Ada bagian yang sangat menekankan berita dari Kitab Suci, dari Perjanjian Lama di ayat ini. Ayat 12 penutupan dari apa yang akan kita pelajari hari ini, mengatakan bahwa pada hari itu juga bersahabatlah Herodes dan Pilatus, sebelum itu mereka bermusuhan. Ini adalah bagian kecil dari apa yang dikatakan dalam Mazmur 2, dikatakan bangsa-bangsa bersepakat untuk melawan Tuhan, suku-suku bangsa bersatu untuk melawan Dia yang diurapi oleh Tuhan. Lukas ingin mengatakan “lihat bangsa-bangsa yang tadinya berseteru sekarang bersatu”, Pilatus adalah wakil dari Kerajaan Roma, Herodes adalah raja dari Israel. Herodes dan Pilatus berasal dari kerajaan yang berbeda, yang sekarang sedang punya kepentingan di Tanah Yudea dan juga Samaria dan Kaiseria. Ini adalah pertikaian yang sedang terjadi, ada pertikaian politik antara Pilatus dan Herodes. Pilatus mewakili kepentingan Roma, sedangkan Herodes mewakili kepentingan keluarganya sendiri yang ingin menjadi satu-satunya penguasa di Israel. Tapi mereka bersatu karena mau bersama-sama melawan yang diurapi oleh Tuhan. Jadi Saudara lihat betapa pekanya Lukas mendeteksi bahwa apa yang telah terjadi dalam diri Yesus itu menggenapi apa yang ditulis dalam Perjanjian Lama. Hal ini juga yang dia lanjutkan dalam Kitab Para Rasul, karena Petrus berkhotbah mengatakan bahwa pemimpin-pemimpin bersatu melawan Tuhan dan yang diurapiNya, seperti yang tertulis di Mazmur 2. Jadi ini sesuatu yang sudah dinyatakan Petrus di Kisah Para Rasul. Petrus melihat ini dan juga Lukas mencatat hal ini, raja-raja dunia bersepakat bersatu melupakan permusuhan mereka untuk bersama-sama menjadikan Sang Mesias itu musuh. Mengapa Sang Mesias harus dianggap musuh? Karena Dialah yang akan menggantikan seluruh raja di seluruh dunia, menjadi Raja yang diangkat oleh Tuhan. Satu-satunya Raja adalah Kristus, tidak ada raja lain. Alkitab sangat berbau politik, tapi bukan politik dunia, melainkan politik dari sorga. Sebab Alkitab menyatakan satu-satunya Raja yang diakui secara sah oleh Bapa di sorga dan akan mendirikan tahtaNya sekal untuk selama-lamanya, itu adalah Yesus. Dan ketika Dia sudah mendirikan tahtaNya, tidak ada yang lain yang bisa bertahta, kecuali dia yang percaya kepada Kristus. Semua orang yang percaya kepada Kristus, dikatakan oleh Alkitab, akan bertahta bersama-sama dengan Dia. Semua orang yang menolak Dia, dikatakan juga oleh Alkitab, akan dihancurkan oleh Dia. Jadi semua raja akan ditundukan dan dihancurkan oleh Sang Raja sejati yaitu Kristus. Itu sebabnya di bagian ini dikatakan, Kristus yaitu Raja.

Saudara bisa lihat di ayat 2, “orang ini mengajarkan kepada kami untuk tidak membayar pajak kepada kaisar. Dia menyatakan diriNya Kristus, yaitu Raja”, kaitan antara 2 hal ini biasanya tidak kita ingat karena kita lebih sering mengingatk Kristus Sang Juruselamat. Tapi Alkitab mengaitkan baik kata Kristus maupun kata Juruselamat maupun kata Raja maupun kata Anak Allah, semua ini bermakna satu dan saling berkait. Sehingga ketika dikatakan Yesus adalah Anak Allah, di dalam kata Anak Allah ada nuansa Raja, di dalam kata Raja ada nuansa yang diurapi atau Kristus, di dalam kata Kristus ada nuansa Anak Allah dan Raja. Jadi ketika seorang mengatakan Yesus adalah Kristus, itu sama dengan mengatakan Dia adalah Raja Yahudi, Dia adalah Raja Israel. Jadi Yesus datang untuk menjadi Raja dan Dia adalah Raja yang akan menjadi Raja di bumi. Ini yang sebenarnya dinyatakan di dalam Kitab Injil, Saudara bisa soroti Injil dalam berbagai perspektif, seperti yang sudah saya bagikan, dan salah satu perspektif yang paling penting adalah perspektif kerajaan. Kerajaan Allah sedang dinyatakan dan Kristus Sang Raja sedang di bawa turun oleh Roh Kudus untuk menjadi Raja di bumi ini. Kita bisa melihat di pasal 23 ayat 1 dan seterusnya ada perjumpaan antara Raja sejati dengan raja-raja dunia. Lalu bagaimana raja-raja dunia bereaksi dan Kristus berespon atau menanggapi reaksi dari raja-raja dunia, ini yang akan kita ketahui dan selidiki di dalam ayat-ayat yang sudah kita baca tadi. Kita akan pelajari dan selidiki bersama dalam ayat-ayat yang tadi sudah kita lihat.

Di ayat 1 dikatakan bangkitlah seluruh sidang itu dan Yesus dibawa ke Pilatus. Yesus dibawa menghadap Pilatus karena orang-orang yang mau membunuh Yesus tidak punya kuasa untuk menjatuhi hukuman mati kepada Yesus. Kalau mereka gerak sendiri membunuh Yesus, mereka menjadi penjahat. Dan Yesus akan menjadi korban, bukan penjahat. Karena kalau pengadilan tidak memutuskan Dia bersalah dan seluruh orang Yahudi memutuskan untuk melempari Dia dengan batu sampai mati, maka orang Yahudi bersalah dan Yesus akan dianggap sebagai korban, orang benar yang dihancurkan oleh kejahatan dari orang-orang Yahudi. Maka orang-orang Yahudi ini bukan orang yang liar tindakannya, mereka punya iman yang kacau dan mereka punya jiwa yang liar, tai mereka punya strategi yang sangat bagus. Mereka memutuskan sebelum Yesus mati, Dia harus dijatuhi hukuman dulu, kalau Dia sudah dijatuhi hukuman mati, maka orang Yahudi akan menjadi pahlawan kalau mereka mendesak supaya Yesus mati. Dan yang mereka takuti bukan cuma Yesus, yang mereka paling takuti adalah pengaruh daru Yesus ke depannya. Karena meskipun Yesus dimatikan, pengikutNya bisa sangat fanatik dan memberontak melawan pemimpin agama. Karena itu mereka harus meniadakan seluruh pengikut Yesus dengan cara pertama adalah menjatuhi hukuman mati melalui pengadilan yang resmi. Sehingga mereka bisa mengatakan kepada pengikut Yesus “kamu sedang mengikuti penjahat, tahukah kamu bahwa orang jaht yang kamu ikuti? Tahukah kamu bahwa penjahat yang sudah terbukti jahat, sudah terbukti bersalah di pengadilan, inilah yang kamu sembah dan ikuti”. Maka mereka memaksa pengadilan yang ada untuk menjatuhi penghukuman kepada Yesus. Bagaimana pengadilan bisa dipaksa? Pengadilan resmi resmi bisa dipaksa dengan kekuatan massa. Kadang-kadang Tuhan pakai massa untuk menghancurkan pemerintah yang jahat. Tapi iblis juga bisa pakai massa untuk membungkam keadilan. Maka iblis juga sedang bekerja seperti yang dinyatakan oleh Kitab Suci, kumpulkan orang banyak lalu mulai teriak “Dia orang jahat”, dan semua fitnah mereka lemparkan, bukan karena mau mendiskusikan apakah fitnahnya benar atau tidak.

Maka di ayat 2 mereka mulai menuduh Dia, “telah terdapati oleh kami bahwa orang ini menyesatkan bangsa kami”. Menyesatkan dalam hal apa? Menyesatkan dalam hal mengabarkan Kerajaan Allah sudah datang? Menyatakan dalam segala cara bahwa apa yang dinyatakan dalam Perjanjian Lama digenapi dalam diri Kristus? Dimanakah Yesus pernah menyesatkan bangsa ini? Tidak ada kesesatan dalam mulut Yesus. Yesus menyatakan kalimat yang benar, Yesus berdebat melawan orang-orang yang melawan Dia dan tidak ada yang bisa mengalahkan argumenNya. Mengapa argumen Tuhan Yesus tidak bisa dikalahkan? Apakah karena Yesus jago debat? Bukan, karena Dia menyatakan kebenaran dengan jujur. Saudara kalau berdebat tidak perlu skill debat, Saudara hanya perlu menjadi orang benar yang jujur, Saudara akan mempunyai argumen yang kuat. Apakah Yesus pintar berdebat? Saya yakin Yesus pintar berdebat, tapi yang membuat Dia menang debat bukan karena Dia pintar berkata-kata, melainkan karena Dia hanya menyampaikan kebenaran. Dan kalau kebenaran disampaikan, orang akan bersusah payah untuk menyulap kebenaran itu menjadi dusta dengan jalan yang sangat berliku. Sulit untuk membuat yang benar jadi salah tanpa ada permainan kata-kata atau pun ada permainan argumen yang mengada-ada. Banyak orang yang melawan Yesus pakai argumen yang mengada-ada untuk menjatuhkan Yesus karena mereka tidak menemukan cara, tidak ada cara untuk menjatuhkan Yesus. Mereka mengatakan “orang ini menyesatkan bangsa kami”, tapi mereka tidak memberikan bukti dalam hal apa orang ini menyesatkan. Yang selanjutnya dikatakan “Yesus melarang kami membayar pajak kepada kaisar”. Saudara pernah bertemu dengan narasi di Alkitab yang mengatakan Yesus berkata “berikan kepada kaisar apa yang harus kamu berikan kepada kaisar. Tapi berikan kepada Allah apa yang harus kamu berikan kepada Allah”, di dalam kata manakah dalam kalimat ini yang bisa menyimpulkan bahwa Yesus melarang orang membayar pajak? Tidak ada. Yesus mengatakan dengan jelas berikan kepada kaisar apa yang harus diberikan ke kaisar, tapi Dia menutup dengan mengatakan “berikan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah”. Mereka sedang memfitnah Yesus. Apakah ada pemimpin agama yang berbohong untuk bunuh orang lain? Ada, dari dulu. Kita bisa lihat itu dalam Kitab Suci, orang-orang itu menuduh Yesus dengan mengatakan “Dia melarang membayar pajak kepada kaisar”. Para pemimpin mencoba memprovokasi Pilatus dengan memberikan tuduhan kepada Yesus yang sifatnya politik bukan agama. Mereka tidak mengatakan “orang ini menafsirkan Taurat dengan cara yang beda”, nanti Pilatus mengatakan :itu urusanmu, untuk apa datang kepadaku?”. Lalu Pilatus tanya kepada Yesus, poin yang terakhir karena yang sebelumnya kalah penting dibandingkan dengan yang terakhir. Pilatus tidak bertanya “Yesus, apakah Engkau menyesatkan bangsa? Apakah Engkau melarang orang membayar pajak kepada kaisar?”. Pilatus langsung bertanya pertanyaan yang paling mengganggu dia “apakah Engkau Raja orang Yahudi?”. Orang Yahudi kalau dengar pertanyaan ini, senang sekali, mereka menunggu jawaban Yesus, apakah Dia akan menjawab “iya, Aku Raja”, Pilatus tidak punya alasan untuk tidak menghukum. Kalau Yesus mengatakan “Aku bukan Raja”, maka “kita perlu sebarkan berita bahwa Yesus penakut, mesias palsu, jangan ikut Dia lagi”. Yang mana pun jawaban Yesus, Dia sudah terdesak dan tidak punya kemungkinan untuk selamat dari hukuman yang diberikan melalui jawabanNya. Tapi Yesus mengatakan “engkau sendiri mengatakannya”. Jangan salah mengerti kalimat ini, kalau kita tidak mengerti apa yang Lukas mau sampaikan, kita bisa menafsirkan ini sebagai cara Yesus untuk membuat segalanya jadi ambigu, “apakah Engkau raja?”, “kamu yang ngomong”, maksudnya apa? “bisa iya bisa tidak”. Yesus tidak pernah melarikan dari keharusan untuk mengambil posisi, Yesus tidak pernah abu-abu. Yesus bukan pemimpin politik yang baru menentukan keputusan politiknya setelah ada survei kira-kira rakyat hatinya kemana. Politikus banyak yang munafik, lihat arah angin, jadi menentukan sikapnya nanti setelah survei. Apa maksud “engkau sendiri mengatakannya”? maksudnya adalah Yesus menolak untuk ditanya karena Dia adalah Raja, Dia jawab dengan otoritas. Maksudnya adalah engkau mengatakan apa yang akan dihakimi, dengan perkataanmu engkau akan dihakimi. Sehingga dalam bagian ini Yesus sedang mengatakan “iya, Aku adalah Raja”, tapi Dia mengatakan bukan dengan cara sebagai orang yang dibawa dan ditanya-tanya. Dia bukanlah seorang terdakwa yang ditanya, Dia adalah seorang Raja yang menuntut pengakuan dari bawahanNya. Maka perkataan “engkau sendiri mengatakan”, ini sangat subversif. Ini bukan kalimat yang menghindar dari jawaban, ini adalah kalimat yang sangat mengkonfirmasi jawaban iya. “Jadi Engkau adalah Raja?”, seolah Yesus mengatakan “kalau Aku Raja, kamu tidak boleh tanya begini, Aku yang akan tuntut engkau, engkau sudah bicara dari mulutmu, Aku akan hakimi engkau”, itu maksudnya. Yesus adalah Raja, ketika ditanya “Engkau adalah Raja?”, Yesus mengatakan “Aku akan menghakimi engkau berdasarkan perkataan mulutmu yang sudah mengakui Aku Raja. Kalau mulutmu mengaku Aku adalah Raja, tindakanmu harus sama. Kalau mulutmu mengaku Aku adalah Raja, Aku akan hakimi karena tindakanmu berbeda dengan perkataanmu”, inilah arti perkataan itu. Jadi Yesus sedang tidak menjawab dengan perkataan ambigu, Dia menjawab dengan kalimat yang tegas sekali, “iya, Aku Raja, maka Aku akan menghakimi engkau yang sudah mengakui Aku Raja”. Itu sebabnya dalam bagian selanjutnya ketika orang-orang mengatakan, pemimpin agama mengatakan di pasal 22: 70 “kalau begini Engkau Anak Allah?”, jawab Yesus “kamu sendiri mengatakan”, lalu mereka mengatakan “tidak perlu lagi pengadilan, sudah keluar dari mulutNya”. Kalau ini perkataan ambigu, tentu mereka tidak bisa mengatakan itu. Waktu Yesus mengatakan “engkau sendiri mengatakannya”, mereka langsung mengatakan “sudah, tidak perlu kesaksian lagi, kita sudah dengar dari mulutNya sendiri”. Ini adalah pengakuan konfirmasi, bukan ambigu. Bukan hanya pengakuan konfirmasi, ini adalah pengakuan yang akan menuntut orang yang berkata untuk mempertanggung-jawabkan kata-katanya. “Jadi Engkau adalah Raja?”, “tepat sekali, sekarang engkau bersikap sesuai pengakuan mulutmu, akui Aku sebagai Raja”. Kalau ini perkataan provokatif, kira-kira Pilatus akan bersikap apa ya? Kalau pemimpin agama dengar ini, mereka akan robek baju mereka dan mengatakan “kita tidak perlu jawaban lagi, mari kita hukum orang ini. orang ini sudah mengaku sendiri”. Tapi di sini Pilatus mengatakan kepada imam kepala “aku tidak menemukan kesalahan apa pun”. Apakah Yesus tidak salah? Mengapa Yesus dianggap tidak salah? Karena Pilatus tidak menganggap Dia, Pilatus menganggap Dia sebagai orang gila, ini cuma seorang gelandangan yang mengaku raja tidak perlu dianggap serius. Pilatus tidak pernah menganggap Yesus serius. Maka waktu Yesus mengatakan “Akulah Raja, engkau sudah mengatakannya, Aku akan menghakimi engkau”, Pilatus tertawa dalam hati. Saudara mungkin akan menemukan ada sedikit perbedaan, Lukas menulis Pilatus yang penuh dengan perasaan remeh kepada Yesus, sedangkan ketika Saudara membaca di Injil Yohanes, di dalamnya Saudara menemukan Pilatus sangat-sangat gentar waktu berhadapan dengan Yesus. Tapi Lukas membahas narasi ini lebih lengkap, lebih detail, karena di bagian pertama Pilatus menghina Yesus, di bagian kedua Pilatus gentar di hadapan Yesus. Apa yang membuat Pilatus berubah tanggapan atau sikap, kita akan melihat di pertemuan yang berikut. Tapi di pertemuan yang sekarang Pilatus mewakili kerajaan dunia ini yang sangat meremehkan klaim dari Tuhan Yesus. “Ya Aku adalah Raja”, “raja seperti ini? Masa raja keadaannya seperti ini. kalau Engkau Raja, mana tentaranya? Kalau Engkau Raja mana pasukan yang akan menolong Engkau? Kalau Engkau Raja, mengapa sekarang aku menghakimi Engkau?”. Jadi klaim dari Yesus tidak dianggap serius oleh dunia ini, cuma dianggap becandaan yang tidak lucu. Dianggap kalimat-kalimat dari orang gila yang tidak lagi punya nalar yang baik. Sehingga Pilatus dengan santai mengatakan “orang ini tidak ada salah apa-apa, mengapa kamu ngotot sekali untuk menghakimi Dia?”. Tanggapan Pilatus ini mewakili tanggapan banyak orang sampai sekarang, tidak pernah menganggap klaim dari Yesus itu sebagai klaim yang serius. Yesus tidak pernah menyatakan klaim yang main-main, ketika Saudara ditanya “siapakah Kristus bagimu?”, Saudara akan mengakui dari iman Saudara “Yesus mengatakan Dialah jalan, Dialah kebenaran, Dialah hidup, Dialah Allah sendiri menjadi manusia, Dialah Pribadi kedua dari Allah Tritunggal, Dialah Sang Firman, Dialah Sang Pencipta segala sesuatu, Dialah penebus, Dialah Hakim, Dialah yang menghakimi langit dan bumi, Dia akan menghakimi seluruh orang yang hidup dan mati, seluruh malaikat”. Tidak ada klaim dari Tuhan Yesus yang tidak menuntut reaksi yang serius. Yesus tidak pernah menyatakan klaim tentang diriNya yang tidak perlu diresponi. Tapi dunia selalu anggap remeh klaim dari Yesus, selalu dianggap becanda, selalu dibuat bahan ejekan. Dunia memalingkan telinga dari Yesus karena tidak serius menanggapi apa yang Dia katakan. Bayangkan berapa kacaunya hidup manusia di dunia ini setelah jatuh dalam dosa, dunia meremehkan klaim yang sangat agung dari Yesus dan mulai meninggikan hal yang remeh di bumi ini. Manusia setelah jatuh dari dosa mempunyai kesulitan untuk melihat mana yang agung mana yang jelek, mana yang mulia, mana yang hina. Yang hina dipermuliakan dan yang mulia dihina. Sekarang orang akan rela antri panjang-panjang, bayar tiket mahal hanya untuk menonton seorang penyanyi dengan suara standar, dengan melodi dari lagu yang sangat remeh, dari beat yang sangat kacau, nari-nari di atas panggung tanpa ada kejelasan bakat, kita rela membayar harga untuk itu. Tapi tidak ada yang mau mencurahkan waktu seserius itu kalau hanya untuk mendengarkan firman atau perkataan dari Tuhan. Tuhan sudah diremehkan dari abad pertama ketika Kristus datang, bahkan sebelumnya. Tuhan terus diremehkan oleh dunia ini, padahal dunia ini akan dihakimi oleh Tuhan. Kalau kita sadar dunia begitu memandang remeh Tuhan, Saudara harusnya punya perasaan gentar, “kok kamu berani meremehkan Allah?”. Ini tindakan meremehkan yang sangat bodoh, dunia sedang menunjukan kebodohan karena tidak pernah anggap serius apa yang Tuhan sedang katakan.

Dunia sudah meremehkan Kekristenan bukan cuma Sang Kristus, tapi pengikutNya pun diremehkan sepanjang sejarah. Zaman dulu menjadi Kristen itu sangat memalukan, karena menjadi Kristen dianggap menjadi Yahudi dan Mesias yang bodoh. Menjadi Yahudi yang punya Mesias yang bodoh. Dan bagi orang abad ke-2 dan 3, Yahudi adalah orang yang punya konsep berpikir kuno sekali. Mereka sangat menghargai filsafat Yunani, tapi mereka sangat meremehkan Yudaisme. Ketika orang Kristen mengatakn “aku punya Mesias dan Dia adalah Anak Daud”, “Daud yang mana?”, “Daud raja Israel”, “kamu percaya sama Mesias dari Israel? Bodohnya kamu. Harusnya kamu percaya hal yang berbau Yunani, Yunani itu adalah yang paling bagus. Filsafat Yunani itu yang paling pitnar, Yahudi itu bodoh”. Akhirnya gereja pun ketularan, banyak teolog-teolog awal, bapa-bapa gereja sangat dipengaruhi pemikiran Yunani. Maka kalau Kekristenan mula-mula sudah biasa diremehkan oleh dunia dan tetap berjuang untuk Tuhan, mari kita berjuang hal yang sama. Kalau Juruselamat kita, Raja kita pun diremehkan oleh dunia, masa kita mau dianggap spesial? Akan ada saat dimana dunia meremehkan kita. Dan waktu itu terjadi, kita tidak perlu menjadi goncang, karena kita sadar dari awal pun dunia ini sudah meremehkan Kekristenan, Pilatus meremehkan Kristus. Tapi yang lebih celaka adalah kalau kita sendiri orang Kristen, tapi kita sendiri meremehkan perkataan Tuhan. Saudara diremehkan oleh dunia, itu biasa, dunia pun meremehkan Yesus. Tapi kalau kita ikut-ikut meremehkan Yesus, ini yang bahaya. Apa pernyataan dari Yesus kita terima dengan perasaan remeh? Ketika Yesus mengatakan “Aku adalah Juruselamatmu”, apakah kita menerima itu dengan perasaan remeh? Atau kita berespon dengan mengatakan “jika Engkau adalah Juruselamatku, jadikan aku milikMu selamanya”. Pilatus meremehkan Yesus, harap kita tidak melakukan hal yang sama. Kita punya perasaan yang takut akan Tuhan, dan setiap kali kalimat yang Tuhan katakan, kita peluk dengan perasaan hormat dan kita taati dengan perasaan tekun.

Lalu kalimat berikutnya “mereka makin kuat mendesak”, orang banyak terus mendesak, “Ia menghasut rakyat dengan ajaranNya di seluruh Yudea. Mulai dari Galilea dan sampai ke sini”, masih didesak terus. “Jangan lepaskan, Dia orang jahat. Tahu tidak dia sudah menyesatkan banyak orang? Dari Galilea dari Yudea”. Mendengar kata Galilea, Pilatus peka sekali, tapi dengar perkataan Tuhan, dia tidak peka. Dia mendengar perkataan penjahat, dia peka. Jadi penjahat yang satu ini mendengar kata-kata penjahat yang lain, “Dia berasal dari Galilea”, “kamu bilang Galilea? Karena kalau Dia dari Galilea, ini bukan urusanku”, Pilatus lega sekali. Karena dia sendiri adalah seorang yang mendapatkan tugas di Yerusalem hanya untuk mendapatkan kesempatan naik pangkat. Pada waktu itu Yudea, Yerusalem, Kaiseria dan lain-lain juga di daerah Dekapolis, itu bukan tempat ideal bagi orang Romawi. Orang Romawi melihat tanah yang subur atau “tempat basah” itu adalah Mesir, Babel, Asia Minor, itu tempat yang paling bagus. Yudea itu “tempat kering” dan banyak berantemnya. Saudara mau diutus ke tempat seperti itu? Kalau Saudara jadi gubernur, Saudara akan pilih tempat yang lain. Jadi Yudea itu bukan tempat yang bagus, bayangkan Pilatus ada di tempat ini dengan lihat kalender setiap hari. Maka dia terus berdoa kepada dewanya supaya tidak terjadi kekacauan, ternya tetap terjadi kekacauan, ada orang yang mengaku sebagai Mesias, dia ingin kasus ini segera pergi dari dia. inilah contoh pemimpin “teladan” untuk para penjahat. Pemimpin penjahat tipe seperti ini, pemimpin yang tidak punya niat menjadi pemimpin. Pemimpin yang cuma mau menghabiskan uang atau cuma mau kenyamanan atau cuma mau karier yang bisa jadi batu loncatan ke depan. Pemimpin yang tidak pernah peduli rakyat, hanya peduli diri, “pokoknya aku nyaman dan aman di tempatku, bisa dapat keuntungan, maka aku mau jadi pemimpin”. Cari pemimpin yang bagus itu susah, doa sama Tuhan supaya ada pemimpin yang baik, baik itu di gereja maupun di politik. Jangan pikir krisis kepemimpinan hanya ada di politik, di gereja pun ada krisis kepemimpinan. Gereja mengalami krisis kepemimpinan karena hamba Tuhan menolak menjadi pemimpin dan orang-orang yang mengatur gereja tidak karu-karuan. Mengapa hamba Tuhan menolak menjadi pemimpin? Karena tidak peduli, menjadi pemimpin itu berat, harus tangani banyak hal. Tapi kalau saya tidak peduli, pokoknya biarkan jalan begitu saja, saya akan lebih nyaman menghidupi kehidupan sebagai pemimpin. Hamba Tuhan tidak mau jadi pemimpin. Lalu orang yang tidak mengerti teologi, tidak mengerti doktrin, tidak mengerti ajaran gereja, asal punya uang dan pengaruh, mulai atur gereja dengan sembarangan. Maka doakan pemimpin gereja pun baik, banyak pemimpin gereja yang baik yang Tuhan bangkitkan. Doakan pemimpin politik pun banyak yang baik yang Tuhan bangkitkan. Pilatus adalah pemimpin yang kerdil sekali, “syukurlah Dia dari Galilea, saya tidak harus urusi orang ini. Bawa Dia ke Herodes”. Dan Herodes sedang ada di Yerusalem. Pilatus meminta supaya Yesus dibawa ke Herodes, Pilatus cuci tangan, dari awal dia niatnya mau cuci tangan terus.

Maka Pilatus lempar kepada Herodes dan di dalam pertemuan Herodes dengan Yesus, kita tidak bisa menemukan tipe dunia yang lain lagi. Karena dikatakan Herodes sangat excited waktu mau bertemu dengan Yesus. Ketika orang memberikan kabar “Yesus dikirim oleh Pilatus untuk diadili oleh engkau”, Herodes senang sekali. Dia senang karena dia melihat Yesus bukan sebagai ancaman, dia melihat Yesus sebagai miracle worker, seorang pekerja mujizat. Herodes tidak melihat Yesus sebagai ancaman meskipun papanya dulu, yaitu Herodes Agung, membunuh anak-anak di Betlehem ketika dengar berita Yesus lahir. Yesus tidak menakut bagi Herodes, sama seperti Yesus tidak menakutkan bagi dunia ini meskipun Dia adalah Hakim. Dia mau cari Tuhan, mau cari sensasi lagi, mau cari tanda-tanda. Dan mungkin, meskipun Alkitab tidak mencatat, mungkin dia mau memanfaatkan momen ini untuk menjadikan Yesus miliknya, lalu dia bisa menguasai Yesus dan menunjukan “ini adalah nabi besar dan Dia kukuasai, Dia berpihak kepadaku”. Mungkin dia mau menawarkan pembebasan kepada Yesus, “tunjukan mujizat, kalau bisa saya akan bebaskan Engkau, dan Engkau menjadi milikku, Engkau akan menjadi nabi kerajaan. Dan kerajaanku akan terkenal kalau punya nabi sehebat Engkau. Tunjukan mujizat”, untuk orang ini Yesus tidak mau menyatakan apa pun, tidak ada firman yang boleh di dengar oleh orang seperti ini. Firman Tuhan begitu agung dan mahal, tidak sembarang orang boleh dengar. Maka kalau Saudara diberi kesempatan dengar firman, mohon berespon dengan baik. Yang memohon adalah saya, bukan Tuhan, Tuhan tidak perlu memohon kepada kita. Saya mohon kita sebagai sesama orang Kristen, mari kita responi firman dengan baik, karena Tuhan tidak memberikan firman kepada sembarang orang. Dan kita adalah orang yang sebenarnya semabrang juga, tapi Tuhan memberikan anugerah besar kepada kita boleh dengar firman. Herodes tanya “coba lakukan mujizat”, Yesus tidak berespon sama sekali. Herodes melambangkan dunia yang masih mau memanfaatkan Tuhan untuk sensasi, untuk menunjukan kehebatan kebesaran, mau menjadi besar melalui sensasi dari TuhanKalau Dia bisa memberikan makan kepada 5.000 orang, itu lumayan”, itu yang kira-kira Herodes mau. “Ayo tunjukan mujizat, aku sudah punya rencana untuk Engkau. Tapi kalau Engkau tidak melakukan apa-apa, saya juga tidak akan melakukan apa-apa. Aku tidak bisa tolong Engkau kalau Engkau tidak tolong aku. Saya bebaskan Engkau dari hukuman ini, saya punya power untuk menyingkirkan orang-orang yang teriak-teriak ini. Saya lebih kuat dari Pilatus”, karena memang kerajaan Herodes lebih kuat dari pada Pilatus. Pilatus adalah orang yang punya tentara pas-pasan, karena Roma selalu menghitung segalanya pakai uang. Pilatus minta ada 1.000 tentara lagi, tapi karena tentara mahal, maka hanya diberi 100 tentara. Maka kekuatan Herodes jauh lebih besar dari pada Pilatus. Pilatus ketakutan dengan orang banyak, tapi Herodes mengatakan “orang banyak? Saya bisa sembelih 1.000 orang di depan 5.000 orang kalau mau. Saya punya kekuatan untuk itu”, kalimat ini dikatakan Herodes, karena kuasanya besar. Saya bisa bebaskan Engkau. Tapi tolong kerjakan sesuatu dulu”. Yesus tidak menjawab sama sekali. Orang ini tidak layak mendapatkan firman. Maka gereja yang mirip Herodes, minta tanda, tidak layak mendapatkan firman. Maka Saudara sulit menemukan keduanya bersatu. Gereja yang menuntut tanda, sulit ada firman. Gereja yang menekankan firman, tidak lagi perlu melihat tanda. Maka gereja yang menggembor-gemborkan tanda, tidak ada firman, karena itu patron dari awal. Herodes tidak dapat firman karena cuma cari tanda. Ini sebabnya Tuhan mau kita memilih “kamu mau cari tanda atau firman? Berbahagialah kamu yang mencari firman karena Kristus adalah Sang Firman hidup”. Lalu Herodes dan pasukannya mulai menista, ternyata orang ini tidak ada apa-apanya. Maka dia pun mengenakan jubah kebesaran dan mengirim Dia kepada Pilatus lagi. Dan hari itu Herodes dan Pilatus jadi berbaikan. Ini menggenapi apa yang dikatakan di Mazmur 2, kerajaan dunia bersatu untuk melawan Yesus.

Bagian hari ini mengingatkan kepada kita untuk bersikap benar kepada Kristus. Karena Lukas mengajarkan kepada kita betapa mengerikannya orang yang tidak kenal Kristus bersikap kepada Kristus. Mereka menghina Kristus, menganggap sepi kata-kataNya dan menginginkan Dia untuk dimanfaatkan. Kita tidak boleh jadi orang Kristen yang mengabaikan perkataan Kristus. Dan tidak boleh jadi orang Kristen yang cuma mau memanfaatkan Dia. Kiranya kita boleh makin mengenal siapa Kristus, makin mengagumi Dia dan makin mengerti keagunganNya yang dinyatakan dalam cara yang tersembunyi. Berbahagialah mereka yang melihat kemuliaan di tempat yang tersembunyi.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)