Magnificat

Lukas 1: 52-55 “Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah; Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa; Ia menolong Israel, hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya, seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya”.

Kita bersyukur karena Kristus hadir untuk memberikan perubahan yang sangat besar, ini yang diharapkan oleh orang-orang Israel bahwa ketika Mesias datang semua yang kacau akan menjadi baik kembali. Kerajaan-kerajaan yang rusak, yang menentang Tuhan akan dihakimi, dan Tuhan akan mengubah kondisi, mengubah keadaan. Ini satu pengertian yang orang Israel sudah pahami dari dulu, mereka tahu bahwa Tuhan adalah yang menaikkan raja untuk bertahta, Tuhan juga yang turunkan raja dari tahtanya. Tuhanlah yang mengganti pemerintahan. Jadi ketika mereka ditindas oleh raja yang kejam atau ketika Israel ditaklukan oleh kerajaan lawan, maka mereka bisa berseru kepada Tuhan dan Tuhan akan mengubah keadaan. Ini sangat penting karena sampai sekarang pun kita sangat dipengaruhi oleh kondisi politik. Kita tidak bisa memperhatikan hanya diri tetapi mengabaikan kondisi politik. Saudara mengatakan kepada anak, “nak, kuliah baik-baik, cari ilmu setinggi mungkin, cari koneksi sebaik mungkin, supaya kamu bisa punya pekerjaan yang baik”. Tapi kalau kekacauan politik terjadi, tidak peduli Saudara lulus dari mana, Saudara dapat gelar apa, Saudara punya keahlian apa, semua jadi tidak berguna. Ketika keadaan krisis datang, semua yang kita asumsikan stabil, hilang. Dan waktu kita sudah mempersiapkan diri dengan asumsi ada kestabilan, baru kita sadar persiapan diri kita ini tidak ada guna. Semua orang sadar betapa rentannya dia dan betapa tidak berdayanya dia, jika dia berhadapan dengan krisis. Setelah Perang Dunia yang kedua, salah satu bentuk teologi yang populer adalah teologi yang disebut dengan teologi krisis atau nama lainnya adalah teologi Neo-Ortodoks, ini tekanan ada pada kritik kepada alur sejarah. Jadi para ahli teologi seperti Carl Barth, seperti Bonhoeffer dan lain-lain di dalam aliran ini, sangat mengeritik tradisi teologi liberal. Mengapa mereka kritik liberal? Karena teologi liberal menganggap ada kestabilan di dalam sejarah dan mereka bisa prediksi apa yang akan terjadi. “Kerajaan Allah akan datang kalau kita mengajarkan moral kepada orang-orang. Kerajaan Allah akan menjadi nyata, keadilan akan terjadi, keteraturan akan terjadi kalau Kekristenanan menekankan pendidikan”, misalnya, dan ini seperti bisa diprediksi. Ini seperti pasti akan terjadi di Eropa. Ternyata prediksi itu salah karena ada Perang Dunia ke-2 dan semua yang diharapkan hilang. Bahkan tadinya Perang Dunia 1 ini membuat teologi itu makin goyah, Perang Dunia ke-2 membuat teologi liberal hancur. Maka teologi krisis muncul dan mengatakan “kami sudah tidak percaya lagi dengan prediksi, orang mengasumsikan semua stabil ternyata tidak bisa stabil. Semua mengasumsikan keadaan baik ternyata tidak baik”. Mirip dengan orang-orang di Perjanjian Lama, mereka mengatakan “aman, karena ada Bait Suci”, tapi Yeremia mengatakan “tidak ada aman. Kamu mengatakan bahagia, kamu menyatakan damai sejahtera, tidak ada damai sejahtera. Kamu mengatakan di tengah-tengah kami ada Bait Suci, Tuhan akan membawa Kerajaan Babel menghancurkan Bait Suci”. Ini membuat kestabilan agama, kestabilan politik di Yerusalem dan kestabilan kerajaan Daud seperti jadi tidak ada guna, semua hancur. Dan ketika orang Israel berusaha kaitkan antara janji Tuhan dan krisis, mereka bingung bagaimana kaitkan janji Tuhan dengan krisis? Maka teolog krisis yang awal itu bukan Barth, tapi Yeremia, Yesaya, Yehezkiel, merekalah yang kaitkan antara fakta kekacauan dengan janji Allah. Bagaimana janji Allah tetap bisa dipegang di tengah-tengah kekacauan? Itu sebabnya teologi sangat penting. Di dalam zaman setelah Perang Dunia 2, baru orang sadar teologi penting ketika teologi itu diarahkan kepada hidup. Teologi memperhatikan fakta kehidupan sehari-hari, teologi memperhatikan kebutuhan jemaat, teologi memperhatikan pergumulan yang terjadi, baru teologi itu dirasa sangat menolong. Ini yang menjadi kerusakan di bidang teologi kalau teologi hanya berupa spekulasi yang tidak menyentuh pergumulan hidup dari gereja Tuhan. Teologi adalah untuk umat, untuk jemaat bergumul dan menang. Itu sebabnya ketika orang hidup di dalam krisis dan mereka membaca teologi yang menyatakan sejarah tidak stabil, kondisi pemerintah tidak stabil hanya kalau Tuhan intervensi dengan FirmanNya. Ketika Sang Anak Allah masuk ke dalam sejarah baru bisa ada harapan. Jangan berharap sejarah, jangan berharap pemerintah, jangan berharap kondisi stabil karena kita sudah rancang, berharaplah Tuhan intervensi, ini tema penting di dalam teologi krisis. Intervensi Tuhan memberikan harapan, tapi apakah kita berharap pada intervensi Tuhan? Saudara dan saya berharap pada apa? Kita punya iman yang kadang-kadang tidak menyentuh hidup. Orang berteologi untuk hidup, bukan untuk pengetahuan, dalam pikiran saya perlu Tuhan, saya perlu kehadiran Dia memimpin saya, dan ini inti dari teologi krisis. Kamu perlu Tuhan? Mari cari Dia, mari pelajari teologi. Sayang sekali jika kita tidak mengerti hal ini, karena kita kehilangan kekayaan dari teologi Kristen. Harap kita mau tahu apa yang teologi katakan tentang hidup yang mirip dengan apa yang orang Israel harapkan, “kami tidak bisa berharap pemerintahan akan baik, kami tidak bisa berharap bisa membangun kembali Yerusalem”, mereka sudah coba bangun, mereka sudah membuat tembok, tetap mereka tidak punya kekuasaan dari keturunan Daud. Mereka sudah bangun kembali Bait Suci, lalu Herodes sudah pugar jadi Bait Suci yang besar, tapi tetap mereka tidak punya Israel yang lama, tidak ada keturunan Daud memerintah, tidak ada otonomi pemerintahan, tidak ada Kekuasaan untuk menjalankan ibadah dan agama. Ini membuat mereka heran “kami sudah kerjakan semua, Bait Suci sudah dibangun, seluruh tembok Yerusalem sudah jadi, dimana kerajaan itu?”. Maka mereka mulai sadar tanpa datang Mesias tidak akan ada perubahan, tanpa Allah hadir tidak mungkin ada perubahan, dan kalau Allah hadir pasti ada perubahan, ini pengertian harus kita mengerti juga. Saudara mengharapkan Tuhan hadir, tapi Saudara tidak mengharapkan perubahan, itu aneh. Kita tidak mungkin harap Tuhan hadir dan Dia diam, kita tidak mungkin harap Dia hadir dan semua berjalan biasa seperti tidak ada perubahan, ini bukan yang dicatat di dalam Kitab Suci. Ketika Tuhan menyatakan diri terjadi goncangan di dalam sejarah, goncangan apa? Yang paling jelas adalah goncangan dari pemerintahan yang ada. Raja-raja dan orang-orang yang berpotensi jadi raja berlomba-lomba ambil kekuasaan. Firaun di dalam zaman ketika Israel ditaklukan oleh Mesir itu adalah dinasti yang ganti-ganti terus, orang-orang dari dinasti yang berlainan memimpin Mesir, sehingga dari awal Israel sudah sadar “yang kami takuti harus Tuhan, karena kalau kami takut kepada Firaun, dinasti dia tidak akan lama. Tidak lama lagi akan ada orang kuat yang dari dinasti lain dengan tentara yang kuat kalahkan pemerintah yang ada”, pemerintah ganti berganti, raja ditundukkan dan diganti dengan raja lain. Maka mereka sadar jika Tuhan tidak intervensi, keadaan akan begini terus. Yang potensi berkuasa akan berkuasa, yang punya kuasa akan ditaklukan oleh berpotensi berkuasa. Lalu di mana orang biasa, di mana rakyat miskin, di mana orang rendah? Hanya menjadi penonton untuk lihat “siapa lagi yang akan menindas saya sesudah ini? Sesudah kerajaan satu dinasti lewat, dinasti lain yang akan menindas saya siapa lagi?”. Seperti ada aturan kekal, kalau kamu miskin, kalau kamu tidak punya suara, kamu tidak punya pengaruh, tidak punya uang, tidak punya tentara, kamu selamanya akan ada di bawah. Dan kamu selamanya akan ditaklukan, meskipun pemerintah berganti mereka akan tetap ditaklukan. Ketika saya coba injili satu orang sopir taksi waktu keadaan mau pemilu di tahun 2014, saya memulai percakapan dengan tanya “bapak nanti pilih siapa?”, siapa tahu nanti bisa ada ujung untuk bicara Injil. Dia cuma mengatakan kalimat pendek “siapa saja lah, pak. Siapapun jadi, saya tetap cari uang dengan setir begini. Siapa pun jadi, kalau saya dipecat, tetap akan dipecat. Siapa pun jadi, saya juga tetap harus mati-matian cari uang, nanti anak-anak saya tetap kurang uang untuk kuliah, mau apa? Siapapun jadi terserah. Kita ini dibohongi terus”, kata dia. “Terus dibilang: pilih saya, pilih saya. Saya sudah capek, jadi saya nanti pilih tinggal hitung kancing. Pokoknya nanti saat masuk ke dalam tempat pemilihan, siapa pun terserahlah, saya sudah pesimis”, ini jadi suara yang kita maklumi, semua orang rendah akan mengatakan “siapapun pemimpinnya, saya tetap alas kakinya pemimpin, siapapun pemimpin saya cuma bawahan yang tidak ada arti”. Tuhan menyadari kekalnya sistem sosial seperti ini dan Tuhan intervensi. Kapan pertama Tuhan intervensi? Di dalam Kitab Keluaran, waktu Dia intervensi, Dia ubah Kerajaan Mesir yang besar ditaklukan oleh para budak. Ini siapa yang bisa ubah kalau bukan Tuhan, siapa yang bisa berikan pengharapan jika bukan Tuhan. Saya harap Saudara tahu pengharapan ini dan bersukacita karenanya. 

Belajar Luas Hati

Injil Lukas 1: 48-49 “Sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus”.

Saudara sekalian seorang yang agung adalah seorang yang hidupnya mau dia paralelkan dengan sebuah bangsa, ini orang agung. Tidak ada orang menyangka seorang remaja bernama Maria adalah orang agung itu. Semua orang bisa melihat pemimpin besar sebagai orang agung karena pemimpin besar tidak anggap dirinya sendiri penting. Pemimpin besar mengaitkan dirinya dengan bangsanya, dia hidup untuk bangsanya, dia berjuang untuk bangsanya, yang dia putuskan akan mempengaruhi orang banyak, ini bedanya orang agung dan orang kecil. Orang kecil terus cuma pikirkan diri, tadi Pendeta Ivan di dalam klip mengatakan dari Kitab Hagai, “kamu anggap bangun rumah Tuhan belum saatnya, karena ada krisiskah, karena ada masalah ini itu kah, tapi kamu tidak pernah menganggap krisis atau masalah apapun menghalangi kamu memperbaiki rumahmu. Kamu bisa membangun rumah, kamu bisa pikirkan diri, mengapa tidak pikirkan bangunan Tuhan? Jadi kita lihat bedanya orang agung dan orang kecil, orang agung tidak tentu kaya, orang kecil tidak tentu miskin. Ada orang kaya yang kecil, ada orang miskin yang agung. Ada orang agung yang punya banyak uang, ada orang agung yang tidak punya uang, maka agung atau kerdil tidak ditentukan oleh harta dia. Tapi ditentukan oleh beban hatinya, yang masuk di hatinya paling besar itu apa. Ada orang yang seumur hidup cuma pikir diri, dia orang kerdil, “mengapa diriku kurang dapat untung, mengapa diriku kurang diperhatikan, mengapa diriku kurang mendapatkan bagian, mengapa diriku tidak mendapat keadilan?”, terus pikir diri, ini orang kerdil. Di dalam Kitab Suci terutama dalam ajaran Yesus, orang agung disebut sebagai orang yang punya kelemahan-lembutan, meek, orang yang mempunyai sifat dalam bahasa Yunani, praos. Praos ini adalah meek, praos ini adalah lemah lembut. Mengapa orang lemah lembut akan mewarisi dunia? Semikian dikatakan Tuhan Yesus. Karena orang lemah lembut punya jiwa yang besar. Definisi lemah lembut itu bukan orang yang terlalu soft sehingga tidak bisa menghadapi apapun, bukan orang yang gampang goyah, yang gampang menangis, yang gampang patah, bukan. Orang lemah lembut adalah orang yang perhatian utamanya bukan ke dirinya. Sehingga dia tidak terlalu pedulikan kalau dirinya direndahkan. Yesus Kristus pernah mengatakan “jika kamu ditampar pipi yang satu, berikan juga pipi yang lain”. Ada satu tafsiran bagus yang saya dapat dari Pendeta Eko, tafsiran yang mengatakan tampar satu pipi berikan pipi lain itu bukan untuk ditampar lagi. Memberi pipi adalah tawaran perdamaian untuk dicium. Jadi setelah ada orang tampar, dia berikan pipi yang lain, “mau ditampar lagi?”, bukan. Tapi supaya ada perdamaian. Orang agung tidak mendendam. Orang kerdil terus pikir kejahatan orang pada dia, terus sakit hati, terus merasa orang lain harus dibalas, ini orang kerdil. Maka Saudara mulai bisa nilai diri kita, termasuk saya, kita mulai nilai diri kita, kita orang agung atau orang kerdil. Kita orang yang jiwanya besar atau kita orang kecil, yang meskipun punya kedudukan besar tidak layak ada di kedudukan itu. Kalau kita gampang mendendam, kita pahit sama orang, kita terus ingat kesalahan orang, kita terus ingat kita didzolimi, kita orang kerdil. Tapi kalau kita pernah dijahati lalu kita mengatakan “mari lanjut, kita tidak boleh berdiam di sini, kita tidak boleh sibuk dengan masalah sendiri. Mari berdamai, mari kerja untuk Tuhan”, ini orang agung. Hamba-hamba Tuhan ada yang agung, ada yang kerdil, ada yang kalau sudah sakit hati sama orang, sulit kerjasama dengan orang, sulit mempunyai teman, sulit mempunyai partner kerja yang baik. Semua partner kerja ada salahnya, semua partner kerja kurang di sini situ, dia tidak bisa kerja, dia tidak bisa bangun pekerjaan Tuhan. Tapi hamba Tuhan yang agung akan mengatakan “kita ada masalah, lupakan, mari melangkah. Pekerjaan Tuhan terlalu besar, pekerjaan Tuhan terlalu banyak, kita tidak bisa sibuk dengan diri kita sendiri”. Maka siapa agung siapa kerdil tergantung penilaian dari Kitab Suci, bukan tergantung dari pandangan manusia, bukan tergantung dari pangkat yang dia miliki saat ini. Agung kerdilnya orang tergantung dari apa yang dia taruh di dalam hatinya. Apa yang Saudara taruh dalam hati Saudara? Apa yang menggerakkan hidup Saudara? Jiwamu dibakar dengan semangat api untuk kerjakan apa? Ini perlu kita pikir, sebab jika yang menggerakkan engkau adalah api yang bukan dari Tuhan, maka segiat-giatnya engkau bekerja, engkau hanya akan membuat patah dirimu, engkau akan peras tenagamu sampai habis dan engkau tidak dapat pahala dan penyertaan dari Tuhan. Tetapi jika api yang menggerakkan engkau adalah dari Tuhan, maka sekeras-kerasnya engkau bekerja, engkau tidak pernah patah, engkau tidak pernah menjadi kering karena yang engkau kerjakan adalah untuk Tuhan. Saudara, saya lihat gerakan Reformed Injili adalah gerakan yang ditunjang oleh tidak banyak orang. Pekerjaan begitu besar tetapi yang menunjang tidak begitu banyak. Saya tidak mengerti mengapa yang terlibat tidak banyak, tetapi saya mengerti satu hal yang terlibat adalah orang-orang yang siap kerjakan hal yang akan membuat orang cap mereka gila. “Untuk apa mengerjakan ini, mengapa kerja keras seperti ini?”. Dan kalau ditanya mengapa orang-orang ini mau kerja seperti itu, hampir semua jawabannya sama, “karena kami lihat Pendeta Stephen Tong”. Mengapa kalau lihat Pendeta Stephen Tong bekerja keras? Karena saya lihat orang yang tidak patah semangat meskipun kerja begitu berat dan meskipun banyak kali merasa kecewa karena pekerjaan seperti belum jadi, tapi terus kerjakan. Ini mendorong saya untuk melakukan banyak hal untuk Tuhan. Tanpa contoh dari hamba Tuhan yang rela kerja mati-matian, sulit menggerakan orang. Tapi saya berpikir meneladani Pdt. Stephen Tong, mengapa dia bisa suruh orang bekerja? Dia sendiri jadi contoh. Mengapa dia bisa gerakan orang? Dia sendiri jadi contoh. Itu sebabnya siapa mau kerja berat, dia tidak mungkin bertahan kecuali dia tahu yang dia kerjakan itu untuk Tuhan. Mari mempunyai pandangan yang sungguh-sungguh kepada Tuhan. Di dalam topping off ada kalimat penting yang sayang sekali tidak masuk di dalam klip, kalimat-kalimat penting dari Pendeta Stephen Tong harus ditangkap. Kalau cuma bicara soal bangunan, itu sesuatu yang bisa diulang kapanpun. Tetapi ada kalimat yang Pak Tong katakan, seorang hamba Tuhan mesti mempunyai hati yang polos, termasuk Saudara, Saudara juga hamba Tuhan meskipun bukan full time. Harus punya hati yang polos. Kalau ditanya “mengapa kerjakan ini?”, untuk Tuhan. “Untuk Tuhan, kamu polos sekali”, memang, tapi pikirannya rumit. Punya pikiran rumit tapi hati polos. Jangan terbalik, hatinya rumit pikiran polos, ini tidak bisa mengerti apa-apa. Tidak punya pengertian, tidak punya ide, tidak punya konsep, tapi hatinya rumit. “Kerjakan apa?”, “untuk Tuhan, tapi juga untuk saya”, terlalu belat-belit. Hati rumit sama dengan belat-belit. Pikiran rumit sama dengan sumber berkat. Hati polos, hati cuma mau menyenangkan Tuhan, ini kunci yang besar sekali. Ini yang ditanyakan Pak Tong kepada gurunya, Bapak Andrew Gih, “apa yang men-drive kamu, apa yang membuat kau kerja begitu berat untuk Tuhan? Apa yang membuat motivasi paling penting untuk kerja bagi Tuhan?”, Andrew Gih mengatakan “cuma satu, tidak ada yang lain lagi, hanya satu, only to please God. Hanya mau membuat hati Tuhan senang”. Tuhan perbaiki saya, koreksi saya kalau saya salah, tapi saya bekerja berat untuk Tuhan. Siapa tidak mau kerja berat untuk Tuhan, tetap akan kerja berat tapi untuk setan. Saya mau tanya siapa orang bisa tidak kerja berat di dunia ini? Saudara mengatakan “saya malas kerja berat untuk Tuhan”, tapi engkau harus pikul salib, mati-matian sangkal diri tapi untuk yang lain. Karena manusia di dunia memang harus kerja berat.

Teladan Beriman

Kita membaca bersama-sama Lukas 1: 46-56, “Lalu kata Maria: “Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku,sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya.Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia,karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus.Dan rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia.Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya; Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah; Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa; Ia menolong Israel, hamba-Nya,karena Ia mengingat rahmat-Nya,seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya.” Dan Maria tinggal kira-kira tiga bulan lamanya bersama dengan Elisabet, lalu pulang kembali ke rumahnya”.

Sebelum kita membahas nyanyian pujian ini, saya ingin memberikan sedikit atau memberikan pengertian tentang latar belakang dari Maria dan juga Elisabet. Tentu ada banyak yang kita bisa pelajari tentang Maria dan Elisabet. Namun ada satu yang unik dari mereka berdua yaitu keadaan mereka berdua adalah keadaan yang juga dikatakan tentang Israel. Israel adalah bangsa seperti seorang perempuan mandul, Israel adalah bangsa seperti yang tidak bersuami, ini gambaran-gambaran tentang Israel dalam pembuangan. Tetapi meskipun Israel ada di dalam pembuangan Tuhan tidak pernah tarik janjiNya. Tuhan tetap menyatakan bahwa Raja akan datang, bahwa Tunas Isai akan muncul, bahwa Anak dari Allah akan bertahta. Dan tidak peduli berapa banyak bangsa-bangsa yang bangkit dan melawan umat Tuhan, Tuhan tidak tarik janjiNya. Tidak ada hal yang dapat membuat kita bersukacita lebih besar daripada janji Tuhan. Ini merupakan sukacita yang real. Saudara bisa bersukacita karena ada impian yang kita sendiri khayalkan, kita bisa bersukacita karena kondisi yang tidak mungkin terjadi tapi kita inginkan terjadi, tapi ini sukacita palsu. Tidak ada orang bisa mempunyai alasan untuk bersukacita kecuali di dalam Tuhan. Itu sebabnya di dalam seruan misalnya dari Nabi Yeremia atau Yehezkiel, mereka tidak menemukan alasan untuk bersukacita. Tetapi ketika mengingat janji Tuhan, mereka mendapatkan kembali sukacita itu. Kalau Saudara ikuti pembacaan dari para nabi ini, Saudara akan menemukan nada paling kelam, nada paling negatif, nada paling tidak berpengharapan. Tetapi di dalam kitab yang sama, Saudara akan menemukan berita Injil, kabar baik. Seperti waktu Saudara membaca tadi di dalam pembacaan Kitab Suci dari Yesaya 40, ada kabar yang begitu indah, Tuhan akan hadir, kemuliaan-Nya akan dinyatakan. Mari ratakan supaya kita bisa menikmati kedatangan Tuhan, supaya seluruh umat dapat melihat kemuliaan-Nya dinyatakan. Dan ini merupakan gambaran tentang Injil. Ada kabar baik tentang Tuhan yang sedang datang. Tetapi kitab yang sama bercerita tentang keadaan Israel dibuang, kitab yang sama diawali dengan perkataan “mau dipukul di mana lagi? Seluruh tempat di tubuhmu sudah luka karena kejahatanmu. Setiap kali engkau jahat saya pukul kamu, setiap kali engkau melawan, saya hajar kamu. Dan seluruh badan sudah penuh luka, di mana lagi aku harus pukul kamu?”, ini seruan marahnya Tuhan karena Israel terus berdosa dan tidak mau bertobat. Dan di dalam Kitab yang sama dikatakan Tuhan akan menimpakan malapetaka berkali-kali sampai ketika pohon itu sudah hancur dan tunasnya masih kelihatan, Tuhan mengatakan “hantam lagi sampai tunas itu pun hancur”. Tapi dari keadaan hancur, Tuhan akan tumbuhkan sang Tunas. Ini jadi kalimat yang sangat memberikan penghiburan, di tempat paling gelap Tuhan siapkan terang, di tempat paling kacau Tuhan siapkan Raja Damai, di tempat paling tidak berpengharapan Tuhan berikan janji, dan di tempat dimana kematian berkuasa di situ Tuhan menjanjikan kebangkitan, semua berita-berita ini sangat indah. Maka Injil tidak dimulai dari Matius, Injil sudah dimulai dari Perjanjian Lama, bahkan kata Ibrani yang dipakai untuk injil pertama kali diperkenalkan oleh Kitab Yesaya. Jadi kabar baik tentang Tuhan yang akan hadir, tentang Tuhan yang tidak lupa janjiNya ada di dalam Kitab Suci. Maka mari kita belajar untuk melatih kesenangan kita. Kesenangan bisa dilatih, Saudara tadinya tidak terlalu mengerti apa itu uang, tapi Saudara berbicara dengan orang-orang, Saudara mulai menikmati “kalau banyak uang aman, kalau aku punya uang aku bisa belanja”, Saudara mulai menikmati mempunyai banyak uang. Ini tidak menjadi sesuatu yang ada alamiah di dalam diri manusia. Ada orang-orang yang mulai menikmati hal-hal berdosa, obat bius atau seks bebas, mereka tadinya tidak pernah punya pengertian bahwa ini adalah hal yang menyenangkan. Tetapi lingkungan mengubah, pengaruh dari luar masuk ke dalam, akhirnya kita mencari kesenangan-kesenangan karena didikte oleh lingkungan kita. Lingkunganmu mendikte apakah kepada dirimu? Saudara dipengaruhi untuk melakukan apa? Israel dipengaruhi untuk menyembah berhala, mereka ditipu oleh setan yang mengatakan “penyembahan berhala begitu nikmat, sebab engkau bisa punya begitu banyak jaminan dari berhala-berhala yang engkau sembah. Engkau bisa punya keamanan di dalam panen, karena engkau menyembah berhala pemberi kesuburan. Engkau bisa menyembah allah atau berhala pemberi kemenangan perang dan engkau tidak perlu takut berperang”. Semua dusta ini masuk ke dalam hati setiap orang Israel, sehingga mereka jatuh dalam dosa. Maka kesenangan adalah sesuatu yang bisa didikte dari luar. Hal apa yang paling Saudara senangi sekarang yang diluar Tuhan? Ini bukan karena dari dalam Saudara sudah punya, tetapi karena ini didikte dari luar ke dalam diri Saudara. Pengaruh lingkungan yang paling kuat adalah pengaruh memberikan alternatif kesenangan kepada kita. Ketika James K. Smith menulis buku tentang menantikan kerajaan, dia mengatakan didalamnya bahwa penantian kerajaan ini adalah penantian tentang keindahan, kerajaan yang indah akan datang. Saudara diseret oleh dunia menjauhi pengharapan karena diberikan kesenangan alternatif. Sayangnya ini kesenangan alternatif yang palsu. Maka kita ditarik olehnya dan jatuh ke dalam dusta yaitu kesenangan-kesenangan palsu yang ditawarkan. Maka kita tidak lagi menantikan Kerajaan Allah, sebab kita diseret oleh keinginan palsu. Jadi keinginan bukan sesuatu yang alamiah di dalam selera, kita tidak mengatakan “saya memang seleranya begini”, dalam hal tertentu ada hal yang memang unik dalam diri kita, di mana kita bisa menyukai satu hal dan bukan lain. Tapi banyak kesenangan sebenarnya adalah hasil, pengaruh dari luar masuk ke dalam diri Saudara. Ini bukan berarti Saudara bisa lempar kesalahan ke dunia luar, “saya berdosa karena digoda, saya berdosa karena setan, saya berdosa karena lingkunganku yang jahat”, semua orang bertanggung jawab atas dosanya sendiri. Semua orang bertanggung jawab atas pilihannya sendiri. Saudara tidak bisa lempar kesalahan ke orang lain, karena ketika Saudara digoda, Saudara sebenarnya harus punya patokan, Saudara mempunyai pegangan yang Saudara imani. Tetapi pegangan ini tidak menjadi kuat kita pegang, karena kita tidak merasa pegangan itu menyenangkan. Kita tidak merasakan keindahan dari janji Allah. Maka ketika kita mengatakan “saya orang Kristen, saya percaya Alkitab, tapi saya tidak memberikan kesenangan hati untuk apa yang Tuhan janjikan”, akhirnya meskipun secara iman dan kebenaran kita atau firman Allah itu benar, tetapi kesenangan dan sukacita, gairah dan kesenangan diseret ke dalam hal lain yang membuat kita jatuh dalam dosa. Hal-hal ini yang harus kita perbaiki, Saudara tidak bisa menjadi anggota Kerajaan Allah tanpa menikmati janji Allah. Maka mari ubah selera kita, mari mulai belajar untuk mengetahui hal-hal apa saja yang Tuhan janjikan. Kitab Suci penuh dengan janji Allah, berapa banyak yang kita sadari, berapa banyak yang kita hafal? Ketika kita mengekspresikan keinginan kita, berapa banyak keinginan kita dipengaruhi oleh janji Tuhan? Ini sesuatu yang sebenarnya sangat kurang dalam diri kita tapi kita tidak sadar. Kita berpikir sudah cukup kalau kita rajin ibadah, sudah cukup kalau saya mempunyai komitmen kepada doktrin Reformed. Tetapi Saudara sekalian, tanpa disukakan oleh janji Tuhan bagaimana mungkin kita punya pengharapan lepas dari kesenangan dunia? Tuhan tidak memberikan kesenangan yang palsu, Tuhan tidak memberikan iman yang digerakkan oleh kehampaan dan kekosongan. Menikmati Tuhan adalah salah satu kebutuhan manusia yang paling besar. Dan karena saya perlu untuk menikmati Tuhan, maka saya perlu untuk mencari janji Tuhan. 

Memuliakan Nama Allah

Filipi 2: 9-11 “Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa!”. Berikutnya kita membaca dari Kisah Para Rasul 4: 10-12, “maka ketahuilah oleh kamu sekalian dan oleh seluruh umat Israel, bahwa dalam nama Yesus Kristus, orang Nazaret, yang telah kamu salibkan, tetapi yang telah dibangkitkan Allah dari antara orang mati — bahwa oleh karena Yesus itulah orang ini berdiri dengan sehat sekarang di depan kamu. Yesus adalah batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan — yaitu kamu sendiri —,namun ia telah menjadi batu penjuru. Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan”.

Di bagian terakhir ini kita akan melihat bagaimana nama Kristus menjadi nama yang menyelamatkan. Di dalam seluruh sejarah nama Tuhan dipercayakan kepada Israel, ini yang kita sudah bahas, dari waktu Israel keluar dari Mesir Tuhan mengatakan “engkau akan disebut dengan namaKu. NamaKu akan termasyhur di seluruh bumi melalui engkau”. Israel dipanggil Tuhan keluar dari Mesir supaya orang dunia kenal Tuhan lewat mereka. Ini merupakan sesuatu yang tidak main-main, Israel menyandang nama Tuhan. Siapa mau kenal Tuhan, lihatlah Bangsa Israel. Bagaimana mengaitkan antara nama Tuhan dengan Israel? Cara satu-satunya untuk melihat kaitan itu adalah dengan melihat bagaimana Israel menjadi bangsa yang memuliakan Tuhan. Jadi nama Tuhan dipermuliakan jika Israel berfungsi sebagai bangsa sesuai dengan cara Tuhan, jika Israel menjalankan pemerintahan yang adil, jika mereka memperhatikan orang yang tertindas, jika mereka menyingkirkan orang jahat di tengah-tengah mereka, jika mereka menyingkirkan orang-orang pembuat dosa yang menghancurkan orang lain, maka Tuhan akan memberkati mereka. Jika mereka setia kepada Tuhan, maka Tuhan akan memberkati mereka. Bangsa ini akan menjadi bangsa yang secara politik, yang secara ekonomi, yang secara sosial, yang secara keadilan, yang secara hukum, yang secara pergaulan, yang secara penanganan alam menjadi bangsa yang memuliakan Tuhan. Memuliakan Tuhan bukan sesuatu yang hanya bersifat kata-kata, bukan hanya mulut, bukan hanya estetika memuji dan menyanyi, tapi memuliakan Tuhan berarti semua bagian berfungsi sebagaimana yang Tuhan mau. Salomo adalah gambaran kecil mengenai kesuksesan Israel, sebelum dia jatuh dalam dosa. Dikatakan bangsa-bangsa dari jauh mau datang. Mengapa datang? Mau melihat Salomo bagaimana menangani pegawai-pegawainya, bagaimana dia membuat sistem di negara ini, bagaimana dia menyelidiki alam, bagaimana dia membuat puisi-puisi dan pujian-pujian, Salomo membawa Israel mengerjakan seluruh aspek. Kalau Saudara baca baik-baik, Salomo punya aspek yang berkait dengan segala hal, dia berkait dengan alam, dia adalah orang yang memelihara tanaman, pohon-pohonan dan juga binatang. Dia selidiki binatang, dia selidiki pohon, Salomo menulis banyak buku yang sekarang sudah hilang, mengenai klasifikasi binatang, mengenai sifat-sifat tanaman, mengenai ciri-ciri hewan yang dia temui. Dan dia adalah orang yang mau koleksi, kumpulkan binatang-binatang dari berbagai tempat. Sebelum Tiongkok melakukan ini, Salomo sudah lebih dulu lakukan, kirim kapal, ambil binatang, ambil jenis-jenis hewan yang lain dari tempat yang jauh untuk diselidiki oleh Salomo. Dia menjadi penguasa atas binatang, seperti yang Tuhan mau Adam lakukan. “Adam, beranak cucu bertambah banyak dan penuhi bumi dan taklukkanlah”, apa yang ditaklukan? Binatang-binatang salah satunya, ini yang Salomo lakukan. Salomo juga menangani aspek estetika, dia membuat puisi, dia membuat lagu, dia membuat nyanyian, dia membuat kalimat-kalimat hikmat, dia membuat tulisan-tulisan bagi hidup, ini orang yang menangani banyak bidang. Lalu seluruh Israel berada di dalam keadaan damai, seluruh Israel adil, seluruh Israel baik, seluruh Israel kaya. Ini membuat kita kaget “jadi cari kaya itu tidak salah ya”, cari kaya tidak salah selama kekayaan itu diperjuangkan oleh sebuah bangsa demi kepentingan seluruh bangsa. Saudara, menjadi kaya itu bukan tugas individual, ini kesalahan dari teologi sukses mengatakan bahwa “kalau engkau percaya Tuhan Yesus, engkau sendiri kaya”, itu tidak beres. Kalau cuma satu orang ingin kekayaan bagi diri atau satu keluarga ingin kekayaan bagi keluarga dia, bagaimana dengan keluarga lain, bagaimana dengan seluruh kota, bagaimana dengan seluruh bangsa? Ketika Pak Ahok masih menjadi gubernur mengatakan “tugas saya adalah membuat warga DKI dompetnya tambah tebal”, ini boleh dikatakan oleh pemimpin. Karena dia tidak mengatakan “saya bertugas untuk membuat dompetku sendiri tebal”, tidak. Maka siapa mau jadi kaya, dia mesti pikir menjadi kaya bersama-sama seluruh komunitas, “mari seluruh kota, mari seluruh bangsa maksimalkan seluruh kekayaan yang Tuhan percayakan”. Indonesia punya begitu banyak kekayaan yang selalu salah dikelola. Kalau kekayaan negara digali apakah bisa didistribusikan dengan adil? Apakah negara menunjang orang rajin dapat hasil dan orang malas tersingkir? Kalau negara membuat orang malas tapi punya koneksi menjadi kaya, orang yang tidak tahu kerja, yang tidak tahu bersumbangsih mendapat uang karena mampu korupsi, ini negara tidak beres. Salomo menjadi contoh bagaimana Israel bisa memuliakan Tuhan. Memuliakan Tuhan bukan kita berkumpul lalu berseru “Haleluya Puji Tuhan”, bukan. Lebih memuliakan Tuhan berarti seluruh bagian dari seluruh negara berfungsi sebagaimana yang Tuhan mau sehingga seluruh rakyat mendapat berkat sejahtera dari Tuhan. Tuhan memberi berkat lewat para pemimpin yang bijak, Tuhan memberi berkat lewat orang-orang kunci di dalam sebuah negara. Jika orang-orang kunci ini takut akan Tuhan, maka Tuhan akan memberkati. Ini yang kita mau cari, “Tuhan kami ingin memuliakan Engkau. Bagaimana memuliakan Engkau?”, dengan berfungsi sebagaimana Tuhan mau. Di dalam buku dari seorang bernama Richard Middleton, dia mengutip dari Mazmur yang mengatakan “langit memuliakan Tuhan, bintang-bintang, matahari, bulan pujilah Tuhan. Hai gunung-gunung pujilah Tuhan. Hai laut pujilah Tuhan. Hai pohon-pohon di hutan, pujilah Tuhan. Hai binatang-binatang, pujilah Tuhan”. Lalu dia tanya sendiri di buku itu “bagaimana bintang, matahari, bulan, gunung, pohon-pohon, binatang, bagaimana mereka memuji Tuhan? Jawabannya adalah dengan mereka berfungsi sebagaimana seharusnya mereka berfungsi. Matahari sedang memuji Tuhan dengan menjadi matahari. Bulan bintang memuji Tuhan dengan menjadi bulan dan bintang. Di dalam Roma 8, Paulus mengatakan bahwa seluruh alam menantikan saat pembebasan dan saat pembebasan itu adalah ketika mereka berfungsi dengan cara yang memuliakan Tuhan setelah anak-anak Allah dibangkitkan dan mendapatkan keselamatannya. Seluruh alam akan kembali berfungsi dengan mulia sekali jika anak-anak Allah sudah dimunculkan. Tapi sekarang bagaimana? Sekarang tetap berfungsi tapi belum sempurna, sekarang tetap menyatakan kemuliaan Tuhan meskipun belum sempurna. Jadi seluruh alam memuliakan Tuhan dengan menjadi dirinya sendiri, dengan menjadi bagian yang harus menjalankan bagiannya di dalam ketetapan Tuhan. 

Name above All Names

Filipi 2: 9-11 demikian firman Tuhan, “Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa!”. Kita sampai pada bagian tentang pemuliaan Kristus dan kita akan mendengarkan pengertian mengenai pemberian nama. Di dalam tradisi Israel ada peristiwa penting tentang nama yaitu peristiwa ketika Tuhan memanggil Israel. Sebelum itu pemberian nama atau makna nama mempunyai pengertian yang tidak sebesar ketika Israel dipanggil keluar. Ada dua kali ketika nama diperkenalkan di dalam Kitab Suci sebelum Israel. Di dalam Kitab Kejadian Tuhan menciptakan manusia meskipun Tuhan tidak memberi pengertian atau tidak ada kalimat langsung Tuhan menamai manusia-manusia, tapi nama manusia sudah dinyatakan. Tuhan mengatakan “marilah kita menciptakan manusia berdasarkan gambar dan rupa kita, supaya mereka berkuasa”. Nama manusia berkaitan dengan ke penguasaan dari ciptaan Tuhan yang satu ini. Seluruh manusia yang penuhi bumi Tuhan berikan kemampuan mendominasi ciptaan. Tuhan memberikan kemampuan untuk mengatur dan mengelola seluruh ciptaan. Inilah penaklukan yang harus dilakukan oleh manusia, mengelola, membuat baik, membuat teratur membuat limpah. Penaklukan bukan berarti ada musuh lalu dihancurkan. Penaklukan berarti dampak dari pekerjaan musuh saya kalahkan dengan dampak dari pekerjaan saya, itulah penaklukan. Saudara tidak menghancurkan setan dengan mengusir dia saja, tapi Saudara menghancurkan setan dengan melakukan pekerjaan yang menghancurkan pekerjaan setan. Kekacauan di bumi disingkirkan oleh karena Tuhan memakai manusia untuk menaklukkan dampak dari kekacauan. Kekacauan tidak lagi ada karena sudah ada keteraturan yang dikerjakan oleh manusia. Maka penaklukan bukan berarti “saya mampu kalahkan musuh”, penaklukan berarti “saya mampu kalahkan efek dari pekerjaan musuh”. Saudara bisa jadi orang yang bisa hancurkan orang, bisa pukul orang, bisa mengalahkan lewat perang, tetapi itu bukan penaklukan yang Tuhan mau. Tuhan mau segala jejak pekerjaan setan yang rusak atau segala dampak dari kekacauan dibalikan oleh manusia. Sehingga pekerjaan manusia akan menjadi nyata, yaitu tadinya kacau sekarang teratur, tadinya empty sekarang limpah, tadinya gelap sekarang terang, tadinya penuh dengan keadaan yang rusak sekarang penuh dengan keadaan yang memberikan damai sejahtera, inilah kemenangan. Saudara kalau mengatakan “saya mau kalahkan setan”, bagaimana caranya? Saudara mengalahkan setan dengan menghancurkan efek dari pekerjaan dia. Kalahkan setan dengan hancurkan efeknya di dalam hatimu. Saudara yang terus ada di dalam dosa, bertobat, jangan terus kalah sama setan. Saudara menaklukkan dampak dari efek pekerjaan dia, dampak dari pekerjaan dia. “Saya tadinya egois, saya tadinya kasar, saya tadinya penuh dengan kebencian sekarang berubah. Aku penuh dengan cinta kasih, aku penuh dengan kerinduan untuk menikmati hal-hal baik dari Tuhan. aku penuh dengan kemungkinan menyalurkan sifat-sifat Tuhan, itu namanya kemenangan. Itu sebabnya kalau Saudara melihat kemenangan di dalam bentuk perang versi dunia, Saudara akan mengatakan yang bisa menang adalah yang paling kuat, siapa yang punya senjata lebih kuat, dia menang. Kalau musuh punya senjata kuat, saya punya senjata lebih kuat lagi. Tapi Paulus mengatakan “kami punya persenjataan bukan untuk meruntuhkan, tetapi untuk membangun. Kami membangun bukan meruntuhkan”, itulah kemenangan. Maka tidak ada kemenangan di dalam mengalahkan musuh, yang ada adalah kemenangan di dalam membalikkan pekerjaan musuh. Saya percaya salah satu bentuk kemenangan di dalam sejarah dunia adalah kemenangan Kristen, waktu orang Kristen membalikan kekacauan dari kebudayaan menjadi indah dan bagus, itulah kemenangan. Ketika ada kebudayaan makan orang, lalu ada misionaris datang memberitakan Injil, orang-orang di sana menerima Kristus lalu dididik, “kamu tidak boleh bunuh orang, kamu tidak boleh makan orang, kamu mesti belajar mengampuni, kamu mesti punya kebudayaan yang adil dan tidak keras”, ini akan mengubah. Waktu orang-orang berubah dari yang tadinya keras, kasar, jahat menjadi teratur, menjadi baik, menjadi penuh keadilan, ini namanya kemenangan. Maka tidak ada kebudayaan yang lebih kuat di dalam menyatakan kemenangan selain kebudayaan Kristen. Ketika agama Kristen masuk, kebudayaan berubah, kebudayaan yang tadinya buruk menjadi baik. Banyak orang mengatakan “Kristen tidak boleh merusak kebudayaan, kami mencintai kebudayaan kami. Kebudayaan kami adalah segalanya”, ini sikap yang tidak benar karena setiap kebudayaan mengandung kejaTuhan, setiap kebudayaan ada kekacauan yang mesti diperbaiki. Apakah seluruh kebudayaan manusia hancur? Tentu tidak, ada aspek baik yang Tuhan pertahankan. Namun aspek buruk ini akan dibalikkan oleh Kekristenan, yang tadinya penuh kebencian menjadi penuh cinta kasih, yang tadinya penuh dendam menjadi penuh pengampunan, yang tadinya penuh penghancuran sekarang menjadi sifat membangun, menjadi rindu membangun keadaan yang lebih baik. Itu sebabnya kemenangan sejati adalah pembalikan efek dari si jahat. Manusia diciptakan di dunia untuk menaklukkan, membuat efek kacau balau diganti dengan keteraturan, membuat efek rusak, kosong, gelap diganti dengan efek baik, efek teratur dan juga terang dari Tuhan. Maka manusia adalah gambar Allah, sebab di mana Allah menyatakan diri segala yang kacau sirna. Di mana Allah menyatakan diri, yang kelam hilang. Di mana Allah menyatakan diri, yang kosong menjadi limpah. 

Manusia yang Ditinggikan

Kita membaca Filipi 2: 8-11, kita membaca bagian terakhir dari tema tentang inkarnasi Kristus, “Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa!”. Bagian ini adalah bagian tentang peninggian Kristus karena Dia rela direndahkan maka Allah meninggikan Dia. Saudara jangan tafsirkan ini sebagai setiap orang yang rela rendah pasti akan ditinggikan. Tapi yang jadi tekanan di dalam bagian ini adalah setiap orang yang rela dipakai Tuhan meskipun berarti dia harus jadi rendah, orang ini akan ditinggikan. Kristus adalah orang yang rela dipakai sampai titik paling rendah, maka Tuhan mengaruniakan Dia nama di atas segala nama. Seringkali kita menafsirkan bagian ini sebagai kemuliaan Kristus yang memang dari awal sudah Dia miliki, Dia kan Allah sebagai Allah tentu Dia lebih tinggi dari siapapun, sebagai Allah tentu segala lidah harus mengaku Dia, sebagai Allah tentu segala lutut harus ditekukkan untuk menyembah Dia. Sebagai Allah bukankah memang Dia berkuasa atas segala yang ada di langit yang ada di bumi yang ada di bawah bumi yang ada di laut. Tapi bagian ini adalah bagian gema dari Kejadian 1. Di dalam kejadian 1 dikatakan Tuhan menciptakan manusia berdasarkan gambar dan rupa Allah, dan Tuhan memerintahkan manusia untuk beranak cucu, bertambah banyak, dan penuhi bumi dan taklukkanlah itu. Berkuasalah atas ikan-ikan di laut, atas burung-burung di udara, atas binatang di darat, ini yang Tuhan genapkan di dalam Kristus. Jadi di sini yang mau ditekankan oleh Filipi adalah Kristus menurut natur manusiaNya. Karena kalau kita tidak mengerti ini, kita akan terus mengadakan pembedaan antara Kristus dan kita karena memang Dia punya natur Ilahi, bukan? Yesus adalah Allah, tapi jangan lupa di sisi lain Dia juga adalah manusia, 2 natur dalam satu pribadi. Di dalam zaman yang abad ke-1 dan abad ke-2 pada ajaran bidat yang beda dan yang sering terjadi di zaman kita sekarang. Pada zaman kita yang paling banyak menentang Kristus, menentang Dia dan menentang keilahianNya “apakah benar Yesus Allah? Jangan percaya Dia Allah, Dia hanya manusia, Dia manusia yang lebih hebat dari kita, Dia nabi tapi Dia bukan Allah”. Islam tidak percaya Yesus adalah Allah, Saksi Yehova tidak percaya Yesus itu satu substansi dengan Bapa. Jadi ajaran bidat dari Saksi Yehova mengatakan Yesus bukan Allah. Ajaran Islam yang tidak mengerti Kekristenan, yang mengacaukan iman Kristen, yang salah paham dari awal, adalah agama yang menolak Yesus adalah Allah. Tapi di abad ke-1 dan ke-2 bidat yang muncul adalah bidat yang menolak Yesus itu manusia. Yesus adalah Allah dan Allah tidak mungkin ada tubuh, maka tubuh Yesus lain dengan tubuh kita. “Yesus adalah Allah, maka waktu Dia menjadi manusia tidak mungkin Dia manusia yang sama dengan kita, karena Dia adalah Allah. Jadi Dia adalah manusia yang lebih tinggi dari kita”, ini adalah bidat. Karena kalau kita tidak percaya Dia menjadi manusia maka kita tidak percaya iman Kristen yang sejati. Di dalam Surat Yohanes yang pertama, di 1 Yohanes, Yohanes menekankan bahwa dia memberitakan tentang Yesus yang dia lihat, yang dia raba dengan tangannya, tentang firman hidup yang jadi manusia. Maka siapa tidak percaya Dia adalah manusia, itu bidat. Jadi di dalam Perjanjian Baru bidat yang dilawan adalah yang mengatakan Yesus bukan manusia. Sekarang kita berhadapan dengan orang yang mengatakan Yesus bukan Allah. Akhirnya kita punya kecenderungan menekankan Dia adalah Allah. Tapi tanpa sadar kita mungkin jatuh ke dalam bidat yang lain. Ini kesulitan menjadi orang Kristen yang tidak mengerti Pengakuan Iman dan yang juga tidak tahu bidat apa yang sedang dilawan. Sehingga waktu kita menekankan satu aspek, kita menekankan terlalu besar, sehingga kita menjadi bidat yang lain. Di dalam Konsili Kalsedon dikatakan Yesus mempunyai dua natur dan orang-orang seperti Nestorius dan seperti Eutikes tahu hal ini. Nestorius mengatakan Yesus memang punya dua natur, maka jangan samakan kemanusiaanNya dan ke-Allah-anNya. Akhirnya Nestorius seperti pecahkan Yesus ada 2 pribadi. Eutikes melawan ini, dia tidak setuju dengan Nestorius, dia justru menekankan percampuran natur. Jadi ini dari bidat yang satu lari ke bidat yang lain, ekstrem 1 dilawan dengan ekstrem lain. Manusia selalu punya kecenderungan ini. Kadang-kadang kita juga lakukan inni, ekstrem satu dilawan dengan ekstrem lain yang mengatakan “jangan terlalu sibuk pelayanan. Ayo, perhatikan keluarga, karena kamu terlalu sibuk pelayanan, kamu tidak perhatikan keluarga”. Akhirnya menjadi ekstrem, “sudah jangan pelayanan, perhatikan keluarga dulu. Nanti kalau seluruh keluarga sudah jadi malaikat, baru pelayanan”, kapan keluarga jadi malaikat? Ekstrem lain, jangan cuma pikirkan dirimu, pelayanan, “keluarga kalau berantakan bagaimana?”, nanti Tuhan yang atur, itu bukan urusanmu, ini ekstrem ke ekstrem. Jangan lari dari satu ekstrem lalu pergi ke ekstrem lain. Harap kita petakan dengan jelas di pikiran kita, ekstrem apa saja yang ada, dan saya waspadai tidak jatuh ke situ. Kita lawan orang-orang yang mengatakan Yesus bukan Allah, tapi kita lupa bahwa mengatakan Yesus bukan manusia itu juga bidat. Kalau kita mengatakan “Yesus ditinggikan”, memang karena Dia Allah. Dia bukan ditinggikan sebagai Allah, sebagai Allah dia tidak perlu ditinggikan, Dia sudah tinggi. Tapi di sini mau menekankan fakta bahwa manusia yang gagal, dari Adam sampai kita, diperbaiki oleh manusia yang berhasil yaitu Yesus Kristus. Itu sebabnya di dalam ayat 8 dikatakan “dalam keadaan sebagai manusia Ia merendahkan diri”, ayat 9 “itu sebabnya Allah sangat meninggikan Dia”. Mengapa Allah meninggikan Dia? Karena Dia dulu rela direndahkan, berarti Dia rela direndahkan di dalam manusiaNya. Dia adalah Pribadi Juruselamat, tapi Dia direndahkan menurut natur manusianya. Maka waktu Dia ditinggikan, yang ditinggikan adalah Pribadi Kristus, juga menurut natur manusiaNya. Peninggian diri Kristus menunjukkan ada manusia yang berhasil dan karena Dia berhasil, Dia berhak menjadi kepala kita. Sama seperti Dia berhasil, kita semua akan berhasil. Berhasil kerjakan tugas yang Tuhan percayakan kepada manusia dari awal. 

Salib dan Tritunggal

Mari kita melanjutkan membaca dari surat Filipi, kita membaca Filipi 2: 6-11 “yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa!”. Saudara sekalian ketika kita mengerti tentang perendahan diri Kristus, maka umumnya kita memahaminya sebagai perendahan diri Kristus saja, Pribadi Kedua yang rela datang menjadi manusia dan menderita. Tetapi kalau Saudara melihat penjelasan Kitab Suci tentang Kristus, Dia adalah yang benar-benar, yang secara sempurna menyatakan Allah. Jadi sebenarnya apa yang ada di dalam Kristus itu ada di dalam Bapa. Sifat yang sama yang ada pada Kristus ini adalah sifat yang sama ada pada Bapa. Biasanya orang akan tanya pertanyaan yang sangat tidak mengerti teologi sebenarnya atau tidak mengerti firman Tuhan. Ketika mengatakan “mengapa Yesus Kristus yang datang? Mengapa Anak yang datang? Mengapa tidak Bapa sendiri yang datang? Kalau begitu besar kasih Bapa kepada dunia, mengapa Dia tidak sendiri jalankan itu? Tapi kita tidak bisa menafsirkan Tuhan semau kita, kita bukan hakim. Kita adalah murid yang sedang belajar, bahkan hamba yang sedang mengenal tuannya. Hamba mengenal Tuhan bukan dengan memberi masukan kepada tuan, tapi hamba mengenal tuan dengan mengagumi setiap pengertian baru yang dibukakan kepada kita. Saudara punya kehidupan yang sebenarnya limpah kalau Saudara mengalami pernyataan Tuhan yang mencerahkan Saudara. Sehingga Saudara bukan bertanya “mengapa tidak begini? Mengapa begitu?”, tapi sudah malah menjadi sebaliknya, Saudara menjadi kagum ketika Tuhan menyatakan diri. Saudara mengatakan “ini ternyata Allah kami, seperti ini Dia menyatakan diri”, ini yang membawa kita kepada kekaguman kepada Allah. Itu sebabnya setiap zaman akan menghasilkan dua jenis manusia, manusia pertama adalah manusia yang tidak pernah mengerti keagungan dari Tuhan. Tidak pernah tersentuh hatinya, tidak pernah digairahkan untuk kenal Tuhan, tidak pernah ada kerinduan untuk makin mengerti supaya makin menikmati Tuhan. Bagi orang model begini, menikmati Tuhan itu adalah hal asing, dia terlalu banyak disibukkan oleh kesenangan yang palsu, terlalu banyak dikacaukan oleh hal-hal yang bohong dari dunia ini. Sehingga dia tidak menemukan tempat untuk menikmati Tuhan. Seorang teolog bernama Agustinus menjadi tokoh sangat penting karena dia terus mengingatkan bahwa satu-satunya kemungkinan manusia bisa menikmati kemanusiaannya adalah ketika dia menikmati mengenal Tuhan. Ketika dia mengagumi Tuhannya, inilah yang kemudian mempengaruhi Reformasi. Beberapa ahli sejarah gereja mengatakan bahwa Martin Luther bukan cuma memberikan kebangunan mengenal Injil, tapi Martin Luther juga memberikan sumbangsih, memberikan kebangunan teologi Agustinus. Banyak hal dari Agustinus yang dilupakan, yang digali dan diangkat kembali oleh Luther. Maka Reformasi bukan pemberontakan terhadap masa lalu, Reformasi adalah bangunan untuk mengenang masa lalu yang baik. Di dalam sejarah gereja begitu banyak hal baik. Dan Reformasi mengangkatnya kembali. Salah satu tema yang sangat penting adalah tentang menikmati Tuhan. Mengapa engkau menikmati dosa? Karena engkau tidak tahu bahwa menikmati Tuhan lebih limpah daripada menikmati dosa. Mengapa kita terkurung di dalam keserakahan? Karena kita tidak tahu bahwa kelegaan mengenal Allah sebagai Pemelihara adalah obat bagi segala bentuk keserakahan. Mengapa kita diikat oleh hawa nafsu? Karena kita tidak tahu bahwa gairah akan kekudusan Tuhan sebenarnya adalah yang membuat kesenangan paling utama bagi kita. Intinya adalah mengapa kita berdosa? Karena kita tidak tahu betapa menyenangkannya Tuhan. Di abad 21 seorang pemikir Kanada, seorang teolog bernama James Smith mengingatkan kita akan Agustinus dan tema ini. Dia mengatakan terlalu sering kita menjadikan Kekristenan itu kewajiban yang tidak disertai dengan gairah dan keinginan. Kita tidak terlalu ingin jadi Kristen, tapi kita tidak punya pilihan. Kalau tidak Kristen jadi apa? Sehingga kita menjadi orang Kristen karena alternatif lain terlalu buruk. Kalau jadi Islam lebih parah, kalau atheis tidak ada harapan, kalau menjadi agama Hindu atau Budhis lebih parah dalam ajaran, sehingga kita memilih Kristen. Mungkin karena pengaruh dari orang tua atau karena kita tidak punya pilihan lain. Maka kita menjadi Kristen tapi kita tidak tahu mengapa kita harus ngotot menjadi Kristen. Apa yang ditekankan oleh Agustinus ini diangkat kembali oleh Luther di dalam Reformasi dan diangkat kembali oleh James Smith di abad 21. Mari belajar menikmati Tuhan, mari belajar dipuaskan oleh Tuhan, mari belajar menikmati kemuliaan Tuhan, mari belajar puas dengan kekudusan Tuhan. Ini tema-tema yang banyak kali dilupakan, bahkan ketika diingatkan kembali pun di dalam waktu yang singkat kembali dilupakan. Siapa mau jadi Kristen, dia jadi Kristen karena dia tahu disinilah kesempurnaan menikmati hidup sebagai manusia. Saya pernah ingatkan Saudara bahwa orang Kristen itu bukan orang yang senang menderita, tapi orang Kristen itu tahu bahwa menderita lebih menyenangkan daripada kehilangan Kristus. Menderita tidak menyenangkan, tapi jauh lebih tidak menyenangkan kehilangan Kristus. Menderita begitu menyusahkan, tapi jauh lebih menyusahkan tidak mengenal Tuhan. Pak Tong pernah mengatakan ada orang mengatakan “repot ya jadi orang Kristen, mesti ini mesti itu, mesti lakukan ini melakukan itu”. Tapi Pak Tong mengatakan “jauh lebih repat jadi orang atheis, jauh lebih repot tidak punya Tuhan”, perspektif ini yang perlu kita miliki. Kadang-kadang kita tidak sadar bahwa ketika firman Tuhan diberikan, firman Tuhan itu mengubah perspektif, bukan menambah informasi. Sayangnya kita sibuk menerima informasi baru, tambah informasi, tambah informasi, tambah informasi, tapi informasinya ditaruh di atas kerangka berpikir yang lama, dan ini yang membuat tidak nyambung. Demikian cara berpikir lama dicopot dan cara berpikir baru ditaruh di tempat cara berpikir kita yang tadinya begitu rusak dan salah. Itu sebabnya siapa Kenal Tuhan, dia harus tahu bahwa Tuhan adalah sumber dari segala kenikmatan. Kadang-kadang kita kita begitu gampang di pesonakan oleh lagu populer yang simple, yang tidak memperdalam kemanusiaan kita. Tapi kalau Saudara menyanyikan lagu kedua, As a Deer in Want of water, Saudara tahu kata-kata dari Mazmur 42 adalah kata-kata ratapan dan kata-kata cinta kasih paling indah sepanjang sejarah manusia. Tidak ada kata-kata cinta, kata-kata kerinduan yang bisa lebih dalam dari ini. Kita terlalu banyak diisi oleh kisah romantis picisan, kisah romantis antara laki-laki dan perempuan yang dangkal. Tapi kisah kerinduan manusia akan Tuhan tidak bisa dikalahkan oleh kerinduan satu manusia kepada manusia lain. Maka kalau kita membaca kalimat dari Mazmur 42 atau kita menyanyikan gubahan yang sudah berumur 500 tahun ini, kita tahu bahwa ada orang-orang yang mengerti bagaimana menikmati kemanusiaan didalam Tuhan. Dan mereka tahu kalau ini tidak ada, mereka kehilangan aspek paling utama dan kemanusiaan mereka. Mereka tidak menangis karena hilang uang, mereka tidak menangis karena hilang jabatan, mereka menangis karena merasa ditinggalkan Tuhan. Dan ini yang kita warisi sebagai pergumulan, “saya tidak mau kehilangan Tuhan, saya tidak mau tidak ada Tuhan, saya tidak mau tidak disertai Tuhan”, kalau Saudara ditanya “apakah kau yakin Tuhan menyertaimu, memimpin, memenuhi dirimu dengan RohNya?”, banyak orang Kristen mengatakan “tidak tahu”, dan dia bisa lakukan itu dengan straight face, dengan wajah yang tenang seperti tidak ada masalah. “Apakah kamu disertai Tuhan?”, “tidak tahu, yang disertai Tuhan kan biasanya pendeta dan hamba Tuhan”. Tetapi kalau Saudara tidak disertai Tuhan, lalu mengapa hidup, untuk apa hidup tanpa Tuhan? Untuk apa hidup tidak ada Tuhan di dalam hidup, untuk apa melangkah jika tidak ada Tuhan yang memimpin di masa depan. Tapi kita terlalu mengabaikan fakta bahwa kita tidak disertai Tuhan. Apakah saya disertai Tuhan? Tidak tahu. Kalau tidak tahu mengapa tidak mati-matian cari tahu bagaimana caranya disertai Tuhan. Banyak orang cuma berpikir tentang keselamatan, satu kali dapat, selamanya dipegang. Tapi ini adalah cara mengerti dan menikmati tuan paling bodoh. Karena Saudara seperti mendapatkan kepastian, satu momen percaya selamanya boleh melupakan Tuhan. Di Mazmur itu dikatakan “saya seperti rusa yang mau mati kalau tidak ada Tuhan”. Tapi sekali lagi, kita terlalu mengabaikan hal terpenting dalam hidup manusia, yaitu kehadiran Tuhan. Jika kehadiran Tuhan begitu penting, mengapa tidak mengejarnya, mengapa tidak mau, mengapa kita tidak mati-matian cari tahu, mengapa kita tidak perjuangkan, mengapa kita terlalu mengizinkan hal paling utama dalam hidup kita hilang? Saya mau tanya mana lebih penting, disertai Tuhan atau 4 miliar? Semua kita mengatakan dengan mulut yang suci “Tuhan menyertai lebih penting”, tapi hati kita yang paling dalam mengatakan “dimana 4 miliar? Saya mau kejar itu”. Satu hal penting yang diajarkan waktu saya bergabung di gerakan ini adalah hal paling bahagia bukan dapat uang, tapi keluarkan uang untuk pekerjaan Tuhan. Dan saya membuktikan bahwa ketika orang rela mengeluarkan apa untuk pekerjaan Tuhan dengan rela hati, Tuhan tidak akan tinggalkan. Maka waktu orang mengatakan “saya mau disertai Tuhan”, bagaimana caranya, saya mau tahu. Mungkin saya salah berpikir tentang Tuhan, perbaiki kerangka berpikir saya. Mengapa aku kurang menikmati Dia, mengapa aku tidak memikirkan tentang kehadiranNya? Mengapa aku tidak pedulikan Dia? Ini yang harus kita cari. Dan sebelum kita dapat, kita mati-matian mengatakan “saya ingin mendapatkan”. Agustinus mengatakan kalimat indah mengutip dari Musa, “aku harus lihat wajahMu”, tapi lihat wajah Tuhan bisa mati, “mati pun tidak apa-apa, aku harus lihat wajahMu”. Itulah sebabnya kalimat-kalimat paling agung di sepanjang sejarah manusia datang dari Kitab Suci, bukan dari surat romantis, bukan dari biografi manusia yang hina dan tidak berbijaksana, bukan dari kisah cinta artis, itu kisah paling remeh yang harusnya masuk tempat sampah. Saya paling benci dengan orang-orang yang mengagumi artis-artis yang hidupnya kacau, mereka tidak mengerti apa itu manusia yang agung. Mereka cuma mengerti populer, mereka cuma pamerkan tampang yang bagus. Tapi mereka sampah, terlalu banyak orang mengagumi sampah, dan terlalu banyak orang menyampahkan keagungan. Dan ini membuat saya berpikir sepertinya manusia tidak ada harapan, generasi baru makin bodoh, anak-anak muda makin bodoh. Anak-anak muda punya hidup makin bodoh. Dan seperti tidak ada cara untuk masuk ke dalam hati. Tapi kalau kita minta “Tuhan, celikkan saya. Tuhan berikan saya pengertian. Tuhan buat saya melihat bahwa saya perlu Engkau”, baru kita bisa menjalani kemanusiaan kita dengan baik. Itu sebabnya siapa jadi orang Kristen dia harus jawab pertanyaan ini, apa saya jadi Kristen karena terpaksa? Apa saya jadi Kristen karena tidak ada opsi lain? Atau saya jadi Kristen karena inilah harta paling indah untuk hidup saya? Seandainya ada ancaman bagi saya “jika engkau Kristen, saya siksa kamu, jika kamu Kristen, saya bunuh kamu”, apakah kita masih mengatakan “saya tetap akan Kristen”, karena ini kesenangan paling tinggi, ini kesempurnaan menjadi manusia, inilah yang membuat saya menikmati kehidupanku sebagai manusia. Itu sebabnya mari belajar pikiran kita diubah, mari belajar menikmati kenal Tuhan dengan cara yang menggugah. Dengan cara yang membuat Saudara mau mengatakan “saya mau tinggalkan hidup yang lama demi dapat hidup yang baru ini”. Ketika Paulus memperkenalkan tentang Kristus, dia tidak pernah perkenalkan Kristus dengan cara yang hanya bersifat teknis, “ini doktrinnya, ini yang kita percaya, ini doktrin benar, ini doktrin salah”, tidak. Dia menyampaikan tentang Kristus dengan menantang cara memandang hidup yang dimiliki oleh pendengar atau pembacanya. Engkau mau kenal Kristus, yakin? Karena jika engkau mau kenal, pengenalan akan Kristus akan meresikokan cara pikirmu yang lama. Mengenal Kristus akan mengganti cara berpikirmu yang sebelumnya. Kesenanganmu yang paling tinggi, kekagumanmu yang paling besar diubah oleh Kristus. Itu sebabnya Kitab Suci mengingatkan satu-satunya cara mengenal isi hati paling dalam dari Allah adalah lewat Kristus. 

Sickness Unto Death

Filipi 2: 5-11, “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa!.”

Kita sudah membahas mengenai kerelaan Kristus untuk kehilangan kemuliaan yang dipancarkan setara dengan Allah. Dia mengambil pernyataan pancaran dari seorang hamba. Dan di dalam pengertian dari Kitab Suci, terutama di dalam surat Paulus, ternyata ini adalah cara menyatakan diri yang sangat agung dari Tuhan. Martin luther menyadari ini di dalam Heidelberg Disputation, dia mempunyai tema teologi yang sangat penting bahwa mulianya Allah adalah mulia yang tidak diantisipasi oleh manusia. Tidak ada yang sangka bahwa ternyata kemulian Allah dinyatakan lewat kerendahan. Allah mulia? Iya, tahu dari mana Dia mulia? Karena Dia rela rendahkan diri. Waktu Dia rela kosongkan diri, Dia bahkan rela mati di kayu salib, ini adalah kemuliaan tentang Tuhan yang tidak pernah ada dalam pikiran manusia. Ini kita sudah dengarkan di pertemuan yang lalu, ketika manusia memikirkan tentang Tuhan, maka manusia punya satu insting bahwa Tuhan itu adalah yang paling tinggi. Maka beberapa pemikir sudah menyatakan ini misalnya Blaise Pascal mengatakan di dalam diri manusia ada kerinduan akan yang tidak terbatas dan agung. Juga di dalam pengertian dari Anselm di abad pertengahan, dia mengatakan bahwa Allah adalah yang paling tinggi yang pikiran manusia bisa pikirkan. Demikian juga dikatakan oleh seorang yang meskipun seorang atheis, tapi tetap mengikuti jalur pikiran yang sama, yaitu Ludwig Feuerbach yang mengatakan bahwa Tuhan adalah proyeksi kesempurnaan yang memang manusia miliki. Jadi manusia memikirkan tentang Tuhan yang tinggi dan besar dan agung.

Kitab Perjanjian Baru memberitakan tentang Tuhan yang rendah, yang hina, yang rela kosongkan diri. Bagi Paulus ini adalah sesuatu yang melampaui kemampuan manusia berpikir, ini paradoks. Waktu kita berpikir, Tuhan lebih tinggi dari yang mampu kita pikirkan, ternyata arah pikiran kita tentang mulia pun salah. Apa itu mulia? Paling tinggi itu mulia. Tapi Yesus mengatakan bukan, paling tinggi itu bukan mulia, paling tinggi itu kalau sudah mulia rela merendah itu baru tinggi. Sudah tinggi rela turun, itu baru tinggi. Sudah agung rela hina, itu baru tinggi. Dan ini tidak mampu dipikir oleh manusia. Itu sebabnya Paulus dan Luther memiliki konsep berpikir yang tidak ada pada manusia lain. Tuhan tidak bisa kita pahami dengan sepenuhnya, karena kita terus berpikir yang mulia itu pasti tinggi, kalau kedudukanku tambah tinggi, aku tambah mulia. Kalau aku tambah hebat, aku tambah mulia. Kalau aku tambah diakui, aku tambah mulia. Kalau karierku makin naik, aku makin mulia. Tetapi ada perkenalan tentang kemuliaan Tuhan, yaitu kemuliaan yang rela turun, kemuliaan yang rela kehilangan kemuliaan, kemuliaan yang rela kehilangan ketinggian posisi sebagai Allah dan mengambil posisi sebagai budak. Kita mempunyai konsep tentang budak yang kadang-kadang dikacaukan dengan kata hamba, karena hamba jadi seperti perkataan mulia. “Siapa engkau?” “hamba Allah,” “Wah, hamba mulia,” tidak ada konsep hamba mulia di dalam Alkitab. Alkitab pakai kata doulos, servant, atau bahkan slave. Jadi, di sini Tuhan yang mulia mengambil posisi manusia paling rendah.

Filipi adalah kelompok manusia yang sangat menyukai tradisi Romawi, mereka bangga diakui sebagai kota yang penting bagi Roma. Dan mereka bangga bahwa mereka mengadopsi begitu banyak budaya Roma. Meskipun kota Filipi didirikan oleh seorang raja Makedonia dan ada di dalam wilayah Yunani, tetapi mereka sangat bangga mempunyai kedudukan yang diakui oleh Romawi. Sehingga semua gaya pikir Romawi, kebudayaan Romawi, semua cara berpikir tentang masyarakat sosial dari Romawi itu sangat dianut oleh orang Filipi. Dan mereka tahu lapisan-lapisan dari masyarakat, ada kelompok warga Roma, ini kelompok paling tinggi. Orang dapat anugerah dianugerahkan kewargaan Roma ini merupakan kewargaan penting yang hanya mungkin didapatkan oleh kelahiran, kalau memang ada di kota Roma. Atau mendapatkannya lewat keturunan karena ayahnya adalah seorang warga negara Roma. Ini level kewarganegaraan nomor satu. Kalau Saudara bukan orang Roma, dianugerahkan warga Roma berarti Saudara punya jasa besar sekali bagi kekaisaran Roma. Di level kedua adalah warga umum dari Peninsula Italia. Level ketiga adalah warga federati, ini adalah warga yang dianggap orang Roma karena menjadi tentara bayaran. Level 4 adalah warga luar yang kebetulan hidup di dalam wilayah yang dikuasai oleh Roma. Level bawah yang bahkan tidak masuk di dalam jajaran 4 tadi adalah budak, budak tidak perlu disebut. Hamba tidak perlu dimasukkan dalam level masyarakat karena statusnya sebagai manusia pun dianggap tidak penting, tidak dianggap manusia seutuhnya, ini manusia level paling rendah. Baik di dalam budaya Roma ataupun di dalam budaya Yunani, maupun di dalam budaya Israel budak adalah posisi rendah yang tidak dihargai sama sekali. Namun Kitab Suci memberikan posisi yang unik pada budak yaitu di dalam Kitab Yesaya, Sang Mesias yang adalah Raja seluruh kitab di dalam Perjanjian Lama menggambarkan Mesias sebagai Raja. Sang Mesias, Sang raja digambarkan sebagai budak di dalam Kitab Yesaya. 

Yesaya adalah kitab yang mendahului cara berpikir Paulus, tentu Paulus banyak dipengaruhi oleh Yesaya. Maka Yesaya menggambarkan tentang Sang Mesias yang digambarkan sebagai hamba, “Hamba-Ku yang setia.” Inilah Mesias. Allah mengatakan, “Hamba-Ku akan berhasil, Dia akan ditinggikan karena Dia pernah jadi rendah.” Dia pernah mengalami keadaan yang manusia tidak mau ambil keadaan itu. Dia pernah berada dalam keadaan buruk sehingga kita mengatakan, “Saya tidak mau nasibku seperti Dia.” Dia tidak mempunyai figur yang bagus karena penuh dengan derita. Dia tidak mempunyai tubuh yang baik karena penuh dengan luka dan Dia tidak punya keadaan yang baik karena Dia sedang direndahkan dan mau dimatikan. Tetapi, Dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, Dia dihancurkan oleh karena kesalahan kita, bilur-bilur yang Dia terima membuat kita sembuh. Ini adalah Sang Hamba yang menderita, tema yang sangat agung dari Yesaya. Hamba menderita, memang wajar hamba menderita. Semua hamba di bumi menderita. Mana ada hamba yang sukses hidupnya. Lalu ketika ditanya, “Kamu hidupnya sukses?” “Iya, saya sangat sukses.” “Apa yang kamu lakukan?” “Saya jadi hamba,” tidak ada. Maka kedudukan hamba memang selayaknya disejajarkan dengan penderitaan. Tetapi ternyata Yesaya berbicara tentang figur yang sangat agung. Dia berbicara tentang Sang Mesias. Mengapa Mesias jadi hamba, mengapa Mesias mau disiksa, mengapa ini digambarkan oleh Yesaya? Tidak ada penjelasan lebih detail dari Yesaya. Yesaya hanya menjelaskan bahwa oleh di bilur-bilur Dia kita sembuh, oleh kondisi hina Dia kita sembuh. Tetapi, Paulus menangkap tema ini dan Paulus mengatakan bahwa setiap orang Kristen mesti belajar dari Kristus yang rela mengosongkan diri dan menjadi hamba. Ini bukan hina, ini kemuliaan, yang rela jadi hamba itu orang paling mulia.

Mengambil Rupa Hamba

Filipi 2: 5-11 demikian firman Tuhan, Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepadaNya nama di atas segala nama. Supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada dilangit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku Yesus Kristus adalah Tuhan bagi kemuliaan Allah Bapa.

Kita akan membahas tentang perendahan diri Kristus bagian yang kedua. Tema ini menjadi 4 bagian dan kita sampai kepada bagian kedua yang perlu beberapa kali untuk diekspose karena ini adalah tema penting mengenai pengosongan diri Kristus. Di dalam sejarah teologi pun pembagian pembahasan tentang Kristus yang merendahkan diri adalah pembahasan yang sangat penting untuk kita pahami. Salah satu yang paling penting adalah dari pikiran Martin Luther yang dianggap memberikan cara baru untuk mengenal Tuhan. Cara yang sebenarnya sudah ada di Alkitab tetapi dijelaskan kembali oleh Martin Luther. Banyak yang mengatakan bahwa Luther itu adalah seorang yang membuat penemuan kembali Injil, dia melakukan re-discovery of the Gospel. Injil seperti dipopulerkan kembali. Hal apa yang ditekankan oleh Luther di dalam pengertian Injil? Salah satunya adalah salib. Martin Luther membahas posisinya di dalam Heidelberg Disputation di tahun 1518. Dia memberikan pengertian yang kita kenal sebagai teologia salib. Di dalam disputasi ini dia memberikan pembelaan bahwa apa yang dibahas di dalam 95 tesis. Sebenarnya,  bukan cuma 95 tesis ada dua tulisan lain yang juga dia buat. Di dalam penjelasan tentang 95 tesis dan juga di dalam disputasi dengan skolastisisme dengan teologi skolastik. Ini karya-karya yang ditulis di tahun 1517 yang sangat penting, yang terkenal 95 tesis. Orang-orang mulai mempertanyakan teologi Luther, “Apakah kamu sudah menyimpang dari ajaran yang sejati? Apakah kamu sudah lari dari pengertian yang benar dan menjadi sesat?”

Di Heidelberg ini Luther memberikan penjelasan tentang posisi dia. Luther tidak lari dari tradisi dan yang pasti dia tidak lari dari pengajaran Paulus. Apa yang Paulus ajarkan sudah disalah mengerti oleh banyak pemikir atau banyak pemimpin gereja pada waktu itu. Tuhan tidak sedang pamerkan kemampuan untuk menjadi besar, tapi Tuhan justru pamerkan kemampuan Dia untuk mengosongkan diri, inilah cara yang Luther jelaskan. Kalau kita di dunia cuma tahu Allah yang meninggikan diri, maka Injil menjelaskan tentang Allah yang merendahkan diri. Kalau dunia cuma mengenal Allah sebagai Allah yang mulia, maka Injil memberitakan tentang Allah yang rela menjadi hina. Kalau dunia mengerti Allah sebagai yang paling kuat, maka Injil memberitakan Allah yang rela menjadi lemah. Ini semua tidak mungkin ada dalam pikiran manusia. Manusia tidak mampu berpikir tentang Tuhan dengan cara seperti ini. Itu sebabnya ketika Luther menjelaskan posisinya, dia mengatakan bahwa teolog sejati akan mengerti hal ini karena Alkitab mengatakannya. Pola pikir yang terdapat juga dalam Agustinus, maka ini bukan hal baru, ini bukan teori yang ditemukan oleh Luther.

Dia menjelaskan tentang Tuhan yang mengosongkan diri. Ini yang disebut dengan teologia salib. Sedangkan kalau gereja salah mengerti tentang Tuhan, gereja akan menekankan tentang peninggian diri Tuhan. Mengapa yang ditekankan peninggian diri? Karena gereja juga mau jadi mulia mirip Tuhan, “Tuhan tinggi, kami juga tinggi, Tuhan hebat kami juga mau hebat, Tuhan berkuasa kami juga mau berkuasa, Tuhan bisa kerjakan mujizat kami juga mau kerjakan mujizat.” Tetapi, Luther mengatakan, “Bagaimana dengan Kristus yang tersalib, maukah kamu jadi sama seperti Dia? Maukah kamu melakukan seperti Kristus melakukan apa yang Kristus lakukan? Mengosongkan diri, merendahkan diri. Jika kamu mau mengikuti Kristus dan ikut teladan Dia dengan baik, maka kamu tidak mungkin abaikan salib. Tidak bisa abaikan salib, tidak boleh abaikan salib.” Maka teologi salib adalah salah satu yang paling penting dalam pikiran Luther pada zaman itu.

Orang Kristen ditekankan supaya kembali melihat Kitab Suci dan sadar betapa pentingnya memahami Tuhan dari Alkitab. Kita punya kecenderungan untuk salah mengenal Tuhan. Agama-agama memberikan teori tentang siapa Tuhan, memberikan penjelasan tentang bagaimana Allah itu berada, siapa Dia, apa yang Dia kerjakan dan semua adalah fantasi dari manusia. Manusia ingin jadi besar, maka dia memproyeksikan keinginan itu kepada tokoh bernama ilah atau bernama dewa atau bernama allah atau siapapun. Manusia menciptakan sendiri keilahian, manusia menciptakan sendiri ketuhanan. Apa yang ada pada diri diproyeksikan lalu di magnify (perbesar diri sendiri) dan inilah ketuhanan. Ini merupakan pengertian tentang agama dari seorang bernama Ludwig Feuerbach. Dia menyelidiki esensi psychologist dari agama. Jadi, di dalam pikiran Feuerbach dikatakan bahwa kalau manusia itu punya kerinduan akan yang besar, punya kerinduan akan greatness. Banyak pemikir di dalam sejarah sudah menyadari hal ini salah satunya adalah Blaise Pascal. Pascal mengatakan manusia itu terbatas, tapi manusia mempunyai kapasitas untuk merenungkan yang tidak terbatas. Manusia itu mampu merenungkan yang melampaui batasan yang dialami di dalam dunia. Berarti ada sesuatu yang melampaui dunia yang manusia bisa akses lewat perenungannya. Apakah ini hanya level perenungan saja atau benar-benar ada yang tidak terbatas? Apakah ketika manusia merenungkan tentang kekekalan, tentang ketidakterbatasan, tentang kemahakuasaan, ini semua real atau hanya ada dalam pikiran manusia? Apakah kapasitas manusia untuk merenungkan yang infinite, yang tidak terbatas menandakan bahwa yang tidak terbatas itu nyata? Pascal mengatakan iya. Kemampuan manusia untuk merenungkan yang tidak terbatas sebenarnya adalah tanda bahwa yang tidak terbatas itu benar-benar ada. Dan manusia perlu mempunyai kontak dengan yang tak terbatas itu.

Persekutuan Roh

Filipi 2: 1-11, “Jadi karena dalam Kristus ada nasehat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan. Karena itu sempurnakanlah sukacita-Ku dengan ini hendaklah kamu sehati sepikir dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama daripada dirinya sendiri. Dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri tetapi kepentingan orang lain juga. Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama. Supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit, yang ada di atas, bumi dan yang ada di bawah bumi. Dan segala lidah mengaku Yesus Kristus adalah Tuhan bagi kemuliaan Allah Bapa.”

Filipi 2 adalah bagian yang sangat penting karena memperkenalkan tentang mengapa Yesus menjadi manusia di dalam penegrtian yang sangat indah. Bagian ini ada paling tidak ada empat hal yang sangat penting yaitu makna kemuliaan,  bagaimana menjadi teladan, apa yang harus diteladani, dan apa itu pengharapan. Keempat hal ini akan membawa kita ke dalam empat bagian pembahasan dari Filipi 2. Kita ingin mengerti apa itu inkarnasi, apa itu kemuliaan Tuhan, apa itu meneladani dan apa itu menjadi berpengharapan. Di dalam bagian awal dari pasal 2, Paulus mengatakan alasan kita mengenal Kristus adalah karena kita akan berbagian di dalam gereja. Ini kesimpulan yang kita bisa dapat karena Paulus mengatakan, “Di dalam Kristus ada nasehat.” Apa itu di dalam Kristus? Di dalam tubuhnya, di dalam persekutuan di gereja. Persekutuan gereja begitu penting karena jika kita tidak praktikkan penerimaan Kristus melalui menerima satu sama lain di dalam gereja, maka kita tidak mengerti apa artinya bertumbuh di dalam Tuhan.

Gereja sangat penting bukan karena gereja melayani saya tetapi gereja sangat penting karena saya boleh melayani gereja. Mengapa saya mesti melayani gereja, mengapa saya mesti melayani sesama orang Kristen? Karena kita lebih dulu sudah dicintai oleh Tuhan sehingga saya dapat berbagian di dalam tubuh Kristus. Tidak ada orang bisa hidup tanpa komunitas. Ketika komunitas itu terambil dari kita, kita mencari komunitas-komunitas yang dangkal. Kita mencari pseudo-community, persekutuan yang bukan persekutuan. Hanya mirip persekutuan, tapi tidak punya unsur yang penting, yaitu saling memberi diri, saling hidup bagi yang lain. Ini adalah ciri persekutuan yang sejati. Ketika kita kehilangan persekutuan yang sejati, kita mencari kelompok atau komunitas yang sama sekali tidak mencerminkan Kristus. Kita senang dengan kelompok yang orang-orangnya hobinya sama dengan kita. Kita senang berkumpul dengan orang-orang yang punya pikiran dan selera yang sama. Tapi komunitas ini bukan tentang agama, bukan tentang iman, bukan pula tentang komitmen menyembah. Itu menyebabkan persekutuan itu tidak bisa diparalelkan dengan gereja. Saya tidak mengatakan Saudara tidak boleh punya kumpulan apapun di luar gereja, tetapi kita tidak bisa menggantikan gereja dengan yang lain. Kita tidak bisa gantikan gereja dengan keluarga, maka keluarga tidak harus mengadopsi gereja. Saudara tidak perlu mengadakan kebaktian di keluarga mirip dengan urutan liturgi gereja. Karena gereja tidak sama dengan keluarga. Keluarga itu penting tetapi keluarga harus menjadi bagian dari gereja Tuhan. Gereja tidak bisa diganti oleh perkumpulan dari hobi atau perkumpulan di dalam nasionalisme atau perkumpulan partai politik atau apapun itu. Gereja adalah satu-satunya tempat Saudara dapat menikmati Kristus.

Paulus sedang mengingatkan, “Jika engkau ingin meneladani Kristus, harap engkau juga punya tujuan mengapa engkau ingin meneladani Dia.” Mengapa ingin meneladani Kristus? “Karena saya ingin menikmati hidup seperti Dia di dalam gereja.” Kristus mati untuk mendirikan gereja. Kristus rela mati bagi orang-orang pilihan. Ini saja sudah membuat kita sadar betapa pentingnya gereja. Saudara mungkin bisa menghina orang-orang di dalam gereja dengan mengatakan, “Orang di dalam gereja kurang rohani, tidak seperti saya. Kurang mengerti teologi, kurang paham Firman, kurang bertumbuh dan lain-lain.” Tapi harap kita mengerti bahwa Kristus rela mati demi orang-orang ini. Jika Saudara melihat persekutuan di sekitar Saudara, Saudara langsung dapat kesan inilah orang-orang yang Yesus sangat cintai dan itu adalah alasan sangat kuat untuk saya belajar mencintai mereka. Mengapa aku harus mencintai sesama orang Kristen? Karena Tuhan lebih dulu mencintai mereka sebelum saya belajar mencintai mereka. Kita melihat orang yang penuh kelemahan, tapi Tuhan melihat orang yang Dia kasihi. Maka kita mesti ubah paradigma, “Saya bukan lagi melihat sesama orang Kristen sebagai manusia-manusia yang banyak cacat dan belum sempurna, tapi saya melihat orang Kristen sebagai orang yang Tuhan rela cintai.” Makin banyak cacat makin saya kagum, bagaimana Tuhan bisa mencintai mereka? Berarti Tuhan juga mencintai saya yang sama cacatnya dengan mereka. Kesadaran ini adalah kesadaran yang akan mempertumbuhkan iman seseorang.