Lalu hal ketiga yang harus ada dalam ayat yang kita baca adalah kerelaan Kristus. Tuhan mau cinta kita sebesar apa pun, kalau Kristus tidak rela datang, tidak mungkin cinta itu terwujudkan. Kristus harus rela menjadi pengantara dulu. Untuk menjadi Pengantara, Kristus harus satu dengan Allah dan satu dengan kita. Satu dengan Allah membuat Dia membawa kebenaran Tuhan. Satu dengan manusia membuat Dia membawa kematian manusia ke dalam diriNya. Ketika tiba waktu yang ditentukan oleh Allah, Kristus pun datang untuk menjadi manusia dan siap mati. Mengapa Dia mesti mati? Karena Dia membawa kegagalan kita. Bayangkan kalau Saudara melihat keadaan ini pada Kristus dan kita renungkan, baru kita tahu berapa besar kerelaan Kristus untuk menjadi Juruselamat. Kerelaan karena persekutuan dengan kita. Ini isu yang sering kita abaikan, Saudara tidak terlalu senang pengertian ini, bahkan Saudara tidak terlalu tertarik dengan pengertian ini, tapi saya ingin memberi tahu sesuatu, jika kita tidak merenungkan apa yang Tuhan Yesus lakukan, kita tidak mungkin menerima hati yang menerima Dia. Merenungkan tidak sama dengan cari tahu. Karena mencari tahu berarti Saudara ingin tahu lalu mendapat pengetahuan, selesai. Sedangkan merenungkan adalah Saudara tahu masih banyak hal yang bisa dicari tahu dari hal ini, tapi Saudara belum tahu, itu merenungkan. Sayangnya kita bukan merenung, tapi kita menjadi orang yang ahli, dasar-dasar iman Kristen ini untuk orang Kristen basic harus tahu, ini orang Kristen newbie. “Saya sudah tahu”, itu namanya Saudara tidak merenung. Merenung berarti Saudara sudah tahu masih banyak hal yang kita belum tahu, yang perlu kita pikirkan dari tema ini. Coba renungkan baik-baik dan Saudara akan sadar masih banyak hal yang bisa digali. Yesus mati untuk kita dan Paulus mengajak kita untuk berpikir apakah gampang bagi Yesus untuk berkorban bagi kita? Bagi Tuhan, menebus manusia adalah tindakan yang sangat besar, mengambil seluruh hatiNya, ini bukan tindakan simple. Kita salah mengerti power, bagi kita power adalah less effort to do something big, kita mengertinya leverage. Di dalam pengertian Alkitab, kuasa adalah sesuatu yang menunjukan bukan berapa kuatnya Tuhan, tapi kuasa itu menunjukan berapa rela Tuhan mengosongkan diri, berapa rela Tuhan menyamai kita, berapa relanya Dia mengalami pengalaman kita, itu kuasa. Mengapa Dia melakukan itu? Untuk melindungi kita, menyelamatkan kita, memberikan diriNya bagi kita, itu kuasa. Maka omong kosong dengan pengertian kuasa dari dunia ini, Tuhan tidak mau kuasa seperti itu. Saya harus kasi tahu satu hal yang mungkin mengagetkan Saudara, adalah berat bagi Allah untuk menyelamatkan kita. Dan kalau kita tidak mengerti ini, kita terus meremehkan Tuhan. Maka kita harus tahu bahwa berat bagi Tuhan untuk menyelamatkan kita, tapi yang mendorong Dia untuk melakukan itu adalah kasihNya. KasihNya yang tidak mungkin gagal, rencanaNya yang tidak mungkin gagal, tapi tidak menjadi sesuatu yang gampangan. Itu sebabnya dikatakan bahwa untuk relasi kita dengan Tuhan pulih, mesti ada yang menyatukan yaitu kasih Allah yang mendorong kesatuan itu. Siapa pribadi yang bisa menyatukan? Harus orang, harus pribadi yang rela menjadi manusia, rela mengalami kerentanan manusia, dan rela mengalami kematian manusia. Ini yang Paulus mau gali, mau membuat kita merenung hal apa dalam diri kita yang membuat Kristus rela bersekutu dengan kita.

Dan di sini Paulus mengatakan, ayat 7 “sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar, tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati”, ini kunci pengertian yang saya mau bagikan. Tidak mudah orang mau mati untuk orang benar, tapi untuk orang baik ada orang yang berani mati. Apa bedanya benar dan baik? Di sini kata baik pakai kata agatone, agate, untuk orang agate ada orang berani mati. Agate adalah segala bentuk kebaikan, hal baik yang kita nikmati. Bukan hal baik yang kita lihat. Berarti dalam kata agate ada relasi. Sedangkan orang benar, orang righteous, orang dikaiosune, itu adalah orang yang benar tapi belum tentu ada relasi dengan kita. Maka yang Paulus tekankan adalah untuk inner circle kita, orang-orang baik, kita berani mati. Kalau kita pilih persekutuan, tentu kita rasa ada orang yang lebih mudah dekat dengan kita, ada yang circle-nya agak luar, dan itu oke. Manusia memang bisa begitu. Saudara akan mengalami kesehatian dengan orang-orang terdekat Saudara dan Saudara berkata “untuk orang-orang ini saya rela korbankan diri saya”. Namun kalau Saudara melihat orang benar, tapi Saudara tidak mengenalnya secara personal, Saudara tidak akan mengorbankan apa-apa, Saudara hanya kagum kepada dia. Ini yang Paulus katakan, inner-circle, orang baik tentu akan memilih orang baik sebagai temannya. Tapi tidak mudah bagi orang untuk mengatakan saya rela mati untuk kelompok yang jauh. Yang Paulus mau katakan adalah Tuhan menjadikan kita inner-circle-Nya. Tuhan Yesus mau menjadikan kita kelompok dekatnya Dia, padahal kita ini seteru. Ayat 8 “akan tetapi Allah menunjukan kasih setiaNya kepada kita oleh karena Kristus telah mati untuk kita ketika kita masih berdosa”. Ini pertanyaan serius, apakah bisa Kristus cocok dengan kita? Reaksi pertamaNya adalah BapaNya yang di sorga, kita reaksi pertamanya adalah keamanan diri kita. Saya tidak mengatakan keamanan diri itu tidak penting, tadi sudah dibahas bahwa hidup itu penting, tentu mencegah supaya orang lain tidak tertular juga penting, bukan sesuatu yang main-main, Saudara pakai perlindungan yang lengkap waktu datang ke tempat ini dan sungguh-sungguh menjaga, itu sangat penting. Menjaga diri supaya orang lain tidak tertular itu adalah bagian dari penghargaan kepada hidup. Saya tidak mau pandemi ini berlangsung terus, karena pandemi ini anti-hidup, saya tidak mau hidup di tengah-tengah keadaan seperti ini. Tuhan sedang melatih kita untuk menghargai hidup di dalam keadaan dimana hidup itu sedang dalam keadaan bahaya. Tentu kita mau belajar untuk menghargai hidup, dan kita mau melakukannya di dalam Tuhan. Sekarang kalau reaksi pertama kita adalah keamanan diri, dan reaksi pertama Kristus adalah Bapa, kira-kira kita bisa cocok tidak? Bisakah Tuhan Yesus sebagai manusia cocok dengan kita? Hobi kita, kebiasaan kita ngomong, cara kita hidup tidak bisa cocok. Hal pertama yang Petrus lakukan ketika menyadari kuasa Yesus adalah “menjauhlah dari padaku, sebab aku orang berdosa”, ini yang harusnya kita rasakan. Tidak mungkin Yesus menjadi inner-circle kita. Tapi Paulus mengatakan “tidak, kita tidak cocok kumpul dengan Yesus, cara bicaranya berbeda, sudut pandangnya beda, instingnya beda, kekudusannya jelas beda”, namun Yesus menjadikan kita bagian dari Dia. Ini hal yang sering luput dari pengertian keselamatan kita. Sebelum Yesus menebus kita, terlebih dahulu Dia menjadikan kita inner-circlenya Dia, ini yang dikatakan Injil Yohanes “kamu adalah sahabat-sahabatKu”. dan kasih sejati adalah kasih dari seorang sahabat yang menyerahkan nyawanya bagi sahabat-sahabatnya. Tuhan menjadikan kita satu tim dengan Dia dan mengatakan “untuk kalian, Aku rela mati”, ini tidak mudah. Di dalam diri Tuhan Yesus sendiri harus ada cinta kasih yang demikian besar yang menutupi murka Allah kepada manusia yang berdosa. Dalam diri Yesus harus ada pengosongan diri, kerelaan untuk bersabar dengan orang-orang yang kacau dan brengsek seperti kita. Dalam diri Yesus harus ada ketekunan untuk mengasihi orang-orang yang tidak mengerti-mengerti, sudah dikasihi tapi tetap seperti begini saja. Dan ini yang Yesus lakukan, Dia rela mati bagi orang-orang waktu kita masih seteru dengan Allah. Maka yang Paulus mau sampaikan adalah kalau Yesus rela menjadi bagian dengan kita dan rela tanggung kematian kita, bayangkan saya rela mati untuk orang yang dekat dengan saya, tapi Kristus rela mati untuk orang-orang yang memusuhi BapaNya. Kita memusuhi Bapa dan Yesus mengasihi kita, itu luar biasa besar cintaNya. Yesus menyerahkan diriNya, Dia rela mengambil kematian kita supaya matiNya Dia dan bengkitNya Dia menyatukan kita dengan Allah. Maka setelah Yesus mati dan bangkit, Paulus mengatakan “kamu yang tadinya seteru sudah diperdamaikan, maka kamu yang sekarang sudah diperdamaikan pasti selamat”. Pasti selamat karena engkau sudah menjadi milik Tuhan. Kalau dulu engkau masih seteru, Yesus mengatakan “Aku mau mati bagimu”, terlebih sekarang kamu yang sudah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidupNya. Maka tanpa kepastian ini kita tidak mungkin jadi Kristen, karena kita tidak tahu seberapa relanya Tuhan untuk mencintai. Setelah Kristus menyatukan, kita satu dengan Tuhan, dan dari situ kita sadar segala pelatihan yang diberikan Kitab Suci untuk menghargai hidup tidak akan sia-sia. Hidup yang kita hargai adalah hidup yang tidak diakhiri dengan kematian. Sebaliknya di dalam Kristus kematian adalah titik pertama sebelum langkah selanjutnya yaitu kebangkitan.

« 4 of 5 »