DIA menderita untuk kita

Kita sudah sampai pada bagian ketika Tuhan Yesus menuju kayu salib. Ini adalah bagian yang sangat mengharukan karena Yesus harus memikul salibNya dalam keadaan sangat sulit. Dia sudah mendapatkan hukuman cambuk yang anggapan dari Pilatus akan membuat orang Yahudi berhenti menuntut penyaliban Yesus. Cambuk yang dialami Yesus sangat berat, sebab ini adalah cambuk Romawi, bukan cambuk Yahudi. Cambuk Yahudi adalah cambuk yang hanya boleh mendapatkan cambukan maksimal sampai 40. Tapi cambuk Romawi tidak demikian, cambuk Romawi sering kali dilakukan dengan cara kompetisi. Para tentara Roma akan menunjukan kemampuannya mencambuk lebih dari yang lain. Cambuk yang berat dengan ujung yang banyak tali, di ujungnya ada tulang, gigi dari binatang buas dan ada juga kait yang sangat tajam, sehingga waktu ini dicambukan ke badan, badan akan terkoyak oleh karena banyaknya benda-benda tajam di ujung tanduk ini. Lalu tentara akan mencambuk dengan kekuatan besar sampai mereka tidak sanggup lagi. Dan mereka akan adu, terakhir teman mereka mencambuk sampai 100 kali, “saya akan lewati rekor itu, saya akan sampai 105 kali”, jadi mereka akan menunjukan kehebatan dengan mencambuk. Ini bukan cambuk 40 kurang 1, ini adalah cambuk yang bisa mematikan orang. Dengan harapan setelah orang Israel melihat punggung Yesus yang sudah tercabik, mereka akan tenang dan pulang ke rumah masing-masing. Pilatus berharap orang-orang haus darah ini sudah puas waktu lihat darah Yesus dari punggungNya mengalir begitu banyak. Tapi ketika Pilatus mengatakan “lihat Manusia ini”, ini bisa kita lihat di dalam Injil Yohanes, setelah Pilatus mengatakan demikian, seluruh rakyat berteriak makin keras “salibkan Dia”. orang-orang itu sangat kejam karena mereka sudah dilanda kebencian mau menyingkirkan Yesus dari dunia ini, sehingga mereka terus teriak “salibkan Dia, salibkan Dia”. Peristiwa penyaliban Yesus adalah peristiwa yang paling memberikan dukacita. Ini memberikan dukacita bukan karena penderitaan yang Dia alami adalah penderitaan yang paling besar, tapi penderitaan yang Dia alami adalah penderitaan yang paling rela berkorban dan paling penting. Di seluruh dunia tidak ada pengorbanan paling besar dibandingkan pengorbanan Yesus karena apa yang Dia lakukan merubah sejarah, apa yang Dia lakukan memberikan berkat limpah sekali kepada banyak orang. Sehingga Saudara harus mempunyai perasaan hati yang mengagumi apa yang Yesus sudah lakukan.

Injil Tidak Meniadakan Moral

Ayat-ayat ini menunjukan kepada kita betapa menakutkannya ketika bangsa pilihan Tuhan sudah memberontak kepada Tuhan, mereka tidak lagi bisa melihat mana yang benar mana yang baik mana yang pantas, semua pengertian yang harusnya ada dikacaukan oleh karena beberapa hal yang kita bisa kita lihat di ayat-ayat ini. Mesias bisa membuat mereka mengikuti Dia, tapi orang lain juga bisa membuat mereka berontak kembali. Jadi kelompok orang banyak adalah kelompok yang sangat kasihan karena tidak ada pendirian yang tegas dan tidak ada keberanian untuk menyatakan identitas yang jelas. Banyak orang ikut Yesus hari ini, besok mereka bisa berubah pikiran untuk mengkhianati Yesus. Lukas sedang memberikan pengertian yang sangat umum kita dapatkan di dunia politik, sangat umum kita dapatkan dalam keadaan sosial kita, orang banyak sangat sulit dipegang, orang banyak sangat sulit diidentikan dengan satu kelompok tertentu. Ini peringatan bagi orang Kristen, termasuk kita, apakah kita termasuk ke dalam kelompok yang disetujui oleh Lukas sebagai orang-orang yang menantikan Mesias atau jangan-jangan kita cuma masuk dalam kelompok kebanyakan orang Kristen yang tidak terlalu tahu bagaimana beribadah, yang tidak terlalu tahu apa itu hidup Kristen yang baik, yang tidak terlalu tahu apa itu cinta kasih Tuhan, yang tidak pernah mengalami perubahan yang secara radikal membuat dia memikirkan ulang tentang hidup. Orang yang tidak pernah memikirkan ulang tentang hidupnya untuk dikembalikan kepada Tuhan, mungkin cuma orang yang ikut-ikut. Banyak orang kalau dengar khotbah itu mengangguk-angguk bukan karena terima khotbah tapi ingat ada orang yang kena khotbah ini.

Kuasa Injil

(Roma 1:16-17, 1 Korintus 15: 3-4)
Mengapa harus ada Reformed Injili? Ini penting sekali, kita betul-betul harus menjadi orang reformed yang tidak bisa diam saja, pokoknya menikmati firman, khotbahnya bagus. Kita tidak pernah boleh hanya menikmati saja firman Tuhan, mengerti hanya di kognitif, kemudian diaplikasi kehidupan tidak pernah melakukan firman, tidak menang atas dosa, itu menyedihkan sekali. Memberitakan firman ke orang lain juga tidak, pokoknya sendiri-sendiri. Saya harap kita kalau sudah kena firman Tuhan, sudah kena anugerah Tuhan, anugerah itu datangnya diam-diam, tapi orang yang kena anugerah Tuhan, dia tidak akan diam. Rasul Paulus begitu mengerti langsung mengisi diri, dia belajar dari Gamaliel, kemudian dia menghadang seluruh kesulitan dan berjuang bagi Tuhan. Saya rindu kita semua bergerak di kampus, di tetangga, di mana-mana. Dan nanti mungkin tidak akan cukup 3 kali kebaktian, karena berita yang murni itu akan memberikan kehausan orang-orang untuk mencari. Berita yang murni akan menghasilkan iman yang murni. Berita yang sejati yang diberitakan dari firman Tuhan akan menjadikan iman yang sejati. Iman yang sejati tidak akan membuat Saudara diam, otomatis Saudara dan saya mau berbuat sesuatu untuk Tuhan. Itu Reformed Injili, selalu mau kembali kepada kebenaran yang sejati, terus mau kembali ke dalam kebenaran firman Tuhan. Ketika mendapatkan hal itu, membuat Saudara mau memberitakan Injil, tidak boleh diam, tidak boleh dinikmati sendiri. Baik Saudara pengurus, aktivis, setiap kita apakah kita pernah mengabarkan Injil, mengajak orang, memberi tahu apa yang telah kita dapat kepada orang lain? Harus. Itu baru orang reformed yang sejati. Saya selalu memberitakan Injil, di dalam Yesus ada kepastian, bukan mudah-mudahan. Karena Yesus menjamin setiap orang yang percaya kepadaNya tidak akan binasa, melainkan akan beroleh hidup yang kekal. Bukan mudah-mudahan, tapi pasti. Kalau kita melihat kebenaran-kebenaran firman Tuhan yang diucapkan oleh orang-orang yang telah mendapatkan anugerah, itu keharusan bagi kita semua, bukan pilihan. Saya harap Saudara mengalami bagaimana kata Tuhan, Injil adalah kekuatan Allah. Itu luar biasa. Kalau diberitakan kepada orang-orang yang keras hati, kepada keluarga kita yang belum percaya kepada Tuhan, Saudara harus terus memberitakan firman. Saya mendoakan keluarga saya selama 8 tahun, memberitakan firman setiap kali telepon. Waktu saya sekolah teologi, keluarga saya belum percaya Tuhan. Setiap kali telepon selalu memberitakan firman Tuhan. Meskipun sampai dibentak, dimarahi, tetap orang datang kepada Tuhan lewat firman Tuhan. Kalau keluarga Saudara tidak percaya firman Tuhan, Saudara tidak pernah memberitakan Injil, kapan mereka akan datang kepada Tuhan? Yang merupakan kekuatan Allah yaitu firman Tuhan yang adalah power, dinamic, ini berkuasanya luar biasa. Itu dikabarkan, kekuatan Allah yang menyelamatkan, sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah. Iman itu timbul diberikan oleh Tuhan, bukan usaha kita, bukan hasil pekerjaan kita, Tuhan yang memberi. Saudara mesti bersyukur kepada Tuhan, kita diselamatkan bukan karena kita lebih baik, bukan karena kita lebih memenuhi syarat, bukan karena kita orang yang taat kepada Tuhan. Kita adalah orang yang tidak taat, seringkali kita badung, tapi Tuhan memampukan kita.

Saya rindu sekali agar melalui firman itu yang bertolak dari iman kepada iman, kalau itu sudah tumbuh, Tuhan akan teruskan. Ketika orang mengatakan “KKR Regional mesti ada follow up”, Pak Tong mengatakan “siapa yang mem-follow up saya? Tidak ada”. Kalau sudah dikasi oleh Tuhan, Tuhan itu akan bekerja di dalam diri kita terus-menerus. Karena Tuhan bekerja menyelamatkan seseorang tidak pernah setengah-setengah. Saudara tidak akan ada istilah pindah agama, lari dari Tuhan, satu kali Tuhan Yesus ada di hati kita, itu akan selama-lamanya. Bukan tergantung kita baik atau tidak baik, taat atau tidak taat, Tuhan tidak pernah tergantung kita, kita yang tergantung Tuhan. Kalau Saudara tidak taat, Tuhan punya cara sendiri. Dari iman kepada iman, orang benar akan hidup oleh iman. Itu di dalam kebenaran firman Tuhan. Saya rindu hari ini kita tanamkan berita Injil, katakan kalau Saudara dan saya sudah diselamatkan “pakai hidup saya Tuhan”. Rasul Paulus mengatakan yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, Kristus telah mati karena dosa-dosa kita sesuai Kitab Suci. Dia telah dikuburkan, ini karya Tuhan, Dia telah dibangkitkan pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci, itu yang harus diberitakan, itu yang namanya Injil. Jadi tentang Kristus harus diberitakan. Kalau kepada orang yang lebih tua, contohnya orang tua kita jangan langsung mengatakan “ma, tahu tidak kalau mama itu berdosa? Kalau mama tidak bertobat, mama masuk neraka”, tidak akan bsia selanjutnya. Tapi kita mulai dengan fakta-fakta yang terjadi di sekitar kita, kejahatan, orang sakit. Kemarin saya bilang ke orang yang sakit “kalau dosa tidak masuk ke dalam dunia ini, tidak ada sakit pak. Sakit itu karena bukan hanya bapak, semua orang telah berdosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah”. Jangan menghakimi, kita semua berdosa, saya juga berdosa, saya katakan kepada dia “dosa tidak pernah bisa dibereskan”. Setiap kita ini berdosa dan berdosa lagi, semua telah kehilangan kemuliaan Allah. Kehilangan kemuliaan Allah itu seperti gardu listrik yang tidak ada listriknya lagi. Bagaimana kita bisa mendekatkan diri kepada kebenaran, bagaimana kita bisa mencari Tuhan? Kata firman Tuhan, Tuhan tidak bisa dicari dan Tuhan tidak pernah berasa dicari. Hukuman dari pada dosa adalah maut. Dan ini semua tanpa terkecuali termasuk saya. Karena dosa kita telah putus hubungan dengan Tuhan. Kalau Tuhan tidak mencari kita, tidak mungkin kita bisa bertemu Tuhan. Saudara adalah orang-orang yang berbahagia yang dicari oleh Tuhan. Orang-orang yang berbahagia, karena anugerah itu Saudara nikmati, kita mengalami siapa kita. Saya harap setiap hari Saudara katakan kalimat ini “siapa saya Tuhan, kalau Engkau begitu peduli terhadap hidupku ini. Siapa saya Tuhan, kalau saya bisa jadi orang yang percaya dan dijamin oleh Tuhan”. Saya ini orang totok, papa mama dari Tiongkok, tidak mengerti Kekristenan. Kalau saya bisa jadi hamba Tuhan, dan waktu tadi mau naik ke mimbar “Tuhan, saya sudah mau maju, tolong saya”. Saudara coba lihat latar belakang, tradisi, kalau Saudara terlahir dari keluarga yang percaya, berbahagailah. Kalau Saudara dari keturunan yang beriman kepada Tuhan, sekarang Saudara lihat “saya sudah berbuat apa untuk Tuhan?”. Anugerah itu sudah datang untuk kita. Kita mengerti Kristus mati untuk kita sekalian. Kalau saya baca ayat ini, 2 Korintus 5: 21”Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah”. Ini paling tidak enak, coba kalau Saudara tidak salah apa-apa, tapi disalah-salahin. Hanya disalahkan saja, belum dipukul, belum dipecut, belum ditusuk oleh paku, bagaimana rasanya? Pasti Saudara akan memberontak, tidak suka, itu baru disalah-salahin. Bayangkan Dia tidak berdosa telah dibuatnya menjadi berdosa, ini kalimat yang luar biasa. Kalau kita merenungkan tentang salib, kita yang betul-betul berdosa dianggap benar karena salib. Kebalikannya, Dia yang tidak berdosa dijadikan berdosa. Kita yang berdosa, yang seharusnya mendapatkan siksaan, mendapatkan pukulan, mendapatkan hinaan, mendapatkan penderitaan. Semua yang dilakukan oleh Tuhan adalah demi kita.

Mari kita renungkan tentang salib ini, murka yang ditanggung oleh Tuhan Yesus di kayu salib itu untuk menghentikan murka dari Allah. Supaya murka itu diterima oleh Tuhan, sehingga kita orang yang berdosa betul-betul mendapatkan pengampunan dari Tuhan. Salib menahan kemarahan dari pada Tuhan. Allah sungguh-sungguh marah kepada manusia, ditahan oleh salib Kristus, sehingga seluruh tuntutanNya ditimpakan kepada Dia, agar Saudara dan saya betul-betul beres hubungannya dengan Tuhan. Di dalam 1 Petrus 3: 18 dikatakan Dia yang benar untuk kita yang tidak benar. Yesus Kristus datang ke dalam dunia ini untuk menyerahkan diriNya, untuk kita semua. Tuhan kalau melihat dunia ini, manusia semua sedang berduyun-duyun menuju api neraka, Tuhan mengatakan “tidak, biar Aku saja terjuan datang ke dalam dunia”. Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga diberikan AnakNya yang tunggal supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal. Ini demontrasi Allah yang begitu besar, Dia terjun. Dan semua kalimat dari Yohanes 3 :16 ini, betul-betul Allah yang aktif, bukan manusia. “Begitu besar kasih Allah akan dunia ini”, Tuhan turun. “Supaya setiap orang yang percaya kepada Tuhan”, percaya itu dikasi oleh Tuhan, bukan karena usaha kita, itu pemberian Allah. Ini semua diberikan untuk Saudara dan saya, dan Kristus di dalam penyaliban itu benar-benar fokus. Tidak memperhitungkan untung rugi, tidak diperdulikan kesakitanNya, tidak pernah memperhitungkan hinaan “kalau Engkau Anak Allah, turun dari salib”, Tuhan Yesus tetap fokus sampai penyaliban itu selesai. Tuhan katakan di kayu salib “selesai”, kemudian Dia mati. Cinta yang mendorong Tuhan Yesus disalibkan, itu Saudara perlu mengerti Yesus disalib menggantikan kita. Menggantikan kita karena Saudara dan saya yang seharusnya menerima semua itu. Saya yang berdosa, Kristus yang dihukum. Saudara dan saya yang berhutang, Tuhan Yesus di kayu salib membayarnya. Saudara dan saya dirangkul oleh Tuhan, Tuhan di kayu salib betul-betul terkucil sampai Allah Bapa memalingkan muka. Dan Tuhan Yesus mengatakan “AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau meninggalkanKu?”. Saudara bayangkan Allah merasa tersendiri demi Saudara dan saya dirangkul. Yesus mati di kayu salib untuk Saudara dan saya mendapatkan hidup. Yesus Kristus terbelenggu dan menderita supaya Saudara dan saya bebas. Yesus Kristus dihukum, terpukul, kesakitan luar biasa, darah yang begitu banyak tercucur demi Saudara dan saya menikmati hidup ini, menjadi anak-anak Tuhan. Saya harap kita merenungkan tentang salib Tuhan Yesus yang menggantikan kita, sehingga kita betul-betul setiap hari boleh mengucap syukur. Pertama, salib itu menggantikan kita.

Kedua, salib Kristus itu menebus. Seperti apa menebus itu? Seperti pegadaian. Salib Kristus menebus dengan darah yang tunai, bukan dengan uang. Menebus kita, Kristus membayarnya dengan darah yang menetes dengan sakit yang amat sangat. Malu secara lahir dan batin. Bukan hanya fisik, tapi waktu dicaci-maki, Kristus dipermalukan. Demi menebus kita, untuk bisa mempunyai kita kembali. Untuk membeli kembali karena Saudara dan saya adalah milik Tuhan, ini adalah ajaran Reformed. Karena sebelum dunia ini dijadikan, Saudara dan saya sudah ditetapkan dan sudah dipilih oleh Tuhan. Di dalam dunia ini Saudara mulai lari, mulai menyeleweng, mulai nakal, mulai hilang dari Tuhan. Kalau kita lihat anak yang terhilang, kemudian kita ingat cerita Pak Tong bagaimana dulu pikirannya dirangkul oleh ajaran-ajaran yang tidak benar, ditebus kembali oleh Kristus. Kembali dimiliki oleh Tuhan. Penebusan melalui salib, Allah ingin merenggut Saudara kembali menjadi milik Tuhan, menikmati Tuhan. Karena Saudara dan saya adalah yang sangat berharga di mata Tuhan. Kalau sesuatu yang berharga, misalnya emas, hilang dan Saudara tenang-tenang saja, tidak mencarinya, saya rasa Saudara mulai konslet. Kalau hilang, pasti Saudara akan cari mau ke mana pun juga karena ini barang berharga. Dan ketika menemukannya akan senang sekali. Saudara dan saya adalah yang sangat berharga di mata Tuhan. Bagaimana pun sakitnya, bagaimana pun penderitaan yang Yesus harus tanggung, Yesus rela untuk memiliki Saudara kembali. Allah merenggut Saudara sekalian mungkin dari dosa narkoba, dosa zinah. Tidak mungkin kalau Saudara anak Tuhan, Tuhan membiarkan Saudara berbuat dosa, berzinah, menipu, berbohong. Tuhan akan berjuang, Saudara harus hidup di dalam kesucian, progressive sanctification. Tidak mungkin tidak dihajar, terus Tuhan akan berusaha supaya Saudara kembali kepada Tuhan. Penebusan Tuhan Yesus untuk mengambil Saudara kembali akan dilakukan, diingatkan oleh Tuhan. Saudara akan memiliki ketidaktenangan. Saudara merasakan hal ini di dalam hidup Kekristenan Saudara? Kalau Saudara rasa ada jeweran Tuhan, diberi ketidaktenangan, itu perhatian Tuhan. Karena Tuhan mau supaya Saudara jadi orang Kristen yang bahagia, bersukacita, “sekali lagi kukatakan bersukacitalah”. Itu yang Tuhan mau. Jadi Saudara akan terus ditolong oleh Tuhan sampai Saudara keluar dari dosa. Ditebus kembali, menikmati di dalam Tuhan. Salib Kristus menebus dosa Saudara dan saya dari pada dosa. Oleh sebab itu seberapa dalamnya Saudara dan saya telah jatuh dalam dosa, mari kita kembali kepada kasih yang mula-mula, mari kita datang kepada Tuhan. Karena Tuhan itu bukan manusia, kalau kita bersalah kepada manusia yang lain, kita sudah ketakutan dan berpikir orang itu akan membalas tindakan kita, tapi Tuhan tidak seperti itu. Tuhan tidak seperti manusia, Tuhan itu mengerti. Datanglah kepada Tuhan dan mengaku dosa. Allah itu setia dan adil, kata firman Tuhan, maka Dia akan menyucikan dan mengampuni kita dari pada segala dosa dan kejahatan. Allah selalu ingin dekat dengan kita. Tapi apakah berarti kita bebas bertindak, nakal? Tidak seperti itu. Seorang anak Tuhan tidak akan biasa hidup di dalam dosa, ini rumus. Kalau Saudara terus-menerus berada di dalam dosa, berarti bukan anak Tuhan. Anak Tuhan tidak akan biasa, berdosa sedikit saja sudah merasa tidak tenang, kemudian Saudara akan dipimpin oleh Tuhan untuk kembali. Sekalipun dunia ini kacau, dan di Indonesia ini sudah rusak, tapi anak Tuhan jangan ikut rusak, karena kita dipanggil untuk menantang zaman ini. Ingat posisi yang Tuhan berikan kepada Saudara dan saya. Salib Kristus menebus untuk merebut kembali karena kita adalah milik Tuhan. Posisi-posisi yang seperti ini hargailah, “saya sangat diperhatikan oleh Tuhan”. Tuhan itu mengurung kita, kita tidak bisa menjauh dari Tuhan. Apa pun yang menjadi latar belakang kehidupan Saudara sekalian, mungkin Saudara sudah jatuh berkeping-keping dalam penipuan, kemunafikan, zinah, apa pun juga, mari datang kepada Tuhan. Firman Tuhan mengatakan dosa yang semerah kirmizi akan menjadi seputih salju. Saudara dan saya harus move on demi nama Tuhan Yesus. Saudara harus tekad kembali ke Tuhan, mengakui, lepaskan belenggu dosa. Minta pertolongan kepada Tuhan dari nafsu, hal-hal yang tidak benar, dari jadi budak zinah dan sebagainya. Pengertian salib Kristus yang ketiga menghentikan perjalanan ke neraka. Jadi salib Kristus menghentikan perjalanan kita yang harusnya masuk neraka, Tuhan mengatakan “stop”. Hanya Tuhan yang memiliki Kerajaan Sorga yang bisa menghentikannya karena Dia adalah Allah yang turun dari sorga mencari kita. Menahan murka Allah supaya kita betul-betul dibebaskan. Ditahan kemarahan Tuhan, menghentikan hukuman. Tuhan sudah siap pukul Saudara sekalian, tuntutan keadilan yang seharusnya ditimpakan kepada Saudara, ditanggungNya. Sehingga “Akulah jalan, kebenaran dan hidup”, ini jalannya. Jadi jalan Saudara dibelokan menjadi umat pilihan Tuhan yang dibawa ke dalam Kerajaan Sorga.

Yang keempat, salib Kristus berarti rekonsiliasi, Saudara berdamai dengan Tuhan. Roma 5: 10 “Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya!”. “Masih seteru”, bukan ketika kita sadar “Tuhan, saya sudah melanggar Tuhan, mengecewakan Tuhan”, tapi “sekarang saya mau baik, mau Tuhan berdamai”, bukan seperti itu. Ketika kita masih seteru melawan kepada Tuhan, kita masih memberontak kepada Tuhan. Tuhan yang datang duluan ketika kita masih seteru, ketika kita masih musuh, Allah berdamai. Ini adalah perbuatan tangan Tuhan, siapa yang ada di dalam Kristus, dia adalah ciptaan baru, yang lama sudah berlalu sesungguhnya yang baru sudah datang. Kalau Saudara di dalam Kristus, diperbarui dari rekonsiliasi, Tuhan yang menjadikan. Karena Yesus sudah menggantikan kita di kayu salib, kita menjadi baru. Seperti anak yang terhilang, kalau kita baca lagi, rasanya sebal, mengapa anak itu tetap dikasi, enak sekali anak yang terhilang. Anak yang terhilang di kandang babi, dia ingat di rumah bapanya, pembantunya saja tidak seperti dia, dia baru ingat kalau dia bukan babi. Di rumah bapanya ada makanan. Rekonsiliasi, dia berdiri tinggalkan seluruhnya, dia sadar “bapaku mengasihi aku, aku mau datang”, dia kembali ke bapanya. Salib akan membuat orang sadar kemudian meninggalkan dosa, kembali menikmati keindahan, kekayaan, kelimpahan di dalam Bapa. Jangan merasa Tuhan itu seperti manusia yang kalau sudah disakiti akan balas dendam, Tuhan tidak seperti itu. Karena itu kembalilah kepada Tuhan, sadar anugerah, sadar “aku harus berdamai dengan Bapa”, kekuatan itu pasti dari Tuhan. Bapa tidak akan pernah menolak cinta yang luar biasa, tidak ada cinta yang lebih besar dari pada cinta Tuhan. Manusia itu bisa berubah. Bisa bayangkan bagaimana pelukan seorang bapa kepada anak yang terhilang itu, senangnya luar biasa. Betul-betul menikmati bersatu dengan Tuhan, dipeluk menjadi anak, dan Kristus tinggal di dalam hati.

Saya harap Saudara mulai mengutuki diri, itu yang diajarkan firman Tuhan, “celakalah aku kalau aku tidak memberitakan Injil”. Itu lahir dari kata-kata seorang yang telah terima anugerah dari pada Tuhan seperti Rasul Paulus. “Celakalah aku kalau aku tidak memberitakan Injil. Itu keharusan bagiku, baik atau tidak baik waktunya”, jangan “nanti kalau saya bisa ngomong”, kapan Saudara bisa dilatih? Jangan nanti, Saudara harus mulai, yang sudah menerima kelimpahan firman Tuhan, dituntut sama Tuhan. Saudara mesti presentasi secara teologi yaitu PI. Saudara harus memberitakan, kasi tahu, baru Saudara orang Reformed yang Injili. Roma 10: 14-15 “Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya? Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis: “Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!”, Saudara posisinya dimana? Belum pernah mengerti, belum pernah dengar? Sudah dengar. “Tidak diutus”, diutus tiap kali. Jadi Saudara jawab sendiri kepada Tuhan. Apalagi kalau Saudara melihat rusaknya ajaran. Kalau Pak Tong katakan “KKR Regional harus segini-segini…”, “itu kan di kantong Kristen, untuk apa lagi ke sana?”, meskipun kantong Kristen tapi tidak mengerti apa-apa. harus re-evangelisasi, kalau tidak rusak semua. Saudara bisa lihat sekarang yang dikirim ke Mekkah itu juga dari Papua. Saudara diselamatkan oleh Tuhan, Tuhan ingin memakai kita jadi alat di tanganNya. Mari kita tempuh segala kesulitan, mari kita minta keberanian dari Tuhan. Saudara adalah umat yang telah mengecap kebaikan Tuhan, mari katakan kepada Tuhan “Tuhan, saya mau jalani”, jalani beritakan firman, berarti Saudara sedang menjalankan kehendak Tuhan. Mendapatkan satu kesegaran iman.

Fighting spirit itu datang dari berita yang murni, kemudian kita menyampaikannya kepada orang lain. Obor Injil diberikan kepada Saudara dan saya. Ini telah dikerjakan oleh bapa-bapa gereja, para martir. Estafet obor Injil sekarang sampai kepada kita, kalau kita hanya pegang terus tidak disampaikan, kita tidak menjalankan kehendak Tuhan. setiap hari Selasa saya akan mengunjungi orang-orang yang belum percaya. Selasa kemarin saya pergi ke satu rumah yang di dalamnya banyak sekali berhala, patung-patung semua, dia mengatakan “saya jangan diajak ke gereja, saya tidak mau. Nanti patung-patung saya ini dikatakan setan kan?”, saya tidak menjawab itu, terus beritakan yang benar, biarkan Tuhan yang bekerja. “Ini jadi setan semua dong, salib juga begitu”, saya mengatakan “saya tidak mengatakan ini setan, ini buatan tangan manusia yang tidak bisa menyelamatkan kita”, saya mulai beritakan, pertamanya dia melawan terus, biarkan saja, tetap tenang jawab sebisanya. “Ajaran Tuhan Yesus itu aneh, berikanlah makanan kami yang secukupunya. Bagaimana bisa cukup kalau mamanya tidak masak”, ada saja argumennya. Tenang saja, karena “dombaKu akan mendengarkan suaraKu”, kalau dia bukan domba Tuhan, satu atau dua kali saya akan peka apakah saya perlu ke sana lagi atau tidak. Kalau dia domba Tuhan pasti akan takluk, bukan kepada saya, tapi kepada Tuhan. Mungkin Saudara tidak berani sendiri, Saudara boleh memberitahukan kepada saya, tulis apakah dia keluarga, tetangga, alamatnya, kita doakan dulu dan kapan-kapan kita pergi bersama. Kiranya Saudara juga peduli terhadap orang-orang yang terhilang yang belum percaya kepada Tuhan. Mulai perang demi Tuhan, menjalankan kehendak Tuhan. Saudara menjalankan penginjilan, berarti Saudara terima perintah dari Tuhan Yesus, amanat agung “jadikan semua bangsa menjadi muridKu”. Saudara katakan kepada Tuhan, “utuslah aku ini Tuhan. Aku mau jalankan. Aku mau bersama dengan Tuhan, karena saya mau menyenangkan Tuhan”, jalankan amanat agung. Tugas dari Sang Pencipta untuk Saudara, ini tugas yang mulia. Tugas dari Penyelamat itu sendiri. Banyak juga orang Kristen yang belum sungguh-sungguh. Saudara adalah orang yang mencintai Tuhan, Saudara harus menyadari ini tugas, ini amanat dari Tuhan, ini perintah. Saudara mencintai Tuhan, tapi tidak pernah melakukan ini? perintah dari Tuhan mesti dilaksanakan. Laksanakan penginjilan karena kita berhutang kasih kepada Tuhan. “Akan tetapi Tuhan menunjukan kasihNya ketika kita berdosa”, bukan ketika kita baik, kita mendapat penebusan, keselamatan dari Tuhan, tapi ketika kita berdosa Tuhan Yesus mati untuk kita. Jangan menjadi orang yang egois, mau selamat sendiri, tidak mau tahu dengan yang lain. Kalau sudah terima dari Tuhan Yesus, perasaan berhutang itu harus ada dalam kehidupan kita, perasaan mau membalas cinta Tuhan, perasaan hati yang sungugh-sungguh kepada Tuhan, mendesak kita. Saya harap setelah khotbah ini sudah mulai ada yang mau daftar kepada saya. Kalau bukan kita, siapa lagi? Tapi tentu saja mesti dilatih dulu. Saya harap Saudara mengerti cinta dan anugerah Tuhan. Kasihan orang-orang di kantong Kristen yang sedang dirusak, sedang direnggut. Saudara mulai mau dan taat menjalankan perintah Tuhan.

Saudara mau menjadi saksi Kristus, mewakili Kristus di dalam dunia ini. Sehingga Saudara mau terjun sungguh-sungguh. Yang kelima dan terakhir, orang yang menginjili, dia akan mengalami satu penyertaan dari Tuhan. “Jadikan seluruh bangsa menjadi muridKu dan baptislah mereka di dalam nama Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus. Dan Aku akan menyertai”. Saudara tidak menginjili, Saudara tidak akan pernah mengalami penyertaan dari Tuhan. Tidak sendiri, Tuhan akan menyertai. Saudara mengalami bagaimana disertai oleh Tuhan, jadi jangan takut. Saya kadang-kadang kepada orang yang baru mengatakan “tidak perlu takut, kita bukan mau menawarkan narkoba”, jadi berani saja, ini berita sukacita. Jemaat mula-mula, yang rendah diri, Roh Kudus akan menyertai, jadi percaya diri mengabarkan Injil. Yang lemah bisa jadi kuat. Saudara kalau sudah terima semua itu, anugerah firman, betul-betul Saudara hidup di dalam Tuhan, pasti Saudara tidak akan malas, tidak cuek, karena sadar pekerjaan Tuhan adalah pekerjaan kita juga. Maka Saudara akan rajin. Mulai pikirkan Tuhan, jangan pikirkan diri terus. Mari kita berjuang bersama, di dalam gerakan Reformed Injili di Kota Bandung ini melalui perjuangan Saudara dan saya, betul-betul diberkati oleh Tuhan. Mau dipakai oleh Tuhan? Mau membalas cinta kasih Tuhan? Mari kita memaju diri kita, gali diri kita, minta sama Tuhan kemampuan, jangan berpangku tangan saja. Saudara mulai bergerak, katakan kepada Tuhan “Tuhan, ini saya, pakailah saya”.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Apakah kita mengabaikan atau memanfaatkan Kristus?

Ada bagian yang sangat menekankan berita dari Kitab Suci, dari Perjanjian Lama di ayat ini. Ayat 12 penutupan dari apa yang akan kita pelajari hari ini, mengatakan bahwa pada hari itu juga bersahabatlah Herodes dan Pilatus, sebelum itu mereka bermusuhan. Ini adalah bagian kecil dari apa yang dikatakan dalam Mazmur 2, dikatakan bangsa-bangsa bersepakat untuk melawan Tuhan, suku-suku bangsa bersatu untuk melawan Dia yang diurapi oleh Tuhan. Lukas ingin mengatakan “lihat bangsa-bangsa yang tadinya berseteru sekarang bersatu”, Pilatus adalah wakil dari Kerajaan Roma, Herodes adalah raja dari Israel. Herodes dan Pilatus berasal dari kerajaan yang berbeda, yang sekarang sedang punya kepentingan di Tanah Yudea dan juga Samaria dan Kaiseria. Ini adalah pertikaian yang sedang terjadi, ada pertikaian politik antara Pilatus dan Herodes. Pilatus mewakili kepentingan Roma, sedangkan Herodes mewakili kepentingan keluarganya sendiri yang ingin menjadi satu-satunya penguasa di Israel. Tapi mereka bersatu karena mau bersama-sama melawan yang diurapi oleh Tuhan. Jadi Saudara lihat betapa pekanya Lukas mendeteksi bahwa apa yang telah terjadi dalam diri Yesus itu menggenapi apa yang ditulis dalam Perjanjian Lama. Hal ini juga yang dia lanjutkan dalam Kitab Para Rasul, karena Petrus berkhotbah mengatakan bahwa pemimpin-pemimpin bersatu melawan Tuhan dan yang diurapiNya, seperti yang tertulis di Mazmur 2. Jadi ini sesuatu yang sudah dinyatakan Petrus di Kisah Para Rasul. Petrus melihat ini dan juga Lukas mencatat hal ini, raja-raja dunia bersepakat bersatu melupakan permusuhan mereka untuk bersama-sama menjadikan Sang Mesias itu musuh. Mengapa Sang Mesias harus dianggap musuh? Karena Dialah yang akan menggantikan seluruh raja di seluruh dunia, menjadi Raja yang diangkat oleh Tuhan. Satu-satunya Raja adalah Kristus, tidak ada raja lain. Alkitab sangat berbau politik, tapi bukan politik dunia, melainkan politik dari sorga. Sebab Alkitab menyatakan satu-satunya Raja yang diakui secara sah oleh Bapa di sorga dan akan mendirikan tahtaNya sekal untuk selama-lamanya, itu adalah Yesus. Dan ketika Dia sudah mendirikan tahtaNya, tidak ada yang lain yang bisa bertahta, kecuali dia yang percaya kepada Kristus. Semua orang yang percaya kepada Kristus, dikatakan oleh Alkitab, akan bertahta bersama-sama dengan Dia. Semua orang yang menolak Dia, dikatakan juga oleh Alkitab, akan dihancurkan oleh Dia. Jadi semua raja akan ditundukan dan dihancurkan oleh Sang Raja sejati yaitu Kristus. Itu sebabnya di bagian ini dikatakan, Kristus yaitu Raja.

Saudara bisa lihat di ayat 2, “orang ini mengajarkan kepada kami untuk tidak membayar pajak kepada kaisar. Dia menyatakan diriNya Kristus, yaitu Raja”, kaitan antara 2 hal ini biasanya tidak kita ingat karena kita lebih sering mengingatk Kristus Sang Juruselamat. Tapi Alkitab mengaitkan baik kata Kristus maupun kata Juruselamat maupun kata Raja maupun kata Anak Allah, semua ini bermakna satu dan saling berkait. Sehingga ketika dikatakan Yesus adalah Anak Allah, di dalam kata Anak Allah ada nuansa Raja, di dalam kata Raja ada nuansa yang diurapi atau Kristus, di dalam kata Kristus ada nuansa Anak Allah dan Raja. Jadi ketika seorang mengatakan Yesus adalah Kristus, itu sama dengan mengatakan Dia adalah Raja Yahudi, Dia adalah Raja Israel. Jadi Yesus datang untuk menjadi Raja dan Dia adalah Raja yang akan menjadi Raja di bumi. Ini yang sebenarnya dinyatakan di dalam Kitab Injil, Saudara bisa soroti Injil dalam berbagai perspektif, seperti yang sudah saya bagikan, dan salah satu perspektif yang paling penting adalah perspektif kerajaan. Kerajaan Allah sedang dinyatakan dan Kristus Sang Raja sedang di bawa turun oleh Roh Kudus untuk menjadi Raja di bumi ini. Kita bisa melihat di pasal 23 ayat 1 dan seterusnya ada perjumpaan antara Raja sejati dengan raja-raja dunia. Lalu bagaimana raja-raja dunia bereaksi dan Kristus berespon atau menanggapi reaksi dari raja-raja dunia, ini yang akan kita ketahui dan selidiki di dalam ayat-ayat yang sudah kita baca tadi. Kita akan pelajari dan selidiki bersama dalam ayat-ayat yang tadi sudah kita lihat.

Di ayat 1 dikatakan bangkitlah seluruh sidang itu dan Yesus dibawa ke Pilatus. Yesus dibawa menghadap Pilatus karena orang-orang yang mau membunuh Yesus tidak punya kuasa untuk menjatuhi hukuman mati kepada Yesus. Kalau mereka gerak sendiri membunuh Yesus, mereka menjadi penjahat. Dan Yesus akan menjadi korban, bukan penjahat. Karena kalau pengadilan tidak memutuskan Dia bersalah dan seluruh orang Yahudi memutuskan untuk melempari Dia dengan batu sampai mati, maka orang Yahudi bersalah dan Yesus akan dianggap sebagai korban, orang benar yang dihancurkan oleh kejahatan dari orang-orang Yahudi. Maka orang-orang Yahudi ini bukan orang yang liar tindakannya, mereka punya iman yang kacau dan mereka punya jiwa yang liar, tai mereka punya strategi yang sangat bagus. Mereka memutuskan sebelum Yesus mati, Dia harus dijatuhi hukuman dulu, kalau Dia sudah dijatuhi hukuman mati, maka orang Yahudi akan menjadi pahlawan kalau mereka mendesak supaya Yesus mati. Dan yang mereka takuti bukan cuma Yesus, yang mereka paling takuti adalah pengaruh daru Yesus ke depannya. Karena meskipun Yesus dimatikan, pengikutNya bisa sangat fanatik dan memberontak melawan pemimpin agama. Karena itu mereka harus meniadakan seluruh pengikut Yesus dengan cara pertama adalah menjatuhi hukuman mati melalui pengadilan yang resmi. Sehingga mereka bisa mengatakan kepada pengikut Yesus “kamu sedang mengikuti penjahat, tahukah kamu bahwa orang jaht yang kamu ikuti? Tahukah kamu bahwa penjahat yang sudah terbukti jahat, sudah terbukti bersalah di pengadilan, inilah yang kamu sembah dan ikuti”. Maka mereka memaksa pengadilan yang ada untuk menjatuhi penghukuman kepada Yesus. Bagaimana pengadilan bisa dipaksa? Pengadilan resmi resmi bisa dipaksa dengan kekuatan massa. Kadang-kadang Tuhan pakai massa untuk menghancurkan pemerintah yang jahat. Tapi iblis juga bisa pakai massa untuk membungkam keadilan. Maka iblis juga sedang bekerja seperti yang dinyatakan oleh Kitab Suci, kumpulkan orang banyak lalu mulai teriak “Dia orang jahat”, dan semua fitnah mereka lemparkan, bukan karena mau mendiskusikan apakah fitnahnya benar atau tidak.

Maka di ayat 2 mereka mulai menuduh Dia, “telah terdapati oleh kami bahwa orang ini menyesatkan bangsa kami”. Menyesatkan dalam hal apa? Menyesatkan dalam hal mengabarkan Kerajaan Allah sudah datang? Menyatakan dalam segala cara bahwa apa yang dinyatakan dalam Perjanjian Lama digenapi dalam diri Kristus? Dimanakah Yesus pernah menyesatkan bangsa ini? Tidak ada kesesatan dalam mulut Yesus. Yesus menyatakan kalimat yang benar, Yesus berdebat melawan orang-orang yang melawan Dia dan tidak ada yang bisa mengalahkan argumenNya. Mengapa argumen Tuhan Yesus tidak bisa dikalahkan? Apakah karena Yesus jago debat? Bukan, karena Dia menyatakan kebenaran dengan jujur. Saudara kalau berdebat tidak perlu skill debat, Saudara hanya perlu menjadi orang benar yang jujur, Saudara akan mempunyai argumen yang kuat. Apakah Yesus pintar berdebat? Saya yakin Yesus pintar berdebat, tapi yang membuat Dia menang debat bukan karena Dia pintar berkata-kata, melainkan karena Dia hanya menyampaikan kebenaran. Dan kalau kebenaran disampaikan, orang akan bersusah payah untuk menyulap kebenaran itu menjadi dusta dengan jalan yang sangat berliku. Sulit untuk membuat yang benar jadi salah tanpa ada permainan kata-kata atau pun ada permainan argumen yang mengada-ada. Banyak orang yang melawan Yesus pakai argumen yang mengada-ada untuk menjatuhkan Yesus karena mereka tidak menemukan cara, tidak ada cara untuk menjatuhkan Yesus. Mereka mengatakan “orang ini menyesatkan bangsa kami”, tapi mereka tidak memberikan bukti dalam hal apa orang ini menyesatkan. Yang selanjutnya dikatakan “Yesus melarang kami membayar pajak kepada kaisar”. Saudara pernah bertemu dengan narasi di Alkitab yang mengatakan Yesus berkata “berikan kepada kaisar apa yang harus kamu berikan kepada kaisar. Tapi berikan kepada Allah apa yang harus kamu berikan kepada Allah”, di dalam kata manakah dalam kalimat ini yang bisa menyimpulkan bahwa Yesus melarang orang membayar pajak? Tidak ada. Yesus mengatakan dengan jelas berikan kepada kaisar apa yang harus diberikan ke kaisar, tapi Dia menutup dengan mengatakan “berikan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah”. Mereka sedang memfitnah Yesus. Apakah ada pemimpin agama yang berbohong untuk bunuh orang lain? Ada, dari dulu. Kita bisa lihat itu dalam Kitab Suci, orang-orang itu menuduh Yesus dengan mengatakan “Dia melarang membayar pajak kepada kaisar”. Para pemimpin mencoba memprovokasi Pilatus dengan memberikan tuduhan kepada Yesus yang sifatnya politik bukan agama. Mereka tidak mengatakan “orang ini menafsirkan Taurat dengan cara yang beda”, nanti Pilatus mengatakan :itu urusanmu, untuk apa datang kepadaku?”. Lalu Pilatus tanya kepada Yesus, poin yang terakhir karena yang sebelumnya kalah penting dibandingkan dengan yang terakhir. Pilatus tidak bertanya “Yesus, apakah Engkau menyesatkan bangsa? Apakah Engkau melarang orang membayar pajak kepada kaisar?”. Pilatus langsung bertanya pertanyaan yang paling mengganggu dia “apakah Engkau Raja orang Yahudi?”. Orang Yahudi kalau dengar pertanyaan ini, senang sekali, mereka menunggu jawaban Yesus, apakah Dia akan menjawab “iya, Aku Raja”, Pilatus tidak punya alasan untuk tidak menghukum. Kalau Yesus mengatakan “Aku bukan Raja”, maka “kita perlu sebarkan berita bahwa Yesus penakut, mesias palsu, jangan ikut Dia lagi”. Yang mana pun jawaban Yesus, Dia sudah terdesak dan tidak punya kemungkinan untuk selamat dari hukuman yang diberikan melalui jawabanNya. Tapi Yesus mengatakan “engkau sendiri mengatakannya”. Jangan salah mengerti kalimat ini, kalau kita tidak mengerti apa yang Lukas mau sampaikan, kita bisa menafsirkan ini sebagai cara Yesus untuk membuat segalanya jadi ambigu, “apakah Engkau raja?”, “kamu yang ngomong”, maksudnya apa? “bisa iya bisa tidak”. Yesus tidak pernah melarikan dari keharusan untuk mengambil posisi, Yesus tidak pernah abu-abu. Yesus bukan pemimpin politik yang baru menentukan keputusan politiknya setelah ada survei kira-kira rakyat hatinya kemana. Politikus banyak yang munafik, lihat arah angin, jadi menentukan sikapnya nanti setelah survei. Apa maksud “engkau sendiri mengatakannya”? maksudnya adalah Yesus menolak untuk ditanya karena Dia adalah Raja, Dia jawab dengan otoritas. Maksudnya adalah engkau mengatakan apa yang akan dihakimi, dengan perkataanmu engkau akan dihakimi. Sehingga dalam bagian ini Yesus sedang mengatakan “iya, Aku adalah Raja”, tapi Dia mengatakan bukan dengan cara sebagai orang yang dibawa dan ditanya-tanya. Dia bukanlah seorang terdakwa yang ditanya, Dia adalah seorang Raja yang menuntut pengakuan dari bawahanNya. Maka perkataan “engkau sendiri mengatakan”, ini sangat subversif. Ini bukan kalimat yang menghindar dari jawaban, ini adalah kalimat yang sangat mengkonfirmasi jawaban iya. “Jadi Engkau adalah Raja?”, seolah Yesus mengatakan “kalau Aku Raja, kamu tidak boleh tanya begini, Aku yang akan tuntut engkau, engkau sudah bicara dari mulutmu, Aku akan hakimi engkau”, itu maksudnya. Yesus adalah Raja, ketika ditanya “Engkau adalah Raja?”, Yesus mengatakan “Aku akan menghakimi engkau berdasarkan perkataan mulutmu yang sudah mengakui Aku Raja. Kalau mulutmu mengaku Aku adalah Raja, tindakanmu harus sama. Kalau mulutmu mengaku Aku adalah Raja, Aku akan hakimi karena tindakanmu berbeda dengan perkataanmu”, inilah arti perkataan itu. Jadi Yesus sedang tidak menjawab dengan perkataan ambigu, Dia menjawab dengan kalimat yang tegas sekali, “iya, Aku Raja, maka Aku akan menghakimi engkau yang sudah mengakui Aku Raja”. Itu sebabnya dalam bagian selanjutnya ketika orang-orang mengatakan, pemimpin agama mengatakan di pasal 22: 70 “kalau begini Engkau Anak Allah?”, jawab Yesus “kamu sendiri mengatakan”, lalu mereka mengatakan “tidak perlu lagi pengadilan, sudah keluar dari mulutNya”. Kalau ini perkataan ambigu, tentu mereka tidak bisa mengatakan itu. Waktu Yesus mengatakan “engkau sendiri mengatakannya”, mereka langsung mengatakan “sudah, tidak perlu kesaksian lagi, kita sudah dengar dari mulutNya sendiri”. Ini adalah pengakuan konfirmasi, bukan ambigu. Bukan hanya pengakuan konfirmasi, ini adalah pengakuan yang akan menuntut orang yang berkata untuk mempertanggung-jawabkan kata-katanya. “Jadi Engkau adalah Raja?”, “tepat sekali, sekarang engkau bersikap sesuai pengakuan mulutmu, akui Aku sebagai Raja”. Kalau ini perkataan provokatif, kira-kira Pilatus akan bersikap apa ya? Kalau pemimpin agama dengar ini, mereka akan robek baju mereka dan mengatakan “kita tidak perlu jawaban lagi, mari kita hukum orang ini. orang ini sudah mengaku sendiri”. Tapi di sini Pilatus mengatakan kepada imam kepala “aku tidak menemukan kesalahan apa pun”. Apakah Yesus tidak salah? Mengapa Yesus dianggap tidak salah? Karena Pilatus tidak menganggap Dia, Pilatus menganggap Dia sebagai orang gila, ini cuma seorang gelandangan yang mengaku raja tidak perlu dianggap serius. Pilatus tidak pernah menganggap Yesus serius. Maka waktu Yesus mengatakan “Akulah Raja, engkau sudah mengatakannya, Aku akan menghakimi engkau”, Pilatus tertawa dalam hati. Saudara mungkin akan menemukan ada sedikit perbedaan, Lukas menulis Pilatus yang penuh dengan perasaan remeh kepada Yesus, sedangkan ketika Saudara membaca di Injil Yohanes, di dalamnya Saudara menemukan Pilatus sangat-sangat gentar waktu berhadapan dengan Yesus. Tapi Lukas membahas narasi ini lebih lengkap, lebih detail, karena di bagian pertama Pilatus menghina Yesus, di bagian kedua Pilatus gentar di hadapan Yesus. Apa yang membuat Pilatus berubah tanggapan atau sikap, kita akan melihat di pertemuan yang berikut. Tapi di pertemuan yang sekarang Pilatus mewakili kerajaan dunia ini yang sangat meremehkan klaim dari Tuhan Yesus. “Ya Aku adalah Raja”, “raja seperti ini? Masa raja keadaannya seperti ini. kalau Engkau Raja, mana tentaranya? Kalau Engkau Raja mana pasukan yang akan menolong Engkau? Kalau Engkau Raja, mengapa sekarang aku menghakimi Engkau?”. Jadi klaim dari Yesus tidak dianggap serius oleh dunia ini, cuma dianggap becandaan yang tidak lucu. Dianggap kalimat-kalimat dari orang gila yang tidak lagi punya nalar yang baik. Sehingga Pilatus dengan santai mengatakan “orang ini tidak ada salah apa-apa, mengapa kamu ngotot sekali untuk menghakimi Dia?”. Tanggapan Pilatus ini mewakili tanggapan banyak orang sampai sekarang, tidak pernah menganggap klaim dari Yesus itu sebagai klaim yang serius. Yesus tidak pernah menyatakan klaim yang main-main, ketika Saudara ditanya “siapakah Kristus bagimu?”, Saudara akan mengakui dari iman Saudara “Yesus mengatakan Dialah jalan, Dialah kebenaran, Dialah hidup, Dialah Allah sendiri menjadi manusia, Dialah Pribadi kedua dari Allah Tritunggal, Dialah Sang Firman, Dialah Sang Pencipta segala sesuatu, Dialah penebus, Dialah Hakim, Dialah yang menghakimi langit dan bumi, Dia akan menghakimi seluruh orang yang hidup dan mati, seluruh malaikat”. Tidak ada klaim dari Tuhan Yesus yang tidak menuntut reaksi yang serius. Yesus tidak pernah menyatakan klaim tentang diriNya yang tidak perlu diresponi. Tapi dunia selalu anggap remeh klaim dari Yesus, selalu dianggap becanda, selalu dibuat bahan ejekan. Dunia memalingkan telinga dari Yesus karena tidak serius menanggapi apa yang Dia katakan. Bayangkan berapa kacaunya hidup manusia di dunia ini setelah jatuh dalam dosa, dunia meremehkan klaim yang sangat agung dari Yesus dan mulai meninggikan hal yang remeh di bumi ini. Manusia setelah jatuh dari dosa mempunyai kesulitan untuk melihat mana yang agung mana yang jelek, mana yang mulia, mana yang hina. Yang hina dipermuliakan dan yang mulia dihina. Sekarang orang akan rela antri panjang-panjang, bayar tiket mahal hanya untuk menonton seorang penyanyi dengan suara standar, dengan melodi dari lagu yang sangat remeh, dari beat yang sangat kacau, nari-nari di atas panggung tanpa ada kejelasan bakat, kita rela membayar harga untuk itu. Tapi tidak ada yang mau mencurahkan waktu seserius itu kalau hanya untuk mendengarkan firman atau perkataan dari Tuhan. Tuhan sudah diremehkan dari abad pertama ketika Kristus datang, bahkan sebelumnya. Tuhan terus diremehkan oleh dunia ini, padahal dunia ini akan dihakimi oleh Tuhan. Kalau kita sadar dunia begitu memandang remeh Tuhan, Saudara harusnya punya perasaan gentar, “kok kamu berani meremehkan Allah?”. Ini tindakan meremehkan yang sangat bodoh, dunia sedang menunjukan kebodohan karena tidak pernah anggap serius apa yang Tuhan sedang katakan.

Dunia sudah meremehkan Kekristenan bukan cuma Sang Kristus, tapi pengikutNya pun diremehkan sepanjang sejarah. Zaman dulu menjadi Kristen itu sangat memalukan, karena menjadi Kristen dianggap menjadi Yahudi dan Mesias yang bodoh. Menjadi Yahudi yang punya Mesias yang bodoh. Dan bagi orang abad ke-2 dan 3, Yahudi adalah orang yang punya konsep berpikir kuno sekali. Mereka sangat menghargai filsafat Yunani, tapi mereka sangat meremehkan Yudaisme. Ketika orang Kristen mengatakn “aku punya Mesias dan Dia adalah Anak Daud”, “Daud yang mana?”, “Daud raja Israel”, “kamu percaya sama Mesias dari Israel? Bodohnya kamu. Harusnya kamu percaya hal yang berbau Yunani, Yunani itu adalah yang paling bagus. Filsafat Yunani itu yang paling pitnar, Yahudi itu bodoh”. Akhirnya gereja pun ketularan, banyak teolog-teolog awal, bapa-bapa gereja sangat dipengaruhi pemikiran Yunani. Maka kalau Kekristenan mula-mula sudah biasa diremehkan oleh dunia dan tetap berjuang untuk Tuhan, mari kita berjuang hal yang sama. Kalau Juruselamat kita, Raja kita pun diremehkan oleh dunia, masa kita mau dianggap spesial? Akan ada saat dimana dunia meremehkan kita. Dan waktu itu terjadi, kita tidak perlu menjadi goncang, karena kita sadar dari awal pun dunia ini sudah meremehkan Kekristenan, Pilatus meremehkan Kristus. Tapi yang lebih celaka adalah kalau kita sendiri orang Kristen, tapi kita sendiri meremehkan perkataan Tuhan. Saudara diremehkan oleh dunia, itu biasa, dunia pun meremehkan Yesus. Tapi kalau kita ikut-ikut meremehkan Yesus, ini yang bahaya. Apa pernyataan dari Yesus kita terima dengan perasaan remeh? Ketika Yesus mengatakan “Aku adalah Juruselamatmu”, apakah kita menerima itu dengan perasaan remeh? Atau kita berespon dengan mengatakan “jika Engkau adalah Juruselamatku, jadikan aku milikMu selamanya”. Pilatus meremehkan Yesus, harap kita tidak melakukan hal yang sama. Kita punya perasaan yang takut akan Tuhan, dan setiap kali kalimat yang Tuhan katakan, kita peluk dengan perasaan hormat dan kita taati dengan perasaan tekun.

Lalu kalimat berikutnya “mereka makin kuat mendesak”, orang banyak terus mendesak, “Ia menghasut rakyat dengan ajaranNya di seluruh Yudea. Mulai dari Galilea dan sampai ke sini”, masih didesak terus. “Jangan lepaskan, Dia orang jahat. Tahu tidak dia sudah menyesatkan banyak orang? Dari Galilea dari Yudea”. Mendengar kata Galilea, Pilatus peka sekali, tapi dengar perkataan Tuhan, dia tidak peka. Dia mendengar perkataan penjahat, dia peka. Jadi penjahat yang satu ini mendengar kata-kata penjahat yang lain, “Dia berasal dari Galilea”, “kamu bilang Galilea? Karena kalau Dia dari Galilea, ini bukan urusanku”, Pilatus lega sekali. Karena dia sendiri adalah seorang yang mendapatkan tugas di Yerusalem hanya untuk mendapatkan kesempatan naik pangkat. Pada waktu itu Yudea, Yerusalem, Kaiseria dan lain-lain juga di daerah Dekapolis, itu bukan tempat ideal bagi orang Romawi. Orang Romawi melihat tanah yang subur atau “tempat basah” itu adalah Mesir, Babel, Asia Minor, itu tempat yang paling bagus. Yudea itu “tempat kering” dan banyak berantemnya. Saudara mau diutus ke tempat seperti itu? Kalau Saudara jadi gubernur, Saudara akan pilih tempat yang lain. Jadi Yudea itu bukan tempat yang bagus, bayangkan Pilatus ada di tempat ini dengan lihat kalender setiap hari. Maka dia terus berdoa kepada dewanya supaya tidak terjadi kekacauan, ternya tetap terjadi kekacauan, ada orang yang mengaku sebagai Mesias, dia ingin kasus ini segera pergi dari dia. inilah contoh pemimpin “teladan” untuk para penjahat. Pemimpin penjahat tipe seperti ini, pemimpin yang tidak punya niat menjadi pemimpin. Pemimpin yang cuma mau menghabiskan uang atau cuma mau kenyamanan atau cuma mau karier yang bisa jadi batu loncatan ke depan. Pemimpin yang tidak pernah peduli rakyat, hanya peduli diri, “pokoknya aku nyaman dan aman di tempatku, bisa dapat keuntungan, maka aku mau jadi pemimpin”. Cari pemimpin yang bagus itu susah, doa sama Tuhan supaya ada pemimpin yang baik, baik itu di gereja maupun di politik. Jangan pikir krisis kepemimpinan hanya ada di politik, di gereja pun ada krisis kepemimpinan. Gereja mengalami krisis kepemimpinan karena hamba Tuhan menolak menjadi pemimpin dan orang-orang yang mengatur gereja tidak karu-karuan. Mengapa hamba Tuhan menolak menjadi pemimpin? Karena tidak peduli, menjadi pemimpin itu berat, harus tangani banyak hal. Tapi kalau saya tidak peduli, pokoknya biarkan jalan begitu saja, saya akan lebih nyaman menghidupi kehidupan sebagai pemimpin. Hamba Tuhan tidak mau jadi pemimpin. Lalu orang yang tidak mengerti teologi, tidak mengerti doktrin, tidak mengerti ajaran gereja, asal punya uang dan pengaruh, mulai atur gereja dengan sembarangan. Maka doakan pemimpin gereja pun baik, banyak pemimpin gereja yang baik yang Tuhan bangkitkan. Doakan pemimpin politik pun banyak yang baik yang Tuhan bangkitkan. Pilatus adalah pemimpin yang kerdil sekali, “syukurlah Dia dari Galilea, saya tidak harus urusi orang ini. Bawa Dia ke Herodes”. Dan Herodes sedang ada di Yerusalem. Pilatus meminta supaya Yesus dibawa ke Herodes, Pilatus cuci tangan, dari awal dia niatnya mau cuci tangan terus.

Maka Pilatus lempar kepada Herodes dan di dalam pertemuan Herodes dengan Yesus, kita tidak bisa menemukan tipe dunia yang lain lagi. Karena dikatakan Herodes sangat excited waktu mau bertemu dengan Yesus. Ketika orang memberikan kabar “Yesus dikirim oleh Pilatus untuk diadili oleh engkau”, Herodes senang sekali. Dia senang karena dia melihat Yesus bukan sebagai ancaman, dia melihat Yesus sebagai miracle worker, seorang pekerja mujizat. Herodes tidak melihat Yesus sebagai ancaman meskipun papanya dulu, yaitu Herodes Agung, membunuh anak-anak di Betlehem ketika dengar berita Yesus lahir. Yesus tidak menakut bagi Herodes, sama seperti Yesus tidak menakutkan bagi dunia ini meskipun Dia adalah Hakim. Dia mau cari Tuhan, mau cari sensasi lagi, mau cari tanda-tanda. Dan mungkin, meskipun Alkitab tidak mencatat, mungkin dia mau memanfaatkan momen ini untuk menjadikan Yesus miliknya, lalu dia bisa menguasai Yesus dan menunjukan “ini adalah nabi besar dan Dia kukuasai, Dia berpihak kepadaku”. Mungkin dia mau menawarkan pembebasan kepada Yesus, “tunjukan mujizat, kalau bisa saya akan bebaskan Engkau, dan Engkau menjadi milikku, Engkau akan menjadi nabi kerajaan. Dan kerajaanku akan terkenal kalau punya nabi sehebat Engkau. Tunjukan mujizat”, untuk orang ini Yesus tidak mau menyatakan apa pun, tidak ada firman yang boleh di dengar oleh orang seperti ini. Firman Tuhan begitu agung dan mahal, tidak sembarang orang boleh dengar. Maka kalau Saudara diberi kesempatan dengar firman, mohon berespon dengan baik. Yang memohon adalah saya, bukan Tuhan, Tuhan tidak perlu memohon kepada kita. Saya mohon kita sebagai sesama orang Kristen, mari kita responi firman dengan baik, karena Tuhan tidak memberikan firman kepada sembarang orang. Dan kita adalah orang yang sebenarnya semabrang juga, tapi Tuhan memberikan anugerah besar kepada kita boleh dengar firman. Herodes tanya “coba lakukan mujizat”, Yesus tidak berespon sama sekali. Herodes melambangkan dunia yang masih mau memanfaatkan Tuhan untuk sensasi, untuk menunjukan kehebatan kebesaran, mau menjadi besar melalui sensasi dari TuhanKalau Dia bisa memberikan makan kepada 5.000 orang, itu lumayan”, itu yang kira-kira Herodes mau. “Ayo tunjukan mujizat, aku sudah punya rencana untuk Engkau. Tapi kalau Engkau tidak melakukan apa-apa, saya juga tidak akan melakukan apa-apa. Aku tidak bisa tolong Engkau kalau Engkau tidak tolong aku. Saya bebaskan Engkau dari hukuman ini, saya punya power untuk menyingkirkan orang-orang yang teriak-teriak ini. Saya lebih kuat dari Pilatus”, karena memang kerajaan Herodes lebih kuat dari pada Pilatus. Pilatus adalah orang yang punya tentara pas-pasan, karena Roma selalu menghitung segalanya pakai uang. Pilatus minta ada 1.000 tentara lagi, tapi karena tentara mahal, maka hanya diberi 100 tentara. Maka kekuatan Herodes jauh lebih besar dari pada Pilatus. Pilatus ketakutan dengan orang banyak, tapi Herodes mengatakan “orang banyak? Saya bisa sembelih 1.000 orang di depan 5.000 orang kalau mau. Saya punya kekuatan untuk itu”, kalimat ini dikatakan Herodes, karena kuasanya besar. Saya bisa bebaskan Engkau. Tapi tolong kerjakan sesuatu dulu”. Yesus tidak menjawab sama sekali. Orang ini tidak layak mendapatkan firman. Maka gereja yang mirip Herodes, minta tanda, tidak layak mendapatkan firman. Maka Saudara sulit menemukan keduanya bersatu. Gereja yang menuntut tanda, sulit ada firman. Gereja yang menekankan firman, tidak lagi perlu melihat tanda. Maka gereja yang menggembor-gemborkan tanda, tidak ada firman, karena itu patron dari awal. Herodes tidak dapat firman karena cuma cari tanda. Ini sebabnya Tuhan mau kita memilih “kamu mau cari tanda atau firman? Berbahagialah kamu yang mencari firman karena Kristus adalah Sang Firman hidup”. Lalu Herodes dan pasukannya mulai menista, ternyata orang ini tidak ada apa-apanya. Maka dia pun mengenakan jubah kebesaran dan mengirim Dia kepada Pilatus lagi. Dan hari itu Herodes dan Pilatus jadi berbaikan. Ini menggenapi apa yang dikatakan di Mazmur 2, kerajaan dunia bersatu untuk melawan Yesus.

Bagian hari ini mengingatkan kepada kita untuk bersikap benar kepada Kristus. Karena Lukas mengajarkan kepada kita betapa mengerikannya orang yang tidak kenal Kristus bersikap kepada Kristus. Mereka menghina Kristus, menganggap sepi kata-kataNya dan menginginkan Dia untuk dimanfaatkan. Kita tidak boleh jadi orang Kristen yang mengabaikan perkataan Kristus. Dan tidak boleh jadi orang Kristen yang cuma mau memanfaatkan Dia. Kiranya kita boleh makin mengenal siapa Kristus, makin mengagumi Dia dan makin mengerti keagunganNya yang dinyatakan dalam cara yang tersembunyi. Berbahagialah mereka yang melihat kemuliaan di tempat yang tersembunyi.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Pelantikan Sang Raja

(Lukas 22: 63-71)
Kita sudah sampai pada bagian mendekat pada penderitaan Yesus. Di sini Yesus memulai penderitaanNya dengan cara yang sangat paralel dengan apa yang sudah dikhotbahkan atau dinubuatkan oleh para nabi. Kematian Yesus menggenapi Perjanjian Lama, dan kematian Yesus memuncakan cerita dari bangsa Israel. Ini adalah 2 hal yang harus kita pahami dengan benar, Yesus adalah Raja Israel dan Yesus adalah penggenap dari seluruh nubuat di Perjanjian Lama. Maka Yesus sebagai Raja Israel dan penggenap nubuat Perjanjian Lama itulah yang sekarang sedang dipresentasikan, yang sekarang sedang dikabarkan oleh penulis Injil. Baik Matius, Markus, Lukas maupun Yohanes adalah pemberita Injil, dan Injil yang mereka beritakan bukan hanya mengenai Yesus yang mati dan bangkit saja, tetapi memberikan konteks atau pengertian yang utuh tentang siapa Yesus dan mengapa Dia mati dan bangkit. Tapi mengapa menebus dosa harus pakai mati? Mengapa mati untuk menebus dosa? Kita sering pakai contoh orang yang rela mengambil posisi orang lain. Ada orang yang sudah jatuh dalam kesalahan, lalu dihukum dengan hukuman yang sangat berat. Lalu ada orang lain mengatakan “jangan dia dihukum biar saya saja yang dihukum. Saya dihukum menggantikan dia”, ini sangat sulit kita lihat sebagai sesuatu yang adil. Bagaimana bisa adil kalau satu orang bersalah, diganti hukumannya oleh orang lain, lalu orang yang bersalah ini bisa bebas begitu saja? Ini tentu tidak adil, karena siapa bersalah, dia harus dihukum, dia mesti menggantikan kesalahannya dengan dirinya sendiri. Hukum Taurat mengajarkan ini dengan sangat ketat, siapa bersalah harus dihukum, jika kamu menemukan ada orang mencuri kambing/lembu/sapi milik tetangganya, kamu harus tangkap orang ini, serahkan kepada imam, dan dia harus dihukum. Dia mesti membayar kembali berkali-kali lipat semua barang yang sudah dia curi. Dia kembalikan semua barang yang dicurinya, lalu dia ganti beberapa kali lipat. Bagaimana kalau dia tidak punya uang? Dia harus menjadi budak dari orang yang bendanya pernah dicurinya. Bolehkah ada orang yang menggantikannya? “Saya gantikan karena orang ini tidak sanggup”, tidak bisa. Tapi apakah ada konsep penggantian di dalam Perjanjian Lama? Ada.

Di mana ada pengertian pengganti di Perjanjian Lama? Ada beberapa bagian yang menyatakan tentang hal ini, pertama adalah berkaitan dengan warisan. Kalau kamu mewarisi sesuatu demi orang lain, maka kamu harus mendirikan nama bagi orang lain itu. Ini merupakan satu budaya yang sangat asing bagi kita. Jika Saudara menikah dengan seorang perempuan, dan Saudara meninggal. Lalu adik Saudara mau menikah juga, maka adik Saudara harus pertama-tama menikah dengan istri yang Saudara sudah nikahi. Lalu anak pertama yang lahir dari relasi adik dan istri Saudara harus menjadi anak Saudara. Jadi orang yang mati terus ada namanya, karena diteruskan oleh orang-orang yang lahir kemudian. Tapi kalau sang adik mengatakan “saya tidak mau menikah dengan dia, saya punya hidup sendiri, saya punya warisan sendiri, saya punya nama sendiri yang harus saya perhatikan”, maka orang ini mesti cari siapa lagi selain dia yang bisa menikah dengan perempuan yang sudah mati suaminya. Lalu harus ditanya “bersediakah engkau menjadi penebusku? Menebus warisan dan tanah yang harusnya menjadi milikku. Karena tidak mungkin aku ambil, aku harus mendirikan namaku sendiri. Nama dari kakakku (atau orang yang sudah mati itu) tidak mau aku lanjutkan, maukah kamu yang lanjutkan?”, maka orang ini boleh menjadi penebus yang mengambil alih segala hal yang harusnya ditanggung oleh orang yang menolak menikahi perempuan yang ditinggal mati suaminya. Ini semua rumit untuk kita pelajari, tapi mesti kita pahami, inilah cara budaya Israel bisa berkembang dengan sangat adil. Dan inilah cara untuk memelihara perempuan-perempuan yang kehilangan suaminya, supaya mereka tidak menjadi perempuan yang liar atau menjadi pelacur untuk bertahan hidup, atau menjadi janda miskin yang akhirnya mati kelaparan. Tuhan sangat perhatikan orang-orang. Segala prinsip di dalam Alkitab yang sepertinya aneh, mesti kita masukan di dalam budayanya. Dan waktu kita berhasil memasukan itu dalam budayanya, baru kita tahu ternyata prinsip-prinsip ini begitu agung dan begitu penuh perhatian untuk orang-orang yang diatus oleh peraturan ini. Jadi sebelum menghina Taurat atau Perjanjian Lama, tolong hina dulu diri kita yang kurang belajar sejarah dan tidak mengerti konteks dari Perjanjian Lama. Sebab kalau kita sudah mengerti konteksnya, baru kita bisa mengerti betapa indah dam agungnya peraturan Tuhan itu. Ini tidak ada kaitannya dengan lembaga hukum, Saudara akan menemukan keanehan kalau ini dikaitkan dengan prinsip hukum sekarang, tidak ada orang yang bisa menggantikan hukuman orang lain, itu tidak benar di dalam pengadilan. Maka contoh pengadilan sebenarnya tidak masuk dalam kisah Alkitab meskipun contoh pengadilan itu sangat populer dalam kehidupan orang Kristen sekarang. Kepala menggantikan yang sudah mati, ini aneh. Tapi inilah cara Tuhan mengatakan “ini caraKu melindungi janda, ini caraKu melindungi keturunan dari seseorang”, ada orang yang hidup atas nama orang itu”. Lalu bagaimana dia hidup? Dia hidup dengan mengambil tempat orang itu. Di mana dia hidup? Di tanah orang yang sudah mati. Siapa istrinya? Istri orang yang sudah mati. Dia menggantikan orang itu sampai anak laki-laki pertama, setelah itu anak kedua, ketiga dan selanjutnya tidak lagi menjadi milik orang yang sudah mati, dan dia sudah berhenti menjadi wakil dari orang yang sudah mati, meskipun dia terus menikahi perempuan ini. Maka istri dari orang yang meninggal itu tetap terpelihara, tanah tetap terpelihara, anak-anak dan keturunan dari orang yang sudah mati tetap ada. Ini pengertian pengganti yang pertama.

Pengertian pengganti kedua berkait dengan tugas imam. Dikatakan kalau ada orang yang tanpa sengaja membunuh orang lain, misalnya ada orang yang sedang menebang pohon, karena terlalu semangat menebang pohon, kapaknya patah dan terpelanting ke kepala orang di sebelahnya, sehingga orang itu mati. Orang ini sudah membunuh orang lain, tapi dia tidak sengaja. Maka pasti akan muncul orang yang mau membalas dendam. Tapi pengadilan Tuhan mengatakan tidak boleh dibunuh, orang ini tidak membunuh dengan sengaja. Kalau begitu bagaimana menyelamatkan orang ini? Orang ini mesti pergi ke kota perlindungan dan tidak boleh keluar dari situ. Seperti terpenjara, karena dia lalai, dosanya adalah lalai bukan membunuh orang. Dosa lalai harus dihukum, tapi tidak boleh hukum orang lalai dengan hukuman seorang pembunuh. Orang itu akan tinggal di kota perlindungan sampai imam besar mati. Mengapa ketika imam besar mati membuat dia bebas? Karena segala hal yang dia lakukan itu kena ke imam besar. Di sini kita mengerti satu hal bahwa imam besar dipanggil oleh Tuhan untuk mewakili seluruh bangsa itu. Perwakilan seluruh bangsa ada pada imam besar. Imam besar adalah wakil seluruh bangsa, maka kematian dia membuat orang yang ada di kota perlindungan bisa keluar. Inilah konsep pengganti yang kedua di dalam Kitab Suci. Jadi seorang imam menjadi pengganti dari yang lain karena dia adalah kepala. Tapi Israel dan Imamat di dalam Israel, peraturan di dalam Israel, dan Taurat di dalam Israel semua hanyalah contoh atau bayangan saja. Bayangan dari sebuah kerajaan yang akan Tuhan dirikan di sorga, dimana bumi akan disatukan dengan kerajaan ini. Kerajaan ini adalah Kerajaan Sorga, bukan kerajaan bumi, kerajaan ini adalah Kerajaan Allah bukan kerajaan manusia. Seperti apa kerajaan ini? Kerajaan ini bisa kita pahami sedikit bayang-bayangnya melalui apa yang ada di dalam Kerajaan Israel. Inilah cara Tuhan bekerja, Tuhan bukan cuma pemberi informasi saja, tapi Tuhan juga pemberi ilustrasi terbaik sedunia. Ilustrasi paling bagus itu dari Tuhan. Ketika Tuhan mengatakan “Aku ada kerajaan, Kerajaan Allah, Kerajaan AnakKu”, lalu kita tanya “bagaimana mengerti kerajaan ini?”, Tuhan mengatakan “ini contohnya, Aku berikan ilustrasi yaitu Israel”. Jadi Israel di dalam segala kesempurnaan yang Tuhan mau mereka jalankan adalah contoh mereka berfungsi sebagai ilustrasi dari kerajaan yang jauh lebih besar yang akan Tuhan dirikan nanti. Apa yang terjadi di tengah-tengah Israel? Mereka mempunyai imam yang menjadi kepala bagi yang lain, tetapi imam ini bukan sungguh-sungguh jadi kepala. Karena imam yang sejati tidak bisa terpisah dari tubuh. Kepala yang sejati tidak mungkin terpisah dari siapa yang dia kepalai. Kalau begitu bagaimana kita memahami tubuh? Tidak boleh terpisah dari kepala. Bagaimana bisa memahami kepala? Tidak bisa terpisah dari tubuh. Yang dialami tubuh akan dialami kepala dan yang dialami kepala akan dialami tubuh. Inilah ilustrasi secara fisik. Ilustrasi yang diberikan Tuhan bukan hanya secara fisik, melainkan juga secara komunal, secara masyarakan. Di dalam masyarakat atau bangsa yang Tuhan inginkan, sang kepala itu benar-benar mewakili bawahannya. Perwakilan yang benar-benar mewakili. Perwakilan yangt idak bisa dipisah, perwakilan yang menyatakan identitasnya di dalam kelompok yang dia wakili. Ini pengertian yang sangat indah sekali. Sang kepala mengidentikan dirinya dengan yang dikepalai. Inilah yang Tuhan coba bikin dalam sistem imamat, siapakah para imam? Wakil Israel. Bagaimana imam mewakili Israel? Dengan mewakili mereka dalam kemuliaan. Imam punya baju bagus sekali, ini mewakili kemuliaan Israel. Tapi imam juga harus membawa korban, binatang yang disembelih. Binatang yang disembelih adalah wakil dari kehinaan Israel. Imam jadi wakil Israel, ketika imam itu bagus sekali pakaiannya, Saudara akan mengatakan “sungguh inilah kemegahan Israel”. Tapi waktu imam itu membawa korban, Saudara akan melihat “sungguh inilah kecemaran Israel”. Inilah pandangan yang akan dilihat oleh orang waktu memandang imam yang sedang mempersembahkan korban. Imam pakai baju yang bagus sekali. Tuhan sangat ketat mengatakan imam bajunya harus begini, yang paling baik, namun juga mewakilkan kerendahan Israel melalui korban. Sehingga mereka menjadi wakil kemuliaan dan pengorbanan Israel. Imam ini adalah kepala pertama dari Israel, belum ada raja.
Maka Tuhan menginginkan format imamat menjadi format yang berkait dengan raja. Tuhan tidak ingin Israel diperintah oleh raja yang tidak mengerti imamat. Tuhan ingin Israel diperintah oleh politik yang tidak berkait dengan agama dan pengorbanan para imamat. Yang mengerti ini cuma Daud. Daud adalah orang yang benar-benar mengerti bagaimana dia menjadi imam, meskipun dia adalah raja bukan imam. Dia mengerti betapa pentingnya imam. Dia adalah orang yang benar-benar angkat imam yang paling baik, dia adalah orang yang memelihara imamat dengan baik. Dia ingin tabut perjanjian ada di kerajaannya, di kota tempat dia memerintah supaya orang tahu bahwa yang memerintah itu Tuhan dan imamat Tuhan adalah imam yang harus dipandang serius. Daud jugalah yang mengerti konsep-konsep imamat dan pengorbanan. Waktu dia melihat dirinya penuh dosa, dia mengatakan “korban persembahan tidak pernah Engkau inginkan, hati yang hancur itulah persembahan yang sejati, itulah pengorbanan yang sejati. Setelah hatiku hancur, baru Tuhan terima persembahan Israel”. Jadi hati hancur dan persembahan sangat berkait. Daud adalah seorang raja yang mengerti pentingnya posisi imam. Maka Tuhan bangkitkan Israel dengan pengertian yang kita bisa dalami, bahwa Tuhan ingin ada raja yang menjadi wakil dari Kerajaan Allah, menjadi gambaran, menjadi bayangan dari Raja sejati yang akan muncul. Kapan Raja sejati muncul? Perjanjian Lama sudah menyiapkan bahwa Raja sejati itu akan muncul dalam beberapa tanda. Tanda apa saja?

Yang pertama tanda bahwa Israel akan mendapat raja yaitu ketika mereka dibebaskan dari bangsa-bangsa asing. Mereka harus lari dulu dari Babel dan tinggal di daerah sendiri. Tanda kedua adalah bahwa Mesias itu akan datang ketika ada kelompok orang yang hatinya kembali kepada Tuhan melalui kembali kepada keluarga, kepada bapa, kepada anak dan kepada seluruh masyarakat di Israel. Ada kelompok yang taat pada Taurat, yang menghormati orang di atasnya, menghargai orang di bawahnya. Ada komunitas, meskipun belum seluruh Israel, komunitas yang mengerti bagaimana hidup dengan benar di dalam komunitas itu. Ada pertobatan sejati. Itu yang terjadi ketika Yesus datang. Yohanes Pembaptis memberikan perubahan besar, dia menyatakan kuasa pertobatan yang besar, dan dia memberikan khotbah yang membuat begitu banyak orang bertobat. Yohanes Pembaptis punya kekuatan besar untuk memberikan pertobatan, karena ini adalah salah satu tanda bahwa Tuhan akan mengirim Mesias.

Lalu tanda ketiga, ini jarang dipahami, tanda ini ada di dalam Yesaya 52 dan seterusnya. Ini adalah tanda di mana Sang Raja itu akan dilantik oleh Tuhan dengan cara yang belum pernah dilakukan untuk melantik raja sebelumnya. Ini adalah Raja yang dilantik dari kondisi umat. Raja dilantik berdasarkan kondisi dari umat, ini pola Israel. Salomo dilantik dengan naik keledai, bukan naik kuda perang. Mengapa tidak naik kereta berkuda? Karena Salomo dilantik dengan keadaan yang damai, mewakili keadaan Israel yang seharusnya damai. Jadi pelantikan raja akan sangat sesuai dengan kondisi dari orang Israel. Pelantikan tidak boleh megah kalau Israel tidak berada dalam keadaan yang megah. Tuhan sudah berfirman “janganlah dia orang yang ingin mewah”, karena kalau Israel berada dalam keadaan yang biasa apalagi miskin, raja harus juga berada dalam keadaan yang sama. Maka tidak boleh ada kemegahan dan kemewahan ada pada raja. Sekarang Yesus dilantik berdasarkan Yesaya 52, di dalam Yesaya 52 dikatakan bahwa Sang Raja ini menjadi hamba dan Sang Raja ini menjadi orang buangan. Mengapa Dia menjadi orang buangan? Karena Israel sedang dibuang. Bukankah tadi dikatakan Israel sudah kembali dari Babel dan berada dalam keadaan yang baik? Iya, secara fisik ini harus terjadi supaya Mesias bisa datang. Tapi secara hati, begitu banyak orang sudah lari dari Tuhan, sehingga mereka sebenarnya ada dalam pembuangan. Dan tidak hanya itu, Yesus bukan hanya mewakili Israel, Yesus juga mewakili seluruh bangsa-bangsa lain yang sedang ada dalam pemberontakan. Maka Yesus sedang tidak dilantik dengan cara yang hebat, mewah, megah. Yesus dilantik dengan cara yang menunjukan diriNya sebagai wakil dari umat, dan umat sedang berada dalam keadaan dibuang. Itu sebabnya Dia harus dibuang. Dia tidak hanya mati untuk gantikan kita, Dia harus diperlakukan sebagai orang buangan. Inilah yang Alkitab coba jelaskan kepada kita, bukan cuma Yesus mati supaya kita bangkit, Yesus bisa mati dengan banyak cara. Dulu murid Sekolah Minggu saya bertanya “apakah kematian Yesus bisa membuat kita bangkit, membuat kita hidup?”, “iya, Yesus mati supaya kita bisa dibangkitkan, supaya kita hidup”, “kalau begitu mengapa Yesus matinya harus sengsara seperti itu, harus disalib? Mengapa kematianNya tidak tenang? Kan kalau mati akan sama saja”. Bisa tidak Yesus diberikan racun yang begitu diminum, jantungNya langsung mati, mati dengan tenang. Yang penting kan mati? Salah, yang penting itu adalah Dia diidentikan dengan orang yang buang, bukan hanya masalah mati saja. Mengapa Yesus mati? Karena mati adalah bagian puncak dari pembuangan. Di dalam Kitab Bilangan 24 dikatakan “kalau Israel setia, kamu akan dapat berkat. Kalau kamu tidak setia, kamu akan dapat kutuk”, kutuknya adalah dibuang oleh Tuhan dan segala efeknya. Efek dibuang oleh Tuhan adalah efek yang sedang dialami oleh Yesus. Maka Dia mulai menghidupi kehidupan sebagai orang buangan dari awal Dia ada di dunia ini. Dia bukan baru menderita ketika akan disalib, Dia sudah mengalami rasanya jadi orang buangan sejak titik awal pelayanan. Dan di dalam keadaan hidup yang menuju kepada salib, Dia semakin menunjukan diri sebagai orang yang dibuang. Siapa saja yang membuang Dia? Pemimpin agama membuang Dia, orang politik sekarang ikut-ikutan membuang Dia, para murid pun mulai membuang Dia dengan pengkhianatan, orang dekatNya mulai meninggalkan Dia, Dia benar-benar tersendiri. Dia menyatakan apa yang dinyatakan Yesaya 52, “lihat orang itu, lihat hamba tiu, tidak lagi seperti manusia. Kalau kita lihat Dia, kita tidak ingin dekat dengan Dia. Dia dihina banyak orang”. Penghinaan pada zaman itu baik dalam tradisi Romawi maupun Yahudi adalah memberikan tangan kepada kepala dengan kasar. Menampar orang, apalagi pakai punggung tangan, itu adalah penghinaan besar sekali. Itu menunjukan bahwa orang yang Saudara tampar tidak layak untuk dianggap sama dengan manusia. Setelah ditampar, orang itu dengan sangat marah akan mengatakan “apakah aku anjing, sehingga kamu perlakukan aku seperti itu?”, karena tamparan dengan punggung tangan itu hina sekali. Tapi ada yang lebih hina dari pada menampar dengan punggung tangan, yaitu pukul di kepala. Memukul seseorang di kepala adalah penghinaan luar biasa besar, menunjukan saya adalah orang yang menindas kamu, kamu adalah orang yang tidak layak disebut manusia, buktinya saya pukul kamu di kepala dan kamu tidak bisa balas. Kalimat di dalam Mazmur 22 dan Yesaya 52 mengatakan orang di sekitar Dia menghina dengan mengatakan “bukankah Engkau adalah orang yang diperkenan Tuhan. kalau Engkau adalah orang yang diperkenan Tuhan, tunjukan mana buktinya”, tapi orang-orang ini bukan mau bukti, mereka mau hina terus, sehingga orang yang menjadi hamba ini terus ditekan, diremehkan, dihina. Jangan anggap bahwa Yesus menjalani ini tanpa perasaan apa pun. Kita sering membaca Kitab Suci dengan perasaan sangat-sangat di luar. Ketika Dia dipukul, tidak ada orang menahan Dia dan mengatakan “tetap tenang, aku bersamaMu”. Dia berada di dalam kesendirian yang sangat besar. Banyak orang sangat takut kalau jadi sendiri. Ada orang mengatakan “saya tidak mau sendiri, kalau tua saya tidak mau mati sendiri, saya mau didampingi dan disertai oleh orang-orang yang saya kasihi”. Tapi di saat Yesus mati, semua orang meninggalkan Dia, tidak ada yang mendekat pada Dia. Dan orang-orang mulai mengatakan “ini adalah orang yang dikutuk oleh Tuhan. Saya tidak mau dekat dengan Dia, supaya saya tidak dianggap bersekutu dengan orang ini”. Dia menjadi sampah yang disampahkan oleh dunia. Dia menjadi kotoran yang diinjak-injak oleh dunia ini. Dia menjadi semua yang hina dan hancur, yang dianggap rendah, yang boleh dibuang, yang boleh dimatikan, yang boleh dilempar begitu saja. Saya mau tanya, kalau itu engkau bagaimana perasaanmu? Kalau itu Saudara bagaimana? Saya sangat ingin kita berpikir baik-baik, kalau besok Saudara mulai dihina oleh orang, Saudara mulai dianggap “saya tidak kenal kamu”, mulai difitnah hal yang jahat, mulai dibenci, mulai disakiti secara fisik dan tidak ada orang yang membela, ini pemandangan yang pengalaman yang banyak dialami di dalam sejarah. Benarkah kita tahu betapa beratnya tersendiri itu? Betapa beratnya menjadi orang yang di-exclude dari persekutuan masyarakat. Anak remaja sering mengatakan “kami punya masalah, kalau kami tidak punya teman itu rasanya sepi sekali. di sekolah kesepian, kalau dibully rasanya sangat rendah, sangat hancur”. Saya mau kasi tahu satu hal, Yesus di-bully lebih parah dari siapa pun di dunia ini, oleh sebab Dia adalah Raja yang rela dipermainkan oleh bawahanNya. Orang berani memukul kepalaNya dan menghina Dia, “siapa yang memukul Engkau? Coba beri tahu kepada kami”, ini tantangan, “kalau ada yang pukul Kamu, balas. Engkau raja atau bukan? Balas dendam. Engkau Raja, Engkau orang hebat, balas dendamMu yang membara karena Engkau dipermainkan oleh orang”.

Ayat 66 mengatakan “hari siang berkumpulah sidang para tua-tua bangsa Yahudi dan imam-imam kepala dan ahli Taurat. Dan mereka menghadapkan Dia ke mahkamah agama”. Di dalam Kitab Mazmur dikatakan bahwa para imam akan sujud kepada Sang Mesias. Mesias datang, yang pertama menyambut adalah para imam. Mengapa para imam menyambut Sang Mesias? Karena para imam ini yang paling peka untuk melihat kapan Mesias datang. Tapi para imam di sini sangat tidak peka, karena mereka justru yang mau membunuh Sang Mesias. Jadi Mesias akan berdiri di hadapan para imam dan Dia justru dihakimi oleh para imam. Keadaaan Yesus sangat kasihan oleh karena imam kepala pun hadir untuk menjatuhkan hukuman kepada Dia. Tapi Tuhan memakai dialog ini untuk mengatakan kalimat yang besar sekali, para pemimpin agama mengatakan “jika Engkau Mesias, katakan kepada kami”, Yesus menyatakan dengan jelas pada bagian ini, Yesus mengatakan “sekalipun Aku mengatakannya kepadamu, namun kamu tidak akan percaya”. Kalimat ini sepertinya tidak jelas bilang, sepertinya Yesus takut, “Engkau Mesias atau bukan?”, “bisa dibilang iya dalam tafsiran tertentu, tapi juga mungkin tidak dalam perspektif yang lain”, “jadi Engkau Mesias atau bukan?”, “sebelum aku jawab”, jawaban yang muter ke mana-mana, ini contoh jawaban dari orang yang menghindar dari jawaban, banyak hal yang mau disembunyikan. Tapi Yesus tidak seperti itu, Yesus menyatakan sesuatu untuk mendewasakan orang, Dia tidak pernah mengeluarkan kalimat untuk mengaburkan kebenaran, Dia mengeluarkan kalimat untuk menantang orang bertumbuh. Maka orang tanya “benarkah Engkau Mesias? Katakan kepada kami”, Yesus bilang “ini bukan masalah Aku mengatakan atau tidak, ini masalah kamu tidak mau percaya”. Jadi Yesus tidak menolak Dia Mesias, Dia dengan jelas mengatakan “untuk apa kamu minta jawaban kalau kamu tetap tidak percaya. Aku Mesias, dari awal Aku sudah menyatakannya dan Aku tidak berniat untuk menyangkalinya sekarang. Tapi engkau yang perlu bertobat. Yang perlu berubah adalah kamu, bukan pesan Tuhan”. “Tuhan, mana pesanMu?”, “Aku sudah bicara dari dulu, sekarang giliranmu untuk berubah”. Pesan dari Tuhan sulit diterima oleh manusia, karena manusia menolak berubah cara berpikir. Kita menolak merubah diri, tapi kita menuntut Tuhan mengubah pesanNya, itu tidak mungkin. Yesus mengatakan “sekalipun Aku mengatakannya kepadamu, namun kamu tidak akan percaya. Dan sekalipun Aku bertanya sesuatu kepadamu, namun kamu tidak akan menjawab”. Pertanyaan yang Yesus tanyakan adalah “kalau kamu benar-benar ingin tahu jawabannya, mengapa perlakukan Aku seperti ini?”. Saudara kalau diduga raja, apakah akan diperlakukan seperti ini? Karena di sini Dia mungkin raja, mungkin Mesias, mungkin bukan, sehingga orang tidak boleh memperlakukan Dia seolah-olah Dia palsu. Ada di dalam pengadilan istilah sebelum orang terbukti bersalah, presumption of innocence, jadi sebelum diputuskan bersalah, dia tidak bersalah. Sehingga tahanan dan segala hal yang ditimpakan itu adalah tindakan pengamanan, bukan tindakan penghukuman. Nanti kalau terbukti bersalah, baru akan dilibatkan sebagai bagian dari penghukuman. Maka kalau ada orang sudah dianggap palsu, diludahi, dipukul, ditendang, dihina lalu tanya lagi “jadi benar tidak Engkau Mesias”, ini tindakan apa? ini menunjukan ketidak-logisan dari orang-orang yang menangkap Yesus. Maka Yesus mengatakan “Aku tanya pun tidak akan kamu jawab”, ayat 69 “mulai sekarang Anak Manusia sudah duduk di sebelah kanan Allah yang Mahakuasa”. Sudah duduk maksudnya ini adalah pelantikan Yesus. Kalimat ini sangat menggugah saya, Yesus sedang mengklaim “ini pelantikanKu. Kamu tahu tidak Aku Mesias”, “tahu dari mana?”, “inilah pelantikanKu”. Ini pelantikan Mesias, sudah dinubuatkan dalam Mazmur 22, Yesaya 52 dan 53, bahwa orang ini akan dihina, dicerca, dihancurkan bahkan dimatikan. Mengapa ini jadi pelantikan Sang Mesias? Karena Sang Mesias dilantik sesuai dengan keadaan umat. Dan kalau keadaan umat ada dalam pembuangan, bukankah Mesias harus dilantik sebagai orang yang dibuang juga? Ini benar-be Ilmu politik manusia sejak awal dikemukakan dari zaman Solon atau bahkan zaman pra-klasik Yunani sampai modern, tidak ada orang pernah mengeluarkan teori politik bahwa pemimpin politik harus dilantik berdasarkan keadaan rakyat. Dan kalau keadaan rakyat sedang dibuang, pemimpin itu harus dilantik dengan cara pembuangan. Sungguh apa yang Tuhan nyatakan begitu agung, sebab pelantikan Yesus adalah pelantikan yang dilakukan di dalam cara pembuangan. Di sini kemuliaan dan hina bersatu, di sini secara paradoks tingginya tahta Yesus dan rendahnya tahta Dia disatukan dengan cara yang sulit kita pahami. Kemuliaan dan kehinaan bersatu. Hal yang gelap dan terang sepertinya bercampur di sini, hal yang suram dan cerah menjadi satu dalam penderitaan Yesus. Maka kalimat ini sangat berani “tidak tahukah kamu bahwa ini adalah pelantikanKu?”, inilah pertanyaan Yesus “kalau Aku tanya kamu, pasti kamu tidak akan jawab. Tidak tahukah kamu saat ini Aku sedang ditinggikan”. Mengapa ditinggikan dengan cara seperti itu? Sebab Aku sedang mengambil kedudukan sebagai umatKu. Umat diganti oleh Yesus, umat dalam pembuangan. Kalau begitu Yesus mengatakan “Akulah kepalamu, dan untuk menjadi Kepalamu, Aku harus dibuang bersama dengan engkau”. Maka pembuangan sedang Yesus jalani dan Dia mengatakan “mulai sekarang Anak Allah duduk di sebelah kanan Allah”. Kata mereka semua, “Kalau begitu Engkau ini Anak Allah?”, Yesus menjawab “kamu sendiri mengatakan bahwa Aku adalah Allah”. Kata mereka “untuk apa kita perlu kesaksian lagi, kita ini telah mendengarnya dari mulutNya sendiri”. Jangan salah mengerti kalimat ini dengan contoh “apakah engkau anak allah?”, “kamu sendiri yang mengatakannya”, bukan seperti itu, jangan salah kesan di sini. “Apa engkau benar adalah akan allah”, Yesus mengatakan “kamu sendiri mengatakannya bahwa Aku adalah Anak Allah”. Yesus mengatakan demikian karena tindakan yang dilakukan oleh orang Yahudi ini menunjukan bahwa Yesus adalah Anak Allah yang sedang dilantik. Yesus membalikan pertanyaan mereka kepada fakta yang terjadi. Yesus menunjukan bahwa mereka tidak mengerti Alkitab, kalau mereka mengerti Alkitab, mereka akan tahu bahwa apa yang dialami Yesus ini sama dengan yang ditulis di Mazmur 22 atau pun Yesaya 52. “Engkau Anak Allah?”, “engkau sendiri mengatakannya”, “dengan apa kami mengatakannya?”, “dengan mulutmu dan perbuatanmu. Engkau sedang menjalankan bagian melantik Aku sebagai Raja dengan cara seperti ini”. Ini benar-benar menantang konsep berpolitik kita. Ini bukan berarti mereka tidak dihukum, mereka akan dihukum karena tindakan mereka. Tapi tanpa mereka sadari, mereka sedang berbagian dalam pelantikan Yesus yang sedang dibuang. Pembuangan ini akan membuat Dia satu dengan umatNya dan kebangkitan Yesus akan menjadi satu dengan umatNya juga. Penderitaan kita sudah disatukan dengan Yesus di sini, dan suatu saat ketika Dia bangkit, kebangkitanNya akan disatukan dengan umatNya. Kesatuan inilah yang Yesus sedang bagikan, maka Yesus mengatakan “lihat Aku satu dengan umatKu”, dibuang, “dan engkau akan satu denganKu”, dibangkitkan. “Engkau akan satu denganKu”, duduk di sebelah kanan Allah. Ini berita Injil yang indah sekali. Maka kalau ditanya mengapa Yesus harus menderita, dipermalukan dan mati? Karena Dia sedang mengambil tempat kita sebagai umat, sebab Dia adalah kepala. Mengapa Dia harus mati? Karena Dia mengambil tempat sebagai kepala kita. Apakah contoh pengadilan tepat untuk ini? Tidak, contoh kepala sangat cocok. Mengapa Dia menderita? Sebab Dia mewakili kita. Kalau begitu perwakilan itu sudah cukup untuk menjalani segala hal yang sulit itu? Sudah cukup, Dia sudah menjalani pembuangan bagi kita, supaya kita boleh mendapatkan kebangkitan di dalam Dia. Bagian ini menunjukan penderitaan Kristus yang justru secara paradoks Tuhan pakai untuk menyatakan kemuliaanNya, “lihat Rajamu seperti seekor domba. Lihat Rajamu sepertin Anak Domba”. Harap ini menjadi kekuatan bagi kita untuk mengerti bahwa di dalam penderitaan salib ada kemuliaan karena Yesus dilantik dalam keadaan seperti ini. Dan ketika Dia dihina sampai mati, Dia akan bangkit, naik ke sorga dan mendapatkan tempat di sebelah kanan Allah, inilah kemuliaan yang menyusul segala penderitaan dan kemuliaan yang sudah dimulai dari penderitaanNya. Kiranya ini menguatkan kita untuk beriman terus kepada Tuhan dan mengasihi Dia oleh sebab Dia rela menderita bagi kita.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Kerajaan Allah dan bukan kerajaan dunia

(Lukas 22: 47-62)
Pertama, saya ingin membahas mengenai bagaimana Yesus Kristus memberikan pengertian tentang Kerajaan Allah. Yesus sering kali menyatakan ajaran Kerajaan Allah sebelumnya, dan kali ini Dia menyatakan pengajaranNya melalui peristiwa penangkapanNya. Yesus tidak hanya mengajar dengan berkata-kata, Yesus juga mengajar dengan banyak cara seperti yang Tuhan lakukan juga di Perjanjian Lama. Kerajaan Allah tidak sama dengan kerajaan dunia. Tapi Kerajaan Allah adalah yang akan menaklukan kerajaan-kerajaan dunia. Kerajaan Allah lebih besar dari kerajaan dunia, Kerajaan Allah lebih kuat, lebih mulia, lebih sempurna, lebih damai, lebih penuh sukacita dari pada kerajaan dunia. Kerajaan Allah mempunyai seorang Raja yang melampaui siapa pun di dalam kerajaan dunia. Demikian juga hidup di Kerajaan Allah tidak sama dengan cara hidup di dalam kerajaan dunia. Di dalam kerajaan dunia kita tidak mungkin mendapatkan sesuatu dan orang lain juga mendapatkan, ini tidak ada di kerajaan dunia. Ketika kita memiliki sesuatu, kita memilikinya dengan cara mengambilnya dari orang lain, entah itu dengan cara yang adil atau dengan cara kekerasan. Jadi di kerajaan dunia, saya mengambil sesuatu supaya saya memilikinya dan orang lain tidak bisa memiliki. Tapi di dalam Kerajaan Allah, cara mainnya beda, Allah yang memberi maka kerajaanNya adalah kerajaan di mana orang saling memberi tapi tidak pernah kekurangan. Di dalam Confession, Agustinus mengatakan “Engkau adalah Allah yang memberi tapi tak pernah kekurangan, Engkau adalah Allah yang cukup pada diri sendiri tapi menuntut pemberian”, mengapa kita memberi kepada Tuhan? Karena memberi adalah bagian dari Kerajaan Allah. Bukan hanya karena ada orang yang perlu saja maka memberi, bukan karena kelebihan maka memberi. Tapi memberi adalah natur dari Kerajaan Allah. Itu sebabnya dalam Kerajaan Allah ada Sang Raja yaitu Bapa di sorga yang memberikan kerajaan ini kepada Anak, belum pernah ada raja yang melakukan ini. Bapa memberikan tahtaNya kepada Kristus. Dan Kristus setelah mendapatkan tahta itu dari Bapa, sebagai satu-satunya manusia yang layak, yang bisa kita lihat di Kitab Wahyu, Dia memberikan tahta itu kepada kita juga, kita akan memerintah bersama-sama dengan Dia. Dan natur dari Kerajaan Allah adalah ketika dia memberi, dia tidak akan kehilangan. Bapa tidak berhenti jadi Raja, Dia tidak menyerahkan kerajaan kepada Anak, lalu dia pensiun menjadi Raja. Dia tetap adalah Raja. Tapi sekarang Sang Anak juga Raja, lalu Sang Anak memberikan tahta itu kepada umat tebusanNya juga, dan Dia tetap Raja. Inilah perbedaan Kerajaan Allah dengan kerajaan dunia. Ada hal-hal dalam Kerajaan Allah yang ketika kedatangan Yesus kedua kali, baru bisa kita aplikasikan dengan sempurna. Tapi Tuhan menuntut kita untuk memperjuangkan prinsip-prinsip Kerajaan Allah ketika kita hidup di dalam dunia. Warga Kerajaan Allah berarti adalah orang yang menjadi duta dari Kerajaan Allah untuk memberikan pengaruh Kerajaan Allah di mana pun orang itu berada. Kita ada di dunia dan kita bertugas untuk membawa Kerajaan Allah itu ke dalam dunia ini melalui hidup kita.

Tema Kerajaan Allah sangat penting, tema Kerajaan Allah mendominasi pengarajan dari Kitab Suci, mulai dari Kitab Kejadian sampai Kitab Wahyu. Tema kerajaan adalah tema yang sangat penting, sehingga kalau kita membaca Alkitab dan kita luput melihat tema ini dalam pembacaan kita, kita pasti akan salah menafsirkan Alkitab. Ayat 47 akan memulai pengertian dari poin yang pertama ini, Yesus berbicara dan datanglah serombongan orang sedang muridNya yang bernama Yudas menjadi kepala dari orang-orang ini. Di dalam Injil Lukas, kata serombongan atau crowd itu sering dipakai Lukas untuk menunjukan ada banyak orang, tapi orang banyak itu digambarkan secara netral, ini keunikan dari Injil Lukas. Jadi waktu dia mengatakan ada orang banyak berarti itu dia sedang mengatakan memang ada orang banyak tapi itu tidak terlalu penting. Di dalam abad ke-19 ada seorang bernama Kierkegaard, dia membahas tentang apa itu crowd, dia mengatakan kumpulan orang itu tidak bisa mewakili siapa pun dan orang yang masuk dalam kumpulan itu tidak bisa mewakilkan dirinya ke dalam kelompok itu. Orang yang memaksakan kehendak tanpa mau berdiskusi “pokokya kalau saya punya kehendak, mari angkat kekuatan supaya kehendak saya bisa dipenuhi”, itu adalah orang yang sangat kerdil dan akan merusak negara ini. Crowd di dalam pemikiran Kierkegaard adalah kelompok yang gampang sekali diprovokasi. Sedangkan di Injil Lukas, crowd adalah kelompok yang begiatu banyak, tapi tidak signifikan karena tidak menunjukan apa pun. Yesus punya banyak pengikut, banyak sekali orang mengikuti Dia, bahkan ketika Dia berkhotbah, Dia dihimpit sampai Dia tidak ada tempat untuk berkhotbah. Maka Dia duduk di perahu yang di dayung ke tengah danau supaya Dia bisa mengajar dari tengah danau. Dan orang banyak mendengarkan Dia, crowd. Bagi Lukas orang banyak ini tidak penting karena tidak semua mengerti apa yang Yesus bagikan. Injil Lukas adalah Injil yang menekankan tidak pentingnya jumlah, meskipun kita juga tidak boleh mengabaikan jumlah. Lukas menceritakan bahwa orang banyak sudah kumpul. Tapi setelah orang banyak kumpul, jangan senang dulu, karena tidak banyak yang mengerti Yesus, tidak banyak yang tahu kebenaran, tidak banyak yang peka kepada Tuhan. Alkitab mengajarkan orang yang akan dipakai dalam Kerajaan Allah adalah orang yang peka akan kehendak Tuhan dan menganggap serius perkataanNya, itu yang benar. Inilah sebabnya mengapa Tuhan sering memakai orang yang dalam pandangan dunia tidak ada harapan, tidak ada bakat, tidak ada kemampuan, Tuhan munculkan dia menjadi pemimpin yang luar biasa besar. Maka ketika Saudara mengatakan “saya luar biasa, pakailah saya”, kemungkinan besar Tuhan tidak akan pakai. Ini sebabnya kita perlu mengerti pengertian Kerajaan Allah yang beda dengan kerajaan dunia ini. Harus peka melihat Tuhan, harus peka menangkap firman, harus serius menerima setiap firman, baru kita akan menikmati dipakai oleh Tuhan. Di bagian ini pun orang banyak datang, tapi itu tidak penting bagi Tuhan, bukan jumlah yang banyak yang penting, crowd itu tidak signifikan bagi Lukas. Hanya menunjukan ternyata ada kehebohan terjadi sehingga orang terkumpul. Crowd itu berarti orang berkumpul tanpa ada visi yang jelas. Yang lebih penting bagi Lukas adalah siapa yang memimpin mereka, siapa orang yang ada di depan, siapa orang yang menggerakan kelompok ini. Dan orang yang menggerakan itu ada 2 orang menurut Injil Lukas, yang pertama adalah seorang bernama Yudas, inilah pemimpin dari orang banyak itu. Dan yang kedua adalah para imam kepala dan kepala pengawal Bait Allah dan tua-tua, inilah 2 orang.

Maka Lukas membahas tentang Yudas, serombongan orang datang dan muridNya yang bernama Yudas berjalan di depan mereka. Kerajaan Allah beda dengan kerajaan dunia. Kerajaan dunia memakai kelicikan untuk mencapai maksud, memakai kepura-puraan, memakai kepalsuan, memakai segala macam yang mungkin membuat diri mendapat keuntungan, baru kerajaan dunia bisa maju. Yudas melakukan hal seperti itu. Dia begitu dekat dengan Yesus dan Yesus mengasihi dia di dalam kelompok ini. Yesus menjadikan dia salah satu orang penting, satu dari dua belas yang sangat Dia percaya. Dan kalau kita tahu pengertian friendship menurut Yudaisme, maka 12 orang itu adalah kelompok akrab yang Yesus merasa nyaman bersama mereka. Ini pengertian Yahudi, Saudara akan bisa punya beberapa level teman, ada teman yang dekat, ada teman yang sangat dekat. Teman dekat Yesus adalah 12 orang ini, bersama mereka Yesus pergi ke mana-mana. Dan kedua belas orang ini dipilih bukan karena Yesus pilih dengan random, Dia pilih dengan berdoa dan Dia memilih berdasarkan bijaksana yang Dia minta dari BapaNya di sorga. Mengapa Dia tetap memilih Yudas? Karena Dia sudah mendoakan semalam-malaman, dikisahkan oleh Lukas, dan Dia memilih Yudas karena Yudas suatu saat akan menggenapi Mazmur 22, yaitu menghancurkan Sang Mesias ini dengan pengkhianatannya. Mengapa menghancurkan? Karena hati Sang Mesias ini akan hancur dan sedih dan sangat terpukul oleh karena pengkhianatan ini. Kita tidak tahu perasaan hati Yesus ketika dikhianati Yudas, tapi ternyata kita bisa mengetahuinya dengan membaca Mazmur 22. Di dalam Mazmur 22, pemazmur mengatakan “engkau temanKu yang makan rotiKu, bahkan kamu pun angkat tumitmu untuk menghancurkan Aku”, itu perkataan yang diucapkan dengan perasaan hancur, itu bukan perkataan yang dikatakan dengan tenang, stabil tanpa emosi apa pun. Yesus hancur hatiNya, karena teman baikNya sendiri mengkhianati Dia. Ini harus kita tangkap karena Mazmur 22 satu-satunya pasal yang bisa menjelaskan perasaan hati Yesus pada waktu itu. Jadi jangan spekulasi tentang perasaan Yesus, “kalau Yesus dikhianati Yudas pasti Dia biasa-biasa saja, karena Dia Allah”. Dia hancur hatiNya. Ketika Yudas datang dan mendekat untuk mencium Yesus, kita bisa melihat kemunafikan dunia di dalam level yang paling besar, pura-pura baik, pura-pura menyenangi, pura-pura suka, padahal punya sesuatu yang lain di baliknya untuk dicapai, lebih dari pada diri orang yang disukai. Ini permainan dunia, dan kita sendiri pun bisa jatuh di dalamnya atau pernah jatuh di dalamnya karena kita pernah mengikuti jalan dunia ini, bukan jalan Tuhan. Maka jangan berpikir dosa itu hanya di dalam level yang sifatnya secara moral bisa dikutuk karena bisa kelihatan jelas. Apa itu dosa? Mencuri itu dosa, berzinah itu dosa, seks bebas itu dosa, membunuh itu dosa, seks bebas itu dosa, semua ini benar tapi ada bagian lain yang kita tidak sadar itu pun dosa yang sangat Tuhan benci dan menjadi contoh yang Tuhan mau bukakan kepada kita saat ini. Yudas adalah seorang penyembah uang yang masuk ke dalam gereja, penyembah uang yang pura-pura cinta Tuhan padahal cinta uang, penyembah uang yang lebih sukacita dapat uang dari pada dapat anugerah Tuhan, ini penyembah uang yang mengaku berbahagia Mesias sudah datang padahal melihat Mesias sebagai komoditas untuk membuat dia tambah banyak uang. Orang Kristen kalau lebih cinta uang dari pada cinta Tuhan, celakalah dia. Kalau saya lebih cinta uang dari pada cinta Tuhan, celakalah saya. Kalau Kita semua berada dalam bahaya besar kalau kita tergila-gila pada uang lebih dari pada menyenangi kehadiran Tuhan. Jangan pikir orang Kristen itu hanya mengerjakan hal-hal yang kecil. Orang Kristen adalah orang yang paling ambisius di dunia, karena yang mereka inginkan adalah Kerajaan Allah jadi. Tidak ada orang yang punya ambisi seperti ini. Ambisi apa yang dimiliki pengusaha besar? Supaya perusahaannya besar. Ambisi apa yang dimiliki Romawi? “supaya kami bisa caplok satu atau dua negara lagi”. Ambisi apa yang dimiliki orang Kristen? Supaya setan, maut dan dosa hancur sama sekali. Tidak ada orang yang berpikir sehebat ini, tidak ada kelompok berani berpikir sejauh ini, terlalu nekat, “kami mau melawan setan, kami mau melawan dosa, kami mau melawan maut”. Dan kalau Saudara memberi diri, meletakan diri dalam peperangan melawan setan, dosa dan maut, Saudara akan sadar bahwa Saudara terlalu kecil, terlalu lemah dan terlalu tidak ada apa-apa. Ini hal pertama yang kita bisa lihat dalam pengertian Kerajaan Allah, Yesus menyatakan satu cara yang beda untuk menyatakan Kerajaan Allah yaitu datang kepada Tuhan dengan rela, datang kepada Tuhan dan beriman pada caraNya, itulah cara Kerajaan Allah. CaraNya seringkali aneh, caraNya yang sering kontradiksi dengan yang kita tahu, tapi cara Tuhan itulah yang membuat Yesus menang dan sekarang duduk di sebelah kanan Allah. Yesus duduk di sebelah kanan Allah bukan karena metode marketing atau metode bisnis yang Dia pelajari dari dunia ini. Yesus duduk di sebelah kanan Allah, bukan karena teori politik yang Dia dapat dari siapa pun di dunia ini. Yesus duduk di sebelah kanan Allah, karena Dia menaati firman, itulah poinnya. Maka Yesus menyatakan perbedaan ini, ada Yudas yang cinta uang lalu memanfaatkan Yesus, ada Yesus yang cinta Kerajaan Allah dan menaati Tuhan.

Ayat 48, “kata Yesus kepadanya: hai Yudas engkau menyerahkan Anak Manusia dengan ciuman”, ini poin kedua. Kerajaan dunia mengorbankan apa yang mahal untuk mendapatkan yang murah, Kerajaan Allah mengorbankan apa yang tidak akan hilang untuk mendapatkan apa yang limpah. Ada orang yang mengorbankan saatnya bersama Tuhan, beribadah kepada Tuhan, bersaat teduh, mendekat kepada Tuhan, demi keuntungan yang sebenarnya sangat remeh dari dunia ini. Mengorbankan Tuhan demi dunia, itulah kerajaan dunia. Kerajaan dunia mengajarkan korbankan Allah demi apa yang bisa kamu peroleh saat ini. Kadang-kadang kita melakukan itu, ketika kita harus memilih hari Minggu adalah hari beribadah kepada Tuhan, tapi jam ibadah kita ditentukan oleh deal bisnis kita di hari Minggu, bukan deal bisnis kita ditentukan oleh waktu ibadah kita. Yudas mencium Anak Manusia untuk diserahkan, bodoh sekali. Mencium itu berarti menyambut, mendapatkan dengan cara menyambut. Kalimat ini sebenarnya sangat Yahudi, kita tidak bisa pahami dengan cara kita sekarang. Mencium Anak Manusia itu adalah dia yang berhasil mengetahui Anak Manusia, Mesias sudah datang dan menyambut dengan sangat cepat sebelum yang lain. Ini legenda dari Yahudi, ketika raja itu datang nanti akan ada orang yang lari sebelum yang lain sadar, dia lebih tahu dulu bahwa ini Mesias. Dia akan lari lalu peluk dan mencium Mesias itu, ini orang yang paling bahagia. Di dalam Injil Lukas, yang pertama mencium adalah seorang pelacur yang bertobat. Ketika Yesus sedang makan di rumah Simon, orang Farisi, ketika itu ada seorang perempuan datang dengan menangis, dia langsung datang mendekat Yesus lalu menangis di kaki Yesus, sampai air matanya membasahi kaki Yesus. Lalu dia segera melap air matanya di kaki Yesus, kemudian dia menciumi kaki Yesus berulang-ulang, setelah itu dia taruh minyak wangi yang dia siapkan. Waktu harum minyak wangi itu menyebar di seluruh ruangan, Simon orang Farisi berkata dalam hatinya “ini Mesias, Dia pasti tahu perempuan ini seperti apa, masa Dia biarkan perempuan ini mencium Dia”, berarti perempuan ini dianggap sebagai orang yang pertama sadar ada Mesias dan datang dan mencium. Yesus mengatakan “dia mencium Aku berkali-kali, engkau tidak”, itu bukan berarti Yesus haus ciuman. Ini berarti perempuan itu sadar Mesias, Simon belum. Maka Yudas sedang menunjukan satu praktek menghargai Sang Mesias, pura-pura, mencium Dia tapi setelah itu menjual. Rela kehilangan Mesias yang diakui demi mendapatkan 30 uang perak, ini gila. Mesias diserahkan supaya mendapatkan 30 uang perak, dimana akal sehatnya? Ini yang bisa kita katakan kepada Yudas “kamu bodoh sekali, sudah ada Anak Manusia di hadapanmu, tapi kamu buang untuk mendapatkan yang lain”. Tapi kita juga sering melakukan itu, kita sering menyingkirkan Yesus demi yang lain, dan itu bodoh sekali.

Ketiga, ayat 49, “ketika mereka yang bersama-sama Yesus melihat apa yang akan terjadi berkatalah mereka: Tuhan mestikah kami menyerang mereka dengan pedang. Dan seorang dari mereka menyerang seorang hamba imam besar sehingga putus telinga kanannya, tetapi Yesus berkata: sudahlah itu. Lalu Ia menjamah telinga orang itu dan menyembuhkannya”, ini ada kontradiksi lagi. Kerajaan Allah adalah kerajaan yang menyembuhkan, memulihkan. Kerajaan dunia adalah kerajaan yang menyebar dengan cara menghancurkan. Menghancurkan lawannya memulihkan, menghancurkan lawan mengangkat tinggi. Yesus tidak menghancurkan telinga siapa pun, Dia memulihkan telinga orang, bahkan Dia memulihkan hidup orang. Tapi muridNya tidak mengerti hal ini, murid-murid Yesus masih berpikir bahwa cara dunia itu yang paling mungkin. Maka ketika orang banyak datang, para murid siap untuk bertarung, dan bukankah sebelumnya Tuhan Yesus mengatakan bahwa mereka harus siap membawa pedang? Tapi membawa pedang maksudnya bukan untuk menusuk orang, pedang yang Yesus katakan kepada para murid adalah kesiapan sakit hati karena Kerajaan Tuhan. Siap untuk disakiti hatinya, perasaannya oleh karena memegang erat Kerajaan Allah. Ada orang yang memegang Kerajaan Allah, dihina terus, ada orang yang setelah memegang Kristus dibuang dari masyarakatnya. Dan Yesus sudah mengingatkan bawalah pedang, yaitu kamu akan menghadapi kesulitan emosi seperti ini, bersiaplah untuk itu. Tapi murid-murid salah mengerti, “ambil pedang berarti berperang, mari perangi orang. Kalau kita punya kuasa dan senjata lebih, kuat dari pada lawan, maka kerajaan kita akan menyebar”. Tapi Yesus mengajarkan hal yang lain, Kerajaan Allah menyebar melalui menyembuhkan, memulihkan, bukan menghancurkan. Apakah ini berarti musuh Tuhan tidak dihancurkan? Mereka akan dihancurkan, tapi bukan pada saat ini. Bagaimana kita memahami Kerajaan Allah yang disebar? Kerajaan Allah disebar dengan konsentrasi untuk membangunkan. Kejahatan boleh dihukum dengan cara Tuhan. Tapi konsentrasi dari Kerajaan Tuhan adalah lebih pada membangun dari pada menghancurkan. Kerajaan Allah melatih kita untuk berbagian di dalamnya dengan visi yang jelas, ingin membangun apa yang tadinya sudah rusak, ingin memulihkan apa yang tadinya sudah tidak ada harapan. Inilah tugas kita sebagai orang Kristen. Kalau kita melihat dunia kita, banyak sekali yang kacau dan hal yang kacau itu tidak membuat orang Kristen surut imannya, justru membuat orang Kristen makin besar keinginannya untuk melayani Tuhan.

Ayat 52, “maka Yesus berkata kepada imam-imam kepala dan kepala-kepala pengawal Bait Allah serta tua-tua yang datang untuk menangkap Dia, kata-Nya: “Sangkamu Aku ini penyamun, maka kamu datang lengkap dengan pedang dan pentung? Padahal tiap-tiap hari Aku ada di tengah-tengah kamu di dalam Bait Allah, dan kamu tidak menangkap Aku. Tetapi inilah saat kamu, dan inilah kuasa kegelapan itu”. Inilah kontradiksi yang keempat, benturan antara Kerajaan Allah dan kerajaan dunia. Kerajaan Allah adalah kerajaan yang menyatakan niat dan maksud ibadah kepada Tuhan untuk menunjukan kemurnian hati. “Inilah saya, kalau saya adalah orang cemar, tolong Tuhan ampuni saya. Kalau saya adalah orang yang rusak, tolong Tuhan ampuni saya”. Ibadah adalah cara untuk menunjukan kepada Tuhan bahwa kita siap untuk dipamerkan kepada diri kita sendiri. “Tuhan, bongkar saya supaya saya tahu siapa saya”, inilah ibadah yang sejati. Yesus mengatakan “kamu setiap hari ada di rumah ibadat, mendengarkan Aku berkhotbah, mengapa tidak menangkap Aku?”, sindiran ini keras sekali. Pemimpin agama beribadah dengan kemunafikan besar, ketika sedang tidak beribadah, galaknya kelihatan. Kerajaan Allah terdiri dari orang-orang yang dinyatakan apa adanya. Contohnya adalah Petrus, maka bagian selanjutnya membahas tentang Petrus. Akhirnya Yesus ditangkap, dibawa ke tempat imam besar, lalu Petrus diam-diam mengikuti. Ini Petrus yang salah menilai diri sebelumnya. Sebelumnya dia mengatakan “seluruh murid akan lari, saya tidak. Seluruh murid tidak punya jiwa menjadi umatMu, Tuhan. Seluruh murid tidak tahu apa itu mengikuti Engkau, cuma saya yang mengerti. Tidak ada kualitas kerajaan sama sekali di dalam diri Yohanes, Yakobus, Andreas dan teman-teman yang lain. Tapi Engkau melihat saya, Engkau bisa andalkan saya. Sayalah yang akan memimpin mereka semua. Sayalah orang yang punya potensi untuk menguasai semua, percayakan kepada saya kerajaanMu, dan saya akan pimpin kerajaanMu dengan tangan yang penuh dengan keahlian”. Tapi Tuhan mengatakan “Petrus, sebelum ayam berkokok, kamu sudah mengkhianati Aku”. Berita itu berat sebelah, Petrus kenal dirinya berlebihan, dia merasa sudah mengenal dirinya dengan baik, tapi Yesus menyadarkan dirinya “tidak, kamu tidak ada pada level itu”. Bahkan setelah Yesus ngomong “sebelum ayam berkokok, kamu sudah menyangkal Aku tiga kali”, Petrus masih bicara lagi, “saya tidak akan seperti itu, saya mati pun rela, masuk penjara saya rela”, setelah itu Yesus tidak bicara lagi. Yesus tidak pernah merasa kebenaran itu dinyatakan dengan bicara yang paling akhir. Kalau yang bicara terakhir itu yang benar, itu artinya masih kanak-kanak. Petrus mengatakan “saya terakhir yang ngomong, saya pasti bisa, saya akan memimpin umat Tuhan, gereja Tuhan. Saya akan pimpin mereka, saya pasti berhasil”, Tuhan mengatakan “kamu tidak kenal diri”, “saya sudah mengenal diri saya, memang saya tidak bisa menilai diri. I know who I am”, Yesus mengatakan “no, you dont. Aku yang tahu siapa kamu”. Tapi setelah Petrus bicara, Yesus tidak bicara lagi “kamu mau dengar, bagus. Kalau tidak, rugi sendiri”. Setelah Yesus mengatakan “kamu pengkhianat”, selesai, Petrus tidak terima, dia mengatakan “saya bukan pengkhianat”. Tapi ternyata yang terjadi setelah Yesus ditangkap, baru Petrus sadar “kok diriku bisa penakut begini ya?”. Perasaan takut muncul ketika situasi yang real ada. Orang selalu berani sekali kalau jarak jauh, begitu orangnya di depan baru sadar kalau tidak berani. Orang selalu merasa berani, tapi ada situasi tertentu yang akan membongkar siapa sebenarnya kita. Orang selalu merasa diri pintar, tapi ada situasi tertentu yang akan membongkar siapa dirinya. Yang lebih celaka adalah ada orang yang merasa diri sangat rohani, nanti terbukti bukan cuma rohani, tapi dia mirip setan. Petrus dihadapkan pada realita, inilah kamu yang asli. Dan Tuhan akan jatuhkan dia, karena memang dia di situ. Jatuhkan dari atas ke bawah. Pak Stephen Tong pernah mengatakan jangan menganggap dirimu terlalu tinggi, nanti akan sakit kalau dijatuhkan. Waktu kamu menganggap dirimu bukan siapa-siapa, kamu juga jangan terlalu senang waktu Tuhan angkat. Biasanya kita suka mengatakan “I am nothing”, tiba-tiba orang mengatakan “tidak, you are something”, langsung bangga, itu juga salah. Jangan termakan tipu, baik itu dari diri mau pun dari orang lain. Jangan percaya kata-kata dari Partai Komunis atau dari Hitler yang mengatakan “katakan kebohongan beberapa ratus kali, itu akan jadi kebenaran”, tidak. Kebohongan tetap kebohongan, mau dibilang beberapa kali pun itu tetap kebohongan. Maka ketika kita mengatakan “I am something, saya orang hebat, saya orang penting”, Tuhan akan mengatakan “tidak, sampai kapan pun tidak”. Kita bisa belajar dari kasus Musa, waktu dia berusia 40 tahun punya semuanya. Ibrani mengatakan dia punya semua ilmu Mesir, dia tahu semua ilmu. Tapi Tuhan mengatakan “Aku tidak mau pakai kamu, Aku tidak perlu ilmu itu”. Kita pikir kita perlu menolong Tuhan, “Tuhan, saya orang berbakat. Bukankah Engkau memerlukan orang seperti saya”, mendengar itu Tuhan bisa marah. Justru Tuhan mau mengatakan “hikmat itu dari Aku, maka aku mau pakai orang bodoh”, dan bukan orang yang pura-pura bodoh. Tuhan sedang menyadarkan Petrus “kamu bukan di sana, kamu di sini. Kamu dijatuhkan dulu, you are nothing”. Tuhan menyadarkan Petrus dengan cara ada seseorang datang mendekati dia dan berkata “kamu kan pengikut Yesus dari Nazaret itu?”, “siapa maksudmu? Saya tidak tahu”, “mengaku saja, kamu pengikut Dia”, “bukan, saya tidak kenal Dia. Mana mungkin saya kenal Dia”. Tidak lama kemudian orang lain mengatakan “engkau seorang dari mereka”, Lukas tidak mencatat tapi Injil bagian lain mencatat bahwa dia mengutuk dengan mengatakan “saya tidak kenal, saya bersumpah kepadamu saya akan terkutuk oleh Tuhan kalau saya bohong. Saya tidak kenal orang itu”. Sampai akhirnya seorang mengatakan dengan tegas “tidak bisa, kamu ikut Dia, kamu pengikutNya, buktinya adalah kamu orang Galilea”, tapi Petrus mengatakan “bukan, aku tidak tahu apa yang kamu katakan”, dia menolak mengaku bahwa dia murid Yesus. Akhirnya ayam berkokok dan Petrus sadar “kok saya begini ya? Bisakah pemimpin bersikap seperti ini, apakah orang yang berpotensi untuk pimpin semua murid yang lain adalah orang seperti ini?”. Kapan Tuhan mengatakan kepada Petrus bahwa dia akan menjadi pemimpin bagi yang lain? Sebelum ini. Waktu Petrus mengatakan “Engkau adalah yang Kudus dari Allah”, pengakuan imannya, Tuhan mengatakan “kamu bahagia, karena Tuhan menyatakan ini dari sorga bukan dari kamu sendiri”. Lalu Tuhan bicara tentang gerejaNya, mendirikan gereja dan lain-lain, Petrus akan menjadi salah satu pemimpin. Tuhan sudah berikan tempat kepada Petrus menjadi salah satu pemimpin waktu Dia bawa Petrus, Yohanes dan Yakobus, tiga orang pemimpin utama pergi ke mana pun. Berdoa, ajak tiga orang ini. Baru sekarang Petrus tahu bahwa Tuhan ajak orang yang tidak ada apa-apanya seperti dia. Ini mind changing bagi kita, Saudara selalu mengatakan “Tuhan pasti akan pilih saya, karena saya orang yang penting”, tapi kisah Petrus menyatakan bahwa Tuhan sudah pilih Petrus sejak lama sebelum peristiwa ini. Dan Tuhan tahu dia akan seperti ini. Tuhan tahu Petrus tidak bisa menjadi pemimpin, Tuhan tahu Petrus tidak punya kemampuan apa pun, Tuhan tahu Petrus tidak punya keberanian, Tuhan tahu Petrus cuma pengkhianat kerdil yang tidak boleh memimpin apa pun. Tapi Tuhan sejak awal sudah mengatakan “kamu akan menjadi salah satu pemimpin”. Karena Tuhan mau mengatakan bahwa Allah adalah Allah yang membangun dari kehancuran, yang hancur itu yang Tuhan akan bangunkan. Petrus yang hancur akan Tuhan bangunkan, murid-murid yang hancur yang akan Tuhan bangunkan. Ketika murid-murid cuma sekelompok pengecut yang mengunci diri di dalam rumah lalu doa dengan sangat takut, pada waktu itu Tuhan mengatakan “sekarang Aku mau pakai kamu”. Ketika murid-murid pergi melayani, 70 orang pergi ke mana-mana memberitakan Injil, kuasanya besar, usir setan dengan berani, Yesus belum mau pakai. Mengapa orang yang mampu mengusir setan, tapi Yesus belum mau pakai? Setelah murid-murid pergi menyembuhkan orang, menyembuhkan orang yang kerasukan, membawa berita Injil dengan penuh kuasa, Tuhan belum lakukan apa pun waktu itu. Tapi ketika murid-murid berkumpul di rumah dengan ketakutan, hanya sekelompok pengecut tak berguna, Tuhan justru memakai sekelompok pengecut tak berguna ini untuk mengatasi kepengecutan mereka dan bangkit dari keadaan yang lama. Bagaimana kita bisa bangkit dari keadaan kita yang rusak, kalau kita tidak sadar diri kita rusak? Bagaimana kita dibangkitkan Tuhan kalau kita tidak sadar diri kita mati? Maka Lukas memberikan pengajaran ini melalui kasus Petrus. Petrus menangis dengan tersedu-sedu karena dia sadar dia orang yang sangat hina dan dia lari dari situ. Tapi sebelum Petrus mengalami ini, Tuhan Yesus sudah mengatakan “Aku doakan supaya imanmu tidak runtuh”, jadi Tuhan berniat pakai Petrus meskipun Tuhan tahu Petrus cuma segini.

Inilah perbedaan Kerajaan Allah dengan kerajaan dunia, kerajaan dunia sembunyikan kelemahan dan pamerkan kekuatan. Seringkali kita sembunyikan sisi lemah dan pamerkan sisi bagus. Kita senang sekali pamerkan kekuatan dan singkirkan kelemahan, “jangan ada oran tahu kalau saya lemah, tapi orang harus tahu kalau saya hebat”. Tapi Tuhan mengatakan “tidak, apa adanya saja. Kamu lemah, Aku akan tunjukan. Dan Aku mau pakai kamu”. Inilah Kerajaan Allah, berbeda dengan kerajaan dunia. Kiranya Tuhan memberkati kita dan melayakkan kita untuk melayani Tuhan.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Allah yang mau bergumul

(Lukas 22: 39-46)
Yesus Kristus bergumul dan pergumulanNya adalah pergumulan yang berat. Kesulitan hidup yang dialami Kristus adalah kesulitan yang Dia harus tanggung karena Dia adalah manusia. Jangan menekankan keilahian Yesus ketika berbicara tentang pergumulan Dia. Dia bukanlah Allah yang bebas pergumulan, tapi Dia adalah Allah yang mau bergumul bersama dengan kita sehingga Dia menjadi manusia. Ada orang yang mengatakan kepada saya “pak, mengapa Allah bisa mempunyai hati yang hancur, bisa sedih, bisa marah, bisa kecewa, bukankah Dia sempurna? Dan kesempurnaan itu tidak mungkin bisa berada bersama perasaan yang labil, kalau perasaan itu bersifat dinamis dan berubah maka sang pemilik perasaan bukanlah sesuatu yang sempurna atau pribadi yang sempurna?”. Tapi kalau sempuran itu tidak berkait dengan perasaan, maka kesempurnaan itu adalah kesempurnaan yang kosong. Mempunyai perasaan itu sangat penting untuk dikaitkan dengan person, kepribadian seseorang dan juga dengan relasi yang dia miliki. Orang yang berelasi tanpa perasaan, dia sedang tidak sungguh-sungguh mempunyai relasi. Siapa mau berelasi, dia akan membuka diri untuk menjadi rentan. Teologi-teologi dari teologi Reformed pasca perang dunia II banyak pengertian indah yang dikeluarkan. Ada seorang bernama Jurgen Moltmann, dia membagikan teologi mengenai Allah yang rela menderita. Allah adalah Allah yang memang ingin berbagian di dalam kesulitan, pergumulan yang dialami manusia, ini sifat Allah. Saudara tidak bisa mengatakan, “meskipun Dia Allah, Dia rela merasakan apa yang kita rasakan”, kata meskipun harus dihilangkan dan diganti dengan “oleh karena Dia Allah maka Dia rela merasakan apa yang kita rasakan”. Allah adalah Allah yang mempunyai hati yang Dia mau bagikan untuk mengalami atau untuk merasakan, berbagian dalam apa yang kita alami. Allah perlu belajar untuk merasa? Bukan, Dia adalah Allah yang sempurna, Dia tidak perlu belajar apa pun. Tetapi Allah mengundang manusia untuk berelasi dengan Dia, dan undangan ini membuat Tuhan membuka DiriNya untuk kemungkinan dilukai. Tidak ada orang berelasi tanpa kesiapan untuk dilukai. Yang tidak mau terluka karena membuka diri untuk sebuah relasi, adalah orang yang paling kasihan, karena dia tidak mengerti apa itu gambar Allah. Gambar Allah punya banyak sisi pengertian, tapi satu sisi sangat penting yaitu gambar Allah itu bersifat relasional, ada relasi. Relasi adalah bagian penting dari menjadi manusia, saya bisa menjadi manusia karena saya berelasi dan relasi yang saya jalankan adalah relasi yang penuh kasih dan kasih juga berkait dengan kemungkinan untuk dilukai atau dikecewakan. Maka Allah kita adalah Allah yang membuka diriNya untuk berelasi dengan diriNya, dan Dia mau menyatakan bahwa Dia mengerti apa yang manusia rasakan oleh karena Dia senantiasa berada bersama umatNya dan bergumul bersama umatNya. Ini gambaran Tuhan yang penting dari Kitab Suci. Umat Tuhan begitu penuh anugerah karena Tuhan rela menyertai umatNya dan bergumul bersama umatNya. Ini dinyatakan dari awal, dalam Kitab Kejadian, Tuhan menyatakan bahwa RohNya melayang-melayang di atas permukaan air, kalimat itu sangat penting karena Alkitab mengatakan bumi belum berbentuk dan kosong. Lalu permukaan bumi dipenuhi oleh air dan apa yang di atas air adalah gelap gulita. Saudara bisa imajinasikan, bumi yang kacau balau, kosong, gelap dan penuh air, bisakah manusia tinggal di situ? Tidak, maka Roh Kudus datang lalu menaungi samudera dan ciptaan pun dimulai. Apakah Tuhan menciptakan dan langsung jadi? Tuhan berkata ketika Roh Kudus datang, Dia langsung berfirman “jadilah langit dan bumi secara sempurna”, apakah langsung jadi? Tidak, Tuhan tangani satu per satu, Tuhan menyatakan proses penciptaan yang sangat sesuai dengan pengertian manusia. Hari pertama Tuhan menciptakan terang, setelah itu Tuhan memisahkan dari gelap, terang jadi siang gelap jadi malam, jadilah petang jadilah pagi, hari berikutnya. Ini mirip dengan jam kerja manusia, manusia pergi ke ladang pagi-pagi dan pulangnya sore, setelah itu tidur, pagi-pagi bangun dari tidur kerja lagi sampai sore, pulang tidur, itu cara kerja kita. Ini paham yang kita bisa mengerti, Tuhan menyatakan Dia mencipta seperti cara manusia bekerja. Apakah Tuhan mencipta seperti itu? Kita sulit tahu. Bagaimana tahu Allah berfirman langsung jadi? Ini sesuatu yang sangat sulit dipahami. Ada seorang bernama Tan Malaka, salah satu founding fathers dari Indonesia yang sangat beraliran ke kiri, dia menulis buku berjudul Madilog: Materialisme, Dialektika dan Logika. Salah satu bagian dari buku itu mengatakan kalau dia memahami Tuhan mencipta itu adalah pemahaman logika kuno, logika agama. Logika yang benar adalah yang ada adalah ada dan dari yang ada kita bisa memahami. Jangan cari yang tidak ada. Waktu saya baca ini, saya merasa kasihan, dia punya pemikiran yang begitu pintar tapi dia terkurung di dalam dunia yang tertutup, dia terkurung dalam materialisme, melihat segala yang real itu hanya materi. Mengapa mengatakan tidak ada menjadi ada? Karena creatio ex nihilo, dari tidak ada menjadi ada. Alkitab sedang berbicara tentang dunia ciptaan. Dunia ciptaan pernah tidak ada, tapi menjadi ada. Allah tidak pernah tidak ada, tapi Dia menciptakan yang ciptaan dari tidak ada menjadi ada. Ini sesuatu yang sulit dipahami, maka kalau Tuhan mau menyatakan berita ini dengan cara yang sangat advance, kita tidak mungkin mengerti. Tapi kita bersyukur kepada Tuhan karena Kitab Kejadian ditulis untuk menampung pikiran kita yang terbatas dan membimbing kita dalam kebodohan kita untuk mengerti Tuhan. Maka Tuhan menggambarkan diriNya sebagai Allah yang berjuang mengatasi segala hal yang kacau, lalu dalam hari-hari penciptaan sampai hari ke-6 untuk membereskan segala hal yang kacau itu. Mengapa Tuhan mesti bergumul untuk menjadikan damai sejahtera, mengapa Tuhan emsti bergumul dari keadaan tidak ada apa-apa yang baik, dari kacau balau dan kosong, Dia kerja keras selama 6 hari untuk menjadikan dunia baik? Karena Dia mau menyatakan Dia adalah Allah yang ingin bersama dengan ciptaanNya, mengalami, menguatkan, memimpin umatNya yang Dia ciptakan menjalani hidup. Jadi kita menjalani hidup dengan diserta Tuhan. Tuhan ingin menjalani hidup Saudara karena itu yang Saudara perlu. Ada satu orang mengatakan di dalam saat-saat paling gelap, di saat-saat Tuhan paling tidak bisa dilihat, di situ justru Tuhan paling terlihat, ini adalah perkataan dari Martin Luther. Martin Luther mengatakan Tuhan menyatakan diri dengan limpah, pada waktu Dia disangka ada di situ. Dari semua tempat di bumi, di mana Tuhan paling menyatakan diri? Orang akan mengatakan Bait Suci, karena ini adalah tempat yang sangat mulia dan mewah, Tuhan pasti mau hadir. Tapi Tuhan meninggalkan Bait Suci dan hadir di kayu salib. Tuhan meninggalkan Bait Suci dan hadir dalam seorang yang sederhana dari Nazaret yang namanya Yesus. Tuhan menyatakan diri dengan cara yang sangat tidak kita sangka. Itu sebabnya semakin kita peka akan pimpinan Tuhan lewat firmanNya, semakin kita dikuatkan karena pada waktu kita merasa Tuhan tidak hadir, pada waktu itu kehadiran Tuhan begitu limpah dan besar. Saya bicara ini dalam konteks kesulitan hidup yang bukan karena dosa. Orang berdosa akan merasa Tuhan jauh dan selayaknya Dia jauh. Lalu bagaimana kalau kita sudah jatuh dalam dosa? Kita mesti ingat Tuhan adalah Tuhan yang senantiasa memanggil kita kembali dan Tuhan justru menyatakan kehadiranNya melalui teguran, bimbingan dan melalui hardikan yang keras supaya kita mau kembali kepada Dia.

Allah kita adalah Allah yang mau menyatakan kerelaan menyertai. Dalam Kitab Injil, kerelaan Tuhan yang paling besar adalah ketika Dia mengirim Anak Allah, Pribadi kedua dari Tritunggal menjadi manusia. Waktu Sang Anak Allah jadi manusia, pada waktu itu kita mengetahui satu hal bahwa Allah sangat sempurna di dalam keinginan atau kerelaan menyertai kita. Itu sebabnya inkarnasi Kristus disebut Immanuel, Allah beserta kita. Dengan cara apa Dia menyertai kita? Dengan cara menjadi manusia. Allah menjadi manusia sangat penting untuk kita pahami, karena kalau Allah tidak menjadi manusia, kita tidak akan pernah mengasihi Dia sebesar kita mengasihi Dia sekarang. Mengapa Saudara mengasihi Tuhan? Karena Tuhan tahu kesulitan kita dan Dia sudah hadapi. Dia lewati kesulitan manusia dan Dia berhasil. Kalau Saudara mengatakan “Dia berhasil karena Dia Allah, bukankah Dia Allah dan Dia bisa melakukan semua”, maka saya minta Saudara baca lagi Alkitab dengan baik. Di dalam Kitab Suci penekanan yang diberikan oleh penulis justru pada kemanusiaan Yesus. Berarti Yesus bukan Allah? Salah, Dia adalah Allah. Dan Saudara tidak bisa memahami tulisan Perjanjian Baru kecuali dilatarbelakangi Saudara sudah paham bahwa Yesus adalah Allah. Setelah tahu Yesus adalah Allah maka Saudara akan melihat usaha penulis Perjanjian Baru untuk menekankan kepada pembacanya bahwa Dia juga manusia. Inilah yang sangat jelas terlihat, makanya banyak orang mengatakan Yesus bukan Allah, lihat tulisan-tulisan Perjanjian Baru sangat menekankan kemanusiaan Kristus. Saudara harus tahu di abad pertama ada ajaran bidat yang sangat menghina tubuh manusia, tubuh manusia jelek dan karena itu Allah tidak mungkin bertubuh, mana bisa Pribadi kedua bertubuh? Ajaran ini nanti berkembang dengan nama gnostik, ini ajaran bidat dari agama Kristen yang muncul di abad 3. Sebelumnya ajaran ini sudah masuk sehingga penulis Perjanjian Baru terutama Yohanes sangat menekankan Yesus bertubuh, Dia manusia sungguhan, Dia pernah lapar, pernah haus. Berarti kalau jadi Yesus semuanya mudah, kalau lapar tinggal ubah batu menjadi roti. Saudara mungkin membayangkan kalau jadi Yesus tidak ada kesusahan dalam hidup. Sehingga kita berpikir Yesus senang sekali hidup sebagai manusia karena Dia juga punya kuasa Allah, Dia kalau lapar tinggal ubah batu menjadi roti. Dan inilah yang persis iblis mau bawa supaya Yesus lakukan, iblis ingin berbuat supaya Yesus bukan manusia, iblis ingin membuat kemanusiaan Yesus tidak sama dengan kemanusiaan kita. Maka dia menekankan betapa spesialnya Yesus menjadi manusia, “you are one of a kind, tidak ada yang seperti Engkau, kalau semua manusia bisa bergumul soal kelaparan, Engkau tidak karena Engkau adalah Anak Allah. Karena Engkau Anak Allah, jangan pikirkan soal orang-orang kecil itu, semua orang bergumul lapar, Engkau tidak perlu. Semua orang bisa sulit, Engkau tidak perlu. Semua orang menderita, Engkau tidak perlu. Semua orang kesulitan untuk menjadi pemimpin, Engkau tidak perlu sulit”, ini yang ditawarkan oleh iblis. “Orang bergumul mencari makan, Engkau Anak Allah tidak perlu bergumul cari makan”. Tapi Anak Allah mengatakan “Aku ingin jadi manusia”. Jangan mau jadi manusia, jadi manusia itu susah, berat, tapi Yesus mengatakan “Aku mau”. Dan bukan cuma mau, Dia melarang apa pun yang membuat Dia tidak sama dengan manusia lain. Maka Dia mengatakan “enyahlah engkau iblis”. Dia mengusir iblis karena iblis berusaha membuat Dia tidak sama dengan manusia lain yang penuh pergumulan. Uniknya iblis menawarkan hal yang sama kepada kita, kita malah senang. Mengherankan, manusia tidak mau bergumul sebagai manusia, Allah mau bergumul sebagai manusia. Maka kita punya kebodohan yang luar biasa besar dan kita perlu berkaca lagi, lihat kepada Kristus yang mau bergumul. Dan kalau Saudara pikir pergumulan Kristus itu ringan dan mudah, itu salah besar. Karena Dia menolak jalan pintas apa pun yang ditawarkan iblis untuk membuat Dia tidak bergumul sama seperti manusia lain bergumul. Maka setelah iblis diusir oleh Tuhan Yesus, iblis gagal menjatuhkan Tuhan Yesus, Alkitab mengatakan iblis pergi meninggalkan Dia untuk mencari waktu yang baik. Maka Yesus senantiasa dapat pencobaan, ujian yang keras dan berat lewat usaha iblis untuk jatuhkan Dia. Itu sebabnya segala usaha untuk membuatNya tidak perlu bergumul, Dia enyahkan. Petrus pernah salah dan lumayan banyak salah, tapi berapa kali Yesus mengatakan kepadanya “hai iblis enyahlah”? cuma sekali, tidak setiap kali salah dikatakan iblis. Cuma satu saat Yesus mengatakan iblis kepada Petrus yaitu ketika pemberitahuan penderitaan. Ketika Tuhan Yesus mengatakan “Aku akan pergi ke Yerusalem, Aku akan ditangkap, Aku akan disalib, Aku akan mati”, Petrus mengatakan “mana mungkin Engkau akan mati, Tuhan tidak akan memberikan penderitaan ini”, dan Yesus mengatakan “hai iblis enyahlah”. Kapan Saudara mengatakan “hai iblis enyahlah”, waktu Saudara mengatakan demikian karena ada godaan berat untuk Saudara hadapi. Yesus sedang digoda dan Dia berjuang untuk menang.

Pergumulan paling berat itu ada di Taman Getsemani, inilah momen dimana iblis menyatakan pekerjaan paling limpah untuk menghancurkan Dia, tapi kita tidak sadar hal ini. Pdt. Ivan mengatakan ketika orang mengalami kesulitan, dia ada 2 jalan, jalan pertama adalah lari menjauh dan mengikuti semua pikiran kacau yang ada dalam hati kita, atau kedua datang mendekat kepada Tuhan dan berdoa. Ketika pikiran kita kacau, diarahkan menjauh dari Tuhan, kita bisa menaati dan menjauh atau datang ke Tuhan dan berdoa. Kita perlu berdoa karena setan sangat kuat, iblis terlalu kuat sehingga kita tidak sanggup menghadapi dia. Jangan lihat iblis hanya sebagai bentuk-bentuk horor yang ditunjukan di film. Film horor adalah cara setan untuk membuat dia kelihatan lunak, itu adalah pengecohan. Pekerjaan dia yang paling bahaya adalah membuat kita meragukan Tuhan, membuat kita tidak melihat Tuhan sebagai tempat kita berlindung, membuat Tuhan tidak lagi kita percaya bahkan untuk mengekspresikan pergumulan kita. Kita tidak lagi percaya Tuhan sehingga kita tidak perlu mengekpresikan diri kepada Tuhan. Saya khawatir kepada orang yang terlalu banyak curhat, saya tidak mengatakan curhat itu salah, tapi orang yang merasa ketergantungan curhat itu bahaya sekali. Dia gagal melihat Tuhan, dia tidak tahu apa itu doa, dia tidak pernah merasakan kenikmatan didengar oleh Tuhan, dia cuma merasa kenikmatan dibimbing kakak pembimbing.

Dan sekarang ada setting yang sangat indah dari Lukas yaitu di Taman Getsemani. Di Taman Getsemani paralel sekali dengan Taman Eden. Ini adalah Adam yang berikut yaitu Yesus, diparalelkan dengan Adam pertama di Taman Eden. Di Taman Eden, Adam dapat segala kelimpahan, dia tidak perlu bergumul untuk hidup. Di Taman Getsemani ada Yesus yang harus bergumul hidup karena sebentar lagi Dia akan mati. Ini beda jauh, Adam diberi hidup dan diberi support hidup di sekelilingnya. Yesus dicabut dari privilege unutuk hidup dan diberikan ancaman untuk membunuh Dia di sekelilingnya. Taman Getsemani mewakili kesulitan hidup dan ancaman kematian. Taman Eden mewakili support untuk hidup. Saudara lebih bahagia menjadi Adam pertama atau menjadi Yesus. Saudara ingin teladani Adam pertama atau Yesus? Kalau kita berani mengatakan “saya ingin meneladani Yesus”, maka Saudara harus siap ditempatkan di tempat yang sulit juga. Bukan kita yang cari kesulitan, tapi Tuhan mungkin menempatkan kita bukan di Taman Eden tapi di Taman Getsemani. Saudara lihat di Taman Eden ada semua hal yang mensupport Adam, tapi dia jatuh di tangan malaikat yang jatuh, dia jatuh di tangan setan. Sedangkan Yesus di Taman Getsemani yang penuh kesulitan, Dia ada bersama dengan malaikat, ayat 43. Malaikat turun dan mendampingi Dia. Di Taman Eden, malaikat turun dan mengusir Adam. Di Taman Getsemani, malaikat turun dan menguatkan Tuhan Yesus. Ini paralel tapi juga kontradiksi yang jelas sekali. jangan seperti Adam, cuma menikmati lingkungan yang baik, tapi tidak waspada terhadap kesulitan dan kemungkinan jatuh. Sedangkan Yesus Kristus bergumul dalam keadaan yang sangat sulit, Dia akan mati. Banyak orang mengatakan Yesus itu tidak takut mati, Dia sudah siap mati, Dia sangat berani. Tapi itu adalah pandangan yang salah karena di sini dikatakan Yesus tidak mau mati tapi Dia rela mati. Dia bukan orang yang cari-cari mati, Yesus gentar menghadapi kematian. Dan Saudara jangan mengatakan “jangan dong, Dia adalah orang yang tidak takut kematian, Dia melihat wajah kematian dan tertawa”, ini pahlawan-pahlawan jelek dari Amerika itu sudah merasuki pikiran kita. Sehingga kalau ada jagoan bawa senjata, rela mati, rela terjun, kita anggap pahlawan. Tapi orang yang bergumul untuk hidup itu tidak kita anggap pahlawan. Alkitab punya view lain, orang yang ingin hidup dan ingin menikmati Tuhan dalam hidup, itu orang yang benar. Orang yang tidak menikmati hidup, ingin cepat-cepat mati, itu orang yang tidak benar. Jadi kehidupan yang dihargai itu menunjukan Saudara adalah anak Tuhan. Anak Tuhan mencintai hidup, baik hidup yang diberikan kepada diri maupun hidup yang diberikan kepada orang lain. Anak-anak Allah mencintai hidup dan membenci kematian. Yesus menunjukan contoh, Dia tidak suka mati, Dia benci kematian, Dia gentar menghadapi kematian.

Mengapa Dia gentar, apakah karena Dia berdosa? Bukan, tapi karena Dia adalah sumber hidup dan kematian adalah negasi terhadap hidup. Apa itu mati? Mati itu berarti kita tidak bisa berespon kepada Tuhan dalam tubuh kita, respon kepada Tuhan dan sesama itu yang akan terjadi pada waktu kita mati. Maka Yesus tidak ingin ini kehilangan dari Dia. Yesus yang punya kasih tidak ingin relasi kasihNya berhenti. Baik relasi kasih dengan murid-muridNya maupun relasi kasih dengan Bapa di sorga. Dan Saudara mengatakan “jangan takut dong Tuhan Yesus, nanti kan Engkau bangkit”. Dia tahu Dia akan bangkit, tapi pengetahuan itu tidak membuat Dia tidak bergumul di dalam momen hidupnya. Pengertian tentang janji tidak membuat kita berhenti bergumul sekarang. Jangan marah kepada orang yang kesulitan dalam pergumulan, misalnya “saya takut sekali, mengapa hidup saya begini”, lalu Saudara mengatakan “hei, Tuhan pasti pelihara”, “memang iya, tapi hati…”, “tidak boleh merasa seperti itu, harus sukacita terus”, akhirnya nyanyi sukacita dengan penuh pergumulan, itu sukacita palsu. Lihat orang bergumul dan mengatakan “saya mengerti kamu sedang bergumul, tapi jangan lupa Tuhan berjanji semua akan baik”, “saya tahu semua akan baik, tapi mengapa sulit?”, Saudara jangan marah kepada orang seperti itu karena Yesus pun tahu semuanya akan baik, tapi tetap sulit. Mengapa sulit? Karena momen itu penting. Nanti akan baik, tapi momen ini belum baik, momen ini saya bergumul momen ini saya berjuang. Suatu saat kita akan bangkit dari kematian, apakah ini berarti kita tidak boleh takut mati? Siapa di sini yang tidak takut mati? Kita memang berlatih untuk tidak takut mati, tapi ketakutan akan kematian pasti muncul, gentar tetap ada. Tapi itu dikalahkan oleh janji Tuhan. Tuhan berjanji akan memberikan kebangkitan, Tuhan berjanji kan menyatakan relasi yang dipulihkan melampaui kematian. Tapi kuat mendengar janji tidak berarti tidak bergumul di momen sekarang. Dan pergumulan Yesus yang pertama adalah Dia harus meninggalkan kehidupan. Mati adalah hal yang berat, bukan karena Dia takut mati tapi karena Dia cinta hidup. Dia cinta hidup dan di dalam hidup itu bisa menikmati relasi dengan Tuhan. Ini ketakutan pertama, terpisah dari segala yang baik yang Tuhan sudah siapkan.

Hal kedua adalah waktu Yesus bergumul di Taman Getsemani, Dia sangat gentar dan takut, karena segala hal yang akan dicurahkan oleh Tuhan kepada manusia berdosa, akan Dia tanggung. Semua kutuk di dalam Kitab Bilangan itu akan dialami di kayu salib, dan ini bukan hal yang gampang sama sekali. Allah siap untuk menjadikan Dia contoh bahwa ini adalah orang yang dibuang oleh Tuhan berdasarkan nubuat Tuhan di Kitab Taura. Dan Yesus bergumul dalam hal ini. Itu sebabnya di dalam Kitab Suci, di ayat 44 dikatakan Yesus sangat ketakutan dan sungguh-sungguh berdoa. Sangat ketakutan itu berarti berada di dalam keadaan jiwa yang sangat gelisah. Keadaan yang sangat sulit, dikatakan Dia bergumul sampai berkeringat seperti darah yang bercucuran. Bergumul dengan berat tapi tidak ada yang menemani, tidak ada Petrus mendekat lalu mengatakan “tidak apa-apa, Engkau akan kuat”. Ini momen pergumulan yang penting, kita harus pahami dari Yesus. Di dalam pergumulan paling berat yang harus dialami, Dia melihat kepada BapaNya dan Dia mengalami penyertaan BapaNya yang real yang menyertai Dia. Tapi kekuatan dari Tuhan bukan berarti membuat Dia bebas bergumul. Pergumulan dan kesulitan menghadapi apa pun yang nyata dalam hidup adalah sesuatu yang akan kita tetap rasakan meskipun kita tahu Tuhan mendampingi. Penyertaan Tuhan tidak berarti Saudara tidak bergumul, tetap ada pergumulan, tetap ada kesulitan yang harus dijalani. Dan kesulitan yang harus dijalani itu harus dijalani dengan doa yang makin tekun. Maka Yesus mengatakan kepada murid-murid “mengapa kamu tidur? Bangunlah dan berdoa supaya kamu jangan jatuh dalam pencobaan”. Kamu tahu tidak kesulitan untuk menjalankan kehendak Tuhan itu berat. Tawaran untuk lari dari kehendak Tuhan itu selalu ada dan besar sekali panggilannya, tarikannya selalu besar, pergumulan berat karena saya tidak sanggup menjalankan yang Tuhan mau, itu sangat besar menghancurkan kehidupan manusia. Ini pergumulan yang bisa menghancurkan ketika Saudara tidak datang kepada Tuhan membawa pergumulan ini. Saudara jangan pikir orang suci adalah orang-orang yang tidak bergumul, orang suci adalah orang yang melihat pergumulan dan tertawa, ini kesempurnaan yang kita pikir ada pada diri siapa pun, maka kita akan mengatakan “andai saya seperti John Calvin, dia tidak takut menghadapi apa pun, dia melihat siapa pun apa pun, termasuk orang-orang yang melawan dia dan dia berani menghadapi. Tapi Saudara baca kehidupan Calvin, dia penuh pergumulan, ketakutan, pernah menghadapi keadaan seolah mau mundur, mau gagal, dia pernah menulis “Tuhan kepadamu kuberikan hatiku sesegera mungkin dan seutuhnya”, itu terjadi karena dia mau menang atas pergumulan. Jangan pikir raksasa-raksasa iman itu tidak bergumul, karena di sini ada Yesus yang dipresentasikan oleh Injil Lukas. Yesus juga bergumul, Dia juga menjadi manusia yang menjadi teladan kita dan Dia bergumul, Dia mengalami kesulitan ke salib, Dia tidak mau ke situ, Dia tidak mau dibenci oleh BapaNya, Dia tidak mau dibuang oleh BapaNya, Dia tidak mau menjadi wakil dari orang-orang bejat lalu menjadi kepala-kepala dari pemberontak, seperti yang dinubuatkan di dalam Yesaya 53, Dia tidak mau mempunyai nama yang dihina sebagai orang yang mengkhianati Tuhan. Bagi orang yang mencintai Tuhan, kalimat “engkau musuh Tuhan dan dibenci Tuhan”, itu berat sekali seperti tidak mau hidup lagi. Seperti orang yang Saudara kasihi mengatakan kepada Saudara “aku tidak mengasihi engkau, aku benci engkau, dan akan mengutuk engkau”, kalimat itu sangat menyakitkan. Maka Yesus tidak mau menjadi wakil dari orang-orang yang mau dikutuk oleh Tuhan, itu berat sekali untuk Dia. Maka Dia berdoa minta kalau boleh Dia tidak ke salib. Dan Saudara mesti tahu beratnya ini, Yesus tidak akan mengucapkan ini kalau Dia tidak sangat terganggu di dalam hatiNya. Di dalam doaNya Dia mengatakan “Bapa jikalau boleh biarlah cawan ini lalu”, itu adalah godaan yang berat sekali. Saya percaya iblis sedang menggoda Dia dalam kekuatan yang maksimal, terus mengatakan “mengapa Engkau harus ke salib? Biarkan orang-orang ini. Kembalilah ke sorga dengan keadaan yang biasa, biarlah manusia binasa dan Engkau menjadi pemimpin dari ras yang baru”. Mirip seperti ujian yang Tuhan berikan kepada Musa, “Aku akan hancurkan seluruh Israel, Aku akan jadikan engkau kepala yang baru dan keturunanmu akan jadi umat pilihan”. Tapi Musa lulus ujian dengan mengatakan “tidak bisa Tuhan, Engkau janji kepada mereka, Engkau harus nyatakan”.

Yesus bergumul di Taman Getsemani, tapi sangat berbeda dengan Adam. Yesus kembali ke Tuhan, sementara Adam mempertimbangkan segalanya sendiri. Ular datang kepada Hawa, menggoda Hawa, setelah itu Hawa datang kepada Adam dan tidak satu pun dari mereka datang kepada Tuhan. Mereka merasa sudah pintar, sudah dewasa, “tentulah kalau kamu makan buah ini kamu dikatakan akan mati, tapi kamu tidak akan mati, kamu makan dan akan seperti Tuhan”. Hawa langsung mengatakan “buah ini menarik”, akhirnya dia makan dan bawa ke Adam. Adam lebih parah lagi, mikir pun tidak, cuma makan. Tidak ada refleksi sama sekali. Hawa cuma pikir “ini menarik, saya pikir boleh saya makan”, kemudian Adam, bergumul pun tidak, pokoknya jalani saja. Ini berbahaya, orang yang tidak mau bergumul untuk apa pun lalu jalan seenaknya, itu akan jatuh dalam dosa yang sama seperti Adam. Saudara masih melakukan bisnis yang kontroversi, Saudara tidak mau bergumul, “sudahlah jalani saja”, itu mirip Adam “sudahlah makan saja, lakukan saja”. Sudahlah artinya tidak perlu pusing, tidak perlu bergumul, putuskan sendiri, tidak datang kepada Tuhan, membuat Adam dan Hawa jatuh. Sedangkan Yesus dalam kesulitan, Dia datang kepada Bapa “bolehkah Aku diluputkan, tapi jangan Aku tapi kehendakMu. Jika Engkau izinkan Aku jalankan, kalau tidak Aku akan jalankan apa pun kehendakMu”, Dia datang kepada Tuhan. Saudara harus datang kepada Tuhan seperti Yesus datang kepada Tuhan. Yesus sangat ketakutan dan Dia sungguh-sungguh berdoa, Dia bangkit dan ke murid-murid lalu mengatakan “engkau harus berdoa”, tapi murid-murid tidur. Mengapa murid-murid tidur? Karena mereka tidak merasakan apa yang Yesus rasa, mereka tidak merasakan bahaya mendekat. Mereka pikir Kerajaan Allah akan datang dan mereka tidak tahu kerajaan itu akan datang dengan cara Yesus mati di atas kayu salib. Maka pada waktu itu Yesus berkata kepada mereka “mengapa tidur? Bangunlah dan berdoalah supaya kamu jangan jatuh dalam pencobaan”. Bagian ini mengingatkan kita bahwa Yesus Kristus mengingatkan murid-muridNya untuk kuat di dalam pencobaan dengan memberikan diriNya sendiri yang sudah lulus dari pencobaan sehingga Dia sudah siap untuk maju ke kayu salib. Hasil pergumulan Kristus adalah ketika Dia menyerahkan diriNya untuk ditangkap. Di dalam ayat 53 Yesus mengatakan “inilah saatnya kamu, inilah saatnya kuasa kegelapan itu”, Dia memberikan diriNya untuk ditangkap. Yesus menang atas pergumulan ini dan Dia membuktikan kemenangan itu sampai mati di kayu salib. Apa yang membuat Kristus menang atas pencobaan? Dia kembali kepada Bapa, memohon kepada Bapa dan menyerahkan kepada Bapa. Billy Graham pernah mengatakan kalimat yang indah sekali, selain karena taat kepada Bapa, Yesus tergerak oleh keberadaan murid-murid, Dia melihat murdi-murid dan Dia tahu murid-murid perlu Dia sebagai Juruselamat, sebagai Kepala dari umat yang baru, maka Dia pergi ke salib. Yang membuat Yesus menang atas pergumulan adalah Dia datang kepada Bapa dan Dia pelihara kasihNya kepada orang-orang sekitarnya. Mari pertahankan doamu kepada Bapa, pertahankan relasi dengan Bapa di sorga, biasakan datang kepada Dia dengan segala kesulitan dan panjatkan kesulitan Saudara, sambil mengakui keputusan Dia paling tepat. Apa yang Dia putuskan itu paling tepat dan kita harus berjuang dengan cara yang benar dalam konteks hidup yang Dia percayakan kepada kita. Setelah itu ingat baik-baik untuk pelihara kasih terhadap sesama, Saudara bukan hidup untuk diri tapi untuk orang lain. Maka pergumulan Yesus di Taman Getsemani membalikan kesalahan Adam dari gagal sekarang menjadi berhasil. Kiranya Tuhan memberkati kita dan memberikan kelimpahan hati kepada kita untuk menjalankan kehendak Tuhan. Saya harap Saudara mendapatkan berkat yang limpah dari firman Tuhan dan berani jalankan ini di dalam kehidupan.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Memimpin Seperti Kristus

(Lukas 22: 14-38)
Kita tiba pada bagian yang sangat penting dalam persiapan untuk masuk ke dalam sengsara Kristus, yaitu di dalam percakapan ketika perjamuan malam. Di percakapan ini Yesus mempersiapkan murid-murid untuk menjadi raja. Ini adalah kelompok yang Tuhan persiapkan untuk menjadi pemimpin mewakili Kristus di dalam dunia ini. Dan ini adalah pembicaraan yang penting karena pesan yang Yesus berikan bukan hanya penting untuk para murid pada saat itu, tetapi juga penting untuk para murid setelahnya, termasuk kita pada saat ini. Sebab apa yang Tuhan mau para murid jalankan juga adalah sesuatu yang Tuhan mau kita jalankan pada saat ini.

Hal pertama yang ditekankan pada ayat-ayat yang kita baca adalah mengenai menjadi pemimpin. Di dalam ayat 24 dikatakan terjadi pertengkaran di antara murid-murid Tuhan Yesus. Murid-murid Yesus tidak mengerti apa yang Yesus katakan, karena mereka membaca setiap kalimat dari Tuhan Yesus di dalam pengertian kemenangan Israel. Mengapa kemenangan Israel? Karena dari kitab nabi-nabi dinyatakan bahwa kalau Mesias itu sudah datang, Mesias itu akan membawa Israel ke dalam kemenanganNya. Jadi Israel akan menang dan raja yaitu keturunan Daud akan memerintah atas Israel, dan Israel akan memerintah atas bangsa-bangsa lain. Tetapi Yesus adalah seorang tokoh biasa, seorang yang tidak punya kemegahan seorang raja, namun Dia punya banyak sekali tanda yang membuat para murid yakin inilah Raja, Dia sanggup menyembuhkan orang sakit, membangkitkan orang mati, tidak ada raja lebih berkuasa dari Tuhan Yesus. Maka mereka yakin ini Raja. Meskipun kelompok lain tidak mengakui, orang lain tidak setuju, orang lain tidak terima, mereka tetap terima. maka ketika Sang Raja yang mereka percayai ini duduk makan bersama mereka, lalu menyampaikan pesan yang sangat penting, Dia memberikan roti yang terpecah dan mengatakan “ini tubuhKu”, Dia mengangkat cawan anggur dan mengatakan “ini darahKu”, Dia sedang berbicara tentang Raja, yaitu diriNya sendiri, yang akan bertahta dengan cara mati. Ini tidak dapat dipahami para murid karena menjadi raja dan mati itu adalah dua hal yang sangat berseberangan. Kalau ada raja maka dia hidup dan dia tidak perlu mengalami kekalahan apa pun waktu dia sudah bertahta dengan kuat. Tetapi ketika raja itu dikalahkan, diturunkan dari tahtanya, maka sangat mungkin dia dibunuh oleh raja lain yang mengalahkan dia. Jadi kejayaan berkait dengan hidup, sedangkan kekalahan berkait dengan kematian. Kalau Raja ini muncul, yaitu Yesus, menjadi Mesias yang sudah dijanjikan, maka Dia tidak mungkin mati, Mesias tidak mungkin mati. Tapi orang-orang tidak melihat yang dicatat oleh Kitab Suci. Di dalam Mazmur 103 dikatakan Tuhan memberikan kebaikan, Tuhan memenuhi hasrat kita dengan kebaikan, Tuhan yang menebus kita dari lobang kubur, kalimat ini penting untuk kita pahami. Tuhan menebus kita dari lobang kubur, tidak mencegah kita untuk masuk ke lobang kubur. Tuhan menebus kita dari keadaan kacau, bukan mengecualikan kita dari keadaan kacau. Tuhan memberikan kita kemenangan dari perjuangan dan pergumulan, bukan membuat kita mendapatkan jalan tol yang melewati perjuangan dan pergumulan. Kalau kita tidak mengerti apa yang difirmankan dari Kitab Suci, kita selalu salah dan mengeluh kepada Tuhan, “Tuhan, mengapa hidupku selalu seperti ini? Mengapa saya harus mengalami ini, mengapa perjuangan saya berat di sini?”, berarti kita masih juga belum mengerti bahwa kita memang harus berjuang. Kita memang harus mengalami kesulitan yang Tuhan mau percayakan, bukan kesulitan yang dicari sendiri. Mereka tidak mengerti, tapi mereka sendiri minta sesuatu yang tidak mereka pahami. Kalau mereka ingin dekat Yesus, maka mereka mengklaim apa yang Yesus alami juga akan mereka alami lebih dulu dari yang lain. Kalau Yesus menjadi Raja, mereka akan menjadi the next pemimpin di bawah raja yang paling utama selain Yesus. Tapi kalau Yesus sedang bicara tentang kematian, maka mereka tidak sadar mereka sedang minta penderitaan yang nomor 2 setelah Yesus. “Kalau Yesus akan menjadi korban di kayu salib, maka kami ingin di sebelah kanan atau di sebelah kiri”, ini permintaan yang mereka tidak mengerti. Mereka cuma pikir kalau nanti Yesus menjadi raja, mereka juga mau. Mereka mempunyai sesuatu yang Martin Luther katakan, teologia kemuliaan, theology of glory, kemuliaan diri bukan kemuliaan Tuhan. Murid-murid mengatakan “saya ingin mulia. Kalau Yesus itu mulia, saya ingin ada dekat Yesus, karena saya ingin menikmati kemuliaan yang sama”. Tapi Yesus justru mengajarkan teologia salib, teologia penyangkalan diri dan teologia pengosongan diri, inilah konsep yang Yesus ajarkan selama Dia ada di bumi, tapi murid-murid tidak bisa mengerti. ini juga konsep yang diajarkan melalui perjamuan, Dia duduk bersama para murid dan memberikan simbol untuk membuat murid lebih mengerti apa yang Dia katakan. Tapi para murid tetap tidak mengerti, mereka tetap tidak tahu bahwa Yesus sedang menubuatkan tentang diriNya menjadi korban.

Kita juga bisa jatuh dalam kesalahan yang sama, kalau kita berpikir bahwa Yesus berkorban supaya kita tidak harus, konsep ini salah total. Ada seorang pendeta mengatakan “karena Yesus sudah dicambuk, kita tidak perlu dicambuk. Karena Yesus sudah dipaku di atas kayu salib, maka kita tidak perlu dipaku di atas kayu salib. Karena Yesus sudah menderita, maka kita tidak perlu menderita. Karena Yesus sudah menanggung luka, maka kita tidak perlu terluka lagi. Karena Yesus sudah menanggung segalanya, maka kita tidak perlu menanggung segalanya lagi”. Tapi bagian mana dari Injil yang menyatakan hal ini? Saudara boleh cari dengan lebih teliti. Justru ajaran Yesus mengatakan “karena Aku sudah mengalami, maka engkau harus bersiap untuk mengalami juga. Karena Aku sudah melewati dan menang, maka Aku menawarkan cara yang sama, engkau melewati kesulitan yang sama dan mengalami kemenangan yang sama”. Itu sebabnya Paulus yang mengerti sekali perkataan Yesus, mengatakan “saya ingin sekali menjadi sama dengan apa yang ada pada penderitaan Kristus dan kematianNya supaya apa yang sama dengan kebangkitanNya boleh menjadi milikku juga”. Paulus mengatakan “aku ingin ikuti jalan salib supaya kebangkitan juga menjadi milikku”. Tidak ada orang merancangkan hidup susah, dan Alkitab pun tidak pernah mengajarkan Saudara untuk merancangkan hidup yang susah. Tetapi Alkitab mengingatkan bahwa hidup tidak ada di tangan kita, kita merancang yang baik untuk kita, tapi keadaan bisa terbalik. Bagaimana ini bisa terjadi, lalu bagaimana kita harus menghadapi? Di dalam Alkitab dikatakan apa pun yang terjadi itu di dalam rancangan Tuhan karena Tuhan sedang menyiapkan kerajaanNya. Ini mungkin sesuatu yang mungkin kita tidak bisa mengerti, kalau Tuhan menyiapkan kerajaanNya dan apa pun yang Dia siapkan akan terwujud dalam rancangan yang Dia berikan dalam hidup, mengapa rancangan itu seringkali menjadi begitu kacau? Mengapa rancanganNya seringkali berbeda dengan apa yang kita mau? Karena Tuhan sedang menyiapkan kita untuk mempunyai keyakinan akan pekerjaan Tuhan yang akan memunculkan orang-orang dalam kerajaanNya melalui keadaan sulit. Keadaan sulit yang tidak terduga, keadaan sulit yang tidak dirancang, ini akan muncul dan orang yang melaluinya dengan kemenangan itulah orang-orang yang akan berbagian dalam Kerajaan Allah. Hal pertama yang Yesus lawan dalam perkataan ini adalah mengenai kepemimpinan. Yesus mengatakan bahwa “kamu akan menjadi pemimpin”, dan Yesus tidak ingin mengoreksi keinginan mereka untuk menjadi pemimpin. Murid-murid bertengkar siapa paling besar, berarti murid-murid ingin mendapat kedudukan yang besar semua, ini tidak rendah hati sama sekali. Lalu apa yang Yesus katakan? Apakah Yesus mengatakan “murid-murid, jangan mau jadi pemimpin, tidak baik. Kamu tidak boleh punya ambisi sebesar itu, itu berdosa”, apakah Yesus mengatakan “kamu mau jadi pemimpin? Susah, jadi orang kecil saja, untuk apa jadi pemimpin, untuk apa punya peran”, Yesus bilang seperti itu? Tidak. Maka orang seringkali salah menafsirkan tentang kerendahan hati. Kerendahan hati itu berarti tidak perlu punya peran, tidak perlu menonjol, tidak perlu punya pengaruh di masyarakat, kamu bukan siapa-siapa, biar saja tetap begitu. Itu bodoh, itu adalah tipuan dari setan. Kalau Saudara bisa berpengaruh, mengapa tidak memberikan pengaruh? Mengapa tidak ingin menjadikan diri orang yang penting di dalam masyarakat? Orang Kristen kalau semuanya cuma mau jadi nobody, terus memendam diri dalam lumpur supaya tidak diketahui siapa pun, itu tidak akan mungkin membuat Kerajaan Tuhan dipermuliakan. Orang Kristen harus berani ambil peran. Yesus tidak pernah mengkritik kemampuan murid, keinginan murid-murid untuk jadi pemimpin. Yang Yesus kritik adalah konsep kepemimpinan mereka yang salah, karena mereka pikir pemimpin itu adalah orang yang paling mulia, paling besar, paling hebat. Yesus mengatakan “salah, pemimpin itu adalah yang paling rela menjadi kosong”. Maka meskipun orang ingin punya peran yang besar dalam masyarakat, dia juga harus siap untuk menjadi kosong, bukan karena kosong peran tapi karena kosong pengakuan. Saudara jangan mengatakan “konsep kepemimpinan di dalam gereja pasti lain dengan dunia. Mau jadi pemimpin dunia harus beda prinsip dengan pemimpin di dalam gereja”, itu salah. Semua sama dalam hal kerelaan untuk mengosongkan diri. Yesus bukan hanya Pemimpin atas gereja, Yesus adalah Pemimpin atas Kerajaan Allah baik yang di sorga maupun di bumi. Dan Yesus sedang mengajarkan bahwa cara pimpinan Kerajaan Allah menjadi pemimpin adalah dengan sangkal diri dan pikul salib.

Dalam bagian selanjutnya Yesus menegur Simon, Dia mengatakan “Simon, Simon lihat iblis telah menampik kamu seperti gandum, tapi Aku berdoa untuk engkau supaya imanmu jangan gugur dan setelah engkau insyaf, sadarkanlah saudara-saudaramu”. Kita masuk ke poin ke dua. Saya menafsirkan meskipun tidak tertulis di sini, ketika Yesus berbicara tentang kerelaan berkorban, Simon orang yang paling siap berkorban, dia rasa begitu. Maka ketika Yesus mengatakan “kamu harus rela berkorban, raja-raja dunia mengorbankan orang lain, tidak demikian dengan kamu. Raja dunia ingin menjadikan dirinya paling besar, tidak demikian dengan kamu”, lalu apa yang harus dilakukan oleh para murid? Bersiap untuk melayani, bersiap menjadi korban. Petrus merasa dirinya sudah siap menjadi korban, karena itu dia merasa dirinya paling layak untuk menjadi yang paling penting. Maka Yesus menegur dengan mengatakan “Simon, iblis sedang menghancurkan kamu. Dan saya berdoa supaya kamu tidak hancur”. Ini hal kedua yang kita pahami, mengikut Kristus berarti menyadari kekosongan diri, menyadari ketiaadaan makna dari diri selain di dalam salib Kristus. Petrus merasa diri rela berkorban, tapi dia lupa bahwa kerelaan untuk dia berkorban itu membuat dia jatuh. Kerelaan dia berkorban membuat dia dimiliki oleh setan. Yesus menginginkan kita menjadi pemimpin, menjadi yang rela berkorban. Tapi Tuhan mengingatkan “iblis sudah siap untuk mengambil kamu”. Ini hal kedua yang harus kita waspadai, Yesus mau tekankan, jadi pemimpin berarti menyadari diri bukan siapa-siapa, jadi pemimpin menyadari bahwa diri itu tidak berarti kecuali di dalam Tuhan, karena kerelaan berkorban dan sumbangsih yang besar akan membuat orang berpikir dirinya penting di dalam masyarakat dan itu berarti dia sedang ditangkap oleh setan. Semua murid merasa diri sanggup untuk berada dalam level yang sama dengan Simon yaitu menjadi orang yang agung karena kerelaan berkorban. Tapi secara paradoks Yesus mengajarkan orang yang mengagumkan adalah orang yang tidak pernah merasa dirinya mengagumkan. Di dalam tradisi dari Martin Luther ada perkatan bahwa kita diselamatkan bukan karena perbuatan baik. Perbuatan baik itu bernilai, tapi bukan untuk keselamatan. Kalau Saudara menganggap perbuatan baik itu penting untuk keselamatan, maka ambisi kita untuk dibenarkan karena perbuatan kita membuat kita menjadi hina. Di dalam Kitab Suci ada perkataan “perbuatan kami seperti kain kotor”, apakah perbuatan baik itu kain kotor? Kalau Saudara tolong orang miskin, itu kain kotor atau bukan? Bukan, Yesaya tidak pernah bilang perbuatan baik itu kain kotor, Yesaya mengatakan efek dalam dirimu, setelah kamu berbuat baik, kamu merasa diri layak, itu kain kotornya. Martin Luther mengatakan perbuatan baikmu adalah mortal sin, karena setelah kita berbuat baik, kita merasa berjasa, ini yang bahaya. Kita merasa diri kita something karena kita sudah melakukan sesuatu. Ini yang Simon pikir, “Tuhan jadi orang Kristen itu berarti harus pikul salib, rela berkorban. Saya rela mati bagi Engkau, saya lebih hebat dari yang lain”. Yesus mengatakan “itu perkataan iblis, iblis sedang menggenggam engkau. Maka Aku berdoa supaya imanmu tidak runtuh”.

Bagaimana cara Tuhan menjaga supaya iman Petrus tidak runtuh? Caranya adalah dengan Tuhan membongkar betapa nothing-nya dia. Ketika dia mengatakan “aku rela mati bagiMu’, setelahnya dia menyangkal Tuhan 3 kali, itu malu sekali. Orang yang terlanjur bicara berani lalu ketahuan penakutnya, itu kasihan sekali. Lebih baik dari awal tidak pernah ngomong. Harga diri Petrus dibanting oleh Tuhan, “kamu anggap dirimu penting, ini dirimu yang asli. Kamu ada di level ini, rendah seperti ini”. Hal kedua yang harus kita pahami dari teks yang kita baca adalah Yesus mengajarkan kita untuk menjadi orang-orang yang berpengaruh di tengah dunia, tanpa kita sadar kita adalah orang yang berpengaruh. Tidak sadar diri, ini sulit untuk dipelajari, tapi penting untuk kerohanian kita. Kalau Saudara sadar diri itu bahaya, makin sadar diri makin tidak bisa menjadi berkat. Waktu Saudara mau bersumbangsih dalam masyarakat, Saudara tidak ingat diri, yang Saudara harus tahu adalah Kerajaan Tuhan harus dinyatakan dalam prinsip hidup yang benar. Kerajaan Tuhan itu masuk di dalam semua, di dalam segala hal. Saudara mau bertindak dalam masyarakat, ada prinsip yang benar yang harus dijalankan. Waktu Saudara sibuk menawarkan prinsip ini, menghidupinya dan menyebarkannya untuk orang lain juga, Saudara sendiri tidak sadar, Saudara sedang berperan. Maka orang penting itu yang baik adalah orang yang tidak sadar dirinya penting. Kalau orang sadar dirinya penting lalu dia mau diperlakukan sebagai orang penting, dia sudah jatuh. Saya tidak bilang bahwa kita semua harus pura-pura tidak sadar kalau kita penting, itu salah. Tapi kalau Saudara sadar diri Saudara penting, tapi tidak mau ambil privilege untuk dihormati sebagai orang penting, itu yang paling indah.

Ketiga, di dalam ayat 35 dan seterusnya, Kalimat ini sulit ditafsirkan kalau kita tidak mengerti permainan kata dari orang Yahudi, ini adalah peribahasa dalam Bahasa Aramaik, ada peribahasa seperti ini “jika kamu adalah tentara, kamu harus bawa uang berarti kamu adalah tentara yang sangat kasihan”. Maksudnya di dalam zaman ini, abad ke-1, orang kalau mau perang itu karena diutus oleh orang lain, ada raja yang mengatakan “silahkan kamu berperang”, maka prajurit atau tentara yang pergi berperang tidak lagi khawatir soal keuangan. Tidak ada orang berperang dengan biaya sendiri. Tapi Yesus mengatakan kepada murid-murid, “sekarang kamu menjadi tentara yang berperang dengan membawa pundi-pundi”, ini kasihan. Tapi Yesus mengatakan demikian karena selama ini murid-murid pergi berjuang, mereka tidak perlu takut kekurangan apa pun karena selalu ada Yesus. Yesus selalu ada dekat mereka, sehingga mereka tidak kekurangan apa pun. Tapi Yesus mengatakan “kamu akan dipanggil untuk melayani Kristus dengan keadaan seolah-olah Kristus tidak ada”, ini poin penting yang saya ingin Saudara ketahui. Kita adalah orang-orang yang mengalami keadaan seperti tidak ada Kristus waktu kita berjuang untuk Dia. Tapi Kristus menjanjikan penyertaan yang berbeda, yang sama dengan waktu murid-murid disertai oleh Yesus. Maka penyertaan Yesus itu tidak pernah berubah, tidak pernah beda, tidak pernah berubah, tapi pengalaman yang dialami para murid dan kita itu beda. PenyertaanNya tidak beda, tapi pengalaman disertaiNya beda. Karena murid-murid melayani, Yesus ada di tengah-tengah mereka waktu mereka melayani. Tapi sebentar lagi Yesus akan mati di kayu salib. Dan sejak Yesus mati sampai nanti Dia datang kembali, Dia tidak pernah menyatakan kehadiranNya secara fisik di tengah-tengah murid. Murid-murid akan berjuang seperti tidak ada Yesus. Kalimat ini sangat mengharukan bagi saya, karena Yesus akan mengatakan kepada para murid “kamu tahu dulu kita tidak pernah kekurangan apa pun”, “betul Guru, karena Engkau ada bersama dengan kami”, “sebentar lagi Aku akan diambil dari kamu”, lalu bagaimana, haruskah murid-murid tetap bersikap sama? Tidak bisa, sekarang mereka harus bersiap untuk masuk ke dalam konflik yang besar. Apa yang harus mereka lakukan? “siapkan pundi-pundi, bawa bekal. Yang tidak punya bekal siap dengan cara menjual jubah dan membeli pedang”. Apa maksud menjual jubah dan membeli pedang? Artinya seorang yang punya kedudukan baik, dengan jubah, sekarang harus lepas jubahnya dan pegang pedang. Orang yang keadaannya tidak perlu berperang, sekarang harus perang. Seorang raja akan berperang kalau tentaranya sudah berhasil menaklukan, raja zaman itu seperti itu. Yesus mengatakan “kamu yang seharusnya tidak perang, sekarang harus perang. Jual jubahmu dan bawa pedang”. Berarti akan membawa pedang untuk menghantam orang? Ini salah tafsir. Yesus tidak mengatakan “jual jubah supaya kamu bisa bunuh orang dengan pedang”, tapi menjual jubah dan membeli pedang artinya bersiap dalam keadaan konflik. Kamu tadinya tidak harus masuk konflik seperti itu, tapi kamu sekarang berada dalam keadaan seperti ini. Ini pepatah yang sering diulangi oleh Lukas. Lukas mengatakan dalam bagian awal, Simeon mengatakan kepada Maria “kamu akan mengalami banyak hal, Anak ini akan membuat kamu ditikam pedang yang akan menikam jiwa”. Ditikam pedang artinya akan masuk dalam keadaan yang sangat menyengsarakan jiwa. Kita percaya yang dimaksudkan adalah waktu Yesus disalib. Waktu disalib, kita percaya jiwa Maria sangat tersiksa pada waktu itu melihat Anaknya sendiri tersiksa di kayu salib. Itu yang dimaksudkan dengan pedang. Lalu pada bagian lain Yesus mengatakan “Aku datang bukan membawa damai, tapi pedang”, apakah berarti orang Kristen akan perang? Bukan, maksudnya adalah karena seorang jadi Kristen, hidupnya akan penuh konflik. Maka pada bagian ini Yesus mengatakan “kamu akan Aku sertai, tapi bukan dengan cara yang kamu pikir. Aku tidak berada di tengah-tengah kamu untuk mengambil kamu dari keadaan sulit. Kamu harus siap sulit, siap konflik, siap mendapatkan keadaan yang sangat susah, dan kamu harus tahu bahwa Tuhan menyertai meskipun tidak kelihatan”. Para murid akan masuk di dalam cara melayani yang baru, sekarang tidak ada lagi Tuhan Yesus. Kalau tidak ada Tuhan Yesus, maka hantaman yang mau diberikan kepada Yesus, sekarang kena kepada murid-muridNya. Kalau dulu yang kena adalah Yesus, yang ditangkap adalah Yesus, maka Yesus mengatakan “kalau Aku yang kamu cari, biarkan mereka ini pergi”. Tapi setelah Yesus tidak ada, target dari musuh Kerajaan Allah adalah murid-muridNya. Sekarang yang menjadi target dari musuh-musuh Tuhan adalah orang-orang Kristen. Tuhan dimusuhi oleh musuh-musuhNya, dan musuh-musuhNya akan serang orang Kristen. Mereka tidak akan serang Yesus, sekarang Dia sudah ada di sorga, dulu Dia sudah diserang. Dia diserang danmati, tapi Dia bangkit. Maka Yesus mengatakan kepada murid-murid, “sekarang kamu adalah target serangan. Kamu akan dibuat kacau, menderita, kamu akan dibuat imannya menjadi goyah”.

Maka biarlah kita mempersiapkan diri untuk mengingat hal-hal seperti ini, bahwa meskipun keadaan kita damai dan tenang, tidak tentu keadaan akan terus begini. Akan ada saat di mana kita mempunyai keadaan sangat sulit dan kita mengerti satu hal bahwa Tuhan menginginkan kita untuk percaya kepada Dia karena kita diutus oleh Tuhan. Tuhan mengutus kita dan dalam keadaan paling sulit pun, Tuhan adalah Tuhan yang akan menyatakan penyertaanNya. Tapi bukan penyertaan yang sama dengan sebelumnya. Sekarang murid-murid akan melayani dan mereka akan menghadapi semuanya sendirian, tidak ada Yesus yang hadir secara fisik. Tapi Tuhan memberikan Roh KudusNya untuk mendampingi dan menyertai. Di poin ketiga ini yang penting untuk kita pahami adalah Tuhan mau kita mempersiapkan hati. Kalau kita ada dalam keadaan sulit, penuh konflik karena kita orang Kristen, kita harus tahu bahwa kita mengalami keadaan ini karena kita diutus oleh Tuhan. Bukan karena kita cari sendiri. Saya mau kita mengerti hal ini, mari persiapkan hidup yang baik, bukan penuh konflik. Mari kita siapkan keadaan yang damai dan aman, mari kita ingin hidup yang baik, yang tidak musuhan dengan siapa pun. Mari kita persiapkan kehidupan untuk kita dan anak-anak kita, generasi selanjutnya dalam keadaan yang aman dan damai, itu yang kita inginkan, dan itu tidak salah. Tapi ada saat di mana keinginan kita menjadi goyah dan hancur, lalu yang terjadi adalah apa yang kita takutkan. Ketika itu terjadi, Yesus ingin mengingatkan kepada kita bahwa itu terjadi karena Dia mengutus kita. Dan kalau kita diutus oleh Dia, maka kita harus ingat dua poin pertama tadi. Pertama, saya memang harus berjuang di sini, ini tempat perjuangan saya. Yang kedua adalah saya tidak boleh melihat diri sebagai yang paling penting. Konflik Saudara apa, saya tidak tahu. Mungkin Saudara sedang mengalami konflik sekarang, ada kesulitan besr di dalam hidup. Mungkin Saudara sedang mengalami konflik karena keadaan rumah tangga yang buruk, atau keadaan pekerjaan yang buruk, keadaan sosial yang buruk, mungkin Saudara punya daerah yang penuh konflik, saya tidak tahu. Tapi seumpama itu pun terjadi, Saudara ingat satu hal ini adalah kondisi tidak baik yang memang Tuhan izinkan terjadi. Lalu bagaimana kalau kondisi tidak baik ini saya alami? Saya harus ingat saya adalah orang yang dipanggil oleh Tuhan untuk memberikan pengaruh besar dengan meletakan diri paling kecil. Saya bukan siapa-siapa, saya mau jadi yang melayani, saya ingin menjadi berkat. Di dalam keadaan yang Tuhan percayakan, saya mau berjuang untuk mendatangkan kedamaian Kerajaan Tuhan, dan kiranya Tuhan memberikan kekuatan supaya saya tidak jauh dalam dosa menjadi lemah, atau dosa menjadi sombong. Inilah yang kita bisa kita pelajari hari ini. Maka Yesus mempersiapkan para murid, “Aku akan segera pergi, sekarang tugasmu untuk melanjutkan apa yang Aku kerjakan”. Yesus membawa Kerajaan Allah dengan berjuang di tengah dunia ini, sekarang Yesus pergi ke sorga, dan kita yang akan melanjutkan di dalam hidup kita sekarang. Saudara adalah orang-orang yang Tuhan angkat untuk makan semeja dengan Dia. Dan Saudara adalah orang-orang yang Tuhan angkat untuk menjadi kepala dari orang-orang di dunia ini. Menjadi hakim yang menyatakan penghakiman, bukan dengan keinginan untuk membesarkan diri tapi dengan keinginan utnuk menjadi berkat. Kiranya ketiga hal ini memberikan kekuatan kepada kita dengan menyadarkan kita bahwa apa pun yang kita alami semuanya adalah tangan Tuhan yang kerjakan. Kalau itu adalah sesuatu yang terjadi karena tangan Tuhan, maka saya harus berespon dengan benar. Bagaimana berespon dengan benar? Berespon dengan ingin menjadi berkat dalam keadaan ini apa pun yang terjadi, dan yang kedua berespon dengan mengosongkan diri supaya keadaan menjadi keadaan yang memuliakan nama Tuhan. Biarlah ini menguatkan kita dan memberikan kita anugerah untuk hidup bagi Tuhan.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Tuhan yang mempersiapkan semua

(Lukas 22: 7-20)
Ini bagian yang sangat indah dan penuh hal yang mengharukan. Di dalam ayat-ayat ini kita diingatkan akan beberapa hal. Pertama, bagian ini mengingatkan kita kepada Paskah. Paskah dalam Kitab Keluaran adalah peristiwa yang sangat penting, bahkan paling penting dibandingkan dengan seluruh peristiwa lain di dalam Perjanjian Lama karena di Paskah ini adalah momen ketika Tuhan melahirkan Israel. Paskah adalah hari yang sangat besar, hari yang sangat penting, karena sebelum Paskah, Tuhan memberikan tulah kepada Mesir. Dan tulah ini adalah sesuatu yang menyatakan pembalikan ciptaan seperti yang tertulis di Kitab Kejadian. Yang saya bagikan ini adalah tema-tema yang sangat penting, kita bisa melihat kesatuan dari berita Alkitab melalui pesan-pesan yang diberikan Alkitab. Waktu Saudara baca pesan-pesan dari satu bagian, Saudara akan diingkatan akan bagian lain melalui narasi atau cerita itu. Waktu kita membaca Keluaran, terutama di dalam tulah, kita menyadari Tuhan menghukum Mesir dengan cara membalikan penciptaan, ini tema baru bagi kita, tapi tema ini tidak asing dalam studi biblika. Karena ini adalah tema dari seorang ahli Perjanjian Lama yang bernama Walter Brueggemann. Walter Brueggemann mengatakan Tuhan mencipta dengan arah yang tepat yaitu dari keadaan kacau-balau, kosong, penuh air dan gelap menjadi pelan-pelan ada terang, muncul darat dan setelah itu jadi keadaan yang sangat limpah, baru masuk Sabat. Enam hari penciptaan dan hari ketujuh yaitu Sabat, menunjukan arah dari ciptaan. Dari kacau menjadi teratur, dari kosong menjadi berlimpah, dari penuh air menjadi muncul darat, dari sangat gelap muncul terang. Lalu finalnya adalah Sabat. Ketika Tuhan memberikan tulah kepada Mesir, Tuhan membalikan arah ciptaan ini, dari limpah menjadi kosong, dari teratur menjadi kacau-balau, dari terang menjadi gelap, dari hidup menjadi mati. Ini pola-pola penciptaan yang sangat clear. Tidak heran dari Kitab Kejadian, Alkitab mengatakan pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi, bumi belum berbentuk dan kosong, tohu va bohu, dalam Bahasa Ibrani. Artinya adalah keadaan yang kacau-balau tapi kosong, tidak ada makhluk bisa hidup di situ. Manusia tidak mungkin hidup dalam keadaan kacau-balau dan kosong, karena tidak ada darat, tidak ada terang, tidak ada keteraturan dan tidak ada kelimpahan. Tapi setelah Tuhan menyelesaikan 6 hari penciptaan, dari keadaan kacau-balau dan kosong, dari keadaan penuh air dan gelap, Tuhan menciptakan bumi yang sangat indah, air ada pada batas yang tepat, daratan muncul. Daratan diisi dengan limpah tanaman-tanaman yang menghasilkan buah bagi manusia. Darat penuh dengan binatang, udara penuh dengan burung, di laut penuh dengan ikan, dari kosong menjadi sangat berlimpah, dari kacau-balau menjadi sangat teratur, dari penuh air menjadi daratan, dari gelap menjadi terang, lalu pada hari ke-6 dari tanah liat yang tidak ada hidup, Tuhan hembuskan hidup sehingga manusia jadi makhluk yang hidup. Ini yang Paulus katakan dalam Roma 5, Adam yang pertama dijadikan hidup oleh Tuhan. Dari mati menjadi hidup. Orang Mesir sedang dibalikan, Mesir tidak bisa menikmati ciptaan Tuhan karena Tuhan balikan ciptaanNya menjadi sangat kacau.

Tapi kekacauan ini adalah kekacauan yang akan menghasilkan umat Tuhan. Umat Tuhan keluar dari keadaan yang kacau ini. Sama seperti di dalam Kitab Kejadian, Tuhan menciptakan yang baik dari kekacauan, dari kacau Tuhan membuat teratur, dari keadaan kosong Tuhan membuat berlimpah, dari keadaan gelap Tuhan membuat terang, dari keadaan mati Tuhan membuat hidup. Demikian tulah Mesir, tulah Mesir membuat Mesir penuh dengan kekacauan, kekosongan, kegelapan dan kematian. Tapi dari situ Tuhan keluarkan umatNya, dari kacau keluarlah umat. Ini pola Alkitab yang harus kita pahami, dari keadaan kacau Tuhan selalu berhasil menyatakan pekerjaan yang paling mulia. Makin kacau akan menghasilkan hal yang paling mulia. Itu sebabnya orang-orang Kristen di dalam keadaan apa pun tidak pernah kehilangan harapan. Orang Kristen bisa sangat tertekan hidupnya, tapi dia tidak akan pernah kehilangan harapan, karena dia tahu sekacau apa pun keadaan justru akan membuat kemuliaan Tuhan semakin bersinar setelahnya, serusak apa pun keadaan justru akan Tuhan pakai untuk menunjukan berapa hebatnya Dia. Maka dari gelap terbitlah terang, dari kekacauan keluarlah keteraturan, dari kekosongan keluarlah kelimpahan, dari kematian munculah hidup. Ini yang Israel pahami ketika mereka membaca Kitab Keluaran, maka mereka sadar mereka adalah bangsa yang dikeluarkan oleh Tuhan dari keadaan kacau-balau dan kosong, gelap gulita dan penuh kematian. Mesir bukan lagi tanah yang bagus, Mesir adalah tanah yang bau kematian, tanah yang gelap, tanah yang penuh kekacauan. Dan Tuhan keluarkan Israel dari Mesir.

Orang Israel mengingat Hari Paskah sebagai hari yang penting, ini adalah hari di mana mereka keluar dari Mesir, mereka boleh menikmati pekerjaan Tuhan membentuk mereka, menjadikan mereka bangsa yang dikeluarkan dari keadaan kacau. Keadaan kacau mereka tinggalkan di belakang dan sekarang mereka mendapatkan kesempatan hidup sebagai bangsa yang mengenal Tuhan, bangsa milik Tuhan sendiri. Mereka bukan lagi milik Mesir, mereka bukan lagi milik diri mereka, sekarang mereka milik Tuhan. Dari kacau dikeluarkan menjadi milik Tuhan. Demikian juga kita sekarang, kita adalah orang-orang yang dikeluarkan dari kekacauan hidup kita sebelumnya. Dulu hidup kita begitu kacau, tapi Tuhan keluarkan kita dan menyatakan “Aku sekarang memiliki engkau, Aku sekarang menebus engkau. Aku sekarang menjadikan diriKu sebagai warisanmu, dan Aku menjadikan dirimu milikKu”, ini relasi yang indah sekali yang Tuhan nyatakan. Itu sebabnya pola-pola di dalam Alkitab seringkali berulang untuk menyatakan kepada kita bahwa Tuhan adalah Tuhan yang bekerja dari Kejadian sampai Wahyu. Di dalam seluruh kitab ini tangan Tuhan sedang mengerjakan apa yang sudah Dia rencanakan dari awal. Maka dalam Kitab Suci bisa kita paralelkan satu bagian dengan bagian lain untuk memberikan kepada kita pengertian yang limpah tentang apa yang sebenarnya Tuhan mau nyatakan di dalam bagian itu. Demkian juga ketika orang membaca Lukas 22 ini, mereka sadar bahwa di dalam pekerjaan Tuhan, mati di kayu salib, ada hal yang sangat mirip dengan Paskah di dalam Kitab Keluaran. Apa saja yang mirip? Yang pertama, kalau di dalam Kitab Keluaran, Tuhanlah yang bekerja mengatur semua sampai pada hari Paskah, yaitu ketika orang Israel menyembelih kambing domba. Tuhan juga yang mengeluarkan Israel dari Mesir, dengan tangan yang kuat. Tuhanlah yang membuat Mesir mengeluarkan Israel, bukan karena kebaikan Mesir, bukan karena Mesir mengatakan “saya kasihan sama kamu, saya bebaskan kamu”. Sebaliknya Tuhan mengatakan “Aku akan mengeraskan hati Firaun, dan lihat apa yang akan Aku kerjakan. Aku keraskan hati Firaun, tapi justru di tengah hati dia yang paling keras, Aku akan membebaskan umatKu”, umat Tuhan bebas bukan karena belas kasihan dari Mesir, tapi Israel dikasihani Tuhan maka mereka bebas. Ini juga hal yang harus kita pahami sekarang, orang Kristen beribadah di negara ini bukan karena belas kasihan pemerintah, orang Kristen beribadah di negara ini bukan karena izin dari agama mayoritas. Orang Kristen beribadah di negara ini karena belas kasihan Tuhan kepada kita. Kita tidak perlu minta belas kasihan dari pemerintah, kita tidak perlu menjilat kepada mereka, berharap supaya mereka baik kepada kita, supaya kita boleh beribadah. Tidak, kita minta belas kasihan kepada Tuhan.

Selain Tuhan menindas Mesir, Tuhan juga memberi tahu “sekarang kamu simpan domba dan kambing, simpan yang paling baik, kurung dia selama beberapa lama dan jaga baik-baik supaya tidak bercacat”. Jadi orang Israel disuruh menyimpan seekor kambing atau domba untuk nanti dijadikan korban. Mereka harus ambil kambing atau domba yang paling bagus, yang tidak bercacat. Mengapa perlu ada kambing dan domba ini? Karena sebelum Israel keluar, mereka mesti ditebus dengan darah dulu. Mesti ditebus dengan darah karena mereka sama jahatnya dengan Mesir. Israel perlu ditebus supaya tidak mati, Mesir tidak ditebus maka mati. Yang bedakan Mesir dengan Israel bukan karena Israel lebih baik, tapi karena Tuhan memberikan penebusan kepada Israel. Tuhan tidak memberikan penebusan kepada Mesir, maka Mesir mati. Yang bedakan kita dengan dunia, bukan karena ktia leih baik, tapi karena kita mendapat penebusan maka kita tidak mati. Dunia tidak mendapat penebusan maka dunia mati. Jadi orang Kristen tidak mungkin sombong, tidak ada orang Kristen yang bisa sombong. Kalau ada orang Kristen yang sombong, dia belum benar-benar Kristen. Orang Krsiten cuma sadar satu hal bahwa mereka boleh mendapat kehidupan karena ada korban. Mereka boleh mendapat keselamatan karena ada Penebus, mereka boleh mendapat pengampunan karena ada yang dikorbankan. Orang Israel menyimpan kambing dan domba ini supaya mereka tahu bahwa tanpa kambing dan domba ini, anak sulung mereka pun harusnya mati. Mereka mempersiapkan kambing dan domba, dan mereka mempersembahkan ketika waktunya tiba. Mereka menyembelih lalu darahnya dioleskan ke ambang pintu, setelah itu mereka bakar kambing dan domba itu, dan mereka makan beserta dnegan sayur pahit, mereka juga siapkan adonan roti yang tidak beragi karena Tuhan berjanji “setelah ini akan ada tangisan di Mesir dan kamu akan keluar”. Itu benar-benar terjadi. Tapi itu yang Tuhan lakukan supaya orang tahu dari awal itu pekerjaan Tuhan bukan pekerjaan Musa. Dari awal Tuhan yang merancang semuanya. Itu sebabnya peristiwa keluarnya Israel dari Mesir adalah peristiwa dimana Tuhan menyatakan “Aku berjaga-jaga bersama dengan umatKu dari awal sampai selamanya”. Tuhan menyertai umatNya dan Tuhan bekerja menyatakan kehendakNya pada umatNya dalam segala yang Dia rencanakan.

Waktu murid-murid mendengarkan kalimat Yesus, mereka akan diingatkan pada peristiwa Keluaran. Di ayat 7 dikatakan “maka tibalah hari raya Roti Tidak Beragi, yaitu hari di mana orang harus menyembelih domba Paskah. Lalu Yesus menyuruh Petrus dan Yohanes, kata-Nya: “Pergilah, persiapkanlah perjamuan Paskah bagi kita supaya kita makan”, Yesus mengatakan ini kepada Petrus dan Yohanes, jadi siapa yang harus persiapkan perjamuan Paskah? Petrus dan Yohanes. Mereka ditugaskan Tuhan untuk mempersiapkan Perjamuan Paskah supaya kita bisa makan. Lalu mereka tanya “di mana?”. Ayat 10 jawabannya “Jawab-Nya: “Apabila kamu masuk ke dalam kota, kamu akan bertemu dengan seorang yang membawa kendi berisi air. Ikutilah dia ke dalam rumah yang dimasukinya”, ini persiapan yang sangat unik, bertemu dengan orang yang membawa kendi air lalu mengikuti dia ke dalam rumah. Orang ini tidak dikenal, jadi Petrus dan Yohanes disuruh datang ke kota lalu mengikuti orang yang membawa kendi. Kemudian dilanjutkan “dan katakanlah kepada tuan rumah itu: Guru bertanya kepadamu: di manakah ruangan tempat Aku bersama-sama dengan murid-murid-Ku akan makan Paskah? Lalu orang itu akan menunjukkan kepadamu sebuah ruangan atas yang besar yang sudah lengkap, di situlah kamu harus mempersiapkannya”, Petrus dan Yohanes tidak dikenal oleh orang itu, tiba-tiba mereka datang dan tanya mau Paskah di mana. Tapi mereka taat, mereka pergi dan menemukan apa yang Yesus katakan semua itu terjadi. Dan ketika mereka bertanya di mana ruangan untuk makan Paskah, orang itu langsung menjawab semua sudah disiapkan. Siapa yang siapkan? Yang menyiapkan adalah Yesus, Yesus ingin menyatakan apa yang Musa pahami di dalam Kitab Keluaran bahwa Tuhan yang mengerjakan semuanya. Yang kerjakan sampai Israel keluar dari Mesir adalah Tuhan. Petrus dan Yohanes mendapatkan hal yang sama, yang mempersiapkan Paskah adalah Tuhan Yesus bukan mereka. Memang mereka yang disuruh, tapi yang kerja adalah Tuhan. Ini yang kita pegang, mari kita belajar beriman di sini, Tuhan suruh kita kerjakan dan nanti kita akan melihat Tuhan yang kerja. Tuhan suruh kita taat, tapi tetap Tuhan yang kerjakan. Maka Petrus dan Yohanes mengalami bahwa Yesus menyiapkan semua, semua hal sampai pada penyalibanNya. Penyaliban Yesus adalah sesuatu yang Yesus sendiri siapkan. Yesus bukan korban yang tidak berdaya, Dia bukan korban ketidak-adilan masyarakat, Dia bukan orang yang ingin sukses tapi ditindas dan akhirnya hancur, Dia bukan korban kesewenang-wenangan. Dia dengan rela menyerahkan diriNya sebagai korban dan itu yang ditunjukan dalam Injil Lukas ini. Dia yang mengatur segala sesuatu sampai Dia mati di kayu salib, itu Dia sendiri yang atur. Dia menyerahkan diriNya dan mengatakan “ini Aku hai umatKu, Akulah yang menyerahkan diri untuk kamu, mati bagi dosamu”. Yesus mati bagi engkau, bukan karena korban. Yesus mati bagi engkau karena Dia cinta kepadamu. Dan Dia atur semua sampai kematianNya. Mau tidak Saudara seperti ini, mengatur hidup supaya nanti hancur, mendesign hidup untuk nanti menjadi korban? Tidak ada orang mau melakukan ini. Semua mau men-design hidup supaya baik, supaya nanti ada di posisi puncak, untuk kemuliaan, kemegahan dan kebaikan diri. Tapi Tuhan Yesus menyatakan “Aku men-design hidupKu demi kebaikanmu, demi engkau mendapatkan kebenaran dan keselamatan dari Tuhan”. Tuhan mengatur semua peristiwa baik besar maupun kecil untuk menuju kepada penyalibanNya. Dia Tuhan yang berdaulat, Tuhan yang berkuasa atas hati manusia, Dia Tuhan yang berkuasa atas seluruh peristiwa, dan Dia memakai kuasaNya untuk menjadi korban. Kuasa untuk menjadikan diri korban, tema ini hanya ada di Kekristenan. Saudara mempelajari ajara Hindu, Budhis, Islam, tidak ada yang signifikan dalam pengorbanan, semua mengajarkan pengosongan diri tanpa hasil. Orang mengajarkan “mari kita tidak menyakiti apa pun, mari menahan hawa nafsu, mari berusaha berbuat baik, mari kita coba kekang diri kita”, tapi tidak ada hasil apa pun. Yesus Kristus mengerjakan semua dan hasilnya menyebar ke seluruh dunia. Itu sebabnya kita boleh beriman kepada Kristus, anugerah besar Tuhan nyatakan. Dia adalah Allah yang menjadi manusia, Dia tetap mengatur seluruh sejarah dan Dia mengatur seluruh keadaan untuk memuncak pada peristiwa penyalibanNya. Itulah yang Petrus dan Yohanes saksikan.

Dan dalam persiapan ini mereka sadar satu hal, mereka akan makan bersama Yesus dan Yesus akan melakukan sesuatu yang sangat luar biasa setelah ini. Tapi mereka tidak tahu yang luar biasanya apa, mereka masih belum tahu sehingga bahkan setelah percakapan yang terjadi setelah mereka selesai makan pun, mereka masih bertengkar siapa yang paling besar. Yang mereka tahu, “setelah kita makan bersama nanti Yesus akan menyatakan pekerjaan final yang besar dan karena itu kami ingin berbagian menjadi orang yang paling penting”. Murid-murid mulai bertengkar tentang siapa paling besar karena mereka sadar ini puncak pekerjaan Tuhan, Tuhan sudah akan menyatakan kerajaanNya dengan sangat limpah saat ini. “Tidak ada yang bisa menahan Dia, Kerajaan Tuhan datang sekarang, kami ingin menjadi menteri, kami ingin menjadi penguasa, kami ingin memegang posisi penting di dalam Kerajaan milik Mesias ini”. Tapi Yesus mengabarkan sesuatu yang sangat mengharukan, Dia mengatakan “Aku punya kerinduan untuk makan bersama dengan engkau, Aku rindu bersekutu dengan engkau”. Ini mirip dengan permohonan sebelum mati. Di dalam konsep Yahudi dan budaya mana pun, sebelum seseorang meninggal dunia, dia akan terlebih dahulu menyatakan apa yang menjadi keinginan dia sebelum dia mati, ini momen yang sangat mengharukan. Di dalam segala gejolak perasaan Yesus yang paling besar, kerinduan Dia paling besar adalah untuk bersekutu dengan murid-murid. Ini lah isi hati dari Juruselamat kita, kerinduan Dia paling besar ketika di dalam dunia ini adalah bersekutu dengan umat tebusanNya, dengan Saudara. Apakah kerinduan Saudara paling besar adalah bersekutu dengan Dia? Yesus mengatakan “yang paling Aku rindukan adalah makan dan minum bersama dengan kamu, mempunyai persekutuan bersamamu”. Ini bisa kita lihat di ayat 14 dan seterusnya, ketika tiba saatnya sebentar lagi Yesus akan mati, Yesus duduk makan bersama rasul-rasulNya. KataNya kepada mereka “Aku sangat rindu makan Paskah ini bersama-sama dengan kamu sebelum Aku menderita, inilah momen kita yang terakhir”. Yesus sadar ini momen-momen terakhir, tapi murid-murid tidak sadar. Bayangkan berapa sedihnya hati orang yang akan meninggalkan orang yang dikasihi, tapi orang yang dikasihi belum sadar.
Dan Yesus mengatakan di dalam ayat 15-16, ada pernyataan yang sangat mengharukan, tapi juga ada pernyataan yang sangat indah. Yesus mengatakan “kita akan bertemu lagi persis seperti ini”. Dan nanti ketika makan perjamuan itu dinyatakan dalam kesempurnaan waktu Yesus datang, bukan hanya 12 murid lagi, kita semua akan ikut. Tuhan Yesus mengatakan “suatu saat kita akan makan bersama dengan seluruh penghuni Kerajaan Allah yang mendapatkan warisan dari darah Kristus”. Kalimat ini indah sekali, Yesus mengatakan “kerinduanKu paling besar adalah bersekutu dengan engkau, dan Aku tidak akan lakukan ini lagi sampai ciptaan yang baru itu terjadi”. Saya pikir kalimat yang paling mengharukan dari Injil Lukas adalah di bagian ini. Maka Dia mulai mengambil cawan, mengucap syukur lalu berkata “ambil ini dan bagikan di antara kamu. Sebab mulai dari sekarang ini Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur sampai Kerajaan Allah telah datang”. Kristus tidak menikmati sorga sebelum Dia bersekutu kembali bersama murid-murid. “Dimana Aku berada, di situ kamu akan berada”, itu yang Yesus inginkan. Maka di sini kita bisa memahami betapa besar cinta kasih Yesus kepada umat tebusanNya. Yesus tidak hanya menyelamatkan umat tebusanNya hanya di dalam cara yang tidak personal. Yesus menebus seluruh uma tebusanNya dengan perasaan kasih yang personal, satu demi satu. Yesus mencintai umat tebusanNya dengan kasih yang sifatnya personal. Itu sebabnya di dalam Kitab Galatia, Paulus mengatakan “aku hidup untuk Juruselamatku yang sudah mati bagiku dan menyerahkan diri untukku”. Paulus menyadari cinta kasih Yesus sangat personal untuk dia dan untuk semua orang percaya. Dan bahwa kerinduan Tuhan paling besar adalah fellowship dengan orang-orang yang Dia kasihi. Alkitab mengajarkan relasi adalah bagian yang paling penting di dalam hidup manusia. Karena di dalam relasi kita menyatakan kasih, di dalam relasi kita menyatakan kehadiran bagi yang lain. Relasi berarti kasih dan relasi berarti hadir bagi yang lain. Hadir di tengah-tengah perkumpulan dari orang-orang yang kita kasihi. Waktu Gregory dari Nazianzus menulis tentang Tritunggal, dia mengatakan Allah Tritunggal adalah Allah yang saling mengosongkan diri bagi Pribadi yang lain. Bapa rela mengosongkan diri untuk Anak hadir, Anak rela mengosongkan diri untuk Roh Kudus hadir, dan Roh Kudus rela mengosongkan diri untuk ada bersama-sama dalam kesatuan Tritunggal yang indah ini. Hal yang bisa kita pelajari tentang Tritunggal itu banyak sekali, tapi tidak ada satu pun yang tidak membuat kita tidak makin mengagumi Tuhan dan cinta kasihNya. Maka Gregory dari Nazianzus mengatakan waktu Kristus berada di dalam dunia ini, Kristus mengosongkan diriNya supaya orang bisa masuk ke dalam persekutuan. Mengosongkan diri demi orang lain. Kasih berarti persekutuan, persekutuan berarti kehadiran. Dan kehadiran kita adalah kehadiran yang akan memberi jalan bagi yang lain. Kalau kita tidak memberi jalan bagi yang lain, tidak mungkin ada persekutuan. Kalau semua masing-masing mau egonya sendiri, “pokoknya saya”, maka tidak mungkin ada tempat bagi orang lain. Di mana orang berpusat pada diri, di situ tidak ada tempat bagi orang lain. Tuhan mengajarkan hal sebaliknya, seumur hidup Dia ada di dunia, Dia memikirkan muridNya, seumur hidup Dia melayani, Dia membuka hidupNya untuk ada orang lain boleh hadir di tengah-tengahnya. Inilah konsep relasi yang kita perlu pelajari. Mengapa suami istri sulit damai? Karena masing-masing punya ego, bukan mengosongkan diri. Siapa tidak mau mengosongkan diri, tidak mungkin mengerti kasih dan relasi.

Waktu itu Yesus langsung menyatakan satu pengertian yang sangat anggun yang kita peringati di dalam Perjamuan Kudus. Di ayat 19 Yesus mengambil roti mengucap syukur, mulai memecah-mecahkannya dan memberikan kepada mereka, kataNya “inilah tubuhKu yang diserahkan bagi kamu, perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku”. Yesus memecahkan roti yang melambangkan diriNya dipecahkan bagi orang. Mengapa Dia dipecahkan? Bukan karena kekacauan politik, bukan karena dunia terlalu kuat sehingga menghancurkan Dia, tapi karena cinta kasihNya menyatukan semua murid yang akan percaya kepada Dia dalam satu table fellowship, inilah yang mendorong Dia untuk memecahkan tubuhNya. TubuhNya dipecah supaya kita disatukan. Kalimat penting dari Agustinus di dalam Confessions itu sangat baik untuk kita ingat, Agustinus mengatakan Allah adalah Allah yang rela turun untuk kita naik, yang rela kosong supaya kita penuh, yang rela mati supaya kita hidup, yang rela dipecah supaya kita terkumpul, yang rela dihancurkan supaya kita dipulihkan, yang rela mengalami kematian supaya kita mengalami kehidupan. Maka roti yang dipecahkan menjadi lambang tubuh Kristus yang dipecahkan. Tubuh yang dipecahkan bagi kamu. Lalu Yesus mengambil cawan sesudah makan dan mengatakan “cawan ini adalah perjanjian baru oleh darahKu yang ditumpahkan bagi kamu”, ditumpahkan bagi kita. Yesus mati di kayu salib supaya kita boleh menjadi satu dengan Dia, satu fellowship yang sangat indah. Di dalam konsep Perjanjian Lama, yang seharusnya juga menjadi konsep kita, makan bersama menunjukan fellowship yang sangat erat. Tidak ada orang yang makan satu meja tanpa berelasi. Makan bersama menunjukan relasi yang indah. Dan Yesus mengatakan “tunggu sampai semua berkumpul, baru kita makan bersama”. Bayangkan berapa mengharukannya ini. Kali berikut kita makan bersama ketika semua umat tebusan sudah berkumpul”, sekarang belum boleh dulu. Petrus, Yohanes, Yakobus dan semua murid, kecuali Yudas Iskariot, sekarang sudah di sorga, tapi di sana pun mereka belum melakukan perjamuan ini. Yesus mengatakan “sampai semua sudah berkumpul dulu, baru kita sama-sama lakukan di dalam bentuk yang sangat megah”. Itu sebabnya kita melakukan perjamuan ini karena kita mengingat suatu saat nanti kita akan makan bersama dengan semua orang yang Tuhan tebus dan Dia akan memimpin perjamuan ini dalam kasih yang indah sekali. Sehingga Yesus sedang menyatakan dalam 2.000 tahun yang lalu “sabar, masih banyak saudara-saudaramu yang akan dikumpulkan”. Bagaimana kumpulkan mereka? “lihat tubuhKu yang terpecah, inilah caraKu mengumpulkan mereka”. Inilah yang bisa kita ingat mengenai perjamuan. Kita bisa belajar beberapa poin, poin pertama seluruh pengorbanan Kristus adalah pekerjaan Tuhan, Dia yang inisiatif. Yesus bukan orang yang tidak punya kekuatan, kekuatanNya sangat besar dan Dia pakai kekuatan itu untuk memastikan Dia maju ke kayu salib. Kedua, semua yang dikerjakan Tuhan itu semua karena kuasaNya yang besar untuk mengumpulkan orang pilihan. Yesus mau mengumpulkan semua orang pilihan, sehingga semua orang itu ada di dalam Dia. Cara Dia mengumpulkan adalah dengan Dia dipecahkan. Jadi hal kedua yang kita lihat dalam bagian ini adalah Tuhan punya rencana untuk mengumpulkan semua. Dan kalau Tuhan punya kekuatan untuk mengatur semua terjadi sampai Dia disalib, bahkan pengkhianatan Yudas pun Dia sudah tahu, dan Dia tidak melarikan diri. Dia sudah tahu siapa yang akan mengkhianati, Dia sudah tahu bagaimana Dia akan ditangkap, Dia sudah tahu bagaimana Dia akan ditipu dan akhirnya diseret ke pengadilan. Dia tahu dan Dia tidak menghindarkan diri. Dia secara inisiatif penuh mau maju ke kayu salib karena Dia tahu dengan cara ini umat Tuhan akan dikumpulkan. Ketiga, bagian ini memberikan kepada kita pengharapan yang besar. Suatu saat kita akan dikumpulkan bersama dengan Tuhan di dalam kasih yang paling indah. Kasih yang Saudara nikmati sekarang bukan yang paling indah, kasih yang kita nikmati antar sesama kita belum yang terindah. Kapan kita bisa menikmati kasih yang sejati? Waktu kita berkumpul di meja perjamuan, dia hari yang baru ketika Tuhan datang, pada waktu itu kita baru mengerti inilah kasih, inilah fellowship yang sejati. Apakah kasih yang sekarang palsu? Tentu tidak, tapi belum sempurna. Maka silahkan nikmati cinta kasih yang Saudara bagikan dan yang Saudara terima, entah itu dari orang tua, pacar, suami, istri, dari siapa pun, itu cinta kasih yang murni dan penuh keagungan, tapi itu bukan yang final. Maka pikirkan jika kasih yang kita nikmati di bumi ini sedemikian nikmat dan hangat, bagaimana dengan kasih yang nanti akan dinyatakan dengan sempurna? Tentu jauh lebih indah. Paulus menyatakan di dalam Surat Korintus 13, kasih melampuai semua karena kasih itulah yang akan digenapkan ketika Yesus datang. Pengharapan akan berhenti waktu Yesus datang, karena ketika Dia datang kita akan berhenti berharap. Iman akan berhenti kalau yang kita imani sudah kita lihat. Tapi kasih bukan akan berhenti melainkan akan dipuncakan ketika Kristus datang. Mari belajar mengasihi karena inilah yang Tuhan akan sempurnakan nanti. Bagaimana cara mengasihi? Dengan berkaca kepada Kristus yang dengan segenap kekuatanNya mengatur supaya Dia dipecahkan bagi kepentingan orang banyak.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Apakah kita masih peka ketika Allah menggenapi firman-Nya?

(Lukas 21: 37-38, 22:1-6, Habakuk 2: 1-20)
Ada perkataan yang indah di sini bahwa Yesus mengajar di Bait Allah, Dia hadir di tengah-tengah BaitNya. Kristus ada di Bait dan ini menggenapi apa yang kita baca di dalam Kitab Habakuk. Kitab Habakuk menyatakan tentang pengharapan yang akan Tuhan berikan pada waktu akhir, Tuhan akan pulihkan kerajaan, akan memberikan anugerah yang besar dan akan memberikan kesempatan damai sejahtera boleh kembali dinyatakan. Ini bagian yang sangat penting. Kalau kita paham Habakuk 2, kita akan sulit melihat apa pentingnya Yesus ada di Bait Suci, mengapa Dia harus mengajar, mengapa Dia harus masuk ke Bait Suci? Di dalam Maleakhi 3 dikatakan bahwa ada suara berseru-seru di padang gurun, siapkan jalan bagi Tuhan. Lalu dikatakan setelah itu Tuhan akan hadir di bait. Jadi harus ada persiapan jalan karena Tuhan akan hadir dan Tuhan punya tujuan untuk hadir di bait. Waktu Yesus dinyatakan sebagai yang menggenapi hal ini, Yesus harus pergi ke Bait Suci. Saudara kalau melihat di Injil, Saudara akan menemukan hidup Yesus adalah hidup yang menggenapi apa yang Kitab Suci Perjanjian Lama katakan. Yang dilakukan oleh Yesus menggenapi apa yang dikatakan di Perjanjian Lama. Yesus menggenapi janji Tuhan untuk keadaan damai yang akan terjadi di bumi, bumi akan penuh dengan kedamaian, penuh dengan pengenalan akan Tuhan, penuh dengan kehormatan dari orang-orang yang takut akan Tuhan, penuh dengan kesucian yang Tuhan mau nyatakan, bumi akan penuh kemuliaan Tuhan. Bagaimana caranya bumi penuh dengan kemuliaan Tuhan? Caranya adalah kalau Tuhan datang di BaitNya, apa yang Tuhan akan lakukan? Beberapa bagian dari Kitab Suci menjelaskan ini di dalam Perjanjian Lama, yang pertama Tuhan akan meninjau segala sesuatu dari BaitNya, mataNya akan melihat seluruh bumi karena Dia sudah hadir di BaitNya. Kehadiran Tuhan di BaitNya akan memberikan penghakiman, mataNya akan emmandang dan melihat, menembus apa yang salah di tengah dunia ini, akan membongkar segala motivasi tersembunyi di dalam diri manusia. Jadi Tuhan akan mengamati dan memberikan penghakimanNya. Kedua, di Kitab Habakuk dikatakan Tuhan akan hadir di firmanNya dan pengenalan akan Tuhan akan memenuhi seluruh bumi. Tuhan akan hadir di firmanNya dan hal yang besar akan terjadi yaitu bahwa Tuhan akan menyatakan firmanNya bagi seluruh bumi. Bagaimana kalimat-kalimat ini bisa digenapi? Kitab Perjanjian Baru dengan teliti membagikan bagaimana satu per satu janji ini digenapi, bagaimana satu per satu seluruh penggenapan ini akan dipahami oleh orang-orang yang rendah hati. Injil Lukas menyatakan penggenapan ini, ada seorang yang sangat kontroversial bernama Yesus dari Nazaret sekarang berkhotbah di Bait Suci menyatakan pengajaranNya dari tengah-tengah Bait Suci. Ini merupakan bagian awal dari penggenapan Habakuk 2, Tuhan hadir di BaitNya yang suci dan Dia memberikan firmanNya. Saudara bisa bayangkan indahnya ini, Yesus hadir di Bait Suci menggenapi apa yang orang Israel sudah baca terus selama ratusan tahun, kapan Israel akan dipulihkan? Dan Yesus sudah hadir di tengah-tengah Bait Suci. Ini bagian harus kita kaitkan, dua hal ini, Yesus mengajar di Bait Suci, Tuhan hadir di BaitNya, tidak boleh kita lepaskan hubungannya. Waktu kita memahaminya dengan cara Yahudi, kita akan mengharapkan Tuhan segera hadir dengan segala kemuliaan, kita akan mengingat peristiwa kemah suci, karena di dalam peristiwa itu dikatakan setiap kali Tuhan mau menyatakan diri, kemuliaanNya akan penuhi Kemah Suci. Mereka punya pikiran kalau dulu seluruh gunung bisa penuh kemuliaan, maka yang nanti akan terjadi adalah seluruh bumi akan penuh dengan kemuliaan yang sama dengan kemuliaan di atas gunung. Kemuliaan yang menakjubkan, kemuliaan yang akan membutakan mata, kemuliaan yang akan membuat kita semua gentar dan sujud dan tidak bisa melakukan apa pun selain menyembah Tuhan karena begitu besarnya kekaguman kita pada kemuliaan Tuhan ini. Waktu Israel menantikan pemulihan, mereka terus menantikan kapan nubuat, kapan berkat, kapan tanda ajaib, kapan pernyataan yang hebat dari Tuhan akan menyegel, memeberikan seal terhadap pemulihan yang Tuhan akan lakukan. Mereka terus menantikan, dan di dalam penantian itu banyak tokoh kontroversial yang muncul, “akulah mesias, akulah anak Daud”, itu terus muncul sampai tahun 130an sampai seorang bernama Bar Kokhba muncul lalu memimpin pemberontakan kepada Kerajaan Roma. Ketika Bar Kokhba dihancurkan, orang percaya “inilah titik di mana Israel hancur”, Israel tidak ada lagi sejak tahuan 130an, sejak pemberontakan terakhir Israel ditumpas oleh Romawi. Yerusalem hancur sejak tahun 130 dan tidak pernah lagi dikembalikan ke Israel sampai masuk abad 21. Runtuhnya Yerusalem seperti menamatkan cita-cita Israel untuk adanya pemulihan berdasarkan Kitab Maleakhi dan juga Kitab dari Habakuk yang tadi kita baca. Di dalam Kitab Habakuk, Tuhan hadir di BaitNya, setelah itu seluruh bumi akan penuh dengan pengenalan akan Tuhan. Banyak orang Israel yang salah menafsirkan Alkitab, juga menanti-nanti seperti orang Israel, “kapan Tuhan datang ke bait?”. Orang Israel sampai sekarang masih menantikan kapan Tuhan memulihkan Israel, Tuhan datang ke baitNya dan seluruh bumi akan penuh dengan kemuliaan Tuhan. Itu sebabnya masih banyak orang Kristen yang juga ikut dalam dongeng yang sama, berharap Yerusalem dipulihkan, Bait Suci akan dibangun lagi. Lukas sedang mengajarkan kemuliaan yang dinantikan Israel sudah terjadi. Terjadinya dengan kehadiran Yesus di Bait Suci. Kehadiran Yesus di Bait Suci menggenapi itu, bahkan membangunkan Bait Suci yang baru. Inilah misteri yang sulita kita padukan, Maleakhi mengatakan sekarang Anak Daud akan datang, Dialah Mesias itu, siapkan jalan bagi Dia dan Dia akan ada di Bait Suci. Lalu Zakharia mengatakan Sang Mesias akan datang dan Dia akan membangun Bait Suci. Dua ini seperti kontradiksi, Zakharia mengatakan Mesias datang akan membangun Bait Suci, Maleakhi mengatakan Mesias datang dan akan datang ke Bait Suci, Kitab Habakuk mengatakan Tuhan akan datang ke baitNya, di Kitab Zakharia dikatakan Tuhan akan mengutus orang untuk membangun kembali bait. Jadi Mesias yang diutus itu akan membangun bait atau akan datang ke bait yang sudah jadi? Ini membingungkan. Tapi waktu kita membaca Injil Lukas, kita lihat bahwa Kristus melakukan keduanya, Dia datang ke Bait Suci yang sudah jadi, seperti yang dikatakan di dalam Maleakhi. Dia juga datang membangun Bait Suci, seperti yang dikatakan dalam Zakharia. Bait Suci mana yang akan dibangunkan? Yohanes 2 mengatakan Bait Suci itu adalah tubuh Kristus. Yesus mengatakan “rombak Bait Suci ini dan Aku akan dirikan kembali dalam 3 hari”, orang-orang kaget, “perlu puluhan tahun untuk membanun Bait Suci dan Engkau mengatakan akan membangunnya dalam 3 hari?”, kalimat ini dianggap kalimat yang sangat menista Tuhan. Yesus melakukan penistaan agama Yahudi, karena Dia berani berkata “rombak Bait Allah”. Perintah yang mengatakan “rombak Bait Suci itu” pasti keluar dari orang kafir. Tapi Yesus sedang mengatakan Bait Suci akan berpindah, bukan gedung ini tapi tubuhNya. Peralihan dari gedung ke tubuh menandakan penggenapan dari Bait Suci, karena kalau hanya bangunan, bagaimana nubuat dari Daniel bisa digenapi? Di dalam nubuat Daniel dikatakan batu akan terguling menjadi gunung yang besar, akan memenuhi semua. Ini adalah bait, Bait Suci akan dibangun dan akan memenuhi bumi.

Bagaimana bangunan batu bisa memenuhi bumi? Maka di dalam Injil Lukas dan Yohanes dikatakan bahwa Kristus yang menggenapi nubuat, bahwa Tuhan akan pulihkan Israel bahkan seluruh bumi melalui baitNya, Tuhan akan hadir di tengah baitNya dan Tuhan akan membangun bait. Bagaimana Dia melakukan itu? Lukas mengatakan melalui kehadiran Yesus, Yesus hadir datang ke Bait Suci. Lalu bagaimana Bait Suci akan dibangun kembali? Melalui Tuhan Yesus. Bagaimana Bait Suci akan memenuhi bumi? Bagaimana firman Tuhan akan penuh, bagaimana pengenalan akan Tuhan akan hadir di seluruh bumi? Jawabannya adalah melalui turunnya Roh Kudus. Kedatangan Kristus, kematianNya, kebangkitanNya dan hadirnya Roh Kudus menjadi 4 poin sangat penting untuk penggenapan nubuat di dalam Kitab Habakuk yang kita baca. Kedatangan Kristus, kematianNya, kebangkitanNya, terangkatNya Dia ke sorga dan turunNya Roh Kudus inilah hal-hal penting. Itu yang membuat janji di dalam Kitab Habaku menjadi genap. Kita mesti membaca Alkitab dengan perasaan satu dengan umat di dalam Kitab Suci. Kita mesti punya perasaan “ini umat Tuhan, ini bagian dari saya, ini adalah saya yang sedang bergumul. Bukan hanya Israel yang zaman dulu bergumul, saya juga bergumul”. Kalau Israel zaman dulu bergumul, “Tuhan kapan Engkau memulihkan KerajaanMu, kapan Engkau kembali dihormati?”, maka kita juga berdoa untuk hal yang sama. Satu kali Richard Pratt pernah mengadakan satu kelas intensif di STTRII dan setelah itu dia mengadakan tanya jawab, ada satu orang yang bertanya “pak, bagaimana kita menjelaskan bahwa pengharapan kita beda dengan pengharapan Israel di Perjanjian Lama, karena banyak orang Kristen masih percaya pengharapan kita dengan pengharapan Israel Perjanjian Lama itu masih sama?” Richard Pratt menjawab “memang sama pengharapannya, beda dari mana? Apa yang diharapkan Israel dalam Perjanjian Lama, itu juga yang harus kita harapkan”. Kalau mereka mengharapkan Kerajaan Allah secara fisik datang, memang itu yang kita harapkan. Kalau Kerajaan Allah tidak datang secara fisik, kita jadi platonis yang hanya percaya Kerajaan Allah itu bersifat spiritual saja. Kalau begitu bagaimana memahami ini? Memahaminya dengan cara yang jelas dari Kitab Suci. Tuhan mengatakan seluruh kerajaan akan Tuhan gantikan dengan Sang Anak bertahta secara politik, secara real. Jadi waktu Israel mengharapkan kerajaan dipulihkan, kerajaan kembali di tengah dunia ini, itu harus jadi pengharapan kita. Kalau tidak, kita sulit bersukacita karena Yesus sudah datang. Saya mau tanya apa dasar orang Krsiten bersukacita ada bayi lahir di palungan? Kita bersukacita ada bayi lahir di palungan karena kita mengatakan “keselamatan kita sudah genap”, itu pengertian yang sangat egois karena hanya memikirkan diri dan harapan setelah mati. Saya tidak mengatakan harapan itu salah, tapi kalau hanya itu yang kita pikirkan maka kelahiran Yesus tidak ada kaitan dengan Perjanjian Lama. “Yesus datang menebus dosa saya”, selesai. Tapi Alkitab mencatat kelahiran Yesus adalah puncak dari seluruh berita yang ditulis di Perjanjian Lama. Maka Matius berkali-kali mengatakan “ini terjadi supaya genaplah ini, ini terjadi supaya genaplah apa yang dikatakan firman Tuhan”. Jadi kelahiran Yesus menggenapi Kitab Suci. Demikian juga pengharapan Kitab Habakuk, Tuhan kapan pulihkan Israel? Ini pengharapan yang dibangun di dalam banyak sekali sudut pandang. Sudut pandang pertama adalah sudut pandang spiritual, rohani. Sudut pandang spiritualitas ini yang Habakuk ingin. Habakuk mengatakan di pasal 2 “Tuhan, begitu banyak orang Israel yang tidak punya kesalehan yang seharusnya mereka miliki”. Banyak orang membangun rumahnya dengan cara menipu orang. Banyak orang membangun kariernya dengan cara mengorbankan orang lain. Ini kerinduan hati Habakuk, kalau nanti Tuhan datang memenuhi bait, orang-orang seperti ini akan dihakimi dan orang-orang yang tertindas akan diangkat. Jadi Habakuk sangat mengkritik cara orang membangun kehidupannya. Apakah dia membangun atas dasar penderitaan orang lain, apakah dia mengambil keuntungan orang lain untuk memperkaya dirinya? Banyak orang yang tidak sadar bahwa usaha yang dijalankan menghancurkan begitu banyak orang. Mari kita pikir baik-baik, kita hidup dengan cara apa, uang yang kita dapat itu dari mana. Siapa dicipta, dia harus sembah pencipta. Ini konsep biblika yang terus ditekankan melalui halaman Kitab Suci. Tahukah bahwa Tuhan adalah Pencipta? Kalau engkau tahu Dia Pencipta, sudahkah engkau jalankan tanggung jawab kepada Dia? kalau kita berhutang keberadaan kepada Dia, maka kita terikat dengan kewajiban untuk menyembah Dia dengan seluruh hati. Itu sebabnya Habakuk berseru, “Tuhan hadir, tolong ada di tengah-tengah kami, tolong tilik apa yang sedang terjadi”, dan Tuhan berjanji kepada Habakuk “jangan takut, kalau waktunya masih lama, pegang firmanKu”, kalimat ini indah sekali. Kalau pun masih seperti tertunda-tunda, bahkan kalimat yang dipakai seolah Tuhan enggan berjalan, ada keengganan untuk segera tiba. Kalau pun seolah-olah Tuhan enggan tiba cepat-cepat, seolah-olah waktunya diulur terus, masih lama belum terjadi, “engkau tetap memegang firmanKu karena apa yang Aku janjikan pasti terjadi”. Itulah sebabnya Habakuk mengatakan orang benar akan hidup oleh percayanya, orang benar akan hidup oleh iman. Iman bahwa Tuhan akan pulihkan semua, itu konteksnya Habakuk.

Sekarang di dalam Lukas ini digenapi. Lukas mengatakan Yesus menggenapi ini, Dia ada di Bait Suci dan Dia mengajar. Bukankah ini penggenapan yang indah? Tapi orang Israel mengatakan “mana api yang turun dari langit, mana tanda-tanda besar itu? Kalau Tuhan menggenapi semua, bukankah semua harus menuju ke puncak, bukankah penggenapan itu harus lebih besar dari sebelumnya, bukankah penutup harus lebih mulia dari sebelumnya?”. Tapi yang tidak disadari oleh orang-orang Yahudi adalah sejak awal Tuhan sudah menyatakan kemuliaanNya dalam kerelaan untuk hadir. Ini yang gagal dipahami oleh orang Israel. Tuhan mulia bukan karena Dia memenuhi gunung dengan api (api adalah lambang kehadiran Tuhan dan lambang malaikat). Malaikat adalah pelayan yang penuh dengan api. Lalu Tuhan tutup juga dengan awan, mengapa ada awan dan api, mengapa api harus ditutupi oleh awan? Dikatakan supaya manusia tidak hancur karena melihat kemuliaan itu secara langsung. Jadi Tuhan menutupi kemuliaanNya, mengizinkan kemuliaanNya tidak sempurna dinyatakan karena manusia akan mati. Kalau Tuhan mau pamer kemuliaan, Dia bisa menyatakannya sampai Israel mati, tentu Dia tidak akan melakukan itu. Karena concern-Nya Tuhan menyatakan kemuliaan lewat kehadiran, the present of God, itulah tema Kitab Keluaran. “Tidak tahukah kamu hai bangsa-bangsa kafir, Allahku adalah Allah yang hadir”. Jadi kemuliaan Tuhan ada pada kerelaanNya untuk hadir. Kalau begitu sangat tepat yang dikatakan Habakuk, bagaimana kita bisa berharap dunia akan diperbaiki? Ketika Tuhan hadir di baitNya. Kehadiran Tuhan itulah tanda kemuliaan Tuhan. Tuhan bukan seperti kita yang sangat suka hal spektakuler yang sifatnya kekanak-kanakan. Anak kecil kalau lihat balon akan senang sekali, kita orang dewasa yang biasa lihat balon terbang akan merasa biasa saja. Tapi kita punya penyakit mencari hal-hal yang spektakuler di dalam cara yang kekanak-kanakan. Misalnya banyak orang yang beragama atau kagum dengan Kekristenan karena pertunjukan mujizat yang sebenarnya juga sangat kekanak-kanakan. Lihat ada orang buta bisa melihat. Tidak ada yang jelek dari orang buta bisa melihat, itu indah sekali. Tapi menjadikan ini sebagai propaganda supaya orang datang dan menyaksikan, itu hal yang bodoh. Mengapa banyak orang sehat datang ke kebaktian kesembuhan ilahi? Karena ingin melihat show. Kalau kebaktian itu diadakan, seharusnya yang datang adalah yang sakit, yang sehat untuk apa datang? “Kebaktian kesembuhan ilahi. Yang sehat dilarang datang”, itu baru kebaktian kesembuhan ilahi yang benar. Ketika ada seorang dokter mau mengoperasi mata pasiennya, apakah dia akan mempertontonkan itu semua ke orang lain? Tidak. Dan ternyata ini bukan penyakit zaman ini saja, dari dulu juga begitu. Apa yang spektakuler dari Tuhan? “lihat seluruh gunung penuh dengan asap, penuh dengan api”, apakah tidak tahu asap dan api itu justru menyelubungi kemuliaan Tuhan. Kemuliaan Tuhan lebih dari itu, tapi mengapa ada asap dan api? Karena itu kehadiran malaikat dan ada awan yang menutupi, Tuhan tidak mau wajahNya langsung dinyatakan karena itu akan membunuh manusia. Jadi pemandangan yang spektakuler di Gunung Sinai adalah Tuhan yang rela turun. Tapi ini gagal dipahami oleh orang Israel sehingga mereka berpikir kalau nanti Tuhan hadir di Bait Suci apinya harus lebih besar dari yang di Gunung Sinai, ketika Tuhan datang seluruh Yerusalem on fire. Mereka berharap kalau Allah hadir di baitNya, hal spektakuler terjadi. Tapi hal yang spektakuler itu tidak penting bagi Tuhan. Yang Tuhan mau tunjukan adalah kerelaanNya untuk hadir. Di dalam Perjanjian Baru ada hal baru yang tidak ada di Perjanjian Lama yaitu kerelaan Tuhan untuk hadir di dalam level yang sama dengan manusia dalam segala hal. Ini yang menggenapi Habakuk, ada Tuhan yang rela hadir di segala aspek menjadi manusia. Dan setelah Dia menjadi manusia, Dia datang ke baitNya, berarti Dia datang dengan sempurna. Kehadiran Tuhan bukan lagi datang kemudian meninggalkan, datang lagi kemudian meninggalkan lagi, tapi kehadiran sempurna. Kehadiran sempurna itu ada di dalam Yesus, Dialah Sang Allah yang hadir itu. Dia berkhotbah di Bait Suci dari pagi sampai sore, setelah itu Dia pergi. Perhatikan hal yang penting sekali, kehadiran Dia di Bait Suci menggenapi apa yang diharapkan Habakuk, tapi belum merupakan penggenapan total, masih ada hal yang lebih indah yang akan terjadi. Kehadiran Kristus menggenapi nubuat Habakuk. Tetapi Dia meninggalkan Bait Suci pada malam hari, lalu berdiam di sebuah bukit bernama Bukit Zaitun, bukit yang sangat unik karena menjadi tema kedatangan Tuhan. Dalam Perjanjian Lama bukit ini adalah bukit yang menandai kedatangan Tuhan, Tuhan akan datang dan membelah bukit ini. Jadi kehadiran Tuhan bukan hanya di Bait Suci, tapi juga di di Bukit Zaitun, Dia bolak-balik ke tempat yang dinyatakan menjadi site penting untuk kehadiran Tuhan, menjadi situs penting untuk Tuhan hadir kembali. Dia ada di Bukit Zaitun dan Bait Suci, menyatakan kasih, firman dan menyatakan penghakiman. KehadiranNya sangat simbolik. Kehadiran Dia di Yerusalem, Bait Suci dan Bukit Zaitun merupakan tanda bagi para murid bahwa Dia adalah Mesias yang hadir. Tapi bagi orang lain ini bukan apa-apa, kehadiran Yesus sangat tidak dipahami sehingga mereka justru mencari jalan untuk membunuh Dia.

Di pasal 22 dikatakan hari raya roti tak beragi yang disebut Paskah sudah dekat, ayat ke-2 dikatakan imam kepala dan Ahli Taurat mencari jalan bagaimana dapat membunuh Yesus. Yesus akan dibunuh justru ketika Dia menggenapi nubuat Habakuk. Ini menunjukan berapa rusak dan berapa kacaunya budaya pada waktu itu. Penggenapan dari Tuhan ditanggapi dengan hati yang menyepelekan, bukan dengan hati yang penuh perayaan, bukan dengan kerinduan besar yang membuat kita ingin hidup dengan limpah, tapi justru dengan kertak gigi, amarah, dengan keinginan untuk membunuh dan menghancurkan orang ini. Saudara bisa lihat berapa jahatnya para imam itu, mereka mencari jalan bagaimana membunuh Yesus. Tapi yang jauh lebih jahat dari semua adalah Yudas yang mengikuti Yesus baik di Yerusalem maupun di Bukit Zaitun. Yang menjadi saksi dari penggenapan nubuat Habakuk, tapi dia tidak pernah memiliki perasaan bahwa ini adalah kegenapannya. Mengapa imam kepala dan Ahli Taurat tidak lihat ini kegenapan dari Habakuk, karena justru merekalah yang ditegur Habakuk. Merekalah orang-orang yang membangun rumah kemegahan dari penderitaan orang lain. Mereka membangun diri dan karier mereka dengan jalan membuat manipulasi firman untuk menipu banyak orang. Di bagian sebelumnya dikatakan mereka menelan rumah janda-janda. Kalau ada janda menginginkan tanah suaminya yang sudah mati lalu debat dengan keluarga suaminya yang juga ingin tanah, mereka langsung datang kepada imam dan bertanya “menurut Taurat tanah ini milik istrinya atau kami keluarganya?”, mereka akan sogok imam untuk mengatakan “katakan dari Taurat bahwa perempuan tidak boleh mendapat harta, perempuan tidak boleh dapat tanah, yang boleh dapat tanah laki-laki”. Kalau satu orang meninggal, tanah ini bukan milik janda dari orang yang mati itu, tapi milik keluarganya. Bagaimana janda ini bisa hidup kalau tidak ada tanah? Suruh dia menikah lagi, dia akan dapat suami dan dapat tanah lagi, tapi tanah ini bukan untuk janda itu. Setelah disogok tanah itu akan dibagi juga ke imam kepala, imam menerimanya dan mengatakan “menurut Taurat, perempuan tidak boleh menerima warisan”. Dan janda-janda itu habis karena mereka tidak mungkin menikah lagi dalam usia seperti itu, sehingga mereka tidak ada yang menjaga dan tidak ada yang pelihara. Dalam keadaan tidak ada yang menjaga dan memelihara, mengalami kesulitan uang, mereka masih mengeluarkan sedikit dari apa yang mereka punya, 2 peser, masih masukan ke persembahan Bait Suci yang nanti akan dikelola oleh para imam ini. Ketika Yesus melihat pemandangan ini, Dia mengatakan “Bait Allah harus hancur”, karena sistem agama di sekitarnya sudah terlalu korup, terlalu jahat dan terlalu mementingkan diri. Orang jahat tidak bisa melihat kemuliaan Kristus. Kalau kita tidak mengagumi Kristus, hati-hati mungkin hati kita jahat. Hati jahat itu tidak tentu dilihat dari tindakan jahat. Ada orang sangat sopan, sangat santun, tapi hatinya jahat bukan main, tidak mudah mengampuni, simpan dendam dalam-dalam meskipun dari luar kelihatan baik. Tapi yang paling menyedihkan dan menakutkan adalah Yudas. Kita tidak boleh melihat Yudas sebagai orang yang sudah ditetapkan untuk menjadi penjahat yang akan menyerahkan Yesus. Memang benar dia sudah ditetapkan Tuhan untuk menjadi pengkhianat. Tapi jangan lupa ketetapan Tuhan adalah sesuatu yang sulit kita pahami, bagaimana pun kita memahami ketetapan Tuhan, kita tidak boleh memahaminya sambil membuat tanggung jawab manusia itu direduksi. Mengurangi tanggung jawab manusia bukan solusi untuk memahami kedaulatan Tuhan. Yudas pergi ke imam kepala dan pengawam Bait Allah, dan mengusulkan “saya dapat menyerahkan Yesus kepadamu”. Mengapa solusi Yudas ini penting? Karena imam kepala sedang mencari jalan untuk menangkap Yesus tanpa membuat huru-hara.

Orang jahat sulit untuk menerima tema dari firman Tuhan karena segala penerimaannya akan terdistorsi oleh gairah keinginannya untuk kehendak diri. Ini yang dialami Yudas. Yesus pergi ke Bait Suci, Yesus pergi ke Bukit Zaitun, ini pertanda Tuhan sudah mau hadir. Bait Suci menandakan kehadiran Tuhan, Bukit Zaitun menandakan penghakiman Tuhan, Tuhan akan berjejak di Bukit Zaitun dan bukit itu akan terbelah, itu yang dikatakan Kitab Suci. Berarti Yesus mengatakan “Akulah yang akan menggenapi, lihat Aku di Bait Suci, lihat Aku di Bukit Zaitun”. Dia pilih 12 orang ini sebagai teman dekatNya. Dia tidak sengaja pilih hanya karena menggenapi saja. Semuanya mendapat perlakukan karib dari Yesus. Sehingga Saudara bisa tahu berapa jahatnya orang ini, maukah Saudara menjual teman dekat, sahabat Saudara? Maukah Saudara demi keuntungan menikam teman sendiri? Yudas mau, orang ini sangat jahat karena cuma lihat uang, bagi dia persahabatan itu nothing. Mengapa berteman dengan Yesus? Karena teman dekat, Yesus yang pilih. Mengapa jual Yesus? Karena teman paling dekat itu namanya uang. Uang membutakan dia sehingga tidak melihat persahabatan, uang membutakan dia meskipun Tuhan sudah sindir dia berkali-kali tentang uang. Saya percaya tujuan Tuhan menyindir tentang uang adalah untuk banyak orang dan juga untuk Yudas, “tidak tahukah kamu bahwa mamon itu dipergunakan untuk persahabatan”. Mamon untuk persahabatan bukan persahabatan untuk mamon. Tapi Yudas bersahabat dengan Yesus untuk mendapatkan uang. Yesus berkata uang dipakai untuk mencari sahabat, maksudnya sahabat lebih penting dari pada uang sehingga kalau pun engkau harus mengeluarkan uang demi persahabatan, itu bukan masalah. Yesus sudah memperingatkan ini berkali-kali kepada Yudas, “engkau adalah sahabat karibKu, jangan memutuskan yang salah”. Tapi Yudas tidak punya tuan lain selain uang. Uang sudah mengikat dia dengan sangat berat, sehingga dia menggenapi apa yang Habakuk katakan, “orang-orang sebangsaku membangun rumahnya dengan cara menghancurkan temannya sendiri”. Yudas ingin uang dengan cara menghancurkan temannya sendiri, mungkin dia berpikir (hanya kemungkinan saja karena tidak ada di Alkitab) Yesus tidak mungkin dimatikan karena malaikat akan menolong Dia. Jadi sama-sama dapat untung, Yudas dapat uang, malaikat tolong Dia, selesai. Maka waktu Yesus mati di kayu salib, dia hancur tapi tida bertobat. Dia hancur karena merasa sudah melakukan hal yang salah, dia melemparkan kembali uangnya tapi tidak ada pertobatan bagi dia. Dia adalah orang yang tetap mencintai kehidupan lamanya, hanya memunyai penyesalan yang besar karena temannya. Yudas mencintai Yesus kah? Ada hati yang hancur ketika melihat Yesus mati, tapi cintanya kepada uang membuat dia mengambil keputusan yang salah. Orang mengambil keputusan yang salah, mengutamakan uang dari pada teman sulit untuk perbaiki lagi. Hancurnya hati Yudas setelah Yesus ditangkap tidak bisa memperbaiki keadaan. Uang yang dia lempar, dia kembalikan, tidak bisa mengembalikan apa yang dia sudah lakukan. Yudas mengkhianati Yesus dan menjualNya pada saat Dia menyatakan “inilah tanda Aku yang akan menggenapi janji Tuhan” seperti yang difirmankan dalam Habakuk.

Hari ini kita melihat kejahatan dunia yang sangat besar, termasuk kejahatan yang berpotensi muncul dalam hati kita. Jangan menjadi orang yang membangun diri atas orang lain, yang membangun rumah, keuangan, kekayaan, kejayaan kita dengan mengabaikan keadilan, kesucian, kasih. Jangan memperkaya diri dengan menipu, menghancurkan dan merugikan orang lain. Siapa berbagian dalam hal ini, dia bukan orang bijak. Saya sangat senang bertemu dengan teman kuliah saya sebelum saya masuk STT. Dia kos sambil kerja, hidupnya sangat sulit. Dia bekerja sampai malam, pagi-pagi kuliah. Saya tanya “mengapa kamu kerja sampai malam, terkadang sampai subuh?”, dia mengatakan “saya perlu uang”, “apakah orang tuamu tidak bisa membiayai”, dia mengatakan papanya adalah seorang pengusaha besar, uangnya sangat banyak. “Apakah dia menolak kamu kuliah di sini?”, “tidak”, “mengapa kamu kuliah di sini?”, “karena di sini murah”, “orang tuamu tidak sanggup?”, “tidak, orang tuaku sangat sanggup, tapi orang tuaku punya usaha yang sangat jahat, dia menipu banyak orang, merugikan banyak orang, bisnisnya jadi besar dengan menghancurkan pengusaha yang lebih kecil. Saya tidak mau satu sen pun dari dia”, dia anak muda yang luar biasa. Maka saya pikir satu saat dia akan dipakai oleh Tuhan dengan sangat besar jika dia terus pertahankan sikap seperti ini. Tapi banyak orang tidak peduli, “kalau papaku kaya ya sudah. Kalau papaku merugikan orang lain, itu urusan papaku dan Tuhan. Aku hanya menikmati saja”, itu hal yang sangat tidak baik.

Mari jaga diri kita dari kebejatan yang terjadi seperti yang dinyatakan Habakuk dan dinyatakan secara real oleh para imam kepala, Ahli Taurat dan juga Yudas. Mari singkirkan segala hal yang membuat kita tidak peka kepada firman dan boleh menikmati ketika Tuhan menggenapi firmanNya.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)