Paulus mengatakan di ayat 25 “Sebab, saudara-saudara, supaya kamu jangan menganggap dirimu pandai, aku mau agar kamu mengetahui rahasia ini: Sebagian dari Israel telah menjadi tegar sampai jumlah yang penuh dari bangsa-bangsa lain telah masuk”, Tuhan memakai ketegaran hati Israel untuk menyatakan kegenapan rencanaNya. Kalau kita baca ini, membuat kita gentar, koreksi diri dengan sangat dan membuat kita sangat takut menjalani hidup yang melawan Tuhan. Ini menjadi satu pertanyaan yang perlu kita tanya “apakah hidup saya sedang dipakai setan untuk melawan Tuhan ataukah saya sedang punya kehidupan yang penuh dengan buah demi kemuliaan Kristus?”. Kadang-kadang pelayanan atau kehidupan atau pekerjaan yang kita pilih untuk kita lakukan begitu baik seperti tidak ada cacat, kita berada di jalur yang benar. Tapi kita punya kecenderungan untuk menghancurkan pekerjaan Tuhan jika yang dirancangkan oleh Tuhan seperti berbenturan dengan kita. Maka kita perlu koreksi diri. Paulus mengatakan “saya mengingatkan ini supaya kamu tidak menganggap dirimu pandai”. Paulus mengatakan “jika kamu mengerti apa yang dimaksudkan Yesaya, maka kamu tidak bisa berkata: Tuhan menunggu kami, Tuhan akan memulihkan rencanaNya kalau kami sudah siap, kalau kami benar-benar datang kepada Tuhan dan bertobat, baru kami akan mendapatkan kegenapan dari rencana Tuhan, jadi rencana Tuhan tergantung ketaatan kami”. Tuhan mengatakan “kamu boleh tidak taat dan rencana Aku tetap jalan”. Dalam hidup kita akan menemukan hal-hal seperti ini, benturan antara apa yang kita jalankan dengan yang Tuhan rencanakan. Dan ketika benturan itu ada mungkin kita akan mengatakan “saya akan kerjakan apa yang saya mau, bukan apa yang Tuhan mau. Saya akan pilih untuk menjalankan bagian hidup yang saya pilih untuk jalankan dan saya tidak peduli rencana Tuhan. Kalau saya pilih untuk kerjakan bagianku, maka saya berada di dalam jalur yang saya inginkan”. Waktu kita mementingkan apa yang kita mau, yang kita rancangkan dan rencanakan, pada waktu itu kita akan berada dalam keadaan yang sangat kacau. Kita akan berpikir bahwa kehidupan didefinisikan atas apa yang kita mau, “saya punya tuntutan terhadap hidup saya dan saya tidak ingin menjadi orang yang mengabaikan rencana saya. Ketika Tuhan memberikan saya jalan, saya tidak terlalu pikir jalan apa yang Tuhan mau saya tempuh, tapi saya akan ambil jalan yang Tuhan rancangkan bagi saya selama itu menguntungkan saya”. Ketika rancangan Tuhan tidak kena kepada hidup kita, kita akan menjadi orang yang tidak lagi dipakai Tuhan. Tuhan biarkan hidup kita sukses, Tuhan akan biarkan rencana kita menjadi baik, Tuhan akan membuat apa yang kita inginkan terjadi. Saudara mungkin akan menemukan karier semakin baik, keuntungan semakin banyak, uang semakin masuk, karier semakin dihargai, nama semakin besar, atau apa pun yang Saudara kejar, dan Saudara seperti berhasil mengerjakan apa pun tanpa Tuhan. Seperti waktu memberontak melawan Tuhan, tapi mengapa dapat berkat, “saya mendapatkan kesuksesan luar biasa besar justru di dalam keadaan tidak peduli Tuhan. Kalau begitu puji Tuhan, ternyata memberontak pun oke”, kita tidak mengatakan ini memberontak, kita mengatakan ini adalah sesuatu yang kita kerjakan untuk diri sendiri. Sekarang bukan Tuhan dulu, Tuhan sedang off “dulu, saya tidak pikirkan Tuhan dulu, saya mau pikir apa yang mau saya kejar dulu. Dan ini mau saya kejar dengan sepenuh hati”, dan seperti sukses. Tapi mengerikan sekali ketika penggenapan dari rencana Tuhan, di dalam Yesaya 60 itu jelas sekali, ketika Tuhan menggenapkan KerajaanNya dan ternyata kita sedang diabaikan dari berbagian, ini menakutkan sekali. Karena apa yang Tuhan rancang di dunia ini akan menjadi genap pada waktunya Tuhan. Tuhan mengerjakan apa di dunia, akan Dia nyatakan pada zaman final. Ketika keadaan final itu terjadi, baru Saudara mengerti ternyata ini yang Tuhan sedang kerjakan. Dan kita baru sadar bahwa segala yang kita perjuangkan di dalam hidup adalah anomali dari rencana itu, penyimpangan dari apa yang Tuhan kerjakan dan Tuhan tidak ingin kita berbagian. Saya ingin memberi tahu satu hal, Saudara jangan cuma memikirkan surga neraka, “kalau saya sudah bebas dari neraka, saya masuk surga. Puji Tuhan, saya bukan orang binasa lagi. Saya sudah milik Tuhan selamanya, sudah pasti mati masuk surga”. Saudara kalau baca di dalam Kitab Suci, yang ditekankan itu bukan kepastian kepuasan sudah bisa masuk surga, yang ditekankan di dalam Kitab Suci adalah apakah engkau menikmati Tuhan yang bekerja di bumi ini? Apakah engkau berbagian bersama Dia mengerjakan apa yang Dia sukai di bumi ini? Jika iya, sukacita paling besar, paling bahagia dan paling penuh di dalam sepanjang sejarah menjadi milik engkau karena Tuhan memberikannya kepadamu. Saudara bisa melihat Matius 5, ucapan bahagia itu penuh dengan berkat yang besar, tetapi Tuhan berikan kepada orang tertentu, tidak kepada semua orang. Maka ketika Tuhan merancangkan rencanaNya sampai genap, hanya sebagian kecil orang yang nanti akan dibukakan “bahwa sebenarnya engkau sudah berbagian sangat besar di dalam pekerjaan ini”. Pada waktu Tuhan menggenapi pekerjaanNya, saya sangat ingin Tuhan mengatakan “yang engkau kerjakan adalah baik, hai hambaKu yang setia”. Ini akan menjadikan seluruh target, seluruh pencarian, seluruh kerja yang saya kerjakan di dalam hidup terbayar lunas.
Adalah sukacita besar jika Tuhan melibatkan saya di dalam kegenapan rencana yang Dia sudah buat. Mari kejar ini, jangan cuma mengejar target kecil di dalam hidup. Apa gunanya mengejar target yang kecil-kecil itu? Saudara kalau melihat contoh yang diberitakan oleh Tuhan Yesus, dikatakan ada orang yang menjadi hamba dari seorang tuan. Tuan ini ingin pergi ke daerah lain, ke negeri lain, lalu dia mempercayakan hamba-hambanya uang, talenta. Talenta dipercayakan kepada hamba-hambanya ini. Ada yang diberikan 5, ada yang diberikan cuma 1, ada yang diberikan 10 atau berapa pun angka tepatnya, waktu mereka semua sudah mendapatkan talenta, maka tuannya itu pergi ke negeri lain untuk dilantik menjadi raja. Ketika dia sudah dilantik menjadi raja, dia kembali dan tanya kepada hamba-hambanya “apa yang engkau sudah buat, mana hasil dari pekerjaan yang aku percayakan kepadamu?”. Yang satu memberikan sudah berbuah dua kali lipat, yang kedua juga memberikan sudah berbuah dua kali lipat, yang ketiga mengatakan “engkau tuan yang kejam, saya mengenal engkau sebagai tuan yang kejam, saya tidak pernah berani bertindak apa pun, saya kubur talenta itu, sekarang milikilah kembali, jumlahnya masih sama”. Tuan itu mengatakan “engkau adalah hamba yang jahat dan tidak setia”. Lalu penjelasan dari perumpamaan itu adalah setiap orang yang setia akan dipercayakan kota oleh rajanya. Kota, bayangkan berapa pun besarnya talenta itu tidak mungkin bisa dibandingkan dengan kepercayaan mengelola kota. Tuhan memberikan satu kepercayaan sangat besar. Maka kesimpulan dari perumpamaan itu, siapa setia pada perkara kecil, dia akan setia pada perkara besar. Siapa setia di dalam hidupnya akan dipercayakan hal besar. Kalau Saudara bertanya talenta itu apa, banyak yang menafsirkan talenta itu bakat, talenta itu uang. Tapi kalau kita baca dengan teliti, talenta itu adalah seluruh hidup. Maka Tuhan sedang mengatakan hidupmu itu perkara kecil, kalau kamu setia perkara kecil, maksudnya seluruh hidupmu, maka engkau akan dipercayakan perkara besar. Perkara besar itu menanti setelah kita mati. Itu sebabnya kalau kita tidak mengerti ini, kita hanya melihat pengharapan sorga sebagai pengharapan final yang tidak terlalu siginifikan, bahkan kita tidak tahu ada apa di sorga, “pokoknya senang-senang, di seberang sana ada damai kekal, di seberang sana tidak ada air mata”. Tapi apa yang kita harapkan menjadi sesuatu yang abstrak. Kita dimasukkan ke dalam keadaan terbius sampai selama-lamanya atau apa pun itu. Tapi kalau Saudara memahami yang Alkitab bagikan maka Saudara akan melihat kesinambungan antara apa yang kita kerjakan di dalam hidup dengan penggenapan yang Tuhan mau kerjakan di final. Tuhan punya rancangan, bukan rancangan yang hanya sekedar menangani kerusakan “ada yang rusak, Aku akan tangani. Ada penyimpangan, ada yang masih mis, akan Aku tangani”, bukan seperti itu. Saudara ketika melihat Kristus di bumi, Kristus tidak menyembuhkan semua orang sakit. Dia hanya menyembuhkan orang sakit yang berjumpa dengan Dia. Dia tidak mengatakan “seluruh Yerusalem bebas penyakit”. Dia tidak menengking penyakit, Dia tidak menengking pandemi, Yesus tidak melakukan itu. Lalu apa yang Dia lakukan? Dia datang untuk menggenapi pekerjaan yang sangat besar dan pekerjaan menangani penyakit adalah satu aspek kecil di dalamnya. Dia datang membawa pekerjaan sangat besar, membawa Kerajaan Allah melalui kerelaan berkorban. Di kebaktian 2 saya akan membahas aspek ini dari Kitab Imamat, kerelaan berkorban sebagai cara yang Tuhan pakai untuk menyatakan kemenanganNya. Kristus menangani penyakit di dalam perjumpaan Yesus dengan orang sakit. Tapi Yesus tidak menjadikan pekerjaan itu sebagai pekerjaan yang besar, yang membuat dikenang sepanjang masa, sebagai orang yang berhasil menyingkirkan penyakit. Karena kalau Kristus adalah Sang Tabib yang menangani penyakit, maka pekerjaan Dia belum tuntas karena penyakit belum ditangani. Tapi kalau pekerjaan Dia adalah memulai zaman baru, maka Saudara akan melihat pekerjaan Dia sebagai sebuah proses panjang dimana kegenapannya akan terjadi waktu Dia datang kedua kali. Dan ketika Dia datang kedua kali maka awal yang baru akan dimulai. Pertanyaannya, ketika awal yang baru itu dimulai, dimana seluruh hidup Saudara? Apakah kerja keras Saudara, pelayanan Saudara, kegiatan Saudara hari demi hari menjadi paket indah yang Tuhan masukkan ke dalam totalitas pekerjaan Tuhan? Atau Tuhan mengatakan “pekerjaanmu terus menyimpang dari apa yang Aku mau. Sudahlah, Aku masih mau pakai apa yang engkau kerjakan, tapi cuma seminimal mungkin”. Apakah kamu punya hati bagi Tuhan, kamu punya niat untuk jalani hidup bagi Tuhan? Tuhan tidak akan gagal menggenapkan rencanaNya, tapi kita tidak berbagian. Inilah dukacitanya Yerusalem pada zaman Paulus. Paulus menangisi Yerusalem karena mereka bodoh bukan main. Ketika Kristus menggenapi pekerjaanNya, ketika persembahan bangsa-bangsa dibawa ke gerbang Yerusalem, pada waktu itu justru Yerusalem yang tertidur dan tidak mau kenal Tuhan. Merekalah yang menolak Tuhan. Mereka menjadi kelompok yang tersingkirkan, tetapi rencana Tuhan tetap jadi.