawaban ini. Di dalam zaman modern kita hanya menekankan pemikiran, kalau ada pertanyaan, jawab dengan penjelasan. Tapi penjelasan membuat Saudara mengerti di otak saja, sedangkan penjelasan yang sifatnya seperti perumpamaan membuat hati orang berubah. Maka untuk membuat orang dekat dengan Tuhan tidak cukup hanya dengan membuat mengerti secara kalimat. Banyak orang pikir kalau pulang dari mendengar kotbah, sudah dapat kalimat kunci, dia sudah dapat berkat. Itu kosong, tidak ada gunanya. Saudara mendapat kalimat-kalimat inti, tidak berguna. Saudara harus mendapatkan interaksi atau pernyataan yang menggentarkan hati Saudara waktu dengar kotbah. Waktu dengar kotbah, bukan mendengar penyampaian pengertian, bukan mendengar proposisi atau kalimat-kalimat pengetahuan. Saudara berinteraksi atau menemukan dengan pribadi Tuhan yang menyatakan diri lewat firman, ini yang harus kita sadari.
Maka ketika ada yang keberatan, “mengapa Engkau makan dengan orang berdosa?”, Tuhan tidak mengatakan, “terserah Aku”. Dia hantam balik orang Farisi dengan 3 perumpamaan. Dan 3 perumpamaan ini makin ekskalasi sampai pada puncaknya di perumpamaan yang akan kita bahas hari ini. Di bagian pertama, Yesus mengatakan ada orang punya 100 domba 1 hilang. Perumpamaan kedua, 10 hilang 1, makin terasa hilangnya. Saudara kalau punya 100 hilang 1, mungkin tidak terasa. Tapi kalau Saudara hanya punya 10 hilang 1, makin terasa. Bayangkan kalau orang punya 2 anak, hilang 1, bagaimana tidak dicari? Ini makin lama makin tinggi. 100 domba hilang 1, terkadang tidak dicari. Tapi berapa besarnya kasihnya untuk dombanya, dia cari meskipun resikonya nanti bertarung dengan serigala. Sekarang perumpamaannya makin terekskalasi ke perumpamaan kedua. Ada seorang yang kehilangan 1 dari 10 tabungannya. Ini berarti dia dapat kerugian yang sulit dia tanggung, dia harus cari sampai dapat. Tapi usaha mencarinya tidak sebesar dari mencari yang hilang 1 dari 100 tadi. Cari uang yang jatuh di rumah, tidak mungkin sesulit itu. Cari uang 1 dirham dari 10 itu lebih ringan.Yang ketiga, seorang papa punya 2 anak. Anak dan domba lebih penting mana? Lebih penting anak, kalau domba hilang dibiarkan, tapi kalau anak hilang tidak mungkin tidak dicari. Orang tua akan cari mati-matian anaknya. Tapi dalam cerita ketiga, 2 anak hilang 1, ini sudah separuh. Papanya tidak cari, papanya tunggu anaknya pulang. Lalu ketika anaknya benar-benar pulang, sukacitanya besar bukan main. Karena tanpa dicari, anaknya pulang sendiri. Yesus sedang menggambarkan sukacita yang makin terekskalasi, makin tinggi di perumpamaan ketiga. Dan Yesus hantam balik orang Farisi, “kalau yang berdosa ini sudah kembali, mengapa engkau tidak bersukacita?”. Yesus memberikan perumpamaan yang indah, dari 3 perumpamaan ini menjadi penutup. Dan di perumpamaan ketiga ini Dia memberikan waktu yang lebih banyak untuk menjelaskan perumpamaannya. Dari yang pendek menjadi lebih panjang, sekarang paling panjang. Dan banyak kandungan di dalamnya yang membuat kita mengalami atau menjalani kisah dari keluarga ini dan mengalami betapa sulitnya ada di dalam posisi si ayah yang kehilangan anak dan menerima dia kembali.
Kita coba lihat satu per satu. Di ayat 11 dikatakan ada seorang mempunyai 2 orang anak laki-laki, yaitu yang sulung dan bungsu. Yesus memulai ceritanya dengan mengatakan ada yang punya 2 anak. Di dalam zaman sekarang punya 2 anak itu masih umum. Zaman dulu punya 2 anak itu sangat tidak umum. Tapi mengapa Yesus mengatakan 2? Yesus ingin menekankan ada sulung ada bungsu, langsung menekankan ada 2. Pengertian yang Yesus ingin langsung arahkan adalah ke anak bungsu ini. Dan di dalam pengertian budaya Yahudi, bungsu identik dengan malas dan manja. Jadi orang Yahudi percaya, mungkin menurut bukti yang mereka dapatkan, yang bungsu itu malas kerja, yang sulung lebih rajin, yang bungsu manja, yang sulung lebih mandiri. Si bungsu datang ke papanya, “pa, minta harta bagian saya”, papanya langsung bagi. Pada waktu itu kalau orang membagikan warisan sebelum dia mati, itu hal yang wajar, “sebelum mati, saya serahkan tanah ini untuk kamu, rumah ini untuk kamu”, biasa seperti itu. Yang tidak biasa adalah kisah selanjutnya, setelah hartanya dibagi-bagi, anak bungsu itu menjual seluruhnya. Jual warisan adalah hal yang sangat berdosa. Di dalam Kitab Taurat dikatakan, “tanah milikmu harus tetap kamu kuasai, jangan jual harta, tanah yang Tuhan berikan kepada nenek moyangmu”. Tanah jadi milik keluarga atau suku turun-temurun, tidak boleh berpindah ke tangan lain. Dilarang keras menjual harta apalagi bagian warisan. Anak ini sudah melakukan pelanggaran yang sangat besar, dia sangat jahat, dia mengkhianati kebiasaan yang ada pada waktu itu. Jangan membaca Alkitab dengan membawa kebiasaan modern kita ke sini, “kalau jual wajar kan. Saya menjual bagian saya karena memerlukan uang. Ini hal yang wajar”, tapi ini tidak wajar menurut mereka. Maka kita harus membaca berdasarkan budaya zaman itu.
Yang berikutnya, beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual dan pergi ke negeri yang jauh. Apa salahnya pergi ke luar negeri? Tidak ada yang salah. Tapi bagi orang Yahudi, pergi ke luar negeri itu akan dikutuk oleh orang yang tinggal Israel. Karena mereka dalam keadaan dimana orang-orang yang kembali ke Tanah Kanaan adalah orang-orang yang baik, sedangkan orang-orang yang tetap di pembuangan adalah orang-orang jahat. Ini budaya pada waktu itu. Hal yang sama terjadi pada waktu itu. Maka pada pemikiran orang Israel, yang tinggal di pembuangan adalah orang jahat, yang kembali ke Kanaan adalah orang baik. Yang kembali ke Israel ini orang suci milik Tuhan, yang tetap di Kanaan itu orang yang dibuang. Tetapi kebiasaan ini dihancurkan oleh satu kitab di Kitab Suci, yaitu Kitab Ester. Itu kisah di zaman Ahasyweros, ini adalah zaman sesudah 2 generasi raja sejak Israel pulang ke tanah mereka. Jadi orang yang pulang sudah pulang, yang tetap tinggal itu yang dihina, “kalian yang tetap di Persia, kalian jahat. Kalian Israel palsu, tidak mau berjuang mati-matian, mau enak sendiri”. Lalu mereka mengatakan, “yang tidak pulang ke Yerusalem, yang tidak pulang ke Israel, Tuhan akan kutuk”. Tapi Kitab Ester mengatakan tidak, Tuhan tetap berkati juga. Orang Yahudi susah kalau baca Alkitab, kerangka mereka banyak yang dihancurkan. Jadi mereka sudah mengerti orang Israel harus pulang, yang tetap tinggal di Persia adalah orang buangan, kalau begitu mereka dikutuk oleh Tuhan. Tapi Kitab Ester mengatakan pada zaman Raja Ahasyweros, ada seorang Israel yang bisa jadi ratu. Lalu ada seorang jahat yang memusnahkan seluruh orang Yahudi yang tinggal di situ. Tapi Tuhan memberikan pembelaan dengan menjadikan Ester sebagai ratu. Ester mengubah kebijakan, sehingga orang Yahudi bisa berperang dan menaklukan lawan. Tapi pola pandang itu tetap ada sampai pada zaman Tuhan Yesus, yaitu mereka yang tinggal di luar negeri adalah orang kafir, sama jahatnya dengan orang asing. Karena tidak mau berjuang di sini. Dan si anak bungsu ini pergi ke negara lain, pindah keluar. Saudara bisa tahu jahatnya orang ini. Dosa anak bungsu ini adalah dia pindah rumah, pindah ke luar negeri itu dihukum, orang Israel marah sekali. Jadi dosa pertama adalah si bungsu menjual harta warisan, yang kedua adalah dia pergi ke luar negeri. Di luar negeri dia berfoya-foya, berfoya-foya itu salah karena menghabiskan harta dengan cepat. Tuhan akan minta pertanggungan jawab, “dipakai untuk apa hartamu? Kamu beli apa, kamu pertanggung-jawabkan dengan baik atau tidak?”. Zaman sekarang kita sangat diganggu atau diberkati, tergantung sudut pandang Saudara, dengan cara belanja yang mudah Saudara tinggal buka laptop dan klik-klik, sudah banyak barang yang muncul, dan akhir bulan hutangnya besar sekali. Kemudahan ini jangan sampai membuat Saudara terlena. Seluruh kemudahan dari hal keuangan menuntut kemampuan kita beradaptasi di dalam bentuk self-control. Kemudahan akses dari teknologi menuntut kedewasaan di dalam self-control. Keuangan adalah tanggung jawab, Saudara dapat uang berapa, tanggung jawab sama Tuhan. Maka foya-foya bukan gaya Kristen. Jangan bandingkan diri dengan orang lain. Ada orang dapat uang banyak, itu urusan Tuhan dan dia. Tuhan mau berkati dia dengan uang, itu urusan Tuhan. Gaya hidup Kristen adalah mempertanggung-jawabkan takaran yang Tuhan percayakan. Tuhan percayakan banyak, Tuhan tuntut banyak. Tuhan percayakan lebih sedikit, tetap Tuhan tuntut tanggung jawab di dalam level yang Tuhan mau. Maka ketika orang mendengarkan cerita Tuhan Yesus, sampai bagian ini mereka sudah marah sekali. “Tuhan, kok ada anak jahat seperti ini, tolong beri tahu dia ada di mana, supaya kami pukul”, mereka sudah sangat emosi mendengar ada anak seperti ini jahatnya.
Tetapi ceritanya mulai berubah, dari memancing rasa marah, sekarang Tuhan mulai memancing rasa kasihan pendengarnya. Ini namanya pencerita yang baik. Pencerita yang baik itu bukan hanya mau selesaikan cerita, tapi dia tahu kira-kira reaksi pendengarnya akan seperti apa. Orang Israel kerja pada bangsa asing, itu sangat memalukan. Orang milik Tuhan kerja kepada orang kafir, itu tidak boleh. Ini budaya Israel dan menyangkut juga ke daerah-daerah lain. Maka kalau ada orang kerja di perusahaan kafir, malu sekali. Maka dia bekerja menjaga babi. Orang Yahudi yang dengar ini marah sekali, ada anak Israel kerja sama orang kafir dan pekerjaannya adalah menjaga babi, lebih baik dia dilempar batu sampai mati karena mempermalukan Tuhan. Tapi ini nasib anak muda itu. Lalu Yesus menceritakan, dia hanya bisa memandang babi makan. Maka pada waktu dia keadaan seperti ini, orang mulai terpisah. Ada yang masih marah, “masa orang Israel kerja jaga babi”, tapi orang lain mulai merasa, “sudahlah, jangan terlalu dimarahi, kasihan orang ini. Kamu pernah merasakan lapar? Dia kelaparan, masa mau dimarahi juga? Maka mulai ada dua, yang satu tetap mengatakan “ini orang jahat, lempar batu saja”, tapi ada satu yang mengatakan “kasihan anak lapar ini”. Yesus memenangkan orang-orang yang masih punya belas kasihan. Lalu Yesus menambah lagi ceritanya, di tengah kelaparan, dia ingat “papa saya punya pembantu yang kenyang, orang ini pembantunya lapar. Lebih baik saya pulang ke rumah papa saya. Tapi saya tidak mau jadi anaknya papa, saya tidak layak disebut anak papa. Saya minta dijadikan pembantu”, ini namanya pertobatan. Pertobatan itu berarti merasa tidak pernah layak direstorasi. Orang kalau minta ampun, jangan menuntut. Kalau menuntut, berarti belum minta ampun. Minta ampun tidak mungkin menuntut. Orang kalau mengatakan, “saya minta ampun. Tapi kamu kalau bisa jangan begitu”, itu berarti belum minta ampun. Kalau orang salah dengan pasangannya, lalu mengatakan “saya minta maaf kepadamu, saya sudah berdosa kepadamu. Tapi kalau bisa jangan begitu”, itu belum minta ampun. Maka saya pernah ingatkan kalau orang benar-benar minta ampun, saya tanya “kamu benar-benar minta ampun?”, “benar-benar”, “oke, saya mau tahu, kalau kamu benar minta ampun, jangan pernah keluar kata tetapi di dalam ampunmu”, “iya, betul pak. Anak muda ini punya pertobatan yang sejati, “jadikan saya budak karena saya tidak layak disebut anak papa”, dan dia tidak mengatakan “tapi sih papa tidak didik dengan baik, papa terlalu lunak. Ada orang bilang seperti itu ke saya, “papa saya itu salah didik anak. Setelah saya dengar seminar Pak Tong, baru saya tahu kalau papa saya salah. Saya jadi begini karena papa”, orang seperti ini ingin saya pukul. Dosa tanggung sendiri, jangan salahkan orang lain terus. Anak muda ini adalah contoh pertobatan yang baik. Dia mengatakan “saya tidak layak disebut anak”, tidak ada kata tapi. Dia datang dengan perasaan seperti ini. Dia datang kepada papanya, ternyata papanya sudah tunggu di depan. Papanya tahu anaknya akan pulang, tapi dia tidak cari, dia tunggu di depan. Dia sangat ingin anaknya pulang. Papanya mau seluruh keluarga kumpul. Ini mencerminkan hati Tuhan. Tuhan mau seluruh Israel kumpul, seluruh umat disatukan. Maka papanya terus tunggu. Ketika anak datang, papanya langsung datang dan peluk dia. Dan anak ini bukan oportunis, dia sudah siapkan “kalau saya datang saya akan mengatakan: saya sudah bersalah, saya akan mau menjadi pembantumu. Jangan jadikan anak, jadikan saya pembantu”, ini anak pertobatannya sungguh. Kalau oportunis, maka dia akan set, kalau papanya marah, dia akan minta jadi pembantu, tapi kalau papanya menerima dia, dia mau jadi anak lagi. Tapi papanya pun tidak mau menjadikan dia budak, dia tetap anaknya. “Saya mau jadi budak, pembantu papa”, ”tidak, kamu anak saya. Kita adakan pesta”. Anaknya bersikeras ingin jadi pembantu, bapanya bersikeras dia tetap menjadi anak. Kalau Saudara datang ke Tuhan, jangan bersikeras jadi anak, “Tuhan, saya anakMu, biji mataMu, berkati saya dengan Mercy-Mu”, Saudara minta mercy (pengampunan) bukan Mercy, jangan salah. Waktu pesta sudah jalan, anak sulung pulang dari kerja, “ada apa itu? Mengapa ada bunyi seruling, tari-tarian?”, “adikmu pulang”, “itu bukan adik, itu orang kafir, masa dia sudah pulang?”, “sudah”, “dan mengapa ada pesta?”, “ini perintah papamu untuk menyambut adikmu”, “papa? Kalau begitu saya marah, saya memutuskan tidak masuk ke dalam rumah”. Akhirnya dia yang di luar. Maka orang itu mengatakan kepada papanya, “anak sulungmu sudah pulang, tapi dia marah, tidak mau masuk”, “baik, akan saya temui dia”. Saudara kalau punya papa seperti ini, dan Saudara masih jahat, Saudara keterlaluan. Dan Alkitab mengatakan ini sifatnya Bapa di sorga. Kalau Bapa di sorga baik seperti ini, kita masih sembarangan, kita keterlaluan. Maka bapanya itu keluar, “anakku, mengapa tidak masuk?”, dia pakai kata anakku. Anaknya(di dalam bahasa asli) menjawab dengan “tuan”, dia langsung menganggap dirinya bukan anak, dia marah sama papanya, “tuan, saya kerja setiap hari kepada tuan, dan tuan tidak pernah kasi kambing untuk saya berpesta dengan teman-teman saya. Sekarang ada anakmu”, dia tidak bilang adik, “anakmu yang baru boroskan harta dengan pelacur, kamu malah membuat pesta”, dia marah sekali. Tapi papanya tidak mau mengikuti cara dia berkata, papanya mengatakan “anakku, saudaramu, anakku yang bungsu sudah pulang. Mengapa kamu tidak bersukacita? Harusnya kamu bersukacita, karena kamu tidak mengerti beban hatiku menantikan dia”. Ini yang Tuhan sedang katakan, mengapa orang Farisi tidak mengerti, karena tidak mengerti beban hatiNya Tuhan yang ingin semua umatNya kembali. Dan ini harus jadi beban hati kita, waktu melihat orang kembali kepada Tuhan, di situ ada sukacita besar. Kita tidak bisa membuat orang kembali kepada Tuhan. Ketika kita doakan orang, ketika kita Injili, ketika kita memberitakan firman, tidak ada tanda pertobatan, itu membuat kita sedih. Tapi ada waktu khusus dia mau datang kepada Tuhan, itu membuat kita penuh sukacita. Karena saya tahu saya akan cari dan kejar apa pun yang Tuhan percayakan, tapi sebelum saya melangkah, orang sudah datang, itu yang membuat sukacita. Dan Tuhan Yesus mengatakan kepada orang Farisi, “masa kamu tidak bersukacita kalau pemungut cukai ini cari Aku? Orang brdosa cari Tuhan, kamu harusnya bersukacita”. Dan bersukacita bersama malaikat di sorga.
Tuhan Yesus menceritakan 3 perumpamaan ini untuk menyatakan berita yang sangat agung bahwa Tuhan mengasihi orang-orang berdosa dan mau mereka kembali. Maka biarlah Saudara yang sedang hilang cepat kembali. Engkau tidak mungkin punya bapa seagung Bapa di sorga, dan Dia sedang menantikan engkau kembali. Dan ketika engkau sudah kembali, hargai setiap orang yang bertobat. Siapa yang bertobat, datang kepada Tuhan, sambut dia di dalam Tuhan. Kita sangat senang kalau orang mau benar-benar bertobat. Dan pertobatan sejati membuat kita bersukacita dengan malaikat di sorga. Kiranya Tuhan memberkati kita, mendorong kita untuk mengerti siapa Tuhan dan mengetahui isi hati Dia terhadap orang-orang berdosa yang mau bertobat.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkotbah)
- Injil Lukas
- 28 Feb 2017
Bersukacita sesuai sukacita sorgawi
(Lukas 15: 1-10 )
Tiga perumpamaan yang sebenarnya adalah satu-kesatuan, dalam 3 perumpamaan ini ada eskalasi dalam beberapa hal. Perumpamaan pertama, ada 100 hilang 1, ini kerugian yang besar. Tapi tidak sebesar kalau saya kehilangan 1 dari antara 10. Jadi dari 100 domba kehilangan 1, ada peningkatan. Di cerita kedua, Yesus menceritakan ada 10 dirham hilang 1, ini lebih besar lagi. Satu dirham mungkin bisa menjadi biaya hidup untuk 1 minggu sampai 10 hari. Dan kalau seorang punya tabungan 1 dirham, ini berarti orang itu bukan orang kaya, tetapi dia meskipun bukan orang kaya, menggantungkan harapannya pada tabungan yang hanya sedikit, waktu hilang 1 dia benar-benar cari. Dan perumpamaan ketiga, lebih tinggi lagi, karena dari 2 hilang 1. Kalau dari 100 hilang 1, pasti dicari, apalagi kalau 2 hilang 1. Tapi Yesus membagikan hal lain lagi. Di dalam perumpamaan pertama, dari 100 hilang 1, pemiliknya mencari dengan resiko sangat besar. Mencari domba hilang itu bahaya, karena Saudara mencari binatang yang juga menjadi sasarannya singa atau serigala. Singa atau serigala ingin tangkap domba dan si gembala juga mencari domba yang hilang, yang juga dikejar oleh singa atau serigala. Tapi kerinduan dia yang besar untuk mencari, membuat dia tetap mencari. Perumpamaan kedua, perempuan yang kehilangan 1 dirham, tidak perlu mencari dengan resiko yang besar. Dia hanya perlu ubah tatanan dari perabotan rumahnya, sapu sedikik, nanti akan ketemu. Yang ketiga, dari 2 hilang 1, si bapak tidak pergi kemana-mana, dia tunggu di depan rumah dan anaknya bisa kembali sendiri. Kalau kita senang ada orang berdosa bertobat, kira-kira dari tiga ini yang paling senang yang mana? Yang satu memang senang karena dia sudah cari mati-matian dan dapat. Yang kedua lebih senang lagi karena dia tidak perlu cari repot-repot, sudah ada di rumahnya. Yang ketiga lebih bahagia lagi karena dia tidak cari, orang datang, anaknya yang hilang itu pulang. Yesus sedang mengajar, orang yang berdosa datang, “kalau orang berdosa datang, bukankah sukacitamu harusnya besar?”, itu kira-kira yang Yesus coba mau bagikan.
Ini gambaran besar yang kira-kira Yesus mau bagikan, gambaran besar ketika seorang bertobat dan Tuhan gerakan untuk datang ke dalam kerajaan itu melalui bertemu dengan Sang Raja, ini akan menjadi sukacita yang besar bagi orang Israel. Maka Tuhan Yesus sedang mengajarkan orang Israel, terutama orang Farisi dan Ahli-ahli Taurat untuk mempelajari tema yang penting, yaitu tema bersukacita dalam kerajaan. Mengapa kita bersukacita dalam kerajaan, bagaimana kita bersukacita dalam Kerajaan Allah yang dinyatakan? Bagi orang Farisi dan Ahli Taurat mindset mereka adalah, “kami bersukacita karena kami boleh masuk. Kami diterima oleh Tuhan, itulah sukacita paling besar”. Dan bukankah ini yang menjadi sukacita bagi orang Kristen juga? Apakah kesenanganmu yang paling besar? “Kesenanganku yang paling besar adalah Tuhan menerima saya”. Tentunya tidak ada yang salah dengan sukacita ini, “say amilik Tuhan selama-lamanya. Sebelum dunia jadi, Dia sudah memilih saya”, itu bahagia, itu baik, itu penuh sukacita. Tapi yang jadi problem adalah Ahli Taurat dan orang Farisi merasa itulah satu-satunya sukacita mereka dan mereka membatasi diri dengan membuat berkat Tuhan hanya cocok untuk kelompok mereka dan mereka merayakan berkat yang eksklusif itu. “Kami bersyukur karena Tuhan memberkati kami, kami bersyukur karena Tuhan memberikan kelimpahan kepada kami, kami bersyukur karena Tuhan panggil kami untuk menjadi milikNya”. Tetapi mereka tidak tahu bersukacita untuk hal yang lain, yaitu pemanggilan itu sendiri mendatangkan sukacita bagi sorga. Waktu Tuhan panggil orang ke dalam kerajaan itu, malaikat di sorga bersukacita. Malaikat di sorga tidak bersukacita bukan karena dia sudah ada di dalam, karena dia menikmati. Malaikat di sorga bersukacita karena Kerajaan Allah menjangkau banyak orang, menyatakan diri di dalam dunia ini Tiga perumpamaan yang sebenarnya adalah satu-kesatuan, dalam 3 perumpamaan ini ada eskalasi dalam beberapa hal. Perumpamaan pertama, ada 100 hilang 1, ini kerugian yang besar. Tapi tidak sebesar kalau saya kehilangan 1 dari antara 10. Jadi dari 100 domba kehilangan 1, ada peningkatan. Di cerita kedua, Yesus menceritakan ada 10 dirham hilang 1, ini lebih besar lagi. Satu dirham mungkin bisa menjadi biaya hidup untuk 1 minggu sampai 10 hari. Dan kalau seorang punya tabungan 1 dirham, ini berarti orang itu bukan orang kaya, tetapi dia meskipun bukan orang kaya, menggantungkan harapannya pada tabungan yang hanya sedikit, waktu hilang 1 dia benar-benar cari. Dan perumpamaan ketiga, lebih tinggi lagi, karena dari 2 hilang 1. Kalau dari 100 hilang 1, pasti dicari, apalagi kalau 2 hilang 1. Tapi Yesus membagikan hal lain lagi. Di dalam perumpamaan pertama, dari 100 hilang 1, pemiliknya mencari dengan resiko sangat besar. Mencari domba hilang itu bahaya, karena Saudara mencari binatang yang juga menjadi sasarannya singa atau serigala. Singa atau serigala ingin tangkap domba dan si gembala juga mencari domba yang hilang, yang juga dikejar oleh singa atau serigala. Tapi kerinduan dia yang besar untuk mencari, membuat dia tetap mencari. Perumpamaan kedua, perempuan yang kehilangan 1 dirham, tidak perlu mencari dengan resiko yang besar. Dia hanya perlu ubah tatanan dari perabotan rumahnya, sapu sedikik, nanti akan ketemu. Yang ketiga, dari 2 hilang 1, si bapak tidak pergi kemana-mana, dia tunggu di depan rumah dan anaknya bisa kembali sendiri. Kalau kita senang ada orang berdosa bertobat, kira-kira dari tiga ini yang paling senang yang mana? Yang satu memang senang karena dia sudah cari mati-matian dan dapat. Yang kedua lebih senang lagi karena dia tidak perlu cari repot-repot, sudah ada di rumahnya. Yang ketiga lebih bahagia lagi karena dia tidak cari, orang datang, anaknya yang hilang itu pulang. Yesus sedang mengajar, orang yang berdosa datang, “kalau orang berdosa datang, dengan lebih besar lagi. Waktu ada orang dipanggil ke dalam, itu menjadi sukacita bagi sorga. Maka Yesus sedang mengajarkan hal yang lain, alasan bersukacita yang tidak berkait dengan diri tapi berkait dengan orang lain bertemu Tuhan, kesenangan karena orang lain menikmati apa yang saya nikmati. Ini kesenangan yang hanya mungkin kita mengerti kalau kita tahu bahwa Injil diberitakan kepada komunitas bukan kepada individu. Memang benar orang berespon secara individu, memang benar Injil diberitakan kepada orang itu, satu per satu, tidak mungkin satu orang percaya kemudian semua orang tiba-tiba menjadi umat. Tentu Injil harus diresponi dengan respon individual. Tapi ini adalah bagian. “Saya bertobat” itu adalah bagian dari panggilan Tuhan bagi komunitas, bagi kelompok besar manusia yang nanti akan menyatakan Kerajaan Allah di bumi. Dan inilah sisi yang kita jarang gali sehingga kita semakin mempunyai kacamata kuda untuk melihat relasi Tuhan dan saya pribadi sebagai satu-satunya yang penting dan tidak terlalu tersentuh waktu melihat orang lain mendapatkan berkat dari apa yang sudah kita dapatkan. Ini yang Tuhan mau tegur. Mereka bersukacita karena mereka adalah orang-orang yang diizinkan masuk dalam komunitas ini. Tapi mereka sangat protes, “mengapa ada orang berdosa yang boleh masuk? Ini seharusnya diberi pembatas yang kuat, beri pembatas yang besar, sehingga yang masuk itu dilihat baik-baik. Bagaimana cara Tuhan panggil umat? Di dalam Kitab Perjanjian Lama, umat Tuhan dipanggil dari keadaan memberontak menjadi milikNya. Tidak ada kelompok orang di dunia ini yang dipanggil dalam keadaan yang baik, semua dipanggil dari keadaan mereka yang kafir (kalau mau dibandingkan dengan pengertian mereka sekarang), yang tidak kenal Tuhan, yang tidak tahu siapa Tuhan tapi Tuhan panggil untuk menjadi milik Tuhan. Tuhan selalu lakukan pola ini, dari tidak kenal menjadi kenal, dari jauh menjadi dekat, dari gelap menjadi terang, dari mati menjadi hidup, dari menyembah berhala menjadi menyembah Tuhan. Pola ini adalah pola yang Tuhan berikan juga kepada Israel. Tapi Israel gagal melihat hal ini karena mereka merasa diri mereka adalah umat yang spesial dari Tuhan. Tapi di dalam Surat Roma, Paulus membahas tema yang tidak baru, tema bahwa Tuhan membuang Israel, digali oleh Paulus. Dan ini tema yang menyakitkan bagi orang Israel, karena mereka membaca Kitab Suci dengan cara pilih-pilih, “kami membaca apa yang menyenangkan untuk membuat identitas kami semakin tegas, makin kuat”. Yang mereka ulang-ulang adalah biasanya yang dibicarakan para rabi, ini saya kutip dari Sanders, kutipan yang mereka baca dan ulangi adalah janji Tuhan kepada Abraham, Taurat Musa, kemudian janji Kanaan, itu yang sering diulang. “Kamu akan menempati tempatmu, bukan kamu yang usahakan, orang lain yang akan usahakan, kamu yang tempati. Kamu akan duduk nyaman di bawah pohon ara, di bawah pohon anggur, di bawah pohon zaitunmu. Kamu akan menemukan tanah yang berlimpah-limpah susu dan madunya. Kamu akan mengejar musuhmu dengan berani, tidak ada yang tidak gentar menghadapi engkau. Dan satu dari kamu akan mengejar 1.000 dari mereka”, ini diulang terus oleh mereka. Bagian lain adalah ketika Tuhan berjanji kepada Abraham, “melalui keturunanmu, bangsa lain dibumi akan mendapat berkat”, ini mereka, karena Abraham punya banyak keturunan dan Tuhan hanya pilih satu. Dari anak Abraham, Tuhan pilih Ishak, dari anak Ishak, Tuhan pilih Yakub. Berarti Israel begitu spesial. Ini kelompok orang yang beda dengan bangsa-bangsa lain. Tapi kalau kita baca Perjanjian Lama, dengan jujur kalau Saudara ditanya bagian manakah yang lebih besar? Bagian yang meninggikan Israel sebagai umat Tuhan atau bagian yang menghancurkan Israel sebagai umat yang tidak taat? Yang menghancurkan. Saudara kalau membaca sejarah Isrsael di Kitab Raja-raja, raja yang jelek itu dicatat lebih banyak dari pada raja yang setia. Raja yang setia bisa dihitung, sedikit sekali, Daud setia, Salomo tidak terlalu, bagaimana dengan raja-raja yang lain? Hanya Hizkia dan Hosia yang dicatat mempunyai kesetiaan yang mirip Daud. Jadi sejarah raja-raja Israel terdiri dari kebanyakan raja yang bobrok. Tidak ada kerajaan yang senang untuk membangun sejarah dari kerajaannya dengan mencatat catatan kelam, lebih baik membuat catatan yang bagus yang menyingkirkan hal jelek, semua yang bagus dibagikan ke generasi yang berikut. Mental seperti ini ada di mana-mana, menyembunyikan yang jelek, tunjukan yang bagus, supaya orang tahu bagusnya, tapi tidak tahu fakta yang sebenar-benarnya tentang keadaan kita. Mereka adalah umat buangan sama seperti bangsa-bangsa lain sudah dibuang oleh Tuhan. Tapi Tuhan tidak mungkin gagal, Dia sudah berjanji kepada Israel dan janjiNya kepada Israel pasti jadi. Lalu bagaimana Dia memastikan perjanjianNya jadi? Ini bisa kita pastikan di Surat Roma. Surat Roma adalah surat yang sangat luar biasa dan Saudara bisa membaca di situ sejarah dari panggilan Tuhan bagi Israel dan bangsa-bangsa lain.
Maka Israel sekali lagi menjadi bangsa yang gagal untuk memahami isi hati Tuhan karena mereka terus dengan eksklusif hanya melihat diri, “kami dan Tuhan, kelompok eksklusif melawan kelompok non-eksklusif, kami kelompok sentral akan menjaidi beda dengan kelompok pinggiran, marjinal”. Dan inilah yang mendoron orang Farisi berkata, “mengapa Engkau makan dengan pemungut cukai, mengapa Engkau makan bersama bangsa-bangsa lain, mengapa Engkau menerima orang-orang kafir?”. Cara pandang ini yang Yesus mau ubah.
Ini yang Tuhan Yesus mau lawan. Dan ini menyebabkan Dia membuat 3 perumpamaan yang kontroversial. Yang pertama sudah kita bahas minggu lalu. Karena berbicara tentang gembala menurut versi Yehezkiel. Yang kedua, Yesus membaha tentang perempuan yang kehilangan 1 dirham. Meletakan perempuan sebagai tokoh cerita dalam satu cerita, itu sudah sangat kontroversial pada zaman itu. Kalau membuat cerita, jangan memakai perempuan sebagai tokoh utama. Tapi Yesus tidak takut, “lalu perempuan manakah yang mempunyai 10 dirham?”, orang yang tadinya mengantuk pun tiba-tiba bangun. Di dalam Kitab Hakim-hakim, tiba-tiba muncul hakim yang namanya Debora. Maka seorang hakim dan seorang nabiah bernama Debora, ketika itu menjadi hakim di Israel, Debora istri Lapidot. Mengapa Debora menjadi pemimpin? Tidak tahu, Tuhan yang angkat. Bolehkah perempuan menjadi pemimpin? Tuhan mengijinkan ada exception, kalau pakai istilah Pak Stephen Tong, dan ini exception yang kontroversial, mengapa di dunia yang sangat mengunggulkan laki-laki sebagai pemimpin perang, di dalam kitab yang ada hakim sebagai pemimpin perang, muncul perempuan yang namanya Debora? Ini benar-benar mengagetkan. Di Alkitab banyak hal yang mengagetkan, Tuhan angkat Debora sebagai hakim, sebelumnya juga Tuhan tunjuk Miriam sebagai salah satu pemimpin Israel, bahkan ketika mereka berhasil lewati Mesir, berhasil menang dalam peperangan, yang menyatakan puisi adalah Musa dan Miriam. Jadi Tuhan memang angkat orang-orang khusus menjadi orang penting. Dan kadang-kadang orang penting yang diangkat ini adalah orang yang tidak layak sama sekali. Siapa sangka Musa akan menjadi pemimpin Israel, orang yang sangat dekat hidupnya dengan orang Mesir bisa menjadi pemimpin Israel. Siapa sangka orang yang garis keras seperti Paulus, menjadi pemberita Injil bagi bangsa-bangsa lain. Itu sesuatu yang di luar kemampuan kita berpikir. Maka yang sering menyatakan hal yang mengagetkan adalah Tuhan sendiri. Dan Tuhan melanjutkan ini dan mengatakan “perempuan manakah yang mempunyai 10 dirham”, tiba-tiba Dia masukan perempuan dalam perumpamaan. Lalu Dia mengatakan, “perempuan ini punya 10 dirham, lalu hilang 1”. Kalau ini disambung dengan cerita sebelumnya, orang akan melihat urgenty-nya orang menemukan 1 dirham ini. Dikatakan di sini “dia menyalakan pelita dan menyapu rumahnya”. Mengapa dia menyalakan pelita? Orang bisa asumsi karena malam. Tapi kalau malam, pelitanya sudah menyala dari awal, tidak perlu belakangan. Mengapa dia menyalakannya belakangan? Karena keadaan rumahnya miskin jendela, itulah rumah orang miskin. Dia mulai menyalakan pelitanya dan mencari dengan cermat sampai menemukannya, karena dia cuma punya tabungan 10 dirham dan 1 dirham hilang. Kalau orang biasa mungkin pakai 10 dirham untuk satu minggu, kalau orang hemat bisa sampai satu bulan. Jadi perempuan ini sangat perlu dirham itu dan dia cari. Perempuan itu cari mati-matian, dia cari di semua tempat. Dan begitu ketemu, dia undang semua teman-temannya. Kebiasaan orang dulu, orang perempuan akan undang perempuan, tidak ada perempuan undang laki-laki. Ini menjadi pesta perempuan, “ayo bersukacita, karena uang yang hilang ini ketemu, hampir saya stress, kalau ini hilang bagaimana saya hidup? Ini tabungan saya yang saya simpan baik-baik, akhirnya ketemu juga”. Semua berbagian di dalam sukacita ini. Lalu Yesus tutup dengan kalimat yang sama, “malaikat di sorga bersukacita karena ada orang berdosa bertobat”. Jadi apakah kamu sudah mengalami sukacita ini? Sukacita yang sifatnya tidak egois, sukacita yang melihat kalau Kerajaan Allah disebarkan makin besar, “saya senang”. Senang karena kesenangan kita ada di dalam Kerajaan Tuhan yang semakin luas pengaruhnya. Ini rombakan pikiran yang besar sekali. Jadi jangan senang hanya karena diundang ke dalam Kerajaan Allah, senanglah karena Kerajaan Allah masih undang orang-orang lain. Tapi kalau kita sendiri punya hati yang sempit, kita mesti belajar punya keluasan hati Tuhan. Ada orang pernah tanya, “tipe orang bagaimana yang kamu benci”, “saya paling tidak suka orang yang suka bohong”, biasanya akan dijawab, “untung Tuhan tidak seperti kamu, kalau Tuhan seperti kamu, Israel tidak pernah akan ada”. Kalau Yakub mengatakan, “saya tipu papa saya, saya pura-pura jadi Esau”, Tuhan bilang, “Aku kira kamu orang baik, Aku kecewa kepadamu Yakub, kamu telah mengkhianati Aku. Aku pilih orang lain”, ya sudah tidak ada Yakub. “Orang yang kamu benci itu seperti apa?”, “saya benci orang yang galak dan kejam”, “kalau begitu tidak akan pernah ada orang Kristen, karena Paulus tidak mungkin Tuhan panggil”, begitu Tuhan melihat Paulus berapi-api mau membunuh orang Kristen, Tuhan mengatakan “Aku berapi-api mau bakar kamu”, akhirnya Paulus dibakar, selesai. Jadi siapa yang kamu benci? “Saya paling benci orang yang pura-pura, ngomong A di depan tapi di belakang ngomong B”, kalau begitu tidak ada Petrus, Petrus ngomong A di depan Yesus, tapi didepan pembantu dia mengatakan, “saya tidak kenal orang itu, siapa Dia?”, dia mengkhianati Yesus. Siapa yang Saudara benci? Saudara benci siapa, kalau Tuhan sesempit Saudara, habis sudah kerajaanNya, tidak mungkin tersebar seperti tersebar sekarang. Sebab itu kita mau lihat bagaimana sukacita di sorga terjadi, saya mau ambil itu, saya mau hidup yang bersukacita. Dan Saudara tidak mungkin punya sukacita yang sejati kalau Saudara mempertahankan jiwa yang hanya senang atau hanya dibangkitkan sukacitanya hanya untuk hal-hal yang sempit. Belajar sukacitanya sorga. Dan ini yang Yesus ajarkan.
Apa yang membuat senang? “Kalau saya diterima Tuhan”, kalau diterima Tuhan membuatmu senang, bisakah kamu punya kesenangan yang sama waktu orang lain diterima Tuhan? Kalau bisa, Saudara adalah orang yang mengadopsi sukacitanya sorga. Maka berhenti menjadi orang yang picik, berhenti jadi orang yang sempit, mari perluas hati kita, mari perluas untuk menerima orang seperti Tuhan menerima orang. Bukan dengan standar kita, bukan dengan kebiasaan kita, bukan dengan pola pikir kita yang sempit. Kadang-kadang kita berani membuat diri kita di level yang baik, lalu membuat orang lain di level yang rendah, lalu kita meng-exclude diri kita, mereka ada di luar, dan kita bukan bagian dari mereka. Tapi ini adalah pemikiran sempit yang mengagungkan diri dan tidak mungkin bisa mengadopsi sukacita sorga. Sukacita sorga hanya milik orang yang belajar mempunyai hati seluas hatinya Kristus. Maka ketika kita belajar seperti Dia, kita akan melihat fakta bahwa sukacita sejati yang dimiliki sorga ternyata bisa kita adopsi, asal kita lebih luas hati untuk terima bahwa Tuhan mau panggil orang yang mungkin saya tidak setuju, Tuhan mau panggil kelompok yang mungkin saya tidak suka. Kiranya Tuhan menolong kita menyadari posisi kita dan melihat keindahan Kerajaan Tuhan memanggil umatNya dengan cara yang melampaui pikiran dan pengalaman kita.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkotbah)
- Injil Lukas
- 31 Jan 2017
Domba yang Hilang
(Lukas 15: 1-7 )
Di dalam pasal 15 kita melihat Tuhan Yesus memberikan 3 perumpamaan. Tetapi 3 perumpamaan ini adalah 3 perumpamaan yang saling berkait. Yesus menceritakan 3 perumpamaan ini untuk menjawab pertanyaan yang dikemukakan orang Farisi. Dalam ayat ke-2 orang Farisi mengatakan Yesus menerima orang berdosa dan makan bersama mereka. Mereka menyatakan keberatan “mengapa Tuhan bergaul dengan orang-orang berdosa ini, mengapa Tuhan makan bersama orang-orang pemungut cukai dan orang-orang lain yang kami tolak dalam masyarakat kami?”. Lalu Yesus menyatakan pembelaan dengan memberikan 3 cerita yang sangat kita kenal. Dalam ayat 1 dikatakan pemungut cukai dan orang berdosa biasanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia. Kelompok orang yang mengikuti Yesus adalah orang-orang yang punya masa lalu buruk. Mereka punya masa lalu yang kacau dan mereka sudah dinilai sebagai orang yang hina karena masa lalu mereka yang sangat jelek itu. Tapi ketika mereka sudah datang kepada Tuhan Yesus, Tuhan tidak tolak mereka. Tuhan ambil mereka dan masukan mereka menjadi murid, meskipun bukan murid utama tapi menjadi bagian dari kelompok yang mengikuti Yesus. Dan ini yang membuat orang Farisi sangat keberatan, mereka mengatakan “kami tidak setuju kalau Tuhan mengaku Mesias tetapi bergaul dengan orang-orang berdosa ini”. Mengapa mereka keberatan? Karena mereka tidak mau melihat kelompok Israel yang inti, yang mau kembali kepada Tuhan dikacaukan oleh orang-orang yang berdosa. Sehingga mereka menolak Tuhan bergaul dengan orang-orang berdosa. Tapi waktu Tuhan Yesus bergaul dengan siapa pun, Dia tidak terlalu pikir apa yang orang pikirkan. Dia mengerjakan dengan sangat berani apa yang Tuhan sudah nyatakan. Dan ketika Dia diundang pemungut cukai, Dia ikut makan dengan pemungut cukai. Waktu diundang makan oleh seorang Farisi, Dia pun datang. Dia tidak membiarkan diriNya menjadi milik dari salah satu kubu, tapi dengan seimbang melayani semua.
Yesus adalah Tuhan, Mesias yang memimpin orang-orang berdosa. Yesus juga Mesias yang memimpin orang Farisi. Yesus adalah Juruselamat bagi orang-orang pemungut cukai. Yesus juga Juruselamat bagi orang Farisi. Sehingga Dia tidak membuat diriNya menjadi pro terhadap yang satu dan mengabaikan yang lain. Dia adalah milik semua golongan. Itu sebabnya Tuhan Yesus makan bersama orang Farisi, Dia juga makan bersama pemungut cukai. Dia menolak untuk pilih salah satu dan mengabaikan yang lain. Tapi orang Farisi sangat keberatan karena makan bersama bagi mereka itu adalah sesuatu yang sangat krusial. Makan bersama menunjukan kesatuan identitas, menunjukan bahwa mereka adalah umat yang sama yang berbagian di dalam pekerjaan Tuhan ketika Tuhan akan menggenapkan pekerjaanNya di bumi. Tuhan akan menggenapkan pekerjaanNya di bumi dan pengharapan nanti ketika Tuhan akan pulihkan keadaan di sini, Tuhan akan singkirkan banyak orang dan panggil sebagian orang yang beriman untuk kumpul, makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak, Yakub. Orang Farisi merasa dirinya yang dipanggil Tuhan, “kami pasti boleh datang, kami pasti boleh masuk, kami pasti terlibat di dalamnya”. Tapi dalam kalimat di Matius, yang tadi dibacakan oleh liturgis, Tuhan Yesus mengatakan “orang dari luar akan datang dan anak kerajaan dilempar ke luar”, ini heran. Jadi apa gunanya kita jadi orang Israel kalau ternyata dilempar keluar? Atau kalau kita tafsirkan dalam zaman kita, apa gunanya saya jadi orang Kristen kalau tidak pasti mendapatkan tempat dan akhirnya dilemparkan ke luar? Orang-orang mulai berdiskusi “Yesus itu tidak benar, Dia tidak mungkin Mesias”. Dan Tuhan tahu yang mereka diskusikan, maka Tuhan menceritakan 3 perumpamaan ini. Perumpamaan pertama, Dia langsung bercerita untuk menjawab keberatan mereka dan Dia mengatakan “siapa diantara kamu yang punya 100 ekor domba yang jika hilang seekor, tidak pergi dan mencari?”. Saudara harus tahu di dalam latar belakang abad ke-1 tidak semua gembala hobi mencari domba. Karena banyak gembala upahan, gembala upahan itu bahkan lebih banyak. Jadi ada gembala yang tidak tahu mau kerja apa lagi, pernah jadi penjahat, lalu tidak diterima dimana-mana, dan mereka mau jadi gembala, akhirnya dibayar. Ini gembala upahan dan banyak orang adalah gembala upahan. Sehingga kalau Tuhan Yesus kalau tanya kepada kelompok gembala, “siapa diantara kamu yang punya 100 domba, kalau satu hilang akan dicari?”, mungkin tidak ada yang angkat tangan. Mengapa Tuhan menanyakan hal ini, padahal kebiasaan gembala di abad kesatu kebanyakan dari mereka tidak terlalu peduli cari domba. Mengapa mereka tidak mau cari domba? Karena pada zaman itu salah satu ancaman bagi manusia yang cukup besar adalah singa. Ada singa yang hidup di Turki, Israel sampai ke Mesopotamia, ini singa bukan singa Afrika, sekarang katanya sudah punah. Ini sangat bahaya, sehingga kalau ada domba yang hilang, dibiarkan saja, kemungkinan sudah dimakan singa, tidak ada gunanya dicari. Mereka tidak akan terlalu repot mau cari.
Mengapa Tuhan tanya ini? Karena Tuhan tidak bicara di depan gembala, Tuhan sedang bicara di depan orang Farisi. Jadi yang Tuhan sedang sindir adalah orang Farisi dan ada konteks Perjanjian Lama untuk mengerti ini. Konteksnya ada di dalam Kitab Yehezkiel. Di dalam Kitab Yehezkiel dikatakan ketika Tuhan marah kepada orang Israel, orang pertama yang Tuhan akan hukum adalah gembala. Gembala adalah raja, imam dan para petinggi agama. Dan Tuhan mengatakan “hai kamu gembala yang jahat, kamu pelihara domba yang gemuk”, maksudnya rakyat yang kaya atau jemaat yang sukses, “tapi kamu biarkan yang kurus tersesat. Kamu biarkan domba yang kuat menindas yang lemah. Kamu biarkan ini terjadi, kamu ambil keuntungan dari domba-domba. Kamu habisi mereka, kamu kacaukan mereka dan kamu biarkan mereka terserak ke bangsa lain. Maka Aku akan hakimi kamu”, Tuhan marah sekali. “Kamu gembala bayaran, kamu gembala palsu, kamu gembala yang akan Aku hakimi. Dan kamu akan Aku ganti semua. Aku akan dudukan gembalaKu yaitu Daud untuk menggembalakan umatKu”. Jadi Tuhan paling marah bukan kepada jemaat, tapi kepada hamba Tuhan dulu dan para pemimpin politik. Menurut tradisi di Israel, gembala itu akan main musik untuk domba. Jadi kalau Saudara baca Daud main musik, jangan pikir Daud main musik untuk mengusir kebosanan, kadang-kadang ada gembala yang main musik untuk dombanya. Jadi dombanya sudah kumpul dan dia mulai main musik. Lalu biasanya gembala seperti ini akan ganti satu per satu dombanya akan dipangku, dipeluk, sehingga semua domba merasa gembalanya sayang padanya. Itu yang terjadi, ada gembala yang seperti ini. Dan gembala yang seperti ini bukan hanya tahu nama domba-dombanya, domba pun tahu suara gembalanya. Waktu dipanggil namanya, domba itu akan ikut karena tahu waktu gembala panggil ini berarti kumpulan itu akan pergi, dan siapa yang ketinggalan bisa dalam bahaya. Domba itu binatang yang sering asyik sendiri sehingga lupa untuk lihat gembalanya ada di mana. Terlalu asyik makan rumput, maka akan semakin jauh. Lalu gembala akan memakai tongkat yang ada kait untuk tarik kembali dan domba itu akan kembali. Tapi kadang ada domba yang keasyikan makan, makin lama makin jauh, baru dia sadar “saya sudah dimana? Saya ingin kembali pulang tapi tidak bisa”, makin jalan makin jauh, makin jalan makin tersesat, makin jalan makin terpisah dari kelompok. Maka ketika kelompok itu sudah masuk, gembala akan panggil nama mereka satu per satu. Setelah semua masuk, kurang satu, gembala yang baik akan cari, dia akan telusuri jalan utama untuk balik ke tempat terjauh, lalu dia akan mulai jalan ke utara, ke selatan atau ke satu arah satu arah lagi, dia akan sisir jalan itu lagi sesuai dengan kemampuan dombanya, dan berharap jalan yang dia pilih pertama itu adalah jalan yang tepat. Dan gembala yang baik kalau cari domba itu sambil teriak, tidak diam-diam. Dia akan teriakan nama dombanya itu terus, lalu kalau domba tersesat, dia juga akan teriak-teriak, dia akan cari dimana gembalanya, semoga gembalanya bisa mendengar. Dia akan terus bersuara, ini domba yang hilang. Banyak orang baca kisah ini tapi tidak mengerti. Orang mengatakan “saya sudah lama tidak ke gereja, kok hamba Tuhan tidak cari saya, mengapa domba yang hilang tidak dicari?”, karena domba yang hilang tidak pernah merasa begitu. Domba yang hilang selalu merasa ingin kembali. Yang tidak mau kembali bukan domba yang hilang.
Di dalam kisah Tuhan Yesus, orang Farisi marah-marah “mengapa Engkau makan dengan para pelacur?”, itu fitnah, Yesus tidak makan dengan pelacur, Yesus makan dengan pelacur mau bertobat. Yesus tidak makan dengan sembarang pemungut cukai, Yesus makan dengan pemungut cukai yang mau bertobat. Yang tidak mau bertobat itu bukan domba yang hilang, itu orang Farisi yang Tuhan akan usir. Jadi Saudara harus pintar-pintar melihat “saya ini ada dimana?”. Orang yang mengatakan “gereja ini tidak benar, mana departemen penggembalaan kok tidak kunjungi saya? Ini kan domba hilang”. Domba yang hilang tidak merasa dirinya harus dikunjungi, dia merasa dirinya harus cari jalan untuk kembali. Dan waktu dia mencoba mencari jalan kembali, dia mati-matian mencari, dia akan bersyukur ketika menemukan jalannya. Ke gereja saja tidak mau, tapi menuntut dikunjungi. Yang dicari adalah domba yang hilang, yang teriak-teriak minta pulang. Dombanya ingin pulang tapi tidak bisa. Ada domba yang memang ingin hilang, dicari pun kabur. Kalau kita adalah domba yang ingin bertemu Sang Juruselamat, tapi tidak tahu jalannya kemana, kitalah domba itu. Dan jangan kuatir, untuk kita pun Tuhan sedang cari. Tuhan sedang cari dombaNya yang hilang. Tuhan tidak cari kambing, Tuhan tidak cari orang yang tidak merasa berdosa, Tuhan tidak cari orang yang membenarkan diri. Tuhan cari siapa yang hancur hati, mau ketemu Tuhan tapi tidak tahu bagaimana, Tuhan akan cari. Banyak kali contoh dari orang-orang yang kembali kepada Tuhan menunjukan kisah ini. Orang ingin bertemu Tuhan, ingin kembali, sudah tidak tahu karena hidup sudah terlalu kacau, ingin kembali. Dan ketika bertemu dengan Tuhan, orang yang seperti ini menjadi orang yang setia bukan main. Sehingga waktu saya mencari dan gereja mencari, kemudian bertemu, itu membuat saya benar-benar bersyukur, saya belajar satu hal ternyata Tuhan juga cari saya. Ini yang dialami oleh domba-domba itu, dia teriak-teriak tidak tahu mau kemana, tiba-tiba dia dengar suara gembalanya sudah dekat. Domba itu senang sekali, “ternyata ada yang cari, saya sudah bertemu dengan gembala yang mencari saya”, itu adalah sukacita yang besar. Dan biasanya gembala itu akan langsung peluk domba itu dan umumnya akan ditaruh di pundaknya sebagai pernyataan kasih sayang. Jadi kisah itu memang umum, ada gembala yang sayang dombanya, sehingga dia rindu domba-dombanya itu tetap berkumpul dalam kumpulan yang sama. Dia akan bawa domba itu, ketika sampai di rumah, dia akan sebarkan berita “semua orang harap datang, ternyata domba yang hilang sudah ketemu, mari kita membuat perayaan”.
Lalu Yesus menutup dengan mengatakan “Aku berkata kepadamu, demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari sukacita karena 99 orang benar yang tidak memerlukan pertobatan”. Kalimat ini pun harus ditafsirkan berdasarkan Perjanjian Lama. Di dalam Perjanjian Lama, Israel dipulangkan oleh Tuhan dari Persia ke Tanah Perjanjian. Lalu mereka mulai membangun bait, kemudian mereka bersukacita. Tapi bait yang mereka bangun, bait yang kedua ini, jauh lebih kecil dari pada baitnya Salomo. Bait Suci di Israel itu karena Herodes yang membangun di abad ke-1 sebelum masehi. Tapi abad ke-4 sebelum masehi, waktu mereka pertama kali datang, Ezra dan Nehemia menjadi pemimpin untuk bait dibangun, baitnya kecil sekali. Maka mereka sedih sekali mengapa baitnya sekecil ini. Tapi mereka dipaksa dengan kalimat ini, “bersukacitalah kamu karena sorga bersukacita melihat kamu pulang”. Jadi sorga bersukacita karena Israel dipulihkan, kerajaan itu dipulihkan. Tapi orang Israel bingung, kalau kerajaan sudah pulih, sukacita kami masih kurang karena ini kecil sekali, kota kami kecil sekali, musuh begitu banyak, orang kembali ke Yerusalem begitu sedikit, berbeda dengan masa lalu, masa jaya mereka. Banyak tulisan para nabi yang mengulangi-ulangi itu, “ayo tetap bersukacita karena sorga bersukacita. Sekarang bait terlihat kecil, tidak apa-apa, tapi kamu harus bersukacita karena sorga bersukacita”. Maka untuk mendorong orang bersukacita, pemimpin-pemimpin Israel mengatakan, “sorga bersukacita karena Israel pulih”, kalimat ini yang Tuhan pakai. Tuhan mengatakan “tahu tidak sorga bersukacita??”, iya, karena Kerajaan Allah dipulihkan. Tapi Kerajaan Allah dipulihkan bukan dengan tempat, bukan dengan bait, tapi dengan Sang Raja yang hadir. Raja hadir itu yang akan membuat Israel sukacitanya besar sekali.
Itu sebabnya ketika Yesus datang mengendarai keledai, masuk ke Yerusalem, seluruh Yerusalem gempar lalu bersorak, “hosana bagi Anak Daud, hosana bagi Mesias”, inilah sukacita yang diharapkan. Karena ketika Israel sudah pulih, sudah ada Bait Suci, sudah ada Yerusalem, belum ada Raja, mereka masih menunggu, “mana Rajanya? Nanti kalau Raja sudah datang kami akan bersukacita besar sekali”. Kerajaan ini tidak pulih karena punya bait, atau karena punya kota besar yaitu Yerusalem, tapi karena ada orang berdosa yang dipanggil kembali. Maka Kerajaan Allah menjadi besar karena hal ini, terus menyebar karena hal ini. Memanggil banyak orang ke dalam meskipun orang itu tidak layak. Ini yang Yesus sedang ceritakan, Dia menceritakan tentang gembala yang membawa pulang domba lalu sorga bersukacita. Orang Farisi disini tertusuk sekali, karena mereka tidak ikut bersukacita bersama sorga, padahal Tuhan sudah balikan orang-orang berdosa yang sekarang kembali kepada Dia. Itu sebabnya pertobatan manusia dan sambutan dari Tuhan itu menjadi tanda Kerajaan Tuhan sedang dinyatakan, Kerajaan Allah sedang dikonfirmasi ada di dunia ini, dan orang-orang dipanggil untuk datang kepada Dia. Itulah saat gembala menggendong dombanya pulang. Maka saya mau tanya, Saudara cari rumput dan iar sampai kemana? Banyak domba cari rumput dan air, tidak cari Tuhan. Cari rumput dan air banyak versi. Banyak yang cari rumput dan air dalam bentuk kehebatan akademis, kesuksesan dalam studi. Ada yang cari rumput dan air dalam bidang usaha, kesuksesan untuk maju, kesuksesan untuk besar. Ada yang cari rumput dan air di dalam kenyamanan palsu, keamanan palsu, sukacita palsu, dalam damai sejahtera palsu yang ditawarkan oleh dunia. Dunia tidak pernah tawarkan damai, dunia cuma menawarkan kesengsaraan, tapi tidak banyak yang tahu. Saudara sedang mendapatkan kue beracun dari dunia, dan Saudara telan semuanya karena Saudara tidak tahu jahatnya dunia ini. Yang baik hanya Tuhan. Tapi mengapa ketika yang baik panggil kita, kita tidak mau datang? Kita tersesat, karena kita melihat kue yang enak, tapi kita tidak tahu ini diberikan oleh setan untuk mematikan kita. Sampai saatnya sadar sudah terlalu jauh, mau pulang pun sudah tidak bisa. Di dalam banyak sekali tentang gambaran domba yang hilang. Selalu ada gambaran domba yang hilang itu dikejar oleh binatang buas atau mendengar suara binatang buas, itu bukan hal yang mengada-ada, memang itu yang terjadi. Ketika sudah sore, binatang akan keluar dan dia paling suka mengejar domba tersesat yang sedang teriak-teriak. Maka ketika dia tersesat, dia terus berteriak, dan singa mendengarnya. Dan domba tidak punya kekuatan untuk membela diri, sehingga dia akan menjadi mangsa yang paling enak. Saudara coba angkat kepala, sekarang Saudara sedang kejar rumput, kejar air, kejar rumput, kejar air, sadarkah kita kalau kita sudah jauh dari Tuhan? Sadarkah kalau kita sudah kehilangan Sang Gembala, sadarkah kita kalau kawanan itu sedang berjalan ke arah yang lain dipimpin oleh Gembala yang mengasihi, dan kita sedang ke jalur yang lain, mendekat ke binatang buas yang akan membunuh kita. Pada saat itu saya minta Saudara angkat kepala dan sadari engkau sedang tersesat. Kalau engkau sadar sedang tersesat, engkau akan merasa harus mencari jalan pulang. kalau engkau sadar sedang tersesat, engkau tidak akan main-main lagi, engkau mengatakan “saya harus kembali lagi kepada Tuhan saat ini, tidak ada lagi cara yang lain, tidak ada jalan lagi yang sesat, saya mau kembali”. Tapi Saudara akan sadar satu hal, Saudara tidak tahu jalan kembalinya. Orang-orang seperti ini harus didoakan, harus diperhatikan. Dan ketika Tuhan utus gerejanya untuk menjangkau, orang ini akan penuh sukacita, “ternyata Tuhan memang cari saya”. Mari taat datang kepada Tuhan dan biarlah Sang Gembala itu menggendong kita untuk kembali ke kawanan yang sejati. Tuhan memberkati, memimpin dan mendorong Saudara untuk menjadi umat yang setia kepada Tuhan.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkotbah)
- Injil Lukas
- 31 Jan 2017
Apa arti membenci keluarga dan mengikut Tuhan?
(Lukas 14: 25-35)
Ketika Yesus melanjutkan kembali perjalananNya, mereka juga mendapatkan berita dari Tuhan Yesus bahwa tidak seorang pun layak ikut Yesus kalau dia tidak putuskan keterkaitannya dengan keluarga, dengan diri dan dengan kenikmatan. Ini berita yang berulang-ulang di Injil Lukas. Dalam pasal-pasal sebelumnya, apsal 8, 9, 13, ada penjelasan tentang keharusan untuk pikul salib, keharusan untuk lebih dedikasi dari yang lain. Termasuk pada bagian ini, banyak orang ikut berjalan bersama Yesus, dengan harapan akan segera tiba di Yerusalem dan Kerajaan Tuhan dinyatakan dengan Yesus menjadi Raja. Tapi Yesus mengatakan “tidak, Aku pergi ke Yerusalem untuk dimatikan di atas kayu salib, menjadi tebusan bagi banyak orang. Maka kalau engkau mau berjalan bersama Aku, engkau harus tahu bahwa Aku sedang pikul salib”. Salib adalah tujuan final, mau ikut Yesus, ikut Yesus menuju ke salib, ikut Yesus bukan menuju ke Yerusalem Baru. Pada waktu itu banyak orang berpikir Yesus akan mendirikan KerajaanNya dengan memulainya di Yerusalem. Tapi justru Yesus mengatakan di Yerusalem Dia akan difitnah, ditangkap dan dimatikan. Tapi murid tetap ikut. Maka untuk memberikan pengertian lebih jelas, Yesus mengatakan kepada mereka yang berbondong-bondong mengikuti Dia, “kalau kamu tidak benci keluargamu, kamu tidak layak untuk Aku”. Ini kalimat yang membingungkan, mengapa Yesus memberitakan ini, mengapa Yesus mengatakan “engkau harus membenci”, padahal di bagian-bagian lain Yesus mengajarkan cinta kasih. Apakah Yesus salah mengajar di sini, atau Dia sudah terlalu emosi lalu Dia mengatakan “bencilah keluargamu”, apa yang dimaksud dengan benci? Kata yang dimaksudkan untuk pengertian ini sangat sulit dicari padanannya di dalam Bahasa Indonesia. Kita bisa mengatakan benci, tapi yang dimaksud di sini bukan benci dengan perasaan emosi besar, “karena saya pentingkan diri dan saya tidak suka kamu, maka saya membenci engkau”, bukan itu yang dimaksud.
Dalam bagian ini kata benci selalu berkait dengan komitmen perjanjian. Dikatakan dalam Perjanjian Lama, “Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau”, mengapa benci Esau, apakah Esau punya salah begitu besar? Bukan, tapi Tuhan mengatakan “komitmenKu adalah kepada Yakub, bukan kepada Esau”. Kata komitmen kepada Yakub bukan kepada Esau, inilah yang memakai kata benci itu. Pernyataan komitmen, “aku berkomitmen kepada istriku, maka perempuan lain, saya anggap nothing, saya anggap sampah, saya anggap sebagai sesuatu yang tidak perlu dikagumi atau tidak perlu diberikan perhatian”, ini yang dimaksud dengan benci. Maka kata benci selalu berkait dengan perjanjian, “aku berjanji kepada Tuhan membenci yang lain”, “aku berjanji kepada suamiku, aku membenci yang lain”, “aku berjanji kepada istriku, aku membenci yang lain”, inilah yang dimaksud. Komitmen perjanjian yang mengabaikan apa pun kecuali komitmen kepada dia yang kepadanya kita sudah ikat perjanjian. Jadi ini tidak ada kaitan dengan dendam, ini bukan lawan dari kasih, ini bukan antitesis dari pengajaran Yesus mengenai mengasihi. Kita perlu belajar dengan hikmat, apa yang disebut dengan dedikasi, apa yang disebut dengan cinta, apa yang disebut dengan kasih, apa yang disebut dengan benci, semua harus kita miliki pengertian dengan tepat dan akurat. Apa yang dimaksud dengan benci? Yang dimaksud adalah saya berjanji kepada Tuhan maka yang lain saya abaikan. Saya tidak anggap penting relasiku dengan yang lain, karena relasiku dengan Tuhan ini yang paling penting. Dan di dalam setiap pengajaran selalu ada konteks yang benar. Konteks yang tepat membuat kita mengerti apa yang dimaksudkan di dalam satu ajaran dari Alkitab. Dan didalam bagian ini Yesus sedang tidak berkata untuk kita melarikan diri dari keluarga, lalu berpaut kepada Yesus sebagai bentuk pelarian, bukan. Karena pada bagian ini Yesus mengajarkan adanya kerelaan untuk diputus. Attachment kita yang nikmat dengan yang lain kita putus demi belajar attachment baru dengan Tuhan. Maa pada bagian ini ada 2 hal yang kita pelajari. Hal pertama adalah tuntutan Tuhan untuk memutuskan attachment dengan yang sangat kita sukai. Dan yang kedua adalah melatih diri untuk punya attachment bersama dengan Kristus. Kita akan lihat yang pertama, bagaimana saya memutuskan diri dengan keluarga, dengan attachment yang baik yang saya miliki? Hal pertama yang harus kita miliki sebelum memberikan dedikasi sepenuhnya kepada Kristus adalah kita harus punya hidup yang baik dulu. Kita harus punya keluarga yang baik, keluarga yang baik yang membuat kita nyaman di dalamnya, inilah keluarga yang harus saya tinggalkan, saya harus rela mengatakan tidak kepada keluarga saya untuk mengatakan iya kepada Tuhan. Kalimat ini jarang dimengerti banyak orang. Banyak orang mengutamakan keluarga, “istriku, suamiku, anakku, Tuhan nomor 2”, itu tidak ada dalam pandangan Tuhan. Saudara dan saya terlalu sering dengar pesan Kristen yang diberikan bumbu nikmat, yang kadarnya dikurangi sedikit, sehingga kita jarang dengar keketatan Alkitab. Tuhan mengatakan “engkau harus cinta Tuhan lebih dari apa pun. Lebih dari istrimu, lebih dari anakmu, lebih dari orang tuamu, lebih dari siapa pun”, ini cinta yang Tuhan tuntut. Dan kalau Saudara tidak setuju ini, saya minta Saudara membuktikan bagaimana menafsirkan ayat-ayat yang baru kita baca. Jika engkau tidak cinta Tuhan dengan derajat sangat jauh lebih dari pada engkau cinta suamimu, cinta istrimu, cinta keluargamu, cinta orang tuamu, cinta anakmu, engkau tidak layak untuk Tuhan. Yesus tidak mengatakan “kalau engkau cinta Aku dengan cinta yang kurang besar, Aku akan latih engkau. Kalau engkau terlalu cinta diri atau keluarga lebih dari Aku, Aku akan ampuni dan beri kesempatan”, tidak. Yesus mengatakan dengan tegas “engkau tidak layak jadi murid”. Tuhan tidak mengatakan “jika engkau orang Kristen, kadang-kadang akan pikul salib”. Tidak. Tuhan mengatakan “jika engkau mau jadi muridKu, engkau harus pikul salib”. Dan Calvin bertanya berapa sering kita ingat? Karena kita seringkali merasa hidup yang berat membuat kita mau lari dari Tuhan. Siapa mau ikut Tuhan harus punya komitmen sejati kepada Tuhan. Tuhan tidak mau komitmen yang rendah, Tuhan tidak mau attachment yang sembarangan, Tuhan tidak mau kita menjadi pengikut yang santai, yang tidak ada komitmen, yang tidak pernah siap untuk memaksa diri ikut Tuhan. Di dalam retreat hamba Tuhan kemarin, Pak Stephen Tong mengatakan kalimat yang bagus sekali “saya sejak muda mengetatkan diri untuk mencintai Tuhan. Saya sejak muda memaksa diri untuk mencintai Tuhan. Saya tidak mau diri jadi santai, saya tidak mau diri jadi longgar demi Tuhan saya. Saya ketatkan diri untuk Tuhan”.
Maka pada bagian ini Yesus mengingatkan “kamu harus belajar pikul salib”. Dan salib pertama yang harus kita putus adalah kenikmatan berada di dalam relasi dekat, di dalam keluarga, suami, istri, anak atau pun orang tua. Ini bukan untuk orang yang keluarganya rusak. Banyak orang yang keluarganya rusak ingin lari dari keluarga lalu mengikuti Tuhan sebagai bentuk pelarian. Keluarga akan menjadi baik kalau semua orang menjalankan bagiannya dengan setia kepada Tuhan. Kita terlalu egois, pentingkan diri dan kepentingan diri selalu merusak masyarakat, merusak keluarga, merusak gereja. Siapa yang hanya punya program untuk menyenangkan diri, dia tidak layak hidup. Orang yang cuma mau senangkan diri tidak boleh punya hak hidup di buminya Tuhan, perkataan ini bukan dari saya tapi dari Tuhan. Maka para suami, pikulah salibmu, jadikan keluarga yang taat kepada Tuhan dengan menjadikan diri contoh. Kalau diri jadi contoh, orang akan taat Tuhan dengan lebih baik. Tapi kalau diri tidak menjadi contoh, Saudara sedang merusak panggilan yang Tuhan percayakan kepada Saudara. Maka mari para suami dan para calon suami, kerjakan ini sebaik diri. Latih diri untuk menjalankan panggilan Tuhan demi adanya keluarga yang baik. Banyak orang yang membayar sesuatu dengan mengabaikan dosa yang dia kerjakan, itu salah. Di dalam sidang sinode, Pdt. Stephen Tong mengatakan “dimana kamu jatuh, disitu kamuharus bangkit”. Kalau kamu jatuh di dalam seks, kamu harus menang dari seks. Kalau kamu jatuh dalam keuangan, kamu harus bertobat dan menang di dalam keuangan. Jangan jatuh di satu tempat lalu menangkan itu dengan kerjakan hal yang lain, tidak nyambung. “Saya jatuh di dalam seks, tapi saya melayani Tuhan”, tidak bisa, Tuhan tidak akan terima pelayanan pelarian seperti ini. Saudara harus bereskan hidup baru boleh melayani, kalau hidup tidak beres tidak boleh melayani, karena pelayanan bukan pelarian. Para istri belajar tunduk kepada Tuhan, belajar taat. Engkau membangkang otoritas suami, sebenarnya sedang membangkang otoritas Tuhan. Kalau ada yang salah dengan suami, beri masukan sebagai orang yang tunduk, jangan beri masukan sebagai orang yang equal, apalagi sebagai seorang yang menggurui. Perempuan yang terlalu banyak ceritakan kesulitan, terlalu mudah mengeluh, itu perempuan yang kurang baik. Maka biarlah para perempuan menjadi perempuan yang anggun, perempuan yang takut akan Tuhan, yang berhiaskan perhiasan yang disebut kesalehan. Jalankan ini dan keluarga Saudara akan menjadi keluarga baik. Untuk menjadi baik itu mudah, caranya cuma satu, matikan diri biarkan Kristus hidup. Ini simple. Tapi kita selalu remehkan itu, kita selalu punya pendapat lain, kita selalu pikir Tuhan kurang pintar, Tuhan kurang bijak, Tuhan kurang ahli, Tuhan kurang belajar, Tuhan kurang mengerti pergumulan saya, maka saya jalankan cara saya. Silahkan jalankan dengan caramu dan engkau akan menemukan semuanya hancur, karena kita terlalu keras kepala tidak mau ikut Tuhan. “Tuhan, berikan saya anak”, sudah dapat anak, anak disayang luar biasa, Tuhan dilupakan. Siapa yang beri anak? Tuhan. Lalu siapa yang dilupakan setelah anak ada? Tuhan. Bayangkan berapa kurang ajarnya kita.
Maka waktu keluarga menjadi baik, langsung datang ujian yang berikut. Apakah engkau cinta keluarga baik ini lebih dari Tuhan atau engkau rela memutuskan kenyamananmu dengan keluarga ini demi ikut Tuhan? Ini langkah yang kedua. Saudara mesti ingat dengan baik-baik, Yesus tidak mengatakan “engkau punya keluarga rusak, tinggalkan keluargamu, datang ke Tuhan”, tidak. Yang Tuhan katakan adalah “perbaiki keluargamu baik-baik, ketika keluargamu menjadi baik, ini menjadi tempat nyamanmu”. Tempat nyaman yang membentuk identitasmu, membentuk kenyamanan dan keamanan dan ketenangan. Waktu keluarga menjadi tempat nyaman, Tuhan mengatakan “jangan cinta keluargamu, cinta Tuhan lebih dari keluarga”. Cinta Tuhan lebih dari istri, cinta Tuhan lebih dari suami, cinta Tuhan lebih dari anak, cinta Tuhan lebih dari orang tua. Ini yang Tuhan tuntut. Kalau kita punya keluarga baik, ingat baik-baik, Tuhan sedang tanya siapa yang engkau cintai lebih, Tuhan atau keluargamu sendiri? Dan Saudara yang berada di dalam keluarga yang baik tahu berapa sulitnya ini. Biarlah ini menjadi pengertian yang kita miliki sama-sama. Yesus mengatakan “jika engkau tidak benci keluargamu”, ini berarti Saudara bukan membenci dengan emosi, tapi yang dimaksudkan adalah komitmenku kepada Tuhan. Dan komitmen kepada Tuhan tidak bisa diputuskan oleh apa pun yang lain. Tapi ketika ini menjadi tempat yang sangat nikmat, kita berani mengatakan “saya haru tinggalkan ini demi komitmen saya kepada Tuhan. Tuhan di atas segalanya”. Jangan jadikan ikut Tuhan sebagai pelarian, tapi ikut Tuhan menjadi satu beban salib yang harus saya pikul, karena keluarga saya harus di down grade, diturunkan tempatnya dari hatiku. “Hatiku bukan milik istriku, hatiku bukan milik suamiku, hatiku bukan milik anakku, hatiku bukan milik karierku, hatiku milik Tuhan”. Dan waktu kita bilang ini, itu salib yang berat. Kalau Saudara dengan mudah mengatakan “Tuhan nomor satu, istri nomor dua, karena saya benci kamu, istriku”, bukan itu yang dimaksud di sini. Ada salib waktu mengatakan itu, keluarga saya abaikan dulu, dan itu salib yang besar sekali.
Maka Yesus mengatakan kalimat berikutnya “siapa diantara kamu mau pergi perang lalu tidak hitung biaya?. Siapa yang pergi perang mesti hitung biaya. Siapa diantara kamu yang bangun menara penjaga untuk kebun dan tidak perhitungkan biaya? Kalau kamu tidak hitung kekuatan, kamu ambil langkah, kamu tidak tahu bagaimana menang karena kamu tidak hitung”. Banyak pendengar Yesus adalah petani, maka banyak dari mereka yang mengerti bahwa untuk membuat taman, kebun mereka aman, mereka mesti membuat menara pengawas. Dan banyak kali waktu membangun menara pengawas hanya sebagian, kemudian berhenti, karena dananya tidak ada. Tidak ada dana karena salah hitung. Lalu Yesus memberikan contoh lain, “siapa diantara kamu mau pergi perang tapi tidak hitung kekuatan dulu?”. Tidak ada orang yang pergi perang hanya modal iman, iman pun harus penuh perhitungan. Itu sebabnya kita bersyukur di dalam semua kegiatan di Reformed, Pak Tong suruh kita punya perhitungan yang ketat sekali, dia mau detail, bukan “yang penting iman”. Maka Yesus mengatakan “siapa pergi perang dengan modal nekat? Tidak ada”, semua pergi dengan perhitungan, kalau saya punya 10.000 tentara, didatangi 20.000 tentara, kira-kira saya bisa menang atau tidak. Semua pemimpin, jenderal-jenderal penting masa lalu, semua punya perhitungan yang hebat sekali. Dulu ada seorang bernama Alexander Agung, bawa 40.000 tentara Makedonia berhadapan dengan 200.000 tentara Persia. Lalu jenderalnya mengatakan “tuan, tahu tidak mereka ada 200.000?”, “tahu”, “masih tetap mau perang?”, “Persia harus ditaklukan”. Maka dia sarankan “bolehkah kita bayar lagi tentara bayaran untuk memperluas tentara ini?”, Alexander mengatakan “tidak, jangan andalkan tentara bayaran”, “tapi mereka 200.000, kita hanya 40.000, bagaimana bisa menang?”. Alexander mengatakan “mereka terlalu sedikit”, semua orang kaget, mengapa terlalu sedikit? Alexander memberikan alasan, dia bukan pemimpin yang asal ngomong “pokoknya nekat saja, nanti juga jadi”, tapi ada perhitungan. Dia mengatakan “Persia ada 200.000, tapi semua bertarung karena keharusan untuk taat kepada raja. Kita bertarung karena mau bebaskan manusia”, semua langsung tergerak. Mereka berperang karena terpaksa, kamu berperang karena rela, itu berbeda. Coba tanya, siapa mau tinggalkan keluarganya, tinggalkan kenyamanan bangsanya lalu pergi berperang dengan kemungkinan mati sangat besar? Siapa cukup gila mau kerjakan itu tanpa tujuan baik? Saya kasi kamu tujuan, kamu berperang untuk bebaskan manusia. Semua dengan berani berperang dan akhirnya menang. Ini namanya perhitungan, bukan modal nekat. Maka Yesus bertanya “kamu sudah siap perang?”, “sudah”, “apa modalmu?”, “saya berperang dengan giat”. “Apa kekuatanmu?”, “kekuatan saya adalah keluarga saya”, Yesus mengatakan “kamu sama seperti orang yang tidak hitung biaya, kamu akan membuat menara tapi tidak tuntas, kamu akan berperang tapi kalah”. Siapa mengandalkan kenyamanan keluarga, tidak sanggup berperang bagi Kristus. Yang diandalkan harus Kristus. Maka dedikasiku kepada Tuhan, komitmenku kepada Tuhan harus lebih besar dari pada komitmen kepada yang lain.
Mari dengar kotbah ini menjadi kotbah awal tahun untuk kita dorong diri kita melayani Tuhan lebih giat. Tuhan layak dilayani oleh komitmen hati yang total. Jangan sembarangan. Orang yang giat melayani Tuhan tidak mungkin Tuhan tinggalkan. Siapa diantara orang-orang yang pernah melayani Tuhan dengan giat, lalu memberikan kesaksian “Tuhan sudah melupakan saya”, tidak ada. Itu sebabnya pelihara keluarga yang baik, didik keluarga menjadi baik, pelihara kasihmu kepada keluarga. Tapi semua harus ada di bawah cinta kasih dan komitmen kita kepada Tuhan Yesus. Biarlah Tuhan Yesus menjadi segalanya. Biarlah apa yang kita kerjakan untuk Dia, apa yang ktia persembahkan semua untuk Dia, apa yang kita lakukan di dunia ini semua untuk Dia. Kalau Dia yang ditinggikan oleh apa yang kita kerjakan, maka damai sejahteraNya akan memerintah di dalam diri kita. Di dalam Lukas dikatakan jika kita memuliakan Allah di tempat yang maha tinggi, maka damai sejahtera akan penuh di bumi, tempat kita hidup. Di dalam Yohanes dikatakan siapa menghormati Yesus dan melayani Dia, dia akan dihormati oleh Bapa. Bapa tidak menghormati ketika Saudara terlalu mengutamakan keluarga dan diri, tapi Bapa akan sangat menghormati ketika Saudara berani mengutamakan Tuhan. Kiranya Tuhan memberkati kita, mengutamakan Tuhan dan menikmati hidup yang menaati Dia.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkotbah)
- Khotbah
- 31 Jan 2017
Panggilan bagi banyak bangsa
(Roma 10:16-21)
Alkitab sering membahas bagian yang indah, yaitu ketika tema di awal diulangi di bagian akhir, setelah di tengah tidak banyak disentuh. Ini pengulangan yang sangat unik, di dalam dunia musik ini dikenal sebagai musik yang bersifat siklikal. Siklikal yang dimaksud bukan musiman, tapi yang dimaksud adalah tema pernah muncul tiba-tiba hilang digantikan oleh tema lain, lalu muncul lagi di belakang mengingatkan kita bahwa dari awal tema ini sudah ada. Alkitab, dari awal sudah membahas satu tema, lalu seperti dilupakan di tengah, tiba-tiba di bagian akhir diingatkan ada satu tema penting yang sekarang masuk dalam penggenapannya. Dan tema penting yang ada di dalam Alkitab, yang mengulang di bagian akhir adalah tema pemanggilan Tuhan bagi bangsa-bangsa lain. Ini tema yang tenggelam di Kitab Keluaran, tidak kelihatan di dalam Kitab Raja-raja atau Samuel, tidak banyak ditonjolkan dalam sejarah monarki Israel. Tapi di bagian ahir tiba-tiba muncul. Di bagian akhir mulai muncul panggilan, salah satunya adalah kepada Yunus. Yunus salah satu nabi yang hidup di dalam zaman Yerobeam yang ke-2, ini adalah kerajaan yang luar biasa maju sekali. Kerajaan Israel di bawah Yerobeam 2 punya kekayaan yang hebat, dan punya daerah yang luas sekali. Dia sudah menaklukan banyak bangsa dan banyak mengklaim kembai kota-kota yang dinubuatkan akan kembali dimiliki Israel. Salah satu yang menubuatkan adalah Yunus. Dalam Kitab Raja-raja dikatakan Yunus sudah berkotbah mengatakan “Tuhan akan pulihkan daerahmu ya Raja Yerobeam 2”, dan benar itu terjadi. Lalu tiba-tiba datang firman kepada Yunus, ini tidak kita ketahui dari Kitab Riaja-raja, ini baru kita ketahui di Kitab Yunus. Di dalam firman Tuhan kepada Yunus, Tuhan mengatakan “pergilah ke Niniwe dan berikan firman kepada mereka, tegur mereka supaya mereka bertobat”, ini kalimat yang sangat mengagetkan. Bagi kita yang hidup di zaman ketika Tuhan menyatakan anugerahNya kepada semua bangsa, ini bukan hal yang mengagetkan.
Tapi bagi orang Israel di abad Perjanjian Lama, abad 8 atau 7 SM, ini adalah berita yang mengagetkan. Tuhan mau panggil bangsa lain, Tuhan mau panggil orang-orang kafir, ini sama sekali tidak masuk akal bagi mereka. Bagi mereka yang jahat adalah orang-orang kafir, Israel itu orang-orang yang baik. Yang jahat adalah bangsa-bangsa lain, mereka menolak menyembah Tuhan, mereka tidak mau Tuhan, mereka mengkhianati Pencipta mereka. Tapi Israel tidak, Israel dipanggil oleh Tuhan menjadi umat dan harusnya cuma Israel yang selamat. Tetapi sekarang ada firman kepada Yunus, dan Tuhan mengatakan “kotbahlah di Niniwe”. Yunus tidak terima ini, maka meskipun dia tidak berontak dengan kata-kata, dia berontak dengan tindakan. Mengapa bangsa kafir bertobat? Ini menjadi pertanyaan yang mengagetkan mereka. Tapi sebenarnya Tuhan sedang menyatakan satu hal yaitu Tuhan sedang panggil bangsa-bangsa lain menjadi umat, dan ini jadi isu besar sekali di Kota Roma. Di Kota Roma, gereja terdiri dari orang Yunani, maksudnya orang Romawi, dan juga orang Yahudi. Yang dipengaruhi budaya Yunani dimusuhi oleh orang yang dipengaruhi budaya Yahudi. Lalu yang dipengaruhi budaya Yahudi mengatakan “kami ini umat yang sejati, kamu bukan. Kami adalah milik Tuhan, kamu bukan. Maka kami punya kelas lebih tinggi dari kamu”. Tapi setelah itu ada kaisar bernama Klaudius, dia mengatakan “orang Yahudi dilarang tinggal di Roma”, maka mereka exodus pergi meninggalkan Roma, pindah ke tempat lain. Pada waktu itu orang Yunani mengatakan “kok di gereja kita orang Yahudi menjadi minoritas? Ternyata Tuhan sudah singkirkan mereka karena mereka jahat, jadi kamilah yang penting”. Ini menjadi 2 kubu yang terus tidak bisa kompak. Maka Paulus mengatakan jangan lupa bahwa Kristus datang ke dalam dunia untuk panggil bangsa-bangsa lain menjadi umat Tuhan. Tuhan memakai Paulus untuk menyelidiki Kitab Suci.
Memang benar dia dapat inspirasi dari Paulus pelajari Alkitab lalu dia coba cari dan dia temukan argumen yang sangat kuat tentang pemanggilan bangsa-bangsa lain. Mulai dari janji Tuhan kepada Abraham, Tuhan panggil Abraham lalu Tuhan mengatakan “melalui keturunanmu, Aku akan berkati seluruh bangsa. Keturunanmu akan jadi berkat bagi banyak bangsa”. Jadi akan banyak bangsa dan bangsa-bangsa itu dipanggil melalui keturunan Abraham. Dari Kitab Kejadian ini sudah dinyatakan Tuhan akan panggil bangsa-bangsa lain. Tapi kita temukan fakta di Kitab Keluaran dan seterusnya, yaitu yang dipanggil cuma 1 bangsa, yaitu Israel. Ini maksudnya apa? Maka Paulus mengajarkan Israel adalah yang sulung. Lalu Tuhan panggil Israel dan pemanggilan Israel akan Tuhan terapkan ke bangsa-bangsa lain. Ini tema dari Surat Roma yang penting. Tuhan sedang menyatakan pemanggilan kepada Israel menjadi prototype-nya bagi pemanggilan bangsa-bangsa lain. Tuhan sudah punya rencana akan panggil bangsa lain dan Israel jadi yang sulung, dia dulu baru yang lain akan dipanggil. Berarti Israel bukan satu-satunya. Maka Paulus tulis di Surat Roma hal yang sangat mengagetkan, ini briliannya tulisan Paulus, tidak terdapat di tulisan lain, hanya terdapat di tulisan Paulus, atau percikannya ada di dalam Inji, tapi lebih detail ada di dalam Surat Paulus. Yaitu ketika Paulus mengatakan bangsa lain dipanggil atas dasar pemanggilan Tuhan kepada Israel. Yang lain protes, “tidak bisa seperti itu, Paulus. Bangsa lain itu kafir, penyembah berhala, mereka benci Tuhan maka pemanggilan mereka tidak sama dengan pemanggilan kami”. Paulus akan tanya “mengapa tidak sama?”, “jelas tidak sama, karena kami punya Taurat dan mereka tidak. Kami beda dengan mereka”. Maka Paulus mengatakan pemanggilan kepada bangsa lain itu sebelum Taurat. Tuhan sudah berencana memanggil bangsa lain di dalam janji Tuhan kepada Abraham di Kejadian 15. Kejadian 12, 15, 22 dan lain-lain, ini sebelum Tuhan memberikan Taurat. Jadi Tuhan sudah berencana memanggil bangsa-bangsa lain sebelum Dia menurunkan Taurat. Ini argumen yang kuat sekali, “kalau begitu pemanggilan bagi bangsa lain sebelum Taurat?”, “iya”, tapi Israel tetap ngotot “tapi bagaimana pun, kami punya Taurat, mereka tidak. Pemanggilannya memang sebelum Taurat, tapi faktanya kami yang diberi Taurat dan mereka tidak. Berarti kami lebih spesial dari mereka, jadi jangan samakan pemanggilan kami dengan pemanggilan mereka”. Tetapi Paulus mengatakan “bukankah Yesaya sendiri mengatakan bahwa kamu adalah pemberontak yang akhirnya dibuang. Kamu punya Taurat, tapi kamu dibuang”, ini pemikiran Paulus yang luar biasa.
Israel dibuang dari Kanaan, dia paralelkan dengan bangsa kafir yang dimusnahkan di Kanaan. Pasti masih ingat ceritanya, Israel masuk ke Kanaan lalu mengusir, membasmi semua penduduk di situ. Lalu Israel tinggal di Kanaan. Tapi di dalam Alkitab dikatakan pada abad ke-6 Tuhan bangkitkan Babel, hancurkan Yerusalem dan bawa orang Israel keluar dari Kanaan. Jadi dulu orang Kanaan disingkirkan oleh Tuhan dari Tanah Kanaan, sekarang Israel disingkirkan oleh Tuhan dari Tanah Kanaan. Berarti orang Israel dan Bangsa Kanaan dulu sama. Ini pengertian penting sekali. Maka yang Paulus katakan prototype pemanggilan Israel bukan pemanggilan Israel di Gunung Sinai, tapi pemanggilan Israel keluar dari pembuangan. Ini menarik untuk kita telusuri. Jadi siapa Israel? Bangsa buangan. Siapa orang kafir? Bangsa buangan. Israel protes “kami tidak pernah jadi bangsa buangan”, Paulus akan bertanya “apakah sudahb elajar sejarah?”, “sudah”, “apakah kamu ingat pada abad ke-6 sampai abad ke-5 berada di mana? Di Babel. Dan di Babel apakah sebagai tamu? Tidak”. Mereka disingkirkan dari Kanaan, mereka dibuang Tuhan sama seperti Tuhan telah membuang bangsa-bangsa lain. Maka dari Paulus kita mengerti satu hal yaitu pembuangan Israel sama dengan pembuangan Tuhan kepada bangsa-bangsa lain. Itu yang Paulus tulis dalam Surat Roma 1, bangsa lain menyembah berhala, pasal 2 Israel mengabaikan Taurat, sama, menyembah berhala dan mengabaikan Taurat itu sama. Maka kamu punya Taurat tapi kamu melanggar Taurat, itu membuat kamu sama parahnya dengan bangsa-bangsa kafir. Sehingga tidak ada alasan untuk bermegah, tidak ada alasan untuk merasa sombong, karena baik kamu maupun bangsa kafir sama-sama dipanggil dari keadaan yang tidak layak. Ini pengertian yang dalam sekali. Karena orang Israel selalu ingat pemanggilan yang pertama di Mesir, dimana mereka menjadi umat yang hebat, semua orang Mesir dihancurkan oleh Tuhan dengan 10 tulah, tapi mereka dijadikan umat yang spesial, dibawa ke gunung, diberikan Taurat, menjadi umat yang sangat unik, beda dengan bangsa lain. Tapi Paulus mengatakan “engkau sudah membuktikan diri sama parahnya dengan bangsa lain. Bangsa lain tidak punya Taurat tapi mereka punya hati nurani. Engkau punya Taurat dan engkau melanggar. Maka mulailah pemanggilan itu dan pemanggilan itu menurut Paulus mulai ketika Sang Raja itu lahir di hari Natal.
Jadi hari Natal adalah peringatan Tuhan memanggil Israel dan bangsa-bangsa lain dengan panggilan yang sama, dengan memanggil Israel keluar dari Mesir menjadi prototype-nya. Ini berita Natal. Ini yang Paulus katakan “tidak tahukah kamu bahwa hari lahirnya Yesus adalah hari pernyataan Tuhan, sekarang bangsa-bangsa boleh dipanggil”. Israel dan bangsa lain dipanggil dari keadaan titik nol dan sekarang mereka mulai ditata sama seperti Israel dulu ditata oleh Tuhan melalui Taurat dan panggilanNya di Gunung Sinai. Maka Kristus lahir. Apakah setelah Kristus lahir, Israel mau dengar? Ternyata tidak, karena mereka masih pikir mereka ada di titik dulu di Gunung Sinai. Paulus ingatkan terus “kamu bukan di titik Gunung Sinai, kamu di pembuangan sama kafirnya dengan bangsa lain. Jangan pikir kamu ada dalam keadaan privilege hebat di bawah Musa, tidak. Kamu sedang ada dalam pembuangan, sadari itu. Dan bangsa-bangsa lain pun sama jeleknya dengan kamu, sedang ada dalam pembuangan”. Maka Kristus datang, sama seperti dulu Tuhan berikan Taurat kepada Musa untuk membentuk umatNya yang terdiri dari banyak bangsa, supaya mereka dibentuk sama seperti dulu Israel di padang gurun dibentuk. Sama seperti Israel dulu dibentuk dengan Taurat, demikian sekarang umat Tuhan dibentuk oleh Kristus dengan hukum yang sama. Maka dulu Israel dipanggil Tuhan dan sekarang kita dipanggil Tuhan, termasuk Israel dan bangsa-bangsa lain, tidak ada perbedaan lagi, ini yang Paulus sedang katakan. Maka dia mengatakan “dulu kamu kafir, dulu kamu menyembah berhala, dan sekarang Tuhan panggil kamu”. Lalu yang Israel tepuk dada, “memang bangsa lain menyembah berhala, kami tidak. Kami bukan bangsa penyembah berhala”. Lalu Paulus beri cap lain, kalau orang Yunani capnya adalah penyembah berhala, Paulus siapkan cap yang lain untuk orang Yahudi, capnya adalah pelanggar Taurat dan dibuang, umat buangan karena melanggar Taurat. Mereka adalah penghina Tuhan karena melanggar Taurat dan akhirnya dibuang, kita adalah penyembah berhala, sama. Roma 1, 2, 3 membuktikan semua manusia salah, tidak ada yang benar. Karena mereka penyembah berhala dan kamu pengkhianat Tuhan. Seperti Israel, Tuhan datang bagi bangsa yang hidup dalam kegelapan, orang Israel mengatakan “iya itu, orang-orang kafir, mereka di dalam kegelapan, kami tidak, kami hidup dalam terang”. Tapi Paulus mengatakan “justru karena kamu merasa di dalam terang, kamu menolak. Maka tepatlah nubuat Yesaya bagi kamu, yaitu Yesaya mengatakan: saya sudah berkotbah, saya memberitakan berita ini, siapa yang akan dengar pemberitaan kami?”, Israel tidak mau dengar karena mereka tidak tahu bahwa mereka sedang hidup dalam pembuangan. Tapi bangsa lain yang menyadari, “celaka, selama ini kami menyembah berhala, kami gawat sekali keadaannya”, mereka akan datang dan akhirnya mendapatkan anugerah, mereka dibimbing oleh Kristus menjadi umat.
Maka siapa yang sakit, mengakulah sakit. Siapa yang berdosa, mengaku berdosa. Siapa yang berada di dalam kegelapan, mengaku di dalam kegelapan. Ini yang membuat manusia menjadi kafir, ada kehidupan sehari-hari yang anti Tuhan, kehidupan sehari-hari yang tanpa Tuhan, kehidupan sehari-hari yang menyembah berhala. Dan ini yang secara habit dunia ini sedang tawarkan kepada kita. Ini hebatnya dunia, membuat kita punya habit yang fall, jatuh, berdosa, kafir, yang menyembah berhala. Terus dibentuk, terus dicuci, terus ditawarkan, terus dibagikan. Sehingga tanpa sadar kita dipengaruhi dunia ini di dalam cara berpikir, di dalam memandang masa depan, di dalam bekerja, di dalam menentukan apa pun, di dalam membuat penilaian, semua ditentukan oleh dunia. Dunia sudah membentuk kita secara habit, tiap hari mereka yang masuk. Maka Tuhan panggil umatNya, Israel, suruh mereka lepas dari Mesir dan panggil mereka di Gunung Sinai. Di Gunung Sinai mereka diberikan firman, setelah itu 40 tahun mereka dibentuk, dicuci bersih supaya pengaruh Mesir yang secara hari-hari mereka dapat sekarang di-counter oleh budaya dari Tuhan. Tuhan menyediakan counter culture melalui ibadah, yang kedua melalui mengenal Tuhan, yang ketiga melalui kehidupan sosial yang diperbarui. Dan Tuhan sedang ubah bahwa pusat dari dunia adalah Allah dan kita harus dilatih di dalam ibadah untuk menyadari hal ini. Di dalam ibadah kita nothing, kecuali Saudara dipercaya bicara di mimbar, jadi something sedikit, tapi itu pun menjadi wakil Tuhan, setelah itu kita jadi orang yang biasa lagi. Memberikan fokus kepada Tuhan, melatih berkonsentrasi kepada Tuhan, ini hanya bisa dilakukan dengan konsistensi mengikuti ibadah. Saya perlu membiasakan diri punya kebiasaan baru di dalam Tuhan”. Inilah yang Tuhan ajak umat Tuhan miliki, yaitu Israel, dan Tuhan membimbing mereka dengan Taurat. Siapa yang menyampaikan Taurat? Seorang nabi namanya Musa. Lalu siapa yang ingatkan mereka akan Taurat? Nabi-nabi lain yang Tuhan akan bangkitkan. Siapa yang akan ajak mereka, pimpin mereka ibadah sebagai bentuk counter culture yang efektif? Para imam yang Tuhan tempatkan untuk membimbing mereka. Lalu kalau mereka memberontak, mereka tidak mau hidup adil, mereka melawan Tuhan, menindas satu sama lain, Tuhan bangkitkan raja untuk menyatakan keadilan di tengah mereka. Sehingga mereka mengenal Tuhan, membiasakan diri beribadah dan hidup di dalam komunitas yang adil dan benar, itu yang Tuhan mau Israel miliki. Tapi setelah mereka dibuang, Tuhan sekarang bangkitkan bukan hanya Israel tapi seluruh bangsa. Sekarang semua bangsa Tuhan mau panggil dan Tuhan akan bentuk melalui nabi yang akan menyampaikan firman, imam yang akan memimpin mereka beribadah, dan raja yang akan memastikan mereka punya komunitas yang benar dan adil.
Maka ketika Yesus lahir, inilah janji Tuhan itu. Jadi semua bangsa mengharapkan kelahiran ini, pribadi ini, Raja ini. Maka setelah Yesus lahir ini menjadi seruan sukacita bagi semua bangsa, bukan cuma Israel. “Sekarang Nabimu sudah lahir, Imammu sudah lahir, Rajamu sudah lahir dan Dia akan menyatakan kebenaran Tuhan kepada kamu. Dia akan memimpin kamu di dalam ibadah. Dan Dia akan memastikan kebenaran dan keadilan terjadi di tengah kamu”. Tapi Dia kan sekarang ada di sorga, Dia lahir, mati dan bangkit, dan sekarang ada di sorga, siapa yang melanjutkan ini? Justru Dia bertahta di sorga untuk menyatakan bahwa kontrol di bumi ini ada di sorga. Sorga dan bumi menjadi satu, dan kitalah perwakilanNya untuk menyatakan apa yang menjadi kehendakNya. Maka Saudara dan saya menikmati panggilan di dalam Kristus. Dan kita membagikan kenikmatan itu kepada dunia ini. Saya menyembah Tuhan dipimpin oleh Imam yaitu Kristus, yang di dalam dunia ini diwakili oleh para worship leader. Ini tugas berat liturgis, mewakili Kristus menjadi imam, membawa orang menyembah Tuhan. Lalu saya juga mendengar firman dari Sang Kristus, diwakili oleh para hamba Tuhan yang menyampaikan firman. Kristus sudah hadir dan Dia sebagai Kepala memampukan kita untuk membentuk habit yang baru. Maka mari kita bentuk habit yang baru, dengar suara Tuhan dan hidupi hidup yang meng-counter culture yang jatuh dalam dunia ini, menjadi orang yang makan minum pun demi kemuliaan Tuhan Yesus, yang mau apa pun dilakukan di dalam nama Tuhan Yesus. Yang mau kerjakan dan putuskan apa pun, kerjakan dan putuskan demi kemuliaan Kerajaan Allah yang dinyatakan. Begitu Saudara pikirannya diseret dari sini, pelan-pelan menjauh, Saudara kembalikan dengan habit yang baik untuk kembali. Maka habit yang baik sangat penting, biarlah setiap pagi Saudara arahkan kembali pikiran Saudara “saya harus kerjakan apa yang Tuhan mau”. Karena satu hari Saudara lupa, lama-lama loss. Dan waktu Saudara loss, harap ingat, dunia tidak pernah lupa untuk membuat Saudara benar-benar makin terhilang. Dunia gencar memberikan culture yang secara iman sangat jauh dari Tuhan. Tapi Saudara dan saya harus kembali kepada habit yang sejati. Inilah pemanggilan bagi bangsa-bangsa lain. Maka Natal adalah ketika Raja lahir dan seluruh bangsa kembali kepada Tuhan di dalam damai sejahtera.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkotbah)
- Khotbah
- 31 Jan 2017
Raja itu sudah lahir
(Lukas 2: 1-15, 17-18)
Bagian ini adalah bagian yang penting sekali dari peristiwa Natal, dari sudut pandang orang Yahudi. Saya ingin membahas ini dari sudut pandang pengharapan orang Yahudi, terutama berkait dengan politik. Ini erat kaitannya dengan politik, hendak kita boleh mendapat berkat. Ada 4 poin yang saya gali dari pembacaan kita hari ini.
Bagian pertama yang ingin saya gali dari ayat yang kita baca adalah bahwa Tuhan menunjukan di Hari Natal bahwa Dia adalah Penguasa seluruh kerajaan. Tidak ada kerajaan yang bisa melawan atau pun yang bertindak lepas dari yang Dia mau. Di dalam Perjanjian Lama banyak sekali contoh seperti ini, misalnya Tuhan sengaja membiarkan Firaun, bahkan mengeraskan hatinya supaya kemuliaan Dia boleh dinyatakan melalui 10 tulah. Pemimpin besar seperti Firaun itu pun hanya alat di tangan Dia untuk menyatakan kemuliaanNya dan belas kasihanNya kepada umat Tuhan. Jadi umat Tuhan mendapatkan belas kasihan, mendapatkan penyertaan Tuhan, sedangkan orang Mesir mendapat teguran dari Tuhan. Maka Firaun cuma digerakan oleh Tuhan, dia berontak sampai akhirnya hancur gara-gara kekerasan hatinya. Justru Tuhan biarkan dia keras supaya nanti kemuliaanNya dan kehebatanNya menghancurkan Mesir itu makin menjadi nyata dalam 10 tulah. Kalau kita telusuri lagi di dalam Perjanjian Lama, banyak raja-raja yang dipakai Tuhan untuk menjalankan yang Dia mau. Paling jelas adalah Nebukadnezar dan Koresh, ini 2 raja yang dipakai Tuhan untuk komitmen yang berbeda. Nebukadnezar dipakai Tuhan untuk menghancurkan Yehuda, sedangkan Koresh dipakai Tuhan untuk memulihkan Israel di pembuangan, boleh kembali ke daerah mereka masing-masing. Jadi kisah seperti ini banyak terdapat di Perjanjian Lama, dan ketika orang membaca Injil Lukas, terutama orang yang punya latar belakang Yahudi yang jelas, yang mengerti Perjanjian Lama dengan baik, dia akan melihat bahwa apa yang Tuhan kerjakan dulu masih Dia kerjakan saat ini. Tuhan dulu menguasai raja-raja, sekarang masih. Tuhan dulu gerakan para pemimpin besar sesuai kehendak hatiNya, sekarang pun masih. Inilah yang Lukas coba bagikan di bagian pertama, maka dia katakan waktu Kaisar Agustus mengeluarkan perintah untuk adanya sensus, pendaftaran setiap orang, masuk balik ke tempat mereka masing-masing lalu daftar disitu, ini dipakai Tuhan untuk membuat keturunan Daud yaitu Yesus boleh lahir di Betlehem. Jadi Tuhan yang merancang supaya yang dinubuatkan oleh Nabi Mikha yaitu Juruselamat akan lahir di Betlehem itu melalui perintah dari Agustus. Agustus adalah kaisar yang besar sekali, di zaman Injil, di zaman kehidupan Kristus, dia adalah raja yang paling besar, perintahnya tidak mungkin dibantah oleh siapa pun. Pada waktu itu Kerajaan Roma, sebelum Agustus naik, adalah kerajaan dalam bentuk republik, mereka mempunyai senat biasanya berjumlah 10 atau kadang lebih, dan mereka sangat mempunyai otoritas untuk seluruh Kerajaan Romawi. Jadi siapa lagi yang mau main catur dengan Tuhan, silahkan kalau berani. Nanti Tuhan yang atur, tiba-tiba datang back up dari mana yang kita tidak tahu. Serahkan kepada Tuhan, lalu kerjakan apa yang Dia mau, pada waktunya Tuhan akan tunjukan bahwa kehendak Dia, rencana Dia, rancangan Dia bagi sejarah tidak mungkin dibatalkan oleh pemimpin mana pun, justru dikonfirmasi melalui mereka. Jadi mana raja paling besar, dia hanya alat di tangan Tuhan. Kalau Tuhan yang berdaulat mau bertindak, pasti terjadi sesuatu. Itu sebabnya mari belajar melihat pada tahta Tuhan yang kekal, tahta manusia sementara. Saudara mau tanya dimana Agustus sekarang? Sudah tidak ada, sudah mati, adakah orang masih ingat kebijakan dia? Tidak ada. Apa pentingnya Agustus? Menurut Tuhan, karena dia dipakai Tuhan untuk membawa Mesias menggenapi rencana Tuhan, lahir di Betlehem. Ini poin pertama, Natal memberikan kepada kita pengertian Raja yang sejati sudah datang, raja dunia pun dipakai Tuhan untuk memberi jalan bagi Raja yang sejati ini. Saya sangat terharu mengingat orang Kristen di abad ke-1, mereka harus mengatakan “Yesus, Yesus adalah Tuhan, Kirios”, dan itu resiko mereka menjadi musuh politik dari kaisar Romawi, itu berat sekali. Maka Natal mengingatkan kepada kita bahwa raja dunia pun harus kasi jalan untuk kedatangan Raja mulia dari sorga yang sekarang datang menjadi manusia. Inilah Raja, Dia datang untuk menjadi Raja. Inilah hal pertama yang Lukas coba bagikan, Kaisar Agustus, Kirenius dan semua pemimpin-pemimpin Roma hanya alat di tangan Tuhan untuk menyatakan kehendak Tuhan.
Lalu hal kedua yang bisa kita pelajari ada di ayat 4-7, dikatakan bahwa Yusuf dan Maria pergi ke Betlehem, di kota Daud, lalu mencari tempat untuk mereka bisa tinggal, tapi tidak menemukan. Akhirnya ada satu rumah mengijinkan mereka masuk, tapi semua kamar sudah penuh, mereka harus tinggal di ruangan bawah. Ruangan ini adalah tempat orang di kota menyimpan ternak mereka. Orang di kota tidak punya banyak ternak, maka mereka hanya perlu 1 gudang untuk taruh 1 atau 2 ekor sapi atau mungkin 3-4 ekor kambing di situ. Maka dikatakan “ada tempat di bawah, silahkan di bawah”. Lalu melahirkan di situ, nanti bayinya dibaringkan di tempat makan binatang, ditaruh jerami dan kain supaya hangat. Maka yang dilakukan oleh Maria dan Yusuf masuk ke Betlehem, kemudian Maria melahirkan Yesus di tengah Betlehem, ini mirip dengan apa yang terjadi ketika Daud dipanggil dan diurapi. Di tengah Kota Betlehem, Daud diurapi oleh Samuel dan pada waktu peristiwa pengurapan itu tidak ada orang yang sadar kalau Daud itu adalah raja. Bahkan Samuel pun tidak, Isai pun tidak. Samuel sudah memberi tahu “satu anakmu akan saya urapi menjadi raja”, lalu dia undang tujuh, mengapa Daud yang kedelapan tidak diundang? Karena menurut dia tidak mungkin Daud, Daud masih remaja, Daud tidak pernah punya kemampuan besar menurut papanya dan badannya pun bukan badan yang meyakinkan. Maka waktu Daud masuk, tidak ada yang menyangka dia ini raja, gantengnya anak-anak. Maka Tuhan harus intervensi dan mengatakan “Samuel, ini orangnya”, mungkin semua dalam hati berpikir “Tuhan yakin ya?”, tapi Tuhan sudah bilang “ini dia, urapi dia”. Maka Samuel langsung menyuruh Daud berlutut dan dia diurapi. Semua orang heran, mereka mengira Samuel terlalu tegang, memimpin Israel itu terlalu banyak tekanan, sampai terganggu pikirannya, masa adik mereka diangkat menjadi raja. Itu yang terjadi. Tapi Tuhan sudah berfirman “inilah dia”. Tidak ada di Betlehem yang anggap Daud itu raja. Semua orang lihat Betlehem, semua lihat orang-orang besar, tapi Tuhan lihat Betlehem, Tuhan lihat Daud. Semua orang Betlehem tidak ada yang melihat Yesus, tapi mata Tuhan ada pada Yesus. Bayi kecil itu, di tengah keluarga sederhana, inilah Sang Raja itu. Cari raja di mana? Di istana. Kalau di Betlehem cari di mana? Cari di rumah bagus. Tapi ada keluarga miskin yang bahkan tidak punya uang untuk ambil tempat bagus, mereka tidak punya harta untuk lakukan apa pun, mereka dapat tempat yang paling jelek. Ini adalah keluarga yang paling tidak dipandang di Betlehem, tapi justru keluarga ini adalah keluarga yang paling dipandang oleh sorga. Kalau kita disuruh memilih, mau dipandang dunia atau sorga? Tapi kalau harus pilih bagaimana? Kadang kita harus pilih, mungkin tidak selalu, tapi ada keadaan kita harus pilih dihormati sorga dihina dunia atau dihormati dunia dihina sorga? Kristus pilih dihina dunia dipuji Allah Bapa di sorga. Maka Dia lahir di tengah keluarga sederhana yang tidak dipandang siapa pun. Tidak ada orang Betlehem yang sadar inilah Rajanya, sama seperti dulu tidak ada orang Betlehem yang sadar Daud adalah rajanya. Ini hal kedua, Tuhan memanggil Yesus dalam keadaan rendah untuk menjadi Raja yang lebih agung dari Agustus.
Lalu poin ketiga, dikatakan setelah Yesus lahir, malaikat berbicara kepada para gembala. Gembala inilah yang dipanggil Tuhan melalui malaikat untuk mengerti bahwa Mesias sudah datang. Mengapa gembala? Karena gembala adalah kelompok negatif pada saat itu, sangat dianggap hina, mereka adalah kelompok miskin yang seringkali jadi perampok. Sambil tunggu domba, kadang-kadang mereka akan jarah pejalan atau musafir yang lewat jalan mereka, jadi gembala sudah punya nama buruk sekali pada waktu itu. Tetapi malaikat mengatakan kepada para gembala “bagimu Juruselamat sudah lahir”, ini mengingatkan kita pada Kitab Yesaya, yaitu meskipun Israel seperti pasir di tepi laut, hanya kaum sisa yang akan selamat. Siapa kaum sisa? Para gembala. Jadi orang-orang rendah yang Tuhan pilih untuk mengenal Tuhan, inilah para gembala itu. Saudara dan saya harus lihat hal ini, kita juga cuma orang rendah, kita juga bukan siapa-siapa, tapi Tuhan memilih kita untuk mengenal Kristus dan kemuliaan Kristus membuat kita mempunyai kehidupan yang mencerminkan kemuliaan Dia. Jadi gembala yang dipanggil, bukan pemimpin, bukan imam, bukan orang-orang penting dari politik, atau pun dari agama, tapi para gembala di pinggir. Waktu mereka diberitakan berita “ada kesukaan besar bagimu, Kristus hari ini, Tuhan sudah lahir di Kota Daud. Dan ini tandanya, kamu akan jumpai bayi dibungkus lampin”, mirip dengan Samuel, diberi tahu dulu, “inilah rajanya”, karena kalau Tuhan tidak bilang, Samuel tidak tahu. Demikian juga para gembala, nanti lihat bayi dibungkus kain sederhana, itulah Rajanya, itulah yang Tuhan bangkitkan untuk memimpin Israel. Jadi orang-orang kecil inilah yang dipanggil Tuhan untuk menjadi umat dari Sang Raja. Peristiwa Natal mengingatkan kita bahwa mereka yang dipandang rendah oleh dunia adalah mereka yang dihargai oleh Tuhan. Mari jadi orang yang mau belajar hidup bagi Tuhan, meskipun rendah, meskipun kecil, tapi Tuhan akan perhatikan. Maka para gembala ini menjadi remnant, sisa yang masih boleh datang kepada Kristus meskipun mereka bukan orang penting di tengah-tengah Israel. Ini poin ketiga, Natal adalah berita sukacita bagi kaum yang lemah dan yang kecil. Ini sering kita ulang, yang boleh menyambut Yesus adalah para gembala, yang mengerti Yesus sudah lahir adalah orang Majus dari Timur, keduanya adalah orang rendah bagi Yahudi. Gembala miskin dan terkadang jahat, orang Majus adalah orang kafir dari Mesopotamia, bukan orang penting. Tapi justru mereka yang diperkenalkan oleh Tuhan kepada Sang Raja. Mereka mengenal Sang Raja dan mereka datang menyembah.
Lalu poin yang terakhir, sorga dan bumi bersatu dengan datangnya malaikat. Ini poin yang penting sekali untuk kita pahami. Lukas sedang memberikan pengertian bahwa sorga dan bumi bersatu melalui datangnya Yesus. Karena Yesus datang, batasan antara sorga dan bumi sekarang tidak ada lagi. Kita adalah orang sorga, tapi masih tinggal di bumi. Jadi kita orang sorga atau orang bumi? Warga sorga tinggal di bumi. Mengapa warga sorga bisa tinggal di bumi? Karena sekarang warga sorga tinggal di bumi itu bebas visa. Jadi saya boleh tinggal di bumi meskipun sebagai warga sorga, tidak perlu lewat imigrasi, dipersulit dan lain-lain. Ini menandakan ada kesatuan antara sorga dan bumi. Ini yang Alkitab coba katakan, sorga dan bumi menjadi satu dengan kedatangan Kristus. Maka malaikat yang beribadah, beribadah dengan disaksikan para gembala. Jadi waktu itu para gembala melihat sendiri ibadah sorgawi itu seperti apa. Ibadah sorga dibawa ke bumi dan objek sembahan di sorga yaitu Tuhan sendiri sudah datang menjadi manusia. Maka waktu malaikat memuji, gembala tahu “inilah bait yang sudah genap, yaitu sorga dan bumi menjadi satu, dan malaikat memuji Tuhan. Tetapi heran, setelah memuji “kemuliaan bagi Allah di tempat yang maha tinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepadaNya”, tiba-tiba malaikat itu hilang, pergi. lalu langit gelap lagi, ini tandanya apa? Kalau bumi dan sorga sudah bersatu, mengapa sekarang pisah lagi? Ternyata Alkitab mau mengatakan bahwa eskatologi kita, Kerajaan Allah yang datang itu sifatnya already dan not yet. Kalau bagi orang Perjanjian Lama, Kerajaan Allah itu selalu not yet, “kapan Raja datang?”, “belum”, apalagi di pembuangan, “mana rajamu?”, “belum datang”. Maka mereka selalu “berapa lama lagi?”, nyanyinya ratapan terus, itu nyanyinya orang Yahudi. Ini bedanya, pengharapan PL adalah not yet, sedangkan pengharapan PB adalah already and not yet. Yang cuma pikir already, akan kecewa karena ternyata banyak yang not yet. Kalau benar already, mengapa koruptor belum ditangkap? Mangapa bangsa masih kacau? Karena masih ada not yet. Tapi kalau semua not yet, maka kita tidak mengerti bahwa sebenarnya Kerajaan Allah sudah dinyatakan. Maka malaikat itu pergi meninggalkan gembala, tapi bayi Yesus tidak ikut pergi. Kalau bayi Yesus tiba-tiba ikut naik itu berarti not yet lagi, tidak ada already-nya. Tapi malaikat pergi, Yesus tetap di bumi. Malaikat meninggalkan, tapi Yesus tetap di bumi. Ini artinya already, Yesus ada di bumi, dan not yet, malaikat pulang lagi. Sorga dan bumi belum bersatu tapi sudah, sudah dan juga belum. Kok repot jadi orang Kristen? Lebih repot lagi kalau tidak jadi orang Kristen. Maka Yesus tetap di bumi dan Dia adalah bayi. Waktu gembala datang, mereka melihat bayi, belum menjadi Raja yang besar, yang dewasa. Ini adalah bayi dan bayi tidak punya kemampuan untuk menjadi raja. Saya percaya dan kita harus percaya, Yesus melewati tahap menjadi manusia secara normal. Tidak ada yang tidak normal dari kemanusiaanNya. Maka Dia sebagai bayi benar-benar bayi. Jadi Dia adalah Raja, already, tapi not yet, karena masih bayi. Ada malaikat turun, sorga dan bumi bersatu, already dan not yet, mereka pulang lagi. Aspek inilah yang membuat kelincahan iman Saudara menyadari aspek already and not yet, membuat Saudara menjadi Kristen yang tangguh. Kalau Saudara sudah tahu Kristus sudah bertahta, itu already, bukan not yet. Sekarang Dia bertahta, Saudara akan berani terobos banyak hal. Tapi kalau Saudara mengharapkan semua sempurna, Saudara salah, karena tetap ada unsur not yet. Saudara panggil teman untuk melayani, Saudara pikir dia orang sempurna yang tidak mungkin salah, salah, dia pasti ada cacat, ada not yet-nya. Apakah bumi sudah penuh damai sejahtera? Belum, sedang diperjuangkan, not yet. Apakah tidak ada damai sejahtera sama sekali? Ada, already. Maka di mana Saudara mengatakan “ini already”, di mana Saudara mengatakan “ini not yet”, itu akan menentukan bagaimana Saudara menjadi berkat di tengah dunia.
Hal-hal tertentu kita harus mengatakan already, kedamaian, sejahtera, keadilan, kebenaran Tuhan harus dinyatakan lewat gerejaNya, itu harus already. Tapi dampaknya bagaimana ke seluruh bangsa? Not yet, sabar dulu, berjuang terus. Mak akita harus tahu yang mana already, yaitu kedatangan Kristus dan kebenaranNya melalui gerejaNya. Yang mana not yet, yaitu kedatanganNya dengan kemuliaanNya bersama dengan seluruh malaikat, itu belum, itu nanti. Tapi sekarang sudah ada gereja Tuhan, tubuhNya, memperjuangkan kebenaran Tuhan di bumi disertai oleh Dia. Hari Natal ini mengingatkan kita ada yang already, Raja itu sudah datang, ada not yet, kemuliaan sorgawi di bumi itu belum terjadi. Maka Yesus pun masih mengajarkan kita berdoa “jadilah kehendakMu di bumi seperti di sorga. Datanglah KerajaanMu dan jadilah kehendakMu”. Inilah yang Tuhan mau kita pahami di dalam Natal. Dan di dalam kalimat malaikat dikatakan “mulia bagi Allah di tempat Maha Tinggi dan damai sejahtera di bumi bagi orang yang berkenan kepadaNya”. Kesadaran bahwa Tuhan sudah datang, sisi already akan membuat kita memperjuangkan kemuliaan Tuhan demi mendatangkan damai sejahtera di bumi. Maka mari kita datangkan apa yang perlu untuk damai sejahtera. Tanda bahwa kita mengerti kemuliaan Tuhan adalah hidup kita memberi damai lebih besar dari pada orang lain. Waktu kita menjalankan hidup penuh damai, penuh pengampunan, penuh cinta kasih, penuh kesucian, pada waktu itu kemuliaan Tuhan akan dinyatakan. Inilah kemuliaan Kristus. Saudara harus berusaha sekuat mungkin supaya apa yang Saudara kerjakan, apa yang Saudara katakan, yang Saudara lakukan mendatangkan damai sejahtera semaksimal mungkin. Kalau Saudara adalah pemimpin, apakah bawahanmu mendapatkan damai sejahtera, mendapatkan keadilan, mendapatkan kesucian, mendapatkan kebenaran. Kalau Saudara pegawai, sudahkah Saudara bertindak dengan benar, mendatangkan kedamaian, mendatangkan sejahtera bagi banyak orang. Manusia tidak hanya perlu uang, kalau Saudara pikir mendatangkan berkat berarti bagi-bagi uang, itu salah. Mendatangkan berkat mendatangkan lingkungan yang makin memanusiakan manusia. Makin membuat mereka terangkat dari keadaan dosa menjadi orang-orang yang menghidupi kehidupan yang agung sebagai manusia. Maka mari bawa ini, mari hidupi hidup seperti ini, mari nyatakan dengan hati yang tulus “saya dulu juga orang berdosa, tapi setelah ikut Tuhan, saya mau bagikan damai sejahtera saya. Saya ingin hidup dengan cara yang membuat orang lain tahu bahwa Kristus itu nyata dan Dia bertahta.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkotbah)
- Khotbah
- 31 Jan 2017
Kehadiran Kristus
(1 Korintus 10:1-10,14-33)
Di dalam 1 Korintus 11 ini ada pengertian tentang apa itu Perjamuan Kudus. Tapi pengertian yang Paulus bagikan sudah dimulai dari pasal ke-10. Sebelum kita membahas apa yang dimaksudkan dengan Perjamuan Kudus dalam bagian ini, saya akan bagikan dulu perdebatan yang terjadi di tengah-tengah jemaat atau gereja pada waktu terjadi reformasi. Di dalam pengertian dari Katolik, roti dan anggur yang jadi sesuatu yang dimakan dan diminum pada waktu perjamuan menjadi darah dan tubuh Kristus. Roti yang dibagikan, inilah tubuh Kristus. Roti itu setelah didoakan dan diberkati menjadi tubuh yang menyatakan kehadiran tubuh Kristus dalam bentuk roti. Sehingga waktu itu dimakan ada kehadiran Kristus yang sekali lagi dipecahkan memberikan keselamatan bagi umatNya. Ini sangat diprotes terutama oleh Martin Luther. Martin Luther mengatakan pengertian ini sangat tidak sesuai Alkitab karena ini berarti Kristus harus memberikan berkat keselamatan yang tiap kali diulangi. Pengorbanan yang memecahkan tubuhNya harus berkali-kali dilakukan dan karena itu meniadakan efektifnya penebusan yang Dia lakukan di kayu salib. Apakah penebusan di kayu salib kurang sehingga Dia terus-menerus dipecahkan dan dibagikan lagi? Ini menjadi keberatan dari Martin Luther. Tapi martin Luther tidak menolak bahwa Perjamuan Kudus berarti adanya kehadiran Kristus yang kita terima untuk hidup bersama dengan kita. Setelah Luther, seorang bernama Zwingli mengatakan bahwa Perjamuan Kudus tidak ada kaitan dengan kehadiran tubuh Kristus. Karena Zwingli percaya, dan Calvin juga percaya, bahwa Kristus sekarang duduk di sebelah kanan Allah di sorga. Dia secara fisik hadir di sorga. Tetapi bagaimana mungkin kalau Dia hadir di sorga juga hadir di tengah-tengah kita di dalam tubuh? Kristus memang Maha hadir, Dia juga adalah Allah, tapi tubuh jasmaniNya, waktu Dia sudah bangkit, ada di sebelah kanan Allah. Hati-hati dengan ajaran yang salah dari sejarah Kristen.
Ajaran dari Yutikus misalnya, yang menekankan bahwa Kristus itu adalah satu, tubuhNya dan keallahanNya sudah bercampur, sehingga fisikNya bukan sama seperti manusia, melainkan fisik yang lebih dari manusia, fisikNya Allah. Itu tidak kita kenal dari Kitab Suci. Sehingga kita percaya bahwa tubuh Kristus adalah tubuh manusiawi, Dia menjadi manusia dan sampai sekarang Dia manusia. Sampai sekarang Dia manusia, baik Calvin maupun Zwingli setuju hal ini. Sehingga Dia duduk di sebelah kanan Allah sebagai Imam, Sang manusia itu yang mewakili kita ada di sebelah kanan Allah. Betul Dia adalah Allah, tapi Dia juga manusia sejati. Itu sebabnya dalam surat 1 Yohanes, Yohanes mengatakan “anti Kristus adalah mereka yang tidak percaya bahwa Yesus datang sebagai manusia”. Sekarang kalau kita lihat Saksi Yehovah menolak mempercayai Yesus adalah Allah, dan itu salah. Tapi pada zaman dulu ada bidat yang lain, yaitu yang menolak percaya bahwa Yesus sungguh-sungguh jadi manusia. Dia benar-benar jadi manusia sehingga tubuh manusiawiNya tidak Maha hadir. Tetapi Yesus juga adalah Allah, maka Dia Maha hadir. Jadi ini pengertian yang harus kita miliki, karena keterbatasan bahasa yang kita pakai untuk menjelaskan Kristus, bahwa Alkitab membahas ada natur manusia Kristus yang adalah manusia sejati dan ada juga natur Ilahi yang adalah Allah sejati. Sehingga kalau kita lihat Dia secara tubuh, Dia adalah manusia yang sekarang ada di sebelah kanan Allah menjadi pengantara kita. Dengan demikian tubuhNya tidak turun ke bumi sampai nanti Dia datang kedua kali. Sekarang tubuh Kristus tidak ada di bumi, tubuh Kristus ada di sorga, sebelah kanan Allah. Maka Calvin melihat di dalam Kitab Suci ada satu pengertian yang indah sekali, yaitu di dalam Perjamuan Kudus kita mendapatkan tanda yang fisik dari pengangkatan kita di dalam roh untuk kita bersama dengan Kristus. Jadi Saudara dan saya tiap kali ibadah sedang diangkat oleh Roh Kudus, tanpa kita sadari tentunya karena kita cuma melihat apa yang ada di depan kita secara duniawi, sedang dibawa untuk beribadah di dalam sorga bersama Kristus. Ada ayat Alkitabnya, di dalam Surat Ibrani 8 kemudian pasal-pasal belakang, juga pasal 12 dikatakan bahwa Saudara dan saya beribadah bersama kumpulan malaikat. Saudara dan saya berbagian di dalam ibadah sorgawi meskipun itu dilakukan di dalam roh. Maka di dalam Roh Kudus, baik gereja Tuhan di bumi maupun gereja Tuhan di sorga itu disatukan di dalam ibadah kepada Kristus. Ibadah Kristen adalah ibadah yang mengangkat kita ke sorga, beribadah bersama-sama Kristus ada. Inilah yang Calvin pahami dari Kitab Suci dan dia mengatakan Perjamuan Kudus berarti kita semua diangkat bertemu Kristus sehingga kehadiran tubuh Kristus itu menjadi real di dalam Roh Kudus. Roh Kudus yang menyatukan kita dengan Kristus, union with Christ. Tapi Tuhan tidak mau kita hanya melihat sisi rohaninya, Tuhan mau kita mendapatkan cicipan jasmaninya. Maka Tuhan memberikan ada tanda, bukan hanya sekedar roti atau anggur, tapi roti dan anggur ini adalah tanda tubuh dan darah Kristus. Maka waktu Saudara dan saya makan perjamuan dan minum, Suadara dan saya sedang mencicipi secara fisik apa yang saat itu secara rohani kita sedang kita dapatkan, yaitu keselamatan Kristus ketika Dia dipaku di kayu salib, peninggian Kristus di sebelah kanan Allah yang sekarang sedang terjadi, dan kedatangan kedua kalinya yang nanti akan terjadi. Semua dirangkum di dalam Perjamuan Kudus.
Maka Perjamuan Kudus itu penting sekali. Itu sebabnya Calvin mengatakan pertumbuhan iman kita hanya mungkin dilakukan lewat sakramen dan firman. Dan dia sebenarnya ingin setiap kali firman diberitakan selesainya langsung perjamuan. Tapi karena orang Kristen gagal memahami pentingnya, termasuk kita mungkin, “perjamuan kan cuma mengingat, kalau mengingatkan masih ingat, nanti kalau agak lupa baru perjamuan lagi”. Lalu ketika perjamuan, kita cuma mengingat Dia yang dulu pernah ada, tapi melupakan Dia yang sekarang ada dan nanti akan ada. Calvin mengatakan “tubuh Kristus ada di sorga, Kristus Maha hadir tapi bukan kehadiran tubuh”. Apakah ada Kristus di sini saat ini? Ada. Tapi mana tubuhNya? Tidak ada. Kalau Saudara ditanya “Yesus duduk di mana”, tidak mungkin kita bisa jawab. Secara fisik Dia tidak ada, tapi secara Roh tentunya Dia ada. Ini bukan membagi Roh dan fisik. Kristus yang bernatur Allah Maha hadir, Dia hadir di hati kita, Dia hadir di sini, dimana 2 atau 3 orang berkumpul, Dia hadir. Tapi bukan bodily present, bedakan ini. Jadi bodily present dibedakan dengan omni present of Christ. Kristus yang omnipresent, hadir dimana-mana. Memang hadir dimana-mana, tapi kehadiranNya bukan bodily present. Itu sebabnya kita percaya bahwa Kristus akan datang kedua kalinya nanti, itu ada di Pengakuan Iman, “naik ke sorga, duduk di sebelah kanan Allah, Bapa yang Mahakuasa. Dan dari sana Ia akan datang”, jadi Dia akan datang nanti bukan sekarang, itu namanya bodily present, baru nanti, sekarang belum. Apakah Dia Maha hadir? Sekali lagi, Dia Maha hadir, tapi bukan bodily present, omnipresent-nya Kristus bukanlah bodily present. Jangan tertukar. Bodily present belum sekarang, sekarang bodily present di sorga. Kalau Dia bodily present di sorga, maka apakah Perjamuan Kudus hanya bicara tentang spiritual? Calvin mengatakan tidak, harus bodily present. Ini semua menarik sekali untuk kita pelajari.
Sekarang yang menjadi masalah apakah teologi atau doktrin Perjamuan Kudus Calvin itu Alkitabiah atau tidak, itu yang kita ingin tahu. Kita tidak peduli dia Calvin atau siapa, pokoknya kalau tidak Alkitabiah, mau tidak mau harus kembali kepada Alkitab. Adakah dasar Alkitab yang mengatakan “apa benar yang Calvin katakan atau tidak? Kalau benar ada dimana?”. Saya percaya 1 Korintus 10 dan 11 membagikan pengertian Perjamuan Kudus yang paling bisa dijelaskan berdasarkan kerangkanya Calvin. Sekarang ini yang akan kita bahas setelah melihat dari Paulus, kita akan memahami bahwa pengertian yang dibagikan Calvin lebih mendekati konsep ini. Baru setelah itu kita boloeh menikmati Perjamuam Kudus bersama-sama. Di dalam 1 Korintus 10, Paulus mengatakan bahwa orang Krsiten jangan jadi batu sambunagan dalam hal makanan. Lalu di dalam 11, dia mengatakan “orang Kristen harus menghargai Perjamuan Kudus”. Jadi ini berkait dengan makanan dari pasal 10-11. Paulus mengatakan bahwa orang-orang Kristen punya nenek moyang yaitu Israel. Maka Paulus mengatakan orang Israel disatukan di dalam Tuhan. Tuhanlah yang membuat mereka satu dan Tuhan hadir bersama mereka, ini penting sekali untuk kita pahami. Kehadiran Tuhan di tengah umatNya mutlak harus ada dan itu Tuhan nyatakan sejak Keluaran. Maka setelah mereka keluar Alkitab mengatakan ini adalah malam berjaga bagi Tuhan. Jadi Tuhan ikut pasukan ini, Tuhan yang jaga pasukan ini, Tuhan menyertai mereka dan Tuhan menyertai mereka keluar pergi ke Gunung Sinai, Tuhan menyatakan kehadiranNya di Gunung Sinai dan Tuhan akan pimpin terus sampai masuk Kanaan. Jadi Tuhan hadir di tengah umatNya. Inilah konsep Israel di Perjanjian Lama, menjadi umat berarti menikmati kehadiran Tuhan, ada real present, kehadiran Tuhan di tengah umatNya, ini yang membuat umatNya bahagia. Saudara dan saya akan mengalami kering jiwa dan rohani kalau Tuhan tidak menyertai, rohani kita kering dan kita tidak mungkin mengalami kelimpahan yang Alkitab janjikan kalau Tuhan tidak sertai. Maka Tuhan sertai Israel terus dan Tuhan terus ada di tengah-tengah umatNya sampai Tuhan membuang mereka. Jadi setelah Bait Suci dibangun, kemuliaan Tuhan tetap belum kembali, kemuliaan Tuhan tetap belum datang. Menurut Injil Matius, kemuliaan itu digenapi ketika Kristus masuk Yerusalem dan masuk Bait Suci. Perhatikan kalimat yang dipakai Matius 24-25, Kristus datang, semua orang menyambut Dia, Dia masuk Yerusalem lalu Dia meninjau Bait Suci. Kemuliaan Tuhan dari luar Yerusalem, masuk kembali ke Yerusalem, masuk ke Bait Suci, di dalam bentuk Kristus, bukan di dalam bentuk kemuliaan yang dilihat Yehezkiel. Lalu Lukas punya pengertian yang lain lagi, limpah sekali, Lukas mengatakan waktu Yesus mau diserahkan di Bait Suci, mamanya membawa Dia ke Bait Suci lalu bertemu dengan 2 orang, Simeon dan Hana, keduanya sudah sangat tua. Simeon dan Hana terus berdoa, mereka menantikan kedatangan Kristus dan waktu Kristus masuk Bait Allah, mereka mengatakan “sekarang saya sudah dapat apa yang saya nanti-nantikan”. Mereka berdoa mengharapkan kemuliaan Tuhan kembali, karena sejak Yehezkiel melihat kemuliaan Tuhan pergi, sampai Bait Allah kedua dibangun, belum pernah ada pernyataan dari nabi berani mengatakan “kemuliaan Allah sekarang sudah datang”. Berarti Tuhan masih belum sertai mereka. Dan mereka punya iman besar sekali, ketika bayi Yesus dibawa masuk ke Bait, mereka mengatakan “sekarang saya boleh mati karena kemuliaan Tuhan sudah kembali”. Kemuliaan Tuhan kembali di dalam Kristus, jadi Kristus adalah pernyataan kemuliaan dan kehadiran Tuhan yang sempurna yang sekarang Tuhan berikan kepada umatNya. Siapa yang boleh melihat wajah Tuhan? Yesus mengatakan siapa yang boleh melihat wajah Yesus itu boleh melihat wajah Tuhan, karena Kristus adalah Anak Allah yang menyatakan Sang Bapa dengan sempurna. Jadi di dalam Kitab Keluaran kehadiran Tuhan mutlak diperlukan oleh Israel, harus ada kehadiran Tuhan di tengah-tengah mereka. Dan Tuhan memakai banyak sekali tanda-tanda kehadiranNya. Tanda yang pertama adalah darah dan daging dari kambing dan domba berumur satu tahun. Lalu tanda yang kedua adalah baptisan mereka di dalam air laut yang terbelah. Jadi Tuhan hadir menyatakan diri melalui tanda-tanda ini.
Itu sebabnya Calvin mengatakan Perjamuan Kudus adalah tanda dan kalau tanda ini tidak boleh dilepas dari yang ditandakan, tapi tidak boleh dianggap sebagai yang ditandakan. Kalau ini adalah tanda tubuh Kristus, maka ini bukan tubuh Kristus. Roti bukan tubuh Kristus, tapi ini tanda tubuh Kristus. Ini juga yang saya percaya dipahami oleh Paulus, maka di dalam 1 Korintus Paulus mengatakan “kamu sebenarnya sama dengan orang Israel, dibaptis sama-sama dan mengalami perjamuan yang mirip, sama-sama makan lalu menjadi umat yang diselamatkan. Sama-sama minum di dalam anugerah penyertaan Tuhan. Jadi karena Tuhan menyertai Israel maka Dia mengerjakan tanda-tanda itu. Sehingga tanda-tanda itu menyatakan kehadiran Tuhan secara real ada di tengah mereka. Dengan pengertian Perjanjian Lama ini baru kita coba lihat Perjanjian Baru yaitu 1 Korintus 10. Paulus mengatakan “hati-hati kalau kamu makan persembahan yang diberikan kepada berhala”. Kita kalau baca Korintus, kesulitannya kita tidak tahu Paulus sedang ngomong kepada siapa, tapi sebenarnya Surat Korintus adalah reply kepada keadaan yang terjadi atau keberatan orang Korintus. Maka Paulus mengatakan “saya berkata sesungguhnya kalau kamu makan atau kalau minum atau kalau kamu melakukan apa pun, kamu harus lakukan demi kemuliaan Allah. Dan tidak mungkin demi kemuliaan Allah kalau kamu menjadi batu sandungan bagi yang lain”. Lalu Paulus melanjutkan dalam pasal 11 dengan mengatakan kalimat yang sangat penting “demikian juga di dalam Perjamuan Kudusmu, kamu sangat berdosa karena kamu bawa makananmu masing-masing dengan level yang sesuai dengan keadaan ekonomimu”. Maka Paulus mengatakan dalam ayat 22 dan seterusnya “apa yang aku teruskan kepadamu sudah saya terima dari Tuhan, yaitu pada malam waktu Dia diserahkan, Dia mengucap syukur, memecah-mecah roti dan mengatakan inilah tubuhKu yang diserahkan bagimu dan inilah cawan darah perjanjian, darahKu yang diserahkan bagimu”. Kristus menyatakan kehadiranNya dan dia menyatakan simbol atau tanda kehadiranNya dalam roti dan anggur. Kemudian Dia memimpin perjamuan itu bagi seluruh murid. Paulus mengatakan “kamu juga lakukan ini, kamu memperingati ini”, jadi ada unsur memperingati, “dan kamu mengabarkan kematian Kristus”, dalam ayat 26, “sampai Dia datang kembali”. Jadi Perjamuan Kudus menyatakan apa yang sudah terjadi dahulu, apa yang terjadi sekarang dan apa yang kita harapkan nanti. Kehadiran Kristus secara memori, kehadiran Kristus secara real, kehadiran Kristus nanti di eskatologi, di zaman yang akan datang, semua dirangkum dalam pengertian, di dalam konsep Perjamuan Kudus dari Paulus. Perjamuan Kudus memastikan kita mengenal Kristus yang dulu, yang sekarang dan yang akan datang. Firman Tuhan sedang memperkenalkan kita dengan Kristus yang dulu, yang sekarang sedang bicara diwakili oleh hambaNya dan yang nanti akan datang kembali. Segala hal yang berkait dengan sakramen dan firman itu menyatakan Kristus yang dulu, yang sekarang bertahta, dan nanti yang akan datang. Bagaimana kita menyadari hal ini, menyadari bahwa kita harus bersama dengan Kristus, disatukan dengan Kristus? Maka surat Ibrani menjadi kunci yang penting, Ibrani 8, 12 dan seterusnya itu mengatakan bahwa ibadah kita benar-benar ibadah yang megah, karena bersama dengan malaikat memuji Tuhan dan bersama dengan para tua-tua kita menyembah Kristus. Kita mesti belajar menikmati ini dengan cara yang benar, bukan dengan cara yang liar. Tapi saat ini jiwa saya menyadari ada kebaktian penghormatan kepada Kristus, Kristus ditinggikan di sorga dan kita berbakti bersama-sama. Ini konsep yang saya percaya paling tepat menggambarkan 1 Korintus 11 dan ini adalah ajaran dari Calvin. Calvin mengatakan hargai kebaktian karena saat ini engkau bersama malaikat dan tua-tua menyembah Tuhan di sorga. Kalau Saudara di sorga apakah kita bisa bersikap seperti biasanya yang kita lakukan? Santai, tenang, chatting dengan orang sambil dengar kotbah, kalau mengantuk tidur dulu nanti bangun lagi, pasti tidak seperti itu. Tapi mengapa kita lakukan itu? Karena tidak sadar kita sedang diangkat ke sorga. Tapi saya peringatkan satu hal, makin kita tidak peka terhadap hal sorgawi, makin kerohanian kita kering. Dan Calvin mengatakan kita harus sering melakukan Perjamuan Kudus, bahkan dia mengatakan harusnya setiap selesai kotbah ada perjamuan. Paulus mengatakan kamu memberitakan kematian Tuhan saat ini dan Kristus yang akan datang kita harapkan juga. Maka Paulus mengatakan di sini, “kamu setiap mengikuti perjamuan memberitakan kematian Kristus sampai Dia datang”. Ayat 26 “Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang”, kematian Tuhan masa lalu, memberitakan masa sekarang, sampai Ia datang adalah masa depan. Jadi apa yang sudah terjadi, dimana Dia saat ini, dan kapan Dia datang kembali, pengharapan kita, itulah yang membuat kita limpah dan kita boleh cicipi secara fisik melalui Perjamuan Kudus. Ini menjadi pergumulan yang kita boleh pahami sama-sama. Tidak mudah memahami ini karena pikiran kita yang terlalu duniawi sangat sulit menerima hal yang berkait dengan di luar dunia ini. Tapi harap kita gumulkan ini sehingga hari-hari depan kita semakin mengerti konsep Perjamuan Kudus dan firman Tuhan memberikan kita kelimpahan hidup yang berserah kepada Tuhan, mengingat apa yang Dia sudah kerjakan dulu, menikmati Dia sekarang dan mempunyai pengharapan akan kedatanganNya nanti.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkotbah)