- Khotbah
- 24 Dec 2017
Seri Mengapa Allah Menjadi Manusia(5): Memanggil bangsa-bangsa
(Yohanes 8: 48-58, Kejadian 22: 8-18)
Di dalam Yohanes di katakan bahwa “Abraham, bapamu bersukacita karena dia melihat hariKu”, hari Anak Manusia, ini kalimat besar sekali. Karena orang Yahudi tahu Abraham adalah orang yang paling besar di dalam sejarah Perjanjian Lama. Abraham adalah tokoh yang paling dihormati, sehingga ketika orang Israel membuat pengharapan eskatologi mereka, mereka menempatkan Abraham sebagai penghargaan paling tinggi untuk siapa pun yang ikut Tuhan. Makin engkau setia ikut Tuhan, makin tempatmu di sorga dekat pada Abraham. Makin engkau sembarangan menjalani hidup, makin tempatmu di sorga jauh dari Abraham. Abraham adalah kekasih Allah, dia akan duduk sangat dekat dengan kemuliaan Allah dan orang-orang yang lain yang mau ikut Tuhan dengan setia, akan ditempatkan di tempat yang dekat dengan Abraham. Dengan pengertian inilah Yesus berkata dalam Injil Lukas bahwa ada orang miskin bernama Lazarus yang hanya bisa mengambil sisa-sisa makanan, rebutan dengan anjing. Waktu dia mati, dia duduk di pangkuan Abraham, ini penghormatan yang luar biasa besar. Dan Yesus mengatakan penghormatan ini diberikan kepada seorang miskin yang dianggap setara dengan anjing. Banyak hal dalam Kitab Suci memakai cara pandang orang Yahudi, sehingga kalau kita kurang mengerti cara pandang itu mungkin kita tidak dapat menangkap inti sari dari berita di dalam Alkitab, atau bahkan provokasi yang Alkitab coba timbulkan dengan pengertian-pengertian yang beda dari pengertian umum dari orang Yahudi. Abraham adalah tokoh yang sangat penting, dan di dalam Kitab Suci pengharapan Israel adalah pengharapan yang akan genap karena janji Tuhan di dalam Kejadian 12 dan 22. Pada Kejadian 12, Tuhan mengatakan “Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar”. Tapi ada juga Kejadian 22 dimana Tuhan mengatakan “Abraham akan punya keturunan dan keturunan itu akan memberkati banyak bangsa”. Inilah yang digenapi oleh Yesus Kristus, Dia adalah Sang Keturunan Abraham dan Dia mengklaim bahwa diriNya adalah yang menarik bangsa-bangsa kepada Tuhan karena Dia adalah yang dijanjikan melalui Abraham. Sehingga Dia berani mengatakan “Abraham bapamu bersukacita karena melihat hariKu”. Yang Yesus maksud adalah Abraham punya pengharapan yang melampaui kehidupannya di bumi. Karena apa yang diharapkan oleh Abraham tidak terjadi waktu Abraham hidup. Apa yang diharapkan Abraham tidak didapatkan oleh Abraham sampai Abraham mati. Tetapi setelah dia mati, setelah dia ada di sorga bersama dengan Tuhan, ribuan tahun setelah dia mati, Tuhan menggenapi dengan mengirimkan Yesus Kristus. Yesus adalah penggenapan janji kepada Abtaham, tapi kita harus tahu dulu apa yang Tuhan janjikan kepada Abraham, apa inti janji Tuhan kepada Abraham. Di dalam kisah Kejadian, sebelum Tuhan memanggil Abraham, Tuhan baru menyerakan bangsa-bangsa ke seluruh bumi, Tuhan membuang bangsa-bangsa karena mereka mendirikan menara yang ujungnya sampai ke langit, mereka menolak Tuhan, mereka menolak memenuhi bumi, mereka menolak untuk menyembah Tuhan, mereka mendirikan menara yang ujungnya ada lambang langit. Ini semacam zigurat kuno yang ditujukan untuk mengundang dewa-dewa datang dan diam di tengah-tengah manusia. Tuhan memang benar-benar turun, tapi bukan untuk berdiam di tengah-tengah manusia. Tuhan turun ke bumi untuk mengacau-balaukan manusia, sehingga sejak menara Babel muncul banyak bangsa. Manusia tidak lagi menjadi kesatuan, manusia tidak lagi satu bangsa dan satu bahasa, manusia menjadi banyak bangsa dan banyak bahasa. Terpecah-pecah, banyak fraksi, banyak fragment, banyak suku, banyak bangsa, banyak bahasa. Manusia tidak akan pernah tenang karena bangsa akan bangkit lawan bangsa, suku akan bangkit lawan suku, kelompok yang satu akan benci kelompok yang lain, kelompok lain akan membela diri dengan menyerang kelompok yang dianggap menjadi ancaman. Maka bumi tidak pernah berhenti dari kekacauan, peperangan, dan kerusakan karena manusia terpecah-pecah.
Ini bukan maksud dari Tuhan untuk dibiarkan sampai selama-lamanya. Karena Tuhan menjanjikan kepada Abraham, “melalui keturunanmu satu orang seluruh bangsa di bumi akan mendapat berkat”. Tapi Tuhan tidak menjanjikan dia akan menyatukan seluruh bangsa menjadi hanya satu. Dia mengatakan melalui keturunan Abraham seluruh bangsa akan mendapat berkat, seluruh bangsa akan pertahankan identitas mereka, tapi mereka akan mendapat berkat dari Tuhan. Berarti, kalau Saudara mengerti janji di pasal 22, “seluruh bangsa akan mendapat berkat” kaitkan dengan janji sebelumnya “Abraham, kamu akan menjadi bangsa yang besar”, berarti Abraham akan menjadi bangsa yang besar lalu Tuhan akan berkati bangsa-bangsa lain juga. Tuhan tidak pernah menjanjikan bahwa keturunan Abraham akan menjadi satu-satunya bangsa. Tidak pernah ada dalam janji final Tuhan bahwa keturunan Abraham hanya terdiri dari satu bangsa, dan satu bangsa itu saja yang diberkati sampai selama-lamanya, itu tidak pernah ada. Apakah pernah ada periode di mana Tuhan memberkati satu bangsa dan mengabaikan bangsa-bangsa lain? Ada, periode Perjanjian Lama. Di dalam Perjanjian Lama, Tuhan hanya memberkati Israel dan Tuhan mengabaikan bangsa-bangsa lain. Apakah seluruh Perjanjian Lama berbicara itu? Ternyata tidak, yang bicara tentang Israel sebagai umat kesayangan Tuhan hanya sebagian dari Perjanjian Lama. Sebagian lagi berbicara tentang penghukuman Israel, sebagian lagi berbicara tentang pengharapan masa depan yang bisa diperoleh oleh Israel. Israel tidak pernah dimaksudkan untuk menjadi satu-satunya bangsa sampai selama-lamanya. Tetapi Israel yang diberikan kesempatan untuk menjadi bangsa pilihan Tuhan, yang dipimpin oleh firman. Yang baik dari Israel bukan karena Israel ini bangsa yang dipolih oleh Tuhan, tapi yang baik dari Israel adalah karena Israel akan mendapatkan Taurat dan dipimpin oleh Taurat itu menjadi bangsa yang menjadi berkat bagi kemuliaan Tuhan. Pilihan yang menyatakan kita menjadi anak Tuhan itu baru separuh dari keistimewaan menjadi umat Tuhan. Waktu Tuhan keluarkan Israel dari Mesir, lalu Tuhan mengatakan “engkau adalah umatKu dan Aku adalah Allahmu” itu baru sebagian dari kemuliaan yang bisa dinikmati oleh Israel, karena mereka baru mendapatkan identitas tapi mereka belum menjalani identitas itu. Itu sebabnya Tuhan memberikan Taurat supaya mereka belajar menjalani hidup sebagai umat Tuhan.
Kita menjadi umat Tuhan bukan karena Tuhan pilih kita, kita menjadi umat Tuhan karena kita sudah disiapkan untuk segala pekerjaan baik. Saudara bisa baca di Efesus 1 awal mengatakan kita adalah umat pilihan dipilih sebelum dunia dijadikan, di dalam Kristus kita semua dipilih. Tapi Efesus 2 mengakhiri dengan perkataan di ayat 10, di tengah dari Efesus 2 mengatakan kita semua dipilih oleh Tuhan untuk disiapkan mengerjakan pekerjaan baik yang disiapkan Allah sebelumnya. Tuhan memilih supaya yang dipilih membuktikan pilihan Tuhan dengan hidup yang beres. Tuhan pilih Israel supaya Israel buktikan kepada dunia bahwa mereka benar-benar umat Tuhan, dan itu sebabnya Tuhan memberikan Taurat kepada mereka. Jadi Israel istimewa kalau mereka menjalankan Taurat. Ini jelas sekali dikatakan di dalam Roma, jika bangsa lain yang tidak kenal Tuhan, tidak kenal TauratNya menjalankan apa yang Tuhan mau, Tuhan tetap akan lebih senang bangsa ini dari pada Israel yang memberontak kepada Taurat. Jika ada manusia karena dorongan hatinya menjalankan apa yang Tuhan perintahkan, Tuhan akan lebih memilih orang ini dari pada bangsaNya yang sudah Dia pilih. Tapi adakah orang yang seperti ini? Paulus mengatakan di dalam Roma, tidak ada. Tapi dia mengatakan seumpama ada, Tuhan akan mengasihi orang itu lebih dari bangsaNya sendiri. Tuhan tidak pilih Israel supaya mereka berbangga “saya sudah dipilih Tuhan”. Tuhan memilih Israel supaya mereka menunjukan kepada bangsa-bangsa inilah bangsa pilihan Tuhan itu. Itu sebabnya jangan ikut-ikutan politik, lalu Saudara mengatakan kalau Islam pro Palestina, maka Kristen harus pro Israel. Israel tidak identik dengan gereja, bahkan Israel tidak identik dengan Tuhan kalau mereka tidak menjalankan apa yang Tuhan mau. Demikian juga orang Kristen, orang Kristen tidak identik dengan milik Tuhan kalau kita tidak jalankan apa yang Tuhan mau. Kita tidak bisa membanggakan kalung salib kita, atau kita sudah atestasi, sidi, baptis, atau kita sudah menjadi anggota Gereja Reformed, atau kita sudah menjadi orang yang aktif, tapi kita tidak menunjukan hidup sehari-hari yang menyatakan kita Kristen, kita pasti dibuang oleh Tuhan. Jangan berbangga akan segala hal yang merupakan identitas, tapi tidak ada kekudusan yang menyusul. Jangan berbangga akan identitas, kalau tidak ada realita hidup yang mencerminkan identitas itu. Maka Tuhan memberikan Taurat supaya orang Israel boleh menjadi umat yang benar-benar menunjukan milik Tuhan.
Demikian juga dengan bangsa-bangsa lain, tidak semua bangsa yang diberikan tawaran Injil akan terima apa yang ditawarkan itu sebagai bangsa. Tuhan akan memberitakan Injil kepada satu bangsa, mungkin bangsa itu akan tolak, tapi siapa yang terima Dia dari bangsa itu akan dijadikan umatNya. Maka Tuhan membuka jalur berkat yang Tuhan janjikan kepada Israel sekarang boleh pergi kepada bangsa-bangsa lain. Bangsa lain menjadi ahli waris dari janji yang Tuhan sudah berikan kepada Abraham. Kalau kita mengikuti pola pikir dari Kitab Keluaran dan seterusnya, Saudara akan tahu betapa Tuhan sudah marah kepada bangsa-bangsa lain. Seluruh bangsa sudah mengabaikan Tuhan, menyembah berhala, menyembah apa yang dibenci Tuhan, menjadi milik setan yang ditipu oleh setan sehingga mereka menolak Tuhan. Di dalam Kitab Para Rasul, Paulus menyatakan dengan jelas sekali mengapa Tuhan benci bangsa-bangsa yang lain, karena semua bangsa sudah menerima apa yang dari Tuhan lalu mereka memberikan kepada penyembahan berhala. Mereka terima dari Tuhan tapi mereka menyembah berhala, mereka menerima dari Allah tapi mereka menyembah yang lain. Tuhan murka kepada bangsa-bangsa karena mereka menyembah berhala, mereka mengabaikan Tuhan, mereka tidak peduli ada Tuhan di atas sana, mereka tidak peduli Tuhan sudah menciptakan semua, mereka tidak peduli dan mereka mengklaim mengerti agama sendiri, membuat jalur sendiri untuk menyembah Tuhan. Tapi semua manusia sudah mencari jalannya sendiri. Dan Alkitab mengatakan orang tua Abraham, bahkan Abraham sendiri tadinya penyembah berhala. Tuhan yang datang, mengintervensi trend penyembahan berhala, yang dimiliki oleh manusia. Lalu Dia mulai memanggil satu umat yang akan menyembah Dia sebagaimana seharusnya seluruh bangsa menyembah. Waktu Tuhan memanggil Abraham, kalimat yang mengharukan adalah ketika Tuhan menjanjikan “Aku akan memberikan keturunan kepadamu”, Abraham selalu kaget mendengar kalimat ini. “Saya sudah berumur 75 tahun”, “Aku akan memberikan keturunan kepadamu”. Waktu dia sudah berumur 80an, janjinya masih sama “Abraham, Aku akan memberikan anak”. Ketika umur 99 tahun, masih sama “Aku akan memberikan anak”. Dan ternyata masalahnya bukan Abraham, waktu Abraham bersetubuh dengan Hagar, ternyata Hagar melahirkan anak, maka Sara yang stress “semua ini gara-gara saya, sayalah penghalang janji Tuhan terjadi”. Maka Abraham bertanya “bolehkah Ismael menjadi penerus dari janji Tuhan?”, Tuhan menjawab dengan tegas “tidak”. Tuhan yang mengatakan itu, bukan Hagar. Hagar tidak menjadi penerus janji Tuhan untuk bekerja di bumi. Kalau ada Kitab Suci yang mengatakan Tuhan pakai jalurnya Hagar, maka kita akan pertanyakan keabsahan history dari kitab itu. Tuhan berjanji Dia akan memberkati bukan anak Hagar, bukan Ismael. Ismael akan dijadikan bangsa yang besar. Tapi Tuhan berjanji anak yang akan jadi keturunan Abraham adalah anak Sara. Mengapa mesti anak Sara? Karena Tuhan menghargai pernikahan Abraham dan Sara. Kalau Tuhan berjanji memberikan anak, harus lewat Sara. Itu yang Tuhan nyatakan, sehingga Abraham tidak mungkin cari perempuan lain. Abraham harus menunggu janji Tuhan, dan Sara semakin lama semakin tua, Abraham juga semakin tua. Sampai Abraham berumur 99 tahun, Tuhan mengatakan “tahun depan kamu akan punya anak”, Abraham sudah capek, sudah putus asa, cuma terima saja kalimat itu, tapi tidak serius mempertimbangkannya. Bahkan Abraham sempat tertawa, Sara tertawa dimarahin, Abraham tertawa tidak dimarahin. Tuhan benar-benar memberikan anak kepada Abraham ketika dia sudah 100 tahun. Dan anak inilah anak perjanjian itu. Setelah anak ini besar, sampai usia yang cukup, Tuhan mengatakan kepada Abraham “bawa anakmu yang sangat engkau kasihi itu, anak satu-satunya dan persembahkan dia bagiku di atas gunung”. Tuhan tidak menyuruh Abraham bunuh anak, Tuhan suruh Abraham persembahkan anak. Memang itu sama saja, tapi Saudara jangan bilang Tuhan suruh Abraham bunuh Ishak, tidak. Tuhan suruh Abraham persembahkan Ishak, jadi kematian Ishak bukan kematian karena dibunuh, tapi kematian karena dipersembahkan. Apakah ini hal yang wajar, apakah ini umum? Tidak. Apakah Tuhan perintahkan ini kepada Israel di dalam Taurat? Tidak. Perintah ini hanya satu kali keluar yaitu kepada Abraham, suruh persembahkan Ishak. Setelah itu Tuhan mengatakan di dalam Taurat “Aku tidak akan pernah menyuruh engkau mempersembahkan anakmu sebagai korban bakaran, hal itu tidak muncul di hatiKu dan Aku tidak pernah memerintahkan itu kepadamu”. Maka waktu Raja Manasye mempersembahkan anaknya sendiri, di bukit di pinggir Yerusalem, Tuhan begitu marah sampai Tuhan mengatakan “Aku akan mengutuk lembah tempat dia mempersembahkan anak”, lembah itu bernama Ben-Hinom, akhirnya di dalam Bahasa Yunani menjadi Gehena yang artinya neraka. Ini tempat orang mati, tempat di mana pelanggaran kepada Tuhan dinyatakan dengan sangat besar oleh Raja Yehuda sendiri. Tuhan tidak pernah menyuruh Israel untuk mempersembahkan anak.
Maka yang menjadi misteri adalah mengapa Tuhan menyuruh Abraham mempersembahkan anaknya, mengapa Tuhan uji Abraham sampai pada titik dia hampir menghujamkan pisau ke leher anaknya sendiri? Karena Tuhan mau menyatakan satu janji yang penting, “lewat keturunanmu, seluruh bangsa di bumi akan mendapat berkat”. Abraham disuruh mempersembahkan Ishak, karena Tuhan berencana memberikan berkat lewat bangsa-bangsa. Bukan lewat Ishak, tapi lewat keturunan Abraham yang Tuhan akan pilih kemudian. Itu sebabnya Ishak disuruh memikul sendiri kayu bakar yang dipakai untuk membakar dia. Waktu Ishak pikul kayu bakar, kita langsung ingat peristiwa Kristus memikul salibNya. Waktu itu dikatakan Ishak diam, tidak protes, tidak bicara apa pun, Ishak itu taatnya bukan main. Ishak dibawa karena Ishak akan menjadi tipe bagi orang yang akan jadi keturunan Abraham dan dia akan menjadi berkat bagi banyak bangsa. Siapa mau jadi berkat, dia mesti mau jadi korban. Korban adalah jalan menuju berkat. Di dalam Roma 12, Paulus mengatakan “persembahkanlah tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, kudus dan tidak bercacat”. Mengapa Tuhan menyuruh kita mempersembahkan tubuh kita? Karena Tuhan mau kita jadi berkat. Siapa mau jadi berkat tapi tidak suka menjadi korban, dia tidak mungkin menjadi berkat. Siapa yang mau jadi berkat tapi tidak jadi korban, cuma mimpi. Banyak orang mimpi jadi berkat, mimpi mau berguna bagi bangsa, mimpi mau berguna bagi banyak orang, mimpi jadi the next Ahok, the next Jokowi, the next Stephen Tong, atau siapa pun, tapi apakah kita sudah mulai menabung untuk mencapai mimpi itu? Menabungnya dengan cara belajar berkorban mulai sekarang. Banyak orang yang hitung-hitungan kalau dengan Tuhan, hitung-hitung pelayanan, hitung-hitung pengorbanan, hitung-hitung waktu yang sudah didedikasikan. Tapi Tuhan mengatakan di dalam Roma 12 persembahkan hidupmu, bukan persembahkan sebagian hidup. Persembahkan seluruhnya, bukan persembahkan sebagian lalu merasa sudah melakukan sesuatu untuk Tuhan. Maka Tuhan mengatakan kepada Abraham “anakmu akan menjadi berkat bagi banyak bangsa, jadi korban dulu”, dan Tuhan latih Abraham sedemikian. Tapi Tuhan tahu bukan Abraham yang harus menanggung duka kehilangan anak, bukan Abraham yang harus menanggung duka kehilangan orang yang dikasihi, tetapi Allah. Karena Allah-lah yang akan memberi berkat. Maka Tuhan menjanjikan kepada bangsa-bangsa “Aku akan panggil bangsa-bangsa, memberi berkat kepada mereka”. Siapa sumber berkat? Allah. Siapa yang harus berkorban? Allah. Itu sebabnya Allah yang menjanjikan kepada bangsa-bangsa yang sudah berontak, sudah mengabaikan Dia, sudah membelakangi Dia, Tuhan berfirman “Aku akan berkati kalian”, kalimat ini kalimat yang penuh belas kasihan, penuh kesabaran dan penuh cinta kasih dari Tuhan. Bisakah kita berseru kepada bangsa-bangsa yang sudah membelakangi Tuhan, mengatakan “Tuhan cinta engkau, karena Tuhan rela berkorban bagimu” dan mengharapkan mereka menghargai? Belum tentu. Semakin Tuhan menyatakan kasihNya, semakin dihina oleh dunia. Tetapi kita tahu berapa besarnya kasih Tuhan karena Dia menunda penghukuman bagi dunia sampai bangsa-bangsa kembali kepada Dia. Tuhan tidak menghabiskan dunia seperti zaman Nuh, Tuhan biarkan manusia terus beranak-cucu sampai suatu saat Sang Mesias datang menjadi berkat bagi mereka semua. Jadi Tuhan sudah berjanji pada diriNya sendiri, dikatakan pada pasal 22 “Aku bersumpah demi diriKu sendiri, karena engkau rela taat kepadaKu, Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar dan keturunanmu (singular, satu orang) akan jadi berkat bagi bangsa-bangsa”. Waktu Tuhan menjanjikan kepada Abraham, “Aku bersumpah pada diriKu sendiri, engkau akan Aku berkati menjadi berkat”, yang mengucapkan kalimat ini adalah Malaikat TUHAN. Malaikat TUHAN, tapi berani mengatakan diriNya sebagai Tuhan, siapa Malaikat TUHAN ini? Mengapa ada di Perjanjian Lama malaikat yang berani mengklaim diriNya Tuhan? Tetapi di dalam ayat 15 dikatakan Malaikat TUHAN berseru kepada Abraham “Aku bersumpah demi diriKu sendiri, demikianlah firman Tuhan”, ini Tuhan atau malaikat? Ini adalah Malaikat TUHAN yang juga adalah Tuhan. Karena ini adalah Kristofani, perwujudan dari Pribadi ke-2 dari Tritunggal sebelum Dia berinkarnasi, ini adalah Kristus sebelum Dia datang ke dalam dunia. Ini adalah Pribadi ke-2 dari Tritunggal. Di dalam Bahasa Indonesia penerjemah menolong kita dengan menerjemahkan memakai huruf kapital M dan kata Tuhan ditulis dengan huruf kapital semua. Kalau ada tulisan Malaikat TUHAN, ini sedang berbicara tentang Kristofani, malaikat yang menyatakan diri sebagai malaikat, tapi sebenarnya adalah Tuhan. Ini adalah Allah sendiri menyatakan diri dalam bentuk malaikat, Pribadi ke-2 yaitu Kristus. Kita bisa melihat di sini Sang Pribadi ke-2 ini, Malaikat TUHAN bersumpah demi diri Allah, karena Dia juga Allah. Bersumpah demi Tuhan bahwa Tuhan akan menggenapi janji kepada Abraham, membuat Abraham menjadi bangsa yang besar dan membuat Abraham menjadi berkat bagi bangsa-bangsa yang lain lewat keturunannya. Siapa keturunannya? Allah sendiri yang jadi manusia. Mengapa harus Allah menjadi manusia? Karena tadi dikatakan kalau mau jadi berkat, harus jadi korban, siapa rela jadi korban? Allah yang rela, Dia yang pertama melangkah dan mengatakan “Akulah yang jadi korban untuk bangsa-bangsa boleh diberkati”. Allah bukanlah allah yang menyatakan standar lalu suruh orang lain memenuhi standar yang Dia sudah tetapkan. Dia bukanlah Allah yang mengatakan “Aku mau selamatkan bangsa-bangsa”, bagaimana cara menyelamatkan? “Harus ada korban yang mendamaikan bangsa-bangsa yang sudah memberontak dengan Aku. Aku tidak mungkin membiarkan pemberontakan bangsa-bangsa tidak dihukum, karena Aku adalah kudus. Dan perjanjianKu akan dijunjung tinggi oleh siapa pun. Maka bangsa-bangsa harus ditebus, harus ada korban, harus ada yang mendamaikan bangsa-bangsa itu dengan dirinya”. Dan ketika Tuhan sudah membuat ketetapan ini, ini ketetapan bukan untuk dijalankan oleh orang lain, tapi ketetapan yang Tuhan sendiri dengan sumpah akan jalankan dengan setia. Inilah Allah kita. Saudara bisa muak dengan pemerintah yang membuat peraturan tapi orang lain yang suruh jalankan. Itu namanya pemimpin yang tidak beres, mengapa engkau membuat peraturan lalu orang lain yang tanggung yang paling berat? Sekarang banyak orang membuat peraturan untuk dirinya gampang, keluarganya gampang, bisnisnya gampang. Kita punya legislatif yang tujuannya adalah membuat hukum, undang-undang. Undang-undang dibuat untuk apa? Kebanyakan untuk diri. Tapi Tuhan membuat peraturan demi kekudusannya dinyatakan. Dan Allah menanggung yang paling berat karena Dia sendiri yang menjadi korban. Sehingga ketika Sang Malaikat TUHAN ini mengatakan “Aku bersumpah demi namaKu sendiri, bahwa engkau akan menjadi bangsa yang besar dan keturunanmu akan menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lain”, keturunan itu adalah Kristus.
Maka siapakah Kristus? Dia haruslah Allah yang menjadi manusia untuk menggenapi janji ini. Kalau Dia bukan Allah maka Dia adalah manusia yang dikorbankan seperti Ishak, dan Tuhan tidak mau itu terjadi. Mengapa Ishak tidak boleh dipotong? Karena bukan dia yang harus menanggung janji Tuhan ini, kalau begitu siapa? Tuhan sendiri. Tapi yang menanggung itu harus manusia, maka Dia menjadi manusia. Tuhan menjadi manusia demi janjiNya memberkati bangsa-bangsa bisa terpenuhi dan bangsa-bangsa bisa dipanggil kembali kepada Tuhan, menjadi milik Tuhan selama-lamanya. Sekali lagi mereka dipanggil, mari ingat dulu kamu sudah memberontak, dulu kamu menyembah berhala, menyembah ilah-ilah palsu, sekarang Tuhan panggil kembali bangsa-bangsa untuk datang kepada Tuhan, mari datang. Tapi Kitab Suci mengatakan tetap ada orang yang membelakangi Tuhan, tetap ada orang yang mengabaikan tawaran cinta kasih dan pengorbanan dari Tuhan. Saya tidak mengerti betapa jahatnya manusia itu. Ketika Tuhan dengan keras mengatakan “Aku perintahkan engkau untuk kembali”, manusia tidak kembali, Tuhan hukum. Setelah itu Tuhan dengan lunak mengatakan “Aku mengasihimu, mari datang kepadaKu, Aku akan berkorban bagimu”, manusia tetap tidak mau. Tapi Alkitab mengatakan Tuhan mempunyai rencana untuk memanggil kaum pilihan yang tidak akan gagal datang kepadaNya. Dan kaum pilihan itulah yang akan percaya kepada Kristus.
Maka kalau ditanya mengapa Allah menjadi manusia? Untuk menggenapi janji, memanggil kembali bangsa-bangsa yang sudah berontak dan yang sudah lari dari Tuhan. Sampai saat ini Tuhan masih lakukan panggilan itu. Bangsa-bangsa masih berontak, tapi Tuhan masih mau panggi. Tuhan masih mau panggil lebih banyak orang lagi, Tuhan masih mau tarik lebih banyak orang lagi untuk mengenal Dia. Dan ini jadi beban Tuhan, dan harus jadi beban kita semua. Tuhan begitu mencintai bangsa-bangsa sehingga Dia rela menjadi manusia untuk dikorbankan di atas kayu salib, demi janjiNya kepada Abraham digenapi. Kalau begitu besar cinta Tuhan dan kerinduan Tuhan untuk memanggil bangsa-bangsa, bukankah ini juga harus jadi kerinduan kita? Kerinduan untuk menjangkau, kerinduan orang untuk kenal Kristus, kerinduan untuk tarik bangsa-bangsa kembali kepada Tuhan harus jadi kerinduan kita. Saya berdoa dan saya harap Saudara juga berdoa untuk tahun depan kita mulai atur kebaktian-kebaktian penginjilan lebih banyak lagi. Saya harap Paskah boleh dipakai sebesar-besarnya untuk memberitakan Injil. Dan saya harap ini jadi beban kita semua. Kristus satu-satunya yang menyelamatkan. Dan Saudara harus berani mengikrarkan ini, karena itu tugas kita menjadi orang Kristen. Siapa mau menerima beban hati Tuhan, harus tahu inilah yang Tuhan inginkan. Mari bangsa-bangsa datang kembali kepada Tuhan. Kamu yang sudah terlalu kafir hidupnya, terlalu sembarangan hidupnya, terlalu sembarangan menjalankan dosa, mari kembali kepada Tuhan, mari terima Kristus. Mari menjadi milikNya, karena Dia sudah menebus engkau, menggenapi janji yang Dia berikan kepada Abraham dan kepada bangsa-bangsa.
Mengapa Allah menjadi manusia? Karena korban untuk memanggil bangsa-bangsa lain adalah dari pihak Allah sendiri. mengapa mesti menjadi manusia? Karena kalau menjadi korban tidak mungkin tidak menjadi manusia. Mengapa Dia rela lahir di tempat yang hina? Karena dari awal Dia lahir sampai Dia mati di kayu salib, seluruh hidupNya adalah korban untuk menyatakan “ya Allah, janjiMu untuk memanggil bangsa-bangsa sekarang sudah boleh digenapi. janjiMu untuk memanggil bangsa-bangsa sekarang sudah genap, panggilah bangsa-bangsa (demikian firman Anak Allah) karena Aku sudah menjadi manusia, sudah menyediakan darahKu supaya bangsa-bangsa lain boleh kembali kepadaMu”. Biarlah kita menjadi orang yang satu visi dengan Tuhan dan mengerjakan apa yang Tuhan mau. Kiranya Tuhan memberkati kita.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)
- Khotbah
- 24 Dec 2017
Seri Mengapa Allah Menjadi Manusia(4): Kesempurnaan dalam Allah yang menyatakan Diri menjadi manusia
(Kolose 1: 19-20)
Di dalam Kolose yang sudah kita baca, kita akan melihat bagaimana Tuhan memberikan prinsip yang penting bagaimana kepenuhan hidup di dalam Tuhan. Ayat 19 mengatakan seluruh kepenuhan Allah berkenan berdiam di dalam Dia. Atau bisa juga diterjemahkan seluruh kepenuhan Allah dengan sangat memuaskan Allah berdiam di dalam Kristus. Adalah hal yang sesuai dengan kehendak Tuhan bahwa kemuliaanNya sengan sempurna berdiam di dalam diri Kristus. Mengapa ini penting? Karena ini menggenapi apa yang Alkitab katakan mengenai Bait Suci. Bait Suci adalah tempat yang sangat penting, karena di tempat inilah seluruh orang Israel meletakan pengharapan untuk mempunyai sukacita, damai sejahtera dalam ibadah, mempunyai kesenangan dalam pengharapan masa depan dan juga mempunyai pengertian hikmat dari firman yang senantiasa diberitakan lewat Bait Suci.
Jadi Bait Suci adalah tanda kesempurnaan hidup yang Tuhan rencanakan bagi manusia. Semua orang mencari kesempurnaan hidup, semua orang ingin hidupnya punya kualitas yang bai, semua orang punya cita-cita masa depan untuk punya hidup yang lebih baik. Tidak ada orang yang senang dengan kehidupan yang jelek dan tidak ada orang yang mau menjalani kehidupan yang buruk. Semua ingin kehidupan yang sukacita dan bahagia. Tadi pagi saya membahas pengertian yang dibahas oleh Tim Keller, dia mengatakan dunia ini terus menggambarkan kerinduan untuk adanya Taman Eden yang disempurnakan. Tuhan sudah menciptakan Taman Eden di Kitab Kejadian, tapi kesempurnaan dari ciptaan itu belum terjadi dan setiap orang sebenarnya punya kerinduan supaya itu bisa terjadi. Salah satu bentuknya adalah di dalam cerita, baik cerita anak-anak maupun cerita yang umumnya Saudara pahami sebagai cerita yang indah, yaitu ada bahagia kekal seterusnya. Dalam diri kita ada kerinduan manusia untuk adanya Taman Eden yang disempurnakan. Kita semua ingin keadaan yang lebih baik, kita semua ingin keadaan yang lebih ideal. Sehingga dalam pemikiran Yunani kuno yang diwakili Socrates dan Plato, ada dua layer dari semua keberadaan ini, layer yang lebih utama itulah dunia ide, layer yang jelek ini adalah dunia materi. Bahkan ada kisah yang unik sekali dimana sang dewa berusaha membentuk dunia tetapi gagal, ini jadi dunia materi. Sedangkan dunia yang dibentuk lebih baik, itulah dunia ide. Mengapa ada dunia ide dan dunia materi? Karena ada kerinduan terhadap yang lebih baik dan sempurna. Aristotle juga mengungkapkan hal yang sama, mengapa di dunia ada hal yang bagus, ada yang jelek? Yang bagus adalah yang mendekati standar kesempurnaan, yang sempurna, ideal, murni, agung, yang paling bagus, paling indah, paling semuanya, itulah yang utama. Lalu siapa yang lebih dekat itulah yang lebih baik, yang sedikit lebih jauh itulah yang jelek. Jadi kalau Saudara hidup di dunia ini, sadar ini tidak bisa kita abaikan, Saudara pasti punya standar penilaian, Saudara pasti akan menilai ada sesuatu yang lebih benar atau lebih baik atau lebih indah dibandingkan dengan yang lain. Mengapa kita bisa membandingkan seperti itu? Karena di dalam diri kita ada kesan bahwa yang ideal itu harusnya seperti apa, yang sedikit lebih rendah itu ada di dalam tingkat berapa, yang lebih jelek lagi ada dimana. Semua manusia merindukan yang ideal, semua manusia mengharapkan hal yang baik, yang adalah patokan, lalu kita mencoba mendekati ke arah itu. Semua cuma mereka-reka, cuma membangkitkan dalam diri kita bayang-bayang tentang kesempurnaan yang kita tidak tahu seperti apa. Mengapa manusia cuma punya bayang-bayang kesempurnaan tapi tidak pernah mengerti apa itu kesempurnaan? Karena kita cuma punya ide tentang kesempurnaan tapi kita tidak mengenal Sang Sempurna itu. Saya sadar semua manusia merindukan sesuatu yang lebih baik tapi tidak tahu apa itu. Bertahun-tahun kemudian saya mendengarkan khotbah Tim Keller mengatakan “semua orang ingin Eden yang disempurnakan, tapi orang tidak tahu bahwa mereka menginginkan itu”. Orang menikah lalu merasa kecewa mengapa pernikahan seperti ini? Standar pernikahan itu seperti apa? Kebanyakan standar manusia adalah standar yang diusahakan untuk tidak melanggar standar yang lain. Kita ambil jalan tengah supaya suami senang, istri senang, sama-sama senang. Bagaimana pernikahan yang baik? Pernikahan yang baik itu suami dan istri sama-sama senang, tidak saling melanggar. Jadi apakah bisa suami memaksimalkan kesenangannya di dalam keluarga dan kehidupan pernikahannya? Tidak bisa, karena ada perbatasan dengan kesenangan istri. Itu sebabnya kita harus deal dalam segala hal. Bagaimana suami bisa bahagia? Ada batasan, kamu boleh lakukan sampai di sini, setelah itu tidak boleh. Bagaimana istri bisa bahagia? Kamu bisa lakukan sampai sini, setelah itu tidak boleh. Semua dibatasi, apa yang kita ingin terbatas supaya kita tidak membuat orang lain kehilangan kesempatan untuk menikmati kehidupan yang sempurna itu. Jadi kesempurnaan yang ada di dalam dunia adalah kesempurnaan yang cacat. Kita ingin membuat kehidupan yang secara komunitas sempurna tapi terbatas sekali, serba terbatas. Jadi bagaimana hidup yang sempurna? Hidup yang sempurna adalah hidup yang senantiasa dibatasi oleh orang lain yang juga ingin hidup sempurna. Saya ingin menikmati semua, tapi tidak bisa. Saya ingin menikmati apa yang baik, tapi tetap tidak bisa, karena dibatasi oleh yang lain. Pembatasan ini membuat saya tidak bisa menjalani kehidupan dengan sempurna sesuai dengan yang saya mau, maka saya harus mengalah dan memberikan batasan terhadap apa yang saya mau itu, supaya orang lain pun bisa menikmati yang mereka mau. Cara ini yang kita pahami dan cara ini yang kita coba jalankan. Cara yang secara fundamen, secara dasar itu sudah salah. Cara ini mengasumsikan bahwa kita berhak meraih kebahagiaan dan kesenangan melalui berjuang, merebut dan juga memenangkannya, ini cara yang sangat duniawi. “Kamu mau bahagia, kejar. Kamu mau mempunyai kesenangan, kamu harus berjuang untuk mencapainya. Tidak ada yang memberikannya kepadamu, kamu harus berjuang sendiri”. Mau jadi orang sukses? Harus berjuang, tidak akan ada yang beri ini secara gratis. Mau menjadi orang hebat? Berjuang, tidak ada orang yang akan memberi hadiah kepada kamu, kamu harus berjuang di dunia yang keras. Sehingga kita berpikir alasan atau cara yang bisa membuat kita lebih sempurna hidupnya adalah berjuang keras demi mencapai itu.
Tetapi di dalam Kitab Suci ada berita yang mengagetkan yaitu bahwa kebahagiaan itu diberikan bukan diperjuangkan. Tuhan menjanjikan bahagia sebagai pemberian bukan sebagai hasil perjuangan. Tuhan tidak mengatakan kepada orang Israel, “kalau kamu masuk Tanah Kanaan, kamu akan berjuang supaya dapat sesuatu”. Tuhan menjanjikan “kamu akan dapat”, setelah itu baru ada perjuangan. Cara berpikir ini mesti benar-benar kita pahami, kamu akan dapat dan kamu akan berjuang. Bukan berjuang supaya dapat, tapi karena dapat maka kamu milik Tuhan, karena kamu milik Tuhan maka kamu harus jalankan kehendak Tuhan. Pengertian ini penting sekali untuk kita pahami. Bagaimana keselamatan diperoleh? Karena Tuhan berikan. Bagaimana caranya saya menjadi anak Allah? Karena Tuhan berikan. Bagaimana caranya saya satu dengan Kristus? Karena Tuhan yang anugerahkan. Tidak ada yang bisa berteriak menyerukan “berhasil, saya sudah berjuang dan mendapatkan kesatuan dengan Kristus”. Maka bahagia manusia adalah sesuatu yang Tuhan mau anugerahkan. Kalau bahagia itu dianugerahkan maka kita bisa mendapatkan bukan karena kita berhasil meraih sesuatu atau berhasil membuat bahagia kita sampai pada titik yang maksimal, tapi karena Tuhan memang mau berikan. Ini pengertian tentang anugerah yang harus kita pahami untuk mengerti bagaimana baiknya Tuhan itu. Di dalam Mazmur yang ke-103 diingatkan bahwa manusia harus mengingatkan jiwanya bahwa Allah itu baik, pujilah Tuhan karena Tuhan itu baik. Dan kita harus mengerti kebaikan Tuhan di dalam cara Dia, bukan di dalam standar yang kita tetapkan sendiri lalu suruh Tuhan taati standar yang kita sudah atur sendiri. Bahagia manusia adalah bahagia yang Tuhan anugerahkan. Tuhan menganugerahkan kesenangan, Tuhan menganugerahkan kebaikanNya untuk dinikmati oleh manusia. Semua orang harus mengenal Allah dengan cara yang tepat supaya dia tahu semuakebaikan yang Tuhan anugerahkan adalah kebahagiaan yang tidak mungkin kita peroleh kecuali kalau Tuhan mau berikan. Dan tidak mungkin kita perjuangkan, kecuali kalau Tuhan mau berikan. Maka hal pertama ini harus kita pahami mengenai hidup. Hidup adalah hidup yang menikmati anugerah, bukan yang memperjuangkan anugerah. Itu sebabnya bahagia adalah sesuatu yang Tuhan berikan, sukacita dan kesenangan adalah sesuatu yang Tuhan anugerahkan kepada manusia di dalam hidupnya.
Lalu dimanakah kesenangan itu? Di manakah bahagia ketika kita sedang berjuang di tengah-tengah dunia yang jatuh dalam dosa? Kalau Tuhan mau anugerahkan tentu kita akan terima, tapi Tuhan tidak mungkin anugerahkan secara sempurna di dunia yang sudah jatuh dalam dosa. Ini problem yang besar. Jadi saya ingin ingatkan lagi poin pertama khotbah ini, Saudara dan saya dianugerahkan bahagia, tapi apakah mungkin Tuhan menganugerahkan yang sempurna itu di tengah dunia yang sudah jatuh dalam dosa? Mungkin atau tidak Tuhan menganugerahkan kesempurnaan dari rencanaNya di dalam dunia yang sudah jatuh dalam dosa? Jawabannya adalah iya sekaligus belum. Jawabannya adalah Tuhan mau kita menikmati bahagia itu baik di dalam bergumul di tengah dunia yang penuh dosa, maupun di dalam kemenangan setelah dosa ditaklukan. Dan Tuhan mau manusia hidup di dalam cara seperti ini, hidup yang kita perjuangkan di sini adalah hidup yang secara sempurna menerima kebaikan Tuhan sekaligus secara pengharapan menantikan kesempurnaan dari pekerjaan Tuhan. Contohnya, berapa banyak dari kita yang berpikir hidup kita di sini adalah hidup yang penuh penderitaan dan kesulitan? Semua pasti berpikir begitu, tapi adakah bahagia dan kesenangan yang Tuhan berikan? Ada. Kesenangan yang Tuhan berikan itu ada di sini atau di sana? Umumnya orang mengatakan di sana dan belum diperoleh di sini, di seberang sana ada bahagia, sukacita, kesenangan, kepenuhan dan kelimpahan bahagia sejati bagi manusia. Jadi di seberang sana baru kita senang, di sini belum bisa senang. Ini yang umumya orang pikir. Sehingga kita punya pola pikir yang mirip dengan dunia. Kalau pola pikir duniawi adalah mau bahagia, kejar. Itu cara pikir yang salah. Dan ada hal kedua yang juga salah di dalam cara berpikir duniawi yaitu kehidupan yang penuh bahagia tidak mungkin diperoleh di sini, baru diperoleh nanti. Tidak ada bahagia di dalam hidup di sini, baru diperoleh nanti. Apakah ini salah? Saya percaya ada hal yang salah dalam cara berpikir seperti ini. Sebab dengan cara berpikir seperti ini, Saudara dan saya tidak mungkin bisa menikmati Tuhan dan tidak mungkin bisa menikmati kesempurnaan dalam Tuhan pada waktunya nanti. Ada seorang bernama Catherine Tanner mengatakan kalau engkau tidak menikmati Tuhan sekarang, tidak mungkin engkau menikmati Tuhan nanti. Kalau engkau menikmati Tuhan sekarang, engkau akan menikmati kesempurnaanNya nanti. Kalau engkau menikmati apa sekarang lalu menikmati Tuhan nanti, maka Tuhan yang engkau nikmati nanti adalah Tuhan yang baru, bukan Tuhan yang memperkenalkan diri sejak awal. Maka Tuhan menginginkan kita hidup di tengah dunia dengan pengenalan yang benar akan sukacita dan bahagia yang Tuhan berikan untuk kehidupan sekarang. Ini yang mau disoroti dalam pengertian Surat Roma. Saudara dan saya menikmati hidup sekarang, Saudara mulai berpikir apa yang nikmat dari hidup di sini? Coba kalau kita membuat list apa yang menyenangkan dalam hidup Saudara, Saudara mungkin membuat list pertama, yang menyenangkan adalah punya istri yang sabar, boleh dengar khotbah di GRII, ada keamanan pekerjaan yang kariernya naik terus. Kita sering kali bersyukur kepada Tuhan untuk segala kebaikan yang kita bisa antisipasi sebelumnya. “Puji Tuhan karena karier saya menanjak”. Jangan berpikir bahwa kenikmatan hidup adalah sesuatu yang kita sudah set sebelumnya lalu kita ingin itu dijalankan dengan cara Tuhan memberikannya kepada kita. Hidup itu senang kalau apa? Misalnya kalau bebas dari penyakit, bebas dari bencinya orang, diterima orang, jadi selebriti. Seringkali kita punya pola pikir seperti ini. Tetapi waktu kita merenungkan tentang Bait Suci di dalam Perjanjian Lama, baru kita tahu bahwa bahagia yang Tuhan berikan bagi manusia itu berbeda. Karena kita tidak mengerti apa yang membuat senang dari Bait Suci. Orang Israel datang bawa darah, potong korban, masa potong korban membuat orang senang? Lalu memuji Tuhan di Bait Suci, mendengarkan firman, menyatakan kekudusan Tuhan, semua ini melatih Israel untuk mengerti bahagia paling jelas dan sejati adalah kalau Tuhan rela hadir.
Kalau Tuhan rela hadir, kita akan mengalami kesempurnaan hidup. Tetapi di dalam Kolose ada sesuatu yang baru dari tafsiran Paulus mengenai kehadiran Allah. Allah bukan cuma hadir lalu penuhi Bait Suci. Allah bukan cuma hadir memenuhi satu tempat yang sudah ada. Allah memenuhi bumi dengan cara Dia menjadi manusia. Maka di dalam Kolose dikatakan kepenuhan Allah berkenan berdiam di dalam Kristus. Ini sama sekali tidak berarti Kristus ada di dunia lalu Allah berkenan diam di dalam Kristus, pengertian ini sangat bidat. Kristus bukan menjadi Allah, karena tadinya Dia manusia lalu dipenuhi Allah sehingga jadi Allah, tidak seperti itu. Tapi yang dimaksudkan oleh Paulus adalah bahwa kehadiran Tuhan yang genap bukan di Bait Suci secara fisik di Israel, bukan Bait Suci yang berdiri di Yerusalem, melainkan ketika Sang pribadi kedua dari Tritunggal menjadi manusia. Pada waktu Dia menjadi manusia, waktu itulah kepenuhan Bait Suci disempurnakan. Disempurnakan dengan cara Allah menjadi bertubuh, Allah mempunyai fisik. Jangan pisahkan lagi, “kalau begitu ada fisik, tapi rohnya Roh Allah”. Semua pengertian Kristologi harus kita bereskan dengan baik, harap Saudara ada waktu untuk baca buku tentang Kristologi sehingga saya tidak menjelaskan detail, tapi Saudara sudah mengerti apa yang saya maksudkan. Kristus adalah kepenuhan Allah secara bertubuh, maksudnya adalah waktu Kristus datang ke dalam dunia, Kristus membawa kepenuhan Tuhan di dalam hidup di dalam tubuh. Ini penting bagi Paulus karena ini berarti Saudara dan saya yang hidup juga di dalam tubuh, mengerti bagaimana hidup dengan kesempurnaan, bahagia dan sukacita karena Kristus jalankan kehidupan di dalam tubuh untuk menyatakan kepenuhan Tuhan. Kepenuhan Tuhan tidak dinyatakan sebagai standar ideal yang tinggi di sana, kepenuhan Tuhan adalah sesuatu yang disempurnakan lewat hidup manusia. Kepenuhan Tuhan itu bukan ide abstrak yang ada di langit, kepenuhan Tuhan adalah hidupNya Kristus di bumi. Hidupnya Kristus di bumi itulah kesempurnaan dari kepenuhanNya Tuhan. Kalimat ini benar-benar mengharukan, ketika kita sudah dikacaukan dengan konsep-konsep kesempurnaan di sorga, kesempurnaan hidup di sana, kita semakin melihat hidup kita terpisah jauh dari bahagia sejati. Tapi waktu Kristus berinkarnasi, pada waktu itu kita tahu bahagia sejati bukan saja tidak jauh, tapi ada di sini. Saudara bisa bahagia dalam hidup karena ada fisik, tubuh yang dihidupi sebagaimana Kristus menghidupi hidupNya di dunia ini. Maka Paulus mengatakan di dalam Kristus berdiam dengan sempurna seluruh kepenuhan ke-Allah-an dan Allah sukacita karena hal itu. Sorga senang karena idealnya hidup manusia dinyatakan di dalam Kristus dan bumi pun senang karena kepenuhan Allah sekarang berdiam secara fisik di tengah-tengah manusia. Maka waktu kita merenungkan tentang kesempurnaan itu, kesempurnaan itu Tuhan bawa untuk dihidupi secara real. Kesempurnaan bukan ide yang di luar dunia, bukan ide yang tidak punya pengertian praktisnya, tapi ini adalah ide yang diwujudkan dalam hidup sehari-hari. Tidak ada kalimat lebih indah di dalam mengerti ideal selain dari yang dikatakan Kolose ini. Kamu mau tahu yang ideal? Yang ideal bukan yang disana, tapi yang dijalani sehari-hari. Kristus hidup sehari-hari, menyatakan kesempurnaan Tuhan, itulah kesempurnaan yang Saudara dan saya jalankan juga di dalam hidup. Maka hal kedua sudah saya selesaikan. Hal pertama bahwa bahagia sejati bukan seperti dunia ini. Hal kedua, bahagia sejati ada di dalam Tuhan yang menyatakan kehadiran bahagia itu melalui Kristus.
Sekarang bagian ketiga. Lalu bagaimana kita memahami kepenuhan Tuhan, bahagia sejati, ideal yang sempurna itu dinyatakan dalam dunia ini melalui kehidupan Kristus? Yang kita bisa pahami adalah kesempurnaan Tuhan dibawa di dalam kerelaan Tuhan untuk hidup di dalam tubuhNya. Ini yang saya sebut sebagai teologi tubuh menurut Paulus. Paulus kalau bicara tentang tubuh, baik di dalam Roma, Korintus, Efesus, tiap kali dia bicara tubuh, dia selalu bicara tentang media yang melaluinya kita bisa persembahkan sesuatu. Tubuh dimiliki untuk diberikan, ini pengertian Paulus yang jelas sekali. Mengapa kamu bertubuh? Supaya kamu bisa memberikan hidup. Bagaimana cara memberikan hidup? Dengan beri tubuh. Kristus memiliki tubuh untuk diberikan. Mengapa Kristus memberikan tubuhNya? Karena Allah adalah Allah yang seperti ini. Kita tidak akan mengerti Allah itu seperti apa, kita tidak akan mengerti sifat memberiNya Allah, kita tidak akan mengerti sifat rela berkorbanNya Allah kalau Dia tidak menyatakan semua itu di kehidupan manusia. Mengertikah kita kalau Allah itu berkorban? Kita tidak mengerti, karena bagi kita Allah itu sempurna dan tidak ada apa pun yang akan mengganggu Dia, konsep berkorban tentu bukan konsep Allah. Tapi ada salah satu dari pembicara Refo 500 mengatakan bahwa pengorbanan adalah sifatNya Allah, Allah adalah Allah yang rela berkorban. Saudara dan saya tidak akan kenal Allah kecuali kita mengenal Dia sebagai Allah yang rela berkorban. Sehingga pengkhotbah itu mengatakan kamu jangan berkata “mengapa Allah mau berkorban? Dia sudah sempurna, mengapa rela berkorban?”, tapi engkau harus mengatakan “karena Dia adalah Allah maka Dia berkorban. Karena Allah adalah Allah yang rela berkorban”. Manusia tidak mengerti ini, Allah yang mengerti ini karena ini bagian dari sifatNya Allah. Allah adalah Allah yang rela berkorban. Karena itu ketika Dia menjadi manusia, Dia menjalankan hidupNya di dalam tubuh dengan cara memberi dan berkorban. Dan Alkitab mengatakan inilah kepenuhan ke-Allah-an itu. Kepenuhan ke-Allah-an bukan tiba-tiba Saudara mampu melakukan tindakan mujizat. Banyak orang berpikir kepenuhan itu seperti itu, “Allah berdiam di dalam kamu”, “apa tandanya?”, “waktu kamu berkhotbah, berkuasa sekali”. Ada orang yang mengatakan Charles Spuergon itu berkuasa sekali sehingga gerakan tangannya pun membua torang bertobat. Lalu Saudara pikir penuh dengan ke-Allah-an, dipenuhi dengan kepenuhan Allah itu seperti itu, khotbah sedikit, orang langsung bertobat. Sering orang salah memahami kesempurnaan hidup dalam ke-Allah-an, menikmati kehadiran Tuhan dan kesempurnaan hidup sejati. Tapi waktu Tuhan menjadi manusia, Tuhan tunjukan ini kesempurnaan itu. Karena waktu Dia menjadi manusia, Dia tidak berkurang ke-Allah-anNya, Dia tidak menjadi manusia dengan kehilangan ke-Allah-an. Yesus bukan mantan Allah. Tidak ada pengakuan iman mengatakan “Yesus Kristus, pribadi yang satu dan mantan Allah sekarang menjadi manusia”. Dia adalah Allah sejati, dan justru itu yang membuat konsep ini jadi penting. Karena Dia adalah Allah kita akan mengerti apa yang Allah kerjakan kalau Allah jadi manusia. Allah menjadi manusia dan Dia memberikan tubuhNya untuk berkorban. Inilah kepenuhan ke-Allah-an yang berdiam di dalam diri Kristus.
Kepenuhan bukan dari kuasa, yang mampu menaklukan sakit, menaklukan laut yang bergoncang dan lain-lain, tapi kemampuan untuk tunduk menyerahkan tubuh untuk dipersembahkan lalu menjadi berkat bagi yang lain. Ini teologi tubuh yang indah sekali dari Paulus. Paulus mengatakan persembahkanlah tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, tubuh untuk dipersembahkan. Paulus juga mengatakan “hai laki-laki, hai suami, tubuhmu bukan milikmu tapi milik istrimu”, inilah dedikasi tubuh secara literal dan real. Saudara menikah, Saudara memberikan tubuh Saudara untuk pasangan, bukan lagi milik Saudara. Paulus mengatakan kita punya tubuh untuk diberikan, karena ada tubuh ini kita bisa memberikan secara real, bukan cuma konsep palsu, benar-benar mendedikasikan tubuh ini untuk yang lain. Dan itu yang Paulus katakan tentang Kristus, mengapa Dia bertubuh, supaya Dia bisa pergi ke kayu salib. Mengapa Dia bertubuh? Supaya Dia jadi korban bagi manusia. Dan Paulus mengatakan inilah bahagia, inilah kepenuhan Allah yang berkenan berdiam secara sempurna, bukan di Bait Suci tapi di dalam tubuh Kristus.
Maka setelah kita memahami hal ini baru kita tahu Natal adalah tentang Tuhan yang menunjukan bagaimana kalau Dia bertubuh. Kalau Dia bertubuh bagaimana Dia akan hidup? Dan itu sudah Dia lakukan. Dia bertubuh dan Dia mendedikasikan tubuhNya bagi yang lain. Manusia bertubuh dan mau manusia lain mengalah untuk dirinya, maka dia tidak pernah mengalami sukacita. Itu sebabnya di dalam konsep Kristen yang ada bukan pembatasan orang lain dan pembatasan diri supaya ada jalan tengah. Yang ada adalah pembatasan diri sampai maksimal demi menggenapi apa yang Tuhan mau supaya menjadi berkat bagi orang lain. Pengertian yang sepertinya simple, tapi perlu Anak Allah menjadi manusia untuk menunjukan pada kita bahwa itu mungkin dilakukan. Mari belajar seperti ini, mari belajar mendedikasikan tubuh kita untuk menjadi korban. Bukan untuk menikmati diri, tapi untuk diri dinikmati orang lain. Pernikahan bagi Paulus sangat penting, karena ini adalah dedikasi paling total. Saudara bisa mempersembahkan tubuh dengan arti mempersembahkan tenaga, mempersembahkan pikiran, mempersembahkan ketekunan, mempersembahkan kegiatan, tapi Saudara tidak akan berikan tubuh ini secara literal kecuali kepada pasangan Saudara. Itu sebabnya pernikahan menjadi gambaran sempurna tentang pemberian diri Kristus bagi umatNya, bagi jemaatNya. Maka Paulus mengatakan di dalam Kolose, di dalam dirinyalah seluruh kepenuhan Allah berkenan berdiam dengan cara yang menyukakan Allah. Dan ayat 20, “dan oleh Dialah dia memperdamaikan segala sesuatu dengan diriNya, baik yang ada di bumi maupun yang ada di sorga, setelah Dia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus”. Apa yang Allah lakukan kalau Dia bertubuh? Allah akan pergi ke kayu salib dan mencurahkan darahNya di situ. Mengapa Dia melakukan itu? Karena Dia adalah Allah. Lalu apa yang harus kita lakukan untuk meneladaniNya? Jika engkau mau meneladani Kristus, maka hiduplah seperti Allah hidup ketika Dia menjalani hidup di dunia ini, yaitu dengan mendedikasikan tubuh untuk apa yang mendatangkan bahagia bagi yang lain, sesuai dengan kekudusan, kebenaran, dan kesetiaan dan kasih Allah. Kiranya ini boleh menguatkan kita dalam merenungkan Natal. Natal bukan hanya mengenai orang-orang yang membawa hadiah datang kepada Tuhan Yesus, apalagi mengenai Santa Klaus, pria tua yang cuma teriak ho-ho-ho. Natal adalah tentang Allah yang menyatakan kalau Dia menjadi manusia bagaimana Dia akan hidup. Mengapa Kristus hidup dengan cara seperti ini? karena inilah sifat Allah dan ini akan menjadi jelas waktu kita merenungkan apa yang Dia kerjakan dari waktu Dia melayani pertama sampai Dia mati di kayu salib. Alkitab mengatakan Dia tidak pikir tempat untuk Dia baringkan kepala, Dia tidak pikir kemuliaan untuk diriNya sendiri, Dia tidak pikir apa pun. Mengapa demikian? Karena Allah memang seperti itu. Allah membagikan kemuliaanNya untuk pribadi yang lain, bukan untuk diriNya. Bapa meninggikan Anak, Anak meninggikan Bapa, Roh Kudus meninggikan Anak, Anak meninggikan Roh Kudus. Setiap keagungan dari pemberian diri ini kita pelajari dari Tuhan. Dan Tuhan tidak ingin konsep berkorban ini jadi konsep ideal di sorga. Dia ingin konsep pengorbanan ini menjadi konsep yang diwujudkan di dalam tubuh dan itu yang Dia mau kita kerjakan di dalam tubuh kita selama kita hidup di dunia ini. Inilah bahagia sejati. Harap kita beriman cukup kuat untuk menyadari hal ini, sehingga ketika kita mendedikasikan hidup bagi yang lain, waktu itu kita menyadari “memang benar ya Tuhan, inilah bahagia sejati bagi manusia”
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)
- Khotbah
- 23 Dec 2017
Seri Mengapa Allah Menjadi Manusia(3): Terang dan hidup dari Allah
(Yohanes 1:17-18)
Hal ketiga yang akan saya bahas kali ini, mengapa Allah menjadi manusia. Allah menjadi manusia untuk menyatakan hidup. Bukan hanya persekutuan antara Allah dan manusia saja, tetapi memberi hidup yang sejati kepada manusia. Hidup yang dihidupi manusia adalah hidup yang kosong, kecuali manusia mengerti hidupNya Tuhan. Banyak orang menafsirkan hidup di dalam kegiatan fisik yang masih beroperasi secara normal. Tapi kalau kita membaca Alkitab definisi hidup tidak seperti itu, meskipun kita mempunyai tubuh yang hidup tetapi Alkitab mengatakan “kamu mati kalau melanggar”. Alkitab mengatakan pada hari kamu memakan buah pengetahuan yang baik dan jahat, pada hari itu kamu mati. Efesus 2 mengatakan kita semua adalah pemberontak karena kita hidup di dalam pemberontakan kita, kita sudah mati di dalam pemberontakan kita. Jadi yang betul kita mati atau hidup? Alkitab mengatakan kita mati di dalam dosa, tapi mengapa kita tidak merasa mati, mengapa kita tetap merasa hidup dengan baik, mengapa kita tetap merasa normal? Karena kita salah mendefinisikan hidup, salah mengerti apa itu hidup. Maka di Injil Yohanes 1:4 di katakan “di dalam Dia ada hidup”, di dalam Yesus ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Alkitab dalam Injil Yohanes menggabungkan antara hidupnya Tuhan dan kemuliaan terang dari Allah yang ada di sorga. Tuhan mencipta manusia supaya manusia mengerti dia hanya mungkin hidup kalau dia mengerti hidupNya Tuhan dan hidup yang bersatu dengan hidupNya Tuhan. Hidup yang bersatu dengan hidupNya Tuhan itulah hidup. Hidup tanpa bersatu dengan hidupNya Tuhan itu adalah hidup yang palsu, yang segera akan ditelan dan dihancurkan oleh hidup.
Alkitab mengaitkan di dalam Injil Yohanes antara hidup dan terang. Hidup di satu sisi dan terang di sisi yang lain. Terang adalah sesuatu yang sering kita nikmati, Saudara menyalakan lampu akan rela muncul terang, Saudara melihat matahari terbit pagi-pagi akan muncul terang, Saudara melihat bahwa hari sudah siang terangnya semakin terang, jadi kita mengerti terang lewat apa yang alami di dalam hidup. Namun Kitab Suci mengatakan terang Tuhan lebih terang dari terang yang paling terang di dalam alam ini. Terang Tuhan lebih terang dari pada matahari, lebih terang dari hal yang paling menyilaukan yang ada di dalam alam. Kalau Saudara merenungkan kalimat terang Tuhan lebih terang dari matahari, Saudara akan kaget kalau begitu terang ini seperti terang apa? terang yang begitu besar, begitu dahsyat, begitu menghancurkan. Saudara tidak bisa memandang matahari tanpa menjadi buta, kalau begitu bagaimana kita bisa memandang terangNya Tuhan tanpa menjadi hancur? Terang adalah hal baik, tapi mengapa Kitab Suci membahas terang sebagai sesuatu yang kita tidak bisa akses ke dalamnya, kita tidak bisa menikmati terang dan hidupNya Tuhan karena terang itu bersifat menghanguskan dan menghancurkan kita. Orang yang melihat terang Tuhan tidak bisa tahan berdiri, orang yang melihat mulia Tuhan tidak bisa bertahan. Waktu Musa dan orang Israel ada di Gunung Sinai, waktu itu Gunung Sinai penuh dengan api karena malaikat Tuhan hadir, penuh dengan halilintar, dan penuh dengan terang karena Tuhan hadir di situ. Lalu Tuhan beranugerah, Tuhan tutup gunung itu dengan awan yang pekat sehingga manusia tidak bisa melihat tembus ke dalam. Mengapa Tuhan tidak izinkan manusia lihat tembus ke dalam? Karena Tuhan tahu begitu manusia melihat, manusia akan mati. Maka Dia tutup dengan awan yang pekat. Lalu Dia berseru dengan keras sekali, suaraNya bagaikan sangkakala dari puluhan ribu malaikat. Suara Tuhan begitu keras menggelegar menyatakan berita kepada umat manusia. Ini pertama kalinya manusia minta supaya ada pengkhotbah, jangan Tuhan yang langsung bicara. Kalau orang-orang sekarang “saya tidak mau pengkhotbah, saya maunya langsung dengar suara Tuhan”. Dulu Tuhan memang langsung bicara, lalu yang minta ada pengkhotbah adalah yang mendengarkan. Israel yang minta, karena waktu dengar Tuhan bicara langsung, mereka seperti mau mati rasanya. Luther pernah mengatakan Allah kita adalah Allah yang rela menyembunyikan diri, tapi jangan sembunyikan Dia. Allah kita adalah Allah yang merendahkan diri, tapi jangan sekali-kali rendahkan Dia. Allah kita adalah Allah yang rela ditutup oleh kehinaan, tapi jangan tambahkan kehinaan untuk menutup Dia. Banyak orang mengerdilkan Tuhan dengan menganggap Tuhan sebagai Pribadi yang gampangan, “saya bisa gampang berelasi dengan Tuhan, saya bisa gampang atur mode relasiku dengan Tuhan. Waktu itu Israel sadar Allah mereka adalah Allah yang tidak boleh diperlakukan dengan sembarangan. Alkitab mengatakan “kalau ada manusia atau binatang menembus batas di gunung itu, dia harus mati”, kalimat ini keras sekali.
Waktu Saudara mau menikmati terang Tuhan, Saudara sadar Saudara tidak bisa akses terang itu. Lalu bagaimana? Kita tidak mungkin hidup dalam kegelapan, tapi kita juga tidak boleh hidup dalam terang. Gelap berarti penuh dengan ketidaktahuan, penuh dengan hal-hal yang gelap, penuh dengan hawa nafsu, penuh dengan hal yang mencelakakan, penuh dengan kehidupan yang sangat muram, penuh dengan kehilangan pengharapan, penuh dengan perasaan depresi, penuh dengan segala kekacauan, itulah gelap. Siapa mau hidup di dalam gelap? Maukah engkau terus hidup di dalam dosa, menikmati kepenguasaan dosa dalam hidupmu? Itu gelap, manusia dalam gelap dan tidak banyak yang sadar kalau sedang hidup dalam gelap. Hidup dalam gelap karena dikuasai oleh begitu banyak hal, karena tidak punya pengharapan ke depan, karena dikuasai oleh hawa nafsu. Tapi kalau manusia tidak bisa hidup dalam gelap, manusia juga tidak bisa hidup dalam terang. Jadi gelap tidak bisa, terang tidak bisa, lalu bagaimana? Inilah kesulitan menjadi manusia yang dinyatakan oleh Kitab Suci. Pdt. Stephen Tong pernah berkhotbah tentang status antara, manusia hidup di antara Allah dan setan, di antara baik dan jahat, di antara terang dan gelap. Fokus ini yang saya mau berikan kepada Saudara, kita sedang kesulitan bukan main, karena kita hidup tidak bisa di gelap, tapi juga tidak mungkin hidup di terang. Kita disuruh hidup di dalam gelap, tidak mau, tidak bisa. Mau hidup di dalam terang tapi tidak bisa, karena terang Tuhan adalah terang yang menghanguskan. Sama seperti orang disuruh memandang matahari, mana bisa bertahan lihat matahari? Manusia hidup dalam keadaan yang menakutkan seperti ini. Tapi Injil Yohanes mengatakan Allah yang adalah hidup membawa hidup itu dan di dalamnya ada terang manusia. Kalimat di dalam bahasa aslinya itu indah sekali, di dalam Dialah hidup dan di dalam hiduplah terang. Di dalam Dia hidup dan di dalam hidup itu adalah terangnya manusia. Terangnya manusia berarti terang yang Tuhan maksudkan dinikmati manusia sebelum manusia jatuh dalam dosa. Sebelum manusia jatuh dalam dosa banyak hak istimewa yang Tuhan berikan untuk manusia nikmati. Manusia boleh menikmati banyak hal yang sekarang kita tidak bisa tahu lagi untuk menikmati. Tapi setelah manusia jatuh dalam dosa, manusia kehilangan hal-hal itu. Hal apa sajakah? Hal boleh memandang Tuhan, hal boleh hidup bersama Tuhan, hal boleh berdiskusi berbicara dan berelasi dengan Tuhan dengan sedemikian intim, inilah hal yang kita hilang waktu kita sudah jatuh dalam dosa. Waktu hal ini hilang, manusia menjadi kosong, manusia sangat perlu hal ini, tetapi ketika ini hilang kita begitu kosong, sepi karena tidak ada relasi. Kita begitu kosong karena tidak ada yang penuhi kita. Kita begitu tidak berpengharapan karena kita tidak tahu masa depan kita bagaimana. Dan kita tidak akan menikmati sukacita karena kita tidak diisi oleh apa pun yang bisa menyenangkan hati kita. Waktu manusia hidup dalam kekosongan seperti ini, gelap, maka sang penipu yaitu setan dia adalah master dari pembuat terang palsu. Dia adalah yang paling bisa menyamarkan dirinya seperti malaikat terang. Menurut Martin Luther ini prestasi setan yang paling tinggi yaitu membuat orang salah mengerti dia karena menganggap dia malaikat terang. Iblis menyamar menjadi malaikat terang, iblis menyamar jadi mirip Tuhan. Maka Saudara punya alternatif sudah hidup dalam gelap, bisa mengatasi hidup dalam gelap ini dengan terang versi lain, bukan versi Tuhan. Mengapa mesti terang versi lain? Karena terang versi Tuhan terlalu merepotkan, ada terang versi lain. Kamu gelap karena kosong, kamu gelap karena sepi, ada terang kelimpahan, ada terang relasi yang iblis tawarkan. Maka dunia hidup dalam gelap lalu tersesat di dalam tindakan-tindakan yang dia pikir terang padahal tidak.
Tetapi segala kerinduan ini menunjukan bahwa kegelapan dari manusia belum teratasi dan terang Tuhan belum diakses. Ini poin penting untuk kita pahami, seluruh kegalauan hidup manusia, seluruh kekosongan hidup manusia, seluruh pencarian yang tidak pernah memberikan kepuasan membuktikan satu hal yaitu kegelapan belum berhasil diatasi dan terang Tuhan belum berhasil diakses oleh manusia. Manusia belum berhasil masuk dalam terang karena tetap tidak bisa, manusia belum berhasil lepas dari gelap karena tetap dikurung oleh kegelapan. Tim Keller mengatakan ada kerinduan akan firdaus yang diperbaharui, ada kerinduan akan Taman Eden yang perbaharui, Taman Eden yang lama belum selesai, belum genap. Maka manusia terus mencari kapan ini diperbaharui, kapan akan sempurna. Tapi sayang meskipun manusia mempunyai insting seperti itu, insting itu diselewengkan kemana-mana sehingga kita mencari di tempat yang salah. Manusia mencari di dalam keuangan, di dalam seks bebas, di dalam pengakuan dunia, manusia cari di dalam segala hal yang sifatnya palsu dan sebenarnya gelap. Terang palsu dari setan. Dunia gemerlap tapi gemerlapnya palsu. Di dalam kehidupan seperti ini Tuhan masih pertahankan ada sekelompok orang supaya mereka tidak terjerumus sama seperti yang lain, yaitu Israel. Bagaimana caranya Tuhan mempertahankan mereka? Dengan mempertahankan sedikit terang Tuhan boleh diakses oleh mereka. Sedikit tapi belum total, sedikit tapi belum sempurna, sedikit tapi tidak boleh lebih dari itu. Israel dapat terang dari Tuhan hanya sedikit, Tuhan berkenan hadir di Bait Suci hanya sedikit. Tuhan menyatakan kemuliaanNya baru sedikit. Dan kalau Tuhan menyatakan terangNya, manusia tidak mungkin akses kalau manusia tidak suci. Itu sebabnya manusia diberikan Taurat. Hukum Taurat diberikan lewat Musa supaya Israel boleh mendapat akses terang itu sedikit. Hukum Taurat bukan untuk membuat manusia susah hidupnya. Hukum Taurat bukan diberikan supaya manusia sadar “oh kamu tidak sanggup, biar kamu mati”. Hukum Taurat diberikan supaya ada sedikit pengharapan di dunia bahwa terang Tuhan ternyata bisa diakses. Itu sebabnya Tuhan mengatakan “kuduslah kamu sebab Aku Tuhan Allahmu adalah kudus”, Imamat 19: 2. Ulangan 6: 5 “kasihilah Tuhan, Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu”.
Tuhan memberikan TauratNya supaya manusia boleh menikmati terang itu sedikit. Tapi kalau manusia melanggar Taurat, dia akan kembali dalam kegelapan. Itu sebabnya Israel sedang berada di dalam anugerah, boleh keluar dari gelap, gelapnya Mesir dilanjutkan dengan terangnya keselamatan. Ini semua simbol-simbol yang indah sekali. Tulah kesembilan gelap gulita, tulah kesepuluh membuat Israel bebas keluar. Israel keluar dari tempat gelap itu oleh karena darah yang disapukan di atas ambang pintu rumah. Jadi Tuhan memberikan pengertian indah sekali “Israel jangan gelap terus, sekarang nikmati terang. Jangan berhala terus, coba nikmati Tuhan yang sejati. Jangan menikmati hawa nafsu yang menyesatkan terus, coba nikmati keindahan Tuhan yang sejati”. Peraturan yang sedemikian banyak adalah peraturan yang membuat Israel boleh sedikit akses terang itu. In cara lain untuk menafsirkan Taurat, kalau Saudara melihat pengajaran Luther, dia sangat negatif mengenai Taurat. Tapi kalau Saudara lihat Calvin, dia ada sisi positif waktu lihat Hukum Taurat. Dia tahu Taurat diberikan untuk mengajar umat Tuhan, untuk mengerti kehendak Tuhan. Dan hari ini saya mengingatkan kepada Saudara, Taurat diberikan supaya bisa mengakses sedikit terangNya Tuhan. Inilah sudut pandang Yohanes yang indah sekali, biar kamu tidak hidup di dalam gelap, taati Taurat. Biar kamu boleh sedikit menikmati percikan dari trang Tuhan, taati hidup suci. Hidup suci bukan untuk selamat, hidup suci supaya engkau bisa nikmati terang. Hidup suci bukan karena sanggup lalu nanti memperoleh upah hidup yang kekal, bukan. Hidup suci adalah supaya kamu tidak gelap terus. Jangan pikir Taurat itu syarat keselamatan, Tuhan selamatkan Israel dengan darah, bukan dengan Taurat. Taurat diberikan waktu di Gunung Sinai, tapi Israel sudah keluar dari Mesir sebelum Taurat diberikan, mengapa Taurat diberikan? Supaya sekarang engkau bisa akses terang itu.
Itu sebabnya ayat 17 mengatakan Hukum Taurat diberikan oleh Musa, dan kasih karunia dan kebenaran datang lewat Yesus Kristus. Di dalam Bahasa Indonesia pakai kata “tetapi”, padahal ini seharusnya bukan dibenturkan, “Hukum Taurat datang lewat Musa, Yesus Kristus memberikan kasih karunia dan kebenaran”, dua ini satu. Karena waktu Taurat diberikan kepada Musa, Israel melanggar. Israel membuat lembu emas, Israel itu bodoh sekali, sudah ada Tuhan yang lebih mulia, tapi masih saja membuat sapi jadi dewa. Lalu mereka menyembah lembu emas yang tidak bisa menjawab, diam. Bagaimana supaya lembu emas bisa bicara? Harus ada imam palsu yang mewakili dia. berhala-berhala palsu seperti itu semua, semua berhala diam, ada imam palsu yang berbicara atas berhala bisu. Maka waktu Israel membuat lembu emas, Tuhan marah sekali. Musa berdoa supaya Tuhan ampuni, setelah itu Tuhan mengatakan “Aku akan ampuni”, lalu Musa mengatakan “izinkan saya memandang kemuliaanMu”, dan Tuhan mengizinkan. Kemudian Tuhan lalu dari Musa, setelah itu keluar kalimat memperkenalkan nama Tuhan, Tuhan penuh dengan kasih karunia dan kebenaran, ini nama Tuhan. Di dalam terjemahakn Perjanjian Lama dikatakan penuh dengan kasih setia, kasih dan setia. Tapi kata yang asli adalah emet dan hesed yang artinya adalah penuh dengan kasih karunia dan kebenaran. Jadi Taurat diberikan oleh Tuhan yang adalah penuh kasih karunia dan kebenaran. Saya mau Saudara tangkap ini lalu paralelkan dengan Yohanes. Tuhan memberikan Taurat kepada Musa supaya Israel boleh hidup dalam terang, siapa yang memberi Taurat? Tuhan, siapa yang terima Taurat? Musa. Musa memberikan Taurat untuk Israel, Taurat dari Tuhan. Lalu Musa tanya “bolehkah saya memandang kemuliaanMu?”, Tuhan mengatakan “tidak boleh lihat depan, hanya boleh lihat belakang”. Maka Tuhan lewat dulu, lalu Tuhan berkata “Tuhan, Tuhan, penuh kasih karunia dan kebenaran”. Jadi ada 3 tokoh di sini, pertama Sang Pemberi Taurat yaitu Tuhan, kedua sang pengantara yaitu Musa, dan ketiga yaitu Israel yang menerima Taurat. Mengapa Israel menerima Taurat? Supaya tidak hidup dalam gelap. Siapa yang membawa Taurat? Musa. Dari mana Taurat itu? Dari Tuhan. Lalu siapakah Tuhan? Tuhan mengatakan diriNya sebagai yang penuh kasih setia dan kebenaran. Berarti Yohanes sedang mengatakan ada Musa, ada umat yaitu kita, dan ada Allah yaitu Yesus, penuh kasih karunia dan kebenaran. Jadi Yesus bukan benturan dengan Musa, Yesus diparalelkan oleh Yohanes dengan Allah yang memberi Taurat kepada Musa. Yohanes tidak mengatakan karena Yesus sudah datang, Taurat boleh berhenti, karena Yesus sudah datang, Musa berhenti berfungsi, tidak. Karena Yesus tidak diparalelkan dengan Musa oleh Yohanes, Yesus diparalelkan dengan yang mempunyai nama penuh kasih karunia dan kebenaran. Musa bukan orang yang boleh menyebut dirinya penuh kasih karunia dan kebenaran, ini namanya Tuhan, hanya Tuhan yang boleh menyebut namanya ini. Waktu Tuhan mengatakan “Akulah Tuhan penuh kasih karunia, penuh kebenaran”, penuh hesed kasih karunia, penuh emet, kebenaran. Di dalam Injil Yohanes mengatakan Yesus Kristus penuh kasih karunia dan kebenaran, Dialah yang diparalelkan dengan Bapa, Dialah yang mempunyai terang itu. Dan terang itu bisa diakses kalau engkau taati firmanNya. Saya tidak sedang mengatakan Saudara harus taat supaya selamat, tapi sekali lagi Saudara menaati untuk menikmati terang itu. Mari belajar menikmati terang itu.
Dan Alkitab mengatakan cara Tuhan menyatakan terang itu adalah sangat luar biasa. Tuhan tidak memfirmankan Taurat lagi, itu sudah dilakukan. Tuhan bukan hanya menyatakan firman saja tapi Dia menyatakan kehadiran terang itu yang berinkarnasi menjadi manusia. Hidup dan terang dan firman sekarang jadi manusia. Maksudnya adalah sekaranglah saatnya engkau bukan hanya bisa akses terang, tapi engkau menjadi bagian dari terang itu di dunia. Bagian ini indah sekali. Dunia hidup dalam gelap, manusia sengsara di dalam gelap, manusia bertanya “bagaimana saya mengakses terangMu?”, sekarang Tuhan mengatakan “engkau tidak perlu mengakses terangKu, engkau adalah bagian dari terang itu yang sekarang mengakses dunia”. Bagian ini membuat saya terharu, Tuhan selalu menjawab permohonan kita lebih besar dari yang kita mohonkan. “Bolehkah saya berbagian dalam terangMu?”, Tuhan menjawab “bukan, kamu adalah bagian dari terang yang sekarang sedang menerobos dunia ini”, kalimat ini agung sekali, berbau suatu dorongan untuk berjuang, karena Tuhan mengatakan “kamu di dalam Kristus adalah terang dan terang itu sedang datang ke dalam dunia”. Saya sangat senang ilustrasi yang diberikan Pak Stephen Tong, terang menelan gelap, gelap sudah dikalahkan leh terang. Waktu terang datang, gelap menyingkir. Inilah yang sedang dinyatakan dengan kedatangan Yesus. Mengapa Allah menjadi manusia? Karena Allah ingin mengatakan terang itu akan masuk ke bumi, bukan bumi cari terang ke atas. Terang akan menaklukan semua tempat yang ada gelapnya. Terang itu akan mencari mana lagi yang gelap dan dia akan ke sana. Sekarang Saudara dan saya yang beriman kepada Kristus, Saudara dan saya tidak lagi cari terang, kita secara natur sudah terang. Kita sudah menjadi milik terangNya Kristus, kita adalah terang karena ada di dalam Kristus yang adalah terang berinkarnasi. Allah adalah terang dan sekarang Allah menjadi manusia, sehingga manusia dapat secara natur menjadi terang dan mengatasi semua kegelapan yang ada di dunia ini. Mari kita bangkit dan menyadari hal ini, mari kita berjuang dengan sungguh dan menyatakan kepada Tuhan, “Tuhan, jika saya adalah milik terang biarlah saya berjuang sepenuh hati menyatakan terang Tuhan di dalam cara hidup yang benar”. Karena sekarang terang itu bukan lagi berwujud kemuliaan yang menyilaukan mata tapi sekarang sudah masuk dalam hidup manusia, Kristus yang adalah terang sekarang sudah ada di tengah-tengah kita.
Lalu Alkitab juga mengatakan setelah Kristus datang kegelapan langsung menyingkir dan langsung ada pembagian 2, terang akan datang kepada Kristus, gelap akan menjauhi Dia. Yang adalah anak-anak terang akan bergabung bersama Kristus, yang adalah anak-anak kegelapan akan disingkirkan keluar. Kita adalah anak-anak terang, kita bukan anak-anak kegelapan. Tetapi di teangh-tengah pergumulan untuk Kristus, kita terus dikacaukan secara identitas, kita terus dibingungkan oleh dunia ini sehingga kita tidak tahu siapa kita sebenarnya.
Kalau begitu apa kenikmatan terang itu? Bagaimana kita nikmati? Kalau Yesus sudah menjadi manusia dan membawa terang itu bagi kita, bagaimana kita bisa hidup menikmati terang itu, bagaimana supaya kita tidak jatuh dalam terang yang salah? Yohanes membagi ada 4 hal tentang terang. Hal pertama, terang selalu berkait dengan kebenaran pengenalan akan Allah. Tidak ada terang kecuali mengenal Tuhan lewat kebenaranNya. Yesus adalah Sang Firman yang menjadi manusia, maka kita perlu belajar dari Kitab Suci untuk tahu apa yang Tuhan nyatakan tentang diriNya. Ini bukan berarti ada orang ahli, sudah belajar teologi, dia lebih tahu dari pada yang tidak belajar teologi, tidak tentu. Ada orang yang tekun baca Alkitab untuk mengenal Tuhan, dia dapat berkat yang besar. Ada orang yang baca Alkitab sebagai pengetahuan saja, hanya sibuk untuk perdebatan, untuk membanggakan diri, tahu banyak hal tapi dia tidak benar-benar kenal Tuhan, itu palsu. Tuhan menyatakan firmanNya untuk dikenal. Kalau saya memperkenalkan diri, saya ingin diri saya dikenal oleh Saudara. Jadi waktu Saudara ngomong informasinya kemana-mana tapi tujuannya cuma satu, kenalilah aku. Waktu Tuhan menyatakan diri juga sama, Tuhan mau kita mengenal Dia. Tapi kalau kita cuma baca Alkitab untuk dapat informasi-informasi, teori-teori yang tidak berkait dengan Tuhan, kita miss the point. Itu sebabnya hal pertama yang Yohanes katakan tentang terang, terang selalu berkait dengan kebenaran firman yang menyatakan siapa Allah.
Kedua, terang itu selalu berkait dengan kemurnian hati. Orang yang murni hatinya itu dekat dengan terang. Terang tidak ada kepalsuan. Orang Israel dijanjikan oleh Tuhan “kamu akan berdiam di bawah pohon aramu dengan tenang, asal kamu Israel sejati”. Israel sejati adalah yang tidak ada kepalsuan di dalamnya, yang tidak pura-pura waktu menyembah Tuhan. Waktu orang hidup dalam kemurnian, dia dekat dengan terang itu. Kalau dia benar-benar sudah terang, mari belajar hidup dengan motivasi yang murni. Yohanes mengajarkan etika yang indah sekali di dalam terang, siapa hidup di dalam terang dia tidak pernah menyatakan hal yang palsu, dia tidak pernah pura-pura. Lain dengan Pilatus, waktu Pilatus dan Yesus berhadap-hadapan, Pilatus penuh kepalsuan, Pilatus sudah tahu Yesus benar, tapi dia tetap tidak berani bebaskan karena rakyat. Dia sudah tahu Yesus tidak salah, tapi dia tetap menjilat kepada rakyatnya, dia ingin memenangkan keduanya, dia ingin bebaskan Yesus tapi dia ingin namanya tetap baik di depan orang-orang, ini orang yang penuh kepalsuan. Jangan jadi orang Kristen yang penuh kepalsuan. Kepalsuan adalah sesuatu yang bahaya sekali karena tidak ada orang yang tahu. Kalau saya palsu, Saudara kan tidak tahu, lalu bagaimana Saudara tegur saya kecuali Saudara bongkar kepalsuan saya. Maka orang yang palsu lalu simpan kepalsuannya, sulit bertobat karena tidak ada yang tegur dia sebab tidak ada yang tahu dia sedang palsu. Maka biarlah kita murni, Saudara kalau berelasi dengan orang biarlah relasinya murni. Saya sangat bersyukur kalau kita diajarkan hal seperti ini, karena di dalam dunia politik relasi itu selalu karena ada manfaat “saya mau manfaatkan kamu, saya mau peras kamu kalau bisa”. Tapi tidak demikian dengan orang Kristen, orang Kristen jalin relasi supaya bisa ada keadilan, kepantasan dan juga berkat yang dibagikan. Biarlah kita menjadi orang yang murni, karena murni hal yang sangat berkait dengan terang. Terang itu sudah datang dan siapa yang tidak palsu, dia akan dimasukan oleh Kristus ke dalam kelompok yang mencintai terang itu.
Lalu yang ketiga, terang itu selalu berkait dengan kedekatan Tuhan. Terang dan kecintaan kepada Tuhan dekat sekali, bukan cuma mengenal Dia, tapi kerinduan untuk bersama. Yesus mengatakan bahwa Dia berdoa bagi kita, supaya kita terus satu dengan Dia sebagaimana Dia satu dengan Bapa,, ini kerinduan Kristus. Kesatuan gereja bukan kesatuan plang, denominasi satu, mari kita satukan gereja. Kesatuan gereja bukan kesatuan denominasinya, kesatuan gereja adalah kesatuan pemahaman akan Tuhan yang benar. Saudara boleh tetap GRII tapi punya pengertian teologi yang benar. Saudara boleh tetap GKI dan punya teologi yang benar. Sehingga pengenalan akan Tuhan dan kerinduan untuk dekat dengan Tuhan itu yang utama. Maka hal ketiga tentang terang adalah terang itu selalu membuat kita ingin satu dengan Tuhan, Tuhan tidak pernah mau berpisah dengan kita. Sama seperti suami istri yang saling mencintai, tidak mau berpisah, demikian Tuhan tidak mau berpisah dengan kita. Inilah yang harus kita pahami di dalam terang, terang membuat kita satu di dalam Tuhan dan tidak ada apa pun yang memisahkan. Terang melihat terang akan bersekutu, terang melihat gelap akan hancurkan gelap, terang melihat Tuhan akan satu dan tenang di dalam Tuhan. Maka ini hal ketiga yang Yohanes bagikan, mari nikmati terang itu. Menikmati terang adalah menikmati fakta bahwa Tuhan tidak pernah tinggalkan kamu, Tuhan tidak akan pernah membiarkan kamu hidup tanpa Dia. Tuhan akan terus menyertai orang-orang yang sudah Dia tebus, yang sudah Dia miliki di dalam Kristus. Ini keindahan luar biasa. Saudara mau dapat keamanan ini dari mana? Kalau kita merenungkan janji Tuhan, kita tahu kita tidak perlu menuntut yang lain kepada yang lain karena kita sudah mendapatkan kesetiaan itu dari Tuhan. Keintiman disertai Tuhan, itu berkait dengan terang.
Lalu keempat yang berkait dengan terang adalah kehadiran Tuhan secara sempurna setelah Dia menang atas maut. Terang akan semakin bercahaya karena Kristus akan menunjukan kemenanganNya atas maut. Maka terang berkait dengan takluknya maut. Terang akan bersinar lalu kematian akan kalah, kematian akan ditaklukan. Yesus datang membawa terang, dan Yesus menaklukan gelap, menaklukan kematian. Maka terang berarti kita mengerti firman Tuhan, mengenal Tuhan lewat firmanNya. Terang berarti kita setelah mengenal Tuhan, tidak pura-pura di hadapan Tuhan, tidak datang dengan kepalsuan di hadapan Tuhan. Terang berarti kita tahu kita selamanya dengan Tuhan, kenikmatan disertai Tuhan, dipimpin Tuhan, dibimbing Tuhan, harus kita cari dan harus kita inginkan. Dan terakhir, terang itu adalah terang yang menyatakan kuasa kebangkitan Kristus yang mengalahkan kegelapan. Yohanes kalau bicara terang, hal-hal inilah yang dia tekankan. Yesus yang mengalahkan maut itulah terang sejati. Yesus yang mengalahkan seluruh problem yang paling besar di dalam hidup manusia, yaitu kematian yang menaklukan kita, itulah terang. Terang datang dan kematian kalah, terang datang dan kematian disingkirkan. Yohanes mengatakan Hukum Taurat diberikan oleh Musa tapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus. Mari kita melihat hal ini sebagai ajakan dari Tuhan. Mari hidup di dalam terang, mari tinggalkan kehidupan yang lama karena engkau sekarang adalah bagian dari terang itu. Allah menjadi manusia. Terang dihidupi oleh manusia, terang dimiliki oleh manusia, dan terang diperjuangkan oleh manusia. Kiranya Tuhan menguatkan kita untuk senantiasa hidup di dalam terangNya.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)
- Khotbah
- 23 Dec 2017
Seri Mengapa Allah Menjadi Manusia(2): Takhta untuk Sang Kristus
(Kolose1: 16)
Hal kedua yang akan saya bahas saat ini, mengapa Yesus datang menjadi manusia, mengapa Allah menjadi manusia? Karena Dia ingin mengkonfirmasi Kerajaan Sorga dan bumi sebagai KerajaanNya Allah. Inilah yang digambarkan di dalam Kolose 1, di dalam Dialah baik sorga mau pun bumi diciptakan, oleh Dialah baik yang di sorga mau pun yang di bumi diciptakan. Jadi Kristus adalah penyebab segala yang ada di bumi dan di sorga ada, dan Kristus adalah yang menyebabkan dan yang menjadi tujuan mengapa ada banyak hal tercipta baik di sorga maupun di bumi. Tapi waktu dikatakan segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia, Kolose 1: 16 menekankan pada takhta, singgasana, kerajaan, pemerintah dan penguasa. Ini sesuatu yang mau kita gali lebih dalam, mengapa Kitab Suci menekankan pada pemerintahan, pada penguasa, pada kerajaan, untuk mengerti ini kita mesti tahu dulu pengertian Paulus tentang kuasa pemerintahan dan kerajaan. Paulus tidak banyak menyinggung kerajaan-kerajaan dunia, dia tidak banyak bergumul atau memberikan tulisan yang membahas tentang makna kerajaan dunia, tentang kaitan orang Kristen dengan politik. Banyak ayat penting dari Paulus membahas tentang politik, tetapi umumnya ketika Paulus bicara tentang kerajaan, dia sedang berbicara entah itu Kerajaan Allah, atau dia sedang berbicara tentang kerajaan setan. Meskipun Anselmus benar, manusia tidak berada dalam perhambaan kepada setan, lalu Yesus datang untuk membebaskan manusia dari setan, itu benar. Tapi bukan berarti kedatanganNya tidak ada kaitan dengan kuasa setan yang merajalela. Maka kita mau gali lagi dari pemikiran Paulus mengenai kerajaan setan, mengenai apa yang dikerjakan oleh iblis dan bagaimana Allah membungkam dia untuk selama-lamanya. Kalau kita tahu berapa hebatnya tipu dayanya, berapa giatnya dia, baru kita tahu bagaimana perlunya kita beriman kepada Kristus. Banyak orang Kristen merasa tidak perlu bergantung kepada Tuhan, karena tidak merasa ada sesuatu yang salah pada hidupnya. Kalau kita tidak tahu musuh kita begitu kuat, kita mungkin tidak akan berharap pada apa pun, kita tidak perlu bergantung pada siapa pun, karena yang kita hadapi bisa kita tangani sendiri. Saudara kalau tidak tahu betapa kuatnya musuh kita, kita akan salah bawa senjata. Jadi kalau kamu tahu berapa gigihnya dan berapa kuatnya lawanmu, kamu akan mati-matian bergantung kepada Kristus. Ini alasan banyak orang Kristen hidup rohaninya santai sekali, hidup doanya lesu sekali, hidup saat teduhnya parah sekali karena tidak tahu serangan yang besar dari setan sedang dia siapkan untuk menghancurkan gereja Tuhan.
Paulus punya pengertian tentang kuasa jahat yang ada di udara, kuasa jahat yang ada di sorga, dan kuasa jahat yang ada di bumi. Pengertian ini berasal dari Kitab Suci. Dalam Perjanjian Lama dikatakan bahwa setan adalah lawan dari Tuhan yang masih berdiam di sorga, yang berusaha menghancurkan bumi tapi yang masih punya akses ke sorga. Dia adalah pengacau di sorga, pengacau di tengah antara sorga dan bumi, dan dia adalah pengacau di bumi. Dia adalah pengacau di semuat tempat. Itu sebabnya ketika Kitab Ayub menceritakan malaikat-malaikat pergi menghadap Tuhan dan di tengah-tengah mereka ikut juga setan bersama-sama mereka. Mengapa iblis bisa bertemu dengan Tuhan di sorga? Saya ingatkan, iblis memang dari sorga, dia sedang menunggu waktunya dilempar, dihancurkan. Namun yang misterius dari Alkitab adalah Allah menunda waktu menghancurkan. Ini mengherankan, kalau dia sudah salah, sebaiknya langsung dihancurkan. Kalau di sini ada pengajar yang sesat apakah lebih baik tunggu atau langsung dipecat. Kalau saya khotbahnya sembarangan, apakah langsung dipecat atau tunggu? Saudara akan mengatakan langsung disingkirkan sebelum dia merusak. Tetapi ada pertanyaan yang ditanyakan oleh orang Yahudi maupun orang yang membaca Kitab Suci, kapan Tuhan hancurkan musuh yang satu ini? dia adalah musuh dan Tuhan sudah tahu, dia sudah merancangkan sesuatu yang merusak dan Tuhan sudah tahu. Tuhan sudah kutuk dia, Tuhan sudah nubuatkan kehancuran dia. Tuhan sudah nubuatkan kepalanya akan diremukan oleh keturunan perempuan, tapi kapan itu terjadi? Mengapa waktunya diperpanjang? Kapan tiba waktunya kuasa dari setan ini dihancurkan? Tidak ada jawaban di bagian awal Kitab Suci. Tuhan hanya mengatakan akan ada keturunan perempuan, tapi hanya sampai itu saja. Setelah itu baru kita mulai punya hint, punya sedikit berita yang terfragmentaris di berbagai bagian di Perjanjian Lama, terpecah-pecah sebagai bagian yang tidak utuh. Tapi kita mesti cerdas, mesti cepat tangkap mendeteksi bagian-bagian ini dalam Perjanjian Lama.
Ternyata di dalam Kitab Suci, Tuhan memberikan gambaran bahwa penaklukan atas setan akan dilakukan setelah Dia mengangkat Raja untuk pemerintahanNya. Di sini kita bisa tarik dengan hati-hati bahwa tahta Tuhan adalah yang sedang diincar oleh setan. Setan mengincar tahta Tuhan. Ini adalah hal yang membingungkan, kalau kita mau cari apa yang sebenarnya sedang dia kerjakan, tapi Saudara bisa sedikit membaca dari Kitab Yesaya atau Yehezkiel, waktu ada nubuat tentang Raja Babel dan Raja Tirus. Nubuat tentang Raja Babel dan Raja Tirus yang akan dihancurkan, melampaui nubuat untuk raja biasa. Karena dikatakan “hai kamu Raja Tirus”, atau “hai kamu Raja Babel”, dua-duanya mirip “kamu ingin tinggal di gunungNya Tuhan, kamu mengincar kedudukan lebih tinggi yaitu tahta mulia yang Tuhan sendiri miliki. Jadi ada problem di sorga yang tidak banyak diberitakan oleh Tuhan, tapi yang sedikit-sedikit Tuhan mulai nyatakan, yaitu ada yang incar tahta di sorga. Tahta siapa yang diincar? Apakah setan berani mengincar tahta Tuhan, apakah dia tidak tahu kalau Tuhan lebih besar dari siapapun, apakah dia tidak tahu kalau Tuhan tidak mungkin dikalahkan, apakah dia tidak tahu kalau Tuhan adalah Tuhan yang memegang kuasa atas langit dan bumi dan tidak mungkin dibatalkan oleh yang lain? Entah dia tahu atau tidak, tapi intinya dia tetap melawan Tuhan dan berusaha untuk mengklaim kerajaan ini bagi dia dan pengikutnya. Ini yang dikatakan oleh seorang teolog abad 20 di Amerika yaitu Cornelius Van Til, sebagai ketidak-rasionalan dosa. Dosa itu tidak rasional, kamu sudah tahu sesuatu tapi tetap kamu langgar, kamu sudah tahu apa yang baik tapi kamu tidak lakukan, kamu sudah tahu apa yang jelek tapi kamu tetap lakukan. Dosa itu tidak rasional. Adakah orang yang tidak tahu kalau mencuri itu salah? Rasanya tidak ada. Tapi adakah pencuri di dunia ini? Tetap ada. Makanya jangan bilang kalau Kekristenan itu bukan tentang rasio, Kekristenan itu tentang hati, salah. Kekristenan adalah tentang seluruh hidup, baik rasio maupun hati, baik pikiran maupun perasaan, semua sudah jatuh dalam dosa dan perlu diperbaiki. Maka Van Til mengatakan dosa itu tidak rasional, tahukah setan kalau dia tidak punya kekuatan? Tahu, tapi dia punya trik untuk mengatasi kelemahannya dengan berpura-pura. Pura-pura dari dalam, tapi pura-pura taklukan, pura-pura hancurkan. Lalu trik kedua yang dia lakukan adalah rusakan semua rencana Tuhan untuk angkat siapa pun yang mau bertahta. Maka dia mengambil tahta Tuhan, dan Alkitab mengatakan tahta Tuhan itu terdiri di sorga dan di bumi, bukan hanya sorga, tapi juga bumi. Tuhan adalah Raja dan Dia Raja atas langit, Dia juga Raja atas bumi. Jadi setan mengincar tahta baik yang di langit maupun yang di bumi. Itu sebabnya dia berusaha menghancurkan kehidupan manusia di bumi, karena dia ingin bertahta di bumi. Yang membuat peperangan kosmis, peperangan antara yang baik dan jahat, peperangan antara Tuhan dan setan adalah hal yang berkait dengan politik, kedudukan. Itu sebabnya dunia ini tidak pernah beres karena politik yang rusak. Jangan harap semua akan beres sebelum Raja yang sejati nanti bertakhta. Setiap kali ada kesempatan orang untuk berkuasa, orang akan ambil. Mengapa mereka ambil? Karena kuasa berkait dengan kemampuan untuk punya keamanan, kemampuan untuk hidup dalam level paling tinggi, dan kemampuan untuk mengeruk harta sebanyak mungkin. Politik akan identik dengan kesenangan, akan identik dengan mewah, akan identik dengan power dan juga akan identik dengan hal keuangan. Tadi pagi Pak Stephen Tong berkotbah tentang kerajaan dari Roma, beliau mengatakan kapan Yesus lahir ke dalam dunia? Yesus lahir ke dalam dunia ketika ada raja yang mengatakan Aku adalah Tuhan. Saya pikir mungkin ada istilah tidak terlalu tepat, karena waktu Octavian menjadi kaisar, yang dia katakan bukan Dia adalah Tuhan, yang dia katakan adalah Anak Allah. Nanti Saudara bisa selidiki lagi sejarah-sejarah, Pak Stephen Tong sendiri mengatakan mungkin ada hal-hal yang tidak terlalu detail yang dia bagikan, Saudara mesti baca buku untuk koreksi kalau ada yang mungkin salah. Octavian adalah seorang pemimpin yang sangat hebat, setelah diangkat, dia menamakan dirinya sebagai KaisarAgustus. Dia adalah kaisar pertama dari Roman Empire. Roma awalnya berbentuk kerajaan, setelah itu mereka mengubah diri menjadi republik, dimana para senat yang memimpin dan mengatur kebijakan kerajaan. Setelah itu ada seorang yang sangat berkuasa bernama Julius Caesar, Julius Caesar menjadi pemimpin yang luar biasa, membuat perang kemana-mana, dan mengikat persekutuan dengan 2 pemimpin yang lain, membuat triumvirate yang penting sekali. Setelah itu banyak sekali musuh yang muncul, sehingga satu kali dia memasuki gedung senat untuk rapat, semua yang hadir menikam dia sampai mati. Setelah itu Octavian bersama Markus Antonius mengumpulkan kekuatan untuk membalas dendam karena mereka menganggap Caesar adalah papa mereka, mereka adalah anak-anak angkat dari Julius Caesar. Mereka balas dendam, membunuh semua orang yang sudah membunuh Caesar, setelah itu mereka menjadi kekuatan baru, baik Markus Antonius maupun Octavianus, menjadi 2 yang paling unggul di dalam Republik Roma waktu itu. Maka Markus Antonius dipisahkan dari Octavianus supaya tidak terjadi perang saudara di Roma. Markus Antonius ditaruh di Babel, di Mesopotamia. Octavianus ditaruh di Mesir, di Mesir itulah ada Cleopatra yang jatuh cinta pada Markus Antonius. Ketika dia mau menikah dengan Cleopatra, Octavianus menganggap ini adalah cara untuk mengambil kerajaan dia, akhirnya dia kumpulkan orang untuk perang dengan Markus Antonius. Lama-lama Octavianus semakin kuat, akhirnya pasukan Markus Antonius dihancurkan. Kemudian kisah cintanya berakhir tragis, Saudara tahu apa yang terjadi, mereka berdua bunuh diri. Setelah Octavianus menjadi satu-satunya tokoh yang mampu memimpin militer Roma, langsung Roma menobatkan dia menjadi kaisar dan segera menyatakan Republik Roma sudah berakhir, sekarang masuk ke Kaisaran Romawi, The Roman Empire, dan kaisar pertamanya adalah Octavianus. Pada waktu itu dia mendeklarasikan semua orang penting yang mengepalai Roma tidak mungkin orang biasa. “Julius Caesar adalah anak allah, demikian saya juga adalah anak allah”.
Dan Tuhan membuat waktu ada klaim “aku adalah anak allah”, pada waktu itu Anak Allah yang sejati datang, itu indah sekali. Kalau Saudara mengerti hal-hal ini, Saudara akan mengerti Tuhan mengatur sejarah untuk meninggikan Sang Anak. Jadi tahta dari dunia adalah sesuatu yang memungkin untuk jadi hebat, untuk jadi kuat, untuk jadi orang dengan ekonomi yang kuat, untuk jadi orang yang mempunyai kuasa yang kuat, sehingga semua merebutkan tahta dan ini dimanfaatkan setan untuk merusakan keadaan di bumi. Segala kekacauan dibuat karena orang gila politik, karena orang gila kekuasaan. Dan setan terus menghembuskan nafas gila ingin kekuasaan, nafas hawa nafsu, ingin jadi pemimpin, ingin menaklukan yang lain, sehingga dunia terus kacau-balau. Di tengah pergolakan politik yang tidak henti-hentinya, manusia terus berseru “Tuhan, kapan Engkau akan pulihkan semua, kapan Tuhan akan membereskan kerajaan ini”. Tuhan membereskan semua ini dengan cara apa? Dengan cara menyediakan tahta bukan untuk setan tapi untuk yang lain. Siapa dia yang boleh duduk di tahta ini? Siapa dia yang boleh bertahta di sorga maupun di bumi? Kitab Suci menyatakan bahwa yang boleh bertahta di sorga adalah Allah. Siapa boleh bertahta di bumi? Kitab Suci menyatakan yang boleh bertahta di bumi adalah Allah yang diwakili oleh manusia. Sehingga waktu Allah mendirikan tahtaNya, Dia mau mengangkat yang lain untuk menaklukan keinginan setan memperoleh tahta itu. Dan yang diangkat ini, Dialah yang akan menaklukan setan di dalam peperangan yang akan dimenangkan oleh yang diangkat ini. Jadi siapa yang bertahta? Alkitab mencatat yang boleh bertahta di sorga itu Allah, yang boleh bertahta di bumi adalah Allah. Siapa yang mewakili Allah bertahta di bumi? Manusia. Itu sebabnya Tuhan menciptakan Adam dan menyebut Adam image of God, dan seluruh manusia disebut gambar Allah. Richard Pratt mengatakan bahwa gambar Allah adalah title yang diberikan kepada raja, bukan kepada orang biasa. Hanya raja yang boleh disebut gambar Allah. Tapi Alkitab memberikan sesuatu yang beda. Kalau Saudara baca tulisan dari Babel, Saudara akan temukan gambar Allah adalah Raja Babel. Saudara baca dari Mesir, gambar Allah adalah Firaun. Baca dari kerajaan-kerajaan lain, gambar Allah adalah raja. Tapi Alkitab mengatakan yang lain, gambar Allah adalah semua manusia. Maka manusia adalah yang mewakili Allah untuk menjadi raja di bumi ini. Karena kita semua adalah raja, kita semua hidup di dalam kerajaan yang sifatnya adalah saling share, persekutuan, kasih, komunitas yang penuh cinta kasih, penuh relasi, penuh saling berkorban, penuh saling mengasihi, bukan saling menaklukan. Ini pengertian harus kita pahami dengan jelas. Tuhan mengangkat manusia mewakili Dia, dan Tuhan tidak mengangkat satu orang mengungguli yang lain untuk memimpin yang lain. Maka di dalam keadaan yang benar, manusia adalah sama, tidak ada yang lebih baik dari yang lain, dan tidak ada yang boleh berkuasa atas yang lain. Ini cara Tuhan menciptakan manusia. Kesama-rataan manusia itu bukan hasil modernisme, tapi karena Tuhan menciptakan manusia sedemikian dari awal. Maka waktu kita memikirkan tentang tahta kerajaan, langsung tahta kerajaan ini identik dengan fellowship dan cinta kasih, saling berbagi, saling mengasihi, saling mendahulukan, saling memberi diri bagi yang lain. Inilah pemerintahan yang Tuhan mau terjadi di tengah dunia. Ini model pemerintahan yang tidak ada orang mengerti, siapa mau jadi pemimpin, bisakah menjadi pemimpin dengan berkorban demi yang lain? Itu tidak akan jalan di dunia ini. Seorang bernama Miroslav Volf pernah mengatakan “kalau kamu mau membuat politik Kristen, kamu harus membuat politik Kristen dengan cara yang bijak. Cara yang mengetahui bahwa pemulihan dari Tuhan sedang terjadi, tapi juga belum terjadi”. Kalau kita membuat sistem yang sangat-sangat naif, Tuhan mau kita saling mengasihi, mari kita saling mengasihi. Bagaimana saling mengasihi? Tidak ada persaingan, tidak ada perebutan suara. Jadi kalau orang Kristen mau jadi presiden, jangan kampanye, tapi bicara saja seperti ini “saudara-saudara, saya orang Kristen maka saya berharap saudara tidak pilih saya, biar lawan saya yang menang. Karena saya suka mengalah, prinsip Kristen adalah mengalah”, bisakah orang Kristen jadi presiden dengan cara seperti ini? Tidak bisa. Jadi bagaimana? Volf mengingatkan “jangan lupa, kamu belum sampai di sorga. Kalau kamu belum sampai di sorga, hiduplah sebagaimana seharusnya sebelum sorga itu datang”. Jadi bolehkah saya berperang untuk mendapatkan kedudukan sebagai presiden? Boleh, asal perangmu adalah perang yang adil. Tapi bukankah seharusnya orang Kristen mendahulukan yang lain? Itu benar, ketika sorga dan bumi bersatu, tapi sebelum itu bersatu, hiduplah dengan cara yang realistis. Tuhan Yesus mengatakan kamu harus cerdik seperti ular, tapi juga tulus seperti merpati. Akan ada saat di mana kamu harus sarungkan pedang, akan ada saat dimana kamu perlu pedang, itu Tuhan Yesus yang bicara. Karena sorga belum pulih di bumi ini.
Maka waktu kita di dunia ini, kita tahu bagaimana harus hidup supaya kita menjadi terang yang menyatakan kehendak Tuhan di bumi. Tapi tahta Tuhan di bumi seharusnya dijalankan dengan cara yang benar, di dalam komunitas yang baik, di dalam saling mengasihi, di dalam saling mendorong berbuat baik, di dalam komunitas yang penuh kerelaan untuk berkorban. Dan Tuhan tahu ini belum ada di politik, tapi ada di dalam komunitas gereja Tuhan. Itu sebabnya Tuhan memanggil kita untuk menjalankan komunitas gereja sebagai komunitas eskatologis, komunitas masa depan. Bagaimana manusia harus hidup? Lihatlah cara gereja hidup. Gereja hidup dengan saling mengasihi, gereja hidup dengan mengagumi Tuhan, gereja hidup dengan mengagumi firman. Dan ini yang menjadi prototype untuk masa depan ketiak Tuhan pulihkan kerajaanNya. Semua pengertian ini indah sekali dan Alkitab menyatakan itu kepada kita. Maka Tuhan mau pulihkan kerajaanNya dengan menyingkirkan kuasa setan. Kuasa setan disingkirkan bukan dengan langsung, tapi di dalam waktu yang tepat di dalam perhitungan rencana Tuhan, yaitu ketika Tuhan membiarkan tahta yang diincar setan seolah-olah kosong di bumi, tidak ada yang punya. Semua berebut, tapi setan yang tertawa karena tidak ada yang punya kuasa lebih besar dari pada dia di bumi ini. Bagaimana di sorga? Di sorga Tuhan bertahta, Tuhan tidak berikan ini kepada yang lain, tapi Tuhan duduk di tahtaNya dan setan tidak bisa ganggu. Di sorga setan ingin tahta Tuhan, tapi tidak berhasil. Tapi di bumi dia mengalami sukses luar biasa. Ini yang Tuhan biarkan terjadi, Allah bertahta di sorga, setan pura-pura senyum. Ini tidak ada di Alkitab, ini tafsiran saya yang mungkin agak terlalu berani, karena setan dibilang senyum. Setan berpura-pura senyum, tapi hatinya mengatakan “saya mau tahta itu”. Pura-pura hormat, pura-pura sujud, tapi hatinya mengatakan “kalau ada kemungkinan, saya akan ambil tempat itu, aku ingin jadi segalanya. Aku ingin menguasai semua, aku tidak ingin hanya malaikat-malaikat yang berhasil aku tipu untuk mengikut aku, aku ingin seret semuanya memberontak kepada Tuhan”, tapi dia tidak sanggup. Kitab Wahyu mengatakan dia hanya mampu seret sepertiga dari malaikat-malaikat di sorga, dia tidak sanggu seret yang dua pertiga lainnya. Maka dia terus simpan keinginannya untuk tahta Tuhan, tapi dia diam terus karena ingin tapi tidak mampu, munafik, pura-pura. Banyak orang pura-pura seperti ini, senyum untuk dapatkan kedudukan, untuk mendapatkan tahta. Tapi Martin Luther mengatakan “mau tahu di mana setan? Setan beberapa kaki jaraknya dari Kristus”. Yesus ada dimana, di dekat situ ada setan. Setan tidak mau jauh-jauh, dia mau lihat Kristus kerja apa, dia langsung hancurkan pekerjaanNya di situ. Dia tidak mau investasi dengan cara yang salah, dia akan langsung hantam apa yang Kristus kerjakan. Maka kata-kata Martin Luther itu benar. Kalau Saudara mengatakan “di sini api, obor, kaki dian sedang berada”, maka setan mengatakan “di situ jugalah saya berada”. Kalau begitu kapan Tuhan mau perbaiki semua ini? Alkitab menyatakan pengharapan yang besar, bahwa meskipun iblis sepertinya sudah merajalela, tahta di bumi ini masih direserved oleh Tuhan, iblis belum duduk di situ. Mengapa iblis belum duduk di takhta? Tidak ada pernyataan dia berhasil mengklaim tahta itu. Tuhan berhasil me-reserved tahtaNya, bagaimana caranya? Dengan membuat sekelompok orang yang masih bisa mempertahankan ibadah kepada Tuhan, ada sekelompok orang yang masih berseru kepada nama Tuhan, dan Tuhan sudah berjanji selama kelompok ini masih ada, Tuhan akan jaga tahtaNya di bumi dan akan diberikan kepada siapa yang Dia siapkan. Maka waktu bumi ini kelihatan begitu kacau, Tuhan tetap memberikan janji tahtaNya masih kosong. Tidak banyak teolog yang mengerti hal ini, tapi justru seorang novelis yang mengerti hal ini yaitu J.R.R. Tolkien, penulis The Lord of The Ring. Dia menulis novel yang menceritakan tentang adanya kerajaan yang tahtanya kosong terus, tapi kosongnya tahta kerajaan ini justru berarti pengharapan. Karena berarti siapa pun yang duduk bukan dia pemilik tahta yang sejati, yang duduk di tahta itu adalah orang yang sama sekali tidak adil, cuma mementingkan diri, dia tidak pernah melihat segala sesuatu dengan adil, dia membela anaknya yang sangat disayangi, dan dia mengabaikan anak yang satunya yang sebenarnya mencintai dia, dia tidak adil sama sekali. Dia memerintah dengan kacau, dia merusakan negara itu sehingga orang dengan hati yang sedih membaca dan mengatakan mengapa raja seperti ini bisa bertahta. Tapi penghiburan mengatakan tahta yang dia duduki buakn tahta dia, tahta itu masih kosong, dan karena tahta itu masih kosong, masih ada pengharapan. Kalimat itu penting sekali untuk kita pahami, karena tahta yang seharusnya diberikan kepada penguasa dunia ini masih kosong, maka masih ada harapan. Karena setan masih belum mengklaim kemenangan atas bumi.
Bagaimana cara Tuhan menghancurkan setan? Tuhan menyiapkan takhta ini untuk satu yang akan bertahta di sorga dan di bumi. Tuhan hancurkan setan dengan menghancurkan kemungkinan dia bartahta baik di sorga maupun di bumi. Sehingga dimana setan mengincar, dia tidak akan mendapatkan apa pun. Seolah Tuhan mengatakan bahwa tahtaNya di sorga akan Dia berikan kepada yang lain, ini merupakan bagian di mana setan ada kesempatan untuk bertahta. Kalau Tuhan terus duduk di tahta itu, setan tidak mungkin punya kesempatan. Tapi kalau Tuhan mengatakan “Aku akan memberikan kepada yang lain”, pada waktu Dia akan memberikan kepada yang lain, bukankah ada cela untuk setan duduk di situ? Itu sebabnya di dalam Kitab Wahyu dikatakan “pada waktu itu terjadi perang besar di sorga”. Kapan perang besar? Wahyu 12. Setelah apa perang besar itu terjadi? Setelah Wahyu 11 mengatakan ada tahta yang disiapkan untuk Kristus dan 144.000 orang yang menang. Angka 144.000 bukan angka literal. 144.000 menandakan jumlah yang tidak terhitung banyaknya. 144.000 berarti 12x12x1.000, 1.000 itu 10x10x10, 10 itu artinya genap, berarti ini super genap. Ini menandakan jumlah yang tak terhitung banyaknya, yang akan bertahta bersama Kristus, akan bertahta. Kapan bertahta? Ketika Tuhan akan menginagurasikan tahta ini. Dan waktu Tuhan akan menginagurasikannya, terjadi perang. Wahyu banyak sekali memberikan pengertian, Mikael dan malaikat-malaikatnya berperang melawan setan. Apakah Bapa berhenti bertahta? Tentu tidak, karena kalau yang bertahta adalah Sang Anak, maka Bapa akan bertahta dengan Dia. Tapi kalau yang bertahta adalah setan, seolah setan punya kesempatan. Setan melihat kesempatan dalam kesempitan, tapi dia tidak tahu kesempitan ini merupakan trap untuk membuat dia diusir dari sorga. Begitu setan masuk dalam jebakan, dia baru sadar itu bukan salah langkah, itu adalah langkah untuk menjebak saya. Maka setan dibawa ke luar, ditunjukan aslinya “dari dulu aku ingin tahta itu”, “mengapa ingin tahta itu? Mengapa baru sekarag muncul?”. Karena seolah-olah tahta itu kosong. Waktu setan muncul, datang Mikael dan pasukannya, seolah Tuhan mengatakan “Aku serahkan kamu kepada malaikat yag lain”. Karena dari Perjanjian Lama dikatakan Mikael inilah yang akan berperang dalam perang besar. Di dalam Kitab Daniel, Gabriel mengatakan “saya harus segera membantu Mikael karena dia sedang berperang melawan raja-raja Persia”. Kapan itu akan terjadi? Nanti bukan sekarang, Kitab Wahyu menggenapi apa yang Daniel tulisankan di dalam kitabnya, perang besar itu adalah ketika Mikael berperang melawan setan, lalu seluruh malaikatnya menggeser setan dan pengikutnya. Setan makin terdesak. Ketika dia mulai terdesak, dia tahu satu-satunya kesempatan adalah merebut bumi, sudah tidak ada lagi kesempatan tahta di sorga, dia mau merebut bumi. Waktu dia datang ke bumi, dia kaget, pemilik tahta sorga yang akan diberikan oleh Allah adalah juga pemilik tahta di bumi. Yang bertahta di sorga juga akan bertahta di bumi, karena Dia adalah Allah yang menjadi manusia. Dia adalah Allah yang bertahta di sorga dan Dia adalah Manusia yang bertahta di bumi. Sehingga waktu dia dilempar ke bumi, dia sadar satu hal, dia tidak punya banyak waktu sebelum hukumannya dinyatakan. Sekarang dia berjuang di bumi bukan untuk merebut tahta itu karena sekarang tahta itu sudah ada yang punya. Saat ini meskipun gerakannya sangat besar, tapi Saudara bisa mengatakan Raja pemilik bumi sudah diangkat, karena itu takhta tidak kosong lagi. Kalau begitu mengapa setan tetap giat bekerja? Karena dia tahu saatnya sudah tiba dan dia ingin menghancurkan apa yang masih sisa, yaitu menghancurkan umat Tuhan tanpa ada harapan untuk mengambil takhta itu. Ini yang dimaksudkan Paulus di dalam Kolose, di dalam Dialah kerajaanNya sudah disiapkan. Tahta sorga untuk Kristus, tahta di bumi untuk Kristus. Bagaimana Kristus bisa bertakhta di sorga dan di bumi? Karena Dia adalah Allah yang menjadi manusia. Kalau Kolose mengatakan inilah finalnya Kristus menjadi Raja di sorga dan di bumi, maka peristiwa Natal adalah peristiwa yang benar-benar penting, karena ini adalah titik yang memungkinkan kekalahan setan dengan final. Mengapa ini memungkinkan kekalahan setan dengan final? Karena pada waktu Yesus berinkarnasi ada satu pribadi yang berhak atas takhta sorgawi dan Dia juga berhak atas tahta di dunia. Dia adalah Sang Anak Allah yang berhak atas takhta sorga dan Dia juga keturunan Daud yang berhak atas tahta bumi. Pada waktu Yesus lahir, pada waktu itu iblis kehilangan klaim atas tahta. Bagian ini membuat kita mengerti bahwa inkarnasi sangat penting.
Mengapa khotbah Natal bisa serumit ini? Tapi kapan lagi konsep inkarnasi diberitakan kalau bukan Natal? Kapan Yesus berinkarnasi? Pada waktu Hari Natal itulah terjadi, Allah menjadi manusia. Pada waktu Natal itulah ada konsep yang sangat dalam yang harus dipahami oleh manusia berdasarkan firman Tuhan. Pada waktu itu kita mengerti Allah adalah Tritunggal karena yang menjadi manusia adalah Pribadi ke-2 bukan Pribadi pertama atau pun ke-3. Pada waktu itu kita mengerti dalamnya teologi, karena ada Pribadi yang adalah manusia sejati tapi juga Allah sejati, ada Allah menjadi manusia. Kapan menjelaskan inkarnasi kalau bukan Natal. Natal adalah saat dimana Sang Anak Allah menjadi manusia. Dan karena Dia mempunyai 2 natur ini, Dialah yang bertahta di sorga dan di bumi. Dan Paulus mengatakan di dalam Dia telah diciptakan segala macam tahta, di dalam Dia dan oleh Dia dan untuk Dia seluruh kuasa diciptakan. Maka Saudara dan saya bisa bersyukur karena ada Hari Natal, pada waktu itu kita tahu setan tidak punya klaim atas tahta, kita tahu setan tidak pernah menang walau pun secara statistik dia terlihat menang, tapi tidak pernah benar-benar menduduki tahta yang disiapkan oleh Tuhan. Ini menjadi kekuatan kita, berita Natal adalah berita yang memberitakan kerajaan adalah milik Allah dan Dia memberikan kepada Sang Anak. Kerajaan atas bumi menjadi milik Tuhan dan menjadi milik Kristus selama-lamanya. Haleluya, pujilah Tuhan, sebab Dialah yang bertahta di sorga, Dia yang bertahta di bumi. Kalau begitu setan tempatnya di mana? Dari sorga dia sudah disingkirkan ke bumi, dan sebentar lagi dia akan disingkirkan ke satu tempat yang namanya neraka selama-lamanya. Siapa berhak bertahta di bumi? Kristus, siapa berhak bertahta di sorga? Kristus. Kapan Dia boleh bertahta? Ketika Dia menjadi manusia. Anak Allah belum boleh menjadi raja di sorga sebelum Dia berinkarnasi. Kalau Dia Anak Allah mengapa tidak boleh menjadi raja d sorga? Karena di Surat Filipi dikatakan dia ditinggikan setelah dia direndahkan. Sang Anak Allah pun harus menaati Sang Bapa dengan menjadi manusia untuk bisa bertahta di bumi dan di sorga. Hari Natal adalah seruan kemenangan. Kiranya ini boleh menguatkan kita dalam memahami apa yang sedang terjadi di dunia ini, di dalam persepktif Natal di dalam Kolose 1.
(RIngkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)
- Khotbah
- 13 Dec 2017
Seri Mengapa Allah Menjadi Manusia(1): Allah mau berdiam bersama ciptaan-Nya
(Yohanes 1: 1-18)
Mengapa Allah harus menjadi manusia? Banyak hal yang dijelaskan di dalam Alkitab, di mana salah satu yang penting adalah Dia datang untuk menebus dosa Saudara dan saya. Tapi saya ingin membahas dari sudut pandang yang lain yaitu mengapa Allah menjadi manusia di dalam sorotan Alkitab yang tidak terlalu banyak dibahas. Yang pertama saya ingin membahas dari Yohanes, meskipun mungkin Saudara sering membaca dari Injil Yohanes, tapi saya ingin membahas dari sudut pandang yang penting, yang mungkin luput dari perhatian kita sewaktu kita mengingat berita Natal. Dalam Yohanes 1 ini ada pengertian yang penting yang harus kita pahami yaitu Yesus datang ke dalam dunia untuk menggenapi apa yang Dia sudah rencanakan di Taman Eden, di dalam penciptaan. Kedatangan Yesus adalah penggenapan sempurna dari apa yang Tuhan kerjakan di dalam penciptaan. Umumnya teologi membagi antara Allah Pencipta di satu sisi, lalu Allah Penebus di sisi lain. Allah itu siapa? Dia adalah Allah yang mencipta segala sesuatu. Lalu setelah Dia selesai mencipta, Dia menebus manusia yang jatuh dalam dosa. Ini pengertian klasik yang dimiliki oleh banyak teolog, termasuk teolog reformed. Tetapi beberapa teolog reformed dengan kritis melihat hal ini, dengan kritis mereka membaca pengertian ini melihat ada sesuatu yang kurang. Yang kurang adalah Alkitab tidak pernah mengatakan bahwa karya Allah mencipta sudah selesai di dalam Kejadian 1. Allah belum selesai mencipta sampai genap, Allah belum selesai menggenapi proyek penciptaan yang Dia rancang di dalam pikiranNya sebelum dunia ada. Itu sebabnya banyak teolog sekarang yang lebih percaya bahwa Allah adalah Allah yang mencipta di dalam Kitab Kejadian, lalu terus menyempurnakan ciptaanNya sampai pada titik kesempurnaan yaitu titik yang dibahas oleh Kitab Wahyu. Seluruhnya membahas tentang penciptaan dimana penebusan ada di dalamnya. Penebusan bukanlah karya Allah yang Allah kerjakan setelah penciptaan, tapi penebusan adalah karya Allah menjalankan rencana penciptaanNya yang sampai sekarang belum tuntas. Tuhan belum selesai mencipta langit dan bumi, Tuhan belum selesai mencipta semua, Tuhan belum selesai mencipta kita semua. Itu sebabnya Calvin mengatakan kita ini ciptaan baru tapi kita belum selesai dicipta. Bumi ini belum selesai dicipta karena manusia yang harus menjadi kepala mewakili Allah, menjadi gambar Allah, dia sendiri belum masuk ke dalam kesempurnaan. Maka Paulus mengatakan di dalam Surat Roma, dulu ada Adam, yang nanti membawa ciptaan menuju kesempurnaan adalah Adam yang terakhir. Di dalam Roma 8, Paulu mengatakan ciptaan ini sedang mengeluh seperti rasa sakit bersalin. Mengapa ciptaan disebut sakit bersalin? Karena ciptaan pun mengeluh oleh karena beratnya tekanan hidup di tengah-tengah dunia yang sudah jatuh dalam dosa. Seluruh ciptaan mengeluh, alam mengeluh. Dikatakan Paulus di dalam Roma 8, Allah mengeluh karena ciptaan belum sampai pada titik kesempurnaan seperti yang dirancang oleh Tuhan. Tapi keluhan mereka seperti keluhan orang sakit bersalin. Sakit bersalin dimiliki oleh orang dan setelah dia melahirkan anak yang menyebabkan sakit bersalin itu, sakit bersalinnya digantikan oleh sukacita yang besar. Tapi ketika seorang anak sudah dimiliki, maka dia memiliki sukacita menggantikan rasa sakit yang sebelumnya dimiliki. Rasa sakit hilang digantikan oleh sesuatu yang menyenangkan, sesuatu yang indah, sesuatu yang penuh sukacita dan memberikan bahagia. Demikian juga ciptaan dikatakan mengalami sakit bersalin, karena setelah ini akan datang kelegaan, ciptaan itu sendiri pun akan ditebus. Maka Roma 8 bicara tentang penebusan penciptaan. Di dalam Roma, Paulus juga bicara tentang penebusan tubuh, di dalam pasal yang sama. Jadi tubuh kita akan ditebus, seluruh ciptaan ditebus. Tuhan sedang dalam progres untuk menjadikan seluruh ciptaanNya sempurna. Maka kalau dikatakan mengapa ciptaan seperti ini? sepertinya berbenturan antara alam dan manusia. Alam kalau mau berkembang harus mengorbankan manusia. Kalau mau tanah menjadi subur maka harus ada sebuah gunung yang meletuskan lava di dalamnya, setelah itu menjadi tempat yang subur, tapi manusia harus berkorban dulu untuk seluruh permukaan bumi diatur dan ditata, harus ada pergerakan urat-urat bumi yang membuat gempa yang menakutkan di berbagai belahan dunia. Ini menunjukan sepertinya alam belum sempurna atau sepertinya alam dalam keadaan rusak. Tetapi Alkitab mengajarkan kepada kita Tuhan belum membawa alam ini kepada kesempurnaannya. Tuhan merancangkan alam yang sempurna dan Tuhan akan membawa ini nanti. Tuhan merancangkan sorga dan bumi yang sempurna dan Tuhan akan membawa kesempurnaan ini pada waktu final penciptaan. Kalau kita mengerti ini kita tidak perlu kehilangan pengharapan, kita hidup di tengah dunia yang rusak tapi tetap ada pengharapan. Kita hidup di tengah-tengah keadaan fisik yang tidak sempurna, tapi tetap ada pengharapan. Kita hidup di tengah-tengah masyarakat yang banyak cacat tapi tetap ada pengharapan.
Lalu bagaimana kita mengerti pengharapan dari seluruh ciptaan Tuhan? Ini kita bisa baca dari Yohanes 1. Yohanes adalah teolog yang sangat dalam, dia adalah seorang yang saleh, tapi juga mempunyai pengertian teologis yang begitu hebat. Dia mempunyai pengertian spiritual yang mencapai kerinduan akan sorga di dalam tulisan-tulisan. Yohanes adalah penulis yang lebih bersifat sorgawi dari pada penulis-penulis yang lain, baik Matius, Markus, Lukas dan Paulus. Tapi kehebatan yang dimiliki Yohanes adalah sesuatu yang bisa kita kaitkan dengan Yohanes Pembaptis. Mengapa Yohanes penulis Injil mesti dikaitkan dengan Yohanes Pembaptis? Karena Kitab Suci memberi kesaksian bahwa Yohanes penulis Injil ini tadinya adalah murid dari Yohanes Pembaptis. Injil Sinoptik: Matius, Markus, Lukas, Yohanes hanya menulis sedikit tentang kata-kata Yohanes Pembaptis, dia adalah orang yang berseru, berkhotbah dengan berani, menegur dosa, membawa kebangunan lewat khotbah yang dia bawakan di padang gurun. Dia berkhotbah di padang gurun, tapi banyak orang datang kepadanya untuk mendengarkannya. Pada waktu itu ada tanda penting yang Tuhan sedang kerjakan yaitu firman bersuara bukan di Bait Suci, firman bersuara di padang gurun, seolah-olah Tuhan sudah mengabaikan Bait Suci dan mengangkat seorang nabi berbicara di luar Bait Suci. Dia pergi ke padang gurun dan berkhotbah di situ. Yohanes lahir di tengah keluarga yang sudah tua dan pada waktu mereka sudah usia lanjut, baru dia lahir. Sehingga Saudara bisa mengetahui kemungkinan yang sangat besar, mereka mati ketika Yohanes masih anak-anak, ketika Yohanes masih perlu orang tua untuk mendidik dia. sehingga tradisi umumnya menggambarkan Yohanes sebagai seorang yang dibesarkan di dalam tradisi qumran, tradisi dari orang-orang yang tinggal di goa-goa di sekitar Laut Mati. Siapakah orang-orang qumran ini? mengapa Yohanes berakhir di situ? Dan kalau Saudara bertanya tahu dari mana Yohanes dipengaruhi oleh kelompok qumran? Karena Yohanes punya gaya pelayanan yang mirip dengan gaya mereka, Yohanes memakai bulu unta mirip dengan pakaian orang-orang qumran. Yohanes juga membaptis, mirip dengan tradisi yang dikerjakan oleh orang-orang qumran kalau ada orang yang mau jadi murid mereka, “maukah kamu menjadi bagian dari komunitas kami?”, dia harus dibaptis di tempat-tempat yang sudah disediakan. Jadi Yohanes melakukan praktek yang persis sekali dengan yang dilakukan orang-orang qumran. Itu sebabnya waktu Saudara baca kehidupan Yohanes dan Saudara lihat sejarah dari Israel pada abad ke-1, Saudara akan tahu ini orang bergaya qumran. Mengapa Yohanes bisa ada disitu? Kalau dia anak seorang imam harusnya dia melanjutkan pekerjaan imamat dari papanya, tapi dia menjadi orang qumran. Kelompok qumran adalah komunitas yang benci politik, yang benci pemimpin agama, mereka benci Bait Suci, mereka benci semua praktek yang terjadi karena semua penuh korupsi. Mereka sudah sangat capek menghadapi dunia ini, sehingga mereka memutuskan hidup berkelompok dan hanya memikirkan hal yang sorgawi, hanya merenungkan tentang Tuhan, hanya berpikir tentang sorga dan tidak terlalu banyak pusing akan keadaan bumi. Di kelompok qumran akhirnya ada ajaran-ajaran yang nanti berkembang menjadi ajaran-ajaran gnostik. Ini adalah penyelidikan dari seorang bernama F.O Francis, dia adalah ahli Perjanjian Baru dan dia selidiki banyak tulisan-tulisan qumran itu berbau spiritual sekali, “mari kita abaikan penderitaan badan kita, mari kita abaikan kesulitan dunia kita, mari kita coba capai kedewasaan yang ada di sorga”, kedewasaan yang tidak dipengaruhi oleh apa pun di dunia ini, tapi dipengaruhi oleh sorga saja. Mereka banyak menantikan sorga, mengharapkan sorga, merindukan Tuhan, dan tulisan mereka berbau spiritual sekali. Mereka sangat saleh dan mereka terus merindukan untuk adanya kerajaan yang dinyatakan di bumi. Yohanes mungkin terpengaruh oleh mereka, sehingga waktu Yohanes Pembaptis melayani, banyak pengaruh dari qumran itu masuk. Dan meskipun dia seorang pembawa khotbah yang keras, dia menegur dosa dengan berani, seperti nabi-nabi Perjanjian Lama. Tapi sangat besar kemungkinan waktu dia bimbing murid-murid secara dekat, dia banyak membawa ajaran qumran dlebih dari ajaran para nabi yang ada di dalam Perjanjian Lama. Saya tidak mengatakan ajarannya sesat, tapi yang saya katakan adalah Yohanes Pembaptis berkhotbah seperti nabi-nabi Perjanjian Lama, namun mengajar seperti orang qumran. Dan apa buktinya kalau dia mengajar dengan cara seperti orang qumran? Muridnya yaitu Yohanes menulis Injil dan dia menggambarkan ajaran Yohanes Pembaptis beda dengan apa yang digambarkan dengan Matius, Markus dan Lukas. Saudara kalau baca Yohanes Pembaptis versi Yohanes, digambarkan sebagai orang yang lebih lembut dari pada yang di Matius. Apakah ini dua orang yang berbeda? Apakah Matius dan Yohanes mengarang seorang tokoh dari sudut pandang masing-masing? Tentu tidak, tapi mereka melihat sisi yang berbeda dari satu pribadi yang kompleks yaitu Yohanes Pembaptis. Matius menggambarkan Yohanes Pembaptis sebagai pengkhotbah yang membawa kebangunan, seperti nabi-nabi Perjanjian Lama yang berseru menyatakan “bertobatlah kamu”. Tapi Yohanes menulis bahwa Yohanes Pembaptis adalah seorang guru yang mengajarkan untuk sabar menantikan Tuhan, hidup dengan bersekutu, hidup dengan berdoa, hidup dengan membaca Kitab Suci, hidup dengan mengabaikan semua kesulitan-kesulitan dunia, hidup dengan tidak memusingkan apa yang ada di dunia ini, tapi merindukan sorga saja.
Dari inilah Yohanes mempunyai sense spiritual sorgawi yang besar sekali. Yohanes mempunyai sense tentang teologi yang membawa kita kepada pengertian pengharapan sorga lebih besar dari dunia ini. Dia bisa membahas tema-tema sederhana tapi mengaitkan maknanya dengan sorga, ini khas qumran. Orang qumran akan berbicara tentang hal duniawi tapi memberikan makna sorgawi di dalamnya. Mereka sering berkata “kalau kamu meminum air, ingatlah air yang ada di sorga juga”. Jadi pengertian ini yang dibawa oleh Yohanes, Yohanes menulis Injilnya dengan menggambarkan hal duniawi tapi memberikan makna spiritual di dalamnya. Dia akan menggambarkan tentang roti dan memberikan makna sorgawi di dalamnya. Dia menjelaskan tentang minum dan memberikan makna sorgawi di dalamnya. Tapi kalau Saudara baca Injil Yohanes, Saudara akan menemukan dia adalah seorang yang sangat menekankan hal yang spiritual, yang sorgawi, tapi dia paling menekankan kehidupan Yesus di bumi, bahkan menulis sampai akhir mengenai Yesus di bumi di dalam segala keseharian. Ini seperti dua hal yang bertentangan, tapi disatukan oleh Yohanes. Sehingga kalau Saudara baca Injil Yohanes, Yohanes adalah Injil yang paling sorgawi sekaligus paling membumi, Yohanes adalah Injil yang paling bermakna spiritual tapi juga paling berbicara tentang keadaan sehari-hari. Yohanes tidak bicara kerajaan dari sudut pandang politik yang besar, Yohanes bicara tentang kerajaan dari sudut pandang seorang perempuan yang mau timba air, malu terhadap orang-orang dikampungnya karena dia sudah punya aib yang besar. Dan Yesus mengatakan Kerajaan Sorga adalah tempat untuk orang-orang seperti itu bisa bergaul kembali dengan orang-orang di komunitas. Yohanes membicarakan komunitas kerajaan seperti komunitas persekutuan yang tidak besar. Ini satu keunikan dari Injil Yohanes, berbicara sorga sekaligus berbicara tentang bumi dengan cara yang sangat menekankan keduanya. Maka kalau kita mengerti ini, kita tahu bahwa sang penulis Injil yaitu Yohanes adalah orang yang dipengaruhi Yohanes Pembaptis. Dan Yohanes Pembaptis banyak bicara dari sudut pandang aspek spiritualitas yang bersifat sorgawi, lalu dia mempengaruhi Yohanes sang penulis Injil. Setelah itu Yohanes mendengarkan ajaran dari Yesus, dia akan kombinasikan apa yang dia pahami ini di dalam sturktur berpikir yang indah sekali. Dan dia menemukan rahasia yang penting yaitu rahasia di dalam Kitab Kejadian. Waktu Tuhan menjadikan langit dan bumi, waktu Tuhan menciptakan segala sesuatu, ada hal yang banyak orang tidak deteksi, tapi Yohanes deteksi.
Apa yang Yohanes deteksi, di dalam ayat 1, Yohanes mengatakan “pada mulanya adalah Firman, Firman itu bersama-sama dengan Allah, dan Firman itu adalah Allah”. Ayat 3 “segala sesuatu dijadikan oleh Dia (Sang Firman) dan oleh Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan”. Jadi Sang Firman ini adalah yang menciptakan segala seuatu, Dia mencipta semua, Dia yang menciptakan langit, Dia juga mencipta bumi, Dia yang mencipta sorga, Dia juga yang mencipta dunia. Dia Pencipta segala sesuatu. Langsung orang akan memikirkan Kitab Kejadian. Di dalam Kitab Kejadian dibahas tentang ciptaan, tapi Saudara bisa bayangkan, selidiki apa yang Kitab Kejadian belum bahas. Kitab Kejadian belum membahas bahwa di dalam ciptaan masih ada satu hal yang kurang, Allah sudah menciptakan semuanya, tapi masih ada yang kurang. Apakah yang kurang itu? Yang kurang adalah diri Allah sendiri. Diri Allah belum termasuk bagian yang menyertai ciptaan dengan cara yang tidak terpisahkan. Kitab Kejadian membahas ciptaan sebagai yang diciptakan oleh Allah. Allah menciptakan segala sesuatu, tapi Allah sendiri tidak disebut berada bersama ciptaan di dalam kesatuan yang tak terpisahkan. Allah dan ciptaan adalah dua hal yang terpisah, Allah dan ciptaan tidak mungkin disamakan, ini jelas sekali di dalam Kitab Kejadian. Tetapi Yohanes merasa di dalam teologinya perlu ada kesatuan antara Pencipta dan yang dicipta. Ini rumit sekali, kesatuan antara Pencipta dan yang dicipta, bagaimana bisa terjadi? Kalau Pencipta dan yang dicipta bersatu maka yang dicipta menjadi ciptaan itu tidak boleh diterima. Pencipta bukan ciptaan, yang mencipta tidak boleh dianggap sama dengan ciptaan, Dia yang menjadikan segala sesuatu, Dia sendiri tidak termasuk dari apa yang sudah dijadikan. Ini pembedaan yang harus kita tekankan. Yohanes menyadari kita harus memisahkan antara Pencipta dan ciptaan. Pencipta dan ciptaan tidak boleh digabung. Saudara kalau mengatakan ciptaan sebagai pencipta, itu namanya jahat, itu berarti Saudara adalah orang kafir, karena Saudara memper-ilah ciptaan. Jadi kalau engkau menyebut ciptaan itu Allah, itu dosa besar. Sebab Allah beda dengan ciptaan, Allah bukan ciptaan. Pak Stephen Tong memberikan contoh bagus sekali waktu ada orang mengatakan “saya mau Allah dibuktikan dulu keberadaanNya, tunjukan Allah itu”, maka Pak Tong memberi contoh lukisan, tidak ada pelukis yang melukis dirinya di dalam lukisan. Kalau ada pelukis melukis dirinya di dalam lukisan, tetap itu lukisan dirinya, bukan dirinya sendiri. Adakah orang yang paku dirinya di tengah-tengah kanvas, setelah itu dia jadi bagian di tengah-tengah kanvas? Sepertinya tidak ada. Jadi waktu Saudara sendiri melukis, Saudara tidak termasuk di dalam lukisan itu. Sang pelukis bukanlah lukisannya. Waktu Tuhan menciptakan alam semesta, Tuhan yang sejati bukan bagian dari alam. Kalau Saudara meletakan Tuhan sebagai bagian dari alam, Saudara jatuh di dalam aliran panteisme. Panteisme artinya semua adalah allah dan allah adalah semua. Agama Budhis dan Hindu adalah agama yang mengakui panteisme. Orang Hindu percaya dewa itu ada banyak, bahkan katanya ada ratusan juta, mereka percaya bahwa alam dan allah itu satu, sehingga di dalam alam selalu ada allah, di dalam alam ada jiwa ilahi. Saudara dan saya harus hati-hati jangan merusak apa pun karena di dalam apa pun ada allah. Di dalam tanaman ada allah, di dalam saya ada allah, di dalam lalat ada allah, di dalam kecoa ada allah, ini namanya panteisme. Allah memang besar tapi tetap di dalamnya allah ada ciptaan. Jadi kita ini bagiannya dari allah, mungkin Saudara adalah perutnya atau apanya, saya tidak tahu. Jadi ada allah dan alam ini termasuk di dalamnya. Kekristenan menolak ini, alam dan Allah mesti dipisah, tidak boleh samakan Allah dengan alam. Tapi pemisahan ini juga jatuh ke dalam konsep yang lain, yang juga bahaya. Kalau alam dan Allah dianggap sama itu namanya panteisme. Kalau alam dan Allah dianggap tidak ada kaitan sama sekali, ini namanya deisme. Allah adalah Allah yang tidak connect dengan alam, ini deisme. Dan banyak orang Kristen di abad modern adalah orang Kristen deisme. Mereka tidak percaya kalau Allah berkait dengan ciptaan, mereka percaya bahwa Allah itu di luar sana yang tidak perlu berkait dengan alam. Sebenarnya ajaran deisme adalah ajaran kuno dari abad yang ke-2 sebelum Masehi, ajaran dari Epikuros yang disebut dengan epikureanisme. Epikuros mengajarkan bahwa dewa-dewa itu tinggal di sorga yang enak, di Olympus. Olympus lebih bagus dari pada tempat-tempat lain. Kalau sudah tinggal di tempat yang bagus, mana mungkin memikirkan orang-orang yang tinggal di tempat jelek. “Dewa-dewa itu tidak peduli kamu, kamu sembahyang tidak sembahyang, apakah mereka memikirkannya”. Kalau Saudara tidak sembahyang, dewa akan rugi apa? jadi mereka sedang menikmati pesta setiap hari, lalu ada orang bilang “dewa, ampuni saya, saya lupa berdoa kepadamu”, dewa mengatakan “kamu siapa?”, “saya umatmu”, “saya tidak tahu kalau punya umat. Jangan ganggu saya”, itu menurut Epikuros, maka manusia jangan terlalu bersalah kalau lupa beribadah, karena terus terang dewa tidak perlu ibadahmu. Kamu bersalah, dewa tidak peduli, kamu benar pun dewa tidak peduli. Maka ajaran Epikuros mengatakan “percuma kamu terlalu saleh, percuma juga kamu terlalu takut sama dewa-dewa, karena dewa-dewa tidak peduli kamu”. Sehingga di dalam pikiran Dawkins dan Epikuros, dewa-dewa itu seperti pengganggu saja. Kalau dewa-dewa itu tenang-tenang saja, hidupmu enak, mereka tidak peduli kamu dan kamu tidak peduli mereka, itulah idealnya. Baik Tuhan maupun ciptaan tidak saling peduli, itu baru ideal. Tapi kalau Tuhan dan ciptaan tidak saling peduli, tidak saling berinteraksi maka ciptaan ini kehilangan makna. Karena sejak awal Tuhan menciptakan ciptaan ini untuk sebuah makna. Harus ada makna, tanpa makna semuanya jadi tidak ada gunanya. Zaman sekarang banyak orang ateis mengatakan makna itu tidak penting, ada orang mengatakan “kita bisa jelaskan segala sesuatu dengan sains”, “kalau semuanya dijelaskan dengan sains, nanti tidak ada makna”, lalu orang-orang ini dengan berani mengatakan “memang tidak ada makna, kita harus hidup tanpa makna, karena makna itu karangan manusia, makna itu tidak realistis, makna itu bukan sesuatu yang saintifik, jadi ada makna atau tidak ada makna itu tidak penting. Kalau kamu merasa perlu makna, terserah. Tapi makna itu tidak bisa dibuktikan dengan sains. Apa makna hidup manusia? Tidak ada urusan, yang penting saya bisa buktikan bagaimana harusnya hidup, bagaimana otak bekerja, bagaimana sistem tubuh bekerja dan itulah penjelasan tentang manusia, tidak ada makna. Tapi benarkah makna hidup itu tidak penting? Kalau tidak penting berarti kita semua cuma berada secara kebetulan dan tidak punya makna. Hidup tanpa makna itu tidak ada arti sama sekali. Waktu kita tahu betapa bermaknanya sesuatu baru bisa kita hargai. Demikian juga alam ciptaan ini, kalau kita tidak mengerti maknanya ciptaan, kita tidak mungkin hargai ciptaan. Kita tidak akan hargai ada pohon, ada binatang, mengapa ada engkau, mengapa ada kota, mengapa ada segala sesuatu, kita tidak mungkin hargai. Tapi kalau kita mengerti maknanya baru kita akan menghargai segala sesuatu yang dicipta ini. Dan Yohanes mengerti yang kurang dari ciptaan di Kejadian adalah, karena belum sampai pada titik final, yang kurang adalah Tuhan belum menyatakan kehadiran secara sempurna, Tuhan belum bersatu dengan ciptaan.
Mengapa Tuhan dan ciptaan bersatu? Itu tidak boleh. Tapi Yohanes mengatakan “bukan tidak boleh, tapi harus”, “jadi Tuhan menjadi ciptaan?”, “bukan menjadi ciptaan, tapi menjadi satu dengan ciptaan”. Dengan cara apakah Tuhan bersatu dengan ciptaan? Orang-orang zaman dulu mengatakan Tuhan menjadi satu dengan ciptaan, dengan Dia hadir di tengah-tengah ciptaan, Tuhan bersatu dengan ciptaan dengan berkunjung kepada ciptaan. Tapi bagi Yohanes itu bukan bersatu dengan ciptaan, bersatu itu berarti tinggal bersama. Ini tema yang sangat khas dari Yohanes, tinggal bersama. Waktu Yesus diikuti oleh murid-murid karena Yohanes Pembaptis mengatakan “inilah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia, Dialah yang aku maksudkan”, lalu murid-murid ikut. Yesus bertanya “kamu mau kemana? Apakah yang kamu cari?”, satu orang murid mengatakan “Rabi, kami ingin tahu dimana Engkau tinggal”, dan Yesus mengatakan “mari ikut”. Dan mereka melihat dimana Yesus tinggal. Alkitab mencatat sejak waktu itu, mereka tinggal bersama dengan Yesus. Jadi yang Yohanes mau nyatakan adalah alam ini belum lengkap karena Tuhan belum mau tinggal bersama di dalam alam ini. Kalau Tuhan belum mau tinggal bersama, percuma kamu punya hidup, kekayaan, seperti zaman Salomo. Salomo itu raja yang penuh hikmat, dia tahu banyak hal, dia mengerti banyak hal. Salomo juga adalah raja yang sangat kaya, ganteng, pintar. Orang terus mengharap ingin seperti Salomo, Salomo adalah raja yang paling ideal, paling hebat, paling agung, tapi Salomo pun tidak mampu membawa pengharapan sejati dari apa yang Tuhan sudah ciptakan. Jadi dari segala yang Tuhan ciptakan masih ada yang kurang. Orang yang bijaksana adalah orang yang menyadari kekurangan dunia ini. Dan kalau dia tahu ada yang kurang dari dunia ini, dia akan berjuang supaya yang kurang itu bisa teratasi.
Apa yang kurang dari ciptaan itu perlu kita ketahui, apa yang kurang dari diriku sebagai manusia, apa yang kurang dari gereja sebagai gereja, apa yang kurang dari umat sebagai umat, apa yang kurang dari alam ciptaan sebagai alam ciptaan ini. Kalau kita tidak mengerti, kita tidak akan cari. Kalau kita tidak merasa ada yang kurang, kita pun tidak akan cari karena kita merasa tidak ada yang kurang, semua sudah baik. Kalau kita menganggap hidup hanya sekedar apa yang boleh kita nikmati sekarang, maka kita tidak rasa ada yang kurang, kita rasa semua sudah baik. Kita selalu menilai hidup kita dengan banyak hal, apakah saya bisa berkeluarga, apakah saya bisa kasi makan anak, apakah saya bisa cari karier, apakah saya bisa cari pekerjaan yang baik, tapi hal yang paling esensial dari hidup manusia, apakah saya berelasi dengan Tuhan, itu tidak kita cari.
Dan Yohanes sadar, ini yang kurang dari ciptaan, maka dia mengatakan “Firman itu menciptakan semua, tapi pada waktunya Firman itu menjadi manusia, berdiam bersama dengan kita”, ini adalah Allah menjadi manusia. Sang Pencipta di dalam ciptaanNya, Dia menjadi manusia. Ini tema yang luar biasa anggun. Banyak orang mengatakan “mengapa orang Kristen percaya Allah menjadi manusia?”, saya akan balikan kepada mereka “justru agamamu kering dan sempit karena kamu tidak percaya Allah yang menjadi manusia. Tetapi Kekristenan begitu limpah karena mempercayai Allah yang menjadi manusia”. Maka hal pertama yang kita pelajari mengapa Allah menjadi manusia adalah karena manusia perlu Allah yang hadir bersama dengan manusia. Ciptaan ini perlu Allah hadir di tengahnya, baru bisa menjadi ciptaan yang berfungsi dengan benar. Apakah Allah sudah hadir di tengah ciptaan? Belum. Kapan Dia mulai hadir? Dengan mengirim AnakNya yang tunggal sebagai titik awal kehadiranNya. Maka Natal adalah titik awal kehadiranNya, Natal adalah titik awal pemulihan seluruh langit dan bumi, seluruh sorga dan seluruh ciptaan dimulai dari titik inkarnasi. Natal begitu penting, bukan hanya mengenai ada orang-orang Majus datang, bukan hanya mengenai orang-orang yang membawa hadiah, bukan hanya mengenai gembala yang sujud. Tapi ini adalah mengenai dimulainya ciptaan yang disempurnakan oleh Tuhan.
Ketika merenungkan Natal, Saudara ingat ini peristiwa besar di dalam ciptaan baru yang Tuhan sedang ciptakan. Karena ciptaan baru nanti menjadi ciptaan yang sempurna oleh karena Tuhan mau berdiam bersama kita. Kalau Tuhan sudah berdiam bersama kita, pada waktu itu sudah tidak ada air mata lagi. Waktu Tuhan sudah berdiam dengan kita dengan sempurna, waktu itu tidak ada penyakit lagi. Waktu Tuhan berdiam dengan kita dengan sempurna, waktu itu tidak ada kematian lagi, tidak ada kesedihan, tidak ada kejahatan, tidak ada alam yang keras kepada manusia, tidak ada manusia yang konflik dengan alam, tidak ada setan, tidak ada maut, tidak ada dosa, tidak ada kejahatan, akan menjadi satu ciptaan yang sempurna, yang sudah didesign Tuhan dari awal. Ini tidak dimulai dengan Israel dipanggil menjadi kerajaan, ini dimulai ketika Yesus menjadi manusia. Waktu Allah menjadi manusia, waktu itu kita tahu ciptaan akan dipulihkan oleh Tuhan. Oleh sebab itu Yohanes mengatakan segala sesuatu diciptakan oleh Dia. Sudah selesai? Belum. Setelah Tuhan menciptakan di Kejadian 1, setelah Tuhan menciptakan semuanya, apa berikutnya? Yohanes mengatakan berikutnya adalah Dia menjadi manusia dan berdiam bersama kita. Biarlah kita mengingat ini ketika kita merenungkan Natal. Natal bukan titik yang membuat kita hura-hura, tapi Natal adalah saat di mana ciptaan baru yang suci, yang adil, yang benar, yang penuh kenikmatan karena kehadiran Tuhan, sedang dimulai oleh Tuhan. Karya monumental dari ciptaan yang sempurna dimulai dari titik inkarnasi ini. Tuhan sudah menciptakan dari Kejadian 1, setelah itu Tuhan memulai kehadiranNya. Seluruh ciptaan perlu kehadiran Tuhan dan kehadiran itu diberikan ketika Natal. Itu sebabnya ketika Yesus akan pergi ke sorga, Yesus mengatakan “Aku tidak akan meninggalkan kamu”. Kehadiran Yesus bersama ciptaanNya tidak akan tergantikan oleh apa pun dan tidak akan dibatalkan. Maka ketika Yesus pergi ke sorga, Dia menjanjikan Roh Kudus turun melanjutkan kehadiran Allah di tengah dunia. Sampai kapan? Sampai Kristus datang lagi dan Allah Tritunggal berdiam bersama dengan manusia. Waktu itu seperti yang dikatakan Wahyu, yang juga ditulis oleh Yohanes, akan diserukan orang Kemah Allah akan berdiam bersama dengan kita. Kemah yang mana? Allah sendiri, di dalam kota yang baru itu. Biarlah kita bersyukur karena Natal adalah momen yang penting Allah menyempurnakan ciptaanNya.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)
- Khotbah
- 13 Dec 2017
Zakheus, buah pertobatan sejati
(Lukas 19:1-10)
Ada banyak hal yang bisa kita pelajari dari kisah Zakheus ini. Tapi mungkin ada satu poin yang sangat penting yang sering kita luput, yaitu peristiwa Zakheus memanjat pohon sikamor, di sini diterjemahkan pohon ara. Dan bagaimana ini menjadi inti sari dari ayat-ayat yang kita baca pada hari ini. Injil Lukas sangat penting karena Injil ini memberitakan bahwa Yesus mempunyai pekerjaan puncak di kayu salib. Dia mempunyai pekerjaan utama untuk mati di kayu salib menebus dosa manusia. Injil Lukas sebenarnya sudah membagikan kepada kita hal yang utuh mengenai Injil, Injil berkait dengan kita pergi ke sorga diselamatkan oleh Tuhan. Tapi Injil juga berkait dengan perubahan sosial yang harus kita kerjakan di tengah-tengah kita. Teologi Kristen sering kali cuma menekankan satu sisi. Teologi dari kaum Injili sangat menekankan bagaimana Kristus yang mati bagi saya, menebus dosa saya, membuat saya aman di sorga, di dalam pelukanNya Tuhan. Ini tentu benar, Injil tentu bicara hal ini. Tapi jika kita hanya menekankan sisi ini, maka kita tidak mengerti apa kaitan Injil dengan perubahan hidup di dalam dunia ini. itu sebabnya banyak orang dari aliran social gospel mengatakan bahwa Injil itu salah dipahami, orang Kristen hanya tahu beriman, lalu masuk sorga, selesai. Orang Kristen cuma tahu “diriku diselamatkan oleh Tuhan”, lalu selesai. Kita lihat teologi sering menjadi pendulum, yang swing terlalu banyak ke satu arah, lalu swing lagi terlalu banyak ke arah yang lain. Akhirnya teologi Rauschenbusch menolak keselamatan dari darah Yesus. Menolak pengertian mujizat dan juga penebusan yang menggantikan kita mati di kayu salib. Injil hanya sebatas menolong orang, Injil hanya sebatas melakukan perubahan sosial. Kalau terus hanya satu sisi, maka kita gagal memahami pesan yang utuh dari Alkitab mengenai Injil. Alkitab menyatakan Yesus punya tugas utama pergi ke Yerusalem untuk mati di kayu salib. Tapi Alkitab juga mengatakan Yesus juga berhenti di tiap kota untuk menolong orang yang memerlukan. Yesus berhenti untuk tindakan belas kasihan, tapi Dia tidak berhenti sampai di situ, Dia terus berjalan ke Yerusalem, sampai akhirnya Dia harus mati di kayu salib. Maka Injil menawarkan seluruh aspek ini harus ada. Saudara mau mengikuti Alkitab, Saudara harus tahu bahwa kita harus didamaikan dengan Allah oleh penebusan darah Yesus. Dan kalau kita tahu kita perlu didamaikan dengan Allah oleh darah Yesus, maka kita sadar bahwa kita orang berdosa yang harus ditebus. Tetapi setelah penebusan itu Saudara dan saya dituntut melakukan tindakan yang mengubah masyarakat. Gerakan Reformed Injili menyadari hal ini, mandat budaya, pekabaran Injil, teologi yang menekankan tentang penebusan Sang Anak Allah yang menjadi manusia, semua harus dipahami dan dijalani. Demikian juga dengan Injil Lukas, Lukas melakukan hal yang sama, Yesus berhenti di datu tempat menolong orang, lalu Dia lanjutkan perjalananNya. Termasuk ketika Dia sudah hampir sampai ke Yerusalem, Dia harus sampai Yerikho dulu. Dia bertemu dengan seseorang bernama Zakheus.
Di dalam Alkitab, di ayat yang kita baca dikatakan bahwa Zakheus adalah seorang kepala pemungut cukai, ini bukan hanya orang yang melakukan tindakan memungut cukai, dia adalah pemimpinnya. Dan orang-orang yang berada di dalam kelompok ini, sebagai kepala pemungut cukai adalah orang yang mempunyai kekuatan untuk tarik uang sebanyak mungkin, lalu setorkan sebagian untuk Roma, dan dia bisa tahan sebagian yang sangat besar untuk dirinya sendiri. Orang Roma mau ada orang yang teliti, selidiki semua orang di dalam daerah Yahudi, lalu tarik pajak sesuai dengan apa yang harusnya ada pada mereka. Dan orang Roma tidak peduli kalau pemungut cukai ini tarik sangat banyak, lalu ambil sangat banyak untuk dirinya lalu setorkan sedikit untuk Roma, asalkan setoran minimal sudah masuk, dia mau ambil berapa untuk kantongnya sendiri itu urusan dia. Itu sebabnya kepala pemungut cukai sangat dibenci oleh banyak orang. Tapi Alkitab mengatakan Zakheus bukan orang yang suka ambil uang lebih banyak. Dia mengikuti perintah dari pemerintahan Roma, kita tahu itu dari mana? Kita tahu itu dari apa yang Zakheus katakan sendiri di ayat 8 “kiranya ada yang saya peras, saya berani balas 4 kali lipat ganti yang saya peras”, ini bukan pernyataan mau balas, mau ganti, ini pernyataan dia tidak pernah pungut yang lebih besar dari yang dituntut oleh tentara Roma. Jadi Zakheus dibenci oleh orang Yahudi bukan karena dia korup, melainkan karena dia adalah kaki tangan Roma untuk mengatur para pemungut cukai memungut pajak untuk Kerajaan Roma. Dikatakan Zakheus ingin melihat Yesus waktu Dia masuk Yerikho, tapi dia tidak berhasil karena ada orang banyak, sebab badannya pendek. Badan pendek ternyata bisa punya beberapa pengertian. Badan pendek bisa berarti secara fisik dia pendek, tapi istilah ini bisa juga diartikan sebagai orang yang disingkirkan oleh komunitasnya. Jadi apakah Zakheus benar-benar badannya pendek atau tidak, kita tidak tahu. Bukan karena badan pendek dia panjat pohon, tapi dia terpaksa panjat pohon karena dia terus dihalangi untuk melihat Yesus. Saudara bisa bayangkan, ketika orang banyak mengerumuni Yesus, Zakheus mendahului mereka lalu panjat pohon. Mengapa dia lari mendahului mereka lalu panjat pohon, mengapa dia tidak lari mendahului mereka lalu tunggu di pinggir jalan? Karena kalau dia tunggu dipinggir jalan, dia akan tertutup orang lain, dan orang akan menghalangi dia menemui Yesus. Dalam Kitab Suci pohon ara menjadi lambang berkat Tuhan. Di Ulangan 8:8, selain buah anggur, buah ara menjadi simbol Tuhan memberkati. Di dalam Ulangan 8:8 Tuhan mengatakan “Aku akan beri kamu tanah yang berlimpah hasil anggur dan ara”, ini tanda Tuhan memberkati. Saudara bisa juga lihat di Mazmur 105:33, tidak ada buah ara itu tandanya Tuhan sedang mengutuk tanah. Tuhan mengatakan “hai Mesir, Aku akan hancurkan tanamanmu, pohon aramu tidak lagi akan berbuah”. Arti pohon ara tidak berbuah adalah Tuhan sudah kutuk tanah dan Tuhan tidak berikan berkat lagi. Itu sebabnya pohon ara mengandung makna teologis bagi orang Israel, ini bukan sekedar pohon yang random dipilih. Lalu di dalam Yeremia 8:13, Tuhan mengatakan “Aku akan membuat pohon aramu kering”, dan ini adalah ancaman pembuangan yang Tuhan nyatakan bagi Israel. Tuhan mengancam Israel dengan mengatakan “pohon aramu akan kering dan tidak akan menghasilkan buah”. Saudara juga bisa lihat di dalam Yoel 1: 12, disitu dikatakan bahwa pohon ara sudah tidak ada buah, Tuhan hukum kita dengan berat sehingga pohon ara tidak ditemukan lagi. Lalu bagaimana di tengah keringnya pohon ara, yang artinya Tuhan buang Israel, adakah pengharapan bagi mereka? Alkitab mengatakan Tuhan memberikan pengharapan, karena pohon ara akan kembali menghasilkan buah. Saudara bisa melihat ini di dalam Hosea 9:10 Tuhan mengatakan “Israel, Aku melihatmu seperti pohon ara yang buahnya banyak. Aku mengasihi engkau karena engkau seperti pohon ara bagiKu yang buahnya banyak. Tapi ketika engkau menyembah berhala, Aku akan membuat engkau kering”, dan pohon ara itu tidak lagi berbuah. Di dalam janji pemulihan, misalnya di Yoel 2, Tuhan menjanjikan pohon ara akan kembali mengeluarkan buah. Dan yang dikatakan akan mengeluarkan buah adalah sebelum panen besar yaitu buah sulung. Buah sulung adalah buah yang keluar sebelum pohon yang lain mengeluarkan buah, dan ini yang menjadi tanda Tuhan akan pulihkan Israel. ada buah sulung, ada buah ara yang keluar sebelum musim ara. Dan Saudara baru mengerti mengapa Tuhan mengutukpohon ara di dalam Matius 21, Yesus menemukan pohon ara lalu dikatakan Dia tidak menemukan buah. Alkitab Bahasa Indonesia mengatakan “karena belum musim ara”, tapi sebenarnya yang dimaksudkan adalah karena dekat musim ara, berarti kalau sudah dekat musim ara akan ada pohon ara yang menghasilkan buah sulung. Waktu pohon ara itu tidak menghasilkan buah sulung, Yesus mengutuknya hingga kering, kemudian Dia berjalan lanjut. Banyak orang tidak mengerti mengapa Yesus kutuk pohon ara, salah apa pohon ini. Dan kita sulit menjawab orang karena kita tidak mengerti latar belakang Yahudinya. Saudara kalau ditanya “mengapa Tuhan Yesus mengutuk pohon? Dia kejam”, Saudara akan menjawab apa? Mungkin Saudara menjawab “karena Dia kan Tuhan, terserah Dia mau kutuk siapa. Dia boleh kutuk pohon, Dia juga boleh kutuk kamu karena tanya terus”, jawaban itu salah. Tuhan mengutuk pohon ara karena ini melambangkan kalau pohon itu tidak menghasilkan buah sulung, Tuhan akan buang Israel. “Mana buah sulungnya hai Israel? pohon aramu sudah menghasilkan buah atau tidak?”, ini alasan mengapa Tuhan Yesus mengutuk buah ara. Harap dari sekarang dan seterusnya, Saudara mengerti, sehingga ketika ada orang yang minta penjelasan dari Matius 21, Suadara tidak harus mempertemukan dia dengan saya terus. Pohon ara itu bermakna teologis sekali, makna eskatologis. Kalau buah ara sudah ada berarti pemulihan sudah akan terjadi. Dan ini sebabnya di dalam Zakharia 3 ada janji Tuhan yang limpah, dikatakan Aku akan perbaiki pohon anggur dan pohon ara. Aku akan berikan dengan limpah dari buah anggur dan ara, dan pada waktu engkau sadar pohon ara sudah mengeluarkan buah, di bawah pohon ara engkau akan undang teman-temanmu pesta. Zakharia 3 digenapi Yesus di bawah pohon sikamor. Yesus mengundang Zakheus berpesta di rumah Zakheus, di bawah pohon, itu menggenapi Zakharia 3. Tapi Saudara mungkin protes, “maaf pak, penggenapan kok begini? Zakharia kan bilang pohon ara, Zakheus naik pohon sikamor. Dua pohon yang berbeda. Tidak ada janji pohon sikamor di dalam Alkitab, yang dijanjikan itu pohon ara”. Ketika saya lihat pohon ara, tingginya tidak terlalu besar. Waktu saya tanya ke Pak Cornelius, “pak, Zakheus naik dimananya?”, “Zakheus tidak naik pohon ini, tapi pohon sikamor, mirip ara tapi lebih besar”. Tidak ada janji tentang pohon sikamor. Maka ketika Alkitab mengatakan Yesus jalan terus lalu berhenti di bawah pohon sikamor, dan Dia melihat ke atas dan mengatakan “hai Zakheus turunlah, Aku mau mengajak makan di rumahmu”, kalimat ini menggenapi apa yang dikatakan di Zakharia 3 dengan cara yang sangat aneh, karena Tuhan mengatakan ada hasil pohon yang mulai mengeluarkan buah sulung. Saudara mungkin bertanya mana buah sulungnya? Orang yang nongkrong di atas itu buahnya. Itu yang Yesus katakan, Zakheus inilah buah dari Kerajaan Allah. Jadi jangan heran kalau Zakheus memanjat pohon.
Apa kaitan Zakheus memanjat pohon dengan teologiNya Yesus, dengan teologi yang Lukas mau bagikan? Jangan pernah lupa Lukas itu orang Yunani, tetapi yang sangat menguasai Perjanjian Lama. Dia mengerti Tuhan berbicara dengan simbol. Tuhan kita bukan hanya berbicara dengan teologi, dengan pernyataan saja, tapi dengan simbol. Dan bedanya Yesus dengan kita adalah kita pintar membuat simbol, mungkin dalam bentuk ukiran atau lukisan, tapi Yesus membuat simbol di dalam kehidupanNya. Dia menjalani hidup yang menjadi gambaran. Maka kalimat Lukas sangat penting, Yesus berkuasa di dalam perkataan dan tindakan. Waktu berkata-kata, Dia mengajarkan teologi kepada kita. Waktu bertindak pun Dia mengajarkan teologi kepada kita. Dan tidak ada teologi yang lebih indah dibandingkan dengan teologi diriNya yaitu Yesus sendiri, menggenapi seluruh rangkaian di dalam Perjanjian Lama. Apa yang dijanjikan Perjanjian Lama adalah pemulihan bagi Israel, tapi pemulihan bagi Israel tidak hanya mencakup Israel secara bangsa, melainkan pemulihan ini akan menjangkau semua bangsa. Tetapi ketika kerajaan itu datang, mana buah pertamanya? Dan Yesus di dalam Injil Lukas menyatakan ini buahnya. Yesus datang kepada Zakheus, di bawah pohon itu lalu lihat ke atas, ini persis yang dikatakan Tuhan di beberapa bagian di Mazmur maupun Yeremia, “Aku sudah lihat pohon ini, mana buahnya? Karena engkau kering terus, Aku buang”. Yesus lihat ke atas dan pohon sikamor ini tidak kering, karena ada buahnya, dan buahnya itu Zakheus. Yesus sedang menggenapi Zakharia 3. Kamu akan undang temanmu karena pohon ara mulai berbuah. Dan waktu itu Zakheus diundang Tuhan Yesus, Zakheus senang sekali. Alkitab tidak tahu apakah Zakheus mengerti simbol yang sedang terjadi di sini, tapi dia sangat senang karena Yesus mau datang ke rumahnya. Dia langsung mengundang teman-temannya, para pemungut cukai, bawahannya. Lalu mereka kumpul, mereka berbicara, mereka adakan pesta, makan-makan di rumah Zakheus. Pesta yang melambangkan Zakharia 3 karena Tuhan sudah mulai memberikan hasil sulung yang pertama di dalam Kerajaan Allah. Ini pesta yang menyenangkan sekali.
Lalu Alkitab mengatakan orang-orang benar-benar marah karena Dia makan di rumah orang berdosa. Orang lain melihat Zakheus sebagai orang yang disingkirkan, mengapa Yesus mau makan di rumah dia? Waktu Yesus datang ke dalam dunia, Dia merombak cara berpikir orang dan tidak banyak orang suka dirombak cara berpikirnya. Banyak orang bereaksi berbeda-beda waktu pikirannya dirombak, ada yang marah, menolak, membenci. Saya tidak pernah bisa membuat apa pun untuk memukau Tuhan. Kita mau bilang “Tuhan, prestasi saya bagus di kuliah”, Tuhan mengatakan “Aku tidak peduli prestasimu sebagus apa, sorga tidak dibangun oleh kemampuanmu studi”. Atau mungkin Saudara mengatakan “saya ini lulusan arsitek yang paling hebat, saya bisa design-kan sorga lebih bagus dari sekarang”, tidak mungkin, Tuhan tidak perlu design untuk sorga. Kita tidak bisa kasi apa pun. Tapi Tuhan datang untuk panggil yang tidak pernah layak, yang tidak pernah mendapatkan apa pun bahkan di tengah masyarakat, tapi Tuhan panggil. Dan ini menunjukan ketika Yesus sendiri yang berseru kepada Zakheus, “turun, Aku mau makan di rumahmu”. Waktu orang-orang tidak mengerti cara Tuhan memanggil, mereka membuat standar sendiri, membuat urutan sendiri, membuat kelompok siapa yang bagus secara rohani, inilah kelompok yang paling mungkin masuk ke dalam Kerajaan Tuhan. Ini cara berpikir yang salah sekali, kita terus membandingkan diri dengan orang lain lalu membuat peringkat demi peringkat. Tapi orang-orang yang melihat Yesus mau menerima Zakheus, mereka marah bukan main. Mereka mengatakan “jangan makan dengan orang berdosa”, tapi apa yang terjadi? Ayat 8 mengatakan Zakheus berdiri dan mengatakan kepada Tuhan, “Tuhan, setengah dari harta milikku, kuberikan kepada orang miskin”, kalimat ini besar sekali. Maka Lukas menggambarkan Zakheus mengatakan “saya kasi separuh hartaku bagi orang miskin”, berarti dia bebas dari itu. Dan Saudara bisa bayangkan betapa piciknya orang-orang di sekitar Zakheus yang mengatakan “Tuhan, jangan makan di rumah orang ini, karena dia membagi hartanya 50% ke orang lain”, orang ini tidak punya alasan untuk membenci Zakheus. Tapi tetap mereka mengatakan Yesus tidak boleh makan di rumah Zakheus, padahal Zakheus lebih baik dari orang lain, orang-orang rohani yang gila harta. Lukas menekankan bahwa Zakheus lepas dari cinta akan harta setelah dia bertemu dengan Tuhan Yesus. Dia mengatakan “separuh yang saya miliki akan saya berikan”. Berapa banyak kita rela mencintai dengan harta, mencintai dengan memberi, itu sesuatu yang mungkin sulit, tapi perlu kita latih. Siapa malas memberi, dia berada dalam bahaya besar terlalu cinta uang. Siapa malas memberi baik untuk pekerjaan Tuhan, baik untuk sesama, dia berada dalam bahaya besar terlalu cinta uang. Dan untuk menghindarkan diri dari cinta uang adalah belajarlah memberi, tidak ada cara yang lain. Maka di sini dia adalah buah sulung yang tidak pernah disangka. Ketika orang mengharapkan buah ara dari pohon ara, mereka mendapatkan Yesus mengatakan ada Zakheus dari pohon sikamor, itu tidak masuk akal. Tapi Tuhan justru mengatakan inilah cara Kerajaan Allah dimulai di bumi ini. Kerajaan Allah dimulai dengan Tuhan panggil orang-orang yang tidak layak jadi buah sulung, tapi benar-benar Tuhan pakai jadi buah pertama kerajaan itu. Saudara dan saya juga buah-buah yang Tuhan pakai di dalam kerajaanNya, dan kita tahu kita tidak lebih baik dari Zakheus, kita mungkin lebih parah dari Zakheus, tapi Tuhan panggil kita dan mengatakan “hei kamu, Aku mau makan di rumahmu. Kamulah hasil dari Kerajaan Allah”. Dan harap ketika kita menyadari hal ini, kita semakin rindu dipakai Tuhan, seperti Zakheus. Menyadari bahwa kita punya posisi di hadapan Allah dibenahi oleh Tuhan Yesus. Itu sebabnya Yesus mengatakan di dalam ayat 9 “kata Yesus kepadanya: hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang ini pun akan Abraham”. Mengapa Yesus mengatakan terjadi keselamatan? Karena Zakheus mendeklarasikan “saya bagikan separuh hartaku pada yang lain”, itu aspek pertama. Aspek kedua, karena orang ini keturunan Abraham, maksudnya adalah Tuhan yang pilih dia. Abraham waktu dipilih, tidak ada prestasi apa pun. Zakheus pun Tuhan yang pilih, bukan Zakheus yang punya jasa untuk datang kepada Tuhan. Tuhan pilih Zakheus dan mengatakan “kamu diselamatkan”. Kita diselamatkan karena Yesus rela menebus kita. Tapi setelah itu kita diselamatkan untuk membawa perubahan sosial di sekeliling kita.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)
- Khotbah
- 13 Dec 2017
Soli Deo Gloria
(Filipi 2: 1-11)
Kita bersyukur karena di dalam Reformasi ada tekanan tentang teologia salib. Ini adalah suatu tekanan teologi yang Martin Luther ajarkan melalui kotbahnya atau melalui pemaparan tentang imannya di kota Heidelberg. Pada waktu itu Roma ingin memanggil dia untuk datang ke Roma mempertanggung-jawabkan apa yang dia katakan. Tapi waktu itu Pangeran Fredrick melarang untuk dia pergi. Pangeran Fredrick mengatakan bahwa semua hearing, semua pendengaran, semua pengadilan untuk Luther harus dilakukan di Tanah Jerman, dan dia punya otoritas ketat untuk pertahankan ini, sehingga akhirnya dia memberikan pertanggungan jawab di Kota Heidelberg. Di sini dia membahas tentang perbedaan dari teologi gereja pada waktu itu dengan apa yang Alkitab ajarkan. Dia mengatakan bahwa gereja pada waktu itu mengenal teologia kemuliaan, teologia yang menekankan tentang kemuliaan, tapi bukan kemuliaan Tuhan melainkan kemuliaan diri. Sedangkan Kristus menekankan tentang salib, dan salib beda dengan kemuliaan yang dicari oleh gereja, adalah tempat dimana kemuliaan itu menjadi kosong. Mengapa Yesus mengosongkan diri? Di Surat Filipi dikatakan supaya kemuliaan Allah dinyatakan. Ini adalah hal yang sangat terkait, tidak ada orang yang bisa menyatakan kemuliaan Tuhan tanpa dia mengosongkan diri. Jika kita pegang kemuliaan bagi diri, Tuhan tidak mungkin dipermuliakan. Jika kita mau kosongkan diri, baru kemuliaan Tuhan bisa dinyatakan. Ini adalah pola yang Surat Filipi nyatakan, karena di dalam Surat Filipi dikatakan Kristus dalam rupa Allah. Kata yang dipakai untuk rupa di sini adalah morphe, dan morphe disini bukan berarti Dia adalah Allah lalu kehilangan ke-Allah-an. Kalau Dia adalah Allah, ketika menjadi manusia Dia berhenti jadi Allah, maka semua berita yang Paulus beritakan di Filipi 2 kehilangan maksudnya. Tuhan Yesus adalah Allah, waktu Dia menjadi manusia, Dia tetap Allah. Dia adalah Allah sejati, Dia juga manusia sejati. Dia mempunyai 2 natur di dalam 1 pribadi, Dia adalah Allah sejati dan Dia adalah manusia sejati. Tapi waktu Dia menyatakan diri di dunia, Dia menyatakan morphe manusia, Dia menyatakan sebagai rupa manusia, bukan Allah. Itu sebabnya Surat Filipi mengatakan bahwa waktu manusia hidup di dunia, manusia harus hidup dengan meneladani Kristus. Mengapa meneladani Kristus begitu penting? Karena kalau seorang meneladani Kristus, dia akan menjadi orang yang menyatakan kemuliaan Tuhan. Kemuliaan Tuhan tidak bisa dinyatakan selain dengan kekosongan dari orang yang mau menyatakannya. Pola ini sangat tidak dimengerti oleh setan Karena dia ingin kemuliaan bagi diri, karena dia penuhi dirinya dengan kemuliaan diri, sehingga tidak ada tempat bagi kemuliaan Tuhan.
Itu sebabnya di dalam Filipi 2 ini ada pesan yang sangat penting untuk kita. Di dalam Filipi 2 diajarkan bahwa Saudara dan saya mesti lihat Kristus, mesti mengamati Kristus, mempunyai keadaan yang meneladani Kristus. Itu sebabnya di ayat yang ke-1 Paulus mengatakan “dalam Kristus ada nasehat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan roh, ada kasih mesra dan belas kasihan”. Paulus mengatakan “kalau kamu ingin jadi gereja yang memuliakan Tuhan, kamu harus lihat kepada Kristus yang memberikan penghiburan, persekutuan, kasih mesra dan belas kasihan”. Paulus meminta untuk semua mempunyai satu pikiran, satu hati dan satu jiwa. Gereja tidak boleh hidup dalam keadaan yang terpecah, tidak boleh punya banyak proyek yang bukan dari Tuhan. Saudara bisa cek dari apa yang dikerjakan oleh GRII, adakah proyek yang bukan pekerjaan Tuhan? Adakah kita buang-buang waktu, tenaga terlalu besar hanya untuk merayakan HUT, misalnya. Tidak. Kita mati-matian kerjakan sesuatu yang berkait dengan rencana Tuhan. Tapi sekarang banyak gereja mendirikan gereja tanpa tahu dia harus pegang doktrin apa. ini tidak terjadi pada GRII, pada waktu Pak Stephen Tong mau mendirikan, dia mengatakan “berteologi Reformed. Kamu baca Westminter Cathecism, kamu baca Westminster Confession of Faith, kamu baca Pengakuan Iman Rasuli, kamu baca dari Heidelberg dan lain-lain. Dari tradisi Reformed” itu yang kami pegang. Maka jika gereja kehilangan identitas, kehilangan arah, kehilangan tujuan untuk melayani, dia akan dipakai setan untuk mengacaukan banyak orang. Dan salah satu indikasi bahwa gereja itu sudah tersesat adalah keinginan untuk terus menjadi besar dan megah, terus ingin menjadi populer, terus ingin menjadi pusat, terus ingin menjadi sorotan yang paling penting. Tetapi Paulus mengingatkan gereja Tuhan tidak boleh seperti itu, gereja Tuhan harus melihat kepada Kristus.
Bagaimana melihat kepada Kristus? Charles Spurgeon pernah mengatakan Tuhan memerintahkan kita untuk mengamati, melihat Kristus, melihat dengan keinginan besar untuk mengadopsi gaya hidupNya. Bukan cuma melihat untuk tahu, tapi melihat supaya saya bisa jalankan yang Dia sudah jalankan. Saya mau jalankan apa yang Kristus jalankan. Dan apakah yang Kristus jalankan? Alkitab mengatakan Kristus menjalankan jalan salib. Apa itu jalan salib? Jalan salib berarti Kristus rela meninggalkan kemuliaan yang Dia memang berhak dapat, poin pertama ini berat sekali. Paulus tidak menyuruh kita untuk melihat kepada yang lain, Paulus suruh kita untuk melihat kepada Kristus. Dan Paulus tidak mengatakan Kristus kehilangan kemuliaan yang asing. Kristus rela kehilangan kemuliaan yang Dia memang miliki. Kalau kita tidak mempunyai kemuliaan, kita tidak kehilangan kemuliaan, itu adalah hal yang wajar. Tapi banyak manusia mengejar hidup seperti ini, hidup untuk dianggap lebih mulia dari aslinya. Orang Kristen yang munafik seperti ini, ingin dianggap lebih suci dari aslinya, ingin dianggap lebih pintar dari aslinya, ingin dianggap hebat dari aslinya, sehingga menampilkan hal yang baik supaya orang menilai dia lebih baik dari aslinya. Ini sebenarnya berlawanan dengan pengertian dari Alkitab yang disebut dengan kemurnian atau kesucian. “Berbahagialah orang yang murni hatinya”, apa itu murni? Murni berarti siapa saya di dalam sama seperti saya di luar, apa yang saya miliki di dalam itulah yang kamu bisa lihat ke luar.
Dan saya ingin bagikan dalam 4 hal yang akan berkait dengan kehidupan praktis kita ketika kita ingin menghidupi kehidupan seperti Kristus. Hal pertama yang Kristus ajarkan kepada kita adalah cara mengosongkan diri, cara pertama adalah kita tidak hidup untuk diri, itu standar paling utama, standar paling penting. Kalau saya hidup untuk diri, saya sulit untuk tidak munafik, saya pasti akan pura-pura, saya pasti akan tampilkan yang lebih baik dari pada aslinya, saya pasti cari kemuliaan lebih dari aslinya, karena saya terus merasa saya mesti hidup untuk diri. Kalau saya hidup untuk diri maka diri harus dianggap hebat, diri harus dianggap pada posisi yang lebih tinggi karena diri yang menjadi fokus dari kehidupan saya. Tapi waktu kita belajar melihat yang lain, pada waktu itu kita belajar melihat diri kita sebagai orang yang mendedikasikan diri bagi orang lain. Waktu seseorang mendedikasikan diri bagi orang lain, pada waktu itu dia akan melihat dirinya menjadi lebih baik. Ketika orang tua mempunyai anak, dia akan mulai lihat dirinya bukan untuk dirinya sendiri, “sekarang saya hidup ada anak, saya harus memelihara dia, mendidik dia, menjadi contoh untuk dia”. Waktu dia melihat kepada pribadi yang lain, baru dia menemukan dirinya menjadi lebih lepas, menjadi diri yang lebih utuh. Manusia tidak pernah diciptakan untuk berfokus kepada diri, manusia diciptakan untuk mendedikasikan diri kepada yang lain. Ini dedikasi diri yang mesti kita pelajari, mesti benar-benar kita ketahui. Tanpa dedikasi kepada yang lain, kita tidak sedang menjadi manusia. Seorang bernama Buber mengatakan manusia itu relasional, kalau dia tidak berelasi dengan yang lain, dia akan habis. Tapi kalau relasi itu hanya sekedar mengenal dan menyapa “hai” itu bukan relasi. Saya yakin banyak di antara kita yang relasinya hanya sekedar “hai”, ini bukan relasi. Bahkan mengenal nama pun belum tentu relasi. Relasi adalah ketika kita mengizinkan diri kita diubah oleh orang yang kepadanya kita berelasi. Kalau kita tetap menjadi diri kita tanpa ada perubahan, tanpa ada penyesuaian untuk berelasi dengan orang lain, kita tidak sedang berelasi. Kalau saya orangnya keras, lalu saya berelasi dengan orang yang mudah sekali hancur, saya mesti kurangi kadar kekerasan saya, kalau terus ngotot orang itu akan hancur. Maka saya mengizinkan diri saya diubah, mengizinkan diri saya berproses supaya saya boleh berelasi dengan orang itu. Itu baru namanya relasi. Di dalam relasi kita akan membuka diri untuk orang yang kita terima di dalam relasi. Makin dalam relasi itu makin besar bagian diri kita yang harus diubah. Demikian ketika kita berelasi dengan Tuhan, kita mengatakan kepada Tuhan, “Tuhan, di dalam relasi ini saya sedang membuka diri saya untuk diubah oleh Tuhan, biarlah Tuhan ubah apa pun yang tidak beres yang harusnya tidak ada pada saya, Tuhan singkirkan. Yang baik, yang harusnya ada, biar Tuhan yang bentuk. Ini hal pertama, bagaimana caranya saya meneladani Kristus? Poin penting nomor satu, Saudara harus hidup dalama relasi, in relationship, tapi bukan dalam arti pacaran. Ketika saya hidup dalam relasi dengan orang, dengan tetangga, dengan yang lain-lain, pada waktu itu saya sedang belajar meniadakan diri. Makin saya mendedikasikan diri bagi yang lain, makin diri saya ditiadakan. Tapi meniadakan diri cuma aspek pertama dari kemuliaan Tuhan yang akan dinyatakan.
Maka kedua, relasi Saudara adalah relasi yang memberkati demi kemuliaan Tuhan. Saudara ingin menjadi berkat untuk orang lain mengenal Tuhan, ingin menjadi berkat untuk orang lain mencicipi kebaikan Tuhan. Di dalam Surat Efesus, Tuhan adalah Tuhan yang begitu baik, Tuhan memberikan kebaikan di sekeliling kita, kita dikurung oleh kebaikan Tuhan. Saudara mau lihat kemana pun, Saudara akan lihat tidak ada inci yang tidak menyatakan kemuliaan Tuhan, ini kutipan John Calvin. John Calvin mengatakan kemana pun kamu memandang, tidak ada inci yang tidak menyatakan kemuliaan Tuhan. Tuhan begitu baik, Tuhan mengurung kita dengan kebaikan. Saudara mau pergi ke kanan, ke kiri, pergi ke depan, ke belakang, lihat kemana pun Saudara akan melihat kebaikan Tuhan sedang dinyatakan. Kita tidak bisa menyangkal ini, Saudara dan saya adalah orang-orang yang sangat diberkati, karena kemana pun Saudara melihat, kebaikan Tuhan itu real. Tapi kalau Saudara lihat kiri kanan cuma lihat hal-hal yang jelek sekali pun, tetap ada hal baik yang Tuhan akan nyatakan kemudian. Sering kali kita mengatakan “Tuhan, saya ingin melihat kebaikan, tapi saya tidak lihat. Saya rasa hidup saya seperti Ayub, semuanya rusak, semuanya kacau”. Bahkan kepada Ayub pun Tuhan meminta Ayub melihat kebaikan Tuhan yang meski pun tidak dimengerti tapi pasti ada di kehidupan Ayub. Orang yang gagal melihat ini akan sulit untuk melepaskan dirinya, mendedikasikan dirinya bagi yang lain. Kalau Saudara mau dedikasikan diri bagi yang lain, pertama-tama Saudara harus sadar bahwa Tuhan itu baik. Bagaimana bisa menolong orang lain, bagaimana bisa menjadi berkat bagi orang lain, kalau kita pun masih bergumul tentang kebaikan Tuhan? Tuhan yang baik adalah Tuhan yang mengurung kita dengan berbagai berkat, sehingga waktu kita sadar kita dikurung oleh berkat yang demikian limpah, kita tidak bisa tidak menjadi berkat. Kita punya kerinduan untuk kosongkan diri demi yang lain karena kita tahu kita tidak akan mungkin pernah kosong. Orang yang menyampaikan firman, akan tahu dia tidak akan pernah kosong meskipun harus menyampaikan firman berkali-kali. Orang yang tidak ingin menyalurkan adalah orang yang belum mengerti mana sumbernya. Kalau sumbernya adalah Tuhan, maka keinginan kita adalah untuk berbagi. Ini poin kedua yang sangat penting, Saudara tidak hanya ingin berelasi, tapi ingin bersumbangsih di dalam relasi itu. Kebaikan kepada sesama manusia adalah kebaikan yang bukan optional. Saudara kurang dalam murah hati, mesti perbaiki kemurahan hati. Saudara kurang dalam berdedikasi, mesti perbaiki dedikasi. Jangan berlindung di dalam hal yang kita sudah kuat lalu mengabaikan hal yang kita masih lemah.
Hal ketiga, di dalam Filipi 2 adalah keharusan untuk mengambil posisi yang rendah, ini aspek ketiga yang penting. Saudara menjadi berkat dengan kerelaan merendahkan diri, bahkan kewajiban merendahkan diri. Sekali lagi Paulus mengatakan perendahan diri itu bukan pilihan. Saudara dan saya tidak diberikan opsi “kamu mau merendahkan diri atau tidak?”, tapi Saudara dan saya dipanggil untuk merendahkan diri. Kita dipanggil untuk meneladani Kristus, bukan kalau bisa ikut Dia. Saudara harus rendahkan diri, itu jadi tuntutan yang Tuhan mau kita kerjakan. Kita semua punya level perendahan diri yang kita kerjakan, ada di antara kita yang mungkin harus terpaksa luangkan uang atau waktu atau apa pun untuk pekerjaan Tuhan, lalu harus merendahkan diri untuk menjalankan pelayanan itu. Menyangkal diri adalah sesuatu yang harus kita kerjakan. Maka waktu saya menjalankan pelayanan dengan keharusan merendahkan diri, pada waktu itu saya tahu Tuhan sedang bentuk saya untuk menjadi orang yang bisa mencerminkan kemuliaan Tuhan.
Yang keempat, di dalam Filipi dikatakan bahwa waktu Saudara merendahkan diri, Saudara merendahkan diri bukan hanya dengan kerelaan, tapi juga dengan ketaatan. Perendahan diri adalah sesuatu yang bisakita pilih, tapi John Calvin juga mengatakan di buku ke-3 kadang-kadang Tuhan akan paksa. Ini poin keempat, Saudara dan saya akan dikosongkan oleh Tuhan, kita akan dipaksa untuk merendah, untuk menghabiskan diri sampai serendah-rendahnya. Dan ketika momen ini tiba, Saudara tidak bisa lihat kepada siapa pun, kecuali kepada Kristus. Kalau engkau tidak melihat kepada Kristus, engkau tidak mungkin memiliki pengharapan. Kalau engkau tidak melihat kepada Sang Juruselamat, engkau tidak mungkin bertahan di dalam keadaan seperti ini. Waktu saya membaca buku ketiga dari John Calvin, saya sangat gentar karena John Calvin mengalami begitu banyak hal sebelum dia menulis buku ketiga ini. Waktu dia pelayanan di daerah Strasbourg, dia mendapatkan seorang istri, kemudian mempunyai seorang anak. Ketika baru datang kembali ke Jenewa, tidak berapa lama anak yang dilahirkan itu meninggal. Kemudian dia mendapatkan anak kedua, ternyata meninggal juga. Anak ketiga dilahirkan dan meninggal juga. Tiga anak dilahirkan dan meninggal waktu usianya masih bayi. Semua orang yang menjadi musuhnya, kumpulkan orang-orang di Jenewa untuk menentang Calvin dengan mengatakan “Calvin itu adalah nabi terkutuk, buktinya anaknya mati semua. Dia bukan orang yang baik, dia adalah palsu, mari kita singkirkan dia dari Jenewa karena dia tidak pernah boleh dianggap sebagai hamba Tuhan yang baik”. Keadaan itu sangat menakutkan bagi Calvin dan keluarganya. Lalu mereka mendirikan begitu banyak kelompok untuk menentang Calvin. Akhirnya Calvin menjadi orang yang dianggap hina sekali. Bayangkan melayani di tempat seperti itu, tapi Calvin tetap lakukan. Calvin mengatakan jika engkau dipaksa untuk merendahkan diri itu cara Tuhan untuk membentuk kerohanian kita. Kita hidup begitu enak, semua serba manja. Saya kadang sedih sekali waktu melihat anak muda yang terlalu mudah menyerah. Ada yang mengatakan “saya tidak bisa datang kebaktian karena gerimis”, karena gerimis tidak datang? Gerimis akan selalu ada, lebih baik ada gerimis supaya tidak kekeringan. Banyak orang yang meng-excuse dirinya, diri capek sedikit langsung di-excuse, diri lemah sedikit langsung di-excuse. Saya sekarang mengerti kekuatan Calvin di mana, di salib. Dia melihat Yesus yang tekun jalan ke salib, sampai mati di kayu salib, dia jalankan hal yang sama. Maka kita semua harus melihat hal yang keempat ini sebagai poin yang utama yaitu Tuhan akan dipermuliakan kalau kita sudah tahu salib kita itu apa. Salib kita adalah keadaan di mana kita rela menghabiskan semua sampai nyawa kita sekali pun, di titik itu. Ada orang yang mengatakan “demi berita Injil, nyawa saya akan saya berikan sampai titik penghabisan”, “saya mau memberikan kekuatan saya untuk membangun bangsa ini”, maka dia akan habiskan kekuatannya sampai mati. Waktu orang mengatakan “saya akan dedikasikan hidup saya untuk generasi muda”, dia akan habiskan hidupnya untuk generasi muda. Kalau orang Kristen mempunyai niat yang kurang dari ini, kita sulit mengatakan kita orang Kristen. Harap kita mengerti Soli Deo gloria. Mengapa ada soli Deo gloria di dalam hati Luther? Karena Luther mengatakan “hidup saya untuk memberitakan firman dan Tuhan akan dipermuliakan”. Waktu Calvin mengatakan dia akan memikul salib pada akhirnya, pada waktu itu kemuliaan Tuhan dinyatakan. Soli Deo gloria.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkotbah)
- Khotbah
- 13 Dec 2017
Solus Christus
(Yohanes 20:24-28)
Jika kita kembali memikirkan jabatab Kristus sebagai Raja. Yang biasanya salah tafsir akan mengatakan “iya, karena Dia Raja, maka saya anak Raja, saya mendapat privilege”, sepertinya itu salah, di Alkitab tidak ada semacam nepotisme seperti itu. Saudara kenal orang suci kemudian Saudara lebih mudah akses kepada Allah, tidak ada seperti itu, jadi itu pasti penafsiran yang salah. Kemudian apa poinnya kalau kita mau mengenal Yesus secara seutuhnya, Dia adalah Imam, Nabi dan Raja. Raja adalah satu pengertian yang perlu kita pikir sebelum kita menerimanya, karena tidak ada raja yang tidak ada demand sesuatu. Saudara tidak bisa merajakan seseorang, atau punya raja, Saudara tidak punya kewajiban terhadap raja itu. Terhadap imam kita mendapat manfaat, terhadap nabi kita mendapat manfaat. Begitu Saudara menganggap Yesus adalah Raja, itu tidak bisa Saudara merasa dapat manfaat saja. Mungkin yang perlu kita pikirkan adalah “apa yang perlu saya berikan untuk raja, kewajiban apa yang saya perlu dapat untuk saya pikul ketika saya merajakan Yesus?”. Dan kalau orang tidak mau pikul tanggung jawab ini, dia akan ambil tafsiran yang tadi “Yesus Anak Raja, kita semua anak Raja”, privelege. Dan itu pasti hal yang salah. Salah pengertian atau tidak mengerti Yesus sebagai Raja secara tepat, ini membuat Kekristenan hancur lebur.
Kunci pertama dalam pengertian ini yang seringkali kita tidak tepat mengertinya. Kalau kita melihat dari kelahiran Yesus, tidak ada satu fase di dalam hidup Kristus yang tidak menyatakan Dia Raja. Masalahnya adalah diterimakah atau ditolak? Cuma 2 fakta ini. Jadi responnya benar-benar ekstrim, satu sisi menuhankan Yesus, tahu Dia adalah Raja dan benar-benar berespon dengan tepat, dan satu sisi lagi tidak. Saya rasa kalau kita mau memikirkan dengan detail, dengan adil, Raja yang paling berkuasa, Raja di atas segala raja, bahkan yang kita nyanyikan, dan kita mungkin bisa akui, itu adalah Kristus. Tetapi Raja ini adalah raja yang paling mudah kita abaikan, paling mudah kita gulingkan kekuasaannya dan paling mudah dikudeta oleh kuasa lain tanpa kita sadari, atau kita sendiri tergiur untuk mengkudetanya. Kalau Saudara mau melakukan percobaan makar di Indonesia, Saudara akan ditangkap. Berapa banyak kita melakukan pembangkangan, ujaran kebencian kepada Allah, tidak patuh? Itu sering kali, kita lakukan itu dengan beraninya kepada Raja di atas segala raja. Maka tidak heran mengapa Kekristenan bisa sampai sekarang meskipun kita lihat secara KTP mungkin begitu banyak orang Kristen di daerah Kristen, atau kalau kita lihat di Eropa banyak sekali negara yang katanya Kristen, tapi sekarang sudah merosot. Kuncinya adalah bukan karena mereka tidak tahu Yesus bersyafaat, bukan mereka tidak tahu Yesus menyatakan kebenaran, kuncinya adalah mereka menggulingkan Kristus dari tahtaNya. Ini hal serius karena tahta raja mempunyai demand. Demand adalah whole hearted, seluruh hati, whole life, seluruh hidup, whole aspect, seluruh aspek hidup kita. Dan seperti yang dikatakan oleh Abraham Kuyper, tidak ada di dunia ini satu inci di mana Yesus tidak berhak mengatakan that’s Mine. Dan kita melokalisir kerajaanNya, kita menggeser Dia, pindah patok areanya, dan kemudian kita sebagai umat, sebagai rakyat tidak mengakui Dia sebagai Raja. Bahkan kita dengan mudah mengkudeta Dia, inilah problem terbesar. Saudara menjadi Kristen atau tidak Kristen secara keseluruhan, bukan urusan “saya terima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat”, menangis, punya catatan memori yang begitu indah tentang pengalaman pertobatan. Tapi kalau Saudara tidak hidup whole hearted, whole life, whole aspect untuk Tuhan dan Kristus adalah Rajanya, kita akan segera menggulingkan Dia cepat atau lambat. Sadar tidak sadar, Saudara sedang mengkudeta Tuhan. Atau Saudara membiarkan Raja Saudara dikudeta orang lain. Fakta ini harus kita deteksi, karena kalau tidak kita akan merasa diri kita nyaman karena merasa sudah Kristen, tapi ternyata kita tidak menghidupinya secara keseluruhan. Kita hanya mengakui Yesus adalah Nabi, Imam dan Raja kalau itu menguntungkan bagi hidup saya, tapi kalau itu menuntut suatu kewajiban, saya akan segera kecewa, membentuk tembok sendiri, dan segera melokalisir dimana Dia bisa bertahta. Sebagian besar orang mentahtakan Yesus sebagai Raja di dalam spiritual. Ini suatu analisa yang sangat baik, kalau kita terlanjur atau sudah melokalisir Kerajaan Yesus di dalam spiritualitas saja, Abraham Kuyper mengatakan di dalam generasi pertama, orang-orang tua akan merasa agamaku agamaku, agamamu agamamu, kita dipublik berdamai saja, ke gereja tidak perlu memaksa orang jadi Kristen, semua orang punya juruselamatnya masing-masing, maka mari merajakan Kristus di dalam kerohanian. Kuyper menubuatkan bahwa generasi kedua tidak akan merajakan Yesus sama sekali, karena orang tuanya bisu, orang tuanya hanya berdoa “beriman di dalam Kristus, Engkau adalah Juruselamatku, Rajaku”, tapi dalam hidup sehari-hari tidak pernah kalimat Kristus diucapkan, tidak pernah merajakan Yesus dibicarakan kepada anaknya. Maka generasi kedua akan tidak tahu, they will passed over in silent. Orang tua mengatakan “anak-anak sebagai orang Kristen kita harus hidup beretika, hidup menjadi berkat, hidup yang memanusiakan orang”, tapi semua sumber atasnya, Rajanya didongkel. Ketika Rajanya didongkel maka prinsip Kristennya naik. Prinsip Kristen naik, hukumnya menjadi abstrak, tak berpribadi. Maka hukum abstrak ini lama-lama akan menjadi bias, apa yang baik pada 500 tahun lalu entah akan menjadi apa 500 tahun kemudian. Ini mudah sekali diisi oleh muatan yang lain karena prinsip Kristen sudah naik. Prinsip kebaikan Kristen, lama-lama prinsip kemanusiaan, semua merosot karena Rajanya sudah hilang. Dan kemudian generasi kedua hanya mengatakan “mari hidup baik-baik, kita bayar pajak, ada asuransi kesehatan, kita tidak boleh serobot antrian orang”, semuanya oke. Lalu generasi ketiga akan melupakan. Dan ini terjadi di negara-negara yang sangat baik pengaturannya. Mengapa mereka bisa begitu empty walaupun hidupnya baik? Karena Rajanya sudah dibuang. Kita sudah menggulingkan Raja itu dengan semena-mena dan itulah yang terjadi, humanity mulai naik. Waktu humanity naik yang terjadi ada beberapa option, bisa ekstrim kiri yaitu dictatorship, humanity, Rajanya hilang. Posisi ini tidak bisa kosong, kita diciptakan dengan urutan dari atas ke bawah yaitu Allah, manusia – Raja, wakil raja, yang pertama tidak bisa kosong. Cuma kalau kita tendang Raja yan asli maka yang naik adalah macam-macam, mungkin kita sendiri. Maka ketika manusia naik menjadi raja akan terjadi dictatorship, komunitas menjadi raja, komunis, atas kepentingan orang banyak. Atau ketika manusia pikir “itu zaman dulu, kita kan berkembang, kita penuh dengan kemungkinan-kemungkinan besar, kita bisa maju” dan segala macam, maka naiklah sains. Sains, ilmu pengetahuan dijunjung tinggi menjadi rajanya manusia. Maka dulu yang tidak bisa terjelaskan, sekarang bisa dijelaskan, dulu kalau gempa orang tidak siap menghadapi gempa, sekarang ada detektor gempa, ada detektor tsunami, apa pun ada detektornya. Jadi kita tidak merasa bagaimaan kepada Tuhan karena yang mengontrol itu bukan Tuhan, semua bisa dideteksi, bisa diantisipasi, bisa diatur. Maka akshirnya sains naik. Atau kalau sains tidak naik, yang naik adalah uang. Uang naik, uang jadi raja. Perhatikan, dulu pusat kota adalah alun-alun, ada gereja, tempat pengadilan dan macam-macam, tapi sekarang pusat kota adalah mall. Saudara tidak akan mengatakan “mari kita kumpul di gereja”, itu tidak mungkin, bahkan hal religius pun ditendang secara konsep umum. Manusia menendang Tuhan, maka ganti yang difokuskan adalah mall. Sekarang semua juction isinya mall, dulu semua juction isinya gereja. Perhatikan kota-kota lama, pusatnya adalah tempat ibadah, Jakarta misalnya ada katedral. Itulah yang terjadi, ketika uang naik menjadi raja, maka kadang-kadang kita pikir ada benarnya juga, terkadang uang ada benarnya juga, menciptakan dari yang tidak ada menjadi ada, mirip Tuhan. Orang tidak ada menjadi ada, misalnya dia tidak hormat kepada saya tiba-tiba bisa jadi hormat ketika saya punya uang, dia tidak taat sama saya bisa jadi taat karena uang, tidak suka bisa menjadi suka karena uang, apa pun bisa dilakukan kalau ada uang.
Akibat karena menggulingkan raja yang sejati, uang menjadi suatu yang kelihatan yang bisa menyatukan prinsip atau kekuatan di atas manusia. Dan semua manusia mau menyembha uang, kemudian waktu uang ini ke atas terus-menerus, somehow manusia akan sampai ke satu titik. Tidak bisa. Uang itu suatu visible, yang kelihatan, manusia tidak bisa hidup yang visible saja. Kita akan tetap merasa kosong, banyak uang tapi tidak bisa beli persahabatan, punya banyak uang tidak bisa beli kesehatan, punya banyak uang tidak bisa beli iman, semua kepuasan hidup tidak bisa dibeli. Ternyata setelah Raja yang asli ditunggangbalikan, muncul raja-raja gadungan, ternyata raja-raja gadungan juga tidak memberi kepuasaan. Maka manusia berpikir mesti ada yang lain, ada yang memberi higher value terhadap hidup kita, memberi kita makna. Maka ketika Raja yang sudah ditendang dan ini dilupakan orang menaikan yang namanya art. Art bisa menjadi pengganti Tuhan yang paling mirip, karena di dalam art atau seni kita bisa dibawa mengenal makna yang lebih tinggi, lebih mendalam, memberikan penjelasan hidup yang lebih kompleks, lebih luas, kita bisa memiliki makna hidup yang memuaskan kita di satu titik, dan ini adalah seni. Saudara bisa membagi dua orang yang tercengkeram seni karena kekosongan raja, rajanya sudah digulingkan, digantikan seni, ada 2 macam. Orang pertama adalah orang yang mengisinya dengan seni yang agung. Maka tidak heran seniman atau orang yang kecanduan seni yang bagus, lukisan yang indah, lukisan yang penuh dengan filosofi, pokoknya luar biasa, mereka senang dengan itu, dan mereka merasa hidup fulfill. Tapi kalau Saudara meninggalkan Tuhan demi itu, itulah menendang Raja dan mengganti dengan hal-hal yang mirip dengan Raja. Tapi ada juga orang yang mengisi dengan seni yang remeh, pornografi, art-art yang remeh, art yang remeh, yang membuat kecanduan. Kecanduannya karena dosa, poinnya dia tidak punya Raja, tahtanya kosong. Maka muncul pesaing dan bakal calon yang masuk, dan itulah yang tidak disadari manusia. Manusia menempatkan oknum-oknum seperti ini, Saudara bisa tempatkan uang, tempatkan seni, tempatkan tradisi, Saudara bisa menempatkan apa pun sebagai raja yang mengontrol hidup kita. Inilah yang terjadi, kita menjadi orang Kristen seringkali tidak menyadari hal ini, kita sibuk melokalisir Yesus di dalam spiritualitas, kita sibuk melokalisir Yesus dalam suatu bidang pelayanan. Kalau pelayanan, Yesuslah Rajanya, tapi kalau kerja, bergaul, bukan Yesus. Maka sebenarnya hidup kita tidak solus Kristus, kita Yesus plus plus, cuma mungkin kita tidak mengakui, karena di dalam hal lain kita menjunjung tinggi raja itu.
Mari kita memikirkan hal ini dalam melihat perjuangan 500 tahun Rformasi, sola-sola ini sangat penting. Solus Kristus, sudahkah kita merajakan Kristus secara seluruhnya? Jangan-jangan kita tidak merajakan Yesus, tapi kita hanya mengambil beberapa aspek. Oleh karena itu bagaimana caranya kita merajakan Kristus? Karena kita kadang tahu konsep idealnya tapi menuju ke sana itu satu pergumulan yang sulit dan kita juga tidak tahu bagaimana caranya kesana. Mari kita lihat Yohanes 20: 24-28, saya akan menyoroti dalam angle yang sedikit berbeda yaitu dengan melihatnya di dalam pengertian Kingship of Christ. Mari kita lihat ini dalam sudut pandang pergumulan orang yang betul-betul mau merajakan Yesus karena dalam konklusi imannya ini adalah konklusi iman yang sangat besar yang diucapkan oleh seorang manusia yang tercatat dalam Injil Yohanes. Langkah pertama adalah kita hanya bisa merajakan Yesus lewat pergumulan. Tidak bisa kita merajakan Yesus hanya dengan sekedar tahu “Yesus adalah Raja, amin”, ini harus lewat satu pergumulan yang tidak asal. Harus mencari satu keakuratan dalam pergumulan ini. Karena kalau kita salah mengerti, salah bergumul, maka kita akan mudah jatuh. Banyak orang Kristen menjadi Kristen karena terburu-buru mengambil konklusi iman. Banyak keturunan orang Kristen menjadi Kristen karena terburu-buru mengambil konklusi iman. Dalam pengakuan iman Tomas, kata yang sangat penting yang ada di sini adalah kata “ku”. “Ku” di sini menunjukan pergumulan yang dikunyah sendiri. Saudara dan saya harus bergumul sendiri dan mengambil satu komitmen “Tuhan, Engkau adalah Rajaku, my whole herat, my whole life, my whole aspect, saya persembahkan untuk Engkau”, itu baru kita benar-benar menjadi Kristen. Eropa kurang apa Pengakuan Iman Rasuli, tapi berapa banyak yang betul-betul merajakan Yesus? Tidak ada. Sumatera Utara kurang apa Pengakuan Iman Rasuli? Ambon, Manado kurang apa Pengakuan Iman Rasuli? Tidak ada, tapi mereka tidak betul-betul bergumul mengambil standing point sebagai orang Kristen, maka itu tidak akan jadi apa-apa. Kita pasti merajakan Yesus dalam spiritualitas, mungkin. Tapi kita pasti tidak merajakan Yesus dalam seluruh aspek, karena kita tidak pernah bergumul dengan akurat dan memikirkan secara serius. Ini adalah hal serius yang mesti kita ambil secara komitmen iman.
Bagian kedua, setelah bergumul kita mesti sampai kepada konklusi yang benar yang kita gumulkan. Tomas menggumulkan dia mesti lihat, kalau katanya Yesus bangkit, sudah disalib dan bangkit, dia mau lihat bekas salibnya dan tanda kebangkitan. Karena hanya disitulah fondasi iman Kristen berdiri. Tomas tidak bergumul di dalam hal yang tidak essensial, dia tidak mengatakan “saya mau lihat Tuhan meredakan angin ribut, saya mau melihat Tuhan melakukan mujizat”, Tomas mengatakan “kalau Dia benar-benar bangkit, saya mau lihat bekas tangannya, karena itu adalah tanda Dia yang disalib itu Dia yang bangkit”. Dan itu yang mau kita kejar di dalam merajakan Yesus, mengapa mesti di situ? Karena di situ titik poin Dia adalah Raja yang betul. Mengapa titik poin bahwa Dia raja yang betul adalah ketika Dia mati dan bangkit? Karena kematian dan kebangkitan Kristus mengalahkan penguasa dunia ini. Ada 2 beda yang jelas, satu sisi Tuhan Yesus sendiri mengatakan setan adalah penguasa dunia ini, ruler of this world, dan kemudian Yesus adalah Raja dunia ini. beda Raja dan penguasa adalah penguasa selalu mengeruk keuntungan, Raja selalu memikirkan bagaimana rakyatnya. Maka yang mau dikejar oleh Tomas bahwa Dia adalah Raja, Dia mesti bisa mengalahkan kuasa yang paling besar, yang sementara ini menguasai dunia, bagaimana caranya? Waktu Dia mengusir setan? Bukan, tapi waktu Dia mati dan bangkit. Maka itulah yang dikejar oleh Tomas “saya mau mempunyai standing point ini, maka saya baru mengenal Tuhan”. Saudara hanya bergumul terus-menerus tentang Yesus yang menjawab doa saya, Yesus yang begini begini. Saudara belum secara esensi mengenal Yesus sebagai Tuhan dan Raja. Mengenal sampai esensi terdalamnya apa, kalau Dia adalah Raja maka Dia adalah Raja yang mengalahkan kematian. Kalau Dia adalah Raja yang bisa memerintah saya, maka Alkitab sudah memberikan pengertian kepada kita, Dia adalah Raja yang mengasihimu terlebih dahulu. 1 Yohanes 4: 19, kita mengasihi karena Allah lebih dahulu mengasihi kita. Dia menjadi Raja bukan dengan mengikat kita dengan janji palsu, Dia menjadi Raja dengan memberikan kita kasih terlebih dahulu. Raja itu memikirkan umatNya, Dia bukan ruler yang memanfaatkan umatNya. Dia adalah Raja yang mau memberikan apa yang Dia punya untuk kesejahteraan rakyatNya. Inilah Raja yang kita sembah.
Setelah 2 step ini, Tomas masuk dalam pengakuan iman yang sangat klimaks yaitu dikatakan “ya Tuhanku dan Allahku”, my Lord and my God. Saya beberapa kali dalam doa selalu bilang “dalam nama Tuhan Yesus, Raja dan Tuan kami, kami berdoa”, karena saya mau mengingatkan diri saya akan teks ini, Pengkotbah mengatakan “if you receive Christ as your Savior but He is not your Lord at all, He is not your Savior at all”. Kita sering dengan mudah mengatakan “terima kasih Tuhan Yesus, Tuhan dan Juruselamatku. Amin”, kita tidak tahu ternyata Juruselamat itu punya power yang begitu besar, yang harusnya mendominasi hidup kita. Yohanes mencatat ini sebagai pengakuan iman yang klimaks. Sederhana, “ya Tuhanku dan Allahku” my Lord and my God, “saya percaya Engkau menciptakan saya, dan saya percaya Engkau memerintah saya. Dan saya akan berikan the whole heart, the whole life, the whole aspect untuk diperintah oleh Tuhan”. Ini namanya pengakuan iman sejati dan ini namanya Solus Christus.
- Khotbah Tematik
- 31 Oct 2017
Sola Scriptura
(2 Timotius 3: 14-17, 2 Petrus 1: 19-21)
Hari ini kita akan mengingat salah satu poin dari sola-sola yang dikemukakan oleh reformasi. Keunikan dan signifikansi dari pada reformasi adalah kata yang sederhana yaitu sola. Kita tidak bisa mengatakan “tinggal ditambahkan satu kata sola saja, semuanya beres”, karena untuk mengembalikan sola ini ke dalam posisi yang seharusnya, ternyata perjuangan Reformasi yang didahului dengan orang-orang pra-reformasi yaitu tahun sekitara 1200an, 1300an, itu menambahkan kata sola tidak seperti Saudara dan saya menambahkan satu kata editan ke dalam satu buku, tapi mereka membayarnya dengan perjuangan, pergumulan, peperangan dan bahkan dengan mati dipanggang hidup-hidup di atas kayu-kayu kering. Kita bisa mengingat ratusan tahun sebelum reformasi Luther, 1517, maka ada seorang bernama John Wycliffe 1329-1384, dia adalah orang yang mulai mempertanyakan ajaran-ajaran dari Gereja Katolik Roma saat itu dan kemudian mulai mengajarkan kepada jemaat pengajaran yang benar, kemudian mulai menerjemahkan Alkitab, dan ternyata Wycliffe mengalam condemn yang besar dari Gereja Katolik Roma saat itu. Kemudian disusul Jan Hus 1374-1415, Jan Hus bahkan sampai dibakar hidup-hidup karena dia insist menerjemahkan Alkitab, dan saat itu Alkitab tidak ada dalam bahasa mana pun selain bahasa Latin, Ibrani, Yunani. Tidak ada dalam Bahasa Inggris, Prancis, Jerman. Lalu kemudian disusul William Tyndale, 1526, dia meninggal dan kemudian di atas bakaran kayu dia mengatakan satu doa yang sangat mengharukan “Lord, open the King of England’s eye”, supaya penerjemahan ini bisa dilakukan. Dan itu semua mendahului apa yang digumulkan juga secara keras dan mendalam oleh Luther, kemudian bergulirlah satu roda besar yang namanya Reformasi dan menggelinding sampai sekarang dan itu merupakan intervensi Tuhan.
Lalu apa yang mereka perjuangkan? Mereka memperjuangkan salah satunya adalah Sola Scriptura, hanya Alkitab yang memegang otoritas mutlak dalam kebenaran, hanya Alkitab yang memegang otoritas mutlak dalam penafsiran kebenaran, hanya Alkitab yang boleh mengatasi segala macam tradisi manusia, bahkan tradisi gereja yang mungkin sudah dikontaminasi oleh pengertian-pengertian yang salah. Zaman itu adalah zaman dimana banyak orang 500 tahun lalu buta huruf, mereka tidak bisa membaca dan tidak ada mesin cetak seperti sekarang, sehingga mereka tidak mempunyai Alkitab. Alkitab dicopy dengan cara ditulis satu huruf demi satu huruf, karena tulisan tangan maka kerjaannya cukup lama, hasilnya cukup mahal, berarti tidak semua orang bisa punya, kalau punya pun tidak ada gunanya karena tidak bisa baca. Maka memperjuangkan sola scriptura menjadi satu-satunya otoritas adalah satu hal yang penting karena dengan tidak adanya akses, tidak ada kekuatan, monopoli interpretasi, dan mahalnya Alkitab yang tidak tersedia juga dalam berbagai bahasa, mereka tidak punya akses pada kebenaran yang katanya adalah firman Tuhan. Maka hanya mengandalkan kotbah yang mereka dengar, kotbah yang mereka dengar zaman itu Gereja Katolik Roma sangat besar, menunggangi politik, sehingga sangat mungkin sekali bias dengan kepentingan politik saat itu. Tapi kalau begitu kita jadi berpikir sekarang tidak perlu sola scriptura, toh kita semua punya Alkitab, kita sekarang mau interpretasi apapun juga dari yang apl;ing sesat sampai mendekati kebenaran juga ada, Saudara tinggal cari di Youtube. Kita juga tidak perlu jenjang tertentu untuk bisa punya akses terhadap Alkitab, sekarang kita bisa punya Alkitab dalam berbagai macam terjemahan. Mari kita baca, 2 Timotius 3: 14-17 dan 2 Petrus 1: 19-21.
Kita mungkin tidak berhadapan dengan otoritas Paus zaman Katolik Roma 500 tahun yang lalu, seperti yang Luther hadapi. Tetapi di dalam kita mempertahankan kata sola dalam sola scriptura, menurut Abraham Kuyper, Saudara dan saya sedang berhadapan dengan pseudo wisdom, bijaksana yang sepertinya cukup komprehensif, yang cukup menjelaskan banyak hal, dan cukup rasanya kita bisa percaya, karena penjelasannya lumayan tidak semudah itu. Tapi pseudo wisdom adalah penjelasan-penjelasan yang menjelaskan fakta yang tidak berpijak pada Alkitab. Jadi adanya penjelasan-penjelasan yang sepertinya menjelaskan tetapi kalau tidak berpijak pada kebenaran Alkitab maka mereka hanya berupa penjelasan-penjelasan kosong yang kelihatannya bijaksana, tapi tidak menjelaskan apa-apa. Dan ini yang kita hadapi, kita dikelilingi pseudo wisdom yang bisa menjelaskan banyak hal. Saudara mau tahu tentang penciptaan, “hari ini siapa yang masih percaya cerita Adam dan Hawa, itu hanya cerita anak Sekolah Minggu”. Kuyper pernah mengantisipasi dengan mengatakan seperti ini di dalam buku Pro-Rege, dia mengatakan banyak anak lulus SMA, mereka dengar cerita Alkitab di Sekolah Minggu, tapi begitu mereka masuk bangku kuliah, mereka bertemu dengan pseudo wisdom, mereka langsung terpukau, dan mereka baru tahu inilah yang benar, “cerita Sekolah Minggu hanya penghantar supaya beriman, lebih dari pada itu tidak ada. Ternyata ini yang bijaksana sejati. Orang yang percaya Alkitab itu cupu sekali, yang cuma tahu beriman, tapi tidak ada yang bisa menjelaskan segala sesuatu”. Kita sudah tertipu di dalamnya karena kita pikir itu penjelasan yang ilmiah, lebih komprehensif, lebih mendalam. Tapi jangan lupa itu adalah pseudo wisdom yang sama sekali tidak berkait dengan Alkitab. Saudara dan saya akan bisa mengetes sejauh ini apakah kita hidup berdasarkan sola scriptura atau hidup kita dibangun di atas pseudo wisdom ini. pertanyaan-pertanyaan diagnostik yang Saudara bisa jawab adalah hal apa atau pikiran apa yang paling banyak membentuk pola pikir Saudara? Lalu kata-kata atau siapa atau pihak mana yang paling otoritatif yang Saudara rasa itu bisa menjawab apa yang Saudara tanyakan dalam hidup. Ketiga, kata-kata mana yang paling banyak mempengaruhi Saudara mengambil keputusan? Keempat, kata-kata mana yang bisa menghibur Saudara ketika Saudara di dalam masa krisis? Itu adalah pertanyaan-pertanyaan yang kalau kita jawab, kita akan mengerti ternyata jawaban yang kita terima yang mempengaruhi keputusan kita, baik keputusan kecil atau besar dalam kehidupan sehari-hari, apakah itu sola scriptura atau itu adalah kumpulan pseudo wisdom yang kita kumpulkan dari berbagai macam aliran yang ada di dunia ini? ini adalah betul-betul hal yang perlu kita perhatikan, karena di dalam 2 Timotius 3: 15 dikatakan “Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus”. “Kalau keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus, saya tahu, karena memang Yesus kan satu-satunya Juruselamat, mana mungkin saya percaya agama lain, karena dari kecil saya Kristen. Kalau urusan keselamatan, saya sudah mengerti”, hampir kita secara mayoritas percaya sola scriptura. Tapi kemudian kita seperti orang yang mengunci pintu dan membuka jendela, karena setelah itu urusan hikmat hidup sehari-hari, mendefinisikan apa itu sukses, apa itu pernikahan, apa itu pergaulan, apa itu keren, apa itu diterima masyarakat, kita pakai pseudo wisdom yang ada di sekeliling kita. Saudara gembok rapat-rapat, satu-satunya jalan keselamatan hanya Kristus, itu betul, tapi Saudara buka juga semua jendela. Kalau rumah seperti itu saya rasa pencuri akan masuk dan semuanya habis dirampok. Kita lupa sola scriptura tidak hanya sekedar ke gereja tiap hari Minggu, beriman, pertumbuhan rohani, sola scriptura itu menyangkut seluruhnya karena Allah yang menciptakan langit dan bumi, Allah yang menciptakan Saudara dan saya, Allah yang menciptakan di luar Saudara dan saya. Maka hal-hal yang berkaitan dengan Saudara dan saya dan diluar Saudara dan saya sepertinya harusnya sola scriptura. Kalau kita pikirkan hikmat, dikatakan dalam ayat 16 “menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan, mendidik orang dalam kebenaran”, kita hanya memikirkan “oke ini diajar, memperbaiki kelakuan yang dulunya malas jadi rajin. Mendidik orang dalam kebenaran, jangan jahat-jahat jadi orang”, bukan. Ini menjawab pertanyaan yang Saudara mesti jawab, hikmat itu berbuat apa? Poin mengajar adalah what to do? Sola scriptura mengajarkan kepada kita apa yang harus kita kerjakan. Lalu menyatakan kesalahan, what not to do? Apa yang tidak boleh dilakukan? Pantas, tidak pantas. Dari mana kalau dari luar Alkitab? Saudara akan pakai pseudo wisdom. Memperbaiki kelakukan, what should be done? Kalau saya tidak boleh begini, maka saya harus berbuat apa? Lalu mendidik orang dalam kebenaran, definisinya apa? Baik itu apa, jahat itu apa, berkenan kepada Tuhan itu apa, bijaksana itu apa, sukses itu apa, terkenal itu apa, berkontribusi bagi masyarakat itu apa, menderita itu apa? Semuanya itu Saudara definisikan dari mana? Dan kita seringkali neglect sola scriputra, karena kita pikir sola scriptura ini urusannya kalau saat teduh mesti pakai Alkitab, ke gereja bawa Alkitab. Maka hanya berurusan dalam lingkup rohani, kita pasti pegang Alkitab. Tapi begitu berurusan dengan hikmat, faktanya setiap hari kita sering dibentuk oleh pseudo wisdom itu setiap hari. Maka tidak heran, kalau urusan ke gereja seminggu sekali, Senin sampai Sabtu Saudara dibentuk oleh pseudo wisdom, maka Saudara bukan menjadi orang Kristen, itu tidak heran.
Kita sering berpikir seperti ini, jadi Kristen itu seperti gelas, diisi firman Tuhan sampai penuh. Kalau Senin-Sabtu jadi kurang sedikit sampai setengah, Saudara pikir masih baik-baik saja, belum sampai kosong, saat teduh masih bolong-bolong, jarang baca Alkitab, tapi masih oke, tidak jahat-jahat sekali. Maka Hari Minggu diisi lagi, kalau perlu seharian di gereja. Kemudian Senin, kita merasa no guilty feeling, kita masih Kristen. Tapi ini cara yang salah melihat pembentukan pola pikir, pola pikir tidak bisa diisi. Pola pikir itu dibentuk, seperti Saudara membentuk keramik. Kalau membentuk keramik menggunakan alatnya yang berputar itu, ketika Saudara tidak sengaja dipanggil orang dan tangan Saudara menyenggol keramik yang sedang dibentuk, bentuknya jadi lain. Tidak harus rusak, tapi bentuknya lain. Saudara jadi Kristen juga begitu, Hari Minggu dibentuk, tiba-tiba hari Senin-Sabtu sudah jadi guci yang tidak tahu bentuknya, jadi lain. Kemudian Hari Minggu dirombak lagi, karena ini belum kering, Saudara belum mati, kalau sudah mati berarti sudah tidak bisa dibentuk lagi. Tapi kira-kira begitu terus, maka tidak heran mengapa kita tidak bisa menjadi orang Kristen, karena kita hanya satu kali hari Minggu. Sola scriptura, bukan hanya membaca Alkitab saja dan tidak baca yang lain, tapi Saudara perlu baca Alkitab untuk bisa mengerti yang lain. Mari kita kembali pada otoritas firman, sola scriptura adalah otoritas tertinggi yang memimpin hidup kita, kita tidak bisa tafsirkan lain selain Alkitab yang adalah firman Tuhan. Dan ini pasti perlu perjuangan, bukan haya sekedar Alkitab dari Kejadian sampai Wahyu kemudian langsung tiba-tiba bisa, pasti tidak seperti itu.
Hal kedua, mengapa keseluruhan Alkitab adalah sola scriptura? Karena Alkitab menjelaskan Tuhan siapa yang Saudara dan saya percaya. Alkitab mengatakan Allah Tritunggal, mengapa harus Allah Tritunggal? Karena hanya satu-satunya kita percaya kepada Allah Tritunggal, kita bisa mempunyai dasar yang kuat, apa itu person, apa itu relation, apa itu community, di luar itu Saudara dan saya tidak bisa menjalaninya dengan konsisten antara Allah yang kita percaya dan hidup yang kita hidupi. Hanya Allah Tritunggal yang memungkinkan ada pribadi, kemudian pribadi saling berelasi, dan relasi antara 2 pribadi bisa dinikmati oleh pribadi yang ke-3. Maka sama, ini menjadi pattern yang sangat bisa dihidupi kalau Saudara dan saya mau konsisten antara iman dan praktek. Kita seringkali mau prakteknya saja, suami istri harus saling mengasihi, Efesus 6, yang dibuka itu terus. Saudara lupa, kita bisa mempraktekan relasi suami istri karena ada Allah Tritunggal, relasi Allah Bapa dan Allah Anak yang dinikmati oleh Roh Kudus. Ada pihak ketiga yang menikmati. Dalam keluarga ada suami, istri dan anak, itu menjadi satu society di mana ada eksklusifitas, tetapi juga ada pluralitas. Kedua, kita bisa mengatakan mau hidup baik, 2 Timotius 3: 17, “dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik”, apalagi di atasnya sudah diberi tahu untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan, mendidik dalam kebenaran. Apa maksud dari perbuatan baik? Tidak mencuri, jangan egois, jangan membunuh, jangan terlambat, jangan pelit, semua yang sifatnya hanya seperti itu saja. Kita tidak bisa melakukan perbuatan baik yang sungguh-sungguh berkenan kepada Allah kalau Saudara tidak tahu the whole message. Sekali lagi, kita menafsirkan ayat 17 segala perbuatan baik adalah perbuatan yang definisi kita baik tapi kita tidak tahu baiknya Tuhan itu seperti apa, kita tidak mengerti karena kita tidak mau concerning His whole message, kita tidak mau pegang sola scriptura. Kita menentukan sendiri “Tuhan, pokoknya saya sudah dengar firman Tuhan, saya bisa tentukan mana yang baik dan jahat. Tuhan menyuruh saya berbuat baik, maka saya lakukan perbuatan baik, tapi kita tidak mau tahu apakah perbuatan baik kita cocok dengan Tuhan, pokoknya perbuatan baik, tidak saya langgar. Itu bukan sola scriptura, itu namanya your own wisdom, karena kita tafsirkan sendiri apa yang menurut kita baik, sejauh tidak menyalahi aturan Tuhan. Itu tidak cukup, karena perbuatan baik adalah Saudara menjalankan apa yang menjadi keseluruhan firman dari penciptaan sampai Tuhan Yesus datang kembali. Maksudnya adalah apa yang Saudara kerjakan berbagian di dalam cerita besarnya Tuhan dari penciptaan, jatuh dalam dosa, penebusan dan Tuhan Yesus akan datang kembali. Yang Saudara jalankan adalah berbagian dalam hal ini, ada kaitannya, itu baru namanya kita mengerjakan perbuatan baik yang diperkenan oleh Allah. Karena kita tahu rencana Dia apa, kita tahu maksudnya Dia menciptakan segala sesuatu itu apa, maksudnya Tuhan menebus itu apa, maksudnya Tuhan akan datang kembali itu apa. Kita seringkali tidak mau tahu rencana besar, kita hanya ingin tahu apa yang praktis, menguntungkan, bisa dikerjakan, dan akhirnya sebenarnya kita tidak mengerjakan apa-apa. Kita sibuk bekerja tapi kita tidak mengerjakan apa-apa, karena apa yang Tuhan minta tidak kita kerjakan, kita kerjakan yang lain. Dan itu bukan sola scriptura.
Sola scriptura juga memberikan kita satu package Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Kita mengenal Yesus sebagai Raja, Mesias, Juruselamat, apa pun juga, kalau Saudara lepaskan dari konteks Perjanjian Lama, kita sudah tidak bertanggung jawab, karena kita hapus itu creation, fall, tahu-tahu redemption. Tiba-tiba muncul Tuhan Yesus, bagaimana ceritanya dari awal kita tidak tahu. Dan kita hanya merasa ini supaya kita masuk sorga, supaya kita ditebus, hati kita yang hitam menjadi putih. Tidak bisa seperti itu. Saudara harus tahu the whole package. Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru semuanya sinkron, semua menuju satu puncak yaitu Yesus. Sehingga Saudara bisa melihat betapa hebatnya Tuhan kita. Karena dari Perjanjian Lama sampai Perjanjian Baru, dari Allah mencipta, manusia jatuh dalam dosa, penebusan dan sampai nanti Tuhan Yesus datang kembali seperti di dalam janji Wahyu, itu semua mengapa begitu lama? Dari Adam ke Yesus, Kejadian ke Matius mengapa sampai ribuan tahun? Apakah Saudara pernah memikirkan itu? Karena Tuhan mau memberitahukan bahwa rencanaNya real bukan mitos.
Dan ini yang membuat kita mengerti mengapa perjuangan kita belum selesai. Reformasi boleh 500 tahun yang lalu, tapi kita punya challenge tersendiri dalam zaman kita sekarang, dalam gereja Tuhan menjalankan sola scriptura. Karena sola scriptura akan berbenturan keras atau lembut dengan banyak pseudo wisdom yang mengeliling kita. Harap kita terus berdoa “Tuhan, ikatlah hatiku di dalam kebenaran firman. Saya tidak bisa melakukan yang lain kalau hati saya sudah diikat oleh kebenaran”. Dan ini menjadi doa kita bersama, barulah kita menjadi orang yang meneruskan reformasi.
- Khotbah Tematik
- 31 Oct 2017
Sola Fide
(Galatia 2: 15-21)
Ayat 16, tidak ada seorang pun yang dibenarkan oleh karena melakukan Hukum Taurat. Bagian ini memuat pernyataan Paulus mengenai justification by faith, bagian ini merupakan statement of faith-nya Paulus mengenai justification by faith alone. Kita perlu mengerti baik-baik, tidak cukup hanya berkata justification by faith, karena Gereja Katolik pun prcaya justification by faith. Kata alone sangat penting. Persoalan antara Gereja Katolik dengan Protestan itu bukan faith-nya, tapi faith alone-nya. Karena itu slogan dari Reformasi sangat menarik karena sola gratia, sola scriptura, karena di sinilah titik perdebatan antara Gereja Katolik pada zaman itu dengan Gereja Protestan sampai hari ini, mengenai faith alone. Alone artinya tidak boleh ditambah, tidak ada tambahan yang bisa diberikan ke dalamnya, itu namanya alone. Maka setiap kali kita memperingati Reformasi kita selalu diingatkan dengan 5 slogan yang dimulai dengan sola. Sola artinya hanya atau alone, tidak boleh ditambah lagi, sudah cukup pada dirinya. Paulus menegaskan pandangan dan posisinya mengenai justification by faith alone, pembenaran hanya oleh iman. Mengapa Paulus menuliskan bagian ini? karena Jemaat Galatia mulai meninggalkan doktrin pembenaran hanya oleh karena iman. Waktu Paulus mendirikan gereja di Galatia, dia sangat tegas “manusia dibenarkan oleh iman bukan karena disunat, bukan karena melakukan Hukum Taurat”. Paulus dilahirkan dalam agama Yahudi, dia dibesarkan dalam keluarga Yahudi, murid-murid Tuhan Yesus yang pertama juga orang Yahudi, mereka sangat identik dengan Hukum Taurat dan sunat. Orang Yahudi yang tidak disunat bukanlah orang Yahudi, bukan karena dilahirkan dalam keluarga Yahudi, orang menjadi Yahudi. Tapi karena disunatlah maka orang menjadi orang Yahudi. Sunat itu adalah obedience. Saudara perhatikan bagaimana Yesus harus disunat, karena sunat itu merupakan first obedience. Saudara tidak disunat, Saudara bukan Yahudi, Saudara tidak disunat, Saudara bukan covenant people. Saudara tidak disunat, Saudara bukan siapa-siapa, Saudara tidak berhak atas janji Allah kepada Abraham. Agama Yahudi itu sangat menekankan justification bukan by faith, tapi by obedience, Saudara dibenarkan karena Saudara disunat. Walaupun Saudara belum bisa memutuskan disunat atau tidak, orang tua Saudara mewakili Saudara. Orang tua Saudara mewakili Saudara, membawa Saudara ke Bait Allah, disunat sebagai tanda ketaatan. Mereka berpikir ketaatannya itulah yang membenarkan mereka. Salah satu pergumulan orang sejak kejatuhan sampai sekarang adalah bagaimana supaya diterima oleh Allah. Nama lain dari justification adalah acceptance, dibenarkan oleh Allah berarti diterima oleh Allah. Ketika Adam memakan buah dari pohon pengentahuan tentang yang baik dan jahat, hal pertama yang dilakukan oleh Allah kepada dia adalah rejection. Setelah Adam memakan buah itu, semua manusia membawa bekas rejection itu kemana pun. Bukan hanya Kekristenan yang bicara mengenai justification, setiap agama bicara tentang justification, bagaimana kita bisa diterima oleh Allah. Bukan hanya orang beragama yang bicara mengenai penerimaan, orang sekuler pun bicara mengenai penerimaan. Bukan justification-nya, tapi justification by what? Orang Batak mau Kristen atau pun tidak, justification-nya ada 3, yaitu harta, keluarga, kehormatan. Orang yang beragama cari justification, orang sekuler pun cari justification. Intinya kita itu ingin diterima. Bagaimana dengan orang sekuler? Kekayaan, kekuasaan, harta, popularitas. Orang beragama dan sekuler mencari hal yang sama, mencari justification. Pada zaman Martin Luther, pergumulannya juga sama, pergumulan Paulus dan Martin Luther mirip.
Nama lain justification adalah acceptance, bagaimana saya diterima. Di dalam kondisi itulah Paulus berbicara kepada jemaat Galatia, karena mereka mulai meninggalkan justification by faith alone. Latar belakangnya, sekelompok Yahudi Kristen masuk ke dalam gereja dan mengajarkan kepada jemaat Galatia bahwa seseorang dibenarkan jika melakukan Hukum Taurat. Orang-orang Galatia ini bukan orang Yahudi, jadi mereka tidak akan disunat dan mereka juga tidak punya kewajiban melakukan Hukum Taurat, tapi mereka percaya kepada Kristus. Di tengah perjalanan, waktu Paulus sudah pergi dari Kota Galatia, masuklah sekelompok orang Yahudi Kristen, mereka mengajarkan bahwa percaya saja itu tidak cukup. Dan orang Yahudi itu bertanya kepada orang Galatia, mereka tahu hal itu dari mana, dijawab dari Paulus, dan orang Yahudi itu mengatakan kalau Paulus adalah rasul gadungan. Itulah sebabnya mengapa Surat Galatia dimulai dengan perkenalan diri Paulus, dia memperkenalkan dirinya dalam satu pasal yang panjang. Di saat-saat seperti itulah maka Paulus menuliskan suratnya yang begitu keras. Galatia adalah satu-satunya surat Paulus yang sangat keras, tidak ada surat lain dimana Paulus begitu marah. Hanya satu surat dimana Paulus berkata “orang Galatia yang bodoh”, saya bayangkan pakai surat saja ada kalimat seperti itu, bagaimana kalau bertemu langsung. Leon Morris mengatakan ini satu-satunya surat yang ditulis oleh Paulus dengan rasa kemarahan dan kegeraman. Mengapa Paulus marah? Karena doktrin. Ini bukan zamannya lagi orang marah-marah karena doktrin, yang penting hidup baik. Saya yakin orang Galatia itu adalah orang yang baik. Paulus bisa marah karena jemaat Galatia meninggalkan doktrin yang benar kepada doktrin yang salah. Dan zaman kita adalah zaman yang bingung karena persoalan doktrinal dibuat seperti demikian. Bagi Paulus persoalan doktrinal adalah persoalan yang kekal, life and death. Hari ini orang tidak memikirkan life and death, terserah apa yang dipercaya yang penting baik, mau dipercaya apa pun itu tidak penting. Zaman kita adalah anti intelektual, “apa pun yang kamu percaya itu urusanmu, yang penting bagaimana kamu menghidupinya”, itulah yang terjadi pada zaman sekarang. Rasul Paulus marah karena Jemaat Galatia meninggalkan doktrin yang benar dan doktrin ini sangat penting bagi Paulus, justification by faith. Ayat 21, jika justification by faith itu salah maka Christ died for nothing, taruhannya Kristus. Tidak heran Martin Luther mengatakan justification by faith adalah doktrin dimana gereja akan jatuh dan bangun. Gereja dipegang akan berdiri, gereja dilepas akan roboh.
Pada zaman Martin Luther, gereja kehilangan kembali doktrin ini. Jemaat Galatia sudah mulai meninggalkan doktrin ini, Paulus tarik mereka kembali. Tapi ratusan tahun kemudian, gereja kehilangan doktrin ini lagi. Banyak orang mengatakan Reformasi itu menemukan yang baru, itu salah, itu bukan arti Reformasi, karena ada kata re yang artinya kembali, form artinya bentuk. Martin Luther tidak menemukan sesuatu yang baru, dia hanya mengembalikan sesuatu yang lama. Gerakan Reformasi bukan gerakan yang menciptakan sesuatu yang baru, tapi gerakan yang ingin membawa kembali yang benar dan lama itu ke dalam gereja. Sebelum zaman reformasi disebut dengan later middle ages, 1300-1500, gereja ada di mana-mana, tapi Injil tidak ada di dalam gereja, itulah ironinya abad pertengahan. Pada zaman gereja mula-mula itu terbalik, gereja tidak ada dimana-mana, hanya di tempat-tempat tertentu, tapi ada Injil di situ. Injil dulu baru gereja. Yesus hidup, naik ke sorga, itulah Injil. Injil yang memulai gereja. Tapi anehnya dalam perjalanan sejarah, gereja berdiri, kehilangan Injilnya. Injilah yang mendirikan gereja, tapi hari ini, sampai zaman ini banyak gereja yang sudah kehilangan Injil. Inilah yang terjadi pada zaman later middle ages, gereja dimana-mana, tapi tidak ada Injil di dalam gereja. Ketika tidak ada Injil di dalam gereja, maka tidak ada lagi bedanya ada gereja atau tidak ada gereja. Martin Luther bukan menemukan sesuatu yang baru, dia hanya mengembalikan Injil ke dalam gereja. Karena pada saat itu gereja sudah kehilangan Injil. Mungkinkah gereja kehilangan Injil? Sangat mungkin, di setiap zaman, gereja berpotensi kehilangan Injil. Di setiap zaman gereja berpotensi meninggalkan Injil, gedungnya ada, Injilnya tidak ada. Maka tidak heran memilih nama Reformed Injili itu sudah tepat, karena gerakan Reformasi adalah gerakan mengembalikan Injil ke dalam gereja, maka Gereja Reformasi adalah gereja yang harus mengabarkan Injil. Mengapa gereja Reformasi hari ini ada yang tidak memberitakan Injil? Jangan-jangan sudah kehilangan Injilnya. Gedung ada, pengurus ada, jemaat ada, program ada, tapi Injil tidak ada. Di zaman itu butuh reformasi, mengembalikan yang harusnya ada ke dalam gereja, dan membuang yang seharusnya tidak ada keluar gereja. Program gereja memperlihatkan Injilnya gereja itu, Saudara tidak perlu heran kalau ada gereja yang programnya tidak masuk akal, karena memang itulah injilnya yang bukan Injil. Dan seperti yang saya katakan tadi, gereja sampai mengambil alih tugas dinas kebudayaan. Satu kali saya pergi ke satu gereja pada hari Natal, mereka mengadakan lomba tari poco-poco dalam rangka menyambut hari Natal. Saya bingung, mengapa tidak membuat acara ini di hari yang lain, mengapa diadakan ketika Natal? Gereja telah kehilangan visi Injil.
Ayat 15, dalam NIV diterjemahkannya “kami orang Yahudi ini tahu bahwa tidak seorangpun tidak dibenarkan oleh karena melakukan Hukum Taurat” statement of faith. Ini yang dikatakan Paulus “sebagai orang Yahudi, saya berbicara kepada kalian orang bukan Yahudi, saya sudah memberitakan Injil bahwa Yesus mati bagi orang berdosa, itu cukup, tidak perlu ditambah. Kaerna saya orang Yahudi sudah tahu apa itu melakukan Hukum Taurat, tidak ada yang dibenarkan karena melakukan hukum”. Paulus mengatakan kalau iman pun tidak bisa membenarkan, tidak ada yang bisa membenarkan Saudara. Kalau iman pun tidak bisa membuat Saudara diterima oleh Allah, no one can, apa pun tidak bisa, ketaatan pun tidak bisa. Karena kalau iman pun tidak bisa, maka karya Kristus sia-sia. Dia sudah menderita semua itu dan ternyata semua itu tidak cukup, artinya sia-sia. Kalau orang yang percaya kepada Kristus meninggalkan keyakinannya bahwa dibenarkan oleh iman itu cukup, dia sedang mengatakan kematian Kristus itu sia-sia, tidak ada gunanya. Ternyata yang dikerjakan Kristus, yang begitu menderita, yang total itu ternyata tidak bisa menyelesaikan semuanya, I have to add something. Paulus memperingatkan jemaat Galatia. Dan ini juga adalah peringatan bagi gereja, ini peringatan dari Luther kepada gereja zaman itu. Dan ini peringatan bagi seluruh gereja “hati-hati”. Kalau iman pun tidak cukup, maka tidak ada yang cukup. Mengapa iman cukup? Karena karya Kristus komplit dan sudah final. Orang selalu mengatakan jadi orang Kristen itu aneh, hanya dengan percaya saja, itu mudah. Percayanya saja itu mudah, tapi untuk memungkinkan percaya saja itu tidak mudah, Anak Allah harus mati. Kalau kematian Anak Allah saja tidak cukup, apa lagi yang cukup? Untuk membaya dosa kita, Anak Allah harus mati. Yang Saudara perlu lakukan cuma percaya, itu bukan cuma. Percaya saja itu mudah, tapi untuk memungkinkan supaya percaya saja itu tidak mudah. Kalau Yesus tidak mati, apa yang bisa dipercaya? Tapi Yesus sudah mati dan kita mengatakan tidak cukup? Itu keterlaluan. Maka Paulus berulang-ulang mengatakan “tidak ada yang dibenarkan”, ayat 16 “sebab itu kami pun telah percaya”. “Kami tahu”, setelah itu “kami percaya”. “Sebagai orang Yahudi kami tahu tidak seorang pun dibenarkan oleh karena melakukan Hukum Taurat”. Ayat 16 b ”sebab itu kami percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus”. Mengapa percaya cukup? Karena kematian dan kebangkitan Kristus itu final. Yang Saudara lakukan hanya satu, percayalah. Saya tertarik dengan definisi imannya Pdt. Stephen Tong, didalam bukunya dikatakan iman adalah menerima bahwa Saudara sudah diterima, itulah iman. Di atas kayu salib, 2.000 tahun yang lalu, Anak Allah itu terpaku dengan tangan terlentang dan mewakili Bapa di sorga mengatakan “datanglah kepadaKu, Aku menerimamu”. Yang Saudara perlu lakukan di bawah kayu salib adalah menerima bahwa Saudara sudah diterima. Hanya menerima, betul hanya, tapi untuk memungkinkan bahwa Saudara sudah diterima, Anak Allah harus mati. Itulah yang dikatakan dengan iman.Dan iman itu bukan datang dari Saudara, iman itu datang dari Allah. Karena sebelum Saudara buka mata, Saudara mati dalam dosa. Efesus 2: 1 mengatakan kita semua sudah mati dalam dosa. Orang mati itu tutup mata. Roh Kudus melahir-barukan kita, yang mati dihidupkan. Dan tindakan pertama orang hidup adalah buka mata. Sama seperti tindakan pertama ketika bangun dari tidur adalah buka mata, bukan gerakan kaki, itulah definisi kapan Saudara bangun yaitu ketika buka mata. Normalnya mata terbuka, kemudian perlahan-lahan syaraf mulai bekerja, makanya maka terbuka dulu baru Saudara stretching. Dari tidur menjadi terbangun, mata terbuka, itulah signal Saudara sudah bangun. Dari mati rohani menjadi hidup. Apa tandanya bahwa ada kehidupan? mata terbuka, itu iman. Alkitab mengatakan bukan iman yang memberikan anugerah, anugerah yang memberikan iman. Anugerah dulu baru iman. Ini perbedaan orang Reformed dengan Injili, orang Injili mengatakan mendapat anugerah adalah ketika beriman, Reformed mengatakan beriman ketika mendapat anugerah. Iman adalah tanda hadirnya anugerah.
Paulus mengatakan tidak ada gunanya kita melakukan Hukum Taurat karena kita tidak bisa dibenarkan dengan itu. Ayat 17, Paulus mencoba menjawab orang-orang yang keberatan. Karena orang mengatakan “kalau hanya percaya begitu saja berarti enak. Hidup sesuka hati”. Pelayan dosa, ayat 17, apakah berarti Yesus adalah pelayan dosa? Kalau justification by faith itu benar, bukankah kalau begitu Yesus itu melayani dosa manusia? Kalau dibenarkan hanya karena iman, bukan oleh perbuatan, kalau bagitu bisa hidup suka-suka. Paulus mencoba pertanyaan itu, dan secara rasional pertanyaan ini benar. Kalau dibenarkan hanya karena iman, bukan karena perbuatan, apa gunanya lagi berbuat baik? Bukankah ini memberikan alasan untuk tidak berbuat baik, apakah itu yang dimaksud dengan faith alone? Tidak. Para Reformator merumusan seperti ini we are saved by faith alone, but that faith is never alone. Secara rasional maka justification by faith menjadi rasionalisasi untuk hidup sesuka hati, tapi secara pengalaman tidak mungkin. Ayat 18 “karena, jikalau aku membangun kembali apa yang telah kurombak, aku menyatakan diriku sebagai pelanggar hukum Taurat”, apa maksudnya yang telah kurombak? Ayat 19, “aku telah mati”, ayat 20 “namun aku hidup”, new creation. Pada waktu Saudara percaya kepada Kristus, Saudara dibenarkan, dan pada detik yang sama Saudara tidak sama lagi, Saudara adalah new creation, ciptaan baru. Yang lama sudah berlalu, yang baru sudah datang. Secara rasional mungkinkah justification by faith itu memberikan alasan untuk berbuat dosa? Sangat mungkin, tapi secara pengalaman tidak mungkin, karena Saudara bukan orang yang lama, Saudara adalah orang baru. “Aku mati tetapi aku hidup”, hidup itu seperti apa? Ayat 20, “dan hidupku yang kuhidupi sekarang ini di dalam daging adalah hidup oleh iman”. Kita bukan hanya dibenarkan oleh iman, tapi sekarang kita hidup oleh iman. Orang yang dibenarkan oleh iman akan hidup oleh iman. Mungkinkah orang yang sudah menerima justification by faith alone akan hidup sesukanya? Tidak mungkin. Kalau ada orang yang seperti itu berarti dia belum menerima pembenaran oleh iman. Ini bedanya Katolik pada zamannya Martin Luther, pada zaman itu terbalik, Saudara benar dulu baru dibenarkan, itu namanya forensic justification. Saudara benar dulu dari lahir sampai mati benar, baru nanti di akhir, Tuhan mengatakan “kamu benar”, tunjukan dulu kalau Saudara benar, baru dinyatakan benar. Itu namanya forensic justification. Tapi Reformasi bukan mengatakan forensic justification, Reformasi mengatakan legal declarative forensic justification, bukan karena Saudara benar dulu baru setelah itu dibenarkan. Apakah sudah benar? Belum, tapi pada hari Saudara dideklarasikan benar, pada saat itu Roh Kudus mulai mengubah Saudara menjadi benar. Aku mendeklarasikan kamu benar. Baru Saudara tanya “Tuhan, mengapa orang berdosa seperti saya bisa dikatakan benar?”, Tuhan mengatakan “Aku tahu kamu tidak benar, yang Aku lihat bukan kamu tapi AnakKu yang benar itu yang Aku lihat”. Dia melihat Saudara sebagai milik Kristus, di dalam Kristus, in Christ alone. Karena Saudara sekarang sudah dilihat di dalam Kristus, maka Bapa di sorga tidak melihat Saudara sebagai orang berdosa. Apakah Saudara orang berdosa? Iya, realitasnya benar orang berdosa. Tapi di hadapan Allah, Dia tidak melihat Saudara, Dia melihat AnakNya. Yang Saudara perlu lakukan adalah apakah Saudara percaya itu atau tidak? Itulah iman, saya menerima kalau saya sudah diterima.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkotbah)