Kematian adalah titik awal untuk munculnya kesempurnaan hidup. Maka kita melihat kematian dengan cara yang berbeda dengan orang Perjanjian Lama. Perjanjian Lama melihat kematian sebagai sesuatu yang secara kasar masuk. Tetapi di Perjanjian Baru, kita dilatih untuk melihat bahwa penghargaan kepada hidup tidak berhenti karena kematian, justru dikonfirmasi setelah kematian, ini hal yang sangat indah. Saudara tetap melihat orang Kristen akan mengalami hal yang sama dengan orang yang bukan Kristen, tetap mengalami kematian dengan orang yang bukan Kristen, dan kematiannya pun seringkali tidak berbeda. Yang Tuhan mau katakan adalah kematian itu entah bagaimana kita menghadapinya dengan cara yang takutkah atau dengan cara berani, apa pun itu tidak masalah. Kematian itu akan membawa kepastian dari penciptaan baru yang Tuhan sudah siapkan. Sehingga di dalam bagian ini ditekankan kalau kamu sudah diselamatkan dari murka Allah oleh karena Yesus rela menjadi bagian dari kita, maka Saudara dan saya tidak punya alasan untuk tidak mencintai Tuhan. Karena kita tidak mungkin tidak dicintai oleh Tuhan. Cinta Tuhan yang genap sudah Dia curahkan, pekerjaan genap yang membawa ciptaan yang baru sudah Dia berikan di dalam Kristus bagi kita semua. Maka tidak ada satu pun dari kita yang tidak dicintai Tuhan, tidak diberikan kepastian keselamatan itu. Dari kepastian keselamatan kita akan bereaksi dengan cinta. Anugerah bukan dipakai untuk mengizinkan dosa, itu pikiran ngawur. Tapi kalau Saudara mengatakan “Tuhan sudah mencintai saya, saya tidak bisa kalau tidak mencintai Dia”. Maka Saudara harus tahu bahwa cinta Tuhan yang diberikan secara sempurna akan memastikan cinta kepada Tuhan. Karena kita belum mengerti berapa besar Dia mencintai kita maka kita sulit mencintai Dia. Salah satu tanda cinta yang besar itu dalam Roma 5 adalah Dia memberikan semuanya bagi kita, hidup yang sempurna Dia berikan kepada kita. Saudara dan saya sudah pasti dapat kelimpahan itu, Saudara dan saya sudah pasti mendapatkan kesempurnaan itu. Dan kalau Saudara mengatakan “saya belum sempurna”, Paulus mengatakan “jangankan sempurna, waktu kamu menjadi musuh Tuhan, Yesus rela mati bagimu. Setelah Dia menebus kamu, akankah Dia meninggalkanmu? Tidak. Akankah persekutuan dengan Tuhan batal karena ketidak-sempurnaan kita? Tidak. Saudara belum cinta Dia itu tidak membatalkan persekutuan ini”. Ini pengertian penting sekali, hal yang sangat unik. Semakin kita sadar Tuhan menerima kita, makin kita tidak matu diterima apa adanya. Makin Saudara sadar Tuhan mencintai Saudara, semakin Saudara tidak mau berdiam di dalam dosa. Saudara mau berubah bukan karena Saudara diancam oleh hukuman, Saudara mau berubah karena Saudara tahu cinta Tuhan yang sangat besar. Inilah yang harus kita renungkan sama-sama. Paulus mengatakan “Kristus rela mati bagimu supaya kamu diperdamaikan dengan Allah”. Bagaimana syarat pendamaian? Yang pertama, kesatuan antara Tuhan dan manusia. Kedua, kasih Tuhan yang memastikan ini terjadi. Ketiga adalah kerelaan dari Kristus. Karena tidak mungkin Dia lakukan kalau Dia tidak rela. Ayat 11 mengatakan “kita malah bermegah dalam Allah oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, sebab oleh Dia kita telah menerima pendamaian itu”. Saudara dan saya sudah disatukan kembali dengan Tuhan. Apakah kita sadar akan hal ini? Apakah sadar setiap langkah hidup yang Saudara jalani adalah langkah yang diiringi oleh Tuhan, apakah kita sadar? Tidak. Kita tidak sadar karena manusia punya kemampuan beradaptasi dengan lingkungan dan kemampuan ini sangat besar. Jadi ingat hal ini, Saudara dan saya punya kemampuan beradaptasi, jangan pikir kalau kita tidak bisa berubah. Kalau kita mau belajar cinta Tuhan, kita harus beradaptasi dengan lingkungan yang mengarahkan kita mencintai Tuhan.
Maka meskipun kita sudah dimiliki oleh Tuhan, kita satu dengan Dia, kita sering lupa hal ini, karena kita kembali ke dunia dan kita dibentuk kembali dengan pola pikir Tuhan tidak real, Tuhan tidak nyata. Dimana kita bisa sadar bahwa Tuhan itu sudah satu dengan kita? Di dalam kehidupan persekutuan kita, di dalam gereja, maka kita terus mendorong untuk orang bisa hadir secara fisik. Persekutuan, perenungan firman, doa, kehidupan gereja, ini yang akan mengubah mindset Saudara, Saudara bergereja untuk dibentuk. Hidupmu dari Tuhan, hidupmu ditopang Tuhan, hidupmu dipimpin Tuhan, Tuhan yang paling penting bagi kamu, ini pembentukan dilakukan di sini. Paulus mengatakan “kita bermegah dalam Allah oleh Yesus Kristus, karena kita sudah menerima pendamaian itu”, kita sudah damai dengan Allah, kita sudah menjadi satu lagi. Maka mari berjuang untuk menyadari bahwa Tuhan dan kita adalah satu, sedangkan dunia ini akan mewartakan kisah lain “Tuhan itu tidak real”. Ini pertarungan dalam hidup Saudara dan kita punya level pergumulan yang berbeda. Saudara tahu dimana Saudara berada, minta kekuatan dari Tuhan supaya Saudara senantiasa sadar bahwa Kristus sudah membawai pendamaian dengan Tuhan, kita sudah satu dengan Dia. Sehingga kematian bukan menjadi akhir dari kecintaan atas hidup, kematian menjadi konfirmasi untuk memperoleh segala yang kita cintai dari Tuhan di dalam hidup. – Hl
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)