Injil Kekuatan yang Merubah Hidup

Tema penting ayat 17 adalah kebenaran. Injil menyatakan kebenaran Allah, Injil menyatakan righteousness dari Allah. Ayat 18 dikatakanmurka Allah nyata dari atas karena manusia menindas truth, alethea, dengan kelaliman, ketidak-benaran, unrighteousness. Ini tema penting Paulus jelaskan di ayat-ayat selanjutnya 20-32. Dalam Bahasa Indonesia, benar versi pertama yaitu righteousness dengan benar versi kedua yaitu truth, itu sama, katanya adalah benar. Tapi dalam Bahasa Inggris dibedakan, yang pertama benar, righteousness, yang kedua adalah truth. Di dalam bahasa asli ada dikaiosunē, dikei itu berkait dengan adil dan kebenaran, righteousness. Lalu ada juga alethea, itu berkait dengan truth. Dua hal ini dibahas oleh Paulus dengan sangat indah. Kalau salah mengerti apa itu kebenaran yang dimaksud oleh Paulus, sulit memahami seluruh argumen Paulus. Di dalam tradisi Reformasi sebenarnya banyak dibahas tentang righteousness, temapenting di dalam Reformasi. “Saya adalah orang yang benar karena Tuhan mendeklarasikannya bagi saya di dalam Kristus. Jadi saya benar karena Kristus yang memberikan kebenaranNya kepada saya. Dalam pemikiran Paulus, kebenaran dan moral itu sangat berkait. Saudara tidak bisa menjadi orang benar yang tidak hidup dengan benar. Dinyatakan benar berarti orang yang percaya di dalam Injil, pelan-pelan ditarik keluar dari ketidak-benaran dan masuk dalam kehidupan yang diperkenan oleh Tuhan. Maka dalam tema pembenaran atau kebenaran terkandung dorongan untuk bertindak benar. Di dalam bukunya, Richard Hays mengkritik pandangan Reformed yang memisahkan antara pembenaran orang Kristen dan keharusan hidup baik. Akhirnya orang terus beranggapan, “kalau saya sudah milik Tuhan, semuanya beres”. Tapi Paulus selalu mengaitkan pembenaran dengan perubahan keadaan kecemaran hidup. Kecemaran hidup Tuhan benci, maka Tuhan memberikan pembenaran ini. Maka pembenaran itu sudah satu paket dengan pengudusan. Pembenaran tidak bisa dipisah dari tuntutan untuk hidup lebih baik. Dalam Roma 1, pembenaran adalah cara Tuhan perbaiki orang-orang yang bodoh karena penuh dengan kekotoran dari dalam hati dan dari tindakan keluar. Orang-orang cemar ini mau Tuhan perbaiki dengan memberi Injil karena di dalamnya nyata kebenaran Allah.

Kuasa Roh Kudus dalam Umat-Nya

(Kisah Para Rasul 1: 1-5; 2:1-12)

Kitab Suci mengajarkan Roh Kudus bekerja sangat besar. Dalam Kejadian 1, Allah Tritunggal diperkenalkan dengan pernyataan “pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi”, ada Allah. Lalu dikatakan bumi belum berbentuk dan kosong, Roh Allah melayang-layang di atas permukaan samudera raya yang menutupi seluruh bumi. Kata melayang-layang diterjemahkan sebagai menaungi untuk melakukan sesuatu tentang penciptaan. Jadi Roh Allah diperkenalkan lebih dulu sebelum penciptaan, ada Allah baru ada firman. Yohanes 1 mengatakan sang Firman itu adalah Kristus, pribadi kedua dari Allah Tritunggal. Roh diperkenalkan lebih dulu baru firman karena Roh melakukan pekerjaan yang mempersiapkan jalan bagi Sang Firman. Itu sebabnya Yohanes 1 diberitakan dengan konsisten, pada mulanya adalah firman, firman bersama dengan Allah dan firman itu adalah Allah. Tetapi di tengah pemberitaan itu tiba-tiba “adalah seorang yang diutus Allah, namanya Yohanes, dia bukan terang itu, tapi ia harus memberi kesaksian tentang terang itu”. Mengapa berita tentang firman diputus bahasannya oleh Yohanes Pembaptis? Waktu Saudara membaca Yohanes 1, berita tentang Yohanes Pembaptis seperti sengaja dimasukan. Kita lihat ceritanya tidak nyambung. Dimasukan tentang Yohanes Pembaptis Karena Yohanes adalah cara Roh Kudus bekerja menyiapkan Firman yang datang. Jadi sebelum Firman dinyatakan di bumi, Roh Kudus dulu menyatakan pekerjaan-Nya dengan sangat kuat. Gambaran orang Timur Dekat Kuno, air menutupi bumi adalah kekuatan maha dahsyat. Kalau air menutupi bumi, manusia mati. Kuasa bangsa kuat sering dilambangkan dengan samudera yang bergulung-gulung, banjir seluruh dataran adalah tanda kuasa jahat bekerja. Jadi air memenuhi bumi artinya kuasa yang benar-benar menghancurkan sedang bekerja. Kitab Suci mengatakan Roh Allah atau Roh Kudus melayang di atas permukaan air. Ini tanda Tuhan menyatakan kuasa membuat ciptaan lebih baik lewat Roh Kudus. Roh Kudus yang membuat seluruh ciptaan Tuhan menjadi teratur, berlimpah dan menjadi baik bagi manusia. Tanpa Roh Kudus, tidak ada apapun baik yang bisa terjadi.


Maka, Kejadian 1 menjadi starting point yang tidak boleh diubah, dilupakan dan hilang dalam pikiran kita waktu membaca seluruh Kitab Suci. Seluruh Kitab Suci adalah tentang Tuhan yang membuat ciptaan ini menjadi ciptaan yang lengkap, sempurna, dan indah. Keselamatan masuk Sorga bukan final, namun dalam 1 Korintus 15 finalnya adalah kebangkitan tubuh. Ketika Kristus datang kedua, kita dibangkitkan bersama orang percaya lain. Waktu itu kita akan menikmati langit dan bumi baru berdasarkan Wahyu 21 & 22, memberikan konklusi terhadap Kejadian 1. Tuhan sedang mengambil kembali apa yang sudah dirusak oleh manusia dan keberdosaannya. Maka peran Roh Kudus sangat besar. Dia lebih berkuasa dari kuasa jahat yang sedang bekerja di dalam diri kita, di dalam keberdosaan dunia. Dunia ini sedang berdosa dan sedang dirusakan. Dosa membuat kita tidak lagi menjadi manusia, membuat kita tidak bisa menikmati Tuhan dan dunia ini, tidak bisa menikmati apapun. Tapi banyak orang tidak sadar bahwa dosa mematikan dan tetap menjalankan dosa. Namun, Tuhan akan memperbaiki yang rusak ini. Tuhan memperbaiki dengan cara yang sangat ekstrim, seperti Tuhan membiarkan kerusakan menang sampai pada titik final. Sepertinya kerusakan itu menang, karena Yesus pun terpaku di kayu salib dan mati, kita tidak punya harapan. Tapi kebangkitan Kristus menunjukkan bahwa kuasa Tuhan menang. Dalam Kitab Suci dikatakan Roh yang membangkitkan Kristus akan diberikan kepada kamu juga. Dalam seluruh Surat Paulus, berbicara tentang kebangkitan Kristus sebagai sesuatu yang ada dalam diri Bapa dan Roh, tapi bukan dalam diri Kristus. Kristus tidak bangkit sendiri, Bapa dan Roh Kudus membangkitkan Dia. Ini konsisten dengan seluruh Perjanjian Baru. Tapi dalam Injil Yohanes, Yesus mengatakan “Aku berkuasa memberikan nyawa-Ku, Aku berkuasa menerimanya kembali”. Yesus memang berkuasa bangkit sendiri, tapi Dia tidak memakai kuasa itu karena kebangkitan tanda kemuliaan-Nya. Dia pasif karena menunggu Bapa mengirimkan Roh Kudus untuk membangkitkan Dia, supaya kebangkitan-Nya memuliakan Dia, Yesus tidak melakukan apa pun untuk kemuliaan itu. Kristus pasif waktu dibangkitkan, maka kita punya harapan untuk bangkit. Itu sebabnya Paulus mengatakan “sama seperti Kristus bangkit, demikian kamu akan bangkit”. Kita tidak punya kuasa untuk bangkit, Yesus punya tapi tidak Dia pakai supaya kita yang tidak punya kuasa tetap bisa bangkit. Inilah pengosongan diri Yesus. Sama seperti Bapa membangkitkan Kristus, demikian Bapa membangkitkan kita dengan Roh Kudus. Itu sebabnya Paulus mengatakan “jika Roh yang membangkitkan Kristus ada pada kamu, maka kamu juga akan dibangkitkan bersama-sama dengan Dia, Roh yang membangkitkan Kristus”. Betapa besar peran Roh Kudus dalam Kitab Suci. Dalam peristiwa Israel keluar dari Mesir, Tuhan pimpin mereka dengan cara yang unik. Ada jalan yang lebih singkat, namun mereka pergi ke utara dan membentur laut, tidak ada tempat lari. Musa diberkati oleh Tuhan dengan mengatakan “ulurkan tongkatmu semalam-malaman”. Alkitab mengatakan Tuhan mengumpulkan angin untuk meniup laut sehingga mulai terbelah. Angin bisa diartikan nafas (nephesh) atau roh (ruah). Kedua kata itu tidak beda. Ini pekerjaan yang mirip dengan Kejadian 1, bahwa Allah menaungi samudera untuk membuat samudera mulai menyingkir dan muncul daratan melimpah, Roh Kudus yang kerjakan. Roh Kudus membuat laut terbelah kemudian orang Israel berjalan di tanah kering. Ini gambaran kisah penciptaan. Air laut menyingkir dan muncul daratan merupakan simbolik, setelah itu laut akan tertutup lagi ketika orang Mesir yang lewat. Tuhan memberikan kuasa besar yang mematikan musuh-musuh Israel. Roh Kudus memiliki kuasa demikian besar.


Dalam Kitab Hakim-hakim, ada cicipan mesianik. Orang-orang ini bagus di satu sisi, tapi gagal di sisi yang lain. Ini namanya mesianic figure, memberikan cerminan tentang apa yang akan terjadi kalau Mesias itu benar-benar sudah datang. Kitab Hakim-hakim tidak pernah lupa mengatakan “Roh Kudus berkuasa atas mereka”. Roh Kudus berkuasa atas Simson, Yefta, Gideon, dll. Tapi Roh Kudus memimpin sebagian aspek dari hidup mereka, ketika mereka memberontak Roh Kudus meninggalkan mereka. Roh Kudus tidak berdiam bersama mereka tapi mengijinkan adanya kuasa besar yang terjadi dalam hidup mereka. Alkitab membicarakan tentang betapa spektakulernya pekerjaan Roh Kudus. Roh Kudus adalah Pribadi Allah yang memanifestasikan diri dengan cara yang spektakuler. Sebelum orang Kristen memahami itu, mereka tidak mengerti fungsi, kekuatan, dan berkat ketika menjadi orang Kristen. Alkitab mengatakan “kalau kamu menjadi orang Kristen, kamu akan mendapatkan Roh Kudus”, ini sesuatu yang kita tidak bisa mengerti. Para hakim itu dipenuhi oleh Roh Kudus. Raja Saul pun penuh dengan Roh Kudus. Sebelum Saul jatuh dalam dosa, Saul diangkat oleh Samuel atas pilihan Tuhan dengan cara yang unik. Tuhan mengatakan “Samuel, sebentar lagi akan ada orang kampung yang tersesat, urapi dia menjadi raja”, “maaf? Dia dari suku mana?”, “Benyamin”. Suku Benyamin adalah suku yang paling kecil, namanya buruk, busuk, jelek. Tapi Saul tetap diurapi menjadi raja setelah ia mendapatkan konfirmasi Tuhan karena Roh Kudus memenuhi dia. Setelah dia diurapi, dia kepenuhan seperti nabi dan berani bernubuat. Dalam Kitab Samuel, Saul berani bernubuat di daerah pendudukan orang Filistin, di daerah Israel. Salah satu ciri bernubuat adalah berani menyatakan kemenangan Israel di tengah penjajahan bangsa lain. Doa seperti ini sering terjadi, berani menyatakan nubuat di tengah-tengah pendudukan bangsa lain. Sehingga orang bertanya apakah Saul juga termasuk dari kelompok para nabi? Ini menjadi satu fenomena Saul yang luar biasa. Tapi setelah itu dia menjadi sombong dan Roh Kudus pun undur dari dia. Kemudian Roh Kudus mengurapi seorang bernama Daud. Alkitab mengatakan Roh Kudus tidak undur dari Daud namun memenuhi Daud. Orang dipenuhi oleh Roh Kudus itu berkat besar. Karena dia dipenuhi Roh Allah yang mengalahkan bangsa-bangsa dan memberikan ketenteraman di bumi. Tidak ada kuasa lebih besar yang dimanifestasikan oleh Allah selain diri-Nya sendiri melalui Roh Kudus. Namun, kuasa Roh Kudus yang besar tidak boleh dimiliki oleh siapa pun selain pemimpin umat Tuhan. Tuhan mengatakan kepada Daud “anakmu yang akan Aku bangkitkan setelah kamu mati. Dia akan menjadi raja selama-lamanya dan Aku akan menyertai dia. RohKu tidak akan meninggalkan dia, seperti meninggalkan Saul”. Maka Yesus adalah yang diurapi, dipenuhi oleh Roh Kudus. Yesus di dalam Kitab Suci menyempurnakan pekerjaan Roh Kudus dari awal Kitab Kejadian sampai akhir Perjanjian Lama. Yang dilakukan Roh Kudus adalah memberkati pemimpin Israel, tujuannya supaya seluruh Israel menjadi satu. Roh Kudus memenuhi Bezaleel karena ia merancang Kemah Suci, simbol seluruh ciptaan. Kemah Suci dijadikan simbol untuk seluruh bumi dan Roh Kudus yang kerja untuk menyempurnakan Kemah Suci melalui Bezaleel. Berarti hint penting yaitu Roh Kudus akan memperbaiki seluruh bumi dan menyatukan umat Tuhan. Ini dua hal yang akan Dia kerjakan sangat besar. Roh Kudus adalah Roh Hikmat yang akan menyempurnakan penciptaan. Saudara bisa lihat dari sejak Roh Kudus datang sampai sekarang, banyak sekali perubahan besar yang terjadi seiring dengan perkembangan Kekristenan di seluruh bumi. Tidak ada yang bisa sangkal ini. Jadi Roh Kudus adalah Roh yang akan memajukan, membuat manusia mungkin untuk mengembangkan tempat di bumi ini. Dari awal itu yang Dia kerjakan dengan menutupi seluruh bumi yang adalah permukaan air untuk memberikan kemungkinan daratan muncul dan menjadi tempat manusia. Sejak Dia datang ke dunia menggenapi pekerjaan Kristus, Kekristenan tidak bisa dihambat oleh siapa pun. Di dalam Wahyu ini yang disebut sebagai Kerajaan Seribu Tahun, ketika iblis diikat oleh kuasa Roh Kudus. Iblis diikat dan Injil menyebar sehingga seluruh bangsa datang kepada Tuhan. Dari Adam sampai Maleakhi tidak bisa Kerajaan Tuhan lewat umat Tuhan berkembang ke seluruh bumi karena Raja belum datang dan Roh Kudus belum bekerja. Tapi setelah Kristus bangkit tidak ada daerah yang didatangi oleh misionaris kemudian Kekristenan mati. Kekristenan tetap akan datang meskipun dia minoritas. Tapi dia akan menaklukan bangsa-bangsa, ini bentuk dari pekerjaan Roh Kudus.


Dalam Kitab Yoel ada nubuat, “akan ada waktu di akhir zaman di mana Aku akan curahkan Roh-Ku bukan kepada pemimpin Israel, tapi pada semua orang, laki-laki atau pun perempuan, tua atau pun muda, besar, kuat atau pun lemah, orang bangsawan atau orang biasa, dewasa maupun anak-anak. Aku akan curahkan RohKu”. Ini terjadi saat Pentakosta. Pentakosta adalah saat dimana kuasa yang menghancurkan kuasa jahat dan menenangkan seluruh bumi diberikan kepada setiap individu. Pentakosta adalah tanda dimana Tuhan berbelas-kasihan memberikan Roh Kudus kepada semua orang yang percaya kepada Kristus. Tapi pertanyaannya adalah 2.000 tahun setelah Pentakosta dimana Roh Kudus? Alkitab mengatakan tetap ada di gereja Tuhan. Roh Kudus tidak meninggalkan individu yang percaya Kristus. Namun problemnya, Roh Kudus tidak mau kerjakan apapun di dalam orang yang tidak bergairah untuk Tuhan. Ini penting sekali, Pentakosta adalah hari dimana kita dibakar kembali untuk sadar Tuhan kerjakan hal-hal besar kalau kamu mau datang kepada Tuhan. Ketika kita mau kerjakan hal besar, itu pun gerakan Tuhan. Kita harus benar-benar paksa diri untuk mengagumi Tuhan, kerjakan apa yang Tuhan mau, dan hidup bagi Tuhan. Pernahkah Saudara berpikir bahwa Saudara bisa menginjili orang dan orang akan bertobat? Tidak, karena kita lihat diri, bukan Roh Kudus. Itu bodoh! Minta Tuhan untuk mampukan Saudara, doakan kepada Tuhan. Jangan menjadi salah dan dikuasai oleh setan yang membuat kita tidak mengerti siapa Roh Kudus.


Setelah itu murid Yesus mulai mengerjakan apa yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Murid Yesus bukan lagi terdiri dari satu bangsa, tapi dari banyak bangsa. Kisah Para Rasul dimulai dari pasal 2, Roh Kudus turun. Dan setelah itu Roh Kudus bekerja dengan limpah, membentuk orang-orang Kristen dari sepanjang sejarah untuk memenangkan orang-orang kembali kepada Tuhan. Begitu banyak hal sulit terjadi, tapi yang Tuhan mau terjadi tidak pernah batal terjadi, ini namanya kemenangan. Kemenangan berarti berbagian di dalam apa yang Tuhan mau. Ketika Roh Kudus hadir, mereka tidak bisa dihentikan untuk memberitakan Injil, mengerjakan hal yang akan memperbarui bumi.


Unik dalam Perjanjian Baru, Roh Kudus adalah Roh yang paling kuat dan paling besar dampaknya sekaligus paling lemah lembut, dua titik ekstrim. Kitab Suci menggambarkan Roh Kudus sebagai yang mampu memecahkan lautan, tapi di sisi lain sebagai yang akan didukakan oleh kebebalan kita. Roh Kudus akan tenang dan diam ketika Saudara memutuskan tidak mau ikut dengan apa yang Dia kerjakan. Murid-murid punya orientasi masa lalu yang perlu diperbaiki, maka dikatakan di dalam Kisah Para Rasul, Yesus Kristus menunjukan diri hidup kepada mereka berulang-ulang. Yesus mau menekankan bahwa ketika Dia hadir di tengah murid, Dia mengajarkan para murid untuk mengubah cara berpikir. Ubah cara berpikir yang tadinya hanya melulu berpikir tentang diri, kemudian harus punya pikiran besar. Roh Kudus datang menggerakan kamu memimpin seluruh bumi datang kepada Tuhan. Mengubah mindset ini sangat sulit. Dari Kisah Para Rasul 1, murid-murid bertanya baru di pasal 15 mereka mengerti. Tuhan mau membawa berita Injil sampai ke seluruh dunia karena Tuhan mau memperbarui seluruh bumi lewat orang Kristen. Tuhan menyatakan Dia akan memberikan kepada Israel, tanah yang berlimpah susu dan madunya, menikmati penyertaan Tuhan dan tidak akan dikagetkan oleh apapun. Sekarang Tuhan mau seluruh bangsa alami ini. Itu bukan view mudah menjadikan seluruh bangsa milik Tuhan dengan membangun jemaat di tiap bangsa. Penginjilan satu hal, membangun jemaat di setiap bangsa itu hal lain. Ini yang diperintahkan Yesus di Matius 28 “jadikanlah semua bangsa muridKu”. Supaya mereka bisa mengerti semua yang Tuhan ajarkan. Di seluruh dunia Roh Kudus bekerja terus, taruh gereja-Nya, nyatakan gereja-Nya, bangkitkan gereja-Nya.


Murid-murid mendapatkan view yang besar tentang Kerajaan Allah, jadikan yang Tuhan mau di sini. Tuhan ingin menjadikan semua milik Dia. Abraham Kuyper mengatakan Tuhan mau kita perbaiki bumi tapi Tuhan sendiri mau perbaiki bumi lewat Sang Allah jadi manusia. Tuhan mau perbaiki bumi dengan kematian dan kebangkitan AnakNya untuk mempertobatkan orang. Maka Kuyper menyindir orang-orang Belanda yang memunyai konsep teologi tentang Tuhan yang sangat friendly dan kemanusiaan yang tanpa dosa. Manusia yang tanpa dosa tidak mungkin bertemu dengan Tuhan yang sangat friendly berusaha untuk memperbarui bumi ini. Manusia tidak memunyai kekuatan untuk mengubah bumi karena bumi dirusak dengan kekuatan yang supra-manusia. Kuyper sadar, kita bisa memperbarui bumi ini kalau ada kelahiran baru dari atas. Kalau Tuhan tidak melahir-barukan kita kembali, kita tidak sanggup. Tuhan mau perbarui bumi ini, Tuhan bangkitkan gerejanya.


Tuhan membangkitkan gerejaNya dengan mulai membangkitkan orang-orang dari bangsa-bangsa untuk celik matanya. Ketika Roh Kudus mengerjakan pekerjaan-Nya dalam diri orang, ada perubahan yang paling dasar yaitu keberanian untuk rendah hati di hadapan Tuhan. Orang susah rendah hati di hadapan Tuhan, karena jiwa sombong itu menunjukan betapa kerdilnya orang. Orang yang punya kebanggaan di dalam Tuhan akan sadar bahwa kebanggaan itu tidak akan hilang no matter what. Tuhan mau ubah kita dengan cara melihat apa yang Tuhan mau kerjakan di bumi dan menjadikan diri kita alat. Waktu Saudara merasa diri adalah alat, Saudara akan sadar satu hal yaitu Tuhan begitu sayang dan peduli dengan alatnya ini, sehingga Dia mengatakan “ini bukan alat, ini anak-Ku”. Itu sebabnya seorang bernama Henri Nouwen mengatakan, yang menjadi problem di dalam hidup kita sekarang adalah kita kurang diterima. Kita tidak rasa kita sudah diterima, kita selalu merasa ada yang kurang, kita ada problem ini. Dan ini yang membuat kita tidak sanggup melakukan apapun di bumi. Perasaan tidak menjadi milik siapa pun, ini perasaan menakutkan yang akan dialami setiap orang berdosa. Tanpa penerimaan seperti ini, sulit untuk berjuang. Itu sebabnya ketika seorang bernama Nikodemus bertanya kepada Yesus “Engkau pasti dari sorga, Engkau pasti dari Kerajaan Allah”, Yesus mengatakan “kamu tidak bisa melihat Kerajaan Allah kecuali kamu dilahirkan dari atas”. Apa yang memperbarui seseorang setelah dia dilahirkan dari atas? Adalah kesadaran bahwa dia aman milik Tuhan selama-lamanya. Roh Kudus diberikan untuk memampukan kita kerja bagi Tuhan, tapi sebelum itu terjadi, Roh Kudus menyatakan diri sebagai jaminan bahwa Saudara adalah milik Tuhan. Saudara milik Tuhan maka Saudara berjuang bagi Tuhan. Saudara tidak bisa berjuang kalau tidak tahu berapa besar Tuhan mengasihi dan memiliki kita. Semangat juang orang Kristen muncul dari penerimaan Tuhan. Tuhan terima saya, saya tidak punya hal lain yang akan hilang, saya tidak ada apapun lagi yang saya perlukan, cari, dan perjuangkan. Setelah Tuhan menerima saya, saya mati-matian berjuang bagi Tuhan. Ini yang membuat Roh Kudus menyatakan pekerjaanNya di bumi. Roh Kudus memakai manusia, manusia yang sadar dia milik Tuhan akan mulai berjuang. Tanda dia milik Tuhan adalah adanya Roh Kudus. Roh Kudus menjadi segel yang menyatukan kita dengan Kristus. Tuhan tidak memakai janji perjanjian dari sapi yang dipotong, Tuhan tidak memakai janji perjanjian dengan bangunan monumen tertentu. Tuhan pakai tanda perjanjian Pribadi ketiga dari Allah Pencipta langit dan bumi ada pada Saudara dan saya. Pencipta langit dan bumi memberikan diri-Nya sebagai jaminan. Tuhan adalah jaminan bahwa engkau adalah milik Tuhan. Saudara mau minta apa dari Tuhan? Saudara sudah menjadi milik Dia. Dari sini orang akan berjuang. Perjuangan orang Kristen lain dari yang lain, orang Kristen berjuang memberitakan Injil, melepas semua, lalu orang bilang “kamu bodoh, seperti orang gila, kerja mati-matian seperti ini, korbankan semua untuk apa?” jawaban orang Kristen cuma satu “karena Kerajaan Allah mesti dinyatakan di dunia ini”. “Mengapa kamu yang mengerjakan?”, “karena aku milik Tuhan selama-lamanya. Aku sudah dimiliki oleh Dia, Roh Kudus ada padaku”. Meskipun Roh Kudus seperti tidak terlihat, seperti pekerjaan-Nya tenang, Saudara harus tahu kuasa Dia menyatukan Saudara dengan Tuhan begitu besar. Calvin memunyai konsep yang unik sekali, Pribadi ketiga adalah ikatan dari Pribadi pertama dan kedua di dalam relasi kasih. Sekarang Roh Kudus yang sama diberikan kepada Saudara. Maka Saudara sedang diajak berbagian di dalam relasi Tritunggal, Trinitarian relation. Relasi Saudara dengan Tuhan lebih dekat dari pada relasi antara malaikat dan Tuhan. Alkitab mengatakan malaikat pun ingin tahu apa yang dialami oleh orang-orang yang sudah mendengar Injil, tapi mereka tidak bisa. Ini yang Roh Kudus lakukan, Roh Kudus ada di dalam diri kita, menjadikan kita milik Tuhan selama-lamanya. Kalau kita adalah milik Tuhan, maka langit dan bumi yang adalah milik Tuhan, juga milik kita. Kita tidak bekerja di bumi ini sebagai tamu, tapi kita bekerja sebagai orang yang memang Tuhan sudah undang untuk mendiami bumi bersama-sama. Namun, banyak orang Kristen bekerja seperti pembantu, “mengapa kamu mengerjakan pekerjaanmu di bumi?”, “karena disuruh Tuhan”. Kita bekerja di bumi, berjuang mati-matian sebagai tamu, sebagai orang yang tidak merasa ini milik kita, sebagai orang yang tidak mewarisi Kerajaan Allah. Maka kita mengatakan “mengapa saya mengerjakan ini? Saya capek mengerjakan ini”, dan Saudara kehilangan kekuatan, entah sebagai pengkhotbah, sebagai hamba Tuhan, atau sebagai orang yang mengerjakan pekerjaan sehari-hari di masyarakat. Saudara kehilangan kekuatan, lemah, iblis akan menang kembali. Kuasa yang tadinya ada pada Saudara menjadi tidak real. Tapi kalau kita ingat hari Pentakosta, Saudara ingat satu hal, Saudara sudah menjadi milik Tuhan. Sorga dan bumi milik Tuhan, Tuhan berikan kemungkinan untuk kita nikmati sorga dan bumi bersama dengan Dia. Maka kita berjuang di tengah-tengah bumi ini sebagai milik Tuhan, itu besar sekali. Tahu dari mana kita milik Tuhan? Dengan Roh Kudus yang ada pada kita. Kalau Roh Allah tidak ada di dalam Saudara, Saudara akan binasa. Tidak ada ranah netral. Entah Saudara mengalami semua yang saya katakan tadi, entah Saudara memiliki semua yang saya omongkan tadi, atau Saudara ke neraka. Tidak ada titik tengah. Kalau orang mengatakan “apakah Roh Kudus ada di dalam kamu?”, harusnya Saudara mengatakan demikian “kalau Roh Kudus tidak ada di dalam diri saya, celaka saya, saya mati. Karena kalau Roh Kudus tidak ada, saya bukan milik Tuhan”. Maka yang harus kita gumulkan adalah “apakah saya sedemikian malas untuk berjuang bagi Tuhan sehingga kuasa Roh Kudus tidak pernah terasa atau jangan-jangan saya bukan milik Roh Kudus? Ini pengujian yang penting untuk kita pahami. Tapi di dalam Kitab Suci jawabannya sangat simple, kalau Saudara concern, Saudara gentar, Saudara takut Roh Kudus tidak ada dalam diri Saudara, berarti Roh Kudus sedang bekerja di dalam diri Saudara. Jika Saudara percaya Kristus, itu pekerjaan Roh Kudus. Dan kalau Saudara sudah percaya Kristus, tapi Saudara tidak melihat Dia menyatakan diri di dalam diri Saudara, mari berdoa, mari minta tolong sama Tuhan karena ini adalah penyakit yang tidak boleh terjadi, tapi faktanya sering terjadi. Dan kalau Saudara merasa seperti Roh Kudus tidak mengerjakan apa-apa di dalam hidup, ini bukan berarti Saudara bukan milik Tuhan. Mari minta Tuhan mengerjakan di dalam diri kita hal-hal yang akan Dia kerjakan di dalam diri orang-orang yang sudah dimiliki oleh Roh Kudus. Sama seperti Tuhan bekerja dengan limpah lewat Israel, mari Tuhan bekerjalah lewat saya juga. Sama seperti Tuhan membangkitkan umatNya melalui seluruh bumi dengan Injil, mari Tuhan pakai saya juga. Sama seperti Tuhan mengubah bumi ini dengan pembaruan-pembaruan yang menjadi berkat, mari Tuhan pakai saya juga, pakai saya untuk benar-benar memunculkan pekerjaan Tuhan dengan limpah seperti yang Tuhan mau. Harap ini yang kita pahami. Mari kita ingat, Roh Kudus bukan angin tenang yang tidak memunyai kekuatan apa pun, Roh Kudus adalah kuasa yang akan membelah lautan kalau perlu.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Makna Kenaikan Kristus ke Sorga

(Matius 28: 16-20)

Ketika orang Yahudi melihat kenaikan Yesus, tidak ada hal lain selain kagum. Mereka kagum karena mereka yang mengenal Kristus mengetahui bahwa ini sudah diberitakan di Kitab Suci. Yesus pernah mengatakan Ahli Taurat yang mendengar berita Injil Kerajaan itu seperti orang yang keluarkan dari perbendaharaannya semua hartanya. Orang Yahudi yang sudah kenal Perjanjian Lama, kalau dia mau percaya Yesus, dia akan mendapatkan kekayaan yang limpah di dalam mengerti semua ujung Perjanjian Lama yang sulit disatukan. Jadi begitu banyak hal di Perjanjian Lama yang seperti cerita terpisah-terpisah dan berlainan satu dengan lain, kedatangan Kristus mengikat semuanya menjadi satu di dalam diri Dia. Satu hal yang orang Yahudi lihat setiap Imam Besar mengadakan pendamaian untuk dosa, yaitu mengambil darah dari korban yang disembelih untuk pengampunan dosa. Setelah itu dengan satu wadah dia akan masuk ke ruang suci dari mezbah. Dari ruang suci akan masuk ke ruang Maha suci melewati tirai yang tidak boleh dilewati orang lain. Setelah masuk ke ruang maha suci, dia akan percikan tujuh kali darah itu ke tutup pendamaian. Setelah itu maka upacara penghapusan dosa selesai. Kita sering melihat gambaran Bait Suci dan upacara itu terpisah dari Injil, orang Kristen bingung apa gunanya cerita Perjanjian Lama terutama terkait Bait Suci. Bedanya kita dengan orang Yahudi adalah kita selalu menganggap cerita Bait Suci tidak relevan lagi, itu problemnya. Sedangkan orang Yahudi melihat cerita Bait Suci sebagai inti agama mereka. Orang Yahudi mengatakan “kalau kamu tidak setuju Bait Suci, kamu bukan Yahudi”. Saya ingin katakan, kalau Saudara tidak setuju Bait Suci, Saudara bahkan bukan orang Kristen. Karena orang Kristen pun harus mengerti sentralnya Bait Suci. Inti Perjanjian Lama ada di seputar Kemah Suci di Keluaran, Imamat, Bilangan, atau Bait Suci di zaman Daud dan seterusnya. Jadi Kemah atau Bait Suci menjadi inti menafsirkan apapun di Perjanjian Lama. Daud pernah mengatakan “Korban yang Tuhan mau lihat adalah hati yang hancur”, setelah itu ditutup dengan perkataan “setelah itu aku akan membawa korbanku dan bersukaria waktu mempersembahkan korban di hadapan Tuhan”. Jadi korban Bait Suci menjadi inti penting. Dalam Kitab Keluaran atau Kitab Raja-raja, orang Yahudi melihat gambaran bumi ada di Bait Suci. Sebagai contoh, gambaran detail yang Tuhan perintahkan kepada Bezaliel di Keluaran, atau yang Salomo kerjakan waktu dia mendirikan Bait Suci. Salomo mempunyai garden theology, sangat banyak memakai contoh gambaran taman, pohon-pohonan, buah-buahan. Mengapa taman begitu penting? Karena taman me-refer pada Taman Eden, lambang baiknya ciptaan jika manusia taat kepada Tuhan. Jika manusia taat, maka bumi akan seindah Taman Eden. Bahkan Tuhan menjanjikan Taman Eden yang sempurna nanti ketika manusia berhasil menjalankan tugasnya.


Itu sebabnya keadaan damai dan limpah dari taman digambarkan di Bait Suci. itu merupakan gambaran kosmos dalam pengertian Yunani. Artinya, gambaran tentang seluruh dunia diwakili oleh Bait Suci,  simbol ciptaan Tuhan. Uniknya, Bait Suci bukan hanya simbol ciptaan di bumi, itu juga simbol sorga. Itu sebabnya ruang maha suci identik dengan sorga. Jadi seluruh bait melambangkan bumi dan ruang maha suci melambangkan sorga. Imam yang masuk ke ruang mahasuci merupakan gambar Allah yang sejati. Maka di Bait Suci ada pemulihan manusia lewat contoh imam, image of God. Kita adalah gambar Allah yang menyatakan kehadiran Allah di bumi. Maka kita membayangkan betapa mengharukannya bagi orang Israel yang setia, ketika melihat sang imam besar itu ke ruang maha suci. Ketika itu, dia mendapatkan kesempatan mewakili seluruh Israel menikmati Tuhan dan menyatakan pengampunan bagi seluruh Israel. Orang Israel bisa melihat upacara korban itu sebagai pengulangan yang membosankan. Tetapi mereka tidak mungkin bosan merenungkan Gunung Sinai. Di sana, Musa ke atas gunung yang penuh dengan kemuliaan Tuhan. Bisa bayangkan betapa menggentarkannya pemandangan ini, karena orang Israel takut, mereka menyuruh Musa pergi. Dia ditemani oleh Harun, beberapa tua-tua dan Yosua. Tuhan suruh yang lain berhenti di tengah gunung kecuali Musa. Hanya Musa boleh masuk, tembus tempat yang penuh dengan kemuliaan Tuhan. Tuhan berkali-kali memberikan pesan bahwa kemuliaan Gunung Sinai mau dibawa oleh Tuhan ke tengah perkemahan. Yang Israel lihat di Sinai, mau Tuhan jadikan pengalaman kekal di Kemah Suci. Maka kita lihat terangnya Tuhan tercermin dalam wajah Musa, sehingga waktu Musa turun mukanya bercahaya. Jadi ada gambaran itu, mereka sekarang bisa menikmati Tuhan di tengah perkemahannya karena Tuhan mau hadir hanya di Kemah Suci. Kitab Keluaran mengatakan di atas tutup pendamaian Tuhan hadir dan hanya Musa yang boleh berbicara dengan Tuhan di atas tabut perjanjian itu. Waktu Harun dan Miriam iri dengan Musa, “sungguhkah Tuhan hanya berfirman lewat Musa?”Akhirnya Tuhan membela Musa. Tabut Perjanjian dibuat demikian indah tapi bentuknya mirip tumpuan kaki raja. Gambaran dari tabut perjanjian mirip seperti tempat kaki raja. Ini menjadi lambang kehadiran Tuhan di atas Tabut Perjanjian. Maka ada 2 gambaran, gambaran pertama Bait Suci sebagai kosmos, seluruh bumi dan sorga dilambangkan oleh Bait Suci. Yang kedua, Bait Suci sebagai tempat di mana Imam Besar bertemu Tuhan.


Di Perjanjian Baru, ada gambaran yang indah. Bait Suci tidak lagi center agama, melainkan Kristus. Tapi perpindahan dari Bait Suci ke Yesus itu mirip dengan perpindahan Gunung Sinai ke Kemah Suci. Alkitab secara unik memberikan penjelasan tentang apa pun yang dia bagikan melalui cerita-cerita di dalamnya. Maka sekarang kita mengerti Perjanjian Baru menggambarkan Yesus sedang masuk ke ruang maha suci. Kitab Ibrani menjelaskan itu dengan detail, Yesus masuk ke ruang maha suci, seluruh bumi ini seperti Bait SuciNya, itu agung sekali. Kita seperti orang Israel yang melihat imam besar melakukan prosesi. Yesus sebagai Imam Besar menyembelih diri-Nya sendiri di atas kayu salib. Kita sedang melihat Yesus pergi ke salib seperti imam pergi ke mezbah. Mengapa kayu salib ada di luar Yerusalem? Karena mezbah ada di luar tempat suci, apalagi tempat maha suci. Mezbah untuk menyembelih binatang adalah simbol penggenapan salib. Yesus mati di kayu salib sama seperti korban mati di mezbah. Orang Yahudi yang mengerti ini langsung melihat genapnya gambaran Kemah Suci yang sangat penting. Setelah Kristus disalib, seperti imam besar, dia akan membawa darah ke ruang maha suci. Yesus membawa itu pada saat Dia akan naik ke sorga. Jadi pentingnya peristiwa Kenaikan Tuhan Yesus sama pentingnya dengan peristiwa imam besar masuk ke ruang maha suci. Seluruh bumi adalah Bait Suci dan sorga adalah ruang maha sucinya. Maka, peristiwa naiknya Tuhan Yesus ke sorga sangat penting karena itu peristiwa masuknya Imam Besar sejati ke ruang maha suci membawa darah-Nya, yaitu diri-Nya sendiri. Dia membawa darah-Nya di dalam tubuhNya, Dia naik ke sorga sebagai manusia berdarah dan berdaging. Dia mempersembahkan diri-Nya sebagai persembahan penuh kemenangan, bukan seperti binatang yang dipersembahkan oleh imam besar. Yesus menjadi korban hidup yang pertama. Paulus mengatakan, “kamu semua adalah korban hidup, mirip Yesus. Dia tidak membawa diriNya mati ke sorga, Dia membawa diriNya hidup. Di sana Dia bersyafaat bagi kita. Ini yang dilakukan imam setelah imam memercikan tujuh kali, dia keluar dan berdoa bagi bangsa itu kepada Bapa. Yesus juga senantiasa berdoa bagi kita di sorga, ini gambarannya. Kalau Yesus melakukan itu di sorga, kita melakukan apa di bumi? Dalam Matius 28, Yesus mengatakan “yang harus kamu lakukan adalah mengerti apa yang sudah terjadi dan kamu boleh nikmati, dan apa yang akan engkau nantikan” Sorga adalah ruang maha suci, tidak berguna bagi seluruh rakyat kecuali imam. Imam harus keluar dari ruang maha suci, lalu memberkati rakyat. Yesus menjanjikan hal yang sama “Aku akan pergi ke rumah Bapa, Aku akan datang kembali”. Dia akan keluar dari sorga dan menjemput kita. Di dalam Kitab Wahyu kita melihat gambaran sorga dan bumi menjadi sempurna dan Bait itu menjadi genap. Kita bisa melihat cerita Alkitab dari salah satu sudut pandang mengenai perjalanan Bait menuju Bait yang sejati, Bait yang berupa Taman Eden di Kejadian, berupa Kemah Suci di Kitab Keluaran, berupa Bait Suci di Kitab Raja-Raja, berupa Kristus dan gereja-Nya di Perjanjian Baru, akan menjadi genap di Kitab Wahyu. Maka tema utama dari Alkitab jangan pernah Saudara lupakan. Kalau kita melihat tema Bait Suci, tema Bait Suci juga yang sedang digambarkan dalam Kitab Injil. Tuhan Yesus pergi ke ruang maha suci yaitu sorga. Sebelum Dia pergi, Dia memberikan pesan kepada murid-murid, berbeda dari pesan untuk orang tidak percaya. Ini gambaran yang indah sekali dari ayat 11-15 dilawankan ayat 16-20. Di ayat 11-15 ada keadaan dari orang-orang yang tidak percaya Tuhan, penuh dengan kebohongan, suap dan segala hal yang berkait dengan diri dan uang. Tapi di dalam ayat 16-20, orang yang mengikut Kristus mendapatkan satu hal yaitu kuasa. Pengikut Kristus mendapatkan kuasa, pembenci Kristus mendapatkan kesulitan karena mereka hidup dalam dusta, kebohongan, penerimaan diri, dan keadaan ingin mencari uang. Dua hal ini menjadi dua benturan yang Kitab Matius ingin sampaikan kepada kita. Yesus memberkati seluruh murid dengan kalimat yang indah sekali “Aku pemilik kuasa di sorga dan di bumi”. Kuasa bukan untuk menghancurkan orang, tetapi membangun orang. Kuasa sejati bukan untuk menunjukan diri lebih hebat. Kuasa sejati untuk menunjukan kamu berelasi, kenal, ikut, dan taat dengan Aku, kamu menjadi lebih baik. Di mana orang berkuasa ada dan hadir di situ, sekitarnya mendapat berkat kelimpahan pengenalan akan Tuhan. Kristus punya kuasa di sorga dan di bumi, tidak ada lebih tinggi dari kuasa Dia. Kuasa-Nya tidak pernah dinyatakan untuk menghancurkan orang lain, tapi memulihkan sorga dan bumi. Dialah Pembaru yang sejati itu.


Makna Kenaikan Kristus ke Sorga

(Matius 28: 16-20)

Ketika orang Yahudi melihat kenaikan Yesus, tidak ada hal lain selain kagum. Mereka kagum karena mereka yang mengenal Kristus mengetahui bahwa ini sudah diberitakan di Kitab Suci. Yesus pernah mengatakan Ahli Taurat yang mendengar berita Injil Kerajaan itu seperti orang yang keluarkan dari perbendaharaannya semua hartanya. Orang Yahudi yang sudah kenal Perjanjian Lama, kalau dia mau percaya Yesus, dia akan mendapatkan kekayaan yang limpah di dalam mengerti semua ujung Perjanjian Lama yang sulit disatukan. Jadi begitu banyak hal di Perjanjian Lama yang seperti cerita terpisah-terpisah dan berlainan satu dengan lain, kedatangan Kristus mengikat semuanya menjadi satu di dalam diri Dia. Satu hal yang orang Yahudi lihat setiap Imam Besar mengadakan pendamaian untuk dosa, yaitu mengambil darah dari korban yang disembelih untuk pengampunan dosa. Setelah itu dengan satu wadah dia akan masuk ke ruang suci dari mezbah. Dari ruang suci akan masuk ke ruang Maha suci melewati tirai yang tidak boleh dilewati orang lain. Setelah masuk ke ruang maha suci, dia akan percikan tujuh kali darah itu ke tutup pendamaian. Setelah itu maka upacara penghapusan dosa selesai. Kita sering melihat gambaran Bait Suci dan upacara itu terpisah dari Injil, orang Kristen bingung apa gunanya cerita Perjanjian Lama terutama terkait Bait Suci. Bedanya kita dengan orang Yahudi adalah kita selalu menganggap cerita Bait Suci tidak relevan lagi, itu problemnya. Sedangkan orang Yahudi melihat cerita Bait Suci sebagai inti agama mereka. Orang Yahudi mengatakan “kalau kamu tidak setuju Bait Suci, kamu bukan Yahudi”. Saya ingin katakan, kalau Saudara tidak setuju Bait Suci, Saudara bahkan bukan orang Kristen. Karena orang Kristen pun harus mengerti sentralnya Bait Suci. Inti Perjanjian Lama ada di seputar Kemah Suci di Keluaran, Imamat, Bilangan, atau Bait Suci di zaman Daud dan seterusnya. Jadi Kemah atau Bait Suci menjadi inti menafsirkan apapun di Perjanjian Lama. Daud pernah mengatakan “Korban yang Tuhan mau lihat adalah hati yang hancur”, setelah itu ditutup dengan perkataan “setelah itu aku akan membawa korbanku dan bersukaria waktu mempersembahkan korban di hadapan Tuhan”. Jadi korban Bait Suci menjadi inti penting. Dalam Kitab Keluaran atau Kitab Raja-raja, orang Yahudi melihat gambaran bumi ada di Bait Suci. Sebagai contoh, gambaran detail yang Tuhan perintahkan kepada Bezaliel di Keluaran, atau yang Salomo kerjakan waktu dia mendirikan Bait Suci. Salomo mempunyai garden theology, sangat banyak memakai contoh gambaran taman, pohon-pohonan, buah-buahan. Mengapa taman begitu penting? Karena taman me-refer pada Taman Eden, lambang baiknya ciptaan jika manusia taat kepada Tuhan. Jika manusia taat, maka bumi akan seindah Taman Eden. Bahkan Tuhan menjanjikan Taman Eden yang sempurna nanti ketika manusia berhasil menjalankan tugasnya.


Itu sebabnya keadaan damai dan limpah dari taman digambarkan di Bait Suci. itu merupakan gambaran kosmos dalam pengertian Yunani. Artinya, gambaran tentang seluruh dunia diwakili oleh Bait Suci,  simbol ciptaan Tuhan. Uniknya, Bait Suci bukan hanya simbol ciptaan di bumi, itu juga simbol sorga. Itu sebabnya ruang maha suci identik dengan sorga. Jadi seluruh bait melambangkan bumi dan ruang maha suci melambangkan sorga. Imam yang masuk ke ruang mahasuci merupakan gambar Allah yang sejati. Maka di Bait Suci ada pemulihan manusia lewat contoh imam, image of God. Kita adalah gambar Allah yang menyatakan kehadiran Allah di bumi. Maka kita membayangkan betapa mengharukannya bagi orang Israel yang setia, ketika melihat sang imam besar itu ke ruang maha suci. Ketika itu, dia mendapatkan kesempatan mewakili seluruh Israel menikmati Tuhan dan menyatakan pengampunan bagi seluruh Israel. Orang Israel bisa melihat upacara korban itu sebagai pengulangan yang membosankan. Tetapi mereka tidak mungkin bosan merenungkan Gunung Sinai. Di sana, Musa ke atas gunung yang penuh dengan kemuliaan Tuhan. Bisa bayangkan betapa menggentarkannya pemandangan ini, karena orang Israel takut, mereka menyuruh Musa pergi. Dia ditemani oleh Harun, beberapa tua-tua dan Yosua. Tuhan suruh yang lain berhenti di tengah gunung kecuali Musa. Hanya Musa boleh masuk, tembus tempat yang penuh dengan kemuliaan Tuhan. Tuhan berkali-kali memberikan pesan bahwa kemuliaan Gunung Sinai mau dibawa oleh Tuhan ke tengah perkemahan. Yang Israel lihat di Sinai, mau Tuhan jadikan pengalaman kekal di Kemah Suci. Maka kita lihat terangnya Tuhan tercermin dalam wajah Musa, sehingga waktu Musa turun mukanya bercahaya. Jadi ada gambaran itu, mereka sekarang bisa menikmati Tuhan di tengah perkemahannya karena Tuhan mau hadir hanya di Kemah Suci. Kitab Keluaran mengatakan di atas tutup pendamaian Tuhan hadir dan hanya Musa yang boleh berbicara dengan Tuhan di atas tabut perjanjian itu. Waktu Harun dan Miriam iri dengan Musa, “sungguhkah Tuhan hanya berfirman lewat Musa?”Akhirnya Tuhan membela Musa. Tabut Perjanjian dibuat demikian indah tapi bentuknya mirip tumpuan kaki raja. Gambaran dari tabut perjanjian mirip seperti tempat kaki raja. Ini menjadi lambang kehadiran Tuhan di atas Tabut Perjanjian. Maka ada 2 gambaran, gambaran pertama Bait Suci sebagai kosmos, seluruh bumi dan sorga dilambangkan oleh Bait Suci. Yang kedua, Bait Suci sebagai tempat di mana Imam Besar bertemu Tuhan.


Di Perjanjian Baru, ada gambaran yang indah. Bait Suci tidak lagi center agama, melainkan Kristus. Tapi perpindahan dari Bait Suci ke Yesus itu mirip dengan perpindahan Gunung Sinai ke Kemah Suci. Alkitab secara unik memberikan penjelasan tentang apa pun yang dia bagikan melalui cerita-cerita di dalamnya. Maka sekarang kita mengerti Perjanjian Baru menggambarkan Yesus sedang masuk ke ruang maha suci. Kitab Ibrani menjelaskan itu dengan detail, Yesus masuk ke ruang maha suci, seluruh bumi ini seperti Bait SuciNya, itu agung sekali. Kita seperti orang Israel yang melihat imam besar melakukan prosesi. Yesus sebagai Imam Besar menyembelih diri-Nya sendiri di atas kayu salib. Kita sedang melihat Yesus pergi ke salib seperti imam pergi ke mezbah. Mengapa kayu salib ada di luar Yerusalem? Karena mezbah ada di luar tempat suci, apalagi tempat maha suci. Mezbah untuk menyembelih binatang adalah simbol penggenapan salib. Yesus mati di kayu salib sama seperti korban mati di mezbah. Orang Yahudi yang mengerti ini langsung melihat genapnya gambaran Kemah Suci yang sangat penting. Setelah Kristus disalib, seperti imam besar, dia akan membawa darah ke ruang maha suci. Yesus membawa itu pada saat Dia akan naik ke sorga. Jadi pentingnya peristiwa Kenaikan Tuhan Yesus sama pentingnya dengan peristiwa imam besar masuk ke ruang maha suci. Seluruh bumi adalah Bait Suci dan sorga adalah ruang maha sucinya. Maka, peristiwa naiknya Tuhan Yesus ke sorga sangat penting karena itu peristiwa masuknya Imam Besar sejati ke ruang maha suci membawa darah-Nya, yaitu diri-Nya sendiri. Dia membawa darah-Nya di dalam tubuhNya, Dia naik ke sorga sebagai manusia berdarah dan berdaging. Dia mempersembahkan diri-Nya sebagai persembahan penuh kemenangan, bukan seperti binatang yang dipersembahkan oleh imam besar. Yesus menjadi korban hidup yang pertama. Paulus mengatakan, “kamu semua adalah korban hidup, mirip Yesus. Dia tidak membawa diriNya mati ke sorga, Dia membawa diriNya hidup. Di sana Dia bersyafaat bagi kita. Ini yang dilakukan imam setelah imam memercikan tujuh kali, dia keluar dan berdoa bagi bangsa itu kepada Bapa. Yesus juga senantiasa berdoa bagi kita di sorga, ini gambarannya. Kalau Yesus melakukan itu di sorga, kita melakukan apa di bumi? Dalam Matius 28, Yesus mengatakan “yang harus kamu lakukan adalah mengerti apa yang sudah terjadi dan kamu boleh nikmati, dan apa yang akan engkau nantikan” Sorga adalah ruang maha suci, tidak berguna bagi seluruh rakyat kecuali imam. Imam harus keluar dari ruang maha suci, lalu memberkati rakyat. Yesus menjanjikan hal yang sama “Aku akan pergi ke rumah Bapa, Aku akan datang kembali”. Dia akan keluar dari sorga dan menjemput kita. Di dalam Kitab Wahyu kita melihat gambaran sorga dan bumi menjadi sempurna dan Bait itu menjadi genap. Kita bisa melihat cerita Alkitab dari salah satu sudut pandang mengenai perjalanan Bait menuju Bait yang sejati, Bait yang berupa Taman Eden di Kejadian, berupa Kemah Suci di Kitab Keluaran, berupa Bait Suci di Kitab Raja-Raja, berupa Kristus dan gereja-Nya di Perjanjian Baru, akan menjadi genap di Kitab Wahyu. Maka tema utama dari Alkitab jangan pernah Saudara lupakan. Kalau kita melihat tema Bait Suci, tema Bait Suci juga yang sedang digambarkan dalam Kitab Injil. Tuhan Yesus pergi ke ruang maha suci yaitu sorga. Sebelum Dia pergi, Dia memberikan pesan kepada murid-murid, berbeda dari pesan untuk orang tidak percaya. Ini gambaran yang indah sekali dari ayat 11-15 dilawankan ayat 16-20. Di ayat 11-15 ada keadaan dari orang-orang yang tidak percaya Tuhan, penuh dengan kebohongan, suap dan segala hal yang berkait dengan diri dan uang. Tapi di dalam ayat 16-20, orang yang mengikut Kristus mendapatkan satu hal yaitu kuasa. Pengikut Kristus mendapatkan kuasa, pembenci Kristus mendapatkan kesulitan karena mereka hidup dalam dusta, kebohongan, penerimaan diri, dan keadaan ingin mencari uang. Dua hal ini menjadi dua benturan yang Kitab Matius ingin sampaikan kepada kita. Yesus memberkati seluruh murid dengan kalimat yang indah sekali “Aku pemilik kuasa di sorga dan di bumi”. Kuasa bukan untuk menghancurkan orang, tetapi membangun orang. Kuasa sejati bukan untuk menunjukan diri lebih hebat. Kuasa sejati untuk menunjukan kamu berelasi, kenal, ikut, dan taat dengan Aku, kamu menjadi lebih baik. Di mana orang berkuasa ada dan hadir di situ, sekitarnya mendapat berkat kelimpahan pengenalan akan Tuhan. Kristus punya kuasa di sorga dan di bumi, tidak ada lebih tinggi dari kuasa Dia. Kuasa-Nya tidak pernah dinyatakan untuk menghancurkan orang lain, tapi memulihkan sorga dan bumi. Dialah Pembaru yang sejati itu.


Setelah Yesus mengatakan “segala kuasa ada padaKu”, di ayat 19 Dia mengatakan “pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu”. Tuhan menyuruh orang-orang percaya untuk pergi dan menjadikan semua bangsa murid. Ini artinya Saudara mengetahui bahwa Dia harus menjadi Raja di sorga dan di bumi. Kita menjadikan Dia Raja dengan membuat orang-orang menjadi murid yang menuhankan Sang Raja. Pada zaman dulu murid harus mengikuti dengan mempersembahkan seluruh hidup. Murid adalah kelompok yang akan meneruskan dinasti ajaran dari gurunya dan hidup dari gurunya. Murid akan mengikuti pola hidup, cara hidup, dan juga ajaran dari guru itu. Guru mewariskan ajaran kepada murid karena guru akan mati. Dia akan tarik murid dan mengajarkan semuanya, juga gaya hidup yang dia pilih. Jadi pemuridan ada pada hal ini, inilah esensi menjadi murid. Kita sering menganggap bahwa ini adalah perintah untuk membuat kelompok kecil, Alkitab tidak maksudkan itu di sini. Ayat ini sedang tidak mengatakan hal itu, sedang bicara hal lain bahwa murid tidak boleh hanya melihat Yahudi, Yesus bukan Mesias hanya untuk Yahudi, Dia Mesias seluruh bumi. Karena kuasa di sorga dan bumi ada pada Dia, terlalu kecil kalau Dia hanya menjadi Guru bagi satu bangsa saja. Ini dinyatakan di dalam Yesaya “terlalu kecil kalau Engkau menjadi Raja hanya untuk satu umat yang kecil. Engkau harus menjadi Raja untuk seluruh bumi”. Maka ayat 19 menggenapi Yesaya, “lihat, ini adalah Raja yang akan memenangkan orang-orang di dalam kegelapan, bangsa-bangsa di dalam kegelapan”. Bangsa-bangsa itu dijadikan murid, karena kalau tidak dijadikan murid, mereka tidak akan menikmati kuasa sorga dan bumi. Kuasa sorga dan bumi ada pada Kristus, yang dibagikan kepada para murid. Siapa yang menjadi murid Kristus menikmati kuasa di sorga dan di bumi. Maka setelah Yesus pergi, para murid mendapatkan kuasa besar. Dia pergi supaya kita pergi memberitakan Injil ke semua bangsa. Kita harus memberitakan Injil ke semua bangsa karena semua bangsa perlu kuasa di sorga dan di bumi untuk dinikmati di bumi ini. Kita memberitakan Injil bukan hanya untuk memberitakan orang selamat saja. Tapi kita memberitakan bahwa kamu punya kuasa untuk mengalahkan dunia ini di dalam Kristus. Di ayat-ayat sebelumnya dikatakan bahwa orang-orang yang menolak Kristus, hidup di dalam keadaan kasihan sekali. Para penjaga datang dan mengatakan “kuburNya sudah kosong, Dia sudah bangkit, kami takut sekali”. Lalu imam-imam kepala mengatakan “kita suap para serdadu itu, bilang bahwa Yesus dicuri”, “Dia tidak dicuri, Dia sudah bangkit”, “diam, yang lain tidak perlu tahu, cukup kita yang tahu”, “kita mesti mengatakan apa?”, “bilang saja kalau Dia dicuri. Kalau kamu mengatakan Dia dicuri, kamu akan kami kasi uang”, maka uang pun menutupi segala kegalauan. Para penjaga itu galau “kami disuruh berbohong untuk peristiwa yang menakutkan ini”, tapi kemudian dikasi uang dan semuanya langsung tenang. Uang menutupi hati nurani dengan sukses. Waktu kita mengatakan “saya mau kuasa”, kuasa di dapat dari mana? Dari uang, “mengapa kamu kerja?”, “untuk dapat uang”, “untuk apa uang?”, “untuk berkuasa atas orang lain”. Uang bisa menjadi sangat jahat kalau Saudara pakai untuk berkuasa, sebaliknya, bisa menjadi sangat memberkati kalau Saudara pakai itu untuk belas kasihan. Di bagian sebelum Yesus memberitakan sesuatu kepada murid-murid, diberitakan dulu tentang kekacauan hidup di dunia ini. Orang-orang yang melihat keadaan yang benar, menutup berita itu dan mengatakan “kami mau menyebarkan berita bohong, asalkan dapat uang”. Maka gambaran dari dunia ini adalah kamu ingin punya kuasa milikilah uang, kamu ingin menjadi orang yang nikmat dan damai hidupnya, terimalah uang. Apapun mesti kamu rela korbankan demi mendapatkan uang. Uang adalah segalanya”.


Bagian lainnya, ayat 11-15 adalah para pemimpin agama sudah tahu kalau mereka salah, tapi ego mereka terlalu besar, mereka menganggap diri mereka standar yang paling penting, sehingga kebenaran pun bisa dimanipulasi demi mereka. Mereka menjadikan perasaan manusia sebagai standarnya. Alkitab membongkar kepada kita natur dari dosa, “kebenaran itu tidak penting, yang penting perasaanku. Saudara bisa bayangkan agama menjadi korup karena pemimpinnya sensitif sekali, terlalu anggap dirinya penting. Saya ingat Pdt. Jadi pernah mengatakan seluruh bumi ini ada 7 milyar manusia, kamu itu siapa? Kamu cuma 1 dari 7 milyar manusia di bumi, apa yang membuatmu begitu penting? Itu fakta yang menyakitkan. Ben Saphiro, politikus Amerika mengatakan fakta tidak peduli perasaanmu. Yesus bangkit adalah fakta. Apakah fakta peduli perasaan para mahkamah agama, para petinggi agama? Mungkin petinggi agama mengatakan “Tuhan, mengapa Engkau bangkit? Kan kami jadi malu, perasaan kami penting. Lebih baik Yesus tidak bangkit supaya perasaan kami bisa disimpan dan disenangkan”. Maka kita bisa melihat kebobrokan dunia ini, pertama dunia ini menganggap kuasa dan kesenangan ada pada uang. “Bohong pun tidak masalah karena uang lebih penting. Kamu ingin menutup mulut orang, suap dengan uang. Kamu bisa kasi apa pun, membuat yang benar jadi salah, yang salah jadi benar, bisa dengan uang”. Saya tidak mengatakan Saudara tidak boleh membantu orang dengan uang, itu tidak masalah. Tapi kalau Saudara berbagian dengan syarat “saya akan kasi kamu uang, asalkan kamu mengatakan yang A jadi B, B jadi A”, itu yang jahat. Memberi uang bukan menyuap, tapi menyuap itu adalah minta seseorang untuk melakukan hal yang tidak benar karena Saudara punya uang. Ini fakta di dunia. Kemudian para wali negeri, pemimpin agama begitu sensitif dengan dirinya sendiri. Itu sebabnya Pak Tong pernah mengatakan banyak gereja rusak karena pendeta terlalu sensitif, terlalu gampang sakit hati, terlalu gampang simpan sesuatu. Setan merusak gereja dengan membangkitkan pendeta-pendeta sensitif. Setan juga merusak gereja dengan membangkitkan pengurus yang sensitif, majelis yang sensitif, tua-tua yang sensitif, aktivis yang sensitif, terlalu mudah tersinggung untuk diri. Saudara jadi pembela Kristus, bukan pembela diri. Saya ingat terus perkataan Pak Tong “saya dipanggil untuk menyatakan Injil, bukan untuk bela diri”.


Saya dipanggil untuk memberitakan Firman bukan untuk membela diri. Inilah kecelakaan dari pemimpin agama, pemimpin agama terlalu pentingkan diri. Mereka tidak bertobat malahan memerintahkan untuk menyebarkan berita bahwa murid Yesus mencuri mayat Yesus. Dan dusta ini tersebar sampai sekarang, meskipun dusta ini terlalu banyak cacat. Cacat pertama yang paling jelas adalah ada 500 saksi kebangkitan, ini adalah cacatnya luar biasa. Bagian yang lain, kalau benar mayat Yesus dicuri, mengapa orang-orang masih melihat tutup muka dan kain kafan di situ, kalau murid-murid yang mencuri, tidak mungkin mereka menelanjangi Yesus, kalau sampai menelanjangi mayat Yesus, mereka adalah murid-murid yang kurang ajar. Jadi tidak mungkin mereka mencuri dengan tindakan seperti itu. Terlalu banyak hal yang membuat dusta ini tidak bertahan. Sejarah membuktikan mana yang benar dan yang salah, dusta akan dikalahkan dan dimatikan oleh kebenaran. Pada akhirnya kebenaran yang akan terlihat. Jadi di satu sisi ada kelompok yang terus-menerus cuma berputar di uang, sedangkan satu kelompok lagi adalah kelompok yang terus ada di dalam kuasa di sorga dan di bumi. “Segala kuasa di sorga dan di bumi sudah diberikan kepadaKu dan Aku akan berikan kepadamu. Pergilah jadikan semua bangsa murid”. Kalau Saudara punya

Apa berhala dalam hatimu?

(Roma 1: 18-25)

Kita membahas bagian mengenai dosa, ini satu bagian yang sangat terkenal dari Surat Roma kalau kita membahas keadaan manusia setelah jatuh dalam dosa, maka Roma 1: 18 dan seterusnya ini menjadi kunci untuk memahami apa yang terjadi. Saudara dan saya dan semua orang sudah berdosa. Apa yang mengakibatkan manusia jatuh dalam dosa? Adalah penyembahan berhala. Berhala di sembah dan itu menyebabkan manusia jatuh dalam dosa. Penyembahan berhala menjadi problem dari awal Kitab Kejadian sampai nanti di dalam Kitab Wahyu ditaklukan oleh Tuhan. Jadi berhala-berhala menjadi musuh kekal bagi umat Tuhan. Umat Tuhan senantiasa bergumul dan berjuang melawan berhala. Kalau kita memahami berhala hanya sebagai patung atau sistem agama kuno yang sudah tidak ada lagi, maka kita akan menganggap remeh kekuatan berhala untuk menghancurkan kita. Kita akan berpikir “berhaala itu hanya untuk zaman dulu, sekarang tidak ada lagi orang yang percaya Zeus atau Aphrodite, kita tidak lagi percaya dewa-dewa kuno. Tidak ada lagi berhala yang menakutkan kita”. Tapi Roma 1 menjelaskan bahwa problem dari penyembahan berhala bukan pada berhala, tapi pada hati manusia. Tuhan marah karena manusia memunyai hati yang sangat cemar. Hati manusia adalah pabrik yang sangat produktif menghasilkan berhala, demikian kata John Calvin. Hati kita terus menghasilkan berhala, kita mencari yang bisa disembah, mengarahkan hati kepada yang bisa disembah itu dan melupakan Sang Pencipta. Sang Pencipta yang dilupakan dan berhala yang menggantikan posisi Sang Pencipta, itulah problem manusia. Tidak ada yang bisa mendeteksi problem ini lebih ketat dari pada Alkitab.


Kitab Suci memang menuntut kita untuk mengaitkan yang total dengan yang parsial. Waktu orang menyembah berhala, dia tidak mengerti berhala, dia cuma tahu berhala adalah bagian yang parsial untuk salah satu aspek dari hidup. Misalnya mengapa orang menyembah Dewi Artemis? Karena ingin punya bijaksana. Mengapa menyembah Ares? Karena mau berperang, dewa ini menguatkan untuk berperang, sedangkan Dewi Artemis memberikan bijaksana. Kalau mau berburu harus datang ke Dewi Artemis, karena dia juga dewi berburu, sedangkan kalau mau berperang harus datang ke Dewa Ares, tidak boleh salah. Kalau ingin berlayar, mesti datang kepada Poseidon. Mesti mengerti dewa apa yang cocok untuk pekerjaan apa. Jadi dewa-dewa bersifat parsial dan hidup manusia bersifat parsial. Maka kehidupan penyembahan berhala adalah kehidupan yang abstrak, kata Hegel. Karena mereka tidak mengerti yang total itu apa. Pokoknya kalau lapar, sembah dewa pemberi makan, kalau haus, sembah dewa air, kalau perlu uang, sembah dewa uang, kalau perlu apa akan sembah dewa itu. Jadi dewa-dewa bersifat parsial, lalu kita pun bersifat parsial waktu kita hidup dengan cara parsial seperti ini, kita tidak akan pernah memahami makna hidup secara total. Saudara dan saya akan sulit mengerti hidup. Dan kalau kita sulit mengerti hidup, kita akan sulit menghargai Allah sebagai pemberi hidup. Banyak orang sulit menghargai Allah karena hidupnya tidak disiapkan untuk menerima Allah yang total itu. Tuhan mengarahkan manusia berhenti melihat berhala lalu memandang kepada Tuhan. Jadi ada perombakan yang dahsyat dari cara berpikir manusia. Kita akan lihat dulu apa yang salah dari penyembahan berhala, seperti kita lihat tadi dari konsepnya Hagel. Penyembahan berhala membuat Saudara menjadi parsial, menjadi hanya per bagian. Saudara tidak akan mengerti akan A, bagian dari hidup Saudara yang melakukan A dengan bagian hidup Saudara yang melakukan B. Misalnya Saudara hidup dalam berbagai macam aspek, banyak hal yang harus Saudara kerjakan. Saudara menjalani hidup yang multi aspek. Bayangkan kalau Saudara tidak punya hal yang mengaitkan seluruh aspek itu maka Saudara akan menjalani hidup yang terpecah. Hidup sebagai seorang yang beribadah kepada Tuhan, hidup sebagai seorang yang memimpin keluarga, hidup sebagai seorang businessman dan lain-lain, kita terpecah. Kita tidak melihat ada yang menyatukan seluruh hidup kita dengan sistem yang benar. Lalu waktu kita mencoba menyatukan dengan sistem, terjadi kekacauan. Dari abad 18-19 orang sadar menyatukan seluruh hidup manusia ke dalam sebuah sistem adalah mematikan. Maka abad 20 menjadi abad di mana postmodern menjadi populer. Mengapa postmodern menjadi populer? Karena postmodern mengatakan “cukup, jangan memesinkan manusia. Jangan menyatukan seluruh hidup manusia dengan satu payung yang namanya sistem itu”. Kalau Saudara disatukan dengan sistem yang namanya kebahagiaan, Saudara akan hidup untuk bahagia dan Saudara akan salah mengerti bahagia. Saudara hidup untuk mendapat uang, maka payung besarnya adalah uang, dan Saudara dikuasai oleh uang di semua bidang. Maka kita perlu ada bukan sistem, yang menyatukan kita tidak boleh sistem, yang menyatukan kita tidak boleh meniadakan identitas kita, yang menyatukan kita tidak bisa ditemukan di dalam dunia modern. Akhirnya orang postmodern sangat skeptik dengan kesatuan hidup manusia sehingga mereka masuk dalam keadaan yang murung. Postmodern adalah zaman yang murung. Pak Stephen Tong pernah mengatakan abad 20 adalah abad yang bodoh, sedangkan abad 21 adalah abad yang murung. Abad 20 adalah stupid century. Abad 21 adalah abad yang murung, postmodern. Abad 21 dikatakan abad yang murung karena menyadari bahwa abad 20 itu terlalu yakin bisa mengerti seluruh hidup manusia. Akhirnya pertanyaan “apa makna hidup?”, kembali dipertanyakan. Dan abad 21 sadar jawabannya belum ditemukan. Ketika orang mengatakan “saya sudah mengerti makna hidup”, baru disadari ternyata kita belum mengerti makna hidup, kita tidak tahu mengapa kita hidup. Mengapa kita tidak mengerti mengapa kita hidup? Karena yang menyatukan seluruh aspek hidup kita bukan Tuhan. Kalau yang menyatukan semua aspek hidup kita adalah bukan Tuhan, maka yang menyatukan aspek hidup kita adalah berhala. Dan Hegel mengatakan kalau yang absolut itu tidak cocok menjadi absolut, cuma bagian yang diabsolutkan, Saudara juga masuk dalam abstraksi. Intinya kalau Hagel mengatakan abstraksi berarti itu jelek. Abstraksi itu membuat yang total tidak berkait dengan yang bagian, membuat yang bagian tidak berkait dengan yang total, atau membuat yang bagian menjadi total, atau membuat yang total menjadi bagian, ini semua abstrak. Total tidak nyambung dengan bagian, bagian tidak nyambung dengan total, total dijadikan bagian, bagian dijadikan total, itu akan menghancurkan. Dan kalau bagian dijadikan total, itu penyembahan berhala. “Mengapa kamu menyembah berhala?”, “karena saya mau totalkan dia”, “tapi dia tidak cocok untuk menjadi total”, maka Saudara akan minta berhala yang lain untuk mengisi bagian. Jadi ini total yang bergabung dengan total, lalu menjadi total plus total, ini aneh sekali. Kalau begitu penyembahan berhala itu apa? Penyembahan berhala adalah kebodohan. Orang-orang seperti Protagoras mulai mengkritik penyembahan berhala, dia mengatakan “kalau kamu mau punya berhala, kamu akan pakai dirimu menjadi berhala”. Manusia menyembah berhala, bentuknya seperti manusia. Kuda akan menyembah dewa yang bentuknya kuda. Jadi Saudara akan menyembah yang mirip dengan Saudara, kalau begitu Saudara perlu yang akan menyatukan Saudara. Karena berhala-berhala itu tidak mampu. Kalau berhala-berhala itu tidak mampu, Saudara akan sadar berhala itu tidak sanggup lalu Saudara akan cari yang akan menyatukan semua. Waktu Saudara mencari yang akan menyatukan semua, Saudara akan kesulitan. Karena tidak mungkin Saudara yang bagian bisa mencari sesuatu yang bisa menyatukan seluruh alam semesta. Ini pekerjaan yang tidak mungkin. Itu sebabnya penyembahan berhala akan membuat hidup Saudara sangat berat, kacau, hancur, karena yang menyatukan hidup Saudara adalah sesuatu yang kosong, Saudara tidak tahu apa itu. Namun Saudara belajar mendedikasikan hidup kepada sesuatu itu.


Lalu apa yang bisa menyatukan hidup manusia? Hati yang kembali kepada Tuhan. Mengapa Tuhan bisa menjadi yang mutlak, universal, atau yang total? Karena Dia adalah yang sekaligus total sekaligus bagian. Keunikan ini hanya ada pada iman Kristen, Allah adalah satu-satunya yang satu dan Allah adalah satu-satunya yang tiga. Ada partikularitas dalam Allah, Bapa, Anak dan Roh Kudus. Tapi ada kemutlakan di dalam Allah, Bapa adalah Allah, Anak adalah Allah, Roh Kudus adalah Allah. Baik Bapa, Anak dan Roh Kudus sekaligus adalah universal, sekaligus partikular. Kalau kita memikirkan ini, kita langsung tahu Kekristenan benar. Manusia mau mencari apa yang bisa memayungi kehidupan kita dan Alkitab mengatakan hanya Tuhan. Karena Tuhan bekerja mengatasi hal yang mutlak dan Dia bekerja di dalam hal yang partikular. Kitab Suci mengatakan Allah ada pada diri orang yang paling kecil, namun Allah juga lebih besar dari seluruh langit. Langit tidak mungkin menampung Tuhan, tapi Tuhan rela tinggal di kemah kecil di padang gurun di tengah-tengah Israel. Dia adalah yang mutlak sekaligus yang part. Dia adalah yang total sekaligus yang menyatakan diri kepada manusia. Maka kalau Saudara menjadikan Tuhan yang mengikat seluruh aspek hidup Saudara, Saudara akan menyadari bahwa Dia akan menjadi mutlak di dalam kehidupan rumah tangga, di dalam kehidupan pekerjaan, di dalam kehidupan relasi, dan di dalam segala hal. Tuhan akan menjadi segalanya karena Tuhan memang satu-satunya yang boleh menjadi segalanya. Tapi pengertian bahwa Tuhan adalah segalanya tidak tentu diresponi oleh hati. Hati kita sulit untuk meresponi ini, sulit bagi hati kita untuk menuhankan Tuhan karena kita sudah terlalu lama dikuasai oleh berhala. Kita sudah terlalu lama ditipu oleh berhala. Maka kita tanpa sadar menjadikan Tuhan mirip berhala, atau kita mengabaikan Tuhan demi berhala kita. Berhala apa yang masih kita pegang? Berhala yang masih kita pegang adalah apa pun yang paling membuat kita sedih, paling membuat kita senang atau paling membuat kita marah. Saudara paling sedih karena apa, paling senang kalau mendapat apa, dan paling marah kalau terjadi apa? Itu akan menunjukan dimana berhalamu. Ada orang yang berhalanya adalah diri. Diri menjadi yang paling penting, diri tidak boleh dilanggar sama sekali, diri tidak boleh disakiti. Ada orang berani menyakiti diri, dia akan marah sekali. Tapi heran, waktu Yesus menjadi manusia, Dia tidak menjadikan diriNya pusat. Yesus tidak marah waktu Dia disakiti, Yesus tidak melawan balik waktu Dia dihantam, Yesus tidak membela diri waktu Dia dibawa menuju salib di Golgota. Jadi begitu banyak yang kita kerjakan yang terbalik dengan yang Yesus kerjakan. Tapi kalau kita mau kembali kepada Tuhan, kita mesti teladani apa yang Yesus kerjakan di dalam hidupNya. Sebenarnya hati kita mengarahkan kita kepada hal-hal yang sifatnya berhala. Saudara dan saya punya hati yang terpukau kepada yang bukan Tuhan. Dan waktu hati kita terpukau kepada yang bukan Tuhan, kita akan abaikan Tuhan. Mungkin kita mengaku kita dekat dengan Dia, tapi hanya sebatas pengakuan. Waktu kita tidak menuhankan Tuhan, kita sedang ada dalam penyembahan berhala. Dan yang terjadi ketika kita berada dalam penyembahan berhala, ayat 18 mengatakan Tuhan akan murka. Mengapa Tuhan murka kalau orang menyembah berhala? Karena kefasikan dan kelaliman akan muncul. Untuk menjadikan Tuhan bukan yang total, Saudara harus menekankan pengertian tentang Dia dalam segala hal. Saudara tidak bisa mengabaikan Tuhan, Tuhan terlalu keras bicara dalam segala hal. Mazmur 8 & 19 mengatakan bahwa Tuhan menyatakan kemuliaanNya dimana-mana, matahari yang terbit kemudian menjelajahi langit sampai dia terbenam itu menyatakan kemuliaan Tuhan. Bahkan gerakan mulut bayi pun itu katanya memuliakan Tuhan. Alkitab mengatakan Tuhan ada di mana-mana dan Tuhan menyatakan diri. Francis Schaeffer menulis buku yang menyatakan Dia ada di sini dan Dia tidak diam, Dia bersuara dengan keras. Tanpa kita sadari untuk membungkam pengenalan akan Tuhan, kita perlu kerja keras. Tapi yang menakutkan adalah begitu kita sudah sukses meniadakan Tuhan atau setidaknya membuat masyarakat berpikir Tuhan itu tidak ada, maka masyarakat itu akan sangat terbiasa menekan pengenalan akan Tuhan. Sekarang sangat sulit bagi Saudara untuk membuktikan Tuhan ada hanya dengan menunjuk ke langit. Misalnya ada orang atheis bertanya “buktikan kalau Tuhan itu ada”, Saudara tinggal mengatakan “lihat semua ini”, “saya sudah melihat ini semua, tapi di mana Tuhan?”, “kamu tidak lihat?”, “tidak”, “apakah kamu tahu keindahan ini dari mana?”, “dari sananya”, “langit dari mana? Terang dari mana?”, “dari sananya”, “tidak, Alkitab mengatakan itu dari Tuhan”, “tidak, itu dari sananya, pokoknya Tuhan tidak ada”. Manusia berhasil menekan pengenalan akan Tuhan dan keberhasilan ini akan membuat masyarakat sangat sekuler. Tapi jangan lupa, menekan kebenaran akan Tuhan di satu aspek akan membuat manusia menekan kebenaran akan Tuhan di dalam aspek yang lain. Begitu mereka menekan pengenalan akan Tuhan di dalam alam, mereka harus menekan pengenalan akan Tuhan di dalam hati. Tuhan berbicara sangat keras di dalam hati manusia. Moral manusia, perasaan tahu mana yang baik dan jahat itu dari Tuhan. Dan waktu manusia berusaha meniadakan Tuhan, pelan-pelan dia akan meniadakan sense benar dan salah di dalam dirinya. Dan waktu sense benar dan salah ditiadakan saat itu dia akan ngotot mempertahankan yang bukan kebenaran. Dia akan hidupi kehidupan yang tidak berpusat pada apa yang benar, sehingga orang akan hidup dengan salah, tapi tidak pernah sadar kalau dia salah. Ini yang namanya kekerasan hati. Pada ayat 24 dikatakan Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka akan kecemaran. Di sini dikatakan Tuhan membiarkan hati manusia diarahkan kemana pun dia mau. Hati  yang jadi problem, “hati saya dikuasai oleh berhala, bukan karena saya menyembah berhala tertentu tapi karena saya berusaha memadamkan suara Tuhan, saya berusaha meniadakan Dia berbicara dalam hati saya, saya berusaha memadamkan Dia berbicara di telinga saya, saya berusaha memadamkan Dia berbicara di dalam khotbah, di dalam buku yang saya baca, di dalam apa pun”. Orang kalau mau berdosa, dia akan abaikan peringatan, dia akan abaikan semuanya. Waktu hati kita menyembah berhala, kita sulit berelasi karena kita tidak menemukan pribadi yang mutlak yang bisa menjalin relasi dengan kita. Maka hal yang paling penting dalam menjalin relasi dengan Tuhan adalah hati kita akan berubah, hatinya tidak lagi ke diri, hatinya tidak lagi keras menuntun kita ke arah yang salah, hati kita akan mulai diarahkan Tuhan kepada Tuhan. Dan waktu hati kita diarahkan kepada Tuhan, semua efek berhala dalam hati kita akan dinegasi oleh Tuhan.


Apa efek berhala menurut Alkitab? Yang pertama adalah kekosongan relasional. Itu efek paling parah dari berhala. Alkitab mengatakan berhala itu punya telinga tapi tidak bisa mendengar, punya mulut tapi tidak bisa berbicara. Saudara punya telinga dan mulut itu untuk berkomunikasi dan berelasi. Utamanya Tuhan memberikan mulut dan telinga adalah untuk berelasi. Saudara bisa mendengar orang lain dan Saudara bisa berbicara dengan orang lain. Saudara bisa menjalin relasi dengan orang lain. Problem dari penyembahan berhala adalah tidak terlatih untuk berelasi. Maka kalau kita mengaku Kristen tapi tidak melatih diri untuk berelasi baik dengan Tuhan dan sesama, kita masih hidup dalam pengaruh berhala  yang lama. Berhala tidak mencoba untuk berkomunikasi dengan Saudara. Hal pertama yang Tuhan ajarkan adalah aspek relasi. Tuhan memanggil kita dengan berita Injil dan berita Injil adalah Allah mengampuni kamu, Allah berkuasa kembali, Allah akan menghancurkan kejahatan karena Dia mengasihani kamu. Allah akan menjadikanmu anakNya, engkau anakNya dan Dia Bapamu. Anak mana yang tidak berkomunikasi dengan bapaknya kalau bapaknya baik? Tuhan mengundang kita untuk mengenal Dia sebagai Allah yang berelasi dengan kita. Tuhan mau berelasi, Tuhan mau bicara, Tuhan mau mendengark kita berbicara. Berkomunikasi dianggap serius dan doa adalah hal serius, bukan karena Dia tidak maha tahu, bukan karena Dia tidak mahakuasa, tapi karena dia mau serius berelasi. Kalau Saudara menyembah Tuhan, Saudara akan dipengaruhi dengan aspek komunikasi dan relasi. Pelan-pelan diri Saudara yang rusak karena keengganan ketidak-kemampuan berkomunikasi akan hilang karena diubah oleh Tuhan. Orang yang mudah emosi, apa-apa marah, apa-apa ngamuk, dia akan diubahkan oleh Tuhan. Sekarang tidak ada gunannya marah, orang yang egois, diri tidak boleh dilawan, dirinya tidak boleh dirugikan apa pun, pelan-pelan mulai berlajar “ternyata berelasi itu bukan tentang saya. Kalau saya marah, saya harus belajar sebelum matahari terbenam, amarah saya habis”. Orang-orang yang pendendam mulai belajar ternyata dendam itu tidak berkait baik dengan relasi. Kalau kita berelasi tidak boleh dendam, kalau kita masih dendam berarti kita belum bisa berelasi dengan baik. Pelan-pelan orang akan diubah menjadi mampu berelasi. Karena berelasi dengan Allah yang secara total mengatur semua, namun secara parsial mau berelasi dengan kita secara individu.


Hal kedua dari penyembahan berhala adalah pada akhirnya setiap penyembah berhala akan menuju kepada dirinya. Dia akan mengutamakan dirinya. Karena berhala tidak ada, dia akan balikkan hatinya ke dirinya. Orang yang menyembah berhala akan dilatih untuk menjadi egois, dilatih untuk mementingkan diri, dilatih untuk mementingkan perasaannya, dan dia akan menyembah berhala karena kepentingan perasaannya. Saya khawatir kalau orang Kristen masuk dalam kekacauan ini, “mengapa kamu cinta Tuhan?”, “karena Tuhan cinta saya, Dia memaklumi saya, Dia menerima saya, Dia mendengarkan saya, Dia tahu penderitaan saya, Dia tahu kesulitan saya. Dia ada waktu saya sedih”, tentu tidak salah berpikir seperti ini, tapi kalau cuma ini yang dipikirkan berarti Saudara menyembah berhala. Karena Tuhan yang sama, yang Saudara sembah dan mengerti Saudara adalah Tuhan yang tidak mau mengerti kemalasan Saudara, tidak mau mengerti dosa Saudara, tidak mau mengerti ketidak-berubahan Saudara, dan dengan keras akan menegur atau bahkan menghukum Saudara, kalau Saudara tidak berubah. Tuhan yang sama yang mengasihi Saudara adalah Tuhan yang sama yang menyuruh Saudara untuk menjadi domba yang rela pergi ke tengah serigala, ini Tuhan yang sama. Maka kalau kita cuma menyukai satu aspek dari Tuhan dan membenci aspek yang lain, kita belum kenal Tuhan. Tidak ada pengenalan akan Tuhan yang membuat kita semakin egois. Makanya saya sering kritik orang yang terus mengajarkan tentang Tuhan sebagai Tuhan yang mengerti dan mengerti terus. Memang benar Dia mengerti, tapi jangan terus-terusan itu. Tapi mengapa banyak orang hanya menikmati Tuhan dalam satu sisi? Karena sudah terlalu egois, sudah terlalu berpusat ke diri, sehingga dirinya menjadi dewa tanpa disadari. Sehingga apa pun ajaran yang membuat ego dia disenangkan, dia akan senang sama ajaran itu. “Apa pun yang membuat diriku menjadi penting, aku akan menyenangi ajaran itu”. Tapi Alkitab penuh dengan perintah-perintah yang membuat kita jadi tidak penting. Siapa kamu, kamu harus menjadi yang paling kecil di antara yang lain. Dan kalau Saudara rela menjadi yang paling penting di antara yang lain, Saudara tidak akan terlalu senang kalau Tuhan itu seolah-olah difokuskan kepada diri Saudara. Saudara tidak akan mengatakan “saya senang Tuhan peduli kepada saya”, Saudara akan mulai terganggu dan mengatakan “Tuhan, saya mohon Engkau peduli yang lain”, bukan berarti berhenti peduli kepada kita. Tapi Saudara mulai punya kerinduan “Tuhan, bagaimana dengan yang lain? Saya berdoa kepadaMu dan saya mengenal Engkau, bagaimana dengan yang lain? Saya boleh mendengarkan firmanMu di gereja dan mendapatkan khotbahMu yang limpah, bagaimana dengan yang lain? Saya boleh membaca Alkitab, bagaimana dengan yang lain? Bagaimana dengan orang yang belum mengenal Tuhan, bagaimana dengan orang yang belum punya Alkitab, bagaimana dengan orang yang belum punya terjemahan Alkitab di dalam bahasanya? Kasihani mereka, Tuhan”, ini Kristen sejati. Karena mereka menyembah Allah yang relasional dan Allah yang relasional adalah Allah yang akan mencegah kita menjadi berfokus ke diri. Semakin fokus ke diri, kita semakin kanak-kanak. Makin fokus ke Tuhan dan rencanaNya bagi KerajaanNya, kita semakin dewasa. Ini hal kedua, berhala itu kosong sehingga cepat atau lambat kita akan fokus ke diri kita sendiri. Kita akan kembali ke diri kita dan menjadikan diri kita yang utama, kita akan menyenangi Tuhan karena Tuhan menyenangi kita. Tapi kita tidak akan menerima Tuhan yang menyuruh kita untuk mengosongkan diri, mengabaikan diri, bahkan memikul salib dan mengikuti Yesus. Banyak kalimat di dalam Alkitab yang tidak akan cocok dengan kita. Tapi semakin kita melihat ke diri, semakin besar potensi kita untuk menjadi depresi. Di dalam gerakan Reformed saya diajarkan untuk menjadi selfless terus-menerus, baru di situ saya akan menjadi self-conscious, saya sadar diri saya penting ketika saya abaikan diri saya. Dan ini yang Paulus mau katakan di dalam Surat Roma, mengapa orang yang menyembah berhala menjadi begitu kasihan hidupnya? Karena Tuhan sudah membiarkan hati mereka “kamu sudah tidak mau memberikan hatimu kepadaKu, silahkan memberikan hatimu kepada siapa kamu mau berikan”. Lalu mereka memberikan hati kepada berhala dan mereka tidak menemukan apa pun yang memuaskan. Akhirnya mereka melihat ke diri mereka dan mereka mengalami kekosongan. Bagaimana cara menangani hidup yang penuh kekosongan? Cuma 2, yang pertama depresi, gelap, bunuh diri atau kedua mencari kesenangan untuk mengisi hidup. Keduanya adalah respon dari kekosongan. Orang yang hidupnya tidak ada harapan atau masa depan, hidupnya kosong. Atau orang yang merasa hidupnya tidak ada harapan, dia sedang kosong, dia perlu Tuhan. Kosong itu bisa dicegah kalau kita belajar mengarahkan hati kepada Allah yang sejati. Tapi kalau kita tidak melakukan itu, hidup kita menjadi kosong. Dan ada yang kedua, orang yang menjadi kosong juga adalah orang yang gila kesenangan. Selalu cuma cari kesenangan, tidak mengerti tanggung jawab, tidak mengerti apa pun, hanya mencari kesenangan. Karena kosong, harus diisi dengan kesenangan, akhirnya kesenangan itu menidurkan dia, memberikan sense bahwa hidupnya sudah penuh padahal itu kesenangan yang sementara. Begitu kesenangan itu hilang, dia merasa kosong lagi dan dia cari lagi kesenangan itu. Bagaimana cara menangani orang yang seperti ini? Mungkin ada laki-laki yang tidak bisa merasa tenang kecuali dia punya pacar atau dia diakui oleh orang lain, ada perempuan yang tidak bisa tenang hidupnya kecuali ada yang sayang dia, “rasanya seperti tidak ada yang menyayangi saya, kalau tidak ada yang menyayangi saya, saya tidak mau hidup, saya perlu disayangi”, lalu dia mencari disayangi oleh siapa pun. Tapi dia sedang kosong, bagaimana menyadari bahwa dia kosong? Caranya adalah dengan tidak membiarkan dia menipu diri dengan kesenangan yang palsu. Selama dia pikir kesenangannya ada di jalur ini, lalu kita melarang dia ke jalur itu, dia akan merasa kita memusuhi dia. Padahal kita tidak memusuhi dia, kita sedang mengingatkan dia bahwa dia menuju kekosongan yang lebih parah lagi.


Lalu hal ketiga, dikatakan bahwa manusia tidak bisa memuliakan Tuhan karena menyembah berhala. Jadi penyembahan berhala itu salah dan parah karena manusia yang menyembah berhala tidak mungkin memuliakan Tuhan. Dia akan memuliakan yang lain. Dia akan mati-matian menolah Tuhan dan dia ingin worship yang lain. Semua orang punya kecenderungan untuk worship. Kita akan mengagumi idola kita dengan kelebihan, karena ada sense of worship dalam diri kita. Richard Mouw seorang pengajar di Fuller, dia pernah mengatakan manusia adalah makhluk yang harus memuji. Kita memunyai sense of worship dalam diri kita, kita mesti memuja, kita mesti menyembah. Kecenderungan orang untuk mengidolakan orang secara berlebihan itu terjadi karena dia tidak mau Tuhan. Dia menolak untuk memberikan kemuliaan untuk Tuhan dan dia berikan itu kepada orang lain. Ada orang kalau sudah punya idola itu benar-benar gila bukan main. Waktu saya pimpin seminar di Surabaya, ada satu orang bertanya memakai tulisan “apakah dosa kalau saya mengkhayal pacaran sama artis Korea?”, saya jawab “dosa sih tidak, tapi kasihan saja”. Hal yang paling penting adalah waktu kita belajar memuliakan Tuhan, kita akan tarik semua kemuliaan yang mau kita berikan ke manusia, lalu kita belajar memberikan itu kepada Allah, dan itu bahagia. Kalau Saudara memberikan kepada manusia apa yang seharusnya diberikan kepada Allah, Saudara akan terhilang. Tapi waktu kita berikan apa yang harusnya diberikan kepada Allah kembali kepada Allah, disitu ada kelimpahan di dalam menyembah. Semua manusia perlu menyembah. Dan sangat berbahaya kalau kita tidak menyembah apa pun karena kita akan menyembah diri. Sangat berbahaya kalau kita menyembah orang lain, atau sistem, atau apa pun karena kita akan menuhankan sistem itu. Paulus mengingatkan kalau kita diberikan kesempatan untuk mengenal Tuhan, arahkan hati kepada Tuhan. Itu sebabnya Paulus mengingatkan kita di ayat 18 dan seterusnya, Tuhan marah kepada kita karena kita mengabaikan Dia. Bagaimana cara Tuhan marah? Tuhan marah dengan cara masih memanggil, masih menyatakan diri “arahkan hatimu kepadaKu, Aku masih menyatakan diri, masih berseru kepadamu, masih mau tarik kamu”. Tapi Paulus mengingatkan di dalam ayat 24, akan ada saat dimana Tuhan membiarkan. Dan kalau saat ini tiba itu bahaya sekali. Maka mari arahkan hati kepada Tuhan sebelum Tuhan mengatakan “sudah, kamu lakukan apa yang kamu mau”, kalau Tuhan sudah mengatakan seperti itu, berarti tidak ada harapan bagi kita. Tapi kalau Tuhan masih mengatakan “arahkan hatimu kepadaKu”, arahkan hati kepada Dia dan Saudara akan menikmati kelimpahan hidup di dalam kesenangan mengenal Tuhan. Paulus mengaitkan ini dengan Injil, dia mengatakan Injil adalah kekuatan Allah karena sekarang Tuhan mau kembalikan kamu ke dalam rencana semula, rencana yang penuh dengan bahagia, rencana yang penuh dengan sukacita. Mengapa orang tidak melihat rencana Tuhan ini? Karena tidak mau lihat waktu Tuhan. Israel tidak melihat limpahnya Kanaan, Israel cuma melihat susahnya padang gurun, maka mereka putus asa dan tidak mau mengikuti Tuhan. Saudara dan saya ingin menikmati hidup, mari menikmati di dalam waktu Tuhan. Jangan dengar waktu dunia, dunia akan mengatakan “waktunya kamu bahagia”, Saudara mengatakan “saya akan bahagia, Kerajaan Allah akan datang. Dan itu kerajaan yang penuh terang dan kesenangan. Itu bukan kerajaan yang gelap dan menakutkan”. Semua hal yang

menderita di dalam dunia ini akan ditiadakan oleh kerajaan yang terang itu. Alkitab bahkan mengatakan tidak ada air mata di sana, karena tidak ada alasan untuk menangis. Kerajaan itu penuh dengan sukacita dan Paulu mengatakan “inilah kekuatan saya. Saya tidak malu akan Injil, karena meskipun Injil itu tidak kelihatan sekarang, tapi saya tahu buktinya sudah jelas lewat kebangkitan Kristus”. Apa yang ditaklukan oleh kebangkitan Kristus? Kematian. Apa itu kematian? Di dalam tradisi Perjanjian Lama, kematian adalah puncak dari ketidakberartian hidup manusia. Hidup manusia yang tidak mau menyembah Tuhan, tidak taat firman, hidup di dalam kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala akan berujung pada kematian. Kematian adalah titik puncak dari semua pelanggaran manusia. Pelanggaran tidak menyembah, pelanggaran tidak mengasihi, pelanggaran hawa nafsu dan lain-lain, berpuncak pada kematian. Maka kalau Yesus mengalahkan kematian berarti semua problem yang menyusahkan hidup di Perjanjian Lama sudah Dia tangani. Itu sebabnya Saudara dan saya dapat kesempatan untuk datang kepada Tuhan. Dan biarlah kita bersyukur kepada Dia yang memanggil kita dan menjadi milik Dia. Hidup dengan penuh hikmat dan tidak menggantikan kemuliaan Allah dengan hal-hal yang fana. Kiranya Tuhan memberkati dan menolong kita semua.

(Ringkasan ini belum diperiksa pengkhotbah)

Allah yang menderita karena umat-Nya, bersama umat-Nya dan bagi umat-Nya

(Yesaya 44: 21-28; 52:13 – 53: 1-7 )

Di dalam pasal 44, 52 & 53 saya ingin membagikan satu tema yang penting. Pasal 44, 52 & 53 mengajarkan kepada kita tentang Tuhan yang menderita bersama-sama umatNya, Tuhan yang menderita karena umatNya dan Tuhan yang menderita bagi umatNya. Ini 3 hal yang saya ingin kita pahami hari ini. Allah kita adalah Allah yang menderita karena umatNya, Allah yang menderita bersama umatNya dan Allah yang menderita bagi umatNya. Ini 3 hal tentang Tuhan yang sangat jelas diberitakan oleh Kitab Suci, tapi yang asing bagi konsep allah dari dunia ini. Zaman ini tidak terlalu mengenal Tuhan yang memunyai perasaan demikian. Zaman ini tidak mengenal Tuhan yang memunyai emosi, perasaan, keinginan, gairah, kerinduan, dan juga sakit hati. Kita lebih senang Tuhan yang tidak punya perasaan. Itu sebabnya kita sekarang hidup di dalam zaman yang tanpa perasaan juga. Kebanyakan orang bertumbuh tanpa perasaan apa pun, menjadi datar, begitu saja dan menjalani hidup tanpa ada kerinduan berelasi, kerinduan mengasihi dan kerinduan untuk punya belas kasihan. Kita menjadi begitu tidak peduli karena kita tidak menyembah Allah yang sama dengan yang Alkitab ajarkan. Tema ini yang mau diangkat, dan saya mau membahasnya dari pasal 44, 52 & 53. Di dalam pasal 44 dikatakan Tuhan tetap mengasihi Israel meskipun Dia sudah membuang Israel. Tuhan mau memulihkan Israel, Tuhan mau mengangkat kembali Israel, bahkan Tuhan kembali menyebut Israel sebagai hambaNya, “hambaKu engkau hai Israel”. Lalu di dalam pasal 52 & 53 mengatakan “hambaKu akan berhasil, dia akan dianiaya tapi dia akan berhasil”. Ini tema yang akan kita lihat. Dan dari pasal 44, 52 & 53 kita akan coba memahami apa yang maksudnya Allah yang menderita karena umatNya, Allah yang menderita bersama umatNya, dan Allah yang menderita bagi umatNya.


Saya ingin memulai dengan satu konsep teologi yang namanya teodisi. Teodisi adalah satu usaha untuk menjawab mengapa dunia ini penuh dengan kejahatan, kebobrokan dan penderitaan, padahal Allah yang menciptakannya adalah Allah yang baik. Kalau Allah baik, mengapa dunia ini penuh dengan kesengsaraan, kesulitan dan penderitaan? Baik kejahatan yang saya timbulkan di dunia ini, maupun kejahatan yang ditimbulkan oleh masyarakat, oleh pemerintah atau oleh alam. Jadi ada begitu banyak penderitaan, kesengsaraan di tengah dunia ini. Bagaimana memahami Allah yang baik dan berdaulat di tengah dunia yang rusak dan kacau begini? Ini merupakan pertanyaan yang jauh lebih valid dari pada pertanyaan orang-orang Atheis pada zaman ini. Seorang teolog bernama Jurgen Moltmann mengatakan bahwa Atheisme abad terakhir ini, abad 20-21 adalah Atheisme yang dangkal dan banal. Banal artinya kurang kreatif, membosankan, mengulangi tema itu saja dan tidak ada kreativitas di dalamnya. Apa yang diserang oleh Atheisme pada zaman ini? Orang Atheis akan mengatakan “buktikan Tuhan itu ada, kalau Tuhan tidak bisa dibuktikan, saya tidak mau percaya”. Hal-hal seperti menuntut bukti, perkataan “saya perlu bukti”, dan lain-lain itu merupakan hal yang membosankan, kata Moltmann. Mereka mengatakan keberadaan Tuhan tidak cukup buktinya, ini dan itu, tapi yang dibicarakan adalah Tuhan terus. Pertanyaan terntang bukti sama sekali tidak kuat, justru pertanyaan tentang ketidak-adilan, mengapa umat Tuhan dihabiskan, mengapa umat Tuhan dihancurkan oleh musuhnya, mengapa terjadi kekejaman yang begitu keras, membuat orang mulai mempertanyakan tentang kepedulian Tuhan, mempertanyakan tentang kerinduan Tuhan untuk memperbaiki segala sesuatu, akhirnya sampai pertanyaan final “benarkah Tuhan ada? Jangan-jangan kita dikutuk di tengah-tengah dunia yang memang begini adanya, dunia yang penuh kekacauan dan kita tidak bisa lari keluar darinya”. Jadi ini sebenarnya pertanyaan yang sangat perlu untuk kita renungkan, supaya kita bisa bergumul juga tentang teologi kita, teologi yang menjawab tentang kesulitan di dalam dunia, realita penderitaan yang sangat berat. Seorang bernama Volf pernah memberikan satu seminar, dia mengatakan bahwa kita adalah orang Kristen yang diajar untuk mengampuni orang, mengasihi orang dan menyatakan pintu pengampunan yang terbuka bagi siapa saja. Setelah seminar ada satu orang secara pribadi bertanya “kamu orang Kroasia ya?”, Miroslav Volf adalah seorang teolog yang punya darah Kroasia, dia bilang “iya”, “bisakah kamu mengampuni tentara-tentara musuh yang menghancurkan negaramu di tahun 90an. Kalau kamu bilang bisa, saya akan terima seminarmu. Kalau kamu mengatakan sulit, saya akan buang seminarmu”. Kalau Saudara menjadi Volf akan menjawab apa? Volf mengatakan “saya sulit melakukan itu, mungkin saya tidak bisa melakukan itu”. Orang itu bertanya “kalau begitu mengapa kamu memberikan seminar seperti ini?”, dia menjawab “kalau saya memberikan seminar berdasarkan apa yang bisa saya lakukan, maka seminar saya akan sangat kering, kosong dan tidak ada gunanya dibagikan. Saya membagikan apa yang Tuhan tuntut, yang kita semua jadi sulit untuk kerjakan dan taati. Kamu murid dan saya juga murid, mari taat. Saya punya mimpi buruk, kamu juga punya mimpi buruk, saya punya musuh yang sangat saya benci, kamu juga sama. Maka mari kita belajar firman dan jalankan”. Lalu dia tutup dengan kalimat “sangat sulit mengampuni orang-orang kejam yang membantai orang-orang yang kita kasihi”, dia selesaikan jawabannya di situ. Pertanyaan ini valid untuk dijawab, harus digumulkan, mengapa terjadi kesulitan di tengah dunia ini? Dan kadang-kadang kita menganggap remeh kesulitan dan penderitaan dengan menganggapnya itu adalah sebuah realita kosong yang tidak penting untuk dipikirkan. Kalau kita sendiri belum mengalami penderitaan, kalau kita belum pernah mengalami orang yang kita kasihi meninggal duluan, atau mengalami kesulitan di tengah-tengah dunia yang kejam, mengalami pemerintahan otoriter, totaliter yang menghancurkan hidup orang banyak, mungkin kita tidak mengerti apa itu penderitaan maka kita menganggap remeh penderitaan. Tapi bagi orang yang mengalami kesulitan besar karena penderitaan, dia akan mulai mempertanyakan tentang Tuhan. Mengapa Tuhan membiarkan, mengapa Tuhan tidak bertindak, mengapa Tuhan tidak melakukan sesuatu? Apakah tangan Tuhan kurang panjang untuk menolong, apakah telingaNya sudah tertutup untuk kita? Di manakah Tuhan ketika kesengsaraan itu terjadi? Ini menjadi satu tema yang penting. Moltmann mengatakan bahwa kesulitan di tengah-tengah dunia ini akan mengaitkan kita dengan teologi kita tentang Tuhan. Ketika ditanya “bagaimana jawabanmu?”, Moltmann jawab “dulu saya hampir menjadi atheis karena penderitaan yang dialami oleh orang Jerman. Sekarang saya tahu satu hal dengan membicarakan kehadiran Yesus Kristus, dari pada kamu membicarakan allah yang abstrak itu. Waktu kamu membicarakan tentang Yesus dan bukan allah yang abstrak, yang tidak jelas seperti apa. Waktu kamu bicara tentang kehidupan dan tujuan Yesus Kristus, maka teodisi itu tidak perlu lagi dipermasalahkan. Kalau kamu bicara tentang Yesus, kamu akan punya Allah yang tidak lagi bentur dengan kesulitan dan penderitaan”, ini kalimat yang sangat pendek tapi dalam. Mengapa kita kesulitan memahami Tuhan dengan realita penderitaan di dunia ini? Karena kita tidak mengenal Dia lewat Yesus Kristus. Sehingga Moltmann mengatakan “yang ingin saya kenal adalah BapaNya Yesus. Yang ingin saya kenal adalah Allah yang Yesus layani, yang ingin saya kenal adalah Allah yang kepadaNya Yesus punya pengharapan, yang ingin saya kenal adalah Allah yang kepadaNya Yesus berdoa, yang ingin saya kenal adalah Allah yang membangkitkan Yesus, yang ingin saya kenal adalah Allah yang untuk Dia Yesus rela mati di kayu salib. Saya mau mengenal Allah melalui Yesus”, ini yang perlu kita gumulkan. Dan Yesaya 52 & 53 memberikan sudut pandang yang konsisten di dalam Perjanjian Lama mengenai penderitaan dan Allah. Bagaimana mengaitkan Allah dengan kesulitan dan penderitaan di dunia ini? Yesaya 52 & 53 merangkum doktrin Allah dari Perjanjian Lama yang memberitakan kepada kita tentang Allah yang menderita bersama-sama dengan umatNya, Allah yang menderita karena umatNya dan Allah yang menderita bagi umatNya. Ini 3 hal penting yang harus kita pahami.


Yang pertama akan kita bahas adalah Allah yang menderita karena umatNya. Mengapa Allah menderita karena umatNya? Karena Allah adalah Allah yang sakit hati ketika umatNya dikacaukan. Waktu terjadi ketidak-adilan, kekerasan dan kekejaman, Allah sakit hati. Dan waktu Allah menyaksikan penyembahan berhala terjadi, kejahatan para pemimpin dan pemberontakan umatNya terjadi di bumi ini, Dia sakit hati. Dan karena Dia sakit hati, Dia murka. Segala pemberontakan yang terjadi di bumi membuat Allah sakit hatiNya. Allah sakit hati karena Dia mencintai ciptaan ini. Lalu apa yang Dia lakukan setelah sakit hati? Dia murka. “Tuhan tidak boleh murka, saya mau kenal Tuhan yang baik, saya mau kenal Tuhan yang tidak pernah marah”, Saudara tidak bisa kenal Tuhan yang tidak bisa marah, kecuali Saudara juga setuju dengan Tuhan yang tidak mengasihi. Kalau Tuhan tidak mengasihi, maka Dia tidak perlu diharapkan akan marah. Karena kasih merupakan satu hal yang berkait dengan murka. Murka adalah kasih yang disakiti. Saudara marah karena kasih Saudara disakiti. Seorang akan marah ketika kasihnya diabaikan atau disakiti. Ketika seorang yang dikasihi berpaling dari dia dan menyakiti hatinya, dia akan murka. Tapi kalau Saudara tidak murka berarti Saudara tidak mengasihi. Saudara tidak mungkin murka kepada orang yang baru ditemui sejam yang lalu. Sering kali Allah digambarkan sebagai being yang tidak tergerak oleh apa pun, semua bergerak menuju Dia tapi Dia tidak bergerak pada siapa pun, semua menyukai Dia tapi Dia tidak menyukai siapa pun, semua ingin datang kepada Dia tapi Dia tidak mau datang kepada siapa pun, Dia stabil. Dia menggerakan yang lain oleh karena yang lain menginginkan Dia tapi Dia tidak menginginkan siapa pun. Jadi emosi menjadi sesuatu yang negatif, Tuhan yang ideal adalah Tuhan yang tanpa emosi. Tapi Alkitab berbicara banyak tentang Tuhan yang menyatakan emosi, Allah yang sakit hatinya, Allah yang senang, Allah yang bersukacita, Allah yang sedih, Allah yang terkejut, Allah yang memunyai perasaan mirip manusia. Akhirnya orang-orang mengatakan “ini mirip dengan berhala-berhala Yunani, kita tidak mau Allah yang seperti ini. Kita lebih suka Allah versi Aristotle yang tidak punya perasaan. Problem dari teorinya Aristotle adalah ini teori yang paling mudah masuk untuk memunyai Allah tapi tidak perlu diperhatikan dengan serius, ini adalah deisme. Kalau Saudara masuk dalam ajaran deisme, Saudara akan percaya Allah itu ada, Allah itu adalah Allah yang ada tapi tidak terlalu banyak berkait dengan hidup manusia. Kalau Allah tidak terlalu banyak berkait dengan hidup manusia, maka Allah adalah Allah yang tidak perlu dianggap terlalu serius. Saudara dan saya menggambarkan Allah yang apatis, dan akhirnya kita menjadi apatis. Dan apatis ini adalah cara yang paling bagus untuk menghancurkan kemanusiaan. Sekarang banyak orang yang ditarik untuk menjadi apatis, tidak peduli lagi dengan sesama manusia, hatinya tidak mudah tergerak, tidak mudah merasa kasihan, tidak mudah merasa peduli, tidak mudah merasakan penderitaan orang lain. Dan ketika generasi ketiga dihantam dengan hobi main gadget, dia akan lari dari keharusan untuk bersekutu dan memunyai relasi antar personal. Apatis itu sesuatu yang sangat bahaya, manusia tidak memiliki hidup kalau dia mempunyai apatisme di dalam hatinya, dia tidak punya perasaan apa pun. Maka kita harus keluar dari keadaan tanpa perasaan. Ketika orang menolak untuk berelasi dengan serius, dia akan keluar dari keharusan untuk berelasi. Allah sangat memperdulikan ciptaanNya, karena itu Allah sangat ingin ciptaanNya menjadi baik. Begitu ciptaanNya dijalankan dengan cara yang menyakiti hatiNya, Dia akan sedih dan murka. Allah adalah Allah yang menderita karena Allah sakit hati ketika ciptaan dikacaukan. Allah sakit hati ketika Saudara dan saya memberontak kepada Dia, Allah sakit hati ketika umatNya tidak setia, Allah sakit hati ketika umatNya tidak mendengarkan suaraNya, Allah murka karena Dia disakiti. Ini poin pertama, mengapa bisa ada penderitaan di sini, di mana Tuhan waktu kita menderita? Tuhan mengatakan “Aku sedang sakit hati melihat penderitaan yang terjadi”. Ketika Saudara mengatakan “ada pemerintah yang begitu keras menghancurkan orang, membunuh orang dengan sembarangan, ketidak-adilan meraja-lela dimana-mana, dimana Tuhan?”, Tuhan mengatakan “Aku sedang sakit hati melihat apa yang terjadi”. Lalu mengapa Tuhan tidak bertindak? Tuhan adalah Tuhan yang bertindak, ini poin dari Yesaya 40 yang kita pelajari minggu lalu dan juga inti dari Yesaya 44 & 45, Tuhan adalah Tuhan yang bertindak. Tapi cara Tuhan bertindak adalah cara yang tidak bisa diatur oleh siapa pun. Dia mengatur caraNya dengan bijaksana dan caraNya yang paling tepat. Namun kalau Dia belum menyatakan tindakan untuk memperbaiki ciptaan, ini tidak berarti Dia tidak punya kepedulian terhadap ciptaan ini. Ini tidak berarti Dia tidak punya sentuhan hati untuk melihat apa yang terjadi. Ini tidak berarti Dia tidak punya perasaan apa pun ketika umatNya memberontak. Inilah poin pertama, Allah di dalam Kitab Suci adalah Allah yang sakit hati dan menderita karena umatNya, karena ciptaanNya.


Kedua, Allah adalah Allah yang menderita bersama umatNya. Tuhan bukan cuma Tuhan yang menderita karena orang-orang disakiti, tapi Allah juga adalah Allah yang disakiti bersama-sama umatNya. Hal-hal seperti ini banyak digambarkan di Perjanjian Baru, misalnya ketika Yesus mengumpulkan kambing dan domba lalu dipisahkan kambing dengan domba, berkata kepada kambing “enyahlah”, berkata kepada domba “marilah”, itu pun Yesus sedang menyatakan hal yang sama dengan ini, Allah adalah Allah yang menderita bersama umatNya. Di dalam Matius, Yesus memisahkan kambing dan domba, tapi terjemahannya kurang akurat, yang Tuhan Yesus pisahkan bukan spesies kambing dan domba, yang Tuhan Yesus pisahkan adalah alpha male dengan bawahannya, jantan besar dan kuat dengan kelompok lain yang lebih lemah. Pembagian di dalam penghakiman akhir adalah si kuat dan si lemah. Dan binatang yang kuat itu diterjemahkan sebagai kambing, si lemah diterjemahkan sebagai domba. Itu sebabnya kita memunyai pemikiran kambing itu yang jelek-jelek, domba itu yang bagus-bagus. Tapi di dalam Matius dikatakan binatang-binatang yang kuat yaitu kambing dan domba yang kuat, dipisah dari yang lemah. Kepada yang kuat Tuhan mengatakan “enyahlah kamu”, “Tuhan, mengapa kami diusir?”, “karena waktu Aku menderita, kamu tidak menolongku”, “itu tidak mungkin, kalau Engkau menderita pasti akan kami tolong. Masalahnya Engkau tidak pernah menderita”. Tuhan mengatakan “siapa bilang Aku tidak pernah menderita? Aku menderita bersama umatKu. Waktu yang paling kurang diantara kamu, tidak kamu pelihara, aku sakit hati. Aku sakit bersama dengan mereka yang lapar, sakit bersama mereka yang menderita, sakit bersama mereka yang dipenjara, padahal mereka tidak melakukan yang tidak adil, sakit karena ditindas, sakit bersama dengan mereka yang miskin dan kekuarang. Ini identifikasi yang jelas sekali, Saudara mau tafsirkan apa bagian ini? Yesus mengidentikan diriNya dengan kelompok yang miskin dan rendah ini. Lalu ketika Yesus berpaling pada kambing dan domba yang lebih kurang kuat, Yesus mengatakan “mari masuk dalam bahagia tuanmu”, mereka tanya “mengapa Tuhan?”, “karena waktu Aku sedang lemah, sengsara, kamu menolong Aku”, “tidak mungkin, karena kami belum pernah bertemu Engkau ketika sengsara”, dan Yesus mengatakan hal yang sama “yang kamu perbuat untuk orang yang paling kurang di antara kamu, kamu perbuat untuk Aku”. Tuhan adalah Tuhan yang mengaitkan diriNya dengan orang yang paling malang di dunia ini. Tapi kita justru mengabaikan orang-orang seperti ini. Kita tidak punya belas kasihan, kita tidak punya kemungkinan untuk menjadi mirip Tuhan karena kita tidak pernah membiarkan belas kasihan kita muncul. Adakah diantara kita yang menyiapkan uang untuk menolong orang miskin. Ada budget khusus, untuk perpuluhan harus ada, kemudian untuk pekerjaan Tuhan harus ada, untuk tabungan harus ada, untuk tolong orang harus ada. Kalau Saudara tidak punya tabungan khusus untuk tolong orang, Saudara adalah orang Kristen yang sangat kejam. Kerinduan untuk menjadi sama dengan orang yang lemah, itu kerinduanNya Tuhan. Inilah Tuhan yang diberitakan oleh Alkitab. Allah di dalam Alkitab adalah Allah yang mengidentikan diriNya dengan kelompok paling menderita di bumi ini. Sehingga kalau Saudara mengenal Allah yang diberitakan Alkitab, Saudara akan mengetahui mengapa Yesus jadi manusia dan mati di kayu salib, karena Dia mau diidentikan dengan yang paling rendah, dengan orang-orang yang tidak dianggap secara politik, orang-orang yang menjadi korban kebrutalan para pemimpin, orang-orang yang dihina oleh semua orang, seluruh rakyat teriak “matikan Dia”, dia menjadi sampah dari para sampah. Lalu ketika Dia digantung di kayu salib, baru kita tahu Tuhan tidak main-main waktu Dia mengidentikan diriNya dengan orang paling lemah. Tuhan tidak pura-pura dengan retorika kosong mengatakan “waktu Aku ada di dunia ini, Aku mau diidentikan dengan mereka yang paling lemah”, dan Tuhan buktikan itu di kayu salib. Kalau kita mengenal Allah dari Alkitab, Allah Tritunggal yang diperkenalkan Kitab Suci, tidak ada alasan untuk mengatakan “Tuhan, dimana Engkau ketika kami menderita?”, Tuhan akan mengatakan “Aku disalib”. “Ketika bumi begitu menderita, dimanakah Engkau Tuhan?”, Tuhan akan mengatakan “lihat Golgota. Kamu melihat dunia menderita, lihat Golgota, di situlah Aku berada”. Tidak ada orang bisa menjawab ini. Teodisi itu akan kuat untuk orang Islam, ketika mereka ditanya “mana allahmu ketika kami menderita”, dan mereka akan mengatakan “bertanyalah padanya, saya tidak tahu dimana dia”. Saudara tanya kepada orang Yahudi “di mana Allah ketika kita menderita?”, orang Yahudi menjawab “Allah menyatakan penderitaanNya, coba baca Yesaya 53, coba baca di Kitab Suci, Tuhan ada bersama umatNya”,  lalu kita mengatakan “retorika kosong, karena Tuhan tidak benar-benar menjadi manusia dan bersama umatNya”. Di dalam Teologi Kristen, Allah Tritunggal adalah Allah yang rela menderita bersama umatNya. Allah menderita ketika orang benar dianiaya, ketika imam disembelih di meja korban, ketika Israel dihancurkan oleh bangsa lain, ketika terjadi kekejaman di luar pikiran dilakukan satu manusia kepada manusia yang lain. Allah menderita bersama umatNya.

Poin ketiga, Allah adalah Allah yang menderita bagi umatNya. Di sini kita bisa melihat keunikan dari salib Yesus. Allah menderita bagi umatNya. Allah bukan hanya menderita bersama umatNya, sekarang Allah melakukan sesuatu yang melampaui itu, Allah menderita bagi umatNya. Allah menderita supaya umatNya tidak perlu menderita. Allah menderita untuk membebaskan umatNya dari kesengsaraan hidup di dalam dosa. Poin ketiga ini sangat kuat dan ini yang dibagikan di dalam Yesaya 52 & 53. Tuhan membebaskan Israel, Tuhan membangkitkan hambaNya, “Israel, Aku mengingat kamu. Aku mau memulihkan kamu, Aku ingin menjadikan engkau hambaKu seterusnya”. Setelah itu pasal 52 & 53 mengatakan “lihat hambaKu, dia akan berhasil, walaupun rupanya tidak seperti manusia lagi dan segala kesemarakan manusia hilang dari dia”. “Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknya pun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupa pun tidak, sehingga kita menginginkannya. Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kita pun dia tidak masuk hitungan”. Kalimat-kalimat dari Yesaya ini sedang mengarahkan kita untuk melihat Mesias yang tersalib itu. Mesias yang tersalib adalah tema Kristen yang paling tidak masuk akal bagi orang Yahudi, tapi paling indah di dalam konsep orang Kristen. Allah adalah Allah yang menyenangi ciptaanNya, Allah adalah Allah yang ingin mengoreksi, memperbaiki ciptaanNya. Allah adalah Allah yang mau menjadikan ciptaanNya baik kembali. Tapi untuk lakukan itu Dia menderita bagi umatNya. Maka saya ingin membahas lebih dalam mengenai Allah yang menderita bagi umatNya. Mengapa Allah bisa menderita bagi umatNya? Karena Allah itu Tritunggal. Kalau Allah tidak menderita bagi umatNya, maka sulit bagi kita untuk memahami penderitaan Allah bagi umatNya. Karena penderitaan Allah bagi umatNya adalah penderitaan bagi umat karena murka Allah. Mengapa Allah rela menderita? Karena umatNya mau Dia selamatkan. Diselamatkan dari murka Allah. Allah murka lalu Allah menyelamatkan, bagaimana memahami hal ini? Saudara tidak memahami tema ini kecuali Saudara mengakui bahwa Allah itu Allah Tritunggal. Kalau Allah bukan Allah Tritunggal, kita tidak mungkin dapat mengerti mengapa Allah rela bagi umatNya, mengapa Dia menderita, menderita apakah Dia? Allah menderita bagi umatNya karena Allah Tritunggal. Bagaimana cara Allah menderita bagi umatNya? Allah menderita bagi umatNya karena Allah menjadi manusia. Lalu ketika Allah menjadi manusia, Pribadi kedua yaitu Yesus Kristus, Anak Allah menjadi manusia, maka Allah memulai pekerjaan keselamatan yang Dia buat, yang Dia siapkan. Allah tidak mungkin terpisah dari manusia, maka Allah adalah Allah yang mau menyelamatkan manusia dengan kehadiranNya di tengah dunia. Dan bagaimana cara Dia menyatakan kehadiranNya di tengah dunia? Yaitu dengan menerima semua murka yang Tuhan mau berikan kepada seluruh ciptaanNya. Mengapa Yesus bisa menerima murka Tuhan? Apa sebab Dia datang ke dalam dunia dan mengapa Dia yang menerima murka Tuhan? Hal pertama yang harus kita lihat adalah Tuhan mau menyatakan murkaNya atas seluruh ciptaan, namun Tuhan akan melokalisasi murkaNya. Karena Tuhan tidak memurkai seluruh ciptaan di dalam murka yang final. Tuhan akan memurkai sang wakil dari ciptaan yaitu manusia. Maka Tuhan akan memurkai manusia, bukan yang lain. Itu sebabnya di dalam Kitab Ibrani dikatakan bahwa korban binatang di dalam zaman para imam, bukan korban yang sempurna, oleh karena para imam itu mempersembahkan darah yang asing. Apa yang dimaksud dengan darah yang asing? Di dalam terjemahan Indonesia tidak ditulis “darah yang asing” tapi “darah yang lain”. Para imam itu tidak mempersembahkan darah yang tepat. Tapi di dalam bahasa asli dikatakan imam mempersembahkan darah asing karena bukan darah mereka sendiri. Imam menjadi imam karena mereka memotong binatang dan memercikan darah binatang dan membawa binatang itu sebagai korban. Binatang yang menumpahkan darah, bukan imam. Tapi apakah manusia bisa diwakili oleh binatang? Apakah binatang wakil dari seluruh alam ciptaan ini, apakah binatang adalah gambar Allah? Tentu tidak. Saudara tidak bisa melihat binatang sebagai gambar Allah, ciptaan tidak bisa diwakili oleh binatang. Manusialah wakil Allah, manusia adalah yang akan mewakili seluruh ciptaan. Seluruh ciptaan diwakili oleh manusia, karena itu ketika Tuhan mau menyatakan murkaNya, Tuhan menyatakan murkaNya kepada manusia, bukan kepada yang lain. Kalau begitu apakah seluruh manusia akan dimurkai? Di dalam penghakiman Tuhan lewat Kristus, ini yang diberitakan dalam Yesaya 53, Tuhan menyatakan penghakimanNya lewat wakil dari seluruh manusia yaitu Israel. Jadi Tuhan menyatakan penghukumanNya lewat Israel. Israel adalah imam bagi seluruh bangsa lain. Di dalam Kitab Keluaran 19 dikatakan “engkau adalah kerajaan imam bagi bangsa-bangsa lain”. Jadi Israel adalah imam, dialah yang memberikan diri sebagai wakil dari bangsa-bangsa lain. Kalau Israel adalah imam, jadi Tuhan akan menghakimi seluruh Israel? Yesaya 52 & 53 mengatakan tidak, karena di pasal 44 dikatakan “hambaKu engkau hai Israel”. Tapi di pasal 52 & 53 digambarkan tentang orang lain yang menjadi wakil dari seluruh Israel yaitu Sang Hamba. Israel diwakili oleh wakil yang adalah keturunan Daud dan juga imam. Siapa wakil Israel? Raja. Siapa wakil Israel? Imam. Raja dan imam ini yang harus menerima murka Tuhan mewakili seluruh umat Tuhan, bahkan mewakili seluruh ciptaan. Ini yang dimaksudkan dengan Allah rela menderita bagi ciptaanNya, karena Sang Pribadi kedua yaitu Anak Allah menjadi manusia. Lalu murka Tuhan dilokalisasi pada Dia. Ketika Dia digantung di kayu salib, pada saat itu terjadi penghakiman dari Tuhan atas seluruh ciptaan karena mereka melanggar perjanjian. Yesuslah hamba yang dimaksud di dalam Yesaya 52 & 53. Pemulihan sedang berlangsung oleh Allah yang menderita bagi umatNya. Pemulihan berlangsung karena kebobrokan dan kerusakan dosa serta murka Tuhan sedang dipusatkan ke diri Hamba Tuhan ini. Apa yang Yesus alami di kayu salib? Yang Yesus alami adalah seluruh murka yang Tuhan mau timpakan karena dosa, sekarang Dia yang tanggung. Dia menjadi wakil dari seluruh Israel, Israel adalah wakil dari seluruh manusia, manusia adalah wakil dari seluruh alam. Maka untuk Tuhan pulihkan seluruh alam, seluruh alam mesti diwakili oleh manusia. Tuhan murka kepada manusia sebagai pernyataan lokal dari murkaNya kepada seluruh alam. MurkaNya kepada seluruh manusia diwakili oleh Israel. Murka kepada Israel diwakili oleh raja, murka raja diwakili oleh Kristus ini yang adalah Raja sejati yang Tuhan bangkitkan. Di atas kayu salib terjadi pemulihan ciptaan. Pemulihan terjadi karena seluruh efek dosa dan murka Tuhan sekarang difokuskan ke salib. Di atas kayu salib Yesus menyiapkan ciptaan yang baru. Di atas kayu salib Dia menanggung kerusakan dari ciptaan yang lama. Ini namanya Allah menderita bagi umatNya.

Mengapa disebut menderita bagi umatNya? Oleh sebab Dia menderita, umatNya tidak harus menderita. Efek dosa pelan-pelan surut karena Dia rela mati di kayu salib. Kalau Saudara mengatakan “mana? Sekarang masih tetap terjadi kesulitan”. Orang Krsiten tidak perlu banyak berteodisi, orang Kristen tidak perlu terlalu banyak bertanya “di mana Tuhan waktu keadaan menderita?”, Tuhan mengatakan “Aku sudah disalib, bagaimana dengan kamu?”. Fokus kepada salib akan membuat kita mengerti bahwa kesulitan dan penderitaan yang terjadi sekarang adalah kesulitan dan penderitaan yang sudah ditaklukan di dalam salib Yesus. Karena Kristus menjalani ini semua, bahkan sampai mati di kayu salib, dan justru karena kematianNya, ciptaan dipulihkan. Tidak ada lagi yang bisa menghalangi pemulihan ciptaan. Pemulihan ciptaan akan segera terjadi karena wakil dari seluruh manusia yaitu Kristus sudah digantung di atas kayu salib. Allah adalah Allah yang menderita bagi umatNya. Ini tema yang tidak mungkin Saudara pahami kalau Saudara tidak melihat Kitab Suci dan memahamni Tuhan dengan cara demikian. Itu sebabnya ketika kita menjalani hidup kita, kita akan menjalani hidup dengan penuh perasaan syukur dan kasih “Tuhan, jika Engkau yang menanggung semua ini, maka Engkaulah yang patut dikasihi oleh saya”. Dia adalah Allah yang menarik dengan kasih, Dia adalah Allah yang ingin menyatakan “pengorbananKu Kuberikan kepadamu supaya engkau mengerti apa yang sedang terjadi”. Allah adalah Allah yang berbagian di dalam penderitaan umatNya. Ini pengertian yang sangat penting sekali, Allah bukan hanya berpartisipasi di dalam penderitaan kita, tapi Dia berpartisipasi untuk memberikan kemenangan. Biarlah kita menghargai konsep Allah dari Alkitab. Saudara tidak mengenal Tuhan yang berpisah dari dunia ini, tapi Saudara mengenal Tuhan yang mengalami kesulitan dari dunia ini. Allah yang menderita karena umatNya, Allah yang menderita bersama umatNya, Allah yang menderita bagi umatNya. Itu sebabnya kalau orang Kristen ditanya oleh orang lain “di mana Allah ketika keadaan sedang sulit, di mana Allah ketika penderitaan terjadi?”, Saudara bisa menganggap ini sama dengan mempertanyakan kalau seorang manusia memunyai luka lalu bertanya dimana kepalanya. Misalnya tangan saya luka karena teriris pisau, lalu Saudara mengatakan “tangan bapak teriris ya?”, “iya”, lalu Saudara mulai bertanya “mengapa ada irisan pisaunya, di mana kepala bapak waktu ini terjadi? Saya ragu kalau kepala bapak itu ada. Karena kalau kepala bapak ada, tidak mungkin ini terjadi. Maka saya yakin karena ada luka di tangan bapak, kepala bapak tidak ada”, Saudara mengatakan “itu tidak mungkin, kepala saya satu dengan seluruh badan”. Hal yang sama bisa kita katakan “di mana Tuhan berada waktu ada penderitaan? Pasti Tuhan tidak ada”, itu tidak mungkin, karena Tuhan sedang menderita bersama kita, bahkan Tuhan menderita bagi kita. Ini tema yang sangat agung, tapi kita kehilangan berita keagungan ini karena kita tidak merasa kalau Tuhan itu punya hati yang bisa hancur oleh karena ciptaan ini. Kita tidak bisa mengerti pergumulan Tuhan untuk membentuk umatNya, yang kita tahu cuma pergumulan kita. Kita jadi sangat egois karena kita punya pergumulan untuk diri . Sedangkan Tuhan pikul seluruh ciptaan menjadi pergumulan hatinya. Bayangkan betapa egoisnya kita. “Siapa Allah?”, “Allah adalah Pencipta segala sesuatu. Kalau segala sesuatu adalah milik Tuhan, maka segala sesuatu dicipta bagi Tuhan. Tapi sekarang ciptaan bukan hanya membuat Tuhan tidak senang, ciptaan membuat beban untuk Tuhan. Saudara mau punya beban seperti Tuhan? Di sini hal  yang kita salah mengerti tentang kemahakuasaan Tuhan. Tuhan di dalam Alkitab itu Mahakuasa, bukan karena Dia mampu kerjakan sesuatu dengan cara yang cepat, Tuhan Mahakuasa karena Dia memunyai cara yang mengenakan hatiNya kepada dunia ini. Itu cara Tuhan. Tuhan pilih cara keterlibatan, bukan pilih cara berfirman lalu semua beres. Bisakah Tuhan membereskan semua dengan berfirman? Bisa, tapi Tuhan bukan begitu. Tuhan tidak seperti itu. Tuhan adalah Tuhan yang menaruh hatiNya di dalam ciptaan ini, sehingga untuk pulihkan ciptaan ini Dia harus mengalami segala kesulitan di dalam ciptaan ini sebelum Dia perbaiki dan menjadi menang. Dia mesti berinkarnasi untuk memperbaiki seluruh dunia ini. Mengapa Dia mesti berinkarnasi, mesti menderita, mesti mati? Karena itulah Tuhan kita. Tuhan kita tidak akan bertindak dengan cara lain, karena itu adalah sifatNya. Oleh karena Dia mengasihi, Dia tidak pakai cara lain, Dia tidak pakai cara dimana Dia tidak terlibat dan tidak bergumul bersama-sama umatNya di tengah dunia ini. Kita tidak memunyai allah yang duduk di sorga lalu mengatakan “semua beres, simsalabim”. Bisakah Tuhan? bisa, tapi Dia tidak mungkin lakukan itu, karena Dia tidak akan mengerjakan sesuatu di mana Dia tidak terlibat untuk bergumul dan menang. Partisipasi Tuhan di dalam penderitaan kita adalah keunikan berita Alkitab. Mana ada konsep seperti ini di agama mana pun. Saudara berharap siapa yang bisa menjadi panutan dan juga Tuhan yang bisa kita sembah? Siapa yang akan menjadi Tuhan kita untuk kita sembah? Tidak ada, selain Tuhan, selain Allah Tritunggal yang diberitakan oleh Kitab Suci. Kalau Saudara mengatakan “penderitaan ini begitu banyak, Tuhan ada di mana?”, Tuhan mengatakan “Aku sudah tanggung sakit ini dari dahulu. Sebelum engkau lahir, Aku sudah tanggung sakit ini. Sebelum engkau tahu ada yang menyakitkan di dunia ini, Aku sudah tanggung sakit ini”, bahkan lebih dalam lagi “Aku sudah tanggung sakit ini supaya engkau bebas”. Suatu saat nanti semua pekerjaan Tuhan dipulihkan karena partisipasi Tuhan di dalamnya. Itu sebabnya Kekristenan adalah agama yang partisipasif. Saudara tidak bisa mengatakan “Saya mengasihimu, kenakan kain hangat, carilah sendiri makanan yang enak. Saya tidak pedulikan kamu”, Saudara tidak bisa tidak berpartisipasi. Saudara harus berpartisipasi. Orang Kristen melihat politik begitu rusak, tetap harus terlibat di dalamnya. Harus ada orang yang punya beban untuk menjadi politisi yang bersih dan murni. Saudara melihat dunia medis begitu rusak, Saudara harus berjuang untuk bidang itu kalau memang Saudara di situ. Kristen berpartisipasi karena itulah sifatnya Tuhan, Tuhan seperti itu. Tuhan tidak mungkin melakukan yang lain. Ini bukan masalah bisa atau tidak, tapi masalah apa yang Tuhan inginkan. Tuhan tidak mau melakukan cara lain. Tidak ada cara lain bagi Tuhan untuk pulihkan penderitaan di tengah manusia sekali partisipasi. Menderita karena umat, menderita bersama umat dan menderita bagi umat. Dan kalau kita tidak mengenal Allah seperti ini, kita akan sulit menjawab pertanyaan orang “mengapa banyak penderitaan?”. Saudara akan menjawab di dalam iman Kristen “penderitaan terjadi, saya tidak bisa menjawab mengapa. Tapi saya bisa menjawab, Tuhanku sedang menanggung ini”. “Kok Tuhan menanggung penderitaan? Bodoh sekali”, “terserah kamu anggap bodoh, tapi bagiku itulah kasih”. Kadang-kadang orang mengasihi lalu melakukan tindakan yang dianggap bodoh. Tapi tindakan kasih adalah tindakan yang secara efisiensi memang tidak terlalu kelihatan. Apa efisiensinya? Saudara habiskan tabungan atau uang, lalu berikan bunga untuk pacar, misalnya. Kalau Saudara memberikan bunga hidup yang hanya bertahan beberapa lama, kemudian mati, ini kurang efisien. Cinta kasih itu bukan tentang efisiensi, melainkan tentang persekutuan. Tuhan dari dulu ingin menyatakan persekutuanNya dengan manusia. Maka waktu manusia menderita, Dia memilih cara berpartisipasi. Dia menyatakan cara “Aku menderita karena kamu, Aku menderita bersama kamu dan Aku menderita bagi kamu”. Bisakah Tuhan lakukan cara lain? Ini yang selalu kita pikirkan, “Adam dan Hawa jatuh dalam dosa, langsung bereskan saja. Kalau sudah jatuh dalam dosa lakukan plan B yaitu musnahkan ular, koreksi Adam”, pokoknya dosa  bisa dihapuskan dengan cara lain, bukan dengan cara penebusan Kristus. Mengapa Tuhan tidak pilih cara yang lebih mudah? Ular masuk, manusia jatuh dalam dosa, lalu Tuhan suruh ular kembali dan mengatakan “minta maaf sama Adam”, lalu ular minta maaf kepada Adam dan Hawa, Adam dan Hawa memaafkan ular, dan ceritanya berakhir. Cerita yang sangat indah, tapi omong kosong. Tuhan ingin berpartisipasi bersama manusia, maka penderitaan Dia tangani dengan menderita karena, menderita bersama dan menderita bagi. Ini yang Tuhan lakukan dan ini yang Tuhan ingin kita lakukan di tengah dunia ini. Saudara bukan orang yang akan memperbaiki dunia ini dengan menjentikan tangan lalu semuanya beres. Saudara akan berpartisipasi dengan hati yang siap dilukai, hati yang siap dikecewakan, hati yang siap dihancurkan, dan ini yang Tuhan lakukan. Banyak orang tidak mau terjun di dalam relasi atau pun dunia ini, karena merasa “saya nanti akan disakiti”. Saudara kalau tidak siap sakit hati, Saudara bukan orang yang baik. Karena Tuhan yang menciptakan kita pun adalah Tuhan yang sakit hati. Tuhan meresikokan hatiNya untuk dihancurkan dan dilukai”.

Maka digantungnya Kristus di kayu salib adalah tanda puncak bahwa Tuhan menderita karena umatNya, Tuhan menderita bersama umatNya dan Tuhan menderita bagi umatNya. Kiranya Tuhan menggerakan kita untuk mampu menjalankan kehidupan Kristen yang baik dan melihat bagaimana salib Kristus memimpin kita memulihkan segala sesuatu.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Menantikan Kehadiran Tuhan

7 April 2019
(Yesaya 40: 9-31)
Pdt. Jimmy Pardede


Di dalam Kitab Yesaya ini kita akan belajar untuk melihat bagaimana salib itu diberitakan. Jadi kita mesti melihat salib sebagai puncak dari karya atau pekerjaan Tuhan di Perjanjian Lama. Salib tidak boleh direduksi, tapi harus dieksposisi lewat Perjanjian Lama. Jadi kalau kita mau memahami salib, kita harus tahu bahwa salib itu merangkum seluruh Perjanjian Lama. Makna salib begitu dalam dan hari ini, bulan ini kita akan merenungkan pengorbanan Kristus dengan cara yang sangat berlimpah lewat Kitab Suci. John Calvin ketika menulis commentary dari Mazmur, dia mengatakan bahwa orang Kristen harus belajar untuk menghargai berita Perjanjian Lama, baru bisa menghargai salib.


Demikian juga kita akan membahas Yesaya bukan langsung kepada kesimpulan salib. Tapi kita mau mengerti pengertian dari Yesaya untuk kita nantinya semakin mengerti salib. Setelah kita mengerti apa yang dibahas Yesaya 40 & 53, baru kita nanti membaca salib dengan kerangka pengertian yang kaya sekali. Jadi hari ini kita akan memulai dari Yesaya 40: 9-31 dan di dalamnya ada tema yang sangat jelas terlihat, yaitu tema menantikan kabar baik. Tuhan menyuruh Israel untuk menantikan Dia yang akan datang. Ini bisa Saudara lihat di ayat 9 misalnya, “hai Sion, pembawa kabar baik, naiklah ke atas gunung yang tinggi! Hai Yerusalem, pembawa kabar baik, nyaringkanlah suaramu kuat-kuat, nyaringkanlah suaramu, jangan takut! Katakanlah kepada kota-kota Yehuda: “Lihat, itu Allahmu!”. Dia datang dengan kekuatan dan tanganNya. Jadi ada berita tentang masa depan yang akan terjadi “lihat, Tuhan akan datang). Berita ini adalah berita yang sangat urgent sehingga dikatakan “lihat, Tuhan sudah datang”. Tapi pada realitnya pembaca Yesaya akan mengatakan “ini adalah berita masa depan, kami masih mengharapkan kedatangan Tuhan”, meskipun diberitakan dengan kesegeraan yang besar. Kesegeraan ini, sifat terburu-buru di dalam memberitakan kedatangan Tuhan menjadi ciri khas di Alkitab mulai dari Yesaya sampai nanti Wahyu. Satu hari Tuhan sama dengan seribu tahun, maksdunya adalah kalau kamu pikir Tuhan masih lama datangnya, kamu salah. Tapi dari dulu Tuhan mau datang, sekarang sudah bertahun-tahun lewat dan Dia masih belum datang, apalagi sekarang. Dari dulu Petrus mengatakan Dia sudah akan datang, Paulus mengatakan sudah akan datang, sekarang sudah tahun 2019 Dia belum datang juga. Seorang bernama Albert Schweitzer mengatakan para pemikir Perjanjian Lama, para rasul salah mengerti Yesus. Yesus mengatakan bahwa Dia akan datang kembali, tapi ternyata Dia tidak datang-datang. Dia mati dan bangkit, setelah itu hilang, tidak tahu kapan datangnya. Mengapa orang bersiap? Karena dia tahu Tuhan bisa datang kapan pun. Sehingga berita yang segera ini “Tuhan akan datang” itu sudah menjadi ciri dari Yesaya 40 sampai nanti Wahyu mengenai kedatagan Tuhan. Waktu Saudara memberitakan tentang kedatangan Tuhan, Saudara akan memberitakannya dengan pernyataan bahwa ini adalah sesuatu yang segera. Kalau ada gedung terbakar, Saudara tidak akan mengatakan “ada api di gedung ini, maka dengarlah hai orang-orang puisi yang akan saya beritakan” dengan cara yang tenang, Saudara tidak akan melakukan itu. Saudara akan teriak “ada api, mari lari”, ada perasaan mendesak untuk hal ini. Demikian Yesaya 40 ada perasaan mendesak “coba lihat di tembok Tuhan sudah datang”. Tapi begitu orang melihat di Tembok Yerusalem, mereka tidak melihat apa-apa. Jadi berita ini adalah berita pengharapan Tuhan akan datang dan dinyatakan dengan cara yang sangat mendesak. Kedatangan Tuhan akan tiba. Dan nanti saya akan simpulkan di bagian akhir dari pembahasan Yesaya ini bahwa ketika kita melihat salib itu adalah penggenapan dari berita ini. Kesegeraan melihat Tuhan datang dan janji-janjiNya disimpulkan di salib, dan itu benar-benar kosong kalau kita tidak mengerti. Salib itu seperti meniadakan semua pengharapan dari Yesaya 40. Tapi kalau kita baca dengan cara yang tepat, salib menjadi kesimpulan yang luar biasa. Salib adalah puncak dari berita Yesaya 40-54 yang akan kita bahas beberapa bagiannya.


Bagian ini adalah tentang pengharapan Tuhan akan datang dan bagaimana kita mengharapkan Tuhan. Yesaya 40 mengatakan Tuhan itu Tuhan yang besar, kita mesti mengharapkan kedatangan Dia yang agung dan melampaui seluruh ciptaan. Lalu Kitab Yesaya langsung berbicara tentang wahyu umum sebagai pernyataan kemuliaan Tuhan. Alkitab adalah satu-satunya cara Tuhan menyatakan diriNya kepada kita dan itu benar. Alkitab memang adalah satu-satunya cara Tuhan menyatakan diri kepada kita. Tapi Alkitab mengatakan bahwa pernyataan Tuhan di dalam alam gagal kita terima oleh karena kita yang sudah berontak kepada Tuhan. Jadi sebenarnya Tuhan akan menghakimi manusia karena alam ini sudah berbicara tentang Tuhan dan alam ini sudah berbicara tentang Tuhan dengan cara yang jelas sekali. Tuhan akan tetap menghakimi karena alam ini sudah berbicara sangat jelas tentang Tuhan. Saudara melihat matahari, bulan, bintang, laut, gunung, seluruh alam, Saudara harus langsung dapat pesannya bahwa ada Allah yang sedang bekerja. Dan Alkitab tidak mengatakan bahwa alam semesta ini ada semacam allah. Alam semesta mengatakan bahwa ada Allah yang spesifik yaitu Allah Tritunggal. Allah Tritunggal dengan jelas menyatakan diri lewat ciptaan. Saya mau tanya, kalau Saudara tidak pernah membaca Alkitab, Saudara tidak pernah dengar berita Injil, Saudara tidak pernah diberi tahu tentang Tuhan, bisakah Saudara kenal Tuhan? Tidak bisa, salah siapa? Salah kita sendiri. Seharusnya waktu kita sudah melihat daun saja, Saudara tidak bisa tidak Saudara akan mendapatkan pesan Allah Tritunggal yang ciptakan ini. Mungkin bagi kita aneh, kita berpikir “masa sih pak? Saya ajak teman saya yang atheis melihat daun, katanya dia hanya melihat hijau. Saya ajak orang atheis melihat laut, dia hanya mengatakan bagus, selesai begitu saja. Dia tidak mengaitkan itu ke Tuhan”, kesalahannya ada pada dia, kesalahannya ada pada kita. Sama ketika Saudara dengar suara saya di speaker, lalu Saudara mengatakan “saya mau bukti”. Saudara sedang menikmati Tuhan sedang bekerja lewat alam ini. Ini yang dikatakan dalam Kitab Yesaya, misalnya Saudara bisa melihat dalam pasal 40: 11, itu ada kalimat yang indah sekali, “seperti seorang gembala Ia menggembalakan kawanan ternak-Nya dan menghimpunkannya dengan tangan-Nya;anak-anak domba dipangku-Nya, induk-induk domba dituntun-Nya dengan hati-hati”. Allah digambarkan bukan hanya sebagai Pencipta domba tapi juga sebagai Gembala domba. Jadi jangan ikut-ikutan Aquinas “tahu tidak Allah itu ada?”, “iya”, “tahu dari mana?”, “dari domba. Domba dari mama domba, mama domba dari mamanya mama domba”, terus begitu, tapi tidak bisa begitu. Akhirnya ada pencipta yang tidak diciptakan yang menciptakan domba, itulah Tuhan. Tapi Yesaya akan sedikit mengernyitkan mukanya “kok seperti itu argumennya?”, kalau dia bicara dengan Aquinas. Yesaya mengatakan waktu kamu lihat domba, kamu lihat Gembalanya waktu itu. Domba ini bisa terpelihara karena ada yang memelihara yaitu Sang Gembala Besar, Tuhan. Jadi Yesaya tidak ingin kita memahami Tuhan hanya sebagai Penyebab Utama saja, Yesaya mau kita memahami kuasa penopangan Tuhan yang terjadi saat ini. Yesaya 40: 11 mengatakan dia bukan hanya Pencipta domba, tapi Gembala domba. Lalu ayat 12 “Siapa yang menakar air laut dengan lekuk tangannya dan mengukur langit dengan jengkal, menyukat debu tanah dengan takaran, menimbang gunung-gunung dengan dacing, atau bukit-bukit dengan neraca?”. Tuhan secara berkelanjutan memelihara seluruh alam ini baik laut, gunung maupun pulau, Dia aktif bekerja sampai sekarang, ini yang dikatakan di ayat 12. Allah digambarkan sebagai Pengatur alam yang bijaksana, Allah menjadikan semuanya teratur. Jadi Allah bukan hanya Pencipta laut, gunung dan pulau-pulau, tapi Allah senantiasa mengaturnya sampai sekarang. Dan konsep Yesaya ini melampaui konsep-konsep berhala pada zaman dia karena semua orang mengurung dewa-dewanya kepada aspek tertentu dari ciptaan. Dewa satu berkuasa atas laut, dewa satu atas gunung, dewa satu atas pulau-pulau, dewa satu atas binatang, dewa satu atas ikan, dewa satu atas ini dan ini. Jadi masing-masing dewa punya spesialisasi. Karena para penyembah berhala itu ternyata orang modern zaman revolusi industri, sudah mengetahui pembagian pekerjaan. Kalau semua orang menciptakan peniti, nanti tidak ada yang efektif. Harus ada yang menciptakan kepalanya, harus ada yang menciptakan badannya, pembagian kerja. Dewa-dewa ternyata juga ada pembagian kerjanya, ada yang khusus laut, ada yang khusus ikan, ada yang khusus langit, dan lain-lain. Dewa-dewa ini punya spesialisasi untuk berkuasa atas sesuatu. Tapi Yesaya mengatakan tidak, semua itu Tuhan yang takar dan atur. Tuhan yang mengatur laut, seolah-olah laut itu ada di tanganNya, Tuhan yang menopang air laut. Lalu Tuhan yang takar kapan laut berhenti lalu mulai ke darat. Dan Tuhan bukan hanya memberikan takaran saat itu saja, Tuhan senantiasa melakukan itu. Tuhan senantiasa menjaga supaya air laut tidak sampai ke daratan. Allah berbeda dengan segala macam berhala, itu yang dikatakan dalam Yesaya 40 ini. Mengapa Allah beda dengan segala berhala? Karena Allah terlibat. Ini bedanya, berhala tidak terlibat sedangkan Allah terlibat. Kalau ada orang bertanya apa bedanya Tuhan Kristen dengan tuhan agama lain? Ada banyak jawaban di Alkitab dan Saudara bisa pakai mana pun untuk memenangkan orang dalam penginjilan. Jawaban versi Yesaya 40, perbedaannya adalah karena Allah terlibat dan berhala-berhala tidak. Ini sindiran Tuhan, berhala itu punya mata tapi tidak bisa melihat, punya telinga tapi tidak bisa mendengar, punya mulut tapi tidak bisa bicara, punya tangan tapi tidak bisa bertindak, punya kaki tapi tidak bisa jalan.


Mengapa Allah berhak menjadi Tuan dan Raja atas hidup kita? Karena Dia memberikan diriNya bagi kita. Keterlibatan Tuhan adalah keterlibatan total. Keterlibatan Tuhan bukan dari sorga memerintahkan malaikatNya untuk mengurusi kita. Keterlibatan Tuhan adalah keterlibatan total. Tuhan mengutus malaikatnya untuk memipin Israel di padang gurun, tapi Dia hadir di Kemah Suci. Tuhan tidak mengutus malaikatNya, lalu Dia tinggal menunggu laporan dari malaikat. Tuhan tidak seperti itu. Tuhan adalah Tuan dan Raja yang berhak atas hidup kita karena Dia memberikan diriNya bagi kita. Kalau Dia sudah memberikan diriNya bagi kita berarti Dia rela menjadikan nasibNya sama dengan nasib kita. Mungkin ini kata-kata yang sangat mengagetkan, Tuhan itu rela membuat namaNya diikat dengan Israel sehingga apa yang Israel lakukan akan sama dengan apa yang nama Tuhan akan alami. Israel akan mencapai apa, nama Tuhan akan mencapai itu. Israel rusak, nama Tuhan akan rusak. Israel setia, nama Tuhan akan ditinggikan. Israel menyembah Tuhan, nama Tuhan akan dipuji. Israel memberontak, nama Tuhan akan hancur. Tuhan meresikokan namaNya dengan menjadi sama dengan umatNya. Ini keterlibatan yang total, ini bukan keterlibatan yang setengah-setengah. Kemuliaan Tuhan menjadi satu dengan kemuliaan kita. Tuhan membagi kemuliaanNya dengan Israel dan umatNya. Tuhan adalah Raja dan Dia berhak menjadi Raja karena Dia telah menjadikan kita satu denganNya. Dia rela hadir, bukan cuma terlibat dari jauh. Dia rela hadir maka Dia berhak menjadi Tuhan dan Raja kita. Tapi kita memperilah yang lain. Keterlibatan uang dan benda mati lainnya adalah hidup kita itu nol, tidak ada sama sekali. Di dalam sebuah buku tentang uang, Michael Welker mengatakan bahwa kita adalah tuan atas uang dengan demikian uang tidak punya arti waktu dia dijadikan tuan. Saudara adalah tuan atas uang Saudara, bukan berarti Saudara tidak perlu uang. Memperilah uang dan benda mati lainnya akan membuat hidup kita ke dalam keadaan yang kosong, karena kita dituntun dan dipimpin oleh benda-benda mati yang tidak punya keterlibatan di dalam hidup kita. Saya membentuk diri saya dengan segala berhala palsu ini. Tapi tidak demikian waktu Israel dibentuk oleh Tuhan. Waktu Israel dibentuk Tuhan, Tuhan pakai Israel untuk habiskan dirinya untuk dipenuhi oleh Tuhan. Seorang ahli PL namanya Kiuchi, orang Jepang melayani sebagai seorang pendeta dan teolog penting sekali di Tokyo mengatakan bahwa kalau Tuhan bentuk Israel, yang Tuhan mau adalah Israel berhenti jadi dirinya dan mulai jadi mirip Tuhan. Waktu Saudara dan saya menjadi mirip Tuhan, pada waktu itu Saudara dan saya akan punya diri. Karena kita ini gambar Allah. Jadi diri akan kita miliki kalau kita matikan diri kita yang lama dan diri Tuhan yang hidup. Ini tema Keluaran bagi Kiuchi yang sangat mirip dengan kitab Galatia. Namun aku hidup tetapi bukan aku lagi yang hidup melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Jadi Saudara berhala itu akan membuat kita ya kita. Tetap kita. Tapi Tuhan akan menghancurkan kita demi menghidupkan kita bersama dengan Dia dan itulah yang membuat Dia menjadi Allah yang sejati. Sekarang kita masuk bagian kedua dari khotbah ini yaitu problemnya. Di dalam Yesaya 45 ayat 15 dikatakan sungguh Engkau Allah yang menyembunyikan diri Allah Israel Juruselamat. Ini pasal 45 kita belum bahas sekarang tapi saya mau ambil ayat 15 nya. Sungguh Engkau Allah yang menyembunyikan diri, Allah Israel Juruselamat. Saudara di bagian ini ada paradoks kalau Tuhan adalah Tuhan yang terlibat, Tuhan adalah Tuhan yang membentuk kita, Tuhan adalah Tuhan yang rela menyatakan keadaanNya sama dengan kita, seolah-olah Tuhan turun dari sorga dan tinggal bersama umatNya, Tuhan tinggal bersama umatNya di padang gurun, Dia tidak tunggu di Sorga, Tuhan berjalan bersama dengan Israel di padang gurun, Tuhan tidak langsung pergi ke Kanaan lalu tunggu Israel disitu. Tidak. Dia mengalami apa yang umatNya alami. Maka Yesaya membagikan sesuatu yang sangat unik. Kalau kita percaya Allah satu-satunya Allah karena keterlibatanNya, sekarang kenapa saya sulit lihat keterlibatan Dia seolah-olah Dia menyembunyikan diri. Waktu Israel melihat Tuhan bekerja pada zaman Daud, mereka bisa melihat kemenangan perangnya Daud kemudian kuasa kemenangan atas bangsa-bangsa lain. Kemudian kemenangan zaman Salomo misalnya. Damai sejahtera ada pada Israel, bait suci sudah berdiri, kerajaan ini tidak digoncangkan dan diserang oleh apapun. Maka orang akan mengatakan oh kalau begitu Tuhan benar-benar hadir. Tapi Yesaya sedang berbicara tentang pembuangan. Bagaimana Israel bisa menikmati kehadiran Tuhan di pembuangan. Jadi disini kita masuk dalam tema yang sulit sekali yaitu paradoks antara kehadiran dan kekosongan. Tuhan hadir sekaligus seperti tidak hadir. Tuhan Engkau adalah Allah yang menyembunyikan diri, Juruselamatku. Yesaya 45 aneh sekali kalau kita baca. Saya bacakan lagi Yesaya 45 ayat 15. Sungguh Engkau Allah yang menyembunyikan diri, Allah Israel Juruselamat. Kalau Allah menyembunyikan diri kenapa Dia bisa menjadi Juruselamat? Kalau Dia menyembunyikan diri kenapa kita harus bersyukur seperti Yesaya 45 ayat 15 ini?  Sungguh Engkau Allah yang menyembunyikan diri, Allah Israel Juruselamat. Kalimat yang aneh.


Saya ingin membagikan kepada Saudara pengertian ini. teologi yang sangat paradoks ini. Keterlibatan sekaligus ketersembunyiannya Tuhan. Maka Saudara ada beberapa hal yang bisa terjadi yang bisa kita lihat. Pertama keterlibatan Tuhan di dalam kasih dan penyertaan itu berbarengan dengan kekosongan kasih dan penyertaan. Ada saat dimana kita tidak merasa Tuhan menyertai , ada saat di mana kita sedang melihat kekosongan dan bukan kehadiran Tuhan. lalu yang kedua adalah kalau tadi dikatakan Tuhan itu terlibat dalam rancangan segala sesuatu, sekarang rancanganNya seperti dibiarkan hancur karena dosa. Kalau Tuhan terlibat di dalam mengatur segala sesuatu, kenapa ada kehancuran dan kekacauan? Dan Saudara pergumulan ini sangat sulit. Tuhan menyatakan kehadiran sekaligus menyatakan ketersembunyian. Alkitab penuh dengan tema yang sulit. Maka Saudara ada paradoks disini untuk memahami Tuhan yang terlibat sekaligus Tuhan yang seperti menyembunyikan diri. Sangat sulit untuk menolak fakta bahwa uang kelihatan lebih realistis. Yesaya 40 ayat 26 dan 27 mengatakan Tuhan berfirman maka bala tentara langit muncul. Bala tentara langit maksudnya bintang dan benda–benda langit. Itu adalah simbol dari malaikat. Malaikat kumpul dan semua akan berkumpul. Hal yang sama dikatakan tentang bintang. Waktu Tuhan mengatakan kumpul, bintang akan kumpul di tempat yang sama. Teratur dan begitu indah. Begitu teraturnya bintang sehingga orang bisa menggunakan bintang sebagai navigasi untuk jalan laut misalnya. Orang dulu akan lihat langit dan mengatakan langit jadi pegangan untuk mejalani hidup yang tidak jelas di bumi ini. Karena lihat langit kita tahu kita harus pergi kemana. Kenapa langit bisa begitu tepat? Karena mereka taati Tuhan. Ayat 28 Tidakkah kautahu, dan tidakkah kau dengar? TUHAN ialah Allah kekal yang menciptakan bumi dari ujung ke ujung; Ia tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu, tidak terduga pengertian-Nya. Maka Tuhan sedang mengatakan tanda bahwa Dia hadir itu adalah Firman-Nya. Firman-Nya mengatur bala tentara sorga, Firman-Nya mengatur segala sesuatu. Waktu Dia panggil nama, yang dipanggil itu muncul. Tuhan panggil terang dan terang muncul. Tuhan panggil bintang-bintang dan bintang-bintang muncul. Tuhan memberikan Firman-Nya yang mengatur segala sesuatu. Tuhan berfirman maka laut ditakar dan dibatasi. Tuhan berfirman maka gunung-gunung ada pada tempatnya ataupun tercampakkan ke laut. Tuhan berfirman maka domba-dombaNya muncul. Tuhan berfirman maka segala sesuatu terjadi. Apa yang bisa terlihat terjadi dari apa yang tidak bisa terlihat, yaitu Firman Tuhan. Jadi Tuhan sedang mengatakan bahwa Firman Tuhan adalah tanda bahwa Dia hadir, jangan pernah menjadi lesu dan jangan pernah menjadi takut. Tuhan adalah Allah yang hadir.


Bagaimana Dia hadir? Dia hadir melalui Firman-Nya. Tapi Saudara sekalian, Firman Tuhan tidak mengakhiri pergumulan kita sebagai orang beriman. Jadi memang benar realita yang terjadi ini membuat orang harus beriman kepada Firman Tuhan. Tapi setelah beriman kepada Firman, realita sekeliling seperti tidak berubah. Jadi kita musti beriman kepada Tuhan, iya. Beriman kalau yang Tuhan Firmankan pasti jadi, iya. Ini menurut orang beriman. Bagi orang tidak beriman, realita adalah adalah apa yang kelihatan aja. Bagi orang beriman, realita itu adalah Firman. Kenapa ada segala sesuatu? Karena Tuhan berfirman. Tapi Saudara, ini tidak berarti kita berhenti bergumul. Benarkah realita sekeliling itu sudah jelas? Tidak. Dengan dihilangkannya iman, realita sekeliling itu bisa menjadi fakta kejam karena Saudara cuma melihat apa yang ada dan Saudara tidak akan punya pengharapan. Tanpa iman, realita sekeliling juga bisa menawarkan janji palsu yang menjerumuskan. Tuhan berfirman segalanya ada. Aduh kamu terlalu agamis, kamu terlalu kuno, kamu terlalu percaya kepada hal-hal yang tidak terbuktikan secara science. Tetapi Saudara boleh tanya balik, tidak ada satu orangpun yang mempunyai fakta tafsiran yang individual. Semua orang akan punya fakta berdasarkan kelompok. Saya coba jelaskan. Kalau Saudara ateis misalnya. Saudara ditanya sama orang. “Pak, manusia darimana kalau bukan dicipta sama Tuhan?” Hasil evolusi. Kenapa dia jawab begitu? Karena ada kelompok namanya ateis yang sepakat bahwa ini adalah jawabannya. Jadi ada kelompok yang mendikte yang mengharuskan dia untuk percaya itu. manusia darimana? Dari hasil evolusi. Meskipun nanti orang kristen akan bilang kok evolusi bisa teratur? Siapa yang atur? Apapun, asal bukan Tuhan. Jadi Saudara, orang akan memiliki jawaban yang ada komunitasnya. Waktu dia bicara sesuatu yang tidak ada kelompok setuju, dia jadi orang gila. Orang yang tidak punya kelompok yang setuju dengan pendapat dia itu orang gila. Jadi kalau ada orang bilang gini sama Saudara “Saudara orang Kristen ya? Orang kristen itu bodoh masa percaya Tuhan ciptakan semua. Tidak mikir.” Saudara akan bilang ke dia “kamu juga Tidak mikir. Kamu juga menafsirkan segala sesuatu, realita ini berdasarkan apa yang kelompokmu setujui.” Kita dosanya sama, kalau itu mau dibilang dosa.” Saudara, ketika orang kristen dibilang bodoh karena mengikuti pendahulunya begitu saja, kita mengatakan semua tafsiran dunia inipun membeo dari sebelumnya. Apakah realita tafsiran beo ini benar atau tafsiran beo itu yang benar? Maka sekarang ada adu para beo. Yang penting kita ngaku dulu kalau kita sama-sama membeo baru kita akan bandingkan beo mana yang lebih akurat menafsirkan alam ini atau realita ini. Apakah ketika Saudara menerima fakta yang diturunkan oleh kelompokmu, fakta itu adalah fakta yang bisa membuat kita mengerti kebenaran atau tidak? Apakah kebenarannya utuh atau terpecah? Apakah kebenaran akan membuat kita menjadi manusia atau tidak? Kemanusiaan berdasarkan versi kristen adalah kemanusiaan yang membuat kita punya arti, punya makna, punya tujuan untuk berjuang ditengah dunia ini. Dari situ kita bisa melihat kenapa kehadiran Tuhan itu penting. Karena Saudara dan saya punya makna tentang realita, saudara dan saya punya makna tentang ciptaan, punya makna kenapa kita hidup. Tapi kita menjadi sulit karena makna yang kita pahami adalah makna yang berarti karena Tuhan hadir. Siapa kamu? Saya gambar Allah. Apa tujuanmu di bumi ini? Membangun bumi ini demi kerajaan-Nya. Kenapa kamu rela bekerja sebagai pendeta atau bussinessman atau sebagai guru atau sebagai dokter. Kenapa kamu melakukan pekerjaanmu? Karena aku ingin membangun kerajaan Allah. Ingin berbagian di dalam keajaan-Nya. Kamu mau berbagian dalam kerajaan Allah? Iya. Semua bidang yang kita kerjakan untuk jadi berkat bagi orang lain pasti akan membangun kerajaan Allah.


Tapi ada problem yang tadi itu yaitu kehadiran Allah. Kalau benar Allah begitu kelihatan, kenapa Dia begitu tersembunyi? Tapi Yesaya 40 menyatakan bahwa ketersembunyiannya Allah memberikan kepada kita perspektif menunggu. Saudara kita perlu belajar teologi menantikan Tuhan. Ini ada di Systematic Theology versi Yesaya. Yesaya 40 mengajarkan kepada kita perspektif menunggu. Tuhan itu hadir tapi belum penuh. Kapan kesempurnaan kehadiran Tuhan? Nanti. Realita yang sekarang bukan realita final. Tapi realita kita sekarang adalah realita menunggu. Seni yang tidak bertuhan akan selalu kehilangan makna pengharapan. Seni di dalam Tuhan akan selalu membagikan pengharapan di dalam Tuhan. Saudara, saya sangat percaya bahwa seni adalah salah satu cara yang paling efektif untuk mengerti Christian Worldview. Yesaya 40 mengajarkan kepada kita realita menunggu. Saudara sudah kristen? Saudara tau kerajaan Allah akan datang? Tau. Tapi kenapa masih seperti ini? Karena sedang dalam realita menunggu. Tuhan mau kita menantikan Dia. Realita menantikan itu bisa gelap atau terang. Kenapa bisa gelap? Karena kalau yang dinantikan itu tidak jelas, kita akan hidup di dalam kegelapan. Saudara menunggu Tuhan hadir. Tuhan sudah hadir tapi sekaligus belum. Kenapa kehadiran Dia tidak terasa? Karena Dia ingin kita menunggu Dia. Tuhan ingin kita menantikan Dia di dalam level yang sempurnanya. Sehingga kehadiran Tuhan yang sekarang adalah kehadiran yang sangat-sangat tersembunyi namun mengarahkan kita untuk melihat kesempurnaan dari kerajaan Tuhan dinyatakan. Saya tahu ini tema yang sulit tapi Saudara harus masuk ke tema ini untuk mengerti hidup. Kita ga bisa jadi orang yang tidak bergumul tentang hidup dan ga berpikir dengan dalam. Dan cara berpikir untuk dalam adalah dengan baca Alkitab. Baca Alkitab lebih dalam dari siapapun. Maka Saudara tema sudah dan belum, already and not yet itu jadi tema menantikan Tuhan. Tuhan sudah hadir belum? Sudah. Tapi kalau Saudara memahami Tuhan hadir tanpa memberikan tempat yang tepat untuk penantian, Saudara akan sangat putus asa dalam hidup. Karena Saudara mengatakan kalau Tuhan sudah hadir, kenapa saya masih mengalami ini? Tuhan ingin kita belajar teologi menantikan. Dan seorang bernama Jurgen Moltmann mengingatkan Tuhan ingin kita menanti bersama dengan Dia. Tuhan juga punya beban berati sama dengan kita untuk lihat kerajaan-Nya jadi. Saudara tidak menanti sendiri. Saudara menanti bersama dengan Tuhan. Menanti bersama dengan Tuhan, menanti apa? Menanti kehadiran Tuhan. Jadi yang dinanti siapa? Tuhan hadir. Kita menanti dengan siapa? Dengan Tuhan. ini berapa besar penghiburan yang diberikan dengan kalimat ini. Maka Jurgen Moltmann mengatakan hope is not an opium for tomorrow. Hope is the power to make us alive today. Pengharapan itu bukan opium masa depan. Pengharapan adalah sesuatu yang menghidupkan kita sekarang. Sekarang kita sudah hidup karena kita tahu kita menanti bersama Tuhan.


Lalu bagaimana cara menanti dengan Dia? Cara menanti dengan Dia adalah Saudara belajar untuk peka melihat kehadiran Tuhan di dalam cara yang sangat tersembunyi. Peka melihat kehadiran Tuhan di dalam cara yang sangat tersembunyi itu sangat sulit tapi Alkitab menyatakan dengan cara yang sangat limpah. Misalnya Yesus mengatakan kamu lihat orang miskin ditengah-tengah kamu? Kamu menolong yang paling kecil dari mereka, kamu sudah menolong Aku. Itu realita kehadiran Tuhan. Tuhan hadir di dalam diri orang-orang yang miskin misalnya. Dan Saudara diajak oleh Tuhan untuk mengerti menanti Tuhan yang sempurna sambil menikmati kehadiranNya di tengah keadaan seperti ini. Bagaimana Tuhan menyatakan kehadiranNya? Di dalam kekudusan Ibadah. Ibadah adalah hal yang simple. Saudara datang kemudian duduk, disuruh berdiri ya berdiri, doa, dengar Firman, lalu setelah itu pulang. Tapi ternyata Tuhan mau kalau diriNya dirasakan kehadiranNya dengan cara ini, lewat doa Saudara, lewat pembacaan kitab suci, lewat pergumulan untuk mentaati Firman, lewat kesenangan memberitakan Injil, lewat sukacita melihat ada orang yang percaya Tuhan, lewat pergumulan lihat orang ga bertobat lalu bertobat. Bahkan dalam pergumulanpun ada pernyataan kehadiran Tuhan. Tuhan Yesus pernah mengatakan bahwa kalo kamu menangis karena hal-hal yang benar-benar penting, Tuhan hadir disitu. Siapa yang menangis karena hal yang berkait dengan kerajaan Allah, dia menangis bersama dengan Tuhan. Siapa yang tertawa berdasarkan hal yang berkait dengan kerajaan Allah, dia tertawa dengan Tuhan. Maka Tuhan Yesus menyindir orang Farisi karena orang Farisi menangis waktu Tuhan sedang senang dan mereka senang waktu Tuhan sedang sedih. Tanda kehadiran karena Saudara berduka bersama dengan Tuhan. jadi Tuhan mneyatakan diriNya dengan cara yang sangat tersembunyi dan nanti di dalam bagian final, di dalam kitab Perjanjian Baru Tuhan menyatakan kehadiranNya di dalam salib. Saudara kalau tidak disiapkan dari Yesaya bahwa Tuhan hadir dengan cara yang sangat-sangat tidak disangka, Saudara akan tersinggung dan tersandung oleh salib. Kalau orang Israel tidak baca Yesaya 40 baik-baik, mereka akan jadikan salib batu sandungan. Tapi kalau mereka baca Yesaya 40 baik-baik, mereka akan tahu Tuhan memang menyatakan diri dengan cara seperti ini.

Jadi Saudara ini bagian awal dari pembahasan kita tentang Paskah versi Yesaya, mari kita belajar menanti bersama dengan Tuhan, menanti kehadiran Tuhan dan nanti dalam Perjanjian Baru Yesus hadir menyatakan penantian itu sudah berakhir tapi sekaligus diperpanjang. Yesus sudah datang tapi Dia pergi lagi dan nanti akan datang lagi. Mari kita belajar untuk menikmati penantian menantikan kehadiran Tuhan melalui keseharian kita mengikuti Tuhan. Keseharian kita di dalam doa, keseharian kita dalam ibadah, keseharian kita di dalam relasi kasih, keseharian kita di dalam bergumul di tengah-tengah dunia yang berdosa ini. Dan kiranya Tuhan menguatkan Saudara untuk menikmati kehadiran-Nya.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Berbicara sebagai Utusan Kerajaan Allah

31 Maret 2019
(Efesus 4: 17-32)
Vik. Dewi Arianti


Dari awal Alkitab mencatat bahwa Tuhan berfirman maka semuanya jadi, Tuhan menciptakan manusia dan kemudian manusia itu dimaksudkan untuk bertambah banyak. Sebelum manusia bertambah banyak, Tuhan terlebih dahulu memberikan firmanNya secara spesifik diberikan kepada makhluk ciptaan yang namanya manusia. Maka Allah berfirman kepada Adam dan Hawa, kemudian mereka diberikan suatu tugas untuk mengelola bumi ini. Tapi ternyata apa yang difirmankan oleh Allah ini tidak dijalankan oleh Adam dan Hawa sehingga mereka gagal. Dan kemudian hanya satu generasi setelahnya, Kain dan Habel, terjadi pembunuhan yang luar biasa sadis. Kain mengatakan kepada saudaranya “marilah kita pergi ke padang”, dan di situ dia membunuh adiknya. Darah Habel berseru-seru mempertanyakan keadilan Tuhan, dan di situlah Tuhan menegur Kain. Kemudian kita masuk terus dalam perjalanan kisah Alkitab, maka kita akan menemui kisah Nuh. Nuh menyatakan firman Tuhan dan ternyata sekian banyaknya manusia pada zaman itu, tidak ada satu pun yang mendengarkan kalimat-kalimat yang dikatakan oleh Nuh, yang adalah dari Tuhan. Hanya Nuh dan keluarganya yaitu 8 orang yang masuk ke dalam bahtera dan diselamatkan. Setelah keluar dari bahtera, manusia beranak-cucu, bertambah banyak, dan mereka sepakat satu dengan yang lain, berkomunikasi satu dengan yang lainnya untuk mengajukan satu proyek yang luar biasa hebat, membangun suatu gedung yang tinggi, menara sampai ke langit. Tapi semua komunikasi, perkataan mereka hanya untuk menentang Tuhan. Dari situlah Tuhan memilih satu umat, umat yang dimaksudkan karena Tuhan mau manusia menjadi banyak. Manusia yang banyak ini harus menguasai bumi, maka dipilihlah satu umat dan Tuhan memilih Israel. Namun di dalam perjalanan selanjutnya, Israel keluar dari Mesir, menerima firman Allah di Gunung SInai. Tapi setelah masuk ke Kanaan, setelah ratusan tahun kemudian mereka menjadi orang yang mulutnya memuji Tuhan, telinganya mungkin masih mendengar Tuhan, tapi hatinya jauh. Lalu kalau kita lihat lebih lanjut apakah Tuhan langsung membuang Israel? Tidak, Tuhan masih menyatakan firmanNya kepada Israel melalui nabi-nabi yang diutus. Sampai akhirnya dalam Kitab Yesaya kita menemukan bahwa mereka tak kunjung bertobat dan Tuhan mengatakan hanya akan sisa tunggul Isai yang akan diperbaharui. Maka akan ada kaum sisa dan tunggul Isai itu nanti akan memunculkan sesuatu yang baru, yang adalah Israel sejati. Dan kita tahu dalam Perjanjian Baru itu adalah di dalam Kristus, Tunggul Isai Anak Daud, di dalam Kristuslah menjadi satu perwakilan yang baru. Tadinya di dalam Adam, kepala yang pertama, manusia harus banyak tapi gagal. Kemudian sepanjang sejarah, dari Kejadian sampai Matius, maka kita melihat inilah Israel sejati, umat di dalam Kristus, kepala yang baru, yang mau dijadikan banyak memenuhi seluruh bumi. Karena waktu Tuhan Yesus naik ke sorga Dia mengatakan “pergilah ke seluruh dunia, jadikan segala bangsa muridKu dan ajarlah apa yang Kukatakan kepadamu”. Ini menjadi satu paralel. Di dalam menjalankan sejarah dari Kejadian sampai Perjanjian Baru, dan bahkan sampai sekarang, Allah menjadikan segala sesuatu dengan berfirman.


Ketika Allah merencanakan rencanaNya dari Adam sampai Kristus, Allah tak henti-hentinya memakai satu mode namanya berfirman. Dan ketika Kristus Sang Kepaal berkomunikasi dengan tubuhNya, Allah tak henti-hentinya memakai satu mode yang namanya berfirman. Sehingga kita bisa menjumpai dalam Roma 10: 17, iman timbul dari pendengaran akan firman Kristus. Allah menyatakan kehendakNya dari penciptaan, menjadikan segala sesuatu dengan berfirman, Allah menyatakan kehendakNya dengan pewahyuan, revelation, dengan firman. Maka lewat firman, Allah berbicara dan berkata-kata. Dan perkataan bicara Allah adalah bicara yang sangat jelas. Bicara Allah bukan bicara yang tersembunyi, meskipun Allah tidak kelihatan tapi dalam satu PA Pdt. Jimmy pernah mengatakan “Allah itu tidak kelihatan, tapi firmanNya jelas. Berhala itu kelihatan tapi tidak ada firman, kalaupun ada firman, firmannya tidak jelas”. Kalau Saudara meneliti agama-agama tradisional, agama-agama daerah, Saudara akan menjumpai pendeta-pendeta mereka mengatakan “iya, Allah berkata kepadaku”. Tapi ada satu ciri, kalau itu bukan firman dari Tuhan, firmannya tidak bisa diakses untuk semua orang. Lain dengan Allah yang menyatakan diri dalam Alkitab. Allah yang menyatakan diri dalam Alkitab adalah firmanNya bisa diakses oleh semua orang, bahkan bisa diterjemahkan dalam berbagai macam bahasa supaya tidak ada satu suku yang rasanya tidak punya hak untuk mendapatkan akses itu. Dan mungkin ini sangat berbeda jauh dengan agama-agama lain, dan juga kebanyakan agama-agama tradisional. Semakin secret, makin tak terbaca, makin rahasia, maka semakin merasa mendekat kepada Tuhan dan semakin suci rasanya. Tapi ini kontra yang sangat besar, yang kita harus tahu bahwa Allah menggunakan firman itu dengan jelas, dengan maksud supaya kita mengerti apa yang dimaksudkan Tuhan. Karena Allah memaksudkan firmanNya menjadikan sesuatu. Allah tidak berfirman lalu menghilang, apa yang kita dengarkan masuk kiri keluar kanan. Allah menggunakan firman untuk menjadikan segala sesuatu. Dan Allah menggunakan firman supaya manusia melakukan segala sesuatu. Maka manusia yang adalah gambar dan rupa manusia, Allah menciptakan manusia bukan hanya share otoritas. Saudara bisa kreatif karena dishare Allah itu kreatif, maka Saudara dan saya dishare kreativitas. Allah itu menguasai langit dan bumi, maka kita di-share taklukanlah bumi, burung di udara dan ikan di latu. Kita di-share otoritasnya. Tapi ada satu hal yang kita juga di-share oleh Tuhan, yaitu kita di-share untuk bisa berkata-kata. Ketika kita bisa berbicara, bisa berbahasa, bisa berkomunikasi, bisa mengutarakan pendapat kita kepada orang lain, itu adalah sesuatu yang di-share oleh Tuhan. Maka kalau di-share oleh Tuhan, apa yang kita keluarkan dari mulut tidak boleh menjadi satu hal yang mutlak menjalankan rencana kita. Karena kita di-share, kalau di-share kita harus mengikuti yang men-share. Kalau Tuhan men-share otoritas maka tidak bisa otoritas diraup semua untuk kita. Kalau kita bisa berbahasa, berkomunikasi, berkata-kata, tidak mungkin kita lakukan memanipulasi kata-kata dan bahasa itu untuk grup dalam kepentingan kita. Dalam Buku Relasi, Tim Lane & Paul Trip mengatakan kerusakan berbicara atau komunikasi adalah ketika manusia mengambil hak Allah yang mutlak itu, ketika di-share dia pikir “ini milik saya. Komunikasi punya saya, bahasa punya saya, apa yang keluar dari mulut saya punya saya”. Maka di situ sebenarnya, menurut Tim Lane dan Paul Trip, Saudara dan saya sudah mencuri kemuliaan Allah. “Bicara itu adalah hak saya”, ini masalahnya, disini mulai terjadi kerusakan komunikasi dan relasi, karena terjadi battlefield di sini yaitu kerajaan kita vs kerajaan Allah. Kita kalau dikatakan di-share oleh Tuhan maka yang keluar tidak boleh dimanipulasi untuk diri sendiri. Maka ada konflik, kerajaan kita, kita pikir kerajaan kita dan kerajaan Allah. Lalu kemudian kita bisa juga konflik, “kerajaan saya, kerajaanmu. Kerajaan saya, kerajaan kalian. Kerajaan saya, kerajaan mereka”, karena kita pikir bicara itu adalah hak prerogatif kita. Kita take it for granted diciptakan bisa berbicara. Coba perhatikan di dalam Alkitab, adakah ciptaan lain yang bisa berbicara selain manusia? Tidak ada, semua tidak ada berbicara yang Allah berikan kepada kita. Kalau kita tidak mengerti kesulitan ini, maka kita akan masuk dalam cara komunikasi yang baik-baik, yang penting jujur. Apa itu baik-baik? Tidak sampai berantem, tidak mengeluarkan semua, tahu diri, berbijaksana sedikit. Atau kita masuk dalam nasehat “yang penting jujur, untuk apa munafik. Lebih baik saya, langsung bicara jujur”. Jujur itu tidak cukup.


Mengapa jujur tidak cukup? Mari kita lihat di dalam Efesus 5: 15-21. Salah satu aspek yang membuat runyam dunia kita adalah misalnya dalam relasi suami istri, orang tua anak, anggota gereja, tuan dan hamba, bos dan pegawai, apa pun juga adalah hal berbicara. Karena kita pikir itu milik kita. Sehingga apa yang kita nyatakan akan menjadikan sesuatu. Tuhan berfirman dan sesuatu terjadi. Maka ketika kita berkata-kata, kalau kita pikir itu adalah milik kita, kita akan menjadikan kerajaan kita, bukan kerajaan Allah. Kalau begitu bagaimana kita bicara kalau kita tahu bicara ini adalah share-nya dari Tuhan? Hal pertama yang harus kita tahu adalah bicara punya fungsi konstruktif. Saudara bisa perhatikan dari yang tidak ada menjadi ada. Apakah berarti kita bisa membuat dari tidak ada menjadi ada? Bukan seperti itu. Saudara bisa melihat ideologi itu dari tidak ada menjadi ada, karena perkataan. Ide, kita tidak bisa seperti Tuhan, creatio ex nihilo. Tapi Tuhan men-share-kan itu kepada kita, apa yang kita omongkan bisa membuat sesuatu menjadi ada. Karena kita sudah menjadi dosa, kita bisa saja membuat dari sesuatu tidak ada menjadi ada, yaitu masalah, dari tidak ada masalah menjadi ada masalah. Karena memang perkataan membuat sesuatu terjadi, tadinya tidak ada gosip jadi ada gosip. Sifat ini, kontruksi, membangun sesuatu, entah itu bagus atau jelek, tergantung apa yang kita komunikasikan. Kalau kita tahu kita di-share oleh Tuhan, Saudara meng-construct apa dalam perkataan yang Saudara keluarkan. Meng-construct kerajaanmu sendiri atau meng-construct kerajaan setan, atau meng-construct Kerajaan Tuhan dalam dunia ini? Ini hal yang mesti kita gumulkan baik-baik, di atas dasar inilah kita berbicara. Karena harusnya dalam berbicara kita ada Kerajaan Tuhan, ada rancangan Tuhan, ada kehendak Tuhan. Fungsi ini mesti kita perhatikan baik-baik, ini bukan seperti “saya takut kalau dikata-katain mama saya, nanti kualat”, ini versi bajakannya, kalau diomongi sesuatu nanti kualat. Tapi karena memang Tuhan memaksudkan dari perkataan itu akan timbul sesuatu. Ideologi bukan hal yang cuma diawang-awang, belum terjadi. Saudara bisa perhatikan dalam keadaan sosial kita akhir-akhir ini, ideologi memang hanya perkataan, tapi itu akan menjadikan sesuatu. Sama seperti ketika Saudara mendengarkan khotbah “ah, khotbahnya hanya ngomong saja”, Saudara jangan lupa khotbah akan meng-construct sesuatu. Dan kalau yang dikhotbahkan adalah firman itu akan meng-construct sesuatu dalam hidup Saudara. Kalau Saudara lewatkan terus satu mode yang Tuhan pakai untuk meng-construct sesuatu dalam pikiran kita, maka Saudara melewatkan anugerah Tuhan.


Hal lain, kalau begitu bagaimana kita berbicara? Tim Lane dan Paul Trip punya ide yang baik sekali, saya pikir ini sesuatu yang ingin saya share kepada Saudara yaitu kita berbicara, kalau kita di-share dari Tuhan, maka kita berbicara seperti kita adalah utusannya Tuhan. Kita adalah ambasador dari Kerajaan Allah. Kalau kita adalah utusan Kerajaan Allah, maka apa yang keluar dari mulut kita? Berita Kerajaan Allah, berita kehendak Allah, bukan kita menunggangi pakai agenda kita, memanipulasi itu kemudian kita bisa muter dan berbicara, itu manipulasi sekali. Kalau kita berbicara, apakah kita mengadakan kehendak Allah? Bukankah ini dosa Adam? Adam di-share bisa berbicara, kemudian di Taman Eden, dia bertemu ular, dia tidak bicara apa-apa. Seharusnya dia mengatakan “ular, mengapa kamu di sini? Seharusnya kamu keluar, kamu tidak ada bagian di sini”, tapi dia tidak mengatakan apa-apa. Mungkin karena Hawa terlalu cerewet, ngomong terus sama ular, omongannya tidak menandakan dia utusan Kerajaan Allah. Respon Hawa adalah respon kebanyakan ngomong tapi bukan keluar sebagai utusan Kerajan Allah, trap, masuk dalam dosa. Adam, utusan Kerajaan Allah, tapi tidak bicara. Dibiarkan saja, ketika ditawari Hawa, langsung saja diambil. Ini adalah satu poin critical yang kita perlu mengerti baik-baik. Kita di-share perkataan Tuhan dan ketika kita bicara, kita adalah utusan Kerajaan Allah. Maka dari sini Saudara bisa mengetahui bahwa jujur itu tidak cukup. Etis, sopan itu tidak cukup. Jangan salah logika “kalau begitu tidak perlu jujur dan sopan”. Tidak cukup tidak sama dengan tidak perlu. Kalau jujur tidak cukup, jadi harus bagaimana? Harus jujur included mendatangkan Kerajaan Allah. Saudara harus jujur yang mendatangkan Kerajaan Allah, Saudara harus etis, sopan yang mendatangkan Kerajaan Allah. Karena kalau kita hanya berhenti di jujur, berhenti di etis, Saudara tidak meng-construct apa pun juga, apakah begitu? Tidak, Saudara sedang meng-construct di tiga poin ini, entah Saudara meng-construct Kerajaan Allah, kerajaan kita sendiri atau kerajaan setan. Jadi tidak mungkin kita tidak meng-construct apa-apa, waktu kita tidak bicara dan bicara. Ini adalah hal yang penting sekali karena Tuhan Yesus pun waktu berada dalam dunia, Dia tidak pernah bicara sebagai bukan seorang utusan. Dia selalu mengatakan “apa yang Aku katakan adalah dari Bapa, bukan dari diriKu sendiri”. Ini adalah suatu hal yang mungkin kita luputkan, “jelas saja, Yesus kan menjadi manusia, jadi Dia harus dari Tuhan”, bukan. Dia tahu jelas bahwa Dia adalah utusan, Mesiah, yang diutus, yang diurapi. Dia tahu Dia utusan, tidak boleh bicara sembarangan, maka yang dikatakan adalah semua kehendak BapaNya. Mari kita buka beberapa ayat Yohanes 7: 16-18 “jawab Yesus kepada mereka: “Ajaran-Ku tidak berasal dari diri-Ku sendiri, tetapi dari Dia yang telah mengutus Aku. Barangsiapa mau melakukan kehendak-Nya, ia akan tahu entah ajaran-Ku ini berasal dari Allah, entah Aku berkata-kata dari diri-Ku sendiri. Barangsiapa berkata-kata dari dirinya sendiri, ia mencari hormat bagi dirinya sendiri, tetapi barangsiapa mencari hormat bagi Dia yang mengutusnya, ia benar dan tidak ada ketidakbenaran padanya”. Ini sangat jelas, kalau Saudara dan saya bicara atas kemauan kita sendiri, bicara atas dirinya sendiri, berarti mencari hormat bagi dirinya sendiri. Ini seperti yang saya katakan tadi, mencuri kemuliaan Allah ketika kita berbicara karena dari kita sendiri. Dari meng-goal-kan apa yang kita mau, tidak peduli Tuhan maunya apa, “utusan itu tidak terlalu penting, yang penting saya ngomong apa, jujur saja. Pokoknya saya keluarkan semuanya, supaya saya lega”, itu sama sekali tidak mendatangkan konstruktif apa pun. Tuhan Yesus saja berbicara dengan cara semua mode utusan. Kita lihat beberapa hal lagi Yohanes 8: 26-29. Kalau kita sebagai gambar dan rupa di-share bisa berkata-kata dari Tuhan, maka ketika Tuhan Yesus datang ke dalam dunia, Dia adalah rupa Allah yang sempurna, Adam kedua, Adam terakhir yang menjadi perwakilan kita, maka Dia pun tidak lepas dari mode cara berbicara yang memang Tuhan desain yaitu mode utusan. Tuhan Yesus tidak pernah berbicara dari diriNya sendiri, perkataan Kristus adalah perkataan Adam terakhir yang menjadi wakil dari Allah, utusan. Utusan apa? Utusan penebusan dan pendamaian. Berkali-kali Tuhan Yesus mengatakan “apa yang Aku dapat dari Bapa”, sehingga punya point of reverence yang sangat kuat. Karena banyak orang mengklaim “aku ini utusan, aku dengar dari Tuhan, aku sudah membaca Alkitab 100x, aku ini utusan Tuhan”. Tapi kalau utusan Tuhan tidak punya point of reverence dalam hatinya adalah dari Bapa, maka kemungkinan besar dia akan menjadi utusan yang salah, atau utusan yang self-claim, self-appointed utusan. Tidak diutus tapi mengaku diutus. Di dalam Perjanjian Lama, kalau Saudara buka Yeremia 23, Saudara tahu ada nabi yang diutus dan ada nabi yang tidak diutus. Tapi nabi yang tidak diutus itu bicaranya lancar sekali dan kelihatannya bagus. Memang begitu, karena Yeremia 23:30, Allah mengatakan nabi itu mencuri firman dari temannya. Jadi bisakah yang diomongkan itu kelihatannya bagus tapi dia bukan utusan yang benar? Bisa, karena Alkitab mengatakan seperti itu. Yeremia 23: 21 “Aku tidak mengutus para nabi itu, namun mereka giat; Aku tidak berfirman kepada mereka, namun mereka bernubuat”. Ayat 30 “Sebab itu, sesungguhnya, Aku akan menjadi lawan para nabi, demikianlah firman TUHAN, yang mencuri firman-Ku masing-masing dari temannya”. Kalau Saudara dan saya mengerti kita adalah utusan dan mungkin Tuhan mengirimkan orang lain untuk mengingatkan kita dengan metode utusan juga, maka Saudara perlu standing point atau point of reverence yang betul yaitu kita mengerti biblical mindset, apa yang Tuhan rencanakan, Kerajaan Allah itu sebesar apa. Dan ini pasti growing, tidak mungkin 1 atau 2 kali kebaktian Saudara langsung tahu semua. Begitu growing, kita tahu satu biblical mindset, karena kita bisa mengantisipasi utusan yang tidak diutus oleh Tuhan. “Tapi dia bicaranya benar dari Alkitab”, sudah dijelaskan dalam Yeremia, dia mencuri firman dari temannya. Ada terjadi kasus seperti itu. Kita juga bisa self-appointed, “saya sudah berdoa dan rasanya saya mesti ngomong sama kamu”, kira-kira itu berapa persen self-appointednya? Saudara mesti mengeceknya dengan biblical mindset, karena kalau tidak kita akan salah gunakan kata-kata dari Alkitab. Saudara bisa memakai ayat menjadi peluru bagi orang lain. Kalau ada khotbah yang didengar oleh suami istri, suami pasti mengumpulkan peluru, sampai di rumah, amunisinya keluar semua, semua ayat keluar. Orang kalau hanya comot-comot tidak melihat biblical mindset, dia tidak tahu Kerajaan Allah sebesar apa, pasti hanya kerajaan dia yang ditegakkan. Waktu mendirikan kerajaannya, dia bisa pinjam peluru orang, caranya pinjam peluru Alkitab yang paling bagus. Atau alat pembenaran diri, kalau tidak jadi peluru bisa jadi perisai. Kita mudah sekali memakai segala tools yang adalah anugerah Tuhan. Atau Saudara memakai Alkitab sebagai buku primbon, kalau mau ujian, buka Alkitab. Mau cari pacar, buka Alkitab. Mau buka usaha, cari ayat. Itu terlalu mengerikan, itu mempoksa Alkitab. Kita bukan hanya miss-use, kita melecehkan firman Tuhan. Dan ini adalah hal yang sangat mengerikan karena kita ini utusan, utusan tidak boleh melecehkan yang mengutus kita. Saudara dosanya besar sekali. Seorang ambassador yang berkhianat, itu dosanya besar sekali. Kalau kita adalah ambasadornya Tuhan, dan kita mengkhinatai message Kerajaan Allah, kita bisa bersilat lidah dalam semua ayat, dan kita kocok-kocok kemudian keluar. Kita utusan yang mengkhianati Kerajaan Tuhan. Dan sebagai utusan harus berbicara yang mendatangkan Kerajaan Allah. Bukankah ini message Yohanes Pembaptis atau kalimat pertama Tuhan Yesus “bertobatlah sebab Kerajaan Allah sudah dekat”. Mengapa kalimat ini penting, message-nya apa mendatangkan Kerajaan Allah?


Mendatangkan Kerajaan Allah itu ada 2 komponen, pertama ada teguran pertobatan. Tetapi kalau orang ditegur “bertobatlah”, berarti apa harapan Saudara? Dia bertobat. Kalau dia sudah bertobat, dia kembali, kita harus terima. Jadi ada komponen kita mau menerima. Dari apa yang kita ucapkan, kita mau terima kalau dia kembali. Tapi ada komponen peringatan bertobatlah sebab Kerajaan Allah sudah dekat. Kerajaan Allah ini suatu frase yang bagi kita biasa-biasa saja, tapi bagi orang yang sedang bermusuhan, 2 kearajan, kalau dibilang “Kerajaan Allah sudah dekat”, dan di sini bukan Kerajaan Allah, Saudara seharusnya gemetar. Karena berarti kerajaan musuh sudah dekat, kita benar-benar bisa mati kalau kita tidak jalan damai, kita tidak menyerah, atau kita tidak berperang habis-habisan, kita pasti mati. Maka ini berita yang menakutkan sekaligus menenangkan “bertobatlah”, ada kesempatan kita tidak dilibas oleh Kerajaan Allah. Tapi ada juga kalanya habis kesempatan, kita akan dilibas oleh Kerajaan Allah. Maka sebagai utusan, kita punya message mendatangkan Kerajaan Allah adalah memanggil sebanyak mungkin orang untuk menerima Kerajaan Allah. Kita mau orang bertobat, kita mau orang berbalik, kita mau mendatangkan Kerajaan Allah yang menerima banyak orang, sehingga perkataan kita adalah perkataan punya aspek penerimaan. “Kalau terima terus, nanti bagaimana? Nanti kita tidak berani tegur orang”, bukan seperti itu. Ada poin yang lain yaitu kita kemungkinan bisa diperingati orang “Kerajaan Allah sudah dekat, kamu mesti berhati-hati”. Ini satu-satunya kesempatan, kalau itu sudah datang, tidak ada kesempatan. Kita menerima bukan karena takut konflik “sudahlah, kita berdamai saja dengannya, jangan ribut sama dia. Nanti repot, panjang urusannya”, tapi karena kita punya fungsi Kerajaan Allah sudah dekat. Tapi ada fungsi lain, tidak setiap kali ngomong sama orang terus-terusan menegurnya, ini kesulitan besar, karena Saudara punya tugas memberitakan penerimaan. Orang kalau bertobat, terima. Kalau Saudara terus meragukan pertobatan orang lain, Saudara tidak akan pernah menerima orang kembali, karena selalu tidak ada penerimaan, sulit sekali. Mendatangkan Kerajaan Allah, satu sisi bicara kita harus menerima, karena kalau dia ditegur dan bertobat, dan Tuhan mau menerima dia, hak apa kita tidak terima dia. Tapi satu sisi kita juga berani konfront karena Kerajaan Allah sudah dekat. Entah kamu dikonfront Kerajaan Allah nanti atau kamu meneriman peringatan saya. Karena kalau tidak, kamu akan habis, tidak mungkin ada kesempatan. Dan kalau kita utusan, kita mendatangkan Kerajaan Allah, maka seperti Tuhan Yesus di dalam komunikasi bicaraNya, Saudara dan saya mesti belajar poin ketiga yaitu utusan itu kontekstual, memperhatikan orang yang mendengar message kita. Kontekstual berarti kapan utama, kapan minor, kapan duluan, kapan belakangan, itu tidak boleh terbalik. Seperti ketika Tuhan Yesus berbicara dengan Petrus, sebelum menyangkal dan sesudah menyangkal. Dua tone yang sangat berbeda. Message-nya penerimaan dan peringatan, “bertobatlah sebab Kerajaan Allah sudah dekat”, ini dilakukan juga oleh Tuhan Yesus ketika Dia ada di dalam dunia, yaitu ketika Petrus mengatakan “Engkau tidak akan mati, itu tidak boleh terjadi”, Dia melakukan teguran yang sangat keras “setan, enyahlah engkau. Tapi ketika Tuhan Yesus sudah bangkit, bertemu dengan Petrus, Dia tidak mengulangi mode yang sama. Dia tidak mengatakan “setan, apakah kamu bertobat? Aku sudah bangkit”, tapi Dia mengatakan “Simon anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?”. Dan di situ Saudara bisa tahu betapa tepatnya message sebagai utusan itu bicaranya tepat. Amsal mengatakan “perkataan yang tepat seperti apel emas di pinggan perak” itu luar biasa bagusnya. Dan ini memang tidak mudah, berbicara seperti ini perlu anugerah, perlu hikmat. Dan sekali lagi, kita perlu betul-betul menyadari 2 poin itu, kita bicara mendatangkan Kerajaan Allah karena kita di-share, bukan milik kita sepenuhnya. Kedua, kita adalah utusan, utusan tidak boleh bicara sembarangan. Utusan harus cocok dengan apa yang menjadi kehendak pengutusnya, ambasador harus cocok dengan negara yang mengutus, jangan menjadi pengkhianat.


Di dalam prinsip-prinsip ini, saya akan membawa Saudara ke dalam pengertian yang Efesus bahas, tetapi dari angle atau perkataan, bicara ini. Efesus 5: 22 sampai Efesus 6: 9. Kita akan melihat 3 pasang relasi yaitu suami istri, orang tua anak, tuan hamba. Mari kita melihatnya di dalam kerangka yang tadi dibagikan oleh Tim Lane & Paul Trip. Kalau Saudara tidak memakai kerangka itu, ketika Saudara membaca ini, Saudara akan segera mengoleksi peluru. “Dia kurang tunduk sih. Melakukan hal kecil saja tidak bisa, apalagi untuk mengasihi”, Saudara akan segera mengoleksi peluru, peluru untuk membalas lawan bicara kita. Kalau orang tua dan anak, “jadi papa bisanya hanya membangkitkan amarah, bagaimana bisa saya patuh sama dia”, Saudara akan segera koleksi peluru. Tapi kalau Saudara melihat ini dalam kacamata kita di-share, kita berbicara dari Tuhan dan kita adalah utusan, mari kita lihat sama-sama. Suami istri adalah orang yang bisa bicara satu dengan yang lain, dengan kedekatan tapi di dalam satu kerajaan. Suami istri kalau berantem sebenarnya satu idenya yaitu perang kerajaan suami dan kerajaan istri, “aku ikut kamu atau kamu ikut aku”. Tapi kalau kita lihat komunikasi atau bicara suami istri, tahu kalau bicara on behalf of Kerajaan Allah. Sama, istri juga tahu dia sedang bicara kepada suaminya sebagai utusan Kerajaan Allah yang setia kepada yang mengutus yaitu Tuhan, maka kita akan mendapatkan satu bicara yang baik. Mostly, saya tidak bilang semua, kebanyakan suami itu bicaranya kalau sudah marah. Karena suami normalnya bukan cerewet, tapi diam. Nanti bicaranya kalau sudah penuh, meledak amarahnya. Jadi mode komunikasinya hanya marah, karena tidak pernah tahu dia adalah utusan, tahunya hakim, tuan harus ditaati “tunduklah pada suamimu”, selesai kalau begitu. Mengapa banyak kekacauan dalam relasi suami istri? Karena mode suami seperti itu. Mode istri, sama yaitu seperti yang Amsal bilang, istri yang cerewet itu menetes terus. Memang itu tidak mendatangkan banjir bandang, tapi menetes itu menyebalkan dan merusak. Saudara taruh apa pun di bawah tetesan itu nantinya akan rusak. Kalau menetes terus, modenya sama yaitu kerajaan saya. Maka suami istri apa yang harus dikomunikasikan? Apa yang harus dibicarakan? Saya bicara kepadamu sebagai orang yang dicintai oleh Tuhan dan mencintai Tuhan. Sama, suami bicara kepada istri sebagai orang yang mengasihinya, dan istri bicara juga sebagai orang yang tunduk pada suaminya. Dan itu adalah satu kerajaan, jangan berantem. Kalau dua kerajaan pasti berantem karena interest “saya atau kamu yang menang:. Itu tidak bisa. Mode utusan, mode message Kerajaan Allah, Saudara kalau menangkapnya, sebelum Saudara bicara akan dipikir dulu, “ini modenya apa ya”. Saudara akan terhindar dari menyimpan peluru terlalu banyak. Itu betul-betul hal yang membahayakan. Kemudian relasi orang tua dan anak, anak mendengarkan orang tua dan tahu orang tua adalah utusan, paling tidak mereka hidup lebih lama dari kita, mereka punya wisdom yang lebih lama dari kita, mari kita dengar terlebih dahulu. Jangan langsung dibantah, mengatakan “sudah tahu semuanya”, sebenarnya belum tahu. Sebagai anak kita mesti mengerti orang tua, meskipun orang kita percara atau tidak percaya kepada Tuhan, kadang Tuhan menaruh otoritas orang tua di atas kita, maka kita mesti mendengarkan mereka. Memang tidak harus semuanya ditelan, karena mesti dipikirkan mode Kerajaan Allah. Waktu orang tua berbicara kepada anak juga sama, yaitu jangan membangkitkan amarah anak. Kalau kita bicara tidak memakai mode utusan, kita menasehatinya begitu terus, selalu apa yang kita mau. Karena apa yang kita omongkan selalu ada unsur what, apa yang kita bicarakan, why, mengapa kita mengatakan itu, dan how, ngomongnya kapan, bagaimana intonasinya. Itu hal yang termasuk di dalam poin berbicara. Dan kalau orang tua tidak memerhatikan 3 poin ini, untuk anak juga, kita akan membangun komunikasi yang saling membangkitkan amarah. Karena 2 kerajaan, kerajaan orang tua yang lebih senior, atau kerajaan yang lebih muda, kerajaan anaknya sendiri. “Kamu tidak tahu apa-apa, masih muda”, seperti itu pasti gagal. Atau sebaliknya, anak merasa “mami terlalu jadul, terlalu kolot, sekarang tidak begini, zaman sudah berubah”, 2 kerajaan. Tapi kalau 1 kerajaan, sama-sama orang tua bicara sama anak “ini tentang Kerajaan Allah, saya diutus dalam rumah ini bicara sama kamu”. Sebaliknya “ini tentang Kerajaan Allah, saya diutus dalam rumah ini untuk bicara mendengarkan orang tua atau memberi masukan kepada orang tua”, sebagai utusan dari Kerajaan Allah. Maka Saudara punya 1 mindset yaitu kita sama-sama adalah 1 kerajaan. Dan ini akan menghindarkan banyak hal. Lalu relasi tuan dan hamba, ini juga sama. Dan yang tidak ada di Surat Paulus adalah zaman dulu tidak ada medsos. Saudara di media sosial itu sangat penting, apa yang Saudara upload, masukan dalam status, apakah itu membuat Saudara dan saya dikenali sebagai utusan Kerajaan Allah atau tidak. Apakah kita meng-construct society dengan message Kerajaan Allah atau kita meng-construct society dengan our ego, kerajaan saya. Banyak kata yang sia-sia karena kita merasa kata-kata milik kita, kita bicara tidak meminjam mulut orang lain “saya bebas melakukan apa saja, terserah saya update status, ini akun saya, apa masalahnya? Tapi jangan lupa Saudara sedang meng-construct sesuatu, apakah meng-construct Kerajaan Allah atau meng-construct masalah?

Biarlah kita punya message yang penting, punya martabat yang mulia, punya kasih yang tulus, punya bijaksana yang kontekstual, dan punya kejujuran yang anggun seperti Kristus.

Injil dan Keadilan

24 Maret 2019
(Roma 1: 16-21)
Pdt. Jimmy Pardede


Di dalam ayat 17 dikatakan kebenaran Allah itu dari iman kepada iman. Dan Paulus mengutip dari Kitab Habakuk, orang benar akan hidup oleh iman. Kita sudah membahas di dalam minggu lalu bahwa Injil tidak bisa dilepas dari pengertian Kitab Yesaya, dari pengharapan bangsa-bangsa akan Tuhan yang mau pulihkan segala sesuatu. Injil bersifat luas, Injil adalah berita keselamatan karena Tuhan sudah berencana mau hadir. Tuhan yang tidak kelihatan, Tuhan yang seperti sudah tarik diri, Tuhan yang seperti tidak lagi peduli kehidupan di bumi, berjanji akan datang dan memulihkan semua, inilah Injil. Injil akan menjadi kabar baik bagi orang yang merindukan perbaikan di bumi, bukan bagi orang yang rindu lari dari bumi. Injil adalah kabar baik bagi orang yang menantikan keadilan tapi tak kunjung mendapatkan keadilan. Injil adalah kabar baik dari orang-orang yang mengharapkan belas kasihan, tapi terus melihat kekerasan. Injil adalah kabar baik bagi orang yang penuh kasih, tapi terus menemukan benci di dunia ini. Jadi Injil adalah perbaikan yang Tuhan janjikan untuk seluruh ciptaan. Kalau Saudara lihat di Roma 8, seluruh ciptaan, di dalam terjemahan bahasa Indonesia disebut seluruh makhluk, tapi kata yang dipakai yaitu tisis itu bisa juga dimengerti sebagai seluruh ciptaan. Roma 8 mengatakan seluruh ciptaan sedang berada dalam keadaan menderita. Apa yang membuat ciptaan ini menderita? Karena seluruh ciptaan tidak seperti seharusnya. Mengapa ciptaan berjalan tidak seharusnya? Karena dosa. Ketika kita hidup di tengah-tengah himpitan ketidak-adilan, ditengah-tengah kesulitan karena kejahatan, korup, keadaan kacau dan rusak, kita merindukan Tuhan untuk bertindak. Dan ini yang dimiliki para nabi, mereka rindu Tuhan bertindak. Mereka tahu tidak ada lagi yang bisa bertindak, mereka tahu tidak ada lagi yang bisa diharapkan, mereka tahu tidak ada lagi yang bisa dipegang janji dan perkataannya. Sehingga baik pemimpin agama dan raja sudah mengecewakan para nabi. Para nabi berseru dengan mengatakan “raja-raja sudah menyeleweng, para pemimpin agama sudah rusak hidupnya, maka tidak ada orang yang bisa diharapkan”. Tapi Saudara bisa baca di dalam Kitab Yesaya, di Kitab Habakuk, setiap kali nabi-nabi ini berseru kepada Tuhan, Tuhan menjanjikan raja yang adalah manusia. Mereka mau berharap kepada Tuhan, Tuhan tidak pernah berhenti “berharap” kepada manusia. Tentu Tuhan tidak perlu berharap kepada manusia, tapi Tuhan tidak pernah menarik tanggung jawab yang Dia berikan kepada manusia untuk menangani segala sesuatu yang ada di bumi. Ketika para nabi mengatakan “Tuhan, bertindaklah”, Tuhan mengatakan “Aku akan bangkitkan raja, Aku akan bangkitkan pemimpin, Aku akan bangkitkan hambaKu, Aku akan bangkitkan Dia yang adalah keturunan Daud”. Jadi Tuhan tidak pernah berhenti memakai manusia, meskipun para utusanNya yaitu nabi sudah berhenti berharap kepada manusia. Jangan berharap kepada manusia. Tapi heran, Tuhan berjanji akan perbaiki semua lewat kehadiran manusia yang diangkat itu. Manusia yang diangkat adalah Mesias. Janji Tuhan di dalam kitab nabi-nabi awalnya begitu tersebar pengertiannya, kadang-kadang nabi-nabi mengatakan ini dan itu yang berkait dengan keselamatan, tapi semuanya masih begitu tersebar. Ada satu nabi yang memunyai pengertian Injil sangat berkait dengan keadilan, itu adalah Habakuk. Di dalam Kitab Habakuk, Habakuk terus berseru “Tuhan, mengapa keadilan menghilang dan Tuhan seperti tidak peduli. BangsamaMu dianiaya dan Engkau seperti tidak melihat. Keadilan berjalan terbalik dan Tuhan seperti tidak peduli. Seolah Habakauk berseru, “mana mungkin saya lebih peka dari pada Tuhan. Kalau saya ingin dunia ini adil, mengapa Tuhan tidak ingin? Kalau saya ingin umat Tuhan menjalankan keadilan, mengapa Tuhan seperti tidak ingin melakukan itu?”. Tapi Habakuk tahu tidak mungkin dia lebih baik dari pada Tuhan, tidak mungkin dia lebih benar dari Tuhan, tidak mungkin dia lebih saleh dari pada Tuhan, tidak mungkin dia lebih ingin adil dari pada Tuhan. Ini yang menjadi pergumulannya, dia tahu Tuhan lebih adil dari pada dia, tapi mengapa tidak tergerak? Banyak pertanyaan yang kita miliki dan mungkin kita pendam tentang Tuhan.


Tapi Alkitab menunjukan orang-orang saleh tidak takut untuk mengungkapkan pemikiran mereka dalam doa. Orang-orang yang mulai curiga mengapa Tuhan bertindak begini, mereka tidak takut untuk tanya kepada Tuhan, “Tuhan, mengapa Engkau tidak bertindak?”. Mereka adalah orang-orang yang jujur berbicara kepada Tuhan dan kejujuran mereka adalah kejujuran yang sangat saleh. Orang saleh yang jujur itulah para nabi. Kalau kita menjadi jujur mungkin kita akan menunjukan ketidak-salehan kita. Tetapi waktu Alkitab menunjukan bahasa dari pada nabi, para nabi itu memanjatkan apa yang menjadi seruan hati mereka. Nabi-nabi itu ingin supaya Tuhan tahu derita mereka. Apa yang membuat mereka menderita? Elia dan Elisa dipakai Tuhan dalam keadaan krisis. Krisis apa yang sedang terjadi? Krisis politik. Pemimpin pada waktu itu, baik Ahab maupun keturunannya begitu menyimpang dari Tuhan. Mereka adalah pemimpin politik yang menjalankan politiknya berhala, yang menjalankan politiknya Baal dan Asytoret. Mereka tidak peduli Tuhan, karena itu sistem negara mereka ubah untuk berhala mereka. Nabi-nabi seperti Elia dan Elisa mengerti bahwa kalau Tuhan mengarahkan umat untuk datang kepada Dia, Tuhan menginginkan supaya umat datang kepadaNya dan menjadikan Dia segalanya di dalam kehidupannya. Krisis Israel bukan hanya penyembahan berhala, krisis Israel adalah krisis politik, karena politiknya dikaitkan dengan berhala. Politik dan agama itu sangat berkait. Di dalam zaman modern politik dan agama pasti terpisah, politik sangat sekuler. Tapi Saudara harus tahu mental atau jiwa di dalam politik adalah agama, meskipun bukan agama seperti Islam, Budhisme dan lain-lain. Karena di dalam zaman modern banyak berhala palsu mengambil tempat agama. Berhala seperti uang, kesenangan hidup dan lain-lain. Ketika negara tidak punya arah yang diatur oleh konsep Kristen, maka negara itu akan menjadi kacau. Dan kalau negara kacau, konsep pengadilannya jadi kacau, sistem pemerintahan jadi kacau, undang-undang akan jadi kacau, pemimpin-pemimpin akan menurunkan kekacauan dan seluruh rakyat menjadi kacau. Maka di tengah-tengah kekacauan seperti ini, nabi-nabi berseru bukan hanya untuk menyerukan ketidak-adilan politik, tapi langsung menggabungkan seruan politik dengan agama. Seruan politik dan agama disatukan oleh para nabi. Sehingga Saudara sulit satukan yang mana yang mengurus politik, yang mana yang mengurus agama. Elia mengatakan bahwa Raja Ahab sudah bersalah menghancurkan seluruh bangsa. Apa yang Raja Ahab lakukan? Menyembah berhala. Penyembahan berhala merusak seluruh bangsa. Konsep keadilan, kebenaran dan juga ketentraman dalam masyarakat sudah diganti oleh keadilan, kebenaran dan ketentraman yang berpihak pada berhala. Elia punya tugas yang sangat besar, dia harus bereskan ini semua. Waktu dia gagal, dia berseru kepada Tuhan “Tuhan, saya minta mati saja kalau begini”. Kegagalan sangat besar yang Elia rasakan karena dia sulit ubah pemerintahan dan keadaan yang terjadi di Israel. Padahal Tuhan sudah pakai dia besar sekali. Tuhan sudah izinkan dia turunkan api dari langit, Tuhan sudah izinkan dia menjadi orang yang dengan kuasa sorga membawa orang kembali kepada Tuhan, tapi itu tidak cukup. Elia mengatakan “Tuhan, saya minta mau mati saja. Karena saya tidak melihat negara ini ada harapan di depan”, Tuhan mengatakan “turun dari gunung dimana kamu sekarang berseru kepada Tuhan. Turun dari Gunung Sinai, kemudian kamu pergi untuk urapi beberapa orang. Urapi Raja Israel, Raja Yehuda, urapi raja dari Aram, lalu urapi Elisa menjadi penerusmu”. Mengapa Tuhan mengatakan masih ada harapan? Karena Elia masih akan dilanjutkan pelayanannya. Raja-raja akan berubah, politik yang baru akan muncul dan Elia akan punya penerus. Kalimat yang paling menghibur Elia meskipun tidak tercatat, yang saya bisa tafsirkan adalah kehadiran Elisa. Elia sangat terhibur karena ada Elisa. Karena waktu Tuhan menyuruhnya untuk melantik penerusnya, dia tahu Tuhan belum berhenti bekerja. Tuhan masih mau bekerja, Tuhan masih mau memanggil orang-orang Israel untuk datang kepada Tuhan, menyembah Tuhan dan memperbaiki seluruh konsep hidup mereka yang salah. Setelah mereka datang kepada Tuhan, mereka akan diperbaiki. Tapi bagaimana cara mereka datang kepada Tuhan? Dengan pemimpin yang baru, harapan yang baru, dengan nabi yang baru. Tuhan masih mau bekerja dan Tuhan bangkitkan orang-orang ini. Maka pemanggilan Elisa adalah peristiwa yang sangat penting, dari Elia turun ke Elisa. Dan dua orang ini mengubah banyak hal di tengah-tengah Israel. Waktu Saudara melihat Elia diakhir hidup dan juga Elisa, Raja Israel tetap kacau hidupnya tapi belajar untuk menghormati Tuhan. Saudara bisa lihat Ahab di awal mau membunuh Elia, lama-kelamaan di bagian akhir hidupnya begitu takut dengan Elia. Raja-raja berikutnya mulai menghormati agama. Ketuhanan yang dipercayai para nabi mulai dihormati oleh para raja. Kita tidak mungkin melakukan pelayanan di bumi ini sampai pelayanan 100% sempurna, itu tidak mungkin. Dan Tuhan memberikan kita kekuatan, karena waktu Tuhan membangkitkan Elia dan Elisa masuk dalam akhir hidupnya, mereka memunyai pengaruh untuk membuat pemerintah mulai tunduk, meskipun tidak sepenuhnya. Jadi jangan taruh harapan terlalu tinggi, sehingga kalau kita nanti sudah melayani Indonesia menjadi negara yang lebih hebat lebih dari pada Jenewa di bawah Calvin, misalnya. Tapi Saudara juga jangan tidak berharap “negara sudah kacau seperti ini, biarkan saja”. Saya paling tidak suka kalau bicara dengan orang yang terlalu negatif atau terlalu positif. Yang terlalu negatif itu menyebalkan, apa pun tidak beres “ah, sudahlah”, saya pun akan mengatakan “ah, sudahlah, saya juga tidak mau ngomong sama kamu lagi”. “Ah, sudahlah. Coba lihat semuanya sudah korup, kecuali saya. Saya sudah tidak bisa percaya siapa pun”, kalau Saudara terlalu negatif, Saudara sedang berada dalam dustanya setan. Setan membuat Saudara tidak bisa melihat pekerjaan Tuhan di tengah dunia ini. Tapi kalau terlalu positif juga jelek, “bagaimana pemerintahan kita?”, “baik 200%, gereja 150%. Pokoknya semuanya baik”. Tapi kalau ditanya “apakah ada kekacauan yang seharusnya diperbaiki?”, “tidak, semuanya sudah oke”, orang ini juga tidak terlalu bisa dipakai Tuhan, “apa yang perlu dikoreksi?”, “tidak ada”. Saudara kalau minta masukan sama orang, “apa masukan untuk saya?”, “tidak ada, kamu sudah sangat bagus”, ini yang positif. “Apa masukan untuk saya?”, “ah, sudahlah, kamu tidak ada harapan”, ini terlalu negatif, keduanya tidak bagus. Tuhan tidak mau kita terlalu berharap, tapi Tuhan juga tidak mau kita tidak berharap. Tuhan tidak mau mengganti raja yang baru atau mengganti keadaan yang baru dengan pengharapan mesianik, hanya Yesus yang bisa membuat kedamaian sejati. Tapi Tuhan juga tidak mau kita tidak berharap akan adanya perbaikan di dalam keadaan yang berikut. Para nabi seperti Elia dan Elisa bekerja dengan giat dan meskipun Israel Utara pada akhirnya akan hancur, pada waktu mereka melayani, mereka mulai menanamkan takut akan Tuhan di dalam hati raja yang masih menyembah berhala. Apakah raja jadi menyembah Tuhan? Tidak juga, tapi mereka mulai gentar dan takut kepada prinsip-prinsip Tuhan yang Tuhan percayakan kepada mereka. Saudara mau apa? Presiden berikutnya Kristen? Dua calon ini tidak ada yang Kristen. Tapi kita akan mengatakan orang Kristen harus berjuang sedemikian sampai mereka menghormati prinsip-prinsip Kristen meskipun mereka tetap tidak mau jadi Kristen. Ini tugas orang Kristen. Elia dan Elisa mengerjakan tugas itu. Maka perhatikan kalau Saudara baca di bagian awal pelayanan Elia dengan di akhir, sikap raja kepadanya beda sekali. Ketika Elisa akan mati, raja bahkan mengatakan “bapaku, engkaulah kekuatan Israel, penunggang kuda dan pasukan berkuda Israel. Waktu Elisa akan mati, raja menghormati dia. Waktu Elia akan masuk dalam akhir pelayanannya, raja menghormati dia. Apakah raja berubah dan jadi menyembah Tuhan? Mungkin tidak. Pengharapan Israel adalah pengharapan yang kadang-kadang cerah kadang-kadang redup, sampai Mesias yang sejati datang. Pengharapan ini terus dinanti sampai Kitab Habakuk.


Habakuk adalah seorang dengan kepekaan luar biasa, dia mengatakan “Tuhan, saya mau menyatakan keadilan, tapi bagaimana caranya? Saya mau Tuhan yang kerjakan, tapi bagaimana caranya? Sebab Tuhan seperti tidak peduli, Tuhan seperti membiarkan ketidak-adilan terjadi”, itu yang ditangisi oleh Habakuk. Tapi Tuhan berfirman kepada Habakuk, pada pasal 2 Tuhan berfirman “Aku akan kerjakan sesuatu yang belum pernah dilihat orang sebelumnya”. Ini salah satu hal yang sering Tuhan janjikan kepada para nabi “Aku akan kerjakan hal yang baru, hal yang melampaui pikiranmu”. Dan kalau Saudara melihat di dalam Injil, hampir semua yang Yesus lakukan membuat orang kaget dan menyadari ini hal yang baru. Saudara bisa lihat ini di dalam Injil, waktu Yesus menyembuhkan, mereka mengatakan “hal ini belum pernah terjadi sebelumnya”, waktu Yesus mengusir setan, mereka mengatakan “hal ini belum pernah kita lihat terjadi di tengah-tengah Israel, hal ini belum pernah kita jumpai sebelumnya”. Kalimat-kalimat itu sebenarnya adalah kalimat kunci untuk kita memahami bahwa Yesus adalah penggenap dari Perjanjian Lama. Maka kita perlu mengubah cara membaca Alkitab kita menjadi lebih teliti dan tidak difokuskan pada satu fokus yang sebenarnya tidak sejati. Saya terus mengulangi ini bahkan mungkin agak kontroversial, fokus Alkitab bukan keselamatan pribadi kita. Setiap kali Saudara membaca Alkitab dan fokusnya adalah keselamatan pribadi, banyak yang akan miss. “Yang penting saya sudah selamat dan masuk sorga”, lalu apa kaitan Injil dengan keadilan? “Injil dan keadilan itu khotbah moral, saya tidak mau khotbah moral, saya maunya khotbah Injil”, apa itu khotbah Injil? Khotbah Injil adalah khotbah saya selamat karena apa. Saya akan memberi tahu khotbah Injil adalah khotbah Kristosentris, yang berpusat pada Kristus. Tapi yang sering dimaksudkan orang dengan berpusat pada Kristus adalah berpusat pada keselamatan, itu dua hal yang berbeda meskipun tidak bisa dipisah. Saudara selamat karena Kristus, tapi yang Tuhan tuntut untuk dikhotbahkan bukan khotbah yang berpusat keselamatan, tapi khotbah yang berpusat pada Kristus. Dan Kristus memberikan semua termasuk keselamatan, tapi kata semua perlu kita ketahui, semua berarti melampaui hanya keselamatan. Memang benar Tuhan memberi keselamatan, tapi Tuhan memberikan begitu banyak hal lain yang luput kita baca karena kita terlalu fokus pada keselamatan.


Kalau Saudara tidak berfokus pada keselamatan tapi Saudara juga mengabaikan keselamatan, itu juga salah. Saudara tahu Saudara selamat, sekarang gerak, gerak dalam pengertian apa yang Tuhan mau kerjakan di dunia ini. Para nabi seperti Habakuk mulai berseru “Tuhan, dimana keadilan? Aku ingin Tuhan nyatakan”. Tapi kalau Tuhan mau menyatakan, caranya apa? Di pasal 2 Tuhan mengatakan “Aku akan kerjakan hal yang baru, yang belum pernah dilihat orang sebelumnya. Aku akan lakukan cara yang kontroversial yaitu bangkitkan Babel”. Babel adalah kerajaan yang menyembah berhala, tapi Tuhan membuang Israel karena menyembah berhala. Sekarang Tuhan mau membuang Israel pakai Babel yang adalah penyembah berhala, kira-kira adil tidak? Ini pikiran Habakuk, kalau Tuhan bangkitkan Babel yang adalah penyembah berhala untuk menghukum Israel karena menyembah berhala, bukankah itu tidak adil? Dimana keadilan? Itu seperti pencuri yang dihukum oleh maling. Tapi heran, di tengah-tengah pasal 2 itu Tuhan mengatakan kepada Habakuk “orang benar akan hidup oleh percayanya”, jadi percaya apa? Percaya Tuhan akan menjalankan keadilan meskipun dengan cara yang tidak adil. Tapi Tuhan mengatakan terus tunggu, terus percaya. Ada bagian di dalam Kitab Suci dimana Tuhan minta kita terus percaya dan Tuhan akan jawab nanti. Dan kita bersyukur nantinya itu sudah datang di Perjanjian Baru. Banyak pertanyaan yang Habakuk miliki, Tuhan sudah jawab di zaman kita. Sayangnya kita tidak bergumul dengan pertanyaan Habakuk, sehingga jawaban diberikan dan kita tetap anggap itu sepele, “inilah jawabannya”, “tapi apa pertanyaannya?”. Para nabi mengatakan “keadilan bisa ditemukan dimana?”, Tuhan belum jawab pada waktu itu, Tuhan mengatakan “Aku akan kirim Babel untuk hukum orang yang tidak adil di Israel”, orang tidak adil di Israel akan dihukum oleh orang Babel yang sama tidak adilnya. Orang di Israel jahat dihukum oleh Babel yang sama jahatnya, sampai kapan ini terjadi? Habakuk terus bergumul dan Tuhan tidak beri tahu. Tuhan hanya mengatakan orang benar hidup karena percayanya. Percaya itu mengandung banyak sekali unsur, percaya itu Saudara mengamini setiap kalimat Tuhan sebagai sesuatu yang terbukti kebenarannya meskpun belum sekarang. Iman adalah percaya kepada kata-kata Tuhan sebagai sesuatu yang akan terbukti kebenarannya meskipun belum sekarang. Ini namanya beriman. Iman berarti meyakini Tuhan tidak pernah lupa kata-kataNya. Iman itu berarti mengetahui Tuhan tidak kurang kuasa untuk menjalankan kata-kataNya. Bagaimana orang bisa beriman? Dalam 3 apek tadi, tahu bahwa Tuhan berbicara dan pasti jadi meskipun belum sekarang, tahu bahwa Tuhan tidak akan lupa perkataanNya dan tahu bahwa Tuhan tidak mungkin kurang kuasa untuk menjalankan perkataanNya. Maka Habakuk telan semua yang dia gumulkan dan dia mengatakan kalimat “meskipun pohon ara tidak berbuah…” dan lain-lain, yang kita sering kutip kalau keadaan sedang sulit. Mengapa Habakuk mengatakan itu? Karena 3 hal tadi, Tuhan pasti jalankan perkataanNya, Tuhan tidak mungkin melupakan perkataanNya, Tuhan tidak mungkin kurang kuasa menjalankan perkataanNya.


Dan siapa yang melihat kegenapannya? Paulus. Paulus mengutip Habakuk seolah-olah mengatakan “apa yang Habakuk mau lihat, saya sudah lihat”. Tahu tidak apa yang Habakuk harapkan? Yang Habakuk harapkan adalah ada keadilan Tuhan. Bagaimana keadilan dinyatakan? Satu bangsa dihakimi bangsa lain. Israel dihakimi Babel. Babel jahat, dihakimi oleh Persia. Persia jahat, dihakimi oleh Makedonia. Makedonia jahat, dihakimi oleh Romawi. Romawi jahat, dihakimi oleh orang Goth, Visigoth, Ostrogoth dan Franc. Lalu Tuhan bangkitkan Turki, Seljuk untuk hancurkan Romawi. Seljuk jahat, Goth jahat, Visigoth jahat, Orstrogoth jahat, Franc jahat, siapa yang hancurkan mereka? Tuhan hancurkan bangsa memakai bangsa lain, ini sampai kapan? Paulus mengatakan ini berita yang luar biasa, Injil adalah yang menyatakan kebenaran Allah. Bagaimana cara Injil menyatakan kebenaran Allah? Injil menyatakan kebenaran Allah pada akhirnya yang menghancurkan dan yang dihancurkan menjadi satu. Siapa yang menghancurkan? Tuhan. Siapa yang dihancurkan? Bangsa-bangsa yang jahat. Tuhan hancurkan bangsa jahat memakai bangsa jahat. Nanti bangsa jahat ini harus dihancurkan lagi. Sampai kapan? Paulus mengatakan Injil itu kekuatan Allah yang menyelamatkan, menyelamatkan dengan cara penghakiman dan korban disatukan. Siapa yang akan mendapatkan hantaman akhir? Yesus. Siapa yang seharusnya memberikan hantaman? Tuhan. Maka Tuhan memberikan DiriNya menjadi manusia, lalu penghakiman Tuhan tiba atas Dia. Di sini Paulus menyadari yang menjadi tidak adil bukan hanya karena satu manusia diserang oleh manusia lain, ada orang jahat diserang oleh orang jahat, maka tidak adil. Paulus menyadari bahwa ketidak-adilan yang sejati bukan hanya antar manusia, tapi antara manusia dan Tuhan. Paulus memunyai pengertian yang sangat jenius di ayat-ayat selanjutnya bahwa yang jadi korban itu bukan Habakuk. Orang benar yang mendapat kesulitan karena ketidak-adilan, yang sekarang sudah menjadi korban itu Tuhan. Tuhan adalah korban ketidak-adilan manusia. Tentu Tuhan tidak bisa menjadi korban dengan pengertian Dia menderita, tapi Saudara bisa lihat di ayat-ayat selanjutnya yang tidak adil itu adalah seluruh manusia, karena seluruh manusia tidak memberikan penyembahan kepada Tuhan sebagaimana mereka seharusnya. Dan tidak mau kenal Dia sebagaimana mereka seharusnya mengenal. Tuhan adalah Tuhan yang terus menyatakan diri, pasal 18 & 19, tapi manusia membalasnya dengan tindakan yang tidak adil. Adil dan tidak adil itu harus berdasarkan prinsip. Dan prinsip itu tidak boleh sifatnya subjektif yang hanya dimiliki oleh satu pihak dan tidak dimiliki oleh pihak yang lain. Keadilan adalah sifatnya Tuhan. Bukan persetujuan masyarakat, bukan persetujuan antara seorang dengan orang yang lain. Adil adalah sifatnya Tuhan. Atribut Tuhan adalah Tuhan itu Tuhan yang benar, Tuhan yang adil. Dan Tuhan yang adil adalah Tuhan yang menyatakan berkat dan yang menyatakan bahagia melalui ibadah. Tuhan adil karena Dia menyatakan diri kepada manusia. Keadaan adil kalau kita menerima pernyataan Tuhan, kita ibadah kepada Tuhan, itu baru adil. Di dalam Kitab Habakuk, Paulus menemukan berita yang luar biasa indah yang Paulus terjemahkan dengan sangat baik, adil itu bukan suatu bangsa diserang bangsa lain jadi tidak adil, lalu bangsa yang lain diserang bangsa lain lagi. Adil berarti apa yang Tuhan nyatakan dan yang manusia responi berada dalam keharmonisan, itu baru adil. Dan Paulus mengatakan di ayat selanjutnya, Tuhan menyatakan diri, Tuhan tidak lalai menyatakan diriNya, Tuhan tidak lalai untuk berlaku adil pada manusia. Kalau mau mengatakan Allah itu tidak adil, harus tahu dulu apa yang membuat Allah itu adil. Allah adalah Allah yang adil kalau Dia terus menyatakan diri kepada kita dan memanggil kita kepada Dia. Ini keadilan Allah di tengah manusia yang sudah berdosa. Dan bagaimana cara manusia dipanggil oleh Tuhan? Dengan cara menerima kebaikan dari Tuhan. Saudara dan saya pasti pernah menerima kebaikan dari Tuhan. Dan salah satu kebaikan dari Tuhan yang sangat besar itu adalah hidup. Adam diciptakan lalu dihembuskan nafas hidup dan dia menjadi makhluk hidup. Hidup sebagai manusia adalah belas kasihan Tuhan. Maka jangan pernah mengatakan kepada Tuhan, “saya kan tidak pernah mau hidup”, Saudara  bisa ngomong seperti itu pun karena Saudara sudah hidup, Saudara bisa punya pendapat mana bagus mana tidak itu pun karena Saudara sudah hidup. Kalau Tuhan tidak pernah memberi hidup, tidak mungkin ada begini. Kesempatan hidup adalah anugerah besar yang tidak pernah dimiliki oleh mimbar ini, bunga ini. Tapi dia tidak pernah menyesal tidak hidup, karena dia memang tidak hidup. Orang yang pernah menyesal tidak hidup adalah orang yang pernah hidup. Siapa diantara orang hidup yang maunya mati saja? Tidak ada orang mau mati, orang mau hidup. Karena hidup itu berkat. Dan Tuhan tidak lalai untuk menyatakan diri untuk memelihara hidup manusia meskipun di dalam waktu terbatas, karena manusia sudah jatuh dalam dosa. Kalau manusia jatuh dalam dosa dan dikatakan upahnya adalah maut, harusnya hidup tidak pernah berlangsung lagi. Tapi Tuhan masih memberikan hidup, Tuhan masih menyatakan diri, Tuhan masih memberikan apa pun yang bisa menopang kita untuk hidup. Itu adalah Tuhan yang sedang berlaku adil. Tuhan sedang melakukan apa yang harusnya Dia lakukan di dalam relasi Dia dengan ciptaan ini. Tuhan tidak pernah lalai di dalam tugas yang Dia berikan kepada ciptaan. Tapi apa yang harus dilakukan manusia? Manusia harus berespon dalam pengenalan dan penyembahan. Mengenal Tuhan dan menyembah Tuhan. Setelah Tuhan menopang kita dengan hidup, kita harus mencari Dia. Tapi kita tidak mencari Dia, kata Paulus, kita malah mencari berhala. Di dalam keadaan kita sedang mencari berhala, kita sedang tidak adil kepada Tuhan. Dan waktu terjadi ketidak-adilan versi Paulus yaitu Tuhan diperlakukan tidak adil oleh manusia, apa yang Tuhan lakukan? Tuhan menyeimbangkan keadilan ini dengan menghukum manusia yang adalah Kristus. Kristus adalah satu-satunya cara bagi kita untuk berada di dalam keadilan dengan Tuhan meskipun kita sudah berlaku tidak adil kepada Dia. Ini menarik sekali untuk kita pahami, di dalam sejarah bapa-bapa gereja dan juga abad pertengahan, ini tema yang banyak digali dan kita bisa belajar banyak dari para tokoh ini. Salah satu tokoh yang bernama Anselm mengatakan bahwa ketika Tuhan memanggil manusia kembali, gambaran antara Tuhan dan manusia itu tidak mungkin dikacaukan oleh setan. Setan tidak bersumbangsih apa pun di dalam mengacaukan atau memperbaiki. Setan tidak ada urusan dengan kita dan Tuhan. Ini adalah urusan kita tidak adil sama Tuhan. Meskipun konsep keadilan Anselm itu agak beda dengan kita dan kita kurang setuju penjelasan dia tentang ketidak-adilan. Konsep ketidak-adilannya sangat berkait dengan zamannya, dimana ada tuan tanah dan budak, kita tidak lagi punya sistem seperti itu. Tapi kita tidak bisa lupa bahwa kita sudah berlaku tidak adil kepada Tuhan. Lalu kita terus teriak-teriak “Tuhan, Engkau tidak adil”, kalau saya jadi Tuhan, saya akan mengatakan “kamu yang dari awal hidupmu tidak adil”. Dan kita tidak berpikir bahwa kita tidak adil, karena kita tidak berpikir bahwa Tuhan menginginkan relasi dengan kita karena Dia mencintai kita. Orang tidak mungkin disakiti oleh yang tidak dia kasihi. Dan Tuhan menciptakan manusia, Tuhan mengasihi yang Dia ciptakan. Meskipun Dia tidak pilih semua, ini konsep lain yang kita pelajari di dalam pasal 5 atau 6. Tuhan mengasihi manusia, Tuhan ingin manusia kembali. Waktu manusia mengabaikan berkatNya, manusia berlaku tidak adil kepada Tuhan. Jadi jangan pakai versi keadilan kita sendiri, tapi pakai versi keadilan Tuhan karena keadilan adalah sifatnya Tuhan. Dengan demikian kita sadar bahwa kita senantiasa tidak adil kepada Tuhan dan kalau begitu ini perlu diseimbangkan.

Karena kalau di dalam Habakuk, satu bangsa dihancurkan bangsa lain, tidak adil. Bangsa ini perlu dikoreksi lagi, dihancurkan oleh bangsa lain. Sekarang kamu yang tidak adil sama Tuhan, siapa yang hancurkan kamu? Tuhankah yang akan menghancurkan kita. Tapi Paulus mengatakan “puji Tuhan, Dia tidak memutuskan untuk menghancurkan kita. Dia memutuskan untuk hancurkan AnakNya menjadi korban”, inilah Injil. Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan, pihak yang dirugikan adalah Tuhan, pihak yang menawarkan damai adalah Tuhan, pihak yang membayar adalah Tuhan yang menjadi manusia. Indah sekali. Paulus mengatakan inilah yang diharapkan oleh Habakuk, sekarang sudah terjadi. Orang benar akan hidup oleh iman dan dia akan melihat segala keteraturan dan harmoni relasi antara Tuhan dan manusia terjadi. Dan dari situ baru kita mulai menggumulkan bagaimana dengan keadilan yang lain antara satu manusia dengan yang lain, keadilan ini mulai dijalankan juga dalam prinsip kasih di dalam Tuhan. Roma membahas semua ini bahwa Tuhan menghukum semua orang karena ketidak-adilan ini, tetapi di pasal 3 mengatakan meskipun semua orang sudah berdosa, Tuhan masih memanggil orang menjadi umat. Dan umat inilah yang akan mendapatkan anugerah, relasi yang diperbaiki dengan Tuhan. Dan Paulus mengatakan Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan, aku tidak malu karena Injil sebab Injil menyelamatkan orang percaya, baik orang Yahudi maupun orang Yunani. Siapa pun dari seluruh bangsa. Di dalam Habakuk dikatakan Israel sudah jahat, Babel juga jahat, semua jahat. Kalau semua jahat, sekarang Tuhan tawarkan kesempatan yang sama kepada semua bangsa yang jahat. Tidak ada lagi bangsa pilihan, tidak ada lagi Israel lebih baik dari pada bangsa lain, Israel sudah sama rusaknya dengan Babel, Babel sama rusaknya dengan Asyur, Asyur sama rusaknya dengan Mesopotamia, sama rusaknya dengan Makedonia, sama rusaknya dengan Roma, sama rusaknya dengan Malaysia, dan sama rusaknya dengan Indonesia. Sama rusaknya dengan semua bangsa, semua bangsa rusak. Kalau semua bangsa rusak, sekarang Tuhan tawarkan perdamaian dengan semua tanpa perbedaan lagi. Di sini lah yang Paulus nyatakan “aku tidak malu akan Injil karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan siapa pun yang sudah berdosa”. Mari kembali kepada Tuhan dan mari tahu jalan Tuhan adalah jalan yang paling baik. Orang benar akan hidup oleh iman.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Tidak malu akan Injil

(Roma 1: 16-17)

Banyak sekali pengertian yang penting dari ayat-ayat ini. Ini adalah ayat-ayat yang sangat padat, karena waktu kita membaca baik ayat-ayat 16 & 17 da banyak kandungan firman yang penting, baik dari Kitab Yesaya maupun dari Kitab Zakharia. Ada begitu banyak hal yang sangat penting, yang Saudara bisa lihat ada di dalam 2 ayat yang pendek ini. Saya ingin menyoroti dari sudut pandang Yesaya dari ayat ini. Sebenarnya ini adalah kutipan dari Yesaya, kalau Saudara membaca ayat 16 dikatakan bahwa Paulus tidak malu akan Injil. Kalau Saudara lihat di Kitab Suci kita, di ayat 16 dikatakan “sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil”. Sayangnya “keyakinan yang kokoh dalam Injil ini bukan terjemahan yang akurat” dan kalau Saudara menjadi ragu imannya mengapa Alkitab kita punya terjemahan yang tidak akurat, saya harus memberi tahu Saudara bahwa terjemahan itu sulit untuk terus akurat karena ada banyak bahasa atau kata yang tidak punya padanan yang sama. Jadi ketika orang mau menerjemahkan satu kata, dia harus membawa interpretasi juga untuk masuk ke dalam penerjemahan. Jadi saya lihat ada kelimpahan meskipun ada kekurangan dari terjemahan-terjemahan yang ada. Dan salah satu yang harus kita ingat kata aslinya adalah ayat 16, karena di dalam ayat 16 Paulus mengatakan “aku tidak malu karena Injil”. Apakah yang memalukan dari Injil? Bagi komunitas Kristen Injil tidak memalukan, Injil adalah berita yang sangat kita kagumi, Injil adalah berita yang paling kita senangi. Tapi dalam konteks kehidupan yang lebih luas, Saudara tidak mungkin menyatakan Injil dengan bebas tanpa dipandang asing, aneh ataupun kontroversial. Ketika Injil dinyatakan, Injil itu akan memunyai unsur yang tadi, ada yang aneh dari Injil menurut dunia ini, ada yang sulit dipahami dari Injil oleh dunia ini, juga ada yang kontroversial dari Injil yang sulit diterima oleh dunia ini. Dan kita tetap harus menyatakan identitas kita sebagai orang Kristen dengan memberitakan Injil. Waktu Saudara memberitakan Injil, Saudara mungkin dianggap aneh, kontroversial atau apa pun itu, tapi Saudara perlu menjelaskan Injil di dalam kerangka Kristen yang besar, baru Injil itu jadi kabar yang baik. Injil tidak bisa jadi kabar baik kalau dipaksakan masuk dalam kerangka pikir dunia yang sebenarnya tidak punya tempat untuk Injil. Saya sangat senang ketika membaca buku Christian Worldview dari Bartholomew dan Goheen, di situ ada banyak pengertian yang sangat penting berkait dengan Injil. Seringkali kita mengabaikan bahwa Injil itu berkait dengan cara berpikir. Satu-satunya cara untuk memberitakan Injil dengan efektif adalah Saudara menantang worldview orang lain. Ada cara berpikir yang salah dari agama-agama yang ada sekarang, ada cara berpikir yang salah dari orang atheis, ada cara berpikir yang salah dari orang-orang yang menyembah berhala, ada cara berpikir yang salah dari orang naturalis dan skeptis, dan ini yang harus kita bongkar. Waktu kita bongkar betapa tidak konsistennya worldview mereka baru kita bisa menyampaikan Injil dan membuat orang mengerti bahwa berita Injil itu ada di dalam kerangka worldview Kristen yang begitu indah. Ada satu kalimat yang sangat penting dari Tim Keller, tugas orang Kristen bukan sampai meyakinkan orang untuk percaya Yesus, kita tidak sanggup melakukan itu. Tugas orang Kristen dalam penginjilan adalah memberitakan Injil dengan sedemikian sehingga orang yang menolak pun akan berharap itu benar. Kalau Saudara memberitakan Injil, orang boleh tidak percaya, tapi mereka berharap itu benar, “andaikan yang kamu katakan itu benar, tapi saya tetap tidak mau percaya”.

Waktu kita mengerti Injil dengan cara yang benar, baru Saudara mengerti apa yang Paulus katakan dalam Roma 1: 16, “aku tidak malu karena Injil, apa yang memalukan tentang Injil?”. “Injil itu tentang Yesus yang tersalib, kalau Yesus disalib itu yang diberitakan, itu memalukan”. Tapi saya akan memberitahukan kepada Saudara, salib tidak lagi bermakna memalukan untuk zaman kita sekarang. Mengapa salib tidak lagi memalukan di zaman kita sekarang? Karena itu adalah metode penghukuman yang sangat memalukan, tapi sudah lewat. Tidak ada orang yang menganggap salib itu memalukan, karena salib bukan realita yang kita alami sekarang. Tidak ada orang yang disalib lagi. Siapa di antara Dan di dalam tradisi Kristen yang sudah menyebar ke seluruh dunia, salib tidak lagi memalukan seperti di abad pertama. Sekarang salib sudah jadi simbol Kristen, Saudara tidak akan malu memakai kalung salib. Salib tidak lagi menjadi hal yang memalukan. Saudara taruh plang salib yang besar di gereja, dan tidak ada yang memalukan dari itu. Tapi pada zaman abad pertama itu lain, salib adalah hal yang sangat memalukan. Salib adalah lambang penghinaan, kebodohan, Saudara disalib berarti Saudara adalah orang yang gagal, orang bodoh, orang yang tidak punya kekuatan, orang yang akan dihinakan, dan orang yang sepanjang keturunan setelah Saudara akan mengingat bahwa Saudara adalah orang yang menyebabkan nama buruk untuk keluarga Saudara. Jadi salib begitu hina pada zaman dulu. Kalau salib begitu hina, apakah berarti Injil sama dengan salib? Ini pertanyaan penting yang harus kita pahami. Kalau Saudara membaca Surat Roma, entah sadar atau tidak, Saudara tidak akan menemukan satu pun kata salib di Surat Roma. Dari Roma pasal 1-16, dari ayat pertama sampai terakhir tidak ada kata salib. Apakah Paulus tidak percaya lagi salib? Tentu tidak, karena Paulus tetap memberitakan tentang pengorbanan, korban, darah, kematian di dalam Surat Roma. Jadi apakah Injil sama dengan salib? Tidak tentu. Injil mengandung salib di dalamnya, tapi Injil bukan hanya tentang berita salib. Kalau begitu Injil itu berita apa? Apa yang perlu kita ketahui dari kata Injil? Waktu Paulus mengatakan di dalam ayat 16 “aku tidak malu oleh karena Injil”, orang yang membaca Kitab Perjanjian Lama dan sangat familiar dengan Kitab Yesaya, mengetahui bahwa Paulus sedang mengutip Kitab Yesaya. Di dalam hal apa Paulus mengutip Kitab Yesaya? Dalam pemberitaan tentang Injil. Di dalam Kitab Yesaya pemberitaan tentang Injil sudah dimulai dari pasal 40. Kalau Saudara membaca dari pasal 40, Saudara akan mendapat pengertian tentang berita kabar baik yang dimaksudkan oleh Paulus.

Di dalam Yesaya 40, kabar baik yang dia maksudkan adalah kabar bahwa Tuhan kembali bertahta. Tuhan kembali bertahta, Tuhan tidak membiarkan orang Israel berada di dalam keadaan dibuang, Tuhan tidak membiarkan orang Israel berada di dalam keadaan terus-menerus kalah, ini tema dari Yesaya. Jadi kalau Saudara membaca Kitab Yesaya, Saudara akan menemukan ini, Saudara akan menemukan bahwa Yesaya sedang berbicara tentang kemenangan Tuhan. Yesaya sedang berbicara bahwa Israel tidak akan dibiarkan kosong terus, kalah terus dan ditundukan oleh Babel terus-menerus. Ini penting untuk kita pahami. Berita Injil atau berita kabar baik yang Paulus maksudkan adalah berita bahwa Tuhan mau menyelamatkan Israel dengan pengertian Tuhan mau memulihkan mereka kembali. Itu sebabnya Paulus mengutip tentang “aku tidak malu akan Injil” dan ini sangat menjelaskan bagian-bagian dari Yesaya. Kita harus ingat, sebagai bangsa yang terus-menerus dicekoki pengertian bahwa Bait Suci itu paling penting, Bait Suci adalah tempat kehadiran Tuhan, tanpa Bait Suci Israel tidak punya agama. Maka mereka akan sangat heran ketika Bait Suci itu hancur. Cara membaca Alkitab itu sebenarnya merasakan apa yang orang-orang di Alkitab rasakan, atau paling tidak merasakan apa yang pembaca mula-mula rasakan. Ini pengertian penting untuk kita membaca kitab apa pun sebenarnya. Jadi Saudara harus benar-benar tahu apa yang menjadi pergumulan, apa yang Paulus anggap indah tapi mengapa kita tidak melihat itu indah. Di dalam Yesaya yang menjadi bacaan Paulus, di dalam perkataan “aku tidak malu akan Injil”, dikatakan bahwa Israel itu sedang malu di pembuangan. Karena mereka seperti dibuang Tuhan. Yesaya 45: 17, “Israel diselamatkan oleh Tuhan dengan keselamatan yang selama-lamanya. Kamu tidak akan mendapat malu dan tidak kena noda sampai selamanya dan seterusnya”, ini kabar kesukaan dari Tuhan. Jadi Tuhan mengatakan kepada Israel, “kamu tidak akan malu lagi”. Apa yang memalukan dari Israel? Mereka dibuang oleh Tuhan, Tuhan tidak pedulikan mereka lagi, Tuhan sudah membuang mereka. Maka Tuhan mengatakan di dalam Yesaya 45: 17 “kamu tidak akan dipermalukan sampai selamanya”. Sebelumnya di ayat 15 dikatakan “Aku adalah Allah yang menyembunyikan diri”. Jadi Tuhan seperti tidak kelihatan, Tuhan tidak menunjukan diriNya, tapi Tuhan berjanji Israel tidak akan kena noda sampai selamanya dan tidak akan kena malu sampai selamanya. Bahkan di dalam Yesaya 49: 23, Yesaya mengatakan “raja-raja akan menjadi pengasuhmu”. Bayangkan untuk orang di pembuangan, Yesaya mengatakan “raja-raja akan menjadi pengasuhmu lalu permaisuri akan menjadi inangmu. Mereka akan sujud kepadamu dengan muka sampai ke tanah, akan menjilat debu kami. Maka engkau akan mengetahui Akulah Tuhan. Dan bahwa orang-orang yang menanti-nantikan Aku tidak akan mendapat malu”. Siapa yang menanti-nantikan Tuhan tidak akan mendapat malu. Kamu berharap kepada Tuhan, kamu tidak akan dipermalukan. Jadi apa yang membuat Israel dipermalukan? Yang membuat mereka dipermalukan adalah mereka terbuang. Mereka dibuang oleh Tuhan dan mereka merasa sangat dipermalukan oleh karenanya. Mereka menyebut nama Tuhan tapi Tuhan tidak kuasa menolong mereka, sepertinya. Mereka berbangga kepada Allah yang adalah Allah langit dan bumi, tapi mereka ditaklukan Babel dengan dewa-dewanya. Sehingga di pembuangan mereka sangat malu, mereka tidak berani angkat muka dan mengatakan “kami adalah umat pilihan”. Mereka berada dalam keadaan terhina dan hal yang paling membuat mereka terhina adalah fakta bahwa Tuhan tidak peduli mereka. Tuhan sudah buang mereka dan membiarkan mereka dipermalukan, mereka menjadi tertawaan, mereka menjadi cela, mereka dihina dan Tuhan seperti tidak peduli. Orang Israel sedang berada dalam keadaan yang sangat sulit. Kalau Saudara ada di dalam keadaan ini, kalau Saudara menjadi orang Israel di dalam pembuangan, kehilangan segala hal yang Saudara sangat banggakan, Saudara merasa sangat malu, Saudara merasa sangat tidak punya harga diri lagi. Saudara coba alami hal itu, bagaimana perasaan kita kalau kita mengalami itu? kita akan dipermalukan, kita tidak punya hal yang bisa dibanggakan. Maka coba berpikir untuk melihat apa yang Kitab Suci katakan sebagai sesuatu yang harus dipegang. Jangan pegang keamanan situasi sekarang, saat ini keadaan seperti ini, besok bisa berubah. Saat ini seperti ini, besok bisa lain. Kalau Saudara terus berpikir untuk pegang harta, terus berpikir untuk memegang kenyamanan karena ada uang, suatu saat Saudara akan celaka karena tidak terbiasa memegang Tuhan. Karena kalau keadaan berubah, Saudara baru mau belajar berpegang pada Tuhan, itu sudah terlambat. Belajar berpegang kepada Tuhan, belajar berserah kepada Tuhan. Orang Israel dididik dengan sangat keras, dibuang ke Babel dan mereka tidak punya pegangan lagi. Mereka tinggal sebagai bangsa asing, mereka harus berjuang dari nol, semua harta yang mereka punya habis semua. Waktu itu mereka baru sadar “begini rasanya tidak punya bangsa, begini rasanya jadi orang yang tidak punya kedaulatan apa pun, ini rasanya diperlakukan seperti sampah oleh orang Babel”. Dan di dalam keadaan seperti ini mereka malu, malu karena Tuhan tidak menyatakan diri, malu karena dia tidak memunyai kemuliaan apa pun. Cara yang penting untuk mengubah keadaan memalukan ini adalah Tuhan bertahta kembali.

Jadi kabar baik dari Yesaya adalah Tuhan bertahta kembali. Namun di dalam pasal 45:15 dikatakan Tuhan bertahta kembali, namun Dia menyembunyikan diri. Hal ini yang membingungkan pembaca Yesaya. Bagaimana caranya supaya kita tidak dipermalukan lagi? Tuhan mengatakan “suatu saat engkau tidak akan dipermalukan lagi tetapi keadaanmu belum juga berubah”. Kalau kita di tengah-tengah mereka, kita akan mengatakan “saya maunya keadaan berubah, saya tidak mau keadaan seperti ini terus. Kalau saya dipermalukan di tempat pembungan, saya ingin kembali ke negara saya supaya saya jaya lagi”. Ini bukan sesuatu yang aneh, karena kita mau seperti itu kan? Kalau Saudara dihina karena Saudara miskin, Saudara ingin membuktikan dengan cara menjadi kaya, kalau Saudara dihina tidak bisa sukses, Saudara akan membuktikan dengan cara menjadi sukses. Tapi ternyata jalan Injil tidak begitu. Jalan Injil  begitu sulit sehingga perlu iman untuk menyadari ada berita bahagia di sini. Perlu iman untuk membuat kita bisa melihat Injil sebagai kabar baik. Karena waktu Injil dipresentasikan dalam caranya Yesaya, tidak ada keadaan baik yang terjadi dengan segera, bahkan sampai zamannya Paulus. Tapi Paulus mengingatkan bahwa kabar baik itu sudah diberikan karena kamu yang tadinya hina sudah dianggap mulia oleh karena Tuhan. Ini menjadi kunci untuk memahami Injil Tuhan, kamu yang tadinya hina dianggap mulia oleh Tuhan. Kamu yang tadinya hina sekarang dibenarkan oleh Tuhan. Tetapi kata dibenarkan adalah kata yang mengubah status kita di hadapan Tuhan, tapi tidak tentu mengubah keadaan kita. Ini menjadi hal yang sangat membingungkan maka kalau Saudara baca di Kitab Roma dikatakan “saya tidak malu karena Injil”, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan. Injil adalah kuasa Allah yang menyelamatkan. Kekuatan yang menyelamatkan yang disoroti dari perspektif Injil itu lain dengan dengan kekuatan Allah yang disoroti dari perspektif dunia. Injil dan dunia itu sering bentur dalam sudut pandang melihat hidup. Bagi orang dunia Tuhan gagal menyatakan pekerjaanNya lewat umatNya, dan bukan hal yang aneh karena orang dunia akan melihat “kok Tuhan tidak membuatmu jadi lebih baik? Tuhan tidak membuat kamu jadi lebih menang, lebih sukses”. Makanya teologi sukses sepertinya lebih logis, kalau Tuhan itu menang kamu pasti kaya, kalau Tuhan menang kamu tidak akan gagal, ribuan orang rebah di sekitarmu tapi kamu berdiri dengan jaya. Orang dunia akan melihat dengan perspektif dunianya dan akan melihat bahwa sebenarnya kabar baik yang Tuhan berikan tidak ada. Ini pesan yang penting untuk Saudara bisa pahami. Di dalam Kitab Yesaya orang dunia akan melihat “kamu tidak mendapat penghiburan apa pun, kamu masih dikalahkan bangsa lain, kamu masih menjadi orang buangan, kamu masih jadi sampah di Babel, apa yang membuat Tuhan menyatakan kamu tidak akan dipermalukan? Kamu masih memalukan, keadaanmu masih memalukan. Jadi tidak ada hal baik yang terjadi”. Tapi Tuhan sudah berjanji kamu tidak akan terus dipermalukan. Dan kita berpikir pasti kita tidak akan dipermalukan, pada akhirnya nanti waktu Tuhan datang kembali Tuhan akan hancurkan semua orang-orang fasik dan kita akan dimunculkan, pada waktu itu kita tidak akan dipermalukan. Tapi Paulus mengatakan di Roma 1 “saat ini kita tidak dipermalukan. Aku tidak malu karena Injil”. Paulus mengatakan itu bukan karena Tuhan sudah datang kedua kali dan membereskan yang jahat. Ini bukan berarti tidak ada kejahatan, ini bukan berarti semua politik jadi beres, ini bukan berarti bahwa kekayaan akan diberikan kepada umat Tuhan, umat Tuhan akan jaya, sukses, hidupnya akan baik. Hidup tetap sama. Saudara kalau tidak mengerti apa yang Paulus katakan di Roma 1, akan sangat sulit untuk jalani hidup secara realistis. Apa yang membuat kita putus asa? Kita ingin segera tidak malu dengan cara Tuhan mengubah keadaan kita. “Sudahkah Tuhan mengubah keadaan saya? Kalau Tuhan sudah ubah keadaan saya, mengapa saya masih berada dalam keadaan seperti ini, mengapa pernikahan saya belum juga beres? Lalu kita merasa putus asa di sini, itu bodoh. “Mengapa pekerjaanku  belum juga beres”, dan kita putus asa karena itu, itu bodoh. “Mengapa saya terus gagal dalam berelasi?”, dan kita putus asa karena itu, dan itu bodoh. Mengapa bodoh? Karena Tuhan menyatakan lewat Paulus, “saya tidak malu karena Injil meskipun keadaan saya seperti ini sekarang”. Jadi apa yang Injil beritakan? Apa yang dinyatakan dalam berita Injil, mengapa tidak memalukan meskipun keadaan kita tetap memalukan? Waktu Israel di pembuangan, mereka tetap berada dalam keadaan memalukan, tapi Tuhan mengatakan “jangan malu karena Injil, jangan malu karena kabar malu, jangan malu. Aku tidak membiarkan engkau dipermalukan”. Paulus mengatakan di dalam Roma 1, yang membuat dia tidak malu karena Injil, sebabnya karena Injil adalah keselamatan yang Allah berikan.

Ini tema yang sepertinya kita sudah tahu, Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan. Jadi Allah punya kuasa, dan kuasa yang diberikan adalah kuasa untuk menyelamatkan. Kalau saya beritakan ini kuasa yang menyelamatkan, mungkin kita akan mengatakan “iya, saya sudah tahu keselamatan, tadinya neraka sekarang sorga, tadinya dibinasakan oleh Tuhan sekarang mendapatkan bahagia di dalam Tuhan. Saya sudah mengerti, keselamatan itu doktrin dasar, saya sudah tahu dari dulu”. Tapi saya ingin Saudara memahami apa yang Saudara sudah tahu dulu, itu pengetahuan yang benar tentang keselamatan, tapi saya ingin Saudara memasukan pengertian itu di dalam konteks. Apa itu keselamatan? Keselamatan itu dari musuh Tuhan jadi anak Tuhan, dari tidak kenal Tuhan menjadi kenal Tuhan, dari membenci Tuhan menjadi cinta Tuhan, dari tadinya dihukum Tuhan di neraka sekarang masuk sorga di dalam Tuhan. Itu benar, tapi coba masukan dalam konteks ini. Paulus mengatakan Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan. Mengapa Allah perlu menyatakan kuasaNya untuk menyelamatkan? Kuasa macam apa yang Tuhan nyatakan? Di sini perlu perubahan paradigma, ada sesuatu yang sangat revolusioner yang Paulus sedang nyatakan di dalam pengertian Injil. Paulus sedang menyatakan jenis kuasa yang berbeda dengan kuasa yang selama ini kita pahami. Selama ini kita memahami kuasa berarti mampu over-power yang lain, saya punya kekuatan lebih dari yang lain karena kekuatan saya di dalam finansial, atau di dalam skill, atau di dalam kemampuan senjata, atau dalam apa pun, lebih kuat dari yang lain karena itu bisa menaklukan yang lain. Sekarang kalau kita mau melihat apa yang Paulus bagikan, apa itu kekuatan Allah? Kekuatan Allah adalah kekuatan menyelamatkan. Bagaimana cara Allah menyelamatkan? Roma 1, Tuhan menyelamatkan semua orang, pertama-tama orang Yahudi tetapi juga orang Yunani. Apa yang Tuhan lakukan di dalam menyelamatkan? Kalau Saudara melihat latar belakang Kitab Yesaya, maka Saudara akan menyadari bahwa cara Tuhan menyelamatkan Israel adalah dengan membiarkan mereka tetap dalam pembuangan dan menunjukan kemenangan di dalam situasi yang tidak berubah. Ini kuasa Tuhan menyelamatkan orang, membuat orang menjadi milikNya meskipun keadaan tidak berubah. Ini kalimat yang sangat penting untuk kita pahami. Bagaimana Tuhan menunjukan kuasa keselamatan? Dengan cara Dia membuat kita menjadi milikNya meskipun keadaan kita tidak berubah. Keadaan apa yang tidak berubah? Hampir semua tidak berubah. Keadaan apa? Apakah kalau dulu saya jahat sekarang jadi baik? Tidak, waktu Saudara menjadi milik Tuhan, masih jahat, tapi sedang berjuang untuk tidak jahat lagi. Jadi bukan karena Saudara berhasil menjadi baik lalu Tuhan merekrut Saudara menjadi milikNya. Ini kalimat Injil, Injil adalah deklarasi Tuhan bahwa engkau adalah umatNya meskipun kita tetap dalam keadaan yang sama. “Saya tidak sama, pak. Saya bertobat waktu datang kepada Tuhan”, pertobatanmu belum kelihatan. Orang mengaku bertobat, di hari pertama bertobat dia masih kelihatan sama. Memang pelan-pelan dia berubah, tapi dirinya yang lama masih kuat, masih bercokol terus di dalam hatinya. Maka ketika orang mengatakan dia milik Tuhan, dia menjadi milik Tuhan bukan karena dia berhasil melakukan sesuatu untuk jadi milik Tuhan. Tapi karena Tuhan melakukan sesuatu yang sangat besar, yang membuat kita jadi milik Dia meskipun keadaan tidak berubah. Inilah berita sukacita itu, kekuatan Tuhan adalah kekuatan waktu Dia menjadikan kita

milikNya meskipun tidak ada yang berubah dari kita. Kalau kita renungkan ini jadi kalimat yang indah sekali, karena kita hidup di dunia yang terbiasa dengan metode transaksional waktu berelasi dengan orang. Saudara terbiasa untuk beri sesuatu baru dapat sesuatu, “kamu jual saya beli, kamu bayar kamu dapat, kamu kerjakan ini kamu akan dapat”. Tapi Paulus mengatakan “saya tidak malu akan Injil” dan ini berkait dengan Yesaya 45. Dan di dalam Yesaya 45 Tuhan mengatakan “Aku melakukan sesuatu kepadamu meskipun kondisimu tidak berubah. Aku melakukan sesuatu kepadamu hai Israel, meskipun kamu masih di pembuangan”. Ini berita Injil yang Tuhan mau bagikan kepada kita. Tuhan mau melakukan sesuatu kepada kita meskipun kita masih berada di dalam keadaan kita yang sama. Coba bayangkan Saudara dan saya masih sama, tapi sudah berubah. Apanya yang berubah? Pandangan Tuhan kepada kita. Bagaimana kita bisa berubah? Apa yang membuat kita berubah itu dalam kerangka pikir Paulus di Surat Roma adalah pengorbanan Kristus. Paulus mengatakan beberapa kalimat di dalam Surat Roma yang berkait dengan pengorbanan Kristus. Paulus mengatakan bahwa Kristus itu adalah yang menjadi korban, Kristus menumpahkan darahNya, Kristus adalah yang dimatikan, hal-hal seperti ini yang Paulus terus katakan waktu dia menyatakan tentang Injil Tuhan kepada kita. Ketika Paulus mengatakan “inilah berita Injil”, Paulus sedang mengatakan berita Injil adalah pekerjaan Tuhan yang rela mati, rela berkorban kemudian rela mencurahkan darahNya supaya kamu meskipun keadaan sama tapi kamu berubah di hadapan Tuhan. Jadi Saudara dan saya dengan keadaan yang tetap sama, kita menjadi milik Tuhan oleh karena darah Kristus. Waktu Kristus melakukan pengorbananNya, kita dimiliki oleh Tuhan, sehingga kita menerima ini dengan iman. Maksudnya menerima ini dengan iman adalah kita memunyai keyakinan bahwa kita tidak dipermalukan oleh karena Kristus menjadi korban bagi kita. Dan waktu Saudara mengatakan “saya tidak malu karena Injil”, berarti pengorbanan Kristus sudah membuat kita celik, kita tahu apa yang memalukan dan yang tidak. Yang memalukan adalah hal-hal yang membanggakan untuk diri. Yang tidak memalukan adalah kuasa Tuhan yang menyelamatkan saya melalui korban. Jadi Tuhan rela berkorban supaya saya diselamatkan, supaya saya menjadi milik Dia. Siapa saya? Saya adalah orang yang belum berubah, saya adalah orang yang dibuang, saya adalah orang yang tidak memunyai kemungkinan untuk diterima oleh Tuhan. Dalam keadaan rendah seperti ini saya sekarang dimiliki oleh Tuhan. Berapa besar hal ini akan memengaruhi hidup kita? Sangat besar. Kalau Saudara menerima ini dan memahami apa yang saya maksudkan, Saudara tidak lagi merasa bingung dalam kondisi Saudara, keadaan Saudara, dan juga realita yang Saudara alami karena Saudara sudah menjadi milik Tuhan. Injil akan mengubah segala sesuatu, karena sekarang tidak ada lagi saya yang mulia itu. Saya ada di pembuangan, saya ada di tempat yang hina, saya ada di tempat yang tidak semestinya, dan Paulus mengatakan orang Israel itu dibuang karena mengkhianati perjanjian. Dan Paulus mengatakan di padal 1 ayat 18 dan seterusnya, orang-orang Kristen pun atau orang-orang dari bangsa mana pun sudah melanggar perjanjian. Jadi yang melanggar perjanjian bukan hanya Israel tapi semua orang. Tapi bukankah hanya Israel yang mendapatkan Taurat? Israel dapat Taurat, Israel melanggar Taurat, jadi Israel melanggar perjanjian.

Dan waktu Tuhan menyatakan anugerahNya kepada kita, pada waktu itu kita mendapatkan berkat yang sangat limpah karena kita menjadi milikNya. Saudara dan saya dimiliki oleh Tuhan meskipun kita belum mengalami perubahan keadaan dan kondisi. Mengapa kita bisa berubah? Seperti yang saya katakan tadi karena Kristus sudah mengorbankan diriNya untuk kita. Waktu Kristus mati di kayu salib, meskipun sekali lagi Paulus bukan bicara tentang salib tapi Paulus bicara tentang pengorbanan yang tentu otomatis akan mengaitkan dengan salib. Waktu Kristus dipakukan di atas kayu salib, Dia mengerjakan segala sesuatu yang perlu untuk memindahkan Saudara dari pembuangan menjadi milikNya. Meskipun kita belum tersentuh oleh Dia, waktu kita belum percaya, kita tidak pernah mengalami cinta kasih yang besar, kita tidak pernah memahami pengorbananNya, kita tidak pernah sadar betapa besar cinta kasih Dia kepada kita, namun tetap memberikannya kepada kita. Waktu Dia memberikannya kepada kita, Paulus mengatakan inilah berita Injil itu. Jadi kalau Saudara ditanya apa itu berita Injil, saya harap Saudara bisa menjawab seperti apa yang sudah saya jelaskan, yaitu bahwa ketika Tuhan mau mengembalikan posisi kita yaitu kembali kepada Dia, kembali dari pembuangan, kembali dari keadaan disingkirkan Tuhan, diabaikan Tuhan, dibuang Tuhan. Yang membuat kita kembali padaNya adalah pengorbanan Kristus. Kristus berkorban, Saudara dan saya kembali. Kristus berkorban, Saudara dan saya menjadi milik Tuhan. Kristus berkorban, Saudara dan saya dimiliki oleh Tuhan. Jadi apa yang membuat kita dimiliki oleh Tuhan? Bukan keadaan bebas dari pembuangan, tapi pengorbanan Kristus. Pengorbanan Kristus membuat saya menjadi milik Tuhan meskipun keadaan seperti masih dalam pembuangan. Ini berita yang sangat besar karena Saudara dan saya harus mengimaninya untuk dapat mengertinya. Saudara dan saya akan mengatakan “saya sudah menjadi milik Tuhan?”, “sudah”, “tapi mengapa saya masih merasa sama? Apa yang beda dari saya?”. Mungkin Saudara mengatakan “bukannya saya tidak berubah, saya mulai ada perubahan sedikit-sedikit”, tapi saya mau mengingatkan yang Paulus beritakan adalah titik awal ketika Saudara menjadi milik Tuhan dimana perubahan itu belum kelihatan.

Itu sebabnya Paulus mengatakan “saya tidak mau karena Injil, karena Injil saya menjadi milik Tuhan”. “Paulus, kamu seperti orang buangan, kemana pun pergi tidak ada tempat, kamu dimusuhi banyak orang. Sejak menjadi rasul, hidupmu semakin parah”. Kalau Paulus bersaksi tentang hidupnya sebelum dan sesudah kenal Tuhan, kehidupan setelah kenal Tuhan menjadi catatan yang jelek sekali. Sebelum kenal Tuhan, farisi, dihormati, ditakuti, memunyai prestasi, orang yang dianggap penting, anggota sanhedrin. Setelah kenal Tuhan, dicambuk, kapal karam, dilepmar batu, dikira mati, dimusuhi, difitnah, ditangkap, dipenjara, diadili, hampir lepas, ketangkap lagi, lepas, ditangkap lagi, dijatuhi hukuman mati, dipenggal. Bodoh sekali Paulus, “Paulus, berpikir sehat sedikit saja, untuk apa kau hidup seperti ini? Mengapa kamu ikut Kristus?”. Dan kalau Saudara mempertimbangkan secara rasional keuntungan menjadi Kristen, Saudara tidak akan lihat itu. Tidak ada hal yang baik dan membanggakan dengan menjadi Kristen. Maka Paulus mengatakan dengan penuh iman waktu dia berkata “aku tidak malu karena Injil”. “Kamu tidak malu akan Injil? Saya tidak mengerti apa itu Injil, saya tidak lihat apa yang Tuhan sudah kerjakan di dalam diri kamu sebagai sesuatu yang terwujud secara praktis, secara pengalaman, secara empiris kamu tidak bisa mengalami kesenangan apa pun, kamu tetap sama seperti dibuang”. Tapi Paulus mengatakan “kuasa Allah yang menyelamatkan itu yang membuat saya mengerti kuasa Injil”. Jadi ini pengertian yang mendobrak dari Paulus, mengapa dia tidak malu akan Injil, sebab Injil adalah pengorbanan Kristus. Dia berkorban supaya saya menjadi milik Dia. Yang terjadi bukan apa yang saya alami tapi apa yang Dia sudah alami. Kita sering mengalami sesuatu yang begitu gampang, tapi kita tahu berapa berat dan keras kerjaan orang-orang di baliknya. Kita sering mengalami ini, kita sering mengalami hal-hal yang begitu mudah kita nikmati, kita tidak tahu proses yang begitu limpah di baliknya. Saudara bisa dengan mudah menikmati roti dan menelannya, Saudara tidak tahu berapa besar pergumulan yang terjadi sebelumnya, Saudara tidak tahu kesulitan dibaliknya. Kita selalu gampangkan sesuatu sehingga kita sulit menghargai salib Kristus. Mengapa salib Kristus sulit? Karena kita tidak pernah peduli berapa besar proses  yang terjadi untuk Saudara dan saya dipindahkan dari pembuangan menjadi milik Tuhan. Kita hanya menikmati keadaan, hanya tahu “kalau saya alami, baru itu heboh. Keselamatan itu tidak penting karena saya tidak mengalami apa-apa. Saya tidak mendapat apa-apa, saya tidak merasakan sensasi apa pun”. Ini kerusakan yang diajarkan di dalam tradisi Karismatik. Saya tidak mengatakan tradisi Karismatik pasti sesat, tapi ada satu kekurangan besar yang mereka terus gembar-gemborkan yaitu pengalaman pribadi. Kalau Saudara mau pengalaman pribadi menjadi standar, Saudara akan remehkan segala sesuatu. Engkau tidak rasa apa-apa, tapi Yesus merasa tangan dan kakiNya dipaku, Dia rasa kemuliaan Dia dihina, Dia merasa segala hal yang Dia miliki dihancurkan, Dia merasa hidupNya direnggut dari Dia, Dia merasa ketidak-adilan menang, Dia merasa BapaNya berpaling dariNya, Dia merasa segala hal yang paling buruk yang kita takut terjadi sekarang terjadi pada Dia. Dia merasa ditinggal oleh teman-temanNya, Dia merasa pembuangan yang paling parah dirasakan lebih dari siapa pun yang pernah Dia kenal. Dia merasa kubur sudah dekat, Dia merasa kematian sudah akan mengambil Dia. Dan Dia merasa segala sesuatu yang Dia kerjakan akan berakhir pada saat itu. Tapi ketika Dia mati, itu menjadi titik keselamatan kita. Maka jangan anggap remeh apa yang sudah dilakukan oleh Tuhan. Itu yang Paulus lakukan “saya tidak malu karena Injil”, karena di sini ada kuasa Tuhan. Kuasa korban untuk saya berubah status, untuk Saudara berubah status ada korban yang begitu besar. Maka Paulus sedang mengatakan bahwa Injil ini tidak hanya menyelamatkan orang Yahudi, tapi juga orang Yunani. Orang-orang kafir Yunani diselamatkan dengan berita yang sama dengan orang-orang Yahudi yang memberontak melawan Taurat.

Maka orang-orang yang tidak layak seperti kita yang diubah kondisinya bukan karena pengalaman kita tapi karena pekerjaan Kristus, mendapatkan keselamatan di dalam Tuhan meskipun kondisi hidup masih seperti ada di pembuangan. Dan inilah berita besar yang Paulus mau bagikan “Dia sudah selamatkan kamu, maka saya tidak malu dengan berita Injil, saya tidak malu dengan pengorbanan Kristus yang membuat saya menjadi benar”. Dan di dalam ayat 17 Paulus mengatakan “sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: “Orang benar akan hidup oleh iman”, kita akan bahas selanjutnya. Tapi saat ini kita akan fokus dengan apa yang Yesaya katakan. Yesaya memberikan perspektif penting sekali karena Saudara dan saya, engkau dan juga Paulus sedang berada dalam keadaan seperti dibuang di dalam Kitab Yesaya. Namun tiba-tiba perubahan terjadi, Tuhan mengatakan “Aku akan mempertobatkan kamu, Aku akan mengembalikan kamu, Aku akan memberi diri kepadamu”, dan situasi berubah. Namun situasi berubah ini dialami oleh orang-orang Israel yang percaya, di dalam pembuangan. Maka ini menjadi satu dorongan bagi kita, harap kita boleh mengerti bahwa Saudara dan saya berada di dalam kondisi yang sama namun Kristus sudah membuat segala perbedaan. Saudara akan tetap mengalami kekayaan yang sama atau kemiskinan yang sama, pergumulan yang sama, penyakit yang sama.  Keadaan seperti tidak berubah, karena bukan itu yang membuat engkau selamat, yang membuat engkau selamat adalah karya besar dari Kristus. Kalau saya punya keberanian untuk percaya dan tidak malu karena Injil, Saudara juga akan menjalankan hal yang sama. Ini yang Paulus nyatakan di bagian-bagian selanjutnya, secara implisit dia nyatakan di ayat 16. Kalau kamu tidak malu akan Injil, berarti kami akan jalankan Injil. Ketika Paulus mengatakan saya tidak malu karena Injil, kamu harus jalankan Injil. Injil adalah konsep berpikir, salah satunya, Injil adalah konsep berpikir bahwa Allah berkorban untuk saya mendapatkan kesempatan lepas dari pembuangan. Hal yang sama akan saya jalankan apa itu menjalani Inji.

Menjalani Injil berarti saya rela berkorban untuk orang lain mendapatkan kelepasan. Saya bukan orang yang sudah banyak pengalaman di dalam hidup, namun saya pernah alami keadaan sebelum kenal Injil dan sesudah kenal Injil. Sebelum saya kenal Tuhan dan sesudah kenal Tuhan perbedaannya jauh sekali. Saya sangat berharap Saudara mengerti apa yang saya katakan karena saya ingin Saudara menyenangi Tuhan. Kalau Saudara sudah menyenangi Tuhan, tidak ada hal apa pun di dunia ini yang akan menyaingi Dia di dalam memberikan Saudara kesenangan. Uang banyak bisa menyaingi? Tidak, dan saya bisa menikmati meskipun tidak banyak, tapi saya tetap tidak menikmati kesenangan kalau uang bertambah lebih dari pada kalau saya menikmati kesenangan di dalam Injil Tuhan. Dan Saudara akan merasakan ini, “ini hal yang menyenangkan sekali. Karena Tuhan berkorban, saya menjadi milik Dia”. Dan waktu Saudara menyenangi sesuatu, Saudara akan mengadopsi dan menghidupinya bersama-sama. Waktu Saudara menghidupinya bersama-sama, Saudara akan mengerti apa itu perubahan besar yang Paulus katakan di dalam menghidupi Injil. Orang yang sudah mengeri berita Injil akan memunyai konsep yang sama dengan apa yang Tuhan sudah jalankan. Saya korban, orang lain dapat berkat. Ini saja, simple. Kristus berkorban, saya mendapatkan perubahan, saya berkorban, orang lain mendapatkan perubahan. Apakah pengorbanan Saudara akan senantiasa diketahui orang? Mungkin tidak, sama seperti pengorbanan Kristus tidak terlalu disadari oleh banyak orang. Namun ketika saya melakukan itu, saya tahu bahwa saya sedang berbagian di dalam Kristus. Maka Injil Kristus membuat saya diselamatkan dan setelah saya diselamatkan, saya mengadopsi apa yang Dia

kerjakan, saya tidak malu dengan pola ini. Pola berkorban dan orang lain dapat berkat. Waktu Saudara menyadari “saya tidak malu dengan proses Kristus berkorban demi saya”, maka Saudara juga tidak malu untuk jalani itu, berkorban demi orang lain mendapat berkat. Tapi berkorban untuk orang lain mendapat berkat itu susah. Itu cuma slogan dan susah dijalankan, Saudara akan menuntut dihargai, Saudara akan marah ketika pekerjaan Saudara tidak dihargai. Saudara akan tuntut orang lain untuk menghargai berapa besar Saudara sudah berkorban, dan itu adalah sesuatu yang senantiasa kita matikan. Dan ini berat. “Saya sudah mati-matian, tapi mengapa kamu tetap tidak menghargai?”, tidak bisa seperti itu, kamu memang harus mati-matian kalau memahami Injil. Sehingga Saudara menyadari bahwa “saya tidak malu dengan pola ini. Saya tidak malu dengan cara Tuhan menjalankan dunia ini”. Bagaimana cara Tuhan menjalankan dunia ini? Yaitu Dia berkorban dan Saudara mendapat berkat. Bagaimana caranya berbagian di dalam Injil? Saudara berkorban dan orang lain mendapat berkat, simple. Dan inilah cara Tuhan menangani pembuangan, menangani umatNya, dan ini cara yang akan membahagiakan kalau kita jalankan. Kiranya Tuhan memberkati Saudara dan saya, dan kita menjadi orang yang menyadari hidup di dalam menjadi berkat adalah hidup yang berkorban.

(Ringkasan ini belum diperiksa pengkhotbah)