(Lukas 20: 27-40)
Apa yang sedang Tuhan Yesuu perdebatkan dengan orang Saduki? Saudara tidak mungkin temukan konteksnya sekarang, sekarang tidak ada lagi orang Saduki. Dan Saudara tidak akan tahu apa yang dimaksudkan oleh Yesus di dalam perdebatan ini kalau Saudara tidak mau gali dari catatan sejarah di abad pertama itu terjadi apa. Alkitab itu sempurna menyatakan kebenaran dengan limpah, tapi harus dimasukan dalam konteks yang tepat. Orang Saduki adalah kelompok yang penting di tengah-tengah orang Yahudi di abad pertama, karena mereka punya akses ke pemerintahan. Mereka adalah orang-orang yang akrab dengan para politisi. Tapi mereka punya satu cacat di dalam teologi, menurut Farisi. Farisi membenci Saduki, dan Saduki memandang rendah Farisi. Farisi kurang intelektual tapi menjangkau massa, Saduki lebih intelektual dan menjangkau politisi. Jadi dua kelompok ini bersaing di tengah-tengah Israel memperebutkan massa. Dan bisa mendamaikan Farisi dan Saduki cuma satu yaitu Yesus Kristus. Yesus Kristus mendamaikan Farisi dan Saduki karena dua-duanya benci Dia. Nanti yang membuat mereka konflik lagi adalah Paulus. Yesus membuat mereka berdamai sementara, Paulus membuat mereka ribut lagi. Karena Paulus waktu diadili, semua orang yang menghakimi dia adalah separuhnya Saduki, separuhnya Farisi. Begitu Paulus berdiri, dia langsung tahu mesti berbuat apa, ini orang cerdas, maka dia mengatakan “saudara-saudaraku saya Farisi”, orang Farisi mulai lunak, “dan saya ada di sini karena saya percaya kebangkitan orang mati”, orang Saduki tidak percaya. Maka orang Farisi mengatakan “kesalahanmu cuma itu? Itu sih tidak salah, masa Farisi salah, masa berharap kebangkitan orang mati itu salah. Maka kami rasa dia harus dibebaskan”. Saduki marah “tidak bisa, tangkap dia”, akhirnya dua kelompok itu ribut dan Paulus selamat.

Orang Saduki tidak percaya kebangkitan, karena mereka percaya Taurat Musa tidak mengajarkan kebangkitan, mereka baca semua kitab lain tapi mereka percaya Taurat itu yang utama. Kitab lain bisa salah, Taurat tidak. Kitab lain bisa kurang jelas, Taurat yang akan menjelaskan. Kitab lain teologinya bisa salah, Taurat yang akan koreksi. Maka mereka baca kitab sejarah, Mazmur, mereka baca semua, tapi mereka tidak menganggap yang lain itu otoritatif, cuma Taurat yang punya otoritas paling tinggi. Dan waktu mereka baca, mereka tidak menemukan ada janji hidup setelah kematian, tidak ada kebangkitan. Kebangkitan tubuh, badan yang sudah mati lalu bangkit lagi, itu tidak ada di dalam idenya orang Saduki. Mereka tidak percaya bahwa tubuh yang sudah mati bisa bangkit lagi. Mereka mendapatkan dukungan dari Taurat, mereka mencari di Taurat dan menemukan satu dukungan. Dukungannya adalah di dalam aturan pernikahan. Mengapa pernikahan menjadi dukungan bagi orang-orang Saduki? Karena di dalam konsep pernikahan di dalam Taurat dikatakan kalau ada satu laki-laki dan satu perempuan menikah, kemudian yang laki-laki meninggal sebelum sempat ada anak, maka laki-laki yang sudah meninggal ini harus punya anak. Laki-laki itu dibangkitkan oleh adiknya yang menikah dengan perempuan ini. Jadi adik dari laki-laki yang sudah meninggal harus menikah dengan istri dari laki-laki yang sudah meninggal, dan kalau mereka mempunyai anak, anak pertama akan menjadi anak dari laki-laki yang sudah meninggal. Mengapa ini penting? Orang Saduki mempunyai konsep bahwa kekekalan dari manusia adalah pada keturunan, bukan pada diri. Jadi saya akan kekal kalau ada generasi selanjutnya yang meneruskan nama saya.

Dari situ mereka beranggapan Tuhan tidak pernah memaksudkan manusia dibangkitkan, Tuhan mau manusia menjadi abadi lewat keturunan. Jadi saya punya anak laki-laki, dialah yang akan meneruskan nama saya, saya abadi karena ada anak laki-laki. Lalu anak laki-laki saya punya anak laki-laki, itu membuat dia abadi juga. Jadi keabadian seseorang bukan karena dia akan hidup kekal, bangkit tubuhnya, tapi karena dia akan punya anak. Ide ini bukan dari Saduki, ide ini dari Plato. Saudara bisa pelajari bagaimana filsafat Yunani bisa masuk dalam alam pikir orang Saduki. Plato pernah mengatakan cinta itu bukti bahwa ada ide yang kekal. Cinta itu harus cinta kepada sesuatu, bukan cinta kepada kekosongan. Kita tidak akan mengasihi yang lebih jelek, kita akan mengasihi yang lebih bagus. Saudara mencintai keindahan, bukan kejelekan. Saya cinta yang cantik, saya cinta yang ganteng, saya cinta yang baik, saya cinta yang bagus, ini sebenarnya membuat kita dekat dengan dunia ide. Dunia ide itu sempurna dan dunia ide itu di luar jangkauan kita. Tapi dunia ide itu bisa ditunjukan lewat keindahan di tengah dunia. Maka saya sedikit mendapat taste, mendapat cicipan dari apa yang ideal, melalui apa yang indah dari dunia ini. Tapi yang indah bukan hanya di dunia ini, yang indah juga kekal. Itu sebabnya kalau saya punya cinta, saya akan pakai cinta saya dan masuk ke dalam sesuatu yang namanya birahi. Lalu saya akan menemukan pasangan, kemudian bersetubuh dengan dia. Dia menyebut cinta dengan pakai kata eros, erotik, dan lain-lain. Mengapa persetubuhan identik dengan cinta? Karena cinta ini membuahkan anak. Mengapa anak penting? Karena anak memastikan kita abadi, kita akan mati dan kita akan bertemu dengan yang ideal, tapi nama kita di bumi akan diteruskan oleh anak. Jadi keabadian kita adalah keabadian yang sejati di dunia ide, dan yang sementara di dalam diri sang anak. Ini konsep dari pemikiran Plato dalam beberapa buku, misalnya Simposium. Dan ini yang masuk dalam pola pikir orang Saduki, maka mereka mengatakan karena Tuhan perintahkan harus ada anak, ini membuktikan anak adalah tanda saya kekal. Jadi meskipun saya sudah mati, anak saya akan melanjutkan nama saya. Mengapa orang mati harus punya keturunan? Karena keabadian mereka ada di situ. Itu argumen mereka. Dan mereka diserang oleh orang Farisi. Orang Farisi punya argumen yang tidak kalah kuat. Orang Farisi mengatakan Tuhan memaksudkan ada kebangkitan, tapi sebelum itu terjadi, untuk sementara kebangkitan itu dinyatakan lewat sang keturunan. Mereka berdebat terus, perdebatan ini sangat rumit. Orang Farisi sangat anti pemikiran orang Saduki ini. orang Saduki sangat mempertahankan ide ini.

Lalu mereka bertanya kepada Tuhan Yesus, kira-kira Yesus akan berpihak kemana? Mereka tahu Yesus adalah Guru yang mengajarkan tentang kebangkitan. Beberapa kali Dia menyatakan bahwa kehidupan manusia belum berakhir sekarang karena akan ada kebangkitan. Di dalam bagian lain dari Injil Lukas, Dia menekankan tentang kematian dan kebangkitanNya. Dan banyak mujizat yang Dia kerjakan, Dia membangkitkan orang mati. Maka orang Saduki ingin berdebat dengan Yesus, menunjukan bahwa Yesus sebenarnya tidak punya pengertian yang kokoh, mereka mau berdebat dengan mengatakan “Engkau tidak mengerti bahwa posisiMu salah”. Mereka datang kepada Yesus dan mengatakan “Guru, Musa menuliskan bahwa seorang yang mempunyai saudara harus menikahi istri saudaranya kalau saudaranya itu sudah mati”, kemudian mereka membuat cerita ada satu laki-laki, dia tujuh bersaudara, menikah dengan seorang perempuan. Laki-laki ini mati maka menurut Hukum Musa, anak kedua mesti menikah dengan perempuan ini, dan anak pertama mereka akan jadi anak si laki-laki pertama yang mati. Tapi laki-laki kedua ini mati juga, maka laki-laki ketiga yang sekarang menikah untuk membangkitkan keturunan milik laki-laki pertama. Yang ketiga ini pun mati, lalu yang keempat pun menikah untuk membangkitkan keturunan yang pertama, tetapi dia juga mati sebelum punya anak. Kemudian yang kelima, juga mati, yang keenam juga mati, dan terakhir yang ketujuh pun mati. Setelah semuanya mati, perempuan ini pun mati, tidak punya anak. Ini benar-benar menyindir, apa gunanya pernikahan seperti ini kalau tidak ada anak. Setelah semua mati, seumpama ada kebangkitan perempuan ini jadi istrinya siapa? Pertanyaan ini sepertinya jenius. Dan sepertinya Yesus sedang terjebak, kalau kamu percaya kebangkitan maka teori atau Taurat Musa tidak berlaku lagi. Kalau begitu ini berlaku untuk apa jika hanya untuk hidup sementara? Kalau ini hanya berlaku untuk hidup sementara, berarti hidup sementara itu yang benar-benar hidup. Bagi Tuhan tidak ada kehidupan selanjutanya, tidak ada kebangkitan tubuh, karena Taurat hanya mengikat kehidupan yang sekarang. Jika seperti ini kasusunya, kalau ada kebangkitan, kehidupan sementara setelah kebangkitan, orang ini jadi istri siapa? Yesus menjawab dengan sangat tajam, Dia mengatakan “orang-orang di dunia ini kawin dan dikawinkan”, maksudnya di zaman sekarang manusia harus berketurunan, karena Tuhan memerintahkan manusia untuk memenuhi bumi dan menaklukan itu. Itu sebabnya waktu kita hidup di dunia, kita harus beranak-cucu, memperbanyak di bumi, karena waktu bumi penuh dengan manusia itu menggenapi Kejadian 1. Kejadian 1, Tuhan sudah berfirman manusia harus menikah, beranak-cucu, memenuhi bumi dan taklukan itu. Kira-kira kalau manusia sudah melakukan tugas memenuhi bumi dan taklukan itu, apa lagi tugasnya? Tidak ada tugas. Setelah manusia memenuhi bumi dan menaklukan itu, manusia masuk ke dalam sabat, dunia yang lain, inilah akhir zaman yang Tuhan rencanakan. Jadi Tuhan tidak pernah ciptakan dunia dan tidak punya rencana ke depan. Dia sudah punya rencana yang holistik yaitu ada manusia yang memenuhi bumi, setelah genap bumi dipenuhi sesuai dengan rencana Tuhan, maka Tuhan akan datang kembali. Ketika Dia datang kembali akan ada dunia yang baru dimana langit dan bumi bersatu. Di sinilah semua kekalahan, dosa dan kematian akan ditelan. Jadi kebangkitan pasti terjadi dalam skema Kitab Suci.

Tapi orang-orang Saduki tidak percaya karena mereka tidak mau tahu dan tidak mau terima bahwa tubuh akan bangkit. Yang diserang oleh orang Saduki adalah kebangkitan tubuh, “kalau saya mati, saya akan bangkit atau tidak?”. Mereka tidak menyerang “kalau saya mati, roh saya abadi”. Orang Saduki tidak percaya kebangkitan tubuh, bukan tidak percaya setelah mati rohnya kekal. Apakah orang Saduki percaya roh itu kekal? Saya percaya orang Saduki tidak percaya itu, menurut mereka roh itu tidak ada, malaikat juga tidak ada. Menurut mereka tubuh inilah satu-satunya yang real. Tapi yang mereka serang di dalam konteks ini adalah kebangkitan tubuh. Mengapa Lukas menekankan pada serangan kebangkitan tubuh, bukan serangan kepada roh? Orang Saduki tidak percaya roh, tapi bukan itu yang diserang. Karena Lukas sedang membawa pembacanya untuk mengerti Yesus akan bangkit. Jadi tujuan Lukas mencatat bagian ini adalah ketidak-mauan orang Saduki menerima bahwa tubuh akan bangkit. Itu sebabnya kalau Saudara dan saya tidak percaya tubuh akan bangkit, kita adalah Saduki. Alkitab mengatakan setelah Kristus datang kembali, manusia akan bangkit, kebangkitan tubuh akan terjadi. Kebangkitan tubuh bisa terjadi karena ada yang sulung yang bangkit, yang pertama bangkit dari antara orang mati yaitu Yesus. Yesus yang bangkit, Dia akan menjadi yang sulung, dan semua yang lain akan bangkit bersama dengan Dia kalau semua percaya kepada Dia. Semua yang percaya akan mendapatkan kebangkitan. Dan untuk membuat orang Kristen tahu hal ini, Lukas menulis perdebatan Tuhan Yesus dengan orang Saduki, “tidak ada kebangkitan, kalau ada kebangkitan, istri ini akan kebingungan mencari suaminya”. Tuhan Yesus mengatakan “kamu punya pikiran yang salah, karena di dunia yang baru orang tidak kawin-mengawinkan lagi”. Tidak lagi kawin-mengawinkan karena tugas memenuhi bumi sudah selesai. Pekerjaan manusia untuk memenuhi bumi sudah selesai, karena itu tidak ada lagi pernikahan. Dan pernikahan sejati adalah antara semua orang tebusan Kristus dengan Kristus sebagai pengantin prianya. Ini pernikahan yang abadi di dalam kekekalan. Di zaman sekarang pernikahan diakhiri dengan kematian. Maka kalau menikah mengucapkan janji setia sampai kematian memisahkan, tidak ada janji setia sampai selama-lamanya. Setelah kematian akan ada pernikahan yang sejati antara Tuhan dan umatNya. Dimana kenikmatan pernikahan antara Tuhan dan umatNya inilah yang diizinkan untuk dicicipi di dalam pernikahan sementara di bumi ini. Jadi sebelum diperbarui ada pernikahan, setelah diperbarui tidak akan ada lagi pernikahan, manusia akan hidup seperti malaikat di sorga dan tidak saling menikah. Karena di ayat 36, sebab mereka tidak bisa mati lagi, mereka abadi di dalam tubuh yang baru. Ini adalah keadaan yang baru dimana pernikahan tidak lagi mengambil bentuk antara laki-laki dan perempuan, tapi antara Allah dan umatNya. Ini yang Yesus sedang ajarkan. Orang Saduki akan bilang, “tunjukan ayatnya di dalam Taurat, karena kami tidak percaya yang lain”. Kalau Saudara menjadi Yesus, Saudara akan menjawab apa? “di Taurat memang tidak ada, saya akui memang Taurat tidak mengajarkan kebangkitan tubuh”, “kalau begitu kami menang”. Tapi Yesus mengatakan kalimat yang sangat indah karena Dia mengatakan berita tentang kebangkitan tubuh sudah dinyatakan dari Kitab Taurat. Tuhan tidak pakai yang lain, Tuhan pakai Keluaran.

Maka dalam ayat 37 dikatakan tentang bangkitnya orang-orang mati Musa telah memberitahukannya di dalam nas tentang semak duri, dimana Tuhan disebut Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub”. Tuhan adalah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub, ini dinyatakan di dalam Kitab Keluaran. Di dalam Kitab Keluaran, Allah memperkenalkan diri sebagai Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub. Dan perkenalan diri ini adalah sesuatu yang sangat dalam untuk dipelajari. Mengapa ada Allah yang lebih besar dari semua mau menyatakan namaNya dengan mengidentikannya dengan manusia. Mengapa Allah mau disebut dengan nama manusia? “Akulah Allahnya Abraham, Ishak dan Yakub”. Nama Allah begitu suci, tapi Allah rela menyatakannya lewat Abraham, Ishak dan Yakub. Berarti Abraham, Ishak dan Yakub adalah umat dari Allah dan Allah tetap menyatakan diri sebagai Allah mereka, meskipun mereka sudah mati. Nama Allah bukan hanya Allah Abraham, Allah Ishak, Allah Yakub, Allah punya banyak nama, dan salah satu nama lain adalah dia disebut sebagai El-qai, itu artinya Dia adalah Allah yang hidup. Allah yang hidup adalah tema yang penting di dalam pembuangan. Waktu Israel sudah dibuang, mereka berseru kepada Tuhan dengan menyebut “Engkaulah El-qai, Engkaulah Allah yang hidup”. Nama Allah yang hidup menjadi utama karena Israel di dalam pembuangan seperti sedang mengalami kematian. Ini bisa kita pelajari dari kitab-kitab seperti Yesaya 24,25,26,27 semua menceritakan tentang pembuangan, tapi bicaranya seperti kematian. “Di pembuangan kami tidak lagi punya nafas, di pembuangan kami menjadi debu”, ini semua bicara seperti mati. Jadi di pembuangan orang Israel merasa mati, “kami sudah mati, kami tidak ada harapan, kami benar-benar sudah hancur”, tapi Tuhan berjanji akan hidupkan mereka kembali. Ketika Tuhan memanggil Yehezkiel, Tuhan berkata “hai anak manusia berfirmanlah kepada orang Israel, kamu sudah mati dan kamu tidak mau dengar suaraKu”, Yehezkiel mengatakan “Tuhan, mereka tidak mau mendengarkan suara saya, saya sudah berkhotbah kepada mereka, mereka tidak mau dengar”. Maka di bagian tengah dari Yehezkiel, Tuhan memerintahkan Yehezkiel bertemu dengan tulang-belulang dari tentara yang sudah mati. Lalu Tuhan bertanya “hai anak manusia, akankah tulang ini bangkit?”. Sebelumnya Yehezkiel berkhotbah kepada orang Israel, Israel tidak mau dengar, sekarang Tuhan bertanya “akankah tulang-belulang ini bangkit?”, Yehezkiel menjawab dengan sangat tepat “Tuhan yang tahu, terserah Tuhan”, maka Tuhan mengatakan “kamu yang khotbah”. Kalimat ini sangat disenangi oleh para pengkhotbah besar, “kamu yang khotbah. Khotbahlah kepada tulang-belulang ini. Hai nafas, masuklah ke dalam tulang-belulang dan nanti akan hidup kembali”. Jadi Yehezkiel bilang “Tuhan yang bisa hidupkan tulang-belulang ini, bukan saya, Tuhan yang tahu bukan saya”, tapi Tuhan mengatakan “Aku yang mau hidupkan, tapi kamu yang berfirman”. Seorang bernama George Whitefield mengatakan firman Tuhan menghidupkan tulang-belulang tapi itu bukan yang luar biasa. Tuhan berbicara lalu tulang-belulang hidup, itu sangat luar biasa. Tapi Whitefield mengatakan yang lebih luar biasa adalah ketika Tuhan berkata “kamu yang berfirman hai anak manusia”. Jadi Tuhan menghidupkan tulang-belulang itu biasa, waktu Tuhan mengatakan “kamu yang berfirman”, itu luar biasa sekali. Banyak orang yang sudah mati bisa dihidupkan, tapi Tuhan mengatakan “kamu yang berfirman”. Orang yang pergi KKR Regional harus tahu ini, kita sedang membawa firman Tuhan, Tuhan sanggup pertobatkan manusia, tapi yang luar biasa adalah Dia berkata kepada kita, “kamu yang ucapkan firman. Kamu yang mengatakan: hai nafas masuklah ke dalam tulang-belulang ini”, dan tulang-belulang itu kembali hidup. Ini gambaran yang Tuhan berikan bahwa meskipun Israel sudah mati, Tuhan akan tetap bangkitkan.

Tapi ternyata setiap janji pemulihan Israel selalu berbicara tentang sesuatu yang lebih besar dari pada Israel. Misalnya Yesaya 26, seluruh bumi akan menikmati ketika Tuhan kembali. Jadi yang dibuang Israel, yang dipulihkan seluruh bumi. Yang mati Israel, yang dihidupkan kembali seluruh bumi. Jadi waktu Tuhan menjanjikan pemulihan bagi Israel, kalimatnya terlalu besar untuk hanya ditafsirkan Israel pulih ke Tanah Suci. Yang paling kita kenal pasti dari Yesaya, ketika Yesaya mengatakan “sapi akan duduk bersama dengan singa, serigala akan duduk bersama dengan domba. Inilah yang terjadi ketika Aku memberikan damai”. Apakah Saudara sudah melihat sapi duduk dengan singa, serigala dengan domba? Belum, berarti apa yang Tuhan maksudkan belum terjadi secara sempurna. Tuhan tidak memaksudkan untuk memulihkan Israel saja, Tuhan menjanjikan sesuatu yang lebih besar lagi. Itu sebabnya kebangkitan orang mati bukan hanya istilah simbolik untuk pemulihan orang Israel. Kebangkitan orang mati adalah sesuatu yang secara literal akan terjadi. Selama ini kematian menjadi sesuatu yang paling menakutkan bagi kita dan kita tidak bisa dihibur oleh apa pun karena apa yang kita tinggalkan waktu mati tidak bisa dilanjutkan lagi. Saudara bisa melanjutkan apa setelah mati? Setelah mati kita meninggalkan dunia ini dan selesai, tetapi Tuhan menjanjikan kebangkitan. Sekarang saya mau tanya, mengapa Tuhan menjanjikan kebangkitan bukan hidup lanjut di dunia lain? Karena apa yang kita nikmati sekarang akan dipuncakan. Sekarang Saudara menikmati hal baik dan hal jahat, Tuhan akan hancurkan hal jahat dan sempurnakan yang baik. Kalau di dalam dunia ini tidak ada yang baik, maka Saudara tidak mungkin menikmati Tuhan dan menikmati hidup. Sekarang kita dihimpit oleh 2 kekuatan, kekuatan hidup dan el-khai, Allah yang hidup, dan kekuatan kematian dari dosa, kita ada di tengah-tengah dan kita sangat sulit. Tapi biarpun sulit tetap ada hal yang indah dan baik, tetap bisa menikmati firman, tetap bisa menikmati hidup, tetap bisa menikmati keindahan dan tetap bisa menikmati relasi kasih dan lain-lain, banyak hal indah di dunia ini. Maka kemenangan Tuhan itu yang Tuhan janjikan. Tuhan tidak menciptakan dunia alternatfi karena Dia sudah gagal di dunia ini, Dia menjanjikan akan menyempurnakan dunia ini, bahkan Dia mengatakan “apa yang terjadi sampai saat ini tidak menyimpang dari rencanaKu”, ini semua sudah terantisipasi. Manusia akan mati, sudah diantisipasi dengan cara kematian di matikan. Cara mematikan kematian adalah oleh Kristus dengan bangkit secara fisik. Itu sebabnya kebangkitan sangat sentral di dalam iman Kristen dan Lukas mengingatkan ada kelompok jahat namanya Saduki ingin menghancurkan pengharapan kebangkitan dengan mengutip Musa dengan cara yang salah. Maka Yesus mengoreksi mereka, bukan dengan perkataan “kamu tahu tidak, Taurat Musa belum cukup, tambah lagi dengan kitab yang lain”. Tapi Yesus mengoreksi mereka dengan mengatakan “kamu tidak mengerti Taurat Musa, karena itu kamu sesat”. Teologi yang sesat itu bukan teologi yang anti Alkitab, tapi teologi yang salah tafsir Alkitab. Saksi Yehuwa, Mormon membaca Alkitab dan mereka bidat. Saksi Yehuwa atau agama-agama apa pun yang mengaku Kristen tapi menyimpang, baca Kitab Suci yang sama, tapi tafsirannya beda. Yang jadi problem bukanlah mereka percaya sola scriptura atau tidak, yang menjadi problem adalah apakah mereka menafsirkan ini dengan benar atau tidak. Maka Yesus mengatakan “yang salah dari kamu bukan kamu tidak menerima kitab-kitab yang lain, itu pasti salah. Tapi yang jadi problem dari diskusi kita adalah kamu tidak tahu bagaimana menafsirkan Alkitab, kamu sesat karena kamu tidak mengerti Kitab Suci”. Tuhan Yesus melanjutkan “bukankah Allahmu disebut Allah Abraham, Ishak dan Yakub, dan Allahmu ini disebut Allah yang hidup. Kalau Allah adalah Allah yang hidup dan disebut Allah Abraham, Ishak dan Yakub, mungkinkah Abraham, Ishak dan Yakub itu mati?”, jawabannya tidak mungkin. Allah yang hidup bukan Allah orang mati. Abraham, Ishak dan Yakub sudah mati, kalau begitu bagaimana menyatukan ini? Abraham, Ishak dan Yakub akan bangkit. Jadi Yesus menyatakan semua yang membuktikan kalimat ini akan terjadi nanti belum sekarang, maukah kamu percaya? Itu yang Yesus nyatakan. Allah kita adalah Allah yang hidup, dan karena itu Abraham, Ishak dan Yakub akan bangkit. Kalau kamu tidak percaya kebangkitan, jangan sebut nama Allah dengan Allah Abraham, Ishak dan Yakub karena mereka sudah mati. Jadi tinggalkan nama yang itu, kecuali kamu percaya akan kebangkitan. Kebangkitan menjadikan pengharapan orang Kristen, menjadi pengharapan untuk semua yang kita kerjakan akan mencapai kesempurnaan. Saudara berjuang baik-baik di dunia ini untuk apa? Untuk disempurnakan oleh Tuhan. Saudara membina relasi kasih untuk disempurnakan oleh Tuhan, Saudara saling mengasihi sesama orang percaya untuk nanti dinikmati dalam kerajaan yang baru. Nanti kita akan menikmati kelanjutan dari apa yang Tuhan kerjakan karena ada kebangkitan. Ada seorang teolog bernama Brueggemann, dia mengatakan Allah bekerja paling kuat di saat paling rendah. Dan saat paling rendah adalah kematian, maka Allah menjanjikan kebangkitan akan dinyatakan justru setelah ada kematian. Ketika orang Saduki mengatakan tidak ada kebangkitan, Lukas langsung ingat akan dialog Yesus dengan orang Saduki sebagai pengingat bagi kita, bahwa Saudara dan saya beriman kepada Kristus yang bangkit, bukan yang mati. Kristus yang mengalahkan kematian, bukan Kristus yang ditelan oleh kematian. Kristus menjanjikan kebangkitan yang sama dengan Dia untuk kita alami. Kalau kita merenungkan hal ini, kita tahu kita akan hidup seperti pemenang, bahkan lebih dari pemenang. Kalimat ini dari Paulus, kita ini lebih dari pemenang oleh karena Dia yang mengasihi kita. Dia mengasihi kita dan membuat kita satu dengan Dia. Dan kalau kita satu dengan Dia, ini akan membuat kita mengalami kebangkitan dan tidak takut apa pun.

Dan di dalam semua cerita tentang Tuhan Yesus membangkitan orang mati, ada satu ceria yang khas dari Yohanes mengenai kebangkitan Lazarus. Mengapa Tuhan Yesus bangkitan Lazarus? Yohanes mengatakan karena Yesus mengasihi Marta dan Maria, karena air mata Maria dan keluhan Marta mengganggu dan menghancurkan hatiNya, Yesus sedih karena itu. Lalu bagaimana Yesus memberikan pengertian kepada Marta dan Maria bahwa mereka tidak perlu sedih karena kematian? Dengan cara mengatakan bahwa DiriNya akan bangkit. Bagaimana menyatakan DiriNya akan bangkit? Dengan menyatakan “Akulah kebangkitan dan hidup”. Bagaimana supaya Marta dan Maria percaya bahwa Yesus adalah kebangkitan dan hidup? Dengan cara Dia membangkitkan Lazarus. Ini yang kita pahami, jadi satu lingkaran yang indah mengenai cara Tuhan menghibur Maria dan Marta. Bagaimana cara Tuhan menghibur Maria dan Marta? Dengan menyatakan “Akulah kebangkitan dan hidup”. Bagaimana supaya Maria dan Marta percaya? Lazarus dibangkitkan. Jadi kebangkitan Lazarus bukan untuk menghibur Maria dan Marta, kebangkitan Lazarus untuk membuktikan kepada Maria dan Marta bahwa Yesus adalah kebangkitan dan hidup. Maka setelah Lazarus bangkit, mereka senang, relasi dilanjutkan, tapi Lazarus mati lagSi, supaya orang menaruh pengharapannya pada Sang kebangkitan dan hidup yaitu Kristus. Jadi Kristus mengatakan kesedihan karena kematian itu pun akan ditaklukan. Kalau tidak ada kebangkitan, Saudara tidak punya pengharapan seperti itu. Saudara tidak punya pengharapan akan adanya relasi yang dipulihkan. Ada perkataan-perkataan ahli puisi yang indah bahwa cinta itu abadi. Saudara bisa mengaminkan cinta itu abadi? Iya, karena cinta kepada Tuhan akan dilanjutkan pada waktu kebangkitan. Orang yang di dalam Kristus akan melanjutkan cinta kasih persekutuan setelah kebangkitan nanti. Kita komunitas GRII Bandung belajar saling mengasihi, ini tidak akan mati meskipun ada yang mati. Salah satu dari kita meninggal pun nanti cinta kasihnya dilanjutkan lagi di dalam kebangkitan.

Tuhan sedang menyatakan penghiburan paling besar yang mau diambil oleh orang Saduki, “tidak ada kebangkitan”, Yesus mengatakan “kamu sesat, karena kamu tidak mengerti Kitab Suci”. Kebangkitan adalah tema penting di dalam Perjanjian Baru karena kebangkitan memberikan kita perasaan menang, keyakinan akan kemenangan dan kenikmatan yang akan dilanjutkan di dalam zaman yang baru, yang boleh kita perjuangkan tanpa sia-sia di dunia ini. Apakah sia-sia seorang dokter memberikan obat, melakukan penyelidikan untuk mempertahankan hidup manusia? Kalau manusia mati dan tidak bangkit, itu sia-sia, percuma, katakan kepada dokter “dokter tidak perlu repot-repot, pada akhirnya saya akan mati juga”. Kalau begitu mengapa dokter menyembuhkan orang yang sakit? Tidak ada yang bisa menjawab, kecuali dokter Kristen. Tapi kita tahu, karena kebangkitan, karena apa yang kita kerjakan tidak sia-sia, Tuhan akan sempurnakan nanti. Tapi setidaknya saya berbagian di dalam pekerjaan yang Tuhanku dan itu tidak sia-sia”. Kebangkitan membuat pekerjaan kita tidak sia-sia, itu yang dikatakan Paulus di dalam 1 Korintus 15, berdirilah teguh dan jangan goyah, giatlah selalu di dalam Tuhan, karena kamu tahu di dalam Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia. Mengapa tidak sia-sia? Karena 1 Korintus 15 mengatakan di bagian sebelumnya, sebab Yesus mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci. Dan Dia bangkit pada hari ke-3 sesuai dengan Kitab Suci. Maka bagian ini Lukas mengingatkan pembacanya kebangkitan itu penting dan Yesus menyempurnakannya lewat kebangkitan Dia.

Kebangkitan adalah tema yang Tuhan sudah lakukan dan nyatakan sejak dari Kitab pertama, dari Taurat, “Akulah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub”, itu nama Tuhan. Nama Tuhan ada lagi adalah Allah yang hidup. Dia bukan Allah orang mati, maka kalau Dia adalah Allah Abraham, Ishak dan Yakub, berarati Abraham, Ishak dan Yakub akan bangkit. Ini yang menjadi pengharapan kita. Biarlah ini mencerahkan kita untuk berjuang di tengah dunia karena kita tahu suatu saat nanti Tuhan akan sempurnakan apa yang kita usahakan dan perjuangkan. Saudara mengatakan “percuma saya menyembuhkan orang, penyakit terlalu banyak di negara ini”, tidak apa-apa suatu saat akan ada orang yang bereskan. “Percuma saya belajra teologi, khotbah sebanyak mungkin, tetap akhirnya ajaran sesat lebih menang dari kita”, tidak apa-apa suatu saat akan ada yang membereskan. “Percuma saya melayani, orang berdosa lebih banyak dari pada orang yang akhirnya bertobat”, tidak apa-apa suatu saat akan ada yang membereskan. Tuhan yang akan sempurnakan semua dan itu ditandai dengan kebangkitan.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)