Seri Mengapa Allah Menjadi Manusia(3): Terang dan hidup dari Allah

(Yohanes 1:17-18)
Hal ketiga yang akan saya bahas kali ini, mengapa Allah menjadi manusia. Allah menjadi manusia untuk menyatakan hidup. Bukan hanya persekutuan antara Allah dan manusia saja, tetapi memberi hidup yang sejati kepada manusia. Hidup yang dihidupi manusia adalah hidup yang kosong, kecuali manusia mengerti hidupNya Tuhan. Banyak orang menafsirkan hidup di dalam kegiatan fisik yang masih beroperasi secara normal. Tapi kalau kita membaca Alkitab definisi hidup tidak seperti itu, meskipun kita mempunyai tubuh yang hidup tetapi Alkitab mengatakan “kamu mati kalau melanggar”. Alkitab mengatakan pada hari kamu memakan buah pengetahuan yang baik dan jahat, pada hari itu kamu mati. Efesus 2 mengatakan kita semua adalah pemberontak karena kita hidup di dalam pemberontakan kita, kita sudah mati di dalam pemberontakan kita. Jadi yang betul kita mati atau hidup? Alkitab mengatakan kita mati di dalam dosa, tapi mengapa kita tidak merasa mati, mengapa kita tetap merasa hidup dengan baik, mengapa kita tetap merasa normal? Karena kita salah mendefinisikan hidup, salah mengerti apa itu hidup. Maka di Injil Yohanes 1:4 di katakan “di dalam Dia ada hidup”, di dalam Yesus ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Alkitab dalam Injil Yohanes menggabungkan antara hidupnya Tuhan dan kemuliaan terang dari Allah yang ada di sorga. Tuhan mencipta manusia supaya manusia mengerti dia hanya mungkin hidup kalau dia mengerti hidupNya Tuhan dan hidup yang bersatu dengan hidupNya Tuhan. Hidup yang bersatu dengan hidupNya Tuhan itulah hidup. Hidup tanpa bersatu dengan hidupNya Tuhan itu adalah hidup yang palsu, yang segera akan ditelan dan dihancurkan oleh hidup.

Alkitab mengaitkan di dalam Injil Yohanes antara hidup dan terang. Hidup di satu sisi dan terang di sisi yang lain. Terang adalah sesuatu yang sering kita nikmati, Saudara menyalakan lampu akan rela muncul terang, Saudara melihat matahari terbit pagi-pagi akan muncul terang, Saudara melihat bahwa hari sudah siang terangnya semakin terang, jadi kita mengerti terang lewat apa yang alami di dalam hidup. Namun Kitab Suci mengatakan terang Tuhan lebih terang dari terang yang paling terang di dalam alam ini. Terang Tuhan lebih terang dari pada matahari, lebih terang dari hal yang paling menyilaukan yang ada di dalam alam. Kalau Saudara merenungkan kalimat terang Tuhan lebih terang dari matahari, Saudara akan kaget kalau begitu terang ini seperti terang apa? terang yang begitu besar, begitu dahsyat, begitu menghancurkan. Saudara tidak bisa memandang matahari tanpa menjadi buta, kalau begitu bagaimana kita bisa memandang terangNya Tuhan tanpa menjadi hancur? Terang adalah hal baik, tapi mengapa Kitab Suci membahas terang sebagai sesuatu yang kita tidak bisa akses ke dalamnya, kita tidak bisa menikmati terang dan hidupNya Tuhan karena terang itu bersifat menghanguskan dan menghancurkan kita. Orang yang melihat terang Tuhan tidak bisa tahan berdiri, orang yang melihat mulia Tuhan tidak bisa bertahan. Waktu Musa dan orang Israel ada di Gunung Sinai, waktu itu Gunung Sinai penuh dengan api karena malaikat Tuhan hadir, penuh dengan halilintar, dan penuh dengan terang karena Tuhan hadir di situ. Lalu Tuhan beranugerah, Tuhan tutup gunung itu dengan awan yang pekat sehingga manusia tidak bisa melihat tembus ke dalam. Mengapa Tuhan tidak izinkan manusia lihat tembus ke dalam? Karena Tuhan tahu begitu manusia melihat, manusia akan mati. Maka Dia tutup dengan awan yang pekat. Lalu Dia berseru dengan keras sekali, suaraNya bagaikan sangkakala dari puluhan ribu malaikat. Suara Tuhan begitu keras menggelegar menyatakan berita kepada umat manusia. Ini pertama kalinya manusia minta supaya ada pengkhotbah, jangan Tuhan yang langsung bicara. Kalau orang-orang sekarang “saya tidak mau pengkhotbah, saya maunya langsung dengar suara Tuhan”. Dulu Tuhan memang langsung bicara, lalu yang minta ada pengkhotbah adalah yang mendengarkan. Israel yang minta, karena waktu dengar Tuhan bicara langsung, mereka seperti mau mati rasanya. Luther pernah mengatakan Allah kita adalah Allah yang rela menyembunyikan diri, tapi jangan sembunyikan Dia. Allah kita adalah Allah yang merendahkan diri, tapi jangan sekali-kali rendahkan Dia. Allah kita adalah Allah yang rela ditutup oleh kehinaan, tapi jangan tambahkan kehinaan untuk menutup Dia. Banyak orang mengerdilkan Tuhan dengan menganggap Tuhan sebagai Pribadi yang gampangan, “saya bisa gampang berelasi dengan Tuhan, saya bisa gampang atur mode relasiku dengan Tuhan. Waktu itu Israel sadar Allah mereka adalah Allah yang tidak boleh diperlakukan dengan sembarangan. Alkitab mengatakan “kalau ada manusia atau binatang menembus batas di gunung itu, dia harus mati”, kalimat ini keras sekali.

Waktu Saudara mau menikmati terang Tuhan, Saudara sadar Saudara tidak bisa akses terang itu. Lalu bagaimana? Kita tidak mungkin hidup dalam kegelapan, tapi kita juga tidak boleh hidup dalam terang. Gelap berarti penuh dengan ketidaktahuan, penuh dengan hal-hal yang gelap, penuh dengan hawa nafsu, penuh dengan hal yang mencelakakan, penuh dengan kehidupan yang sangat muram, penuh dengan kehilangan pengharapan, penuh dengan perasaan depresi, penuh dengan segala kekacauan, itulah gelap. Siapa mau hidup di dalam gelap? Maukah engkau terus hidup di dalam dosa, menikmati kepenguasaan dosa dalam hidupmu? Itu gelap, manusia dalam gelap dan tidak banyak yang sadar kalau sedang hidup dalam gelap. Hidup dalam gelap karena dikuasai oleh begitu banyak hal, karena tidak punya pengharapan ke depan, karena dikuasai oleh hawa nafsu. Tapi kalau manusia tidak bisa hidup dalam gelap, manusia juga tidak bisa hidup dalam terang. Jadi gelap tidak bisa, terang tidak bisa, lalu bagaimana? Inilah kesulitan menjadi manusia yang dinyatakan oleh Kitab Suci. Pdt. Stephen Tong pernah berkhotbah tentang status antara, manusia hidup di antara Allah dan setan, di antara baik dan jahat, di antara terang dan gelap. Fokus ini yang saya mau berikan kepada Saudara, kita sedang kesulitan bukan main, karena kita hidup tidak bisa di gelap, tapi juga tidak mungkin hidup di terang. Kita disuruh hidup di dalam gelap, tidak mau, tidak bisa. Mau hidup di dalam terang tapi tidak bisa, karena terang Tuhan adalah terang yang menghanguskan. Sama seperti orang disuruh memandang matahari, mana bisa bertahan lihat matahari? Manusia hidup dalam keadaan yang menakutkan seperti ini. Tapi Injil Yohanes mengatakan Allah yang adalah hidup membawa hidup itu dan di dalamnya ada terang manusia. Kalimat di dalam bahasa aslinya itu indah sekali, di dalam Dialah hidup dan di dalam hiduplah terang. Di dalam Dia hidup dan di dalam hidup itu adalah terangnya manusia. Terangnya manusia berarti terang yang Tuhan maksudkan dinikmati manusia sebelum manusia jatuh dalam dosa. Sebelum manusia jatuh dalam dosa banyak hak istimewa yang Tuhan berikan untuk manusia nikmati. Manusia boleh menikmati banyak hal yang sekarang kita tidak bisa tahu lagi untuk menikmati. Tapi setelah manusia jatuh dalam dosa, manusia kehilangan hal-hal itu. Hal apa sajakah? Hal boleh memandang Tuhan, hal boleh hidup bersama Tuhan, hal boleh berdiskusi berbicara dan berelasi dengan Tuhan dengan sedemikian intim, inilah hal yang kita hilang waktu kita sudah jatuh dalam dosa. Waktu hal ini hilang, manusia menjadi kosong, manusia sangat perlu hal ini, tetapi ketika ini hilang kita begitu kosong, sepi karena tidak ada relasi. Kita begitu kosong karena tidak ada yang penuhi kita. Kita begitu tidak berpengharapan karena kita tidak tahu masa depan kita bagaimana. Dan kita tidak akan menikmati sukacita karena kita tidak diisi oleh apa pun yang bisa menyenangkan hati kita. Waktu manusia hidup dalam kekosongan seperti ini, gelap, maka sang penipu yaitu setan dia adalah master dari pembuat terang palsu. Dia adalah yang paling bisa menyamarkan dirinya seperti malaikat terang. Menurut Martin Luther ini prestasi setan yang paling tinggi yaitu membuat orang salah mengerti dia karena menganggap dia malaikat terang. Iblis menyamar menjadi malaikat terang, iblis menyamar jadi mirip Tuhan. Maka Saudara punya alternatif sudah hidup dalam gelap, bisa mengatasi hidup dalam gelap ini dengan terang versi lain, bukan versi Tuhan. Mengapa mesti terang versi lain? Karena terang versi Tuhan terlalu merepotkan, ada terang versi lain. Kamu gelap karena kosong, kamu gelap karena sepi, ada terang kelimpahan, ada terang relasi yang iblis tawarkan. Maka dunia hidup dalam gelap lalu tersesat di dalam tindakan-tindakan yang dia pikir terang padahal tidak.

Tetapi segala kerinduan ini menunjukan bahwa kegelapan dari manusia belum teratasi dan terang Tuhan belum diakses. Ini poin penting untuk kita pahami, seluruh kegalauan hidup manusia, seluruh kekosongan hidup manusia, seluruh pencarian yang tidak pernah memberikan kepuasan membuktikan satu hal yaitu kegelapan belum berhasil diatasi dan terang Tuhan belum berhasil diakses oleh manusia. Manusia belum berhasil masuk dalam terang karena tetap tidak bisa, manusia belum berhasil lepas dari gelap karena tetap dikurung oleh kegelapan. Tim Keller mengatakan ada kerinduan akan firdaus yang diperbaharui, ada kerinduan akan Taman Eden yang perbaharui, Taman Eden yang lama belum selesai, belum genap. Maka manusia terus mencari kapan ini diperbaharui, kapan akan sempurna. Tapi sayang meskipun manusia mempunyai insting seperti itu, insting itu diselewengkan kemana-mana sehingga kita mencari di tempat yang salah. Manusia mencari di dalam keuangan, di dalam seks bebas, di dalam pengakuan dunia, manusia cari di dalam segala hal yang sifatnya palsu dan sebenarnya gelap. Terang palsu dari setan. Dunia gemerlap tapi gemerlapnya palsu. Di dalam kehidupan seperti ini Tuhan masih pertahankan ada sekelompok orang supaya mereka tidak terjerumus sama seperti yang lain, yaitu Israel. Bagaimana caranya Tuhan mempertahankan mereka? Dengan mempertahankan sedikit terang Tuhan boleh diakses oleh mereka. Sedikit tapi belum total, sedikit tapi belum sempurna, sedikit tapi tidak boleh lebih dari itu. Israel dapat terang dari Tuhan hanya sedikit, Tuhan berkenan hadir di Bait Suci hanya sedikit. Tuhan menyatakan kemuliaanNya baru sedikit. Dan kalau Tuhan menyatakan terangNya, manusia tidak mungkin akses kalau manusia tidak suci. Itu sebabnya manusia diberikan Taurat. Hukum Taurat diberikan lewat Musa supaya Israel boleh mendapat akses terang itu sedikit. Hukum Taurat bukan untuk membuat manusia susah hidupnya. Hukum Taurat bukan diberikan supaya manusia sadar “oh kamu tidak sanggup, biar kamu mati”. Hukum Taurat diberikan supaya ada sedikit pengharapan di dunia bahwa terang Tuhan ternyata bisa diakses. Itu sebabnya Tuhan mengatakan “kuduslah kamu sebab Aku Tuhan Allahmu adalah kudus”, Imamat 19: 2. Ulangan 6: 5 “kasihilah Tuhan, Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu”.

Tuhan memberikan TauratNya supaya manusia boleh menikmati terang itu sedikit. Tapi kalau manusia melanggar Taurat, dia akan kembali dalam kegelapan. Itu sebabnya Israel sedang berada di dalam anugerah, boleh keluar dari gelap, gelapnya Mesir dilanjutkan dengan terangnya keselamatan. Ini semua simbol-simbol yang indah sekali. Tulah kesembilan gelap gulita, tulah kesepuluh membuat Israel bebas keluar. Israel keluar dari tempat gelap itu oleh karena darah yang disapukan di atas ambang pintu rumah. Jadi Tuhan memberikan pengertian indah sekali “Israel jangan gelap terus, sekarang nikmati terang. Jangan berhala terus, coba nikmati Tuhan yang sejati. Jangan menikmati hawa nafsu yang menyesatkan terus, coba nikmati keindahan Tuhan yang sejati”. Peraturan yang sedemikian banyak adalah peraturan yang membuat Israel boleh sedikit akses terang itu. In cara lain untuk menafsirkan Taurat, kalau Saudara melihat pengajaran Luther, dia sangat negatif mengenai Taurat. Tapi kalau Saudara lihat Calvin, dia ada sisi positif waktu lihat Hukum Taurat. Dia tahu Taurat diberikan untuk mengajar umat Tuhan, untuk mengerti kehendak Tuhan. Dan hari ini saya mengingatkan kepada Saudara, Taurat diberikan supaya bisa mengakses sedikit terangNya Tuhan. Inilah sudut pandang Yohanes yang indah sekali, biar kamu tidak hidup di dalam gelap, taati Taurat. Biar kamu boleh sedikit menikmati percikan dari trang Tuhan, taati hidup suci. Hidup suci bukan untuk selamat, hidup suci supaya engkau bisa nikmati terang. Hidup suci bukan karena sanggup lalu nanti memperoleh upah hidup yang kekal, bukan. Hidup suci adalah supaya kamu tidak gelap terus. Jangan pikir Taurat itu syarat keselamatan, Tuhan selamatkan Israel dengan darah, bukan dengan Taurat. Taurat diberikan waktu di Gunung Sinai, tapi Israel sudah keluar dari Mesir sebelum Taurat diberikan, mengapa Taurat diberikan? Supaya sekarang engkau bisa akses terang itu.

Itu sebabnya ayat 17 mengatakan Hukum Taurat diberikan oleh Musa, dan kasih karunia dan kebenaran datang lewat Yesus Kristus. Di dalam Bahasa Indonesia pakai kata “tetapi”, padahal ini seharusnya bukan dibenturkan, “Hukum Taurat datang lewat Musa, Yesus Kristus memberikan kasih karunia dan kebenaran”, dua ini satu. Karena waktu Taurat diberikan kepada Musa, Israel melanggar. Israel membuat lembu emas, Israel itu bodoh sekali, sudah ada Tuhan yang lebih mulia, tapi masih saja membuat sapi jadi dewa. Lalu mereka menyembah lembu emas yang tidak bisa menjawab, diam. Bagaimana supaya lembu emas bisa bicara? Harus ada imam palsu yang mewakili dia. berhala-berhala palsu seperti itu semua, semua berhala diam, ada imam palsu yang berbicara atas berhala bisu. Maka waktu Israel membuat lembu emas, Tuhan marah sekali. Musa berdoa supaya Tuhan ampuni, setelah itu Tuhan mengatakan “Aku akan ampuni”, lalu Musa mengatakan “izinkan saya memandang kemuliaanMu”, dan Tuhan mengizinkan. Kemudian Tuhan lalu dari Musa, setelah itu keluar kalimat memperkenalkan nama Tuhan, Tuhan penuh dengan kasih karunia dan kebenaran, ini nama Tuhan. Di dalam terjemahakn Perjanjian Lama dikatakan penuh dengan kasih setia, kasih dan setia. Tapi kata yang asli adalah emet dan hesed yang artinya adalah penuh dengan kasih karunia dan kebenaran. Jadi Taurat diberikan oleh Tuhan yang adalah penuh kasih karunia dan kebenaran. Saya mau Saudara tangkap ini lalu paralelkan dengan Yohanes. Tuhan memberikan Taurat kepada Musa supaya Israel boleh hidup dalam terang, siapa yang memberi Taurat? Tuhan, siapa yang terima Taurat? Musa. Musa memberikan Taurat untuk Israel, Taurat dari Tuhan. Lalu Musa tanya “bolehkah saya memandang kemuliaanMu?”, Tuhan mengatakan “tidak boleh lihat depan, hanya boleh lihat belakang”. Maka Tuhan lewat dulu, lalu Tuhan berkata “Tuhan, Tuhan, penuh kasih karunia dan kebenaran”. Jadi ada 3 tokoh di sini, pertama Sang Pemberi Taurat yaitu Tuhan, kedua sang pengantara yaitu Musa, dan ketiga yaitu Israel yang menerima Taurat. Mengapa Israel menerima Taurat? Supaya tidak hidup dalam gelap. Siapa yang membawa Taurat? Musa. Dari mana Taurat itu? Dari Tuhan. Lalu siapakah Tuhan? Tuhan mengatakan diriNya sebagai yang penuh kasih setia dan kebenaran. Berarti Yohanes sedang mengatakan ada Musa, ada umat yaitu kita, dan ada Allah yaitu Yesus, penuh kasih karunia dan kebenaran. Jadi Yesus bukan benturan dengan Musa, Yesus diparalelkan oleh Yohanes dengan Allah yang memberi Taurat kepada Musa. Yohanes tidak mengatakan karena Yesus sudah datang, Taurat boleh berhenti, karena Yesus sudah datang, Musa berhenti berfungsi, tidak. Karena Yesus tidak diparalelkan dengan Musa oleh Yohanes, Yesus diparalelkan dengan yang mempunyai nama penuh kasih karunia dan kebenaran. Musa bukan orang yang boleh menyebut dirinya penuh kasih karunia dan kebenaran, ini namanya Tuhan, hanya Tuhan yang boleh menyebut namanya ini. Waktu Tuhan mengatakan “Akulah Tuhan penuh kasih karunia, penuh kebenaran”, penuh hesed kasih karunia, penuh emet, kebenaran. Di dalam Injil Yohanes mengatakan Yesus Kristus penuh kasih karunia dan kebenaran, Dialah yang diparalelkan dengan Bapa, Dialah yang mempunyai terang itu. Dan terang itu bisa diakses kalau engkau taati firmanNya. Saya tidak sedang mengatakan Saudara harus taat supaya selamat, tapi sekali lagi Saudara menaati untuk menikmati terang itu. Mari belajar menikmati terang itu.

Dan Alkitab mengatakan cara Tuhan menyatakan terang itu adalah sangat luar biasa. Tuhan tidak memfirmankan Taurat lagi, itu sudah dilakukan. Tuhan bukan hanya menyatakan firman saja tapi Dia menyatakan kehadiran terang itu yang berinkarnasi menjadi manusia. Hidup dan terang dan firman sekarang jadi manusia. Maksudnya adalah sekaranglah saatnya engkau bukan hanya bisa akses terang, tapi engkau menjadi bagian dari terang itu di dunia. Bagian ini indah sekali. Dunia hidup dalam gelap, manusia sengsara di dalam gelap, manusia bertanya “bagaimana saya mengakses terangMu?”, sekarang Tuhan mengatakan “engkau tidak perlu mengakses terangKu, engkau adalah bagian dari terang itu yang sekarang mengakses dunia”. Bagian ini membuat saya terharu, Tuhan selalu menjawab permohonan kita lebih besar dari yang kita mohonkan. “Bolehkah saya berbagian dalam terangMu?”, Tuhan menjawab “bukan, kamu adalah bagian dari terang yang sekarang sedang menerobos dunia ini”, kalimat ini agung sekali, berbau suatu dorongan untuk berjuang, karena Tuhan mengatakan “kamu di dalam Kristus adalah terang dan terang itu sedang datang ke dalam dunia”. Saya sangat senang ilustrasi yang diberikan Pak Stephen Tong, terang menelan gelap, gelap sudah dikalahkan leh terang. Waktu terang datang, gelap menyingkir. Inilah yang sedang dinyatakan dengan kedatangan Yesus. Mengapa Allah menjadi manusia? Karena Allah ingin mengatakan terang itu akan masuk ke bumi, bukan bumi cari terang ke atas. Terang akan menaklukan semua tempat yang ada gelapnya. Terang itu akan mencari mana lagi yang gelap dan dia akan ke sana. Sekarang Saudara dan saya yang beriman kepada Kristus, Saudara dan saya tidak lagi cari terang, kita secara natur sudah terang. Kita sudah menjadi milik terangNya Kristus, kita adalah terang karena ada di dalam Kristus yang adalah terang berinkarnasi. Allah adalah terang dan sekarang Allah menjadi manusia, sehingga manusia dapat secara natur menjadi terang dan mengatasi semua kegelapan yang ada di dunia ini. Mari kita bangkit dan menyadari hal ini, mari kita berjuang dengan sungguh dan menyatakan kepada Tuhan, “Tuhan, jika saya adalah milik terang biarlah saya berjuang sepenuh hati menyatakan terang Tuhan di dalam cara hidup yang benar”. Karena sekarang terang itu bukan lagi berwujud kemuliaan yang menyilaukan mata tapi sekarang sudah masuk dalam hidup manusia, Kristus yang adalah terang sekarang sudah ada di tengah-tengah kita.

Lalu Alkitab juga mengatakan setelah Kristus datang kegelapan langsung menyingkir dan langsung ada pembagian 2, terang akan datang kepada Kristus, gelap akan menjauhi Dia. Yang adalah anak-anak terang akan bergabung bersama Kristus, yang adalah anak-anak kegelapan akan disingkirkan keluar. Kita adalah anak-anak terang, kita bukan anak-anak kegelapan. Tetapi di teangh-tengah pergumulan untuk Kristus, kita terus dikacaukan secara identitas, kita terus dibingungkan oleh dunia ini sehingga kita tidak tahu siapa kita sebenarnya.

Kalau begitu apa kenikmatan terang itu? Bagaimana kita nikmati? Kalau Yesus sudah menjadi manusia dan membawa terang itu bagi kita, bagaimana kita bisa hidup menikmati terang itu, bagaimana supaya kita tidak jatuh dalam terang yang salah? Yohanes membagi ada 4 hal tentang terang. Hal pertama, terang selalu berkait dengan kebenaran pengenalan akan Allah. Tidak ada terang kecuali mengenal Tuhan lewat kebenaranNya. Yesus adalah Sang Firman yang menjadi manusia, maka kita perlu belajar dari Kitab Suci untuk tahu apa yang Tuhan nyatakan tentang diriNya. Ini bukan berarti ada orang ahli, sudah belajar teologi, dia lebih tahu dari pada yang tidak belajar teologi, tidak tentu. Ada orang yang tekun baca Alkitab untuk mengenal Tuhan, dia dapat berkat yang besar. Ada orang yang baca Alkitab sebagai pengetahuan saja, hanya sibuk untuk perdebatan, untuk membanggakan diri, tahu banyak hal tapi dia tidak benar-benar kenal Tuhan, itu palsu. Tuhan menyatakan firmanNya untuk dikenal. Kalau saya memperkenalkan diri, saya ingin diri saya dikenal oleh Saudara. Jadi waktu Saudara ngomong informasinya kemana-mana tapi tujuannya cuma satu, kenalilah aku. Waktu Tuhan menyatakan diri juga sama, Tuhan mau kita mengenal Dia. Tapi kalau kita cuma baca Alkitab untuk dapat informasi-informasi, teori-teori yang tidak berkait dengan Tuhan, kita miss the point. Itu sebabnya hal pertama yang Yohanes katakan tentang terang, terang selalu berkait dengan kebenaran firman yang menyatakan siapa Allah.

Kedua, terang itu selalu berkait dengan kemurnian hati. Orang yang murni hatinya itu dekat dengan terang. Terang tidak ada kepalsuan. Orang Israel dijanjikan oleh Tuhan “kamu akan berdiam di bawah pohon aramu dengan tenang, asal kamu Israel sejati”. Israel sejati adalah yang tidak ada kepalsuan di dalamnya, yang tidak pura-pura waktu menyembah Tuhan. Waktu orang hidup dalam kemurnian, dia dekat dengan terang itu. Kalau dia benar-benar sudah terang, mari belajar hidup dengan motivasi yang murni. Yohanes mengajarkan etika yang indah sekali di dalam terang, siapa hidup di dalam terang dia tidak pernah menyatakan hal yang palsu, dia tidak pernah pura-pura. Lain dengan Pilatus, waktu Pilatus dan Yesus berhadap-hadapan, Pilatus penuh kepalsuan, Pilatus sudah tahu Yesus benar, tapi dia tetap tidak berani bebaskan karena rakyat. Dia sudah tahu Yesus tidak salah, tapi dia tetap menjilat kepada rakyatnya, dia ingin memenangkan keduanya, dia ingin bebaskan Yesus tapi dia ingin namanya tetap baik di depan orang-orang, ini orang yang penuh kepalsuan. Jangan jadi orang Kristen yang penuh kepalsuan. Kepalsuan adalah sesuatu yang bahaya sekali karena tidak ada orang yang tahu. Kalau saya palsu, Saudara kan tidak tahu, lalu bagaimana Saudara tegur saya kecuali Saudara bongkar kepalsuan saya. Maka orang yang palsu lalu simpan kepalsuannya, sulit bertobat karena tidak ada yang tegur dia sebab tidak ada yang tahu dia sedang palsu. Maka biarlah kita murni, Saudara kalau berelasi dengan orang biarlah relasinya murni. Saya sangat bersyukur kalau kita diajarkan hal seperti ini, karena di dalam dunia politik relasi itu selalu karena ada manfaat “saya mau manfaatkan kamu, saya mau peras kamu kalau bisa”. Tapi tidak demikian dengan orang Kristen, orang Kristen jalin relasi supaya bisa ada keadilan, kepantasan dan juga berkat yang dibagikan. Biarlah kita menjadi orang yang murni, karena murni hal yang sangat berkait dengan terang. Terang itu sudah datang dan siapa yang tidak palsu, dia akan dimasukan oleh Kristus ke dalam kelompok yang mencintai terang itu.

Lalu yang ketiga, terang itu selalu berkait dengan kedekatan Tuhan. Terang dan kecintaan kepada Tuhan dekat sekali, bukan cuma mengenal Dia, tapi kerinduan untuk bersama. Yesus mengatakan bahwa Dia berdoa bagi kita, supaya kita terus satu dengan Dia sebagaimana Dia satu dengan Bapa,, ini kerinduan Kristus. Kesatuan gereja bukan kesatuan plang, denominasi satu, mari kita satukan gereja. Kesatuan gereja bukan kesatuan denominasinya, kesatuan gereja adalah kesatuan pemahaman akan Tuhan yang benar. Saudara boleh tetap GRII tapi punya pengertian teologi yang benar. Saudara boleh tetap GKI dan punya teologi yang benar. Sehingga pengenalan akan Tuhan dan kerinduan untuk dekat dengan Tuhan itu yang utama. Maka hal ketiga tentang terang adalah terang itu selalu membuat kita ingin satu dengan Tuhan, Tuhan tidak pernah mau berpisah dengan kita. Sama seperti suami istri yang saling mencintai, tidak mau berpisah, demikian Tuhan tidak mau berpisah dengan kita. Inilah yang harus kita pahami di dalam terang, terang membuat kita satu di dalam Tuhan dan tidak ada apa pun yang memisahkan. Terang melihat terang akan bersekutu, terang melihat gelap akan hancurkan gelap, terang melihat Tuhan akan satu dan tenang di dalam Tuhan. Maka ini hal ketiga yang Yohanes bagikan, mari nikmati terang itu. Menikmati terang adalah menikmati fakta bahwa Tuhan tidak pernah tinggalkan kamu, Tuhan tidak akan pernah membiarkan kamu hidup tanpa Dia. Tuhan akan terus menyertai orang-orang yang sudah Dia tebus, yang sudah Dia miliki di dalam Kristus. Ini keindahan luar biasa. Saudara mau dapat keamanan ini dari mana? Kalau kita merenungkan janji Tuhan, kita tahu kita tidak perlu menuntut yang lain kepada yang lain karena kita sudah mendapatkan kesetiaan itu dari Tuhan. Keintiman disertai Tuhan, itu berkait dengan terang.

Lalu keempat yang berkait dengan terang adalah kehadiran Tuhan secara sempurna setelah Dia menang atas maut. Terang akan semakin bercahaya karena Kristus akan menunjukan kemenanganNya atas maut. Maka terang berkait dengan takluknya maut. Terang akan bersinar lalu kematian akan kalah, kematian akan ditaklukan. Yesus datang membawa terang, dan Yesus menaklukan gelap, menaklukan kematian. Maka terang berarti kita mengerti firman Tuhan, mengenal Tuhan lewat firmanNya. Terang berarti kita setelah mengenal Tuhan, tidak pura-pura di hadapan Tuhan, tidak datang dengan kepalsuan di hadapan Tuhan. Terang berarti kita tahu kita selamanya dengan Tuhan, kenikmatan disertai Tuhan, dipimpin Tuhan, dibimbing Tuhan, harus kita cari dan harus kita inginkan. Dan terakhir, terang itu adalah terang yang menyatakan kuasa kebangkitan Kristus yang mengalahkan kegelapan. Yohanes kalau bicara terang, hal-hal inilah yang dia tekankan. Yesus yang mengalahkan maut itulah terang sejati. Yesus yang mengalahkan seluruh problem yang paling besar di dalam hidup manusia, yaitu kematian yang menaklukan kita, itulah terang. Terang datang dan kematian kalah, terang datang dan kematian disingkirkan. Yohanes mengatakan Hukum Taurat diberikan oleh Musa tapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus. Mari kita melihat hal ini sebagai ajakan dari Tuhan. Mari hidup di dalam terang, mari tinggalkan kehidupan yang lama karena engkau sekarang adalah bagian dari terang itu. Allah menjadi manusia. Terang dihidupi oleh manusia, terang dimiliki oleh manusia, dan terang diperjuangkan oleh manusia. Kiranya Tuhan menguatkan kita untuk senantiasa hidup di dalam terangNya.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Seri Mengapa Allah Menjadi Manusia(2): Takhta untuk Sang Kristus

(Kolose1: 16)
Hal kedua yang akan saya bahas saat ini, mengapa Yesus datang menjadi manusia, mengapa Allah menjadi manusia? Karena Dia ingin mengkonfirmasi Kerajaan Sorga dan bumi sebagai KerajaanNya Allah. Inilah yang digambarkan di dalam Kolose 1, di dalam Dialah baik sorga mau pun bumi diciptakan, oleh Dialah baik yang di sorga mau pun yang di bumi diciptakan. Jadi Kristus adalah penyebab segala yang ada di bumi dan di sorga ada, dan Kristus adalah yang menyebabkan dan yang menjadi tujuan mengapa ada banyak hal tercipta baik di sorga maupun di bumi. Tapi waktu dikatakan segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia, Kolose 1: 16 menekankan pada takhta, singgasana, kerajaan, pemerintah dan penguasa. Ini sesuatu yang mau kita gali lebih dalam, mengapa Kitab Suci menekankan pada pemerintahan, pada penguasa, pada kerajaan, untuk mengerti ini kita mesti tahu dulu pengertian Paulus tentang kuasa pemerintahan dan kerajaan. Paulus tidak banyak menyinggung kerajaan-kerajaan dunia, dia tidak banyak bergumul atau memberikan tulisan yang membahas tentang makna kerajaan dunia, tentang kaitan orang Kristen dengan politik. Banyak ayat penting dari Paulus membahas tentang politik, tetapi umumnya ketika Paulus bicara tentang kerajaan, dia sedang berbicara entah itu Kerajaan Allah, atau dia sedang berbicara tentang kerajaan setan. Meskipun Anselmus benar, manusia tidak berada dalam perhambaan kepada setan, lalu Yesus datang untuk membebaskan manusia dari setan, itu benar. Tapi bukan berarti kedatanganNya tidak ada kaitan dengan kuasa setan yang merajalela. Maka kita mau gali lagi dari pemikiran Paulus mengenai kerajaan setan, mengenai apa yang dikerjakan oleh iblis dan bagaimana Allah membungkam dia untuk selama-lamanya. Kalau kita tahu berapa hebatnya tipu dayanya, berapa giatnya dia, baru kita tahu bagaimana perlunya kita beriman kepada Kristus. Banyak orang Kristen merasa tidak perlu bergantung kepada Tuhan, karena tidak merasa ada sesuatu yang salah pada hidupnya. Kalau kita tidak tahu musuh kita begitu kuat, kita mungkin tidak akan berharap pada apa pun, kita tidak perlu bergantung pada siapa pun, karena yang kita hadapi bisa kita tangani sendiri. Saudara kalau tidak tahu betapa kuatnya musuh kita, kita akan salah bawa senjata. Jadi kalau kamu tahu berapa gigihnya dan berapa kuatnya lawanmu, kamu akan mati-matian bergantung kepada Kristus. Ini alasan banyak orang Kristen hidup rohaninya santai sekali, hidup doanya lesu sekali, hidup saat teduhnya parah sekali karena tidak tahu serangan yang besar dari setan sedang dia siapkan untuk menghancurkan gereja Tuhan.

Paulus punya pengertian tentang kuasa jahat yang ada di udara, kuasa jahat yang ada di sorga, dan kuasa jahat yang ada di bumi. Pengertian ini berasal dari Kitab Suci. Dalam Perjanjian Lama dikatakan bahwa setan adalah lawan dari Tuhan yang masih berdiam di sorga, yang berusaha menghancurkan bumi tapi yang masih punya akses ke sorga. Dia adalah pengacau di sorga, pengacau di tengah antara sorga dan bumi, dan dia adalah pengacau di bumi. Dia adalah pengacau di semuat tempat. Itu sebabnya ketika Kitab Ayub menceritakan malaikat-malaikat pergi menghadap Tuhan dan di tengah-tengah mereka ikut juga setan bersama-sama mereka. Mengapa iblis bisa bertemu dengan Tuhan di sorga? Saya ingatkan, iblis memang dari sorga, dia sedang menunggu waktunya dilempar, dihancurkan. Namun yang misterius dari Alkitab adalah Allah menunda waktu menghancurkan. Ini mengherankan, kalau dia sudah salah, sebaiknya langsung dihancurkan. Kalau di sini ada pengajar yang sesat apakah lebih baik tunggu atau langsung dipecat. Kalau saya khotbahnya sembarangan, apakah langsung dipecat atau tunggu? Saudara akan mengatakan langsung disingkirkan sebelum dia merusak. Tetapi ada pertanyaan yang ditanyakan oleh orang Yahudi maupun orang yang membaca Kitab Suci, kapan Tuhan hancurkan musuh yang satu ini? dia adalah musuh dan Tuhan sudah tahu, dia sudah merancangkan sesuatu yang merusak dan Tuhan sudah tahu. Tuhan sudah kutuk dia, Tuhan sudah nubuatkan kehancuran dia. Tuhan sudah nubuatkan kepalanya akan diremukan oleh keturunan perempuan, tapi kapan itu terjadi? Mengapa waktunya diperpanjang? Kapan tiba waktunya kuasa dari setan ini dihancurkan? Tidak ada jawaban di bagian awal Kitab Suci. Tuhan hanya mengatakan akan ada keturunan perempuan, tapi hanya sampai itu saja. Setelah itu baru kita mulai punya hint, punya sedikit berita yang terfragmentaris di berbagai bagian di Perjanjian Lama, terpecah-pecah sebagai bagian yang tidak utuh. Tapi kita mesti cerdas, mesti cepat tangkap mendeteksi bagian-bagian ini dalam Perjanjian Lama.

Ternyata di dalam Kitab Suci, Tuhan memberikan gambaran bahwa penaklukan atas setan akan dilakukan setelah Dia mengangkat Raja untuk pemerintahanNya. Di sini kita bisa tarik dengan hati-hati bahwa tahta Tuhan adalah yang sedang diincar oleh setan. Setan mengincar tahta Tuhan. Ini adalah hal yang membingungkan, kalau kita mau cari apa yang sebenarnya sedang dia kerjakan, tapi Saudara bisa sedikit membaca dari Kitab Yesaya atau Yehezkiel, waktu ada nubuat tentang Raja Babel dan Raja Tirus. Nubuat tentang Raja Babel dan Raja Tirus yang akan dihancurkan, melampaui nubuat untuk raja biasa. Karena dikatakan “hai kamu Raja Tirus”, atau “hai kamu Raja Babel”, dua-duanya mirip “kamu ingin tinggal di gunungNya Tuhan, kamu mengincar kedudukan lebih tinggi yaitu tahta mulia yang Tuhan sendiri miliki. Jadi ada problem di sorga yang tidak banyak diberitakan oleh Tuhan, tapi yang sedikit-sedikit Tuhan mulai nyatakan, yaitu ada yang incar tahta di sorga. Tahta siapa yang diincar? Apakah setan berani mengincar tahta Tuhan, apakah dia tidak tahu kalau Tuhan lebih besar dari siapapun, apakah dia tidak tahu kalau Tuhan tidak mungkin dikalahkan, apakah dia tidak tahu kalau Tuhan adalah Tuhan yang memegang kuasa atas langit dan bumi dan tidak mungkin dibatalkan oleh yang lain? Entah dia tahu atau tidak, tapi intinya dia tetap melawan Tuhan dan berusaha untuk mengklaim kerajaan ini bagi dia dan pengikutnya. Ini yang dikatakan oleh seorang teolog abad 20 di Amerika yaitu Cornelius Van Til, sebagai ketidak-rasionalan dosa. Dosa itu tidak rasional, kamu sudah tahu sesuatu tapi tetap kamu langgar, kamu sudah tahu apa yang baik tapi kamu tidak lakukan, kamu sudah tahu apa yang jelek tapi kamu tetap lakukan. Dosa itu tidak rasional. Adakah orang yang tidak tahu kalau mencuri itu salah? Rasanya tidak ada. Tapi adakah pencuri di dunia ini? Tetap ada. Makanya jangan bilang kalau Kekristenan itu bukan tentang rasio, Kekristenan itu tentang hati, salah. Kekristenan adalah tentang seluruh hidup, baik rasio maupun hati, baik pikiran maupun perasaan, semua sudah jatuh dalam dosa dan perlu diperbaiki. Maka Van Til mengatakan dosa itu tidak rasional, tahukah setan kalau dia tidak punya kekuatan? Tahu, tapi dia punya trik untuk mengatasi kelemahannya dengan berpura-pura. Pura-pura dari dalam, tapi pura-pura taklukan, pura-pura hancurkan. Lalu trik kedua yang dia lakukan adalah rusakan semua rencana Tuhan untuk angkat siapa pun yang mau bertahta. Maka dia mengambil tahta Tuhan, dan Alkitab mengatakan tahta Tuhan itu terdiri di sorga dan di bumi, bukan hanya sorga, tapi juga bumi. Tuhan adalah Raja dan Dia Raja atas langit, Dia juga Raja atas bumi. Jadi setan mengincar tahta baik yang di langit maupun yang di bumi. Itu sebabnya dia berusaha menghancurkan kehidupan manusia di bumi, karena dia ingin bertahta di bumi. Yang membuat peperangan kosmis, peperangan antara yang baik dan jahat, peperangan antara Tuhan dan setan adalah hal yang berkait dengan politik, kedudukan. Itu sebabnya dunia ini tidak pernah beres karena politik yang rusak. Jangan harap semua akan beres sebelum Raja yang sejati nanti bertakhta. Setiap kali ada kesempatan orang untuk berkuasa, orang akan ambil. Mengapa mereka ambil? Karena kuasa berkait dengan kemampuan untuk punya keamanan, kemampuan untuk hidup dalam level paling tinggi, dan kemampuan untuk mengeruk harta sebanyak mungkin. Politik akan identik dengan kesenangan, akan identik dengan mewah, akan identik dengan power dan juga akan identik dengan hal keuangan. Tadi pagi Pak Stephen Tong berkotbah tentang kerajaan dari Roma, beliau mengatakan kapan Yesus lahir ke dalam dunia? Yesus lahir ke dalam dunia ketika ada raja yang mengatakan Aku adalah Tuhan. Saya pikir mungkin ada istilah tidak terlalu tepat, karena waktu Octavian menjadi kaisar, yang dia katakan bukan Dia adalah Tuhan, yang dia katakan adalah Anak Allah. Nanti Saudara bisa selidiki lagi sejarah-sejarah, Pak Stephen Tong sendiri mengatakan mungkin ada hal-hal yang tidak terlalu detail yang dia bagikan, Saudara mesti baca buku untuk koreksi kalau ada yang mungkin salah. Octavian adalah seorang pemimpin yang sangat hebat, setelah diangkat, dia menamakan dirinya sebagai KaisarAgustus. Dia adalah kaisar pertama dari Roman Empire. Roma awalnya berbentuk kerajaan, setelah itu mereka mengubah diri menjadi republik, dimana para senat yang memimpin dan mengatur kebijakan kerajaan. Setelah itu ada seorang yang sangat berkuasa bernama Julius Caesar, Julius Caesar menjadi pemimpin yang luar biasa, membuat perang kemana-mana, dan mengikat persekutuan dengan 2 pemimpin yang lain, membuat triumvirate yang penting sekali. Setelah itu banyak sekali musuh yang muncul, sehingga satu kali dia memasuki gedung senat untuk rapat, semua yang hadir menikam dia sampai mati. Setelah itu Octavian bersama Markus Antonius mengumpulkan kekuatan untuk membalas dendam karena mereka menganggap Caesar adalah papa mereka, mereka adalah anak-anak angkat dari Julius Caesar. Mereka balas dendam, membunuh semua orang yang sudah membunuh Caesar, setelah itu mereka menjadi kekuatan baru, baik Markus Antonius maupun Octavianus, menjadi 2 yang paling unggul di dalam Republik Roma waktu itu. Maka Markus Antonius dipisahkan dari Octavianus supaya tidak terjadi perang saudara di Roma. Markus Antonius ditaruh di Babel, di Mesopotamia. Octavianus ditaruh di Mesir, di Mesir itulah ada Cleopatra yang jatuh cinta pada Markus Antonius. Ketika dia mau menikah dengan Cleopatra, Octavianus menganggap ini adalah cara untuk mengambil kerajaan dia, akhirnya dia kumpulkan orang untuk perang dengan Markus Antonius. Lama-lama Octavianus semakin kuat, akhirnya pasukan Markus Antonius dihancurkan. Kemudian kisah cintanya berakhir tragis, Saudara tahu apa yang terjadi, mereka berdua bunuh diri. Setelah Octavianus menjadi satu-satunya tokoh yang mampu memimpin militer Roma, langsung Roma menobatkan dia menjadi kaisar dan segera menyatakan Republik Roma sudah berakhir, sekarang masuk ke Kaisaran Romawi, The Roman Empire, dan kaisar pertamanya adalah Octavianus. Pada waktu itu dia mendeklarasikan semua orang penting yang mengepalai Roma tidak mungkin orang biasa. “Julius Caesar adalah anak allah, demikian saya juga adalah anak allah”.

Dan Tuhan membuat waktu ada klaim “aku adalah anak allah”, pada waktu itu Anak Allah yang sejati datang, itu indah sekali. Kalau Saudara mengerti hal-hal ini, Saudara akan mengerti Tuhan mengatur sejarah untuk meninggikan Sang Anak. Jadi tahta dari dunia adalah sesuatu yang memungkin untuk jadi hebat, untuk jadi kuat, untuk jadi orang dengan ekonomi yang kuat, untuk jadi orang yang mempunyai kuasa yang kuat, sehingga semua merebutkan tahta dan ini dimanfaatkan setan untuk merusakan keadaan di bumi. Segala kekacauan dibuat karena orang gila politik, karena orang gila kekuasaan. Dan setan terus menghembuskan nafas gila ingin kekuasaan, nafas hawa nafsu, ingin jadi pemimpin, ingin menaklukan yang lain, sehingga dunia terus kacau-balau. Di tengah pergolakan politik yang tidak henti-hentinya, manusia terus berseru “Tuhan, kapan Engkau akan pulihkan semua, kapan Tuhan akan membereskan kerajaan ini”. Tuhan membereskan semua ini dengan cara apa? Dengan cara menyediakan tahta bukan untuk setan tapi untuk yang lain. Siapa dia yang boleh duduk di tahta ini? Siapa dia yang boleh bertahta di sorga maupun di bumi? Kitab Suci menyatakan bahwa yang boleh bertahta di sorga adalah Allah. Siapa boleh bertahta di bumi? Kitab Suci menyatakan yang boleh bertahta di bumi adalah Allah yang diwakili oleh manusia. Sehingga waktu Allah mendirikan tahtaNya, Dia mau mengangkat yang lain untuk menaklukan keinginan setan memperoleh tahta itu. Dan yang diangkat ini, Dialah yang akan menaklukan setan di dalam peperangan yang akan dimenangkan oleh yang diangkat ini. Jadi siapa yang bertahta? Alkitab mencatat yang boleh bertahta di sorga itu Allah, yang boleh bertahta di bumi adalah Allah. Siapa yang mewakili Allah bertahta di bumi? Manusia. Itu sebabnya Tuhan menciptakan Adam dan menyebut Adam image of God, dan seluruh manusia disebut gambar Allah. Richard Pratt mengatakan bahwa gambar Allah adalah title yang diberikan kepada raja, bukan kepada orang biasa. Hanya raja yang boleh disebut gambar Allah. Tapi Alkitab memberikan sesuatu yang beda. Kalau Saudara baca tulisan dari Babel, Saudara akan temukan gambar Allah adalah Raja Babel. Saudara baca dari Mesir, gambar Allah adalah Firaun. Baca dari kerajaan-kerajaan lain, gambar Allah adalah raja. Tapi Alkitab mengatakan yang lain, gambar Allah adalah semua manusia. Maka manusia adalah yang mewakili Allah untuk menjadi raja di bumi ini. Karena kita semua adalah raja, kita semua hidup di dalam kerajaan yang sifatnya adalah saling share, persekutuan, kasih, komunitas yang penuh cinta kasih, penuh relasi, penuh saling berkorban, penuh saling mengasihi, bukan saling menaklukan. Ini pengertian harus kita pahami dengan jelas. Tuhan mengangkat manusia mewakili Dia, dan Tuhan tidak mengangkat satu orang mengungguli yang lain untuk memimpin yang lain. Maka di dalam keadaan yang benar, manusia adalah sama, tidak ada yang lebih baik dari yang lain, dan tidak ada yang boleh berkuasa atas yang lain. Ini cara Tuhan menciptakan manusia. Kesama-rataan manusia itu bukan hasil modernisme, tapi karena Tuhan menciptakan manusia sedemikian dari awal. Maka waktu kita memikirkan tentang tahta kerajaan, langsung tahta kerajaan ini identik dengan fellowship dan cinta kasih, saling berbagi, saling mengasihi, saling mendahulukan, saling memberi diri bagi yang lain. Inilah pemerintahan yang Tuhan mau terjadi di tengah dunia. Ini model pemerintahan yang tidak ada orang mengerti, siapa mau jadi pemimpin, bisakah menjadi pemimpin dengan berkorban demi yang lain? Itu tidak akan jalan di dunia ini. Seorang bernama Miroslav Volf pernah mengatakan “kalau kamu mau membuat politik Kristen, kamu harus membuat politik Kristen dengan cara yang bijak. Cara yang mengetahui bahwa pemulihan dari Tuhan sedang terjadi, tapi juga belum terjadi”. Kalau kita membuat sistem yang sangat-sangat naif, Tuhan mau kita saling mengasihi, mari kita saling mengasihi. Bagaimana saling mengasihi? Tidak ada persaingan, tidak ada perebutan suara. Jadi kalau orang Kristen mau jadi presiden, jangan kampanye, tapi bicara saja seperti ini “saudara-saudara, saya orang Kristen maka saya berharap saudara tidak pilih saya, biar lawan saya yang menang. Karena saya suka mengalah, prinsip Kristen adalah mengalah”, bisakah orang Kristen jadi presiden dengan cara seperti ini? Tidak bisa. Jadi bagaimana? Volf mengingatkan “jangan lupa, kamu belum sampai di sorga. Kalau kamu belum sampai di sorga, hiduplah sebagaimana seharusnya sebelum sorga itu datang”. Jadi bolehkah saya berperang untuk mendapatkan kedudukan sebagai presiden? Boleh, asal perangmu adalah perang yang adil. Tapi bukankah seharusnya orang Kristen mendahulukan yang lain? Itu benar, ketika sorga dan bumi bersatu, tapi sebelum itu bersatu, hiduplah dengan cara yang realistis. Tuhan Yesus mengatakan kamu harus cerdik seperti ular, tapi juga tulus seperti merpati. Akan ada saat di mana kamu harus sarungkan pedang, akan ada saat dimana kamu perlu pedang, itu Tuhan Yesus yang bicara. Karena sorga belum pulih di bumi ini.

Maka waktu kita di dunia ini, kita tahu bagaimana harus hidup supaya kita menjadi terang yang menyatakan kehendak Tuhan di bumi. Tapi tahta Tuhan di bumi seharusnya dijalankan dengan cara yang benar, di dalam komunitas yang baik, di dalam saling mengasihi, di dalam saling mendorong berbuat baik, di dalam komunitas yang penuh kerelaan untuk berkorban. Dan Tuhan tahu ini belum ada di politik, tapi ada di dalam komunitas gereja Tuhan. Itu sebabnya Tuhan memanggil kita untuk menjalankan komunitas gereja sebagai komunitas eskatologis, komunitas masa depan. Bagaimana manusia harus hidup? Lihatlah cara gereja hidup. Gereja hidup dengan saling mengasihi, gereja hidup dengan mengagumi Tuhan, gereja hidup dengan mengagumi firman. Dan ini yang menjadi prototype untuk masa depan ketiak Tuhan pulihkan kerajaanNya. Semua pengertian ini indah sekali dan Alkitab menyatakan itu kepada kita. Maka Tuhan mau pulihkan kerajaanNya dengan menyingkirkan kuasa setan. Kuasa setan disingkirkan bukan dengan langsung, tapi di dalam waktu yang tepat di dalam perhitungan rencana Tuhan, yaitu ketika Tuhan membiarkan tahta yang diincar setan seolah-olah kosong di bumi, tidak ada yang punya. Semua berebut, tapi setan yang tertawa karena tidak ada yang punya kuasa lebih besar dari pada dia di bumi ini. Bagaimana di sorga? Di sorga Tuhan bertahta, Tuhan tidak berikan ini kepada yang lain, tapi Tuhan duduk di tahtaNya dan setan tidak bisa ganggu. Di sorga setan ingin tahta Tuhan, tapi tidak berhasil. Tapi di bumi dia mengalami sukses luar biasa. Ini yang Tuhan biarkan terjadi, Allah bertahta di sorga, setan pura-pura senyum. Ini tidak ada di Alkitab, ini tafsiran saya yang mungkin agak terlalu berani, karena setan dibilang senyum. Setan berpura-pura senyum, tapi hatinya mengatakan “saya mau tahta itu”. Pura-pura hormat, pura-pura sujud, tapi hatinya mengatakan “kalau ada kemungkinan, saya akan ambil tempat itu, aku ingin jadi segalanya. Aku ingin menguasai semua, aku tidak ingin hanya malaikat-malaikat yang berhasil aku tipu untuk mengikut aku, aku ingin seret semuanya memberontak kepada Tuhan”, tapi dia tidak sanggup. Kitab Wahyu mengatakan dia hanya mampu seret sepertiga dari malaikat-malaikat di sorga, dia tidak sanggu seret yang dua pertiga lainnya. Maka dia terus simpan keinginannya untuk tahta Tuhan, tapi dia diam terus karena ingin tapi tidak mampu, munafik, pura-pura. Banyak orang pura-pura seperti ini, senyum untuk dapatkan kedudukan, untuk mendapatkan tahta. Tapi Martin Luther mengatakan “mau tahu di mana setan? Setan beberapa kaki jaraknya dari Kristus”. Yesus ada dimana, di dekat situ ada setan. Setan tidak mau jauh-jauh, dia mau lihat Kristus kerja apa, dia langsung hancurkan pekerjaanNya di situ. Dia tidak mau investasi dengan cara yang salah, dia akan langsung hantam apa yang Kristus kerjakan. Maka kata-kata Martin Luther itu benar. Kalau Saudara mengatakan “di sini api, obor, kaki dian sedang berada”, maka setan mengatakan “di situ jugalah saya berada”. Kalau begitu kapan Tuhan mau perbaiki semua ini? Alkitab menyatakan pengharapan yang besar, bahwa meskipun iblis sepertinya sudah merajalela, tahta di bumi ini masih direserved oleh Tuhan, iblis belum duduk di situ. Mengapa iblis belum duduk di takhta? Tidak ada pernyataan dia berhasil mengklaim tahta itu. Tuhan berhasil me-reserved tahtaNya, bagaimana caranya? Dengan membuat sekelompok orang yang masih bisa mempertahankan ibadah kepada Tuhan, ada sekelompok orang yang masih berseru kepada nama Tuhan, dan Tuhan sudah berjanji selama kelompok ini masih ada, Tuhan akan jaga tahtaNya di bumi dan akan diberikan kepada siapa yang Dia siapkan. Maka waktu bumi ini kelihatan begitu kacau, Tuhan tetap memberikan janji tahtaNya masih kosong. Tidak banyak teolog yang mengerti hal ini, tapi justru seorang novelis yang mengerti hal ini yaitu J.R.R. Tolkien, penulis The Lord of The Ring. Dia menulis novel yang menceritakan tentang adanya kerajaan yang tahtanya kosong terus, tapi kosongnya tahta kerajaan ini justru berarti pengharapan. Karena berarti siapa pun yang duduk bukan dia pemilik tahta yang sejati, yang duduk di tahta itu adalah orang yang sama sekali tidak adil, cuma mementingkan diri, dia tidak pernah melihat segala sesuatu dengan adil, dia membela anaknya yang sangat disayangi, dan dia mengabaikan anak yang satunya yang sebenarnya mencintai dia, dia tidak adil sama sekali. Dia memerintah dengan kacau, dia merusakan negara itu sehingga orang dengan hati yang sedih membaca dan mengatakan mengapa raja seperti ini bisa bertahta. Tapi penghiburan mengatakan tahta yang dia duduki buakn tahta dia, tahta itu masih kosong, dan karena tahta itu masih kosong, masih ada pengharapan. Kalimat itu penting sekali untuk kita pahami, karena tahta yang seharusnya diberikan kepada penguasa dunia ini masih kosong, maka masih ada harapan. Karena setan masih belum mengklaim kemenangan atas bumi.

Bagaimana cara Tuhan menghancurkan setan? Tuhan menyiapkan takhta ini untuk satu yang akan bertahta di sorga dan di bumi. Tuhan hancurkan setan dengan menghancurkan kemungkinan dia bartahta baik di sorga maupun di bumi. Sehingga dimana setan mengincar, dia tidak akan mendapatkan apa pun. Seolah Tuhan mengatakan bahwa tahtaNya di sorga akan Dia berikan kepada yang lain, ini merupakan bagian di mana setan ada kesempatan untuk bertahta. Kalau Tuhan terus duduk di tahta itu, setan tidak mungkin punya kesempatan. Tapi kalau Tuhan mengatakan “Aku akan memberikan kepada yang lain”, pada waktu Dia akan memberikan kepada yang lain, bukankah ada cela untuk setan duduk di situ? Itu sebabnya di dalam Kitab Wahyu dikatakan “pada waktu itu terjadi perang besar di sorga”. Kapan perang besar? Wahyu 12. Setelah apa perang besar itu terjadi? Setelah Wahyu 11 mengatakan ada tahta yang disiapkan untuk Kristus dan 144.000 orang yang menang. Angka 144.000 bukan angka literal. 144.000 menandakan jumlah yang tidak terhitung banyaknya. 144.000 berarti 12x12x1.000, 1.000 itu 10x10x10, 10 itu artinya genap, berarti ini super genap. Ini menandakan jumlah yang tak terhitung banyaknya, yang akan bertahta bersama Kristus, akan bertahta. Kapan bertahta? Ketika Tuhan akan menginagurasikan tahta ini. Dan waktu Tuhan akan menginagurasikannya, terjadi perang. Wahyu banyak sekali memberikan pengertian, Mikael dan malaikat-malaikatnya berperang melawan setan. Apakah Bapa berhenti bertahta? Tentu tidak, karena kalau yang bertahta adalah Sang Anak, maka Bapa akan bertahta dengan Dia. Tapi kalau yang bertahta adalah setan, seolah setan punya kesempatan. Setan melihat kesempatan dalam kesempitan, tapi dia tidak tahu kesempitan ini merupakan trap untuk membuat dia diusir dari sorga. Begitu setan masuk dalam jebakan, dia baru sadar itu bukan salah langkah, itu adalah langkah untuk menjebak saya. Maka setan dibawa ke luar, ditunjukan aslinya “dari dulu aku ingin tahta itu”, “mengapa ingin tahta itu? Mengapa baru sekarag muncul?”. Karena seolah-olah tahta itu kosong. Waktu setan muncul, datang Mikael dan pasukannya, seolah Tuhan mengatakan “Aku serahkan kamu kepada malaikat yag lain”. Karena dari Perjanjian Lama dikatakan Mikael inilah yang akan berperang dalam perang besar. Di dalam Kitab Daniel, Gabriel mengatakan “saya harus segera membantu Mikael karena dia sedang berperang melawan raja-raja Persia”. Kapan itu akan terjadi? Nanti bukan sekarang, Kitab Wahyu menggenapi apa yang Daniel tulisankan di dalam kitabnya, perang besar itu adalah ketika Mikael berperang melawan setan, lalu seluruh malaikatnya menggeser setan dan pengikutnya. Setan makin terdesak. Ketika dia mulai terdesak, dia tahu satu-satunya kesempatan adalah merebut bumi, sudah tidak ada lagi kesempatan tahta di sorga, dia mau merebut bumi. Waktu dia datang ke bumi, dia kaget, pemilik tahta sorga yang akan diberikan oleh Allah adalah juga pemilik tahta di bumi. Yang bertahta di sorga juga akan bertahta di bumi, karena Dia adalah Allah yang menjadi manusia. Dia adalah Allah yang bertahta di sorga dan Dia adalah Manusia yang bertahta di bumi. Sehingga waktu dia dilempar ke bumi, dia sadar satu hal, dia tidak punya banyak waktu sebelum hukumannya dinyatakan. Sekarang dia berjuang di bumi bukan untuk merebut tahta itu karena sekarang tahta itu sudah ada yang punya. Saat ini meskipun gerakannya sangat besar, tapi Saudara bisa mengatakan Raja pemilik bumi sudah diangkat, karena itu takhta tidak kosong lagi. Kalau begitu mengapa setan tetap giat bekerja? Karena dia tahu saatnya sudah tiba dan dia ingin menghancurkan apa yang masih sisa, yaitu menghancurkan umat Tuhan tanpa ada harapan untuk mengambil takhta itu. Ini yang dimaksudkan Paulus di dalam Kolose, di dalam Dialah kerajaanNya sudah disiapkan. Tahta sorga untuk Kristus, tahta di bumi untuk Kristus. Bagaimana Kristus bisa bertakhta di sorga dan di bumi? Karena Dia adalah Allah yang menjadi manusia. Kalau Kolose mengatakan inilah finalnya Kristus menjadi Raja di sorga dan di bumi, maka peristiwa Natal adalah peristiwa yang benar-benar penting, karena ini adalah titik yang memungkinkan kekalahan setan dengan final. Mengapa ini memungkinkan kekalahan setan dengan final? Karena pada waktu Yesus berinkarnasi ada satu pribadi yang berhak atas takhta sorgawi dan Dia juga berhak atas tahta di dunia. Dia adalah Sang Anak Allah yang berhak atas takhta sorga dan Dia juga keturunan Daud yang berhak atas tahta bumi. Pada waktu Yesus lahir, pada waktu itu iblis kehilangan klaim atas tahta. Bagian ini membuat kita mengerti bahwa inkarnasi sangat penting.

Mengapa khotbah Natal bisa serumit ini? Tapi kapan lagi konsep inkarnasi diberitakan kalau bukan Natal? Kapan Yesus berinkarnasi? Pada waktu Hari Natal itulah terjadi, Allah menjadi manusia. Pada waktu Natal itulah ada konsep yang sangat dalam yang harus dipahami oleh manusia berdasarkan firman Tuhan. Pada waktu itu kita mengerti Allah adalah Tritunggal karena yang menjadi manusia adalah Pribadi ke-2 bukan Pribadi pertama atau pun ke-3. Pada waktu itu kita mengerti dalamnya teologi, karena ada Pribadi yang adalah manusia sejati tapi juga Allah sejati, ada Allah menjadi manusia. Kapan menjelaskan inkarnasi kalau bukan Natal. Natal adalah saat dimana Sang Anak Allah menjadi manusia. Dan karena Dia mempunyai 2 natur ini, Dialah yang bertahta di sorga dan di bumi. Dan Paulus mengatakan di dalam Dia telah diciptakan segala macam tahta, di dalam Dia dan oleh Dia dan untuk Dia seluruh kuasa diciptakan. Maka Saudara dan saya bisa bersyukur karena ada Hari Natal, pada waktu itu kita tahu setan tidak punya klaim atas tahta, kita tahu setan tidak pernah menang walau pun secara statistik dia terlihat menang, tapi tidak pernah benar-benar menduduki tahta yang disiapkan oleh Tuhan. Ini menjadi kekuatan kita, berita Natal adalah berita yang memberitakan kerajaan adalah milik Allah dan Dia memberikan kepada Sang Anak. Kerajaan atas bumi menjadi milik Tuhan dan menjadi milik Kristus selama-lamanya. Haleluya, pujilah Tuhan, sebab Dialah yang bertahta di sorga, Dia yang bertahta di bumi. Kalau begitu setan tempatnya di mana? Dari sorga dia sudah disingkirkan ke bumi, dan sebentar lagi dia akan disingkirkan ke satu tempat yang namanya neraka selama-lamanya. Siapa berhak bertahta di bumi? Kristus, siapa berhak bertahta di sorga? Kristus. Kapan Dia boleh bertahta? Ketika Dia menjadi manusia. Anak Allah belum boleh menjadi raja di sorga sebelum Dia berinkarnasi. Kalau Dia Anak Allah mengapa tidak boleh menjadi raja d sorga? Karena di Surat Filipi dikatakan dia ditinggikan setelah dia direndahkan. Sang Anak Allah pun harus menaati Sang Bapa dengan menjadi manusia untuk bisa bertahta di bumi dan di sorga. Hari Natal adalah seruan kemenangan. Kiranya ini boleh menguatkan kita dalam memahami apa yang sedang terjadi di dunia ini, di dalam persepktif Natal di dalam Kolose 1.

(RIngkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Seri Mengapa Allah Menjadi Manusia(1): Allah mau berdiam bersama ciptaan-Nya

(Yohanes 1: 1-18)
Mengapa Allah harus menjadi manusia? Banyak hal yang dijelaskan di dalam Alkitab, di mana salah satu yang penting adalah Dia datang untuk menebus dosa Saudara dan saya. Tapi saya ingin membahas dari sudut pandang yang lain yaitu mengapa Allah menjadi manusia di dalam sorotan Alkitab yang tidak terlalu banyak dibahas. Yang pertama saya ingin membahas dari Yohanes, meskipun mungkin Saudara sering membaca dari Injil Yohanes, tapi saya ingin membahas dari sudut pandang yang penting, yang mungkin luput dari perhatian kita sewaktu kita mengingat berita Natal. Dalam Yohanes 1 ini ada pengertian yang penting yang harus kita pahami yaitu Yesus datang ke dalam dunia untuk menggenapi apa yang Dia sudah rencanakan di Taman Eden, di dalam penciptaan. Kedatangan Yesus adalah penggenapan sempurna dari apa yang Tuhan kerjakan di dalam penciptaan. Umumnya teologi membagi antara Allah Pencipta di satu sisi, lalu Allah Penebus di sisi lain. Allah itu siapa? Dia adalah Allah yang mencipta segala sesuatu. Lalu setelah Dia selesai mencipta, Dia menebus manusia yang jatuh dalam dosa. Ini pengertian klasik yang dimiliki oleh banyak teolog, termasuk teolog reformed. Tetapi beberapa teolog reformed dengan kritis melihat hal ini, dengan kritis mereka membaca pengertian ini melihat ada sesuatu yang kurang. Yang kurang adalah Alkitab tidak pernah mengatakan bahwa karya Allah mencipta sudah selesai di dalam Kejadian 1. Allah belum selesai mencipta sampai genap, Allah belum selesai menggenapi proyek penciptaan yang Dia rancang di dalam pikiranNya sebelum dunia ada. Itu sebabnya banyak teolog sekarang yang lebih percaya bahwa Allah adalah Allah yang mencipta di dalam Kitab Kejadian, lalu terus menyempurnakan ciptaanNya sampai pada titik kesempurnaan yaitu titik yang dibahas oleh Kitab Wahyu. Seluruhnya membahas tentang penciptaan dimana penebusan ada di dalamnya. Penebusan bukanlah karya Allah yang Allah kerjakan setelah penciptaan, tapi penebusan adalah karya Allah menjalankan rencana penciptaanNya yang sampai sekarang belum tuntas. Tuhan belum selesai mencipta langit dan bumi, Tuhan belum selesai mencipta semua, Tuhan belum selesai mencipta kita semua. Itu sebabnya Calvin mengatakan kita ini ciptaan baru tapi kita belum selesai dicipta. Bumi ini belum selesai dicipta karena manusia yang harus menjadi kepala mewakili Allah, menjadi gambar Allah, dia sendiri belum masuk ke dalam kesempurnaan. Maka Paulus mengatakan di dalam Surat Roma, dulu ada Adam, yang nanti membawa ciptaan menuju kesempurnaan adalah Adam yang terakhir. Di dalam Roma 8, Paulu mengatakan ciptaan ini sedang mengeluh seperti rasa sakit bersalin. Mengapa ciptaan disebut sakit bersalin? Karena ciptaan pun mengeluh oleh karena beratnya tekanan hidup di tengah-tengah dunia yang sudah jatuh dalam dosa. Seluruh ciptaan mengeluh, alam mengeluh. Dikatakan Paulus di dalam Roma 8, Allah mengeluh karena ciptaan belum sampai pada titik kesempurnaan seperti yang dirancang oleh Tuhan. Tapi keluhan mereka seperti keluhan orang sakit bersalin. Sakit bersalin dimiliki oleh orang dan setelah dia melahirkan anak yang menyebabkan sakit bersalin itu, sakit bersalinnya digantikan oleh sukacita yang besar. Tapi ketika seorang anak sudah dimiliki, maka dia memiliki sukacita menggantikan rasa sakit yang sebelumnya dimiliki. Rasa sakit hilang digantikan oleh sesuatu yang menyenangkan, sesuatu yang indah, sesuatu yang penuh sukacita dan memberikan bahagia. Demikian juga ciptaan dikatakan mengalami sakit bersalin, karena setelah ini akan datang kelegaan, ciptaan itu sendiri pun akan ditebus. Maka Roma 8 bicara tentang penebusan penciptaan. Di dalam Roma, Paulus juga bicara tentang penebusan tubuh, di dalam pasal yang sama. Jadi tubuh kita akan ditebus, seluruh ciptaan ditebus. Tuhan sedang dalam progres untuk menjadikan seluruh ciptaanNya sempurna. Maka kalau dikatakan mengapa ciptaan seperti ini? sepertinya berbenturan antara alam dan manusia. Alam kalau mau berkembang harus mengorbankan manusia. Kalau mau tanah menjadi subur maka harus ada sebuah gunung yang meletuskan lava di dalamnya, setelah itu menjadi tempat yang subur, tapi manusia harus berkorban dulu untuk seluruh permukaan bumi diatur dan ditata, harus ada pergerakan urat-urat bumi yang membuat gempa yang menakutkan di berbagai belahan dunia. Ini menunjukan sepertinya alam belum sempurna atau sepertinya alam dalam keadaan rusak. Tetapi Alkitab mengajarkan kepada kita Tuhan belum membawa alam ini kepada kesempurnaannya. Tuhan merancangkan alam yang sempurna dan Tuhan akan membawa ini nanti. Tuhan merancangkan sorga dan bumi yang sempurna dan Tuhan akan membawa kesempurnaan ini pada waktu final penciptaan. Kalau kita mengerti ini kita tidak perlu kehilangan pengharapan, kita hidup di tengah dunia yang rusak tapi tetap ada pengharapan. Kita hidup di tengah-tengah keadaan fisik yang tidak sempurna, tapi tetap ada pengharapan. Kita hidup di tengah-tengah masyarakat yang banyak cacat tapi tetap ada pengharapan.

Lalu bagaimana kita mengerti pengharapan dari seluruh ciptaan Tuhan? Ini kita bisa baca dari Yohanes 1. Yohanes adalah teolog yang sangat dalam, dia adalah seorang yang saleh, tapi juga mempunyai pengertian teologis yang begitu hebat. Dia mempunyai pengertian spiritual yang mencapai kerinduan akan sorga di dalam tulisan-tulisan. Yohanes adalah penulis yang lebih bersifat sorgawi dari pada penulis-penulis yang lain, baik Matius, Markus, Lukas dan Paulus. Tapi kehebatan yang dimiliki Yohanes adalah sesuatu yang bisa kita kaitkan dengan Yohanes Pembaptis. Mengapa Yohanes penulis Injil mesti dikaitkan dengan Yohanes Pembaptis? Karena Kitab Suci memberi kesaksian bahwa Yohanes penulis Injil ini tadinya adalah murid dari Yohanes Pembaptis. Injil Sinoptik: Matius, Markus, Lukas, Yohanes hanya menulis sedikit tentang kata-kata Yohanes Pembaptis, dia adalah orang yang berseru, berkhotbah dengan berani, menegur dosa, membawa kebangunan lewat khotbah yang dia bawakan di padang gurun. Dia berkhotbah di padang gurun, tapi banyak orang datang kepadanya untuk mendengarkannya. Pada waktu itu ada tanda penting yang Tuhan sedang kerjakan yaitu firman bersuara bukan di Bait Suci, firman bersuara di padang gurun, seolah-olah Tuhan sudah mengabaikan Bait Suci dan mengangkat seorang nabi berbicara di luar Bait Suci. Dia pergi ke padang gurun dan berkhotbah di situ. Yohanes lahir di tengah keluarga yang sudah tua dan pada waktu mereka sudah usia lanjut, baru dia lahir. Sehingga Saudara bisa mengetahui kemungkinan yang sangat besar, mereka mati ketika Yohanes masih anak-anak, ketika Yohanes masih perlu orang tua untuk mendidik dia. sehingga tradisi umumnya menggambarkan Yohanes sebagai seorang yang dibesarkan di dalam tradisi qumran, tradisi dari orang-orang yang tinggal di goa-goa di sekitar Laut Mati. Siapakah orang-orang qumran ini? mengapa Yohanes berakhir di situ? Dan kalau Saudara bertanya tahu dari mana Yohanes dipengaruhi oleh kelompok qumran? Karena Yohanes punya gaya pelayanan yang mirip dengan gaya mereka, Yohanes memakai bulu unta mirip dengan pakaian orang-orang qumran. Yohanes juga membaptis, mirip dengan tradisi yang dikerjakan oleh orang-orang qumran kalau ada orang yang mau jadi murid mereka, “maukah kamu menjadi bagian dari komunitas kami?”, dia harus dibaptis di tempat-tempat yang sudah disediakan. Jadi Yohanes melakukan praktek yang persis sekali dengan yang dilakukan orang-orang qumran. Itu sebabnya waktu Saudara baca kehidupan Yohanes dan Saudara lihat sejarah dari Israel pada abad ke-1, Saudara akan tahu ini orang bergaya qumran. Mengapa Yohanes bisa ada disitu? Kalau dia anak seorang imam harusnya dia melanjutkan pekerjaan imamat dari papanya, tapi dia menjadi orang qumran. Kelompok qumran adalah komunitas yang benci politik, yang benci pemimpin agama, mereka benci Bait Suci, mereka benci semua praktek yang terjadi karena semua penuh korupsi. Mereka sudah sangat capek menghadapi dunia ini, sehingga mereka memutuskan hidup berkelompok dan hanya memikirkan hal yang sorgawi, hanya merenungkan tentang Tuhan, hanya berpikir tentang sorga dan tidak terlalu banyak pusing akan keadaan bumi. Di kelompok qumran akhirnya ada ajaran-ajaran yang nanti berkembang menjadi ajaran-ajaran gnostik. Ini adalah penyelidikan dari seorang bernama F.O Francis, dia adalah ahli Perjanjian Baru dan dia selidiki banyak tulisan-tulisan qumran itu berbau spiritual sekali, “mari kita abaikan penderitaan badan kita, mari kita abaikan kesulitan dunia kita, mari kita coba capai kedewasaan yang ada di sorga”, kedewasaan yang tidak dipengaruhi oleh apa pun di dunia ini, tapi dipengaruhi oleh sorga saja. Mereka banyak menantikan sorga, mengharapkan sorga, merindukan Tuhan, dan tulisan mereka berbau spiritual sekali. Mereka sangat saleh dan mereka terus merindukan untuk adanya kerajaan yang dinyatakan di bumi. Yohanes mungkin terpengaruh oleh mereka, sehingga waktu Yohanes Pembaptis melayani, banyak pengaruh dari qumran itu masuk. Dan meskipun dia seorang pembawa khotbah yang keras, dia menegur dosa dengan berani, seperti nabi-nabi Perjanjian Lama. Tapi sangat besar kemungkinan waktu dia bimbing murid-murid secara dekat, dia banyak membawa ajaran qumran dlebih dari ajaran para nabi yang ada di dalam Perjanjian Lama. Saya tidak mengatakan ajarannya sesat, tapi yang saya katakan adalah Yohanes Pembaptis berkhotbah seperti nabi-nabi Perjanjian Lama, namun mengajar seperti orang qumran. Dan apa buktinya kalau dia mengajar dengan cara seperti orang qumran? Muridnya yaitu Yohanes menulis Injil dan dia menggambarkan ajaran Yohanes Pembaptis beda dengan apa yang digambarkan dengan Matius, Markus dan Lukas. Saudara kalau baca Yohanes Pembaptis versi Yohanes, digambarkan sebagai orang yang lebih lembut dari pada yang di Matius. Apakah ini dua orang yang berbeda? Apakah Matius dan Yohanes mengarang seorang tokoh dari sudut pandang masing-masing? Tentu tidak, tapi mereka melihat sisi yang berbeda dari satu pribadi yang kompleks yaitu Yohanes Pembaptis. Matius menggambarkan Yohanes Pembaptis sebagai pengkhotbah yang membawa kebangunan, seperti nabi-nabi Perjanjian Lama yang berseru menyatakan “bertobatlah kamu”. Tapi Yohanes menulis bahwa Yohanes Pembaptis adalah seorang guru yang mengajarkan untuk sabar menantikan Tuhan, hidup dengan bersekutu, hidup dengan berdoa, hidup dengan membaca Kitab Suci, hidup dengan mengabaikan semua kesulitan-kesulitan dunia, hidup dengan tidak memusingkan apa yang ada di dunia ini, tapi merindukan sorga saja.

Dari inilah Yohanes mempunyai sense spiritual sorgawi yang besar sekali. Yohanes mempunyai sense tentang teologi yang membawa kita kepada pengertian pengharapan sorga lebih besar dari dunia ini. Dia bisa membahas tema-tema sederhana tapi mengaitkan maknanya dengan sorga, ini khas qumran. Orang qumran akan berbicara tentang hal duniawi tapi memberikan makna sorgawi di dalamnya. Mereka sering berkata “kalau kamu meminum air, ingatlah air yang ada di sorga juga”. Jadi pengertian ini yang dibawa oleh Yohanes, Yohanes menulis Injilnya dengan menggambarkan hal duniawi tapi memberikan makna spiritual di dalamnya. Dia akan menggambarkan tentang roti dan memberikan makna sorgawi di dalamnya. Dia menjelaskan tentang minum dan memberikan makna sorgawi di dalamnya. Tapi kalau Saudara baca Injil Yohanes, Saudara akan menemukan dia adalah seorang yang sangat menekankan hal yang spiritual, yang sorgawi, tapi dia paling menekankan kehidupan Yesus di bumi, bahkan menulis sampai akhir mengenai Yesus di bumi di dalam segala keseharian. Ini seperti dua hal yang bertentangan, tapi disatukan oleh Yohanes. Sehingga kalau Saudara baca Injil Yohanes, Yohanes adalah Injil yang paling sorgawi sekaligus paling membumi, Yohanes adalah Injil yang paling bermakna spiritual tapi juga paling berbicara tentang keadaan sehari-hari. Yohanes tidak bicara kerajaan dari sudut pandang politik yang besar, Yohanes bicara tentang kerajaan dari sudut pandang seorang perempuan yang mau timba air, malu terhadap orang-orang dikampungnya karena dia sudah punya aib yang besar. Dan Yesus mengatakan Kerajaan Sorga adalah tempat untuk orang-orang seperti itu bisa bergaul kembali dengan orang-orang di komunitas. Yohanes membicarakan komunitas kerajaan seperti komunitas persekutuan yang tidak besar. Ini satu keunikan dari Injil Yohanes, berbicara sorga sekaligus berbicara tentang bumi dengan cara yang sangat menekankan keduanya. Maka kalau kita mengerti ini, kita tahu bahwa sang penulis Injil yaitu Yohanes adalah orang yang dipengaruhi Yohanes Pembaptis. Dan Yohanes Pembaptis banyak bicara dari sudut pandang aspek spiritualitas yang bersifat sorgawi, lalu dia mempengaruhi Yohanes sang penulis Injil. Setelah itu Yohanes mendengarkan ajaran dari Yesus, dia akan kombinasikan apa yang dia pahami ini di dalam sturktur berpikir yang indah sekali. Dan dia menemukan rahasia yang penting yaitu rahasia di dalam Kitab Kejadian. Waktu Tuhan menjadikan langit dan bumi, waktu Tuhan menciptakan segala sesuatu, ada hal yang banyak orang tidak deteksi, tapi Yohanes deteksi.

Apa yang Yohanes deteksi, di dalam ayat 1, Yohanes mengatakan “pada mulanya adalah Firman, Firman itu bersama-sama dengan Allah, dan Firman itu adalah Allah”. Ayat 3 “segala sesuatu dijadikan oleh Dia (Sang Firman) dan oleh Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan”. Jadi Sang Firman ini adalah yang menciptakan segala seuatu, Dia mencipta semua, Dia yang menciptakan langit, Dia juga mencipta bumi, Dia yang mencipta sorga, Dia juga yang mencipta dunia. Dia Pencipta segala sesuatu. Langsung orang akan memikirkan Kitab Kejadian. Di dalam Kitab Kejadian dibahas tentang ciptaan, tapi Saudara bisa bayangkan, selidiki apa yang Kitab Kejadian belum bahas. Kitab Kejadian belum membahas bahwa di dalam ciptaan masih ada satu hal yang kurang, Allah sudah menciptakan semuanya, tapi masih ada yang kurang. Apakah yang kurang itu? Yang kurang adalah diri Allah sendiri. Diri Allah belum termasuk bagian yang menyertai ciptaan dengan cara yang tidak terpisahkan. Kitab Kejadian membahas ciptaan sebagai yang diciptakan oleh Allah. Allah menciptakan segala sesuatu, tapi Allah sendiri tidak disebut berada bersama ciptaan di dalam kesatuan yang tak terpisahkan. Allah dan ciptaan adalah dua hal yang terpisah, Allah dan ciptaan tidak mungkin disamakan, ini jelas sekali di dalam Kitab Kejadian. Tetapi Yohanes merasa di dalam teologinya perlu ada kesatuan antara Pencipta dan yang dicipta. Ini rumit sekali, kesatuan antara Pencipta dan yang dicipta, bagaimana bisa terjadi? Kalau Pencipta dan yang dicipta bersatu maka yang dicipta menjadi ciptaan itu tidak boleh diterima. Pencipta bukan ciptaan, yang mencipta tidak boleh dianggap sama dengan ciptaan, Dia yang menjadikan segala sesuatu, Dia sendiri tidak termasuk dari apa yang sudah dijadikan. Ini pembedaan yang harus kita tekankan. Yohanes menyadari kita harus memisahkan antara Pencipta dan ciptaan. Pencipta dan ciptaan tidak boleh digabung. Saudara kalau mengatakan ciptaan sebagai pencipta, itu namanya jahat, itu berarti Saudara adalah orang kafir, karena Saudara memper-ilah ciptaan. Jadi kalau engkau menyebut ciptaan itu Allah, itu dosa besar. Sebab Allah beda dengan ciptaan, Allah bukan ciptaan. Pak Stephen Tong memberikan contoh bagus sekali waktu ada orang mengatakan “saya mau Allah dibuktikan dulu keberadaanNya, tunjukan Allah itu”, maka Pak Tong memberi contoh lukisan, tidak ada pelukis yang melukis dirinya di dalam lukisan. Kalau ada pelukis melukis dirinya di dalam lukisan, tetap itu lukisan dirinya, bukan dirinya sendiri. Adakah orang yang paku dirinya di tengah-tengah kanvas, setelah itu dia jadi bagian di tengah-tengah kanvas? Sepertinya tidak ada. Jadi waktu Saudara sendiri melukis, Saudara tidak termasuk di dalam lukisan itu. Sang pelukis bukanlah lukisannya. Waktu Tuhan menciptakan alam semesta, Tuhan yang sejati bukan bagian dari alam. Kalau Saudara meletakan Tuhan sebagai bagian dari alam, Saudara jatuh di dalam aliran panteisme. Panteisme artinya semua adalah allah dan allah adalah semua. Agama Budhis dan Hindu adalah agama yang mengakui panteisme. Orang Hindu percaya dewa itu ada banyak, bahkan katanya ada ratusan juta, mereka percaya bahwa alam dan allah itu satu, sehingga di dalam alam selalu ada allah, di dalam alam ada jiwa ilahi. Saudara dan saya harus hati-hati jangan merusak apa pun karena di dalam apa pun ada allah. Di dalam tanaman ada allah, di dalam saya ada allah, di dalam lalat ada allah, di dalam kecoa ada allah, ini namanya panteisme. Allah memang besar tapi tetap di dalamnya allah ada ciptaan. Jadi kita ini bagiannya dari allah, mungkin Saudara adalah perutnya atau apanya, saya tidak tahu. Jadi ada allah dan alam ini termasuk di dalamnya. Kekristenan menolak ini, alam dan Allah mesti dipisah, tidak boleh samakan Allah dengan alam. Tapi pemisahan ini juga jatuh ke dalam konsep yang lain, yang juga bahaya. Kalau alam dan Allah dianggap sama itu namanya panteisme. Kalau alam dan Allah dianggap tidak ada kaitan sama sekali, ini namanya deisme. Allah adalah Allah yang tidak connect dengan alam, ini deisme. Dan banyak orang Kristen di abad modern adalah orang Kristen deisme. Mereka tidak percaya kalau Allah berkait dengan ciptaan, mereka percaya bahwa Allah itu di luar sana yang tidak perlu berkait dengan alam. Sebenarnya ajaran deisme adalah ajaran kuno dari abad yang ke-2 sebelum Masehi, ajaran dari Epikuros yang disebut dengan epikureanisme. Epikuros mengajarkan bahwa dewa-dewa itu tinggal di sorga yang enak, di Olympus. Olympus lebih bagus dari pada tempat-tempat lain. Kalau sudah tinggal di tempat yang bagus, mana mungkin memikirkan orang-orang yang tinggal di tempat jelek. “Dewa-dewa itu tidak peduli kamu, kamu sembahyang tidak sembahyang, apakah mereka memikirkannya”. Kalau Saudara tidak sembahyang, dewa akan rugi apa? jadi mereka sedang menikmati pesta setiap hari, lalu ada orang bilang “dewa, ampuni saya, saya lupa berdoa kepadamu”, dewa mengatakan “kamu siapa?”, “saya umatmu”, “saya tidak tahu kalau punya umat. Jangan ganggu saya”, itu menurut Epikuros, maka manusia jangan terlalu bersalah kalau lupa beribadah, karena terus terang dewa tidak perlu ibadahmu. Kamu bersalah, dewa tidak peduli, kamu benar pun dewa tidak peduli. Maka ajaran Epikuros mengatakan “percuma kamu terlalu saleh, percuma juga kamu terlalu takut sama dewa-dewa, karena dewa-dewa tidak peduli kamu”. Sehingga di dalam pikiran Dawkins dan Epikuros, dewa-dewa itu seperti pengganggu saja. Kalau dewa-dewa itu tenang-tenang saja, hidupmu enak, mereka tidak peduli kamu dan kamu tidak peduli mereka, itulah idealnya. Baik Tuhan maupun ciptaan tidak saling peduli, itu baru ideal. Tapi kalau Tuhan dan ciptaan tidak saling peduli, tidak saling berinteraksi maka ciptaan ini kehilangan makna. Karena sejak awal Tuhan menciptakan ciptaan ini untuk sebuah makna. Harus ada makna, tanpa makna semuanya jadi tidak ada gunanya. Zaman sekarang banyak orang ateis mengatakan makna itu tidak penting, ada orang mengatakan “kita bisa jelaskan segala sesuatu dengan sains”, “kalau semuanya dijelaskan dengan sains, nanti tidak ada makna”, lalu orang-orang ini dengan berani mengatakan “memang tidak ada makna, kita harus hidup tanpa makna, karena makna itu karangan manusia, makna itu tidak realistis, makna itu bukan sesuatu yang saintifik, jadi ada makna atau tidak ada makna itu tidak penting. Kalau kamu merasa perlu makna, terserah. Tapi makna itu tidak bisa dibuktikan dengan sains. Apa makna hidup manusia? Tidak ada urusan, yang penting saya bisa buktikan bagaimana harusnya hidup, bagaimana otak bekerja, bagaimana sistem tubuh bekerja dan itulah penjelasan tentang manusia, tidak ada makna. Tapi benarkah makna hidup itu tidak penting? Kalau tidak penting berarti kita semua cuma berada secara kebetulan dan tidak punya makna. Hidup tanpa makna itu tidak ada arti sama sekali. Waktu kita tahu betapa bermaknanya sesuatu baru bisa kita hargai. Demikian juga alam ciptaan ini, kalau kita tidak mengerti maknanya ciptaan, kita tidak mungkin hargai ciptaan. Kita tidak akan hargai ada pohon, ada binatang, mengapa ada engkau, mengapa ada kota, mengapa ada segala sesuatu, kita tidak mungkin hargai. Tapi kalau kita mengerti maknanya baru kita akan menghargai segala sesuatu yang dicipta ini. Dan Yohanes mengerti yang kurang dari ciptaan di Kejadian adalah, karena belum sampai pada titik final, yang kurang adalah Tuhan belum menyatakan kehadiran secara sempurna, Tuhan belum bersatu dengan ciptaan.

Mengapa Tuhan dan ciptaan bersatu? Itu tidak boleh. Tapi Yohanes mengatakan “bukan tidak boleh, tapi harus”, “jadi Tuhan menjadi ciptaan?”, “bukan menjadi ciptaan, tapi menjadi satu dengan ciptaan”. Dengan cara apakah Tuhan bersatu dengan ciptaan? Orang-orang zaman dulu mengatakan Tuhan menjadi satu dengan ciptaan, dengan Dia hadir di tengah-tengah ciptaan, Tuhan bersatu dengan ciptaan dengan berkunjung kepada ciptaan. Tapi bagi Yohanes itu bukan bersatu dengan ciptaan, bersatu itu berarti tinggal bersama. Ini tema yang sangat khas dari Yohanes, tinggal bersama. Waktu Yesus diikuti oleh murid-murid karena Yohanes Pembaptis mengatakan “inilah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia, Dialah yang aku maksudkan”, lalu murid-murid ikut. Yesus bertanya “kamu mau kemana? Apakah yang kamu cari?”, satu orang murid mengatakan “Rabi, kami ingin tahu dimana Engkau tinggal”, dan Yesus mengatakan “mari ikut”. Dan mereka melihat dimana Yesus tinggal. Alkitab mencatat sejak waktu itu, mereka tinggal bersama dengan Yesus. Jadi yang Yohanes mau nyatakan adalah alam ini belum lengkap karena Tuhan belum mau tinggal bersama di dalam alam ini. Kalau Tuhan belum mau tinggal bersama, percuma kamu punya hidup, kekayaan, seperti zaman Salomo. Salomo itu raja yang penuh hikmat, dia tahu banyak hal, dia mengerti banyak hal. Salomo juga adalah raja yang sangat kaya, ganteng, pintar. Orang terus mengharap ingin seperti Salomo, Salomo adalah raja yang paling ideal, paling hebat, paling agung, tapi Salomo pun tidak mampu membawa pengharapan sejati dari apa yang Tuhan sudah ciptakan. Jadi dari segala yang Tuhan ciptakan masih ada yang kurang. Orang yang bijaksana adalah orang yang menyadari kekurangan dunia ini. Dan kalau dia tahu ada yang kurang dari dunia ini, dia akan berjuang supaya yang kurang itu bisa teratasi.

Apa yang kurang dari ciptaan itu perlu kita ketahui, apa yang kurang dari diriku sebagai manusia, apa yang kurang dari gereja sebagai gereja, apa yang kurang dari umat sebagai umat, apa yang kurang dari alam ciptaan sebagai alam ciptaan ini. Kalau kita tidak mengerti, kita tidak akan cari. Kalau kita tidak merasa ada yang kurang, kita pun tidak akan cari karena kita merasa tidak ada yang kurang, semua sudah baik. Kalau kita menganggap hidup hanya sekedar apa yang boleh kita nikmati sekarang, maka kita tidak rasa ada yang kurang, kita rasa semua sudah baik. Kita selalu menilai hidup kita dengan banyak hal, apakah saya bisa berkeluarga, apakah saya bisa kasi makan anak, apakah saya bisa cari karier, apakah saya bisa cari pekerjaan yang baik, tapi hal yang paling esensial dari hidup manusia, apakah saya berelasi dengan Tuhan, itu tidak kita cari.

Dan Yohanes sadar, ini yang kurang dari ciptaan, maka dia mengatakan “Firman itu menciptakan semua, tapi pada waktunya Firman itu menjadi manusia, berdiam bersama dengan kita”, ini adalah Allah menjadi manusia. Sang Pencipta di dalam ciptaanNya, Dia menjadi manusia. Ini tema yang luar biasa anggun. Banyak orang mengatakan “mengapa orang Kristen percaya Allah menjadi manusia?”, saya akan balikan kepada mereka “justru agamamu kering dan sempit karena kamu tidak percaya Allah yang menjadi manusia. Tetapi Kekristenan begitu limpah karena mempercayai Allah yang menjadi manusia”. Maka hal pertama yang kita pelajari mengapa Allah menjadi manusia adalah karena manusia perlu Allah yang hadir bersama dengan manusia. Ciptaan ini perlu Allah hadir di tengahnya, baru bisa menjadi ciptaan yang berfungsi dengan benar. Apakah Allah sudah hadir di tengah ciptaan? Belum. Kapan Dia mulai hadir? Dengan mengirim AnakNya yang tunggal sebagai titik awal kehadiranNya. Maka Natal adalah titik awal kehadiranNya, Natal adalah titik awal pemulihan seluruh langit dan bumi, seluruh sorga dan seluruh ciptaan dimulai dari titik inkarnasi. Natal begitu penting, bukan hanya mengenai ada orang-orang Majus datang, bukan hanya mengenai orang-orang yang membawa hadiah, bukan hanya mengenai gembala yang sujud. Tapi ini adalah mengenai dimulainya ciptaan yang disempurnakan oleh Tuhan.

Ketika merenungkan Natal, Saudara ingat ini peristiwa besar di dalam ciptaan baru yang Tuhan sedang ciptakan. Karena ciptaan baru nanti menjadi ciptaan yang sempurna oleh karena Tuhan mau berdiam bersama kita. Kalau Tuhan sudah berdiam bersama kita, pada waktu itu sudah tidak ada air mata lagi. Waktu Tuhan sudah berdiam dengan kita dengan sempurna, waktu itu tidak ada penyakit lagi. Waktu Tuhan berdiam dengan kita dengan sempurna, waktu itu tidak ada kematian lagi, tidak ada kesedihan, tidak ada kejahatan, tidak ada alam yang keras kepada manusia, tidak ada manusia yang konflik dengan alam, tidak ada setan, tidak ada maut, tidak ada dosa, tidak ada kejahatan, akan menjadi satu ciptaan yang sempurna, yang sudah didesign Tuhan dari awal. Ini tidak dimulai dengan Israel dipanggil menjadi kerajaan, ini dimulai ketika Yesus menjadi manusia. Waktu Allah menjadi manusia, waktu itu kita tahu ciptaan akan dipulihkan oleh Tuhan. Oleh sebab itu Yohanes mengatakan segala sesuatu diciptakan oleh Dia. Sudah selesai? Belum. Setelah Tuhan menciptakan di Kejadian 1, setelah Tuhan menciptakan semuanya, apa berikutnya? Yohanes mengatakan berikutnya adalah Dia menjadi manusia dan berdiam bersama kita. Biarlah kita mengingat ini ketika kita merenungkan Natal. Natal bukan titik yang membuat kita hura-hura, tapi Natal adalah saat di mana ciptaan baru yang suci, yang adil, yang benar, yang penuh kenikmatan karena kehadiran Tuhan, sedang dimulai oleh Tuhan. Karya monumental dari ciptaan yang sempurna dimulai dari titik inkarnasi ini. Tuhan sudah menciptakan dari Kejadian 1, setelah itu Tuhan memulai kehadiranNya. Seluruh ciptaan perlu kehadiran Tuhan dan kehadiran itu diberikan ketika Natal. Itu sebabnya ketika Yesus akan pergi ke sorga, Yesus mengatakan “Aku tidak akan meninggalkan kamu”. Kehadiran Yesus bersama ciptaanNya tidak akan tergantikan oleh apa pun dan tidak akan dibatalkan. Maka ketika Yesus pergi ke sorga, Dia menjanjikan Roh Kudus turun melanjutkan kehadiran Allah di tengah dunia. Sampai kapan? Sampai Kristus datang lagi dan Allah Tritunggal berdiam bersama dengan manusia. Waktu itu seperti yang dikatakan Wahyu, yang juga ditulis oleh Yohanes, akan diserukan orang Kemah Allah akan berdiam bersama dengan kita. Kemah yang mana? Allah sendiri, di dalam kota yang baru itu. Biarlah kita bersyukur karena Natal adalah momen yang penting Allah menyempurnakan ciptaanNya.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Zakheus, buah pertobatan sejati

(Lukas 19:1-10)
Ada banyak hal yang bisa kita pelajari dari kisah Zakheus ini. Tapi mungkin ada satu poin yang sangat penting yang sering kita luput, yaitu peristiwa Zakheus memanjat pohon sikamor, di sini diterjemahkan pohon ara. Dan bagaimana ini menjadi inti sari dari ayat-ayat yang kita baca pada hari ini. Injil Lukas sangat penting karena Injil ini memberitakan bahwa Yesus mempunyai pekerjaan puncak di kayu salib. Dia mempunyai pekerjaan utama untuk mati di kayu salib menebus dosa manusia. Injil Lukas sebenarnya sudah membagikan kepada kita hal yang utuh mengenai Injil, Injil berkait dengan kita pergi ke sorga diselamatkan oleh Tuhan. Tapi Injil juga berkait dengan perubahan sosial yang harus kita kerjakan di tengah-tengah kita. Teologi Kristen sering kali cuma menekankan satu sisi. Teologi dari kaum Injili sangat menekankan bagaimana Kristus yang mati bagi saya, menebus dosa saya, membuat saya aman di sorga, di dalam pelukanNya Tuhan. Ini tentu benar, Injil tentu bicara hal ini. Tapi jika kita hanya menekankan sisi ini, maka kita tidak mengerti apa kaitan Injil dengan perubahan hidup di dalam dunia ini. itu sebabnya banyak orang dari aliran social gospel mengatakan bahwa Injil itu salah dipahami, orang Kristen hanya tahu beriman, lalu masuk sorga, selesai. Orang Kristen cuma tahu “diriku diselamatkan oleh Tuhan”, lalu selesai. Kita lihat teologi sering menjadi pendulum, yang swing terlalu banyak ke satu arah, lalu swing lagi terlalu banyak ke arah yang lain. Akhirnya teologi Rauschenbusch menolak keselamatan dari darah Yesus. Menolak pengertian mujizat dan juga penebusan yang menggantikan kita mati di kayu salib. Injil hanya sebatas menolong orang, Injil hanya sebatas melakukan perubahan sosial. Kalau terus hanya satu sisi, maka kita gagal memahami pesan yang utuh dari Alkitab mengenai Injil. Alkitab menyatakan Yesus punya tugas utama pergi ke Yerusalem untuk mati di kayu salib. Tapi Alkitab juga mengatakan Yesus juga berhenti di tiap kota untuk menolong orang yang memerlukan. Yesus berhenti untuk tindakan belas kasihan, tapi Dia tidak berhenti sampai di situ, Dia terus berjalan ke Yerusalem, sampai akhirnya Dia harus mati di kayu salib. Maka Injil menawarkan seluruh aspek ini harus ada. Saudara mau mengikuti Alkitab, Saudara harus tahu bahwa kita harus didamaikan dengan Allah oleh penebusan darah Yesus. Dan kalau kita tahu kita perlu didamaikan dengan Allah oleh darah Yesus, maka kita sadar bahwa kita orang berdosa yang harus ditebus. Tetapi setelah penebusan itu Saudara dan saya dituntut melakukan tindakan yang mengubah masyarakat. Gerakan Reformed Injili menyadari hal ini, mandat budaya, pekabaran Injil, teologi yang menekankan tentang penebusan Sang Anak Allah yang menjadi manusia, semua harus dipahami dan dijalani. Demikian juga dengan Injil Lukas, Lukas melakukan hal yang sama, Yesus berhenti di datu tempat menolong orang, lalu Dia lanjutkan perjalananNya. Termasuk ketika Dia sudah hampir sampai ke Yerusalem, Dia harus sampai Yerikho dulu. Dia bertemu dengan seseorang bernama Zakheus.

Di dalam Alkitab, di ayat yang kita baca dikatakan bahwa Zakheus adalah seorang kepala pemungut cukai, ini bukan hanya orang yang melakukan tindakan memungut cukai, dia adalah pemimpinnya. Dan orang-orang yang berada di dalam kelompok ini, sebagai kepala pemungut cukai adalah orang yang mempunyai kekuatan untuk tarik uang sebanyak mungkin, lalu setorkan sebagian untuk Roma, dan dia bisa tahan sebagian yang sangat besar untuk dirinya sendiri. Orang Roma mau ada orang yang teliti, selidiki semua orang di dalam daerah Yahudi, lalu tarik pajak sesuai dengan apa yang harusnya ada pada mereka. Dan orang Roma tidak peduli kalau pemungut cukai ini tarik sangat banyak, lalu ambil sangat banyak untuk dirinya lalu setorkan sedikit untuk Roma, asalkan setoran minimal sudah masuk, dia mau ambil berapa untuk kantongnya sendiri itu urusan dia. Itu sebabnya kepala pemungut cukai sangat dibenci oleh banyak orang. Tapi Alkitab mengatakan Zakheus bukan orang yang suka ambil uang lebih banyak. Dia mengikuti perintah dari pemerintahan Roma, kita tahu itu dari mana? Kita tahu itu dari apa yang Zakheus katakan sendiri di ayat 8 “kiranya ada yang saya peras, saya berani balas 4 kali lipat ganti yang saya peras”, ini bukan pernyataan mau balas, mau ganti, ini pernyataan dia tidak pernah pungut yang lebih besar dari yang dituntut oleh tentara Roma. Jadi Zakheus dibenci oleh orang Yahudi bukan karena dia korup, melainkan karena dia adalah kaki tangan Roma untuk mengatur para pemungut cukai memungut pajak untuk Kerajaan Roma. Dikatakan Zakheus ingin melihat Yesus waktu Dia masuk Yerikho, tapi dia tidak berhasil karena ada orang banyak, sebab badannya pendek. Badan pendek ternyata bisa punya beberapa pengertian. Badan pendek bisa berarti secara fisik dia pendek, tapi istilah ini bisa juga diartikan sebagai orang yang disingkirkan oleh komunitasnya. Jadi apakah Zakheus benar-benar badannya pendek atau tidak, kita tidak tahu. Bukan karena badan pendek dia panjat pohon, tapi dia terpaksa panjat pohon karena dia terus dihalangi untuk melihat Yesus. Saudara bisa bayangkan, ketika orang banyak mengerumuni Yesus, Zakheus mendahului mereka lalu panjat pohon. Mengapa dia lari mendahului mereka lalu panjat pohon, mengapa dia tidak lari mendahului mereka lalu tunggu di pinggir jalan? Karena kalau dia tunggu dipinggir jalan, dia akan tertutup orang lain, dan orang akan menghalangi dia menemui Yesus. Dalam Kitab Suci pohon ara menjadi lambang berkat Tuhan. Di Ulangan 8:8, selain buah anggur, buah ara menjadi simbol Tuhan memberkati. Di dalam Ulangan 8:8 Tuhan mengatakan “Aku akan beri kamu tanah yang berlimpah hasil anggur dan ara”, ini tanda Tuhan memberkati. Saudara bisa juga lihat di Mazmur 105:33, tidak ada buah ara itu tandanya Tuhan sedang mengutuk tanah. Tuhan mengatakan “hai Mesir, Aku akan hancurkan tanamanmu, pohon aramu tidak lagi akan berbuah”. Arti pohon ara tidak berbuah adalah Tuhan sudah kutuk tanah dan Tuhan tidak berikan berkat lagi. Itu sebabnya pohon ara mengandung makna teologis bagi orang Israel, ini bukan sekedar pohon yang random dipilih. Lalu di dalam Yeremia 8:13, Tuhan mengatakan “Aku akan membuat pohon aramu kering”, dan ini adalah ancaman pembuangan yang Tuhan nyatakan bagi Israel. Tuhan mengancam Israel dengan mengatakan “pohon aramu akan kering dan tidak akan menghasilkan buah”. Saudara juga bisa lihat di dalam Yoel 1: 12, disitu dikatakan bahwa pohon ara sudah tidak ada buah, Tuhan hukum kita dengan berat sehingga pohon ara tidak ditemukan lagi. Lalu bagaimana di tengah keringnya pohon ara, yang artinya Tuhan buang Israel, adakah pengharapan bagi mereka? Alkitab mengatakan Tuhan memberikan pengharapan, karena pohon ara akan kembali menghasilkan buah. Saudara bisa melihat ini di dalam Hosea 9:10 Tuhan mengatakan “Israel, Aku melihatmu seperti pohon ara yang buahnya banyak. Aku mengasihi engkau karena engkau seperti pohon ara bagiKu yang buahnya banyak. Tapi ketika engkau menyembah berhala, Aku akan membuat engkau kering”, dan pohon ara itu tidak lagi berbuah. Di dalam janji pemulihan, misalnya di Yoel 2, Tuhan menjanjikan pohon ara akan kembali mengeluarkan buah. Dan yang dikatakan akan mengeluarkan buah adalah sebelum panen besar yaitu buah sulung. Buah sulung adalah buah yang keluar sebelum pohon yang lain mengeluarkan buah, dan ini yang menjadi tanda Tuhan akan pulihkan Israel. ada buah sulung, ada buah ara yang keluar sebelum musim ara. Dan Saudara baru mengerti mengapa Tuhan mengutukpohon ara di dalam Matius 21, Yesus menemukan pohon ara lalu dikatakan Dia tidak menemukan buah. Alkitab Bahasa Indonesia mengatakan “karena belum musim ara”, tapi sebenarnya yang dimaksudkan adalah karena dekat musim ara, berarti kalau sudah dekat musim ara akan ada pohon ara yang menghasilkan buah sulung. Waktu pohon ara itu tidak menghasilkan buah sulung, Yesus mengutuknya hingga kering, kemudian Dia berjalan lanjut. Banyak orang tidak mengerti mengapa Yesus kutuk pohon ara, salah apa pohon ini. Dan kita sulit menjawab orang karena kita tidak mengerti latar belakang Yahudinya. Saudara kalau ditanya “mengapa Tuhan Yesus mengutuk pohon? Dia kejam”, Saudara akan menjawab apa? Mungkin Saudara menjawab “karena Dia kan Tuhan, terserah Dia mau kutuk siapa. Dia boleh kutuk pohon, Dia juga boleh kutuk kamu karena tanya terus”, jawaban itu salah. Tuhan mengutuk pohon ara karena ini melambangkan kalau pohon itu tidak menghasilkan buah sulung, Tuhan akan buang Israel. “Mana buah sulungnya hai Israel? pohon aramu sudah menghasilkan buah atau tidak?”, ini alasan mengapa Tuhan Yesus mengutuk buah ara. Harap dari sekarang dan seterusnya, Saudara mengerti, sehingga ketika ada orang yang minta penjelasan dari Matius 21, Suadara tidak harus mempertemukan dia dengan saya terus. Pohon ara itu bermakna teologis sekali, makna eskatologis. Kalau buah ara sudah ada berarti pemulihan sudah akan terjadi. Dan ini sebabnya di dalam Zakharia 3 ada janji Tuhan yang limpah, dikatakan Aku akan perbaiki pohon anggur dan pohon ara. Aku akan berikan dengan limpah dari buah anggur dan ara, dan pada waktu engkau sadar pohon ara sudah mengeluarkan buah, di bawah pohon ara engkau akan undang teman-temanmu pesta. Zakharia 3 digenapi Yesus di bawah pohon sikamor. Yesus mengundang Zakheus berpesta di rumah Zakheus, di bawah pohon, itu menggenapi Zakharia 3. Tapi Saudara mungkin protes, “maaf pak, penggenapan kok begini? Zakharia kan bilang pohon ara, Zakheus naik pohon sikamor. Dua pohon yang berbeda. Tidak ada janji pohon sikamor di dalam Alkitab, yang dijanjikan itu pohon ara”. Ketika saya lihat pohon ara, tingginya tidak terlalu besar. Waktu saya tanya ke Pak Cornelius, “pak, Zakheus naik dimananya?”, “Zakheus tidak naik pohon ini, tapi pohon sikamor, mirip ara tapi lebih besar”. Tidak ada janji tentang pohon sikamor. Maka ketika Alkitab mengatakan Yesus jalan terus lalu berhenti di bawah pohon sikamor, dan Dia melihat ke atas dan mengatakan “hai Zakheus turunlah, Aku mau mengajak makan di rumahmu”, kalimat ini menggenapi apa yang dikatakan di Zakharia 3 dengan cara yang sangat aneh, karena Tuhan mengatakan ada hasil pohon yang mulai mengeluarkan buah sulung. Saudara mungkin bertanya mana buah sulungnya? Orang yang nongkrong di atas itu buahnya. Itu yang Yesus katakan, Zakheus inilah buah dari Kerajaan Allah. Jadi jangan heran kalau Zakheus memanjat pohon.

Apa kaitan Zakheus memanjat pohon dengan teologiNya Yesus, dengan teologi yang Lukas mau bagikan? Jangan pernah lupa Lukas itu orang Yunani, tetapi yang sangat menguasai Perjanjian Lama. Dia mengerti Tuhan berbicara dengan simbol. Tuhan kita bukan hanya berbicara dengan teologi, dengan pernyataan saja, tapi dengan simbol. Dan bedanya Yesus dengan kita adalah kita pintar membuat simbol, mungkin dalam bentuk ukiran atau lukisan, tapi Yesus membuat simbol di dalam kehidupanNya. Dia menjalani hidup yang menjadi gambaran. Maka kalimat Lukas sangat penting, Yesus berkuasa di dalam perkataan dan tindakan. Waktu berkata-kata, Dia mengajarkan teologi kepada kita. Waktu bertindak pun Dia mengajarkan teologi kepada kita. Dan tidak ada teologi yang lebih indah dibandingkan dengan teologi diriNya yaitu Yesus sendiri, menggenapi seluruh rangkaian di dalam Perjanjian Lama. Apa yang dijanjikan Perjanjian Lama adalah pemulihan bagi Israel, tapi pemulihan bagi Israel tidak hanya mencakup Israel secara bangsa, melainkan pemulihan ini akan menjangkau semua bangsa. Tetapi ketika kerajaan itu datang, mana buah pertamanya? Dan Yesus di dalam Injil Lukas menyatakan ini buahnya. Yesus datang kepada Zakheus, di bawah pohon itu lalu lihat ke atas, ini persis yang dikatakan Tuhan di beberapa bagian di Mazmur maupun Yeremia, “Aku sudah lihat pohon ini, mana buahnya? Karena engkau kering terus, Aku buang”. Yesus lihat ke atas dan pohon sikamor ini tidak kering, karena ada buahnya, dan buahnya itu Zakheus. Yesus sedang menggenapi Zakharia 3. Kamu akan undang temanmu karena pohon ara mulai berbuah. Dan waktu itu Zakheus diundang Tuhan Yesus, Zakheus senang sekali. Alkitab tidak tahu apakah Zakheus mengerti simbol yang sedang terjadi di sini, tapi dia sangat senang karena Yesus mau datang ke rumahnya. Dia langsung mengundang teman-temannya, para pemungut cukai, bawahannya. Lalu mereka kumpul, mereka berbicara, mereka adakan pesta, makan-makan di rumah Zakheus. Pesta yang melambangkan Zakharia 3 karena Tuhan sudah mulai memberikan hasil sulung yang pertama di dalam Kerajaan Allah. Ini pesta yang menyenangkan sekali.

Lalu Alkitab mengatakan orang-orang benar-benar marah karena Dia makan di rumah orang berdosa. Orang lain melihat Zakheus sebagai orang yang disingkirkan, mengapa Yesus mau makan di rumah dia? Waktu Yesus datang ke dalam dunia, Dia merombak cara berpikir orang dan tidak banyak orang suka dirombak cara berpikirnya. Banyak orang bereaksi berbeda-beda waktu pikirannya dirombak, ada yang marah, menolak, membenci. Saya tidak pernah bisa membuat apa pun untuk memukau Tuhan. Kita mau bilang “Tuhan, prestasi saya bagus di kuliah”, Tuhan mengatakan “Aku tidak peduli prestasimu sebagus apa, sorga tidak dibangun oleh kemampuanmu studi”. Atau mungkin Saudara mengatakan “saya ini lulusan arsitek yang paling hebat, saya bisa design-kan sorga lebih bagus dari sekarang”, tidak mungkin, Tuhan tidak perlu design untuk sorga. Kita tidak bisa kasi apa pun. Tapi Tuhan datang untuk panggil yang tidak pernah layak, yang tidak pernah mendapatkan apa pun bahkan di tengah masyarakat, tapi Tuhan panggil. Dan ini menunjukan ketika Yesus sendiri yang berseru kepada Zakheus, “turun, Aku mau makan di rumahmu”. Waktu orang-orang tidak mengerti cara Tuhan memanggil, mereka membuat standar sendiri, membuat urutan sendiri, membuat kelompok siapa yang bagus secara rohani, inilah kelompok yang paling mungkin masuk ke dalam Kerajaan Tuhan. Ini cara berpikir yang salah sekali, kita terus membandingkan diri dengan orang lain lalu membuat peringkat demi peringkat. Tapi orang-orang yang melihat Yesus mau menerima Zakheus, mereka marah bukan main. Mereka mengatakan “jangan makan dengan orang berdosa”, tapi apa yang terjadi? Ayat 8 mengatakan Zakheus berdiri dan mengatakan kepada Tuhan, “Tuhan, setengah dari harta milikku, kuberikan kepada orang miskin”, kalimat ini besar sekali. Maka Lukas menggambarkan Zakheus mengatakan “saya kasi separuh hartaku bagi orang miskin”, berarti dia bebas dari itu. Dan Saudara bisa bayangkan betapa piciknya orang-orang di sekitar Zakheus yang mengatakan “Tuhan, jangan makan di rumah orang ini, karena dia membagi hartanya 50% ke orang lain”, orang ini tidak punya alasan untuk membenci Zakheus. Tapi tetap mereka mengatakan Yesus tidak boleh makan di rumah Zakheus, padahal Zakheus lebih baik dari orang lain, orang-orang rohani yang gila harta. Lukas menekankan bahwa Zakheus lepas dari cinta akan harta setelah dia bertemu dengan Tuhan Yesus. Dia mengatakan “separuh yang saya miliki akan saya berikan”. Berapa banyak kita rela mencintai dengan harta, mencintai dengan memberi, itu sesuatu yang mungkin sulit, tapi perlu kita latih. Siapa malas memberi, dia berada dalam bahaya besar terlalu cinta uang. Siapa malas memberi baik untuk pekerjaan Tuhan, baik untuk sesama, dia berada dalam bahaya besar terlalu cinta uang. Dan untuk menghindarkan diri dari cinta uang adalah belajarlah memberi, tidak ada cara yang lain. Maka di sini dia adalah buah sulung yang tidak pernah disangka. Ketika orang mengharapkan buah ara dari pohon ara, mereka mendapatkan Yesus mengatakan ada Zakheus dari pohon sikamor, itu tidak masuk akal. Tapi Tuhan justru mengatakan inilah cara Kerajaan Allah dimulai di bumi ini. Kerajaan Allah dimulai dengan Tuhan panggil orang-orang yang tidak layak jadi buah sulung, tapi benar-benar Tuhan pakai jadi buah pertama kerajaan itu. Saudara dan saya juga buah-buah yang Tuhan pakai di dalam kerajaanNya, dan kita tahu kita tidak lebih baik dari Zakheus, kita mungkin lebih parah dari Zakheus, tapi Tuhan panggil kita dan mengatakan “hei kamu, Aku mau makan di rumahmu. Kamulah hasil dari Kerajaan Allah”. Dan harap ketika kita menyadari hal ini, kita semakin rindu dipakai Tuhan, seperti Zakheus. Menyadari bahwa kita punya posisi di hadapan Allah dibenahi oleh Tuhan Yesus. Itu sebabnya Yesus mengatakan di dalam ayat 9 “kata Yesus kepadanya: hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang ini pun akan Abraham”. Mengapa Yesus mengatakan terjadi keselamatan? Karena Zakheus mendeklarasikan “saya bagikan separuh hartaku pada yang lain”, itu aspek pertama. Aspek kedua, karena orang ini keturunan Abraham, maksudnya adalah Tuhan yang pilih dia. Abraham waktu dipilih, tidak ada prestasi apa pun. Zakheus pun Tuhan yang pilih, bukan Zakheus yang punya jasa untuk datang kepada Tuhan. Tuhan pilih Zakheus dan mengatakan “kamu diselamatkan”. Kita diselamatkan karena Yesus rela menebus kita. Tapi setelah itu kita diselamatkan untuk membawa perubahan sosial di sekeliling kita.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Soli Deo Gloria

(Filipi 2: 1-11)
Kita bersyukur karena di dalam Reformasi ada tekanan tentang teologia salib. Ini adalah suatu tekanan teologi yang Martin Luther ajarkan melalui kotbahnya atau melalui pemaparan tentang imannya di kota Heidelberg. Pada waktu itu Roma ingin memanggil dia untuk datang ke Roma mempertanggung-jawabkan apa yang dia katakan. Tapi waktu itu Pangeran Fredrick melarang untuk dia pergi. Pangeran Fredrick mengatakan bahwa semua hearing, semua pendengaran, semua pengadilan untuk Luther harus dilakukan di Tanah Jerman, dan dia punya otoritas ketat untuk pertahankan ini, sehingga akhirnya dia memberikan pertanggungan jawab di Kota Heidelberg. Di sini dia membahas tentang perbedaan dari teologi gereja pada waktu itu dengan apa yang Alkitab ajarkan. Dia mengatakan bahwa gereja pada waktu itu mengenal teologia kemuliaan, teologia yang menekankan tentang kemuliaan, tapi bukan kemuliaan Tuhan melainkan kemuliaan diri. Sedangkan Kristus menekankan tentang salib, dan salib beda dengan kemuliaan yang dicari oleh gereja, adalah tempat dimana kemuliaan itu menjadi kosong. Mengapa Yesus mengosongkan diri? Di Surat Filipi dikatakan supaya kemuliaan Allah dinyatakan. Ini adalah hal yang sangat terkait, tidak ada orang yang bisa menyatakan kemuliaan Tuhan tanpa dia mengosongkan diri. Jika kita pegang kemuliaan bagi diri, Tuhan tidak mungkin dipermuliakan. Jika kita mau kosongkan diri, baru kemuliaan Tuhan bisa dinyatakan. Ini adalah pola yang Surat Filipi nyatakan, karena di dalam Surat Filipi dikatakan Kristus dalam rupa Allah. Kata yang dipakai untuk rupa di sini adalah morphe, dan morphe disini bukan berarti Dia adalah Allah lalu kehilangan ke-Allah-an. Kalau Dia adalah Allah, ketika menjadi manusia Dia berhenti jadi Allah, maka semua berita yang Paulus beritakan di Filipi 2 kehilangan maksudnya. Tuhan Yesus adalah Allah, waktu Dia menjadi manusia, Dia tetap Allah. Dia adalah Allah sejati, Dia juga manusia sejati. Dia mempunyai 2 natur di dalam 1 pribadi, Dia adalah Allah sejati dan Dia adalah manusia sejati. Tapi waktu Dia menyatakan diri di dunia, Dia menyatakan morphe manusia, Dia menyatakan sebagai rupa manusia, bukan Allah. Itu sebabnya Surat Filipi mengatakan bahwa waktu manusia hidup di dunia, manusia harus hidup dengan meneladani Kristus. Mengapa meneladani Kristus begitu penting? Karena kalau seorang meneladani Kristus, dia akan menjadi orang yang menyatakan kemuliaan Tuhan. Kemuliaan Tuhan tidak bisa dinyatakan selain dengan kekosongan dari orang yang mau menyatakannya. Pola ini sangat tidak dimengerti oleh setan Karena dia ingin kemuliaan bagi diri, karena dia penuhi dirinya dengan kemuliaan diri, sehingga tidak ada tempat bagi kemuliaan Tuhan.

Itu sebabnya di dalam Filipi 2 ini ada pesan yang sangat penting untuk kita. Di dalam Filipi 2 diajarkan bahwa Saudara dan saya mesti lihat Kristus, mesti mengamati Kristus, mempunyai keadaan yang meneladani Kristus. Itu sebabnya di ayat yang ke-1 Paulus mengatakan “dalam Kristus ada nasehat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan roh, ada kasih mesra dan belas kasihan”. Paulus mengatakan “kalau kamu ingin jadi gereja yang memuliakan Tuhan, kamu harus lihat kepada Kristus yang memberikan penghiburan, persekutuan, kasih mesra dan belas kasihan”. Paulus meminta untuk semua mempunyai satu pikiran, satu hati dan satu jiwa. Gereja tidak boleh hidup dalam keadaan yang terpecah, tidak boleh punya banyak proyek yang bukan dari Tuhan. Saudara bisa cek dari apa yang dikerjakan oleh GRII, adakah proyek yang bukan pekerjaan Tuhan? Adakah kita buang-buang waktu, tenaga terlalu besar hanya untuk merayakan HUT, misalnya. Tidak. Kita mati-matian kerjakan sesuatu yang berkait dengan rencana Tuhan. Tapi sekarang banyak gereja mendirikan gereja tanpa tahu dia harus pegang doktrin apa. ini tidak terjadi pada GRII, pada waktu Pak Stephen Tong mau mendirikan, dia mengatakan “berteologi Reformed. Kamu baca Westminter Cathecism, kamu baca Westminster Confession of Faith, kamu baca Pengakuan Iman Rasuli, kamu baca dari Heidelberg dan lain-lain. Dari tradisi Reformed” itu yang kami pegang. Maka jika gereja kehilangan identitas, kehilangan arah, kehilangan tujuan untuk melayani, dia akan dipakai setan untuk mengacaukan banyak orang. Dan salah satu indikasi bahwa gereja itu sudah tersesat adalah keinginan untuk terus menjadi besar dan megah, terus ingin menjadi populer, terus ingin menjadi pusat, terus ingin menjadi sorotan yang paling penting. Tetapi Paulus mengingatkan gereja Tuhan tidak boleh seperti itu, gereja Tuhan harus melihat kepada Kristus.

Bagaimana melihat kepada Kristus? Charles Spurgeon pernah mengatakan Tuhan memerintahkan kita untuk mengamati, melihat Kristus, melihat dengan keinginan besar untuk mengadopsi gaya hidupNya. Bukan cuma melihat untuk tahu, tapi melihat supaya saya bisa jalankan yang Dia sudah jalankan. Saya mau jalankan apa yang Kristus jalankan. Dan apakah yang Kristus jalankan? Alkitab mengatakan Kristus menjalankan jalan salib. Apa itu jalan salib? Jalan salib berarti Kristus rela meninggalkan kemuliaan yang Dia memang berhak dapat, poin pertama ini berat sekali. Paulus tidak menyuruh kita untuk melihat kepada yang lain, Paulus suruh kita untuk melihat kepada Kristus. Dan Paulus tidak mengatakan Kristus kehilangan kemuliaan yang asing. Kristus rela kehilangan kemuliaan yang Dia memang miliki. Kalau kita tidak mempunyai kemuliaan, kita tidak kehilangan kemuliaan, itu adalah hal yang wajar. Tapi banyak manusia mengejar hidup seperti ini, hidup untuk dianggap lebih mulia dari aslinya. Orang Kristen yang munafik seperti ini, ingin dianggap lebih suci dari aslinya, ingin dianggap lebih pintar dari aslinya, ingin dianggap hebat dari aslinya, sehingga menampilkan hal yang baik supaya orang menilai dia lebih baik dari aslinya. Ini sebenarnya berlawanan dengan pengertian dari Alkitab yang disebut dengan kemurnian atau kesucian. “Berbahagialah orang yang murni hatinya”, apa itu murni? Murni berarti siapa saya di dalam sama seperti saya di luar, apa yang saya miliki di dalam itulah yang kamu bisa lihat ke luar.

Dan saya ingin bagikan dalam 4 hal yang akan berkait dengan kehidupan praktis kita ketika kita ingin menghidupi kehidupan seperti Kristus. Hal pertama yang Kristus ajarkan kepada kita adalah cara mengosongkan diri, cara pertama adalah kita tidak hidup untuk diri, itu standar paling utama, standar paling penting. Kalau saya hidup untuk diri, saya sulit untuk tidak munafik, saya pasti akan pura-pura, saya pasti akan tampilkan yang lebih baik dari pada aslinya, saya pasti cari kemuliaan lebih dari aslinya, karena saya terus merasa saya mesti hidup untuk diri. Kalau saya hidup untuk diri maka diri harus dianggap hebat, diri harus dianggap pada posisi yang lebih tinggi karena diri yang menjadi fokus dari kehidupan saya. Tapi waktu kita belajar melihat yang lain, pada waktu itu kita belajar melihat diri kita sebagai orang yang mendedikasikan diri bagi orang lain. Waktu seseorang mendedikasikan diri bagi orang lain, pada waktu itu dia akan melihat dirinya menjadi lebih baik. Ketika orang tua mempunyai anak, dia akan mulai lihat dirinya bukan untuk dirinya sendiri, “sekarang saya hidup ada anak, saya harus memelihara dia, mendidik dia, menjadi contoh untuk dia”. Waktu dia melihat kepada pribadi yang lain, baru dia menemukan dirinya menjadi lebih lepas, menjadi diri yang lebih utuh. Manusia tidak pernah diciptakan untuk berfokus kepada diri, manusia diciptakan untuk mendedikasikan diri kepada yang lain. Ini dedikasi diri yang mesti kita pelajari, mesti benar-benar kita ketahui. Tanpa dedikasi kepada yang lain, kita tidak sedang menjadi manusia. Seorang bernama Buber mengatakan manusia itu relasional, kalau dia tidak berelasi dengan yang lain, dia akan habis. Tapi kalau relasi itu hanya sekedar mengenal dan menyapa “hai” itu bukan relasi. Saya yakin banyak di antara kita yang relasinya hanya sekedar “hai”, ini bukan relasi. Bahkan mengenal nama pun belum tentu relasi. Relasi adalah ketika kita mengizinkan diri kita diubah oleh orang yang kepadanya kita berelasi. Kalau kita tetap menjadi diri kita tanpa ada perubahan, tanpa ada penyesuaian untuk berelasi dengan orang lain, kita tidak sedang berelasi. Kalau saya orangnya keras, lalu saya berelasi dengan orang yang mudah sekali hancur, saya mesti kurangi kadar kekerasan saya, kalau terus ngotot orang itu akan hancur. Maka saya mengizinkan diri saya diubah, mengizinkan diri saya berproses supaya saya boleh berelasi dengan orang itu. Itu baru namanya relasi. Di dalam relasi kita akan membuka diri untuk orang yang kita terima di dalam relasi. Makin dalam relasi itu makin besar bagian diri kita yang harus diubah. Demikian ketika kita berelasi dengan Tuhan, kita mengatakan kepada Tuhan, “Tuhan, di dalam relasi ini saya sedang membuka diri saya untuk diubah oleh Tuhan, biarlah Tuhan ubah apa pun yang tidak beres yang harusnya tidak ada pada saya, Tuhan singkirkan. Yang baik, yang harusnya ada, biar Tuhan yang bentuk. Ini hal pertama, bagaimana caranya saya meneladani Kristus? Poin penting nomor satu, Saudara harus hidup dalama relasi, in relationship, tapi bukan dalam arti pacaran. Ketika saya hidup dalam relasi dengan orang, dengan tetangga, dengan yang lain-lain, pada waktu itu saya sedang belajar meniadakan diri. Makin saya mendedikasikan diri bagi yang lain, makin diri saya ditiadakan. Tapi meniadakan diri cuma aspek pertama dari kemuliaan Tuhan yang akan dinyatakan.

Maka kedua, relasi Saudara adalah relasi yang memberkati demi kemuliaan Tuhan. Saudara ingin menjadi berkat untuk orang lain mengenal Tuhan, ingin menjadi berkat untuk orang lain mencicipi kebaikan Tuhan. Di dalam Surat Efesus, Tuhan adalah Tuhan yang begitu baik, Tuhan memberikan kebaikan di sekeliling kita, kita dikurung oleh kebaikan Tuhan. Saudara mau lihat kemana pun, Saudara akan lihat tidak ada inci yang tidak menyatakan kemuliaan Tuhan, ini kutipan John Calvin. John Calvin mengatakan kemana pun kamu memandang, tidak ada inci yang tidak menyatakan kemuliaan Tuhan. Tuhan begitu baik, Tuhan mengurung kita dengan kebaikan. Saudara mau pergi ke kanan, ke kiri, pergi ke depan, ke belakang, lihat kemana pun Saudara akan melihat kebaikan Tuhan sedang dinyatakan. Kita tidak bisa menyangkal ini, Saudara dan saya adalah orang-orang yang sangat diberkati, karena kemana pun Saudara melihat, kebaikan Tuhan itu real. Tapi kalau Saudara lihat kiri kanan cuma lihat hal-hal yang jelek sekali pun, tetap ada hal baik yang Tuhan akan nyatakan kemudian. Sering kali kita mengatakan “Tuhan, saya ingin melihat kebaikan, tapi saya tidak lihat. Saya rasa hidup saya seperti Ayub, semuanya rusak, semuanya kacau”. Bahkan kepada Ayub pun Tuhan meminta Ayub melihat kebaikan Tuhan yang meski pun tidak dimengerti tapi pasti ada di kehidupan Ayub. Orang yang gagal melihat ini akan sulit untuk melepaskan dirinya, mendedikasikan dirinya bagi yang lain. Kalau Saudara mau dedikasikan diri bagi yang lain, pertama-tama Saudara harus sadar bahwa Tuhan itu baik. Bagaimana bisa menolong orang lain, bagaimana bisa menjadi berkat bagi orang lain, kalau kita pun masih bergumul tentang kebaikan Tuhan? Tuhan yang baik adalah Tuhan yang mengurung kita dengan berbagai berkat, sehingga waktu kita sadar kita dikurung oleh berkat yang demikian limpah, kita tidak bisa tidak menjadi berkat. Kita punya kerinduan untuk kosongkan diri demi yang lain karena kita tahu kita tidak akan mungkin pernah kosong. Orang yang menyampaikan firman, akan tahu dia tidak akan pernah kosong meskipun harus menyampaikan firman berkali-kali. Orang yang tidak ingin menyalurkan adalah orang yang belum mengerti mana sumbernya. Kalau sumbernya adalah Tuhan, maka keinginan kita adalah untuk berbagi. Ini poin kedua yang sangat penting, Saudara tidak hanya ingin berelasi, tapi ingin bersumbangsih di dalam relasi itu. Kebaikan kepada sesama manusia adalah kebaikan yang bukan optional. Saudara kurang dalam murah hati, mesti perbaiki kemurahan hati. Saudara kurang dalam berdedikasi, mesti perbaiki dedikasi. Jangan berlindung di dalam hal yang kita sudah kuat lalu mengabaikan hal yang kita masih lemah.

Hal ketiga, di dalam Filipi 2 adalah keharusan untuk mengambil posisi yang rendah, ini aspek ketiga yang penting. Saudara menjadi berkat dengan kerelaan merendahkan diri, bahkan kewajiban merendahkan diri. Sekali lagi Paulus mengatakan perendahan diri itu bukan pilihan. Saudara dan saya tidak diberikan opsi “kamu mau merendahkan diri atau tidak?”, tapi Saudara dan saya dipanggil untuk merendahkan diri. Kita dipanggil untuk meneladani Kristus, bukan kalau bisa ikut Dia. Saudara harus rendahkan diri, itu jadi tuntutan yang Tuhan mau kita kerjakan. Kita semua punya level perendahan diri yang kita kerjakan, ada di antara kita yang mungkin harus terpaksa luangkan uang atau waktu atau apa pun untuk pekerjaan Tuhan, lalu harus merendahkan diri untuk menjalankan pelayanan itu. Menyangkal diri adalah sesuatu yang harus kita kerjakan. Maka waktu saya menjalankan pelayanan dengan keharusan merendahkan diri, pada waktu itu saya tahu Tuhan sedang bentuk saya untuk menjadi orang yang bisa mencerminkan kemuliaan Tuhan.

Yang keempat, di dalam Filipi dikatakan bahwa waktu Saudara merendahkan diri, Saudara merendahkan diri bukan hanya dengan kerelaan, tapi juga dengan ketaatan. Perendahan diri adalah sesuatu yang bisakita pilih, tapi John Calvin juga mengatakan di buku ke-3 kadang-kadang Tuhan akan paksa. Ini poin keempat, Saudara dan saya akan dikosongkan oleh Tuhan, kita akan dipaksa untuk merendah, untuk menghabiskan diri sampai serendah-rendahnya. Dan ketika momen ini tiba, Saudara tidak bisa lihat kepada siapa pun, kecuali kepada Kristus. Kalau engkau tidak melihat kepada Kristus, engkau tidak mungkin memiliki pengharapan. Kalau engkau tidak melihat kepada Sang Juruselamat, engkau tidak mungkin bertahan di dalam keadaan seperti ini. Waktu saya membaca buku ketiga dari John Calvin, saya sangat gentar karena John Calvin mengalami begitu banyak hal sebelum dia menulis buku ketiga ini. Waktu dia pelayanan di daerah Strasbourg, dia mendapatkan seorang istri, kemudian mempunyai seorang anak. Ketika baru datang kembali ke Jenewa, tidak berapa lama anak yang dilahirkan itu meninggal. Kemudian dia mendapatkan anak kedua, ternyata meninggal juga. Anak ketiga dilahirkan dan meninggal juga. Tiga anak dilahirkan dan meninggal waktu usianya masih bayi. Semua orang yang menjadi musuhnya, kumpulkan orang-orang di Jenewa untuk menentang Calvin dengan mengatakan “Calvin itu adalah nabi terkutuk, buktinya anaknya mati semua. Dia bukan orang yang baik, dia adalah palsu, mari kita singkirkan dia dari Jenewa karena dia tidak pernah boleh dianggap sebagai hamba Tuhan yang baik”. Keadaan itu sangat menakutkan bagi Calvin dan keluarganya. Lalu mereka mendirikan begitu banyak kelompok untuk menentang Calvin. Akhirnya Calvin menjadi orang yang dianggap hina sekali. Bayangkan melayani di tempat seperti itu, tapi Calvin tetap lakukan. Calvin mengatakan jika engkau dipaksa untuk merendahkan diri itu cara Tuhan untuk membentuk kerohanian kita. Kita hidup begitu enak, semua serba manja. Saya kadang sedih sekali waktu melihat anak muda yang terlalu mudah menyerah. Ada yang mengatakan “saya tidak bisa datang kebaktian karena gerimis”, karena gerimis tidak datang? Gerimis akan selalu ada, lebih baik ada gerimis supaya tidak kekeringan. Banyak orang yang meng-excuse dirinya, diri capek sedikit langsung di-excuse, diri lemah sedikit langsung di-excuse. Saya sekarang mengerti kekuatan Calvin di mana, di salib. Dia melihat Yesus yang tekun jalan ke salib, sampai mati di kayu salib, dia jalankan hal yang sama. Maka kita semua harus melihat hal yang keempat ini sebagai poin yang utama yaitu Tuhan akan dipermuliakan kalau kita sudah tahu salib kita itu apa. Salib kita adalah keadaan di mana kita rela menghabiskan semua sampai nyawa kita sekali pun, di titik itu. Ada orang yang mengatakan “demi berita Injil, nyawa saya akan saya berikan sampai titik penghabisan”, “saya mau memberikan kekuatan saya untuk membangun bangsa ini”, maka dia akan habiskan kekuatannya sampai mati. Waktu orang mengatakan “saya akan dedikasikan hidup saya untuk generasi muda”, dia akan habiskan hidupnya untuk generasi muda. Kalau orang Kristen mempunyai niat yang kurang dari ini, kita sulit mengatakan kita orang Kristen. Harap kita mengerti Soli Deo gloria. Mengapa ada soli Deo gloria di dalam hati Luther? Karena Luther mengatakan “hidup saya untuk memberitakan firman dan Tuhan akan dipermuliakan”. Waktu Calvin mengatakan dia akan memikul salib pada akhirnya, pada waktu itu kemuliaan Tuhan dinyatakan. Soli Deo gloria.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkotbah)

Solus Christus

(Yohanes 20:24-28)
Jika kita kembali memikirkan jabatab Kristus sebagai Raja. Yang biasanya salah tafsir akan mengatakan “iya, karena Dia Raja, maka saya anak Raja, saya mendapat privilege”, sepertinya itu salah, di Alkitab tidak ada semacam nepotisme seperti itu. Saudara kenal orang suci kemudian Saudara lebih mudah akses kepada Allah, tidak ada seperti itu, jadi itu pasti penafsiran yang salah. Kemudian apa poinnya kalau kita mau mengenal Yesus secara seutuhnya, Dia adalah Imam, Nabi dan Raja. Raja adalah satu pengertian yang perlu kita pikir sebelum kita menerimanya, karena tidak ada raja yang tidak ada demand sesuatu. Saudara tidak bisa merajakan seseorang, atau punya raja, Saudara tidak punya kewajiban terhadap raja itu. Terhadap imam kita mendapat manfaat, terhadap nabi kita mendapat manfaat. Begitu Saudara menganggap Yesus adalah Raja, itu tidak bisa Saudara merasa dapat manfaat saja. Mungkin yang perlu kita pikirkan adalah “apa yang perlu saya berikan untuk raja, kewajiban apa yang saya perlu dapat untuk saya pikul ketika saya merajakan Yesus?”. Dan kalau orang tidak mau pikul tanggung jawab ini, dia akan ambil tafsiran yang tadi “Yesus Anak Raja, kita semua anak Raja”, privelege. Dan itu pasti hal yang salah. Salah pengertian atau tidak mengerti Yesus sebagai Raja secara tepat, ini membuat Kekristenan hancur lebur.

Kunci pertama dalam pengertian ini yang seringkali kita tidak tepat mengertinya. Kalau kita melihat dari kelahiran Yesus, tidak ada satu fase di dalam hidup Kristus yang tidak menyatakan Dia Raja. Masalahnya adalah diterimakah atau ditolak? Cuma 2 fakta ini. Jadi responnya benar-benar ekstrim, satu sisi menuhankan Yesus, tahu Dia adalah Raja dan benar-benar berespon dengan tepat, dan satu sisi lagi tidak. Saya rasa kalau kita mau memikirkan dengan detail, dengan adil, Raja yang paling berkuasa, Raja di atas segala raja, bahkan yang kita nyanyikan, dan kita mungkin bisa akui, itu adalah Kristus. Tetapi Raja ini adalah raja yang paling mudah kita abaikan, paling mudah kita gulingkan kekuasaannya dan paling mudah dikudeta oleh kuasa lain tanpa kita sadari, atau kita sendiri tergiur untuk mengkudetanya. Kalau Saudara mau melakukan percobaan makar di Indonesia, Saudara akan ditangkap. Berapa banyak kita melakukan pembangkangan, ujaran kebencian kepada Allah, tidak patuh? Itu sering kali, kita lakukan itu dengan beraninya kepada Raja di atas segala raja. Maka tidak heran mengapa Kekristenan bisa sampai sekarang meskipun kita lihat secara KTP mungkin begitu banyak orang Kristen di daerah Kristen, atau kalau kita lihat di Eropa banyak sekali negara yang katanya Kristen, tapi sekarang sudah merosot. Kuncinya adalah bukan karena mereka tidak tahu Yesus bersyafaat, bukan mereka tidak tahu Yesus menyatakan kebenaran, kuncinya adalah mereka menggulingkan Kristus dari tahtaNya. Ini hal serius karena tahta raja mempunyai demand. Demand adalah whole hearted, seluruh hati, whole life, seluruh hidup, whole aspect, seluruh aspek hidup kita. Dan seperti yang dikatakan oleh Abraham Kuyper, tidak ada di dunia ini satu inci di mana Yesus tidak berhak mengatakan that’s Mine. Dan kita melokalisir kerajaanNya, kita menggeser Dia, pindah patok areanya, dan kemudian kita sebagai umat, sebagai rakyat tidak mengakui Dia sebagai Raja. Bahkan kita dengan mudah mengkudeta Dia, inilah problem terbesar. Saudara menjadi Kristen atau tidak Kristen secara keseluruhan, bukan urusan “saya terima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat”, menangis, punya catatan memori yang begitu indah tentang pengalaman pertobatan. Tapi kalau Saudara tidak hidup whole hearted, whole life, whole aspect untuk Tuhan dan Kristus adalah Rajanya, kita akan segera menggulingkan Dia cepat atau lambat. Sadar tidak sadar, Saudara sedang mengkudeta Tuhan. Atau Saudara membiarkan Raja Saudara dikudeta orang lain. Fakta ini harus kita deteksi, karena kalau tidak kita akan merasa diri kita nyaman karena merasa sudah Kristen, tapi ternyata kita tidak menghidupinya secara keseluruhan. Kita hanya mengakui Yesus adalah Nabi, Imam dan Raja kalau itu menguntungkan bagi hidup saya, tapi kalau itu menuntut suatu kewajiban, saya akan segera kecewa, membentuk tembok sendiri, dan segera melokalisir dimana Dia bisa bertahta. Sebagian besar orang mentahtakan Yesus sebagai Raja di dalam spiritual. Ini suatu analisa yang sangat baik, kalau kita terlanjur atau sudah melokalisir Kerajaan Yesus di dalam spiritualitas saja, Abraham Kuyper mengatakan di dalam generasi pertama, orang-orang tua akan merasa agamaku agamaku, agamamu agamamu, kita dipublik berdamai saja, ke gereja tidak perlu memaksa orang jadi Kristen, semua orang punya juruselamatnya masing-masing, maka mari merajakan Kristus di dalam kerohanian. Kuyper menubuatkan bahwa generasi kedua tidak akan merajakan Yesus sama sekali, karena orang tuanya bisu, orang tuanya hanya berdoa “beriman di dalam Kristus, Engkau adalah Juruselamatku, Rajaku”, tapi dalam hidup sehari-hari tidak pernah kalimat Kristus diucapkan, tidak pernah merajakan Yesus dibicarakan kepada anaknya. Maka generasi kedua akan tidak tahu, they will passed over in silent. Orang tua mengatakan “anak-anak sebagai orang Kristen kita harus hidup beretika, hidup menjadi berkat, hidup yang memanusiakan orang”, tapi semua sumber atasnya, Rajanya didongkel. Ketika Rajanya didongkel maka prinsip Kristennya naik. Prinsip Kristen naik, hukumnya menjadi abstrak, tak berpribadi. Maka hukum abstrak ini lama-lama akan menjadi bias, apa yang baik pada 500 tahun lalu entah akan menjadi apa 500 tahun kemudian. Ini mudah sekali diisi oleh muatan yang lain karena prinsip Kristen sudah naik. Prinsip kebaikan Kristen, lama-lama prinsip kemanusiaan, semua merosot karena Rajanya sudah hilang. Dan kemudian generasi kedua hanya mengatakan “mari hidup baik-baik, kita bayar pajak, ada asuransi kesehatan, kita tidak boleh serobot antrian orang”, semuanya oke. Lalu generasi ketiga akan melupakan. Dan ini terjadi di negara-negara yang sangat baik pengaturannya. Mengapa mereka bisa begitu empty walaupun hidupnya baik? Karena Rajanya sudah dibuang. Kita sudah menggulingkan Raja itu dengan semena-mena dan itulah yang terjadi, humanity mulai naik. Waktu humanity naik yang terjadi ada beberapa option, bisa ekstrim kiri yaitu dictatorship, humanity, Rajanya hilang. Posisi ini tidak bisa kosong, kita diciptakan dengan urutan dari atas ke bawah yaitu Allah, manusia – Raja, wakil raja, yang pertama tidak bisa kosong. Cuma kalau kita tendang Raja yan asli maka yang naik adalah macam-macam, mungkin kita sendiri. Maka ketika manusia naik menjadi raja akan terjadi dictatorship, komunitas menjadi raja, komunis, atas kepentingan orang banyak. Atau ketika manusia pikir “itu zaman dulu, kita kan berkembang, kita penuh dengan kemungkinan-kemungkinan besar, kita bisa maju” dan segala macam, maka naiklah sains. Sains, ilmu pengetahuan dijunjung tinggi menjadi rajanya manusia. Maka dulu yang tidak bisa terjelaskan, sekarang bisa dijelaskan, dulu kalau gempa orang tidak siap menghadapi gempa, sekarang ada detektor gempa, ada detektor tsunami, apa pun ada detektornya. Jadi kita tidak merasa bagaimaan kepada Tuhan karena yang mengontrol itu bukan Tuhan, semua bisa dideteksi, bisa diantisipasi, bisa diatur. Maka akshirnya sains naik. Atau kalau sains tidak naik, yang naik adalah uang. Uang naik, uang jadi raja. Perhatikan, dulu pusat kota adalah alun-alun, ada gereja, tempat pengadilan dan macam-macam, tapi sekarang pusat kota adalah mall. Saudara tidak akan mengatakan “mari kita kumpul di gereja”, itu tidak mungkin, bahkan hal religius pun ditendang secara konsep umum. Manusia menendang Tuhan, maka ganti yang difokuskan adalah mall. Sekarang semua juction isinya mall, dulu semua juction isinya gereja. Perhatikan kota-kota lama, pusatnya adalah tempat ibadah, Jakarta misalnya ada katedral. Itulah yang terjadi, ketika uang naik menjadi raja, maka kadang-kadang kita pikir ada benarnya juga, terkadang uang ada benarnya juga, menciptakan dari yang tidak ada menjadi ada, mirip Tuhan. Orang tidak ada menjadi ada, misalnya dia tidak hormat kepada saya tiba-tiba bisa jadi hormat ketika saya punya uang, dia tidak taat sama saya bisa jadi taat karena uang, tidak suka bisa menjadi suka karena uang, apa pun bisa dilakukan kalau ada uang.

Akibat karena menggulingkan raja yang sejati, uang menjadi suatu yang kelihatan yang bisa menyatukan prinsip atau kekuatan di atas manusia. Dan semua manusia mau menyembha uang, kemudian waktu uang ini ke atas terus-menerus, somehow manusia akan sampai ke satu titik. Tidak bisa. Uang itu suatu visible, yang kelihatan, manusia tidak bisa hidup yang visible saja. Kita akan tetap merasa kosong, banyak uang tapi tidak bisa beli persahabatan, punya banyak uang tidak bisa beli kesehatan, punya banyak uang tidak bisa beli iman, semua kepuasan hidup tidak bisa dibeli. Ternyata setelah Raja yang asli ditunggangbalikan, muncul raja-raja gadungan, ternyata raja-raja gadungan juga tidak memberi kepuasaan. Maka manusia berpikir mesti ada yang lain, ada yang memberi higher value terhadap hidup kita, memberi kita makna. Maka ketika Raja yang sudah ditendang dan ini dilupakan orang menaikan yang namanya art. Art bisa menjadi pengganti Tuhan yang paling mirip, karena di dalam art atau seni kita bisa dibawa mengenal makna yang lebih tinggi, lebih mendalam, memberikan penjelasan hidup yang lebih kompleks, lebih luas, kita bisa memiliki makna hidup yang memuaskan kita di satu titik, dan ini adalah seni. Saudara bisa membagi dua orang yang tercengkeram seni karena kekosongan raja, rajanya sudah digulingkan, digantikan seni, ada 2 macam. Orang pertama adalah orang yang mengisinya dengan seni yang agung. Maka tidak heran seniman atau orang yang kecanduan seni yang bagus, lukisan yang indah, lukisan yang penuh dengan filosofi, pokoknya luar biasa, mereka senang dengan itu, dan mereka merasa hidup fulfill. Tapi kalau Saudara meninggalkan Tuhan demi itu, itulah menendang Raja dan mengganti dengan hal-hal yang mirip dengan Raja. Tapi ada juga orang yang mengisi dengan seni yang remeh, pornografi, art-art yang remeh, art yang remeh, yang membuat kecanduan. Kecanduannya karena dosa, poinnya dia tidak punya Raja, tahtanya kosong. Maka muncul pesaing dan bakal calon yang masuk, dan itulah yang tidak disadari manusia. Manusia menempatkan oknum-oknum seperti ini, Saudara bisa tempatkan uang, tempatkan seni, tempatkan tradisi, Saudara bisa menempatkan apa pun sebagai raja yang mengontrol hidup kita. Inilah yang terjadi, kita menjadi orang Kristen seringkali tidak menyadari hal ini, kita sibuk melokalisir Yesus di dalam spiritualitas, kita sibuk melokalisir Yesus dalam suatu bidang pelayanan. Kalau pelayanan, Yesuslah Rajanya, tapi kalau kerja, bergaul, bukan Yesus. Maka sebenarnya hidup kita tidak solus Kristus, kita Yesus plus plus, cuma mungkin kita tidak mengakui, karena di dalam hal lain kita menjunjung tinggi raja itu.

Mari kita memikirkan hal ini dalam melihat perjuangan 500 tahun Rformasi, sola-sola ini sangat penting. Solus Kristus, sudahkah kita merajakan Kristus secara seluruhnya? Jangan-jangan kita tidak merajakan Yesus, tapi kita hanya mengambil beberapa aspek. Oleh karena itu bagaimana caranya kita merajakan Kristus? Karena kita kadang tahu konsep idealnya tapi menuju ke sana itu satu pergumulan yang sulit dan kita juga tidak tahu bagaimana caranya kesana. Mari kita lihat Yohanes 20: 24-28, saya akan menyoroti dalam angle yang sedikit berbeda yaitu dengan melihatnya di dalam pengertian Kingship of Christ. Mari kita lihat ini dalam sudut pandang pergumulan orang yang betul-betul mau merajakan Yesus karena dalam konklusi imannya ini adalah konklusi iman yang sangat besar yang diucapkan oleh seorang manusia yang tercatat dalam Injil Yohanes. Langkah pertama adalah kita hanya bisa merajakan Yesus lewat pergumulan. Tidak bisa kita merajakan Yesus hanya dengan sekedar tahu “Yesus adalah Raja, amin”, ini harus lewat satu pergumulan yang tidak asal. Harus mencari satu keakuratan dalam pergumulan ini. Karena kalau kita salah mengerti, salah bergumul, maka kita akan mudah jatuh. Banyak orang Kristen menjadi Kristen karena terburu-buru mengambil konklusi iman. Banyak keturunan orang Kristen menjadi Kristen karena terburu-buru mengambil konklusi iman. Dalam pengakuan iman Tomas, kata yang sangat penting yang ada di sini adalah kata “ku”. “Ku” di sini menunjukan pergumulan yang dikunyah sendiri. Saudara dan saya harus bergumul sendiri dan mengambil satu komitmen “Tuhan, Engkau adalah Rajaku, my whole herat, my whole life, my whole aspect, saya persembahkan untuk Engkau”, itu baru kita benar-benar menjadi Kristen. Eropa kurang apa Pengakuan Iman Rasuli, tapi berapa banyak yang betul-betul merajakan Yesus? Tidak ada. Sumatera Utara kurang apa Pengakuan Iman Rasuli? Ambon, Manado kurang apa Pengakuan Iman Rasuli? Tidak ada, tapi mereka tidak betul-betul bergumul mengambil standing point sebagai orang Kristen, maka itu tidak akan jadi apa-apa. Kita pasti merajakan Yesus dalam spiritualitas, mungkin. Tapi kita pasti tidak merajakan Yesus dalam seluruh aspek, karena kita tidak pernah bergumul dengan akurat dan memikirkan secara serius. Ini adalah hal serius yang mesti kita ambil secara komitmen iman.

Bagian kedua, setelah bergumul kita mesti sampai kepada konklusi yang benar yang kita gumulkan. Tomas menggumulkan dia mesti lihat, kalau katanya Yesus bangkit, sudah disalib dan bangkit, dia mau lihat bekas salibnya dan tanda kebangkitan. Karena hanya disitulah fondasi iman Kristen berdiri. Tomas tidak bergumul di dalam hal yang tidak essensial, dia tidak mengatakan “saya mau lihat Tuhan meredakan angin ribut, saya mau melihat Tuhan melakukan mujizat”, Tomas mengatakan “kalau Dia benar-benar bangkit, saya mau lihat bekas tangannya, karena itu adalah tanda Dia yang disalib itu Dia yang bangkit”. Dan itu yang mau kita kejar di dalam merajakan Yesus, mengapa mesti di situ? Karena di situ titik poin Dia adalah Raja yang betul. Mengapa titik poin bahwa Dia raja yang betul adalah ketika Dia mati dan bangkit? Karena kematian dan kebangkitan Kristus mengalahkan penguasa dunia ini. Ada 2 beda yang jelas, satu sisi Tuhan Yesus sendiri mengatakan setan adalah penguasa dunia ini, ruler of this world, dan kemudian Yesus adalah Raja dunia ini. beda Raja dan penguasa adalah penguasa selalu mengeruk keuntungan, Raja selalu memikirkan bagaimana rakyatnya. Maka yang mau dikejar oleh Tomas bahwa Dia adalah Raja, Dia mesti bisa mengalahkan kuasa yang paling besar, yang sementara ini menguasai dunia, bagaimana caranya? Waktu Dia mengusir setan? Bukan, tapi waktu Dia mati dan bangkit. Maka itulah yang dikejar oleh Tomas “saya mau mempunyai standing point ini, maka saya baru mengenal Tuhan”. Saudara hanya bergumul terus-menerus tentang Yesus yang menjawab doa saya, Yesus yang begini begini. Saudara belum secara esensi mengenal Yesus sebagai Tuhan dan Raja. Mengenal sampai esensi terdalamnya apa, kalau Dia adalah Raja maka Dia adalah Raja yang mengalahkan kematian. Kalau Dia adalah Raja yang bisa memerintah saya, maka Alkitab sudah memberikan pengertian kepada kita, Dia adalah Raja yang mengasihimu terlebih dahulu. 1 Yohanes 4: 19, kita mengasihi karena Allah lebih dahulu mengasihi kita. Dia menjadi Raja bukan dengan mengikat kita dengan janji palsu, Dia menjadi Raja dengan memberikan kita kasih terlebih dahulu. Raja itu memikirkan umatNya, Dia bukan ruler yang memanfaatkan umatNya. Dia adalah Raja yang mau memberikan apa yang Dia punya untuk kesejahteraan rakyatNya. Inilah Raja yang kita sembah.

Setelah 2 step ini, Tomas masuk dalam pengakuan iman yang sangat klimaks yaitu dikatakan “ya Tuhanku dan Allahku”, my Lord and my God. Saya beberapa kali dalam doa selalu bilang “dalam nama Tuhan Yesus, Raja dan Tuan kami, kami berdoa”, karena saya mau mengingatkan diri saya akan teks ini, Pengkotbah mengatakan “if you receive Christ as your Savior but He is not your Lord at all, He is not your Savior at all”. Kita sering dengan mudah mengatakan “terima kasih Tuhan Yesus, Tuhan dan Juruselamatku. Amin”, kita tidak tahu ternyata Juruselamat itu punya power yang begitu besar, yang harusnya mendominasi hidup kita. Yohanes mencatat ini sebagai pengakuan iman yang klimaks. Sederhana, “ya Tuhanku dan Allahku” my Lord and my God, “saya percaya Engkau menciptakan saya, dan saya percaya Engkau memerintah saya. Dan saya akan berikan the whole heart, the whole life, the whole aspect untuk diperintah oleh Tuhan”. Ini namanya pengakuan iman sejati dan ini namanya Solus Christus.

Sola Scriptura

(2 Timotius 3: 14-17, 2 Petrus 1: 19-21)
Hari ini kita akan mengingat salah satu poin dari sola-sola yang dikemukakan oleh reformasi. Keunikan dan signifikansi dari pada reformasi adalah kata yang sederhana yaitu sola. Kita tidak bisa mengatakan “tinggal ditambahkan satu kata sola saja, semuanya beres”, karena untuk mengembalikan sola ini ke dalam posisi yang seharusnya, ternyata perjuangan Reformasi yang didahului dengan orang-orang pra-reformasi yaitu tahun sekitara 1200an, 1300an, itu menambahkan kata sola tidak seperti Saudara dan saya menambahkan satu kata editan ke dalam satu buku, tapi mereka membayarnya dengan perjuangan, pergumulan, peperangan dan bahkan dengan mati dipanggang hidup-hidup di atas kayu-kayu kering. Kita bisa mengingat ratusan tahun sebelum reformasi Luther, 1517, maka ada seorang bernama John Wycliffe 1329-1384, dia adalah orang yang mulai mempertanyakan ajaran-ajaran dari Gereja Katolik Roma saat itu dan kemudian mulai mengajarkan kepada jemaat pengajaran yang benar, kemudian mulai menerjemahkan Alkitab, dan ternyata Wycliffe mengalam condemn yang besar dari Gereja Katolik Roma saat itu. Kemudian disusul Jan Hus 1374-1415, Jan Hus bahkan sampai dibakar hidup-hidup karena dia insist menerjemahkan Alkitab, dan saat itu Alkitab tidak ada dalam bahasa mana pun selain bahasa Latin, Ibrani, Yunani. Tidak ada dalam Bahasa Inggris, Prancis, Jerman. Lalu kemudian disusul William Tyndale, 1526, dia meninggal dan kemudian di atas bakaran kayu dia mengatakan satu doa yang sangat mengharukan “Lord, open the King of England’s eye”, supaya penerjemahan ini bisa dilakukan. Dan itu semua mendahului apa yang digumulkan juga secara keras dan mendalam oleh Luther, kemudian bergulirlah satu roda besar yang namanya Reformasi dan menggelinding sampai sekarang dan itu merupakan intervensi Tuhan.

Lalu apa yang mereka perjuangkan? Mereka memperjuangkan salah satunya adalah Sola Scriptura, hanya Alkitab yang memegang otoritas mutlak dalam kebenaran, hanya Alkitab yang memegang otoritas mutlak dalam penafsiran kebenaran, hanya Alkitab yang boleh mengatasi segala macam tradisi manusia, bahkan tradisi gereja yang mungkin sudah dikontaminasi oleh pengertian-pengertian yang salah. Zaman itu adalah zaman dimana banyak orang 500 tahun lalu buta huruf, mereka tidak bisa membaca dan tidak ada mesin cetak seperti sekarang, sehingga mereka tidak mempunyai Alkitab. Alkitab dicopy dengan cara ditulis satu huruf demi satu huruf, karena tulisan tangan maka kerjaannya cukup lama, hasilnya cukup mahal, berarti tidak semua orang bisa punya, kalau punya pun tidak ada gunanya karena tidak bisa baca. Maka memperjuangkan sola scriptura menjadi satu-satunya otoritas adalah satu hal yang penting karena dengan tidak adanya akses, tidak ada kekuatan, monopoli interpretasi, dan mahalnya Alkitab yang tidak tersedia juga dalam berbagai bahasa, mereka tidak punya akses pada kebenaran yang katanya adalah firman Tuhan. Maka hanya mengandalkan kotbah yang mereka dengar, kotbah yang mereka dengar zaman itu Gereja Katolik Roma sangat besar, menunggangi politik, sehingga sangat mungkin sekali bias dengan kepentingan politik saat itu. Tapi kalau begitu kita jadi berpikir sekarang tidak perlu sola scriptura, toh kita semua punya Alkitab, kita sekarang mau interpretasi apapun juga dari yang apl;ing sesat sampai mendekati kebenaran juga ada, Saudara tinggal cari di Youtube. Kita juga tidak perlu jenjang tertentu untuk bisa punya akses terhadap Alkitab, sekarang kita bisa punya Alkitab dalam berbagai macam terjemahan. Mari kita baca, 2 Timotius 3: 14-17 dan 2 Petrus 1: 19-21.

Kita mungkin tidak berhadapan dengan otoritas Paus zaman Katolik Roma 500 tahun yang lalu, seperti yang Luther hadapi. Tetapi di dalam kita mempertahankan kata sola dalam sola scriptura, menurut Abraham Kuyper, Saudara dan saya sedang berhadapan dengan pseudo wisdom, bijaksana yang sepertinya cukup komprehensif, yang cukup menjelaskan banyak hal, dan cukup rasanya kita bisa percaya, karena penjelasannya lumayan tidak semudah itu. Tapi pseudo wisdom adalah penjelasan-penjelasan yang menjelaskan fakta yang tidak berpijak pada Alkitab. Jadi adanya penjelasan-penjelasan yang sepertinya menjelaskan tetapi kalau tidak berpijak pada kebenaran Alkitab maka mereka hanya berupa penjelasan-penjelasan kosong yang kelihatannya bijaksana, tapi tidak menjelaskan apa-apa. Dan ini yang kita hadapi, kita dikelilingi pseudo wisdom yang bisa menjelaskan banyak hal. Saudara mau tahu tentang penciptaan, “hari ini siapa yang masih percaya cerita Adam dan Hawa, itu hanya cerita anak Sekolah Minggu”. Kuyper pernah mengantisipasi dengan mengatakan seperti ini di dalam buku Pro-Rege, dia mengatakan banyak anak lulus SMA, mereka dengar cerita Alkitab di Sekolah Minggu, tapi begitu mereka masuk bangku kuliah, mereka bertemu dengan pseudo wisdom, mereka langsung terpukau, dan mereka baru tahu inilah yang benar, “cerita Sekolah Minggu hanya penghantar supaya beriman, lebih dari pada itu tidak ada. Ternyata ini yang bijaksana sejati. Orang yang percaya Alkitab itu cupu sekali, yang cuma tahu beriman, tapi tidak ada yang bisa menjelaskan segala sesuatu”. Kita sudah tertipu di dalamnya karena kita pikir itu penjelasan yang ilmiah, lebih komprehensif, lebih mendalam. Tapi jangan lupa itu adalah pseudo wisdom yang sama sekali tidak berkait dengan Alkitab. Saudara dan saya akan bisa mengetes sejauh ini apakah kita hidup berdasarkan sola scriptura atau hidup kita dibangun di atas pseudo wisdom ini. pertanyaan-pertanyaan diagnostik yang Saudara bisa jawab adalah hal apa atau pikiran apa yang paling banyak membentuk pola pikir Saudara? Lalu kata-kata atau siapa atau pihak mana yang paling otoritatif yang Saudara rasa itu bisa menjawab apa yang Saudara tanyakan dalam hidup. Ketiga, kata-kata mana yang paling banyak mempengaruhi Saudara mengambil keputusan? Keempat, kata-kata mana yang bisa menghibur Saudara ketika Saudara di dalam masa krisis? Itu adalah pertanyaan-pertanyaan yang kalau kita jawab, kita akan mengerti ternyata jawaban yang kita terima yang mempengaruhi keputusan kita, baik keputusan kecil atau besar dalam kehidupan sehari-hari, apakah itu sola scriptura atau itu adalah kumpulan pseudo wisdom yang kita kumpulkan dari berbagai macam aliran yang ada di dunia ini? ini adalah betul-betul hal yang perlu kita perhatikan, karena di dalam 2 Timotius 3: 15 dikatakan “Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus”. “Kalau keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus, saya tahu, karena memang Yesus kan satu-satunya Juruselamat, mana mungkin saya percaya agama lain, karena dari kecil saya Kristen. Kalau urusan keselamatan, saya sudah mengerti”, hampir kita secara mayoritas percaya sola scriptura. Tapi kemudian kita seperti orang yang mengunci pintu dan membuka jendela, karena setelah itu urusan hikmat hidup sehari-hari, mendefinisikan apa itu sukses, apa itu pernikahan, apa itu pergaulan, apa itu keren, apa itu diterima masyarakat, kita pakai pseudo wisdom yang ada di sekeliling kita. Saudara gembok rapat-rapat, satu-satunya jalan keselamatan hanya Kristus, itu betul, tapi Saudara buka juga semua jendela. Kalau rumah seperti itu saya rasa pencuri akan masuk dan semuanya habis dirampok. Kita lupa sola scriptura tidak hanya sekedar ke gereja tiap hari Minggu, beriman, pertumbuhan rohani, sola scriptura itu menyangkut seluruhnya karena Allah yang menciptakan langit dan bumi, Allah yang menciptakan Saudara dan saya, Allah yang menciptakan di luar Saudara dan saya. Maka hal-hal yang berkaitan dengan Saudara dan saya dan diluar Saudara dan saya sepertinya harusnya sola scriptura. Kalau kita pikirkan hikmat, dikatakan dalam ayat 16 “menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan, mendidik orang dalam kebenaran”, kita hanya memikirkan “oke ini diajar, memperbaiki kelakuan yang dulunya malas jadi rajin. Mendidik orang dalam kebenaran, jangan jahat-jahat jadi orang”, bukan. Ini menjawab pertanyaan yang Saudara mesti jawab, hikmat itu berbuat apa? Poin mengajar adalah what to do? Sola scriptura mengajarkan kepada kita apa yang harus kita kerjakan. Lalu menyatakan kesalahan, what not to do? Apa yang tidak boleh dilakukan? Pantas, tidak pantas. Dari mana kalau dari luar Alkitab? Saudara akan pakai pseudo wisdom. Memperbaiki kelakukan, what should be done? Kalau saya tidak boleh begini, maka saya harus berbuat apa? Lalu mendidik orang dalam kebenaran, definisinya apa? Baik itu apa, jahat itu apa, berkenan kepada Tuhan itu apa, bijaksana itu apa, sukses itu apa, terkenal itu apa, berkontribusi bagi masyarakat itu apa, menderita itu apa? Semuanya itu Saudara definisikan dari mana? Dan kita seringkali neglect sola scriputra, karena kita pikir sola scriptura ini urusannya kalau saat teduh mesti pakai Alkitab, ke gereja bawa Alkitab. Maka hanya berurusan dalam lingkup rohani, kita pasti pegang Alkitab. Tapi begitu berurusan dengan hikmat, faktanya setiap hari kita sering dibentuk oleh pseudo wisdom itu setiap hari. Maka tidak heran, kalau urusan ke gereja seminggu sekali, Senin sampai Sabtu Saudara dibentuk oleh pseudo wisdom, maka Saudara bukan menjadi orang Kristen, itu tidak heran.

Kita sering berpikir seperti ini, jadi Kristen itu seperti gelas, diisi firman Tuhan sampai penuh. Kalau Senin-Sabtu jadi kurang sedikit sampai setengah, Saudara pikir masih baik-baik saja, belum sampai kosong, saat teduh masih bolong-bolong, jarang baca Alkitab, tapi masih oke, tidak jahat-jahat sekali. Maka Hari Minggu diisi lagi, kalau perlu seharian di gereja. Kemudian Senin, kita merasa no guilty feeling, kita masih Kristen. Tapi ini cara yang salah melihat pembentukan pola pikir, pola pikir tidak bisa diisi. Pola pikir itu dibentuk, seperti Saudara membentuk keramik. Kalau membentuk keramik menggunakan alatnya yang berputar itu, ketika Saudara tidak sengaja dipanggil orang dan tangan Saudara menyenggol keramik yang sedang dibentuk, bentuknya jadi lain. Tidak harus rusak, tapi bentuknya lain. Saudara jadi Kristen juga begitu, Hari Minggu dibentuk, tiba-tiba hari Senin-Sabtu sudah jadi guci yang tidak tahu bentuknya, jadi lain. Kemudian Hari Minggu dirombak lagi, karena ini belum kering, Saudara belum mati, kalau sudah mati berarti sudah tidak bisa dibentuk lagi. Tapi kira-kira begitu terus, maka tidak heran mengapa kita tidak bisa menjadi orang Kristen, karena kita hanya satu kali hari Minggu. Sola scriptura, bukan hanya membaca Alkitab saja dan tidak baca yang lain, tapi Saudara perlu baca Alkitab untuk bisa mengerti yang lain. Mari kita kembali pada otoritas firman, sola scriptura adalah otoritas tertinggi yang memimpin hidup kita, kita tidak bisa tafsirkan lain selain Alkitab yang adalah firman Tuhan. Dan ini pasti perlu perjuangan, bukan haya sekedar Alkitab dari Kejadian sampai Wahyu kemudian langsung tiba-tiba bisa, pasti tidak seperti itu.

Hal kedua, mengapa keseluruhan Alkitab adalah sola scriptura? Karena Alkitab menjelaskan Tuhan siapa yang Saudara dan saya percaya. Alkitab mengatakan Allah Tritunggal, mengapa harus Allah Tritunggal? Karena hanya satu-satunya kita percaya kepada Allah Tritunggal, kita bisa mempunyai dasar yang kuat, apa itu person, apa itu relation, apa itu community, di luar itu Saudara dan saya tidak bisa menjalaninya dengan konsisten antara Allah yang kita percaya dan hidup yang kita hidupi. Hanya Allah Tritunggal yang memungkinkan ada pribadi, kemudian pribadi saling berelasi, dan relasi antara 2 pribadi bisa dinikmati oleh pribadi yang ke-3. Maka sama, ini menjadi pattern yang sangat bisa dihidupi kalau Saudara dan saya mau konsisten antara iman dan praktek. Kita seringkali mau prakteknya saja, suami istri harus saling mengasihi, Efesus 6, yang dibuka itu terus. Saudara lupa, kita bisa mempraktekan relasi suami istri karena ada Allah Tritunggal, relasi Allah Bapa dan Allah Anak yang dinikmati oleh Roh Kudus. Ada pihak ketiga yang menikmati. Dalam keluarga ada suami, istri dan anak, itu menjadi satu society di mana ada eksklusifitas, tetapi juga ada pluralitas. Kedua, kita bisa mengatakan mau hidup baik, 2 Timotius 3: 17, “dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik”, apalagi di atasnya sudah diberi tahu untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan, mendidik dalam kebenaran. Apa maksud dari perbuatan baik? Tidak mencuri, jangan egois, jangan membunuh, jangan terlambat, jangan pelit, semua yang sifatnya hanya seperti itu saja. Kita tidak bisa melakukan perbuatan baik yang sungguh-sungguh berkenan kepada Allah kalau Saudara tidak tahu the whole message. Sekali lagi, kita menafsirkan ayat 17 segala perbuatan baik adalah perbuatan yang definisi kita baik tapi kita tidak tahu baiknya Tuhan itu seperti apa, kita tidak mengerti karena kita tidak mau concerning His whole message, kita tidak mau pegang sola scriptura. Kita menentukan sendiri “Tuhan, pokoknya saya sudah dengar firman Tuhan, saya bisa tentukan mana yang baik dan jahat. Tuhan menyuruh saya berbuat baik, maka saya lakukan perbuatan baik, tapi kita tidak mau tahu apakah perbuatan baik kita cocok dengan Tuhan, pokoknya perbuatan baik, tidak saya langgar. Itu bukan sola scriptura, itu namanya your own wisdom, karena kita tafsirkan sendiri apa yang menurut kita baik, sejauh tidak menyalahi aturan Tuhan. Itu tidak cukup, karena perbuatan baik adalah Saudara menjalankan apa yang menjadi keseluruhan firman dari penciptaan sampai Tuhan Yesus datang kembali. Maksudnya adalah apa yang Saudara kerjakan berbagian di dalam cerita besarnya Tuhan dari penciptaan, jatuh dalam dosa, penebusan dan Tuhan Yesus akan datang kembali. Yang Saudara jalankan adalah berbagian dalam hal ini, ada kaitannya, itu baru namanya kita mengerjakan perbuatan baik yang diperkenan oleh Allah. Karena kita tahu rencana Dia apa, kita tahu maksudnya Dia menciptakan segala sesuatu itu apa, maksudnya Tuhan menebus itu apa, maksudnya Tuhan akan datang kembali itu apa. Kita seringkali tidak mau tahu rencana besar, kita hanya ingin tahu apa yang praktis, menguntungkan, bisa dikerjakan, dan akhirnya sebenarnya kita tidak mengerjakan apa-apa. Kita sibuk bekerja tapi kita tidak mengerjakan apa-apa, karena apa yang Tuhan minta tidak kita kerjakan, kita kerjakan yang lain. Dan itu bukan sola scriptura.

Sola scriptura juga memberikan kita satu package Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Kita mengenal Yesus sebagai Raja, Mesias, Juruselamat, apa pun juga, kalau Saudara lepaskan dari konteks Perjanjian Lama, kita sudah tidak bertanggung jawab, karena kita hapus itu creation, fall, tahu-tahu redemption. Tiba-tiba muncul Tuhan Yesus, bagaimana ceritanya dari awal kita tidak tahu. Dan kita hanya merasa ini supaya kita masuk sorga, supaya kita ditebus, hati kita yang hitam menjadi putih. Tidak bisa seperti itu. Saudara harus tahu the whole package. Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru semuanya sinkron, semua menuju satu puncak yaitu Yesus. Sehingga Saudara bisa melihat betapa hebatnya Tuhan kita. Karena dari Perjanjian Lama sampai Perjanjian Baru, dari Allah mencipta, manusia jatuh dalam dosa, penebusan dan sampai nanti Tuhan Yesus datang kembali seperti di dalam janji Wahyu, itu semua mengapa begitu lama? Dari Adam ke Yesus, Kejadian ke Matius mengapa sampai ribuan tahun? Apakah Saudara pernah memikirkan itu? Karena Tuhan mau memberitahukan bahwa rencanaNya real bukan mitos.

Dan ini yang membuat kita mengerti mengapa perjuangan kita belum selesai. Reformasi boleh 500 tahun yang lalu, tapi kita punya challenge tersendiri dalam zaman kita sekarang, dalam gereja Tuhan menjalankan sola scriptura. Karena sola scriptura akan berbenturan keras atau lembut dengan banyak pseudo wisdom yang mengeliling kita. Harap kita terus berdoa “Tuhan, ikatlah hatiku di dalam kebenaran firman. Saya tidak bisa melakukan yang lain kalau hati saya sudah diikat oleh kebenaran”. Dan ini menjadi doa kita bersama, barulah kita menjadi orang yang meneruskan reformasi.

Sola Fide

(Galatia 2: 15-21)
Ayat 16, tidak ada seorang pun yang dibenarkan oleh karena melakukan Hukum Taurat. Bagian ini memuat pernyataan Paulus mengenai justification by faith, bagian ini merupakan statement of faith-nya Paulus mengenai justification by faith alone. Kita perlu mengerti baik-baik, tidak cukup hanya berkata justification by faith, karena Gereja Katolik pun prcaya justification by faith. Kata alone sangat penting. Persoalan antara Gereja Katolik dengan Protestan itu bukan faith-nya, tapi faith alone-nya. Karena itu slogan dari Reformasi sangat menarik karena sola gratia, sola scriptura, karena di sinilah titik perdebatan antara Gereja Katolik pada zaman itu dengan Gereja Protestan sampai hari ini, mengenai faith alone. Alone artinya tidak boleh ditambah, tidak ada tambahan yang bisa diberikan ke dalamnya, itu namanya alone. Maka setiap kali kita memperingati Reformasi kita selalu diingatkan dengan 5 slogan yang dimulai dengan sola. Sola artinya hanya atau alone, tidak boleh ditambah lagi, sudah cukup pada dirinya. Paulus menegaskan pandangan dan posisinya mengenai justification by faith alone, pembenaran hanya oleh iman. Mengapa Paulus menuliskan bagian ini? karena Jemaat Galatia mulai meninggalkan doktrin pembenaran hanya oleh karena iman. Waktu Paulus mendirikan gereja di Galatia, dia sangat tegas “manusia dibenarkan oleh iman bukan karena disunat, bukan karena melakukan Hukum Taurat”. Paulus dilahirkan dalam agama Yahudi, dia dibesarkan dalam keluarga Yahudi, murid-murid Tuhan Yesus yang pertama juga orang Yahudi, mereka sangat identik dengan Hukum Taurat dan sunat. Orang Yahudi yang tidak disunat bukanlah orang Yahudi, bukan karena dilahirkan dalam keluarga Yahudi, orang menjadi Yahudi. Tapi karena disunatlah maka orang menjadi orang Yahudi. Sunat itu adalah obedience. Saudara perhatikan bagaimana Yesus harus disunat, karena sunat itu merupakan first obedience. Saudara tidak disunat, Saudara bukan Yahudi, Saudara tidak disunat, Saudara bukan covenant people. Saudara tidak disunat, Saudara bukan siapa-siapa, Saudara tidak berhak atas janji Allah kepada Abraham. Agama Yahudi itu sangat menekankan justification bukan by faith, tapi by obedience, Saudara dibenarkan karena Saudara disunat. Walaupun Saudara belum bisa memutuskan disunat atau tidak, orang tua Saudara mewakili Saudara. Orang tua Saudara mewakili Saudara, membawa Saudara ke Bait Allah, disunat sebagai tanda ketaatan. Mereka berpikir ketaatannya itulah yang membenarkan mereka. Salah satu pergumulan orang sejak kejatuhan sampai sekarang adalah bagaimana supaya diterima oleh Allah. Nama lain dari justification adalah acceptance, dibenarkan oleh Allah berarti diterima oleh Allah. Ketika Adam memakan buah dari pohon pengentahuan tentang yang baik dan jahat, hal pertama yang dilakukan oleh Allah kepada dia adalah rejection. Setelah Adam memakan buah itu, semua manusia membawa bekas rejection itu kemana pun. Bukan hanya Kekristenan yang bicara mengenai justification, setiap agama bicara tentang justification, bagaimana kita bisa diterima oleh Allah. Bukan hanya orang beragama yang bicara mengenai penerimaan, orang sekuler pun bicara mengenai penerimaan. Bukan justification-nya, tapi justification by what? Orang Batak mau Kristen atau pun tidak, justification-nya ada 3, yaitu harta, keluarga, kehormatan. Orang yang beragama cari justification, orang sekuler pun cari justification. Intinya kita itu ingin diterima. Bagaimana dengan orang sekuler? Kekayaan, kekuasaan, harta, popularitas. Orang beragama dan sekuler mencari hal yang sama, mencari justification. Pada zaman Martin Luther, pergumulannya juga sama, pergumulan Paulus dan Martin Luther mirip.

Nama lain justification adalah acceptance, bagaimana saya diterima. Di dalam kondisi itulah Paulus berbicara kepada jemaat Galatia, karena mereka mulai meninggalkan justification by faith alone. Latar belakangnya, sekelompok Yahudi Kristen masuk ke dalam gereja dan mengajarkan kepada jemaat Galatia bahwa seseorang dibenarkan jika melakukan Hukum Taurat. Orang-orang Galatia ini bukan orang Yahudi, jadi mereka tidak akan disunat dan mereka juga tidak punya kewajiban melakukan Hukum Taurat, tapi mereka percaya kepada Kristus. Di tengah perjalanan, waktu Paulus sudah pergi dari Kota Galatia, masuklah sekelompok orang Yahudi Kristen, mereka mengajarkan bahwa percaya saja itu tidak cukup. Dan orang Yahudi itu bertanya kepada orang Galatia, mereka tahu hal itu dari mana, dijawab dari Paulus, dan orang Yahudi itu mengatakan kalau Paulus adalah rasul gadungan. Itulah sebabnya mengapa Surat Galatia dimulai dengan perkenalan diri Paulus, dia memperkenalkan dirinya dalam satu pasal yang panjang. Di saat-saat seperti itulah maka Paulus menuliskan suratnya yang begitu keras. Galatia adalah satu-satunya surat Paulus yang sangat keras, tidak ada surat lain dimana Paulus begitu marah. Hanya satu surat dimana Paulus berkata “orang Galatia yang bodoh”, saya bayangkan pakai surat saja ada kalimat seperti itu, bagaimana kalau bertemu langsung. Leon Morris mengatakan ini satu-satunya surat yang ditulis oleh Paulus dengan rasa kemarahan dan kegeraman. Mengapa Paulus marah? Karena doktrin. Ini bukan zamannya lagi orang marah-marah karena doktrin, yang penting hidup baik. Saya yakin orang Galatia itu adalah orang yang baik. Paulus bisa marah karena jemaat Galatia meninggalkan doktrin yang benar kepada doktrin yang salah. Dan zaman kita adalah zaman yang bingung karena persoalan doktrinal dibuat seperti demikian. Bagi Paulus persoalan doktrinal adalah persoalan yang kekal, life and death. Hari ini orang tidak memikirkan life and death, terserah apa yang dipercaya yang penting baik, mau dipercaya apa pun itu tidak penting. Zaman kita adalah anti intelektual, “apa pun yang kamu percaya itu urusanmu, yang penting bagaimana kamu menghidupinya”, itulah yang terjadi pada zaman sekarang. Rasul Paulus marah karena Jemaat Galatia meninggalkan doktrin yang benar dan doktrin ini sangat penting bagi Paulus, justification by faith. Ayat 21, jika justification by faith itu salah maka Christ died for nothing, taruhannya Kristus. Tidak heran Martin Luther mengatakan justification by faith adalah doktrin dimana gereja akan jatuh dan bangun. Gereja dipegang akan berdiri, gereja dilepas akan roboh.

Pada zaman Martin Luther, gereja kehilangan kembali doktrin ini. Jemaat Galatia sudah mulai meninggalkan doktrin ini, Paulus tarik mereka kembali. Tapi ratusan tahun kemudian, gereja kehilangan doktrin ini lagi. Banyak orang mengatakan Reformasi itu menemukan yang baru, itu salah, itu bukan arti Reformasi, karena ada kata re yang artinya kembali, form artinya bentuk. Martin Luther tidak menemukan sesuatu yang baru, dia hanya mengembalikan sesuatu yang lama. Gerakan Reformasi bukan gerakan yang menciptakan sesuatu yang baru, tapi gerakan yang ingin membawa kembali yang benar dan lama itu ke dalam gereja. Sebelum zaman reformasi disebut dengan later middle ages, 1300-1500, gereja ada di mana-mana, tapi Injil tidak ada di dalam gereja, itulah ironinya abad pertengahan. Pada zaman gereja mula-mula itu terbalik, gereja tidak ada dimana-mana, hanya di tempat-tempat tertentu, tapi ada Injil di situ. Injil dulu baru gereja. Yesus hidup, naik ke sorga, itulah Injil. Injil yang memulai gereja. Tapi anehnya dalam perjalanan sejarah, gereja berdiri, kehilangan Injilnya. Injilah yang mendirikan gereja, tapi hari ini, sampai zaman ini banyak gereja yang sudah kehilangan Injil. Inilah yang terjadi pada zaman later middle ages, gereja dimana-mana, tapi tidak ada Injil di dalam gereja. Ketika tidak ada Injil di dalam gereja, maka tidak ada lagi bedanya ada gereja atau tidak ada gereja. Martin Luther bukan menemukan sesuatu yang baru, dia hanya mengembalikan Injil ke dalam gereja. Karena pada saat itu gereja sudah kehilangan Injil. Mungkinkah gereja kehilangan Injil? Sangat mungkin, di setiap zaman, gereja berpotensi kehilangan Injil. Di setiap zaman gereja berpotensi meninggalkan Injil, gedungnya ada, Injilnya tidak ada. Maka tidak heran memilih nama Reformed Injili itu sudah tepat, karena gerakan Reformasi adalah gerakan mengembalikan Injil ke dalam gereja, maka Gereja Reformasi adalah gereja yang harus mengabarkan Injil. Mengapa gereja Reformasi hari ini ada yang tidak memberitakan Injil? Jangan-jangan sudah kehilangan Injilnya. Gedung ada, pengurus ada, jemaat ada, program ada, tapi Injil tidak ada. Di zaman itu butuh reformasi, mengembalikan yang harusnya ada ke dalam gereja, dan membuang yang seharusnya tidak ada keluar gereja. Program gereja memperlihatkan Injilnya gereja itu, Saudara tidak perlu heran kalau ada gereja yang programnya tidak masuk akal, karena memang itulah injilnya yang bukan Injil. Dan seperti yang saya katakan tadi, gereja sampai mengambil alih tugas dinas kebudayaan. Satu kali saya pergi ke satu gereja pada hari Natal, mereka mengadakan lomba tari poco-poco dalam rangka menyambut hari Natal. Saya bingung, mengapa tidak membuat acara ini di hari yang lain, mengapa diadakan ketika Natal? Gereja telah kehilangan visi Injil.

Ayat 15, dalam NIV diterjemahkannya “kami orang Yahudi ini tahu bahwa tidak seorangpun tidak dibenarkan oleh karena melakukan Hukum Taurat” statement of faith. Ini yang dikatakan Paulus “sebagai orang Yahudi, saya berbicara kepada kalian orang bukan Yahudi, saya sudah memberitakan Injil bahwa Yesus mati bagi orang berdosa, itu cukup, tidak perlu ditambah. Kaerna saya orang Yahudi sudah tahu apa itu melakukan Hukum Taurat, tidak ada yang dibenarkan karena melakukan hukum”. Paulus mengatakan kalau iman pun tidak bisa membenarkan, tidak ada yang bisa membenarkan Saudara. Kalau iman pun tidak bisa membuat Saudara diterima oleh Allah, no one can, apa pun tidak bisa, ketaatan pun tidak bisa. Karena kalau iman pun tidak bisa, maka karya Kristus sia-sia. Dia sudah menderita semua itu dan ternyata semua itu tidak cukup, artinya sia-sia. Kalau orang yang percaya kepada Kristus meninggalkan keyakinannya bahwa dibenarkan oleh iman itu cukup, dia sedang mengatakan kematian Kristus itu sia-sia, tidak ada gunanya. Ternyata yang dikerjakan Kristus, yang begitu menderita, yang total itu ternyata tidak bisa menyelesaikan semuanya, I have to add something. Paulus memperingatkan jemaat Galatia. Dan ini juga adalah peringatan bagi gereja, ini peringatan dari Luther kepada gereja zaman itu. Dan ini peringatan bagi seluruh gereja “hati-hati”. Kalau iman pun tidak cukup, maka tidak ada yang cukup. Mengapa iman cukup? Karena karya Kristus komplit dan sudah final. Orang selalu mengatakan jadi orang Kristen itu aneh, hanya dengan percaya saja, itu mudah. Percayanya saja itu mudah, tapi untuk memungkinkan percaya saja itu tidak mudah, Anak Allah harus mati. Kalau kematian Anak Allah saja tidak cukup, apa lagi yang cukup? Untuk membaya dosa kita, Anak Allah harus mati. Yang Saudara perlu lakukan cuma percaya, itu bukan cuma. Percaya saja itu mudah, tapi untuk memungkinkan supaya percaya saja itu tidak mudah. Kalau Yesus tidak mati, apa yang bisa dipercaya? Tapi Yesus sudah mati dan kita mengatakan tidak cukup? Itu keterlaluan. Maka Paulus berulang-ulang mengatakan “tidak ada yang dibenarkan”, ayat 16 “sebab itu kami pun telah percaya”. “Kami tahu”, setelah itu “kami percaya”. “Sebagai orang Yahudi kami tahu tidak seorang pun dibenarkan oleh karena melakukan Hukum Taurat”. Ayat 16 b ”sebab itu kami percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus”. Mengapa percaya cukup? Karena kematian dan kebangkitan Kristus itu final. Yang Saudara lakukan hanya satu, percayalah. Saya tertarik dengan definisi imannya Pdt. Stephen Tong, didalam bukunya dikatakan iman adalah menerima bahwa Saudara sudah diterima, itulah iman. Di atas kayu salib, 2.000 tahun yang lalu, Anak Allah itu terpaku dengan tangan terlentang dan mewakili Bapa di sorga mengatakan “datanglah kepadaKu, Aku menerimamu”. Yang Saudara perlu lakukan di bawah kayu salib adalah menerima bahwa Saudara sudah diterima. Hanya menerima, betul hanya, tapi untuk memungkinkan bahwa Saudara sudah diterima, Anak Allah harus mati. Itulah yang dikatakan dengan iman.Dan iman itu bukan datang dari Saudara, iman itu datang dari Allah. Karena sebelum Saudara buka mata, Saudara mati dalam dosa. Efesus 2: 1 mengatakan kita semua sudah mati dalam dosa. Orang mati itu tutup mata. Roh Kudus melahir-barukan kita, yang mati dihidupkan. Dan tindakan pertama orang hidup adalah buka mata. Sama seperti tindakan pertama ketika bangun dari tidur adalah buka mata, bukan gerakan kaki, itulah definisi kapan Saudara bangun yaitu ketika buka mata. Normalnya mata terbuka, kemudian perlahan-lahan syaraf mulai bekerja, makanya maka terbuka dulu baru Saudara stretching. Dari tidur menjadi terbangun, mata terbuka, itulah signal Saudara sudah bangun. Dari mati rohani menjadi hidup. Apa tandanya bahwa ada kehidupan? mata terbuka, itu iman. Alkitab mengatakan bukan iman yang memberikan anugerah, anugerah yang memberikan iman. Anugerah dulu baru iman. Ini perbedaan orang Reformed dengan Injili, orang Injili mengatakan mendapat anugerah adalah ketika beriman, Reformed mengatakan beriman ketika mendapat anugerah. Iman adalah tanda hadirnya anugerah.

Paulus mengatakan tidak ada gunanya kita melakukan Hukum Taurat karena kita tidak bisa dibenarkan dengan itu. Ayat 17, Paulus mencoba menjawab orang-orang yang keberatan. Karena orang mengatakan “kalau hanya percaya begitu saja berarti enak. Hidup sesuka hati”. Pelayan dosa, ayat 17, apakah berarti Yesus adalah pelayan dosa? Kalau justification by faith itu benar, bukankah kalau begitu Yesus itu melayani dosa manusia? Kalau dibenarkan hanya karena iman, bukan oleh perbuatan, kalau bagitu bisa hidup suka-suka. Paulus mencoba pertanyaan itu, dan secara rasional pertanyaan ini benar. Kalau dibenarkan hanya karena iman, bukan karena perbuatan, apa gunanya lagi berbuat baik? Bukankah ini memberikan alasan untuk tidak berbuat baik, apakah itu yang dimaksud dengan faith alone? Tidak. Para Reformator merumusan seperti ini we are saved by faith alone, but that faith is never alone. Secara rasional maka justification by faith menjadi rasionalisasi untuk hidup sesuka hati, tapi secara pengalaman tidak mungkin. Ayat 18 “karena, jikalau aku membangun kembali apa yang telah kurombak, aku menyatakan diriku sebagai pelanggar hukum Taurat”, apa maksudnya yang telah kurombak? Ayat 19, “aku telah mati”, ayat 20 “namun aku hidup”, new creation. Pada waktu Saudara percaya kepada Kristus, Saudara dibenarkan, dan pada detik yang sama Saudara tidak sama lagi, Saudara adalah new creation, ciptaan baru. Yang lama sudah berlalu, yang baru sudah datang. Secara rasional mungkinkah justification by faith itu memberikan alasan untuk berbuat dosa? Sangat mungkin, tapi secara pengalaman tidak mungkin, karena Saudara bukan orang yang lama, Saudara adalah orang baru. “Aku mati tetapi aku hidup”, hidup itu seperti apa? Ayat 20, “dan hidupku yang kuhidupi sekarang ini di dalam daging adalah hidup oleh iman”. Kita bukan hanya dibenarkan oleh iman, tapi sekarang kita hidup oleh iman. Orang yang dibenarkan oleh iman akan hidup oleh iman. Mungkinkah orang yang sudah menerima justification by faith alone akan hidup sesukanya? Tidak mungkin. Kalau ada orang yang seperti itu berarti dia belum menerima pembenaran oleh iman. Ini bedanya Katolik pada zamannya Martin Luther, pada zaman itu terbalik, Saudara benar dulu baru dibenarkan, itu namanya forensic justification. Saudara benar dulu dari lahir sampai mati benar, baru nanti di akhir, Tuhan mengatakan “kamu benar”, tunjukan dulu kalau Saudara benar, baru dinyatakan benar. Itu namanya forensic justification. Tapi Reformasi bukan mengatakan forensic justification, Reformasi mengatakan legal declarative forensic justification, bukan karena Saudara benar dulu baru setelah itu dibenarkan. Apakah sudah benar? Belum, tapi pada hari Saudara dideklarasikan benar, pada saat itu Roh Kudus mulai mengubah Saudara menjadi benar. Aku mendeklarasikan kamu benar. Baru Saudara tanya “Tuhan, mengapa orang berdosa seperti saya bisa dikatakan benar?”, Tuhan mengatakan “Aku tahu kamu tidak benar, yang Aku lihat bukan kamu tapi AnakKu yang benar itu yang Aku lihat”. Dia melihat Saudara sebagai milik Kristus, di dalam Kristus, in Christ alone. Karena Saudara sekarang sudah dilihat di dalam Kristus, maka Bapa di sorga tidak melihat Saudara sebagai orang berdosa. Apakah Saudara orang berdosa? Iya, realitasnya benar orang berdosa. Tapi di hadapan Allah, Dia tidak melihat Saudara, Dia melihat AnakNya. Yang Saudara perlu lakukan adalah apakah Saudara percaya itu atau tidak? Itulah iman, saya menerima kalau saya sudah diterima.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkotbah)

Sola Gratia

(Lukas 17:22-27, Roma 1:20-21, Kisah Para Rasul 14:8-18)
Di dalam Kisah Para Rasul baik di pasal 14 maupun 17, di situ ada berita yang sangat indah dari Paulus, berita tentang Tuhan yang baik, berita tentang Tuhan yang adalah sumber kebaikan, berita tentang Tuhan yang berdaulat. Dia bukan cuma memberikan kebaikan, tapi Dia juga yang berdaulat menentukan batas-batas bangsa. Dialah yang memberikan bangsa-bangsa tempat untuk mereka bisa hidup, Dia juga yang memberikan berkat untuk semua orang bisa bertahan hidup. Di dalam Kisah Para Rasul 14 dan 17, Paulus berbicara kepada orang kafir yang menyembah berhala. Mereka menyembah berhala karena mereka mendapatkan kebaikan dan karena mereka merasakan ada kekuatan besar, ada kedaulatan yang melampaui mereka yang ada di atas sana. Tapi mereka tidak tahu kekuatan siapakah itu, dan mereka tidak tahu berkat dari siapakah yang mereka terima setiap hari. Ini yang terjadi di seluruh dunia. Orang menerima kebaikan demi kebaikan dari Tuhan tapi tidak pernah tahu bahwa itu adalah Tuhan yang menyediakan. Orang-orang hidup dalam batasan hukum-hukum dan batasan negara yang ditetapkan oleh Tuhan tanpa mereka sadari. Sehingga mereka hidup tahu ada kuasa tapi tidak sadar siapa pemilik kuasa itu. Mereka hidup dengan kesadaran ada berkat, tapi mereka tidak sadar siapa pemberi berkat itu. Mereka tidak pernah sampai pada pengenalan personal, karena mereka tidak pernah mendapatkan pengertian atau pernyataan lebih lengkap tentang siapa Tuhan. Namun demikian, Tuhan tetap memberikan kebaikanNya, Tuhan tetap memelihara mereka, Tuhan tetap memberikan musim-musim yang terus berganti menyatakan kebaikan, keadilan dan keteraturan dari Allah, Pencipta langit dan bumi. Allah terus melakukan ini, tapi manusia tidak pernah tergerak sedikit pun untuk mencari siapakah sumber yang sejati ini. Dan ketika mereka berusaha mencari sumber itu, datanglah tipuan dari dunia maupun setan yang mengarahkan mereka untuk sembah ilah palsu. Mereka tidak menyembah Allah yang sejati, tapi mereka menyembah ilah yang palsu. Dan terlalu banyak orang merasa bahwa ilah yang mereka sembah itulah yang benar, agama yang mereka peluk itulah yang benar, kepercayaan yang dijalankan dari nenek moyang sampai mereka, itulah yang benar. Karena itu mereka tidak mencari Allah yang sejati, sebab mereka merasakan “kami sudah dapat, kami sudah menyembah Tuhan, kami sudah tahu berkat ini dari mana, kami sudah tahu siapa yang mengatur segala sesuatu”, dan mereka berhenti pada titik itu. Bagaimana kita bisa tahu kalau apa yang dipercaya orang-orang itu salah dan apa yang kita percaya benar? dari mana kita tahu waktu kita berdiskusi dengan orang lain bahwa kita sedang berdiskusi dengan orang yang menutup mata terhadap Tuhan yang sejati dan membuka telinga terhadap dusta yang dari ilah palsu? Bukankah mereka akan mengatakan sebaliknya kepada kita? “Kamulah yang buta tidak lihat tuhanku, kamulah yang tuli sehingga dengar firman aneh dari tradisi yang tidak pernah menyatakan kebenaran yang sejati”, semua orang klaim agamanya benar, semua orang klaim yang dikerjakan itu benar. Ketika Paulus mulai berjalan memberitakan firman keapda bangsa-bangsa lain, kita melihat ada bijaksana yang sangat penting, yaitu Paulus tidak pernah tidak, dia selalu membahas apa yang dinyatakan Tuhan di dalam firman kitab suci yaitu Perjanjian Lama. Paulus tidak pernah lari dari Perjanjian Lama. Dia bisa membahasakan kalimat yang dimengerti oleh orang kafir, tapi dia tidak pernah lari dari inti pembahasan siapakah Tuhan melalui Perjanjian Lama. Kalau kita mengerti apa yang dinyatakan Tuhan, baru kita tahu tidak ada Tuhan selain Tuhan yang dinyatakan kepada Abraham, Ishak, Yakub dan seluruh Israel. Mengapa kita bilang ini Allah yang sejati? Karena Allah yang sejati ini waktu Dia menyatakan diri, Dia menyatakan diri dengan dampak ibadah dan dampak sosial, dua hal yang tidak terpisah satu dengan yang lain. Saudara makin menyelidiki Allah yang satu ini, Saudara akan makin memiliki insight pengertian untuk kaitkan pengenalan akan Tuhan dengan segala pemikiran manusia sepanjang zaman. Saudara mengenal Allah yang sejati ini maka Saudara mengetahui bagaimana caranya waktu saya menggumulkan tentang hidup sehari-hari pergumulan ini akan semakin diberikan penerangan, jawaban dan pencerahan waktu saya merenungkan tentang Tuhan. Ketika Saudara mempelajari Tuhan yang satu ini, Saudara akan melihat realita sebagai sesuatu yang tidak terpisah dari Tuhan dan tidak menjadi aneh waktu dijalankan di dalam dunia ini. Banyak orang mempunyai iman yang kalau diterapkan menjadi sangat salah dan Tuhan sindir itu waktu Dia memanggil Israel keluar dari Mesir. Waktu Tuhan memanggil Israel keluar dari Mesir, Tuhan tunjukan bahwa kepercayaan Mesir itu palsu, kepercayaan mereka itu tidak ada isinya karena begitu mereka terapkan semua yang mereka percaya, semua hidup mereka jadi rusak. Hidup jadi rusak dan tidak ada lagi makna, karena iman mereka hanya akan mengganggu realita hidup mereka. Mereka percaya bahwa Sungai Nil adalah darah dewa, maka Tuhan benar-benar ubah menjadi darah. Waktu Tuhan mengubahnya jadi darah, mereka semua setengah mati. Tuhan yang limpah akan berani tantang orang untuk mengatakan “lihat kepadaKu dan akan kutunjukan”. Banyak orang yang berdoa kepada ilah yang palsu, agama yang salah, mereka tidak sadar berapa jahatnya itu. Orang pikir agama banyak boleh pilih salah satu, tapi mereka tidak sadar berapa jahatnya itu.

Kita sudah terlalu lama hidup mengabaikan Tuhan, sehingga kita tidak punya lagi kepekaan kapan Tuhan terluka hatiNya. Kita tidak pernah berpikir Tuhan bisa sakit hati, hatiNya Mahakuasa tidak mungkin dilukai, hati Dia terlalu kuat. Tapi Alkitab mengatakan memang Tuhan kuat, memang Tuhan Mahakuasa, tapi hatiNya bisa luka. Mengapa hati Tuhan luka? Karena cinta kasih yang dicurahkan kepada manusia dibalas dengan pengkhianatan. Ini kejahatan yang tidak ada orang pikir terlalu jahat. Ini biasa, karena bagi manusia berdosa mengkhianati Tuhan itu bukan suatu hal besar. Sama seperti orang jahat mengkhianati istri itu bukan hal besar atau mengkhianati suami itu bukan hal besar. Semua orang yang sudah terlanjur dalam di sebuah dosa, tidak merasa dosanya itu terlalu bahaya. Kita tidak rasa sudah salah kepada Tuhan karena kita tidak rasa sudah menyakiti hatiNya itu sesuatu yang penting, karena kita tidak anggap hatiNya penting. Bahkan kita tidak anggap keberadaan Dia penting, “Dia boleh ada, bagus. Dia boleh tidak ada, bagus. Dia boleh ada boleh tidak ada, hidupku akan tetap berjalan seperti itu”. Ini kita lakukan kepada Tuhan dan kita anggap ini biasa. Tapi kalau Saudara lakukan ini ke orang lain atau orang lain melakukan ini ke Saudara, Saudara baru tahu berapa sakitnya ini. “Kamu kok punya agama yang lain? Orang lain punya agamanya sendiri, mana yang benar?”. “Sama saja. Tuhan itu pemaklum, maka meskipun aku mengabaikan dia dan menyembah allah yang lain, Dia oke-oke saja”. Tidak ada orang yang oke-oke saja. Kita tidak pernah berpikir bahwa menyakiti hati Tuhan itu berarti, tapi Tuhan selalu berpikir pengkhianatan kita selalu berarti. Tuhan selalu berpikir berpalingnya kita kepada dewa-dewa palsu yang ilah-ilah yang lain, sangat berarti dan sangat menyakiti Dia.Ketika Paulus sampai di Athena dengan sangat sedih mereka melihat seluruh kota penuh dengan barang-barang pujaan dan patung-patung dewa. Alkitab mengatakan Paulus sangat terbakar hatinya. Di Alkitab dikatakan waktu Paulus melihat banyak patung berhala, sedih hatinya. Kalimat ini tidak tepat, katanya kurang tepat. Yang benar adalah Paulus merasa sangat terganggu dan terbakar hatinya, emosi kudusnya muncul. Dia dengan marah melihat patung-patung ini dan mengatakan seharusnya tidak ada patung-patung ini. Dia dengan marah melihat penyembahan berhala yang terjadi dan mengatakan “harusnya ini diberikan kepada Tuhanku”. Maka marah yang suci ini karena mau menghormati kemuliaan Tuhan dan mengasihi orang Athena mendorong Paulus untuk menginjili orang satu per satu, dia pergi ke tempat-tempat dimana dia bisa berdiskusi dengan orang-orang. Dan Paulus mengatakan “kamu tidak boleh berpikir seperti itu, kamu tidak boleh berpikir Tuhan itu gangguan karena Dia yang membuat kamu hidup. Apakah kamu merasa terganggu waktu Dia pelihara kamu dengan makanan, waktu Dia turunkan hujan untuk membuat tanah subur, terganggukah kamu dengan berkat Tuhan? Kalau kamu tidak terganggu dengan berkat Tuhan, mengapa kamu terganggu dengan kewajiban menyembah Dia?”. Banyak orang tidak terganggu waktu Tuhan baik menyatakan semuanya, tapi banyak orang terganggu waktu Tuhan menginginkan ada kesetiaan hidup, kekudusan dan ketaatan kepada Dia. Semua mengganggu kita kalau tidak menyenangkan hati kita yang sangat licik dan egois ini.

Maka Paulus menekankan bahwa Tuhan yang baik, Dia yang menyatakan semuanya ini supaya kamu cari Dia. Mudah-mudahan kamu benar-benar mendapatkan Dia, karena Tuhan menunggu kamu cari. Tuhan menyatakan kebaikan dan Tuhan mengatakan “mari cari”. Jangan pikir doktrin Calvinis Reformed tidak percaya hal ini, ini tertulis di dalam Alkitab. Prinsip Reformed kita mengakui bahwa Kisah Para Rasul 17:27 bisa dibaca dan diamini oleh kita, “supaya mereka mencari Dia (yaitu Tuhan) dan mudah-mudahan menjamah dan menemukan Dia”, ini tidak ada masalah. Karena doktrin Reformed percaya kedaulatan Tuhan yang mengatur segala sesuatu, bahwa Tuhan menetapkan segala hal, dan Dia dengan aktif menjalankannya menjadi real. Tapi ini tidak meniadakan keharusan kita untuk berespon tanggung jawab kita dan pergumulan kita untuk memilih. Dua-duanya disatukan di dalam pikirannya Calvin, Agustinus dan lain-lain, yang sangat menekankan kedaulatan Allah. Jadi saya tidak mengerti kalau Arminian berdebat dengan Calvinis dan mengatakan “teorinya doktrin Calvinis salah, coba lihat Kisah Para Rasul 17: 27, Tuhan cari manusia atau manusia cari Tuhan?”. Pak Tong mengatakan manusia bisa cari Tuhan karena Tuhan lebih dulu cari manusia, jadi kedua-duanya tidak ditolak. Lalu selanjutnya “karena Dia menetapkan waktu di mana Dia dengan adil akan menghakimi dunia oleh seorang yang telah ditentukan”, “amin”, mereka semua tepuk tangan. Paulus melanjutkan “dengan cara membangkitkan Dia dari antara orang mati”, begitu sampai momen ini, tidak ada suara amin dan tepuk tangan lagi. “Ini ada bukti jelas yang menyatakan membangkitkan Dia yang telah mati dari antara orang-orang mati”, “apa? bangkit? Maksudmu ada orang mati bangkit? Saya kira kamu punya teori yang baru, ternyata masih yang lama itu. Untuk yang lama seperti ini, kami kurang tertarik”, beberapa dari mereka ada yang pergi, tapi ada juga yang tetap berminat. Dikatakan “lain kali kami mendengar engkau berbicara tentang hal ini”, “lain kali” saja harusnya diterjemahkan dengan tepat “lain kali lagi kami mau dengar lagi, bolehkah engkau lanjutkan?”. Jadi ketika Paulus berbicara, ada intelektualnya yang terangsang “kami ingin tahu lebih banyak”. Tapi apakah ini berarti mereka mau datang untuk mengenal Kristus? Ternyata tidak. Mereka tetap mengeraskan hati. Seperti yang dinyatakan dalam Roma 1, Tuhan menyatakan kuasa dan kemuliaan dan segala yang menyatakan kekuatanNya yang tidak terlihat melalui ciptaan yang terlihat. Tapi yang dilakukan manusia adalah manusia melihat kekuatan itu dan manusia membuat berhala, manusia melihat baiknya Tuhan dan membuat agama lain, manusia melihat penyertaan Tuhan dan membuat ilah palsu. Maka di seluruh Alkitab diberitakan manusia tanpa harapan berespon kepada Tuhan. Tidak ada yang berespon dengan benar, kebaikan Tuhan dibalas dengan susunan agama yang palsu, kebaikan Tuhan dimanipulasi, diterima dan setelah itu tetap manusia menjadikan dirinya patokan dan sumber dan pusat dari segala hal baik yang mereka dapatkan. Jadi Alkitab mengunci semua manusia itu sesat, tidak jelas, semua manusia mencari semua hal yang berlawanan dengan Tuhan lalu pegang itu baik-baik. Satu kali ada seorang hamba Tuhan mengatakan bahwa kita ini benci pada pribadi yang berdaulat mutlak. Kalau yang berdaulat mutlak itu bukan pribadi, kita masih oke. Banyak manusia mau kuat-kuatan sama Tuhan. Dan herannya Tuhan tidak terpancing untuk ikut kuat-kuatan dengan manusia. Banyak contoh di dalam Alkitab dimana manusia mau kuat-kuatan sama Tuhan dan Tuhan biarkan mereka merasa menang. Ada kalanya Tuhan langsung tegur, itu anugerah Tuhan, ada kalanya Tuhan biarkan. Ada orang yang teriak mengatakan “Tuhan, aku tidak percaya Engkau”, kalau tidak percaya mengapa di awalnya memakai kata Tuhan? Ada orang berani menghujat Tuhan, Tuhan biarkan. Ada orang menunjukan keberanian melawan Tuhan, Tuhan biarkan. Tuhan tidak terpancing untuk beradu fisik dengan kita, tapi Dia adalah Hakim yang menghakimi.

Itu sebabnya tanpa anugerah Tuhan, manusia tidak mengerti anugerah Tuhan. Tuhan memberikan anugerah kepada kita dan Dia memberikan anugerah lain lagi yaitu anugerah untuk sadar anugerah, anugerah untuk tahu ternyata Tuhan baik, ternyata Tuhan yang memberikan ini semua, ternyata Tuhan yang memberikan saya hidup, ternyata Tuhan yang memberikan kebaikan yang diberikan setiap hari dari pertama kali saya ada di tengah dunia ini sampai saya meninggalkan dunia ini. Baru kita tahu Tuhan baik dan memberikan anugerah, itu semua anugerah Tuhan. Maka ketika para reformator menekankan prinsip sola gratia, yang mereka maksudkan adalah Tuhan itu tidak pernah tidak baik, tapi Tuhan memberikan anugerah untuk menyadarkan kamu bahwa Dia benar-benar baik. Hanya ketika Tuhan sadarkan engkau, baru segala kecurigaan sirna, baru engkau mengatakan “ternyata segala kebaikan yang saya miliki tidak mungkin bisa saya nikmati kecuali Tuhan berkenan memberikannya kepada saya”. Mari kita berharap Tuhan terus memberikan anugerah, tapi terutama kiranya Tuhan memberikan kita anugerah yang melunakan keras hatinya kita. Paulus berbicara di dalam Kisah Para Rasul 14 dan 17, dan dia bertemu dengan orang-orang yang tidak dilunakan hatinya oleh Tuhan. Tapi Saudara dan saya bukan orang-orang yang dibiarkan keras. Tuhan melihat kita dan Tuhan kasihan kepada kita. Mengapa Tuhan kasihan kepada kita? Kita tidak tahu. Tidak ada alasan apa pun Tuhan menunjukan belas kasihanNya kepada kita, tapi Tuhan tetap mengasihani kita. Tuhan mengasihani kita yang tidak layak walaupun kita tidak pernah berhak mendapatkan apa pun dari Tuhan. Pak Stephen Tong pernah mengatakan di dalam bukunya yang pertama kali saya baca, setelah baca buku itu saya berjanji kepada Tuhan “Tuhan, saya berjanji mau mengikuti Tuhan lebih baik lagi”. Di buku itu dikatakan “kalau kamu tidak sadar apa yang kamu dapatkan dari Tuhan, maka engkau akan terus mencela Dia”, kalimat itu mengena sekali. Jika engkau tidak sadar apa yang engkau terima dari Tuhan, engkau akan terus mencela Dia. Engkau akan mencela Dia karena keadaan ekonomimu, engkau akan mencela Dia karena keadaan relasionalmu yang buruk, engkau akan terus mencela Dia karena keadaan politik yang tidak kunjung baik, engkau akan terus mencela Dia karena kesehatan yang tidak pulih juga, engkau akan mencela Dia karena keadaan yang ada di sekeliling tanpa menyadari bahwa engkau tidak pernah berhak mendapatkan satu titik kebaikan pun dari Dia. Apa yang Tuhan tahan dari kita? Semuanya Tuhan berikan, Tuhan ijinkan dipelihara oleh Dia, bahkan Tuhan memberikan firman, Tuhan berikan Roh KudusNya, Tuhan berikan semua hal yang akan datang untuk menjadi bagian kita dan Tuhan memberikan Roh KudusNya sebagai materai, dikatakan dalam Efesus 1. Tuhan menjanjikan hal yang limpah nanti dan Tuhan berikan untuk kita sekarang. Maka di dalam Surat Efesus, Paulus mengatakan “saya berdoa supaya kamu mengerti pengharapan apa yang terkandung dalam panggilanmu, berapa besarnya anugerah yang Dia siapkan untuk orang yang percaya kepada Kristus”. Ini titik penting untuk kita memahami hidup. Waktu Saudara sadar anugerah, Saudara tidak pernah sama lagi. Ketika kita menyadari Allah yang baik yang memberikan anugerah kepada kita, kita tidak mungkin sama lagi. Tidak ada titik dari dalam diri kita yang mengatakan “Tuhan, mengapa begini?”, kita lebih banyak mengatakan “Tuhan, saya tidak layak terima apa pun. Engkau sudah begitu baik kepada saya dan memberikan begitu banyak anugerah”.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkotbah)

Yesus berbelas kasihan

(Lukas 18: 35-43)
Lukas mengajarkan kepada kita bahwa hal paling penting dari kehidupan Yesus adalah Dia rela mati kemudian bangkit, inilah Injil. Injil adalah bagian penting, Injil adalah bagian yang menjadi sorotan utama dari Lukas. Maka kalau Saudara baca Injil ini, Saudara akan tahu bahwa Lukas mengarahkan kita untuk melihat Yesus dari Galilea, Dia berjalan terus sampai bertemu Yerusalem, sampai masuk Yerusalem, sampai dipakukan di kayu salib. Inilah Injil itu, Injil itu bukan hanya sekedar mengatakan “kamu orang yang sudah hidup, hiduplah baik-baik”. Injil bukan hanya sekedar mengajarkan “kamu harus jalani aturan dari Tuhan”, bukan hanya sekedar mengatakan “kamu mesti berbuat apa yang diperkenan oleh Tuhan dan menjadi berkat bagi sesama”. Injil melampaui itu semua karena Injil menyatakan satu fakta realita bahwa Tuhan kita adalah Tuhan yang memperbaiki keadaan dunia ini, itu Injil. Injil adalah berita bahwa Tuhanmu Raja. Ini berita Injil pertama kali dinyatakan pertama kali dengan istilah Injil atau kabar baik itu dari Yesaya. Yesaya adalah pemberita Injil yang pertama, meskipun pemberitaan kabar baik ini dimulai dari Kitab Kejadian, namun kata kabar baik baru dipakai oleh Yesaya. Yesaya mengatakan “alangkah bahagianya waktu engkau melihat kaki dari orang yang memberitakan kabar baik”. Kabar baik bahwa Allahmu itu Raja. Yang jadi Raja bukanlah yang kamu lihat sekarang, yang jadi Raja bukan kondisi politik yang terus bergolak sepanjang masa, yang menjadi Raja bukan orang-orang serakah yang ingin menekankan dinastinya menjadi dinasti paling utama, yang menjadi pokok dari berita Injil adalah “hai manusia, Allahmu Raja”. Kalau Allahmu Raja, maka tidak ada Raja lain selain Dia, tidak boleh ada komitmen yang diberikan apa pun atau siapa pun yang lebih diberikan kepada Sang Raja ini. Jika Allahmu adalah Raja, sudahkah kamu perlakukan Dia sebagai Raja? Bagaimana engkau bersikap di hadapan Sang Raja ini? Kepada siapakah komitmen hidupmu? Ini menjadi tema dari berita Injil. Berita Injil bukan hanya sekedar mengatakan “kamu sudah selamat. Jangan khawatir kehidupanmu dipegang oleh Tuhan”, itu bagian kecilnya. Tapi bagian utama dari Injil adalah Allahmu itu Raja. Dan jika Dia adalah Raja, Dia tidak akan toleransi adanya pemerintahan lain yang menolak dan memberontak kepada Dia. Dia akan menghakimi semua yang berani menyatakan klaim kerajaan tapi menjalankan perintah dan prinsip yang beda dari Dia. Allah kita adalah Allah yang adalah Raja, Dia mempunyai prinsip kebenaran, Dia mempunyai hukum, Dia mempunyai kesucian dan keadilan. Setiap orang yang memimpin tetapi melanggar prinsip-prinsip ini adalah orang yang pertama-tama akan dihakimi.

Lalu bagaimana cara Dia mendirikan kerajaanNya? Ternyata yang sangat indah adalah Dia mau menebus umatNya, bukan untuk menghakimi yang jahat. Dia menebus yang jahat untuk menjadi umat, Dia menebus orang yang dipinggirkan untuk menjadi umat, Dia menebus kelompok yang dianggap tersingkir untuk ditaruh di tempat utama, di dalam hatiNya, di dalam sejarah, dan di dalam masa depan nanti. Berbahagialah kalau kita menjadi Kristen. Kita tidak mendapatkan sesuatu yang kosong, kita mendapatkan Kristus yang akan memimpin di sorga dan di bumi. Ada kalimat yang sangat indah bernama Borke, dia mengatakan bahwa orang Kristen mula-mula selalu bicara tentang kesalehan hidup karena mencintai Tuhan. Mereka tidak pernah bicara tentang kesalehan hidup supaya masuk sorga. Selalu mereka bicara tentang hidup kudus karena cinta Tuhan, tidak pernah mereka bicarakan hidup kudus demi masuk sorga. Ini kalimat yang sangat menyentuh, mereka bicara tentang kehidupan yang penuh kesucian, penuh keadilan, penuh belas kasihan, karena cinta Tuhan bukan karena yang lain. “Oleh karena aku mencintai Tuhan maka aku menjalankan hidup yang benar, yang beres, yang tidak korup, yang tidak cemar, oleh sebab cintaku kepada Tuhan”. Segala hal yang dilakukan dengan motivasi selalu indah, tidak ada pengorbanan terlalu berat jika kita mencintai dan cinta itu menjadi alasan kita untuk berkorban. Maka kalau Saudara punya pasangan dan mulai mengungkit pengorbanan, itu tandanya perlu konseling, cintanya sudah mulai kurang. Tidak ada cinta yang mengatakan “saya sudah berkorban”. Dengan demikian orang yang mengenal Kristus dan Kekristenan mengatakan “Tuhan, saya mau mengikuti Engkau, dan saya bersama Tuhan menikmati kemuliaan Tuhan, menikmati berkat Tuhan, menikmati perjuangan Tuhan”. Yesus datang ke dalam dunia, tidak pernah satu kali pun Dia mengatakan sedang berkorban. Dia tidak pernah mengatakan “Aku dari sorga, di bumi cuma dapat tempat seperti ini?”, itu kita yang bilang. Dia datang dari sorga, Dia rela datang ke bumi, tapi Dia tidak pernah mengeluh waktu di bumi. Saudara bisa melihat orang-orang yang rela bekerja, rela berkorban, rela bekerja apa pun, rela mendedikasikan hidupnya bagi Tuhan karena tahu “Engkau adalah Raja yang akan pulihkan segala sesuatu, saya mau berbagian di dalamMu”. Yesus sudah datang dan Dia menuntut orang untuk mengikuti Dia supaya berjuang bersama-sama di dalam Kerajaan Allah.

Maka Injil Lukas menggambarkan Yesus dengan rela pergi ke Yerusalem lalu Dia mati di sana. Inilah kabar baik, Yesus menebus engkau supaya zaman baru, kerajaan dari orang-orang yang ditebus itu dikonfirmasikan. Dosa kita dipaku di atas kayu salib, segala penghakiman, kecemaran, murka yang Tuhan akan berikan kepada kita sudah ditanggung oleh Sang Kepala. Kristuslah Sang Kepala perwakilan kita yang menanggung hukuman bagi orang-orang di dalam Dia. Maka Kerajaan Allah datang dengan memanggil orang-orang yang tidak layak berbagian. Lukas mencatat Yesus pekerjaan utamaNya salib, pekerjaan utama Dia adalah mati di kayu salib, pekerjaan utama Dia adalah menebus manusia untuk menjadi milik Bapa di sorga. Tapi Lukas juga mengingatkan bahwa meskipun Yesus mengerjakan tema utamaNya yaitu berjalan ke Yerusalem dan mati di kayu salib, Dia tidak meremehkan semua hal yang dia dapatkan di perjalanan. Salib Kristus adalah fondasi, tapi Dia tidak meniadakan perlunya berbuat baik, perlunya berbelas kasihan, perlunya menganggap serius orang-orang lain yang Tuhan percayakan di sekeliling kita sebagai orang yang Tuhan kasihi dan sebagai orang yang harus kita kasihi, ini yang dilakukan Yesus. Maka Lukas dengan seimbang menyatakan tugas utama salib, tapi semua pekerjaan lain Yesus lakukan dengan serius.

Waktu Yesus hampir tiba di Yerikho, ada seorang buta yang duduk di pinggir jalan dan mengemis. Orang buta ini kasihan sekali, dia tidak mendapatkan pengakuan di dalam kota, dia hanya bisa tunggu di luar, dan dia hanya bisa menunggu orang jalan masuk dan minta sedekah. Minta-minta karena dia berada dalam keadaan sangat kasihan, karena orang Yahudi percaya seperti yang dikatakan di dalam Mazmur dan Yesaya, bahwa buta, tuli dan bisu itu adalah kutuk Tuhan akibat penyembahan berhala. Tahu dari mana? Di dalam Mazmur ada perkataan “berhala itu dari kayu dan batu, lalu engkau ukir, engkau berikan mata, telinga, mulut dan engkau menyembah dia. Padahal itu bodoh. Berhala itu punya mata tapi tidak bisa melihat, punya telinga tapi tidak bisa dengar, punya mulut tapi tidak bisa bicara, demikianlah penyembahnya akan punya mata tapi tidak bisa melihat, punya telinga tapi tidak bisa mendengar, punya mulut tapi tidak bisa bicara”. Ini adalah perintah atau firman untuk menyindir orang Israel yang dibuang ke Babel. Mereka dibuang ke Babel karena mereka tidak dengar firman, mereka mengeraskan hati. Mereka dibuang ke Babel karena mereka tidak melihat pekerjaan Tuhan, mereka punya mata tapi gagal melihat pekerjaan Tuhan. Mengapa dibuang ke Babel? Karena mulut mereka mengucapkan pujian kepada Baal dan berhala, mereka menyanyi nyanyian hymn bukan untuk Tuhan tapi untuk dewa-dewa yang palsu. Maka Tuhan sangat marah dan mengatakan “Israel, kamu punya mata tapi tidak bisa melihat pekerjaan Tuhan, kamu punya telinga tapi tidak bisa dengar firman Tuhan, kamu punya mulut tidak mengucapkan pujian bagi Tuhan. Aku buang kamu”. Itu sebabnya tekanan “punya mata tidak bisa melihat, punya telinga tidak bisa dengar, punya mulut tidak bisa bicara, Aku buang kamu”, maka orang Farisi dan kebanyakan orang yang masuk di dalam zaman ketika Tuhan pulihkan di abwa ke-2 sebelum Masehi sampai ke abad ke-2, mereka mempunyai keketatan untuk tetap kerjakan kesucian menyembah Tuhan, jangan ada penyembahan berhala, “Tuhan buang kita ke Babel karena kita menyembah berhala. Maka mari jangan sembah berhala lagi, mari komitmen. Buang semua patung, buang semua penyembahan palsu, buang semua berhala, kita tidak mau lagi”. Dan karena itu mereka menuduh orang buta berarti dia dikutuk oleh Tuhan karena menyembah berhala. Orang tuli, terkutuk oleh Tuhan oleh sebab penyembahan berhala. Orang bisu, dikutuk oleh Tuhan karena penyembahan berhala. Ini kasihan sekali. Banyak orang cacat akhirnya dihakimi demikian, “kamu buta karena menyembah berhala, kamu tuli karena menyembah berhala”. Dan Yesus membalikan ini di dalam pelayananNya di dunia. Faktanya, Tuhan begitu baik, sehingga ketika orang buta ini pun mengalami kebutaan, lalu orang sekeliling mengatakan “kamu buta karena menyembah berhala, kamu dikutuk oleh Tuhan”. Dia dengan tenang menerima semuanya “biarlah saya dikutuk oleh Tuhan, biarlah saya terima ini. Saya memang tidak layak, tapi saya harus melihat”. Maka dia memohon kepada Tuhan dengan sudut pandang yang berbeda. Dia merasa tidak layak dapat, tapi dia ingin dapat, maka dia memohon. Dia tidak menuntut tapi meminta, memohon. Dia memohon kepada Yesus, karena dia percaya yang dikatakan kitab para nabi. Kitab para nabi mengatakan “karena kamu menyembah berhala, buta tidak bisa melihat Tuhan, tuli tidak bisa mendengar firmanNya, bisu tidak bisa mengucapkan pujian bagi namaNya, saya buang kamu ke Babel”. Tapi Yesaya juga mengatakan, Tuhan memanggil engkau kembali, sehingga yang buta bisa melihat lagi, yang tuli bisa mendengar lagi, yang bisu bisa berkata-kata lagi. Inilah sebenarnya makna mujizat yang Tuhan sedang katakan. Tuhan akan pulihkan keadaan umatNya. Yang tadinya tidak bisa mendengarkan Tuhan, akhirnya mempunyai kepekaan telinga dengar Tuhan. Yang tadinya tidak bisa melihat pekerjaan Tuhan, akhirnya mengerti dan bersukacita karena pekerjaan Tuhan. Jadi mujizat bukan sesuatu yang dikerjakan hanya demi kesembuhan itu sendiri, tapi mujizat dikerjakan sebagai simbol bahwa Tuhan sedang memperbaiki umatNya dan mengembalikan kutuk yang Dia berikan menjadi berkat. Sehingga orang buta tidak perlu berkecil hati, dia akan mengatakan “kalau Mesias datang, yang buta akan kembali melihat, yang tuli akan kembali mendengar”. Bahkan Yesus mengatakan kalimat yang lebih lengkap ketika Yohanes Pembaptis datang kepada Dia dan bertanya “benarkah Engkau Mesias itu atau haruskah kami menanti yang lain?”, Yesus mengatakan “katakan ke Yohanes, orang buta melihat, orang tuli mendengar, orang lumpuh berjalan, orang miskin diberitakan kabar baik, dan orang mati bangkit, ini tambahan luar biasa sekali.

Dan ini yang dilakukan oleh orang buta itu, waktu Yesus dari Nazaret datang ke Kota Yerikho, orang buta ini dengar. Dia tidak bisa melihat, ketika dia meminta sedekah, orang-orang tidak ada yang memperhatikan dia, lalu dia dengar suara ribut, orang banyak sedang datang. Lalu dia mulai bertanya “siapa itu, siapa yang datang?”, kemudian satu orang mengatakan “Yesus dari Nazaret”. Zaman dulu orang biasanya punya nama yang tidak terlalu banyak variasi. Nama Yesus ada banyak, nama Yoses ada banyak, nama Yusuf ada banyak, nama Simon ada banyak. Karena banyak, orang akan mengatakan nama orang itu dan nama papanya, itu alternatif pertama. Sayangnya lagi, nama papa pun pasaran. Akhirnya orang perlu tambahkan lagi julukan. Misalnya namanya Yakobus si kecil, James the last, itu julukannya, mungkin dia kurang tinggi. Atau cara lain lagi adalah beri tahu dari mana asalnya, kalau misalnya itu bisa menjadi sesuatu yang bisa mengungkapkan siapa dia. Waktu Yesus disebut dari Nazaret, ini bukan cuma membedakan Dia dari yang lain, ini juga sindiran karena Nazaret dianggap kota yang negatif, kurang penting, dianggap tidak mungkin menghasilkan orang yang suci karena terlalu banyak kompromi dalam hal perdagangan dan budaya Yunani. Maka Nazaret sangat dihina, orang mencibir Dia dan mengatakan “Engkau bukan nabi, karena Engkau berasal dari Nazaret”. Ketika orang buta itu bertanya “siapa yang lewat?”, orang-orang yang tidak percaya pada Yesus mengatakan “itu Yesus dari Nazaret”. Waktu orang buta itu dengar Yesus dari Nazaret, dia sudah percaya Yesus, dia mengatakan “ini Mesias, saya mesti teriak untuk memanggil Dia, karena kalau Mesias itu datang, Tuhan mengatakan yang buta akan melihat, yang tuli akan mendengar, yang bisu akan berbicara”. Maka dia mulai berteriak dengan keras “Yesus Anak Daud, kasihanilah aku”. Suaranya membahana kemana-mana. Dan ketika orang mengatakan “Anak Daud”, ini bahaya sekali karena waktu Yesus datang, banyak sekali orang percaya Dia Anak Daud, tapi ada sebagian kecil orang pemimpin yang menentang Dia bukan Anak Daud, mereka mengatakan “itu Yesus dari Nazaret, bukan Anak Daud”. Sehingga ada 2 kubu yang bisa bentrok, maka jangan ucapkan yang provokatif seperti “Anak Daud”. Itu sebabnya orang mengatakan “diam, jangan teriak-teriak”, mereka bukan hanya menyuruh orang buta ini diam, tapi karena bicaranya dia “Yesus Anak Daud”, sangat provokatif. Jika ada orang mengatakan “Yesus Anak Daud” bisa membuat 2 kubu ini pecah. Nanti murid-murid dan orang yang percaya pada Yesus mengatakan “amin, memang betul Dia Anak Daud”, lalu nanti orang-orang yang anti Dia bisa marah dan akhirnya terjadi konflik. Untuk mencegah konflik lebih baik tidak mengatakan hal-hal yang provokatif. Maka orang ini disuruh diam “jangan berseru seperti itu”. Tapi dia makin keras mengatakan “Anak Daud, kasihanilah aku”. Karena dia merasa Yesus itu satu-satunya harapan. Kita mungkin sering tidak rasa, tapi Yesus satu-satunya harapan kita. Saudara tidak mungkin mendapatkan apa pun di dalam hidup, kenikmatan relasi, ketenangan hidup, jaminan setelah kematian, pengharapan kebangkitkan, tidak bisa diperoleh dimana pun. Hanya Yesus satu-satunya yang mungkin memberikan jalan bagimu di hidup ini. Dia yang mati bagi engkau supaya engkau hidup. Dia yang mengorbankan diriNya supaya engkau memperoleh hidup kekal. Dialah yang paling engkau butuhkan. Banyak orang belum sadar kalau dia perlu Yesus, orang buta ini sadar dia perlu Yesus. Dia tahu kalau Yesus tidak datang, dia tidak ada harapan. Maka makin dia dilarang, makin keras dia berseru “Yesus Anak Daud, kasihanilah aku. Karena jika Engkau memutuskan lewat dari pada aku, aku tidak punya harapan apa pun. Engkau satu-satunya yang dapat menolong, satu-satunya yang dapat memberi pengharapan, Engkau satu-satunya yang kepadaNya aku mau berpaut dan aku mau ikut”, maka dia semakin keras berteriak. Kemudian Yesus memanggil dia, Yesus berhenti dan meminta orang membawa dia kepadanya. Yesus tidak terus jalan, Dia mengatakan “panggilah orang itu”. Orang itu dipanggil dan mendekat kepada Yesus. Ayat 41, Yesus bertanya “apakah yang engkau kehendaki supaya Aku perbuat bagimu?”, Yesus yang berinisiatif tanya. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang tahu dia harus kerjakan sesuatu untuk orang yang dipimpinnya, ini konsep Kristen beda dengan yang lain. Konsep Kristen mengajarkan siapa yang jadi kepala, yang dipikirkan adalah kebutuhan orang-orang yang di bawahnya. Kepala yang hanya memikirkan diri sendiri, tidak cocok menjadi kepala. Siapa jadi pemimpin, yang jadi concern dia adalah orang-orang dibawahnya. Maka Dia menyatakan kasihNya dengan besar “apa yang engkau kehendaki supaya Aku perbuat bagimu?”.

Saudara dapat pertanyaan seperti ini, orang buta itu terus merendah. Ketika Yesus bertanya “apa yang bisa Aku perbuat untukmu?”, orang buta itu tidak menjawab “bagus, Engkau sudah mengerti bahwa Engkau harus melayani saya. Jadi yang pertama”, tidak. Dia langsung menjawab dengan “Tuhan”, Kyrios, ini pernyataan hormat yang besar sekali, “Tuhan, Engkaulah yang Raja, saya hanya seorang bawahan. Saya datang bukan untuk menuntut, saya datang untuk mengemis”. Aku tidak minta yang lain, hanya satu ini yang aku minta”, karena itu yang dijanjikan. Dan ini juga yang Tuhan Yesus kabulkan, Dia mengatakan “melihatlah engkau, imanmu telah menyelamatkan”. Bukan hanya melihat, tapi juga berbagian di dalam Kerajaan Tuhan karena imannya. Bukan karena iman dia bisa melihat, karena iman dia menjadi milik Tuhan, ini hal penting yang Tuhan mau nyatakan. Maka dia mengikuti Yesus dan seluruh orang memuliakan Allah karena peristiwa ini.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkotbah)