Kekristenan di dalam tradisi Injili seringkali memberikan tekanan bahwa apa yang ada di dunia bentur dengan Tuhan. Seolah Tuhan tidak punya kuasa di tengah dunia, seolah Tuhan hanya peduli realm surgawi, dan bumi seolah sudah diberikan kepada setan. Karena bumi sudah diberikan kepada setan maka bumi memang bukan tempatnya orang Kristen. Saudara mungkin sering mendengar perkataan the world is not my home, ini yang dikritik oleh seorang teolog, dia menulis buku yang judulnya lebih kontroversial, Heaven is not my home, seorang bernama Marshall menulis ini. Dia mengatakan heaven is not my home. Mengapa heaven is not your home? Karena Tuhan berjanji memberikan langit dan bumi yang baru dan kita akan tinggal di bumi yang baru. Ini penting, kalau Saudara punya eskatologi salah, Reformed percaya bumi yang baru, semua. Jadi Kristus adalah Raja atas surga dan bumi, dan bumi yang baru akan Tuhan berikan kepada umatNya, dan Dia akan bertahta di sini pada waktunya. Itu sebabnya perkataan Yesus yang mengatakan “Berbahagialan orang lemah lembut, karena mereka akan mewarisi bumi.” Jadi tradisi Injili menekankan kehidupan sorgawi tetapi melupakan fakta bahwa Tuhan mempedulikan kehidupan di bumi. Dan karena fakta ini dilupakan maka segala hal yang terdapat di bumi menjadi tidak rohani sifatnya dan menjadi tidak Kristen naturnya, ini sesuatu yang salah. Termasuk pemerintahan, pemerintahan pasti bentur dengan Tuhan, Tuhan tidak mau kita urus pemerintahan. Akhirnya orang Kristen mengembangkan pemikiran bahwa teologi dan politik tidak boleh dicampur, bahwa berita di atas mimbar tidak boleh singgung politik, itu kalimat bukan dari Alkitab. Orang Kristen yang tidak mempedulikan politik, dia sedang tidak peduli kehendak Tuhan jadi atas bumi. Kita terus doa di atas mimbar ini, lewat pemimpin, liturgis yang mengatakan “Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga”. “Jadilah kehendak-Mu di bumi”, kita sendiri berdoa seperti itu, tapi kita sendiri menolak jalankan. Tuhan peduli politik, Tuhan peduli siapa yang naik jadi presiden, Tuhan peduli kalau orang jahat naik dan Tuhan tidak mau itu, Tuhan peduli siapa yang jadi pemimpin. Tuhan peduli karena Dia adalah Raja atas bumi. Ini mesti kita pahami, kalau tidak Saudara tidak punya pikiran yang setia kepada Kitab Suci, engkau bukan orang yang setia kepada Tuhan. Kalau engkau adalah gambar Allah yang ditebus oleh Tuhan dan dimurnikan, kerjakan yang Tuhan mau. Jangan cuma cari aman sendiri, jangan cuma cari proyek sendiri, jangan cuma cari nikmat sendiri, kerjakan yang Tuhan mau. Maka mari belajar konsisten, Doa Bapa Kami coba jalankan, yang Saudara inginkan coba benar-benar diinginkan, bukan cuma diucapkan. Tiap minggu “Jadilah kehendak-Mu di bumi, baik atas dunia ekonomi, baik atas dunia politik, baik atas dunia publik”, semua milik Tuhan dan kiranya kehendak Tuhan jadi. Itu sebabnya politik harus menjadi perhatian dari orang Kristen. Kalau Saudara tahu ada hal yang sangat jahat dari dunia politik, maka Saudara perlu mempertimbangkan untuk berjuang di dalam levelmu. Level pendeta apa? Berkotbah, mengkhotbahkan kritik, mengkhotbahkan peringatan kepada pemerintah. “Jika kamu tidak juga bertobat, Tuhanku akan memiliki batas waktu sebelum Dia menghukum kamu”. Yohanes Pembaptis melakukan itu, Yohanes Pembaptis dari tradisi Qumran yang sangat giat untuk menekankan Kerajaan Allah ada di bumi. Maka waktu dia lihat pemimpin orang Israel yaitu Herodes, melakukan dosa yang jelas, langsung dia tegur. Ini pemimpin, yaitu Herodes, bersalah karena dia berani ambil istri orang lain. “Mengapa kamu berani ambil istri orang lain?”, itu tindakan etis yang rusak. Khotbah Yohanes Pembaptis lain dari kebanyakan kritik orang-orang Qumran. Kebanyakan kritik orang Qumran mengatakan “Herodes tidak boleh jadi pemimpin karena dia bukan anak Daud. Karena dia bukan keturunan Daud, dia bukan dari Yehuda, dia tidak boleh jadi pemimpin, dia orang Edom. Enyahlah kamu Herodes, kamu bukan orang Israel”. Herannya Yohanes Pembaptis tidak ulangi khotbah model itu. Kritik Yohanes Pembaptis adalah ketika raja ini mulai melakukan penyimpangan etis, dia langsung khotbah dengan keras “Moralmu di mana? Mengapa kamu mengambil istri saudaramu. Ini sesuatu yang tidak boleh kamu lakukan”. Itu khotbah yang sangat menyinggung hati dari Herodes dan terutama dari istrinya Herodes yang diambil dari saudaranya sendiri, ini yang membuat Yohanes Pembaptis akhirnya dipenggal. Maka karena dia berani menyinggung orang yaitu istri Herodes yang sangat berani, yang sangat kejam dan sangat tidak berperikemanusiaan, maka dia harus mati. Mengapa khotbahkan sesuatu yang akhirnya menghilangkan nyawanya? Karena dia tergerak untuk memperbaiki pemerintah. Dia tidak tergerak untuk mengganti pemerintah hanya karena dia dari suku Edom, ini mengherankan. Yohanes Pembaptis memunyai pandangan politik yang lebih stabil dari pada kebanyakan orang Yahudi pada waktu itu. Orang Yahudi lain mengatakan “pemimpin mesti dari tradisi Yehuda”, tapi Yohanes Pembaptis mengatakan “Mesias itu dari tradisi Yehudai, tetapi pemimpin yang ada di bumi di bawah Sang Mesias tetap harus dihormati dan tanda saya menghormati pemerintah adalah saya akan menuntut siapapun yang menjabat sebagai pemerintah dia harus ikuti aturan moral yang Tuhan mau. Karena saya menghargai pemerintahan maka saya tuntut pemerintah mesti ikuti aturan moral yang Tuhan miliki”, ini cara pandang Yohanes Pembaptis. Demikian juga kita lihat di dalam Roma 13 hal yang sama Paulus nyatakan. Tapi Saudara mesti lihat baik-baik, Paulus tidak sedang bicara untuk pemerintah, ini surat untuk jemaat di Roma. Maka perhatikan cara Paulus, dia bukan seorang penjilat, dia tidak pura-pura propaganda, berani kritik pemerintah tapi tulisnya kepada jemaat. Dia menyatakan kepada jemaat bahwa mereka mesti tunduk kepada pemerintah sambil menyelipkan kritik kepada pemerintah dengan cara yang sangat halus.