Good Citizenship & The Gospel

Filipi 1:27-30 “Hanya, hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus, supaya, apabila aku datang aku melihat, dan apabila aku tidak datang aku mendengar, bahwa kamu teguh berdiri dalam satu roh, dan sehati sejiwa berjuang untuk iman yang timbul dari Berita Injil, dengan tiada digentarkan sedikit pun oleh lawanmu. Bagi mereka semuanya itu adalah tanda kebinasaan, tetapi bagi kamu tanda keselamatan, dan itu datangnya dari Allah. Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia, dalam pergumulan yang sama seperti yang dahulu kamu lihat padaku, dan yang sekarang kamu dengar tentang aku”.

Saudara sekalian di ayat-ayat ini kita melihat keindahan dari berita mengenai Injil dan penderitaan. Ini tema yang tentunya banyak sekali kita dengar terutama di dalam khotbah-khotbah dari tradisi gereja di zaman lampau. Ada orang-orang yang sangat menekankan keadaan menderita bagi Tuhan sebagai kebajikan, yaitu sebagai virtue yang sangat indah. Di dalam abad-abad awal misalnya, beberapa tulisan dari bapa-bapa gereja mendorong orang untuk menjadi martir. Jangan salah mengerti, ini bukan berarti bapa-bapa gereja melatih orang untuk membenci hidup. Bukan itu tentunya, tetapi serangan dari orang-orang bukan Kristen membuat orang Kristen sangat sulit untuk menyatakan iman. Kalau orang Kristen mengatakan, “kami orang Kristen,” mereka mungkin akan ditangkap dan dianiaya.

Di dalam sejarah dari gereja di abad-abad awal ada beberapa kali penganiayaan besar yang terjadi. Dan selalu penganiayaan besar ini terjadi karena hal-hal yang tidak masuk akal. Bukan sesuatu yang adil, bukan sesuatu yang menunjukkan kebaikan dari pemerintahan. Orang Kristen ditangkap kemudian dihukum mati hanya karena mereka Kristen. Bahkan dalam beberapa contoh misalnya, penangkapan orang-orang Kristen, kemudian penjatuhan hukuman mati bagi mereka. Hal itu didasarkan pada satu fakta bahwa orang-orang Kristen yanng misalnya, tidak mau menyembah dewa Yupiter atau tidak mau menyembah dewa-dewa utama dari Kekaisaran Roma. Atau pun penganiayaan di zaman Domitian, pada waktu daerah Asia Minor mengadakan pemberontakan. Orang-orang Yahudi di sana memberontak mengatakan, “kami tidak mau menyembah image Kaisar”. Patung Kaisar ditaruh di beberapa tempat yang sakral, lalu diminta untuk disembah. Ini ditolak oleh orang-orang Yahudi. Tetapi, karena orang Yahudi mempunyai pengaruh yang besar, pemerintah Romawi tidak mau terlalu banyak ribut dengan mereka, dan mereka diizinkan untuk tidak menyembah image Kaisar.

Tapi, ada kelompok lain yang lebih kecil yaitu orang-orang Kristen yang juga tidak mau menyembah image Kaisar. Mereka ini dianiaya dengan sangat berat sehingga Tuhan perlu menurunkan Kitab Wahyu. Kitab Wahyu bukan saja berfungsi sebagai penutup dari kanon Alkitab, yaitu akhir dari kisah keselamatan dan kisah penciptaan kembali yang Tuhan berikan. Kitab ini juga mempunyai fungsi pastoral. Kitab Wahyu adalah kitab untuk menghibur jemaat di dalam kesulitan yang sangat besar. Itu sebabnya kalau kita baca Wahyu, sebenarnya kita akan sangat terkait dan terkoneksi dengannya jika kita sedang mengalami hal yang sama yaitu penganiayaan dan penderitaan. Kitab Wahyu memberikan penghiburan, meskipun umat Tuhan seperti begitu kecil dan tidak punya daya untuk melawan pemerintah yang jahat atau orang-orang yang menindas, tetapi Tuhan tetap menyatakan kekuatan dari kerajaanNya di surga. Setiap kali orang percaya lihat ke surga, mereka tahu mereka bukan minoritas, tetapi mereka adalah yang mayoritas. Mereka bukan kelompok kecil yang tidak berdaya, melainkan mereka adalah kelompok yang memilih untuk mengasihi bukan karena tidak ada opsi yang lain. Tuhan mereka yaitu Yesus Kristus, punya kekuatan untuk menghancurkan seluruh musuh. Tetapi Tuhan mereka yaitu Kristus, memberikan waktu bagi bangsa-bangsa untuk bertobat. Itu sebabnya Kitab Wahyu penuh dengan penghiburan. Kitab Wahyu bukan kitab teka-teki atau kitab misteri yang dipermainkan sedemikian rupa oleh orang-orang yang tidak mengerti Alkitab. Kitab Wahyu adalah kitab untuk memberikan penghiburan bagi orang-orang Kristen yang berada di dalam penganiayaan. Penganiayaan demi penganiayaan dialami sehingga orang-orang Romawi dengan pikiran yang jernih tahu bahwa orang Kristen diperlakukan dengan sangat tidak adil.

Beberapa contoh dari surat-menyurat dari seorang kaisar yang bernama Trajan dengan seorang politikus dan juga seorang penyair yang ahli dalam bidang filsafat yaitu bernama Pliny The Younger yang ditugaskan oleh Kaisar Trajan untuk menyelidiki keadaan di sekitar pertikaian atau penganiayaan orang Kristen. “Mengapa mereka dianiaya, saya dengar banyak sekali berita yang menakutkan tentang mereka. Katanya, mereka menyembah ilmu hitam, mereka minum darah, mereka membunuh bayi, coba selidiki apakah itu benar.” Setelah Pliny menyelidiki, dia sendiri ikut beberapa kebaktian dari orang Kristen. Dia mengambil kesimpulan bahwa orang Kristen adalah orang-orang yang baik, orang-orang yang sangat saleh, orang-orang yang taat aturan, bukan orang-orang yang tidak rapi dan tidak baik hidupnya. Mereka bukan orang-orang penentang hukum. Mereka setia kepada aturan. Mereka orang-orang yang taat kepada segala aturan etis yang baik. Tetapi mereka memang percaya ada orang mati yang bangkit yaitu Yesus. Maka, surat ini membuat Trajan akhirnya memutuskan bahwa orang Kristen kalau mau dihukum mati harus diperkarakan dengan perkara yang tepat, tidak boleh lagi ada penangkapan hanya karena mereka Kristen saja. Harus ada pengaduan dan harus ada pengadilan. Harus ada pembelaan bagi mereka. Maka, hak hidup di tengah-tengah Kekaisaran Roma bagi orang Kristen mulai diberikan atau dinyatakan oleh Kaisar Trajan.

Bekerja Memberi Buah

Filipi 1: 21-26 “karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu. Aku didesak dari dua pihak, aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus itu memang jauh lebih baik. Tetapi lebih perlu untuk tinggal di dunia ini karena kamu dan dalam keyakinan ini tahulah aku, aku akan tinggal dan akan bersama-sama lagi dengan kamu sekalian supaya kamu makin maju dan bersukacita dalam iman. Sehingga kemegahanmu dalam Kristus Yesus makin bertambah karena aku, apabila aku kembali kepada kamu”.

Di dalam ayat yang ke-22 dikatakan “tetapi jika aku harus hidup di dunia ini itu berarti bagiku bekerja memberi buah, jadi mana yang harus kupilih aku tidak tahu”, ada pengertian yang saya ingin tekankan dulu sebelum kita memahami seluruh ayat yang kita sudah baca hari ini, yaitu pengertian memberi buah. Apa yang dimaksud dengan memberi buah ini mesti kita pahami dengan tepat.

Di dalam pengertian Paulus, memberi buah ini selalu berkait dengan keadaan hidup baru yang terlihat keluar. Jadi memberi buah bukan cuma berkait dengan jumlah banyak dari hasil pelayanan, bukan. Tetapi lebih kepada mode hidup di dalam cara hidup yang baru.

Saudara, kita mesti tahu bahwa di dalam pandangan Paulus kehidupan manusia yang sudah percaya itu terdiri dari dua tahap, yaitu saat sebelum dia percaya dan saat sesudah. Paulus memberikan banyak contoh untuk ini, banyak gambaran juga, “sebelum” kadang-kadang dikaitkan dengan kedagingan, “sesudah” dikaitkan dengan keadaan spirit di dalam roh atau kerohanian. Sekali lagi, daging dan rohani ini tidak ada kaitan dengan fisik dan non fisik. Paulus tidak sedang bicara tentang aspek tubuh yang material, yang fisik, dengan aspek tubuh di dalam yang rohani, tidak ada pembagian itu bagi Paulus. Di dalam pengertian Paulus pembagian umumnya dikaitkan dengan waktu, misalnya ketika dia membagi zaman, dia membagi zaman di dalam keadaan sebelum, yaitu zaman yang jahat dimana bangsa-bangsa dikuasai oleh si jahat di dalam kegelapan. Tapi setelah Sang Mesias datang, maka Sang Mesias itu membawa seluruh zaman ke dalam keadaan yang baru, keadaan dimana zaman akhir di bawah kepemimpinan Mesias sudah terjadi. Dan itu sebabnya ketika kita memahami dengan tepat 2 pembagian ini, ini menjadi dasar untuk kita memahami seluruh pembagian yang lain di dalam teologi Paulus. Itu sebabnya pembagian duniawi dan rohani tidak ada kaitan dengan fisik dan non-fisik, ini bukan berarti Paulus mengatakan “jangan terlalu pikirkan fisikmu tapi lebih pikirkan rohanimu”, karena pengertian seperti itu tidak bisa diaplikasikan. Saudara tidak bisa mengetahui bagaimana mempraktekkan hidup yang tidak pentingkan fisik tapi pentingkan rohani, rohani itu tidak mungkin diekspresikan tanpa fisik. Kalau kita mengatakan “saya mencintai Tuhan”, Saudara tidak mungkin mengekspresikan cinta kepada Tuhan dari batin, harus lewat fisik. Demikian ketika Saudara mengekspresikan kasih kepada sesama, ini bukan hanya perasaan di dalam yang kita miliki, tetapi ini adalah tindakan keluar melalui tubuh. Jadi fisik sangat penting, entah itu Paulus sedang berbicara tentang aspek duniawi, fisik berkait di situ, fisik yang melakukan dosa dan kecemaran, atau ketika Paulus berbicara tentang keadaan rohani, fisik yang ada di dalam kondisi suci. Jadi sekali lagi jangan berpikir dengan cara yang salah, ini cara pikir dualis gaya Yunani atau Gnostik, itu bukan Kristen bahkan cenderung bidat. Memisahkan yang fisik dan non-fisik cenderung tidak sesuai dengan Kitab Suci dan cenderung tidak setia kepada pengajaran Kitab Suci. Maka jangan bedakan materi dan non-materi, fisik dan non-fisik. Rohani bukan sesuatu yang tidak berfisik, kerohanianmu akan terlihat lewat tubuh fisikmu mengekspresikan cinta kasih dan tindakan adil. Ketika Paulus bicara memberi buah, dia sedang menekankan gambaran yang sama. Ada pohon yang buruk, ada pohon yang baik, dari mana kita tahu pohon itu buruk atau baik? Dari buahnya, dari buahnya kita tahu ini pohon yang buruk. Pohon anggur atau ladang anggur yang penuh dengan batang anggur yang buruk menghasilkan buah anggur yang buruk. Tapi ladang anggur yang penuh batang anggur yang baik menghasilkan buah anggur yang baik. Hasil diketahui dari buah. Maka pengertian Paulus dalam teologi dia, buah adalah pernyataan kehidupan yang baru di dalam Tuhan. Paulus di sini sedang mengatakan “saya mesti hidup di dalam dunia untuk memberi buah”, apa artinya memberi buah? Memberi buah berarti dia punya kehadiran menyatakan kondisi baru dari manusia. Itu sebabnya kita mesti tahu dulu kondisi lama dan kondisi baru dari manusia adalah sesuatu yang penting untuk dipahami di dalam pengertian Paulus. Kondisi lama, kondisi baru, lama seperti apa, baru seperti apa?

Di dalam teologi Paulus kondisi lama dan baru itu ada bagian yang akan interaksi atau yang saling berpotongan. Kondisi lama tidak langsung hilang masuk ke kondisi yang baru, yang lama dan baru akan terjadi dengan sempurna, dari yang lama ke yang baru. Saudara yang lama, yang masih jahat, yang masih cemar, yang masih penuh dosa akan hilang, lalu dirimu yang baru di dalam Kristus akan sempurna. Tapi dari kondisi lama ke kondisi sempurna baru, ini tidak langsung pindah berubah, selalu akan ada sesuatu yang berkait, selalu akan ada masa transisi. Ini yang disebut dengan pergumulan untuk hidup suci. Paulus mengatakan misalnya di dalam Surat Roma pasal yang ketujuh, “saya ingin kerjakan yang baik, tetapi dalam diri saya sesuatu yang buruk terus ada. Saya punya dosa yang belum hilang, saya adalah orang paling berdosa”, kata Paulus. Dan dia mengatakan paling berdosa bukan memori masa lalu, dia mengatakan “saat ini pun saya merasa saya orang yang paling berdosa”. Keberdosaan adalah sesuatu yang terus ada di dalam diri kita meskipun kita sudah baru. Pohon yang baru menghasilkan buah yang baru, tetapi yang lama kadang muncul dan mengganggu pertumbuhan iman dan juga ekspresi iman kita dalam bentuk buah tadi. Paulus mengatakan bahwa di dalam diri orang percaya pun seperti ada kondisi lama yang dominan, sehingga kita menjadi orang yang memalukan Tuhan. Tuhan marah kepada orang-orang Korintus misalnya, karena mereka melakukan dosa yang bahkan orang dunia tidak lakukan. Mengapa begitu? Bukankah mereka sudah dikuduskan, mereka sudah jadi milik Tuhan, mengapa masih ada kondisi lama? Ini terjadi karena kita belum mendapatkan keadaan sempurna nanti. Itu sebabnya pengertian buah di dalam pengertian Paulus mengandung tiga hal, yang pertama buah berkait dengan etika dari Kerajaan Allah yang baru nanti. Ketika Kerajaan Allah yang baru itu dinyatakan di dalam dunia, maka gaya hidup yang sesuai dengan kerajaan itu akan menjadi cocok. Sekarang kita jalankan kerohanian, kita jalankan iman Kristen kita, kita jalankan tindakan sebagai orang Kristen mungkin tidak cocok dengan dunia ini. Ada hal-hal yang tidak masuk, ada hal-hal yang kita kerjakan seperti berlawanan dengan dunia ini. Saudara berusaha menjalankan hal yang adil, ternyata Saudara dihimpit dari kiri kanan, seperti tidak ada kemungkinan Saudara menjalankan itu. Ini kesulitan yang besar terjadi pada orang percaya. Tetapi pada waktu Kerajaan Tuhan dipulihkan di dunia ini, Saudara akan menemukan kelegaan, karena apa yang Saudara jalankan dengan tulus di hadapan Tuhan mendapat tempat yang cocok di kerajaan itu. Sebaliknya, orang yang hidup sesuai cara dunia mungkin sekarang mengalami kecocokan, gampang, diterima baik oleh dunia, tapi begitu kerajaan yang baru itu datang Saudara seperti harus dikeluarkan karena tidak masuk, tidak cocok tempatnya, tidak memiliki keadaan yang sesuai dengan kondisi yang baru. Inilah hal yang harus kita perhatikan di dalam kehidupan kita. Apakah kehidupan saya merupakan kehidupan yang sangat cocok dengan kondisi sekarang dan karena itu ketika Kerajaan Allah datang saya tidak dapat tempat di situ? Atau hidup saya adalah hidup yang akan mendapat kesenangan di dalam kerajaan yang baru dan sekarang kadang-kadang tidak mendapat tempat. Tidak ada tempat bagi orang yang jalankan kekudusan sekarang, tetapi pada waktu Kerajaan Allah dipulihkan di dalam dunia ini, pada waktu itu kesempurnaan dari tindakan etika kita dan kondisi langsung klop. Kita ini adalah orang-orang yang disiapkan untuk kondisi bumi yang baru, kondisi tanah yang baru, kondisi lingkungan sosial yang baru, kondisi kerajaan yang baru. Mungkin ada aspek dari kerajaan sekarang, dari pemerintahan sekarang yang sangat cocok dengan kita, tetapi di dalam kondisi yang baru semua keadaan akan cocok. Sekarang ada hal yang seperti tidak masuk, seperti tidak bisa kena, saya berusaha jalankan saya justru terbentur dengan dunia ini. Tetapi di dalam kondisi yang baru, segala kondisi baik yang kita jalankan akan mendapatkan tempatnya. Itu sebabnya dalam pengertian Paulus, buah bersifat etis tetapi etikanya adalah etika nanti. Sekarang kita perjuangkan hal yang baru akan terbukti nanti ketika Tuhan datang. Itu sebabnya menjalankan etika Kristen, menjalankan kehidupan yang sesuai dengan Tuhan itu adalah satu hal yang sulit dijalankan. Karena Saudara belum mendapatkan konfirmasi dari kondisi sekeliling. Konfirmasi bagi kondisi baik belum diberikan, konfirmasi bahwa Saudara akan nyambung dengan dunia belum diberikan. Kita hidup di dalam kondisi dunia yang bentur dengan kita. Maka kalau Saudara perjuangkan, Saudara akan capek, Saudara seperti kehilangan kenikmatan menghasilkan buah. Jalankan hidup di dalam Kristus melelahkan. Itu sebabnya Tuhan memberikan banyak pengharapan dan kekuatan lewat janji, lewat kehadiran Roh Kudus dan lewat pimpinan firman. Ini semua akan membuat orang tetap bertahan di dalam kondisi di dalam Kristus. Saya jalankan kesetiaan di dalam Tuhan meskipun seperti tidak nyambung dengan dunia, tidak cocok, tidak berada dalam kondisi konfirmasi, hidup saya tidak dikonfirmasi oleh kondisi dunia. Tapi nanti dunia akan klop dengan saya, atau lebih tepatnya saya akan klop dengan kondisi baru di dalam Kerajaan Allah. Maka etika Kristen adalah etika yang mengharapkan kondisi baik terjadi nanti, belum sekarang. Itu hal pertama.

Hidup adalah Kristus, Mati adalah Keuntungan

Mari kita membaca Surat Filipi 1: 15-21. “Ada orang yang memberitakan Kristus karena dengki dan perselisihan, tetapi ada pula yang memberitakan-Nya dengan maksud baik. Mereka ini memberitakan Kristus karena kasih, sebab mereka tahu, bahwa aku ada di sini untuk membela Injil, tetapi yang lain karena kepentingan diri sendiri dan dengan maksud yang tidak ikhlas, sangkanya dengan demikian mereka memperberat bebanku dalam penjara. Tetapi tidak mengapa, sebab bagaimanapun juga, Kristus diberitakan, baik dengan maksud palsu maupun dengan jujur. Tentang hal itu aku bersukacita. Dan aku akan tetap bersukacita, karena aku tahu, bahwa kesudahan semuanya ini ialah keselamatanku oleh doamu dan pertolongan Roh Yesus Kristus. Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan ialah bahwa aku dalam segala hal tidak akan beroleh malu, melainkan seperti sediakala, demikian pun sekarang, Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku. Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan”.

Kita tentu sangat akrab dengan ayat 21 ini karena di dalam ayat ini ada kalimat pendek yang sangat indah “hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan”. Ini merupakan kalimat yang sangat penting bagi kita untuk kita pahami, tetapi tentu kita tidak bisa lepaskan ini dari ayat sebelumnya, terutama ayat 20. Di dalam ayat 20 dikatakan bahwa Paulus rindu dalam segala hal Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhnya baik oleh hidup maupun mati, ini kalimat yang sangat penting. Bagaimana Kristus dinyatakan di dalam tubuh, itulah yang membuat Paulus mengatakan “kalau saya hidup, saya hidup bagi Kristus”, di dalam tubuh maksudnya. “Dan kalau saya mati, maka itu adalah keuntungan”, ini juga di dalam tubuh. Ini yang saya mau bahas pada hari ini, pengertian yang sangat gampang dimengerti oleh pembaca mula-mula dari Surat Filipi, tetapi mungkin yang sedikit perlu usaha bagi kita untuk pahami. Karena apa yang kita pahami bisa jadi sedikit berbeda dengan apa yang Paulus dan juga jemaat mula-mula yang membaca Surat Filipi, biasa pahami.

Cara berbicara manusia, istilah yang dipakai tentu akan mengalami peralihan. Dan yang unik dari Kitab Suci adalah peralihannya itu memberikan kelimpahan. Kalau Saudara membaca ragam tafsiran di dalam sejarah gereja tentang bagian dari Kitab Suci, Saudara tidak harus membenturkan 1 tafsiran dengan tafsiran lain. Tapi Saudara bisa melihatnya sebagai kelimpahan jika tafsiran-tafsiran itu tidak bentur dengan apa yang jadi arti mula-mula tentunya. Memang ada tafsiran yang salah, tetapi tafsiran yang benar bukan cuma satu, ada beragam, itu yang indah dari Kitab Suci. Maka Saudara cari tahu arti dari Alkitab, lalu Saudara baca tafsiran orang yang Tuhan pakai menjadi guru dan pengajar hamba Tuhan besar di dalam sejarah gereja. Saudara akan menemukan kelimpahan. Ini yang saya ingin kita sama-sama pahami, jadi jangan dengar satu tafsiran atau baca, lalu langsung benturkan dengan tafsiran lain, tentu ada hal yang satu tafsiran benar, tafsiran lain salah. Tetapi di dalam anugerah Tuhan, tafsiran yang baik ada banyak dan kita dapat mengalami kelimpahan melaluinya. Tetapi saya punya kerinduan untuk membagikan arti mula-mula yang mungkin akan sangat menolong kita yang sudah dapat banyak pengertian dari tradisi gereja. Jadi kita tidak benturkan arti mula-mula dari Alkitab dengan penafsiran dari sejarah gereja misalnya dari Agustinus atau Calvin atau dari bangunan teologi yang sudah dibangun oleh orang-orang ini. Karena kadang-kadang bisa ada perbedaan, tapi sekali lagi perbedaan itu perbedaan yang menunjukkan kelimpahan, bukan sesuatu yang harus Saudara khawatirkan dan akhirnya membuat iman goyah. Kita tidak bisa kaku di dalam melihat Kitab Suci dan menafsirkan kebenarannya, karena kita terlalu sempit pandangannya. Dan Alkitab ingin kita memperluas pandangan kita, dan itulah yang harus kita lakukan waktu kita membaca Kitab Suci, yaitu kita ingin pandangan kita diperluas. Kita mau belajar untuk melihat kelimpahan dari Kitab Suci.

Kita sekarang akan coba bahas dari perspektif dari Surat Filipi, paling tidak ditafsirkan dari teologia biblika, teologi Perjanjian Baru. Di dalam ayat 15 Paulus mengatakan ada orang memberitakan Kristus karena dengki, ada yang memberitakanNya karena kasih dengan maksud baik. Apa yang dimaksud Paulus tentu berkaitan dengan pemenjaraannya. Kita sudah membahas di pertemuan yang lalu, bahwa pemenjaraan Paulus ini ditafsirkan sebagai bentuk penganiayaan yang akan disusul dengan kemajuan Injil, ini tafsiran umum. Di zaman Yusuf, Yusuf dimasukkan ke penjara, begitu dia dilepas, pengaruh dari hikmat Tuhan justru menyebar ke seluruh Mesir. Jadi Yusuf jadi berkat karena dia pernah dipenjara. Setelah dipenjara ada kebangunan. Demikian juga kita lihat Daniel, setelah Daniel dimasukkan ke dalam goa singa lalu dikeluarkan lagi, dia menjadi orang penting yang memberi pengaruh begitu besar. Lalu dia menyingkirkan musuh-musuhnya yang memfitnah dia. Musuh-musuhnya bukan disingkirkan oleh Daniel dengan memakai pedang untuk bunuh mereka. Tetapi Tuhan yang membalikkan keadaan sehingga musuh-musuhnya yang dimasukkan ke goa singa dan mati. Sedangkan Daniel menjadi pemimpin yang hikmatnya mengatur seluruh Persia pada waktu itu. Itu sebabnya kita mesti melihat pola ini dan pola ini merupakan pola yang sangat menghibur di dalam zaman gereja mula-mula. Banyak orang Kristen pada zaman itu dimasukkan ke dalam penjara, banyak dari mereka ditutup, dikunci di dalam penjara, bahkan dibiarkan mati. Tapi mereka ingat dulu Yusuf pernah dipenjara dan terjadi kebangunan, seluruh Mesir dapat hikmat Tuhan. Lalu ada Daniel. Kemudian yang baru-baru adalah Yohanes Pembaptis, dan yang paling jelas adalah Kristus. Kristus bahkan tidak dilepas, Dia mati di kayu salib, tetapi akibat kematianNya di kayu salib, umat pilihan dari berbagai bangsa terbentuk oleh karenanya. Demikian juga para Kristen mula-mula menyaksikan saudara-saudara mereka dimasukkan kedalam penjara, orang-orang ini tidak surut di dalam memegang iman Kristen, penganiayaan tidak membuat mereka mundur. Itu sebabnya kita mesti benar-benar perhatikan bagaimana cara kita hidup jika contoh yang kita lihat adalah contoh hidup senang dan contoh hidup sukses. Sulit bagi kita untuk mengimani Kekristenan dengan tepat. Tapi kalau contoh yang disaksikan oleh jemaat mula-mula adalah saudara mereka dipenjara padahal tidak salah, orang-orang yang dianiaya oleh karena mereka memberitakan Injil, maka orang-orang lain mendapatkan kekuatan untuk mengharapkan bahwa setelah penganiayaan akan timbul kebangunan besar. Dan ini benar-benar terjadi, karena setelah lebih dari 200 tahun orang Kristen dianiaya, pada abad yang keempat Tuhan mengizinkan penganiayaan mulai surut dan pengaruh yang sudah masuk ke tempat paling tinggi, tidak bisa disangkal. Banyak orang menafsirkan waktu tahun 312 ketika Konstantine menandatangani perjanjian di Milan, ini perjanjian yang membuat semua orang yang menganiaya orang Kristen tanpa ada tuduhan resmi dari pengadilan, itu akan dijatuhi hukuman. Dulu tidak, sebelumnya siapa pun yang mengadukan orang Kristen sebagai penyembah Kristus, orang Kristen yang menyembah Kristus itu dapat ditangkap, dapat diproses, bahkan dapat dibunuh. Tetapi setelah perjanjian dari Milan yang ditandatangani oleh Konstantine dan rekan, dulu ada dua Agustus, Agustus ini di atas kaisar yang memimpin Romawi Barat dan Romawi Timur. Konstantine adalah salah satunya, sebelum akhirnya dia menjadi satu-satunya setelah saingannya mati. Dia menandatangani perjanjian ini dan orang Kristen tidak lagi boleh dianiaya. Orang mengatakan ini karena Konstantine sudah terpengaruh Kekristenan. Tetapi beberapa ahli sejarah mengatakan “tidak, Konstantine menandatangani karena terpaksa”. Mengapa terpaksa? Karena Kekristenan sudah menyebar sampai tempat yang tinggi. Jika Kekristenan dianiaya terus, orang-orang Kristen yang duduk di tempat tinggi mungkin akan memberontak, dan ini akan membuat kerajaan tidak stabil. Jadi yang dikhawatirkan Konstantine bukan orang Kristennya, tetapi kestabilan Kekaisaran Roma yang megah itu. Dia harus jaga kesatuan dan kalau orang Kristen semua cuma budak murahan atau budak rendah, orang-orang golongan rendah, tidak ada kemungkinan mereka memberontak. Tapi Kekristenan sudah berpengaruh sampai tempat tinggi, sehingga dikhawatirkan kalau terus dianiaya, orang-orang yang sudah Kristen dan menjabat kedudukan penting, mungkin bisa memecahkan kerajaan ini. Ini tidak berarti orang Kristen punya niat memberontak, tapi Konstantine mengkhawatirkan hal itu. Maka dia membuat aturan jangan lagi menganiaya orang Kristen. Dan sejak itu orang Kristen makin berpengaruh di mana-mana sehingga kekaisaran itu dari kekaisaran kafir, menyembah dewa-dewa Yunani atau versi romawi dari dewa-dewa tersebut, sekarang berubah menjadi penyembah Allah Tritunggal. Berubah dengan cara proses yang panjang sampai akhirnya Kaisar Theodosius menjadikan Doktrin Tritunggal doktrin resmi seluruh kekaisaran. Ini perubahan yang luar biasa.

Penjara & Kebangunan Injil

Filipi 1: 12-14 “Aku menghendaki, saudara-saudara, supaya kamu tahu, bahwa apa yang terjadi atasku ini justru telah menyebabkan kemajuan Injil, sehingga telah jelas bagi seluruh istana dan semua orang lain, bahwa aku dipenjarakan karena Kristus. Dan kebanyakan saudara dalam Tuhan telah beroleh kepercayaan karena pemenjaraanku untuk bertambah berani berkata-kata tentang firman Allah dengan tidak takut”.

Kita melihat di dalam 3 ayat ini ada berita dari Paulus yang mengatakan jangan khawatir meskipun dia dipenjara, pemenjaraannya adalah pemenjaraan karena Injil. Dan justru karena dia dipenjara maka Injil diberitakan dengan lebih berani. Kalimat ini sepertinya sederhana dan kita bisa pahami artinya, tapi kalau kita mau pinjam cara berpikir dari pembaca mula-mula atau cara berpikir Paulus, maka sebenarnya ada banyak pesan yang indah dari 3 ayat ini. Tiga ayat ini tidak hanya bicara “karena Paulus dipenjara maka orang jadi giat memberitakan Injil”, seperti tidak ada kaitan. Apa kaitan antara pemenjaraan Paulus dengan kegigihan memberitakan Injil. Mengapa orang dipenjara membuat orang makin giat memberitakan Injil? Apa yang salah, apa yang berkait atau apa yang tepat? Adakah yang salah dari pengertian ini? Kalau tidak salah, mengapa sulit kita pahami kaitannya? Kalau kita pikir baik-baik, Paulus dipenjara, orang makin giat memberitakan Injil. Kenapa ya? Apa yang bisa dicari, diselidiki dan dipahami?

Kalau kita gali lebih dalam, ternyata 3 ayat ini membagikan kepada kita hal yang sangat luar biasa karena ternyata tema pemenjaraan ini tema yang berulang di dalam Alkitab. Ini yang sangat menyegarkan ketika Saudara membaca Alkitab yaitu Saudara melihat ada tema yang diulang dan biasanya tema yang diulang bisa kita kaitkan. Ada para penafsir seperti Conzelmann, kemudian Fray yang menyadari bahwa ketika Alkitab berbicara tentang sebuah tema yang diulangi di dalam tema lain atau yang sudah ada di tema sebelumnya, itu adalah sesuatu yang sangat mungkin untuk dikaitkan. Maka kalau kita lihat kaitan antara pemenjaraan Paulus lalu kita coba telusuri tema pemenjaraan di bagian sebelumnya dari Kitab Suci, kita mendapatkan satu pengertian yang ternyata sangat menakjubkan.

Apa kaitan antara pemenjaraan dengan Injil? Di dalam Kitab Yesaya 61 ada kaitan antara Injil dan pemenjaraan. Ini membuat kita kaget, ternyata Paulus memberikan pengertian kepada pembacanya bahwa dia adalah yang dimaksud oleh Nabi Yesaya. Ada satu artikel ditulis oleh seorang ahli Perjanjian Baru dari Amerika, artikel yang membahas tentang frekuensi Paulus atau para rasul lain, mengaitkan dirinya sebagai penggenapan dari apa yang diajarkan nabi. Nabi mengajarkan apa, penggenapannya tentu Kristus. Tapi Paulus melihat para rasul pun sudah dinubatkan oleh para nabi. Misalnya ketika para nabi mengatakan “ada suara berseru-seru”, ini digenapi oleh para rasul. Ketika diberitakan “seruan yang diberitakan adalah seruan yang tidak dibelenggu oleh pemenjaraan”, ini juga menurut Paulus digenapi di dalam diri para rasul. Itu sebabnya ketika kita membaca pemenjaraan, lalu kita melihat Yesaya 61, baru kita mengerti ada kaitan antara Injil dan pemenjaraan. Saya rindu membacakan kepada Saudara Yesaya 61, membuat bagian yang kita baca ini menjadi lebih jelas. Yesaya 61:1-3 “Roh Tuhan Allah ada padaku, oleh karena Tuhan telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan dan hari pembalasan Allah kita, untuk menghibur semua orang berkabung, untuk mengaruniakan kepada mereka perhiasan kepala ganti abu, minyak untuk pesta ganti kain kabung, nyanyian puji-pujian ganti semangat yang pudar, supaya orang menyebutkan mereka ”pohon tarbantin kebenaran”, ”tanaman Tuhan” untuk memperlihatkan keagungan-Nya”, ini bagian yang Paulus lihat, digenapi dalam pelayanan para rasul. Itu sebabnya ketika kita mempelajari Perjanjian Lama, lalu menemukan tema pemenjaraan, ternyata ada satu perkembangan pengajaran doktrin dari Perjanjian Lama yang mengaitkan pemenjaraan dengan Injil atau kabar baik.

Sebelum saya menjelaskan lebih lanjut, saya ingin kita tahu dulu bahwa Injil mempunyai banyak perspektif yang tidak boleh diabaikan. Orang liberal mengembangkan Injil Sosial atau Social Gospel, adalah Injil tapi yang mengabaikan banyak aspek dari Injil sebelumnya karena ada kesalahan mengerti setelah melihat gereja Tuhan.

Kasih & Perbudakan

Kita sangat bersyukur karena Surat Filipi menggambarkan relasi yang sangat indah antara pendirinya yaitu Paulus, antara pengkhotbah yang dipakai di Filipi dengan jemaat Filipi. Kita melihat bahwa relasi orang Kristen bukan hanya relasi tempat saja. Dimulai dari relasi karena bertemu, relasi karena sama tempat. Tapi dilanjutkan dengan saling mendoakan. Salah satu hal yang indah di dalam kehidupan Kristen adalah persekutuan doa dilakukan dengan ingatan bahwa saya dan orang itu satu.

Ketika Paulus ada di Filipi, mereka menikmati Paulus hadir, mereka menikmati dibimbing, mendengarkan khotbah dan bergumul bersama-sama. Dan ketika Paulus jauh, mereka tetap merasakan ada kesehatian. Kesehatian antar jemaat Tuhan adalah kesehatian karena ingin kerjakan hal yang sama bersama-sama dan karena ingin menikmati hal yang sama bersama-sama. Bekerja dan menikmati. Iman Kristen bukan hanya iman menikmati, tapi ada kerja keras. Iman Kristen bukan cuma iman kerja keras, tapi ada nikmat. Ada kenikmatan dan ada kerja keras yang ingin dialami bersama-sama.

Paulus mengatakan “saya sangat bersyukur karena kamu, sebab kamu satu dengan saya.” Dalam hal apa? Di dalam hal baik, ketika Paulus mempunyai kemampuan memberitakan Injil, waktu dia membela, waktu dia berapologetik, waktu dia menyatakan dengan berani firman Tuhan, maupun di dalam saat buruk. Ketika seperti firman Tuhan terbelenggu, waktu dia di penjara, waktu dia tidak tahu masa depannya akan menjadi apa. Paulus sendiri waktu pelayanan di Filipi pernah dipenjara, setelah dia mungkin dipenjarakan di Kaisarea, dia tulis surat ke Filipi dan mengatakan “saya sekarang di penjara, tapi saya tahu kamu satu dengan saya. Engkau mengingat saya dalam dosa”. Mengingat dalam doa ini menjadi seperti janji yang dengan mudah kita ucapkan. Tapi mengingat dalam doa hanya mungkin benar-benar dilakukan kalau saya dan orang yang saya doakan punya niat yang sama untuk Kristus dan punya gairah yang sama untuk menikmati Kristus. Kalau 2 ini tidak seimbang, sulit bagi kita untuk punya iman yang bertumbuh. Ada orang Kristen yang berpikir “iman Kristen itu kerja keras, mati-matian untuk Tuhan”, tentu itu benar tapi cuma benar sebagian.

Karena iman Kristen juga bersuka di dalam Tuhan, ada kelegaan, damai sejahtera, kesenangan di dalam Tuhan. Kalau saya kerja untuk Tuhan, tapi saya dihibur oleh yang lain, maka saya menjadi orang yang imannya rusak. Karena saya berpikir, saya mati-matian, dedikasi untuk Tuhan, tapi saya perlu kelegaan dan kelegaan itu saya dapatkan dari tempat lain. Kristus datang memberikan sukacita, damai, kesenangan untuk berjuang bagi Tuhan.

Di waktu yang lalu saya berkhotbah tentang bedanya budak dengan orang yang bebas. Budak dan orang bebas bedanya bukan tidak bekerja, orang bebas tidak bekerja, budak bekerja, bukan itu. Bedanya adalah budak bekerja dengan terpaksa, orang bebas bekerja keras dengan rela. Mengapa bisa kerja keras dengan rela? Karena ada harapan akan sukacita yang menyusul. Ada sukacita sama yang diharapkan sama-sama. Itu sebabnya ketika jemaat di Filipi melihat Paulus dipenjara, mereka berdoa, mereka bergumul bersama dalam kesulitan Paulus. Dan mereka berdoa supaya Paulus mendapatkan sukacita besar yang besar yang Tuhan memang janjikan. Sehingga kehidupan Paulus menjadi berlimpah dan kehidupan orang Filipi yang mendoakan dia juga berlimpah.

Maka persekutuan orang Kristen dibangun bukan hanya berdasarkan persamaan selera atau persamaan cara bicara atau persamaan hobi. Persekutuan Kristen dibangun dengan kesamaan kesenangan. Kita bisa lihat di dalam kehidupan kita sehari-hari, kalau kesenangan sama mudah sekali akrab. Ketika Paulus berelasi dengan orang Filipi, dia menularkan kesenangan yang sama kepada jemaat Filipi. Tuhan itu menyenangkan.

Banyak anak muda tidak beriman kepada Tuhan karena mereka tidak tahu Tuhan itu menyenangkan. Kita cuma tahu hobiku menyenangkan, kesenanganku menyenangkan, bahkan dosa menyenangkan. Tapi kita tidak pernah tahu Tuhan itu menyenangkan, kita tahunya Tuhan itu mengerikan, Tuhan itu yang kudus, kalau kita sembarangan, kita dibinasakan. Tapi Tuhan bukan Tuhan yang kudus saja, tapi Tuhan juga Tuhan yang penuh berkat dan penuh dengan hal yang menjadikan Dia sumber sukacita kita.

Ketika Martin Luther bergumul, dia terus berpikir bagaimana bisa memuaskan hati Tuhan yang tuntutannya tinggi sekali. Dia mulai merasa tuntutan Tuhan tinggi, dia tidak sanggup penuhi. Tapi dia mulai penuhi satu per satu, dia mulai membuat daftar “Tuhan meminta saya memberikan uang kepada orang miskin”, dia berikan semua uangnya. “Tuhan meminta saya berdosa, saya berdoa berjam-jam. Tuhan meminta saya baca Kitab Suci, saya baca berkali-kali sampai hafal. Tuhan suruh apa, semua saya bisa”, sampai satu poin Martin Luther tidak bisa jalankan. Poin apa? Poin kasihilah Tuhan Allahmu. Luther sadar “saya bisa taat membaca Alkitab, saya bisa taat membersihkan seluruh biara, saya bisa taat memberikan uang kepada orang miskin, saya bisa taat lakukan apa pun, tapi waktu Tuhan meminta saya untuk mencintai Dia, saya tidak bisa”. Mengapa tidak bisa? “Karena saya tidak mencintai Tuhan.”

Martin Luther itu banyak kelemahan, tapi satu hal yang dia tidak mungkin gagal yaitu kejujuran. Dia orang yang tulus, dia bilang apa yang dia pikirkan, dia tidak pernah pura-pura. Saudara mau benci dia, silahkan, dengan perkataan dia yang kadang-kadang terus terang dan kasar. Tapi dia tidak pernah tidak jujur.

Kasih & Keterasingan

Filipi 1: 1-6 “Dari Paulus dan Timotius, hamba-hamba Kristus Yesus, kepada semua orang kudus dalam Kristus Yesus di Filipi, dengan para penilik jemaat dan diaken. Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu. Aku mengucap syukur kepada Allahku setiap kali aku mengingat kamu. Dan setiap kali aku berdoa untuk kamu semua, aku selalu berdoa dengan sukacita. Aku mengucap syukur kepada Allahku karena persekutuanmu dalam Berita Injil mulai dari hari pertama sampai sekarang ini. Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus.

Saudara di dalam pembahasan yang lalu kita sudah mendengarkan mengenai bagaimana Injil masuk ke Kota Filipi dan mengapa kota ini penting. Dan Tuhan yang merancangkan supaya Paulus datang ke Filipi. Tuhan yang pilih siapa yang akan diselamatkan, Tuhan yang arahkan para pekabar Injil untuk memberitakan Injil di tempat yang Tuhan mau. Yang jauh lebih penting bukan cuma sekedar bakat atau kemampuan orang memberitakan Injil, tetapi juga kepekaan untuk tahu Tuhan arahkan ke mana. Itu sebabnya tidak ada seorang pun yang mengabarkan Injil yang dapat melakukannya tanpa dipimpin oleh Tuhan. Dan tidak ada orang atau kelompok atau siapapun yang bisa mendengar Injil dan bertobat jika bukan Tuhan yang menggerakkan.

Doktrin pilihan sangat jelas, orang mengatakan doktrin pilihan itu tidak tepat karena membuat Tuhan seperti tidak adil. Tapi kalau tidak ada kaum pilihan maka orang yang bisa bertobat dan menerima Injil adalah orang yang memang lebih baik dari yang tidak menerima. “Mengapa kamu jadi Kristen?”, “Karena saya percaya.” “Mengapa kamu percaya?”, “Karena saya memang lebih baik dari orang lain.” Maka tanpa mempercayai doktrin pilihan kita harus menjadi sombong dan mengatakan “saya orang Kristen karena saya lebih baik dari orang lain”, dan ini bukan ajaran Alkitab. Maka kalau orang menolak doktrin predestinasi, sebenarnya dia sedang berada di dalam kondisi jiwa yang sombong, “Mengapa kamu percaya?”, “Karena saya memang mau percaya.” Tapi dengan mempercayai doktrin predestinasi, maka kita tahu baik Injil yang diberitakan kepada saya maupun kemampuan saya berespons kepada Tuhan, itu pemberian Tuhan. Pemberian yang indah, yang agung, yang mulia, yang membuat saya tidak ada hak untuk sombong. Mengapa engkau percaya Tuhan yang gerakkan, mengapa engkau bisa lebih baik dari orang lain? Tuhan yang gerakan. Mengapa engkau mau hidup suci? Tuhan yang gerakan, sehingga segala kemuliaan bagi Tuhan, bukan diri. Segala kemuliaan adalah karena Roh Allah yang bekerja di dalam diri kita, bukan diri kita. Tidak ada kemuliaan bagi saya, hanya untuk Tuhan.

Maka ketika Paulus pergi, ke mana dia pergi, dia pergi karena dituntun oleh Roh Kudus. Dia mau pergi lebih ke arah timur, tapi Tuhan mengatakan “pergi ke Eropa”, pergi ke tempat dimana Injil Tuhan harus diberitakan sesuai dengan rencana Tuhan. Ketika Paulus berencana pergi terus masuk ke Asia, Tuhan melarang. Mengapa dilarang? Karena Tuhan tidak memilih daerah itu. Mengapa Tuhan suruh pilih pergi ke Filipi? Apa karena Filipi lebih baik, apa karena orang-orang Filipi lebih potensial untuk menjadi taat atau bagaimana? Tentu bukan itu, orang-orang di Filipi tidak lebih baik dari pada orang-orang di Asia. Orang-orang di Makedonia, di Yunani, di Eropa tidak lebih baik dari pada orang di Asia. Bahkan kalau kita melihat di dalam sejarah manusia yang sudah sangat panjang sebelum abad pertama, Eropa tidak mempunyai sejarah yang besar. Orang sudah tahu budaya Mesir sangat unggul dari keadaan lama sekali. Orang tahu budaya Babel adalah budaya unggul, orang tahu budaya daerah Timur Dekat Kuno sangat unggul dari dulu, tetapi tidak banyak yang tahu apa itu Eropa. Eropa baru mulai muncul di dalam perkembangan dari bangsa Yunani, lalu makin berkembang dengan perkembangan dari budaya, filosofi, pemikiran politik yang sangat-sangat menerobos dan sangat berpengaruh.

Jadi kalau kita mengatakan Eropa baik, Romawi bagus, Yunani bagus, bagi orang-orang di daerah Mediterania, budaya Romawi, budaya Yunani, budaya baru tidak selama budaya-budaya besar yang sudah berkembang. Tetapi Tuhan seolah mengatakan Injil diberitakan ke tempat yang baru itu. Injil diberitakan ke daerah-daerah yang tidak ada potensi berkembang baik.

Ketika Kekristenan berkembang mulai abad 7 sampai akhirnya mendominasi Eropa dengan pencerahan, itu dilakukan ketika penginjilan dikerjakan bagi orang-orang Barbarian. Kelompok-kelompok seperti orang-orang Frankis. Kekaisaran Frank jadi besar setelah mereka jadi Kristen, sebelumnya Kekaisaran Frank, yang daerahnya sekarang ada di Prancis dan juga sebagian dari Jerman dan Eropa di lebih ke utara, mereka adalah kelompok yang terpecah-pecah, sangat bersifat suku. Suku-suku ada di situ dan para pemimpinnya cuma tahu menjarah, cuma tahu berkelahi, cuma tahu berperang. Bagaimana kalau kurang makan? Berburu. Bagaimana kalau berburu tapi tidak dapat makanan? Menjarah kampung.

Pendahuluan Eksposisi Filipi

Surat ini surat yang sangat indah, menekankan tentang pentingnya sukacita. Kalau di dalam Surat Efesus penekanan kepada cinta kasih Tuhan itu sangat jelas, maka dalam Surat Filipi ini penekanan akan sukacita karena diterima, karena dicintai itu juga sangat indah dan sangat jelas. Surat ini sangat mungkin ditulis ketika Paulus ada di penjara di Kaisarea. Ada sebagian mengatakan sepertinya ini adalah surat pemenjaraan di Roma, yang mana pun kita tidak bisa tahu dengan pasti. Tetapi bahwa surat ini ditulis dari penjara itu jelas, karena Paulus sendiri menyatakannya di dalamnya bahwa dia menulis dari penjara. Dan ini unik karena ketika Paulus melayani di Filipi pun, dia dipenjara. Itu satu kisah yang kita bisa lihat dari Kisah Rasul 16, Paulus memberitakan Injil ke Filipi dan dia dipenjara karenanya. Filipi ini kota yang sangat penting, ini kota yang tadinya adalah kota terkenal karena tambang emas. Tambang emasnya sangat produktif dan sangat menghasilkan bagi Kerajaan Yunani.

Ketika Kerajaan Makedonia bangkit dibawah pemerintahan Raja Philip yang kedua, dia memperbesar kota yang akhirnya dinamai Filipi atas nama Raja Philip. Raja Philip kedua ini adalah ayah dari Alexander Agung. Setelah Alexander muncul menjadi raja menggantikan ayahnya, dia juga menjadikan Filipi sebagai kota supply untuk kampanye perang dia di Turki. Ini kota perbatasan antara Yunani dan Turki, antara Eropa dan Asia. Jadi ini kota yang sangat penting dan di abad yang pertama ini adalah kota yang sangat dipengaruhi oleh Romawi. Banyak pejabat yang pensiun ada di kota ini dan pengaruh-pengaruh penting dari Romawi entah itu puisi atau juga dunia pembelajaran, bahkan tren berpakaian ini ada populer sekali di Filipi. Ini adalah kota yang sangat ingin diketahui sebagai kota yang beridentitas Roma. Dan kalau kita lihat perkembangannya dari zaman Yunani sampai zaman Romawi maka ini adalah kota yang sangat gampang beradaptasi dalam budaya Yunani sebelumnya dan budaya Romawi setelah ditaklukan oleh Romawi. Ini kota yang akhirnya menjadi Kristen setelah Paulus menginjili di sana, tapi hancur di abad 14 ketika kerajaan dari Dinasti Ottoman, Turki menyerang daerah perbatasan Eropa dan menghancurkan kota ini sama sekali.

Kemudian orang membangun kembali Kota Filipi modern tapi di tempat yang lain, sedikit jauh dari kota aslinya. Sehingga kalau Saudara pergi ke daerah Yunani di sebelah timur dari Makedonia, Saudara akan melihat reruntuhan kota ini masih terpelihara. Inilah Kota Filipi, kota yang sangat penting di dalam kebudayaan abad pertama karena menjadi tempat penghasil emas dan juga menjadi tempat pertama yang ada di Eropa, kalau Saudara melakukan perjalanan dari Asia Minor atau dari Turki. Meskipun kota ini penting tapi tentu ini bukan kota utama dari Makedonia, kota utama adalah Amphipolis. Tetapi kota ini tetap kota yang sangat penting dan sewajarnya inilah kota yang pertama dikunjungi kalau Paulus berangkat dari Turki atau dari Asia Minor menuju ke Eropa. Ini adalah pertama kali Injil masuk Eropa, kota inilah penerima pertamanya dan setelah itu kita lihat bahwa Eropa sangat dipengaruhi Kekristenan di dalam 300-400 tahun berikut. Bahkan ketika ada kontroversi tentang Tritunggal, Kekristenan di Eropa justru yang pertama mempertahankan pengertian Tritunggal yang sejati secara populer.

Kalau Timur di Turki, Kekristenannya adalah Kekristenan yang sangat berbau Arianisme, tidak melihat Yesus Kristus sebagai Pribadi kedua yang satu substansi dengan Pribadi pertama. Maka di daerah Timur, gelombang ajaran bidat yang tidak menerima Tritunggal populer sekali. Meskipun beberapa tokoh teolog utama adalah orang-orang yang memperjuangkan doktrin Tritunggal, tetapi Eropa lebih dulu menerimanya. Eropa juga menjadi daerah pertama yang menyatakan politiknya tunduk kepada gereja di dalam aliran Tritunggal. Kalau Saudara mengatakan “bukankah dari abad ke-4 Kekaisaran Roma sudah menjadi Kristen?” iya, tetapi tidak benar-benar memegang doktrin Tritunggal. Tetapi ketika Kerajaan Frank menjadi Kristen, mereka menganut pengertian Tritunggal dan mereka tunduk kepada gereja yang mempunyai ajaran yang benar. Jadi Filipi adalah tempat pertama dan ketika Paulus masuk ke kota ini, dia digerakkan Tuhan untuk berbicara kepada perempuan-perempuan yang ada di rumah doa orang Yahudi.        

Satu orang perempuan bernama Lidia, dia terima Tuhan, dia ingin dibaptis, dia ingin dapat pelajaran sehingga dia minta kepada para pekabar Injil, kepada Paulus dan rekan-rekannya, “tolong mampir di rumah saya. Saya ingin belajar, saya ingin tahu karena saya orang Yahudi. Saya sudah menerima nubuat tentang Mesias, tapi saya tidak tahu Mesias sudah datang, mohon berikan pengertian kepada saya, bagaimana saya harus kenal Sang Mesias ini berdasarkan Kitab Suci dan siapa Sang Mesias yang engkau katakan sudah datang itu. Dan mengapa Dia mesti mati, mengapa Dia mesti dimatikan di atas kayu salib?” pertanyaan-pertanyaan yang sangat penting diinginkan oleh perempuan ini dan dia menjadi tokoh utama atau tokoh pertama yang penting di daerah Filipi. Maka Paulus memberitakan Injil, orang-orang menjadi percaya dan Kekristenan mulai bertumbuh di Eropa melalui Filipi.

Lalu bagaimana Paulus bisa sampai ke Filipi? Sampainya Paulus ke Filipi pun pakai jalan yang unik. Dia tidak rancang strategi masuk ke Eropa. Dia merancang strategi untuk lebih jauh masuk ke daerah Asia. Ketika dia berencana mau mengunjungi daerah Bithynia, Roh Kudus mencegah dia. Bagaimana Roh Kudus mencegah tidak dicatat oleh Kitab Suci, tetapi fakta bahwa Roh Kudus yang mencegah itu jelas tercatat. Jadi Roh Kudus mencegah Paulus untuk membawa Injil ke satu daerah dan mengarahkan Paulus untuk memberitakan Injil ke daerah lain. Ini memberikan pengertian kepada kita bahwa Injil bukan milik manusia dan bukan terserah mereka mau diarahkan kemana. Injil adalah milik Tuhan dan Tuhanlah yang berkedaulatan untuk menyatakan Injil ke daerah yang Dia mau.

Kita cuma bisa lihat secara parsial, tetapi Tuhan melihat secara total. Kita hanya melihat di dalam pandangan yang terbatas tapi Tuhan melihat di dalam seluruh rancangan yang diatur. Maka sangat tidak bijak bagi kita untuk mempunyai pengertian bahwa kita mengerti mana baik dan mana jahat. Kalau kita mengatakan “saya tahu harusnya begini”, kita akan tanya lagi “tahunya itu dari mana? Prinsip yang kamu pakai untuk mengatakan bahwa ini lebih baik dari rencana Tuhan, itu dari mana? Kalau Tuhan memang baik harusnya semua orang jadi percaya, mengapa Dia biarkan sebagian tidak percaya?” Tapi pertanyaannya kembali lagi ke pertanyaan tadi “tahu dari manakah engkau bahwa inilah hasil terbaik di dalam totalitas dari rencana Tuhan?”

Di dalam Kitab Mikha pasal 6 “hai manusia telah diberitahukan apa yang Tuhan tuntut yang Tuhan ingin dari manusia, berlaku adil, mencintai kesetiaan dan hidup rendah hati dihadapan Allahmu.” Kita tidak bisa setarakan diri kita dengan Allah, selalu merasa sudah tahu bagaimana Allah harusnya melakukan rencanaNya. Kita ini begitu fana, hidup kita begitu pendek, pengetahuan kita begitu sedikit, rencana kita begitu terpecah-pecah dan kita tidak mungkin menjadi penasihat Tuhan. Di dalam Surat Roma, Paulus mengatakan “hei, manusia siapa yang angkat engkau menjadi penasihat Tuhan? Apakah engkau berencana memberikan masukan kepada Dia tentang rencana yang Dia buat sebelum engkau ada?” ini saya parafrasekan dari Surat Roma. Tuhan tidak mungkin tunggu masukan dari manusia baru dia buat rencanaNya, karena penciptaan manusia pun masuk di dalam rencana-Nya dan rencana ini dibuat sebelum manusia dijadikan.

Itu sebabnya hidup rendah hati di hadapan Tuhan, hidup adil dengan sesama, hidup penuh belas kasihan dan mencintai kesetiaan, ini yang Tuhan tuntut dari manusia. Maukah engkau adil? Maukah engkau hidup dengan rendah hati dihadapan Allah? Maukah engkau penuh belas kasihan dan kesetiaan? Jika iya, maka engkau akan menjadi manusia yang penuh, yang utuh sebagaimana Tuhan rancangkan.   

Maka kita tidak tahu mengapa Tuhan tutup jalan ke Bithynia, bukankah di sana juga ada banyak orang perlu Injil? Bukankah di sana juga bagus kalau Injil diberitakan? Injil diberitakan kemanapun bagus, tapi apakah ke mana itu sesuai dengan rencana Tuhan?

Paulus punya rencana “kita mesti taklukan Asia dulu, lalu bergerak terus ke arah yang makin ke arah dari tradisi Persia, bahkan mungkin terus ke India”, ini mungkin pikiran dari Paulus, kita tidak tahu karena Paulus tidak nyatakan. Tapi gerakan dia adalah ke timur. Tapi Tuhan mengatakan “pindah, stop, Aku hentikan, Aku halangi kamu.” Mengapa Tuhan menghalangi orang memberitakan Injil? Karena Dialah yang berhak menentukan daerah mana dapat Injil, Dia yang berhak menentukan daerah mana ditutup dari Injil. Mengapa Tuhan lakukan itu? Kita tidak tahu, tapi itulah yang Dia lakukan. Maka Tuhan menghalangi Paulus, lalu Tuhan berikan mimpi kepada Paulus.

Kegenapan Waktu

Kita sampai pada bagian terakhir. Mari kita membaca Roma pasal 16 kita melihat membaca dan mempelajari ayat yang ke 25-27. Saya bacakan dari 24 bagian penutup dari pasal 16 ini. Mari kita membacanya Roma 16: 24-27 “[Kasih karunia Yesus Kristus, Tuhan kita, menyertai kamu sekalian! Amin.] Bagi Dia, yang berkuasa menguatkan kamu, menurut Injil yang kumasyhurkan dan pemberitaan tentang Yesus Kristus, sesuai dengan pernyataan rahasia, yang didiamkan berabad-abad lamanya, tetapi yang sekarang telah dinyatakan dan yang menurut perintah Allah yang abadi, telah diberitakan oleh kitab-kitab para nabi kepada segala bangsa untuk membimbing mereka kepada ketaatan iman bagi Dia, satu-satunya Allah yang penuh hikmat, oleh Yesus Kristus: segala kemuliaan sampai selama-lamanya! Amin”.

Saudara di dalam bagian ini ada dua penutup seperti kita sudah lihat ada ayat 24 yang menutup surat ini, lalu ada ayat 25-27. Ada beberapa variasi dari teks salinan yang kita dapat dan kita tahu bahwa segala variasi yang muncul membuat kita mempunyai kelimpahan. Ini satu cara untuk melihat, banyak orang yang menjadi ragu mengatakan “mengapa Surat Roma di dalam naskah asli ada beberapa versi, versi mana yang benar? Saya mau tahu versi yang paling benar yang mana”, tidak ada versi yang benar, semua versi itu benar. Karena ketika surat ini disebar kadang-kadang ada variasi, kadang-kadang ada bagian ditambahkan, kadang-kadang ada bagian dikurangi, supaya surat ini sesuai dengan kebutuhan lokal. Sebab setiap surat yang ditulis oleh para rasul lalu disebarkan ke tempat-tempat di mana jemaat ada, semua adalah surat yang perlu address, perlu membahas kebutuhan lokal. Itu sebabnya, misalnya waktu Paulus tulis surat kepada Korintus, atau kepada Kolose, atau kepada Roma, surat ini akan menjadi khotbah yang dibaca di mana-mana, termasuk di kota-kota lain. Itu sebabnya ketika dibacakan di kota lain ada perbedaan variasi, ada yang ditambahkan, ada yang dikurangi. Kalau Saudara mengatakan “kalau begitu yang Alkitab mana? Yang ditambah itu masuk Alkitab atau bukan?”, iya, karena kita percaya kanon itulah yang memutuskan bahwa kita sekarang menerima seluruh kebenaran firman yang diinspirasikan. Kita tidak harus mencari lagi di sejarah, lalu cari versi yang paling asli mana, karena semua surat yang beredar pada zaman rasul-rasul masih ada, semua surat yang dianggap diinspirasi itu adalah Kitab Suci. Itu sebabnya kalau Saudara mendalami studi teks baik itu Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, Saudara akan menemukan di dalam naskah bahasa asli ternyata ada beberapa varian, ada beberapa perbedaan. Orang-orang seperti Bart Ehrman menganggap ini adalah kesalahan dari gereja. Gereja mempercayai Alkitab sebagai firman Tuhan padahal ada banyak versi, “ini versi editan, ini versi yang sudah ditambah, apakah benar ini firman Tuhan?”. Tapi itu cara berpikir yang salah. Satu orang yang berdebat dengan Bart Ehrman, yaitu seorang ahli Perjanjian Baru bernama N.T. Wright mengatakan “problem dari Ehrman adalah dia dibesarkan di dalam keluarga Injil yang sangat saleh, keluarga Injil yang takut Tuhan”, kita juga orang Injili, kita Gereja Reformed Injili”. Kadang-kadang orang-orang Injili sangat ketat dengan mengatakan “Alkitab itu suci dari Tuhan”, dan itu benar, “dan karena itu benar adanya, ini adalah Kitab Suci yang seolah-olah turun dari surga langsung sehingga ketika orang mempelajari ternyata tidak turun dari surga. Ternyata ada yang ditambahkan dan dikurangi di dalam zaman para rasul. “Kalau begitu ini bukan Kitab Suci, iman saya jadi ragu”, ini cara berpikir salah. Sebab waktu Tuhan memberikan Firman, Dia menggunakan proses normal untuk manusia membuat tulisan dan proses normal untuk menyebarkannya. Jadi waktu Tuhan pakai Paulus, Tuhan bukan cuma pakai Paulus, seperti kita sudah bahas di pertemuan yang lalu. Paulus dan rekan-rekannya sama-sama berpikir, sama-sama berdiskusi untuk cari tahu apa yang mesti ditulis. Maka di dalam tradisi Reformed, kita diingatkan bahwa inspirasi dari Tuhan kepada penulis Alkitab bukan bersifat mendikte. Tuhan tidak mengatakan kepada Paulus dalam mimpi “tulis ini”, lalu dia tulis per kata. Tapi Paulus tulis di dalam kesadaran. di dalam pikirannya dan di dalam diskusi dengan sesama orang-orang Kristen yang menjadi pemimpin dan menjadi teolog pada waktu itu. Lalu setelah tulis apakah ada koreksi? Bisa ada tapi bukan koreksi karena ada yang salah, melainkan koreksi karena ada kebutuhan lokal yang harus dibahas melalui surat itu. Itu sebabnya bagian-bagian dari naskah asli Alkitab kita kadang ada variasi dan ini bukan variasi harus membuat kita takut. karena setiap varian yang ada, kita percaya sebagai firman Tuhan. Maka kalau Saudara membaca LAI mengambil dari versi tertentu, waktu Saudara membaca Bahasa Inggris (Bahasa Inggris ada banyak versi, kalau Indonesia hanya dua, versi lama dan versi terjemahan baru. Yang berikut akan keluar, yang memperbaiki beberapa kesalahan penerjemahan. Kita nantikan LAI mengeluarkan versi yang terbaru itu) bisa ada perbedaan. “Mengapa versi ini mengatakan ini, versi ini begini? Alkitab mana yang benar?”, kalau Saudara ditanya itu, Saudara jawab “semua benar”. “Tidak bisa semua benar, pilih salah satu”, tidak bisa pilih karena Tuhan mengizinkan kita menikmati Firman dengan proses yang namanya kanon. Di dalam kanon Alkitab seluruhnya adalah Firman Tuhan. Jadi kita tidak menggali masuk lagi ke abad pertama lalu cari tahu mana yang Kitab Suci, tapi kita mengandalkan waktu gereja mengkanonkan Alkitab karena versi-versi yang ada di selidiki dan kemudian dilihat yang menjadi sangat baik di dalam alur dan juga yang menjadi tradisi yang diterima dari awal, itulah yang dimasukkan ke dalam kanon. Maka kanon itulah yang kita percaya sebagai pemberian Tuhan bagi kita. Tuhan berfirman di dalam versi yang genap lewat kanon Alkitab. Ini namanya tradisi kanonik. Saudara ini satu kata yaitu kanon yang sudah sangat umum, orang bisa mengatakan “mana karya yang asli dari Mozart”, ini namanya kanonnya Mozart. Jadi Kekristenan sudah memberikan sumbangsih istilah yaitu istilah kanon.

Pengakuan Iman

Di dalam pertemuan terakhir kita akan membahas satu doxology yang sangat indah. Paulus memakai dua kali doxology atau pernyataan kemuliaan bagi Tuhan di dalam Roma pasal yang ke-11 dan di dalam Roma pasal yang ke-16. Tapi saat ini kita masih membahas sebagian salam. Mari kita membaca Roma 16 dari ayat yang ke 19-24. Kalau Saudara melihat di dalam ayat 24 itu ada tanda dalam kurung persegi ini, berarti di dalam beberapa teks tidak ada tapi di dalam teks-teks yang lain ada. Ada beberapa pendapat bahwa kita harus ikut teks yang lebih lama dan kalau teks lebih lama tidak ada maka kita tidak masukkan. Tapi juga ada yang berpendapat bahwa teks lebih lama itu tidak diketahui, dia dapat copy dari mana, sedangkan teks yang lebih baru yang ada tambahan ini mungkin ambil dari teks lebih lama yang sudah memiliki tulisan ini, maka tetap dimasukkan. Saya sendiri pikir ketika Tuhan mengizinkan di dalam kanon ada ayat, itu tetap kita ambil sebagai Firman. Ada naskah yang tidak dimasukkan, tidak berarti ini bukan bagian darinya. Tapi kalau Saudara lihat di dalam seluruh Alkitab yang pakai tanda kurung seperti ini tidak signifikan banyaknya, sedikit. Dan tidak mempengaruhi antara Saudara pilih masukkan atau tidak, ini tidak akan mengubah ajaran apapun dan tidak akan menambah ajaran apapun. Jadi sebenarnya tidak terlalu penting untuk kita perdebatkan. Tapi saya sendiri ada di dalam posisi bahwa setiap bagian kita terima sebagai Firman. Mari kita baca dari ayat 19 sampai 24, saya akan bacakan bagi kita semua, “Kabar tentang ketaatanmu telah terdengar oleh semua orang. Sebab itu aku bersukacita tentang kamu. Tetapi aku ingin supaya kamu bijaksana terhadap apa yang baik, dan bersih terhadap apa yang jahat. Semoga Allah, sumber damai sejahtera, segera akan menghancurkan Iblis di bawah kakimu. Kasih karunia Yesus, Tuhan kita, menyertai kamu! Salam kepada kamu dari Timotius, temanku sekerja, dan dari Lukius, Yason dan Sosipater, teman-temanku sebangsa. Salam dalam Tuhan kepada kamu dari Tertius, yaitu aku, yang menulis surat ini. Salam kepada kamu dari Gayus, yang memberi tumpangan kepadaku, dan kepada seluruh jemaat. Salam kepada kamu dari Erastus, bendahara negeri, dan dari Kwartus, Saudara kita. [Kasih karunia Yesus Kristus, Tuhan kita, menyertai kamu sekalian! Amin.]

Ayat-ayat ini ada salam dan Saudara mungkin mengatakan bahwa salam ini sepertinya salam yang merupakan titipan dari orang-orang. Jadi orang-orang mengatakan ke Paulus, “Paulus tulis surat ke jemaat Roma ya? Salam ya”. Tapi fungsi salam ini bukan titipan seperti itu, fungsi salam ini adalah menekankan bahwa apa yang Paulus tulis di dalam Surat Roma bukan pikiran Paulus sendiri, tetapi didiskusikan bersama dengan orang-orang ini. Kira-kira seperti ini bentuknya, Paulus sudah menulis Surat Roma, lalu dia mengatakan “selain saya ada orang-orang di sekitar saya yang juga memberikan sumbangsih untuk mengajar kamu, inilah orang-orang itu”. Saudara bisa lihat di sini ditulis ada Timotius, kemudian ada Lukius, Yason dan Sosipater. Lalu ada Tertius “yaitu aku yang menulis surat ini”. Paulus menulis dengan ada seorang yang menuliskannya, ini sekretarisnya, jadi Tertius yang menulis surat tapi Paulus yang mendiktekan. Apakah hanya Paulus? Ternyata tidak, sebab ada Timotius, Lukius, Yason dan Sosipater, ada Gayus, ada Erastus dan juga ada Kwartus. Ini menekankan bahwa Paulus tidak sendirian di dalam mengajar. Dia rasul, tetapi ajarannya dikonfirmasi oleh orang-orang lain juga. Inilah yang kita harus ketahui waktu Paulus mau benturkan dengan mengatakan “hati-hati terhadap mereka yang memecahkan diri dari gereja”. “Jadi ada pengajar palsu? Ajaran mana yang benar?”, “ajaran saya, karena selain, orang-orang yang menyepakati ajaran ini bersama dengan saya. Ini bukan ajaran tunggal dari satu orang. Di dalam sejarah gereja, gereja tidak pernah menerima ajaran tunggal satu orang menjadi ajaran khusus bagi gereja, tidak pernah ada. Itu sebabnya banyak orang di dalam tradisi Reformed kurang suka kata Calvinis. Seolah-olah kata Calvinis kita ambil dari Calvin. Kalau Saudara lihat dari tradisi Reformed, banyak yang kita ambil itu diringkas dan dirangkum dari pengakuan iman, baik itu di dalam Belgic Confession ataupun juga di dalam Westminster Standard. Baik itu di dalam Three Forms of Unity di Eropa, maupun Standard Westminster di Inggris dan Skotlandia. Ini menunjukkan kita tidak pernah menganggap satu orang menjadi sumber bagi pengajaran Kristen. Tidak ada orang Reformed yang senang istilah Calvinis kalau itu dimaksudkan kita ini penerus ajaran Calvin saja. Itu sebabnya Pengakuan Iman kita bukan Pengakuan Iman tunggal dari satu orang, tetapi Pengakuan Iman yang disepakati bersama. Ini sudah dilakukan oleh gereja Tuhan baik di dalam tradisi bapa-bapa gereja. Karena di dalam periode bapa-bapa gereja, para bapa gereja pun berkumpul untuk menyatakan apa yang kita percaya, ada credo. Credo itu artinya adalah “saya percaya” atau “kami percaya”. Ini sesuatu yang dipegang gereja bersama-sama. Maka dari awal para bapa gereja menyepakati cara ini. Dan kalau kita lihat di dalam Kitab Suci, para penulis Kitab Suci pun melakukan hal yang sama, tidak ada pengajar tunggal. Kita tidak bisa mengatakan bahwa teologi ditemukan oleh Paulus saja. Paulus bersumbangsih mengajar tapi Paulus perlu konfirmasi dari orang-orang lain bahwa yang diajarkan adalah Firman Tuhan. Itu sebabnya tidak pernah ada saat di dalam gereja yang benar, di mana orang diberikan kuasa sedemikian besar sehingga dia tanpa konfirmasi dari orang lain. Termasuk kita sekarang, Saudara boleh dengar ajaran dari pendeta-pendeta di dalam GRII, tapi Saudara harus pikirkan apakah yang diajarkan disepakati di dalam Pengakuan Iman atau tidak. Kalau tidak, mungkin pendeta itu sedang soroti dari sudut pandang kita gagal tangkap, mungkin dia salah bicara. Tapi kalau itu terus-menerus dia lakukan, mesti hati-hati, mesti diawasi apakah orang ini punya posisi yang beda dari apa yang disepakati. Kalau beda, apakah perbedaan itu ada penjelasannya sehingga kita bisa lihat ini merupakan perbedaan cuma beda perspektif. Tapi kalau perbedaan itu perbedaan karena ajaran yang bentur, maka ini mesti diselesaikan di dalam dewan gereja.

Bahaya Perpecahan Gereja

Kita melanjutkan pembahasan dari surat Roma, kita membaca surat Roma 16: 17-20. Kita sudah sampai ketiga bagian terakhir dari surat Roma kita sampai kepada bagian ini dan dua kali lagi kita akan bahas, setelah itu eksposisi Roma selesai. Mari kita membaca Roma 16: 17-20, “Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, supaya kamu waspada terhadap mereka, yang bertentangan dengan pengajaran yang telah kamu terima, menimbulkan perpecahan dan godaan. Sebab itu hindarilah mereka! Sebab orang-orang demikian tidak melayani Kristus, Tuhan kita, tetapi melayani perut mereka sendiri. Dan dengan kata-kata mereka yang muluk-muluk dan bahasa mereka yang manis mereka menipu orang-orang yang tulus hatinya. Kabar tentang ketaatanmu telah terdengar oleh semua orang. Sebab itu aku bersukacita tentang kamu. Tetapi aku ingin supaya kamu bijaksana terhadap apa yang baik, dan bersih terhadap apa yang jahat. Semoga Allah, sumber damai sejahtera, segera akan menghancurkan Iblis di bawah kakimu. Kasih karunia Yesus, Tuhan kita, menyertai kamu!”

Saudara, di dalam ayat yang ke-18 dikatakan orang-orang yang demikian yaitu pengajar-pengajar palsu, tidak melayani Kristus tetapi melayani perut mereka sendiri dan dengan kata-kata mereka yang muluk-muluk dan bahasa mereka yang manis mereka menipu orang-orang yang tulus hatinya. Kata tulus sebenarnya lebih tepat diterjemahkan polos atau naif, dan naif itu lain dengan tulus. Orang yang hatinya tulus itu adalah orang dengan karakter hati yang positif, tetapi orang dengan hati yang naif adalah orang dengan karakter hati yang negatif. Naif itu bukan kebajikan, naif adalah kondisi yang Tuhan tidak suka. Dan ini yang ditegur, jadi bukan orang yang tulus hatinya. Orang-orang yang ajarannya sesat gampang menyelewengkan orang-orang yang hatinya naif, yang hatinya polos secara negatif. Yang tidak bisa bedakan mana ajaran benar mana ajaran salah, terlalu gampang percaya kepada apapun yang dikatakan dari mimbar, terlalu miskin di dalam pengertian yang cukup untuk membedakan mana ajaran benar dan mana ajaran salah. Hari ini kita akan melihat dua kondisi yang sangat bahaya di dalam gereja Tuhan. Kondisi pertama adalah sombong karena mengerti pengajaran dan kondisi kedua adalah naif karena tidak mengerti pengajaran. Kita akan bahas dua hal ini untuk nanti melihat tema dari Roma 16: 17-20 yaitu mewaspadai perpecahan dan ajaran yang sesat.

Di dalam Surat Paulus bagian akhir ini, Paulus memberikan peringatan setelah dia membeberkan argumen dan ajaran mengapa Injil adalah untuk setiap bangsa. Tapi kalau setiap bangsa dilibatkan, ditarik, dimasukkan ke dalam Kristus maka setiap bangsa itu harus kembali kepada ajaran yang benar. Bukan menggabungkan ajaran yang diterima dengan pengertian dari bangsa mereka sendiri. Termasuk orang Israel, orang Israel tidak bisa mengaitkan antara kabar mengenai Injil dengan kesombongan Yudaisme mereka, “hanya orang Yahudi spesial, hanya orang Yahudi penerima Taurat, hanya orang Yahudi yang baik dimata Tuhan”, ini kesalahan di dalam menafsirkan Injil. Jadi bangsa-bangsa bisa ada kemungkinan salah menafsirkan Injil karena menggabungkan ajaran Injil dengan ajaran lain yang mereka sudah biasa dengar, dari tradisi agama lama atau pun juga dari kebudayaan bangsa mereka. Orang Yahudi bisa salah memahami Injil dari tradisi Yahudi yang salah menafsirkan Taurat, yang mengaitkan Taurat dengan kesombongan diri. Jadi ajaran yang salah ini sangat diperingatkan untuk diwaspadai. Paulus mengatakan “hati-hati terhadap orang-orang yang memecahkan gereja dengan ajaran yang lain”, ini penting untuk kita garis bawahi. Gereja baru, itu boleh muncul. Tapi gereja yang pecah dari gereja yang lama, ini mesti diwaspadai. Saudara tidak bisa mengatakan “saya melihat gereja ini cocok, saya mau datang ke sini”, sebelum Saudara datang, Saudara selidiki dulu apakah gereja ini merupakan pecahan dari gereja yang sejati atau bukan. Kalau ditanya “apa maksudnya pecahan?”. Apakah pecah itu berarti ada organisasi yang baru? Tadinya ada GRII lalu ada gereja lain pecah, dari GRII atau tadinya ada GKI, lalu ada gereja lain yang pecah dari GKI. Apakah ini bicara soal organisasi? Bukan, ini bicara soal pengajaran. Adakah gereja yang pecah karena ajarannya mulai lain lalu mengatakan “kami tidak lagi terima ajaran yang lama, kami sekarang terima ajaran yang baru. Kami tidak lagi terima tradisi beribadah yang lama, kami sekarang mempunyai penerobosan di dalam tradisi ibadah baru”.