Apa gunanya engkau dicipta? Calvin di dalam Institute of Christian Religion mengatakan untuk mengenal Tuhan. Mengenal Tuhan adalah tujuannya, bukan cara untuk mendapatkan yang lain. Sehingga ketika manusia lupa, mereka akan membangun identitas dan mereka akan menggunakan yang lain sebagai ikon. Ini yang dilakukan Israel. Tentu kalau kita lihat Paulus tentu tidak sedang bicara tentang pengertian ini di dalam kosa kata kita di zaman modern, tapi Saudara bisa melihat kaitanya. Paulus mengatakan bangsa-bangsa lain tidak mengejar kebenaran, atau dengan kata lain bangsa-bangsa lain tidak perlu membuat dirinya dipresentasikan oleh ikon. Bangsa-bangsa lain tidak mengejar itu. Bangsa-bangsa lain yang percaya Tuhan tentunya. Karena waktu mereka percaya Tuhan Yesus, mereka sadar kehidupan mereka yang lama adalah kehidupan yang benar-benar sudah menyimpang. Tidak ada yang bisa dibanggakan dari kehidupan mereka yang lama. Sehingga ketika mereka mengenal Tuhan Yesus, mereka menjadi malu akan kebiasaan mereka sebelum mereka kenal Tuhan. Mereka menjadi malu akan sistem peribadatan yang mereka lakukan. Mereka malu dengan yang lalu sehingga mereka tidak mungkin mewujudkan identitas yang lama itu sebagai ikon baru. Mereka tidak mengatakan “lihat kami bangsa lain, bukankah kami hebat?”, mereka akan bilang “kami ini orang kafir”. Ini lain dengan Israel, waktu mereka menerima Kristus, mereka secara otomatis bisa menjadi orang yang mengatakan “benar kan Israel memang penting, buktinya Mesias datang. Dan sekarang Dia sudah di salib, mati dan bangkit. Dia adalah sumber dari hidup yang baru. Hebat ya Israel”, ini yang bisa terjadi. Mereka mempunyai kebanggaan terhadap identitas mereka, sehingga tanpa sadar mereka mewujudkan sebuah ikon yaitu Israel. Mereka hidup benar untuk menunjukkan “saya Israel”. Mereka jalankan hidup untuk menunjukkan ada kemiripan, dan kesamaan antara hidup mereka dan simbol mereka yaitu Israel, “kami orang Israel maka kami jalankan hidup seperti ini. Kami orang Israel dan ini buktinya. Kami adalah orang yang layak untuk disebut Israel”, kebanggaan diri. Kebanggaan yang berasal dari kesalahan mengerti identitas diri. Itu sebabnya saya katakan kita mesti kembali kepada identitas kita, siapa kita. Tuhan menciptakan kita untuk menjadi gambarNya Tuhan, ikonNya Tuhan. Lalu sebagai ikon, apa yang harus kita lakukan? Yang harus kita lakukan pertama-tama adalah kita tidak meletakkan identitas kita kepada diri. Tuhan menolong kita dengan mengirimkan Kristus, sehingga kita bisa mengatakan seperti Paulus, “bagiku hidup adalah Kristus”. Mengapa kamu hidup? Supaya Kristus dinyatakan. Apa maksudnya Kristus dinyatakan? Artinya adalah saya akan jalankan hidup sebisa mungkin supaya orang mengidentikkan saya dengan keagungan Kristus yang rela merendahkan diri. Ingat Paulus menekankan bahwa Kristus dibangkitkan, dia pakai kata sebagai manusia, ini 1 Korintus pasal 15. Lalu di dalam bagian lain dikatakan “kita meneladani Kristus yang walaupun dalam rupa Allah tidak menganggap kesetaraan dengan Allah sebagai milik yang harus dipertahankan”, kesetaraan maksudnya pernyataan Allah. pernyataan IlahiNya, bukan seperti Yesus tidak menjadi Allah lagi. Tapi Yesus meninggalkan kemuliaan Allah, lalu Dia menjadi sama dengan manusia, lalu menjajarkan diriNya dengan orang-orang yang disebut budak. Dia rela menjadi hamba bahkan mati dikayu salib. Jadi Saudara melihat perendahan diri Kristus, Dia Allah tapi Dia rela menjadi sama dengan manusia. Manusia ada banyak golongan. Dia digolongkan dengan apa? Dia digolongkan dengan yang tersalib, itu golongan paling bawah dari kemanusiaan. Jadi Dia meletakkan diriNya di bawah. Ini yang Paulus katakan harus ada dalam diri kamu. “Berarti saya harus selalu di bawah?”, bukan. Yang dimaksudkan menjadi milik Kristus adalah Saudara tidak memberikan fokus kepada kedudukan di dalam tindakanmu. Waktu Saudara melakukan sesuatu, Saudara tidak melakukan itu supaya berada di ranking, entah itu ranking atas atau ranking bawah. Saudara lakukan itu supaya orang bisa melihat Tuhan dalam hidup Saudara. Tentu otomatis kalau Saudara lakukan itu dengan setia, Saudara harusnya kan diletakkan di dalam level atas, maksudnya di dalam etika, di dalam perbuatan, di dalam di dalam kehidupan, tapi bukan itu yang kita kejar. Sehingga ketika orang mengatakan “kamu adalah orang yang layak jadi teladan”, kita tidak mengatakan “inilah yang menjadi ikon saya. Memang saya hebat, saya adalah sang teladan”, jadi ikon baru, sang teladan. Tapi kalau orang-orang dari bangsa lain menerima Kristus dan mereka menyadari mereka bukan siapa-siapa, mereka akan hidup untuk mencerminkan pemahaman orang lain bahwa Kristus itu rela mengosongkan diri. Kristus rela dianggap sama dengan yang rendah untuk menggenapi apa yang Tuhan mau. Ini kontras dengan apa yang Paulus katakan bangsa Israel kejar. Bangsa Israel kejar menjadi pameran identitas, jadi ada ikon yang mereka mau tunjukan. “Biar bangsa-bangsa tahu kami orang Israel”, apa identitas orang Israel? “Identitasnya adalah kami tidak pernah jatuh pada penyembahan berhala. Dan kalaupun Mesias hadir, Mesias itu hadir karena Dia bagian dari Israel”, ini jadi salah. Siapa Mesias? “Bagian dari Israel”. Tapi Paulus balikkan itu di pasal ke-10, pasal yang ke-11, Paulus mengatakan Israel adalah bagian dari Kristus kalau mereka setia. Paulus mengatakan Israel tidak selamanya keras hati, adat saat Tuhan akan panggil mereka kembali, dan mereka sadar mereka adalah bagian dari Kristus, ini yang Paulus mau bagikan. Maka dikatakan di ayat yang ke-32, Israel gagal diselamatkan karena mereka mengejarnya bukan karena iman, tapi karena perbuatan. Ternyata tidak sesimpel itu menafsirkannya. Apa itu perbuatan? Berarti saya mengejar pameran identitas untuk menjadi ikon. “Israel adalah bangsa yang setia kepada Tuhan, yang tidak mungkin jatuh kepada penyembahan berhala, yang tidak mungkin makan makanan yang cemar, yang tidak mungkin bergaul dengan orang berdosa, yang tidak mungkin bersatu dengan orang-orang cemar di luar sana. Inilah Kami orang Israel, orang khusus yang mempunyai kesalehan, menunjukkan kami lebih baik dari siapapun”, identitas yang dipamerkan membuat mereka bentur dengan Kristus yang justru kehilangan identitas ini demi memuliakan Allah. Tidak ada orang yang melihat Kristus dipaku di kayu salib dan mengatakan “hebat orang ini, benar-benar keren”, tidak ada. Tapi justru dari Kristus, salib menjadi simbol dari kerelaan Dia untuk menuntaskan pekerjaan yang Tuhan berikan. Itu sebabnya Paulus mengatakan Israel tidak mengejar karena iman, tapi karena perbuatan. Kalau begitu mengejar karena iman itu bagaimana? Apa itu beriman? Sekali lagi, iman itu bukan kengototan meskipun tidak ada bukti. Kita sudah salah mengerti, iman berarti lakukan meskipun tidak ada justifikasi untuk tindakan itu, itu salah. Iman bukan itu. Kalau Saudara mengatakan “saya tidak ada bukti bisa jalankan ini, pokoknya saya jalankan saja”, maaf itu bukan iman. Iman itu apa? Iman itu berarti Saudara tahu bahwa diri Saudara hadir bukan untuk menunjukkan diri, tapi untuk pamerkan Tuhan. Abraham beriman makanya dikatakan Abraham beriman dan karena itu dia jalan dari rumah nenek moyangnya dan dia tinggal di tanah yang Tuhan tunjukkan. Ini menunjukkan iman, iman bukan cuma sekedar tidak mengerti apa yang akan terjadi depan tapi tetap jalankan, tapi dia jalankan karena jelas Tuhan yang suruh, ini namanya iman. Iman itu berarti memberi diri untuk menjadi gambar Allah simplenya. Ada banyak penjelasan tentang iman tentu ini bukan satu-satunya, tapi salah satu yang mewakili. Apa itu iman? Iman berarti saya memberi diri untuk menjadi gambar Allah. Kalau saya adalah gambar Allah berarti terserah Tuhan apa yang terjadi pada saya, itu iman. Waktu Samuel diserahkan kepada Imam Eli, mamanya Hana mengatakan “terserah Tuhan anak ini mau jadi apa”, itu namanya iman. “Terserah Tuhan hidup saya mau jadi apa”, itu namanya iman. Waktu Abraham jalan, sampai ke Kanaan dia menemukan tanah kering, Saudara tahu kisah ini, sampai dia mesti pergi ke Mesir. Bayangkan betapa goncangnya hatinya, “mengapa begini keadaan?”. Lalu di Mesir dia mendapatkan kesulitan besar karena istrinya hampir diambil orang, baru dia sadar “saya tidak boleh lari dari Kanaan, karena Tuhan yang suruh”. Akhirnya begitu dia lepas dari Mesir, mau masuk Kanaan, Alkitab mencatat dia mendirikan mezbah. Mengapa dia mendirikan mezbah sebelum menjelajahi Kanaan? Karena sekarang dia mau mendedikasikan diri kepada Tuhan lagi. Dia mau mengatakan “Tuhan, yang engkau mau terjadi padaku, biar itu terjadi”. Dan Saudara melihat contoh yang sangat terkenal ketika dia sudah mempunyai anak yaitu Ishak, lalu Tuhan mengatakan “persembahkanlah dia bagiKu”, dan dia mengatakan “Tuhan, seperti yang Tuhan mau anak ini jadi apa, demikianlah jadinya”, dan dia bawa anaknya, ini namanya iman. Iman berarti, “saya adalah gambar Allah maka terserah Tuhan hidup saya mau jadi apa”, sesuatu yang indah. Jadi iman tidak berkait dengan kengototan untuk kerjakan sesuatu yang tidak ada dasar. Meskipun Alkitab mengatakan bahwa iman itu percaya kepada sesuatu yang tidak didasarkan pada yang terlihat, tapi dilanjutkan di dalam Ibrani 11 iman itu berarti percaya kepada perkataan Tuhan yang menopang yang terlihat. Yang terlihat ditopang oleh firman yang tidak terlihat. Dan saya percaya kepada yang menopang, saya bukan percaya kepada yang ada di atas. “Saya tidak lihat yang kelihatan, saya melihat yang menopang yang kelihatan itu”, firman yang menopang yang kelihatan. Dan firman bukan sesuatu yang tidak terbukti atau yang tidak bisa dijelaskan, karena Alkitab dinyatakan supaya kita mengerti. Iman itu berarti saya mengatakan kepada Tuhan, “Tuhan, identitas saya kan gambarMu, nyatakanlah keagunganMu melalui saya. Meskipun itu berarti orang tidak lihat saya lagi. Orang tidak lihat reputasi saya, orang tidak lihat kedudukan saya”, itu yang harusnya terjadi pada umat Tuhan. Tetapi Israel tidak kerja itu, mereka kejar perbuatan. Di dalam pengertian Paulus, perbuatan itu bukan tindakan saja, perbuatan itu adalah usaha membangun identitas. Jadi kalau Saudara bilang “mengapa ya agama Kristen itu agama yang meremehkan perbuatan baik? Katanya kita selamat bukan karena perbuatan baik, tapi karena beriman. Jadi kalau kita beriman itu kita selamat, kalau berbuat kita tidak selamat, untung saya jarang menolong orang”, tapi perbuatan itu bukan tidak menolong orang. Perbuatan itu adalah usaha membangun identitas. Karena Paulus mengaitkan perbuatan dengan ke-Israel-an orang Israel, ini yang kadang-kadang kita luput lihat. Makanya kita benturkan Paulus dengan Yakobus. Yakobus mengatakan manusia dibenarkan bukan hanya karena iman tapi karena perbuatan. Paulus bilang manusia selamat karena iman bukan karena perbuatan. Kita pikir Paulus berantem dengan Yakobus, tapi kalau Saudara lihat konteksnya Paulus selalu kaitkan bukan perbuatan dengan ke- Israel-an. Bukan perbuatan itu berarti kaitan dengan sunat, kaitan dengan bawa persembahan, kaitan dengan makan-makanan, kaitan dengan duduk makan dengan siapa, ini semua kaitan dengan identitas. Jadi sesuatu yang salah yang kita pahami kalau kita mengatakan agama Kristen itu agama iman bukan berbuat. Maaf kalau menyindir, makanya orang Reformed, orang yang tidak terlalu kelihatan perbuatannya karena kita mengandalkan iman. Tentu itu tidak bener kan? Harap benar. Jadi kalau dikatakan “kami orang Kristen, kami tidak peduli perbuatan karena kami orang beriman”, itu salah. Kamu selamat karena apa? Karena tolong orang? Menolong orang tidak membuat engkau selamat. Itu benar kalau tolong orang dijadikan pembangunan identitas. Tapi kalau menolong orang itu adalah ekspresi iman, tentu harus ada. Makanya Yakobus bilang “iman tidak menyelamatkan kalau iman itu tidak ditunjukkan dalam perbuatan”, karena iman itu menyerahkan diri untuk Tuhan “jadilah kepada saya seperti apa yang Tuhan mau”. Tuhan maunya engkau berbuat, maka harus berbuat. Kalau orang beriman tidak berbuat, itu omong kosong. Kalau Saudara mengatakan “saya beriman”, apa itu iman? “Aku gambar Allah, jadilah kepadaku seperti yang Tuhan mau”. Dan Tuhan mengatakan “kasihilah sesamamu, lakukanlah”. Ini indahnya kaitan antara iman dan perbuatan. Tapi di sisi lain, waktu Saudara lakukan, kemudian Saudara ingin dikenal sebagai orang yang identitasnya suka menolong, ini bahaya. “Siapa kamu?”, “yang suka menolong, sang penolong”. Roh Kudus itu Penolong, engkau mungkin bukan. Tapi itulah identitas. “Mengapa menolong orang?”, “itulah saya, ada semacam stereotip yang orang harus lihat dari saya, jadi saya adalah yang suka menolong”, itu bahaya. Maka Israel jatuh justru karena dia merasa dia harus bangun identitas dan pamerkan itu. Apapun yang ditunjukkan keluar adalah bagian dari pameran ke-Israel-an mereka. Sehingga ketika mereka melihat Kristus dan Kristus menjalankan kehidupan yang anti identitas Israel, mereka marah bukan main. Saudara bisa membuat list hal yang membuat mereka marah kepada Tuhan Yesus. Mereka marah karena Tuhan Yesus tidak menghormati Sabat, ini sesuatu yang sangat Israel. Mereka marah kepada Tuhan Yesus karena murid-muridNya tidak dilatih untuk cuci tangan sebelum makan, ini bukan karena Corona. Cuci tangan sebelum makan adalah tanda ke-Israel-an sejati, karena kalau Saudara makan, Saudara pegang alat makan atau pegang makanan, lalu Saudara masukkan ke mulut, tangan Saudara mungkin pegang benda yang pernah dipegang orang kafir. Cuci tangan sebelum makan artinya Saudara pergi keluar, Saudara sentuh barang yang pernah disentuh orang kafir, kekafirannya menempel di tanganmu. Tuhan melarang engkau bersekutu dengan orang kafir, sekarang kamu bawa zat orang kafir di tanganmu, masuk ke makanan, masuk ke perutmu, itu bahaya, maka harus dicuci. Mengapa cuci? Supaya kekafiran ikut dibuang, waktu kamu sudah cuci tangan, kamu makan, bebas kekafiran. Tapi murid Tuhan Yesus makan, tangannya tidak dicuci, mereka protes “mengapa para muridMu memasukkan kekafiran ke dalam diri mereka? Tidak cuci tangan, nanti yang najis masuk ke dalam”. Tuhan Yesus mengatakan “yang masuk ke dalam perut mereka akan dibuang di jamban. Tapi yang keluar dari hati mereka itu menunjukkan mereka kafir atau bukan”. Kalau Yesus hidup dengan kritik ke-Israel-an Israel pasti dibunuh, yang dikritik hal yang mendasar bagi Israel. Lalu Yesus bersekutu dengan pemungut cukai, ini parah sekali. Yesus diajak makan pemungut cukai dan Dia datang, ini poin negatif. Setelah itu Dia mengajak pemungut cukai makan. Jadi Yesus menghancurkan kebanggaan identitasnya Israel. Lalu yang terakhir, murid-murid Yesus merusak identitas Israel dengan sangat. Karena mereka menyatukan Mesias, ini ikonnya Israel, dengan salib, ini ikonnya kafir. Salib dan Mesias mengapa bisa disatukan? Yang satu lambang kutuk, yang satu lambang identitas Israel sejati. Yang satu lambang kenistaan, kecemaran, keberdosaan, kekafiran kutukan Tuhan, yang satu lagi adalah lambang kemuliaan Israel, mengapa keduanya ini kamu satukan? “Berani mengkhotbahkan Mesias yang tersalib, kamu kami salibkan. Mengapa? Karena ingin merusak identitas Israel. Maka Paulus mengatakan “cukuplah, kalau kamu saya beritakan Injil tapi tidak mau dengar karena identitasmu terlukai, silakan bangun identitasmu terus buat perbuatan-perbuatan untuk tunjukkan siapa kamu dan terpisahlah dari Tuhan”. Paulus kibaskan pakaian di dalam Kitab Kisah Rasul ketika orang Yahudi terus membantah dia. “Mengapa kamu memberitakan Mesias yang tersalib?”, “karena Dia menanggung dosamu”, “tidak bisa, Mesias dan salib tidak boleh disatukan, itu merusak identitas kami”. Paulus mengatakan “ya sudah, lakukanlah terus perbuatanmu”, itu yang dikatakan. Maka Israel mengejarnya bukan karena iman, tapi karena perbuatan. Sedangkan orang-orang lain yang mengejarnya karena iman, mereka mendapatkan pengertian bahwa Tuhan sudah pilih saya dari semula, ini pengertian predestinasi. “Mengapa Tuhan rela pilih kamu?”, “saya tidak mengerti, saya cemar, saya jahat, mengapa Tuhan pilih saya? kok Tuhan tahu ya?”, maka pilihan itu membuat kita cuma tahu bersyukur. Dan setelah kita bersyukur dan kita jadi milik Tuhan, kita tidak punya keberanian untuk tonjolkan diri kita karena kita cemar, kita orang kafir. Waktu Tuhan mengatakan “engkau milikKu sekarang tunjukkanlah Kristus. Hidupmu sekarang bukan kamu, tetapi Kristus”, dan ini yang namanya dibenarkan karena iman. Sedangkan Israel mencari perbuatan, membangun identitas dan akhirnya menjadi nyata kami Israel. Itu sebabnya Paulus mengutip dari Yesaya 28: 33 “sesungguhnya aku meletakkan di Sion sebuah batu sentuhan dan sebuah batu sandungan. Dan siapa yang percaya kepadanya tidak akan dipermalukan”, ini kalimat dari Yesaya. Paulus tidak ngomong sesuatu yang cuma keluar dari sesuatu yang baru dia pikir, ini sesuatu yang baru. Paulus adalah seorang penafsir Perjanjian Lama. Dan dia mengatakan Israel jatuh, ini sudah dicatat oleh Yesaya. Yesaya mengatakan “aku meletakkan di Sion sebuah batu sentuhan dan sebuah batu sandungan. Dan siapa yang percaya tidak akan dipermalukan”. Konteksnya di dalam Kitab Yesaya adalah Yesaya sedang berkhotbah bahwa Israel akan dibuang, tapi Tuhan akan pulihkan Israel dengan sesuatu yang menjadi simbol memalukan Israel. Jadi kalau ini jadi simbol yang memalukan Israel, apakah Israel tetap mau tidak? Kalau mereka tidak mau jadi batu sandungan, karena tokoh ini atau perbaikan ini, batu ini, batu ini akan memalukan orang Israel. Tapi kalau orang Israel malu karena batu ini, ini jadi batu sandungan. Waktu orang Israel mengatakan “kami dipulihkan”, “bagaimana caranya?”, “dengan batu ini”, orang akan bilang “batu itu kan memalukan”, akhirnya Israel tersandung “kami tidak mau batu ini”. Tapi bagi orang yang percaya, ini menjadi batu penjuru, jadi batu yang memulai sebuah bangunan bait. Ini yang Paulus katakan. Jadi ini bukan ide baru, dari Yesaya sudah dikatakan jika engkau mengandalkan dirimu kepada identitasmu, kamu akan jatuh karena Kristus menjadi batu sandungan. Jadi, kutipan Yesaya ini membuktikan bahwa Paulus sedang berbicara tentang perbuatan untuk memamerkan identitas. Itulah sebabnya Tuhan panggil kita untuk menyadari Kristus membenarkan kita karena kita tidak punya apa-apa yang bisa kita pamerkan sebagai identitas. Dan kita mau Kristus yang dinyatakan.

« 3 of 4 »