Ajaran agama akan memengaruhi kita melihat hidup. Begitu Saudara percaya teori hidup yang ngawur, Saudara juga akan salah hidup. Jika Saudara percaya manusia setelah hidup akan mati, lalu hidup lagi, ber-reinkarnasi, maka Saudara tidak akan menghargai hidup yang sekarang. Hidup begitu penting karena tidak ada second chance, tidak ada cara kedua untuk menghidupi hidup dari lahir sampai mati. Semua yang kita kerjakan di dalam hidup ini harus dikerjakan dengan pandangan yang tinggi terhadap hidup. Siapa yang bisa mengajarkan kita pandangan tinggi itu? Hanya Tuhan. Maka kalau Saudara membaca narasi dari Kitab Suci, Saudara akan sadar bahwa Tuhan mengajar lewat perkataan, peringatan, contoh-contoh kasus, cerita bahwa hidup itu sangat penting. Bukankah Tuhan menjanjikan hidup yang berkelimpahan kepada Israel? Dan hidup yang berkelimpahan itu terjadi kalau setiap individu di dalam Kerajaan Israel menaati hukum Tuhan. Seringkali kita memperlakukan hukum itu sebagai bentuk ujian untuk kelulusan pribadi di hadapan Tuhan. Maka meskipun peraturan di Taurat itu kelihatan absurb dan aneh, jalani saja, karena ini untuk dinilai oleh Tuhan. Jadi Taurat adalah untuk kita dinilai di hadapan Tuhan, itu salah. Taurat diberikan supaya janji Tuhan kena ke Israel. Karena kalau setiap individu di kerajaan itu menaati Taurat, kerajaan itu akan menikmati hidup limpah yang Tuhan janjikan. Bayangkan sebuah masyarakat dimana tidak ada orang yang mencuri, tidak ada orang yang berzinah, tidak ada orang yang membunuh, tidak ada orang mendengki, tidak ada orang yang tidak berbelas-kasihan, masyarakat seperti itu sangat indah. Kenikmatan hidup terjadi karena lingkungan yang baik, yaitu lingkungan yang menghargai hidup. Bagaimana menghargai hidup jika kita mengabaikan perlunya lingkungan yang baik untuk seseorang hidup. Ini sebabnya Hukum Taurat diberikan supaya orang Israel mengerti “jika saja semua kamu menaati Taurat maka janji Tuhan tidak mungkin tidak jadi, kamu akan mengalami damai, ketenangan, sukacita”, itu yang akan terjadi. Dan Tuhan akan hukum dengan keras. Kalau ada orang melanggar, dia harus disingkirkan dari komunitas karena dia akan menjadi parasit yang menghancurkan seluruh komunitas. Jadi penilaian terhadap hidup di Perjanjian Lama sangat tinggi. Tuhan melatih orang untuk sadar Tuhan mencintai manusia, Tuhan menginginkan mereka hidup dengan limpah, dan Tuhan menjanjikan kelimpahan itu melalui ketaatan kepada firman. Di bagian lain Tuhan juga menyatakan dengan sangat indah tentang penghargaan terhadap hidup, Tuhan mengatakan bahwa Dia menetapkan atau memberikan rancangan supaya Israel hidup. Rancangan-rancangan Tuhan adalah rancangan yang penuh kedamaian, penuh sukacita, penuh kelimpahan. Tapi rancangan ini seperti terhalang oleh karena Israel menolak datang kepada Tuhan. Maka di Perjanjian Lama di satu sisi ada penekanan terhadap pentingnya hidup, hidup sangat bernilai. Sangat salah kalau kita menghidupi kehidupan Kristen dan mulai berpikir “saya tidak melihat hidup itu penting, lebih baik saya segera mati”. Keinginan untuk mati adalah keinginan yang sangat bodoh, karena ingin mati tanpa tahu apa yang akan terjadi di dalam kehidupan setelah kematian adalah spekulasi bodoh yang dilakukan oleh orang yang tidak berpikir lagi. Maka Saudara setiap kali kita mengenal Tuhan atau setiap kali kita bertambah dalam pengenalan akan Tuhan, kita juga akan bertambah dalam penghargaan terhadap hidup. Sebaliknya, semakin kita tidak mengenal Tuhan maka semakin kita memandang hidup dengan cara yang makin rendah. Akhirnya banyak hal yang salah dalam kehidupan manusia, penghargaan ini tidak muncul kalau kita tidak kenal Tuhan. Demikian juga penghargaan terhadap orang tua, mengapa orang tua yang sudah tidak bisa apa-apa lagi tidak dimatikan saja? Alkitab mengatakan, tidak, Tuhan menghargai hidup bukan hanya karena apa yang bisa dihasilkan dalam hidup, tapi karena Tuhan menghargai hidup itu sendiri. Itu sebabnya anak-anak mesti menghormati orang tua dan bentuk penghormatan kepada orang tua itu bukan setelah orang tua mati. Bentuk penghormatan kepada orang tua juga bukan dalam bentuk ketaatan mutlak kepada orang tua. Saudara harus menaati Tuhan bukan orang tua, orang tua melawan Tuhan, Saudara tidak diwajibkan bahkan tidak diperbolehkan taat kepada orang tua. Tetapi taat dan tidak taat, tidak boleh dinyatakan dengan sifat yang membangkang atau sikap meremehkan, Saudara tetap memelihara rasa hormat, kagum, sungkan, maka Saudara boleh tidak setuju, tapi ketidak-setujuan dinyatakan dengan segala perasaan rendah hati, bukan sombong. Penghormatan kepada orang tua dilakukan dengan perasaan hormat, terutama ketika orang tua sudah berada dalam usia yang yang sudah tua, sudah tidak bisa melakukan apa-apa, anak harus menghormati orang tua, memberikan support, topangan, perhatian, pemeliharaan bagi orang yang dalam masyarakat sudah tidak ada perlunya lagi untuk berada. Tidak ada penghargaan terhadap hidup kecuali penghargaan itu digali dari Kitab Suci, direnungkan dan diterapkan melalui kebenaran Kitab Suci. Tidak ada negara yang tidak dipengaruhi oleh judeo christian tradition yang akan sembarangan meremehkan hidup.
Maka baca Taurat kita sadar hidup itu penting, tapi waktu kita lihat Kitab Taurat kita juga sadar bahwa segala pentingnya hidup, segala indahnya hidup, berhenti pada saat kematian. Di dalam Perjanjian Lama tidak ada pembicaraan tentang hidup setelah kematian, kecuali pembicaraan yang negatif. Setelah hidup itu diakhiri oleh kematian seperti semuanya berakhir dengan sangat kasar. Maka waktu membaca Perjanjian Lama, dua hal ini seperti kontra, hidup itu penting, tapi hidup itu berakhir, hidup itu penting tapi kematian merusakannya. Sehingga membaca seluruh Kitab Suci membuat Saudara punya perasaan mau bergumul terus. Waktu kita membaca Perjanjian Lama, kita sadar ada pergumulan yang sepertinya bertentangan, hidup itu penting di satu sisi, tapi hidup itu akan berakhir di sisi lain. Hidup itu sangat penting, tapi hidup itu berakhir. Itu sebabnya Perjanjian Lama mengingatkan bahwa hidup itu sangat penting tapi unsur utama dalam hidup adalah satu dengan Tuhan. Hidup itu sangat penting dan hidup punya pengertian satu dengan Tuhan, maka kita mesti tafsrikan ulang arti hidup. Hidup bukan hidup yang kita jalani sendiri otomatis, hidup adalah pemberian Tuhan karena Tuhan menginginkan adanya relasi antara kita dengan Tuhan. Tuhan dan manusia satu, Tuhan dan manusia bersekutu, itulah hidup. Tanpa Tuhan tidak ada hidup, tanpa Tuhan dijadikan bagian utama dalam hidup, Saudara dan saya tidak mempunyai hidup. Jadi hidup berarti karena ada Tuhan. Alkitab memberikan penjelasan yang sangat clear, tanpa Tuhan hidup itu kosong, tapi banyak orang lambat untuk mengerti ini sehingga berpikir di dalam kesenangan yang dia miliki sekarang dia sudah menjalankan hidupnya tanpa Tuhan. Tapi Alkitab mengatakan hidup itu tidak ada tanpa Tuhan. Kesenangan mengalami persatuan dengan Tuhan itu adalah kesenangan yang tak tergantikan. Saudara tidak bisa gantikan Tuhan dengan yang lain, Tuhan tidak tergantikan. Alkitab memberikan pengajaran kepada kita, kalau kita tempatkan Tuhan di posisi yang benar, maka semua yang lain ada di tempat yang tepat. Saya ingat khotbah yang sudah dibagikan oleh Pdt. Adrian mengenai janda yang ditolong oleh Elisa. Elisa menanyakan pertanyaan penting kepada janda itu, janda itu mengatakan “saya sudah kehilangan uang, saya jual segalanya, tapi suami saya punya hutang sangat besar. Sekarang yang meminjamkan uangnya kepada suami saya, sekarang akan mengejar saya karena suami saya sudah mati, dan mungkin anak-anak saya akan diambil dijadikan budak”. Lalu Elisa mengatakan “apa yang bisa aku lakukan untuk kamu? Apa yang ada padamu?”, kalimat ini menghibur sekali, Tuhan mengingatkan kita bahwa apa yang ada pada kita menjadi berarti karena ada Tuhan. Apa yang kita punya menjadi berarti karena ada Tuhan. Sebaliknya kita kumpulkan banyak hal di sekeliling kita dan menjadi nothing karena tidak ada Tuhan. Ini yang menjadi isu di Perjanjian Lama, jika hidup itu penting dan hidup harus diakhiri, bagaimana saya harus bersikap sebagai umat? Bagaimana kita menikmati hidup yang tak berkesudahan, tidak dihantam oleh kematian, how we can joy our life? Dan Alkitab mengatakan satu-satunya cara adalah kembali ke Tuhan. Tuhan harus hadir kembali dalam kehidupan kita, Tuhan harus ada dalam hidup kita. Bisakah kita undang Tuhan datang? Kalau Tuhan tidak mau, Saudara tidak bisa paksa Dia, karena bukan Dia yang perlu kita, kita yang perlu Dia. Di dalam doktrin Tritunggal jelas sekali bahwa Tuhan memunyai keharusan untuk melakukan sesuatu dan Tuhan juga memunyai pilihan untuk melakukan sesuatu. Relasi antara Bapa, Anak dan Roh Kudus adalah keharusan dari Allah. Allah tidak mungkin tidak berelasi dalam Allah Tritunggal. Tapi menciptakan itu bukan keharusan dari Allah. Allah tidak kekurangan keilahian kalau Dia tidak mencipta. Allah akan kekurangan keilahian jika tidak ada relasi 3 Pribadi, Bapa, Anak dan Roh Kudus. Maka relasi Bapa, Anak dan Roh Kudus mutlak harus ada pada Allah, tanpa itu Allah tidak bisa menjadi Allah. Tapi tanpa ciptaan Allah tetap Allah, berarti yang perlu Allah adalah manusia. Lalu yang harus datang adalah Allah. Apakah Dia mau datang? Dan ternyata Alkitab mengatakan di Roma 5, Tuhan mau hadir dan Tuhan mau pulihkan relasi antara manusia dan Allah. Paulus membahasnya dari sudut pandang yang unik, sudut pandang kerelaan Tuhan.