Di pasal 4 kita sudah membahas mengenai Abraham yang dibenarkan oleh Allah. Kebenaran Abraham adalah kebenaran karena beriman kepada Allah. Seringkali kita sempitkan pengertian iman menjadi hanya sekedar percaya, “pokoknya Allah berbicara apa, saya percaya”, itu iman. Tapi Kitab Suci selalu mengaitkan iman dengan keberanian untuk mengambil jalan hidup yang beda. Cara hidup yang lama, stop, cara hidup yang baru, mulai, itu iman. Karena tanpa cara hidup yang dari Tuhan, kita tidak tahu bagaimana harusnya hidup. Kita seringkali menjalani hidup seperti kita sudah tahu apa itu hidup. Mungkin kita tahu apa yang harus dicapai, bagaimana mencapai apa yang harus dicapai itu dan bagaimana memunyai hidup yang senang. Tapi kita tidak tahu bahwa Tuhan tidak mau kita hidup di luar Tuhan. Hidup tanpa Tuhan adalah hidup yang kosong, tidak ada apa yang bisa gantikan Tuhan dalam hidup. Sebab itu kosongnya hidup harus diganti dengan hidup yang penuh dan hidup yang penuh adalah hidup yang beriman kepada Tuhan. Kalau begitu iman bukan sekedar pengakuan, iman adalah keputusan yang membuat saya mengambil tekad untuk hidup secara baru. Sebelumnya saya sudah tahu, sekarang saya mau rombak, saya mau tahu dari apa yang Tuhan beri tahu, itulah iman. Maka Abraham disebut beriman bukan karena dia percaya kepada Tuhan saja, tapi karena dia memutuskan untuk punya hidup yang sama sekali baru. Sekarang hidup dia adalah hidup sebagai orang asing, di tanah asing oleh karena dia umat Tuhan. Kalau kita catat sejarah hidup kita, momen-momen penting selalu tanpa Tuhan. Apa momen penting hidupmu? Semua hal yang membuat kita merasa hidup berkelimpahan, hidupnya penuh, itu tanpa Tuhan. Itu tidak benar. Kita perlu iman supaya kita belajar mengarahkan hidup dimana setiap tahap penting dalam hidup adalah karena Tuhan, bukan karena yang lain. Tapi itu tidak terjadi, karena itu hidup kita kosong. Saudara pakai banyak cara untuk mengisi hidup, tetap kosong, karena tidak ada Tuhan dalam hidup. Maka iman berarti “saya mau Allahku ambil hidup saya dan tata sesuai dengan cara Dia. Saya tidak mau hidup dengan cara begini terus, saya tidak mau hidup tanpa Tuhan”.
Kita tidak bisa memahami betapa banyaknya ajaran Alkitab memberikan peringatan tentang berhala. Mungkin kita pikir “saya tidak ada berhala dalam hidup, saya tidak menyembah mereka”. Tapi hidup kita tidak mungkin tidak dikuasai oleh ilah palsu. Itu adalah segala yang menasihati kita tentang hidup tanpa Tuhan. Dalam Kitab Suci, ilah palsu adalah yang mendikte hidup umatNya tetapi bukan Allah sejati. Jadi ketika umat didikte oleh ilah palsu, umat sedang menyembah berhala. Orang Kanaan disebut menyembah berhala, karena orang Kanaan didikte oleh ilah mereka. Kita mengatakan “saya tidak menyembah berhala, tidak ada berhala yang saya masukan dalam hidupku”. Tapi hidupmu didikte oleh berhala, didikte oleh kesenanganmu, didikte oleh cinta uang, didikte oleh keinginan untuk diterima. Maka jangan sampai kita gagal melihat hidup kita yang sebenarnya sudah sangat kasihan. Orang yang hidupnya kasihan tapi tidak sadar hidupnya kasihan, tidak akan berubah. Di Buku Institutio bagian 1, Calvin mengingatkan sebelum engkau tahu betapa malangnya kamu, betapa kasihannya kamu, betapa tidak berartinya hidupmu, maka engkau tidak akan kenal kemuliaan Tuhan. Jadi kita ini adalah orang-orang yang sudah diikat oleh berhala karena hidup didikte yang bukan Tuhan. Apa yang paling saya senangi? Bukan Tuhan. Apa yang ingin dikejar dalam hidup? Juga bukan Tuhan. Kalau begitu Saudara menyembah berhala, diikat oleh berhala. Bagaimana cara bebas? Caranya adalah beriman kepada Tuhan, bukan kepada berhala. Abraham berpaling dari berhala nenek moyangnya kepada Allah yang menyatakan diri kepadaNya. Orang beriman berarti orang yang atur hidupnya untuk berubah. Maka jangan berikan definisi iman yang dangkal sekali. Apa itu iman? Yakin dan percaya. “saya yakin dan percaya akan dapat ini”, dan memang dapat, tapi itu bukan iman. Itu omong kosong! Kitab Suci mengatakan iman berarti Saudara memutuskan harus melakukan sesuatu di dalam hidup dan yang harus saya lakukan adalah ubah hidup dari mengarah kepada berhala, sekarang mengarah kepada Tuhan, Allah yang sejati. Itu sebabnya kehidupan yang berarah kepada Allah adalah kehidupan yang polanya pun akan Tuhan ubah untuk sesuai dengan Sang Juruselamat.
Jadi pola hidup yang kita pahami itu pun salah. Sangat penting untuk kita tahu apa yang kita anut sebagai pola hidup. Karena tanpa kita sadar begitu banyak pengaruh masuk dalam hidup kita, dari kita kecil sehingga kita tidak tahu kalau kita sedang dipengaruhi untuk mengharapkan hidup yang salah. Kalau kita ditanya orang “apa yang kamu harapkan dalam hidup?”, pasti kita akan punya cita-cita untuk meminta hidup ke depan yang sesuai dengan keinginan dan gairah kita, keinginan-keinginan yang kita harapkan ke depan adalah keinginan-keinginan anti penderitaan, anti sulit, anti sakit, tapi tidak bisa. Maka banyak orang kecewa dalam hidup karena tidak mendapatkan apa yang diharapkan, pola hidup yang dia anut bukan yang Tuhan ajar. Pola hidup yang harus kita dapat bukan pola hidup sendiri, tapi pola hidup di dalam sekelompok orang di dalam umat. Saudara bukan hidup sendiri, tapi hidup dalam komunitas yang dipimpin oleh Tuhan. Orang Kristen dipimpin oleh Sang Mesias yang menunjukan kepada kita bagaimana harusnya kita hidup. Maka saya ajak untuk berpikir lagi, apakah pola hidup yang selama ini kita anut itu adalah pola hidup real dan berpengharapan? Apakah pola hidup yang engkau harapkan di masa depan adalah pola hidup yang realistis dan berpengharapan? Saya beri tahu 2 hal ini tidak mungkin cocok. Kalau Saudara mau hidup yang realistis, tidak ada pengharapan. Kalau Saudara mau berpengharapan, Saudara akan mulai pikirkan hidup yang tidak real. Saudara cuma boleh memilih hidup yang real tapi tanpa harapan atau hidup berpengharapan tapi tidak realistis. Saya mau tanya model hidup apa yang engkau mau? Hidup real, selamat tinggal pengharapan. Hidup berpengharapan, tapi tidak real. Jadi bagaimana? Alkitab menawarkan hidup yang real dan berpengharapan, dua-duanya. Coba dengarkan firman Tuhan. Firman Tuhan tidak minta hanya diberikan tempat kecil di otak, Tuhan mau Saudara pakai seluruh otak, seluruh pikiran, seluruh konsep untuk diarahkan kepada Tuhan. Kamu tidak bisa mengerti hidup dengan real tapi berpengharapan, kecuali engkau hidup kembali kepada Allah. Maka kehidupan seperti apa yang kurang dari kita? Alkitab mengatakan kita ini kurang benar, maka kita butuh kebenaran. Kebenaran itu berarti kita punya sense yang tepat untuk memperlakukan orang dengan benar. Problem kita selalu berkait dengan cara memperlakukan orang. Kita tidak tahu kebenaran, kita perlu kebenaran dari Tuhan.