Kata arum pertama kali diperkenalkan itu pada ular, di Kejadian 3, adapun ular adalah yang paling arum, ini arum bahasa Ibrani, skill kecerdikan untuk memimpin. Ular punya kecerdikan memimpin, lalu dia bertemu pemimpin yaitu Adam dan Hawa. Adam dan Hawa adalah gambar Allah dan gambar Allah yang disiapkan Tuhan untuk menaklukkan bumi. Menaklukkannya maksudnya membuatnya menjadi baik, seharusnya pemerintah menaklukkan bukan untuk keburukan tapi untuk kebaikan. Adam dan Hawa adalah pemimpin, Adam itu raja. Sekarang ketemu ular binatang yang harus dia taklukkan, tapi ular ini punya kecerdikan. Di sini orang akan membaca kisah kuno tentang raja dan penasehat licik. Kisah ini ada di mana-mana, termasuk di Alkitab. Saudara lihat ada kisah tentang Absalom, Absalom mengusir Daud dari Yerusalem, Daud lari. Kemudian Daud mengirim Husai, penasehat dia untuk menjadi penasehat yang menjadi batu sandungan bagi Absalom. Kalau Absalom menerima nasehat apa, Husai akan menasehati supaya dia gagal, ini penasehat. Penasehat itu harus punya arum, tapi dia tidak punya kemampuan untuk mempunyai semacam wibawa untuk orang-orang lain. Ada orang cerdik sekali untuk mengatur tapi tidak bisa bertemu orang. Karena ketemu orang langsung diremehkan, ini namanya penasehat. Saya pikir negara mesti begini tapi raja yang mengatakannya, ini penasehat. Tapi tetap yang tanggung jawab itu raja, raja adalah the final decision maker, dialah yang ambil keputusan terakhir bukan penasehat. Penasehat boleh memberikan masukan, tapi Raja mengatakan “saya yang putuskan”. Maka Husai berdebat dengan penasehatnya Absalom yang asli. Penasehat Asalom menasehati Absalom, “Tuanku, Raja Daud lari. Dia belum sempat kumpulkan kekuatan tentara, cuma ada ratusan tentara istana yang lari bersama dia, itu kekuatan kecil dibandingkan kekuatan Tuan sekarang. Tuan, suruh tentara kejar Daud, bunuh dia, matikan tentaranya, dia belum sempat kumpul kekuatan, segera”. Nasihat ini bagus sekali, tapi Husai digerakkan Tuhan untuk menggagalkan Absalom, karena Tuhan masih melindungi Daud. Maka Husai mengatakan “Nasehat dia salah”, si penasehat Absalom marah. “Salah? Ngawur, ini jahat?”, jahat dalam arti jahat sama orang jahat, jadi baik, ini negasi jadi positif. Orang ini mau memberikan jerat bagi Absalom, “Absalom, nasehat dari penasihatmu itu salah”. Apa nasehatnya? Nasehatnya adalah “Jangan kejar sekarang, kamu belum cukup kumpulkan kekuatan”, kata penasihat Absalom “Salah, justru Daud yang belum mengumpulkan kekuatan”. Husai ini pintar dan dia mengatakan, “Apakah kalian tahu orang yang pernah membunuh beruang sekarang ikut Daud. Ada orang yang pernah membunuh singa itu ikut Daud. Yang mengikuti Daud adalah pahlawan-pahlawan. “Tentaramu lihat dia, bisa kencing di celana”, jadi meskipun hanya beberapa ratus tapi ini adalah orang terbaik di negara ini. Kamu mau tentara dengan seadanya serang dia, orang-orang terbaik di negara ini? Mereka mana berani. Absalom pikir-pikir “benar juga”, padahal salah, ini tipuannya supaya Absalom kalah. Tentara dan raja kalau mereka pintar, waktu lari mereka tidak lari sembarangan, mereka akan lari ke tempat dimana alam akan menyediakan perlindungan bagi mereka. Dan Daud memilih tempat yang dikelilingi hutan. Saudara baca di Alkitab, ketika pasukan Absalom mengejar Daud, banyak dari mereka yang mati di hutan, kena pukul, menabrak pohon atau terjebak di rawa atau apapun itu. Jadi Daud adalah orang cerdas, dia tahu bagaimana berlindung di dalam situasi lari, dia berpengalaman sekali. Berkali-kali dia lari dari Saul, ini yang Absalom tidak mengerti dan yang penasehat Absalom mengerti. Daud sangat berpengalaman lari, dia tahu bagaimana menghindari 10.000 tentara Saul dulu, apalagi sekarang pengalaman dia sudah sangat banyak. Maka Husai juga tahu ini, tapi Husai sengaja menipu Absalom, supaya Absalom mati. Alkitab memberikan banyak sekali nasehatnya psikologis untuk kita. Kita baru selesai kelas Biblical Counseling dan sebenarnya banyak hal dari Alkitab itu sangat bersifat counseling. Counseling bukan strategi dan pengertian yang diambil banyak dari ilmu psikologi atau psychiatry, meskipun ilmu itu tetap kita kaji. Tetapi biblical counseling percaya Alkitab berikan banyak informasi tentang jiwa manusia. Manusia yang pikir kariernya adalah segalanya, begitu itu diambil, dia tidak rasa ada gunanya hidup. Dia hidup bukan untuk uang, dia hidup untuk karier. Menjadi penasehat raja adalah posisi sangat penting dan dia bangga itu. Begitu dia tidak lagi didengar, dia anggap kariernya habis, hidupnya habis, dia bunuh diri. Maka Absalom mengejar ketika Daud sudah stabil, sudah ada di kubu pertahanan, sudah ada lebih banyak tentara, maka ketika tentara Absalom menyerang, mereka kalah total. Absalom pun mati terjebak di pohon, ini yang Daud sudah tahu, dia cari tempat perlindungan yang baik. Maka ketika Yoab melihat Absalom tergantung, dia langsung ambil tombak dan bunuh Absalom. Daud menangis “mengapa Absalom harus mati? Absalom anakku”. Lalu Yoab marah kepada Daud, “Kalau kamu menangisi musuh dan tidak menangis tentara kita, tentara tidak akan setia kepadamu”, ini lagi-lagi arum. “Kamu sekarang lihat tentaramu setia kepadamu. Tapi kalau kamu menangisi orang yang membunuh mereka dan kamu tidak peduli mereka mati atau tidak, maka mereka akan setia kepadamu hari ini saja, besok sudah tidak”, ini nasehat bijaksana dari Yoab. Maka setelah Daud mendengar, Daud pun punya arum “Baiklah”, maka dia datang ke depan tentara dan menghibur tentaranya, menyatakan “Kita sudah menang. Mari kembali ke Yerusalem”, dan memendam kesedihannya untuk dirinya sendiri. Saudara, pemimpin yang suka curhat itu pemimpin yang buruk. Yang suka pamer galau, jadi pengikut saja, tidak apa-apa. Jadi pengikut juga bagus, domba itu pengikut dan kita adalah domba. Tapi seorang pemimpin tidak bisa tenggelam oleh kegalauannya. Kecerdikan dari Tuhan bukan dari ular, sebenarnya ular dapat kecerdikan juga dari Tuhan. Tapi dia pakai untuk menipu manusia. Maka Adam dan Hawa gagal karena tidak mengeksekusi kecerdikannya sendiri yang dari Tuhan untuk memimpin dan ambil keputusan. Akhirnya mereka takluk sama ular. Tapi kita lihat di dalam kisah-kisah berikut, banyak raja Tuhan bangkitkan karena ada arum, ada kecerdikan yang merupakan pekerjaan dari Roh Kudus. Mereka tahu bagaimana kembangkan negaranya jadi besar. Ada raja seperti Nebukadnezar yang meskipun jahat di satu sisi, tetapi begitu pintar untuk mengelola kerajaan begitu besar. Ada raja seperti Alexander yang tahu mana budaya bagus dan mana budaya jelek. Dia juga tahu bagaimana meningkatkan moralitas tentaranya, dia pergi menaklukkan satu tempat lalu dia membebaskan banyak orang dari tempat itu. Ketika dia mengalahkan Raja Darius ketiga, waktu dia sudah kalahkan tentara Darius lalu tentara Darius bunuh rajanya sendiri, dia eksekusi mati tentara yang membunuh Darius. Setelah itu dia datang ke istana Darius, seluruh gundik dan istri dari Darius pakai baju paling bagus dan paling seksi, pakai baju paling menonjolkan keindahan seksual mereka, semua sudah kumpul lalu mengatakan “Raja Alexander, kami milikmu” lalu Alexander bicara “hari ini kamu bebas, cari suami yang kamu mau, cari pekerjaan yang kamu mau, cari apapun yang kamu mau, kamu semua perempuan bebas”, semua kaget, “kamu tidak mau manfaatkan mereka?”. Alexander mengatakan “saya berperang untuk bebaskan manusia”, ini membuat tentaranya makin setia sama dia. Semua raja lain berperang demi tahta dia, “kamu perang untuk saya, mati untuk saya”. Alexander kalau perang selalu mau paling depan, pakai topi paling tinggi supaya orang tahu dia pemimpin, dia mau menjadi target. Dia tidak suruh tentaranya baris jadi perisai hidup untuk dia, dia maju di depan. Dia tertusuk beberapa kali, waktu dia menyeberangi sungai, ketika memasuki perbatasan antara yang sekarang jadi Konstantinopel, dia tertikam tapi masih hidup, bahkan sembuh. Jadi dia mulai pikir “sepertinya saya dewa”. Waktu dia deklarasikan “saya dewa”, dia kemudian sakit dan mati. Makanya jangan mengatakan diri dewa, biasanya mati. Ketika Alexander memimpin dengan mengatakan “saya membebaskan manusia”, ini arum, bijaksana pemimpin. Ini tidak diajarkan di sekolah menjadi pemimpin Makedonia. Orang yang cerdik adalah yang cepat sekali melihat perubahan konteks. Dia melihat pentingnya buku dan pentingnya konteks, lalu gabungkan, itu orang pintar. Maka kalau pintar men-switch pikiran, belajar dari konteks dahulu dan terapkan di kontak sekarang, Saudara jadi bijaksana. Makanya Tuhan memberik kita Alkitab yang konteks berbeda supaya kita belajar lintas konteks. Kalau tidak, kita jadi orang Farisi yang cuma tahu “pokoknya begini ya begini”.

« 3 of 5 »