Jika kamu punya karunia, karunia ini berarti pemberiannya Tuhan, kamu diberi karunia itu demi kepentingan orang lain. Apa saja karunia? Karunia untuk melayani. Karunia untuk melayani adalah karunia untuk menata, mengatur, memberikan pertolongan supaya orang lain dapat bantuan dengan administrasi dan pengaturan yang baik. Di dalam Kitab Kisah Rasul ada janda dari kelompok yang berbahasa Yunani, yang tidak dapat bagian sama dengan janda dari kelompok yang berbahasa Aramaik. Mengapa begitu? Mungkin ketika diberitakan pengumuman “Saudara-saudara bagi yang janda, yang kesulitan makan, makanan disediakan di tempat ini”, memakai bahasa Aramaik, orang yang berbahasa Yunani tidak mengerti. Maka yang berbahasa Yunani tidak dapat bagian, mereka bingung “Apakah kami bagian dari komunitas ini? Kalau iya, mengapa kami dilupakan?”. Lalu rasul-rsaul mengatakan, “Kami tidak bisa atur semua ini, tolong angkat orang-orang yang bisa mengatur. Tolong angkat pelayan, tolong angkat diaken”. Apa tugasnya para diaken ini? Mengatur, mengelola, membuat keadaan menjadi baik. Pikir apa yang harus diatur, pikir bagaimana administrasi dan pengaturan, pikir bagaimana semua bisa berjalan dengan baik. Ini sangat lumrah ada di dalam komunitas mana pun. Orang yang mau urus, tangani supaya semua rapih dan baik. Ini orang-orang yang dapat karunia. Mereka adalah orang-orang yang digerakkan oleh Tuhan untuk menjalankan pelayanan. Maka pelayanan belas kasihan, pelayanan meja, kalau pakai istilah dari Kisah Rasul versi LAI, pelayanan yang mengadministrasi belas kasihan, ini dikerjakan oleh para diaken. Ini bukan pelayanan belas kasihan, semua orang mesti berbelas-kasihan. Tapi siapa yang atur? Karena tindakan belas kasihan seringkali tidak tepat. Belas kasihan diberikan kepada orang malas, salah. Belas kasihan diberikan kepada penipu, salah. Belas kasihan diberikan kepada orang yang mau memanipulasi pelayanan, juga salah. Belas kasihan diberikan dengan tidak adil, juga salah. Belas kasihan diberikan karena kenal, juga salah. Terus siapa bisa atur begini? Mesti ada diaken. Itu sebabnya di dalam gereja perlu ada orang yang bergumul, berpikir dan mau terjun untuk berbagian Saudara tidak bisa biarkan diri menjadi orang yang cuma pikir “Bagaimana gereja memberi berkat bagi saya. Saya bersyukur dapat khotbah yang baik. Saya bersyukur mendapatkan gedung yang baik”, atau apapun yang Saudara cari, lalu selesai sampai di situ, tidak bisa. Saudara mesti belajar untuk berbagian di dalam penataan pelayanan belas kasihan. Ada bencana, bagaimana bisa tolong? Mari kita atur mari kita organise. Maka gereja mengadministrasi tindakan belas kasihan. Kalau ditanya “apakah ini berarti tindakan belas kasihan hanya dilakukan oleh gereja?”, tidak. Saudara menjalankan ini as a Christian, sebagai orang Kristen. Sebagai orang Kristen di lingkunganmu engkau jalankan. Seringkali kita gagal memahami apa yang Abraham Kuyper pahami. Kuyper mengingatkan bahwa gereja punya tugas utama yang tidak boleh diabaikan. Gereja tidak bertugas untuk hanya jaga dan pelihara orang miskin. Orang Kristen yang bertugas dan gereja bertugas mengadministrasikannya. Tetapi ini bukan tugas utama gereja. Di dalam pemahaman dari Calvin, di Institute of Christian Religion, dia mengatakan gereja mengadministrasi firman dan sakramen. Saudara tidak mungkin lakukan itu di rumah, Saudara tidak bisa menunjuk misalnya hari ini papa yang kotbah, mama yang jadi liturgis, lalu si sulung yang jadi administrator Perjamuan Kudus, tidak bisa. Saudara mesti datang ke gereja untuk itu. Gereja mengadministrasi firman, memberi firman dan memberi sakramen. Pelayan firman dan pelayan sakramen adalah pelayan yang ditunjuk oleh gereja, lalu dia menjalankan pelayanannya di dalam gereja Tuhan. Apakah gereja berarti boleh mengabaikan tindakan belas kasihan? Tidak boleh. Tapi apakah tindakan belas kasihan menjadi pekerjaan utama dari gereja? Bukan, bukan pekerjaan utama. Kalau begitu, mengapa jadi orang Kristen kalau gereja tidak mau lakukan ini? Bukan gereja yang melakukan, tapi kita sebagai orang Kristen. Di dalam skema pengertian misalnya dari Kuyper, ada yang disebut dengan spear sovereignty, ada lingkup masing-masing dan setiap lingkup bertanggung jawab kepada Tuhan. Misalnya pemerintah, dia tidak urusi doktrin. Pemerintah tidak boleh tetapkan mana doktrin yang benar, mana doktrin yang salah, mana yang berlaku, mana yang tidak. Itu bukan urusan pemerintah. Gereja sebaliknya, tidak mengatur berapa persen pajak. Gereja tidak atur perpajakan, gereja tidak atur orang harus kerja dalam batasan apa, itu bukan urusan gereja. Gereja tidak mengatur disiplin secara hukuman masyarakat, itu pemerintah yang lakukan. Apakah berarti Tuhan tidak berhak? Tuhan berhak, tapi Tuhan pakai sphere atau lingkup yang lain, sphere yang namanya pemerintah. Bagaimana dengan pelihara orang miskin? Pelihara orang miskin adalah bagian yang harus dikerjakan gereja, tapi tidak boleh ambil porsi utama. Karena orang Kristen harus kerjakan itu sebagai bagian hidup mereka. Namun adakala gereja mesti atur, pikir baik-baik dan atur bagaimana harus tolong. Di dalam Kisah Rasul, kelaparan dan bantuan tidak mendominasi pekerjaan gereja. Gereja mengerjakan karena ada kebutuhan, tapi tidak menjadi urusan utama dari gereja. Ada perkataan bagus dari salah satu orang termasuk pemberi kontribusi bagi nasionalisme dan kemerdekaan Indonesia, seorang bernama Yohanes Leimena. Dia mengingatkan bahwa Kekristenan harus selalu ada di background, mendorong orang Kristen bertindak di dalam apapun. Tapi Kekristenan tidak boleh menjadi wajah utama yang diperjuangkan untuk republik ini. Maksudnya dia adalah kalau engkau mau main politik, jangan bawa Kristen. Maksudnya jangan bawa Kristen bagaimana? Jangan jadikan negara ini negara khusus orang Kristen. Mengapa tidak boleh, kita kan orang Kristen, kita mau negara ini jadi Kristen. Tapi kalau kamu mau negara ini jadi Kristen, orang lain tidak kamu atur, itu bukan negarawan yang baik. Sebagai negarawan kamu harus atur semua agama. Kalau kamu pemimpin gereja, silahkan atur hanya orang Kristen, itu memang tugas gereja. Tapi pemerintah diberi tanggung jawab oleh Tuhan untuk memimpin dan mengatur semua orang yang ada di negara itu. Maka ketika Indonesia akan meletakkan Pancasila sebagai dasar negara, di sila yang pertama dikatakan “Ketuhanan dengan menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya”, orang-orang Kristen dan juga petinggi militer angkatan laut Kristen, semua kompak menulis surat, “kami tahu bahwa perintah sila pertama mengikat hanya orang Islam. Tapi kami tidak bisa terima pengertian ini, karena ini diskriminatif. Ini berarti kamu menolak mengurus agama lain. Kamu cuma urus agama Islam. Kamu tidak urus agama lain. Kalau begitu ini tidak bisa jadi dasar negara. Kalau ini dasar negaranya, kami pisah dari negara ini”. Mereka berani bicara begitu. “Kalau politik Indonesia tidak mengakui Kekristenan sebagai bagian dari negaranya, kami tidak mau menjadi bagian dari Indonesia”, hal ini tegas. Sekarang banyak orang Kristen tidak peduli politik, tidak peduli apa yang diputuskan pemerintah, sampai mempengaruhi dia. Kalau bisnisnya kacau karena keputusan pemerintah, baru dia ngamuk. Banyak orang tidak peduli sama sekali tentang apa pun, kecuali dirinya. Maka mereka mengatakan “Kalau pemerintah menolak atur orang Kristen, kami menolak jadi bagian dari negara ini”, itu kalimat yang benar. Tapi kalimat sebaliknya pun benar, “Kalau pemerintah hanya atur orang Kristen, bagaimana dengan agama lain?”. Itu sebabnya meskipun agama menjadi background penting, bahkan sangat penting, tapi tidak boleh menjadi tampilan muka untuk berpolitik. Maka kalau Saudara mau membuat partai, jangan partai Kristen. Partai Kristen adalah partai yang tidak boleh laku di negara ini. Sama seperti partai Islam, seharusnya juga tidak boleh laku di negara ini. Partai agama, kalau partai agama mau atur agama, terus yang agama lain bagaimana? Pengertian ini harusnya beres, negara ini punya pendirian apa dari awal harusnya dijalankan. Itu sebabnya ketika Saudara dan saya ingin memahami bagaimana bertindak, kita tahu Tuhan adalah Allah bagi setiap sphere, setiap bidang. Kalau saya urusi bidang pemerintah, saya punya tanggung jawab ke Tuhan, tetapi tanggung jawabku beda bentuk dengan waktu aku tangani gereja. Saudara tidak boleh menerapkan pengertian Kristen yang sempit di dalam politik hanya untuk mengurusi orang Kristen diterapkan untuk global, tidak bisa, atau diterapkan untuk bangsa, tidak bisa. Itu sebabnya harus mengerti dulu mana bidang utama di tiap sphere. Carl Truman pernah mengatakan “Kalau kamu tanya apa tugas utama pendeta?” Pemberitaan firman, ini jelas di dalam Kitab Kisah Rasul, “Kami tidak mau konsentrasi memberitakan firman dan tugas doa diganggu oleh yang lain, jelas sekali. Kalau Saudara bilang “Pendetaku kurang bagus”, mengapa kurang bagus? “Perhatiannya kurang”, “Bagaimana dengan khotbahnya? Dia bertanggung jawab memberikan khotbah”, Iya, “Dia bertanggung jawab menjalankan apa yang harus”, iya, itu tugas utama dia. Tapi mengapa tidak ada perhatian? Perhatian dilakukan oleh semua orang. Kalau dia melanggar kewajiban sebagai orang Kristen, tidak peduli apapun, dia bersalah, dia seharusnya tidak jadi pendeta. Tapi kalau engkau meletakkan tugas perhatian hanya kepada hamba Tuhan, engkau yang tidak mengerti tugas. Semua orang Kristen harus saling perhatian, bukan karena dia jadi pendeta dulu baru memperhatikan. Itu sebabnya mengerti tugas utama sangat penting. Gereja bukan lembaga sosial untuk bantu orang. “Kalau begitu, kita tidak perlu peduli”, ini juga salah, karena tugas orang Kristen adalah mempedulikan orang lain. Gereja harus ada bagian di dalam level tertentu untuk tindakan ini. Lalu bagaimana melakukannya? Mari ada orang-orang yang mulai piker, “Saya mau jadi bagian dari orang yang berpikir bagaimana administrasi untuk belas kasihan. Kalau ada keperluan bagaimana gereja bertindak”. Mari atur baik-baik bagaimana pelayanan belas kasihan bisa dikerjakan. Mari atur, mari kerjakan bagaimana menolong orang menjadi bagian yang dilakukan dengan teratur, dengan administrasi yang baik dan dengan pertanggungjawaban yang baik. Salah satu yang lemah dari gereja adalah pertanggungjawaban keuangan. Seringkali keuangan tidak jelas mau diapakan, bukan karena ada orang korupsi, bukan karena orang jahat, tapi karena tidak ada pengetatan di dalam pengeluaran anggaran. Mesti ada orang dengan keahlian berbagian di dalam penataan. Siapa punya keahlian menata, mengatur, mengadministrasi sangat perlu untuk punya jiwa pelayan mengerjakan hal-hal seperti ini. Dan pelayanan ini tidak lebih rendah orangnya, jangan lupa jangan remehkan orang karena pelayanan yang dia kerjakan seolah bukan pelayanan utama di dalam sphere gereja. Itu sebabnya ditekankan siapa punya karunia untuk melayani mari melayani, mari tangani meja, tangani pengaturan tangani administrasi, tangani perbaikan ini itu, tangani jalur ini itu, ini sesuatu yang sangat indah jika dijalankan dengan baik. Maka jangan lupa ketika Saudara punya kemampuan mengatur, mengorganisir, mari rendah hati melayani, mari rendah hati berbagian, mari rendah hati mengatakan “Saya tangani ini”, dan mari buktikan kalau pelayanan itu dikerjakan dengan serius, yang dipercayakan jadi. Ada orang yang kalau diminta kerja apapun, apapun jadi dengan baik. Ada yang diminta kerja apapun, semua kacau. Maka mari kita serahkan diri kepada Tuhan, belajar punya karunia untuk menggerakkan pelayanan kasih. Itu hal yang pertama dalam karunia untuk diakonia, karunia untuk melayani.