Kita perhatikan cara Paulus, di dalam ayat pertama “Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah yang tidak berasal dari Allah dan pemerintah-pemerintah yang ada ditetapkan oleh Allah”, bukankah ini propaganda? Hal yang Paulus maksudkan di ayat 1 berkait dengan ayat 7, “Bayarlah kepada semua orang yang harus kamu bayar”, maksudnya Paulus melihat kecenderungan orang melawan Pemerintah karena pemerintah merugikan ekonomi diri sendiri. Ini bukan keadilan, ini bukan orang yang benar-benar ingin pemerintah yang baik, ini orangnya egois, “Kalau pemerintah cocok dengan saya, baik. Tapi kalau pemerintah merugikan ekonomi saya, ini pemerintahan buruk”, itu orang yang buruk. Jemaat yang baik bukanlah jemaat yang cuma pikir uang sendiri. Itu sebabnya di dalam ayat yang pertama kita mesti kaitkan dengan ayat yang ke-7 “bayarlah pajak”, ini sindiran Paulus. “Mengapa kamu menolak pemerintah? Karena pajak kan? Kalau pajaknya tinggi, kamu memberontak. Kalau pajaknya rendah, kamu jadi cinta pemerintah”, itu apa? Kalau pemerintah beri kamu pajak rendah, tapi dia tidak beres, kamu mesti protes. Kalau pemerintah baik dan dikenakan pajak tinggi, tetap kamu harus hati-hati protes. Jadi di sini Paulus sedang bicara dengan konteks yang jelas, dia tidak sedang propagandakan pemerintah, tapi dia sedang tegur jemaat, “Mengapa kamu mentuhankan uangmu? Sehingga pemerintah menjadi sesuatu yang membuat kamu pertimbangkan berdasarkan uangmu. Itu sebabnya meskipun ekonomi adalah faktor penting yang harus dipikir oleh pemerintah, tetapi ekonomi tidak boleh menjadi faktor utama jemaat menilai pemerintah. Apakah pemerintah ini baik, apakah adil? Jika pemerintah membuat kebijakan yang membuat dompetmu lebih tebal, tetapi menindas kelompok lain, Saudara tidak boleh senang. Kalau pemerintah adalah pemerintah yang membuat engkau lebih sulit, pajaknya lebih besar tapi ada keadilan di dalam membangun, maka Saudara mesti hargai pemerintah seperti ini. Maka tidak ada tempat untuk propaganda karena Paulus tidak sedang bicara dari kepentingan pemerintah, Paulus bicara dari kepentingan sudut pandang Perjanjian Lama tentang siapa Mesias dan tentang siapa pemimpin dari orang orang-orang yang Tuhan bangkitkan jadi umat yang baru. Minggu lalu kita sudah bahas bahwa umat Tuhan adalah umat yang lebih baik karena Kristus, kita adalah umat yang lebih baik karena Kristus. Apa tanda umat yang lebih baik? Tanda umat yang lebih baik adalah dia akan serahkan ke Tuhan untuk Tuhan menata kembali struktur yang ada di dalam dunia ini. Itu sebabnya di pasal 12 dikatakan “Jika kamu punya musuh yang tidak adil, yang tindas kamu, jangan balas dendam”. Apa bedanya balas dendam dengan cari keadilan? Cari kadilan berarti Saudara menyerahkan perkaramu kepada aturan yang ada. Balas dendam berarti Saudara menerabas aturan yang ada. Ini berarti sistem peradilan itu penting bagi Tuhan. Di abad pertengahan para teolog memikirkan hal ini, apakah Tuhan tunduk kepada konsep baik. Kesimpulan dari teologi Kristen di abad pertengahan yang sampai sekarang Teologi Reformed sangat percaya adalah bahwa Tuhan dan baik tidak pisah. Tuhan itu satu the simplicity of God, Dia adalah sempurna, di dalam Dia ada kebaikan sempurna, di dalam Dia ada kekudusan sempurna, di dalam Dia ada keadilan sempurna. Dia adalah Allah dan di dalam Dia sempurna berdiam segala kualitas yang Tuhan mau ada pada manusia. Ini tidak dimiliki oleh orang Yunani. Jadi banyak budaya agung berusaha menggali pengertian tentang Tuhan dan Tuhan berkati mereka dengan pikiran dalam, tajam secara umum. Sehingga meskipun mereka tidak sampai pada pengenalan wahyu khusus, tapi mereka punya pencapaian jauh lebih baik dari bangsa manapun. Saudara, budaya barat termasuk Eropa, kalau bukan karena pengaruh dari Kristen, tidak bisa mengungguli Yunani. Kalau Saudara mengatakan “Yunani kan Eropa”, Yunani adalah perbatasan Eropa-Asia Minor. Maka budaya mana pun tidak bisa mengungguli pikiran dari orang-orang ini, ini orang-orang yang sangat tinggi pikirannya dalam budaya Yunani, dalam budaya Tiongkok, dalam budaya India banyak pikiran-pikiran yang meskipun tidak sampai pada wahyu khusus, tetapi mempunyai pencapaian yang sangat tinggi. Orang Kristen belajar menghargai budaya dalam level ini meskipun kita tahu wahyu khusus membuat orang Kristen kenal Tuhan, tapi kita sadar tanpa wahyu khusus kita sebenarnya jauh lebih rendah dari pikiran banyak orang-orang yang sampai sekarang mungkin tidak Kristen. Banyak orang tidak Kristen pikirannya jauh lebih jenius, jauh lebih tajam, jauh lebih mendekat kebenaran daripada kita. Kalau bukan karena wahyu khusus, kita tidak punya kebanggaan apapun. Jadi jangan sombong, orang Kristen menjadi Kristen hanya karena anugerah Tuhan. Maka orang berpikir bagaimana mengerti ide benar, ide adil? Itu ide yang lebih tinggi dari manusia, lebih tinggi dari dewa-dewa. Tapi orang Kristen mengatakan “Tidak, Tuhanlah pemilik kebenaran. Dalam diri-Nyalah berdiam dengan sempurna seluruh kebenaran. Allah adalah Allah yang simple, the simplicity of God, tidak terdiri dari bagian. Maka Allah sepenuhnya suci, Allah juga sepenuhnya adil, Allah juga sepenuhnya kasih. Kalau begitu Allah ada bagiannya suci, ada bagian adil, ada bagian sempurna, ada bagian kuasa, ada bagian kasih? Tidak, Allah sepenuh-penuhnya kasih, Allah sepenuh-penuhnya adil, ini namanya simplicity of God. Jangan membagi Tuhan di dalam bagian-bagian.

Kalau begitu Allah adalah sumber dari segala keadilan, maka Tuhan yang adalah sumber keadilan ingin keadilanNya dinyatakan di bumi. Maka Tuhan menyatakan aturan, ini penting untuk dipahami. Aturan atau nomos dalam bahasa Yunani itu bukan sesuatu yang manusia rancang sendiri. Tuhan yang atur karena ide keteraturan yang ada di bumi itu dari Tuhan. Tuhan mau segalanya teratur. Kalau ide teratur ada di bumi dan itu bisa membuat kita punya sains, Saudara bisa punya sains karena ada keteraturan itu, kalau tidak, semuanya kacau. Kita mengasumsikan aturan selalu berjalan baik, selalu teratur karena kita percaya ada keteraturan. Maka kalau orang mau belajar apa pun, ilmu apa pun, dia tidak beriman kepada keteraturan, dia tidak mungkin punya ilmu. Orang yang mengembar-gemborkan “Saya tidak percaya Tuhan, karena saya tidak percaya keteraturan”, kamu jangan kuliah. Kalau kamu tidak percaya keteraturan, jangan menabung, bahkan jangan berpikir. Banyak orang kontradiksi di dalam pikirannya, tapi dia tidak sadar pikirannya kontradiksi. Saya bicara dengan seorang anak muda yang mengatakan dia sudah menjadi agnostik karena dia percaya bahwa tidak ada keteraturan, yang ada ketidak-aturan. Lalu saya mengatakan “Bicaramu saja masih teratur, tapi kamu tidak percaya keteraturan?”, dia bingung “Maksudnya apa pak?”, “Ketika kamu bicara, saya mengerti apa yang kamu katakan karena bicaramu teratur. Tapi mengapa kamu tidak percaya keteraturan?”. Dia tetap bingung “Maksud bapak apa? Tolong berikan argumen balik ke saya, saya tidak percaya Tuhan ada karena saya percaya ketidak-teraturan”. Saya sudah memberikan argumen simple “Cara bicaramu masih teratur, itu apa?”, dia mengatakan “Itu omongan saya”, “Kan itu teratur, jadi kalau kamu tidak percaya keteraturan, jelaskan mengapa kamu bisa bicara dengan teratur?”, dia bilang “Itu karena kesepakatan kita”, “Kesepakatan apa? Kita tidak pernah membuat kesepakatan”, dia bingung sendiri. Banyak orang pikirannya terlalu ribet tapi bodoh. Hati-hati yang ribet tidak tentu pintar. Orang pintar justru bisa membuat simple yang ribet. Kalau semua dibuat ribet, ini orang kurang pintar. Orang tidak pintar karena terlalu ribet, itu juga ada. Maka dia perlu belajar pintar sedikit, dengan belajar kurangi keributan yang tidak perlu. Saudara kembangkan sains bukan engkau yang hebat, Tuhan yang hebat. Kalau yang engkau kembangkan tidak ada secara potensi, engkau kembangkan apa? Kalau orang mengatakan “Kita tidak perlu Tuhan karena kita sudah maju”, itu kalimat bodoh setengah mati. “Kamu tidak perlu Tuhan karena sudah maju”, kamu bisa maju karena bumi ini simpan potensi begitu. Yang bisa membuat bangunan begitu baik, yang bisa membuat perkembangan ilmu begitu baik hanya mungkin bisa lakukan kalau bumi sudah simpan potensi seperti itu. Maka jadi manusia jangan bodoh, kalau engkau bisa kembangkan sesuatu, itu karena ada sesuatu yang potensial di dalam. Maka kesombongan manusia adalah kesombongan yang memamerkan kebodohan dia. Makin ribet dalam kebodohan, makin merasa pintar. Makin ribet di dalam agnostisisme, makin merasa maju, ini mengherankan. “Kalau saya meragukan Tuhan, itu berarti saya pintar” salah, pikiranmu ribet karena kebodohan. Itu sebabnya siapa mau rendah hati datang ke Tuhan, dia jadi pintar. Lalu bagaimana dengan manusia? Manusia juga mau ada keteraturan, manusia mau ada keteraturan di dalam bertransaksi. Kalau saya punya barang dan banyak orang yang mau, bolehkah saya sedikit tambah harga? Orang-orang lain masih mau, berarti ada aturan di dalam menilai sebuah barang. Ada seorang bernama Simell mengatakan uang itu sebenarnya adalah yang mendekatkan jarak dengan kita dengan benda yang kita mau. Kalau benda yang kita mau jauh jaraknya, maka kita perlu uang lebih besar untuk mendekatkan kita dengan benda itu. Kalau benda yang kita inginkan sudah sangat jauh jaraknya sampai kita tidak mungkin dapatkan, uang pun tidak bisa lakukan itu. Jadi pada unsur dimana keteraturan bidang ekonomi itu diperlukan. Ada hal yang membuat keteraturan di dalam pengaturan publik itu diperlukan. Ada hal yang membuat relasi antar manusia berjalan, yaitu aturan.

« 3 of 6 »