Lalu bagian berikutnya, apa kaitannya ini dengan Taurat? Paulus mengatakan “calakalah saya” karena dia memandang kemuliaan Tuhan lewat Taurat. Sekarang tidak ada lagi celaka, ayat 1 mengatakan “tidak ada lagi penghukuman”. Maka Saudara bisa menikmati kemuliaan Tuhan tanpa takut dibuang. Saudara bisa menikmati kemuliaan Tuhan di dalam apa pun, di dalam Taurat, di dalam menjalankannya, di dalam menghidupi kehidupan yang Tuhan mau. Dan inilah yang membuat kehidupan menjadi limpah versi Taurat. Jadi pengertian Calvin sangat baik untuk kita tafsirkan. Ada fourth use of the law, para ahli Calvin mengatakan ini adalah educational use of the law, fungsi edukasi dalam hukum. Taurat itu mengedukasi orang Kristen, orang percaya. Diedukasi untuk apa? Di buku 3, ada 2 hal yang sangat penting yaitu sangkal diri, pikul salib dan berbuah. Dia mengatakan kehidupan Kristen adalah kehidupan yang setiap hari sangkal diri, setiap hari memikul salib yang Tuhan percayakan. Dan ketika itu dirasa membebani dan tidak ada berkatnya, kita akan hancur. Tapi baik pembenaran oleh iman mau pun pilihan yang Tuhan berikan kepada kita, Tuhan memilih kita, Tuhan mencintai kita, itu membuat menyangkal diri dan memikul salib menjadi berbuah. Ini penting untuk kita pahami. Calvin tidak setuju praktek menyangkal diri dan pikul salib yang kosong. Jadi Calvin menekankan penderitaan Kristen itu ada buah. Percuma Saudara menjalankan penderitaan yang tidak ada buah bagi orang lain. Atau dengan kata lain yang Calvin sedang katakan, Taurat mengajar kita untuk menjadi berkat, meskipun harus menyangkal diri dan pikul salib. Taurat mengajar kita menjadi berkat meskipun kita harus meninggalkan diri kita yang lama. Calvin menekankan di buku ketiga, Taurat melatih orang Kristen menjadi berkat meskipun itu harus sangkal diri dan pikul salib. Taurat melatih kita untuk keluar dari sikap egois kita dan mulai memperhatikan bagaimana harus hidup menjadi berkat. Jadi Taurat bukan hal negatif yang harus dibuang. Taurat adalah pendidikan supaya umat Tuhan mampu sangkal diri dan pikul salib ketika mereka lakukan itu untuk menjadi berkat. Jadi kalau Saudara menderita, tapi tidak menjadi berkat bagi orang lain, no use. Percuma kita menangisi penderitaan kita kalau penderitaan itu tidak dijadikan berkat atau buah. Maka John Piper punya edisi khusus, dia menulis Don’t Waste Your Cancer, jangan buang-buang kankermu. Maksudnya jangan buang penderitaan? Apa pun yang kamu alami, alami itu untuk menjadi berkat bagi orang lain, pikirkan caranya. Jadi penderitaan Kristen bukan penderitaan yang membuat kita menangisi diri, “saya orang yang kasihan, kasihani saya, saya orang kasihan”. Tapi Taurat akan melatih kita untuk menjalankan penderitaan sebagai cara untuk menjadi berkat. Maka bagi Calvin dan saya pikir itu Alkitabiah, Taurat adalah dorongan untuk kita terus-menerus terbiasa menjadi berkat. Ini yang ditekankan Taurat, misalnya di Kitab Imamat, untuk Saudara menjadi berkat, Saudara harus berelasi dengan Tuhan, untuk berelasi dengan Tuhan harus ada korban yang dibawa, untuk Saudara menjadi berkat Saudara harus relakan semua hasil panen yang jatuh untuk diambil orang lain. Penderitaan yang dialami atau ketekunan untuk hidup sulit, kalau kita mau bilang sulit, yang dijalani Israel karena Taurat itu adalah untuk menjadi buah, untuk menghasilkan buah. Maka poin ketiga, Paulus mengingatkan “dulu kamu tidak bisa berbuah karena kamu hidup di dalam daging, kamu dikuasai dosa dan maut, apa pun yang kamu kerjakan ujung-ujungnya membuat kamu sengsara. Dan bukan hanya membuat kamu sengsara, itu pun membuat orang lain sengsara bersama-sama kamu”. Jadi kehidupan kita yang lama membuat kita terkurung di dalam keadaan sangat tidak manusiawi, mati. Dan mati bukan hanya keadaan final tak bernyawa, tidak ada nafas. Mati berarti Saudara dikucilkan dari segala berkat menjadi manusia alias tidak baik. Saudara berada dalam keadaan buruk karena dikuasai oleh dosa dan maut. Tapi kita terus mengambil jalan itu, manusia terus ambil jalan itu. Manusia enggan mengambil jalan Tuhan karena dipikir jalan Tuhan itu membosankan. Manusia terus mengambil jalan mati dan akhirnya benar-benar mati. Itu sebabnya ketika kita menjadi orang yang mau ikut Tuhan, Paulus mengatakan itu terjadi karena kita dimenangkan terlebih dahulu, lalu Tuhan memberikan kepada kita hukum roh, hukum roh yang hidup di dalam Kristus. Yang akan membuat kita hidup menderita sekalipun demi menjadi berkat, demi ada buah bagi yang lain.

« 4 of 5 »