Dalam pertemuan yang lalu kita membahas bagaimana manusia meniadakan fakta karena pikirannya jahat. Ketidakbenaran membuat kita menafsirkan kebenaran menjadi tidak benar. Maka dalam ayat 18-20, orang yang menindas truth dengan ketidakbenaran akan dihukum oleh Tuhan. Karena mereka mengacaukan fakta dengan ketidakbenaran mereka. Jangan andalkan pikiran sendiri yang terlalu rusak untuk menentukan standar. Kita perlu terus tunduk kepada kebenaran, belajar tunduk, belajar dibentuk, belajar punya otoritas di luar diri. Orang yang tidak mau punya otoritas di luar diri sedang menuju kebobrokan dosa. Manusia ikut Tuhan, bukan manusia yang tentukan sendiri. Ketika manusia mau menentukan sendiri maka semua jadi rusak, kacau, hancur. Semua hidup manusia rusak dimulai dari titik ini, yaitu titik tidak mau otoritas Tuhan. Begitu manusia menolak otoritas Tuhan, manusia tidak punya hidup. Hidup menjadi hidup karena kita tahu ada Tuhan yang berotoritas. Ketika kita pikir otoritas itu menakutkan, menyengsarakan, membuat tidak bebas, itu semua pikiran dari dosa. Otoritas Tuhan membebaskan, tidak membelenggu, sebaliknya dosa yang membelenggu karena manusia menolak Tuhan. Dalam Yohanes 8, Yesus mengingatkan dosa membuat orang terbelenggu. Inti dosa adalah “saya tidak mau otoritasNya Tuhan”. Kita bisa kembali ke otoritas Tuhan dengan belajar tundukan diri kepada Tuhan. Itu sulit dilakukan karena Tuhan mewakilkan otoritasNya kepada sesuatu yang terlihat di dunia ini. Otoritas Tuhan dibuat untuk manusia mendapat kehidupan yang benar, bebas, penuh keadilan, damai dan penuh dengan sukacita. Dan mau tunduk kepada Tuhan mesti belajar tunduk kepada otoritas yang terlihat. Maka mari belajar tunduk kepada otoritas yang Tuhan berikan dan kita akan melihat berapa besarnya kebebasan di dalam kerelaan untuk tunduk ini. Bedanya kebenaran yang asli dan yang palsu dari manusia adalah kebenaran di dalam Tuhan selalu akan berkait dengan relasi dengan Tuhan. Kebenaran palsu adalah kebenaran yang berhenti dalam level moral saja dan tidak masuk dalam level worship atau ibadah. Kebenaran selalu berkait dengan ibadah. Paulus mengatakan manusia menolak fakta, menafsirkan fakta sembarangan. Tapi righteousness, kebajikan, kebenaran, bijaksana yang dimiliki oleh manusia tidak tunduk kepada Tuhan, maka kebenaran yang dia miliki sebenarnya adalah unrighteousness. Kalau kita tidak punya kebenaran, maka kita akan menjalankan kehidupan yang moralnya baik, adil, benar tapi tidak berkait dengan ibadah. Padahal Tuhan menciptakan manusia sebagai makhluk yang ada kebenaran yang berkait dengan ibadah. Kebenaran dan ibadah itu satu. Manusia tidak mungkin menentukan kebenaran sendiri. Itu sebabnya interpretasi kita selalu mungkin untuk ditantang oleh interpretasi yang lain karena kita tidak punya interpretasi yang sempurna. Tapi orang kalau sudah punya tafsiran, dia akan kekalkan kerangka berpikirnya, lalu paksakan orang lain harus ikut kerangka berpikir dia. Kalau dia mau memutlakan sendiri, mesti punya 3 hal yaitu mahatahu, mahasuci dan tahu sampai akhir, ini baru benar. Kita tidak punya kemutlakan interpretasi. Kita menafsir tapi tafsiran kita tidak mutlak. Apa yang membuat tafsiran kita salah? Karena kita tidak punya kebenaran. Kebenaran kita diputus dari ibadah, maka kita gagal kenal Tuhan dari pengalaman hidup kita sehari-hari.


Pengalaman hidup sehari-hari tidak memperkenalkan kita kepada Allah. Ada orang mengatakan “saya tidak percaya matahari itu ada. Saya percaya yang di atas itu adalah tipuan dari negara barat. Kita ini punya kemandirian, maka jangan percaya itu matahari”, Saudara tidak perlu berdebat, Saudara tinggal mengatakan “kamu bisa melihat segala sesuatu di siang hari, itu karena ada matahari”. Dia tidak percaya ada matahari walaupun bukti ada matahari itu jelas sekali. Bukti tentang Tuhan itu super jelas terdapat di alam ciptaan Tuhan.


Di ayat 21 Paulus mengatakan “Mereka kenal Allah yang sejati” karena tafsiran mereka atas dunia ini sebenarnya membuat mereka mau tidak mau menafsirkan ada Allah yang sejati yang menciptakan dunia ini. Calvin dalam Institutio mengatakan segala sesuatu membuktikan Allah ada karena antara wahyu khusus Allah dan wahyu umumNya di dalam alam itu saling bersatu. Michael Welker mengatakan bagaimana interaksi antara science dan Alkitab begitu indah kalau kita pahami bagaimana mengaitkannya. Karl Barth mengatakan wahyu itu sesuatu yang sangat unik, tidak ada yang bisa membuat kita memahami wahyu, tidak ada metode, tidak ada apa pun antara baca Alkitab dengan metode ilmu lain, tidak ada kaitan sama sekali. Akhirnya pemikiran Barth membuat tekanan kepada teologi firman menjadi kuat, tapi kaitan antara teologi firman dan kehidupan sehari-hari jadi asing, blur. Lain halnya dengan Herman Bavinck, “Alkitab memunyai metode yang sangat membantu metode scientific dan lain-lain. Teologi sangat menolong cara Saudara menafsirkan segala sesuatu. Teologi dan science bukan untuk distrukturkan, tapi diinteraksikan”. Pemikiran Bavinck membuat kita limpah di dalam pengertian. Kalau saya mengerti Alkitab, saya bisa interaksikan itu dengan pengertian saya akan dunia ini, saya bisa kaitkan pengertian Alkitab dengan dunia science, dengan dunia ilmu sosiologi, ilmu ekonomi dan yang lain. Beberapa hari lalu saya menemukan artikel mengatakan problem manusia dengan harta pada dasarnya adalah problem yang Alkitab sudah temukan dan ajarkan mengenai penerimaan diri, status di tengah masyarakat, kekhawatiran, masa depan, semua ini berkait dengan uang. Mengapa orang cari uang? Problem utamanya sudah dibahas oleh Alkitab. Maka kalau Saudara mau pelajari interaksi ilmu apa pun dengan Alkitab, coba cari bagian yang dalam dari pemikiran ilmu itu, lalu temukan teolog yang membahas dengan dalam juga. Kita mencoba menggali apa yang menjadi problem kemanusiaan, bagaimana kita memahami alami, bagaimana kita memahami dunia ini. Dan Saudara akan melihat Alkitab memberikan bagian besar sekali untuk kita mengerti dunia ilmu. Alkitab memberikan pengertian terhadap dunia ilmu, science dan lain-lain karena antara dunia ciptaan dan wahyu Tuhan sama. Tuhan yang menyatakan Alkitab juga adalah Tuhan yang menciptakan dunia ini. Di Kejadian 1, Tuhan membuat yang kacau balau jadi rapih. Ini prinsip sama yang juga dikejar oleh science. Science mengubah apa yang kacau lalu coba lihat keteraturan di dalamnya dan coba kuasai itu. Karena terlalu banyaknya kaitan-kaitan seperti ini maka saya percaya orang yang tidak Kristen, menolak Kekristenan, menghina Tuhan, tapi dia ilmuwan yang baik, saya meragukan keilmiahan dia. Kalau Saudara tahu dan mengerti kebenaran, Saudara tidak bisa meniadakan keadaan. Ketika orang mengatakan “saya tidak percaya Tuhan ada karena saya sudah bisa menjelaskan keberadaan”. Saya sudah bisa jelaskan dari mana asalnya dunia, jadi saya tidak perlu Tuhan”. Saudara menggunakan epistemologi untuk meniadakan metafisika itu tidak benar. Jadi hal seperti ini pun banyak atheis tidak tahu. Orang koar-koar jadi atheis tapi mereka tidak lulus filsafat beginner. Jadi jangan takut dengan serangan orang atheis, mereka pikir mereka pintar, tapi sebenarnya mereka sedang meniadakan Tuhan karena hal-hal yang secara scientific bisa dijelaskan. Pak Tong mengatakan kalau ada dokter bisa menjelaskan tentang bayi, tidak berarti dia tidak memerlukan mamanya. Atau ketika Saudara mengerti lukisan, tidak mungkin menolak pelukisnya. Paulus mengatakan mereka sudah kenal Tuhan tapi tidak bersyukur kepada Tuhan. Bukan hanya mengatakan terima kasih kepada Tuhan, yang dimaksud Paulus adalah menikmati hidup dengan ucapan syukur kepada Allah. Hidup yang bersyukur bisa dicerminkan lewat ucapan terima kasih, sukacita, pengharapan, kemampuan untuk mengasihi sesama, kemampuan menjalankan apa yang Tuhan mau karena Saudara mengasihi Dia. Ucapan syukur terjadi sepanjang hidup, bukan cuma sekali bicara. Kalau Saudara berpikir ucapan terima kasih hanya diwakili oleh perkataan, maka Saudara akan salah mengerti ucapan terima kasih. Saudara bersyukur berarti Saudara berhutang seluruh hidup di dalam ucapan syukur. Ucapan syukur yang dimaksud Paulus adalah setiap hari kita menikmati Tuhan waktu kita menikmati apa pun. Saudara mengalami kesenangan kaitkan dengan Tuhan, bahkan ketika mengalami kesulitan, kaitkan dengan kekuatan iman di dalam Tuhan. Saudara tidak mungkin tidak bersyukur kepada Tuhan. Maka Paulus mengatakan orang yang punya the true righteousness akan bersyukur kepada Tuhan dan ini bagian ibadah itu. Saudara akan senang kepada Tuhan, dekat dengan Dia, menikmati Dia dalam segala hal yang Saudara alami. Setiap kesenangan yang tidak berkait dengan Tuhan, potensi merusak kita, membuat kita terjerat dalam segala bentuk hawa nafsu, membelenggu dalam bentuk kecanduan tidak habis-habis. Tapi kalau kita kaitkan ini sebagai berkat dari Tuhan, ada keindahan yang nikmat yang membuat kita semakin dekat dengan Tuhan, ada relasi dengan Dia. Saya tertarik perkataan Paul Washer, dia sering jalan-jalan sambil berdoa “Tuhan, kok Tuhan menciptakan binatang aneh ini? Mengapa?” Doa yang simple tapi senantiasa pengalaman dia sehari-hari dengan keberadaan Tuhan. Karena memang untuk itulah Tuhan memberi alam ini. Hidup Saudara setiap hari adalah untuk menyaksikan kebaikan Tuhan. Tuhan baik di dalam setiap hari, bukan hanya kadang-kadang, bukan sewaktu-waktu. Dan setiap saat Saudara kaitkan kenikmatan dengan Tuhan, Saudara menjadi orang yang benar. Setiap saat kita nikmati apa pun tanpa Tuhan, Saudara sedang terputus dari Tuhan.


Cara mengaitkan kebenaran kita yang sudah rusak menjadi utuh adalah kaitkan dengan ibadah. Saya bisa menikmati kenikmatan sehari-hari kaitkan dengan Tuhan, dengan beribadah kepada Dia. Pembentukan kita di sini membuat kita semakin menikmati Tuhan di dalam keseharian kita, sehingga kita akan kaitkan kebenaran ini dengan ibadah. Hal-hal jelek juga membuat saya lebih sering memikirkan Tuhan. Kalau Saudara tidak mampu mengatakan puji Tuhan dalam hal jelek, jangan pura-pura, mengeluhlah kepada Tuhan. Jangan membusukan nama Tuhan di hadapan semua orang dengan sembarangan  menghina Tuhan. Mari tanya kepada Tuhan, kalau perlu mengeluh kepada Dia. Waktu kita memikirkan tentang Tuhan, kita sedang kaitkan diri kita dengan Tuhan, sehingga righteousness kita mulai dibentuk. Saudara mulai dibentuk karena ada relasi, ibadah dengan Tuhan yang membuat kita menikmati keseharian di dalam Tuhan.


Ini yang dikatakan Paulus “kalau kita tidak punya hal seperti itu, kita akan menggantikan Tuhan dengan hal lain”. Karena manusia tidak bisa tidak mengaitkan kebenarannya dengan ibadah. Ayat 21 mengatakan “sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap”, ayat 22, mereka menjadi bodoh karena mereka menggantikan kemuliaan Allah yang tidak fana dengan gambaran yang mirip dengan manusia yang fana, burung-burung, binatang berkaki empat atau binatang-binatang yang menjalar. Kebenaran berkait dengan ibadah, ibadah kepada Tuhan diputus, kebenaran itu tetap menuntut ibadah. Ini yang Paulus katakan di ayat 23. Ini adalah ayat berkait dengan Keluaran, Mazmur 106 dan Yeremia 2. Di dalam Keluaran, Israel berdosa dengan menyembah lembu emas. Kitab Mazmur 106 mengatakan orang Israel menukar kemuliaan Israel dengan yang fana. Jadi kemuliaan Israel, yaitu Tuhan, ditukar dengan berhala yaitu lembu. Kemudian di bagian lain, Yeremia 2 dikatakan hal yang sama, Israel menukar kemuliaannya dengan yang fana. Sangat menarik bagaimana Mazmur 106 dan Yeremia 2 menafsirkan peristiwa lembu emas. Kalau Saudara membaca peristiwa lembu emas yang Saudara lihat adalah ada sekelompok umat Tuhan yang menolak beribadah kepada Tuhan lalu membuat lembu emas, mereka sujud menyembah kepada lembu emas itu, itu dosa yang besar. Tapi Mazmur 106 dan Yeremia 2 berkata lain, yang mereka lakukan itu memang jahat dan juga bodoh, karena mereka menukar kemuliaan mereka, the glory of Israel, dengan hal-hal yang berkait dengan berhala. Ini unik sekali, Israel punya kemuliaan karena kenal Tuhan, mereka mencopot kemuliaan itu dan menggantinya dengan yang lain. Inilah penyembahan berhala ketika Saudara mengganti menikmati Tuhan tiap hari dengan berhala, ini penting untuk kita pahami. Kebenaran kita bisa membuat kita kenal Tuhan kalau kita mengaitkan kebenaran dengan hidup tiap hari. Maka saya mau tanya, hidup Saudara tiap hari menikmati apa? Kalau bukan Tuhan, berarti kita masih menjadi penyembah berhala. “Tapi saya tidak pernah membuat lembu emas”, memang tidak, tapi Mazmur 106 dan Yeremia 2 mengatakan problemnya bukan membuat lembu, problemnya adalah mengganti Allah. Saudara bisa melihat keutuhan dari argumen Paulus, mengapa orang melihat alam tidak bisa kenal Tuhan? Karena mereka memutuskan menikmati yang lain waktu melihat alam. Sehingga Tuhan sumber kenikmatan menjadi asing dan ketika Tuhan adalah figur yang terasing, kita akan sangat kosong dan penuh kecemaran di dalam dunia ini.


Paulus mengatakan setelah kita menggantikan Tuhan dengan yang lain, maka kita akan susulkan moralitas kita kesitu. Moralitas kita akan mengejar kenikmatan yang tidak habis-habis dicari dan terus-menerus tidak memuaskan, karena Tuhan sudah disingkirkan dari kenikmatan kita. Waktu cari lagi masih merasa kurang, akhirnya dosa keserakahan, dosa penyembahan berhala, dosa perbudakan dalam kecemaran, semua akan ada pada manusia. Ayat 24, karena mereka tidak menikmati Tuhan setiap hari, akhirnya mereka menikmati segala yang bukan Tuhan dan itu membuat mereka rusak. Kalau uang dinikmati di dalam Tuhan, berapa pun jumlah nol-nya, itu tidak akan membuat Saudara merasa kurang, kalau uangnya kurang. Atau tidak merasa Saudara bertambah kalau uangnya tambah. Mengapa kalau uang kita bertambah banyak, kita senang? Ada banyak hal, tapi apakah satu hal ini termasuk bagian yang Saudara syukuri atau tidak? Yaitu “kalau saya tambah uang, ini semua dari Tuhan, saya bersyukur untuk kepercayaan yang Tuhan berikan”. Ini adalah cara menikmati Tuhan di dalam keuangan. Tapi kalau itu tidak ada, Saudara akan merasa kurang dengan semua uang yang Saudara miliki. Lalu Saudara ingin cari lagi, cari lagi, cari lagi hanya untuk uang, akhirnya apa pun ditentukan uang. Tempat kerja Saudara pilih hanya berdasarkan uang, saya tidak mengatakan uang bukan faktor. Faktor pilihan Saudara adalah salah satunya uang. Yang jadi masalah adalah kalau Saudara ingin besar, jumlah uang sebanyak mungkin, tapi Saudara tidak lihat apa yang adil di dalam jumlah itu, maka keuangan bisa menjadi problem besar kalau itu menjadi kesenangan. Tapi kalau keuangan itu berkait dengan keadilan, kepantasan, dan lain-lain, Saudara akan tahu bagaimana menghargai diri Saudara dan hal lain dengan uang. Problem besar dari keuangan adalah ketika Saudara lepaskan tentang Tuhan, pekerjaanNya, keadilanNya dari keuangan. Lalu bagaimana dengan seks? Manusia rusak karena seks, manusia rusak karena pernikahan dihina, manusia rusak karena relasi yang indah dan intim antara 2 orang yang diikat pernikahan menjadi rusak. Paulus mengatakan “Allah menyerahkan mereka. Kamu tidak mau menyembah Tuhan, kamu mau menyembah makhluk”, ini yang dikatakan Paulus di Roma 25, “sebab mereka menggantikan kebenaran Allah (God’s righteousness, kebenaran yang berkait dengan ibadah tadi) dengan dusta dan memuja dan menyembah makhluk”, “sekarang saya punya righteousness palsu yang dikaitkan dengan ibadah kepada berhala. Saya sekarang menyembah kesenangan”, maka Tuhan membiarkan kita. Tuhan membiarkan lalu kita mulai menyerahkan diri kepada hawa nafsu, mulai menggantikan persetubuhan, kata Paulus. Mengapa berhala sering dikaitkan dengan persetubuhan? Ada banyak aspek, salah satunya adalah penyembahan berhala selalu bersifat seksual. Penyembahan berhala seringkali ditujukan kepada dewa kesuburan dan untuk menyembah dewa kesuburan biasanya dilakukan dengan upacara agama yang berkait dengan tidur dengan pelacur di tempat ibadah itu. Jadi bayangkan berapa rusaknya penyembahan berhala pada waktu itu. Hanya Tuhan yang menekankan Bait Suci sebagai tempat suci, sehingga orang yang mau menyembah harus suci di dalam segala aspek. Tapi penyembahan berhala tidak demikian, membiarkan kecemaran, kebobrokan, segala bentuk tingkah laku yang rusak lalu diadopsi ke dalam. Di dalam ayat 25 dikatakan sangat menakutkan, Tuhan menyerahkan orang-orang itu ke dalam hawa nafsu. Tuhan menyerahkan artinya mereka tidak juga sadar betapa rusaknya hidup mereka. Ini kebutaan yang menakutkan, orang-orang tidak sadar kalau mereka rusak. Saudara bisa lihat sekarang, kehidupan LGBT, mereka mengatakan “Kami punya kecenderungan seperti ini, mengapa tidak diadopsi oleh society, mengapa masyarakat tidak menerima kami yang punya kelainan”. Kelainan itu dosa, maka kelainan tidak boleh ditoleransi. Yang dosa tidak boleh ditoleransi, tapi harus diperbaiki. Orang punya kecenderungan homoseks, dia sedang sakit. Saudara kalau bilang ini kelainan bukan dosa, sekaligus bilang semua kelainan, kita ganti kata dosa dengan kelainan. Ada orang membunuh orang lain, “itu cuma kelainan, mari kita terima pembunuh”. Saudara tidak boleh memaklumi orang karena itu akan menjerumuskan dia. Saudara harus mengatakan ke orang itu “kamu salah, kamu berdosa, kamu sedang bunuh diri, kamu sedang rusakan dirimu sendiri”. Bagaimana kalau saya punya kecenderungan yang berbeda? Itu dosa. Tuhan akan menghakimi perbuatanmu. Kecenderunganmu adalah tanda kamu adalah orang yang sangat cemar dan kamu harus kembali ke Tuhan. Tuhan mau manusia bertobat supaya manusia bisa menikmat keseharian di dalam Tuhan. Menikmati Tuhan itu indah sekali, jangan menikmati yang lain, karena yang lain itu akan merusak kita. Maka dikatakan “Tuhan serahkan mereka”, manusia dibiarkan oleh Tuhan menjadi buta, menjadi orang yang menekankan kebenaran sendiri, tapi kebenarannya merusak diri. Dan kebenaran yang merusak diri itu terus dipelihara, terus disebarkan ke masyarakat. Tuhan tidak menolak orang berubah, tapi orang harus berubah. Jangan suruh Tuhan mengubah KerajaanNya untuk mengadopsi segala macam kecemaran dan kekacauan. Dan jangan pikir penerimaan terhadap dosa itu adalah bentuk keluasan hati. Saudara tidak luas hati kalau Saudara membiarkan orang cemar tetap cemar. Kalau Saudara mencintai seseorang, Saudara ingin kebaikan orang itu, bukan menerima orang itu. Orang kadang-kadang tidak perlu merasa diterima, orang perlu ditegur. Saudara harus kejar menjadi teman, bukan hanya sekedar ramah. Kalau hanya sekedar ramah, itu hanya tampilan luar yang tidak ada gunanya. Saudara tidak bisa tegur orang dengan suara yang tenang kalau orang itu sedang berada dalam kehancuran. Itu yang mungkin kita lakukan kepada orang yang sudah jatuh dalam dosa. Jangan menjadi orang yang hanya memikirkan diterima atau pun menerima orang. Saudara tidak bisa membentuk orang dengan cara menerima dia apa adanya. Justru Saudara harus dibentuk supaya bisa menjadi lebih baik dan itulah tandanya kasih. Tuhan tidak pernah menolak orang datang kembali kepada Dia. Tapi Tuhan membenci setiap dosa, Tuhan ingin manusia berubah, perubahan harus terjadi.


Ketika Tuhan mengatakan “Aku membiarkan mereka”, akhirnya mereka mulai mengacaukan pernikahan. Penyembahan berhala langsung berkait ke pernikahan karena salah satu relasi yang paling dalam dan indah, yang mencerminkan relasi kita dengan Tuhan itu adalah pernikahan. Dan iblis akan merusakan lembaga pernikahan, karena iblis tidak mau perintah Tuhan di Kejadian 1 ditepati. Setan ingin taklukan bumi. Tuhan serahkan bumi kepada manusia, tapi Tuhan akan menangkan manusia, ini janji Tuhan di Kejadian 1. Kalau Saudara membaca di Kejadian 1-3, isunya adalah bumi. Bumi milik manusia demi Tuhan. Tuhan serahkan ke manusia. Maka Tuhan tidak izinkan ular menang atas manusia. Tuhan akan menangkan bumi lewat manusia untuk taklukan ular. Setan tidak ingin manusia penuhi bumi. Salah satu cara untuk manusia berhenti penuhi bumi adalah membuat mereka berhenti menikah dan punya anak. Bayangkan kalau semua orang menyetujui LGBT dan mempratekannya, anak bagaimana? Pernikahan itu tidak tentu harus punya anak, maka manusia punah. Iblis akan hancurkan relasi pernikahan. Lalu relasi pernikahan yang hanya mencari hawa nafsu akan membuat manusia merusakan hal yang paling dalam yaitu relasi, penerimaan dan juga kesetiaan kepada komitmen. Setia kepada komitmen, relasi paling dalam dan penerimaan, tiga hal paling penting dalam hidup manusia dirusak. Tiga hal yang manusia temukan di dalam persekutuan Kristen atau pun di dalam keluarga. Iblis mau merusak gereja dan keluarga, karena dua tempat ini akan menyatakan tentang penerimaan yang dalam, persekutuan dan juga kesetiaan kepada perjanjian. Kalau orang sudah tidak setia dengan pasangan hidupnya, dia akan menjadi sangat rusak, keluarganya akan rusak, dunia akan rusak, society akan rusak karena ketidak-setiaan di dalam pernikahan. Begitu orang menikah kemudian tidak setia satu sama lain, Tuhan akan membiarkan manusia hidup seenaknya dan setan akan berkuasa. Kerusakan demi kerusakan akan terjadi. Sayang, di Indonesia yang bersuara itu malah orang Islam “kami menolak pernikahan sejenis, laki-laki tidak boleh dengan laki-laki, perempuan tidak boleh dengan perempuan, harus laki-laki dan perempuan”. Pokoknya LGBT tolong terima kami. Kami tidak ingin Kekristenan ditolak oleh orang, maka kita harus se-friendly mungkin dengan mereka”. Kristen suaranya begitu. Yang Islam dengan suara keras mengatakan “tidak bisa, kami menolak”. Saya tidak mengatakan Saudara harus menghujat, membenci atau pun memberikan hukuman final kepada orang yang punya kecenderungan seks yang berbeda. Tuhan mengatakan kepada dia “Tuhan mengasihi kamu, bertobatlah, mari perbaiki hidupmu”. Itu sebabnya gereja tidak boleh menjadi tempat yang tidak menerima orang-orang yang menyimpang ini untuk diperbaiki. Sadar dosa terlebih dahulu itu yang terpenting, lalu setelah itu mari bertumbuh bersama-sama. Gereja adalah tempat orang berdosa yang mau bertobat. Saudara jangan membuat semacam perasaan diskriminatif kepada orang-orang berdosa yang mau kembali. Orang Kristen tidak boleh tolak orang yang mau bertobat. Tentu gereja menolak kemiripan dengan dunia ini, tapi gereja tidak menolak orang yang tadinya mirip dunia yang mau kembali. Pendosa mau kembali, mari kembali. Tapi gereja tidak boleh kompromi kepada apa yang dinyatakan Alkitab sebagai dosa. Dan Alkitab mengatakan ketika manusia tidak datang kepada Tuhan dan tidak menikmati Dia setiap hari, pelan-pelan kecemaran itu akan mengambil alih hidup. Waktu awalnya kita mengabaikan Tuhan, hidup tanpa Tuhan, menikmati segalanya tanpa mengingat Tuhan, tanpa melibatkan Tuhan, tanpa menyenangi Tuhan di dalamnya, maka pelan-pelan kita akan terseret. Dan itulah yang Paulus katakan seperti pikiran yang tidak benar. Pikiran tidak benar tidak berkait dengan ibadah dan menikmati Tuhan, sehingga apa pun fakta yang kita lihat, kita tidak lihat Tuhan di baliknya yang kita mau kasihi dan kita mau puji selamanya. Kiranya Tuhan memberkati kita dengan kemampuan menikmati Dia tiap-tiap hari.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)