Aturan dari siapa? Ini yang menjadi pertanyaan, aturan dari siapa? Dari Tuhan. Kalau aturan dari Tuhan maka Tuhan akan menekannya, akan membawanya ada dalam kehidupan manusia di dalam cara yang teratur juga. Cara yang teratur termasuk di dalam dunia politik, Tuhan mau ada keteraturan di dalam pemerintahan. Bagaimana kita tahu ada keteraturan di dalam pemerintahan? Tuhan memberikan kepada kita Taurat, itu ada di dalam Perjanjian Lama kita. Tapi Taurat itu selalu akan punya komponen, ini kalau Saudara mempelajari Perjanjian Lama atau baca buku-buku tentang Perjanjian Lama, Saudara akan menemukan banyak komponen dari Taurat itu adalah komponen yang diambil dari luar, bukan dari Israel. Israel belum menjadi bangsa baru keluar dari Mesir, lalu Tuhan berikan Taurat. Banyak komponennya itu dari bangsa lain. Kalau Saudara heran “Masa komponennya dari bangsa lain?”. Bahkan ketika dikatakan “Kamu tidak boleh membalas dendam”. Kalau ada orang menghancurkan mata, kamu hancurkan mata. Ini kan mata ganti mata, gigi ganti gigi, ini teks dari pikiran Hammurabi. Kalau Hammurabi yang punya pikiran, mengapa Tuhan masukkan ke Kitab Suci? Bukankah itu namanya menyontek? Kan menyontek tidak boleh. Waktu Saudara sekolah diizinkan menyontek? Tidak boleh, Lalu mengapa Tuhan sendiri menyontek? Tuhan sedang kerjakan ujian Taurat, lalu menyontek Hammurabi kemudian Tuhan berika ke Israel, “Israel, ini aturannya”. Lalu Israel mengatakan “Puji Tuhan, ada Taurat yang bagus”. Dan Israel melihat bangsa lain “Mengapa ada juga? Ini Tuhan menyontek”. Apakah benar Tuhan menyontek? Tidak, Tuhan tidak menyontek karena bangsa lain itu juga ambil dari Tuhan. Kalau kita tidak mengerti hal ini, kita akan mengatakan “Mengapa Alkitab mirip dengan bangsa lain? Ini palsu, ini kitab buatan manusia”, itu kesalahan berpikir yang sering terjadi. Orang berhenti beriman Kristen karena kecewa, “Ternyata Taurat itu diambil dari bangsa lain, ini bukan firman Tuhan”. Salah, ini firman Tuhan. Mengapa ambil dari bangsa lain? Karena bangsa lain juga dari Tuhan. Maka prinsip yang harus kita pahami adalah pemerintah itu dari Tuhan, ini prinsip pertama, ini yang Paulus kutip. Pemerintah dari Tuhan, ini bukan propaganda sekali lagi, supaya orang Kristen menurut baik-baik, “Jangan kritik pemerintah, pemerintah dari Tuhan”, bukan, prinsip dibaliknya dari Perjanjian Lama. Mengapa Tuhan berhak ambil aturan dari Hammurabi, berhak ambil aturan dari Ugarit, bahkan berhak ambil puisi dari Mesir. Salomo banyak kutip puisi dari Mesir. Mengapa ambil bijaksana dari Mesopotamia, mengapa ambil bijaksana dari tradisi orang-orang Het, mengapa Tuhan ambil dari Timur Dekat Kuno, mengapa tidak original? Tuhan itu sumbernya, Dia berhak ambil karena semua pemerintah dari Tuhan, dan Tuhan izinkan. Bahkan pemerintah yang egois, yang self-center masih kadang-kadang punya hal yang baik di dalam pemerintahannya. Siapa yang tidak setuju Kalau Nebukadnezar itu jahat? Semua setuju Nebukadnezar jahat, dia adalah raja yang kejam, mirip dengan Asyur, kalau sudah hancurkan sebuah bangsa dia akan pamerkan kengerian membantai orang-orang dengan mayat yang mungkin sudah dimutilasi lalu dilemparkan ke jalan, supaya tentara takut melawan dia. Begitu tentara melihat yang sudah dimatikan, dihina seperti ini, orang jadi takut melawan Babel, jahatnya bukan main. Tapi Tuhan mengatakan “Bahkan di pemerintahan jahat seperti ini, Aku tetap mau bekerja”. Tuhan ubah Nebukadnezar, Tuhan membuat dia bertobat, Tuhan hajar dia menjadi mirip binatang waktu dia sombong, Nebukadnezar adalah hamba Tuhan. Maka Paulus mengatakan di pasal yang ke-13, pemerintah berasal dari Allah, ini bukan propaganda tapi ini adalah commentary terhadap Perjanjian Lama. Commentary yang berotoritas karena ditulis oleh Paulus. Di Perjanjian Lama, di Mazmur 2 dikatakan “Hai bangsa-bangsa, hei raja-raja tunduklah kepada Tuhan”. Kalau kamu mengatakan “Kami mau melepaskan beban, kami mau melepaskan semua belenggu dari Tuhan”, maka Tuhan akan marah. Ini berarti seluruh pemerintah di bumi dibelenggu oleh Tuhan, seluruh pemerintah di bumi adalah hamba, budakNya Tuhan. Mereka mengklaim diri “Kami tuan”, Tuhan bilang “Tidak, kamu budak. Aku berkuasa atas kamu dan Aku berhak menjadi Tuan atas kamu”. Maka raja-raja di bumi jangan lepaskan kuk yang Tuhan berikan, jangan lepaskan belenggu yang Tuhan berikan, jangan klaim dirimu raja atas segala raja dan tuan atas segala tuan. Klaim dirimu sebagai pelayan dari kebenaran, pelayan dari hati nurani, pelayan dari kemanusiaan, itu yang Tuhan mau. Maka Tuhan ubah raja-raja penting. Di dalam Kitab Suci dicatat Tuhan ubah Nebukadnezar, Tuhan ubah Koresh. Kalau Saudara mengatakan “Itu kan belum tentu benar, pak. Bukankah Alkitab tidak tentu historis”, saya sangat terganggu dengan mengatakan Alkitab tidak historis di dalam bagian yang tidak historis, karena bagi saya itu berlawanan dengan pembaca mula-mula. Di dalam tafsiran pembaca mula-mula, sangat sulit bagi mereka untuk tafsirkan Kitab Suci mereka dengan segala kritik yang orang modern miliki. Maka ketika dikatakan “Tidak tentu Koresh benar-benar dipakai Tuhan untuk membebaskan Israel kembali ke Tanah Perjanjian”, bagi saya itu tafsiran yang tidak bertanggung jawab. Koresh benar-benar digerakkan oleh Tuhan, lalu Koresh mulai merasa “Saya punya beban, siapa termasuk umat Tuhan di Yerusalem, pulang, bangun bait untuk Tuhanmu. Masa Tuhanmu tidak punya bait?” Zaman dulu, raja kalau berhasil menghancurkan bait atau kuil dari dewa lain, dia sudah rasa dia menang, dewa lain itu kalah. Tapi heran, Koresh tidak rasa Tuhan kalah. Maka dia suruh orang Israel balik ke Yerusalem, dirikan kembali Bait Suci untuk Tuhan. Ketika orang-orang Israel kembali, mereka sadar Tuhan adalah Tuan atas Koresh, Tuhan adalah Tuhan atas Darius atau Nebukadnezar atau siapapun. Tuhan adalah Tuhan bahkan atas orang-orang penting di abad pertama, termasuk atas Kaisar Oktavian atau Agustus. Tuhan menggerakkan Oktavian untuk membuat sensus. Jadi Tuhan adalah Pemilik bangsa-bangsa dan Rajanya. Di dalam Mazmur 2 dikatakan “Jangan lepas belenggu dari Tuhan karena kamu hamba Tuhan”.

« 4 of 6 »