Langkah Iman dan Meninggalkan Dosa

(Ibrani 12:1-2; 11:1-3,6,10,13-14,16,39-40)
Di dalam pasal 11 ada contoh yang banyak sekali dari orang-orang yang mempunyai iman yang benar. Dan hari ini kita mau belajar apa iman yang benar itu? Setelah itu kita kaitkan dengan pasal 12 yaitu setelah kita mempunyai saksi iman marilah kita bertekun di dalam perlombaan yang diwajibkan kepada kita. Apa itu beriman? Mengapa orang boleh menyebut diri mereka beriman? Mengapa ada yang mengklaim iman tapi ternyata palsu dan kosong dan sebagian ada yang mengklaim beriman lalu mendapatkan kesaksian dari rekan-rekan yang hidup bersama dengan dia mau pun generasi selanjutnya bahwa ini adalah orang yang sungguh beriman. Mengapa ada orang yang dijuluki inilah orang yang sungguh-sungguh saleh, tetapi ada juga orang yang meskipun mengklaim beriman tapi tetap menjadi batu sandungan seumur hidup di dalam pandangan orang lain. Apa iman sejati itu? Mengapa ada orang beriman dan menjalankan kehidupan penuh dengan kelimpahan? Sebaliknya ada orang yang mengaku beriman tapi terus berada dalam keadaan yang lama. Pasal 11 sangat penting untuk memberikan kepada kita pengertian apa itu beriman. Pada ayat pertama dalam pasal 11 dikatakan bahwa iman adalah dasar dari pengharapan dan bukti dari yang tidak kita lihat. Kita kalau baca Kitab Suci jangan sembarangan tafsirkan apa yang dimaksudkan di sini. Karena kadang-kadang kalau kita membaca ayat sesudahnya ternyata penjelasannya ada. Dalam ayat 3 dikatakan karena iman kita mengerti bahwa alam semesta telah dijadikan oleh Firman Allah, sehingga apa yang kita lihat itu terjadi dari apa yang kita tidak bisa lihat. Saudara lihat ciptaan ini, Saudara harus tahu bahwa semua yang terjadi, semua yang bisa kita lihat, semua yang bisa kita jalani, raba, alami, saksikan, semua terjadi dari hal yang tidak kelihatan. Ini merupakan pernyataan iman yang sangat penting karena orang yang percaya Allah mencipta adalah percaya juga Allah itu mencipta dengan tujuan. Allah tidak pernah mencipta dengan cara random dan tidak utuh.

Waktu Tuhan mencipta, kita tidak boleh berpikir Dia hanya pencipta dunia natural yang bekerja dan berlangsung sesuai dengan hukum yang sudah Dia terapkan. Tapi Dia mencipta dunia untuk dikuasai, ditaklukan, ditundukan oleh Tuhan sendiri, dinikmati oleh Tuhan dan oleh ciptaanNya. Maka di dalam ciptaan yang Dia rancang, ada kehendak ciptaan ini mau dijadikan apa, ada proses yang nanti makin membukakan kita Tuhan mau lakukan apa. Inilah yang orang beriman lihat, saya percaya Tuhan saya adalah Tuhan yang mencipta, tapi bukan hanya itu Dia juga adalah Allah yang mempertahankan yang terus bekerja sampai sekarang, yang terus pimpin ciptaan ini ke arah mana. Dalam Institutio, dalam buku mengenai predestinasi, mengenai kedaulatan Tuhan, Calvin mencatat orang Kristen itu bukan orang yang percaya Tuhan mencipta lalu selesai, orang Kristen itu adalah orang yang percaya Tuhan sampai sekarang masih bekerja dalam ciptaanNya karena Dia punya kehendak. Dan apa yang Dia mau belum genap sekarang karena masih dalam proses menuju penggenapan. Sehingga orang yang beriman tahu ini duniaNya Tuhan, ini semua milik Tuhan dan Tuhan sedang kerjakan semua ini untuk dibawa ke dalam satu tahap yang lebih baik nanti menuju kepada tahap yang sempurna dalam waktuNya Dia. Aku hanyalah penonton yang melihat Tuhan mau kerjakan apa, aku tidak tahu nanti akan jadi apa, tapi aku tahu kalau Tuhan kerjakan pasti akan makin baik, menuju kepada kesempurnaan yang sudah Dia buat. Inilah yang dimiliki orang beriman. Sehingga waktu orang melihat Tuhan dan dunia ini, dia langsung kaitkan bahwa Tuhan yang aku sembah adalah Tuhan yang bukan hanya mencipta tapi juga mempertahankan ciptaan ini, mempunyai kehendak untuk dinyatakan dan akan digenapi di dalam ciptaan. Maka orang-orang yang kenal Tuhan dengan cara yang salah, selalu melihat Dia sebagai jalan keluar dari kehidupan yang dia rancang sendiri. Saya mau rancang sendiri kehidupan, tapi begitu masuk dalam tahap “saya tidak tahu mau kemana”, baru saya panggil Tuhan. Jadi selama saya belum panggil Tuhan, mohon Tuhan tetap tenang tinggal di sorga, tidak ganggu hidup saya dulu, tidak perlu campur dulu, nanti kalau saya perlu, saya telefon, kalau saya perlu saya akan doa, kalau saya perlu saya akan rajin ke gereja sedikit. Maka ada kalimat ini dalam Institutio, dikatakan bahwa orang-orang kafir, orang-orang yang tidak percaya itu bukan saja orang yang mengklaim diri atheis “saya atheis, saya tidak percaya Tuhan”, lalu Saudara bilang “puji Tuhan saya bukan atheis, saya percaya Tuhan ada. Saya tahu Tuhan ada”. Tapi Calvin bilang “engkau tahu Tuhan ada, tapi engkau kurung Dia di sorga. Sama saja dengan menganggap Tuhan tidak ada”. Itu sebabnya orang yang sungguh beriman akan mengatakan “Tuhan, ini duniaMu, saya tidak melihat Engkau, tapi saya melihat dunia yang Engkau ciptakan. Dan saya tahu Engkau ciptakan dunia, Engkau tidak hanya mencipta, Engkau punya kehendak. Engkau ingin kerjakan sesuatu, saya ingin tahu apakah itu yang Engkau mau kerjakan? Saya ingin tahu setelah Engkau kerjakan, setelah Engkau nyatakan kepadaku, bolehkah saya berbagian juga? Kalau Tuhan mempunyai karya yang Tuhan mau nyatakan, bolehkah saya mengetahui itu dan bolehkah saya berbagian di dalamnya?”.

Itu sebabnya ketika Tuhan menyatakan diriNya kepada Abraham, Tuhan panggil Abraham keluar dari tempat orang tuanya ke tempat yang akan dituju, Abraham taat. Iman berarti saya lihat apa yang orang lain belum lihat. Iman berarti Tuhan berfirman dan Tuhan berfirman selalu memberikan perintah dan janji. Pak Tong mengatakan Tuhan tidak pernah perintah tanpa janji dan Tuhan tidak pernah janji tanpa perintah, selalu dua ini berkait. Tuhan memberikan perintah tapi selalu ada janji dibaliknya. Tuhan memberikan janji, tapi ada juga perintah yang harus kita jalankan. Tuhan tidak pernah tuntun Israel keluar dari Mesir, suruh mereka lintasi padang guurn dan tidak memberikan pengharapan apa-apa di depan. Dia mengatakan “keluar dari Mesir dan engkau akan pergi ke tanah yang berlimpah susu dan madunya”, Tuhan selalu berikan janji. Tapi jangan lupa ada perintah juga. Orang-orang yang mau ikut Tuhan dengan ketat akhirnya hancur adalah orang yang cuma lihat perintah tapi gagal lihat janji. Ada lagi orang yang rasanya lihat janji tapi tidak peduli perintah. Tapi Abraham melihat kedua-duanya, dia tahu Tuhan perintah dan dia tahu Tuhan janjikan sesuatu, Tuhan janji keturunannya akan menjadi banyak. Keturunannya akan mewarisi tanah yang Tuhan janjikan dan melalui keturunannya seluruh bangsa di bumi akan dapat berkat. Dia lihat ini, dia beriman pada Firman Tuhan dan dia jalani. Dia lihat jelas sekali, dia lihat Tuhan akan dirikan kota, akan menyatakan berkat, akan menyatakan janjiNya, dan dia percaya itu. Mengapa dia bisa percaya? Karena dia melihat hal yang mata fisik tidak lihat, tetapi yang mata iman bisa lihat. Begitu banyak kali kita menjadi orang Kristen hanya lihat apa yang mata fisik bisa lihat, kita hanya lihat apa yang sesuai pengalaman biasanya terjadi, kita hanya lihat apa yang di depan yang berdasarkan pandangan mata kita nyata, itu yang kita anggap nyata.

Satu kali seorang bernama Thomas Aquinas dari abad 13 tulis buku tentang membuktikan Tuhan lewat 5 jalan. Jalan pertama adalah jalan sebab, kamu lihat semua ada penyebab, penyebab pertama yang tidak disebabkan oleh yang lain itu harus kamu pertimbangkan ada. Dan kalau kamu sudah setuju dia ada, saya beri tahu itu hanya mungkin Tuhan saya. Lalu hal yang kedua, kamu melihat semua bergerak pasti ada yang gerakan, semua akibat terjadi karena sebab. Tapi sebab yang ini pun disebabkan oleh yang lain. Tetapi ada penyebab yang tidak disebabkan oleh yang lain. Lalu ada penggerak yang tidak digerakan oleh yang lain, ini Tuhan saya. Dia lanjutkan lagi argumen, segala sesuatu yang di dunia ini pernah tidak ada, kalau semua pernah tidak ada pasti ada titik, ada saat dimana tidak ada apa-apa. Dan dari tidak ada tidak mungkin jadi ada, itu sebabnya dia mengatakan yang bisa tida ada tidak mungkin jadi satu-satunya keberadaan, harus ada tidak mungkin yang tidak ada, baru yang mungkin tidak ada menjadi ada. Harus baca baik-baik, argumen dia ternyata kuat. Lalu ada keindahan di dunia ini, kamu tahu ada yang indah dan kurang indah, ada yang cantik dan kurang cantik, ada yang cantik dan cantik sekali, ada yang cantik sekali dan cantik saja. Lalu Saudara mulai pikir mengapa ada standar cantik, kurang cantik, indah, kurang indah? Karena ada keindahan sempurna, baru saya bisa menentukan yang lebih dekat keindahan sempurna itu lebih baik dari yang lebih jauh. Itu sebabnya yang indah sempurna harus ada, dant itulah Tuhan saya. Hal yang terakhir, engkau tahu segala sesuatu di dalam dunia ini seperti ada tujuan dan itu memang ada. Siapa yang design tujuan? Sang designer, siapakah sang designer yang merancang semua ini? Itulah Tuhanku. “Jadi kamu membuktikan Tuhanmu lewat 5 jalan ini?”, Thomas Aquinas dengan unik mengatakan “belum lengkap”. “Belum lengkap? Lalu setelah kamu beri 5 argumen, mau apa lagi kamu?”, “saya membuktikan hal terakhir yaitu bahwa Tuhanku tidak bisa diselidiki keberadaanNya sama seperti keberadaan yang lain”. Kamu tidak bisa mengukur adanya Tuhan sama seperti mengukur adanya yang kelihatan. Jadi Tuhan beda dengan yang kelihatan. Yang kelihatan bisa dilihat, Tuhan penyebab yang bisa kamu lihat. Yang kelihatan bisa kamu raba, Tuhanlah penyebab yang bisa kamu raba. Dia tidak bisa kamu raba. Ini argumen yang sangat kuat dari Thomas Aquinas, membuktikan bahwa apa yang kamu lihat belum semua.

Tuhan tidak bisa kita ketahui kecuali mengetahui Dia dengan Firman. Sebab Tuhan berkata-kata, maka kita bisa mengenal. Dan karena Firman kita mengetahui Tuhan menjadikan yang kelihatan melalui FirmanNya yang belum kita lihat. Jadi waktu kita kenal Tuhan langsung ada arah, Tuhan menciptakan segala sesuatu, untuk apa Dia ciptakan? Demi kemuliaan Dia, demi kebahagiaan ciptaan, demi kesejahteraan, demi kedamaian, demi menikmati Dia di dalam seluruh ciptaan. Ketika seluruh tujuan kita pahami maka tinggal sekarang kita menggumulkan “aku ada di dalam bagian apa di dalam keseluruhan ciptaan”. Saudara kalau tidak tahu keseluruhan, bagaimana mungkin kita bisa mengerti ada di mana dan melakukan apa. Waktu Tuhan menyatakan diri, kita mungkin tidak tahu dengan tuntas, dengan detail, tapi gambaran besar kita tahu. Gambaran besarnya adalah Dialah yang mencipta dan Dia akan sempurnakan ciptaan ini. Ini gambaran besar yang simple, ini gambaran besar yang tidak perlu pemikiran terlalu canggih, terlalu rumit. Itu sebabnya orang-orang yang beriman, yang punya pemikiran sederhana pun tahu kalau Tuhan yang punya seluruh ciptaan ini maka apa pun yang Dia perintahkan, saya mesti jalan. Inilah iman yang mengerti secara total bahwa Tuhan pencipta, Dia menciptakan dari yang saya tidak lihat, yang kelihatan bukan semuanya, ada yang tidak kelihatan yang menopang yang kelihatan ini. Dan yang tidak kelihatan itu mencipta, Dia pasti punya kehendak, Dia punya keinginan, Dia ingin menjalankan apa yang sudah Dia ciptakan berdasarkan kehendakNya. Maka dengan pengertian ini kita mulai merombak beberapa hal, hal pertama saya mulai merombak menyusun hidup tanpa melibatkan Dia. Dalam khotbah relay kemarin Pdt. Stephen Tong mengatakan siapa yang mau hidup dengan cara sendiri, dengan kekuatan sendiri, sedang meresikokan penyertaan Tuhan. Saudara mau meresikokan penyertaan Tuhan? Mau jalani hidup dengan resiko Tuhan tidak sertai? Silahkan. Tapi kalau Saudara mau Tuhan sertai, tidak mungkin bisa dilakukan tanpa Saudara menyerahkan semua kepada Tuhan.

Kita terlalu banyak informasi masuk akhirnya kita remehkan. Pokoknya Tuhan berfirman, nanti saja saya berespon. Tidak bisa begitu. Abraham dengar, langsung berespon. Saudara dengar, langsung belajar berespon. Firman Tuhan harus menjadi nyata, Firman Tuhan benar-benar nyata, karena Tuhan berfirman dan semua jadi. Maka Firman Tuhan jauh lebih nyata dari yang ada, karena yang ada pun ditopang oleh FirmanNya. Itu sebabnya ketika Tuhan berjanji, harus lihat janji ini benar-benar nyata, benar-benar terpampang di depan, lalu Saudara mengatakan “kalau ini yang Tuhan janjikan, aku mau jalan ke situ, seberat apa pun, sesulit apa pun, ini mau aku tuju”. Tuhan mau mendirikan kotaNya yang agung, mau memberikan damai sejahtera di bumi bagi orang yang mau datang kepada Dia, maka aku akan bekerja sekeras mungkin, segiat mungkin untuk menjadikan pekerjaan Tuhan jadi. Ini yang kita bisa pelajari dari Abraham. Maka pasal 12 mengatakan jangan dirintangi oleh dosa. Hidup kita akan selalu ada beban di pundak, entah itu beban yang Tuhan bebankan karena kita melihat visi dan janji Tuhan, atau itu adalah beban dosa dengan tawaran dan janji yang penuh kemunafikan dan kepalsuan. Saudara pilih yang mana? Banyak orang Kristen tetap pilih pikul dosa. “Saya pikul dosa saja, saya menikmati dosa ini, saya taruh di pundak saya dan saya jalan dengan beban ini meskipun berat meskipun senang”, tapi justru ini yang menghancurkan hidup manusia. Seorang teolog mengatakan bahwa janji Tuhan memberikan kelegaan, sedangkan kenikmatan dunia memberikan satu perbudakan kepada kesenangan palsu, kecanduan. Saudara ikut kenikmatan dari dunia yang palsu, Saudara akan terikat untuk memuaskan diri tanpa pernah merasa puas. Orang kalau sudah pakai obat bius, begitu jauh dari obat, badannya akan sakit, menggigil, lalu dia hanya mungkin ditenangkan kalau dia makan obat lagi. Tetapi orang yang mengikuti Tuhan mempunyai kesempurnaan yang limpah, yang memberikan kelegaan dan damai yang sejati. Maka itu ketika Tuhan menjanjikan siapa mengikut Tuhan, Tuhan akan mengijinkan dia berbagian di dalam kota yang indah, dalam masyarakat yang indah dalam pembaruan yang Tuhan akan kerjakan, mari itu yang kita lihat. Seperti Abraham melihat ini jelas, mari kita lihat ini dengan jelas, mari kita rela jalan bukan dengan dosa. Tanggalkan dosa lalu siap pikul beban apa yang Tuhan mau bebankan. “Tuhan, untuk pekerjaanMu jadi, aku harus kerja apa? Lalu beban itu harus aku pikul seberat apa, silahkan. Tapi tolong bebaskan aku dari dosa, biar aku copot beban dosa, biar aku lepas beban dosa ini dan aku mau pikul apa pun salib yang Tuhan mau berikan”. Maka ayat 2 mengatakan mari belajar kepada Yesus yang memimpin kita di dalam iman. Yang lain saksi iman, Yesus pemimpin iman. Yang lain bisa Saudara contoh, Yesus harus Saudara pegang, harus ikuti dan harus menjadi penyelamat yang di dalamnya Saudara bisa mendapat anugerah. Itu sebabnya Alkitab di dalam Ibrani 12:2 mengatakan mari melakukannya dengan mata yang melihat kepada Yesus. Yesus mengabaikan kenikmatan sorga untuk membawa di dalam dunia apa yang menjadi kehendak Tuhan.

Maka bagaimana beriman? Hal pertama, saya tahu Tuhan pencipta semua, Tuhan pemilik semua, Tuhan menginginkan kehendakNya nyata di dalam ciptaan ini. Kedua, kalau Tuhan ingin kehendakNya nyata, saya juga tahu kehendak Tuhan itu pun baik bagi saya, yang Tuhan mau tidak mungkin buruk bagi saya, Tuhan tidak pernah berikan karya besarNya untuk menghancurkan manusia, jadi apa yang Dia rancangkan bagi saya pasti baik untuk saya. Apa yang Dia mau tuju, apa yang Dia mau kerjakan, pasti baik, dan ini janji yang saya pegang. Lalu hal ketiga, berapa pun sulit, berapa pun tidak masuk akal, berapa pun tidak bisa kita lihat, tapi dengan mata iman kita tahu “kalau saya mati-matian berjuang untuk menyatakan kehendak Tuhan, saya akan mendapatkan janji kota suci yang Tuhan akan nyatakan itu. Janji Tuhan yang Tuhan genapi dalam damai sejahtera dan sukacita akan menjadi milikku. Mari kita lakukan dengan hati yang mau ikut Tuhan dan pundak yang bebas dari belenggu dosa. Kiranya Tuhan menguatkan kita, saya sungguh berharap di tahun 2016 kita boleh melangkah bebas dari dosa dan mengikuti Tuhan. Semangat yang limpah untuk melihat kehendak Tuhan jadi, baik di tahun ini, tahun akan datang dan tahun-tahun seterusnya selama kita masih hidup dalam dunia ini.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Kristus Mengasihi Dunia Ini

(Yohanes 1: 14-18, Yohanes 3: 16-17)
Agama yang menekankan kehidupan di luar dunia ini, agama yang menekankan hal-hal yang sifatnya melampuai dunia atau other worldly, sesuatu yang sifatnya mistik. Mistik yang dimaksud bukan terkait dengan semua dongeng tentang hantu, tetapi mistik yang dimaksud adalah yang melampaui dunia ini, melampaui yang kelihatan, melampaui apa yang kita saksikan sehari-hari. Penekanan kepada yang tidak kelihatan, ini sangat jelas baik di dalam Yohanes mau pun Kolose, Efesus. Di dalam surat Paulus yang lain, Paulus mengatakan Kristus adalah Mesias, Anak Daud, Anak Abraham, Dia adalah yang menggenapi yang Tuhan nyatakan dalam Perjanjian Lama. Tetapi di dalam Kolose maupun Efesus, Paulus membahas Kristus adalah yang melampaui semua ciptaan ini, melalui Dia ciptaan dijadikan. Dia adalah yang lebih besar dan mencakup seluruh dari ciptaan ini, Dia tidak sama dengan ciptaan tapi Dia menjadi yang sulung, yang pertama yang dibangkitkan dari antara orang mati. Ketika Yohanes menulis, kemungkinan besar salah satu target orang pembaca mula-mula adalah jemaat di Efesus. Kelompok orang Efesus percaya ajaran yang nanti akan berkembang jadi gnostik. Ajaran gnostik adalah mengajarkan bahwa kita mempunyai pengetahuan baru kita mempunya kesempurnaan dalam pengertian, baru kita juga mempunyai tahap kehidupan yang lebih tinggi. Kalau kita sadar materi itu jelek, kalau kita sadar bahwa dunia ini adalah dunia yang bobrok dan tidak ada hal yang baik, maka kita mulai mencari pengetahuan yang lebih tinggi bahwa ada hal yang sifatnya non materi dan itu lebih baik. Maka ini merupakan satu pengaruh yang terus-menerus berkembang dari ajaran Yunani, hal yang sifatnya materi tidak penting, hal yang sifatnya duniawi itu rusak, hal yang sifatnya rohani, non-material, hal yang sifatnya ide, sorga itu yang jauh lebih penting. Maka yang penting itulah yang harus kita capai. Kalau kita masih ditipu oleh sense, oleh indera, oleh pengalaman, kita orang remeh. Tapi kalau kita mencari itu dengan melepaskan keterkaitan yang sifatnya duniawi, kita akan mendapatkan pengetahuan dan kesempurnaan. Inilah ajaran yang coba dilawan sebelum nanti berkembang menjadi ajaran yang masuk dan mempengaruhi gereja.

Maka surat-surat Paulus bagian Kolose dan Efesus menekankan hal yang membahas dunia yang lain, tetapi mengaitkannya ke dunia sekarang, membahas hal yang sifatnya ideal dan sorgawi tetapi mengaitkannya dengan sangat kepada apa yang terjadi di sini. Maka secara unik kalau Saudara membaca Yohanes, Saudara akan menemukan sungguh kitab ini di luar dunia sekaligus ada di dalam dunia. Kitab Yohanes mengakhiri kitabnya dimana? Yohanes waktu menulis tidak mengakhiri dengan Kristus pergi ke sorga, Yohanes mengakhiri dengan percakapan Kristus dengan Petrus. Mengapa ditutup di sini, mengapa tidak ditutup waktu Yesus pergi ke sorga? Karena kitab ini secara pradoks, secara unik membahas keadaan di luar dunia ini sejaligus membahas keadaan di sini. Maka apa yang Kristus bahas adalah menekankan sifat dunia lain. Kitab-kitab ini menekankan yang di dunia sana, tapi juga dengan sangat ketat membahas di dunia ini. Yang di dunia sana tidak pernah dibahas tanpa mengaitkan yang di dunia ini. Maka Yohanes mengatakan “pada mulanya adalah Firman. Firman itu bersama-sama dengan Allah, Firman itu adalah Allah”, Dia ada bersama Allah, tapi langsung dikatakan juga Firman itu telah menjadi manusia dan berdiam di tengah-tengah kita, membuat tendaNya di tengah-tengah kita semua. Dan kitab ini terus membahas Yesus yang mengatakan “Aku datang dari atas”, dan Dia mengatakan “setiap orang yang adalah milikKu juga datang dari atas. Aku dari atas dan engkau semua juga dari atas”. Pdt. Billy menafsirkan ini dengan sangat baik, dia mengatakan karena Yesus dari atas maka Dia bisa turun, manusia di bumi dari bawah cuma bisa naik, cuma mau naik, karena kita dari bawah kita ingin menjadi lebih tinggi, karena kita di bawah kita ingin kemuliaan yang lebih. Tapi karena Kristus dari atas, Dia tidak perlu cari kemuliaan, tapi Dia rela turun, rela merendahkan diri. Saudara hobi meninggikan diri ini adalah tanda bahwa Saudara adalah orang yang rendah, tetapi Kristus yang tinggi rela merendahkan diri. Dan Yesus mengatakan di dalam Injil Yohanes “kamu pun bukan dari dunia ini, kamu pun dari sorga”. Karena kita ada di dalam Kristus, kita pun ada di dalam Dia, kita pun dari atas. Sama seperti Dia dari atas, demikian kita dari atas. Sama seperti Dia yang dari atas bisa ke bawah, demikian juga kita yang dari atas bisa ke bawah. Sama seperti Dia yang dari sorga, boleh, rela datang ke dalam dunia, demikian juga kita yang adalah milik sorga, bisa dan rela datang ke dalam dunia, ini semua konsep yang luar biasa indah. Maka baik Yohanes mau pun Surat Kolose, mau pun Surat Efesus dengan luar biasa mulai pembahasan other worldly, dunia yang lain, tapi dengan sangat ketat membahas dari dunia lain itu sekarang ada di sini.

Yang dari sorga sekarang ada di sini, Dia ada di tengah-tengah kita. Ini merupakan cara yang digunakan Yohanes dan Paulus untuk melawan ajaran yang nanti berkembang menjadi gnostik, ajaran yang terus mengajarkan fisik itu memenjarakan jiwa, hal yang sifatnya materi membuat rohani sangat terkurung. Bagaimaan lepas dari hal yang bersifat mengurung ini? Abaikan, kamu abaikan hal yang duniawi kamu akan lebih sorgawi, kamu abaikan hal yang sifatnya tubuh, kamu akan jadi orang yang lebih sorgawi. Maka ini tanpa sadar juga masuk dalam ajaran Kristen, orang Kristen mulai berpikir dunia ini terlalu rusak, dunia ini terlalu jelek, dunia ini terlalu bobrok, jadi bagaimana caranya hidup dengan baik? Ya sudah tinggalkan dunia ini, bagaimana tinggalkan? Menyendiri. Itu sebabnya sejak dulu orang-orang yang mau rohani lebih baik, merasa satu-satunya kemungkinan rohani lebih baik, ya tinggalkan dunia ini. Terus tinggal di mana? Tinggal di padang gurung, di hutan, di padang belantara, tidak tinggal sama manusia. Maka ini menjadi suatu perputaran yang terus terjadi, lalu kita mengatakan “ya tidak apa-apa, yang kita lakukan ini kerja, tidur, kerja, tidur, kerja, dapat uang, liburan sekali-kali, nanti juga kan ke sorga, bukankah tujuan iman kita adalah ke sorga? Bukankah waktu kita percaya Yesus, kita ingin sampai ke sorga dan duni ini hanya halangan?”. Inilah tema yang coba dilawan oleh Surat Kolose, Efesus dan Injil Yohanes, dunia ini bukan cuma pengantaraan, cuma satu jalur transit untuk sampai di sorga.

Saudara pikir baik-baik, kalau dunia ini cuma menjadi jalur transit, mengapa Yesus menjadi manusia? Mengapa Yohanes 3: 16 mengatakan “karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini”. Dulu orang-orang Calvinisme mengatakan dunia itu artinya sekelompok orang pilihan. Jadi Yohanes 3:16 mengatakan “karena begitu besar kasih Allah kepada orang pilihan…bukan dunia”, jadi dunia itu artinya orang pilihan. Tapi saya bingung juga benarkah orang pilihan atau Tuhan mencintai dunia? Saya mencoba mencari commentary Calvin, ternyata dia bicara hal yang beda, dia mengatakan Tuhan mencintai dunia berarti dunia, karena Kitab Injil Yohanes berusaha memparalelkan kedatangan Kristus dengan Kitab Kejadian 1. Kejadian 1 mengatakan Tuhan menciptakan langit dan bumi, dan Yohanes mengatakan Yesus dari langit ke bumi. Maka waktu dikatakan Dia mencintai duni ini, yang dimaksud adalah Dia mencintai apa yang sudah Dia ciptakan. Allah begitu besar mencintai ciptaanNya, secara keseluruhan, secara total, maka Dia mengirimkan Anak TunggalNya untuk hidup di tengah-tengah dunia. Kalau dunia cuma tempat transit, mengapa Dia perhatikan dunia begitu besar? Kalau dunia cuma tempat transit, mengapa Dia menjanjikan langit juga bumi? Kalau ini sesuatu yang kita tidak mengerti, kita akan jadi orang yang mirip dengan gnostik, cuma memikirkan bagaimana nanti di sorga, bagaimana aku lepas dari dunia ini dan ke sorga, di dunia banyak penderitaan, banyak kesulitan, banyak penganiayaan, biarkan saja, memang dunia, kita kan sorga bukan dunia. Tapi kita lupa bahwa Tuhan menginginkan sorga dinyatakan di tengah-tengah dunia ini. Kadang-kadang orang Kristen tidak sadar punya pola pikir seperti ini sehingga sulit untuk mengalami kasih maupun kerinduan untuk adanya perbaikan. Karena orang Kristen dengan gampangnya mengatakan “sudahlah kalau dunia kacau biarkan saja, biarkan karena aku akan lari”, ini namanya konsep biara. “Masyarakat kacau, kita ngumpul sendiri”, “tapi kamu perlu berdagang sama mereka”, “apa boleh buat, kita berdagang setelah itu ngumpul lagi”. Terpisah dari dunia, ada yang rusak, lari, ada yang kacau, pergi, ada yang tidak beres, pergi keluar, dunia tidak beres, mari ke sorga. Ini namanya cara melarikan diri, orang Kristen tidak dipanggil untuk melarikan diri, ada kesulitan, lari, ada problem lari, ada apa-apa, lari, nanti kebanyakan lari terus sampai garis akhir Saudara akan menemukan hidup Saudara adalah pelarian dari hal-hal yang Saudara tidak sanggup hadapi. Orang Kristen tidak dilahirkan dari atas untuk pergi langsung ke atas. Orang Kristen dilahirkan dari atas, demikian kata Kristus, untuk menyatakan damai sejahtera, untuk menyatakan anugerah yang penuh dan kebenaran. Sama seperti yang dikatakan para murid “kami sudah melihat Dia, Yesus Kristus, penuh kasih karunia dan kebenaran”. Penuh kasih karunia dan kebenaran itu dilihat di sini, maka Tuhan tidak melihat bumi lalu menjadi muak karena itu. Tuhan melihat bumi, Dia muak karena dosa tapi mencintai bumi. Dia muak karena sistem rusak, tapi Dia mencintai orang-orang yang berada di dalam sistem itu. Dia muak karena kebobrokan, tapi Dia mencintai manusia yang sementara dikalahkan oleh kebobrokan. Itu sebabnya Yesus datang ke dalam dunia. Kalau tempat kita “pokoknya kamu percaya Yesus, lupakan bumi, yang penting nanti di sorga”, mengapa kita masih harus studi, mengapa kita harus bekerja, mengapa kita masih harus pikirkan dengan serius hidup di sini? Maka waktu Yesus datang pun, Dia datang dengan cara natural, meskipun tetap berbau cara supranatural. Dia hadir di bumi ini melalu iseorang perempuan, natural. Tetapi Dia hadir bukan karena perkawinan antara laki-laki dan perempuan, bukan karena pembuahan secara natural, ini sifatnya supranatural. Tapi yang supranatrual itu dinyatakan dengan cara yang natural. Tuhan menghargai semua proses yang terjadi karena Dia sendiri yang atur. Seorang manusia lahir ke dunia dengan cara dilahirkan seorang perempuan, Yesus pun melakukan hal yang sama, Dia datang ke dalam dunia dengan cara dilahirkan oleh seorang perempuan. Maka seorang perempuan melahirkan anak, ini bukan hal yang remeh, bukan hal yang jelek, bukan hal yang cemar, bukan hal yang Tuhan hina. Tuhan sangat meninggikan hal ini, sehingga waktu AnakNya datang pun, Dia datang dengan cara yang natural. Dan Dia menjadi bayi. Tuhan tidak pernah hina, Yesus pun pernah menjadi bayi. Maka waktu kita gendong seorang bayi, kita tahu begitu banyak berkat, anugerah dan kemuliaan Tuhan dinyatakan.

Di dalam Mazmur dikatakan “dari mulut seorang bayi, Engkau sudah menyatakan kekuatan untuk membungkam lawanmu”, itu juga bisa ditafsirkan bayi pun bisa berapologetika mengalahkan orang tidak percaya. Maka seorang bayi ketika dilihat begitu lucu, anggun, begitu indah sekali, dan kalau mamanya sendiri melihat bayinya pasti kelihatan bagus. Maka Tuhan menghargai proses seperti ini, Tuhan menghargai hidup, Tuhan menghargai segala pergumulan yang kita hadapi di dalam hidup, Tuhan menghargai bagaimana kita menjalani hidup. Itu sebabnya Kristus menjadi manusia, selain untuk menebus, Dia juga mau menyatakan bahwa kehidupan kita adalah kehidupan yang Tuhan mau hargai. Tuhan menjanjikan mau memberikan damai sejahtera bukan hanya nanti di sorga, tapi mulai dengan cara hidup yang penuh dengan anugerah dan kebenaran, di situ kita mulai menikmati damai sejahtera. Yesus mengatakan “Aku pun tinggal di bumi”, berarti bumi itu tidak seburuk yang kamu pikir. Benar bumi itu jatuh dalam dosa, tapi orang Kristen lihat ada penebusan, bukan meninggalkan. Maka makna Natal adalah momen dimana kita merenungkan hidup itu indah, hidup itu anugerah Tuhan, hidup itu dijalani dengan penuh bahagia karena Tuhan memang menginginkan ada bahagia dinyatakan dalam hidup. Begitu besar Dia mengasihi hidup di sini, sehingga Dia pun mau hidup di sini. Lalu bagaimana Dia hidup di sini? Apakah ada fasilitas khusus? Tidak, Dia menghargai kehidupan di tengah-tengah orang Kristen, Dia menjadi anak dari keluarga miskin. Maka Tuhan mengatakan menjadi miskin itu bukan sesuatu yang sangat buruk. Kecuali kalau Saudara miskin karena malas, itu lain hal. Tapi kalau Saudara diberikan anugerah menjalani hidup yang betul-betul pas, meskipun kerja begitu keras, ini pun anugerah. Karena Yesus tidak hina keluarga miskin, Dia adalah salah satu anak dari keluarga miskin. Yesus tidak hina kerja keras dari kelompok bawah, karena Dia adalah orang yang hadir di tengah keluarga kelas bawah yang kerja keras. Jadi Yesus sedang menyatakan di hari Natal, yang kamu kerjakan itu bukan hal yang buruk. Dosa memang buruk, tapi pekerjaan yang engkau kerjakan, hidup yang engkau jalani itu bukan hal buruk, Yesus pun datang ke sini.

Itu sebabnya Yohanes mengatakan waktu Yesus Kristus ada di dunia, Dia memberi terang. Salah satu terang yang Dia bagikan adalah terang mengenai bagaimana Tuhan memandang hidup manusia. Mari kita belajar untuk mempunyai bijaksana bagaimana memandang hidup kita, bagaimana memandang dunia, inilah hal pertama yang kita renungkan dalam Natal. Natal berarti Tuhan menyatakan bahwa Dia mencintai kehidupan di dunia ini, bahwa Dia mengirimkan Anak TunggalNya untuk hadir di sini. Kalau Dia tidak mencintai dunia ini, mengapa Anak TunggalNya hidup di dunia ini. Kalau Dia tidak menghargai proses kelahiran, pertumbuhan, kedewasaan dan akhirnya kesetiaan sampai mati, mengapa AnakNya dilahirkan bertumbuh dari bayi sampai dewasa lalu terus setia sampai mati. Kalau Dia tidak menghargai perjuangan menyatakan kebenaran, mengapa AnakNya hidup sebagai manusia yang menyatakan perjuangan kebenaran. Kalau Dia tidak menghargai usaha manusia bertahan hidup, mengapa AnakNya ada di dalam dunia dan bertahan hidup, sama seperti orang lain? Ini semua misteri yang besar sekali dan Natal adalah momen di mana kita merenungkan Tuhan mencintai hidup. Dan kalau Saudara mencintai hidup, Saudara baru bisa mencintai orang, karena orang yang Saudara cintai adalah orang yang hidup di sini. Kalau kita tidak punya jiwa seperti ini, Saudara pun akan sulit mengasihi. Maka waktu Saudara lihat orang lapar, Saudara mengatakan “saya mau beri kamu makan karena aku mencintai hidup di sini”. Waktu lihat orang sakit, Saudara mengatakan “saya ingin ada terobosan di dunia medis, karena saya mencintai hidup di sini”. Waktu ditanya “mengapa kamu mencintai hidup di sini?”, Saudara jawab “karena Anak Allah pun cinta hidup di sini. Yesusku hidup di sini, Yesusku jadi manusia, Yesusku jalani kesulitan, Yesusku jalani keharusan menjadi manusia dalam ketaatan kepada Tuhan”. Maka orang Kristen yang mengerti semangat Natal, makna Natal, dia akan berjuang dalam hidup, dia bukan lari dari dunia ini.

Hal kedua, Yesus Kristus datang ke dunia untuk menunjukkan Dia mencintai hidup di dunia ini dan Dia juga melihat keperluan akan penebusan. Yesus melihat kekacauan, apakah Dia sadar? Sadar, apa yang Dia lakukan? Menebus. Orang-orang pendiri biara melihat kekacauan, mereka sadar? Sadar, apa yang mereka lakukan? Mereka lari. Kita mau yang mana, lari atau melakukan sesuatu untuk adanya penebusan? Saudara bilang “politik itu rusak, mari ramai-ramai jauhi politik”, akhirnya kita menjadi rakyat jelata dan yang menjadi politikus selalu tikus karena yang kucing tidak mau, yang singa juga tidak mau. Saudara tidak bisa lari. Saudara tunggu mati baru nanti ada kesempatan meninggalkan dunia ini, untuk nanti kembali bersama dengan Kristus. Maka mari kita pikirkan Natal adalah momen dimana Sang Raja rela menjadi manusia, momen di mana Sang Allah rela menjadi manusia dan menjalani hidup sebagai manusia. Kalau begitu mengapa di Hari Natal kita malah ingin lari? Biarlah di Hari Natal kita dikuatkan untuk berjuang di tengah dunia ini, dunia bobrok perlu penebusan, dunia bobrok perlu ada anugerah. Tapi dunia ini tidak 100% borbok, Tuhan mencintai manusia yang ada di dalamnya dan Tuhan mencintai semua manusia yang Dia berikan anugerah untuk kemudian bisa datang dan hidup dengan benar. Maka biarlah kita memperjuangkan hidup yang benar karena damai sejahtera Tuhan akan memerintah di sini ketika Saudara menjalani prinsip yang benar dari Tuhan. Kiranya Tuhan memberikan kita kekuatan untuk hidup meneladani Kristus dan di dalam memperingati hari Natal kita mengingat ada satu semangat yang indah dari orang-orang Kristen untuk meneladani Tuhannya, yaitu Anak Allah yang rela jadi manusia pada Hari Natal.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Raja yang rela menderita

(Mazmur 2: 1-12; 22: 15-22)
Kita membaca 2 bagian dari Mazmur yang keduanya adalah nubuat tentang seorang yang di dalam Mazmur 2 adalah anak Daud yang akan berkuasa. Tapi di Mazmur 22 ada seorang yang menjadi korban di dalam kemalangannya karena ditindas dan juga disakiti oleh orang-orang sekelilingnya. Ini adalah 2 bagian yang sangat unik, yang satu seolah-olah menggambarkan pengharapan Israel tentang raja yang akan datang, sedangkan yang satu lagi adalah pengharapan orang Israel untuk mempunyai pengharapan di dalam keadilan Tuhan, mempunyai harapan di dalam perubahan dari keadaan yang ditindas menjadi keadaan yang bebas juga dilakukan oleh Tuhan. Ini merupakan bagian yang menggambarkan pengharpaan di masa depan. Mazmur 2 adalah pengharapan eskatologis, di sini dikatakan, ayat 7 “Ia berkata kepadaku: AnakKu engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini”, “pada hari ini” maksudnya apa? Sangat penting untuk memahami hari ini di dalam Mazmur 2:7, Tuhan berkata “AnakKu engkau! Engkau telah kupernakkan pada hari ini”, ini bukan berita kelahiran seorang anak, ini bukan berita proses kelahiran anak dari orang tuanya, tapi ini adalah proses pengangkatan sebagai raja. Istilah Anak Allah atau pun Anak Manusia di dalam Kitab Daniel, dan Anak Allah di dalam beberapa bagian Kitab Suci Perjanjian Lama itu berbicara tetntang raja. Waktu dinyatakan “Anak Allah Engkau”, ini berarti adalah Sang Raja. Maka dengan unik Alkitab mengajarkan kepada kita bahwa Kristus adalah Sang Anak Allah di dalam pengertian yang literal, Dia adalah Sang Anak dari Bapa. Tetapi juga dalam pengertian yang simbolik yaitu Dia adalah Sang Raja yang akan bertahta sampai selama-lamanya. Jadi ketika dikatakan “AnakKu Engkau”, ini adalah satu pernyataan bahwa Sang Anak itu akan dinobatkan menjadi Raja.

Kapan itu akan dilakukan? Dikatakan “hari ini”, “hari ini” itu kapan? Di dalam Alkitab perkataan “hari ini” selalu konsisten, ini merujuk pada zaman eskatologis nanti, pada hari murka Tuhan dinyatakan, pada hari penghakiman Tuhan dinyatakan, ini selalu bicara untuk keadaan masa depan. Maka ini adalah pengharapan masa depan. Daud mengatakan suatu saat akan ada anakku yang Tuhan juga nyatakan sebagai Anak Allah dan Dia akan bertahta di bumi. Ini bicara tentang kuasa Kristus yang tidak bisa dibandingkan dengan kuasa siapa pun. Bagian ini mengatakan pada waktu Dia dinobatkan menjadi raja di bumi ini, tidak akan ada raja-raja bisa bertahan melawan Dia, tidak akan ada orang-orang yang memberontak melawan Tuhan yang tidak akan ditaklukan di bawah kakiNya. Maka dikatakan di sini “hai raja-raja mulai sekarang sujudlah kepada Tuhan. Karena kalau engkau tidak memutuskn sujud sekarang, suatu saat engkau tetap akan dipaksa sujud”, maka kalau kita sujud dengan rela dan dengan perasaan kagum kepada Sang Raja, kita akan terus menjadi milikNya sampai selama-lamanya. Tapi kalau kita terus menolak Dia, melawan Dia dan memberontak kepada Dia, itu adalah hal yang percuma, suatu saat Saudara tetap dipaksa sujud di dalam kekerasan karena kita memberontak, tapi Dialah yang akan bertahta. Maka di sini ada penggambaran tentang kemuliaan kasih dan penerimaan dari Tuhan bagi orang-orang yang sudah sujud kepada Dia. Tapi juga akan ada murka dan pernyataan kemarahan bagi orang-orang yang memberontak terhadap otoritasNya.

Lalu apakah ini berkaitan dengan kekejaman konsep kuno tentang raja? Raja-raja jahat, galak, memaksa siapa pun yang tidak taat untuk tunduk? Sama sekali tidak, karena di sini dikatakan raja-raja yang tidak mau tunduk itu adalah raja-raja yang tidak bertindak bijaksana, tidak bertindak adil, yang tidak mau sujud untuk tunduk kepada Tuhan. Di ayat 3 dikatakan “mari kita putuskan belenggu, mari buang tali-tali mereka dari pada kita”, manusia di bumi yang menolak Tuhan adalah manusia di bumi yang juga menolak bertindak adil. Di dalam bagian lain di Mazmur dikatakan Tuhan berfirman di dalam sidang Allah, ini berarti sidang para raja, dan Dia mengatakan berlaku adil, bertindak sesuai kebajikan dan belalah hak orang miskin. Jadi Tuhan Yesus tidak akan menghancurkan orang yang tidak layak dihancurkan. Allah Bapa tidak akan menundukan orang dengan paksa untuk hancur di bawah kaki Kristus kalau orang itu tidak menjalani hidup yang bobrok, yang memberontak kepada Tuhan dan yang merugikan sesamanya. Orang yang setia kepada Tuhan dan menantikan Tuhan, pada suatu waktu Kristus datang, akan menjadi sekutunya yang ditinggikan oleh Dia. Ini merupakan gambaran yang unik yang terus dinyatakan dalam Kitab Perjanjian Lama. Sehingga orang Israel melihat pengharapan di dalam Tuhan adalah pengharapan karena Sang Raja yang baik ini akan dinyatakan. Inilah yang mereka nanti-nantikan, mereka senantiasa mengamati siapa raja kita sekarang, siapa pemimpin politik yang akan naik sekarang. Kalau kita melihat dalam Kitab Suci, pengharapan tentang politik, tentang raja-raja, tentang pemerintah, tentang pengaturan kota atau pun masyarakat jauh lebih banyak porsinya dari pada hal lain. Maka kalau kita tidak menikmati kebenaran ini kita akan sulit untuk melihat apa yang Tuhan lihat pada zaman ini. Waktu saya merenungkan bagian ini, saya bingung, maksudnya apa, akhirnya saya menemukan satu penerapan yang unik dalam pengalaman saya sendiri, yaitu ketika saya membaca Alkitab untuk kaitkan dengan hidup, saya sulit untuk mendapatkan kelimpahan yang dimaksud. Tapi waktu saya berubah, saya mempelajari Kitab Suci mau tahu kisahnya demi kisah itu sendiri, pada waktu itu dengan cara yang unik saya justru mendapatkan bijaksana banyak untuk diterapkan dalam hidup. Ketika Robert Morrison ada di Tiongkok, ketika dia sewa rumah, sangat miskin karena uangnya harus dia hemat, dia temukan fakta yang menyedihkan, tembok, atapnya bocor, lalu tetesan air hujan jatuh di atas Alkitabnya. Waktu dia lihat Alkitabnya sudah rusak, dia langsung sujud, berdoa sambil menangis, dia mengatakan “Tuhan, ambil uang atau harta yang lain, tapi jangan Alkitab, mengapa Tuhan ijinkan Alkitab saya basah dan rusak? Tidak ada kesenangan bagiku jika tidak ada Alkitab”, ini yang justru membuat orang menjadi menikmati Firman. Itu sebabnya waktu kita belajar menikmati, kita akan akrab dengan sejarah Israel, makin akrab mengapa Tuhan angkat raja ini, makin akrab dengan sifat Tuhan, makin akrab dengan cara Tuhan menangani sejarah dan kita akan temukan pada waktunya akan ada buah, pada waktunya kita akan bijak, pada waktu kita menghadapi satu situasi dalam hidup tiba-tiba kita ingat bukankah ini mirip dengan peristiwa di dalam Kitab Suci pada waktu itu?

Itu sebabnya waktu kita membaca Alkitab mari kita lihat dalam sejarah Tuhan mengerjakan apa, dalam Kitab SuciNya Tuhan melakukan apa, dan Israel yangs edang bergumul adanya perbaikan, mereka mengharapkan akan ada raja didudukan dan raja ini harus menjadi raja yang menguasai seluruh dunia. Raja ini tidak boleh menjadi cuma salah satu raja, seluruh raja lain akan sujud dan Dialah yang akan memerintah sampai selama-lamanya. Tapi dimana raja ini? Mereka terus bergumul mengharapkan adanya kebaikan Tuhan, mengharapkan adanya perbaikan di dalam keadaan masyarakat, mengharapkan Israel segera menjadi penakluk seluruh dunia melalui raja ini. Jadi mereka sangat mementingkan raja yang datang, raja yang memerintah dan yang menangani seluruh urusan yang rusak, yang kacau diperbaiki dan seluruh bangsa lain boleh ditaklukan. Ini merupakan kerinduan yang mereka panjatkan kepada Tuhan. Maka salah satu yang menjadi tema utama dalam pergumulan Alkitab adalah politik, mana raja yang baik, mana raja yang jahat, bagaimana bersikap di tengah kerajaan yang jahat, bagaimana bersikap di tengah kerajaan yang baik, bagaimana Tuhan memperlakukan raja yang jahat, bagaimana Tuhan memperlakukan raja yang baik. Alkitab mencatat banyak sekali bijaksana, ada seorang raja yang jahatnya bukan main, tapi ada satu peristiwa pertobatan pendek dan Tuhan ampuni dia. Ada seorang raja yang bernama Manasye yang bakar anaknya untuk jadi korban dipersembahkan kepada dewa-dewa kafir, Tuhan begitu marah dan Tuhan katakan “sejak saat ini Aku bersumpah hancurkan Israel”. Setelah Tuhan nyatakan ini. Manasye ditangkap, dibawa ke pembuangan dengan kait dimasukan ke dalam hidungnya. Dia sangat menderita, bayangkan dia dipaksa berjalan jauh dengan kait dimasukan ke hidung, dipenjara dengan hidung penuh darah, dengan luka yang mungkin akan membuat infeksi dan bisa menyebabkan kematian, dia berdoa “oh, Tuhan saya sudah menjadi tahanan, saya sudah tidak punya prajurit yang akan melindungi, saya tadinya raja sekarang tahanan yang tunggu membusuk dan mati. Tapi Tuhan tolong dan ampuni saya”, Tuhan mendengar doanya, maka Tuhan pulihkan dia, dia boleh kembali, kemudian mati. Setelah dia mati, Tuhan tetap jalankan akan membuang Israel. Jadi Tuhan mempunyai cara memperlakukan orang begitu unik, tidak sama, bijaksana Dia yang agung itu bisa kita lihat. Dan karena Tuhan menyatakan bijaksana yang agung ini paling banyak dalam porsi politik maka tidak heran kalau orang Kristen sebenarnya dituntut Tuhan untuk bergumul dan berjuang di bidang politik. Semua orang Kristen dipanggil Tuhan untuk dengan serius mendoakan dan berbagian di dalam perbaikan sosial. Inilah panggilan orang Kristen. Maka waktu kita berjuang, kita bertanya “siapakah teladannya?”, Alkitab mengatakan teladan satu-satunya adalah raja.

Dalam Perjanjian Lama, kita bertanya “raja yang mana?”, maka orang layangkan pandangannya kepada Daud, Daudkah? Tapi Daud juga punya kelemahan, maka Daud mengatakan “saya menyatakan penglihatan”, ayat 6 “Akulah yang melantik rajaku di Sion yang kudus, AnakKu engkau! Engkau telah kuperanakan pada hari ini”. Daud pun mengatakan bahwa ia yang telah menjadi contoh untuk raja yang agung “bukan aku melainkan AnakKu”, Sang Anak Allah yang akan ditinggikan inilah yang akan menjadi contoh mengenai bagaimana seseorang harusnya memerintah dan menyatakan keadilan Tuhan di dunia ini. Jadi mereka berharap setelah Daud, mana keturunan Daud itu? Bisakah itu Salomo? Ternyata tidak. Rehabeam? Ternyata tidak. Yosiakah? Ternyata tidak. Nanti sampai di pembuangan baru mereka sadar “kami sudah kekurangan kemungkinan lagi untuk mempunyai kerajaan yang mandiri. Sekarang kami jadi jajahan dan kami tidak lihat mana raja yang dijanjikan Tuhan yang menyatakan berkat, keadilan dan kebenaran”, ini menjadi pergumulan orang Israel terus. Mereka terus tanya, mereka terus cari, mereka terus berharap. Tapi ayat ini menjadi ayat yang menguatkan mereka untuk mempunyai bijaksana. Mereka waktu baca bagian ini mereka mengingat “oh, Tuhan sudah menjanjikan raja itu datang. Tuhan sudah janji, pasti dia datang”. Maka di sini orang Israel mulai membuat perbedaan, ada raja yang dijanjikan dan ada raja-raja lain. Dan yang ada dalam pikiran mereka berdasarkan Mazmur 2 adalah raja pilihan Tuhan akan hantam raja lain. Inilah yang mereka harapkan, tapi sayangnya mereka lupa mengkombinasikan ini dengan Mazmur 22. Waktu mereka baca Mazmur 22 ada orang yang menderita, ada orang yang diserang oleh musuhnya, orang yang merasa begitu sulit hidupnya, orang yang tenggelam di dalam ketidakadilan, orang yang terus diserang oleh orang-orang dekatnya, ini siapa ya? Ini sedang berbicara tentang raja atau nabi atau penderitaan orang Israel atau siapa? Mereka tidak sadar bahwa Mazmur 22 dan 2 berbicara tentang 1 orang. Kalau hanya bicara Mazmur 2, orang ini adalah orang yang sangat perkasa, kalau hanya bicara Mazmur 22 maka ini adalah orang lemah yang hanya jadi korban keadaan. Jadi mana mungkin Mazmur 2 dan 22 bersatu? Mana mungkin berita tentang raja yang agung dengan orang yang menjadi korban keadaan adalah bicara tentang 1 orang? Orang Israel tidak mengerti hal ini. Itu sebabnya murid-murid Yesus pun tidak mengerti, Yesus mengatakan “Aku harus pergi ke Yerusalem, menderita di situ”, Petrus bilang “tidak mungkin, Tuhan tidak mungkin melakukan itu kepadaMu”. Kristus menyatakan ajaran yang benar, tapi Petrus masih punya teologi sukses. Tapi ternyata Mazmur 2 perlu diseimbangkan dengan Mazmur 22. Di dalam Mazmur 22 justru dinyatakan raja itu baru menghancurkan ketika kesempatan bertobat ditolak, ini yang menarik. Jadi bagaimana Kristus bertahta?

Kristus bertahta tidak dengan menghancurkan lawan, Dia bertahta dengan cara memanggil lawanNya untuk menjadi bagian dari Dia, Dia bertahta dengan menebus. Raja dunia bertahta dengan menghancurkan, mengekspansi, menaklukan, Kristus bertahta dengan menebus. Dunia ini adalah dunia yang sudah jatuh menjadi milik setan karena kita sudah tunduk kepada dia. Tapi Kristus tidak datang untuk habisi semua lalu bawa umatNya untuk mewarisi, tidak. Dia datang pertama justru untuk menawarkan penebusan, inilah konsep Kristen, memerintah dengan menebus, menjadi penguasa dengan menebus, menjadi kepala dengan menebus. Alkitab mengatakan laki-laki cintai istrimu seperti Kristus mencintai jemaat dan menebusnya dengan menyerahkan nyawaNya. Kalau kita mau mengerti konsep kepemimpinan seperti ini, maka kita tahu tugas kita adalah menebus “aku berkorban, aku rela melakukan apa pun supaya orang yang aku mau menjadi tunduk kepadaku itu boleh menghargai aku sebagai pemimpin”. Maka Alkitab menggambarkan hal yang sangat unik, pemimpin tidak menjadi pemimpin karena paksaan, pemimpin tidak menjadi pemimpin karena punya kunci, punya kartu as yang kalau dibuka bisa menghancurkan yang lain, dia punya sesuatu yang bisa membuat orang terpaksa taat, itu bukan pemimpin gaya Yesus Kristus. Yesus Kristus tidak memimpin dengan cara kuasa, tidak memimpin dengan cara ancama, tidak memimpin dengan cara intimidasi, Dia memimpin dengan cara menebus orang-orang yang akan menjadi bawahanNya. Sehingga Mazmur 2 kalau tidak dicampur dengan Mazmur 22 membuat orang Israel pasti tolak Yesus. Yesus datang, lalu orang tanya “mana tentaraMu?”, Yesus mengataka n”aku mempunyai orang-orang yang memberitakan Injil”, mana kuasaMu?”, “kuasaKu tidak diberikan dari dunia tapi dari sorga”, “mana kerajaanMu?”, “kerajaanKu dari sorga, bukan dari dunia ini”, “kapan Engkau mengalahkan dunia ini?”, “ketika Aku mati di kayu salib”. Ketika Yesus berkorban di kayu salib, inilah momen penebusan yang membuat Dia berhak menjadi Raja. Dia menyebarkan kuasaNya dengan menyatakan “engkau termasuk umat tebusan, mari berbagian”. Inilah cara Kristus menyebarkan kerajaanNya. Di seluruh dunia Kekristenan merebut kembali Kerajaan Roma, Kerajaan Yunani, kerajaan-kerajaan yang besar pada waktu itu dan ditaklukan kepada Kekristenan. Bagaimana menaklukan? Dengan memberitakan Injil, dengan mengatakan “Kristus merebutmu dari murka Tuhan, mari percaya kepada Dia”. Sehingga ketika Kekristenan menyebar, kita lihat ada berita kasih dan ada berita pengampunan yang sama dinyatakan dalam Mazmur 22. Ada orang yang rela menjadi korban, rela menempatkan diri untuk ditindas, dihancurkan dan menjadi korban kerajaan yang rusak, untuk setelah itu menebus kerajaan yang rusak itu. Kristus menebus kerajaan apa? Yang pertama Israel, yang kedua Romawi, yang ketiga seluruh dunia. Israel adalah yang fitnah Dia supaya Dia mati, Romawi adalah alat yang dipakai Israel untuk membuat Dia mati di kayu salib. Tapi justru untuk dua bangsa inilah Dia mati, bahkan untuk bangsa-bangsa lain melalui 2 bangsa ini. Jadi siapakah Kristus? Raja, bagaimana Dia menjadi Raja? Dengan cara menjadi Penebus. Itu sebabnya kalau Saudara memahami hal ini, Saudara tahu Kekristenan menyebarkan pengaruhnya dengan pengaruh Injil, membuat daerah taklukan bukan dengan senjata atau mengusir orang, tapi dengan mengakomodasi mereka masuk ke dalam Injil. Kristus mati bagi lawanNya, supaya Dia dapat jarahan yaitu pertobatan lawanNya.

Mari kita hidupi cara Kristen seperti ini. Saudara mengatakan “sulit”, tapi saya akan mengatakan “bukan sulit, karena kita yang tidak mau melangkah. Bukan sulit, karena kita yang tidak mau bayar harganya”. Tapi bagi yang tidak mau bayar harga harap ketahui, waktu kita memutuskan mengikuti cara dunia ini, Saudara akan bayar harga jauh lebih mahal. Hidup suci tidak sulit, jauh lebih sulit hidup berdosa, jauh lebih sulit hidup dikukung oleh keinginan-keinginan yang tidak bisa lepas, jauh lebih sulit untuk mau lepas tapi tidak bisa, jauh lebih sulit hidup dalam masyarakat yang penuh dengan kekacauan karena orang terus berdosa, jauh lebih sulit untuk hidup dalam relasi yang rusak karena semua orang simpan dendam, itu sangat sulit. Keristenan menyatakan “kalau engkau ikut caraku, cara Kristus Tuhanku, engkau akan hidup dengan penuh bahagia”. Kiranya ini menjadi dorongan bagi kita untuk mendoakan dan menyadarakan kita betapa pentingnya ada kebangunan rohani.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Iman yang Memindahkan Gunung

(Lukas 9: 37-43a, Matius 17: 14-21)
Kita hidup dengan satu tujuan utama, gereja melayani dengan satu tujuan utama. Tapi waktu menjalani tujuan utama itu tetap ada hal-hal yang terjadi yang memerlukan perhatian dan terkadang kita mesti menyimpang dari jalur utama sebelum kembali menjalankan yang utama itu. Tapi hal-hal yang menyimpangkan kita tidak boleh membuat kita menjadi belok dari jalur yang utama itu. Kristus harus pergi ke Yerusalem dan Dia tidak pernah membatalkan rencana ini. Terkadang Dia harus pergi untuk bertemu dengan satu orang yang perlu, terkadang Dia harus menyembuhkan satu orang, kadang Dia harus menangani hal yang tidak sepenting tugas utamaNya. Tetapi hal-hal itu tetap mendapatkan perhatian Dia, namun hal-hal itu tidak membuat Dia beralih. Bagian ini adalah salah satu contoh yang indah di dalam berita di dalam pengobanan dan penderitaan Kristus, Lukas memasukan satu peristiwa pengusiran setan, pengusiran roh jahat yang membuat seorang mempunyai gejala sakit seperti sakit epilepsi, tetapi ternyata lebih dari itu, penyakit itu dengan sangat-sangat kuat menyeret anak ini dan membuat dia sangat sengsara. Di dalam kehidupan Kristus begitu banyak orang yang perlu Dia. Inilah hal yang kita bisa pelajari. Yesus mempunyai satu tujuan utama, tapi Dia mengijinkan ada satu belokan sebentar untuk menangani hal-hal di sekitar Dia. Demikian juga gereja Tuhan, punya satu tujuan utama tapi harus menangani hal-hal yang terjadi di tengah-tengahnya. Kristus Yesus tidak membuang orang-orang yang perlu, yang teriak mengatakan “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku”, membuat Dia berhenti dulu dari berjalan kemudian menangani apa yang diperlukan orang ini. Gereja tidak boleh menjadi tersesat hanya menangani hal-hal yang sifatnya insidental atau hal-hal yang sifatnya darurat tanpa melihat tujuan utama. Tapi waktu melihat tujuan utama, gereja tidak boleh buta terhadap hal-hal yang insidental yang tiba-tiba muncul, ini merupakan bijaksana dalan Injil Lukas yang sangat-sangat kental. Yesus Kristus tahu tujuan utamaNya tapi Dia juga menangani orang-orang yang ada di samping, yang meskipun tidak berkait dengan tujuan utamaNya atau mempunyai kepentingan lebih rendah dari tujuan utamaNya, Dia tetap memberikan anugerahNya. Yesus Kristus yang adalah Sang Juruselamat sejati, satu-satunya yang sanggup untuk memberkati seluruh dunia, waktu hidup di bumi ini pun hanya menolong orang yang bertemu dengan Dia dalam perjalananNya. Dia punya perjalanan yang jelas, dan siapa pun yang Dia temui dalam jalan itu, itulah yang menjadi orang yang Dia tolong. Maka ini yang disebut anugerah Tuhan dan respon yang Tuhan tuntut dari umatNya di dalam kehidupan dan lingkungan sekitarnya. Tuhan Yesus memberikan contoh ini, Dia menyembuhkan orang sakit yang mana? Yang Dia temui dalam perjalananNya, Dia tolong orang buta yang mana? Yang Dia temui dalam perjalananNya. Dia tolong anak yang sakit, yang mati dibangkitkan, karena apa? Karena ada orang yang bertemu dengan Dia di perjalananNya lalu minta Dia untuk tolong anaknya yang sedang sakit dan hampir mati. Maka ini menjadi prinsip kedua yang kita pelajari. Prinsip pertama, saya mempunyai tujuan dan saya tidak mengabaikan hal-hal yang terjadi di sekeliling.

Alkitab jarang membahas penyebab awal mengapa orang kerasukan. Alkitab hanya menyatakan ada orang kerasukan dan Yesus Kristus menyembuhkan. Ini merupakan hal yang indah sekali, yang Alkitab nyatakan, seolah-olah Alkitab menyatakan “saya tidak peduli apa awalnya, saya tidak peduli mengapa dari awalnya engkau melakukan ini, engkau terlibat ini, engkau mendapatkan ini, tapi yang dituntut adalah dari awal ke depan kira-kira apa yang harus engkau lakukan, apa yang Alkitab mau beritakan dari titik ini ke depan”. Maka Alkitab mencatat ada orang kerasukan dan Yesus Kristus menyembuhkan. Alkitab tidak catat dulunya dia main-main kuasa gelap atau dulunya dia melakukan ini, dulunya dia menyembah berhala dan lain-lain. Seolah-olah Alkitab mau menyatakan apa pun keadaan kita sekarang, datang kepada Tuhan dan kalau Tuhan berikan kesempatan untuk bertobat, jangan permainkan kesempatan itu. Itu sebabnya inilah bijaksana yang Alkitab coba ajarkan kepada kita. Kalau ada orang berdosa mau datang bertobat, Saudara tidak datang dengan penghakiman besar dulu, orang berdosa datang mau bertobat, kita akan katakan “apa pun masalah lalumu, Tuhan mau perbaiki. Tapi adakah kesungguhan untuk bertobat?”, kalau kesungguhan bertobat itu ada, Tuhan akan pimpin, tapi kalau kesempatan bertobat dipermainkan, saya tidak tahu apakah Tuhan akan tambahkan hukuman atau bagaimana. Tetapi pada bagian ini Yesus Kristus langsung mengusir setan itu dan orang itu bebas. Tetapi siapa orang ini? Tidak diberi tahu, berapa pentingnya dia? Sama sekali tidak diberi tahu. Dia hanyalah satu orang yang kurang berarti dari kumpulan kelompok orang yang begitu banyak. Inilah keindahan dari penyimpangan yang penuh anugerah yang Yesus kerjakan, Dia mau berjalan ke satu tujuan, tapi dia tolong orang-orang yang tidak penting yang ada di pinggiran itu. Ini sebabnya Injil Lukas menekankan tentang keagungan Kristus mencapai tujuan penebusan dan keagunganNya menjangkau orang-orang yang sama sekali tidak punya apa pun untuk dibanggakan waktu mereka datang kepada Tuhan. Maka Tuhan menangani, menolong dan memberi belas kasihan kepada orang yang sama sekali tidak layak mendapat belas kasihan, sangat tidak layak untuk disandingkan dengan tugas utama Kristus yang mulia.

Hari ini setelah kita membahas ini, saya ingin membandingkannya dengan Matius, karena Lukas mengajarkan kepada kita sifat Kristus yang punya tujuan utama yang jelas, tapi rela membagi hidupNya di dalam perjalanan menyelesaikan tujuan utamaNya dengan memberkati orang lain di sekitar. Hal kedua yang bisa kita pelajari, kita lihat dari Matius, dalam Matius 17: 14-21 ada ajaran yang baik, bukan hanya mengenai siapa Kristus tapi juga mengenai iman kepada Kristus. Siapakah Kristus? Dia adalah Juruselamat dunia yang punya belas kasihan kepada orang lain dan ini yang harus kita contoh. Kadang-kadang kita punya tujuan yang jelas, tapi kita kurang peka terhadap apa yang orang lain perlukan di sekitar kita. Bahkan orang-orang di sekitar kita menjadi gangguan bagi kita. Orang hidup di dalam dunia harus mempunyai relasi dan relasi yang dijalankan selalu harus beresiko disakiti. Kalau Allah tidak mau disakiti, Dia tinggal menikmati relasi antar Tritunggal, tidak akan mungkin sakit. Tapi waktu Dia membuka diriNya berelasi dengan manusia, itu akan membuat Dia meresikokan hatiNya untuk kemudian disakiti oleh kita. Kalau manusia tidak mau disakiti hatinya, tidak perlu berelasi, tapi tidak mungkin. Manusia tidak mungkin hidup tanpa relasi. Karena itu relasi yang dijalani manusia adalah satu keharusan. Tapi relasi di tengah dunia yang telah jatuh ini adalah relasi yang sangat resiko untuk disakiti. Saudara kalau tidak mau sakit hati ya tidak perlu berelasi, tapi ini tidak mungkin. Saudara kalau tidak mau disakiti tidak perlu berelasi, berarti tidak perlu ada relasi antara laki-laki dan perempuan, tidak perlu relasi suami istri, tidak perlu relasi orang tua anak, mari semua orang hidup masing-masing dan hidup masing-masing tanpa berinteraksi dengan orang lain, inilah yang memberikan bebas sakit hati. Bebas sakit hati tapi juga kosong. Tidak mau kosong, harus berelasi. Tapi berelasi meresikokan diri disakiti, memang begitu. Ini pelajaran yang akan kita alami dan akan mendewasakan kita sampai kita sadar relasi itu menyakitkan, kita belum juga menjadi dewasa. Sampai kita sadar, relasi bisa meresikokan hatiku dihancurkan, baru kita bisa menjadi orang yang dewasa.

Kita jarang memikirkan tema ini, bagaimana Kristus dengan rela datang ke dalam dunia bukan hanya untuk disakiti secara fisik, tetapi untuk berkali-kali mengalami sakit di dalam hati dan tidak banyak orang yang tahu. Apakah mudah bagi seseorang untuk difitnah, untuk dikatakan hal yang jelek padahal dia tidak melakukan itu? Itu adalah hal yang sangat sulit dan Kristus menanggung ini semua. Maka Dia mengatakan “berapa lama lagi Aku harus sabar kepada kamu. Aku sudah menyatakan siapa Aku, kamu terus tolak. Berapa lama Aku harus sabar terhadap penolakanmu? Aku sudah menyatakan siapa Aku, engkau masih belum mengerti. Berapa lama sampai engkau mengerti siapa Aku. Aku sudah menyatakan diriKu kepadamu, tetapi engkau tidak pernah beriman dan menyerahkan hidup kepada Tuhan. Berapa lama Aku harus bersabar kepadamu?”, ini seruan bukan hanya untuk murid, ini adalah seruan untuk kita. Setiap saya membaca ini, saya membayangkan Kristus sendiri sedang mengatakan kepada saya “hai Jimmy, berapa lama lagi Aku harus sabar kepadamu? Berapa lama Aku harus menunggu sampai engkau menjadi dewasa, menjadi orang yang beriman dengan sungguh”. Mari kita jadikan ini kalimat yang dinyatakan kepada kita, “sampai berapa lama?”. Kristus rela menanggung segala hal yang sulit di dalam hati karena berelasi dengan orang-orang yang tegar tengkuk seperti yang kita saksikan di dalam Alkitab. Lalu murid-murid setelah melihat Yesus menyembuhkan orang yang sakit kerasukan roh ini, datang kepada Yesus dan bertanya “Guru, mengapa kami tidak bisa sembuhkan?”, lalu Yesus menjawab “kalau kamu punya iman, tidak mungkin kamu tidak sembuhkan. Karena engkau tidak punya iman, maka engkau gagal untuk menyembuhkan”. Tetapi dalam Markus yang dikutip juga oleh Matius, dikatakan “jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa dan berpuasa”. Inilah kalimat yang sering banyak dimengerti oleh orang Kristen. Di dalam ayat ke-20 “sebab Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada gunung ini pindah dari tempat ini ke sana, maka gunung ini akan pindah, dan tidak ada yang mustahil bagimu”. Apa maksudnya iman yang memindahkan gunung? Sayangnya kita hidup bukan di tradisi Yahudi, tapi kalau kita rajin baca Mazmur, Saudara akan tahu bahwa salah satu bentuk penghakiman itu adalah Tuhan mencampakan gunung ke laut. Waktu Tuhan datang menghakimi, gunung-gunung gemetar, waktu Tuhan datang menghakimi, tiang-tiang yang menopang langit gemetar, waktu Tuhan datang menghakimi, langit dan bumi bergoncang. Yang membuat langit dan bumi goncang adalah Tuhan datang menghakimi. Jadi ciri-ciri penghakiman adalah langit dan bumi bergoncang, tiang penopang langit bergoncang, gunung tercampakan ke laut, gunung-gunung bergetar dan berpindah dari tempatnya. Ini adalah bayangan penghakiman yang sangat besar. Maka Kristus sedang mengatakan “siapa yang beriman seperti biji sesawi yang kecil, dia sanggup memindahkan gunung”, maksudnya adalah siapa yang beriman dia akan tahu penghakiman Tuhan itu akan datang. Dan kalau penghakiman Tuhan akan datang, dia akan tahu kuasa apa pun yang melawan Tuhan pasti akan hancur. Inilah pengertian yang Yesus coba bagikan “jika engkau tahu siapa Aku, engkau akan tahu Akulah yang akan menghakimi. Jika engkau tahu Aku yang akan menghakimi maka engkau tahu tidak ada kuasa yang lebih besar dari kuasaKu” ini yang Yesus sedang ajarkan.

Ini maksudnya adalah kalau Saudara punya iman, Saudara tahu siapa yang akan menghakimi. Kalau Saudara tidak punya iman, Saudara tidak tahu penghakiman ini di tangan siapa. Yesus mengatakan “penghakiman ada di tanganKu, engkau tahu kuasaKu lebih besar dari setan. KuasaKu lebih besar dari setan, bukan kuasamu”, maka kegagalan para murid adalah memakai kuasa sendiri untuk mengusir setan. Justru Yesus sedang mengatakan siapa beriman tidak akan andalkan kuasa sendiri tapi akan kembali kepada Yesus. Mengapa murid-murid andalkan kuasa sendiri? Di dalam pembahasan Lukas bisa kita lihat dengan jelas, Lukas 9 memulai dengan Yesus memberi kuasa untuk mengusir setan, tapi dalam bacaan kita hari ini dikatakan murid gagal mengusir setan. Mengapa mereka yang sudah diberi kuasa mengusir setan gagal mengusir setan? Karena mereka gagal mengaitkan kuasa dengan pribadi. Kuasa tidak bisa lepas dari pribadi. Saudara ingin punya kuasa, tapi Saudara ingin melepaskan kuasa dari pribadi. Berapa banyak orang seperti ini “aku mau punya kuasa penyembuhan”, lalu punya kuasa menyembuhkan. Setelah punya kuasa menyembuhkan, katanya punya kuasa menyembuhkan, orang tanya “kamu kenapa tidak terlalu kuat dalam pengenalan Alkitab?”, “aku tidak perlu mengenal Alkitab, doktrin-doktrin tidak penting, yang penting aku punya kuasa”, “berarti kuasamu terlepas dari Pribadi Kristus?”, “iya”, jadi itu kuasa apa. Para murid mengapa gagal usir setan? Karena mereka sudah diberi kuasa tapi mereka lupa kuasa itu berkait dengan Kristus. Itu sebabnya ketika mereka mengusir setan, Tuhan mengajar mereka “kalau engkau mengandalkan diri, engkau tidak mungkin menjadi orang yang sanggup melakukan apa pun”. Itu sebabnya dikatakan Tuhan Yesus “kalau engkau mempunyai iman sedikit, engkau dapat mengatakan kepada gunung ini pindah”, lalu ditutup dengan ayat 21 “jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa dan berpuasa”. Apa maksudnya berdoa dan berpuasa?Maksudnya adalah dengan penuh permohonan memohon kepada Tuhan untuk memberikan apa yang diinginkan, dan dengan kelemahan mengharapkan Tuhan yang kerjakan. Ini adalah ciri orang yang berdoa dan berpuasa, adalah ciri dari orang yang benar-benar sudah kehilangan harapan untuk mengandalkan diri sendiri, sudah tidak lagi bisa mengandalkan bijaksana, sudah tidak lagi bisa mengandalkan pengalaman, tidak lagi bisa mengandalkan kemampuan sendiri, semua sudah salah. Lalu mengatakan “Tuhan, di segala ketidakmampuan aku mau bersandar kepadamu, tolonglah” itulah pengertian berdoa dan berpuasa. Ini merupakan satu hal yang penting, Saudara tidak mengusir setan karena Saudara punya kekuatan di dalam diri, tetapi karena Saudara diijinkan Tuhan untuk menjadi alat dimana Dia bekerja. Maka murid-murid tanya “mengapa kami tidak bisa usir?”, “kamu tidak punya iman”, “kami punya, saya yakin saya bisa”, salah, itu bukan iman, iman itu berarti “Akulah yang akan menghakimi, Akulah yang akan membuat gunung tercampak”. Kalau engkau tahu itu Yesus, maka dengan berserah kepada Yesus, baru engkau lakukan ini. Itu sebabnya dalam Matius dikatakan “engkau punya iman seperti ini, engkau akan berdoa dan berpuasa”, maksudnya engkau akan memohon dengan sungguh Tuhan akan kerjakan semua. Ini penting bukan hanya dalam usir setan, tapi juga dalam seluruh aspek hidup. Jadi iman tidak ada kaitan dengan “saya yakin ini berubah”, itu omong kosong. Tapi kalau saya mengatakan “saya yakin akan kuasa Tuhan”, itu baru iman. Tapi kalau Saudara yakin kuasa Tuhan, Saudara tahu Tuhan punya cara dan kehendak yang dia mau tentukan, Saudara mesti belajar iman dan keberserahan dan kerelaan Tuhan untuk menyatakan jalanNya Dia itu selalu searah, tidak pernah bertentangan. Maka ayat ini mengajarkan dengan sangat penting, beriman kepada Tuhan berarti menyerahkan seluruh kekuatan diri untuk dihapuskan, tidak diandalkan, tapi mengandalkan semua kekuatan dari Tuhan. Kalau kita pikir kita sudah ahli melakukan apa yang bisa kita lakukan karena keahlian sendiri, di situ kita akan jatuh. Murid-murid mengusir setan di awal pasal 9, tapi ketika Yesus mengajar mereka untuk rendah hati, mereka sadar tanpa bergantung kepada Tuhan tidak mungkin Saudara bisa mempunyai kekuatan untuk lewati apa pun. Itu sebabnya bagian ini mengajarkan kita untuk belajar bergantung kepada Tuhan.

Mari kita melatih diri untuk bergantung kepada Tuhan, jangan bergantung kepada Tuhan ketika situasi sudah hancur dengan keadaan yang kacau, tapi begitu keadaan baik, Saudara lupakan Dia. Harus ada satu kebiasaan untuk bergantung kepada Dia dalam setiap saat. Paulus mengatakan “berdoalah senantiasa”, itu artinya berdoa tanpa berhenti. Mengapa berdoa tanpa berhenti? Karena setiap saat saya perlu Tuhanku. Mengapa perlu Tuhan, keadaan sedang baik? Keadaan mau baik, kacau, saya terus perlu Tuhan. Orang seperti ini tidak mungkin tidak diberkati. Tapi Saudara tunggu kacau, lalu datang kepada Tuhan, Saudara tidak mendapatkan berkat yang limpah. Mari belajar andalkan Dia, mari belajar bergantung kepada Dia, mari belajar tahu berapa rapuhnya kita dan tahu berapa kuatnya Tuhan. Maka tiap hari adalah hari yang hanya bisa dilewati kalau Tuhan mau pimpin. Kiranya Tuhan menguatkan kita untuk melakukan apa yang Tuhan mau berdasarkan ajaran yang Tuhan bagikan di dalam Kitab Suci.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Melihat Kemuliaan Kristus

(Lukas 9: 28-36)
Ayat 28 dikatakan ketika 8 hari setelah segala ajaran yang Yesus nyatakan yaitu di dalam ayat-ayat sebelumnya mengenai siapa Dia dan bagaimana Dia akan mati itu sudah dibahas di ayat sebelumnya. 8 Hari setelahnya, Yesus ke atas gunung untuk berdoa. Sekarang kita mau lihat hal yang lebih penting dari pada sekedar di gunung mana mereka berada, yaitu mengapa Tuhan mengajak mereka dan apa makna tranfigurasi, pernyataan kemuliaan untuk sementara di atas gunung ini. Di ayat 28 dikatakan mereka pergi ke atas gunung untuk berdoa, ini merupakan kebiasaan yang Kristus lakukan dan satu kebiasaan yang Tuhan mau diikuti juga oleh para murid. Ini merupakan salah satu yang Tuhan Yesus ajarkan dengan tindakan, contoh dan juga ajaran. Dia sering mengasingkan diri dari dunia, mengasingkan diri dari masyarakat untuk boleh berdoa kepada Tuhan. Tidak ada orang yang memandang relasi dengan Allah sebagai hal yang sangat penting lebih dari pada Kristus. Itu sebabnya ketika dia merangkum apa itu hidup kekal di dalam Yohanes 17, dia juga mengatakan hidup kekal adalah mengenal Tuhan dan mengenal Kristus Sang Juru Selamat. Maka pengenalan siapa Tuhan itulah yang mendorong orang mau terus berelasi dengan Tuhan, mau terus mempunyai kerinduan doa kepada Tuhan. Dia mengajak murid-murid pergi ke atas gunung dan berdoa, dan disitu ketika terjadi pemandangan yang menakjubkan, di situ dicatat murid-murid sedang tertidur. Mereka tidur karena mereka hanya melihat rutinitas, mereka tidak melihat makna di balik hal yang sepertinya rutin itu. Ini yang membuat kita sulit untuk konsentrasi, sulit untuk menghargai kebaktian, sulit untuk menghargai Firman, sulit untuk menghargai khotbah karena kita cuma lihat rutinitas yang berputar, tapi kita tidak lihat rutinitas ini seperti roda yang berputar dan roda ini membawa kendaraan sedang menuju satu tempat yang baru. Maka ini yang Tuhan mau ajarkan pada para murid, hal yang kau saksikan yang sepertinya hanya pengulangan, tetap merupakan pengulangan yang mengarahkan iman kita pada satu titik yang baru. Di tempat ini, Yesus mau menyatakan kemuliaanNya dan mereka juga tertidur. Tetapi Tuhan mengijinkan mereka terbangun dengan pemandangan yang sangat luar biasa, disitu digambarkan Kristus mulia menyatakan terang yang jauh lebih terang dari apa pun yang ada di dunia ini. Bukan hanya itu, Dia ditemani oleh Elia dan Musa.

Hal pertama yang kita bisa pelajari adalah Kristus mau menunjukan kepada kita bahwa karena Dia berbagian di dalam natur manusia, maka manusia boleh berbagian di dalam natur kemuliaan ilahi yang Dia mau bagikan kepada kita semua. Tidak ada hal yang Kristus sudah terima, yang Dia tahan dan tidak dibagikan kepada kita. Ini pertama kali disadari oleh seorang teolog bernama Gregory dari Nisa, ia menulis tentang Kristus, dia mengatakan salah satu sifat dari Kristus adalah apa pun yang Dia terima, Dia berikan kepada kita. Allah Bapa memberikan Dia status sebagai Anak yang dikasihi, Dia memberikan status itu kepada kita supaya kita pun boleh menjadi anak yang dikasihi Bapa. Bapa memberikan Roh Kudus kepada Dia, dan Kristus mengatakan “Aku memberikan Roh Kudus kepadamu”. Bapa memberikan kasih kepada Dia, dan Kristus mengatakan “Aku memberikan kasih Bapa ini kepadamu”. Bapa memberikan kuasa atas maut kepada Dia, sehingga kematian tidak bisa menahan Dia dan Dia bangkit pada hari ke-3. Pada 1 Korintus 15 dikatakan Kristus pun memberikan kuasa kemenangan ini kepada kita, tidak ada hal apa pun yang Bapa berikan kepada Kristus, yang Kristus tidak berikan kepada kita. Ini merupakan doktrin Tritunggal yang bagi saya sangat indah, setiap pribadi Tritunggal menerima dari Pribadi yang lain setelah itu meneruskan pada Pribadi yang lain. Tetapi keagungan dari Kristus adalah Dia tidak hanya menerima untuk membagikan kepada Pribadi Tritunggal yang lain, Dia juga menerima untuk membagikannya kepada kita. Beri tahu satu hal, apa yang Yesus dapat yang Dia tidak bagikan kepada kita? Karena Dia berbagian dalam natur manusia, maka manusia boleh berbagian di dalam kemuliaan Tuhan. Ini adalah tema utama bagi orang yang cinta Tuhan di dalam Perjanjian Lama. Musa ketika menyadari Tuhan begitu marah, akan tinggalkan Israel, akan Tuhan biarkan, Musa memohon “Tuhan, sertai kami. Tuhan berjalanlah bersama kami, pimpin kami berjalan di padang gurun ini”. Pertanyaannya adalah mengapa Musa minta Tuhan menyertai? Apakah supaya nanti ada makanan yang cukup bagi Israel? Apakah melulu hanya karena keamanan dan kenyamanan Israel maka Musa mohon Tuhan menyertai? Jawabannya tidak, karena di dalam pernyataan terakhir kita mengetahui motivasi Musa minta penyertaan Tuhan. Musa mengatakan “kalau malaikat yang menyertai, kami tidak mau, aku lebih baik mati saja”, ini pendoa syafaat yang teguh, berdoa minta sesuatu yang dia rela bayar dengan nyawa. Di dalam doanya yang ketiga dia mengatakan “ya Tuhan, mohon perlihatkan kemuliaanMu”, rupanya ini Musa begitu rindu untuk berbagian di dalam kemuliaan Tuhan. Saudara jangan jadikan ini tema asing dalam hidup rohani Saudara, jangan jadikan ini hal yang tidak ada kaitan dengan kerinduan dan permohonan Saudara. Biarlah kita belajar merindukan dan menginginkan melihat kemuliaan Tuhan, biarlah kita belajar mau menikmati berapa mulianya Tuhan, berapa agungnya Dia waktu menyatakan Diri. Padahal di dalam konsep Perjanjian Lama mereka tahu kalau mereka boleh memandang kemuliaan Tuhan, mereka pasti mati. Jadi Musa siap membayar nyawa untuk permintaannya ini “Tuhan, ijinkan aku melihat kemuliaanMu”. Tuhan mengajarkan para murid “mari baik ke atas gunung”, dan Tuhan mengijinkan mereka melihat sedikit apa yang Musa dan para nabi ingin lihat dengan tuntas. Ketika Musa minta “perlihatkan kemuliaanMu”, Tuhan mengatakan “engkau tidak akan melihat wajahKu, engkau akan hanya melihat belakangKu”. Mengapa belum boleh melihat wajah Tuhan? Karena kesempurnaan penebusan baru akan terjadi ketika Kristus datang. Maka kalimat Kristus menjadi sangat agung waktu Dia mengatakan “engkau sudah melihat Aku (wajah masksudnya), engkau sudah melihat Bapa (wajah Bapa maksudnya)”. Jadi apa yang Musa tidak bisa lihat, engkau bisa lihat dengan melihat Kristus. Maka Dia mengijinkan para murid untuk menyadari bahwa Dia rela berbagian di dalam natur manusia, supaya manusia boleh berbagian di dalam kemuliaan Ilahi. Kita semua yang beriman kepada Kristus, akan berbagian dalam kemuliaan ini. Saudara akan menjadi orang-orang yang suatu saat nanti memandang kemuliaan dengan penuh dan limpah. Dan inilah yang Tuhan janjikan kepada kita semua bahwa suatu saat nanti kita semua akan memandang wajahNya tanpa penghalang apa pun.

Lalu hal kedua, bagian ini juga menunjukan kepada kita kemuliaan Kristus yang tak tertandingi melampuai Musa dan Elia. Di dalam ayat 30-31 “dan tampaklah dua orang berbicara dengan Dia yaitu Musa dan Elia. Keduanya menampakan diri dalam kemuliaan dan berbicara tentang tujuan kepergianNya yang akan digenapiNya di Yerusalem”, kata yang dipakai untuk kepergian adalah exodos yang dalam Bahasa Inggris diterjemahkan dengan exodus atau keluaran. Jadi di sini Musa dan Elia menampakan diri dan mereka bercakap-cakap dengan Kristus. Apa yang dipercakapkan? Ternyata mereka mempercakapkan exodus-Nya Kristus. Apak maksudnya exodus-Nya Kristus? Kita bisa memahami ini kalau kita mengetahui apa yang terjadi pada Musa dan Elia. Apa uniknya Musa dan Elia? Dua orang ini mempunyai cara mati yang tidak tertandingi. Di dalam Perjanjian Lama, siapa yang matinya lebih agung dari Elia? Elia waktu harus meninggalkan dunia ini, dijemput dengan kereta berapi. Ini orang matinya luar biasa indah. Bayangkan ada kereta berapi dari sorga datang, ini kerajaan Allah sendiri, lalu Elia boleh naik kendaraan ini kemudian diangkat ke sorga dengan pemandangan yang luar biasa menakutkan sekaligus penuh kemuliaan ini. Adakah orang di dalam Perjanjian Lama yang kematiannya lebih mulia dari Elia? Ada, yaitu Musa, Musa kematiannya lebih agung dari pada Elia. Kalau Elia pakai kereta berapi, Musa pakai apa? Baca Kitab Ulangan, di situ dikatakan ketika Musa waktunya meninggal, tubuhnya masih kuat tidak ada kekurangan di dalam tenaganya, bahkan dikatakan tenaganya makin lama makin besar makin kuat. Musa punya kekuatan luar biasa besar, sampai saat mau mati dia tetap seperti orang belum mau mati. Dengan tubuh yang masih kuat, Tuhan menghantar dia ke tempat dia harus dikubur. Ini kemuliaan lebih besar dari Elia, Tuhan pegang tangan dia lalu Tuhan sendiri yang kuburkan dia. Di dalam Alkitab tidak dicatat bagaimana Musa dikubur dan dikuburkan dimana tidak ada yang tahu. Tapi ada legenda orang Yahudi yang dikutip juga dalam Perjanjian Baru bahwa kuburan Musa itu bukan di bawah tapi diangkat ke atas. Jadi dia mati lalu mayatnya diangkat ke atas. Tapi tidak satu pun dari mereka berani bicarakan kemuliaan exodus mereka dan waktu mereka hadir, yang mereka punya kerinduan hanya bicara tentang exodusnya Kristus. Mengapa exodusNya Kristus yang menjadi tema pembicaraan? Karena kemuliaan meninggalkan dunia ini, Musa, Elia dan Kristus jauh lebih mulia Kristus. Dibandingkan dengan Musa dan Elia, Kristus jauh lebih agung. Maka dua orang ini meskipun mempunyai exodus yang demikian agung, waktu bertemu dengan Kristus, mereka membicarakan exodusnya Kristus. Mengapa kepergian Kristus lebih mulia? Bukankah kita tahu perginya dengan cara dihina, diludahi, dipaku di kayu salib, mati seperti seorang penjahat, apa mulianya itu? Martin Luther ketika membicarakan kematian Kristus, dia mengatakan ini adalah hal yang orang dunia tidak mungkin mengerti. Bagaimana mungkin engkau bisa kagum akan salib Kristus? Kalau saya khotbah tentang salib Kristus siapa di sini yang akan senang dengar? Saudara akan mengatakan “sudah sering dengar, ini hal yang membosankan, mengapa khotbah panjang-panjang? Saya sudah mau pulang, saya tidak mau disiksa dengar khotbah seperti ini”, kita akan berespon seperti ini karena kita tidak peduli Tuhan. Di dalam jiwa kita cuma ada pemberontakan, di dalam jiwa kita hanya ada kemarahan, kebencian dan mau lari dari Tuhan. Itu sebabnya kita tidak mungkin menyukai berita salib, tidak mungkin menyukai berita Firman, tapi kalau Tuhan mengubah kita apa yang dulu kelihatan hina sekarang mulai kelihatan mulia, apa yang dulu kelihatan sebagai sesuatu yang membosankan sekarang mulai kelihatan sebagai sesuatu yang menggairahkan, apa yang dulu kelihatan sebagai kesan yang biasa sekarang menjadi pesan yang sangat luar biasa. Itu sebabnya ketika orang mulai memahami natur dari kelahiran kembali dan perubahan dia makin menjadi nyata, dia akan melihat kemuliaan salib Kristus lebih dari semuanya. Kemuliaan salib lebih besar dari pada kereta berapi, kemuliaan salib lebih besar dari mayat yang diangkat oleh Tuhan sendiri ke sorga. Kemuliaan salib adalah kemuliaan yang membuat banyak orang berbagian di dalam kemuliaan itu. Ini hal kedua yang ditunjukan dalam bagian ini bahwa exodusnya Kristus dari bumi ke sorga mempunyai kemuliaan tak tertandingi.

Lalu hal ketiga, ayat 33 “ketika ketiga orang itu hendak meninggalkan Yesus, Petrus yang sangat gugup mengatakan “Guru, betapa bahagianya kami berada di tempat ini, baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia”. Petrus dalam kebingungannya tetap jiwanya spontan, langsung bilang “kami dirikan tenda untuk Engkau”. Tenda ini diperintahkan dalam Kitab Imamat, sebagai cara mengingatkan perjalanan di padang gurun. Ini hari raya yang diperingati sebagai hari raya pondok daun. Dan pondok daun mempunyai makna nanti setelah Israel sampai ke Kanaan, tetap harus ada festival pondok daun, bikin pondok dan tinggal di situ. Kalau sudah punya rumah, untuk apa bikin pondok lagi? Karena Tuhan mau mengingatkan yang sekarang ini bukan rumah kekal, sekarang pun masih dalam padang gurun. Nanti sabat yang sejati adalah ketika Tuhan hadir dan memperbaharui dunia ini. Jadi diperingatkan engkau masih di padang gurun, engkau masih tinggal di dalam kemah, engkau belum ada di dalam kemah yang abadi. Maka kebiasaan mereka adalah di dalam perayaan pondok daun, mereka akan membuat kemah lalu tinggal di situ. Sampai sekarang orang Yahudi masih lakukan itu, menunjukan mereka belum rest, belum sabat. Kapan sabatnya? Nanti ketika Mesias datang. Setelah Israel ada di pembuangan di Babel, lalu kembali ke Kanaan, mereka menafsirkan hari raya pondok daun sebagai hari raya Mesiasnic rest atau hari raya Sang Mesias, karena Mesias datang itulah pengharapan yang mereka harapkan. Mereka tinggal di tenda sampai saatnya Mesias datang. Sehingga waktu Petrus melihat kemuliaan Yesus, langsung dia tahu ini bukti Mesias yang benar, “dan kalau benar ini Mesias aku ingin menghargaiNya dengan menyatakan pengharapan kemah sekarang sudah digenapi oleh Engkau”. Maka waktu dia bilang “bolehkah mendirikan kemah disini?”, ini adalah cetusan yang dikuasai oleh teologi yang benar. Maka jangan remehkan pengajaran teologi orang Yahudi, mereka terus didik anaknya dengan konsep teologi yang terus dipaksakan masuk. Suatu saat ketika mereka harus dengan spontan bereaksi, konsep teologi itu akan memberikan kepada mereka dorongan untuk bertindak, maka jangan remehkan teologi. Saudara ajarkan konsep yang salah sama anak, suatu saat dia akan bertindak dan berteologi didorong oleh konsep yang kacau itu. Petrus dari dulu mendapatkan pendidikan yang baik, mengharapkan ada Mesias, ada Mesiasnic rest, ada sabat, ketika Mesias datang dan itu dinanti-nantikan dengan kemah. Maka yang kurang dari Petrus pada bagian sebelumnya adalah dia tidak mengerti Mesias itu harus dikaitkan dengan salib, yang dia lihat Mesias itu mulia. Jadi kalau Mesias menyatakan kemuliaan, inilah saatnya, waktu Mesias menyatakan keagungan, inilah saatnya. Tapi Yesus mengajarkan “belum, tunggu dulu Aku mati di kayu salib, baru saatnya akan tiba”. Tapi ternyata Tuhan meneruskan pernyataanNya, Tuhan kirimkan awan yang menutupi seluruh gunung. Dan ini terus membawa kita balik ke dalam Kitab Keluaran. Waktu Musa naik ke atas gunung, di situ Tuhan penuhi gunung dengan awan dan api. Atau dalam terjemahan Alkitab Bahasa Indonesia, seringkali awan diterjemahkan dengan asap, jadi antara asap dan awan menjadi mirip.

Tapi Saudara yang hidup dalam konteks sekarang, jangan pikir itu adalah asap hasil pembakaran hutan. Asap atau awan ini adalah pernyataan kemuliaan Tuhan, bukan asap seperti hasil pembakaran. Maka ketika seluruh gunung penuh dengan awan, orang langsung ingat “bukankah dulu waktu Musa naik ke atas Gunung Sinai, Tuhan juga penuhi dengan awan?”. Dan Saudara bisa bandingkan setelah Tuhan penuhi dengan awan, yang terjadi adalah Tuhan berfirman “demikianlah Firman Tuhan: janganlah ada allah lain selain Aku, jangan sujud menyembah kepada allah lain, jangan membuat gambar tentang apa pun di langit dan di bumi dan sujud menyembahnya, jangan sembarangan mengucapkan nama Tuhan, kuduskanlah hari sabat..”, terus sampai 10 peraturan diberitakan di dalam awan. Maka di dalam awan ini Tuhan memberitakan kepada Musa, intisari dari seluruh hukum yang Dia mau berikan di dalam Taurat. Tetapi di dalam peristiwa ini setelah semua penuh dengan awan, Firman Tuhan tidak mengatakan “inilah 10 hukum”, tapi Firman Tuhan mengatakan “inilah AnakKu yang Kupilih, dengarkanlah Dia”, bagian ini menunjukan bahwa apa yang Tuhan khotbahkan di Gunung Sinai, di Perjanjian Lama, sekarang genap di dalam Kristus. Kalau dulu Tuhan memberitakan “ini ajaranKu”, sekarang Tuhan mengatakan “ini AnakKu, dengarkanlah Dia”. Maka di dalam awan Tuhan tidak berkhotbah menyatakan Firman, di dalam awan Tuhan menyatakan “ini AnakKu dengarkanlah Dia”. Maka setelah awan itu hilang, pesan Tuhan selesai. Itu sebabnya di dalam ayat 36 dikatakan murid-murid masih rahasiakan dulu, mereka tidak mau gegabah, nanti mereka sebarkan dengan terlalu berani, ternyata saatnya belum tiba. Maka mereka tunggu dulu sampai saat exodus, sampai saat kematian Kristus dinyatakan dengan agung, dibangkitkan dan Dia naik ke sorga. Setelah itu barulah para murid memberitakan semua yang mereka saksikan tentang Kristus. Ini bagian yang sangat indah yang menyatakan kemuliaan Tuhan. Kalau Saudara tanya “apa aplikasinya dalam hidup?”, aplikasinya hanya satu pesan ini harus kita terima dan membuat hati kita makin kagum kepada Kristus, inilah PR kita setelah dengar Firman ini. Biarlah kita belajar makin mengagumi Kristus, makin meninggikan Dia, makin mengagumi Dia sebagai yang menggenapkan rencana Tuhan. Saya rindu kita terus bertumbuh di dalam pengertian akan siapa Kristus dengan cara yang benar, sehingga keindahan Dia yang dibagikan oleh Kitab Suci boleh kita tangkap dengan sepenuhnya. Kiranya Tuhan memberkati.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Mesias dan Salib

(Lukas 9:18-27)
Teologi Salib dan mengapa kita tidak dapat memahaminya
1. Pengakuan kita hanyalah sampai pada batas dimana Kristus adalah Mesias yang agung saja. Tetapi Alkitab mengajarkan bahwa Mesias dan penderitaan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan di dalam ajaran para nabi. Bagaimanakah mungkin orang Yahudi melewatkan Yesaya 53:3-5? Bagaimana bisa meresapi Mazmur 22 tanpa melihat penderitaan yang digenapi oleh Kristus? Apakah yang membuat mereka sulit menerima Kristus? Karena salib. Kristus sulit diterima bukan karena Dia mengerjakan mujizat! Setiap orang dapat mengimani Kristus yang mengerjakan mujizat. Setiap orang dapat menerima Kristus yang memberikan tanda-tanda yang hebat. Tetapi siapakah yang akan percaya Kristus yang menderita? Ini kebodohan, dan begitu banyak orang lebih suka memelihara dusta dunia dan kebahagiaan palsu yang semu ketimbang menerima apa yang Allah nyatakan di dalam firman-Nya. Demikian juga di dalam zaman ini. Apakah kita pikir orang dunia sulit menerima Yesus karena mereka menolak memercayai mujizat? Tidak semua. Kebanyakan sulit menerima kalau Yesus yang diberitakan adalah Yesus yang tersalib. Mengapa sulit mengumpulkan orang untuk mendengarkan khotbah Kristen? Karena Kristus yang tersalib adalah inti dari pesan khotbah Kristen. Tetapi kalau salib diambil, tidak ada lagi batu sandungan bagi dunia ini. Ambilah salib! Gantilah dengan kemewahan, kemuliaan, kesenangan, hura-hura, pesta pora dan Kristus tidak lagi menjadi batu sandungan. Tetapi jika salib diambil, apakah makna Injil Kristus? Kosong! Benar. Tanpa salib makna berita Injil menjadi kosong. Inilah inti pemberitaan para rasul karena inilah inti dari karya penebusan Kristus. Tanpa salib tidak ada penebusan. Tanpa salib tidak ada ketaatan yang menjadi teladan. Tanpa salib tidak ada kasih yang mengalami hidup dan mati bersama-sama dengan yang dikasihi. Tanpa salib tidak ada karya Kristus. Dan tidakkah saudara tahu tanpa karya Kristus tidak akan ada orang Kristen? Tanpa orang Kristen tidak ada keselamatan. Tanpa keselamatan segala sesuatu menjadi sia-sia. Mengapa ambil hal yang paling penting dan menggantikannya dengan kesenangan kalau ternyata harga yang harus dibayar adalah kehidupan? Apakah gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya?

Di dalam ayat 20 Petrus menjawab pertanyaan Yesus dengan sangat berani. “Engkau adalah Mesias dari Allah.” Mesias yang seperti apakah? Apakah Petrus tahu apa yang dia katakana? Atau sama seperti yang lain, diapun menantikan Kristus yang membawa senjata dan memberikan kemenangan. Bukankah Tuhan Yesus sendiri memuji pengakuan ini (Matius 16:17)? Benar. Tetapi yang Tuhan Yesus puji bukanlah pengertian Petrus, tetapi tepatnya perkataan yang dia nyatakan. Tuhan Yesus juga menyatakan bahwa pengakuan iman Petrus ini datangnya dari Bapa. Petrus sendiri berbahagia karena dari mulutnyalah pengakuan iman ini dinyatakan. Tetapi dia sendiri gagal mengerti ketika dia menganggap mustahil seorang Mesias harus menderita (Matius 16:22-23). Mesias tanpa salib. Inilah yang Petrus pahami.

Sayangnya, hingga hari ini mesias tanpa salib diberitakan juga oleh banyak pengkhotbah-pengkhotbah palsu, yang menganggap bahwa hal yang menarik dari kehidupan Tuhan Yesus adalah kehidupan tanpa kesulitan. Perkenalkanlah teologi salib dan mereka akan enggan menyentuh iman Kristen dengan tangan mereka lagi. Inilah gambaran gereja saat ini. Mau ibadah? Oh, tunggu dulu… bukankah ibadah model “lama” itu bikin mengantuk? Ya… tentu saja ibadah tanpa musik hingar binger akan bikin telinga orang-orang tuli itu sulit menangkap vibrasi apapun. Orang tuli menyalahkan sang pemain terompet, inilah yang terjadi pada gereja saat ini. Mari bikin gereja senikmat mungkin bagi syaraf-syarafku yang penuh dengan kebiasaan setan! Kebusukanku tidak akan bisa diekspresikan oleh lagu-lagu agung itu, jadi marilah rubah lagu-lagu itu. Tetapi bukan hanya itu. Gerja juga sudah melupakan salibnya. Bukankah gereja telah menjadi tempat mewah untuk para selebriti dan orang-orang kaya berkumpul? Leonard Ravenhill pernah mengatakan bahwa dahulu gereja adalah sekoci penyelamat untuk menolong mereka yang tenggelam, tetapi sekarang gereja telah menjadi kapal pesiar untuk mengangkut mereka yang kaya dan potensial. Potensial untuk apa? Untuk membuat kas gereja tambah banyak? Inilah gereja tanpa salib! Gereja tanpa pengorbanan! Gereja tanpa pelatihan bagi orang-orang Kristen untuk bertekun memikul salib! Kita berpikir jika di tembok gereja sudah ada sebuah salib besar, berarti cukup. Tidak perlu lagi ada satu di dalam kehidupan saya. Gereja tanpa salib. Bayangkan itu. Richard Niebuhr pernah mengeritik gereja liberal (yang juga cocok untuk mengeritik gereja aliran apapun saat ini!), yaitu bahwa mereka mengajarkan tentang Allah yang tidak mungkin murka membawa manusia yang tidak ada dosanya ke dalam kerajaan yang tidak ada penghakiman melalui pelayanan Kristus yang tidak ada salib. Kristus yang tidak disalib! Inilah kegemaran gereja saat ini. Kita akan memperingati reformasi akhir bulan ini, dan tahukah Saudara kalau tokoh reformator, Martin Luther, memberikan definisi teologinya sebagai teologia salib? Di dalam Heidelberg Disputations Luther membedakan teologianya dengan teologia Katolik dengan menyebut teologianya “teologia salib,” bukan “teologia kemuliaan.” Sudahkah kita memikul salib kita? Kristus sudah. Sudahkah engkau?

2. Kita tidak dapat memahami teologia salib karena teologia ini mengajarkan tentang Allah yang dipermuliakan melalui perendahan diri para pengikut-Nya. Ini bukanlah suatu tindakan simbolik untuk memberikan penghargaan kepada Kristus saja, tetapi juga untuk menyatakan kemuliaan nama Tuhan. Sekarang buanglah jauh-jauh pemikiran bahwa kemuliaanku akan membawa kemuliaan Tuhan juga. Itu bukan hasil perenungan dari hati yang telah ditebus oleh Kristus. Tidak mungkin kemuliaan diri akan membawa kepada kemuliaan Allah. Jangan mimpi. Setiap usaha memperilah diri tidak mungkin sekaligus akan memper-Allah Tuhan. Mari turun dari tempat utama dan ambil tempat di pinggiran saja. Biarlah Kristus mendapatkan tempat yang paling utama. Dengan memberi tempat di pinggir bagi diri dan menyediakan tempat utama bagi Kristuslah Dia akan dipermuliakan. Tidak mungkin Dia dipermuliakan sebagai hasil sampingan dari usaha utama untuk menonjolkan diri. Biarlah diri kita sendiri yang menjawab pertanyaan-pertanyaan ini. Apakah yang saya kerjakan secara konsisten telah meninggikan Allah dan melatih perendahan diri saya? Begitu sering kita menonjolkan keberadaan kita dan terlalu sering kita mengabaikan kemuliaan Tuhan. Apakah mungkin ada teladan dalam mengikuti Allah? Tidak ada. Hanya Kristus. Mengapa hanya Dia? Karena hanya Dia yang dengan taat memikul salib-Nya. Saudara ingin menaati Yesus? Di mana salibmu? Apakah saya setia meneladani Kristus? Di manakah salib saya? Apakah saya siap dianggap hina karena rela menyatakan perkataan Kristus? Apakah saya siap untuk turun dari ambisi memuliakan diri dan rela membayar harga, termasuk menjadi terhina, demi Dia dipermuliakan? Tidak ada yang lebih menggelikan daripada orang-orang Kristen yang ingin memakai mahkota bersama-sama dengan Tuhan. Tidak tahukan Saudara kalau mahkota itu hanya akan muat di satu kepala saja? Buang kepalamu dari mahkota Kristus!

Penyakit meninggikan diri sudah setua menara babel. Manusia membangun terus keangkuhan yang hanya akan meninggalkan keruntuhan bagi kemanusiaan. Ambisi pribadi seseorang selalu diraih dengan harga yang dibayar oleh banyak orang. Tidak demikian dengan Kristus. Kemuliaan Allah yang dinikmati banyak orang dibayar oleh satu Orang. Satu berkorban bagi yang banyak. Inilah Mesias yang rela memikul salib. Satu dipermuliakan oleh pengorbanan banyak orang, inilah mesias palsu! Jika satu orang membangun kemuliaan bagi isterinya sendiri melalui karier musik yang dibiayai dari hasil jerih lelah puluhan ribu orang jemaatnya yang memberi persembahan, maka orang ini adalah nabi palsu. Pada abad ke-15, Paus Alexander V (salah satu dari tiga Paus yang sedang berebut kekuasaan saat itu) dilukis atas perintah Jan Hus di tembok gerejanya dengan keagungan yang luar biasa. Kemegahan perhiasan dan pakaian kebesarannya membuat lukisan itu begitu terlihat mewah. Tetapi pada tembok seberangnya Hus menyuruh dibuat lukisan Kristus yang sedang menderita penuh luka dengan memikul salib. Pada waktu berkhotbah Hus menantang para jemaatnya, “Mana yang ingin Engkau ikuti? Orang ini, yang membuat Engkau miskin demi memperkaya dirinya (dan dia menunjuk kepada lukisan Paus Alexander V)? Ataukah Orang ini, yang dengan penderitaan dan kemiskinan-Nya telah memperkaya imanmu (dan dia menunjuk lukisan Kristus yang memikul salib)?” Yang manakah yang mau Saudara ikuti? Kristus? Mengapa? Karena Dia rela memikul salib bagimu? Tetapi bagaimanakah reaksimu jika Dia meminta Engkau meneladani Dia? Siapkah memikul salib? Sang Mesias telah meletakkan teladan teragung. Salib demi keselamatan dunia. Biarlah kita mengikuti teladan itu. Salib demi kemuliaan Kristus, Juruselamat dunia.

Teologia Salib dan Bagaimana Menjalaninya
Ayat-ayat bacaan kita hari ini bukan hanya memperkenalkan kepada kita Mesias yang memikul salib, tetapi juga mengajarkan kepada kita bagaimana memikul salib meneladani Dia. MEmikul salib bukanlah menanggung hukuman akibat dosa. Orang yang terus menerus merokok, lalu terkena kanker yang mengambil kemampuan paru-parunya menyerap oksigen, tidak boleh berkata bahwa sakit kanker ini adalah salib yang harus dia tanggung. Tuhan Yesus tidak menanggung salib karena dosa-Nya sendiri. Dia menanggung beban salib karena dosa kita. Demikian juga kita semua menanggung beban salib bukan karena dosa kita. Jika kita berbuat dosa dan terkena kesulitan, itu adalah sesuatu yang sewajarnya kita terima. Tetapi jika kita taat dan setia, lalu mendapatkan kesulitan karenanya, itulah salib. Beban salib harus kita tanggung karena kita mau mengikut Kristus dengan setia. Mengikut Kristus di dalam hal apakah? Mengikut Kristus di dalam hidup bagi Dia dan meneladani hidup-Nya, dan juga mengikut Kristus di dalam menyatakan siapa Dia dan firman-Nya.

1. Memikul salib berarti menjalani hidup bagi Kristus. Ayat 24 mengatakan setiap orang yang rela kehilangan nyawa demi Kristus akan memperoleh nyawanya. Ini bukan hanya berarti orang-orang yang rela mati bagi Kristus. Pengertian dari ayat ini lebih luas daripada hanya bagi orang-orang yang kehilangan nyawa, tetapi pengertian ini juga mencakup orang-orang yang menghabiskan hidupnya demi Kristus. Suka atau tidak usia hidup kita akan terus berkurang. Tidak ada orang yang semakin lama hidup semakin jauh dari kubur. Sebaliknya, setiap kali usia bertambah satu tahun, berarti satu tahun mendekat kepada kematian. Tidak ada pilihan bagi kita selain menghabiskan usia hidup. Waktu hidup terus berjalan meskipun kita mengabaikannya. Maka yang menjadi pertanyaan adalah, apakah kita menghabiskan hidup itu untuk Kristus? Jika ya, berarti kita sedang kehilangan nyawa bagi Kristus. Tetapi setiap orang yang menolak untuk kehilangan nyawa bagi Kristus sebenarnya tetap sedang kehilangan nyawa. Hanya saja dia kehilangan nyawa untuk sesuatu yang tidak bisa memberikan hidup! Bodohlah orang yang kehilangan hidupnya untuk sesuatu yang tidak bisa menolong dia tetap hidup. Sedangkan orang yang kehilangan nyawanya untuk Kristus yang sudah bangkit dari kematian, dia adalah orang bijak, karena dia kehilangan nyawa untuk Kristus yang sanggup memberikan nyawa kepada yang sudah mati sekalipun. Tetapi ketika kita hidup bagi Kristus, menghabiskan waktu hidup kita untuk Dia, ini akan membuat banyak kesulitan. Hidup meneladani Kristus akan menimbulkan kebencian bagi orang-orang dunia ini. Apakah semua orang pasti akan membenci pengikut Kristus? Tentu tidak. Masih ada orang-orang yang mempunyai akal sehat yang menghargai pengikut Kristus. Bahkan banyak diantara orang-orang yang tidak percaya Kristus tetap menghargai bijaksana dari orang-orang yang menaati firman Tuhan. Tetapi orang-orang yang diancam oleh kebenaran, yaitu orang-orang fasik, licik, penipu, dan orang-orang yang menjadi budak hawa nafsu, mereka inilah yang akan menghina, bahkan menentang dengan kekerasan orang-orang yang mengikut Kristus (Lihat Yohanes 3:19 dan 20).

Saudara hidup bagi Kristus, berarti Saudara bukan lagi orang-orang serakah yang hanya mementingkan diri sendiri. Saudara hidup bagi Kristus, berarti Saudara bukan lagi orang-orang cinta uang yang mengejar uang lebih daripada apapun. Saudara hidup bagi Kristus, berarti Saudara bukan lagi orang-orang yang diperbudak oleh hawa nafsu yang membinasakan. Saudara hidup bagi Kristus, berarti Saudara bukan orang-orang yang korup dan menipu orang lain demi keuntungan diri. Saudara hidup bagi Kristus, berarti Saudara membenci semua praktek-praktek jahat dari dunia ini dan sebagai akibatnya orang-orang yang melakukan hal-hal itu membenci Saudara. Orang-orang yang dibenci, dihambat kariernya, ditahan haknya karena dia setia mengikut Kristus, orang-orang inilah yang sedang memikul salib. Demi mengikut Yesus dan setia kepada-Nya mereka rela kehilangan apapun.

Membagi hidup bukanlah hal yang biasa dilakukan oleh orang-orang dunia ini. Masing-masing jalani hidup bagi diri dan dengan kesenangan diri sebagai tujuan. Kalaupun ada yang membagi hidup, tetap menghabiskan hidup untuk orang yang salah. Hidup dimonopoli oleh diri meskipun hidup itu sendiri bukanlah bersumber dari diri. Hidup dipakai seenaknya oleh diri meskipun hidup itu dimiliki oleh Tuhan yang menciptakannya. Tuhan memerintahkan kita untuk menyerahkan hidup bagi Kristus. Apapun kesulitan yang muncul ketika mencoba menjalani ini, itulah salib yang harus ditempuh dengan taat dan setia.

2. Memikul salib berarti menanggung apa yang ditujukan kepada Kristus. Kristus telah menanggung apa yang seharusnya kita alami, yaitu murka Allah, dan kita semua dapat menerima keselamatan karena kebenaran Kristus menjadi milik kita. Ini semua terjadi karena Roh Kudus menyatukan kita dengan Kristus. Tetapi jikalau kita menjadi satu di dalam Kristus, berarti kebencian dunia ini kepada Kristus juga sangat mungkin ditujukan kepada kita. Dunia ini membenci Kristus terlebih dahulu, barulah membenci pengikut-pengikut-Nya (Yohanes 15:18-20). Kebencian yang tidak beralasan, tetapi sangat menyala-nyala. Sebagian dari orang Kristen hidup di dalam keadaan yang tenang, aman, penuh perdamaian. Tetapi jangan lupa kalau ini tidak terjadi pada banyak orang Kristen yang lain. Banyak orang yang harus diancam, disiksa, bahkan dibunuh karena menjadi pengikut Kristus. Di dalam Wahyu 16, ketika jiwa orang-orang yang dipenggal karena Kristus menjadi suatu persembahan di mezbah di surga, orang-orang itu bertanya, “Ya Hakim seluruh bumi, kapankah Engkau akan membalaskan kejahatan mereka terhadap kami?” Perhatikanlah jawaban Tuhan. “Sampai genap jumlahnya orang-orang yang akan dibunuh sama seperti kamu.” Orang-orang yang disiksa dan dianiaya, bahkan mati karena menjadi pengikut Kristus begitu banyak. Bagaimana jika penganiayaan ini juga tiba kepada kita? Bagaimana kita akan bereaksi? Jika kita dianiaya oleh karena kita pengikut Kristus, biarlah kita menyadari bahwa hanya tinggal sedikit waktu lagi Tuhan akan menyatakan keadilan-Nya dan mempermuliakan mereka yang berada di dalam Dia. Jangan lupa bahwa Tuhan Yesus telah berkata bahwa kemuliaan di hadapan Bapa dan para malaikat-Nya akan membuat seluruh penderitaan itu tidak berarti lagi. Kemuliaan ini akan segera dinyatakan. Bahkan di dalam ayat terakhir bacaan kita hari ini dikatakan bahwa ada orang-orang yang akan menyaksikan kemuliaan itu terjadi. Ini menunjuk kepada perikop selanjutnya, yaitu peristiwa Kristus dipermuliakan, sekaligus menyatakan bahwa kedatangan Tuhan akan segera terjadi. Kedatangan yang akan membawa kemuliaan bagi barangsiapa setia menyangkal dirinya dan memikul salib mengikuti Kristus, tetapi juga membawa kengerian penghakiman bagi mereka yang menyiksa pengikut Kristus. Siapa yang malu karena Kristus akan kehilangan kemuliaan yang sangat besar, yang telah disediakan Tuhan bagi setiap orang yang mau mengikut Kristus dengan setia.

Begitu banyak orang-orang Kristen yang mengalami kesukaran dan sengsara besar karena Kristus. Ada yang rumahnya dibakar, keluarganya dibunuh, ada yang disiksa, ada yang ditangkap, ada yang rumahnya dibakar, ada yang difitnah dengan keji… begitu banyak yang harus ditanggung oleh mereka demi nama Kristus! Tetapi sudahkah kita memahami bahwa di dalam segala kesulitan dan penderitaan itulah kemuliaan Kristus dinyatakan? Kristus telah terlebih dulu menderita dan dianiaya, bahkan mati disalib inilah yang memerintahkan kita untuk mengikuti Dia. Dia tidak memerintahkan kita untuk mengikuti Dia ketika Dia akan pergi ke surga. Kita memang akan berdiam dengan Dia bersama-sama di dalam kemuliaan-Nya selama-lamanya. Tetapi ketika Yesus Kristus memerintahkan kita mengikuti Dia di dalam Lukas 9, konteks pada saat itu bukanlah saat Kristus akan terangkat ke surga. Sebaliknya konteks pada waktu Yesus Kristus mengajar ini adalah ketika Dia menubuatkan bahwa sebentar lagi Dia akan ditangkap, dianiaya, difitnah, dan dibunuh di atas kayu salib. Kristus mengatakan: “ikutlah Aku” setelah Dia mengatakan: “Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan, dibunuh, dan dibangkitkan pada hari yang ketiga.”

Biarlah kita dengan penuh ketaatan hidup dengan mengikuti Kristus. Kesulitan apapun yang diperoleh karena kita mau berusaha taat kepada-Nya merupakan kesulitan yang telah dijanjikan kemenangan oleh Tuhan Yesus. Marilah kita memohon hati yang penuh keberanian setia kepada Kristus. Di saat penderitaan dan aniaya keberanian dan kesetiaan kita akan diberikan kelegaan oleh Kristus. Biarlah kemuliaan yang sekarang diperoleh Kristus, yaitu kemuliaan yang juga akan menjadi milik setiap orang yang setia kepada-Nya, menjadi kekuatan kita untuk bertahan dan menang. (Jimmy Pardede)

Herodes dan Kristus

(Lukas 9:7-17)
Dari setiap Injil itu kita bisa membagi setidaknya ada 2 sudut pandang yang penting dan berbeda mengenai peristiwa memberi makan 5.000 orang. Berbeda bukan berarti bertentangan. Berbeda berarti ada 2 sudut pandang yang memperkaya pengertian kita akan peristiwa itu. Sudut pandang dari Yohanes sedikit beda dari sudut pandang Lukas, Markus atau pun Matius. Di dalam Injil Yohanes peristiwa memberi makan 5.000 orang ini menjadi kesempatan bagi Yohanes untuk menekankan bahwa Yesus Kristus adalah roti yang akan terpecah bagi orang-orang yang menjadi umatNya. Pada waktu itu penulis Kitab Injil yaitu Yohanes berusaha menekankan bahwa Kristus lebih agung dari Musa, Kristus lebih agung dari apa yang Tuhan kerjakan melalui Musa. Pada waktu itu ada perdebatan apakah Yesus lebih baik dari pada Musa? Ada yang mengatakan Yesus membawa hal yang baru, Dialah Sang Mesias, tapi masih ada perdebatan yang tidak percaya Dia. Mereka terus menyerang dan mengatakan Yesus bukan Mesias, karena Dia tidak lebih baik dari pada nabi-nabi yang sudah pernah muncul. Perdebatan ini terus muncul sehingga ketika Yesus memberi makan 5.000 orang lalu orang-orang yang sudah mendapat makan mengatakan “kami harus jadikan orang ini Raja, Dia sudah beri kami makan berarti Dia cocok jadi raja. Kalau Dia menjadi Raja, Dia akan pelihara hidup kami, Dia akan membawa kami ke dalam kesejahteraan, makanan dan keamanan terjamin”, maka mereka mencari Tuhan Yesus. Tapi Injil Yohanes mengatakan Yesus menyendiri, berdoa dan menyuruh murid-muridNya naik ke perahu untuk menyeberang danau. Di dalam malam hari setelah murid-murid menyeberang, barulah Yesus menyusul mereka dengan berjalan di atas air. Ini peristiwa yang dicatat di dalam Injil, baik Matius, Markus, Lukas dan Yohanes. Tetapi yang dilanjutkan oleh Yohanes itu tidak terdapat dalam Injil yang lain, yaitu setelah Yesus pergi menyeberang danau, orang-orang susul mereka dan mereka minta supaya Dia menjadi raja. Mereka cari mau menjadikan Dia raja, lalu Yesus mengatakan “engkau mau menjadikan Aku raja karena sudah makan roti dan kenyang, bukan karena engkau tahu siapa Aku, bukan karena engkau melihat tanda-tanda dan mengakui bahwa Aku adalah Sang Mesias itu.

Injil Sinoptik mempunyai sorotan yang lain, yang menjadi tekanan dari Matius, Markus dan Lukas bukanlah pada tekanan Kristus sebagai Roti hidup, tapi tekanan mereka adalah kepada Kristus sebagai pemimpin yang beda dengan Herodes. Itu sebabnya baik Matius, maupun Markus, Lukas memberikan cerita memberi makan 5.000 orang ini setelah membahas cerita tentang Herodes. Herodes dulu dibahas baru masuk ke dalam peristiwa memberi makan 5.000 orang. Apa kaitannya? Ini yang akan kita bahas pada kali ini, kita akan melakukan perbandingan antara pemimpin dunia yang kejam seperti Herodes dan Raja sejati yang akan datang yaitu Kristus. Di dalam Alkitab baik jabatan sebagai nabi maupun imam maupun raja ini adalah 3 jabatan yang Tuhan berikan kepada manusia. Tapi yang Tuhan katakan akan digenapi oleh Kristus. Jadi 3 jabatan yang ada di dalam Perjanjian Lama ini semua akan bermuara kepada pribadi Kristus, semuanya akan memuncak pada Kristus. Itu sebabnya setelah Tuhan membangkitkan Musa, Musa mengatakan “akan ada nabi dibangkitkan sesudah aku dan akan ada dari mereka satu orang nabi, yang kalau engkau mengabaikan perkataannya, engkau akan mati”. Jadi Musa mengatakan akan banyak nabi, tapi akan ada satu yang jika engkau mengabaikan perkataannya, engkau pasti mati. Jadi Musa mengatakan setelah aku akan ada nabi-nabi lain, setelah nabi-nabi muncul apakah sudah selesai? Tidak, karena setelah nabi yang terakhir, yang dicatat dalam Perjanjian Lama berbicara, yaitu Maleakhi, dia masih mengatakan nabi Perjanjian Lama yang lain, yang masih akan muncul yaitu Yohanes Pembaptis. Yohanes Pembaptis ini unik, meskipun dia adalah nabi Perjanjian Lama tapi ditulis di Perjanjian Baru. Maka Maleakhi mengatakan “akan ada suara berseru-seru” dan itu yang dimaksudkan adalah Yohanes Pembaptis. Maka Yohanes Pembaptis menjadi nabi yang menggenapi apa yang Musa katakan. Tetapi bukan Sang Nabi itu yaitu 1 orang yang akan menggenapi seluruh pekerjaan nabi yang Tuhan sudah nyatakan dalam Perjanjian Lama. Maka ketika orang bertanya kepada Yohanes “engkaukah nabi yang akan datang itu, engkaukah dia?”, Yohanes Pembaptis mengatakan “bukan, aku hanyalah suara”. Yohanes Pembaptis ketika ditanya “engkauhkah nabi itu?”, Yohanes Pembaptis mengatakan “saya hanya suara”. Suara apa? Suara yang menunjuk kepada Sang Nabi itu. Jadi Yohanes Pembaptis mengatakan yang menggenapi jabatan nabi bukan dia, tapi Yesus Kristus. Yesuslah yang akan menggenapi jabatan dan juga otoritas sebagai nabi. Dan dikatakan, yang dengar suaraNya akan hidup dan yang tidak mendengar akan mati. Bahkan lebih ekstrim lagi, di dalam Perjanjian Baru dikatakan “ yang mendengar suaraNya kalau pun dia sudah mati, dia akan hidup. Dan yang tidak dengar suaraNya, meskipun dia hidup, akan mati”, ini ancaman yang mengerikan sekaligus pengharapan yang besar. Sebab dikatakan akan ada saat dimana orang-orang mati akan dengar suara Dia dan akan hidup, dan orang-orang hidup yang mengabaikan suaraNya akan mati. Ini bukan nabi sembarangan, ini bukan Elia, ini bukan Elisa, ini bukan Yesaya, ini bukan Musa, sebab tidak ada satu pun dari mereka perintah orang mati dengan otoritas Ilahi dan orang itu bangkit. Elia dan Elisa membangkitkan orang mati tapi tidak dengan otoritas seperti Allah. Tapi Yesus membangkitkan orang mati dengan otoritas yang luar biasa besar. Dia membangunkan orang mati dengan memegang tangannya saja, Dia membangkitkan Lazarus dengan berseru memerintahkan orang mati itu keluar. Maka dikatakan akan ada saatnya dimana orang-orang mati ini mendengar suaraNya dan mereka akan bangkit dari kubur, dan orang-orang hidup yang menolak Dia akan dikubur dan mati. Maka Yohanes Pembaptis mengatakan “bukan saya nabi itu, tapi yang akan datang”. Setelah Yohanes Pembaptis makin populer dan murid makin banyak, pada waktu itu Yesus hadir dan Yohanes segera mengatakan “inilah Dia yang aku beritakan, inilah Dia Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia”. Maka Kristus diperkenalkan oleh Yohanes sebagai yang menggenapi panggilan sebagai nabi.

Lalu di dalam Surat Ibrani diingatkan Yesus bukan hanya menggenapi sebagai nabi, Yesus juga menggenapi jabatan sebagai imam, sebab dengan menjadi korban di atas kayu salib dan dengan kedudukanNya sekarang yang ditinggikan di sebelah kanan Allah, Dia menjadi pengantara kita sampai selama-lamanya. Banyak orang Kristen yang tidak tahu, tapi Saudara harus tahu bahwa Yesus setelah menjadi manusia, selamanya Dia adalah manusia. Dia adalah Allah sejati dan manusia sejati, 2 natur dalam satu pribadi, dan sampai selamanya 2 natur ini tetap ada. Di dalam Kitab Daniel dikatakan sang raja itu seperti anak manusia akan berdiri menerima tahta dari Allah. Maka bagian ini sedang mempersiapkan pembaca untuk melihat Yesuslah Sang Raja itu. Itu sebabnya di dalam pasal 9, Lukas bersama Matius dan Markus menulis sebentar tentang Herodes. Herodes kaget mengapa ada Yesus yang melakukan ini, apakah ini adalah Yohanes Pembaptis yang bangkit lagi? Herodes sudah penggal kepala Yohanes Pembaptis, tapi ada yang percaya kalau Herodes itu Elia yang akan datang dan dia akan bangkit kembali. Jadi Herodes ketakutan, dia sudah bunuh orang, sudah hancurkan, sekarang bingung kalau ternyata orang itu tidak bisa dihancurkan. Sudah hancurkan Yohanes, tapi kekuatan berita Injil tidak bisa dia bungkam. Pemimpin-pemimpin dunia yang bobrok selalu memberikan dirinya untuk menjadi milik setan dan membuat dirinya menjadi oposisi dari umat Tuhan. Umat Tuhan mau kerjakan apa dihambat oleh pemerintah yang korup, dilarang oleh pemerintah yang korup. Kadang-kadang mereka ingin sogok, mereka ingin suap, mereka ingin hal-hal yang untuk memperkaya diri baru memperbolehkan gereja untuk beribadah. Pemimpin seperti ini akan celaka. Herodes adalah lambang dari pemerintahan dunia yang begitu pengecut tapi ingin kekuatan, yang begitu ketakutan tapi tidak mempunyai iman atau keberanian yang berasal dari Tuhan. Itu sebabnya seluruh kekuatan senjata tidak membuat mereka menjadi orang berani, mereka tetap menjadi orang pengecut. Herodes begitu pengecut karena meskipun dia tahu dia membenci Yohanes Pembaptis, tapi keputusan untuk membunuh Yohanes Pembaptis tidak datang dari dia. Dia tidak berani mengambil keputusan membunuh karena dia memperhitungkan kira-kira kekuatannya di mata orang lain akan seperti apa. Banyak politikus bertindak dengan cara seperti ini, kalau saya melangkah seperti ini kira-kira saya akan populer atau tidak, kalau saya lakukan ini kira-kira saya akan diterima atau tidak. Kalau pemimpin tidak menjadi murid kebenaran bagaimana mungkin yang dipimpin bisa sejahtera. Itu sebabnya Herodes menjadi contoh yang buruk dimana dia bertindak apa pun demi nama dan citranya di depan mata rakyatnya sendiri. Kalau kita orang Kristen masih seperti itu, kita akan menjadi orang yang paling kasihan karena kita masih hidup seperti dunia, padahal kita katanya sudah berada di dalam Tuhan. Saudara kalau ambil keputusan, ambil keputusan karena apa, Saudara kalau bertindak karena apa, Saudara kalau melayani karena apa? Karena mendapat pujian dari manusiakah, karena disetujui oleh manusia atau karena apa? Alkitab mengatakan murid kebenaran akan bertindak karena kebenaran, ini saya kerjakan karena ini benar. Banyak pemimpin jadi hamba atas kekuasaannya sendiri, banyak pemimpin menjadi budak karena dia mau mempertahankan statusnya menjadi pemimpin. Itu sebabnya Herodes menjadi bandingan sebelum masuk ke dalam kisah memberi makan 5.000 orang. Herodes dan Yesus menjadi perbandingan yang luar biasa ekstrim yang dipilih untuk disejajarkan oleh Matius, Markus dan Lukas.

Lalu sekarang kita kembali ke contoh pemimpin yang sejati. Ayat 10 mengatakan sekembalinya rasul-rasul menceritakan kepada Yesus, apa yang Yesus kerjakan? Yesus membawa mereka menyingkir ke daerah pinggiran dari kota bernama Betsaida. Ketika mereka sudah masuk di pinggiran kota, mereka pergi ke tempat yang tidak ada orang, tidak ada komunitas untuk mereka boleh menyendiri. Tetapi ternyata pengikut-pengikut Yesus sudah tahu Dia ada di situ, semua berbondong-bondong datang. Kali ini Dia mau terima mereka dan itu sebabnya Yesus mau langsung dibandingkan dengan Herodes, Yesus tahu bagaimana memimpin orang-orang ini. Waktu orang-orang itu sudah dikumpulkan, 5.000 orang dengar Yesus berkhotbah, ini 5.000 orang laki-laki belum termasuk perempuan dan anak-anak, lalu mereka disembuhkan oleh Yesus, mereka diberikan anugerah berkat limpah sekali karena Yesus mengajar dan menyembuhkan mereka. Tetapi yang menjadi poin adalah ketika sudah malam, murid-muridNya datang dan mengatakan “Tuhan, kalau tidak suruh mereka pulang sekarang, tidak sempat lagi, kalau sudah terlalu malam banyak bahaya”. Abad pertama adalah abad yang berat untuk orang Israel, orang Israel kalau jalan malam bisa diserang oleh perampok. Jadi bayangkan waktu berjalan begitu banyak kejahatan terjadi, maka murid-murid mengatakan “Tuhan, jangan suruh pulang malam, bahaya. Jadi tolong suruh mereka pulang sebelum gelap, supaya mereka dapat berlindung di kota-kota terdekat dan mendapatkan makanan di situ”. Tapi Tuhan mengatakan “engkau harus memberi mereka makan”. Mengapa peristiwa makan ini menjadi sangat penting? Saudara mungkin tidak sadar, tapi Alkitab dari Kejadian sampai Wahyu berkali-kali menekankan makanan sebagai bagian dari pernyataan Tuhan tentang kebenaranNya. Maka pada bagian ini pun sama, Yesus suruh mereka berkelompok-kelompok, bukan dalam kelompok besar, tapi di dalam kelompok-kelompok untuk persekutuan makan bersama. Ini harus kita mengerti di dalam tradisi orang Yahudi, orang Yahudi kalau makan bersama itu punya poin yang ditekankan yaitu yang pertama orang Yahudi makan bersama untuk meyakinkan tidak ada dari komunitasnya yang kelaparan. Ini hal yang penting, kadang kita kurang peka siapa yang sedang kekurangan, tapi dengan makan bersama kita memastikan bahwa tidak ada komunitas kami yang kekurangan sehingga dia kelaparan, mari kita makan sama-sama, ini hal pertama.

Lalu hal kedua, makan bersama memberikan tanda bahwa Tuhan memberkati bukan hanya saya tapi juga orang lain. Sehingga kita makan bersama-sama dalam satu komunitas menikmati fakta bahwa Tuhan memelihara yang lain, sama seperti memelihara saya. Lalu yang ketiga, makan bersama menunjukan penerimaan dan kebiasaan mendahulukan orang lain. Membiasakan perasaan nikmat waktu lihat orang makan bagian lebih baik dari saya. Ini hanya mungkin dalam persekutuan makan. Kita tidak menggunakan makanan untuk memancing orang lain datang, tapi kita tidak melarang adanya persekutuan makan bersama di dalam gereja Tuhan. Jadi Tuhan Yesus sedang menyatakan Dia sebagai pemimpin yang membawa orang ke dalam communion, suatu relasi, bersama dan juga dengan Tuhan. Maka pemimpin yang baik bukan hanya yang mencukupkan perut saja, tapi yang mencukupkan kebutuhan relasi dengan sesama dan relasi dengan Tuhan di dalam kejujuran dan kebenaran. Maka tidak ada raja yang melakukan ini kecuali Kristus, karena raja lain bisa mengumpulkan orang, memberi makan, memberikan kesejahteraan, tapi tidak mungkin menciptakan relasi yang indah dan sempurna baik di antara manusia maupun dengan Allah kecuali Yesus yang datang dengan memecahkan diri untuk membawa orang berelasi dengan Tuhan dan sesama, maka inilah hal yang pertama. Dialah Sang Pemberi supaya kita menikmati bersama-sama anugerah Tuhan. Lalu hal yang kedua, Yesus Kristus memberikan kelimpahan bukan untuk diriNya sendiri tapi untuk rakyat, bukan untuk dinikmati sendiri tapi untuk diberikan kepada orang-orang yang Dia pimpin. Tuhan Yesus mengerjakan semua yang paling baik untuk dinikmati oleh banyak orang. Ini poin kedua yang harus kita bandingkan, pemimpin dunia ini membuat dirinya lebih utama dari pada yang lain, Yesus Kristus membuat persekutuan di dalam Tuhan menjadi yang paling utama. Perhatikan bahwa Yesus tidak mementingkan satu pribadi, tetapi Yesus mementingkan seluruh persekutuan untuk datang kepada Tuhan. Lalu hal yang ketiga, Yesus Kristus di dalam memberi makan 5.000 orang ini, memberikan contoh kepada para murid bahwa harus ada pemimpin yang mewakili Dia untuk melakukan hal ini. Yesus mengatakan kepada para murid “engkau harus memberi mereka makan”, jadi Yesus sedang mengatakan yang Dia lakukan sebagai kepala harus dilakukan oleh wakilNya yaitu orang Kristen di dalam dunia ini.

Saudara mesti belajar tidak menjadi pemimpin yang sama dengan dunia ini. Tapi menjadi pemimpin yang meneladani Yesus Kristus. Apakah sulit meneladani Kristus? Pasti sulit, apakah mungkin? Sangat mungkin, mengapa bisa? Karena Roh Kudus akan memimpin kita. Maka Saudara, entah Saudara menjadi kepala keluarga atau menjadi pemimpin kelompok atau menjadi orang yang memberikan nasihat kepada orang lain, biarlah kita belajar untuk menjadi orang yang memiliki sifat-sifat Kristus di dalam menjadi Sang Raja yang menggenapi panggilan raja yang Tuhan berikan, dengan otoritas dan kasih memberikan fokus kepada kesejahteraan orang-orang yang dipimpin.
Maka dalam pengertian ini kita akan melatih diri setidaknya dalam 3 hal utama, hal pertama adalah kita mengabaikan apa yang orang pikir tentang kita dan mulai memikirkan apa yang Tuhan pikirkan tentang orang lain, ini hal pertama. Saudara mau menjadi pemimpin yang baik, mulai abaikan yang orang pikir tentang Saudara lalu mulai konsentrasi kepada apa yang Tuhan pikir terhadap orang-orang yang Saudara pimpin. Ini bukan hal yang mudah tapi mesti kita kerjakan. Lalu yang kedua, Saudara harus mengusahakan apa yang Kristus usahakan usahakan yaitu membuat orang-orang menjadi satu di dalam Tuhan. Kesehatian adalah hal yang penting, maka Tuhan Yesus memelihara umatNya bukan hanya dengan khotbah dan memberikan mujizat, tapi juga menyuruh mereka berelasi dalam makan bersama. Lalu yang ketiga, sama seperti Kristus mempunyai rekan untuk memastikan dia punya pengaruh yang diterima, demikian kita pun perlu rekan, tidak ada pemimpin bisa kerjakan sendiri. Herodes mau main sendiri, siapa yang kira-kira mirip dia akan dipenggal, siapa yang ambil hati rakyat akan dipenggal, “saya mesti one man show, saya mesti kerjakan semua. Inilah hal ketiga, biarlah kita belajar bekerja dan bersama, mengetahui bahwa saya sendiri tidak mungkin, tapi saya perlu kerja sama dengan sebanyak mungkin orang untuk menyatakan pekerjaan Tuhan boleh jadi. Inilah prinsip yang indah dari perbandingan Herodes dengan Tuhan Yesus sebagai pemimpin. Dan kiranya kita boleh belajar melihat kemana Tuhan memanggil kita, pengaruh apa yang Tuhan percayakan kepada kita, dan belajar dari karakter Kristus yang agung, dan bukan dari karakter dunia yang banyak kebobrokan. Kiranya Tuhan memberkati.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Persiapan dan Pengutusan

(Lukas 9:1-17)
Kita akan fokus pada ayat 1-6, di mana Yesus mengutus ke-12 murid. Tuhan Yesus mengutus mereka, dan di dalam seluruh gambaran besar, ayat 7-9 mengingatkan bahwa para murid ini diutus di tengah-tengha dunia yang masih dikuasai oleh raja yang jahat, masih dikuasai oleh pemimpin politik yang serakah, dikuasai oleh orang yang mengamankan kerajaannya dengan membunuh saingannya. Jadi murid-murid dilepas ditengah-tengah kelompok yang jahat, ditengah-tengah kekuatan dari masyarakat, kekuatan dari politik, kekuatan dari ekonomi yang begitu kejam. Lalu di dalam ayat 10 dan selanjutnya ternyata dikatakan sekalipun murid-murid sudah pergi dan menemukan kuasa yang luar biasa, karena mereka boleh membagikan Firman, menyembuhkan orang, mengusir setan dengan kuasa dari Tuhan dan Tuhan cukupkan dari semua perjalanan mereka, tapi mereka tetap tidak tahu bahwa Tuhan sanggup memelihara 5.000 orang yang bersama. Jadi di sini ada pengingat di dalam seluruh bagian ini bahwa orang yang diutus oleh Tuhan diutus ditengah-tengah masyarakat yang dikuasai oleh pemerintahan yang belum tunduk kepada Tuhan. Lalu mereka mengalami kesulitan, tetap beriman. Kalau mereka sudah beriman dulu, ternyata ujian yang sama mereka hadapi dan mereka tetap kalah. Mereka sudah beriman dulu, dan waktu mereka jalani ujian yang sama di masa depan, ternyata tidak tentu menang. Ini pelajaran penting bagi kita, orang yang sudah melayani, orang yang sudah jadi Kristen, yang merasa terus bertumbuh dan merasa sangat dewasa imannya, harap mengingat bahwa ketika ujian yang sama datang lagi, Saudara mungkin akan jatuh juga. Jadi tidak ada orang yang berada dalam titik aman. Saudara lulus dalam satu periode ujian, Saudara akan menghadapi ujian yang sama yang akan datang, Saudara belum tentu mengalami kemenangan yang sama. Di dalam bagian sebelumnya Lukas mencatat Yesus Kristus yang mengajar, mengasihani orang miskin, orang sakit,memberikan mujizat besar, menyatakan tanda-tanda yang hebat, dan itu semua menjadi pelajaran bagi murid. Murid-murid melihat kehidupan Yesus dan menangkap apa yang Yesus bagikan kepada mereka melalui hidup. Ini memerlukan kepekaan, murid-murid harus belajar peka apa yang harus dipelajari dari Tuhan. Waktu mereka melangkah hari demi hari, mereka tahu Tuhan sedang mengajar mereka. Tadi kita menyanyi lagu supaya Tuhan menyertai kita, melangkah bersama dengan kita. Pada waktu Tuhan berjalan bersama kita, pada waktu itu juga pengajaranNya boleh kita saksikan. Maka seluruh hidup kita ini adalah hidup yang dijalani di dalam jalan seorang murid yang mengikuti sang master. Saudara sedang belajar ikut Tuhan dan berapa sayang kalau sepanjang jalan ikut Tuhan, kita gagal mengikuti Dia. Terkadang kegagalan belajar itu muncul karena kita meminta Tuhan melangkah di dalam kecepatan saya, saya mau Tuhan mengajar waktu saya siap, saya mau Tuhan melakukan dengan cara saya, saya mau Tuhan mengajar saya berdasarkan level yang saya pikir saya berada. Tetapi Alkitab mengatakan banyak orang gagal belajar karena mereka menuntut Tuhan untuk sesuaikan dengan mereka. Tetapi Tuhan menuntut kita untuk menyesuaikan dengan langkah Tuhan.

Tapi tidak banyak orang yang dapat begitu banyak di dalam hidup. Banyak orang mengabaikan cara Tuhan mendidik, banyak orang mengabaikan apa pun langsung lupa apa yang Tuhan mau didik di dalam peristiwa itu. Setiap peristiwa hidup, setiap pertemuan dengan anugerah Tuhan itu adalah hal yang mendidik kita semakin mengenal Tuhan dan semakin dipersiapkan untuk melayani Tuhan. Kita sedang berada di dalam proses Demikian ketika Tuhan mau kita berjalan bersama dengan Dia, Tuhan memimpin kita untuk mengalami langkah-langkah yang penuh dengan pengajaran. Dalam setiap tahap mereka kaitkan, ini adalah cara Tuhan sedang mengajar untuk saya mengenal hal apa. Jadi ini yang menjadi hal yang penting kita pelajari. Para murid langsung dipanggil dalam pasal 9 ini untuk melayani, tapi sebelumnya mereka sudah dididik. Itu sebabnya langkah-langkah hidup yang mereka jalani bersama Tuhan adalah langkah-langkah Tuhan sedang mendidik. Sajauh manakah Saudara sadar Saudara sedang dididik oleh Tuhan? Sampai tahap manakah Saudara menyadari bahwa Tuhan sedang membentuk dan memberikan pendidikan yang sangat penting setiap saat. Karena ternyata kalau kita baca di ayat 10-17, ternyata tidak semua murid menangkap didikan itu. Tuhan mengutus mereka pergi tanpa bekal apa pun dan mereka tidak kekurangan apa pun. Sekarang mereka bertemu dengan 5.000 orang yang harus diberi makan dan mereka sudah bingun. Jadi ada saja yang belum mengerti apa yang Tuhan ajarkan, mari kita menjadi orang yang peka untuk mendengar, dalam peristiwa hidup apa, dalam kejadian apa Tuhan sedang menegur atau melatih atau membentuk saya dalam cara seperti apa, sehingga saya dapat terus melangkah bersama dengan Tuhan dengan penuh kelimpahan. Inilah yang dibagikan dalam ayat yang kedua, “Ia mengutus mereka untuk memberitakan Kerajaan Allah dan untuk menyembuhkan orang”, ayat 1 “Yesus memanggil kedua belas muridNya lalu memberikan tenaga dan kuasa kepada mereka untuk menguasai setan-setan dan menyembuhkan penyakit-penyakit”. Baik menguasai setan-setan maupun menyembuhkan penyakit-penyakit maupun memberitakan Kerajaan Allah dan menyembuhkan orang, ini adalah hal-hal yang para murid saksikan Yesus melakukan. Jadi mereka belajar dengan melihat dan ini merupakan tehnik pengajaran yang sangat limpah.

Di dalam Yohanes 1 dan 2 dikisahkan perjumpaan awal dan peristiwa-peristiwa awal antara Yesus dan para murid. Injil lain tidak tulis ini. Di dalam Injil lain yang ditulis adalah Yesus memanggil murid, tetapi Injil Yohanes menceritakan perjumpaan pertama murid-murid dengan Yesus. Di dalam Injil lain, Yesus memanggil mereka setelah Yesus kenal mereka, bagaimana Yesus mengenal mereka? Tidak dicatat, tapi Yohanes mencatat pada waktu Yohanes Pembaptis berkhotbah, Yesus lewat akan dibaptis, lalu Yohanes langsung mengatakan “inilah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia”, waktu murid-murid lain dengar Yohanes mengatakan “ini Anak Domba Allah”, langsung mereka ganti guru, dari ikut Yohanes Pembaptis sekarang ikut Tuhan Yesus. Mereka mulai mengenal siapa Yesus dan mulai hidup bersama dengan Dia, menyaksikan apa yang Dia ajarkan, apa yang Dia lakukan, bagaimana kasihNya, bagaimana Dia mengajar dan bagaimana kuasa Roh Kudus dengan limpah diberikan kepada Dia. Ini menjadi pelajaran yang penting, pelajaran sehari-hari. Di dalam Kitab Amsal dikatakan hikmat berseru di pinggir jalan sekalipun. Orang yang bijak adalah orang yang mampu belajar dari tempat mana pun.. Kadang-kadang kita merasa sudah tahu banyak, orang kalau dengar khotbah yang berbobot, orang kalau baca buku yang berbobot, orang kalau kerangkanya sudah tahu banyak hal, akhirnya lupa bagaimana hidup itu sendiri memberikan pelajaran yang sangat penting untuk kita mengenal Tuhan. Apa yang kita pelajari dari hidup sangat besar pengaruhnya, karena ini mempunyai pengaruh yang sangat luar biasa, ini membuat seluruh eksistensi saya diuji dalam apa yang sedang terjadi. Maka Saudara berjalan bersama dengan Tuhan, Saudara harus siap melihat apa yang Tuhan mau ajar dalam peristiwa yang sedang saya alami. Harap kita punya kepekaan seperti ini, karena peka atau tidak, pada waktu Saudara harus melayani, Tuhan akan panggil. Siap atau tidak siap, Saudara mesti melayani.

Para murid pun dipanggil oleh Tuhan dan Tuhan mengatakan “Aku akan mengutus engkau dan Aku akan meminta kamu untuk mengerjakan apa yang sudah Aku kerjakan”. Injil Lukas dan Kisah Para Rasul adalah Injil yang sangat berfokus pada karya Roh Kudus tapi sering kali menyembunyikan pribadi Roh Kudus, hanya cerita dampak karyaNya, tapi tidak tunjukan pribadiNya. Maka ketika Lukas mengatakan ada kuasa keluar dari diri Yesus, itu maksudnya Roh Kudus sedang bekerja, kuasa diberikan kepada para murid itu artinya Roh Kudus sedang dicurahkan, kuasa Kuberikan kepadamu itu artinya pekerjaan Roh Kudus dan Roh Kudus itu person bukan semacam energi yang Saudara bisa bagikan kepada yang lain. Banyak orang membaca Alkitab tapi punya pola pikir ilmu silat tenaga dalam, kalau Yesus memberikan murid kuasa berarti murid-murid duduk bersila di depan, buka baju, lalu Yesus taruh tanganNya di punggung mereka, itu bukan Kristen dan itu sama sekali tidak ada kaitannya dengan Tuhan, itu bahkan mungkin berkaitan dengan musuhNya Tuhan. Waktu Yesus memberikan kuasa maksudnya adalah Dia mengaruniakan Roh Kudus kepada para murid. Sebesar apa pun pendidikan yang Saudara dapat percuma kalau bukan karena Roh Kudus yang membimbing dan menguatkan Saudara untuk menjalankan apa yang Saudara sudah tahu. Itu sebabnya para murid tidak pergi sebelum Roh Kudus diberikan pada waktu itu. Roh Kudus diberikan untuk memberikan kuasa, bukan keselamatan. Roh Kudus memberikan keselamatan satu kali, setelah itu selesai. Waktu saya percaya, Roh Kudus memeteraikan saya menjadi milik Kristus, maka Roh Kudus menyelamatkan saya itu cuma kedatangan satu kali. Kedatangan Roh Kudus bukan untuk soteriologi, kedatangan Roh Kudus adalah untuk melanjutkan pekerjaan Kristus dan memberikan kuasa di dalam pelayanan itu. Roh Kudus datang menyatakan kuasa kehadiranNya dan inilah yang bisa dipadamkan. Maka Paulus mengingatkan “jangan padamkan roh”, inilah yang dimaksudkan jangan padamkan roh. Jangan padamkan semangat dan zeal yang Saudara miliki di dalam diri yang adalah dorongan Roh Kudus untuk Saudara melayani Tuhan Yesus. Itu sebabnya meskipun para murid sudah dilatih di dalam pelatihan yang begitu indah, melihat Yesus hidup dan melangkah bersama Dia, tapi mereka tetap harus disertai oleh kuasa Roh Kudus, ini ayat 1 dan 2.

Lalu ayat 3 “kataNya kepada mereka: jangan membawa apa-apa dalam perjalanan, jangan membawa tongkat atau bekal, roti atau uang, atau dua helai baju”. Ayat ketiga mengajarkan kepada kita bahwa Tuhan Yesus mendidik para murid dan sekarang memberikan ujian, apakah mereka lulus atau tidak. Ujiannya adalah dengan diperhadapkan dengan situasi yang membuat mereka harus berserah kepada Tuhan. Mereka tidak boleh bawa apa-apa dalam perjalanan, tidak boleh bawa tongkat, bekal, roti, uang atau baju, sebab Tuhan sudah siapkan. Kalau perlu baju nanti Tuhan siapkan, perlu makan nanti Tuhan siapkan, engkau perlu apa nanti Tuhan akan berikan. Maka dalam bagian ini Tuhan sedang mengajar para murid, setelah mereka menerima kuasa Roh Kudus dan juga semangat pelayanan, mereka juga sudah tahu apa yang Yesus lakukan dengan mengamati, sekarang tiba hal yang ketiga, mereka harus belajar berserah kepada Tuhan di dalam hal pemeliharaan dan bergigih dan bergiat dalam pelayanan. Inilah hal yang sedang diajarkan di dalam ayat ketiga. Ini menjadi pelajaran bagi kita juga, banyak orang Kristen berjuang gigih untuk uang tapi tidak berjuang gigih untuk melayani Tuhan. Harusnya dibalik, gigih untuk melayani Tuhan dan percayakan keuangan kepada Tuhan. Waktu saya bilang melayani Tuhan, saya tidak mau Saudara hanya mempersempit di dalam gereja. Melayani Tuhan berarti Saudara hidup dengan cara yang Tuhan mau, itu melayani Tuhan. Saudara berelasi dengan kelaurga sebagaimana seharusnya dalam kehendak Tuhan, itu melayani Tuhan. Saudara melayani masyarakat Saudara, itu melayani Tuhan. Saudara bekerja dengan jujur dan giat, itu adalah melayani Tuhan. Jadi alasan bekerja adalah karena saya mau senangkan hati Tuhan, waktu saya kerja mati-matian, dengan penuh tanggung jawab mengembangkan apa yang Tuhan percayakan, aku kerjakan untuk menyenangkan Tuhan. Ini bagian dari mandat budaya yang sangat penting. Jadi baik pekerjaan, studi, kuliah, usaha, toko yang Saudara buka, atau usaha yang Saudara rintis, atau apapun yang Saudara kerjakan, Saudara harus kerjakan untuk Tuhan. Bagaimana mengerjakan untuk Tuhan? Hanya kalau mandat budaya Saudara pahami dengan tuntas baru Saudara tahu bagaimana. Sebab di dalam kehendak Tuhan seluruh bumi mesti berkembang di dalam kebudayaan dan Tuhan suruh manusia untuk mengembangkan. Tuhan menciptakan manusia untuk menaklukan bumi dan arti dari menaklukan adalah memahami dengan tuntas. Lalu Tuhan mau manusia mengelola bumi, mengelola taman dan memperbesar taman itu sampai ke seluruh bumi. Jadi Tuhan mau manusia menjadi orang yang mengembangkan apa yang Tuhan sudah ciptakan ini. Apa yang Saudara lakukan berbagian kecil dalam seluruh pekerjaan besar yang Tuhan sedang kerjakan dalam hal budaya. Itu sebabnya jangan berpikir kerja di kantor, kerja di tempat Saudara berusaha adalah hal yang sifatnya sekuler, itu pun hal yang sifatnya rohani, itu pun milik Tuhan.Saudara jualan sambil mengatakan “saya kerjakan ini untuk tolong orang, supaya orang dapatkan dengan harga yang pantas sesuai dengan yang seharusnya dan saya dedikasikan hidup saya untuk ini. Bagaimana keuntungan? Serahkan ke Tuhan, bagaimana harus berbisnis? Harus serius, harus dengan detail, harus dengan strategi yang tepat, harus dengan perhitungan yang matang, tetapi saya tidak peduli kalau keuntungan akan naik atau turun, itu urusan Tuhan. Orang seperti ini jauh lebih tenang, bukan tidak bertanggung jawab, tapi dia kerjakan apa yang menjadi penggilannya lalu serahkan ke Tuhan untuk pemeliharaan. Ini cara Tuhan paltih para murid untuk berikan fokus ke pekerjaan Tuhan. Yang lain, tidak mungkin Tuhan tidak atur.

Mereka sudah saksikan Yesus di pasal 6,7,8. Jadi mereka harusnya sudah mendapatkan kekuatan. Tuhan akan ingat dan Tuhan akan berikan apa yang kita perlukan. Ayat 4 mengajarkan kalau Tuhan mengutus seseorang untuk mengerjakan apa yang Dia mau, Tuhan sudah lebih dulu siapkan di depan, Tuhan yang lebih dulu kerja. Maka murid-murid itu diutus oleh Tuhan dan Tuhan mengatakan “tinggal di tempat yang Aku siapkan, cari di mana”. Dan inilah yang dilakukan para murid di dalam ayat 4. Ayat 5 “kalau ada orang tidak mau menerima kamu, keluarlah dari kota mereka dan kebaskanlah debunya dari kakimu sebagai peringatan terhadap mereka. Jangan lupa bahwa yang akan menolak itu tetap banyak”. Tidak ada pelayanan yang tanpa penolakan, tidak ada pelayanan yang tanpa kesulitan, tidak ada hidup yang mendedikasikan kepada Tuhan tidak ada hambatan. Makin mendedikasikan hidup, makin besar hambatan akan diberikan oleh yang menentang Tuhan. Itu sebabnya Saudara mau melayani Tuhan, Saudara harus tahu tetap ada orang-orang yang akan mengabaikan Saudara dan lebih parah lagi akan ada orang-orang yang mau menghambat. Saudara mau hidup bagi Tuhan, jangan kompromi terhadap siapa pun. Karena ayat 5 mengingatkan bukan kita yang bergantung kepada orang, tapi orang yang memerlukan kita untuk adanya Injil, Firman dan juga keteladanan hidup. Maka kalau orang tolak, kita tidak rugi, karena kita bergantung kepada Tuhan. Dan ini adalah sesuatu yang bisa diaplikasikan waktu kita hidup di dalam dunia yang penuh dengan keadaan yang korup. Alkitab mengatakan di ayat ke-5, kebaskan debu, jangan takut, engkau bergantung pada Tuhan bukan pada orang ini, engkau bergantung kepada Tuhan bukan kepada manusia. Waktu manusia meminta Saudara melakukan hal yang dilarang Tuhan, Saudara harus lebih takut Tuhan dibandingkan takut kepada manusia. Inilah yang Tuhan perintahkan, jangan takut ketika Saudara tidak diterima, Saudara kebaskan debu dengan memberikan pengertian mengancam karena apa yang benar, yang sudah ditolak pasti akan balik untuk menghantam orang yang menolak dengan penghakiman dari Tuhan. Ayat 6 ini saya mau aplikasikan dalam penginjilan seperti yang memang seharusnya diaplikasikan untuk bagian ini. Maka para murid ini adalah misionaris pertama yang Tuhan Yesus sendiri utus untuk memberitakan tentang Dia. Mereka pergi dengan keberanian besar. Mari kita punya keberanian seorang misionaris. Kita tidak semua dipanggil menjadi misionaris, tapi kita semua dipanggil untuk memiliki keberanian yang sama. Kalau Saudara punya panggilan untuk kerjakan apa, Saudara mesti berani melangkah untuk mengerjakan hal yang sebenarnya di luar perkiraan atau di luar pertimbangan Saudara sendiri.

Mari punya jiwa seperti ini, meskipun panggilan kita beda tapi kita punya kegigihan yang sama, punya ketekunan yang sama, punya keberanian yang sama untuk kerjakan apa yang Tuhan mau. Kiranya Saudara peka akan ajaran Tuhan hari demi hari, tiap hari melangkah bersama Tuhan. Kiranya ketika Tuhan memerintahkan Saudara untuk melakukan hal yang Dia inginkan, Saudara dengan berani melangkah. Dan ketika Saudara melangkah, Saudara akan tahu Tuhan sudah siapkan banyak hal dalam pekerjaan ini. Dan jangan takut untuk tantangan, karena tidak ada pekerjaan Tuhan yang tidak mendapatkan tantangan dari dunia ini. Dan pada akhirnya ketika orang dengan setia pergi, dia akan menjadi berkat bagi banyak orang.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Pemulihan dari Tuhan

(Lukas 8: 40-56)
Kitab Imamat tidak sedang memberikan fokus pada keadaan rusak atau keadaan najis. Tapi memberikan fokus bagaimana Tuhan pulihkan seseorang dari keadaan rusak menjadi baik. Lalu siapa yang menjadi contoh untuk orang yang dipulihkan itu? Tuhan pakai contoh laki-laki yang kalau menyentuh mayat 7 hari menjadi najis, perempuan yang sedang datang bulan berapa lama menjadi najis, perempuan yang baru melahirkan di dalam beberapa lama menjadi najis. Penekanan bukan dalam keadaan najis, sebab keadaan najis mereka bukan karena dosa tapi karena keadaan untuk menjadi contoh bagaimana Tuhan pulihkan keadaan seseorang dari keadaan najis menjadi diterima kembali. Ini sudut pandang yang penting. Sudut pandang pertama menekankan najisnya seseorang, sudut pandang kedua dalam membaca Kitab Imamat menekankan pemulihan yang Tuhan buat setelah seseorang berada dalam keadaan najis. Tuhan Yesus melihat dari sudut pandang yang kedua ini. Tuhan Yesus melihat dan mengatakan “engkau yang dulunya begitu bobrok sekarang Tuhan pulihkan, engkau dulunya yang lebih layak dinyatakan najis sekarang Tuhan bereskan, Tuhan kembalikan di dalam relasi yang benar. Inilah poin yang Saudara mesti tangkap dalam Kitab Imamat. Tidak ada bagian di situ yang memberikan penekanan hanya kepada kecemaran yang membuat orang harus dibuang, tetapi juga justru penenkanan diberikan kepada orang yang sudah dibuang tapi ditarik kembali. Tetapi kalau orang salah baca langsung punya mata penghakiman “oh, berarti Tuhan benci orang kusta karena kusta itu najis. Maka kalau ada orang sakit kusta mari hindari. Ternyata Tuhan benci perempuan, karena hal yang normal bagi perempuan ternyata dianggap najis, mari kita benci juga perempuan”. Ini semua adalah pengertian picik dari orang Farisi yang coba dilawan Tuhan Yesus. Maka setiap tindakan Tuhan Yesus bukan dimaksudkan untuk melawan konsep orang Farisi atau melawan Taurat, tetapi membereskan konsep yang salah dari pembacaan Taurat. Maka Dia sering sentuh orang yang dinajiskan untuk menyatakan sekarang proses dia sudah selesai, proses disingkirkan sudah selesai sekarang diterima kembali, maka Tuhan Yesus menyentuh. Dia menyentuh orang kusta dan mengundangnya untuk datang kembali. Ini yang harus kita ketahui sebelum kita lihat apa yang terjadi dalam narasi mujizat dari Tuhan Yesus.

Jadi jangan lupakan hal ini, Kitab Taurat menyatakan tekanan kepada pemulihan seseorang setelah dia berada dalam posisi najis, sekarang diterima kembali. Dari keadaan yang dianggap cemar secara simbol, sekarang boleh dianggap bersih dan diterima kembali, inilah penekanannya.
Dengan pengertian ini mari kita lihat di pasal 8, dikatakan di ayat 40 Yesus kembali dan orang banyak menyambut Dia. Ayat 40 ini menekankan pengertian Yesus sekarang kembali ke jalur menuju Yerusalem, setelah sempat menyimpang sedikit ke tanah orang Gerasa. Tetapi ketika Dia kembali, narasi ini menceritakan pengertian yang luar biasa penuh dengan hikmat, dikatakan setelah Dia kembali, mendarat, orang banyak yang mencari Dia kumpul menyambut Dia. Mereka menyambut kedatanganNya, mereka menjadi penggemar, pengikut Yesus yang ke mana pun Yesus pergi, mereka mau ada di situ. Tetapi satu hal yang kurang dari mereka adalah tidak ada sense of urgency, tidak ada perasaan urgent, tidak ada perasaan darurat untuk mencari Tuhan Yesus. Boleh ada boleh tidak, kalau ada syukur, kita senang, kalau tidak ada juga tidak apa-apa. Ini beda jauh dengan Yairus, dikatakan di tengah-tengah orang banyak itu ada seorang bernama Yairus, dan dia cari Tuhan Yesus bukan karena ikut-ikut orang lain, bukan cari Tuhan Yesus karena orang banyak mau dia ikut-ikut cari trend, dia bukan cari Tuhan Yesus karena mau senang-senang dengan orang lain. Tapi dia tahu “kalau saya tidak bertemu Tuhan Yesus, anak perempuanku akan mati”. Ini menjadikan dia mempunyai sense of urgency, dorongan besar untuk datang kepada Tuhan Yesus. Banyak orang Kristen tidak ada dorongan apa pun untuk datang kepada Tuhan Yesus, yang tahu adalah kalau saya bisa datang, saya datang, kalau saya bisa bertemu Tuhan, saya bertemu, kalau tidak ya tidak apa-apa, masih banyak hal yang menyenangkan hidupku selain Tuhanku. Kalau Saudara tidak punya niat yang kuat untuk mengerjakan sesuatu maka halangan apa pun akan sangat gampang untuk membuat Saudara mundur. Maka Yairus kejar Tuhan Yesus dan ini adalah tindakan yang baik. Injil Lukas menyatakan ini adalah sesuatu yang sangat baik, waktu dia datang dia minta Yesus “bolehkah engkau datang ke rumahku? Aku seorang pemimpin ibadat, seorang yang terpandang di masyarakat, sekarang saya sujud kepadaMu karena saya ingin memohon kepadaMu”. Bayangkan seorang petinggi agama Yahudi sekarang sujud di kaki Tuhan Yesus, maka Tuhan Yesus mengatakan “mari kita pergi ke rumahmu dan sembuhkan anakmu yang berusia 12 tahun itu”.

Maka mereka mengikuti Tuhan Yesus dan waktu mereka mengikuti mereka berdesak dengan Dia dengan sangat, tapi Alkitab mengatakan ada satu orang perempuan ikut kelompok ini dan perempuan ini sakit pendarahan. Di dalam Kitab Suci dikatakan perempuan yang pendarahan mesti dianggap najis sampai 7 hari setelah pendarahannya selesai dia masih dianggap najis, setelah itu baru boleh pulih. Dan setiap orang yang menyentuh dia atau duduk di tempat yang dia duduki akan dianggap najis sama dengan dia. Jadi perempuan ini tidak mau dekat dengan orang banyak, tidak mau sentuh siapa pun karena dia berada dalam keadaan najis. Setelah beberapa lama hidup dengan penyakit ini mungkin masih kuat, tapi sekarang sudah 12 tahun sakit seperti ini. Dan di sini kita lihat paralel antara 2 cerita, kita tidak tahu yang mana cerita utama, cerita utama menyembuhkan anak Yairus kah atau tentang perempuan yang sakit pendarahan ini? Dua cerita berjalin dengan indah. Dan Lukas menggambarkan kesamaan antara mereka, anak Yairus umur 12 tahun, perempuan yang sakit pendarahan sudah 12 tahun sakit pendarahan. Maka dalam keadaan putus asa seperti ini dia nekat terobos kelompok orang-orang itu, nekat dekati Tuhan Yesus, tetapi waktu dia sudah mau datang kepada Tuhan Yesus, dia sadar satu hal “aku perempuan najis dan mungkin aku sudah mencemari orang-orang di sekelilingku dengan aku menyentuh badan mereka, sekarang aku harus menyentuh Yesus lagi, berapa besar dosaku? Aku membuat orang penting ini menjadi najis. Sedangkan pemimpin rumah ibadat pun sembah Dia, masakan aku kotori Dia”, maka dia tidak berani beri tahu “Guru sembuhkan aku”, sebab kalau ditanya “sakitmu apa?”, nanti dibilang “aku sakit pendarahan”, semua orang akan marah “itu sakit pendarahan mengapa sentuh saya, mengapa dekat-dekat saya? Dia hanya mau sentuh sedikit dari jubah Tuhan Yesus, dia hanya mau sentuh sedikit supaya kecemaran dia tidak banyak menulari Tuhan Yesus. Dan waktu dia sentuh, dia sentuh dengan iman dan mengatakan “saya raba sedikit jubahNya, saya pasti sembuh”. Tapi sebelum dia lari keluar, Yesus berhenti, dan ketika Yesus berhenti semua orang ikut berhenti bersama Dia. Lalu Yesus tanya “siapa yang menyentuh Aku?”, dan di sini Petrus dengan mengatakan “Tuhan, kami semua begitu banyak berkerumun dengan Engkau, pasti salah satu dari kami pernah sentuh Engkau”. Perhatikan kalimat ini “ada kuasa keluar dari tubuhKu”, banyak orang menafsirkan ini berarti Tuhan Yesus punya semacam kuasa yang bisa mengalir-alir sedikit kuasanya, tapi ini bukan berbicara tentang kuasa yang abstrak, ini berbicara tentang Roh Kudus. Yesus mengatakan “kuasa Roh Kudus mengalir keluar dari Aku”, di sini ada hal yang indah yang bisa kita pelajari, Tuhan Yesus menyerahkan kuasa untuk melakukan banyak hal kepada Roh Kudus. Dan ini kalau Saudara ketahui dalam konsep Tritunggal, baru Saudara tahu betapa agungnya Kristus. Karena dalam konsep Tritunggal, Bapa adalah yang memerintah Anak, Anak memerintah Roh Kudus, tetapi ketika Yesus menjadi manusia, Dia merendahkan diriNya untuk dinaungi oleh Roh Kudus, diberikan pimpinan oleh Roh Kudus dan diarahkan oleh Roh Kudus. Maka Injil Lukas sangat erat dengan doktrin Roh Kudus, baik Kitab Injil Lukas maupun Kitab Para Rasul sangat menekankan pekerjaan Roh Kudus. Dalam awal pelayanan, Lukas mengatakan Yesus dipenuhi Roh Kudus dan kepenuhan Roh Kudus membuat Dia memulai pelayananNya. Jadi Yesus dengan rela memberikan diriNya menjadi pasif dan dipimpin oleh Roh Kudus dan Roh Kuduslah yang mengijinkan kuasa itu keluar dan sampai pada perempuan ini. Ini konsep yang kita harus jelas dulu, Alkitab sedang tidak membuktikan tentang Allah Tritunggal, Bapa, Anak dan Roh Kudus adalah Allah sejati, bukan. Alkitab sedang memberikan berita dengan asumsi Tritunggal harus sudah kita percaya dulu. Saudara tidak bisa menghargai kerendahan hati Kristus, kecuali Saudara tahu Dia adalah Allah. Itu sebabnya percuma Saudara mau cari kebenaran Kitab Suci kalau konsep tentang Allah tidak Saudara imani. Alkitab menyatakan Yesus adalah Allah, tapi setelah menyatakan Yesus adalah Allah, Kitab Suci membahas bagaimana Kristus merendahkan diri, mengosongkan diri dan mengijinkan diriNya disalah-mengerti oleh orang-orang dengan rela menjalani kehidupan sebagai manusia. Itu sebabnya waktu kita melihat bagian ini, kita melihat dengan terharu menyatakan kekaguman kita kepada Kristus, “Engkau pemilik seluruh kuasa di langit dan di bumi, sekarang mengijinkan kuasa dari Roh Kudus, kuasa dari Allah membimbing Engkau secara kuat dan Engkau merelakannya dengan pasif”. Kristus dengan rela menyatakan biar Roh Kudus yang memimpin, biar Roh Kudus yang menyatakan anugerah. Banyak orang yang mau jadi pemimpin meskipun tidak punya kualitas, Kristus yang punya kualitas rela untuk sementara waktu berada dalam otoritas yang lain.

Perempuan ini sudah bersiap apakah Yesus akan marah, apakah orang akan menajiskan dia, apakah orang akan bersihkan badan dan mengatakan “ini perempuan najis, mengapa dekat-dekat sini?”. Tapi perkataan Yesus menghibur dia, “Aku membersihkan engkau, imanmu sudah menyelamatkan engkau, sekarang pergilah di dalam damai”. Kalimat Yesus ini menguatkan kembali perempuan itu, kalimat Yesus ini memberikan pengharapan baru bagi perempuan ini, kalimat Yesus inilah yang membuat perempuan ini kembali pulih, bukan hanya pulih secara fisik tapi juga pulih di dalam relasi dengan masyarakat. Akhirnya dia boleh mencicipi apa maksudnya Kitab Imamat ketika berbicara tentang pemulihan. Tuhan yang sudah mengampuni dia, dan juga damai dengan keadaan tubuhnya yang sekarang sudah mendapatkan pemulihan. Dan ketika kita pikir ceritanya akan segera berakhir, happy ending, kita diingatkan lagi oleh Lukas bahwa tema utama narasi ini bukan hanya perempuan yang sakit pendarahan, jangan lupa ada anak Yairus. Waktu kita baca bagian ini kita ingat bahwa anak Yairus isu utamanya, sekarang sudah seperti mendapat cerita baru lalu dibimbing ke cerita lain. Waktu cerita itu seperti mendapatkan kesempurnaan baru saya ingat ini bukan cerita utama, jadi ini adalah narasi yang luar biasa indah. Mari baca Alkitab baik-baik dan Saudara akan lihat narasi Kitab Suci itu jauh mengungguli sastra apa pun yang ada di dalam hidup.

Ketika Kitab ini dipikir sudah selesai, kembali kepada kasus awal, waktu perempuan itu sudah dilepas, begitu mereka akan berjalan lagi, datang utusan, waktu utusan ini datang dia mengatakan bahwa Yesus tidak perlu datang ke rumahnya karena anknya sudah mati. Di sini kita mendapatkan narasi yang luar biasa berubah, dari keadaan memuncak yang mendatangkan kebahagiaan bagi perempuan yang sembuh sekarang langsung drop ke kematian anak Yairus. Ketika dengar berita ini Yairus pasti begitu stres, dia sangat ingin Yesus berjalan dengan cepat dan tidak ada halangan, tapi perempuan yang sakit pendarahan itu membuat perjalanan ini sedikit terhambat. Tetapi waktu dia berada dalam keadaan yang down seperti tidak ada harapan, Yesus mengatakan kepada dia “jangan takut, percaya saja”. Kalimat pendek “jangan takut, percaya saja”, tapi kalimat yang sulit kita amini dalam keadaan seperti Yairus ini. Siapa bisa mengatakan “amin” pada kalimat “jangan takut, percaya saja”, ketika Saudara berada dalam keadaan paling menakutkan seperti ini? Dalam keadaan stabil kita mengatakan “janji Tuhan itu pasti”, tapi dalam keadaan kritis Saudara akan mengatakan “janji Tuhan kok seperti tidak pasti”. Kita menjadi takut pada penyertaan Tuhan, kita menjadi begitu ragu apakah Tuhan perlihara atau tidak, kita menjadi ragu apakah yang Tuhan janjikan benar bisa terjadi atau tidak. Tapi yang Tuhan janjikan tidak mungkin tidak terjadi, inilah yang disebut dengan iman. Yohanes Calvin mengatakan di satu sisi iman adalah arah kita untuk taat kepada Tuhan, iman adalah dorongan bagi kita untuk menjalankan perintahNya. Tetapi di sisi yang lain iman adalah kerelaan untuk berserah kepada apa yang Tuhan janjikan. Yang Tuhan janjikan kita terima, ini iman, yang Tuhan perintahkan kita jalankan, ini iman. Maka iman selalu mengandung 2 sisi ini, sisi pertama adalah saya jalankan yang Tuhan perintahkan, sisi kedua adalah saya pegang apa yang Dia sudah janjikan, karena Tuhan tidak mungkin gagal menjalankan apa yang sudah Dia janjikan. Inilah yang membuat kita mempunyai pengertian iman yang sejati. Orang yang cuma tahu separuh itu tidak mungkin konsisten dalam pertumbuhan rohaninya. Kalau yang mengatakan “iman berarti saya yakin apa yang Tuhan janjikan pasti jadi”, tapi tidak pernah melakukan perintah Tuhan dengan keseriusan yang sama, ini orang yang tidak seimbang.

Dan waktu sampai di rumah Yairus, kita melihat orang banyak itu betul-betul orang yang tidak kenal siapa Tuhan, di satu sisi mereka sangat menghormati Tuhan, tunggu Tuhan Yesus waktu datang sambut Dia. Tapi waktu Tuhan Yesus mengatakan “anakmu Yairus, tidak mati, dia hanya tidur”, orang-orang ini malah ketawa. Engkau harusnya tahu anak ini sudah mati, sudah tidak ada harapan, mengapa bilang tidur”, maka mereka tertawakan. Orang Yahudi kalau berduka tidak denagn cara setengah-setengah seperti kita, mereka kalau berduka akan mengeluarkan seluruh dukacita mereka, mereka menangis dengan berteriak keras, mereka kadang taruh abu di kepala lalu robek baju mereka sebagai tanda dukacita, lalu mereka akan menangis dengan sangat heboh, begitu keras suaranya dan begitu tangisan mereka. Jadi bayangkan ketika anak Yairus sudah ditemukan mati, semua orang ini menangis, berteriak, meratap langsung berubah menjadi tertawa hanya dalam beberapa detik. Inilah mereka, dan waktu mereka lakukan itu ini menjadi bukti bahwa mereka tidak pernah punya perasaan hati kepada anak Yairus, cuma tahu kalau ada orang mati harus menangis setelah itu selesai. Maka Yesus usir mereka lalu mengatakan kepada anak perempuan Yairus, kalimat yang simple “hai anak, bangunlah”. Tapi perhatikan, setelah anak itu bangun, Yesus memegang tanganya kemudian membantu dia berdiri, lalu menyerahkan ke orang tuanya dan mengatakan “beri dia makan”. Tuhan Yesus mengingatkan tugas yang harus dikerjakan di dunia ini. Alkitab tidak banyak bicara soal dunia akhirat, Alkitab tidak banyak bicara tentang apa yang terjadi di sorga, Alktiab tidak banyak bicara tentang apa yang dilakukan orang setelah mati. Dan Saudara tidak perlu tahu apa yang Alkitab tidak concern untuk beri tahu. Iman Kristen bukan iman yang lari dari dunia ini, iman Kristen adalam iman yang mewarnai dunia ini dengan iman Kristen. Iman Kristen adalah iman yang mewarnai dunia ini dengan pengenalan akan Tuhan, bukan iman yang membuat orang lari, lari dari kerjaan, lari dari kuliah, lari dari semua hal yang bersifat duniawi karena tunggu ingin masuk sorga. Ini adalah pengertian Injil yang sangat sempit. Maka Yesus membangkitkan anak ini adan menyatakan kehidupan dia di sini itu sangat penting, hargai dan rawat dia. Ketika semua orang begitu kaget dan takjub, Tuhan mengatakan “jangan beri tahukan ini kepada siapa pun”, Tuhan tidak mau kehebohan karena Dia melakukan tindakan ini menjadi lebih utama dari pada siapa Dia. Tapi Kristus yang sejati menyatakan pengenalan yang stabil tentang Dia, siapa Kristus, apa yang Dia kerjakan, seperti apa sifatNya jauh lebih penting dari pada hanya sekedar menekankan Dia sebagai Sang pembuat mujizat. Maka bagian ini menekankan kepada kita bahwa Tuhan memperdulikan orang-orang yang berada dalam kesulitan penyakit dan lain-lain, dan waktu Dia menyembuhkan, Dia menyembuhkan dengan cara yang total sehingga memulihkan kembali keadaan yang tadinya membuat orang itu tersingkir dari umat, sekarang menjadi bagian dari umat Tuhan. Itulah sebabnya kita melihat bagian ini dan mengingat siapa orang yang sedang sakit atau kita sendiri dalam keadaan yang sakit, mari ingat satu hal Yesus Kristus pasti akan pulihkan semuanya. Tetapi Dia pulihkan semua nanti pada pemulihan kerajaanNya, semua hal yang Dia kerjakan untuk menyembuhkan orang, membangkitkan orang mati adalah cicipan dari apa yang akan terjadi nanti. Kiranya ini boleh menguatkan kita untuk mengikut Tuhan dengan iman yang teguh.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Tuhan Yesus mengusir roh jahat dari orang Gerasa

(Lukas 8: 26-39)
Kristus, di dalam motif perjalanan dari Galilea sampai Yerusalem, fokus utama adalah salib. Tapi Dia melakukan seluruh kegiatan yang lain, menyembuhkan orang, memberkati orang miskin, mengkhotbahkan berita kepada orang-orang yang sedang mencari kebenaran, tetapi semua itu akan mengarahkan kepada pengertian salib kepada orang-orang itu. Jadi yang Tuhan Yesus kerjakan bukan reduksi, bukan hanya memfokuskan satu hal, tapi mengaitkan semua hal kepada fokus yang sedang Dia kerjakan yaitu menuju salib untuk menyatakan kemuliaan Bapa untuk mengampuni orang yang mau datang kepada Dia. Inilah hal penting yang bisa kita pelajari dari Injil Lukas. Jadi dari Galilea sampai Yerusalem, ini sebenarnya intinya, tapi Lukas mencatat Dia bertemu dengan orang yang sakit kusta, Dia bertemu dengan orang yang diturunkan dari langit-langit untuk disembuhkan oleh Dia, Dia bertemu dengan orang yang kerasukan setan, dan lain-lain. Semua sampingan ini diceritakan dengan sangat menarik, sehingga meskipun bukan fokus utama, tetap mempunyai nilai yang sangat penting dari buku ini. Ini buku sangat menarik sehingga waktu Saudara baca, Saudara menyadari banyak hal yang sifatnya bukan utama harus ditarik dalam satu jalur waktu mengerjakan hal utama itu. Jangan abaikan yang kecil tapi jangan abaikan fokus utama, jangan lupa kemana kita menuju dalam hidup, tapi jangan lupa mementingkan juga apa hal yang kita temukan dalam hidup. Waktu Yesus di dalam ayat 22 mengatakan “mari bertolak ke seberang danau”, seluruh murid ikut. Tapi mereka belum tahu ini bertolak ke seberang danau, bertolak ke mana. Sampai nanti di ayat 26 baru kita tahu ternyata Yesus bertolak ke arah timur sampai ke daerah orang Gerasa. Kalau dilihat di arkeologi, ini daerah lebih ke tenggara. Waktu Yesus Kristus memanggil para murid “mari kita bertolak”, murid-murid tidak tahu ini akan kemana. Dan di tengah danau, ayat sebelumnya mengatakan mereka ditimpa oleh badai.

Di tengah-tengah badai, Yesus bangkit dan mengatakan “tenanglah dan diamlah”, maka para murid berpikir perjalanan ini pasti penting sekali karena ini adalah perjalanan yang dihantam oleh badai, lalu Kristus menenangkan badai itu dengan kuasaNya. ini perjalanan sial sekali. Kadang-kadang perjalanan yang berat itu perjalanan yang paling diberkati. Maka murid-murid pun merasakan ini perjalanan yang unik, Tuhan mengatakan “mari kita bertolak”, tolak kemana? Bertolak melalui danau, di tengah danau kena ombak, setelah itu Tuhan redakan ombak, para murid mengatakan “ini perjalanan luar biasa penting. Kita korbankan banyak hal, kita detour, dari tour asli ke Yerusalem sekarang kita belok ke arah bangsa lain, ini pasti perjalanan yang sangat penting”. Tetapi ternyata ketika mendarat, mereka sampai di daerah orang kafir, daerah Gerasa, seberang Sungai Yordan, seberang Danau Galilea. Maka kita berpikir di sini, apakah perjalanan penting di sini adalah perjalanan untuk menjangkau orang kafir? Apakah ini perjalanan untuk bangsa non-Yahudi, sepenting itukah bangsa non-Yahudi? Ini menjadi sesuatu yang sangat penting untuk kita pelajari. Tuhan Yesus menyimpang sejenak dari tujuan utama demi bangsa-bangsa kafir, bukan Israel. Lalu setelah sampai, Alkitab mencatat Dia didatangi oleh orang yang kerasukan setan. Di sini kalau dibaca ayat 27 “datang seorang laki-laki”, ayat 28 “laki-laki itu berseru, apa urusanMu denganku?”, ayat 29 “karena Yesus sebelumnya memerintahkan roh jahat itu keluar”. Jadi waktu orang itu lewat, Yesus langsung berseru “keluarlah dari orang ini”, tapi setannya bukan keluar malah menyembah dulu, memohon supaya Tuhan tidak usir dia. Di sini ada hal yang luar biasa terjadi, Tuhan menyatakan kuasaNya atas danau, sekarang Tuhan menyatakan kuasaNya atas roh jahat. Roh jahat pun langsung sujud kemudian memohon kepada Tuhan untuk tidak mengusir dia. Ini adalah orang yang sangat kasihan keadaannya. Alkitab mengatakan orang ini sudah dirasuki oleh setan-setan dan lama tidak berpakaian. Tidak berpakaian menunjukan status atau level manusia yang rendahnya mirip binatang. Di dalam konsep Yahudi, orang yang telanjang menunjukan dirinya serendah binatang, orang tidak pakai baju adalah orang yang tidak layak disebut orang. Maka Saudara jangan terlalu bangga memamerkan badan, orang yang terlalu bangga memamerkan badan sedang memamerkan diri sedikit lebih rendah dari kemanusiaan yang seharusnya. Di dalam konsep Yahudi, pakaian sangat penting. Saudara jangan berpikir pakaian adalah sesuatu yang terjadi karena manusia jatuh dalam dosa, sebab dalam Kitab Kejadian, pakaian menunjukan status. Adam dan Hawa tidak memakai pakaian karena belum melewati ujian, belum tahu pakaian kemenanngankah atau pakaian penebusan yang akan dikenakan. Waktu Adam dan Hawa jatuh, Tuhan pun mengenakan pakaian kulit binatang, ini pakaian penebusan. Mengapa mereka jadi merasa malu, padahal tidak perlu merasa malu? Karena mereka jatuh dalam dosa. Mengapa mereka bisa tidak merasa malu, padahal kalau kita harus merasa malu di dalam masyarakat. Paus Yohanes II mengatakan tentang ini, Adam dan Hawa tidak merasakan malu telanjang bukan karena orang harusnya telanjang, tapi karena Adam dan Hawa adalah suami istri. Suami istri tidak perlu merasa malu satu sama lain, tapi dalam masyarakat manusia harus tutup badannya. Maka tutup badan dengan pakain kemenangan atau pakaian penebusan? Adam dan Hawa yang gagal, ditutup dengan pakaian penebusan yaitu dari kulit binatang. Maka Tuhan menetapkan sejal awal budaya manusia mencakup pakaian. Berarti pakaian menandakan manusia adalah manusia, tapi tidak ada binatang seperti ini. Itu sebabnya ketika orang itu dirasuk oleh setan, setan membuat manusia tidak lagi menjadi manusia, setan akan kerjakan apa pun untuk manusia menjadi tidak seperti manusia. Dia manusia tapi mengapa telanjang? Karena kerasukan setan.

Lalu hal kedua dikatakan dia tidak tinggal dalam rumah tapi dalam pekuburan. Kalau baca ini bacalah dari sudut pandang Yahudi karena ini tulisan dari orang latar belakang Yahudi, jangan baca dari latar belakang Indonesi kontemporer. Sekarang kalau kita dengar kuburan, identik dengan hantu. Tapi orang Yahudi tidak takut hantunya, di dalam konsep Yahudi yang dibentuk oleh Taurat, kuburan itu identik dengan kenajisan. Orang Yahudi kalau sentuh mayat, 7 hari najis, harus upacara dulu pembersihan diri baru boleh masuk. Bangkai binatang mau pun mayat manusia tidak boleh disentuh, begitu disentuh dia najis dulu. Taurat mengatakan hanya orang yang mengalami kematian orang tua yang boleh meratap dengan menyentuh mayatnya, tapi tetap dia dinyatakan najis. Mengapa kematian itu dipisahkan dari orang Yahudi? Karena Tuhan mau mengatakan harusnya tidak mati. Upah dosa adalah maut, maka kematian adalah sesuatu yang dinajiskan, maka orang Yahudi tidak mau dekat kuburan karena kuburan tempat najis. Jadi kalau Saudara jalan sama orang Yahudi lewat kuburan, Saudara takut hantu, dia takut najis, mereka akan mengatakan “kami tidak mau dekat kuburan, ini tempat najis”. Jadi gambaran ini kalau dibaca dari sudut pandang Yahudi berarti orang ini senang tempat yang najis, mengapa senang tempat yang najis? Karena dirasuki setan, setan membuat senang orang mengerjakan apa yang masyarakatnya tidak baik.

Orang ini dipengaruhi, dirasuk oleh setan, dia menjadi telanjang, dia tinggal di pekuburan, dia tidak bisa kuasai dirinya, dia tidak bisa berpikir, seluruh dirinya diambil alih oleh setan. Dalam keadaan kasihan seperti ini, dia sangat menderita karena Alkitab mengatakan roh itu menyeret-nyeret dia mengerjakan apa yang dia tidak mau. Pernahkah merasa diseret oleh Roh Kudus? Maupun Tuhan mengatakan kepada Petrus “engkau akan diikat dan dipaksa untuk pergi ke tempat yang engkau tidak mau”, tapi Petrus melakukan itu dengan kesadaran penuh, dia dengan rela melakukan. Ini paradoks yang unik, Roh Kudus memaksa kita tapi pada waktu itu terjadi kita tidak merasa sedang dipaksa. Tapi roh setan memaksa orang melakukan hal yang dia tidak mau lakukan. Setan merasuk orang memang merusak seperti itu, tapi setiap pekerjaan setan ditujukan untuk membuat efek rusak yang sama, meskipun dia tidak merasuki Saudara, dia membujuk Saudara berbuat dosa, dia membuat Saudara mengabaikan kebenaran, membuat Saudara menjadi egois, menjadi serakah, menjadi penuh hawa nafsu, menjadi melakukan apa pun yang Saudara mau, efeknya akan sama. Setan kerjakan hal untuk membuat kacau, sedangkan setan kerjakan hal-hal yang akan membuat damai sejahtera. Maka orang ini dipaksa ke tempat yang dia tidak mau, diabaikan dari lingkungannya dan yang pasti dijauhi oleh orang. Bayangkan manusia seperti ini tidak punya rumah, tidak punya kenyamanan, tidak punya kuasa atas tubuhnya sendiri, tidak punya masyarakat yang memperdulikan dia. Hidup terisolir, hidup sendiri, hidup dengan cara mirip binatang, hidup tanpa kesadaran bahwa dia adalah manusia, ini orang yang tidak berguna, tidak berharga dan kalau pun dia mati mungkin lebih baik bagi masyarakat. Mungkin banyak orang yang menganggap “sudahlah lebih baik orang ini mati”, mungkin ada saudaranya yang kehilangan harapan, berusaha supaya orang ini sembuh tapi tidak sembuh-sembuh, lalu menganggap lebih baik dia mati supaya tidak mengacaukan kehidupan di sini lagi. Bayangkan ketakutan yang dialami kalau dia datang berteriak-teriak, memukul orang, menyiksa orang, sudah diikat besi pun dia bisa putuskan. Tapi yang Tuhan lihat bukan pengaruh setannya, yang Tuhan lihat adalah manusianya yang jadi korban.

Jadi perhatikan hal ini, Yesus pergi mengarungi danau, melewati ombak gelombang, ini perjalanan sangat sulit tetapi ternyata yang dituju dari perjalanan sulit adalah satu orang yang kerasukan setan ini. Apa pentingnya satu orang ini? Mengapa Yesus harus melakukan perjalanan yang menyimpang dari tujuan asli untuk sementara? Menghadapi bahaya begitu besar hanya untuk satu orang kerasukan, seperti tidak masuk akal. Biaya yang dihabiskan, energi yang dihabiskan, tidak seimbang dengan hasil yang didapat. Tapi justru ini yang Tuhan ajarkan. Injil Lukas sedang mengatakan kepada kita Yesus menyimpang dari tujuan semula untuk memenangkan orang yang bukan siapa-siapa. Inilah suatu hal yang penting dari Lukas, Yesus tidak mau perjalananNya diganggu oleh siapa pun. Tapi Injil Lukas mencatat tidak pernah diabaikan orang yang terpinggirkan. Yesus tidak pernah mengabaikan orang yang kerasukan, orang yang sakit, orang yang miskin. Satu hal yang penting yang diajarkan Injil Lukas adalah fokus yang jelas hanya boleh diganggu justru oleh orang-orang yang kurang penting. Ini unik, kita selama ini terbiasa untuk punya relasi dengan orang penting, punya relasi dengan orang bernilai tinggi, tapi Tuhan Yesus tidak melihat perbedaan itu, Dia peka akan pimpinan Tuhan lalu menyatakan “ini anugerah Tuhan bagi kamu”. Maka Dia arungi danau, lewati ombak dan gelombang hanya untuk menjangkau orang yang kerasukan. Ketika orang yang kerasukan itu diusir setannya, setannya bukan pergi malah nego. Alkitab mengatakan setan itu membawa orang ini sujud di depan Yesus dan memohon belas kasihan “Yesus, Anak Allah yang Maha Tinggi, saya tahu siapa Engkau, mengapa ganggu kami? Kami kan tidak melakukan apa-apa, kami tidak ganggu pelayananMu, kami tidak ganggu murid-muridMu, yang kami ganggu adalah orang kafir”, kira-kira itulah yang dia coba katakan. Dia coba mengatakan kepada Yesus “Yesus, Anak Allah yang serba tinggi, mengapa engkau menyeberangi Danau Galilea, ke tempat orang kafir untuk usir kami. Kalau kami mengganggu Yerusalem, usir kami, kalau kami mengganggu bait Allah, usir, ini kami menganggu orang kafir, mengapa diusir juga?”, seolah-olah inilah yang dia coba katakan, tapi Tuhan Yesus tidak peduli, Yesus mau orang ini dibebaskan.

Maka Tuhan Yesus tanya nama “siapa namamu?”, dan orang itu menjawab “legion”, ternyata dia kerasukan banyak setan. Satu legion Romawi itu minimal 5.000 orang, tapi biasanya 7.000. bahkan biasanya 1 legion Roma di Yerusalem itu biasanya 13.000. Jadi bayangkan berapa banyak setan di orang ini? Orang ini kerasukan setan demikian banyak. Lalu Yesus tanya “siapa namamu?”, artinya waktu Tuhan Yesus bertanya, Yesus mengklaim otoritas yang dinyatakan oleh setan itu. Setan mengatakan “Engkau Anak Allah yang Mahatinggi”, Tuhan Yesus mengatakan “iya”, dan otoritas itu dinyatakan lewat pertanyaan. Bertanya itu adalah lambang otoritas dalam konsep orang Yahudi. Jadi di sini Tuhan menyatakan otoritasNya “siapa namamu?”, legion menjawab “kami legion”, Alkitab menjelaskan karena dia banyak. Lalu setan itu mohon jangan usir, pas waktu itu sekelompok babi lewat, ini karena bangsa kafir pelihara babi. Di daerah Yerusalem tidak mungkin orang pelihara babi, langsung ada huru-hara kalau berani pelihara babi di wilayah Yerusalem. Waktu orang-orang kafir ini berternak babi, mereka tidak diganggu karena ini wilayah bangsa lain. Lalu babi itu lewat, setan itu memohon “bolehkah kami pindah ke babi itu?”, dan mereka mesti tunggu persetujuan Yesus. Setan hanya bisa kerja kalau Tuhan mengijinkan, jadi tetap Tuhan yang berdaulat, sekeras apa pun pekerjaan setan tidak akan lebih dari apa yang Tuhan ijinkan. Itu sebabnya dikatakan “yang kamu alami tidak mungkin lebih besar dari kekuatanmu, Tuhan akan beri jalan keluar. Karena godaan setan sehebat apa pun, tetapi Tuhan batasi. Maka kalau Saudara jatuh karena godaan setan, jangan bilang “Tuhan, setan begitu kuat sehingga saya jatuh”, Tuhan akan mengatakan “kekuatan dia itu dibatasi, Aku membatasinya sampai level engkau bisa menang. Mengapa tidak menang juga?”, ini kira-kira yang mau dinyatakan. Maka setan itu minta ijin “boleh pindah?”, Yesus mengatakan “silahkan”, maka mereka pindah ke babi. Binatang-binatang ini pun terjun dan kita tahu waktu setan datang, setan mengacaukan ciptaan, setan membuat ciptaan tidak bisa cocok untuk dihidupi manusia. Jadi waktu kita jauh dari Tuhan, semua menjadi rusak. Apa yang kita pikir bagus itu sebenarnya satu tipuan yang membuat hidup makin sengsara. Jadi waktu setan masuk dalam babi, babi itu terjun semua dan mereka mati lemas. Arkeolog sudah menemukan daerah di pinggir Danau Galilea dimana ada kota yang menuju ke atas, setelah itu tebing, bawahnya langsung danau, akhirnya tempat ini ketemu dan tempat ini sulit disebutkan di mana. Ini spot yang ditinggali oleh orang Gadara atau Gerasa.

Alkitab mencatat manusia yang tadinya kerasukan setan berubah total, tadinya dia tidak bisa kontrol dirinya, sekarang dengan tenang bisa berbicara dengan Yesus Kristus. Tadinya dia tidak punya rumah, Yesus mengatakan “pulanglah ke rumahmu”. Tadinya dia telanjang, setelah itu dia pakai pakaian, setelah berpakaian dan menjadi waras, dia duduk di dekat kaki Yesus. Tadinya menyembah Yesus minta ampun supaya tidak dihukum, sekarang duduk di kaki Yesus dengan penuh relasi, penuh cinta kasih yang belum pernah dia alami sebelumnya. Jadi orang ini berubah total keadaannya. Di sini kita bisa saksikan kebaikan Tuhan yang besar sekali, Tuhan sengaja menyimpang dari tujuan utama untuk mengambil orang tidak penting ini. Mungkin kita sering merasa “saya bukan siapa-siapa, Tuhan tidak mungkin ingat saya”, tapi cerita ini mengingatkan orang paling hina dalam masyarakat pun kalau Tuhan beranugerah, Dia akan belok lalu Dia akan dapati orang itu. Dan setelah orang ini sembuh, dia mengatakan “bolehkah aku mengikuti Engkau ya Tuhan? Di sini saya sudah tidak ada apa-apa, saya mantan orang kerasukan setan, tidak mungkin diterima bekerja lagi. Orang akan usir saya, orang akan benci saya, orang akan kucilkan saya. Bolehkah saya ikut Engkau”, Yesus menjawab “jangan, engkau kembali dan ceritakan kepada semua orang di sini dan ceritakan apa yang sudah aku perbuat kepadamu”. Jadi Tuhan mengijinkan orang ini jadi misionaris utama. Maka Yesus memberikan pengutusan yang pertama kepada orang yang barus sembuh. Lalu diutus ke mana? Di tempat dia sendiri, tempat dimana mungkin akan ditolak. Bagian ini mengingatkan kepada kita berapa besar anugerah Tuhan dan berapa besar pimpinan Tuhan untuk orang-orang yang dia mau jangkau, yang seringkali di luar pikiran dan perkiraan kita.

Dari narasi ini setidaknya ada 3 hal yang bisa kita renungkan, hal pertama adalah Tuhan Yesus mencintai orang-orang yang mungkin tidak layak untuk dicintai, Dia memberikan perhatian kepada orang-orang yang sepertinya tidak perlu diberikan perhatian, tapi Yesus sengaja berbelok dan menjangkau orang ini. Hal kedua yang kita bisa lihat, Yesus membebaskan orang ini dari keadaan dicengkeram setan menjadi berbalik total, Yesus Kristus memperbaiki kemanusiaan seseorang. Yesus tidak mati hanya untuk membuat kita masuk sorga saja, Yesus mati setelah itu memberikan efek, memperbaiki karakter, memperbaiki moral kita, memperbaiki tingkah laku kita dan membuat kita menjadi orang yag lebih seperti manusia, seperti yang Tuhan mau. Sebelumnya belum ada rumah, Yesus mengatakan “kembali ke masyarakatmu”, sebelumnya tidak bisa kuasai diri setelah itu dia duduk dengan tenang, sebelumnya tidak berpakaian setelah itu berpakaian, sebelumnya gentar penghakiman setelah itu relasi dengan kasih dengan Kristus, maka ini hal kedua yang bisa kita lihat. Tuhan membangkitkan orang ini lalu mengutusnya ke tempat yang tidak disangka sebelumnya, inilah hal yang ketiga. Inilah yang bisa kita lihat dari panggilan Tuhan Yesus kepada orang yang kerasukan ini. Kiranya boleh jadi berkat dan membimbing kita untuk hidup dengan setia kepada Tuhan.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)