(Yohanes 1: 1-18)
Mengapa Allah harus menjadi manusia? Banyak hal yang dijelaskan di dalam Alkitab, di mana salah satu yang penting adalah Dia datang untuk menebus dosa Saudara dan saya. Tapi saya ingin membahas dari sudut pandang yang lain yaitu mengapa Allah menjadi manusia di dalam sorotan Alkitab yang tidak terlalu banyak dibahas. Yang pertama saya ingin membahas dari Yohanes, meskipun mungkin Saudara sering membaca dari Injil Yohanes, tapi saya ingin membahas dari sudut pandang yang penting, yang mungkin luput dari perhatian kita sewaktu kita mengingat berita Natal. Dalam Yohanes 1 ini ada pengertian yang penting yang harus kita pahami yaitu Yesus datang ke dalam dunia untuk menggenapi apa yang Dia sudah rencanakan di Taman Eden, di dalam penciptaan. Kedatangan Yesus adalah penggenapan sempurna dari apa yang Tuhan kerjakan di dalam penciptaan. Umumnya teologi membagi antara Allah Pencipta di satu sisi, lalu Allah Penebus di sisi lain. Allah itu siapa? Dia adalah Allah yang mencipta segala sesuatu. Lalu setelah Dia selesai mencipta, Dia menebus manusia yang jatuh dalam dosa. Ini pengertian klasik yang dimiliki oleh banyak teolog, termasuk teolog reformed. Tetapi beberapa teolog reformed dengan kritis melihat hal ini, dengan kritis mereka membaca pengertian ini melihat ada sesuatu yang kurang. Yang kurang adalah Alkitab tidak pernah mengatakan bahwa karya Allah mencipta sudah selesai di dalam Kejadian 1. Allah belum selesai mencipta sampai genap, Allah belum selesai menggenapi proyek penciptaan yang Dia rancang di dalam pikiranNya sebelum dunia ada. Itu sebabnya banyak teolog sekarang yang lebih percaya bahwa Allah adalah Allah yang mencipta di dalam Kitab Kejadian, lalu terus menyempurnakan ciptaanNya sampai pada titik kesempurnaan yaitu titik yang dibahas oleh Kitab Wahyu. Seluruhnya membahas tentang penciptaan dimana penebusan ada di dalamnya. Penebusan bukanlah karya Allah yang Allah kerjakan setelah penciptaan, tapi penebusan adalah karya Allah menjalankan rencana penciptaanNya yang sampai sekarang belum tuntas. Tuhan belum selesai mencipta langit dan bumi, Tuhan belum selesai mencipta semua, Tuhan belum selesai mencipta kita semua. Itu sebabnya Calvin mengatakan kita ini ciptaan baru tapi kita belum selesai dicipta. Bumi ini belum selesai dicipta karena manusia yang harus menjadi kepala mewakili Allah, menjadi gambar Allah, dia sendiri belum masuk ke dalam kesempurnaan. Maka Paulus mengatakan di dalam Surat Roma, dulu ada Adam, yang nanti membawa ciptaan menuju kesempurnaan adalah Adam yang terakhir. Di dalam Roma 8, Paulu mengatakan ciptaan ini sedang mengeluh seperti rasa sakit bersalin. Mengapa ciptaan disebut sakit bersalin? Karena ciptaan pun mengeluh oleh karena beratnya tekanan hidup di tengah-tengah dunia yang sudah jatuh dalam dosa. Seluruh ciptaan mengeluh, alam mengeluh. Dikatakan Paulus di dalam Roma 8, Allah mengeluh karena ciptaan belum sampai pada titik kesempurnaan seperti yang dirancang oleh Tuhan. Tapi keluhan mereka seperti keluhan orang sakit bersalin. Sakit bersalin dimiliki oleh orang dan setelah dia melahirkan anak yang menyebabkan sakit bersalin itu, sakit bersalinnya digantikan oleh sukacita yang besar. Tapi ketika seorang anak sudah dimiliki, maka dia memiliki sukacita menggantikan rasa sakit yang sebelumnya dimiliki. Rasa sakit hilang digantikan oleh sesuatu yang menyenangkan, sesuatu yang indah, sesuatu yang penuh sukacita dan memberikan bahagia. Demikian juga ciptaan dikatakan mengalami sakit bersalin, karena setelah ini akan datang kelegaan, ciptaan itu sendiri pun akan ditebus. Maka Roma 8 bicara tentang penebusan penciptaan. Di dalam Roma, Paulus juga bicara tentang penebusan tubuh, di dalam pasal yang sama. Jadi tubuh kita akan ditebus, seluruh ciptaan ditebus. Tuhan sedang dalam progres untuk menjadikan seluruh ciptaanNya sempurna. Maka kalau dikatakan mengapa ciptaan seperti ini? sepertinya berbenturan antara alam dan manusia. Alam kalau mau berkembang harus mengorbankan manusia. Kalau mau tanah menjadi subur maka harus ada sebuah gunung yang meletuskan lava di dalamnya, setelah itu menjadi tempat yang subur, tapi manusia harus berkorban dulu untuk seluruh permukaan bumi diatur dan ditata, harus ada pergerakan urat-urat bumi yang membuat gempa yang menakutkan di berbagai belahan dunia. Ini menunjukan sepertinya alam belum sempurna atau sepertinya alam dalam keadaan rusak. Tetapi Alkitab mengajarkan kepada kita Tuhan belum membawa alam ini kepada kesempurnaannya. Tuhan merancangkan alam yang sempurna dan Tuhan akan membawa ini nanti. Tuhan merancangkan sorga dan bumi yang sempurna dan Tuhan akan membawa kesempurnaan ini pada waktu final penciptaan. Kalau kita mengerti ini kita tidak perlu kehilangan pengharapan, kita hidup di tengah dunia yang rusak tapi tetap ada pengharapan. Kita hidup di tengah-tengah keadaan fisik yang tidak sempurna, tapi tetap ada pengharapan. Kita hidup di tengah-tengah masyarakat yang banyak cacat tapi tetap ada pengharapan.

Lalu bagaimana kita mengerti pengharapan dari seluruh ciptaan Tuhan? Ini kita bisa baca dari Yohanes 1. Yohanes adalah teolog yang sangat dalam, dia adalah seorang yang saleh, tapi juga mempunyai pengertian teologis yang begitu hebat. Dia mempunyai pengertian spiritual yang mencapai kerinduan akan sorga di dalam tulisan-tulisan. Yohanes adalah penulis yang lebih bersifat sorgawi dari pada penulis-penulis yang lain, baik Matius, Markus, Lukas dan Paulus. Tapi kehebatan yang dimiliki Yohanes adalah sesuatu yang bisa kita kaitkan dengan Yohanes Pembaptis. Mengapa Yohanes penulis Injil mesti dikaitkan dengan Yohanes Pembaptis? Karena Kitab Suci memberi kesaksian bahwa Yohanes penulis Injil ini tadinya adalah murid dari Yohanes Pembaptis. Injil Sinoptik: Matius, Markus, Lukas, Yohanes hanya menulis sedikit tentang kata-kata Yohanes Pembaptis, dia adalah orang yang berseru, berkhotbah dengan berani, menegur dosa, membawa kebangunan lewat khotbah yang dia bawakan di padang gurun. Dia berkhotbah di padang gurun, tapi banyak orang datang kepadanya untuk mendengarkannya. Pada waktu itu ada tanda penting yang Tuhan sedang kerjakan yaitu firman bersuara bukan di Bait Suci, firman bersuara di padang gurun, seolah-olah Tuhan sudah mengabaikan Bait Suci dan mengangkat seorang nabi berbicara di luar Bait Suci. Dia pergi ke padang gurun dan berkhotbah di situ. Yohanes lahir di tengah keluarga yang sudah tua dan pada waktu mereka sudah usia lanjut, baru dia lahir. Sehingga Saudara bisa mengetahui kemungkinan yang sangat besar, mereka mati ketika Yohanes masih anak-anak, ketika Yohanes masih perlu orang tua untuk mendidik dia. sehingga tradisi umumnya menggambarkan Yohanes sebagai seorang yang dibesarkan di dalam tradisi qumran, tradisi dari orang-orang yang tinggal di goa-goa di sekitar Laut Mati. Siapakah orang-orang qumran ini? mengapa Yohanes berakhir di situ? Dan kalau Saudara bertanya tahu dari mana Yohanes dipengaruhi oleh kelompok qumran? Karena Yohanes punya gaya pelayanan yang mirip dengan gaya mereka, Yohanes memakai bulu unta mirip dengan pakaian orang-orang qumran. Yohanes juga membaptis, mirip dengan tradisi yang dikerjakan oleh orang-orang qumran kalau ada orang yang mau jadi murid mereka, “maukah kamu menjadi bagian dari komunitas kami?”, dia harus dibaptis di tempat-tempat yang sudah disediakan. Jadi Yohanes melakukan praktek yang persis sekali dengan yang dilakukan orang-orang qumran. Itu sebabnya waktu Saudara baca kehidupan Yohanes dan Saudara lihat sejarah dari Israel pada abad ke-1, Saudara akan tahu ini orang bergaya qumran. Mengapa Yohanes bisa ada disitu? Kalau dia anak seorang imam harusnya dia melanjutkan pekerjaan imamat dari papanya, tapi dia menjadi orang qumran. Kelompok qumran adalah komunitas yang benci politik, yang benci pemimpin agama, mereka benci Bait Suci, mereka benci semua praktek yang terjadi karena semua penuh korupsi. Mereka sudah sangat capek menghadapi dunia ini, sehingga mereka memutuskan hidup berkelompok dan hanya memikirkan hal yang sorgawi, hanya merenungkan tentang Tuhan, hanya berpikir tentang sorga dan tidak terlalu banyak pusing akan keadaan bumi. Di kelompok qumran akhirnya ada ajaran-ajaran yang nanti berkembang menjadi ajaran-ajaran gnostik. Ini adalah penyelidikan dari seorang bernama F.O Francis, dia adalah ahli Perjanjian Baru dan dia selidiki banyak tulisan-tulisan qumran itu berbau spiritual sekali, “mari kita abaikan penderitaan badan kita, mari kita abaikan kesulitan dunia kita, mari kita coba capai kedewasaan yang ada di sorga”, kedewasaan yang tidak dipengaruhi oleh apa pun di dunia ini, tapi dipengaruhi oleh sorga saja. Mereka banyak menantikan sorga, mengharapkan sorga, merindukan Tuhan, dan tulisan mereka berbau spiritual sekali. Mereka sangat saleh dan mereka terus merindukan untuk adanya kerajaan yang dinyatakan di bumi. Yohanes mungkin terpengaruh oleh mereka, sehingga waktu Yohanes Pembaptis melayani, banyak pengaruh dari qumran itu masuk. Dan meskipun dia seorang pembawa khotbah yang keras, dia menegur dosa dengan berani, seperti nabi-nabi Perjanjian Lama. Tapi sangat besar kemungkinan waktu dia bimbing murid-murid secara dekat, dia banyak membawa ajaran qumran dlebih dari ajaran para nabi yang ada di dalam Perjanjian Lama. Saya tidak mengatakan ajarannya sesat, tapi yang saya katakan adalah Yohanes Pembaptis berkhotbah seperti nabi-nabi Perjanjian Lama, namun mengajar seperti orang qumran. Dan apa buktinya kalau dia mengajar dengan cara seperti orang qumran? Muridnya yaitu Yohanes menulis Injil dan dia menggambarkan ajaran Yohanes Pembaptis beda dengan apa yang digambarkan dengan Matius, Markus dan Lukas. Saudara kalau baca Yohanes Pembaptis versi Yohanes, digambarkan sebagai orang yang lebih lembut dari pada yang di Matius. Apakah ini dua orang yang berbeda? Apakah Matius dan Yohanes mengarang seorang tokoh dari sudut pandang masing-masing? Tentu tidak, tapi mereka melihat sisi yang berbeda dari satu pribadi yang kompleks yaitu Yohanes Pembaptis. Matius menggambarkan Yohanes Pembaptis sebagai pengkhotbah yang membawa kebangunan, seperti nabi-nabi Perjanjian Lama yang berseru menyatakan “bertobatlah kamu”. Tapi Yohanes menulis bahwa Yohanes Pembaptis adalah seorang guru yang mengajarkan untuk sabar menantikan Tuhan, hidup dengan bersekutu, hidup dengan berdoa, hidup dengan membaca Kitab Suci, hidup dengan mengabaikan semua kesulitan-kesulitan dunia, hidup dengan tidak memusingkan apa yang ada di dunia ini, tapi merindukan sorga saja.

Dari inilah Yohanes mempunyai sense spiritual sorgawi yang besar sekali. Yohanes mempunyai sense tentang teologi yang membawa kita kepada pengertian pengharapan sorga lebih besar dari dunia ini. Dia bisa membahas tema-tema sederhana tapi mengaitkan maknanya dengan sorga, ini khas qumran. Orang qumran akan berbicara tentang hal duniawi tapi memberikan makna sorgawi di dalamnya. Mereka sering berkata “kalau kamu meminum air, ingatlah air yang ada di sorga juga”. Jadi pengertian ini yang dibawa oleh Yohanes, Yohanes menulis Injilnya dengan menggambarkan hal duniawi tapi memberikan makna spiritual di dalamnya. Dia akan menggambarkan tentang roti dan memberikan makna sorgawi di dalamnya. Dia menjelaskan tentang minum dan memberikan makna sorgawi di dalamnya. Tapi kalau Saudara baca Injil Yohanes, Saudara akan menemukan dia adalah seorang yang sangat menekankan hal yang spiritual, yang sorgawi, tapi dia paling menekankan kehidupan Yesus di bumi, bahkan menulis sampai akhir mengenai Yesus di bumi di dalam segala keseharian. Ini seperti dua hal yang bertentangan, tapi disatukan oleh Yohanes. Sehingga kalau Saudara baca Injil Yohanes, Yohanes adalah Injil yang paling sorgawi sekaligus paling membumi, Yohanes adalah Injil yang paling bermakna spiritual tapi juga paling berbicara tentang keadaan sehari-hari. Yohanes tidak bicara kerajaan dari sudut pandang politik yang besar, Yohanes bicara tentang kerajaan dari sudut pandang seorang perempuan yang mau timba air, malu terhadap orang-orang dikampungnya karena dia sudah punya aib yang besar. Dan Yesus mengatakan Kerajaan Sorga adalah tempat untuk orang-orang seperti itu bisa bergaul kembali dengan orang-orang di komunitas. Yohanes membicarakan komunitas kerajaan seperti komunitas persekutuan yang tidak besar. Ini satu keunikan dari Injil Yohanes, berbicara sorga sekaligus berbicara tentang bumi dengan cara yang sangat menekankan keduanya. Maka kalau kita mengerti ini, kita tahu bahwa sang penulis Injil yaitu Yohanes adalah orang yang dipengaruhi Yohanes Pembaptis. Dan Yohanes Pembaptis banyak bicara dari sudut pandang aspek spiritualitas yang bersifat sorgawi, lalu dia mempengaruhi Yohanes sang penulis Injil. Setelah itu Yohanes mendengarkan ajaran dari Yesus, dia akan kombinasikan apa yang dia pahami ini di dalam sturktur berpikir yang indah sekali. Dan dia menemukan rahasia yang penting yaitu rahasia di dalam Kitab Kejadian. Waktu Tuhan menjadikan langit dan bumi, waktu Tuhan menciptakan segala sesuatu, ada hal yang banyak orang tidak deteksi, tapi Yohanes deteksi.

Apa yang Yohanes deteksi, di dalam ayat 1, Yohanes mengatakan “pada mulanya adalah Firman, Firman itu bersama-sama dengan Allah, dan Firman itu adalah Allah”. Ayat 3 “segala sesuatu dijadikan oleh Dia (Sang Firman) dan oleh Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan”. Jadi Sang Firman ini adalah yang menciptakan segala seuatu, Dia mencipta semua, Dia yang menciptakan langit, Dia juga mencipta bumi, Dia yang mencipta sorga, Dia juga yang mencipta dunia. Dia Pencipta segala sesuatu. Langsung orang akan memikirkan Kitab Kejadian. Di dalam Kitab Kejadian dibahas tentang ciptaan, tapi Saudara bisa bayangkan, selidiki apa yang Kitab Kejadian belum bahas. Kitab Kejadian belum membahas bahwa di dalam ciptaan masih ada satu hal yang kurang, Allah sudah menciptakan semuanya, tapi masih ada yang kurang. Apakah yang kurang itu? Yang kurang adalah diri Allah sendiri. Diri Allah belum termasuk bagian yang menyertai ciptaan dengan cara yang tidak terpisahkan. Kitab Kejadian membahas ciptaan sebagai yang diciptakan oleh Allah. Allah menciptakan segala sesuatu, tapi Allah sendiri tidak disebut berada bersama ciptaan di dalam kesatuan yang tak terpisahkan. Allah dan ciptaan adalah dua hal yang terpisah, Allah dan ciptaan tidak mungkin disamakan, ini jelas sekali di dalam Kitab Kejadian. Tetapi Yohanes merasa di dalam teologinya perlu ada kesatuan antara Pencipta dan yang dicipta. Ini rumit sekali, kesatuan antara Pencipta dan yang dicipta, bagaimana bisa terjadi? Kalau Pencipta dan yang dicipta bersatu maka yang dicipta menjadi ciptaan itu tidak boleh diterima. Pencipta bukan ciptaan, yang mencipta tidak boleh dianggap sama dengan ciptaan, Dia yang menjadikan segala sesuatu, Dia sendiri tidak termasuk dari apa yang sudah dijadikan. Ini pembedaan yang harus kita tekankan. Yohanes menyadari kita harus memisahkan antara Pencipta dan ciptaan. Pencipta dan ciptaan tidak boleh digabung. Saudara kalau mengatakan ciptaan sebagai pencipta, itu namanya jahat, itu berarti Saudara adalah orang kafir, karena Saudara memper-ilah ciptaan. Jadi kalau engkau menyebut ciptaan itu Allah, itu dosa besar. Sebab Allah beda dengan ciptaan, Allah bukan ciptaan. Pak Stephen Tong memberikan contoh bagus sekali waktu ada orang mengatakan “saya mau Allah dibuktikan dulu keberadaanNya, tunjukan Allah itu”, maka Pak Tong memberi contoh lukisan, tidak ada pelukis yang melukis dirinya di dalam lukisan. Kalau ada pelukis melukis dirinya di dalam lukisan, tetap itu lukisan dirinya, bukan dirinya sendiri. Adakah orang yang paku dirinya di tengah-tengah kanvas, setelah itu dia jadi bagian di tengah-tengah kanvas? Sepertinya tidak ada. Jadi waktu Saudara sendiri melukis, Saudara tidak termasuk di dalam lukisan itu. Sang pelukis bukanlah lukisannya. Waktu Tuhan menciptakan alam semesta, Tuhan yang sejati bukan bagian dari alam. Kalau Saudara meletakan Tuhan sebagai bagian dari alam, Saudara jatuh di dalam aliran panteisme. Panteisme artinya semua adalah allah dan allah adalah semua. Agama Budhis dan Hindu adalah agama yang mengakui panteisme. Orang Hindu percaya dewa itu ada banyak, bahkan katanya ada ratusan juta, mereka percaya bahwa alam dan allah itu satu, sehingga di dalam alam selalu ada allah, di dalam alam ada jiwa ilahi. Saudara dan saya harus hati-hati jangan merusak apa pun karena di dalam apa pun ada allah. Di dalam tanaman ada allah, di dalam saya ada allah, di dalam lalat ada allah, di dalam kecoa ada allah, ini namanya panteisme. Allah memang besar tapi tetap di dalamnya allah ada ciptaan. Jadi kita ini bagiannya dari allah, mungkin Saudara adalah perutnya atau apanya, saya tidak tahu. Jadi ada allah dan alam ini termasuk di dalamnya. Kekristenan menolak ini, alam dan Allah mesti dipisah, tidak boleh samakan Allah dengan alam. Tapi pemisahan ini juga jatuh ke dalam konsep yang lain, yang juga bahaya. Kalau alam dan Allah dianggap sama itu namanya panteisme. Kalau alam dan Allah dianggap tidak ada kaitan sama sekali, ini namanya deisme. Allah adalah Allah yang tidak connect dengan alam, ini deisme. Dan banyak orang Kristen di abad modern adalah orang Kristen deisme. Mereka tidak percaya kalau Allah berkait dengan ciptaan, mereka percaya bahwa Allah itu di luar sana yang tidak perlu berkait dengan alam. Sebenarnya ajaran deisme adalah ajaran kuno dari abad yang ke-2 sebelum Masehi, ajaran dari Epikuros yang disebut dengan epikureanisme. Epikuros mengajarkan bahwa dewa-dewa itu tinggal di sorga yang enak, di Olympus. Olympus lebih bagus dari pada tempat-tempat lain. Kalau sudah tinggal di tempat yang bagus, mana mungkin memikirkan orang-orang yang tinggal di tempat jelek. “Dewa-dewa itu tidak peduli kamu, kamu sembahyang tidak sembahyang, apakah mereka memikirkannya”. Kalau Saudara tidak sembahyang, dewa akan rugi apa? jadi mereka sedang menikmati pesta setiap hari, lalu ada orang bilang “dewa, ampuni saya, saya lupa berdoa kepadamu”, dewa mengatakan “kamu siapa?”, “saya umatmu”, “saya tidak tahu kalau punya umat. Jangan ganggu saya”, itu menurut Epikuros, maka manusia jangan terlalu bersalah kalau lupa beribadah, karena terus terang dewa tidak perlu ibadahmu. Kamu bersalah, dewa tidak peduli, kamu benar pun dewa tidak peduli. Maka ajaran Epikuros mengatakan “percuma kamu terlalu saleh, percuma juga kamu terlalu takut sama dewa-dewa, karena dewa-dewa tidak peduli kamu”. Sehingga di dalam pikiran Dawkins dan Epikuros, dewa-dewa itu seperti pengganggu saja. Kalau dewa-dewa itu tenang-tenang saja, hidupmu enak, mereka tidak peduli kamu dan kamu tidak peduli mereka, itulah idealnya. Baik Tuhan maupun ciptaan tidak saling peduli, itu baru ideal. Tapi kalau Tuhan dan ciptaan tidak saling peduli, tidak saling berinteraksi maka ciptaan ini kehilangan makna. Karena sejak awal Tuhan menciptakan ciptaan ini untuk sebuah makna. Harus ada makna, tanpa makna semuanya jadi tidak ada gunanya. Zaman sekarang banyak orang ateis mengatakan makna itu tidak penting, ada orang mengatakan “kita bisa jelaskan segala sesuatu dengan sains”, “kalau semuanya dijelaskan dengan sains, nanti tidak ada makna”, lalu orang-orang ini dengan berani mengatakan “memang tidak ada makna, kita harus hidup tanpa makna, karena makna itu karangan manusia, makna itu tidak realistis, makna itu bukan sesuatu yang saintifik, jadi ada makna atau tidak ada makna itu tidak penting. Kalau kamu merasa perlu makna, terserah. Tapi makna itu tidak bisa dibuktikan dengan sains. Apa makna hidup manusia? Tidak ada urusan, yang penting saya bisa buktikan bagaimana harusnya hidup, bagaimana otak bekerja, bagaimana sistem tubuh bekerja dan itulah penjelasan tentang manusia, tidak ada makna. Tapi benarkah makna hidup itu tidak penting? Kalau tidak penting berarti kita semua cuma berada secara kebetulan dan tidak punya makna. Hidup tanpa makna itu tidak ada arti sama sekali. Waktu kita tahu betapa bermaknanya sesuatu baru bisa kita hargai. Demikian juga alam ciptaan ini, kalau kita tidak mengerti maknanya ciptaan, kita tidak mungkin hargai ciptaan. Kita tidak akan hargai ada pohon, ada binatang, mengapa ada engkau, mengapa ada kota, mengapa ada segala sesuatu, kita tidak mungkin hargai. Tapi kalau kita mengerti maknanya baru kita akan menghargai segala sesuatu yang dicipta ini. Dan Yohanes mengerti yang kurang dari ciptaan di Kejadian adalah, karena belum sampai pada titik final, yang kurang adalah Tuhan belum menyatakan kehadiran secara sempurna, Tuhan belum bersatu dengan ciptaan.

Mengapa Tuhan dan ciptaan bersatu? Itu tidak boleh. Tapi Yohanes mengatakan “bukan tidak boleh, tapi harus”, “jadi Tuhan menjadi ciptaan?”, “bukan menjadi ciptaan, tapi menjadi satu dengan ciptaan”. Dengan cara apakah Tuhan bersatu dengan ciptaan? Orang-orang zaman dulu mengatakan Tuhan menjadi satu dengan ciptaan, dengan Dia hadir di tengah-tengah ciptaan, Tuhan bersatu dengan ciptaan dengan berkunjung kepada ciptaan. Tapi bagi Yohanes itu bukan bersatu dengan ciptaan, bersatu itu berarti tinggal bersama. Ini tema yang sangat khas dari Yohanes, tinggal bersama. Waktu Yesus diikuti oleh murid-murid karena Yohanes Pembaptis mengatakan “inilah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia, Dialah yang aku maksudkan”, lalu murid-murid ikut. Yesus bertanya “kamu mau kemana? Apakah yang kamu cari?”, satu orang murid mengatakan “Rabi, kami ingin tahu dimana Engkau tinggal”, dan Yesus mengatakan “mari ikut”. Dan mereka melihat dimana Yesus tinggal. Alkitab mencatat sejak waktu itu, mereka tinggal bersama dengan Yesus. Jadi yang Yohanes mau nyatakan adalah alam ini belum lengkap karena Tuhan belum mau tinggal bersama di dalam alam ini. Kalau Tuhan belum mau tinggal bersama, percuma kamu punya hidup, kekayaan, seperti zaman Salomo. Salomo itu raja yang penuh hikmat, dia tahu banyak hal, dia mengerti banyak hal. Salomo juga adalah raja yang sangat kaya, ganteng, pintar. Orang terus mengharap ingin seperti Salomo, Salomo adalah raja yang paling ideal, paling hebat, paling agung, tapi Salomo pun tidak mampu membawa pengharapan sejati dari apa yang Tuhan sudah ciptakan. Jadi dari segala yang Tuhan ciptakan masih ada yang kurang. Orang yang bijaksana adalah orang yang menyadari kekurangan dunia ini. Dan kalau dia tahu ada yang kurang dari dunia ini, dia akan berjuang supaya yang kurang itu bisa teratasi.

Apa yang kurang dari ciptaan itu perlu kita ketahui, apa yang kurang dari diriku sebagai manusia, apa yang kurang dari gereja sebagai gereja, apa yang kurang dari umat sebagai umat, apa yang kurang dari alam ciptaan sebagai alam ciptaan ini. Kalau kita tidak mengerti, kita tidak akan cari. Kalau kita tidak merasa ada yang kurang, kita pun tidak akan cari karena kita merasa tidak ada yang kurang, semua sudah baik. Kalau kita menganggap hidup hanya sekedar apa yang boleh kita nikmati sekarang, maka kita tidak rasa ada yang kurang, kita rasa semua sudah baik. Kita selalu menilai hidup kita dengan banyak hal, apakah saya bisa berkeluarga, apakah saya bisa kasi makan anak, apakah saya bisa cari karier, apakah saya bisa cari pekerjaan yang baik, tapi hal yang paling esensial dari hidup manusia, apakah saya berelasi dengan Tuhan, itu tidak kita cari.

Dan Yohanes sadar, ini yang kurang dari ciptaan, maka dia mengatakan “Firman itu menciptakan semua, tapi pada waktunya Firman itu menjadi manusia, berdiam bersama dengan kita”, ini adalah Allah menjadi manusia. Sang Pencipta di dalam ciptaanNya, Dia menjadi manusia. Ini tema yang luar biasa anggun. Banyak orang mengatakan “mengapa orang Kristen percaya Allah menjadi manusia?”, saya akan balikan kepada mereka “justru agamamu kering dan sempit karena kamu tidak percaya Allah yang menjadi manusia. Tetapi Kekristenan begitu limpah karena mempercayai Allah yang menjadi manusia”. Maka hal pertama yang kita pelajari mengapa Allah menjadi manusia adalah karena manusia perlu Allah yang hadir bersama dengan manusia. Ciptaan ini perlu Allah hadir di tengahnya, baru bisa menjadi ciptaan yang berfungsi dengan benar. Apakah Allah sudah hadir di tengah ciptaan? Belum. Kapan Dia mulai hadir? Dengan mengirim AnakNya yang tunggal sebagai titik awal kehadiranNya. Maka Natal adalah titik awal kehadiranNya, Natal adalah titik awal pemulihan seluruh langit dan bumi, seluruh sorga dan seluruh ciptaan dimulai dari titik inkarnasi. Natal begitu penting, bukan hanya mengenai ada orang-orang Majus datang, bukan hanya mengenai orang-orang yang membawa hadiah, bukan hanya mengenai gembala yang sujud. Tapi ini adalah mengenai dimulainya ciptaan yang disempurnakan oleh Tuhan.

Ketika merenungkan Natal, Saudara ingat ini peristiwa besar di dalam ciptaan baru yang Tuhan sedang ciptakan. Karena ciptaan baru nanti menjadi ciptaan yang sempurna oleh karena Tuhan mau berdiam bersama kita. Kalau Tuhan sudah berdiam bersama kita, pada waktu itu sudah tidak ada air mata lagi. Waktu Tuhan sudah berdiam dengan kita dengan sempurna, waktu itu tidak ada penyakit lagi. Waktu Tuhan berdiam dengan kita dengan sempurna, waktu itu tidak ada kematian lagi, tidak ada kesedihan, tidak ada kejahatan, tidak ada alam yang keras kepada manusia, tidak ada manusia yang konflik dengan alam, tidak ada setan, tidak ada maut, tidak ada dosa, tidak ada kejahatan, akan menjadi satu ciptaan yang sempurna, yang sudah didesign Tuhan dari awal. Ini tidak dimulai dengan Israel dipanggil menjadi kerajaan, ini dimulai ketika Yesus menjadi manusia. Waktu Allah menjadi manusia, waktu itu kita tahu ciptaan akan dipulihkan oleh Tuhan. Oleh sebab itu Yohanes mengatakan segala sesuatu diciptakan oleh Dia. Sudah selesai? Belum. Setelah Tuhan menciptakan di Kejadian 1, setelah Tuhan menciptakan semuanya, apa berikutnya? Yohanes mengatakan berikutnya adalah Dia menjadi manusia dan berdiam bersama kita. Biarlah kita mengingat ini ketika kita merenungkan Natal. Natal bukan titik yang membuat kita hura-hura, tapi Natal adalah saat di mana ciptaan baru yang suci, yang adil, yang benar, yang penuh kenikmatan karena kehadiran Tuhan, sedang dimulai oleh Tuhan. Karya monumental dari ciptaan yang sempurna dimulai dari titik inkarnasi ini. Tuhan sudah menciptakan dari Kejadian 1, setelah itu Tuhan memulai kehadiranNya. Seluruh ciptaan perlu kehadiran Tuhan dan kehadiran itu diberikan ketika Natal. Itu sebabnya ketika Yesus akan pergi ke sorga, Yesus mengatakan “Aku tidak akan meninggalkan kamu”. Kehadiran Yesus bersama ciptaanNya tidak akan tergantikan oleh apa pun dan tidak akan dibatalkan. Maka ketika Yesus pergi ke sorga, Dia menjanjikan Roh Kudus turun melanjutkan kehadiran Allah di tengah dunia. Sampai kapan? Sampai Kristus datang lagi dan Allah Tritunggal berdiam bersama dengan manusia. Waktu itu seperti yang dikatakan Wahyu, yang juga ditulis oleh Yohanes, akan diserukan orang Kemah Allah akan berdiam bersama dengan kita. Kemah yang mana? Allah sendiri, di dalam kota yang baru itu. Biarlah kita bersyukur karena Natal adalah momen yang penting Allah menyempurnakan ciptaanNya.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)