Hamba yang berjaga-jaga

(Lukas 12: 35-48)
Bagian ini sulit kita pahami kalau kita tidak tuntas memahami bagian sebelumnya mengenai kekhawatiran. Di dalam ayat 33 dikatakan “jualah segala milikmu dan berikanlah sedekah. Buatlah bagimu pundi-pundi yang tidak menjadi tua, suatu harta di sorga yang tidak akan habis, yang tidak didekati pencuri dan tidak dirusakan ngengat. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada”. Bagian ini kita sudah bahas di dalam pertemuan 2 minggu yang lalu. Bagian ini tidak mengatakan bahwa Saudara dan saya tidak boleh punya uang, tidak boleh punya tabungan dan lain-lain. Tapi bagian ini mengingatkan tujuan kita mengumpulkan harta itu adalah tempat di mana hati kita berada. Harta untuk apa, di situ hati kita ada. Kemana Saudara dedikasikan harta, disitulah hati kita. Maka kalau harta kita kumpulkan untuk kesenangan, di situlah hati kita. Kalau kita kumpulkan dan akhir yang kita mau capai adalah untuk kejayaan, kekayaan atau kebahagiaan, disitulah hati kita. Jadi Tuhan Yesus hanya memberikan 2 alternatif di sini, hati untuk dunia atau hati untuk Kerajaan Allah. Jika kita memberikan hati kita untuk Kerajaan Allah, maka apa yang kita miliki akan kita dedikasikan untuk itu, termasuk harta. Ini penting untuk kita pahami. Orang bodoh adalah orang yang mengorbankan persahabatan demi uang, supaya dia dapat uang, dia bayar pakai friendship, tipu teman, tipu orang, tipu sana-sini, akhirnya dia mengkompromikan atau mengorbankan yang lebih mahal demi dapat yang lebih murah. Uang itu lebih murah dari pada persahabatan. Kamu hargai uang, kamu akan korbankan yang lain untuk itu. Jadi salah satu indikator kerohanian yang baik adalah Saudara harus tahu uang itu untuk apa, di situ akan ada bukti hatimu ada di situ. Jadi Tuhan Yesus memberikan pengajaran yang penting sekali di sini, bahwa apa yang kita kerjakan untuk mencari uang dan bagaimana kita menghabiskan uang itu adalah pertanda hati kita ada di mana. Ini penyakit yang menjangkiti semua manusia, “saya punya uang, saya pakai untuk apa”, itu akan membuktikan saya orang seperti apa. Jadi sebelum kita membuktikan kerohanian lewat berapa banyak ayat yang kita hafal atau berapa saleh kita, atau berapa rajin kita ke gereja, ada indikator yang seringkali dilupakan yaitu uang. Bagaimana engkau bersikap terhadap uang ini akan menentukan kerohanianmu bagaimana. Uangnya untuk apa, bagaimana cara dapat, kemana akan disalurkan, lalu hatimu menginginkan apa dari uang itu, ini semua indikator penting. Jadi kalau begitu saya kerja untuk apa? Yesus menawarkan alternatif, kerja untuk Kerajaan Allah. Kerja untuk Kerajaan Allah tidak berarti kontra “kalau begitu saya tidak perlu pelihara anak saya, karena kerja untuk Kerajaan Allah. Uang bukan untuk beli susu tapi dipakai untuk janji iman KKR, jadi kalau kamu nangis, nangislah sampai mati karena tidak ada gunanya”, bukan seperti itu. Yang dimaksudkan adalah “saya pelihara anak dengan tujuan Kerajaan Allah. Saya bekerja dengan tujuan Kerajaan Allah. Saya hidup dengan tujuan Kerajaan Allah”. Kerajaan Allah yang menjadi fokus, itu yang dimaksud dengan kumpulkan harta di sorga. Alkitab memberikan konsep sorga yang beda dengan yang kita pikir. Kita kalau dengar sorga langsung pikir “bumi di bawah, sorga di atas. Jadi saya kerja di bumi, rekeningnya di sorga. Itu konsep yang salah, bukan itu yang Yesus bilang. “Kumpulkan harta di roga” maksudnya adalah invest untuk Kerajaan Allah yang mau dinyatakan di sini. Jadi kalau Saudara pikir invest di Kerajaan Allah itu “nanti kalau saya mati, masuk sorga, Tuhan bilang: sungguh amat baik pekerjaanmu, ini ada mahkota”, bukan itu. Yang Yesus maksudkan adalah “kalau engkau bekerja untuk Kerajaan Allah dinyatakan di bumi, itu tidak mungkin gagal”. Jadi saya pakai waktu, uang, tenaga, kekuatan untuk melakukan apa yang perlu untuk Kerajaan Allah dinyatakan di bumi, itu yang namanya kumpulkan harta di sorga. Mengapa buka bisnis? Untuk memajukan Kerajaan Allah di bumi. Mengapa sekolah? Untuk mempersiapkan diri memajukan Kerajaan Allah di bumi. Apa yang dimaksudkan dengan memajukan Kerajaan Allah di bumi? Maksudnya adalah pengaruh sorga makin besar di bumi oleh karena apa yang kita kerjakan, itu namanya kumpulkan harta di sorga. Di sini kita akan bahagia karena kita tidak pernah dituntut oleh Tuhan untuk mengerjakan Kerajaan Allah itu sendiri. Tuhan Rajanya dan kita anggota Kerajaan, ada banyak orang akan memperjuangkan Kerajaan ini berdasarkan bagian masing-masing. Maka kita berperan berdasarkan bidang kita masing-masing. Inilah yang menyenangkan, Tuhan akan cukupkan kita dan Dia akan suruh kita kerjakan berdasarkan yang Dia sudah cukupkan itu. Itu sebabnya identitas kita justru aman di dalam konsep kerajaan ini. Saya adalah saya yang melayani Tuhan di dalam bidang yang Tuhan percayakan kepada saya dengan hal-hal yang Tuhan cukupkan bagi saya untuk saya mentutaskan bagian saya di dalam Kerajaan Allah dan Tuhan akan perhitungkan itu sebagai mengumpulkan harta di sorga. Jadi kita tidak perlu lihat orang lain dan mengatakan “kok dia kerja itu, tapi saya tidak? Saya juga ingin kerjakan itu”, Saudara makin berkaca kepada orang lain, makin stress, makin ingin mirip orang lain akan membuat Saudara makin tertekan.

Kita hidup di dalam dunia yang sudah mengacaukan panggilan ini, kita diberikan 4 dusta oleh dunia, yang membuat kita tidak mau melakukan panggilan. Dusta pertama adalah delusi atau dusta yang namanya independensi, “saya independen, saya tidak perlu bergantung, saya bisa menghasilkan semua sendiri, tanganku yang kerja keras untuk mencukupkan apa yang aku perlukan”. Van Til pernah mengatakan orang yang mengatakan tidak ada Tuhan itu sedang pakai udara dari Tuhan, kekuatan dari Tuhan, energi dari Tuhan untuk bilang tidak ada Tuhan, ini lucu. Hirup udara dari Tuhan, pakai paru-paru dari Tuhan, pakai rongga dada dari Tuhan, pakai otot dada untuk dia mengembang diafragma dan lain-lain, juga dari Tuhan. Setelah itu hembuskan nafas, pakai pita suara dari Tuhan, lidah yang lincah dari Tuhan, untuk mengatakan kalimat yang bukan dari Tuhan “tidak ada Tuhan”, itu menggelikan sekali. Kalau benar-benar percaya tidak ada Tuhan, jangan pakai apa pun dari Dia, dan karena itu tidak mungkin ada orang mengatakan “tidak ada Tuhan”, tanpa pakai anugerah dari Tuhan. Jadi inilah yang tidak mungkin dalam delusi independensi, itu penipuan diri yang paling besar.

Penipuan kedua dari setan adalah “saya berhak tentukan tujuan sendiri”, ini yang juga kacau. “Saya berhak tentukan tujuan sendiri”, benarkah? Tidak benar, karena saya dirancang dan dianugerahkan oleh Tuhan untuk menjalankan apa yang Tuhan mau saya jalankan. Maka hal yang kedua, ada godaan dari dunia untuk mengatakan “tentukan sendiri tujuan, kamu hidup untuk apa, bebas. Apa yang kamu lihat di televisi, kamu mau seperti itu, silahkan. Kamu sudah nonton dan kamu ingin jadi seperti itu, boleh, kejarlah apa yang kamu inginkan. Kejar cita-citamu”, ini pembicaraan umum yang Saudara bisa temukan dimana-mana “you are free as a bird”, tapi saya mau tanya bisakah burung pipit yang biasa kita lihat tiap pagi, dia melihat seekor elang terbang, kagum “aku ingin seperti itu”. Tidak bisa. Karena Saudara mempunyai tujuan yang harus kembali kepada Tuhan. Dan apa pun yang dikerjakan di dalam tujuan yang benar, itulah yang akan memajukan pengaruh dari Kerajaan Allah di bumi ini, itu yang kita mau kejar, itu yang namanya kumpulkan harta di sorga. Maka saya diperlengkapi oleh Tuhan, saya dicukupkan oleh Tuhan, saya bergantung kepada Tuhan. Yang kedua, saya kalau bergantung kepada Tuhan, saya mesti kerjakan apa yang Tuhan mau.

Lalu ketiga, saya akan mendapatkan kesenangan yang Tuhan berikan. Kesenangan yang Tuhan berikan, bukan kesenangan yang saya kejar. Apa bedanya kesenangan dari dunia dengan kesenangan dari Tuhan? Kesenangan dari dunia ini menjadi candu, karena Saudara butuh dosis lebih untuk menikmati kesenangan yang sama, itu candu. Sedangkan kesenangan dari Tuhan, dengan dosis yang sama, Saudara mendapatkan kenikmatan yang berlimpah, itu dari Tuhan. Kitab Suci kita segini terus, tidak pernah ditambah, tapi saya menikmati membacanya dengan level yang lebih saat ini dibandingkan dengan 10 tahun yang lalu. Sepuluh tahun yang lalu saya baca Alkitab, senang, sekarang saya baca, lebih senang lagi. Apakah karena dosisnya ditambah? Tidak, mengapa lebih senang? Itulah sukacita dari Tuhan. Sukacita dari Tuhan itu memakai dosis yang sama untuk kesenangan lebih. Kesenangan dari dunia itu candu, karena pakai dosis yang lebih untuk kesenangan yang sama.

Yang keempat adalah jangan tertipu, harus dedikasi ke Tuhan. Jangan berikan dedikasimu ke yang lain, hanya Tuhan. Inilah yang membuat kita mampu hidup dengan mengumpulkan harta di sorga. Apa mengumpulkan harta di sorga? Empat hal ini, bergantung kepada Tuhan, mengerjakan yang Tuhan mau, menikmati sukacita dari Tuhan dan yang keempat menyembah Tuhan.

Itulah yang dibahas di ayat 35-46, dan Tuhan Yesus memberikan ilustrasi seperti hamba yang menjaga rumah, demikian kita di bumi ini. ini bumi milik Tuhan dan Tuhan mau kita menjaganya. Maka kita tinggal di bumi ini sebagai hamba. Sebagai hamba saya harus kerjakan yang Tuanku mau, sebagai hamba saya terima dari Tuanku apa yang menjadi bagianku, sebagai hamba saya berdedikasi hanya kepada Tuan. Inilah yang Yesus katakan, maka di dalam ayat 35 “hendaklah pinggangmu tetap berikat”, ini gambaran orang Israel kelaur dari Mesir, ikat pinggangmu seperti orang yang berperang. Jadi Tuhan mengatakan siap sedialah setiap saat, kerjakan hal-hal yang tadi kita bahas, 4 poin tadi, kerjakan dengan sungguh-sungguh, jangan sampai jatuh, jangan kumpulkan harta di bumi, jangan selewengkan hatimu, sehingga engkau hanya mencari apa yang ada di bumi ini. Tetapi kerjakan Kerajaan Tuhan dengan semangat yang sungguh, dengan penuh dan dengan serius, maka engkau akan mendapat sukacita dari Tuhan. Di ayat 37 dikatakan “berbahagialah”, kalau tuan itu sudah pulang, tuan itu akan menjamu engkau. Sekarang kita bayangkan ada sebuah rumah, ada hamba-hamba melayani, waktu tuannya datang, tiba-tiba tuannya mengatakan “semua budak kumpul, duduk di meja makan”, lalu semua budak mulai duduk di meja makan, tuannya mulai potong-potong daging, masak, kemudian sajikan ke budak-budaknya. Setelah itu tuannya sapu-sapu, beres-beres, cuci piring, kira-kira pemandangan seperti ini bisa ditemukan dimana? Kalau menurut Tuhan Yesus, di kerajaan akhir nanti. Ayat 37 “berbahagialah hamba-hamba yang didapati tuannya berjaga-jaga ketika ia datang. Aku berkata kepadamu, sesungguhnya ia akan mengikat pinggangnya”, ia adalah tuannya. Tuannya akan mengikat pinggangnya dan mempersilahkan mereka, mereka adalah budak, duduk makan dan ia (tuan) akan datang melayani mereka (budak). Mengapa budak dilayani? Inilah janji Tuhan. Tuhan bahkan mengatakan “kalau engkau melayani Kerajaan Allah, Aku pun akan menyediakan sukacita bagimu”. Bukan berarti Tuhan menjadi pelayan dan kita menjadi tuan, kita tetap budak, Dia tetap Tuan. Tapi Dia Tuan yang rela melayani kita yang budak. Ini sukacita menggabungkan beberapa hal, yang pertama menggabungkan relasi. Ada tuan yang begitu memperhatikan kita sehingga rela merendahkan diri untuk memberikan bahagia ke kita. Lalu yang kedua, di sini juga ada relasi yang setara, meskipun Dia juga Pemimpin dan Kepala, Dia rela sama dengan kita. Lalu yang ketiga, di sini ada bahagia, kita diberikan makanan. Makan itu simbol bahagia, itu sebabnya makan berkait dengan bahagia dan saat tenang. Saudara kalau istirahat makan siang, tidak mungkin makan sambil kerja, kalau makan sambil kerja berarti deadline sudah dekat dan Saudara kurang bertanggung jawab di dalam waktu. Orang kalau makan sambil kerja itu bukan berarti overload, tapi karena salah manajemen waktu. Maka makan adalah keadaan tenang, apalagi kalau perang, tidak mungkin perang sambil makan. Jadi keadaan makan ini penggambaran keadaan sukacita, keadaan akhir yang Tuhan janjikan. Dan ini bahagia yang Tuhan akan berikan kepada kita. Maka inilah yang dikatakan oleh Tuhan Yesus “kamu harus siap sedia”. Tapi jangan takut, keadaan siap sedia ini akan memberikan berkat besar, pada waktu Tuhan datang, Dia akan jalin relasi dengan engkau, memberikan apa yang engkau perlu, bahkan melayani engkau demi sukacitamu.

Tapi yang harus dilakukan adalah jagalah pekerjaan ini, berhati-hatilah. Sama seperti engkau menjaga harta di dunia, demikian engkau harus menjaga panggilan di dalam Kerajaan Sorga. Tuhan Yesus memberi contoh, kalau engkau tahu pencuri datang kapan, engkau tidak perlu jaga-jaga setiap saat. Tapi Tuhan akan minta pertanggungan jawab itu di saat yang kita tidak tahu kapan. Maka kita harus senantiasa menjaga hidup dan panggilan di dalam Kerajaan Tuhan karena kita tidak tahu kapan Tuhan akan datang. Sama seperti orang dunia tidak tahu kapan pencuri akan datang. Maka di sini ada perbadingan yang indah antara bagian ini dengan sebelumnya. Saudara kalau punya harta, pasti dijaga baik-baik. Orang kalau sering lupa mengunci rumah, itu tandanya di dalam rumahnya tidak ada apa-apa, kecuali dia secara psikologis rumit, dia sengaja buka pintu untuk membuat pencuri pikir di dalam tidak ada apa-apa, padahal di dalam justru ada apa-apa. Maka kalau Saudara punya harta, akan kunci baik-baik. Kita amankan harta kita karena kita tahu harus kita jaga dan kita tidak tahu kapan pencuri akan datang. Tidak ada pencuri yang kasi pengumuman. Maka Tuhan Yesus mengatakan kalau untuk harta dunia kamu jaga begitu hebat, sekarang untuk harta sorgawi apakah kamu akan kerjakan dengan longgar? Harusnya tidak longgar, engkau akan dengan penuh waspada jaga, karena tahu kalau Tuan datang, Dia akan minta pertanggung-jawaban. Dan saya tidak tahu kapan Dia akan datang, saya harus bersiap sedia kapan pun”. Kalau Tuhan Yesus datang sore ini, bisakah kita mengatakan “Tuhan, datang saja. Saya sudah siapkan, saya sudah kerja apa yang saya bisa”. Mengerikan sekali kalau kita belum kerja apa-apa, lalu kita undang Dia datang. Perkataan Paulus “oh Tuhan, datanglah segera”, apakah kita berani bilang seperti itu? Maka dikatakan di sini hidup sebagaimana seharusnya, sehingga kapan pun Tuhanmu datang, engkau sudah siap. Kiranya ini menjadi berkat untuk kita mempertanggung-jawabkan panggilan Tuhan di bumi ini, mengerjakan panggilan sorga sesuai kehendak Tuhan dan mengetahui Dia menyediakan semuanya, Dia mencukupkan semuanya dan Dia memimpin di depan.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkotbah)

Tanggung Jawab dan Tugas Iman

(Kejadian 12: 1-9)
Kadang orang merasa sudah tahu tentang iman. Iman itu kan percaya, iman itu kan percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan satusatunya Juruselamat, iman itu kan anugerah Tuhan, kita tidak bisa usahakan apa pun juga. Kadang-kadang kalau kita tidak ditanya lebih lanjut, kita merasa kita sudah tahu apa itu iman. Kita pikir kita tahu, kita pikir kita merasa semudah itu bisa beriman, kita pikir kita tahu lumayan komplit, iman itu percaya kepada Yesus yang sudah bangkit, menebus dosa kita, menggantikan kita. Mudah menjawabnya, kalau ujian agama mungkin nilainya bisa A, kalau ujian tertentu seperti katekisasi bisa dapat 100. Tapi iman tidak sama dengan nilai pelajaran agama. Iman adalah sesuatu yang hidup, yang tidak hanya cukup dijawab oleh pengertian-pengertian kita saja yang sangat terbatas, dan kita tidak pernah kaitkan di dalam seluruh pengertiannya. Karena kalau kita ditanya hal-hal sederhana seperti ini, seringkali kalau kita dikejar dengan pertanyaan yang lebih mendasar, mungkin saya juga tidak tahu, Saudara juga tidak tahu. Kita rasa, asumsi, itu namanya bukan tahu, itu pra-pengetahuan, artinya kita berasumsi kita sudah tahu, dan mungkin selama ini kita seperti itu. Karena hidup Kristen kita bisa berjalan dengan pengertian iman yang ala kadarnya. Ala kadarnya itu kita percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Juruselamat, kita bisa hidup hari demi hari, kita masih bisa berdoa, kita masih bisa saat teduh, tapi ternyata iman seperti itu adalah iman yang ala kadarnya, yang sampai akhir membuat kita menjadi orang Kristen yang macet. Berapa banyak Saudara dan saya, mungkin sudah ada yang mengalami atau belum, merasa hidup Kristen begitu-begitu saja, macet. Memang tiap minggu ke gereja, mana berani tidak ke gereja. Karena iman rasanya cukup bergulir satu hari demi satu hari, iman itu “yang penting saya sudah baca Alkitab, sebelum makan berdoa, sebelum tidur berdoa, dan kemudian ke gereja setiap minggu”. Tapi itu adalah iman standar yang cukup saya dan Saudara bergulir sampai mati dan KTP kita tetap Kristen. Tapi kalau Saudara mau punya iman yang hidup, Saudara mesti pikir tiap hari seperti ini, pekerjaan Tuhan, beban yang Tuhan percayakan, ada di atas. Kalau iman kita di bawahnya, kita punya iman yang mekanis, bisa bergulir sampai kita mati, dan kita tetap Kristen, tapi kita sampai mati tidak pernah lihat apa-apa yang Tuhan kerjakan, sampai mati tidak pernah lihat kemuliaan yang Tuhan nyatakan, sampai mati kita tidak mempunyai kelimpahan hidup orang beriman yang katanya Kristen. Bukankah Kitab Ibrani mengatakan “iman adalah melihat hal yang tidak kelihatan”. Kalau saya tidak punya iman yang cukup untuk melihat, saya tidak akan melihat. Seperti Saudara ke Bromo, kalau Saudara naik sampai ke kawah, Saudara akan lihat sunrise yang bagus. Tapi kalau tidak naik ke atas, tidak akan bisa melihat indahnya sinar matahari, karena tidak sampai ke atas, tidak cukup levelnya untuk lihat. Ini yang sebenarnya Saudara dan saya harus kejar, minta kepada Tuhan “Tuhan, tolong beri saya iman yang cukup untuk sampai ke sini, supaya saya bisa lihat setiap sunrise itu luar biasa, setiap sunrise itu begitu indah, setiap sunrise itu Tuhan begitu ajaib”. Kalau setiap hari kita seperti itu maka hidup kita sangat hidup sebagai orang Kristen. Dan inilah yang kita sama-sama pikirkan, untuk jadi seperti itu apa yang harus kita lakukan. Kalau iman cuma diberi, apakah kita tinggal bengong saja, apakah kita tinggal tunggu, berdoa setiap hari, dan akhirnya iman itu akan bertumbuh? Kejadian memberikan kita satu bunga rampai, “hendaklah imanmu yang diberikan oleh Tuhan berjalan bersama Tuhan dan berakhir di dalam satu kemenangan di dalam Tuhan”.

Hari ini akan memikirkan 2 poin itu, what is your responbility of faith, apa kewajiban iman Saudara? Karena seringkali karena kita merasa karena iman itu anugerah, maka seolah-olah “kan bukan saya yang minta, Tuhan yang beri, jadi Tuhan yang tanggung jawab”, itu kesalahan besar. Iman memang diberi, tapi setelah itu kita diberi untuk bertanggung jawab. Bukankah Allah menciptakan manusia untuk hidup dan bertanggung jawab. Karena kalau bukan begitu, kita bukan manusia. Kita diciptakan untuk bertanggung jawab, maka di dalam hal iman pun kita punya satu responbility untuk beriman dengan tepat kepada Tuhan. Mari kita baca Kejadian 12:1-9, tanggung jawab pertama kita adalah faith is a matter of total and radical step, iman itu bukan hanya sekedar “saya setuju, saya mempercayakan hidup saya”, tapi harus ada tugas yaitu seberapa radikal Saudara beriman kepada Tuhan. Apa maksudnya radikal? Kita kadang-kadang sudah rancu, radikal adalah sama dengan ISIS, kelompok radikal, kita yang salah mengerti. Radikal, kata artinya adalah akar, seberapa berakarkah Saudara dan saya beriman kepada Tuhan? Seberapa besar perubahan secara akar kita beriman kepada Tuhan? Ini panggilan ketika Abraham disuruh pergi dari tanah, pergi dari sanak saudara, pergi dari bapa, seperti seolah-olah dia dicabut dari akarnya, dipindahkan dari Ur, dari nenek moyangnya, ke suatu tempat yang baru yang akan diberitahukan oleh Tuhan. Tanah di zaman itu bukan hanya sekedar pindah rumah, di dalam Alkitab setiap kali disebut tanah sama dengan apa atau cara hidup apa di atasnya. Jadi kalau pindah dari Ur pergi ke tanah yang lain, berarti cara hidup Ur dibuang semua, ditinggal. Karena cara hidup Ur di atas tanah Ur, kalau dia pindah ke tanah perjanjian, cara hidup di atasnya harus sesuai dengan perjanjian Tuhan. Maka perjanjian tanah ini merupakan perpindahan perncabutan seakar-akarnya yang cukup besar. Maka sama, Saudara dan saya ketika berpindah dari orang tidak percaya menjadi percaya, dari orang Kristen KTP menjadi orang Kristen sesungguhnya, maka sudahkah Saudara dan saya seakar-akarnya tercabut dan kemudian masuk ke dalam medium yang baru ini, tempat yang baru untuk hidup? Cara kita berpikir, cara kita kuliah, cara kita bisnis, cara kita mengerti mana yang baik dan tidak, mana yang berharga mana tidak, mana yang penting mana tidak, mana yang mahal mana murah, mana yang asyik mana tidak, mana yang keren mana tidak, semuanya tidak ada yang berubah. Ini sangat bahaya kalau Saudara dan saya tidak pernah berakar. jangan-jangan setiap hari kita Kristen KTP. Karena secara akar kita tidak pernah berubah tempat, mediumnya tidak pernah berubah, tidak ada perpindahan. Tapi tidak ada perpindahan secara pola pikir, itu sangat bahaya. Ini harus kita pikirkan, kita selama ini sekolah, kuliah, pilih apa pun, pertimbangannya apa? Terkadang kita tidak Kristen pertimbangannya. Saudara akan sulit sekali bertumbuh imannya. Karena iman kita tidak pada level yang sama dengan pekerjaan yang dipercayakan oleh Tuhan kepada kita. Sampai mati Kristen, masuk sorga karena Alkitab yang mengatakan diberi imannya. Tapi begitu saja hidupnya, sama sekali tidak bisa melihat apa-apa, tidak bisa dipakai Tuhan. Saudara yang jadi orang tua, Saudara sekolahkan anak di sini atau di situ, pilihannya apa, mengapa sekolah di situ? Supaya anaknya dapat les Bahasa Inggris, Bahasa Mandarin, Bahasa Korea, 10 bahasa dicekokin ke anaknya, supaya apa? Tidak ada yang salah dengan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, tapi Saudara dan saya tidak cukup radikal beriman kepada Tuhan, dalam arti “Tuhan, iman saya diberi oleh Tuhan, saya harus kerjakan itu untuk Tuhan”. Dalam hal apa pun juga, Saudara pakai kartu kredit, diskon makanan, Saudara makan tidak? Boleh makan, tapi mengapa makan, pertimbangannya apa? Itu yang kadang membuat kita berpikir “ya sudahlah, saya Minggu ke gereja, saya beri perpuluhan, saya pelayanan, saya datang PA. Tapi saya mau pakai kartu kredit, atau apalah, selama saya tidak mencuri uang orang, tidak masalah kan?”, salah. Saudara tidak cukup radikal untuk berpikir secara Kristen. Dan memang itu ternyata membuat hidup kita lebih sulit. Ini yang sebenarnya di dalam kisah Abraham, Abraham dicopot dari seluruh akar-akarnya, masukan dalam medium yang baru supaya dia bertumbuh menjadi punya pemikiran yang baru.

Di dalam hal ini Tuhan memberi ruang pergumulan, Abraham pun ada yang namanya delay, pergumulan, dan itulah iman yang hidup. Saudara untuk taat Tuhan, kalau Saudara otomatis bisa taat, saya tanda tanya. Tapi kalau kita ada pergumulan, justru itulah mungkin iman Saudara sedang bertumbuh. Di sini kalau kita baca bagian atasnya, Saudara akan menemukan daftar keturunan Terah, kemudian dia mengajak Abraham pergi, sebenarnya bukan Abraham sendiri, tetapi Terah. Ayat 31 dikatakan “lalu Terah membawa Abram, anaknya, serta cucunya, Lot, yaitu anak Haran, dan Sarai, menantunya, isteri Abram, anaknya; ia berangkat bersama-sama dengan mereka dari Ur-Kasdim untuk pergi ke tanah Kanaan, lalu sampailah mereka ke Haran, dan menetap di sana”. Maka kita seolah-olah dapat gambaran ternyata bukan Abraham yang inisiatif pergi. Tapi ini dijelaskan di dalam Kisah Para Rasul waktu kotbah Stefanus bahwa sebenarnya Abraham dipanggil Tuhan sejak dari Ur-Kasdim, dia somehow pergi bersama Terah ke Haran dan terjadi delay di Haran sekian tahun. Sampai akhirnya pasal 12 ketika Abraham dipanggil kembali oleh Tuhan dan setelah Terah mati, dia baru pergi ke Tanah Perjanjian. Maka terkadang di dalam pergumulan mengikuti Tuhan di dalam pergumulan beresponsible terhadap iman kita, kita bisa menemukan ada delay tertentu, atau ada pergumulan, atau hambatan tertentu dan itu adalah suatu hal yang real. Maka ada delay, kesulitan tentang keluarga, ada kesulitan yang namanya uang, ada kesulitan yang namanya social value yang ada di sekitar kita. Ketika Abraham menunggu janjiNya Tuhan, bukankah dia akhirnya menuruti suggestion-nya Sarah “tidak apa-apa ambil budak, nanti anaknya legal menjadi anakmu”, pada zaman itu hal seperti itu tidak masalah, itu bukan suatu perselingkuhan, kita tidak bisa melihat zaman sekarang. Zaman itu adalah tawaran yang sangat win-win solution. Sarah dan Abraham sepakat untuk Abraham menghampiri budak Sarah, karena anak dari budak ini nanti akan menjadi anak Abraham dan Sarah juga, itu tidak apa-apa. Saudara akan mendapati tawaran itu, win-win solution. Bukankah dunia ini selalu mengajari kita win-win solution? Saudara pasti akan mendapati itu ketika keluar dari gereja, dan saya juga, tawaran yang sama-sama untung. Tapi masalahnya, pertanyaan yang dilupakan adalah “is that radical?”. Saya kalau ambil tawaran itu, iman saya sudah radikal, berakar pada Tuhan tidak? Ternyata kadang-kadang kontra, win-win solution kadang berlawanan dengan iman kita yang radikal.

Kemudian hal kedua dalam responbility iman adalah faith is a matter of journey. Iman adalah perjalanan. Saudara kalau beriman Kristen berharap mendapat ketenangan batin yang tidak akan berubah, Saudara salah masuk ruang ibadah. Karena iman adalah perjalanan. Kita tidak diajar untuk mempunyai iman yang statis, yang tidak pernah bergerak, yang tidak pernah dikejutkan, yang tidak pernah dilatih oleh Tuhan, itu adalah iman yang pasti bukan dari Alkitab. Pertama Abraham, kalau Saudara lihat Abraham itu terus bergerak. Di Sikhem, Betel, Hebron. Dalam Bilangan 9, ketika orang Israel pergi dari Mesir, bukankah mereka dipimpin oleh tiang awan dan tiang api juga? Journey, tiang awan dan api berhenti pagi, berangkat sore, berangkatlah mereka. Berhenti satu hari, berhentilah mereka. Berhenti dua bulan, berhentilah mereka. Berhenti lebih dari dua bulan, disitulah mereka. Tapi ketika sesaat harus jalan, jalanlah mereka. Karena iman adalah perjalanan. Iman kita dilatih untuk iman yang berjalan. Mengapa berjalan? Karena Saudara dan saya punya duty of faith, tugas iman. Bukankah Efesus 10:2 mengatakan kita diberikan iman untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan baik yang telah Allah percayakan sebelumnya. Apa itu pekerjaan baik? Tolong orang dengan memberi makan? Bukan. Penginjilan? Iya betul, tapi bukan hanya itu. Di sini kita lihat di dalam perjalanan Abraham, kita menemukan 2 pekerjaan baik yang harus dilakukan. Secara sederhana Teologi Reformed mengelompokan menjadi mandat budaya dan mandat Injil. Tapi di dalam bagian bacaan kita, kita bisa melihat kita diberikan iman untuk bisa melakukan tugas, tugasnya adalah reclaiming, isu reclaiming, mengambil kembali, ini adalah isu peperangan. Saudara kalau dijajah, Saudara ambil kembali, ini namanya perang. Isu reclaiming ini seperti Saudara masuk ke tempat musuh, mengibarkan bendera Saudara dan kemudian musuh akan segera menyerang Saudara. Isu reclaiming itu harus ada di dalam pikiran kita semua ketika kita beriman kepada Tuhan Yesus. Tuhan Yesus mau kita menjadi orang-orang yang me-reclaim kembali. Di dalam Abraham, Saudara coba perhatikan, dimana Abraham datang, apa yang dia buat di situ? Mezbah, sebelahan dengan pohon Terbantin di More, dan nanti ada dimana lagi. Berarti dia masuk dalam satu kawasan yang peribadatannya tidak mengenal Allah yang sejati, begitu dia masuk, dia seperti berjalan, me-reclaim kembali. Dan itu tugas Saudara dan saya, dimana pun Saudara pergi, Saudara seperti masuk ke satu tempat, apakah di situ Saudara sudah me-reclaim true worship kepada Tuhan? Karena kalau tidak demikian kita tidak melakukan pekerjaan iman, pekerjaan yang baik yang sudah Allah siapkan sebelumnya tidak kita lakukan. Karena Saudara dan saya diberi tugas untuk me-reclaim kembali milikNya Tuhan. Semua peribadatan, semua iman, semua orang harusnya menjadi milik Tuhan, karena Dia yang memberi dari awal. Tapi karena manusia jatuh dalam dosa maka terpencar-pencar.

Maka Saudara dan saya disuruh me-reclaim kembali semua iman ini layaknya didedikasikan kepada siapa. Dan kalau Saudara perhatikan, Sikhem menjadi tempat pertama Abraham diberi janji, nanti keturunannya akan banyak, pasal 12. Lalu ini terwujud berapa ratus kemudian, Saudara menemukan kota Sikhem lagi di dalam Alkitab? Lebih dari 500 tahun kemudian ketika Yosua selesai menaklukan seluruh Kanaan dan menantang seluruh Israel “hai Israel, hari ini pilih, mau beribadah kepada Allah, beribadah kepada allah nenek moyangmu di seberang Sungai Efrat, atau beribadah kepada allah orang Amori yang sekarang kamu duduki?”. Dan 3 pilihan ini selalu Saudara dan saya hadapi di dalam me-reclaim peribadatan yang benar, me-reclaim iman yang benar. Saudara akan berhadapan dengan ini, Allah sejati, allah nenek moyang Saudara, termasuk agama lain atau termasuk cara pengertian Kekristenan yang salah sama sekali, yang turun-temurun tapi Saudara tidak tahu isinya apa, atau allah orang Amori yang tanahnya mereka duduki, berarti allah kontemporer, versi Kristen yang macam-macam dengan pengajaran yang macam-macam, yang sekarang sedang trend. Tugas kita kedua di dalam iman adalah reclaim the land, me-reclaim kembali tanah. Karena setelah itu, Abraham berjalan dari Sikhem, Betel, Hebron. Dari Ur-Kasdim masuk ke Haran dari atas, dia melalui seluruh tanah itu seperti menginjak kembali step “ini punya Tuhan, ini punya Tuhan, ini punya Tuhan”. Kita sendiri punya field masing-masing, yang berkeluarga, keluarga ini miliknya Tuhan, yang bekerja, kerja ini milik Tuhan, yang dibisnis “bisnis saya ini millik Tuhan, yang di sosial media “sosial media ini punya Tuhan”. Bagaimana cara Saudara me-reclaim kembali dimana Saudara berjalan? Ini adalah tugas kita semua, karena iman itu tidak diam, iman itu bukan hanya untuk dimasukan di kulkas, kita keluarkan setiap hari Minggu, kita masukan ke microwave, jadi aman. Masukan ke kulkas lagi, hari Minggu masukan microwave lagi, ke gereja, jadi hangat, setelah itu masukan kulkas lagi, jadi aman. Tapi kita harus punya iman yang sifatnya punya semangat untuk me-reclaim kembali, untuk mengambil kembali. Saya tahu saya punya tugas yaitu saya harus tahu kepada siapa saya beribadah, saya harus tahu saya sudah ditebus oleh Tuhan Yesus karena itu impact-nya apa, di dalam society seperti apa, di dalam pekerjaan seperti apa. Dan harap ini menjadi pekerjaan kita semua, supaya kita membaca Abraham, kita tidak membaca “wah, sempurna sekali imannya”, tapi kita membaca ini sebagai kisah iman yang disempurnakan oleh Allah. Karena setiap orang imannya akan disempurnakan oleh Tuhan. Ibrani 12 mengatakan bahwa marilah kita memandang kepada Kristus yang akan menyempurnakan kita. Hanya dua pilihan, Saudara mereclaim atau Saudara yang di-reclaim oleh dunia.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkotbah)

Sikap Terhadap Harta

(Lukas 12: 22-34)
Di dalam bagian ini kita melanjutkan pembahasan mengenai sikap terhadap harta. Pada bagian ini Yesus memberikan peringatan untuk tidak khawatir, tidak menjadikan khawatir sebagai motivasi untuk bekerja, motivasi untuk mencari uang, motivasi untuk menjalankan tugas, panggilan dan lain-lain. Kekhawatiran tidak perlu kita pikul, kekhawatiran tidak perlu menjadi bagian dari hidup kita, karena kekhawatiran identik dengan ketidakpercayaan akan siapa Tuhan. Secara pengetahuan kita mengenal siapa Tuhan, tapi yang jadi ujian adalah ketika kita masuk dalam tahap hidup yang menguji pengertian kita tentang Tuhan, akankah kita tetap pegang pengertian itu atau kita bertindak berdasarkan konsep ilah yang palsu? Ini menjadi pertanyaan serius yang harus kita jawab. Dan salah satu yang harus kita jawab adalah mengapa kita harus bekerja, mengapa kita mencari uang, mengapa kita menimbun harta? Tuhan tidak pernah salahkan orang untuk menimbun harta, yang Tuhan salahkan adalah motivasi mengapa engkau kumpulkan harta, mengapa engkau bekerja. Dan di sini pada bacaan kita hari ini akan dibahas tentang mana motivasi yang benar dan mana motivasi yang palsu, mana yang jadi prinsip sejati dalam bekerja dan mencari uang, mana yang merupakan motivasi duniawi yang salah di dalam bekerja dan mencari uang. Ini menjadi prinsip yang penting dalam hidup dan semua itu akan mempunyai dasar kepada pengenalan Allah yang benar. Saya bisa mengambil keputusan yang benar kalau saya mengenal siapa Tuhan dan saya siap menjalankan pengenalan saya akan Tuhan itu. Maka kita akan memulai pembahasan dengan menggali kembali pengenalan akan siapa Tuhan. Yesus mengatakan pada bacaan kita “jangan khawatir, karena engkau punya Bapa di sorga. Jangan khawatir karena khawatir itu miliknya bangsa-bangsa kafir. Mereka mencari harta, mereka mencari penghidupan mereka, karena mereka tidak percaya ada Allah yang pelihara. Sedangkan kamu tidak demikian, kamu percaya ada Allah yang pelihara”. Tapi Saudara tahu dari mana kalau Allah itu Allah yang memelihara? Di dalam Alkitab hanya Allah yang dinyatakan oleh Kitab Suci adalah Allah yang bisa diandalkan untuk pemeliharaan. Di dalam dunia banyak sekali agama, ada juga orang yang tidak punya agama, ini namanya agama tanpa agama. Akhirnya manusia tersesat di dalam menciptakan allah yang salah, lalu menyembah dia dengan cara yang kita sendiri karang, ini aneh sekali. Saya pernah baca di dalam artikel koran beberapa waktu lalu, ada seorang menikah dengan boneka. Ketika ditanya “mengapa engkau menikah dengan boneka?”, dia mengatakan “karena sama saja kok, malah lebih bagus boneka, tidak pernah menyakiti hati saya”. Manusia menikah dengan boneka, ini aneh, karena boneka bukan manusia, mana mungkin engkau jalin relasi pernikahan dengan yang tidak pernah ada. Tapi dunia masuk ke dalam keadaan yang sangat tidak normal karena katanya hak orang ini pun harus dihargai, maka harus dinikahkan. Manusia menikah dengan boneka, ini aneh. Tapi yang lebih aneh lagi, manusia menyembah allah yang tidak ada. Karena kita berpikir “penyembahan itu terserah saya, yang penting saya cinta, hormat. Saya bisa bikin sistem agama mana pun, saya bisa ikuti agama mana pun”. Tapi Saudara mengatakan “semua agama itu baik, siapa menganut agama apa, yang penting saling menjalankan masing-masing, itu baik”, Alkitab mengatakan “tidak”. Sama seperti boneka tadi “saya mau menikah dengan boneka, yang penting dia baik, yang penting saya jaga dia baik”.

Allah menjadi manusia? Sulit dimengerti, tapi ini Allah lakukan untuk membuktikan Dia memperhatikan, mengasihi dan memimpin manusia untuk hidup. Maka tanpa mengenal Tuhan, mustahil Saudara mengatakan “jangan khawatir”. Susah ya kita bilang “jangan khawatir” ke tengah-tengah orang tanpa ada jaminan yang kuat bahwa dia tidak perlu khawatir. Kalau saya bilang ke Saudara “Saudara tidak perlu khawatir”, lalu Saudara bilang “yakin pak tidak perlu khawatir?”, “apa sih yang bisa membuatmu khawatir?”, “salah satunya ada anggota keluarga di rumah sakit, dirawat dengan biaya puluhan juta, sedangkan gaji saya cuma 3 juta perbulan, perlu khawatir atau tidak?”. Lalu bagaimana bisa bilang tidak khawatir? Saya sedang dalam keadaan yang akan dipecat, dan saya tidak tahu setelah ini akan kerja apa, jangan bilang jangan khawatir”. Mana ada bukti yang mengatakan “engkau tidak perlu khawatir, dimana ada kekuatan untuk mengatakan jangan khawatir? Saya tidak punya kekuatan itu, tapi Kristus punya. Itu sebabnya Dialah yang perkataanNya bisa diandalkan “jangan khawatir”. Dia berhak mengatakan demikian karena Dia tahu yang kita alami dan Dia sudah menang atas apa pun yang kita alami. Saudara digoda apa pun oleh setan, Yesus sudah menyatakan Dia menang. Jadi Tuhan yang pelihara. Tuhan sudah buktikan di Kitab Suci, yang jadi concern kamu bukan apa yang harus kamu makan, karena itu adalah concern-Nya Tuhan. Kalau ini concern-Nya Tuhan maka kita tidak bisa punya ketenangan kecuali kita tahu siapa Tuhan. Siapakah Tuhan? Tuhan adalah Allah yang tidak pernah tutup telingaNya dari orang yang berseru kepada Dia. Di mana cerita di Alkitab, ada orang berseru dan Tuhan tidak mau dengar? Tuhan kita adalah Tuhan yang memperhatikan. Kalau Dia benar memperhatikan, mengapa cara Dia memperhatikan beda dengan cara kita? Kita punya tuntutan kalau perhatian harusnya seperti ini. Saudara mungkin mau tulis surat sama Tuhan? “Kalau memang memperhatikan, minimal saya dapat pendapatan 50 juta per minggu. Tidak pernah sakit, kalau sakit, minum teh langsung sembuh,itu baru perhatian”, apakah seperti itu? Tidak. Tuhan memberikan penyertaanNya justru teruji di tengah kesulitan. Ini hal yang sulit kita pahami, kecuali kita sudah lewati. Alkitab menggambarkan penyertaan Tuhan justru di tengah kesulitan, ini cara Tuhan yang unik. Dia tidak menyatakan kelimpahan penyertaanNya di dalam kenyamanan, ketentraman, keadaan yang damai terus. Justru di dalam keadaan yang sulit, di dalam susah, di dalam berat, di dalam keadaan tidak mungkin beriman kepada Tuhan, Tuhan buktikan ada orang tetap beriman dan Tuhan tetap pelihara. Ini jadi kekuatan yang besar sekali. Maka Kitab Suci penuh dengan orang-orang yang akhirnya membuktikan Tuhan itu setia, Tuhan itu benar Tuhan yang mengasihi manusia, yang memelihara manusia.

Maka hal pertama yang harus kita kenal dari Tuhan adalah Tuhan itu adalah Tuhan yang melihat kehidupan manusia, memperdulikan kehidupan manusia, memperhatikan dan merawat. Allah adalah Allah yang merawat ciptaanNya, pasti Allah akan merawat manusia yang Dia ciptakan. Bahkan di dalam Alkitab menggambarkan Allah itu bukan hanya memelihara umat, Dia juga memelihara bangsa-bangsa lain, Dia memelihara binatang di padang, Dia memelihara rumput dan lain-lain. Semua itu ada di dalam pemeliharaan Tuhan. Dan mereka hidup di dalam waktu yang Tuhan tetapkan mereka hidup. Maka Yesus pakai dua contoh, yang pertama adalah burung gagak, yang kedua adalah bunga rumput di padang. Burung gagak adalah jenis burung di Alkitab Perjanjian Lama sampai Perjanjian Baru punya nama jelek sekali. Burung gagak adalah jenis burung di dalam sejarah Alkitab yang namanya jelek. Yang pertama, dia adalah binatang yang diharamkan, tidak boleh dimakan. Yang kedua, dia adalah binatang yang suka mencuri daging. Tapi saya yakin bukan hanya di dalam sejarah Alkitab, sampai sekarang pun gagak itu punya nama buruk. Saudara kalau nonton film, di depannya ada suara burung gagak, lalu ada burung gagak, Saudara langsung tahu ini film horor, tidak mungkin ini film romantis. Bukan hanya mengingatkan tentang film horor, tapi juga mengingatkan Elia dipelihara leawt burung gagak. Lalu dalam bagian ini jadi contoh yang bagus lagi karena ilustrasi dari Tuhan Yesus, perhatikan burung gagak. Begitu lihat, Saudara langsung tahu, burung yang menakutkan ini pun ternyata Tuhan pelihara. Tuhan yang beri mereka makan, dan mereka tidak punya tabungan. Tuhan mengatakan demikian. Adakah burung gagak yang buka tabungan? Tidak ada, mereka tidak pernah pikir besok mau makan apa, tapi Tuhan terus kasi. Ini ekstrim yang luar biasa, seolah Tuhan mengatakan “kamu tidak perlu pikir besok mau makan apa, pasti ada”. Ini bukan berarti Saudara tidak bertanggung jawab, kalau ada uang sekarang dihabiskan saja, pesta pora, traktir orang, dihabiskan, besok bagaimana? Besok dapat lagi. Bukan seperti itu, nanti kita akan bahas. Tapi sekarang saya mau tekankan betapa ekstrimnya nasihat Tuhan. Lihat dari binatang-binatang ini, tidak satu pun dari mereka khawatir besok mau makan apa. Saya yakin kalau Saudara bisa wawancara binatang, tidak ada yang khawatir tentang itu. Jadi ini satu cara yang sangat ekstrim Tuhan ajarkan, lihat burung gagak tidak pernah minta apa pun, besok tetap dapat. Tiap hari Tuhan pelihara sampai hari Tuhan mengatakan “cukup, tugasmu di bumi sudah selesai”, lalu mereka mati. Hidup kita tidak akan bertambah panjang hanya karena kita khawatir. Saudara dan saya sedang diajarkan demikian oleh Tuhan Yesus, jangan khawatir karena Tuhan yang pelihara.

Lalu yang kedua, yang kita khawatirkan apa selain makanan, pakaian? Tuhan secara spesifik menekankan kekhawatiran yang beralasan, Dia tidak mau bahas kehawatiran yang tidak beralasan. Tuhan bahas kekhawatiran yang masuk akal yaitu besok mau makan apa, besok mau pakai baju apa. dan untuk orang ini Tuhan mengatakan “jangan khawatir”. Tuhan mengatakan “lihat bunga di padang”. Tanaman itu indah sekali. Saya dulu pernah tanya ke mama saya “mengapa bunga bisa bagus?”, mama saya kasi jawaban bagus “karena Tuhan suka yang bagus maka Tuhan bikin bunga bagus.” Manusia tidak bisa lihat, mengapa Tuhan ciptakan? Jawabannya adalah karena Tuhan yang lihat. Jangan berpikir semua diciptakan untuk manusia, “Aku ciptakan semua bintang di alam semesta untuk manusia”, yang manusia tidak bisa lihat, tetap Tuhan lihat. Jadi ciptaan ini menyenangkan hati Tuhan. Maka Tuhan membuat ciptaan begitu indah karena Dia ingin menyatakan kemulianNya, Dia ingin menikmati ciptaan ini lalu Dia panggil manusia untuk menikmatinya bersama dengan Dia. Tuhan pun akan memelihara kita sesuatu dengan cara Dia, sesuai dengan apa yang Dia mau, karena Dia menikmati keberadaan manusia. Ini hal kedua, jadi bukan hanya mengenai makanan, tapi juga pakaian. Tuhan mengatakan “jangan takut, Tuhan akan mendadani kamu sesuai dengan yang Dia percayakan kepadamu”. Jadi jangan khawatir akan apa yang dimakan, jangan khawatir akan apa yang dipakai, Tuhan sudah siapkan semua itu. Tuhan Yesus pakai contoh yang esktrim sekali, bandingkan bunga rumput dengan Salomo. Tuhan Yesus mengatakan “Salomo pakai baju seindah apa pun, tidak seindah bunga di padang ini. Mengapa memakai istilah Salomo? Seorang bernama Joel Green, seorang ahli Perjanjian Baru, dia mengatakan salah satu Tuhan Yesus memakai perbandingan Salomo adalah keindahan Salomo itu keindahan yang berhikmat, dia mengerti apa yang indah. Jadi Tuhan mendadani semua dengan hikmat. Hikmat yang menggabungkan keindahan dan fungsi. Hikmat yang menggabungkan tujuan Tuhan mencipta dengan keindahan kita menjalani ciptaan. Itu indah sekali. Berarti Saudara diberikan kesempatan oleh Tuhan bukan hanya untuk dipelihara, tapi juga menikmati pemeliharaan Tuhan. Tuhan memelihara bukan hanya sekedar fungsi, tapi juga keindahan. Saudara dipelihara dalam hidup bukan hanya untuk memenuhi standar yang paling rendah. Hierarkinya Maslow, kebutuhan dasarnya apa, yang lain-lain yang kurang dasar, bagi saya itu merusak konsep kita. Akhirnya kita punya pengertian kalau berkait dengan kebutuhan paling dasar, itu penting. Kalau berkait dengan seni dan lain-lain itu kurang penting, akhirnya kita mengabaikan hal-hal itu. Tapi Tuhan tidak, Tuhan pelihara dan mengijinkan kita menikmati pemeliharaan Tuhan, ini pun bagian dari hikmat Tuhan.

Bagian selanjutnya, Yesus mengatakan di dalam ayat 30, “semua itu dicari bangsa-bangsa di dunia yang tidak mengenal Allah”. Mengapa mereka cari? Karena tidak ada allah yang bisa mereka andalkan untuk pelihara. Allah mereka allah palsu, allah yang tidak nyata, allah yang tidak peduli, allah yang tidak pernah menyertai umat, allah yang tidak pernah concern dengan kehidupan manusia. Bangsa-bangsa lain tidak punya Allah seperti ini maka mereka khawatir. Saudara punya Allah seperti ini, mengapa ikut-ikut khawatir? Bangsa-bangsa kafir mencari hal-hal seperti ini, tapi orang milik Tuhan, tidak. Kalau begitu kita cari apa? Apakah kita tidak perlu bertanggung jawab? Kalau begitu untuk apa bekerja? Membuktikan saya tidak khawatir, saya tidak kerja”, itu celaka. Karena ayat selanjutnya, ayat 31 mengatakan “carilah kerajaanNya”. Saudara dan saya harus concern untuk hal yang Tuhan mau kita concern. Saudara harus perhatikan hal yang Tuhan mau kita perhatikan. Dan dengan tenang beriman untuk hal yang Tuhan akan kerjakan. Untuk hal yang Tuhan akan kerjakan, Saudara tidak perlu pikul di bahu, tapi ini tidak berarti Saudara jangan pikul apa pun. Saudara harus tetap bekerja, Saudara tetap harus mempunyai kekuatan atau bijaksana untuk mengumpulkan uang. Mengapa harus kerja? Itu tuntutan Tuhan. Tuhan mau kita mementingkan Kerajaan Allah. Dan apa yang dimaksud dengan mementingkan Kerajaan Allah? Banyak orang salah menganggap Kerajaan Allah, “Kerajaan Allah itu apa?”, “hal rohani”, jadi utamakan Kerajaan Allah dulu baru hal jasmani. Bukan itu yang Tuhan Yesus maksud. Karena Kerajaan Allah cangkupannya adalah seluruh bumi ini. Jangan pikir bisnis Saudara itu bukan bagian Kerajaan Allah, jangan pikir politik itu bukan bagian Kerajaan Allah, jangan pikir ilmu pengetahuan, sains dan lain-lain itu bukan bagian dari Kerajaan Allah. Jangan sempitkan Kerajaan Allah. Seluruh bumi tunduk pada Tuhan, karena seluruh bumi harusnya bagian dari Kerajaan Allah. Maka yang Yesus sedang katakan adalah berjuang Kerajaan Allah jadi di bumi, itu maksudnya pikirkan Kerajaan Allah. Yang Yesus maksudkan adalah engkau harus hidup dengan satu pandangan yang jelas, harus hidup dengan perjuangkan sesuatu yang jelas. Tuhan tidak pernah memanggil orang Kristen yang tidak tahu tujuan hidup, tidak tahu arah, yang hanya melewati hidup hari demi hari tanpa tahu harus perjuangkan apa. Saudara dan saya dipanggil untuk memperjuangkan Kerajaan Allah ini. Dan untuk itulah kita bekerja, untuk itulah kita berjuang. Dan Saudara harus tahu Tuhan yang sudah panggil kita tidak mungkin tidak cukupkan kebutuhan kita. Tuhan akan siapkan itu. Maka jangan khawatir, kerjalah baik-baik karena sekarang saya punya Tuan di sorga yang memperhatikan pekerjaanku baik atau tidak. Ini maksudnya perhatikan Kerajaan Allah. Saudara kerja dengan motivasi apa? Dengan motivasi menyenangkan Tuhan di sorga, bukan motivasi uang. Orang yang sukses dalam keuangan umumnya adalah orang yang tidak terlalu concern keuangan. Dia lebih concern bagaimana memperbesar pengaruh perusahaannya. Dia lebih concern bagaimana dia menjadi pemimpin dari market atau apa. Concern yang kalau orang cuma concern uang, itu orang kerdil, tidak pernah jadi besar. Ini baru duniawi, belum Kerajaan Allah. Orang yang mementingkan uang adalah orang yang remeh, orang yang mementingkan hal lain lalu memanfaatkan uang demi itu, itu orang yang lebih punya perjuangan untuk sesuatu. Uang itu jadi hamba.

Maka yang Tuhan Yesus mau tanya adalah engkau punya visi untuk pekerjaan Allah atau tidak, kalau iya, kerjakan itu apa yang Tuhan percayakan dengan segiat mungkin. Maka saya percaya bagian ini membuat kita bekerja dengan kesadaran ada Tuhan di sorga yang menuntut saya untuk kerja baik. Tuhan di sorga yang melihat saya, bukan bos di dunia ini. Maka ayat 34, Yesus mengatakan “dimana hartamu berada, disitu juga hatimu berada”. Maka yang harus kita renungkan adalah harta Saudara dimana. Saudara kerja, punya uang, unganya untuk apa? Kalau uangnya untuk masa depan, berarti Saudara masih khawatir. Saya tidak bilang Saudara tidak boleh punya tabungan, Saudara boleh punya tabungan. Tapi pertanyaannya adalah tabunganmu untuk apa? Tabunganmu untuk menjaga hidup supaya nanti ada masa depan yang baik? Kalau begitu berarti masih khawatir. Lalu untuk apa tabungan? Untuk anak, kalau begitu masih khawatir juga. Kita tidak kumpulkan harta warisan sampai 7 keturunan ke bawah, warisan itu selalu setelah Saudara mati, membuat perang. Saudara kumpulkan uang lalu mengatakan “ini untuk membeli mobil baru”, berarti hati Saudara ada di mobil. Jadi hati Saudara ada dimana Saudara mau arahkan uang. Tuhan Yesus mengatakan kalau hatimu di Kerajaan Allah, uangmu juga di situ. Maka baik dalam kelimpahan maupun kekurangan, kita sehati mengatakan “Tuhan, kami tahu Engkau tidak pernah meninggalkan kami, kami tahu Engkau senantiasa mencukupkan kami, hanya tolong kami mengetahui kemana hati kami harusnya berada, sehingga uang kami pun ada di situ”.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkotbah)

Apakah kita orang bodoh itu?

(Lukas 12: 13-21)
Bagian ini Yesus menunjukan DiriNya sebagai Sang Guru Hikmat, Sang Pengajar, atau bisa kita katakan Dia menjalankan fungsi nabi di dalam bagian ini. Sehingga ketika ada orang mengatakan “Guru, saudaraku curang, licik, ambil warisan yang harusnya dibagi ke saya juga”, pada waktu itu Yesus mengatakan “Aku bukan hakimmu, Aku tidak harus putuskan untuk kamu, Aku tidak dipanggil untuk itu”. Yesus adalah hakim seluruh dunia, tapi itu terjadi pada kedatanganNya yang kedua. Pada waktu kedatanganNya yang pertama, Dia datang sebagai seorang Guru, seorang Nabi dan seorang Imam. Nabi yang mengajarkan hikmat, Imam yang akan membawa persembahan yaitu tubuhNya sendiri kepada Tuhan. Jadi Dia datang sebagai Nabi dan mengajar umat, dan nabi mengajar dua hal. Yang pertama, mereka mengajar nubuat, nubuat tidak berarti harus menceritakan apa yang akan terjadi 10 atau 20 tahun dari sekarang, meskipun itu bagian dari nubuat, menceritakan bahwa suatu saat Israel akan dibuang, 100 tahun lagi akan muncul raja, membebaskan dan lain-lain, itu masuk dalam nubuat. Tapi teguran, suara yang menegur dosa itu juga fungsi dari nabi. Sehingga seorang nabi mempunyai tugas utama untuk menegur kebobrokan, Dia akan berteriak dengan keras dan menyatakan kesalahan dari umat. Jadi ini tugas pertama, dia akan bernubuat, dia akan berseru kalau ada yang salah, dan itu yang Yesus lakukan di bagian sebelumnya. Dia mengatakan di pasal 11 “celakalah kamu hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi”, ini fungsi nabi. Pada bagian ini Dia melakukan hal yang kedua yaitu mengajar hikmat. Seorang nabi selain bernubuat juga mengajar hikmat, seorang nabi selain menegur dosa juga memberitahukan apa yang harus dikerjakan oleh umat Tuhan. Maka pada bagian ini Yesus menjadi seorang Guru yang mengajarkan kepada umat Tuhan bagaimana harus hidup. Dan sebagaimana umumnya kitab hikmat di dalam Perjanjian Lama, Yesus menegur keserakahan dan kecintaan akan harta.

Keserakahan dan kecintaan akan harta ini penyakit yang ada pada manusia, bukan hanya pada orang kaya, tapi juga pada orang miskin. Orang ketika merasa kurang, lalu menghina atau menghujat Tuhan karena keadaan yang kurang atau mengasihani diri karena keadaan yang kurang atau merasa boleh korupsi atau mencuri karena kurang, itu orang yang cinta harta. Orang yang sudah punya banyak, ingin lebih lagi, itu juga orang yang cinta harta. Itu sebabnya Alkitab memberikan peringatan yang keras, waspadalah terhadap segala mamon, waspadalah terhadap segala ketamakan, jangan serakah, jangan menginginkan harta dengan cara berdosa. Ini yang Yesus ajarkan pada bagian ini setelah ada kasus seseorang mengatakan “saya mendapat bagian yang tidak semestinya, tolong bela saya, tolong bilang ke saudara saya bahwa dia tidak adil. Saya rugi, saya perlu uang dari bagian yang dia sudah ambil”. Tapi Yesus tegur orang yang dirugikan ini, orang ini pasti merasa tidak enak “saya datang sebagai korban, mengapa Engkau tegur saya, mengapa Engkau tidak tegur saudaraku? Bukankah saudaraku yang lebih perlu, bukankah dia lebih perlu teguran jangan serakah. Dia ambil bagian saya dan dia tidak pikirkan saya”. Kemungkinan besar orang ini adalah bungsu, dimana di dalam peraturan Yahudi di dalam Taurat, harta dua bagian lebih banyak akan diberikan kepada yang sulung. Lalu yang bungsu merasa dirinya kurang, kemudian coba tanya kepada kakaknya, “mengapa engkau tidak mau berbagi?”, kakakknya mengatakan “saya anak sulung, ini bagian saya, saya dapat dua kali lebih banyak dari kamu. Kamu bungsu, cukupkan dirimu dengan apa yang ada”. Ini menjadi satu ketidakadilan, lalu dia tanya ke Tuhan Yesus “bagaimana, masa peraturan Taurat membuat saya kurang?”. Banyak sekali orang punya mental victim “saya korban pemerintahan yang korup, saya korban dari orang tua yang tidak beres, saya korban dari kakak yang serakah, saya korban dari lingkungan yang jahat”, tapi tidak ada seorang pun, kecuali dia dikoreksi oleh Roh Kudus, merasa dirinya adalah penyakit bagi orang lain. Kita tidak sadar kalau kita orang berdosa, kita tidak sadar kalau kita pun ada problem yang perlu diperbaiki. Kita terlalu peka lihat problem orang lain, kita tidak bisa lihat problem yang ada pada diri sendiri. Ini sebabnya Yesus menegur dia lalu mengatakan “hati-hati terhadap keserakahan”, orang itu kaget “saya kok dibilang serakah, bukankah kakakku yang serakah, mengapa saya yang kena?”, karena kamu ingin bagian orang lain karena engkau rasa kurang. Mengapa kita rasa kurang? Apakah benar kita kurang? Di dalam bagian selanjutnya Yesus mengatakan “burung dan juga bunga di padang, Tuhan pelihara. Tidak ada satu pun dari mereka punya simpanan”. Jadi hal pertama yang Tuhan Yesus tegur adalah yang umumnya ditegur oleh kitab hikmat yaitu keserakahan terhadap harta. Yang kedua, yang Tuhan Yesus tegur adalah kesalahan memahami waktu, ini pun bagian hikmat dari orang Yahudi. Salah memahami waktu, seolah-olah waktu ada di tangan kita. Yang ada di tangan Saudara itu jam tangan bukan waktu, Saudara bisa mundurkan jam tangan satu jam, waktu tetap tidak mundur satu jam, dan saya tidak percaya ada orang punya alat seperti itu yang jamnya dimundurkan dan waktu benar-benar mundur, tidak ada. Lalu ketiga adalah merasa hidup itu milik sendiri. Ini pun kesalahan orang berdosa, orang bodoh kalau menurut kitab hikmat. Tuhan Yesus menegur dengan lebih tajam, Dia memberikan suatu contoh, di dalam ayat 16 dikatakan ada seorang kaya yang tanahnya berlimpah-limpah hasilnya, begitu berlimpah sampai dia tidak siapkan lumbung untuk hartanya. Berarti dalam perhitungan dia dan berdasarkan pengalamannya, harta yang akan dia dapat hanya cukup untuk lumbung yang dia sediakan. Tapi ternyata panennya luar biasa, melebihi harapannya “ternyata panenku banyak sekali, terlalu banyaknya sampai lumbungku tidak cukup”, lalu mesti bagaimana? Dia buat banyak penyimpanan baru lalu stok lumbung itu dengan gandum yang banyak sekali, yang melebihi harapan dia. Biasanya untung 5 ton, sekarang 15 ton “saya mesti bikin 3 tempat baru untuk simpan gandum ini, puji Tuhan”. Sudah bilang puji Tuhan lalu berpikir “untuk apa ya harta ini? Mengapa mendadak Tuhan ijinkan saya dapat banyak?”, dia mulai berpikir “ini untuk menenangkan saya, ini untuk membuat saya bisa tepuk dada dan mengatakan: hai jiwaku, hai aku, ada banyak harta untuk engkau, tenang, berbaring, istirahat, tahun-tahun depan santai, tahun-tahun depan penuh kesenangan. Karena harta yang banyak untuk tahun-tahun ke depan sudah diberikan”. Jadi orang ini mengasumsikan hidupnya milik dia, dia bisa hidup berapa puluh tahun itu milik dia, ini bodoh sekali. Maka cerita ini menjadi cerita contoh orang bodoh. Dan Yesus mengatakan “inilah orang bodoh, yaitu dia yang merasa jiwa milik dia, harta milik dia, yang merasa waktu milik dia”.

Mengklaim dengan mulut itu mudah, tinggal bilang apa susahnya “oh Tuhan, hidupku milikMu. Segala yang saya miliki adalah milikMu”. Tapi begitu Tuhan berikan ujian, baru tahu mulut itu tidak sama dengan hati dan kerelaan. Petrus dengan mudah mengatakan “saya rela mati bagiMu. Yang lain lari, saya tidak. Yang lain lari, saya akan bertarung sampai mati. Tuhan Yesus mengatakan “sebelum ayam berkokok 3 kali, kamu sudah sangkal Aku 3 kali. Sebelum ayam berkokok, kamu sudah jatuh. Sebelum hari berganti, ucapanmu sudah runtuh”, ini benar-benar mengejutkan. Ini gambaran untuk kita semua. Kita kalau baca Petrus langsung geleng-geleng “Petrus, Petrus, saya kira kamu hebat, ternyata kamu cuma segini saja”, karena kita terbiasa membaca sebagai penonton. Alkitab tidak mau kita jadi penonton, Alkitab mau kita jadi pelaku. Alkitab tidak mau kita jadi penghakim yang lihat dari luar, Alkitab mau ini jadi cermin. Kita melihat diri kita di dalam Petrus, kita tahu kita ada di situ, kita sama bobroknya dengan dia. Maka waspada terhadap kelemahan yang kita miliki, mari jaga diri baik-baik. Karena iblis kalau mau menyerang itu halusnya luar biasa, Saudara tidak mungkin bisa lihat dia datang kecuali punya kepekaan sorgawi. Saudara tidak mungkin lihat tipu dayanya, kecuali Saudara sudah diperlengkapi dengan firman dan hikmat Tuhan, tipu dayanya halusnya bukan main. Dan salah satu cara Saudara bisa waspada adalah baca Alkitab, lihat kelemahan orang di dalam Alkitab dan tahu “itu saya. Kalau saya tidak waspada, saya akan jadi seperti itu”. Banyak kali kita mengklaim sesuatu yang indah, begitu muluk, begitu berani, padahal pada faktanya kita begitu lemah dan gampang jatuh. Maka hal pertama yang harus diwaspadai adalah “apakah saya siap kalau hidup saya jadi milik Tuhan”. Banyak orang tidak siap, banyak orang mengatakan “hidup saya milik Tuhan”, hanya di mulut. Ketika Tuhan memimpin, saya mungkin tidak setuju terhadap pimpinanNya. Waktu Tuhan tunjukan jalan, mungkin saya akan tutup jalan itu lalu buka fatamorgana untuk jalani sendiri. Saya tidak mau jalan Tuhan karena itu tidak menyenangkan saya. Ini pengertian Alkitab yang seringkali terjadi berulang-ulang, “cara Tuhan bukan cara saya. “Tuhan, berikan saya hidup kekal. Terima kasih”, sudah hanya sampai di situ, selesai. “Saya sudah punya kepastian hidup kekal dan saya berterima kasih”, setelah itu selesai. “Relasi kita berhenti sampai nanti saya bertemu dengan Engkau di sorga”. Ini adalah pemberontakan yang kita tidak sadari ada di dalam diri kita. “Saya mau sebagian dari Tuhan, tapi saya tidak mau seluruh Tuhan. Saya mau sebagian kecil dari hidup saya menjadi milik Dia, tapi saya tidak seluruh bagian hidup saya menjadi milik Dia”. Inilah yang sering kita lakukan. Di hadapan Tuhan kita sering melakukan “Tuhan, jadilah penyelamatku tapi tidak perlu jadi Tuhanku”. Tapi di dalam Kitab Suci jelas sekali dikatakan Dia bukan hanya Soter, Dia bukan hanya Juruselamat, Dia juga adalah Kirios, Dia adalah Tuhan yang berhak menentukan apa pun dalam hidup. Alkitab mencatat dengan sangat ekstrim, Tuhan bukan cuma memiliki hidup, Tuhan juga yang menentukan mati setiap orang. Jadi mari kita rendah hati. Jangan bilang “saya mau dapat bukti yang tuntas tentang Allah, baru saya mau percaya kepad Allah”. Kalau Saudara dapat bukti tuntas tentang sesuatu, sesuatu itu tidak mungkin Tuhan, karena Tuhan melampaui sesuatu, melampaui kriteria, melampaui kemampuan kita berpikir. Maka Jean Luc Marion melihat Keluaran 3 dan dia senang sekali, waktu Musa bertanya “siapa namaMu?”, “Ehyeh asher Ehyeh”, Aku adalah Aku, I am who I am, I am what I am, I shall be what I shall be. Maka banyak orang salah mengatakan Yahweh itu nama personalnya Tuhan, yang beri nama siapa? Nama personal Tuhan itu tidak ada, seluruh nama Tuhan menjelaskan sebagian karakter Tuhan tapi tidak seluruhnya, karena itu Dia punya banyak nama. Sebabnya itu Jean Luc Marion menyelidiki dan mengatakan “benar, Tuhan bukan ada, Tuhan penyebab ada. Tuhan tidak bisa dikurung di dalam ada, kalau kita kurung Dia di dalam ada, maka kita sedang menyembah berhala”. Penciptaan itu adalah cara Tuhan menularkan kemuliaanNya di dalam level ciptaan. Dan karena kemuliaanNya tidak terbatas, maka ciptaan pun harus seperti tidak terbatas. Jadi ciptaan adalah pernyataan kemuliaan Tuhan dan Tuhan begitu mulia sehingga space begitu luas, galaksi tidak terhitung, jumlah bintang yang besar begitu banyak dan matahari begitu kerdil, bumi begitu nothing sehingga kita tahu Allah yang mulia melampaui apa pun. Tuhan ciptakan space sebesar ini? karena Dia besar. Mengapa ciptakan space semulia ini? Karena Tuham mulia dan tidak mungkin cuma tata surya mengadopsi kemuliaan Dia. Kemuliaan Tuhan tidak terbatas, hanya mungkin diadopsi oleh space yang sepertinya juga tidak terbatas. Maka Tuhan yang menciptakan segala sesuatu mengklaim tidak ada satu inchi pun yang bukan milik Tuhan. Ini klaim besar sekali. Maka Yesus yang sama, yang mengklaim seluruh alam semesta milik Dia, sekarang menyatakan kepada kita lalu mengatakan “Aku rela mati untuk menebus hidupmu”, ini kalimat luar biasa besar. Mengapa Tuhan Yesus memiliki hidup Saudara? By right of creation, Dia memiliki hak penuh. Dengan hak sebagai Pencipta, Dia memiliki hak penuh atas hidup Saudara, setiap inti, setiap detik adalah milik Dia. Yesus tidak ambil hidup Saudara by authority sebagai Pencipta, Yesus ambil hidup Saudara by love. Dia mengatakan “Aku mati bagimu dan sekarang Aku boleh bertahta atas hidupmu”.

Dalam bacaan kita, orang kaya itu mengatakan “saya akanmenikmati harta saya”, Tuhan mengatakan “sampai kapan?”, “sampai bertahun-tahun hai jiwaku, generasi demi generasi akan menikmati harta ini”, lalu Tuhan bilang “salah, malam ini engkau mati, untuk siapa harta itu?”. Maka kita masuk yang kedua, waktu itu bukan milik kita. Hidup bukan milikmu, kedua waktu pun bukan milikmu, ini hikmat dari orang Ibrani. Orang Ibrani selalu diingatkan bahwa hidup itu pendek, hidup itu seperti uap. Kalau hidup pendek dan hanya seperti uap, pilih apa yang paling berguna untuk kemuliaan Kerajaan Allah. Ini mesti kita pikirkan baik-baik, apa yang saya lakukan dalam hidup harus dilakukan kejar-mengejar dengan waktu. Mari berlomba dengan waktu. Waktu hidup kita, kita tidak tahu, jangan sampai seperti orang kaya ini, sudah rencanakan tahun-tahun ke depan, tapi malamnya Tuhan sudah panggil, dan hidupnya habis begitu saja. Bayangkan jawaban apa yang akan kita ucapkan di hadapan Tuhan, ketika Tuhan bertanya “what have you done with your live? Apa yang sudah kamu buat dengan hidup yang Aku inveskan kepadamu, yang Aku berikan kepadamu untuk kamu pertanggung-jawabkan kepadaKu”. Hidup bukan milik kita, dari Tuhan. Hidup bukan milik kita, ditebus oleh Kristus. Hidup bukan milik kita, diminta dengan lemah lembut oleh Kristus untuk menjadi milik Dia. Dan ketika kita sampai dalam tahap pengadilan Tuhan, Tuhan akan memulai pengadilan dari umatNya. Ini dikatakan oleh Paulus, penghakiman dimulai dari rumah Tuhan dan Tuhan akan tanya “apa yang kamu sudah lakukan dengan hidup yang Aku berikan kepadamu?”. Jangan sampai Saudara tidak punya bahan untuk ngomong waktu itu, karena waktu itu ngecap tidak ada gunanya. Tuhan tidak tanya Saudara sudah hasilkan apa, berapa produktif, yang Tuhan tanya adalah motivasi waktu kerjakan itu, itu untuk siapa. Apa pun yang Saudara kerjakan bukan untuk Tuhan, Tuhan tidak akan perhitungkan, meskipun itu untuk dipakai Tuhan. Saudara kotbah, penginjilan pun kalau tidak dikerjakan dengan motivasi untuk Tuhan, tidak akan diperhitungkan. Bermanfaat, tapi nothing bagi kita di hadapan tahta pengadilan Tuhan. Maka ini hal kedua yang harus kita pikir, hidup yang pendek.

Hal ketiga yang harus kita pikir adalah harta bukan milik kita. Harta adalah kepercayaan Tuhan untuk kita kelola. Itu sebabnya Saudara harus tahu satu hal tentang ilmu ekonomi. Saya yakin sekali ilmu ekonomi itu ilmu yang sangat suci tapi sudah banyak dihancurkan oleh manusia. Ekonomi adalah cara mempertanggung-jawabkan sesuatu yang bukan milik kita. Ilmu ekonomi berkembang ketika orang-orang zaman modern mulai meninggalkan cara lama yaitu merkantilisme. Orang dulu mengatakan “kalau saya punya harta, saya harus perbesar dengan kemungkinan caplok harta orang lain. Saya jajah banyak sekali negara untuk menambah pundi-pundi persediaan emas dari negara saya”, ini cara dulu. Tapi Adam Smith mengatakan “tidak, harta ini milik kita semua dan harus dimaksimalkan untuk kita semua”. Jadi negara harus bisa berdagang dengan negara lain, dengan cara yang saling menguntungkan. Perdagangan harus saling menguntungkan, kalau tidak itu menyalahi prinsip keadilan. Maka dari situ mulai muncul semua jenis teori yang membuat aset dan juga harta yang tetap itu bisa dimaksimalkan untuk kepentingan banyak orang, ini ilmu ekonomi yang sejati, yaitu bagaimana memperlakukan harta bukan sebagai milik saya, tapi milik bersama. Jadi nilai uang Saudara pun tidak ditentukan oleh Saudara, ditentukan oleh komunal. Ini menunjukan apa yang dikatakan Alkitab di awal itu benar, semua itu milik Tuhan dan kita dipercayakan untuk kelola. Saudara sekarang punya uang, Tuhan mau Saudara kelola. Bagian selanjutnya menyatakan pengelolaan harus berguna bagi komunal. Hidup kita milik Tuhan, waktu kita milik Tuhan, harta kita milik Tuhan. Ketiga hal ini harus dipertanggung-jawabkan kepada Tuhan. Kiranya Tuhan memberkati dan menolong kita menjalankan firmanNya.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkotbah)

Jangan takut, sahabat-sahabatKU

(Lukas 12: 1-12)
Di dalam ayat 1, Yesus berkotbah kepada para murid, ribuan dari mereka sudah berkumpul, berdesak-desakan untuk menerima pengajaran dari Tuhan Yesus. Lalu Yesus langsung memisahkan murid-muridNya dengan orang-orang Farisi. Dia mengatakan “waspadalah terhadap ragi” yaitu kemunafikan orang Farisi. Kalau di dalam pasal 11, Yesus menegur orang Farisi dan Ahli Taurat dengan teguran celaka. Di dalam Kitab Bilangan dan Ulangan, Tuhan menyatakan ada dua pesan bagi orang Israel. Dia akan menyatakan berkat jika Israel taat, dan kutuk jika Israel memberontak. Berkat dan kutuk ini Tuhan janjikan kepada umat Tuhan. Maka antara kasih yang penuh dengan kehangatan, kasih yang penuh dengan keakraban, kasih yang penuh dengan relasi yang indah dan cinta, Tuhan nyatakan di satu sisi. Tapi di sisi lain Tuhan akan buang jika Israel memberontak. Mengapa tema ini diulang terus? Di dalam Ulangan, Imamat, Bilangan dinyatakan, lalu di dalam kitab nabi-nabi berkali-kali Tuhan menyatakan bahwa Tuhan buang mereka, yaitu Israel ke pembuangan karena apa yang Tuhan sudah nyatakan di awal, yaitu jika mereka memberontak, Tuhan pasti akan buang. Di sini kita belajar hal yang penting dari Tuhan, bahwa Tuhan kita mempunyai sifat yang sepertinya begitu bertolak belakang, sulit kita pahami ini dalam diri satu Allah yang Esa. Alkitab menyatakan bahwa takut akan Tuhan itu permulaan dari hikmat, siapa mau punya hikmat, siapa mau mengerti bagaimana hidup di dunia ini, siapa mau mengerti bagaimana menjalani hidup yang penuh dengan berkat, harus kenal Tuhan, harus terima Tuhan sebagaimana Dia menyatakan diri. Jadi orang Kristen pasti tidak mudah, Saudara harus belajar tentang Tuhan, mesti bergumul, menerima firmanNya, menggumulkan firmanNya. Orang Farisi punya tradisi yang sangat dihormati, mereka adalah yang memperjuangkan dengan giat apa yang Tuhan nyatakan bagi Israel. Jadi mereka mau hidup kudus dan mereka mau seluruh Israel hidup kudus. Mereka membuat peraturan yang berat sekali yaitu seluruh Israel mesti jalankan tugas dan kewajiban para imam. Jadi syarat imam bagi mereka adalah syarat semua orang, harus ketat, harus suci, harus setia. Dan mereka sendiri jalankan apa yang mereka nyatakan. Orang Farisi itu bukan orang yang ajar tapi tidak lakukan, berikan standar tapi sendiri tidak lakukan, tidak seperti itu. Mereka sangat ketat.

Maka yang dimaksudkan munafik bukan antara ajaran dan tindakan lain. Karena orang Farisi akan berani menantang kita mengatakan “buktikan kepada saya mana poin dari Kitab Taurat yang saya gagal jalankan, silahkan beri tahu. Kamu akan tahu saya jalankan semua”. Tapi apakah yang salah dari orang Farisi? Yesus mengatakan “kamu munafik”, munafik di dalam pengertian Taurat, di dalam pengertian Perjanjian Lama berarti memberikan standar yang jauh lebih rendah dari standar Tuhan. “Kamu orang munafik”, karena membuat standar sendiri lalu jalankan kemudian berbangga hati “saya sudah kerjakan”. Ini namanya kerohanian palsu, bikin standar rohani yang dia sendiri bisa lalui lalu nyatakan ini sebagai standar umum. Itu sebabnya Yesus mengatakan di ayat 2, hati-hati terhadap kemunafikan, tidak ada sesuatu pun yang tertutup yang tidak dibuka, dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui. Tuhan sedang mengatakan percuma bertindak palsu, percuma berakting rohani karena Tuhan mengetahui hati. Kita ini punya kecenderungan untuk mengkonfirmasi diri kita di dalam penerimaan kelompok. Kita ini terbiasa menerima diri kita sesuai dengan penerimaan kelompok terhadap diri kita. Dan Saudara jangan pikir ini bisa kita tolak, Saudara dan saya tidak bisa tolak ini, Saudara dan saya tidak bisa hidup di luar komunitas. Dan karena itu Saudara dan saya perlu penerimaan dari komunitas. Itu sebabnya tanpa komunitas gereja yang baik, tidak mungkin ada orang yang bertumbuh dengan baik. Ada orang-orang cinta Tuhan tapi tidak pamer, cinta Tuhan tapi diam-diam. Tuhan sudah bilang suatu saat akan Tuhan bongkar. Siapa yang murni cinta Tuhan, Tuhan akan nyatakan. Siapa yang diam-diam tapi terus giat bagi Tuhan, Tuhan akan nyatakan. Siapa yang pamer tapi kosong, itu juga Tuhan akan nyatakan. Maka di sini Yesus memanggil murid-muridNya dan menyatakan “jangan ikut ragi orang Farisi, jangan ikut kemunafikan mereka. Kerja apa pun dengan setia, suatu saat Tuhan akan nyatakan”. Tuhan akan buktikan siapa umatNya siapa bukan, siapa sejati siapa palsu, siapa beriman siapa tidak, Tuhan akan bongkar itu semua. Maka dikatakan di ayat 4 “Aku berkata kepadamu hai sahabat-sahabatKu, janganlah kamu takut terhadap mereka yang dapat membunuh tubuh dan kemudian tidak dapat berbuat apa-apa lagi”. Yesus mengatakan kepada kelompok ini “kamu adalah sahabatKu, engkau adalah sahabatKu” dan ini kandungannya begitu indah sekali.

Orang Yunani dan Yahudi mempunyai konsep persahabatan yang sangat baik sekali. Aristotle memulai pembahasan ini ketika dia mengajarkan etika. Ada satu bagian yang berbicara tentang pertemanan, jadi filsafat juga membahas tentang teman. Orang-orang zaman dulu suka mengeksplore tema-tema yang sangat aplikatif dan detail. Apa itu pertemanan, apa itu kepahlawanan, apa itu menjadi teman bagi yang lain, apa itu komunitas yang baik. Aristotle menulis di dalam bukunya, dia mengatakan seorang teman mempunyai visi yang sama, cinta dan kebajikan diikat bersama-sama. Mempunyai dasar dari pandangan hidup yang sama, diikat oleh hal yang dalam, bukan hal yang dangkal, diikat oleh sesuatu yang fodasional, yang dalam, bukan yang dangkal. Maka kalau Saudara berkumpul sebagai kelompok dan ditanya “apa yang menyatukan kamu?”. dan kita mengatakan “yang menyatukan adalah kita sama-sama penggemar ikan cupang”, ini kumpulan yang jelek. Kalau orang berkumpul dan ditanya “apa yang membuat kamu berkumpul?”, “sedang berburu pokemon”, ini kelompok lebih jelek lagi. “Apa yang membuat kamu berkumpul?”, “semangat kebangsaan yang sama”, agak dalam. “Apa yang membuat kamu berkumpul?”, “jiwa kepahlawanan yang sama”, lebih dalam lagi. “Apa yang membuat kamu berkumpul?”, “darah Kristus”, ini sudah paling dalam. Yang membuat orang Kristen menjadi satu jauh lebih dalam dari apa pun yang membuat dunia ini bisa bersatu. Itu sebabnya saya sangat rindu membahas lebih dalam tentang fellowship, ini berkait dengan begitu banyak hal. Dan kadang-kadang gereja hanya memahami cuma di kulit apa itu fellowship, sedangkan Alkitab membahas sangat dalam. Jika relasi pertemanan itu diisi oleh orang-orang yang berfokus ke diri pasti rusak. Kalau diri menjadi fokus, tidak ada harapan persekutuan itu bisa bertahan. Yesus menyebut kita sahabat-sahabatNya dan di dalam Injil Yohanes dikatakan “Aku menyerahkan nyawaku bagi sahabat-sahabatKu”. Dia menganggap kita sahabat dan Dia hidup untuk kita, Dia menyerahkan diriNya untuk kita. Inilah berita yang indah sekali dari Kekristenan. Itu sebabnya saya ingin tahu versi Kristen tentang persekutuan itu apa, fellowship itu apa. apakah kita sekedar kumpul-kumpul, sharing, mengaku dosa, pulang, cuma itukah? Adakah hal yang lebih dalam dibahas di dalam persekutuan orang Kristen? Ternyata ada dan itu jauh lebih dalam dari Aristotle, jauh lebih dalam dari Epictetus. Saya tahu di dalam buku Filipi. Maka Yesus mengatakan “Aku menyerahkan nyawaKu bagi sahabat-sahabatKu”. Lalu Dia ucapkan kalimat yang orang Yunani sudah pegang yaitu tidak ada hal yang lebih indah dari pada seorang sahabat yang menyerahkan nyawa untuk yang lain. Ini untuk orang-orang yang mengerti bahwa dia lebih tidak penting dari pada komunitas, “saya adalah orang yang unik, saya adalah orang yang tidak ada yang bisa samai, tetapi saya harus melebur diri demi komunitas. Komunitas ditunjang oleh saya, saya berkorban demi komunitas, saya hidup demi komunitas, bahkan kalau perlu saya mati demi komunitas”, inilah yang membuat manusia mempunyai kelompok yang membuat hidup mereka makin limpah. Mengapa kita begitu kosong dan kering? Karena kita mencari penghiburan untuk kita sendiri, “saya tidak menemukan kenyamanan di dalam komunitas yang baik. Saya menemukan kenyamanan di dalam saya”. Kalau saya berfokus ke saya, maka apa yang harusnya memberikan kenikmatan tetap memberikan kekosongan kepada saya. Yang perlu diubah itu fokus, kalau saya terus ke diri dan orang lain juga terus ke dirinya sendiri, akhirnya komunitas itu menjadi komunitas yang saling memanfaatkan. Orang Puritan juga punya prinsip yang sama “hidup dengan benar supaya bisa mati dengan mulia”. Jadi saya memperhatikan hidup saya dan mati saya. Sehingga ketika Yesus mengatakan “sehingga kamu harus rela mati bagi sahabatmu”, di dalam pengertian rela mati juga ada pengertian hidup benar, karena orang Kristen tidak hanya mencari finish, lihat semua, lihat bagaimana saya jalani hidup sekarang. Maka rela mati itu berarti rela menghabiskan hidup demi komunitas. Lukas adalah orang Yunani dan dia menulis kitab yang sangat berbau Yahudi. Lukas orang yang luar biasa, Saudara kalau baca Injil Lukas, sangat berbau Yahudi, dia sangat mengerti konsep, kebiasaan orang Yahudi. Tapi dia juga orang Yunani, maka dia mengerti konsep persahabatan.

Dan di dalam konsep orang Yunani, persahabatan itu kurang klop kalau tidak punya musuh yang sama. Yesus mengatakan “sahabat-sahabatKu, jangan takut terhadap mereka” mereka itu adalah orang Farisi, mengapa orang Farisi menjadi musuh? Karena Yesus baru tegur mereka di pasal 11. Jadi Yesus tegur mereka dan mereka marah. Jangan pikir orang Farisi itu hanya ahli teolog, ahli-ahli agama yang kerjaannya duduk di perpustakaan baca buku, mereka adalah pejuang kemerdekaan yang sangat mampu membunuh orang. Sudah banyak dari sejarah Yahudi, dimana orang dihakimi oleh orang Farisi, dijatuhi hukuman mati dan dilempar batu sampai mati. Memang benar di zaman ini, zaman ketika Tuhan Yesus melayani, Roma tidak mengijinkan mereka membunuh orang, tapi mereka punya trik untuk mengatasi hukum ini. Mereka punya trik yaitu kalau ada orang dijatuhi hukuman mati, mereka akan membuat eksekusinya itu seperti ada kerusuhan, lalu orang yang mati ini dianggap korban kerusuhan. Waktu orang Roma marah “mengapa kamu hukum mati orang?”, “tidak, kami tidak hukum mati”, “mengapa orang itu mati”, “dia itu korban kerusuhan”. Jadi cara yang sangat kejam ini melindungi mereka dari hukuman Roma. Dan banyak orang sudah mati di tangan mereka. Jadi Tuhan Yesus tidak pilih lawan yang gampang Dia permainkan. Yesus menegur Farisi meskipun mereka sangat bahaya, meskipun mereka mempunyai kekuatan untuk membunuh Yesus. Orang Farisi itu sangat benci Yesus, karena mereka menganggap diri mereka sebagai sekte, kelompok yang paling diberkati Tuhan, karena muridnya paling banyak. Tapi Tuhan mengatakan “jangan takut, mereka cuma bisa bunuh tubuh” tapi ada yang berotoritas lebih dari itu yaitu setelah membunuh sanggup membuang jiwa ke dalam neraka yaitu Tuhan. Maka Yesus mengatakan “takutlah akan Tuhan dan kamu harus bersyukur karena Tuhan yang ditakuti ternyata tidak membenci kamu”. Tuhan sanggup membuang jiwa kita ke neraka, tapi Tuhan memutuskan untuk simpan jiwa kita bagi kemuliaanNya. Tuhan sanggup lempar kita ke neraka tapi Tuhan memutuskan untuk menghukum Anak TunggalNya demi kita menjadi anakNya. Jadi yang paling ditakuti sekarang sudah menjadi sahabat, yang paling ditakuti sekarang mengasihi kita. Sekarang kita tidak takut apa pun. Kita mau takut dunia ini? Dunia ini kalah sama Tuhan. Takut setan? Setan akan diinjak oleh Tuhan. Lalu ayat selanjutnya mengatakan “bukankah burung pipit dijual 5 ekor 2 duit? Sungguh pun demikian tidak seekor pun dari padanya akan dilupakan Allah”, ini bukan burung haram tapi halal. Jadi Yesus sedang mengatakan ada burung-burung yang ditangkap untuk dimakan, untuk dipersembahkan, harganya murah sekali. Tapi mereka pun Tuhan pelihara, Tuhan tentukan hidup mereka, Tuhan tentukan kapan mereka mati. Menikmati Tuhan bukan menikmati sehat, kadang-kadang sehat membuat kita menikmati Tuhan, kadang-kadang tidak. Menikmati Tuhan, bukan menikmati kaya. Kadang-kadang kaya membawa kita ke dalam kesalehan kalau kita tahu bagaimana menggunakan uang, kadang-kadang kaya membawa kita ke dalam dosa. Menikmati Tuhan di dalam segala keadaan, itulah yang Tuhan mau ajarkan.

Lalu ayat 8 mengingatkan “setiap orang yang mengakui Aku, Anak Manusia akan mengakui dia. Jika engkau sahabatKu, jangan takut sama orang Farisi. Proklamirkan namaKu, jangan tolak fakta bahwa kamu adalah umatKu. Jangan menyangkal Tuhan”. Dikatakan “jika engkau tidak menyangkal, Aku juga akan mengakui kamu di depan malaikat-malaikat Allah”. Tapi ayat 9 “barangsiapa menyangkal, dia akan disangkal di depan malaikat-malaikat Allah”, maksudnya ini semua sekali lagi berkait dengan tema friendship, dengan tema fellowship, persekutuan itu harus dengan komitmen dan dedikasi yang sama. Sebesar dedikasi saya kepada kamu, demikian besarnya dedikasi kamu kepada saya. Sebesr dedikasi saya kepada komunitas ini, demikian dedikasi dari semua orang di komunitas ini. Adalah hal yang sangat indah kalau gereja dipenuhi dengan orang yang dedikasinya sama, sama-sama rela berkorban, sama-sama rela berjuang, sama-sama habis demi menyatakan kemuliaan Tuhan, sama-sama mengerjakan apa yang Tuhan mau, ini jadi persekutuan yang luar biasa. Saya terus mendoakan gereja Tuhan menjadi seperti ini. Maka Yesus mengatakan “sama seperti Aku mendedikasikan diriKu kepadamu, demikian engkau mendedikasikan dirimu kepadaKu”. Yesus berdedikasi dalam hal disamakan dengan komunitas ini. Ini komunitas yang dipilih Tuhan,tapi komunitas pemberontak, komunitas orang berdosa dan cemar. Yesus datang di tengah mereka, lalu mengatakan “Aku ambil hukumanmu, Aku tidak malu dianggap sebagai pemberontak, meskipun Aku tidak pernah memberontak”. Yesus tidak pernah berdosa, tapi dihitung di antara orang berdosa. Ayat 10 “siapa orang mengatakan sesuatu melawan Anak Manusia, dia akan diampuni. Tapi barangsiapa menghujat Roh Kudus, dia tidak akan diampuni”, ini kalimat muncul di Matius, apa kaitan ini dengan bagianbagian lain. Bagian ini sedang mengatakan bahwa ketika orang mengakui Yesus dengan berani, di dalam keadaan dia harus kehilangan nyawa, jangan lupa di sini ada pekerjaan Roh Kudus yang besar, sehingga siapa yang tolak kesaksian seperti ini, tidak ada pengampunan. Ini bukan berbicara kalau orang menyangkal berarti dia menghujat Roh Kudus, ini bicara ketika orang tidak menyangkal dan menyatakan kesaksian di ayat 12, dia sedang memberikan satu pernyataan yang besar sekali bahwa Roh Kudus sedang bekerja. Dan orang yang menyangkal kesaksian ini akan dihakimi selama-lamanya. Ketika orang menjadi martir, menyatakan Injil lalu dia mati, pada waktu itu dia sedang memberikan pesan “setiap orang yang lihat dan mendengar pesan ini, lalu menolak, dia sedang menghujat Roh Kudus”. Jadi siapa bisa menghujat Roh Kudus? Yang menghujat Roh Kudus adalah yang melihat utusan Tuhan dibunuh demi Injil, tapi tetap hatinya tidak tergerak untuk berita Injil. Lebih celaka lagi kalau orang dengan tangan sendiri memegang pedang untuk penggal orang Kristen yang menyaksikan Kristus, yang memberikan berita tentang Kristus dan dia tidak tergerak untuk percaya Kristus, orang ini sudah menghujat Roh Kudus. Jadi apa menghujat Roh Kudus? Di dalam pengertian di Matius, menghujat Roh Kudus berarti sudah lihat Yesus melayani, Yesus adalah penggenapan janji Tuhan dan tetap ditolak, dan itu menghujat Roh Kudus. Kedua, di dalam Lukas, menghujat Roh Kudus berarti ada saksi yang rela mati demi berita itu, menyatakannya dengan kematian, dengan kesaksian yang besar, dan orang tetap tolak, orang itu sedang menghujat Roh Kudus. Maka di dalam ayat 12 dikatakan “jangan takut Roh Kudus akan mengajarkan apa yang akan kamu katakan dan kamu akan menjadi saksi yang begitu penting, sehingga orang menolak kesaksianmu, dia menghujat Roh Kudus”. Bagaimana mungkin kita menyaksikan Kristus di tengah-tengah kesulitan? Apakah mungkin kita menyaksikan tentang Kristus kalau kita diancam mati. Dalam keadaan damai seperti ini, kita mungkin tidak berani bilang “iya”. Tapi begitu bahaya mengancam, baru tahu yang mana yang benar-benar punya kekuatan. Tapi mari kita dengan rendah hati dan gentar mengatakan “Tuhan ketika waktunya tiba, saya tidak akan kuat. Tolong saya untuk kuat, tolong saya untuk berani menyatakan namaMu, tidak menyangkal namaMu”.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkotbah)

Masihkah kita bisa dikoreksi oleh Tuhan?

(Lukas 11: 45-54)
Di dalam Perjanjian Lama, seluruh upacara dari agama Yahudi berfokus kepada bait, Bait Suci adalah tempat di mana korban diberikan, firman dinyatakan, dosa diakui, dan Tuhan menyatakan perkenananNya di tengah-tengah umat. Jadi Bait Suci adalah simbol ini, seluruh ibadah Israel berpusat di Bait Suci. Jadi Bait Suci adalah tempat yang sangat penting. Tapi dalam Perjanjian Baru, Tuhan Yesus mengalihkan apa yang tadinya berpusat ke Bait Suci menjadi berpusat ke Dia. ini peralihan yang sangat sulit diterima orang Israel, sebenarnya ini adalah sesuatu yang Tuhan sudah nubuatkan sejak dulu. Ketika Bait Suci pertama kali berdiri sudah jadi, lalu Salomo menginagurasikannya, dia mengatakan kalimat penting “mungkinkah Tuhan berdiam di rumah yang kami buat ini? bukankah seluruh langit adalah tahta Tuhan, dan bukankah adalah tumpuan kakiNya, bagaimana mungkin Tuhan berdiam di rumah yang dibangun oleh tangan manusia?”. Jadi dari kalimat ini kita sudah tahu Tuhan mempunyai rencana yang lebih besar dari sekedar bangunan fisik dari Bait Suci. Sebelum Tuhan membuang Israel, Nabi Yehezkiel mendapatkan penglihatan, dia melihat kemuliaan Tuhan pergi, menjauh dari tempat utama di tengah pelataran menuju ke pelataran Bait Suci, lalu meninggalkan Bait Suci dan akhirnya meninggalkan Yerusalem sama sekali. Ini berarti bukan Bait Suci bangunannya yang penting, tapi penyertaan Tuhan itulah yang penting, dan Bait Suci menyimbolkan hal ini. Maka dari awal Tuhan sudah memberikan pengertian bahwa Dia mempunyai rencana yang jauh lebih agung dan Bait Suci termasuk di dalamnya, tapi Bait Suci akan digenapi. Itu sebabnya ketika Daniel mendapatkan penglihatan, Tuhan juga menyatakan bahwa bait itu akan memenuhi seluruh bumi. Ini tidak mungkin bait secara fisik memenuhi bumi, apakah ini berarti Bait Suci harus dibangun di Yerusalem, lalu di Mesir, di Roma, kemudian di Makedonia, dan seluruh bagian bumi yang lain harus dibangun?

Tentu tidak. Kalau begitu yang dimaksud dengan seluruh bumi penuh dengan bait itu apa? Di dalam Injil Yohanes, Yesus Kristus mengucapkan kalimat yang menyimpulkan pengharapan ini bahwa Dialah Bait Suci itu. “Rombak Bait Suci ini dan Aku akan dirikan kembali dalam 3 hari”, dan Petrus mengatakan “Engkau turut menjadi batu yang dipakai untuk membangun Bait Suci”. Ini indah luar biasa, Bait Suci secara bangunan memberikan simbol yang penting, bahwa Tuhan yang hadir di tengah umatNya itulah pengharapan umat Tuhan. Maka umat Tuhan pergi di tempat di mana Tuhan rela hadir. Kalau Tuhan menyatakan kehadiranNya dengan menjadi manusia, maka kehadiran Allah yang menjadi manusia inilah yang menjadi sentral dari seluruh peribadatan. Inilah yang Yesus sedang ajarkan kepada umatNya, jangan lihat Bait Suci lagi tapi pelan-pelan mulai arahkan pandanganmu kepada Kristus. Dan peralihan seperti ini sangat sulit, karena orang Israel sudah terbiasa memegang tradisi itu, menjadi agama yang mati, bukan menjadi iman yang penuh dengan pengharapan. Yohanes Calvin menulis buku yang penting sekali bagi orang Kristen yaitu Institutio, Institute of Christian Religion, ini bukan buku bagi kaum akademik meskipun kaum akademik pun akan temukan banyak hal penting di dalamnya. Ini buku bukan untuk sarjana teologi, meskipun sarjana teologi pun bisa menggali dan mendapatkan pengajaran darinya. Tapi Calvin rindu buku ini menjadi panduan bagi umat Tuhan untuk bertumbuh di dalam iman. Maka dia mengatakan “inilah pengajaran sejati bagi agama Kristen”. Agama sejati harus berpusat pada Tuhah, agama sejati harus membuat kita melihat kepada Tuhan, menyadari cinta kasih Tuhan dan menyadari cinta kasih yang harus kita berikan kepada Tuhan adalah mutlak harus kita berikan. Inilah agama sejati. Tapi manusia sejak dulu membangun sistem agama mereka demi diri, demi keterpaksaan karena takut bencana.

Dua hal ini membuat manusia membangun agama dengan cara yang salah, yang pertama “saya beragama supaya Tuhan baik sama saya. Konsep agama yang salah akan memberikan mereka identitas yang lepas dari relasi, kasih dan penghormatan. Itu sebabnya Calvin mengatakan Allah yang sejati akan membuat kita menyembah Allah. Dan penyembahan ini di dalam kesalehan. Apa yang dimaksud dengan menyembah Allah di dalam kesalehan? Saya menyembah Dia dengan perasaan reverence, saya mempunyai perasaan hormat kepada Dia. saya begitu menghormati Dia, takut akan Dia, tapi juga sangat mengasihi Dia. Waktu kasih dan hormat dipadukan dengan sempurna, pada waktu itulah agama sejati mulai terbentuk di dalam diri kita. Mengapa engkau beragama? “Karena saya mengasihi Dia yang saya sembah. Dan Dia yang saya sembah mengasihi saya. Dan kita hidup di dalam relasi yang tidak terputus”. Itu sebabnya ketika Israel membentuk agamanya sendiri, Tuhan mengatakan “yang membuat engkau berbeda ada 4 hal. Hal pertama, Aku memberikan firman kepadamu sebagai tanda Aku mengasihi engkau”. Yang kedua, Tuhan memberikan komunitas antar umat “hendaklah kamu saling mengasihi, hendaklah kamu memperhatikan orang asing di tengah kamu, hendaklah kamu perhatikan budak, jangan sampai engkau menindas mereka, karena dulu pun engkau budak dan Tuhan sudah bebaskan engkau”. Lalu yang ketiga orang Israel mempunyai pengertian akan kekudusan Tuhan. Ini di agama mana pun tidak ada, pengertian tentang kekudusan beda dengan pengertian akan ancaman. Hal yang keempat, Tuhan menyatakan “engkau Israel punya agama yang berbeda”, karena Allahnya memperhatikan mereka, rela hidup bersama mereka, menuntun mereka dari Mesir, dan akan berdiam bersama mereka sampai selama-lamanya. Janji Tuhan akan berdiam bersama mereka sampai selama-lamanya inilah yang Tuhan nyatakan dengan bait. Tapi Israel mulai berubah dengan mendoakan “demi kami ya Tuhan”, Israel juga perlu identitas “kami perlu mandiri, kami perlu bebas, kami perlu mempunyai kekhususan seperti dulu kami miliki”. Maka agama membuat mereka menjadi sombong, membuat mereka merasa punya identitas lebih dari bangsa lain, “kami adalah umat milik Tuhan, pilihan dari Tuhan, kami lebih spesial dari yang lain”. Akhirnya agama hanya memberikan makan kesombongan mereka, seluruh ibadah dan tata cara mereka adalah ajaran manusia yang diajarkan berulang-ulang, demikian Tuhan berfirman juga di dalam Kitab Yesaya. Tuhan mengatakan bahwa mereka hanya mengajarkan ajaran manusia, tapi bukankah mereka juga mengajarkan Taurat? Iya, tapi dengan motivasi membesarkan manusia. Bukankah mereka mengajarkan firman, mereka menghafal begitu banyak ayat? Iya, tapi demi kemegahan diri. Mereka mau menunjukan diri mereka lebih saleh dari yang lain, lebih mengerti dari yang lain, lebih punya kerangka agama yang agung dibanding yang lain. Maka mereka dengan angkuh memisahkan diri dari bangsa lain, tapi Tuhan sudah menyiapkan Israel menjadi bangsa yang akan memberkati bangsa lain. Dan untuk menjadi berkat bagi bangsa lain, Tuhan mensyaratkan pengorbanan. Tuhan berjanji kepada Abraham, “keturunanmu akan menjadi berkat bagi bangsa-bangsa”, dan yang Tuhan katakan “Abraham, bawa keturunanmu itu, anakmu yang kau kasihi, anakmu satu-satunya, persembahkan dia di atas gunung”. Dua janji ini berkait, Tuhan mengatakan “anakmu akan menjadi berkat, maka anakmu harus menjadi korban. Anakmu akan memberkati bangsa-bangsa lain, maka anakmu mesti dipersembahkan jadi korban”. Ini konsep yang Tuhan sudah tekankan kepada bapanya Israel. Tapi Israel tidak mengerti ini, mereka hanya mengerti mereka lebih unggul dari bangsa lain. Itu sebabnya ibadah mereka bangun demi keagungan mereka sendiri. Maka Tuhan sudah muak, Tuhan pelan-pelan menyingkirkan peribadatan yang salah ini, dan Tuhan pelan-pelan menetapkan ada satu orang yang akan menyingkirkan sampai selamanya peribadatan yang salah dan memberikan iman yang benar melalui orang ini yaitu Kristus.

Maka kedatangan Kristus penuh dengan kontroversi. Dari awal Dia sudah menyingkirkan pandangan orang-orang kepada bait dan mulai mengarahkan pandangan kepada Dia. Dari awal Dia sudah mulai mengajarkan bahwa Sabat berfokus kepada Dia, Bait Suci berfokus kepada Dia, ibadah pembasuhan berfokus kepada Dia. Dan ini sangat offensive, pemimpin-pemimpin agama paling memusuhi Yesus karena mereka tahu Dia mengoreksi, mengubah tata agama yang mereka tahu menjadi sesuatu yang sama sekali baru, dimana mungkin mereka tidak ada bagian di dalamnya, mereka mulai sadar hal ini. Banyak orang awam tidak sadar tapi pemimpin agama sadar, orang awam tidak tahu, orang awam cuma tahu “oh, saya sakit, Tuhan Yesus sembuhkan. Anakku sakit, Tuhan Yesus sembuhkan. Anakku mati, Yesus bangkitkan. Ini Juruselamat, ini Mesias”, tapi mereka tidak sadar apa yang Yesus sedang kerjakan”. Itu sebabnya Yesus mengatakan bahwa waktu Dia di bumi, tidak ada yang mengerti Dia, murid-murid pun tidak, pemimpin agama pun tidak, orang banyak pun tidak. Orang banyak hanya mau sistem agama yang menguntungkan mereka, kalau sistem agama beri aku roti, aku akan sembah siapa pun yang harus disembah oleh sistem ini. Kalau ada allah yang menyembuhkan anakku, aku akan menyembah allah ini. Kalau ada allah yang berani memberikan aku kesulitan, aku akan tinggalkan. Ini orang awam, jemaat awam yang Tuhan sebenarnya muak melihat cara beribadah mereka, hanya cari kepentingan diri, hanya cari untuk kesenangan sendiri. Bait Suci pelan-pelan disingkirkan, dan kehadiran Yesus yang dicari umat. Ini benar-benar bikin para pemimpin sangat marah “Kamu akan hancurkan kami, wibawa kami, pangkat kami, kenikmatan kami, nama kami”, dan Yesus terus lakukan ini. Sampai pada satu titik konflik itu terjadi. Lukas mencatat di dalam Lukas 11 “mulailah Yesus dengan terus terang: celakalah kamu, kamu adalah perwakilan dari sistem agama yang korup, celakalah kamu”. Ini teguran Yesus, bukan hanya untuk Bait Suci atau pun pemimpin-pemimpin Israel yang melayani di Bait Suci, ini teguran terus berkumandang sampai sekarang. Gereja Tuhan saat ini pun jatuh ke dalam kecelakaan yang sama, membangun sistem agama yang menjauhkan jemaat dari Tuhan. Jemaat tidak diperkenalkan kepada Tuhan, jemaat diperkenalkan kepada tradisi. Jemaat tidak diperkenalkan kepada firman, jemaat diperkenalkan kepada berkat. Jemaat tidak diperkenalkan kepada Allah yang mengasihi mereka, jemaat diperkenalkan kepada tata cara yang tidak mengaitkan mereka kepada Allah. Lama-lama sistem ini jadi besar dan penyakit yang lama berulang kembali. Mengapa celaka? Karena kamu jauhkan orang dari Tuhan demi keagungan diri, demi sistem agama yang besar, tapi tidak ada Tuhan di dalamnya. Saudara coba periksa diri, kita ini menganut sistem agama yang benar atau salah. Yang salah membuat kita tahu sistem, tahu aturan, tahu tata cara, tahu upacara tapi tidak kenal Tuhan. Saudara sudah dibaptis, ikut katekisasi bertahun-tahun, sudah lakukan berbagai upacara, kalau ada Perjamuan Kudus pasti langsung datang, tidak mungkin bolos, lakukan semua tata cara yang memang penting untuk dilakukan, tapi tidak pernah bertemu dengan Tuhan, tidak pernah bertemu dengan relasi yang mencintai dan dicintai. Saudara tidak tahu betapa kosongnya hidup tanpa tahu intisari dari agama yang sejati. Maka Yesus mengatakan “celakalah kamu karena kamu melakukan berbagai upacara pembasuhan, tapi kamu fatal, salah mengerti 4 poin penting tadi. Engkau salah mengerti kemuliaan Tuhan, engaku salah mengerti firman, engkau salah mengerti perintah belas kasihan, dan engkau salah mengerti makna kehadiran Tuhan. Semua kamu gagal mengerti, kamu membangun keangkuhan dan menyatakan puas dengan keangkuhan ini”. Maka Tuhan sangat marah dan menyatakan “celakalah kamu”.

Di dalam ayat 45, seorang Ahli Taurat menjawab ini, ini sangat mungkin sekali orang Saduki yang tidak merasa perlu mendukung Yesus tapi malah mendukung Farisi, musuhnya, “Guru, dengan berkata demikian Engkau menghina kami juga”, sopan sekali. Yesus jawab “kamu pun celaka”, “mengapa Engkau marah?”, “karena kamu pun celaka karena kamu punya tugas memberitakan firman, tapi kamu gagal menyatakan firman itu. Engkau membuat firman itu menjadi suatu penghalang orang datang kepada Tuhan. Karena waktu firman diberitakan, orang tidak mengenal Tuhan, tidak mempunyai relasi dengan Tuhan, tapi firman itu dijadikan satu sistem agama dimana identitas saya bisa menjadi nyata di situ”. Orang-orang Ahli Taurat mengajarkan Taurat tapi bukan mengajarkan hal yang paling essensial, mereka mengajarkan tata cara, mereka mengajarkan semua hal yang sifatnya rutinitas, yang sebenarnya sangat berarti kalau ini dikaitkan dengan penyembahan kepada Allah. Tapi mereka memutuskan hubungan antara umat dan Tuhan, cukup antara kamu dan agama, cukup antara kamu dan upacara, cukup antara kamu dan saya, tidak perlu Tuhan. Ini sistem agama yang korup luar biasa. Tidak ada cara yang paling efektif, yang dilakukan oleh setan untuk menjauhkan kita dari Tuhan, selain membentuk agama. Dan agama yang paling efektif dipakai oleh setan adalah Agama Kristen yang menyeleweng, itu yang paling efektif. Orang Kristen yang menyeleweng merasa diri sudah aman, agama lain memang sangat sesat di dalam menyembah Allah yang benar. Tapi orang Kristen merasa sudah sampai di jalan yang benar, sebenarnya sedang ditutup dan tidak pernah bertemu Tuhan dengan sistem agamanya. Itu sebabnya hati-hati dengan sistem agama kita. Harap kita mengerti betapa bangkrutnya iman kita kalau kita tidak mengenal Tuhan. Dan pengenalan akan Tuhan tidak mungkin menggerakan. Jangan salah, waktu Saudara mengenal Tuhan tapi hati tidak tergerak, itu belum mengenal Tuhan. Waktu Saudara sudah tahu tentang preposisi tentang Tuhan, doktrin tentang Tuhan, kalimat tentang Tuhan, tapi tidak ada gairah dan kasih yang malampaui apa pun yang Saudara pernah rasakan, itu belum mengenal Tuhan. Dosa orang Israel pada waktu itu lebih besar dari siapa pun, karena ini ada yang lebih besar dari nabi dan mereka bunuh. Mereka ingin cari kesalahan Yesus karena kalimat yang begitu keras ini. Yesus mengatakan “sistem agamamu salah dan engkau akan membunuh Aku karena mengoreksi engkau”. Mengapa sistem agama begitu besar dan fanatik dan akhirnya membuat diri sulit menerima firman Tuhan? Karena makin besar sistem agama itu, makin ego orang-orang yang ada di dalamnya. Makin dia merasa identitasnya signifikan, makin dia merasa penting dan setiap kali ada firman yang mengoreksi langsung dianggap sebagai penghinaan. Maka Tuhan pun tidak boleh koreksi mereka, Tuhan pun tidak boleh berbicara apa pun. Apakah kita pikir Tuhan biarkan dosa-dosa itu? Apakah kta pikir kita bisa selamanya sembunyi dari Tuhan? Sembunyikan hati yang kejam, hati yang jahat, hati yang penuh fitnah, hati yang penuh kecemaran, hati yang penuh kebusukan, kita pikir Tuhan tidak tahu. Tidak, Tuhan tahu betapa bobroknya kita, betapa busuknya kita, betapa kerasnya hati kita, betapa gelapnya kita di dalam. Maka itu seruan para nabi mengatakan “mari kembali ke terang itu. Akui dosamu, tinggalkan dan kembalilah kepada Tuhan”. Tapi apakah semua orang senang ini? Tidak, ada yang bertobat dan hancur hatinya, ada yang menganggap ini kalimat lalu, ini cuma angin sepoi-sepoi biasa yang boleh ada dan boleh tidak. Ada orang tetap keras, ada orang melawan, ada orang terima. Saya tidak tahu kita yang mana, waktu kita dengar suara kenabian, apakah kita menjadi orang yang benci nabi lalu mau bunuh dia atau kita menjadi orang yang “tiap minggu kotbahnya juga begini”. Tapi ada kelompok yang mengatakan “ini orang makin berani bicara, saya akan bunuh dia”, mungkin tidak bilang bunuh, tapi mungkin bilang “saya akan pakai pengaruh saya di gereja untuk hantam kariernya.

Maka Yesus mengatakan “kamu akan bunuh saya hai Ahli Taurat, kamu akan membuat semacam persepakatan, kamu akan membuat skema, kamu akan membuat gerakan di Yerusalem untuk membunuh Anak Allah yang menjadi manusia. Tapi Ahli Taurat sudah dengar kalimat keras ini, mereka mengatakan “mari kita membuat kesepakatan untuk mencari kesalahan orang ini supaya waktu pengadilan muncul, kita bisa bunuh Dia”, mereka tetap keras hati. Kiranya Tuhan memberkati kita dengan pengertian yang membuat kita gentar, Allah kita mau mengoreksi kita. Kiranya kita menjadi orang yang rela dikoreksi, rela dibimbing oleh Tuhan dengan kalimat keras sekalipun untuk kembali kepada Tuhan. Dan kiranya Tuhan bangkitkan suara kenabian terus tidak pernah mati menyatakan kebenaran Tuhan sepanjang zaman.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkotbah)

Anak Manusia Dipermuliakan

(Yohanes 12: 20-33)
Bagian ini penting sekali dalam Injil Yohanes, karena Yesus datang ke Yerusalem untuk mendirikan kerajaan yang berbeda dengan kerajaan dunia ini. Ini kalimat yang Tuhan Yesus katakan di depan Pialtus, Pilatus bertanya “Engkau raja?”, Yesus mengatakan “untuk itulah Aku datang, tapi kerajaanKu bukan dari dunia ini. Seandainya KerajaanKu dari dunia ini, tentu pengikutKu sudah melawan”. Jadi Tuhan Yesus datang menyatakan KerajaanNya, tapi dia mengatakan KerajaanNya ini berlawanan dengan kerajaan dunia ini. Cara menyebarkannya berlawanan dengan cara memperbesar kerajaan dari dunia ini. Prinsip yang ada di dalamnya berbeda, berlawanan dengan prinsip yang ada di dunia. Itu sebabnya ketika Yesus masuk ke Yerusalem dan orang banyak meninggikan Dia, memuliakan Dia, Dia memberitakan kalimat ini, menyatakan kematianNya dalam sorotan Injil Yohanes. Yohanes memberikan sorotan yang sangat penting dalam bagian ini. Juga memberikan penjelasan mengapa Yesus begitu populer, mengapa waktu Dia masuk ke Yerusalem, semua orang mengagumi Dia. Apakah hal yang membuat Dia dikagumi? Dalam pasal 11, Yohanes menyatakan bahwa kebangkitan Lazarus itulah yang membuat Dia dikagumi. Yesus melakukan mujizat dan Yohanes menyusunnya dengan cara yang makin lama makin besar, mulai dari mengubah air menjadi anggur, sampai mujizat pasal 11 yaitu membangkitkan orang yang 4 hari sudah mati. Setelah itu masuk di dalam bagian akhir, mujizat yang paling besar, tanda yang paling mulia, adalah Yesus mati dan bangkit, inilah tanda yang paling besar. Jadi Injil Yohanes sedang mengarahkan kita untuk melihat Yesus dengan penglihatan atau pengertian yang makin lama makin besar. Ini unik sekali, Yohanes seolah-olah mengajak kita untuk melihat pelan-pelan selubung di mata kita dibuka. Dan dikatakan ada orang-orang Yunani, yang kita tahu ini adalah orang Yunani yang sudah menjadi penganut agama Yahudi, mereka minta bertemu dengan Tuhan Yesus, dan mereka cari Filipus karena Filipus dari Betsaida, di Galilea, ini daerah Galilea yang sangat familiar dengan budaya Yunani. Mereka bisa berbahasa Yunani dengan wajar dan Filipus adalah salah satu orang yang sangat fasih berbahasa Yunani, sehingga orang-orang Yunani ini datang ke Filipus lalu minta dipertemukan dengan Yesus. Ini merupakan hal yang sangat besar karena nama Yesus mulai terbuka, bangsa-bangsa lain akan datang kepada Mesiasnya Israel.

Ini tanda-tandanya sudah genap, Yesus dipuji oleh seluruh Yerusalem masuk dengan seekor keledai, bangsa lain datang, ini sudah penggenapan. Tetapi Yesus justru memberikan kotbah yang sangat berbeda dengan pengharapan para murid. Murid-murid datang memberitahu kepada Yesus “ada orang-orang Yunani mau ketemu”, Yesus tidak menjawab dengan mengatakan “sekaranglah saatnya Anak Manusia dipermuliakan, panggil orang Yunaninya ke sini”, tidak begitu. Di sini Yesus mengakui benar sekarang saatnya. Murid-murid mengatakan “sekarang saatnya, orang Yunani sudah datang”, Yesus mengatakan “betul, sekarang saatnya karena Aku akan dipendam, dikubur seperti biji dari gandum dipendam di tanah”. Ini mengejutkan sekali, tiba-tiba Yesus mengatakan “benar sekarang saatnya tiba, sebab biji gandum itu harus mati dan itu adalah Yesus”. Yesus mengatakan kalau Dia tidak mati, tidak akan menghasilkan banyak buah. Dia mati supaya buah itu muncul. Di sini kita melihat agungnya Kristus yang mengosongkan diri. Dia tidak hanya mengosongkan diri dengan menjadi manusia saja lalu mati bagi manusia, tapi Dia pun mempersiapkan pekerjaan besar baru terjadi setelah Dia. ini hal yang luar biasa, kapan buah dari pekerjaan Yesus menjadi nyata? Waktu Kristus sudah tidak ada di bumi. Saudara tidak akan menemukan catatan yang mengatakan Yesus menyebarkan Injil Kerajaan Allah ke Roma, Dia tidak pernah mengadakan perjalanan ke Roma, kalau iya, bukankah itu bagus sekali? Dia pergi ke Roma, ke istana kaisar, baru kemudian pergi ke senat, di sana melakukan mujizat. Ada orang yang macam-macam, diubah menjadi kusta, ada yang mati kemudian dibangkitkan, orang Roma kagum. Dia tidak pernah kerjakan apa pun untuk diriNya, “Aku harus mati supaya yang lain muncul dan menjadi buah yang besar”. Umat Tuhan akan dibangkitkan setelah Dia mati, setelah Dia menjadi korban. Ini prinsip yang indah sekali. Kalau misalnya kita cuma bisa dapat satu kesempatan belajar dari Kristus, mungkin hal ini yang harus kita prioritaskan, bagaimana mengosongkan diri demi buah itu muncul. Lalu setelah buah itu muncul, Yesus tidak pernah concern untuk mengingatkan orang-orang bahwa ini adalah Dia yang awalnya kerjakan. Kristus mati, dipendam, supaya nanti muncul buah. Murid-murid yang kerjakan. 40 hari Dia keliling, tidak pernah tunjukan kepada orang lain, hanya kepada murid-murid. Mungkin murid-murid mengatakan “akan lebih indah kalau Engkau menunjukan diri kepada Pilatus, kepada imam besar itu. Setelah Engkau bangkit, bisa tunjukan kepada orang-orang itu, bukankah itu lebih baik?”. Tapi Yesus hanya menunjukan diri kepada para murid dan mengatakan “engkaulah buahnya”, buah dari Dia yang dipendam. Konsep pengorbanan demi memberkati orang lain itu konsep original Kekristenan. Kalau Saudara dengar cerita yang ada pengorbanannya selalu jauh lebih menggerakkan dari pada cerita percintaan. Kalau Saudara nonton opera temanya percintaan, itu rendah sekali, tapi kalau nonton opera temanya hero, pahlawan, kerelaan orang berkorban demi orang lain, itu jauh lebih mulia.

Tapi di ayat 24 seolah-olah ada berita yang benar-benar beda dari pengharapan mereka. Ayat 25 lebih menakutkan lagi karena Yesus menginginkan mereka mengadopsi cara Dia. Yesus ingin umatNya mengadopsi cara Dia. Yesus bukan cuma menunjukan “saya mengerjakan ini, silahkan kamu nikmati”, Yesus mengatakan “ini yang Aku kerjakan, engkau harus kerjakan”. Di dalam ayat 25 dikatakan “barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal”. Tadi kita sudah membahas tentang nyawa, tentang hidup, Yesus tidak memaksudkan orang harus rela mati demi mati itu sendiri. Mati itu gampang, kalau Saudara tidak percaya tunggu saja, kalau tidak besok, 30 tahun,mati itu gampang, Saudara akan merasa lebih sulit bertahan hidup dari pada mati. Barang siapa mencintai nyawanya, kehidupan dan segala maknanya, dia akan kehilangan. Barang siapa kehilangan, dia akan mendapatkan. Jadi ini bukan sekedar hidup, tapi hidup yang ada makna. Ini paralel dengan yang dikatakan Yesus di dalam Matius, ketika Petrus tanya “kami sudah tinggalkan semua demi Engkau, apa yang kami dapat?”, Yesus mengatakan “jika seorang meninggalkan rumahnya, ladangnya, keluarganya, demi Injil Kerajaan Allah, dia akan peroleh kembali berkali-kali lipat”. Ini janji Tuhan, kalau Saudara tinggalkan demi Injil akan dapatkan berkali-kali lipat. Tapi orang yang tinggalkan demi Injil adalah orang yang tidak berharap akan dapat berkat berkali lipat, ini pengertian yang harus kita lihat. Matius sangat teliti dengan penggunaan kalimat. Jadi siapa yang meninggalkan uang demi Injil akan mendapatkan berkali-kali lipat. Kalau begitu apakah teologi sukses benar? Tidak benar, karena orang yang tinggalkan uang demi dapat uang tambahan, itu bukan orang yang tinggalkan uang demi Injil. Orang yang tinggalkan uang demi Injil adalah orang yang sudah siap “saya tidak suka ini, saya lebih suka Injil. Uang ini saya buang demi dapat ini”, ini yang justru dapat. Bisa lihat bedanya kan. Jadi ini bukan perkataan dari orang yang meninggalkan sesuatu supaya dapat lagi, maka Yesus bilang “jika engkau meninggalkan segala sesuatu demi Injil, engkau akan dapat lagi”, tapi harus tinggalkan segala sesuatu bukan demi dapat lagi, inilah yang akan dapat lagi. Dapatkah Saudara mengerti? Demikian juga di bagian ini, barang siapa kehilangan nyawanya itu bukan sekedar mau bunuh diri, ayat ini mungkin disenangi oleh orang yang depresi tingkat tinggi “mati itu menyenangkan? Bunuhlah saya, saya sudah bosan hidup”, bukan. Jadi dia sudah siap hati untuk kehilangan nyawanya, meskipun tidak mati. Tapi Tuhan pulihkan, Tuhan berikan. Ini yang dimaksud dengan barang siapa tidak rela hilang, dia tidak akan bisa menikmati. Tapi Saudara tidak boleh deal dengan Tuhan dengan untung rugi.

Ayat 26 “barang siapa melayani Aku, ia harus mengikuti Aku”, Yesus tidak mencintai nyawaNya, maka Bapa membangkitkan Dia dan berikan tempat yang paling tinggi. Apakah waktu Tuhan Yesus datang ke dalam dunia, motivasinya adalah ditinggikan? “mengapa engkau datang ke dalam dunia hai Yesus Kristus?”, “karena BapaKu sudah janji kalau Aku mau datang, rela disalib, mati, nanti Dia bangkitkan, lalu Dia taruh Aku di tempat yang paling tinggi. Itu yang Aku kejar”. Yesus ngomong begitu? Tidak mungkin, Dia tidak peduli kemuliaan diriNya. Dari poin pertama Dia melayani di bumi sampai Dia diangkat oleh Bapa, sampai Dia ditinggikan di bumi ini, Dia tidak pernah ada concern untuk memuliakan diriNya. Saya mau ajak Saudara, kita semua untuk bersiap mengikuti Yesus, punya kerelaan hati untuk berada di tempat Kristus berada. Mari kita belajar melihat ini lebih penting dari pada apa pun. Bagaimana melayani Yesus itu berarti mengimitasi apa yang Dia sudah kerjakan di dalam hal ini, yaitu rela kehilangan demi yang lain dapat. Rela dipendam, demi yang lain menghasilkan buah. Kalau kerelaan ini tidak ada pada diri kita, kita tidak bisa menjadi pelayan yang baik. Maka pada ayat 27 dikatakan “sekarang jiwaku terharu dan apakah yang Aku katakan Bapa selamatkanlah Aku dari saat ini”, Yesus bergumul tapi Dia memutuskan untuk Bapa mempercepat waktunya. Jadi di sini Yesus menyatakan bahwa diriNya begitu penuh dengan beban berat “haruskah Aku minta Allah meluputkan Aku atau tidak?”, tapi Yesus mengatakan “tidak, untuk itulah Aku datang pada saat ini”.

Dalam ayat 28 dikatakan “Bapa muliakanlah namaMu”, kalimat ini menyimpulkan pergumulan Yesus di ayat sebelumnya. Di ayat sebelumnya Yesus mengatakan “haruskah Aku berkata Bapa selamatkanlah Aku”, tapi bagian selanjutnya Dia mengatakan “tidak, untuk ini Aku datang, maka Bapa permuliakanlah namaMu”. Di sini Bapa menjawab dengan mengatakan “Aku telah memuliakanNya dan Aku akan memuliakanNya lagi. Permuliakanlah namaMu”. Apa itu kemuliaan Allah? Segala sesuatu adalah untuk kemuliaan Allah, tapi kemuliaan Allah itu apa? Ada kotbah dari Paris Reidhead, saya dulu dengar tahun 2010, dia kotbah Ten Shekels and a Shirt, jadi kotbah dari seorang Lewi di Kitab Hakim-hakim, dia mau melayani di tempat yang membayar lebih banyak, akhirnya dia dibayar oleh satu keluarga, dia menjadi imam di situ dan dibayar. Di kotbah itu dia mengatakan orang liberal memanfaatkan Tuhan untuk kehidupan damai di sini. Tuhan akan membuat damai, membuat kita saling menerima, membuat kita cocok satu dengan yang lain, membuat tidak ada lagi permusuhan, pokonya tenang, Dialah yang akan membuat itu. Jadi Dia adalah sarana perdamaian di bumi tujuannya. Tapi orang Injili juga salah, karena kita memanfaatkan Yesus untuk sorga. Mengapa engkau percaya Yesus? Karena saya ingin masuk sorga. Jadi Yesus itu siapa? Yang antar saya ke sorga. Jadi yang penting Yesus atau sorga? Sorga. Yesus gunanya apa? Antar ke sorga. Sorgalah tujuan, Yesus sarana, sorgalah sasaran, Yesus yang antar. Jadi sorga yang penting, Yesus sarana, kalau bukan Dia sarananya, kita pakai yang lain. Ini adalah pengkhianatan, menurutnya. Kita tidak dipanggil menjadi orang seperti itu, kita bukan orang-orang yang menikmati hal lain lalu suruh Tuhan menjadi yang melengkapi untuk kita memperoleh hal itu. Maka di dalam pengertian di kotbah itu, Reidhead mengatakan segala sesuatu adalah untuk kemuliaan Tuhan, itulah yang menjadi tujuan final, kemuliaan Tuhan. Mengapa saya hidup? Untuk kemuliaan Tuhan, mengapa saya melayani? Demi kemuliaan Tuhan. Mengapa Kristus rela mati? Demi kemuliaan Tuhan. Tapi kalau kita tanya apa itu kemuliaan Tuhna? Kalau kemuliaan Tuhan itu begitu penting, bagaimana mendefinisikan ini. Sebenarnya konsep yang ada di balik pengertian kemuliaan Tuhan, itu ada di dalam tulisan para rabi, disebut shekinah. Shekinah adalah pernyataan kemuliaan Tuhan yang ada bersama dengan umatNya. Dalam Bahasa Ibrani, kata yang dipakai untuk tebernakel itu kata yang sama secara huruf konsonan dengan shekinah. Berarti antara pernyataan kemuliaan dan berdiamnya Tuhan bersama manusia itu adalah hal yang sama. Jadi ketika kita mengatakan “permuliakanlah namaMu”, ini berarti Tuhan hadir bersama umatNya, itulah kemuliaanNya. Maka di sini dikatakan “Bapa permuliakanlah namaMu”, maksudnya adalah segera datang nyatakan kemuliaanMu di tengah umatMu. Bagaimana mungkin itu bisa? “matikan Aku di kayu salib”. Jadi kalimat “permuliakanlah NamaMu”, ini berarti Yesus sedang mengatakan “percepat waktunya supaya Aku segera disalib”, Yesus sudah tidak sabar mau mati atau apa? Yesus bukan tidak sabar mau mati, Yesus tidak sabar Allah mengunjungi umatNya dan menyatakan kemuliaanNya bersama-sama umatNya. Yesus sangat ingin umat Tuhan menikmati Allahnya, dan Allahnya disenangkan oleh umatNya, dan untuk itu Dia harus mati di kayu salib. Maka Yesus mengatakan “segera nyatakan saat itu”. Yesus rela datang ke kayu salib karena Dia tahu akibatnya, buah yang akan dihasilkan adalah kemuliaan Tuhan di tengah-tengah umatNya. Tapi coba lihat waktu Allah menjawab Dia “Aku telah memuliakanNya, dan Aku akan memuliakanNya lagi”.

Ayat 29 ada dua respon. Respon pertama mengatakan “itu suara guntur”, yang kedua mengatakan “itu malaikat”, tidak ada dari mereka yang tahu ini adalah suara Allah. Mengapa dibilang ini suara guntur? Yohanes mau mengatakan bahwa orang buta tetap buta dan orang tuli tetap tuli sampai akhirnya. “Sudah dengar Tuhan berfirman?”, “tidak”, “yang kamu dengar apa?”, “guntur”, jangan-jangan Saudara dengar kotbah pun begitu. Mengapa tidak peka? Karena memang sudah terbiasa untuk tidak mendengar suara Tuhan. Ini tema yang beberapa kali diulang di Yohanes. Ada orang yang tidak terbiasa mendengar Tuhan, sehingga Tuhannya berbicara, itu asing buat dia, mirip suara guntur saja. Ini kelompok pertama. Kelompok kedua mengatakan mereka dengar ada suara, tapi menurut mereka ini adalah suara malaikat. Suara malaikat berbicara dengan Yesus. Kalau benar malaikat yang berbicara keras seperti ini, berarti kiamat sudah dekat, sudah akan jadi. Jadi ketika mereka mengatakan “malaikat berbiara dengan Dia”, ini kalimat yang menunjukan merek pikir waktunya sudah tiba, kemuliaan akan dinyatakan. Tapi bagi Yesus dua ini sama sesatnya, yang satu mendengar suara seperti guntur, yang satu mengatakan “ini saatnya kerajaan Allah dinyatakan, malaikat berseru”, tapi Yesus mengatakan keduanya tidak benar. Yang benar adalah muridNya. Maka di dalam ayat selanjutnya dikatakan “ini terjadi karena kamu hai murid-murid, bukan karena Aku”. Jadi murid-murid yang bisa mendengar suara Bapa, menyetujui AnakNya, mengatakan “ini AnakKu, engkau harus mendengarkan dan Aku akan mempermuliakan namaKu melalui engkau”. Di sini Yesus sedang menyatakan bahwa orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan akan melihat penggenpaan rencana Tuhan di dalam diri Kristus dan dia akan peka melihat waktu itu terjadi, akan tahu. Tuhan akan bukakan pada sekelompok orang ini.

Kemudian Yesus menyatakan lagi kalimat yang begitu agung, di ayat 30 dan 31 dikatakan “sekarang berlangsung penghakiman dan penguasa dunia akan dilempar keluar”, karena Yesus ditinggikan. Kematian Yesus dijelaskan di sini, Dia akan ditinggikan dari bumi, di paku di atas kayu salib. Dan dengan jalan ini Dia akan kumpulkan semua orang milikNya, yang diberikan Bapa kepadaNya, yaitu semua orang yang akan mendengar suara Bapa, orang yang akan mengerti apa yang Allah sedang lakukan, dan orang yang akan meneladani Dia. Di ayat 26 dikatakan “ikut Aku, dimana Aku berada engkau harus berada dan layani Aku”. Kalau Saudara melayani Yesus, Alkitab mengatakan Bapa menghormati Saudara. Ini kalimat yang luar biasa, mengapa Allah yang begitu agung mesti menghormati manusia? Tetapi Allah yang agung itu menghormati kita karena kita menghormati AnakNya, karena kita mengerjakan apa yang AnakNya mau, karena kita melakukan apa yang AnakNya lakukan dan kita meninggikan nama Dia. Maka inilah yang Tuhan tuntut, ada orang-orang yang mengerti siapa Tuhan Yesus dan mulai mengikuti teladanNya, kemudian mulai menyebarkan berita tentang siapa Dia. Dan dipakai sepenuh-penuhnya untuk mengerjakan apa yang Tuhan mau. Inilah orang-orang yang Tuhan bangkitkan, inilah orang-orang yang Tuhan pilih untuk melayani gereja Tuhan.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkotbah)

Bukan Mencari Kebanggaan Diri

(Lukas 11: 37-44)
Untuk memahami ayat 37-54, kita mesti mengerti dulu apa yang menjadi latar belakang orang Yahudi. Apa yang dimaksudkan oleh orang Farisi ini? Mengapa dia mengundang Tuhan Yesus makan? Lalu waktu Yesus tidak cuci tangan, dia marah. Apakah karena tidak cuci tangan maka dia ingin membunuh Yesus? Mengapa cuci tangan? Bagi orang Yahudi makan bersama itu punya beberapa pengertian yang kita harus tahu dulu. Dan mengapa kita mesti tahu? Karena kita adalah umat Tuhan, kita lanjutkan apa yang Tuhan kerjakan melalui Israel. Sekarang Tuhan bekerja tidak pakai Israel secara fisik, sekarang Tuhan bekerja pakai Israel rohani yaitu kita, dan Tuhan melanjutkan pekerjaanNya sejak awal. Karena itu kita mesti tahu dulu apa yang mereka maksudkan ketika mereka mengadakan makan bersama. Yang pertama, orang Israel makan bersama untuk mengakui bahwa Tuhan memberikan berkatNya untuk dinikmati bersama, bukan untuk individu. Aspek kedua, ini adalah aspek yang lebih menekankan keadilan, keseimbangan. Waktu umat Tuhan menikmati makan, mereka melakukan makan bersama supaya tidak ada yang kurang. Jadi mereka mau memastikan di dalam makan bersama tidak ada yang lapar. Saya menikmati makanan dan saya pastikan di dalam komunitas ini tidak ada yang lapar, semua dapat. Ini sebabnya ada makan bersama. Ketiga, makan bersama menunjukan siapa temanku, siapa yang bukan. Keintiman makan bersama adalah keintiman di dalam identitas “saya adalah umat Tuhan, begitu juga orang-orang yang bersama-sama di dalam komunitas yang makan bersama ini”. Lalu yang keempat, makan bersama itu berkait dengan eskatologi. Orang Yahudi mempunyai konsep bahwa pada zaman akhir nanti, ketika Tuhan datang dan memulihkan kerajaanNya, Dia akan mengundang orang-orang Israel untuk makan. Tapi tidak semua diundang, hanya yang setia. Kalau kita belajar untuk menerapkan 4 konsep ini, baru terasa bahwa persekutuan makan itu lebih indah dari pada yang kita kenal selama ini.

Tapi ada problem, yaitu kalau makan itu penting dan makan bersama menunjukan identitas umat Tuhan, berarti yang bukan umat tidak boleh ikut, yang bukan umat tidak boleh berbagian. Itu sebabnya orang Yahudi sangat anti makan bersama dengan orang non-Yahudi. Orang Yahudi tidak boleh masuk ke rumah orang kafir, orang Yahudi tidak boleh makan satu meja dengan orang non-Yahudi, orang Yahudi hanya boleh makan satu meja dengan orang Yahudi, karena makan itu sangat menyatakan identitas orang Israel. Jadi identitas umat Tuhan itu sangat ditunjukan lewat apa yang mereka makan dan dengan siapa mereka makan, dua hal ini tidak bisa dipisah. Itu sebabnya mereka tidak berbagi persekutuan makan dengan orang bukan Yahudi. Tapi Yesus sudah menyatakan perjamuan makannya itu bukan perjamuan makan biasa, melainkan diriNya sendiri di dalam Perjamuan Kudus. Jadi Perjamuan Kudus menggenapi konsep makan bersamanya orang Yahudi, ini pengertian yang sangat penting untuk kita ketahui. Saudara lost konsep ini, banyak pengertian di Alkitab yang Saudara tidak mengerti, akhirnya tafsirkan secara ngaco dan bagikan sesuatu yang tidak dimaksudkan oleh Kitab Suci. Jadi mengapa Perjamuan Kudus hanya untuk orang yang sudah dibaptis atau sudah sidi yang boleh ikut? Karena inilah penggenapan makan bersama itu. Maka orang Farisi ini mengundang banyak orang, ada beberapa Ahli Taurat, semua satu per satu membasuh tangan, giliran Yesus, Dia langsung masuk. Semua orang kaget. yang paling kasihan adalah murid-murid “kita bagaimana? Cuci jangan? Kalau tidak cuci akan dimarahi tuan rumah, kalau cuci dimarahi Yesus. Lebih takut dimarahi Yesus, jadi masuk saja”, jadi mereka juga tidak cuci tangan. Maka pemilik rumah ini heran “kok berani orang ini tidak cuci tangan”. Jadi ini bukan sekedar sehat atau tidak sehat, tapi ini sekedar “kamu menghargai saya sebagai remnant atau bukan”.

Yesus mau memberikan pesan baru “kamu bukan umat remnant itu jika kamu masih gagal menjalankan apa yang Taurat tuntut”. Ini prinsip yang Yesus mau bagikan “kamu bukan orang sisa itu, kamu justru orang yang dibilang celaka oleh Tuhan. Karena kamu tidak menjalankan apa yang harusnya dijalankan oleh orang remnant”. Orang ini melihat Yesus dan marah, tapi dalam hati. Lalu Yesus mulai mengatakan, di ayat 39 “tapi Tuhan berkata kepadanya, kamu orang-orang Farisi, kamu membersihkan bagian luar dari cawan dan pinggan, tapi bagian dalammu penuh rampasan dan kejahatan”, ini adalah praktek yang ditulis dalam Imamat 11 dan 15. Perangkat makan, kalau perjamuan makan, semuanya harus bersih. Yesus kalau memberikan ilustrasi tidak pernah lari dari konteks, kalau Dia sedang memarahi orang dalam konteks makan, Dia akan pakai contoh-contoh di dalam peralatan makan. Di dalam Imamat 11 dan 15, itu ada aturan tentang yang haram dan halal, yang najis dan tidak. Saya awalnya bingung mengapa Imamat penuh dengan pernyataan “ini najis, ini najis”, banyak sekali yang dinajiskan. Mengapa banyak sekali pernyataan najis? Sebenarnya yang Taurat mau tekankan itu bukan najisnya tapi pemulihannya. Jadi Tuhan sedang mengajarkan akan ada kelompok yang nanti akan dipanggil, mereka tadinya najis tapi kamu harus belajar menerima. Ini yang mau ditekankan, meskipun di dalam Taurat dikatakan “orang yang sakit kusta mesti diusir keluar perkemahan, tapi ada masa dimana mereka pulih, mereka harus disambut kembali”, inilah tekanannya. Jadi tidak ada orang yang dinyatakan najis tanpa ada pemulihan, “setelah kamu bersih, basuh dirimu dan kamu kembali ke dalam umat Tuhan”. Mereka melakukan tindakan luar, membasuh tapi dirinya tidak dibasuh. Ini adalah ajaran yang mirip dengan ajaran di kitab para nabi, di dalam Yeremia, Yesaya, Yehezkiel, 3 nabi yang menekankan satu hal yaitu sunat hati. Mengapa orang tidak nyaman membicarakan sunat? Karena ini adalah hal yang memalukan, hal yang kotor dan hal yang menjijikan. Tidak ada seorang pun yang meskipun dia bangga dirinya bersunat, dia tidak akan pamerkan tanda sunatnya. Jadi meskipun saya sebagai kelompok bersunat adalah orang mulia, tapi tanda yang Tuhan pakai begitu hina dan mempermalukan. Karena tadinya umat Tuhan adalah orang berdosa, sekarang boleh dipulihkan, tadinya penyembah berhala sekarang dipanggil, tadinya orang duniawi sekarang dipanggil, tadinya begitu bobrok sekarang dipanggil.

Bagaimana membuang diri yang lama? Simbolnya ada pada sunat. Sampai kapan simbol ini? Sampai yang menggenapi simbol ini muncul, yaitu Kristus. Dan Kristus datang menjadi penggenap dari lambang sunat, Dialah yang dipermalukan itu. Dialah yang dijadikan kotor itu, Dialah yang meneteskan darah. Sunat melambangkan hal yang memalukan, hal yang kotor dan darah. Demikian Kristus menjadi yang dipermalukan, yang diberikan kotoran kita, dosa kita, dan Dia meneteskan darahNya, mencurahkan darahNya di atas kayu salib. Jadi Dialah penggenap sunat itu. Tapi peraturan ini menjadi satu pendorong yang penuh gairah bagi orang yang rela lakukan. Inilah cara membedakannya. Maka Yesus mengatakan “kamu bersihkan di luar untuk apa? kamu kerjakan secara kelihatan untuk apa? apakah engkau mengerjakan karena cintamu kepada Tuhan atau kamu kerjakan untuk menutupi dalammu yang kotor?”. Di sini Yesus mengatakan “kamu seperti alat makan yang kotor, yang kalau dibersihkan di luar, dalamnya itu penuh dengan makanan, yang meskipun halal tapi hasil rampokan”, di sini dikatakan “penuh rampasan dan kejahatan”. Ini satu ilustrasi lagi yang sering diperdebatkan para rabi. Para rabi banyak perdebatan-perdebatan yang intinya dipakai Yesus untuk sindir mereka. Jadi mereka pernah berdebat “kalau ada piring penuh dengan makanan haram dan piring yang lain penuh dengan makanan lain hasil rampokan. Mana yang boleh dan yang tidak boleh?”, pasti kedua-duanya tidak boleh, yang satu meskipun halal tapi hasil rampokan, pasti haram jadinya. Maka Yesus mengatakan “memang kamu makan makanan halal tapi hasil dari merampok”. Yesus mengatakan “kamu itu orang-orang yang membersihkan di luar, tapi dalamnya tidak harus bersih”. Di ayat 41 Dia mengatakan “berikanlah isinya sebagai sedekah, persembahkan hatimu. Jika engkau mempersembahkan hatimu, maka semuanya menjadi bersih bagimu”. Taurat yang lain akan dikerjakan dengan rela karena hati yang dipersembahkan. Mengapa orang Farisi gagal melakukan ini? Karena mereka menjalankan Taurat demi menekankan betapa hebatnya mereka sebagai kaum pilihan. Ini ironis, karena usaha mereka untuk membuktikan bahwa diri mereka kaum pilihan, membuat mereka menjalankan tugas yang tidak dengan sepenuh hati mereka kerjakan.

Apa tandanya kaum pilihan? “Rajin ibadah”, “kalau begitu rajin ibadah dong, jangan malas”, “ya terpaksa ibadah”, ini namanya menunjukan diri sebagai remnant dengan cara praktek luar. Maka Tuhan Yesus menegur orang Farisi karena mereka adalah orang-orang yang memperhatikan ekspresi di luar dari sesuatu yang tidak ada di dalam. Maka mereka makin menunjukan diri sebagai orang pilihan dan makin menghina yang lain. Itu sebabnya di ayat 42 Yesus mulai mengatakan “celaka”, “celaka” ini harusnya diberikan pada yang kafir, Israel yang hidup secara kafir. Tapi Tuhan justru mengatakan kepada yang mengklaim diri sebagai remnant, sebagai kaum sisa. Yesus mengatakan “celakalah kamu hai orang Farisi, sebab kamu membayar persepuluhan tetapi mengabaikan keadilan dan kasih Allah”. Persepuluhan adalah hal yang dikhususkan dan ini sangat tegas sekali di kitab suci. Kata yang dikhususkan, itu sangat Tuhan perhatikan. Ada hal yang Tuhan khususkan untuk Bait Suci, ada yang Tuhan khususkan untuk imam, ada yang Tuhan khususkan untuk ditumpas. Yang dikhususkan diambil, itu dosanya besar sekali, harus dihukum mati. Jadi mengambil yang Tuhan khususkan itu hukumannya mati. Itu sebabnya Akhan dilempar batu sampai mati, lalu dibuatkan tugu peringatan, inilah Akhan yang sudah mengambil barang-barang yang dikhususkan oleh Tuhan. Jadi dikhususkan itu sesuatu yang penting sekali. Ini bukan main-main, perpuluhan itu bukan kerelaan Saudara. Ini adalah sesuatu yang Tuhan berikan dengan anugerah untuk kita dapatkan untuk kita berikan, jadi ini numpang lewat di kita. Mengapa numpang lewat? Karena Tuhan ingin kita dapat bagian dalam memberi. Jadi ada orang-orang yang setia seperti ini, setia bukan karena mau buang kutuk, karena mereka tahu ini dikhususkan untuk Tuhan. Tapi orang-orang Farisi itu celaka karena mereka memberi perpuluhan dengan mengabaikan keadilan dan kasih. Mereka tidak pernah peduli orang yang miskin, tidak peduli orang yang sulit, mereka tidak pernah peduli orang pinggiran di Israel. Dan ini yang Tuhan tuntut ada pada diri orang Farisi, “kamu begitu setia kepada perpuluhan, harap kamu setia karena kamu begitu peduli dengan keadilan dan belas kasihan. Kamu begitu peduli dengan orang asing di daerahmu yang tidak tahu mau makan apa. Kamu begitu peduli dengan orang yang kurang. Kalau ini ada padamu, silahkan, tunjukan kesetiaanmu itu dalam perpuluhan dan banggakan itu kalau mau. Tetapi ini adalah orang-orang yang tidak peduli apa pun kecuali praktek, “saya sudah kerjakan ini. Beres”. Orang-orang yang tidak pernah rugi untuk orang lain, meskipun sedikit tidak apa-apa asal untung, ini orang yang punya mental begitu kotor. Maka Tuhan mengatakan kamu mengabaikan keadilan dan kasih Allah, keadilan di dalam perpuluhan dan persembahan.

Lalu ayat 43 “celakalah kamu sebab kamu suka duduk di tempat terdepan rumah ibadat”, ini bukan menyindir yang duduk di depan. Orang sering duduk di belakang, lalu ketika diminta oleh usher “pak, mohon isi yang depan dulu”, lalu mengatakan “hai usher, pernahkah kamu membaca Lukas 11:43, celaka kalau duduk di depan, kamu mau mencelakakan saya?”, bukan. Orang-orang yang datang beribadah, yang di depan itu adalah orang yang akan membacakan firman atau orang-orang yang dianggap penting, jadi ada kursi pentingnya. Dan orang-orang Farisi merasa dirinya kelompok spesial itu dan harus duduk di tempat yang penting dan dihargai. Jadi ini masalah penghargaan, apakah engkau menghargai saya, kalau di dalam ibadah saya tidak dihargai, saya bisa marah “mengapa engkau tidak hargai saya? Tidak tahukah kamu siapa saya?”. Ini yang dimaksudkan, orang yang mencari penghormatan karena aku remnant, aku mau dihormati. Ini prinsip yang salah, karena kaum remnant itu justru yang seringkali jadi yang tertindas, dihina, tapi mereka tetap mendoakan orang mayoritas yang menindas mereka. Ayat 44 “celakalah kamu sebab kamu sama seperti kubur yang tidak memakai tanda”. Bagi orang Yahudi, kubur adalah hal yang najis, tidak boleh jalan di atas kuburan, tidak boleh tinggal di dekat kuburan. Karena kematian adalah hal yang sangat mengacaukan pekerjaan yang Tuhan mau kerjakan dalam diri manusia. Upah dosa adalah maut dan ketika orang sudah mati itu dianggap sebagai keadaan yang sudah terpisah dari bahagia yang Tuhan nyatakan di bumi. Tuhan mau nyatakan banyak bahagia di bumi dan orang mati sudah tidak berbagian lagi. Itu sebabnya di dalam Perjanjian Lama, kematian adalah hal yang sangat negatif, berbeda dengan Perjanjian Baru, dimana kematian itu dilihat sebagai sesuatu yang memberikan pengharapan baru. Maka di dalam pengertian orang Perjanjian Lama, kuburan adalah hal yang najis. Dan yang paling najis lagi adalah kuburan yang tidak ada tanda. Dan ini pun menjadi perdebatan, “kalau saya berjalan di atas kuburan, saya najis. Tapi kalau saya jalan di tempat yang tidak diketahui di dalamnya ada orang pernah dikubur, najis tidak?”, ini ada perdebatan lagi, ada kelompok yang bilang “tidak, misalnya ada perang orang Israel mati, lalu dikubur di satu tempat. Jadi orang Yahudi aneh-aneh saja, semua diperdebatkan. Bahkan dihari Sabat apa yang boleh dan tidak itu pun diperdebatkan. Dulu orang-orang Yahudi ada perjalanan Sabat yaitu orang tidak boleh berjalan lebih dari 1km, kalau sudah lebihitu melanggar Sabat. Banyak orang Kristen sekarang yang kebablasan sok Yahudi-yahudian, Banyak di antara kita yang tidak mengerti antara penggenapan Kristus dan aplikasi Taurat, kita masih perlu sekali belajar. Di dalam bagian ini kuburan adalah hal yang najis, tidak boleh lewat di atasnya, dan Yesus mengatakan “kamulah itu, karena orang tidak tahu kamu didalamnya mati, kamu di dalamnya kotor dan penuh kenajisan. Luarnya kelihatan begitu bagus maka kamu seperti kubur”.

Di sini Yesus menyatakan bahwa kaum remnant yang dipahami oleh orang Farisi salah total. Ini bukan kaum eksklusif yang lebih baik dari yang lain, ini adalah kaum eksklusif yang memang lebih baik dari yang lain tapi rela sama dengan yang lain di dalam cara hidup dan di dalam menghidupi sehari-hari, ini bedanya remnant dan orang Farisi. Orang Farisi merasa diri remnant lalu mengundang orang dan mengatakan “ayo basuh tangan, karena kita ini kaum spesial”, tapi itu bukan yang Yesus ajarkan. Di dalam Lukas 22 Yesus merombak caranya lalu beri tahu yang baru “inilah perjamuan yang sejati”. Apa perjamuan yang sejati? Hanya umat pilihan yang boleh datang, waktu itu Yudas sudah tidak ada. Lalu Yesus mulai memecahkan roti dan Dia mengatakan “perbuatlah ini untuk mengingat Aku”, perbuatan memecahkan roti. Yesus mengatakan roti itu adalah tubuhNya, “Aku pecahkan tubuhku demi komunitas, maka kamu harus mengingat Aku dengan cara rela memecahkan tubuh demi kepentingan orang lain”. Jadi inilah bedanya kaum remnant-Nya Yesus dengan kaum remnant orang Farisi. Kaum remnant Farisi adalah kelompok yang lebih baik dari yang lain. Kelompok remnant Tuhan Yesus adalah kelompok yang lebih baik dari yang lain tapi rela hancur demi yang lain, ini bedanya. Kalau Saudara sama dengan dunia, tidak perlu dibilang lagi. Yang lebih baik dari dunia, tapi rela sama, itu boleh ngomong. Jadi siapakah kaum pilihan? Siapakah umat sisa? Umat sisa adalah orang yang lebih baik dari dunia ini tapi diperlakukan sama dengan dunia ini. Orang yang lebih baik dari dunia ini tapi tidak dapat kemuliaan yang lebih dari dunia ini, orang yang rela memecahkan dirinya demi dunia ini. Harap kita menjadi komunitas yang demikian. Saudara dan saya mempunyai identitas di dalam Kristus, bukan dari dunia ini. Dan sebagai umat yang dipilih Kristus, biarlah kita menjadi satu dengan Dia di dalam kerelaan mengerjakan apa yang perlu untuk kebahagiaan dunia ini. Tidak ada keangkuhan sama sekali, tidak ada kerinduan untuk ditinggikan. Yang ada adalah kerinduan supaya orang lain dibangkitkan, dimurnikan dan menjadi baik di hadapan Tuhan.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkotbah)

Apa itu Tanda Yunus?

(Lukas 11: 29-36)
Ayat 29, Yesus mengatakan kepada orang banyak “angkatan ini adalah angkatan yang jahat, mereka menghendaki suatu tanda”. Ini adalah respon Tuhan Yesus dari ayat yang ke-16. Jadi ayat ke-16 Yesus mengusir setan dari kuasa penghulu setan, di ayat 16 dikatakan ada orang juga yang minta tanda dari sorga kepadaNya untuk mencobai Dia. Ini orang yang masih minta tanda meskipun Yesus sudah memberikan tanda. Di dalam Injil Lukas, setelah Yesus mengusir setan masih ada orang yang masih minta tanda, “mana tandanya kalau Engkau kami layak percaya?”. Di dalam Injil Yohanes ada orang yang masih minta tanda, padahal Yesus baru selesai memberi makan 5.000 orang dengan 5 roti dan 2 ikan. Jadi sudah ada 5.000 orang makan roti lalu sisa 12 keranjang, lalu mereka masih bilang kepada Tuhan Yesus “berikan kami tanda supaya kami tahu bahwa Engkau memang harus kami percaya”. Jadi mereka terus minta tanda di tengah-tengah Yesus memberikan tanda. Bayangkan betapa degilnya orang-orang Yahudi ini, andaikan Yesus tidak kerjakan apa pun, tidak memberikan suatu tanda, tidak memberikan mujizat dan lain-lain, lalu mereka protes. Apa yang kurang? Tidak ada yang kurang, tapi orang-orang itu gagal memahami tanda dari Kristus, karena mereka memahami tanda dengan cara yang salah. Itu sebabnya untuk mengetahui mengapa mereka masih meminta tanda, kita harus tahu dulu apa pengertian tanda di dalam kebiasaan orang Israel atau di dalam konsep mereka. Orang Israel percaya tanda itu diberikan Tuhan sebelum mereka bebas dari perbudakan atau sebelum mereka membalas kejahatan bangsa yang menindas mereka. Ingat waktu Tuhan memberkati Israel dengan firman, pernyataan, perjanjian, ketika Tuhan membangkitkan Musa lalu mengatakan “Tuhan Allahmu, Allah Ishak, Allah Yakub, memimpin kamu keluar dari Mesir dan memimpin kamu keluar”. Orang Israel melihat berbagai mujizat, mereka melihat bagaimana Tuhan menghantam Mesir dengan 10 tulah, mereka melihat bagaimana Tuhan pimpin mereka di padang gurun dengan berbagai mujizat. Waktu mereka haus, Tuhan memberikan air dari batu karang, waktu mereka lapar, Tuhan turunkan benih roti dari sorga. Jadi tidak ada yang kurang waktu Tuhan pimpin Israel dan mujizat yang Tuhan berikan itu begitu limpah, limpah luar biasa. Mereka mulai belajar ternyata Tuhan memberikan tanda-tanda hebat ini kalau Tuhan mau konfirmasi umatNya, mau panggil umatNya, mau mengangkat umatNya dan merendahkan bangsa-bangsa lain. Jadi ketika Tuhan mengangkat umatNya dan merendahkan bangsa lain, Tuhan akan memberikan tanda.

Ini juga sama ketika orang Israel ada di pembuangan di Babel, berkali-kali Tuhan menyatakan kepada Yesaya bahwa Dia akan menyatakan tanda, akan ada tanda besar. Bahkan dalam kitab nabi-nabi kecil pun berkali-kali Tuhan menyatakan ada banyak tanda-tanda, “kamu akan melihat bulan menjadi seperti darah”, dan lain-lain. Tanda yang luar biasa akan Tuhan berikan karena Israel sudah akan dipulihkan. Jadi inilah pengertian tanda yang mereka sudah tahu, kalau Tuhan sudah berikan tanda-tanda, berarti Tuhan akan angkat umatNya dan jatuhkan bangsa lain. Mesir dihancurkan, Israel diangkat. Babel dihancurkan, Yehuda kembali, Israel dipulihkan disatukan kembali di bawah Kerajaan Sang Anak Daud. Jadi mereka sudah terlatih melihat bangsa mereka, Israel yang paling Tuhan kasihi, dan Tuhan ijinkan mereka menderita untuk sekian lama sampai nanti saatnya tiba Tuhan akan pulihkan dan mengatakan “sudah cukup penderitaanmu, sekarang Aku akan kembalikan engkau ke dalam tempat yang seharusnya. Aku akan tempatkan engkau di tempatmu yang seharusnya. Dan seluruh bangsa lain akan dihancurkan”, ini yang mereka ketahui tentang tanda. Jadi waktu Yesus sudah memberikan tanda, mereka minta lebih. “TandaMu apa?”, “sembuhkan orang sakit”, “tandaMu apa?”, “memberi makan 5.000 orang”, “kurang, karena Engkau harus melakukan tanda yang lebih besar sampai heboh luar biasa”, kalau perlu sampai matahari menjadi gelap, bulan menjadi darah, langit jadi warna pelangi atau apalah, pokoknya ada tanda luar biasa besar menunjukan Israel ini akan ditaruh di tempat yang semestinya. Ini satu seruan, satu teriakan dari orang Israel kepada Tuhan. Mereka mengatakan “Tuhan, pulihkan kami, kami tidak mau hidup dengan cara seperti ini, kami tidak mau terus hidup di dalam penghukumanMu, pulihkan kami”. Doa pemulihan ini yang mereka terus minta dan Tuhan memberikan pemulihan dengan cara memberikan tanda. Itu sebabnya waktu Yesus memberikan tanda-tanda, murid-murid mulai mengerti “Tuhan kita ini Mesias, Guru ini Mesias, Sang Rabi inilah yang akan pulihkan segala sesuatu. Dan waktu Dia memulihkan segala sesuatu, bangsa kita akan dikembalikan ke kejayaan yang semula”. Itu sebabnya kalau orang Yahudi ditanya “mengapa kamu yakin kalau Kerajaan Allah datang, kamu akan masuk?”, “karena iman”, tapi iman buta.

Maka Tuhan Yesus mengatakan kepada Nikodemus “sebenarnya kamu gagal melihat tanda, karena kamu secara otomatis melihat Kerajaan Allah datang, saya akan masuk. Ada satu tanda yang kamu kurang, yaitu tanda ular yang perlu ditaruh di atas tiang”. Mengapa perlu tanda ular yang ditaruh di atas tiang? Karena kamu belum bisa masuk kecuali ditebus oleh Sang Mesias ini. Anak Manusia harus ditaruh di atas kayu, mati di situ, supaya kamu bisa masuk. Mengapa harus ada Dia yang menebus? Karena Allah adalah Allah yang setia kepada perjanjianNya. Maka Yesus mengatakan “angkatan ini adalah angkatan yang jahat, mereka menghendaki suatu tanda, masih ingin tanda yang lebih besar untuk membebaskan Israel dari Roma, dari Pilatus, dari Herodes dan dari orang-orang lain yang menguasai politik mereka. Tapi Tuhan mengatakan “Aku akan memberi tanda sesuai permintaanmu yaitu tanda Yunus”. Apa maksudnya tanda Yunus? Ayat 30 “sebab seperti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe, demikian pulalah Anak Manusia akan menjadi tanda untuk angkatan ini”. Sebelumnya orang Yahudi minta tanda, berarti orang Yahudi mengatakan “bangsa kami dipulihkan dari cengkeraman bangsa kafir, bangsa kami diangkat, bangsa kafir dilempar. Mana tandanya?”. Tapi Yesus mengatakan “Aku kasi tanda Yunus”. Apa tanda Yunus itu? Tanda Yunus adalah tanda dimana Tuhan mengangkat Niniwe dan pakai Yunus untuk kotbah ke Niniwe. Niniwe adalah kota kafir, bukankah ini kota dikerajaan Asyur? Iya, Asyur adalah bangsa kafir, mereka ada di Mesopotamia, mereke penyembah berhala. Mengapa Yunus harus kotbah ke situ? Inilah keberatannya Yunus. Yunus mengatakan “saya keberatan kalau suruh kotbah ke Niniwe”. Maka Yunus lari, dia disuruh pergi ke timur, dia berlayar ke barat. Saudara mungkin heran mengapa Yunus ingin sekali supaya Niniwe tidak bertobat, karena dalam konsep yang salah dari orang Yahudi, Tuhan akan pulihkan bumi dengan cara Israel menaklukan bangsa-bangsa lain.

Tema penting dari Yunus adalah Tuhan mendidik hambaNya untuk mengerti isi hati Tuhan yang mencintai bangsa lain. Maka waktu Yesus mengatakan ini tanda Yunus, ini sangat offensive. Berarti Tuhan sedang mengatakan “Aku mirip Yunus, Israel mirip Niniwe. Di sini lebih besar dari Yunus dan kamu tidak mau percaya”, berarti Yesus lebih besar dari Yunus dan orang Israel lebih parah dari Niniwe. Niniwe bertobat meskipun cuma pakai Yunus, tapi Israel tidak mau bertobat meskipun ada Mesias. Ini pesan benar-benar orang marah. Maka jangan heran kalau akhirnya Yesus disalib, karena Dia terlalu jujur, terlalu berani, terlalu menyatakan kebenaran. Jadi Yesus datang bukan untuk memuji Israel, justru Dia datang untuk menegaskan penghukuman bagi Israel jikalau tidak bertobat. Israel tidak sadar mereka sudah berada di pinggi jurang, sudah mau jatuh di dalam kesengsaraan murka Tuhan kalau mereka tidak mau bertobat. Dan dunia kita penuh dengan orang seperti ini. Gereja kita pun penuh dengan orang seperti ini. Orang yang tidak sadar kalau mereka sudah dekat sekali dengan penghakiman. Sudah berapa banyak orang yang meremehkan kehadiran Tuhan, banyak orang tidak mengerti bagaimana beribadah kepada Tuhan, bagaimana harus menghormati Tuhan, itu semua tidak ada dalam pengertian kita. Kita terlalu kafir, terlalu sekuler dan mengabaikan firman Tuhan. Kita tidak pernah memberikan penghormatan kepada Tuhan sebagaimana seharusnya, tapi kita merasa aman. Israel merasa aman, padahal mereka sedang tidak menyembah Tuhan. Yesus mengatakan “kalau engkau benar-benar terima BapaKu di sorga, engkau pasti terima Aku. Kalau engkau menolak Aku berarti engkau menolak Bapa di sorga”. Dan Tuhan Yesus berkotbah dengan segala usaha, dengan semua daya upaya supaya semua orang kembali. Tapi tidak banyak yang mau kembali. Apa dukacita paling besar dari Tuhan Yesus? Saya percaya dukacita paling besar yang membuat Dia menangis adalah Israel tidak mau dipanggil. Untuk apa Dia datang? Untuk panggil Israel kembali, adakah Israel mau datang? Tidak. Kebodohan ini harap tidak kita ulangi. Saya sangat berharap ketika firman Tuhan disampaikan, Saudara mengerti baik-baik mengapa Saudara harus menghormati Tuhan, mengapa harus mengagumi Dia. Maka kita mendapat peringatan dari Tuhan Yesus “engkau mirip Niniwe, maukah kembali, maukah bertobat, maukah ubah caramu hidup, maukah ubah cara menyembah Tuhan, maukah mengubah hatimu dan penghormatan kepada Tuhan yang dari dulu kamu tidak pernah berikan?”, ini yang Yesus katakan.

Tetapi kalau Israel tetap tidak bertobat, ayat 31 “pada waktu penghakiman, siapa akan menghakimi Israel?”, Tuhan mengatakan yang pertama itu adalah Ratu dari Syeba. Karena Ratu dari Syeba datang dari daerah dia, jauh berkunjung ke Salomo untuk belajar hikmat dari Salomo. Sedangkan yang sekarang ada di depan kamu lebih dari Salomo. Yesus mengatakan tidak ada hikmat yang lebih besar dari hikmat yang Dia bagikan. Jadi Salomo pun kalah, Salomo punya hikmat yang tidak bisa dilampaui oleh siapa pun, tapi Yesus lebih besar dari dia. Tapi mengapa orang Israel tidak sadar? Karena mereka tidak punya hikmat. Salah satu ciri dari hikmat orang Israel adalah siapa berhikmat, kenal hikmat. Orang berhikmat mengenal orang berhikmat yang lain. Ini satu prinsip yang saya pikir juga Saudara bisa temukan dengan akal sehat. Orang yang punya wisdom, ketemu dengan orang yang punya wisdom juga, cocok. Kalau kit apunya hikma, ngomong sama orang yang berhikmat, akan nyambung. Orang yang punya pandangan yang benar, pandangan yang dewasa, pandangan yang matang bertemu dengan orang yang benar, pandangan dewasa, akan nyambung. Tapi orang sekuler, orang duniawi, orang yang hidup sama dengan cara orang-orang yang menyembah berhala, bertemu dengan orang suci?! Tidak akan nyambung, sulit nyambung. Maka Salomo punya daya pikat yang luar biasa karena pada waktu itu Tuhan ijinkan banyak raja dan ratu haus untuk kesucian, kebenaran dan hikmat, dan ini ternyata ada di Israel. Ini semua peristiwa terjadi sebelum Salomo jatuh. Maka Salomo namanya sangat masyur, ini orang hebat, berbijaksana dan mereka datang jauh-jauh. Dan Yesus mengatakan kalau orang-orang datang kepada Salomo untuk belajar, sekarang Yesus yang datang kepada Israel. Kalau orang menghargai hikmat, dia akan datang dan siapkan telinga. Tidak ada orang datang tanpa bersiap kalau dia tahu ini penting. Allah akan menghakimi, tapi Yesus menyatakan sekarang ini waktu perbatasan, seolah-olah Tuhan mengatakan seperti itu, “hai Israel, sekarang waktu perbatasan, sekarang masih ada sedikit harapan kamu bertobat, masih ada sedikit kesempatan untuk kamu tapi tidak lama lagi”. Maka Yesus mengatakan “yang ada di depan kamu ini lebih dari Salomo, tapi Dia justru datang kepadamu”. Kalau dulu orang berjalan jauh untuk mencari Salomo, sekarang Yesus datang kepada mereka, dan waktu Yesus datang selalu diremehkan. Kalau anugerah itu diberikan seringkali diremehkan, karena mudah. Anugerah itu bebas tapi tidak murah. Bonhoeffer mengatakan bahwa anugerah yang diberikan itu luar biasa mahal, tetapi selalu dianggap murahan, karena diberikan dengan gampang. Maka Tuhan katakan “jangan harap kamu akan dapatkan kerajaan itu, kamu akan dihakimi”. Siapa yang akan menghakimi? Yang menghakimi pertama adalah Ratu dari Selatan, karena dia tahu menghargai Salomo dan engkau tidak tahu menghargai yang lebih besar dari Salomo yaitu Yesus. Yang kedua yang akan menghakimi adalah orang Niniwe, karena orang Niniwe bertobat setelah mendengar Yunus dan Israel tidak bertobat sedikit pun setelah mendengar Yesus, meskipun Yesus lebih tinggi dan lebih agung dari pada Yunus. Ini menjadi peringatan yang luar biasa besar. Dan Yesus menyatakan di ayat 33 apa sebabnya mereka terus-menerus berada dalam keadaan yang keras ini. Ayat 33 dikatakan “tidak seorang pun yang menyalakan pelita lalu meletakannya di kolong rumah atau di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian supaya semua orang yang masuk dapat melihat cahayanya”, tidak ada orang yang taruh pelita lalu disembunyikan. Yang Yesus maksud dengan pelita adalah diriNya. Tuhan Yesus sedang mengatakan “Aku tidak sembunyikan diriKu. Aku berikan tanda yang perlu, Aku berikan pengajaranKu, terangKu Aku bagikan kepadamu”. Jadi Yesus mengatakan pelita ini sudah ditaruh ditempatnya, mengapa semua orang tidak bisa melihat? Di ayat 34 dikatakan karena problemnya ada di mata, “matamu adalah pelita tubuhmu, jika matamu baik teranglah seluruh tubuhmu. Tapi jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu”. Ini adalah pepatah Yunani yang ternyata juga populer di Yahudi, yaitu untuk tahu terangnya jiwa seseorang, lihat matanya. Tuhan Yesus membalikan ini, kalau orang dulu percaya bahwa jiwa terang akan tercermin lewat mata, Yesus membalikan “jiwamu gelap karena matamu gelap, jiwamu terang karena matamu terang”.

Jadi mana yang duluan, jiwa atau mata? Orang dulu mengatakan jiwa dulu tercermin di mata, Tuhan Yesus mengatakan mata dulu tercermin di jiwa. Karena matamu gelap maka jiwamu gelap. Mengapa jiwa orang Israel begitu keras menolak Tuhan? Karena matanya gelap, mengapa gelap? Karena sudah melihat pelita, tapi tetap tidak lihat. Lihat pelita yang Tuhan Yesus sudah pamerkan, mereka tetap gagal melihat. Mengapa mereka gagal melihat? Kita tidak ada cukup waktu untuk membahwa alasan mengapa orang terus gelap hati, gelap mata dalam pengertian Alkitab, terus tidak mau terima Tuhan Yesus. Tapi alasan yang paling penting yang sering diulang di Injil Lukas adalah mereka melihat Yesus itu sebagai sesuatu yang menyindir, offensive terhadap mereka, “kalau aku terima tanda Yesus, aku harus buang tandaku”. Karena Yesus berkotbah untuk bangsa lain juga, dan mereka keberatan. Yesus menyatakan sesuatu yang tidak bisa cocok dengan program dan kerangka mereka. Itu sebabnya Alkitab mengatakan kalau matamu gelap, seluruh tubuhmu gelap, kamu gagal melihat siapa Tuhan Yesus. Saya sangat berharap kita boleh melihat kelimpahan siapa Kristus, melihat tanda yang Dia bagikan, melihat pekerjaan Dia, melihat apa yang Alkitab katakan tentang Dia dengan kelimpahan besar. Banyak orang sudah melihat ini, saya harap semua orang di sini juga bisa mengalami. Menikmati betapa agungnya Dia, betapa besar pengorbanan cinta kasih yang Dia lakukan dengan mati di atas kayu salib. Kristus menebus kita dengan mati di kayu salib. Kristus juga adalah Raja yang akan menaklukan seluruh bangsa di bawah kakiNya. Kristus juga adalah pribadi yang paling sabar, paling cinta umatNya dan paling rela untuk menunjukan kerendahan hati. Tidak ada karakter seindah Kristus, tidak ada kemuliaan seindah Kristus, tidak ada keagungan cinta yang lebih besar dari yang Kristus nyatakan. Berikanlah hati kepada Tuhan Yesus. Kalau Dia bertahta di tempat paling utama dan paling tinggi di hatimu, semua yang lain jadi baik. Tapi kalau engkau turunkan Dia dari tempat utama di hatimu, semua yang lain yang ditaruh disitu akan merusakmu”. Mengapa harta merusak manusia? Karena ditaruh di tempat paling tinggi di hati, mengapa pacar merusak manusia? Karena pacar ditaruh di tempat paling tinggi di hati. Saudara lihat tempat paling mulia di hati Saudara, komitmen Saudara yang paling dalam, paling besar, dan paling sungguh, buang semua yang duduk di situ karena itu tempatNya Kristus. Hanya Dia yang boleh bertahta di situ dan hidupmu akan masuk dalam keadaan yang seharusnya. Kiranya Tuhan mengajarkan gereja Tuhan sekarang pun untuk tidak meremehkan Kristus, menikmati Dia, mengagumi Dia sebagaimana mestinya. Tuhan memberkati kita sekalian.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Warisan dan Semangat Pentakosta

(Kisah Para Rasul 1: 1-14)
Peristiwa dalam Kisah Para Rasul 1: 1-14 adalah peristiwa sebelum Roh Kudus turun, sebelum Pentakosta di pasal ke-2. Dan ini peristiwa yang sangat penting untuk kita pahami dengan benar. Jadi di dalam awal dari bagian 2 bukunya Lukas yaitu Kisah Para Rasul, Lukas menulis tentang peristiwa sebelum Roh Kudus turun. Dan setelah Roh Kudus turun barulah peristiwa gereja yang menyebar sampai ke ujung dunia itu dituliskan oleh Kisah Para Rasul. Ini kitab yang luar biasa, Saudara bisa melihat di sini ada banyak sekali petualangan, ada banyak pernyataan kuasa dari Tuhan yang sangat luar biasa. Dan ini adalah pernyataan Tuhan bagi gereja Tuhan sampai gereja Tuhan menyebar ke seluruh dunia. Mengapa ini adalah bagian yang sangat penting? Karena ini adalah bagian yang mengingatkan kita tentang apa yang Tuhan kerjakan waktu Dia membangkitkan gereja Tuhan. Jadi gereja Tuhan dimulai di sini, tapi umat Tuhan tidak dimulai di sini, gereja dimulai ketika Roh Kudus hadir memanggil orang-orang kembali kepada Dia melalui percaya kepada Kristus, setelah itu umat Tuhan menyebar ke seluruh dunia. Tapi umat Tuhan tidak dimulai dari gereja, umat Tuhan sudah dimulai dari Keluaran, waktu umat Tuhan dikeluarkan dari Mesir. Dan mereka menjadi umat yang beribadah kepada Tuhan yang Tuhan kumpulkan dan Tuhan janjikan akan ada tanah, mereka akan tinggal di situ. Tapi umat Tuhan tidak dijanjikan hanya untuk tinggal di satu tanah. Umat Tuhan akan menyebar ke seluruh bumi. Jadi Tuhan memerintahkan kepada umatNya untuk menaklukan seluruh bumi, sama seperti yang Tuhan perintahkan kepada Adam. Adam dan Hawa harus beranak-cucu dan bertambah banyak dan penuhi bumi dan taklukan itu. Jadi bertambah banyak, penuhi, taklukan, ini tiga hal yang Tuhan perintahkan kepada umat Tuhan sepanjang zaman. Tapi ketika Tuhan memerintahkan Israel masuk Kanaan, mereka gagal menjalankan perintah ini, terus gagal.

Waktu generasi pertama dalam pimpinan Yosua dan generasi kedua mereka masih baik, masih taat, masih menyembah Tuhan, masuk generasi ketiga, mereka mulai kehilangan identitas. Tuhan membuat mereka keliling di padang gurun selama 40 tahun untuk bersihkan identitas Mesir, lalu tanamkan kepada mereka identitas sebagai umat Tuhan “kamu bukan budak Mesir, tapi umat Tuhan”. Tapi penyucian identitas ini, pembersihan identitas ini rusak kembali, karena Israel kembali dipengaruhi menyembah berhala oleh orang-orang penyembah berhala. Mereka ada di Tanah Kanaan, bukannya mereka mempengaruhi seluruh bumi, mereka dipengaruhi oleh bumi, mereka dipengaruhi oleh pemimpin bangsa-bangsa lain, pemimpin-pemimpin agama maupun raja mereka. Mereka tidak punya tulang punggung karena mereka berada di dalam krisis, mereka berada di dalam krisis karena mereka tidak pernah dengar apa yang disampaikan oleh Tuhan. Waktu mereka lupa menyadari bahwa mereka harus taat kepada Tuhan dan dengar firmanNya, pada waktu itu sedang krisis. Mengapa Kitab Hakim-hakim mengatakan “Israel berdoa dan Tuhan bebaskan”, karena yang berdoa itu adalah orang yang tulus, orang yang tidak terlibat penyembahan berhala. Bangsa Israel menyembah berhala tapi ada sebagian kecil orang yang bertahan “kami tidak mau sembah berhala, kami mau sembah Tuhan”. Dan sebagian kecil ini terganggu keadaan masyarakat yang sudah rusak, lalu mereka mulai berdoa kepada Tuhan, pada waktu itulah Tuhan dengar mereka. Mengapa umat Tuhan masih bertahan, tidak Tuhan musnahkan? Karena masih ada orang-orang setia yang berdoa kepada Tuhan. Saudara mau ada perkembangan lebih besar, yang berdoa mesti lebih banyak. Saudara mau ada anugerah Tuhan pimpin di tempat yang baru ada kebangunan, yang berdoa mesti banyak. Kitab Hakim-hakim itu banyak mencatat hal-hal unik yang tidak biasa di Israel. Pemimpin yang tidak layak jadi pemimpin justru dibangkitkan, tapi bukan mereka yang paling penting. Yang paling penting itu orang yang giat berdoa.

Makin lama Kitab Hakim-hakim makin rusak, makin menunjukan kerusakan, akhirnya hakim pun rusak, tidak ada lagi orang berdoa, semua sibuk konflik, semua sibuk berkelahi, semua sibuk mementingkan diri. Pada waktu itu Tuhan berkata, “cukup, Aku akan hancurkan kamu”. Tapi mereka mengatakan “Tuhan, kami begini kan karena belum ada raja”, maka Tuhan berbelas kasihan, kirim raja namanya Saul. Ternyata Saul tidak sesuai harapan, dia bukannya berkembang meluaskan Israel ke utara dan selatan, dia malah bikin kacau dengan egonya yang sangat besar. Dengan sakit hati Tuhan kirim Samuel, kirim nabi ini “Tuhan mengatakan karena kamu mengabaikan Tuhan, Tuhan akan abaikan kamu. Tuhan sudah angkat orang lain yang lebih diperkenan oleh Dia”. Maka Tuhan angkat Daud, dan ternyata Daud beda 180 derajat dengan Saul. Kalau Saul mementingkan kedudukan, Daud malah tidak mementingkan kedudukan. Saudara kalau jadi Daud, ditanya Saul “keberatanmu apa?”, banyak yang lain “kamu pernah fitnah saya, janji kasi anakmu tapi tidak jadi-jadi, saya jadi bujangan lama gara-gara kamu tidak kasi anakmu. Lalu kamu kejar-kejar saya, ingat waktu saya main musik, tombak hampir kena 2 kali, saya marah sekali”, Daud lupa semuanya. Tapi yang paling dia benci adalah “kamu bikin saya paling tidak bisa beribadah kepada Tuhanku. Kemah suci Tuhan sudah lama tidak kulihat, para imam mempersembahkan korban itu adalah pemandangan yang sangat saya rindu tapi saya tidak bisa lihat. Karena kamu usir saya”. Daud begitu cinta Tuhan maka Tuhan pakai dia. Tapi Tuhan katakan kepada Daud, “Daud, bukan kamu yang akan ekspansi Israel keluar, tapi anakmu”. Maka Tuhan mengatakan “kamu akan istirahat bersama nenek moyangmu, tapi anakmu yang berikut akan aku bangkitkan”. Jadi anak Daud itu adalah anak yang dibangkitkan setelah Daud mati, bukan Salomo. Maka orang Israel tunggu-tunggu mana yang bisa kembangkan Israel sampai jauh, sampai menyebar menutupi dunia ini, mana kerajaan Daud yang akan dipimpin oleh anaknya yang menaklukan bangsa-bangsa lain, tidak muncul-muncul. Setelah Rehabeam, kerajaan itu malah pecah 2, orang Israel makin sedih lagi. Orang yang cinta Tuhan, makin sakit hati, “Tuhan, mengapa bangsa ini makin korup, malah menjauh dari Tuhan, malah mengabaikan Tuhan”. Maka mereka terus tunggu kapan, tapi pembaruan itu tidak datang. Mereka makin lama makin jauh dari Tuhan, makin lemah, makin kecil, kerajaan lain makin kuat. Maka mereka harus dihancurkan oleh Babel, mereka dibawa oleh Babel ke pembuangan.

Di dalam pembuangan, sepertinya harapan kerajaan Tuhan dinyatakan itu sudah hilang. Sekarang siapa yang bisa pulihkan kerajaan itu? Bisakah ada pemimpin Israel dibangkitkan lalu pulihkan kerajaan itu? Itu yang mereka tunggu. Maka mereka terus tunggu, mereka punya konsep pengharapan mesianik. Ini yang jadi perdebatan teologi orang Yahudi, dan juga sesuatu yang diharapkan oleh orang Yahudi di bawah para rakyat. Mereka terus berharap siapa yang bisa pulihkan? Mesias. Itu sebabnya konsep mesianik, Sang Mesias identik dengan dia yang diurapi. Mesias itu artinya diurapi. Tapi yang diurapi itu berkait dengan raja. Daud diurapi menjadi raja, maka Mesias itu adalah yang akan diurapi oleh Roh Kudus untuk menjadi raja selama-lamanya. Jadi Mesias identik dengan raja, mereka tunggu mana rajanya, siapa mesiasnya. Akhirnya muncul Yesus dari Nazaret, mereka tanya “inikah Mesiasnya? Anak Daudkah Engkau?”. Matius membuktikan dari silsilahnya bahwa Dia Anak Daud, Lukas juga menyatakan orang pun tahu dari silsilah yang dikenal secara umum bahwa Dia Anak Daud. Kalau Dia Anak Daud, mengapa Dia dibesarkan di Nazaret? Tidak ada yang baik keluar dari Nazaret, tapi Dia lahir di Betlehem. Tidak peduli lahir di Betlehem, umur 2 tahun Dia sudah pergi, setelah itu besar di Nazaret. Nazaret pengaruhnya jelek, Nazaret tidak pernah menghasilkan hal yang baik. Maka mereka menolak Dia. Tapi Tuhan sudah berfirman Yohanes Pembaptis akan menjadi tokoh yang memulai firman Tuhan setelah 400 tahun kering. Tapi setelah dia berkotbah, adakah orang yang haus akan firman? Ada. Apakah semua haus akan firman? Tidak. Ada orang bisa hidup tanpa firman Tuhan dan dia tidak merasa kurang. Saudara kalau disuruh bikin list apa yang Saudara tidak bisa hidup tanpanya, list pertama biasanya udara. Hal yang kedua “saya tidak bisa hidup tanpa air”. Hal ketiga, makanan. Di dalam Alkitab menggambarkan Roh Kudus seperti angin dan air. Jadi Saudara tidak bisa hidup tanpa Roh Kudus. Alkitab menyatakan, terutama di dalam Injil Yohanes, bahwa Roh Kudus digambarkan sebagai angin. Memang kata roh dan angin itu sama. Roh datang seperti angin yang bertiup, engkau tidak tahu dari mana dia berasal. Jadi kalau Aku memberikan air ini kepadamu, kamu tidak akan haus lagi”. Air itu maksudnya apa? Dan di dalam Yohanes 7 air itu adalah roh. Jadi simbol untuk Roh Kudus, itulah yang ada di Injil Yohanes. Jadi kalau Saudara tulis yang paling penting itu udara, nomor 2 itu air, sambil Saudara mengatakan “kebutuhanku yang paling penting itu Roh Kudus. Roh Kudus kalau tidak memberikan firman kepada saya, saya akan mati. Roh Kudus kalau tidak berbicara kepada saya, saya seperti orang yang tidak bisa bernafas dan tidak bisa minum”. Itu sebabnya kalau Roh Kudus tidak bekerja dan memberitakan firman, kita celaka. Tapi berapa banyak yang tahu kalau kita sedang dalam keadaan celaka? Tidak banyak.

Maka ketika Yohanes Pembaptis berkotbah, orang yang sadar diri mereka berada dalam bahaya karena tidak ada firman, semua ikut Yohanes. Yang lain, yang sudah nyaman dengan peraturan, tradisi dengan segala hal rutin yang terjadi, mereka merasa aman, untuk apa datang ke Yohanes Pembaptis? Ibadah di Bait Suci sudah baik. Yohanes Pembaptis penuh dengan Roh, kalau begitu bagaimana dengan Yesus? Itu sebabnya mereka menyadari ketika Yohanes menunjuk kepada Yesus, inilah Juruselamat, inilah Mesias. Itu sebabnya para murid pertama yang menjadi murid Yohanes Pembaptis, lalu mengikuti Yesus, mereka benar-benar yakin Dia adalah Mesias. Karena Yohanes Pembaptis yang begitu luar biasa sudah mengatakan Dia lebih hebat. Maka mereka ikut Yesus, Yesus pergi kemana mereka ikut, Yesus melayani apa, mereka ikut. Tapi waktu masuk Yerusalem, mereka pikir Yesus akan bertahta di sorga menjadi raja, tapi Yesus malah disalib, ini membuat goyah iman mereka. Maka sebelum Yesus disalib, Yesus Kristus sudah mengatakan “engkau semua akan goyah imannya, kamu akan goncang imannya, engkau akan menjadi ketakutan, menjadi goyah karena Gembala akan mati dan kamu semua akan tercerai-berai”. Ini berita yang mengagetkan para murid “kami sudah temukan Sang Mesias, kalau Sang Mesias adalah Engkau, mengapa Engkau mengatakan kami akan tercerai-berai? Kami tidak mungkin tercerai-berai, kami sudah ikut Mesias, sudah ada raja”, tapi Yesus mengatakan “Aku akan mati”. Ini berita yang sangat shock, tapi Saudara harap ketahui sudah 4 kali Yesus mengatakan “Aku akan mati dan bangkit pada hari ke-3”, tapi kalimat ini murid-murid tidak dengar. Setelah Dia bangkit, Dia tunjukan diri hidup pada murid-murid. Mengapa Dia mesti tunjukan diri pada murid-murid? Karena murid-murid bukan cuma perlu tahu fakta, murid-murid perlu juga tahu makna. Yesus bangkit itu fakta, tapi makna kebangkitanNya apa mereka belum tahu. Maka Yesus harus tambah 40 hari untuk ajar mereka “Aku bangkit karena ini”. Sebab mereka harus jadi saksi, bukan jadi wartawan. Demikian juga dengan kebangkitan Yesus, kebangkitan Yesus tidak hanya diketahui fakta saja, harus tahu maknanya. Apa makna kebangkitan Yesus? Salah satunya adalah Tuhan Yesus menyatakan Dia akan jadi Raja yang menaklukan segalanya termasuk maut. Bangsa-bangsa akan ditaklukan tapi ternyata kerajaan maut juga takluk. Ini pengertian yang indah sekali, Yesus menaklukan Kerajaan Babel, Kerajaan Yunani, kerajaan-kerajaan di seluruh bumi Dia taklukan, tapi ada satu yang tidak terdaftar di kerajaan bumi, namanya kerajaan setan dan maut. Akankah kerajaan setan dan maut akan ditaklukan oleh Yesus? Iya, pasti. Kerajaan setan akan ditaklukan, demikian juga kerajaan maut. Buktinya mana? Buktinya adalah kebangkitan Yesus. Maka setelah Yesus bangkit, murid-murid tahu ini benar-benar Mesias, karena Dia sudah kalahkan kerajaan maut. Orang cuma tahu Kerajaan Roma, Raja Yunani, Raja Makedonia, tapi saya mau tanya siapa raja maut? Raja maut itu seorang yang namanya maut, orangnya seperti apa? Mereka tahu “ini Rajaku tidak ada yang bisa kalahkan, maut pun kalah olehNya. Kalau begitu mari kita tunggu kerajaanNya datang”. Itu sebabnya ketika mereka sedang makan ada seorang murid bertanya “Guru, kapan Kerajaan Israel dipulihkan?”, ini pertanyaan bagus sekali, berani sekali, beriman sekali. Mereka datang dan mengatakan “Tuhan, kapan akan dipulihkan? Ayo, kami sudah siap”. Tapi Tuhan mengatakan “tunggu waktunya Aku akan pergi ke sorga, Roh Kudus akan turun atas kamu dan kamu harus jadi saksiKu dari Yerusalem sampai ke ujung dunia”. Jadi kerajaan ini akan menyebar bukan dengan kekerasan, tapi dengan berita Injil. Berita Injil yang akan menaklukan.

Gereja mula-mula menaklukan Kerajaan Roma dengan Injil, mereka menaklukan penguasa-penguasa dengan Injil, mereka mengubah seluruh dataran yang maju pada waktu itu menjadi daerah Kristen mengapa mereka bisa lakukan itu? Bukan dengan senjata, bukan dengan perang. Tidak ada satu orang pun orang Kristen yang menyebarkan berita Injil dengan pedang di tangan, tidak ada satu orang Kristen memberitakan Injil dengan kuasa politik. Mereka menyebarkan berita Injil dengan iman kepada Tuhan, mereka menyebarkan berita Injil dan orang-orang percaya kepada Kristus. Inilah kemenangan Kristen itu. Maka sejak dari Roh Kudus turun sampai sekarang, gereja menyebar ke seluruh dunia, dengan kekuatan yang luar biasa, dengan orang-orang yang berani. Maka Yesus sudah mengatakan “Aku akan memberika kepadamu kekuatan. Aku akan memberikan kuasa waktu Roh Kudus turun”. Jadi gereja mulai dari ini. Saudara dan saya tidak mewarisi organisasi lemah yang sibuk berkutat dengan aturan ini dan itu. Saudara dan saya tidak mewarisi gereja yang dulunya adalah organisasi mati. Tapi sekarang kita penuh dengan kelemahan, penuh dengan perasaan dingin, penuh dengan semangat yang turun yang mungkin sampai level rendah sekali. Kita sudah kehilangan kuasa Roh Kudus. Ini perintah yang Tuhan nyatakan dari awal “hendaklah kamu senantiasa penuh dengan Roh”, ini perintah yang Tuhan nyatakan dari mula-mula. “Engkau tidak dipimpin oleh Roh Kudus, engkau tidak mungkin menjalankan perintah Tuhan”. Tapi saya mau tanya kita dipimpin oleh Roh Kudus atau tidak? Kalau iya mengapa kita begitu suam-suam kuku, mengapa ktia begitu dingin? Mengapa kita tidak begitu peduli Tuhan? Mengapa kita hidup dengan cara yang sama dengan dunia? Apa bedanya orang Kristen dengan orang dunia? Cuma KTP Kristen, orang dunia suka apa saya juga suka, orang dunia seperti apa, sama. Saya sedih sekali kalau melihat orang Kristen seperti ini, cara bergaul sama dengan dunia ini. Cara berbicara di dalam chatting, whatsapp, sama dengan di dunia. Salah satu orang bilang ke saya “pak, saya masuk dalam grup sekolah saya yang dulu, orangnya kasar-kasar”, saya bilang “keluar, untuk apa kamu di grup itu?”, “saya kan harus pertahankan koneksi”, “tidak, engkau harus pertahankan Roh Kudus masih menyertai engkau. Kalau engkau tidak mempertahankan Tuhan menyertai, habis kamu. Seberapa bodohnya kita, kita terus mencari perkenanan dari orang-orang bawah, tapi Raja yang sudah menaklukan maut kita abaikan, bodoh sekali.

Itu sebabnya mari kita kembali ke dalam peristiwa mula-mula, gereja mula-mula disertai dengan Roh Kudus, mereka bergerak luar biasa, mereka tidak takut apa pun, mereka lebih memilih menaati Tuhan dari pada menaati pemerintahan dunia ini sekalipun. Keberanian yang luar biasa dan akhirnya Tuhan buka jalan. Orang yang berani di dalam iman akan melihat jalan di depan dibukakan. Tapi orang yang terlalu lemah beriman kepada Tuhan, terlalu suka melihat konfirmasi dari dunia, akan melihat jalan di depan ditutup. Itulah sebabnya mari kita mempunyai kekuatan sama seperti gereja mula-mula yang benar-benar luar biasa. Tapi sorga melihat kepada mereka, Roh Kudus diberikan kepada mereka, mata Tuhan tertuju kepada mereka, inilah kelompok yang Tuhan suka, dan Tuhan curahkan Roh Kudus kepada mereka. Saudara maukah jadi kelompok ini? Satu-satunya kekuatan yang dunia tidak bisa tahan adalah kekuatan Injil. Dan ini kita punyai. Kalau ini kita punyai, mari gerak, mari nyatakan kepada dunia Kristus adalah rajamu, Kristus adalah Tuanmu yang harus menaklukan seluruh dunia ini, mari bergabung, mari memulai pekerjaan yang Tuhan sudah mulai pada waktu Pentakosta. Kiranya semangat yang sama terus ada pada kita, kita dipimpin oleh Roh Kudus, dikuatkan oleh Dia, dihibur oleh Dia dan diberi semangat oleh Dia.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)