(Kisah Para Rasul 7: 54-60)
Tema yang besar di dalam Kitab Suci dari Kejadian sampai Wahyu adalah Allah adalah Raja. Allah adalah Raja di langit dan Raja di bumi. Allah adalah yang bertahta di sorga dan Allah adalah yang berkuasa di bumi. Untuk menyatakan kepenguasaan Tuhan atas bumi, Tuhan menciptakan manusia. Ini tujuan penciptaan yang sangat jelas di dalam Kitab Suci. Di dalam Kitab Kejadian, Tuhan menciptakan manusia untuk menaklukan dan memenuhi bumi, untuk berkuasa atas segala makhluk yang Tuhan ciptakan di bumi. Tuhan adalah Raja dan Tuhan mau bumi ditaklukan oleh manusia. Mengapa manusia? Karena manusia diciptakan menurut gambar Allah, manusia adalah gambar Allah. Dan kalau kita tidak mengerti gambar Allah berdasarkan pengertian Alkitab, maka pengertian gambar Allah menjadi suatu yang asing untuk kita. Mengapa manusia disebut gambar Allah? Alkitab mengatakan karena manusia mewakili Allah. Di dalam budaya zaman Perjanjian Lama, gambar Allah adalah istilah yang hanya dikenakan kepada raja. Jadi hanya raja-raja yang disebut gambar Allah, yang bukan raja tidak disebut gambar Allah. Demikian juga istilah anak Allah, anak Allah adalah istilah yang diberikan kepada raja-raja, bukan kepada orang biasa. Jadi di dalam zaman kuno, di dalam zaman Perjanjian Lama, baik di dalam budaya Israel, maupun Mesopotamia, atau pun Mesir, di dalam kebudayaan-kebudayaan itu gambar Allah adalah julukan untuk raja. Maka Kitab Suci merombak pengertian ini di dalam Kejadian 1, karena di dalam Kitab Suci dikatakan Tuhan menciptakan manusia berdasarkan gambar Allah, atau bisa juga dikatakan menjadi gambar Allah di bumi ini. Kalau manusia adalah gambar Allah, semua manusia laki-laki maupun perempuan, budak maupun orang merdeka, raja maupun rakyat, semua adalah gambar Allah, berarti semua manusia adalah raja atau penguasa yang mewakili Tuhan menaklukan bumi. Ini yang sebenarnya Tuhan inginkan, seluruh bumi dipenuhi oleh sang wakil yaitu manusia mewakili Tuhan menaklukan bumi. Itu sebabnya di dalam Kejadian 11 digambarkan manusia membangun menara yang ujungnya sampai ke langit, ini menara Babel, banyak orang menafsirkan ini sebagai bentuk bangunan zigurat dimana ada tangga yang menucu puncak bangunan ini, lalu di puncak bangunan dibuat semacam rumah yang menjadi simbol tempat berdiamnya dewa. Diharapkan dewa itu akan turun tangga yang ada di bangunan itu, sampai dia tiba di bawah, dia akan berdiam bersama dengan manusia. Ini keinginan manusia di menara Babel, mereka bersatu, mereka tidak terpecah belah, mereka tidak tercerai berai, mereka punya satu bahasa, mereka punya satu tujuan, mereka punya cita-cita, mereka punya kehendak, dan mereka mencari nama bagi diri, mereka mengerti identitas mereka berdasarkan ketetapan yang mereka buat sendiri. Jadi siapa mereka, apa tujuan hidup mereka, apa yang menjadi kenikmatan, apa yang diperlukan, semua hal ini mereka tetapkan sendiri. Mereka tidak perlu Tuhan, mereka tidak mau tanya Tuhan. Mereka tentukan sendiri segalanya yang harusnya cuma Tuhan yang boleh tentukan. Kesalahan orang Babel adalah mereka mengatakan “Tuhan hadirlah untuk penuhi rencana kami”, ternyata Tuhan hadir dan rencana mereka semua diobrak-abrik. Apakah Saudara mau minta supaya Tuhan hadir di dalam kehidupan kita? Kalau mau, apakah siap kalau Tuhan mengobrak-abrik? Penghukuman Menara Babel yang membuat mereka terserak ke seluruh bumi. Tapi setelah itu di Kejadian 12, Tuhan memanggil Abraham dan mengatakan “Aku tetap akan memakai manusia, Aku tetap akan mendirikan kerajaanKu, Aku akan tetap memberkati bangsa-bangsa melalui keturunan Abraham”. Jadi Tuhan tetap dengan rencana semula yaitu memenuhi bumi, menjadi milikNya, Dia adalah Raja atas bumi.

Tuhan mau Israel, keturunan Abraham ini menjadi bangsa yang tunduk kepada Tuhan. Dan melalui Israel, Tuhan akan nyatakan kepenguasaanNya atas bumi. Inilah sebabnya Tuhan panggil Israel supaya Raja yaitu Allah dinyatakan di bumi. Tapi Kitab Hakim-Hakim menunjukan fakta yang menyedihkan, yaitu Israel tidak bisa bersatu, Israel terus tercerai-berai, Israel hanya pentingkan diri, hanya pentingkan kelompok, hanya pentingkan golongan, hanya pentingkan suku, hanya pentingkan keluarga, hanya pentingkan kaum. “Yang penting saya tenang, yang penting saya baik, yang penting keluarga saya sejahtera, saya tidak peduli Israel mau jadi apa”. Inilah kerusakan Israel pada waktu itu, sehingga Tuhan membangkitkan para hakim. Dan Saudara bisa lihat salah satu yang dikerjakan para hakim ketika mereka dipenuhi Roh kudus adalah mereka akan menyatukan orang-orang di Israel untuk berjuang bersama mereka. Ini yang dilakukan Gideon, Gideon mengajak orang-orang berperang bersama dia, sampai Tuhan yang singkirkan jangan semua ikut perang, hanya sebagian saja. Demikian waktu Tuhan bangkitkan Yefta, dan Yefta berjalan menelusuri beberapa suku dan mengajak mereka untuk bergabung bersama-sama berperang demi Israel. Jadi Tuhan menginginkan Israel kompak, punya kesehatian, punya tujuan yang sama, punya visi yang sama, punya semangat juang yang sama untuk satu bangsa. Ini bangsa milik Tuhan, harus lebih penting dari golongan dan pribadi. Maka kesatuan Israel jauh lebih penting. Dan ketika Israel menyembah berhala, Alkitab mengatakan mereka mulai pecah. Mengapa pecah? Karena menyembah berhala itu ada banyak versi. Lalu mereka mulai pecah, tidak lagi satu visi. Roh Kudus memenuhi orang itu, dan orang-orang tetap tidak mau mengikuti orang itu untuk berperang demi Israel. Salah satu aspek yang dikatakan Alkitab tentang Roh Kudus adalah Roh Kudus itu Roh yang menyatukan visi di tengah-tengah umat Tuhan, seluruh umat Tuhan punya daya juang yang sama, semangat berkorban yang sama, tujuan yang sama, dan kegigihan yang sama untuk mencapi tujuan itu. Itu pekerjaan Roh Kudus. Roh Kudus tidak membuat orang getar-getar, tidak membuat orang menggelepar-gelepar, tidak membuat orang keluarkan bahasa-bahasa aneh, itu bukan hal yang dikerjakan Roh Kudus. Tapi banyak orang terus pikirkan kelompok, terus pikirkan kubu, terus pikirkan pokoknya kelompok sendiri yang harus memberikan pengaruh, padahal dia tidak punya kekuatan memberi pengaruh apa pun. Maka di dalam Alkitab dikatakan bangkit dari kegoncanganmu, dari perasaan mau nyaman, dari mau aman sendiri, dari mementingkan kelompok sendiri dan tidak perduli apa yang terjadi pada kelompok lain, tidak boleh begitu. Israel harus bersatu, tapi mereka tetap tidak bersatu. Maka kalimat yang menutup Kitab Hakim-Hakim adalah kalimat yang sering muncul di awal yaitu kalimat “dan mereka melakukan semua seenaknya sendiri karena tidak ada raja”. Berarti Israel perlu raja untuk menyatukan mereka menjadi satu. Salah satu tujuan Tuhan membangkitkan raja adalah supaya Israel dipimpin menjadi satu oleh raja ini menjadi kerajaan yang menyatakan kerajaan Allah. Kerajaan Allah dinyatakan lewat Israel, dan Tuhan bangkitkan orang bernama Daud. Tadinya Saul, tapi Tuhan buang Saul karena ketidak-setiaannya, dan Tuhan bangkitkan Daud. Setelah Daud menjadi raja, dia ingin supaya rumah Tuhan didirikan. Tapi justru Tuhan yang berjanji kepada dia, “Aku mengikat janji kepadamu, lewat keturunanmu, tahta Daud tidak akan pernah habis. Keturunanmu akan Aku angkat setelah kamu mati, dan dia akan menjadi raja selama-lamanya”. Jadi Tuhan akan angkat satu raja keturunan Daud, bukan banyak. Demikian juga janji Tuhan kepada Abraham, “Aku akan membuat keturunanmu menjadi berkat bagi bangsa-bangsa”, keturunan juga satu. Ini yang Paulus sadari, anak Daud, singular, satu, anak Abraham juga satu. Siapa satu orang ini? Dan Saudara boleh berpikir, mungkin tidak ada orang menjadi raja selama-lamanya kalau dia sendiri? Bukankah kematian akan menghalangi dia menjadi raja selama-lamanya? Tuhan menjanjikan hal ini kepada Daud, “anakmu (satu) akan Aku bangkitkan. Dan tahtanya akan kekal selama-lamanya”, ini janji Tuhan. Jadi anak Daud akan bertahta selama-lamanya. Dan inilah cara Tuhan menyatakan kepenguasaanNya di bumi. Tuhan mau manusia mewakiliNya menjadi raja, gambarNya, maka Tuhan konsisten sampai selama-lamanya bumi akan dikuasai oleh manusia. Siapa manusia itu? Keturunan Daud. Tidak mati-mati? Tidak, karena Dialah yang pertama bangkit diantara orang mati. Ini Raja yang Tuhan janjikan akan menjadi Raja selama-lamanya. Israel akan punya raja. Dan ternyata di dalam Yesaya dikatakan ini raja bukan hanya untuk Israel, ini raja untuk semua bangsa, sesuai janji Tuhan kepada Abraham. Maka Tuhan adalah Raja atas bumi ini. Dan Tuhan bangkitkan Raja ini yaitu Yesus, memimpin satu kelompok umat yang akan mewakili Tuhan menjadi penguasa di bumi, membuat Tuhan menjadi Raja di bumi ini. Siapa kelompok itu? Orang Kristen. Inilah berita penting yang Tuhan mau bagikan, Yesus bukan hanya Juruselamat, Dia juga Raja. Yesus bukan hanya Sang Penebus dosa manusia, Dia juga adalah Sang Raja. Saudara kalau saya tanya untuk apa Yesus datang ke dalam dunia? Untuk menjadi Raja. Di Yohanes, waktu Pilatus bertanya kepada Yesus “jadi Engkau adalah Raja?”, kalau Saudara adalah orang yang suka cari aman, akan menjawab “tidak. Maksudmu raja rohani? Ini maksudnya adalah raja di sorga bukan di bumi”. Yesus tidak begitu, Dia mengatakan Allah itu Raja, bukan kaisar. Maka ketika ditanya “apakah Engkau Raja?”, “iya, Allah mengutus Aku untuk jadi Raja, untuk itulah Aku datang”, dari mulut Yesus sendiri kita dapatkan pengertian Dia datang ke dalam dunia untuk menjadi Raja di dunia. Kalimat ini sering diabaikan oleh orang Kristen, kebanyakan orang hanya melihat Yesus datang untuk menyelamatkan. Tentu itu tidak salah, tapi Yesus sendiri mengatakan “Aku datang untuk menjadi Raja”, lalu kita mau merohanikan ini “Yesus itu Raja rohani di sorga, di bumi rajanya tetap raja-raja biasa. Tuhan tidak peduli bumi, rajanya mau kacau, mau busuk, tidak apa-apa, yang penting di sorga baik, yang penting di sorga aman”, ini mentalitas dari orang-orang yang tidak bisa jadi berkat. Bumi kacau silahkan, yang penting sorga aman. Bumi banyak perampok tidak apa-apa, yang penting sorga aman.

Maka setelah Yesus datang akan ada 4 hal yang terjadi. Hal pertama, umat Tuhan akan disatukan di dalam Dia. Seperti yang Dia janjikan, di Hakim-Hakim umat Tuhan pecah hanya perhatikan kebutuhan sendiri, tetapi kalau ada raja, ini akan diperbaiki. Maka Yesus di dalam Yohanes dikatakan akan mengumpulkan anak-anak Tuhan yang tercerai-berai menyatukan mereka, bahkan Dia akan mengumpulkan dari kandang yang lain, dari bangsa-bangsa lain menjadi satu bangsa, satu umat, dimana Dia adalah satu-satunya Raja mereka. Ini hal pertama, Dia akan kumpulkan semua. Lalu yang kedua, Dia akan mulai menyatakan kerajaan itu di bumi. Yesus bukan orang pasifis yang hanya ada di sorga, Yesus tidak pernah pasif. Yesus selalu mengajarkan ajaran untuk menjadi aktif. Kemudian yang ketiga, ada perombakan sistem yang dahsyat. Perombakannya menjadi sistem raja. Demokrasi itu dari Yunani, tapi yang bisa menerapkan demokrasi dengan benar hanya Kristen karena bagi Kristen rakyat dan raja sama-sama hamba Tuhan. Paulus mengatakan di Roma 13, ini poin yang penting sekali untuk demokrasi, “hai kamu, taatlah kepada pemerintah, sebab pemerintah adalah hamba Tuhan”. Pemerintah adalah hamba Tuhan. Ini adalah prinsip demokrasi yang paling hebat, bukan demokrasi seperti barat, dimana suara rakyat adalah suara Tuhan. Rakyat bukan Allah, raja bertanggung jawab kepada Allah. Jadi melalui Kekristenan mulai ada perombakan. Maka hal yang ketiga adalah sistem di dunia berganti, kalau pemerintah berganti pasti sistemnya berganti. Tapi sistemnya tidak berganti dengan cara radikal seperti orang yang mau revolusi. Keempat, Kristus akan menyebarkan KerajaanNya dengan memperkenalkan Dialah Raja. Ini adalah penginjilan. Saya menyebarkan bahwa Yesus adalah Raja, saya menawarkan berita kabar baik. Apa kabar baik? Bahwa Rajamu sudah bertahta. Di mana Dia bertahta? Di sorga. Inilah yang saya perkenalkan. Maka Tuhan akan menyatakan bahwa kita yang milik Tuhan diberkati oleh Tuhan, dipimpin oleh Tuhan, disertai oleh Tuhan tapi dimusuhi oleh dunia. Mengapa kita dimusuhi dunia? Karena waktu Saudara membawa Kerajaan Kristus di dunia ini, raja yang lama tidak akan suka. Siapa raja yang lama? Orang Israel pikir raja yang lama itu adalah raja Filistin, ternyata bukan. Mereka pikir raja yang lama adalah Raja Asyur, itulah yang harus mereka basmi, ternyata bukan. Orang dunia digerakan setan untuk menghancurkan kerajaan Tuhan dan mereka ingin bunuh siapa yang ikut Tuhan dan Mesias yang diurapi. Tapi ayat 4 mengatakan Tuhan tertawa karena kebodohan bangsa-bangsa ini, “kamu mau hantam orang yang diurapi? Hantam saja”. Akhirnya Yesus dihantam, Dia yang diurapi dibunuh, tapi Dia bangkit dan sekarang naik ke sorga, lalu dilantik di sorga, ini yang dikatakan di ayat ke-5, “Maka berkatalah Ia kepada mereka dalam murkaNya dan mengejutkan mereka dalam kehangatan amarahNya: Akulah yang telah melantik RajaKu di Sion gunungKu yang kudus”, Tuhan lantik Raja ini di sorga. Kapan pelantikan ini terjadi? Waktu Yesus bangkit dan setelah itu Dia naik, itulah saat Dia dilantik. Jadi Mazmur 2 digenapi ketika Yesus naik ke sorga. Kenaikan Yesus ke sorga adalah kenaikan untuk dilantik menjadi Raja. Bukankah Yesus Allah? Pribadi kedua dari Tritunggal, bukankah Dia sudah Raja? Benar, tapi kali ini Dia dilantik sebagai manusia. Waktu Dia ditinggikan, Alkitab berbicara tentang peninggian Dia sebagai manusia. Mengapa manusia bisa diberi tempat setinggi ini? karena Dia tadinya Allah dan rela merendahkan diri. Dia adalah Allah yang rela merendahkan diri, maka Dia sebagai manusia diangkat di posisi sangat tinggi. Ini namanya paradoks kemuliaan, siapa yang rela merendahkan diri, dia akan ditinggikan, siapa yang mencari peninggian diri, justru dia akan direndahkan. Maka Yesus diangkat ke sorga, diberi mahkota, dijadikan Raja oleh Tuhan di gunung yang paling tinggi, di tempat yang paling mulia, sebagai manusia yang akan mewakili kita. Mengapa Dia harus menjadi manusia dulu? Karena raja di bumi adalah manusia, ini yang Tuhan nyatakan di Kitab Kejadian, “kamu adalah gambar Allah”, gambar Allah berarti raja. Raja sejati yang membalikan manusia dari memberontak kepada Tuhan menjadi milik Tuhan, adalah Kristus. Maka Kristus harus menjadi manusia. Di dalam pengertian Injili seringkali kita ambil konsep dari Anselmus yaitu Yesus menjadi manusia untuk menebus dosa manusia, ini benar. Tapi itu cuma satu aspek, ada aspek lain mengapa Dia harus jadi manusia, karena Dia akan menjadi raja di bumi ini. Tuhan sudah menetapkan raja di bumi adalah manusia, maka Yesus menjadi manusia. Tapi Dia juga Raja Sorga, bukankah Allah yang menjadi Raja di sorga? Iya, Dia adalah Raja. Maka Kolose mengatakan di dalam Yesus Kerajaan sorga dan bumi akan bersatu, karena Dia adalah Allah yang berhak menjadi Raja di sorga dan Dia adalah manusia yang berhak menjadi raja di bumi, di dalam Dia langit dan bumi bersatu, dipimpin oleh Sang Raja ini. Alkitab memberikan pengertian yang indah dan mulia sekali, Yesus di sorga sedang dilantik menjadi Raja. Dan Dia akan datang kembali untuk menyatakan KerajaanNya setelah Dia dilantik ke bumi ini. Maka Kristus di sorga adalah Raja Saudara dan saya, kita tidak takut untuk hidup yang kurang aman, kita tidak takut untuk goncangan apa pun di dunia ini, kita tidak takut apa pun. Bukan karena kita kuat, tapi karena kita punya Raja yang sekarang ada di sebelah kanan Allah.

Yesus bertahta di sorga maka murid-murid berani sekali melakukan apa pun. Karena apa pun yang mereka kerjakan untuk Tuhan tidak akan gagal, tidak akan batal. Itulah sebabnya Stefanus berani berkotbah, berapologetik dan membela bahwa di dalam Yesus kebenaran Kitab Suci menjadi nyata. Orang-orang marah dan menangkap dia. Di pengadilan pun dia masih berapologetik. Satu hal penting di pengadilan adalah ketika kita membacakan pembelaan kita, tidak ada orang boleh potong, ini pengadilan Romawi. Maka waktu Stefanus harus berpidato menyatakan pembelaannya, dia langsung berkotbah eksposisi dari Kejadian sampai Injil. Di bagian akhir dia mengatakan kalimat yang sangat besar “sesungguhnya saya melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah”. Mengapa Dia berdiri? Di dalam Kitab Daniel dikatakan waktu Tuhan memberikan tahta kepada Anak Manusia ini, Anak manusia itu berdiri menerima tahta. Jadi ini hari pelantikan yang dipamerkan Tuhan di depan Stefanus. Lalu dia berteriak “sungguh langit terbuka dan saya melihat Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah”, semua orang marah, seret dia, melempari dia dengan batu sampai mati. Tapi sebelum dia mati, dia berdoa seperti yang Yesus sendiri doakan, “jangan tanggungkan ini kepada mereka ya Tuhan”. Cinta kasih dan pengampunannya begitu besar, tapi keberanian dan imannya juga sangat besar. Mari jadi orang Kristen yang hidup di dalam kemenangan.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkotbah)