Hidup di dalam Kekudusan Tuhan

(Imamat 10: 1-7)

Ini adalah sebuah perikop tragis, di mana sebelumnya mereka sedang bersukacita luar biasa. Setelah mereka 40 tahun di padang gurun, sekarang Tuhan sungguh memberkati mereka dengan menahbiskan imam bagi mereka. Dulu Musa yang memimpin seluruh tim yang begitu banyak, semua dipegang oleh Musa, semua keimaman dipegang oleh Harun. Sekarang mereka mulai menahbiskan imam-imam. Tapi di pasal 10, mereka berdukacita begitu besar karena mereka melihat imam yang baru mereka tahbiskan sekarang mati. Apa yang sebenarnya sedang terjadi? Kita harus melihat ini dari perspektif Alkitab. Ketika kita membeli barang, semua barang diciptakan pasti ada fungsinya, ada kegunaannya masing-masing. Meskipun kegunaannya tetap bisa disalah-gunakan, tapi semua barang diciptakan ada kegunaannya. Begitu pula dengan manusia. Manusia tidak pernah diciptakan begitu saja tanpa ada fungsinya, karena itu sangat aneh dan sangat bertentangan dengan Alkitab. Scientist sering mengatakan seluruh bumi ini diciptakan dari proses bigbang saja tanpa Tuhan. Yaitu, partikel-partikel molekul kecil yang berkumpul menjadi besar dan meledak. Setelah meledak mulai jadi dunia dan sebagainya. Itu hal yang aneh. Kalau kita mau meledakan gedung atau apa pun, bisakah gedung itu kembali menjadi seperti awalnya? Tidak bisa, segala sesuatu yang meledak akan menjadi berantakan. Bahkan yang lebih aneh dikatakan manusia diciptakan bukan dari Allah, tapi terjadi dengan sendirinya dari ledakan itu. Maka bila manusia diciptakan demikian, manusia akan kehilangan tujuannya. Untuk apa manusia hidup kalau kita semua terjadi hanya karena ledakan? Tapi Alkitab tidak pernah berkata manusia terjadi dengan begitu saja. Alkitab mengatakan dengan jelas manusia diciptakan begitu sempurna dengan tujuannya. Di dalam Katekismus dikatakan ada 2 tujuan manusia yaitu untuk memuliakan Tuhan dan menikmati Dia. Jika manusia lepas dari 2 tujuan ini, maka manusia sudah gagal menjalankan tujuan hidup yang sesungguhnya.


Selain itu, Alkitab juga bercerita bagaimana manusia memiliki fungsi menjadi orang-orang kudus. Maka tema kekudusan di dalam Alkitab adalah tema penting. Selain tema Kerajaan Allah, tema ini juga ditekankan berkali-kali dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Umat Tuhan adalah umat yang harus dikuduskan dan menjadi milik Allah. Ketika saudara menjadi orang percaya, Calvin mengatakan bahwa saudara menjadi umat Tuhan yang kudus, meskipun “kudus” bukan berarti saudara sudah sempurna. Tapi kudus berarti sudah menjadi miliknya Tuhan. Berbicara tentang kekudusan berarti kita bicara mengenai salah satu atribut Allah. Atribut ini yang menjadi pemisah antara Pencipta dan yang dicipta. Dari banyak atribut yang dimiliki Allah Tritunggal Dia hanya membagikan satu atribut yang paling penting kepada manusia yaitu kekudusan. Di dalam Alkitab dikatakan manusia harus menjaga kekudusannya sama seperti Allah yang Kudus. Ini yang membedakan antara Pencipta dan yang dicipta. Pencipta Mahakudus, yang dicipta ini belum kudus sempurna karena jatuh dalam dosa. Oleh sebab itu, Allah ingin manusia hidup kudus dan memuliakan Tuhan.


Di dalam segala hal di dunia, pasti segala sesuatu ada aturan dan hukumnya masing-masing. Demikian juga dengan manusia, ketika saudara hidup tidak sesuai peraturan hidup dari Tuhan, maka saudara keluar dari semua itu dan hidupmu tidak akan berarti. Banyak sekali orang yang mengatakan “saya tidak mau Tuhan. Saya punya kekuatan sendiri. Saya tentukan sesuai diri saya sendiri” Maka yang terjadi adalah kehampaan dan kehancuran demi kehancuran terus dialami oleh manusia. Salah satu aturan mainnya Tuhan adalah umat Tuhan harus hidup kudus. Tidak ada kompromi, itu aturan mainnya Tuhan. Saudara sudah menjadi orang yang percaya kepada Tuhan, maka saudara harus hidup kudus. Kalau saudara tidak hidup kudus, saudara sudah menyalahi aturannya dan tidak lagi menjadi anak Tuhan. Dan hidupmu akan menjadi kacau. Pasal ini membahas kekudusan Tuhan yang tidak bisa dipermainkan sekalipun oleh hamba Tuhan. Kita membaca di bagian ini bagaimana hamba-hamba Tuhan begitu sombong dengan mengatakan “saya sudah menjadi hamba Tuhan maka saya bisa mengerjakan apa pun, saya bisa lakukan apa pun”, mereka tidak sadar sudah menghina kekudusan Tuhan. Bahkan umat Tuhan pun melakukan hal demikian. Mentang-mentang sudah Kristen, sudah dilepaskan dan diselamatkan oleh Tuhan, dan mengatakan bahwa “saya dikasihi Tuhan, maka saya bebas melakukan apa pun.” Tapi Tuhan tidak mau demikian, Tuhan mau hidup kita ada aturan mainnya. Ketika kita keluar jalur maka hidup kita tidak lagi memuliakan Tuhan dan tidak lagi sesuai fungsinya.


Kita melihat dalam hal ini beberapa aspek mengenai kekudusan Tuhan. Pertama adalah kekudusan menuntut ketaatan. Saudara tidak bisa mendapatkan kekudusan dari Tuhan kalau tidak taat kepadaNya. Kita lihat dalam ayat pertama, Nadab dan Abihu, mereka masing-masing memberikan persembahan dari perbaraannya. Saat itu, ketika orang Israel mau mempersembahan korban, mereka tidak bisa sembarangan menyalakan api lalu langsung membakar korban. Imam harus mengambil satu api yang khusus milik Tuhan. Api ini api yang kudus, di satu tempat perbaraan yang selalu menyala. Tapi yang dilakukan Nadab dan Abihu adalah menyalakan api sendiri, bukan dari apinya Tuhan. Tentu saja hal ini tidak diperintahkan oleh Tuhan. Bahkan, Matthew Henry mengatakan mereka tidak diperintah untuk membakar korban. Sudah menjadi ketetapan orang-orang Israel ketika imam mau memberikan persembahan, harus menunggu perintah dari Musa atau Harun. Tapi di sini tidak ada perintah Musa dan Harun. Niat hati mau memberikan persembahan, mereka malah dikutuk oleh apinya Tuhan. Hal-hal yang tidak Tuhan perintahkan, tidak bisa dikerjakan, karena itu bukan keinginan Tuhan. Ketaatan adalah mengikuti dan melakukan apa yang Tuhan perintahkan. Respon dari Tuhan ketika melihat Nadab dan Abihu melakukan apa yang tidak diperintahkan Tuhan adalah Tuhan menghukum mereka. Ini menjadi contoh hidup kita dalam Kekristenan, khususnya adalah ketika kita melayani Tuhan. Apakah Saudara sungguh-sungguh melakukan perintah Tuhan atau Saudara melayani Tuhan hanya ikut-ikutan? Segala hal yang Tuhan tidak perintahkan, segala yang Tuhan kehendaki supaya saudara tidak lakukan, saudara tidak boleh lakukan. Di dalam Matius dikatakan bahwa orang bisa saja membuat mujizat, orang bisa saja berbahasa seperti bahasa roh, terlihat begitu suci dan saleh di hadapan Tuhan. Tapi Tuhan mengatakan mengusir mereka karena mereka melakukan hal yang tidak diperintahkan Tuhan, melakukan hal yang bukan bagiannya disuruh oleh Tuhan. Nadab dan Abihu tidak melakukan yang disuruh Tuhan, maka Tuhan menghukum mereka dengan begitu keras.


Kemudian, ketaatan juga berarti kita melakukan segala sesuatu sesuai dengan caranya Tuhan. Saudara di dalam kehidupan ini tidak bisa mencari segala sesuatu dengan cara sendiri ataupun ikut cara dunia. Belanda dulu negara yang sangat reformed, tapi sekarang sudah berubah menjadi negara LGBT karena tidak mencari cara Tuhan, tapi caranya sendiri. Kesalahan mereka adalah tidak membedakan orangnya dengan dosanya. Mereka mencampurkan semuanya dan menerima semuanya. Alkitab tidak mengatakan demikian. Kita mengasihi sesama kita, bukan mengasihi dosa mereka. Dosa harus ditegur dan bukan untuk dikasihi. Tapi kebablasan karena sekarang seluruh dunia memiliki cara untuk mengasihi semuanya. Akhirnya lambat laun gereja-gereja mulai rontok imannya, karena mereka mencari cara dunia. Bagaimana cara mengembangkan gereja? Pakai cara entertainment. Firman Tuhan digeser, bahkan sudah tidak ada salib di dalam gereja. Salib adalah simbol yang sangat penting di dalam gereja, karena iman manusia membutuhkan aspek simbol untuk terus dapat mengingatkan manusia. Manusia adalah manusia yang cepat lupa, dan kita diberikan indera oleh Tuhan agar bisa mengingat terus karya Tuhan. Maka di dalam gereja perlu ada salib. Perlu ada firman Tuhan untuk mengingatkan manusia kembali kepada Tuhan. Tapi ini semua sudah hilang, khotbah hanya menjadi hal moralitas saja dan sangat sedikit bagiannya di dalam ibadah. Gereja mau jadi apa? Gereja dipakai untuk berbisnis. Jemaat bergereja tidak sesuai dengan caranya Tuhan. Bahkan datang ibadah pun sering telat. Segala hal baik gereja, ibadah, berdoa, bahkan firman Tuhan, dipakai manusia sesuai dengan keinginannya sendiri dan tidak ikut aturan Tuhan. Ibadah bukan hanya firman Tuhan saja, ibadah itu dari awal sampai akhir, musik termasuk ibadah. Menurut Martin Luther, musik dan firman Tuhan dapat disejajarkan. Dia mengatakan bahwa di dalam musik terkandung pengakuan iman dan firman Tuhan yang kita percaya dalam hati. Maka pujian dalam ibadah juga penting, tidak bisa asal memilih lagu. Kita harus melakukan semuanya sesuai dengan caranya Tuhan. Ketika kita taat kepada Tuhan, kita melakukannya dengan totalitas. Tidak ada ketaatan setengah-setengah, mau taat pada satu bagian saja dari firman Tuhan. Tidak ada yang seperti itu. Taat berarti seluruhnya, ketika saudara taat setengah itu sama dengan tidak taat. Taat berarti seluruh kehidupanmu diberikan kepada Tuhan. Kita lihat hal ini di dalam kehidupan imam. Mereka baru ditahbiskan menjadi imam, artinya hidup mereka dikhususkan semuanya untuk Tuhan. Karena itu ketika Nadab dan Abihu mati, Musa tidak menyuruh Harun, untuk mengangkat mereka. Hidup imam seluruhnya harus kudus untuk Tuhan. Bagi orang Israel, ketika bersentuhan dengan mayat, itu berarti tidak kudus, najis. Maka ketika Nadab dan Abihu mati, papanya sendiri tidak bisa angkat karena itu najis. Maka seluruh kehidupannya harus dipersembahkan kepada Tuhan.


Kedua, Harun tidak boleh mengangkat anaknya sendiri karena itu berarti berpihak kepada orang yang salah dihukum Tuhan. Oleh sebab itu, di ayat 3 dikatakan “Harun berdiam diri”. Di sana ia melihat dua anaknya mati saat itu juga. Anak-anak yang memiliki potensi begitu besar, tapi mereka dibunuh Tuhan. Di sini Harun tidak boleh berkabung. Apakah Tuhan kejam? Tentu tidak karena perkabungan bagi orang Israel berarti mereka harus memberikan abu di kepalanya, itu bicara tentang kenajisan juga. Ketika orang dinyatakan najis, mereka menaruh abu di kepalanya. Maka, ketika Harun berkabung, berarti ia melanggar perintah Tuhan dan bisa dibunuh juga. Oleh karena itu kita melihat bahwa seluruh kehidupannya diserahkan kepada Tuhan. Ini hal yang sangat berat, ketika kita menyerahkan kehidupan kita kepada Tuhan berarti kita tidak mengikuti keinginan kita. Saudara harus serahkan semua keinginanmu, ambisimu, hal yang saudara miliki, kepada Tuhan karena itu semua milik Tuhan. Maukah engkau serahkan kepada Tuhan? Ada dua hal terbesar menjadi hambatan seseorang menjadi Kristen. HPertma, P  Pertama, menganggap bahwa menjadi orang Kristen berarti saya harus menjadi kaya. Kalau saya miskin, saya tidak bisa ke gereja karena akan minder dan malu. Kedua, menjadi orang Kristen takut miskin. Orang Kristen harus banyak memberikan persembahan, mengorbankan ini dan itu, takut jatuh miskin. Maka harta kekayaan menjadi problema paling besar orang menjadi Kristen, karena ikut Tuhan tidak mau mempersembahkan semua. Padahal Tuhan mengatakan “kasihi Tuhanmu dengan seluruh hidupmu, tenagamu, waktumu, pikiranmu, apa pun yang kamu punya serahkan kepada Tuhan”. Kemudian di ayat ke-5 dikatakan mereka masih berpakaian kemeja. Imam dikhususkan dari orang-orang Israel yang lain dengan cara diberikan pakaian yang khusus. Pakaiannya kudus yang Tuhan perintahkan. Karena simbol imam itu berarti mereka harus menjadi perwakilan manusia kepada Tuhan dan perwakilan Tuhan kepada manusia. Maka mereka memiliki otoritas dan identitas khusus sehingga mereka harus dikhususkan. Demikian juga orang Kristen, ketika kita percaya kepada Tuhan, kita punya identitas khusus. Kita tidak sama dengan dunia ini, kita punya mandat khusus untuk menjadikan seluruh Kerajaan Tuhan di bumi. Tapi kita lihat bahwa otoritas ini sudah disalah-mengerti, imam punya otoritas dari Tuhan tapi dia pakai untuk melawan Tuhan. Kita punya harta, kita pakai harta untuk melawan Tuhan. Kita bisa pakai seluruh kehidupan ini untuk melawan Tuhan. Otoritas yang sudah Tuhan percayakan itu tidak bisa sembarangan dipakai. Berkat Tuhan bukan tiket terusan, sekali diberkati maka seterusnya diberkati. Itu yang terjadi kepada Israel, ketika mereka disertai Tuhan tapi namun memberontak kepada Tuhan, melakukan apa yang mereka ingin lakukan sendiri, akhirnya Tuhan tidak lagi menyertai mereka. Karena itu kita harus sungguh-sungguh dalam mengikuti firman Tuhan. Gereja diberkati Tuhan bukan karena bukan karena hamba Tuhannya, tapi karena jemaat yang bertanggung jawab di hadapan Tuhan. Kita lihat kekudusan ini menuntut pada ketaatan. Seluruh hidup kita, semuanya taat di hadapan Tuhan, melakukan apa yang diperintahkan Tuhan. Oleh sebab itu, kita harus terus bergantung kepada Tuhan.


Kedua kekudusan menuntut hal yang bersifat individual. Tidak bisa kekudusan itu bicara mengenai transfer kekudusan dari satu orang ke orang lain. Kekudusan bicara apa yang ada di dalam hatimu, itu tidak terikat oleh keluarga. Keluarga tidak menjamin engkau menjadi orang yang kudus. Kita melihat Nadab dan Abihu memiliki ayah seorang Harun dan paman seorang Musa yang dikuduskan oleh Tuhan. Kita lihat keluarga ini sangat diberkati Tuhan, tapi itu tidak menjamin mereka hidup kudus.


Semua orang bisa jatuh, tidak ada satu pun dari kita yang kebal terhadap dosa. Martin Luther mengatakan tidak ada seorang pun yang bisa memainkan dosa, tapi dosa itu mengikat dan mempermainkan manusia. Oleh karena itu, kekudusan bukan bicara keluarga siapa, bukan bicara keanggotaan gereja mana, bukan bicara seberapa banyak hartamu, bukan bicara seberapa besar kedudukan dan kuasamu, tapi kekudusan bicara hati sendiri seperti apa. Semua tentang kekudusan adalah tentang diri sendiri di hadapan Tuhan. Oleh karena itu kita jangan malas untuk melihat apa isi Alkitab, jangan malas untuk terus belajar firman Tuhan. Belajar firman Tuhan bukan hanya dari mulut pengkhotbah, bukan hanya ketika datang PA atau ibadah Minggu tapi dari Senin sampai Sabtu saudara tidak pernah membaca firman Tuhan, itu tidak ada gunanya. Karena Tuhan ingin kita bertumbuh setiap hari dengan firman Tuhan. Kita harus mengingat terus firman Tuhan, mengingat terus kebaikan Tuhan setiap hari. Jadi kekudusan adalah hal yang sangat individualistik. Saudara tidak bisa hitung-hitungan transfer kekudusan dari pihak lain. Alkitab tidak pernah menyatakan kekudusan ditransfer dari orang ke orang. Kekudusan bergantung pada diri sendiri, bagaimana saudara mengalami Firman Tuhan dan bertumbuh di hadapan Tuhan.


Ketiga, kekudusan berbicara tentang sikap hati. Dosa bagi orang Kristen berbeda konsep dengan orang lain. Mereka berkata dosa itu tentang baik dan buruk, urusan moral. Namun, Alkitab mengatakan dengan jelas bahwa dosa bukan hanya baik dan buruk tapi tentang status, tentang hatimu. Dosa di Kitab Imamat bicara tentang sikap hati kita kepada Tuhan. Saudara bisa saja terlihat baik dari luar, tapi hatimu busuk di dalam. Seperti yang dikatakan Tuhan Yesus “saudara seperti kuburan indah yang di dalamnya ada tulang-belulang”. Sejak awal, Adam dan Hawa berdosa karena kondisi hati mereka melawan Allah. Jadi dosa Adam dan Hawa bukan makan buah tapi ketika hati mereka melawan Tuhan dengan memakan buah itu. Mereka sudah meragukan Tuhan dengan mengatakan “betulkah perintah Tuhan, betulkah firman Tuhan seperti itu?”, mereka ragu dan mulai terpengaruh hatinya untuk mengambil buah itu. Maka hati mereka melawan Tuhan, bukan perbuatan makan mereka yang menjadi masalah dalam dosa mereka, tapi dalam hati mereka sungguh-sungguh melawan Tuhan. Ketika Kain mempersembahkan korban kepada Tuhan, yang dilihat bukan karena korbannya apa. Ada yang mengatakan “mungkin karena Kain memberikan persembahan hasil pertanian maka Tuhan tidak menerima korban dia”, tapi  Imamat mengatakan ada korban dari hasil pertanian. Jadi bukan tentang Kain mempersembahkan apa, tapi tentang hati Kain sungguh-sungguh atau tidak di hadapan Tuhan. Nadab dan Abihu ketika mereka mempersembahkan itu, mereka tidak sungguh-sungguh di hadapan Tuhan dan mempermainkan Tuhan. Mereka sombong, “sekarang saya sudah menjadi hamba Tuhan, saya sudah menjadi pemimpin Israel, maka saya bisa lakukan itu”. Jadi dosa bicara tentang kondisi hati kita melawan Tuhan. Hati yang melawan Tuhan ini ada di dalam setiap diri kita. Oleh karena itu disebut dosa turunan. Kita semua punya hati untuk egois dan tidak mementingkan Tuhan. Itu yang dikatakan Kitab Imamat, natur egois yang menjadi dosa besar di hadapan Tuhan. Karena semua dosa itu dimulai ketika kita melihat kepada diri.


Oleh karena itu kekudusan dalam Kitab Imamat dibagi menjadi 2, ada yang outer holiness, kekudusan dari luar, ada inner holiness yang berarti dari dalam, dari hati manusia. Dua hal ini dituntut oleh Tuhan. Mungkin saudara bisa sembunyikan kekudusan di luar, tetapi Allah mengerti seberapa kudus saudara sampai ke dalam hati. Kita melihat Nadab dan Abihu langsung disambar api, api yang sama yang telah menyambar korban bakaran, sekarang menyambar Nadab dan Abihu. Orang akan bertanya apakah Tuhan tidak punya belas kasihan? Bukan masalah belas kasihan tapi Tuhan mau menegaskan dosa tidak main-main. Ada orang Kristen yang berpikir, “berdosa tidak apa-apa, nanti kalau minta ampun kepada Tuhan, Tuhan akan ampuni kan. Sekarang saya mau senang-senang menikmati hidup saya, nanti kalau sudah mulai tua, sudah mulai sakit, saya minta ampun kepada Tuhan, pasti saya akan diterima”. “Jadi muda kaya raya, mati masuk sorga”, itu impian semua orang. Saudara tidak sadar seberapa besar dan berat konsekuensi dosa di hadapan Tuhan. Ketika saudara mempermainkan Tuhan, Ia akan bertindak dengan sangat keras. Allah kita adalah Allah yang kasih, tapi Ia juga adalah Allah yang adil. Aspek keadilan ini sering dilupakan orang walaupun sama pentingnya.


Dalam perikop selanjutnya, Itamar dan Eliazar juga salah memberikan persembahan. Musa memarahi mereka begitu besar namun Allah tidak membunuh mereka karena kesalahan mereka bukan tentang hati yang melawan. Tapi Nadab dan Abihu melakukan kesalahan karena hati yang melawan Tuhan maka mereka dihukum oleh Tuhan. Semua manusia sudah berdosa, itu yang dikatakan oleh Kitab Roma, manusia sudah jatuh dalam dosa dan hati manusia sudah memiliki natur egois, saudara tidak mungkin selamat tanpa Kristus. Hidup saudara sudah diikat oleh dosa dan keegoisan, saudara tidak mungkin bersama Tuhan tanpa Kristus. Karena itu Kristus datang ke dalam dunia ini membereskan masalah kekudusan manusia. Karena ketika Dia datang, Dia mati di atas kayu salib, Dia memberikan kekudusanNya kepada manusia, menggantikan kita. Seharunya kita dihukum, tapi Tuhan menggantikan kita. Setelah Tuhan bangkit, mendapat kemuliaan, kita ditarik oleh Tuhan ikut dalam kemuliaan dan kekudusan Dia. Tidak ada solusi lain di dalam seluruh kekudusan hidup, solusinya hanya Kristus, solusinya firman Tuhan, hidup saudara akan berjalan di jalan yang benar. Firman Tuhan membuat kita menjaga hati dan hidup kita. Maka kita harus kembali kepada Tuhan, kepada Alkitab, kepada kebenaran firman Tuhan, maka hidupmu akan menjadi berkat bagi banyak orang.


Bagaimana dengan sikap hati kita? Ketika saudara berhadapan dengan Kristus, apa yang saudara pikirkan? Ketika saudara datang ke gereja, hatimu seperti apa?”. Saudara pikir dengan cara sendiri dosa saudara bisa diampuni? Tidak, semua sesuai dengan caranya Tuhan. Apakah saudara sungguh-sungguh taat kepada Tuhan? apakah hidup saudara sungguh-sungguh kudus di hadapan Tuhan? Kalau tidak, segera minta ampun kepada Tuhan. Minta ampun bukan berarti mengatakan “Tuhan, ampuni saya”, tapi setelah itu melakukannya lagi, itu mempermainkan Tuhan. Pertobatan berarti engkau berbalik 180 derajat dari hidupmu yang lama. Itu baru namanya minta ampun. Alkitab mengatakan firman Tuhan akan mengubah hati dan hidup manusia. Sudah berapa banyak Firman yang saudara dengar, apakah hatimu berubah, atau selama ini hatimu begitu-begitu saja? Itu yang harus kita perhatikan bersama-sama. Kekudusan berbicara mengenai sikap hati kita, ketaatan, diri kita di hadapan Tuhan. Dan kiranya kita sebagai gereja-Nya yang kudus dan am, dipisahkan dari yang tidak percaya Tuhan. Bukan berarti tidak bisa bergaul dengan mereka, tapi tujuan dan fungsi hidup kita berbeda dengan mereka. Orang lain mencari kesenangan hidup, saudara mencari kesenangan Tuhan. Orang lain mencari kemuliaan diri, saudara mencari kemuliaan Tuhan. Kiranya ini dapat membuat kita semakin berpikir selama ini hati kita seperti apa. Dan ke depan mari bersama-sama kita sebagai satu gereja Tuhan, memiliki satu hati di hadapan Tuhan untuk mengerjakan pekerjaan yang diberikan Tuhan.

(Ringkasan ini belum diperiksa pengkhotbah)

Apakah itu Kematian?

Tema utama dari Surat Roma adalah Injil. Injil dinyatakan untuk memberikan pengharapan, Injil diberikan untuk membuat orang sadar bahwa diri mereka yang sekarang adalah yang tanpa harapan dan diri mereka perlu solusi dari Tuhan. Paulus memakai interaksi antara segala problem yang dibagikan dalam kitab nabi-nabi dengan solusi yang juga dinyatakan oleh kitab nabi-nabi. Paulus tidak mendirikan teologi yang mulai dari nol, Paulus tidak membangun pemikiran yang lepas dari pemikiran sebelumnya. Dia membangun di atas pemikiran para nabi dan para penulis Taurat, Mazmur dan lain-lain. Seluruh penulis Perjanjian Lama memberikan dasar untuk Paulus lanjutkan. Maka tema problem dan solusi adalah tema yang Paulus bahas di dalam Surat Roma, ada problem dan ada solusi. Apakah ada kabar baik? Kabar baik adalah ada solusi terhadap problem yang kamu alami. Tapi manusia tidak akan merasa dia akan mengerti solusi kalau dia tidak mengerti problem, dia tidak akan merasa senang dapat solusi kalau dia tidak tahu problemnya. Orang tidak tahu problem mereka, maka mereka tidak melihat pengharapan di dalam berita Injil. Kalau Saudara salah mengerti problem, Saudara akan salah punya pengharapan. Dan waktu kita ingin sesuatu yang Tuhan tidak janjikan, akhirnya antara apa yang kita ingin dengan apa yang Tuhan janjikan, tidak klop. Dan kalau ini tidak sama, maka Saudara sulit punya pengharapan. Dan Paulus menafsirkan dengan sangat tepat bahwa para nabi berbicara tentang problem utama yaitu mati.

Problem utama manusia adalah kematian. Dan kematian ini bukan sekedar keadaan mati secara fisik, tapi kematian ini berada dalam keadaan tidak bisa keluar dari belenggu yang keras yang menjauhkan kita dari Tuhan. Ketika orang memutuskan jauh dari Tuhan, dia tidak hanya jauh dari Tuhan saja, tapi dia akan masuk dalam kekuatan besar yang menarik dia jauh dari Tuhan. Sekali orang memutuskan jauh dari Tuhan, maka akan ada kuasa besar yang tarik dia jauh, inilah kuasa kematian. Dan kuasa kematian seringkali disampaikan dalam bentuk metafora atau gambaran. Banyak gambaran menggambarkan tentang kematian. Di dalam Perjanjian Lama, kematian dilukiskan sebagai kuasa yang sudah aktif sejak kita masih hidup. Kematian bukan sesuatu yang terjadi setelah kita tidak berfungsi normal secara fisik. Perjanjian Lama tidak tertarik membahas kematin fisik saja. Perjanjian Lama membahas kematian di dalam banyak gambaran. Dan salah satu gambaran adalah tenggelam, ditelan dan gambaran lain adalah dibuang. Pembuangan identik dengan kematian, waktu Israel menolak Tuhan dan menyembah berhala, Tuhan buang mereka. Dan pembuangan ini membuat mereka tidak hidup. Maka Perjanjian Lama sebenarnya menjelaskan dalam bentuk gambaran yang indah sekali dan menakutkan. Indah karena membuat kita mengerti begitu banyak cara Tuhan berkomunikasi dengan kita. Menakutkan karena ternyata yang dikomunikasikan adalah keadaan kita yang mati. Waktu Israel dibuang ke Babel, waktu itu ada gambar kematian yang dibagikan oleh Yesaya, Yeremia, maupun Yehezkiel. Di dalam Yehezkiel dikatakan dia melihat tulang-belulang manusia dan Tuhan mengatakan “inilah Israel”. Israel seperti tulang-belulang, mereka sudah mati meskipun mereka hidup di Babel. Mereka mati karena mereka tidak punya Tuhan. Mereka mati karena mereka tidak menikmati apa yang Tuhan mau berikan di dalam hidup. Saudara jangan salah kenal Tuhan. Tuhan adalah Allah yang mau memberikan kelimpahan di dalam hidup. Tapi kelimpahan Tuhan sering disalah-mengerti. Orang pikir kelimpahan yang Tuhan berikan adalah sesuatu yang sulit, kosong dan menyedihkan, karena kita lebih senang kelimpahan palsu dari dunia ini. Dunia menawarkan kelimpahan palsu dan itu yang kita mau tangkap. Tapi Tuhan menyatakan “kamu mati kalau kamu tidak ada di dalam Tuhan”. Kematian seperti ini adalah kematian yang tidak terasa di dalam hidup manusia, kecuali manusia menyadari berkat yang Tuhan berikan kemudian. Ini gambaran yang sangat indah di dalam Surat Roma. Kalau kita berada dalam keadaan rusak dan mati, jauh dari Tuhan, kita tidak tahu berapa indahnya hidup, kita tidak tahu berapa indahnya berada di dalam Kristus, karena kita tidak pernah punya pembanding. Saudara hanya punya satu cara hidup, satu cara memandang dan satu cara memandang pengalaman yaitu berada di luar Tuhan. Dan waktu kita menjalani seperti ini, kita seperti punya kesenangan, seperti bisa punya pengharapan, seperti bisa punya kekuatan, seperti bisa punya makna, tapi itu semua palsu. Kemarin saya mendapat berkat dari perspektif Vik. Jethro bahwa gambaran yang Alkitab berikan berupa cerita adalah gambaran untuk membuat kita bercermin. Cerita Alkitab bukan jendela untuk melihat kita keluar, tapi cerita Alkitab adalah cermin untuk membuat kita melihat diri kita, baru kita sadar diri kita begitu jelek, diri kita begitu kotor, diri kita tidak ada pengharapan, diri kita perlu Tuhan tapi kita malah menyembah berhala. Berapa bodohnya penyembahan berhala itu. Ketika orang membentuk dari kayu atau batu lalu sujud pada apa yang dia bentuk, bukankah itu kebodohan yang besar. Semua hilang karena semua sudah melakukan apa yang mereka mau. Semua orang mengerjakan kehendaknya sendiri, akhirnya tidak ada yang tunduk kepada Tuhan dan manusia menjadi hancur dan rusak. Itu sebabnya Paulus menekankan bahwa problem utama manusia itu mati.

Kalau problemnya mati, karena kehidupan yang rusak ini, bagaimana ada solusi? Solusi dari kematian bukan hidup, karena hidup tidak ada ketika orang sudah mati. Solusi dari kematian adalah bangkit. Itu sebabnya Paulus mengatakan di Surat Roma “saya memberitakan Injil dan Injil itu adalah Sang Kristus dinyatakan secara kedagingan sebagai keturunan Daud”. Dari daging keturunan Daud, tapi dari Roh Kekudusan Dia adalah Anak Allah yang berkuasa yang dibangkitkan dari antara orang mati. Siapa Kristus? Anak Daud secara fisik. Siapa Kristus? Anak Allah, mengapa Dia disebut Anak Allah? Karena Dia bangkit. Jadi kebangkitan Kristus adalah solusi, kunci untuk hidup yang beres kembali. Saudara jangan percayakan hidup yang beres dengan cara-cara dan teknik yang ada di dunia ini. Dunia ini puany versi kw dari kasih, keadilan, kekudusan. Sehingga kalau tidak dari Tuhan, semua versi itu akan menyeleweng dan akhirnya rusak. Semua orang perlu Kekristenan, semua orang perlu the resurrection one, kalau pakai bahasa teologi. Semua orang perlu Dia yang sudah bangkit. Indonesia perlu apa? Indonesia bukan perlu apa-apa, tapi Indonesia perlu siapa. Siapa yang diperlukan Indonesia? Indonesia perlu Dia yang bangkit karena Indonesia sedang mati. Manusia perlu Dia yang bangkit, karena kita semua sedang mati. Kita mati karena kita tidak peduli Tuhan. Ini berita yang sangat penting untuk kita pahami. Kita mati bukan karena kita melakukan tindakan yang jahat terlebih dahulu. Kita mati karena kita berhenti beribadah kepada Tuhan, berhenti menyembah Tuhan, berhenti dibentuk Tuhan, berhenti menikmati Tuhan di dalam datang kepada Tuhan. Waktu Israel diperbudak dengan kejam di Mesir, mereka tidak punya harapan. Lalu mereka mengatakan “oh Tuhan, kami minta Tuhan bebaskan kami”, dan Tuhan benar-benar bebaskan mereka. Bagaimana cara Tuhan membebaskan mereka? Dengan cara melepaskan mereka dari belenggu Mesir kemudian letakan mereka ke dalam keindahan memperhamba diri dalam beribadah kepada Tuhan. “Aku akan keluarkan kamu dari Mesir supaya kamu beribadah kepadaKu di gunung ini”, Tuhan mau Israel beribadah kepada Tuhan di Gunung Sinai. Mengapa mesti beribadah? Karena ini jalan keluar dari mati. Kamu tadinya mati di Mesir, tapi kamu akan menikmati hidup dalam beribadah kepada Tuhan. Itu sebabnya di pasal 1 ini Paulus menjelaskan kalau manusia berhenti beribadah kepada Tuhan, mereka akan beribadah kepada berhala. Tuhan pasti akan diganti oleh berhala, karena kita adalah ciptaan Tuhan yang secara unik memunyai tempat, waktu dan perspektif. Saudara dan saya unik karena kita ini lokal, ini tema yang ditulis oleh Craig Bartholomew dalam buku yang berjudul “Where The Mortals Dwell”, dimana para mortal itu berdiam, mortal itu maksudnya adalah manusia. Manusia perlu tempat dan tempat kita terbatas. Saudara pasti akan menempati tempat, tidak mungkin tidak. Kalau Saudara ingin melintasi batas Saudara dan ingin menjadikan diri Saudara semacam ilah, Saudara akan jatuh dalam ilusi yang menyedihkan. Saudara harus tahu keterbatasan dan Saudara perlu yang lain, Saudara perlu komunitas, Saudara perlu orang-orang di sekitar Saudara, tapi yang jauh lebih penting adalah Saudara perlu Tuhan. Karena kalau tidak ada Tuhan, kita akan terus terbatas. Dan kalau kita perluas keterbatasan kita dengan berelasi dengan manusia, kita tetap hanya punya perspektifnya ciptaan, kita tidak punya perspektif sang pencipta. Dan untuk ciptaan melihat dari perspektif sang pencipta itu mustahil. Person perlu person, pribadi perlu pribadi, perlu ada relasi antar kelompok atau pribadi supaya kita bisa menjadi manusia. Tapi lebih dari itu kita juga perlu relasi antara kita dengan Allah yang saling berelasi, Allah Tritunggal. Kalau kita tidak percaya Allah Tritunggal, kita hanya berelasi dengan sesama manusia, kita pasti akan kosong hdupnya. Orang yang tidak beribadah kepada Allah Tritunggal akan kosong hidupnya, sadar atau tidak sadar, inilah kematian. “Kalau begitu saya akan menyembah berhala, saya akan mengganti Tuhan dengan yang palsu. Lalu saya sendiri menjadi kosong karena yang palsu itu”. Kekosongan terbentuk di dalam kebobrokan berelasi.

Maka Paulus mengaitkan antara kecemaran tidak beribadah kepada Tuhan dengan kecemaran penyimpangan seksual. Penyimpangan seksual adalah tanda penyimpangan yang parah sekali, ini yang ditekankan di dalam Surat Roma. Kita tahu yang ditekankan di dalam sejarah, termasuk zaman kita sekarang, banyak orang yang menekankan kewajaran relasi homoseksual. “Ini kan kecenderungan yang dulu dianggap tidak boleh, sekarang boleh”. Saya akan kritik pendapat itu dengan mengingatkan dari dulu homoseksualitas itu sudah kontroversial. Di dalam sejarah ada seorang yang bernama Sappho, ini adalah seorang sastrawan Yunani Kuno, dia berasal dari Pulau Lesbos. Pulau Lesbos ada di Laut Aegean, dekat ke Turki. Sappho seorang perempuan, penyair yang pintar sekali, dia seringkali memberikan pernyataan kasih erotis antara dia dengan perempuan lain. Dia terus bicara tentang relasi antara perempuan dan perempuan dengan cara yang penuh hawa nafsu, dengan keindahan cinta dan juga seksualitas. Sebab itu orang curiga dan membaca karya ini dan mengatakan “mengapa kamu mendukung perempuan dengan perempuan, mengapa tidak perempuan dengan laki-laki?”, lalu dia mengatakan dalam pembahasannya bahwa banyak sekali keindahan di dalam perempuan yang hanya perempuan bisa pahami. Sehingga kalau perempuan dekat dengan perempuan, mengagumi, saling menikmati tubuh masing-masing, itu indah sekali. Dia bahas puisi sehingga banyak sekali kontroversi, ada yang mengatakan Sappho tidak bermaksud menekankan relasi perempuan dengan perempuan, tapi sebagian mengatakan Sappho adalah pendorong relasi antara perempuan dengan perempuan. Sappho dari Lesbos, berarti dia penduduk Lesbos, penduduk Lesbos disebut dengan Lesbian, kata itu mulai dari situ karena karya atau pekerjaan Sappho. Dia mendorong relasi yang indah antara perempuan dengan perempuan, atau dalam tradisi ada Kaisar Hadrian, ini adalah kaisar yang memerintah di awal abad ke-2. Kaisar Hadrian sangat jatuh cinta dengan anak muda yang bernama Antonius. Kaisar Hadrian bertemu dengan Antonius ketika berada di sebuah perayaan, dia lihat anak muda ini dan dia tanya siapa anak muda itu, orang mengatakan anak muda itu bernama Antonius, dia sedang belajar untuk menjadi seorang yang berguna di masyarakat, dia masih muda, baru memasuki usia awal 20. Kemudian Hadrian mengatakan “saya ingin berbicara dengan dia”. Lalu mereka berdua menjadi akrab dan kemana-mana Hadrian pergi, dia akan mengajak Antonius. Kemana Hadrian pergi, di situ ada Antonius. Relasi mereka semakin dekat, Hadrian menunjukan kepada Antonius segala yang dia kerjakan sebagai kaisar dan dia jauh lebih dekat dengan Antonius dibandingkan dengan siapa pun. Kemudian dia menyatakan kekagumannya kepada Antonius, dia mengatakan “kemudaan Antonius, gantengnya dia, fisiknya dia, semuanya tidak bercacat, sehingga saya tidak pernah kekurangan kesukaan memandang dia. Saya tidak pernah ingin ada momen tidak melihat dia”, ini ekspresi yang menakutkan. Lalu Antonius mengalami kecelakaan, tenggelam dan meninggal. Kaisar Hadrian sangat kosong hidupnya dan mengatakan “saya ingin Antonius hidup selama-lamanya, maka saya harus menjadikan dia dewa yang melihat saya, mengamati saya, dan tetap dekat di hati saya”, ekspresi homoseksual seperti ini sangat wajar sepertinya berada di dalam tradisi Roma. Tapi yang melawan kebiasaan ini juga ada, ada orang bernama Asirtophanes dari Yunani, dia menghina semua bentuk homoseksualitas sebagai penyelewengan dari natur, “kamu tidak bisa mengesahkan relasi homoseksual dan mengatakan ini alami. Secara fisik pun itu sudah tidak mungkin bisa. Kamu tidak bisa menikmati seks kecuali kamu adalah laki-laki dan perempuan. Laki-laki dan laki-laki tidak mungkin menikmatinya dengan cara yang wajar, perempuan dengan perempuan tidak mungkin menikmatinya dengan cara yang wajar. Perbedaan antara laki-laki dan perempuan itu kunci untuk adanya relasi seksual”. Dia banyak menyindir orang-orang yang memunyai kecenderungan homoseksual karena pada waktu itu ada kelompok Yunani yang menganggap homoseksual itu adalah ide tertinggi. Karena yang paling tinggi itu dewa-dewa, nomor dua laki-laki, nomor tiga adalah kuda-kuda yang bagus, setelah itu perempuan. Maka kalau kamu laki-laki, kamu mencintai perempuan berarti kamu mencintai orang yang secara step, kedudukan lebih rendah dari dewa, dari laki-laki dan lebih rendah dari kuda yang bagus. Jadi kalau kamu mencintai perempuan kamu berada dalam level yang kurang tinggi, kalau kamu tidak menikah dan mencintai dewa-dewa, kamu berada di dalam level dewata. Tapi kalau kamu mencintai sesama laki-laki, kamu berada di level normal, laki-laki itu lebih tinggi dari kuda perempuan. Maka kalau kamu senang laki-laki, seleramu bagus. Ini yang dihina oleh Aristophanes, dia mengatakan penyelewengan ini tidak bisa dianggap indah, ini adalah kebodohan. Tidak hanya Aristophanes, Plato juga mengalami perubahan isu. Di awal filsafatnya Plato sangat menjunjung relasi antara laki-laki dan laki-laki sebagai ideal yang tinggi. Saudara lihat saja kalau orang Yunani melukiskan keindahan manusia, pasti laki-laki yang berotot, jarang perempuan seksi. Sekarang zaman sudah berubah, laki-laki berotot kurang laku kecuali untuk minuman energy drink, sekarang adalah perempuan yang seksi. Kalau dulu perempuan jarang digambarkan untuk menjadi objek yang dilihat. Heran, orang Yunani agak lain di dalam tradisi klasiknya, semuanya adalah laki-laki yang berotot. Ideal seperti ini yang dianggap mengesahkan homoseksualitas, ini yang disetujui oleh Plato di awal. Tapi di dalam buku Nomos, Plato mengkritik kebiasaan ini, dia berubah pendirian. Dia mengatakan “setelah saya gumulkan, saya lihat, saya amati, tidak ada hal yang wajar dari laki-laki berhubungan seks dengan laki-laki. Itu adalah hal yang sangat tidak alami, sangat terpaksa dan sangat tidak cocok”. Jadi kontroversi antara homoseksualitas dan anti-homoseksualitas bukan hal yang baru. Kemudian kelompok homoseksualitas sebagai kelompok eksklusif yang dianggap terpinggirkan dan perlu disanjung kembali, perlu diangkat kembali, itu sudah ada dari dulu, bukan baru ada sekarang. Kaum LGBT berteriak “bela hak kami”, itu dari dulu sudah ada. Maka perdebatan seperti ini adalah perdebatan yang menyertai sejarah manusia yang sudah jatuh dalam dosa. Homoseksualitas adalah dosa dan tidak ada cara melihatnya dengan cara yang lain. Imamat 18 sangat menekankan ini, 1 Korintus 6 juga sangat menekankan ini. Demikian juga Roma 1, tapi banyak orang mengatakan “Roma 1 itu bicara tentang homoseks yang tidak setia, homoseks yang setia disetujui oleh Paulus. Coba baca: mereka meninggalkan kewajaran dan menyala-nyala dalam birahi. Itu berarti homoseks yang brengsek, tapi ada homoseks yang setia dan itu oke”. Tapi kita tanya “ayatnya dimana?”, “Paulus tidak sempat tulis”, “kalau Paulus tidak sempat tulis, kamu tahu dari mana?”, “itu karena Paulus di sini sedang marah kepada orang yang seksnya sembarangan”, “apakah seks laki-laki dengan laki-laki itu bukan seks sembarangan?”, “bukan”, “mana ayatnya?”, “Paulus belum sempat tulis”. “Mengapa Paulus belum sempat tulis?”, “karena kami belum membela hak kami”. Tapi Saudara membaca ayat ini, Saudara tidak bisa lari dari penafsiran bahwa kejelekan relasi homoseksual adalah latar belakang tulisan Paulus. Tradisi Yahudi yang sangat anti dengan homoseksual itu yang menjadi latar belakangnya di sini. Jadi kita harus membacanya dengan tepat, Paulus sedang menyindir homoseksualitas.

Lalu mengapa homoseksual dan lesbian sangat dibenci oleh Tuhan? Karena tidak pernah ada dalam rencana Tuhan. Kalau tidak ada dalam rencana Tuhan, mengapa ada orang yang seperti itu? Paulus sudah beri tahu “karena dari dulu kamu sudah lari dari Tuhan”. Ketika orang lari dari Tuhan, segala penyimpangan akan terjadi. Dan ketika orang sudah menyimpang, dengan bisa sembarangan lempar ke Tuhan, ini jahat sekali. “Tuhan mengapa saya begini?”, “dari dulu kamu yang lari dari Tuhan”, “iya, tapi tidak boleh begini. Saya boleh lari dari Tuhan, tapi tidak boleh hidup seperti ini”, “kamu yang lari, Tuhan sudah mengatakan kamu akan mati kalau tidak menyembah Tuhan”. Putus menyembah Tuhan membuat manusia menjadi sembarangan, dan sembarangan itu memunyai kekuatan untuk membuat Saudara menjadi inhuman, membuat Saudara kehilangan kemanusiaan. Kemanusiaan hilang karena Saudara tidak lagi kait dengan Tuhan Sang Sumber kemanusiaan itu. Manusia disebut gambar Allah, dan tanpa Allah, manusia bukan gambar yang baik. Kerusakan dosa membuat manusia tidak bisa kembali ke Tuhan, tidak sanggup jalani hidup dan akhirnya berada dalam kehancuran. Dan Paulus mengatakan satu contoh kehancuran adalah kamu berada dalam relasi yang rusak secara seks. Seksualitas hal yang sangat penting. Menjadi manusia berarti menjadi laki-laki dan menjadi perempuan, Tuhan sudah menyatakan itu dari awal. “Maka diciptakannya dia laki-laki dan perempuan, diciptakannyalah mereka”. Tuhan menciptakan manusia dengan peran sebagai laki-laki, dengan fisik sebagai laki-laki dan dengan kecenderungan seorang perempuan. Dan Tuhan menciptakan seorang perempuan dengan peran seorang perempuan, fisik seorang perempuan dan kecenderungan seorang perempuan. Laki-laki punya hal yang secara unik ada pada laki-laki, perempuan memunyai hal yang secara unik ada pada perempuan, baik fisik maupun batin. Laki-laki memunyai fisik yang beda dengan perempuan, perempuan juga memunyai fisik yang beda dengan laki-laki. Ketika Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan, Tuhan ingin laki-laki dan perempuan saling mengisi kebutuhan yang satu dengan yang lain, saling menyatakan kasih, relasi, kesetiaan dan juga kehangatan emosi, kehangatan fisik dan keintiman. Baru setelah itu Tuhan mau percayakan keturunan. Tuhan tidak mau mempercayakan keturunan kepada pasangan yang tidak menjalankan fungsi laki-laki dan perempuan yang baik dalam pernikahan. Itu sebabnya kekacauan dan kerusakan di bidang seks adalah cara paling efektif dipakai setan untuk merusak manusia. Manusia akan rusak karena seksnya menyimpang. Orang yang seksnya menyimpang tidak mungkin jadi orang tua yang baik, tidak mungkin bisa jadi teladan, kecuali dia benar-benar bertobat dan kembali kepada Tuhan. Tanpa ada pertobatan dari kehidupan seks yang rusak, tidak ada harapan bagi generasi selanjutnya dalam kemanusiaan. Setan sedang menghancurkan bukan hanya satu dua orang, setan sedang menghancurkan kemanusiaan. Sadarkah Saudara akan hal ini? Dia penghancur kemanusiaan, dia penghancur gambar Allah yang ada di bumi, dia punya proyek lebih besar dari pada cuma sekedar mengganggu Saudara. Kalau Saudara bertemu setan yang hobinya cuma mengganggu Saudara pindah-pindahkan barang, Saudara tidak perlu pedulikan dia, dia itu setan bodoh yang tidak mengerti apa itu panggilan setan dalam rencana kepala setan. Setan memunyai concern untuk membuat kemanusiaan rusak, membuat sepertinya tidak ada harapan lagi, dan itu yang sedang dia kerjakan. Manusia begitu pintar menciptakan banyak hal yang akan membuat energi untuk kehidupan kita, energi yang sama bisa digunakan untuk membunuh orang. Setan ingin manusia berhenti di dunia ini. Dan cara lain adalah biar manusia hidup rusak sehingga ada komunitas anak yang hanya dibesarkan oleh mamanya, anak yang hanya dibesarkan oleh papanya, dan ini bukan karena salah satu meninggal tapi karena hidup seks yang tidak beres. “Ayo kita membuat keluarga yang suaminya tidak saling setia, istri juga tidak setia. Mari kita lihat masyarakat akan menjadi apa”, “itu tidak apa-apa, kita kan tidak harus ada papa dan mama, papa atau mama saja sudah cukup. Keluarga rusak itu tidak apa-apa, nanti anak-anak akan bertumbuh dengan cara yang mudah, anak-anak itu biarkan besar begitu saja, nanti akan ada penebusan, bawa ke Kristus dan semuanya akan beres. Jadi mari kita hidup rusak karena ada penebusan”, ini dari setan semuanya. Akhirnya manusia mengabaikannya dengan melampiaskan seks seenaknya, melampiaskan semaunya, melampiaskan tanpa kontrol, melampiaskan tanpa ingatan akan Tuhan. Berapa rusaknya kita sudah dihancurkan oleh setan, setan membuat sangat rusak. Lalu mulai ada kecenderungan tidak puas “saya mulai tidak puas dengan perempuan, harus dengan perempuan dan laki-laki, saya harus dengan 5 perempuan, saya harus dengan banyak orang”, keliaran seperti ini adalah cara setan merusak kita. Dengan membuat potensi yang ada dalam diri kita keluar tanpa tertahankan. Potensi untuk mengasihi, keindahan kehangatan, keindahan seksualitas, semua dimiliki oleh manusia, manusia punya drive untuk hal yang berbau seksualitas dalam pernikahan. Tapi dia perlu mengekangnya, perlu untuk menahan diri. Yang iblis katakan adalah “berhenti kekang diri, kalau kamu punya desire lampiaskan, kalau kamu punya kecenderungan seks yang menyimpang, orang harus maklum, pokoknya terserah kamu. Kamu punya kecenderungan apa, masyarakat harus mendengarkannya, kamu tidak boleh diabaikan, tidak boleh disepelekan, kamu itu penting, kamu berarti, kamu berharga”. Manusia itu penting dan berharga di dalam tujuan Tuhan, bukan di dalam kesewenang-wenangan sendiri. Sehingga ketika manusia jalankan kehidupan dengan sebebas-bebasnya, seenak sendiri, dia sedang kerja sama dengan setan untuk menghancurkan kemanusiaan. Kemudian orang mulai membuat peraturan, mulai paksa negara untuk setujui pernikahan ini, hak dan kewajiban juga diatur oleh negara dan pernikahan ini dianggap sama mengikat, sama penting dan sama indahnya dengan pernikahan orang biasa. Dan semua modal untuk mempopulerkan gerakan ini dimasukan kemana-mana. “Mari membuat film kartun yang membuat anak-anak celik matanya bahwa laki-laki dan laki-laki atau perempuan dan perempuan itu oke. Keadaan romantis ketika seorang perempuan melihat perempuan lain, lalu tiba-tiba ada pelangi, ada burung berkicau, kemudian jatuh cinta antara laki-laki dengan laki-laki, antara perempuan dengan perempuan, ini semua rusak. Alkitab mengatakan ada dosa yang terjadi dan itu fakta, mari kembali ke Alkitab, mari kekang diri. Kalau ada orang mengatakan “saya punya kecenderungan ini, mengapa harus dikekang?”, saya akan kasi tahu bahwa semua orang bertugas untuk mengekang diri. Mungkin orang yang tidak punya kecenderungan homoseksual, bebas dari keinginan untuk berelasi intim dengan sesama jenis, dia tidak punya keinginan itu, tapi dia punya keinginan yang lain, dia harus batasi dirinya. Orang yang mudah marah, sedikit-sedikit langsung emosi, pokoknya lampiaskan dulu, menyesal kemudian, dia harus belajar mengekang diri. Ada orang terlalu egois, dia harus belajar mengekang diri. Ada orang yang terlalu mudah jatuh cinta sama orang, dia harus mengekang diri. Ada orang yang terlalu mudah dekat dengan orang, lalu jauh, lalu dekat lagi, lalu cari yang lain lagi, dia harus mengekang diri. Dia mesti kalahkan diri. Dosa akan kalahkan kita kalau kita tidak kalahkan dosa itu dulu.

Itu sebabnya seorang tokoh penting dari Inggris mengingatkan kita bahwa kalau kamu tidak sibuk mematikan dosa, dosa akan akan matikan kamu. Mari matikan dosa, mari matikan kecenderungan apa pun yang tidak sesuai firman. Kembali ke Alkitab, lalu katakan kepada diri, saya mau taat kepada Tuhan. “Saya tidak mau taat diri, saya tidak mau taat hawa nafsu saya, saya tidak mau taat kecenderungan yang jahat dalam diri saya. Saya tidak mau, saya bukan milik setan lagi, saya bukan milik dunia. Sekarang saya adalah milik Tuhan”. Itu sebabnya Paulus mengingatkan semua orang sudah mati, semua orang sudah rusak. Dan contoh paling jelas yang Paulus pakai adalah relasi homoseksual, ini buktinya kalau manusia sudah sangat rusak. Homoseks dipakai Paulus untuk menggambarkan dosa yang paling najis dan menjijikan bagi Tuhan, baru kemudian ada dosa-dosa yang lain yang juga najis dan menjijikan di dalam kemanusiaan dan juga bagi Tuhan, yaitu penuh kelaliman, kejahatan, keserakahan, kebusukan, dengki, pembunuhan dan lain-lain, pengumpat, pemfitnah, pembenci Allah, kurang ajar, congkak, sombong, pandai dalam kejahatan, tidak taat, tidak berakal, dan lain-lain. Semua ini adalah contoh bahwa kamu sudah mati. Tapi yang Tuhan lakukan adalah menghidupkan kamu kembali dalam Kristus Sang Mesias. Jadi Paulus ingin mempresentasikan bahwa Tuhan adalah Tuhan yang bisa bertindak. Tuhan bertindak dengan membangkitkan Kristus. Setelah Tuhan membangkitkan Kristus, bagaimana orang bisa dipulihkan dari matinya? Dengan beriman. Iman itu berarti percaya Tuhan sanggup dan Tuhan mau dan Tuhan sudah bertindak. Bertindak membangkitkan, ini pengertian Paulus di dalam Surat Roma. Apa itu iman, harap Saudara mengerti dengan jelas perspektif dari Roma. Bagi Paulus dalam Surat Roma iman adalah percaya bahwa Allah sanggup, mampu, mau dan sudah bertindak. Tindakan yang di dalam Kitab Yesaya, Yeremia, Yehezkiel dirumuskan oleh Paulus sebagai tindakan membangkitkan. Israel sudah mati tapi Tuhan akan membangkitkan, manusia sudah mati tapi Tuhan akan membangkitkan. Apa buktinya mati? Homoseksualitas, hawa nafsu dan semua kecenderungan yang melawan Tuhan dan menghancurkan sesama yang kita miliki, itu tandanya kita mati. Lalu bagaimana kita bisa hidup? Alkitab mengatakan kalau kamu beriman bahwa Tuhan sanggup, mau dan sudah membangkitkan Kristus. Maka kebangkitkan Kristus harus diimani sebagai tindakan Tuhan membangkitkan kita semua. Mau mengubah kita dari cara hidup yang sia-sia menjadi orang-orang yang menjalankan cara hidup yang penuh pengekangan diri, yang penuh ketaatan kepada Tuhan, yang penuh penghormatan kepada kekudusan, itu yang Tuhan kehendaki. Harap ini boleh menggugah kita dan mendorong kita untuk mengerti keadaan lama di dalam daging dan keadaan baru di dalam kebangkitkan Kristus.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Menikmati Tuhan Setiap Hari

Dalam pertemuan yang lalu kita membahas bagaimana manusia meniadakan fakta karena pikirannya jahat. Ketidakbenaran membuat kita menafsirkan kebenaran menjadi tidak benar. Maka dalam ayat 18-20, orang yang menindas truth dengan ketidakbenaran akan dihukum oleh Tuhan. Karena mereka mengacaukan fakta dengan ketidakbenaran mereka. Jangan andalkan pikiran sendiri yang terlalu rusak untuk menentukan standar. Kita perlu terus tunduk kepada kebenaran, belajar tunduk, belajar dibentuk, belajar punya otoritas di luar diri. Orang yang tidak mau punya otoritas di luar diri sedang menuju kebobrokan dosa. Manusia ikut Tuhan, bukan manusia yang tentukan sendiri. Ketika manusia mau menentukan sendiri maka semua jadi rusak, kacau, hancur. Semua hidup manusia rusak dimulai dari titik ini, yaitu titik tidak mau otoritas Tuhan. Begitu manusia menolak otoritas Tuhan, manusia tidak punya hidup. Hidup menjadi hidup karena kita tahu ada Tuhan yang berotoritas. Ketika kita pikir otoritas itu menakutkan, menyengsarakan, membuat tidak bebas, itu semua pikiran dari dosa. Otoritas Tuhan membebaskan, tidak membelenggu, sebaliknya dosa yang membelenggu karena manusia menolak Tuhan. Dalam Yohanes 8, Yesus mengingatkan dosa membuat orang terbelenggu. Inti dosa adalah “saya tidak mau otoritasNya Tuhan”. Kita bisa kembali ke otoritas Tuhan dengan belajar tundukan diri kepada Tuhan. Itu sulit dilakukan karena Tuhan mewakilkan otoritasNya kepada sesuatu yang terlihat di dunia ini. Otoritas Tuhan dibuat untuk manusia mendapat kehidupan yang benar, bebas, penuh keadilan, damai dan penuh dengan sukacita. Dan mau tunduk kepada Tuhan mesti belajar tunduk kepada otoritas yang terlihat. Maka mari belajar tunduk kepada otoritas yang Tuhan berikan dan kita akan melihat berapa besarnya kebebasan di dalam kerelaan untuk tunduk ini. Bedanya kebenaran yang asli dan yang palsu dari manusia adalah kebenaran di dalam Tuhan selalu akan berkait dengan relasi dengan Tuhan. Kebenaran palsu adalah kebenaran yang berhenti dalam level moral saja dan tidak masuk dalam level worship atau ibadah. Kebenaran selalu berkait dengan ibadah. Paulus mengatakan manusia menolak fakta, menafsirkan fakta sembarangan. Tapi righteousness, kebajikan, kebenaran, bijaksana yang dimiliki oleh manusia tidak tunduk kepada Tuhan, maka kebenaran yang dia miliki sebenarnya adalah unrighteousness. Kalau kita tidak punya kebenaran, maka kita akan menjalankan kehidupan yang moralnya baik, adil, benar tapi tidak berkait dengan ibadah. Padahal Tuhan menciptakan manusia sebagai makhluk yang ada kebenaran yang berkait dengan ibadah. Kebenaran dan ibadah itu satu. Manusia tidak mungkin menentukan kebenaran sendiri. Itu sebabnya interpretasi kita selalu mungkin untuk ditantang oleh interpretasi yang lain karena kita tidak punya interpretasi yang sempurna. Tapi orang kalau sudah punya tafsiran, dia akan kekalkan kerangka berpikirnya, lalu paksakan orang lain harus ikut kerangka berpikir dia. Kalau dia mau memutlakan sendiri, mesti punya 3 hal yaitu mahatahu, mahasuci dan tahu sampai akhir, ini baru benar. Kita tidak punya kemutlakan interpretasi. Kita menafsir tapi tafsiran kita tidak mutlak. Apa yang membuat tafsiran kita salah? Karena kita tidak punya kebenaran. Kebenaran kita diputus dari ibadah, maka kita gagal kenal Tuhan dari pengalaman hidup kita sehari-hari.


Pengalaman hidup sehari-hari tidak memperkenalkan kita kepada Allah. Ada orang mengatakan “saya tidak percaya matahari itu ada. Saya percaya yang di atas itu adalah tipuan dari negara barat. Kita ini punya kemandirian, maka jangan percaya itu matahari”, Saudara tidak perlu berdebat, Saudara tinggal mengatakan “kamu bisa melihat segala sesuatu di siang hari, itu karena ada matahari”. Dia tidak percaya ada matahari walaupun bukti ada matahari itu jelas sekali. Bukti tentang Tuhan itu super jelas terdapat di alam ciptaan Tuhan.


Di ayat 21 Paulus mengatakan “Mereka kenal Allah yang sejati” karena tafsiran mereka atas dunia ini sebenarnya membuat mereka mau tidak mau menafsirkan ada Allah yang sejati yang menciptakan dunia ini. Calvin dalam Institutio mengatakan segala sesuatu membuktikan Allah ada karena antara wahyu khusus Allah dan wahyu umumNya di dalam alam itu saling bersatu. Michael Welker mengatakan bagaimana interaksi antara science dan Alkitab begitu indah kalau kita pahami bagaimana mengaitkannya. Karl Barth mengatakan wahyu itu sesuatu yang sangat unik, tidak ada yang bisa membuat kita memahami wahyu, tidak ada metode, tidak ada apa pun antara baca Alkitab dengan metode ilmu lain, tidak ada kaitan sama sekali. Akhirnya pemikiran Barth membuat tekanan kepada teologi firman menjadi kuat, tapi kaitan antara teologi firman dan kehidupan sehari-hari jadi asing, blur. Lain halnya dengan Herman Bavinck, “Alkitab memunyai metode yang sangat membantu metode scientific dan lain-lain. Teologi sangat menolong cara Saudara menafsirkan segala sesuatu. Teologi dan science bukan untuk distrukturkan, tapi diinteraksikan”. Pemikiran Bavinck membuat kita limpah di dalam pengertian. Kalau saya mengerti Alkitab, saya bisa interaksikan itu dengan pengertian saya akan dunia ini, saya bisa kaitkan pengertian Alkitab dengan dunia science, dengan dunia ilmu sosiologi, ilmu ekonomi dan yang lain. Beberapa hari lalu saya menemukan artikel mengatakan problem manusia dengan harta pada dasarnya adalah problem yang Alkitab sudah temukan dan ajarkan mengenai penerimaan diri, status di tengah masyarakat, kekhawatiran, masa depan, semua ini berkait dengan uang. Mengapa orang cari uang? Problem utamanya sudah dibahas oleh Alkitab. Maka kalau Saudara mau pelajari interaksi ilmu apa pun dengan Alkitab, coba cari bagian yang dalam dari pemikiran ilmu itu, lalu temukan teolog yang membahas dengan dalam juga. Kita mencoba menggali apa yang menjadi problem kemanusiaan, bagaimana kita memahami alami, bagaimana kita memahami dunia ini. Dan Saudara akan melihat Alkitab memberikan bagian besar sekali untuk kita mengerti dunia ilmu. Alkitab memberikan pengertian terhadap dunia ilmu, science dan lain-lain karena antara dunia ciptaan dan wahyu Tuhan sama. Tuhan yang menyatakan Alkitab juga adalah Tuhan yang menciptakan dunia ini. Di Kejadian 1, Tuhan membuat yang kacau balau jadi rapih. Ini prinsip sama yang juga dikejar oleh science. Science mengubah apa yang kacau lalu coba lihat keteraturan di dalamnya dan coba kuasai itu. Karena terlalu banyaknya kaitan-kaitan seperti ini maka saya percaya orang yang tidak Kristen, menolak Kekristenan, menghina Tuhan, tapi dia ilmuwan yang baik, saya meragukan keilmiahan dia. Kalau Saudara tahu dan mengerti kebenaran, Saudara tidak bisa meniadakan keadaan. Ketika orang mengatakan “saya tidak percaya Tuhan ada karena saya sudah bisa menjelaskan keberadaan”. Saya sudah bisa jelaskan dari mana asalnya dunia, jadi saya tidak perlu Tuhan”. Saudara menggunakan epistemologi untuk meniadakan metafisika itu tidak benar. Jadi hal seperti ini pun banyak atheis tidak tahu. Orang koar-koar jadi atheis tapi mereka tidak lulus filsafat beginner. Jadi jangan takut dengan serangan orang atheis, mereka pikir mereka pintar, tapi sebenarnya mereka sedang meniadakan Tuhan karena hal-hal yang secara scientific bisa dijelaskan. Pak Tong mengatakan kalau ada dokter bisa menjelaskan tentang bayi, tidak berarti dia tidak memerlukan mamanya. Atau ketika Saudara mengerti lukisan, tidak mungkin menolak pelukisnya. Paulus mengatakan mereka sudah kenal Tuhan tapi tidak bersyukur kepada Tuhan. Bukan hanya mengatakan terima kasih kepada Tuhan, yang dimaksud Paulus adalah menikmati hidup dengan ucapan syukur kepada Allah. Hidup yang bersyukur bisa dicerminkan lewat ucapan terima kasih, sukacita, pengharapan, kemampuan untuk mengasihi sesama, kemampuan menjalankan apa yang Tuhan mau karena Saudara mengasihi Dia. Ucapan syukur terjadi sepanjang hidup, bukan cuma sekali bicara. Kalau Saudara berpikir ucapan terima kasih hanya diwakili oleh perkataan, maka Saudara akan salah mengerti ucapan terima kasih. Saudara bersyukur berarti Saudara berhutang seluruh hidup di dalam ucapan syukur. Ucapan syukur yang dimaksud Paulus adalah setiap hari kita menikmati Tuhan waktu kita menikmati apa pun. Saudara mengalami kesenangan kaitkan dengan Tuhan, bahkan ketika mengalami kesulitan, kaitkan dengan kekuatan iman di dalam Tuhan. Saudara tidak mungkin tidak bersyukur kepada Tuhan. Maka Paulus mengatakan orang yang punya the true righteousness akan bersyukur kepada Tuhan dan ini bagian ibadah itu. Saudara akan senang kepada Tuhan, dekat dengan Dia, menikmati Dia dalam segala hal yang Saudara alami. Setiap kesenangan yang tidak berkait dengan Tuhan, potensi merusak kita, membuat kita terjerat dalam segala bentuk hawa nafsu, membelenggu dalam bentuk kecanduan tidak habis-habis. Tapi kalau kita kaitkan ini sebagai berkat dari Tuhan, ada keindahan yang nikmat yang membuat kita semakin dekat dengan Tuhan, ada relasi dengan Dia. Saya tertarik perkataan Paul Washer, dia sering jalan-jalan sambil berdoa “Tuhan, kok Tuhan menciptakan binatang aneh ini? Mengapa?” Doa yang simple tapi senantiasa pengalaman dia sehari-hari dengan keberadaan Tuhan. Karena memang untuk itulah Tuhan memberi alam ini. Hidup Saudara setiap hari adalah untuk menyaksikan kebaikan Tuhan. Tuhan baik di dalam setiap hari, bukan hanya kadang-kadang, bukan sewaktu-waktu. Dan setiap saat Saudara kaitkan kenikmatan dengan Tuhan, Saudara menjadi orang yang benar. Setiap saat kita nikmati apa pun tanpa Tuhan, Saudara sedang terputus dari Tuhan.


Cara mengaitkan kebenaran kita yang sudah rusak menjadi utuh adalah kaitkan dengan ibadah. Saya bisa menikmati kenikmatan sehari-hari kaitkan dengan Tuhan, dengan beribadah kepada Dia. Pembentukan kita di sini membuat kita semakin menikmati Tuhan di dalam keseharian kita, sehingga kita akan kaitkan kebenaran ini dengan ibadah. Hal-hal jelek juga membuat saya lebih sering memikirkan Tuhan. Kalau Saudara tidak mampu mengatakan puji Tuhan dalam hal jelek, jangan pura-pura, mengeluhlah kepada Tuhan. Jangan membusukan nama Tuhan di hadapan semua orang dengan sembarangan  menghina Tuhan. Mari tanya kepada Tuhan, kalau perlu mengeluh kepada Dia. Waktu kita memikirkan tentang Tuhan, kita sedang kaitkan diri kita dengan Tuhan, sehingga righteousness kita mulai dibentuk. Saudara mulai dibentuk karena ada relasi, ibadah dengan Tuhan yang membuat kita menikmati keseharian di dalam Tuhan.


Ini yang dikatakan Paulus “kalau kita tidak punya hal seperti itu, kita akan menggantikan Tuhan dengan hal lain”. Karena manusia tidak bisa tidak mengaitkan kebenarannya dengan ibadah. Ayat 21 mengatakan “sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap”, ayat 22, mereka menjadi bodoh karena mereka menggantikan kemuliaan Allah yang tidak fana dengan gambaran yang mirip dengan manusia yang fana, burung-burung, binatang berkaki empat atau binatang-binatang yang menjalar. Kebenaran berkait dengan ibadah, ibadah kepada Tuhan diputus, kebenaran itu tetap menuntut ibadah. Ini yang Paulus katakan di ayat 23. Ini adalah ayat berkait dengan Keluaran, Mazmur 106 dan Yeremia 2. Di dalam Keluaran, Israel berdosa dengan menyembah lembu emas. Kitab Mazmur 106 mengatakan orang Israel menukar kemuliaan Israel dengan yang fana. Jadi kemuliaan Israel, yaitu Tuhan, ditukar dengan berhala yaitu lembu. Kemudian di bagian lain, Yeremia 2 dikatakan hal yang sama, Israel menukar kemuliaannya dengan yang fana. Sangat menarik bagaimana Mazmur 106 dan Yeremia 2 menafsirkan peristiwa lembu emas. Kalau Saudara membaca peristiwa lembu emas yang Saudara lihat adalah ada sekelompok umat Tuhan yang menolak beribadah kepada Tuhan lalu membuat lembu emas, mereka sujud menyembah kepada lembu emas itu, itu dosa yang besar. Tapi Mazmur 106 dan Yeremia 2 berkata lain, yang mereka lakukan itu memang jahat dan juga bodoh, karena mereka menukar kemuliaan mereka, the glory of Israel, dengan hal-hal yang berkait dengan berhala. Ini unik sekali, Israel punya kemuliaan karena kenal Tuhan, mereka mencopot kemuliaan itu dan menggantinya dengan yang lain. Inilah penyembahan berhala ketika Saudara mengganti menikmati Tuhan tiap hari dengan berhala, ini penting untuk kita pahami. Kebenaran kita bisa membuat kita kenal Tuhan kalau kita mengaitkan kebenaran dengan hidup tiap hari. Maka saya mau tanya, hidup Saudara tiap hari menikmati apa? Kalau bukan Tuhan, berarti kita masih menjadi penyembah berhala. “Tapi saya tidak pernah membuat lembu emas”, memang tidak, tapi Mazmur 106 dan Yeremia 2 mengatakan problemnya bukan membuat lembu, problemnya adalah mengganti Allah. Saudara bisa melihat keutuhan dari argumen Paulus, mengapa orang melihat alam tidak bisa kenal Tuhan? Karena mereka memutuskan menikmati yang lain waktu melihat alam. Sehingga Tuhan sumber kenikmatan menjadi asing dan ketika Tuhan adalah figur yang terasing, kita akan sangat kosong dan penuh kecemaran di dalam dunia ini.


Paulus mengatakan setelah kita menggantikan Tuhan dengan yang lain, maka kita akan susulkan moralitas kita kesitu. Moralitas kita akan mengejar kenikmatan yang tidak habis-habis dicari dan terus-menerus tidak memuaskan, karena Tuhan sudah disingkirkan dari kenikmatan kita. Waktu cari lagi masih merasa kurang, akhirnya dosa keserakahan, dosa penyembahan berhala, dosa perbudakan dalam kecemaran, semua akan ada pada manusia. Ayat 24, karena mereka tidak menikmati Tuhan setiap hari, akhirnya mereka menikmati segala yang bukan Tuhan dan itu membuat mereka rusak. Kalau uang dinikmati di dalam Tuhan, berapa pun jumlah nol-nya, itu tidak akan membuat Saudara merasa kurang, kalau uangnya kurang. Atau tidak merasa Saudara bertambah kalau uangnya tambah. Mengapa kalau uang kita bertambah banyak, kita senang? Ada banyak hal, tapi apakah satu hal ini termasuk bagian yang Saudara syukuri atau tidak? Yaitu “kalau saya tambah uang, ini semua dari Tuhan, saya bersyukur untuk kepercayaan yang Tuhan berikan”. Ini adalah cara menikmati Tuhan di dalam keuangan. Tapi kalau itu tidak ada, Saudara akan merasa kurang dengan semua uang yang Saudara miliki. Lalu Saudara ingin cari lagi, cari lagi, cari lagi hanya untuk uang, akhirnya apa pun ditentukan uang. Tempat kerja Saudara pilih hanya berdasarkan uang, saya tidak mengatakan uang bukan faktor. Faktor pilihan Saudara adalah salah satunya uang. Yang jadi masalah adalah kalau Saudara ingin besar, jumlah uang sebanyak mungkin, tapi Saudara tidak lihat apa yang adil di dalam jumlah itu, maka keuangan bisa menjadi problem besar kalau itu menjadi kesenangan. Tapi kalau keuangan itu berkait dengan keadilan, kepantasan, dan lain-lain, Saudara akan tahu bagaimana menghargai diri Saudara dan hal lain dengan uang. Problem besar dari keuangan adalah ketika Saudara lepaskan tentang Tuhan, pekerjaanNya, keadilanNya dari keuangan. Lalu bagaimana dengan seks? Manusia rusak karena seks, manusia rusak karena pernikahan dihina, manusia rusak karena relasi yang indah dan intim antara 2 orang yang diikat pernikahan menjadi rusak. Paulus mengatakan “Allah menyerahkan mereka. Kamu tidak mau menyembah Tuhan, kamu mau menyembah makhluk”, ini yang dikatakan Paulus di Roma 25, “sebab mereka menggantikan kebenaran Allah (God’s righteousness, kebenaran yang berkait dengan ibadah tadi) dengan dusta dan memuja dan menyembah makhluk”, “sekarang saya punya righteousness palsu yang dikaitkan dengan ibadah kepada berhala. Saya sekarang menyembah kesenangan”, maka Tuhan membiarkan kita. Tuhan membiarkan lalu kita mulai menyerahkan diri kepada hawa nafsu, mulai menggantikan persetubuhan, kata Paulus. Mengapa berhala sering dikaitkan dengan persetubuhan? Ada banyak aspek, salah satunya adalah penyembahan berhala selalu bersifat seksual. Penyembahan berhala seringkali ditujukan kepada dewa kesuburan dan untuk menyembah dewa kesuburan biasanya dilakukan dengan upacara agama yang berkait dengan tidur dengan pelacur di tempat ibadah itu. Jadi bayangkan berapa rusaknya penyembahan berhala pada waktu itu. Hanya Tuhan yang menekankan Bait Suci sebagai tempat suci, sehingga orang yang mau menyembah harus suci di dalam segala aspek. Tapi penyembahan berhala tidak demikian, membiarkan kecemaran, kebobrokan, segala bentuk tingkah laku yang rusak lalu diadopsi ke dalam. Di dalam ayat 25 dikatakan sangat menakutkan, Tuhan menyerahkan orang-orang itu ke dalam hawa nafsu. Tuhan menyerahkan artinya mereka tidak juga sadar betapa rusaknya hidup mereka. Ini kebutaan yang menakutkan, orang-orang tidak sadar kalau mereka rusak. Saudara bisa lihat sekarang, kehidupan LGBT, mereka mengatakan “Kami punya kecenderungan seperti ini, mengapa tidak diadopsi oleh society, mengapa masyarakat tidak menerima kami yang punya kelainan”. Kelainan itu dosa, maka kelainan tidak boleh ditoleransi. Yang dosa tidak boleh ditoleransi, tapi harus diperbaiki. Orang punya kecenderungan homoseks, dia sedang sakit. Saudara kalau bilang ini kelainan bukan dosa, sekaligus bilang semua kelainan, kita ganti kata dosa dengan kelainan. Ada orang membunuh orang lain, “itu cuma kelainan, mari kita terima pembunuh”. Saudara tidak boleh memaklumi orang karena itu akan menjerumuskan dia. Saudara harus mengatakan ke orang itu “kamu salah, kamu berdosa, kamu sedang bunuh diri, kamu sedang rusakan dirimu sendiri”. Bagaimana kalau saya punya kecenderungan yang berbeda? Itu dosa. Tuhan akan menghakimi perbuatanmu. Kecenderunganmu adalah tanda kamu adalah orang yang sangat cemar dan kamu harus kembali ke Tuhan. Tuhan mau manusia bertobat supaya manusia bisa menikmat keseharian di dalam Tuhan. Menikmati Tuhan itu indah sekali, jangan menikmati yang lain, karena yang lain itu akan merusak kita. Maka dikatakan “Tuhan serahkan mereka”, manusia dibiarkan oleh Tuhan menjadi buta, menjadi orang yang menekankan kebenaran sendiri, tapi kebenarannya merusak diri. Dan kebenaran yang merusak diri itu terus dipelihara, terus disebarkan ke masyarakat. Tuhan tidak menolak orang berubah, tapi orang harus berubah. Jangan suruh Tuhan mengubah KerajaanNya untuk mengadopsi segala macam kecemaran dan kekacauan. Dan jangan pikir penerimaan terhadap dosa itu adalah bentuk keluasan hati. Saudara tidak luas hati kalau Saudara membiarkan orang cemar tetap cemar. Kalau Saudara mencintai seseorang, Saudara ingin kebaikan orang itu, bukan menerima orang itu. Orang kadang-kadang tidak perlu merasa diterima, orang perlu ditegur. Saudara harus kejar menjadi teman, bukan hanya sekedar ramah. Kalau hanya sekedar ramah, itu hanya tampilan luar yang tidak ada gunanya. Saudara tidak bisa tegur orang dengan suara yang tenang kalau orang itu sedang berada dalam kehancuran. Itu yang mungkin kita lakukan kepada orang yang sudah jatuh dalam dosa. Jangan menjadi orang yang hanya memikirkan diterima atau pun menerima orang. Saudara tidak bisa membentuk orang dengan cara menerima dia apa adanya. Justru Saudara harus dibentuk supaya bisa menjadi lebih baik dan itulah tandanya kasih. Tuhan tidak pernah menolak orang datang kembali kepada Dia. Tapi Tuhan membenci setiap dosa, Tuhan ingin manusia berubah, perubahan harus terjadi.


Ketika Tuhan mengatakan “Aku membiarkan mereka”, akhirnya mereka mulai mengacaukan pernikahan. Penyembahan berhala langsung berkait ke pernikahan karena salah satu relasi yang paling dalam dan indah, yang mencerminkan relasi kita dengan Tuhan itu adalah pernikahan. Dan iblis akan merusakan lembaga pernikahan, karena iblis tidak mau perintah Tuhan di Kejadian 1 ditepati. Setan ingin taklukan bumi. Tuhan serahkan bumi kepada manusia, tapi Tuhan akan menangkan manusia, ini janji Tuhan di Kejadian 1. Kalau Saudara membaca di Kejadian 1-3, isunya adalah bumi. Bumi milik manusia demi Tuhan. Tuhan serahkan ke manusia. Maka Tuhan tidak izinkan ular menang atas manusia. Tuhan akan menangkan bumi lewat manusia untuk taklukan ular. Setan tidak ingin manusia penuhi bumi. Salah satu cara untuk manusia berhenti penuhi bumi adalah membuat mereka berhenti menikah dan punya anak. Bayangkan kalau semua orang menyetujui LGBT dan mempratekannya, anak bagaimana? Pernikahan itu tidak tentu harus punya anak, maka manusia punah. Iblis akan hancurkan relasi pernikahan. Lalu relasi pernikahan yang hanya mencari hawa nafsu akan membuat manusia merusakan hal yang paling dalam yaitu relasi, penerimaan dan juga kesetiaan kepada komitmen. Setia kepada komitmen, relasi paling dalam dan penerimaan, tiga hal paling penting dalam hidup manusia dirusak. Tiga hal yang manusia temukan di dalam persekutuan Kristen atau pun di dalam keluarga. Iblis mau merusak gereja dan keluarga, karena dua tempat ini akan menyatakan tentang penerimaan yang dalam, persekutuan dan juga kesetiaan kepada perjanjian. Kalau orang sudah tidak setia dengan pasangan hidupnya, dia akan menjadi sangat rusak, keluarganya akan rusak, dunia akan rusak, society akan rusak karena ketidak-setiaan di dalam pernikahan. Begitu orang menikah kemudian tidak setia satu sama lain, Tuhan akan membiarkan manusia hidup seenaknya dan setan akan berkuasa. Kerusakan demi kerusakan akan terjadi. Sayang, di Indonesia yang bersuara itu malah orang Islam “kami menolak pernikahan sejenis, laki-laki tidak boleh dengan laki-laki, perempuan tidak boleh dengan perempuan, harus laki-laki dan perempuan”. Pokoknya LGBT tolong terima kami. Kami tidak ingin Kekristenan ditolak oleh orang, maka kita harus se-friendly mungkin dengan mereka”. Kristen suaranya begitu. Yang Islam dengan suara keras mengatakan “tidak bisa, kami menolak”. Saya tidak mengatakan Saudara harus menghujat, membenci atau pun memberikan hukuman final kepada orang yang punya kecenderungan seks yang berbeda. Tuhan mengatakan kepada dia “Tuhan mengasihi kamu, bertobatlah, mari perbaiki hidupmu”. Itu sebabnya gereja tidak boleh menjadi tempat yang tidak menerima orang-orang yang menyimpang ini untuk diperbaiki. Sadar dosa terlebih dahulu itu yang terpenting, lalu setelah itu mari bertumbuh bersama-sama. Gereja adalah tempat orang berdosa yang mau bertobat. Saudara jangan membuat semacam perasaan diskriminatif kepada orang-orang berdosa yang mau kembali. Orang Kristen tidak boleh tolak orang yang mau bertobat. Tentu gereja menolak kemiripan dengan dunia ini, tapi gereja tidak menolak orang yang tadinya mirip dunia yang mau kembali. Pendosa mau kembali, mari kembali. Tapi gereja tidak boleh kompromi kepada apa yang dinyatakan Alkitab sebagai dosa. Dan Alkitab mengatakan ketika manusia tidak datang kepada Tuhan dan tidak menikmati Dia setiap hari, pelan-pelan kecemaran itu akan mengambil alih hidup. Waktu awalnya kita mengabaikan Tuhan, hidup tanpa Tuhan, menikmati segalanya tanpa mengingat Tuhan, tanpa melibatkan Tuhan, tanpa menyenangi Tuhan di dalamnya, maka pelan-pelan kita akan terseret. Dan itulah yang Paulus katakan seperti pikiran yang tidak benar. Pikiran tidak benar tidak berkait dengan ibadah dan menikmati Tuhan, sehingga apa pun fakta yang kita lihat, kita tidak lihat Tuhan di baliknya yang kita mau kasihi dan kita mau puji selamanya. Kiranya Tuhan memberkati kita dengan kemampuan menikmati Dia tiap-tiap hari.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Injil Kekuatan yang Merubah Hidup

Tema penting ayat 17 adalah kebenaran. Injil menyatakan kebenaran Allah, Injil menyatakan righteousness dari Allah. Ayat 18 dikatakanmurka Allah nyata dari atas karena manusia menindas truth, alethea, dengan kelaliman, ketidak-benaran, unrighteousness. Ini tema penting Paulus jelaskan di ayat-ayat selanjutnya 20-32. Dalam Bahasa Indonesia, benar versi pertama yaitu righteousness dengan benar versi kedua yaitu truth, itu sama, katanya adalah benar. Tapi dalam Bahasa Inggris dibedakan, yang pertama benar, righteousness, yang kedua adalah truth. Di dalam bahasa asli ada dikaiosunē, dikei itu berkait dengan adil dan kebenaran, righteousness. Lalu ada juga alethea, itu berkait dengan truth. Dua hal ini dibahas oleh Paulus dengan sangat indah. Kalau salah mengerti apa itu kebenaran yang dimaksud oleh Paulus, sulit memahami seluruh argumen Paulus. Di dalam tradisi Reformasi sebenarnya banyak dibahas tentang righteousness, temapenting di dalam Reformasi. “Saya adalah orang yang benar karena Tuhan mendeklarasikannya bagi saya di dalam Kristus. Jadi saya benar karena Kristus yang memberikan kebenaranNya kepada saya. Dalam pemikiran Paulus, kebenaran dan moral itu sangat berkait. Saudara tidak bisa menjadi orang benar yang tidak hidup dengan benar. Dinyatakan benar berarti orang yang percaya di dalam Injil, pelan-pelan ditarik keluar dari ketidak-benaran dan masuk dalam kehidupan yang diperkenan oleh Tuhan. Maka dalam tema pembenaran atau kebenaran terkandung dorongan untuk bertindak benar. Di dalam bukunya, Richard Hays mengkritik pandangan Reformed yang memisahkan antara pembenaran orang Kristen dan keharusan hidup baik. Akhirnya orang terus beranggapan, “kalau saya sudah milik Tuhan, semuanya beres”. Tapi Paulus selalu mengaitkan pembenaran dengan perubahan keadaan kecemaran hidup. Kecemaran hidup Tuhan benci, maka Tuhan memberikan pembenaran ini. Maka pembenaran itu sudah satu paket dengan pengudusan. Pembenaran tidak bisa dipisah dari tuntutan untuk hidup lebih baik. Dalam Roma 1, pembenaran adalah cara Tuhan perbaiki orang-orang yang bodoh karena penuh dengan kekotoran dari dalam hati dan dari tindakan keluar. Orang-orang cemar ini mau Tuhan perbaiki dengan memberi Injil karena di dalamnya nyata kebenaran Allah.

Kuasa Roh Kudus dalam Umat-Nya

(Kisah Para Rasul 1: 1-5; 2:1-12)

Kitab Suci mengajarkan Roh Kudus bekerja sangat besar. Dalam Kejadian 1, Allah Tritunggal diperkenalkan dengan pernyataan “pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi”, ada Allah. Lalu dikatakan bumi belum berbentuk dan kosong, Roh Allah melayang-layang di atas permukaan samudera raya yang menutupi seluruh bumi. Kata melayang-layang diterjemahkan sebagai menaungi untuk melakukan sesuatu tentang penciptaan. Jadi Roh Allah diperkenalkan lebih dulu sebelum penciptaan, ada Allah baru ada firman. Yohanes 1 mengatakan sang Firman itu adalah Kristus, pribadi kedua dari Allah Tritunggal. Roh diperkenalkan lebih dulu baru firman karena Roh melakukan pekerjaan yang mempersiapkan jalan bagi Sang Firman. Itu sebabnya Yohanes 1 diberitakan dengan konsisten, pada mulanya adalah firman, firman bersama dengan Allah dan firman itu adalah Allah. Tetapi di tengah pemberitaan itu tiba-tiba “adalah seorang yang diutus Allah, namanya Yohanes, dia bukan terang itu, tapi ia harus memberi kesaksian tentang terang itu”. Mengapa berita tentang firman diputus bahasannya oleh Yohanes Pembaptis? Waktu Saudara membaca Yohanes 1, berita tentang Yohanes Pembaptis seperti sengaja dimasukan. Kita lihat ceritanya tidak nyambung. Dimasukan tentang Yohanes Pembaptis Karena Yohanes adalah cara Roh Kudus bekerja menyiapkan Firman yang datang. Jadi sebelum Firman dinyatakan di bumi, Roh Kudus dulu menyatakan pekerjaan-Nya dengan sangat kuat. Gambaran orang Timur Dekat Kuno, air menutupi bumi adalah kekuatan maha dahsyat. Kalau air menutupi bumi, manusia mati. Kuasa bangsa kuat sering dilambangkan dengan samudera yang bergulung-gulung, banjir seluruh dataran adalah tanda kuasa jahat bekerja. Jadi air memenuhi bumi artinya kuasa yang benar-benar menghancurkan sedang bekerja. Kitab Suci mengatakan Roh Allah atau Roh Kudus melayang di atas permukaan air. Ini tanda Tuhan menyatakan kuasa membuat ciptaan lebih baik lewat Roh Kudus. Roh Kudus yang membuat seluruh ciptaan Tuhan menjadi teratur, berlimpah dan menjadi baik bagi manusia. Tanpa Roh Kudus, tidak ada apapun baik yang bisa terjadi.


Maka, Kejadian 1 menjadi starting point yang tidak boleh diubah, dilupakan dan hilang dalam pikiran kita waktu membaca seluruh Kitab Suci. Seluruh Kitab Suci adalah tentang Tuhan yang membuat ciptaan ini menjadi ciptaan yang lengkap, sempurna, dan indah. Keselamatan masuk Sorga bukan final, namun dalam 1 Korintus 15 finalnya adalah kebangkitan tubuh. Ketika Kristus datang kedua, kita dibangkitkan bersama orang percaya lain. Waktu itu kita akan menikmati langit dan bumi baru berdasarkan Wahyu 21 & 22, memberikan konklusi terhadap Kejadian 1. Tuhan sedang mengambil kembali apa yang sudah dirusak oleh manusia dan keberdosaannya. Maka peran Roh Kudus sangat besar. Dia lebih berkuasa dari kuasa jahat yang sedang bekerja di dalam diri kita, di dalam keberdosaan dunia. Dunia ini sedang berdosa dan sedang dirusakan. Dosa membuat kita tidak lagi menjadi manusia, membuat kita tidak bisa menikmati Tuhan dan dunia ini, tidak bisa menikmati apapun. Tapi banyak orang tidak sadar bahwa dosa mematikan dan tetap menjalankan dosa. Namun, Tuhan akan memperbaiki yang rusak ini. Tuhan memperbaiki dengan cara yang sangat ekstrim, seperti Tuhan membiarkan kerusakan menang sampai pada titik final. Sepertinya kerusakan itu menang, karena Yesus pun terpaku di kayu salib dan mati, kita tidak punya harapan. Tapi kebangkitan Kristus menunjukkan bahwa kuasa Tuhan menang. Dalam Kitab Suci dikatakan Roh yang membangkitkan Kristus akan diberikan kepada kamu juga. Dalam seluruh Surat Paulus, berbicara tentang kebangkitan Kristus sebagai sesuatu yang ada dalam diri Bapa dan Roh, tapi bukan dalam diri Kristus. Kristus tidak bangkit sendiri, Bapa dan Roh Kudus membangkitkan Dia. Ini konsisten dengan seluruh Perjanjian Baru. Tapi dalam Injil Yohanes, Yesus mengatakan “Aku berkuasa memberikan nyawa-Ku, Aku berkuasa menerimanya kembali”. Yesus memang berkuasa bangkit sendiri, tapi Dia tidak memakai kuasa itu karena kebangkitan tanda kemuliaan-Nya. Dia pasif karena menunggu Bapa mengirimkan Roh Kudus untuk membangkitkan Dia, supaya kebangkitan-Nya memuliakan Dia, Yesus tidak melakukan apa pun untuk kemuliaan itu. Kristus pasif waktu dibangkitkan, maka kita punya harapan untuk bangkit. Itu sebabnya Paulus mengatakan “sama seperti Kristus bangkit, demikian kamu akan bangkit”. Kita tidak punya kuasa untuk bangkit, Yesus punya tapi tidak Dia pakai supaya kita yang tidak punya kuasa tetap bisa bangkit. Inilah pengosongan diri Yesus. Sama seperti Bapa membangkitkan Kristus, demikian Bapa membangkitkan kita dengan Roh Kudus. Itu sebabnya Paulus mengatakan “jika Roh yang membangkitkan Kristus ada pada kamu, maka kamu juga akan dibangkitkan bersama-sama dengan Dia, Roh yang membangkitkan Kristus”. Betapa besar peran Roh Kudus dalam Kitab Suci. Dalam peristiwa Israel keluar dari Mesir, Tuhan pimpin mereka dengan cara yang unik. Ada jalan yang lebih singkat, namun mereka pergi ke utara dan membentur laut, tidak ada tempat lari. Musa diberkati oleh Tuhan dengan mengatakan “ulurkan tongkatmu semalam-malaman”. Alkitab mengatakan Tuhan mengumpulkan angin untuk meniup laut sehingga mulai terbelah. Angin bisa diartikan nafas (nephesh) atau roh (ruah). Kedua kata itu tidak beda. Ini pekerjaan yang mirip dengan Kejadian 1, bahwa Allah menaungi samudera untuk membuat samudera mulai menyingkir dan muncul daratan melimpah, Roh Kudus yang kerjakan. Roh Kudus membuat laut terbelah kemudian orang Israel berjalan di tanah kering. Ini gambaran kisah penciptaan. Air laut menyingkir dan muncul daratan merupakan simbolik, setelah itu laut akan tertutup lagi ketika orang Mesir yang lewat. Tuhan memberikan kuasa besar yang mematikan musuh-musuh Israel. Roh Kudus memiliki kuasa demikian besar.


Dalam Kitab Hakim-hakim, ada cicipan mesianik. Orang-orang ini bagus di satu sisi, tapi gagal di sisi yang lain. Ini namanya mesianic figure, memberikan cerminan tentang apa yang akan terjadi kalau Mesias itu benar-benar sudah datang. Kitab Hakim-hakim tidak pernah lupa mengatakan “Roh Kudus berkuasa atas mereka”. Roh Kudus berkuasa atas Simson, Yefta, Gideon, dll. Tapi Roh Kudus memimpin sebagian aspek dari hidup mereka, ketika mereka memberontak Roh Kudus meninggalkan mereka. Roh Kudus tidak berdiam bersama mereka tapi mengijinkan adanya kuasa besar yang terjadi dalam hidup mereka. Alkitab membicarakan tentang betapa spektakulernya pekerjaan Roh Kudus. Roh Kudus adalah Pribadi Allah yang memanifestasikan diri dengan cara yang spektakuler. Sebelum orang Kristen memahami itu, mereka tidak mengerti fungsi, kekuatan, dan berkat ketika menjadi orang Kristen. Alkitab mengatakan “kalau kamu menjadi orang Kristen, kamu akan mendapatkan Roh Kudus”, ini sesuatu yang kita tidak bisa mengerti. Para hakim itu dipenuhi oleh Roh Kudus. Raja Saul pun penuh dengan Roh Kudus. Sebelum Saul jatuh dalam dosa, Saul diangkat oleh Samuel atas pilihan Tuhan dengan cara yang unik. Tuhan mengatakan “Samuel, sebentar lagi akan ada orang kampung yang tersesat, urapi dia menjadi raja”, “maaf? Dia dari suku mana?”, “Benyamin”. Suku Benyamin adalah suku yang paling kecil, namanya buruk, busuk, jelek. Tapi Saul tetap diurapi menjadi raja setelah ia mendapatkan konfirmasi Tuhan karena Roh Kudus memenuhi dia. Setelah dia diurapi, dia kepenuhan seperti nabi dan berani bernubuat. Dalam Kitab Samuel, Saul berani bernubuat di daerah pendudukan orang Filistin, di daerah Israel. Salah satu ciri bernubuat adalah berani menyatakan kemenangan Israel di tengah penjajahan bangsa lain. Doa seperti ini sering terjadi, berani menyatakan nubuat di tengah-tengah pendudukan bangsa lain. Sehingga orang bertanya apakah Saul juga termasuk dari kelompok para nabi? Ini menjadi satu fenomena Saul yang luar biasa. Tapi setelah itu dia menjadi sombong dan Roh Kudus pun undur dari dia. Kemudian Roh Kudus mengurapi seorang bernama Daud. Alkitab mengatakan Roh Kudus tidak undur dari Daud namun memenuhi Daud. Orang dipenuhi oleh Roh Kudus itu berkat besar. Karena dia dipenuhi Roh Allah yang mengalahkan bangsa-bangsa dan memberikan ketenteraman di bumi. Tidak ada kuasa lebih besar yang dimanifestasikan oleh Allah selain diri-Nya sendiri melalui Roh Kudus. Namun, kuasa Roh Kudus yang besar tidak boleh dimiliki oleh siapa pun selain pemimpin umat Tuhan. Tuhan mengatakan kepada Daud “anakmu yang akan Aku bangkitkan setelah kamu mati. Dia akan menjadi raja selama-lamanya dan Aku akan menyertai dia. RohKu tidak akan meninggalkan dia, seperti meninggalkan Saul”. Maka Yesus adalah yang diurapi, dipenuhi oleh Roh Kudus. Yesus di dalam Kitab Suci menyempurnakan pekerjaan Roh Kudus dari awal Kitab Kejadian sampai akhir Perjanjian Lama. Yang dilakukan Roh Kudus adalah memberkati pemimpin Israel, tujuannya supaya seluruh Israel menjadi satu. Roh Kudus memenuhi Bezaleel karena ia merancang Kemah Suci, simbol seluruh ciptaan. Kemah Suci dijadikan simbol untuk seluruh bumi dan Roh Kudus yang kerja untuk menyempurnakan Kemah Suci melalui Bezaleel. Berarti hint penting yaitu Roh Kudus akan memperbaiki seluruh bumi dan menyatukan umat Tuhan. Ini dua hal yang akan Dia kerjakan sangat besar. Roh Kudus adalah Roh Hikmat yang akan menyempurnakan penciptaan. Saudara bisa lihat dari sejak Roh Kudus datang sampai sekarang, banyak sekali perubahan besar yang terjadi seiring dengan perkembangan Kekristenan di seluruh bumi. Tidak ada yang bisa sangkal ini. Jadi Roh Kudus adalah Roh yang akan memajukan, membuat manusia mungkin untuk mengembangkan tempat di bumi ini. Dari awal itu yang Dia kerjakan dengan menutupi seluruh bumi yang adalah permukaan air untuk memberikan kemungkinan daratan muncul dan menjadi tempat manusia. Sejak Dia datang ke dunia menggenapi pekerjaan Kristus, Kekristenan tidak bisa dihambat oleh siapa pun. Di dalam Wahyu ini yang disebut sebagai Kerajaan Seribu Tahun, ketika iblis diikat oleh kuasa Roh Kudus. Iblis diikat dan Injil menyebar sehingga seluruh bangsa datang kepada Tuhan. Dari Adam sampai Maleakhi tidak bisa Kerajaan Tuhan lewat umat Tuhan berkembang ke seluruh bumi karena Raja belum datang dan Roh Kudus belum bekerja. Tapi setelah Kristus bangkit tidak ada daerah yang didatangi oleh misionaris kemudian Kekristenan mati. Kekristenan tetap akan datang meskipun dia minoritas. Tapi dia akan menaklukan bangsa-bangsa, ini bentuk dari pekerjaan Roh Kudus.


Dalam Kitab Yoel ada nubuat, “akan ada waktu di akhir zaman di mana Aku akan curahkan Roh-Ku bukan kepada pemimpin Israel, tapi pada semua orang, laki-laki atau pun perempuan, tua atau pun muda, besar, kuat atau pun lemah, orang bangsawan atau orang biasa, dewasa maupun anak-anak. Aku akan curahkan RohKu”. Ini terjadi saat Pentakosta. Pentakosta adalah saat dimana kuasa yang menghancurkan kuasa jahat dan menenangkan seluruh bumi diberikan kepada setiap individu. Pentakosta adalah tanda dimana Tuhan berbelas-kasihan memberikan Roh Kudus kepada semua orang yang percaya kepada Kristus. Tapi pertanyaannya adalah 2.000 tahun setelah Pentakosta dimana Roh Kudus? Alkitab mengatakan tetap ada di gereja Tuhan. Roh Kudus tidak meninggalkan individu yang percaya Kristus. Namun problemnya, Roh Kudus tidak mau kerjakan apapun di dalam orang yang tidak bergairah untuk Tuhan. Ini penting sekali, Pentakosta adalah hari dimana kita dibakar kembali untuk sadar Tuhan kerjakan hal-hal besar kalau kamu mau datang kepada Tuhan. Ketika kita mau kerjakan hal besar, itu pun gerakan Tuhan. Kita harus benar-benar paksa diri untuk mengagumi Tuhan, kerjakan apa yang Tuhan mau, dan hidup bagi Tuhan. Pernahkah Saudara berpikir bahwa Saudara bisa menginjili orang dan orang akan bertobat? Tidak, karena kita lihat diri, bukan Roh Kudus. Itu bodoh! Minta Tuhan untuk mampukan Saudara, doakan kepada Tuhan. Jangan menjadi salah dan dikuasai oleh setan yang membuat kita tidak mengerti siapa Roh Kudus.


Setelah itu murid Yesus mulai mengerjakan apa yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Murid Yesus bukan lagi terdiri dari satu bangsa, tapi dari banyak bangsa. Kisah Para Rasul dimulai dari pasal 2, Roh Kudus turun. Dan setelah itu Roh Kudus bekerja dengan limpah, membentuk orang-orang Kristen dari sepanjang sejarah untuk memenangkan orang-orang kembali kepada Tuhan. Begitu banyak hal sulit terjadi, tapi yang Tuhan mau terjadi tidak pernah batal terjadi, ini namanya kemenangan. Kemenangan berarti berbagian di dalam apa yang Tuhan mau. Ketika Roh Kudus hadir, mereka tidak bisa dihentikan untuk memberitakan Injil, mengerjakan hal yang akan memperbarui bumi.


Unik dalam Perjanjian Baru, Roh Kudus adalah Roh yang paling kuat dan paling besar dampaknya sekaligus paling lemah lembut, dua titik ekstrim. Kitab Suci menggambarkan Roh Kudus sebagai yang mampu memecahkan lautan, tapi di sisi lain sebagai yang akan didukakan oleh kebebalan kita. Roh Kudus akan tenang dan diam ketika Saudara memutuskan tidak mau ikut dengan apa yang Dia kerjakan. Murid-murid punya orientasi masa lalu yang perlu diperbaiki, maka dikatakan di dalam Kisah Para Rasul, Yesus Kristus menunjukan diri hidup kepada mereka berulang-ulang. Yesus mau menekankan bahwa ketika Dia hadir di tengah murid, Dia mengajarkan para murid untuk mengubah cara berpikir. Ubah cara berpikir yang tadinya hanya melulu berpikir tentang diri, kemudian harus punya pikiran besar. Roh Kudus datang menggerakan kamu memimpin seluruh bumi datang kepada Tuhan. Mengubah mindset ini sangat sulit. Dari Kisah Para Rasul 1, murid-murid bertanya baru di pasal 15 mereka mengerti. Tuhan mau membawa berita Injil sampai ke seluruh dunia karena Tuhan mau memperbarui seluruh bumi lewat orang Kristen. Tuhan menyatakan Dia akan memberikan kepada Israel, tanah yang berlimpah susu dan madunya, menikmati penyertaan Tuhan dan tidak akan dikagetkan oleh apapun. Sekarang Tuhan mau seluruh bangsa alami ini. Itu bukan view mudah menjadikan seluruh bangsa milik Tuhan dengan membangun jemaat di tiap bangsa. Penginjilan satu hal, membangun jemaat di setiap bangsa itu hal lain. Ini yang diperintahkan Yesus di Matius 28 “jadikanlah semua bangsa muridKu”. Supaya mereka bisa mengerti semua yang Tuhan ajarkan. Di seluruh dunia Roh Kudus bekerja terus, taruh gereja-Nya, nyatakan gereja-Nya, bangkitkan gereja-Nya.


Murid-murid mendapatkan view yang besar tentang Kerajaan Allah, jadikan yang Tuhan mau di sini. Tuhan ingin menjadikan semua milik Dia. Abraham Kuyper mengatakan Tuhan mau kita perbaiki bumi tapi Tuhan sendiri mau perbaiki bumi lewat Sang Allah jadi manusia. Tuhan mau perbaiki bumi dengan kematian dan kebangkitan AnakNya untuk mempertobatkan orang. Maka Kuyper menyindir orang-orang Belanda yang memunyai konsep teologi tentang Tuhan yang sangat friendly dan kemanusiaan yang tanpa dosa. Manusia yang tanpa dosa tidak mungkin bertemu dengan Tuhan yang sangat friendly berusaha untuk memperbarui bumi ini. Manusia tidak memunyai kekuatan untuk mengubah bumi karena bumi dirusak dengan kekuatan yang supra-manusia. Kuyper sadar, kita bisa memperbarui bumi ini kalau ada kelahiran baru dari atas. Kalau Tuhan tidak melahir-barukan kita kembali, kita tidak sanggup. Tuhan mau perbarui bumi ini, Tuhan bangkitkan gerejanya.


Tuhan membangkitkan gerejaNya dengan mulai membangkitkan orang-orang dari bangsa-bangsa untuk celik matanya. Ketika Roh Kudus mengerjakan pekerjaan-Nya dalam diri orang, ada perubahan yang paling dasar yaitu keberanian untuk rendah hati di hadapan Tuhan. Orang susah rendah hati di hadapan Tuhan, karena jiwa sombong itu menunjukan betapa kerdilnya orang. Orang yang punya kebanggaan di dalam Tuhan akan sadar bahwa kebanggaan itu tidak akan hilang no matter what. Tuhan mau ubah kita dengan cara melihat apa yang Tuhan mau kerjakan di bumi dan menjadikan diri kita alat. Waktu Saudara merasa diri adalah alat, Saudara akan sadar satu hal yaitu Tuhan begitu sayang dan peduli dengan alatnya ini, sehingga Dia mengatakan “ini bukan alat, ini anak-Ku”. Itu sebabnya seorang bernama Henri Nouwen mengatakan, yang menjadi problem di dalam hidup kita sekarang adalah kita kurang diterima. Kita tidak rasa kita sudah diterima, kita selalu merasa ada yang kurang, kita ada problem ini. Dan ini yang membuat kita tidak sanggup melakukan apapun di bumi. Perasaan tidak menjadi milik siapa pun, ini perasaan menakutkan yang akan dialami setiap orang berdosa. Tanpa penerimaan seperti ini, sulit untuk berjuang. Itu sebabnya ketika seorang bernama Nikodemus bertanya kepada Yesus “Engkau pasti dari sorga, Engkau pasti dari Kerajaan Allah”, Yesus mengatakan “kamu tidak bisa melihat Kerajaan Allah kecuali kamu dilahirkan dari atas”. Apa yang memperbarui seseorang setelah dia dilahirkan dari atas? Adalah kesadaran bahwa dia aman milik Tuhan selama-lamanya. Roh Kudus diberikan untuk memampukan kita kerja bagi Tuhan, tapi sebelum itu terjadi, Roh Kudus menyatakan diri sebagai jaminan bahwa Saudara adalah milik Tuhan. Saudara milik Tuhan maka Saudara berjuang bagi Tuhan. Saudara tidak bisa berjuang kalau tidak tahu berapa besar Tuhan mengasihi dan memiliki kita. Semangat juang orang Kristen muncul dari penerimaan Tuhan. Tuhan terima saya, saya tidak punya hal lain yang akan hilang, saya tidak ada apapun lagi yang saya perlukan, cari, dan perjuangkan. Setelah Tuhan menerima saya, saya mati-matian berjuang bagi Tuhan. Ini yang membuat Roh Kudus menyatakan pekerjaanNya di bumi. Roh Kudus memakai manusia, manusia yang sadar dia milik Tuhan akan mulai berjuang. Tanda dia milik Tuhan adalah adanya Roh Kudus. Roh Kudus menjadi segel yang menyatukan kita dengan Kristus. Tuhan tidak memakai janji perjanjian dari sapi yang dipotong, Tuhan tidak memakai janji perjanjian dengan bangunan monumen tertentu. Tuhan pakai tanda perjanjian Pribadi ketiga dari Allah Pencipta langit dan bumi ada pada Saudara dan saya. Pencipta langit dan bumi memberikan diri-Nya sebagai jaminan. Tuhan adalah jaminan bahwa engkau adalah milik Tuhan. Saudara mau minta apa dari Tuhan? Saudara sudah menjadi milik Dia. Dari sini orang akan berjuang. Perjuangan orang Kristen lain dari yang lain, orang Kristen berjuang memberitakan Injil, melepas semua, lalu orang bilang “kamu bodoh, seperti orang gila, kerja mati-matian seperti ini, korbankan semua untuk apa?” jawaban orang Kristen cuma satu “karena Kerajaan Allah mesti dinyatakan di dunia ini”. “Mengapa kamu yang mengerjakan?”, “karena aku milik Tuhan selama-lamanya. Aku sudah dimiliki oleh Dia, Roh Kudus ada padaku”. Meskipun Roh Kudus seperti tidak terlihat, seperti pekerjaan-Nya tenang, Saudara harus tahu kuasa Dia menyatukan Saudara dengan Tuhan begitu besar. Calvin memunyai konsep yang unik sekali, Pribadi ketiga adalah ikatan dari Pribadi pertama dan kedua di dalam relasi kasih. Sekarang Roh Kudus yang sama diberikan kepada Saudara. Maka Saudara sedang diajak berbagian di dalam relasi Tritunggal, Trinitarian relation. Relasi Saudara dengan Tuhan lebih dekat dari pada relasi antara malaikat dan Tuhan. Alkitab mengatakan malaikat pun ingin tahu apa yang dialami oleh orang-orang yang sudah mendengar Injil, tapi mereka tidak bisa. Ini yang Roh Kudus lakukan, Roh Kudus ada di dalam diri kita, menjadikan kita milik Tuhan selama-lamanya. Kalau kita adalah milik Tuhan, maka langit dan bumi yang adalah milik Tuhan, juga milik kita. Kita tidak bekerja di bumi ini sebagai tamu, tapi kita bekerja sebagai orang yang memang Tuhan sudah undang untuk mendiami bumi bersama-sama. Namun, banyak orang Kristen bekerja seperti pembantu, “mengapa kamu mengerjakan pekerjaanmu di bumi?”, “karena disuruh Tuhan”. Kita bekerja di bumi, berjuang mati-matian sebagai tamu, sebagai orang yang tidak merasa ini milik kita, sebagai orang yang tidak mewarisi Kerajaan Allah. Maka kita mengatakan “mengapa saya mengerjakan ini? Saya capek mengerjakan ini”, dan Saudara kehilangan kekuatan, entah sebagai pengkhotbah, sebagai hamba Tuhan, atau sebagai orang yang mengerjakan pekerjaan sehari-hari di masyarakat. Saudara kehilangan kekuatan, lemah, iblis akan menang kembali. Kuasa yang tadinya ada pada Saudara menjadi tidak real. Tapi kalau kita ingat hari Pentakosta, Saudara ingat satu hal, Saudara sudah menjadi milik Tuhan. Sorga dan bumi milik Tuhan, Tuhan berikan kemungkinan untuk kita nikmati sorga dan bumi bersama dengan Dia. Maka kita berjuang di tengah-tengah bumi ini sebagai milik Tuhan, itu besar sekali. Tahu dari mana kita milik Tuhan? Dengan Roh Kudus yang ada pada kita. Kalau Roh Allah tidak ada di dalam Saudara, Saudara akan binasa. Tidak ada ranah netral. Entah Saudara mengalami semua yang saya katakan tadi, entah Saudara memiliki semua yang saya omongkan tadi, atau Saudara ke neraka. Tidak ada titik tengah. Kalau orang mengatakan “apakah Roh Kudus ada di dalam kamu?”, harusnya Saudara mengatakan demikian “kalau Roh Kudus tidak ada di dalam diri saya, celaka saya, saya mati. Karena kalau Roh Kudus tidak ada, saya bukan milik Tuhan”. Maka yang harus kita gumulkan adalah “apakah saya sedemikian malas untuk berjuang bagi Tuhan sehingga kuasa Roh Kudus tidak pernah terasa atau jangan-jangan saya bukan milik Roh Kudus? Ini pengujian yang penting untuk kita pahami. Tapi di dalam Kitab Suci jawabannya sangat simple, kalau Saudara concern, Saudara gentar, Saudara takut Roh Kudus tidak ada dalam diri Saudara, berarti Roh Kudus sedang bekerja di dalam diri Saudara. Jika Saudara percaya Kristus, itu pekerjaan Roh Kudus. Dan kalau Saudara sudah percaya Kristus, tapi Saudara tidak melihat Dia menyatakan diri di dalam diri Saudara, mari berdoa, mari minta tolong sama Tuhan karena ini adalah penyakit yang tidak boleh terjadi, tapi faktanya sering terjadi. Dan kalau Saudara merasa seperti Roh Kudus tidak mengerjakan apa-apa di dalam hidup, ini bukan berarti Saudara bukan milik Tuhan. Mari minta Tuhan mengerjakan di dalam diri kita hal-hal yang akan Dia kerjakan di dalam diri orang-orang yang sudah dimiliki oleh Roh Kudus. Sama seperti Tuhan bekerja dengan limpah lewat Israel, mari Tuhan bekerjalah lewat saya juga. Sama seperti Tuhan membangkitkan umatNya melalui seluruh bumi dengan Injil, mari Tuhan pakai saya juga. Sama seperti Tuhan mengubah bumi ini dengan pembaruan-pembaruan yang menjadi berkat, mari Tuhan pakai saya juga, pakai saya untuk benar-benar memunculkan pekerjaan Tuhan dengan limpah seperti yang Tuhan mau. Harap ini yang kita pahami. Mari kita ingat, Roh Kudus bukan angin tenang yang tidak memunyai kekuatan apa pun, Roh Kudus adalah kuasa yang akan membelah lautan kalau perlu.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Makna Kenaikan Kristus ke Sorga

(Matius 28: 16-20)

Ketika orang Yahudi melihat kenaikan Yesus, tidak ada hal lain selain kagum. Mereka kagum karena mereka yang mengenal Kristus mengetahui bahwa ini sudah diberitakan di Kitab Suci. Yesus pernah mengatakan Ahli Taurat yang mendengar berita Injil Kerajaan itu seperti orang yang keluarkan dari perbendaharaannya semua hartanya. Orang Yahudi yang sudah kenal Perjanjian Lama, kalau dia mau percaya Yesus, dia akan mendapatkan kekayaan yang limpah di dalam mengerti semua ujung Perjanjian Lama yang sulit disatukan. Jadi begitu banyak hal di Perjanjian Lama yang seperti cerita terpisah-terpisah dan berlainan satu dengan lain, kedatangan Kristus mengikat semuanya menjadi satu di dalam diri Dia. Satu hal yang orang Yahudi lihat setiap Imam Besar mengadakan pendamaian untuk dosa, yaitu mengambil darah dari korban yang disembelih untuk pengampunan dosa. Setelah itu dengan satu wadah dia akan masuk ke ruang suci dari mezbah. Dari ruang suci akan masuk ke ruang Maha suci melewati tirai yang tidak boleh dilewati orang lain. Setelah masuk ke ruang maha suci, dia akan percikan tujuh kali darah itu ke tutup pendamaian. Setelah itu maka upacara penghapusan dosa selesai. Kita sering melihat gambaran Bait Suci dan upacara itu terpisah dari Injil, orang Kristen bingung apa gunanya cerita Perjanjian Lama terutama terkait Bait Suci. Bedanya kita dengan orang Yahudi adalah kita selalu menganggap cerita Bait Suci tidak relevan lagi, itu problemnya. Sedangkan orang Yahudi melihat cerita Bait Suci sebagai inti agama mereka. Orang Yahudi mengatakan “kalau kamu tidak setuju Bait Suci, kamu bukan Yahudi”. Saya ingin katakan, kalau Saudara tidak setuju Bait Suci, Saudara bahkan bukan orang Kristen. Karena orang Kristen pun harus mengerti sentralnya Bait Suci. Inti Perjanjian Lama ada di seputar Kemah Suci di Keluaran, Imamat, Bilangan, atau Bait Suci di zaman Daud dan seterusnya. Jadi Kemah atau Bait Suci menjadi inti menafsirkan apapun di Perjanjian Lama. Daud pernah mengatakan “Korban yang Tuhan mau lihat adalah hati yang hancur”, setelah itu ditutup dengan perkataan “setelah itu aku akan membawa korbanku dan bersukaria waktu mempersembahkan korban di hadapan Tuhan”. Jadi korban Bait Suci menjadi inti penting. Dalam Kitab Keluaran atau Kitab Raja-raja, orang Yahudi melihat gambaran bumi ada di Bait Suci. Sebagai contoh, gambaran detail yang Tuhan perintahkan kepada Bezaliel di Keluaran, atau yang Salomo kerjakan waktu dia mendirikan Bait Suci. Salomo mempunyai garden theology, sangat banyak memakai contoh gambaran taman, pohon-pohonan, buah-buahan. Mengapa taman begitu penting? Karena taman me-refer pada Taman Eden, lambang baiknya ciptaan jika manusia taat kepada Tuhan. Jika manusia taat, maka bumi akan seindah Taman Eden. Bahkan Tuhan menjanjikan Taman Eden yang sempurna nanti ketika manusia berhasil menjalankan tugasnya.


Itu sebabnya keadaan damai dan limpah dari taman digambarkan di Bait Suci. itu merupakan gambaran kosmos dalam pengertian Yunani. Artinya, gambaran tentang seluruh dunia diwakili oleh Bait Suci,  simbol ciptaan Tuhan. Uniknya, Bait Suci bukan hanya simbol ciptaan di bumi, itu juga simbol sorga. Itu sebabnya ruang maha suci identik dengan sorga. Jadi seluruh bait melambangkan bumi dan ruang maha suci melambangkan sorga. Imam yang masuk ke ruang mahasuci merupakan gambar Allah yang sejati. Maka di Bait Suci ada pemulihan manusia lewat contoh imam, image of God. Kita adalah gambar Allah yang menyatakan kehadiran Allah di bumi. Maka kita membayangkan betapa mengharukannya bagi orang Israel yang setia, ketika melihat sang imam besar itu ke ruang maha suci. Ketika itu, dia mendapatkan kesempatan mewakili seluruh Israel menikmati Tuhan dan menyatakan pengampunan bagi seluruh Israel. Orang Israel bisa melihat upacara korban itu sebagai pengulangan yang membosankan. Tetapi mereka tidak mungkin bosan merenungkan Gunung Sinai. Di sana, Musa ke atas gunung yang penuh dengan kemuliaan Tuhan. Bisa bayangkan betapa menggentarkannya pemandangan ini, karena orang Israel takut, mereka menyuruh Musa pergi. Dia ditemani oleh Harun, beberapa tua-tua dan Yosua. Tuhan suruh yang lain berhenti di tengah gunung kecuali Musa. Hanya Musa boleh masuk, tembus tempat yang penuh dengan kemuliaan Tuhan. Tuhan berkali-kali memberikan pesan bahwa kemuliaan Gunung Sinai mau dibawa oleh Tuhan ke tengah perkemahan. Yang Israel lihat di Sinai, mau Tuhan jadikan pengalaman kekal di Kemah Suci. Maka kita lihat terangnya Tuhan tercermin dalam wajah Musa, sehingga waktu Musa turun mukanya bercahaya. Jadi ada gambaran itu, mereka sekarang bisa menikmati Tuhan di tengah perkemahannya karena Tuhan mau hadir hanya di Kemah Suci. Kitab Keluaran mengatakan di atas tutup pendamaian Tuhan hadir dan hanya Musa yang boleh berbicara dengan Tuhan di atas tabut perjanjian itu. Waktu Harun dan Miriam iri dengan Musa, “sungguhkah Tuhan hanya berfirman lewat Musa?”Akhirnya Tuhan membela Musa. Tabut Perjanjian dibuat demikian indah tapi bentuknya mirip tumpuan kaki raja. Gambaran dari tabut perjanjian mirip seperti tempat kaki raja. Ini menjadi lambang kehadiran Tuhan di atas Tabut Perjanjian. Maka ada 2 gambaran, gambaran pertama Bait Suci sebagai kosmos, seluruh bumi dan sorga dilambangkan oleh Bait Suci. Yang kedua, Bait Suci sebagai tempat di mana Imam Besar bertemu Tuhan.


Di Perjanjian Baru, ada gambaran yang indah. Bait Suci tidak lagi center agama, melainkan Kristus. Tapi perpindahan dari Bait Suci ke Yesus itu mirip dengan perpindahan Gunung Sinai ke Kemah Suci. Alkitab secara unik memberikan penjelasan tentang apa pun yang dia bagikan melalui cerita-cerita di dalamnya. Maka sekarang kita mengerti Perjanjian Baru menggambarkan Yesus sedang masuk ke ruang maha suci. Kitab Ibrani menjelaskan itu dengan detail, Yesus masuk ke ruang maha suci, seluruh bumi ini seperti Bait SuciNya, itu agung sekali. Kita seperti orang Israel yang melihat imam besar melakukan prosesi. Yesus sebagai Imam Besar menyembelih diri-Nya sendiri di atas kayu salib. Kita sedang melihat Yesus pergi ke salib seperti imam pergi ke mezbah. Mengapa kayu salib ada di luar Yerusalem? Karena mezbah ada di luar tempat suci, apalagi tempat maha suci. Mezbah untuk menyembelih binatang adalah simbol penggenapan salib. Yesus mati di kayu salib sama seperti korban mati di mezbah. Orang Yahudi yang mengerti ini langsung melihat genapnya gambaran Kemah Suci yang sangat penting. Setelah Kristus disalib, seperti imam besar, dia akan membawa darah ke ruang maha suci. Yesus membawa itu pada saat Dia akan naik ke sorga. Jadi pentingnya peristiwa Kenaikan Tuhan Yesus sama pentingnya dengan peristiwa imam besar masuk ke ruang maha suci. Seluruh bumi adalah Bait Suci dan sorga adalah ruang maha sucinya. Maka, peristiwa naiknya Tuhan Yesus ke sorga sangat penting karena itu peristiwa masuknya Imam Besar sejati ke ruang maha suci membawa darah-Nya, yaitu diri-Nya sendiri. Dia membawa darah-Nya di dalam tubuhNya, Dia naik ke sorga sebagai manusia berdarah dan berdaging. Dia mempersembahkan diri-Nya sebagai persembahan penuh kemenangan, bukan seperti binatang yang dipersembahkan oleh imam besar. Yesus menjadi korban hidup yang pertama. Paulus mengatakan, “kamu semua adalah korban hidup, mirip Yesus. Dia tidak membawa diriNya mati ke sorga, Dia membawa diriNya hidup. Di sana Dia bersyafaat bagi kita. Ini yang dilakukan imam setelah imam memercikan tujuh kali, dia keluar dan berdoa bagi bangsa itu kepada Bapa. Yesus juga senantiasa berdoa bagi kita di sorga, ini gambarannya. Kalau Yesus melakukan itu di sorga, kita melakukan apa di bumi? Dalam Matius 28, Yesus mengatakan “yang harus kamu lakukan adalah mengerti apa yang sudah terjadi dan kamu boleh nikmati, dan apa yang akan engkau nantikan” Sorga adalah ruang maha suci, tidak berguna bagi seluruh rakyat kecuali imam. Imam harus keluar dari ruang maha suci, lalu memberkati rakyat. Yesus menjanjikan hal yang sama “Aku akan pergi ke rumah Bapa, Aku akan datang kembali”. Dia akan keluar dari sorga dan menjemput kita. Di dalam Kitab Wahyu kita melihat gambaran sorga dan bumi menjadi sempurna dan Bait itu menjadi genap. Kita bisa melihat cerita Alkitab dari salah satu sudut pandang mengenai perjalanan Bait menuju Bait yang sejati, Bait yang berupa Taman Eden di Kejadian, berupa Kemah Suci di Kitab Keluaran, berupa Bait Suci di Kitab Raja-Raja, berupa Kristus dan gereja-Nya di Perjanjian Baru, akan menjadi genap di Kitab Wahyu. Maka tema utama dari Alkitab jangan pernah Saudara lupakan. Kalau kita melihat tema Bait Suci, tema Bait Suci juga yang sedang digambarkan dalam Kitab Injil. Tuhan Yesus pergi ke ruang maha suci yaitu sorga. Sebelum Dia pergi, Dia memberikan pesan kepada murid-murid, berbeda dari pesan untuk orang tidak percaya. Ini gambaran yang indah sekali dari ayat 11-15 dilawankan ayat 16-20. Di ayat 11-15 ada keadaan dari orang-orang yang tidak percaya Tuhan, penuh dengan kebohongan, suap dan segala hal yang berkait dengan diri dan uang. Tapi di dalam ayat 16-20, orang yang mengikut Kristus mendapatkan satu hal yaitu kuasa. Pengikut Kristus mendapatkan kuasa, pembenci Kristus mendapatkan kesulitan karena mereka hidup dalam dusta, kebohongan, penerimaan diri, dan keadaan ingin mencari uang. Dua hal ini menjadi dua benturan yang Kitab Matius ingin sampaikan kepada kita. Yesus memberkati seluruh murid dengan kalimat yang indah sekali “Aku pemilik kuasa di sorga dan di bumi”. Kuasa bukan untuk menghancurkan orang, tetapi membangun orang. Kuasa sejati bukan untuk menunjukan diri lebih hebat. Kuasa sejati untuk menunjukan kamu berelasi, kenal, ikut, dan taat dengan Aku, kamu menjadi lebih baik. Di mana orang berkuasa ada dan hadir di situ, sekitarnya mendapat berkat kelimpahan pengenalan akan Tuhan. Kristus punya kuasa di sorga dan di bumi, tidak ada lebih tinggi dari kuasa Dia. Kuasa-Nya tidak pernah dinyatakan untuk menghancurkan orang lain, tapi memulihkan sorga dan bumi. Dialah Pembaru yang sejati itu.


Makna Kenaikan Kristus ke Sorga

(Matius 28: 16-20)

Ketika orang Yahudi melihat kenaikan Yesus, tidak ada hal lain selain kagum. Mereka kagum karena mereka yang mengenal Kristus mengetahui bahwa ini sudah diberitakan di Kitab Suci. Yesus pernah mengatakan Ahli Taurat yang mendengar berita Injil Kerajaan itu seperti orang yang keluarkan dari perbendaharaannya semua hartanya. Orang Yahudi yang sudah kenal Perjanjian Lama, kalau dia mau percaya Yesus, dia akan mendapatkan kekayaan yang limpah di dalam mengerti semua ujung Perjanjian Lama yang sulit disatukan. Jadi begitu banyak hal di Perjanjian Lama yang seperti cerita terpisah-terpisah dan berlainan satu dengan lain, kedatangan Kristus mengikat semuanya menjadi satu di dalam diri Dia. Satu hal yang orang Yahudi lihat setiap Imam Besar mengadakan pendamaian untuk dosa, yaitu mengambil darah dari korban yang disembelih untuk pengampunan dosa. Setelah itu dengan satu wadah dia akan masuk ke ruang suci dari mezbah. Dari ruang suci akan masuk ke ruang Maha suci melewati tirai yang tidak boleh dilewati orang lain. Setelah masuk ke ruang maha suci, dia akan percikan tujuh kali darah itu ke tutup pendamaian. Setelah itu maka upacara penghapusan dosa selesai. Kita sering melihat gambaran Bait Suci dan upacara itu terpisah dari Injil, orang Kristen bingung apa gunanya cerita Perjanjian Lama terutama terkait Bait Suci. Bedanya kita dengan orang Yahudi adalah kita selalu menganggap cerita Bait Suci tidak relevan lagi, itu problemnya. Sedangkan orang Yahudi melihat cerita Bait Suci sebagai inti agama mereka. Orang Yahudi mengatakan “kalau kamu tidak setuju Bait Suci, kamu bukan Yahudi”. Saya ingin katakan, kalau Saudara tidak setuju Bait Suci, Saudara bahkan bukan orang Kristen. Karena orang Kristen pun harus mengerti sentralnya Bait Suci. Inti Perjanjian Lama ada di seputar Kemah Suci di Keluaran, Imamat, Bilangan, atau Bait Suci di zaman Daud dan seterusnya. Jadi Kemah atau Bait Suci menjadi inti menafsirkan apapun di Perjanjian Lama. Daud pernah mengatakan “Korban yang Tuhan mau lihat adalah hati yang hancur”, setelah itu ditutup dengan perkataan “setelah itu aku akan membawa korbanku dan bersukaria waktu mempersembahkan korban di hadapan Tuhan”. Jadi korban Bait Suci menjadi inti penting. Dalam Kitab Keluaran atau Kitab Raja-raja, orang Yahudi melihat gambaran bumi ada di Bait Suci. Sebagai contoh, gambaran detail yang Tuhan perintahkan kepada Bezaliel di Keluaran, atau yang Salomo kerjakan waktu dia mendirikan Bait Suci. Salomo mempunyai garden theology, sangat banyak memakai contoh gambaran taman, pohon-pohonan, buah-buahan. Mengapa taman begitu penting? Karena taman me-refer pada Taman Eden, lambang baiknya ciptaan jika manusia taat kepada Tuhan. Jika manusia taat, maka bumi akan seindah Taman Eden. Bahkan Tuhan menjanjikan Taman Eden yang sempurna nanti ketika manusia berhasil menjalankan tugasnya.


Itu sebabnya keadaan damai dan limpah dari taman digambarkan di Bait Suci. itu merupakan gambaran kosmos dalam pengertian Yunani. Artinya, gambaran tentang seluruh dunia diwakili oleh Bait Suci,  simbol ciptaan Tuhan. Uniknya, Bait Suci bukan hanya simbol ciptaan di bumi, itu juga simbol sorga. Itu sebabnya ruang maha suci identik dengan sorga. Jadi seluruh bait melambangkan bumi dan ruang maha suci melambangkan sorga. Imam yang masuk ke ruang mahasuci merupakan gambar Allah yang sejati. Maka di Bait Suci ada pemulihan manusia lewat contoh imam, image of God. Kita adalah gambar Allah yang menyatakan kehadiran Allah di bumi. Maka kita membayangkan betapa mengharukannya bagi orang Israel yang setia, ketika melihat sang imam besar itu ke ruang maha suci. Ketika itu, dia mendapatkan kesempatan mewakili seluruh Israel menikmati Tuhan dan menyatakan pengampunan bagi seluruh Israel. Orang Israel bisa melihat upacara korban itu sebagai pengulangan yang membosankan. Tetapi mereka tidak mungkin bosan merenungkan Gunung Sinai. Di sana, Musa ke atas gunung yang penuh dengan kemuliaan Tuhan. Bisa bayangkan betapa menggentarkannya pemandangan ini, karena orang Israel takut, mereka menyuruh Musa pergi. Dia ditemani oleh Harun, beberapa tua-tua dan Yosua. Tuhan suruh yang lain berhenti di tengah gunung kecuali Musa. Hanya Musa boleh masuk, tembus tempat yang penuh dengan kemuliaan Tuhan. Tuhan berkali-kali memberikan pesan bahwa kemuliaan Gunung Sinai mau dibawa oleh Tuhan ke tengah perkemahan. Yang Israel lihat di Sinai, mau Tuhan jadikan pengalaman kekal di Kemah Suci. Maka kita lihat terangnya Tuhan tercermin dalam wajah Musa, sehingga waktu Musa turun mukanya bercahaya. Jadi ada gambaran itu, mereka sekarang bisa menikmati Tuhan di tengah perkemahannya karena Tuhan mau hadir hanya di Kemah Suci. Kitab Keluaran mengatakan di atas tutup pendamaian Tuhan hadir dan hanya Musa yang boleh berbicara dengan Tuhan di atas tabut perjanjian itu. Waktu Harun dan Miriam iri dengan Musa, “sungguhkah Tuhan hanya berfirman lewat Musa?”Akhirnya Tuhan membela Musa. Tabut Perjanjian dibuat demikian indah tapi bentuknya mirip tumpuan kaki raja. Gambaran dari tabut perjanjian mirip seperti tempat kaki raja. Ini menjadi lambang kehadiran Tuhan di atas Tabut Perjanjian. Maka ada 2 gambaran, gambaran pertama Bait Suci sebagai kosmos, seluruh bumi dan sorga dilambangkan oleh Bait Suci. Yang kedua, Bait Suci sebagai tempat di mana Imam Besar bertemu Tuhan.


Di Perjanjian Baru, ada gambaran yang indah. Bait Suci tidak lagi center agama, melainkan Kristus. Tapi perpindahan dari Bait Suci ke Yesus itu mirip dengan perpindahan Gunung Sinai ke Kemah Suci. Alkitab secara unik memberikan penjelasan tentang apa pun yang dia bagikan melalui cerita-cerita di dalamnya. Maka sekarang kita mengerti Perjanjian Baru menggambarkan Yesus sedang masuk ke ruang maha suci. Kitab Ibrani menjelaskan itu dengan detail, Yesus masuk ke ruang maha suci, seluruh bumi ini seperti Bait SuciNya, itu agung sekali. Kita seperti orang Israel yang melihat imam besar melakukan prosesi. Yesus sebagai Imam Besar menyembelih diri-Nya sendiri di atas kayu salib. Kita sedang melihat Yesus pergi ke salib seperti imam pergi ke mezbah. Mengapa kayu salib ada di luar Yerusalem? Karena mezbah ada di luar tempat suci, apalagi tempat maha suci. Mezbah untuk menyembelih binatang adalah simbol penggenapan salib. Yesus mati di kayu salib sama seperti korban mati di mezbah. Orang Yahudi yang mengerti ini langsung melihat genapnya gambaran Kemah Suci yang sangat penting. Setelah Kristus disalib, seperti imam besar, dia akan membawa darah ke ruang maha suci. Yesus membawa itu pada saat Dia akan naik ke sorga. Jadi pentingnya peristiwa Kenaikan Tuhan Yesus sama pentingnya dengan peristiwa imam besar masuk ke ruang maha suci. Seluruh bumi adalah Bait Suci dan sorga adalah ruang maha sucinya. Maka, peristiwa naiknya Tuhan Yesus ke sorga sangat penting karena itu peristiwa masuknya Imam Besar sejati ke ruang maha suci membawa darah-Nya, yaitu diri-Nya sendiri. Dia membawa darah-Nya di dalam tubuhNya, Dia naik ke sorga sebagai manusia berdarah dan berdaging. Dia mempersembahkan diri-Nya sebagai persembahan penuh kemenangan, bukan seperti binatang yang dipersembahkan oleh imam besar. Yesus menjadi korban hidup yang pertama. Paulus mengatakan, “kamu semua adalah korban hidup, mirip Yesus. Dia tidak membawa diriNya mati ke sorga, Dia membawa diriNya hidup. Di sana Dia bersyafaat bagi kita. Ini yang dilakukan imam setelah imam memercikan tujuh kali, dia keluar dan berdoa bagi bangsa itu kepada Bapa. Yesus juga senantiasa berdoa bagi kita di sorga, ini gambarannya. Kalau Yesus melakukan itu di sorga, kita melakukan apa di bumi? Dalam Matius 28, Yesus mengatakan “yang harus kamu lakukan adalah mengerti apa yang sudah terjadi dan kamu boleh nikmati, dan apa yang akan engkau nantikan” Sorga adalah ruang maha suci, tidak berguna bagi seluruh rakyat kecuali imam. Imam harus keluar dari ruang maha suci, lalu memberkati rakyat. Yesus menjanjikan hal yang sama “Aku akan pergi ke rumah Bapa, Aku akan datang kembali”. Dia akan keluar dari sorga dan menjemput kita. Di dalam Kitab Wahyu kita melihat gambaran sorga dan bumi menjadi sempurna dan Bait itu menjadi genap. Kita bisa melihat cerita Alkitab dari salah satu sudut pandang mengenai perjalanan Bait menuju Bait yang sejati, Bait yang berupa Taman Eden di Kejadian, berupa Kemah Suci di Kitab Keluaran, berupa Bait Suci di Kitab Raja-Raja, berupa Kristus dan gereja-Nya di Perjanjian Baru, akan menjadi genap di Kitab Wahyu. Maka tema utama dari Alkitab jangan pernah Saudara lupakan. Kalau kita melihat tema Bait Suci, tema Bait Suci juga yang sedang digambarkan dalam Kitab Injil. Tuhan Yesus pergi ke ruang maha suci yaitu sorga. Sebelum Dia pergi, Dia memberikan pesan kepada murid-murid, berbeda dari pesan untuk orang tidak percaya. Ini gambaran yang indah sekali dari ayat 11-15 dilawankan ayat 16-20. Di ayat 11-15 ada keadaan dari orang-orang yang tidak percaya Tuhan, penuh dengan kebohongan, suap dan segala hal yang berkait dengan diri dan uang. Tapi di dalam ayat 16-20, orang yang mengikut Kristus mendapatkan satu hal yaitu kuasa. Pengikut Kristus mendapatkan kuasa, pembenci Kristus mendapatkan kesulitan karena mereka hidup dalam dusta, kebohongan, penerimaan diri, dan keadaan ingin mencari uang. Dua hal ini menjadi dua benturan yang Kitab Matius ingin sampaikan kepada kita. Yesus memberkati seluruh murid dengan kalimat yang indah sekali “Aku pemilik kuasa di sorga dan di bumi”. Kuasa bukan untuk menghancurkan orang, tetapi membangun orang. Kuasa sejati bukan untuk menunjukan diri lebih hebat. Kuasa sejati untuk menunjukan kamu berelasi, kenal, ikut, dan taat dengan Aku, kamu menjadi lebih baik. Di mana orang berkuasa ada dan hadir di situ, sekitarnya mendapat berkat kelimpahan pengenalan akan Tuhan. Kristus punya kuasa di sorga dan di bumi, tidak ada lebih tinggi dari kuasa Dia. Kuasa-Nya tidak pernah dinyatakan untuk menghancurkan orang lain, tapi memulihkan sorga dan bumi. Dialah Pembaru yang sejati itu.


Setelah Yesus mengatakan “segala kuasa ada padaKu”, di ayat 19 Dia mengatakan “pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu”. Tuhan menyuruh orang-orang percaya untuk pergi dan menjadikan semua bangsa murid. Ini artinya Saudara mengetahui bahwa Dia harus menjadi Raja di sorga dan di bumi. Kita menjadikan Dia Raja dengan membuat orang-orang menjadi murid yang menuhankan Sang Raja. Pada zaman dulu murid harus mengikuti dengan mempersembahkan seluruh hidup. Murid adalah kelompok yang akan meneruskan dinasti ajaran dari gurunya dan hidup dari gurunya. Murid akan mengikuti pola hidup, cara hidup, dan juga ajaran dari guru itu. Guru mewariskan ajaran kepada murid karena guru akan mati. Dia akan tarik murid dan mengajarkan semuanya, juga gaya hidup yang dia pilih. Jadi pemuridan ada pada hal ini, inilah esensi menjadi murid. Kita sering menganggap bahwa ini adalah perintah untuk membuat kelompok kecil, Alkitab tidak maksudkan itu di sini. Ayat ini sedang tidak mengatakan hal itu, sedang bicara hal lain bahwa murid tidak boleh hanya melihat Yahudi, Yesus bukan Mesias hanya untuk Yahudi, Dia Mesias seluruh bumi. Karena kuasa di sorga dan bumi ada pada Dia, terlalu kecil kalau Dia hanya menjadi Guru bagi satu bangsa saja. Ini dinyatakan di dalam Yesaya “terlalu kecil kalau Engkau menjadi Raja hanya untuk satu umat yang kecil. Engkau harus menjadi Raja untuk seluruh bumi”. Maka ayat 19 menggenapi Yesaya, “lihat, ini adalah Raja yang akan memenangkan orang-orang di dalam kegelapan, bangsa-bangsa di dalam kegelapan”. Bangsa-bangsa itu dijadikan murid, karena kalau tidak dijadikan murid, mereka tidak akan menikmati kuasa sorga dan bumi. Kuasa sorga dan bumi ada pada Kristus, yang dibagikan kepada para murid. Siapa yang menjadi murid Kristus menikmati kuasa di sorga dan di bumi. Maka setelah Yesus pergi, para murid mendapatkan kuasa besar. Dia pergi supaya kita pergi memberitakan Injil ke semua bangsa. Kita harus memberitakan Injil ke semua bangsa karena semua bangsa perlu kuasa di sorga dan di bumi untuk dinikmati di bumi ini. Kita memberitakan Injil bukan hanya untuk memberitakan orang selamat saja. Tapi kita memberitakan bahwa kamu punya kuasa untuk mengalahkan dunia ini di dalam Kristus. Di ayat-ayat sebelumnya dikatakan bahwa orang-orang yang menolak Kristus, hidup di dalam keadaan kasihan sekali. Para penjaga datang dan mengatakan “kuburNya sudah kosong, Dia sudah bangkit, kami takut sekali”. Lalu imam-imam kepala mengatakan “kita suap para serdadu itu, bilang bahwa Yesus dicuri”, “Dia tidak dicuri, Dia sudah bangkit”, “diam, yang lain tidak perlu tahu, cukup kita yang tahu”, “kita mesti mengatakan apa?”, “bilang saja kalau Dia dicuri. Kalau kamu mengatakan Dia dicuri, kamu akan kami kasi uang”, maka uang pun menutupi segala kegalauan. Para penjaga itu galau “kami disuruh berbohong untuk peristiwa yang menakutkan ini”, tapi kemudian dikasi uang dan semuanya langsung tenang. Uang menutupi hati nurani dengan sukses. Waktu kita mengatakan “saya mau kuasa”, kuasa di dapat dari mana? Dari uang, “mengapa kamu kerja?”, “untuk dapat uang”, “untuk apa uang?”, “untuk berkuasa atas orang lain”. Uang bisa menjadi sangat jahat kalau Saudara pakai untuk berkuasa, sebaliknya, bisa menjadi sangat memberkati kalau Saudara pakai itu untuk belas kasihan. Di bagian sebelum Yesus memberitakan sesuatu kepada murid-murid, diberitakan dulu tentang kekacauan hidup di dunia ini. Orang-orang yang melihat keadaan yang benar, menutup berita itu dan mengatakan “kami mau menyebarkan berita bohong, asalkan dapat uang”. Maka gambaran dari dunia ini adalah kamu ingin punya kuasa milikilah uang, kamu ingin menjadi orang yang nikmat dan damai hidupnya, terimalah uang. Apapun mesti kamu rela korbankan demi mendapatkan uang. Uang adalah segalanya”.


Bagian lainnya, ayat 11-15 adalah para pemimpin agama sudah tahu kalau mereka salah, tapi ego mereka terlalu besar, mereka menganggap diri mereka standar yang paling penting, sehingga kebenaran pun bisa dimanipulasi demi mereka. Mereka menjadikan perasaan manusia sebagai standarnya. Alkitab membongkar kepada kita natur dari dosa, “kebenaran itu tidak penting, yang penting perasaanku. Saudara bisa bayangkan agama menjadi korup karena pemimpinnya sensitif sekali, terlalu anggap dirinya penting. Saya ingat Pdt. Jadi pernah mengatakan seluruh bumi ini ada 7 milyar manusia, kamu itu siapa? Kamu cuma 1 dari 7 milyar manusia di bumi, apa yang membuatmu begitu penting? Itu fakta yang menyakitkan. Ben Saphiro, politikus Amerika mengatakan fakta tidak peduli perasaanmu. Yesus bangkit adalah fakta. Apakah fakta peduli perasaan para mahkamah agama, para petinggi agama? Mungkin petinggi agama mengatakan “Tuhan, mengapa Engkau bangkit? Kan kami jadi malu, perasaan kami penting. Lebih baik Yesus tidak bangkit supaya perasaan kami bisa disimpan dan disenangkan”. Maka kita bisa melihat kebobrokan dunia ini, pertama dunia ini menganggap kuasa dan kesenangan ada pada uang. “Bohong pun tidak masalah karena uang lebih penting. Kamu ingin menutup mulut orang, suap dengan uang. Kamu bisa kasi apa pun, membuat yang benar jadi salah, yang salah jadi benar, bisa dengan uang”. Saya tidak mengatakan Saudara tidak boleh membantu orang dengan uang, itu tidak masalah. Tapi kalau Saudara berbagian dengan syarat “saya akan kasi kamu uang, asalkan kamu mengatakan yang A jadi B, B jadi A”, itu yang jahat. Memberi uang bukan menyuap, tapi menyuap itu adalah minta seseorang untuk melakukan hal yang tidak benar karena Saudara punya uang. Ini fakta di dunia. Kemudian para wali negeri, pemimpin agama begitu sensitif dengan dirinya sendiri. Itu sebabnya Pak Tong pernah mengatakan banyak gereja rusak karena pendeta terlalu sensitif, terlalu gampang sakit hati, terlalu gampang simpan sesuatu. Setan merusak gereja dengan membangkitkan pendeta-pendeta sensitif. Setan juga merusak gereja dengan membangkitkan pengurus yang sensitif, majelis yang sensitif, tua-tua yang sensitif, aktivis yang sensitif, terlalu mudah tersinggung untuk diri. Saudara jadi pembela Kristus, bukan pembela diri. Saya ingat terus perkataan Pak Tong “saya dipanggil untuk menyatakan Injil, bukan untuk bela diri”.


Saya dipanggil untuk memberitakan Firman bukan untuk membela diri. Inilah kecelakaan dari pemimpin agama, pemimpin agama terlalu pentingkan diri. Mereka tidak bertobat malahan memerintahkan untuk menyebarkan berita bahwa murid Yesus mencuri mayat Yesus. Dan dusta ini tersebar sampai sekarang, meskipun dusta ini terlalu banyak cacat. Cacat pertama yang paling jelas adalah ada 500 saksi kebangkitan, ini adalah cacatnya luar biasa. Bagian yang lain, kalau benar mayat Yesus dicuri, mengapa orang-orang masih melihat tutup muka dan kain kafan di situ, kalau murid-murid yang mencuri, tidak mungkin mereka menelanjangi Yesus, kalau sampai menelanjangi mayat Yesus, mereka adalah murid-murid yang kurang ajar. Jadi tidak mungkin mereka mencuri dengan tindakan seperti itu. Terlalu banyak hal yang membuat dusta ini tidak bertahan. Sejarah membuktikan mana yang benar dan yang salah, dusta akan dikalahkan dan dimatikan oleh kebenaran. Pada akhirnya kebenaran yang akan terlihat. Jadi di satu sisi ada kelompok yang terus-menerus cuma berputar di uang, sedangkan satu kelompok lagi adalah kelompok yang terus ada di dalam kuasa di sorga dan di bumi. “Segala kuasa di sorga dan di bumi sudah diberikan kepadaKu dan Aku akan berikan kepadamu. Pergilah jadikan semua bangsa murid”. Kalau Saudara punya

Apa berhala dalam hatimu?

(Roma 1: 18-25)

Kita membahas bagian mengenai dosa, ini satu bagian yang sangat terkenal dari Surat Roma kalau kita membahas keadaan manusia setelah jatuh dalam dosa, maka Roma 1: 18 dan seterusnya ini menjadi kunci untuk memahami apa yang terjadi. Saudara dan saya dan semua orang sudah berdosa. Apa yang mengakibatkan manusia jatuh dalam dosa? Adalah penyembahan berhala. Berhala di sembah dan itu menyebabkan manusia jatuh dalam dosa. Penyembahan berhala menjadi problem dari awal Kitab Kejadian sampai nanti di dalam Kitab Wahyu ditaklukan oleh Tuhan. Jadi berhala-berhala menjadi musuh kekal bagi umat Tuhan. Umat Tuhan senantiasa bergumul dan berjuang melawan berhala. Kalau kita memahami berhala hanya sebagai patung atau sistem agama kuno yang sudah tidak ada lagi, maka kita akan menganggap remeh kekuatan berhala untuk menghancurkan kita. Kita akan berpikir “berhaala itu hanya untuk zaman dulu, sekarang tidak ada lagi orang yang percaya Zeus atau Aphrodite, kita tidak lagi percaya dewa-dewa kuno. Tidak ada lagi berhala yang menakutkan kita”. Tapi Roma 1 menjelaskan bahwa problem dari penyembahan berhala bukan pada berhala, tapi pada hati manusia. Tuhan marah karena manusia memunyai hati yang sangat cemar. Hati manusia adalah pabrik yang sangat produktif menghasilkan berhala, demikian kata John Calvin. Hati kita terus menghasilkan berhala, kita mencari yang bisa disembah, mengarahkan hati kepada yang bisa disembah itu dan melupakan Sang Pencipta. Sang Pencipta yang dilupakan dan berhala yang menggantikan posisi Sang Pencipta, itulah problem manusia. Tidak ada yang bisa mendeteksi problem ini lebih ketat dari pada Alkitab.


Kitab Suci memang menuntut kita untuk mengaitkan yang total dengan yang parsial. Waktu orang menyembah berhala, dia tidak mengerti berhala, dia cuma tahu berhala adalah bagian yang parsial untuk salah satu aspek dari hidup. Misalnya mengapa orang menyembah Dewi Artemis? Karena ingin punya bijaksana. Mengapa menyembah Ares? Karena mau berperang, dewa ini menguatkan untuk berperang, sedangkan Dewi Artemis memberikan bijaksana. Kalau mau berburu harus datang ke Dewi Artemis, karena dia juga dewi berburu, sedangkan kalau mau berperang harus datang ke Dewa Ares, tidak boleh salah. Kalau ingin berlayar, mesti datang kepada Poseidon. Mesti mengerti dewa apa yang cocok untuk pekerjaan apa. Jadi dewa-dewa bersifat parsial dan hidup manusia bersifat parsial. Maka kehidupan penyembahan berhala adalah kehidupan yang abstrak, kata Hegel. Karena mereka tidak mengerti yang total itu apa. Pokoknya kalau lapar, sembah dewa pemberi makan, kalau haus, sembah dewa air, kalau perlu uang, sembah dewa uang, kalau perlu apa akan sembah dewa itu. Jadi dewa-dewa bersifat parsial, lalu kita pun bersifat parsial waktu kita hidup dengan cara parsial seperti ini, kita tidak akan pernah memahami makna hidup secara total. Saudara dan saya akan sulit mengerti hidup. Dan kalau kita sulit mengerti hidup, kita akan sulit menghargai Allah sebagai pemberi hidup. Banyak orang sulit menghargai Allah karena hidupnya tidak disiapkan untuk menerima Allah yang total itu. Tuhan mengarahkan manusia berhenti melihat berhala lalu memandang kepada Tuhan. Jadi ada perombakan yang dahsyat dari cara berpikir manusia. Kita akan lihat dulu apa yang salah dari penyembahan berhala, seperti kita lihat tadi dari konsepnya Hagel. Penyembahan berhala membuat Saudara menjadi parsial, menjadi hanya per bagian. Saudara tidak akan mengerti akan A, bagian dari hidup Saudara yang melakukan A dengan bagian hidup Saudara yang melakukan B. Misalnya Saudara hidup dalam berbagai macam aspek, banyak hal yang harus Saudara kerjakan. Saudara menjalani hidup yang multi aspek. Bayangkan kalau Saudara tidak punya hal yang mengaitkan seluruh aspek itu maka Saudara akan menjalani hidup yang terpecah. Hidup sebagai seorang yang beribadah kepada Tuhan, hidup sebagai seorang yang memimpin keluarga, hidup sebagai seorang businessman dan lain-lain, kita terpecah. Kita tidak melihat ada yang menyatukan seluruh hidup kita dengan sistem yang benar. Lalu waktu kita mencoba menyatukan dengan sistem, terjadi kekacauan. Dari abad 18-19 orang sadar menyatukan seluruh hidup manusia ke dalam sebuah sistem adalah mematikan. Maka abad 20 menjadi abad di mana postmodern menjadi populer. Mengapa postmodern menjadi populer? Karena postmodern mengatakan “cukup, jangan memesinkan manusia. Jangan menyatukan seluruh hidup manusia dengan satu payung yang namanya sistem itu”. Kalau Saudara disatukan dengan sistem yang namanya kebahagiaan, Saudara akan hidup untuk bahagia dan Saudara akan salah mengerti bahagia. Saudara hidup untuk mendapat uang, maka payung besarnya adalah uang, dan Saudara dikuasai oleh uang di semua bidang. Maka kita perlu ada bukan sistem, yang menyatukan kita tidak boleh sistem, yang menyatukan kita tidak boleh meniadakan identitas kita, yang menyatukan kita tidak bisa ditemukan di dalam dunia modern. Akhirnya orang postmodern sangat skeptik dengan kesatuan hidup manusia sehingga mereka masuk dalam keadaan yang murung. Postmodern adalah zaman yang murung. Pak Stephen Tong pernah mengatakan abad 20 adalah abad yang bodoh, sedangkan abad 21 adalah abad yang murung. Abad 20 adalah stupid century. Abad 21 adalah abad yang murung, postmodern. Abad 21 dikatakan abad yang murung karena menyadari bahwa abad 20 itu terlalu yakin bisa mengerti seluruh hidup manusia. Akhirnya pertanyaan “apa makna hidup?”, kembali dipertanyakan. Dan abad 21 sadar jawabannya belum ditemukan. Ketika orang mengatakan “saya sudah mengerti makna hidup”, baru disadari ternyata kita belum mengerti makna hidup, kita tidak tahu mengapa kita hidup. Mengapa kita tidak mengerti mengapa kita hidup? Karena yang menyatukan seluruh aspek hidup kita bukan Tuhan. Kalau yang menyatukan semua aspek hidup kita adalah bukan Tuhan, maka yang menyatukan aspek hidup kita adalah berhala. Dan Hegel mengatakan kalau yang absolut itu tidak cocok menjadi absolut, cuma bagian yang diabsolutkan, Saudara juga masuk dalam abstraksi. Intinya kalau Hagel mengatakan abstraksi berarti itu jelek. Abstraksi itu membuat yang total tidak berkait dengan yang bagian, membuat yang bagian tidak berkait dengan yang total, atau membuat yang bagian menjadi total, atau membuat yang total menjadi bagian, ini semua abstrak. Total tidak nyambung dengan bagian, bagian tidak nyambung dengan total, total dijadikan bagian, bagian dijadikan total, itu akan menghancurkan. Dan kalau bagian dijadikan total, itu penyembahan berhala. “Mengapa kamu menyembah berhala?”, “karena saya mau totalkan dia”, “tapi dia tidak cocok untuk menjadi total”, maka Saudara akan minta berhala yang lain untuk mengisi bagian. Jadi ini total yang bergabung dengan total, lalu menjadi total plus total, ini aneh sekali. Kalau begitu penyembahan berhala itu apa? Penyembahan berhala adalah kebodohan. Orang-orang seperti Protagoras mulai mengkritik penyembahan berhala, dia mengatakan “kalau kamu mau punya berhala, kamu akan pakai dirimu menjadi berhala”. Manusia menyembah berhala, bentuknya seperti manusia. Kuda akan menyembah dewa yang bentuknya kuda. Jadi Saudara akan menyembah yang mirip dengan Saudara, kalau begitu Saudara perlu yang akan menyatukan Saudara. Karena berhala-berhala itu tidak mampu. Kalau berhala-berhala itu tidak mampu, Saudara akan sadar berhala itu tidak sanggup lalu Saudara akan cari yang akan menyatukan semua. Waktu Saudara mencari yang akan menyatukan semua, Saudara akan kesulitan. Karena tidak mungkin Saudara yang bagian bisa mencari sesuatu yang bisa menyatukan seluruh alam semesta. Ini pekerjaan yang tidak mungkin. Itu sebabnya penyembahan berhala akan membuat hidup Saudara sangat berat, kacau, hancur, karena yang menyatukan hidup Saudara adalah sesuatu yang kosong, Saudara tidak tahu apa itu. Namun Saudara belajar mendedikasikan hidup kepada sesuatu itu.


Lalu apa yang bisa menyatukan hidup manusia? Hati yang kembali kepada Tuhan. Mengapa Tuhan bisa menjadi yang mutlak, universal, atau yang total? Karena Dia adalah yang sekaligus total sekaligus bagian. Keunikan ini hanya ada pada iman Kristen, Allah adalah satu-satunya yang satu dan Allah adalah satu-satunya yang tiga. Ada partikularitas dalam Allah, Bapa, Anak dan Roh Kudus. Tapi ada kemutlakan di dalam Allah, Bapa adalah Allah, Anak adalah Allah, Roh Kudus adalah Allah. Baik Bapa, Anak dan Roh Kudus sekaligus adalah universal, sekaligus partikular. Kalau kita memikirkan ini, kita langsung tahu Kekristenan benar. Manusia mau mencari apa yang bisa memayungi kehidupan kita dan Alkitab mengatakan hanya Tuhan. Karena Tuhan bekerja mengatasi hal yang mutlak dan Dia bekerja di dalam hal yang partikular. Kitab Suci mengatakan Allah ada pada diri orang yang paling kecil, namun Allah juga lebih besar dari seluruh langit. Langit tidak mungkin menampung Tuhan, tapi Tuhan rela tinggal di kemah kecil di padang gurun di tengah-tengah Israel. Dia adalah yang mutlak sekaligus yang part. Dia adalah yang total sekaligus yang menyatakan diri kepada manusia. Maka kalau Saudara menjadikan Tuhan yang mengikat seluruh aspek hidup Saudara, Saudara akan menyadari bahwa Dia akan menjadi mutlak di dalam kehidupan rumah tangga, di dalam kehidupan pekerjaan, di dalam kehidupan relasi, dan di dalam segala hal. Tuhan akan menjadi segalanya karena Tuhan memang satu-satunya yang boleh menjadi segalanya. Tapi pengertian bahwa Tuhan adalah segalanya tidak tentu diresponi oleh hati. Hati kita sulit untuk meresponi ini, sulit bagi hati kita untuk menuhankan Tuhan karena kita sudah terlalu lama dikuasai oleh berhala. Kita sudah terlalu lama ditipu oleh berhala. Maka kita tanpa sadar menjadikan Tuhan mirip berhala, atau kita mengabaikan Tuhan demi berhala kita. Berhala apa yang masih kita pegang? Berhala yang masih kita pegang adalah apa pun yang paling membuat kita sedih, paling membuat kita senang atau paling membuat kita marah. Saudara paling sedih karena apa, paling senang kalau mendapat apa, dan paling marah kalau terjadi apa? Itu akan menunjukan dimana berhalamu. Ada orang yang berhalanya adalah diri. Diri menjadi yang paling penting, diri tidak boleh dilanggar sama sekali, diri tidak boleh disakiti. Ada orang berani menyakiti diri, dia akan marah sekali. Tapi heran, waktu Yesus menjadi manusia, Dia tidak menjadikan diriNya pusat. Yesus tidak marah waktu Dia disakiti, Yesus tidak melawan balik waktu Dia dihantam, Yesus tidak membela diri waktu Dia dibawa menuju salib di Golgota. Jadi begitu banyak yang kita kerjakan yang terbalik dengan yang Yesus kerjakan. Tapi kalau kita mau kembali kepada Tuhan, kita mesti teladani apa yang Yesus kerjakan di dalam hidupNya. Sebenarnya hati kita mengarahkan kita kepada hal-hal yang sifatnya berhala. Saudara dan saya punya hati yang terpukau kepada yang bukan Tuhan. Dan waktu hati kita terpukau kepada yang bukan Tuhan, kita akan abaikan Tuhan. Mungkin kita mengaku kita dekat dengan Dia, tapi hanya sebatas pengakuan. Waktu kita tidak menuhankan Tuhan, kita sedang ada dalam penyembahan berhala. Dan yang terjadi ketika kita berada dalam penyembahan berhala, ayat 18 mengatakan Tuhan akan murka. Mengapa Tuhan murka kalau orang menyembah berhala? Karena kefasikan dan kelaliman akan muncul. Untuk menjadikan Tuhan bukan yang total, Saudara harus menekankan pengertian tentang Dia dalam segala hal. Saudara tidak bisa mengabaikan Tuhan, Tuhan terlalu keras bicara dalam segala hal. Mazmur 8 & 19 mengatakan bahwa Tuhan menyatakan kemuliaanNya dimana-mana, matahari yang terbit kemudian menjelajahi langit sampai dia terbenam itu menyatakan kemuliaan Tuhan. Bahkan gerakan mulut bayi pun itu katanya memuliakan Tuhan. Alkitab mengatakan Tuhan ada di mana-mana dan Tuhan menyatakan diri. Francis Schaeffer menulis buku yang menyatakan Dia ada di sini dan Dia tidak diam, Dia bersuara dengan keras. Tanpa kita sadari untuk membungkam pengenalan akan Tuhan, kita perlu kerja keras. Tapi yang menakutkan adalah begitu kita sudah sukses meniadakan Tuhan atau setidaknya membuat masyarakat berpikir Tuhan itu tidak ada, maka masyarakat itu akan sangat terbiasa menekan pengenalan akan Tuhan. Sekarang sangat sulit bagi Saudara untuk membuktikan Tuhan ada hanya dengan menunjuk ke langit. Misalnya ada orang atheis bertanya “buktikan kalau Tuhan itu ada”, Saudara tinggal mengatakan “lihat semua ini”, “saya sudah melihat ini semua, tapi di mana Tuhan?”, “kamu tidak lihat?”, “tidak”, “apakah kamu tahu keindahan ini dari mana?”, “dari sananya”, “langit dari mana? Terang dari mana?”, “dari sananya”, “tidak, Alkitab mengatakan itu dari Tuhan”, “tidak, itu dari sananya, pokoknya Tuhan tidak ada”. Manusia berhasil menekan pengenalan akan Tuhan dan keberhasilan ini akan membuat masyarakat sangat sekuler. Tapi jangan lupa, menekan kebenaran akan Tuhan di satu aspek akan membuat manusia menekan kebenaran akan Tuhan di dalam aspek yang lain. Begitu mereka menekan pengenalan akan Tuhan di dalam alam, mereka harus menekan pengenalan akan Tuhan di dalam hati. Tuhan berbicara sangat keras di dalam hati manusia. Moral manusia, perasaan tahu mana yang baik dan jahat itu dari Tuhan. Dan waktu manusia berusaha meniadakan Tuhan, pelan-pelan dia akan meniadakan sense benar dan salah di dalam dirinya. Dan waktu sense benar dan salah ditiadakan saat itu dia akan ngotot mempertahankan yang bukan kebenaran. Dia akan hidupi kehidupan yang tidak berpusat pada apa yang benar, sehingga orang akan hidup dengan salah, tapi tidak pernah sadar kalau dia salah. Ini yang namanya kekerasan hati. Pada ayat 24 dikatakan Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka akan kecemaran. Di sini dikatakan Tuhan membiarkan hati manusia diarahkan kemana pun dia mau. Hati  yang jadi problem, “hati saya dikuasai oleh berhala, bukan karena saya menyembah berhala tertentu tapi karena saya berusaha memadamkan suara Tuhan, saya berusaha meniadakan Dia berbicara dalam hati saya, saya berusaha memadamkan Dia berbicara di telinga saya, saya berusaha memadamkan Dia berbicara di dalam khotbah, di dalam buku yang saya baca, di dalam apa pun”. Orang kalau mau berdosa, dia akan abaikan peringatan, dia akan abaikan semuanya. Waktu hati kita menyembah berhala, kita sulit berelasi karena kita tidak menemukan pribadi yang mutlak yang bisa menjalin relasi dengan kita. Maka hal yang paling penting dalam menjalin relasi dengan Tuhan adalah hati kita akan berubah, hatinya tidak lagi ke diri, hatinya tidak lagi keras menuntun kita ke arah yang salah, hati kita akan mulai diarahkan Tuhan kepada Tuhan. Dan waktu hati kita diarahkan kepada Tuhan, semua efek berhala dalam hati kita akan dinegasi oleh Tuhan.


Apa efek berhala menurut Alkitab? Yang pertama adalah kekosongan relasional. Itu efek paling parah dari berhala. Alkitab mengatakan berhala itu punya telinga tapi tidak bisa mendengar, punya mulut tapi tidak bisa berbicara. Saudara punya telinga dan mulut itu untuk berkomunikasi dan berelasi. Utamanya Tuhan memberikan mulut dan telinga adalah untuk berelasi. Saudara bisa mendengar orang lain dan Saudara bisa berbicara dengan orang lain. Saudara bisa menjalin relasi dengan orang lain. Problem dari penyembahan berhala adalah tidak terlatih untuk berelasi. Maka kalau kita mengaku Kristen tapi tidak melatih diri untuk berelasi baik dengan Tuhan dan sesama, kita masih hidup dalam pengaruh berhala  yang lama. Berhala tidak mencoba untuk berkomunikasi dengan Saudara. Hal pertama yang Tuhan ajarkan adalah aspek relasi. Tuhan memanggil kita dengan berita Injil dan berita Injil adalah Allah mengampuni kamu, Allah berkuasa kembali, Allah akan menghancurkan kejahatan karena Dia mengasihani kamu. Allah akan menjadikanmu anakNya, engkau anakNya dan Dia Bapamu. Anak mana yang tidak berkomunikasi dengan bapaknya kalau bapaknya baik? Tuhan mengundang kita untuk mengenal Dia sebagai Allah yang berelasi dengan kita. Tuhan mau berelasi, Tuhan mau bicara, Tuhan mau mendengark kita berbicara. Berkomunikasi dianggap serius dan doa adalah hal serius, bukan karena Dia tidak maha tahu, bukan karena Dia tidak mahakuasa, tapi karena dia mau serius berelasi. Kalau Saudara menyembah Tuhan, Saudara akan dipengaruhi dengan aspek komunikasi dan relasi. Pelan-pelan diri Saudara yang rusak karena keengganan ketidak-kemampuan berkomunikasi akan hilang karena diubah oleh Tuhan. Orang yang mudah emosi, apa-apa marah, apa-apa ngamuk, dia akan diubahkan oleh Tuhan. Sekarang tidak ada gunannya marah, orang yang egois, diri tidak boleh dilawan, dirinya tidak boleh dirugikan apa pun, pelan-pelan mulai berlajar “ternyata berelasi itu bukan tentang saya. Kalau saya marah, saya harus belajar sebelum matahari terbenam, amarah saya habis”. Orang-orang yang pendendam mulai belajar ternyata dendam itu tidak berkait baik dengan relasi. Kalau kita berelasi tidak boleh dendam, kalau kita masih dendam berarti kita belum bisa berelasi dengan baik. Pelan-pelan orang akan diubah menjadi mampu berelasi. Karena berelasi dengan Allah yang secara total mengatur semua, namun secara parsial mau berelasi dengan kita secara individu.


Hal kedua dari penyembahan berhala adalah pada akhirnya setiap penyembah berhala akan menuju kepada dirinya. Dia akan mengutamakan dirinya. Karena berhala tidak ada, dia akan balikkan hatinya ke dirinya. Orang yang menyembah berhala akan dilatih untuk menjadi egois, dilatih untuk mementingkan diri, dilatih untuk mementingkan perasaannya, dan dia akan menyembah berhala karena kepentingan perasaannya. Saya khawatir kalau orang Kristen masuk dalam kekacauan ini, “mengapa kamu cinta Tuhan?”, “karena Tuhan cinta saya, Dia memaklumi saya, Dia menerima saya, Dia mendengarkan saya, Dia tahu penderitaan saya, Dia tahu kesulitan saya. Dia ada waktu saya sedih”, tentu tidak salah berpikir seperti ini, tapi kalau cuma ini yang dipikirkan berarti Saudara menyembah berhala. Karena Tuhan yang sama, yang Saudara sembah dan mengerti Saudara adalah Tuhan yang tidak mau mengerti kemalasan Saudara, tidak mau mengerti dosa Saudara, tidak mau mengerti ketidak-berubahan Saudara, dan dengan keras akan menegur atau bahkan menghukum Saudara, kalau Saudara tidak berubah. Tuhan yang sama yang mengasihi Saudara adalah Tuhan yang sama yang menyuruh Saudara untuk menjadi domba yang rela pergi ke tengah serigala, ini Tuhan yang sama. Maka kalau kita cuma menyukai satu aspek dari Tuhan dan membenci aspek yang lain, kita belum kenal Tuhan. Tidak ada pengenalan akan Tuhan yang membuat kita semakin egois. Makanya saya sering kritik orang yang terus mengajarkan tentang Tuhan sebagai Tuhan yang mengerti dan mengerti terus. Memang benar Dia mengerti, tapi jangan terus-terusan itu. Tapi mengapa banyak orang hanya menikmati Tuhan dalam satu sisi? Karena sudah terlalu egois, sudah terlalu berpusat ke diri, sehingga dirinya menjadi dewa tanpa disadari. Sehingga apa pun ajaran yang membuat ego dia disenangkan, dia akan senang sama ajaran itu. “Apa pun yang membuat diriku menjadi penting, aku akan menyenangi ajaran itu”. Tapi Alkitab penuh dengan perintah-perintah yang membuat kita jadi tidak penting. Siapa kamu, kamu harus menjadi yang paling kecil di antara yang lain. Dan kalau Saudara rela menjadi yang paling penting di antara yang lain, Saudara tidak akan terlalu senang kalau Tuhan itu seolah-olah difokuskan kepada diri Saudara. Saudara tidak akan mengatakan “saya senang Tuhan peduli kepada saya”, Saudara akan mulai terganggu dan mengatakan “Tuhan, saya mohon Engkau peduli yang lain”, bukan berarti berhenti peduli kepada kita. Tapi Saudara mulai punya kerinduan “Tuhan, bagaimana dengan yang lain? Saya berdoa kepadaMu dan saya mengenal Engkau, bagaimana dengan yang lain? Saya boleh mendengarkan firmanMu di gereja dan mendapatkan khotbahMu yang limpah, bagaimana dengan yang lain? Saya boleh membaca Alkitab, bagaimana dengan yang lain? Bagaimana dengan orang yang belum mengenal Tuhan, bagaimana dengan orang yang belum punya Alkitab, bagaimana dengan orang yang belum punya terjemahan Alkitab di dalam bahasanya? Kasihani mereka, Tuhan”, ini Kristen sejati. Karena mereka menyembah Allah yang relasional dan Allah yang relasional adalah Allah yang akan mencegah kita menjadi berfokus ke diri. Semakin fokus ke diri, kita semakin kanak-kanak. Makin fokus ke Tuhan dan rencanaNya bagi KerajaanNya, kita semakin dewasa. Ini hal kedua, berhala itu kosong sehingga cepat atau lambat kita akan fokus ke diri kita sendiri. Kita akan kembali ke diri kita dan menjadikan diri kita yang utama, kita akan menyenangi Tuhan karena Tuhan menyenangi kita. Tapi kita tidak akan menerima Tuhan yang menyuruh kita untuk mengosongkan diri, mengabaikan diri, bahkan memikul salib dan mengikuti Yesus. Banyak kalimat di dalam Alkitab yang tidak akan cocok dengan kita. Tapi semakin kita melihat ke diri, semakin besar potensi kita untuk menjadi depresi. Di dalam gerakan Reformed saya diajarkan untuk menjadi selfless terus-menerus, baru di situ saya akan menjadi self-conscious, saya sadar diri saya penting ketika saya abaikan diri saya. Dan ini yang Paulus mau katakan di dalam Surat Roma, mengapa orang yang menyembah berhala menjadi begitu kasihan hidupnya? Karena Tuhan sudah membiarkan hati mereka “kamu sudah tidak mau memberikan hatimu kepadaKu, silahkan memberikan hatimu kepada siapa kamu mau berikan”. Lalu mereka memberikan hati kepada berhala dan mereka tidak menemukan apa pun yang memuaskan. Akhirnya mereka melihat ke diri mereka dan mereka mengalami kekosongan. Bagaimana cara menangani hidup yang penuh kekosongan? Cuma 2, yang pertama depresi, gelap, bunuh diri atau kedua mencari kesenangan untuk mengisi hidup. Keduanya adalah respon dari kekosongan. Orang yang hidupnya tidak ada harapan atau masa depan, hidupnya kosong. Atau orang yang merasa hidupnya tidak ada harapan, dia sedang kosong, dia perlu Tuhan. Kosong itu bisa dicegah kalau kita belajar mengarahkan hati kepada Allah yang sejati. Tapi kalau kita tidak melakukan itu, hidup kita menjadi kosong. Dan ada yang kedua, orang yang menjadi kosong juga adalah orang yang gila kesenangan. Selalu cuma cari kesenangan, tidak mengerti tanggung jawab, tidak mengerti apa pun, hanya mencari kesenangan. Karena kosong, harus diisi dengan kesenangan, akhirnya kesenangan itu menidurkan dia, memberikan sense bahwa hidupnya sudah penuh padahal itu kesenangan yang sementara. Begitu kesenangan itu hilang, dia merasa kosong lagi dan dia cari lagi kesenangan itu. Bagaimana cara menangani orang yang seperti ini? Mungkin ada laki-laki yang tidak bisa merasa tenang kecuali dia punya pacar atau dia diakui oleh orang lain, ada perempuan yang tidak bisa tenang hidupnya kecuali ada yang sayang dia, “rasanya seperti tidak ada yang menyayangi saya, kalau tidak ada yang menyayangi saya, saya tidak mau hidup, saya perlu disayangi”, lalu dia mencari disayangi oleh siapa pun. Tapi dia sedang kosong, bagaimana menyadari bahwa dia kosong? Caranya adalah dengan tidak membiarkan dia menipu diri dengan kesenangan yang palsu. Selama dia pikir kesenangannya ada di jalur ini, lalu kita melarang dia ke jalur itu, dia akan merasa kita memusuhi dia. Padahal kita tidak memusuhi dia, kita sedang mengingatkan dia bahwa dia menuju kekosongan yang lebih parah lagi.


Lalu hal ketiga, dikatakan bahwa manusia tidak bisa memuliakan Tuhan karena menyembah berhala. Jadi penyembahan berhala itu salah dan parah karena manusia yang menyembah berhala tidak mungkin memuliakan Tuhan. Dia akan memuliakan yang lain. Dia akan mati-matian menolah Tuhan dan dia ingin worship yang lain. Semua orang punya kecenderungan untuk worship. Kita akan mengagumi idola kita dengan kelebihan, karena ada sense of worship dalam diri kita. Richard Mouw seorang pengajar di Fuller, dia pernah mengatakan manusia adalah makhluk yang harus memuji. Kita memunyai sense of worship dalam diri kita, kita mesti memuja, kita mesti menyembah. Kecenderungan orang untuk mengidolakan orang secara berlebihan itu terjadi karena dia tidak mau Tuhan. Dia menolak untuk memberikan kemuliaan untuk Tuhan dan dia berikan itu kepada orang lain. Ada orang kalau sudah punya idola itu benar-benar gila bukan main. Waktu saya pimpin seminar di Surabaya, ada satu orang bertanya memakai tulisan “apakah dosa kalau saya mengkhayal pacaran sama artis Korea?”, saya jawab “dosa sih tidak, tapi kasihan saja”. Hal yang paling penting adalah waktu kita belajar memuliakan Tuhan, kita akan tarik semua kemuliaan yang mau kita berikan ke manusia, lalu kita belajar memberikan itu kepada Allah, dan itu bahagia. Kalau Saudara memberikan kepada manusia apa yang seharusnya diberikan kepada Allah, Saudara akan terhilang. Tapi waktu kita berikan apa yang harusnya diberikan kepada Allah kembali kepada Allah, disitu ada kelimpahan di dalam menyembah. Semua manusia perlu menyembah. Dan sangat berbahaya kalau kita tidak menyembah apa pun karena kita akan menyembah diri. Sangat berbahaya kalau kita menyembah orang lain, atau sistem, atau apa pun karena kita akan menuhankan sistem itu. Paulus mengingatkan kalau kita diberikan kesempatan untuk mengenal Tuhan, arahkan hati kepada Tuhan. Itu sebabnya Paulus mengingatkan kita di ayat 18 dan seterusnya, Tuhan marah kepada kita karena kita mengabaikan Dia. Bagaimana cara Tuhan marah? Tuhan marah dengan cara masih memanggil, masih menyatakan diri “arahkan hatimu kepadaKu, Aku masih menyatakan diri, masih berseru kepadamu, masih mau tarik kamu”. Tapi Paulus mengingatkan di dalam ayat 24, akan ada saat dimana Tuhan membiarkan. Dan kalau saat ini tiba itu bahaya sekali. Maka mari arahkan hati kepada Tuhan sebelum Tuhan mengatakan “sudah, kamu lakukan apa yang kamu mau”, kalau Tuhan sudah mengatakan seperti itu, berarti tidak ada harapan bagi kita. Tapi kalau Tuhan masih mengatakan “arahkan hatimu kepadaKu”, arahkan hati kepada Dia dan Saudara akan menikmati kelimpahan hidup di dalam kesenangan mengenal Tuhan. Paulus mengaitkan ini dengan Injil, dia mengatakan Injil adalah kekuatan Allah karena sekarang Tuhan mau kembalikan kamu ke dalam rencana semula, rencana yang penuh dengan bahagia, rencana yang penuh dengan sukacita. Mengapa orang tidak melihat rencana Tuhan ini? Karena tidak mau lihat waktu Tuhan. Israel tidak melihat limpahnya Kanaan, Israel cuma melihat susahnya padang gurun, maka mereka putus asa dan tidak mau mengikuti Tuhan. Saudara dan saya ingin menikmati hidup, mari menikmati di dalam waktu Tuhan. Jangan dengar waktu dunia, dunia akan mengatakan “waktunya kamu bahagia”, Saudara mengatakan “saya akan bahagia, Kerajaan Allah akan datang. Dan itu kerajaan yang penuh terang dan kesenangan. Itu bukan kerajaan yang gelap dan menakutkan”. Semua hal yang

menderita di dalam dunia ini akan ditiadakan oleh kerajaan yang terang itu. Alkitab bahkan mengatakan tidak ada air mata di sana, karena tidak ada alasan untuk menangis. Kerajaan itu penuh dengan sukacita dan Paulu mengatakan “inilah kekuatan saya. Saya tidak malu akan Injil, karena meskipun Injil itu tidak kelihatan sekarang, tapi saya tahu buktinya sudah jelas lewat kebangkitan Kristus”. Apa yang ditaklukan oleh kebangkitan Kristus? Kematian. Apa itu kematian? Di dalam tradisi Perjanjian Lama, kematian adalah puncak dari ketidakberartian hidup manusia. Hidup manusia yang tidak mau menyembah Tuhan, tidak taat firman, hidup di dalam kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala akan berujung pada kematian. Kematian adalah titik puncak dari semua pelanggaran manusia. Pelanggaran tidak menyembah, pelanggaran tidak mengasihi, pelanggaran hawa nafsu dan lain-lain, berpuncak pada kematian. Maka kalau Yesus mengalahkan kematian berarti semua problem yang menyusahkan hidup di Perjanjian Lama sudah Dia tangani. Itu sebabnya Saudara dan saya dapat kesempatan untuk datang kepada Tuhan. Dan biarlah kita bersyukur kepada Dia yang memanggil kita dan menjadi milik Dia. Hidup dengan penuh hikmat dan tidak menggantikan kemuliaan Allah dengan hal-hal yang fana. Kiranya Tuhan memberkati dan menolong kita semua.

(Ringkasan ini belum diperiksa pengkhotbah)

Allah yang menderita karena umat-Nya, bersama umat-Nya dan bagi umat-Nya

(Yesaya 44: 21-28; 52:13 – 53: 1-7 )

Di dalam pasal 44, 52 & 53 saya ingin membagikan satu tema yang penting. Pasal 44, 52 & 53 mengajarkan kepada kita tentang Tuhan yang menderita bersama-sama umatNya, Tuhan yang menderita karena umatNya dan Tuhan yang menderita bagi umatNya. Ini 3 hal yang saya ingin kita pahami hari ini. Allah kita adalah Allah yang menderita karena umatNya, Allah yang menderita bersama umatNya dan Allah yang menderita bagi umatNya. Ini 3 hal tentang Tuhan yang sangat jelas diberitakan oleh Kitab Suci, tapi yang asing bagi konsep allah dari dunia ini. Zaman ini tidak terlalu mengenal Tuhan yang memunyai perasaan demikian. Zaman ini tidak mengenal Tuhan yang memunyai emosi, perasaan, keinginan, gairah, kerinduan, dan juga sakit hati. Kita lebih senang Tuhan yang tidak punya perasaan. Itu sebabnya kita sekarang hidup di dalam zaman yang tanpa perasaan juga. Kebanyakan orang bertumbuh tanpa perasaan apa pun, menjadi datar, begitu saja dan menjalani hidup tanpa ada kerinduan berelasi, kerinduan mengasihi dan kerinduan untuk punya belas kasihan. Kita menjadi begitu tidak peduli karena kita tidak menyembah Allah yang sama dengan yang Alkitab ajarkan. Tema ini yang mau diangkat, dan saya mau membahasnya dari pasal 44, 52 & 53. Di dalam pasal 44 dikatakan Tuhan tetap mengasihi Israel meskipun Dia sudah membuang Israel. Tuhan mau memulihkan Israel, Tuhan mau mengangkat kembali Israel, bahkan Tuhan kembali menyebut Israel sebagai hambaNya, “hambaKu engkau hai Israel”. Lalu di dalam pasal 52 & 53 mengatakan “hambaKu akan berhasil, dia akan dianiaya tapi dia akan berhasil”. Ini tema yang akan kita lihat. Dan dari pasal 44, 52 & 53 kita akan coba memahami apa yang maksudnya Allah yang menderita karena umatNya, Allah yang menderita bersama umatNya, dan Allah yang menderita bagi umatNya.


Saya ingin memulai dengan satu konsep teologi yang namanya teodisi. Teodisi adalah satu usaha untuk menjawab mengapa dunia ini penuh dengan kejahatan, kebobrokan dan penderitaan, padahal Allah yang menciptakannya adalah Allah yang baik. Kalau Allah baik, mengapa dunia ini penuh dengan kesengsaraan, kesulitan dan penderitaan? Baik kejahatan yang saya timbulkan di dunia ini, maupun kejahatan yang ditimbulkan oleh masyarakat, oleh pemerintah atau oleh alam. Jadi ada begitu banyak penderitaan, kesengsaraan di tengah dunia ini. Bagaimana memahami Allah yang baik dan berdaulat di tengah dunia yang rusak dan kacau begini? Ini merupakan pertanyaan yang jauh lebih valid dari pada pertanyaan orang-orang Atheis pada zaman ini. Seorang teolog bernama Jurgen Moltmann mengatakan bahwa Atheisme abad terakhir ini, abad 20-21 adalah Atheisme yang dangkal dan banal. Banal artinya kurang kreatif, membosankan, mengulangi tema itu saja dan tidak ada kreativitas di dalamnya. Apa yang diserang oleh Atheisme pada zaman ini? Orang Atheis akan mengatakan “buktikan Tuhan itu ada, kalau Tuhan tidak bisa dibuktikan, saya tidak mau percaya”. Hal-hal seperti menuntut bukti, perkataan “saya perlu bukti”, dan lain-lain itu merupakan hal yang membosankan, kata Moltmann. Mereka mengatakan keberadaan Tuhan tidak cukup buktinya, ini dan itu, tapi yang dibicarakan adalah Tuhan terus. Pertanyaan terntang bukti sama sekali tidak kuat, justru pertanyaan tentang ketidak-adilan, mengapa umat Tuhan dihabiskan, mengapa umat Tuhan dihancurkan oleh musuhnya, mengapa terjadi kekejaman yang begitu keras, membuat orang mulai mempertanyakan tentang kepedulian Tuhan, mempertanyakan tentang kerinduan Tuhan untuk memperbaiki segala sesuatu, akhirnya sampai pertanyaan final “benarkah Tuhan ada? Jangan-jangan kita dikutuk di tengah-tengah dunia yang memang begini adanya, dunia yang penuh kekacauan dan kita tidak bisa lari keluar darinya”. Jadi ini sebenarnya pertanyaan yang sangat perlu untuk kita renungkan, supaya kita bisa bergumul juga tentang teologi kita, teologi yang menjawab tentang kesulitan di dalam dunia, realita penderitaan yang sangat berat. Seorang bernama Volf pernah memberikan satu seminar, dia mengatakan bahwa kita adalah orang Kristen yang diajar untuk mengampuni orang, mengasihi orang dan menyatakan pintu pengampunan yang terbuka bagi siapa saja. Setelah seminar ada satu orang secara pribadi bertanya “kamu orang Kroasia ya?”, Miroslav Volf adalah seorang teolog yang punya darah Kroasia, dia bilang “iya”, “bisakah kamu mengampuni tentara-tentara musuh yang menghancurkan negaramu di tahun 90an. Kalau kamu bilang bisa, saya akan terima seminarmu. Kalau kamu mengatakan sulit, saya akan buang seminarmu”. Kalau Saudara menjadi Volf akan menjawab apa? Volf mengatakan “saya sulit melakukan itu, mungkin saya tidak bisa melakukan itu”. Orang itu bertanya “kalau begitu mengapa kamu memberikan seminar seperti ini?”, dia menjawab “kalau saya memberikan seminar berdasarkan apa yang bisa saya lakukan, maka seminar saya akan sangat kering, kosong dan tidak ada gunanya dibagikan. Saya membagikan apa yang Tuhan tuntut, yang kita semua jadi sulit untuk kerjakan dan taati. Kamu murid dan saya juga murid, mari taat. Saya punya mimpi buruk, kamu juga punya mimpi buruk, saya punya musuh yang sangat saya benci, kamu juga sama. Maka mari kita belajar firman dan jalankan”. Lalu dia tutup dengan kalimat “sangat sulit mengampuni orang-orang kejam yang membantai orang-orang yang kita kasihi”, dia selesaikan jawabannya di situ. Pertanyaan ini valid untuk dijawab, harus digumulkan, mengapa terjadi kesulitan di tengah dunia ini? Dan kadang-kadang kita menganggap remeh kesulitan dan penderitaan dengan menganggapnya itu adalah sebuah realita kosong yang tidak penting untuk dipikirkan. Kalau kita sendiri belum mengalami penderitaan, kalau kita belum pernah mengalami orang yang kita kasihi meninggal duluan, atau mengalami kesulitan di tengah-tengah dunia yang kejam, mengalami pemerintahan otoriter, totaliter yang menghancurkan hidup orang banyak, mungkin kita tidak mengerti apa itu penderitaan maka kita menganggap remeh penderitaan. Tapi bagi orang yang mengalami kesulitan besar karena penderitaan, dia akan mulai mempertanyakan tentang Tuhan. Mengapa Tuhan membiarkan, mengapa Tuhan tidak bertindak, mengapa Tuhan tidak melakukan sesuatu? Apakah tangan Tuhan kurang panjang untuk menolong, apakah telingaNya sudah tertutup untuk kita? Di manakah Tuhan ketika kesengsaraan itu terjadi? Ini menjadi satu tema yang penting. Moltmann mengatakan bahwa kesulitan di tengah-tengah dunia ini akan mengaitkan kita dengan teologi kita tentang Tuhan. Ketika ditanya “bagaimana jawabanmu?”, Moltmann jawab “dulu saya hampir menjadi atheis karena penderitaan yang dialami oleh orang Jerman. Sekarang saya tahu satu hal dengan membicarakan kehadiran Yesus Kristus, dari pada kamu membicarakan allah yang abstrak itu. Waktu kamu membicarakan tentang Yesus dan bukan allah yang abstrak, yang tidak jelas seperti apa. Waktu kamu bicara tentang kehidupan dan tujuan Yesus Kristus, maka teodisi itu tidak perlu lagi dipermasalahkan. Kalau kamu bicara tentang Yesus, kamu akan punya Allah yang tidak lagi bentur dengan kesulitan dan penderitaan”, ini kalimat yang sangat pendek tapi dalam. Mengapa kita kesulitan memahami Tuhan dengan realita penderitaan di dunia ini? Karena kita tidak mengenal Dia lewat Yesus Kristus. Sehingga Moltmann mengatakan “yang ingin saya kenal adalah BapaNya Yesus. Yang ingin saya kenal adalah Allah yang Yesus layani, yang ingin saya kenal adalah Allah yang kepadaNya Yesus punya pengharapan, yang ingin saya kenal adalah Allah yang kepadaNya Yesus berdoa, yang ingin saya kenal adalah Allah yang membangkitkan Yesus, yang ingin saya kenal adalah Allah yang untuk Dia Yesus rela mati di kayu salib. Saya mau mengenal Allah melalui Yesus”, ini yang perlu kita gumulkan. Dan Yesaya 52 & 53 memberikan sudut pandang yang konsisten di dalam Perjanjian Lama mengenai penderitaan dan Allah. Bagaimana mengaitkan Allah dengan kesulitan dan penderitaan di dunia ini? Yesaya 52 & 53 merangkum doktrin Allah dari Perjanjian Lama yang memberitakan kepada kita tentang Allah yang menderita bersama-sama dengan umatNya, Allah yang menderita karena umatNya dan Allah yang menderita bagi umatNya. Ini 3 hal penting yang harus kita pahami.


Yang pertama akan kita bahas adalah Allah yang menderita karena umatNya. Mengapa Allah menderita karena umatNya? Karena Allah adalah Allah yang sakit hati ketika umatNya dikacaukan. Waktu terjadi ketidak-adilan, kekerasan dan kekejaman, Allah sakit hati. Dan waktu Allah menyaksikan penyembahan berhala terjadi, kejahatan para pemimpin dan pemberontakan umatNya terjadi di bumi ini, Dia sakit hati. Dan karena Dia sakit hati, Dia murka. Segala pemberontakan yang terjadi di bumi membuat Allah sakit hatiNya. Allah sakit hati karena Dia mencintai ciptaan ini. Lalu apa yang Dia lakukan setelah sakit hati? Dia murka. “Tuhan tidak boleh murka, saya mau kenal Tuhan yang baik, saya mau kenal Tuhan yang tidak pernah marah”, Saudara tidak bisa kenal Tuhan yang tidak bisa marah, kecuali Saudara juga setuju dengan Tuhan yang tidak mengasihi. Kalau Tuhan tidak mengasihi, maka Dia tidak perlu diharapkan akan marah. Karena kasih merupakan satu hal yang berkait dengan murka. Murka adalah kasih yang disakiti. Saudara marah karena kasih Saudara disakiti. Seorang akan marah ketika kasihnya diabaikan atau disakiti. Ketika seorang yang dikasihi berpaling dari dia dan menyakiti hatinya, dia akan murka. Tapi kalau Saudara tidak murka berarti Saudara tidak mengasihi. Saudara tidak mungkin murka kepada orang yang baru ditemui sejam yang lalu. Sering kali Allah digambarkan sebagai being yang tidak tergerak oleh apa pun, semua bergerak menuju Dia tapi Dia tidak bergerak pada siapa pun, semua menyukai Dia tapi Dia tidak menyukai siapa pun, semua ingin datang kepada Dia tapi Dia tidak mau datang kepada siapa pun, Dia stabil. Dia menggerakan yang lain oleh karena yang lain menginginkan Dia tapi Dia tidak menginginkan siapa pun. Jadi emosi menjadi sesuatu yang negatif, Tuhan yang ideal adalah Tuhan yang tanpa emosi. Tapi Alkitab berbicara banyak tentang Tuhan yang menyatakan emosi, Allah yang sakit hatinya, Allah yang senang, Allah yang bersukacita, Allah yang sedih, Allah yang terkejut, Allah yang memunyai perasaan mirip manusia. Akhirnya orang-orang mengatakan “ini mirip dengan berhala-berhala Yunani, kita tidak mau Allah yang seperti ini. Kita lebih suka Allah versi Aristotle yang tidak punya perasaan. Problem dari teorinya Aristotle adalah ini teori yang paling mudah masuk untuk memunyai Allah tapi tidak perlu diperhatikan dengan serius, ini adalah deisme. Kalau Saudara masuk dalam ajaran deisme, Saudara akan percaya Allah itu ada, Allah itu adalah Allah yang ada tapi tidak terlalu banyak berkait dengan hidup manusia. Kalau Allah tidak terlalu banyak berkait dengan hidup manusia, maka Allah adalah Allah yang tidak perlu dianggap terlalu serius. Saudara dan saya menggambarkan Allah yang apatis, dan akhirnya kita menjadi apatis. Dan apatis ini adalah cara yang paling bagus untuk menghancurkan kemanusiaan. Sekarang banyak orang yang ditarik untuk menjadi apatis, tidak peduli lagi dengan sesama manusia, hatinya tidak mudah tergerak, tidak mudah merasa kasihan, tidak mudah merasa peduli, tidak mudah merasakan penderitaan orang lain. Dan ketika generasi ketiga dihantam dengan hobi main gadget, dia akan lari dari keharusan untuk bersekutu dan memunyai relasi antar personal. Apatis itu sesuatu yang sangat bahaya, manusia tidak memiliki hidup kalau dia mempunyai apatisme di dalam hatinya, dia tidak punya perasaan apa pun. Maka kita harus keluar dari keadaan tanpa perasaan. Ketika orang menolak untuk berelasi dengan serius, dia akan keluar dari keharusan untuk berelasi. Allah sangat memperdulikan ciptaanNya, karena itu Allah sangat ingin ciptaanNya menjadi baik. Begitu ciptaanNya dijalankan dengan cara yang menyakiti hatiNya, Dia akan sedih dan murka. Allah adalah Allah yang menderita karena Allah sakit hati ketika ciptaan dikacaukan. Allah sakit hati ketika Saudara dan saya memberontak kepada Dia, Allah sakit hati ketika umatNya tidak setia, Allah sakit hati ketika umatNya tidak mendengarkan suaraNya, Allah murka karena Dia disakiti. Ini poin pertama, mengapa bisa ada penderitaan di sini, di mana Tuhan waktu kita menderita? Tuhan mengatakan “Aku sedang sakit hati melihat penderitaan yang terjadi”. Ketika Saudara mengatakan “ada pemerintah yang begitu keras menghancurkan orang, membunuh orang dengan sembarangan, ketidak-adilan meraja-lela dimana-mana, dimana Tuhan?”, Tuhan mengatakan “Aku sedang sakit hati melihat apa yang terjadi”. Lalu mengapa Tuhan tidak bertindak? Tuhan adalah Tuhan yang bertindak, ini poin dari Yesaya 40 yang kita pelajari minggu lalu dan juga inti dari Yesaya 44 & 45, Tuhan adalah Tuhan yang bertindak. Tapi cara Tuhan bertindak adalah cara yang tidak bisa diatur oleh siapa pun. Dia mengatur caraNya dengan bijaksana dan caraNya yang paling tepat. Namun kalau Dia belum menyatakan tindakan untuk memperbaiki ciptaan, ini tidak berarti Dia tidak punya kepedulian terhadap ciptaan ini. Ini tidak berarti Dia tidak punya sentuhan hati untuk melihat apa yang terjadi. Ini tidak berarti Dia tidak punya perasaan apa pun ketika umatNya memberontak. Inilah poin pertama, Allah di dalam Kitab Suci adalah Allah yang sakit hati dan menderita karena umatNya, karena ciptaanNya.


Kedua, Allah adalah Allah yang menderita bersama umatNya. Tuhan bukan cuma Tuhan yang menderita karena orang-orang disakiti, tapi Allah juga adalah Allah yang disakiti bersama-sama umatNya. Hal-hal seperti ini banyak digambarkan di Perjanjian Baru, misalnya ketika Yesus mengumpulkan kambing dan domba lalu dipisahkan kambing dengan domba, berkata kepada kambing “enyahlah”, berkata kepada domba “marilah”, itu pun Yesus sedang menyatakan hal yang sama dengan ini, Allah adalah Allah yang menderita bersama umatNya. Di dalam Matius, Yesus memisahkan kambing dan domba, tapi terjemahannya kurang akurat, yang Tuhan Yesus pisahkan bukan spesies kambing dan domba, yang Tuhan Yesus pisahkan adalah alpha male dengan bawahannya, jantan besar dan kuat dengan kelompok lain yang lebih lemah. Pembagian di dalam penghakiman akhir adalah si kuat dan si lemah. Dan binatang yang kuat itu diterjemahkan sebagai kambing, si lemah diterjemahkan sebagai domba. Itu sebabnya kita memunyai pemikiran kambing itu yang jelek-jelek, domba itu yang bagus-bagus. Tapi di dalam Matius dikatakan binatang-binatang yang kuat yaitu kambing dan domba yang kuat, dipisah dari yang lemah. Kepada yang kuat Tuhan mengatakan “enyahlah kamu”, “Tuhan, mengapa kami diusir?”, “karena waktu Aku menderita, kamu tidak menolongku”, “itu tidak mungkin, kalau Engkau menderita pasti akan kami tolong. Masalahnya Engkau tidak pernah menderita”. Tuhan mengatakan “siapa bilang Aku tidak pernah menderita? Aku menderita bersama umatKu. Waktu yang paling kurang diantara kamu, tidak kamu pelihara, aku sakit hati. Aku sakit bersama dengan mereka yang lapar, sakit bersama mereka yang menderita, sakit bersama mereka yang dipenjara, padahal mereka tidak melakukan yang tidak adil, sakit karena ditindas, sakit bersama dengan mereka yang miskin dan kekuarang. Ini identifikasi yang jelas sekali, Saudara mau tafsirkan apa bagian ini? Yesus mengidentikan diriNya dengan kelompok yang miskin dan rendah ini. Lalu ketika Yesus berpaling pada kambing dan domba yang lebih kurang kuat, Yesus mengatakan “mari masuk dalam bahagia tuanmu”, mereka tanya “mengapa Tuhan?”, “karena waktu Aku sedang lemah, sengsara, kamu menolong Aku”, “tidak mungkin, karena kami belum pernah bertemu Engkau ketika sengsara”, dan Yesus mengatakan hal yang sama “yang kamu perbuat untuk orang yang paling kurang di antara kamu, kamu perbuat untuk Aku”. Tuhan adalah Tuhan yang mengaitkan diriNya dengan orang yang paling malang di dunia ini. Tapi kita justru mengabaikan orang-orang seperti ini. Kita tidak punya belas kasihan, kita tidak punya kemungkinan untuk menjadi mirip Tuhan karena kita tidak pernah membiarkan belas kasihan kita muncul. Adakah diantara kita yang menyiapkan uang untuk menolong orang miskin. Ada budget khusus, untuk perpuluhan harus ada, kemudian untuk pekerjaan Tuhan harus ada, untuk tabungan harus ada, untuk tolong orang harus ada. Kalau Saudara tidak punya tabungan khusus untuk tolong orang, Saudara adalah orang Kristen yang sangat kejam. Kerinduan untuk menjadi sama dengan orang yang lemah, itu kerinduanNya Tuhan. Inilah Tuhan yang diberitakan oleh Alkitab. Allah di dalam Alkitab adalah Allah yang mengidentikan diriNya dengan kelompok paling menderita di bumi ini. Sehingga kalau Saudara mengenal Allah yang diberitakan Alkitab, Saudara akan mengetahui mengapa Yesus jadi manusia dan mati di kayu salib, karena Dia mau diidentikan dengan yang paling rendah, dengan orang-orang yang tidak dianggap secara politik, orang-orang yang menjadi korban kebrutalan para pemimpin, orang-orang yang dihina oleh semua orang, seluruh rakyat teriak “matikan Dia”, dia menjadi sampah dari para sampah. Lalu ketika Dia digantung di kayu salib, baru kita tahu Tuhan tidak main-main waktu Dia mengidentikan diriNya dengan orang paling lemah. Tuhan tidak pura-pura dengan retorika kosong mengatakan “waktu Aku ada di dunia ini, Aku mau diidentikan dengan mereka yang paling lemah”, dan Tuhan buktikan itu di kayu salib. Kalau kita mengenal Allah dari Alkitab, Allah Tritunggal yang diperkenalkan Kitab Suci, tidak ada alasan untuk mengatakan “Tuhan, dimana Engkau ketika kami menderita?”, Tuhan akan mengatakan “Aku disalib”. “Ketika bumi begitu menderita, dimanakah Engkau Tuhan?”, Tuhan akan mengatakan “lihat Golgota. Kamu melihat dunia menderita, lihat Golgota, di situlah Aku berada”. Tidak ada orang bisa menjawab ini. Teodisi itu akan kuat untuk orang Islam, ketika mereka ditanya “mana allahmu ketika kami menderita”, dan mereka akan mengatakan “bertanyalah padanya, saya tidak tahu dimana dia”. Saudara tanya kepada orang Yahudi “di mana Allah ketika kita menderita?”, orang Yahudi menjawab “Allah menyatakan penderitaanNya, coba baca Yesaya 53, coba baca di Kitab Suci, Tuhan ada bersama umatNya”,  lalu kita mengatakan “retorika kosong, karena Tuhan tidak benar-benar menjadi manusia dan bersama umatNya”. Di dalam Teologi Kristen, Allah Tritunggal adalah Allah yang rela menderita bersama umatNya. Allah menderita ketika orang benar dianiaya, ketika imam disembelih di meja korban, ketika Israel dihancurkan oleh bangsa lain, ketika terjadi kekejaman di luar pikiran dilakukan satu manusia kepada manusia yang lain. Allah menderita bersama umatNya.

Poin ketiga, Allah adalah Allah yang menderita bagi umatNya. Di sini kita bisa melihat keunikan dari salib Yesus. Allah menderita bagi umatNya. Allah bukan hanya menderita bersama umatNya, sekarang Allah melakukan sesuatu yang melampaui itu, Allah menderita bagi umatNya. Allah menderita supaya umatNya tidak perlu menderita. Allah menderita untuk membebaskan umatNya dari kesengsaraan hidup di dalam dosa. Poin ketiga ini sangat kuat dan ini yang dibagikan di dalam Yesaya 52 & 53. Tuhan membebaskan Israel, Tuhan membangkitkan hambaNya, “Israel, Aku mengingat kamu. Aku mau memulihkan kamu, Aku ingin menjadikan engkau hambaKu seterusnya”. Setelah itu pasal 52 & 53 mengatakan “lihat hambaKu, dia akan berhasil, walaupun rupanya tidak seperti manusia lagi dan segala kesemarakan manusia hilang dari dia”. “Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknya pun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupa pun tidak, sehingga kita menginginkannya. Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kita pun dia tidak masuk hitungan”. Kalimat-kalimat dari Yesaya ini sedang mengarahkan kita untuk melihat Mesias yang tersalib itu. Mesias yang tersalib adalah tema Kristen yang paling tidak masuk akal bagi orang Yahudi, tapi paling indah di dalam konsep orang Kristen. Allah adalah Allah yang menyenangi ciptaanNya, Allah adalah Allah yang ingin mengoreksi, memperbaiki ciptaanNya. Allah adalah Allah yang mau menjadikan ciptaanNya baik kembali. Tapi untuk lakukan itu Dia menderita bagi umatNya. Maka saya ingin membahas lebih dalam mengenai Allah yang menderita bagi umatNya. Mengapa Allah bisa menderita bagi umatNya? Karena Allah itu Tritunggal. Kalau Allah tidak menderita bagi umatNya, maka sulit bagi kita untuk memahami penderitaan Allah bagi umatNya. Karena penderitaan Allah bagi umatNya adalah penderitaan bagi umat karena murka Allah. Mengapa Allah rela menderita? Karena umatNya mau Dia selamatkan. Diselamatkan dari murka Allah. Allah murka lalu Allah menyelamatkan, bagaimana memahami hal ini? Saudara tidak memahami tema ini kecuali Saudara mengakui bahwa Allah itu Allah Tritunggal. Kalau Allah bukan Allah Tritunggal, kita tidak mungkin dapat mengerti mengapa Allah rela bagi umatNya, mengapa Dia menderita, menderita apakah Dia? Allah menderita bagi umatNya karena Allah Tritunggal. Bagaimana cara Allah menderita bagi umatNya? Allah menderita bagi umatNya karena Allah menjadi manusia. Lalu ketika Allah menjadi manusia, Pribadi kedua yaitu Yesus Kristus, Anak Allah menjadi manusia, maka Allah memulai pekerjaan keselamatan yang Dia buat, yang Dia siapkan. Allah tidak mungkin terpisah dari manusia, maka Allah adalah Allah yang mau menyelamatkan manusia dengan kehadiranNya di tengah dunia. Dan bagaimana cara Dia menyatakan kehadiranNya di tengah dunia? Yaitu dengan menerima semua murka yang Tuhan mau berikan kepada seluruh ciptaanNya. Mengapa Yesus bisa menerima murka Tuhan? Apa sebab Dia datang ke dalam dunia dan mengapa Dia yang menerima murka Tuhan? Hal pertama yang harus kita lihat adalah Tuhan mau menyatakan murkaNya atas seluruh ciptaan, namun Tuhan akan melokalisasi murkaNya. Karena Tuhan tidak memurkai seluruh ciptaan di dalam murka yang final. Tuhan akan memurkai sang wakil dari ciptaan yaitu manusia. Maka Tuhan akan memurkai manusia, bukan yang lain. Itu sebabnya di dalam Kitab Ibrani dikatakan bahwa korban binatang di dalam zaman para imam, bukan korban yang sempurna, oleh karena para imam itu mempersembahkan darah yang asing. Apa yang dimaksud dengan darah yang asing? Di dalam terjemahan Indonesia tidak ditulis “darah yang asing” tapi “darah yang lain”. Para imam itu tidak mempersembahkan darah yang tepat. Tapi di dalam bahasa asli dikatakan imam mempersembahkan darah asing karena bukan darah mereka sendiri. Imam menjadi imam karena mereka memotong binatang dan memercikan darah binatang dan membawa binatang itu sebagai korban. Binatang yang menumpahkan darah, bukan imam. Tapi apakah manusia bisa diwakili oleh binatang? Apakah binatang wakil dari seluruh alam ciptaan ini, apakah binatang adalah gambar Allah? Tentu tidak. Saudara tidak bisa melihat binatang sebagai gambar Allah, ciptaan tidak bisa diwakili oleh binatang. Manusialah wakil Allah, manusia adalah yang akan mewakili seluruh ciptaan. Seluruh ciptaan diwakili oleh manusia, karena itu ketika Tuhan mau menyatakan murkaNya, Tuhan menyatakan murkaNya kepada manusia, bukan kepada yang lain. Kalau begitu apakah seluruh manusia akan dimurkai? Di dalam penghakiman Tuhan lewat Kristus, ini yang diberitakan dalam Yesaya 53, Tuhan menyatakan penghakimanNya lewat wakil dari seluruh manusia yaitu Israel. Jadi Tuhan menyatakan penghukumanNya lewat Israel. Israel adalah imam bagi seluruh bangsa lain. Di dalam Kitab Keluaran 19 dikatakan “engkau adalah kerajaan imam bagi bangsa-bangsa lain”. Jadi Israel adalah imam, dialah yang memberikan diri sebagai wakil dari bangsa-bangsa lain. Kalau Israel adalah imam, jadi Tuhan akan menghakimi seluruh Israel? Yesaya 52 & 53 mengatakan tidak, karena di pasal 44 dikatakan “hambaKu engkau hai Israel”. Tapi di pasal 52 & 53 digambarkan tentang orang lain yang menjadi wakil dari seluruh Israel yaitu Sang Hamba. Israel diwakili oleh wakil yang adalah keturunan Daud dan juga imam. Siapa wakil Israel? Raja. Siapa wakil Israel? Imam. Raja dan imam ini yang harus menerima murka Tuhan mewakili seluruh umat Tuhan, bahkan mewakili seluruh ciptaan. Ini yang dimaksudkan dengan Allah rela menderita bagi ciptaanNya, karena Sang Pribadi kedua yaitu Anak Allah menjadi manusia. Lalu murka Tuhan dilokalisasi pada Dia. Ketika Dia digantung di kayu salib, pada saat itu terjadi penghakiman dari Tuhan atas seluruh ciptaan karena mereka melanggar perjanjian. Yesuslah hamba yang dimaksud di dalam Yesaya 52 & 53. Pemulihan sedang berlangsung oleh Allah yang menderita bagi umatNya. Pemulihan berlangsung karena kebobrokan dan kerusakan dosa serta murka Tuhan sedang dipusatkan ke diri Hamba Tuhan ini. Apa yang Yesus alami di kayu salib? Yang Yesus alami adalah seluruh murka yang Tuhan mau timpakan karena dosa, sekarang Dia yang tanggung. Dia menjadi wakil dari seluruh Israel, Israel adalah wakil dari seluruh manusia, manusia adalah wakil dari seluruh alam. Maka untuk Tuhan pulihkan seluruh alam, seluruh alam mesti diwakili oleh manusia. Tuhan murka kepada manusia sebagai pernyataan lokal dari murkaNya kepada seluruh alam. MurkaNya kepada seluruh manusia diwakili oleh Israel. Murka kepada Israel diwakili oleh raja, murka raja diwakili oleh Kristus ini yang adalah Raja sejati yang Tuhan bangkitkan. Di atas kayu salib terjadi pemulihan ciptaan. Pemulihan terjadi karena seluruh efek dosa dan murka Tuhan sekarang difokuskan ke salib. Di atas kayu salib Yesus menyiapkan ciptaan yang baru. Di atas kayu salib Dia menanggung kerusakan dari ciptaan yang lama. Ini namanya Allah menderita bagi umatNya.

Mengapa disebut menderita bagi umatNya? Oleh sebab Dia menderita, umatNya tidak harus menderita. Efek dosa pelan-pelan surut karena Dia rela mati di kayu salib. Kalau Saudara mengatakan “mana? Sekarang masih tetap terjadi kesulitan”. Orang Krsiten tidak perlu banyak berteodisi, orang Kristen tidak perlu terlalu banyak bertanya “di mana Tuhan waktu keadaan menderita?”, Tuhan mengatakan “Aku sudah disalib, bagaimana dengan kamu?”. Fokus kepada salib akan membuat kita mengerti bahwa kesulitan dan penderitaan yang terjadi sekarang adalah kesulitan dan penderitaan yang sudah ditaklukan di dalam salib Yesus. Karena Kristus menjalani ini semua, bahkan sampai mati di kayu salib, dan justru karena kematianNya, ciptaan dipulihkan. Tidak ada lagi yang bisa menghalangi pemulihan ciptaan. Pemulihan ciptaan akan segera terjadi karena wakil dari seluruh manusia yaitu Kristus sudah digantung di atas kayu salib. Allah adalah Allah yang menderita bagi umatNya. Ini tema yang tidak mungkin Saudara pahami kalau Saudara tidak melihat Kitab Suci dan memahamni Tuhan dengan cara demikian. Itu sebabnya ketika kita menjalani hidup kita, kita akan menjalani hidup dengan penuh perasaan syukur dan kasih “Tuhan, jika Engkau yang menanggung semua ini, maka Engkaulah yang patut dikasihi oleh saya”. Dia adalah Allah yang menarik dengan kasih, Dia adalah Allah yang ingin menyatakan “pengorbananKu Kuberikan kepadamu supaya engkau mengerti apa yang sedang terjadi”. Allah adalah Allah yang berbagian di dalam penderitaan umatNya. Ini pengertian yang sangat penting sekali, Allah bukan hanya berpartisipasi di dalam penderitaan kita, tapi Dia berpartisipasi untuk memberikan kemenangan. Biarlah kita menghargai konsep Allah dari Alkitab. Saudara tidak mengenal Tuhan yang berpisah dari dunia ini, tapi Saudara mengenal Tuhan yang mengalami kesulitan dari dunia ini. Allah yang menderita karena umatNya, Allah yang menderita bersama umatNya, Allah yang menderita bagi umatNya. Itu sebabnya kalau orang Kristen ditanya oleh orang lain “di mana Allah ketika keadaan sedang sulit, di mana Allah ketika penderitaan terjadi?”, Saudara bisa menganggap ini sama dengan mempertanyakan kalau seorang manusia memunyai luka lalu bertanya dimana kepalanya. Misalnya tangan saya luka karena teriris pisau, lalu Saudara mengatakan “tangan bapak teriris ya?”, “iya”, lalu Saudara mulai bertanya “mengapa ada irisan pisaunya, di mana kepala bapak waktu ini terjadi? Saya ragu kalau kepala bapak itu ada. Karena kalau kepala bapak ada, tidak mungkin ini terjadi. Maka saya yakin karena ada luka di tangan bapak, kepala bapak tidak ada”, Saudara mengatakan “itu tidak mungkin, kepala saya satu dengan seluruh badan”. Hal yang sama bisa kita katakan “di mana Tuhan berada waktu ada penderitaan? Pasti Tuhan tidak ada”, itu tidak mungkin, karena Tuhan sedang menderita bersama kita, bahkan Tuhan menderita bagi kita. Ini tema yang sangat agung, tapi kita kehilangan berita keagungan ini karena kita tidak merasa kalau Tuhan itu punya hati yang bisa hancur oleh karena ciptaan ini. Kita tidak bisa mengerti pergumulan Tuhan untuk membentuk umatNya, yang kita tahu cuma pergumulan kita. Kita jadi sangat egois karena kita punya pergumulan untuk diri . Sedangkan Tuhan pikul seluruh ciptaan menjadi pergumulan hatinya. Bayangkan betapa egoisnya kita. “Siapa Allah?”, “Allah adalah Pencipta segala sesuatu. Kalau segala sesuatu adalah milik Tuhan, maka segala sesuatu dicipta bagi Tuhan. Tapi sekarang ciptaan bukan hanya membuat Tuhan tidak senang, ciptaan membuat beban untuk Tuhan. Saudara mau punya beban seperti Tuhan? Di sini hal  yang kita salah mengerti tentang kemahakuasaan Tuhan. Tuhan di dalam Alkitab itu Mahakuasa, bukan karena Dia mampu kerjakan sesuatu dengan cara yang cepat, Tuhan Mahakuasa karena Dia memunyai cara yang mengenakan hatiNya kepada dunia ini. Itu cara Tuhan. Tuhan pilih cara keterlibatan, bukan pilih cara berfirman lalu semua beres. Bisakah Tuhan membereskan semua dengan berfirman? Bisa, tapi Tuhan bukan begitu. Tuhan tidak seperti itu. Tuhan adalah Tuhan yang menaruh hatiNya di dalam ciptaan ini, sehingga untuk pulihkan ciptaan ini Dia harus mengalami segala kesulitan di dalam ciptaan ini sebelum Dia perbaiki dan menjadi menang. Dia mesti berinkarnasi untuk memperbaiki seluruh dunia ini. Mengapa Dia mesti berinkarnasi, mesti menderita, mesti mati? Karena itulah Tuhan kita. Tuhan kita tidak akan bertindak dengan cara lain, karena itu adalah sifatNya. Oleh karena Dia mengasihi, Dia tidak pakai cara lain, Dia tidak pakai cara dimana Dia tidak terlibat dan tidak bergumul bersama-sama umatNya di tengah dunia ini. Kita tidak memunyai allah yang duduk di sorga lalu mengatakan “semua beres, simsalabim”. Bisakah Tuhan? bisa, tapi Dia tidak mungkin lakukan itu, karena Dia tidak akan mengerjakan sesuatu di mana Dia tidak terlibat untuk bergumul dan menang. Partisipasi Tuhan di dalam penderitaan kita adalah keunikan berita Alkitab. Mana ada konsep seperti ini di agama mana pun. Saudara berharap siapa yang bisa menjadi panutan dan juga Tuhan yang bisa kita sembah? Siapa yang akan menjadi Tuhan kita untuk kita sembah? Tidak ada, selain Tuhan, selain Allah Tritunggal yang diberitakan oleh Kitab Suci. Kalau Saudara mengatakan “penderitaan ini begitu banyak, Tuhan ada di mana?”, Tuhan mengatakan “Aku sudah tanggung sakit ini dari dahulu. Sebelum engkau lahir, Aku sudah tanggung sakit ini. Sebelum engkau tahu ada yang menyakitkan di dunia ini, Aku sudah tanggung sakit ini”, bahkan lebih dalam lagi “Aku sudah tanggung sakit ini supaya engkau bebas”. Suatu saat nanti semua pekerjaan Tuhan dipulihkan karena partisipasi Tuhan di dalamnya. Itu sebabnya Kekristenan adalah agama yang partisipasif. Saudara tidak bisa mengatakan “Saya mengasihimu, kenakan kain hangat, carilah sendiri makanan yang enak. Saya tidak pedulikan kamu”, Saudara tidak bisa tidak berpartisipasi. Saudara harus berpartisipasi. Orang Kristen melihat politik begitu rusak, tetap harus terlibat di dalamnya. Harus ada orang yang punya beban untuk menjadi politisi yang bersih dan murni. Saudara melihat dunia medis begitu rusak, Saudara harus berjuang untuk bidang itu kalau memang Saudara di situ. Kristen berpartisipasi karena itulah sifatnya Tuhan, Tuhan seperti itu. Tuhan tidak mungkin melakukan yang lain. Ini bukan masalah bisa atau tidak, tapi masalah apa yang Tuhan inginkan. Tuhan tidak mau melakukan cara lain. Tidak ada cara lain bagi Tuhan untuk pulihkan penderitaan di tengah manusia sekali partisipasi. Menderita karena umat, menderita bersama umat dan menderita bagi umat. Dan kalau kita tidak mengenal Allah seperti ini, kita akan sulit menjawab pertanyaan orang “mengapa banyak penderitaan?”. Saudara akan menjawab di dalam iman Kristen “penderitaan terjadi, saya tidak bisa menjawab mengapa. Tapi saya bisa menjawab, Tuhanku sedang menanggung ini”. “Kok Tuhan menanggung penderitaan? Bodoh sekali”, “terserah kamu anggap bodoh, tapi bagiku itulah kasih”. Kadang-kadang orang mengasihi lalu melakukan tindakan yang dianggap bodoh. Tapi tindakan kasih adalah tindakan yang secara efisiensi memang tidak terlalu kelihatan. Apa efisiensinya? Saudara habiskan tabungan atau uang, lalu berikan bunga untuk pacar, misalnya. Kalau Saudara memberikan bunga hidup yang hanya bertahan beberapa lama, kemudian mati, ini kurang efisien. Cinta kasih itu bukan tentang efisiensi, melainkan tentang persekutuan. Tuhan dari dulu ingin menyatakan persekutuanNya dengan manusia. Maka waktu manusia menderita, Dia memilih cara berpartisipasi. Dia menyatakan cara “Aku menderita karena kamu, Aku menderita bersama kamu dan Aku menderita bagi kamu”. Bisakah Tuhan lakukan cara lain? Ini yang selalu kita pikirkan, “Adam dan Hawa jatuh dalam dosa, langsung bereskan saja. Kalau sudah jatuh dalam dosa lakukan plan B yaitu musnahkan ular, koreksi Adam”, pokoknya dosa  bisa dihapuskan dengan cara lain, bukan dengan cara penebusan Kristus. Mengapa Tuhan tidak pilih cara yang lebih mudah? Ular masuk, manusia jatuh dalam dosa, lalu Tuhan suruh ular kembali dan mengatakan “minta maaf sama Adam”, lalu ular minta maaf kepada Adam dan Hawa, Adam dan Hawa memaafkan ular, dan ceritanya berakhir. Cerita yang sangat indah, tapi omong kosong. Tuhan ingin berpartisipasi bersama manusia, maka penderitaan Dia tangani dengan menderita karena, menderita bersama dan menderita bagi. Ini yang Tuhan lakukan dan ini yang Tuhan ingin kita lakukan di tengah dunia ini. Saudara bukan orang yang akan memperbaiki dunia ini dengan menjentikan tangan lalu semuanya beres. Saudara akan berpartisipasi dengan hati yang siap dilukai, hati yang siap dikecewakan, hati yang siap dihancurkan, dan ini yang Tuhan lakukan. Banyak orang tidak mau terjun di dalam relasi atau pun dunia ini, karena merasa “saya nanti akan disakiti”. Saudara kalau tidak siap sakit hati, Saudara bukan orang yang baik. Karena Tuhan yang menciptakan kita pun adalah Tuhan yang sakit hati. Tuhan meresikokan hatiNya untuk dihancurkan dan dilukai”.

Maka digantungnya Kristus di kayu salib adalah tanda puncak bahwa Tuhan menderita karena umatNya, Tuhan menderita bersama umatNya dan Tuhan menderita bagi umatNya. Kiranya Tuhan menggerakan kita untuk mampu menjalankan kehidupan Kristen yang baik dan melihat bagaimana salib Kristus memimpin kita memulihkan segala sesuatu.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Menantikan Kehadiran Tuhan

7 April 2019
(Yesaya 40: 9-31)
Pdt. Jimmy Pardede


Di dalam Kitab Yesaya ini kita akan belajar untuk melihat bagaimana salib itu diberitakan. Jadi kita mesti melihat salib sebagai puncak dari karya atau pekerjaan Tuhan di Perjanjian Lama. Salib tidak boleh direduksi, tapi harus dieksposisi lewat Perjanjian Lama. Jadi kalau kita mau memahami salib, kita harus tahu bahwa salib itu merangkum seluruh Perjanjian Lama. Makna salib begitu dalam dan hari ini, bulan ini kita akan merenungkan pengorbanan Kristus dengan cara yang sangat berlimpah lewat Kitab Suci. John Calvin ketika menulis commentary dari Mazmur, dia mengatakan bahwa orang Kristen harus belajar untuk menghargai berita Perjanjian Lama, baru bisa menghargai salib.


Demikian juga kita akan membahas Yesaya bukan langsung kepada kesimpulan salib. Tapi kita mau mengerti pengertian dari Yesaya untuk kita nantinya semakin mengerti salib. Setelah kita mengerti apa yang dibahas Yesaya 40 & 53, baru kita nanti membaca salib dengan kerangka pengertian yang kaya sekali. Jadi hari ini kita akan memulai dari Yesaya 40: 9-31 dan di dalamnya ada tema yang sangat jelas terlihat, yaitu tema menantikan kabar baik. Tuhan menyuruh Israel untuk menantikan Dia yang akan datang. Ini bisa Saudara lihat di ayat 9 misalnya, “hai Sion, pembawa kabar baik, naiklah ke atas gunung yang tinggi! Hai Yerusalem, pembawa kabar baik, nyaringkanlah suaramu kuat-kuat, nyaringkanlah suaramu, jangan takut! Katakanlah kepada kota-kota Yehuda: “Lihat, itu Allahmu!”. Dia datang dengan kekuatan dan tanganNya. Jadi ada berita tentang masa depan yang akan terjadi “lihat, Tuhan akan datang). Berita ini adalah berita yang sangat urgent sehingga dikatakan “lihat, Tuhan sudah datang”. Tapi pada realitnya pembaca Yesaya akan mengatakan “ini adalah berita masa depan, kami masih mengharapkan kedatangan Tuhan”, meskipun diberitakan dengan kesegeraan yang besar. Kesegeraan ini, sifat terburu-buru di dalam memberitakan kedatangan Tuhan menjadi ciri khas di Alkitab mulai dari Yesaya sampai nanti Wahyu. Satu hari Tuhan sama dengan seribu tahun, maksdunya adalah kalau kamu pikir Tuhan masih lama datangnya, kamu salah. Tapi dari dulu Tuhan mau datang, sekarang sudah bertahun-tahun lewat dan Dia masih belum datang, apalagi sekarang. Dari dulu Petrus mengatakan Dia sudah akan datang, Paulus mengatakan sudah akan datang, sekarang sudah tahun 2019 Dia belum datang juga. Seorang bernama Albert Schweitzer mengatakan para pemikir Perjanjian Lama, para rasul salah mengerti Yesus. Yesus mengatakan bahwa Dia akan datang kembali, tapi ternyata Dia tidak datang-datang. Dia mati dan bangkit, setelah itu hilang, tidak tahu kapan datangnya. Mengapa orang bersiap? Karena dia tahu Tuhan bisa datang kapan pun. Sehingga berita yang segera ini “Tuhan akan datang” itu sudah menjadi ciri dari Yesaya 40 sampai nanti Wahyu mengenai kedatagan Tuhan. Waktu Saudara memberitakan tentang kedatangan Tuhan, Saudara akan memberitakannya dengan pernyataan bahwa ini adalah sesuatu yang segera. Kalau ada gedung terbakar, Saudara tidak akan mengatakan “ada api di gedung ini, maka dengarlah hai orang-orang puisi yang akan saya beritakan” dengan cara yang tenang, Saudara tidak akan melakukan itu. Saudara akan teriak “ada api, mari lari”, ada perasaan mendesak untuk hal ini. Demikian Yesaya 40 ada perasaan mendesak “coba lihat di tembok Tuhan sudah datang”. Tapi begitu orang melihat di Tembok Yerusalem, mereka tidak melihat apa-apa. Jadi berita ini adalah berita pengharapan Tuhan akan datang dan dinyatakan dengan cara yang sangat mendesak. Kedatangan Tuhan akan tiba. Dan nanti saya akan simpulkan di bagian akhir dari pembahasan Yesaya ini bahwa ketika kita melihat salib itu adalah penggenapan dari berita ini. Kesegeraan melihat Tuhan datang dan janji-janjiNya disimpulkan di salib, dan itu benar-benar kosong kalau kita tidak mengerti. Salib itu seperti meniadakan semua pengharapan dari Yesaya 40. Tapi kalau kita baca dengan cara yang tepat, salib menjadi kesimpulan yang luar biasa. Salib adalah puncak dari berita Yesaya 40-54 yang akan kita bahas beberapa bagiannya.


Bagian ini adalah tentang pengharapan Tuhan akan datang dan bagaimana kita mengharapkan Tuhan. Yesaya 40 mengatakan Tuhan itu Tuhan yang besar, kita mesti mengharapkan kedatangan Dia yang agung dan melampaui seluruh ciptaan. Lalu Kitab Yesaya langsung berbicara tentang wahyu umum sebagai pernyataan kemuliaan Tuhan. Alkitab adalah satu-satunya cara Tuhan menyatakan diriNya kepada kita dan itu benar. Alkitab memang adalah satu-satunya cara Tuhan menyatakan diri kepada kita. Tapi Alkitab mengatakan bahwa pernyataan Tuhan di dalam alam gagal kita terima oleh karena kita yang sudah berontak kepada Tuhan. Jadi sebenarnya Tuhan akan menghakimi manusia karena alam ini sudah berbicara tentang Tuhan dan alam ini sudah berbicara tentang Tuhan dengan cara yang jelas sekali. Tuhan akan tetap menghakimi karena alam ini sudah berbicara sangat jelas tentang Tuhan. Saudara melihat matahari, bulan, bintang, laut, gunung, seluruh alam, Saudara harus langsung dapat pesannya bahwa ada Allah yang sedang bekerja. Dan Alkitab tidak mengatakan bahwa alam semesta ini ada semacam allah. Alam semesta mengatakan bahwa ada Allah yang spesifik yaitu Allah Tritunggal. Allah Tritunggal dengan jelas menyatakan diri lewat ciptaan. Saya mau tanya, kalau Saudara tidak pernah membaca Alkitab, Saudara tidak pernah dengar berita Injil, Saudara tidak pernah diberi tahu tentang Tuhan, bisakah Saudara kenal Tuhan? Tidak bisa, salah siapa? Salah kita sendiri. Seharusnya waktu kita sudah melihat daun saja, Saudara tidak bisa tidak Saudara akan mendapatkan pesan Allah Tritunggal yang ciptakan ini. Mungkin bagi kita aneh, kita berpikir “masa sih pak? Saya ajak teman saya yang atheis melihat daun, katanya dia hanya melihat hijau. Saya ajak orang atheis melihat laut, dia hanya mengatakan bagus, selesai begitu saja. Dia tidak mengaitkan itu ke Tuhan”, kesalahannya ada pada dia, kesalahannya ada pada kita. Sama ketika Saudara dengar suara saya di speaker, lalu Saudara mengatakan “saya mau bukti”. Saudara sedang menikmati Tuhan sedang bekerja lewat alam ini. Ini yang dikatakan dalam Kitab Yesaya, misalnya Saudara bisa melihat dalam pasal 40: 11, itu ada kalimat yang indah sekali, “seperti seorang gembala Ia menggembalakan kawanan ternak-Nya dan menghimpunkannya dengan tangan-Nya;anak-anak domba dipangku-Nya, induk-induk domba dituntun-Nya dengan hati-hati”. Allah digambarkan bukan hanya sebagai Pencipta domba tapi juga sebagai Gembala domba. Jadi jangan ikut-ikutan Aquinas “tahu tidak Allah itu ada?”, “iya”, “tahu dari mana?”, “dari domba. Domba dari mama domba, mama domba dari mamanya mama domba”, terus begitu, tapi tidak bisa begitu. Akhirnya ada pencipta yang tidak diciptakan yang menciptakan domba, itulah Tuhan. Tapi Yesaya akan sedikit mengernyitkan mukanya “kok seperti itu argumennya?”, kalau dia bicara dengan Aquinas. Yesaya mengatakan waktu kamu lihat domba, kamu lihat Gembalanya waktu itu. Domba ini bisa terpelihara karena ada yang memelihara yaitu Sang Gembala Besar, Tuhan. Jadi Yesaya tidak ingin kita memahami Tuhan hanya sebagai Penyebab Utama saja, Yesaya mau kita memahami kuasa penopangan Tuhan yang terjadi saat ini. Yesaya 40: 11 mengatakan dia bukan hanya Pencipta domba, tapi Gembala domba. Lalu ayat 12 “Siapa yang menakar air laut dengan lekuk tangannya dan mengukur langit dengan jengkal, menyukat debu tanah dengan takaran, menimbang gunung-gunung dengan dacing, atau bukit-bukit dengan neraca?”. Tuhan secara berkelanjutan memelihara seluruh alam ini baik laut, gunung maupun pulau, Dia aktif bekerja sampai sekarang, ini yang dikatakan di ayat 12. Allah digambarkan sebagai Pengatur alam yang bijaksana, Allah menjadikan semuanya teratur. Jadi Allah bukan hanya Pencipta laut, gunung dan pulau-pulau, tapi Allah senantiasa mengaturnya sampai sekarang. Dan konsep Yesaya ini melampaui konsep-konsep berhala pada zaman dia karena semua orang mengurung dewa-dewanya kepada aspek tertentu dari ciptaan. Dewa satu berkuasa atas laut, dewa satu atas gunung, dewa satu atas pulau-pulau, dewa satu atas binatang, dewa satu atas ikan, dewa satu atas ini dan ini. Jadi masing-masing dewa punya spesialisasi. Karena para penyembah berhala itu ternyata orang modern zaman revolusi industri, sudah mengetahui pembagian pekerjaan. Kalau semua orang menciptakan peniti, nanti tidak ada yang efektif. Harus ada yang menciptakan kepalanya, harus ada yang menciptakan badannya, pembagian kerja. Dewa-dewa ternyata juga ada pembagian kerjanya, ada yang khusus laut, ada yang khusus ikan, ada yang khusus langit, dan lain-lain. Dewa-dewa ini punya spesialisasi untuk berkuasa atas sesuatu. Tapi Yesaya mengatakan tidak, semua itu Tuhan yang takar dan atur. Tuhan yang mengatur laut, seolah-olah laut itu ada di tanganNya, Tuhan yang menopang air laut. Lalu Tuhan yang takar kapan laut berhenti lalu mulai ke darat. Dan Tuhan bukan hanya memberikan takaran saat itu saja, Tuhan senantiasa melakukan itu. Tuhan senantiasa menjaga supaya air laut tidak sampai ke daratan. Allah berbeda dengan segala macam berhala, itu yang dikatakan dalam Yesaya 40 ini. Mengapa Allah beda dengan segala berhala? Karena Allah terlibat. Ini bedanya, berhala tidak terlibat sedangkan Allah terlibat. Kalau ada orang bertanya apa bedanya Tuhan Kristen dengan tuhan agama lain? Ada banyak jawaban di Alkitab dan Saudara bisa pakai mana pun untuk memenangkan orang dalam penginjilan. Jawaban versi Yesaya 40, perbedaannya adalah karena Allah terlibat dan berhala-berhala tidak. Ini sindiran Tuhan, berhala itu punya mata tapi tidak bisa melihat, punya telinga tapi tidak bisa mendengar, punya mulut tapi tidak bisa bicara, punya tangan tapi tidak bisa bertindak, punya kaki tapi tidak bisa jalan.


Mengapa Allah berhak menjadi Tuan dan Raja atas hidup kita? Karena Dia memberikan diriNya bagi kita. Keterlibatan Tuhan adalah keterlibatan total. Keterlibatan Tuhan bukan dari sorga memerintahkan malaikatNya untuk mengurusi kita. Keterlibatan Tuhan adalah keterlibatan total. Tuhan mengutus malaikatnya untuk memipin Israel di padang gurun, tapi Dia hadir di Kemah Suci. Tuhan tidak mengutus malaikatNya, lalu Dia tinggal menunggu laporan dari malaikat. Tuhan tidak seperti itu. Tuhan adalah Tuan dan Raja yang berhak atas hidup kita karena Dia memberikan diriNya bagi kita. Kalau Dia sudah memberikan diriNya bagi kita berarti Dia rela menjadikan nasibNya sama dengan nasib kita. Mungkin ini kata-kata yang sangat mengagetkan, Tuhan itu rela membuat namaNya diikat dengan Israel sehingga apa yang Israel lakukan akan sama dengan apa yang nama Tuhan akan alami. Israel akan mencapai apa, nama Tuhan akan mencapai itu. Israel rusak, nama Tuhan akan rusak. Israel setia, nama Tuhan akan ditinggikan. Israel menyembah Tuhan, nama Tuhan akan dipuji. Israel memberontak, nama Tuhan akan hancur. Tuhan meresikokan namaNya dengan menjadi sama dengan umatNya. Ini keterlibatan yang total, ini bukan keterlibatan yang setengah-setengah. Kemuliaan Tuhan menjadi satu dengan kemuliaan kita. Tuhan membagi kemuliaanNya dengan Israel dan umatNya. Tuhan adalah Raja dan Dia berhak menjadi Raja karena Dia telah menjadikan kita satu denganNya. Dia rela hadir, bukan cuma terlibat dari jauh. Dia rela hadir maka Dia berhak menjadi Tuhan dan Raja kita. Tapi kita memperilah yang lain. Keterlibatan uang dan benda mati lainnya adalah hidup kita itu nol, tidak ada sama sekali. Di dalam sebuah buku tentang uang, Michael Welker mengatakan bahwa kita adalah tuan atas uang dengan demikian uang tidak punya arti waktu dia dijadikan tuan. Saudara adalah tuan atas uang Saudara, bukan berarti Saudara tidak perlu uang. Memperilah uang dan benda mati lainnya akan membuat hidup kita ke dalam keadaan yang kosong, karena kita dituntun dan dipimpin oleh benda-benda mati yang tidak punya keterlibatan di dalam hidup kita. Saya membentuk diri saya dengan segala berhala palsu ini. Tapi tidak demikian waktu Israel dibentuk oleh Tuhan. Waktu Israel dibentuk Tuhan, Tuhan pakai Israel untuk habiskan dirinya untuk dipenuhi oleh Tuhan. Seorang ahli PL namanya Kiuchi, orang Jepang melayani sebagai seorang pendeta dan teolog penting sekali di Tokyo mengatakan bahwa kalau Tuhan bentuk Israel, yang Tuhan mau adalah Israel berhenti jadi dirinya dan mulai jadi mirip Tuhan. Waktu Saudara dan saya menjadi mirip Tuhan, pada waktu itu Saudara dan saya akan punya diri. Karena kita ini gambar Allah. Jadi diri akan kita miliki kalau kita matikan diri kita yang lama dan diri Tuhan yang hidup. Ini tema Keluaran bagi Kiuchi yang sangat mirip dengan kitab Galatia. Namun aku hidup tetapi bukan aku lagi yang hidup melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Jadi Saudara berhala itu akan membuat kita ya kita. Tetap kita. Tapi Tuhan akan menghancurkan kita demi menghidupkan kita bersama dengan Dia dan itulah yang membuat Dia menjadi Allah yang sejati. Sekarang kita masuk bagian kedua dari khotbah ini yaitu problemnya. Di dalam Yesaya 45 ayat 15 dikatakan sungguh Engkau Allah yang menyembunyikan diri Allah Israel Juruselamat. Ini pasal 45 kita belum bahas sekarang tapi saya mau ambil ayat 15 nya. Sungguh Engkau Allah yang menyembunyikan diri, Allah Israel Juruselamat. Saudara di bagian ini ada paradoks kalau Tuhan adalah Tuhan yang terlibat, Tuhan adalah Tuhan yang membentuk kita, Tuhan adalah Tuhan yang rela menyatakan keadaanNya sama dengan kita, seolah-olah Tuhan turun dari sorga dan tinggal bersama umatNya, Tuhan tinggal bersama umatNya di padang gurun, Dia tidak tunggu di Sorga, Tuhan berjalan bersama dengan Israel di padang gurun, Tuhan tidak langsung pergi ke Kanaan lalu tunggu Israel disitu. Tidak. Dia mengalami apa yang umatNya alami. Maka Yesaya membagikan sesuatu yang sangat unik. Kalau kita percaya Allah satu-satunya Allah karena keterlibatanNya, sekarang kenapa saya sulit lihat keterlibatan Dia seolah-olah Dia menyembunyikan diri. Waktu Israel melihat Tuhan bekerja pada zaman Daud, mereka bisa melihat kemenangan perangnya Daud kemudian kuasa kemenangan atas bangsa-bangsa lain. Kemudian kemenangan zaman Salomo misalnya. Damai sejahtera ada pada Israel, bait suci sudah berdiri, kerajaan ini tidak digoncangkan dan diserang oleh apapun. Maka orang akan mengatakan oh kalau begitu Tuhan benar-benar hadir. Tapi Yesaya sedang berbicara tentang pembuangan. Bagaimana Israel bisa menikmati kehadiran Tuhan di pembuangan. Jadi disini kita masuk dalam tema yang sulit sekali yaitu paradoks antara kehadiran dan kekosongan. Tuhan hadir sekaligus seperti tidak hadir. Tuhan Engkau adalah Allah yang menyembunyikan diri, Juruselamatku. Yesaya 45 aneh sekali kalau kita baca. Saya bacakan lagi Yesaya 45 ayat 15. Sungguh Engkau Allah yang menyembunyikan diri, Allah Israel Juruselamat. Kalau Allah menyembunyikan diri kenapa Dia bisa menjadi Juruselamat? Kalau Dia menyembunyikan diri kenapa kita harus bersyukur seperti Yesaya 45 ayat 15 ini?  Sungguh Engkau Allah yang menyembunyikan diri, Allah Israel Juruselamat. Kalimat yang aneh.


Saya ingin membagikan kepada Saudara pengertian ini. teologi yang sangat paradoks ini. Keterlibatan sekaligus ketersembunyiannya Tuhan. Maka Saudara ada beberapa hal yang bisa terjadi yang bisa kita lihat. Pertama keterlibatan Tuhan di dalam kasih dan penyertaan itu berbarengan dengan kekosongan kasih dan penyertaan. Ada saat dimana kita tidak merasa Tuhan menyertai , ada saat di mana kita sedang melihat kekosongan dan bukan kehadiran Tuhan. lalu yang kedua adalah kalau tadi dikatakan Tuhan itu terlibat dalam rancangan segala sesuatu, sekarang rancanganNya seperti dibiarkan hancur karena dosa. Kalau Tuhan terlibat di dalam mengatur segala sesuatu, kenapa ada kehancuran dan kekacauan? Dan Saudara pergumulan ini sangat sulit. Tuhan menyatakan kehadiran sekaligus menyatakan ketersembunyian. Alkitab penuh dengan tema yang sulit. Maka Saudara ada paradoks disini untuk memahami Tuhan yang terlibat sekaligus Tuhan yang seperti menyembunyikan diri. Sangat sulit untuk menolak fakta bahwa uang kelihatan lebih realistis. Yesaya 40 ayat 26 dan 27 mengatakan Tuhan berfirman maka bala tentara langit muncul. Bala tentara langit maksudnya bintang dan benda–benda langit. Itu adalah simbol dari malaikat. Malaikat kumpul dan semua akan berkumpul. Hal yang sama dikatakan tentang bintang. Waktu Tuhan mengatakan kumpul, bintang akan kumpul di tempat yang sama. Teratur dan begitu indah. Begitu teraturnya bintang sehingga orang bisa menggunakan bintang sebagai navigasi untuk jalan laut misalnya. Orang dulu akan lihat langit dan mengatakan langit jadi pegangan untuk mejalani hidup yang tidak jelas di bumi ini. Karena lihat langit kita tahu kita harus pergi kemana. Kenapa langit bisa begitu tepat? Karena mereka taati Tuhan. Ayat 28 Tidakkah kautahu, dan tidakkah kau dengar? TUHAN ialah Allah kekal yang menciptakan bumi dari ujung ke ujung; Ia tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu, tidak terduga pengertian-Nya. Maka Tuhan sedang mengatakan tanda bahwa Dia hadir itu adalah Firman-Nya. Firman-Nya mengatur bala tentara sorga, Firman-Nya mengatur segala sesuatu. Waktu Dia panggil nama, yang dipanggil itu muncul. Tuhan panggil terang dan terang muncul. Tuhan panggil bintang-bintang dan bintang-bintang muncul. Tuhan memberikan Firman-Nya yang mengatur segala sesuatu. Tuhan berfirman maka laut ditakar dan dibatasi. Tuhan berfirman maka gunung-gunung ada pada tempatnya ataupun tercampakkan ke laut. Tuhan berfirman maka domba-dombaNya muncul. Tuhan berfirman maka segala sesuatu terjadi. Apa yang bisa terlihat terjadi dari apa yang tidak bisa terlihat, yaitu Firman Tuhan. Jadi Tuhan sedang mengatakan bahwa Firman Tuhan adalah tanda bahwa Dia hadir, jangan pernah menjadi lesu dan jangan pernah menjadi takut. Tuhan adalah Allah yang hadir.


Bagaimana Dia hadir? Dia hadir melalui Firman-Nya. Tapi Saudara sekalian, Firman Tuhan tidak mengakhiri pergumulan kita sebagai orang beriman. Jadi memang benar realita yang terjadi ini membuat orang harus beriman kepada Firman Tuhan. Tapi setelah beriman kepada Firman, realita sekeliling seperti tidak berubah. Jadi kita musti beriman kepada Tuhan, iya. Beriman kalau yang Tuhan Firmankan pasti jadi, iya. Ini menurut orang beriman. Bagi orang tidak beriman, realita adalah adalah apa yang kelihatan aja. Bagi orang beriman, realita itu adalah Firman. Kenapa ada segala sesuatu? Karena Tuhan berfirman. Tapi Saudara, ini tidak berarti kita berhenti bergumul. Benarkah realita sekeliling itu sudah jelas? Tidak. Dengan dihilangkannya iman, realita sekeliling itu bisa menjadi fakta kejam karena Saudara cuma melihat apa yang ada dan Saudara tidak akan punya pengharapan. Tanpa iman, realita sekeliling juga bisa menawarkan janji palsu yang menjerumuskan. Tuhan berfirman segalanya ada. Aduh kamu terlalu agamis, kamu terlalu kuno, kamu terlalu percaya kepada hal-hal yang tidak terbuktikan secara science. Tetapi Saudara boleh tanya balik, tidak ada satu orangpun yang mempunyai fakta tafsiran yang individual. Semua orang akan punya fakta berdasarkan kelompok. Saya coba jelaskan. Kalau Saudara ateis misalnya. Saudara ditanya sama orang. “Pak, manusia darimana kalau bukan dicipta sama Tuhan?” Hasil evolusi. Kenapa dia jawab begitu? Karena ada kelompok namanya ateis yang sepakat bahwa ini adalah jawabannya. Jadi ada kelompok yang mendikte yang mengharuskan dia untuk percaya itu. manusia darimana? Dari hasil evolusi. Meskipun nanti orang kristen akan bilang kok evolusi bisa teratur? Siapa yang atur? Apapun, asal bukan Tuhan. Jadi Saudara, orang akan memiliki jawaban yang ada komunitasnya. Waktu dia bicara sesuatu yang tidak ada kelompok setuju, dia jadi orang gila. Orang yang tidak punya kelompok yang setuju dengan pendapat dia itu orang gila. Jadi kalau ada orang bilang gini sama Saudara “Saudara orang Kristen ya? Orang kristen itu bodoh masa percaya Tuhan ciptakan semua. Tidak mikir.” Saudara akan bilang ke dia “kamu juga Tidak mikir. Kamu juga menafsirkan segala sesuatu, realita ini berdasarkan apa yang kelompokmu setujui.” Kita dosanya sama, kalau itu mau dibilang dosa.” Saudara, ketika orang kristen dibilang bodoh karena mengikuti pendahulunya begitu saja, kita mengatakan semua tafsiran dunia inipun membeo dari sebelumnya. Apakah realita tafsiran beo ini benar atau tafsiran beo itu yang benar? Maka sekarang ada adu para beo. Yang penting kita ngaku dulu kalau kita sama-sama membeo baru kita akan bandingkan beo mana yang lebih akurat menafsirkan alam ini atau realita ini. Apakah ketika Saudara menerima fakta yang diturunkan oleh kelompokmu, fakta itu adalah fakta yang bisa membuat kita mengerti kebenaran atau tidak? Apakah kebenarannya utuh atau terpecah? Apakah kebenaran akan membuat kita menjadi manusia atau tidak? Kemanusiaan berdasarkan versi kristen adalah kemanusiaan yang membuat kita punya arti, punya makna, punya tujuan untuk berjuang ditengah dunia ini. Dari situ kita bisa melihat kenapa kehadiran Tuhan itu penting. Karena Saudara dan saya punya makna tentang realita, saudara dan saya punya makna tentang ciptaan, punya makna kenapa kita hidup. Tapi kita menjadi sulit karena makna yang kita pahami adalah makna yang berarti karena Tuhan hadir. Siapa kamu? Saya gambar Allah. Apa tujuanmu di bumi ini? Membangun bumi ini demi kerajaan-Nya. Kenapa kamu rela bekerja sebagai pendeta atau bussinessman atau sebagai guru atau sebagai dokter. Kenapa kamu melakukan pekerjaanmu? Karena aku ingin membangun kerajaan Allah. Ingin berbagian di dalam keajaan-Nya. Kamu mau berbagian dalam kerajaan Allah? Iya. Semua bidang yang kita kerjakan untuk jadi berkat bagi orang lain pasti akan membangun kerajaan Allah.


Tapi ada problem yang tadi itu yaitu kehadiran Allah. Kalau benar Allah begitu kelihatan, kenapa Dia begitu tersembunyi? Tapi Yesaya 40 menyatakan bahwa ketersembunyiannya Allah memberikan kepada kita perspektif menunggu. Saudara kita perlu belajar teologi menantikan Tuhan. Ini ada di Systematic Theology versi Yesaya. Yesaya 40 mengajarkan kepada kita perspektif menunggu. Tuhan itu hadir tapi belum penuh. Kapan kesempurnaan kehadiran Tuhan? Nanti. Realita yang sekarang bukan realita final. Tapi realita kita sekarang adalah realita menunggu. Seni yang tidak bertuhan akan selalu kehilangan makna pengharapan. Seni di dalam Tuhan akan selalu membagikan pengharapan di dalam Tuhan. Saudara, saya sangat percaya bahwa seni adalah salah satu cara yang paling efektif untuk mengerti Christian Worldview. Yesaya 40 mengajarkan kepada kita realita menunggu. Saudara sudah kristen? Saudara tau kerajaan Allah akan datang? Tau. Tapi kenapa masih seperti ini? Karena sedang dalam realita menunggu. Tuhan mau kita menantikan Dia. Realita menantikan itu bisa gelap atau terang. Kenapa bisa gelap? Karena kalau yang dinantikan itu tidak jelas, kita akan hidup di dalam kegelapan. Saudara menunggu Tuhan hadir. Tuhan sudah hadir tapi sekaligus belum. Kenapa kehadiran Dia tidak terasa? Karena Dia ingin kita menunggu Dia. Tuhan ingin kita menantikan Dia di dalam level yang sempurnanya. Sehingga kehadiran Tuhan yang sekarang adalah kehadiran yang sangat-sangat tersembunyi namun mengarahkan kita untuk melihat kesempurnaan dari kerajaan Tuhan dinyatakan. Saya tahu ini tema yang sulit tapi Saudara harus masuk ke tema ini untuk mengerti hidup. Kita ga bisa jadi orang yang tidak bergumul tentang hidup dan ga berpikir dengan dalam. Dan cara berpikir untuk dalam adalah dengan baca Alkitab. Baca Alkitab lebih dalam dari siapapun. Maka Saudara tema sudah dan belum, already and not yet itu jadi tema menantikan Tuhan. Tuhan sudah hadir belum? Sudah. Tapi kalau Saudara memahami Tuhan hadir tanpa memberikan tempat yang tepat untuk penantian, Saudara akan sangat putus asa dalam hidup. Karena Saudara mengatakan kalau Tuhan sudah hadir, kenapa saya masih mengalami ini? Tuhan ingin kita belajar teologi menantikan. Dan seorang bernama Jurgen Moltmann mengingatkan Tuhan ingin kita menanti bersama dengan Dia. Tuhan juga punya beban berati sama dengan kita untuk lihat kerajaan-Nya jadi. Saudara tidak menanti sendiri. Saudara menanti bersama dengan Tuhan. Menanti bersama dengan Tuhan, menanti apa? Menanti kehadiran Tuhan. Jadi yang dinanti siapa? Tuhan hadir. Kita menanti dengan siapa? Dengan Tuhan. ini berapa besar penghiburan yang diberikan dengan kalimat ini. Maka Jurgen Moltmann mengatakan hope is not an opium for tomorrow. Hope is the power to make us alive today. Pengharapan itu bukan opium masa depan. Pengharapan adalah sesuatu yang menghidupkan kita sekarang. Sekarang kita sudah hidup karena kita tahu kita menanti bersama Tuhan.


Lalu bagaimana cara menanti dengan Dia? Cara menanti dengan Dia adalah Saudara belajar untuk peka melihat kehadiran Tuhan di dalam cara yang sangat tersembunyi. Peka melihat kehadiran Tuhan di dalam cara yang sangat tersembunyi itu sangat sulit tapi Alkitab menyatakan dengan cara yang sangat limpah. Misalnya Yesus mengatakan kamu lihat orang miskin ditengah-tengah kamu? Kamu menolong yang paling kecil dari mereka, kamu sudah menolong Aku. Itu realita kehadiran Tuhan. Tuhan hadir di dalam diri orang-orang yang miskin misalnya. Dan Saudara diajak oleh Tuhan untuk mengerti menanti Tuhan yang sempurna sambil menikmati kehadiranNya di tengah keadaan seperti ini. Bagaimana Tuhan menyatakan kehadiranNya? Di dalam kekudusan Ibadah. Ibadah adalah hal yang simple. Saudara datang kemudian duduk, disuruh berdiri ya berdiri, doa, dengar Firman, lalu setelah itu pulang. Tapi ternyata Tuhan mau kalau diriNya dirasakan kehadiranNya dengan cara ini, lewat doa Saudara, lewat pembacaan kitab suci, lewat pergumulan untuk mentaati Firman, lewat kesenangan memberitakan Injil, lewat sukacita melihat ada orang yang percaya Tuhan, lewat pergumulan lihat orang ga bertobat lalu bertobat. Bahkan dalam pergumulanpun ada pernyataan kehadiran Tuhan. Tuhan Yesus pernah mengatakan bahwa kalo kamu menangis karena hal-hal yang benar-benar penting, Tuhan hadir disitu. Siapa yang menangis karena hal yang berkait dengan kerajaan Allah, dia menangis bersama dengan Tuhan. Siapa yang tertawa berdasarkan hal yang berkait dengan kerajaan Allah, dia tertawa dengan Tuhan. Maka Tuhan Yesus menyindir orang Farisi karena orang Farisi menangis waktu Tuhan sedang senang dan mereka senang waktu Tuhan sedang sedih. Tanda kehadiran karena Saudara berduka bersama dengan Tuhan. jadi Tuhan mneyatakan diriNya dengan cara yang sangat tersembunyi dan nanti di dalam bagian final, di dalam kitab Perjanjian Baru Tuhan menyatakan kehadiranNya di dalam salib. Saudara kalau tidak disiapkan dari Yesaya bahwa Tuhan hadir dengan cara yang sangat-sangat tidak disangka, Saudara akan tersinggung dan tersandung oleh salib. Kalau orang Israel tidak baca Yesaya 40 baik-baik, mereka akan jadikan salib batu sandungan. Tapi kalau mereka baca Yesaya 40 baik-baik, mereka akan tahu Tuhan memang menyatakan diri dengan cara seperti ini.

Jadi Saudara ini bagian awal dari pembahasan kita tentang Paskah versi Yesaya, mari kita belajar menanti bersama dengan Tuhan, menanti kehadiran Tuhan dan nanti dalam Perjanjian Baru Yesus hadir menyatakan penantian itu sudah berakhir tapi sekaligus diperpanjang. Yesus sudah datang tapi Dia pergi lagi dan nanti akan datang lagi. Mari kita belajar untuk menikmati penantian menantikan kehadiran Tuhan melalui keseharian kita mengikuti Tuhan. Keseharian kita di dalam doa, keseharian kita dalam ibadah, keseharian kita di dalam relasi kasih, keseharian kita di dalam bergumul di tengah-tengah dunia yang berdosa ini. Dan kiranya Tuhan menguatkan Saudara untuk menikmati kehadiran-Nya.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)