(Lukas 22: 63-71)
Kita sudah sampai pada bagian mendekat pada penderitaan Yesus. Di sini Yesus memulai penderitaanNya dengan cara yang sangat paralel dengan apa yang sudah dikhotbahkan atau dinubuatkan oleh para nabi. Kematian Yesus menggenapi Perjanjian Lama, dan kematian Yesus memuncakan cerita dari bangsa Israel. Ini adalah 2 hal yang harus kita pahami dengan benar, Yesus adalah Raja Israel dan Yesus adalah penggenap dari seluruh nubuat di Perjanjian Lama. Maka Yesus sebagai Raja Israel dan penggenap nubuat Perjanjian Lama itulah yang sekarang sedang dipresentasikan, yang sekarang sedang dikabarkan oleh penulis Injil. Baik Matius, Markus, Lukas maupun Yohanes adalah pemberita Injil, dan Injil yang mereka beritakan bukan hanya mengenai Yesus yang mati dan bangkit saja, tetapi memberikan konteks atau pengertian yang utuh tentang siapa Yesus dan mengapa Dia mati dan bangkit. Tapi mengapa menebus dosa harus pakai mati? Mengapa mati untuk menebus dosa? Kita sering pakai contoh orang yang rela mengambil posisi orang lain. Ada orang yang sudah jatuh dalam kesalahan, lalu dihukum dengan hukuman yang sangat berat. Lalu ada orang lain mengatakan “jangan dia dihukum biar saya saja yang dihukum. Saya dihukum menggantikan dia”, ini sangat sulit kita lihat sebagai sesuatu yang adil. Bagaimana bisa adil kalau satu orang bersalah, diganti hukumannya oleh orang lain, lalu orang yang bersalah ini bisa bebas begitu saja? Ini tentu tidak adil, karena siapa bersalah, dia harus dihukum, dia mesti menggantikan kesalahannya dengan dirinya sendiri. Hukum Taurat mengajarkan ini dengan sangat ketat, siapa bersalah harus dihukum, jika kamu menemukan ada orang mencuri kambing/lembu/sapi milik tetangganya, kamu harus tangkap orang ini, serahkan kepada imam, dan dia harus dihukum. Dia mesti membayar kembali berkali-kali lipat semua barang yang sudah dia curi. Dia kembalikan semua barang yang dicurinya, lalu dia ganti beberapa kali lipat. Bagaimana kalau dia tidak punya uang? Dia harus menjadi budak dari orang yang bendanya pernah dicurinya. Bolehkah ada orang yang menggantikannya? “Saya gantikan karena orang ini tidak sanggup”, tidak bisa. Tapi apakah ada konsep penggantian di dalam Perjanjian Lama? Ada.

Di mana ada pengertian pengganti di Perjanjian Lama? Ada beberapa bagian yang menyatakan tentang hal ini, pertama adalah berkaitan dengan warisan. Kalau kamu mewarisi sesuatu demi orang lain, maka kamu harus mendirikan nama bagi orang lain itu. Ini merupakan satu budaya yang sangat asing bagi kita. Jika Saudara menikah dengan seorang perempuan, dan Saudara meninggal. Lalu adik Saudara mau menikah juga, maka adik Saudara harus pertama-tama menikah dengan istri yang Saudara sudah nikahi. Lalu anak pertama yang lahir dari relasi adik dan istri Saudara harus menjadi anak Saudara. Jadi orang yang mati terus ada namanya, karena diteruskan oleh orang-orang yang lahir kemudian. Tapi kalau sang adik mengatakan “saya tidak mau menikah dengan dia, saya punya hidup sendiri, saya punya warisan sendiri, saya punya nama sendiri yang harus saya perhatikan”, maka orang ini mesti cari siapa lagi selain dia yang bisa menikah dengan perempuan yang sudah mati suaminya. Lalu harus ditanya “bersediakah engkau menjadi penebusku? Menebus warisan dan tanah yang harusnya menjadi milikku. Karena tidak mungkin aku ambil, aku harus mendirikan namaku sendiri. Nama dari kakakku (atau orang yang sudah mati itu) tidak mau aku lanjutkan, maukah kamu yang lanjutkan?”, maka orang ini boleh menjadi penebus yang mengambil alih segala hal yang harusnya ditanggung oleh orang yang menolak menikahi perempuan yang ditinggal mati suaminya. Ini semua rumit untuk kita pelajari, tapi mesti kita pahami, inilah cara budaya Israel bisa berkembang dengan sangat adil. Dan inilah cara untuk memelihara perempuan-perempuan yang kehilangan suaminya, supaya mereka tidak menjadi perempuan yang liar atau menjadi pelacur untuk bertahan hidup, atau menjadi janda miskin yang akhirnya mati kelaparan. Tuhan sangat perhatikan orang-orang. Segala prinsip di dalam Alkitab yang sepertinya aneh, mesti kita masukan di dalam budayanya. Dan waktu kita berhasil memasukan itu dalam budayanya, baru kita tahu ternyata prinsip-prinsip ini begitu agung dan begitu penuh perhatian untuk orang-orang yang diatus oleh peraturan ini. Jadi sebelum menghina Taurat atau Perjanjian Lama, tolong hina dulu diri kita yang kurang belajar sejarah dan tidak mengerti konteks dari Perjanjian Lama. Sebab kalau kita sudah mengerti konteksnya, baru kita bisa mengerti betapa indah dam agungnya peraturan Tuhan itu. Ini tidak ada kaitannya dengan lembaga hukum, Saudara akan menemukan keanehan kalau ini dikaitkan dengan prinsip hukum sekarang, tidak ada orang yang bisa menggantikan hukuman orang lain, itu tidak benar di dalam pengadilan. Maka contoh pengadilan sebenarnya tidak masuk dalam kisah Alkitab meskipun contoh pengadilan itu sangat populer dalam kehidupan orang Kristen sekarang. Kepala menggantikan yang sudah mati, ini aneh. Tapi inilah cara Tuhan mengatakan “ini caraKu melindungi janda, ini caraKu melindungi keturunan dari seseorang”, ada orang yang hidup atas nama orang itu”. Lalu bagaimana dia hidup? Dia hidup dengan mengambil tempat orang itu. Di mana dia hidup? Di tanah orang yang sudah mati. Siapa istrinya? Istri orang yang sudah mati. Dia menggantikan orang itu sampai anak laki-laki pertama, setelah itu anak kedua, ketiga dan selanjutnya tidak lagi menjadi milik orang yang sudah mati, dan dia sudah berhenti menjadi wakil dari orang yang sudah mati, meskipun dia terus menikahi perempuan ini. Maka istri dari orang yang meninggal itu tetap terpelihara, tanah tetap terpelihara, anak-anak dan keturunan dari orang yang sudah mati tetap ada. Ini pengertian pengganti yang pertama.

Pengertian pengganti kedua berkait dengan tugas imam. Dikatakan kalau ada orang yang tanpa sengaja membunuh orang lain, misalnya ada orang yang sedang menebang pohon, karena terlalu semangat menebang pohon, kapaknya patah dan terpelanting ke kepala orang di sebelahnya, sehingga orang itu mati. Orang ini sudah membunuh orang lain, tapi dia tidak sengaja. Maka pasti akan muncul orang yang mau membalas dendam. Tapi pengadilan Tuhan mengatakan tidak boleh dibunuh, orang ini tidak membunuh dengan sengaja. Kalau begitu bagaimana menyelamatkan orang ini? Orang ini mesti pergi ke kota perlindungan dan tidak boleh keluar dari situ. Seperti terpenjara, karena dia lalai, dosanya adalah lalai bukan membunuh orang. Dosa lalai harus dihukum, tapi tidak boleh hukum orang lalai dengan hukuman seorang pembunuh. Orang itu akan tinggal di kota perlindungan sampai imam besar mati. Mengapa ketika imam besar mati membuat dia bebas? Karena segala hal yang dia lakukan itu kena ke imam besar. Di sini kita mengerti satu hal bahwa imam besar dipanggil oleh Tuhan untuk mewakili seluruh bangsa itu. Perwakilan seluruh bangsa ada pada imam besar. Imam besar adalah wakil seluruh bangsa, maka kematian dia membuat orang yang ada di kota perlindungan bisa keluar. Inilah konsep pengganti yang kedua di dalam Kitab Suci. Jadi seorang imam menjadi pengganti dari yang lain karena dia adalah kepala. Tapi Israel dan Imamat di dalam Israel, peraturan di dalam Israel, dan Taurat di dalam Israel semua hanyalah contoh atau bayangan saja. Bayangan dari sebuah kerajaan yang akan Tuhan dirikan di sorga, dimana bumi akan disatukan dengan kerajaan ini. Kerajaan ini adalah Kerajaan Sorga, bukan kerajaan bumi, kerajaan ini adalah Kerajaan Allah bukan kerajaan manusia. Seperti apa kerajaan ini? Kerajaan ini bisa kita pahami sedikit bayang-bayangnya melalui apa yang ada di dalam Kerajaan Israel. Inilah cara Tuhan bekerja, Tuhan bukan cuma pemberi informasi saja, tapi Tuhan juga pemberi ilustrasi terbaik sedunia. Ilustrasi paling bagus itu dari Tuhan. Ketika Tuhan mengatakan “Aku ada kerajaan, Kerajaan Allah, Kerajaan AnakKu”, lalu kita tanya “bagaimana mengerti kerajaan ini?”, Tuhan mengatakan “ini contohnya, Aku berikan ilustrasi yaitu Israel”. Jadi Israel di dalam segala kesempurnaan yang Tuhan mau mereka jalankan adalah contoh mereka berfungsi sebagai ilustrasi dari kerajaan yang jauh lebih besar yang akan Tuhan dirikan nanti. Apa yang terjadi di tengah-tengah Israel? Mereka mempunyai imam yang menjadi kepala bagi yang lain, tetapi imam ini bukan sungguh-sungguh jadi kepala. Karena imam yang sejati tidak bisa terpisah dari tubuh. Kepala yang sejati tidak mungkin terpisah dari siapa yang dia kepalai. Kalau begitu bagaimana kita memahami tubuh? Tidak boleh terpisah dari kepala. Bagaimana bisa memahami kepala? Tidak bisa terpisah dari tubuh. Yang dialami tubuh akan dialami kepala dan yang dialami kepala akan dialami tubuh. Inilah ilustrasi secara fisik. Ilustrasi yang diberikan Tuhan bukan hanya secara fisik, melainkan juga secara komunal, secara masyarakan. Di dalam masyarakat atau bangsa yang Tuhan inginkan, sang kepala itu benar-benar mewakili bawahannya. Perwakilan yang benar-benar mewakili. Perwakilan yangt idak bisa dipisah, perwakilan yang menyatakan identitasnya di dalam kelompok yang dia wakili. Ini pengertian yang sangat indah sekali. Sang kepala mengidentikan dirinya dengan yang dikepalai. Inilah yang Tuhan coba bikin dalam sistem imamat, siapakah para imam? Wakil Israel. Bagaimana imam mewakili Israel? Dengan mewakili mereka dalam kemuliaan. Imam punya baju bagus sekali, ini mewakili kemuliaan Israel. Tapi imam juga harus membawa korban, binatang yang disembelih. Binatang yang disembelih adalah wakil dari kehinaan Israel. Imam jadi wakil Israel, ketika imam itu bagus sekali pakaiannya, Saudara akan mengatakan “sungguh inilah kemegahan Israel”. Tapi waktu imam itu membawa korban, Saudara akan melihat “sungguh inilah kecemaran Israel”. Inilah pandangan yang akan dilihat oleh orang waktu memandang imam yang sedang mempersembahkan korban. Imam pakai baju yang bagus sekali. Tuhan sangat ketat mengatakan imam bajunya harus begini, yang paling baik, namun juga mewakilkan kerendahan Israel melalui korban. Sehingga mereka menjadi wakil kemuliaan dan pengorbanan Israel. Imam ini adalah kepala pertama dari Israel, belum ada raja.
Maka Tuhan menginginkan format imamat menjadi format yang berkait dengan raja. Tuhan tidak ingin Israel diperintah oleh raja yang tidak mengerti imamat. Tuhan ingin Israel diperintah oleh politik yang tidak berkait dengan agama dan pengorbanan para imamat. Yang mengerti ini cuma Daud. Daud adalah orang yang benar-benar mengerti bagaimana dia menjadi imam, meskipun dia adalah raja bukan imam. Dia mengerti betapa pentingnya imam. Dia adalah orang yang benar-benar angkat imam yang paling baik, dia adalah orang yang memelihara imamat dengan baik. Dia ingin tabut perjanjian ada di kerajaannya, di kota tempat dia memerintah supaya orang tahu bahwa yang memerintah itu Tuhan dan imamat Tuhan adalah imam yang harus dipandang serius. Daud jugalah yang mengerti konsep-konsep imamat dan pengorbanan. Waktu dia melihat dirinya penuh dosa, dia mengatakan “korban persembahan tidak pernah Engkau inginkan, hati yang hancur itulah persembahan yang sejati, itulah pengorbanan yang sejati. Setelah hatiku hancur, baru Tuhan terima persembahan Israel”. Jadi hati hancur dan persembahan sangat berkait. Daud adalah seorang raja yang mengerti pentingnya posisi imam. Maka Tuhan bangkitkan Israel dengan pengertian yang kita bisa dalami, bahwa Tuhan ingin ada raja yang menjadi wakil dari Kerajaan Allah, menjadi gambaran, menjadi bayangan dari Raja sejati yang akan muncul. Kapan Raja sejati muncul? Perjanjian Lama sudah menyiapkan bahwa Raja sejati itu akan muncul dalam beberapa tanda. Tanda apa saja?

Yang pertama tanda bahwa Israel akan mendapat raja yaitu ketika mereka dibebaskan dari bangsa-bangsa asing. Mereka harus lari dulu dari Babel dan tinggal di daerah sendiri. Tanda kedua adalah bahwa Mesias itu akan datang ketika ada kelompok orang yang hatinya kembali kepada Tuhan melalui kembali kepada keluarga, kepada bapa, kepada anak dan kepada seluruh masyarakat di Israel. Ada kelompok yang taat pada Taurat, yang menghormati orang di atasnya, menghargai orang di bawahnya. Ada komunitas, meskipun belum seluruh Israel, komunitas yang mengerti bagaimana hidup dengan benar di dalam komunitas itu. Ada pertobatan sejati. Itu yang terjadi ketika Yesus datang. Yohanes Pembaptis memberikan perubahan besar, dia menyatakan kuasa pertobatan yang besar, dan dia memberikan khotbah yang membuat begitu banyak orang bertobat. Yohanes Pembaptis punya kekuatan besar untuk memberikan pertobatan, karena ini adalah salah satu tanda bahwa Tuhan akan mengirim Mesias.

Lalu tanda ketiga, ini jarang dipahami, tanda ini ada di dalam Yesaya 52 dan seterusnya. Ini adalah tanda di mana Sang Raja itu akan dilantik oleh Tuhan dengan cara yang belum pernah dilakukan untuk melantik raja sebelumnya. Ini adalah Raja yang dilantik dari kondisi umat. Raja dilantik berdasarkan kondisi dari umat, ini pola Israel. Salomo dilantik dengan naik keledai, bukan naik kuda perang. Mengapa tidak naik kereta berkuda? Karena Salomo dilantik dengan keadaan yang damai, mewakili keadaan Israel yang seharusnya damai. Jadi pelantikan raja akan sangat sesuai dengan kondisi dari orang Israel. Pelantikan tidak boleh megah kalau Israel tidak berada dalam keadaan yang megah. Tuhan sudah berfirman “janganlah dia orang yang ingin mewah”, karena kalau Israel berada dalam keadaan yang biasa apalagi miskin, raja harus juga berada dalam keadaan yang sama. Maka tidak boleh ada kemegahan dan kemewahan ada pada raja. Sekarang Yesus dilantik berdasarkan Yesaya 52, di dalam Yesaya 52 dikatakan bahwa Sang Raja ini menjadi hamba dan Sang Raja ini menjadi orang buangan. Mengapa Dia menjadi orang buangan? Karena Israel sedang dibuang. Bukankah tadi dikatakan Israel sudah kembali dari Babel dan berada dalam keadaan yang baik? Iya, secara fisik ini harus terjadi supaya Mesias bisa datang. Tapi secara hati, begitu banyak orang sudah lari dari Tuhan, sehingga mereka sebenarnya ada dalam pembuangan. Dan tidak hanya itu, Yesus bukan hanya mewakili Israel, Yesus juga mewakili seluruh bangsa-bangsa lain yang sedang ada dalam pemberontakan. Maka Yesus sedang tidak dilantik dengan cara yang hebat, mewah, megah. Yesus dilantik dengan cara yang menunjukan diriNya sebagai wakil dari umat, dan umat sedang berada dalam keadaan dibuang. Itu sebabnya Dia harus dibuang. Dia tidak hanya mati untuk gantikan kita, Dia harus diperlakukan sebagai orang buangan. Inilah yang Alkitab coba jelaskan kepada kita, bukan cuma Yesus mati supaya kita bangkit, Yesus bisa mati dengan banyak cara. Dulu murid Sekolah Minggu saya bertanya “apakah kematian Yesus bisa membuat kita bangkit, membuat kita hidup?”, “iya, Yesus mati supaya kita bisa dibangkitkan, supaya kita hidup”, “kalau begitu mengapa Yesus matinya harus sengsara seperti itu, harus disalib? Mengapa kematianNya tidak tenang? Kan kalau mati akan sama saja”. Bisa tidak Yesus diberikan racun yang begitu diminum, jantungNya langsung mati, mati dengan tenang. Yang penting kan mati? Salah, yang penting itu adalah Dia diidentikan dengan orang yang buang, bukan hanya masalah mati saja. Mengapa Yesus mati? Karena mati adalah bagian puncak dari pembuangan. Di dalam Kitab Bilangan 24 dikatakan “kalau Israel setia, kamu akan dapat berkat. Kalau kamu tidak setia, kamu akan dapat kutuk”, kutuknya adalah dibuang oleh Tuhan dan segala efeknya. Efek dibuang oleh Tuhan adalah efek yang sedang dialami oleh Yesus. Maka Dia mulai menghidupi kehidupan sebagai orang buangan dari awal Dia ada di dunia ini. Dia bukan baru menderita ketika akan disalib, Dia sudah mengalami rasanya jadi orang buangan sejak titik awal pelayanan. Dan di dalam keadaan hidup yang menuju kepada salib, Dia semakin menunjukan diri sebagai orang yang dibuang. Siapa saja yang membuang Dia? Pemimpin agama membuang Dia, orang politik sekarang ikut-ikutan membuang Dia, para murid pun mulai membuang Dia dengan pengkhianatan, orang dekatNya mulai meninggalkan Dia, Dia benar-benar tersendiri. Dia menyatakan apa yang dinyatakan Yesaya 52, “lihat orang itu, lihat hamba tiu, tidak lagi seperti manusia. Kalau kita lihat Dia, kita tidak ingin dekat dengan Dia. Dia dihina banyak orang”. Penghinaan pada zaman itu baik dalam tradisi Romawi maupun Yahudi adalah memberikan tangan kepada kepala dengan kasar. Menampar orang, apalagi pakai punggung tangan, itu adalah penghinaan besar sekali. Itu menunjukan bahwa orang yang Saudara tampar tidak layak untuk dianggap sama dengan manusia. Setelah ditampar, orang itu dengan sangat marah akan mengatakan “apakah aku anjing, sehingga kamu perlakukan aku seperti itu?”, karena tamparan dengan punggung tangan itu hina sekali. Tapi ada yang lebih hina dari pada menampar dengan punggung tangan, yaitu pukul di kepala. Memukul seseorang di kepala adalah penghinaan luar biasa besar, menunjukan saya adalah orang yang menindas kamu, kamu adalah orang yang tidak layak disebut manusia, buktinya saya pukul kamu di kepala dan kamu tidak bisa balas. Kalimat di dalam Mazmur 22 dan Yesaya 52 mengatakan orang di sekitar Dia menghina dengan mengatakan “bukankah Engkau adalah orang yang diperkenan Tuhan. kalau Engkau adalah orang yang diperkenan Tuhan, tunjukan mana buktinya”, tapi orang-orang ini bukan mau bukti, mereka mau hina terus, sehingga orang yang menjadi hamba ini terus ditekan, diremehkan, dihina. Jangan anggap bahwa Yesus menjalani ini tanpa perasaan apa pun. Kita sering membaca Kitab Suci dengan perasaan sangat-sangat di luar. Ketika Dia dipukul, tidak ada orang menahan Dia dan mengatakan “tetap tenang, aku bersamaMu”. Dia berada di dalam kesendirian yang sangat besar. Banyak orang sangat takut kalau jadi sendiri. Ada orang mengatakan “saya tidak mau sendiri, kalau tua saya tidak mau mati sendiri, saya mau didampingi dan disertai oleh orang-orang yang saya kasihi”. Tapi di saat Yesus mati, semua orang meninggalkan Dia, tidak ada yang mendekat pada Dia. Dan orang-orang mulai mengatakan “ini adalah orang yang dikutuk oleh Tuhan. Saya tidak mau dekat dengan Dia, supaya saya tidak dianggap bersekutu dengan orang ini”. Dia menjadi sampah yang disampahkan oleh dunia. Dia menjadi kotoran yang diinjak-injak oleh dunia ini. Dia menjadi semua yang hina dan hancur, yang dianggap rendah, yang boleh dibuang, yang boleh dimatikan, yang boleh dilempar begitu saja. Saya mau tanya, kalau itu engkau bagaimana perasaanmu? Kalau itu Saudara bagaimana? Saya sangat ingin kita berpikir baik-baik, kalau besok Saudara mulai dihina oleh orang, Saudara mulai dianggap “saya tidak kenal kamu”, mulai difitnah hal yang jahat, mulai dibenci, mulai disakiti secara fisik dan tidak ada orang yang membela, ini pemandangan yang pengalaman yang banyak dialami di dalam sejarah. Benarkah kita tahu betapa beratnya tersendiri itu? Betapa beratnya menjadi orang yang di-exclude dari persekutuan masyarakat. Anak remaja sering mengatakan “kami punya masalah, kalau kami tidak punya teman itu rasanya sepi sekali. di sekolah kesepian, kalau dibully rasanya sangat rendah, sangat hancur”. Saya mau kasi tahu satu hal, Yesus di-bully lebih parah dari siapa pun di dunia ini, oleh sebab Dia adalah Raja yang rela dipermainkan oleh bawahanNya. Orang berani memukul kepalaNya dan menghina Dia, “siapa yang memukul Engkau? Coba beri tahu kepada kami”, ini tantangan, “kalau ada yang pukul Kamu, balas. Engkau raja atau bukan? Balas dendam. Engkau Raja, Engkau orang hebat, balas dendamMu yang membara karena Engkau dipermainkan oleh orang”.

Ayat 66 mengatakan “hari siang berkumpulah sidang para tua-tua bangsa Yahudi dan imam-imam kepala dan ahli Taurat. Dan mereka menghadapkan Dia ke mahkamah agama”. Di dalam Kitab Mazmur dikatakan bahwa para imam akan sujud kepada Sang Mesias. Mesias datang, yang pertama menyambut adalah para imam. Mengapa para imam menyambut Sang Mesias? Karena para imam ini yang paling peka untuk melihat kapan Mesias datang. Tapi para imam di sini sangat tidak peka, karena mereka justru yang mau membunuh Sang Mesias. Jadi Mesias akan berdiri di hadapan para imam dan Dia justru dihakimi oleh para imam. Keadaaan Yesus sangat kasihan oleh karena imam kepala pun hadir untuk menjatuhkan hukuman kepada Dia. Tapi Tuhan memakai dialog ini untuk mengatakan kalimat yang besar sekali, para pemimpin agama mengatakan “jika Engkau Mesias, katakan kepada kami”, Yesus menyatakan dengan jelas pada bagian ini, Yesus mengatakan “sekalipun Aku mengatakannya kepadamu, namun kamu tidak akan percaya”. Kalimat ini sepertinya tidak jelas bilang, sepertinya Yesus takut, “Engkau Mesias atau bukan?”, “bisa dibilang iya dalam tafsiran tertentu, tapi juga mungkin tidak dalam perspektif yang lain”, “jadi Engkau Mesias atau bukan?”, “sebelum aku jawab”, jawaban yang muter ke mana-mana, ini contoh jawaban dari orang yang menghindar dari jawaban, banyak hal yang mau disembunyikan. Tapi Yesus tidak seperti itu, Yesus menyatakan sesuatu untuk mendewasakan orang, Dia tidak pernah mengeluarkan kalimat untuk mengaburkan kebenaran, Dia mengeluarkan kalimat untuk menantang orang bertumbuh. Maka orang tanya “benarkah Engkau Mesias? Katakan kepada kami”, Yesus bilang “ini bukan masalah Aku mengatakan atau tidak, ini masalah kamu tidak mau percaya”. Jadi Yesus tidak menolak Dia Mesias, Dia dengan jelas mengatakan “untuk apa kamu minta jawaban kalau kamu tetap tidak percaya. Aku Mesias, dari awal Aku sudah menyatakannya dan Aku tidak berniat untuk menyangkalinya sekarang. Tapi engkau yang perlu bertobat. Yang perlu berubah adalah kamu, bukan pesan Tuhan”. “Tuhan, mana pesanMu?”, “Aku sudah bicara dari dulu, sekarang giliranmu untuk berubah”. Pesan dari Tuhan sulit diterima oleh manusia, karena manusia menolak berubah cara berpikir. Kita menolak merubah diri, tapi kita menuntut Tuhan mengubah pesanNya, itu tidak mungkin. Yesus mengatakan “sekalipun Aku mengatakannya kepadamu, namun kamu tidak akan percaya. Dan sekalipun Aku bertanya sesuatu kepadamu, namun kamu tidak akan menjawab”. Pertanyaan yang Yesus tanyakan adalah “kalau kamu benar-benar ingin tahu jawabannya, mengapa perlakukan Aku seperti ini?”. Saudara kalau diduga raja, apakah akan diperlakukan seperti ini? Karena di sini Dia mungkin raja, mungkin Mesias, mungkin bukan, sehingga orang tidak boleh memperlakukan Dia seolah-olah Dia palsu. Ada di dalam pengadilan istilah sebelum orang terbukti bersalah, presumption of innocence, jadi sebelum diputuskan bersalah, dia tidak bersalah. Sehingga tahanan dan segala hal yang ditimpakan itu adalah tindakan pengamanan, bukan tindakan penghukuman. Nanti kalau terbukti bersalah, baru akan dilibatkan sebagai bagian dari penghukuman. Maka kalau ada orang sudah dianggap palsu, diludahi, dipukul, ditendang, dihina lalu tanya lagi “jadi benar tidak Engkau Mesias”, ini tindakan apa? ini menunjukan ketidak-logisan dari orang-orang yang menangkap Yesus. Maka Yesus mengatakan “Aku tanya pun tidak akan kamu jawab”, ayat 69 “mulai sekarang Anak Manusia sudah duduk di sebelah kanan Allah yang Mahakuasa”. Sudah duduk maksudnya ini adalah pelantikan Yesus. Kalimat ini sangat menggugah saya, Yesus sedang mengklaim “ini pelantikanKu. Kamu tahu tidak Aku Mesias”, “tahu dari mana?”, “inilah pelantikanKu”. Ini pelantikan Mesias, sudah dinubuatkan dalam Mazmur 22, Yesaya 52 dan 53, bahwa orang ini akan dihina, dicerca, dihancurkan bahkan dimatikan. Mengapa ini jadi pelantikan Sang Mesias? Karena Sang Mesias dilantik sesuai dengan keadaan umat. Dan kalau keadaan umat ada dalam pembuangan, bukankah Mesias harus dilantik sebagai orang yang dibuang juga? Ini benar-be Ilmu politik manusia sejak awal dikemukakan dari zaman Solon atau bahkan zaman pra-klasik Yunani sampai modern, tidak ada orang pernah mengeluarkan teori politik bahwa pemimpin politik harus dilantik berdasarkan keadaan rakyat. Dan kalau keadaan rakyat sedang dibuang, pemimpin itu harus dilantik dengan cara pembuangan. Sungguh apa yang Tuhan nyatakan begitu agung, sebab pelantikan Yesus adalah pelantikan yang dilakukan di dalam cara pembuangan. Di sini kemuliaan dan hina bersatu, di sini secara paradoks tingginya tahta Yesus dan rendahnya tahta Dia disatukan dengan cara yang sulit kita pahami. Kemuliaan dan kehinaan bersatu. Hal yang gelap dan terang sepertinya bercampur di sini, hal yang suram dan cerah menjadi satu dalam penderitaan Yesus. Maka kalimat ini sangat berani “tidak tahukah kamu bahwa ini adalah pelantikanKu?”, inilah pertanyaan Yesus “kalau Aku tanya kamu, pasti kamu tidak akan jawab. Tidak tahukah kamu saat ini Aku sedang ditinggikan”. Mengapa ditinggikan dengan cara seperti itu? Sebab Aku sedang mengambil kedudukan sebagai umatKu. Umat diganti oleh Yesus, umat dalam pembuangan. Kalau begitu Yesus mengatakan “Akulah kepalamu, dan untuk menjadi Kepalamu, Aku harus dibuang bersama dengan engkau”. Maka pembuangan sedang Yesus jalani dan Dia mengatakan “mulai sekarang Anak Allah duduk di sebelah kanan Allah”. Kata mereka semua, “Kalau begitu Engkau ini Anak Allah?”, Yesus menjawab “kamu sendiri mengatakan bahwa Aku adalah Allah”. Kata mereka “untuk apa kita perlu kesaksian lagi, kita ini telah mendengarnya dari mulutNya sendiri”. Jangan salah mengerti kalimat ini dengan contoh “apakah engkau anak allah?”, “kamu sendiri yang mengatakannya”, bukan seperti itu, jangan salah kesan di sini. “Apa engkau benar adalah akan allah”, Yesus mengatakan “kamu sendiri mengatakannya bahwa Aku adalah Anak Allah”. Yesus mengatakan demikian karena tindakan yang dilakukan oleh orang Yahudi ini menunjukan bahwa Yesus adalah Anak Allah yang sedang dilantik. Yesus membalikan pertanyaan mereka kepada fakta yang terjadi. Yesus menunjukan bahwa mereka tidak mengerti Alkitab, kalau mereka mengerti Alkitab, mereka akan tahu bahwa apa yang dialami Yesus ini sama dengan yang ditulis di Mazmur 22 atau pun Yesaya 52. “Engkau Anak Allah?”, “engkau sendiri mengatakannya”, “dengan apa kami mengatakannya?”, “dengan mulutmu dan perbuatanmu. Engkau sedang menjalankan bagian melantik Aku sebagai Raja dengan cara seperti ini”. Ini benar-benar menantang konsep berpolitik kita. Ini bukan berarti mereka tidak dihukum, mereka akan dihukum karena tindakan mereka. Tapi tanpa mereka sadari, mereka sedang berbagian dalam pelantikan Yesus yang sedang dibuang. Pembuangan ini akan membuat Dia satu dengan umatNya dan kebangkitan Yesus akan menjadi satu dengan umatNya juga. Penderitaan kita sudah disatukan dengan Yesus di sini, dan suatu saat ketika Dia bangkit, kebangkitanNya akan disatukan dengan umatNya. Kesatuan inilah yang Yesus sedang bagikan, maka Yesus mengatakan “lihat Aku satu dengan umatKu”, dibuang, “dan engkau akan satu denganKu”, dibangkitkan. “Engkau akan satu denganKu”, duduk di sebelah kanan Allah. Ini berita Injil yang indah sekali. Maka kalau ditanya mengapa Yesus harus menderita, dipermalukan dan mati? Karena Dia sedang mengambil tempat kita sebagai umat, sebab Dia adalah kepala. Mengapa Dia harus mati? Karena Dia mengambil tempat sebagai kepala kita. Apakah contoh pengadilan tepat untuk ini? Tidak, contoh kepala sangat cocok. Mengapa Dia menderita? Sebab Dia mewakili kita. Kalau begitu perwakilan itu sudah cukup untuk menjalani segala hal yang sulit itu? Sudah cukup, Dia sudah menjalani pembuangan bagi kita, supaya kita boleh mendapatkan kebangkitan di dalam Dia. Bagian ini menunjukan penderitaan Kristus yang justru secara paradoks Tuhan pakai untuk menyatakan kemuliaanNya, “lihat Rajamu seperti seekor domba. Lihat Rajamu sepertin Anak Domba”. Harap ini menjadi kekuatan bagi kita untuk mengerti bahwa di dalam penderitaan salib ada kemuliaan karena Yesus dilantik dalam keadaan seperti ini. Dan ketika Dia dihina sampai mati, Dia akan bangkit, naik ke sorga dan mendapatkan tempat di sebelah kanan Allah, inilah kemuliaan yang menyusul segala penderitaan dan kemuliaan yang sudah dimulai dari penderitaanNya. Kiranya ini menguatkan kita untuk beriman terus kepada Tuhan dan mengasihi Dia oleh sebab Dia rela menderita bagi kita.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)