Lalu hal kedua dalam karunia untuk melayani adalah bahwa tindakan pelayanan harus dikerjakan dengan melibatkan orang berbelas-kasihan kepada orang lain. Mengajak orang “mari berbagian”. Maka perlu ada orang yang bergerak bertindak dulu, bergerak mengatur, sehingga ketika perbuatan baik itu diaturkan, orang yang mau berbagian sangat mungkin untuk berbagian. Kita melihat dunia kita adalah dunia yang sangat merana dalam banyak hal, kemiskinan, penyakit, penderitaan, kebodohan ini jadi bagian yang terus merongrong kehidupan manusia. Lalu apa yang harus dilakukan gereja? Ada dua hal. Pertama yang dimaksudkan gereja adalah orang Kristen, orang Kristen mesti pikirkan bagaimana memperbaiki lingkungan dengan pikiran pelayanan yang besar sekali. Gereja yang adalah orang Kristen, mesti pikir bagaimana sekolah dibangun, bagaimana pemerintah diberikan masukan dan pengaruh, bagaimana lingkup keilmuan dipengaruhi. Hal ini merupakan tugas orang Kristen terjun ke dalamnya. Lalu bagaimana gereja sebagai komunitas? Apakah gereja sebagai komunitas wajib ada sekolah di dalamnya? Tidak, sekolah adalah sphere atau lingkup di luar gereja, didirikan oleh orang Kristen tapi bukan bagian dari aktivitas gereja. Sekolah adalah sesuatu yang profesional, harus ada sekolah terpisah dari gereja, meskipun tidak terpisah di dalam koneksi dan kaitan. Sekolah harus ditangani oleh orang yang memang secara penuh menanganinya, yang memang mengerti bidang itu, mengerti bagaimana guru harus dilatih, rekruitnya bagaimana, sistemnya bagaimana, kaitan pemerintah bagaimana, urus izin bagaimana. Maka pelayanan diakonia tidak termasuk tentunya menjadi profesional di bidang lain. Atau Saudara mengatakan “Pengobatan mahal. Ayo gereja membuat diakonia untuk membuat rumah sakit.” Tidak bisa, rumah sakit bukan bagian dari diakonia gereja. Rumah sakit harus ditangani secara serius. Maka kalau ada orang berbeban, “Saya mau dirikan rumah sakit”, yang engkau tidak bisa jatuhkan itu di bawahnya gereja. Gereja tidak bisa tangani secara penuh hal-hal demikian. Lalu apa yang mesti dikerjakan gereja? Perhatian, tindakan, belas kasihan, mengekspresikan kasih, dan kesegeraan bertindak. Maka gereja lebih dipercayakan oleh Tuhan untuk tindakan yang secara segera perlu bantuan. Orang kesulitan, ayo bantu, orang punya kesulitan apa silakan bantu, ini bagian dari diakonia hal kedua. Hal ketiga masih berkait dengan diakonia adalah ini merupakan pelayanan yang berkaitan dengan kesejahteraan batin dari orang-orang percaya. Orang yang melayani sebagai diaken bukan hanya perhatikan kebutuhan orang secara fisik, tapi juga kebutuhan orang untuk mendapatkan kemungkinan di pertumbuhan di dalam gereja. Maka siapa menjadi diaken, menjadi pelayan yang melayani di dalam gereja Tuhan, dia juga berbagian untuk memperhatikan jemaat. Meskipun tidak tentu dia punya kemampuan untuk memberikan penggembalaan misalnya. Dia punya hati yang mau perhatikan dan dia punya kebiasaan memperhatikan yang sangat baik. Diaken atau seorang pelayan punya kepekaan untuk melihat apa yang orang lain perlukan, lalu punya ketahanan diri untuk tidak sebarkan dengan gampang. Orang yang mau perhatikan orang lain, tapi terus bocor kemana-mana, sebarkan rahasia orang kemana-mana itu bukan orang yang baik. Itu sebabnya siapa mau menjadi seorang pelayan, mari melayani dengan sukacita supaya orang lain menyadari ada Kristus yang hadir melalui kehadiran Saudara.

Lalu bagian selanjutnya dikatakan jika karunia untuk melayani, mari melayani, atau dengan bahasa Yunani lebih akurat dikatakan “Kalau engkau diberikan karunia melayani, melayanilah”. Jadi ini ada sebuah pernyataan siapa engkau dan ada sebuah tindakan yang menunjukkan siapa engkau. Jika engkau seorang pelayan, melayanilah. Ini sudah sesuai dengan nature-mu, kamu diberikan anugerah apa oleh Tuhan kerjakan itu. Apakah berarti hanya orang dapat anugerah bisa melayani? “Saya mau tahu anugerahku apa.” Bukan mengetahui anugerah apa baru bertindak. Yang dimaksud di sini adalah siapa punya jiwa melayani, dia tidak bisa dianggap sebagai diaken atau pelayan sebelum dia terjun. Hati yang dibuktikan dengan tindakan, itu yang dimaksud. Orang punya niat ke situ, entah nanti dia diberikan jabatan atau tidak, dia tetap akan jalankan kerelaan dia untuk menolong, kerelaan dia untuk membantu dan memperhatikan, ini orang yang baik. Ini yang Paulus sedang tekankan, jika kamu punya niat untuk memperhatikan, jangan tidak memperhatikan. Semua orang mesti punya perasaan melayani, perasaan ingin berbagian, tapi tidak banyak yang akan punya kemampuan mengatur. Paulus sedang tekankan bukan karunia belas kasihan sekali lagi. Tapi karunia mengatur tindakan belas kasihan. Hal tersebut merupakan dua hal yang beda.

Lalu yang berikutnya jika karunia untuk mengajar, baiklah kita mengajar, memberikan pengajaran siapa punya kemampuan mengajar, mengajarlah. Kemampuan mengajar memiliki 3 unsur yang sangat penting. Yang pertama, kemampuan mengajar berarti Saudara punya teori. Tidak ada pengajar tidak punya teori atau di dalam Kekristenan karena Gereja punya teologi. Teologi yang buruk tidak ada gunanya. Semua orang berteologi, tapi apakah benar dan baik. Di dalam Alkitab ditekankan sekali mengenai sound theology, teologi yang dalam dan baik. Yang mengajar, yang rasa punya bakat mengajar tidak cukup hanya kemampuan retorika, punya kemampuan bicara, bukan itu yang utama. Yang utama adalah apakah engkau punya teologi yang baik? Apakah engkau punya teologi yang benar? Jika iya, silahkan mengajar. Jika tidak, jangan terlalu sering buka mulut menasehati orang. Orang pikir dia bisa jadi penasehat karena dia sudah punya cukup banyak asam garam, asam garam tidak menolong. Itu sebabnya kalau orang mengatakan “Saya punya pengalaman, saya bisa mengajar” Bagus, pengalaman sangat penting. Tapi apakah engkau punya doktrin yang benar atau tidak? Karena kalau tidak, tidak perlu jadi orang Kristen untuk memberikan pengajaran yang engkau ajarkan. Ada orang bilang “saya bersyukur orang itu penasehat yang baik sekali”, saya tanya “Dia nasehati apa?”, “Dia menasehati dalam kesulitan, saya mesti bersabar, saya mesti tenang, saya mesti makin cinta Tuhan”. Saya bilang orang agama apapun bisa menasehati seperti itu. Keunikan Kristen adalah memahami bagaimana semua nasehat itu ada di dalam sebuah skema kisah Alkitab. Kita bagian dari apa yang Tuhan mau kerjakan di dalam dunia ini. Maka, Saudara perlu punya cara pandang yang baik. Saudara akan mengajar apa pun aplikasi praktis, Saudara perlu punya kemampuan untuk kaitkan dengan tema utama dari Kekristenan. Kadang-kadang orang tidak punya kemampuan mengaitkan, apa yang menjadi problem dan kaitannya dengan pemikiran utama dari teologi Kristen, dia tidak bisa jadi penasehat dan pengajar. Tidak harus jadi pengajar juga. Paulus mengingatkan bahwa tidak tentu banyak orang dari kamu yang mau harus bisa mengajar. Banyak dari nabi-nabi atau rasul-rasul yang mengaku diri nabi, mengaku di rasul di dalam zaman Kisah Rasul, ternyata ngawur. Paulus mengatakan kepada Korintus, “yang paling menghancurkan kamu, hai jemaat Korintus, adalah pengajar palsu”. Pengajar palsu membuat rusak. Yang membuat gereja kacau, bukan karena kurang pengajar. Yang membuat gereja kacau adalah karena tidak banyak pengajar benar. Kebanyakan pengajar palsu. Jika pengajar teorinya pun salah, konsep berpikirnya masih salah, dia mesti belajar tahan diri dulu. Pengajaran sangat penting, tetapi pengajaran yang rusak sangat bahaya. Jauh lebih baik sedikit pengajar daripada kebanyakan pengajar tapi semuanya rusak. Ini yang sulit sekali. Di dalam persekutuan wilayah saya terus berdoa, Tuhan bisa munculkan orang yang punya doktrin yang sehat, punya kelincahan berteologi, dan punya kesabaran, dan punya kemampuan mengajar, karena hal ini tidak mudah. Orang seperti ini mungkin tidak banyak. Kadang-kadang kita menangisi kondisi gereja dengan keadaan begitu kacau. Saudara tidak tahu ini bermula dari pengajar yang terlalu percaya diri. Saudara tahu tidak, kebangunan rohani pertama di abad yang ke-18 berhasil baik sekali. Tahun 1740 terjadi great awakening di Inggris dan di Amerika, menyapu seluruh daerah Inggris dan Skotlandia, Irlandia dan juga Amerika. Tokohnya tidak banyak yang besar, paling utama, George Whitefield, John Wesley dan Jonathan Edwards. Tapi banyak pengkhotbah-pengkhotbah awam muncul, khotbah di mana-mana, berikan percikan kebangunan di mana-mana. Ini benar-benar momen emas. Mengapa bisa baik? Karena yang teologinya ngawur dan yang kelincahan berteologinya mengarah ke bidat, sedikit jumlahnya, bukan tidak ada. Kebanyakan mereka sudah familiar dengan doktrin yang benar. Karena familiaritas itu, mereka bisa menjadi pengkhotbah yang sangat efektif. Banyak ajaran bidat muncul setelah kebangunan rohani besar di abad 19. Ajaran Kristen yang bidat, banyak yang lahirnya di abad ke-19. Saya tanya mengapa? Karena terjadi kebangunan rohani, orang bersemangat mengajar tapi tidak punya kemampuan mengajar. Dia menjadi pendiri bidat. “Saya tidak akan bidat, saya Reformed”, coba diuji dulu, benar kamu Reformed? Ikuti ujian, jangan-jangan setelah ikut ujian baru ketahuan kamu tidak Reformed sama sekali, kamu Arius menyamar jadi Calvin. Maka kalau saya mau jadi pengajar, bagaimana? Yang pertama doktrin yang benar, memiliki kelincahan berteologi. Bagaimana orang dinasehati secara Kristen kalau orang yang menasehati pun tidak tahu bedanya nasehat Kristen dan nasehat sekular. “Kamu mesti lebih rajin kerja”, itu tidak perlu jadi Kristen untuk memberi nasehat seperti itu. Engkau harus punya kelincahan berteologi, mengerti apa yang jadi program Tuhan di dalam Kitab Suci, Tuhan mau ngapain dengan manusia, apa makna jadi manusia, mengapa manusia dicipta, mengapa ada kesulitan, mengapa ada pernikahan. Siapa yang Tuhan bangkitkan jadi pengajar, dia adalah harta berharga dari Tuhan untuk gereja. Di dalam Efesus, Paulus mengatakan Allah Roh kudus memberi karunia bagi gereja. Yang 2 pertama adalah karunia Alkitab, memberi para rasul dan para nabi menjadi representasi Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Setelah itu, Tuhan memberikan penginjil, pekabar injil. Tuhan memberikan pengajar, Tuhan memberikan gembala. Ini 3 jabatan yang Roh Kudus anugerahkan bagi gereja. Jika di gereja ada pengajaran yang baik, dia harta besar yang berharga. Maka berdoalah supaya Tuhan bangkitkan pengajar. Dan satu hal yang saya terus sadari adalah tidak akan banyak Tuhan bangkitkan. Jika orang yang mampu mengajar dibangkitkan, doa bersyukur kepada Tuhan, Tuhan masih berikan gereja kesempatan dapat pengajaran yang baik. Hal yang sangat sulit di dalam mengajar adalah punya kelincahan berteologi.

« 4 of 5 »