Sekarang kita kaitkan dengan hidup real dan berpengharapan. Saya tadi katakan ada tembok pemisah antara umat dan kemuliaan Allah, umat tidak bisa menembus menuju kemuliaan Tuhan. Tapi ada Imam yaitu Kristus yang masuk ke kemuliaan Tuhan. Tapi kesatuan kita dengan Kristus bukan cuma kesatuan masuk ke kemuliaan Tuhan, tapi juga kesatuan di dalam hidup di dunia ini. Apa yang Kristus alami dalam hidup adalah hal yang dengan aman bisa kita jalani juga. Pengertiannya, kalau Saudara sudah melihat Kristus jalani apa, dan apa yang Dia jalani tidak membatalkan kemungkinan Dia menikmati kemuliaan Tuhan berarti apa yang kita jalani di dalam Dia juga tidak akan membatalkan kemuliaan yang Tuhan janjikan kepada Dia. Apa yang Kristus alami? Kita lihat di ayat 3, “dan bukan hanya itu saja kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita karena kita tahu bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan”, inilah kunci untuk memahami hidup yang real tapi berpengharapan. Hidup real dan berpengharapan berarti Tuhan justru memberikan pengharapan di tengah-tengah realita hidup yang berat. Sekarang cara pandang hidupnya harus berubah. Apa hidup yang nikmat? Hidup nikmat adalah hidup mendapatkan janji kemuliaan Tuhan. Dan yang lainnya menjadi sekunder di bawah itu. Kita harus punya pola pikir seperti itu, kalau tidak, kita akan banyak mengalami kekecewaan di dalam hidup bersama Tuhan karena salah mengerti. Kalau Kristus ada di dunia ini, dan akhirnya sekarang Dia menikmati kemuliaan Tuhan dan kita satu di dalam Dia, maka apa yang Dia alami juga mungkin kita alami. Kristus mengalami sengsara, berarti waktu kita mengalami sengsara, kita tidak dibebaskan atau kita tidak akan diluputkan dari kemuliaan Tuhan, kita tidak mungkin gagal menikmati kemuliaan Tuhan. Sehingga Kristus memberikan pola hidup yang baru. Pola hidupnya adalah pengharapan di tengah-tengah kekacauan dan kehidupan dari kematian. Ini dua hal penting, pengharapan dari kekacauan dan kehidupan dari kematian. Orang Kristen harus melihat hidup dengan cara seperti ini, bukan untuk kejar penderitaan, orang Kristen bukan orang yang sengaja mencari penderitaan. Cuma yang mau diajarkan oleh Alkitab adalah Saudara tidak bisa kontrol hal-hal ini dalam hidup. Saudara bisa coba cegah tapi Saudara tidak bisa punya kepastian. Maka hidup di tengah-tengah dunia adalah hidup yang harus real, yaitu “saya mau hidup baik-baik” tapi tidak tentu hasilnya baik, “saya mau hidup benar” tapi tidak tentu upah dari apa yang harusnya saya dapat sebagai orang benar bisa terjadi. Sehingga kita bisa antisipasi dengan perombakan cara lihat hidup. Ada perkataan bijaksana dari seorang sastrawan Inggris pada zaman pandemi black death, dia mengatakan “orang-orang tidak perlu lagi kejar kematian, sekarang kematian sedang mengejar kita”. Dia pakai gambaran yang mengerikan, katanya kita seperti berada di dalam lingkaran dan kita hanya bisa berlari di dalam lingkaran itu. Lalu ada dua kematian yang mengejar kita, yang satu ke arah yang satu, satunya lagi ke arah yang lain. Jadi Saudara mau lari kemana pun akan ketemu kematian. Kalimat ini mengerikan tapi fakta, Saudara tidak bisa lari dari kematian. Tapi Paulus mengatakan di dalam kesengsaraan kita bermegah. Mengapa di dalam kesengsaraan bisa bermegah? Sekali lagi Paulus tidak mengatakan “kamu harus sengsara untuk bermegah”, tapi Paulus mengatakan karena pengharapan di dalam Kristus, sengsara pun tidak lepaskan kamu dari kemegahan ini, dari perasaan kagum ini. Perasaan kagumnya adalah Allah kita adalah Allah yang selalu mengerjakan kebaikan di tengah kekacauan. Saudara bisa melihat Perjanjian Lama untuk mengerti hal ini, semua hal baik muncul dari yang kacau. Dan ini yang membuat kita bersukacita ternyata dari kesengsaraan, Tuhan memunculkan kebaikan. Jadi pola Kristen itu bukan pola damai, pola baik, pola sejahtera, waktu tidak tercapai ini kita jadi marah-marah, bukan itu. Pola yang diajarkan Alkitab adalah pola sengsara dan kematian. Dari mana timbul keselamatan? Dari sengsara Kristus. Dari mana timbul hidup? Dari kematian Kristus. Mengapa sengsara dan kematian Kristus menimbulkan hidup dan pengharapan bagi saya? Karena sengsara dan kematianNya adalah sengsara dan kematian yang menyatukan engkau dengan Dia. “Saya satu dengan Kristus? Satu dalam apa?”, satu dalam menikmati kemuliaan Tuhan dan dalam menikmati sengsara dan kematian. Ini adalah skill hidup Kristen yang perlu kita pelajari. Kristen melihat penganiayaan dan kematian sebagai satu bagian yang akan mendatangkan sukacita dan kehidupan. Maka waktu kita hidup sebagai orang Kristen, kita harus antisipasi ini. Kalau Saudara tidak antisipasi ini, Saudara akan menjadi orang yang mudah sekali hancur iman Kristennya. Banyak orang yang iman Kristennya hancur karena dia pikir sudah mendapatkan yang baik. Tapi Alkitab mengatakan “bersiap untuk yang tidak baik”, karena yang baik akan muncul dari yang tidak baik, apa pun itu, Tuhan yang kerjakan. Tuhan memberikan pengharapan, di tengah kesulitan, Tuhan munculkan keindahan, di tengah kematian Tuhan munculkan kebangkitan. Maka Alkitab memberikan janji kemuliaan Tuhan akan Saudara akses dalam kemuliaan tubuh yang baru, bukan di dalam tubuh ini. Untuk tubuh ini beralih ke tubuh yang baru harus ada kematian. “Harus ada kematian? Saya tidak mau”, Saudara boleh tidak mau tapi nanti akan tetap kena. Kita tidak bisa mengatakan “saya mau hidup senang, saya mau hidup baik”, Saudara bisa saja punya rencana seperti itu, tapi harus siap tidak tentu itu yang terjadi. Dan inilah iman Kristen yang real, bahwa hidupmu bisa hancur, bisa kacau, bisa kena segala hal yang menyusahkan, asal bukan dicari, bukan karena dosamu. Hidupmu bisa kacau, bisa hancur, bisa menyedihkan, tapi tidak mungkin Tuhan tarik janjiNya. Janji masuk dalam kemuliaan Tuhan tidak akan Tuhan batalkan, karena ketika Saudara hidup dalam kesulitan, penderitaan, Saudara menjalani seperti Kristus menjalani. Jadi mengapa kita bisa masuk dalam kesulitan? Karena dulu Kristus masuk. Mengapa kita yang sudah di dalam Kristus masih mati? Karena Kristus pun mati. Maka kita tahu bahwa pengharapan tidak akan diambil karena Kristus mengalami apa yang dialami, dan kita mengalami apa yang kita alami untuk masuk dalam kemuliaan Tuhan. Itu sebabnya dikatakan kita bermegah di dalam kesengsaraan, karena kita tahu bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan.

« 4 of 5 »