- Injil Lukas
- 16 May 2018
Akhir zaman dan respon kita yang tepat
(Lukas 21: 25-36)
Ayat-ayat yang kita baca adalah kelanjutan dari apa yang Yesus katakan tentang keruntuhan Yerusalem. Yerusalem akan hancur dan itu belum kesudahannya. Ini adalah bagian yang sangat indah dan menakutkan bagi orang Yahudi. Yerusalem akan hancur, ini akan membuat orang Yahudi kehilangan kebanggaan. Tetapi itu belum kesudahannya, masih ada hal-hal lain yang akan terjadi, baik kesulitan, penindasan dan penganiayaan akan terjadi pada umat Tuhan. Dan Yesus mengingatkan supaya semua umat berhati-hati dalam hidup, benar-benar hidup dengan segala usaha supaya kalau Tuhan datang, kita bersiap untuk menghadapi pengadilanNya. Inilah yang menjadi tema penting mengenai eskatologi atau akhir zaman. Di dalam Kitab Suci ada banyak nubuat-nubuat akhir zaman, baik di dalam Kitab Yoel atau pun Kitab Yeremia, juga di dalam Injil, terutama yang paling banyak ada di dalam Kitab Wahyu. Ini merupakan nubuat-nubuat akhir zaman yang mesti kita pahami bagaimana cara menafsirkan. Karena nubuat akhir zaman ini bukanlah teka-teki untuk dipecahkan, ini bukan satu penyelidikan untuk memahami kapan waktunya, karena segala nubuat mengenai akhir zaman pada akhirnya akan diikuti dengan nasihat apa yang harus kita lakukan saat ini. Itu sebabnya nubuat akhir zaman adalah sesuatu yang harus disikapi dan dihadapi sekarang. Ini bukan nubuat untuk dicari tahu karena ini bukan nubuat yang merupakan teka-teki. Kita harus paham bahwa cara Alkitab menulis dengan simbol adalah untuk membuat kita mengerti bahwa kita tidak hanya bisa mengerti, kita tidak hanya dididik dengan kata-kata tapi kita juga dididik oleh simbol, kita dididik oleh kisah, narasi, dan kita dididik oleh segala hal yang kita lihat, kita dengar, kita alami dalam hidup. Ini yang sedang dialami oleh dunia. James Smith mengatakan dunia punya gambaran atau image yang akan membuat kita dibentuk, Alkitab menyatakan gambaran yang asli melalui image yang diberikan termasuk di dalam nubuat akhir zaman. Maka nubuat akhir zaman bukan untuk dicari tahu kapan, Tuhan Yesus sudah mengatakan bahwa waktunya tidak akan ada yang tahu, tapi bersiap sedia. Siap sedia berarti waktunya akan segera datang, Yesus mengatakan bukan hanya segera datang tapi sudah mulai terjadi.
Mengapa mengatakan waktunya sudah dekat bahka sudah tiba, tapi tidak tiba-tiba? Mengapa belum muncul juga, mengapa kerajaan itu belum terjadi di dunia ini? Hal ini sudah menjadi pertanyaan dari orang-orang yang ada di dalam sejarah Kekristenan sejak abad pertama akhir. Di tahun 80-90 orang-orang Kristen mengalami kesulitan besar karena Kaisar Domitian dan Kaisar Vespasian, sangat menindas orang Kristen. Sehingga mereka bingung, Yesus sudah naik ke sorga, Roh Kudus sudah datang, Kerajaan Tuhan sudah dinyatakan, tapi mengapa mereka masih menderita? Yesus ternyata sudah memberikan antisipasi, sudah memberikan pelajaran jauh sebelumnya, puluhan tahun sebelum orang-orang di tahun 80 dan 90 mengalami penderitaan. Yesus sudah mengingatkan bahwa akhir zaman itu bukan tentang kode untuk kita ketahui kapan. Sehingga kalau Saudara baca Kitab Wahyu, baca nubuatan ini atau baca kitab mana pun mengenai akhir zaman, jangan cari kode untuk dapat penjelasan, karena Saudara tidak akan mendapatkannya. Saudara tidak akan dapat kunci untuk mengetahui tahun berapa Yesus akan datang kembali, tahun berapa Dia akan pulihkan semua, tahun berapa persisnya Dia akan datang, karena Tuhan tidak ingin memberi tahu dan tidak ada orang yang tahu. Itu sebabnya segala tipuan yang mengatakan Yesus akan datang tahun berapa, itu pasti bukan dari Tuhan. Alkitab bukan buku kode, tidak ada kode apa pun di dalam Alkitab. Alkitab memberikan simbol dan simbol itu bukan kode. Simbol adalah pernyataan sastra yang bersifat indah, bersifat seni, bukan bersifat teka-teki. Di dalam pengertian seni tentu ada makna, tetapi makna itu tidak bisa dipahami sebagai jawaban dari teka-teki. Di dalam bagian ini pun sama, Yesus sedang menekankan bahwa akan ada saat-saat sulit dan itu sudah terjadi, kamu harus siap sedia membuat hidupmu begitu baik, sehingga kalau Tuhan datang besok, kamu sudah siap sedia. Maka di dalam bagian ini dikatakan akan ada tanda-tanda besar. Dan apa tanda besar itu? Salah satu tanda adalah akan ada kerusuhan, kekacauan dan pergolakan politik. Tetapi tanda itu bukan pada keruntuhan Yerusalem, Saudara mesti mengerti ini dengan baik, di dalam Lukas 21 Yesus mengatakan Bait Suci akan hancur, murid-murid kaget “kapan ini akan terjadi, Tuhan?”, “pada waktu bangsa-bangsa lain akan datang mau menghancurkan Yerusalem. Kalau tanda ini sudah kamu lihat, lari tinggalkan Yerusalem. Karena akan ada orang yang di tempat penggilingan, satu akan ditangkap, satu akan lolos. Ada orang di atap rumah, satu akan ditangkap, satu akan lolos. Akan ada orang di tempat tidur yang sama, satu ditangkap, dan satu akan dibiarkan”. Ini berbicara tentang serangan yang tiba-tiba akan kena ke Yerusalem, sehingga orang yang tertangkap adalah orang yang melakukan kegiatan sehari-hari. Kalau ada berita serangan muncul, akankah Saudara melakukan kegiatan sehari-hari? Maka Yesus mengatakan ada dua orang di tempat penggilingan, satu dibawa, satu ditinggalkan, orang tidak sadar bahwa penyerangan sudah tiba. Waktu kerajaan musuh datang kamu tidak akan siap. Kerajaan musuh ini apa? Romawi, Romawi akan datang dengan sangat segera. Ketika itu Romawi memang menyerang dengan tiba-tiba karena mereka mengepung Yerusalem dengan sangat hati-hati. Mereka berpikir kalau pengepungan ini terjadi pada waktu ibadah Israel, nanti perangnya jadi sulit. Sehingga mereka tunggu pada waktu itu akan ada hari raya, Saudara bisa baca sejarahnya tahun 60-70, hari raya besar orang Israel membuat orang Romawi mengepung tapi tidak berani menyerang. Waktu itu orang Israel percaya diri sekali “kalau kami sedang merayakan hari raya, tidak mungkin Tuhan akan menyerahkan kami ke tangan bangsa kafir. Romawi ini bangsa kafir, jangan takut, Tuhan akan membuat kita menang”. Mereka mengadakan perayaan seperti biasa. Waktu itu ada seorang Jenderal bernama Titus, dia mengatakan “kita serang sekarang”, ada orang yang heran “mana berani serang orang Yahudi di tengah perayaan seperti ini?”. Tapi Jenderal Titus punya pemikiran lain “justru saat ini mereka sedang tidak siap, karena mereka tidak menyangka akan kita serang”, mereka bertengkar sendiri “jangan, kami takut, orang Yahudi itu ngototnya luar biasa”, tapi Jenderal Titus mengatakan “sekarang”. Akhirnya mereka menyerang mendadak, waktu itu orang Yahudi sedang sibuk perayaan dan orang Romawi menyerang mereka, menghantam mereka dan mereka dipukul kalah. Waktu itu korbannya banyak sekali. Sejarah mengatakan bangsa itu sudah capek mengepung bangsa Yahudi, sudah capek konflik dan beberapa kali hampir kalah, Jenderal Titus sendiri pernah hampir mati karena kekalahan menyerang Yerusalem. Sehingga tentara Romawi sangat marah, dendamnya sudah bertumpuk-tumpuk, waktu itu mereka menaklukan Yerusalem, mereka bertindak dengan sangat kejam. Mereka bunuh siapa pun yang bisa mereka lihat, darah yang tertumpah memenuhi jalan-jalan utama Yerusalem seperti air banjir. Waktu itu mereka bertindak sangat kejam, mereka menghancurkan bayi-bayi, membunuh orang-orang yang ditemukan, karena mereka sudah sangat marah terhadap orang Israel. Ketika itu terjadi pembantaian yang sangat mengerikan sekali. Tapi mengherankan, tidak ada orang Kristen yang jadi korban. Kemana orang Kristen? Orang Kristen membaca Injil Lukas, mengingat perkataan Yesus. Lukas ditulis belakangan, tapi yang dicatat di dalam Lukas adalah kalimat Yesus yang sudah dikenal oleh orang-orang Kristen di Israel waktu itu. Mereka ingat perkataan Yesus, “kalau ada pembinasa keji berdiri di tempat suci, kamu lari”. Jenderal Titus masuk, mereka kabur. Mereka kabur karena Yesus bilang “lari”, maka mereka lari. Mirip dengan nubuat Yeremia, “kalau Babel datang, kamu menyerah, ditangkap, ditawan dan dibawa ke Babel”, kata-kata ini sangat tidak nasionalis, tapi itu dikatakan oleh Yeremia. Pada waktu kehancuran Yerusalem pada tahun 70, hal yang sama dikatakan oleh Tuhan Yesus “Yerusalem akan hancur, jangan dibel, karena ini hukuman Tuhan. Tapi Tuhan tidak datang segera. Maka Yesus mengatakan kehancuran Yerusalem bukan tanda akhir zaman. Yerusalem hancur, Bait Suci hancur itu bukan tanda Tuhan akan membela Israel, karena Tuhan akan membiarkan. Tuhan akan membiarkan Bait Suci menjadi puing, Tuhan akan biarkan Kota Yerusalem tidak dibangun lagi oleh dinasti Daud. Jadi kehancuran ini sudah dinubuatkan oleh Yesus dan di dalam ayat-ayat selanjutnya Yesus mengatakan “masih ada tanda-tanda lain yang harus kamu perhatikan, kehancuran Yerusalem bukan tanda utama”, ini benar-benar mengagetkan. Bait Suci adalah situs utama, Yerusalem adalah kota utama, kehancuran dua bangunan ini baik kota maupun Bait Suci ternyata bukan merupakan tanda bahwa Tuhan akan memulihkan kerajaanNya. Ini pasti membuat orang Israel kaget, mengapa bangunan yang begitu megah dan kota yang begitu identik dengan tradisi orang Israel sekarang hancur dan itu bukan tanda penting bagi Kerajaan Tuhan yang mau datang untuk memulihkan apa yang menjadi kehendak Allah di bumi ini. Jadi hancurnya Yerusalem dan Bait Suci adalah tanda Tuhan menghukum Israel, itu yang Yesus katakan. Maka Bait Suci bukan lagi tanda, masa lalu yang jaya tidak lagi menjadi identitas yang harus dibanggakan bagi Israel.
Tapi Tuhan mengingatkan tentang akhir zaman yang harus direspon saat ini, sekarang. Maka kita harus perbaiki dulu konsep kita tentang waktu. Kita selalu berpikir masa lalu itu sejarah, masa depan itu pengharapan, masa kini adalah bagaimana saya bertanggung jawab kepada Tuhan. Tapi Tuhan Yesus mengingatkan Tuhan tidak memberitakan kerajaan yang nanti tapi sekarang. Kapan bumi akan dipulihkan? Nanti tapi bukan itu yang penting, sekarang kamu harus bersikap seolah-olah bumi akan dipulihkan sekarang. Kapan penghakiman besar itu? Nanti, tapi engkau harus bersikap seolah-olah penghakiman itu tiba sekarang. Maka dalam perkataan-perkataan Alkitab, akhir zaman dibawa ke sekarang, akhir zaman itu bukan future tapi present. Ada seorang bernama Jurgen Moltmann mengatakan masa lalu adalah penunjuk waktu, masa depan adalah penunjuk waktu, masa kini adalah penunjuk tempat atau space. Jadi menurut Moltmann present adalah penunjuk tempat. Waktu sekarang Tuhan menyatakan masa depan yaitu eskatologi akhir zaman, Tuhan mau menyatakan bahwa yang Tuhan mau kita lakukan adalah respon saat ini mengenai apa yang akan Tuhan kerjakan nanti. Kalau Tuhan akan pulihkan semua nanti, bagaimana responmu saat ini? Kalau Tuhan membuat damai antara di sorga dan bumi nanti, bagaimana responmu sekarang? Kalau langit dan bumi yang lama akan berlalu kemudian langit dan bumi yang baru akan Tuhan munculkan, bagaimana responmu sekarang? Kalau Yesus akan datang kembali nanti, bagaimana responmu sekarang? Bagaimana engkau bereaksi saat ini untuk hal-hal yang Tuhan akan kerjakan nanti? Itulah maksudnya akhir zaman. Jadi sepanjang Alkitab, ini yang Tuhan mau dipahami oleh orang Kristen tentang akhir zaman, termasuk Wahyu. Saudara membaca Wahyu bukan untuk mereka-reka kapan binatang ini keluar dari laut, keluar dari bumi? Tuhan mengatakan binatang itu sudah ada dari sekarang, bagaimana responmu sekarang supaya kamu bisa menghadapi penghakiman Tuhan nanti? Bagaimana engkau berespon saat ini untuk apa yang Tuhan akan pulihkan nanti? Itulah akhir zaman versi Kristen. Jangan salah lagi. Saudara membaca Kitab Wahyu, akan banyak mendapatkan simbol-simbol. Mengapa simbol-simbol? Karena ini berlaku setiap zaman, tanda 666 sudah terjadi dulu, sedang terjadi sekarang dan akan terjadi nanti. Ini adalah hal yang ever-present dalam pergumulan orang Kristen. Simbol-simbol akhir zaman adalah sesuatu yang selalu hadir saat ini di dalam pergumulan orang Kristen. Maka Saudara tidak bisa membaca kitab ini lalu mengatakan “ini maksudnya apa, kapan?”. Bintang jatuh menandakan penghakiman karena Tuhan sedang marah. Langit menyatakan apa yang sedang terjadi di bumi adalah sesuatu yang sedang Tuhan kerjakan. Ini semua adalah simbol orang Yahudi, semua simbol dari Perjanjian Lama yang harus kita pahami. Maka Yesus sedang menekankan, kalau engkau melihat tanda-tanda apa pun di bumi, ingat ini kerjaan sorga bukan hanya kerjaan bumi. Apa pun yang terjadi adalah sesuatu yang Tuhan sedang kerjakan untuk membuat orang percaya tetap beriman kepada Tuhan dan untuk membuat orang-orang menyadari ada Tuhan yang akan membawa segala sesuatu kepada final. Maka di bagian ini Tuhan mengajarkan kepada kita untuk tidak mengutamakan masa lalu dan tidak mengutamakan apa yang akan terjadi nanti, tapi mengutamakan reaksi yang tepat saat ini, sekarang, present. Itu sebabnya Tuhan Yesus mengatakan akan ada tanda-tanda pada matahari, bulan, bintang, di bumi bangsa-bangsa akan takut, bingung menghadapi deru dan gelombang laut. Apakah ini nanti terjadi? Saya akan memberi tahu kelemahan kalau kita berpikir ini nanti akan terjadi yaitu kita akan selalu berpikir ayat ini bukan untuk kita. Suatu saat langit akan bergelombang, bergelora, laut akan menderu dan akan ada gelombang-gelombang yang besar, orang mati ketakutan karena kecemasan berhubung apa yang akan menimpa bumi ini, sebab kuasa langit akan goncang. “Kapan ini terjadi?”, “nanti, bukan sekarang”, “jadi apa gunanya bagi kita?”, “tidak ada gunanya. Ini untuk kita beri tahukan kepada anak-anak kita supaya berhati-hati, mungkin akan terjadi pada zamannya”. Waktu itu orang akan melihat Anak Manusia turun dari awan dengan segala kekuasaan, ini baru final. Jadi lihat yang Tuhan katakan, ada tanda lalu Anak manusia datang. Ada tanda, Anak Manusia datang. Hal yang menyatakan masa depan adalah kedatangan Anak Manusia. Hal yang terjadi sebelumnya adalah tanda-tanda yang terjadi sekarang. Jadi di dalam seluruh bagian Alkitab secara konsisten dikatakan apa yang terjadi sekarang membuat engkau bersiap untuk apa yang terjadi besok dan kemungkinan besok akan terjadi Anak Manusia datang. Inilah tema eskatologi. Kalau Yesus datang besok, siapkah kamu? Jika Yesus datang besok, sekarang kamu sedang melakukan apa? Kalau Yesus datang besok, bisakah kita mempertanggung-jawabakan kehidupan kita sekarang? Apakah benar Yesus akan datang besok? Belum tentu. Lalu apa gunanya kita mahami bagian-bagian ini? Bagian ini membuat kita menyadari bahwa kalau kita kena satu aspek dari nubuat ini, kita harus bersikap apa? Kalau kita kena aspek lain dari nubuat ini, kita harus bersikap apa? Maka kita akan perhatikan baik-baik aspek-aspek yang terjadi sebelum Kristus datang kembali.
Aspek pertama, masa lalu tidak boleh menjadi monumen besar untuk dibanggakan. Ini aspek pertama mengenai kehadiran Kristus. Kristus mengingatkan yang paling penting adalah sikapmu sekarang, bukan apa yang mulia dan hebat darimu yang lalu. Saya tidak bisa mengatakan kepada Tuhan “dulu saya sudah melakukan banyak hal, saya sudah melayani Tuhan. Minggu lalu saya KKR Regional, bulan lalu saya penginjilan”, yang Tuhan tanya “sekarang kamu bagaimana?”. Bagaimana sikap hatimu di hadapan Tuhan, present, saat ini, at this moment, ini yang harus kita pelihara. Saudara tidak bisa berlindung di balik prestasi, Tuhan tidak peduli prestasi besar yang terjadi dulu kalau itu tidak dibarengi dengan respon yang setia sekarang. Bagaimana engkau memulihkan relasimu dengan Tuhan, bukan memulihkan masa lalu. Orang punya kerusakan masa lalu, mau perbaiki masa lalu, akhirnya tidak perbaiki dan bereskan relasi dengan Tuhan untuk apa? Yang bisa diperbaiki adalah ketika Tuhan memberikan kesempatan saat ini untuk berespon benar kepada Tuhan, dia harus pakai momen itu. Kejayaan masa lalu, Tuhan tidak lihat. Kehancuran masa lalu, Tuhan tidak lihat. Kehancuran sekarang akan terjadi kalau kita memikirkan untuk memperbaiki masa lalu. Masa lalu tidak bisa diperbaiki, masa lalu sudah lewat, kesempatan sudah lewat. Seringkali orang mencoba memperbaiki masa lalu dengan cara masa sekarang. Itu berbeda, masa sekarang adalah urusanmu dengan Tuhan, masa lalu adalah sesuatu yang Tuhan siap untuk ampuni dan tutup jika kita berespon benar saat ini. Perkataan ini sangat memberikan penghiburan, Tuhan tidak pernah membiarkan masa lalu orang mengganggu atau memberikan sumbangan kepada reaksi dia saat ini. Akan ada banyak kehancuran dari monumen besar Israel supaya Israel tidak membanggakan apa yang dia dapatkan dulu atau apa yang dia sudah kerjakan pada zaman yang lalu. Demikian juga, Tuhan menyatakan bagaimana reaksi sekarang sebagai cara untuk memperbaiki relasi yang dulu rusak. Yang pernah berjanji di hadapan Tuhan, Tuhan ingat janji itu. Orang kalau menikah, saya terus ingatkan kalau mereka akan menikah, mereka akan berjanji di hadapan Tuhan, sadar atau tidak. Origenes mengatakan kekekalan itu selalu present tidak pernah future, tidak pernah past. Kekekalan itu berarti sekarang, saat ini. Bagaimana saya bereaksi di hadapan Tuhan saat ini, itu akan Tuhan nilai dan nyatakan sebagai sesuatu yang sangat penting. Seorang teolog di Amerika bernama Karl Barth mengatakan ketika Tuhan meng-encounter manusia, pada waktu itu manusia mesti bersikap dengan tepat, karena sikap dia lebih penting dari pada sejarah, sikap dia jauh lebih penting dari pada masa depan. Jangan pikir masa lalu dan masa depan, pikir saat ini. Saudara tidak boleh pikir “saat ini saya masih mau menolak Tuhan, tapi besok akan kembali”, besok tidak akan ada lagi.
Yang kedua, ada tanda-tanda besar di langit. Tanda-tanda di langit adalah tanda pergolakan politik. Jadi Saudara tidak perlu malam-malam melihat ke atas dan berpikir “Yesus pada waktu itu mengatakan bahwa bintang-bintang akan saling kacau, tanda-tanda pada matahari dan bulan. Dalam tradisi Yahudi mereka percaya bintang-bintang dan juga matahari dan bulan kadang-kadang mencerminkan kuasa yang menggerakan kuasa di bawah. Siapa yang membuat politik muncul, negara ribut dengan negara lain? Mereka percaya kuasanya bukan dari sini, tapi dari atas, dari para malaikat. Inilah penguasa-penguasa di langit yang disebut dengan bintang-bintang. Jadi bintang itu bisa disebut sebagai malaikat yang membuat kacau keadaan di dunia ini. Tuhan menyatakan “lihat tanda di langit akan kacau”, jangan lihat ke atas, tapi lihat kondisi di politik. Kondisi politik akan penuh kekacauan, akan ada deru dan gelora laut. Laut seringkali diindentikan juga dengan penguasa-penguasa kafir. Akan ada banyak hal yang menakutkan oleh sebab apa yang akan menimpa bumi yaitu kuasa-kuasa akan goncang, akan ada keributan secara politik, akan ada penindasan, akan ada kesulitan. Kalau ini dinyatakan pada waktu itu berarti ini akan terjadi pada waktu itu. Dan kalau ini dibaca oleh kita sekarang, maka ini pun akan terjadi atau sedang terjadi saat ini. Maka waktu kita baca, kita akan melihat ada hal-hal yang Tuhan izinkan kita alami saat ini. Apakah orang Kristen sedang berada dalam pergolakan politik, apakah kita sedang hidup di dalam kekuasaan yang sangat kacau, di dalam keadaan yang ribut satu sama yang lain, lalu kita hidup di tengah-tengahnya dengan keadaan terhimpit. Kalau kita sedang mengalami itu maka kalimat-kalimat di sini sangat penting bagi kita. Di dalam keadaan sulit Tuhan tetap meminta kita bereaksi dengan tepat ketika Tuhan menyatakan diri. Masa lalu bukan pegangan, bagaimana saya bereaksi sekarang itu yang penting. Kondisi lingkungan bukan sesuatu yang harus dipegang secara penting, tapi bagaimana saya berespon kepada Tuhan, itu yang penting. Di bagian kedua ini Tuhan mengatakan hati-hati dengan segala kekacauan yang terjadi, jangan membuat engkau mengasihani diri lalu membuat engkau mentoleransi respon yang salah kepada Tuhan. Kadang-kadang di dalam kesulitan kita mau memaklumi diri dan juga membuat Tuhan seolah-olah harus maklum kepada keadaan kita. Banyak orang melakukan tindakan jahat karena merasa dirinya korban, “saya berhak melakukan ini karena saya berada dalam keadaan sakit, sulit. Maka saya berhak melanggar, melakukan dosa atau melakukan hal yang salah”. Tuhan mengingatkan hal kedua, respon kepada Tuhan sekarang lebih penting dari pada situasi sekeliling. Saudara miskin dan terjepit, tetap pertahankan integritas karena respon kepada Tuhan lebih penting dari pada himpitan hidup yang membuat Saudara kesulitan. Respon kepada Tuhan lebih penting dari pada kesulitan saat ini. Respon kepada Tuhan lebih penting meskipun di tengah-tengah situasi deru perang atau kabar apa pun yang Saudara dengar. Ini menjadi satu hal yang menguatkan orang Kristen karena seolah-olah kesulitan itu tidak sepenting reaksi kepada Tuhan. Saudara bisa lihat bagaimana orang Kristen menghadapi kondisi politik Roma yang sangat menakutkan atau kondisi politik kapan pun yang sangat menakutkan dan menindas Kekristenan. Waktu Kekristenan dijepit oleh kuasa politik, orang Kristen mengatakan “saya lebih takut menyakiti Tuhan dari pada melanggar apa yang kamu perintahkan kepada saya”. Ini seperti yang dilakukan Petrus, dia mengatakan “kami harus lebih takut kepada Tuhan dari pada takut kepada manusia. Kamu menyuruh saya untuk mengkhianati iman saya, saya tidak lakukan itu, karena takut kepada Tuhan lebih besar dari pada takut kepada manusia”. Reaksi kita kepada Tuhan akan membuat kita kuat menghadapi apa pun. Cara paling bagus di dalam kesulitan adalah berusaha menyenangkan Tuhan. Cara yang paling baik untuk mengatasi segala himpitan yang sangat membuat menderita dalam hidup adalah berusaha berespon dengan benar kepada Tuhan untuk menyenangkan Dia. Ketika Saudara berada di tengah-tengah deru perang, sesuatu yang kita tidak alami di sini, tapi banyak orang Kristen alami, jalan keluar untuk tetap kuat adalah berusaha untuk menyenangkan Tuhan bahkan di dalam keadaan ini. Ketika Saudara menghadapi kesulitan begitu besar, ada satu hal yang menjadi kekuatan yaitu bagaimana menyenangkan Tuhan dalam keadaan ini, itulah yang justru memberikan kekuatan yang besar. Maka dikatakan oleh Kristus “ketika kamu mendengar deru perang, kamu harus tahu saatnya sudah dekat”, maksudnya adalah kamu tidak akan dibiarkan menanggung penderitaan terlalu besar pada waktunya Tuhan akan datang. Kapan Dia datang? Pada waktunya. Kapan itu? Tidak ada yang tahu. Intinya respon dengan benar di hadapan Tuhan dan sebelum kamu tahu, sebelum kekuatanmu habis, Tuhan sudah akan hentikan segala yang sulit dan segala penderitaan yang dialami. Banyak orang mengalami penganiayaan, bahkan sampai mati demi Tuhan, namun mereka tidak kehilangan iman karena kalimat yang Yesus katakan. Ketika kita melihat hidup kita adalah tugas dari Tuhan, kita tidak akan mudah patah, karena yang kita tahu adalah kita bertugas berespon dengan benar kepada Tuhan. Tapi kalau kita berpikir hidup ini adalah untuk kita nikmati saja, pokoknya bisa dapat apa dari Tuhan, ingin bahagia, maka orang seperti ini tidak bahagia. Orang terus ditekankan bahwa hidup adalah hak untuk mendapatkan anugerah dari Tuhan, dia pasti akan kecewa. Tapi orang yang terus ditekankan hidup ini adalah tanggung jawab kepada Tuhan, dia tidak akan mungkin kecewa, karena tidak ada alasan untuk kecewa. Kita bukan orang kuat, kita perlu Tuhan. Tapi Tuhan juga mau kita bertahan dalam level tertentu, ini yang harus kita tahu. Maka semakin kita lihat diri, semakin sulit. Begitu diri dilupakan, dedikasi kepada tugas Tuhan diutamakan, Saudara mulai bisa berpikir jernih mempunyai kekuatan untuk menjalankan tugas.
Hal ketiga, di dalam ayat 34-36, berjaga-jaga ketika kondisi baik. Ini kondisi baik ternyata menjadi penyakit paling parah untuk Kekristenan. Mungkin Tuhan tidak berikan masa lalu yang indah, yang bisa kita banggakan, atau masa lalu yang rusak sehingga kita tidak perlu khawatir dengan masa lalu. Mungkin juga tidak ada keadaan yang mengkhawatirkan seperti perang atau penderitaan sekarang. Tapi ada satu yang bisa mengalihkan kita yaitu keadaan tenang, bahkan keadaan makmur. Untuk ini Yesus mengingatkan, ayat 34 “jagalah dirimu, kamu bertanggung jawab kepada Tuhan. Di dalam keadaan limpah apakah kamu tetap mau menyenangkan Tuhan atau tidak”. Pendeta Anton pernah berkhotbah di Malang, dia mengatakan hal paling sulit yang dialami orang Kristen untuk setia kepada Tuhan adalah kekayaan, kemakmuran dan ketenangan. Saudara kaya, makmur dan tenang akan sulit tetap beriman kepada Tuhan. Maka kita harus berjuang mati-matian baik di dalam keadaan sulit karena deru perang, penderitaan dan lain-lain. Namun harus juga belajar setia kepada Tuhan, berespon dengan benar di hadapan Tuhan bahkan di dalam keadaan limpah sekali pun. Di saat keadaan kita tidak perlu khawatir tentang penghidupan, di saat kita tidak perlu khawatir tentang keamanan karena kondisi sedang aman saat ini, pada waktu itu ada kesulitan besar yaitu pesta pora, kemabukan dan kepentingan duniawi. Hati-hati, kalau Tuhan besok datang, jangan-jangan Dia menemukan kita sedang gila-gilaan berpesta-pora, jangan-jangan Dia menemukan kita sedang menikmati hal-hal duniawi yang penuh hawa nafsu dosa karena keadaan tenang yang kita miliki. Banyak sekali orang yang sangat cinta Tuhan, anaknya jatuh karena terlalu banyak dimanja dengan kenikmatan dan harta. Bukan hal yang aneh melihat seorang menangis lalu mengatakan “saya heran, saya melayani Tuhan seumur hidup, saya cinta Tuhan, saya berbagian di dalam hal apa pun, mengapa anak saya hancur?”. Satu orang pernah sharing ke Pak Tong “Pak Tong, mengapa anak saya hancur, mengapa anak saya rusak begini, mengapa dia seperti ini?”, Pak Tong bukannya memberikan penghiburan malah bertanya “mengapa kamu dulu begitu banyak memberi uang kepada dia? mengapa dulu kamu terlalu memberi dia kebebasan, mengapa apa yang dia mau selalu dituruti, mengapa kemewahan selalu diberikan kepadanya? Mengapa tidak memberikannya kerja keras, kesulitan, cara untuk mengatasi hidup, mengapa tidak memberikan anak-anakmu sedikit penderitaan? Mengapa terlalu banyak memberikan kenikmatan? Yang membuat dia jatuh adalah semua kenikmatan yang diperoleh dengan mudah”, nasehati ini kena sekali. Itu sebabnya hati-hati dalam mendidik anak, anak dari muda perlu mengerti apa itu kerja keras, ini Alkitab yang mengatakan. Kalau Yesus datang besok, jangan-jangan Dia temukan kita terlalu santai, terlalu enak, terlalu foya-foya, terlalu menikmati pesta duniawi. Hati-hati, bagaimana cara berhati-hati? Dengan cara berespon dengan tepat kepada Tuhan di tengah kelimpahan. Alkitab tidak pernah mengatakan orang kaya itu dosa. Orang yang mengambil kekayaan dengan cara yang salah itu dosa. Menjadi kaya itu tidak tentu dosa. Tapi Alkitab mengingatkan orang kaya berada dalam kesulitan besar karena untuk dia setia kepada Tuhan banyak sekali gangguan.
Inilah 3 aspek tentang akhir zaman. Saudara mungkin berpikir “masa akhir zaman kaitannya ke sini?”, iya kaitannya ke sini. Akhir zaman berarti hati-hati mungkin Yesus datang besok, kalau besok dia datang bagaimana engkau harus hidup sekarang? Jangan dwell in the past, jangan membanggakan masa lalu, jangan dikait oleh masa lalu, lepaskan itu dan berespon dengan benar sekarang. Jangan dikait oleh kesulitan sekarang, jangan dihancurkan oleh penderitaan sekarang, bertahan di hadapan Tuhan dan tetap berespon dengan benar. Jangan pahit tapi berusaha menyenangkan hati Tuhan. Di tengah kelimpahan hidup hati-hati, jangan menjadi terlena di dalam kenikmatan karena banyak uang dan ketenangan. Hati-hati supaya tetap mau menyenangkan hati Tuhan. Dan kalau pun Tuhan datang besok, entah kita hidup dalam penderitaan, entah kita hidup dalam kelimpahan, kita akan datang ke hadapan Dia dan mengatakan “Tuhan, saya sudah menjalankan apa yang saya bisa jalankan. Saya belajar setia kepadaMu dan sekarang Engkau datang, saya bersukacita”. Kiranya ini memberikan kekuatan kepada kita supaya hidup berjaga-jaga, menantikan kehadiran Tuhan yang datang kedua kali.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)
- Injil Lukas
- 16 May 2018
Menjadi SaksiNya di dalam Penderitaan
(Lukas 21: 5-19)
Ini bagian yang sangat menakutkan baik bagi orang Israel maupun orang Kristen, karena ini adalah ayat-ayat yang berbicara tentang penghakiman yang Tuhan akan genapi bagi Israel. Ini bukan berita tentang akhir zaman yaitu kedatangan Kristus kedua, tapi bagian ini berbicara tentang kehancuran Israel. Yerusalem akan hancur, Israel akan pecah dan Injil Tuhan akan sampai pada bangsa-bangsa lain. Jadi ini cara Tuhan menyatakan InjilNya bagi bangsa-bangsa lain dengan cara memurnikan Israel hanya sebagian kecil orang Israel yang akan percaya kepada Yesus. Dan setelahnya Injil itu akan disebarkan ke bangsa-bangsa lain dan orang dari bangsa-bangsa lain akan percaya. Jadi berita di sini adalah berita yang sangat negatif bagi pandangan orang Israel. Dan ini membuat Yesus mirip dengan Yeremia, Yesaya atau Yehezkiel yang menubuatkan kehancuran dari Israel. Mereka menubuatkan kehancuran Bait Suci, mereka menubuatkan bahwa bangsa-bangsa lain akan datang dan menghancurkan Israel. Yesus melakukan hal yang sama sebagai seorang nabi, menubuatkan kehancuran dari umat Tuhan yang tidak setia. Ini bagian yang tidak enak untuk didengar karena ada perbandingan antara apa yang Tuhan akan kerjakan kepada orang yang tidak setia dan apa yang dunia akan kerjakan kepada orang yang setia. Dua hal inilah yang akan kita pelajari dan akan kita selidiki pada bagian ini. Apa yang akan Tuhan kerjakan kepada orang yang tidak setia dan apa yang dunia ini kerjakan kepada orang yang setia. Tuhan akan hukum dengan keras orang-orang yang tidak setia kepada Tuhan. Dan dunia akan “hukum” sangat keras orang-orang yang setia kepada Tuhan. Bagian ini adalah berita yang sangat tidak enak, Kristus akan masuk ke dalam penderitaanNya dan Kristus mengatakan orang-orang percaya juga akan masuk dalam penderitaan. Tapi Bangsa Israel yang keras hati juga akan masuk dalam penderitaan. Bedanya adalah penderitaan Kristus adalah penderitaan karena dosa umatNya, penderitaan umatNya adalah karena kekejaman dan ketidak-adilan dunia ini. Penderitaan dunia yang menolak Tuhan adalah karena penghukuman Tuhan. Maka Yesus Kristus sedang menubuatkan periode yang puncaknya digenapi tahun 70, kalau kita baca dari nubuat Yesus baik di dalam Matius maupun Lukas, Saudara harus bedakan mana yang Yesus nyatakan sebagai akhir zaman nanti waktu Dia datang kedua kali, dan mana bagian tentang kehancuran Yerusalem tahun 70. Karena Yesus menubuatkan kehancuran Yerusalem tahun 70 yang sudah terjadi di dalam bagian ini. Jadi dari nubuat Yesus, ada penggenapan sebagian yaitu ketika Yerusalem hancur, dan ada penggenapan nanti yaitu ketika Dia datang kedua kali. Ini sifat dari nubuat Tuhan. Tuhan menubuatkan sesuatu yang seringkali mempunyai double fullfilment, penggenapan ganda. Untuk membuat orang tahu Tuhan tidak bohong dan Tuhan tidak pernah mengatakan sesuatu yang tidak terjadi. Tuhan mengatakan anak Daud akan membangun bait, yang Dia maksud adalah Yesus. Tetapi Dia sudah mulai menggenapi penggenapan parsial waktu Salomo mendirikan Bait Suci. Salomo mendirikan Bait Suci itu penggenapan sebagian sehingga orang sadar Tuhan tidak bohong, buktinya ada anak Daud mendirikan Bait Suci, tapi juga orang tahu bahwa anak yang sejati akan mendirikan Bait Suci yang sejati, bukan Salomo. Karena Tuhan mengatakan “setelah kamu mati hai Daud, Aku akan membangkitkan anakmu yang kemudian”. Salomo diangkat jadi raja pada waktu Daud masih hidup, berarti anak yang akan Tuhan pilih untuk mendirikan Bait Suci adalah anak yang akan muncul nanti, belum sekarang. Tetapi ada penggenapan parsial melalui Salomo dan Bait Sucinya. Demikian juga tentang penghakiman final, ada penggenapan parsial melalui kehancuran Yerusalem. Mengapa Tuhan memakai penggenapan parsial? Ada 2 alasan. Alasan pertama supaya orang tahu Tuhan tidak bohong, ada penggenapan parsial dan nanti ada penggenapan penuh. Kedua, penggenapan parsial adalah istirahat sementara sebelum kita menantikan istirahat yang total nanti. Ini juga dikerjakan oleh Kristus mengenai penghakiman, Yerusalem akan dihakimi tapi itu baru penggenapan kecil karena penghakiman total akan terjadi nanti waktu Dia datang kedua kali nanti. Maka jangan salah memahami ini ketika dikatakan pada waktu itu akan ada dua orang di atap, satu akan dibawa, satu akan ditinggalkan. Ini sedang berbicara tentang penangkapan oleh Bangsa Romawi yang dilakukan kepada orang-orang Yerusalem, Tuhan sedang mengatakan kalau ada bangsa lain sedang mendekat, mau menghancurkan Israel, cepat lari, jangan sok membela bangsa ini, karena bangsa ini sudah mau Tuhan hancurkan. Jangan ada nasionalisme membela Israel lagi karena Israel sudah ada pada kesudahannya ketika ada pembinasa keji berdiri di tempat suci. Jadi Yesus sedang mengatakan Israel selesai, tidak ada lagi bangsa di tempat itu, tidak akan ada lagi Bait Suci berdiri, semua akan diruntuhkan, ini nubuatan yang sangat keras. Yeremia pernah bernubuat seperti ini, tetapi setelah itu Yeremia akan mengatakan Tuhan akan memulihkan umatNya akan ada perjanjian baru, akan ada pemulihan, Mesias akan datang, jadi nubuat kehancuran yang diberikan oleh Yeremia adalah nubuat yang sementara saja sifatnya karena kehancurannya belum total, Tuhan akan pulihkan Israel kembali setelah Yeremia menubuatkan kehancuran Israel. Tapi waktu Tuhan Yesus menubuatkan kehancuran Bait Suci, ini nubuat final, karena setelah itu Bait Suci akan digantikan oleh Dia dan umatNya. Bait Suci yang sejati sudah berpindah dari bangunan itu kepada Yesus dan pengikut-pengikutNya orang percaya.
Jadi pada bagian ini Yesus menubuatkan penghakiman yang sangat keras. Murid-murid mengatakan “betapa indahnya Bait Suci”, dan Yesus mengatakan “apa yang kamu lihat akan datang harinya dimana tidak satu batu pun dibiarkan tergeletak di atas batu yang lain, semuanya akan diruntuhkan”. Ini nubuat yang keras sekali, ini nubuat yang menyatakan Tuhan tidak peduli sejarah masa lalumu, jika kita tidak setia sekarang, Tuhan bisa hancurkan kita sekarang. Bagaimana engkau bersikap ketika Tuhan menyatakan diri sekarang? Apa yang sudah kita lakukan di masa lalu tidak bisa dipakai untuk menjadi modal apa pun, karena setiap hal baik yang kita kerjakan adalah sewajarnya kita kerjakan. Saudara tidak bisa harap Tuhan memberikan kepada kita penghargaan jasa yang besar karena kita sudah begitu baik melayani Tuhan, karena segala pelayanan itu merupakan sesuatu yang sewajarnya kita lakukan. Pelayanan yang kita kerjakan akan mendapatkan penghargaan bagi Tuhan. Tapi pelayanan yang kita kerjakan tidak menolong kita waktu kita menjadi tidak setia. Apa yang sudah kita kerjakan dulu tidak menolong kita sekarang. Inilah pelajaran yang Tuhan berikan kepada Israel.
Saudara kalau membaca dari Yeremia, salah satu dosa besar yang membuat Tuhan benci Israel dan buang adalah karena mereka tidak punya belas kasihan, tidak mudah kasihan kepada orang. Saya terkadang mesti ajak kita semua pikir kembali dalam hidup Saudara sampai sekarang berapa banyak belas kasihan yang Saudara sudah berikan kepada orang lain dan bentuknya apa? Apakah Saudara memberikan belas kasihan dalam bentuk keuangan untuk orang yang perlu? Apakah Saudara memberikan perhatian kepada mereka yang perlu? Mudahkah hati kita tergerak oleh belas kasihan? Atau kita terlalu banyak mengasihani diri sehingga lupa untuk mengasihani orang lain. Demikian juga dengan hidup kita, waktu kita mulai diselewengkan sedikit, hati-hati, karena ini adalah cara iblis bekerja, dia investasi selalu jangka panjang, dia tidak pernah ambil keuntungan singkat. Saudara yang serakah mau cepat dapat uang, Saudara masuk dalam jerat setan. Saudara harus tahu, setan tidak suka main keuntungan singkat, dia sukanya main jangka panjang. Maka kalau Saudara perlu untuk hari ini dan uang Saudara dipakai untuk hari ini, jangan investasi dalam saham. Setan investasi dengan sabar, dia tunggu hasilnya 20-30 tahun lagi, dia mulai tahun 1900 awal dan dia nikmati hasilnya di tahuan 1980, sabar luar biasa. Dia akan invest dengan sabar kepada Saudara, kita akan mulai kehilangan waktu dengan Tuhan, kita akan mulai kehilangan kecintaan kepada Tuhan, kita akan mulai toleransi segala dosa yang kecil-kecil. Kita akan mulai mengatakan “ini bukan hal yang masalah, orang lain melakukan yang lebih parah dari pada saya”. Ada orang yang mulai tidak setia dalam hal keuangan, mulai kecil-kecil tidak disadari. Ada yang tidak setia dalam hal seksualitas, mulai kecil-kecil tanpa dia sadari. Ada yang tidak setia di dalam kekejaman hati, dingin kepada orang lain, tidak punya belas kasihan dan dia pikir itu masih aman, lama-lama dia akan sangat jauh dari Tuhan. Israel mulai tersingkir dari Tuhan, dan akhirnya mulai datang penghukuman dari Yesus Kristus. “Tidak ada lagi kesempatan kamu akan dibuang dan tradisi besarmu tidak akan menolong”, ini mengerikan sekali. Tuhan menghakimi dengan cara yang keras.
Lalu ayat 7, Yesus mengatakan Bait Suci akan hancur, di dalam ayat 7 murid-murid bertanya “kapan itu akan terjadi dan apa tandanya itu akan terjadi?”, ini pertanyaan harus kita pahami dengan jelas. Murid-murid bertanya “kapan?”, di ayat sebelumnya “kapan Bait Suci akan hancur? Apa tanda kehancuran Bait Suci?”. Yesus mengatakan waktu Bait Suci hancur akan banyak orang mengaku dia adalah Mesias yang sudah datang. Mesias palsu datang untuk memimpin Israel berjuang melawan Roma. Tapi Yesus mengatakan “tidak, karena Roma akan menang”, itu yang seolah-olah Yesus nyatakan. Mesias palsu akan mengatakan “akulah dia, mari berperang, waktunya sudah dekat”, jangan mengikuti mereka. Ayat 9, “apabila kamu mendengar tentang peperangan dan pemberontakan, jangan terkejut, sebab semuanya itu harus terjadi dahulu, tapi itu tidak berarti kesudahannya akan datang segera”. Bangsa akan bangkit melawan bangsa, kerajaan bangkit melawan kerajaan. Tuhan seringkali memakai peperangan untuk menyatakan hukuman, peperangan yang terjadi salah satunya adalah karena Tuhan mau menyatakan penghukuman. Bangsa-bangsa bangkit melawan bangsa di dalam tangan Tuhan. Tuhan mau hancurkan kehidupan di bumi dengan mengambil damai sejahtera. Bumi sudah menolak Tuhan dan Tuhan ambil damai sejahtera. Begitu Tuhan ambil damai sejahtera, manusia tidak punya halangan lagi dan mereka menjadi sangat kejam. Di sini dikatakan bangsa akan bangkit melawan bangsa, kerajaan bangkit melawan kerajaan, ini aspek manusia. Aspek politik akan Tuhan pakai untuk penghukuman, dan ini juga akan Tuhan pakai untuk menghukum Israel. Israel akan diserang oleh kerajaan yaitu Romawi. Lalu dikatakan gempa bumi dahsyat akan terjadi, akan ada banyak kelaparan dan penyakit sampar, dan akan terjadi hal-hal yang mengejutkan, dan tanda-tanda yang dahsyat dari langit. Gempa bumi bisa Tuhan pakai sebagai penghukuman. Meskipun kita tidak pernah mengatakan semua korban gempa bumi adalah karena dihukum Tuhan. Karena kalau gempa terjadi, orang yang benar pun pasti kena, tidak mungkin gempa hanya kena kepada orang yang jahat. Korban dari gempa adalah semua, bukan cuma orang jahat. Lalu Tuhan mengatakan akan ada penyakit sampar dan kelaparan. Tuhan bisa pakai penyakit, Tuhan bisa pakai kekurangan pangan untuk menghukum manusia. Banyak orang tidak peduli untuk masa depan, untuk makanan dan juga untuk kestabilan, akhirnya harus mengalami penghukuman dari Tuhan. Takut akan Tuhan lebih baik dari pada kita menjadi orang yang mengorbankan kesucian di hadapan Tuhan demi mendapatkan uang. Korbankan kesucian, lakukan dosa demi dapat uang, itu tindakan bodoh. Tetap setia kepada Tuhan, itu tindakan bijak. Maka Tuhan memberikan penghukuman dengan politik, perang, gempa yang dahsyat, alam dipakai Tuhan untuk menghakimi, penyakit sampar dan kelaparan, dan tanda mengejutkan dari langit. Tanda mengejutkan dari langit itu adalah banyak peristiwa atau fenomena apa pun di bumi yang mengikuti dengan tanda langit. Ini adalah kepercayaan dari orang-orang Israel Perjanjian Lama. Kalau terjadi sesuatu di bumi dan ada tanda di langit itu berarti yang terjadi di bumi itu terjadi karena Tuhan sedang hukum. Orang yang dipercaya kalau bulan berwarna merah, berarti Tuhan akan menghakimi dengan perang yang besar dan banyak darah akan tertumpah. Jadi bulan merah bertanda darah akan tertumpah. Ini tidak berarti setiap ada bulan merah berarti akan ada darah yang tertumpah. Orang Israel percaya seperti itu, ini mitos atau fiksi, atau apa, saya tidak tahu. Tapi dalam bagian ini mengatakan kalau Tuhan menghukum, kamu akan tahu ini hukuman Tuhan, kamu akan tahu Tuhan sedang melawan Israel, sedang melawan bangsa-bangsa. Dan tanda-tanda dahsyat ini akan menyatakan Tuhan murka dan Tuhan sedang mengacaukan hidup termasuk hidup Bangsa Israel.
Tapi bagian selanjutnya mengatakan sebelum semua itu, kamu pun akan tersiksa, kamu akan dianiaya. Ini bagian kedua. Bagian pertama, Tuhan memberikan penghakiman bagi bangsa-bangsa yang memberontak. Sekarang masuk bagian kedua, bagaimana dengan orang-orang yang setia kepada Tuhan? Pada waktu itu Tuhan mengatakan orang-orang yang percaya Yesus akan jadi musuh utama dari orang Isrsael. Ini terajadi sebelum tahun 70, Paulus adalah rasul terakhir yang masuk Yerusalem untuk berkhotbah, setelah itu dia ditangkap. Dan tidak ada lagi rasul diijinkan ada di Yerusalem. Sebelum Paulus banyak rasul-rasul yang sudah dianiaya dan disuruh keluar, sebelum mereka dianiaya sudah ada orang seperti Yakub dan Stefanus yang mati martir di situ. Yerusalem menolak rasul-rasul Tuhan. Dan Paulus adalah yang terakhir, setelah itu penindasan kepada orang Kristen menjadi sangat dahsyat. Orang Israel membenci orang Kristen dengan sangat, sehingga mereka memaksa orang-orang Kristen untuk memberikan jalan bagi mereka dengan cara pergi dari Yerusalem. Kalau tidak pergi, mereka akan ditindas, dianiaya. Jadi pada waktu itu Tuhan Yesus sudah menubuatkan “kamu akan sulit menjadi orang Kristen, karena semua orang membenci kamu oleh karena nama Kristus”. Mungkin kita tidak lagi mengalami hal ini, tapi Tuhan Yesus mengingatkan bahwa kesaksian nama Kristus akan diharumkan oleh orang-orang yang mengalami kesulitan seperti ini. Kita tidak bisa membayangkan berapa hebatnya Kekristenan menyebar dari abad 1-4. Tapi penyebaran itu sepertinya berhenti di abad-abad selanjutnya karena Kekristenan semakin stabil. Waktu Kristen stabil, penyebarannya menjadi pelan. Waktu Kristen penuh dengan penganiayaan, penyebarannya begitu cepat. Mengapa penganiayaan membuat Kekristenan menyebar sangat cepat? Karena penganiayaan dijalani dengan ketaatan kepada Tuhan, penganiayaan dijalani dengan ketiadaan kepahitan, penganiayaan dijalani dengan kemampuan mengasihi, pada waktu itu kekuatan orang Kristen untuk menjadi saksi besar sekali. Bagian ini sama sekali tidak berkata untuk kita mencari penderitaan, bagian ini mengatakan penderitaan dan kesulitan akan datang, tidak perlu cari penderitaan. Jadi Yesus tidak mengatakan “carilah penderitaan”, Yesus mengatakan “kalau penderitaan itu kena ke kamu, berbahagialah kamu karena kamu akan menjadi saksi yang kuat sekali”.
Dikatakan “kalau waktu itu tiba, Aku sendiri yang akan mengatakan di tengah kesaksianmu”, Yesus akan memberkati orang yang menderita dan membuat mereka tahu harus menyaksikan apa. Ini tidak berlaku untuk pengkhotbah yang malas persiapan, “Tuhan, Engkau berjanji di ayat 15: sebab Aku sendiri akan memberikan kepadamu kata-kata hikmat sehingga kamu tidak bisa ditentang atau dibantah lawan-lawanmu. Tuhan, saya klaim janjiMu. Lukas 21:15. Besok saya harus berkhotbah dan belum persiapan, Engkaulah yang memberikan”, Tuhan akan menjawab “enak saja, kamu harus persiapan”. Ini adalah untuk orang yang sedang berada dalam kesulitan, ditangkap lalu diadili, di tengah pengadilan dia bisa bersaksi. Kesaksian dari mana, keberanian dari mana? Dari Tuhan, Tuhan yang akan membuat orang ini berani menyaksikan nama Tuhan. Tetapi jangan lupa penderitaan yang dialami, dia akan diserahkan juga bukan cuma oleh orang-orang lain, tetapi juga oleh keluarga, oleh orang-orang dekat, oleh sahabat. “Beberapa diantara kamu akan dibunuh dan kamu akan dibenci oleh semua orang oleh karena namaKu”, tapi Yesus berjanji “tidak ada sehelai dari rambut kepalamu akan hilang”. Ini unik, dikatakan Tuhan pelihara rambut di kepalamu, misalnya di dalam Kitab Mazmur, bahkan melewati kematian pun Tuhan akan pelihara. Jadi yang dimaksud dengan sehelai rambut tidak akan jatuh adalah mati pun Tuhan akan pulihkan. Bukan berarti orang Kristen tidak akan mati, karena dikatakan “kamu akan dibunuh”, ayat 16, ayat 18 “tidak sehelai pun dari rambut kepalamu akan hilang”. Ini agak pointless, ketika ada orang dibunuh, Saudara mengatakan “Tuhan, katanya sehelai rambut pun tidak hilang”, maksudnya bukan itu, bukan tidak akan kena celaka, tidak akan kena bahaya, semua itu tipuan setan. Orang Kristen sedang dikatakan bahaya pun Tuhan sertai, mati pun tidak akan membatalkan janji Tuhan, maka Yesus mati di kayu salib, janji Tuhan tetap nyata, Dia bangkit pada hari ke-3. Janji Tuhan senyata kebangkitan Kristus. Sehelai rambut tidak akan jatuh dari kepalamu, maksudnya adalah apa pun yang lawanmu lakukan kepadamu itu tidak akan membatalkan apa yang Tuhan mau kerjakan bagimu, Tuhan akan memberikan pengharapan kebangkitan. Bagian ini memberikan pengharapan yang indah sekali. Bagi mereka yang tidak setia dan mengkhianati Tuhan, Tuhan tidak akan melihat kemegahan zaman lalu. Dalam keadaan hukuman, kadang-kadang orang Kristen juga ikut menderita, bahkan sangat menderita. Kita ikut kena dampak dari murkanya Tuhan, tapi kita tidak dimurkai Tuhan. Penderitaan yang kita alami bukan akibat murka Tuhan, melainkan akibat Tuhan mau menjadikan kita saksiNya. Penderitaan, kesulitan, tekanan dari yang lain harus kita jalani dengan keadaan mau setia kepada Tuhan. Mungkin hidup kita sulit, itu bukan sesuatu yang kita bikin sendiri, itu di luar kendali kita, tapi kita mau belajar setia kepada Tuhan, belajar taat kepada Tuhan, belajar tidak pahit, belajar tetap berharap, belajar mau jadi saksi Tuhan di tengah kesulitan yang terjadi, itulah yang menjadi komitmen kita bersama. Dan Tuhan menjanjikan “engkau tidak akan kehilangan sehelai pun rambut dari kepalamu”, Tuhan menopang orang-orangNya yang Dia mau pakai menjadi saksiNya, Tuhan menopang anak-anakNya di dalam kesulitan. Dan ayat 19 “kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu”. Hidup itu di tangan Tuhan yang akan Tuhan berikan kepada kita.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)
- Khotbah
- 16 May 2018
Jangan memodifikasi Yesus
(Kisah Para Rasul 2: 41-47)
Mengapa ada jemaat yang begitu bagus, jemaat mula-mula ini? secara pengajaran bertekun, secara persekutuan juga indah, kuat, bagaimana bisa? Kalau kita tidak lihat setting sebelumnya yaitu khotbah Petrus, kita akan segera mencari alternatif-alternatif untuk membuat gereja kita user-friendly, misalnya kalau selesai ibadah ada makanan, ada prasmanan mungkin Saudara akan bisa bersekutu satu sama lain. Tapi apakah itu yang benar? Tidak, karena kita sering mencomot bagian ini lalu kemudian memformulakan bagaimana caranya supaya gereja bisa seperti itu dan kita pakai tips-tips saja. Tapi mari kita pikirkan, gereja ini muncul setelah 50 hari huru-hara di Yerusalem di mana seluruh kota berteriak “salibkan Dia, salibkan Dia”. Kalau kira-kira Saudara berada di dalam situasi seperti itu, seumpama hari ini 50 hari dari 50 hari yang lalu, Saudara mungkin tidak akan memikirkan “nanti kalau pulang jemaat diberi apa ya? Diberi kenang-kenangan apa? Kalau dia ulang tahun diberi surprise apa? Kalau dia sakit bagaimana kita akan mengunjungi?”, tidak mungkin seperti itu, Saudara pasti akan cari yang paling esensial. Dan sebenarnya inilah yang menjadi kunci utama bagaimana sebuah gereja mempunyai persekutuan dan pertumbuhan yang begitu bagus secara persekutuan karena di bawahnya dibangun dengan satu dasar yang sangat essensial. Coba bayangkan cara hidup jemaat mula-mula ini tidak boleh kita lepaskan dari setting 50 hari sebelumnya ketika seluruh Yerusalem teriak “salibkan Dia”, kemudian murid-murid menjadi kelompok yang sangat minoritas dalam minoritas. Mereka mengunci pintu, tidak berani keluar sampai Tuhan Yesus menampakan diri kepada mereka. Saudara bisa bayangkan persekutuan seperti ini mencari apa untuk bertumbuh? Pasti tidak mencari sesuatu yang tidak esensial. Dan ini yang mau kita renungkan sekarang, apa yang bisa membuat persekutuan atau hidup berjemaat demikian indah, kuat satu dengan yang lain.
Alkitab memberikan gambaran kepada kita di dalam khotbah Petrus di bagian atasnya, mereka kembali kepada sesuatu yang esensial yaitu mengenal Kristus. Kita seringkali berpikir “saya sudah tahu tentang mengenal Kristus. Mengenal Kristus itu Yesus adalah Juruselamat, Tuhan yang menjadi manusia, saya sudah mengerti semuanya”, tapi mari kita lihat perspektif ini, karena khotbah Petrus yang bagi kita sepertinya sederhana, merupakan khotbah yang menusuk sampai ke dalam hati kemudian memberikan pertobatan bagi 3.000 orang ini. Dan 3.000 orang ini menghasilkan suatu jemaat yang betul-betul bagus. Maka kalau kita tidak pernah mulai basic dasarnya, kita akan membangun di atas sesuatu yang salah. Kalau Saudara membaca Kisah Para Rasul 2: 36-40, Petrus memberikan satu tafsiran di dalam bagian khotbahnya yaitu Yesus dari Nazaret ini siapa? Penjelasan dari bermacam-macam ayat, akhirnya Petrus menemukan satu kesimpulan Yesus ini adalah, ayat 36 “jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus”. Siapakah Dia? Dia adalah Yesus dari Nazaret. Siapakah Yesus dari Nazaret? Dia adalah Tuhan dan Kristus. Yesus adalah Tuhan maksudnya berdasarkan Kisah Para Rasul 2: 21 dimana Petrus mengutip Yoel “dan barangsiapa berseru kepada nama Tuhan, dia akan diselamatkan”, berarti Yesus ini adalah pokok keselamatan. Lalu Yesus ini adalah Kristus yang artinya Mesias, yaitu seseorang atau pembebas yang ditunggu-tunggu sepanjang sejarah umat. Yesus yang adalah Tuhan dan Kristus ini adalah Dia yang dikirim oleh Allah, Dia adalah Raja yang akan menyelamatkan umatNya. Ayat 22 dikatakan Yesus orang Nazaret ini datang dengan kekuatan-kekuatan, mujizat-mujizat dan tanda-tanda yang dilakukan Allah dengan perantara dia ditengah-tengah kamu. Berarti Yesus dari Nazaret ini dikirim Allah untuk menyatakan bahwa Allah mempedulikan umatNya. Maka bagian-bagian seperti ini mesti kita pikirkan, Yesus adalah yang dikirim oleh Allah, siapa Dia? Juruselamat. Dan Yesus Sang Juruselamat ini bukan juruselamat yang alien. Abraham Kuyper menjelaskannya dalam terminologi yang kita mesti pikirkan. Pertama, dikatakan bahwa Tuhan dan Kristus ini adalah sesuatu yang bersifat organically connnected. Maksudnya Kristus yang adalah Mesias ini bisa dicapai oleh siapa pun, bangsa apa pun, latar budaya apa pun, strata sosial mana pun. Apakah yang mendekati Dia adalah Ahli Taurat? Dia terima undangan makannya. Apakah yang mendekati Dia adalah pemungut cukai? Dia juga menerima undangan makannya. Apakah yang mendekati Dia adalah orang Israel? Dia terima. Siapa yang berseru kepada nama Tuhan, dia akan diselamatkan. Siapa yang bisa berseru? Apakah orang Israel saja? Tidak. Apakah hanya orang yang menghafal Taurat? Tidak, buktinya pemungut cukai pun didengar olehNya. Maka pengertian Tuhan yang semacam apa yang sedang dipresentasikan oleh Petrus ini, Saudara mesti mengerti baik-baik. Dia adalah Tuhan, barangsiapa berseru kepadaNya akan diselamatkan. Berarti organically connected. Bagaimana kita memahami organically connected? Kalau dikatakan Kristus sebagai kepala dan kita adalah anggota tubuh, coba pikirkan, anggota tubuh mana saja yang berkait dengan kepala? Jantung saja, karena dia paling penting? Tidak. Kuku pun berkait dengan kepala, rambut kita berkait dengan kepala, tidak ada yang bisa lepas dengan sendirinya tanpa ada koordinasi dengan kepala. Jempol kaki pun berkait dengan kepala. Maka mendekati Yesus, mendekati Tuhan dimana kita berseru dan kemudian kita diselamatkan, kita tidak harus menjadi orang Israel, tidak harus menjadi strata tertentu, tidak harus mempunyai pencapaian yang sangat tinggi. Karena Mesias yang Tuhan berikan adalah Mesias yang organically connected, secara organik berkait dengan Saudara dan saya. Ini hal pertama yang Petrus presentasikan, “Tuhan, pada siapa engkau berseru, engkau akan diselamatkan”.
Kedua, Mesias ini adalah Mesias yang historically determined, maksudnya secara histori sudah ditentukan spesifik. Mesias ini tidak bisa kebetulan, kebetulan ada, kebetulan mantap, kebetulan bagus. Mesias ini ternyata sudah disiapkan sejak manusia jatuh dalam dosa, Kejadian 3: 15, ada keturunan perempuan yang akan meremukan kepala ular. Maka Mesias ini bukan rencana dadakan dari Tuhan, kelahiran Yesus bukan rencana dadakan dari Allah, karena Dia sudah ditentukan sejak awal. Lalu Tuhan teruskan janjiNya kepada Abraham, “keturunanmu akan menjadi berkat bagi banyak bangsa”, Tuhan Yesus akan menjadi Juruselamat bukan hanya bagi Israel saja tapi bagi banyak bangsa. Kemudian dilanjutkan kepada Daud, “keturunanmu akan mempunyai tahta yang tak akan berkesudahan”. Maka Yesus yang seperti ini yang dipresentasikan oleh Petrus, Raja seperti inilah yang diperkenalkan oleh Petrus di dalam khotbahnya setelah Pentakosta. Apakah Saudara dan saya mengenal Yesus yang seperti ini? Ini menjadi pertanyaan yang berikutnya. Kalau kita baca khotbah Petrus, dia mengutip dari Yoel dan Mazmur. Sebenarnya saya waktu awal-awal baca Alkitab, saya kurang mengerti mengapa harus dikaitkan antara Kitab Yoel kemudian Mazmur, kemudian ambil Daud. Di sini kita mesti tahu konteks orang Israel, kalau dikatakan Yesus adalah Tuhan dan Mesias, Dia adalah Raja yang akan menyelamatkan, Dia adalah Raja yang organically connected, historically determined, itu kita terima. Kalau begitu apakah Dia lebih hebat dari Daud atau sama atau hampi sama? Orang Israel akan mempunyai pola pikir tertentu dalam pikirannya ketika menyangkut ada Raja yang dikirim oleh Allah. Apakah Dia lebih hebat dari Daud? Bukankah Daud itu sepanjang sejarah adalah raja yang paling berkenan di hadapan Allah, adalah orang yang paling berkenan hatinya di dalam hati Tuhan. Apakah Mesias lebih hebat dari Daud? Kalau Daud tidak pernah kalah perang, apakah Mesias ini lebih hebat dari dia? Tapi buktinya Dia mati, kalau Dia lebih hebat dari Daud, harusnya Dia tidak pernah kalah, harusnya Dia tidak pernah di salib dan kemudian mati. Lalu apa yang membuatnya lebih hebat dari Daud? Maka Petrus menggali ini dengan mengatakan di dalam ayat 29 “Saudara-saudara, aku boleh berkata-kata dengan terus terang kepadamu tentang Daud, bapa bangsa kita. Ia telah mati dan dikubur, dan kuburannya masih ada pada kita sampai hari ini”. Maka superioritas Yesus dibandingkan dengan Daud, raja terbesar mereka adalah justru karena Yesus mati dan bangkit. Ini sebenarnya satu tafsiran yang sangat berani. Raja ini membawa damai dan keselamatan bukan seperti Daud yang memberi banyak emas, memberi keamanan militer, memberi “kemewahan” kerajaan yang besar. Raja ini adalah Raja yang memenangkan pertempuran dari dalam, dari hati. Daud tidak pernah memenangkan pertempuran di dalam hati manusia, meskipun dia sangat ada pasukan-pasukan yang loyal. Tapi setelah Daud, setelah raja-raja atau setelah hakim-hakim yang baik ada, urusan manusia terharu, lalu memberontak kepada Tuhan terus terjadi secara sirkular. Waktu hakim yang bagus naik, umat taat, tapi begitu hakimnya mati, umat Tuhan memberontak. Raja yang baik muncul, orang taat, raja yang baik itu mati kemudian muncul raja berikutnya, orang langsung menyembah berhala. Maka sebenarnya pertempuran paling besar ada di dalam hati manusia dan itu tidak pernah diselesaikan oleh raja terbaik Israel. Jadi kalau mau raja, raja yang bagaimana? Petrus menafsirkan “kamu perlu satu raja yang betul-betul memenangkan kamu, yang betul-betul membebaskan kamu. Yaitu raja yang berani masuk perang sampai titik paling dalam”. Perang di dalam hati. Ini adalah tafsiran yang sangat dalam, mengapa Yesus mesti mati dan bangkit? Karena perangnya adalah memenangkan jiwa orang di dalam hati jiwa yang memberontak ini harus dibawa kepada Tuhan. Waktu setan menjatuhkan manusia, setan tidak menjatuhkan Adam dan Hawa dengan membuat keadaan chaos di Taman Eden, setan membuat kekacauan di dalam hati. Adam membuat keputusan di hati, Adam membuahkan dosa di luar, akibat dosa itu seluruh ciptaan hancur dan jatuh dalam dosa. Peperangannya di dalam hati. Maka ketika Tuhan Yesus menjadi Raja, Dia memenangkan pertempuran di dalam hati Saudara dan saya. Maka Dia harus mati menanggung dosa, karena dosanya di dalam peperangan yang paling dalam. Dia adalah Raja yang berdiri di depan menanggung hukuman umat yang diselamatkan. Dia adalah Raja yang berdiri di depan, mempunyai kemampuan membayar hutang Saudara dan saya. Dia adalah Raja yang berdiri di depan mau meredakan kemarahan Allah di atas kayu salib. Dia adalah Raja yang berdiri di depan menjadi satu-satunya utusan yang sah untuk merenkosiliasikan Saudara dan saya yang berdosa kepada Tuhan. Maka Dia harus mati dan bangkit. Ketika orang betul-betul menyerahakan hatinya kepada Tuhan, dia akan punya sikap yang sangat berbeda terhadap sesamanya, dia akan punya sikap yang sangat berbeda terhadap harta, alam, terhadap segala sesuatu yang ada di alam semesta ini, dan dia akan punya sikap yang berbeda terhadap setan. Sekali Tuhan Yesus memenangkan Saudara dan saya, Dia memenangkan seluruh pertarungan. Pengertian Kristus yang seperti inilah yang sebenarnya dipresentasikan oleh Petrus dan kemudian hal ini membuat orang-orang itu, di dalam Kisah Para Rasul 2: 37 dikatakan “Ketika mereka mendengar hal itu hati mereka sangat terharu, lalu mereka bertanya kepada Petrus dan rasul-rasul yang lain: “Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara?”, sebenarnya kata terharu kurang tepat, di dalam bahasa Inggris pierce to the heart, tertusuk hatinya. Sehingga mereka sadar ada pertobatan. “Saya selama ini sudah memodifikasi Kristus sebagai Mesias yang saya harapkan”, yang orang Israel harapkan. Harapan Mesias seharusnya memenangkan pertarungan, Mesias harusnya mengalahkan Romawi, Mesiasnya seharusnya membuat kita tidak membuat kita berperang satu dengan yang lain, Mesias seharusnya menjadikan kita negara yang bebar. Maka orang-orang yang tadinya mengharapkan Mesias dengan harapan dia, sekarang menjadi tertusuk hatinya dan mengalami pertobatan. Maksudnya mengalami pertobatan apakah tadinya dia tidak percaya Mesias? Percaya, tapi dia tadinya memercayai Mesias dengan cara pikirnya sendiri. Dia berharap Mesias, tapi berharap dengan cara yang salah. Inilah yang namanya pertobatan.
Seringkali mendefinisikan pertobatan dengan macam-macam. Ada yang mendefinisikan: saya sudah bertobat. Dulu waktu saya SMP saya suka menyontek. Dulu waktu saya belum percaya Tuhan Yesus, saya orang yang malas, tidak suka kerja, maunya senang-senang. Sekarang saya sudah sadar, saya tahu saya kuliah untuk apa, studi untuk apa. Kalau bertobat semacam ini, orang Islam, Budha, Hindu, orang atheis pun bisa bertobat seperti ini. Apa itu bertobat versi Kristen? “Dulunya tidak percaya Yesus sekarang jadi percaya”, apakah itu cukup bertobat? Kalau pakai definisi Petrus, itu belum. Karena kita percaya Tuhan Yesus sebagai Juruselamat, terkadang kita bisa memodifikasi Yesusnya model apa yang kita terima. Seperti orang Israel “saya percaya Mesias”, tapi dimodif, mesiasnya adalah mesias pertempuran, kalau bisa dia kalahkan Romawi. Ekspektasi itu yang mereka harapkan waktu Tuhan Yesus masuk ke Yerusalem, “hosana, hosana, terpujilah Tuhan. Dia yang datang dalam nama Tuhan”, ekspektasi mesias, tapi bukanlah mesias seperti yang dipresentasikan oleh Allah terhadapa AnakNya. Maka kita bisa menerima Tuhan Yesus, dulu tidak percaya sekarang percaya, tapi dengan modifikasi tertentu yang membuat kita luput di dalam mengenal Tuhan. Dan ini dalam kategori Petrus belum bertobat, mereka belum tertusuk hatinya. Di dalam versi Petrus, pertobatan yang diinginkan adalah pertobatan perubahan pikiran tentang persepsi atau pengertian kita terhadap Kristus sesuai yang Tuhan mau. Saudara tidak bisa menerima Yesus seperti yang Saudara mau, Saudara harus terima Yesus seperti yang Allah presentasikan di dalam Alkitab, di dalam sejarah, seperti itulah. Maka di ayat 36 dikatakan “Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus”, di luar itu sebenarnya kita masih belum bertobat. Kita mesti mengejar pertobatan ini, kita bisa bertobat dalam arti mengenal Yesus dengan berbagai cara, berbagai entry point. Dan semua entry point yang Tuhan izinkan, saya rasa itu adalah anugerah Tuhan. Tetapi setelah Saudara masuk entry point itu, pekerjaan kita tidak selesai, karena kita mesti mengejar pengertian yang seperti Allah mau AnakNya dikenal, kalau tidak, kita akan masuk dalam “pintu keselamatan”, lalu kita maunya sendiri. Maka itu adalah hidup yang tidak cocok dengan yang namanya pertobatan. Maka Rasul Paulus mengatakan kerjakanlah keselamatanmu dengan takut dan gentar. Maksudnya, ketika Saudara sekali selamat tidak langsung kemudian sudah tahu Yesus itu begitu, Saudara mesti kejar, mesti pikir, mesti gali benar tidak kita menerima Yesus sesuai dengan yang Allah presentasikan atau jangan-jangan kita memodifikasi Yesus sesuai dengan yang kita perlu.
Kalau kita baca selanjutnya, bagaimana jemaat ini selalu bisa bertekun dalam pengajaran, dalam persekutuan? Selain secara essensi mereka mengenal siapa Yesus, mereka juga dipimpin oleh Roh Kudus. Kita juga mau gereja kita dipimpin oleh Roh Kudus. Bagaimana? Gereja kita dipimpin oleh Roh Kudus adalah ketika kita menyadari bahwa kerjaan Roh Kudus yang paling besar dan penting adalah menunjukan kita kepada Kristus. Yohanes 16: 12-14, “Roh Kudus selalu memuliakan Aku”, kata Tuhan Yesus. Kalau kita mengharapkan pekerjaan Roh Kudus yang lain, kita tidak mungkin seperti jemaat mula-mula, karena ktia mengharapkan sesuatu yang tidak pernah dikerjakan oleh Roh Kudus secara utama. Roh yang sama yang mengarahkan kepada Pribadi yang sama. Baru bisa gereja itu betul-betul seperti gereja mula-mula. Mari kita pikirkan ini di dalam gereja kita, karena gereja kita juga bukan gereja yang imune, sense of interest apa yang paling essensial di dalam jemaat Tuhan? Kristus, firmanNya dan doa, ini yang ada dalam ayat 41-47. Kalau kita kehilangan Kristus, sebenarnya jemaat itu hanya jadi arisan saja. Dan terkadang kita bisa masuk dalam hal ini, waktu Rally Doa kemarin Pak Jimmy membahas tentang waktu Maria Magdalena pergi ke kuburan Tuhan Yesus, didapatinya kosong, dia sangat sedih, karena bagi dia satu-satunya hal terpenting adalah Tuhan, kalau Tuhannya hilang, dia sedih, tidak bisa dihibur oleh hal lain karena itulah yang terpenting. Tapi kita sebagai gereja sangat mungkin menjadi gereja yang mudah dihibur oleh yang lain selain Kristus. Kita menjadi tidak masalah kalau Yesus ditendang keluar, yang penting bisa sharing, itu jadi sense of interest yang essensial, “kalau tidak ada sharing, kita tidak bisa bertumbuh bersama”, itu bahaya. Berarti Saudara menendang keluar yang esensial, dan memasukan ke dalam yang tidak esensial. Bukan berarti sharing tidak boleh, itu boleh, asalkan itu bukan sense of interest yang mengikat kita sebagai jemaat Tuhan. Kalau bukan Kristus, firman dan doa, kita segera menjadi arisan, segera menjadi jemaat yang sering mencari kegiatan seru. Mari kita diikat oleh sense of belonging yang benar, sama-sama memiliki Kristus, sama-sama memiliki firman, sama-sama memiliki kehidupan doa yang benar. Disitulah Saudara mendapatkan ikatan yang paling erat, yang paling esensial, lebih dari itu Saudara cuma akan mendapatkan persekutuan yang bergembira sana-sini, tetapi kita sudah kehilangan yang paling esensial. Mari kita doakan gereja kita maupun gereja yang lain, supaya yang namanya gereja tidak lupa tugas utamanya sebagai gereja, tidak lupa menu utamanya yaitu Kristus, firman dan doa.
- Khotbah
- 16 May 2018
Kebangkitan Kristus dan Imam Besar
(Ibrani 1: 1-4; 8: 1-13)
Kitab Ibrani sangat penting sama seperti kitab yang lain karena Kitab Ibrani memberikan sorotan kepada Kristus sebagai imam. Ini adalah pengertian yang sangat dalam karena di dalam Kitab Perjanjian Lama, Imamat itu sangat penting, tugas imam sangat penting. Dan ketika Tuhan menyatakan bahwa imam sejati adalah Kristus berarti dia menggenapi apa yang para imam Perjanjian Lama kerjakan. Itu sebabnya Surat Ibrani sangat penting karena sorotan tentang Kristus ada pada pekerjaan Dia sebagai Imam. Hari ini saya akan mengaitkan pengertian dari sudut pandang imam mengenai kebangkitan Kristus. Mengapa Kristus mati dan bangkit, disorot dari pekerjaan imam.
Di dalam Perjanjian Lama, imam-imam itu dipilih oleh Tuhan. Tuhan menunjuk Harun dan anak-anaknya menjadi imam. Ini penunjukan yang Tuhan berikan kepada Musa, Tuhan mengatakan “kuduskan Harun dan anak-anaknya bagiKu, dan Aku akan memakai mereka menjadi imam”, anak-anak Harun dan juga Harun, disiapkan oleh Tuhan. Mereka masuk ke dalam tempat center dari seluruh perkemahan Israel, di depan Bait Suci. Setelah itu mereka akan dipakaikan pakaian yang sudah dirancang oleh pimpinan Roh Kudus. Roh Kudus memenuhi orang-orang yang Tuhan percayakan tugas untuk membuat pakaian imam. Jadi Roh Kudus memenuhi orang untuk membuat kemah, Roh Kudus juga memenuhi orang untuk membuat pakaian imam. Baik kemah mau pun imam adalah simbol sorga dan bumi yang bersatu, itu sebabnya siapa pun yang mengerjakannya harus dipenuhi oleh Roh Kudus. Roh Kudus tidak memenuhi mereka karena mereka seniman saja, tapi Roh Kudus penuhi mereka karena mereka akan membuat sesuatu yang akan menyatakan kehadiran Tuhan. Maka kemah dibuat melalui pimpinan Roh Kudus dan baju imam juga dibuat melalui pimpinan Roh Kudus. Kemudian setelah itu imam-imam ini yaitu Harun dan anak-anaknya akan memakai baju itu, lalu mereka akan membawa korban. Waktu mereka sudah memberikan korban, maka mereka boleh mulai melayani Israel memberikan korban bagi Israel di hadapan Tuhan. Korban-korban ini diberikan supaya Israel bisa disucikan dosanya dan mereka tidak mati waktu datang menghadap Tuhan. Israel disucikan oleh pekerjaan imam. Tapi ternyata pekerjaan imam bukan hanya itu, karena imam juga bertugas untuk memastikan Taurat Tuhan ada di dalam hati Israel. Ini bagian yang penting sekali dari tugas imam, mereka bukan hanya membawa persembahan, tapi mereka juga harus menyampaikan firman, memimpin puji-pujian. Apa tujuannya mereka menyampaikan firman, pimpin puji-pujian dan membawa korban? Tujuannya hanya satu, supaya apa yang tertulis di batu yaitu Hukum Tuhan boleh tertulis di hati manusia. Sehingga apa yang Tuhan ukirkan di batu yang dibawa turun oleh Musa, menjadi terukir di dalam hati manusia. Ini tugas imam, memastikan orang Israel mengerti Taurat dan menjalankan Taurat. Maka setelah itu Tuhan mengangkat Kaum Lewi menjalankan tugas mengajarkan firman dan mereka disebar di seluruh Israel. Jadi imam punya tugas memastikan orang Israel mengenal Tuhan, mempunyai firman di dalam hati dan boleh hidup berdasarkan firman itu. Ini bukan tugas yang mudah, apalagi Israel adalah bangsa yang tegar tengkuk. Alkitab mengatakan sangat sulit untuk menulis tulisan di dalam hati manusia, karena hati mereka lebih keras dari pada batu. Jadi seolah-olah Tuhan mengatakan, di dalam salah satu kitab nabi, untuk mengukir firman di batu lebih mudah dari pada ukir itu di hati Israel, hatinya keras. Ini bukan penyakit hati, ini artinya mereka sudah berontak kepada Tuhan, mereka tidak peduli, dan mereka keras kepala sekali di dalam dosa mereka. Mereka ditegur berkali-kali tapi tidak juga bertobat. Mereka diberikan hajaran oleh Tuhan, tapi tetap kembali ke cara hidup yang Tuhan benci. Ini yang menyebabkan pekerjaan para imam tidak mendapatkan tempat di hati orang Israel. Bahkan Alkitab mengatakan lembaga imam pun menjadi kacau karena mereka tidak lagi mengajarkan pengertian yang benar tentang Tuhan. Alkitab mencatat periode yang sangat menyedihkan mulai dari Kitab Raja-raja dan Tawarikh, bagaimana raja menjadi korup lalu imam menjadi korup, nabi-nabi pun menjadi korup. Saudara pasti ingat ketika Elia sedang melayani, waktu itu ada Raja Yosafat dari Yehuda bertemu dengan Ahab dan mengatakan “mari kita berperang melawan orang-orang Aram”, Ahab mengatakan “baik, orangku dan orangmu mari pergi sama-sama”. Tapi kata Yosafat “tunggu, mari kita tanya nabi Tuhan”, langsung setelah itu Ahab kumpulkan nabi-nabi yang berfirman demi Tuhan tapi tidak mendapatkan pesan dari Tuhan. Ini orang-orang yang mengucapkan firman palsu, padahal mereka adalah nabi Tuhan. Jadi pada waktu itu dibaca kita tahu bahwa meskipun Tuhan sudah mengizinkan nabi palsu terbunuh, tapi iblis memunyai cara untuk memasukan kepalsuan itu di dalam nabi Tuhan. Nabi Tuhan yang korup lebih bahaya dari pada nabi palsu. Pendeta yang korup lebih bahaya dari pada pemimpin agama lain. Jadi nabi-nabi sudah korup, imam-imam pun sudah korup. Dikatakan mereka melayani demi mendapatkan upah. Mereka melayani supaya mendapatkan bagian yang baik. Mereka melayani supaya dapat kekayaan harta dan lain-lain. Keadaan korup ini semakin parah ketika Israel masuk ke dalam periode abad 3-2 SM, waktu itu imamat sangat korup, mereka diangkat oleh pemimpin supaya mereka dapat menguasai. Pemimpin bisa menguasai agama. Bagaimana cara pemimpin menguasai agama? Pakai para pemimpin agama untuk membuat orang-orang tunduk kepada agama versi dia. Ini juga dikerjakan oleh banyak orang di dalam Kerajaan Roma, mereka meanfaatkan agama untuk mengunci orang-orang supaya tetap taat kepada mereka. Keadaan korup dan kacau masuk ke dalam agama karena politik masuk ke situ. Demikian juga dengan keadaan imam orang Israel kasihan sekali.
Maka Israel tidak punya pemimpin yang membuat mereka bisa tunduk kepada firman, tidak ada kemungkinan firman tertulis dalam hati mereka karena tidak ada pemimpin yang baik yang mengarahkan mereka. Pemimpin agama yang baik itu barang langka. Kalau Saudara baca sejarah gereja, Saudara akan lihat ada orang-orang penting yang Tuhan bangkitkan dan mereka jumlahnya sangat sedikit. Di tengah-tengah kekacauan Tuhan izinkan ada orang yang boleh bersuara membawa orang-orang kembali ke ajaran yang benar. Tuhan bisa bangkitkan orang-orang melawan ajaran yang salah, tapi tidak banyak orang yang seperti ini bisa muncul. Kalau gereja punya tradisi Kristen yang jemaatnya cuma tahu Kristen, tidak tahu apa-apa, itu bahaya sekali. Saudara bisa lihat gereja suku, bsegitu banyak orang Kristen di situ, tapi tidak tahu apa sebenarnya ajaran Kristen. Saya pernah diberi tahu oleh paman saya, dia mengatakan di kampung kami dulu tidak ada orang akan pindah agama, tapi juga orang tidak tahu apa itu Kristen. Pokoknya mereka fanatik tanpa tahu apa itu Kristen. Begitu datang agama lain, “gawat agama itu kacau, agama kita yang benar”, “apa agama yang benar?”, “Kristen”, “Kristen itu apa?”, “kami”, “apa inti ajaran Kristen?”, “bahwa kami benar dan mereka salah, itu intinya”. “Kami menyembah Yesus”, “kenapa?”, “karena Dia Tuhan”, “mengapa Dia dibilang Tuhan?”, “karena orang bilang Dia itu Tuhan. Pokoknya Dia Tuhan dan saya sembah Dia, yang penting saya lebih penting dari agama lain”. Tapi mengapa Kekristenan, apa yang diajarkan Alkitab, mereka tidak tahu. Jadi banyak orang bertradisi Kristen tanpa mengerti apa itu iman Kristen. Dan kalau kita menjadi orang yang katanya reformed, GRII, tapi kita sendiri tidak tahu apa yang kita percaya, mungkin tidak beberapa lama lagi kita akan sama dengan gereja-gereja Injili. Maka kita mesti perhatikan baik-baik apa yang sebenarnya harus kita percaya dari Kitab Suci. Maka kalau ada pemulihan yang Tuhan kerjakan itu anugerah besar sekali. Kalau kita hidup di dalam zaman dimana pengertian tentang Alkitab begitu limpah, orang-orang yang membahas Kitab Suci dan membahas pengertian Kristen begitu limpah, itu anugerah besar sekali. Saya mau tanya berapa puluh tahun lagi ke depan apakah masih seperti ini? Tidak, pengajar-pengajar baik gampang sekali ditemukan di mana-mana, Saudara tinggal ketik tema Alkitab di Google, Saudara akan temukan ada banyak orang-orang Inijli dan Reformed yang muncul di situ. Kita bersyukur sekali untuk itu. Tapi saya mau tanya 30 tahun lagi, 50 tahun lagi apakah masih seperti ini? Ketika orang-orang seperti Stephen Tong, Tim Keller atau yang lain, yang sekarang masih melayani, pelan-pelan Tuhan panggil pulang. Lalu generasi-generasi yang masih dipengaruhi pelan-pelan Tuhan panggil pulang, yang berikutnya ada apa? Siapa yang masih membawa gereja ke keadaan yang masih benar? Apakah kita doakan hal ini, apakah kita masih peduli supaya Tuhan bangkitkan orang-orang muda atau bahkan anak-anak untuk berjanji setia mau kembali kepada Tuhan, mau datang kepada Tuhan, mau jadi hamba Tuhan, mau selidiki firman dan mau bagikan itu kepada zamannya? Kalau kita masih doakan itu berarti kita adalah orang yang luas hati, masih mau memikirkan generasi yang berikut. Gregory the Great sudah tahu 2 hal penting, musik dan teologi itu penting sekali. Gereja tidak perjuangkan ajaran yang benar, gereja itu rusak. Gereja tidak perjuangkan musik yang baik, gereja itu juga akan menyingkirkan orang dari kenikmatan menyembah Tuhan yang sejati. Dua ini harus diperjuangkan. Dan jangan pikir kita bisa memperjuangkan ini hanya dengan mengatakan “kita pro hymn, bukan drum. Drum salah, hymn benar”, tidak cukup. Kita perlu tahu bagaimana menyanyikan lagu dengan benar, kita perlu tahu bagaimana menikmati puji-pujian dengan benar. Kita perlu menjadi contoh mau menikmati Tuhan lewat memuji Tuhan. Ini perlu kita miliki, kalau kita tidak mau berjuang untuk menikmati Tuhan, kita akan mudah jatuh untuk tawaran dunia yang palsu di dalam kenikmatan yang palsu juga. Itu sebabnya agama yang benar perlu diperjuangkan, dan Gregory the Great sudah tahu pentingnya memperjuangkan ini. Tapi dia bukan orang pertama atau bukan kelompok pertama yang memperjuangkan hal ini. Karena di dalam Taurat, Tuhan angkat imam untuk perjuangkan hal ini. Imam harus pastikan orang Israel punya firman dalam hati mereka, imam mesti pimpin orang Israel menyanyi dan menikmati nyanyian itu memuji Tuhan. Imam akan memimpin orang-orang menyanyi, di Bait Suci nyanyian yang agung akan dinyatakan. Orang Israel punya banyak sekali nyanyian, naik tangga ke Bait Suci pun ada nyanyiannya. Orang Yahudi sangat akrab dengan musik, mereka adalah bangsa yang sangat senang menyanyi. Mereka mau memuji Tuhan dan para imam harus memimpin orang-orang untuk menyanyi. Mazmur adalah nyanyian yang sangat indah, itu dinyanyikan dengan cara yang agung, sehingga orang-orang seperti John Calvin merasa ini harus terus menjadi bagian di gereja, mari kita kembali menyanyikan Mazmur, mari kita belajar untuk memuji Tuhan dengan cara yang agung. Imam bertugas untuk memelihara hal ini, mereka harus mengajar umat menikmati Tuhan, mengajar umat mengenal Tuhan, mengajar umat tahu firman yang benar. Maka ada istilah tugas imam adalah membuat hati orang Israel tertulis firman, ini pekerjaan yang sulit sekali. Imam mau melayani tapi Israel bobrok, sangat sulit. Ketika imam institusinya pun bobrok lalu umat juga bobrok maka Tuhan ancam dengan pembuangan.
Tapi Surat Ibrani mengetahui satu hal bahwa kebobrokan itu akan berhenti. Ini dia lihat ketika mempelajari Kitab Yeremia, di dalam Kitab Yeremia 31 “Aku akan mengadakan perjanjian baru”. Perjanjian baru yang dimaksud bukanlah Matius sampai Wahyu, perjanjian baru yang dimaksud adalah periode imam yang baru, bukan imam yang lama yaitu menurut Lewi, tapi imam yang baru menurut Melkisedek. Inilah perjanjian baru itu. Dan di sini menurut Yeremia, Tuhan akan membuat orang-orang mempunyai firman di dalam hati, “Aku akan meletakan TauratKu di dalam hati mereka, sehingga tak seorang pun perlu mengajar sesamanya kenallah Tuhan”. Mengapa tidak perlu mengajar sesama untuk mengenal Tuhan? Kalau menurut sudut pandang Ibrani, karena sekarang yang mengajar ada di sorga. Jadi Sang Imam sudah diangkat dan Dia sekarang ada di sorga. Maka di pasal 8 dikatakan kita punya Imam Besar yang mengajarkan kita firman, kita punya Imam Besar yang membuat kita mengerti firman. Yesus ada di sorga, Dia masih melayani sebagai Imam. Maka di dalam Ibrani 1 dikatakan setelah Dia mengadakan penyucian dosa, setelah mati dan bangkit, Dia diangkat ke tempat yang maha tinggi untuk melayani sebagai Imam. Sudut pandang ini indah sekali karena Ibrani melihat imam di Perjanjian Lama membawa binatang, imam di Perjanjian Lama adalah imam yang mewakili Israel untuk menyatakan kemuliaan Israel, tapi binatang itulah yang mewakili cemarnya Israel, sehingga antara imam dan binatang ini ada dua aspek yang tidak bisa satu. Maka di dalam Ibrani 9 dikatakan ini artinya darah yang asing, ini darah yang tidak diterima oleh Tuhan, karena darah yang diterima adalah darah imam bukan binatang. Maka Yesus harus mempersembahkan diri, Dia datang ke salib, menjadi Imam yang mempersembahkan darah itu untuk menjalankan tugas sebagai Imam.
Tapi dari sudut Ibrani ada hal yang penting sekali, Saudara harap bisa tangkap ini, karena ini jarang sekali dibahas. Surat Ibrani memberikan sorotan Yesus adalah Imam yang seluruh pekerjaanNya itu adalah pekerjaan Imamat, mengapa Dia pergi ke kayu salib? Untuk menjadi Imam, mengapa Dia mati? Untuk menjadi Imam. Mengapa Dia bangkit? Untuk menjadi Imam. Mengapa Dia sekarang ada di sebelah kanan Allah? Untuk menjadi Imam. Di dalam pasal 8:4-6 dikatakan “Sekiranya Ia di bumi ini, Ia sama sekali tidak akan menjadi imam, karena di sini telah ada orang-orang yang mempersembahkan persembahan menurut hukum Taurat. Pelayanan mereka adalah gambaran dan bayangan dari apa yang ada di sorga, sama seperti yang diberitahukan kepada Musa, ketika ia hendak mendirikan kemah: “Ingatlah,” demikian firman-Nya, “bahwa engkau membuat semuanya itu menurut contoh yang telah ditunjukkan kepadamu di atas gunung itu. Tetapi sekarang Ia telah mendapat suatu pelayanan yang jauh lebih agung, karena Ia menjadi Pengantara dari perjanjian yang lebih mulia, yang didasarkan atas janji yang lebih tinggi”. Bagi saya kalimat ini sangat megharukan, Yesus mati supaya Dia dapat pelayanan di sorga. Pelayanan apa? Melayani Saudara dan saya, kita dilayani oleh Yesus yang untuk menjadi pelayan ini, Dia mesti mati. Ini sudut pandang Ibrani yang sangat memukau. Bayangkan, Yesus rela menderita supaya boleh melayani kita. Tidak tentu ada orang mau melayani Saudara lalu berkorban. Tapi Surat Ibrani menekankan hal yang sangat indah, untuk melayani kita Yesus rela mati, ini perspektif yang unik sekali. Yesus tidak hanya mati untuk menebus kita, itu benar tapi Surat Ibrani sedang memahas aspek lain, Dia mati supaya Dia boleh menjadi Imamnya manusia. Orang-orang seperti kita mau dilayani, dan caranya adalah mati di kayu salib, siapa yang mau? Anak Allah mau melayani saya dengan cara mati di kayu salib, itu apa-apaan? Tapi Yesus mau lakukan itu, Dia mau mati di kayu salib karena Dia ingin melayani kita. Ini benar-benar unik, agungnya luar biasa. Maka Surat Ibrani mengatakan Yesus sekarang di sorga untuk melayani kamu dan saya sebagai Imam Besar. Mengapa Dia mau jadi Imam Besar? Karena kalau tidak, kita tidak akan punya Kitab Suci yang tertulis di hati, kalau Dia tidak mau melayani, kita tidak akan bertumbuh imannya. Kalau Dia tidak mau melayani, kita tidak mungkin selamat. Kita memang sudah ditebus oleh Yesus, tapi Surat Keluaran dan Imamat mengatakan korban binatang cuma separuh dari tugas imam. Imam membawa darah binatang, itu separuh, separuh yang lain adalah ajar firman, ajar menyanyi, ajar beribadah supaya umat Tuhan punya firman tertulis di hati mereka. Kalau firman Tuhan belum tertulis di hati mereka, mereka akan dibuang juga. Jadi imam harus bawa korban dan imam harus melatih, melayani jemaat sampai mereka bertumbuh, dan ini bukan pelayanan yang mudah. Melayani orang yang keras kepala itu susah sekali. Saya sadar melayani itu sangat sulit karena kita harus mencintai dan ingin orang jadi lebih baik. Kalau ingin orang jadi lebih baik, berarti orang itu tadinya tidak baik. Kalau Saudara melayani orang yang sudah baik, maka pelayanan yang paling cocok adalah melayani malaikat di sorga. Mengharapkan orang bertumbuh berarti sebelumnya dia tidak bertumbuh, mengharapkan orang suci berarti sebelumnya dia cemar, mengharapkan orang bertobat berarti sebelumnya dia melawan Tuhan, mengharapkan orang cinta Tuhan berarti sebelumnya dia benci Tuhan. Lalu orang-orang seperti ini harus dilayani, itu berat sekali. Apalagi kita sadar kita pun orang berdosa, orang berdosa mau melayani orang berdosa yang lain, itu sulit. Tapi orang berdosa mau melayani orang lain karena sadar, saya pun mengalami kesulitan sebagai manusia berdosa. Maka saya melayani karena saya sadar saya belajar dari kelemahan saya, saya harus mau melayani orang lain karena saya pun perlu dilayani. Karena ada orang melayani saya maka saya jadi orang Kristen, sekarang saya perlu melayani Tuhan supaya mereka jadi orang Kristen.
Yesus Kristus bukan orang berdosa, namun Surat Ibrani mengatakan Dia tetap belajar taat, tetap belajar menderita, tetap belajar mengerti orang-orang yang dilayani. Dia rele menjadi Imam dengan belajar menderita, Dia rela menjadi Imam dengan cara pergi ke kayu salib. Sampai sekarang kita tidak tahu siapa penulis Surat Ibrani. Yesus belajar melayani dan Surat Ibrani menyoroti aspek yang sangat unik untuk jadi Imam Besar, Dia perlu mati, Dia perlu memberikan darah yang tidak asing yaitu darahNya sendiri. Mengapa Dia memberikan darahNya? Supaya Dia bisa di sorga dan memang Dia ditinggikan. Alkitab mengatakan bahkan di Ibrani bagian 1, Yesus ditinggikan lebih dari semua malaikat karena Dia rela mati di kayu salib. Namun bagian selanjutnya mengatakan salah satu hal yang Yesus mau sehingga Dia rela mati dan bangkit bukan karena Dia mau ditinggikan di sorga. Salah satu hal yang mendorong Yesus mati dan bangkit karena setelah itu Dia boleh melayani kita di sorga. Dia mau melayani kita maka Dia mau tempuh apa pun. Dan ketika syaratnya menjadi Imam adalah mati, Dia rela mati. Menderita, mati adalah syarat menjadi Imam, Imam bagi kita yang bobrok seperti ini. Dia sekarang ada di sorga dan Dia melayani kita sampai saat ini, Dia terus melayani sampai kita masuk dalam istirahat, dalam rest yang sejati. Ini konsep Ibrani yang indah sekali. kamu belum rest, kamu sekarang masih menanti, kamu masih ada di padang gurun, tapi jangan kuatir, sekarang ada Imam Besar yang melayani kamu.
Bagaimana Dia melayani kita? Dengan memberikan pengajaran. Bagaimana caranya, bukankah kita terpisah? Dengan adanya Roh Kudus. Roh Kudus menyatukan kita dengan Sang Imam Besar. Sehingga apa yang dikatakan di dalam Yeremia 31 benar-benar terjadi. Pelan-pelan ayat-ayat dari firman mulai tertulis di dalam hati kita. Siapa yang tulis? Saudara sekarang bisa jadi lebih baik itu pekerjaan siapa? Pekerjaan Sang Imam Besar, karena Dia ada di sebelah kanan Bapa, Saudara pelan-pelan mulai terbentuk hatinya. Ini unik sekali, di dalam Ibrani banyak sekali kata-kata pembentukan. Di bagian awal dikatakan Kristus adalah karakternya Bapa, satu esensi dengan Bapa, tapi Dia juga memiliki karakterNya Bapa. Karakter adalah seperti satu tanda yang Saudara capkan di lilin yang akan dibakar, ini jadi tanda untuk kerajaan atau apa pun yang Saudara mau nyatakan. Yesus memiliki esensi yang sama dengan Bapa dan juga memiliki karakterNya Bapa. Setelah itu kita akan dibentuk supaya kita memiliki apa yang Dia miliki. Pelan-pelan hati kita dibentuk, Ibrani mengatakan itu bisa terjadi. Yeremia 31 bisa genap karena sekarang Kristus sedang bekerja. Ini indah sekali, coba kita pikir berapa besar perubahan yang sudah kita alami? Dulunya jahat sekarang tidak terlalu jahat, dulu pikir diri baik, sekarang baru sadar diri jahat, itu juga perkembangan. Karena banyak orang Kristen yang tidak mencuri, tidak pernah rasa diri berdosa, tidak pernah ikut dosanya orang lain, sehingga sulit baginya untuk memahami kalau dia berdosa. Tapi Sang Imam Besar bekerja untuk membuat kita sadar kita adalah pendosa yang sangat layak untuk dilaknat. Waktu itu kita sadar kita perlu penebusan, kita datang kepada Kristus, lalu pelan-pelan Dia mulai menyucikan kita. Dia mulai menumbuhkan di hati kita kesukaan kepada Allah, kita senang Tuhan lebih dari sebelumnya, sebelumnya kita senang hal lain, pelan-pelan kita menyenangi aspek-aspek yang berkait dengan Tuhan, kekudusan, kebenaran dan keindahanNya. Perubahan ini harus ada, dan Saudara bisa alami, bisa nikmati. Saudara mulai sadar kalau belum sempurna tapi sadar juga sedang menuju kesempurnaan, menjadi lebih baik dan lebih baik. Siapa yang memberikan pengertian, siapa memberikan gerakan, siapa yang memberikan pembentukan? Tuhan Yesus sebagai Imam Besar sedang kerjakan itu melalui Roh Kudus. Dia terus-menerus melayani. Dan kalau Saudara berpikir apa yang menyebabkan Dia mengejar itu? CintaNya kepada kita, maka Yesus rela mati supaya Dia bangkit dan melanjutkan pekerjaan imam yang separuh lagi. Separuh penebusab dosa, separuh lagi meletakan firman di dalam hati manusia yang keras ini. Maka Yeremia mengatakan “akan ada saatnya aku menulis firman bukan di batu, tapi di hati mereka”, dan itu sedang terjadi sekarang. Firman Tuhan tertulis di hati Saudara. Itu sebabnya Saudara bisa bertumbuh dan makin memahami bagaimana Sang Imam Besar itu melayani kita sampai sekarang. Kalau Sang Imam Besar melakukan itu demi kita, bukankah kita harus melakukan hal yang sama demi sesama dan demi Dia tentunya? Maukah Saudara mengalami pengorbanan untuk masuk ke dalam pelayanan untuk memberkati orang lain? Adakah kita rindu, misalnya kita mendaftar di kuliah yang sangat berat, membuat Saudara seperti tersiksa lagi. ada seorang dokter sharing kepada saya, dia mau studi untuk mengambil spesialis, tapi dia tahu ini berat sekali, karena kalau masuk studi, dia akan di-bully lagi oleh senior. Dia mengatakan “sebenarnya saya tidak tahu mengapa kejar ini, kalau masalah uang, itu bukan masalah, saya bukan mau cari uang. Tuhan beranugerah sehingga saya berasal dari keluarga yang banyak keuangannya, dan saya tidak perlu pikir untuk cari keuangan lagi. Jadi bukan itu yang mau saya cari. Tapi kalau saya rela berkorban melakukan ini, suatu saat saya lebih baik melayani orang, saya mau lakukan itu”, tapi untuk melayani orang, ada jalan yang perlu ditempuh yang kadang-kadang mengharuskan kita pikul salib. Misalnya Saudara mau melayani orang, mesti pikul salib, yang sebenarnya tidak begitu berat tapi bisa jadi sangat berat, yaitu masuk STT. Ada tugas kuliah yang membuat seolag panggilan itu menjauh, ini berat sekali, Saudara baca buku karena disuruh dosen, Paksakan diri untuk mengeluarkan ide itu berat sekali. Maka jangan heran kalau orang masuk sekolah teologi lalu merasa pikirannya sudah terbakar habis, dan berpikir “untuk apa saya ada di sini, ini juga belum tentu saya khotbahkan?”. Banyak hal yang membuat kita berpikir “ngapain di sini”. Tapi kalau kita ingat lagi, Yesus dipaku di kayu salib supaya bisa melayani kita. Kita menjadi orang yang malu sekali, mengapa kita tidak mau berkorban sedikit untuk melayani orang lain? Bukan cuma hamba Tuhan, di bidang apa pun tetap pelayanan. Saudara mau jadi politikus, Saudara harus terjun ke dalam dunia yang sangat menakutkan. Saudara akan tahu permainan-permainan jahat dari orang-orang dan Saudara harus punya bijaksana untuk sama cerdiknya dengan dunia, tapi beda dalam hal ketulusan. Saudara mau berbisnis, Saudara tahu harus mencegah diri dari menjadi pemuja uang, tapi harus bertanggung jawab dengan keuangan dan harus menghasilkan keuntungan yang cukup untuk menghidupi banyak dan cukup untuk menjadi berkat. Ini rumit dan berat sekali. Tapi ketika Saudara mengatakan “saya tidak mau di sini”, saya akan tanya “kalau begitu maunya di mana?”, “saya tidak mau di sini karena susah”, di mana yang gampang? Kalau Saudara menemukan pelayanan yang gampang, berarti Saudara kurang maksimal di dalam pelayanan itu. Ketika Saudara mau melayani, banyak hal berat. Saudara mau melayani sebagai hamba Tuhan, Saudara akan bertemu dengan jemaat yang begitu banyak warna, dan warnanya tidak selalu cerah. Saudara mau menjadi politikus, Saudara akan menemukan banyak tikus. Saudara mau ambil di bidang apa, tidak ada yang tidak berat. Saudara harus berjuang dan berpikir “untuk melayani oranglah saya melakukan ini”, dan inilah pemikiran yang mulia. Ketika Saudara mati-matian dalam studi, bertanggung jawab dengan nilai, bertanggung jawab mengumpulkan tugas, Saudara sadar melakukan ini supaya suatu hari bisa melayani orang lebih baik.
Kalau ini ada dalam pikiran kita, berarti kita sedang mengadopsi pikiran Kristus. Karena waktu Dia melihat jalan ke Golgota, yang Dia pikirkan adalah “setelah ini Aku boleh melayani umat Tuhan”. Dan kita yang sampah ini adalah targetNya Yesus, Dia mau mati di kayu salib, setelah itu Dia jadi Imam dan boleh melayani kita. Mari kita adopsi kerelaan berkorban ini, karena ini adalah hal yang paling mulia yang bisa terdapat di sorga dan di bumi. Para malaikat meninggikan Yesus di sorga, karena Kristus yang rela menjadi Anak Domba demi menjadi Imam Besar, Dia rela menjadi korban supaya Dia menjadi Imam yang melayani umat Tuhan, dan itulah yang sedang Dia lakukan sekarang. Pertumbuhan iman kita karena pelayanan Kristus. Dia mau melayani karena Dia cinta kita. Cara Dia melayani adalah dengan Dia mati di kayu salib. Kiranya Tuhan memberikan pengertian kepada kita tentang kematian dan kebangkitan Kristus di dalam perspektif Ibrani yang sangat indah ini, sehingga kita boleh menjalani hidup dengan kerelaan memikul salib yang Tuhan percayakan kepada kita dengan satu harapan yaitu saya boleh melayani orang. Saudara kalau menderita dengan harapan suatu saat mendapat kemuliaan, itu omong kosong. Kristus dapat kemuliaan tapi Dia memilih menjadi Imam. Tuhan angkat Dia untuk jadi Raja dan Imam, tapi yang Dia tekankan adalah tugas Dia sebagai Imam, bukan Raja. Bapa mengangkat Dia, dan Dia mau menjadi Imam. Maka kerja pikul salib, rela mati-matian supaya boleh melayani sesama, itulah jiwa yang juga terdapat di dalam Kristus yang harus kita adopsi dalam hidup kita
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)
- Injil Lukas
- 16 May 2018
Menghargai yang Tuhan hargai
(Lukas 20: 45-47; 21: 1-6)
Dalam pasal 19 dan seterusnya Lukas mulai mempersiapkan kita untuk masuk dalam bagian akhir dari kehidupan Kristus. Kematian Kristus yang mendekat, yang dianggap sebagai puncak dari pekerjaan Kristus, itu sudah dekat. Lukas menuliskan kitabnya dalam bentuk perjalanan, ini sering disebut travel motive, ada pola perjalanan dari permulaan pelayanan Yesus dibaptis di Sungai Yordan, setelah itu Dia melanjutkan pelayananNya terus, dimulai dari Nazaret kemudian nanti akan berakhir di Yerusalem. Ini merupakan satu gambaran yang sangat jelas untuk menggenapi apa yang dikatakan Zakharia dan Maleakhi. Di dalam Kitab Zakharia dikatakan ketika Sang Mesias itu datang, Anak Daud itu datang, Dia akan datang dari daerah padang gurun, masuk dan Dia akan mengakhiri perjalananNya di Yerusalem. Dia akan membenahi semua yang salah dan Dia akan membersihkan Bait Suci. Mengapa Tuhan Yesus harus membersihkan Bait Suci? Karena praktek agama di Bait Suci sudah sangat rusak. Maka sebelum Yesus mati, Bait Suci harus tetap ada. Yesus harus berkhotbah di dalamnya, Yesus harus menyatakan bahwa Bait Suci ini sebentar lagi digenapi melalui kematian dan kebangkitanNya. Dan setelah Yesus mati dan bangkit, Bait Suci sudah tidak lagi mempunyai arti seperti yang dimiliki di Perjanjian Lama. Jadi arti Bait Suci sangat penting, tapi setelah Yesus bangkit arti itu dialihkan ke Kristus yang sudah bangkit. Tubuh Kristus yang bangkit dan tubuh Kristus yang ada di bumi yaitu gerejaNya, itulah Bait Suci yang sejati. Bagian-bagian dari Kitab Suci yang sangat penting salah satunya adalah bagian yang berbicara tentang Bait Suci. Bait Suci dari Kitab Keluaran sampai nanti Wahyu terus berbicara tentang kehadiran Tuhan. Bait Suci adalah simbol kehadiran Tuhan dan Kristus menyatakan diriNya sebagai Bait yang menggenapi bait yang lama. Sehingga setelah Dia menggenapi, bait yang lama boleh hilang. Tapi akankah Tuhan menghancurkan Bait Suci tanpa alasan? Tuhan mempunyai rencana Bait Suci akan digenapi oleh Kristus, tapi Tuhan tidak pernah bertindak kecuali tindakanNya merupakan hukuman yang adil. Jadi Tuhan tidak hancurkan Bait Suci karena Yesus sudah genapi, selalu ada alasan yang bersifat moral dan kesucian Tuhan ketika Dia menyatakan penghancuran. Sama seperti ketika Israel keluar dari Mesir, Israel keluar dari Mesir dan Tuhan hancurkan Mesir dengan 10 tulah. Tetapi sebelumnya Tuhan sudah berfirman, karena Mesir menindas Israel maka Tuhan akan hancurkan mereka, karena Mesir menolak Israel untuk pergi maka Tuhan akan hancurkan mereka. Sehingga kehancuran yang dialami Mesir adalah kehancuran yang adil. Tuhan menjalankan rencanaNya dan rencanaNya Dia jalankan terkadang dengan penghancuran dari sesuatu yang sudah lama stabil berdiri. Tapi penghancuran itu tidak pernah dikerjakan oleh Tuhan dengan semena-mena, selalu ada alasan yang adil. Demikian juga dengan Bait Suci, Bait Suci Tuhan hancurkan karena Kristus sudah bangkit, tapi Tuhan tidak menghancurkan tanpa alasan yang adil. Tuhan menghancurkan karena praktek agama Israel pada waktu sudah sampai tahap yang tidak bisa ditoleransi lagi oleh Tuhan, sehingga Bait Suci pun harus hancur. Maka sebelum Kitab Injil berbicara tentang matinya Yesus di kayu salib, Kitab Injil terlebih dulu mencatat kehancuran Bait Suci yang dikatakan oleh Yesus Kristus.
Pada bagian hari ini yaitu ayat 5 dan 6 yang berbicara tentang kehancuran Bait Suci. Nanti Saudara bisa lihat lagi di ayat 20-24, Yesus menyatakan kembali tentang penghancuran Bait Suci ini. Dimulai dalam peristiwa 45-47, Yesus sudah menyatakan hati-hati terhadap Ahli Taurat, hati-hati terhadap orang yang menjadi pemimpin dan pengajarmu. Yesus sangat anti terhadap pemimpin agama karena sifat mereka yang korup, tetapi Yesus tetap menjadikan diriNya jalan keluar kalau mereka mau bertobat. Minggu lalu saya sudah bagikan bahwa orang Farisi dibenci oleh orang-orang yang menganggap mereka munafik. Orang-orang Farisi dibenci oleh pemungut cukai yang menganggap orang Farisi munafik. Dan waktu orang Farisi mengatakan “pemungut cukai adalah orang berdosa”, pemungut cukai dengan sakit hati mengatakan “kamu pun berdosa, tapi kamu berdosa pakai jubah agama”. Sampai Yesus datang dan mengatakan “celakalah orang Farisi”, maka pemungut cukai seolah-olah mendapatkan pembelaan. Tapi Yesus tidak memihak, Dia tidak mengatakan “Aku berpihak kepada pemungut cukai dan Aku membenci para Farisi”, karena waktu pemungut cukai undang Dia makan, Dia mau datang. Dan waktu Farisi mengundang Dia makan, Dia pun tetap datang. Dia tidak menjadi orang yang menghantam satu kelompok demi menghantam kelompok yang lain. Dia menjadikan DiriNya Juruselamat bagi semua orang. Dia menjadi Juruselamat bagi orang berdosa yang mau bertobat. Entah itu dosa yang membuat dia diremehkan oleh masyarakat, atau pun dosa munafik yang membuat seseorang penuh dengan kepalsuan dan disanjung oleh masyarakat. Yesus tidak memilih siapa yang akan diselamatkan, tentu Dia memilih berdasarkan konsep pilihan Tuhan. Tapi alasan Tuhan memilih tidak pernah berdasarkan status sosial, tidak pernah berdasarkan pengertian atau pun kekayaan. Tuhan tidak pilih orang karena orang itu kaya, Tuhan juga tidak pilih orang dalam kekekalan karena orang itu miskin. Tuhan tidak pilih berdasarkan hal-hal seperti ini. Itu sebabnya ketika Yesus menjadikan diriNya jalan keluar dan Juruselamat bagi Israel, Dia tidak pilih siapa yang bisa diterima oleh Dia. Tapi terkadang manusia sudah punya mindset yang terpaku pada satu pola. Pola itu harus diruntuhkan. Ketika orang berpikir yang diselamatkan itu para pemimpin agama, orang Farisi, orang-orang hebat, orang-orang yang suci, Tuhan mengatakan “celakalah kamu orang-orang suci”. Lalu orang berpikir kalau begitu diantara mereka tidak ada yang selamat, yang selamat itu adalah nelayan-nelayan dari Galilea, orang-orang sederhana dari Nazaret, teman-teman dari Yesus Kristus ketika Dia memulai pelayananNya. Orang-orang sederhana, yang kecil, yang tidak dianggap, inilah yang dipilih Tuhan. Setelah orang berpikir “bukan yang itu tapi yang ini”, mereka mulai membangun kerangka yang seperti ini yang dipilih Tuhan. Sekali lagi Tuhan merombak dengan memanggil Paulus. Paulus adalah orang Farisi, dia seorang Ahli Taurat, dia seorang pemimpin agama, dan Tuhan pertobatkan dia. Jadi Tuhan mengambil dari banyak kelompok orang-orang yang akan menjadi milikNya, menjadi umat yang akan melayani Tuhan. Ini yang bisa kita lihat pada saat ini, kita dilatih oleh Tuhan untuk memunyai hati yang luas, untuk menerima siapa pun menjadi bagian dari Kerajaan Allah. Karena Yesus pun datang untuk menjadi Juruselamat segala bangsa. Kita mudah sekali bicara seperti ini dan mengamini, sampai kita sendiri harus mengambil keputusan untuk menampung orang yang asing bagi kita secara ras tapi tidak asing secara iman. Ini yang menjadi ujian, Saudara melihat orang dari imannya, bukan dari warna kulit, bukan dari keturunan mana, bukan dari warga mana atau bangsa mana. Satu-satunya kesulitan kalau kita pilih orang adalah bahasa, kalau bahasanya sudah beda itu mungkin satu pertimbangan lain. Yesus datang untuk menyatakan bahwa tembok pemisah antar kelompok yang dibuat oleh manusia sudah Tuhan hancurkan. Bahkan Richard Mouw di dalam bukunya When The Kings Come Marching In, dia mengatakan Tuhan bahkan meruntuhkan tembok antar bangsa yang dibangun oleh karena manusia ngotot bersatu melawan Tuhan. Waktu manusia memilih bersatu untuk melawan Tuhan, Tuhan bikin pecah. Tapi Tuhan tidak mau manusia terus pecah, akan ada saat dimana Tuhan kumpulkan orang-orang menjadi satu di dalam identitas, bukan bangsa, bukan ras, bukan suku, tapi identitas iman kepada Kristus.
Maka Kristus sedang mengajarkan kepada orang banyak, hati-hati kepada dosa yang sangat besar yaitu dosa pemimpin agama. Dosa pemimpin agama adalah dosa yang sangat berbahaya, karena ini adalah dosa yang memberikan makan keinginan untuk dihormati dan memberi makan untuk punya level hidup yang tinggi. Agama adalah jalan untuk orang punya keamanan di dalam status sosial, agama juga adalah jalan supaya orang mempunyai ketenangan di dalam kehidupannya dalam mendapatkan kehormatan, mendapatkan uang dan lain sebagainya. Ini yang Tuhan Yesus sedang tegur, bahwa ketika manusia yang hidup di dunia ini mencari pangkat, mencari kedudukan, mencari nama, mencari harta, dan menggunakan agama untuk melakukan ini, dia akan menjadi orang yang sangat jahat dan akan mengacaukan agama tersebut. Agama yang pemimpinnya korup, agama itu harus dihancurkan oleh Tuhan. Di dalam bagian-bagian sebelumnya kita melihat Tuhan menghancurkan bangsa-bangsa karena pemimpin yang korup, maka pada bagian ini ada pengajaran teologi yang sangat penting, Tuhan akan hancurkan institusi agama yang korup dan Tuhan akan hancurkan pemimpin-pemimpin agama yang menggunakan agama untuk mendongkrak status sosial dan kekayaan mereka. Ini peringatan yang tidak main-main, peringatan Yesus paling keras adalah untuk dosa seperti ini, dosa memanipulasi agama demi kepentingan sendiri. Dalam ayat 46 Yesus mengatakan “waspadalah, hati-hati terhadao ahli-ahli Taurat yang berjalan memakai jubah panjang dan suka menerima penghormatan di pasar”. Jubah dari seorang imam atau Ahli Taurat adalah jubah yang menunjukan status sosial, dibuat dengan semirip mungkin supaya orang mengingat kemegahan Imam Harun. Pada waktu Imam Harun memberikan korban, dia memakai bajunya, itu baju luar biasa megah, ada begitu banyak perhiasan, kain yang paling baik, dan juga ada permata yang ditulisi nama suku Israel yang ditaruh di baju itu. Sehingga ketika Harun berdiri untuk melayani Tuhan, orang bisa melihat betapa megahnya kemuliaan Tuhan yang diwakili oleh imam ini. Ini akhirnya membuat orang berpikir “kalau begitu waktu saya memakai jubah seperti ini, jubah ini akan membuat orang tahu siapa saya, akan membuat orang tahu level saya, dan akan membuat orang tahu bagaimana harus memperlakukan saya”, pemimpin agama adalah orang terhormat, pemimpin agama adalah orang penting. Maka ketika mereka memakai jubah ini, langsung ada pengesahan status bahwa mereka adalah pemimpin agama. Baju adalah sesuatu yang berkait dengan status. Pakaiannya bukan hanya untuk menutup supaya kita tidak merasa malu, tapi pakaian adalah simbol status. Di dalam Kitab Suci dikatakan Adam dan Hawa keduanya telanjang dan mereka tidak merasa malu. Ada dua hal mengapa mereka telanjang dan tidak merasa malu, pertama adalah perkataan dari Paus Yohanes Paulus ke-2, waktu itu dia mengatakan Adam dan Hawa adalah dua orang yang mempunyai kebebasan untuk tidak berpakaian karena mereka suami istri dan belum ada komunitas. Dia menulis buku tentang bagaimana mempersiapkan orang untuk menikah, dan dia mengatakan bahwa Adam dan Hawa itu suami istri, mereka tidak malu telanjang, itu menunjukan keintiman dari suami istri. Itu tidak menunjukan bahwa orang berdosa tidak perlu baju, orang berdosa yang perlu baju, bukan seperti itu. Kalau Adam dan Hawa sudah membentuk komunitas, tentu mereka akan memakai pakaian. Lalu pakaian seperti apa? Ini yang dikemukakan oleh Gregory Beale, dia seorang Reformed yang mengajar di Westminster. Dia mengatakan bahwa Tuhan merencanakan pakaian untuk Adam dan Hawa berdasarkan kemampuan mereka lulus ujian. Kalau mereka lulus ujian yaitu mengalahkan kejahatan, menaklukan ular, kemudian mereka taat firman tidak makan buah pengetahuan yang baik dan jahat, maka mereka akan mendapat pakaian kemuliaan. Pakaian kemuliaan yang Tuhan siapkan bagi manusia yang menang. Tapi mereka gagal, mereka gagal mengalahkan ular, mereka dikalahkan ular. Mereka mendapatkan firman, mereka gagal menaati firman, mereka menghina firman. Akhirnya mereka mendapat pakaian penebusan. Ini indah sekali. Jadi ada 2 cara, yang pertama kalau mereka berhasil mereka mendapat pakaian kemuliaan, yang kedua kalau mereka gagal mereka mendapat pakaian penebusan yaitu kulit binatang. Jadi Tuhan sudah siapkan pakaian sebagai status. Ketika Adam dan Hawa memakai pakaian dari kulit binatang, ini adalah lambang status bahwa mereka sudah gagal, tapi Tuhan tutup mereka dengan kemungkinan untuk mendapatkan penebusan. Jadi simbol yang dinyatakan oleh pakaian itu adalah sesuatu yang diajarkan Kitab Suci. Pakaian bukan hanya berguna untuk menutup, memberikan kehangatan tapi juga menyatakan simbol. Tuhan Yesus adalah pemimpin agama yang tidak punya model pemimpin agama. Dia tidak memakai jubah pemimpin agama, Dia tidak menyamakan diriNya dengan para imam, tapi Dia juga berpakaian dengan sopan, Dia memakai jubah. Dia adalah orang yang tidak terlalu menjaga namaNya karena Dia rela diundang makan oleh orang-orang berdosa. Tapi Dia tidak pernah jatuh dalam dosa apa pun. Ini satu yang harus kita teladani dari Kristus, yaitu menjalani hidup yang tidak menolak orang berdosa, tapi yang tidak pernah berbagian di dalam dosa mereka. Banyak orang gagal meneladani hal ini, karena berusaha untuk meneladani dengan cara yang separuh. Cara pertama, menerima orang berdosa tapi tidak menghindarkan diri dari dosa. Yang kedua, menghindarkan diri dari dosa tapi juga menghina orang-orang berdosa. Kedua hal ini tidak dimiliki oleh Kristus, Kristus bergaul dengan orang berdosa, tapi Dia tidak pernah terlibat dengan dosa apa pun dan tidak pernah ikut untuk melakukan dosa apa pun. Dia menarik orang berdosa untuk kembali kepada Tuhan. Maka di bagian ini Tuhan Yesus mengingatkan hati-hati terhadap orang yang suka dipuji karena mereka pemimpin agama. Kalau jalan kemana-mana, mereka pakai baju yang menunjukan bahwa mereka lebih suci dari pada orang lain. Banyak ciri-ciri baju pemimpin agama, kadang-kadang ada orang pakai baju dengan ada tanda putih di lehernya, itu bukan berarti salah. Tapi ada juga kelompok orang yang menggunakan ini untuk menyatakan “aku milik Tuhan dan kamu kafir”. Kalau pakai baju yang panjang-panjang lalu mengatakan “inilah baju orang-orang suci, inilah baju orang yang lebih dekat dengan Tuhan”, maka Tuhan dari sorga mengatakan “Aku akan menghancurkan institusi agamamu karena kamu mempunyai kesombongan yang sangat dibenci oleh Tuhan”.
Maka pertama yang ditegur oleh Tuhan Yesus adalah keinginan untuk mendapatkan penghormatan. Ingin dihormati, ingin dianggap hebat, ingin dianggap penting, ingin dianggap seseorang yang menjadi kunci dari agama tertentu. Ini terjadi juga di dalam gereja, banyak orang rebutan untuk menjadi pemimpin, menjadi majelis, menjadi penatua, atau menjadi ketua sinode. Tuhan Yesus mengingatkan hati-hati terhadap orang seperti itu, jangan kagumi mereka tapi hina mereka dalam hati. Alkitab mengajarkan untuk menghina orang yang patut dihina. Tapi Alkitab juga mengajarkan untuk meninggikan orang yang terhormat. Maka kita perlu memahami siapa yang layak dihormati dan yang tidak. Siapa perlu dianggap penting dan siapa yang tidak perlu dianggap penting. Tuhan tidak mau kita tidak tahu bagaimana menghormati orang terhormat. Tapi Tuhan juga tidak mau kita tidak tahu bagaimana menghina orang yang terhina. Pertama kali saya dengar kalimat ini dari Pak Tong, saya kurang setuju, dia bilang “kamu harus belajar menghina orang. Hina orang yang perlu dihina, itu ajaran Alkitab”. Tuhan mengingatkan hati-hati kepada orang yang rebutan tempat utama, mau duduk satu meja dengan tuan rumah, setelah itu menunjukan bahwa dia adalah orang penting di dalam jamuan ini. Ayat berikutnya, yang lebih menakutkan lagi, yang menelan rumah janda-janda dan yang mengelabui mata orang-orang dengan doa yang panjang-panjang, mereka akan menerima hukuman yang sangat berat. Apa maksudnya menelan rumah janda-janda? Ada beberapa penafsiran dari hal ini, yang pertama mengatakan bahwa mereka mengambil tarif untuk janda-janda yang mau perkaranya diadili secara agama. Ada tarif yang mahal yang janda-janda tidak mungkin bisa bayar. Tapi saya lebih setuju tafsiran kedua adalah ketika seseorang menjadi janda, maka tanah warisannya itu akan dipertentangkan. Apakah ini akan menjadi milik adik dari seorang yang meninggal itu atau menjadi milik janda itu? Ketika itu ada beberapa kontradiksi yang ada dalam Taurat, bukan karena Taurat berkontradiksi, tapi karena orang salah memahami apa yang beda di dalam Taurat. Satu bagian mengatakan bahwa ketika seseorang mempunyai tanah, orang itu meninggal, tanah itu harus diwarisi oleh anak atau saudara terdekat. Bagaimana kalau dia tidak punya anak dan dia sudah meninggal? Tanah itu akan diwarisi oleh orang terdekat. Tapi di bagian lain mengingatkan kalau ada seseorang menjadi janda dan dia tidak punya tanah karena suaminya meninggal, tanah itu harus diberikan kepada dia. Jadi Taurat memberikan kemungkinan untuk perempuan mewarisi tanah, hal yang tidak ada di dalam kebudayaan timur dekat kuno. Inilah yang sering menjadi perdebatan. Sehingga orang mengatakan “berdasarkan Taurat, tanah ini harusnya menjadi milik saya, karena yang meninggal adalah kakak saya dan dia tidak punya anak, tanah ini harus ke saya”. Tapi janda itu mengatakan “bukankah di bagian lain mengatakan kalau ini menjadi sesuatu yang akan mensupport hidup seseorang seperti saya. Maka sebaiknya diberikan kepada saya untuk menjadi tanah dimana saya bisa menanam sesuatu dan saya bisa makan dari situ”. Orang yang serakah akan mengatakan “tidak bisa, kita akan mengikuti peraturan ini”. Lalu mereka akan pergi ke pemimpin agama, imam atau Ahli Taurat, dan bertanya “menurutmu tafsirannya bagaimana? Harus kemana tanah ini?”. Lalu orang akan sogok imam dengan mengatakan “kalau kamu mau berikan ke saya, saya akan berikan bagian ke kamu. Lagi pula ini didukung oleh Taurat. Taurat memberikan pernyataan bahwa kemungkinan seseorang menjadi janda itu karena dosanya sendiri”, ini sering kali diungkapkan. Mengapa orang mendapat musibah seperti ini? Karena ada dosa. Itu cara picik yang Tuhan benci. Banyak orang berpikir kalau orang jadi janda pasti karena dosa, mungkin suaminya dikutuk, atau dia pernah melakukan dosa sehingga dikutuk menjadi janda, jadi tidak perlu ambil tanah ini, taat saja sama hukuman Tuhan. Ini keadaan yang kejam sekali. orang tidak lagi tahu belas kasihan, orang cuma tahu serakah. Dan pemimpin agama setelah disuap langsung mengadakan pembelaan, “baik, kamu ambil tanah ini berdasarkan Taurat”, maka janda itu kehilangan rumah. Itu kasus-kasus yang kemungkinan besar terjadi dan Yesus mengetahuinya, maka Yesus mengatakan “hati-hati kepada orang yang mengambil harta orang miskin seperti ini”. Maka sistem seperti ini tidak bisa bertahan, ketika agama tidak berpihak pada orang yang sulit, maka agama itu tidak mungkin diperkenan oleh Tuhan. Ketika agama tidak membela hak orang yang tidak tahu harus cari pembelaan kemana, agama itu tidak mungkin diperkenan oleh Tuhan. Mari kita doakan supaya gereja Tuhan mengerti isi hati Tuhan, jangan jadi gereja yang eksklusif dengan hanya memikirkan bagaimana menjangkau highclass, bagaimana menjangkau orang beruang.
Ini yang Tuhan ingatkan, hati-hati dengan pemimpin agama yang berpihak pada uang, yang ingin perputaran uang lebih banyak, yang ingin ambil keuntungan dengan menjadi pemimpin agama sekaligus memperkaya diri, celakalah dia. Jadi kita banyak mendapat contoh dimana orang yang serakah, yang mata dan pikirannya sudah terikat oleh uang, itu menjadikan gereja Tuhan sangat dekat dengan penghakiman. Sekarang kita bisa melihat gereja-gereja yang sangat kaya, yang berkembang dengan besar, waktu awal gereja-gereja seperti ini muncul, orang-orang yang jadi anggotanya adalah orang-orang yang tidak terdidik, orang-orang miskin. Saya sangat terharu ketika membaca asal mula gereja, di dalam abad-abad awal gereja Tuhan pun mulai seperti ini, yang mau terima Injil itu budak, orang-orang kecil yang tidak punya apa-apa di dalam masyarakat. Mereka cuma mendengar bahwa ada Juruselamat yang mengasihi mereka dan karena itu mereka punya kesempatan untuk mempunyai hidup yang baru, mereka tidak suka kehidupannya karena selalu ditindas, kurang uang dan lain-lain. Akhirnya orang-orang yang jadi Kristen adalah orang-orang miskin, kecil. Dan waktu mereka menjadi Kristen, mereka dibimbing oleh firman sedemikian bagus, sehingga mereka punya hidup lebih bagus dari pada yang lain. Dan ketika level hidup mereka lebih baik dari yang lain, orang-orang kaya yang bijaksana mulai tergerak, “apa ajaran yang membuat budak saya punya hidup yang elegan seperti ini? mengapa mereka tidak ikut dosa-dosa dan kecemaran seperti yang lain?”, maka orang bijak mulai masuk. Orang bijak ini adalah orang-orang yang mau hidup beres dan melihat budak mereka yang Kristen menjadi beres. Kekristenan pelan-pelan menyebar, makin lama makin menyebar sampai akhirnya Kekristenan masuk pada level tinggi, pemimpin-pemimpin militer mulai tergerak untuk menjadi Kristen.
Lalu bagian selanjutnya semakin menegaskan poin ini, karena Yesus mengangkat mukaNya dan melihat orang memasukan persembahan ke dalam peti persembahan. Orang-orang kaya masukan banyak, janda miskin masukan 2 peser ke peti itu. Yesus mengatakan “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu. Sebab mereka memberi persembahan dari kelimpahan, janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan seluruh nafkahnya”. Seringkali ayat ini dipakai untuk menekan orang memberi persembahan, “janda ini memberi 2 keping, 100% dari nafkahnya. Janji imanmu berapa persen? Belum 100% kan”. Meskipun saya tetap mendorong Saudara untuk memberi janji iman, terutama yang janji imannya masih sangat sedikit dibandingkan kemampuan Saudara berbagian, ayolah berbagian lebih berani. Tapi saya tidak mengatakan Saudara harus melakukan ini dengan cara yang merugikan keluarga sendiri. Karena Yesus membenci orang yang mengatas-namakan Tuhan untuk tidak merawat keluarganya. Ketika dikatakan “apa yang kuperlukan untuk merawat mamaku, sudah kuberikan untuk Bait Suci, jadi aku bebas”, Yesus mengatakan “firman Tuhan tidak kamu anggap berlaku karenaa firman Tuhan mengatakan hormatilah orang tuamu”. Maka kewajiban kepada keluarga harus dipenuhi, kewajiban keapda Tuhan harus dipenuhi. Ingat, Yesus tidak pernah membuat orang cuma memilih salah satu. Ada orang bertanya “bolehkah memberikan pajak kepada kaisar?”, Yesus tidak mengatakan “jangan, itu duniawi dan sekuler, dari setan, behemot dan leviatan itu tidak perlu diberi uang. Berikan semuanya ke Bait Suci”. Yesus mengatakan “apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar, berikan itu. Apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar, berikan itu”. Jadi apa wajib kita lakukan untuk keluarga, harus kita lakukan. Apa yang wajib kita lakukan untuk Tuhan, harus lakukan. Maka bagian ini sedang menekankan berapa kacaunya agama Yahudi yang tidak melakukan tugas yang Tuhan berikan yaitu menolong janda-janda. Janda miskin tidak ditolong, padahal orang ini yang paling cinta Tuhan. Janda miskin menjadi korban karena tanahnya direbut oleh orang-orang, padahal orang ini adalah yang paling cinta Tuhan. Mengapa gereja gagal melihat orang yang paling cinta Tuhan? Mengapa Bait Suci gagal melihat orang yang paling cinta Tuhan? Karena persembahannya sedikit. Kalau kita menilai orang berdasarkan persembahannya banyak atau sedikit, kita tidak bisa lihat siapa yang cinta Tuhan. Tapi kalau kita melihat siapa yang cinta Tuhan dan kita tahu mesti melayani orang-orang seperti ini, berarti kita adalah gereja yang beres. Bait Suci gagal lihat siapa yang cinta Tuhan, karena mereka melihat jumlah persembahan. Saya dengar satu cerita ada seorang petinggi Kristen, dia kalau masuk gereja tertentu, dia akan membuat heboh semua orang, dengan suruh orang cari kunci untuk buka laci perpuluhan. Karena uang yang mau dia masukan ke situ lebih besar dari pada celahnya. Setelah laci perpuluhan dibuka, dia akan keluarkan amplop yang besar sekali, tebalnya luar biasa, lalu orang tepuk tangan. Orang ini sangat senang dilihat seberapa besar jasanya untuk gereja, berapa besar yang sudah disumbangkan. Dan orang lain tinggikan orang ini. Yesus sedang mengatakan lihat berapa kacaunya institusi Bait Suci ini, karena mereka menghina dan meremehkan orang yang paling cinta Tuhan. Yang paling rela berkorban untuk Tuhan, mereka anggap bukan siapa-siapa. Yang cuma tahu membanggakan diri, mereka anggap orang penting. Maka Tuhan mengatakan dalam ayat selanjutnya, Bait Suci harus hancur. Ketika beberapa orang berbicara tentang Bait Allah dan mengagumi bangunan yang dihiasi dengan batu yang indah-indah ini, berkatalah Yesus “apa yang kamu lihat di situ, akan datang harinya di mana tidak ada satu batu pun yang terletak di atas batu yang lain. Semua akan diruntuhkan”. Dan waktu Saudara baca ini, Saudara tahu alasannya. Bayangkan, mereka menipu tanah dari janda untuk keuntungan mereka sendiri, karena siapa yang mau membela janda? Mereka akan hantam orang yang tidak mampu membalas dan mereka akan menarik keuntungan. Setelah itu dikatakan oleh Tuhan Yesus, ternyata orang-orang model begini, sudah ditpu dan lain-lain adalah orang yang paling cinta Tuhan, memberi lebih besar dari yang lain. Siapa yang diperhatikan oleh pemimpin-pemimpin dan imam-imam di Bait Suci? Orang-orang agung, dan orang yang cinta Tuhan disingkirkan oleh mereka. Dan Tuhan mengatakan “kalau begitu Bait Suci harus aku singkirkan”. Mengapa Tuhan menyingkirkan Bait Suci? Orang Kristen tahu jawabannya karena Yesus sudah memberi tahu, karena institusimu korup luar biasa, karena pemimpin-pemimpinmu terlalu jahat, maka Tuhan singkirkan. Tapi kalau tidak ada Bait Suci bagaimana, apakah Tuhan tidak hadir di tengah-tengah kita? Tidak, sekarang Tuhan hadir di tengah-tengah kita karena Kristus datang. Dan Kristus yang lemah lembut, penuh belas kasihan dan memperhatikan siapa yang mau datang kepada Tuhan meskipun tidak ada yang perhatikan. Orang-orang yang tidak dianggap penting tapi datang kepada Tuhan, diterima semua oleh Tuhan Yesus. Mari kita jadi gereja yang belajar menghargai siapa yang Yesus hargai, menikmati kasih yang Tuhan berikan kepada siapa pun dan belajar memperhatikan siapa pun bukan karena status, kedudukan, keuangan, tapi karena Tuhan mau menerima mereka. Kiranya kita menjadi gereja yang terus bertumbuh dengan cara Tuhan dan boleh diberkati oleh Tuhan.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)
- Injil Lukas
- 31 Mar 2018
Masa lalu atau masa depan?
(Lukas 20: 41-47, Mazmur 110: 1-7 )
Di dalam pasal 20:41, Yesus menanyakan pertanyaan yang membuat orang lain terdiam. Kalau bagian lain dari Matius setelah Yesus terus ditanya, Yesus balik bertanya, tidak ada orang yang bisa menjawab, lalu mereka berhenti memberikan pertanyaan. Ini pertanyaan yang sangat sah karena pertanyaan ini membuat orang berpikir tentang mana yang lebih besar, apakah yang menjadi pendahulu lebih besar dari pada yang kemudian, apakah yang menjadi kepala dari keturunan lebih besar dari keturunan yang dihasilkan, atau bagaimana? Yesus memberikan tantangan untuk orang kembali mempertimbangkan mana yang lebih penting, yang lebih dulu atau yang akan datang, yang menjadi masa lalu atau masa depan. Ini dua hal yang boleh kita gumulkan dalam pertanyaan Tuhan Yesus, siapakah Mesias itu, Anaka siapakah Dia? Orang-orang Yahudi akan mengatakan Dia Anak Daud, apa artinya anak? Dalam konsep Yahudi ada 3 pengertian tentang anak, yang pertama adalah kata yang dipakai adalah yelet, arti kata yelet adalah anak, tapi yang dimaksudkan adalah anak yang secara natural dilahirkan, secara biologis. Saya menikah dengan seorang perempuan, setelah itu perempuan itu melahirkan anak dari persetubuhan saya dengan dia, ini adalah anak yang wajar saya dapatkan, itu yang namanya yelet. Tapi ada istilah lain yaitu ben. Bukan hanya sekedar relasi fisik, ben berarti anak ini adalah seseorang yang akan melanjutkan kehidupan dari papa dan mamanya. Jadi ini masih berkait dengan pertanyaan sebelumnya di Injil Lukas, waktu ada orang menikah dengan seorang pria, lalu suaminya mati, kemudian perempuan ini menikah dengan saudara suaminya, sampai 7 orang, setelah itu perempuannya mati, istri siapa dia? Karena dia tidak punya anak. Ini jadi pertanyaan yang menyindir tentang kebangkitan, karena zaman dulu orang Saduki tidak percaya kebangkitan. Orang Saduki percaya bahwa orang bisa kekal karena diteruskan oleh keturunannya. Ini konsep yang ada dalam Perjanjian Lama meskipun tidak persis sama. Orang Perjanjian Lama berpikir bahwa “saya akan hidup terus, paling tidak nama saya, karena diteruskan oleh anak saya. Anak saya meneruskan nama saya, anak saya meneruskan usaha saya, anak saya meneruskan apa yang saya kerjakan”. Pada zaman dulu jarang sekali ada orang yang mengerjakan hal berbeda dari ayahnya. Maka apa yang anak lihat ayahnya lakukan, itu yang akan dia lakukan. Seorang yang punya ayah seorang tukang kayu, dia akan menjadi tukang kayu. Seorang yang punya ayah seorang nelayan, dia akan menjadi nelayan. Seorang yang punya ayah seorang tabib, dia akan menjadi tabib. Tidak ada anak pada zaman itu yang ditanya oleh orang tuanya “nak, kalau kamu besar mau jadi apa?”, karena secara otomatis dalam kebudayaan waktu itu seorang anak akan meneruskan pekerjaan ayahnya. Maka zaman sekarang kita sekarang individualistik, kita sangat susah melihat kaitan antara kita dan komunitas yang lebih besar atau antara kita dengan orang yang sebelum kita. Jadi orang yang ada sebelum kita akan mewariskan kepada kita apa yang menjadi hidupnya, namanya dan pekerjaannya. Itu sebabnya kata ben sangat berkait dengan mewarisi sesuatu, bukan cuma sekedar anak yang dilahirkan. Pengertian yang ada 2 inilah yang harus kita pahami, Yesus adalah Anak Allah bukan secara fisik karena Allah tidak berfisik seperti kita. Itu sebabnya pertanyaan yang mempertanyakan kalau Yesus itu Anak Allah, Allah menikah dengan siapa? Lalu siapa yang jadi bidannya? Itu pertanyaan yang menunjukan keengganan berpikir dari cara berpikir orang lain. Kalau mau mengkritik orang lain, Saudara harus ambil sudut pandang dia dulu baru kritik dia dari sudut pandang dia, itu akan menolong dia. Saudara mau kritik orang dari sudut pandang dia, maka ketika Saudara memberi tahu “saya sudah sorot dari sudut pandangamu pun tetap lihat kesalahan dari pemikiranmu”, itu akan menolong orang. Tapi kalau Saudara mengkritik orang dari sudut pandang Saudara, itu namanya kritik yang tidak nyambung. Makanya kritik Alkitab itu banyak tidak nyambung karena mereka mengkritik Alkitab berdasarkan worldview mereka sendiri. Mereka tidak punya worldview yang mengambil sudut pandang dari Alkitab dulu baru kemudian kritik.
Allah mempunyai Anak, tapi Anak ini bukan anak dalam pengertian yeled, tapi anak dalam pengertian ben. Dan anak dalam pengertian ben inilah yang membuat Yesus mewarisi segala hal yang ada dalam Bapa. Dia mewarisi nama Bapa, kerajaan Bapa, apa yang Bapa rancang dan Dia mewarisi janji yang ditetapkan oleh Bapa. Lalu apakah berarti Bapa akan kehilangan kerajaan karena diberikan kepada Anak? Ternyata tidak. Gregory dari Nyssa mengatakan bahwa Allah itu memberi tapi tidak kekurangan. Ini dikutip oleh Agustinus di dalam Confessiones, Confessiones adalah buku yang sangat indah. Kalau ada sebuah karya mempengaruhi kemanusiaan, karya itu mempengaruhi Saudara, Saudara akan mempunyai kemanusiaan yang makin limpah di dalam Tuhan. Ketika orang memahami tentang semua narasi Alkitab, dia akan sadar satu hal ternyata Yesus akan mewarisi apa yang Allah Bapa miliki, Kerajaan dan lain-lain. Dalam buku Agustinus, dia kutip dari Gregory dari Nyssa, dia mengatakan dalam Confessiones bahwa kalau Allah memberi, Dia tidak kehilangan. Itu sebabnya Allah mengatakan kepada umatNya, memberi lebih bahagia dari pada waktu menerima. Karena waktu Saudara memberi, Saudara tidak kehilangan sebab sorga mengetahui berkat yang diberikan dan apa yang Saudara berikan sebagai berkat itu tidak akan lepas dari genggaman Saudara di dalam kekekalan. Sementara lepas dari genggaman dalam kesementaraan, tapi tidak akan lepas dalam kekekalan. Karena Allah pun seperti itu, Bapa mewariskan Kerajaan kepada Anak, Bapa tidak kehilangan Kerajaan. Anak menerima Kerajaan dari Bapa, Anak tidak mendapat sesuatu yang akhirnya tidak lagi dimiliki oleh Bapa. Jadi Kerajaan itu dimiliki baik oleh Bapa maupun Anak, dan juga dimiliki oleh Sang Roh Kudus, Ketiganya yang Esa. Ini pengertian indah yang saya baca dalam Confessiones, Bapa ada Anak, dan Anak ini adalah pewaris. Bukan anak secara fisik, bukan anak secara daging, tapi pewaris dari sang bapa.
Dan kata anak, pengertian ketiga, kalau disebut Anak Allah, maka Sang Anak ini adalah Raja. Jadi Anak Allah berarti Anak dari Sang Bapa, Anak Allah juga berarti Sang Raja yang diangkat. Ini Raja besar yang Tuhan mau angkat, Anak Allah lebih besar dari raja-raja lain yang juga mengaku dirinya anak Allah. Raja-raja Romawi mengaku diri mereka adalah anak Allah. Tapi dalam Alkitab, Sang Anak Allah sejati hanya ada satu. Itu sebabnya dikatakan Anak Allah ini akan menghakimi para allah. Allah akan menghakimi para anak allah yang lain, semua raja akan dihakimi oleh Sang Anak Allah yang sejati. Karena Dia adalah Anak Allah satu-satunya. Semua yang lain yang mengaku dirinya anak allah, dia sedang mengambil posisi dari Sang Anak Allah sejati sebagai wakil. Kalau saya mengatakan saya adalah gembala, maka saya adalah wakilnya Gembala yang sejati yaitu Kristus. Gembala sejatinya Saudara adalah Kristus, dan saya mewakili Kristus untuk menjadi gembala di dunia ini. Demikian juga Anak Allah, kalau raja-raja di dunia menyebut dirinya anak allah, maka mereka adalah wakil dari Sang Anak Allah sejati yaitu Kristus. Kristus adalah Sang Anak Allah, Dia adalah Raja itu, Dia adalah yang akan mewarisi seluruh Kerajaan dari BapaNya. Sehingga posisi Dia begitu penting dan besar. Waktu Daud mendapatkan nubuat “akan ada keturunanmu yang memerintah, tahtanya adalah tahtaku dan Dia akan disebut Anak Allah. Aku akan bangkitkan keturunanmu yang kemudian, setelah Aku kumpulkan engkau bersama dengan nenek moyangmu”. Jadi Daud akan mati, setelah itu Tuhan akan bangkitkan AnakNya yang kemudian. Dalam Kitab Raja-raja sangat jelas ditulis bahwa Daud sendiri berkata “aku bersyukur kepadamu ya Tuhan, karena Engkau meneruskan tahtaku dan mengijinkan aku melihat penerusku”. Dia lihat penerus, berarti ada 2 hal yang dimaksud, yang pertama dia tahu janji Tuhan itu benar, karena dia boleh melihat anaknya yang meneruskan dia. Yang kedua, dia tahu bahwa anak yang Tuhan janjikan bukan yang ini, karena Daud masih hidup. Padahal Tuhan mengatakan “kalau engkau sudah mati, sudah dikumpulkan bersama nenek moyangmu, barulah aku bangkitkan keturunanmu yang kemudian”, ini yang ditunggu-tunggu oleh orang Israel. Karena Tuhan menjanjikan hal yang besar melalui Kitab Yesaya, Yeremia dan Yehezkiel. Dikatakan bahwa Raja yang akan datang ini akan sangat besar, lebih besar dari pada Daud, lebih besar dari siapa pun. Dikatakan Raja ini akan menggembalakan raja-raja dan bangsa-bangsa dengan gada dari besi. Ini Raja yang akan menaklukan semua kerajaan. Maka orang Israel sangat berharap suatu saat nanti ada anak Daud yang bertahta melampaui siapa pun untuk membesarkan Kerajaan Israel. Tapi dalam masmur 110 dikatakan Daud sendiri berkata “Tuhan telah berfirman kepada Tuanku, duduklah di sebelah kananKu sampai Aku menjadikan semua bangsa sebagai tumpuan kakiMu”. Jadi Raja ini duduk di sebelah kanan Allah dan Raja ini raja besar sehingga Daud berkata “Tuanku”.
Tanpa disadari sebenarnya 2 hal ini memberikan konflik. Ini yang Yesus bukakan di dalam pertanyaanNya. Yang pertama, Daud berkata “ada Tuanku duduk di sebelah kanan Allah”, lalu orang Israel percaya bahwa Sang Tuan ini, Raja, Mesias adalah Anak Daud. Siapa yang akan Tuhan bangkitkan? Anak Daud. Ini siapa? Anak Allah. Jadi Anak Daud akan bertahta menjadi raja. Mengapa ada Anak Daud disebut Tuan? Tapi kebingungannya bukan hanya itu, kebingungan ini lebih besar, ii kebingungan tentang tradisi, tentang nilai Kerajaan Israel dan juga tentang harga diri dari orang-orang yang ada pada waktu itu. Kita atau orang Israel punya nama, harga diri dan nilai dari masa lalu. Mereka adalah keturunan dari bapa-bapa yang menerima janji Tuhan, mereka orang-orang hebat, karena mereka keturunan dari Abraham, Ishak, Yakub, mereka keturunan dari Israel, keturunan dari bangsa besar yang Tuhan berkati dengan raja yang hebat. Jadi nama mereka dapat dari nenek moyang, dari tradisi, dari apa yang zaman dulu sudah kerjakan. Ini yang menjadi kebiasaan dari semua manusia di dunia. Semua manusia di dunia membanggakan apa yang jadi identitas mereka karena melihat apa yang terjadi dulu. Kalau Saudara adalah keturunan dari seorang yang penting, pasti ini jadi satu nilai tambah untuk Saudara. Kita membanggakan kita ini dari mana. Orang sering membanggakan apa yang jadi harga diri mereka karena mereka berasal dari mana. Lalu mereka menekankan mereka berasal dari mana untuk dibanggakan sekarang. Dulu dan sekarang, “sekarang saya orang penting karena dulu”. Maka ini yang jadi kebiasaan Israel dulu, “dulu pernah ada Daud. Dulu ada Abraham”. Orang Israel membanggakan, dulu kami punya raja hebat, dulu kami punya nabi-nabi, dulu dan dulu. Maka tempat makam nabi mereka hias baik-baik dengan mengatakan “dulu ada Yesaya, dulu ada Yeremia, andaikan dulu kami hidup di zaman mereka, kami tidak akan terlibat pembunuhan kepada mereka”. Yesus mengatakan “omong kosong, kamu tidak terlibat pembunuhan Yesaya, kamu terlibat pembunuhan Anak Allah. Kamu tidak terlibat pembunuhan Yeremia, kamu sudah rancang pembunuhan Sang Mesias. Kamu lebih parah dari pada nenek moyangmu”, kalimat ini membuat orang Yahudi marah sekali. Orang Israel membanggakan “kami keturunan Abraham, kami anak Abraham. Kami keturunan dari Musa, Musa dulu adalah pemimpin besar dan kami adalah keturunannya”. Membanggakan keturunan, itulah yang dihancurkan oleh Tuhan. Masa lalu menjadi masa ideal, yang jadi standar adalah zaman keemasan. Kapan zaman keemasan? Dulu. Orang selalu ingin zaman keemasan dan selalu ingin membandingkan keadaan sekarang dengan zaman keemasan dulu. Makanya ada istilah “enak zamanku toh”, itu selalu dipakai untuk menyindir zaman sekarang. Kita membanggakan periode emas, tapi Tuhan tidak mau orang Israel lakukan itu.
Ada beberapa bagian yang membuat orang Israel harus sadar bahwa masa lalu bukan emas. Yang menjadi keemasan atau yang menjadi periode standar, periode indah adalah akhir zaman. Bukan dulu tapi nanti. Orang Israel disuruh lihat nanti bukan yang dulu. Karena itu Yesus merombak pemikirkan ini melalui Mazmur 110. Tapi sebelum ke Mazmur 110, saya ingin membagikan 1 kitab lagi yang juga merombak pemikiran ini yaitu Kitab Pengkhotbah. Saudara kalau baca Pengkhotbah, Saudara akan melihat di situ ada banyak sindiran atau kata-kata yang menggambarkan 2 hal. Yang pertama menggambarkan Bait Allah, yang kedua menggambarkan Taman Eden. Dia mengatakan “aku adalah raja dan aku tinggal di taman”, siapa raja yang tinggal di taman? Adam. Jadi Pengkhotbah sedang menggambarkan indahnya Taman Eden. Selain menggambarkan indahnya Taman Eden, juga ada sindiran sedikit tentang bait, ada penjelasan atau gambaran tentang bait dan Taman Eden di Kitab Pengkhotbah. Di dalam Kitab Pengkhotbah, kata apa yang paling terkenal? Sia-sia. Mengapa gambaran Taman Eden dan Bait Allah sama dengan sia-sia? Kitab ini sangat kontroversial karena menganggap zaman keemasan sebagai sia-sia. “Aku mengumpulkan harta begitu banyak”, siapa yang pernah mengumpulkan harta begitu banyak? Salomo, caranya dengan pergi ke luar negeri, dia tidak mengumpulkan dari negerinya sendiri, dia punya harta terbaik dari seluruh dunia. Dia cari tahu binatang paling bagus dari mana, dia ambil. Dia cari tahu besi paling bagus dari mana, dia ambil. Kayu palin g bagus dari mana, ukiran paling bagus dari mana, jadi dari seluruh dunia berkumpul di istana Salomo, bukan hanya di istananya saja, tapi di seluruh Yerusalem. Dikatakan Salomo memperkaya Yerusalem sehingga perak itu tidak berharga. Ada gambaran dari kekayaan yang dikumpulkan Salomo, dan Salomo bukan orang yang biasa yang cuma kumpulkan menabung uang. Tapi dia punya stok dari budaya manusia di dalam genggaman tangannya, ini orang kaya yang sejati. Orang kaya yang bodoh hanya mengumpulkan uang. Israel pada zaman Salomo akan melihat orang kaya sebagai orang yang kaya budaya. Itu sebabnya Salomo pergi kemana-mana untuk kumpulkan barang paling bagus dari tempat lain, masuk ke dalam koleksinya dia. Salomo sudah melakukan itu semua, tiba-tiba dia mengatakan “sia-sia”. Mengapa sia-sia? Karena semua ini tidak berguna, apa gunanya dikumpulkan semuanya ini dan pada akhirnya dia akan mati. Maka orang langsung berpikir apa yang dia kumpulkan tidak melampaui maut, itu tidak berguna. Salomo dalam Kitab Pengkhotbah sedang mengatakan kepada pembacanya di sepanjang sejarah, “berhenti melihat aku sebagai periode emas”, stop lihat Salomo, nanti akan ada Salomo lebih bagus akan datang. Jangan lihat masa keemasan yang dulu, lihat ke depan, jangan lihat yang sekarang, lihat nanti. Itu yang Salomo sedang ajaran. Maka Salomo dan Kitab Pengkhotbah sangat penting, tapi sering disalah-mengerti. Banyak orang baca Pengkhotbah sebagai alasan untuk tidak membaca buku. Pengkhotbah mengatakan “lagipula membaca banyak buku melelahkan badan”, tapi di Kitab Pengkhotbah juga tidak pernah ditulis “menonton banyak film melelahkan badan”, maka nonton film boleh, baca buku tidak boleh. Salomo tidak mungkin menulis menonton film melelahkan badan, dulu tidak ada film. Kitab itu bukan untuk kita merasa malas atau merasa hidup itu sia-sia, “untuk apa belajar, banyak belajar melelahkan badan, sia-sia. Maka orang Reformed tidak mendewakan orang dulu, bahkan orang yang sekarang kita kagumi pun akan mati. Jadi siapa yang dikagumi? Tuhan mengatakan apa pun yang menjadi pengharapanmu itu adalah nanti di masa depan. Masa depan akan ada sesuatu, itu yang kamu harapkan, kamu nantikan itu. Dan waktu kamu menantikan yang nanti, kamu akan kerjakan itu sekarang. Itu yang Tuhan nyatakan. Kitab Pengkhotbah menekankan ini, kamu kerjakan apa yang baik, tanggung jawab, masa mudamu berikan kepada Tuhan, kerjakan yang Tuhan mau, ingat ada penghakiman nanti. Apa yang kamu kerjakan sekarang akan dihakimi nanti. Jadi jangan lihat dulu, tapi lihat nanti. Nanti itulah pengharapanmu. Dan ini menguatkan banyak orang yang membaca kitab itu dalam periode pembuangan. Waktu mereka dibuang dan kembali, mereka melihat Bait Allah yang dibangun pada zaman Ezra dan Nehemia begitu kecil, sehingga mereka menangis “Tuhan, Baik Allah dulu besar, sekarang kecil”.
Selain Salomo, ada 1 kitab lagi yang menekankan untuk tidak melihat masa lalu sebagai masa pegangan, yaitu Kitab Mazmur 110. Dalam Mazmur 110 Daud sendiri mengatakan “Tuhan berkata kepada Tuanku. Itu bukan anakku, aku tidak lebih besar dari Dia, Dia lebih besar dari aku dan Dia adalah Tuanku”. Daud melihat masa depan, dia tidak melihat masa lalu. Daud tidak mengatakan “alangkah indahnya kalau Yosua bangkit kembali, alangkah indahnya kalau Musa bersamaku”. Daud mengatakan “saya tidak melihat dulu, saya melihat nanti. Nanti akan ada Tuanku duduk di tahta, nanti akan ada tuanku berkuasa”, Tuan ini akan berkuasa menghancurkan bangsa-bangsa dan Tuhan berkata “Engkau adalah Imam”. Dan yang penting adalah kalimat berikutnya “menurut Melkisedek”. Melkisedek adalah nama yang dipakai untuk membuat orang tidak mengagungkan tradisi. Karena Melkisedek tidak diketahui tradisinya dari mana, dia adalah imam Allah yang maha besar. Tapi mengapa dia boleh jadi imam? Tidak ada yang tahu. Apakah Saudara tahu orang tuanya Melkisedek? Tidak. Dikatakan dalam Kitab Ibrani, Melkisedek itu imam meskipun dia tidak berbapa dan tidak beribu. Ada orang salah tafsir dengan menganggap Melkisedek itu tidak punya orang tua, dia itu turun dari langit. Mana ada orang turun dari langit, Yesus pun lahir dari seorang ibu. Lalu siapa orang ini, mengapa dia tidak berbapa dan tidak beribu? Ternyata orang salah baca, Ibrani sedang bicara tentang imamat, keimaman, maka yang dimaksud tidak berbapa dan tidak beribu adalah dia tidak punya bapa dan ibu yang imam, tapi yang pasti dia punya orang tua. Tidak ada bukti bahwa ada imam yang diteruskan oleh Melkisedek, Melkisedek tidak punya tradisi imamat, tidak ada kepala imam yang diturunkan sampai dia, dia tidak punya nenek moyang yang imam. Setelah itu pun tidak ada orang yang melanjutkan imamatnya Melkisedek. Melkisedek adalah imam yang aneh karena tidak bertradisi dan tidak punya pendahulu. Ini imam yang menjadi cermin dari Kristus yang adalah Imam, yang juga tidak bergantung pada periode sebelumnya. Yesus jadi Imam dengan tidak mengatakan “Aku ini Imam karena dulu Lewi jadi imam”. Bahkan dengan tidak mengatakan “Aku ini imam, karena Melkisedek imam”, karena antara Yesus dan Melkisedek tidak ada kaitan keturunan, Kristus bukan keturunan Melkisedek. Sehingga imamat Dia dengan Melkisedek tidak menyambung di dalam tradisi. Tapi Yesus menjadi penggenap dari tradisi Melkisedek karena Yesus menjadi Imam tanpa tradisi sebelum dan menjadi kekal karena tidak perlu tradisi sesudah. Lalu Daud mengatakan “ya Tuan” berarti kedudukan Yesus sebagai Raja lebih besar dari Daud dan bukan karena Daud. Bukan karena Daud seorang raja maka Yesus mewarisi kerajaan. Maka Yesus sedang mengatakan “mana yang harus kamu berikan jawaban kepadaKu, Mesias itu Anak Daud atau Tuannya Daud?”, mereka bilang “dua-duanya, Anak Daud dan Tuannya”, “mana mungkin dua-duanya?”, mereka tidak bisa menjawab karena mereka akan sangat tersindir oleh tradisinya sendiri. Mereka mengagungkan mereka dari mana, sedangkan Sang Mesias itu tidak perlu keagunganNya karena dari mana Dia berasal. Ini yang penting untuk menjadi pengajaran yang penting bagi kita di zaman ini. Kita tidak mengambil kemuliaan untuk diri dari apa yang ada dulu atau pun bahkan apa yang ada sekarang melanjutkan tradisi yang dulu. “Saya orang penting karena orang tua saya keturunan orang penting”, kita akan bilang “saya tidak peduli orang tuamu sepenting apa”, karena periode kemuliaan itu bukan berada pada zaman dulu. Dan Tuhan seringkali menyatakan bahwa Dia tidak peduli garis keturunan dengan menunjukan Tuhan sanggup membalikan keturunan yang negatif menjadi positif. Tuhan membuat keturunan Lewi sangat jelek. Di saat Yakub akan mati, Yakub berkati semua anaknya, kecuali 3 yaitu Ruben, “Ruben, kamu yang paling sulung, permulaan dari kegagahanku, namun engkau telah menaiki petiduranku”, Ruben tidur dengan gundik papanya. Maka kalimat terakhir Yakub untuk Ruben adalah “dia sudah menaiki petiduranku”, kemudian dia disuruh pergi begitu saja. Lalu Simeon dan Lewi, anak kedua dan ketiga, “Simeon dan Lewi, kekerasanmu melampaui semuanya, jangan biarkan aku berbagian dalam kekerasanmu. Terkutuklah kekerasanmu”. Jadi 3 orang itu tidak mendapat berkat apa-apa. Tapi di dalam Kitab Keluaran, tiga ini dicatat silsilahnya. Tuhan mengatakan “Aku masukan kamu kembali. Kamu berasal dari masa lalu yang jelek, Aku bikin yang baru lagi untukmu”. Lewi sekarang bukan keturunan orang keras yang amarahnya terkutuk, sekarang Lewi adalah kelompok yang amarahnya dipakai Tuhan untuk mereka membela Tuhan. Dengan marah mereka menikam saudara mereka yang menyembah berhala, dan Tuhan mengatakan “Aku sekarang jadikan kamu imam”. Jadi Tuhan bisa mengubah. Tuhan mengubah Nazaret menjadi tempat yang begitu bagus. Pengikut Yesus disebut sebagai pengikut Yesus dari Nazaret. Bahkan Tuhan membuat salib menjadi lambang kemuliaan. Ini adalah lambang yang dijadikan mulia karena Yesus mati di situ. Dan Tuhan juga, Tuhan yang sama, yang mengubah maut menjadi hidup. Maka kalau kita membaca Alkitab, kita benar-benar tidak punya alasan untuk tidak berharap. Karena apa pun yang membuat kita mulia bukan masa lalu, dan sama, apa pun yang membuat kita hina bukanlah masa lalu. Saudara punya masa lalu yang indah, percuma, itu tidak akan membuat engkau indah sekarang. Saudara punya masa lalu yang jelek juga tidak masalah, karena itu tidak membuat engkau jelek sekarang. Yang membuat kita jelek atau bagus sekarang adalah cara kita berharap untuk masa depan. Dimana kita harus berharap? Di dalam Kristus. Itu sebabnya Daud menjadi contoh, “Tuhan telah berfirman kepada Tuanku”, bukan kepada anakku, “Dia juga adalah anakku dan Dia adalah pengharapanku, masa depanku, Tuanku”. Daud tahu bahwa Anaknya yang akan menjadi raja ini tidak ambil kemuliaan dari dia, dialah yang ambil kemuliaan dari Anak ini. “Aku istimewa di hadapan Allahku, karena janji yang Allahku berikan kepadaku”. Daud itu tidak pernah ge-er, Tuhan mengatakan “Daud, Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian. Dia akan Aku jadikan raja, akan Kuberikan tahtaKu dan tahtamu. Dan Dia akan Kusebut Anakku”, Daud mengatakan “terima kasih Tuhan”, lalu dia turun dan bicara dengan teman-temannya “engkau tahu tidak siapa saya?”, “iya tuan, engkau Raja Daud”, “menurutmu saya semulia apa?”, “engkau sangat mulia, engkau raja yang paling hebat”, “lebih dari itu, barusan Tuhan berbicara kepadaku. Tuhan bilang Dia akan mempertahankan keturunanku kekal selamanya. Lihat betapa hebatnya aku di hadapan Tuhan”, Daud tidak pernah seperti itu. Daud langsung mengatakan “Tuhan, tepatilah karena kemuliaanku bergantung pada itu. Saya tidak mulia, tapi karena Engkau memberikan Anak yang mulia itu, saya jadi mulia”. Pak Stephen Tong pernah mengatakan Daud punya konsep Kristologi yang bagus sekali, karena dia tahu kemuliaan dia ada di dalam konsep itu yang belum ada sekarang. Daud tidak lihat kemuliaannya sekarang, tapi dia melihat kemuliaan Anaknya nanti. Itu sebabnya ketika anaknya memberontak, dia dengan tenang meninggalkan kerajaannya. Dia tidak menggantungkan kemuliaannya kepada kerajaannya. Berbeda dengan raja yang lainnya, raja lainnya kalau perlu akan membunuh satu kota jika merasa terancam. Ini dilakukan oleh Herodes, ada orang Majus mengatakan “tuan, ada Raja baru lahir”, orang Majus ini polos sekali, bahkan kalau tidak dinasihati malaikat untuk tidak kembali ke Herodes, mungkin mereka akan kembali ke Herodes, ini spekulasi saya. Herodes marah luar biasa, dari pada mengambil resiko kerajaannya hancur, dia langsung bunuh seluruh anak di Betlehem. Adakah orang yang punya hati sekejam ini, bunuh bayi-bayi kecil karena takut tahtanya direbut? Ada dan itu bisa berulang terus. Saudara bisa tahu berapa gilanya kekuasaan itu dan berapa gilanya orang dibuat oleh karena kekuasaan. Seumpama Saudara sangat mencintai kedudukan di kantor, bisnis Saudara atau apa pun, tiba-tiba ada satu saat Tuhan mengatakan “kamu harus tinggalkan itu, ada orang mau rebut itu dari kamu”, apakah Saudara jadi gila, tertekan atau Saudara mengatakan “kemuliaanku, pengharapanku bukan ini, tapi masa depan di mana Kristus akan kembali, itu kemuliaanku. Maka kalau sekarang disuruh tinggalkan, saya akan tinggalkan”. Daud bisa melakukan itu, apakah kita bisa? Daud bisa melakukan karena sudah melihat “Tuhan berkata kepada Tuanku, duduklah di sebelah kananKu sampai kujadikan semua musuhMu tumpuan kakiMu”, itu pengharapan Daud bagi Israel dan seluruh kerajaan di bumi. Maka Daud punya kekuatan besar. Sekarang Yesus sindir orang-orang di zaman Dia, “kamu berharap pada masa lalumu atau masa kinimu? Apa yang kamu harap, apakah kamu berharap kemegahan masa lalu atau berharap kemegahanmu pada akhir zaman dimana Kristus akan menyatakan kegenapan dari segala sesuatu?”.
Di mana harta kita? Kristus atau bukan? Ada lagu yang mengatakan kalau Kristus milikku, aku akan hina dunia. Bukan hina berarti mau menghina, tapi berarti kita harus rela melepas. Ini pengertian yang penting, orang Kristen disuruh hina dunia, bukan suruh lepas sembarangan. Tapi orang Kristen disuruh unutk mengatakan kalau kamu cinta ini, kamu boleh pegang, tapi begitu Tuhan perintahkan untuk lepaskan, kamu harus lepas, itu maksudnya menghina dunia. Dunia adalah bagian yang indah dari ciptaan Tuhan, namun kita rela lepas kalau perlu, itu namanya menghina dunia. Maka dikatakan kalau Yesus jadi milik saya, saya tidak perlu yang lain. Aku milik Yesus bukan harta, aku milik Yesus bukan yang lain. Ini yang Yesus sedang katakan. Apakah kemegahanmu ada pada masa lalu, apakah kemegahanmu ada pada sekarang, apakah kemegahanmu karena apa yang kamu warisi dari masa lalu, ataukah kemegahanmu ada dalam Kristus? Kalau kemegahan kita ada di dalam Kristus, kemuliaan masa lalu tidak ada gunanya, dan kehinaan masa lalu pun tidak menghancurkan. Tapi respon kita kepada masa depan ketika Kristus datang kembali, itu yang penting. Maka mari kerjakan segala yang perlu, sehingga ketika Kristus kembali, apa yang kita kerjakan dikonfirmasi oleh Dia kelak. Biarlah kita kerjakan apa yang dikonfirmasi oleh Tuhan di dalam seluruh aspek hidup, sehingga kita boleh berharap kepada Kristus.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)
- Injil Lukas
- 20 Mar 2018
Janji Kebangkitan Kristus yang akan menyempurnakan
(Lukas 20: 27-40)
Apa yang sedang Tuhan Yesuu perdebatkan dengan orang Saduki? Saudara tidak mungkin temukan konteksnya sekarang, sekarang tidak ada lagi orang Saduki. Dan Saudara tidak akan tahu apa yang dimaksudkan oleh Yesus di dalam perdebatan ini kalau Saudara tidak mau gali dari catatan sejarah di abad pertama itu terjadi apa. Alkitab itu sempurna menyatakan kebenaran dengan limpah, tapi harus dimasukan dalam konteks yang tepat. Orang Saduki adalah kelompok yang penting di tengah-tengah orang Yahudi di abad pertama, karena mereka punya akses ke pemerintahan. Mereka adalah orang-orang yang akrab dengan para politisi. Tapi mereka punya satu cacat di dalam teologi, menurut Farisi. Farisi membenci Saduki, dan Saduki memandang rendah Farisi. Farisi kurang intelektual tapi menjangkau massa, Saduki lebih intelektual dan menjangkau politisi. Jadi dua kelompok ini bersaing di tengah-tengah Israel memperebutkan massa. Dan bisa mendamaikan Farisi dan Saduki cuma satu yaitu Yesus Kristus. Yesus Kristus mendamaikan Farisi dan Saduki karena dua-duanya benci Dia. Nanti yang membuat mereka konflik lagi adalah Paulus. Yesus membuat mereka berdamai sementara, Paulus membuat mereka ribut lagi. Karena Paulus waktu diadili, semua orang yang menghakimi dia adalah separuhnya Saduki, separuhnya Farisi. Begitu Paulus berdiri, dia langsung tahu mesti berbuat apa, ini orang cerdas, maka dia mengatakan “saudara-saudaraku saya Farisi”, orang Farisi mulai lunak, “dan saya ada di sini karena saya percaya kebangkitan orang mati”, orang Saduki tidak percaya. Maka orang Farisi mengatakan “kesalahanmu cuma itu? Itu sih tidak salah, masa Farisi salah, masa berharap kebangkitan orang mati itu salah. Maka kami rasa dia harus dibebaskan”. Saduki marah “tidak bisa, tangkap dia”, akhirnya dua kelompok itu ribut dan Paulus selamat.
Orang Saduki tidak percaya kebangkitan, karena mereka percaya Taurat Musa tidak mengajarkan kebangkitan, mereka baca semua kitab lain tapi mereka percaya Taurat itu yang utama. Kitab lain bisa salah, Taurat tidak. Kitab lain bisa kurang jelas, Taurat yang akan menjelaskan. Kitab lain teologinya bisa salah, Taurat yang akan koreksi. Maka mereka baca kitab sejarah, Mazmur, mereka baca semua, tapi mereka tidak menganggap yang lain itu otoritatif, cuma Taurat yang punya otoritas paling tinggi. Dan waktu mereka baca, mereka tidak menemukan ada janji hidup setelah kematian, tidak ada kebangkitan. Kebangkitan tubuh, badan yang sudah mati lalu bangkit lagi, itu tidak ada di dalam idenya orang Saduki. Mereka tidak percaya bahwa tubuh yang sudah mati bisa bangkit lagi. Mereka mendapatkan dukungan dari Taurat, mereka mencari di Taurat dan menemukan satu dukungan. Dukungannya adalah di dalam aturan pernikahan. Mengapa pernikahan menjadi dukungan bagi orang-orang Saduki? Karena di dalam konsep pernikahan di dalam Taurat dikatakan kalau ada satu laki-laki dan satu perempuan menikah, kemudian yang laki-laki meninggal sebelum sempat ada anak, maka laki-laki yang sudah meninggal ini harus punya anak. Laki-laki itu dibangkitkan oleh adiknya yang menikah dengan perempuan ini. Jadi adik dari laki-laki yang sudah meninggal harus menikah dengan istri dari laki-laki yang sudah meninggal, dan kalau mereka mempunyai anak, anak pertama akan menjadi anak dari laki-laki yang sudah meninggal. Mengapa ini penting? Orang Saduki mempunyai konsep bahwa kekekalan dari manusia adalah pada keturunan, bukan pada diri. Jadi saya akan kekal kalau ada generasi selanjutnya yang meneruskan nama saya.
Dari situ mereka beranggapan Tuhan tidak pernah memaksudkan manusia dibangkitkan, Tuhan mau manusia menjadi abadi lewat keturunan. Jadi saya punya anak laki-laki, dialah yang akan meneruskan nama saya, saya abadi karena ada anak laki-laki. Lalu anak laki-laki saya punya anak laki-laki, itu membuat dia abadi juga. Jadi keabadian seseorang bukan karena dia akan hidup kekal, bangkit tubuhnya, tapi karena dia akan punya anak. Ide ini bukan dari Saduki, ide ini dari Plato. Saudara bisa pelajari bagaimana filsafat Yunani bisa masuk dalam alam pikir orang Saduki. Plato pernah mengatakan cinta itu bukti bahwa ada ide yang kekal. Cinta itu harus cinta kepada sesuatu, bukan cinta kepada kekosongan. Kita tidak akan mengasihi yang lebih jelek, kita akan mengasihi yang lebih bagus. Saudara mencintai keindahan, bukan kejelekan. Saya cinta yang cantik, saya cinta yang ganteng, saya cinta yang baik, saya cinta yang bagus, ini sebenarnya membuat kita dekat dengan dunia ide. Dunia ide itu sempurna dan dunia ide itu di luar jangkauan kita. Tapi dunia ide itu bisa ditunjukan lewat keindahan di tengah dunia. Maka saya sedikit mendapat taste, mendapat cicipan dari apa yang ideal, melalui apa yang indah dari dunia ini. Tapi yang indah bukan hanya di dunia ini, yang indah juga kekal. Itu sebabnya kalau saya punya cinta, saya akan pakai cinta saya dan masuk ke dalam sesuatu yang namanya birahi. Lalu saya akan menemukan pasangan, kemudian bersetubuh dengan dia. Dia menyebut cinta dengan pakai kata eros, erotik, dan lain-lain. Mengapa persetubuhan identik dengan cinta? Karena cinta ini membuahkan anak. Mengapa anak penting? Karena anak memastikan kita abadi, kita akan mati dan kita akan bertemu dengan yang ideal, tapi nama kita di bumi akan diteruskan oleh anak. Jadi keabadian kita adalah keabadian yang sejati di dunia ide, dan yang sementara di dalam diri sang anak. Ini konsep dari pemikiran Plato dalam beberapa buku, misalnya Simposium. Dan ini yang masuk dalam pola pikir orang Saduki, maka mereka mengatakan karena Tuhan perintahkan harus ada anak, ini membuktikan anak adalah tanda saya kekal. Jadi meskipun saya sudah mati, anak saya akan melanjutkan nama saya. Mengapa orang mati harus punya keturunan? Karena keabadian mereka ada di situ. Itu argumen mereka. Dan mereka diserang oleh orang Farisi. Orang Farisi punya argumen yang tidak kalah kuat. Orang Farisi mengatakan Tuhan memaksudkan ada kebangkitan, tapi sebelum itu terjadi, untuk sementara kebangkitan itu dinyatakan lewat sang keturunan. Mereka berdebat terus, perdebatan ini sangat rumit. Orang Farisi sangat anti pemikiran orang Saduki ini. orang Saduki sangat mempertahankan ide ini.
Lalu mereka bertanya kepada Tuhan Yesus, kira-kira Yesus akan berpihak kemana? Mereka tahu Yesus adalah Guru yang mengajarkan tentang kebangkitan. Beberapa kali Dia menyatakan bahwa kehidupan manusia belum berakhir sekarang karena akan ada kebangkitan. Di dalam bagian lain dari Injil Lukas, Dia menekankan tentang kematian dan kebangkitanNya. Dan banyak mujizat yang Dia kerjakan, Dia membangkitkan orang mati. Maka orang Saduki ingin berdebat dengan Yesus, menunjukan bahwa Yesus sebenarnya tidak punya pengertian yang kokoh, mereka mau berdebat dengan mengatakan “Engkau tidak mengerti bahwa posisiMu salah”. Mereka datang kepada Yesus dan mengatakan “Guru, Musa menuliskan bahwa seorang yang mempunyai saudara harus menikahi istri saudaranya kalau saudaranya itu sudah mati”, kemudian mereka membuat cerita ada satu laki-laki, dia tujuh bersaudara, menikah dengan seorang perempuan. Laki-laki ini mati maka menurut Hukum Musa, anak kedua mesti menikah dengan perempuan ini, dan anak pertama mereka akan jadi anak si laki-laki pertama yang mati. Tapi laki-laki kedua ini mati juga, maka laki-laki ketiga yang sekarang menikah untuk membangkitkan keturunan milik laki-laki pertama. Yang ketiga ini pun mati, lalu yang keempat pun menikah untuk membangkitkan keturunan yang pertama, tetapi dia juga mati sebelum punya anak. Kemudian yang kelima, juga mati, yang keenam juga mati, dan terakhir yang ketujuh pun mati. Setelah semuanya mati, perempuan ini pun mati, tidak punya anak. Ini benar-benar menyindir, apa gunanya pernikahan seperti ini kalau tidak ada anak. Setelah semua mati, seumpama ada kebangkitan perempuan ini jadi istrinya siapa? Pertanyaan ini sepertinya jenius. Dan sepertinya Yesus sedang terjebak, kalau kamu percaya kebangkitan maka teori atau Taurat Musa tidak berlaku lagi. Kalau begitu ini berlaku untuk apa jika hanya untuk hidup sementara? Kalau ini hanya berlaku untuk hidup sementara, berarti hidup sementara itu yang benar-benar hidup. Bagi Tuhan tidak ada kehidupan selanjutanya, tidak ada kebangkitan tubuh, karena Taurat hanya mengikat kehidupan yang sekarang. Jika seperti ini kasusunya, kalau ada kebangkitan, kehidupan sementara setelah kebangkitan, orang ini jadi istri siapa? Yesus menjawab dengan sangat tajam, Dia mengatakan “orang-orang di dunia ini kawin dan dikawinkan”, maksudnya di zaman sekarang manusia harus berketurunan, karena Tuhan memerintahkan manusia untuk memenuhi bumi dan menaklukan itu. Itu sebabnya waktu kita hidup di dunia, kita harus beranak-cucu, memperbanyak di bumi, karena waktu bumi penuh dengan manusia itu menggenapi Kejadian 1. Kejadian 1, Tuhan sudah berfirman manusia harus menikah, beranak-cucu, memenuhi bumi dan taklukan itu. Kira-kira kalau manusia sudah melakukan tugas memenuhi bumi dan taklukan itu, apa lagi tugasnya? Tidak ada tugas. Setelah manusia memenuhi bumi dan menaklukan itu, manusia masuk ke dalam sabat, dunia yang lain, inilah akhir zaman yang Tuhan rencanakan. Jadi Tuhan tidak pernah ciptakan dunia dan tidak punya rencana ke depan. Dia sudah punya rencana yang holistik yaitu ada manusia yang memenuhi bumi, setelah genap bumi dipenuhi sesuai dengan rencana Tuhan, maka Tuhan akan datang kembali. Ketika Dia datang kembali akan ada dunia yang baru dimana langit dan bumi bersatu. Di sinilah semua kekalahan, dosa dan kematian akan ditelan. Jadi kebangkitan pasti terjadi dalam skema Kitab Suci.
Tapi orang-orang Saduki tidak percaya karena mereka tidak mau tahu dan tidak mau terima bahwa tubuh akan bangkit. Yang diserang oleh orang Saduki adalah kebangkitan tubuh, “kalau saya mati, saya akan bangkit atau tidak?”. Mereka tidak menyerang “kalau saya mati, roh saya abadi”. Orang Saduki tidak percaya kebangkitan tubuh, bukan tidak percaya setelah mati rohnya kekal. Apakah orang Saduki percaya roh itu kekal? Saya percaya orang Saduki tidak percaya itu, menurut mereka roh itu tidak ada, malaikat juga tidak ada. Menurut mereka tubuh inilah satu-satunya yang real. Tapi yang mereka serang di dalam konteks ini adalah kebangkitan tubuh. Mengapa Lukas menekankan pada serangan kebangkitan tubuh, bukan serangan kepada roh? Orang Saduki tidak percaya roh, tapi bukan itu yang diserang. Karena Lukas sedang membawa pembacanya untuk mengerti Yesus akan bangkit. Jadi tujuan Lukas mencatat bagian ini adalah ketidak-mauan orang Saduki menerima bahwa tubuh akan bangkit. Itu sebabnya kalau Saudara dan saya tidak percaya tubuh akan bangkit, kita adalah Saduki. Alkitab mengatakan setelah Kristus datang kembali, manusia akan bangkit, kebangkitan tubuh akan terjadi. Kebangkitan tubuh bisa terjadi karena ada yang sulung yang bangkit, yang pertama bangkit dari antara orang mati yaitu Yesus. Yesus yang bangkit, Dia akan menjadi yang sulung, dan semua yang lain akan bangkit bersama dengan Dia kalau semua percaya kepada Dia. Semua yang percaya akan mendapatkan kebangkitan. Dan untuk membuat orang Kristen tahu hal ini, Lukas menulis perdebatan Tuhan Yesus dengan orang Saduki, “tidak ada kebangkitan, kalau ada kebangkitan, istri ini akan kebingungan mencari suaminya”. Tuhan Yesus mengatakan “kamu punya pikiran yang salah, karena di dunia yang baru orang tidak kawin-mengawinkan lagi”. Tidak lagi kawin-mengawinkan karena tugas memenuhi bumi sudah selesai. Pekerjaan manusia untuk memenuhi bumi sudah selesai, karena itu tidak ada lagi pernikahan. Dan pernikahan sejati adalah antara semua orang tebusan Kristus dengan Kristus sebagai pengantin prianya. Ini pernikahan yang abadi di dalam kekekalan. Di zaman sekarang pernikahan diakhiri dengan kematian. Maka kalau menikah mengucapkan janji setia sampai kematian memisahkan, tidak ada janji setia sampai selama-lamanya. Setelah kematian akan ada pernikahan yang sejati antara Tuhan dan umatNya. Dimana kenikmatan pernikahan antara Tuhan dan umatNya inilah yang diizinkan untuk dicicipi di dalam pernikahan sementara di bumi ini. Jadi sebelum diperbarui ada pernikahan, setelah diperbarui tidak akan ada lagi pernikahan, manusia akan hidup seperti malaikat di sorga dan tidak saling menikah. Karena di ayat 36, sebab mereka tidak bisa mati lagi, mereka abadi di dalam tubuh yang baru. Ini adalah keadaan yang baru dimana pernikahan tidak lagi mengambil bentuk antara laki-laki dan perempuan, tapi antara Allah dan umatNya. Ini yang Yesus sedang ajarkan. Orang Saduki akan bilang, “tunjukan ayatnya di dalam Taurat, karena kami tidak percaya yang lain”. Kalau Saudara menjadi Yesus, Saudara akan menjawab apa? “di Taurat memang tidak ada, saya akui memang Taurat tidak mengajarkan kebangkitan tubuh”, “kalau begitu kami menang”. Tapi Yesus mengatakan kalimat yang sangat indah karena Dia mengatakan berita tentang kebangkitan tubuh sudah dinyatakan dari Kitab Taurat. Tuhan tidak pakai yang lain, Tuhan pakai Keluaran.
Maka dalam ayat 37 dikatakan tentang bangkitnya orang-orang mati Musa telah memberitahukannya di dalam nas tentang semak duri, dimana Tuhan disebut Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub”. Tuhan adalah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub, ini dinyatakan di dalam Kitab Keluaran. Di dalam Kitab Keluaran, Allah memperkenalkan diri sebagai Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub. Dan perkenalan diri ini adalah sesuatu yang sangat dalam untuk dipelajari. Mengapa ada Allah yang lebih besar dari semua mau menyatakan namaNya dengan mengidentikannya dengan manusia. Mengapa Allah mau disebut dengan nama manusia? “Akulah Allahnya Abraham, Ishak dan Yakub”. Nama Allah begitu suci, tapi Allah rela menyatakannya lewat Abraham, Ishak dan Yakub. Berarti Abraham, Ishak dan Yakub adalah umat dari Allah dan Allah tetap menyatakan diri sebagai Allah mereka, meskipun mereka sudah mati. Nama Allah bukan hanya Allah Abraham, Allah Ishak, Allah Yakub, Allah punya banyak nama, dan salah satu nama lain adalah dia disebut sebagai El-qai, itu artinya Dia adalah Allah yang hidup. Allah yang hidup adalah tema yang penting di dalam pembuangan. Waktu Israel sudah dibuang, mereka berseru kepada Tuhan dengan menyebut “Engkaulah El-qai, Engkaulah Allah yang hidup”. Nama Allah yang hidup menjadi utama karena Israel di dalam pembuangan seperti sedang mengalami kematian. Ini bisa kita pelajari dari kitab-kitab seperti Yesaya 24,25,26,27 semua menceritakan tentang pembuangan, tapi bicaranya seperti kematian. “Di pembuangan kami tidak lagi punya nafas, di pembuangan kami menjadi debu”, ini semua bicara seperti mati. Jadi di pembuangan orang Israel merasa mati, “kami sudah mati, kami tidak ada harapan, kami benar-benar sudah hancur”, tapi Tuhan berjanji akan hidupkan mereka kembali. Ketika Tuhan memanggil Yehezkiel, Tuhan berkata “hai anak manusia berfirmanlah kepada orang Israel, kamu sudah mati dan kamu tidak mau dengar suaraKu”, Yehezkiel mengatakan “Tuhan, mereka tidak mau mendengarkan suara saya, saya sudah berkhotbah kepada mereka, mereka tidak mau dengar”. Maka di bagian tengah dari Yehezkiel, Tuhan memerintahkan Yehezkiel bertemu dengan tulang-belulang dari tentara yang sudah mati. Lalu Tuhan bertanya “hai anak manusia, akankah tulang ini bangkit?”. Sebelumnya Yehezkiel berkhotbah kepada orang Israel, Israel tidak mau dengar, sekarang Tuhan bertanya “akankah tulang-belulang ini bangkit?”, Yehezkiel menjawab dengan sangat tepat “Tuhan yang tahu, terserah Tuhan”, maka Tuhan mengatakan “kamu yang khotbah”. Kalimat ini sangat disenangi oleh para pengkhotbah besar, “kamu yang khotbah. Khotbahlah kepada tulang-belulang ini. Hai nafas, masuklah ke dalam tulang-belulang dan nanti akan hidup kembali”. Jadi Yehezkiel bilang “Tuhan yang bisa hidupkan tulang-belulang ini, bukan saya, Tuhan yang tahu bukan saya”, tapi Tuhan mengatakan “Aku yang mau hidupkan, tapi kamu yang berfirman”. Seorang bernama George Whitefield mengatakan firman Tuhan menghidupkan tulang-belulang tapi itu bukan yang luar biasa. Tuhan berbicara lalu tulang-belulang hidup, itu sangat luar biasa. Tapi Whitefield mengatakan yang lebih luar biasa adalah ketika Tuhan berkata “kamu yang berfirman hai anak manusia”. Jadi Tuhan menghidupkan tulang-belulang itu biasa, waktu Tuhan mengatakan “kamu yang berfirman”, itu luar biasa sekali. Banyak orang yang sudah mati bisa dihidupkan, tapi Tuhan mengatakan “kamu yang berfirman”. Orang yang pergi KKR Regional harus tahu ini, kita sedang membawa firman Tuhan, Tuhan sanggup pertobatkan manusia, tapi yang luar biasa adalah Dia berkata kepada kita, “kamu yang ucapkan firman. Kamu yang mengatakan: hai nafas masuklah ke dalam tulang-belulang ini”, dan tulang-belulang itu kembali hidup. Ini gambaran yang Tuhan berikan bahwa meskipun Israel sudah mati, Tuhan akan tetap bangkitkan.
Tapi ternyata setiap janji pemulihan Israel selalu berbicara tentang sesuatu yang lebih besar dari pada Israel. Misalnya Yesaya 26, seluruh bumi akan menikmati ketika Tuhan kembali. Jadi yang dibuang Israel, yang dipulihkan seluruh bumi. Yang mati Israel, yang dihidupkan kembali seluruh bumi. Jadi waktu Tuhan menjanjikan pemulihan bagi Israel, kalimatnya terlalu besar untuk hanya ditafsirkan Israel pulih ke Tanah Suci. Yang paling kita kenal pasti dari Yesaya, ketika Yesaya mengatakan “sapi akan duduk bersama dengan singa, serigala akan duduk bersama dengan domba. Inilah yang terjadi ketika Aku memberikan damai”. Apakah Saudara sudah melihat sapi duduk dengan singa, serigala dengan domba? Belum, berarti apa yang Tuhan maksudkan belum terjadi secara sempurna. Tuhan tidak memaksudkan untuk memulihkan Israel saja, Tuhan menjanjikan sesuatu yang lebih besar lagi. Itu sebabnya kebangkitan orang mati bukan hanya istilah simbolik untuk pemulihan orang Israel. Kebangkitan orang mati adalah sesuatu yang secara literal akan terjadi. Selama ini kematian menjadi sesuatu yang paling menakutkan bagi kita dan kita tidak bisa dihibur oleh apa pun karena apa yang kita tinggalkan waktu mati tidak bisa dilanjutkan lagi. Saudara bisa melanjutkan apa setelah mati? Setelah mati kita meninggalkan dunia ini dan selesai, tetapi Tuhan menjanjikan kebangkitan. Sekarang saya mau tanya, mengapa Tuhan menjanjikan kebangkitan bukan hidup lanjut di dunia lain? Karena apa yang kita nikmati sekarang akan dipuncakan. Sekarang Saudara menikmati hal baik dan hal jahat, Tuhan akan hancurkan hal jahat dan sempurnakan yang baik. Kalau di dalam dunia ini tidak ada yang baik, maka Saudara tidak mungkin menikmati Tuhan dan menikmati hidup. Sekarang kita dihimpit oleh 2 kekuatan, kekuatan hidup dan el-khai, Allah yang hidup, dan kekuatan kematian dari dosa, kita ada di tengah-tengah dan kita sangat sulit. Tapi biarpun sulit tetap ada hal yang indah dan baik, tetap bisa menikmati firman, tetap bisa menikmati hidup, tetap bisa menikmati keindahan dan tetap bisa menikmati relasi kasih dan lain-lain, banyak hal indah di dunia ini. Maka kemenangan Tuhan itu yang Tuhan janjikan. Tuhan tidak menciptakan dunia alternatfi karena Dia sudah gagal di dunia ini, Dia menjanjikan akan menyempurnakan dunia ini, bahkan Dia mengatakan “apa yang terjadi sampai saat ini tidak menyimpang dari rencanaKu”, ini semua sudah terantisipasi. Manusia akan mati, sudah diantisipasi dengan cara kematian di matikan. Cara mematikan kematian adalah oleh Kristus dengan bangkit secara fisik. Itu sebabnya kebangkitan sangat sentral di dalam iman Kristen dan Lukas mengingatkan ada kelompok jahat namanya Saduki ingin menghancurkan pengharapan kebangkitan dengan mengutip Musa dengan cara yang salah. Maka Yesus mengoreksi mereka, bukan dengan perkataan “kamu tahu tidak, Taurat Musa belum cukup, tambah lagi dengan kitab yang lain”. Tapi Yesus mengoreksi mereka dengan mengatakan “kamu tidak mengerti Taurat Musa, karena itu kamu sesat”. Teologi yang sesat itu bukan teologi yang anti Alkitab, tapi teologi yang salah tafsir Alkitab. Saksi Yehuwa, Mormon membaca Alkitab dan mereka bidat. Saksi Yehuwa atau agama-agama apa pun yang mengaku Kristen tapi menyimpang, baca Kitab Suci yang sama, tapi tafsirannya beda. Yang jadi problem bukanlah mereka percaya sola scriptura atau tidak, yang menjadi problem adalah apakah mereka menafsirkan ini dengan benar atau tidak. Maka Yesus mengatakan “yang salah dari kamu bukan kamu tidak menerima kitab-kitab yang lain, itu pasti salah. Tapi yang jadi problem dari diskusi kita adalah kamu tidak tahu bagaimana menafsirkan Alkitab, kamu sesat karena kamu tidak mengerti Kitab Suci”. Tuhan Yesus melanjutkan “bukankah Allahmu disebut Allah Abraham, Ishak dan Yakub, dan Allahmu ini disebut Allah yang hidup. Kalau Allah adalah Allah yang hidup dan disebut Allah Abraham, Ishak dan Yakub, mungkinkah Abraham, Ishak dan Yakub itu mati?”, jawabannya tidak mungkin. Allah yang hidup bukan Allah orang mati. Abraham, Ishak dan Yakub sudah mati, kalau begitu bagaimana menyatukan ini? Abraham, Ishak dan Yakub akan bangkit. Jadi Yesus menyatakan semua yang membuktikan kalimat ini akan terjadi nanti belum sekarang, maukah kamu percaya? Itu yang Yesus nyatakan. Allah kita adalah Allah yang hidup, dan karena itu Abraham, Ishak dan Yakub akan bangkit. Kalau kamu tidak percaya kebangkitan, jangan sebut nama Allah dengan Allah Abraham, Ishak dan Yakub karena mereka sudah mati. Jadi tinggalkan nama yang itu, kecuali kamu percaya akan kebangkitan. Kebangkitan menjadikan pengharapan orang Kristen, menjadi pengharapan untuk semua yang kita kerjakan akan mencapai kesempurnaan. Saudara berjuang baik-baik di dunia ini untuk apa? Untuk disempurnakan oleh Tuhan. Saudara membina relasi kasih untuk disempurnakan oleh Tuhan, Saudara saling mengasihi sesama orang percaya untuk nanti dinikmati dalam kerajaan yang baru. Nanti kita akan menikmati kelanjutan dari apa yang Tuhan kerjakan karena ada kebangkitan. Ada seorang teolog bernama Brueggemann, dia mengatakan Allah bekerja paling kuat di saat paling rendah. Dan saat paling rendah adalah kematian, maka Allah menjanjikan kebangkitan akan dinyatakan justru setelah ada kematian. Ketika orang Saduki mengatakan tidak ada kebangkitan, Lukas langsung ingat akan dialog Yesus dengan orang Saduki sebagai pengingat bagi kita, bahwa Saudara dan saya beriman kepada Kristus yang bangkit, bukan yang mati. Kristus yang mengalahkan kematian, bukan Kristus yang ditelan oleh kematian. Kristus menjanjikan kebangkitan yang sama dengan Dia untuk kita alami. Kalau kita merenungkan hal ini, kita tahu kita akan hidup seperti pemenang, bahkan lebih dari pemenang. Kalimat ini dari Paulus, kita ini lebih dari pemenang oleh karena Dia yang mengasihi kita. Dia mengasihi kita dan membuat kita satu dengan Dia. Dan kalau kita satu dengan Dia, ini akan membuat kita mengalami kebangkitan dan tidak takut apa pun.
Dan di dalam semua cerita tentang Tuhan Yesus membangkitan orang mati, ada satu ceria yang khas dari Yohanes mengenai kebangkitan Lazarus. Mengapa Tuhan Yesus bangkitan Lazarus? Yohanes mengatakan karena Yesus mengasihi Marta dan Maria, karena air mata Maria dan keluhan Marta mengganggu dan menghancurkan hatiNya, Yesus sedih karena itu. Lalu bagaimana Yesus memberikan pengertian kepada Marta dan Maria bahwa mereka tidak perlu sedih karena kematian? Dengan cara mengatakan bahwa DiriNya akan bangkit. Bagaimana menyatakan DiriNya akan bangkit? Dengan menyatakan “Akulah kebangkitan dan hidup”. Bagaimana supaya Marta dan Maria percaya bahwa Yesus adalah kebangkitan dan hidup? Dengan cara Dia membangkitkan Lazarus. Ini yang kita pahami, jadi satu lingkaran yang indah mengenai cara Tuhan menghibur Maria dan Marta. Bagaimana cara Tuhan menghibur Maria dan Marta? Dengan menyatakan “Akulah kebangkitan dan hidup”. Bagaimana supaya Maria dan Marta percaya? Lazarus dibangkitkan. Jadi kebangkitan Lazarus bukan untuk menghibur Maria dan Marta, kebangkitan Lazarus untuk membuktikan kepada Maria dan Marta bahwa Yesus adalah kebangkitan dan hidup. Maka setelah Lazarus bangkit, mereka senang, relasi dilanjutkan, tapi Lazarus mati lagSi, supaya orang menaruh pengharapannya pada Sang kebangkitan dan hidup yaitu Kristus. Jadi Kristus mengatakan kesedihan karena kematian itu pun akan ditaklukan. Kalau tidak ada kebangkitan, Saudara tidak punya pengharapan seperti itu. Saudara tidak punya pengharapan akan adanya relasi yang dipulihkan. Ada perkataan-perkataan ahli puisi yang indah bahwa cinta itu abadi. Saudara bisa mengaminkan cinta itu abadi? Iya, karena cinta kepada Tuhan akan dilanjutkan pada waktu kebangkitan. Orang yang di dalam Kristus akan melanjutkan cinta kasih persekutuan setelah kebangkitan nanti. Kita komunitas GRII Bandung belajar saling mengasihi, ini tidak akan mati meskipun ada yang mati. Salah satu dari kita meninggal pun nanti cinta kasihnya dilanjutkan lagi di dalam kebangkitan.
Tuhan sedang menyatakan penghiburan paling besar yang mau diambil oleh orang Saduki, “tidak ada kebangkitan”, Yesus mengatakan “kamu sesat, karena kamu tidak mengerti Kitab Suci”. Kebangkitan adalah tema penting di dalam Perjanjian Baru karena kebangkitan memberikan kita perasaan menang, keyakinan akan kemenangan dan kenikmatan yang akan dilanjutkan di dalam zaman yang baru, yang boleh kita perjuangkan tanpa sia-sia di dunia ini. Apakah sia-sia seorang dokter memberikan obat, melakukan penyelidikan untuk mempertahankan hidup manusia? Kalau manusia mati dan tidak bangkit, itu sia-sia, percuma, katakan kepada dokter “dokter tidak perlu repot-repot, pada akhirnya saya akan mati juga”. Kalau begitu mengapa dokter menyembuhkan orang yang sakit? Tidak ada yang bisa menjawab, kecuali dokter Kristen. Tapi kita tahu, karena kebangkitan, karena apa yang kita kerjakan tidak sia-sia, Tuhan akan sempurnakan nanti. Tapi setidaknya saya berbagian di dalam pekerjaan yang Tuhanku dan itu tidak sia-sia”. Kebangkitan membuat pekerjaan kita tidak sia-sia, itu yang dikatakan Paulus di dalam 1 Korintus 15, berdirilah teguh dan jangan goyah, giatlah selalu di dalam Tuhan, karena kamu tahu di dalam Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia. Mengapa tidak sia-sia? Karena 1 Korintus 15 mengatakan di bagian sebelumnya, sebab Yesus mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci. Dan Dia bangkit pada hari ke-3 sesuai dengan Kitab Suci. Maka bagian ini Lukas mengingatkan pembacanya kebangkitan itu penting dan Yesus menyempurnakannya lewat kebangkitan Dia.
Kebangkitan adalah tema yang Tuhan sudah lakukan dan nyatakan sejak dari Kitab pertama, dari Taurat, “Akulah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub”, itu nama Tuhan. Nama Tuhan ada lagi adalah Allah yang hidup. Dia bukan Allah orang mati, maka kalau Dia adalah Allah Abraham, Ishak dan Yakub, berarati Abraham, Ishak dan Yakub akan bangkit. Ini yang menjadi pengharapan kita. Biarlah ini mencerahkan kita untuk berjuang di tengah dunia karena kita tahu suatu saat nanti Tuhan akan sempurnakan apa yang kita usahakan dan perjuangkan. Saudara mengatakan “percuma saya menyembuhkan orang, penyakit terlalu banyak di negara ini”, tidak apa-apa suatu saat akan ada orang yang bereskan. “Percuma saya belajra teologi, khotbah sebanyak mungkin, tetap akhirnya ajaran sesat lebih menang dari kita”, tidak apa-apa suatu saat akan ada yang membereskan. “Percuma saya melayani, orang berdosa lebih banyak dari pada orang yang akhirnya bertobat”, tidak apa-apa suatu saat akan ada yang membereskan. Tuhan yang akan sempurnakan semua dan itu ditandai dengan kebangkitan.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)
- Warta
- 19 Mar 2018
Rekening Bank a/n. GRII
Persembahan Perpuluhan – BCA : 085-337-0000
KKR Regional – BCA : 085-348-0000
Dana Pembangunan (Janji Iman) – BCA : 008-345-0000
GRII Sinode – BCA virtual account :
Minggu 1, Penginjilan: 0640-5201-001
Minggu 2, Pendidikan Teologi: 0640-5201-002
Minggu 3, Mandat Budaya: 0640-5201-003
Minggu 4, Gedung: 0640-5201-004
Minggu 5, Diakonia: 0640-5201-005
- Injil Lukas
- 2 Mar 2018
Kekristenan dalam dunia publik
(Lukas 20: 20-26)
Di dalam ayat-ayat ini ada isu yang sangat penting, yang sedang jadi perdebatan di tengah-tengah Yahudi yaitu bagaimana sikap Israel kepada pemerintahan Roma. Apakah harus berontak atau cari aman? Yang cari posisi aman dianggap sebagai orang-orang yang kompromi, yang mau memberontak dianggap orang-orang pemberani. Tapi yang memberontak selalu kalah, langsung dimatikan. Sehingga orang-orang mulai berpikir “dari pada kami ribut lalu rugi sendiri, mengalami kesulitan, kekacauan bahkan kematian, lebih baik kami tetap berada di dalam keadaan kami. Kami tidak perlu berperang, tidak perlu ngotot menentang pemerintahan Roma”. Kalau begitu apakah mereka kompromi? Tidak, karena yang harusnya memberontak melawan Roma bukanlah rakyat, melainkan pemimpin yang Tuhan akan angkat yaitu Sang Mesias. Jadi Sang Mesias itu yang harus berjuang bagi mereka semua. Sang Mesias itu yang harus berperang melawan pemerintahan Roma. Itu sebabnya mereka mengharapkan pemberontakan dari Sang Mesias segera terjadi dan pemerintahan Roma dihancurkan. Ada sejarah yang panjang dan rumit di tengah-tengah Israel, sejak mereka kembali dari pembuangan, mereka mendirikan Bait Suci yang kedua, lalu mereka mulai mengadakan ibadah di dalam kelompok imam yang memimpin mereka memberikan persembahan kepada Tuhan, keadaan sangat baik. Tapi kitab-kitab nabi-nabi yang berbicara seelah Israel kembali, ternyata membicarakan hal yang sangat negatif.
Herodes yang Saudara baca di dalam Injil setelah Yesus melayani, itu bukan Herodes Agung, itu adalah anak dari Herodes Agung. Ini yangd isebut dengan Antipas. Lalu ada Herodes yang disebut Filipus, ini dua bersaudara. Di tengah-tengah kekacauan politik seperti ini, orang Israel ambil sikap. Sebagian namanya Saduki, sikapnya adalah berteman dengan politik, karena kita hanya mungkin membuat suara dan pengaruh ketika kita ada di dalam politik. Maka orang Saduki sangat kompromi, mereka tidak mau memberontak, mereka dekat dengan kekuasaan, dan banyak dari orang Saduki adalah kaum intelektual yang sangat mengerti politik. Mereka adalah orang-orang yang memilih bargabung dengan kuasa untuk memberikan pengaruh dari dalam. Kelompok kedua adalah kelompok Farisi sebenarnya adalah kelompok yang menjadi besar karena gerakan puritan di dalam Israel. Ini adalah kelompok yang pergi ke rumah-rumah untuk menjelaskan Kitab Suci, mereka adalah kelompok yang sangat akrab dengan masyarakat bawah yang massal. Jadi grassroot, kelompok yang rendah, pendidikan kurang, kekayaan kurang, tapi jumlah banyak, ini dikuasai oleh Farisi. Mereka tadinya namanya bukan Farisi, nama mereka awalnya pemurnian iman, mereka mau menguduskan, kelompok yang dikenal sebagai kelompok yang menekankan hidup kudus juga di tengah-tengah orang Israel. Mereka akan mengajar tanpa lelah, mereka membimbing orang-orang untuk hidup kudus dan pengaruh mereka sangat besar. Dan Roma sangat jenius dalam berpolitik, kalau mereka tahu ada orang bisa menguasai massa, maka orang atau kelompok ini berpotensi menjadi bahaya, harus dirangkul. Itu sebabnya kelompok ini diberikan tempat di partai pemerintahan Israel, dan mereka disebut Farisi. Jadi mereka diberi partai, diberi wadah politik. Kelompok ini mulai lunak sama pemerintah, selalu begitu yang awalnya begitu keras melawan, tapi ketika diberi kedudukan di dalam pemerintah, akhirnya menjadi lunak. Mereka mulai diam dan mulai menjadi kelompok politis yang punya massa banyak. Sedangkan Saduki adalah kelompok politis yang punya relasi dengan kaum elit. Mana yang lebih kuat, relasi dengan kaum elit atau dengan massa? Ternyata dalam kasus Israel, yang punya massa jauh lebih berpengaruh ketika mendorong demo. Tapi yang punya relasi dengan kaum elit lebih berpengaruh dalam memutuskan hukum. Jadi tergantung, Saudara mau bermain di hukum yang resmi atau bermain di massa, kumpulkan orang. Kalau mau pro dengan politik maka pilih Saduki, punya relasi lebih tinggi. Kalau mau kekuatan massa, harus populer dan menjadi pendukung rakyat banyak. Ini yang terjadi waktu itu, sehingga Israel punya kesulitan dalam memutuskan kedudukan politik mereka. Dalam kelompok yang tadinya masuk dalam aliran kekudusan, dari apa yang sekarang disebut Farisi, menjadi kecewa karena Farisi menjadi partai. Mereka pikir cara terbaik menunjukan Kerajaan Israel adalah dengan memberontak, inilah yang akhirnya disebut Kaum Zelot. Ini adalah kelompok yang akan perang, mereka sangat diinspirasi oleh Yudas Makabeus, apa pun yang jadi seruan mereka adalah pemimpin-pemimpin perang itu, “demi Daud dan Tuhan, demi Yudas Makabeus dan Tuhan”, mereka akan memakai bintang Daud sebagai penyemangat, “dulu Daud tidak pernah kalah perang, mari kita perang”. Daud memang tidak pernah kalah, tapi mereka oun tidak pernah menang, itu bedanya. Mereka menjadi pemberontak yang sangat mengkhawatirkan, karena kadang-kadang untuk membiayai tentara mereka dan pemberontakan mereka, mereka harus merampok dari kampung-kampung Israel sendiri. Mereka mengambil makanan dari warga, mengapa mesti merampok? Karena mereka tidak tahu dapat makanan dari mana. Tapi mengapa mesti merampok warga sendiri? Karena sulit kalau mau merampok tentara Roma. Dan mereka menganggap ini adalah kecelakaan atau korban dari pihak warga, collateral damage, “jadi tidak apa-apa, ini memang pengorbanan yang harus dilakukan warga”. Kejahatan dari kaum Zelot menjadi sangat banyak. Terkadang mereka membunuh orang hanya karena kebencian, lalu mereka memakai sentimen kebangsaan, “dia pengkhianat”, lalu dibunuh, ini kejahatan yang banyak dilakukan oleh orang-orang Zelot. Kelompok lain namanya Eseni, mereka mengatakan “kami tidak mau ikut yang mana pun, kami menyingkir saja ke padang gurun”. Mereka membentuk komunitas di daerah sekitar Laut Mati, tugas mereka adalah menyalin Kitab Suci, mengajar orang, membaptis mereka, mengadopsi anak-anak yatim piatu untuk dipelihara, mereka tidak mau berurusan dengan politik. Maka di tengah-tengah kekacauan inilah Yesus datang.
Waktu Yesus datang, orang mau tahu “bagaimana sikapmu kepada pemerintah? Apakah Engkau mendukun gkelompok Zelot, apakah Engkau mengkritik pemerintahan dari dalam seperti Farisi, atau Engkau merangkul pemerintah? Tapi kalau Engkau mengaku sebagai Mesias, Engkau adalah Raja Israel. Tugas Raja Israel adalam memberontak, menghancurkan kerajaan-kerajaan, tugas Raja Israel adalah menundukan raja-raja kepada Tuhan”, ini yang mereka tuntut. “Kalau Engkau benar-benar miliknya Israel sebagai Mesias yang akan membebaskan kami, Engkau harus mengalahkan pemerintahan Roma”, ini akhirnya menjadi cara untuk menjatuhkan Yesus, yaitu minta Yesus memberikan pendapat kira-kira pemikiran politikNya bagaimana. Ini jenius sekali, mereka sudah siapkan segalanya, Ahli Taurat dan imam mau menjerat Yesus dengan pertanyaan politik seperti ini. Di dalam bagian lain Kitab Suci mengatakan mereka membawa orang-orang Herodian, kelompok pemimpin dan juga penjaga-penjaga Bait Suci untuk datang bersama mereka waktu mereka tanya pertanyaan ini kepada Yesus. Ini bukan hanya tanya jawab antara jemaat dan pemimpin, tapi antara jemaat dan pemimpin dan tentara sudah siap mengelilingi. Kalau Yesus menjawab dengan kalimat yang provokatif, akan ditangkap. Yesus akan ditangkap juga pada akhirnya, dan kalimat-kalimat yang dipakai adalah Dia mau menghancurkan Bait Suci, Dia mau mendirikan kerajaan, semua tuduhan diberikan kepada Yesus untuk membuat Dia dihukum mati. Maka mereka menanyakan satu pertanyaan yang sangat menjadi pergumulan, kelompok yang pro pemerintah mengatakan harus membayar pajak kepada pemerintah. Kelompok yang anti mengatakan tidak boleh membayar pajak kepada kaisar karena berarti mendukung pemerintahan Romawi, tapi kalau tidak bayar akan dibunuh jadi terpaksa bayar karena takut dibunuh. Kalau begitu bolehkah kita membayar kepada kaisar? Kelompok pertama mengatakan “jangan, karena itu berarti mendukung pemerintahan kafir”, satu lagi mengatakan “boleh, demi menyelamatkan diri”. Mereka mau tanya kepada Tuhan Yesus dengan harapan Yesus akan terjerat dengan kalimatNya sendiri. Yesus tentu tidak akan berpihak pada pemerintahan Roma, karena Dia mengaku sebagai Mesias, bukankah Mesias harusnya memerangi kerajaan yang sedang menindas Israel? Berarti Yesus akan anti Roma, dan karena itu Dia akan ditangkap dan dibunuh. Ini yang mereka mau, maka mereka tanya pertanyaan ini, Saudara bisa lihat di ayat 21, kalimatnya disusun dengan teliti sekali, sehingga Yesus terjerat dengan pertanyaan ini. Mereka pakai pendahuluan dulu, orang kalau bertanya pakai pendahuluan, itu bisa membuat kita membaca motivasi mereka apa, makanya kalau tanya to the point saja. “Guru, kami tahu bahwa segala perkataan dan pengajaranMu benar”, ini munafik luar biasa, “dan Engkau tidak cari muka”, maksudnya adalah tentu Yesus tidak takut pemerintahan Roma. Jalan Allah ini provokatif, karena istilah jalan Allah sering dipakai oleh orang pada zaman itu untuk menyatakan pemerintahan Tuhan datang, Kerajaan Allah datang inilah jalannya. Jalan Allah berarti semua pemerintah akan dihancurkan oleh jalan ini. Jadi ini jalan dalam pengertian Kerajaan Allah akan menghancurkan kerajaan dunia dengan jalan ini. Jalan itu diambil dari beberapa kitab di dalam Perjanjian Lama, misalnya kitab yang mengatakan “luruskanlah jalan bagi Tuhan kita”, jalan apa? jalan ketika raja dan pasukannya datang untuk mengalahkan bangsa-bangsa lain. Jadi ratakan tanah itu berarti Sang Raja akan datang, jangan dibangun lagi. Kerajaan itu akan datang dan menghancurkan, ini sangat provokatif, “Engkau mengajarkan jalan Allah”, jadi mereka sudah mengurung Yesus untuk menjawab dengan sangat sulit. Kalau Dia mengatakan “tetap bayar pajak kepada kaisar”, habislah Dia, warga akan diprovokasi, “lihat pemimpinmu, penakut, tidak berani melawan Kerajaan Roma, kalau begitu Dia akan habis, kita tidak perlu ikut Dia”. Tapi kalau Yesus mengatakan “jangan bayar pajak kepada kaisar”, Dia akan dimusnahkan oleh pemerintahan kaisar, tentara tinggal menangkap Dia, lalu Dia akan dihakimi. Jadi Yesus menjawab apa? Yesus menjawab dengan tema yang sangat Kristologis, kita akan sulit menghargai jawaban Yesus kalau kita tidak mengerti konsep Kristologi dari Injil Lukas, Matius, Markus dan Yohanes juga. Apa yang Injil katakan tentang Yesus, tentang Raja ini? Raja ini adalah raja bukan hanya atas Israel, tapi atas seluruh kerajaan, ini yang kitab suci katakan. Dalam Yesaya 24, 25, 26, 27 di situ ada pembahasan tentang kehancuran bangsa-bangsa dan pemulihan oleh jalan Tuhan. Jadi Tuhan akan pulihkan bangsa-bangsa lewat keturunan Daud, Anak Daud akan bertahta atas bangsa-bangsa. Bangsa dari timur dan barat akan kumpul untuk menyambut Sang Mesias ini. Dikatakan bahwa bangsa-bangsa akan datang dan tunduk pada Raja ini. Jadi Yesus bukan hanya Raja atas Israel, Dia adalah Raja dari seluruh bangsa dan Dia adalah Raja atas segala raja. Dia adalah King of kings, Lord of lords. Dia adalah sang Basileus, Sang Raja, Dia juga adalah Sang Kyrios, Sang Raja yang lebih tinggi dari raja-raja yang lain dan lebih besar dari tuan-tuan yang lain. Inilah yang dinyatakan oleh Kitab Suci, kalau Dia adalah Raja atas segala raja berarti Oktavianus atau Kaisar Agustus, mereka pun lebih rendah dari Yesus. Kalau raja-raja dunia lebih rendah dari Yesus, maka Yesus harusnya mengatakan “jangan membayar pajak kepada kaisar”, apakah begitu? Ternyata tidak, kalau Yesus adalah pemimpin yang lebih tinggi dari semua, maka sistem yang adil dari raja-raja itu harus dipertahankan. Ini poin penting untuk kita pahami. Kalau Yesus datang mengklaim kerajaanNya maka raja-raja lain menjadi raja di bawahNya. Kita pakai konteks kita, kalau Yesus adalah Raja atas segala raja maka raja-raja lain menjadi gubernur di bawah Dia. Yang tadinya adalah pemimpin, yang tidak punya siapa-siapa di atasnya untuk mengatur dia, sekarang punya Yesus untuk atur dia. Kalau Yesus adalah Pengatur, Raja, Tuan dari semua pemerintahan maka segala sistem pemerintahan yang baik itu berasal dari Dia. Di dalam Mazmur dikatakan pemerintahan Dia adalah pemerintahan yang penuh dengan keadilan, tongkat keadilan ada pada Dia, kefasikan tidak dikenal oleh Dia. Dikatakan di dalam Yesaya, “jika raja ini datang”, Yesaya selalu mengatakan raja sebagai hamba, ini unik sekali. Di dalam Yesaya diperkenalkan servant king, raja yang disebut dengan hamba. Karena di bagian lain dikatakan “inilah raja”, Yesaya mengatakan “inilah hamba”. Inilah Anak Allah, Anak Allah artinya Raja. Anak Allah tentunya Prinadi kedua dari Tritunggal, tapi juga adalah perkataan untuk ditujukan kepada raja. Jadi istilah Anak Allah itu berarti Raja. Maka waktu dikatakan “inilah AnakKu”, itu berarti Raja. Tapi Yesaya mengubah “inilah AnakKu” menjadi “inilah hambaKu”, raja juga adalah hamba. Di Kitab Yesaya ada penemuan, pengajaran yang luar biasa, siapa yang mau jadi pemimpin harus menjadi hamba. Siapa mau jadi paling tinggi, dia harus rela menjadi yang paling rendah. Ini konsep Kristen yang dipopulerkan oleh Yesaya. Maka di Yesaya dikatakan “lihat hambaKu, Dia tidak akan patahkan buluh yangs udah terkulai, Dia akan mengajarkan bangsa-bangsa hikmat. dan seluruh pulau akan mengharapkan pengajaranNya”. Seluruh pulau berarti bukan hanya raja di daerah kita tapi raja di seberang lautan pun akan mengharapkan ajaran dari Yesus. Yesus akan menjadi Raja bagi semua. Dan cara Dia menjadi Raja bukan dengan mematahkan buluh yang terkulai, Dia tidak menghancurkan kerajaan untuk ditaklukan. Dia memberikan diriNya untuk memurnikan kerajaan-kerajaan di dunia, ini pengertian yang indah sekali dari Kitab Suci. Tidak banyak orang Farisi yang tahu ini, mereka cuma tahu kalau Mesias datang, dia akan menghancurkan semua. Tapi Alkitab mengajarkan kalau Mesias datang, Dia akan memulihkan semua. Itu sebabnya waktu ditanya boleh tidak membayar pajak kepada kaisar? Yang bertanya beranggapan bahwa Yesus akan datang untuk menghancurkan kaisar, sedangkan Yesus menjawab dari sudut pandang nabi-nabi yaitu Mesias datang untuk memberikan pencerahan tentang bagaimana menjadi pemimpin yang baik kepada kaisar. Ini yang Yesus akan lakukan dengan cara mati dan bangkit.
Mati dan bangkit mengajarkan apa? Yesus mati dan bangkit menebus kita menjadi umatNya. Dan umatNya dengan hikmat Roh Kudus yang dimiliki oleh Kristus akan mengajar pemerintah tentang bagaimana harus bersikap. Setelah kebangkitan Kristus, orang Kristen pergi kemana-mana memberitakan Injil dan menawarkan hidupnya menjadi contoh hidup yang baik. Mereka menawarkan tentang keadilan yang tidak bersifat balas dendam, kalau kamu ditampar pipimu yang satu, berikan pipimu yang lain, itu tanda diri sudah siap kehilangan hak. Tapi orang yang siap kehilangan hak, kalau dia membela keadilan, keadilan itu pasti murni untuk masyarakat. Orang Kristen tidak akan mengubah undang-undang demi kepentingan diri, orang Kristen tidak akan atur pemerintahan demi kepentingan kelompok. Orang Kristen yang mengerti ajaran Yesus, “kalau kamu ditampar pipimu yang satu, berikan pipi yang lain”, dia akan menjalankan keadilan bukan untuk mengamankan pipinya. Dia sudah siap ditampar, tapi dia tidak siap melihat ketidak-adilan terjadi. Dia akan membela keadilan dengan sekuat mungkin, dan dia akan melakukan itu demi Tuhannya. Setelah Kristus mati dan bangkit, pengaruh Kekristenan masuk dengan cara yang sangat massive kepada masyarakat dan pelan-pelan memengaruhi pemerintah. Di tahun 313, ada permufakatan dari kaisar-kaisar Roma, waktu itu Roma dibagi dalam beberapa bagian, mereka menandatangani persetujuan bahwa Kekristenan adalah agama yang sah, itu pertama kali. Mengapa mereka menyetujui Kekristenan adalah agama yang sah? Apakah karena bujukan dari Kristen? Karena sense keadilan. Bagaimana sense keadilan bisa masuk kepada mereak? Seorang bernama Richard Mouw mengatakan sense keadilan mulai masuk pada hati Konstantine. Saat itu Konstantine belum Kristen, dia mulai terpengaruh oleh Kekristenan karena cara hidup orang Kristen yang menekankan kasih dan keadilan. Mereka adalah orang-orang yang fair, mereka tidak pergi ke masyarakat lalu minta diperlakukan spesial, mereka tidak minta dirinya sebagai korban yang perlu dibantu terus-menerus, orang Kristen sangat mengerti bagaimana hidup sebagai berkat. Itu sebabnya mereka dihormati banyak orang. Di dalam Kitab Para Rasul dikatakan orang-orang ini berkumpul di serambi Salomo, tidak ada orang yang berani mengganggu mereka, karena orang lain sangat menghormati mereka. Mengapa orang Kristen dihormati? Karena kemana-mana mereka menjalankan kasih, keadilan, dan mereka selalu mau jadi berkat. Kalau orang Kristen cuma mau jadi perongrong, minta orang lain jadi sumber berkat untuk kita, Kekristenan pasti dihina orang. Mengapa Kekristenan dihormati? Karena tidak pernah minta-minta, selalu pikir bagaimana memberi. Inilah yang harus diajarkan kepada generasi kita. Jangan jadi orang yang cuma menyusahkan orang lain. Pemerintahan Roma yang begitu kejam sama orang Kristen bisa berubah sikap, bukan karena Konstantine jadi kaisar dan kemudian jadi Kristen. Banyak orang salah mengerti mengapa Roma berubah, mereka anggap karena Konstantine menjadi Kristen lalu mereka mengsahkan Kristen. Jangan pikir bisa dilakukan semudah itu. Tinggal di Indonesia jangan berharap kalau nanti presidennya Kristen, baru kita akan aman. Kita harus menabur mulai sekarang. Mengapa tahun 313 akhirnya orang Kristen diakui, kemudian setelah itu orang Kristen punya pengaruh sangat besar kemana-mana. Jawabannya hanya satu, karena mereka menabur dari abad pertama menjadi berkat, terus-menerus mau jadi berkat, menabur hidup yang bijaksana. Menabur ide hidup yang dinyatakan lewat cara hidup. Banyak orang Kristen sekarang menabur ide tapi tidak ada cara, menabur pemikiran tapi hidupnya kacau. Pada zaman itu banyak orang Kristen menjadi contoh sehingga pemerintah mengatakan “kami tidak mungkin akui agama yang paling menjadi berkat”. Ada kalimat yang pernah keluar dari seorang bernama Trajan, “kita tidak ada alasan untuk menangkap orang Kristen, tunggu pengaduan orang masuk, baru kita tangkap mereka”. Maka Yesus memberikan pengaruh kepada kerajaan dengan cara seperti itu, jangka panjang. Dia tidak menghancurkan pemerintahan Roma, Dia memberikan garam dan terang pelan-pelan lewat umatNya, akhirnya Roma pun mendapat berkat dari orang-orang Kristen. Orang-orang Farisi tidak mengerti hal ini, Ahli Taurat tidak mengerti, mereka cuma pikir Yesus mau hancurkan Roma atau kalau Dia adalah mesias palsu, mereka akan menangkapNya. Dan Yesus menjawab dengan cara yang sangat simple, Dia mengatakan “kalau Aku adalah Raja atas segala raja, maka sistemnya raja ini ada yang baik, ada yang buruk”. Salah satu sistem yang baik adalah perpajakan. Perpajakan memastikan bahwa semua orang berbagian untuk mendukung sebuah negara dan semua berbagian berdasarkan kemampuan. Yang besar beri besar, yang sedikit beri sedikit. Sistem perpajakan dilakukan dengan sangat teliti, “uangmu berapa sekarang harus bayar berapa”. Ini namanya keadilan. Keadilan yang bisa disalah-gunakan, bagaimana caranya menanggulangi ini? Saudara bukan mengatakan “perang revolusi”, tapi Saudara mulai bersumbangsih untuk memperbaiki apa yang masih kurang sebagai gereja Tuhan. Ada orang yang masih harus didoakan untuk masuk dalam dunia publik, dunia pemerintah untuk membereskan hal ini. Tetapi perpajakan itu sendiri bukanlah hal yang menandakan kita sedang melawan Tuhan.
Itu sebabnya Yesus mengklaim diriNya sebagai Raja yang menyetujui sistem perpajakan yang dilakukan pemerintahan Roma. Tapi kalau Yesus mengatakan boleh bayar pajak kepada kaisar, ini akan jadi mainan politik lagi “statement-Mu akan kami viralkan”. Jadi mereka sudah siap menangkap Yesus, itu sebabnya Yesus harus menekankan bahwa Tuhan menyetujui sistem perpajakan untuk memelihara keadilan, tapi kamu pun menyetejui sistem keuangan Roma dengan memakai uangnya Roma. Ini poin penting yang Yesus temukan untuk menjadi jalan. Dia menyatakan kebenaran dan sekaligus membuat orang tidak bisa menangkap Dia. Dia mengatakan “berikan kepadaKu sebuah dinar. Ini gambar dan tulisan siapa?”, gambar dan tulisan kaisar. Tulisan di sebuah uang akan menandakan kemenangan orang Roma atas peperangan tertentu. Jadi mereka mengabadikan di angkatnya kaisar atau kemenangan perang di dalam sebuah koin. Dan salah satu kemenangan perang adalah kemenangan ketika mereka mengalahkan pemberontakan sebelum zaman Herodes, yaitu yang ada pada dinarnya orang Yahudi. Romawi itu kejam, di dinarnya Yahudi ada seruan kemenangan orang Roma atas Israel. Itu cara Roma untuk menunjukan “kamu itu orang taklukan, kami taklukan kamu. Kami abadikan itu di dalam koin, kami paksa kamu pakai koin ini untuk berdagang”. Tulisannya adalah dewa atau tuan, kyrios dan penyelamat, lalu nama kaisar dengan segala julukannya akan masuk, “Oktavianus Augustus Caesarus Kyrios”, dan lain-lain. Ada satu koin yang ada pohon palem, melambangkan kesejahteraan zamannya Yudas Makabeus, dan di sebelahnya ada orang Romawi sedang berdiri dengan gagah, menunjukan bahwa mereka sudah menaklukan Israel. koin yang dicetak sangat provokatif. Maka Yesus tanya “ini tulisan dan gambar siapa?”, itu saja sudah membuat orang Israel tersinggung. Yesus mengatakan “mengapa kamu pakai uang ini? ini uangmu atau uang kaisar?”, “uang kaisar”, kalau uang kaisar, berikan kepada kaisar. Kalau ini uang kamu, mengapa kamu mengakui penaklukan kaisar?”, ini membuat orang susah sekali menjawab. “Kalau ini uang kaisar, berikan kepada dia”, “baik, akan diberikan”, “jadi boleh tidak membayar pajak?”, “dalam hal ini sepertinya boleh”, selesai kasusnya. Tapi Yesus tidak hanya berhenti di situ, Dia juga mengatakan “berikan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah”. Termasuk sindiran kepada pemerintah, pemerintah itu milik Allah, semua harus diberikan untuk Allah. “Dirimu adalah milik Allah karena kamu adalah gambarNya Allah. Aku adalah milik Allah karena Aku adalah Mesias yang diutus oleh Dia”. Semua milik Allah maka semua harus memberikan apa pun untuk siapa demi Allah. “Kamu bayar pajak demi Allah, kamu lakukan ini bukan karena penghormatan yang menyembah kaisar, tapi karena kamu mau taat kepada Allah”, ini yang dirangkum Paulus dengan sangat indah di Roma 13, “taatlah kepada pemerintah demi Allah”.
Saudara dan saya bukan orang-orang yang menjilat pemerintah karena kita takut pada mereka, kita mau tunduk kepada pemerintah karena kita takut kepada Allah. Pengajaran dari Yesus sangat indah, “kamu adalah gambarNya Allah, berikan dirimu untuk Allah. Apa yang wajib kamu bayar harus kamu bayarkan”. Mereka menerima sistem Roma selama itu menguntungkan mereka. Tapi karena sistem perpajakan merugikan mereka, mereka anti. Mereka bukan anti karena cinta Tuhan, tapi mereka anti karena cinta uang. Itu sebabnya Yesus sedang membongkar kepada mereka, gambar dan tulisan yang ada di uang menandakan kemenangan dia. Tapi kerelaan mereka untuk memegang dan memasukan uang itu ke kantong, menandakan bahwa mereka sebenarnya menyembah uang. Kamu cinta uang sedemikian besar, sehingga kamu pakai alasan Tuhan untuk tidak mau bayar pajak, “saya tidak mau bayar pajak karena Tuhanlah Allahku”, “bayar perpuluhan juga?”, “itu lupa”, itu sama saja. Maka Yesus sedang menyatakan hal yang sangat penting, bahwa Dia adalah Mesias yang akan memurnikan segala sesuatu bukan dengan perang frontal, tapi dengan pengaruh yang masuk lewat kematian dan kebangkitan Dia. Sampai sekarang Yesus terus memberikan pengaruhNya bagi pemerintah. Dan saya percaya pemerintahan Indonesia akan mendapatkan berkat yang limpah melalui gerakan Reformed Injili. Saya bukan orang yang sedang membicarakan sesuatu yang menyombongkan diri, tapi membicarakan sebuah fakta, sampai sekarang Tuhan memberkati gerakan Reformed Injili, meskipun kecil tapi punya pengaruh yang sangat besar. Tuhan izinkan orang-orang terbaik ada di dalam gerakan ini untuk memberikan bagian di dalam menyatakan kebenaran. Dan orang-orang terbaik ini tetap tidak merasa dirinya terbaik. Kita harus bersyukur karena suatu saat nanti semakin ke depan, Tuhan akan menjadi Raja yang bukan menghancurkan pemerintahan Indonesia, tapi yang memberikan berkat dari dalam melalui orang-orang Kristen. Inilah cara Kerajaan Allah dinyatakan. Kerajaan yang tidak menghancurkan kejahatan sebelum memberkatinya dengan tawaran bertobat. Kerajaan yang tidak menghancurkan kejahatan sebelum memberikan contoh kebaikan untuk membuat dia berubah. Kerajaan yang tidak membiarkan hitam dan kekacauan terjadi, yang tidak menghancurkannya dengan cara memotong dan membuang, tapi dengan cara menebus. Tuhan tidak menghancurkan pemerintahan korup, tapi Tuhan menebusnya dan mempertobatkannya jika memang Tuhan beranugerah, mereka akan bertobat. Tuhan tidak menghancurkan orang-orang jahat, tapi Tuhan memberikan tawaran pertobatan untuk mereka kembali kepada Tuhan. Inilah penaklukan yang jauh lebih agung, penaklukan yang tidak pakai senjata untuk hantam orang, tapi penaklukan yang kadang-kadang pakai diri untuk dihantam oleh senjata orang lain lebih dulu. Saya sangat terharu dengan kisah Jim Elliot, yang sudah ditikam oleh suku indian di Amerika, kemudian istrinya datang untuk menginjili orang itu. Terus menginjili sampai kepala suku yang tangannya tikam suaminya, akhirnya bertobat menjadi Kristen. Mengapa istri ini mau datang untuk bertemu? Karena dalam beberapa waktu dia sangat membenci kelompok ini, sangat trauma dan tidak mau pikirkan lagi ada daerah yang pernah diinjili oleh suaminya. Tapi kemudian Tuhan menyentuh hatinya dan mengatakan “Yesus sudah mati bagimu dan sudah mati bagi mereka, bawa berita ini kepada mereka”. Lalu dia pergi bertemu dengan pembunuh suaminya, beritakan Injil kepada mereka, mengorbankan segala waktu, uang dan kekuatan yang dimiliki untuk memenangkan orang-orang yang sudah membunuh suami dan teman-temannya. Ini namanya perjuangan yang membuat Kerajaan Allah menaklukan bangsa-bangsa, penaklukan dengan kerelaan berkorban, penaklukan dengan kualitas hidup benar dan hidup baik yang dibagikan kepada masyarakat dunia ini. Bangsa ini tidak tahu cara hidup baik, tapi Kristus tahu dan Kristus memberikan hikmatNya kepada kita. Itu sebabnya kita mempelajari Kitab Suci, supaya kita tahu bagaimana hidup beres dan kita tahu bagaimana Tuhan memakai kita untuk bangsa ini. Kiranya Tuhan memberkati kita, mengerti bagaimana peran Sang Raja segala raja yaitu Kristus menaklukan raja-raja dunia ini dengan keagungan kasih, pengorbanan dan hikmat sorgawiNya.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkohtbah)
- Injil Lukas
- 2 Mar 2018
Kesabaran Allah
(Lukas 20: 9-19)
Ini adalah bagian yang sangat menakutkan, terutama bagi orang Israel karena di dalam Kitab Yesaya, Israel dianggap sebagai kebun anggur. “Kebun anggurku tidak menghasilkan apa-apa”. Di dalam Yeheskiel perumpamaan ini juga diulangi, Tuhan melihat Israel sebagai kebun anggurNya yang tidak memberikan hasil pada waktunya. Anggur merupakan minuman yang sangat mempunyai simbol di dalam Perjanjian Lama. Anggur adalah simbol sukacita akhir zaman, simbol kesenangan karena Tuhan memulihkan langit dan bumi. Itu sebabnya setelah Nuh selamat dari air bah, dia keluar dari bahtera, Tuhan suruh dia untuk menjadi petani anggur. Mungkin kita berpikir mengapa Nuh harus bertani anggur, karena anggur melambangkan janji pemulihan yang Tuhan berikan, janji kesenangan dan sukacita yang Tuhan berikan tidak dimatikan melalui air bah. Air bah tidak membatalkan janji Tuhan kepada manusia. Sehingga meskipun ada hukuman yang sangat global, menghancurkan seluruh manusia kecuali Nuh dan keluarganya, Tuhan tetap setia kepada janjiNya memberikan kesenangan, sukacita dan damai atau shalom di tengah-tengah manusia. Tuhan berencana memberikan shalom. Ada seorang filsuf dan teolog dari Amerika bernama Nicholas Wolterstroff, dia adalah orang yang sangat pintar, pemikirannya diakui di bidang filsafat, dia sangat diakui di bidang etika, teologi, dia juga sangat bersuara di tengah-tengah orang yang ahli seni dan musik. Dia adalah seorang yang sangat fasih memahami musik dan lukisan. Saudara kalau bicara dengan orang seperti ini seolah dia tahu semua dalam level doktor untuk yang Saudara bicarakan. Saudara Wolterstroff mengatakan bahwa Tuhan menetapkan shalom menjadi keadaan yang akan dinikmati oleh manusia. Tuhan tidak mau manusia terus hidup di dalam keadaan kacau-balau, tidak adil, penuh kejahatan, penuh dosa, penuh kecemaran, baik dosa dan kecemaran di luar manusia dan di dalam manusia, baik di luar diri kita dan di dalam diri kita. Tuhan tidak mau kita dikacaukan oleh dosa di dalam kita dan Tuhan tidak mau kita hidup di tengah-tengah dunia berdosa. Maka Tuhan menyiapkan penebusan, Tuhan mau bereskan semua yang rusak, dan Tuhan mau berikan damai sejahtera, shalom. Dan apakah tugas orang Kristen? Tugas orang Kristen adalah menyatakan cicipan shalom itu melalui keberadaannya. Ini tugas yang sangat berat, ini tugas yang sulit dilakukan di tengah dunia yang berdosa, di tengah dunia yang tidak mengerti apa itu keadilan, di tengah dunia yang hanya tahu diri, hanya tahu kemakmuran untuk diri, hanya tahu merugikan orang lain, kita tetap harus mengusahakan shalom itu. Tuhan merencanakan shalom, damai sejahtera. Tapi damai ini diberikan hanya bagi umat bukan bagi semua. Hanya bagi orang yang di dalam Kristus dan bukan untuk semua yang lain. Itu sebabnya Tuhan menyiapkan umat untuk nanti mendapatkan kenikmatan, menerima shalom, menerima damai sejahtera dari Tuhan. Dan salah satu yang dipakai sebagai lambang dari damai sejahtera adalah anggur.
Anggur adalah lambang pesta, lambang kesenangan. Dan sering kali Perjanjian Lama memakai gambaran pernikahan untuk menggambarkan sukacita ketika Tuhan pulihkan semua. Dan bagi orang Yahudi, pernikahan adalah sedikit simbol. Bersifat simbolik untuk pemulihan yang Tuhan janjikan bagi Israel. Jadi setiap kali mereka pergi ke pesta pernikahan, ada nilai sakral di dalamnya. Pesta pernikahan Yahudi sangat unik, mereka akan mengikat janji, disahkan, lalu mereka akan deal tentang perjanjian apa yang harus dilakukan oleh keluarga laki-laki dan oleh keluarga perempuan. Setelah itu mereka akan pesta, kemudian mereka lanjutkan dengan perjanjian kepada keluarga, setelah itu pulang. Ini menunjukan bahwa ada keseriusan dari orang Israel untuk mempersiapkan pernikahan, bukan hanya untuk dua orang yang mau dinikahkan, tapi untuk menggambarkan sukacita yang akan datang. Maka pergi ke pesta nikah itu penting, bukan penting karena dapat makan gratis, karena senang-senang, tapi penting karena boleh mengingat kembali janji Tuhan yang akan pulihkan langit dan bumi dan pulihkan umatNya bersama dengan Dia. Waktu orang-orang masuk dalam pesta pernikahan, mereka disegarkan kembali dengan janji ini. Maka ini menjadi satu hal yang bagus dari tradisi Yahudi, harus diambil juga oleh orang Kristen. Orang Kristen kalau menikah coba pikir apa yang akan didapat oleh orang yang diundang. Tapi Saudara harus punya aspek rohani yang besar dalam pernikahan. Saudara ingin dipaparkan pada kesetiaan dan janji Tuhan, sehingga waktu mereka datang ke pernikahan, mereka menikmati disegarkan kembali oleh janji Tuhan yang akan menikahkan gerejaNya dengan Kristus. Kesatuan antara Kristus dan gerejaNya mesti dinyatakan dalam pernikahan.
Lalu ada satu juga yang penting, bahwa kembalinya Tuhan ke bumi untuk memulihkan Israel itu akan menjadi seperti upacara kemenangan perang. Tuhan akan membuat bukan hanya pesta nikah, tapi juga upacara kemenangan perang. Tuhan menang perang, musuh ditaklukan dan ini salah satunya digambarkan dalam Mazmur 118, ayat-ayat ini sangat penting karena ini menunjukan kemenangan Israel atas musuh-musuhnya. Orang menghimpit Israel, tapi Tuhan membela. Orang menghancurkan Israel, tapi Tuhan meninggikan kembali. Tuhan datang dan memberikan kemenangan, kejayaan. Lalu bagaimana dengan satu bagian yang sangat unik? Karena ada satu bagian yang mengatakan “batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru”, ini seperti kalimat yang aneh sendiri. Dalam Mazmur 118 ada pernyataan Tuhan menang, Tuhan pembelaku, aku tidak akan kalah, aku tidak akan hancur, tapi kalimat batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan ini menjadi gangguan dalam hermeneutik, dalam menafsirkan bagian-bagian ini. Ini menjadi isu bagi para Ahli Taurat, mereka membaca Mazmur 118 dan mereka bingung mengapa ada ayat ini, mengapa ada batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan? Siapa batu ini? Apakah batu ini sedang berbicara tentang seseorang atau bagaimana? Ini menjadi bagian yang ditafsir banyak sekali oleh orang Yahudi. Dan inilah yang Yesus pakai untuk mereinterpretasi kemenangan Israel. Israel menang, bagaimana cara mereka menang? Dengan cara Tuhan menghakimi musuh-musuhnya. Maka waktu Yesus masuk Yerusalem, banyak orang berpikir sekarang Tuhan akan menghakimi musuh-musuhNya, sekarang Tuhan akan menghancurkan musuh-musuhNya. Tapi yang tidak mereka sadari bahwa isu yang lebih penting pada saat ini bukan menghancurkan musuh-musuhNya, melainkan orang yang kekasihnya Tuhan sekarang berbalik jadi musuhNya Tuhan. Tuhan datang untuk menghancurkan musuhNya, tapi siapa musuhNya? Israel sendiri sudah menolak Dia, dengan menolak Sang Anak. Yesus mau memberikan pesan yang penting sekali untuk orang Israel pada waktu itu bahwa merekalah masalahNya Tuhan. Tuhan tidak punya problem dengan bangsa-bangsa lain lebih besar dari pada Tuhan punya problem dengan Israel. Maka Tuhan membicarakan tenang penggarap-penggarapan kebun anggur. Anggur yang dijadikan lambang perjanjian, lambang sukacita, lambang pemulihan dari Tuhan, sekarang dijadikan contoh yang negatif sekali. Yesus ambil dari Yesaya dan Yehezkiel, ketika Tuhan berkata Israel kebun anggurKu yang tidak menghasilkan buah. Tuhan jadi seperti pemilik anggur, Israel jadi seperi kebun anggur di satu sisi atau sebagai orang-orang yang merawat kebun anggur, di perumpamaan yang lain. Jadi Tuhan Sang Pemilik tanya “bagaimana hasil anggurnya?”, lalu orang Israel bilang “kami tidak kenal Engkau dan kami tidak mau serahkan hasilnya kepadaMu”, maka Tuhan buang, itu di Yesaya. Di dalam Yehezkiel, Israel adalah kebun anggur, tapi Tuhan tunggu-tunggu hasilnya, tetap tidak ada, maka Tuhan buang mereka. Jadi baik Yesaya maupun Yehezkiel menceritakan tentang Tuhan yang membuang kebun anggur.
Yesus dalam bagian ini memberikan sesuatu yang baru. Yesus memberikan alasan mengapa Tuhan buang Israel. Karena kalau kita baca Yesaya atau Yehezkiel, seolah-olah Tuhan buang Israel karena tidak ada hasil saja. Tuhan datang lalu lihat “mana hasilnya?”, “tidak ada”, “hancurkan”, Tuhan jahat sekali hanya karena tidak ada hasil maka dihancurkan. Bukan hanya karena tidak ada hasil, sebab seluruh Yehezkiel dan bagian dari Yesaya sedang menceritakan jahatnya Israel. Kebun anggur yang tidak ada hasil ini bukan hanya kebun anggur yang mandul, tapi ini adalah kebun anggur yang sangat jahat. Maka Tuhan Yesus memberikan interpretasi yang penting sekali yaitu ada seorang menyewakan kebun anggurnya kepada penggarap-penggarap. Seluruh penggarap kerja di situ dan mereka mengklaim kebun ini menjadi milik mereka. Mereka tidak mau serahkan hasilnya kepada pemilik, mereka secara sepihak mengklaim hak dan otoritas atas sesuatu yang mereka tidak punya hak atasnya. Ini tidak hanya terjadi pada zaman Yesus, zaman sekarang pun terjadi seperti itu. Orang mengklaim dirinya punya otoritas, orang mengklaim dirinya di atas hukum. Kita tinggal di negara yang hukumnya tidak jelas menyatakan kebenaran, apa yang benar bisa dibalik dijadikan salah, apa yang salah bisa dibalik jadi benar. Orang Kristen yang punya anak, tidak arahkan anaknya untuk berjuang di tengah masyarakat, selalu arahkan anaknya untuk sukses, kaya, banyak uang. Orang tua kalau tidak arahkan anaknya untuk cinta Tuhan, cinta lingkungan, masyarakat dan negara, orang tua itu akan dihakimi oleh Tuhan. Kalau cuma sharing “nak, jadi orang kaya, punya banyak uang, pintar bisnis”, Tuhan akan hancurkan usaha orang itu, Tuhan akan membuat uangnya jadi karat dan tidak ada gunanya. Taati Tuhan dan perjuangkan kebenaran Tuhan di tengah negara ini, share ini ke anakmu. Dan jika Saudara anak muda, miliki visi untuk ini. Saudara harus tahu apa yang harus dilakukan, tapi lebih dari itu Saudara mesti tahu mengapa harus lakukan itu. Banyak anak muda tanya “pak, saya harus kerja apa ya? Panggilan saya apa?”, saya selalu mengatakan “jangan tanya panggilan spesifik, tanya dulu kamu sudah siap berkorban belum?”. Di retret pemuda pakai tema living sacrifice, karena orang selalu ingin tahu ke kiri atau ke kanan. Saya selalu bilang, tidak masalah kamu ke kiri atau ke kanan, asal kamu rela berkorban atau tidak. Jika kamu rela berkorban, jalanilah ke kiri atau ke kanan dengan semangat berkorban. Kalau di kiri atau di kanan kamu tidak rela berkorban, kamu pindah jurusan, pindah pekerjaan, atau pindah panggilan pun tetap tidak berguna. Saya sering amati orang yang bertanggung jawab dalam segala hal, itu yang akan dipakai Tuhan. Lebih baik salah memilih keputusan untuk kerja, dari pada punya jiwa yang salah untuk kerja. Anak muda sering bertanya “kalau saya salah studi bagaimana? Salah kerja bagaimana? Salah kantor bagaimana?”, itu tidak sefatal kalau kamu salah sikap. Karena meskipun kamu ada di tempat yang benar, sikapmu salah, kamu akan permalukan Tuhan. Kita mau berjuang supaya ada keadilan dan kebenaran.
Waktu Tuhan membuat kebun anggur, lalu minta orang-orang untuk merawat kebun anggur ini, mereka langsung mengklaim kebun anggur ini “kami yang punya, kamu mau apa? pokoknya ini hak kami, kami mau melakukan apa yang kami mau”, “itu dari mana klaimnya?”, “dari kami dan kami banyak, kami punya massa, kami kuat”. Banyak problem di dunia seperti itu. “Mengapa kamu bisa membelokan hukum?”, “karena kami punya power, kamu mau apa?”. Maka utusan pertama dipukul, dia pulang dengan wajah yangs udah dipukul “tuan, mereka memukul saya”, tuannya tidak marah. Saudara kalau lihat cerita ini total, tuannya punya kekuatan yang besar sekali untuk menghancurkan penggarap-penggarap itu, tapi tuannya tetap sabar. Lalu dia kirim orang yang kedua. Orang kedua punya jiwa diplomasi lebih bagus dan orang kedua juga dipukul. Tuannya dengan sabar mengatakan “saya suruh orang ketiga”, orang ketiga adalah orang yang lebih tegas. Orang ketiga datang langsung dipukul, disiksa, dilempar ke luar, penuh luka lebih parah lagi. Lalu tuannya mengatakan “sekarang saya akan kirim anakku”, “tuan, saya sudah dilukai begini, mengapa masih mau kirim anak tuan?”, “mungkin mereka tersinggung karena saya cuma mengirim kamu, bukan anakku. Jadi saya akan kirim anakku”. Lukas itu sering sekali memberikan perumpamaan tentang Tuhan yang begitu lembut. Tuhan tidak hanya lembut, ada sisi tegasnya juga. Tapi Lukas sering menonjolkan sisi Tuhan yang begitu lembut. Lukas sedang menggambarkan bahwa ada ayah yang begitu sabar, ini mencerminkan kesabaran Tuhan. Tuannya begitu sabar kepada para penggarap kebun anggur ini, maka dia utus anakaya. “Anakku pasti mereka segani, ini anakku yang kekasih, aku sangat sayang anak ini. Sekarang saya minta anakku yang menangani, bicara dengan mereka”, “bagaimana kalau terjadi huru-hara?”, “tidak, saya yakin kamu akan disegani”. Ini namanya perumpamaan, tidak menjelaskan semua tentang Allah dari perumpamaan ini. Mereka menganggap Tuan itu berada jauh, tidak bisa menghakimi, dia toleransi kepada kita, dia tidak peduli akan apa pun yang kita lakukan, dia tutup mata karena dia bodoh. Tuan pemilik tanah ini bodoh karena dia tidak menghakimi”. Kesabaran Tuhan sering dianggap kebodohan oleh orang-orang yang melawan Tuhan. Tuhan tidak bodoh, Dia sabar. Kesabaran Tuhan kalau dianggap kebodohan itu jahatnya bukan main. Tapi waktu kabar anaknya mati ke tuan itu, tuan itu langsung tunjukan kekuatannya yang asli, dia kirim tentaranya, matikan semua penjaga kebun anggur itu. Berarti yang Yesaya dan Yehezkiel katakan itu adalah kesimpulannya, sedangkan Yesus menggambarkan pergumulan Allah untuk menghukum Israel. Tuhan masih tahan kesabaranNya, Tuhan masih tahan penghakimanNya, Tuhan masih tahan penghukumanNya, karena menanti orang-orang ini bertobat. Tuhan begitu sabar terhadap Israel, menunggu mereka bertobat “kapan kamu bertobat, kapan kamu kembali?”.
Perumpamaan ini menggambarkan isi hati Tuhan. Tuhan bisa menghantam Israel dengan langsung ketika kejahatan mereka semakin besar. Israel begitu kejam, mereka memanipulasi segalanya, pemimpin agama korup, pemimpin politik cari kedudukan, menindas rakyat demi membela diri di hadapan pemimpin Roma. Orang yang memimpin Israel, semua menjilat Kekaisaran Roma. Mereka ingin kuasa dan mereka menjilat senat Roma, mereka memberi persembahan yang banyak untuk Roma supaya mereka boleh duduk menjadi pemimpin di Israel. Tuhan masih sabar, “Aku kirim nabi dulu, supaya kalau nabi itu datang mengkoreksi semuanya”, maka Tuhan kirim nabi berseru “bertobatlah kamu”, nabi ini tidak hanya tidak didengar, tapi juga dipukul. Apakah Tuhan marah kepada Israel? Tidak, Tuhan kirim nabi yang lain. Tuhan kirim orang-orang yang sangat berjuang untuk membereskan Israel, tapi dia tidak dihargai. Tuhan dihina oleh umatNya sendiri, Tuhan dihina oleh Israel yang setiap hari terima berkat Tuhan. Kita tidak bisa mengerti ini semua kecuali kita dipaparkan banyak contoh oleh Tuhan. Tuhan beri contoh dalam hal ini, juga beri contoh dalam relasi pernikahan. “Bagaimana perasaanmu kalau kamu sangat cinta pasanganmu, kamu memberi apa pun untuk dia dan tidur dengan orang lain?”, ini yang sedikit mencerminkan perasaan Tuhan kepada Israel. Tuhan begitu sabar menanti Israel kembali, karena Tuhan begitu mencintai umatNya ini. Lalu Dia kirim nabi yang lain, nabi itu dihina lagi. Dia kirim nabi lain, nabi itu dibunuh. Terakhir adalah seorang nabi bernama Zakharia, yang dilempar batu di mezbah Tuhan. Dia sedang melayani di Bait Suci, lalu semua orang lempar batu atas perintah raja, sampai orang ini mati di tempat suciNya Tuhan. Dan Tuhan mengatakan “Aku akan mengirimkan Babel untuk menghancurkan Israel”. Tuhan murka dan Israel pun habis.
Perumpamaan ini menjelaskan hal yang sama, Tuhan begitu sabar, sekarang Dia kirim Anak TunggalNya. Apa yang dilakukan Israel? Anak Tunggal ini dipaku di atas kayu salib. Kecelakaan yang paling menakutkan adalah ketika Sang Anak Tunggal Allah dipaku di atas kayu salib. Maka Yesus mengatakan setelah itu terjadi semua pekerja kebun anggur itu dibunuh oleh tuannya. Orang Israel yang mendengar itu tahu maksud Yesus, langsung mengatakan “itu tidak mungkin terjadi, sekali-kali jangan”, tidak mungkin itu terjadi. Lalu Yesus tanya di Mazmur 118 apa artinya batu di buang oleh tukang bangunan? Mazmur 118 bicara tentang kemenangan Tuhan, mengapa ada kalimat batu yang dibuang tukang bangunan telah menjadi batu penjuru. Siapa batu yang dibuang oleh tukang bangunan itu? Batu yang dibuang itu adalah Kristus, mereka menolak Kristus, dan batu itu justru menjadi batu penjuru untuk kemenangan Tuhan. Di sini ada pesan yang indah sekali, karena mereka menolak Yesus maka Yesus menjadi Juruselamat bagi dunia. Penolakan Israel kepada Yesus membuat Dia dipaku di atas kayu salib dan peristiwa salib membuat keselamatan bagi bangsa-bangsa lain. Kebencian yang besar Tuhan ubah dan dipakai menjadi sumber keselamatan. Kita biasanya kalau baca bagian ini langsung main logika yang sempit, “jadi Israel benci Anak Allah, membunuh Yesus, pakukan Dia di kayu salib, jadi batu penjuru keselamatan, dari kayu salib itu keselamatan sampai pada semua orang, baik Israel mau pun bangsa lain”, Saudara kalau dengar kalimat ini langsung tafsirkan apa? Yang Saudara pikir “berarti Tuhan yang menggerakan Israel untuk membunuh kan? Tuhan tidak beres, ini permainan strategi tingkat tinggi dari Tuhan”, itu cara berpikir yang salah. Yang benar adalah waktu Israel membunuh Yesus, Tuhan pakai ini untuk jadi keselamatan. “Tapi Tuhan sudah nubuatkan bahwa kematian AnakNya ini yang akan menjadi keselamatan, berarti Israel yang harus membunuh Yesus kan?”, “harus”, “kalau begitu Tuhan yang gerakan?”, jangan melihat seperti itu. Saudara bisa soroti dari sisi lain, Saudara bisa soroti bahwa Tuhan kita adalah Tuhan yang bisa membuat peristiwa paling menakutkan menjadi peristiwa paling indah. Dia bisa membuat peristiwa yang paling menunjukan kejahatan manusia, menjadi peristiwa yang paling menunjukan kebaikan Tuhan. Ini Tuhan yang saya percaya, dan kalau engkau mau percaya Tuhan seperti ini, silahkan, kamu akan hidup dengan limpah. Kalau kamu tolak Tuhan yang seperti ini, saya tidak tahu kamu mau menyembah siapa. Tuhan adalah Allah yang sanggup membuat peristiwa paling kelam dalam sejarah menjadi peristiwa penuh pengharapan di sepanjang sejarah alam semesta. Kematin Kristus di kayu salib adalah titik kasih paling tinggi yang dinyatakan oleh Tuhan. Kematian Kristus di kayu salib adalah kebaikan paling tinggi yang mungkin dialami oleh seluruh makhluk di alam semesta. Dan itu terjadi dari kebencian yang paling jahat, dari peristiwa yang paling kejam, dari pembunuhan tidak adil sepanjang sejarah. Siapa berhak bunuh Yesus? Siapa berhak menyatakan kesakitan kepada Yesus? Tidak ada yang berhak, karena Yesus begitu baik dan begitu agung hidupNya. Maka kejahatan manusia tidak ada yang sebesar orang Israel memaku Yesus di kayu salib. Ini kejahatan yang paling mengerikan di sepanjang sejarah alam semesta. Tapi Tuhan pakai peristiwa ini untuk menjadi sumber kebaikan bagi semua orang. Inilah yang Yesus mau katakan, Dia akan mati dan Dia akan menjadi batu penjuru untuk bangunan yang besar, Bait Suci yang baru yaitu orang-orang Kristen yang percaya kepada Kristus. Kematian Dia menjadi tanda Tuhan siap membangun bangunan yang baru di dalam menyatakan kemuliaanNya. Dan ini terjadi setelah Tuhan Yesus memberikan peringatan “tidak tahukah kamu bahwa kamu adalah pengurus kebun anggur yang jahat itu, kamu adalah penggarap kebun anggur yang sangat kejam, kamu berniat membunuh Aku, tapi ketahuilah kamu akan berhasil dan Aku akan menjadi batu penjuru untuk Bait Suci yang baru yang didirikan melalui penebusanKu”. Ini yang Yesus sedang nyatakan.
Dikatakan di ayat 19, Ahli-ahli Taurat itu berusaha menangkap Dia. Semakin Yesus memberitakan hal yang menunjukan kejahatan mereka, semakin mereka menunjukan bahwa kata-kata Yesus itu benar. Baru Yesus mengatakan “kamu orang-orang jahat yang membunuh Aku”, mereka mengatakan “tidak, Dia menuduh kita sembarangan, mari kita bunuh Dia”, itu langsung terbukti. Orang-orang itu mengatakan “mari kita tangkap”, tapi karena belum waktunya, mereka masih takut, belum waktu Jumat Agung itu. Kiranya kita makin mengagumi Tuhan yang mencintai umat manusia, memberikan kesabaran begitu besar untuk manusia bertobat dan memberikan kemenangan penuh kuasa dari keadaan yang paling kelam sekali pun. Saudara punya kehidupan bisa masuk dalam keadaan kelam, tapi tidak mungkin sekelam peristiwa salib. Tapi ketahuilah satu hal, dari salib keluar hidup maka dari kekelaman bisa keluar terang. Dari gelap akan terbit terang, ini pedoman reformasi yang penting. Dan saya sangat bersyukur karena Kartini juga pakai istilah itu, mengingatkan kita bahwa banyak orang intelektual di dalam negara ini pada zaman dulu yang mengerti banyak literatur, yang mengerti banyak musik bagus, yang mengerti banyak seni yang bagus. Di mana orang-orang itu? Saya terus berdoa supaya Tuhan membangkitkan Indonesia dengan orang-orang yang penuh jiwa agung, pengetahuan yang benar, cinta seni yang benar, dan juga cinta untuk berkorban demi gereja Tuhan demi orang dan lain-lain. Biarlah kita mengerti hal ini kehidupan yang paling kelam pun akan membuat terang muncul, habis gelap terbitlah terang, dari gelap muncul terang, post tenebras lux, setelah gelap muncul terang. Dari gelap Tuhan katakan “jadilah terang”, terang bercahaya dan kegelapan itu dipisahkan atau disingkirkan oleh Tuhan. Kebangkitan Kristus adalah terang yang menyingkirkan kegelapan. Kematian Kristus adalah kegelapan yang Tuhan akan ubah menjadi terang. Kiranya Tuhan memberkati kita dengan pengertian yang unik, yang dibagikan oleh Yesus dari Mazmur 118.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)