- Surat Roma
- 13 Oct 2020
Berdosa Tetap Selamat?
Dalam pembahasan yang lalu kita sudah melihat satu sudut pandang yang penting yaitu di dalam Adam dan di dalam Kristus. Ini tentu cara pandang yang tidak biasa kita miliki di dalam zaman kita, seperti saya sudah bagikan bahwa kita tidak terbiasa berpikir tentang pola seperti ini, berada di dalam Adam, berada di dalam satu kekepalaan yang memengaruhi kita dan di dalam Kristus, satu kekepalaan lagi yang memengaruhi kita. Kita terlalu banyak dipengaruhi dengan pikiran individu seperti yang dimiliki oleh orang zaman modern, “saya sendiri di hadapan Tuhan, saya pertanggung-jawabkan perbuatan saya di hadapan Tuhan. Saya menentukan nasib saya di hadapan Tuhan”. Tentu ada aspek kita harus bertanggung jawab di hadapan Tuhan sendiri, kita tidak menanggung dosa orang lain dan kita tidak dihakimi oleh karena perkataan atau perbuatan orang lain. Tapi nasib kita di dalam Kerajaan Allah tidak individu. Keselamatan Saudara bukan keselamatan yang secara individu mampu miliki, tidak bisa. Saudara menjadi orang yang diselamatkan karena Saudara berada di dalam Kristus, bukan yang lain. Bukan karena Saudara beriman, tentunya iman mesti punya objek yang benar, bukan karena Saudara yakin, bukan karena Saudara berada dalam keadaan tertentu. Tapi karena Saudara ada di dalam Kristus dan hanya karena di dalam Kristus. Di dalam pasal 5, Paulus membagikan pengertian yang indah, Saudara dan saya berada di dalam Kristus, karena kita sudah diambil dari keadaan yang lama di dalam Adam. Jadi kekepalaan Adam adalah tema penting, saya pikir ini merupakan bagian yang sangat penting dari konsep Injilnya Paulus, tapi bagian yang sering diabaikan. Salah satu yang membuat seorang teolog di abad 20, Karl Barth, sangat populer adalah ketika dia menulis buku komentari surat Roma, yang dikenal sebagai buku Roman Brief. Dia mengatakan bahwa apa yang mungkin kita alami sebagai milik Tuhan hanya mungkin kita alami di dalam Kristus.
Di dalam Adam, di dalam Kristus. Kalau kamu di dalam Adam, kamu jalani hidup yang lama, entah kamu berbuat baik, entah etikamu baik, entah kamu sangat tidak bercacat di dalam hidup, tapi faktanya kamu di dalam Adam, kamu bukan di dalam Kristus. Kalau kamu berpindah dari dalam Adam ke dalam Kristus, maka kamu adalah pewaris bumi yang baru, ini poin penting yang sebenarnya ada dibalik kata-kata dari Surat Paulus ini. Orang-orang yang membaca Roma 5, jika memahami konsep ini, dia akan sadar Paulus sedang berbicara bahwa ada dunia yang baru melalui Kristus dan itulah yang ke dalamnya kita akan berbagian. Dunia baru ini dunia apa? Di dalam konteks orang Yahudi cuma ada konteks 2 zaman, jadi mereka tidak lihat perkembangan zaman dan kerajaan sebagai sesuatu yang terlalu penting. Orang akan mengatakan ada periode Babel, ada periode dari Persia, ada periode dari Yunani dan setiap periode ini adalah periode yang berpindah dan berganti dengan sangat signifikan. Waktu orang-orang Asyur menjajah semua daerah maka budaya Asyur yang akan disebar kemana-mana, meskipun tidak sekuat Babel dan Persia. Waktu Babel mengalahkan Asyur, bahasa Aram yang akhirnya menyebar kemana-mana, termasuk dalam penulisan Kitab Suci, Perjanjian Lama kita ditulis dalam Bahasa Ibrani dan Aramaik, dua bahasa tua itu. Babel dikalahkan oleh Persia, lalu ketika orang Yunani mengalahkan Persia, maka budaya dari Yunani menyebar kemana-mana. Ini sangat signifikan, penting sekali, perubahan yang sangat luar biasa. Ketika zaman berubah, ada banyak hal yang signifikan berubah. Tapi Alkitab membacanya hanya sebagai perubahan kecil yang tidak penting. Lalu perubahan besarnya di mana? Bagi orang Yahudi perubahan besar itu ada dari zaman sekarang yang jahat ini kepada zaman akhir. Perubahan ini diawali dengan kedatangan Sang Mesias. Ini pola pikir orang Yahudi yang kita tidak lihat dari Roma, tapi ini jelas dari pembacaan Kitab Kisah Para Rasul misalnya. Pergerakan dari zaman yang jahat setelah manusia jatuh dalam dosa, kepada zaman yang penuh pengharapan ketika Sang Mesias datang. Ini dua periode yang sangat penting, yang kita harus tahu ada dibalik pikiran Paulus. Paulus bukan orang Injili abad 21, Paulus itu bukan orang Reformed, dia tidak berpikir dengan kerangka pikir Reformed. Ada banyak cara berpikir yang kita tidak bisa paksakan kepada Paulus. Maka sewaktu kita membaca Kitab Suci, mari kita lihat pikiran di belakang Paulus, yaitu bahwa orang Israel mengharapkan zaman yang baru. Paulus ketika diadili mengatakan “aku ditangkap karena pengharapan Israel (adanya zaman yang baru)”. Orang Yahudi percaya bahwa Mesias yang bisa bawa. Jadi mereka menunggu-nunggu Mesias bukan untuk keselamatan individual mereka masuk surga. Saya tidak mengatakan keselamatan individu kita salah, “saya percaya Yesus supaya mati masuk surga”, itu tidak salah tapi itu bukan segalanya. Ini mungkin berita yang mengagetkan tapi kalau Saudara membaca Alkitab, Saudara akan sadar dari Perjanjian Lama sampai Perjanjian Baru, porsi untuk keselamatan individual itu kecil, ada tapi tidak besar. Tujuan utamanya adalah Saudara mesti lihat dunia ini, yang sudah sangat rusak, dan perlu dunia yang baru. Orang yang bisa membuat dari yang lama menuju ke yang baru itu Sang Mesias. Dalam Kisah Para Rasul jelas sekali bahwa orang Yahudi, Paulus, Petrus, para rasul bahkan Kekristenan mula-mula percaya ini. Tapi Kekristenan modern melupakan hal ini. Tidak banyak orang kalau ditanya tentang Yesus akan menjawab Yesus adalah Pembawa bumi yang baru, Pembawa zaman yang baru. Kalau ditanya “siapa Yesus bagimu?”, banyak orang akan menjawab “Dia Nabi yang baru, Dia ini dan itu”. Lalu Tuhan bertanya “menurutmu siapakah Aku?”, Petrus menjawab “Engkaulah Mesias, Anak Allah yang hidup”. Petrus tidak perlu menjelaskan pengertian Mesias, karena semua orang sudah tahu pada waktu itu. Petrus tidak mengatakan “Engkaulah yang akan membuat saya kalau saya mati akan masuk surga”, tidak ada konsep itu dalam pengertian utama, adanya dipengertian sampingan. Tokoh-tokoh Alkitab punya alur pikiran sendiri yang kita kurang pedulikan. Paulus bicara Adam dan Kristus untuk mengatakan Kristus adalah Pembawa zaman yang baru. Zaman yang sudah ada sejak Adam dan menjadi kacau karena Adam, dan manusia yang lain berbagian di dalamnya; sekarang Tuhan memberikan zaman yang baru, seolah Tuhan mengatakan “inilah saatnya, pembaruan itu sekarang sudah tiba”. Banyak hal di Kitab Suci menunjukan ke kita bahwa relasimu dengan Tuhan itu akan menjadi sangat penting di dalam zaman yang baru ini. Seluruh bumi akan kembali menikmati fungsinya di dalam zaman yang baru.
- Surat Roma
- 13 Oct 2020
Taurat Membuat Dosa?
Paulus berbicara dengan argumen yang Panjang sampai nanti berpuncak pada pasal 8, lalu ada polemik lanjutan di pasal 9-11, merupakan argumen-argumen yang sangat penting untuk teologi Kristen. Kita memahami apa itu Kekristenan justru karena memahami arguman Paulus mengenai apa itu Kekristenan. Dalam bagian ini kita akan melihat lebih detail mengenai Hukum Taurat. Apa yang Paulus pahami tentang Taurat itu jelas dalam Surat Roma. Paulus berusaha untuk membereskan pemikiran yang salah dari orang-orang Farisi atau orang-orang Yahudi pada zaman dia. Tapi kita seringkali salah baca karena kita berpikir bahwa orang Yahudi mirip dengan orang-orang Katolik di abad ke-16, percaya bahwa kalau kita tidak mengumpul jasa pada level yang pas maka kita tidak akan pernah selamat. Kita mesti berjuang untuk terus dapat, dapat jasa, dapat merit atas apa yang kita kerjakan berdasarkan perintah gereja, supaya kita bisa selamat. Lalu kita membaca Kitab Suci dan kita menemukan mungkin orang Yahudi juga berpikir sama, “saya mesti menjalankan Taurat supaya saya bisa selamat”, ini yang kita baca dari Alkitab karena kita dikurung oleh pemikiran dari tradisi Reformasi. Tentu kita tidak akan menganggap tradisi Reformasi salah karena kita berasal dari situ, tapi kita juga tahu bahwa tradisi Reformasi mempunyai cara untuk mengekspresikan teologi yang spesifik sesuai zaman mereka. Dan zaman itu tidak tentu sama dengan zamannya Paulus. Itu sebabnya ketika Martin Luther mengatakan “kita semua mesti kembali ke ajaran yang benar, kita tidak selamat karena kita melakukan sakramen penebusan dosa, kita selamat karena kita beriman kepada Kristus. Kita selamat bukan karena kita melakukan perbuatan jasa, tapi kita selamat karena kita beriman kepada Kristus”. Luther tahu hal ini dari Paulus. Paulus menyatakan hal yang sama, “engkau diselamatkan karena iman, bukan karena engkau menjalankan Taurat”. “Berarti orang Yahudi percaya bahwa menjalankan Taurat akan membuat mereka selamat”, ini yang kita pikirkan. Tapi kita tidak teliti dalam memahami dunia Alkitab. Karena kalau kita memahami dunia Alkitab dalam Perjanjian Baru, kita akan sadar bahwa tidak ada orang Yahudi yang merasa dirinya tidak otomatis selamat. Ini jelas sekali kita salah baca. Orang Yahudi adalah orang yang jelas tahu bahwa mereka lebih baik dari semua bangsa. “bagaimana caranya kamu bisa selamat?”, orang Yahudi akan menjawab “otomatis, orang Yahudi, darah asli. Saya bukan orang kafir, saya dari lahir adalah orang Yahudi dan tidak termasuk bangsa-bangsa lain”, ini yang Paulus katakan juga di awal Surat Roma. “Kami orang Yahudi, kami tidak termasuk dari bangsa-bangsa lain”. Mereka selamat sejak Tuhan membentuk mereka keluar dari Mesir, sudah selamat. Lalu isunya Taurat di mana? Taurat adalah cara untuk membuktikan bahwa mereka berhak dapatkan keselamatan karena menjalankan identitas mereka. Jadi Taurat digunakan bukan supaya mereka selamat atau bukan supaya mereka masuk ke dalam perjanjian, Taurat diberikan supaya mereka tetap ada dalam perjanjian. Inilah perbedaan konsep orang Yahudi tentang keselamatan dengan Kekristenan di dalam zaman abad pertengahan. Jadi cara pemikiran pertama mereka adalah bukan “bagaimana supaya saya selamat, apa yang mesti saya lakukan supaya selamat?”, mereka sudah rasa otomatis selamat.
Hal kedua, pola pikir mereka bukan individual, tapi bangsa, nation, mereka tidak mengatakan “bagaimana saya bisa mempertahankan keselamatan?”, tapi mereka akan bertanya “bagaimana bangsa ini tetap utuh, tidak lagi dibuang oleh Tuhan”. Jadi isunya adalah apakah kita akan tetap menerima berkat dari Tuhan atau kita dibuang? Taurat itu seperti Pancasila bagi orang Indonesia, kalau Saudara mau tafsirkan dengan pemikiran orang Yahudi. Kita perlu Pancasila supaya kita tetap satu, kita tetap kompak, kita tetap merasa satu bangsa meskipun terdiri dari banyak suku. Demikian juga orang Israel, “bagaimana caranya supaya bangsa ini tetap sejahtera di dalam Tuhan?”, “caranya adalah taati Taurat, jika engkau melanggar akan dibuang”. Tidak ada gunanya Saudara berusaha taati Taurat sendiri, jalankan Taurat sendiri, benar-benar saleh sendiri, tapi seluruh bangsa rusak, akhirnya dibuang juga. Jadi keadaan komunal ditentukan kekompakan seluruh anggota menjalankan apa yang harus. Dan orang Israel sudah mendapatkan pelajaran ketika Akhan tidak setia, di dalam Kitab Yosua, semua Israel kena. Maka Taurat berfungsi sebagai cara orang Israel tetap berada dalam perjanjian. Dan ini yang Paulus kritik. Ini sesuatu yang mungkin mengagetkan, kita sudah mendapatkan pengertian ternyata orang Israel melihat Taurat sebagai cara untuk tetap dalam perjanjian, sekarang Paulus memberikan alternatif untuk menafsirkan Taurat yaitu menafsirkan Taurat sesuai pengertian Perjanjian Lama. View dari orang Israel adalah “bagaimana kami menikmati janji Tuhan”. Apakah janji Tuhan sudah diberikan? “sudah, tapi kami menantikan kegenapannya”. Inilah yang menjadi pandangan mereka tentang Taurat, dan saya harap tema-tema seperti ini semakin akrab di kepala kita. Karena semakin kita mengerti cara para penulis Alkitab berpikir, semakin kita mudah mendapatkan pengertian-pengertiannya. Alkitab tidak hanya ditulis untuk orang-orang yang akademisi yang cerdas atau tajam pikirannya. Tapi Alkitab ditulis untuk orang-orang biasa mempratekan hidup dan menikmati Tuhan.
- Surat Roma
- 1 Sep 2020
Hidup dari Kematian
Di dalam Adam dan Kristus, ini dua hal yang kita lihat dalam pertemuan yang lalu. Di dalam Adam adalah mati, di dalam Kristus adalah hidup. Dan kita bisa melihat limpahnya pengertian hidup di dalam Kristus sama seperti kita bisa melihat banyak ragam pengertian yang bisa kita pahami tentang apa itu mati. Ini bukan hanya sekedar mati dalam arti tidak lagi punya kesadaran diri atau mati karena tubuh kita tidak lagi berfungsi. Ini juga bukan hidup hanya karena kita sadar kita hidup. Mati dan hidup dalam Kitab Suci menunjukan dua ekstrim yang beda. Mati adalah keadaan yang bentur dengan kuasa penciptaan Tuhan, tidak berbagian di dalam penciptaan Tuhan. Sedangkan hidup adalah sebaliknya, mengambil kelimpahan dari rencana penciptaan Tuhan. Ini bukan sekedar hidup atau mati dalam pengertian sempit, “nanti saya akan ke sorga atau ke neraka?”. Kalimat-kalimat dari Kitab Suci memberikan penjelasan tentang hidup sebagai sesuatu yang Tuhan sudah topang dan akan Tuhan sempurnakan nanti. Hidup bukan sesuatu yang mendadak diberikan pada titik kita mati. Hidup adalah sesuatu yang Tuhan sudah kerjakan sekarang. Maka firman Tuhan mengajak kita untuk melihat apa yang Tuhan kerjakan, hal apa yang Tuhan sudah lakukan, dan yang Tuhan janjikan akan lakukan. Ini yang membuat kita mengerti tentang keindahan hidup. Kalau Saudara lihat dalam ayat 17 ada benturan di dalam Adam mati, tetapi di dalam Kristus tidak langsung dibilang hidup. Dikatakan di dalam Kristus akan ada kelimpahan, akan ada kasih karunia, ini perbandingan mati dan hidup. Paulus mengatakan “kalau bukan mati maka kamu akan menerima segala kelimpahan kasih karunia, anugerah, kebenaran”, dan itulah hidup. Di ayat 18 benturan ini kembali dilakukan oleh Paulus, sama seperti satu pelanggaran, semua beroleh penghukuman, harus terpotong dari keindahan kehidupan. Demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran, semua orang beroleh pembenaran untuk hidup. Pembenaran adalah kata yang sangat sering dibahas dalam Perjanjian Lama. Pembenaran adalah cara Tuhan menyatakan keunikan dari umatNya. Di Kitab Imamat dikatakan “kuduslah kamu sebab Aku Tuhan Allahmu adalah kudus”. Dan kalau Saudara menyelidiki kata yang dipakai, itu bukan kata perintah. Tuhan tidak mengatakan “ayo hidup kudus, supaya kamu sama dengan Aku”. Tuhan mengatakan “kamu sudah kudus”, itu bagian yang sangat indah. Dan pengertian kudus berarti orang-orang yang di dalam Tuhan diberikan status sebagai manusia seperti rancangan awal yang Tuhan mau ada pada manusia. Ini berkait dengan segala keteraturan kehidupan yang penuh hikmat karena mengenal Tuhan. Roma tidak mengatakan hidup dan mati dengan cara yang simple, Roma membandingkan mengapa hidup itu penting dan mengapa alternatif yang lain yaitu mati adalah sesuatu yang sia-sia. Juga di dalam ayat 19, ketidaktaatan satu orang telah membuat semua orang berdosa, ketaatan satu orang membuat semua orang menjadi orang benar. Adam tidak taat karena dia tidak mau dalam status dan kondisi limpah yang Tuhan rancangkan, sedangkan Kristus berada dalam kerelaan yang tunduk, berada dalam status dan kondisi yang Tuhan rancangkan untuk Dia. Hal-hal ini membuat kita sadar bahwa manusia terkutub menjadi dua di dalam Adam atau di dalam Kristus, tidak ada in between. Pengertian seperti ini sangat penting karena ini adalah keunikan berita Injil yang Paulus sedang sampaikan di Roma 5. Jadi Paulus sangat menekankan di sini bahwa baik Israel maupun seluruh bangsa lain adalah berada di dalam Adam. Ada di dalam Adam dan itu berarti semua orang, termasuk bangsa Israel, termasuk umat yang mengaku diri bahwa “aku sudah mengenal Tuhan”, mereka pun ada di dalam Adam. Lalu apa yang bisa kita lakukan? Kita ada di dalam Adam. Bisakah kita lepas dari pengaruh di dalam Adam? Tidak bisa. Kita ada di dalam kaitan dengan Adam, seperti kepala dengan tubuhnya. Dialah kepala dari manusia.
Kalau Saudara tanya “mengapa dia kepala dari manusia?”, karena Alkitab menyatakan demikian. Dialah manusia yang pertama, dialah adalah archetype-nya manusia yang pertama. Saudara tidak bisa lari dari ini, karena kita percaya Tuhan memenuhi bumi ini dengan manusia melalui satu orang saja. Ini ditekankan oleh Paulus dalam khotbahnya di Kisah Para Rasul, bahwa seluruh bumi penuh dengan manusia dimulai dari satu orang. Dan di dalam Bahasa Ibrani, kata Adam punya permainan kata yang bisa dikaitkan dengan tanah. Manusia diciptakan oleh Tuhan dan manusia pertama ini menjadi kepala, menjadi nenek moyang dari semua manusia. Dengan demikian kita terikat di dalam dia, karena dia adalah kepala kita. Kita mungkin akan baca Alkitab dengan pemikiran modern kita, kalau begitu kita akan salah baca, karena Alkitab bukan tulisan modern. Kalau Saudara mengatakan “mengapa saya nasibnya harus berkait dengan Adam? Saya kan individu yang bebas, saya tidak perlu satu dengan Adam.” Tapi itu adalah pembacaan modern. Dalam pembacaan modern, manusia itu individu-individu yang katanya bebas, tapi kalau dikaji lagi ini pun belum tentu benar, karena Saudara pun tidak bebas untuk menentukan apa pun sendiri. Kapan kita pernah bebas? Saudara dari kecil ikut kepala sehingga Saudara ditentukan oleh komunitas. Kalau Saudara mengatakan “itu kan waktu saya masih kecil, nanti kalau sudah dewasa, bebas dari papa mama”, bebas dari papa mama tidak membuat Saudara bebas dari sebuah negara. Kalau Indonesia berada dalam keadaan resesi, Saudara tidak bisa pilih otherwise. Jadi orang modern salah memahami apa itu individu. Sedangkan Kitab Suci lebih akurat di dalam memahami kondisi manusia. Saudara tidak pegang nasib Saudara sendiri, ditentukan oleh komunitas. Dalam pengertian Alkitab, bebas itu berarti ketika Saudara memilih untuk bertindak kasih, Saudara bebas. Karena waktu Saudara melakukan tindakan karena kasih, pada saat itu tidak ada yang sedang memaksa Saudara. Tidak ada orang yang memaksa Saudara untuk menikahi orang yang Saudara cintai, Saudara melakukan itu karena cinta. Maka Alkitab mengatakan cinta adalah kebebasan, kebebasan adalah waktu Saudara mampu mencintai. Dan Paulus dengan jeli mengatakan kalau kita kumpulkan komunitas yang ada lalu kita satukan maka kita akan mendapatkan di dalam Adam. Ini cara lain untuk membahasakan kamu adalah manusia di dalam Adam. Ini hal yang unik, “Saya adalah manusia, bagaimana nasib saya?”, sama dengan kepalamu, “kepala saya kan mati, Adam mati”, tepat sekali, kamu pun berada dalam keadaan mati. Dan kalau Saudara mengatakan “saya mau protes, mengapa kalau Adam mati saya juga ikut mati? Tuhan menguji kepala, setelah itu nasib semua orang yang dikepalai, sama dengan orang itu. Kita tidak bisa ganti ini, mau tidak setuju, silahkan. Tapi Paulus mengatakan “saya hanya mengatakan kepadamu kebenarannya.” Realitanya adalah kita semua berbagian di dalam Adam. Dan berada dalam Adam berarti kita menikmati keberadaan sebagai gambar Allah, Adam adalah gambar Allah.
Menikmati keberadaan sebagai manusia yang Tuhan undang bersama dengan Tuhan. Tapi secara pradoks juga “menikmati” kekacauan karena dihakimi dan diusir oleh Tuhan. Di satu sisi Adam adalah yang dipanggil untuk bersekutu dengan Dia. Di sisi yang lain dia adalah yang terusir di hadapan Tuhan. Ini sulit untuk kita pahami, manusia di satu sisi adalah ciptaan yang indah, begitu penuh keagungan. Di sisi yang lain manusia adalah jauh lebih buruk dari segala ciptaan lain yang Tuhan sudah buat. Kitab Suci mengatakan malaikat yang sudah jatuh pun punya kata-kata yang masih mempertahankan kehormatan kepada Tuhan. Tapi manusia dengan sembarangan menghujat yang mereka tidak sadar kemuliaanNya yaitu Tuhan. Kalimat ini benar-benar membuat takut. Iblis dan penghulu malaikat, ketika mereka bertengkar, tidak satu pun memakai kata-kata menghujat sorga. Mengapa manusia berani? Karena manusia lebih parah dari malaikat jatuh sekali pun. Manusia berani menghadap kemuliaan Tuhan, tidak ada rasa gentar. Banyak orang sudah Kristen pun tapi tidak punya rasa gentar waktu ibadah. Lalu kita pikir kita adalah yang lebih hebat dari yang lain, itu omong kosong. Jadi Adam sudah terusir dan seluruh keturunannya menjadi kacau. Tetapi Adam dan seluruh keturunannya tetap gambar Allah, tetap adalah ciptaan Tuhan yang Tuhan cintai. Tetap adalah ciptaan Tuhan yang Tuhan berikan akal untuk mengatur segala sesuatu yang lain. Manusia punya keagungan dan keunggulan karena manusia adalah gambar Allah.
- Surat Roma
- 19 Aug 2020
Adam dan Kuasa Maut
Di ayat 16 dan 17 sekali lagi kita diingatkan mengenai peran Adam dan Kristus. Adam memberi mati dan Kristus memberi hidup. Kita harus tahu apa yang dimaksudkan dengan mati, kita mesti tahu juga apa yang dimaksudkan dengan hidup. Dan tentu konteks yang paling mungkin memberikan kita pengertian tentang mati adalah peristiwa Taman Eden. Kita lihat bahwa Kitab Suci kita bukan hanya memberikan pengetahuan sebagai teori, tetapi memberikan kepada kita kisah untuk kita renungkan. Dan setiap kisah ada konteks, setiap kisah ada cerita, ada tokoh, ada kejadian, ada hal yang diajarkan di dalamnya. Demikian juga dengan peristiwa di Taman Eden yang adalah kelanjutan dari karya Tuhan menciptakan dunia ini. Kejatuhan Adam di sini yang dimaksud tentu adalah kegagalan Adam menaati firman, yaitu titik dimana dia mengambil buah dari pohon pengetahuan baik dan jahat, kemudian memakannya. Ini merupakan pesan yang penting bagi kita karena ada perubahan dari kisah yang diceritakan di Kejadian 1 & 2, di dalam Kejadian 3. Kalau Saudara lihat Kejadian 1 & 2, kita lihat bagaimana Tuhan dengan teliti menciptakan segala sesuatu, Tuhan mengenyahkan hal-hal yang mengganggu hidup. Manusia tidak mungkin hidup kalau seluruh bumi penuh dengan air, maka Tuhan singkirkan air dan munculkan daratan. Kita sudah bahas kisah ini harus dipahami berdasarkan budaya dari Timur Dekat Kuno. Kita bisa melihat bahwa Kejadian 1 & 2 adalah peristiwa membuat hidup di dalam skema bait. Hidup tidak bisa lepas dari ibadah, hidup tidak mungkin lepas dari berada di hadapan Tuhan. Itulah yang diatur dalam Kejadian 1 & 2, Tuhan menciptakan segala sesuatu, menata segala sesuatu. Itu adalah kisah Allah membangun bait. Dan hari ke-7 Dia beristirahat, ini berarti Dia mendiami baitNya dan memerintah. Lalu Kejadian 3 memutarbalikan keadaan ini karena kata baik dan bahkan sungguh amat baik, tov dan meot tov, ini adalah kata yang dipakai untuk penilaian terhadap progres dari ciptaan. Pembangunan bait ada progres, dan progresnya adalah sesuatu yang Tuhan nilai baik. Tapi di dalam Kejadian 3 kata baik muncul lagi dalam bentuk pohon pengetahuan baik dan jahat. Kalau kita tafsirkan dengan cara kita, kita taruh pohon dalam pengertian kita di dalam kisah itu. Tapi yang harus kita lakukan adalah melihat bagaimana cerita itu menceritakan segala sesuatu sebagai simbol dari pesan yang Tuhan mau berikan. Pohon pengetahuan yang baik dan jahat adalah pernyataan bahwa untuk selanjutnya ciptaan ini, bumi yang Tuhan sudah jadikan adalah bumi yang akan menjadi bait di dalam cara Tuhan. Tapi putaran yang terjadi adalah ketika Adam dan Hawa melanggar perintah itu. Banyak yang mengatakan bahwa perintah Tuhan tidak boleh dilanggar, kalau dilanggar pasti akan mati. Tapi Kejadian 3 sedang tidak bicara se-simple itu. Ada sesuatu yang lebih dari nuansa perintah itu, “jangan makan dari pohon pengetahuan baik dan jahat ini, pada hari kamu memakannya kamu akan mengalami kematian kematian”, atau matinya mati. Sama ketika Tuhan memberikan tekanan untuk keindahan ciptaan yang total itu, Tuhan juga memberikan tekanan untuk kematian. Maka di dalam pohon pengetahuan baik dan jahat terkandung makna yang bentur dengan keindahan ciptaan. Apa pun yang indah dari ciptaan diwakili dengan kata baik. Baik menurut siapa? Menurut Tuhan. Maka apa pun yang melawan itu atau bentur dengan kebaikan ciptaan adalah mendirikan versi baik di luar Tuhan. Kalau ada versi baik di luar Tuhan, berarti pemilik konsep baik, penentu mana baik dan mana jahat adalah Tuhan di dalam baik ini.
Dalam Kisah Kejadian, di dalam pengertian “baik, baik, baik, sungguh amat baik”, sekarang ada perkataan matinya mati, “kalau kamu makan pada hari kamu memakan buah dari pohon pengetahuan baik dan jahat, pastilah kamu mati”, jadi ada baik, hari dan mati. Ketiga hal ini adalah hal yang Saudara bisa baca dari Kejadian 1 & 2. Tuhan tidak mengatakan “begitu kamu telan, kamu mati”. Bukan tanpa alasan Tuhan mengatakan “pada hari kamu memakannya pastilah kamu mati”, tugas kita waktu kita membacanya adalah mendeteksi pengulangan ini. Saudara bisa mendeteksi itu dengan melihat kata hari, itu pun sudah membantu Saudara mengerti. “pada hari kamu memakan”, saya makan di hari apa? bukan itu poinnya. Poinnya adalah apa yang kamu makan pada hari kamu makan akan menjadi hari yang bentur dengan hari penciptaan. Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh tidak imbang dengan hari kamu makan buah dari pohon pengetahuan baik dan jahat. Lalu Tuhan mengatakan pada hari kamu makan buah dari pohon pengetahuan baik dan jahat, ini merupakan pertanda bahwa pohon ini memberikan peringatan tentang keindahan ciptaan kalau ciptaan dipelihara di dalam versi baikNya Tuhan. Tapi kalau Adam dan Hawa melanggar pada hari makan pastilah kamu akan mengalami matinya mati. Pada waktu hari penciptaan selesai, Tuhan mengatakan “sungguh amat baik”. Waktu Tuhan bilang “sungguh amat baik” ini bentur dengan mengalami matinya mati. “Matinya mati” bentur dengan “sungguh amat baik”. Dengan kata lain Kejadian 3 sedang mengatakan “jika kamu makan buah dari pohon pengetahuan baik dan jahat, kamu akan mati karena kamu akan terkucilkan dari seluruh rancangan ciptaan Tuhan”. Jadi kematian yang dimaksud adalah kematian karena ter-exclude atau dikeluarkan dari keindahan ciptaan Tuhan. Siapa yang dikeluarkan? Ini poin yang mengerikan, yang dikeluarkan adalah imamnya, kalau bumi adalah bait, manusia adalah imamnya. Kalau imamnya keluar, maka seluruh bait menjadi bait yang tidak jelas lagi gunanya. Bait SuciNya Tuhan adalah untuk imam Tuhan, bukan imamnya berhala. Sekarang kalau Saudara lihat seluruh bumi adalah bait dan imam ini yaitu kita sudah memberikan diri kepada ilah yang palsu, yaitu ketiadaan, karena mereka menjadi hamba dari sesuatu yang lain yang bukan Tuhan, maka seluruh bumi jadi kacau, seluruh bumi tidak jelas gunanya apa. Dan manusia menjadi imam yang tidak jelas di bait yang tidak jelas lagi gunanya, ini mati. Jadi mati adalah sesuatu yang scoop-nya sangat besar dan global. Ini yang diceritakan Paulus, ia sangat mengerti pengertian ini. Maka dia mengatakan mati datang dari Adam. Kalau Saudara mengatakan “heran ya, karena makan saja jadi mati. Tapi iya, kita harus mengerti bahwa kalau perintah Tuhan pasti mati”, itu tidak salah, tapi itu bukan tekanan Kitab Kejadian.
- Surat Roma
- 19 Aug 2020
Adam dan Kristus
Di dalam bagian sebelumnya kita sudah mempelajari mengenai pembenaran yang Tuhan berikan melalui kematian Kristus. Bahkan ada kepastian pertama kali menjadi bagian dari umat, Saudara dan saya menjadi bagian dari Kristus. Maka Roma 5 dimulai dengan mengingatkan kita bahwa kita sudah dibenarkan melalui Kristus yang rela mati bagi kita waktu kita masih seteru. Saudara dan saya adalah pemberontak yang harusnya dihukum, tapi karena kita disatukan di dalam Kristus, maka kita mendapatkan pembenaran. Ini yang kita lihat dari ayat 1-11.
Di dalam ayat 12-21, Paulus memberikan fondasi sangat penting. Kita tidak bisa mengerti Injil, mengerti mengapa Yesus mati bagi kita, jika kita tidak menafsirkan ayat 12-21 dengan benar. Jadi ayat-ayat yang akan kita pelajari adalah ayat-ayat dengan peran yang sangat besar di dalam pemahaman akan penebusan. Paulus di ayat 12-21 mengatakan Kristus menjadi Juruselamat karena Dia paralel dengan Adam secara fungsi bagi manusia. Sama seperti Adam menjadi kepala dari seluruh manusia, demikian Kristus menjadi kepala bagi semua orang yang diselamatkan. Ini yang akan kita gali pada hari ini dan kita akan gali sesuatu yang harusnya membuat cara berpikir kita berubah. Jadi Saudara dan saya tidak hanya menambahkan satu atau dua pengertian baru dalam pikiran kita, tapi Paulus sedang menuntun kita untuk berpikir dengan cara yang benar, cara yang tepat, cara yang sesuai dengan yang Alkitab mau bagikan. Kita akan ubah cara berpikir tentang dunia, maka Injil sebenarnya sangat berkait dengan mengerti worldview, mengerti cara pandang hidup. “Saya mengerti hidup dari siapa, mengapa saya mengerti hidup dengan cara seperti ini?”, itu semua adalah sesuatu yang harus dirombak. “Saya mesti tahu bagaimana cara hidup dari Tuhan, Tuhan yang memberi tahu saya apa itu hidup, mengapa hidup, mengapa ada manusia, apa guna manusia, mengapa Allah mengasihi manusia, apa gunanya saya ada di dunia ini”, semua ini harus ditafsirkan dengan cara yang benar. Karena itu ayat 12-21 sangat penting, bukan hanya untuk tambahan informasi. Saudara tidak perlu tambahan informasi kalau fondasi pemikirannya sudah salah dari awal. Kesalahan punya fondasi akan membuat seluruh pemikiran di atas ditambah-tambah dalam jalur yang salah, sama seperti kalau Saudara punya mobil yang mampu jalan dengan cepat sekali, tapi arahnya salah, makin bagus mobilnya, makin bagus mesinnya, makin cepat jalannya, makin jauh dari sasaran. Itu sebabnya hal pertama yang harus kita ubah adalah hal yang sangat mendasar yaitu pemahaman tentang hidup. Kalau kita tidak kembali ke Kitab Suci, kita tidak tahu apa itu hidup. Dan kalau kita tidak tahu apa itu hidup, kita tidak mungkin jalani hidup dengan limpah. Dunia berhasil menarik hati kita, menarik hawa nafsu kita, menarik segala sesuatu yang bersifat menyimpang karena dunia menawarkan alternatif pada kita yang tidak punya fondasi melihat hidup dengan benar. Ini sebabnya dunia begitu menarik, dunia menarik bukan karena dia memang pada dasarnya menarik. Dunia menawarkan bajunya yang sudah jelek dan kita senang, kita mau karena kita tidak mengerti apa itu baju. Jadi Saudara dan saya sangat tidak mengerti apa itu hidup, maka kita mudah dipikat oleh dunia ini. Kita perlu mengerti apa itu hidup, kita perlu kembali ke Kitab Suci untuk menafsirkan apa itu hidup. Di dalam Roma 5: 12-21 ada pengertian yang sangat dasar, yang merombak cara kita berpikir tentang hidup, karena Paulus mengarahkan seluruh problem yang ada dimulai dari Adam di Taman Eden, dimulai dari Kejadian 1-3.
- Surat Roma
- 16 Aug 2020
Pentingnya Hidup Manusia bagi Tuhan
Di dalam Roma 5 ini, di dalam ayat-ayat yang kita baca ada tekanan yang sangat besar dari Paulus, mengenai kerelaan Kristus untuk mati. Mengapa Kristus rela datang lalu Dia mati bagi kita? Ini jadi penjelasan yang mau dibahas Paulus. Dan untuk memahami ini kita mesti mengerti apa yang menjadi tekanan di dalam firman Tuhan bagi Israel. Tuhan mengajar Israel untuk mengerti nilai hidup. Hidup itu sangat penting dan itu sebabnya Tuhan memanggil Israel. Sebab Tuhan menciptakan manusia supaya manusia hidup. Dan hidup yang Tuhan berikan ini adalah hidup yang berkait dengan Tuhan. Di dalam Injil Yohanes, Yesus mengatakan bahwa hidup yang Dia peroleh adalah hidup dari Bapa. Dan hidup yang Dia peroleh dari Bapa inilah hidup yang ingin Dia bagikan kepada orang-orang percaya. Jadi di dalam pengertian Kristus, di Injil Yohanes, hidup tidak bisa dipisah dari relasi dengan Tuhan. Tidak ada hidup yang muncul dari diri sendiri, tidak ada auto hidup. Tidak ada manusia yang diciptakan dengan kemampuan hidup yang muncul dari dirinya sendiri. Jadi kita perlu mendefinisi ulang mengenai arti hidup. Hidup bukan cuma sekedar energi atau kemampuan untuk bertahan di dunia ini, melainkan hidup adalah sesuatu yang kita peroleh dari Tuhan. Itu sebabnya momen ketika manusia terpisah dari Tuhan, manusia dalam keadaan mati bukan hidup. Hidup yang diajarkan di dalam Kitab Suci adalah hidup karena berkait dengan Tuhan. Salah satu tema penting dalam pembahasan doktrin Tritunggal Gregory dari Nissa adalah pengertian bahwa dalam relasi Tritunggal ada aktivitas saling memberi. Bapa, Anak dan Roh Kudus adalah tiga Pribadi dari Allah Tritunggal yang saling memberi. Maka inilah pengertian hidup, hidup adalah ketika satu pribadi mencurahkan dirinya bagi pribadi yang lain, itu hidup. Hidup tidak mungkin dilakukan di dalam keadaan pasif, hidup hanya mungkin dilakukan dalam relasi yang aktif. Ini dimiliki di dalam Allah Tritunggal dan inilah yang dibagikan Allah Tritunggal kepada manusia. Manusia tidak bisa hidup dengan sendirinya, banyak contoh yang bisa kita pahami, Saudara lihat alat elektronik tidak mungkin hidup kalau tidak disambungkan dengan listrik, misalnya. Demikian manusia tidak mungkin hidup jika tidak ada koneksi dengan Allah. Maka seluruh Perjanjian Lama membahas ada 2 hal penting.
Hal pertama yang dibahas oleh Perjanjian Lama adalah pentingnya hidup. Dari bagian awal penekanannya adalah hidup, jangan mati. “Jangan makan buah, kalau tidak kamu pasti akan mati”. Penekanan hidup ini juga yang diberikan oleh Tuhan ketika Tuhan memberikan hukum. Di dalam hukum ada pengertian bahwa hidup itu penting. Dan hidup bukan cuma sekedar bertahan hidup, tapi hidup di dalam lingkungan yang penuh kelimpahan. Hidup itu penting maka Tuhan berikan hukum. Karena hidup itu penting, maka Tuhan melarang ada pembunuhan, “kamu tidak boleh membunuh”. Dalam Kitab Taurat itu jelas sekali thou shall not commit murder, ini sesuatu yang kita tidak boleh salah mengerti. Tuhan tidak mengatakan tidak boleh membuat mati, yang Tuhan katakan adalah tidak boleh membunuh. Pembunuhan tidak sekedar hanya membuat mati. Pembunuhan dalam Bahasa Inggris lebih jelas murder, bukan hanya sekedar membuat yang tadinya hidup menjadi mati. Alkitab melarang pembunuhan karena hidup itu penting. Tidak ada orang yang membaca Alkitab lalu meremehkan hidup, itu salah baca. Semakin membaca Alkitab, semakin sadar hidup itu penting, semakin sadar saya penting, orang lain juga penting, milik saya penting, milik orang lain juga penting. Dan itu sebabnya Tuhan melarang ada pencurian. Mengapa tidak boleh mencuri? Karena milik orang lain itu penting. Alkitab melatih kita untuk melihat hidup itu penting, adil dalam hidup ini penting, menghargai hidup dalam hidup ini penting, menghargai milik orang lain dalam hidup ini penting. Dan kalau kita tidak dapat pengajaran itu, kita salah mengerti Kekristenan. Alkitab mengajarkan kamu harus hargai hidup orang lain. Kamu harus hargai orang lain dalam usahanya untuk hidup, kamu harus menghargai sesamamu dan kepemilikan yang Tuhan percayakan kepada mereka. Jadi makin baca Kitab Suci makin sadar bahwa tidak ada highview of life di luar Alkitab. Pandangan terhadap hidup yang tinggi hanya mungkin dari Kitab Suci.
- Surat Roma
- 16 Aug 2020
Menikmati Kemuliaan Tuhan
Di pasal 4 kita sudah membahas mengenai Abraham yang dibenarkan oleh Allah. Kebenaran Abraham adalah kebenaran karena beriman kepada Allah. Seringkali kita sempitkan pengertian iman menjadi hanya sekedar percaya, “pokoknya Allah berbicara apa, saya percaya”, itu iman. Tapi Kitab Suci selalu mengaitkan iman dengan keberanian untuk mengambil jalan hidup yang beda. Cara hidup yang lama, stop, cara hidup yang baru, mulai, itu iman. Karena tanpa cara hidup yang dari Tuhan, kita tidak tahu bagaimana harusnya hidup. Kita seringkali menjalani hidup seperti kita sudah tahu apa itu hidup. Mungkin kita tahu apa yang harus dicapai, bagaimana mencapai apa yang harus dicapai itu dan bagaimana memunyai hidup yang senang. Tapi kita tidak tahu bahwa Tuhan tidak mau kita hidup di luar Tuhan. Hidup tanpa Tuhan adalah hidup yang kosong, tidak ada apa yang bisa gantikan Tuhan dalam hidup. Sebab itu kosongnya hidup harus diganti dengan hidup yang penuh dan hidup yang penuh adalah hidup yang beriman kepada Tuhan. Kalau begitu iman bukan sekedar pengakuan, iman adalah keputusan yang membuat saya mengambil tekad untuk hidup secara baru. Sebelumnya saya sudah tahu, sekarang saya mau rombak, saya mau tahu dari apa yang Tuhan beri tahu, itulah iman. Maka Abraham disebut beriman bukan karena dia percaya kepada Tuhan saja, tapi karena dia memutuskan untuk punya hidup yang sama sekali baru. Sekarang hidup dia adalah hidup sebagai orang asing, di tanah asing oleh karena dia umat Tuhan. Kalau kita catat sejarah hidup kita, momen-momen penting selalu tanpa Tuhan. Apa momen penting hidupmu? Semua hal yang membuat kita merasa hidup berkelimpahan, hidupnya penuh, itu tanpa Tuhan. Itu tidak benar. Kita perlu iman supaya kita belajar mengarahkan hidup dimana setiap tahap penting dalam hidup adalah karena Tuhan, bukan karena yang lain. Tapi itu tidak terjadi, karena itu hidup kita kosong. Saudara pakai banyak cara untuk mengisi hidup, tetap kosong, karena tidak ada Tuhan dalam hidup. Maka iman berarti “saya mau Allahku ambil hidup saya dan tata sesuai dengan cara Dia. Saya tidak mau hidup dengan cara begini terus, saya tidak mau hidup tanpa Tuhan”.
Kita tidak bisa memahami betapa banyaknya ajaran Alkitab memberikan peringatan tentang berhala. Mungkin kita pikir “saya tidak ada berhala dalam hidup, saya tidak menyembah mereka”. Tapi hidup kita tidak mungkin tidak dikuasai oleh ilah palsu. Itu adalah segala yang menasihati kita tentang hidup tanpa Tuhan. Dalam Kitab Suci, ilah palsu adalah yang mendikte hidup umatNya tetapi bukan Allah sejati. Jadi ketika umat didikte oleh ilah palsu, umat sedang menyembah berhala. Orang Kanaan disebut menyembah berhala, karena orang Kanaan didikte oleh ilah mereka. Kita mengatakan “saya tidak menyembah berhala, tidak ada berhala yang saya masukan dalam hidupku”. Tapi hidupmu didikte oleh berhala, didikte oleh kesenanganmu, didikte oleh cinta uang, didikte oleh keinginan untuk diterima. Maka jangan sampai kita gagal melihat hidup kita yang sebenarnya sudah sangat kasihan. Orang yang hidupnya kasihan tapi tidak sadar hidupnya kasihan, tidak akan berubah. Di Buku Institutio bagian 1, Calvin mengingatkan sebelum engkau tahu betapa malangnya kamu, betapa kasihannya kamu, betapa tidak berartinya hidupmu, maka engkau tidak akan kenal kemuliaan Tuhan. Jadi kita ini adalah orang-orang yang sudah diikat oleh berhala karena hidup didikte yang bukan Tuhan. Apa yang paling saya senangi? Bukan Tuhan. Apa yang ingin dikejar dalam hidup? Juga bukan Tuhan. Kalau begitu Saudara menyembah berhala, diikat oleh berhala. Bagaimana cara bebas? Caranya adalah beriman kepada Tuhan, bukan kepada berhala. Abraham berpaling dari berhala nenek moyangnya kepada Allah yang menyatakan diri kepadaNya. Orang beriman berarti orang yang atur hidupnya untuk berubah. Maka jangan berikan definisi iman yang dangkal sekali. Apa itu iman? Yakin dan percaya. “saya yakin dan percaya akan dapat ini”, dan memang dapat, tapi itu bukan iman. Itu omong kosong! Kitab Suci mengatakan iman berarti Saudara memutuskan harus melakukan sesuatu di dalam hidup dan yang harus saya lakukan adalah ubah hidup dari mengarah kepada berhala, sekarang mengarah kepada Tuhan, Allah yang sejati. Itu sebabnya kehidupan yang berarah kepada Allah adalah kehidupan yang polanya pun akan Tuhan ubah untuk sesuai dengan Sang Juruselamat.
Jadi pola hidup yang kita pahami itu pun salah. Sangat penting untuk kita tahu apa yang kita anut sebagai pola hidup. Karena tanpa kita sadar begitu banyak pengaruh masuk dalam hidup kita, dari kita kecil sehingga kita tidak tahu kalau kita sedang dipengaruhi untuk mengharapkan hidup yang salah. Kalau kita ditanya orang “apa yang kamu harapkan dalam hidup?”, pasti kita akan punya cita-cita untuk meminta hidup ke depan yang sesuai dengan keinginan dan gairah kita, keinginan-keinginan yang kita harapkan ke depan adalah keinginan-keinginan anti penderitaan, anti sulit, anti sakit, tapi tidak bisa. Maka banyak orang kecewa dalam hidup karena tidak mendapatkan apa yang diharapkan, pola hidup yang dia anut bukan yang Tuhan ajar. Pola hidup yang harus kita dapat bukan pola hidup sendiri, tapi pola hidup di dalam sekelompok orang di dalam umat. Saudara bukan hidup sendiri, tapi hidup dalam komunitas yang dipimpin oleh Tuhan. Orang Kristen dipimpin oleh Sang Mesias yang menunjukan kepada kita bagaimana harusnya kita hidup. Maka saya ajak untuk berpikir lagi, apakah pola hidup yang selama ini kita anut itu adalah pola hidup real dan berpengharapan? Apakah pola hidup yang engkau harapkan di masa depan adalah pola hidup yang realistis dan berpengharapan? Saya beri tahu 2 hal ini tidak mungkin cocok. Kalau Saudara mau hidup yang realistis, tidak ada pengharapan. Kalau Saudara mau berpengharapan, Saudara akan mulai pikirkan hidup yang tidak real. Saudara cuma boleh memilih hidup yang real tapi tanpa harapan atau hidup berpengharapan tapi tidak realistis. Saya mau tanya model hidup apa yang engkau mau? Hidup real, selamat tinggal pengharapan. Hidup berpengharapan, tapi tidak real. Jadi bagaimana? Alkitab menawarkan hidup yang real dan berpengharapan, dua-duanya. Coba dengarkan firman Tuhan. Firman Tuhan tidak minta hanya diberikan tempat kecil di otak, Tuhan mau Saudara pakai seluruh otak, seluruh pikiran, seluruh konsep untuk diarahkan kepada Tuhan. Kamu tidak bisa mengerti hidup dengan real tapi berpengharapan, kecuali engkau hidup kembali kepada Allah. Maka kehidupan seperti apa yang kurang dari kita? Alkitab mengatakan kita ini kurang benar, maka kita butuh kebenaran. Kebenaran itu berarti kita punya sense yang tepat untuk memperlakukan orang dengan benar. Problem kita selalu berkait dengan cara memperlakukan orang. Kita tidak tahu kebenaran, kita perlu kebenaran dari Tuhan.
- Warta
- 25 Mar 2020

Reforming Life Podcast
Program Audio GRII Bandung
Podcast Reforming Life (Spotify/Tunein) atau klik reforminglife
- Surat Roma
- 11 Mar 2020
Iman bahwa Tuhan sanggup membangkitkan dari yang mati
Ayat-ayat yang kita baca merupakan cara Paulus untuk menafsirkan kembali kisah Abraham. Ada satu hal yang sangat penting yang dikerjakan Paulus, dia adalah seorang penginjil, teolog dan dia juga adalah seorang gembala. Dan di dalam menjadi teolog, Paulus adalah seorang yang punya tugas berat sekali yaitu bagaimana menafsirkan seluruh kisah Perjanjian Lama digenapi dalam Kristus dan dibagikan ke bangsa-bangsa bukan Yahudi. Ini bukan tugas yang mudah, bagaimana memberikan pengertian dari Perjanjian Lama disoroti dari sudut pandang Kristus kemudian dibagikan untuk bangsa-bangsa yang bukan Yahudi. Seringkali kita abaikan kesulitan dan juga rumitnya teologi yang dibangun oleh Paulus sesuai dengan pesan yang Tuhan berikan kepada dia. Ketika dia baca kisah Abraham, dia mesti pikir dalam pengertian yang tepat dari Tuhan. Bagaimana kisah Abraham ini diinterpretasi dengan benar yaitu diinterpretasi lewat kacamata atau sudut pandang Kristus. Kristus sudah datang dan bagaimana sekarang kisah di Perjanjian Lama dipahami melalui Kristus yang sudah menggenapi kisah itu. Dan setelah Paulus meramu pengertian ini, dia mesti bagikan kisah ini kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi, orang-orang yang tidak kenal Perjanjian Lama, orang yang tidak tahu Tuhan, orang yang tidak mengerti kisah di Sinai dan lain-lain, maka tugas Paulus sangat berat. Dan Tuhan berkenan memimpin dia sehingga dia mengerjakan begitu banyak hal dan membangun kerangka berpikir yang luar biasa. Saudara pernah baca Surat Paulus? Tentu pernah. Apakah pernah mendapatkan penghiburan besar karena membaca? Kalau tidak, dimana Kekristenan kita? Kita baca Kitab Suci dan kita anggap ini sepele, mungkin kita lebih suka nonton drama dan mendapat penghiburan darinya, air mata kita jatuh karena mendengar cerita-cerita dunia, tapi bukan karena cerita Alkitab. Kita sangat mudah tersentuh oleh cerita populer di Hollywood atau di mana pun, tapi kisah Alkitab tidak kita terima dengan hati yang penuh perasaan haru. Ini sangat tidak boleh. Saudara dan saya harus mengagumi Alkitab dan jika kita belum mampu mengagumi Alkitab, doa baik-baik kepada Tuhan, “Tuhan, buka mata dan hati saya supaya saya semakin mengagumi Kitab Suci”. Karena ketika para filsuf atheis membaca Alkitab, mereka tidak mendapatkan iman, mereka tidak percaya Kristus, tapi mereka tetap harus mengakui tulisan Paulus adalah tulisan yang harus tetap dipertimbangkan melampaui tulisan-tulisan lain. Ketika mereka membaca Surat Paulus, mereka menemukan bahwa Paulus mengerti bagaimana pengharapan mengubah etika, bagaimana tingkah laku Saudara diubah oleh pengharapan, bukan oleh yang lain. Mengapa kita bisa hidup makin lama makin baik secara etika? Karena pengharapan. Maka pengharapan adalah tema yang sangat benar dan ini memang sesuatu sering dibagikan oleh Paulus. Paulus melihat Perjanjian Lama dan menyadari Perjanjian Lama penuh dengan janji Tuhan untuk pengharapan hidup. Tuhan adalah Tuhan yang berjanji. Banyak janji Tuhan berikan di dalam Kitab Suci. Saudara baca Kitab Kejadian, di situ banyak Tuhan memberikan janji dan seringkali janji itu diberikan di dalam keadaan yang tidak mungkin ada pengharapan. Ketika Nuh keluar dari bahtera, pengharapan apa yang dia miliki? Pernahkah Saudara pikir seluruh dunia tinggal 8 orang, coba bayangkan situasi itu. Saudara keluar dari rumah bersama istri dan 3 anak Saudara dan 3 menantu. Mana bisa seluruh bumi hanya ditangani oleh 8 orang di tengah-tengah kerusakan yang demikian besar. Jangan disamakan dengan peristiwa di Taman Eden, di Taman Eden belum ada air bah sebelumnya. Tapi paska air bah, setelah air bah menutup seluruh bumi, bumi menjadi tempat yang sangat sulit, kering, penuh dengan keadaan seperti mati. Maka ketika Nuh keluar, dia sangat penuh pengharapan, dia sadar bahwa seluruh dataran yang besar tidak ada lagi binatang, hanya yang berasal dari bahteranya. Lalu dia yang sangat perlu pengharapan, diberi pengharapan oleh Tuhan yang memberikan janji. Tuhan mengatakan “sama seperti Aku memberikan perlindunganKu untuk alam, demikian Aku akan memberikan perlindungan untuk Nuh dan seluruh keturunannya”. Jadi Tuhan memberikan janji kepada Nuh dan keturunannya akan dipelihara. Dan Tuhan memberikan janji bahwa alam akan dipelihara, ini janji yang indah sekali. Tuhan berjanji kepada Nuh, Dia akan peliharan alam sampai saatnya Dia datang kembali dan memberikan penghakiman akhir. Sebelum saat itu tiba, Tuhan mengatakan “tidak akan henti-hentinya musim yang satu beralih ke musim yang lain”. Di dalam Perjanjian Lama perkataan musim yang beralih itu menandakan kesetiaan Tuhan. Orang Yahudi percaya yang mengganti musim satu ke musim yang lain itu Tuhan. Seorang bernama Brueggemann, seorang ahli Perjanjian Lama menyelidiki Kitab Suci dan menemukan seringkali janji paling indah itu Tuhan berikan pada saat yang paling buruk. Di saat kacau, di saat tidak ada pengharapan, janji Tuhan diberikan. Di dalam keadaan senang, bahagia, manusia sering mengabaikan janji itu. Jika kita tidak mengetahui apa itu penganiayaan bagi orang Kristen, kita tidak tahu kesulitan bagi gereja Tuhan, kita cenderung mengabaikan janji Tuhan. Ketika orang mengatakan “hidupku baik, semua serba baik, semua terpelihara”, pada waktu itu dia mengabaikan janji Tuhan. Dan pada saat dia mengabaikan janji Tuhan, dia berada pada titik rohani yang rendah sekali. Itu sebabnya Brueggemann mengatakan waktu membaca Perjanjian Lama, seringkali Tuhan menyatakan berkat janji di tengah-tengah keadaan yang tidak mungkijn mendapatkan kekuatan. Termasuk janji Injil, Tuhan berjanji menyatakan perbaikan, menyatakan Juruselamat, menyatakan tahta Daud yang dipulihkan juga di dalam keadaan yang tidak ada pengharapan yaitu pembuangan. Di tengah pembuangan, Tuhan bernubuat baik melalui Yesaya, Yeremia, maupun Yehezkiel bahwa Tuhan akan memulihkan kerajaan ini. Dan janji Tuhan untuk memulihkan kerajaan, itu janji memberi hidup di tengah mati, ini simbol. Karena ketika sebuah bangsa itu dibuang, bangsa itu sudah mati. Tidak ada bangsa bisa bertahan setelah mengalami pembuangan. Saudara bisa periksa di dalam sejarah, setelah Bangsa Tirus dihancurkan, mereka tidak ada lagi. Setelah Makedonia runtuh, mereka tidak ada lagi. Setelah Romawi runtuh, mereka tidak ada lagi, baik di barat maupun timur. Kalau Saudara mengatakan Itali itu Romawi, bukan. Orang Itali sudah campur-campur, ada yang dari Lombardia, Visigoth dan tempat-tempat lain. Maka kerajaan yang sudah hancur tidak ada harapan, mereka hancur dan itu berarti bangsa itu mati. Kerajaan sudah mati ketika mereka dihancurkan oleh kerajaan lain. Pada waktu itu tidak ada aturan perang, tidak ada perjanjian kalau menyerang harus begini, kalau tidak dari negara lain akan datang untuk membela. Jadi ketika satu kerajaan dihancurkan oleh kerajaan lain, pada waktu itu mereka seperti mati. Kerajaan yang hancur sama seperti orang yang sudah mati. Kalau orang sudah mati, dia tidak mungkin hidup lagi, Saudara tidak bisa memberikan apa pun untuk menjadi pengharapan kepada orang yang sudah mati. Orang mati ya mati, meskipun Saudara kasi antibiotik, dia tetap mati. Kasi musik, tetap mati, kasi musik klasik, tetap mati, kasi musik rock, tambah mati. Orang mati sudah mati, tidak bisa diapa-apakan lagi. Maka ketika orang itu sudah terbaring mati, Saudara tidak bisa lakukan apa-apa untuk memberikan pengharapan apa pun. Dan tiap pengharapan yang diberikan adalah pengharapan yang tidak mampu dipikirkan oleh manusia. Pengharapan setelah mati adalah pengharapan yang tidak sanggup dipahami oleh manusia. Banyak sekali legenda tentang apa yang terjadi setelah manusia mati. Tapi satu-satu legenda atau cerita itu dipatahkan.
- Khotbah
- 11 Mar 2020
Menikmati Tuhan dalam Keseharian
Setelah sangkakala keenam maka narasi Kitab Wahyu mempersiapkan pembacanya untuk menantikan sangkakala ketujuh. Dan sebelum sangkakala ketujuh terjadi ada beberapa bagian yang diberitakan melalui Kitab Wahyu. Kejadian pertama mengenai seorang malaikat yang turun dari sorga lalu menyatakan kemuliaan yang demikian besar yaitu di ayat pertama. Di ayat pertama dikatakan “aku melihat seorang malaikat lain yang kuat turun dari sorga berselubungkan awan dan pelangi ada di atas kepalanya, dan mukanya sama seperti matahari dan kakinya bagaikan tiang api”. Beberapa penafsir mengatakan ini adalah Tuhan sendiri yang dinyatakan dalam rupa malaikat, tetapi kalimat ini sulit untuk dipertahankan karena sepanjang Perjanjian Baru, Tuhan tidak pernah disebut sebagai malaikat. Di dalam Perjanjian Lama kadang-kadang ada berita di mana seorang malaikat turun dan menerima persembahkan bahkan menerima sujud dari manusia. Orang tua dari Simson menyembah kepada malaikat, memberikan korban kepada malaikat dan malaikat itu terima. Jadi sangat mungkin malaikat itu adalah Tuhan sendiri yang menyatakan diri dalam rupa malaikat. Mungkin ini adalah Kristofani, menampakan Kristus sebelum Dia menjadi manusia, ini beberapa kali terjadi. Dan ini membingungkan para penafsir. Bagian Kitab Suci yang belum diterangkan tidak menjadikannya batal menjadi Kitab Suci, karena tidak ada orang yang bisa mengaitkan antara otoritas Kitab Suci dengan penjelasan yang bisa diberikan. Saudara mampu menjelaskan Alkitab tidak menjadikan Alkitab lebih berotoritas. Tapi tentu Saudara harus memberikan pertanggung-jawaban iman terhadap bagian-bagian yang sudah jelas.
Di dalam Perjanjian Lama penampakan Tuhan yang mirip malaikat itu berkali-kali terjadi dan membuat orang bingung mengapa Tuhan harus menyatakan diri seperti malaikat, apakah malaikat dan Tuhan sama? Tentu tidak. Apakah Tuhan menjadi identik dengan malaikat ketika Dia menampakan diri sebagai malaikat? Tentu tidak. Lalu mengapa Tuhan menyatakan diri dalam bentuk malaikat? Sangat sulit dipahami. Tapi umumnya orang Kristen akan mengatakan bahwa penampakan Tuhan mirip malaikat itu untuk menunjukan kepada umat Tuhan bahwa ada sesuatu yang belum dipahami dari Tuhan, yang di dalam Perjanjian Baru menjadi jelas yaitu sifat bahwa Allah memunyai tiga pribadi. Tritunggal, bukan satu person, bukan satu pribadi. Allah adalah Allah Tritungal meskipun belum dengan jelas dinyatakan dalam Perjanjian Lama, tapi sudah mulai diberitakan dengan cara yang masih seperti bayang-bayang. Maka ada pribadi Allah yang menyatakan diri seperti malaikat untuk membedakan dengan pribadi Allah yang menyatakan diri sebagai Allah. Ini merupakan salah satu penafsiran Kristen mengapa ada malaikat mau disembah. Tapi kalau Saudara baca Perjanjian Baru, itu tidak pernah terjadi lagi, tidak pernah ada malaikat yang mengklaim diri boleh disembah. Bahkan di dalam tulisan belakangan dari Perjanjian Baru, seperti Kitab Ibrani atau Kitab Wahyu, malaikat dijelaskan dengan sangat clear sebagai ciptaan Tuhan yang lebih rendah dari Tuhan, bukan Tuhan. Sehingga sangat sulit bagi kita menafsirkan ayat 1 sebagai Tuhan sendiri. Tuhan turun, tapi disebut seperti malaikat mirip Perjanjian Lama, itu tidak terjadi lagi. Maka penafsiran ayat kesatu tidak bisa diterima dengan mudah kalau misalnya malaikat itu adalah Allah. Kita sulit mengiyakan, mengaminkan pengertian bahwa malaikat yang dimaksud di sini adalah Allah. Tapi kalau kita mengatakan ini bukan Allah, lalu mengapa Dia berselubungkan awan? Bukankah dipenuhi awan merupakan ciri dari kehadiran Tuhan? Bahkan di atas Gunung Sinai waktu Tuhan menyatakan diri, pada saat itu pun gunung itu penuh dengan awan. Lalu dikatakan pelangi ada di atas kepalanya, bukankah ini menggambarkan kesetiaan Tuhan terhadap perjanjianNya. Lalu dikatakan mukanya sama seperti matahari, bukankah ini menyatakan kemuliaan Tuhan. Tapi pengertian malaikat dari orang Yahudi mungkin akan menolong kita memahami ayat yang pertama ini karena orang Yahudi percaya kalau malaikat adalah pernyataan Tuhan yang sifatnya reduktif. Malaikat adalah makhluk yang bertugas menyatakan kemuliaan Tuhan dengan cara yang reduktif. Sehinga manusia menyadari bahwa kemuliaan yang dia dapat adalah kemuliaan yang belum final. Tuhan lebih mulia dari ini. Namun saya baru mendapatkan pernyataan yang reduktif tentang kemuliaan Tuhan. Tuhan lebih terang dari pada terang yang dipancarkan malaikat. Tuhan lebih mulia dari pada kemuliaan yang dinyatakan oleh malaikat. Tuhan lebih penuh dengan keagungan lebih dari pada keagungan yang bisa dibawa oleh malaikat. Bagian ini yang bisa kita pahami dari ayat pertama, malaikat ini menunjukan sesuatu yang ada di sorga dan sesuatu ini bisa dibaca dari Kitab Wahyu 4-5.