Kita masuk dalam pembahasan final dari penolakan Tuhan atas Israel dan ini menjadi jalan bagi bangsa-bangsa lain diselamatkan. Ini tentu adalah tema yang sangat Yesaya, kalau Saudara baca Yesaya 50 akhir sampai pasal 60an, di situ ada keselamatan bangsa-bangsa melalui pemulihan Israel. Jadi ada janji Tuhan bahwa ketika Tuhan memulihkan Israel, terutama Kota Sion, Yerusalem, maka Tuhan akan bawa bangsa-bangsa lain untuk datang menyembah Tuhan. Ini menjadi gambaran yang Paulus lihat sangat signifikan untuk pelayanan dia, karena kita tahu waktu Paulus menulis Surat Roma, dia sedang berada di dalam sebuah tugas, dia punya tugas untuk mengumpulkan persembahan dari gereja-gereja dia. Di Yerusalem ada bencana kelaparan, atau lebih tepat lagi ada kerusuhan yaitu orang-orang Kristen tidak diizinkan untuk kerja dan tidak diizinkan untuk mempunyai karier atau kedudukan yang baik di masyarakat. Itu sebabnya ketika mereka hidup dengan kesulitan karena tidak ada makanan, tidak ada kemungkinan untuk bisa bertahan hidup, mereka memerlukan bantuan. Lalu Paulus mengumpulkan persembahan dari gereja-gereja, kemudian Paulus membawanya ke Yerusalem. Ketika dia membawanya ke Yerusalem, dia melihat ini sebagai gambaran penggenapan dari Yesaya, terutama Yesaya 60. Di dalam Yesaya 60 dikatakan ketika Tuhan memulihkan Yerusalem, maka bangsa-bangsa akan memberikan persembahan kepada Tuhan. Kita lihat Yesaya 60: 1-5 “Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu. Sebab sesungguhnya, kegelapan menutupi bumi, dan kekelaman menutupi bangsa-bangsa, tetapi terang TUHAN terbit atasmu, dan kemuliaan-Nya menjadi nyata atasmu. Bangsa-bangsa berduyun-duyun datang kepada terangmu, dan raja-raja kepada cahaya yang terbit bagimu. Angkatlah mukamu dan lihatlah ke sekeliling, mereka semua datang berhimpun kepadamu, anak-anakmu laki-laki datang dari jauh, dan anak-anakmu perempuan digendong. Pada waktu itu engkau akan heran melihat dan berseri-seri, engkau akan tercengang dan akan berbesar hati, sebab kelimpahan dari seberang laut akan beralih kepadamu, dan kekayaan bangsa-bangsa akan datang kepadamu”. Ada bagian yang menekankan ini dalam Kitab Nabi-nabi bahwa bangsa-bangsa akan membawa persembahan kepada Tuhan. Tuhan akan menerima kemuliaanNya yang sepantasnya diberikan oleh bangsa-bangsa dan pemberian persembahan dari bangsa-bangsa itulah yang menyatakan kemuliaan itu. Dan Yerusalem akan menerima itu. Paulus melihat ketika dia membawa persembahan dari bangsa-bangsa untuk menolong orang-orang di Yerusalem, ini sebagai bagian dari penggenapan, penggenapan dari kesempurnaan rencana Tuhan ini. Jadi Saudara bisa bayangkan perasaan hati Paulus bahwa dia sedang menggenapi, paling tidak sedang berbagian untuk menggenapi pekerjaan Tuhan yang Tuhan sudah nubuatkan, dan kekayaaan bangsa-bangsa akan dibawa. Tapi ada sesuatu yang sangat ironis di sini, karena kalau kita baca dari Yesaya 59 sampai bagian akhir Kitab Yesaya, pemulihan Yerusalem adalah alasan karena bangsa-bangsa datang. Yerusalem yang dipulihkan, Israel yang dinaikkan kembali, yang dijadikan bangsa kembali, bangsa milik Tuhan. Tapi faktanya pada zaman Paulus, ketika Paulus membawa persembahan ini, Israel berada di dalam keadaan menolak. Yerusalem tidak menerima Kristus dan Yerusalem membunuh rasul-rasul atau murid-murid Kristus, bahkan membunuh Stefanus, bahkan membunuh Yakobus. Sehingga ini membuat Paulus penuh dengan kebingungan untuk menentukan kalau begitu bagaimana memahami janji Tuhan yang digenapi lewat Kristus, bagaimana memahami penggenapan janji yang Tuhan kerjakan lewat Paulus. Apa yang terjadi di sini, apa yang harus dipahami? Ini yang Paulus pikirkan. Dan setelah Paulus tuntas berpikir, dia menemukan sebuah pemikiran yang sangat-sangat penting, dia menemukan teologi yang sangat penting yaitu bahwa di dalam penggenapan Kristus ternyata terjadi penolakan Israel, tapi rencana Tuhan memulihkan bangsa-bangsa tetap tidak dibatalkan. Yerusalem harusnya menjadi pulih, baru bangsa-bangsa lain ikut. Tapi Paulus menemukan di dalam zaman dia bahwa Yerusalem tidak pulih, Yerusalem tetap menolak Kristus, tapi Tuhan tetap membawa persembahan bangsa-bangsa lain masuk ke Yerusalem. Ini membuat Paulus menyadari bahwa apa yang Tuhan janjikan pasti jadi, tapi jadi di dalam cara yang seringkali tidak diantisipasi oleh manusia. Ketika Tuhan menyatakan kegenapan rencanaNya, kita melihat Tuhan sudah nyatakan baru genap, jadi Tuhan sudah bicarakan dulu baru rencanaNya menjadi genap. Tapi apa yang kita tafsirkan dari apa yang Tuhan bicarakan, seringkali salah, seringkali tidak sama dengan fakta yang Tuhan buat mengenai janjiNya. Itu sebabnya Paulus mempunyai posisi sangat penting di dalam menafsirkan Perjanjian Lama. Paulus bukan hanya orang yang mengikuti tradisi penafsiran yang mengatakan “Tuhan akan memulihkan Yerusalem dulu baru bangsa-bangsa lain”, tapi Paulus melihat kemungkinan lain untuk memahami rencana Tuhan yaitu bahwa Tuhan memakai pemberontakan Israel untuk menggenapi rencanaNya bagi bangsa-bangsa lain. Di sini ada pemikiran yang sangat signifikan, penting sekali untuk kita pahami, yaitu di dalam rancangan Tuhan, ketaatan manusia bisa terjadi untuk kemuliaan Tuhan dan Tuhan pakai untuk menggenapi rencanaNya. Tapi di sisi lain ketidak-taatan manusia juga bisa terjadi dan Tuhan tetap menggenapi rencanaNya. Pemberontakan manusia justru menggenapi rencana Tuhan. Di sini cara berpikir kita akan ditata kembali. Saudara harus mengerti dulu mana yang awal dan mana yang menjadi akibatnya. Kita tidak mengatakan “Tuhan memakai pemberontakan untuk menggenapi rencanaNya, berarti pemberontakan itu harus terjadi supaya rencana Tuhan terwujud”, “Yesus harus mati di kayu salib, berarti pengkhianatan Yudas harus terjadi barulah salib menjadi penting, barulah salib bisa terjadi”, ini cara berpikir yang salah. Banyak kali dalam teologi kita tidak hanya mendapat informasi, kita juga dilatih untuk menyusun informasi yang kita punya. Berteologi itu bukan pekerjaan yang se-simple menerima informasi lalu menghafal. Berteologi perlu hikmat dan semua orang perlu berteologi. Berteologi bukan hanya pekerjaan dari orang-orang yang menjadi teolog atau hamba Tuhan, teologi adalah yang secara natural dikerjakan oleh semua orang Kristen.
Kita akan belajar memahami bagaimana hidup bisa dijalani dengan segala kelimpahannya. Tuhan memberikan tawaran untuk kita hidup di dalamNya dan ketika kita mengatakan “Tuhan, saya mau hidup di dalam Engkau”, Tuhan akan tarik kita untuk memahami Dia, mengenal Dia dan mempunyai cara untuk memahami teologi dengan tepat. Itu sebabnya kita harus mengerti bahwa Tuhan tidak memberikan ketetapan manusia harus cemar, harus berdosa, dan waktu kita berdosa kita seperti berjasa “Tuhan, saya sudah berdosa, maka apa yang Tuhan rencanakan bisa terjadi. Tuhan mau selamatkan bangsa lain harus lewat pemberontakan Israel, kalau begitu kami memberontak supaya Tuhan menyelamatkan bangsa lain”. Di Roma 6 “apalagi yang Tuhan tuntut? Kalau dosaku membuat Dia semakin dipermuliakan, kalau begitu mari kita berdosa supaya Tuhan semakin dipermuliakan”, Paulus mengatakan “perkataanmu membuktikan kamu memang layak dihukum”. Terus bagaimana mengertinya? Kita mesti mengerti bahwa Tuhan menaklukkan pemberontakan, tidak ada orang bisa menang dari Tuhan. Tidak ada orang bisa mengakali Tuhan dengan mengatakan “saya punya strategi yang membuat engkau tidak bisa jalankan rencanamu”. Jadi apa yang kita strategikan, yang kita rancang, apa pun itu yang potensi merusak rencana Tuhan, ternyata justru Tuhan pakai untuk kemuliaanNya. Ini menjadi sesuatu yang banyak sekali terjadi di dalam gereja Tuhan, seringkali orang mengatakan “kalau saya tidak berbagian, pekerjaan Tuhan akan hancur. Kalau saya tidak lagi ikut-ikut maka apa yang Tuhan mau tidak akan terjadi. Kalau saya tidak lagi ikut melayani, gereja akan hancur. Kalau saya tidak mau melibatkan diri, pelayanan pasti berhenti”, ini sikap sombong yang mirip dengan apa yang disindir di Roma 11. Orang Israel mengatakan “kami berontak melawan Tuhan”, Tuhan mengatakan “kamu berontak, kamu menyalibkan MesiasKu, kamu menolak rasul-rasulKu, kamu menolak InjilKu. Justru Aku akan pakai penolakanmu untuk menggenapi Yesaya 59, 60, 61, 62”, seluruh yang diberitakan di Yesaya bagian akhir menjadi genap meskipun Israel memberontak. Ini hal awal yang saya mau bagikan di dalam khotbah ini.