Kedua, kita tidak mungkin punya pengharapan kecuali kita berpengharapan di dalam kemuliaan Tuhan. Pertama kebenaran, kedua kemuliaan Tuhan, dua-duanya menjadi hilang, ini yang menjadi khas dari pengertian dosa di Surat Roma. Roma banyak membahas tentang kekacauan kita karena kita kehilangan 2 hal tadi. Lalu bagaimana kita pulihkan ini? Alkitab mengatakan dengan iman. Iman itu apa? Ubah cara hidup. Ubah cara hidup dari mana ke mana? Dari berhala kepada Tuhan. “Saya tidak bisa ubah hidup dari berhala ke Tuhan karena saya terlalu lemah”, begitu banyak orang termasuk kita tahu hal ini. Saudara kalau survei orang-orang Kristen dan ditanya, semua pasti tahu dirinya harus berubah. Alkitab mengatakan perubahan terjadi melalui sebuah komunitas yang dipimpin oleh Kristus. Meneladani Kristus membuat kita mengerti bagaimana berjuang untuk hidup yang baru, bukan langsung sempurna. Karena itu Paulus mengatakan bahwa Abraham itu dibenarkan, dia ubah cara hidupnya. Lalu dia mengatakan “kamu pun sama. Allah memperhitungkan imanmu kepada Kristus sebagai kebenaran. Dan Allah menunjukan kesetiaanNya dengan membangkitkan Kristus”. Pasal 5 mengatakan “sebab itu kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup di dalam damai sejahtera dalam Allah oleh karena Tuhan kita Yesus Kristus”. Kita sudah dibenarkan oleh karena Kristus. Bagaimana bisa Kristus membenarkan kita? Ayat 2 “Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah”. Ini bagian yang penting sekali, di Perjanjian Lama, Abraham adalan orang yang dibenarkan. Musa adalah nabi yang mengajarkan kebenaran Taurat. Tapi tidak tercatat kalau Abraham adalah orang yang boleh akses kemuliaan Tuhan. Tidak dicatat kalau Musa adalah orang yang boleh akses masuk dalam kemuliaan Tuhan. Tidak dicatat kalau Yesaya adalah orang yang berhak mengakses kemuliaan Tuhan. Dia melihat kemuliaan Tuhan dan dia mengatakan “celakalah saya karena saya adalah orang yang najis bibir dan saya tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir”. Yesaya mengaku dia tidak lebih baik dari yang lain. Jadi tema kemuliaan Tuhan dalam Perjanjian Lama adalah tema yang sangat jelas dinyatakan bahwa itu adalah sesuatu yang tidak bisa kita akses, tapi mungkin kita harus mundur dulu untuk tanya kemuliaan Tuhan itu apa? Ini kalimat yang seringkali kita dengar tapi sulit untuk jelaskan. Kemuliaan Tuhan adalah ketika Tuhan menyatakan diriNya hadir dan kita menikmatinya. Saya beri tahu satu hal yang sangat penting, kalau Saudara mau lihat masa depan dari seluruh manusia, masa depannya hanya 2, pertama, kehadiran Allah membuat mereka hancur dan disingkirkan, kedua, kehadiran Allah membuat mereka bersuka. Tinggal pilih, kira-kira Saudara yang mana? Yang merasa tidak senang, tidak nikmat dengan kehadiran Tuhan, tidak mungkin merasa ada pengharapan karena pengharapan manusia ke depan adalah Allah hadir dan kita boleh menikmatinya. Saudara silahkan pilih mau cari apa kenikmatan di dalam dunia ini, sebentar lagi kenikmatan itu akan berhenti. Lalu apa yang bisa membuat kita senang? Kemuliaan Tuhan. Ketika Saudara mengasihi seseorang, Saudara ingin orang itu ada dan orang-orang milik Tuhan mencintai Tuhan dan akan mengatakan “Aku akan hadir dan kehadiranKu akan menyukakan engkau”, ini kehadiran dari Gembala yang disukai oleh doma-dombaNya, kehadiran Sang Bapa yang dinantikan anak-anakNya, kehadiran dari Pemberi hidup yang memberi kenikmatan bagi semua yang memiliki hidup, ini yang Tuhan janjikan. Jadi kemuliaan Tuhan berarti Tuhan hadir dan kita bisa mengaksesnya. Tapi Alkitab mencatat tidak ada orang diizinkan Tuhan bisa menikmati kenikmatan Tuhan. Allah menyatakan kehadiran di Gunung Sinai dan orang Israel lihat kemuliaan ini, semua takut. Kalau kita baca Kitab Keluaran, anak-anak Harun mati karena melakukan tindakan yang salah di dalam kemah suci. Mengapa mereka mati, dan mengapa Tuhan terus menyatakan dengan tegas “kamu tidak layak masuk”? Karena ketika Tuhan menyatakan kemuliaanNya, orang berdosa seperti kita tidak bisa masuk, penyembah-penyembah berhala yang hidupnya kacau, hidupnya rusak tidak bisa masuk ke dalam kemuliaan Tuhan. Ini isu yang penting, kita perlu kebenaran, kita perlu kemuliaan Tuhan, dua hal ini kita perlukan supaya kita bisa punya hidup yang real dan penuh pengharapan. Kebenaran dan kemuliaan, dua-duanya disatukan, diberikan kepada kita, tapi lewat apa? Alkitab mengatakan di dalam Roma 5, di dalam Kristus. Dalam Kristus kita beroleh jalan masuk kepada kasih karunia. Di dalam kasih karunia kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah. Jadi ingat, Perjanjian Lama mengatakan “engkau tidak bisa akses kemuliaan Tuhan, pergi, engkau tidak layak”. Seperti memberikan pemisahan, ada tembok, “kamu tidak boleh masuk menikmati kemuliaanKu”. Ketika Tuhan menjanjikan kemuliaanNya berarti tembok yang memisahkan kita dari kemuliaan Tuhan adalah tembok yang ternyata bisa dilewati. Tuhan di dalam Perjanjian Lama mengatakan “Aku adalah Allah yang mulia”, tapi Israel tidak boleh akses langsung. Lalu siapa yang boleh akses? Taurat mengatakan ada imam, hanya perwakilan yang boleh masuk untuk menikmati kemuliaan Tuhan. Bisakah umat Tuhan menyeberang lalu menikmati kemuliaan Tuhan? Tidak bisa, Tuhan berikan tembok, kalau berani melewatinya akan mati. “Kalau begitu kami umat Tuhan yang ada di sini tidak bisa menikmati?”, oke, Tuhan izinkan ada orang yang menjadi pengantara yaitu imam. Imam yang dari umat Tuhan. Kalau imam dari umat Tuhan lalu masuk ingin menikmati kemuliaan Tuhan, bukankah dia orang yang dari sisi umat Tuhan? Kalau dari sisi umat Tuhan tetap tidak bisa menyeberang. Maka Tuhan izinkan di sisi umat Tuhan ada Bait Suci. Guna Bait Suci adalah sebagai simbol dari seluruh realita ini, kemuliaan Tuhan dan umat.

« 2 of 5 »