Itu sebabnya di dalam kehidupan Kristen, berdasarkan ayat-ayat yang kita baca, kita dapat belajar ada tiga kebenaran yang indah tentang Kekristenan, tentang pembenaran oleh iman. Yang pertama adalah pembenaran oleh iman menguatkan kita bahwa kita diterima sepenuhnya oleh Tuhan meskipun kita punya identitas yang kacau sebelumnya. Tuhan menerima kita, siapapun kita sebelumnya. Tuhan tidak mengundang orang harus beres dulu baru datang ke gereja, Tuhan mengundang orang yang mau datang ke Tuhan apapun keadaan dia. Dan ini menyenangkan karena Saudara tidak akan menemukan itu di dunia. Di dunia Saudara tidak akan temukan orang mengatakan “kalau kamu belum beres baru datang saja, nanti saya yang bereskan”, agak sulit. Dan itu wajar, dunia tidak seperti itu dan dunia tidak dituntut harus seperti itu. Tapi Tuhan tidak begitu, Tuhan mengatakan “kalau dunia tidak seperti itu dan memang tidak bisa seperti itu, ya sudah tidak apa-apa. Tapi ada Aku yang menerima kamu”. Sehingga Saudara mempunyai kenyamanan diterima oleh Tuhan dan ini yang Tuhan mau bagikan di dalam pengertian pembenaran oleh iman. “Datanglah kepadaKu dan engkau akan menerima kelegaan”, identitas yang kacau akan Tuhan bereskan. Tapi sebelum Tuhan bersihkan dan bereskan, Tuhan terima kita dulu. Penerimaan adalah sesuatu yang mendahului perbaikan. Tuhan terima kita dulu baru diperbaiki. Yang pertama, jadi itu indah sekali. Sedangkan gaya Israel perbuatan adalah “kamu harus punya identitas yang jelas dulu, baru bisa banggakan dirimu sebagai umat Tuhan”, tidak nyambung. Karena Tuhan bilang “datanglah” dan kita bilang “kita sudah punya ikon sendiri” jadinya tidak nyambung. Yang kedua, pembenaran oleh iman membuat kita sadar bahwa identitas yang baru itu adalah identitas yang secara ekstrem rela rendah, tapi yang secara ekstrem ditinggikan. Saudara, tidak ada Tuhan atau tidak ada Illah di dalam agama apa pun yang serendah Kristus. Tapi sama, tidak ada Allah di dalam agama manapun yang semulia Kristus. Jadi Kristus yang paling mulia. Ini bicara mitologi apa pun, Saudara dengar cerita mitos, baca cerita apa pun, tidak ada cerita yang menuturkan dewa-dewa mereka dengan kemuliaan lebih tinggi dari Kristus. Tapi juga tidak ada cerita dewa-dewa yang menggambarkan dewa mereka lebih rendah dari Kristus. Kristus pernah mengalami keadaan paling rendah, tapi Kristus juga mengalami keadaan paling tinggi. Bayangkan identitas yang ekstrem ini diberikan kepada kita. Mengapa Saudara tidak lagi peduli kalau direndahkan? Karena Saudara juga tidak lagi sombong kalau terlalu ditinggikan. Ini penting, kalau Saudara marah karena direndahkan, Saudara kan sombong karena ditinggikan, dan ini problem yang parah. Siapa yang bisa bertahan di dalam penghinaan, dia juga akan bertahan di dalam peninggian. Dia tidak jadi sombong waktu ditinggikan dan dia tidak jadi hancur waktu direndahkan, itulah Kristus. Dan identitas yang agung ini Tuhan berikan kepada kita berdasarkan anugerahNya. Maka krisis yang kita alami di dalam identitas kita, itu bisa kita tenangkan, Saudara bisa tenang dengan mengatakan “identitasku bukan ini, identitas itu Kristus”. Tim Keller mengatakan kalau orang bekerja lalu jadikan kerjaannya itu identitas, kalau dia sukses dia akan sombong, kalau dia gagal dia akan depresi. Orang bisa gagal dalam pekerjaan, tapi tidak berarti dia gagal sebagai manusia. Orang bisa berhasil dengan pekerjaan, tapi tidak berarti dia menjadi manusia yang lebih baik, dalam pengertian Tuhan. Itu sebabnya di dalam Kitab Suci ditekankan identitasmu bukan pada kehidupanmu, identitasmu ada pada Kristus. Lalu yang ketiga, pembenaran oleh iman membuat kita mempunyai kepastian akan pembangunan dari Bait Suci yang baru dan Yerusalem yang baru, kita akan berbagian di situ. Karena kalau kita lihat di dalam perbuatan Israel, Israel membanggakan identitas menjadi suatu ikon yang dinyatakan keluar. Dan di dalam seluruh Israel, seluruh ikon yang kelihatan jelas ada, yang paling ditinggikan itu Bait Suci. Kalau Saudara berani menghina Bait Suci, mereka akan membunuh Saudara, Bait Suci itu sangat ditinggikan sebagai ikon. Tapi Paulus mengatakan Bait Suci itu adalah kamu, jadi kita berbagian di dalam pembangunan Bait Suci, dengan kata lain Saudara dan saya diberikan sebuah identitas yang akan cocok di dalam langit dan bumi yang baru. Saudara sedang dibentuk oleh Tuhan untuk, pakai bahasa Pdt. Eko, compatible dengan langit dan bumi yang baru. Ini tidak compatible dengan sekarang, semakin Saudara dibentuk semakin tidak cocok dengan dunia. Tapi ingat, tidak cocok dengan dunia bukan berarti Saudara tidak bisa hidup di dunia. Ini unik, orang Kristen adalah orang yang tidak cocok dengan dunia tapi sanggup berelasi baik dengan dunia. Karena kalau Saudara kurang bisa berelasi dengan dunia, kemungkinan Saudara bukan Kristen, tapi kemungkinan Saudara punya kesalehan Israel. Israel itu anti sekali bersentuhan dengan bangsa lain. Petrus mesti diperingatkan dengan mimpi sebanyak 3 kali baru dia mau masuk rumah Kornelius. Mengapa perlu sampai 3 kali? Karena Petrus dididik dengan budaya bahwa “orang lain yang haram tidak boleh kamu sentuh, jangan berelasi dengan yang lain”. Itu sebabnya waktu Petrus mau masuk rumah Kornelius, dia perlu melihat penglihatan itu dulu karena kalau tidak, dia tidak akan masuk ke rumah Kornelius. Identitas Israel membuat mereka sulit berelasi dengan bangsa lain. Tapi identitas Kristus membuat kita sanggup menjangkau bangsa lain, ini indah. Saudara tidak menjadi orang arogan yang mengatakan “maaf ya, kalau kamu tidak punya iman yang sama dengan saya, jangan dekat-dekat dengan saya”. Tentu ada tempat, misalnya Perjamuan Kudus, gereja, pernikahan dimana keduanya harus di dalam Tuhan. Tapi di dalam hal lain tidak, Saudara boleh makan dengan orang dari agama lain. Bolehkah Saudara mempunyai persahabatan dengan orang dari agama lain? Tentu boleh. Jadi kita tidak dibatasi oleh hal-hal seperti ini karena kita tidak mempunyai identitas seperti Israel pamerkan identitas. Identitas kita adalah Kristus dan Kristus adalah Raja yang memanggil bangsa-bangsa kafir untuk menjadi milik Dia, dan ini yang kita harapkan. Kita akan compatible di dalam zaman yang baru, tapi kita bukan menjadi orang arogan yang tidak cocok di sini. Maka orang Kristen itu orang yang paling bebas, kalau Martin Luther bilang. Dia tulis On Christian Freedom, mengatakan orang Kristen itu bebas karena kecintaannya kepada Tuhan dia tidak harus terpaksa menjalankan hukum. Karena kerelaannya untuk menjadi milik Tuhan, dia juga tidak mungkin menolak orang lain yang mau dipanggil jadi milik Dia. Inilah yang kita nikmati. Maka hanya compatible dengan zaman baru, tetapi sekarang Saudara sudah mulai bisa menikmati, bisa berelasi dengan siapapun, bisa bergaul dengan siapapun. Saya agak khawatir dengan orang Kristen yang mungkin dibimbing di dalam konsep Reformed yang merasa tidak bisa nyambung lagi dengan orang lain dan karena itu menyingkir dari yang lain. Jangan didik anakmu menjadi orang sombong yang kalau ketemu orang lain langsung mengatakan “teman-temanku orang berdosa semua. Untung saya tidak seperti mereka”, itu identitas Israel yang dijadikan ikon. Kekristenan yang dijadikan ikon, “kita ini orang Reformed” Hati-hati, jangan didik anakmu menjadi orang sombong yang kalau ketemu orang lain merasa tidak nyambung. Memang benar tidak nyambung tapi jangan diekspresikan dengan sombong. Waktu tidak nyambung, Saudara mulai pikir “kasihan orang-orang itu”, lalu Saudara mulai menikmati berelasi sebagai seorang yang memberitakan Injil. Saudara kalau dengar kisah-kisah para misionaris, Saudara bisa belajar banyak tentang bergaul. Salah satu kelebihan para misionaris adalah mereka pintar bergaul. Kalau tidak bisa bergaul sudah tidak mungkin jadi misionaris, datang-datang langsung mengatakan “berdosa sekali. Aduh bajunya begitu, itu berdosa. Itu warna berdosa, merah itu warna dosa”, tentu ini ngawur, ini ucma contoh. “Saya tidak mau bergaul dengan kalian. Kalian orang-orang yang rohaninya rendah, saya tidak layak dengan kalian”. Dia tidak akan menjadi misionaris, baru dua hari pelayanan sudah ditendang keluar. Lalu balik dan mengatakan “the world is not my home, saya tidak mau lagi tinggal di bumi ini”. Maka kalau identitas kita adalah Kristus, kita mengerti bagaimana mempunyai kemungkinan untuk hidup di dalam dua tempat ini. Jadi ketika kita menikmati iman kepada Tuhan, kita juga menikmati kemungkinan untuk seperti Kristus. Dia bergaul dengan orang berdosa tanpa menjadi berdosa. Yesus tidak ikut-ikutan dengan orang jahat melakukan tindakan jahat. Yesus mengampuni pelacur, tapi Dia tidak pergi ke tempat pelacuran untuk langganan dengan pelacur. Yesus tidak kumpul dengan pemungut cukai lalu menjadi sama dengan orang-orang yang masih cinta uang disitu misalnya, tidak. Tapi ini indah, kemungkinan untuk menikmati pergaulan dengan orang-orang yang akan Tuhan jangkau itu penting. Maka meskipun Saudara tidak akan nyambung dengan dunia sekarang, tapi Saudara mempunyai identitas baru yaitu Kristus yang sangat mungkin untuk ada di dalam dunia ini. Bayangkan kalau Saudara mempunyai jiwa identitas Israel, susah sekali hidup. Saudara mau ke kantor, banyak orang tidak percaya Kristus. Saudara mengatakan “saya tidak cocok di kantor ini, kantor ini semuanya kafir, saya cocoknya di surga”, ya sudah langsung ke surga saja. Tapi kan tidak bisa seperti itu. Saudara akan bertemu orang yang belum mengerti apa itu etika, belum ngerti apa itu hidup pantas, belum mengerti bagaimana bergaul dengan cara yang pantas. Tapi Saudara mengasihi mereka, itu identitas Kristus. Mengapa bisa mengasihi? Karena saya tidak presentasikan diriku lagi, saya presentasikan Kristus, saya ikonNya Dia, bukan Dia ikonnya saya. Saya harus menjadi mirip Dia, bukan Dia mirip saya. Ini akan membuat kita menantikan Dia saat Tuhan membuat langit dan bumi yang baru, yang kita sangat compatible di situ. Dan waktu kita masuk ke langit dan bumi yang baru, kita akan kaget karena Tuhan akan berikan kita tempat yang tinggi bukan main. Waktu kita diberi tempat yang tinggi, kita tidak layak, kita sungkan. Tuhan mengatakan “waktu engkau bertemu orang yang hina di dunia, engkau tidak menolak mereka”. Saudara kaget. Sedangkan orang yang sudah ge-er mengatakan “itu tempat bagi saya”, tapi Tuhan mengatakan “enyalah kamu”, “mengapa kami dienyahkan?”, “karena waktu Aku hina, kamu tolak Aku”, “kami tidak pernah menolak Engkau waktu hina”, “waktu engkau menolak yang hina di dunia, engkau menolak Aku”, ini kalimat menjadi penghakiman. Maka langit dan bumi yang baru akan dihidupi oleh orang yang sadar bahwa mereka tidak pernah tahu kalau mereka adalah orang-orang yang mulia. Mereka cuma tahu mengasihi, mereka cuma tahu menerima seperti Kristus menerima, mereka cuma atau belajar mirip Kristus di dalam kerelaan mengosongkan diri dan menerima yang lain. Inilah iman bukan kebenaran identitas perbuatan Israel. Kiranya ini boleh mengarahkan kita makin mengagumi Tuhan yang memberi diri bagi kita.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

« 4 of 4