Tanda Kedatangan Kerajaan Allah

(Lukas 17: 20-37)
Bagian ini membahas tentang eskatologi, akhir zaman. Apa itu akhir zaman, apa yang terjadi pada akhir zaman, lalu apa tanda-tanda akhir zaman, ini yang ditanyakan orang Yahudi. Ketika orang Yahudi bertanya tentang sesuatu kepada Yesus, di dalam Kitab Suci, yang mereka tanya umumnya hal-hal yang ada perdebatannya di tengah-tengah orang Yahudi. Ketika mereka bertanya kepada Yesus, mereka berharap Yesus bisa konfirmasi dari perdebatan yang ada kelompok mana atau golongan mana dari Judaisme atau Yahudi yang memegang teori tertentu, yang benar. Banyak sekali konsep akhir zaman dari Yahudi. Salah satu yang menjadi perdebatan adalah siapa yang menjadi tokoh utamanya. Kalau Tuhan pulihkan kerajaanNya, akhir zaman itu, siapa yang jadi tokoh utamanya? Banyak yang mengatakan Mesias, Anak Daud. Tapi ada yang tidak setuju, mereka mengatakan tokoh utama harus Musa. Musalah yang datang, karena di dalam Alkitab dikatakan kubur Musa tidak diketahui, sebab Tuhan sendiri yang kuburkan Musa. Lalu yang kedua mengatakan yang harus datang adalah Henokh karena dia tidak mati ke atas, maka dia tidak mati ke sini lagi, umurnya sudah lama sekali, dia sudah lama tidak mati kemudian kembali. Ketiga mengatakan bukan Henokh karena Elia yang harusnya dimuliakan. Elia naik pakai kereta berapi, dia akan turun juga pakai kereta berapi. Akhirnya ada yang mengatakan Henokh, Musa, Elia, ini jadi perdebatan. Ada lagi yang mengatakan kalau akhir zaman datang, tanda-tandanya apa? Ada yang mengatakan tandanya Sang Raja, Anak Daud akan berperang, Israel akan dipulihkan dan lain-lain. Di tengah kebingungan ini mereka minta Yesus menjawab kira-kira teori mana yang benar. Maka Yesus menjelaskan dengan cara yang berbeda dengan pengertian Yahudi, tapi masih ada hal-hal yang cocok atau menyentuh kepercayaan dari orang Yahudi. Maka Yesus mengatakan Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah. Di dalam Alkitab, Kerajaan Allah itu datang kalau Sang Raja datang. Jadi ini maksudnya akhir zaman. Akhir zaman adalah periode dimana Sang Raja memerintah. Bagi Israel ada beberapa periode, pertama Israel di Mesir. Yang kedua adalah Israel di padang gurun. Ketiga, Israel di zaman hakim-hakim. Keempat, Israel dibawah pemerintahan Saul dan Daud, yang paling tinggi. Kelima, runtuhnya kerajaan itu, yaitu anak-anak Daud tidak setia. Yang keenam adalah pemulihan kerajaan itu. Ada yang usahakan supaya ketujuh adalah kembalinya Sang Raja, supaya pas tujuh. Jadi mereka percaya bahwa tahap terakhir akhir zaman adalah ketika Sang Raja datang. Sehingga akhir zaman itu tidak ada kaitan dengan sedikitnya waktu menuju kiamat. Maka jangan sampai orang mengatakan akhir zaman itu adalah titik dimana sudah mau kiamat, karena akhir zaman adalah Sang Raja datang. Jadi begitu Sang Raja itu datang, itulah akhir zaman. Sama seperti ketika Saudara ditanya kapan pemerintahan Jokowi dimulai? Ketika dia menjadi presiden. Kapan akhir zaman dimulai? Ketika Raja itu datang. Maka kalau Raja itu datang, akhir zaman pun tiba. Inilah yang menjadi pengertian yang sama dari seluruh orang Yahudi. Semua orang Yahudi percaya bahwa akhir zaman dimulai dengan kedatangan Sang Raja. Kalau Sang Raja datang pasti heboh, megah, Dia akan datang dengan segala kemuliaan, Dia datang dengan tentaraNya, dengan pasukan malaikat dan lain-lain. Menurut orang Yahudi ketika Sang Raja itu datang akan ada orang-orang kudus ikut menyertai kedatanganNya, itu pengertian mereka. Ketika orang Yahudi mempunyai konsep eskatologi, akhir zaman yang menjadi penanda akhir zaman adalah Raja itu datang. Siapa Rajanya? Mesias, dan Dia akan datang dari sorga. Karena Mazmur 2 mengatakan Raja itu dilantik di gunung Tuhan di sorga. Dan Dia akan datang disertai orang-orang kudusNya. Orang-orang kudusNya akan ikut dan menghakimi bumi bersama-sama Raja ini. Inilah konsep yang mereka pahami, Raja datang dan orang-orang kudus menyertai. Inilah yang Paulus jelaskan di 1 Tesalonika 4, yang mengatakan pada waktu tanda dibunyikan sangkakala Allah berbunyi dan suara penghulu malaikat dinyatakan, maka Anak Manusia akan turun. Yesus akan turun dari sorga. Dan kita yang masih tinggal pada hari itu, tidak akan mendahului mereka yang sudah meninggal. Tapi pada waktu tanda diberi, pada waktu malaikat berseru, maka mereka yang mati di dalam Yesus akan dibangkitkan Allah. Lalu kita yang masih hidup, yang masih tinggal, akan diubahkan dan diangkat dengan mereka berjumpa Tuhan di angkasa. Dengan demikian kita akan selama-lamanya bersama dengan Tuhan. Orang salah menafsirkan ini sebagai pengangkatan. Pengangkatan itu tidak ada dasar alkitabnya. Di 1 Tesalonika 4 dikatakan kita akan diangkat, itu benar, karena Paulus mempunyai konsep yang dibangun dari Perjanjian Lama yaitu ketika Tuhan datang mau menghakimi, Dia akan menghakimi bersama orang kudusNya. Datangnya Tuhan menjadi Raja di bumi adalah kedatangan disertai orang kudusNya. Maka orang kudusNya harus naik dulu supaya bisa turun bersama-sama Dia. Jadi maksud 1 Tesalonika 4, orang-orang di dalam Tuhan diangkat oleh Tuhan, berjumpa Tuhan di angkasa, berjumpa di angkasa karena Tuhan dalam perjalanan turun. Dan kita berjumpa Tuhan di angkasa supaya kita turun bersama-sama dengan Dia. Maka Surat Yudas mengatakan Henokh bernubut “lihat, Tuhan turun bersama-sama orang kudusNya”, itu maksudnya. Yesus turun bersama orang-orang kudusNya. Kita naik dulu untuk make our entrance, menyatakan kehadiran Tuhan bersama-sama dengan kitadan datang ke bumi untuk menghakimi. Jadi dalam pengertian orang Yahudi, Raja itu akan datang dan memerintah. Yang datang itu Sang Raja, bukan Elia, bukan Musa, bukan siapa pun, mereka hanya pendahulu sebelum Raja itu datang.

Maka waktu Yesus hadir di bumi, Dia mengklaim diriNya sebagai Sang Raja. Dan orang Yahudi bertanya “kalau benar Engkau Raja, tanda apa yang membuktikan kamu itu benar-benar sudah datang? Karena kalau Raja itu datang pasti heboh, tapi Engkau datang dan tenang-tenang saja. Tidak ada yang melihat Engkau datang dari sorga, tidak ada yang melihat orang-orang kudus menyertai Engkau, tidak ada yang melihat tanda-tanda apa pun dari langit ketika Engkau datang”. Maka Yesus mengatakan Kerajaan Tuhan datang dalam 2 cara. Ini adalah hal yang unik, di dalam Perjanjian Lama dikatakan bahwa kedatangan Tuhan itu selalu ada 2 aspek. Aspek pertama adalah mulia, karena waktu Tuhan datang kembali pada akhir zaman, Dia akan memberikan penghakiman bagi bumi. Tapi ada aspek kedua yang orang tidak sadar, yaitu ketika Tuhan datang, Dia akan menyatakan kerendahan diri, kerendahan diri dan kerelaan berkorban. Dan tanpa disadari periode ini ternyata sangat panjang. Itulah yang Perjanjian Lama bahas dengan ringkas dan orang Yahudi gagal memahami, sehingga mereka tahunya kalau Raja itu datang, Kerajaan Tuhan akan hadir, kerajaan yang palsu akan dihancurkan dan Tuhan akan angkat murid-muridNya, Israel menjadi satu-satunya kerajaan dan seluruh kerajaan bumi ditaklukan, itu yang mereka pikir. Tapi mereka tidak tahu bahwa kedatangan yang pertama harus ada dulu, baru menyusul kedatangan kedua. Mengapa kedatangan pertama perlu? Karena kedatangan pertama membuka pintu bagi bangsa-bangsa lain dan bagi pertobatan serta pengampunan supaya Kerajaan Tuhan menyebar di bumi dulu. Sebelum Yesus datang, Kerajaan Allah terdiri dari sorga dan bumi, Tuhan adalah Raja di sorga dan di bumi, tetapi Kerajaan Allah secara real hanya mungkin terjadi di Israel. Apakah Tuhan Raja atas Babel? Iya. Tuhan Raja atas Mesir? Iya. Tuhan berkuasa atas Siria? Iya. Tuhan berkuasa atas Asyur? Iya. Mengapa Kerajaan Tuhan tidak secara real dinyatakan disitu? Karena Tuhan belum buka, hanya nyatakannya di Israel. Sehingga Kerajaan Allah secara fakta adalah seluruh bumi, tapi secara real sehari-hari hanya Israel yang mungkin menunjukan inilah kerajaan. Tapi ketika Sang Anak Daud datang, Dia membuat bukan hanya Israel tapi seluruh bangsa menjadi tempat dimana Kerajaan Tuhan dinyatakan sehari-hari. Itu sebabnya Kerajaan Tuhan datang di dalam dua mode ini. Mode pertama, Kerajaan Tuhan datang dengan sangat sederhana, dengan sangat diam-diam, sangat tidak kelihatan untuk mempengaruhi orang-orang yang dipilih Tuhan untuk menjadi bagian dari Kerajaan Tuhan. Baru kerajaan itu akan dinyatakan dalam bentuk penghakiman. Jadi kedatangan pertama adalah undangan untuk berbagian di dalam kerajaan, kedatangan kedua adalah penghakiman untuk mengusir yang tidak mau berbagian. Ini sebenarnya yang terjadi, pengertian yang utuh. Maka orang Yahudi mesti dibukakan tentang pengertian ini. Dan Yesus mengatakan kedatangan yang pertama adalah kedatangan yang tidak kelihatan. Maka ayat 21 dikatakan orang tidak dapat mengatakan “lihat, Dia ada di sini” atau “lihat, Dia ada di sana”. Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu, sudah datang. Tapi kamu tidak sadar. Ini kalimat yang sangat kuat sekali, “kamu sadar tidak yang kamu harapkan sudah ada di tengah kamu?”, “saya menantikan kerajaan itu dipulihkan”, “sudah, Rajanya sudah ada di tengah kamu. Tapi kamu tolak, kamu tidak lihat tanda-tanda. Kamu menuntut tanda-tanda yang lain, tapi itu tidak diberikan kepadamu”. Maka ketika Kerajaan Tuhan itu datang, orang salah mengerti, orang tidak tahu kerajaan itu sudah dibawa di tengah-tengah mereka. Yesus terus ada di tengah orang-orang ini dan mereka tidak tahu. Mereka minta tanda, Yesus mengatakan “tanda apa? Aku sudah datang”, “mana tandanya? Semuanya salah kalau tidak cocok dengan saya”. Yesus sudah hadir dan tanda kerajaan itu tetap tidak dipahami, maka Yesus mengatakan “tanda kerajaan itu tidak kelihatan, kamu tidak bisa lihat karena kamu tidak bisa melihat kerendahan hati, pengosongan diri dan pengorbanan yang dikerjakan oleh-Ku”. Kerajaan Allah datang bukan untuk menghakimi dulu tapi untuk menarik orang datang kembali ke dalam Kerajaan Tuhan. Bagaimana cara menarik orangnya? Dengan Yesus hadir mengosongkan diri. Maka kerajaan ini menyebar juga dengan usaha mengosongkan diri, bukan dengan merebut tapi dengan memberi, bukan dengan meninggikan diri tapi dengan mengosongkan diri, bukan dengan menghantam orang tapi mengundang orang dengan resiko diri dihantam. Prinsip ini berat sekali, tapi itu yang Yesus kerjakan. Maka orang tidak melihat kalau ini adalah prinsip kerajaan itu. Waktu Yesus datang, Dia menyatakan cara kerajaan yang beda dengan cara lain, dan inilah yang Dia bawa. Maka Dia datang pertama kali untuk disalib. Dia lebih besar dari siapa pun karena kedatanganNya untuk menyatakan begitu besar cinta Tuhan, maka untuk kerajaanNya disebarkan, Dia harus jadi korban dulu. Prinsip mencintai bukan membenci, prinsip mengampuni bukan mendendam, prinsip memberi diri bukan menuntut orang lain. Ini yang harus disebarkan dan ini yang akan disebarkan melalui Kekristenan. Waktu Kekristenan menyebar di akhir zaman, Yesus menjadi teladannya. Bagaimana menyebarkan kerajaan ini? Tanya pada Yesus. Apa yang Yesus kerjakan? Lihat cara Dia hidup. Bagaimana lihat Dia hidup? Lihat Injil, Matius, Markus, Lukas, Yohanes dan prinsip-prinsip yang dikerjakan oleh para rasul, inilah cara untuk kita memahami bagaimana kita harus hidup. Waktu kerajaan itu datang, pertama-tama memberi contoh bagaimana caranya memanusiakan sesama manusia, bagaimana caranya mengagungkan nama Tuhan dengan menjalani kehidupan seperti Kristus sudah hidup. Waktu kerajaan itu disebarkan, orang tidak sadar karena prinsipnya beda dengan prinsip yang dipahami. “Tuhan, kapan Engkau datang? Kami ingin kerajaan-kerajaan besar dihancurkan”, Tuhan mengatakan “tunggu, Aku mau undang kerajaan-kerajaan kafir itu untuk menjadi milikKu”. Inilah saat akhir zaman tiba ada undangan bagi bangsa-bangsa lain, undangan bagi orang yang belum percaya, undangan bagi orang yang tidak kenal Tuhan untuk kembali kepada Tuhan. Undangan seperti ini selalu indah, agung, tapi terlalu sering kali diremehkan. Yesus adalah Pribadi yang paling banyak diremehkan karena Dia pernah disalib. Orang terus mengatakan “orang Krsiten itu bodoh mau menyembah orang yang mati dipaku di kayu, kamu pikir Dia Allah, kalau Dia Allah, mengapa Dia mati di atas kayu salib”, terus dihina. Orang tidak mengerti bahwa penghinaan itu diberikan kepada orang yang rela mati bagi dia yang menghina.

Aspek kedua, ayat 22 dikatakan “Dan Ia berkata kepada murid-murid-Nya: “Akan datang waktunya kamu ingin melihat satu dari pada hari-hari Anak Manusia itu dan kamu tidak akan melihatnya” yaitu kedatangan yang kedua. Hati-hati, kedatangan yang kedua ini adalah sesuatu yang sangat jelas. Pertama, kedatangan pertama sangat tenang, sangat pelan, sangat sembunyi tapi mempengaruhi dunia. Kedatangan kedua, tidak lagi sembunyi, seperti petir yang memenuhi langit, memancar dari ujung langit yang satu ke yang lain, demikian ketika Anak Manusia datang kedua kalinya. Maka Yesus berbicara sekarang dengan pesan mengenai kedatangan keduaNya. Dan Dia mengatakan kedatangan kedua tidak mungkin tidak disadari, Ayat 24 “Sebab sama seperti kilat memancar dari ujung langit yang satu ke ujung langit yang lain, demikian pulalah kelak halnya Anak Manusia pada hari kedatangan-Nya”. Maka Tuhan berikan peringatan Dia akan datang kedua kali. Ketika Dia datang kedua kalinya, Dia akan menghakimi. Tapi sebelum Dia datang, ada peringatan yaitu peringatan Nuh dan peringatan zaman Lot. Dikatakan di ayat 26 “Dan sama seperti terjadi pada zaman Nuh, demikian pulalah halnya kelak pada hari-hari Anak Manusia”. Di dalam Kitab Suci, Nuh membangun bahtera. Di dalam Perjanjian Baru, di Petrus, dikatakan bahwa Nuh adalah pemberita kebenaran itu. Jadi Nuh berkotbah, sambil membuat bahtera, sambil berkotbah. Tapi apakah mereka mendengarkan? Tidak, Alkitab mengatakan mereka makan minum, kawin-mengawinkan dan lain-lain”, mereka tidak peduli, mereka menganggap remeh firman. Maka Yesus memberikan peringatan jangan seperti orang pada zaman Nuh, mereka dengar kotbah tapi tidak mau percaya, tidak ada perubahan hidup, jangan seperti itu. Karena ketika Tuhan marah, tidak ada yang bisa tenteramkan hatiNya lagi. Karena yang paling mungkin untuk tenteramkan hatiNya sudah diberikan yaitu Sang Anak sudah mati di atas kayu salib bagimu. Kalau itu pun tidak mengubah engkau, tidak ada harapan lagi.

Dan Yesus mengingatkan ayat 34-35.Ini bukan soal pengangkatan. Ini berbicara tentang orang yang diterima di dalam Kerajaan Tuhan, itu akan diterima tetapi yang ditinggal akan ditinggal meskipun mereka begitu dekat. Di ayat 34 dikatakan ada dua orang tidur di satu tempat tidur, ini pasti suami istri, yang seorang akan Tuhan ijinkan masuk kerajaanNya, yang seorang akan ditinggalkan, karena yang satu mengikuti Tuhan sedangkan yang satu tidak. Maka disini dikatakan bahwa relasi antar manusia yang dekat tidak bisa menolong lagi. Ada orang-orang yang bekerja di pengilangan, yang satu akan dibawa yang lain akan ditinggalkan. Ada orang-orang di ladang, yang satu akan dibawa, yang lain ditinggalkan. Yang boleh masuk ke dalam Kerajaan Tuhan, tidak tentu masuk bersama-sama orang dekatnya. Sehingga ini menjadi peringatan yang sangat besar dari Tuhan Yesus, hati-hati dengan hidupmu, hati-hati dengan imanmu, hati-hati dengan cara hidupmu. Biarlah Kerajaan Tuhan dinyatakan dengan cara hidupmu. Lalu murid-murid tanya, ini menjadi suati chiastic yang indah, di awal orang-orang tanya, di akhir murid-murid yang bertanya. Murid-murid bertanya “dimana, Tuhan?”, kalau sebelumnya bertanya “kapan, bagaimana?”, maka yang terakhir, “dimana tempatnya, Tuhan?”. Ada yang mengatakan di Yerusalem, ada yang mengatakan di tempat lain, yang mana tempatnya? Tapi Tuhan Yesus cuma mengatakan “dimana ada mayat, disitu berkerumun burung nasar”. Ada seorang penafsir mengatakan tanda penghakiman adalah sesuatu yang sangat jelek, tidak pakai tanda yang bagus. Tapi engkau akan sadar, ada mayat ada burung nasar, ini gambaran penghakiman yang mengerikan, ini gambaran kematian. Dan Yesus mengatakan penghakiman Tuhan akan terjadi dan kamu tidak akan gagal melihatnya. Tapi waktu engkau lihat, pada waktu itu sudah terlambat untuk menghindar dari penghakiman itu. Hari ini kita belajar peringatan yang sangat ketat mengenai hidup. Biarlah kita tidak menjadi orang-orang pada zaman Nuh yang terus mengabaikan firman. Biarlah hari ini menjadi hari dimana kita bertobat kembali kepada Tuhan, menginginkan kerajaan lebih dari apa pun, menginginkan hidup bagi Tuhan lebih dari apa pun.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkotbah)

Penerimaan dan Kenyamanan dalam Tuhan

(Lukas 17: 11-19)
Di ayat 11 dikatakan di dalam perjalananNya ke Yerusalem, Yesus menyusur perbatasan Samaria dan Galilea. Ini adalah hal yang penting, Lukas memberikan penjelasan bahwa kesepuluh orang yang sakit kusta ini bertemu dengan Tuhan Yesus, terjadi di perbatasan Galilea dan Samaria. Pada zaman Yesus, Israel terbagi menjadi 3, daerah Galilea yang sangat terpengaruh oleh budaya Helenistik, dan ditengah adalah Samaria yang sangat dipengaruhi (menurut orang Yahudi) oleh penyembahan berhala, lalu di daerah selatan itu daerah Yudea, inilah tempat para imam, tempat penyembahan kepada Tuhan yang dengan ketat dilakukan, inilah tempat yang ada bait suci, dan inilah tempat yang sangat Yahudi. Jadi Galilea dianggap sekuler, Samaria dianggap sangat kafir, dan Yudea adalah tempat yang paling suci. Dan di dalam pertemuan ini, Yesus bertemu dengan orang-orang sakit kusta ini di perbatasan Samaria dan Galilea, berarti agak ke utara. Orang kusta adalah orang-orang yang dikeluarkan dari komunitas, dan di dalam perikop kita, mereka bertemu dengan Tuhan Yesus di perbatasan Samaria dan Galilea. Nanti Saudara akan mengerti pentingnya ini ketika Tuhan Yesus mengatakan “perlihatkanlah dirimu kepada imam”. Imam-imam ada di Yudea, berarti mereka harus menyeberangi Samaria untuk bertemu dengan para imam, ini bukan perjalanan dekat, ini perjalanan jauh. Dan satu dari mereka kembali melalui perjalanan yang jauh untuk bertemu dengan Yesus. Ini adalah mujizat yang Yesus kerjakan, menyembuhkan orang kusta ketika mereka sedang dalam perjalanan.

Di dalam ayat ke-13, mereka berteriak “Yesus, Master, kasihanilah kami”. Kita kekurangan kata yang tepat untuk menggambarkan istilah yang dipakai orang kusta ini, tetapi di dalam kebiasaan Lukas memakai kata Master itu mengaitkan Yesus dengan pemimpin zaman dulu yang dianggap mempunyai kekuatan sihir. Jadi bukan hanya pemimpin politik tapi juga pemimpin yang mempunyai kekuatan magic. Sehingga ketika mereka mengatakan “Yesus, Master”, yang mereka harap adalah Yesus melakukan suatu tindakan yang supranatural untuk menyembuhkan mereka. Jadi mereka tidak sekedar mengatakan “Guru”, tapi mereka memberikan title yang tinggi kepada Yesus sebagai divine healer, sehingga mereka berharap Tuhan yang punya kuasa kesembuhan ilahi mau sembuhkan penyakit kusta mereka. Orang kusta menderita bukan karena penyakit, meskipun penyakit itu memberikan penderitaan kepada mereka, tapi mereka sangat menderita karena mereka dikeluarkan dari masyarakat. Mereka adalah kelompok yang disingkirkan. Di dalam Imamat 13 diadakan peraturan kalau kamu punya tanda aneh di kulit dan makin membesar, bawa dirimu ke imam, tunjukan lukamu supaya imam dapat menentukan apakah ini kusta atau bukan. Pada zaman dulu yang dimaksud kusta bukan hanya satu jenis penyakit tapi berbagai macam penyakit kulit yang dianggap bahaya, itu akan disebut kusta. Orang-orang ini menunjukan diri kepada imam dan imam akan putuskan apakah ini kusta atau bukan. Kalau ini kusta, imam akan menyatakan mereka sebagai orang yang terusir. Mereka tidak boleh tinggal di perkemahan atau di desa atau di kota. Mereka harus tinggal di tempat yang tidak ditinggali manusia. Mereka harus ada di luar kota atau desa. Mereka tidak boleh bergabung dengan masyarakat. Dan kalau pun mereka berpapasan dengan orang yang sedang berjalan, mereka harus tutup wajah mereka dengan tudung dan harus mengangkat tongkat mereka, dan mereka teriak “najis, najis”, maksudnya adalah “saya orang kusta, jangan dekat-dekat. Karena kusta adalah penyakit yang mudah mengular dan mereka harus mengindarkan diri dari bertemu orang. jadi Saudara bisa membayangkan betapa menderitanya orang yang kena kusta, mereka harus tinggal di luar perkemahan, harus tinggal di luar komunitas, mereka menjadi orang yang tersendiri. Mungkin Saudara mengatakan “kok ada peraturan seperti itu di Imamat?”, saya harus mengingatkan Saudara untuk membaca Kitab Suci berdasarkan konteks dan di dalam zamannya Kitab Imamat tidak ada kerajaan atau bangsa atau apa pun yang tidak ada peraturan sejenis. Dan di dalam Imamat banyak hal lain yang dijadikan sebagai simbol. Orang yang sedang datang bulan dianggap najis. Sekali lagi, bukan diamenjadi najis, tapi dia menjadi simbol dari pernyataan Tuhan tentang apa itu dosa dan kenajisan dan lain-lain. Maka orang sakit kusta dikeluarkan dari masyarakat, ini menjadi simbol orang berdosa sebenarnya adalah orang yang disingkirkan dari masyarakat, sehingga dia mengalami keterasingan, alienasi. Kita sedang terasing karena tidak ada relasi, kita sedang terasing karena tidak ada orang di sekeliling kita yang kita anggap sebagai teman untuk kita membentuk komunitas dan inilah yang dilakukan dosa, dosa memisahkan kita dari komunitas. Dan inilah yang dialami oleh 10 orang kusta itu. Maka mereka dengan keputus-asaan, bertahun-tahun tidak bertemu istri, bertahun-tahun tidak bertemu anak, bertahun-tahun tidak bertemu keluarga, bertahun-tahun tidak punya komunitas, bertahun-tahun tidak boleh masuk kampung. Saat ini bertemu Yesus, sumber harapan mereka. Mereka dengan berani tapi juga dengan tahu diri, mereka menjauh. Mereka berteriak kepada Yesus yang sedang masuk ke kota, di dalam ayat 12 dikatakan ketika Ia memasuki suatu desa. Lebih tepat diterjemahkan ketika Ia akan memasuki desa, berarti Dia belum masuk. Dan orang-orang itu tidak boleh masuk desa, lalu mereka teriak “Guru, Master, Divine healer, Pemimpin yang punya mujizat, tolonglah kami, kasihani kami”. Ayat 14, Yesus mengatakan kepada mereka dan berkata “pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam”. Dari tengah harus ke selatan, mereka harus berjalan menyeberangi Tanah Samaria untuk ke Yudea, bertemu para imam. Karena sejarah abad pertama mengatakan bahwa tidak ada imam pada zaman Tuhan Yesus, abad ke-1, yang ada di Galilea. Tidak ada imam yang diakui di Samaria, semua imam ada di Yudea. Apakah imam tidak boleh berjalan ke Galilea? Tentu boleh, tapi dia hanya melakukan upacara ke-Yahudi-an di Yerusalem dan di Yudea. Berarti waktu Yesus mengatakan “tunjukanlah dirimu kepada imam” Tuhan menuntut mereka berjalan melalui Samaria untuk pergi ke Yudea. Ini bukan perintah yang mudah. Jadi Tuhan tidak memerintahkan mereka ke daerah yang dekat, Tuhan menyuruh mereka berjalan melintasi Samaria untuk pergi ke Yudea, karena di dalam Imamat 14 dikatakan kalau orang kusta sudah sembuh, tunjukan diri ke imam, berikan persembahan yang dituntut oleh Taurat, setelah itu dia boleh kembali ke kampungnya, ini yang Yesus janjikan. Mereka boleh punya komunitas lagi, mereka bisa nyaman di dalam komunitas mereka. Lalu mereka dalam perjalanan, sedang dalam perjalanan, mereka sembuh. Meskipun tidak dikatakan kapan mereka sembuh, tapi saya percaya mereka sudah ada di jalan yang agak jauh, di tengah perjalanan. Orang Yahudi tidak punya kebiasaan mengatakan di tengah perjalanan, kecuali Saudara sudah sampai lebih dari separuh perjalanan. Kalau di awal akan dikatakan “dia akan memulai perjalanannya”, mereka sangat suka berjalan. Dan Saudara juga tahu dalam peraturan Taurat kalau ada orang tanya jalan, orang yang ditanya jalan mesti menemani sepanjang 1 mil. Sambil jalan, sambil ngobrol, ini satu persekutuan yang baik antara orang nyasar dan orang lokal. Ini persekutuan baik yang Tuhan mau bina, orang asing dan penduduk lokal itu langsung klop. Lalu bagaimana seharusnya orang asing dan lokal bersekutu, ada peraturan di Taurat, jalanlah bersama orang asing itu sejauh 1 mil. Mengapa harus jalan? Karena jalan berarti bersekutu dengan dia, tidak mungkin jalan diam-diaman. Mereka langsung akrab. Jadi ada fellowship antara orang asing dan orang lokal. Bayangkan Tuhan sudak memikirkan sampai sejauh ini sehingga tidak ada kaum yang dianggap pendatang yang disingkirkan oleh Israel. Semua boleh berbagian di dalam Kerajaan Israel yang menyatakan berkat Tuhan. Maka ini yang Tuhan mau lakukan.

Berarti orang Israel punya kebiasaan untuk melihat perjalanan yang jauh, baru kita mengatakan sedang dalam perjalanan. Jadi orang ini tidak jalan baru beberapa langkah langsung sembuh. Perjalanan ini sudah mereka tempuh lumayan jauh. Setelah mereka sudah tempuh jalan lumayan jauh, baru sadar mereka sembuh. Maka ketika mereka dalam perjalanan, lalu mereka saling melihat, ternyata mereka sudah sembuh. Langsung ada perasaan sukacita yang besar, “sekarang keterasingan kita berhenti, sekarang kita utuh kembali, sekarang kita sudah sembuh”. Memang wajar kalau orang-orang itu segera menaati Yesus, cepat-cepat cari imam supaya bereskan upacara penerimaan mereka kembali dan mereka bisa pulang ke daerah mereka. Dan ketika mereka sampai ke daerah mereka, akhirnya mereka bisa peluk anak mereka lagi, bisa bertemu suami atau istri, “lihat, aku sudah sembuh, maka dia sudah bisa memeluk anaknya, bisa kembali bertemu istrinya, bisa kembali diterima kampungnya. Ini sukacita besar sekali. Maka semua tidak ada yang ingat Tuhan, tapi ada satu orang Samaria yang ingat Tuhan. Satu orang ini setelah dia sadar kalau sembuh, dia kembali ke jalan tempat tadinya dia pergi, untuk cari Tuhan Yesus. Dia berjalan sangat jauh untuk dia mencari Yesus ada dimana, harus bertemu Yesus lagi. Yesus yang utama bagi dia, karena ini adalah Sang Master yang sudah sembuhkan dia, dia mesti bertemu Tuhan lagi. Alkitab bagian ini mengingatkan kita bahwa keterasingan orang kusta adalah pertama-tama keterasingan dari Tuhan, bukan hanya dari komunitas. Orang berdosa sedang terasing dari Tuhan, orang berdosa sedang tidak punya Tuhan. Dan kebutuhan paling penting yang mereka perlu adalah diterima kembali oleh Tuhan. Martin Luther menyadari ini ketika dia menggumulkan teologinya, dia mengatakan apa maksudnya upacara penebusan dosa, apa pentingnya saya mengaku dosa dan menjalankan hal yang dituntut gereja untuk dosa saya diampuni. Mengapa harus lakukan itu? karena dia ingin diterima Tuhan. Diterima Tuhan itu sangat penting bagi Luther, maka dia bergumul. Dan ada saat dimana dia mengatakan teologi tidak menjawab apa pun karena “teologi yang saya pelajari membuat Tuhan menjadi pribadi yang sangat tidak ingin saya temui. Kalau Dia hanya tahu murka dan kalau saya sudah penuhi keinginan Dia, baru Dia berhenti murka, maka saya tidak suka dengan Tuhan yang seperti ini, saya tidak mau diterima Tuhan seperti ini”, ini jadi pergumulan dia. “Tapi kalau Tuhan tidak ada, atau Tuhan hanya seperti ini maka jiwa saya habis, karena saya perlu diterima Tuhan. Tapi tuhan yang saya kenal dari teori yang saya dapat, itu bukan tuhan yang ingin saya temui”. Luther menyadari perlunya rekonsiliasi dengan Tuhan, semua orang perlu Tuhan. Tapi setan menawarkan alternatif supaya Saudara tidak merasa kosong. Salah satunya adalah relasi palsu. Berteman dengan teman yang tidak kenal Tuhan, yang hanya tahu hura-hura, Saudara akan merasa nyaman. Atau kedua, Saudara didorong atau dipikat dengan relasi yang tidak boleh tapi menyenangkan. Ini yang sering terjadi, berapa banyak keluarga yang akhirnya hancur karena relasi seperti ini. Laki-laki tidak lagi mengagumi istrinya, mulai mengagumi perempuan lagi. Perempuan tidak lagi cinta suaminya dan komit pada suaminya, dan mulai kagum kepada laki-laki lain. Pikatan adanya kenyamanan yang tidak boleh, ini pikatan palsu. Berapa banyak anak-anak harus hancur hidupnya karena papa mamanya tidak mengerti apa itu perjanjian, ini menyedihkan sekali. Maka waktu orang kusta, orang Samaria ini, sadar dia sudah sembuh, meskipun dia sangat ingin bertemu keluarganya, sangat ingin bertemu komunitas lamanya, pertama-tama dia harus cari Tuhan. Cari Tuhan itu pertama, cari Yesus dulu baru cari yang lain, cari Yesus dulu baru cari tempat yang Saudara nyaman sebagai rumah, cari Yesus lebih dari yang lain. Karena kalau kita tidak cari Yesus, kita tidak akan mendapatkan damai sejahtera itu. Bayangkan yang dilakukan oleh orang Samaria yang sudah sembuh ini, dia cari Yesus, dia jalan balik, dimana Yesus? “saya tidak tahu, saya harus cari Dia”. Bukankah Yesus dan rombongannya sudah pindah? Dia pergi kemana, kamu tidak tahu, “saya tidak peduli, saya harus temukan Dia lebih dulu”. Tapi bagaimana cara menemukanNya? Jalan. Bagaimaan kalau tidak dapat? Cari terus sampai dapat. Bagaimana kalau sulit ditempuh? Pokoknya saya harus bertemu Yesus. Bertemu Yesus dulu baru menikmati keluarga, bertemu Yesus dulu baru bertemu komunitas dimana di dalamnya saya merasa nyaman. Yesus dulu baru yang lain. Ini yang ditunjukan orang itu. Lalu dia mencari dan akhirnya bertemu Yesus.

Dengan memuji Tuhan dia sujud di hadapan Yesus dan mengucap syukur kepada Tuhan Yesus. Dan Tuhan Yesus mengatakan di dalam ayat 17 “bukankah kesepuluh orang itu tadi semuanya telah menjadi tahir, dimanakah yang kesembilan orang itu?”. Yesus tidak mengatakan kepada orang Samaria ini, “hebat kamu, kamu cari Aku sampai sejauh ini”, lalu Yesus senang sekali ada orang seperti ini, Dia kumpulkan seluruh jemaat, KKR mendadak, “sebelum kotbah akan ada kesaksian, Aku akan panggil orang kusta Samaria yang sudah sembuh”, lalu diwawancara oleh Yesus. Tidak, Yesus mengatakan “yang kamu lakukan ini normal, yang lain yang kurang normal. Kamu datang mencari Aku, itu biasa, memang seharusnya seperti itu. Yang lain mana?”. Orang pikir orang Samaria ini harus dimahkotai, tapi Yesus mengatakan orang ini biasa, yang lain yang tidak biasa. Satu kali Pak Stephen Tong ngobrol, ada majelis, ada Pak Tim dan lain-lain, lalu satu orang majelis di Pusat bertanya “Pak Tong capek ya? Baru datang dari luar negeri, tiap hari harus keliling kotbah dan lain-lain”, Pak Tong menjawab “tidak capek, biasa saja”, “Pak Tong jadwalnya padat sekali, tidak seperti kami”, langsung Pak Tong mengatakan “saya biasa, kamu yang kurang biasa. Saya standar, kamu yang dibawah standar, harusnya semuanya seperti saya”. Jadi dia tidak mengatakan dirinya luar biasa, dia bilang “kamu yang kurang biasa, saya biasa saja”. Maka ketika Saudara melayani Tuhan dengan giat, sudah cari Tuhan sedemikian hebatnya, jangan pikir diri luar biasa, diri biasa saja, yang lain yang kurang biasa. Kalau Saudara giat kerja bagi Tuhan, pontang-panting melayani Tuhan, lalu orang bilang “luar biasa ya orang GRII, kerjanya pontang-panting”, jangan pernah sombong apalagi berbangga. Kerja seperti itu biasa, banting tulang bagi Tuhan itu biasa. Yang tidak banting tulang itu yang something wrong.
Dan disinilah akar dari keterasingan, Saudara tidak akan terasing kalau giat mencari Tuhan. Tapi kalau Saduara diselewengkan oleh Tuhan, lebih suka cari kenyamanan di dalam komunitas yang tidak kenal Tuhan, lebih suka cari kenyamanan di dalam selingkuhan, lebih suka mencari kenyamanan di dalam kelompok yang anti Tuhan, maka Saudara akan mendapat kenyamanan, mendapat perasaan tidak asing, tapi semua itu palsu. Itu hanya akan memperburuk Saudara, keluarga, lingkungan, dan akan menjatuhkan mereka ke dalam kecelakaan yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya.

Luther mengatakan pertobatan itu ada 2 inner dan outward. Inner berarti saya rasa saya berdosa, outward-nya adalah tindakan saya berubah. Maka meskipun dia menangis, saya mengatakan saya tidak peduli meskipun dia menangis, sampai dia berubah baru saya rasa ada harapan. Ini yang terjadi, kenyamanan palsu merusak diri dan merusak orang. Maka jangan cari kenyamanan palsu. Orang kusta ini cari yang benar, dia cari Tuhan dulu baru nanti dia dipulihkan komunitasnya. Maka Tuhan mengatakan “berdirilah, pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau. Sekarang engkau menjadi milik komunitas Tuhan”. Biarlah kita seperti orang Samaria yang kusta ini, menjadi outcast, pinggiran yang tidak berguna. Dan pemulihan hanya akan terjadi kalau kita kembali ke Tuhan. Waktu keluarga kembali kepada Tuhan, keluarga ini menjadi tempat yang kita merasa nyaman di dalamnya. Ketika komunitas itu milik Tuhan, maka kita akan menjadi orang yang nyaman di dalamnya dan menjadi bagian komunitas yang indah. Di luar ini semua, Saudara akan masuk ke dalam keterasingan yang semakin membuat Saudara mencari tapi tidak menemukan, bergumul tapi tidak ada jawaban, kehausan tapi tidak ada air dan kerinduan yang tidak terpuaskan menjadikan Saudara makin rendah, makin habis dan makin putus asa. Kiranya Tuhan membawa kita kepada Dia dan menemukan damai sejahtera sejati di dalam Dia.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkotbah)

Hidup berpusat pada Allah

(Kejadian 37: 1-11)
Sadar atau tidak sadar hidup kita dikelilingi oleh banyak cerita. Saudara dikelilingi oleh cerita apa? Pasti televisi, berita, atau WhatsApp. Ternyata berita itu mempengaruhi hidup kita. Atau sebagian besar dipengaruhi cerita lain yang kita pilih sendiri, misalnya film, Saudara bisa memilih mau nonton film apa. Kalau Saudara sering nonton serial kungfu yang ratusan seri, Saudara akan dipengaruhi cara pikir yang sedikit tidak banyak, disadari atau tidak disadari pasti akan mirip, karena ietu cerita yang masuk di dalam hidup kita. Atau Saudara dikelilingi dengan serial korea, pasti Saudara akan terpengaruh dengan itu, paling tidak rambut Saudara jadi mirip, atau Saudara bisa pilih baju yang mirip juga. Jadi kita tidak bisa mengatakan cerita yang berseliweran itu tidak ada pengaruhnya, pasti ada, cuma masalahnya apakah kita sadar atau tidak sadar, kita terima atau tidak terima dipengaruhi itu. Ada juga yang dipengaruhi oleh cerita hidup kita sendiri hari demi hari. Tapi ada juga yang dipengaruhi oleh mitos, atau tradisi, kalau ke rumah duka tidak boleh pakai baju warna apa, tidak boleh bawa apa, pulang mesti melakukan apa. Kita mungkin tidak percaya, tapi ada sebagian orang yang tidak percaya tapi tetap melakukan. Tidak tahu kenapa tapi tetap melakukan saja. Sayangnya meskipun kita orang Kristen, cerita yang majorly mempengaruhi kita sepertinya bukan Alkitab. Berapa banyak Saudara dan saya dipengaruhi cerita Alkitab? Cerita Alkitab ada pengaruhnya tapi mungkin kita kategorikan itu sebagai mitos. Ceritanya baik, ada moral story-nya, kita anggap itu mitos. Harap itu salah, supaya kita menjadi orang Kristen yang sungguh.

Di dalam melihat bagian-bagian cerita apa yang Saudara dan saya alami di dalam dunia ini, saya mau kita berpikir secara tata surya, pakai ilustrasi ini. Ilustrasi ini dari Buku Seks dan Supremasi Kristus, tulisan John Piper, dia tidak membahas cerita ini. Tapi yang dia bahas tentang satu pikiran bagaimana kita memuliakan Tuhan. Di Reformed sering kali menemukan slogan God centered life, kita bukan man centered, tapi God centered, bagaimana prakteknya? John Piper memberikan satu ilustrasi yang saya pikir sangat bagus yaitu memakai tata surya. Tata surya kita ada matahari, ada planet-planet yang berputar mengelilingi matahari, dan beberapa planet ada satelitnya. Kalau kita mau tanya, pertama kita berpegang heliosentris atau geosentris? Bumi tidak punya gaya gravitasi yang sangat kuat untuk topang seluruh planet lainnya supaya tidak jatuh. Mengapa matahari bisa? Karena matahari punya gravitasi yang sangat kuat untuk menopang Merkurius, Venus, Bumi, dan lain-lain supaya tidak jatuh. Hidup yang God centered adalah hidup Saudara dan saya harusnya mengelilingi Tuhan, kita hidup diciptakan untuk mengelilingi Tuhan. Lalu hidup kita yang mengelilingi Tuhan sudah disediakan cerita-cerita yang mengelilingi kita untuk kita bisa hidup untuk Tuhan. Seperti bumi dan bulan punya relasi pasang naik dan surut, alangkah ironisnya kalau pasang naik dan pasang surutnya hidup kita dipengaruhi oleh cerita yang bukan biblikal. Jadi cerita-cerita yang lain bisa membuat kita up and down. Kita mungkin bukan orang Kristen yang geosentris, tidak man centered, tetap heliosentris, tetap berpusat pada Tuhan, pertanyaan kedua adalah cerita apa yang mengitari Saudara dan saya? Kalau God centered, memang hari Minggu ke gereja, tapi cerita yang mengelilingi adalah cerita korea, dangdut, sinetron, itu masuk, atau chat di Line, WA grup, semua mengitari kita, kita akan pasang naik, pasang surut, tidak karu-karuan hidupnya karena salah satelitnyaMaka hari ini kita coba cerita-cerita apa yang supaya kita mendapat satu pengertian what is God centered life itu seperti apa breakdown-nya, jangan kita cuma berani berslogan “saya berpusat kepada Tuhan”, real-nya apa? Tidak tahu, meskipun setiap Minggu ke gereja tapi tidak ada koneksinya satu dengan yang lain.

Kejadian 37: 1-11, kita kadang bisa salah mengerti cerita Yusuf ini dengan memikirkan ini versi sinetron, ada anak yang disayang oleh bapaknya, tapi dibenci oleh saudara-saudaranya, kemudian dia dibuang dan dijahati. Tapi ini tidak demikian karena Yusuf adalah salah satu orang yang sangat God centered. Dia memulai hidupnya pada usia 17 tahun, sangat muda, dia bisa mengambil satu keputusan untuk merefleksikan apa yang menjadi sifat Tuhan. Kita tidak bisa mengatakan “Yusuf dari sananya memang baik, sedangkan saudara-saudaranya dari sananya memang jahat”, tidak ada orang yang dari sananya baik. Orang menjadi baik adalah ketika dia merefleksikan sifatnya Tuhan. Maka tidak ada dengan sendirinya kita memancarkan kebaikan kita. Pertama, kita mulai hidup dengan memancarkan kebenaranNya Tuhan. Mungkin Saudara pikir itu Yusuf, bukan kita. Saudara tidak bisa begitu, Saudara teliti kisah hidupnya Yusuf atau tokoh Alkitab yang lain, Saudara akan mendapati bahwa hidupnya tidak lebih mudah dari kita dan hidup kita tidak lebih sulit dari dia. Karena mereka menghadapi kondisi yang sama. Mari kita lihat di dalam ayat 2 dan 3, dikatakan Yusuf masih muda, biasa menggembalakan kambing domba bersama saudara-saudaranya, anak Bilha dan Silpa kedua istri ayahnya. Yusuf menyampaikan kepada ayahnya kabar tentang kejahatan saudara-saudaranya”, lalu biasanya kita kaitkan ayat ini sebagai sebab akibat, tapi itu bukan. Yusuf adalah seorang yang dari awal mengambil keputusan untuk mengatakan kebenaran. Dan cerita lainnya adalah bapaknya memang sayang kepada dia. Ini dua cerita yang berbeda. Dia memang ambil keputusan untuk menyatakan kebenaran dan menyatakan kebenaran kebenaran itu tidak mudah. Karena ketika dia menggembalakan kambing domba bersama-sama saudara-saudaranya, dan dia sudah berkomitmen “saya hanya merefleksikan sifatnya Tuhan, maka kebenaranlah yang saya bicarakan”. Maka ketika pemberian baju, Yakub memberikannya kepada Yusuf karena sayang, itu betul, tapi sisi lain adalah baju itu dalam tafsiran James Montgomery Boice, itu bukan hanya sekedar warna-warni, merknya bagus, itu adalah baju yang menandakan dia supervisor, ketonet passim, baju yang sampai mata kaki. Berani bertindak di atas kebenaran itu tidak mudah. Dan Saudara kalau lanjutkan lagi, Yusuf bermimpi, bisa saja dia diam-diam saja, tidak memberi tahu orang lain, semua tenang. Mungkin Yusuf tidak akan dijual, hidupnya tidak akan menderita. Tapi ternyata ini tidak mungkin ketika dia mengambil keputusan untuk hidup God centered. Kalau God centered harus merefleksikan apa yang menjadi sifatnya Tuhan. Kalau sifatnya Tuhan adalah kebenaran dan tidak ada di dalam Tuhan yang tidak kebenaran, maka tidak mungkin saya hidupnya menyembunyikan ketidak-benaran, tidak mungkin saya hidupnya tidak mengatakan kebenaran. Mimpi di zaman itu adalah salah satu metode Tuhan memberikan message-Nya. Sekarang tidak berlakuk lagi. Tapi pada zaman itu, mimpi adalah salah satu mode dimana Tuhan memberitahukan message-nya. Dan mimpi ini diulang dua kali, pasti akan terjadi. Saudara perhatikan mimpi-mimpi di dalam Alkitab, yang terjadi dua kali biasanya akan terjadi.”. Dan ini pasti tidak tanpa bayaran, dia berespon pasti ada bayarannya. Ketika kita hidup dalam kebenaran, maka ada dua respon yang bisa kita hidupi. Yang pertama adalah respon pasif, kita terima akibatnya. Ketika Yusuf mengatakan yang benar, dia dijahati oleh saudaranya, dijual dan sampai mau dibunuh, dan dia hanya bisa pasif. Kadang-kadang ketika kita menyatakan kebenaran kita hanya bisa pasif, kadang-kadang kita hanya bisa menerima akibatnya. Kedua adalah aktif, ketika Yusuf di rumah Potifar, dia tidak pasrah ketika di hadapan istrinya Potifar. Ketika ketidak-benaran itu mengagresi dia dan dia ada kesempatan lari, dia lari dari istri Potifar, dia melarikan diri dari kejahatan. Lalu pasal 38 memberikan satu kontras, satu orang hidupnya untuk Allah, yaitu Yusuf. Satu orang namanya Yehuda, hidupnya sangat dirinya sendiri, apa yang dia pandang baik dia lakukan dan dia kerjakan saja. Semua cerita ada konsekuensinya. Tapi masalahnya kalau Saudara heliosentris, kita tidak akan jatuh, kalau kita geosentris pasti kita jatuh. Itulah perbedaan antara kita menjalani cerita Alkitab dan bukan.

Hal berikutnya adalah Tuhan juga memberikan berkat ketika kita berjalan di dalam orbitNya. Bumi itu ada orbitnya, Saudara mau lebih dekat kepada Tuhan? Maju saja, di orbitnya Venus, Merkurius, dan yang terjadi adalah kepanasan. Atau mau menjauh dari Tuhan, keluar orbit, yang terjadi adalah kedinginan. Jadi Tuhan akan memberikan berkatNya di dalam up and down kita mengelilingi Dia, di dalam waktunya masing-masing. Tapi satu hal yang pasti, ketika terlalu percaya diri mendekat, Saudara akan collapse, terlalu percaya diri untuk menjauh, Saudara juga akan collapse. Misalnya “saya mau lebih dekat Tuhan”, ada sebagian orang yang mengejar pengalaman-pengalaman supranatural seolah dekat Tuhan, seolah akrab sekali dengan Tuhan. Saudara kalau terlalu dekat dengan Tuhan, Saudara akan terbakar. Berarti kita harus memikirkan faktor transendensi Tuhan dengan tepat. Tuhan adalah Allah yang suci, kita tidak bisa sembarangan mendekati Dia. Sama, ketika hidup mengelilingi Tuhan, kita tidak selalu lancar. Karena Tuhan pun memberikan bijaksana di dalam mengatur alam semesta. Maka sangat naif kalau kita mengatakan “saya God centered, selamanya saya akan lancar terus”, kita terlalu naif, kita belajar dari alam tidak seperti itu. Pada alam, Tuhan menyatakan bijaksanaNya, ada musim dingin yang dinginnya luar biasa, ada musim panas yang panasnya luar biasa. Dan di setiap musim ada berkatNya. Dan itulah yang Tuhan janjikan. Selanjutnya dalam pasal 39, Saudara akan melihat Yusuf ada di rumah Potifar, menjadi second person setelah Potifar, tapi beberapa tahun kemudian dia masuk penjara. Pasal 39, Alkitab sangat balance di dalam hal ini memberikan bukti yang bisa kita baca. Kejadian 39: 2-3, 21-23, dua ayat mengatakan Yusuf disertai Tuhan di rumah Potifar, dia naik pangkat terus. Dan Saudara bisa begitu, Saudara God centered dan bisa naik pangkat, itu tidak kontradiksi. Jangan pikir ikut Tuhan selalu salib, turun pangkat, tidak harus seperti itu. Kita mengikuti Tuhan di dalam seasonnya seolah kita maju terus, bisnis semuanya baik, karier melesat dan Tuhan memberkatinya. Tapi ada kalanya, mungkin, ketika musimnya sudah berganti, maka bisa terjadi ketika satu dan lain hal kebenaran pastinya, Yusuf ditangkap dan masuk ke dalam penjara. Dan di dalam penjara itu dua ayat mengatakan bahwa Tuhan menyertai dia. Maka yang bisa dinikmati dari berkat Allah adalah berkat penyertaan, Tuhan akan menyertai kita di season mana pun kita berada, di keadaan apa pun, Tuhan akan menyertai apa yang kita kerjakan, karena kita berpusat pada diriNya. Ini menjadi satu hal yang kita pirkikan bersama, karena setelah kita menikmati berkat-berkat Tuhan dan Tuhan menyatakannya, kita bisa mengambil kesimpulan-kesimpulan sementara dalam hidup yang betul. Kesimpulan akhir nanti kalau kita sudah mati. Tapi sekarang Saudara ada yang 30 tahun, 40 tahun, kesimpulan hidup Saudara apa sepanjang ini, apakah kesimpulannya salah semua atau kesimpulannya sudah mendekati kesimpulan final yang betul? Itu menjadi hal yang perlu kita pikirkan. Dan Yusuf mengalami itu setelah dia 17 tahun. 17 Tahun dia di rumah ayahnya, pasal 37, lalu dia bertemu Firaun pada umur 30 tahun menjadi second man setelah Firaun, berarti ada 13 tahun diantaranya, dia punya anak dan selanjutnya, dan hidup ini bergulir setelah mungkin dia umur diatas 30, dia bisa mendapat satu konklusi hidup yang benar, karena dia sudah memiliki hidup yang berputar kepada Tuhan. Kejadian 41:51-52, cara Yusuf memberi nama anak menjadi suatu tanda yang bisa kita baca bagaimana kesmipulan sementara dia di dalam pertengahan hidupnya. Yusuf memberi kesimpulan Manasye, artinya forget, “Allah telah membuat aku lupa sama sekali kepada kesukaranku dan kepada rumah bapaku”. Alkitab mengajarkan relativisasi terhadap anugerah Tuhan yang sangat amat besar. Ini yang membuat Yusuf bisa melupakan kesulitan-kesulitan di rumah ayahnya karena God’s grace is bigger thas his problem. Kita tidak bisa kecilkan ini dengan pura-pura kecil. Tapi Saudara dan saya kadang-kadang bersyukur karena melihat masalah orang lain lebih besar dari pada masalah kita, itu namanya kurang ajar, “syukur saya tidak seperti dia, keluarganya semuanya mati”. Bagaimana kita bisa bersyukur kalau kita masih punya keluarga dan orang lain tidak punya keluarga? Atau sebaliknya, masalah kita yang besar, masalah orang lain yang besar, “enak ya dia tidak ada masalah, suaminya baik, sedangkan suami saya cerewet”, kita akan iri hati atau kita akan kurang ajar. Bagaimana caranya menyelesaikan ini? Caranya bagaimana Saudara relativisasikan ini dengan anugerah Tuhan. Perbandingan dengan anugerah Tuhan membuat kita punya kerohanian yang sehat, kita punya belas kasihan yang sehat, kita punya ucapan syukur yang sehat. Ucapan syukur karena kita punya dan orang lain tidak punya, itu sangat tidak sehat. Karena itu bukan ucapan syukur berdasarkan perbandingan dengan anugerah Tuhan. Maka ini satu konselling Tuhan terhadap Yusuf, saya yakin Yusuf melihat anugerah Tuhan sangat besar maka dia bisa mengambil kesimpulan “kalau perbandingannya seperti ini, saya lupa semua kesulitan, karena anugerahMu begitu besar”. Lalu kalau Saudara tidak ambil jalan konseling ini, masalahnya Saudara akan jatuh segera dalam victim syndrome “saya ini apa? Saya korban”, terus begitu. Dan perhatikan, di dalam kisah apa pun korban hampir selalu kita pandang sebagai protagonis. Kesimpulan kedua dalam hidup Yusuf adalah waktu dia memberi nama anaknya yang kedua, Efraim artinya double fruitful. Dia melihat bahwa seluruh penderitaan itu ternyata ada buahnya, bukan ending tapi sebagai saluran menuju sesuatu. Jadi ini yang perlu kita pikirkan ketika kita menderita kita berpikir apa, kita ini ending segala sesuatu “tamatlah saya” atau kita berpikir bahwa ini salah satu cara untuk Tuhan mengerjakan sesuatu berikutnya, entah jadi berkat untuk orang lain atau diri sendiri atau berkat bagi apa yang kita belum tahu. Kita perbandingkan ini dengan apa yang dikatakan Paulus dalam Kolose 1:24-25 “Sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu, dan menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuh-Nya, yaitu jemaat. Aku telah menjadi pelayan jemaat itu sesuai dengan tugas yang dipercayakan Allah kepadaku untuk meneruskan firman-Nya dengan sepenuhnya kepada kamu”. Bahasa mudahnya saya bahasakan penderitaan kita adalah salah satu cara Tuhan membuat kita menjadi kabel sambung. Saudara kalau mau menyalakan kipas angin tapi colokannya kejauhan, Saudara membutuhkan kabel sambungan. Terkadang penderitaan kita adalah cara Tuhan membuat kita menjadi kabel sambung itu.

Kesimpulan apa yang menjadi kesimpulan akhir dari hidup seorang yang katanya memperjuangkan kebenaran. Kejadian 50:19-20 “Tetapi Yusuf berkata kepada mereka: “Janganlah takut, sebab aku inikah pengganti Allah? Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar”. Ini adalah kesimpulan yang sangat penting, Yusuf mengelilingi Tuhan lalu dia mengambil kesimpulan akhir hidupnya adalah, terakhir dari bagian ini, adalah “bahwa semua yang kamu lakukan memang jahat, tapi Allah mereka-rekakan untuk kebaikan saya. Buktinya saya menjadi perdana menteri Mesir”, Alkitab mengatakan seperti itu? Tidak. Kita juga seringkali membacanya dengan cara yang salah, bagian ini saya mau paralelkan dengan Roma 8:28 “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia”, amin. Kita potong separuh belakangnya sehingga kita selalu meskipun kelihatannya God centered, kesimpulan akhir kita tetap self-centered yang memuakan Tuhan. Ayat utuh dari Roma 8:28, “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah”, masih ada belakangnya yaitu rencana Allah. Jadi Roma 8:28 pastinya tidak kontradiksi dengan Kejadian 50 karena endingnya adalah rencana Allah. Yusuf mengatakan “kamu mereka-rekakan yang jahat”, itu betul karena faktanya memang mereka jahat, tapi Tuhan mereka-rekakan yang baik bukan untuk Yusuf tapi untuk sebuah bangsa yang di dalam rencana Allah. Roma 8:28 mengatakan Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, mereka bukan saya, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. God centered life.

Angin besar dan Lidah-lidah Api

(Kisah Para Rasul 1:1-4, 14-40)
Pada hari Pentakosta semua orang berkumpul di satu tempat, ayat 2 “turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras memenuhi rumah dan tampaklah pada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing”. Ketika Roh Kudus datang waktu Dia dinyatakan pertama kali untuk mengumpulkan gereja Tuhan yaitu pada hari Pentakosta, Alkitab memberikan gambaran 2 yaitu angin keras dan lidah seperti nyala api. Dua hal ini sangat penting. Mengapa Roh Kudus menyatakan diri di dalam angin keras dan nyala api? Ini adalah hal yang harus dipahami dari Alkitab juga. Saudara tidak bisa terima ide-ide luar dan kita sembarangan masukan dalam pembacaan Kitab Suci, tapi kita harus melihat apa yang bagian lain dari Kitab Suci ajarkan untuk bagian ini. Itu sebabnya untuk memahami angin keras dan lidah api, kita mesti tahu apa yang dikatakan dalam Perjanjian Lama. Dalam Perjanjian Lama tema angin itu sangat banyak dibahas, kehadiran Tuhan dinyatakan dalam angin. Angin besar seringkali menyatakan menjadi tanda bahwa Tuhan hadir dan di dalam beberapa bagian angin menjadi kuasa yang jauh lebih besar dari pada kuasa laut. Dalam beberapa bagian Mazmur dikatakan ketika angin bertiup maka laut pun bergelora, dikatakan juga Tuhan menghancurkan kapal-kapal Tirus yang sangat besar, kapal-kapal yang luar biasa besar dari Tarsis juga Tuhan hancurkan. Dan Tuhan lakukan itu dengan angin untuk menggerakan samudera. Maka ada kesan atau pesan dari Alkitab yang menyatakan bahwa angin lebih berkuasa dari pada samudera. Dan di dalam Kitab Suci ada 2 kali peristiwa di mana angin menjadi penolong untuk manusia bertahan hidup, ketika peristiwa air bah dikatakan air memenuhi seluruh bumi sampai pada hari Tuhan mau surutkan air itu, Tuhan meniupkan angin untuk menggeser air, sehingga tempat yang tadinya kering menjadi basah karena dipenuhi air bah kembali menjadi kering. Tiupan angin yang dahsyat menyingkirkan laut, tiupan angin yang dahsyat menyingkirkan samudera raya. Demikian juga di dalam Kitab Keluaran ketika orang Israel mau pergi ke Tanah Perjanjian,Tuhan kirimkan angin untuk memecahkan laut, kemudian angin itu bertiup dengan sangat keras sehingga laut itu terbelah. Angin lebih kuat dari laut, laut terbelah, Israel bisa berjalan di tempat yang kering. Kalau kita tidak mengerti apa yang menjadi simbol laut maka kita juga tidak mengerti apa kaitannya angin lebih berkuasa dari pada laut. Waktu Alkitab bicara tentang laut, Alkitab tidak hanya bicara tentang bagian yang menutupi bumi lebih banyak, yaitu air samudera, tapi Alkitab sedang bicara tentang kuasa jahat. Tapi dalam periode Israel dibuang, ini periode Kitab Yeremia, Yehezkiel dan seterusnya sampai Maleakhi, periode Israel dibuang dan dipulihkan, banyak istilah yang menggunakan kata laut menggambarkan bangsa-bangsa. Bangsa-bangsa digambarkan sebagai laut yang sedang marah, bangsa-bangsa yang menyerang Israel dianggap sebagai samudera raya yang melingkupi daratan seperti peristiwa air bah. Tapi Tuhan berkata Dia akan mengalahkan bangsa-bangsa. Saudara bisa baca di dalam Yesaya 17:12 “wahai ributnya banyak bangsa-bangsa, mereka ribut seperti ombak laut menderu. Gaduhnya suku-suku bangsa, mereka gaduh seperti gaduhnya air yang hebat. Suku-suku bangsa gaduh seperti gaduhnya air yang besar tetapi Tuhan menghardiknya sehingga mereka lari jauh-jauh, terburu-buru seperti sekam di tempat penumbukan di hembus angin dan seperti dedak ditiup putting beliung”. Ini adalah kedahsyatan Tuhan mengirim anginNya untuk meniup laut sehingga tidak lagi berkuasa. Dan di dalam Yesaya 17 dikatakan laut adalah simbol untuk bangsa-bangsa yang besar, yang menghancurkan Israel. Tuhan lebih kuat dari pada bangsa-bangsa ini dan Tuhan menyatakan simbol kekuatan Dia dengan simbol angin. Angin yang dimaksud tentu bukan angin biasa, angin kecil yang Saudara bisa kuasai. Angin lebih kuat dari pada kita.

Inilah gambar yang mau dibagikan oleh Kisah Para Rasul mengenai kehadiran Roh Kudus. Saudara bisa bayangkan berapa dahsyatnya gambaran ini. Gambaran dalam Perjanjian Lama sangat dahsyat, sangat mengerikan, lebih mengerikan dari kuasa apa pun yang ditakuti oleh manusia. Manusia takut laut, Tuhan mengatakan angin Tuhan lebih kuat dari laut. Saudara takut kuasa jahat, kuasa Tuhan lebih mengerikan dari kuasa jahat, kuasa Tuhan lebih menghancurkan dari apa pun yang ada di dunia ini. Itu sebabnya Alkitab menggambarkan dengan sangat tegas tentang kuasa Tuhan dan keharusan manusia untuk takut akan Tuhan. Takutlah akan Tuhan karena Dia mengguntur di langit, takutlah akan Tuhan karena Dia hadir di dalam angin badai. Maka waktu Roh Kudus turun, Dia pakai tanda yang sangat kuat yaitu angin yang bertiup dengan sangat kencang. Kita tidak bisa menguasai Roh Kudus, seperti Roh Kudus itu semacam tenaga kecil yang kita bisa manfaatkan. Ini pemikiran dari orang seperti Simon Magus, dia melihat Petrus menumpangkan tangan lalu Roh Kudus turun, lalu dia mengatakan “saya juga mau kuasa seperti ini, saya mau punya kuasa seperti kamu, aku juga mau punya Roh Kudus. Karena aku bisa mengerjakan sihirku dengan lebih baik, aku bisa mengerjakan kuasa karena ada Roh Kudus”. Jadi Simon Magus berpikir Roh Kudus itu semacam power yang bisa kita ambil, kita masukan ke dalam diri kita, lalu kita sendiri punya kemampuan untuk mengaturnya, itu tidak benar. Roh Kudus bukan roh seperti itu, Roh Kudus adalah Roh yang akan menaklukan kita, menguasai kita, dan membuat kita menjadi bagian yang sangat kecil dari tengah-tengah pekerjaan yang sangat besar.

Kedua, dikatakan dalam ayat ke-3 “tampaklah pada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing”, ini simbol kedua. Di dalam simbol kedua dikatakan ada lidah seperti nyala api, ada api turun dalam bentuk lidah. Ini merupakan kalimat yang lagi-lagi sulit dimengerti, kita tidak bisa paham pengertian api berbentuk lidah. Kalau kita cek di dalam Perjanjian Lama, waktu Perjanjian Lama bicara tentang api, selalu berkait dengan penghakiman Tuhan yang menghancurkan. Ini gambaran yang banyak orang modern tidak senang, Tuhan menyatakan diri sebagai Tuhan yang menghanguskan, tidak ada orang yang suka. Tapi Alkitab tidak peduli orang suka atau tidak, ini fakta. Kalau ini kenyataan maka inilah yang disampaikan, kita boleh suka dan menyukainya, kita boleh benci dan tidak ada yang berubah, Tuhan tetaplah api yang menghanguskan. Maka kalau Dia datang, Dia akan menghanguskan semua yang kacau, semua yang penuh dosa. Tuhan tidak pernah membiarkan kekacauan, Dia akan menghancurkan dengan apiNya yang kudus. Maka ketika Sodom dan Gomora dihakimi, dikatakan api belerang diturunkan Tuhan dan menghancurkan. Dan banyak di bagian yang lain, penghakiman Tuhan digambarkan dengan api yang turun. Api sangat mengerikan, tetapi gambaran lidah api ini sangat-sangat jarang. Bahkan di dalam Kitab Suci hanya satu bagian yang menggambarkan kondisi lidah api ini yaitu keadaan yang dijelaskan di dalam Kisah Rasul 3:2 yaitu pernyataan Tuhan dari Ulangan 4: 33-36. Ini adalah satu-satunya kali di mana Tuhan menyatakan firmanNya bersamaan dengan api. Api dan firman disampaikan dalam satu peristiwa yang sama yaitu ketika Tuhan pamerkan diriNya, “Akulah satu-satunya Tuhan, tidak ada yang lain. Tidak ada bangsa yang boleh dengar apa yang kamu dengar saat ini, tidak ada bangsa boleh dapat privilege, ada api yang tidak menyatakan penghakiman tapi api yang menyatakan siapa Tuhan, api yang menyatakan firman Tuhan. Dan peristiwa itu terulang di Pentakosta, di Kisah Para Rasul 2 ada api yang menyatakan firman Tuhan, itulah makna lidah api. Sebab lidah berkait dengan perkataan. Saudara kalau mau menggambarkan perkataan, simbol yang dipakai bukan cuma mulut tapi juga lidah. Lidah yang berbentuk api ini adalah penggenapan dari Ulangan 4:36, ada api dan perkataan Tuhan dinyatakan bersamaan. Jadi Saudara bisa lihat betapa dahsyatnya gambaran ini, angin yang besar dan lidah api, ini dua hal yang menyatakan bahwa pekerjaan Roh Kudus adalah pekerjaan yang membawa kepada puncak, semua hal yang Tuhan sudah siapkan, dari Kejadian sampai Maleakhi, dan dari peristiwa ketika Yesus disalibkan dan naik ke sorga. Semua peristiwa yang genap di dalam Kristus, sekarang dibawa keseluruh dunia oleh Roh Kudus. Maka Roh Kudus akan membawa ini dan Dia akan membawanya seperti angin yang besar dan seperti lidah api. Dua bagian yang tadi, angin yang menghancurkan bangsa-bangsa dan lidah api yang menyatakan perkataan Tuhan yang kudus, bahwa Dia adalah Tuhan bagi umatNya, ini dua-duanya digabungkan dalam peristiwa Pentakosta. Saya harap apa yang barusan saya katakan membuat banyak link dalam pikiran Saudara yang sudah pernah membaca bagian-bagian ini, karena ini benar-benar menjadi pencerahan yang besar bagi orang yang pernah membaca Surat Ulangan, pernah membaca Yesaya, sudah pernah membaca Kitab Mazmur dan lain-lain, tapi sulit mengaitkan antara satu dengan yang lainnya. Bagian ini mengaitkan semuanya dengan sangat indah. Tapi kalau kita kurang menguasai bagian-bagian ini, mungkin kotbah hari ini terasa kosong. Inilah 2 pekerjaan yang dilakukan Roh Kudus, Dia akan mengalahkan bangsa-bangsa, angin besar yang meniupkan laut. Lalu yang kedua, Dia akan panggil umatNya yaitu firman yang dinyatakan dari api, Ulangan 4. Ini menarik sekali, jarang ada orang yang mengerti dari Kisah Para Rasul 2, kecuali meilhat kitab yang baru saya kutip tadi. Karena kalau tidak, kita akan bingung apa yang dimaksudkan mengapa harus angin keras dan mengapa mesti lidah api. Maka dari 2 hal ini kita melihat Tuhan sedang menggenapi pekerjaanNya, mengangkat Kristus menjadi Raja lalu mulai perkenalkan Kristus ke seluruh dunia. Inilah yang Roh Kudus kerjakan, Roh Kudus sedang panggil umat, bangsa-bangsa untuk datang kepada Kristus, satu-satunya Raja mereka. Dan ini di dalam Kitab Zakharia dikatakan akan digenapi oleh Roh Kudus. Zakharia 4: 6. Di dalam Kitab Zakharia, Tuhan akan memulihkan kembali Israel dan melalui Israel, Tuhan akan pulihkan seluruh bumi. Tuhan akan menyatakan kerajaanNya dengan cara mengirimkan RohNya yang kudus. Jadi pasal 2 dari Kisah Para Rasul menggenapi apa yang Tuhan sudah nubuatkan di dalam Kitab Zakharia.

Sekarang Saudara bayangkan betapa besarnya peristiwa Pentakosta, seluruh bumi jatuh ke dalam dosa, seluruh bumi sepertinya bukan lagi milik Tuhan. Lalu Tuhan berfirman dari atas, Dia mengatakan “Aku akan memenangkan kembali bumi, kerajaanKu akan dinyatakan di bumi”. Dan Tuhan memulai dengan memanggil Abraham. Tuhan memanggil Abraham sebagai cara untuk memanggil bangsa-bangsa kembali kepada Dia. Banyak orang Kristen pikir hidup di dunia hanya tunggu waktu ke sorga, tanpa pernah mengerti proyek apa yang Tuhan sedang kerjakan di bumi. Kalau kita mau hidup di bumi dan kita akui bahwa bumi adalah milik Tuhan, maka kita mesti berikan seluruh hati kita untuk bertanya kepada Tuhan, apa yang Engkau sedang kerjakan di bumi ini, ijinkan saya berbagian sepenuh-penuhnya. Tapi kalau Saudara tidak tahu apa yang sedang Tuhan perjuangkan, maka kalimat ini menjadi kalimat omong kosong. Yang Tuhan janjikan belum terjadi, berkat bagi bangsa-bangsa belum terjadi, Tuhan ingin menyatakan kemenangan bagi bangsa-bangsa tapi belum terjadi. Apakah ini bisa terjadi? Bukan hanya bisa, pasti jadi. Maka di dalam Mazmur 2 Tuhan mengingatkan “Aku sudah mengangkat rajaKu dan seluruh bangsa-bangsa di bumi harus sujud kepada Dia. Dengarlah perkataan Raja ini atau engkau akan dibinasakan”, ini Mazmur kedua. Mazmur kedua mengatakan Tuhan sudah siapkan RajaNya. Raja inilah yang akan mewakili Tuhan menaklukan seluruh bumi. Raja ini dilantik dan dimahkotai bukan di bumi, tapi di sorga. Inilah sebabnya kita merayakan kenaikan Yesus Kristus. Tuhan menyatakan Sang Raja lalu menaklukan seluruh bangsa dengan berkat. Maka Tuhan memulai hal ini dengan cara mengumpulkan orang-orang biasa yang mengikuti Sang Raja, lalu mereka berdoa di satu ruangan. Kemudian Tuhan nyatakan api dalam bentuk lidah, Tuhan turunkan angin yang sangat menggoncang sehingga semua orang kagum dan mendekat ke orang-orang itu. Di ayat keempat dikatakan maka penuhlah dengan Roh Kudus. Lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa lain seperti yang diberikan oleh roh itu kepada mereka untuk mengatakannya. Ketika Roh Kudus hadir, Dia menyatakan keadilanNya dengan tanda yang luar biasa, tanda yang begitu dahsyat dan dengan lidah api menggenapi Ulangan 4 yaitu Tuhan akan memanggil umatNya dengan suara dan kehadiranNya yang sangat dahsyat. Maka waktu Tuhan hadir melalui Roh KudusNya, Tuhan memakai tanda begitu besar. Tetapi ketika Tuhan utus murid-murid ini pergi ke luar, Tuhan tidak lagi memakai tanda yang besar itu, Tuhan tidak lagi pakai api yang seperti lidah atau pun tanda angin yang sangat besar. Tapi Tuhan sekarang bekerja melalui Petrus dan murid-murid yang lain. Merekalah yang tampil keluar untuk menyatakan firman Tuhan. Waktu Tuhan menyatakan diri kepada manusia tidak lagi dengan angin yang keras, tidak lagi dengan lidah api, tapi semua itu disembunyikan di dalam diri para saksi. Maka Tuhan menunjukan kuasa yang sangat besar, tapi Tuhan juga menyatakannya dengan cara tersembunyi, hal ini mesti kita pahami. Saudara kalau cuma tahu ketersembunyian Tuhan, Saudara dan saya akan meremehkan pekerjaan Tuhan. Maka jangan heran mengapa kuasa kotbah Petrus begitu besar, karena ini angin besar, lalu lidah api yang dinyatakan di dalam diri seorang rasul yang sederhana. Tuhan bekerja memakai murid-murid lalu Dia turun memberikan bahasa yang lain kepada para murid. Mengapa Tuhan turun memberikan bahasa yang lain? Karena Tuhan ingin menyatakan ini waktunya berkat bagi bangsa-bangsa lain, berkat Tuhan mau menyatukan mereka menjadi satu, menjadi milik Kristus. Seluruh bangsa sekarang boleh dipanggil oleh Tuhan untuk mengenal siapa Raja satu-satunya. Cuma ada satu Raja yaitu Yesus, cuma ada satu Juruselamat yaitu Kristus. Dan sekarang Tuhan panggil bangsa-bangsa ini untuk berkumpul menjadi satu. Waktu Roh Kudus turun, Roh Kudus memperkenalkan kepada semua orang “sekarang kamu akan disiapkan sebuah identitas baru, sebuah tradisi baru, sebuah pekerjaan yang baru yang akan mengubah seluruh hidupmu. Tradisimu yang lama menjadi kecil artinya, tradisimu yang baru ini yang menjadi penting artinya”. Maka waktu Roh Kudus turun, Dia memberikan kepada para rasul bahasa yang lain. Bahasa yang lain maksudnya apa? Ada perombakan identitas “engkau bukan lagi siapa engkau sebelumnya”. Identitas baru diberikan dan karena itu murid-murid berbicara dengan bahasa lain. Orang Yahudi bicara bahasa Mesir, orang Yahudi bicara bahasa Mesopotamia, orang Yahudi bicara bahasa Arab, ini adalah perubahan identitas. Ini menunjukan identitasmu yang lama tidak lagi penting, ada identitas lain yang juga penting, ada bahasa lain yang juga penting. Roh Kudus memanggil bangsa-bangsa lain, Dia akan memberikan berkat kepada bangsa-bangsa lain dan memperkenalkan tradisi baru kepada mereka, ini yang Tuhan kerjakan. Tuhan panggil bangsa-bangsa, tunduk kepada Sang Raja lalu Dia akan menyatakan “sekarang kamu umat yang baru, kamu milik Aku, sekarang kamu kerjakan apa yang menjadi ciri dari tradisi umat Tuhan”. Inilah yang Tuhan nyatakan, para rasul diberikan bahasa yang lain sehingga mereka sadar yang mereka ucapkan bukan identitas mereka sendiri, ini identitasnya orang lain, berarti Tuhan mau panggil orang lain juga untuk menjadi satu di dalam Kristus, di dalam Juruselamat yang dipercaya. Tuhan memberikan identitas yang baru bagi orang yang mendengarkan Roh Kudus dan menjadi satu umat bersama dengan orang-orang yang sudah percaya kepada Kristus. Mereka semua menjadi milik Kristus dan di dalam kotbah Petrus, dia mengatakan “inilah Kristus yang Tuhan bangkitkan, yang Tuhan sudah nyatakan dari Perjanjian Lama, dan sekarang kami adalah saksinya. Kamu sekarang berbagian di dalam umat ini kalau engkau percaya kepada Tuhan Yesus”, maka identitas baru ini diberikan. Engkau dan saya bukan lagi Indonesia, Afrika, Amerika, tapi satu di dalam Kristus, satu di dalam gereja Tuhan. Tapi apakah kalau saya menjadi Kristen berarti identitas saya yang lama lebur sama sekali? Tidak, karena di dalam pasal 4 dikatakan waktu mereka penuh dengan Roh Kudus, mereka penuh dengan bahasa-bahasa lain, bahasa yang dimengerti bangsa lain. Berarti Tuhan tetap mempertahankan identitas bangsa-bangsa ini. Keragaman yang baik yang Tuhan terima, yang hancur akan Tuhan hancurkan. Itu sebabnya perkataan Roh Kudus seperti lidah api, seperti yang dibagikan di dalam Ulangan 4 yaitu perkataan Tuhan yang disampaikan dalam api, api yang memurnikan, api yang membakar, tapi api yang mengambil apa yang baik, yang Tuhan memang inginkan ada di dunia ini.

Mari kita lihat pekerjaan Roh Kudus di dalam gerejaNya dan kita akan tahu bangsa-bangsa sudah mulai ditaklukan, bukan dengan senjata tapi dengan perkataan yang keluar dari api yaitu firman Tuhan.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkotbah)

Kristus yang sudah bertakhta

(Kisah Para Rasul 7: 54-60)
Tema yang besar di dalam Kitab Suci dari Kejadian sampai Wahyu adalah Allah adalah Raja. Allah adalah Raja di langit dan Raja di bumi. Allah adalah yang bertahta di sorga dan Allah adalah yang berkuasa di bumi. Untuk menyatakan kepenguasaan Tuhan atas bumi, Tuhan menciptakan manusia. Ini tujuan penciptaan yang sangat jelas di dalam Kitab Suci. Di dalam Kitab Kejadian, Tuhan menciptakan manusia untuk menaklukan dan memenuhi bumi, untuk berkuasa atas segala makhluk yang Tuhan ciptakan di bumi. Tuhan adalah Raja dan Tuhan mau bumi ditaklukan oleh manusia. Mengapa manusia? Karena manusia diciptakan menurut gambar Allah, manusia adalah gambar Allah. Dan kalau kita tidak mengerti gambar Allah berdasarkan pengertian Alkitab, maka pengertian gambar Allah menjadi suatu yang asing untuk kita. Mengapa manusia disebut gambar Allah? Alkitab mengatakan karena manusia mewakili Allah. Di dalam budaya zaman Perjanjian Lama, gambar Allah adalah istilah yang hanya dikenakan kepada raja. Jadi hanya raja-raja yang disebut gambar Allah, yang bukan raja tidak disebut gambar Allah. Demikian juga istilah anak Allah, anak Allah adalah istilah yang diberikan kepada raja-raja, bukan kepada orang biasa. Jadi di dalam zaman kuno, di dalam zaman Perjanjian Lama, baik di dalam budaya Israel, maupun Mesopotamia, atau pun Mesir, di dalam kebudayaan-kebudayaan itu gambar Allah adalah julukan untuk raja. Maka Kitab Suci merombak pengertian ini di dalam Kejadian 1, karena di dalam Kitab Suci dikatakan Tuhan menciptakan manusia berdasarkan gambar Allah, atau bisa juga dikatakan menjadi gambar Allah di bumi ini. Kalau manusia adalah gambar Allah, semua manusia laki-laki maupun perempuan, budak maupun orang merdeka, raja maupun rakyat, semua adalah gambar Allah, berarti semua manusia adalah raja atau penguasa yang mewakili Tuhan menaklukan bumi. Ini yang sebenarnya Tuhan inginkan, seluruh bumi dipenuhi oleh sang wakil yaitu manusia mewakili Tuhan menaklukan bumi. Itu sebabnya di dalam Kejadian 11 digambarkan manusia membangun menara yang ujungnya sampai ke langit, ini menara Babel, banyak orang menafsirkan ini sebagai bentuk bangunan zigurat dimana ada tangga yang menucu puncak bangunan ini, lalu di puncak bangunan dibuat semacam rumah yang menjadi simbol tempat berdiamnya dewa. Diharapkan dewa itu akan turun tangga yang ada di bangunan itu, sampai dia tiba di bawah, dia akan berdiam bersama dengan manusia. Ini keinginan manusia di menara Babel, mereka bersatu, mereka tidak terpecah belah, mereka tidak tercerai berai, mereka punya satu bahasa, mereka punya satu tujuan, mereka punya cita-cita, mereka punya kehendak, dan mereka mencari nama bagi diri, mereka mengerti identitas mereka berdasarkan ketetapan yang mereka buat sendiri. Jadi siapa mereka, apa tujuan hidup mereka, apa yang menjadi kenikmatan, apa yang diperlukan, semua hal ini mereka tetapkan sendiri. Mereka tidak perlu Tuhan, mereka tidak mau tanya Tuhan. Mereka tentukan sendiri segalanya yang harusnya cuma Tuhan yang boleh tentukan. Kesalahan orang Babel adalah mereka mengatakan “Tuhan hadirlah untuk penuhi rencana kami”, ternyata Tuhan hadir dan rencana mereka semua diobrak-abrik. Apakah Saudara mau minta supaya Tuhan hadir di dalam kehidupan kita? Kalau mau, apakah siap kalau Tuhan mengobrak-abrik? Penghukuman Menara Babel yang membuat mereka terserak ke seluruh bumi. Tapi setelah itu di Kejadian 12, Tuhan memanggil Abraham dan mengatakan “Aku tetap akan memakai manusia, Aku tetap akan mendirikan kerajaanKu, Aku akan tetap memberkati bangsa-bangsa melalui keturunan Abraham”. Jadi Tuhan tetap dengan rencana semula yaitu memenuhi bumi, menjadi milikNya, Dia adalah Raja atas bumi.

Tuhan mau Israel, keturunan Abraham ini menjadi bangsa yang tunduk kepada Tuhan. Dan melalui Israel, Tuhan akan nyatakan kepenguasaanNya atas bumi. Inilah sebabnya Tuhan panggil Israel supaya Raja yaitu Allah dinyatakan di bumi. Tapi Kitab Hakim-Hakim menunjukan fakta yang menyedihkan, yaitu Israel tidak bisa bersatu, Israel terus tercerai-berai, Israel hanya pentingkan diri, hanya pentingkan kelompok, hanya pentingkan golongan, hanya pentingkan suku, hanya pentingkan keluarga, hanya pentingkan kaum. “Yang penting saya tenang, yang penting saya baik, yang penting keluarga saya sejahtera, saya tidak peduli Israel mau jadi apa”. Inilah kerusakan Israel pada waktu itu, sehingga Tuhan membangkitkan para hakim. Dan Saudara bisa lihat salah satu yang dikerjakan para hakim ketika mereka dipenuhi Roh kudus adalah mereka akan menyatukan orang-orang di Israel untuk berjuang bersama mereka. Ini yang dilakukan Gideon, Gideon mengajak orang-orang berperang bersama dia, sampai Tuhan yang singkirkan jangan semua ikut perang, hanya sebagian saja. Demikian waktu Tuhan bangkitkan Yefta, dan Yefta berjalan menelusuri beberapa suku dan mengajak mereka untuk bergabung bersama-sama berperang demi Israel. Jadi Tuhan menginginkan Israel kompak, punya kesehatian, punya tujuan yang sama, punya visi yang sama, punya semangat juang yang sama untuk satu bangsa. Ini bangsa milik Tuhan, harus lebih penting dari golongan dan pribadi. Maka kesatuan Israel jauh lebih penting. Dan ketika Israel menyembah berhala, Alkitab mengatakan mereka mulai pecah. Mengapa pecah? Karena menyembah berhala itu ada banyak versi. Lalu mereka mulai pecah, tidak lagi satu visi. Roh Kudus memenuhi orang itu, dan orang-orang tetap tidak mau mengikuti orang itu untuk berperang demi Israel. Salah satu aspek yang dikatakan Alkitab tentang Roh Kudus adalah Roh Kudus itu Roh yang menyatukan visi di tengah-tengah umat Tuhan, seluruh umat Tuhan punya daya juang yang sama, semangat berkorban yang sama, tujuan yang sama, dan kegigihan yang sama untuk mencapi tujuan itu. Itu pekerjaan Roh Kudus. Roh Kudus tidak membuat orang getar-getar, tidak membuat orang menggelepar-gelepar, tidak membuat orang keluarkan bahasa-bahasa aneh, itu bukan hal yang dikerjakan Roh Kudus. Tapi banyak orang terus pikirkan kelompok, terus pikirkan kubu, terus pikirkan pokoknya kelompok sendiri yang harus memberikan pengaruh, padahal dia tidak punya kekuatan memberi pengaruh apa pun. Maka di dalam Alkitab dikatakan bangkit dari kegoncanganmu, dari perasaan mau nyaman, dari mau aman sendiri, dari mementingkan kelompok sendiri dan tidak perduli apa yang terjadi pada kelompok lain, tidak boleh begitu. Israel harus bersatu, tapi mereka tetap tidak bersatu. Maka kalimat yang menutup Kitab Hakim-Hakim adalah kalimat yang sering muncul di awal yaitu kalimat “dan mereka melakukan semua seenaknya sendiri karena tidak ada raja”. Berarti Israel perlu raja untuk menyatukan mereka menjadi satu. Salah satu tujuan Tuhan membangkitkan raja adalah supaya Israel dipimpin menjadi satu oleh raja ini menjadi kerajaan yang menyatakan kerajaan Allah. Kerajaan Allah dinyatakan lewat Israel, dan Tuhan bangkitkan orang bernama Daud. Tadinya Saul, tapi Tuhan buang Saul karena ketidak-setiaannya, dan Tuhan bangkitkan Daud. Setelah Daud menjadi raja, dia ingin supaya rumah Tuhan didirikan. Tapi justru Tuhan yang berjanji kepada dia, “Aku mengikat janji kepadamu, lewat keturunanmu, tahta Daud tidak akan pernah habis. Keturunanmu akan Aku angkat setelah kamu mati, dan dia akan menjadi raja selama-lamanya”. Jadi Tuhan akan angkat satu raja keturunan Daud, bukan banyak. Demikian juga janji Tuhan kepada Abraham, “Aku akan membuat keturunanmu menjadi berkat bagi bangsa-bangsa”, keturunan juga satu. Ini yang Paulus sadari, anak Daud, singular, satu, anak Abraham juga satu. Siapa satu orang ini? Dan Saudara boleh berpikir, mungkin tidak ada orang menjadi raja selama-lamanya kalau dia sendiri? Bukankah kematian akan menghalangi dia menjadi raja selama-lamanya? Tuhan menjanjikan hal ini kepada Daud, “anakmu (satu) akan Aku bangkitkan. Dan tahtanya akan kekal selama-lamanya”, ini janji Tuhan. Jadi anak Daud akan bertahta selama-lamanya. Dan inilah cara Tuhan menyatakan kepenguasaanNya di bumi. Tuhan mau manusia mewakiliNya menjadi raja, gambarNya, maka Tuhan konsisten sampai selama-lamanya bumi akan dikuasai oleh manusia. Siapa manusia itu? Keturunan Daud. Tidak mati-mati? Tidak, karena Dialah yang pertama bangkit diantara orang mati. Ini Raja yang Tuhan janjikan akan menjadi Raja selama-lamanya. Israel akan punya raja. Dan ternyata di dalam Yesaya dikatakan ini raja bukan hanya untuk Israel, ini raja untuk semua bangsa, sesuai janji Tuhan kepada Abraham. Maka Tuhan adalah Raja atas bumi ini. Dan Tuhan bangkitkan Raja ini yaitu Yesus, memimpin satu kelompok umat yang akan mewakili Tuhan menjadi penguasa di bumi, membuat Tuhan menjadi Raja di bumi ini. Siapa kelompok itu? Orang Kristen. Inilah berita penting yang Tuhan mau bagikan, Yesus bukan hanya Juruselamat, Dia juga Raja. Yesus bukan hanya Sang Penebus dosa manusia, Dia juga adalah Sang Raja. Saudara kalau saya tanya untuk apa Yesus datang ke dalam dunia? Untuk menjadi Raja. Di Yohanes, waktu Pilatus bertanya kepada Yesus “jadi Engkau adalah Raja?”, kalau Saudara adalah orang yang suka cari aman, akan menjawab “tidak. Maksudmu raja rohani? Ini maksudnya adalah raja di sorga bukan di bumi”. Yesus tidak begitu, Dia mengatakan Allah itu Raja, bukan kaisar. Maka ketika ditanya “apakah Engkau Raja?”, “iya, Allah mengutus Aku untuk jadi Raja, untuk itulah Aku datang”, dari mulut Yesus sendiri kita dapatkan pengertian Dia datang ke dalam dunia untuk menjadi Raja di dunia. Kalimat ini sering diabaikan oleh orang Kristen, kebanyakan orang hanya melihat Yesus datang untuk menyelamatkan. Tentu itu tidak salah, tapi Yesus sendiri mengatakan “Aku datang untuk menjadi Raja”, lalu kita mau merohanikan ini “Yesus itu Raja rohani di sorga, di bumi rajanya tetap raja-raja biasa. Tuhan tidak peduli bumi, rajanya mau kacau, mau busuk, tidak apa-apa, yang penting di sorga baik, yang penting di sorga aman”, ini mentalitas dari orang-orang yang tidak bisa jadi berkat. Bumi kacau silahkan, yang penting sorga aman. Bumi banyak perampok tidak apa-apa, yang penting sorga aman.

Maka setelah Yesus datang akan ada 4 hal yang terjadi. Hal pertama, umat Tuhan akan disatukan di dalam Dia. Seperti yang Dia janjikan, di Hakim-Hakim umat Tuhan pecah hanya perhatikan kebutuhan sendiri, tetapi kalau ada raja, ini akan diperbaiki. Maka Yesus di dalam Yohanes dikatakan akan mengumpulkan anak-anak Tuhan yang tercerai-berai menyatukan mereka, bahkan Dia akan mengumpulkan dari kandang yang lain, dari bangsa-bangsa lain menjadi satu bangsa, satu umat, dimana Dia adalah satu-satunya Raja mereka. Ini hal pertama, Dia akan kumpulkan semua. Lalu yang kedua, Dia akan mulai menyatakan kerajaan itu di bumi. Yesus bukan orang pasifis yang hanya ada di sorga, Yesus tidak pernah pasif. Yesus selalu mengajarkan ajaran untuk menjadi aktif. Kemudian yang ketiga, ada perombakan sistem yang dahsyat. Perombakannya menjadi sistem raja. Demokrasi itu dari Yunani, tapi yang bisa menerapkan demokrasi dengan benar hanya Kristen karena bagi Kristen rakyat dan raja sama-sama hamba Tuhan. Paulus mengatakan di Roma 13, ini poin yang penting sekali untuk demokrasi, “hai kamu, taatlah kepada pemerintah, sebab pemerintah adalah hamba Tuhan”. Pemerintah adalah hamba Tuhan. Ini adalah prinsip demokrasi yang paling hebat, bukan demokrasi seperti barat, dimana suara rakyat adalah suara Tuhan. Rakyat bukan Allah, raja bertanggung jawab kepada Allah. Jadi melalui Kekristenan mulai ada perombakan. Maka hal yang ketiga adalah sistem di dunia berganti, kalau pemerintah berganti pasti sistemnya berganti. Tapi sistemnya tidak berganti dengan cara radikal seperti orang yang mau revolusi. Keempat, Kristus akan menyebarkan KerajaanNya dengan memperkenalkan Dialah Raja. Ini adalah penginjilan. Saya menyebarkan bahwa Yesus adalah Raja, saya menawarkan berita kabar baik. Apa kabar baik? Bahwa Rajamu sudah bertahta. Di mana Dia bertahta? Di sorga. Inilah yang saya perkenalkan. Maka Tuhan akan menyatakan bahwa kita yang milik Tuhan diberkati oleh Tuhan, dipimpin oleh Tuhan, disertai oleh Tuhan tapi dimusuhi oleh dunia. Mengapa kita dimusuhi dunia? Karena waktu Saudara membawa Kerajaan Kristus di dunia ini, raja yang lama tidak akan suka. Siapa raja yang lama? Orang Israel pikir raja yang lama itu adalah raja Filistin, ternyata bukan. Mereka pikir raja yang lama adalah Raja Asyur, itulah yang harus mereka basmi, ternyata bukan. Orang dunia digerakan setan untuk menghancurkan kerajaan Tuhan dan mereka ingin bunuh siapa yang ikut Tuhan dan Mesias yang diurapi. Tapi ayat 4 mengatakan Tuhan tertawa karena kebodohan bangsa-bangsa ini, “kamu mau hantam orang yang diurapi? Hantam saja”. Akhirnya Yesus dihantam, Dia yang diurapi dibunuh, tapi Dia bangkit dan sekarang naik ke sorga, lalu dilantik di sorga, ini yang dikatakan di ayat ke-5, “Maka berkatalah Ia kepada mereka dalam murkaNya dan mengejutkan mereka dalam kehangatan amarahNya: Akulah yang telah melantik RajaKu di Sion gunungKu yang kudus”, Tuhan lantik Raja ini di sorga. Kapan pelantikan ini terjadi? Waktu Yesus bangkit dan setelah itu Dia naik, itulah saat Dia dilantik. Jadi Mazmur 2 digenapi ketika Yesus naik ke sorga. Kenaikan Yesus ke sorga adalah kenaikan untuk dilantik menjadi Raja. Bukankah Yesus Allah? Pribadi kedua dari Tritunggal, bukankah Dia sudah Raja? Benar, tapi kali ini Dia dilantik sebagai manusia. Waktu Dia ditinggikan, Alkitab berbicara tentang peninggian Dia sebagai manusia. Mengapa manusia bisa diberi tempat setinggi ini? karena Dia tadinya Allah dan rela merendahkan diri. Dia adalah Allah yang rela merendahkan diri, maka Dia sebagai manusia diangkat di posisi sangat tinggi. Ini namanya paradoks kemuliaan, siapa yang rela merendahkan diri, dia akan ditinggikan, siapa yang mencari peninggian diri, justru dia akan direndahkan. Maka Yesus diangkat ke sorga, diberi mahkota, dijadikan Raja oleh Tuhan di gunung yang paling tinggi, di tempat yang paling mulia, sebagai manusia yang akan mewakili kita. Mengapa Dia harus menjadi manusia dulu? Karena raja di bumi adalah manusia, ini yang Tuhan nyatakan di Kitab Kejadian, “kamu adalah gambar Allah”, gambar Allah berarti raja. Raja sejati yang membalikan manusia dari memberontak kepada Tuhan menjadi milik Tuhan, adalah Kristus. Maka Kristus harus menjadi manusia. Di dalam pengertian Injili seringkali kita ambil konsep dari Anselmus yaitu Yesus menjadi manusia untuk menebus dosa manusia, ini benar. Tapi itu cuma satu aspek, ada aspek lain mengapa Dia harus jadi manusia, karena Dia akan menjadi raja di bumi ini. Tuhan sudah menetapkan raja di bumi adalah manusia, maka Yesus menjadi manusia. Tapi Dia juga Raja Sorga, bukankah Allah yang menjadi Raja di sorga? Iya, Dia adalah Raja. Maka Kolose mengatakan di dalam Yesus Kerajaan sorga dan bumi akan bersatu, karena Dia adalah Allah yang berhak menjadi Raja di sorga dan Dia adalah manusia yang berhak menjadi raja di bumi, di dalam Dia langit dan bumi bersatu, dipimpin oleh Sang Raja ini. Alkitab memberikan pengertian yang indah dan mulia sekali, Yesus di sorga sedang dilantik menjadi Raja. Dan Dia akan datang kembali untuk menyatakan KerajaanNya setelah Dia dilantik ke bumi ini. Maka Kristus di sorga adalah Raja Saudara dan saya, kita tidak takut untuk hidup yang kurang aman, kita tidak takut untuk goncangan apa pun di dunia ini, kita tidak takut apa pun. Bukan karena kita kuat, tapi karena kita punya Raja yang sekarang ada di sebelah kanan Allah.

Yesus bertahta di sorga maka murid-murid berani sekali melakukan apa pun. Karena apa pun yang mereka kerjakan untuk Tuhan tidak akan gagal, tidak akan batal. Itulah sebabnya Stefanus berani berkotbah, berapologetik dan membela bahwa di dalam Yesus kebenaran Kitab Suci menjadi nyata. Orang-orang marah dan menangkap dia. Di pengadilan pun dia masih berapologetik. Satu hal penting di pengadilan adalah ketika kita membacakan pembelaan kita, tidak ada orang boleh potong, ini pengadilan Romawi. Maka waktu Stefanus harus berpidato menyatakan pembelaannya, dia langsung berkotbah eksposisi dari Kejadian sampai Injil. Di bagian akhir dia mengatakan kalimat yang sangat besar “sesungguhnya saya melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah”. Mengapa Dia berdiri? Di dalam Kitab Daniel dikatakan waktu Tuhan memberikan tahta kepada Anak Manusia ini, Anak manusia itu berdiri menerima tahta. Jadi ini hari pelantikan yang dipamerkan Tuhan di depan Stefanus. Lalu dia berteriak “sungguh langit terbuka dan saya melihat Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah”, semua orang marah, seret dia, melempari dia dengan batu sampai mati. Tapi sebelum dia mati, dia berdoa seperti yang Yesus sendiri doakan, “jangan tanggungkan ini kepada mereka ya Tuhan”. Cinta kasih dan pengampunannya begitu besar, tapi keberanian dan imannya juga sangat besar. Mari jadi orang Kristen yang hidup di dalam kemenangan.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkotbah)

Bagaimana supaya punya iman?

(Lukas 17: 1-10)
Apa yang ada dalam pasal 14-17, kalau Saudara baca inti dari pasal ini adalah pertikaian Yesus dengan orang Farisi. Yesus mengatakan siapa yang mau menjadi murid harus membenci orang tuanya, harus benci saudara-saudaranya, kita sudah membahas ini, benci tidak berarti mendendam atau murka atau marah, benci berarti mengasihi dengan derajat yang lebih rendah, karena perbandingan di dalam cara Yahudi berbahasa itu tidak ada. Saudara tidak bisa mengatakan “saya suka yang satu dan kurang suka yang satu”, Saudara hanya bisa mengatakan “saya suka yang satu dan benci yang satu”, ini cara berbahasa untuk mengatakan pilihan kepada yang satu dan pengabaian kepada yang lain. Maka tidak ada ajaran Yesus yang menyuruh kita membenci, tapi Yesus mengatakan “jika engkau memilih Yesus, engkau harus mencintai Dia sampai cintamu kepada Dia itu menjadi yang paling utama dibandingkan cintamu dengan yang lain”. Ini yang Yesus katakan dalam pasal 14, dan setelah itu ada pertikaian karena ada orang Farisi, Ahli Taurat mengatakan “mengapa Dia makan bersama dengan orang berdosa? Mengapa Dia duduk semeja dengan pendosa-pendosa yang ada di dalam masyarakat? Mengapa Dia pilih kelompok yang hina lalu duduk makan bersama dengan mereka?”. Sejak itu sampai pasal 17 ada pertikaian, Yesus menjawab mereka dengan 3 contoh. Contoh pertama adalah adanya domba yang hilang, contoh kedua adalah dirham yang hilang, lalu perumpamaan ketiga adalah anak yang hilang. Setelah itu Yesus membalikan kembali tuduhan orang Yahudi kepada Dia dengan dia membalikan kepada orang Farisi dengan mengatakan “kamu adalah hamba uang”. Maka di dalam pasal 16 ada berita tentang keuangan, siapa menyembah mamon dia tidak mungkin layak menyembah Tuhan. Lalu setelah itu Yesus melanjutkan dengan memberikan perumpamaan orang kaya dan Lazarus, siapa yang diperkenan oleh Tuhan? Lazarus, siapa yang dibuang oleh Tuhan? Si orang kaya ini. Bagian ini terus dilanjutkan sampai kalimat penutup di pasal 17 yang kita baru baca. Jadi Saudara harus melihat ini sebagai satu kisah, sebelum Yesus melanjutkan perjalanan lain dan ada kisah lain yang mau dibagikan. Skill untuk membaca narasi sangat diperlukan untuk membaca Kitab Suci. Itu sebabnya semakin kita mendengar kotbah, semakin kita sanggup membaca sendiri Kitab Suci. Bukan hanya dengar lalu terima apa pun yang dikatakan, tetapi kita semakin sanggup membaca Kitab Suci.

Banyak orang yang tadinya penuh dengan dosa mau kembali kepada Tuhan Yesus, jangan berikan halangan untuk mereka datang kepada Tuhan. Tapi orang Farisi justru membangun halangan, karena mereka punya pola pikir bahwa mereka adalah kelompok eksklusif, dan siapa mau masuk kelompok mereka harus dibatasi dengan pembatas yang berat, yang tinggi, yang tidak mudah dilewati, karena mereka kelompok eksklusif. Bagian ini sedang menyindir bukan saja apa yang terjadi pada abad ke-1, tapi juga apa yang terjadi sekarang. Manusia sangat senang membuat kelompok di mana mereka adalah yang eksklusif, yang elit, sedangkan kelompok lain adalah yang diluar, betapa senang kalau kita punya kelompok elit dimana orang lain tidak mengerti yang kita maksud dan orang lain sulit bergabung dengan kita. Ada kecenderungan ini di dalam diri kita dan Saudara mesti sadari hal ini. Kalau tidak sadar, sulit untuk memahami Injil. Nanti saya akan bahas mengapa kita sulit datang kepada Tuhan dengan penuh-penuhnya. Kalau kita membuat pembatas, ada kelompok yang boleh dan ada yang tidak, maka kita tidak mungkin mengenal isi hati Tuhan. Tuhan kita bukan Tuhan yang seperti itu. Tapi waktu kita memberikan pembatas, “saya kelompok elit, orang lain tidak boleh masuk”, kita menjadi sama dengan orang Farisi itu, dengan Ahli Taurat yang menyindir Yesus karena Yesus makan bersama-sama orang berdosa. Kita seringkali berada dalam keadaan ini, kita punya kelompok dan kita nyaman di dalamnya, lalu orang lain sulit untuk masuk ke dalam. Yesus mengatakan jangan seperti itu, kamu lihat pelacur, pemungut cukai, tegur mereka, bertobatlah kamu. Beri mereka peringatan yang keras tapi setelah itu buka pintu untuk pengampunan. Peringatan dan pengampunan. Orang cuma beri pengampunan tanpa peringatan itu salah, orang cuma beri peringatan tanpa pengampunan itu juga salah. Waktu saya mengatakan “bertobatlah kamu”, orang itu mengatakan “iya saya mau bertobat”, harus terima. Dan inilah yang Yesus ajarkan, jangan seperti mereka orang-orang Farisi karena mereka tidak bisa diperingatkan lagi. Bukan berarti Tuhan Yesus mengatakan “kita insider, orang Farisi itu outsider”. Yesus mengatakan “kamu harus berhenti sombong, mari kembali menjadi umat yang benar, terima Aku sebagai Mesiasmu dan hidup dengan cara Aku yang lemah lembut dan rendah hati”, tapi mereka tidak mau. Karena keengganan mereka untuk kembali ke Tuhan, maka Yesus mengatakan “jangan seperti mereka”. Bagaimana supaya tidak seperti mereka? Engkau harus punya jiwa yang mau mengampuni, mengatakan kepada orang berdosa “kamu berdosa”, tapi menyiapkan kalau mereka mau datang dan bertobat. Jika Saudaramu berbuat dosa, tegur dia, marahi dia, kalau perlu bentak dia. Tapi kalau dia bertobat, ampuni dia. Dia berdosa lagi, tegur lagi, kalau perlu bentak lagi. Waktu dia minta ampun, terima lagi. Sampai berapa kali? Yesus bilang 7 kali dalam sehari, sampai berapa hari? Tidak terbatas. Ini untuk orang yang disalahi bukan yang menyalahi. Orang kalau dengar kotbah selalu ambil posisi yang menguntungkan diri sendiri, maka yang sedang bersalah tutup telinga jangan dengar, yang sedang disalahi dengar baik-baik, kalau kamu dilanggar dalam sehari sampai 7 kali pun, Tuhan mengatakan jika yang melanggar itu mengatakan “maafkan saya, saya menyesal, saya benar-benar minta ampun”, kamu harus siap terima dia kembali. Tapi saya tidak katakan ini untuk orang yang sembarangan berdosa. Yang sembarangan berdosa tidak berhak mendapat kesempatan. Saudara mengabaikan pengampunan, Saudara tidak berhak mendapat pengampunan, ini kalimat yang adil. Tuhan kita adalah Tuhan yang akhirnya buang Israel ke Babel. Mengapa dibuang? Karena ada saat di mana orang tidak lagi boleh dapat pengampunan.
Maka ketika Tuhan Yesus mengatakan “tujuh kali dia bersalah kepadamu, tetapi dia kembali dan mengatakan aku menyesal, engkau harus mengampuni dia”, rasul-rsaul itu mengatakan “Tuhan, iman kami terlalu kecil, tidak sanggup. Mana bisa kami ampuni orang, kami tidak sanggup. Tolong tambahkan iman kami”. Yesus mengatakan “kamu tidak punya iman yang kecil, kamu tidak punya iman” Terkadang Yesus berbicara sangat keras. Tuhan kita mengatakan “kalau benar kamu punya iman, kamu akan jalankan. Meskipun cuma sekecil biji sesawi”. Biji sesawi itu ukurannya seperti bekas titikan jarum di kertas, itu satu biji sesawi, sekecil itu. Kalimat berikutnya, Saudara tidak perlu tersesat dalam menerjemahkan ini, “jika engkau punya iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat mengatakan kepada pohon ara ini: terbantunlah engkau dan tertanamlah di laut, dan ia akan taat kepadamu”, ini kalimat yang sering dicabut di luar konteksnya. Bayangkan kalau semua orang beriman memindahkan gunung, kita akan bingung sekali. Tidak dimaksudkan seperti itu, yang Yesus maksudkan ini adalah pepatah yang umum pada waktu itu, ini bukan ajaran Tuhan Yesus, ini pepatah yang umum dikatakan orang. Orang berkata “kalau kamu beriman, gunung pun akan tercampak ke laut”, maksudnya penghakiman Tuhan pasti datang. Jangan takut, Dia akan menghakimi, bangsa lain menindas kita, jangan takut, berimanlah Tuhan akan menghakimi mereka. Itu namanya iman yang memindahkan gunung. Iman yang melihat tangan Tuhan akan memperbaiki semuanya, meskipun sekarang tidak kelihatan, itu maksudnya. Tuhan Yesus mengatakan kalau kamu biasa mengeluarkan kalimat itu, beriman untuk pindahkan gunung, ini sekarang lebih kecil, maka Tuhan Yesus mengatakan “jika kamu punya iman sebesar biji sesawi, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini”, ini spesifik berarti ada pohon ara di dekat mereka dan Tuhan Yesus menunjuknya. Yesus sedang tidak mengatakan gunung, pohon ara dan gunung harusnya lebih besar gunung, ini hanya pohon ara. “Kalau kamu punya iman sekecil itu, pohon ara ini bisa dibuang”, maksud Yesus adalah pengampunan bukan hal yang sulit kalau kamu beriman. Masalahnya bukan tambah iman, masalahnya kamu tidak ada iman. Orang sedang susah, diberitakan berita seperti ini. Terkadang konseling biblical itu agak berat, terkadang pendeta pun tidak tega. Saya pernah membaca buku Jay Adams, dikatakan kalau mau cara Paulus konseling orang atau Yesus konseling orang, Saudara harus punya ketegaan dalam hati. Bayangkan ada orang berkata “saya ditipu, saya tidak sanggup mengampuni dia”, lalu Saudara mengatakan “hai kamu yang tidak beriman, jika ada iman sedikit saja di dalam hatimu, kamu akan sanggup”, rasanya terlalu berat, tapi ini Yesus lakukan bukan pada konteks itu. Yesus ketika bicara secara umum, Dia akan bicara keras. Tapi kalau sedang berhadapan dengan orang yang sedang hancur, Dia tidak pernah ucapkan kalimat sekeras ini.

Lalu bagaimana punya iman? Inilah yang diajarkan di ayat 7-10. Seringkali kita perlakukan ayat 7-10 sebagai bagian yang berbeda. Ayat 1-6 selesai, the end. Lalu sekarang ayat 7-10 cerita baru, jadilah hamba yang baik. Tapi ayat ini dimaksudkan untuk tidak dipisah, sayangnya LAI tambahkan tuan dan hamba sebagai pemisah, sehingga kita berpikir antara ayat 6 dan 7 ada 2 kisah yang berbeda, padahal tidak. Karena Yesus sedang mengajarkan bagaimana cara beriman. Coba pikirkan, murid-murdi sedang berkumpul, Yesus mengatakan “kamu bukan perlu ditambahkan iman, kamu tidak punya iman, karena kalau ada kecil saja kamu akan sanggup berkata kepada pohon ara ini untuk terbantun di laut”. Setelah Yesus mengatakan itu, kotbah selesai. Ada solusinya? Apakah murid-murid punya iman? Tidak, lalu bagaimana caranya punya iman? Tidak diberi tahu. Apakah seperti itu? Tidak, lalu bagaimana supaya punya iman? Ayat 7-10, Yesus mengajarkan kepada para murid bagaimana punya iman sebesar biji sesawi. Yesus memberikan perumpamaan, siapa diantara kamu yang punya hamba yang membajak dan menggembalakan ternak, berkata kepada hamba itu “sudah selesai kerja? Makan dulu yuk”, tidak, dia akan menyuruh orang itu untuk sediakan makanan dulu. Jadi Yesus mengatakan bagaimana cara beriman, perlakukan dirimu sebagai hamba dan Allah sebagai Tuan. Allah tidak meminta Saudara memperlakukan dengan cara tidak adil, Tuhan minta Saudara perlakukan dengan adil. Cara Saudara perlakukan hamba adalah cara yang Saudara boleh harap Tuhan perlakukan kepada Saudara. Maka siapa yang punya hamba lalu mengatakan “ayo makan, saya buatkan dulu kamu makanan”, tidak ada yang seperti itu. Yesus sedang memberikan perumpamaan yang umum, Yesus tidak memerintahkan supaya kita perlakukan pembantu seperti ini, tapi Yesus mengatakan “bukankah di rumah kamu perlakukan hamba seperti ini?”, ini realita yang dibukakan, bukan perintah. Yesus mengatakan “bukankah kamu sama pembantu biasanya begini”. Siapa di antara Saudara kalau mau masuk ke rumah, klakson mobil, lalu pembantu dari jendela melambaikan tangannya “oh, sudah datang ya pak, selamat datang”, Saudara klakson lagi “buka pagarnya”, lalu orang itu mengatakan “tidak dikunci kok, buka sendiri, saya sedang nonton”, Saudara pasti merasa tidak sabar dengan orang yang seperti ini. Atau Saudara mengatakan “pembantuku, tolong siapkan sarapan jam, karena saya mau sarapannya jam 7”, lalu pembantunya mengatakan “sekalian 2 pak, saya juga mau”, Saudara akan bilang “saya minta kamu yang bikinkan”, “saya sedang tidak ingin”, “kamu harus buatkan, karena saya mau kerja”, “bapak puasa saja, bapak sudah lumayan gemuk, tidak sarapan tidak mati”, Saudara tidak akan suka punya pembantu seperti ini. Tapi herannya, Saudara pakai standar yang lain waktu Saudara jadi hambaNya Tuhan. Saudara mau Tuan yang satu ini penyabar, kalau kita lalai dimaklumi, kalau kita tidak kerja dibiarkan, kalau kita nakal tetap disayang-sayang, kalau kita malas malah dipuji. Kalau Saudara mau diperlakukan seperti itu, maka perlakukan pembantu seperti itu juga. Saudara seperti apa ke pembantu, berharaplah seperti itu juga Tuhan ke Saudara. Letakan dirimu menjadi hamba bagi Tuhan. Dan Saudara harus fair, seperti apa Saudara tuntut hamba, demikian Saudara tuntut diri bagi Tuanmu. Sekali lagi, ini bukan cara memperlakukan pembantu, Yesus mengatakan “bukankah kamu tidak bilang terima kasih?”, “oh, Tuhan mengatakan jangan bilang terima kasih kepada pembantu, kalau begitu saya tidak akan mengucapkan terima kasih lagi”, bukan. Yang Yesus katakan adalah jadilah orang yang adil, seperti apa kamu perlakukan pembantu, seperti apa kamu harap dia menjadi, demikian kamu harus menjadi di hadapan Tuhan. Jadi kalau kamu berelasi dengan Tuhan, harus mengatakan “Tuhan, saya hanyalah hamba yang tidak berguna. Yang saya kerjakan memang sudah sewajibnya saya kerjakan, dan saya tidak minta pujian apa pun, ini memang seharusnya saya kerjakan”. Sama, seringkali kita mengabaikan kejujuran, misalnya kalau kita sedang berbicara, ditengah-tengah tiba-tiba mengatakan “jujur ya”, berarti sebelumnya tidak jujur? “Pak, jujur ya..”, “jadi sebelum ini bohong?”, “iya, sebelum ini bohong”. Tidak perlu bilang “jujur”, karena memang harus jujur dari awal. Keharusan kita bertindak keapda Tuhan itu menunjukan bahwa kita mau beriman. Jadi kita mengatakan “Tuhan mau perintahkan apa, memang itu yang harus saya kerjakan”. “Hebat, kamu bisa mengampuni orang”, “itu tidak hebat, memang harusnya begitu”. Mengapa begitu? “saya hanyalah hamba yang tidak layak. Siapa yang beda dengan saya, saya bisa ampuni orang berdosa yang mau kembali kepada Tuhan, yang mau kembali kepada kebenaran”. Dan ini yang membedakan orang Kristen dengan orang Farisi yang Tuhan Yesus sindir, karena kita mempunyai kemungkinan untuk terima orang seperti Tuhan terima orang lain, mempunyai kemungkinan untuk mengatakan di dalam Kristus tidak ada lagi budak, tidak ada lagi orang merdeka, tidak ada lagi laki-laki, tidak ada lagi perempuan, tidak ada lagi orang Yahudi, tidak ada lagi orang Yunani, tidak ada lagi bangsa kafir, tidak ada lagi umat Tuhan, semua satu di dalam Dia. Maka siapa mau datang kepada Kristus, nikmatilah penebusanNya, nikmati cinta kasih yang Dia mau bagikan, dan nikmati kemungkinan kamu berpindah dari tempat orang mati menuju kepada hidup di dalam Kristus. Inilah yang Yesus mau bagikan, kamu mau belajar beriman, belajar taat, tidak ada cara lain untuk kita beriman. Iman itu bukan sulap yang tiba-tiba bisa muncul di dalam diri kita. Iman itu pemberian Tuhan, tapi kita tahu di dalam teologi Reformed, kedaulatan Tuhan, anugerahNya, predestinasi, pemilihan, serta anugerah yang Dia berikan, tidak mungkin ditolak, tapi tidak berbenturan dengan tanggung jawab manusia. Kedaulatan Allah mengkonfirmasi tanggung jawab manusia, bukan meniadakan. Itu sebabnya kita bisa mengatakan Tuhanlah yang memberikan iman dan saya belajar taat supaya beriman. Saya belajar mengatakan iya kepada Tuhan, bukan karena saya mengerti dulu, tapi karena saya hamba yang harus taat kepada Tuhan. Saudara menaati kebenaran dan menaati Tuhan yang mempunyai teladan di dalam diriNya untuk melakukan hal yang sama, itu bukan kebodohan. Saudara tidak menaati perintah saja, Saudara diperintahkan untuk menaati teladan, Yesus pun melakukan hal yang sama. Dia menjalankan ketaatan dan Dia taat sampai mati.

Maka Dia berhak mengatakan “kalau kamu mau beriman, perlakukan dirimu sebagai hamba dan Tuhan sebagai Tuan, baru engkau beriman”. Maka buanglah segala dusta tentang iman yang banyak berkembang, apa itu iman? Yakin. Apa itu iman? Yakin dan percaya. Apa itu iman? Jangan goyah sedikit pun. Apa itu iman? Jangan pernah mengatakan tidak. Apa itu iman? Pasti jadi, tidak mungkin tidak, saya pasti kaya, saya pasti sukses, saya pasti sembuh, itu bukan iman.

Apa itu iman? Yesus mengatakan jika engkau mau beriman, lakukan ini, anggap dirimu hamba dan Tuhan itu Tuan, waktu engkau taati Dia dan Dia mau puji, katakan kepada Dia “saya hanya hamba yang menjalankan apa yang harus”. Maka tidak mungkin Saudara bentuk geng eksklusif para hamba. Tuhan tidak mau kita membangun tembok yang salah dengan membedakan orang lain dengan diri kita. Itu sebabnya Tuhan Yesus mengatakan “jangan seperti mereka, jagalah dirimu, memunyai hati yang bisa mengampuni dan mempunyai iman dengan melatih diri taat kepada Tuhan”. Kiranya Tuhan memberkati kita di dalam perjuangan untuk menaati Tuhan.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkotbah)

Persembahan yang Hidup

(Roma 12: 1-2)
Kalau kita mempelajari Surat Roma, Saudara akan melihat ketatnya doktrin yang diajarkan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Roma. Saudara lihat tentang keselamatan, tentang iman, tentang dosa, upah dosa adalah maut, semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, diajarkan oleh Roma. Tentang pembenaran, tentang segala sesuatu yang penting, semuanya ada di Kitab Roma. Tapi Rasul Paulus merasa penting sekali menulis pasal 12, karena Saudara tahu doktrin-doktrin yang sulit, yang ketat, penting sekali, tapi penting yang praktis. Percuma jika semuanya tahu tapi tidak dijalankan. Oleh sebab itu di dalam pasal 12 ini, setelah pengajaran yang ketat-ketat “karena itu demi kemurahan Allah”. Saudara dan saya sudah mengecap kemurahan Tuhan. Siapa Saudara dan saya sehingga kita dipanggil oleh Tuhan, siapa Saudara dan saya bisa dibenarkan oleh Tuhan, siapa Saudara dan saya bisa diberi iman? Kita semua betul-betul lemah, Saudara dan saya berdosa, kita semua adalah seteru dari pada Tuhan. Tuhan mati bagi kita bukan karena kita kuat, itu yang diajarkan oleh Roma. Kita yang lemah dicari oleh Tuhan, bukan kita yang sok kuat mencari Tuhan. Ketika engkau berdosa, Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, itu yang ada di dalam Roma 5:8. Saudara dan saya menerima kemurahan Tuhan yang luar biasa. Yesus telah menjadi Pengantara, Kristus telah mati untuk kita, Kristus sudah mengalami satu kesulitan, penderitaan supaya kita menjadi anak-anak Tuhan. Kalau Saudara sudah mengerti akan hal ini “saya tidak berdaya, saya seharusnya dibuang, tetapi Tuhan memilih saya dari sekian banyak orang yang dicipta Tuhan”. Yesus telah mati karena dosa-dosa kita, itu kata firman Tuhan. Dia yang tidak berdosa, telah dibuatnya menjadi berdosa. Tuhan kita telah menjadi contoh, Dia tidak berdosa tapi Dia disalibkan karena massa. Seperti Ahok, dia sudah tahu tidak mungkin dibebaskan, hakimnya pengecut, pasti karena tekanan massa dan yang lainnya, dia pesimis kalau akan dibebaskan. Saya masih ingat sekali waktu Pak Ahok mau menjadi gubernur, dia datang ke master class, minta didoakan oleh Pak Tong. Dia datang ke master class dan Pak Tong mengatakan “Ahok, saya akan memberikan nasihat kepadamu, mungkin nanti tahun-tahun ke depan mungkin kamu akan dipenjarakan, mungkin kamu akan dibunuh”. Waktu Pak Tong menasihati Pak Ahok seperti itu, ini menjadi kenyataan. Dan Pak Tong mengatakan kepada tim Pak Ahok “nanti kalau sudah berkuasa, tetap tahu diri, jangan lupa diri. Terus sampai akhir kerjakan apa yang Tuhan percayakan kepada kalian, terus sandar kepada Tuhan”.Sampai Pak Tong mengatakan “Ahok adalah hamba Tuhan yang sedang melayani di dalam pemerintahan”. Bahkan beberapa orang Islam mengatakan “masa figur orang jujur, figur orang setia adalah orang Kristen, mana orang Muslim?”, itu kalimat dari orang yang tidak percaya.

Saudara dan saya tidak dipanggil oleh Tuhan untuk menjadi penonton. Saudara dan saya cari aman, self centered, yang penting diri, egois. Mellaui kejadian ini saya mengharapkan Saudara mulai berbenah diri. Kalau kita jadi orang Kristen yang tahunya komplain, tidak pernah bertanggung jawab, selalu mengasihani diri, tidak pernah menyukuri berkat dan anugerah Tuhan, sayangnya luar biasa. Saya mengharapkan ketika Saudara melihat kebenaran, keadilan diinjak-injak, Saudara harus berani bersuara. Walau pun mungkin merasa tidak ada gunanya, tidak ada pengaruhnya. Tuhan itu luar biasa, kalau mengerjakan sesuatu tidak ada yang mustahil untuk Tuhan, meskipun sebenarnya agama di negara ini yang diakui hanya satu. Saudara dan saya bagaimana pun juga mari bersuara. Siapakah diantara pemuda-pemudi di sini yang betul-betul menjadi terpacu mau belajar baik-baik, mau dipakai oleh Tuhan, mau memasyurkan dan membesarkan nama Tuhan? Saya harap ada orang-orang yang seperti itu melalui semua kejadian ini. Kita kembali kepada kebenaran firman, Saudara dan saya adalah orang-orang yang telah ditebus oleh Tuhan. Sekarang firman Tuhan mengatakan demi kemurahan Allah, kalau sudah mengecap betapa baiknya Tuhan di dalam kehidupan Saudara dan saya, “demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu supaya kamu mempersembahkan tubuhmu, hidupmu, pelayananmu, dedikasimu sebagai persembahan yang hidup. Selagi Saudara hidup, selagi kita bisa bergerak, selagi kita bisa ngomong, selagi kita bisa pergi, selagi kita bisa berbuat sesuatu, jangan tunggu nanti. Nanti itu tidak ada, sekarang. Kalau firman Tuhan mengajarkan jangan tunda, tunda itu hilang. Rebut langsung, cepat, segera, itu adalah permintaan dari Tuhan. Orang yang bertalenta, diberi satu, diberi dua, diberi lima, segera dia menjalankannya. Orang yang seperti itu, Tuhan akan bersorak, Tuhan menambahkan kepada dia. Jangan tunda, apalagi kalau sudah dipanggil Tuhan, kesempatan itu sudah tidak ada lagi, sudah tidak bisa, tidak bisa berjuang. Tapi kalau Saudara menghargai waktu yang Tuhan berikan di dalam kesementaraan ini, Saudara dan saya bisa berbuat untuk kekekalan. Kita dipanggil oleh Tuhan menjadi umat yang percaya, menikmati kemurahan Allah, menyangkal diri dan memikul salib. Jangan sampai Saudara menjadi orang Kristen yang hanya berespon pada berkat saja, tapi tidak mau menghadapi bahaya. Di tengah-tengah penderitaan yang dialami oleh raksasa-raksasa iman, seperti Wang Ming Dao, setengah mati dipenjarakan karena Kristus. Kalau Pak Tong menceritakan Wang Ming Dao, saya ingin menangis mendengarnya, dia menderita sampai seperti itu. Tapi dampaknya muncul orang-orang yang berjuang bagi Tuhan, yang sungguh-sungguh rela mati untuk Tuhan. Filipi 1: 14, karena Rasul Paulus dipenjara, maka makin berani bicara bukan tidak berani bicara, makin berani berbuat sesuatu, makin berpengaruh, makin banyak orang yang rela mati. Waktu Ahok divonis 2 tahun penjara, yang kaget adalah jaksa karena lebih dari tuntutan yang dia kasi, ini jarang sekali terjadi. Saudara bisa melihat hakim takut sekali dengan chaos-nya Jakarta, takut sekali radikalisme benar-benar muncul dan seluruh keluarga hakim terancam. Ini jelas sekali, kita lihat tekanan politik terlihat berat sebalah, seluruh fakta persidangan yang saya ikuti semua saksi-saksinya adalah palsu, kejanggalan, cacat hukum dari pada pasal 156, itu mestinya diperingatkan dulu bukan langsung masuk pengadilan. Sebenarnya yang dinantikan semuanya adalah cacat hukum supaya semua bisa langsung bebas. Tapi akhirnya keputusannya seperti ini, ini sangat mengecewakan. Tandanya ketidak-adilan betul-betul sekarang merajalela di Jakarta. Sudah seperti ini, Saudara dan saya sebagai orang Kristen bagaimana? Apatis? Tidak bisa. Minoritas benar-benar harus tetap bersuara demi kebenaran. Tidak bisa kemudian sebagai orang Kristen menjadi cuek. Kekristenan masa depannya mau jadi apa? Saudara harus bangun, bangun dari kecuekan, dari kenyamanan, selagi Saudara dan saya bisa berkorban, bisa berbuat sesuatu, kita mesti melakukan sesuatu. Doakan pemuda dan pemudi betul-betul berani berbicara, berani dengan hati yang takut akan Tuhan, kita tidak boleh menjadi pengecut. Saya harap seperti firman Tuhan, justru jadi bangun, justru makin banyak orang yang berani berbicara. Saudara dan saya sebagai orang Kristen kita mengerti bahwa kebenaran itu seperti fajar, pasti itu nanti akan muncul. Jangan kira semua tindakan-tindakan itu tidak ada akibatnya, yang tidak beres itu. Tuhan kita bukan Tuhan yang tidur, Tuhan tidak mau tahu, tidak, ada waktunya Tuhan. Kita pun akan melihat orang-orang yang mempermainkan hukum, orang-orang yang mempermainkan semuanya ini, seperti Tuhan diinjak-injak, tidak akan pernah dibiarkan oleh Tuhan. Mari kita bersama-sama bangkit demi membela kebenaran untuk Tuhan. Saudara tidak boleh apatis, tidak berbuat apa-apa. Saudara harus benar-benar menjadi anak-anak Tuhan yang melalui semua kejadian ini seperti Filipi 1:14. Persembahkanlah hidupmu, pelayananmu, dedikasimu sebagai persembahan yang hidup. Yang kedua, persembahkanlah hidupmu sebagai persembahan yang kudus. Kuduslah kamu, kata firman Tuhan, sebab Aku kudus. Ini panggilan sebagai umat yang percaya. Kalau Saudara dan saya terus hidup di dalam dosa, kalau kita terus-menerus di dalam dosa yang sama, Saudara mungkin belum jadi anak Tuhan. Karena karya Tuhan di dalam hidup kita tidak pernah setengah-setengah. Kalau Tuhan sudah memilih Saudara semua, Tuhan memanggil dan kita menjawab “iya, saya mau mengikut Tuhan”, Saudara melihat diri sendiri adalah orang yang berdosa, yang seharusnya dibuang, yang seharusnya masuk ke dalam api neraka, Tuhan baik akhirnya Saudara diberi iman, beriman kepada Tuhan Yesus. Titik kelahiran kembali terjadi di dalam kehidupan Saudara, Saudara berbalik mau menjadi anak Tuhan, “saya mau tinggalkan dosa-dosa saya”. Kalau itu terjadi dalam kehidupan Saudara, berarti Saudara adalah anak-anak Tuhan.

Dibenarkan oleh Tuhan, hidup di dalam progress sanctification, disucikan, “saya adalah orang suci”. Karena disucikan oleh darah Tuhan, kemurahan Allah, disucikan oleh Tuhan. Kalau Saudara tenang-tenang saja padahal hidup di dalam dosa, tidak kebaktian, berbohong, memfitnah, hal itu tidak akan terjadi pada diri orang yang telah ditebus oleh Tuhan. Perasaan tidak enak, perasaan dikejar-kejar, kalau ada itu di kehidupan Saudara berarti Saudara anak Tuhan. Kalau hanya sadar ketika mendengarkan firman, ketika berdosa, tapi begitu keluar gereja berbuat dosa lagi, berbohong lagi, tidak mungkin Kristus tinggal di dalam hati kita. Dia tinggal di dalam hati kita, maka Dia akan terus mengingatkan akan diriNya, hidup sungguh-sungguh di hadapan Tuhan, itu pekerjaan Roh Kudus. Memukul kita kalau kita nakal, meng-guide kita kalau kita tidak pernah mau penginjilan, mengingatkan kita kalau kita malas baca firman, mengingatkan kita kalau kita belum berbuat sesuatu untuk Tuhan, belum melayani Tuhan. Ada kerinduan mau berbuat sesuatu untuk Tuhan, itu anak Tuhan. Tapi kalau Saudara tenang-tenang nonton blue film, melakukan dosa, Saudara bukan orang yang telah ditebus oleh Tuhan. Saudara tidak akan dibiarkan tenang oleh Tuhan kalau Saudara tidak beres. Persembahkanlah tubuhmu sebagai persembahan yang kudus. Tuhan bukan cari orang yang pintar, Tuhan bukan cari orang yang hebat, Tuhan bukan cari orang yang punya banyak talenta tapi hidupnya kacau, tapi hidupnya tidak beres, Tuhan tidak mau seperti itu. Demi nama Tuhan Yesus, biarlah Saudara benar-benar mengakui dosa, sadari dosa, tahu kalau diri tidak beres, cepat bertobat sesuai dengan firman Tuhan, berapa dalam engkau telah jatuh kembalilah. Kembali kepada kasih yang mula-mula, supaya hubungan Saudara dan Tuhan beres. Dosa tidak bisa ditutupi. Saya harap kalau Saudara punya dosa kecil, cepat bereskan, supaya tidak menjadi besar. Dosa sekecil apa pun jangan kompromi, karena nanti akan membakar, akan menjadi besar, tidak mungkin tidak. Jadi jangan tunggu menjadi parah dulu, kecil cepat matikan, lawan, dosa itu harus dilawan. Karena Tuhan sudah memberikan firmanNya, akui Allah itu setia dan adil maka Dia akan mengampuni kita dari segala dosa dan kejahatan. Dosa yang diakui adalah dosa yang diampuni oleh Tuhan. Jangan merugikan diri sendiri, jangan mengikuti kedagingan. Saudara adalah orang-orang yang telah ditebus oleh Tuhan, jangan terus-terusan berbuat dosa. Sudah diajarkan di dalam Doa Bapa Kami, “jauhkan kami dari pencobaan”, kalau sudah tahu itu akan membuat kita terjerat, maka jauhi, jangan dekat-dekat, jangan menyakiti Tuhan terus-menerus. Kita yang betul-betul telah ditebus oleh Tuhan, mengerti Tuhan telah menderita, “Dia yang tidak berdosa telah dibuatnya menjadi berdosa”, mahal sekali darah Tuhan Yesus yang telah Dia tumpahkan di Kalvari. Dia dipermalukan, diejek, dihina, ini mahalnya luar biasa, tak terbayar. Saya berharap setiap kita boleh menghargai, mengambil kesempatan yang Tuhan tawarkan, akui di hadapan Tuhan, bereskan cepat-cepat. Karena ini permintaan dari Tuhan, persembahkan sebagai persembahan yang kudus di hadapan Tuhan. Saudara kalau mengerti hal ini, cepat bereskan, tebus waktu kita, supaya Saudara bisa bersuara bagi dunia ini. Saudara yang malas, buang-buang waktu, tidak mau bekerja keras, maunya yang mudah. Saya berharap bagi anak-anak muda yang ingin gajinya langsung besar, cobalah jalani dari bawah dulu, susah jalani, jangan maunya yang enak saja, yang gampang saja, semuanya ingin tersedia. Saudara dan saya harus berjuang betul-betul. Pdt. Stephen Tong di dalam pelayanannya penuh dalam bahaya. Saya sebagai muridnya kenyang mendengarkan cerita bagaimana dia harus dikawal oleh polisi, bagaimana dia harus menghadapi penjahat-penjahat. Saya mengharapkan kita juga bayar harga, tidak kompromi kalau jadi alat di tangan Tuhan. Ini permintaan Tuhan yang kudus, jangan mau tergoda oleh hal-hal yang tidak beres di sekitar kita. Kalau kita sudah tahu kebenaran, jangan mau ditipu. Dan jangan hanya berjanji saja kepada Tuhan tanpa ditepati, buang seluruh racun di otak kita, buang hati yang begitu dengki, itu mencemarkan diri. Saya mengharapkan Saudara sebagai anak-anak Tuhan, yang dicipta oleh Tuhan sepeta dan segambar dengan Tuhan, kita mau meneladani Tuhan. Meskipun dunia ini, Indonesia ini tidak ada keadilan, Saudara harus tetap menjadi orang yang adil, orang yang suci, benar-benar setia kepada kebenaran, benar-benar hidup di dalam kasih, bijaksana Tuhan, tanggung jawab penuh, ini adalah kebenaran yang diajarkan oleh firman Tuhan. Saudara dan saya sebagai orang yang mengecap kemurahan Allah, yang telah ditebus oleh Tuhan, sekarang mari kita jalankan keselamatan di dalam kehidupan kita, ini kata-kata firman Tuhan. Saudara mewakili Tuhan di dalam dunia ini. Dengarkan firman Tuhan yang paling bagus. Tapi kalau sudah dengar firman Tuhan yang bagus dan tidak berdampak, itu menyedihkan. Saudara dan saya mudah jatuh, tidak ada kemampuan, kita ini begitu tertarik dengan hal-hal yang duniawi. Untuk hal-hal disiplin, hal-hal mau taat kepada Tuhan, sulit. Tapi Saudara harus memaksa diri untuk menjadi rela karena ini yang Tuhan mau, ini yang Tuhan perintahkan, karena kita mau menyenangkan Tuhan. Saya harap kita bisa seperti itu sehingga kita tidak tertipu terus-menerus, jatuh terus-menerus. Lawan seluruh rayuan dunia ini karena Saudara dan saya adalah anak-anak Tuhan. Lawan semua, sekarang kita mau taat kepada Tuhan dengan sungguh. Jangan apa-apa berontak kepada Tuhan. Hidup semaunya sendiri. Jangan tunggu masa-masa yang gelap itu. Tuhan tuntut demi kemurahan Allah persembahkan tubuhmu yang kudus. Saudara jangan bermain-main dengan dosa, jangan bermain-main dengan Tuhan. Kalau sudah jatuh, orang-orang yang tadinya bersama-sama kita, satu per satu meninggalkan kita, kita menyesal sekali. Penyesalan yang sudah terjadi, itu adalah hal yang paling rugi di dalam dunia ini. Sekarang langkah demi langkah lebih hati-hati, kalau perlu lari, loncat dan katakan “tidak”. Kalau firman Tuhan sudah ada di dalam kehidupan Saudara, Saudara tidak taat jadi taat, Saudara menang, senangnya luar biasa. Biasanya cuek, tidak mau tahu, tidak mau baca Alkitab, tidak mau berdoa, tapi sekarang mau menikmati bersama Tuhan. Saudara dengar firman ada perubahan di dalam hidup, itu yang menyenangkan di dalam kehidupan Saudara. Sehingga Saudara tidak menjadi orang yang menderita karena guilty feeling, perasaan bersalah terus-menerus. Karena kalau tidak taat kepada Tuhan pasti guilty feeling. Tapi harus menjadi orang yang mesra kepada Tuhan, senang mengerjakan pekerjaan Tuhan, bersyukur tiap hari atas kesempatan yang Tuhan berikan, itu adalah hidup yang indah. Kalau Saudara pelihara hidup yang suci di hadapan Tuhan, Saudara akan mengalami seperti ini, hati akan sejahtera karena benar-benar mentaati apa yang Tuhan mau. Roma 12: 2 “janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna”. Dengan demikian kalau Saudara sudah diperkenan dan beribadah dengan sejati, jangan menjadi serupa dengan dunia ini, karena kita bukan dari dunia ini. Ini firman Tuhan, kamu bukan dari dunia ini, tidak boleh seperti dunia ini. Kalau orang lain seperti itu, kita tidak boleh karena kita sudah ditebus oleh Tuhan, kita sudah menerima kemurahan Allah. Dengan demikian tidak menjadi serupa dengan dunia, tapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, oleh firman Tuhan, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah, apa yang baik, apa yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. Saudara menjadi orang yang peka, menjadi orang Kristen yang menyerupai Tuhan Yesus, punya kodrat ilahi, mengerti wakil Kristus di dalam dunia ini. Sehingga kehadiran kita dimana pun juga membuat orang mempermuliakan Tuhan. Mari mewarnai dunia ini, mempengaruhi di lingkungan kita berada, di keluarga, di sekolah, di kampus, di tempat kerja, di gereja biarlah kita menjadi keharuman bagi nama Tuhan.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkotbah)

Janji Pemulihan di dalam Kristus

(Roma 4: 23- 5:11)
Di dalam Surat Roma, Paulus membagikan mengapa Kristus datang. Ada beberapa alasan yang dia nyatakan di dalam pasal-pasal sebelumnya. Kristus datang untuk menggenapi janji Tuhan kepada Abraham, janji yang Tuhan berikan untuk memulihkan bangsa-bangsa. Dan di dalam bagian sebelumnya Paulus mengatakan bahwa seluruh bangsa memerlukan anugerah ini, semua bangsa, baik bangsa pilihan Tuhan yaitu Israel, yang sudah memberontak, yang sudah melupakan Taurat, maupun bangsa-bangsa lain yang jauh sebelum Israel ada, sudah memberontak kepada Tuhan. Kita sudah pelajari di dalam PA, bahwa Abraham adalah tokoh yang Tuhan panggil setelah terjadi peristiwa Menara Babel. Menara Babel membuat bangsa-bangsa bermunculan dengan bedanya bahasa, tetapi mereka muncul dalam pembuangan. Alkitab mengatakan mereka dibuang ke seluruh bumi. Maka Abraham adalah tokoh yang Tuhan pakai untuk memanggil kembali bangsa-bangsa. Tuhan tidak mau membuang bangsa-bangsa selama-lamanya, ini tidak berarti tidak ada orang yang dibuang selamanya-lamanya, tetap ada. Tapi Tuhan berencana memanggil sebagian dari seluruh dunia untuk kembali kepada Tuhan dan jalan yang Tuhan pakai adalah Abraham. Tapi bukan Abraham pada dirinya sendiri, karena janji Tuhan adalah janji yang bersifat masa depan. Sebab Tuhan mengatakan “keturunanmu akan memberkati bangsa-bangsa”, berarti janji ini belum sepenuhnya genap pada hidup Abraham, tapi akan digenapi pada waktu keturunan yang dijanjikan itu hadir. Ini semua adalah kisah yang penting untuk kita pahami dan lebih sekedar dari kita pahami, ini adalah kisah yang harus kita pahami sebagai bagian dari kehidupan kita sebagai umat Tuhan. Ini adalah nenek moyang kita yang sedang diberitakan, ini adalah orang-orang pendahulu kita di dalam seluruh rangkaian generasi demi generasi umat Tuhan yang Tuhan panggil. Tanpa ada perasaan dekat dengan apa yang Tuhan sedang bagikan, kita akan melihat bahwa bagian-bagian Kitab Suci, apalagi Perjanjian Lama, adalah bagian-bagian yang tidak relevan. Kita akan kehilangan identitas.

Dan kehilangan identitas, kita akan kehilangan banyak hal. Yang pertama hilang identitas berarti kita akan kehilangan cara pandang yang Tuhan mau dimiliki oleh umatNya. Tanpa identitas sebagai umat Tuhan, kita akan memandang segala sesuatu dengan cara pandang yang bukan dari Tuhan. Karena Tuhan mempercayakan cara melihat dunia ini, cara melihat relasi kita dengan Tuhan kepada umat. Dan waktu kita menarik diri kita bukan lagi bagian dari umat, maka kita akan menjadi orang-orang yang mengadopsi cara memandang yang bukan dari Tuhan. Ini sudah terjadi, sedang terjadi dan akan terus terjadi, kecuali kita kembali kepada Tuhan. Kita tidak menjalani hidup sebagai umat karena kita tidak lihat kaitan antara kita dengan pembentukan yang Tuhan kerjakan di dalam diri umat Tuhan sejak lampau, sejak Perjanjian Lama. Kedua, Saudara dan saya tidak punya pengertian tentang diri, siapa saya, apa nilai saya, apa yang bisa saya harapkan, apa yang bisa saya kerjakan, apa yang mengganggu hidup saya, semua ini akan menjadi kacau. Banyak orang memiliki pergumulan yang Tuhan tidak pernah ajak untuk kita gumulkan. Misalnya pergumulan penerimaan diri, Saudara dan saya sebenarnya boleh lewati proses ini karena kesadaran bahwa Tuhan sudah menerima umatNya. Tapi kalau ini kita tidak miliki, kita akan terus cari. Dan waktu kita terus cari, kita akan kenakan berbagai artribut atau hal-hal yang membuat bangga tapi ini bukan yang Tuhan mau untuk umatNya banggakan. Terlalu sering kita menemukan orang yang menghidupi iman Kristennya sebagai aspek yang boleh ada, boleh tidak di dalam hidupnya.

Saya akan bagikan beberapa hal, beberapa prinsip yang perlu kita pahami dari pembuangan, baru kita akan mengerti apa makna dari salib Kristus. Hal pertama yang diajarkan Kitab Suci mengenai periode pembuangan adalah bahwa di dalam pembuangan Israel mulai memikirkan kesetiaan kepada Tuhan. Ini prinsip pertama. Mereka baru menyadari ternyata kesetiaan kepada Tuhan harus dikerjakan dengan total, tidak bisa sembarangan. Ketika mereka mulai main-main, menyembah berhala, memberikan dedikasi bukan kepada Allah, memberikan hidup kepada yang lain, bukan Tuhan, Tuhan murka seperti seorang suami yang cemburu. Kalimat ini harus kita pahami dengan jelas. Kasih yang sejati menuntut komitmen dan ketaatan kepada perjanjian. Jangan remehkan kasih Tuhan dengan segala macam dusta dari dunia ini yang mengatakan bahwa Tuhan adalah Tuhan yang selalu tersenyum, Tuhan yang selalu maklum, Tuhan yang selalu menerima apa yang kita perbuat. Kadang-kadang bukan berkat yang membuat kita mengerti Tuhan, kadang-kadang hidup di dalam penghukuman membuat kita menyadari berapa besarnya kesalahan kita. Maka hal pertama adalah Israel mengerti apa itu komitmen kepada Tuhan.

Hal kedua, Israel akhirnya mengerti bahwa mereka tidak berbeda dengan bangsa lain. Apa yang spesial dari Israel? Kalau dikatakan mereka hidup di Tanah Perjanjian, maka sekarang Tuhan kirim mereka ke tanah pemberontakan. Kalau engkau sukses karena melawan Tuhan, itu bukan dari setan, itu adalah Tuhan sudah lupakan kamu dan itu lebih mengerikan dari setan”. Tuhan tinggalkan kita lebih menakutkan dari pada setan kuasai kita. Itu sebabnya Alkitab tidak terlalu banyak bicara soal setan. Untuk manusia berdosa, Alkitab mencatat, Tuhan sendiri datang memberikan penghukuman, itu mengerikan sekali. Maka mari kembali pada Alkitab yang mau nyatakan. Tuhan mengajarkan kepada Israel, kalau mereka terus mengikuti cara bangsa-bangsa, Tuhan akan serakan mereka ditengah bangsa-bangsa itu, supaya mereka menikmati hidup tanpa Tuhan, seperti yang mereka inginkan dari dulu. Tapi mereka sadar itu kesalahan besar. Mereka tidak mau sama dengan bangsa lain. Maka di pembuangan mereka sadar, seharusnya mereka berbeda dengan bangsa lain. ini paradoksnya menjadi manusia. Waktu Israel punya tempat sendiri, mereka hidup sama seperti bangsa lain. Waktu mereka ditaruh di tengah bangsa lain, mereka hidup beda dengan bangsa lain. Mereka punya sinagoge sendiri, mereka menolak menyembah berhala, bahkan mereka rela mati di tangan Kerajaan Babel atau Romawi. Mereka rela ditindas, rela dibunuh sekali pun asal mereka terbukti setia kepada Tuhan. Inilah manusia, Tuhan berikan kesempatan, mereka abaikan, Tuhan hukum, baru mereka menyesal “sekarang saya sadar apa itu menyembah Tuhan”. Maka hal kedua yang Israel pelajari adalah di pembuangan mereka sadar bahwa mereka tidak berbeda dengan bangsa lain. Inilah zaman ini, menipu kita dengan propaganda yang mengatakan you have the right to be happy. Saya percaya di dunia ini tidak boleh ada orang yang disebut happy, kecuali memang namanya happy. Di pembuangan, Israel baru sadar, “kami tidak berhak menyandang nama milik Tuhan. Kami tidak berhak dikasihani oleh Tuhan, kami tidak berhak terima perjanjian dari Tuhan, kami tidak berhak ada Bait Suci tinggal di tengah-tengah kami, kami tidak berhak dipimpin oleh raja yang dijanjikan oleh Mesias, kami tidak berhak dipimpin oleh Mesias”. Perasaan tidak berhak mulai muncul masuk di hati mereka di pembuangan. Dan bisa dilihat salah satu teologi yang paling baik adalah tulisan para nabi di pembuangan, menyadari siapa kami, menyadari layaknya kami dikutuk. Ketika mereka melihat Taurat, mereka menyadari satu hal. Ada satu kebiasaan dari para teolog Israel Yahudi di pembuangan yaitu mereka mulai menafsirkan Taurat dari sisi kutuk. Taurat adalah kutuk. Taurat mengajarkan beberapa hal, Taurat mengajarkan bahwa kita harus menyembah Tuhan, mengajarkan cara hidup bersama dengan sesama manusia, mengajarkan sistem pengorbanan untuk pengampunan dosa, dan mengajarkan sistem ibadah untuk menyembah Tuhan. Setelah itu mengajarkan ada berkat dan ada kutuk. Selama ini orang Israel terus mengasumsikan mereka layak mendapat berkat. Waktu di pembuangan mereka baru sadar kutuk Tuhan itu nyata, “kita memang seharusnya dibuang seperti ini”. Maka marikita lawan konsep zaman ini yang mengatakan you are so special, sehingga ketika engkau tidak diperlakukan spesial, ada sesuatu yang salah dari dunia ini. Lalu kalau kita sadar kita tidak baik, kita mesti tahu perlakuan apa yang seharusnya diberikan kepada orang-orang yang tidak baik. Banyak orang sudah sadar dosa tapi masih pakai kata tetapi, ini namanya pengakuan dosa palsu. Maka Tuhan buang dan di pembuangan mereka mengatakan “Tuhan, kami sadar kesalahan kami”.

Hal ketiga, mereka sadar bahwa Tuhan sudah berjanji mau pulihkan mereka. Ini kesadaran yang penting dipahami setelah di pembuangan. “Kalau Tuhan setia kepada perjanjian, apakah Dia masih setia kepada kami dalam keadaan seperti ini?”. Sehingga mereka melihat janji Tuhan dan perlu iman untuk mengimani itu. Ini pengertian penting untuk kita pahami. Nabi-nabi di pembuangan perlu iman yang kuat, untuk memahami bahwa Tuhan masih mau perbaiki mereka. “Kami sudah sejahat ini, adalah hal yang wajar kalau Tuhan mengabaikan perjanjianNya, adalah hal yang wajar kalau Tuhan mengatakan: Aku menyesal sudah berjanji kepada kamu, Aku menyesal memilih kamu menjadi umat, Aku menyesal jadikan kamu bangsa, Aku batalkan perjanjianKu dan Aku buang kamu selamanya”. Andaikata Tuhan berkata begini, para nabi itu akan mengatakan “kalau begitu jadilah kehendakMu, apa boleh buat, memang itu yang seharusnya”. Maka para nabi itu bergumul di dalam iman untuk melihat masih adakah pemulihan. Yeremia berusaha menguatkan dirinya dengan kepastian bahwa Tuhan masih mau perbaiki bangsa ini. Dalam keadaan seperti ini, Tuhan bangkitkan para nabi dan mengatakan “Aku akan setia pada janjiKu, Aku akan pulihkan kamu, Aku akan kembalikan kamu dari tempat pembuangan ke tempat yang Aku janjikan. Aku akan membuatmu beranak-cucu kembali, Aku akan kirimkan Daud bertahta lagi. Aku akan dirikan kerajaanKu. Engkau tidak akan pernah alami lagi pembuangan ini, engkau selamanya menjadi milikKu. Lihat, engkau sudah ditulis di telapak tanganKu dengan ukiran yang menyakiti kulitKu”, itu kalimat yang menyakitkan, mengharukan sekali. Tuhan mengatakan “tanganKu sudah digores-gores dengan luka, dituliskan namamu di situ”. Jadi Tuhan akan pulihkan kembali. Dan ketika para nabi melihat keadaan yang tidak mungkin, mereka mengatakan “kami mau percaya janji Tuhan, bukan keadaan yang kami lihat sekarang”. Maka mereka mengatakan “kami mau melihat janji Tuhan, kami sudah bertobat. Tapi di dalam pertobatan pun kami tidak berani memohon supaya Tuhan menyatakan janji. Tapi setelah mendengar kalimat Tuhan sendiri, kami mengatakan kami berani berharap supaya Tuhan pulihkan kami”. Inilah periode emas, di dalam pembuangan mereka menghasilkan teologi seperti ini. Lain dengan ketika mereka sudah mendirikan Bait Allah, second temple, Bait Allah di bawah Ezra, Nehemia. Belakangan, selain tulisan para nabi tentunya, tulisan mereka kembali kepada refleksi yang lain. Refleksi tentang tata ibadah, bagaimana harus beribadah, siapa yang boleh jadi umat Tuhan, kalau ibadahnya seperti ini adalah umat Tuhan, kalau tidak seperti ini bukan umat Tuhan. Akhirnya teologi Farisi mulai berkembang. Teologi Farisi tidak berkembang di pembuangan, di pembuangan tidak ada self-righteousness, tidak ada perasaan benar. Tapi ketika mereka kembali, ini muncul lagi.

Saudara tahu mengapa Yesus dipaku di atas kayu salib? Ini insight penting yang saya dapat dari sebuah commentary, dikatakan Yesus dipaku di atas kayu salib ini menandakan kutuk, harus dinyatakan dengan orang digantung. Karena orang yang terkutuk tidak boleh ada di sorga, sorga tempat yang suci. Orang yang dikutuk juga tidak boleh ada di bumi. Ini hal baru yang saya dapatkan di commentary itu, karena bumi mau dipulihkan. Maka orang yang dikutuk tidak dapat tempat di bumi dan tidak dapat tempat di sorga. Tempat mereka bukan di bumi milik Tuhan ini. Jangan mengatakan bumi terkutuk dan orang terkutuk ada di bumi. Orang terkutuk tidak boleh ada di bumi milik Tuhan karena Kerajaan Allah akan mengambil alih tempat ini, dan mereka yang dikutuk akan disingkirkan dari bumi. Sorga tidak boleh identik dengan kutuk, bumi tidak boleh identik dengan kutuk, maka Yesus mati tergantung antara sorga dan bumi. Inilah tanda pembuangan sejati, pembuangan harusnya bukan di bumi, bukan di sorga, tapi di tempat selain bumi dan sorga. Maka Kristus menjadi kutuk karena kita sudah dibuang. Pembuangan kita diambil oleh Dia dan di dalam Dia pembenaran kita terjadi. Ini kalimat yang sangat penting untuk kita pahami dengan jelas. Maka Paulus mengatakan karena kita percaya kepada Allah meskipun tidak ada alasan kalau lihat diri kita, kita terlalu jahat, tapi kita percaya kepada Allah, sama seperti Abraham tidak ada alasan tapi tetap percaya. Israel di pembuangan tidak ada alasan percaya janji Tuhan tapi mereka tetap percaya. Maka di bagian ini Paulus mengatakan “Tuhan berikan janji ini kepada kamu juga, bukan hanya kepada Abraham saja. Karena Tuhan melihat diri umat sebagai satu kesatuan yang utuh”. Tuhan tidak melihat Abraham secara individu, Tuhan tidak melihat Daud secara individu. Bayangkan ketika Tuhan berjanji, Tuhan sangat cinta Abraham, Tuhan sangat menghargai Abraham, Tuhan begitu akrab dengan Abraham dan Tuhan mengatakan “anakmu akan menjadi berkat”. Tuhan tidak pernah melihat satu orang tanpa melihat siapa ada di belakang orang itu. Maka bukan hanya Abraham yang Tuhan kasihi, tapi semua orang yang diwakili orang Abraham. Maka Paulus mengatakan “kamu pun sama, kamu pun diwakili oleh Israel di dalam pembuangan. Kamu pun diwakili oleh Kristus mati di atas kayu salib dan kamu pun diwakili oleh Kristus mendapat kutukan, mendapatkan hukuman. Sehingga kamu diwakili oleh Abraham mendapat berkat yang Tuhan janjikan. Ini hal yang sangat indah tapi juga mengerikan. Tuhan janji kepada Abraham untuk berkat, tapi Tuhan timpakan AnakNya sendiri kutukNya. Maka di dalam bagian ini dikatakan Yesus diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita. Baru selanjutnya Paulus mengatakan sebab itu kita hidup oleh iman. Saudara hidup dimana? Keadaan kita mungkin seperti pembuangan. Saya tidak tahu keadaan Saudara seperti apa, tapi terkadang kita melihat ada sengsara yang mirip orang di pembuangan. Mungkin kita hidup sulit, mungkin kita hidup dengan pergumulan-pergumulan yang tidak terpecahkan. Tapi Paulus mengajak kita untuk melihat Israel di pembuangan mendapat harapan yang digenapi di dalam Kristus. Demikian kamu dihidupmu sekarang dapat penggenapan di dalam Kristus. Maka apakah yang akan membuat kita tidak berharap? Tidak ada, karena kasih setia Tuhan, kasih karunia sudah dicurahkan. Kasih karunia, charis, ini adalah padanan dengan hesed di Perjanjian Lama. Hesed adalah pernyataan Tuhan sendiri, “Aku adalah Allah yang penuh kasih karunia, kasih setia dan kebenaran”, ini kata yang sama. Maka ketika Paulus mengatakan kasih karunia, orang langsung ingat hesed, Tuhan memberkati Israel dengan menggunakan namaNya. Dia mengatakan “Aku adalah Allah yang setia. NamaKu kasih setia dan kebenaran”, berarti janji Tuhan akan jadi karena Tuhan, bukan karena Israel. Karena Tuhan dan bukan karena kita. Maka Paulus mengatakan imanmu akan tahan uji kalau kamu tahu kamu di dalam Kristus, imanmu akan tahan uji karena kasih karunia sudah diserahkan, sudah dikaruniakan kepadamu melalui Kristus.

Maka di dalam hari-hari menjelang kita masuk dalam Kebaktian Jumat Agung dan Paskah, biarlah kita tahu apa yang Kristus lakukan yaitu membuat kita menjadi umat di dalam Tuhan. Umat buangan yang diperbaiki oleh Tuhan, dikoreksi oleh Tuhan, ditebus oleh Tuhan melalui Kristus. Dia menjadi kutuk bagi kita. Sebelum kita tahu berapa mengerikannya kutuk ini, kita sulit menghargai salib. Ketika kita merefleksikan Israel di pembuangan, baru kita tahu berapa mengerikannya kutuk Tuhan itu. Dan ketika Kristus tanggung, kita akan menghargai apa itu pembenaran, apa itu dianggap benar oleh Tuhan, apa itu dijadikan orang benar oleh Tuhan. Abraham dijadikan orang benar oleh Tuhan dan kita semua dijadikan orang benar. Mari kita belajar menghidupi identitas ini menjadi milik Kristus yang menghidupi kebenaran yang Tuhan sudah berikan. Kiranya Tuhan menguatkan dan memampukan kita untuk menghidupi hidup dengan makna salib.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkotbah)

Hidup untuk dipakai Tuhan

(Roma 4: 19-25; 1:16-17)
Di bagian pasal 1:16-17 disitu ditekankan tenang Injil yang menyatakan kebenaran Allah. Ini menjadi tema yang besar dalam reformasi karena Martin Luther sangat menekankan pembenaran oleh iman. Pembenaran oleh iman menjadi tema ciri khas dari zaman Agustinus, kemudian dipopulerkan kembali oleh Martin Luther, diajarkan dengan cara yang sangat limpah, terutama dalam buku ke-3 Institutio, dari buku John Calvin. Kemudian diteruskan sebagai tradisi yang penting di dalam gereja, baik Lutheran maupun Calvinis. Dalam ayat 17 “sebab dalam Injil nyata kebenaran Allah yang bertolak kepada iman dan memimpin kepada iman seperti ada tertulis orang benar akan hidup oleh iman”. Kalimat “orang benar akan hidup oleh iman” adalah kalimat yang ditulis oleh Habakuk. Dalam Habakuk 2 dia menceritakan tentang kesulitan ada di pembuangan, dibuang di tengah-tengah Babel dan dia tahu ada pengharapan. Ada pengharapan yaitu bumi akan penuh dengan kemuliaan Tuhan seperti air memenuhi lautan. Jadi seperti air akan terus ada pada lautan demikian kemuliaan Tuhan akan terus memnuhi bumi. Ini pengertian yang penting karena kemuliaan Tuhan memenuhi bumi itulah tujuan Tuhan menciptakan bumi. Bumi dicipta supaya penuh kemuliaan Tuhan. Bumi dicipta supaya Bait Tuhan yang suci itu ada di tengah-tengah umatNya. Dalam Habakuk 2 juga dikatakan bahwa bangsa-bangsa di dunia menyembah berhala tetapi Allah berdiam di BaitNya yang kudus. Tuhan yang akan datang ke bumi dan memberikan kemuliaanNya memenuhi seluruh bumi adalah tema pengharapan di dalam Perjanjian Lama yang banyak ditekankan waktu Israel ada di pembuangan. Itu sebabnya kita harus ingat timeline atau peristiwa-peristiwa penting di dalam Perjanjian Lama dan sebenarnya peristiwa itu tidak rumit dan tidak banyak. Kita bisa lihat di dalam Kejadian ada kisah penciptaan, kemudian beberapa kali Tuhan menyatakan penghukumanNya. Waktu Tuhan menyatakan penghukuman, Tuhan nyatakan panggilan kepada orang tertentu untuk memulihkan kembali bumi. Tuhan menyatakan penghukuman dengan air bah, tapi Tuhan memanggil Nuh untuk melanjutkan rencana Tuhan. Tuhan melakukan penghukuman dengan mencerai-beraikan orang-orang sampai ke ujung bumi, memberikan bahasa yang saling tidak dimengerti. Tapi setelah itu Tuhan memanggil Abraham untuk melanjutkan pekerjaan Tuhan di bumi. Ini adalah peristiwa yang penting di dalam Kejadian. Setelah itu Saudara bisa lihat dengan sangat simple dan ringkas di dalam kitab selanjutnya, yaitu Keluaran, berbicara tentang dipanggilnya Israel keluar. Lalu mereka menetap di Kanaan, tinggal di Kanaan, ada raja yang Tuhan angkat. Tapi mereka tidak setia, terus-menerus tidak setia, akhirnya Tuhan buang mereka ke Babel. Setelah itu kembali menantikan pengharapan yang digenapi di dalam Kristus. Selesai. Timeline yang begitu sederhana, tapi banyak orang Kristen tidak tahu. Timeline yang begitu mudah untuk kita ingat, tapi banyak orang Kristen tidak mau peduli. Karena sering kali kita cuma meletakan kalimat-kalimat dalam Kitab Suci sebagai kalimat mutiara untuk kita hidup lebih baik. Kita punya tujuan sendiri, dan kita minta Alkitab tolong sampai tujuan itu. Tapi Kitab Suci merombak semuanya, Kitab Suci memberikan kita tujuan yang baru dan Kitab Suci memberikan semua peringatan, janji dan penghiburan dari Tuhan untuk membuat kita menjalankan panggilan itu. Maka dalam peristiwa pembuangan, nabi-nabi menulis tentang pemulihan, mereka menulis tentang Tuhan yang akan memulihkan kerajaannya dan yang akan pulihkan bangsa-bangsa. Dampak dari pemulihan Israel akan kena ke seluruh dunia. Ini pengharapan yang mereka miliki. Dalam Kitab Suci, Tuhan menciptakan manusia dengan tujuan yang Dia mau. Tuhan tidak tanya kita apakah kita setuju dengan tujuan itu atau tidak, Tuhan tidak tanya kita apakah kita mau apa dalam hidup lalu kita diskusi dulu baru ciptakan kita untuk tujuan itu. Dia langsung tetapkan, Dia langsung ciptakan kita untuk tujuan itu dan Dia minta kita jalankan. Maka di dalam Kitab Suci dikatakan engkau harus hidup bertanggung jawab kepada Tuhan, bagaimana engkau harus hidup dengan menikmati berkat yang Tuhan berikan, hati-hati, lakukan segala anugerah dengan sangat baik, dengan sangat hati-hati. Karena Tuhan memberikan anugerah dengan sangat limpah, tapi Tuhan mengajarkan kita untuk menghargai. Yang kamu terima tidak harus kamu dapat, tidak harus menjadi milikmu, tidak harus kamu miliki selamanya dan seterusnya. Maka kesadaran anugerah ini adalah kesadaran yang sangat penting. Tuhan melatih Israel untuk menyadari betapa pentingnya kesempatan yang Tuhan berikan. Kalau Tuhan beri kesempatan, pakai baik-baik. Kalau Tuhan beri kesempatan, pelajari baik-baik, pikirkan baik-baik. Itu sebabnya ketika Saudara mulai memikirkan tentang tema hidup, Saudara akan tahu satu hal, “saya tidak mungkin hidup sembarangan, saya harus tahu kebenaran”. Dari mana tahu kebenaran? Mati-matian kejar kalau ada kesempatakan, kalau bisa dapat, mati-matian kejar selagi bisa. Maka di dalam Kitab Suci Tuhan menyatakan rencanaNya dan kita harus gumulkan baik-baik. KebenaranNya harus kita pahami dengan benar, dengan sungguh-sungguh, semampu kita bisa. Beri waktu yang baik untuk baca Kitab Suci, beri waktu yang konsisten untuk pelajari Kitab Suci. Waktu konsep ini masuk dalam pikiran kita, Saudara dan saya akan berhenti bekerja hanya untuk keuntungan. Mengapa engkau bekerja? “Membuat bumi menjadi tempat yang memberi banyak damai bagi saya, bagi sesama saya untuk tinggal di sini”, inilah yang Tuhan mau kita lakukan. Tapi kalau kita mulai switch, mengapa kamu hidup di dunia ini? “cari untung, cari kesempatan”, maka kita switch dari kehidupan yang semestinya menjadi kehidupan yang penuh akal busuk untuk menipu orang lain demi kepentingan diri. Maka Tuhan panggil umatNya untuk kerjakan hal yang beda dengan dunia ini.

Siapa yang Tuhan panggil? Kitab Suci mengatakan yang pertama Tuhan panggil adalah Abraham. Alkitab mengatakan Abraham percaya kepada Tuhan maka dia dibenarkan oleh Tuhan. Maka kata percaya mempunyai pengertian yang sangat beda dengan apa yang selama ini banyak orang pikirkan. Apa itu percaya? Percaya itu yakin. Maka kita sering mengatakan yakin dan percaya. Yakin dan percaya berarti saya sudah yakin dan tidak tergoyahkan lagi. Apakah itu makna percaya di dalam Alkitab? Bukan. Percaya itu berarti saya tahu Tuhan panggil saya untuk sesuatu dan saya dedikasikan diri untuk itu. Iman berkait dengan dedikasi diri. Maka ketika Tuhan memanggil Abraham, Abraham dedikasikan dirinya, dia pergi ke tempat yang Tuhan tunjuk. Dia tidak menolak, dia tidak pikirkan lagi, dia tidak punya pemikiran kedua. Dia punya pikiran “kalau Tuhan perintahkan, saya langsung jalan”, mengapa jalan? Inilah totalitas dedikasi yang saya persembahkan kepada Tuhan, dan inilah iman. Iman adalah ketika kita mengatakan kepada Tuhan, “iya Tuhan, saya persembahkan semua untuk ikut Engkau”, itu iman. Berani melangkah, berani berjalan karena tahu Tuhan akan pimpin. Di dalam Tuhan lebih aman dari pada di dalam siapa pun. Inilah imannya Abraham, dia punya keberanian melangkah. Mengapa dia berani melangkah? Karena dia tahu dia melangkah di belakangnya siapa. Abraham pindah dari tempatnya lalu dia pindah ke Kanaan yang tidak jelas keadaannya seperti apa. Tapi dia tetap setia. Dan dia dengar janji Tuhan, “keturunanmu akan jadi berkat bagi seluruh bangsa di bumi”, ini dia ingat, dia percaya. Dan ini yang dia jalankan, percaya bahwa Tuhan akan memakai dia untuk memulihkan atau untuk menyatakan pekerjaanNya di bumi. Maka saya mau Saudara benar-benar mengerti hal ini. Iman berarti saya percaya Tuhan mau saya kerjakan sesuatu, dan saya percaya dengan terlibat di dalamnya. Iman itu bukan hanya menonton dari luar, hanya menonton Tuhan memanggil hamba-hambaNya. Waktu Abraham dipanggil, dia taat karena dia tahu Tuhan mau pakai dia untuk kerjakan apa yang Dia mau kerjakan di bumi ini. Itulah iman. Setelah Abraham taat, Tuhan memberikan janji yang sulit untuk dimengerti dengan akal sehat. Tuhan mengatakan “Aku akan memberikan anak kepadamu”, waktu itu Abraham dan Sara sudah tua, mereka sudah melupakan keinginan untuk punya anak, mereka sudah terima fakta bahwa mereka tidak punya anak. Akhirnya umur 99, dia makan bersama Tuhan, Tuhan mengatakan “tahun depan engkau akan punya anak”. Abraham diteguhkan meskipun dia sempat goyah. Jadi iman Abraham juga pernah goyah, tapi tetap Tuhan yang kuatkan. Karena imannya mengatakan kalau Tuhan sudah janji pasti jadi. Janji untuk saya jalankan tanggung jawab saya. Pengertian ini harus Saudara mengerti. Saudara kalau di kantor, Saudara tidak diberi mobil dinas untuk senang-senang, Saudara diberi mobil dinas supaya Saudara bisa kerja. Saudara diberikan fasilitas untuk bisa kerja. Karena ada kerjaan maka diberi fasilitas. Tuhan memberikan janji karena Saudara dan saya ada kerjaan. Dan Tuhan tahu kita tidak sanggup kerjakan ini tanpa janji Tuhan. Jadi Tuhan beri janji demi kerjaan yang harus kita kerjakan. Itu sebabnya iman lebih menekankan tanggung jawab, bukan kepada hak. Iman bukan bergantung atau menekankan pada apa yang saya dapat, tapi iman justru menekankan pada apa yang harus saya persembahkan, apa yang harus saya kerjakan untuk Tuhan. Mari kita lawan pragmatisme hedonis yang menekankan apa yang saya dapat. Lalu mulai menekankan berita iman Alkitab yang menekankan apa yang jadi tanggung jawab saya. Sudahkah kita mengerjakan tanggung jawab kita? Yang kuliah, tugasmu sudah selesai atau belum? Yang kerja, pekerjaan kantormu sudah beres atau belum? Yang melayani, pelayananmu sudah beres atau belum? Tanggung jawab adalah iman. Maka jangan lagi sembarangan pakai kata iman.

Maka Yakobus mengatakan kalau kamu sudah umat, kerjakan perbuatannya, karena Tuhan memanggil Abraham untuk memperbaiki, untuk menyatakan pekerjaan Tuhan di dunia ini. Tuhan panggil Israel juga untuk memperbaiki apa yang ada di dunia ini. Tuhan mau Israel setia, tapi Israel gagal setia, maka Tuhan buang Israel ke Babel. Waktu Tuhan sudah buang ke Babel, Habakuk bergumul “Tuhan, saya tidak pernah sembah berhala satu kali pun, saya tidak pernah ikut-ikut iman orang lain, mengapa saya dibuang seperti ini?”. Habakuk bergumul mengapa orang benar menderita. Saudara kalau bingung dengan pertanyaan penderitaan, tinggal baca buku-buku dari nabi-nabi di pembuangan. Mereka mempunyai tulisan yang sangat luar biasa, menyelesaikan segala pergumulan tentang apa itu penderitaan dengan jawaban iman yang sangat anggun. Mereka juga bergumul “kalau saya taat kepada Tuhan, mengapa dibuang?”. Dan jangan pikir pembuangan itu menyenangkan, pembuangan itu membuat sangat menderita. Demikian juga nabi-nabi di pembuangan, mereka juga tidak mengerti mengapa mereka yang setia ikut dibuang bersama dengan orang-orang yang menyembah berhala. Maka di dalam pembuangan mereka terus menulis, terus memohon dan Tuhan berikan jawaban yang agung sekali. Tuhan mengatakan Tuhan akan menghakimi bangsa-bangsa, Tuhan akan menghakimi Israel juga. Tapi dari penghakiman itu Tuhan akan munculkan orang atau kelompok yang akan memberkati seluruh bangsa. Maka pengharapan semua orang akan seluruh bangsa diberkati dipopulerkan oleh nabi-nabi di dalam pembuangan. Di pembuangan mereka mulai bergumul dan mulai mengerti bahwa Tuhan akan pulihkan bangsa, pulihkan dunia demi kemuliaan Dia. Tuhan akan penuhi bumi ini dengan kemuliaan Dia. Tuhan akan nyatakan BaitNya di bumi dengan sangat jelas untuk mempermalukan orang-orang yang menyembah berhala. Maka tema-tema itu muncul di dalam kitab nabi-nabi yang ada di pembuangan. Nabi seperti Yeremia, Yehezkiel, Habakuk adalah orang-orang yang bergumul seperti ini, mereka terus bertanya kepada Tuhan, “Tuhan, kelegaannya kapan, kapan kami bisa dipulihkan”. Habakuk mendapatkan firman dari Tuhan, “engkau yang beriman, engkau akan hidup oleh imanmu, engkau dibenarkan oleh percayamu. Siapa percaya Tuhan akan hidup karenaNya”. Siapa yang percaya Tuhan? Habakuk. Apa maksudnya percaya Tuhan? Tuhan akan pulihkan Israel dan Tuhan akan pakai orang-orang ini untuk memulihkan, inilah iman.

Maka Paulus mengatakan di dalam Surat Roma, Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan orang beriman. Siapa orang beriman? Orang Yunani atau pun orang Yahudi, siapa pun yang beriman akan diselamatkan. Beriman berarti sadar Tuhan kerjakan sesuatu, dan saya boleh berbagian di dalamnya, saya harus berbagian di dalamnya. Saya punya perubahan mindset, sekarang saya punya tanggung jawab kepada Tuhan, sekarang saya punya hidup yang diatur oleh Tuhan, sekarang saya punya hidup yang diarahkan oleh Tuhan, yang tujuan finalnya ditetapkan oleh Tuhan. Berarti saya adalah milik Tuhan dan apa yang Tuhan mau saya kerjakan, apa pun itu, itulah yang akan saya gumulkan, saya pergumulkan di dalam hidup saya. Habakuk dikutip oleh Paulus, siapa yang benar dia adalah orang yang dibenarkan oleh iman. Siapa percaya, percayanya akan membuat dia dibenarkan. Di pasal 4 Paulus memakai contoh Abraham, seperti yang telah kita bahas tadi. Siapakah Abraham? Orang beriman, karena dia dengar firman dan menjalankannya. Apakah dia beriman sebelum atau sesudah disunat? Alkitab mengatakan sebelum disunat, Abraham dengar Tuhan dulu setelah itu dia taat kepada Tuhan. Mengapa hal-hal ini Tuhan nyatakan? Tuhan ingin mengatakan untuk kamu beriman, kamu jadi milikKu untuk mengerjakan pekerjaanKu, ada harga yang harus dibayar. Untuk Saudara boleh hidup bertanggung jawab kepada Tuhan ada harga yang harus dibayar. Dan siapa yang bayar? Bukan sunatnya Abraham, tapi salibNya Kristus. SalibNya Kristus adalah sunat yang sejati. Maka Saudara dan saya tidak lagi masuk dalam perjanjian sunat, karena sudah digenapi di dalam Kristus. Sekarang Kristus sudah genapi sehingga Saudara dan saya boleh masuk menjadi umat yang punya tanggung jawab bagi Tuhan. Maka di dalam Alkitab dikatakan kamu harus kerja, tapi untuk bisa kerja bagi Tuhan harus ditebus. Siapa yang tebus kita untuk kerja bagi Tuhan? Kalau kita tidak mau kerja bagi Tuhan, bagaimana? Kita akan diperbudak oleh dunia ini. Saudara tidak mau kerja bagi Tuhan, Saudara kerja bagi uang. Saudara tidak mau kerja bagi Tuhan, Saudara kerja demi popularitas, demi pangkat, demi kebanggan diri. Dan kerja bagi Tuhan berarti bekerja memberi faedah bagi yang lain. Alkitab memberikan kunci memahami prinsip yang penting sekali, siapa cinta Tuhan membuktikannya dengan cinta sesama. Sebab bagaimana bisa mengatakan cinta Tuhan yang tidak kelihatan, kalau engkau tidak cinta sesamamu yang kelihatan. Maka prinsip yang sama saya ambil, Saudara mau kerja bagi Tuhan maka kerjalah bagi sesamamu. Itu sama, karena Saudara mau kerja bagi Tuhan, apa yang Tuhan perlukan? Tidak ada, tapi waktu Saudara melakukan untuk sesama, Saudara sedang lakukan untuk Tuhan. Bolehkah saya melakukan untuk sesama tapi saya belum ditebus oleh Tuhan? Tidak dihitung. Kalau Saudara bekerja untuk sesama tapi Saudara bukan umat, Tuhan tidak akan menghitungnya. Tapi kalau Saudara ada di dalam Tuhan, Saudara kerja bagi sesama, Tuhan perhitungkan itu sebagai bentuk bagian tanggung jawab Saudara kepada Tuhan. Bagaimana bisa menjadi milik Tuhan? Hanya ketika Tuhan sudah menebus, maka Kristus mengganti tanda sunat, menggenapi. Waktu saya ditebus oleh Kristus, saya menjadi bagian dari umat Tuhan. Waktu saya jadi bagian dari umat Tuhan, saya bisa kerja bagi Tuhan. Saya harap hari ini Saudara mendapat pengertian yang limpah, yang mengubah hidup. Saya ingin lihat hidup yang diubah oleh firman, saya ingin lihat jemaat saya diubah oleh firman, saya ingin melihat Saudara berjuang setelah diubahkan oleh firman dengan cara hidup yang total baru. Sekarang saya dan Saudara bukan hidup menantikan ke sorga, Saudara sudah warga sorga. Saudara dan saya bukan hidup untuk membeli keselamatan, kita sudah diselamatkan. Saudara dan saya hidup untuk tanggung jawab kepada Tuhan di dalam segala panggilan yang Tuhan mau kita kerjakan. Mari bertanggung jawab kepada Dia karena salib Kristus membebaskan Saudara dari pembuangan.

Habakuk mengatakan “bebaskan dari pembuangan supaya kami bisa kerjakan tugas kami sebagai Israel di Tanah Perjanjian”. Hal yang sama juga Saudara mau kerjakan, “Tuhan bebaskan kami dari dosa, supaya kami bisa kerjakan pekerjaan yang Engkau inginkan kami lakukan”. Demikian dicatat dalam Surat Efesus, “karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman. Itu bukan hasil usahamu, tapi pemberian Allah. Itu bukan hasil pekerjaanmu, jangan ada orang yang memegahkan diri”. Sebab kita ini buatan Allah di dalam Kristus dan diciptakan untuk segala pekerjaan baik yang dipersiapkan Allah sebelumnya, Dia mau supaya kita hidup di dalamNya.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkotbah)

Menghargai Manusia Bukan dari Hartanya

(Lukas 16: 19-31)
Injil Lukas penuh dengan cerita yang sangat ekstrim. Ini adalah Injil yang menekankan pesan dengan sudut yang tidak kompromi sama sekali, dengan sisi yang menuntut perubahan total. Sehingga Injil Lukas mengingatkan kita siapa yang ikut Tuhan Yesus tidak mungkin ikut dengan separuh kekuatan atau separuh komitmen. Siapa yang ikut Tuhan Yesus harus mengabaikan seluruh komitmen sebelumnya kepada yang lain dan menyerahkan semuanya untuk Tuhan. Tapi di dalam komitmen yang diberikan kepada Tuhan, Saudara akan melihat kelimpahan dari hidup yang justru akan diberikan oleh komitmen kepada Tuhan.

Cerita ini memberikan 2 kelompok orang yang berbeda, mewakili 2 kelompok orang, yang satu orang kaya yang tidak disebutkan namanya, satu lagi adalah orang miskin yang bernama Lazarus. Semua orang yang cinta uang akan menganggap orang kaya ini adalah impian yang dituju “saya mau seperti ini”. Sedangkan Lazarus yang miskin adalah mimpi buruk “aduh, kalau hidup saya seperti itu, lebih baik saya mati”. Tetapi Amsal 23 mengatakan justru di sini kamu akan digoda oleh berbagai macam cara untuk cepat kaya. Itu sebabnya teguran kepada orang kaya yang sangat keras salah satunya adalah Lukas 16. Maka pada bagian ini, ada kisah tentang orang yang super mewah. Yang makannya berlebihan secara fakta kemahalan, secara mewah, secara begitu banyak orang yang dia undang setiap hari. Orang kaya ini ingin seperti ini, dia pakai baju yang begitu mahal dan dia atur makanan seperti pesta setiap hari untuk tunjukan status dia, identitas dia sebagai orang penting. Lalu dalam kisah ini dikatakan ada juga seorang bernama Lazarus. Dan di sini mengejutkan, kalau orang kaya ingin seperti orang yang mewah ini dan menganggap orang yang miskin ini sebagai mimpi buruk, Allah sebaliknya. Allah tidak menyebutkan nama orang kaya ini, seolah dia adalah orang yang tidak penting, banyak orang yang seperti ini di dunia dan Tuhan kurang hargai. Tapi orang miskin itu dinamai oleh Tuhan. Orang ini bernama Lazarus, badannya penuh dengan borok, Saudara bisa bayangkan orang seperti apa ini. Dikatakan dia berbaring di tempat pintu rumah orang kaya itu, bisa juga diterjemahkan dekat gerbang, dia tidak boleh masuk ke rumah itu. Dia cuma ada di gerbang dan dikatakan dia menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu. Istilah jatuh dari meja jangan Saudara bayangkan dia berada di bawah meja dan membuka mulutnya untuk makan makanan yang jatuh dari meja. Jatuh dari meja artinya makanan yang sudah tidak akan dimakan lagi, makanan yang akan berakhir di tempat sampah, itulah makanan yang jatuh dari dosa. Jadi ketika Yesus mengatakan “tidak layak memberikan roti untuk anak lalu lemparkan ke anjing”, perempuan Sirofenesia itu mengatakan “memang Tuan, tapi anjing itu boleh makan yang jatuh dari meja tuannya”, maksudnya orang sudah tidak mau makan dari pada dibuang kasi ke anjing masih oke, itu maksudnya. Jadi jatuh dari meja tuannya artinya ini makanan yang akan masuk tong sampah. Dan sangat mungkin Lazarus tunggu di pintu gerbang dekat tempat sampah, mungkin dekat pembuangan dapur dari orang kaya ini, sehingga ada makanan lebih dilempar keluar, dia akan berusaha kais untuk dapatkan. Dan Alkitab memberikan kesan dia adalah orang yang dibaringkan di dekat pintu rumah, berarti dia orang lumpuh. Dia lumpuh dan ada penafsir mengatakan mungkin tangannya kurang kuat sehingga dia tidak bisa membersihkan dirinya dan dia benar-benar seperti sampah bagi orang yang melihatnya, penuh penyakit kulit, borok dimana-mana. Dan Alkitab mencatat dia ingin makan makanan yang dibuang orang kaya itu tapi anjing datang dan menjilat boroknya. Ini berarti dia bertarung dengan anjing-anjing untuk dapat makan. Bayangkan ada satu tempat sampah dimana disitu ada satu manusia yang bersaing dengan anjing-anjing untuk berebut makanan. Ini pemandangan yang sangat memilukan. Seringkali kita memiliki kehidupan yang lebih enak, lalu kita selalu melihat ke atas, selalu lihat ke orang yang lebih baik, lupa fakta bahwa di dunia ini begitu banyak penderitaan. Orang kalau lihat penderitaan, responnya selalu salah. Kalau lihat penderitaan sering mengatakan “untung saya tidak seperti itu”. Tapi tidak punya ucapan syukur kepada Tuhan. Ada juga orang melihat penderitaan dan balik salahkan Tuhan. Tidak tahukah kita bahwa Tuhan yang paling mengerti bagaimana menangani penderitaan seperti ini. Jangan hakimi Tuhan sebelum waktunya. Karena Tuhan mengingatkan sebelum waktunya jangan hakimi siapa pun. Tuhan akan membuat segala hal menjadi baik di dalam waktunya. Dan Tuhan akan memberikan keadilan yang tepat di dalam caranya dan di dalam waktunya. Ini adalah hal yang Saudara harus imani. Jangan benci Tuhan karena keadaan yang Saudara lihat sepertinya tidak beres, karena yang sanggup jadikan beres cuma Tuhan. Tapi Saudara tidak boleh atur Dia lalu mengatakan “kalau Engkau mau jadikan beres, jadikan sekarang. Saya tunggu beberapa menit, Engkau harus jadikan seluruh bumi beres”, apakah engkau lebih hebat dari Tuhan? Apakah engkau berhak untuk atur Tuhan? Apakah engkau berhak untuk punya otoritas atas Tuhan? Jawabannya tidak. Maka biarlah kita beriman, penderitaan adalah fakta nyata di dunia ini dan kita belajar punya hati untuk melihat orang yang menderita, dan belajar punya cara untuk beriman kepada Tuhan untuk bantu tangani apa pun kesulitan yang ada di sekitar kita. Ini fakta yang menyedihkan, tapi terjadi.

Akhirnya Lazarus itu mati, ayat 22. Dan lihat apa yang terjadi, Alkitab mengatakan dia dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. Betapa menakjubkannya ini. Di dalam pengertian tentang zaman akhir, tentang end-time, tentang waktu ketika Tuhan membereskan segala sesuatu, orang Yahudi mempunyai konsep ketika Tuhan sudah bereskan semuanya, KerajaanNya datang, Tuhan akan undang makan di dalam pesta besar. Dan bagi orang Yahudi, pesta besar berarti kita akan makan di meja. Siapa makan satu meja dengan Abraham, itu akan diatur. Siapa duduk dekat Abraham itu juga akan diatur. Di dalam budaya Mediterania, mulai dari Italia sampai ke Israel, bahkan sampai daerah utara ke daerah lebih ke selatan, itu ada kebiasaan etika duduk yang ketat. Kalau kita makan, kita duduk dimana pun boleh. Tapi zaman itu, siapa duduk dimana itu diatur ketat sekali. Maka Tuhan mengijinkan Lazarus duduk di tempat utama. Dan sekali lagi, ini bukan bicara tentang doktrin keselamatan. Ini sedang korek hati nurani kita untuk sadar bahwa selama ini kita salah lihat orang. Kita lihat orang dari hartanya dan kita remehkan orang seperti Lazarus. Tapi Tuhan tidak pernah remehkan orang seperti Lazarus, bahkan Tuhan memberikan tempat yang teristimewa kepada dia. Maka kita jangan nilai orang berdasarkan status ekonominya, jangan nilai orang berdasarkan keuangan yang dia miliki. Seorang Sosiolog, dia mengatakan jangan pikir bahwa kemiskinan di dunia ini sangat ringan, ini perkara yang sangat berat. Karena ada orang yang harus kehilangan anggota keluarga karena diculik demi uang. Ada orang yang harus masuk ke dalam prostitusi karena jerat yang begitu menakutkan. Di tempat-tempat miskin, premanisme akan berkuasa. Orang akan ambil keuntungan dengan membuat kekerasan, ancaman kepada mereka, dan tidak ada orang yang mau tolong mereka. Kalau tanya kepada mereka, mereka pun tidak ingin dalam kondisi seperti ini, tapi Tuhan mengijinkan kondisi seperti ini bisa terjadi. Dan Tuhan mau orang Kristen mulai pertimbangkan bagaimana cara Tuhan memandang mereka supaya saya boleh belajar memandang mereka juga, tidak melihat manusia dari sisi apa yang dia dapat tapi dari sisi Tuhan. Bagaimana Tuhan menilai manusia demikian saya mau belajar untuk menilai manusia. Bagian ini sangat menakutkan bagi kita karena ada orang yang diremehkan oleh semua orang, Tuhan taruh di tempat yang paling istimewa di Kerajaan Sorga.
Bagaimana dengan orang kaya itu? Dikatakan orang kaya itu mati dan dikubur. Ayat 22 “matilah orang miskin itu lalu dibawa malaikat ke pangkuan Abraham”, tidak dikatakan tentang penguburan. Mungkin tidak ada orang yang mau urus mayatnya. Karena orang yang sakit borok seperti ini mati, mungkin dia mati dikutuk Tuhan. Kalau dia mati dikutuk Tuhan, tidak ada yang mau sentuh. Akhirnya dibiarkan dulu, tidak dikubur. Dan orang pikir kalau begitu jiwanya pasti dibuang Tuhan, karena tubuh di buang maka roh dibuang. Ternyata tidak, orang ini tidak mendapatkan penguburan yang layak, tapi jiwanya diambil Tuhan, dibawa oleh malaikat. Orang ini sangat spesial, jiwanya diangkat malaikat, lalu didudukan di pangkuan Abraham di dalam pesta di sorga. Saya tidak tahu bagaimana perasaan Lazarus waktu dibawa, dia kaget sekali “baru kali ini saya lihat kemewahan seperti ini”. Lalu dia didudukan di pangkuan Abraham, Abraham bilang “sekarang makanlah”, tidak perlu cari di tempat sampah, tidak perlu berkelahi dengan anjing. Bagaimana dengan orang kaya?

Dikatakan orang itu dikubur, mungkin di atas kuburannya ditaruh permata, mutiara. Orang kaya itu mati dan dia meninggalkan kuburan yang mewah. Tanda kita mendewakan harta adalah kita mulai ribut soal harta. Kalau yang jadi soal kita ribut itu harta berarti kita menyembah harta. Kalau mengenai harta, mari pilih mengalah, jangan berantem. Kalau kita pilih berantem itu tandanya kita jauh sekali dari Tuhan. Ini yang dikatakan orang bijak itu, kalau orang sangat kaya mati, dia meninggalkan kuburan besar dan meninggalkan perseteruan, semua mau harta. Orang ingin harta, orang ingin jadi seperti orang kaya itu. Cerita ini mengingatkan kita, dia memang kaya tapi dia mati pada akhirnya, dia dikuburkan baik-baik, tapi justru Tuhan ijinkan dia masuk dalam dunia orang mati yang menderita. Maka dikatakan dia ada di tengah-tengah penderitaan. Ayat 24 mengatakan dia berseru-seru kepada Abraham, “Bapa Abraham kasihanilah aku, suruhlah Lazarus”, orang kaya selalu memberikan perintah, “suruh Lazarus begini, suruh Lazarus begitu”. Dia terbiasa menyuruh, orang kalau terlalu banyak menyuruh itu pasti akan dibenci, yang suka perintah-perintah tapi tidak suka kerja itu akan menimbulkan kebencian. Coba bayangkan betapa tidak tahu diri, “Abraham, suruh Lazarus, dia kan orang miskin. Orang miskin memang tugasnya untuk disuruh-suruh. Coba celupkan tangannya ke air kemudian teteskan ke sini, suruhlah dia”. Lalu Abraham memberi jawaban “maaf, antara kamu dan saya ada tembok yang tinggi”, mirip tembok pemisah yang memisahkan Lazarus dan rumah orang kaya itu ketika masih hidup. Ketika di dunia, dia dan orang miskin itu terpisah, ketika di akhirat, terpisah lagi. Tapi kali ini yang untung adalah si miskinnya. Akhirnya orang kaya itu mengatakan “kalau memang tidak bisa ya sudah. Saya minta satu permintaan lagi”, perintahnya pun banyak. Orang itu mengatakan “aku meminta kepadamu supaya engkau menyuruh Lazarus ke rumah ayahku, sebab masih ada 5 saudaraku, supaya dia memperingatkan mereka sungguh-sungguh, supaya nanti tidak masuk ke penderitaan”, tiba-tiba dia peduli dengan saudaranya. Orang kaya ini masih punya hati nurani, tapi terlambat. Siapa yang hati nuraninya muncul di neraka tidak ada menolong apa pun, makanya munculkan hati nurani di sini, sebelum semuanya terlambat. Orang kaya itu mengatakan “kasihan 5 saudara saya, jangan sampai mereka masuk ke sini. Tolong suruh Lazarus bangkit lalu nasihati mereka”, permintaan orang ini tidak realistis, menyuruh orang mati bangkit. Tapi Abraham mengatakan “kan ada kesaksian Musa dan para nabi, Taurat”.

Saudara dan saya seringkali meremehkan Taurat dengan mengidentikan Taurat hanya sebagai larangan-larangan. Apa itu Taurat? “Taurat itu perintah anti babi, masa tidak boleh makan babi? Untung Yesus membebaskan kita dari kutuk Hukum Taurat, sekarang kita boleh makan babi”. Apakah Taurat hanya mengurusi apa yang boleh dan tidak boleh? Tidak, Taurat itu punya intisari di dalam belas kasihan. Salah satu hal yang sering berulang di dalam Hukum Taurat adalah perintah Tuhan untuk memperhatikan orang miskin. Maka kalau kita melihat dalam konteks yang tepat, Hukum Taurat yang dimaksud Yesus, Taurat dan kesaksian para nabi adalah perintah untuk memperhatikan orang, perintah untuk mengorangkan orang. Jangan lihat orang miskin sebagai non-orang, mereka orang juga. Jangan lihat orang kaya sebagai super orang, mereka bukan super, mereka orang biasa. Mereka orang biasa yang kebetulan uangnya banyak, orang miskin adalah orang biasa yang kekurangan uang, itu saja. Maka jangan nilai orang dari hartanya. Kadang-kadang kita mengatakan “saya tidak pernah nilai apa pun, saya tidak pernah menghakimi apa pun”, tapi kalau itu berkait dengan Saudara, tanpa sadar Saudara akan melakukan ini. Misalnya hal yang paling dekat ketika anak Saudara bertemu dengan seseorang, lalu mulai dekat, mulai jatuh cinta, hal pertama yang Saudara tanya kemungkinan adalah uangnya banyak tidak? “Baru saja dengar kotbahnya Pak Jimmy”, “iya, kotbahnya saya amini, tapi ini urusannya lain”. Kita akan kelihatan belangnya pada waktunya. Waktu di gereja semuanya, termasuk saya, keliahtan suci, tapi waktu praktek hidup baru mulai kelihatan jahatnya, ekornya kelihatan, tanduknya mulai muncul. Baru kelihatan kita adalah setan-setan yang sembunyi di dalam malaikat, kelihatan malaikat tapi ternyata jatuh juga. Maka jangan menilai orang berdasarkan harat. Bolehkah kita menilai orang? Harus. Nilai integritasnya, nilai tanggung jawabnya, nilai bagaimana dia berelasi, nilai ketepatan perkataan dan perbuatannya, itu jauh lebih penting. Dan memang benar-benar orang seperti ini akhirnya mendapatkan kesuksesan, itu cerita lain. tapi meskipun dia tidak atau belum mendapatkan kesuksesannya. Itu sebabnya Alkitab mengajarkan kepada kita jangan nilai orang dengan sembarangan.

Dan Hukum Taurat mengajarkan kasihani mereka yang perlu dikasihani, nilai manusia dengan nilai yang tinggi dan kasihani mereka yang kurang. Hukum Taurat mengingatkan jangan terlalu kagum dengan orang kaya dan jangan terlalu bela orang miskin, karena tidak semua layak dibela. Tapi ada bagian yang mengatakan jika ada orang asing di tengah-tengah kamu atau orang miskin yang susah sekali makannya, kamu harus tolong dia. Maka di dalam Taurat dikatakan, Israel ketika masuk Kanaan tidak akan kekurangan, Tuhan janji tidak ada orang miskin. Mengapa Tuhan janji demikian? Karena setelah Tuhan berjanji, Tuhan berikan perintah untuk pelihara orang-orang yang kurang. Itu sebabnya di dalam Hukum Taurat, hukum yang utama mementingkan Tuhan dan kasih kepada sesama. Dan inilah yang Abraham sedang katakan, kalau mereka baca kisanya Musa dan juga firman para nabi, baiklah mereka juga dengar kesaksian itu. Orang kaya itu bilang “tidak Bapa Abraham, kalau ada orang mati bangkit lagi, baru mereka akan menghargai”, Abraham mengatakan “tidak mungkin”. Karena kalau kesaksian para nabi tidak dihargai, mereka juga tidak mungkin menghargai orang yang bangkit dari antara orang mati.

Di sini ada berita Injil yang Tuhan mulai munculkan. Siapa orang mati yang Tuhan bangkitkan? Yesus. Seperti apa matinya Dia? Seperti orang miskin yang tidak ada apa pun di dunia ini, tidak punya keunggulan apa pun, tidak punya kenikmatan apa pun, tidak punya mulia apa pun, tidak punya hak apa pun, lalu Dia mati dan semua orang hina Dia. Tapi Yesus justru bangkit dan Dia menjadi pokok keselamatan bagi semua orang. Maka Abraham sedang mengatakan kalau kamu tidak mengerti Taurat dan para nabi, kalau kamu tidak mengerti bagaimana nilai manusia, kamu pasti hina Yesus. Karena Yesus hidup seperti orang hina, hidup seperti orang miskin, seperti orang yang tidak punya apa pun. Dan siapa yang mendewakan mamon, tidak mungkin suka Yesus. Dia adalah orang yang hidupnya miskin dan kurang, tapi inilah sumber keselamatan bagi seluruh dunia. Maka Injil Lukas ini sedang mengingatkan siapa yang menghina orang karena kedudukannya, karena dia miskin, pasti dia akan menghina Tuhan Yesus. Jangan anggap Tuhan Yesus sebagai orang yang agung, Dia memang agung tapi bukan agung karena kekayaan. Itu sebabnya siapa yang menghina Lazarus, dia akan menghina Yesus juga. Dan orang kalau membaca Taurat baik-baik tidak mungkin menghina Lazarus dan tidak mungkin menghina Yesus. Maka hari ini kita diingatkan untuk tidak menjadi penyembah berhala. Dan salah satu aspek yang berbahaya dari penyembahan berhala adalah kita akan nilai orang berdasarkan berhala kita yaitu uang. Akhirnya kita jadi orang picik yang hanya melihat keuangan sebagai standar mengukur manusia. Tapi kalau kita mau kembali ke Taurat, kita lihat satu hal, Tuhan mengasihi manusia, memberikan wibawa kepada manusia, yang melampaui segala hal yang berkait dengan harta. Biarlah ini menjadi dorongan bagi kita untuk tunduk kepada Tuhan, menghargai sesama kita dan tidak dibutakan oleh harta saja

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkotbah)