Umat boleh masuk ke kemuliaan Tuhan? Tidak, maka Bait Suci pun dipisah. Ada ruang maha suci dan ruang suci. Umat Tuhan datang diwakili oleh imam. Imam masuk ke Bait Suci, di ruang suci dia menyalakan lilin, kemudian dia berdoa. Tapi satu tahun di dalam hari penebusan dosa, ada Imam Besar ambil darah binatang masuk sampai ke ruang maha suci. Apakah ruang maha suci ini penuh dengan kemuliaan Tuhan? Tidak, ini hanya simbol. Kemuliaan Tuhan yang sejati dibatasi oleh tembok yang tidak kelihatan, Saudara tidak bisa akses kemuliaan Tuhan. Jadi imam hanya masuk di contoh Bait Suci, imam tidak benar-benar sanggup masuk ke dalam kemuliaan Tuhan lalu membawa umat untuk menikmati kemuliaan Tuhan, tidak ada imam yang sanggup. Maka Alkitab mengatakan hanya Kristus yang dari tempat yang mulia itu datang ke tempatnya umat untuk membawa masuk umat Tuhan menikmati kemuliaan Tuhan. Hanya Kristus yang bisa. Gambaran ini jelas sekali di dalam Kitab Suci, Allah yang mulia tidak bisa diakses. Umat Tuhan di sini tidak bisa mengakses kemuliaan Tuhan. “Bagaimana saya bisa menikmati Tuhan, hidupku terlalu kosong, terlalu kering, terlau kacau tanpa Tuhan, saya mau akses, bagaimana caranya?”, “Bait Suci”, “tapi Bait Suci tidak membawa kami kepada kemuliaan Tuhan”, maka Tuhan buang Bait Suci diganti dengan Kristus. Kristuslah yang dari tempatnya umat masuk ke ruang maha suci, Dia menikmati kemuliaan Tuhan. Dan Paulus mengatakan, waktu Kristus masuk, Dia bukan masuk sendiri, Dia membawa kita masuk. Maka masuknya Kristus ke kemuliaan Allah itu meruntuhkan tembok ini. Tidak ada lagi tembok antara umat dan kemuliaan Tuhan, Saudara adalah orang-orang yang akan menikmati kemuliaan itu nanti. “Tapi hidup saya tidak benar”, memang, makanya bukan kamu yang pertama masuk. Yang pertama masuk adalah Kristus. Kristus yang benar, yang suci, maka Dia yang berhak masuk dan kita semua masuk oleh karena Dia. Setelah tembok tidak ada, orang bisa menikmati kemuliaan Tuhan karena Kristus. Itu sebabnya hanya di dalam Kristus orang memunyai pengharapan akan menerima kemuliaan Tuhan. Di dalam Kristus berpengharapan menerima kemuliaan Tuhan, mendapatkan kehadiran Tuhan, dan seluruh kemuliaanNya boleh kita nikmati oleh karena Kristus. Itu sebabnya Paulus mengatakan oleh Dia kita beroleh jalan masuk ke pada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan bermegah di dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah, puji Tuhan. Saudara dan saya dapat sebagai anugerah di dalam Kristus. Dia yang masuk dan di dalam Dia kita ikut masuk. Itu sebabnya di dalam kebaktian kita sangat perlu Perjamuan Kudus. Perjamuan Kudus itu untuk memberikan kepada kita kejelasan secara fisik. Kalau Perjamuan Kudus, Saudara akan makan roti dan minum anggur, dan rotinya pasti dibagikan, tidak ada roti virtual. Yang penting itu fisiknya, Saudara makan roti dan minum anggur, ini artinya Saudara dan saya satu dengan Kristus. Kita memang tidak bisa melihat Kristus, tapi kita bisa mengerti jelasnya Kristus hadir sama jelasnya dengan roti dan anggur di tangan kita. Ini yang membuat kita kuat, setiap kali kita makan kita sadar “sejelas roti ini saya makan demikian jelasnya Tuhan menyatakan anugerahNya kepada saya. Sejelasnya anggur ini saya minum, demikian saya berbagian di dalam Kristus”. Maka sekarang antara sorga dan bumi tidak ada tembok pemisah. Saya percaya ini gambaran sorga dan bumi, gambaran bersebelahan, dan batasan yang lebih tepat. Orang biasanya membuat batasan atas dan bawah, bumi di bawah sorga di atas, tidak bisa ditembus. Bait Suci tidak pakai tingkat, tapi pemisah, di satu sisi ruang suci dan di sisi yang lain ruang maha suci, satu level tapi dipisahkan dengan tembok. Begitu temboknya runtuh maka menjadi satu. Saudara dan saya satu dengan Kristus yang sekarang ada di sorga. Berari kemuliaan yang akan dinikmati oleh umat Tuhan adalah kemuliaan yang akan kita nikmati. “Tapi siapa saya sehingga boleh menikmati? Tuhan tahu kita jahat, bahkan Tuhan tahu kita lebih jahat dari pada yang kita pikir kita tahu. Petrus tidak tahu kalau dia pengecut, Petrus hanya tahu “saya sedang berani”. Dia tidak tahu secara psikologis bahwa orang yang sangat berani tapi cuma letusan emosi juga adalah orang yang letusan takutnya bisa keluar. Dia mengatakan “saya berani kalau yang lain lari, saya tidak. Saya akan bela Engkau, akan saya bela sampai mati”. Tapi Petrus menyangkal 3 kali. Petrus baru sadar, “ternyata saya seperti ini”. Dan Tuhan sudah tahu kalau Petrus seperti itu. Tuhan pilih Petrus yang pengecut, Tuhan pilih orang-orang berdosa yang sangat Tuhan ketahui dosanya apa. Kalau Saudara mengatakan “saya orang berdosa, Tuhan tahu tidak?”, Tuhan lebih tahu dari pada kamu. Banyak jahatnya kita yang kita belum tahu tapi Tuhan tahu. Waktu Tuhan pilih, Tuhan tahu kita jahat, mengapa Tuhan tetap pilih? Karena Tuhan mencintai kita. “Saya tidak layak dicintai”, memang, itu poinya. Saudara yang tidak layak dicintai, dicintai oleh Tuhan dan itulah yang membuat pengorbanan Kristus menjadi penting, karena Dia ambil kita yang berdosa ini dan Dia harus menegakan perjanjianNya dengan mematikan Kristus.
Mengapa Yesus harus mati? Karena perjanjian Tuhan adalah perjanjian yang upahnya besar sekali. Dan besarnya upah itu harus selaras dengan besarnya murka. Itu juga tema dari Surat Roma. Besarnya kemuliaan selaras dengan besarnya kengerian murka. Karena apa besarnya kemuliaan harus sama besarnya dengan kengerian murka? Karena perjanjian yang Tuhan ikat dengan umatNya adalah perjanjian yang sangat serius. Perjanjian pernikahan, kalau itu dilanggar, hati Saudara sakit bukan main. Tapi Saudara tidak akan merasakan hal yang sama untuk perjanjian yang lebih remeh, perjanjian remeh kalau dilanggar tidak terlalu memberikan sakit hati kepada Saudara. Maka seriusnya perjanjian akan berkait dengan besarnya murka. Mengapa Tuhan begitu besar murkanya? Karena dia juga menjanjikan berkat yang begitu besar lewat perjanjian ini. BerkatNya begitu besar, berbanding sama, bisa diukur dari mengerikannya penghukuman Tuhan. Tuhan mau mempertobatkan kita, mau menjadikan kita milikNya dan caranya begitu mengerikan yaitu Anak TunggalNya harus mati bagi kita. Mengapa Allah harus menjadi manusia lalu mati bagi saya? Karena berkat yang Tuhan mau berikan kepada kita begitu besar, sehingga murka yang Dia timpakan kepada AnakNya harus ada. Itu sebabnya dari situ kita tahu di dalam Kristus kita memeroleh kemegahan akan menerima kemuliaan Tuhan.