Seperti apakah tindakan itu? Inilah yang dipahami dengan pelayanan. Pelayanan bukan cuma sekedar aktivitas tambahan supaya apa yang saya kerjakan di gereja bisa menolong orang lain. Tapi pelayanan adalah sebuah liturgi, sebuah tindakan di dalam ibadah yang akan menguatkan kita untuk bertindak juga di luar. Maka di dalam kehidupan Kristen, komunitas Kristen adalah komunitas yang akan diutus, komunitas yang akan pergi ke dunia. Maka apa yang kita lakukan di dalam ibadah dan juga apa yang kita lakukan satu sama lain di dalam komunitas Kristen sangat penting, supaya kita menjalankan tindakan kasih yang Tuhan rancang bagi kita di dalam konteks hidup kita tiap hari. Tindakan kasih yang Saudara praktekan tiap hari mungkin berbeda dengan orang lain. Saudara yang bertugas untuk berbisnis misalnya, Saudara punya tindakan kasih untuk pelihara dengan adil dan pantas pegawai-pegawai yang bekerja kepada Saudara. Bertindak dengan adil dan pantas untuk berbagian di dalam sebuah masyarakat. Sehingga orang yang memerlukan apa yang Saudara bisa tawarkan dalam bisnis, mereka bisa menikmatinya. Ini ekspresi kasih yang harus dikerjakan waktu Saudara hidup dari hari Senin sampai hari Sabtu. Waktu hari Minggu, Saudara dibentuk di dalam sebuah liturgi dan komunitas di mana Saudara mempraktekan tindakan kasih sebagai sebuah liturgi, sebagai sebuah ibadah untuk nanti dijalankan di dalam kehidupan Saudara hari Senin sampai Sabtu. Maka ketika Paulus berbicara tentang kehidupan yang diubah, dia langsung bicara tentang konteks yaitu gereja. Perbarui pikiranmu, kamu sudah diperbarui. Persembahkanlah tubuhmu, persembahkan tubuh ini kan liturgi ibadah yang dilakukan orang-orang Israel waktu datang menghadap Tuhan. Mereka bawa korban bakaran, lalu korban itu dibakar seutuhnya. “Mengapa aku harus menjalankan ini?”, Paulus mengatakan, sekarang kita beribadah dengan cara yang tidak dibatasi oleh lingkungan Bait Suci lagi. Sekarang Saudara dan saya adalah Bait Suci itu. Di mana kita ada di situ liturgi ibadah sedang terjadi. Itu sebabnya Paulus mengatakan “Persembahkan dirimu, beri dirimu. Persembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang kudus dan yang diperkenan oleh Tuhan”. Waktu engkau persembahkan diri, engkau sedang menjalankan liturgi korban memberi diri demi menyenangkan hati Tuhan. “Mana Bait Sucinya? Saya mau bawa korban”, tidak Bait Sucinya adalah kamu. “Korbannya mana?”, korbannya adalah kamu. “Saya Bait Suci?, ”iya”, “saya korban?”, “iya”, “jadi seluruh liturgi Bait Suci itu ada di tubuh saya?”, “iya”. “Siapa imamnya?”, “kamu”, “saya imam, saya korban, saya Bait Suci, mengapa semuanya saya?”, karena kamu satu dengan Kristus, Kristuslah Imam yang sejati, Kristuslah Bait Suci, Kristuslah Sang korban. Dan dengan menjadi satu dengan Dia, karena Roh, Saudara sedang membawa Kristus dalam tubuhmu. Ini teologi menarik sekali, Saudara tidak bisa baca Paulus tanpa berteologi. Banyak orang mengatakan “Doktrin tidak penting”, ini bukan orang Karismatik, orang Reformed yang bicara seperti itu pun ada. Mengatakan “Untuk apa belajar teologi-teologi terus? Apa itu teologi?”, akhirnya hidupnya tidak beres. Bagi saya orang yang tidak beres pikiran seperti itu sulit jadi pembimbing orang lain. Bagaimana dia bimbing orang lain, jika dia tidak mengerti bagaimana menata pikiran dia. Saudara mau bimbing orang lain dengan mengacaukan pikiran orang lain, silakan, tapi Tuhan akan menghakimi kamu. Kalau kamu mau jadi pembimbing, punya pikiran yang beres dulu. Kalau cara berpikir belum beres, semua kacau, kamu cuma kacaukan orang. Banyak orang pikir “Saya mau jadi pembimbing, saya mau jadi pemimpin, saya bisa menasehati orang”, tapi pikiranmu belum beres, mau nasehati orang, bagaimana caranya? Bereskan pikiran, bagaimana bereskan pikiran? Belajar doktrin, belajar teologi. Orang kalau mengatakan teologi tidak penting, saya sudah tahu dia tidak mungkin dipakai Tuhan untuk arahkan pikiran orang lain. Di dalam Roma 12 ini ditekankan sekali, “Persembahkan tubuhmu”, mengapa? Karena kamu itu Bait Suci. “Saya persembahkan, saya Bait Suci, korbannya mana?”, “Kamu itu korbannya”, “Saya juga korban?”. “Yang persembahkan, yang pimpin, imamnya mana?”, “Kamu juga imam”. Imam, korban, Bait Suci berarti kompleks bait Suci tidak ada lagi. Mengapa tidak ada lagi? Karena seluruh bumi akan menjadi Bait Suci, ini proyeknya Tuhan. Tuhan tidak mau ada sebidang tanah kecil yang Dia beli, kemudian minta izin ke tetangga. Lalu setelah itu minta surat hak milik ke pemerintah, baru nanti ini jadi tanah Dia, tidak, Tuhan pemilik seluruh bumi. Salomo mengatakan ini “Tuhan adalah Pencipta langit dan bumi, Dia Pemilik surga dan bumi. Tapi Dia memutuskan berdiam di dalam kekelaman kompleks Bait Suci ini”. Ini sesuatu yang mengherankan Salomo, “Jika Engkau memiliki segala sesuatu, mengapa mau tinggal di tempat kecil ini?”. Namun Tuhan menjawab, meskipun tidak langsung, di dalam seluruh Alkitab Tuhan merancangkan bahwa Dia ingin berdiam di seluruh bumi, bukan di sebuah kompleks kecil namanya Bait Suci. Tidak peduli meskipun ada embel-embel suci, ini tetap tidak cukup untuk Tuhan. Seluruh bumi akan menampung kemuliaan Tuhan. Maka Tuhan merencanakan untuk mengekspansikan Bait Suci lewat Saudara dan saya. Kalau pengertian ini tidak kita tangkap, bagaimana mungkin kita bisa menikmati Kekristenan? Kalau Saudara tidak mengerti apa yang Alkitab ajarkan, mengabaikan terhadap berita Alkitab, tidak mau paham apa yang Alkitab ajarkan, mustahil kita dipakai Tuhan. Itu sebabnya Tuhan mau kita mengerti apa yang Kitab Suci sedang bagikan. Dan di dalam pengertian Kitab Suci, engkau dan saya adalah bait, kitalah yang akan pergi ke mana-mana menjadi bait.

Lalu bait melakukan apa? Persembahan korban, mana korbannya? Dirimu. Bagaimana saya memberi tubuh sebagai persembahan korban? Ayat yang kedua menjelaskan bedakan kehendak Allah, ubah pikiranmu, jangan menjadi serupa dengan dunia. Berubahlah oleh pembaruan pikiran. Kata yang diterjemahkan budi ini sebenarnya lebih mirip pikiran. Kadang-kadang kita tafsirkan budi itu seperti seolah tindakan moral yang baik. “Kamu mesti punya moral yang baik”, ini bukan bicara moral. Ini bicara seluruh keutuhan menjadi manusia, termasuk pikiran. Berubahlah oleh pikiranmu yang diperbarui. Jangan berpikir sama dengan sebelum engkau menjadi Kristen. Lalu bagian selanjutnya Paulus menekankan, engkau mau hidup satu tubuh? Bukan cuma kamu Bait Suci, orang lain pun adalah bagian dari Bait Suci karena semua disatukan di dalam Kristus. Maka kamu mesti belajar memahami konteks hidupmu sekarang adalah hidup di dalam bait. Engkau sedang dilatih untuk beribadah setiap saat, meskipun ada ibadah khusus seperti yang kita lakukan sekarang. Namun ketika engkau kembali ke dalam kehidupanmu sehari-hari, engkau sedang membawa liturgi ibadahmu ke dalam keseharianmu. Itu sebabnya Paulus mengatakan, “Kamu harus punya pemahaman tentang komunitas Kristen yang benar”. Komunitas Kristen seperti satu tubuh. Apa yang mengacaukan satu tubuh? Yang mengacaukan adalah kalau ada bagian tubuh yang tidak anggap dirinya cuma bagian, dia mau jadi yang utama. Maka Paulus mengatakan, “Jangan anggap dirimu penting”. Ini prinsip pertama yang kita sudah bagikan, jangan anggap dirimu penting melebihi orang lain. Dirimu penting karena kamu bagian dari Kristus. Dirimu penting karena Tuhan mencintai engkau, dirimu penting karena Tuhan mati bagimu untuk menebus dosa mu. Tetapi dirimu tidak lebih penting dari yang lain. “Saya penting”, Iya, tapi orang lain juga penting. “Saya dicintai Tuhan”, Iya, tapi orang lain pun dicintai Tuhan. Inilah prinsip satu tubuh, bukan prinsip kompetisi. Kalau prinsip kompetisi kita akan tanya ke Tuhan, “Tuhan, Engkau lebih sayang aku atau dia? Saudara, sebenarnya prinsip kompetisi mengajarkan satu hal penting, yaitu ketika Saudara kalah, Saudara tidak menjadi hancur. Ketika Saudara menang, Saudara tidak jadi sombong, ini prinsip penting di dalam olahraga. Di dalam dunia sport, kalau pemenang rasa sangat bangga, next season dia menjadi pecundang. Kalau kamu menang, kamu tidak hancur dalam kesombongan, kamu tetap konsisten menjalankan apa yang harus kamu jalankan dengan disiplin. Ini pengertian yang harusnya didapat dari spirit yang sering kali disalah-mengerti sebagai kompetisi. Tapi di dalam kompetisi orang kalau menang sombongnya bukan main, kalau kalah mindernya bukan main. Sombong dan minder itu penyakit yang sama, cuma beda ekspresi. Yang satu ekspresinya cenderung lebih pesimis, yang satu ekspresinya cenderung lebih ekstravagan. Maka sombong dan minder itu sama, orang minderan adalah orang sombong yang belum dapat kesempatan sombong. Orang sombong adalah orang minder yang sekarang bisa membuktikan diri. Maka kalau orang terus punya spirit kompetisi, terus melihat Tuhan lebih cinta siapa, siapa lebih utama, siapa lebih hebat? Dia tidak mungkin mengerti konsep satu tubuh. Karena kalau Saudara lihat tubuh Saudara, tidak pernah ada persaingan antara tangan kanan dan kiri. Maka di dalam prinsip satu tubuh Saudara sadar konteks Saudara menjadi manusia adalah tubuh itu yaitu Kekristenan, yaitu gereja. Inilah bagian di mana engkau dibentuk. Kalau kita tidak rasa komunitas Kristen penting, sulit bagi kita menjadi orang Kristen yang dibentuk. Saudara tidak bisa dibicarakan untuk hidup kudus. Saudara perlu pembicaraan firman untuk Saudara terapkan di dalam hidup. Firman dan hidup harus berkait. Jangan lupa di dalam Yohanes dikatakan “Firman menjadi daging”, Firman dibawa ke dalam perwujudan hidup. Di dalam banyak bagian kita melihat firman Tuhan dan hidup tidak bisa pisah. Dikatakan Yesus semakin bertumbuh di dalam hikmat dan kuasa. Kuasa berarti perbuatan, Dia punya perbuatan yang makin menunjukkan kesalehanNya. Yesus juga mempunyai perkataan yang makin menunjukkan kesalehanNya, keduanya saling berkait. Maka Saudara dengar khotbah, Saudara perlu konteks berikut yaitu konteks untuk apply, untuk menafsirkan dan mengaplikasikan dalam hidup Saudara, ini konteks harus ada. Seorang bernama Herman Bavinck mengingatkan bahwa tujuan hidup kita adalah menafsir dengan benar apa yang kita temui dalam hidup. Kita ini para penafsir, menafsir makna hidup, menafsir makna menjadi negara, menafsir makna alam dan lain sebagainya. Dan kita lakukan dengan cara tunduk kepada firman. Jadi kita harus thinking God’s though after Him, berpikir pikiran Tuhan, mengikuti Dia. Maka kita perlu memahami pengertian satu tubuh ini. “Saya sekarang sudah mengerti, saya adalah bagian dari Bait Suci karena Kristus. Saya beribadah bersama dengan komunitas yang sudah ditebus dan saya akan bawa spirit dari komunitas ini di dalam kehidupanku dari hari Senin sampai hari Sabtu”. How should I do that, bagaimana saya melakukannya? Dengan melayani dunia. Sebelum engkau terjun melayani dunia atau selagi engkau melayani dunia ini dengan hidupmu dari hari Senin sampai Sabtu, engkau perlu terus dibentuk dengan melayani sesama tubuh Kristus. Kamu satu tubuh, saling melayani. Pelayanannya apa? Ada nubuat, khotbah. Bagaimana prinsipnya bernubuat? Prinsip bernubuat adalah engkau harus sesuai dengan pengakuan iman, itu yang dimaksud di dalam ayat yang keenam, “Jika karunia adalah untuk bernubuat, baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita.” Kata sesuai dengan iman kita artinya sesuai dengan pengakuan iman, bukan sesuai dengan kepercayaan diri kita. Maka ketika kita memahami prinsip dari Kekristenan, apa yang dipercayai oleh orang Kristen, apa yang dipercaya di dalam tradisi gereja, apa yang dipercaya oleh pengakuan iman, baru engkau boleh berkotbah. Jangan sembarang khotbah. Banyak orang pikir dia melayani dengan menasehati, dengan mengajar, dengan berkotbah, tanpa mengerti pengakuan iman, tanpa mengerti pengertian iman, tanpa mengerti ajaran yang benar. Saudara melakukan kerusakan lebih besar dari pada kesejahteraan. Makin mengajar makin mengacaukan, bukan makin membuat baik.

Lalu yang berikutnya di dalam ayat selanjutnya dikatakan “Jika karunia untuk melayani, baiklah melayani. Jika mengajar baiklah mengajar. Jika menasehati baiklah menasehati”. Ini ada 3 kehidupan bersama di dalam gereja Tuhan yang akan kita jalankan. Dan akan ada orang-orang dengan kemampuan untuk melakukan hal ini lebih daripada orang lain. Maka meskipun nubuat sangat penting, tetapi Paulus mengingatkan di bagian awal, jangan anggap dirimu lebih baik dari yang lain. Sama seperti kamu, jangan anggap satu karunia lebih baik dari karunia yang lain. Lebih utama, iya, tapi tidak berarti orang yang menjalankannya lebih baik dari yang lain. Mana lebih penting, berkhotbah atau melayani di bawah? Tentu berkhotbah. “Berarti pengkhotbah lebih penting dari orang yang melayani di dalam pelayanan yang lain?”, Tidak, orangnya tidak lebih penting, pekerjaannya yang lebih penting. Firman lebih penting dari apapun. Tetapi orang yang menyampaikan firman tidak lebih baik daripada yang lain. Dia adalah pelayan bagi yang lain. Maka meskipun nubuat dapat tempat yang utama, tetapi Paulus mengingatkan di bagian awal “Jangan anggap dirimu lebih penting”. Paulus tidak anggap diri lebih penting, dia mengatakan “Saya adalah pelayanmu. Aku akan jadi apa pun bagi kamu hai orang Korintus”, ini dia katakan di dalam surat kepada jemaat Korintus. “Saya mau jadi apapun, saya sudah alami apapun demi kamu. Saya kerja dengan tangan, kerja keras supaya saya tidak harus bergantung kepada kamu yang masih belum mengerti bagaimana memberi support untuk seorang yang melayani Tuhan”. Maka di dalam kehidupan Paulus, dia menjadi apapun yang dia perlu jadi untuk melayani orang-orang lain.

« 2 of 5 »